berlangsung kurang lebih antara 150 sampai 300 tahun, yang memiliki kurve statistic logistic, maka fase sebaliknya, yakni fase-b, bukan merupakan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "berlangsung kurang lebih antara 150 sampai 300 tahun, yang memiliki kurve statistic logistic, maka fase sebaliknya, yakni fase-b, bukan merupakan"

Transkripsi

1 TEORI SISTEM DUNIA Dari tiga aliran utama teori pembangunan, hanya teori sistem dunia yang secraa sungguh-sungguh memanfaatkan dunia sebagai unit analisis. Oleh karena itu, dengan keunikan pendekatan ini, teori sistem dunia mampu memberikan sumbangan yang berarti, untuk menguji dinamika global dunia, yang biasanya diabaikan oleh modernisasi maupun teori dependensi. Pada bab ini akan disampaikan dua hasil karaya penelitian berskala global. Pertama, akan diuraikan secara ringkas karya Wallerstein tentang fase penurunan sistem ekonomi-kapitalis dunia pada abad ke-17. Kedua, akan di uraikan hasil kajian Bergesen dan Schoenberg tentang lahir, perkembangan, dan runtuhnya gelombang panjang kolonialisme, sejak abad ke-15 sampai sekrang. Dalam uraian ini juga akan terlihat pula ciri-ciri pokok dari masing-masing gelombang kolonialisme, dan secra mendasar pada karakteristik tersebut bagaimana prediksi terhadap kemungkinan munculnya gelombang kolonialisme dimasa depan diciptakan. Diharapkan dari dua hasil karya ini dapat diamati bagaimna asumsi dasar dan bangunan teori sistem dunia mewujudkan dalam rumusan pertanyaan yang mereka ajukan, metode penelitian yang mereka gunakan, data penelitian yang mereka kumpulkan, dan kesimpulan yang mereka tawarkan. Wallerstein: Fase Penurunan Sistem Ekonomi-Kapitalis Dunia Dengan mendasarkan diri pada asumsi, bahwa setiap dan semua proses ekonomi terjadi di dalam kerangka sistem ekonomi-kapitalis dunia, Wallerstein berpendapat bahwa pembangunan atau keterbelakangan dari suatu wilyah geografis tertentu tidak dapat dianalisis tanpa meletakkan wilayah geografir tersebut dalam konteks irama siklus dan kecenderungan perputaran ekonomi dunia secara keseluruhan. Lebih lanjut, dikatakan bahwa sistem ekonomi dunia memiliki dua perangkat irama siklus. Pertama, sistem ekonomi dunia memiliki siklus Kondratieff dengan fase Ekspansi-A dan fase Kontraksi-B, yang setiap siklusnya kurang lebih berlamgsung sekitar 40 sampai 55 tahun. Di samping itu, sistem ekonomi dunia juga mempunyai irama siklus yang lebih panjang, yang

2 berlangsung kurang lebih antara 150 sampai 300 tahun, yang memiliki kurve statistic logistic, maka fase sebaliknya, yakni fase-b, bukan merupakan fase kontraksi tetapi merupakan fase stagnasi. Dengan mengikuti pola pikir tersebut, Wellerstein menguji akibat yang di timbulkan oleh irama siklus yang terjadi disekitar tahun 1450 sampai dengan tahun Menurut Wellerstein, siklus logistic yang terjadi pada waktu tersebut penting karena pada waktu itulah tersedia cuku bukti tentang lahirnya tata ekonomi kapitalis dunia. Ini terjadi karena siklus logistic ini berbeda dengan irama siklus yang terjadi pada masa sebelumnya, yakni pada masa Abad pertengahan ( ). Eks;pansi dan Kontraksi pada masa Abad pertengahan terjadi dengan bentuk bangunan yang kurang lebih merata keseluruh daratan Eropa, semntara siklus logistic ini ( ) melahirkan gejala adanya bentuk bangunan asimetris (ketimpangan) dari berbagai daerah geografis di benua Eropa. Untuk sekedar menyebut contoh, dibelahan eropa barat terjadi konsentrasi pergulatan aparat politik, sementara di belahan Eropa Timur terjadi sebaliknya. Bahkan feodalisme justru berkembang pesat di Eropa Timur. Pertama yang dujawan kemudian adalah mencari penjelasan atau faktor yang bertanggung jawab terhadap munculnya bentuk bangunan asimetris tersebut, yang sebelumnya belum lahir. Untuk menemukan jawaban ini Wallerstein secara saksama memperhatika fase-b dari krisis pada abad ke-17. Ia mencoba menguji bagaimana suatu bentuk fase-b yang sama dapat memberikan akibat yang berbeda pada tiga daerah gografis (sentral, pinggiran, dan semi-pinggiran) dari tata ekonomi-kapitalis dunia. Daerah sentarl Secara umumfase penurunan sistem ekonomi dunia memberikan pengaruh yang sama untuk semua wilayah. Permintaan dan keuntungan menurun. Untuk mengatasi persoalan ini, khususnya untuk mempertahankan tingkat laba yang telah dicapai, tersedia dua pilihan kebijaksanaan ekonomi. Pertama, mengurangi biaya,khususnya biaya produksi yang dapat dilakukan dengan meningkatkan efesiensi atau dengan meningkatkan pengambilan nilai lebih yang dihasilkan oleh tenaga kerja, dan kedua, dengan meningkatkan pangsa pasar yang dapat dilakukan dengan melakukan penjualan dibawah harga pasar, melakukan kebijaksanaan

3 monopoli, dan atau mencoba mengambil manfaat dari kebangkrutan pesaing. Sekalipun hampursama pelaku ekonomi berusaha mencoba melaksanakan berbagai pilihan kebijaksanaan tersebut, namun demikian dapat di pastikan hanya sedikit yang berhasil dengan baik. Oleh karena itu fase penurunan sistem ekonomi-kapitalis juga berarti atau paling tida menyediakan kesempatan untuk timbulnya konsentrasi modal. Wallerstein melihat bahwa, konsentrasi modal tidak hanya terjadi pada tingkat perusahaan, tetapi juga terjadi pada skala dunia, yakni pada keseluruhan tata ekonomi-kapitalis dunia. Fase-B dari krisis abad ke-17 lebih ditandai oleh usaha negara sentral (Belanda, Inggris Raya, dan Prancis) untuk mencoba melanjutkan kebijaksanaan penurunan biaya produksi dengan meningkatkan teknologi produksi tekstil dan gandum mereka. akibatnya, produk yang melimpah dari negara sentral di Eropa Barat ini menggeser hasil produksi dari negara-negara Eropa Timur dan Eropa Selatan. Pada gilirannya proses ini mengakibatkan meningkatnya pangsa pasar negara sentral,dan pada akhirnya menumbuhkan konsentrasi modal pada negara sentral dengan kerugian dan beban biaya yang harus ditanggung oleh negara pinggiran. Kolonialisme merupakan cara lain yang lebih bersifat politik yang dapat dilakukan oleh negara sentral untuk melakukan konsentrasi modal. Fase penurunan ekonomi pada awal adab ke-17 menjadikan negara sentra di belahan timur-utara Eropa mencoba menciptakan dan mnguasai wilaya-wwilayah baru untuk melakukan eksplorasi kemungkinan keuntungan ekonomis dari wilayah tersebut. Inilah yang menimbulkan terjadinya persaingan ketat untuk merebut koloni gula karibia. Dan karena semangat ini pula yang menimbulkan terjadinya usah koloni kedua Amerika. Namun demikian negara sentral tidak hanya berusaha dan bersaing untuk merebut wilayah koloni batu, mereka juga bertarung untuk memperebutkan posisi hegemoni di antara mereka sendri di dalam tatanan ekonomi-kapitalis dunia ini. pada masa ini misalnya pernah terjadi hegemoni Belanda. Dengan kuatnya belanda mampu menguasai industry pertania, perdagangan, dan komersial. Tak lama setelah itu, untuk melawan hegemoni belanda ini, Inggris dan Prancis menjalankan kebijaksanaan merkantilisme yang diharapkan mampu, dalam masa

4 persaingan masa ekonomi yang ketat, melindungi ekonomi dalam mereka. hasilnya nampak ketika kemudian Inggris dan Prancis mempu menggeser posis hegemoni Belanda sekitar tahun Wilayah Pinggiran Tidak jauh berbeda dengan negra sentarl, negara pinggiran, yang lebih bergantung pada industry bahkan makana pokok, juga mencoba menanggapi krisis abad ke-17 dengan berbagai alternative kebijaksanaan ekonomi yang tersedia. Menurut Wallerstein, negara pinggiran juga menerapkan kebijaksanaan penekanan biaya, khususnya biaya produksi. Negara-negara pinggira Eropa Timur yang merupakan tempat berkumpulnya para produsen besar bahkan makanan pokok, melakukan kebijaksanaan penurunan biaya produksi dengan menggunakan kombinasi kekuasaan ekonomi dan politis yang mereka miliki terhadap tenaga kerja pedesaan. Dalam rangka menaikkan hasil produksi ini para produsen melakukan pemberhentian sepihak dari perjanjian sewa-menyewa tanah yang sebelumnya telah saling mereka setujui, dan kemudian memaksa para bekas penyewa tanah tersebut menjadi budak tenak kerja paksa, semi paksa atau tenaga kerja upahan. Dengan kata lain, pada negara pinggiran penigkatan produksi yang kemudian diharapkan akan mampu meningkatkan pangsa pasarnya terjadi hanya dengan pengorbanan para produsen kecil dan produsen-penyewa. Secara singkat, perluasan pangsa pasar diikuti seiring dengan meningkatnya tenaga kerja tobangan. Di satu sisi, ini berarti para budak dan para pekerja tersebut memiliki kesempatan dan waktu yang lebih sedikit untuk menjadi produsen independen, dank arena itu mereka tidak lagi memproduksi produk yang memiliki nilai kompetitif yang berarti, yang pada gilirannya akan kalah bersaing dengan hasil produksi pengusaha besar. Si sisi lain, di negara pinggiran mulai tersedia peluang besar, yang telah di tinggal oleh pengusaha kecil, untuk barang hasil produksi pengusaha yang diperlukan untuk menjamin keperluan para budak dan tenaga kerja tersebut. Disinilah mulai terjadi perubahan yang berarti. Pasar yang mereka miliki tidak lagi berupa pasar global dunia, tetapi telah berubah menjadi pasar regional.

5 Seperti yang sudah dapat diduga, pasar regional ini hanya akan mampu menghasilkan labah yang lebih sedikit di bandingkan pasar global yang perna mereka miliki sebelumnya. Oleh karena itu, para pengusaha besar di Eropa Timur berusaha memulihkan penghasilan dengan menciptakan kembali industry kecil dan industry rumah tangga untuk keperluan pasar regional. inilah yang menjadi sebab munculnya kembali industry tekstil bukan mewah dan industry perah di Eropa Timu. Bagi Wallerstein lahirnya konsentrasi modal pada produsen besar di Eropa Timur ini berjalan seiring dengan kekuasaan politik dan hukum yang mereka pegang. Oleh karena itu, tidak heran, jika kemudian, menurut Wallerstein, kekuasaan negara secara terus-menerus berkurang seperti yang terjadi di Polandia, atau secara keseluruhan menjadi tergantung sepenuhnya pada negar asing, seperti yang terjadi di HUngaria. Wilayah Semi-Pinggiran Pada wilyah semi-pinggiran, Wallerstein membedakannya dalam dua kategori berdasarkan proses lahrnya. Pertama, negara semi-pinggiran yang terjadi karenan prose penurunan, Kedua, negara semi-pinggiran yang muncul karena proses meningkatnya posisi relatifnya. Pada negara semi-pinggiran yang termasuk dalam kategori pertama, seperti Polandia dan Portugis, mereka memiliki jalan sejarah yang tidak berbeda dengan negara pinggiran. Mereka mengalami penurunan kapasitas produksinya, dan sekaligus penurunan peran kekuasaan. Oleh karena itu, tidak heran, jika Wallerstein mengatakan bahwa mereka mendewakan negara tersebut untuk ikut mencampur mengurusi persoalan intern mereka. Wallerstein melihar bahwa Portugis, secara ekonomis, mejadi sateli, dan sabuk transmisi dari kepentingan, yaitu Belanda, dan kemudian Inggris, sementara spanyol menjalankan peran yang sama untuk Prancir. Ini juga merupakan era lahirnya peruses deindustrialisasi Spayol, yang kemudian melibatkan proses pemindahan besar-besaran ivestasi modal dari industry ke pertanian. Bagi negara semi-pinggiran yang temasuk dalam kategori kedua, sepeti misalnya Swedia, menikmati beberapa keuntungan seperti yang dinikmati degara

6 sentral. Dari sinilah mereka mulai menciptakan basis pernikahan pajak yang kuat, kekuatan militer yang tangguh, dan negara yang kuat, yang kemudian menjadikan meteka kurang lebih mampu melaksanakan kebijaksanaan merkantilis. Menurut Wllerstain, negara semi-pinggiran inilah, yang dengan cerdik melakukan kebijaksanaan alianasi politik yang selalu berpindah-pindah dan dengan pemanis kemampuan ekonomisnya, yang mampu memanfaatkan suasana permusuhan diantara negara sentral untuk kepentingan pembangunan internal mereka. Wilayah Luar Sejak abad ke-16 atau bahkan sebelumnya, bebarapa negera seperti Rusia, India, dan Afrika Barat telah menjalin perdagangan dengan sistem ekonomi dunia- Eropa. Pada fase-b abad ke-17, ketika negara sentral sedang memusatkan tenaga dan waktunya terutama untuk memperubutkan persaingan dan posisi domina diantara mereka sendiri, mereka tidak lagi memiliki sisah tenaga dan waktu yang diperlukan untuk mengurangi, melemahkan, dan atau menghancurkan sama sekali kekuatan politik negera-negara dari wilayah luar yang tidak terlibat ini. Jika demikian halnya, Wallersteinberpendapat bahwa negara-negara ini tetap berada dan tinggal di luar sistem ekonomi-kapitalis dunia ketika krisis abad ke-17 itu terjadi. Secara ringkas, Wallerstein menyimpilkan bahwa alokasi peranan dari masing-masing negara di dalam sistem ekonomi kapitalis dunia tidak statis. Secara khusus nampat terlihat pada masa terjadinya fase-b, ketika perubahan posisi secara drastic terjadi. Oelh karena itu, seklipun secara keseluruhan fase-b lebih ditandai oleh suasanu stgnasi secara menyeluruh, tetapi pada masa ini juga terjadi kemungkinan kenaikan konsentrasi modal yang berarti di suatu wilayah geografis tertentu, yang pada gilirannya menimbulkan semakin lebarnya plorasi dan derefensiasi. ini tadak akan memperlambat jalannya roda kerja kapitalisme, ini jutru merupakan bagian integral (yang tek terpisahkan) dari kapitalisme itu sendiri. Upaya Wallerstein untuk mengkaji dinamika global dunia menjadikan terbukanya jendela masalah baru, yang kemudian mewujud dalam agenda penelitian yang menjadi perhatian dari para kolega barunya, seperti yang terlihat

7 pada bagian berikut ini, yakni tentang gelombang panjang ekspansi dan kontraksi kolonialisme. Bergesen dan Schoenberg: Gelombang Panjang Kolonialkisme Menurut Bergesen dan Schoenberg kebanyakan studi tentang kolonialisme dibuat dengan hanya menggunakan satu titik tolak, yakin dari sudut pandang negara sentral saja atau sudut pandang negara penggiran saja. Sangat jarang, untuk mengatakan sama sekali tidak ada, hasil penelitian yang menguji kolonialisme dari dua sudut pandang secara bersamaan. Dalam hal ini, kolonialisme dapat dilihat sebagai milik sah sistem ekonomi dunia yang kapitalis ini, yang berfungsi sebagai jembatan structural yang menghubungkan antar negara sentral dengan negara pinggiran. Oleh karena itu, tujuanhasil kajian Bergesen dan Schoenberg ini mencoba menjelaskan kolonialisme sebagai suatu bentukdinamika kolektif yang khas dari tata ekonomi-kapital dunia, dan menggiring analisis colonialism pada dataran eropa timur ini berjalan seiring dengan kekuasaan politik dan hukum yang mereka pegang. Oleh karena itu, tidak heran, jadi kemudian, menurut Wellerstain, kekuasaan negara secara terus-menerus berkurang seperti yang terjadi di Polandia, atau secara keseluruhan menjadi tergantung sepenuhnya pada negara asing, seperti yang terjadi di Hungaria. Wilaya Semi-Pinggiran Pada wilayah negara semi pinngiran, Wellerstain membedakannya dalam 2 kategori berdasarkan proses lainnya. Pertama, negara semi pinggiran yang terjaddi karena proses penurunan, kedua, negara semi pinggriran yang muncul karena proses meningkatnya posisi relatifnya. Pada negara semi pinggiraan yang termasuk dalam kategori pertama, seperti Polandia dan Portugis, mereka memiliki jalan sejarah yang tidak berbeda dengan negara pinggiran. Mereka mengalami penurunan kapasitas produksinya, dan sekaligus penurunan peran kekuasaan negara. Oleh karena itu, tidak heran, jika Wellerstain mengatakan bahwa mereka mendewakan negara tersebut untuk ikut campur mengurusi persoalan intern mereka. Wellerstain melihat bahwa Portugis, secara ekonomis, menjadi satelit, dan sabuk transmisi dari kepentingan,

8 yaitu belanda, dan kemudian Inggris, sementara Spanyol menjalankan perani modal dari industry yang sama untuk Prancis. Ini juga merupakan era lahirnya proses deindustrialisasi Spanyol, yang kemudian melibatkan proses pemindahan besar-besaran infestasi modal dari industry kepertanian. Bagi negara semi-pinggiran yang termasuk dalam kategori kedua, seperti misalnya Swedia, menikmati beberapa keuntungan sepertiyang dinikmati negara sentral. Disinilah mereka mulai menciptakan basis penarikan pajak yang kuat, kekuatan militer yang tangguh, dan negara yang kuat, yang kemudian menjadikan mereka kurang lebih mampu melaksanakn kebijaksanaan merekantilis. Menurut Wellerstain, negara semi-pinggiran inilah, yang dengan cerdik melakukan kebijaksanaan aliansi politik yang selalu berpindah-pindah dan dengan pemanis kemampuan ekonomisnya, yang mampu memanfaatkan suasana permusuhan diantara negara sentran untuk kepentingan pembangunan internal mereka. Wilayah Luar Sejak abad ke-16 atau bahkan sebelumnya beberapa negara seperti Rusia, India, dan Afrika Barat telah menjalin perdagangan dengan sistem ekonomi dunia- Eropa. Pada fase-b abad ke-17, ketika negara sentral sedang memusatkan tenaga dan waktunya terutama untuk memperebutkan persaingan dan posisi dominan di antara mereka sendiri, mereka tidak lagi memiliki sisah tenaga dan waktu yang diperlukan untuk mengurangi, melemahkan, dan atau menghancurkn sama sekali kekuatan politik negara-negara di wilaya luar yang tidak terlibat ini. jika demikian halnya Wallerstain berpendapat bahwa negara-negara ini tetap berada dan tinggal diluar sistem ekonomi-kapitalis dunia ketika krisis abad ke-17 itu terjadi. Secara ringkas, Wallerstain menyimpulkan bahwa lokasi peranan dari masing-masing negara di dalam sistem ekonomi-kapitalis dunia tidak statis. Secara khusus nampak terlihat pada masa terjadinya fase-b, ketika perubhan posisi secara drastic terjadi. Oleh karena itu, sekalipu secara keseluruhan fase-b lebih ditandai oleh suasana stagnasi secra menyeluruh, tetapi pada masa ini juga terjadinya kemungkinan kenaikan konsertasi modal yang berarti disuatu wilayah gografis tertentu, yang pada gilirannya menimbulkansemakin lebarnya polarisa dan deferensiasi. ini tidak akan memperlambat jalannya roda kerja kapitalisme,

9 ini justru merupakan bagian integral (yang tek terpisahkan) dari kapitalisme itu sendiri. Upaya Wallerstein untuk mengkaji dinamika global dunia menjadikan terbukanya jendela masalah baru, yang kemudian mewujud dalam agenda penelitian yang menjadi perhatin dari pada kolega barunya, seperti yang terlihat pada bagian berikut ini, yakni tentang gelombang panjang ekspansi dan kontraksi kolonialisme. Bergesen dan Schoenberg: Gelombang Panjang Kolonialisme Menurut Bergesen dan Schoenberg kebanyakan studi tetang kolonialisme dibuat dengan hanyan menggunakan satu titik tolak, yakni dari sudut pandang negara sentral saja atau sudut pandang negara pinggiran saja. Sangat jarang, untuk mengatakan sama sekali tidak ada, hasil penelitian yang menguji kolonialisme dari dua sudut pandang secara bersamaan. Dalam hal ini, klonialisme dapat dilihat sebagai milik sah sistemekonomi dunia,yang kapitalis ini, yang berfungsi sebagai jembatan structural yang menghubungakan antara negara sentral dan negara pinggiran. Oleh karena itu, tujuan halis kajian Bergesen dan Schoenberg ini mencoba menjelaskan kolonialisme sebagai suatu bentuk dinamika yang kolektif yang khas dari tata ekonomi-kapitalis dunia, yang menggiring analisa kolonialisme pada dataran analisa yang lebih tinggi dan abstar dari sekedar tingkat nasional yang diskrit. Pengukuran Kegiatan Kolonialisme Pernyaataan yang muncul dari pendekatan ini adalah bagaimana mengukur kolonialisme pada dataran skala global dunia.untuk ini, menurut Bergesen dan Schoenberg, diperlukan satu sistem matrik yang konstan untuk menangkap gejala dan gerak gelombang panjang kolonialisme dari sejak lahirnya di abad ke-16 sampai pada masa kini. Dengan mendasarkan pada studi Henige, Bergesen dan Schoenberg menggunakan ukuran kehadiran pemerintah colonial sebagai tolak ukur kolonialisme. Menurt mereka, tolak ukur ini akan mampu mencatat, pertama, jumlah koloni yang pernah ada dari tahun 1415 sampai dengan tahun 1969; kedua, jumlah koloni yang merdeka atau berakhirnya status colonial setiap

10 tahunnya; dan ketiga, jumlah bersih kumulatif koloni yang masi ada setiap tahunnya. Hasil penelitian Dengan menunjuk pada negara koloni, jumlah semburan kolonialisme muncul pada abad ke-19 dengan tetap mengingat behwa lahirnya kegiatan colonial juga dapat dijumpai pada abad-abad sebelumnya, yakni abad ke-17, pada pertengan ke dua abad ke-18 dan pada pertengan abad ke-18. Berakhirnya kedudukan koloni lebih banyak terjadi padadua skala waktu yang khusus, yakni pada seperempat abad pertama dari abadd ke-19 dengan menunjuk pada runtuhnya koloni Spanyol di Amerika Latin, dan pada tahun setelah tahun 1945, yang berupa merdekanya banyak negara di benua Afrika dan Asia. Jumlah bersih kumulatif koloni dapat dijumpai pada dua gelobang waktu yang khas dari kolonialisme. Putaran pertama tejadi mulai tahun 1415 dan mencapai puncaknya pada tahun 1770 dengan jumlah koloni 147 koloni, dan kemudian menurun di tahun 1825 sampai hanya sekitar 18 koloni. Putaran kedua dimulai sekitar tahun 1826, dan mencapai puncaknya pada tahun 1921 dengan 168 kolono, dan kemudian menurun sampai menjadi 58 koloni di tahun Dengan membandingkan dua gelombang panjang kolonialisme ini, Bergesen dan Schoenberg melihat bahwa adanya peningkatan peluasan dan frekuensi dari putaran global.putaran pertama berlangsung kurang lebih selama 410 tahun yang dapat diartikan bahwa setiap koloni didirikan dengan tingkat 0,530 per tahun selama masa pasang naik kolonialisme ( , dan koloni berakhir dengan tingkat 1,900 per tahun selama masa surutnya ( ). Di pihak lain, putaran kedua hanya berlangsung sekitar 143 tahun. Pada masa ini pendirian dan berakhirnya koloni dilakukan dengan kecepatan dan percepatan yang jauh lebih cepat dibanding pada putaran pertama. Pada putaran kedua ini setiap koloni didirikan dengan tingkat 1,452 per tahun pada masa pasang neiknya ( ), dan berkhirnya koloni berjalan dengan tingkat 2,953 per tahun pada masa surutnya ( ).

11 Bagi Bergesen dan Schoenberg, meningkatnya keluasan dan frekuensi dari putaran gelobang panjang kolonialisme ini merupakan refleksi dari peningkatan kemakmuran dan kekayaan sistem ekonimi-kapitalis dunia itu sendiri. Bagi mereka, hanya dengan melakukan pengujuian dengan menggunakan alat ukur agregratif dan makro dari keseluruhan proses kolonialisme sejak dari awal perkembangan sampai pada masa berkembang subur dan berakhirnya ( ), berulah peneliti dapat malakukan identifikasi kekayaan kolektif dari tata ekonomi kapitalis dunia jika demikian halnya, pertanyaan yang perlu mereka jawab kemudian adalah bagaimana mereka menjelaskan perubahan yang terusmenerus dari sistem ekonomi dunia ini terefleksikan di dalam gelombang panjang kolonialisme. Model Teoritis Rumusan teoritis yang di ajukan oleh Bergesen dan Schoenberg bertumpu pada tugi faktor yang saling berkaitan, yakni, pertama, distribusi kekuasaan di antara negara-negara sentral; kedua, stabilitas negara-negara sentral; dan ketiga, jawaban sistematik yang terwujud dalam bentuk kolonialisme dan merkantilisme. Jika terjadi penyebaran kekuasaan yang saling bersaing dan berebut untuk menguasai dan memperoleh posisi dominan di dalam tatanan ekonomi kapitalis dunia. Ditengah situasi ketidakstabilan dan konflik ini, sistem-dunia menarik dirinya sendiri secara menyeluruh dari tatanan yang sudah ada, dan sekaligus menegarkan kehadirannya kembali dalam tata sosialnya. Kolonialisme, kemudian, menjadi suatu mekanisme ekstra-ekonomi yang dapat digunakan untuk menata kembali bangunan hubungan dasar dari negara sentral dan pinggiran dalam pembagian kerja internasiaonal di dalam situasi ketidakstabilan didalam wilayah negara-negara sentral dan munculnya kolonialisme, kebijaksanaan politik perdagangan antara negara sentral dan negara pinggiran yang berupa kebijaksanaan merkantilisme, yang antara lain terwujud dalam bentuk peningkatan tarif, pembatasan impor, dan kebijaksanaan proteksi yang lain, lahir dan berkembang. Secara ringkas, situasi menyebarnya kekuasaan pada berbagai negara sentral merupakan situasi menyebarnya kekuasaan pada berbagai negara sentral merupakan sebab tumbuhnya ketidakstabilan, tumbuh dan meluasnya

12 kolonialisme dan munculnya merkantilisme. Dalam situasi demikian, terjaga utuhnya sistem dunia lebih mengandalkan pada perhitungan dan hubungan politik. Pada situasi sebalikanya, jika terjadi konsentrasi kekuasaan pada satu atau sedikitnya dari negara-negara sentral (a unicentric core), negara yang memang posisi hegemoni akan menyediakan mekanisme yang dari padanya diharapkan akan mampu merealisir semua, paling tidak sebagian besar, kepentingan negaranegara sentral. Dalam situasi yang demikian stabil tidak nampak secara riil kebutuhan kebijaksanaan politik untuk mengatur hubungan sentral dan pinggiran. Dengan kata lain, konsentrasi hegemoni dan stabilitas negara-negara sentral berkaitan erat dengan proses dekolonialisasi dan runtuhnya kebijaksanaan merkantilisme. Dalam situasi yang demikian, utuh dan terjaganya sistem dunia lebih bergantung pada mekanisme ekonomi dibanding dengan kebijaksanaan politk. Gelombang Panjang Kolonialisme Bergesen dan Schoenberg membedakan lima fase perjalanan sejarah kolonialisme. Pertama, periode antar tahun 1500 dan 1851 ditandai ketidakstabilan negara sentral. Setelah runtuhnya feodalisme, adanya berbagai bentuk negara yang mewakili sistem negara-negara di Eropa mengarah pada struktur yang tidak stabil. Ini terjadi karena tidak satupun dari berbagai negara tersebut berada dalam posisi hegemoni yang mampu memegang kendali kekuasaan untuk memberikan jaminan kestabilan politik jangka panjang. Struktur yang tersebar ini hanya menghadirkan perang dan konflik yang berkepanjangan. Dalam periode ini, gelombang pertama ekspansi kolonialisme dilakukan oleh Spanyol yang terpusat di Amerika. Hubungan ekonomis antara negara pinggiran dan sentral sangat structural dan siatus secra politis. Kebijaksanaan merkantilisme dari perdagangan colonial dijalankan sepenuhnya berdasarkan aturan politik yang ketat. Negara penjajah memberlakukan larangan bagi kapal asing untuk mengankut barang atau sekedar berlabu dipelabuhan negara koloni. Pangiriman barang-barang impor dan ekspor dari produk negara-negara koloni hanya diperbolehkan melalui pelabuhan negara sentral. Dan lebih dari itu negara

13 koloni dibatasi hanya untuk menghasilkan barang-barang yang khusunya diperlukan oleh negara sentral. Kedua, adanya periode stabil di wilayah sentral, yang terjadi antara tahun 1851 sampai dengan tahun Setelah Inggris muncul sebagai pemegang hegemoni dunia, negara-negara sentral secrah keseluruhan lebih bertindak ke arah bentuk-bentuk kerja sama, Pax Britannica. Konflik berkepanjangan yang terjadi pada masa sebelumnya berakhir, dan lahir periode damai yang panjang. Dengan stabilitas yang demikian terjamin di negara-negara sentral, dominasi politik riil dari negara sentral terhadap negara pinggiran, paling tidak untuk sementara waktu, mengendur. Dari sinilah terjadi kontraksi kolonisasi, misalnya yang terjadi pada proses dekolonisasi Amerika. Demikian pula kebijaksanaan merkantilisme mulai tidak laku, dan ea perdagangan bebas mulai bangkit. Ketiga, antara periode tahun 1870 sampai pada tahun 1945 yang lebih ditandai oleh ketidak stabilan negara-negara sentral. Hegemoni Inggris mulai menurun, sementara Jerman dan Amerika mulai menpilkan diri sebagai negara adikuasi baru. Dari sinilah muncul persaingan internasional, yang kemudian membawa akibat pada timbulnya friski, krisis, dan kemudian akhirnya lahir konflik yang terang-terangan, yang kemudian dikenal dengan sebutan perang 30 tahun kedua, dari tahun 1914 sampai dengan tahun Kestabilan diwilah sentral ini pada gilirannya menimbulkan akibat yang sistematis dibelahan dunia negara pinggiran. Disinlah lahir gelombang kedua ekspansi kolonialisme kedua yang terpusat di Afrika, India, dan Asia; dan sejak ini pulah hubungan ekonomi pinggiran dan sentral lebih diatur secara politis yang dalam bentuk nyatanya mewujudkan dalam pelaksanaan kebijaksanaan dalam merkantilisme. Keempat, lahirnya kembali periode stabil diwilayah sentral, yang terjadi sejak tahun 1945 sampai dengan tahun Wilayah sentral didominasi oleh satu negara adikuasa yakni Amerika Serikat, dan karenanya terjadilah suasana damai diantara bebrapa, kalau bukan semua, negara sntral. Pax Britannica. Dengan kestabilan negara-negara sentral ini, terjadi lagi gerak dekolonisasi, yakni yang terjadi di Afrika, India, dan Asia, dan sekaligus juga muncul kecenderunagn untuk kembali berlakunya perdagangan bebas.

14 Gelombang terakhir, berkaitan dengan pertanyaan, apa yang telah dan sedang terjadi setelah tahun Menurut Bergesen dan Schoenberg, kita nampaknya sedang memasuki suatu putaran global dari gelombang ke tiga kolonialisme. Sekalipun mereka menyadari tentang telah tidak adanya kolonialisme formal, Bergesen dan Schoenberg menyebut berbagai karakteristik yang menurut mereka dapat digunakan sebagai indicator tentang sedang terjadinya ekspansi kolonialisme. Pertama, nampak terlihat jelas bahwa hegemoni Amerika Serikat sebagai negara adikuasa dunia menurun, dan ini, menurut Bergesen dan Schoenberg, membuka peluang besar untuk terciptanya suasana ketidak stabilan di antara negara-negara sentral. Jepang, Jerman, dan Uni Soviet mulai menunjukan gejala menantang menantang hegemoni Amerika Serikat. Kedua, untuk yang ketiga kalinya terlihat jelas tanda-tanda lahirnya pelaksanaan pengaturan politik untuk urusan perdagangan internasional, yang terlihat jelas wujudnya dengan munculnya berbagai kebijaksanaan proteksi dan pembatasan impor. Ketiga, mulai terlihatnya usaha-usaha negara-negara sentral untuk lebih terang-terangan secara politik mengendalikan wilayah negra pinggiran melalui perdagangan senjata. Gejalah ini lebih dipertegas dengan semakin tidak jelasnya posisi gerakan nonblok negara-negara Dunia Ketiga, yang nampaknya memiliki kecenderungan untuk segerah, atau bahkan sudah, bahwa mereka semakin terlihat terpecah-pecah seiring dengan pengaruh politk yang diterima dari berbagai negra sentral. Kecenderunga Jangka Panjang Dengan menganalisis dan membandingkan ketiga gelombang panjang kolonialisme yang telah dan sedang terjadi, Bergesen dan Schoenberg melihat bahwa, seiring dengan perjalanan waktu, gelobang kolonialisme memiliki cirriciri merusak yang semakin berkurang, berlangsung lebih pendek, tetapi memiliki jangkauan wilayah yang lebih luas. Berkaitan dengan akibat kolonialisme, gelombang pertama yang lebih dikenal sebagai bentuk penjajahan kependudukan disini tidak hanya menggambarkan upaya pemaksaan peniruan model masyarakat negara sentral di

15 negara jajahan, tetapi juga sekaligus untuk menunjukan betapa negara sentral telah secara sungguh sungguh-sungguh mencibaa mencabut akar budaya masyarakat setempat, dengan mewujudkan berbagai bentuk dan macam perbudakan, dan secara total hendak menghapuskan pranata sosial yang selama ini dimiliki oleh negara jajahan. Ketika gelobang kedua kolonialisme lahir, karena skala dan jumlah akibat perusaknya lebih kecil, gelobang ini lebih bersifat penguasaan dari pada sebagai upaya pengganti total dari satu perangkat pranat sosial masyarakat tertentu dengan pranata sosial yang lain, dari negara penjajah. Gelombang kolonialisme ketiga, yang sekarang ini sedang terjadi, lebih merupakan munculnya satu situasi ketergantungan negara pinggiran dan berkembang dan dominannya pengaruh negara sentral. Sejalan dengan waktu terjadinya, semakin belakang munculnya gelombang kolonialisme, semakin pendek waktu yang digunakan. Gelombang pertama berlangsung kurang lebih lama dari 100 tahun. Jika kecenderungan gelombang ketiga ini tetap berjalan, Bergesen dan Schoenberg menduga bahwa, gelombang ini akan lebih pendek dibandingkan gelombang kedua. Namun demikian, yang tidak kalah menariknya, ternyata jangkauan wilaya geografis negarah jajahan yang terlibat dalam tatana ekonomi kapitalis dunia semakin luas seiring dengan urutan waktu lahirnya gelobang kolonialisme. Gelombang pertama mencapai puncak pada di tahun 1770 debfab 147 wilayah colonial. Sementara gelombang kedua mencapai puncak kejayaannya pada tahun 1921 memiliki 168 negarah jajahan. Bergesen dan Schoenberg berpendapat bahwa gelobang ketiga ini akan melibatkan wilayah geografis yang lebih luas dibandingkan gelombang-gelombang sebelumnya, khususnya jika dilihat dari jumlah dan intensitas penjual senjata, yang telah melibatkan Amerika Latin, yang sebelumnya, dalam gelombang kedua kolonialisme, merupakan wilayah-wilayah negara yang merdek dan tidak terlibat sama sekali. Pernyataan terakhir yang hendak diajukan Bergesen dan Schoenberg berkaitan dengan mencari jawaban terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap karakteristik gelombang kolonialisme, yang semakin tidak merusak, semakin pendek, tetapi lebih berjangkauan luas. Mereka berpendapat bahwa kecenderungan ini berkaitan erat dengan sifat ekstensif dan intesif pembangunan

16 jangka panjang dari pembangunan ekonomi kapitalis dunia itu sendri. Gelombang kolonialisme pertama sangat berakibat merusak dan berjangka panjang karena gelombanng ini lebih merupakan perwujudan dari usaha untuk menghancurkan dan mnyusun kembali wilayah-wilayah sistem ekonomi dunia, untuk kemudian menjadikan wilayah tesebut terlibat dengan pembagian kerja internasional dari sistem ekonomi-kapitalis dunia tersebut. Upaya menyusun mode produksi lokal untuk menjadi bagian yang fungsional dari pembagian kerja dunia memerlukan tenaga dan kekuatan yang luar biasa besarnya. Penaklukan, penjarahan, perbudakan, dan pencabutan akar budaya lokal merupakan bagian tak terpisahkan untuk mencapai tujuan usaha penggabungan berbagai wilayah kelokari kedalam tatanan ekonomi dunia yang terintegrasi. Setelah berbagai perasaan dasar dari wilayah pinggiran tertata semakin rapi segaris dengan keperluan pembagian kerja internasional, barulah kemudian hubungan ekonomi, khususnya hubungan perdagangan, tumbuh dan berkembang, dan akhirnya menjadikan hubungan ekonomi inilah yang sepenuhnya bertanggung jawab terhadap intergrasi dan utuhnya keseluruhan sistem. Oleh karena itu, Bergesen dan Schoenberg berkesimpulan bahwa semakin kuat sistem duniah tumbuh, maka sestem itu akan semakin mampu memikul beban kenyataan dan kebutuhan kolektif sistem dunia itu sendri, dan karenanya semakin tidak diperlukan hubungan di luar kepentingan ekonomi (extra-economic linkages), dan jika demikian halnya maka kolonialisme dan kebijaksanaan perdagangan yang bersifat politik semakin sedikit di perlukan dan semakin pendek jangkauan waktunya. Semakin luasnya jangkauan wilayah yang terlibat juga nerupakan refleksi dari keseluruhan proses ekspansi dari sistem itu sendri. Namun demikian, jika sistem ekonomi dunia mengalami kesulitan, nampaknya selalu ada kecenderungan untuk kembali yang menggunakan hubungan diluar kepentingan ekonomi, yang kemudian nampaknya selalu ada kecenderungan untuk kembali yang menggunakan hubungan diluar kepentingan ekonomi, yang kemudian nampak wujudnya dengan lahirnya kembali kolonialisme.sekalipun demikian sistem ekonomi dunia tidak dapat bergerak mundur atau kembali seperti ketika awalnya terbentuk, karena sistem ini telah dan selalu semakin kuat dibanding masa-masa sebelumnya. Oleh karena itu, jika

17 kolonialisme muncul kembali, sistem dunia hanya memerlukan sedikit usaha di luar kepentingan ekonomi (extra-economic efforts) untuk membawa kembali kepada operasi normalnya. Ini merupakan jawaban mengapa gelobang kedua kolonialisme berlangsung lebih pendek dan memiliki akibat yang kurang merusak dibandingakan gelombang pertama. Dengan mengikuti garis pembahasan tersebut, nampaknya gelombang kolonialisme untuk masa yang akan datang selalu semakin pendek waktunya dan semakin ringan akibatnya, dan pada gilirannya nanti tidak akan pernah mewujud kwmbali. Nemun demikian, Bergesen dan Schoenberg masih tetap berspekulasi bahwa periode krisis kepitalisme akan selalu memerlukan semacam model akumulasi modal secara primitive untuk membawa kembali sistem itu berpijak secara teguh. Jika demikian halnya, ketika suatu saat kita mengalami terjadinya masa surut yang berat dari sistem ekonomi dunia, kebijaksanaan dan pengaturan politk akan muncul kembali, yang diperlukan untuk mengatur kembali mekanisme yang telah ada dan membimbing berlanjtnya kembali sistem itu. Secara ringkas, dari keseluruhan penjelasan tentang gelombang panjang kolonialisme dari Bergesen dan Schoenberg, tidak berlebuhan jika dikatakan bahwa mereka telah secara teliti dan berhasil dengan baik mengambil dan menggunakan struktur teori dan konsep sistem dunia.

KEKUATAN TEORI SISTEM DUNIA SKALA GLOBAL

KEKUATAN TEORI SISTEM DUNIA SKALA GLOBAL KEKUATAN TEORI SISTEM DUNIA SKALA GLOBAL Berbeda dengan aliran teori pembangunan yang lain, teori sistem dunia secara sungguh-sungguh menyatakan, bahwa unit analisa yang berlaku untuk ilmu sosial adalah

Lebih terperinci

Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Ir. Daru Retnowati, M.Si.

Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Ir. Daru Retnowati, M.Si. PERUBAHAN SOSIAL Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Ir. Daru Retnowati, M.Si. Perpektif Sistem Dunia dalam Perubahan Sosial (02) Pertemuan ke-14 Wilayah Semi-Pinggiran Pada wilayah negara semi-pinggiran,

Lebih terperinci

Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Ir. Daru Retnowati, M.Si.

Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Ir. Daru Retnowati, M.Si. PERUBAHAN SOSIAL Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Ir. Daru Retnowati, M.Si. Perspektif Sistem Dunia dalam Perubahan Sosial (01) Pertemuan ke-13 Teori sistem dunia menawarkan orientasi penafsiran baru

Lebih terperinci

BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN

BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN TEORI DEPENDENSI Dr. Azwar, M.Si & Drs. Alfitri, MS JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ANDALAS Latar Belakang Sejarah Teori Modernisasi

Lebih terperinci

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar. Tiga Gelombang Demokrasi Demokrasi modern ditandai dengan adanya perubahan pada bidang politik (perubahan dalam hubungan kekuasaan) dan bidang ekonomi (perubahan hubungan dalam perdagangan). Ciriciri utama

Lebih terperinci

Pendekatan Historis Struktural

Pendekatan Historis Struktural Teori modernisasi ternyata mempunyai banyak kelemahan sehingga timbul sebuah alternatif teori yang merupakan antitesis dari teori modernisasi. Kegagalan modernisasi membawa kenajuan bagi negara dunia ketiga

Lebih terperinci

KETERGANTUNGAN DAN KETERBELAKANGAN. Slamet Widodo

KETERGANTUNGAN DAN KETERBELAKANGAN. Slamet Widodo KETERGANTUNGAN DAN KETERBELAKANGAN Slamet Widodo Teori modernisasi ternyata mempunyai banyak kelemahan sehingga timbul sebuah alternatif teori yang merupakan antitesis dari teori modernisasi. Kegagalan

Lebih terperinci

BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN

BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN TEORI DEPENDENSI BARU Dr. Azwar, M.Si & Drs. Alfitri, MS JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ANDALAS Teori Dependensi Baru Teori ini

Lebih terperinci

Sebuah Pendekatan dalam Mempelajari Pembangunan di Negara Berkembang. By Dewi Triwahyuni

Sebuah Pendekatan dalam Mempelajari Pembangunan di Negara Berkembang. By Dewi Triwahyuni Sebuah Pendekatan dalam Mempelajari Pembangunan di Negara Berkembang By Dewi Triwahyuni Jika Teori Modernisasi cenderung menjadikan negara2 maju/industri sebagai model pembangunan, sebaliknya teori dependensia

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. A. Kesimpulan. jasa, finansial dan faktor produksi di seluruh dunia. Globalisasi ekonomi dipandang

BAB V KESIMPULAN. A. Kesimpulan. jasa, finansial dan faktor produksi di seluruh dunia. Globalisasi ekonomi dipandang 134 BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Globalisasi ekonomi adalah proses pembentukan pasar tunggal bagi barang, jasa, finansial dan faktor produksi di seluruh dunia. Globalisasi ekonomi dipandang juga sebagai

Lebih terperinci

1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME

1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME 1 1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME Dalam sejarahnya, manusia memang sudah ditakdirkan untuk berkompetisi demi bertahan hidup. Namun terkadang kompetisi yang dijalankan manusia itu tidaklah sehat dan menjurus

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional

Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional Oleh : Andy Wijaya NIM :125110200111066 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya Malang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki peranan penting

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B BAB V KESIMPULAN Jepang menjadi lumpuh akibat dari kekalahanya pada perang dunia ke dua. Namun, nampaknya karena kondisi politik internasional yang berkembang saat itu, menjadikan pemerintah pendudukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tugas-tugas pada posisinya tersebut. Apabila kita berbicara tentang tugas-tugas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tugas-tugas pada posisinya tersebut. Apabila kita berbicara tentang tugas-tugas BAB II KAJIAN PUSTAKA Sebagai sebuah mekanisme yang terus berfungsi, masyarakat harus membagi anggotanya dalam posisi sosial yang menyebabkan mereka harus melaksanakan tugas-tugas pada posisinya tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

Asumsi dasar dari teori modernisasi mencakup:

Asumsi dasar dari teori modernisasi mencakup: Asumsi dasar dari teori modernisasi mencakup: (1) Bertolak dari dua kutub dikotomis yaitu antara masyarakat modern (masyarakat negara-negara maju) dan masyarakat tradisional (masyarakat negara-negara berkembang);

Lebih terperinci

PERADABAN AMERIKA MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

PERADABAN AMERIKA MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI FISIP HI UNJANI CIMAHI 2011 PERADABAN MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI Revolusi Amerika 1776 Perang Sipil di Amerika 1861-1845 Perkembangan Amerika Serikat dan Amerika Latin Amerika Serikat Sebagai

Lebih terperinci

RUANG LINGKUP KAJIAN EKONOMI POLITIK

RUANG LINGKUP KAJIAN EKONOMI POLITIK Tugas Makalah RUANG LINGKUP KAJIAN EKONOMI POLITIK OLEH Nama : Azizah Nim : 08C20201043 Jurusan : ADM 1 FAKULTAS ILMU SOSIAL POLITIK UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH TAHUN AKADEMIK 2011/2012 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat

Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat Kesimpulan Amerika Serikat saat ini adalah negara yang sedang mengalami kemunduran. Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat relatif; karena disaat kemampuan ekonomi dan

Lebih terperinci

RUANG KAJIAN PERUBAHAN SOSIAL DAN PEMBANGUNAN PENGARANG : SUWARSONO DAN ALVIN Y. SO. Oleh : Wahyu Ishardino Satries. Abstrak

RUANG KAJIAN PERUBAHAN SOSIAL DAN PEMBANGUNAN PENGARANG : SUWARSONO DAN ALVIN Y. SO. Oleh : Wahyu Ishardino Satries. Abstrak RUANG KAJIAN PERUBAHAN SOSIAL DAN PEMBANGUNAN PENGARANG : SUWARSONO DAN ALVIN Y. SO Oleh : Wahyu Ishardino Satries Abstrak This writing is an adaption from the book of Suwarsono and Alvin Y. So Social

Lebih terperinci

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global. BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang bergulir dengan cepat dan didukung oleh kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang bergulir dengan cepat dan didukung oleh kemajuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses globalisasi yang bergulir dengan cepat dan didukung oleh kemajuan teknologi tertentu di bidang komunikasi dan informasi telah mengakibatkan menyatunya pasar

Lebih terperinci

Bagian Pertama: PENDEKATAN EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL

Bagian Pertama: PENDEKATAN EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL Bagian Pertama: PENDEKATAN EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL 1 2 BAB I Memahami Ekonomi Politik Internasional A. Pendahuluan Negara dan pasar dalam perkembangannya menjadi dua komponen yang tidak terpisahkan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional, perekonomian akan saling terjalin

Lebih terperinci

Amerika Tanam Pengaruh di Asia Sejak Desember 1949

Amerika Tanam Pengaruh di Asia Sejak Desember 1949 Amerika Tanam Pengaruh di Asia Sejak Desember 1949 http://forum.viva.co.id/showthread.php?t=1896354 Jika kita telisik lebih mendalam, sebenarnya kebijakan strategis AS untuk menguasai dan menanam pengaruh

Lebih terperinci

Pokok-Pokok Pikiran Mengenai Kelas Menengah *

Pokok-Pokok Pikiran Mengenai Kelas Menengah * Pokok-Pokok Pikiran Mengenai Kelas Menengah * Farchan Bulkin 1. Gejala kelas menengah dan sektor swasta tidak bisa dipahami dan dianalisa tanpa pemahaman dan analisa kapitalisme. Pada mulanya, dewasa ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewan keamanan PBB bertugas untuk menjaga perdamaian dan keamanan antar negara dan dalam melaksanakan tugasnya bertindak atas nama negaranegara anggota PBB.

Lebih terperinci

Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia

Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia Oleh : Indah Astutik Abstrak Globalisasi ekonomi merupakan proses pengintegrasian ekonomi nasional ke dalam sistim ekonomi global yang

Lebih terperinci

Pokok-Pokok Pikiran Mengenai Kelas Menengah*

Pokok-Pokok Pikiran Mengenai Kelas Menengah* Nomor 15, Januari - 2008 Redaksi: Edi Cahyono, Maxim Napitupulu, Maulana Mahendra, Muhammad Husni Thamrin, Hemasari Dharmabumi Diterbitkan oleh: Yayasan Penebar penebar e-news terbit sebagai media pertukaran

Lebih terperinci

Atika Puspita Marzaman. Recep Tayyib Erdogan:

Atika Puspita Marzaman. Recep Tayyib Erdogan: Atika Puspita Marzaman Recep Tayyib Erdogan: Turki, Islam, dan Uni Eropa HEPTAcentrum Press Recep Tayyib Erdogan: Turki, Islam, dan Uni Eropa Oleh: Atika Puspita Marzaman Copyright 2011 by Atika Puspita

Lebih terperinci

Hubungan Buruh, Modal, dan Negara By: Dini Aprilia, Eko Galih, Istiarni

Hubungan Buruh, Modal, dan Negara By: Dini Aprilia, Eko Galih, Istiarni Hubungan Buruh, Modal, dan Negara By: Dini Aprilia, Eko Galih, Istiarni INDUSTRIALISASI DAN PERUBAHAN SOSIAL Industrialisasi menjadi salah satu strategi pembangunan ekonomi nasional yang dipilih sebagai

Lebih terperinci

Membuka Tabir Rahasia Kolonialisme dan Imperialisme: Mengenang Lagi Bung Hatta

Membuka Tabir Rahasia Kolonialisme dan Imperialisme: Mengenang Lagi Bung Hatta Membuka Tabir Rahasia Kolonialisme dan Imperialisme: Mengenang Lagi Bung Hatta http://www.aktual.com/membuka-tabir-rahasia-kolonialisme-dan-imperialisme/ Oktober 26, 2016 19:13 Membuka Tabir Rahasia Kolonialisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi dari sisi ekonomi adalah suatu perubahan dunia yang bersifat mendasar atau struktural dan akan berlangsung terus dalam Iaju yang semakin pesat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. mencari mitra kerjasama di bidang pertahanan dan militer. Karena militer dapat

BAB V KESIMPULAN. mencari mitra kerjasama di bidang pertahanan dan militer. Karena militer dapat BAB V KESIMPULAN Kerjasama Internasional memang tidak bisa terlepaskan dalam kehidupan bernegara termasuk Indonesia. Letak geografis Indonesia yang sangat strategis berada diantara dua benua dan dua samudera

Lebih terperinci

Teori juga membantu dalam memilih metode penelitian, menguji data, menarik kesimpulan, dan merumuskan tindak lanjut kebijaksanaan.

Teori juga membantu dalam memilih metode penelitian, menguji data, menarik kesimpulan, dan merumuskan tindak lanjut kebijaksanaan. Semua Ilmu akan mengalami kesulitan dalam melakukan penelitian tanpa teori. Teori merupakan alat bantu utama. Teori mempertajam proses berpikir, menggelar kerangka analisa, membantu merumuskan hipotesa,

Lebih terperinci

Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Ir. Daru Retnowati, M.Si.

Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Ir. Daru Retnowati, M.Si. Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Ir. Daru Retnowati, M.Si. Pertemuan ke-9 (01) Sejarah Lahirnya Teori Modernisasi lahir sebagai produk sejarah 3 peristiwa penting setelah masa perang dunia II, yaitu:

Lebih terperinci

Menyoal Kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia * Oleh: Prayoto Fakultas Teknik, UNIKOM

Menyoal Kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia * Oleh: Prayoto Fakultas Teknik, UNIKOM Menyoal Kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia * Oleh: Prayoto Fakultas Teknik, UNIKOM Mempersoalkan kualitas sumber daya manusia merupakan suatu hal yang tidak mudah. Apalagi kita sebagai bangsa Indonesia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1853, dengan kapal perangnya yang besar, Komodor Perry datang ke Jepang. Pada saat itu, Jepang adalah negara feodal yang terisolasi dari negara-negara lainnya

Lebih terperinci

B. TEORI KEUNGGULAN KOMPARATIF (COMPARATIVE ADVANTAGE)

B. TEORI KEUNGGULAN KOMPARATIF (COMPARATIVE ADVANTAGE) A. PENDAHULUAN Pemikiran-pemikiran para ahli ekonomi pada suatu waktu diterima. Akan tetapi, kalau dianggap tidak mampu memecahkan masalah sosial dan ekonomi yang dihadapi, pemikiranpemikiran tersebut

Lebih terperinci

membuka diri terhadap dunia internasional. Peristiwa ini mengakibatkan kepercayaan Daimyo terhadap kekuasaan Tokugawa menjadi menurun.

membuka diri terhadap dunia internasional. Peristiwa ini mengakibatkan kepercayaan Daimyo terhadap kekuasaan Tokugawa menjadi menurun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jepang merupakan negara di Asia yang pernah menjadi Negara imperialis. Dengan usaha melakukan politik ekspansi ke kawasan Asia Pasifik termasuk Indonesia, Jepang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 101 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Bab ini merupakan kesimpulan dan saran dari penulisan skripsi yang berjudul Blokade Ekonomi Napoleon Bonaparte dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Inggris

Lebih terperinci

Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Ir. Daru Retnowati, M.Si.

Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Ir. Daru Retnowati, M.Si. PERUBAHAN SOSIAL Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Ir. Daru Retnowati, M.Si. Perspektif Dependensi dalam Perubahan Sosial (01) Pertemuan ke-12 Tidak ada negara menjadi maju, kecuali dengan meninggalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. surut. Dua periode penting tersebut adalah masa Kaisar Meiji ( ) dan. yang kemudian dikenal dengan Restorasi Meiji.

BAB I PENDAHULUAN. surut. Dua periode penting tersebut adalah masa Kaisar Meiji ( ) dan. yang kemudian dikenal dengan Restorasi Meiji. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sepanjang sejarah, kekaisaran Jepang beberapa kali mengalami masa pasang surut. Dua periode penting tersebut adalah masa Kaisar Meiji (1868-1912) dan Kaisar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sejarah Korea yang pernah berada di bawah kolonial kekuasaan Jepang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi sumber

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya

BAB V KESIMPULAN. ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya BAB V KESIMPULAN Keamanan energi erat hubungannya dengan kelangkaan energi yang saat ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya industrialisasi dan kepentingan militer. Kelangsungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 Potret ekonomi dikawasan ASEAN+3 hingga tahun 199-an secara umum dinilai sangat fenomenal. Hal

Lebih terperinci

KEWARGANEGARAAN GLOBALISASI DAN NASIONALISME. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika.

KEWARGANEGARAAN GLOBALISASI DAN NASIONALISME. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika. KEWARGANEGARAAN Modul ke: GLOBALISASI DAN NASIONALISME Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Teknik Informatika www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Abstract : Menjelaskan pengertian globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dan merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dan merupakan salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PEMILIHAN JUDUL Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dan merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia, merupakan pasar

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H14104016 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus

Lebih terperinci

bebrapa sistem perekonomian.

bebrapa sistem perekonomian. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMP Negeri 1 Bandung Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas/ Semester : VIII/II Standar Kompetensi : 7. Memahami Kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka dimana lalu lintas perekonomian internasional sangat penting dalam perekonomian

Lebih terperinci

Riwayat Hubungan Kerja Oleh: Agusmidah

Riwayat Hubungan Kerja Oleh: Agusmidah Riwayat Hubungan Kerja Oleh: Agusmidah Hubungan kerja dalam arti hubungan antara orang yang melakukan pekerjaan pada/dibawah pimpinan orang lain/badan telah melewati berbagai fase. Di awali dengan hubungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi dapat definisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu (Jogiyanto, 2008: 5).

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

Konsep Dasar Ekonomi Pembangunan. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Konsep Dasar Ekonomi Pembangunan. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Konsep Dasar Ekonomi Pembangunan Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Permasalahan Pembangunan Ekonomi - Pendekatan perekonomian : Pendekatan Makro - Masalah dalam perekonomian : rendahnya pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

: SARJANA/DIPLOMA. PETUNJUK KHUSUS Pilihlah salah satu jawaban yang saudara anggap paling tepat diantara 5 pilihan yang tersedia

: SARJANA/DIPLOMA. PETUNJUK KHUSUS Pilihlah salah satu jawaban yang saudara anggap paling tepat diantara 5 pilihan yang tersedia MATA UJIAN BIDANG TINGKAT : P.ENGETAHUAN UMUM : SEJARAH : SARJANA/DIPLOMA PETUNJUK UMUM 1) Dahulukan menulis nama dan nomor peserta pada lembar jawaban 2) Semua jawaban dikerjakan di lembar jawaban yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat dikatagorikan sebagai salah satu negara yang maju dari benua Eropa. Republik Perancis saat ini adalah

Lebih terperinci

HISTORY OF AFRICA. By: Umi Hartati, M.Pd

HISTORY OF AFRICA. By: Umi Hartati, M.Pd HISTORY OF AFRICA By: Umi Hartati, M.Pd IMPERIALISME & KOLONIALISME BENUA AFRIKA Nasib Afrika tidak di tangan bangsa Afrika sendiri, tetapi ditentukan oleh bangsa kulit putih. Pada umumnya negara-negara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Transportasi Kereta Api Transportasi merupakan dasar untuk pembangunan ekonomi dan perkembangan masyarakat, serta pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK. diambil dari mata uang India Rupee. Sebelumnya di daerah yang sekarang disebut

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK. diambil dari mata uang India Rupee. Sebelumnya di daerah yang sekarang disebut BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK 2.1 Rupiah Rupiah (Rp) adalah mata uang Indonesia (kodenya adalah IDR). Nama ini diambil dari mata uang India Rupee. Sebelumnya di daerah yang sekarang disebut Indonesia menggunakan

Lebih terperinci

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Rakyat Cina (RRC) adalah salah satu negara maju di Asia yang beribukota di Beijing (Peking) dan secara geografis terletak di 39,917 o LU dan 116,383

Lebih terperinci

2. SEJARAH INVESTASI. Page9 POKOK POKOK HUKUM INVESTASI INDONESIA

2. SEJARAH INVESTASI. Page9 POKOK POKOK HUKUM INVESTASI INDONESIA Page9 2. SEJARAH INVESTASI Dengan uraian berikut ini diharapkan akan dipahami sejarah terjadinya investasi di berbagai negara, serta motivasi dilakukannya investasi baik oleh negara maupun swasta. Kemudian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. sehingga berada dalam ujung tanduk kehancuran, momentum yang tepat ini

BAB V KESIMPULAN. sehingga berada dalam ujung tanduk kehancuran, momentum yang tepat ini BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Historis Kekalahan Uni Soviet dalam perang dingin membuatnya semakin lemah sehingga berada dalam ujung tanduk kehancuran, momentum yang tepat ini dimanfaatkan oleh negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan merupakan faktor penting untuk merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Perdagangan akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara, meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Jepang Pasca Perang Dunia II Pada saat Perang Dunia II, Jepang sebagai negara penyerang menduduki negara Asia, terutama Cina dan Korea. Berakhirnya Perang Dunia II merupakan kesempatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

Ebook dan Support CPNS Ebook dan Support CPNS. Keuntungan Bagi Member cpnsonline.com:

Ebook dan Support CPNS   Ebook dan Support CPNS. Keuntungan Bagi Member cpnsonline.com: SEJARAH NASIONAL INDONESIA 1. Tanam paksa yang diterapkan pemerintah colonial Belanda pada abad ke-19 di Indonesia merupakan perwujudan dari A. Dehumanisasi masyarakat Jawa B. Bekerjasama dengan Belanda

Lebih terperinci

NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG

NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG Salah satu ciri dari negara berkembang adalah sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai petani. Kegiatan pertanian yang dilakukan masih menggunakan peralatan tradisional,

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam

I. PENDAHULUAN. Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Tingkat inflasi berbeda dari satu periode ke periode lainnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang gencar-gencarnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang gencar-gencarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang gencar-gencarnya melakukan pembangunan di berbagai daerah dan di segala bidang. Pembangunan ini sendiri bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aspek Hukum Internasional itu sendiri yang menjadi alasan utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Aspek Hukum Internasional itu sendiri yang menjadi alasan utama dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penulisan Aspek Hukum Internasional itu sendiri yang menjadi alasan utama dalam upaya pemilihan judul skripsi ini. Sebab dunia internasional dihadapkan kepada beragam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teh ditemukan sekitar tahun 2700 SM di Cina. Seiring berjalannya waktu, teh saat ini telah ditanam di berbagai negara, dengan variasi rasa dan aroma yang beragam. Menurut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah disparitas

BAB I PENDAHULUAN. Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah disparitas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah disparitas (ketimpangan) distribusi pendapatan dan tingkat kemiskinan. Tidak meratanya distribusi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan pasca- perang dingin ini juga mempunyai implikasi strategis baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan pasca- perang dingin ini juga mempunyai implikasi strategis baik BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hubungan Internasional Runtuhnya Uni Soviet sebagai negara komunis utama pada tahun 1990-an memunculkan corak perkembangan Hubungan Internasional yang khas. Perkembangan pasca-

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sektor riil dalam pembahasan mengenai ekonomi makro menggambarkan kondisi perekonomian dipandang dari sisi permintaan dan penawaran barang dan jasa. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Lingkungan bisnis merupakan segala sesuatu yang mempunyai pengaruh terhadap aktivitas usaha atau bisnis dalam suatu perusahaan atau jenis usaha lainnya, dan dapat menimbulkan

Lebih terperinci

Cochrane dan Pain menegaskan bahwa dalam kaitannya dengan globalisasi, terdapat tiga posisi teroritis yang dapat dilihat, yaitu:

Cochrane dan Pain menegaskan bahwa dalam kaitannya dengan globalisasi, terdapat tiga posisi teroritis yang dapat dilihat, yaitu: yang ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan akan hal sama, perubahan dan ketidakpastian, serta kenyataan yang mungkin terjadi. Sejalan dengan itu, Peter Drucker menyebutkan globalisasi sebagai zaman

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1975 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1975 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1975 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa dalam rangka persidangan Majelis Perserikatan Bangsa-Bangsa ke XXX di New York, dipandang perlu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini hampir semua negara-negara di dunia menganut sistem pasar bebas

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini hampir semua negara-negara di dunia menganut sistem pasar bebas BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat ini hampir semua negara-negara di dunia menganut sistem pasar bebas sehingga terkait satu sama lain. Aliran dana bebas keluar masuk dari satu negara ke negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Bank Indonesia selaku bank sentral berdasarkan pasal 4 Ayat 1 Undangundang RI No. 23 Tahun 1999 merupakan lembaga negara yang independen. Hal ini berarti

Lebih terperinci

BAB IV BUDAYA DAN ALAM PIKIR MASA PENGARUH KEBUDAYAAN ISLAM DAN BARAT

BAB IV BUDAYA DAN ALAM PIKIR MASA PENGARUH KEBUDAYAAN ISLAM DAN BARAT BAB IV BUDAYA DAN ALAM PIKIR MASA PENGARUH KEBUDAYAAN ISLAM DAN BARAT A. Pengaruh Kebudayaan Islam Koentjaraningrat (1997) menguraikan, bahwa pengaruh kebudayaan Islam pada awalnya masuk melalui negara-negara

Lebih terperinci

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan tersebut atau lebih dikenal dengan perdagangan internasional.

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan tersebut atau lebih dikenal dengan perdagangan internasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu negara yang memiliki rasa ketergantungan dari negara lainnya, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dirasa tidaklah mencukupi, apabila hanya mengandalkan sumber

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK UMUM DAN STRUKTUR KEGIATAN EKONOMI NEGARA BERKEMBANG

KARAKTERISTIK UMUM DAN STRUKTUR KEGIATAN EKONOMI NEGARA BERKEMBANG KARAKTERISTIK UMUM DAN STRUKTUR KEGIATAN EKONOMI NEGARA BERKEMBANG PENGELOMPOKAN NEGARA Negara maju (Developed Countries) : Eropa Barat dan Amerika Utara, Negara-negara Australia dan New Zealand. Negara

Lebih terperinci

Studi Investor Global 2017

Studi Investor Global 2017 Studi Investor Global 2017 Perilaku investor: dari prioritas ke ekspektasi Studi Investor Global 2017 1 Daftar Isi 3 11 Ikhtisar Generasi milenial memiliki situasi yang bertentangan 4 12 Tren global menunjukkan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008 BAB IV PENUTUP A.Kesimpulan Sangat jelas terlihat bahwa Asia Tengah memerankan peran penting dalam strategi China di masa depan. Disamping oleh karena alasan alasan ekonomi, namun juga meluas menjadi aspek

Lebih terperinci

Dari Kekuatan Ekonomi hingga Teknologi: Potensi China dan India Menyalip Amerika Serikat. Oleh: Hendra Permana

Dari Kekuatan Ekonomi hingga Teknologi: Potensi China dan India Menyalip Amerika Serikat. Oleh: Hendra Permana Dari Kekuatan Ekonomi hingga Teknologi: Potensi China dan India Menyalip Amerika Serikat Oleh: Hendra Permana Pendahuluan Dua peristiwa besar beberapa Minggu terakhir ini mengguncang dunia. Pertama, China

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis dan persaingan antar perusahaan pada masa

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis dan persaingan antar perusahaan pada masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis dan persaingan antar perusahaan pada masa sekarang ini semakin ketat. Hal tersebut akan berdampak pada pelanggan, persaingan usaha dan perubahan.

Lebih terperinci

yang dihadapi pasukan mereka. Tingginya jumlah korban jiwa baik dari pihak sipil maupun pasukan NATO serta besarnya dana yang harus dialirkan menjadi

yang dihadapi pasukan mereka. Tingginya jumlah korban jiwa baik dari pihak sipil maupun pasukan NATO serta besarnya dana yang harus dialirkan menjadi BAB V PENUTUP Penelitian ini berawal dari sebuah keputusan berani yang dikeluarkan oleh Presiden Perancis Nicholas Sarkozy pada tahun 2012 terkait penarikan pasukan Perancis dari Afghanistan. Dikatakan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEKSTIL INDONESIA TAHUN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEKSTIL INDONESIA TAHUN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEKSTIL INDONESIA TAHUN 1985-2005 SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan S-1 pada Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 1997). Salah satu indikator kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 1997). Salah satu indikator kemajuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan dalam perspektif luas dapat dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap

Lebih terperinci