BAB III PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DALAM PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI SYARIAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DALAM PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI SYARIAH"

Transkripsi

1 BAB III PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DALAM PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI SYARIAH A. Prosedur Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Pelaksanaan pengadaan barang/jasa dapat dilakukan melalui swakelola dan/atau pemilihan penyedia barang/jasa. Pengadaan barang/jasa pemerintah dalam Peraturan Presiden ini meliputi barang, pekerjaan konstruksi, jasa konsultansi dan jasa lainnya. Dilihat dari struktur batang tubuh Peraturan Presiden No. 54 Tahun terdiri dari tiga tahapan yaitu persiapan, pemilihan dan pelaksanaan. bawah ini: Beberapa tahapan dalam Pengadaan Barang/Jasa dapat dijelaskan seperti di 57

2 59 1. Tahap Persiapan a. Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa Pengadaan harus dimulai dengan perencanaan yang baik, pemilihan alternatif-alternatif yang baik atau perlu adanya penggunaan strategi pengadaan yang terbaik dari berbagai macam strategi. Sehingga pengadaan tidak mutlak dengan satu prosedur tunggal yang harus dilalui dan pelaksana pengadaan tidak harus dikenakan sanksi bila menggunakan strategi yang berbeda yang sesuai kondisi serta situasi yang terjadi. Implementasi penggunaan strategi pengadaan diwujudkan kedalam Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa (RUP). 93 RUP ( rencana umum pengadaan barang/jasa) dapat mewujudkan pemaketan yang efisien dan efektif, mengidentifikasi penyedia, bentuk kontrak yang diperlukan serta kemampuan penyerapan anggaran. RUP menggambarkan rencana pengadaan akan dilakukan dengan penyedia ataupun dengan swakelola. RUP perlu dibuat agar pengadaan menjadi terencana dengan baik sejak awal, teridentifikasi sejak awal mengenai kebutuhan barang dan jasa, serta teridentifikasi bagaimana cara mengadakannya. Cara mengadakannya bisa melalui penyedia atau dilakukan dengan swakelola maupun kombinasi antara penyedia dengan swakelola. Manfaat RUP yaitu sebagai alat perencanaan pengadaan dan strategi 93 Mudjisantosa, Rencana Umum Pengadaan (RUP) dan Pengadaan secara Swakelola (Yogyakarta, Primaprint, 2014), h. 2-3.

3 60 mencapai output kegiatan, sebagai alat pengendalian kegiatan dan pengendalian pengadaan, sebagai keterbukaan informasi publik dan para penyedia dapat mempersiapkan diri untuk mengikuti paket pengadaan sehingga pengadaan akan kompetitif. 94 RUP akan disusun oleh PA sesuai dengan kebutuhan pada K/L/D/I masing-masing. Kegiatan yang di rencanakan di dalam rencana umum pengadaan barang/jasa meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1) Mengindentifikasi kebutuhan barang/jasa yang diperlukan K/L/D/I; 2) Menyusun dan menetapkan rencana penganggaran; 3) Menetapkan kebijakan umum tentang pemaketan pekerjaan, cara pengadaan barang/jasa dan pengorganisasian pengadaan barang/jasa; 4) Menyusun kerangka acuan kerja (KAK). KAK paling sedikit memuat: uraian kegiatan yang akan dilaksanakan, waktu pelaksanaan yang diperlukan, spesifikasi teknis barang/jasa yang akan diadakan dan besarnya total perkiraan biaya pekerjaan. Penyusunan RUP anggaran berikutnya atau tahun anggaran yang akan datang harus diselesaikan pada tahun anggaran yang berjalan, serta K/L/D/I menyediakan biaya untuk pelaksanaan pemilihan penyedia barang/jasa yang dibiayai dari APBN/APBD. 94 Ibid

4 61 PA melakukan pemaketan barang/jasa dalam rencana umum pengadaan barang/jasa kegiatan dan anggaran K/L/D/I. Pemaketan dilakukan dengan menetapkan sebanyak-banyaknya paket usaha untuk usaha mikro dan usaha kecil serta koperasi kecil tanpa mengabaikan prinsip efisiensi, persaingan sehat, kesatuan sistem dan kualitas kemampuan teknis. Dalam melakukan pemaketan barang/jasa, PA dilarang: 1) Menyatukan atau memusatkan beberapa kegiatan yang tersebar di beberapa lokasi/daerah yang menurut sifat pekerjaan dan tingkat efisiensinya seharusnya dilakukan di beberapa lokasi/daerah masingmasing; 2) Menyatukan beberapa paket pengadaan yang menurut sifat dan jenis pekerjaannya bisa dipisahkan dan/atau besaran nilainya seharusnya dilakukan oleh usaha mikro dan usaha kecil serta koperasi kecil; 3) Memecah pengadaan barang/jasa menjadi beberapa paket dengan maksud menghindari pelelangan; dan/atau 4) Menentukan kriteria, persyaratan atau prosedur pengadaan yang diskriminatif dan/atau dengan pertimbangan yang tidak obyektif. b. Rencana Pelaksanaan Pengadaan Rencana pelaksanaan pengadaan barang/jasa meliputi spesifikasi teknis barang/jasa, harga perkiraan sendiri (HPS) dan rancangan kontrak.

5 62 1) Spesifikasi Teknis Barang/Jasa Spesifikasi didefinisikan sebagai uraian mengenai persyaratan kinerja barang/jasa atau uraian yang terperinci mengenai persyaratan kualitas material dan pekerjaan yang diberikan penyedia. Spesifikasi teknis merupakan sumber dari seluruh proses pengadaan barang/jasa. Seseorang PPK yang memiliki kewenangan dalam pengadaan barang dan jasa dituntut mampu menerjemahkan kebutuhan pengguna kedalam sebuah spesifikasi teknis yang efektif, efisien dan dapat dipertanggung jawabkan. Dalam hal PPK tidak memiliki kompetensi yang cukup maka dapat dibantu oleh pihak lain, antara lain orang yang memiliki keahlian/kompeten, yang berasal bisa dari lingkungan sendiri ataupun dari luar kantor/instansi dan mereka ditetapkan oleh PPK sebagai tim ahli masalah spesifikasi barang dan jasa pemerintah. 95 Pencapaian efektif dan efisien mengacu pada karakteristik pencapaian value for money yaitu spesifikasi teknis barang/jasa yang disusun memiliki lima karakteristik, yakni: a. Tepat mutu, kualitas sesuai dengan yang dibutuhkan; b. Tempat jumlah, kuantitas sesuai dengan yang dibutuhkan; c. Tempat waktu, barang/jasa diadakan saat dibutuhkan; 95 Kementerian Keuangan RI, Op.Cit, h.84-85

6 63 d. Tepat lokasi/sumber, barang/jasa berasal dari sumber yang sesuai dan dikirim/diterima pada tempat yang dituju; e. Tepat harga diurutan paling akhir dengan memperhitungkan biaya-biaya yang efisien. Oleh karena itu pendekatan yang dianjurkan dalam menyusun spesifikasi adalah menetapkan dulu kebutuhan ( performance) pengguna barang/jasa, baru kemudian menentukan kebutuhan tersebut diterjemahkan dalam aspek teknis. Di bawah ini beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dalam menyusun spesifikasi 96 : a. Barang/jasa seperti apa yang dibutuhkan (mutu, tipe, ukuran, kinerja dan sebagainya); b. Bagaimana mutu barang/jasa tersebut akan diukur; c. Berapa banyak barang/jasa tersebut diperlukan; d. Kapan barang/jasa tersebut diperlukan; e. Dimana barang/jasa tersebut harus diserahkan; f. Moda transportasi dan cara pengangkutan barang seperti apa yang harus di persyaratkan; 96 Ibid, h

7 64 g. Persyaratan seperti apa yang harus dipunyai oleh Penyedia Barang/ Jasa agar mampu memasok dengan efektif; h. Tanggung jawab penyedia barang/jasa yang harus dipenuhi dan informasi seperti apa yang akan diberikan kepada penyedia barang/ jasa. 2) Harga Perkiraan Sendiri (HPS) Dalam proses pengadaan barang dan jasa, salah satu tahapan yang paling krusial bagi pejabat pembuat komitmen adalah penyusunan harga perkiraan sendiri (HPS). Penyusunan HPS akan menentukan proses penawaran oleh penyedia barang dan jasa. Apabila HPS ditetapkan lebih mahal dari harga wajar maka akan menimbulkan potensi adanya kerugian negara atau biasa yang dianggap dengan pelembungan harga (mark -up) dan dianggap telah terjadi persekongkolan antara pejabat pengadaan dengan penyedia barang. Akan tetapi, apabila ditetapkan lebih rendah dari harga wajar berpotensi untuk terjadinya tender gagal karena tidak ada penyedia barang yang berminat untuk mengikuti lelang pengadaan. Oleh karena itu langkah analisis pasar perlu dilakukan agar penyusun HPS dapat memilih memilih level penyedia barang /jasa yang tepat, dan juga memperhitungkan tingkat persaingan di pasar pada level penyedia barang/jasa yang sudah

8 65 dipilihnya. Jika diperlukan, tim ahli dapat memberikan masukan dalam penyusunan HPS. 97 Harga Perkiraan Sendiri (HPS) adalah perhitungan biaya atas pekerjaan barang/jasa sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa, dikalkulasikan secara keahlian dan berdasarkan data yang dapat dipertanggung-jawabkan yang meliputi 98 : a. Harga pasar setempat yaitu harga barang dilokasi barang diproduksi/ diserahkan/ dilaksanakan, menjelang dilaksanakannya pengadaan barang; b. Informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh Badan Pusat Statistik (BPS); c. Informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh asosiasi terkait dan sumber data lain yang dapat dipertanggung jawabkan; d. Daftar biaya/tarif barang yang dikeluarkan oleh pabrikan/distributor tunggal; e. Biaya kontrak sebelumnya atau yang sedang berjalan dengan mempertimbangkan faktor perubahan biaya; f. Inflasi tahun sebelumnya, suku bunga berjalan dan/atau kurs tengah Bank Indonesia; 97 Kementerian Keuangan RI, Panduan Teknis Pejabat Pembuat Komitmen: Seri Digital Panduan Teknis Pejabat Perbendaharaan Negara Pada Kementerian/Lembaga (Jakarta: Kemenkeu RI, 2017), h Halaman II-5 Lampiran Perka LKPP Nomor 14 Tahun 2012

9 66 g. Hasil perbandingan dengan kontrak sejenis, baik yang dilakukan dengan instansi lain maupun pihak lain; h. Norma indeks; dan/atau i. Informasi lain yang dapat dipertanggung jawabkan j. Dalam hal pemilihan penyedia secara internasional, penyusunan HPS menggunakan informasi harga barang/jasa yang berlaku di luar negeri; Setiap pengadaan harus dibuat HPS kecuali pengadaan yang menggunakan bukti perikatan berbentuk bukti pembayaran, jadi HPS digunakan untuk pengadaan dengan tanda bukti perjanjian berupa dokumen kontrak arau SPK, kuitansi, dan surat perjanjian. Selain itu, HPS juga digunakan sebagai 99 : a. Alat untuk menilai kewajaran penawaran termasuk rinciannya; b. Dasar untuk menetapkan batas tertinggi penawaran yang sah untuk pengadaan; 1. Untuk pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya, kecuali pelelangan yang menggunakan metode dua tahap dan pelelangan terbatas dimana peserta yang memasukkan penawaran harga kurang dari 3 (tiga); dan 2. Untuk pengadaan jasa konsultansi yang menggunakan metode pagu anggaran. batas tertinggi penawaran tersebut termasuk biaya 99 Kementerian Keuangan RI, Op.Cit, h. 87.

10 67 overhead yang meliputi antara lain biaya keselamatan dan kesehatan kerja, keuntungan dan beban pajak c. Dasar untuk negosiasi harga dalam pengadaan langsung dan penunjukan langsung; d. Dasar untuk menetapkan besaran nilai jaminan penawaran; dan e. Dasar untuk menetapkan besaran nilai jaminan pelaksanaan bagi penawaran yang nilainya lebih rendah dari 80% (delapan puluh perseratus) nilai total HPS. 3) Rancangan Kontrak Kontrak pengadaan barang/jasa adalah perjanjian tertulis antara PPK dengan penyedia barang/jasa atau pelaksana swakelola. PPK sebagai wakil Negara/rakyat dan penyedia barang/jasa sebagai badan usaha atau perseorangan yang menyediakan barang/pekerjaan konstruksi/jasa konsultansi/jasa lainnya. 100 Dengan demikian, penting untuk digarisbawahi bahwa kontrak merupakan ikatan utama antara penyedia dengan PPK. Rancangan kontrak terdiri dari syarat-syarat umum kontrak, syaratsyarat khusus kontrak, dan dokumen pendukung yang merupakan bagian dari kontrak, seperti surat penetapan penyedia barang/jasa (SPPBJ), dokumen penawaran, spesifkasi umum, spesifikasi khusus, gambar-gambar, adendum 100 Lihat BAB I Pasal 1 Ayat 22 Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah.

11 68 dokumen pemilihan (bila ada), daftar kuantitas dan harga, jaminan pelaksanaan, dokumen lain yang diperlukan. 101 Kontrak pengadaan barang/jasa meliputi kontrak berdasarkan cara pembayaran, kontrak berdasarkan pembebanan tahun anggaran, kontrak berdasarkan sumber pendanaan dan kontrak berdasarkan jenis pekerjaan. a) Kontrak berdasarkan cara pembayaran (1) Kontrak Lump Sum Kontrak lump sum merupakan kontrak pengadaan barang/jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu sebagaimana ditetapkan dalam kontrak, dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Jumlah harga pasti dan tetap serta tidak dimungkinkan penyesuaian harga; 2) semua risiko sepenuhnya ditanggung oleh Penyedia Barang/Jasa; 3) pembayaran didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang dihasilkan sesuai dengan isi Kontrak; 4) sifat pekerjaan berorientasi kepada keluaran (output based); 5) total harga penawaran bersifat mengikat; dan 6) tidak diperbolehkan adanya pekerjaan tambah/kurang. 101 Kementerian Keuangan RI, Op.Cit, h. 90.

12 69 (2) Kontrak Harga Satuan Kontrak harga satuan merupakan kontrak pengadaan barang/jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu sebagaimana ditetapkan, dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Jumlah harga pasti dan tetap serta tidak dimungkinkan penyesuaian harga; 2) Harga satuan pasti dan tetap untuk setiap satuan atau unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu; 3) volume atau kuantitas pekerjaannya masih bersifat perkiraan pada saat kontrak ditandatangani; 4) pembayarannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa; dan 5) dimungkinkan adanya pekerjaan tambah/kurang berdasarkan hasil pengukuran bersama atas pekerjaan yang diperlukan. (3) Kontrak gabungan Lump Sum dan Harga Satuan Kontrak gabungan lump sum dan harga satuan merupakan gabungan lump sum dan harga satuan dalam 1 (satu) pekerjaan yang diperjanjikan. (4) Kontrak Persentase

13 70 Kontrak persentase merupakan kontrak pengadaan jasa konsultansi/jasa lainnya, dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Penyedia jasa konsultansi/jasa lainnya menerima imbalan berdasarkan persentase dari nilai pekerjaan tertentu; dan 2) Pembayarannya didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang dihasilkan sesuai dengan isi kontrak. (5) Kontrak Terima Jadi (Turnkey) Kontrak terima jadi ( turnkey) merupakan kontrak pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu, dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Jumlah harga pasti dan tetap sampai seluruh pekerjaan selesai dilaksanakan; dan 2) Pembayaran dilakukan berdasarkan hasil penilaian bersama yang menunjukkan bahwa pekerjaan telah dilaksanakan sesuai dengan kriteria kinerja yang telah ditetapkan. b) Kontrak berdasarkan pembebanan Tahun Anggaran; (1) Kontrak Tahun Tunggal Kontrak tahun tunggal merupakan kontrak yang pelaksanaan pekerjaannya mengikat dana anggaran selama masa 1 (satu) tahun anggaran.

14 71 (2) Kontrak Tahun Jamak Kontrak tahun tunggal merupakan kontrak yang pelaksanaan pekerjaannya untuk masa lebih dari 1 (satu) Tahun Anggaran atas beban anggaran, yang dilakukan setelah mendapatkan persetujuan: Menteri Keuangan untuk kegiatan yang nilainya diatas Rp ,00 (sepuluh miliar rupiah); dan Menteri/Pimpinan Lembaga yang bersangkutan untuk kegiatan yang nilai kontraknya sampai dengan Rp ,00 (sepuluh miliar rupiah) bagi kegiatan: penanaman benih/bibit, penghijauan, pelayanan perintis laut/udara, makanan dan obat di rumah sakit, makanan untuk narapidana di lembaga pemasyarakatan, pengadaan pita cukai, layanan pembuangan sampah dan pengadaan jasa cleaning service. Kontrak tahun jamak pada pemerintah daerah disetujui oleh Kepala Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. c) Kontrak berdasarkan sumber pendanaan (1) Kontrak Pengadaan Tunggal Kontrak Pengadaan Tunggal merupakan Kontrak yang dibuat oleh 1 (satu) PPK dengan 1 (satu) Penyedia Barang/Ja sa tertentu untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu dalam waktu tertentu. (2) Kontrak Pengadaan Bersama

15 72 Kontrak pengadaan bersama merupakan kontrak antara beberapa PPK dengan 1 (satu) penyedia barang/jasa untuk menyelesaikan pekerjaan dalam waktu tertentu, sesuai dengan kebutuhan masing-masing PPK yang menandatangani Kontrak. (3) Kontrak Payung (Framework Contract) Kontrak Payung (Framework Contract) merupakan Kontrak Harga Satuan antara Pemerintah dengan Penyedia Barang/Jasa yang dapat dimanfaatkan oleh K/L/D/I, dengan ketentuan sebagai berikut: 1) diadakan untuk menjamin harga Barang/Jasa yang lebih efisien, ketersediaan Barang/Jasa terjamin dan sifatnya dibutuhkan secara berulang dengan volume atau kuantitas pekerjaan yang belum dapat ditentukan pada saat Kontrak ditandatangani; dan 2) pembayarannya dilakukan oleh setiap PPK/Satuan Kerja yang didasarkan pada hasil penilaian/pengukuran bersama terhadap volume/kuantitas pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa secara nyata. d) Kontrak berdasarkan jenis pekerjaan. (1) Kontrak Pengadaan Pekerjaan Tunggal

16 73 Kontrak pengadaan pekerjaan tunggal merupakan kontrak pengadaan barang/jasa yang hanya terdiri dari 1 (satu) pekerjaan perencanaan, pelaksanaan atau pengawasan. (2) Kontrak Pengadaan Pekerjaan Terintegrasi Kontrak pengadaan pekerjaan terintegrasi merupakan kontrak pengadaan pekerjaan konstruksi yang bersifat kompleks dengan menggabungkan kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan/atau pengawasan. Model kontrak pengadaan pekerjaan terintegrasi antara lain dapat berbentuk: 1) Kontrak berbasis kinerja ( performance based contract) merupakan kontrak pengadaan barang/jasa atas dicapainya suatu tingkat pelayanan tertentu yang bisa merupakan penggabungan paket pekerjaan yang biasanya dilakukan terpisah. 2) Kontrak rancang dan bangun ( design & build) merupakan kontrak pengadaan yang meliputi desain dan pembangunan. 3) Kontrak rancang bangun konstruksi ( Engineering Procurement Construction/EPC) merupakan kontrak pengadaan yang meliputi desain, pengadaan, dan konstruksi.

17 74 4) Kontrak rancang bangun operasi pemeliharaan ( designbuild operate maintain) merupakan kontrak pengadaan yang meliputi desain, pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan. 5) Kontrak jasa pelayanan ( service contract) merupakan kontrak pengadaan untuk melayani kebutuhan layanan tertentu. 6) Kontrak pengelolaan aset merupakan kontrak untuk pengelolaan aset sehingga aset yang dimiliki dapat dimanfaatkan secara optimal. c. Rencana Pemilihan Penyedia Adanya tahap persiapan menegaskan bahwa pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan berdasar Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 adalah pengadaan yang berbasis perencanaan atau procurement planning base. Perencanaan agar sasaran dengan kuantitas besar dapat diperoleh dengan sumber daya dan dana yang efisien. Sehingga kebutuhan lebih utama daripada keinginan dan kualitas yang didapatkan, waktu yang efektif dan harga yang optimal. Komposisi anggaran yang sangat besar untuk pengadaan barang/jasa seharusnya menjadi ladang yang tepat untuk melatih aparatur pemerintahan membiasakan diri melaksanakan segala aktivitas, pemerintahan dan pembangunan dengan perencanaan yang baik Samsul Ramli dan Fahrurrazi, Bacaan Wajib Swakelola Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Jakarta,Visimedia, 2014), h

18 75 2. Tahap Pemilihan a. Pemilihan Sistem Pengadaan Penetapan metode pemilihan penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang disusun dan ditetapkan oleh ULP/Pejabat pengadaan. Pemilihan penyedia barang/jasa lainnya dilakukan dengan pelelangan yang terdiri atas pelelangan umum dan pelelangan sederhana, penunjukan langsung, pengadaan langsung atau kontes/sayembara. pemilihan penyedia pekerjaan konstruksi dilakukan dengan pelelangan umum, pelelangan terbatas, pemilihan langsung, penunjukan langsung atau pengadaan langsung. Kontes/sayembara dilakukan khusus untuk pemilihan penyedia barang/jasa lainnya yang merupakan hasil industri kreatif, inovatif dan budaya dalam negeri. Pemilihan penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya pada prinsipnya dilakukan melalui metode pelelangan umum dengan pascakualifikasi. Khusus untuk pekerjaan konstruksi yang bersifat kompleks dan diyakini jumlah penyedianya terbatas, pemilihan penyedia pekerjaan konstruksi dilakukan dengan pelelangan terbatas. Pemilihan penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya melalui metode pelelangan umum diumumkan paling kurang di website K/L/D/I, dan papan pengumuman resmi untuk masyarakat serta portal pengadaan nasional melalui LPSE, sehingga masyarakat luas dan dunia usaha yang berminat dan memenuhi

19 76 kualifikasi dapat mengikutinya. Dalam pelelangan umum tidak ada negosiasi teknis dan harga. Penetapan metode pemilihan penyedia jasa konsultansi pemilihan penyedia jasa konsultansi dilakukan dengan seleksi yang terdiri atas seleksi umum dan seleksi sederhana, penunjukan langsung, pengadaan langsung atau sayembara. Pemilihan penyedia jasa konsultansi dilakukan melalui negosiasi teknis dan biaya sehingga diperoleh harga yang sesuai dengan harga pasar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan. b. Penetapan Metode Penyampaian Dokumen Metode pemasukan dokumen penawaran terdiri atas metode satu sampul, metode dua sampul atau metode dua tahap. Metode satu sampul digunakan untuk pengadaan barang/jasa yang sederhana dan memiliki karakteristik sebagai berikut pengadaan barang/jasa yang standar harganya telah ditetapkan pemerintah, pengadaan jasa konsultansi dengan KAK yang sederhana atau pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang spesifikasi teknis atau volumenya dapat dinyatakan secara jelas dalam dokumen pengadaan. Metode satu sampul digunakan dalam penunjukan langsung/pengadaan langsung/ kontes/sayembara. Metode dua sampul digunakan untuk pengadaan barang/jasa lainnya yang menggunakan evaluasi sistem nilai atau sistem biaya selama umur ekonomis, pengadaan jasa konsultansi yang memiliki karakteristik yang membutuhkan penilaian yang

20 77 terpisah antara persyaratan teknis dengan harga penawaran, agar penilaian harga tidak mempengaruhi penilaian teknis atau pekerjaan bersifat kompleks sehingga diperlukan evaluasi teknis yang lebih mendalam. Metode dua tahap digunakan untuk pengadaan barang/ pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang memiliki karakteristik sebagai berikut pekerjaan bersifat kompleks, memenuhi kriteria kinerja tertentu dari keseluruhan sistem, termasuk pertimbangan kemudahan atau efisiensi pengoperasian dan pemeliharan peralatannya dan/atau mempunyai beberapa alternatif penggunaan sistem dan desain penerapan teknologi yang berbeda. c. Penetapan Metode Evaluasi Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya Metode evaluasi penawaran dalam pemilihan penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya terdiri atas sistem gugur, sistem nilai dan sistem penilaian biaya selama umur ekonomis. Metode evaluasi penawaran untuk pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya pada prinsipnya menggunakan penilaian sistem gugur. Kecuali pengadaan barang/ pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang bersifat kompleks, dapat menggunakan metode evaluasi sistem nilai atau metode evaluasi penilaian biaya selama umur ekonomis. Sistem nilai dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut, yaitu: besaran bobot biaya antara 70% (tujuh puluh perseratus) sampai dengan 90% (sembilan puluh perseratus) dari total bobot

21 78 keseluruhan, unsur yang dinilai harus bersifat kuantitatif atau yang dapat dikuantifikasikan dan tata cara dan kriteria penilaian harus dicantumkan dengan jelas dan rinci dalam dokumen pengadaan. Dalam melakukan evaluasi ULP/Pejabat pengadaan dilarang mengubah, menambah dan/atau mengurangi kriteria serta tata cara evaluasi setelah batas akhir pemasukan dokumen penawaran. d. Metode Evaluasi Penawaran dalam Pengadaan Jasa Konsultansi Metode evaluasi penawaran dalam pemilihan penyedia jasa konsultansi dapat dilakukan dengan menggunakan metode evaluasi berdasarkan kualitas, metode evaluasi berdasarkan kualitas dan biaya, metode evaluasi berdasarkan pagu anggaran atau metode evaluasi berdasarkan biaya terendah. Metode evaluasi berdasarkan kualitas digunakan untuk pekerjaan yang mengutamakan kualitas penawaran teknis sebagai faktor yang menentukan terhadap hasil/manfaat ( outcome) secara keseluruhan dan/atau lingkup pekerjaan yang sulit ditetapkan dalam KAK. Metode evaluasi berdasarkan pagu anggaran digunakan untuk pekerjaan yang sudah ada aturan yang mengatur (standar), dapat dirinci dengan tepat atau anggarannya tidak melampaui pagu tertentu. Metode evaluasi berdasarkan biaya terendah digunakan untuk pekerjaan yang bersifat sederhana dan standar. Semua evaluasi penawaran Pekerjaan Jasa Konsultansi harus diikuti dengan klarifikasi dan negosiasi.

22 79 e. Penetapan Metode Penilaian Kualifikasi Kualifikasi merupakan proses penilaian kompetensi dan kemampuan usaha serta pemenuhan persyaratan tertentu lainnya dari penyedia barang/jasa. Kualifikasi dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu prakualifikasi atau pascakualifikasi. Prakualifikasi merupakan proses penilaian kualifikasi yang dilakukan sebelum pemasukan penawaran. Prakualifikasi dilaksanakan untuk Pengadaan sebagai berikut pemilihan penyedia jasa konsultansi, pemilihan penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang bersifat kompleks melalui pelelangan umum atau pemilihan penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang menggunakan metode penunjukan langsung, kecuali untuk penanganan darurat. Proses prakualifikasi menghasilkan daftar calon penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya atau daftar pendek calon penyedia jasa konsultansi. Pascakualifikasi merupakan proses penilaian kualifikasi yang dilakukan setelah pemasukan penawaran. Pascakualifikasi dilaksanakan untuk pengadaan sebagai berikut pelelangan umum, kecuali pelelangan umum untuk pekerjaan kompleks, pelelangan sederhana/pemilihan langsung dan pemilihan penyedia jasa konsultansi perorangan. Penilaian kualifikasi dilakukan dengan metode sistem gugur, untuk pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya dan sistem nilai untuk pengadaan jasa konsultansi.

23 80 f. Penyusunan Jadwal Pelaksanaan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa ULP/Pejabat pengadaan menyusun dan menetapkan jadwal pelaksanaan pengadaan barang/jasa. g. Penyusunan Dokumen Pengadaan Barang/Jasa ULP/Pejabat pengadaan menyusun dokumen pengadaan barang/jasa yang terdiri atas dokumen kualifikasi dan dokumen pemilihan. Dokumen kualifikasi paling kurang terdiri atas petunjuk pengisian formulir isian kualifikasi, formulir isian kualifikasi, instruksi kepada peserta kualifikasi, lembar data kualifikasi, Pakta Integritas dan tata cara evaluasi kualifikasi. Dokumen pemilihan paling kurang terdiri atas undangan/pengumuman kepada calon penyedia barang/ jasa, instruksi kepada peserta pengadaan barang/jasa, syarat-syarat umum kontrak, syaratsyarat khusus kontrak, daftar kuantitas dan harga, spesifikasi teknis, KAK dan/atau gambar, bentuk surat penawaran, rancangan kontrak, bentuk Jaminan dan contoh-contoh formulir yang perlu diisi. PPK menetapkan bagian dari rancangan dokumen pengadaan yang terdiri atas rancangan SPK atau rancangan surat perjanjian 103 dan HPS. 103 Syarat-syarat umum Kontrak, syarat-syarat khusus Kontrak, spesifikasi teknis, KAK dan/atau gambar, daftar kuantitas dan harga dan dokumen lainnya

24 81 h. Pelaksanaan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa 1) Pengumuman Pemilihan Penyedia Barang/Jasa ULP mengumumkan pelaksanaan pengadaan barang/jasa secara luas kepada masyarakat pada saat rencana kerja dan anggaran K/L/D/I telah disetujui oleh DPR/DPRD atau Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)/Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) telah disahkan. Pelaksanaan Pelelangan/Seleksi diumumkan secara terbuka dengan mengumumkan secara luas sekurang-kurangnya melalui website K/L/D/I, papan pengumuman resmi untuk masyarakat dan portal pengadaan nasional melalui LPSE. Pengumuman atas penetapan penyedia barang/jasa diumumkan secara terbuka dengan mengumumkan secara luas pada website K/L/D/I dan papan pengumuman resmi untuk masyarakat. 2) Pendaftaran dan Pengambilan Dokumen Penyedia barang/jasa yang berminat mengikuti pemilihan penyedia barang/jasa, mendaftar untuk mengikuti pelelangan/ seleksi/pemilihan langsung kepada ULP. Penyedia barang/jasa yang mengikuti pengadaan barang/jasa melalui penunjukan langsung/pengadaan langsung diundang oleh ULP/pejabat pengadaan. Penyedia barang/jasa mengambil dokumen pengadaan dari ULP/Pejabat Pengadaan atau mengunduh dari website yang digunakan oleh ULP.

25 82 3) Pemberian Penjelasan Untuk memperjelas dokumen pengadaan barang/jasa, ULP/ Pejabat Pengadaan mengadakan pemberian penjelasan. ULP/Pejabat Pengadaan dapat memberikan penjelasan lanjutan dengan cara melakukan peninjauan lapangan. Pemberian penjelasan harus dituangkan dalam berita acara pemberian penjelasan yang ditandatangani oleh ULP/Pejabat Pengadaan dan minimal 1 (satu) wakil dari peserta yang hadi r. ULP memberikan salinan berita acara pemberian penjelasan dan adendum dokumen pengadaan kepada seluruh peserta, baik yang menghadiri atau tidak menghadiri pemberian penjelasan. Apabila tidak ada peserta yang hadir atau yang bersedia menandatangani Berita Acara Pemberian Penjelasan, maka Berita Acara Pemberian Penjelasan cukup ditandatangani oleh anggota ULP yang hadir. Perubahan rancangan Kontrak dan/atau spesifikasi teknis dan/atau gambar dan/atau nilai total HPS, harus mendapat persetujuan PPK sebelum dituangkan dalam Adendum Dokumen Pengadaan. Ketidakhadiran peserta pada saat pemberian penjelasan tidak dapat dijadikan dasar untuk menolak/menggugurkan penawaran. 4) Pemasukan Dokumen Penawaran Penyedia barang/jasa memasukkan dokumen penawaran dalam jangka waktu dan sesuai persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam dokumen pemilihan. Dokumen penawaran yang disampaikan melampaui

26 83 batas akhir pemasukan penawaran tidak dapat diterima oleh ULP/Pejabat Pengadaan. Penyedia barang/jasa dapat mengubah, menambah dan/atau mengganti dokumen penawaran sebelum batas akhir pemasukan penawaran. 5) Evaluasi Penawaran Dalam melakukan evaluasi penawaran, ULP/Pejabat Pengadaan harus berpedoman pada tata cara/kriteria yang ditetapkan dalam dokumen pengadaan. Dalam evaluasi penawaran, ULP/Pejabat Pengadaan dan penyedia barang/jasa dilarang melakukan tindakan post bidding. 6) Penetapan dan Pengumuman Pemenang ULP/Pejabat Pengadaan menetapkan hasil pemilihan penyedia barang/jasa. ULP/Pejabat Pengadaan mengumumkan hasil pemilihan penyedia barang/jasa setelah ditetapkan melalui website K/L/D/I dan papan pengumuman resmi. 7) Sanggahan Peserta pemilihan penyedia barang/jasa yang merasa dirugikan, baik secara sendiri maupun bersama-sama dengan peserta lainnya dapat mengajukan sanggahan secara tertulis apabila menemuka penyimpangan terhadap ketentuan dan prosedur yang diatur dalam Peraturan Presiden ini dan yang telah ditetapkan dalam dokumen pengadaan barang/jasa, adanya rekayasa yang mengakibatkan terjadinya persaingan yang tidak sehat

27 84 dan/atau adanya penyalahgunaan wewenang oleh ULP dan/atau Pejabat yang berwenang lainnya. Surat sanggahan disampaikan kepada ULP dan ditembuskan kepada PPK, PA/KPA dan APIP K/L/D/I yang bersangkutan paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah pengumuman pemenang. ULP wajib memberikan jawaban tertulis atas semua sanggahan paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah surat sanggahan diterima. 8) Pemilihan Gagal ULP menyatakan pelelangan/pemilihan langsung gagal apabila jumlah peserta yang lulus kualifikasi pada proses prakualifikasi kurang dari 3 (tiga) peserta, jumlah peserta yang memasukan dokumen penawaran untuk pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya kurang dari 3 (tiga) peserta, sanggahan dari peserta terhadap hasil prakualifikasi ternyata benar, tidak ada penawaran yang lulus evaluasi penawaran, dalam evaluasi penawaran ditemukan bukti/indikasi terjadi persaingan tidak sehat, harga penawaran terendah terkoreksi untuk kontrak harga satuan dan kontrak gabungan lump sum dan harga satuan lebih tinggi dari HPS, seluruh harga penawaran yang masuk untuk kontrak lump sum diatas HPS, sanggahan hasil pelelangan dari peserta ternyata benar atau calon pemenang dan calon pemenang cadangan 1 dan 2, setelah dilakukan evaluasi dengan sengaja tidak hadir dalam klarifikasi dan/atau pembuktian kualifikasi.

28 85 ULP menyatakan seleksi gagal apabila peserta yang lulus kualifikasi pada proses prakualifikasi kurang dari 5 (lima) untuk seleksi umum atau kurang dari 3 (tiga) untuk seleksi sederhana, sanggahan dari peserta terhadap hasil prakualifikasi dinyatakan benar, tidak ada penawaran yang memenuhi persyaratan dalam evaluasi penawaran, dalam evaluasi penawaran ditemukan bukti/indikasi terjadi persaingan tidak sehat, calon pemenang dan calon pemenang cadangan 1 dan 2 tidak hadir dalam klarifikasi dan negosiasi dengan alasan yang tidak dapat diterima, tidak ada peserta yang menyetujui/menyepakati hasil negosiasi teknis dan harga, sanggahan hasil seleksi dari peserta ternyata benar, penawaran biaya terendah terkoreksi untuk kontrak harga satuan dan kontrak gabungan lump sum dan harga satuan lebih tinggi dari pagu anggaran atau seluruh penawaran biaya yang masuk untuk kontrak lump sum diatas pagu anggaran. PA/KPA menyatakan pelelangan/seleksi/pemilihan langsung gagal apabila PA/KPA sependapat dengan PPK yang tidak bersedia menandatangani SPPBJ karena proses pelelangan/seleksi/pemilihan langsung tidak sesuai dengan Peraturan Presiden ini, pengaduan masyarakat adanya dugaan KKN yang melibatkan ULP dan/atau PPK ternyata benar, dugaan KKN dan/atau pelanggaran persaingan sehat dalam pelaksanaan pelelangan/seleksi/pemilihan langsung dinyatakan benar oleh pihak berwenang, sanggahan dari penyedia barang/jasa atas kesalahan prosedur yang tercantum dalam dokumen pengadaan penyedia barang/jasa

29 86 ternyata benar, dokumen pengadaan tidak sesuai dengan Peraturan Presiden ini, pelaksanaan pelelangan/seleksi/pemilihan langsung tidak sesuai atau menyimpang dari dokumen pengadaan, calon pemenang dan calon pemenang cadangan 1 dan 2 mengundurkan diri atau pelaksanaan pelelangan/seleksi/pemilihan langsung melanggar Peraturan Presiden ini. Menteri/Pimpinan Lembaga/Pimpinan Institusi menyatakan pelelangan/seleksi/ pemilihan langsung gagal apabila sanggahan banding dari peserta ternyata benar atau pengaduan masyarakat adanya dugaan KKN yang melibatkan KPA ternyata benar. Kepala Daerah menyatakan pelelangan/seleksi/pemilihan langsung gagal apabila sanggahan banding dari peserta ternyata benar atau pengaduan masyarakat adanya dugaan KKN yang melibatkan PA dan/atau KPA ternyata benar. Dalam hal pelelangan/seleksi/pemilihan langsung dinyatakan gagal, maka ULP segera melakukan evaluasi ulang, penyampaian ulang dokumen penawaran, pelelangan/seleksi/pemilihan langsung ulang atau penghentian proses pelelangan/seleksi/pemilihan langsung. Dalam hal pelelangan/seleksi ulang jumlah penyedia barang/jasa yang lulus prakualifikasi hanya 2 (dua) peserta, proses pelelangan/seleksi dilanjutkan. Dalam hal pelelangan/seleksi/pemilihan langsung ulang jumlah penyedia barang/ jasa yang memasukkan penawaran hanya 2 (dua) peserta, proses pelelangan/ seleksi/pemilihan langsung dilanjutkan. Dalam hal pelelangan/seleksi ulang jumlah penyedia barang/ jasa yang lulus

30 87 prakualifikasi hanya 1 (satu) peserta, pelelangan/ seleksi ulang dilakukan seperti proses penunjukan langsung. Dalam hal pelelangan/seleksi/pemilihan langsung ulang jumlah penyedia barang/jasa yang memasukkan penawaran hanya 1 (satu) peserta, pelelangan/seleksi/pemilihan langsung ulang dilakukan seperti halnya proses penunjukan langsung. 9) Penunjukan Penyedia Barang/Jasa PPK menerbitkan SPPBJ dengan ketentuan tidak ada sanggahan dari peserta, sanggahan dan/atau sanggahan banding terbukti tidak benar atau masa sanggah dan/atau masa sanggah banding berakhir. Dalam hal penyedia barang/jasa yang telah menerima SPPBJ mengundurkan diri dan masa penawarannya masih berlaku, pengunduran diri tersebut hanya dapat dilakukan berdasarkan alasan yang dapat diterima secara obyektif oleh PPK. Pengunduran diri sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan dengan ketentuan bahwa jaminan penawaran peserta lelang yang bersangkutan dicairkan dan disetorkan pada Kas Negara/Daerah. Dalam hal penyedia barang/jasa yang ditunjuk sebagai pelaksana pekerjaan mengundurkan diri dengan alasan yang tidak dapat diterima dan masa penawarannya masih berlaku, maka jaminan penawaran yang bersangkutan dicairkan dan disetorkan pada kas negara/daerah dan penyedia barang/jasa dikenakan sanksi berupa larangan untuk mengikuti kegiatan pengadaan barang/jasa di instansi pemerintah selama 2 (dua) tahu n. Dalam hal tidak terdapat

31 88 sanggahan, SPPBJ harus diterbitkan paling lambat 6 (enam) hari kerja setelah pengumuman penetapan pemenang dan segera disampaikan kepada pemenang yang bersangkutan. Dalam hal terdapat sanggahan dan/atau sanggahan banding, SPPBJ harus diterbitkan paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah semua sanggahan dan/atau sanggahan banding dijawab, serta segera disampaikan kepada pemenang. 3. Tahap Pelaksanaan a. Pengadaan Barang/Jasa Melalui Swakelola Pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah dilakukan melalui swakelola dan/atau penyedia barang/jasa. 104 Untuk memperolah pengadaan barang/jasa yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan memperoleh barang/jasa. Jika kemampuan sumber daya internal K/L/D/I memenuhi, minimal kemampuan perencanaan dan pengawasan, namun jika tidak mampu dilaksanakan sendiri maka diserahkan kepada ahlinya. 105 Swakelola merupakan kegiatan pengadaan barang/jasa dimana pekerjaannya direncanakan, dikerjakan dan/atau diawasi sendiri oleh K/L/D/I sebagai penanggung jawab anggaran, instansi pemerintah lain dan/atau kelompok masyarakat. Dengan kata lain swakelola 104 Samsul Ramli dan Fahrurrazi, Op. Cit., h Ibid, h. 2.

32 89 tidak hanya melaksanakan pengadaan barang/jasa, tetapi juga merencanakan dan mengawasi. 106 Jenis pekerjaan yang dapat dilakukan dengan swakelola meliputi: a. Pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan/atau memanfaatkan kemampuan teknis sumber daya manusia serta sesuai dengan tugas pokok K/L/D/I. Contohnya bimbingan teknis dan workshop. b. Pekerjaan yang operasi dan pemeliharaannya memerlukan partisipasi langsung masyarakat setempat. Contoh partisipasi langsung masyarakat setempat antara lain pemeliharaan saluran irigasi tersier, pemeliharaan hutan, pemeliharaan saluran atau jalan desa dan perbaikan pintu irigasi atau pintu pengendalian banjir. c. Pekerjaan yang dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi atau pembiayaannya tidak diminati oleh penyedia barang/jasa. Contohnya pekerjaan yang tidak diminati oleh penyedia barang/jasa seperti pekerjaan di daerah berbahaya (wilayah konflik) atau pemeliharaan rutin (skala kecil atau sederhana). d. Pekerjaan yang secara rinci/detail tidak dapat dihitung/ ditentukan terlebih dahulu, sehingga apabila dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa akan menimbulkan ketidakpastian dan risiko yang besar. Contohnya pengangkutan/pengerukan sampah pada instalasi pompa dan penimbunan daerah rawa. 106 Ibid, h. 3.

33 90 e. Penyelenggaraan diklat, kursus, penataran, seminar, lokakarya atau penyuluhan. Contohnya pelatihan keahlian/keterampilan dan kursus pengadaan barang/jasa pemerintah. f. Pekerjaan untuk proyek percontohan ( pilot project) dan survei yang bersifat khusus untuk pengembangan teknologi/metode kerja yang belum dapat dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa. Contohnya prototype rumah tahan gempa dan prototype sumur resapan. g. Pekerjaan survei, pemrosesan data, perumusan kebijakan pemerintah, pengujian di laboratorium dan pengembangan sistem tertentu. Contohnya pekerjaan untuk keperluan sensus dan statistik penyusunan atau pengembangan peraturan perundang-undangan dan lain-lain. h. Pekerjaan yang bersifat rahasia bagi K/L/D/I yang bersangkutan. Contoh pekerjaan yang berkaitan dengan kepentingan Negara yang tidak boleh diketahui dan dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak berhak, antara lain pembuatan soal-soal ujian Negara, percetakan ijazah dan pembangunan bangunan rahasia. i. Pekerjaan industri kreatif, inovatif dan budaya dalam negeri. Contohnya pembuatan film animasi dan permainan edukatif. j. Penelitian dan pengembangan dalam negeri. Contohnya penelitian konstruksi gempa.

34 91 k. Pekerjaan pengembangan industri pertahanan, industri alutsista dan industri almatsus dalam negeri. Contohnya pengembangan senjata keperluan militer. 107 Prosedur swakelola meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, penyerahan, pelaporan dan pertanggungjawaban pekerjaan. Pengadaan melalui swakelola dapat dilakukan oleh K/L/D/I penanggung jawab anggaran, instansi pemerintah lain pelaksana swakelola dan/atau kelompok masyarakat pelaksana swakelola. PA/KPA menetapkan jenis pekerjaan serta pihak yang akan melaksanakan pengadaan barang/jasa secara swakelola. Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang pengadaan barang jasa pemerintah bukan hanya tentang bagaimana cara memilih penyedia, namun seluruh konten Perpres 54/2010 menjelaskan tentang pelaksanaan swakelola, ketika membicarakan swakelola maka pasti di dalamnya ada terlibat penyedia. 108 Proses pelaksanaan swakelola melalui beberapa tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan, pengawasan dan pertanggungjawaban swakelola. Kegiatan perencanaan swakelola meliputi: a. Penetapan sasaran, rencana kegiatan dan jadwal pelaksanaan; 107 Samsul Ramli dan Fahrurrazi, Op. Cit., h Samsul Ramli dan Fahrurrazi, Op. Cit., h. 19.

35 92 b. Penyusunan jadwal pelaksanaan dengan mempertim-bangkan waktu yang cukup bagi pelaksanaan pekerjaan/ kegiatan; c. Perencanaan teknis dan penyiapan metode pelaksanaan yang tepat agar diperoleh rencana keperluan tenaga, bahan dan peralatan yang sesuai; d. Penyusunan rencana keperluan tenaga, bahan dan peralatan secara rinci serta dijabarkan dalam rencana kerja bulanan, rencana kerja mingguan dan/atau rencana kerja harian dan e. Penyusunan rencana total biaya secara rinci dalam rencana biaya bulanan dan/atau biaya mingguan yang tidak melampaui pagu anggaran yang telah ditetapkan dalam dokumen anggaran. Perencanaan kegiatan swakelola dapat dilakukan dengan memperhitungkan tenaga ahli/peralatan/bahan tertentu yang dilaksanakan dengan kontrak/sewa tersendiri. Kegiatan perencanaan swakelola dimuat dalam KAK. Perencanaan kegiatan swakelola yang diusulkan dan dilaksanakan oleh kelompok masyarakat pelaksana swakelola, ditetapkan oleh PPK setelah melalui proses evaluasi. Penyusunan jadwal kegiatan swakelola dilakukan dengan mengalokasikan waktu untuk proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, penyerahan dan pelaporan pekerjaan. PA/KPA bertanggung jawab terhadap penetapan kelompok masyarakat pelaksana swakelola termasuk sasaran, tujuan dan besaran

36 93 anggaran swakelola. PA/KPA dapat mengusulkan standar biaya untuk honorarium pelaksana swakelola kepada Menteri Keuangan/Kepala Daerah. Swakelola dapat dilaksanakan melebihi 1 (satu) tahun anggaran. Pengadaan barang/jasa melalui Swakelola oleh K/L/D/I selaku penanggung jawab anggaran dilaksanakan dengan ketentuan pada pasal 29 sebagai berikut: a. Pengadaan bahan/barang, jasa lainnya, peralatan/suku cadang dan tenaga ahli dilakukan oleh ULP/Pejabat pengadaan; b. Pembayaran upah tenaga kerja yang diperlukan dilakukan secara berkala berdasarkan daftar hadir pekerja atau dengan cara upah borongan; c. Pembayaran gaji tenaga ahli yang diperlukan dilakukan berdasarkan kontrak; d. Penggunaan tenaga kerja, bahan dan/atau peralatan dicatat setiap hari dalam laporan harian; e. Pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang menggunakan uang persediaan (UP)/uang muka kerja atau istilah lain yang disamakan dilakukan oleh instansi pemerintah pelaksana swakelola; f. UP/uang muka kerja atau istilah lain yang disamakan, dipertanggungjawabkan secara berkala maksimal secara bulanan; g. Kemajuan fisik dicatat setiap hari dan dievaluasi setiap minggu yang disesuaikan dengan penyerapan dana;

37 94 h. Kemajuan non fisik atau perangkat lunak dicatat dan dievaluasi setiap bulan yang disesuaikan dengan penyerapan dana; dan i. Pengawasan pekerjaan fisik di lapangan dilakukan oleh pelaksana yang ditunjuk oleh PPK, berdasarkan rencana yang telah ditetapkan. Pelaksanaan swakelola diawasi oleh penanggung jawab anggaran atau oleh kelompok masyarakat pelaksana swakelola. Kemajuan pelaksanaan pekerjaan dan penggunaan keuangan dilaporkan oleh pelaksana lapangan/pelaksana swakelola kepada PPK secara berkala. Laporan kemajuan realisasi fisik dan keuangan dilaporkan setiap bulan secara berjenjang oleh pelaksana swakelola sampai kepada PA/KPA. APIP pada K/L/D/I penanggung jawab anggaran melakukan audit terhadap pelaksanaan swakelola. Hal ini sesuai Pasal 32 Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah. b. Pengadaan Barang/Jasa Melalui Penyedia Barang/Jasa Persiapan pemilihan penyedia barang/jasa terdiri atas kegiatan perencanaan pemilihan penyedia barang/jasa, pemilihan sistem pengadaan, penetapan metode penilaian kualifikasi, penyusunan jadwal pemilihan penyedia barang/jasa, penyusunan dokumen pengadaan barang/jasa dan penetapan HPS. Perencanaan pemilihan penyedia barang/jasa terdiri atas kegiatan pengkajian ulang paket pekerjaan dan pengkajian ulang jadwal kegiatan

38 95 pengadaan, yang dapat dilakukan oleh ppk dan/atau ULP/Pejabat pengadaan. Perencanaan pemilihan penyedia barang/jasa dilakukan dengan menyesuaikan dengan kondisi nyata di lokasi/lapangan pada saat akan melaksanakan pemilihan penyedia barang/jasa, mempertimbangkan kepentingan masyarakat, mempertimbangkan jenis, sifat dan nilai barang/jasa serta jumlah penyedia barang/jasa yang ada. c. Penandatanganan Kontrak Pelaksanaan kontrak pengadaan barang/jasa dilakukan setelah ada pemenang lelang. PPK menyempurnakan rancangan kontrak pengadaan barang/ jasa untuk ditandatangani. Penandatanganan ini setelah DIPA/DPA disahkan. Para pihak menandatangani kontrak setelah penyedia barang/ jasa menyerahkan jaminan pelaksanaan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak diterbitkannya SPPBJ. Pihak yang berwenang menandatangani kontrak pengadaan barang/jasa atas nama penyedia barang/jasa adalah Direksi yang disebutkan namanya dalam akta pendirian/anggaran dasar penyedia barang/jasa, yang telah didaftarkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pihak lain yang bukan Direksi atau yang namanya tidak disebutkan dalam Akta pendirian/anggaran dasar dapat menandatangani kontrak pengadaan barang/jasa, sepanjang mendapat kuasa/pendelegasian wewenang yang sah dari direksi atau pihak yang sah berdasarkan akta pendirian/anggaran dasar untuk menandatangani

39 96 kontrak pengadaan barang/jasa. Penandatanganan kontrak pengadaan barang/jasa yang kompleks dan/atau bernilai diatas Rp ,00 (seratus miliar rupiah) dilakukan setelah memperoleh pendapat ahli hukum kontrak. d. Pelaksanaan pekerjaan Jika terdapat perbedaan antara kondisi lapangan pada saat pelaksanaan, dengan gambar dan/atau spesifikasi teknis yang ditentukan dalam dokumen kontrak, PPK bersama penyedia barang/jasa dapat melakukan perubahan kontrak yang meliputi: menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang tercantum dalam kontrak, menambah dan/atau mengurangi jenis pekerjaan, mengubah spesifikasi teknis pekerjaan sesuai dengan kebutuhan lapangan atau mengubah jadwal pelaksanaan. Pekerjaan tambah dapat dilaksanakan dengan ketentuan: tidak melebihi 10% (sepuluh perseratus) dari harga yang tercantum dalam perjanjian/kontrak awal; dan tersedianya anggaran. Penyedia barang/jasa dilarang mengalihkan pelaksanaan pekerjaan utama berdasarkan kontrak, dengan melakukan subkontrak kepada pihak lain, kecuali sebagian pekerjaan utama kepada penyedia barang/jasa spesialis. Perubahan kontrak yang disebabkan masalah administrasi, dapat dilakukan sepanjang disepakati kedua belah pihak. PPK dapat memutuskan kontrak secara sepihak apabila:

40 97 a. Denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan akibat kesalahan penyedia barang/jasa sudah melampaui 5% (lima perseratus) dari nilai kontrak; b. Penyedia barang/jasa lalai/cidera janji dalam melaksanakan kewajibannya dan tidak memperbaiki kelalaiannya dalam jangka waktu yang telah ditetapkan; c. Penyedia barang/jasa terbukti melakukan KKN, kecurangan dan/atau pemalsuan dalam proses Pengadaan yang diputuskan oleh instansi yang berwenang; dan/atau d. Pengaduan tentang penyimpangan prosedur, dugaan KKN dan/atau pelanggararan persaingan sehat dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa dinyatakan benar oleh instansi yang berwenang. Dalam hal pemutusan kontrak dilakukan karena kesalahan penyedia barang/jasa: a. Jaminan pelaksanaan dicairkan; b. Sisa uang muka harus dilunasi oleh penyedia barang/jasa atau jaminan uang muka dicairkan; c. Penyedia barang/jasa membayar denda; dan/atau d. Penyedia barang/jasa dimasukkan dalam daftar hitam.

41 98 e. Serah terima Setelah pekerjaan selesai 100% (seratu s perseratus) sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam kontrak, penyedia barang/jasa mengajukan permintaan secara tertulis kepada PA/KPA melalui PPK untuk penyerahan pekerjaan. PA/KPA menunjuk panitia/pejabat penerima hasil pekerjaan untuk melakukan penilaian terhadap hasil pekerjaan yang telah diselesaikan. Apabila terdapat kekurangan dalam hasil pekerjaaan, panitia/pejabat penerima hasil pekerjaan melalui PPK memerintahkan penyedia barang/jasa untuk memperbaiki dan/atau melengkapi kekurangan pekerjaan sebagaimana yang disyaratkan dalam kontrak. Panitia/pejabat penerima hasil pekerjaan menerima penyerahan pekerjaan setelah seluruh hasil pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan kontrak. Khusus pekerjaan konstruksi/jasa lainnya: a. Penyedia pekerjaan konstruksi/jasa lainnya melakukan pemeliharaan atas hasil pekerjaan selama masa yang ditetapkan dalam kontrak, sehingga kondisinya tetap seperti pada saat penyerahan pekerjaan; b. Masa pemeliharaan paling singkat untuk pekerjaan permanen selama 6 (enam) bulan, sedangkan untuk pekerjaan semi permanen selama 3 (tiga) bulan; dan c. Masa pemeliharaan dapat melampaui Tahun Anggaran.

42 99 Setelah masa pemeliharaan berakhir, PPK mengembalikan Jaminan pemeliharaan/uang retensi kepada penyedia barang/jasa. Khusus pengadaan barang, masa garansi diberlakukan sesuai kesepakatan para pihak dalam Kontrak. Penyedia barang/jasa menandatangani berita acara serah terima akhir pekerjaan pada saat proses serah terima akhir ( Final Hand Over). Penyedia barang/jasa yang tidak menandatangani berita acara serah terima akhir pekerjaan dimasukkan dalam Daftar Hitam. f. Pengendalian, Pengawasan, Pengaduan dan Sanksi 1) Pengendalian K/L/D/I dilarang melakukan pungutan dalam bentuk apapun dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa. Pimpinan K/L/D/I wajib melaporkan secara berkala realisasi pengadaan barang/jasa kepada LKPP. 2) Pengawasan K/L/D/I wajib melakukan pengawasan terhadap PPK dan ULP/Pejabat Pengadaan di lingkungan K/L/D/I masing masing, dan menugaskan aparat pengawasan intern yang bersangkutan untuk melakukan audit sesuai dengan ketentuan. 3) Pengaduan Dalam hal penyedia barang/jasa atau masyarakat menemukan indikasi penyimpangan prosedur, KKN dalam pelaksanaan pengadaan

PROSEDUR PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BERDASARKAN PERPRES NOMOR 54 TAHUN Oleh : Rusdianto S., S.H., M.H. 1

PROSEDUR PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BERDASARKAN PERPRES NOMOR 54 TAHUN Oleh : Rusdianto S., S.H., M.H. 1 1 PROSEDUR PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BERDASARKAN PERPRES NOMOR 54 TAHUN 2010 Oleh : Rusdianto S., S.H., M.H. 1 A. PELAKSANAAN, OBJEK DAN PARA PIHAK DALAM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH Pengadaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LAMPIRAN VI TATA CARA SWAKELOLA A. KETENTUAN UMUM 1 1. PENYELENGGARA PEKERJAAN SWAKELOLA 1 2. JENIS PEKERJAAN SWAKELOLA 1

DAFTAR ISI LAMPIRAN VI TATA CARA SWAKELOLA A. KETENTUAN UMUM 1 1. PENYELENGGARA PEKERJAAN SWAKELOLA 1 2. JENIS PEKERJAAN SWAKELOLA 1 DAFTAR ISI LAMPIRAN VI TATA CARA SWAKELOLA BAGIAN HALAMAN A. KETENTUAN UMUM 1 1. PENYELENGGARA PEKERJAAN SWAKELOLA 1 2. JENIS PEKERJAAN SWAKELOLA 1 B. PENGADAAN SWAKELOLA OLEH K/L/D/I PENANGGUNGJAWAB ANGGARAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB VIII TATA CARA SWAKELOLA

DAFTAR ISI BAB VIII TATA CARA SWAKELOLA DAFTAR ISI BAB VIII TATA CARA SWAKELOLA BAGIAN HALAMAN A. KETENTUAN UMUM 1 1. Penyelenggara Pekerjaan Swakelola 1 2. Jenis Pekerjaan Swakelola 2 B. PENGADAAN SWAKELOLA OLEH K/L/D/I 3 PENANGGUNGJAWAB ANGGARAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LAMPIRAN VI TATA CARA SWAKELOLA

DAFTAR ISI LAMPIRAN VI TATA CARA SWAKELOLA DAFTAR ISI LAMPIRAN VI TATA CARA SWAKELOLA BAGIAN HALAMAN A. KETENTUAN UMUM 1 1. PENYELENGGARA PEKERJAAN SWAKELOLA 1 2. JENIS PEKERJAAN SWAKELOLA 1 B. PENGADAAN SWAKELOLA OLEH K/L/D/I PENANGGUNGJAWAB 3

Lebih terperinci

Manajemen Pengadaan Barang /Jasa (PBJ)

Manajemen Pengadaan Barang /Jasa (PBJ) Manajemen Pengadaan Barang /Jasa (PBJ) Arif Kurniawan Wahono (135020304111002) Fatmawati Yunita (125020306111005) Sarintan Pratiwi Usman (125020300111002) Muhamad Risqi W (125020300111039) M.Januar Setiawan

Lebih terperinci

MODUL 2: KEBIJAKAN PENYUSUNAN DOKUMEN KONTRAK (Perpres 54/2010 jo Perpres 04/2015)

MODUL 2: KEBIJAKAN PENYUSUNAN DOKUMEN KONTRAK (Perpres 54/2010 jo Perpres 04/2015) MODUL 2: KEBIJAKAN PENYUSUNAN DOKUMEN KONTRAK (Perpres 54/2010 jo Perpres 04/2015) PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN TERKAIT KONTRAK UNDANG-UNDANG NO 2 TAHUN 2017 PP NO 29 TAHUN 2000 JO PP NO 54 TAHUN 2016

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN SWAKELOLA

PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN SWAKELOLA 2010 PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN SWAKELOLA MODUL MODUL PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN SWAKELOLA Pelatihan Pengadaan Barang /Jasa Pemerintah Tingkat Dasar/Pertama LKPP Lembaga Kebijakan

Lebih terperinci

SWAKELOLA DALAM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

SWAKELOLA DALAM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH SWAKELOLA DALAM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH oleh: Abu Sopian, S.H., M.M. Balai Diklat Keuangan Pelembang Kata Kunci Pengadaan barang/jasa, Swakelola, Perencanaan Pengadaan, Pelaksanaan Pengadaan,

Lebih terperinci

14. PELELANGAN GAGAL DAN TINDAK LANJUT PELELANGAN GAGAL

14. PELELANGAN GAGAL DAN TINDAK LANJUT PELELANGAN GAGAL 14. PELELANGAN GAGAL DAN TINDAK LANJUT PELELANGAN GAGAL a. Pelelangan Gagal 1) Kelompok Kerja ULP menyatakan Pelelangan gagal, apabila : a) jumlah peserta yang lulus kualifikasi pada proses prakualifikasi

Lebih terperinci

PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BAGIAN - 1

PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BAGIAN - 1 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI PERATURAN PRESIDEN RI NOMOR 54 TAHUN 2010 beserta perubahannya PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BAGIAN - 1

Lebih terperinci

AUDIT ATAS PERSIAPAN PEMILIHAN PENYEDIA BARANG/JASA

AUDIT ATAS PERSIAPAN PEMILIHAN PENYEDIA BARANG/JASA AUDIT ATAS PERSIAPAN PEMILIHAN PENYEDIA BARANG/JASA Audit atas persiapan pemilihan barang/jasa meliputi audit atas organisasi pengadaan, rencana pemilihan penyedia barang/jasa, sistem pengadaan, jadwal

Lebih terperinci

PENTINGNYA MEMAHAMI JENIS KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA

PENTINGNYA MEMAHAMI JENIS KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA PENTINGNYA MEMAHAMI JENIS KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA Ada berbagai macam jenis kontrak yang digunakan dalam proses pengadaan barang/jasa pemerintah seperti kontrak lump sum, kontrak harga satuan, kontrak

Lebih terperinci

8. SELEKSI GAGAL DAN TINDAK LANJUT SELEKSI GAGAL

8. SELEKSI GAGAL DAN TINDAK LANJUT SELEKSI GAGAL 8. SELEKSI GAGAL DAN TINDAK LANJUT SELEKSI GAGAL a. Seleksi Gagal 1) Kelompok Kerja ULP menyatakan Seleksi gagal, apabila: a) jumlah peserta yang lulus kualifikasi pada proses prakualifikasi kurang dari

Lebih terperinci

METODE PEMILIHAN PENGADAAN BARANG/PEK.KONSTRUKSI/JASA LAINNYA PASAL

METODE PEMILIHAN PENGADAAN BARANG/PEK.KONSTRUKSI/JASA LAINNYA PASAL PELELANGAN UMUM PELELANGAN TERBATAS METODE PEMILIHAN PENGADAAN BARANG/PEK.KONSTRUKSI/JASA LAINNYA PASAL 35-40 Disusun dan ditetapkan oleh Kelompok Kerja ULP/Pejabat pengadaan BARANG PEKERJAAN KONSTRUKSI

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROSES PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN METODE PENGADAAN LANGSUNG

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROSES PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN METODE PENGADAAN LANGSUNG SALINAN NOMOR 33, 2014 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROSES PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN METODE PENGADAAN LANGSUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

Lebih terperinci

PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BAGIAN II

PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BAGIAN II 2010 PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BAGIAN II MODUL MODUL PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BAGIAN II Pelatihan Barang /Jasa Pemerintah Tingkat Dasar/Pertama LKPP Lembaga Kebijakan

Lebih terperinci

9. PELELANGAN GAGAL DAN TINDAK LANJUT PELELANGAN GAGAL. 1) Kelompok Kerja ULP menyatakan Pelelangan gagal, apabila :

9. PELELANGAN GAGAL DAN TINDAK LANJUT PELELANGAN GAGAL. 1) Kelompok Kerja ULP menyatakan Pelelangan gagal, apabila : 9. PELELANGAN GAGAL DAN TINDAK LANJUT PELELANGAN GAGAL a. Pelelangan Gagal 1) Kelompok Kerja ULP menyatakan Pelelangan gagal, apabila : a) jumlah peserta yang lulus kualifikasi pada proses prakualifikasi

Lebih terperinci

KONTRAK KERJA KONSTRUKSI DI INDONESIA

KONTRAK KERJA KONSTRUKSI DI INDONESIA 1 KONTRAK KERJA KONSTRUKSI DI INDONESIA oleh : Prof. Dr. Y. Sogar Simamora, S.H., M.Hum. (Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Airlangga) Disampaikan dalam Sosialisasi Undang-Undnag dan Peraturan Bidang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.347, 2011 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Pengadaan. Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi. Standar.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.347, 2011 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Pengadaan. Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi. Standar. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.347, 2011 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Pengadaan. Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi. Standar. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2011

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 07/PRT/M/2011 TENTANG STANDAR DAN PEDOMAN PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DAN JASA KONSULTANSI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 07/PRT/M/2011 TENTANG STANDAR DAN PEDOMAN PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DAN JASA KONSULTANSI PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 07/PRT/M/2011 TENTANG STANDAR DAN PEDOMAN PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DAN JASA KONSULTANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang

Lebih terperinci

HPS MELEBIHI PAGU ANGGARAN DAPAT TERJADI DALAM PEMILIHAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI

HPS MELEBIHI PAGU ANGGARAN DAPAT TERJADI DALAM PEMILIHAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI HPS MELEBIHI PAGU ANGGARAN DAPAT TERJADI DALAM PEMILIHAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI (Abu Sopian Widyaiswara Balai Diklat Keuangan Palembang) Abstrak. Pasal 66 Peraturan Presiden nomor 70 tentang tentang

Lebih terperinci

C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK

C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK 1. PENANDATANGANAN KONTRAK Setelah SPPBJ diterbitkan, PPK melakukan finalisasi terhadap rancangan Kontrak, dan menandatangani Kontrak pelaksanaan pekerjaan, apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara untuk melaksanakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB III TATA CARA PEMILIHAN PENYEDIA PEKERJAAN KONSTRUKSI

DAFTAR ISI BAB III TATA CARA PEMILIHAN PENYEDIA PEKERJAAN KONSTRUKSI DAFTAR ISI BAB III TATA CARA PEMILIHAN PENYEDIA PEKERJAAN KONSTRUKSI BAGIAN HALAMAN A. PERSIAPAN PEMILIHAN PENYEDIA PEKERJAAN 1 KONSTRUKSI 1. Penyerahan Rencana Umum Pengadaan 1 2. Pengkajian Ulang Rencana

Lebih terperinci

Kementerian/Lembaga/ Satuan Kerja Perangkat daerah/institusi Lainnya

Kementerian/Lembaga/ Satuan Kerja Perangkat daerah/institusi Lainnya MENCERMATI PERUBAHAN DALAM PERATURAN PRESIDEN NOMOR 70 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH Oleh :

Lebih terperinci

Tugas dan Kewenangan PA/KPA, PPK, ULP, dan PPHP dalam Pengadaan Barang/Jasa

Tugas dan Kewenangan PA/KPA, PPK, ULP, dan PPHP dalam Pengadaan Barang/Jasa Tugas dan Kewenangan PA/KPA, PPK, ULP, dan PPHP dalam Pengadaan Barang/Jasa DASAR HUKUM - Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah - Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LAMPIRAN III TATA CARA PEMILIHAN PENYEDIA PEKERJAAN KONSTRUKSI

DAFTAR ISI LAMPIRAN III TATA CARA PEMILIHAN PENYEDIA PEKERJAAN KONSTRUKSI DAFTAR ISI LAMPIRAN III TATA CARA PEMILIHAN PENYEDIA PEKERJAAN KONSTRUKSI BAGIAN HALAMAN A. PERSIAPAN PEMILIHAN PENYEDIA PEKERJAAN KONSTRUKSI 2 1. Rencana Umum Pengadaan 2 2. Pengkajian Ulang Rencana Umum

Lebih terperinci

1 JDIH Kementerian PUPR

1 JDIH Kementerian PUPR PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 31 /PRT/M/2015 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 07/PRT/M/2011 TENTANG STANDAR DAN PEDOMAN

Lebih terperinci

12. PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG MELALUI PENUNJUKAN LANGSUNG ATAU PENGADAAN LANGSUNG

12. PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG MELALUI PENUNJUKAN LANGSUNG ATAU PENGADAAN LANGSUNG 12. PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG MELALUI PENUNJUKAN LANGSUNG ATAU PENGADAAN LANGSUNG a. Pelaksanaan Pengadaan Melalui Penunjukan Langsung Untuk Penanganan Darurat 1) Setelah adanya pernyataan darurat dari

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH MELALUI PENGADAAN LANGSUNG DI KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2 Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 64); 2. Peraturan Pemerintah Nomor

2 Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 64); 2. Peraturan Pemerintah Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1285, 2015 KEMEN-PUPR. Pekerjaan Kontruksi. Jasa Konsultasi. Pengadaan. Pedoman. Standar. Perubahan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 31/PRT/M/2015

Lebih terperinci

MATERI 2 PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BAGIAN-1. PERATURAN PRESIDEN RI NOMOR 54 TAHUN 2010 beserta perubahannya

MATERI 2 PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BAGIAN-1. PERATURAN PRESIDEN RI NOMOR 54 TAHUN 2010 beserta perubahannya MATERI 2 PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BAGIAN-1 PERATURAN PRESIDEN RI NOMOR 54 TAHUN 2010 beserta perubahannya DAFTAR ISI 2 TUJUAN PELATIHAN PENDAHULUAN PENGKAJIAN ULANG RENCANA UMUM PENGADAAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG Pasal/Ayat pada Perpres Nomor 54 Tahun 2010 yang dirubah/ditambah Pasal/Ayat pada Perpres Nomor 54 Tahun 2010 yang dihapus PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LAMPIRAN II TATA CARA PEMILIHAN PENYEDIA BARANG

DAFTAR ISI LAMPIRAN II TATA CARA PEMILIHAN PENYEDIA BARANG DAFTAR ISI LAMPIRAN II TATA CARA PEMILIHAN PENYEDIA BARANG BAGIAN HALAMAN A. PERSIAPAN PEMILIHAN PENYEDIA BARANG 2 1. Rencana Umum Pengadaan 2 2. Pengkajian Ulang Rencana Umum Pengadaan 2 3. Penyusunan

Lebih terperinci

BAB II TATA CARA PEMILIHAN PENYEDIA BARANG

BAB II TATA CARA PEMILIHAN PENYEDIA BARANG BAB II TATA CARA PEMILIHAN PENYEDIA BARANG A. PERSIAPAN PEMILIHAN PENYEDIA BARANG 1. Penyerahan Rencana Umum Pengadaan PA/KPA menyerahkan Rencana Umum Pengadaan kepada PPK dan ULP/Pejabat Pengadaan yang

Lebih terperinci

UNIT LAYANAN PENGADAAN IPB MAKALAH [MATRIKS PERUBAHAN PERPRES NO.4 TAHUN PEMERINTAH] Di Susun oleh : Anwar Syam

UNIT LAYANAN PENGADAAN IPB MAKALAH [MATRIKS PERUBAHAN PERPRES NO.4 TAHUN PEMERINTAH] Di Susun oleh : Anwar Syam 2015 UNIT LAYANAN PENGADAAN IPB MAKALAH [MATRIKS PERUBAHAN PERPRES NO.4 TAHUN 2015 TERHADAP PERPRES NO.54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH] Di Susun oleh : Anwar Syam Kata Pengantar

Lebih terperinci

BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN HARGA PERKIRAAN SENDIRI

BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN HARGA PERKIRAAN SENDIRI BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN HARGA PERKIRAAN SENDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA 1

PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA 1 PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA 1 Peraturan Presiden RI Nomor 54 Tahun 2010 Beserta Perubahannya VERSI 9.2 1 DAFTAR ISI: Pengkajian Ulang RUP Spesifikasi HPS Bukti Perjanjian Jenis Kontrak Jaminan Pengadaan

Lebih terperinci

C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK

C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK 1. PENANDATANGANAN KONTRAK Setelah SPPBJ diterbitkan, PPK melakukan finalisasi terhadap rancangan Kontrak, dan menandatangani Kontrak pelaksanaan pekerjaan, apabila

Lebih terperinci

C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK

C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK 1. PENANDATANGANAN KONTRAK Setelah SPPBJ diterbitkan, PPK melakukan finalisasi terhadap rancangan Kontrak, dan menandatangani Kontrak pelaksanaan pekerjaan, apabila

Lebih terperinci

- 1 - SUSUNAN DALAM SATU NASKAH PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2010 SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN

- 1 - SUSUNAN DALAM SATU NASKAH PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2010 SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN - 1 - SUSUNAN DALAM SATU NASKAH PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2010 SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 35 TAHUN 2011 DAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 70 TAHUN 2012

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB V TATA CARA PEMILIHAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI BERBENTUK PERORANGAN

DAFTAR ISI BAB V TATA CARA PEMILIHAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI BERBENTUK PERORANGAN DAFTAR ISI BAB V TATA CARA PEMILIHAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI BERBENTUK PERORANGAN BAGIAN HALAMAN A. PERSIAPAN PEMILIHAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI 1. Penyerahan Rencana Umum Pengadaan 1 2. Pengkajian

Lebih terperinci

Bagian Kelima. Penyusunan Jadwal Pemilihan Penyedia Barang/Jasa. Paragraf Pertama

Bagian Kelima. Penyusunan Jadwal Pemilihan Penyedia Barang/Jasa. Paragraf Pertama - 58 - Bagian Kelima Penyusunan Jadwal Pemilihan Penyedia Barang/Jasa Paragraf Pertama Tahapan Pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya Pasal 57 (1) Pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjaga keseimbangan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Pengadaan Barang/Jasa

Lebih terperinci

Direktorat Perencanaan, Monitoring dan Evaluasi Pengadaan LKPP-RI KEBIJAKAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Direktorat Perencanaan, Monitoring dan Evaluasi Pengadaan LKPP-RI KEBIJAKAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH Direktorat Perencanaan, Monitoring dan Evaluasi Pengadaan LKPP-RI KEBIJAKAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KEBIJAKAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH Dasar Pelaksanaan Latar

Lebih terperinci

: 0157/S.Sangg./JK/IX/2017

: 0157/S.Sangg./JK/IX/2017 Nomor Lamp. Perihal : 0157/S.Sangg./JK/IX/2017 : 1 (Berkas) : Pengaduan atas Kecerobohan, Tidak Profesional dan Tindakan tidak Adil pada Penyelenggaraan Pelelangan Paket Pekerjaan Pembangunan Kantor dan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pengadaan Barang/Jasa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 14/PRT/M/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 14/PRT/M/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 14/PRT/M/2013 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 07/PRT/M/2011 TENTANG STANDAR DAN PEDOMAN PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LAMPIRAN II TATA CARA PEMILIHAN PENYEDIA BARANG

DAFTAR ISI LAMPIRAN II TATA CARA PEMILIHAN PENYEDIA BARANG DAFTAR ISI LAMPIRAN II TATA CARA PEMILIHAN PENYEDIA BARANG BAGIAN HALAMAN A. PERSIAPAN PEMILIHAN PENYEDIA BARANG 1 1. Rencana Umum Pengadaan 1 2. Pengkajian Ulang Rencana Umum Pengadaan 1 3. Penyusunan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

7. PELAKSANAAN PENGADAAN JASA LAINNYA MELALUI PENUNJUKAN LANGSUNG ATAU PENGADAAN LANGSUNG

7. PELAKSANAAN PENGADAAN JASA LAINNYA MELALUI PENUNJUKAN LANGSUNG ATAU PENGADAAN LANGSUNG 7. PELAKSANAAN PENGADAAN JASA LAINNYA MELALUI PENUNJUKAN LANGSUNG ATAU PENGADAAN LANGSUNG a. Pelaksanaan Pengadaan Melalui Penunjukan Langsung Untuk Penanganan Darurat 1) Setelah adanya pernyataan darurat

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pengadaan

Lebih terperinci

b. Pendaftaran dan Pengambilan Dokumen Pengadaan 1) Penyedia melakukan pendaftaran, melalui: a) pendaftaran langsung; atau b) pendaftaran

b. Pendaftaran dan Pengambilan Dokumen Pengadaan 1) Penyedia melakukan pendaftaran, melalui: a) pendaftaran langsung; atau b) pendaftaran B. PROSES PEMILIHAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI BERBENTUK PERORANGAN 1. SELEKSI UMUM METODE EVALUASI KUALITAS SATU SAMPUL a. Pengumuman Pascakualifikasi 1) Kelompok Kerja ULP mengumumkan Seleksi Umum Pascakualifikasi

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PENGADAAN BARANG/JASA MELALUI SWAKELOLA

PENGADAAN BARANG/JASA MELALUI SWAKELOLA PENGADAAN BARANG/JASA MELALUI SWAKELOLA Peraturan Presiden RI Nomor 54 Tahun 2010 Beserta Perubahannya VERSI 9.2 1 DAFTAR ISI: Perencanaan Pelaksanaan Pengawasan dan Evaluasi 2 TUJUAN PELATIHAN Setelah

Lebih terperinci

Direktorat Perencanaan, Monitoring dan Evaluasi Pengadaan LKPP-RI KEBIJAKAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Direktorat Perencanaan, Monitoring dan Evaluasi Pengadaan LKPP-RI KEBIJAKAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH Direktorat Perencanaan, Monitoring dan Evaluasi Pengadaan LKPP-RI KEBIJAKAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KEBIJAKAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH Dasar Pelaksanaan Latar

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Diklat Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah PENGADAAN BARANG/JASA MELALUI SWAKELOLA TUJUAN PELATIHAN KETENTUAN UMUM PERENCANAAN SWAKELOLA

DAFTAR ISI. Diklat Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah PENGADAAN BARANG/JASA MELALUI SWAKELOLA TUJUAN PELATIHAN KETENTUAN UMUM PERENCANAAN SWAKELOLA PENGADAAN BARANG/JASA MELALUI SWAKELOLA Diklat Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Kementerian Keuangan Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan DAFTAR ISI TUJUAN PELATIHAN

Lebih terperinci

11. PELAKSANAAN PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI MELALUI PENUNJUKAN LANGSUNG DAN PENGADAAN LANGSUNG

11. PELAKSANAAN PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI MELALUI PENUNJUKAN LANGSUNG DAN PENGADAAN LANGSUNG 11. PELAKSANAAN PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI MELALUI PENUNJUKAN LANGSUNG DAN PENGADAAN LANGSUNG a. Pelaksanaan Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Melalui Penunjukan Langsung Untuk Penanganan Darurat 1) Setelah

Lebih terperinci

CONTOH SOAL UJIAN SERTIFIKASI AHLI PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TINGKAT DASAR

CONTOH SOAL UJIAN SERTIFIKASI AHLI PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TINGKAT DASAR CONTOH SOAL UJIAN SERTIFIKASI AHLI PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TINGKAT DASAR TIPE SOAL BENAR/SALAH A. JUMLAH SOAL: 25 soal (soal no 1 s.d. 25) B. PETUNJUK MENGERJAKAN SOAL: Pilih (B) pada setiap pernyataan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA BUPATI PANDEGLANG, PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

- 1 - PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH - 1 - PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa Pengadaan Barang/Jasa

Lebih terperinci

5. PELAKSANAAN PENGADAAN JASA LAINNYA MELALUI PENUNJUKAN LANGSUNG DAN PENGADAAN LANGSUNG

5. PELAKSANAAN PENGADAAN JASA LAINNYA MELALUI PENUNJUKAN LANGSUNG DAN PENGADAAN LANGSUNG 5. PELAKSANAAN PENGADAAN JASA LAINNYA MELALUI PENUNJUKAN LANGSUNG DAN PENGADAAN LANGSUNG a. Pelaksanaan Pengadaan Jasa Lainnya Melalui Penunjukan Langsung Untuk Penanganan Darurat 1) Setelah adanya pernyataan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LAMPIRAN III TATA CARA PEMILIHAN PENYEDIA PEKERJAAN KONSTRUKSI

DAFTAR ISI LAMPIRAN III TATA CARA PEMILIHAN PENYEDIA PEKERJAAN KONSTRUKSI DAFTAR ISI LAMPIRAN III TATA CARA PEMILIHAN PENYEDIA PEKERJAAN KONSTRUKSI BAGIAN HALAMAN A. PERSIAPAN PEMILIHAN PENYEDIA PEKERJAAN KONSTRUKSI 1 1. Rencana Umum Pengadaan 1 2. Pengkajian Ulang Rencana Umum

Lebih terperinci

MODUL PENGANTAR MODUL 1 ADMINISTRASI KONTRAK PENGANTAR MODUL 1 KONTRAK

MODUL PENGANTAR MODUL 1 ADMINISTRASI KONTRAK PENGANTAR MODUL 1 KONTRAK MODUL 1 PENGANTAR MODUL 1 ADMINISTRASI KONTRAK PENGANTAR MODUL 1 ADMINISTRASI KONTRAK PENGANTAR ADMINISTRASI KONTRAK OUTLINE Submodul 1.1 Kebijakan Penyusunan Dokumen Kontrak Submodul 1.2 Teknik Penyusunan

Lebih terperinci

MANUAL PROCEDURE. Pelelangan Gagal dan Tindak Lanjut Pelelangan Gagal

MANUAL PROCEDURE. Pelelangan Gagal dan Tindak Lanjut Pelelangan Gagal MANUAL PROCEDURE Pelelangan Gagal dan Tindak Lanjut Pelelangan Gagal UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014 M Manual Procedure Pelelangan Gagal dan Tindak Lanjut Pelelangan Gagal

Lebih terperinci

INSTRUKSI KEPADA PESERTA (IKP)

INSTRUKSI KEPADA PESERTA (IKP) INSTRUKSI KEPADA PESERTA (IKP) A. Umum 1. Lingkup Pekerjaan 1.1 Peserta menyampaikan penawaran atas paket Pekerjaan. sebagaimana tercantum dalam LDP. 1.2 Peserta yang ditunjuk berkewajiban untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

RENCANA UMUM PENGADAAN

RENCANA UMUM PENGADAAN RENCANA UMUM PENGADAAN S O S I A L I S A S I R E N C A N A U M U M P E N G A D A A N B A R A N G / J A S A D A N A P L I K A S I S I R U P V. 2 1 9 D E S E M B E R 2 0 1 6 LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN Belum

Lebih terperinci

C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK/SPK

C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK/SPK C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK/SPK 1. PENANDATANGANAN KONTRAK Setelah SPPBJ diterbitkan, PPK melakukan finalisasi terhadap rancangan kontrak, dan menandatangani kontrak pelaksanaan pekerjaan,

Lebih terperinci

12. PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG MELALUI PENUNJUKAN LANGSUNG ATAU PENGADAAN LANGSUNG

12. PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG MELALUI PENUNJUKAN LANGSUNG ATAU PENGADAAN LANGSUNG 12. PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG MELALUI PENUNJUKAN LANGSUNG ATAU PENGADAAN LANGSUNG a. Pelaksanaan Pengadaan Melalui Penunjukan Langsung Untuk Penanganan Darurat 1) Setelah adanya pernyataan darurat dari

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA DANA ANGGARAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.65,2014 KEMEN LH. Unit Layanan Pengadaan. Barang/Jasa. Pemerintah. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN

Lebih terperinci

PENGADAAN JASA KONSTRUKSI TKS 4221

PENGADAAN JASA KONSTRUKSI TKS 4221 PENGADAAN JASA KONSTRUKSI TKS 4221 Dalam UU No. 18/1999 pasal 14, para pihak dlm pekerjaan konstruksi terdiri dari : 1. Pengguna Jasa Pengguna Jasa adalah pihak pemberi tugas atau pemilik pekerjaan/proyek

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya

Walikota Tasikmalaya Walikota Tasikmalaya PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 68 Tahun 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Kedudukan,

2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Kedudukan, No.1734, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERA. Barang/Jasa. Pengadaan. Unit Pelayanan. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tent

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tent No.794, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. ULP. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 43 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN

Lebih terperinci

BUPATI MALUKU TENGGARA PROVINSI MALUKU PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI MALUKU TENGGARA PROVINSI MALUKU PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI MALUKU TENGGARA PROVINSI MALUKU PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

TUJUAN PELATIHAN. Setelah Materi Ini Disampaikan, Diharapkan Peserta Mampu Mengetahui dan Memahami :

TUJUAN PELATIHAN. Setelah Materi Ini Disampaikan, Diharapkan Peserta Mampu Mengetahui dan Memahami : 1 TUJUAN PELATIHAN Setelah Materi Ini Disampaikan, Diharapkan Peserta Mampu Mengetahui dan Memahami : 1. Tahapan persiapan swakelola 2. Persiapan PBJ melalui Penyedia penetapan spesifikasi/kak, HPS, jenis

Lebih terperinci

PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BAGIAN - 2

PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BAGIAN - 2 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI PERATURAN PRESIDEN RI NOMOR 54 TAHUN 2010 beserta perubahannya PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BAGIAN - 2

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK BARAT DAN KOTA MATARAM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM GIRI MENANG PERATURAN DIREKSI PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM GIRI MENANG

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK BARAT DAN KOTA MATARAM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM GIRI MENANG PERATURAN DIREKSI PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM GIRI MENANG PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK BARAT DAN KOTA MATARAM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM GIRI MENANG Jl. Pendidikan No.39 Mataram Telp (0370) 632510-637536-625170-625171 Facs 623934 MATARAM 83125 PERATURAN DIREKSI

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pengadaan Barang/Jasa

Lebih terperinci

Barang/Jasa Pemerintah perlu penyempurnaan pengaturan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

Barang/Jasa Pemerintah perlu penyempurnaan pengaturan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR

GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR SALINAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DI DENGAN

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Kepegawaian Timur ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan

2 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Kepegawaian Timur ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. Bahwa dalam rangka peningkatan

Lebih terperinci

3. PELELANGAN UMUM PRAKUALIFIKASI METODE DUA TAHAP DAN EVALUASI SISTEM NILAI DAN SISTEM PENILAIAN BIAYA SELAMA UMUR EKONOMIS

3. PELELANGAN UMUM PRAKUALIFIKASI METODE DUA TAHAP DAN EVALUASI SISTEM NILAI DAN SISTEM PENILAIAN BIAYA SELAMA UMUR EKONOMIS 3. PELELANGAN UMUM PRAKUALIFIKASI METODE DUA TAHAP DAN EVALUASI SISTEM NILAI DAN SISTEM PENILAIAN BIAYA SELAMA UMUR EKONOMIS a. Pengumuman Prakualifikasi 1) ULP mengumumkan Pelelangan Umum Prakualifikasi

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PROVINSI JAMBI

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PROVINSI JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA GUBERNUR JAMBI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA

PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA Peraturan Presiden RI Nomor 54 Tahun 2010 Beserta Perubahannya Versi 9.2 1 TUJUAN PELATIHAN Setelah Materi Ini Disampaikan, Diharapkan Peserta Mampu Memahami : Tahapan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam pembangunan

Lebih terperinci

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN UNIT LAYANAN PENGADAAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TEGAL

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN UNIT LAYANAN PENGADAAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TEGAL SALINAN WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN UNIT LAYANAN PENGADAAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TEGAL,

Lebih terperinci

E:\PERBUP ULP_2013\PerbupULP2013.doc

E:\PERBUP ULP_2013\PerbupULP2013.doc 2 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041), sebagaimana telah

Lebih terperinci

B. PROSES PEMILIHAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI BERBENTUK PERORANGAN 1. SELEKSI UMUM METODE EVALUASI KUALITAS SATU SAMPUL

B. PROSES PEMILIHAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI BERBENTUK PERORANGAN 1. SELEKSI UMUM METODE EVALUASI KUALITAS SATU SAMPUL B. PROSES PEMILIHAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI BERBENTUK PERORANGAN 1. SELEKSI UMUM METODE EVALUASI KUALITAS SATU SAMPUL a. Pengumuman Pascakualifikasi 1) ULP mengumumkan Seleksi Umum Pascakualifikasi melalui

Lebih terperinci

MATERI 3 PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BAGIAN-2. PERATURAN PRESIDEN RI NOMOR 54 TAHUN 2010 beserta perubahannya

MATERI 3 PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BAGIAN-2. PERATURAN PRESIDEN RI NOMOR 54 TAHUN 2010 beserta perubahannya MATERI 3 PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BAGIAN-2 PERATURAN PRESIDEN RI NOMOR 54 TAHUN 2010 beserta perubahannya DAFTAR ISI 2 TUJUAN PELATIHAN PEMILIHAN METODE PENILAIAN KUALIFIKASI PENETAPAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.1412, 2013 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. ULP. Barang/Jasa. Pemerintah. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

BERITA NEGARA. No.1412, 2013 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. ULP. Barang/Jasa. Pemerintah. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1412, 2013 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. ULP. Barang/Jasa. Pemerintah. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN

Lebih terperinci

PENGADAAN LANGSUNG YANG BERTANGGUNG JAWAB. (Abu Sopian/Widyaiswara Balai Diklat Keuangan Palembang)

PENGADAAN LANGSUNG YANG BERTANGGUNG JAWAB. (Abu Sopian/Widyaiswara Balai Diklat Keuangan Palembang) Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dengan cara Pengadaan Langsung dilakukan oleh Pejabat Pengadaan dengan cara membeli barang atau membayar jasa secara langsung kepada penyedia barang/jasa, tanpa melalui

Lebih terperinci

C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK

C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK 1. PENANDATANGANAN KONTRAK Setelah SPPBJ diterbitkan, PPK melakukan finalisasi terhadap rancangan Kontrak, dan menandatangani Kontrak pelaksanaan pekerjaan, apabila

Lebih terperinci

BAB XII PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH

BAB XII PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH BAB XII PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH A. Perencanaan Umum Pengadaan Barang/Jasa 1. Pengguna Anggaran (PA) menyusun rencana pengadaan barang/jasa. Yang mencakup: a. Kegiatan dan anggaran Pengadaan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA KEPALA BADAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA BADAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA KEPALA BADAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA BADAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA No. 1975, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BEKRAF. LPSE. KEPALA BADAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG LAYANAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.326, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN PU. Pekerjaan Konstruksi. Jasa Konsultasi. Pengadaan. Standar. Pedoman. Perubahan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14/PRT/M/2013

Lebih terperinci

6. SELEKSI GAGAL DAN TINDAK LANJUT SELEKSI GAGAL

6. SELEKSI GAGAL DAN TINDAK LANJUT SELEKSI GAGAL 6. SELEKSI GAGAL DAN TINDAK LANJUT SELEKSI GAGAL a. Seleksi Gagal 1) ULP menyatakan seleksi gagal, apabila : a) jumlah peserta yang mendaftar pascakualifikasi kurang dari 3 (tiga); b) jumlah peserta yang

Lebih terperinci