ANALISIS PERENCANAAN OBAT DALAM JKN PADA UPT PUSKESMAS KECUPAK KABUPATEN PAKPAK BHARAT SKRIPSI OLEH HARRY SIHOTANG NIM :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PERENCANAAN OBAT DALAM JKN PADA UPT PUSKESMAS KECUPAK KABUPATEN PAKPAK BHARAT SKRIPSI OLEH HARRY SIHOTANG NIM :"

Transkripsi

1 ANALISIS PERENCANAAN OBAT DALAM JKN PADA UPT PUSKESMAS KECUPAK KABUPATEN PAKPAK BHARAT SKRIPSI OLEH HARRY SIHOTANG NIM : FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017

2 ANALISIS PERENCANAAN OBAT DALAM JKN PADA UPT PUSKESMAS KECUPAK KABUPATEN PAKPAK BHARAT Skripsi ini diajukan sebagai Salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat OLEH HARRY SIHOTANG NIM : FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017

3 HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ANALISIS PERENCANAAN OBAT DALAM JKN PADA UPT PUSKESMAS KECUPAK KABUPATEN PAKPAK BHARAT ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini. Medan, Agustus 2017 Yang Membuat Pernyataan, Harry Sihotang i

4

5 ABSTRAK Perencanaan obat adalah proses kegiatan penyeleksian obat dan perbekalan kesehatan untuk menentukan jenis dan jumlah obat yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan obat di puskesmas. Perencanaan kebutuhan obat di Puskesmas Kecupak tidak sesuai dengan kebutuhan sesungguhnya. Ini menyebabkan adanya kesenjangan antara permintaan obat puskesmas dengan obat yang diadakan oleh dinas kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses perencanaan obat di Puskesmas Kecupak. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode wawancara mendalam terhadap 4 informan yang terdiri dari Pejabat Pembuat Komitmen Dinas Kesehatan Kabupaten Pakpak Bharat, Kepala Puskesmas Kecupak, Kepala Bagian Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Pakpak Bharat dan Staf Pengelola Obat Puskesmas Kecupak. Analisa data dengan metode Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses perencanaan obat belum sesuai dengan kebutuhan riil Puskesmas Kecupak. Ini dibuktikan dengan staf pengelola obat di puskesmas belum memahami cara merencanakan kebutuhan obat yang tepat, staf pengelola obat belum pernah mengikuti pelatihan mengenai proses perencanaan obat, pengelola obat di puskesmas tidak mengetahui metode analisis perencanaan obat, data-data yang diperlukan dalam membuat perencanaan obat belum digunakan secara maksimal. Penentuan jenis obat berdasarkan Formularium nasional dan e-katalog masih terdapat kendala karena tidak semua jenis obat yang dibutuhkan terdapat di daftar e-katalog. Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Pakpak Bharat untuk tetap melakukan pengawasan terhadap puskesmas dan meningkatkan pembinaan dan pelatihan kepada staf pengelola obat di puskesmas. Kepada Puskesmas Kecupak untuk memberikan berbagai pelatihan manajemen logistik farmasi kepada petugas pengelola obat khususnya pada perencanaan obat. Kepada staf pengelola obat di Puskesmas Kecupak agar membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan didalam merencakan obat serta mengikuti pelatihan manajemen proses perencanaan obat. Kata Kunci : Perencanaan, Obat, Puskesmas iii

6 ABSTRACT Drugs planning is the process of drugs and healthcare supplies selection activities to determine the type and quantity of drugs which aim to meet the needs of drugs at puskesmas. The drugs needs planning in the Puskesmas Kecupak was not corresponding to the real needs. This mismatch leading to the existence of gap between the demands for drugs in puskesmas with provided drugs by the Health Office. The aim of this study is to discover the drugs planning process in Puskesmas Kecupak. This study is a qualitative study with an in-depth interview method with 4 informants, consisting of Decision Makers Officials of the Pakpak Bharat District s Health Office, the Chief of Puskesmas Kecupak, Pharmacy s Chief Division of the Pakpak Bharat District s Health Office and drugs administrator staff of Puskesmas Kecupak. The data analyzed by Miles and Huberman methods. The study results showed that the drug planning process is not correspond the real needs of Puskesmas Kecupak. This is proofed through the lack of understanding of drugs administrator staff in how to accurately plan the needs of drugs, drugs administrator staff was never joining a training of drugs planning process, the drugs administrator staff was not understanding drugs planning analysis method, required data to create a drugs planning was not used to its full potential. The determination of the types of drugs based on national formulary and e-catalogue are still constrained because not all the required types of drugs can be found at e- catalogs. Based on the study results, it is expected to the Pakpak Bharat District s Health Office to constantly supervise the puskesmas and improving coaching and training to the drugs administrator staff in Puskesmas Kecupak and also to Puskesmas Kecupak to provide a wide range of pharmaceutical logistics management training to the drugs administrator staff on planning remedy. To the drugs administrator staff in Puskesmas Kecupak it s expected to keep equip themselves with knowledges and skills in drugs planning and join the training of drugs planning management process. Key Words: Planning, Drugs, Puskesmas iv

7 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena kasih karunia-nya sehingga skripsi yang berjudul Analisis Perencanaan Obat dalam JKN pada UPT Puskesmas Kecupak Kabupaten Pakpak Bharat dapat terselesaikan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Medan. Dalam penulisan skripsi ini, begitu banyak orang-orang yang telah memberikan bantuan, dukungan, motivasi, dan doa. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum sebagai Rektor Universitas Sumatera Utara. 2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si sebagai Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat. 3. dr. Rusmalawaty, M.Kes sebagai Dosen Pembimbing I dan Ketua Penguji, terima kasih atas bimbingan dan dukungan Ibu kepada penulis selama penulisan skripsi. 4. dr. Fauzi, SKM sebagai Dosen Pembimbing II dan Anggota Penguji, terima kasih atas bimbingan dan dukungan Bapak kepada penulis selama penulisan skripsi. 5. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes sebagai Dosen Penguji I dan Kepala Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, terima kasih atas bimbingan dan dukungan Bapak kepada penulis selama penulisan skripsi. 6. Puteri Citra Cinta Asyura, SKM, MPH sebagai Dosen Penguji II, terima kasih atas bimbingan dan dukungan Ibu kepada penulis selama penulisan skripsi. v

8 7. dr. Wirsal Hasan, MPH sebagai Dosen Penasehat Akademik selama penulis menjalani perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 8. Seluruh Dosen Departemen AKK, seluruh Dosen dan Staf FKM USU yang telah memberikan ilmu, bimbingan serta dukungan moral kepada penulis selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU. 9. Dinas Kesehatan Kabupaten Pakpak Bharat dan Puskesmas Kecupak Kabupaten Pakpak Bharat yang telah memberikan izin dan membantu penulis dalam melakukan penelitian ini. 10. Dengan penuh rasa hormat dan ucapan terimakasih sedalam-dalamnya penulis mempersembahkan skripsi ini kepada orang tua terkasih Bapak Parniatan Sihotang dan Ibu Marli Simbolon beserta keluarga yang telah memberikan bantuan, motivasi, dan perhatian kepada penulis. Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini, baik dari segi isi maupun bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Medan, Oktober 2017 Penulis Harry Sihotang vi

9 DAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii DAFTAR RIWAYAT HIDUP... xiii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA Perencanaan Pengertian Perencanaan Tujuan Perencanaan Ciri-ciri Perencanaan Jenis Perencanaan Perencanaan Persediaan Obat Pengertian dan Tujuan Perencanaan Obat Tahapan-tahapan Perencanaan Obat Tahap Pemilihan Obat Tahap Komplikasi Pemakaian Obat Tahap Perhitungan Kebutuhan Obat Tahap Proyeksi Kebutuhan Obat Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Pengertian Puskesmas Pengertian Upaya Kesehatan Masyarakat dan Upaya Kesehatan Perorangan Tugas, Fungsi dan Wewenang Puskesmas Tujuan Puskesmas Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) vii

10 2.4.1 Pengertian Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Pelayanan, Penyediaan dan Penggunaan Obat Pelayanan Obat Penyediaan Obat Penggunaan Obat di Luar Formularium Nasional Kerangka Berpikir BAB III METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian Waktu Penelitian Informan Penelitian Metode Pengumpulan Data Data Primer Data Sekunder Triangulasi Metode Analisis Data BAB IV HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Puskesmas Kecupak Karateristik Informan Data Menghitung Pemakaian Nyata Pertahun Menghitung Pemakaian Rata-rata Satu Bulan Menghitung Kekurangan Obat Menghitung Obat yang Sesungguhnya (Riil) Menghitung Kebutuhan Obat Tahun yang Akan Datang Menghitung Kebutuhan Leadtime Menentukan Stok Pengaman (Buffer Stock) Menghitung Jumlah Obat yang Akan Diprogramkan Ditahun yang Akan Datang Menghitung Jumlah Obat yang Akan Dianggarkan Penentuan Jenis Obat Berdasarkan E-Katalog dan Formularium Nasional Penentuan Jumlah Obat BAB V PEMBAHASAN Masukan Data viii

11 5.2 Proses Perencanaan BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Masukan Proses Perencanaan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix

12 DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Tabel 4.2 Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Kecupak tahun Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Kecupak tahun Tabel 4.3 Data Tenaga Kesehatan di Puskesmas Kecupak tahun Tabel 4.4 Karateristik Informan x

13 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.3 Kerangka Pikir xi

14 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Pedoman Wawancara Lampiran 2. Hasil Wawancara Lampiran 3. Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 4. Surat Selesai Penelitian Lampiran 5. Dokumentasi xii

15 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Harry Sihotang yang lahir pada tanggal 07 Oktober 1994 di Kota Payakumbuh. Penulis beragama Kristen Katholik, tinggal di Kelurahan Ibuh Kecamatan Payakumbuh Barat Kota Payakumbuh Provinsi Sumatera Barat Kode Pos Penulis merupakan anak tunggal dari pasangan Ayahanda Parniatan Sihotang dan Ibunda Marli Simbolon. Pendidikan formal penulis dimulai di Sekolah Taman Kanak-kanak Pius Kota Payakumbuh pada tahun 1999 dan selesai pada tahun 2000, Sekolah Dasar Pius Kota Payakumbuh pada tahun 2000 dan selesai pada tahun 2006, Sekolah Menengah Pertama Fidelis Kota Payakumbuh pada tahun 2006 dan selesai pada tahun 2009, Sekolah Menengah Atas Negeri No. 1 Kota Payakumbuh pada tahun 2009 dan selesai pada tahun 2012, pada tahun 2013 melanjutkan pendidikan S1 di Universitas Sumatera Utara Fakultas Kesehatan Masyarakat Peminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan dan selesai pada tahun 2017 dengan lama masa studi 4 tahun. xiii

16 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Menurut Undang-Undang No.36 tahun 2009 pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Ini ditandai dengan diterbitkan Undang- Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) yang mengamanatkan kepada pemerintah dan komunitas kesehatan untuk dapat menyediakan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau bagi seluruh masyarakat. Pemerintah juga harus dapat menjamin tersedianya pelayanan kesehatan sampai ke daerah terpencil dan penduduk miskin (Kemenkes, 2013). Program pembangunan kesehatan nasional mencakup lima aspek Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) yaitu bidang : Promosi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Ibu dan Anak termasuk Keluarga Berencana, Pemberantasan Penyakit Menular dan Pengobatan. Dalam melaksanakan Pelayanan Kesehatan dasar khususnya bidang pengobatan, ketersediaan obat perlu dikelola dengan baik dalam organisasi pelayanan kesehatan di masing-masing daerah (Kepmenkes RI No tahun 2008). 1

17 2 Pembangunan kesehatan di era Otonomi Daerah (OTDA) telah menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota) dan daerah harus bisa mengatur sendiri, termasuk memenuhi kebutuhan obat. Upaya untuk memenuhi kebutuhan obat diperlukan pengelolaan dan perencanaan yang baik (Kepmenkes RI No tahun 2002). Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes RI No. 75 tahun 2014). Puskesmas juga bertanggungjawab dalam pengelolaan obat. Manajemen pengelolaan obat merupakan salah satu aspek penting di Puskesmas, karena ketidakefisienan akan memberikan dampak negatif terhadap biaya operasional Puskesmas itu sendiri, sedangkan ketersediaan obat setiap saat menjadi tuntutan dalam pelayanan kesehatan dan hal ini merupakan indikator kinerja Puskesmas secara keseluruhan. Tujuan manajemen obat adalah tersedianya obat setiap saat dibutuhkan baik mengenai jenis, jumlah maupun kualitas secara efektif dan efisien, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan. Perencanaan obat merupakan suatu proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan kesehatan untuk menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan obat di Puskesmas. Perencanaan kebutuhan obat untuk Puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh pengelola obat dan perbekalan kesehatan di Puskesmas (Kemenkes, 2010).

18 3 Tujuan perencanaan adalah untuk menetapkan jenis, jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mencapai tujuan perencanaan obat, yaitu : (a) mengenal dengan jelas rencana jangka panjang apakah program dapat mencapai tujuan dan sasaran, (b) persyaratan barang meliputi : kualitas barang, fungsi barang, pemakaian satu merk dan untuk jenis obat narkotika harus mengikuti peraturan yang berlaku, (c) kecepatan dan jumlah peredaran barang, (d) pertimbangan anggaran dan prioritas. Manfaat perencanaan obat terpadu : (1) menghindari tumpang tindih penggunaan anggaran, (2) keterpaduan dalam evaluasi, (3) kesamaan persepsi antara pemakai obat dan penyedia anggaran, (4) estimasi kebutuhan obat lebih tepat, (5) koordinasi antara penyedia anggaran dan penyedia obat, dan (6) pemanfaatan dana pengadaan obat dapat lebih optimal. Metode yang biasa digunakan dalam perhitungan kebutuhan obat, yaitu : (1) Metode konsumsi yaitu secara umum metode konsumsi menggunakan konsumsi obat individual dalam meproyeksikan kebutuhan yang akan datang berdasarkan analisa data konsumsi obat tahun sebelumnya, (2) Metode morbiditas yaitu memperkirakan kebutuhan obat berdasarkan jumlah kebutuhan pasien, kejadian penyakit yang umum, dan pola perawatan standar dari penyakit yang ada, (3) Metode penyesuaian konsumsi yaitu metode ini menggunakan data pada insiden penyakit, konsumsi penggunaan obat. Sistem perencanaan didapat dengan mengekstrapolasi nilai konsumsi dan untuk mencapai target sistem suplai berdasarkan pada cakupan populasi atau tingkat pelayanan yang disediakan, dan

19 4 (4) Metode proyeksi tingkat pelayanan dari keperluan anggaran yaitu metode ini digunakan untuk menaksir keuangan keperluan pengadaan obat berdasarkan biaya per pasien yang diobati setiap macam-macam level dalam sistem kesehatan yang sama. Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas minimal harus dilaksanakan oleh 1 (satu) orang tenaga Apoteker sebagai penanggung jawab, yang dapat dibantu oleh Tenaga Teknis Kefarmasian sesuai kebutuhan. Jumlah kebutuhan Apoteker di Puskesmas dihitung berdasarkan rasio kunjungan pasien, baik rawat inap maupun rawat jalan serta memperhatikan pengembangan Puskesmas. Rasio untuk menentukan jumlah Apoteker di Puskesmas adalah 1 (satu) Apoteker untuk 50 (lima puluh) pasien perhari. Semua tenaga kefarmasian harus memiliki surat tanda registrasi dan surat izin praktik untuk melaksanakan Pelayanan Kefarmasian di fasilitas pelayanan kesehatan termasuk Puskesmas, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan (Permenkes 30 tahun 2014). Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2014 dalam rangka penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) diperlukan dukungan dana untuk operasional pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh fasilitas kesehatan. Dana kapitasi JKN di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dimanfaatkan tidak seluruhnya untuk jasa pelayanan kesehatan dan dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan. Jasa pelayanan kesehatan meliputi jasa pelayanan kesehatan perorangan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan. Dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan meliputi biaya obat, alat kesehatan, bahan medis habis pakai, dan

20 5 dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan lainnya. Jasa pelayanan kesehatan di FKTP ditetapkan sekurang-kurangnya 60% (enam puluh persen) dari total penerimaan dana kapitasi JKN, dan sisanya dimanfaatkan untuk dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan (Permenkes 21 tahun 2016). Puskesmas Kecupak terletak di Desa Kecupak I Kecamatan Pargettenggetteng Sengkut (PGGS) Kabupaten Pakpak Bharat Provinsi Sumatera Utara. Puskesmas Kecupak memiliki satu orang tenaga farmasi dikarenakan jumlah pasien dibawah 50 (limapuluh) per harinya. Alur perencanaan obat di Puskesmas Kecupak yaitu petugas obat di Puskesmas Pembantu (Pustu) dan Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) mengisi lembar Rencana Kebutuhan Obat (RKO) Pustu dan Poskesdes, kemudian menyerahkannya kepada pengelola obat di Puskesmas untuk dikompilasi dengan lembar RKO di Puskesmas. Pengelola obat masing-masing Puskesmas dan petugas Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Instalasi Farmasi serta Dinas Kesehatan mengadakan Rapat Perencanaan Obat Terpadu (POT) yang membahas mengenai kebutuhan obat di Puskesmas dan ketersediaannya di UPTD Instalasi Farmasi. Setelah rapat selesai petugas UPTD Instalasi Farmasi melakukan rekapitulasi RKO Puskesmas dengan melihat ketersediaan obat di UPTD Instalasi Farmasi, sehingga diperoleh daftar obat-obatan dan perbekalan kesehatan yang akan diadakan. Daftar tersebut diserahkan kepada Kepala Dinas Kesehatan untuk selanjutnya memerintahkan Pejabat Pembuat Komitmen (PKK) menindaklanjuti daftar tersebut (Kemenkes, 2010).

21 6 Perencanaan obat di Puskesmas Kecupak dilakukan untuk menentukan jenis dan jumlah kebutuhan obat. Puskesmas tersebut dalam tahap perencanaan obat melakukan pengamatan terhadap kebutuhan obat bulan sebelumnya yang terdapat di Lembar Permintaan dan Lembar Pemakaian Obat (LPLPO). Perencanaan kebutuhan obat yang akan datang berdasarkan banyaknya jumlah pasien per tahun dengan keluhan penyakit tertentu, maka diketahui jenis obat apa yang banyak digunakan untuk mengatasi keluhan tersebut dan berapa banyak jumlah obat yang dibutuhkan. Penentuan jenis obat dan jumlah obat yang digunakan juga dilihat berdasarkan jenis penyakit yang dominan dan jenis pelayanan apa yang banyak dilakukan dalam kegiatan pelayanan perawatan dan pengobatan. Sebelum melakukan permintaan obat, terlebih dahulu dilakukan pembuatan Lembar Permintaan dan Lembar Pemakaian Obat (LPLPO) yang akan diusulkan ke Dinas Kesehatan untuk melakukan pengadaan obat yang telah ditentukan. Obat yang sering digunakan akan menjadi prioritas untuk diusulkan oleh puskesmas ke Dinas Kesehatan. Permintaan obat dilaksanakan secara berkala setiap periode kebutuhan yaitu dalam setahun empat kali yakni setiap tiga bulan. Pengadaan obat di Puskesmas Kecupak dalam rangka pelaksanaan JKN yang mulai berlaku 1 Januari 2014 perlu disusun daftar obat berdasarkan Formularium Nasional (Fornas) yaitu daftar obat terpilih yang dibutuhkan sesuai dengan daftar e-katalog dengan prosedur e-purchasing dan harus tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan sebagai acuan dalam pelaksanaan JKN. Proses pengadaan obat sebelum e-katalog secara garis besar dilaksanakan sesuai

22 7 peraturan perundang-undangan yang ada, yaitu melalui perencanaan, pemesanan ke distributor, penerimaan, dan distribusi ke unit layanan. Berdasarkan survey awal yang dilakukan, diasumsikan bahwa perencanaan obat yang dilakukan di Puskesmas Kecupak belum berjalan dengan baik. Hal ini diakibatkan oleh beberapa faktor. Tidak adanya petugas farmasi di Pustu dan Poskesdes mengakibatkan petugas farmasi yang ada di Puskesmas melakukan perekapan semua laporan sendiri. Terlambatnya pelaporan juga diakibatkan oleh jumlah pasien yang tidak mementu di Pustu dan Poskesdes serta di Puskesmas. Sehingga petugas farmasi yang ada di Puskesmas sering melakukan perencanaan secara perkiraan mengenai obat apa saja yang dibutuhkan. Puskesmas Kecupak juga sering menggunakan metode konsumsi dalam melakukan perencanaan kebutuhan obat. Metode konsumsi adalah perencanaan kebutuhan obat yang dilakukan berdasarkan pemakaian obat yang ada diperiode sebelumnya. Petugas farmasi Puskesmas Kecupak juga merencanakan kebutuhan obat dengan melihat stok obat yang sudah menipis dalam kartu stok dan masa expired yang sudah dekat, sehingga terkadang tidak semua obat yang dibutuhkan dapat direkap secara sempurna. Perencanaan kebutuhan obat yang menggunakan metode konsumsi mengakibatkan tidak semua kebutuhan obat terekap dan terkadang juga ada stok obat yang berlebih dan terkadang juga tidak tersedia. Kelebihan obat juga terjadi di Puskesmas Kecupak, ini dibuktikan dengan adanya persediaan obat untuk penyakit yang jarang ditemukan dan banyaknya obat yang expired.

23 8 Di Puskesmas Kecupak pun sering terjadi kekosongan stok obat sehingga terkadang pasien dianjurkan untuk membeli obat ke apotek/toko obat terdekat. Terkadang tenaga farmasi Puskesmas Kecupak juga mengganti jenis obat jika terjadi kekosongan. Contohnya, jika terjadi kekosongan paracetamol sirup untuk anak-anak maka diganti dengan tablet yang sudah dipulpis agar mudah diberikan kepada anak-anak. Penelitian Djuna (2013) tentang studi manejemen pengelolaan obat di Puskesmas Labakkang Kabupaten Pangkep menyatakan bahwa terjadi kekurangan obat dan obat yang tidak terealisasi untuk kebutuhan tahun berikutnya. Petugas apoteker biasanya mengeluh dengan masalah permintaan obat yang kadang tidak sesuai dengan obat yang datang. Penelitian Hartono (2007) tentang analisis proses perencanaan kebutuhan obat publik untuk Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) di Puskesmas Sewilayah Kerja Dinas Kota Tasikmalaya menyatakan bahwa terdapat permintaan beberapa jenis obat tertentu tidak sesuai dengan usulan yang diajukan sebelumnya. Disamping itu terdapat jenis obat tertentu dalam jumlah berlebih, namun di sisi lain terdapat jenis obat mengalami kekurangan. Hal ini menunjukkan bahwa proses perencanaan kebutuhan obat di tingkat Puskesmas tidak sesuai dengan kebutuhan sebenarnya. Penelitian Athijah (2010) perencanaan dan pengadaan obat di Puskesmas Surabaya Timur dan Selatan menyatakan bahwa kurang lebih 80% puskesmas melakukan pengadaan persediaan kebutuhan obat belum sesuai dengan kebutuhan

24 9 sesungguhnya, sehingga terdapat stok obat yang berlebih tapi di lain pihak terdapat stok obat yang kosong. Dari permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Analisis Perencanaan Obat dalam JKN pada UPT Puskesmas Kecupak Kabupaten Pakpak Bharat 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana ketesediaan sumber daya dalam perencanaan obat di Puskesmas Kecupak Kabupaten Pakpak Bharat : data. 2. Bagaimana proses perencanaan obat di Puskesmas Kecupak Kabupaten Pakpak Bharat : penentuan jenis obat berdasarkan fornas dan e-katalog dan penentuan jumlah obat. 1.3 Tujuan Tujuan Umum Untuk menganalisis perencanaan obat di Puskesmas Kecupak Kabupaten Pakpak Bharat Tujuan Khusus 1. Untuk menjelaskan ketesediaan sumber daya dalam perencanaan obat di Puskesmas Kecupak Kabupaten Pakpak Bharat : data. 2. Untuk menjelaskan proses perencanaan obat di Puskesmas Kecupak Kabupaten Pakpak Bharat : penentuan jenis obat berdasarkan fornas dan e- katalog dan penentuan jumlah obat.

25 Manfaat 1. Bagi Puskesmas Kecupak sebagai masukan dalam perencanaan pengadaan obat dalam rangka peningkatan efisiensi. 2. Bagi instansi pemerintahan khususnya BPJS dalam pengembangan cara dan metode dalam pembuatan kebijakan untuk menyempurnakan serta mengoptimalkan pelayanan kesehatan dalam rangka pengadaan obat dengan e-katalog. 3. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya tentang pengadaan persediaan obat di bidang ilmu administrasi dan kebijakan kesehatan serta dalam penemuan metodologi baru dalam lingkup ilmu kesehatan masyarakat.

26 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Pengertian Perencanaan Perencanaan adalah suatu proses penyusunan secara sistematis mengenai kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan, untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Depkes, 1990). Sedangkan menurut Siagian (1996), perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang pada hal-hal yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Menurut Azwar (1996), pengertian perencanaan mempunyai banyak macamnya, akan tetapi yang menurutnya dianggap penting antara lain dikemukakan oleh: a. Billy E. Goetz, yang mengemukakan bahwa Perencanaan adalah kemampuan untuk memilih dari berbagai kemungkinan yang tersedia dan yang dipandang paling tepat untuk mencapai tujuan. b. Drucker, mengemukakan bahwa Perencanaan adalah suatu proses kerja yang terus menerus yang meliputi pengambilan keputusan yang bersifat pokok dan penting dan yang akan dilaksanakan secara sistematik, melakukan perkiraanperkiraan dengan mempergunakan segala pengetahuan yang ada tentang masa depan, mengorganisir secara sistematik segala upaya yang dipandang perlu untuk melaksanakan segala keputusan yang telah ditetapkan, serta mengukur keberhasilan dari pelaksanaan keputusan tersebut dengan membandingkan 11

27 12 hasil yang dicapai terhadap target yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan umpan balik yang diterima dan yang telah disusun secara teratur dan baik. c. Sedangkan menurut Levey dan Loomba, Perencanaan adalah suatu proses menganalisis dan memahami sistem yang dianut, merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus yang ingin dicapai, memperkirakan segala kemampuan yang dimiliki, menguraikan segala kemungkinan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, menganalisis efektivitas dari berbagai kemungkinan tersebut, menyusun perincian selengkapnya dari kemungkinan yang terpilih, serta mengikatnya dalam suatu sistem pengawasan yang terus menerus sehingga dapat dicapai hubungan yang optimal antara rencana yang dihasilkan dengan sistem yang dianut Tujuan Perencanaan Adapun tujuan perencanaan menurut Azwar (1998), antara lain : a. Membantu para pelaksana dalam melaksanakan program dengan perencanaan yang baik maka setiap pelaksana akan memahami rencana tersebut dan akan merangsang para pelaksana untuk dapat melakukan beban tugas masingmasing dengan sebaik-baiknya. b. Membantu para pelaksana untuk membuat perencanaan pada masa depan,jadi hasil yang diperoleh dari suatu pekerjaan perencanaan pada saat ini dapat dimanfaatkan sebagai pedoman untuk menyusun rencana kerja pada masa depan dan demikian seterusnya. c. Sebagai upaya pengaturan baik dalam bidang waktu, tenaga pelaksana, sarana, biaya, tujuan, lokasi serta macam organisasi pelaksananya. Jadi dengan

28 13 perencanaan yang baik akan menghindari kemungkinan terjadinya duplikasi, bentrokan ataupun penghamburan dan penyia-nyiaan dari setiap program kerja ataupun aktivitas yang dilakukan, jadi pemanfaatan dari sumber data dan tata cara yang dipunyai dapat diatur secara lebih efisien dan efektif. d. Untuk memperoleh dukungan baik berupa dukungan legislatif (melalui peraturan ataupun perundang-undangan), dapat berupa dukungan moril (persetujuan masyarakat), ataupun dukungan materiil dan finansial (biasanya dari para sponsor) Ciri-ciri Perencanaan Menurut Levey dan Loomba di dalam Azwar (1996), suatu perencanaan yang baik adalah yang mempunyai kriteria antara lain sebagai berikut : a. Perencanaan harus mempunyai tujuan yang jelas. b. Perencanaan harus mengandung uraian yang lengkap tentang segala aktivitas yang akan dilaksanakan, yang dibedakan pula atas aktivitas pokok serta aktivitas tambahan. c. Perencanaan harus dapat menguraikan pula jangka waktu pelaksanaan setiap aktivitas ataupun keseluruhan aktivitas yang akan dilaksanakan. Suatu rencana yang baik, hendaknya berorientasi pada masa depan bukan sebaliknya. d. Perencanaan harus dapat menguraikan macam organisasi yang dipandang tepat untuk melaksanakan aktvitas-aktivitas yang telah disusun. Dalam organisasi tersebut harus dijelaskan pula pembagian tugas masing-masing bagian atau individu.

29 14 e. Perencanaan harus mencantumkan segala hal yang dipandang perlu untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas yang telah disusun, seperti macam tenaga pelaksananya, besarnya dana dan sumber dana yang diperkirakan ada. f. Perencanaan harus mempertimbangkan segala faktor yang mempengaruhi atau diperkirakan mempengaruhi rencana tersebut, sehingga menjadi jelas apakah rencana tersebut dapat dilaksanakan atau tidak. g. Perencanaan dibuat dengan berpedoman pada sistem yang dimiliki dan orientasi penyusunannya pada keseluruhan sistem tersebut, bukan terhadap masing-masing individu pelaksananya. h. Perencanaan harus memiliki unsur fleksibilitas artinya sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, sedemikian rupa sehingga pemanfaatan sumber dan tata cara dapat diatur dengan baik dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. i. Perencanaan harus mencantumkan dengan jelas standar yang dipakai untuk mengukur keberhasilan atau kegagalan yang akan terjadi. Jadi suatu rencana dapat menguraikan pula mekanisme kontrol yang akan dipergunakan. j. Perencanaan harus dilaksanakan terus-menerus, artinya hasil yang diperoleh dari perencanaan yang sedang dilakukan, dapat dipakai sebagai pedoman untuk perencanaan selanjutnya Jenis Perencanaan Menurut Azwar (1996), jika dilihat dari jangka waktu berlakunya perencanaan dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu : a. Perencanaan jangka panjang (Long-range planning)

30 15 Disebut perencanaan jangka panjang, jika masa berlakunya rencana tersebut antara 12 sampai 20 tahun. b. Perencanaan jangka menengah (Medium-range planning) Disebut perencanaan jangka menengah, jika masa berlakunya rencana tersebut antara 5 sampai 7 tahun. c. Perencanaan jangka pendek (Short-range planning) Disebut perencanaan jangka pendek, jika masa berlakunya rencana tersebut hanya untuk jangka waktu 1 tahun saja. 2.2 Perencanaan Kebutuhan Obat Pengertian dan Tujuan Perencanan Kebutuhan Obat Perencanaan obat adalah suatu proses kegiatan seleksi obat untuk menetapkan jenis dan jumlah obat yang sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar termasuk program kesehatan yang telah ditetapkan (Depkes, 1990). Adapun tujuan dari perencanaan kebutuhan obat adalah untuk mendapatkan: a. Jenis dan jumlah yang tepat sesuai kebutuhan b. Menghindari terjadinya kekosongan obat c. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional d. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.

31 Tahapan-tahapan Perencanaan Obat Menurut Depkes RI (2002), berbagai kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan obat meliputi : Tahap Pemilihan Obat Fungsi dari pemilihan atau penyeleksian obat adalah untuk menentukan apakah obat benar-benar diperlukan dan sesuai dengan jumlah penduduk serta pola penyakit. Untuk mendapatkan perencanaan obat yang baik, sebaiknya diawali dengan dasar-dasar seleksi kebutuhan obat yaitu meliputi: a. Obat merupakan kebutuhan untuk sebagian besar populasi penyakit; b. Obat memiliki keamanan, kemanjuran yang didukung dengan bukti ilmiah; c. Obat memiliki manfaat yang maksimal dengan risiko yang minimal; d. Obat mempunyai mutu yang terjamin baik ditinjau dari segi stabilitas maupun biovaliditasnya; e. Biaya pengobatan mempunyai rasio antara manfaat dengan biaya yang baik; f. Apabila pilihan lebih dari satu, maka dipilih yang paling baik, banyak diketahui dan farmakokinetiknya yang paling menguntungkan; g. Mudah diperoleh dengan harga terjangkau; h. Obat sedapat mungkin merupakan sediaan tunggal. Pada tahap seleksi obat harus pula dipertimbangkan antara lain seperti ; dampak administratif biaya yang ditimbulkan, kemudahan dalam mendapatkan obat, kemudahan obat dalam penyimpanan, kemudahan obat untuk di distribusikan, dosis obat sesuai dengan kebutuhan terapi, obat yang dipilih sesusai dengan standar mutu yang terjamin. Sedangkan untuk menghindari risiko yang

32 17 dapat terjadi harus pula mempertimbangkan kontra indikasi, peringatan dan perhatikan juga efek samping obat Tahap Kompilasi Pemakaian Obat Kompilasi pemakaian obat berfungsi untuk mengetahui pemakaian bulanan tiap-tiap jenis obat selama setahun dan sebagai data pembanding bagi stok optimum. Informasi yang didapatkan dari kompilasi pemakaian obat adalah : a. Jumlah pemakaian tiap jenis obat pada tiap Unit Pelayanan Kesehatan; b. Persentase pemakaian tiap jenis obat terhadap total pemakaian setahun seluruh Unit Pelayanan Kesehatan; c. Pemakaian rata-rata untuk setiap jenis obat untuk tingkat kabupaten/kota. Manfaat dari informasi-informasi yang didapat yaitu sebagai sumber data dalam menghitung kebutuhan obat untuk pemakaian tahun mendatang dan sebagai sumber data dalam menghitung stok/persediaan pengaman dalam rangka mendukung penyusunan rencana distribusi Tahap Perhitungan Kebutuhan Obat Menentukan kebutuhan obat merupakan tantangan berat yang harus dihadapi oleh Apoteker yang bekerja di Unit Pelayanan Kesehatan maupun di Gudang Farmasi. Masalah kekosongan obat atau kelebihan obat yang terjadi apabila infomasi semata-mata hanya berdasarkan informasi yang teoritis kebutuhan pengobatan. Dengan koordinasi dan proses perencanaan untuk pengadaan obat secara terpadu serta melalui tahapan seperti di atas, maka

33 18 diharapkan obat yang direncanakan dapat tepat jenis, tepat jumlah serta tepat waktu. Menurut Wheelright yang dikutip dari Silalahi (1989) ada tiga (3) cara yang mendasar dalam hal penetapan jumlah persediaan obat yang diperhatikan pada saat perencanaan manajemen persediaan, yaitu : 1. Populasi Yaitu berdasarkan banyaknya jumlah pasien yang datang dengan keluhan penyakit tertentu, maka dapat dilihat jenis obat apa yang banyak digunakan untuk mengatasi keluhan tersebut dan berapa banyak jumlah obat yang dibutuhkan. 2. Pelayanan Yaitu jenis pelayanan apa yang banyak dilakukan dalam kegiatan pelayanan perawatan dan pengobatan dan ditentukan jenis obat dan jumlah obat yang digunakan (berdasarkan jenis pelayanan dan jenis penyakit yang dominan). 3. Konsumsi Yaitu jumlah obat yang pemakaiannya berdasarkan data pemakaian obat yang digunakan pasien secara rutin, biasanya cara ini pemakaiannya stabil (pengumpulan data berdasarkan pemakaian obat sebelumnya).

34 19 Metode Penentuan Kebutuhan Obat Pendekatan dalam menentukan kebutuhan obat dapat dilakukan dengan berbagai metode, yaitu antara lain: a. Metode Konsumsi Didasarkan atas analisis konsumsi obat tahun sebelumnya. Untuk menghitung jumlah obat yang dibutuhkan berdasarkan metode konsumsi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut, yaitu : 1) Pengumpulan dan pengolahan data 2) Analisis data untuk informasi dan evaluasi 3) Perhitungan perkiraan kebutuhan obat 4) Penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana. Jenis-jenis data yang perlu dipersiapkan dalam metode konsumsi, yaitu alokasi dana, daftar obat, stok awal, penerimaan, pengeluaran, sisa stok, obat hilang/rusak, kadaluarsa, kekosongan obat, pemakaian rata-rata atau pergerakan obat pertahun, lead time, stok pengaman dan perkembangan pola kunjungan. Adapun langkah-langkah perhitungan dengan metode konsumsi adalah : 1 Hitung pemakaian rata-rata obat X perbulan pada tahun sebelumnya (a) 2 Hitung pemakaian obat X pada tahun sebelumnya (b) 3 Hitung stok pengaman, pada umumnya stok pengaman berkisar 10%-20% dari pemakaian obat X dalam satu bulan (c) 4 Menghitung kebutuhan obat X pada waktu tunggu (lead time), pada umumnya lead time berkisar antara 3-6 bulan (d) 5 Kebutuhan obat X tahun sebelumnya adalah = b + c + d (e)

35 20 6 Rencana pengadaan obat X tahun selanjutnya adalah perhitungan kebutuhan obat X tahun sebelumnya (e) sisa stok (Depkes,2002). Dasar di dalam menentukan kebutuhan obat dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan yaitu antara lain dengan metode konsumsi. Metode konsumsi berdasarkan pada analisis data konsumsi obat tahun sebelumnya. Adapun langkah-langkah perhitungan metode konsumsi dalam perencanaan obat adalah : 1. Menghitung Pemakaian Nyata Pertahun Pemakaian nyata pertahun adalah jumlah jumlah stok obat yang telah dikeluarkan dalam satu tahun / periode sebelumnya. Data dapat diperoleh dari laporan perbulan atau kartu stok yang ada di Puskesmas. 2. Menghitung Pemakaian Rata-rata Satu Bulan Pemakaian rata-rata perbulan didapat dengan cara menghitung seluruh pemakaian obat yang terdapat dalam laporan pemakaian dan membagi dengan 12 bulan sehingga didapatkan laporan pemakaian rata-rata perbulannya. 3. Menghitung Kekurangan Obat Kekurangan obat adalah jumlah obat yang diperlukan saat terjadinya kekosongan obat pada tahun / periode sebelumnya. Cara untuk menghitung kekurangan obat adalah waktu kekosongan obat dikali dengan rata-rata pemakaian dalam satu bulan. 4. Menghitung Obat yang Sesungguhnya (Riil) Kebutuhan obat sesungguhnya (riil) adalah kebutuhan obat yang sesungguhnya dibutuhkan Puskesmas dalam periode sebelumnya. Cara

36 21 menghitung kebutuhan obat sesungguhnya (riil) adalah dengan cara menghitung jumlah pemakaian nyata dijumlahkan dengan kekurangan obat pada tahun / periode sebelumnya. 5. Menghitung Kebutuhan Obat Tahun yang Akan Datang Kebutuhan obat tahun yang akan datang adalah perkiraan kebutuhan obat yang sudah mempertimbangkan peningkatan jumlah pelanggan yang akan dilayani. Cara menghitung kebutuhan obat tahun yang akan datang adalah dengan cara menghitung kebutuhan obat yang sesungguhnya ditambah kebutuhan obat yang sesungguhnya kemudian dikali 15%. 6. Menghitung Kebutuhan Leadtime Leadtime adalah waktu yang dibutuhkan sejak rencana diajukan sampai dengan obat yang diterima. Cara menghitung kebutuhan leadtime adalah dengan cara menghitung pemakaian rata-rata dikali waktu tunggu (bulan). 7. Menentukan Stok Pengaman (Buffer Stock) Buffer stock adalah jumlah obat yang diperlukan untuk menghindari terjadinya kekosongan obat. 8. Menghitung Jumlah Obat yang Akan Diprogramkan Ditahun yang Akan Datang Cara menghitung jumlah obat yang diprogramkan ditahun yang akan datang adalah dengan cara menghitung kebutuhan obat yang akan dating dijumlah kebutuhan leadtime ditambah buffer stock.

37 22 9. Menghitung Jumlah Obat yang Akan Dianggarkan Cara menghitung jumlah obat yang akan dianggarkan adalah dengan cara menghitung kebutuhan obat yang diprogramkan dikurang dengan sisa stok obat yang ada (Depkes,2002). Perhitungan kebutuhan obat dengan metode konsumsi didasarkan pada data riel konsumsi perbekalan farmasi periode yang lalu, dengan berbagai penyesuaian dan koreksi. Langkah perhitungan rencana kebutuhan obat menurut pola konsumsi adalah : 1. Pengumpulan dan pengolahan data 2. Analisa data untuk informasi dan evaluasi 3. Perhitungan perkiraan kebutuhan obat 4. Penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana Sumber data untuk mementukan kebutuhan obat berasal dari pencatatan, pelaporan dan informasi yang ada seperti daftar nama obat, stok awal obat, data penerimaan obat, data pengeluaran obat, sisa obat pada kartu stok, dan obat-obat yang sudah kadaluarsa, dan data pemakaian rata-rata obat pertahun. Data-data tersebut terdapat dalam LPLPO, laporan bulanan data kesakitan (LB1) dan kartu stok obat.

38 23 Jenis data yang dikumpulkan dalam proses penentuan kebutuhan obat di Puskesmas Kecupak Kabupaten Pakpak Bharat adalah sebagai berikut : 1. Stok awal Stok awal adalah persediaan sisa stok obat pada akhir bulan terakhir sebelum perencanaan kebutuhan obat untuk periode selanjutnya. Laporan stok awal obat terdapat dalam kartu stok dan laporan tahunan. 2. Alokasi dana Dalam penentuan kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan, dana berasal dari Dinas Kesehatan dan jika kurang ataupun tidak tersedia di Puskesmas maka dana kapitasi JKN dapat dianggarkan untuk pemenuhan obat dan perbekalan kesehatan lainnya. 3. Pengeluaran Obat-obatan yang telah dikeluarkan harus segera dicatat dan dibukukan pada buku harian pengeluaran obat mengenai data-data obat dan dokumen obat tersebut. Hal ini berfungsi untuk sebagai dokumen yang memuat semua catatan pengeluaran, baik mengenai data obatnya maupun dokumen yang menyertai pengeluaran obat tersebut. 4. Perkembangan pola penyakit Perkembangan pola penyakit dijadikan acuan dalam penentuan kebutuhan obat pada periode sebelumnya dikarenakan konsumsi obat pasti berdasarkan pola penyakit yang terjadi. Pihak pengelola obat menjadikan epidemiologi penyebaran pola penyakit menjadi acuan penyusunan kebutuhan obat.

39 24 Epidemiologi penyebaran pola penyakit tercatat dalam Laporan Bulanan Data Kesakitan (LB1). 5. Obat-obat yang hilang/ rusak/ kadaluarsa Data-data obat-obatan yang hilang maupun rusak dan kadaluarsa tercatat didalam laporan bulanan. Laporan ini digunakan dalam penentuan kebutuhan obat dikarenakan agar tidak terjadi kekosongan obat jenis tertentu untuk periode selanjutnya. Obat-obatan yang hilang maupun rusak dan kadaluarsa dicatat dan dimasukkan dalam laporan agar tidak terjadi kebingungan dalam mementukan kebutuhan obat periode selanjutnya. 6. Indeks musiman Indeks musiman adalah frekuensi pemakaian obat pada satu periode. Pihak puskesmas melihat frekuensi pemakaian obat sejalan dengan data kesakitan di puskesmas. Data frekuensi pemakaian obat dan data kesakitan tercatat dalam laporan bulanan data kesakitan. 7. Lead time / waktu tunggu Lead time / waktu tunggu adalah waktu yang dihitung mulai dari permintaan obat oleh pihak pengelola obat sampai dengan penerimaan obat. 8. Daftar obat Obat-obatan yang terdapat dalam sistem pengadaan secara elektronik (ekatalog) telah mencakup semua jenis obat yang terdapat pada Formularium nasional baik itu berupa obat-obatan generik maupun obat-obatan paten. Sehingga terdapat kesesuaian antara Formularium nasional yang dijadikan

40 25 sebagai acuan penentuan jenis obat dengan e-katalog yang digunakan sebagai metode pengadaan obat. 9. Sisa stok Sisa stok adalah jumlah sisa obat yang masih tersedia di unit pengelola obat pada akhir periode distribusi. Sisa stok obat yang ada di Puskesmas Kecupak terdapat di dalam kartu stok obat dan sudah tercatat seluruhnya. Biasanya kartu stok obat di cek setiap kali adanya obat masuk dan keluar. Sisa stok adalah sisa terakhir obat yang masih tersedia di Puskesmas sebelum perencanaan kebutuhan obat untuk periode selanjutnya. Daftar sisa stok obat dijadikan acuan dalam penentuan kebutuhan obat agar tidak terjadi kelebihan stok obat di periode selanjutnya. 10. Penerimaan obat Obat yang telah diterima harus segera dicatat pada buku harian penerimaan obat. 11. Kekosongan obat Kekosongan obat adalah lamanya kekosongan obat dihitung dalam hari. 12. Pemakaian rata-rata / pergerakan obat pertahun Pemakaian rata-rata adalah jumlah pemakaian obat di unit pengelola obat dalam satu periode dibagi jumlah unit waktu per-periode. Misalnya pemakaian rata-rata tahun 2016 adalah pemakaian obat dalam satu tahun dibagi 12 bulan.

41 Stok pengaman Stok pengaman adalah stok yang digunakan untuk menutupi kekosongan obat selama waktu tunggu pemesanan obat (lead time) (Depkes,2002) Tahap Proyeksi Kebutuhan Obat Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah : a) Menentapkan rancangan stok akhir periode yang akan datang. Rancangan stok akhir diperkirakan sama dengan hasil perkalian antara waktu tunggu dengan estimasi pemakaian rata-rata/bulan ditambah stok penyangga. b) Menghitung rancangan perecanaan obat periode tahun yang akan datang. Perencanaan obat tahun yang akan datang dapat dirumuskan sebagai berikut, yaitu : a = b + c + d e f Keterangan : a : Rancangan perencanaan obat tahun yang akan datang b : Kebutuhan obat untuk sisa periode berjalan ( Januari Desember ) c : Kebutuhan obat untuk tahun yang akan datang d : Rancangan stok akhir e : Stok awal periode berjalan/stok per 31 Desember Gudang Farmasi f : Rencana penerimaan obat pada periode berjalan (Januari Desember) c) Menghitung rancangan anggaran untuk total kebutuhan obat dengan cara : 1. Melakukan analisis ABC-VEN 2. Menyusun prioritas kebutuhan dan penyesuaian 3. Menyusun prioritas kebutuhan dasar dan penyesuaian kebutuhan berdasar data 10 jenis penyakit terbesar.

42 27 d) Pengalokasian kebutuhan obat per sumber anggaran dengan melakukan kegiatan, yaitu : 1. Menetapkan kebutuhan anggaran untuk masing-masing obat bersumber per anggaran 2. Menghitung persentase belanja untuk masing-masing obat terhadap masing-masing sumber anggaran 3. Menghitung persentase anggaran masing-masing obat terhadap total anggaran dari semua sumber (Depkes,2002). 2.3 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Pengertian Puskesmas Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes RI No. 75 tahun 2014) Pengertian Upaya Kesehatan Masyarakat dan Upaya Kesehatan Perorangan Upaya Kesehatan Masyarakat adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat (Permenkes RI No 75 tahun 2014). Upaya Kesehatan Perseorangan adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan,

43 28 pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan (Permenkes RI No 75 tahun 2014) Tugas, Fungsi dan Wewenang Puskesmas Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas puskesmas menyelenggarakan fungsi: a. penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan b. penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya. Dalam menyelenggarakan fungsi UKM puskesmas berwenang untuk: a. melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan; b. melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan; c. melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan; d. menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain terkait; e. melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya kesehatan berbasis masyarakat; f. melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia puskesmas; g. memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan;

44 29 h. melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan cakupan pelayanan kesehatan; i. memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan penyakit. Dalam menyelenggarakan fungsi UKP puskesmas berwenang untuk: a. menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif, berkesinambungan dan bermutu; b. menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan preventif; c. menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat; d. menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung; e. menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerja sama inter dan antar profesi; f. melaksanakan rekam medis; g. melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses pelayanan kesehatan; h. melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan; i. mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan

45 30 j. melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan sistem rujukan (Permenkes RI No 75 tahun 2014) Tujuan Puskesmas Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang : a. memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat; b. mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu; c. hidup dalam lingkungan yang sehat; d. memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga kelompok dan masyarakat (Permenkes RI No 75 tahun 2014) Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas a. Prinsip paradigma sehat, yaitu Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. b. Prinsip pertanggungjawaban wilayah, yaitu Puskesmas menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. c. Prinsip kemandirian masyarakat, yaitu Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. d. Prinsip pemerataan, yaitu Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat di akses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya dan kepercayaan.

46 31 e. Prinsip teknologi tepat guna, yaitu Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan. f. Prinsip keterpaduan dan kesinambungan, yaitu Puskesmas mengintegrasikan dan mengoordinasikan penyelenggaraan UKM dan UKP lintas program dan lintas sektor serta melaksanakan sistem rujukan yang didukung dengan manajemen Puskesmas (Permenkes RI No 75 tahun 2014). 2.4 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Pengertian Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah suatu program masyarakat atau rakyat dengan tujuan memberikan kepastian jaminan yang menyeluruh bagi setiap rakyat Indonesia agar penduduk Indonesia dapat hidup sehat, produktif dan sejahtera yang sesuai dengan prinsip asuransi sosial dan prinsip equitas yang terdapat dalam Undang-undang No.40 Tahun 2004 pasal 19 ayat Pelayanan, Penyediaan dan Penggunaan Obat Pelayanan Obat a. Pelayanan obat untuk Peserta JKN di FKTP dilakukan oleh apoteker di instalasi farmasi klinik pratama/ruang farmasi di Puskesmas/apotek sesuai ketentuan perundang-undangan. Dalam hal ini di Puskesmas belum memiliki apoteker maka pelayanan obat dapat dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian dengan pembinaan apoteker dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

47 32 b. Pelayanan obat untuk Peserta JKN di FKTP dilakukan oleh apoteker di instalasi farmasi rumah sakit/klinik utama/apotek sesuai ketentuan perundang-undangan. c. Pelayanan obat untuk peserta JKN pada fasilitas kesehatan mengacu pada daftar obat yang tercantum dalam Fornas dan harga obat yang tercantum dalam e-katalog obat. d. Pengadaan obat menggunakan mekanisme e-purchasing berdasarkan e- katalog atau bila terdapat kendala operasioanal dapat dilakukan secara manual (Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah) Penyediaan Obat Penyediaan obat di fasilitas kesehatan dilaksanakan dengan mengacu kepada Fornas dan harga obat yang tercantum dalam e-katalog obat. Pengadaan obat dalam e-katalog menggunakan mekanisme e-purchasing, atau bila terdapat kendala operasional dapat dilakukan secara manual. Dalam hal jenis obat tidak tersedia dalam Fornas dan harganya tidak terdapat dalam e-katalog, maka pengadaannya dapat menggunakan mekanisme pengadaan yang lain sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku Penggunaan Obat di Luar Formularium Nasional Pada pelaksanaan pelayanan kesehatan, penggunaan obat disesuaikan dengan standar pengobatan dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Apabila dalam pemberian pelayanan kesehatan, pasien membutuhkan obat yang belum

48 33 tercantum di Formularium nasional, maka hal ini dapat diberikan dengan ketentuan sebagai berikut : Penggunaan obat di luar Formularium nasional di FKTP dapat digunakan apabila sesuai dengan indikasi medis dan sesuai dengan standar pelayanan kedokteran yang biayanya sudah termasuk dalam kapitasi dan tidak boleh dibebankan kepada peserta. Penggunaan obat di luar Formularium nasional di FKRTL hanya dimungkinkan setelah mendapat rekomendasi dari Ketua Komite Farmasi dan Terapi dengan persetujuan Komite Medik atau Kepala/Direktur Rumah Sakit yang biayanya sudah termasuk dalam tarif INA CBGs dan tidak boleh dibebankan kepada peserta. 2.5 Kerangka Berpikir Berdasarkan landasan teori di atas maka kerangka berfikir pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Sumber Daya Tahap Perencanaan Obat 1. Menghitung pemakaian nyata pertahun 2. Menghitung pemakaian rata-rata satu bulan 3. Menghitung kekurangan obat Data 4. Menghitung obat yang sesungguhnya (Riil) Gambar 2.3 Kerangka Pikir 5. Menghitung kebutuhan obat tahun yang akan dating 6. Menghitung kebutuhan leadtime 7. Menentukan stok pengaman (Buffer Stock) 8. Menghitung jumlah obat yang akan diprogramkan ditahun yang akan datang 9. Menghitung jumlah obat yang dianggarkan

49 34 Berdasarkan gambar di atas, dapat dirumuskan definisi fokus penelitian sebagai berikut : 1. Sumber daya adalah segala sesuatu yang mendukung dan dibutuhkan dalam melaksanakan perencanaan obat agar dapat berjalan dengan baik, meliputi : Data. a. Data adalah dokumen yang dapat dijadikan bahan acuan atau informasi di dalam perencanaan obat seperti data pemakaian obat tahun-tahun sebelumnya meliputi jenis, jumlah dan kondisi dalam satu tahun anggaran. b. Proses perencanaan adalah pelaksanaan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan meliputi : 1. Menghitung pemakaian nyata pertahun 2. Menghitung pemakaian rata-rata satu bulan 3. Menghitung kekurangan obat 4. Menghitung obat yang sesungguhnya (Riil) 5. Menghitung kebutuhan obat tahun yang akan dating 6. Menghitung kebutuhan leadtime 7. Menentukan stok pengaman (Buffer Stock) 8. Menghitung jumlah obat yang akan diprogramkan ditahun yang akan datang 9. Menghitung jumlah obat yang dianggarkan

50 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survey yang bersifat analitik dengan menggunakan metode penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui proses perencanaan obat di puskesmas. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kecupak Kabupaten Pakpak Bharat. Pemilihan lokasi ini berdasarkan permasalahan yang ada di puskesmas tersebut yaitu proses perencanaan obat yang tidak sesuai dengan kebutuhan puskesmas Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2017 (survei pendahuluan) sampai dengan Oktober Informan Penelitian Informan dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik yang dilakukan untuk memilih informan yang bersedia dan mampu memberikan informasi yang berkaitan dengan topik penelitian, yang terdiri dari : 1. Pejabat Pembuat Komitmen Dinas Kesehatan Kabupaten Pakpak Bharat 2. Kepala Puskesmas Kecupak 3. Kepala Bidang Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Pakpak Bharat 35

51 36 4. Pengelola Obat Puskesmas Kecupak 3.4 Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini digunakan sumber data yaitu : Data Primer Wawancara mendalam (indepth interview) kepada informan. Dalam penelitian ini dilakukan wawancara semi terstruktur yang dilengkapi dengan pedoman wawancara yang dijadikan patokan dalam alur, urutan dan penggunaan kata. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan masalah lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang ditemukan oleh informan (Sugiyono, 2009) Data Sekunder Data yang digunakan sebagai data pendukung dan pelengkap dari data primer untuk keperluan penelitian seperti data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pakpak Bharat, Lembar Permintaan dan Lembar Pemakaian Obat (LPLPO), bukubuku referensi, dan lain-lain. 3.5 Triangulasi Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber, yaitu dengan memilih informan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan pertanyaan yang diajukan (Patton dalam Moleong, 2007). 3.6 Teknik Analisis Data Analisis data kualitatif dilakukan secara simultan dengan proses pengumpulan data, interpretasi data dan dibuat matriks untuk mempermudah

52 37 dalam melihat data secara lebih sistematis (Miles dan Huberman dalam Herdiansyah, 2012).

53 38 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Puskesmas Kecupak Puskesmas Kecupak terletak di Desa Kecupak I Kecamatan Pargettenggetteng Sengkut yang merupakan salah satu UPT Dinas Kesehatan Kabupaten Pakpak Bharat. Wilayah kerja Puskesmas Kecupak terdiri dari 5 desa dengan luas wilayah 66,5 km 2, dimana semua desa dapat dijangkau oleh roda empat. Batasbatas Puskesmas Kecupak Kecamatan Pargetteng-getteng Sengkut adalah : 1. Sebelah Utara : Kecamatan Tinada 2. Sebelah Selatan : Kecamatan Salak 3. Sebelah Timur : Kecamatan Salak 4. Sebelah Barat : Kecamatan Pangindar Tabel 4.1 Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Kecupak tahun 2015 No. Desa Luas Wilayah Jumlah Penduduk Jumlah KK 1 Kecupak I 11, Kecupak II 14, Aornakan I 11, Aornakan II 11, Simerpara 17, Jumlah Total 66, Sumber : Puskesmas Kecupak Tahun 2015 Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Kecupak tahun 2015 No. Tahun Jumlah Penduduk Laki-laki Perempuan Jumlah > Jumlah Total Sumber : Puskesmas Kecupak Tahun

54 39 Jumlah total penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kecupak pada tahun 2015 adalah sebanyak penduduk dengan rincian 6330 orang laki-laki dan 6324 orang perempuan. Untuk penduduk berumur 0-4 tahun berjumlah 385 orang laki-laki dan 321 orang perempuan. Penduduk berumur 5-14 tahun berjumlah 1533 orang laki-laki dan 1534 orang perempuan. Penduduk berumur tahun berjumlah 3389 orang laki-laki dan 3362 orang perempuan. Penduduk berumur tahun berjumlah 779 orang laki-laki dan 827 orang perempuan. Penduduk berumur >64 tahun berjumlah 244 orang laki-laki dan 280 orang perempuan. Tabel 4.3 Data Tenaga Kesehatan di Puskesmas Kecupak tahun 2015 No. Tenaga Kesehatan Jumlah 1 Dokter Umum 1 2 Bidan 9 3 Perawat 10 4 Perawat Gigi 1 5 Teknis Kefarmasian 1 6 Tenaga Kesehatan Masyarakat 1 7 Tenaga Kesehatan Lingkungan 1 8 Nutrisionis 1 9 Analasis Kesehatan 1 10 Pengelola Program Kesehatan 1 Jumlah Total 27 Sumber : Puskesmas Kecupak Tahun 2015 Di Puskesmas Kecupak terdapat sebanyak 27 orang tenaga kesehatan yang berstatus sebagai pegawai aktif. Terdapat 1 orang tenaga kesehatan dokter umum. Terdapat 9 orang tenaga kesehatan bidan. Terdapat 10 orang tenaga kesehatan perawat. Terdapat 1 orang tenaga kesehatan perawat gigi. Terdapat 1 orang tenaga kesehatan teknis kefarmasian. Terdapat 1 orang tenaga kesehatan masyarakat. Terdapat 1 orang tenaga kesehatan lingkungan. Terdapat 1 orang tenaga kesehatan nutrisionis. Terdapat 1 orang tenaga kesehatan analisis kesehatan. Terdapat 1 orang tenaga pengelola program kesehatan.

55 Karateristik Informan Karateristik dari masing-masing informan pada penelitian ini, dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.4 Karateristik Informan No Informan Jenis Kelamin 1 Basta E Sebayang, SKM Umur (tahun) Pendidikan Jabatan Laki-laki 47 S1 Pejabat Pembuat Komitmen Dinas Kesehatan 2 Dharma Laki-laki 44 S1 Kepala Puskesmas Aritonang, SKM 3 Tamrin Togatorop, S.Kep Laki-laki 39 S1 (Ners) Kepala Bidang Farmasi Ns 4 Harda Hendra Gajah Manik Perempuan 38 D3 Pengelola Obat Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah informan dalam penelitian ini adalah 4 informan, yang terdiri dari 1 informan Pejabat Pembuat Komitmen Dinas Kesehatan Kabupaten Pakpak Bharat (mewakili Kepala Dinas Kabupaten Pakpak Bharat) yang berusia 47 tahun dengan pendidikan S1, 1 informan Kepala Puskesmas Kecupak yang berusia 44 tahun dengan pendidikan S1, 1 informan Kepala Bidang Farmasi yang merupakan penanggung jawab bidang obat berusia 39 tahun dengan pendidikan S1 Ners, 1 informan Pengelola Obat yang merupakan penanggung jawab yang berusia 38 tahun dengan pendidikan D Data Penentuan jumlah permintaan obat, data-data yang diperlukan meliputi data pemakaian obat periode sebelumnya, jumlah kunjungan resep, frekuensi distribusi obat dan sisa stok. Data-data ini sangat penting untuk proses perencanaan kebutuhan obat, karena ketepatan dan kebenaran data akan berpengaruh terhadap ketersediaan obat (Depkes 2005). Pada Puskesmas Kecupak

56 41 sumber data dan informasi tambahan yang digunakan dalam penyusunan perencanaan obat dan perbekalan kesehatan berasal dari Formularium Nasional (Fornas) dan Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN). Jenis data yang perlu dipersiapkan oleh pengelola obat yang ada di Puskesmas Kecupak yaitu daftar nama obat, stok awal obat, data penerimaan obat, data pengeluaran obat, sisa stok obat pada kartu stok, data obat-obat yang sudah kadaluarsa, dan data pemakaian rata-rata obat per tahun. Data-data tersebut biasanya dapat ditemukan dalam LPLPO, laporan bulanan data kesakitan (LB1) dan kartu stok obat. Berikut ini pernyataan informan terhadap data dalam perencanaan obat: Data yang dibutuhkan itu ya seperti data 10 penyakit terbesar yang ada di puskesmas dan keadaan stok obat yang ada di puskesmas juga. (Informan 2) Data yang penting dan jadi acuan dalam penyusunan perencanaan obat yaitu Formularium Nasional, rekapitulasi hasil rencana kebutuhan obat puskesmas, data laporan bulanan distribusi obat dan perbekalan kesehatan di bagian farmasi dan indikasi kasus yang paling besar di puskesmas lah. (Informan 3) Data yang dibutuhkan itu data 10 penyakit terbesar yang ada di puskesmas dan daftar stok obat yang ada juga. (Informan 4) Berdasarkan pernyataan informan diatas dapat diketahui bahwa ketiga informan memperoleh data yang dijadikan acuan dalam pembuatan penyusunan perencanaan obat adalah Formularium nasional, LPLPO dan rekapitulasi rencana kebutuhan obat puskesmas. Data yang ada dalam Formularium nasional adalah obat terpilih yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan dan diupayakan tersedia di fasilitas kesehatan.

57 Menghitung Pemakaian Nyata Pertahun Pemakaian nyata pertahun adalah jumlah jumlah stok obat yang telah dikeluarkan dalam satu tahun / periode sebelumnya. Data dapat diperoleh dari laporan perbulan atau kartu stok yang ada di Puskesmas. Staf pengelola obat di Puskesmas Kecupak Kabupaten Pakpak Bharat selalu mencatat dan membuat laporan pemakaian obat perbulannya dalam laporan pemakaian sehingga dapat dengan mudah dikompilasi menjadi laporan tahunan pada akhir tahun dan mempermudah untuk penghitungan pemakaian untuk tahun / periode selanjutnya. 4.5 Menghitung Pemakaian Rata-rata Satu Bulan Menghitung pemakaian rata-rata obat dalam satu bulan adalah dengan cara menghitung pemakaian nyata pertahunnya dibagi dengan jumlah bulan. Perhitungan ini dilakukan agar dengan mudah menghitung konsumsi obat dalam satu bulan tertentu. Perhitungan ini dilakukan setelah jumlah pemakaian obat dalam setahun dibagi dengan jumlah bulan. 4.6 Menghitung Kekurangan Obat Kekurangan obat adalah jumlah obat yang diperlukan saat terjadinya kekosongan obat pada tahun / periode sebelumnya. Cara untuk menghitung kekurangan obat adalah waktu kekosongan obat dikali dengan rata-rata pemakaian dalam satu bulan. 4.7 Menghitung Obat yang Sesungguhnya (Riil) Kebutuhan obat sesungguhnya (riil) adalah kebutuhan obat yang sesungguhnya dibutuhkan Puskesmas dalam periode sebelumnya. Cara menghitung kebutuhan obat sesungguhnya (riil) adalah dengan cara menghitung

58 43 jumlah pemakaian nyata dijumlahkan dengan kekurangan obat pada tahun / periode sebelumnya. 4.8 Menghitung Kebutuhan Obat Tahun yang Akan Datang Kebutuhan obat tahun yang akan datang adalah perkiraan kebutuhan obat yang sudah mempertimbangkan peningkatan jumlah pelanggan yang akan dilayani. Cara menghitung kebutuhan obat tahun yang akan datang adalah dengan cara menghitung kebutuhan obat yang sesungguhnya ditambah kebutuhan obat yang sesungguhnya kemudian dikali 15%. 4.9 Menghitung Kebutuhan Leadtime Leadtime adalah waktu yang dibutuhkan sejak rencana diajukan sampai dengan obat yang diterima. Cara menghitung kebutuhan leadtime adalah dengan cara menghitung pemakaian rata-rata dikali waktu tunggu (bulan) Menentukan Stok Pengaman (Buffer Stock) Buffer stock adalah jumlah obat yang diperlukan untuk menghindari terjadinya kekosongan obat Menghitung Jumlah Obat yang Akan Diprogramkan Ditahun yang Akan Datang Cara menghitung jumlah obat yang diprogramkan ditahun yang akan datang adalah dengan cara menghitung kebutuhan obat yang akan dating dijumlah kebutuhan leadtime ditambah buffer stock.

59 Menghitung Jumlah Obat yang Akan Dianggarkan Cara menghitung jumlah obat yang akan dianggarkan adalah dengan cara menghitung kebutuhan obat yang diprogramkan dikurang dengan sisa stok obat yang ada Penentuan Jenis Obat Berdasarkan E-Katalog dan Formularium Nasional Pada tahap proses perencanaan obat, penentuan jenis obat yang tepat merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan. Dengan tersedianya jenis obat yang tepat maka penyakit yang diderita pasien dapat segera disembuhkan. Puskesmas Kecupak dalam melakukan penentuan jenis obat-obatan didasarkan atas jenis-jenis penyakit yang diderita oleh pasien. Dalam proses pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) untuk meningkatkan mutu pelayanan dan menjamin aksesibilitas obat yang aman, berkhasiat, bermutu dan terjangkau oleh masyarakat maka pemerintah melalui Menteri Kesehatan mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.328/MENKES/IX/2013 tentang Formularium Nasional (Fornas) yang merupakan daftar obat terpilih yang dibutuhkan dan harus tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan sebagai acuan dalam pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Obat-obatan yang terdapat dalam sistem pengadaan secara elektronik (ekatalog) telah mencakup semua jenis obat yang terdapat pada Formularium nasional baik itu berupa obat-obatan generik maupun obat-obatan paten. Sehingga terdapat kesesuaian antara Formularium nasional yang dijadikan sebagai acuan

60 45 penentuan jenis obat dengan e-katalog yang digunakan sebagai metode pengadaan obat. Berikut ini pernyataan informan terhadap penentuan jenis obat berdasarkan e-katalog dan formularium nasional dalam perencanaan obat: Mengacu pada DOEN dan Formularium nasional yang digunakan sebagai dasar untuk perencanaan dan pengadaan. (Informan 3) Berdasarkan pernyataan informan diatas dapat diketahui bahwa menentukan jenis obat berdasarkan DOEN dan Formularium nasional. Dari data ini diperoleh bahwa jenis obat-obatan yang akan direncanakan oleh puskesmas akan disesuaikan dengan DOEN dan Formularium nasional oleh petugas bidang farmasi. Hal ini berbeda dengan pernyataan informan lainnya, berikut ini pernyataan informan lain terkait penentuan jenis obat berdasarkan e-katalog dan formularium nasional dalam perencanaan obat : Ya tergantung pada obat yang paling dibutuhkan di puskesmas ini sehingga dapat tersedia di puskesmas. (Informan 2) Berdasarkan pada kebutuhan puskesmas aja. Tergantung pada obat yang paling banyak dikosumsi pasien. Dilihat juga dari penyakit yang paling banyak. Dilihat juga obat-obat yang mau kadaluarsa dek. (Informan 4) Berdasarkan pernyataan informan diatas dapat diketahui bahwa dalam mementukan jenis obat didasarkan pada kebutuhan puskesmas dan berdasarkan penyakit yang paling banyak terjadi di wilayah puskesmas.

61 Penentuan Jumlah Obat Menentukan jumlah obat merupakan salah satu tantangan berat yang harus dihadapi oleh dokter, perawat ataupun pengelola obat dalam menjaga agar obat dapat tersedia sesuai kebutuhan, tepat jenis, tepat jumlah dan tepat waktu. Menurut Depkes (1990), masalah kekosongan obat atau kelebihan obat yang dapat terjadi karena data atau informasi yang didapatkan hanya berdasarkan informasi yang teoritis tentang kebutuhan obat-obatan. Menentukan jumlah obat memerlukan data dan informasi yang lengkap, akurat dan dapat dipercaya. Pengadministrasian, pencatatan dan pengolahan data diarahkan untuk mendukung pengelolaan yang dititikberatkan pada aspek dinamika logistik obat. Sejalan dengan pendekatan ini, pencatatan, pelaporan dan pengolahan data obat yang berkaitan dengan perencanaan diarahkan untuk mendukung metode perhitungan kebutuhan obat. Dasar di dalam menentukan kebutuhan obat dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan yaitu antara lain dengan metode konsumsi dan metode epidemiologi. Metode konsumsi berdasarkan pada analisis data konsumsi obat tahun sebelumnya, sedangkan metode epidemiologi berdasarkan pada frekuensi penyakit, jumlah kunjungan dan standar pengobatan yang digunakan. Masingmasing metode tersebut dapat digunakan ataupun dikombinasikan disesuaikan dengan kemampuan sumber daya dan kondisi yang ada di instansi kesehatan tersebut. Berikut ini pernyataan informan terhadap penentuan jumlah obat dalam perencanaan obat:

62 47 Penentuan jumlah obat berdasarkan kebutuhan rata-rata pertahun dan disesuaikan dengan 10 penyakit terbesar yang ada di puskesmas ini. (Informan 2) Jumlah obat yang akan diadakan dihitung berdasarkan hasil rekapitulasi rencana kebutuhan obat di semua puskesmas lalu dibandingkan dengan sisa stok yang ada di bagian farmasi. (Informan 3) Banyaknya obat yang akan direncanakan berasal dari rekapitulasi rencana kebutuhan obat di pustu dan poskesdes ditambah kebutuhan obat di puskesmas pertahun. (Informan 4) Berdasarkan pernyataan informan diatas dapat diketahui bahwa menentukan jumlah obat berasal dari kebutuhan obat di pustu dan poskesdes ditambah dengan kebutuhan obat di puskesmas dalam 1 tahun. Kemudian hasilnya dikirim ke bagian farmasi Dinas Kesehatan untuk di rekapitulasi dan disesuaikan dengan sisa stok yang ada di bagian farmasi.

63 48 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Sumber Daya Terdapat beberapa aspek yang dikategorikan sebagai sumber daya dalam perencanaan kebutuhan obat yaitu data-data Data Penentuan jumlah permintaan obat, data-data yang diperlukan meliputi data pemakaian obat periode sebelumnya, jumlah kunjungan resep, frekuensi distribusi obat dan sisa stok. Data-data ini sangat penting untuk proses perencanaan kebutuhan obat, karena ketepatan dan kebenaran data akan berpengaruh terhadap ketersediaan obat (Depkes 2005). Pada Puskesmas Kecupak sumber data dan informasi tambahan yang digunakan dalam penyusanan perencanaan obat dan perbekalan kesehatan berasal dari Formularium Nasional (Fornas) dan Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN). Jenis data yang perlu dipersiapkan oleh pengelola obat yang ada di Puskesmas Kecupak yaitu daftar nama obat, stok awal obat, data penerimaan obat, data pengeluaran obat, sisa stok obat pada kartu stok, data obat-obat yang sudah kadaluarsa, dan data pemakaian rata-rata obat per tahun. Data-data tersebut biasanya dapat ditemukan dalam LPLPO, laporan bulanan data kesakitan (LB1) dan kartu stok obat. Selain menggunakan data metode konsumsi, Puskesmas Kecupak juga menggunakan data metode epidemiologi. Walaupun data-data yang diperlukan 48

64 49 dalam membuat perencanaan kebutuhan obat relatif sudah mencukupi namun pada kenyataannya belum dapat digunakan secara optimal karena harus disesuaikan dengan Formularium nasional serta masih minimnya pengetahuan tenaga perencanaan obat dalam merencanakan jumlah kebutuhan obat sehingga hal ini berakibat terhadap ketersediaan obat hasil perencanaan yang sebagian mengalami stok kosong (out of stock) dan sebagian lagi jumlahnya berlebih (over stock). 5.2 Proses Perencanaan Menentukan jumlah obat merupakan salah satu tantangan berat yang harus dihadapi oleh dokter, perawat ataupun pengelola obat dalam menjaga agar obat dapat tersedia sesuai kebutuhan, tepat jenis, tepat jumlah dan tepat waktu. Menurut Depkes (1990), masalah kekosongan obat atau kelebihan obat yang dapat terjadi karena data atau informasi yang didapatkan hanya berdasarkan informasi yang teoritis tentang kebutuhan obat-obatan. Menentukan jumlah obat memerlukan data dan informasi yang lengkap, akurat dan dapat dipercaya. Pengadministrasian, pencatatan dan pengolahan data diarahkan untuk mendukung pengelolaan yang dititikberatkan pada aspek dinamika logistik obat. Sejalan dengan pendekatan ini, pencatatan, pelaporan dan pengolahan data obat yang berkaitan dengan perencanaan diarahkan untuk mendukung metode perhitungan kebutuhan obat. Dasar di dalam menentukan kebutuhan obat dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan yaitu antara lain dengan metode konsumsi. Metode konsumsi berdasarkan pada analisis data konsumsi obat tahun sebelumnya.

65 50 Adapun langkah-langkah perhitungan metode konsumsi dalam perencanaan obat adalah : 1. Menghitung Pemakaian Nyata Pertahun Pemakaian nyata pertahun adalah jumlah jumlah stok obat yang telah dikeluarkan dalam satu tahun / periode sebelumnya. Data dapat diperoleh dari laporan perbulan atau kartu stok yang ada di Puskesmas. Staf pengelola obat di Puskesmas Kecupak Kabupaten Pakpak Bharat selalu mencatat dan membuat laporan pemakaian obat perbulannya dalam laporan pemakaian sehingga dapat dengan mudah dikompilasi menjadi laporan tahunan pada akhir tahun dan mempermudah untuk penghitungan pemakaian untuk tahun / periode selanjutnya. 2. Menghitung Pemakaian Rata-rata Satu Bulan Pemakaian rata-rata perbulan didapat dengan cara menghitung seluruh pemakaian obat yang terdapat dalam laporan pemakaian dan membagi dengan 12 bulan sehingga didapatkan laporan pemakaian rata-rata perbulannya. 3. Menghitung Kekurangan Obat Kekurangan obat adalah jumlah obat yang diperlukan saat terjadinya kekosongan obat pada tahun / periode sebelumnya. Cara untuk menghitung kekurangan obat adalah waktu kekosongan obat dikali dengan rata-rata pemakaian dalam satu bulan. 4. Menghitung Obat yang Sesungguhnya (Riil) Kebutuhan obat sesungguhnya (riil) adalah kebutuhan obat yang sesungguhnya dibutuhkan Puskesmas dalam periode sebelumnya. Cara

66 51 menghitung kebutuhan obat sesungguhnya (riil) adalah dengan cara menghitung jumlah pemakaian nyata dijumlahkan dengan kekurangan obat pada tahun / periode sebelumnya. 5. Menghitung Kebutuhan Obat Tahun yang Akan Datang Kebutuhan obat tahun yang akan datang adalah perkiraan kebutuhan obat yang sudah mempertimbangkan peningkatan jumlah pelanggan yang akan dilayani. Cara menghitung kebutuhan obat tahun yang akan datang adalah dengan cara menghitung kebutuhan obat yang sesungguhnya ditambah kebutuhan obat yang sesungguhnya kemudian dikali 15%. 6. Menghitung Kebutuhan Leadtime Leadtime adalah waktu yang dibutuhkan sejak rencana diajukan sampai dengan obat yang diterima. Cara menghitung kebutuhan leadtime adalah dengan cara menghitung pemakaian rata-rata dikali waktu tunggu (bulan). 7. Menentukan Stok Pengaman (Buffer Stock) Buffer stock adalah jumlah obat yang diperlukan untuk menghindari terjadinya kekosongan obat. 8. Menghitung Jumlah Obat yang Akan Diprogramkan Ditahun yang Akan Datang Cara menghitung jumlah obat yang diprogramkan ditahun yang akan datang adalah dengan cara menghitung kebutuhan obat yang akan dating dijumlah kebutuhan leadtime ditambah buffer stock.

67 52 9. Menghitung Jumlah Obat yang Akan Dianggarkan Cara menghitung jumlah obat yang akan dianggarkan adalah dengan cara menghitung kebutuhan obat yang diprogramkan dikurang dengan sisa stok obat yang ada. Perhitungan kebutuhan obat dengan metode konsumsi didasarkan pada data riel konsumsi perbekalan farmasi periode yang lalu, dengan berbagai penyesuaian dan koreksi. Langkah perhitungan rencana kebutuhan obat menurut pola konsumsi adalah : 1. Pengumpulan dan pengolahan data 2. Analisa data untuk informasi dan evaluasi 3. Perhitungan perkiraan kebutuhan obat 4. Penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana Sumber data untuk mementukan kebutuhan obat di Puskesmas Kecupak berasal dari pencatatan, pelaporan dan informasi yang ada seperti daftar nama obat, stok awal obat, data penerimaan obat, data pengeluaran obat, sisa obat pada kartu stok, dan obat-obat yang sudah kadaluarsa, dan data pemakaian rata-rata obat pertahun. Data-data tersebut terdapat dalam LPLPO, laporan bulanan data kesakitan (LB1) dan kartu stok obat yang ada di Puskesmas Kecupak. Jenis data yang dikumpulkan dalam proses penentuan kebutuhan obat di Puskesmas Kecupak Kabupaten Pakpak Bharat adalah sebagai berikut : 1. Stok awal Stok awal adalah persediaan sisa stok obat pada akhir bulan terakhir sebelum perencanaan kebutuhan obat untuk periode selanjutnya. Di Puskesmas

68 53 Kecupak laporan stok awal obat terdapat dalam kartu stok dan laporan tahunan. 2. Alokasi dana Dalam penentuan kebutuhan obat, Puskesmas Kecupak menggunakan dana alokasi khusus yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten Pakpak Bharat. Jika obat dan perbekalan kesehatan yang berasal dari Dinas Kesehatan kurang ataupun tidak tersedia di Puskesmas Kecupak maka dana kapitasi JKN dapat dianggarkan untuk pemenuhan obat dan perbekalan kesehatan lainnya. Puskesmas Kecupak menggunakan dana kapitasi JKN untuk pengadaan obat dan perbekalan kesehatan karena ada beberapa item obat yang dibutuhkan puskesmas tetapi tidak ada di dinas kesehatan seperti test glukosa, test asam urat, test kolestrol dan test kehamilan. 3. Pengeluaran Obat-obatan yang telah dikeluarkan harus segera dicatat dan dibukukan pada buku harian pengeluaran obat mengenai data-data obat dan dokumen obat tersebut. Pengelola obat di Puskesmas Kecupak selalu mencatat pengeluaran dan pemakaian obat yang ada di puskesmas pada buku harian pengeluaran dan pemakaian obat. Hal ini berfungsi untuk sebagai dokumen yang memuat semua catatan pengeluaran, baik mengenai data obatnya maupun dokumen yang menyertai pengeluaran obat tersebut. 4. Perkembangan pola penyakit Perkembangan pola penyakit dijadikan acuan dalam penentuan kebutuhan obat pada periode sebelumnya dikarenakan konsumsi obat pasti berdasarkan

69 54 pola penyakit yang terjadi di wilayah puskesmas. Pihak pengelola obat di Puskesmas Kecupak menjadikan epidemiologi penyebaran pola penyakit menjadi acuan penyusunan kebutuhan obat. Epidemiologi penyebaran pola penyakit tercatat dalam Laporan Bulanan Data Kesakitan (LB1) yang ada di Puskesmas Kecupak. 5. Obat-obat yang hilang/ rusak/ kadaluarsa Data-data obat-obatan yang hilang maupun rusak dan kadaluarsa tercatat didalam laporan bulanan yang ada di Puskesmas Kecupak. Laporan ini digunakan dalam penentuan kebutuhan obat dikarenakan agar tidak terjadi kekosongan obat jenis tertentu untuk periode selanjutnya. Obat-obatan yang hilang maupun rusak dan kadaluarsa dicatat dan dimasukkan dalam laporan agar tidak terjadi kebingungan dalam mementukan kebutuhan obat periode selanjutnya. 6. Indeks musiman Indeks musiman adalah frekuensi pemakaian obat pada satu periode. Pihak puskesmas melihat frekuensi pemakaian obat sejalan dengan data kesakitan di puskesmas. Data frekuensi pemakaian obat dan data kesakitan tercatat dalam laporan bulanan data kesakitan. 7. Lead time / waktu tunggu Lead time / waktu tunggu adalah waktu yang dihitung mulai dari permintaan obat oleh pihak pengelola obat Puskesmas Kecupak sampai dengan penerimaan obat. Pihak pengelola obat di Puskesmas Kecupak belum melakukan penghitungan leadtime dengan baik dengan baik. Hal ini

70 55 disebabkan sulitnya menghitung leadtime untuk sekelas puskesmas. Hal ini menyebabkan terjadinya kekosongan obat di puskesmas ketika stok obat yang dipesan belum diterima. 8. Daftar obat Obat-obatan yang terdapat dalam sistem pengadaan secara elektronik (ekatalog) telah mencakup semua jenis obat yang terdapat pada Formularium nasional baik itu berupa obat-obatan generik maupun obat-obatan paten. Sehingga terdapat kesesuaian antara Formularium nasional yang dijadikan sebagai acuan penentuan jenis obat dengan e-katalog yang digunakan sebagai metode pengadaan obat. 9. Sisa stok Sisa stok adalah jumlah sisa obat yang masih tersedia di unit pengelola obat pada akhir periode distribusi. Sisa stok obat yang ada di Puskesmas Kecupak terdapat di dalam kartu stok obat dan sudah tercatat seluruhnya. Biasanya kartu stok obat di cek setiap kali adanya obat masuk dan keluar. Sisa stok adalah sisa terakhir obat yang masih tersedia di Puskesmas sebelum perencanaan kebutuhan obat untuk periode selanjutnya. Daftar sisa stok obat dijadikan acuan dalam penentuan kebutuhan obat agar tidak terjadi kelebihan stok obat di periode selanjutnya. 10. Penerimaan obat Obat yang telah diterima harus segera dicatat pada buku harian penerimaan obat. Pengelola obat di Puskesmas Kecupak selalu mencatat penerimaan obat di puskesmas pada buku laporan penerimaan obat. Hal ini berfungsi untuk

71 56 sebagai sumber data dalam pencatatan penerimaan obat dan distibusi ke pustu dan poskesdes. 11. Kekosongan obat Kekosongan obat adalah lamanya kekosongan obat dihitung dalam hari. Untuk menutupi kekosongan obat yang ada di Puskesmas Kecupak, pihak pengelola obat di Puskesmas Kecupak biasanya memberikan resep kepada pasien agar membeli obat di apotek-apotek terdekat dengan harga terkangkau. 12. Pemakaian rata-rata / pergerakan obat pertahun Pemakaian rata-rata adalah jumlah pemakaian obat di unit pengelola obat dalam satu periode dibagi jumlah unit waktu per-periode. Misalnya pemakaian rata-rata tahun 2016 adalah pemakaian obat dalam satu tahun dibagi 12 bulan. Data ini terdapat dalam LPLPO dan laporan bulanan yang sudah dikompilasi menjadi laporan tahunan yang ada di Puskesmas Kecupak. 13. Stok pengaman Stok pengaman adalah stok yang digunakan untuk menutupi kekosongan obat selama waktu tunggu pemesanan obat (lead time) di Puskesmas Kecupak. Biasanya pihak pengelola obat menggunakan data-data pemakaian obat tertinggi sebagai acuan dalam menentukan stok pengaman. Penghitungan stok pengaman yang sulit mengakibatkan seringnya stok obat kosong di puskesmas sehingga pasien-pasien yang tidak mendapat obat diarahkan untuk membeli obat di apotek terdekat yang harganya terjangkau. Pada tahap proses perencanaan obat, penentuan jenis obat yang tepat merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan. Dengan tersedianya jenis obat

72 57 yang tepat maka penyakit yang diderita pasien dapat segera disembuhkan. Puskesmas Kecupak dalam melakukan penentuan jenis obat-obatan didasarkan atas jenis-jenis penyakit yang diderita oleh pasien. Puskesmas Kecupak Kabupaten Pakpak Bharat belum melakukan penentuan kebutuhan obat dengan maksimal. Ini dilihat dari tahap-tahap yang belum dilakukan oleh pihak Puskesmas Kecupak. Dalam menentukan kebutuhan obat Puskesmas Kecupak memang menggunakan metode konsumsi namun tidak melakukan semua tahapan tahapan perencanaan secara sempurna dan maksimal. Contohnya saja, Puskesmas Kecupak tidak melakukan perhitungan waktu kekosongan obat dan leadtime sehingga dalam waktu menunggu stok obat yang akan masuk, masih sering dijumpai stok obat yang kurang. Dalam perhitungan kebutuhan obat yang dibutuhkan untuk periode / tahun sebelumnya Puskesmas Kecupak hanya melihat kartu pemakaian obat tahun / periode sebelumnya dikurangi dengan sisa stok obat yang ada sehingga Puskesmas mengalami kesulitan jika terjadi kekosongan obat pada periode tertentu dan mengalami kesulitan juga ketika menunggu permintaan obat belum datang. Secara keseluruhan Puskesmas kesulitan dalam hal perencanaan obat dikarenakan perhitungan masing-masing obat memerlukan waktu yang cukup lama dan jumlah sumber daya manusia yang harus cukup. Hal inilah yang juga menjadi faktor yang menyebabkan seringnya terjadi kekosongan obat dan perhitungan obat yang kurang efektif dan efisien.

73 58 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Sumber Daya Data-data yang ada di Puskesmas Kecupak masih belum dimanfaatkan secara maksimal. Proses perencanaan kebutuhan obat yang bergantung pada data yang ada belum berjalan dengan baik. Pengelola obat di puskesmas juga kesulitan dalam merumuskan Rencana Kebutuhan Obat (RKO) di puskesmas dikarenakan lambatnya koordinasi data-data yang dibutuhkan dengan pustu dan poskesdes Proses Perencanaan Proses perencanaan obat di Puskesmas Kecupak belum berjalan maksimal dan belum sesuai dengan kebutuhan puskesmas. Pengelola obat di Puskesmas Kecupak belum melakukan perencanaan dengan metode konsumsi yang sesuai dengan tahapan-tahapan yang ada. Beberapa tahap yang tidak dilakukan dengan baik mengakibatkan ada beberapa stok obat yang kosong dan kadang juga berlebih dan expired. Pengelola obat juga kesulitan dalam perumusan waktu tunggu atau lead time dikarenakan penghitungan yang lama sehingga terkadangan terjadi kekosongan obat. 6.2 Saran 1. Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Pakpak Bharat untuk tetap melakukan pembinaan dan pelatihan mengenai manajemen pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan di puskesmas sehingga meningkatkan kualitas tenaga 58

74 59 pengelola obat yang ada di puskesmas agar pengelola obat tersebut mampu bekerja secara efektif dan efisien. 2. Kepada Puskesmas Kecupak untuk memberikan berbagai pelatihan manajemen logistik farmasi kepada petugas pengelola obat khususnya pada perencanaan obat yang diselenggarakan oleh pihak manapun agar lebih memahami proses perencanaan obat yang efektif dan efisien. Kepada Puskesmas Kecupak juga diharapkan dalam melakukan perencanaan kebutuhan obat sesuai dengan tahapan-tahapan yang sesuai dengan ketentuan yang ada agar perencanaan obat dapat berjalan dengan baik secara efektif dan efisien. 3. Kepada pengelola obat Puskesmas Kecupak untuk mempelajari lebih lanjut mengenai prosedur dan tata cara proses perencanaan obat yang lebih baik di puskesmas sehingga proses perencanaan obat sesuai dengan kebutuhan yang sesungguhnya di puskesmas.

75 60 DAFTAR PUSTAKA Aditama, T.Y Manajemen Administrasi Rumah Sakit. UI Press. Jakarta. Athijah, Umi Perencanaan dan Pengadaan Obat di Puskesmas Surabaya Timur dan Selatan. Jurnal, Fakultas Farmasi Universitas Airlangga. Surabaya. Azwar, Azrul Pengantar Administrasi Kesehatan. Binarupa Aksara. Jakarta Dasar-dasar Perencanaan di Bidang Kesehatan. Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Pencegahan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. UI Press. Jakarta Pengantar Administrasi Kesehatan (Edisi Ketiga). Binarupa Aksara. Jakarta. Depkes RI Pedoman Perencanaan dan Pengelolaan Obat. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta Pedoman Teknis Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD). Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Jakarta Kebijakan Obat Nasional. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Dinkes Kabupaten Pakpak Bharat Profil Puskesmas Kecupak. Pakpak Bharat. Djuna, Sarlin Manajemen Pengelolaan Obat di Puskesmas Labakkang Kabupaten Pangkep. FKM UNHAS. Makassar. Hartono, Joko Puji Analisis Proses Perencanaan Kebutuhan Obat Publik Untuk Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) di Puskesmas Sewilayah Kerja Dinas Kota Tasikmalaya. Tesis, UNDIP. Semarang. Herdiansyah, Haris Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu Sosial. Salemba Humanika. Jakarta. Kemenkes RI Materi Pelatihan Manajemen Kefarmasian di Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Jakarta Pelayanan Kesehatan pada JKN. Jakarta. 60

76 61 Keputusan Menteri Kesehatan RI Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1426/MENKES/SK/XI/2002 tentang Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan. Jakarta Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1121/MENKES/SK/XII/2008 tentang Pedoman Teknis Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Untuk Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 328/MENKES/IX/2013. Jakarta. Maleong, LJ Metodologi Penelitian Kualitatif. Rosdakarya. Bandung. Peraturan Menteri Kesehatan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 085 Kewajiban Menuliskan Resep dan/atau Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah. Jakarta Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 30 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 21 Tahun 2016 tentang Penggunaan Dana Kapitasi JKN untuk Jasa Pelayanan Kesehatan dan Dukungan Biaya Operasional pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah. Jakarta. Peraturan Presiden RI Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Jakarta Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 32 Tahun 2014 tentang Jaminan Kesehatan Nasional. Jakarta. Siagian, Sondang P Filsafat Administrasi. Gunung Agung. Jakarta. Silalahi, Bennet NB Prinsip Manajemen Rumah Sakit. Lembaga Pengembangan Manajemen Indonesia. Jakarta. Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Alfabeta. Bandung.

77 62 Undang-undang Republik Indonesia nomor 40 Tahun 2004 pasal 19 ayat 1 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

78 63 Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (IN-DEPTH- INTERWIEV) ANALISIS PERENCANAAN OBAT PADA UPT PUSKESMAS KECUPAK KABUPATEN PAKPAK BHARAT I. Daftar Pertanyaan untuk Informan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pakpak Bharat A. Identitas Informan 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis kelamin : 4. Pendidikan terakhir : 5. Tanggal wawancara : B. Pertanyaan 1. Bagaimana menurut Bapak/Ibu pendanaan dalam memenuhi kebutuhan obat? 2. Bagimana menurut Bapak/Ibu sumber daya manusia dalam merencanakan kebutuhan obat? 3. Bagaimana menurut Bapak/Ibu sarana dan prasarana yang mendukung dalam perencanaan obat? 4. Bagaimana peran dinas kesehatan terhadap Puskesmas terkait perencanaan obat? 5. Terkait dengan pelatihan a. Apakah pernah dilakukan pelatihan kepada petugas pengelola obat? b. Siapa yang melakukan pelatihan tersebut? 6. Bagaimana pengawasan yang dilakukan dinas kesehatan terhadap kebutuhan obat di puskesmas? 7. Menurut Bapak/Ibu Apakah ada kendala dalam merencanakan obatobat di era JKN? 8. Apa langkah-langkah yang Bapak/Ibu lakukan/usulkan? 63

79 64 II. Daftar Pertanyaan untuk Informan Kepala Puskesmas Kecupak A. Identitas Informan 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan terakhir : 5. Tanggal wawancara : B. Pertanyaan 1. Apakah Bapak/Ibu ada membuat dan mengusulkan perencanaan obat kebutuhan Puskesmas ke tingkat II? 2. Apakah obat yang Bapak/Ibu butuhkan diminta atau di drop ke Puskesmas secara keseluruhan/bertahap/sebagian? 3. Apakah obat yang Bapak/Ibu rencanakan/usulkan terpenuhi keseluruhannya? 4. Apakah dalam merencanakan kebutuhan obat-obat termasuk untuk peserta JKN? 5. Menurut Bapak/Ibu bagaimana dengan pendanaan dalam memenuhi kebutuhan obat di Puskesmas ini? 6. Bagimana menurut Bapak/Ibu sumber daya manusia dalam merencanakan kebutuhan obat di puskesmas ini? 7. Dalam perencanaan obat ada 2 metode yang digunakan dalam memenuhi kebutuhan obat yaitu metode konsumsi dan metode epidemiologi. Metode apa yang Bapak/Ibu gunakan untuk merencanakan obat-obat? 8. Terkait sarana dan prasarana menurut Bapak/Ibu apakah sudah cukup memadai dalam melakukan perencanaan obat? 9. Data apa saja yang dibutuhkan dalam melakukan perencanaan obat? 10. Menurut Bapak/Ibu apa peran dinas kesehatan terhadap puskesmas terkait perencanaan obat? 11. Apakah pernah dilakukan pelatihan kepada petugas pengelola obat?

80 Lalu bagaimana pengawasan dari dinas kesehatan terhadap kebutuhan obat di puskesmas ini? 13. Menurut Bapak/Ibu apakah ada otonomi puskesmas dalam perencanaan obat setelah era JKN? 14. Apakah ada kendala dalam merencanakan obat-obat dalam era JKN? 15. Apa langkah-langkah yang Bapak/Ibu lakukan/usulkan?

81 66 III. Daftar Pertanyaan untuk Informan Kepala Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Pakpak Bharat A. Identitas Informan 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan terakhir : 5. Tanggal wawancara : B. Pertanyaan 1. Bagaimana menurut Bapak/Ibu perencanaan obat untuk Puskesmas? 2. Setelah diadakan apakah obat-obat itu di drop ke Puskesmas? 3. Apakah perencanaan obat yang dibutuhkan dapat diadakan keseluruhannya? 4. Dalam era JKN ini bagaimana cara memenuhi/merencanakan obat-obat kebutuhan peserta JKN? 5. Menurut Bapak/Ibu bagaimana dengan pendanaan dalam memenuhi kebutuhan obat? 6. Bagaimana menurut Bapak/Ibu sumber daya manusia dalam merencanakan kebutuhan obat? 7. Dalam perencanaan obat ada 2 metode yang digunakan dalam memenuhi kebutuhan obat yaitu metode konsumsi dan metode epidemiologi. Menurut Bapak/Ibu metode apa yang paling cocok digunakan untuk merencanakan obat-obat? 8. Terkait sarana dan prasarana menurut Bapak/Ibu apakah sudah cukup memadai dalam melakukan perencanaan obat? 9. Data apa saja yang dibutuhkan dalam melakukan perencanaan obat? 10. Menurut Bapak/Ibu apa peran dinas kesehatan terhadap Puskesmas terkait perencanaan obat? 11. Apakah pernah dilakukan pelatihan kepada petugas pengelola obat? 12. Lalu bagaimana dengan sistem pencatatan dan pelaporan kebutuhan obat? 13. Menurut Bapak/Ibu bagaimana pengawasan dari dinas kesehatan terhadap kebutuhan obat di Puskesmas?

82 Menurut Bapak/Ibu apakah ada otonomi puskesmas dalam perencanaan obat setelah era JKN? 15. Apakah ada kendala-kendala dalam perencanaan, pengadaan obat-obat dalam era JKN? 16. Bagaimana cara Bapak/Ibu mengatasi permasalahan tersebut?

83 68 IV. Daftar Pertanyaan untuk Informan Staf Farmasi Puskesmas Kecupak A. Identitas Informan 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan terakhir : 5. Tanggal wawancara : B. Pertanyaan 1. Apakah Bapak/Ibu ada disuruh Kepala Puskesmas merencanakan obat untuk Puskesmas? 2. Apakah obat-obat yang diterima itu keseluruhan/bertahap? 3. Apakah obat yang diterima Puskesmas itu cukup? 4. Apakah obat-obat untuk peserta JKN turut dalam merencanakan obat yang dibutuhkan? 5. Dalam perencanaan obat ada 2 metode yang digunakan dalam memenuhi kebutuhan obat yaitu metode konsumsi dan metode epidemiologi. Metode apa yang Bapak/Ibu gunakan untuk merencanakan obat-obat? 6. Terkait sarana dan prasarana menurut Bapak/Ibu apakah sudah cukup memadai dalam melakukan perencanaan obat? 7. Data apa saja yang dibutuhkan dalam melakukan perencanaan obat? 8. Lalu bagaimana dengan sistem pencatatan dan pelaporan kebutuhan obat di puskesmas ini? 9. Apakah Bapak/Ibu pernah mengikuti pelatihan mengenai perencanaan obat? 10. Bagaimana pengawasan dari dinas kesehatan terhadap kebutuhan obat di puskesmas ini? 11. Menurut Bapak/Ibu apakah ada otonomi puskesmas dalam perencanaan obat setelah era JKN? 12. Apa saja kendala dalam pelayanan obat pada pasien di era JKN? 13. Apa langkah-langkah yang dilakukan dalam mengatasi permasalahan tersebut?

84 69 Lampiran 2 Hasil Wawancara Matriks 1. Sumber Daya Manusia Informan Pernyataan Informan 1 Tenaga untuk kefarmasian minimal D3 Farmasi (PPK Dinas Kesehatan) ada di puskesmas, minimal 1 orang tiap puskesmas Informan 2 Kebutuhan sumber daya manusia sudah terpenuhi (Kepala Puskesmas) Informan 3 Minimal ya D3 Farmasi untuk setiap puskesmas (Kepala Bidang Farmasi) dan harus mengerti bagaimana manajemen pengelolaan obat yang baik Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa Sumber Daya Manusia yang berperan dalam memenuhi kebutuhan obat di puskesmas yaitu pengelola obat puskesmas yang terdiri dari tenaga teknis kefarmasian dan di bidang farmasi terdiri dari orang-orang yang mengerti manajemen pengelolaan obat dengan baik. Hal ini sesuai dengan analisa jabatan bahwa pengelola obat di puskesmas harus seorang tenaga teknis kefarmasian dan di instalasi dipimpin oleh Ners yang mengerti bagaimana manajemen obat dan perbekalan kesehatan dengan baik. Matriks 2. Dana Informan Informan 1 (PPK Dinas Kesehatan) Informan 2 (Kepala Puskesmas) Informan 3 (Kepala Bidang Farmasi) Pernyataan Sumber pendanaan obat dan perbekalan kesehatan berasal dari dana DAK, APBD. Sumber pendanaan untuk pengelolaan obat berasal dari APBD dan ditambah dengan dana kapitasi JKN. Pendanaan dalam memenuhi kebutuhan obat di puskesmas tahun 2015 ini berasal dari dana DAK. Tapi kalo ada obat yang tidak tersedia di instalasi farmasi dapat diadakan melalui dana kapitasi JKN. Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa dana dalam pemenuhan obat berasal dari dana DAK (Dana Alokasi Khusus) dan dana 69

85 70 kapitasi JKN. Sedangkan APBD Kabupaten Pakpak Bharat tidak ada dialokasikan lagi karena sudah mencukupi dari Dana Alokasi Khusus. Matriks 3. Metode Informan Informan 2 (Kepala Puskesmas) Informan 3 (Kepala Bidang Farmasi) Informan 4 (Staf Pengelola Obat) Pernyataan Kalau untuk metode pakai metode konsumsi. Dilihat dari tahun pemakaian tahun sebelumnya aja. Tapi ya di bandingin juga dengan epidemiologi yaitu penyakit yang sering terjadi. Metode yang digunakan adalah metode campuran antara metode konsumsi dimana dihitung berdasarkan rata-rata pemakaian diperiode sebelumnya lalu diliat juga penyakit yang sering terjadi. Di puskesmas ini perencanaan obat itu didasarkan dengan konsumsi obat yang paling sering dan dilihat juga konsumsi obat di periode sebelumnya dan dilihat juga penyakit yang sering terjadi. Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa puskesmas merencanakan obat berdasarkan metode konsumsi dan selanjutnya dibandingkan dengan 10 penyakit tertinggi di wilayah kerja puskesmas tersebut. Sejalan dengan itu, pihak farmasi dinas kesehatan pun mengatakan bahwa metode campuran antara metode konsumsi dan metode epidemiologi dimana perencanaan obat di puskesmas didasarkan pada konsumsi diperiode sebelumnya lalu dibandingkan lagi dengan penyakit yang sering terjadi di wilayah kerja puskesmas tersebut. Disini dapat diketahui bahwa rencana kebutuhan obat puskesmas disesuaikan dengan pemakaian obat di puskesmas selama setahun kemudian diserahkan kepada bagian farmasi untuk dikompilasikan dengan puskesmas yang lain.

86 71 Matriks 4. Sarana dan Prasarana Informan Pernyataan Informan 1 Sarana dan prasarana itu sudah cukup. Kan (PPK Dinas Kesehatan) sekarang dana kapitasi JKN bisa dialokasikan juga dalam pembuatan data kebutuhan obat. Jadi dana tersebut bisa untuk melengkapi sapras dalam perencanaan obat. Informan 2 Sudah memadahi semua kok baik dari segi sarana (Kepala Puskesmas) Informan 3 (Kepala Bidang Farmasi) Informan 4 (Staf Pengelola Obat) dan prasarana. Sarana dan prasarana yang membantu perencanaan obat sudah cukup memadahi. Seperti komputer, printer, kartu persediaan barang dan ATK. Untuk perencanaan obat sarananya sudah cukup kok, di puskesmas ada kartu stok untuk persediaan barang da nada pelaporan hariannya juga. Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana dalam memenuhi kebutuhan obat hingga saat ini sudah memadai baik itu berupa komputer, printer, kartu persediaan barang dan ATK yang diperlukan. Matriks 5. Data Informan Informan 2 (Kepala Puskesmas) Informan 3 (Kepala Bidang Farmasi) Informan 4 (Staf Pengelola Obat) Pernyataan Data yang dibutuhkan itu ya seperti data 10 penyakit terbesar yang ada di puskesmas dan keadaan stok obat yang ada di puskesmas juga. Data yang penting dan jadi acuan dalam penyusunan perencanaan obat yaitu Formularium Nasional, rekapitulasi hasil rencana kebutuhan obat puskesmas, data laporan bulanan distribusi obat dan perbekalan kesehatan di bagian farmasi dan indikasi kasus yang paling besar di puskesmas lah. Data yang dibutuhkan itu data 10 penyakit terbesar yang ada di puskesmas dan daftar stok obat yang ada juga. Dari penyataan informan di atas dapat diketahui bahwa ketiga informan memperoleh data yang dijadikan acuan dalam pembuatan penyusunan perencanaan obat adalah Formularium nasional, LPLPO dan rekapitulasi rencana kebutuhan obat puskesmas. Data yang ada dalam Formularium nasional adalah

87 72 obat terpilih yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan dan diupayakan tersedia di fasilitas kesehatan. Matriks 6. Perencanaan Obat di Puskesmas Kecupak Informan Pernyataan Informan 2 Ada. Sesuai dengan kebutuhan puskesmas dengan (Kepala Puskesmas) jumlah pasien tergantung target pasien per tahun, seringnya penyakit yang diderita pasien, dilihat dari 10 penyakit terbesar. Obat yang dibutuhkan di drop ke puskesmas secara bertahap. Obatnya per triwulan dilihat dari kunjungan tidak bisa sekaligus. Obat yang diusulkan tidak terpenuhi seluruhnya karena ada beberapa item obat yang tidak terpenuhi apalagi sekarang pake e-katalog makanya bisa obat kurang. Perencanaan obat dilakukan oleh pengelola obat di puskesmas ini kemudian melaporkannya kepada dinas kesehatan. Ya, dalam merencanakan kebutuhan obat termasuk untuk peserta JKN karena tidak ada Informan 4 (Staf Pengelola Obat) perbedaan antara pasien umum dan JKN. Ada. Setiap tahunnya disuruh. Di drop secara bertahap karena keadaan gudang yang tidak memungkinkan secara keseluruhan. Obat tidak terpenuhi seluruhnya karena sistem pemesanannya menggunakan sistem e-katalog. Perencanaan obat dilakukan dengan cara mengisi daftar rencana kebutuhan obat puskesmas kemudian melaporkannya kepada dinas kesehatan melalui instalasi farmasi. Dalam merencanakan kebutuhan obat-obat ya semuanya untuk peserta JKN dek. Dari penyataan informan di atas dapat diketahui bahwa perencanaan obat oleh pengelola obat dengan cara mengisi daftar rencana kebutuhan obat dan melaporkannya kepada dinas kesehatan melalui instalasi farmasi untuk ditindaklanjuti. Obat-obat yang dibutuhkan di drop secara bertahap karena permintaan obat dilakukan per triwulan. Kedua informan mengatakan obat-obat yang diusulkan tidak terpenuhi seluruhnya karena sistem pemesanannya

88 73 menggunakan e-katalog. Dalam merencanakan kebutuhan obat-obat termasuk untuk peserta JKN karena tidak ada perbedaan antara pasien umum dan JKN. Matriks 7. Penentuan Jenis Obat Berdasarkan E-Katalog dan Formularium Nasional Informan Pernyataan Informan 2 Ya tergantung pada obat yang paling dibutuhkan (Kepala Puskesmas) di puskesmas ini sehingga dapat tersedia di Informan 3 (Kepala Bidang Farmasi) Informan 4 (Staf Pengelola Obat) puskesmas. Mengacu pada DOEN dan Formularium nasional yang digunakan sebagai dasar untuk perencanaan dan pengadaan. Berdasarkan pada kebutuhan puskesmas aja. Tergantung pada obat yang paling banyak dikosumsi pasien. Dilihat juga dari penyakit yang paling banyak. Dilihat juga obat-obat yang mau kadaluarsa dek. Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa menurut Kepala Puskesmas dan pengelola obat mementukan jenis obat didasarkan pada kebutuhan puskesmas dan berdasarkan penyakit yang paling banyak terjadi di wilayah puskesmas. Sementara itu menurut kepala bidang farmasi menentukan jenis obat berdasarkan DOEN dan Formularium nasional. Dari data ini diperoleh bahwa jenis obat-obatan yang akan direncanakan oleh puskesmas akan disesuaikan dengan DOEN dan Formularium nasional oleh petugas bidang farmasi. Matriks 8. Penentuan Jumlah Obat Informan Pernyataan Informan 2 Penentuan jumlah obat berdasarkan kebutuhan (Kepala Puskesmas) rata-rata pertahun dan disesuaikan dengan 10 Informan 3 (Kepala Bidang Farmasi) penyakit terbesar yang ada di puskesmas ini. Jumlah obat yang akan diadakan dihitung berdasarkan hasil rekapitulasi rencana kebutuhan obat di semua puskesmas lalu dibandingkan dengan sisa stok yang ada di bagian farmasi.

89 74 Matriks 8. (Lanjutan) Informan 4 (Staf Pengelola Obat) Banyaknya obat yang akan direncanakan berasal dari rekapitulasi rencana kebutuhan obat di pustu dan poskesdes ditambah kebutuhan obat di puskesmas pertahun. Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa banyaknya obat yang akan direncanakan oleh puskesmas berasal dari kebutuhan obat di pustu dan poskesdes ditambah dengan kebutuhan obat di puskesmas dalam 1 tahun. Kemudian hasilnya dikirim ke bagian farmasi Dinas Kesehatan untuk di rekapitulasi dan disesuaikan dengan sisa stok yang ada di bagian farmasi. Matriks 9. Peran Dinas Kesehatan Terhadap Puskesmas Kecupak Terkait Perencanaan Obat Informan Pernyataan Informan 1 Peran dinas kesehatan yaa sebagai fasilitator (PPK Dinas Kesehatan) dalam pengadaan obat dan perbekkes di pelayanan Informan 2 (Kepala Puskesmas) Informan 3 (Kepala Bidang Farmasi) kesehatan. Peran dinas kesehatan sebagai tempat penyimpanan obat dan perbekkes sebelum di distribusikan ke puskesmas. Untuk memenuhi kebutuhan obat di puskesmas maka kadis menunjuk seorang pejabat pengadaan atau pejabat pembuat komitmen yang berperan dalam pengadaan obat untuk puskesmas dan jaringannya. Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa peran dinas kesehatan dalam memenuhi kebutuhan obat di puskesmas antara lain sebagai fasilitator dengan cara menunjuk seorang pejabat pembuata komitmen yang berperan sebagai pejabat pengadaan obat dan juga dinas kesehatan sebagai tempat penyimpanan obat sebelum di distribusikan ke puskesmas.

90 75 Matriks 10. Pencatatan dan Pelaporan Kebutuhan Obat di Puskesmas Kecupak Informan Pernyataan Informan 3 Pencatatan ada 2. Pertama dicatat pada kartu stok (Kepala Bidang Farmasi) yang ditempel atau digantung pada setiap item obat ketika ada mutasi obat. Kedua dicatat pada kartu stok induk yang merupakan detail dari obat dan perbekalan kesehatan yang ada di bagian farmasi. Pelaporannya ada laporan bulanan, Informan 4 (Staf Pengelola Obat) laporan triwulan, dan akhir tahun. Alur keluar masuk obat dicatat dalam kartu persediaan barang dan buku pemakaian harian, sedangkan laporannya berupa LPLPO yang dikirimkan setiap bulan dan pada akhir tahun dibuat laporan sisa stok akhir tahun. Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa pencatatan dan pelaporan di puskesmas terdiri dari buku pemakaian harian, laporan LPLPO dan laporan akhir tahun sedangkan di bagian farmasi terdiri dari kartu persediaan, laporan bulanan, laporan triwulan dan laporan akhir tahun. Matriks 11. Pelatihan yang Dilakukan Kepada Petugas Pengelola Obat Informan Pernyataan Informan 1 Untuk pelatihan biasanya Dinkes Provinsi yang (PPK Dinas Kesehatan) mengadakan dan terkadang juga orang provinsi langsung turun ke lapangan. Kita juga pernah melakukan sosialisasi pelatihan pengelolaan obat dan ketepatan kita ini selalu kerjasama dengan pihak BPJS karena BPJS selalu selektif dalam penggunaan obat. Informan 2 Pelatihan untuk petugas pengelola obat biasanya (Kepala Puskesmas) Informan 3 (Kepala Bidang Farmasi) Informan 4 (Staf Pengelola Obat) diadakan oleh dinas kesehatan. Pelatihan biasanya dilaksanakan oleh pihak dinas kesehatan provinsi atau kalau tidak dari pihak BPJS. Sudah pernah sih dek. Mengenai pelaporan dan pencatatan. Biasanya sih dinkes yang mengadakan. Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa pelatihan untuk pengelola obat di puskesmas diadakan oleh pihak dinas kesehatan dan pihak BPJS. Dinas kesehatan juga pernah melakukan sosialisasi pelatihan pengelolaan

91 76 obat. Pelatihan diadakan berkat kerjasama Dinas Kesehatan Kabupaten Pakpak Bharat dan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. Matriks 12. Pengawasan dari Dinas Kesehatan Terhadap Kebutuhan Obat di Puskesmas Kecupak Informan Pernyataan Informan 1 Karena adanya kesibukan dan urusan yang lebih (PPK Dinas Kesehatan) penting lagi biasanya bagian farmasi yang melakukan monitoring dan evaluasi ke puskesmas. Informan 2 Pengawasan yang dilakukan secara bertahap baik (Kepala Puskesmas) secara perbulan maupun pertriwulan. Informan 3 Monitoring dan evaluasi selalu ada melalui (Kepala Bidang Farmasi) laporan bulanan dan tahunan dari puskesmas. Informan 4 Ada kok pengawasan dari dinas kesehatan. (Staf Pengelola Obat) Contohnya aja pengawasan terhadap obat masuk. Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa pengawasan dari dinas kesehatan berupa monitoring dan evaluasi ke puskesmas oleh bagian farmasi dinas kesehatan serta melakukan koordinasi ke puskesmas mengenai administrasi, pengelolaan obat dan perbekaan kesehatan. Matriks 13. Puskesmas dalam Perencanaan Obat Setelah Era JKN Informan Pernyataan Informan 2 Ada perbedaan. Sekarang puskesmas dapat (Kepala Puskesmas) memesan obat sesuai e-katalog apabila obat tidak Informan 3 (Kepala Bidang Farmasi) Informan 4 (Staf Pengelola Obat) tersedia di dinas kesehatan. Jadi sangat membantu dinas kesehatan. Karena sekarang puskesmas sudah bisa memesan sesuai kebutuhan mereka. Sekarang puskesmas dapat memesan obat sesuai e-katalog apabila obat tidak tersedia di dinas kesehatan dan langsung didistribusikan ke pustu dan poskesdes. Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa puskesmas mempunyai kebebasan dalam pemenuhan kebutuhan obat menggunakan dana kapitasi JKN untuk obat-obatan yang dianggap kurang atau tidak ada di instalasi farmasi.

92 77 Matriks 14. Kendala dalam Perencanaan Obat dalam Era JKN Informan Pernyataan Informan 1 Kalo kendala mengenai dana sih kita gak ada dek. (PPK Dinas Kesehatan) Tapi kendalanya dalam pengelolaan obat karena sistem e-katalog tidak dapat mengalokasikan seluruh kebutuhan. Kadang juga obat yang Informan 2 (Kepala Puskesmas) Informan 3 (Kepala Bidang Farmasi) Informan 4 (Staf Pengelola Obat) diminta ke distributor terlambat masuknya. Kendala yang ada sekarang ya dalam pemesanan dan pendistribusian obat terkadang lama dan terlambat. Karena udah pakai sistem e-katalog ya kita hanya bisa mengadakan obat yang ada didalam e-katalog saja. Akibatnya kita kekurangan dan kekosongan obat di bagian farmasi. Ya masalahnya dek pernah terjadi kekosongan dan kekurangan obat di puskesmas ini karena stok dari bagian farmasi tidak ada. Stok lebih juga terjadi untuk obat yang jarang dipake disini. Biasanya kita kasih resep untuk pasien pasien beli di apotek dengan harga yang terjangkau. Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa kendala pada kebijakan sistem e-katalog adalah tidak semua jenis obat yang dibutuhkan ada di e-katalog sehingga mengakibatkan terjadinya kekosongan dan kekurangan obat di puskesmas. Namun biasanya pihak puskesmas memberikan resep kepada pasien untuk membeli obat di apotek terdekat yang harganya juga terjangkau. Matriks 15. Cara Mengatasi Permasalahan atau Kendala dalam Perencanaan Obat Dalam Era JKN Informan Pernyataan Informan 1 (PPK Dinas Kesehatan) Mengusahakan bagian farmasi mencari jalan keluar dan melakukan pengadaan sebisanya. Informan 2 (Kepala Puskesmas) Untuk obat-obat yang tidak ada ataupun stoknya kurang kita usahakan dengan cara membelinya Informan 3 (Kepala Bidang Farmasi) Informan 4 (Staf Pengelola Obat) dari luar dengan menggunakan dana kapitasi JKN. Jalan keluar terakhir ya obat yang yang ada di farmasi dan di puskesmas aja dulu diupayakan untuk didistribusikan. Membuat usulan kepada puskesmas untuk mengadakan obat melalui dana kapitasi JKN. Kalo memang tidak bisa maka pasien diberikan resep untuk beli obat di apotek terdekat.

93 78 Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa untuk mengatasi permasalahan kekurangan atau kekosongan obat dapat dilakukan dengan cara membeli dari pihak luar dengan menggunakan dana kapitasi JKN serta menugaskan seorang pejabat pengadaan untuk melaksanakan pengadaan di puskesmas dan pihak farmasi puskesmas juga memberikan resep kepada pasien untuk membeli obat di apotek-apotek terdekat dengan harga masih terjangkau oleh pasien.

94 79 Lampiran 3 SURAT IZIN PENELITIAN 79

95 80 Lampiran 4 SURAT TELAH SELESAI PENELITIAN 80

96 81 Lampiran 5 DOKUMENTASI PENELITIAN Gambar 1. Kondisi Gudang Penyimpanan Obat Gambar 2. Peneliti sedang Melakukan Wawancara dengan Staf Pengelola Obat di Puskesmas Kecupak 81

97 82 Gambar 3. Peneliti sedang Melakukan Wawancara dengan Kepala Puskesmas Kecupak Gambar 4. Peneliti sedang Melihat Data Obat yang Terdapat di Puskemas Kecupak

98 83 Gambar 5. Contoh Rencana Kebutuhan Obat (RKO) tahun 2017 Puskesmas Kecupak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Menurut Undang-Undang No.36 tahun 2009 pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan 2.1.1. Pengertian perencanaan Perencanaan adalah suatu proses penyusunan secara sistematis mengenai kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan, untuk mengatasi masalah-masalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Logistik 2.1.1 Pengertian Manajemen Logistik Menurut Siagian (1997), Manajemen dapat didefinisikan sebagai kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh sesuatu hasil

Lebih terperinci

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan I. Latar Belakang Beberapa pertimbangan dikeluarkannya Permenkes ini diantaranya, bahwa penyelenggaraan Pusat Kesehatan Masyarakat perlu ditata ulang untuk meningkatkan aksesibilitas, keterjangkauan, dan

Lebih terperinci

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 ANALISIS PERENCANAAN OBAT DI PUSKESMAS PADANGMATINGGI KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2015 SKRIPSI OLEH MARISSA NOVI RUMONDANG NST NIM : 111000139 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Inggris pada tahun 1911 (ILO, 2007) yang didasarkan pada mekanisme asuransi

BAB 1 PENDAHULUAN. Inggris pada tahun 1911 (ILO, 2007) yang didasarkan pada mekanisme asuransi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsep Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pertama kali dicetuskan di Inggris pada tahun 1911 (ILO, 2007) yang didasarkan pada mekanisme asuransi kesehatan sosial dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Kebijakan Obat dan Pelayanan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Kebijakan Obat dan Pelayanan Kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Kebijakan Obat dan Pelayanan Kesehatan Menurut Kemenkes RI (2006), Obat adalah bahan atau paduan bahanbahan yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyedilidki

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna (promotif, preventif, kuratif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal sesuai kebutuhan. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal sesuai kebutuhan. Untuk itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah hak asasi manusia dan setiap penduduk berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal sesuai kebutuhan. Untuk itu pemerintah telah membentuk Pusat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan BAB TINJAUAN PUSTAKA Perencanaan adalah pekerjaan yang menyangkut penyusunan konsep serta kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan demi masa depan yang lebih baik (Le

Lebih terperinci

PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS

PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS DASAR : 1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat 2. Peraturan Meteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PENGADAAN OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN UNTUK PELAYANAN KESEHATAN DASAR

PEDOMAN TEKNIS PENGADAAN OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN UNTUK PELAYANAN KESEHATAN DASAR LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 1121/MENKES/SK/XII/2008 TANGGAL : 1 DESEMBER 2008 PEDOMAN TEKNIS PENGADAAN OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN UNTUK PELAYANAN KESEHATAN DASAR I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Nama : Umur : Tahun Pendidikan : 1. Tamat SMU/Sederajat 2. Tamat D3 3. Tamat S1 4. Tamat S2 Unit Kerja : Masa Kerja : Tahun Bagian : Jenis Kelamin :

Nama : Umur : Tahun Pendidikan : 1. Tamat SMU/Sederajat 2. Tamat D3 3. Tamat S1 4. Tamat S2 Unit Kerja : Masa Kerja : Tahun Bagian : Jenis Kelamin : Lampiran 1. Pedoman Wawancara PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PERENCANAAN KEBUTUHAN OBAT DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI INSTALASI FARMASI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN I. Identitas

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan oleh pemerintah dan / atau masyarakat (UU No.36, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan oleh pemerintah dan / atau masyarakat (UU No.36, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan / atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan

Lebih terperinci

INTISARI GAMBARAN SISTEM DISTRIBUSI OBAT UNIT DOSE DISPENSING DI DEPO TULIP RSUD ULIN BANJARMASIN

INTISARI GAMBARAN SISTEM DISTRIBUSI OBAT UNIT DOSE DISPENSING DI DEPO TULIP RSUD ULIN BANJARMASIN INTISARI GAMBARAN SISTEM DISTRIBUSI OBAT UNIT DOSE DISPENSING DI DEPO TULIP RSUD ULIN BANJARMASIN Mustika Meladiah 1 ; Harianto 2 ; Rachmawati 3 Pengelolaan obat merupakan salah satu segi manajemen rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Strategi pemerintah dalam pembangunan kesehatan nasional 2015-2019 bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. keluarga, kelompok dan bahkan oleh masyarakat. Untuk dapat mewujudkan keadaan

BAB 1 : PENDAHULUAN. keluarga, kelompok dan bahkan oleh masyarakat. Untuk dapat mewujudkan keadaan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Kepmenkes RI Nomor 128 Tahun 2004 dijelaskan bahwa fungsi puskesmas terbagi menjadi tiga yaitu pertama sebagai penyelenggara Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) primer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi untuk keberhasilan pembangunan Bangsa Indonesia. Oleh karena itu perlu dilakukan pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan manusia. Di era globalisasi ini banyak kita temukan penyakit-penyakit yang bukan hal biasa lagi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional. Dalam undang-undang Kesehatan No. UU Nomor 36 Tahun 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional. Dalam undang-undang Kesehatan No. UU Nomor 36 Tahun 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Dalam undang-undang Kesehatan No. UU Nomor 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia dan kebutuhan hidup yang diwujudkan dan dilaksanakan dalam mencapai kesejahteraan kehidupan dalam masyarakat. Menurut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Program pembangunan kesehatan nasional mencakup lima aspek Pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Program pembangunan kesehatan nasional mencakup lima aspek Pelayanan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Program pembangunan kesehatan nasional mencakup lima aspek Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) yaitu bidang: Promosi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Ibu dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat

BAB I PENDAHULUAN. kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan diperhatikan oleh pemerintah. Kesehatan juga merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan

Lebih terperinci

PROVINSI KALIMANTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG,

PROVINSI KALIMANTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG, WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT PADA DINAS KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA

Lebih terperinci

TUGAS DRUGS MANAGEMENT MAKALAH MEMAHAMI KUALITAS OBAT DAN DRUG ASSURANCE PENGELOLAAN OBAT DI PUSKESMAS

TUGAS DRUGS MANAGEMENT MAKALAH MEMAHAMI KUALITAS OBAT DAN DRUG ASSURANCE PENGELOLAAN OBAT DI PUSKESMAS TUGAS DRUGS MANAGEMENT MAKALAH MEMAHAMI KUALITAS OBAT DAN DRUG ASSURANCE PENGELOLAAN OBAT DI PUSKESMAS R Faris Mukmin Kalijogo C2C016007 PASCA SARJANA PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN UNIVERSITAS JENDRAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. obat yang dikelola secara optimal untuk menjamin tercapainya ketepatan jumlah,

BAB I PENDAHULUAN. obat yang dikelola secara optimal untuk menjamin tercapainya ketepatan jumlah, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen logistik obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut aspek perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat yang dikelola secara optimal

Lebih terperinci

DWI UTAMI NUGRAHANI NAFTANI CHANDRA DINI AISYAH RIZQI MUFIDAH MUTIA FARIDA A.

DWI UTAMI NUGRAHANI NAFTANI CHANDRA DINI AISYAH RIZQI MUFIDAH MUTIA FARIDA A. DWI UTAMI NUGRAHANI 25010112130349 NAFTANI CHANDRA DINI 25010112140350 AISYAH 25010112140351 RIZQI MUFIDAH 25010112130352 MUTIA FARIDA A. 25010112140353 KANTHI HIDAYAHSTI 25010112140354 DEFINISI MANAJEMEN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERLUKAH RAWAT INAP DI PUSKESMAS

PERLUKAH RAWAT INAP DI PUSKESMAS PERLUKAH RAWAT INAP DI PUSKESMAS Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

Lebih terperinci

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit Puskesmas dan sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kota Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas

Lebih terperinci

nasional. Dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 dinyatakan bahwa

nasional. Dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 dinyatakan bahwa 73 I.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 dinyatakan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu unsur kesejahteraan dan hak asasi manusia adalah kesehatan. Kesehatan merupakan salah satu aspek yang harus dipenuhi karena termasuk kebutuhan pokok manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia seperti dimaksud dalam Pancasila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya kesehatan merupakan kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya kesehatan merupakan kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya kesehatan merupakan kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat dan tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hak atas kesehatan ini dilindungi oleh konstitusi, seperti : tercantum

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hak atas kesehatan ini dilindungi oleh konstitusi, seperti : tercantum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kesehatan adalah merupakan hak dan investasi bagi semua warga negara Indonesia. Hak atas kesehatan ini dilindungi oleh konstitusi, seperti : tercantum dalam

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN PADA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DENGAN

Lebih terperinci

REGULASI DI BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN UNTUK MENDUKUNG JKN

REGULASI DI BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN UNTUK MENDUKUNG JKN REGULASI DI BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN UNTUK MENDUKUNG JKN Sekretaris Ditjen Binfar Alkes Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan Di Bidang Kefarmasian dan Alat Kesehatan 9-12 November 2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak tahun 2004, Indonesia telah mempunyai Sistem Jaminan Sosial Nasional dengan dikeluarkannya Undang Undang Nomor 40 Tahun 2004 (UU SJSN). Jaminan Kesehatan Nasional

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar rumah sakit baik lokal, nasional, maupun regional. kebutuhan, tuntutan dan kepuasan pelanggan.

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar rumah sakit baik lokal, nasional, maupun regional. kebutuhan, tuntutan dan kepuasan pelanggan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menghadapi era globalisasi seperti sekarang ini, banyak tantangan yang harus dihadapi oleh rumah sakit. Diantara tantangan yang ada adalah bagaimana mengubah paradigma

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita Bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita Bangsa Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita Bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan dalam bidang kesehatan merupakan bagian penting dalam rangka pembangunan nasional. Dalam Undang Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 dinyatakan bahwa pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi menyelenggarakan pengobatan dan pemulihan, peningkatan serta

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi menyelenggarakan pengobatan dan pemulihan, peningkatan serta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan rujukan yang berfungsi menyelenggarakan pengobatan dan pemulihan, peningkatan serta pemeliharaan kesehatan.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM KESEHATAN KABUPATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM KESEHATAN KABUPATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM KESEHATAN KABUPATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat BUPATI KARANGANYAR, : a. Bahwa kesehatan merupakan hak

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Nomor 5062); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144

2017, No Indonesia Nomor 5062); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144 No.206, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsa-bangsa di dunia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah rumah sakit. Persaingan yang ada membuat rumah sakit harus

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah rumah sakit. Persaingan yang ada membuat rumah sakit harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, persaingan terjadi di berbagai sektor, termasuk sektor jasa. Salah satunya adalah rumah sakit. Persaingan yang ada membuat rumah sakit harus menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesehatan. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun (2009), kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesehatan. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun (2009), kesehatan adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang bersifat mutlak adalah kesehatan. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun (2009), kesehatan adalah keadaan sehat,

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN KEBUTUHAN OBAT PUBLIK UNTUK PELAYANAN KESEHATAN DASAR PUSKESMAS DI WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN KOTA PADANGSIDIMPUAN TESIS.

ANALISIS PERENCANAAN KEBUTUHAN OBAT PUBLIK UNTUK PELAYANAN KESEHATAN DASAR PUSKESMAS DI WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN KOTA PADANGSIDIMPUAN TESIS. ANALISIS PERENCANAAN KEBUTUHAN OBAT PUBLIK UNTUK PELAYANAN KESEHATAN DASAR PUSKESMAS DI WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN KOTA PADANGSIDIMPUAN TESIS Oleh NURHANIFAH SIREGAR 137032039/IKM PROGRAM STUDI S2 ILMU

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem jaminan social nasional bagi upaya kesehatan perorangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem jaminan social nasional bagi upaya kesehatan perorangan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Bab IV pasal 19 dan 20 menjelaskan bahwa Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan yang bermutu,

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PEMERINTAH dalam menjamin KETERSEDIAAN OBAT DI INDONESIA

ARAH KEBIJAKAN PEMERINTAH dalam menjamin KETERSEDIAAN OBAT DI INDONESIA 1 tujuan: ARAH KEBIJAKAN PEMERINTAH dalam menjamin KETERSEDIAAN OBAT DI INDONESIA APRIL 2018 1 DASAR HUKUM UU NO 36 TAHUN 2009 tentang KESEHATAN PP NO 12 TAHUN 2013 tentang JAMINAN KESEHATAN PERPRES NO

Lebih terperinci

5. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Nomor

5. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1 BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PELAYANAN JAMINAN

Lebih terperinci

EVALUASI KESESUAIAN PENGELOLAAN OBAT PADA PUSKESMAS DENGAN STANDAR PENGELOLAAN OBAT YANG ADA DI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 SKRIPSI

EVALUASI KESESUAIAN PENGELOLAAN OBAT PADA PUSKESMAS DENGAN STANDAR PENGELOLAAN OBAT YANG ADA DI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 SKRIPSI EVALUASI KESESUAIAN PENGELOLAAN OBAT PADA PUSKESMAS DENGAN STANDAR PENGELOLAAN OBAT YANG ADA DI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 SKRIPSI Oleh: RORI ANJARWATI K 100 050 185 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 4 adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan salah satu aspek dalam menunjang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan salah satu aspek dalam menunjang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan salah satu aspek dalam menunjang pembangunan secara nasional. Pembangunan di bidang kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan

Lebih terperinci

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 25 TAHUN 2017

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 25 TAHUN 2017 1 BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 25 TAHUN 2017 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS KESEHATAN

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.438, 2017 KEMENKES. Penanggulangan Cacingan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN CACINGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Seksi Informasi Hukum Ditama Binbangkum

Seksi Informasi Hukum Ditama Binbangkum PENGGUNAAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL UNTUK JASA PELAYANAN KESEHATAN DAN DUKUNGAN BIAYA OPERASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH http://www.prodia.co.id

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini masyarakat semakin menyadari pentingnya menjaga kesehatan, dimana kesehatan menjadi salah satu prioritas yang perlu diperhatikan untuk bertahan hidup dan

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 104 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BADAN LAYANAN UMUM DAERAH PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT Menimbang : DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG, The linked image cannot be displayed. The file may have been moved, renamed, or deleted. Verify that the link points to the correct file and location. PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajad masyarakat yang optimal ditandai oleh penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat melakukan aktivitas sehari-hari dalam hidupnya. Sehat adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. dapat melakukan aktivitas sehari-hari dalam hidupnya. Sehat adalah suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan salah satu faktor yang penting bagi manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari dalam hidupnya. Sehat adalah suatu keadaan sejahtera

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 46

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 46 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 46 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 182 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia. Sehat mencantumkan empat sasaran pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia. Sehat mencantumkan empat sasaran pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010-2014 mencantumkan empat sasaran pembangunan kesehatan, yaitu: 1) Menurunnya disparitas status kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Puskesmas Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dua jenis pelayanan kepada masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. dua jenis pelayanan kepada masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan memberikan dua jenis pelayanan kepada masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan administrasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan suatu negara tidak dapat terlepas dari suatu sistem yang disebut dengan sistem kesehatan. Pada intinya, sistem kesehatan merupakan semua aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) pada pasal 1 (ayat 1) menyebutkan Jaminan Sosial adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan menjadi hak semua orang. Kesehatan yang dimaksud tidak hanya sekedar sehat secara fisik atau jasmani, tetapi juga secara mental,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan di Indonesia ditujukan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan di Indonesia ditujukan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, Menimbang Mengingat : : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu agenda yang tercantum di dalam Nawa Cita Pembangunan Nasional adalah meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Upaya meningkatkan kualitas hidup manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaminan Kesehatan Nasional adalah perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan terus meningkat seiring perkembangan zaman. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat senantiasa diupayakan

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA PIKIR

BAB 3 KERANGKA PIKIR BAB 3 KERANGKA PIKIR 3.1. Kerangka Pikir Aspek dalam pengelolaan obat publik di instalasi farmasi kabupaten meliputi perencanaan kebutuhan obat, pengadaan obat, penerimaan obat, penyimpanan dan pendistribusian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dapat bersifat promosi (promotif), pencegahan (preventif), pengobatan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dapat bersifat promosi (promotif), pencegahan (preventif), pengobatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sehat adalah keadaan baik segenap badan serta bagian bagiannya, sedangkan pengertian kesehatan adalah keadaan sehat serta kebaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, tuntutan dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang bermutu serta pemerataan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Periode zaman penjajahan sampai perang kemerdekaaan tonggak sejarah. apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Periode zaman penjajahan sampai perang kemerdekaaan tonggak sejarah. apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Profesi Kefarmasian Secara historis perubahan mendasar dalam profesi kefarmasian dapat dibagi dalam beberapa periode (Anonim. 2008 b ). 1. Periode zaman penjajahan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS HULU, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan menentukan mutu kehidupan dalam pembangunan nasional. Menurut World Health Organization (WHO),

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan 1. Poliklinik LP Kelas II A Narkotika mempunyai SDM untuk operasional Poliklinik sebanyak 13 orang yaitu 3 orang dokter umum, 2 orang dokter gigi, dan 8 orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 menyatakan bahwa. upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 menyatakan bahwa. upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Undang-Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 menyatakan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan memiliki peran sangat strategis dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan memiliki peran sangat strategis dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan memiliki peran sangat strategis dalam mempercepat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/068/I/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/068/I/2010 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/068/I/2010 TENTANG KEWAJIBAN MENGGUNAKAN OBAT GENERIK DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Pengalaman dan Tantangan Manajemen Obat dan Vaksin Puskesmas Di Era JKN

Pengalaman dan Tantangan Manajemen Obat dan Vaksin Puskesmas Di Era JKN Pengalaman dan Tantangan Manajemen Obat dan Vaksin Puskesmas Di Era JKN Oleh : drg. Prasukma Yogawarti Kepala Puskesmas Pucangsewu Dinas Kesehatan Kota Surabaya Disampaikan pada Dialog Kebijakan Farmasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Kesehatan merupakan hak bagi setiap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Tenaga Kesehatan. Menurut Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang dikutip oleh Adisasmito

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Tenaga Kesehatan. Menurut Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang dikutip oleh Adisasmito BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Tenaga Kesehatan Menurut Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang dikutip oleh Adisasmito (2007), SDM kesehatan adalah tatanan yang menghimpun

Lebih terperinci

Perencanaan. Pengadaan. Penggunaan. Dukungan Manajemen

Perencanaan. Pengadaan. Penggunaan. Dukungan Manajemen Perencanaan Penggunaan Pengadaan Dukungan Manajemen Distribusi Penyimpanan Menjamin tersedianya obat dgn mutu yang baik, tersebar secara merata dan teratur, sehingga mudah diperoleh pada tempat dan waktu

Lebih terperinci