DAFTAR PUSTAKA. Alikodra, H.S Pengelolaan Satwa Liar Jilid 1. Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB, Bogor.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR PUSTAKA. Alikodra, H.S Pengelolaan Satwa Liar Jilid 1. Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB, Bogor."

Transkripsi

1 DAFTAR PUSTAKA Alikodra, H.S Pengelolaan Satwa Liar Jilid 1. Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB, Bogor. Anonim Burung. Mengenal Lebih Dekat Satwa yang Dilindungi. Departemen Kehutanan. Jakarta. Argeloo, M The Conservation Project. Institute of Taxonomix Zoology. Universitas Of Amsterdam. Netherlands. Bappeda dan Kantor Statistik Kabupaten Mamuju Kabupaten Mamuju dalam Angka. Kantor Statistik Kabupaten Mamuju. Sulawesi Selatan. Butchart, S.H.M. dan G.C, Baker Priority Site for Conservation of s (Macrocephalon maleo) in Central Sulawesi. Journal of Biological Conservation. 94 : Christy, M.J. dan S.M. Lentey Proyek Tahap 1 & 2. The Wildlife Conservation Society. Coates, B.J., K.D. Bishop, dan D. Gardner Panduan Lapangan Burungburung di Kawasan Wallacea. Sulawesi, Maluku dan Nusa Tenggara. penerjemah; S.N. Kartikasari, M.D. Tapilatu, dan D. Rini. BirdLIfe International-Indonesia Programme & Dove Publications. Bogor. Terjemahan dari: A Guide to the birds of Wallacea: Sulawesi, The Moluccas and Lesser Sunda Islands, Indonesia. Cooperrider, A.Y., R.J, Boyd dan H.R. Stuart Inventory and Monitoring of Wildlife Habitat. The Journal of Wildlife Management 52(3): 568. Dekker, R.W.R.J. dan J. Wattel Egg and Image : New and Traditional Uses for (Macrocephalon maleo). ICBP Technical Publication 6: Dekker, R.W.R.J Conservation and Biology of Megapodes. Radopi. Amsterdam. Dekker, R.W.R.J. dan P.J.K. McGowan Megapodes: An Action Plan for Their Conservation IUCN, Gland, Switzerland. Gazi, R Karakteristik Telur Burung Pada Habitat Telur yang Berbeda. [Skripsi]. Universitas Hasanuddin, Makassar. Gorog A.J., B, Pamungkas, dan R.J. Lee Nesting Groound Abandonment by the (Macrocephalon maleo) in North Sulawesi : Identifying conservation priorities for Indonesia`s Endemic Megapode. Journal of Biological Conservation 126:

2 Gunawan, H Karakteristik Lapangan Peneluran Alami Burung (Macrocephalon maleo) di Taman Nasional Dumoga Bone, Sulawesi Utara. Jurnal Penelitian Kehutanan 7(1): , Strategi Burung (Macrocephalon maleo SAL MULLER 1846) dalam Seleksi Habitat Tempat Bertelurnya di Sulawesi. [Tesis]. Program Pascarsarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor Jones, D. N., R. W. R. J. Dekker. dan C. S Roselaar The Megapodes. Oxford University Press, Oxford. Koentjaraningrat Metode-metode Penelitian Masyarakat. Gramedia. Jakarta. Ma arif, M.S. dan H. Tanjung Teknik-teknik Kuantitatif untuk Manajemen. Grasindo. Jakarta. Mallombasang, S.N Peran Vegetasi Pada Habitat Bertelur (Nesting Ground) Burung di Kabupaten Mamuju Sulawesi Selatan. [Tesis]. Program Pascasarjana. Universitas Gadjah mada. Nawawi, H. H Metode Penelitian Sosial. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Nazir, M Metode Penelitian. Cetakan keempat. Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta. Sumangando, A Biologi Perkembangan Burung (Macrocephalon maleo Sall Muller;1846) yang ditetaskan secara Ex-Situ. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Walpole, R.E Pengantar Statistik. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. White, C.M.N. dan M.D. Bruce., The Bird of Wallacea. B.O.U. Check list 7. British Ornitologist Union. Whitten, A.J., M, Mustopa. dan G.S. Anderson Ekologi Sulawesi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Zieren. M Birds (Macrocephalon maleo) in Dumoga Bone National Park. An analysis of habitat suitability of nesting grounds. Mimegraphed Report, Agricult. University of Wageningen.

3 Lampiran 1 Hasil Penilaian Kondisi Fisik Lokasi Bertelur di Kabupaten Mamuju No Lokasi bertelur Status 1 Tobinta Aktif/baru ditemukan 2 Lelo losso Aktif/baru ditemukan 3 Tambung Tangnga Aktif/baru ditemukan Tipe lokasi Luas lokasi (m 2 ) Kondisi Fisik Bentuk lokasi Tekstur tanah Jumlah lubang Dalam lubang (cm) Jarak dgn pantai (m) Pembobotan Bobot Skor KP Keterangan Hutan 20 Oval Kerikil halus Kurang Lokasi ada karena ada Pantai 500 Persegi Pasir berlempung Pantai 500 Persegi Pasir berlempung Pantai 600 Persegi Pasir berlempung Pantai 600 Persegi Pasir berlempung Pantai 1000 Persegi Pasir berlempung Pantai 25 Bulat Pasir berlempung Pantai 200 Bulat Pasir berlempung Pantai 100 Bulat Lempung berpasir Kurang Sedang longsoran. 4 Koloe Aktif Sedang 5 Lemo Aktif Sedang 6 Pambua Aktif Baik 7 Bambamata Aktif Tdk baik Lokasi sangat kecil 8 Kasoloang Aktif Sedang 9 Randomayang Aktif Tdk baik Tdk terdapat jejak 10 Kayumoloa Aktif Pantai 50 Persegi Lempung Tdk baik Tdk terdapat jejak Pantai 150 Oval Pasir Kurang 11 Tanjung Tambue Aktif 12 Padongga Aktif 13 Belang-belang Aktif 14 Barang-barang Aktif/baru ditemukan 15 Malasigo Aktif/baru ditemukan 16 Tambung Aktif/baru ditemukan 17 Tapanduli Aktif/baru ditemukan 18 Udung Butung Aktif/baru ditemukan berlempung Pantai 50 Persegi Lempung berpasir Pantai 40 Bulat Pasir berlempung Pantai 20 Bulat Lempung berpasir Pantai 500 Persegi Lempung berpasir 9 50 < Tdk baik Tdk baik Tdk terdapat jejak Kurang Lokasi sangat kecil Kurang Pantai 450 Oval Lempung Tdk baik Tdk terdapat jejak Pantai 100 Persegi Lempung berpasir Pantai 1000 Persegi Lempung berpasir Kurang Sedang Keterangan : KP = Kategori Penilaian Pembobotan = 4;baik, 3;sedang, 2;kurang, 1;tidak baik

4 Lampiran 2 Hasil Penilaian Gangguan di Lokasi Bertelur di Kabupaten Mamuju Gangguan Pembobotan No Lokasi bertelur Kehadiran Frekuensi Pengambilan telur Bentuk gangguan manusia gangguan Predator Bobot Skor KP 1 Tobinta Ya Ya Jalan, tapak Sering Anjing Sering 2 Lelo Losso Ya Ya Penebangan bakau Aktif Biawak, Elang Sering 3 Tambung Tangnga Ya Ya Aktivitas pemancingan Sering Biawak, Elang Kurang 4 Koloe Ya Ya - Kurang Babi hutan, Biawak Kurang 5 Lemo Ya Ya - Kurang Babi hutan, Biawak Kurang 6 Pambua Ya Ya - Kurang Biawak Sering 7 Bambamata Ya Ya Jalan Sering Anjing, Biawak Aktif 8 Kasoloang Ya Ya Jalan Sering Anjing Sering 9 Randomayang Ya Ya Pertanian, jalan, menangkap Sering Anjing, Biawak Aktif 10 Kayumoloa Ya Ya Pertanian, nelayan Sering Anjing, Biawak Aktif 11 Tanjung Tambue Ya Ya Pertanian, jalan Kurang Anjing, Biawak Sering 12 Padongga Ya Ya Penebangan pohon, Sering Biawak, Elang, Aktif pembuatan tambak Monyet Dare, 13 Belang-belang Ya Ya Jalan, pemukiman, suara chain-saw, tempat rekreasi. Keterangan : KP = Kategori Penilaian Pembobotan = 4;tidak ada, 3;kurang, 2;sering, 1;aktif Sering Anjing, Biawak Sering 14 Barang-barang Ya Ya Perkebunan, jalan Sering Biawak Sering 15 Malasigo Ya Ya Jalan, pemukiman Aktif Anjing, Biawak Aktif 16 Tambung Ya Ya Pembuatan tambak Sering Anjing, Biawak Aktif 17 Tapanduli Ya Ya Jalan, suara mesin chain-saw Sering Anjing, Biawak Sering 18 Udung Butung Ya Ya Pertanian, jalan, jebakan Kurang Anjing, Biawak, Elang Sering

5 Lampiran 3 Hasil Pembobotan Invasi Vegetasi Sekunder di Lokasi Bertelur di Kabupaten Mamuju No Lokasi bertelur Luas lokasi (m 2 ) Tutupan vegetasi (%) Jenis vegetasi Pembobotan Bobot Skor KP 1 Tobinta Cleome ruditidosperma, Lantana camara, Calopogonium sp, Mimosa pudica Kurang 2 Lelo Losso Calopogonium sp, Coenea aquatica, Commelina nud F, Cyperus rotundus, Sbg tertutup Elettariopsis curtisii. 3 Tambung Tangnga Calopogonium sp, Coenea aquatica, Commelina nud F, Cyperus rotundus Sbg tertutup 4 Koloe Imperata cilindrica, Lantana camara, Coenea aquatica Sbg tertutup 5 Lemo Imperata cilindrica, Coenea aquatica Sbg tertutup 6 Pambua Coenea aquatica Sbg tertutup 7 Bambamata Piper adumcum, Coenea aquatica Sbg tertutup 8 Kasoloang Mimosa pudica, Coenea aquatica Kurang 9 Randomayang Cyperus rotundus, Commelina nud F, Lantana camara, Mimosa pudica, Piper Tertutup adumcum 10 Kayumoloa Ipomoea pes-caprae, Coenea aquatica, calopogonium sp, Purtulaca oleraceae, Lantana camaracyperus rotundus Tertutup 11 Tanjung Tambue Lantana camara, Coenea aquatica Sbg tertutup 12 Padongga Imperata cilindrica, Lantana camara, Coenea aquatica Sbg tertutup 13 Belang-belang Ipomoea pes-caprae, Lantana camara, Piper adumcum Sbg tertutup 14 Barang-barang Commelina nud F, Piper adumcum Kurang 15 Malasigo Imperata cilindrica, Cyperus rotundus, Lantana camara, Purtulaca oleraceae, Coenea aquatica Sbg tertutup 16 Tambung Lantana camara, Purtulaca oleraceae, Emilia sonchifolia, Cleome ruditidosperma Tertutup 17 Tapanduli Piper adumcum, Coenea aquatica, Lantana camara Sbg tertutup 18 Udung Butung Lantana camara, Cleome ruditidosperma Kurang Keterangan : KP = Kategori Penilaian Pembobotan = 4;bersih, 3;kurang, 2;sebagian tertutup, 1;tetutup

6 Lampiran 4 Hasil Pembobotan Akses Lokasi Bertelur Senkawor di Kabupaten Mamuju Akses Keberadaan Lokasi pemukiman Jarak Pembobotan No Akses menuju lokasi Jumlah (ekor) Keterangan bertelur terdekat hutan bertelur Jarak Jumlah (m) Survey Masyarakat Literatur (tahun) Bobot Skor KP (m) (KK) 1 Tobinta > 50% dikelilingi hutan Bebas Pelelangan ikan 2 Lelo Losso > 50% dikelilingi hutan Bebas 3 Tambung > 50% dikelilingi hutan Bebas Tangnga 4 Koloe > 50% dikelilingi hutan (Butchart & Baker, 2000) 5 Lemo > 50% dikelilingi hutan (Butchart & Baker, 2000) 6 Pambua > 50% dikelilingi hutan (Butchart & Baker, 2000) 7 Bambamata % dikelilingi hutan (Butchart & Baker, 2000) 8 Kasoloang % dikelilingi hutan (Butchart & Baker, 2000) 9 Randomayang Terpisah oleh areal pertanian (Butchart & & perkebunan Baker, 2000) 10 Kayumoloa % dikelilingi hutan (Butchart & Baker, 2000) 11 Tanjung Tambue % dikelilingi hutan (Butchart & Baker, 2000) 12 Padongga Terpisah oleh tambak (Butchart & Baker, 2000) 13 Belang-belang Terpisah oleh jalan (Mallombasang, 1995) 17 Tapanduli Dibatasi oleh perkebunan Terbatas kelapa 18 Udung Butung > 50% dikelilingi hutan Terbatas Keterangan : KP = Kategori Penilaian Pembobotan = 4;bebas, 3;terbatas, 2;terganggu, 1;tidak ada akses Bebas Bebas Terbatas Terbatas Terbatas Tdk ada akses Terganggu Terbatas Tdk ada akses Tdk ada akses 14 Barang-barang Terpisah oleh jalan dan perkebunan Tdk ada akses 15 Malasigo Terpisah oleh jalan Terganggu Pertambangan, Pelabuhan 16 Tambung Terpisah oleh tambak Tdk ada akses

7 Lampiran 5 Pengelompokan Lokasi Bertelur Senkawor Berdasarkan Karakteristik Wilayah Karakteristik Lokasi Bertelur No Lokasi bertelur Koordinat Tobinta 01 o S 119 o E 2 Lelo Losso 01 o S 119 o E 3 Tambung Tangnga 01 o S 119 o E 4 Koloe 01 o S 119 o E 5 Lemo 01 o S 119 o E 6 Pambua 00 o S 119 o E 7 Bambamata 00 o S 119 o E 8 Kasoloang 01 o S 119 o E 9 Randomayang 01 o S 119 o E 10 Kayumoloa 01 o S 119 o E 11 Tanjung Tambue 01 o S 119 o E 12 Padongga 01 o S 119 o E 13 Belang-belang 02 o S 119 o E 14 Barang-barang 02 o S 119 o E 15 Malasigo 02 o S 119 o E 16 Tambung 02 o S 119 o E 17 Tapanduli 02 o S 118 o E 18 Udung Butung 02 o S 118 o E Keterangan : 1. lokasi bertelur dengan tanggul pelindung 2. lokasi bertelur dengan vegetasi mangrove 3. lokasi bertelur dengan hutan dataran rendah 4. lokasi bertelur dengan hutan berbukit 5. lokasi bertelur di perkebunan perseorangan 6. lokasi bertelur diantara semak tinggi 7. lokasi bertelur diguguran tanah tebing

8 Lampiran 6 Profil Lokasi Bertelur Berdasarkan Karakteristik Wilayah Lokasi Bertelur dengan Tanggul Pelindung Lokasi Bertelur dengan Vegetasi Mangrove Lokasi Bertelur dengan Hutan Dataran Rendah Lokasi Bertelur dengan Hutan Berbukit

9 Lokasi Bertelur di Perkebunan Perseorangan Lokasi Bertelur di Antara Semak Tinggi Lokasi Bertelur di Guguran Tanah Tebing

10 Lampiran 7 Hasil Penilaian Aspek Sosial di Lokasi Bertelur di Kabupaten Mamuju No Lokasi bertelur Kepala Jenis Responden Umur Pendidikan keluarga kelamin (org) (thn) (KK) LK PR < SD SD SMP SMU Lainnya Pekerjaan 1 Tobinta Nelayan, Berkebun, Bertani, Guru, Pelajar, Karyawan 2 Lelo Losso sda sda sda sda sda sda sda sda sda sda 3 Tambung Tangnga sda sda sda sda sda sda sda sda sda sda 4 Koloe Nelayan, Berkebun, Guru, Berburu telur 5 Lemo sda sda sda sda sda sda sda sda sda sda 6 Pambua (SPG) Nelayan, Bertani, Berladang, Pekerja tambak, Guru 7 Bambamata Nelayan, Berladang, Bertani 8 Kasoloang (SPG) Nelayan, Berkebun, Bertani, Guru, Pedagang 9 Randomayang Nelayan, Bertani 10 Kayumoloa Nelayan, Bertani 11 Tanjung (D3, Nelayan, Pekerja tambak, SPG) Bertani, Guru Tambue 12 Padongga Berladang, Nelayan 13 Belang-belang (SPG, Nelayan, Karyawan, D3, S1) Pedagang 14 Barang-barang Nelayan 15 Malasigo Nelayan, Berladang 16 Tambung Nelayan, Berladang, Bertani 17 Tapanduli Nelayan, Bertani, Berladang 18 Udung Butung Nelayan, Bertani, Berladang Jumlah

11 Lampiran 8 Sikap dan Perilaku Masyarakat Terhadap Senkawor No Lokasi Bertelur Pemanfaatan Telur Keistimewaan Telur Dijual Dimakan Disimpan Lainnya Rasa Aroma Ukuran Lainnya Pengunaan Lain 1 Tobinta - Tahan lama, mudah didapat, bisa dijual pernikahan, Malulid, Sunatan, Neuri. 2 Lelo Losso Oleh-oleh Tahan lama, diperoleh gratis, bisa dijual pernikahan, Malulid, Sunatan, Neuri. 3 Tambung Tangnga Oleh-oleh Tahan lama, diperoleh gratis, bisa dijual pernikahan, Malulid, Sunatan, Neuri. 4 Koloe - - Tahan lama, gratis Hiasan, pernikahan, Maulid. 5 Lemo - - Tahan lama, gratis Hiasan, pernikahan, Maulid. 6 Pambua Oleh-oleh Tahan lama, bisa dijual Pernikahan, Maulid 7 Bambamata Oleh-oleh Tahan lama, bisa dijual Pernikahan, Maulid 8 Kasoloang Oleh-oleh Tahan lama, bisa dijual Pernikahan, Maulid 9 Randomayang - Tahan lama, bisa dijual Pernikahan, Maulid 10 Kayumoloa - Tahan lama, bisa dijual Pernikahan, Maulid 11 Tanjung Tambue Oleh-oleh Tahan lama, bisa dijual Pernikahan, Maulid 12 Padongga - Oleh-oleh Tahan lama Pernikahan, Maulid 13 Belang-belang - Oleh-oleh Tahan lama Pernikahan, Maulid 14 Barang-barang Oleh-oleh Tahan lama, bisa dijual Pernikahan, Maulid 15 Malasigo Oleh-oleh Tahan lama, bisa dijual Pernikahan, Maulid 16 Tambung - Tahan lama, mudah didapat, bisa dijual Pernikahan, Maulid 17 Tapanduli Tahan lama, mudah didapat, bisa dijual - 18 Udung Butung Tahan lama, mudah didapat, bisa dijual -

12 Lampiran 9 Pemahaman Masyarakat Terhadap Senkawor No Lokasi Bertelur Satwa Dilindungi Kegiatan yang diperbolehkan Pemerintah Penyuluhan Taksiran Jumlah Endemik dan Terancam Punah Ya Tidak Pernah Tdk pernah Tahu Tidak tahu 1 Tobinta - Mengambil telur, memelihara - Sedikit - 2 Lelo Losso - Mengambil telur, memelihara - Sedikit - 3 Tambung Tangnga - Mengambil telur, memelihara - Sedikit - 4 Koloe - Mengambil telur - Sedikit - 5 Lemo - Mengambil telur - Sedikit - 6 Pambua - Mengambil telur, memelihara - Banyak 7 Bambamata - Mengambil telur, memelihara - Sedikit sekali - 8 Kasoloang - Mengambil telur, memelihara - Sedikit - 9 Randomayang - Mengambil telur, memelihara - Sedikit sekali - 10 Kayumoloa - Mengambil telur, memelihara - Sedikit sekali - 11 Tanjung Tambue - Mengambil telur, memelihara - Sedikit - 12 Padongga - Mengambil telur, memelihara - Sedikit sekali - 13 Belang-belang - Mengambil telur, memelihara - Sedikit sekali - 14 Barang-barang - Mengambil telur, memelihara - Sedikit sekali - 15 Malasigo - Mengambil telur, memelihara - Sudah tdk ada - 16 Tambung - Mengambil telur, memelihara - Sudah tdk ada - 17 Tapanduli - Mengambil telur, memelihara - Sedikit - 18 Udung Butung - Mengambil telur, memelihara - Sedikit - Tidak peduli

13 Lampiran 10 Tally Sheet Kondisi Lokasi Bertelur Senkawor I. SURVEI DATA KONDISI FISIK LOKASI BERTELUR MALEO SENKAWOR Survey : Nama lokasi : Hari & Tanggal : Lokasi peta : Titik koordinat : Cuaca : Ketinggian : Keterangan : 1. Status Lokasi Bertelur senkawor Digunakan Ditinggalkan Lainnya 2. Tipe lokasi : Lokasi bertelur tepi pantai. Lokasi bertelur di pedalaman hutan. 3. Luas lokasi, panjang, lebar Bentuk : persegi, bulat, oval 4. Tekstur tanah : Pasir Pasir berlempung Lempung berpasir Lempung Lempung berdebu Debu Lempung berkilat Lempung liat berpasir Lempung liat berdebu Liat berpasir Liat berdebu Liat 5. Kedalaman lubang peneluran cm 6. Jumlah lubang peneluran 7. Jarak lokasi bertelur dengan bibir pantai m

14 Foto Kondisi Fisik Lokasi Bertelur senkawor

15 II. SURVEI DATA AKSES LOKASI BERTELUR MALEO SENKAWOR 1. Keberadaan pemukiman terdekat : Ya Tidak Jika ya, : a) jarak terdekat dengan lokasi bertelur b) jumlah pemukiman menuju lokasi bertelur c) jumlah kepala keluarga d) lainnya 2. a) Jarak terdekat dengan hutan b) Akses menuju lokasi bertelur lokasi dikelilingi > 50% hutan lokasi dikelilingi 25-50% hutan lokasi dikelilingi < 25 % hutan lokasi terpisah dari hutan oleh 3. Jumlah pasang induk yang mengunjungi lokasi bertelur : Sumber data : survey dari masyarakat literatur tahun. Foto Akses Lokasi Bertelur senkawor

16 III. SURVEI DATA INVASI VEGETASI SEKUNDER LOKASI BERTELUR MALEO SENKAWOR 1. Jenis spesis vegetasi invasif : Lantana camara Piper adumcum Imperata cylindrica Ipomoea pes-caprae Spinifex lithorea Lainnya 2. Luas tutupan lokasi oleh vegetasi sekunder Luas lokasi bertelur Persentase Foto Invasi Vegetasi Sekunder di Lokasi Bertelur senkawor

17 IV. SURVEI DATA GANGGUAN DI LOKASI BERTELUR MALEO SENKAWOR 1. Kehadiran manusia : Ya Tidak 2. Bentuk gangguan manusia : Pertanian Jalan/tapak Jebakan Lainnya : 4. Frekuensi gangguan : Tidak ada Kurang Sering Aktif Keberadaan predator di sekitar lokasi bertelur Anjing Biawak Elang Soa-soa Ular sanca Lainnya Foto Gangguan di Lokasi Bertelur senkawor

18 Lampiran 11 Kuesioner Aspek Sosial Masyarakat di Sekitar Lokasi Bertelur Senkawor Terima kasih atas kesediaan Saudara untuk mengisi lembar kuesioner ini, adapun kuisioner ini untuk kepentingan penelitian thesis (S2) dan tidak akan mempengaruhi status Saudara. Hasil kuesioner ini kami rahasiakan untuk kepentingan penelitian, jadi kami mohon saudara menjawab pertanyaan dengan singkat dan benar. Bila ada pertanyaan yang tidak saudara pahami bisa ditanyakan kepada Saya. I. IDENTITAS DIRI 1. Umur : 2. Jenis Kelamin* : Laki- laki Perempuan 3. Pendidikan* : Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMU Lainnya, sebutkan 4. Pekerjaan : * beri tanda jawaban yang dianggap paling benar! II. LINGKUNGAN TERDEKAT DENGAN LOKASI BERTELUR Beri tanda jawaban yang dianggap paling benar! 1. Apakah Anda pernah melihat senkaworbaru-baru ini di lokasi bertelur? Ya Tidak Jika jawaban Anda Ya, lanjutkan ke pertanyaan nomor 2 dan seterusnya! Jika jawaban Anda Tidak, stop menjawab nomor selanjutnya, dan langsung menuju ke bagian IV. Pemahaman Masyarakat terhadap senkawor. 2. Apakah di lokasi bertelur masih ada telur yang diperoleh? Ya, : sedikit (kurang dari 10 butir) banyak (lebih dari 10 butir) Tidak 3. Apakah Anda tahu kapan musim bertelur senkawor? Ya, bulan... Tidak tahu 4. Apakah pekerjaan yang setiap hari Anda kerjakan? (jawaban Anda boleh lebih dari satu) Berkebun Pedagang Pelajar Berladang Penjaga warung Pensiunan Bertani Guru Bekerja di tambak Nelayan Pegawai negeri Lainnya, sebutkan

19 5. Apakah Anda juga bekerja dengan mengumpulkan telur senkawor? Ya Tidak Jika jawaban Anda Ya, lanjutkan ke pertanyaan nomor berikutnya! Jika jawaban Anda Tidak, stop menjawab nomor selanjutnya, dan langsung menuju ke bagian IV. Pemahaman Masyarakat terhadap senkawor. Jika Ya, Apakah mengumpulkan telur senkawor merupakan kegiatan seharihari Anda? Ya Tidak 6. Sebutkan waktu telur senkawor dicari dan dikumpulkan? Setiap hari Seminggu sekali Sebulan sekali Lainnya, sebutkan..

20 III. SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT 1. Apa yang dilakukan dengan telur yang diperoleh? Dimakan Disimpan Dijual Diberikan kepada keluarga jauh sebagai oleh-oleh khas daerah Lainnya, sebutkan 2. Jika dijual, kepada siapa, di mana dan berapa banyak/harganya? Dijual ke : Pasar Tetangga Orang yang selalu membeli telur senkawor untuk dijual lagi (penadah) Kota Dijual di : Pasar Tetangga Kota Dijual dengan harga Rp.. 3. Apakah Anda pernah membeli telur senkawor? Ya Tidak 4. Apakah Anda juga menangkap induk senkawor? Ya Tidak Jika ya, untuk apa? (untuk pertanyaan ini, jawaban boleh lebih dari satu) Dimakan Dijual Disimpan Dipelihara Lainnya, sebutkan 7. Apa keistimewaan telur senkawor? (jawaban boleh lebih dari satu) Rasanya enak Bau/aromanya enak Mudah diperoleh Ukurannya besar Didapat secara gratis Lainnya, sebutkan 8. Apakah telur senkawor digunakan pada acara adat tertentu? Ya, digunakan untuk acara Tidak

21 IV. PEMAHAMAN MASYARAKAT TERHADAP MALEO SENKAWOR 1. Apakah menurut Anda, senkawor adalah binatang yang dilindungi oleh Pemerintah? Ya Tidak 2. Menurut Anda, berapa kira-kira jumlah senkawor di Kabupaten Mamuju? Sangat banyak Banyak Sedikit Sedikit sekali Sudah tidak ada 3. Apakah pernah aparat Pemerintah memberi penyuluhan tentang senkawor? Ya Tidak Tidak Tahu 4. Menurut Anda, kegiatan apa yang diperbolehkan oleh Pemerintah? Mengambil telur senkawor Menjual telur senkawor Menangkap senkawor Memelihara senkawor Memakan telur dan senkawor Semuanya tidak boleh dilakukan 5. Menurut Anda, senkawor tersebar dan hidup dimana saja? Seluruh dunia Indonesia Sulawesi Mamuju Hanya di sekitar tempat tinggal Anda Terima Kasih

22 Lampiran 12 Tally Sheet Pembobotan Lokasi Bertelur Senkawor Survey : Nama lokasi : Hari & Tanggal : Lokasi peta : Titik koordinat : Cuaca : Ketinggian : Keterangan : Atribut Bobot Skor Nilai Kondisi 0.30 Gangguan 0.30 Invasi vegetasi 0.20 Akses 0.20 Total Keterangan Skor : 1 4 Total nilai : > : Baik : Sedang : Buruk : Sangat Buruk Foto keadaan lokasi bertelur senkawor

KARAKTERISTIK FISIK SARANG BURUNG MALEO (Macrocephalon maleo) DI SUAKA MARGASATWA PINJAN-TANJUNG MATOP, SULAWESI TENGAH

KARAKTERISTIK FISIK SARANG BURUNG MALEO (Macrocephalon maleo) DI SUAKA MARGASATWA PINJAN-TANJUNG MATOP, SULAWESI TENGAH KARAKTERISTIK FISIK SARANG BURUNG MALEO (Macrocephalon maleo) DI SUAKA MARGASATWA PINJAN-TANJUNG MATOP, SULAWESI TENGAH Indrawati Yudha Asmara Fakultas Peternakan-Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung-Sumedang

Lebih terperinci

TESIS Analisis Kondisi Lokasi Bertelur Maleo Senkawor (Macrocephalon maleo) di Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat RISANI GAZI

TESIS Analisis Kondisi Lokasi Bertelur Maleo Senkawor (Macrocephalon maleo) di Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat RISANI GAZI TESIS Analisis Kondisi Lokasi Bertelur Maleo Senkawor (Macrocephalon maleo) di Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat RISANI GAZI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Saya

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK MIKRO-HABITAT BURUNG MALEO (Macrocephalon maleo) PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL RAWA AOPA WATUMOHAI (TNRAW) SULAWESI TENGGARA

STUDI KARAKTERISTIK MIKRO-HABITAT BURUNG MALEO (Macrocephalon maleo) PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL RAWA AOPA WATUMOHAI (TNRAW) SULAWESI TENGGARA 182 STUDI KARAKTERISTIK MIKRO-HABITAT BURUNG MALEO (Macrocephalon maleo) PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL RAWA AOPA WATUMOHAI (TNRAW) SULAWESI TENGGARA Jamili 1*, Analuddin 1, La Ode Adi Parman Rudia 2 1 Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai disetiap tempat dan mempunyai posisi penting sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai disetiap tempat dan mempunyai posisi penting sebagai salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Burung merupakan salah satu kekayaan hayati yang dimiliki oleh Indonesia. Keberadaan pakan, tempat bersarang merupakan faktor yang mempengaruhi kekayaan spesies burung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terancam sebagai akibat kerusakan dan fragmentasi hutan (Snyder et al., 2000).

I. PENDAHULUAN. terancam sebagai akibat kerusakan dan fragmentasi hutan (Snyder et al., 2000). I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Burung paruh bengkok termasuk diantara kelompok jenis burung yang paling terancam punah di dunia. Sebanyak 95 dari 330 jenis paruh bengkok yang ada di Indonesia dikategorikan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK HABITAT MIKRO SEBAGAI DASAR POLA PENETASAN TELUR MALEO DI TAMAN NASIONAL LORE LINDU SULAWESI TENGAH

KARAKTERISTIK HABITAT MIKRO SEBAGAI DASAR POLA PENETASAN TELUR MALEO DI TAMAN NASIONAL LORE LINDU SULAWESI TENGAH J. Agroland 15 (3) : 223-228, September 2008 ISSN : 0854 641X KARAKTERISTIK HABITAT MIKRO SEBAGAI DASAR POLA PENETASAN TELUR MALEO DI TAMAN NASIONAL LORE LINDU SULAWESI TENGAH Microhabitat Characteristics

Lebih terperinci

Keberadaan Burung Gosong Kaki-Oranye (Megapodius reinwardt) di Gili Trawangan, Kabupaten Lombok Utara

Keberadaan Burung Gosong Kaki-Oranye (Megapodius reinwardt) di Gili Trawangan, Kabupaten Lombok Utara Indonesia Medicus Veterinus 203 2(5) : 479-487 ISSN : 230-7848 Keberadaan Burung Gosong Kaki-Oranye (Megapodius reinwardt) di Gili Trawangan, Kabupaten Lombok Utara Muhamad Rifaid Aminy, I Gede Soma, Sri

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENETASAN TELUR BURUNG MALEO (Macrocephalon maleo Sal. Muller 1846) SEBAGAI UPAYA KONSERVASI

TEKNOLOGI PENETASAN TELUR BURUNG MALEO (Macrocephalon maleo Sal. Muller 1846) SEBAGAI UPAYA KONSERVASI J. Agroland 15 (4) : 336-342, Desember 2008 ISSN : 0854 641X TEKNOLOGI PENETASAN TELUR BURUNG MALEO (Macrocephalon maleo Sal. Muller 1846) SEBAGAI UPAYA KONSERVASI Hatching Technology of Maleo Bird Eggs

Lebih terperinci

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka Burung Jalak Bali Burung Jalak Bali Curik Bali atau yang lebih dikenal dengan nama Jalak Bali, merupakan salah satu spesies burung cantik endemis Indonesia. Burung

Lebih terperinci

Jurnal Zootek ( Zootek Journal ) Vol. 36 No. 2 : (Juli 2016) ISSN

Jurnal Zootek ( Zootek Journal ) Vol. 36 No. 2 : (Juli 2016) ISSN TINGKAH LAKU BERTELUR BURUNG MALEO (Macrocephalon maleo) DI MUARA PUSIAN KAWASAN TAMAN NASIONAL BOGANI NANI WARTABONE KECAMATAN DUMOGA TIMUR KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW Zibran Poli *, Bobby Polii ** dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Burung merupakan salah satu jenis hewan yang banyak disukai oleh manusia, hal ini di karenakan burung memiliki beberapa nilai penting, seperti nilai estetika, ekologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Habitat merupakan lingkungan tempat tumbuhan atau satwa dapat hidup dan berkembang biak secara alami. Kondisi kualitas dan kuantitas habitat akan menentukan komposisi,

Lebih terperinci

KEPADATAN DAN FREKUENSI JENIS BURUNG PEMANGSA DI HUTAN GUNUNG EMPUNG, TOMOHON, SULAWESI UTARA

KEPADATAN DAN FREKUENSI JENIS BURUNG PEMANGSA DI HUTAN GUNUNG EMPUNG, TOMOHON, SULAWESI UTARA KEPADATAN DAN FREKUENSI JENIS BURUNG PEMANGSA DI HUTAN GUNUNG EMPUNG, TOMOHON, SULAWESI UTARA Nicky Kindangen 1) 1) Program Studi Biologi FMIPA Universitas Sam Ratulangi, Manado 95115 ABSTRAK Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU EDY HENDRAS WAHYONO Penerbitan ini didukung oleh : 2 BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU Ceritera oleh Edy Hendras Wahyono Illustrasi Indra Foto-foto Dokumen

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Timur Provinsi Lampung. Desa ini memiliki luas hektar. Desa yang terdiri

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Timur Provinsi Lampung. Desa ini memiliki luas hektar. Desa yang terdiri 27 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Biofisik dan Tata Guna Lahan Desa Margasari terletak di Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur Provinsi Lampung. Desa ini memiliki luas 1.702

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PAKAN DAN PENETASAN DI HABITAT ALAMI SEBAGAI UPAYA UNTUK MELINDUNGI DAN MEMPERTAHANKAN POPULASI BURUNG MAMOA (Eulipoa wallacei)

IDENTIFIKASI PAKAN DAN PENETASAN DI HABITAT ALAMI SEBAGAI UPAYA UNTUK MELINDUNGI DAN MEMPERTAHANKAN POPULASI BURUNG MAMOA (Eulipoa wallacei) IDENTIFIKASI PAKAN DAN PENETASAN DI HABITAT ALAMI SEBAGAI UPAYA UNTUK MELINDUNGI DAN MEMPERTAHANKAN POPULASI BURUNG MAMOA (Eulipoa wallacei) (Feed Identification and hatchery in Natural Habitat to Protect

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Populasi adalah kelompok kolektif spesies yang sama yang menduduki ruang tertentu dan pada saat tertentu. Populasi mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Burung dalam ilmu biologi adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang (vertebrata) yang memiliki bulu dan sayap. Jenis-jenis burung begitu bervariasi, mulai dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (2007) Indonesia memiliki kawasan mangrove yang terluas

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (2007) Indonesia memiliki kawasan mangrove yang terluas 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut FAO (2007) Indonesia memiliki kawasan mangrove yang terluas di dunia sekitar 19% dari total hutan mangrove dunia, dan terluas se-asia Tenggara sekitar 49%

Lebih terperinci

C. Model-model Konseptual

C. Model-model Konseptual C. Model-model Konseptual Semua kampanye Pride Rare dimulai dengan membangun suatu model konseptual, yang merupakan alat untuk menggambarkan secara visual situasi di lokasi proyek. Pada bagian intinya,

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3 SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3 1. Tempat perlindungan Orang utan yang dilindungi oleh pemerintah banyak terdapat didaerah Tanjung

Lebih terperinci

VALUASI EKOSISTEM DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR PROVINSI MALUKU UTARA

VALUASI EKOSISTEM DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR PROVINSI MALUKU UTARA VALUASI EKOSISTEM DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR PROVINSI MALUKU UTARA 5/14/2012 Dewi Lestari, Chandra T Putra, Muhammad Fahrial, M Hijaz Jalil, Fikri C Permana, Medi Nopiana, Arif

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taksonomi Burung maleo (Macrocephalon maleo Sal Muller 1846) oleh Grzimek (1972) diklasifikasikan ke dalam: Klas Aves, Sub Klas Neonirthes, Ordo Galliformes, Sub Ordo Galli, Famili

Lebih terperinci

9/16/2013 BAHAN & WAKTU PRAKTIKUM BAHAN & WAKTU PRAKTIKUM PENGERTIAN LANSKAP PRAKTIKUM 1 PENGENALAN ARSITEKTUR LANSKAP

9/16/2013 BAHAN & WAKTU PRAKTIKUM BAHAN & WAKTU PRAKTIKUM PENGERTIAN LANSKAP PRAKTIKUM 1 PENGENALAN ARSITEKTUR LANSKAP BAHAN & WAKTU PRAKTIKUM PRAKTIKUM 1 PENGENALAN ARSITEKTUR LANSKAP Minggu Aspek dan Bahan 1 PENDAHULUAN: Pengenalan Arsitektur Lanskap (Slide) 2 Perkembangan Sejarah Arsitektur Lanskap (slide) 3 Lingkup

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tentang dampak kegiatan wisata hutan berupa vandalisme pada pohon

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tentang dampak kegiatan wisata hutan berupa vandalisme pada pohon III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang dampak kegiatan wisata hutan berupa vandalisme pada pohon ini dilaksanakan pada bulan Januari - Februari 2015 meliputi tahap persiapan,

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

Karakteristik Sarang dan Penetasan Telur Burung Mamoa (Eulipoa wallacei) di Galela Kabupaten Halmahera Utara

Karakteristik Sarang dan Penetasan Telur Burung Mamoa (Eulipoa wallacei) di Galela Kabupaten Halmahera Utara Karakteristik Sarang dan Penetasan Telur Burung Mamoa (Eulipoa wallacei) di Galela Kabupaten Halmahera Utara (Nest characteristics and hatching of mamoa bird egg (Eulipoa wallacei) in Galela District of

Lebih terperinci

RENCANA PENGELOLAAN SATWA BURUNG MALEO/MOMOA (EULIPOA WALLACE) DI MALUKU.

RENCANA PENGELOLAAN SATWA BURUNG MALEO/MOMOA (EULIPOA WALLACE) DI MALUKU. RENCANA PENGELOLAAN SATWA BURUNG MALEO/MOMOA (EULIPOA WALLACE) DI MALUKU. Oleh Ir. A. A. Tuhumury. MS Dosen Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Unpatti A. Latar belakang Burung maleo (Macrocephalon maleo

Lebih terperinci

Momoa. Hans Post Kees Heij Lies van der Mijn. PT Penerbit IPB Press Kampus IPB Taman Kencana Bogor. Cetakan Pertama: November 2012

Momoa. Hans Post Kees Heij Lies van der Mijn. PT Penerbit IPB Press Kampus IPB Taman Kencana Bogor. Cetakan Pertama: November 2012 Momoa Momoa Hans Post Kees Heij Lies van der Mijn Copyright 2012 Hans Post, Kees Heij, Lies van der Mijn Naskah : Hans Post dan Kees Heij Penerjemah : Indah Groeneveld Penyunting : Yuki HE Frandy Gambar

Lebih terperinci

ANALISIS TUTUPAN LAHAN TERHADAP KUALITAS AIR SITU BURUNG, DESA CIKARAWANG, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS TUTUPAN LAHAN TERHADAP KUALITAS AIR SITU BURUNG, DESA CIKARAWANG, KABUPATEN BOGOR ANALISIS TUTUPAN LAHAN TERHADAP KUALITAS AIR SITU BURUNG, DESA CIKARAWANG, KABUPATEN BOGOR R Rodlyan Ghufrona, Deviyanti, dan Syampadzi Nurroh Fakultas Kehutanan - Institut Pertanian Bogor ABSTRAK Situ

Lebih terperinci

Proses Desain (1) 10/18/2016. Proses perencanaan (Simonds & Starke, 2006) (ARL 200) PRAKTIKUM MINGGU 10

Proses Desain (1) 10/18/2016. Proses perencanaan (Simonds & Starke, 2006) (ARL 200) PRAKTIKUM MINGGU 10 MK. DASAR DASAR ARSITEKTUR LANSKAP (ARL 200) Perencanaan Perencanaan merupakan suatu alat sistematik yang digunakan untuk menentukan kondisi yang diharapkan dari suatu tapak serta cara untuk mencapai kondisi

Lebih terperinci

No : Hari/tanggal /jam : Nama instansi : Alamat Instansi : Nama responden yang diwawancarai Jabatan

No : Hari/tanggal /jam : Nama instansi : Alamat Instansi : Nama responden yang diwawancarai Jabatan LAMPIRAN 55 Lampiran 1. Kuisioner pengelola dan instansi terkait Kuisioner untuk pengelola dan Instansi terkait Pantai Pangumbahan No : Hari/tanggal /jam : Nama instansi : Alamat Instansi : Nama responden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan hidup. Oleh karena adanya pengaruh laut dan daratan, dikawasan mangrove terjadi interaksi kompleks

Lebih terperinci

KEMAMPUAN LAHAN UNTUK MENYIMPAN AIR DI KOTA AMBON

KEMAMPUAN LAHAN UNTUK MENYIMPAN AIR DI KOTA AMBON KEMAMPUAN LAHAN UNTUK MENYIMPAN AIR DI KOTA AMBON Christy C.V. Suhendy Dosen Fakultas Pertanian Universitas Pattimura Ambon e-mail: cherrzie@yahoo.com ABSTRACT Changes in land use affects water availability

Lebih terperinci

KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI

KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI Individual Density of Boenean Gibbon (Hylobates muelleri)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Jumlah Spesies dan Endemik Per Pulau

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Jumlah Spesies dan Endemik Per Pulau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Indonesia Membutuhkan Lebih Banyak Kawasan Penunjang Konservasi Indonesia merupakan negara yang menyimpan kekayaan keanekaragaman ekosistem yang terbentang dari

Lebih terperinci

Perencanaan DESAIN/PERANCANGAN 16/09/2015. Proses perencanaan (Simonds & Starke, 2006)

Perencanaan DESAIN/PERANCANGAN 16/09/2015. Proses perencanaan (Simonds & Starke, 2006) Perencanaan MK. DASAR-DASAR ARSITEKTUR LANSKAP (ARL 200) Perencanaan merupakan suatu alat sistematik yang digunakan untuk menentukan kondisi yang diharapkan dari suatu tapak serta cara untuk mencapai kondisi

Lebih terperinci

9/16/2015 BAHAN & WAKTU PRAKTIKUM BAHAN & WAKTU PRAKTIKUM PERKENALAN PRAKTIKUM 1 PENGENALAN ARSITEKTUR LANSKAP

9/16/2015 BAHAN & WAKTU PRAKTIKUM BAHAN & WAKTU PRAKTIKUM PERKENALAN PRAKTIKUM 1 PENGENALAN ARSITEKTUR LANSKAP PRAKTIKUM 1 PENGENALAN ARSITEKTUR LANSKAP PERKENALAN BAHAN & WAKTU PRAKTIKUM BAHAN & WAKTU PRAKTIKUM MG Aspek dan Bahan Output Tugas 1 PENDAHULUAN: Pengenalan Arsitektur Lanskap (slide) 2 Mahasiswa Presentasi

Lebih terperinci

SMP NEGERI 3 MENGGALA

SMP NEGERI 3 MENGGALA SMP NEGERI 3 MENGGALA KOMPETENSI DASAR Setelah mengikuti pembelajaran, siswa diharapkan dapat mengidentifikasi pentingnya keanekaragaman makhluk hidup dalam pelestarian ekosistem. Untuk Kalangan Sendiri

Lebih terperinci

PETA KABUPATEN BATU BARA DAN ASAHAN

PETA KABUPATEN BATU BARA DAN ASAHAN LAMPIRAN 1 PETA KABUPATEN BATU BARA DAN ASAHAN Kecamatan Sei Suka Sergai Lokasi Penelitian : 1. Desa Kuala Tanjung 2. Desa Kuala Indah Selat Malaka Simalungun Lab. Batu Tobasa Sumber : Bappeda Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai daya tarik wisata, seperti contoh wisata di Taman Nasional Way

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai daya tarik wisata, seperti contoh wisata di Taman Nasional Way BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satwa liar mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, baik untuk kepentingan keseimbangan ekosistem, ekonomi, maupun sosial budaya (Alikodra, 2002).

Lebih terperinci

KAJIAN KEBERADAAN TAPIR (Tapirus indicus) DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS BERDASARKAN JEBAKAN KAMERA. Surel :

KAJIAN KEBERADAAN TAPIR (Tapirus indicus) DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS BERDASARKAN JEBAKAN KAMERA. Surel : 19-20 November KAJIAN KEBERADAAN TAPIR (Tapirus indicus) DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS BERDASARKAN JEBAKAN KAMERA Yusrina Avianti Setiawan 1), Muhammad Kanedi 1), Sumianto 2), Agus Subagyo 3), Nur Alim

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR Oleh: HERIASMAN L2D300363 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara kepulauan yang memiliki sekitar 17.508 pulau dan panjang garis pantai lebih dari 81.000

Lebih terperinci

Keanekaragaman dan Ekologi Biawak (Varanus Salvator) di Kawasan Konservasi Pulau Biawak, Idramayu

Keanekaragaman dan Ekologi Biawak (Varanus Salvator) di Kawasan Konservasi Pulau Biawak, Idramayu Keanekaragaman dan Ekologi Biawak (Varanus Salvator) di Kawasan Konservasi Pulau Biawak, Idramayu Oleh Lisa Abstract Pulau Biawak yang terletak di Kabupaten Indramyu, Jawa Barat memilki keunikan dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli 2014. Lokasi penelitian adalah di kawasan hutan mangrove pada lahan seluas 97 ha, di Pantai Sari Ringgung

Lebih terperinci

NILAI EKONOMI PERDAGANGAN SATWA LIAR

NILAI EKONOMI PERDAGANGAN SATWA LIAR NILAI EKONOMI PERDAGANGAN SATWA LIAR (Studi Kasus: Kelurahan Sidiangkat, Kecamatan Sidikalang, Kabupaten Dairi dan Desa Sembahe, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang) SKRIPSI Oleh: ERWIN EFENDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang ada di Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat. Distribusi yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang ada di Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat. Distribusi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Joja (Presbytis potenziani) adalah salah satu primata endemik Indonesia yang ada di Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat. Distribusi yang unik dan isolasinya di Kepulauan

Lebih terperinci

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI Indikator Perkuliahan Menjelaskan kawasan yang dilindungi Menjelaskan klasifikasi kawasan yang dilindungi Menjelaskan pendekatan spesies Menjelaskan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Gambar 1 Bange (Macaca tonkeana) (Sumber: Rowe 1996)

PENDAHULUAN. Gambar 1 Bange (Macaca tonkeana) (Sumber: Rowe 1996) PENDAHULUAN Latar Belakang Secara biologis, pulau Sulawesi adalah yang paling unik di antara pulaupulau di Indonesia, karena terletak di antara kawasan Wallacea, yaitu kawasan Asia dan Australia, dan memiliki

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: 978-602-60401-3-8 PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBEBASAN FRAGMENTASI HABITAT ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii) DI HUTAN RAWA TRIPA Wardatul Hayuni 1), Samsul

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Kabupaten Subang merupakan kabupaten yang terletak di kawasan utara Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Subang yaitu 2.051.76 hektar atau 6,34% dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. liar di alam, termasuk jenis primata. Antara tahun 1995 sampai dengan tahun

I. PENDAHULUAN. liar di alam, termasuk jenis primata. Antara tahun 1995 sampai dengan tahun 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konversi hutan di Pulau Sumatera merupakan ancaman terbesar bagi satwa liar di alam, termasuk jenis primata. Antara tahun 1995 sampai dengan tahun 2000, tidak kurang

Lebih terperinci

Kuesioner Penelitian

Kuesioner Penelitian 96 LAMPIRAN 97 Lampiran : Kuesioner Penelitian Kuesioner Penelitian Tanggal : No. Responden Selamat pagi / siang, Ibu-ibu. Saya Wiwien Wirasati mahasiswa Program Pasca Sarjana IPB yang sedang melakukan

Lebih terperinci

KAJIAN PERMUKIMAN DI KAWASAN HUTAN BAKAU DESA RATATOTOK TIMUR DAN DESA RATATOTOK MUARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

KAJIAN PERMUKIMAN DI KAWASAN HUTAN BAKAU DESA RATATOTOK TIMUR DAN DESA RATATOTOK MUARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA KAJIAN PERMUKIMAN DI KAWASAN HUTAN BAKAU DESA RATATOTOK TIMUR DAN DESA RATATOTOK MUARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA Marthen A. Tumigolung 1, Cynthia E.V. Wuisang, ST, M.Urb.Mgt, Ph.D 2, & Amanda Sembel,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Stasiun Penangkaran Semi Alami Pulau Tinjil, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Penelitian ini dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Tabel 4 Luas wilayah studi di RPH Tegal-Tangkil

4. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Tabel 4 Luas wilayah studi di RPH Tegal-Tangkil 27 4. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Lokasi penelitian, khususnya ekosistem mangrove masuk dalam wilayah pengelolaan Resort Polisi Hutan (RPH) Tegal-Tangkil, BKPH Ciasem- Pamanukan.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang karakteristik habitat Macaca nigra dilakukan di CA Tangkoko yang terletak di Kecamatan Bitung Utara, Kotamadya Bitung, Sulawesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Taman Nasional Komodo memiliki kawasan darat dan perairan laut seluas

BAB I PENDAHULUAN. Taman Nasional Komodo memiliki kawasan darat dan perairan laut seluas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Taman Nasional Komodo memiliki kawasan darat dan perairan laut seluas 1.817 km 2, terletak diantara pulau Sumbawa di sebelah Barat, dan pulau Flores di sebelah Timur.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Semua lahan basah diperkirakan menutupi lebih dari 20% luas daratan Indonesia

I. PENDAHULUAN. Semua lahan basah diperkirakan menutupi lebih dari 20% luas daratan Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai lahan basah paling luas dan paling beragam di Asia Tenggara, meliputi lahan basah alami seperti hutan rawa, danau,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Timor memiliki avifauna yang unik (Noske & Saleh 1996), dan tingkat endemisme burung tertinggi dibandingkan dengan beberapa pulau besar lain di Nusa Tenggara (Pulau

Lebih terperinci

Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang

Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang Studi Kasus: Kota Manado Ingerid L. Moniaga (1), Esli D. Takumansang (2) (1) Laboratorium Bentang Alam, Arsitektur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan burung pemangsa (raptor) memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu ekosistem. Posisinya sebagai pemangsa tingkat puncak (top predator) dalam ekosistem

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Alam Hayati dan Ekosistemnya dijelaskan bahwa suaka margasatwa, adalah

I. PENDAHULUAN. Alam Hayati dan Ekosistemnya dijelaskan bahwa suaka margasatwa, adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dijelaskan bahwa suaka margasatwa, adalah kawasan suaka alam yang mempunyai

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian 79 Lampiran 1. Kuesioner Penelitian EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PADA PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PEDESAAN (PUAP) DI KABUPATEN HALMAHERA BARAT Kuesioner ini dibuat dalam rangka penyusunan tugas akhir

Lebih terperinci

9/4/2015 BAHAN & WAKTU PRAKTIKUM BAHAN & WAKTU PRAKTIKUM PERKENALAN PRAKTIKUM 1 PENGENALAN ARSITEKTUR LANSKAP

9/4/2015 BAHAN & WAKTU PRAKTIKUM BAHAN & WAKTU PRAKTIKUM PERKENALAN PRAKTIKUM 1 PENGENALAN ARSITEKTUR LANSKAP PRAKTIKUM 1 PENGENALAN ARSITEKTUR LANSKAP PERKENALAN BAHAN & WAKTU PRAKTIKUM MG Aspek dan Bahan Output Tugas 1 PENDAHULUAN: Pengenalan Arsitektur Resensi - Individu Lanskap (slide) 2 Mahasiswa Presentasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

Mengembalikan Teluk Penyu sebagai Icon Wisata Cilacap

Mengembalikan Teluk Penyu sebagai Icon Wisata Cilacap Mengembalikan Teluk Penyu sebagai Icon Wisata Cilacap Tri Nurani Mahasiswa S1 Program Studi Biologi Universitas Jenderal Soedirman e-mail: tri3nurani@gmail.com Abstrak Indonesia merupakan negara yang mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kawasan hutan hujan tropis dengan tingkat keanekaragaman yang tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan kawasan pelestarian alam

Lebih terperinci

Jenis Satwa Liar dan Pemanfaatnya Di Pasar Beriman, Kota Tomohon, Sulawesi Utara

Jenis Satwa Liar dan Pemanfaatnya Di Pasar Beriman, Kota Tomohon, Sulawesi Utara Jenis Satwa Liar dan Pemanfaatnya Di Pasar Beriman, Kota Tomohon, Sulawesi Utara R. Sahiu 1), E. Pangemanan ), W. Nurmawan ), dan M. T. Lasut ) 1) Mahasiswa Program Studi Ilmu Kehutanan UNSRAT ) Dosen

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM

DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM DESKRIPSI PEMBANGUNAN JAVAN RHINO STUDY AND CONSERVATION AREA (Areal Studi dan Konservasi Badak Jawa) DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rawa, hutan rawa, danau, dan sungai, serta berbagai ekosistem pesisir seperti hutan

I. PENDAHULUAN. rawa, hutan rawa, danau, dan sungai, serta berbagai ekosistem pesisir seperti hutan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai lahan basah paling luas dan mungkin paling beragam di Asia Tenggara, meliputi lahan basah alami seperti rawa,

Lebih terperinci

SD kelas 4 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. KEANEKARAGAMAN MAKLUK HIDUP, ALAM DAN PELESTARIANNYALATIHAN SOAL BAB 10

SD kelas 4 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. KEANEKARAGAMAN MAKLUK HIDUP, ALAM DAN PELESTARIANNYALATIHAN SOAL BAB 10 SD kelas 4 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. KEANEKARAGAMAN MAKLUK HIDUP, ALAM DAN PELESTARIANNYALATIHAN SOAL BAB 10 1. Perhatikan tabel berikut! No Nama Hewan 1 cendrawasih 2 Burung merpati 3 Badak bercula

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN LUAS EKOSISTEM MANGROVE DI KABUPATEN BARRU

ANALISIS PERUBAHAN LUAS EKOSISTEM MANGROVE DI KABUPATEN BARRU ANALISIS PERUBAHAN LUAS EKOSISTEM MANGROVE DI KABUPATEN BARRU Abdul Malik Universitas Hasanuddin e-mail; malik9950@yahoo.co.id Abstrak Kondisi ekosistem mangrove di kabupaten Barru mengalami perubahan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Rencana Pola Ruang Pantai Selatan

Lampiran 1. Peta Rencana Pola Ruang Pantai Selatan Lampiran 1. Peta Rencana Pola Ruang Pantai Selatan 120 Lampiran 2. Peta Kawasan Muara Sungai Progo 121 122 Lampiran 3. Kondisi Muara Sungai Progo tahun (a) 2001 (b) 2004 123 MORFOLOGI HULU - MUARA SUNGAI

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini, banteng (Bos javanicus d Alton 1823) ditetapkan sebagai jenis satwa yang dilindungi undang-undang (SK Menteri Pertanian No. 327/Kpts/Um/7/1972) dan

Lebih terperinci

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial)

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial) UU No 5 tahun 1990 (KSDAE) termasuk konsep revisi UU No 41 tahun 1999 (Kehutanan) UU 32 tahun 2009 (LH) UU 23 tahun 2014 (Otonomi Daerah) PP No 28 tahun 2011 (KSA KPA) PP No. 18 tahun 2016 (Perangkat Daerah)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan Indonesia pada peringkat keempat negara-negara yang kaya

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan Indonesia pada peringkat keempat negara-negara yang kaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman burung yang sangat tinggi. Sukmantoro et al. (2007), menjelaskan bahwa terdapat 1.598 jenis burung yang dapat

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Heyne K. 1987a. Tumbuhan Berguna Indonesia I. Yayasan Sarana Wanajaya. Jakarta

DAFTAR PUSTAKA. Heyne K. 1987a. Tumbuhan Berguna Indonesia I. Yayasan Sarana Wanajaya. Jakarta DAFTAR PUSTAKA [BKSDA Jawa Tengah] Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Tengah. 2005a. Inventarisasi Potensi Flora dan Fauna Taman Nasional Gunung Merbabu di Kabupaten Boyolali. Semarang : Balai Konservasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian dilaksanakan di kawasan Tambling Wildlife Nature Conservation, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan untuk kegiatan pengamatan dan pengambilan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa Kecamatan Pagar Dewa Kabupaten Tulang Bawang Barat Provinsi Lampung, merupakan suatu kawasan ekosistem

Lebih terperinci

BAB V PROFIL SATWALIAR GUNUNG PARAKASAK

BAB V PROFIL SATWALIAR GUNUNG PARAKASAK BAB V PROFIL SATWALIAR GUNUNG PARAKASAK A. Kehadiran Satwaliar Kelompok Mamalia Kawasan Gunung Parakasak memiliki luas mencapai 1.252 ha, namun areal yang berhutan hanya tersisa < 1%. Areal hutan di Gunung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menyandang predikat mega biodiversity didukung oleh kondisi fisik wilayah yang beragam mulai dari pegunungan hingga dataran rendah serta

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. B. Metode Penelitian dan Analisis Data. kuisioner, pengambilan gambar dan pengumpulan data sekunder. Menurut

TATA CARA PENELITIAN. B. Metode Penelitian dan Analisis Data. kuisioner, pengambilan gambar dan pengumpulan data sekunder. Menurut IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kawasan ekowisata hutan lindung mangrove dan penangkaran buaya di Desa Blanakan, Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati baik flora dan fauna yang sangat tinggi, salah satu diantaranya adalah kelompok primata. Dari sekitar

Lebih terperinci

STUDI KESESUAIAN PANTAI LAGUNA DESA MERPAS KECAMATAN NASAL KABUPATEN KAUR SEBAGAI DAERAH PENGEMBANGAN PARIWISATA DAN KONSERVASI

STUDI KESESUAIAN PANTAI LAGUNA DESA MERPAS KECAMATAN NASAL KABUPATEN KAUR SEBAGAI DAERAH PENGEMBANGAN PARIWISATA DAN KONSERVASI STUDI KESESUAIAN PANTAI LAGUNA DESA MERPAS KECAMATAN NASAL KABUPATEN KAUR SEBAGAI DAERAH PENGEMBANGAN PARIWISATA DAN KONSERVASI Oleh Gesten Hazeri 1, Dede Hartono 1* dan Indra Cahyadinata 2 1 Program Studi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Mei 2012 dan bertempat di hutan Desa Pasir Madang, Kec. Sukajaya, Kab. Bogor, Jawa Barat. 3.2. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: 978-602-60401-3-8 BIOEKOLOGI GAJAH SUMATERA (Elephas maximus sumatranus) PADA KONFLIK GAJAH-MANUSIA DI PROVINSI ACEH Kaniwa Berliani 1), Hadi S. Alikodra 2),

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK KUBANGAN BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus Desmarest 1822) DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

STUDI KARAKTERISTIK KUBANGAN BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus Desmarest 1822) DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON STUDI KARAKTERISTIK KUBANGAN BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus Desmarest 1822) DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON (Study of Wallow Characteristics of Javan Rhinoceros - Rhinoceros sondaicus Desmarest 1822 in

Lebih terperinci

BAB V. RANCANGAN dan PENGUJIAN

BAB V. RANCANGAN dan PENGUJIAN BAB V RANCANGAN dan PENGUJIAN 5.1. Pengujian Pengujian hasil rancangan digunakan untuk pembuktian bagaimana hasil perancangan dapat sesuai dengan permasalahan yang diangkat. Permasalahan khusus yang diambil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. alam, dewasa ini lebih banyak dituangkan dalam program kerja kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. alam, dewasa ini lebih banyak dituangkan dalam program kerja kegiatan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya pemerintah Indonesia dalam rangka menyumbangkan ekosistem alam, dewasa ini lebih banyak dituangkan dalam program kerja kegiatan konservasi yang dilaksanakan

Lebih terperinci

EKOLOGI KUANTITATIF KOMUNITAS AMFIBI DI BEBERAPA SUNGAI PADA SUAKA MARGASATWA NANTU PROVINSI GORONTALO. Disusun oleh : RIZKI KURNIA TOHIR E

EKOLOGI KUANTITATIF KOMUNITAS AMFIBI DI BEBERAPA SUNGAI PADA SUAKA MARGASATWA NANTU PROVINSI GORONTALO. Disusun oleh : RIZKI KURNIA TOHIR E EKOLOGI KUANTITATIF KOMUNITAS AMFIBI DI BEBERAPA SUNGAI PADA SUAKA MARGASATWA NANTU PROVINSI GORONTALO Disusun oleh : RIZKI KURNIA TOHIR E34120028 Dosen : Dr Ir Agus Priyono Kartono, M.Si KONSERVASI BIODIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. migran. World Conservation Monitoring Centre (1994) menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. migran. World Conservation Monitoring Centre (1994) menyebutkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Burung adalah salah satu kekayaan hayati yang dimiliki oleh Indonesia. Sukmantoro dkk. (2007) mencatat 1.598 spesies burung yang dapat ditemukan di wilayah Indonesia.

Lebih terperinci

LINGKUNGAN KEHIDUPAN DI MUKA BUMI

LINGKUNGAN KEHIDUPAN DI MUKA BUMI LINGKUNGAN KEHIDUPAN DI MUKA BUMI Indonesia terdiri atas pulau-pulau sehingga disebut negara kepulauan. Jumlah pulau yang lebih dari 17.000 buah itu menandakan bahwa Indonesia merupakan suatu wilayah yang

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 134, Tambahan

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 134, Tambahan PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35/PERMEN-KP/2013 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: Lampiran 1. Peta Sebaran Perkebunan Karet di Kecamatan Cikalongkulon Lampiran 2. Peta Potensi Perkebunan Karet Rakyat di Kecamatan Cikalongkulon Lampiran 3. Peta Sebaran Perkebunan Karet Rakyat di Kecamatan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rusa timor (Rusa timorensis Blainville 1822) merupakan salah satu jenis satwa liar yang hidup tersebar pada beberapa wilayah di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa sampai

Lebih terperinci

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY Sumberdaya Alam Hayati : Unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari sumberdaya alam nabati (tumbuhan) dan sumberdaya alam hewani (satwa) yang bersama dengan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL PEDOMAN INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS MANGROVE

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL PEDOMAN INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS MANGROVE DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL PEDOMAN INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS MANGROVE JAKARTA, MEI 2005 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan mangrove

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Lokasi CV. Jayabaya Batu Persada secara administratif terletak pada koordinat 106 O 0 51,73 BT dan -6 O 45 57,74 LS di Desa Sukatani Malingping Utara

Lebih terperinci