EVALUASI KOMPOSISI, INDIKASI, DOSIS, DAN INTERAKSI OBAT RESEP RACIKAN UNTUK PASIEN PEDIATRI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA PERIODE JULI 2007 SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI KOMPOSISI, INDIKASI, DOSIS, DAN INTERAKSI OBAT RESEP RACIKAN UNTUK PASIEN PEDIATRI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA PERIODE JULI 2007 SKRIPSI"

Transkripsi

1 EVALUASI KOMPOSISI, INDIKASI, DOSIS, DAN INTERAKSI OBAT RESEP RACIKAN UNTUK PASIEN PEDIATRI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA PERIODE JULI 2007 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh: Stefani Yuanita Cahyono NIM : FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008

2 EVALUASI KOMPOSISI, INDIKASI, DOSIS, DAN INTERAKSI OBAT RESEP RACIKAN UNTUK PASIEN PEDIATRI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA PERIODE JULI 2007 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh: Stefani Yuanita Cahyono NIM : FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008 ii

3 SKRIPSI EVALUASI KOMPOSISI, INDIKASI, DOSIS, DAN INTERAKSI OBAT RESEP RACIKAN UNTUK PASIEN PEDIATRI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA PERIODE JULI 2007 Oleh ; Stefani Yuanita Cahyono NIM: telah disetujui oleh: Pembimbing Utama: Rita Suhadi, M.Si.,Apt. Tanggal 28 Januari 2008 iii

4 iv

5 Aku hendak bersyukur kepada-mu Ya Tuhan, Allahku Dengan segenap hatiku Dan memuliakan nama-mu Untuk selama-lamanya (Mazmur 86: 12) Karya iinii kupersembahkan untuk:: Allah Yang Maha Kuasa. Ayah dan Ibu tercinta sebagai ungkapan hormat dan terima kasihku atas semua doa dan dukungannya dalam menyelesaikan studi. Adikku dan Yo, terima kasih atas dukungan dan semangatnya. Dan untuk almamaterku tercinta. v

6 LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Stefani Yuanita Cahyono Nomor Mahasiswa : Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : Evaluasi Komposisi, Indikasi, Dosis, dan Interaksi Obat Resep Racikan untuk Pasien Pediatri Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Juli 2007 beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 25 Januari 2008 Yang menyatakan ( Stefani Yuanita Cahyono ) vi

7 PRAKATA Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah dan bimbingan-nya kepada penulis selama menyelesaikan penelitian ini. Skripsi berjudul Evaluasi Komposisi, Indikasi, Dosis, dan Interaksi Obat Resep Racikan untuk Pasien Pediatri Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Juli 2007 ini ditulis dalam rangka untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Ilmu Farmasi Universitas Sanata Dharma. Keberhasilan penelitian ini juga tidak terlepas dari bantuan dan perhatian orang-orang yang ada di sekitar penulis yang telah memberikan saran, kritik, dan dukungan kepada penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Rita Suhadi, M.Si.,Apt. selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Ibu Rita Suhadi, M.Si.,Apt. selaku dosen pembimbing utama dan penguji yang telah membimbing serta memberikan kritik dan saran kepada penulis. 3. Ibu Endang selaku apoteker pembimbing lapangan yang telah membimbing serta memberikan saran dan kritik kepada penulis selama pengambilan data. 4. Ibu Aris Widayati, M.Si.,Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis. vii

8 5. Bapak Yosef Wijoyo, M.Si.,Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis. 6. Direktur Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian. 7. Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta atas segala bantuannya. 8. Seluruh Apoteker Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta atas bantuan dan dukungannya. 9. Seluruh Asisten Apoteker Instalasi Farmasi Rawat Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta atas bantuannya. 10. Seluruh perawat yang bertugas di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta atas bantuan dan dukungannya. 11. Ketua Pusmarsa Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta atas bantuannya. 12. Kepala dan Staf Bidang Rekam Medik Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang telah banyak membantu penulis dalam mengumpulkan data dalam penelitian ini. 13. Seluruh dokter anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang telah bersedia menjadi responden. 14. Seluruh pasien pediatri Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang secara tidak langsung telah membantu dan mendukung penelitian ini. 15. Ayah, Ibu, dan Adik atas doa, cinta, dan dukungan yang telah memberikan semangat bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi. viii

9 16. Yosia R.A.M terima kasih atas doa, cinta, dukungan, dan bantuannya yang telah memberi semangat penulis untuk menyelesaikan skripsi. Terima kasih untuk waktu yang telah diberikan untuk mendengar keluh kesahku. 17. Amanda, Novi, Erlyn terima kasih atas dukungan, bantuan, dan kebersamaan kita selama penelitian ini. 18. Cendani, Frengky, Brian teman pertamaku di Fakultas Farmasi USD. Terima kasih untuk kenangan indah kita, semoga persahabatan kita abadi. 19. Ita, Henny, dan Dian terima kasih atas dukungannya. 20. Kak Wilma, Cicil, Rosa, dan Limdra terima kasih atas dukungan dan bantuannya. 21. Teman-teman Fakultas Farmasi angkatan 2004 kelas C dan kelas Farmasi Klinis-Komunitas (FKK) terima kasih atas kebersamaan kita selama ini. 22. Teman-teman kost amakusa terima kasih atas dukungan yang telah diberikan kepada penulis. 23. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis dengan senang hati menerima segala saran dan kritik yang dapat membangun penelitian ini. Penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian. Penulis ix

10 PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 17 Desember 2007 Penulis Stefani Yuanita Cahyono x

11 INTISARI Keamanan dalam penggunaan obat untuk anak-anak harus diberi perhatian karena penggunaan obat yang tidak tepat dapat membahayakan anak tersebut. Pemeriksaan pada penggunaan racikan untuk pasien pediatri belum pernah dilakukan untuk memastikan keamanan dan manfaatnya. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji kerasionalan komposisi racikan dan indikasi berdasarkan rekam medik pasien pediatri di Bangsal Anak dan di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta periode Juli Penelitian ini termasuk penelitian non eksperimental dengan rancangan deskriptif evaluatif dan pengambilan data secara accidental. Pengambilan data dilakukan melalui resep dan rekam medik pasien. Penelitian dilakukan dengan mengevaluasi komposisi, indikasi, dosis, dan interaksi obat resep racikan pada pasien pediatri di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta periode Juli Di instalasi farmasi rawat jalan, sebesar 78% terapi untuk pasien pediatri menggunakan sediaan racikan dan 22% sediaan bukan racikan. Di bangsal anak sebesar 52% menggunakan sediaan racikan dan 48% sediaan bukan racikan. Komposisi dan jumlah komposisi racikan Rumah Sakit Bethesda periode Juli 2007 meliputi 2 komposisi terdapat 6 jenis racikan, 3 komposisi 7 jenis racikan, 4 komposisi 4 jenis racikan, dan 5 komposisi 2 jenis racikan. Terdapat 17 jenis racikan yang digunakan sebanyak 401 penggunaan untuk pasien pediatri yang digunakan belum sesuai dengan indikasi referensi. Terdapat 10 jenis racikan yang digunakan sebanyak 81 penggunaan yang memerlukan penyesuaian dosis. Terdapat 5 jenis racikan yang digunakan sebanyak 209 penggunaan yang berpotensi terjadi interaksi obat. Kata kunci : Pediatri, racikan, komposisi, dosis, indikasi, dan interaksi obat xi

12 ABSTRACT The safeness in giving medicine for children must be giving attention because the inappropriate giving of the medicine can harm the children. The analyzing of using compound medicine for pediatric patient has never been done to ascertain of it risk and benefit. This research has been done to study rationality of composition of compound medicine and indication based on medical record for pediatric patient in children ward and outpatient clinic of Bethesda hospital period July The research included to non experimental study with descriptive evaluative design and the data got accidentally. Data was taken from patient s recipe and medical record. This research has done by evaluated composition, indication, dose, and drug interaction of patient s compound medicine recipe in Bethesda hospital period July In the outpatient clinic, 78% therapy for pediatric patient used compound medicine and 22% used no compound medicine. In children ward 52% therapy for pediatric patient used compound medicine and 48% used no compound medicine. The composition and amount of composition of compound medicine in Bethesda hospital period July 2007 covered 2 compositions with 6 types of compound medicine, 3 compositions with 7 types or compound medicine, 4 compositions with 4 types of compound medicine, 5 compositions with 2 types of compound medicine. There were 17 types of compound medicine that used for 401 times to the pediatric patient which were inappropriate to the reference indication. And there were 10 types of compound medicine that used for 81 times which needed the adjustment dose. Also there were 5 types of compound medicine that used 209 times which had the potency to make the drug interaction happened. Keyword: pediatric, compound medicine, composition, dose, indication, and drug interaction xii

13 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii HALAMAN PENGESAHAN...iv HALAMAN PERSEMBAHAN...v LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS...vi PRAKATA...vii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...x INTISARI...xi ABSTRACT...xii DAFTAR ISI... xiii DAFTAR TABEL...xvii DAFTAR GAMBAR...xix DAFTAR LAMPIRAN...xx BAB I. PENDAHULUAN...1 A. Latar Belakang Permasalahan Keaslian Penelitian Manfaat Penelitian...5 B. Tujuan Penelitian Tujuan Umum...6 xiii

14 2. Tujuan Khusus...6 BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA...8 A. Pediatri Absorpsi Obat Distribusi Obat Metabolisme Obat Ekskresi Obat...11 B. Penyesuaian Dosis dan Bentuk Sediaan Obat untuk Pediatri Bentuk Sediaan Obat Dosis Obat...12 C. Peresepan Rasional Manfaat (Efikasi) Risiko Rendah Penggunaan Klinis dan Data Kinetik Tersedia Harga Bentuk Sediaan yang Tersedia Risiko Keracunan Kombinasi Produk...15 D. Interaksi Obat Interaksi Farmasetik Interaksi Farmakodinamik Interaksi Farmakokinetik...17 E. Kombinasi Obat...19 xiv

15 F. Keterangan Empiris...20 BAB III. METODE PENELITIAN...21 A. Jenis dan Rancangan Penelitian...21 B. Definisi Operasional...21 C. Tempat dan Waktu Penelitian...24 D. Obyek Penelitian...24 E. Bahan Penelitian...26 F. Jalannya Penelitian Tahap Orientasi Tahap Pengambilan Data Tahap Pengolahan Data...27 G. Tata Cara Analisis Hasil Presentase Distribusi Racikan Komposisi dan Jumlah Penggunaan Racikan Indikasi Obat Dosis Obat Interaksi Obat...29 H. Kesulitan Penelitian...30 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...31 A. Latar Belakang Penggunaan Racikan pada Pasien Pediatri Dokter Apoteker...33 B. Penggunaan Racikan pada Pasien Pediatri...35 xv

16 1. Jumlah Penggunaan Racikan...35 C. Komposisi dan Jumlah Komposisi Resep Racikan Untuk Pasien Pediatri Komposisi dan jumlah komposisi racikan...37 D. Indikasi Obat Rawat Jalan Rawat Inap...49 E. Dosis Obat Rawat Jalan Rawat Inap...55 F. Interaksi Obat...57 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...61 A. Kesimpulan...61 B. Saran...62 DAFTAR PUSTAKA...63 LAMPIRAN...66 BIOGRAFI PENULIS xvi

17 DAFTAR TABEL Tabel I. Tabel II. Tabel III. Tabel IV. Tabel V. Tabel VI. Tabel VII. Tabel VIII. Tabel IX. Komposisi dan Jumlah Komposisi Racikan untuk Pasien Pediatri Di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Periode Juli Komposisi dan Jumlah Komposisi Racikan untuk Pasien Pediatri Di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Juli Total Komposisi dan Jumlah Komposisi Racikan untuk Pasien Pediatri Di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Juli Perbandingan antara Indikasi Penggunaan dengan Indikasi Berdasarkan Referensi Resep Racikan yang Terdiri dari 2 Komposisi untuk Pasien Pediatri di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Juli Perbandingan antara Indikasi Penggunaan dengan Indikasi Berdasarkan Referensi Resep Racikan yang Terdiri dari 3 Komposisi untuk Pasien Pediatri di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Juli Perbandingan antara Indikasi Penggunaan dengan Indikasi Berdasarkan Referensi Resep Racikan yang Terdiri dari 4 Komposisi untuk Pasien Pediatri di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Juli Perbandingan antara Indikasi Penggunaan dengan Indikasi Berdasarkan Referensi Resep Racikan yang Terdiri dari 5 Komposisi untuk Pasien Pediatri di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Juli Perbandingan antara Indikasi Penggunaan dengan Indikasi Berdasarkan Referensi Resep Racikan yang Terdiri dari 2 Komposisi untuk Pasien Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Juli Perbandingan antara Indikasi Penggunaan dengan Indikasi Berdasarkan Referensi Reep Racikan yang Terdiri dari 4 Komposisi untuk Pasien Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Juli xvii

18 Tabel X. Tabel XI. Tabel XII. Tabel XIII. Tabel XIV. Tabel XV. Tabel XVI. Racikan yang Terdiri dari 2 Komposisi untuk Pasien Pediatri Di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Periode Juli 2007 yang Memerlukan Penyesuaian Dosis.. 52 Racikan yang Terdiri dari 3 Komposisi untuk Pasien Pediatri Di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Periode Juli 2007 yang Memerlukan Penyesuaian Dosis Racikan yang Terdiri dari 4 Komposisi untuk Pasien Pediatri Di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Periode Juli 2007 yang Memerlukan Penyesuaian Dosis.. 54 Racikan yang Terdiri dari 5 Komposisi untuk Pasien Pediatri Di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Periode Juli 2007 yang Memerlukan Penyesuaian Dosis.. 54 Racikan yang Terdiri dari 2 Komposisi untuk Pasien Pediatri Di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Periode Juli 2007 yang Memerlukan Penyesuaian Dosis Racikan yang Diberikan pada Pasien Pediatri Di Instalasi Farmasi Rawat Jalan dan di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Periode Juli 2007 yang Berpotensi Terjadi Interaksi Obat 58 Signifikansi Interaksi Obat Racikan pada Pasien Pediatri Di Instalasi Farmasi Rawat Jalan dan di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Periode Juli xviii

19 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Bagan Obyek Penelitian.. 24 Gambar 2. Tahap Jalannya Penelitian Gambar 3. Gambar 4. Gambar 5. Rata-rata Distribusi Penggunaan Obat pada Pasien Pediatri di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Juli Rata-rata Distribusi Penggunaan Obat pada Pasien Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Juli Perbandingan Jumlah Komposisi dan Jumlah Penggunaan Racikan pada Pasien Pediatri Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Juli xix

20 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9. Lampiran 10. Daftar Racikan untuk Pasien Pediatri Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Juli Distribusi Resep Racikan untuk Pasien Pediatri Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Juli Daftar Racikan untuk Pasien Pediatri Rumah Sakit Bethesda yang teramati pada Periode Juli Evaluasi Indikasi dan Dosis Racikan untuk Pasien Pediatri Di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Juli Evaluasi Indikasi dan Dosis Racikan untuk Pasien Pediatri Di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Juli Evaluasi Interaksi Obat untuk Pasien Pediatri Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Juli Hasil Wawancara Dokter Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Hasil Wawancara Apoteker Penanggung Jawab Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Hasil Wawancara Apoteker Penanggung Jawab Instalasi Farmasi Bagian Produksi Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Hasil Wawancara Asisten Apoteker Instalasi Farmasi Bagian Produksi Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta xx

21 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Anak-anak merupakan salah satu kelompok di masyarakat yang rentan terhadap penyakit. Di rumah sakit sering dijumpai kelompok pasien anak-anak yang disebut juga pasien pediatri. Dalam pengobatan, anak-anak tidak dapat diperlakukan sebagai orang yang berukuran kecil. Pengobatan pada anak merupakan hal yang bersifat khusus dikaitkan dengan perkembangan tubuh anak yang belum sempurna. Obat pada anak dapat berbahaya jika tidak diberikan dengan tepat karena organ-organ pada anak belum sempurna pertumbuhannya. Pengobatan pada anak harus dilakukan dengan tepat dan dipantau untuk memastikan keamanan pengobatan yang diterima oleh pasien (Sanjoyo, 2007). Penelitian tentang penggunaan obat pada anak-anak masih terbatas. Oleh karena itu keamanan dan manfaat dari banyak obat pada anak-anak belum dapat diketahui. Banyak obat yang belum mempunyai ijin untuk digunakan pada anak-anak bahkan oleh produsennya beberapa obat tersebut dikontraindikasikan untuk anak-anak. Apabila obat-obat ini digunakan untuk anak-anak maka keamanan obat tersebut harus diperhatikan (Anonim, 2003). Kesalahan pengobatan pada anak-anak merupakan salah satu masalah yang penting. Jika terjadi kesalahan dalam perhitungan dosis yang diberikan ataupun dalam pemilihan obat untuk anak-anak dapat menimbulkan kejadian yang tak diinginkan seperti kematian (Sutcliffe, 1999). 1

22 2 Dari penelitian di Kanada dalam setahun ditemukan 4 juta resep diresepkan untuk pasien pediatri. Seribu empat ratus obat yang diresepkan untuk pasien pediatri digunakan tidak sesuai dengan usia yang diperbolehkan oleh badan kesehatan Kanada dan keamanan dan manfaatnya untuk anak-anak belum diketahui (Hall, 2004). Menurut Jong, Vulto, Hoog, Schimmel, Tibboel, Anker (2001) terdapat 2139 resep untuk pasien pediatri yang teramati di suatu rumah sakit di Belanda, sebesar 34% obat yang diresepkan diijinkan digunakan untuk anak-anak sedangkan 48% obat yang diresepkan tak diijinkan digunakan untuk anak-anak, dan 18% obat yang diresepkan off label yaitu obat yang digunakan tidak sesuai dengan usia yang diijinkan atau melalui rute pemberian yang tak diijinkan. Di Amerika Serikat sebesar 80% obat tidak diijinkan untuk digunakan pada anakanak (Sutcliffe, 1999). Sebagian besar obat-obat yang tersedia hanya diijinkan untuk digunakan pada orang dewasa dan tidak memiliki ijin untuk digunakan pada anak-anak. Obat-obat yang tersedia memiliki formulasi yang kurang sesuai untuk digunakan pada anak-anak. Penggunaan obat pada anak biasanya berdasarkan pada modifikasi dari formulasi bentuk dan dosis obat. Dosis untuk anak-anak biasanya merupakan ekstrapolasi dari dosis dewasa (Jong et al, 2001). Pada umumnya obat-obat yang tersedia di masyarakat diformulasikan untuk orang dewasa sedangkan obat untuk anak-anak jarang tersedia. Pasien anak pada umumnya susah menerima obat dalam bentuk tablet, kapsul dan pil. Dalam pemberian obat pada anak biasanya dilakukan peracikan obat menjadi puyer

23 3 (serbuk terbagi) atau sirup. Obat-obat untuk anak memiliki jumlah yang terbatas di pasaran, sehingga untuk pengobatan pada anak dilakukan peracikan dan pembuatan racikan untuk pengobatan anak-anak masih berlangsung sampai sekarang. Sediaan racikan yang digunakan oleh pasien pediatri biasanya berasal dari obat yang sudah diformulasi di pabrik kemudian digerus dan dicampur menjadi sediaan yang baru. Obat yang sudah menjadi produk akhir tak layak untuk direformulasi ulang atau dicampur dengan sediaan jadi lainnya. Penggunaan racikan untuk anak-anak sendiri belum pernah dilakukan pemeriksaan secara kualitatif dan kuantitatif sehingga tidak ada jaminan dalam keamanan dan khasiat penggunaannya. Banyaknya penggunaan sediaan racikan dan terbatasnya penelitian obat pada pasien pediatri mendorong peneliti untuk mengetahui penggunaan resep racikan pada pasien pediatri. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang merupakan salah satu rumah sakit swasta terbesar di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Selain itu rumah sakit ini termasuk dalam rumah sakit swasta tipe utama dengan akreditasi ISO Rumah Sakit Bethesda memiliki 8 orang apoteker yang telah menjalankan kegiatan farmasi klinis. Dalam kerjasamanya dengan Universitas Sanata Dharma, pihak Rumah Sakit Bethesda mengajukan isu patient safety untuk pasien anak. Penelitian ini merupakan salah satu bagian dari penelitian tentang patient safety untuk pasien anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.

24 4 1. Permasalahan Berikut adalah permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini: a. apakah alasan atau latar belakang pemilihan dan penggunaan sediaan racikan untuk pasien pediatri yang diberikan oleh dokter (medicine prescriber) dan apoteker (medicine dispenser) di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta? b. berapa jumlah atau proporsi penggunaan resep racikan untuk pasien pediatri di Bangsal Anak dan Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta periode Juli 2007? c. berapa jumlah komposisi dan komposisi racikan untuk pasien pediatri di Bangsal Anak dan Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta periode Juli 2007? d. apakah resep racikan yang diberikan pada pasien pediatri di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta periode Juli 2007 digunakan sesuai dengan indikasi? e. apakah resep racikan untuk pasien pediatri di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta periode Juli 2007 memerlukan penyesuaian dosis? f. apakah terdapat kemungkinan adanya interaksi obat secara teoritis dalam resep racikan untuk pasien pediatri di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta periode Juli 2007? 2. Keaslian penelitian Penelitian mengenai evaluasi komposisi, dosis, indikasi, dan interaksi obat resep racikan untuk pasien pediatri Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta periode Juli 2007 belum pernah dilakukan. Penelitian tentang penggunaan dan evaluasi kerasionalan resep pada pasien pediatri telah banyak dilakukan oleh

25 5 peneliti lain, akan tetapi penelitian ini berbeda dalam hal tujuan penelitian, subyek penelitian, waktu penelitian, dan lokasi penelitian. Beberapa penelitian tentang penggunaan resep pada pasien pediatri antara lain: a. Unlicensed and Off-Label Drug Use in Pediatric Wards: Prospective Study yang diteliti oleh Sean Turner, Alexandra Longworth, Anthony J. Nunn, dan Imti Choonara pada tahun b. Off-Label and Unlicensed Drug Use among French Office Based Paediatricians yang diteliti oleh M. Chalumeau, J. M. Treluyer, B. Salanave, R. Assathiany, G. Cheron, N. Crocheton, C. Rougeron, M. Mares, G. Breart, dan G.Pons pada tahun c. Evaluasi Peresepan Obat Bagi Penderita Gastroenteritis Akut Anak di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih pada Tahun 1998 yang diteliti oleh Pati pada tahun Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut: a. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber informasi atau wacana mengenai penggunaan resep racikan pada pasien pediatri di Rumah Sakit.

26 6 b. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam evaluasi, pemilihan dan penggunaan resep racikan untuk terapi pasien anak di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. B. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kerasionalan komposisi obat racikan dan indikasi berdasarkan rekam medik pasien pediatri di Bangsal Anak dan Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta periode Juli Tujuan khusus Dalam penelitian ini tujuan khusus yang ingin dicapai adalah: a. mengetahui latar belakang pemilihan dan penggunaan resep racikan untuk pasien pediatri yang diberikan oleh dokter (medicine prescriber) dan apoteker (medicine dispenser) di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. b. mengetahui jumlah atau proporsi penggunaan sediaan racikan untuk pasien pediatri di Bangsal Anak dan Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta periode Juli c. mengetahui komposisi dan jumlah komposisi resep racikan untuk pasien pediatri di Bangsal Anak dan Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta periode Juli 2007.

27 7 d. mengkaji ketepatan indikasi resep racikan yang diberikan pada pasien pediatri Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta periode Juli e. mengkaji ketepatan dosis resep racikan untuk pasien pediatri Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta periode Juli f. mengkaji adanya kemungkinan terjadinya interaksi obat secara teoritis dalam resep racikan untuk pasien pediatri Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta periode Juli 2007.

28 BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Pediatri Pasien pediatri dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yaitu: 1. bayi yang baru lahir (premature) berusia kurang dari 37 minggu di dalam kandungan 2. neonatus adalah dari awal kelahiran hingga berusia 1 bulan 3. bayi berusia 1 bulan hingga 1 tahun 4. anak-anak berusia 1 hingga 11 tahun 5. remaja berusia 12 hingga 16 tahun (Nahata dan Takemoto, 2005). Terapi pada pasien pediatri berbeda dengan terapi pada orang dewasa. Terapi pada pasien pediatri harus memperhatikan efek samping obat karena pasien pediatri rentan terhadap efek samping obat dan tidak jarang dapat menimbulkan kematian pada anak. Selain itu, terapi pada pasien pediatri harus memperhatikan dosis obat. Dosis untuk pasien pediatri tak dapat ditentukan secara mudah hanya dengan mengekstrapolasikan dosis dewasa pada anak. Pada pengaturan dosis untuk pasien pediatri, faktor bioavailabilitas, farmakokinetik, farmakodinamik, manfaat, dan efek samping obat harus diperhatikan karena pasien pediatri mempunyai usia, fungsi organ dan tingkat penyakit yang berbeda dengan orang dewasa (Nahata dan Takemoto, 2005). Hal lain yang mempengaruhi terapi pada pasien pediatri adalah tidak tersedianya sediaan obat yang cocok untuk anak. Karena tidak tersedianya sediaan 8

29 9 yang cocok tidak jarang sediaan obat yang sudah jadi mengalami reformulasi untuk penyesuaian terhadap dosis dan bentuk sediaan yang dibutuhkan oleh anak (Nahata dan Takemoto, 2005). Pemberian obat untuk pasien pediatri harus memperhatikan karakteristik fisiologi anak seperti kematangan organ penyusun tubuh karena hal ini akan mempengaruhi keamanan dan efektifitas dari terapi obat (Doyle, 2000). Proses fisiologis anak mempengaruhi profil farmakokinetika, profil ini akan berubah secara bermakna pada tahun pertama kehidupan khususnya beberapa bulan pertama kehidupan (Koren, 2004). Faktor-faktor farmakokinetika yang mempengaruhi terapi pada pediatri meliputi absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi obat. 1. Absorpsi obat Faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi obat antara lain adalah aliran darah pada tempat pemberian obat dan fungsi saluran cerna. Pada pemberian obat secara intramuskuler ataupun subkutan pada bayi yang baru lahir dipengaruhi oleh aliran darah di tempat absorpsi. Jika anak mempunyai massa otot yang sedikit, maka absorpsi obat dapat menjadi tidak terduga karena obat dapat tetap tinggal dalam otot dan diabsorpsi lambat sehingga jika perfusi meningkat dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi obat dan menimbulkan efek toksik (Koren, 2004). Pada pemberian obat secara peroral pada anak-anak dan bayi, proses absorpsi biasanya terjadi di lambung berbeda dengan orang dewasa dimana absorpsi terjadi di usus halus. Melihat hal ini maka ph dan waktu pengosongan

30 10 lambung mempengaruhi absorpsi obat di saluran cerna. Pada bayi ph saluran cerna lebih tinggi (kurang asam) jika dibandingkan dengan ph lambung orang dewasa sehingga akan mempengaruhi absorpsi beberapa obat. ph lambung pada anak seiring dengan kematangan organ akan menjadi semakin asam hingga mencapai ph 2. Pemberian susu pada anak-anak akan meningkatkan ph lambung dan menghambat absopsi obat yang bersifat asam sehingga pemberian obat diusahakan saat perut kosong (Doley, 2000). Pada bayi waktu pengosongan lambung lama dan tak dapat diperkirakan sehingga akan mempengaruhi kontak obat dengan lapisan epitelium lambung. Seiring dengan kematangan organ maka waktu pengosongan lambung akan meningkat (Doley, 2000). 2. Distribusi obat Distribusi obat dipengaruhi oleh volume distribusi obat, pada anak-anak memiliki proporsi cairan lebih banyak daripada padatan sebagai komposisi penyusun tubuh sehingga volume distribusi pada anak akan menjadi semakin besar. Hal ini menjadi penting untuk obat-obat yang larut dalam air (Doley, 2000). Faktor lainnya yang mempengaruhi distribusi obat adalah ikatan obat pada protein plasma. Pada bayi, ikatan protein berkurang sehingga dapat meningkatkan konsentrasi obat dalam plasma. Hanya obat dalam keadaan bebas yang dapat memberikan efek sehingga dengan meningkatnya konsentrasi obat dalam plasma dapat meningkatkan efek obat dan dapat menyebabkan efek toksik jika berlebihan (Koren, 2004).

31 11 3. Metabolisme obat Metabolisme obat kebanyakan terjadi di hepar. Pada bayi, besar hepar adalah 40% dari keseluruhan massa tubuh sehingga hal ini menyebabkan luasnya permukaan yang dapat digunakan untuk metabolisme obat. Tetapi kematangan organ pemetabolisme dan enzim pemetabolisme mempengaruhi metabolisme obat, jika organ dan enzim tidak matang maka akan menghambat metabolisme dari obat (Doley, 2000). Karena rendahnya kemampuan memetabolisme obat pada bayi maka akan banyak obat memiliki laju klirens yang lambat dan perpanjangan waktu paruh eliminasi. Apabila dosis obat dan aturan pakai obat tak diubah dengan tepat dapat menimbulkan efek yang tak diinginkan dari obat yang dimetabolisme di hati (Koren, 2004). 4. Ekskresi obat Tingkat filtrasi glomerulus pada bayi yang baru lahir lebih rendah dibandingkan dengan anak yang lebih besar usianya ataupun pada orang dewasa. Tingkat filtrasi glomerulus pada bayi hanya 30-40% dari orang dewasa. Oleh karena itu obat yang eliminasinya tergantung pada fungsi ginjal akan mengalami klirens perlahan dari tubuh terutama pada minggu pertama kehidupan (Koren, 2004). B. Penyesuaian Dosis dan Bentuk Sediaan Obat untuk Pediatri 1. Bentuk sediaan obat Pemberian obat pada pasien pediatri, dosis obat dipengaruhi oleh bentuk sediaan obat dan cara pemberian obat pada anak. Pada anak-anak pemberian obat

32 12 biasanya diberikan dalam bentuk eliksir ataupun suspensi. Eliksir adalah larutan alkohol dengan molekul obat dilarutkan dan didistribusikan secara merata. Suspensi mengandung partikel obat yang tidak larut dan harus didistribusikan ke seluruh pelarut dengan pengocokan (Koren, 2004). Pada anak-anak yang belum dapat menelan tablet dan obat tak tersedia dalam bentuk sirup, obat biasanya diberikan dalam bentuk serbuk. Untuk meningkatkan kepatuhan minum obat pada anak terutama jika anak menerima banyak jenis obat, maka dilakukan pencampuran obat menjadi satu jenis sediaan obat dan biasanya diberikan dalam bentuk serbuk. Serbuk yang biasa digunakan adalah serbuk terbagi (pulveres/puyer). Serbuk terbagi mengandung satu atau lebih bahan aktif dengan zat tambahan yang bersifat inert untuk memproduksi berat minimum 120 mg. Zat tambahan yang paling sering digunakan adalah laktosa (Collet dan Aulton, 1990). 2. Dosis Obat Pemberian dosis pada pasien pediatri biasanya berdasarkan pada berat badan dari bayi ataupun anak sebagai contoh miligram per kilogram berat badan setiap hari (Nahata dan Takemoto, 2005). Untuk pemberian dosis berdasarkan luas permukaan tubuh lebih dianjurkan karena luas permukaan tubuh berhubungan langsung dengan kecepatan metabolisme tubuh (Laurence, 1997). Dosis untuk pasien pediatri dapat dihitung berdasarkan usia, berat badan, dan luas permukaan tubuh. Dosis pediatri dari perhitungan sebaiknya tidak melampaui dosis orang dewasa. Rumus perhitungan dosis obat untuk pasien pediatri:

33 13 Umur (Dalil Young) : umur ( tahun) Dosis = Dosis dewasa x Umur + 12 Berat Badan (Dalil Clark) : Dosis = Dosis dewasa x Berat Badan (kg) 70 (Koren, 2004) C. Peresepan Rasional Resep merupakan dokumen legal, sebagai sarana komunikasi profesional dari dokter dan penyedia obat, untuk memberikan obat kepada pasien sesuai dengan kebutuhan medis yang telah ditentukan (Anonim, 2000). Suatu terapi obat yang rasional pada pasien pediatri membutuhkan pemahaman yang luas tentang berbagai faktor dalam menangani obat dan respon yang muncul pada anak, terutama pada tahun pertama kehidupan (Rylance, 1987). Prinsip peresepan rasional merupakan bagian penting untuk penggunaan obat yang efektif, aman, dan ekonomis. Peresepan dikatakan rasional bila memenuhi beberapa kriteria yaitu tepat indikasi, tepat obat, tepat penderita, tepat dosis, tepat informasi, pemantauan dan tindak lanjut pengobatan (Santoso, 1996). Agar tercapai peresepan yang rasional dalam pemilihan terapi untuk pasien harus memperhatikan keuntungan terapi dan risiko terapi seminimal mungkin untuk pasien sehingga terapi yang dihasilkan adalah terapi yang optimal. Pemilihan obat untuk terapi dan dosis obat penting untuk menghasilkan suatu terapi yang rasional (Collet dan Aulton,1990).

34 14 Dalam memilih obat ada tujuh pertimbangan yang harus diperhatikan yaitu: 1. Manfaat (efikasi) Manfaat harus ditetapkan melalui suatu uji klinik ataupun uji pada anak. Jika memungkinkan, obat yang baru sebaiknya dicobakan dulu pada orang dewasa sebelum diujikan pada anak-anak dan pada anak-anak yang lebih tua sebelum diujikan pada bayi. 2. Risiko rendah Risiko dihubungkan dengan perbandingan antara risiko dan manfaat. Pada anak-anak pertumbuhan dan perkembangan anak selalu menjadi bahan pertimbangan. Pertumbuhan yang terlambat pada penggunaan steroid secara sistemik dan noda pada gigi pada penggunaan tetrasiklin adalah beberapa contoh yang penting. Pengobatan harus memperhatikan indek terapi, jika tidak diketahui data pada anak maka sebaiknya digunakan obat yang memiliki indek terapi lebar atau dilakukan pengawasan terhadap kadar obat dalam darah. 3. Penggunaan klinis dan data kinetik tersedia Lebih baik menggunakan obat yang memiliki informasi lengkap. Beberapa obat telah lama digunakan tetapi informasi yang dibutuhkan belum mencukupi. 4. Harga Obat yang digunakan untuk terapi sebaiknya obat yang memiliki harga termurah.

35 15 5. Bentuk sediaan yang tersedia Hal ini merupakan masalah yang paling sering timbul. Sebagai contoh anak dengan usia dibawah 4 tahun belum dapat menggunakan inhaler, sehingga cara penghantaran obat yang lain perlu dipilih. 6. Risiko keracunan Risiko anak untuk keracunan setelah pemberian obat harus sudah dinilai. 7. Kombinasi produk Penggunaan dari sediaan kombinasi ini memiliki beberapa keuntungan antara lain menjadi lebih murah daripada kombinasi harga dari tiap-tiap komponen, ketaatan dapat ditingkatkan dengan mengurangi jumlah obat yang diberikan, mengurangi risiko efek samping obat, dan memungkinkan memperoleh efek kerja yang sinergis. Penggunaan kombinasi ini bagaimanapun tetap harus diawasi, karena dapat menimbulkan efek yang tak diinginkan (Rylance, 1987). D. Interaksi Obat Dalam pemilihan obat untuk pasien selain memperhatikan hal-hal di atas juga harus mempertimbangkan ada atau tidaknya interaksi dari agen terapi yang dipilih. Interaksi obat dapat terjadi jika 2 obat atau lebih diberikan secara bersama-sama sebagai contoh saat obat pertama diberikan memunculkan respon dan saat obat kedua diberikan maka respon obat menjadi terhambat hal ini menunjukan adanya interaksi obat. Interaksi obat dapat berupa potensiasi, antagonisme satu obat oleh obat lainnya, atau kadang efek terapi yang lain.

36 16 Interaksi obat mungkin diharapkan karena memberikan keuntungan dan dapat juga tidak diinginkan karena merugikan (Laurence, 1997). Interaksi obat dapat berupa interaksi farmasetik, interaksi farmakodinamik, dan interaksi farmakokinetik. 1. Interaksi farmasetik Interaksi farmasetik berhubungan dengan sifat fisika-kima dari obat. Suatu interaksi farmasetik dapat menyebabkan obat kehilangan potensinya, meningkatkan toksisitas ataupun efek samping. Biasanya interaksi terjadi di luar tubuh manusia dan menimbulkan salah satu obat menjadi tidak aktif (Collet dan Aulton, 1990). 2. Interaksi farmakodinamik Interaksi farmakodinamik dapat terjadi jika kedua obat bekerja pada satu sisi aktif (reseptor) yang sama. Interaksi dapat berupa antagonisme ataupun sinergisme. Antagonisme terjadi jika aksi salah satu obat melawan aksi obat yang lain. Terjadi jika kedua obat memiliki efek kerja yang berlawanan. Sinergisme dapat terjadi jika: a. kedua obat memiliki efek farmakodinamik yang sama b. potensiasi (membuat semakin kuat) jika obat yang satu meningkatkan kerja obat yang lainnya (Laurence, 1997). 3. Interaksi farmakokinetik Interaksi farmakokinetik terjadi jika satu obat mengubah absorpsi, distribusi, metabolisme atau ekskersi obat yang lain. Interaksi farmakokinetik dapat meningkatkan atau mengurangi jumlah obat yang tersedia dalam tubuh

37 17 (plasma). Interaksi farmakokinetik dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok: a. mempengaruhi absorpsi Interaksi dapat mengubah kecepatan absorpsi atau jumlah total obat yang diabsorpsi. Pengurangan jumlah total obat yang diabsorpsi dapat berakibat pada pengobatan yang tidak efektif b. perubahan ikatan protein plasma Sebagian besar obat terikat secara longgar pada protein plasma. Oleh karena ikatan protein tidak spesifik maka satu obat dapat menggeser obat lain dari ikatannya dengan protein plasma sehingga meningkatkan jumlah obat yang bebas untuk berdifusi dari plasma ke tempat kerjanya. Peningkatan khasiat akibat peristiwa ini hanya terdeteksi apabila obat terikat kuat pada protein plasma lebih dari 90% dan tidak terdistribusi secara luas dalam tubuh. c. mempengaruhi metabolisme Banyak obat dimetabolisme di hati. Induksi enzim mikrosom hati oleh suatu obat dapat mempengaruhi laju metabolisme obat lain. Penghentian obat penginduksi dapat menyebabkan kadar obat yang dipengaruhi meningkat dan toksisitas dapat terjadi. d. mempengaruhi ekskresi ginjal Obat dieliminasi melalui ginjal, baik secara filtrasi glomerulus maupun secara sekresi aktif di tubulus ginjal. Kompetisi ini terjadi antara obat-obat yang menggunakan mekanisme transpor aktif yang sama di tubulus proksimal. (Collet dan Aulton, 1990).

38 18 Interaksi obat berdasarkan waktu munculnya efek dari interaksi obat (onset) dapat digolongkan menjadi: 1. cepat (rapid) jika efek dari interaksi obat muncul dalam 24 jam setelah penggunaan obat 2. tertunda (delayed) jika efek dari interaksi obat muncul dalam beberapa hari atau minggu setelah penggunaan obat. Interaksi obat berdasarkan tingkat keparahan efek yang timbul akibat interaksi obat dapat dikelompokan menjadi: 1. utama (major) jika menimbulkan kerusakan pada tubuh yang menetap atau dapat menyebabkan kematian 2. sedang (moderate) jika menyebabkan semakin memburuknya kondisi pasien 3. kecil (minor) jika efek yang timbul menyusahkan atau hanya memberikan efek yang kecil Interaksi obat berdasarkan dokumentasi yang ada dapat digolongkan menjadi: 1. established jika interaksi obat yang timbul telah dibuktikan melalui suatu kontrol studi. 2. probable jika interaksi obat sangat mungkin terjadi tetapi tidak terbukti secara klinis 3. suspected jika interaksi obat mungkin muncul, terdapat beberapa data yang menunjukan adanya interaksi obat, membutuhkan penelitian yang lebih lanjut 4. possible jika dapat terjadi tetapi data yang menunjukan adanya interaksi obat sangat terbatas

39 19 5. unlikely jika interaksi obat yang terjadi masih diragukan, tidak ada bukti dari efek klinik yang muncul. (Tatro, 2001) E. Kombinasi Obat Menurut American Medical Association (AMA), 1994, peresepan kombinasi obat secara umum perlu memperhatikan beberapa hal, meliputi: 1. mengandung tidak lebih dari 3 macam obat dengan aksi farmakologis yang berbeda dan tidak boleh mengandung lebih dari satu macam obat dengan aksi farmakologis yang sama 2. setiap komponen aktif terdapat dalam dosis yang efektif dan aman serta mempunyai efek terapetik 3. kombinasi obat dapat diberikan untuk mengobati penyakit yang kompleks 4. kombinasi obat mempunyai nilai terapetik untuk mengatasi gejala sesuai dengan tipe dan tingkat keparahannya 5. interaksi obat yang merugikan antar komponen sudah diperhitungkan. Lebih khusus lagi, kombinasi antibiotika direkomendasikan pada keadaan sebagai berikut: 1. untuk memperoleh efek sinergistik 2. untuk memperluas spektrum kerja antibiotika 3. untuk mengatasi masalah resistensi terutama pada penyakit tuberkulosis.

40 20 F. Keterangan Empiris Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai penggunaan racikan untuk pasien pediatri di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang meliputi komposisi racikan, indikasi obat, dosis obat dan interaksi obat yang mungkin muncul serta memberikan gambaran tentang latar belakang penggunaan racikan untuk pasien pediatri di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.

41 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang evaluasi komposisi, indikasi, dosis, dan interaksi obat resep racikan untuk pasien pediatri Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta periode Juli 2007 termasuk penelitian non-eksperimental dengan rancangan penelitian bersifat deskriptif evaluatif. Penelitian ini disebut penelitian non-eksperimental karena penelitian ini hanya melakukan pengamatan terhadap sejumlah ciri (variabel) yang ada pada subyek penelitian tanpa adanya manipulasi atau intervensi dari peneliti. Rancangan penelitian pada penelitian ini adalah deskriptif evaluatif. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif karena penelitian ini menggambarkan dengan rinci fenomena yang terjadi tanpa menganalisis bagaimana dan mengapa fenomena tersebut terjadi, evaluatif karena penelitian ini menilai upaya penyehatan atau tindakan medik tertentu yang ada pada masyarakat (Pratiknya, 1986). Evaluasi dilakukan berdasarkan standar referensi terhadap komposisi, indikasi, dosis, dan interaksi obat resep racikan untuk pasien pediatri Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta periode Juli B. Definisi Operasional 1. Pasien pediatri adalah pasien di bangsal anak atau rawat jalan yang menjalani/ menerima pengobatan dari dokter anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. 21

42 22 2. Dokter anak adalah setiap dokter yang praktek di klinik kesehatan anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. 3. Resep dalam pembahasan penelitian ini bila tidak disebutkan lebih rinci berarti meliputi resep racikan dan resep bukan racikan. 4. Resep racikan adalah resep dengan komposisi campuran yang disiapkan/ diproduksi/ diracik di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta 5. Lembar resep racikan adalah catatan yang berisikan resep racikan. Dalam 1 lembar resep dapat berisi lebih dari satu resep racikan. 6. Racikan adalah campuran 2 obat atau lebih yang mengalami proses peracikan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesda dan frekuensi penggunaannya teramati lebih atau sama dengan 5 kali selama satu bulan pengamatan oleh 2 orang pengamat. 7. Periode Juli 2007 merupakan periode penelitian yang berlangsung dari tanggal 4 Juli Agustus Alasan/latar belakang pemilihan atau penggunaan racikan adalah sesuatu yang mendasari dokter anak ataupun apoteker dalam meresepkan dan menyediakan sediaan racikan dalam pengobatan untuk pasien pediatri di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. 9. Jenis racikan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan nama dagang obat. 10. Komposisi adalah komponen dan jumlah komponen yang terdapat dalam 1 jenis racikan. Dimana komponen yang ada menggunakan nama generik obat.

43 Kerasionalan resep racikan adalah kesesuaian atau ketepatan indikasi dan dosis untuk pasien pediatric serta tidak adanya kemungkinan timbulnya interaksi obat dari resep racikan. 12. Indikasi obat adalah manfaat atau efek terapi yang diberikan oleh obat jika obat digunakan dalam dosis terapi. Evaluasi indikasi berdasarkan referensi Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, Standar Pelayanan Medis Kelompok SMF Anak Rumah Sakit Bethesda, Drug Information Handbook, dan British National Formulary (BNF) Indikasi penggunaan adalah manfaat obat yang digunakan oleh dokter. Indikasi penggunaan didapatkan dari rekam medik pasien pada kolom diagnosa. 14. Dosis obat adalah takaran obat yang diberikan dokter anak kepada pasien pediatri di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Dosis obat meliputi dosis dan aturan pemakaian obat. Evaluasi dosis berdasarkan referensi Drug Information Handbook, British National Formulary (BNF) 52, Infomatorium Obat Nasional Indonesia tahun 2000, MIMS. 15. Interaksi obat adalah reaksi antara obat dengan senyawa kimia (obat lain) di dalam tubuh maupun di permukaan tubuh yang dapat mempengaruhi kerja obat jika digunakan bersamaan pada pengobatan pasien pediatri dalam bentuk racikan. Interaksi obat berdasarkan referensi Drug Interaction Fact, dan Stockley s Drug Interaction dan interaksi ini berupa interaksi farmakokinetik.

44 Data yang tidak dapat dievaluasi adalah data berat badan pasien, diagnosa dokter, dan dosis obat yang diberikan oleh dokter yang tidak tercantum dalam rekam medik pasien. C. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian evaluasi komposisi, indikasi, dosis, dan interaksi obat resep racikan untuk pasien pediatri Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta periode Juli 2007 dilakukan di Bangsal Anak dan di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Pada instalasi farmasi rawat jalan penelitian dilakukan di instalasi farmasi rawat jalan timur atas pada pukul WIB dan di instalasi farmasi rawat jalan timur bawah pada pukul WIB. Penelitian dilakukan selama 1 bulan dari tanggal 4 Juli Agustus D. Obyek Penelitian Populasi: 112 jenis racikan dalam 1069 lembar resep racikan Penggunaan 5 kali 19 jenis racikan dalam 466 lembar resep racikan 58 lembar resep racikan tidak tercantum rekam mediknya 19 jenis racikan dalam 408 lembar resep racikan 513 resep racikan bangsal anak 112 resep racikan rawat jalan 401 resep racikan Gambar 1. Bagan Obyek Penelitian

45 25 Populasi pada penelitian ini adalah resep racikan yang diresepkan oleh dokter anak untuk pasien pediatri di bangsal anak (rawat inap) dan di rawat jalan (instalasi farmasi rawat jalan). Populasi penelitian ini terdapat 112 jenis racikan dalam 1069 lembar resep racikan yang meliputi 974 lembar resep racikan di instalasi farmasi rawat jalan dan 95 rekam medik di bangsal anak. Obyek penelitian adalah resep racikan yang diresepkan oleh dokter anak untuk pasien pediatri di bangsal anak dan di instalasi farmasi rawat jalan dan mengandung racikan yang frekuensi penggunaannya teramati lebih atau sama dengan 5 kali selama 1 bulan oleh 2 orang pengamat. Sebesar 93 jenis racikan dalam 661 lembar resep racikan penggunaannya teramati kurang dari 5 kali. Terdapat 19 jenis racikan dalam 466 lembar resep racikan yang frekuensi penggunaannya teramati lebih atau sama dengan 5 kali. Data pada penelitian ini, untuk instalasi farmasi rawat jalan diperoleh melalui resep dan rekam medik pasien pediatri dan untuk rawat inap melalui rekam medik pasien. Di Instalasi farmasi rawat jalan terdapat sejumlah data yang hanya berasal dari resep saja tanpa adanya data pendukung dari rekam medik pasien sehingga data ini tidak diikutsertakan dalam penelitian ini. Dari 466 lembar resep racikan yang teramati, sejumlah 58 lembar resep racikan tidak memiliki data dari rekam medik pasien. Sejumlah 408 lembar resep racikan memiliki data dari resep dan rekam medik pasien. Dengan demikian obyek penelitian adalah 19 jenis racikan dalam 408 lembar resep racikan meliputi 321 lembar resep racikan di instalasi farmasi rawat jalan dan 87 rekam medik di bangsal anak. Dalam 408 lembar resep racikan ini

46 26 terdapat 513 resep racikan untuk pasien pediatri yang meliputi 112 resep racikan di bangsal anak dan 401 resep racikan di instalasi farmasi rawat jalan. Pemilihan frekuensi penggunaan lebih atau sama dengan 5 kali diasumsikan bahwa jenis racikan tersebut banyak digunakan untuk pasien anak di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. E. Bahan Penelitian Bahan penelitian yang digunakan adalah resep dan rekam medik pasien pediatri Rumah Sakit Bethesda yang menerima resep racikan selama periode Juli Data penunjang didapatkan dari hasil wawancara dokter, apoteker, dan asisten apoteker. F. Jalannya Penelitian Tahap orientasi Pengambilan data Pengolahan data Gambar 2. Tahap jalannya penelitian 1. Tahap Orientasi Tahap ini merupakan tahap awal jalannya penelitian. Tahap ini diawali dengan mencari informasi tentang penggunaan sediaan racikan untuk pasien pediatri di Rumah Sakit Bethesda. Pada tahap ini juga dilakukan penyesuaian teknis pengambilan data di instalasi farmasi rawat jalan dan di bangsal anak. Penyesuaian teknis pengambilan data ditujukan supaya proses pengambilan data

47 27 tidak mengganggu kegiatan pelayanan di bangsal anak dan di instalasi farmasi rawat jalan. Tahap orientasi ini berlangsung selama satu minggu. 2. Tahap pengambilan data Data yang diambil meliputi distribusi racikan, jumlah penggunaan dan komposisi racikan di bangsal anak dan di instalasi farmasi rawat jalan, jenis racikan, diagnosis, dosis obat, dan identitas pasien. Pengambilan data dilaksanakan secara accidental, data diamati oleh 2 orang pengamat pada saat pengambilan data berlangsung. Bahan penelitian yang diamati adalah resep untuk melihat jenis obat, komposisi racikan dan dosis obat, rekam medik untuk melihat diagnosa dokter dan identitas pasien berupa berat badan dan umur pasien. Selain melakukan pengamatan terhadap resep racikan pediatri, pada penelitian ini juga dilakukan wawancara terhadap apoteker dan dokter anak untuk mengetahui latar belakang penggunaan sediaan racikan untuk anak-anak di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. 3. Tahap pengolahan data Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel yang memuat komposisi racikan, dosis obat, diagnosa dokter, berat badan, umur pasien, dan interaksi obat yang mungkin terjadi. Data tersebut dicatat setiap hari selama satu bulan penelitian. Data tersebut digunakan untuk mengevaluasi komposisi, indikasi, dosis, dan interaksi obat yang mungkin terjadi.

48 28 G. Tata Cara Analisis Hasil Data yang diperoleh kemudian diolah dengan cara: menghitung presentase distribusi racikan di Bangsal Anak dan Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda, menghitung komposisi racikan dan jumlah penggunaannya, mengevaluasi kesesuaian indikasi obat, dosis, dan adanya interaksi obat. 1. Presentase distribusi racikan Perhitungan distribusi racikan dilakukan dengan mencatat jumlah resep racikan dan tidak racikan untuk pasien pediatri selama satu hari di bangsal anak dan di instalasi farmasi rawat jalan. Dengan menjumlahkan resep racikan dan tidak racikan selama satu hari akan didapatkan jumlah resep racikan untuk pasien pediatri selama satu hari. Presentase penggunaan resep racikan dihitung dengan membandingkan antara jumlah penggunaan resep racikan dengan jumlah resep selama satu hari. Kemudian dilakukan rata-rata presentase penggunaan resep racikan setiap hari selama satu bulan. 2. Komposisi dan jumlah penggunaan racikan Evaluasi tentang komposisi dilakukan dengan menghitung komposisi racikan yang digunakan untuk pasien pediatri di bangsal anak dan di instalasi farmasi rawat jalan. Selain itu dilakukan juga perhitungan terhadap jumlah penggunaan resep racikan untuk pasien pediatri di bangsal anak dan di instalasi farmasi rawat jalan.

49 29 3. Indikasi obat Evaluasi indikasi obat dilakukan tanpa wawancara dengan dokter, dengan cara membandingkan indikasi yang digunakan oleh dokter (diagnosa dokter) dengan indikasi yang ada pada referensi. Referensi yang digunakan adalah Drug Information Handbook, BNF 52, IONI 200, MIMS, Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, dan Standar Pelayanan Medis Kelompok SMF Anak Rumah Sakit Bethesda. Racikan yang digunakan sesuai dengan indikasi referensi selanjutnya akan dievaluasi ketepatan penggunaan dosisnya. 4. Dosis obat Evaluasi dosis dilakukan tanpa wawancara dengan dokter, dengan cara membandingkan dosis yang ada pada peresepan dengan dosis yang ada pada buku standar. Buku standar yang digunakan adalah Drug Information Handbook, BNF 52, IONI 200, dan MIMS. Untuk menghitung dosis untuk anak-anak jika tidak diketahui dosis anak per kilogram berat badan menggunakan rumus perhitungan dosis berdasarkan berat badan (Dalil Clark): berat badan anak dosis anak = 70 x dosis dewasa 5. Interaksi Obat Evaluasi interaksi dilakukan berdasarkan kombinasi obat yang diracik bersama-sama, kemudian dibandingkan dengan data kombinasi obat yang potensial menimbulkan interaksi obat yang terdapat pada buku Drug reinteraction Fact, dan Stockley s Drug Interaction.

50 30 H. Kesulitan Penelitian Pada tahap pengambilan data dalam penelitian ini, peneliti menemui beberapa kesulitan. Kesulitan yang peneliti temui antara lain peneliti kesulitan membaca tulisan dokter yang berada di resep ataupun di rekam medik pasien. Selain itu, peneliti sering menemui beberapa istilah yang tidak dimengerti di rekam medik pasien. Kesulitan ini dapat diatasi dengan bertanya pada asisten apoteker yang bertugas di rawat jalan, petugas di rekam medik, dan perawat yang bertugas di bangsal anak. Peneliti juga menemui kesulitan saat mengevaluasi data karena adanya data yang tidak lengkap di catatan rekam medik pasien. Data yang tidak lengkap ini dapat berupa tidak adanya data berat badan pasien ataupun diagnosa dari dokter. Kesulitan lain yang peneliti temui adalah kesulitan pada saat mengevaluasi indikasi. Indikasi penggunaan pada penelitian ini didasarkan pada diagnosa yang tertera di rekam medik pasien. Kurangnya informasi mengenai indikasi penggunaan dari tiap obat racikan dan mengingat 1 obat dapat memiliki beberapa indikasi, peneliti mengalami kesulitan untuk menentukan indikasi penggunaan dari setiap obatnya. Selain itu peneliti kurang memiliki pengalamam klinik sehingga untuk menentukan indikasi penggunaan dari tiap obat racikan peneliti mengalami kesulitan. Hal lain yang menyebabkan peneliti mengalami kesulitan untuk menentukan indikasi penggunaan dari tiap obat adalah peneliti tidak mengetahui dengan tepat kondisi pasien karena pada penelitian ini data diambil dari rekam medik pasien tanpa melihat kondisi pasien secara langsung.

51 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian tentang evaluasi komposisi, indikasi, dosis, dan interaksi obat resep racikan untuk pasien pediatri Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Juli 2007 dilakukan dengan mencatat secara langsung resep racikan pasien pediatri di bangsal anak melalui rekam medik dan di instalasi farmasi rawat jalan melalui resep. Hasil penelitian ini terdiri dari 6 bagian. Bagian pertama berisi tentang latar belakang penggunaan racikan pada pasien pediatri. Bagian kedua berisi tentang jumlah penggunaan racikan untuk pasien pediatri. Bagian ketiga berisi komposisi dan jumlah komposisi racikan untuk pasien pediatri. Bagian keempat berisi tentang ketepatan indikasi obat. Bagian kelima berisi tentang kesesuaian dosis dan bagian keenam berisi tentang interaksi obat yang mungkin terjadi secara teoritis. A. Latar Belakang Penggunaan Racikan pada Pasien Pediatri 1. Dokter Berdasarkan wawancara dengan dokter anak di Rumah Sakit Bethesda terdapat beberapa alasan tentang penggunaan racikan untuk pasien pediatri (lihat lampiran 7). Alasan penggunaan sediaan racikan untuk pasien pediatri antara lain: 31

52 32 a. penggunaan racikan memudahkan pemberian obat untuk pasien yang menerima beberapa jenis obat dan penggunaan racikan lebih efisien dan nyaman bagi pasien b. penggunaan racikan dalam terapi memberikan hasil yang lebih baik daripada obat diberikan sendiri-sendiri c. ketepatan dosis, dimana dosis dapat disesuaikan dengan berat badan dan kondisi penyakit pasien d. sesuai untuk anak yang belum dapat menelan tablet dan harga racikan lebih murah daripada sediaan sirup untuk anak-anak. Dalam memilih obat untuk digabungkan menjadi 1 jenis racikan pihak dokter telah mempertimbangkan dosis pemakaian, interaksi obat, kontraindikasi, dan kesesuaian obat dengan penyakit. Dalam 1 jenis racikan tidak ada jumlah maksimal obat yang diracik. Jumlah obat yang diracik disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Satu pasien pediatri dapat menerima 1 sampai 5 jenis racikan tergantung penyakit pasien. Penentuan dosis untuk pasien pediatri didasarkan pada berat badan, umur, dan kondisi penyakit pasien. Dalam meresepkan sediaan racikan dokter sudah mempertimbangkan adanya interaksi obat yang mungkin terjadi. Untuk stabilitas sediaan racikan, dokter kurang mempertimbangkan karena hal ini sudah dikaji oleh bagian farmasi. Oleh karena itu, jika ada interaksi dalam racikan dan ketidakstabilan dari sediaan racikan diharapkan pemberitahuan dari pihak farmasi sehingga dapat dilakukan penggantian obat. Dibutuhkan komunikasi antara dokter dan farmasis untuk mengatasi masalah adanya interaksi

53 33 obat secara farmasetik, farmakodinamik, dan farmakokinetik sehingga dapat memberikan terapi yang optimal untuk pasien. Dari wawancara diketahui bahwa dalam memberikan obat sediaan racikan dokter menghitung dosis berdasarkan berat badan. Pemberian dosis obat berdasarkan berat badan pasien dirasa lebih tepat dalam pemberiannya dibandingkan pemberian dosis berdasarkan umur. Selain itu dokter juga telah mempertimbangkan kenyamanan dan kepatuhan pasien dalam menggunakan obat. Dalam pemberian racikan juga harus dipertimbangkan tentang jumlah obat yang diracik, dalam hal ini dokter tidak memiliki jumlah maksimal obat yang diracik. Semakin banyak obat yang diracik kemungkinan terjadi interaksi antara komposisi dalam racikan akan semakin besar. Selain itu, kestabilan dari sediaan racikan hendaknya juga dipertimbangkan. Jika sediaan racikan tidak stabil maka dapat berpengaruh pada keberhasilan terapi yang diberikan. 2. Apoteker Proses pembuatan racikan dilakukan di instalasi farmasi. Terdapat dua jenis racikan di Rumah Sakit Bethesda yaitu racikan standar dan racikan tidak standar. Racikan standar Rumah Sakit Bethesda merupakan racikan yang telah disepakati oleh dokter dan farmasi dan diproduksi oleh instalasi farmasi dalam jumlah yang cukup besar. Racikan tidak standar merupakan racikan yang diracik oleh instalasi farmasi jika ada permintaan dari dokter. Berdasarkan wawancara, latar belakang penggunaan sediaan racikan untuk pasien pediatri di Rumah Sakit Bethesda antara lain: a. komposisi obat paten yang tersedia di pasaran kurang mendukung

54 34 b. permintaan dari dokter, berdasarkan pengalaman dokter sediaan racikan sesuai untuk pasien. Latar belakang disediakannya racikan standar Rumah Sakit Bethesda antara lain untuk efisiensi waktu pelayanan, racikan tersebut sering diresepkan oleh dokter, dan tidak adanya komposisi racikan tersebut di pasaran. Produksi racikan standar Rumah Sakit Bethesda biasanya dilakukan 1 minggu sekali dengan jumlah produksi 120 bungkus untuk puyer, 100 atau 500 kapsul untuk produksi kapsul, dan produksi sirup yang disesuaikan dengan permintaan dari satelit-satelit farmasi. Dalam pembuatan racikan standar Rumah Sakit Bethesda ini telah dipertimbangkan kemungkinan terjadinya interaksi obat secara farmasetik. Pelayanan resep racikan di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda membutuhkan waktu 10 menit untuk racikan standar Rumah Sakit Bethesda dan 45 menit untuk racikan tidak standar. Dalam 1 hari instalasi farmasi dapat melayani resep racikan. Pembuatan racikan di instalasi farmasi rawat mempertimbangkan adanya interaksi obat secara farmasetik, farmakodinamik, dan farmakokinetik. Jika ditemukan adanya interaksi obat biasanya akan dilakukan pemisahan dalam pembuatan racikan dan hal ini diberitahukan ke dokter yang meresepkan racikan tersebut. Dalam pembuatan racikan untuk pasien pediatri ditemukan adanya peracikan ulang dari tablet yang disalut. Berdasarkan wawancara, latar belakang peracikan dari tablet salut karena obat tersebut hanya tersedia dalam bentuk tablet salut. Peracikan tablet salut gula ataupun film masih diperbolehkan sedangkan

55 35 untuk tablet salut enterik tidak boleh dilakukan peracikan ulang. Jika ada resep racikan yang komposisinya terdapat tablet salut enterik, akan dilakukan pemberitahuan ke dokter. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa instalasi farmasi memproduksi racikan atas dasar permintaan dari dokter dan tidak tersedianya obat di pasaran dengan komposisi yang mendukung. Dalam memproduksi sediaan racikan farmasis telah memperhatikan adanya interaksi obat yang mungkin terjadi. Ketidakstabilan dari racikan yang dihasilkan hendaknya diperhatikan oleh farmasis. Jika terjadi ketidakstabilan hendaknya dilakukan komunikasi dengan dokter untuk dilakukan penggantian obat ataupun pemisahan racikan. B. Penggunaan Racikan pada Pasien Pediatri 1. Jumlah penggunaan racikan Racikan untuk pasien pediatri di Rumah Sakit Bethesda digunakan pada pasien di bangsal anak dan rawat jalan. Untuk pasien pediatri bentuk sediaan racikan yang sering digunakan adalah sirup, suspensi, dan pulveres (puyer). Selain menggunakan racikan, dalam terapi pada pasien pediatri, juga menggunakan obat yang bukan racikan. Obat yang tidak diracik tersebut biasanya berupa obat yang di jual di pasaran seperti sirup obat batuk, penurun demam, antibiotika, dan multivitamin. Terapi pada pasien pediatri lebih banyak menggunakan obat racikan daripada menggunakan obat bukan racikan. Dari gambar 3 diketahui penggunaan

56 36 oabt racikan untuk terapi pada pasien pediatri di instalasi farmasi rawat jalan lebih banyak dibandingkan dengan penggunaan obat bukan racikan 22% 78% racikan tidak racikan Gambar 3. Rata-rata Distribusi Penggunaan Obat pada Pasien Pediatri di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Juli % 52% racikan tidak racikan Gambar 4. Rata-rata Distribusi Penggunaan Obat pada Pasien Pediatri di Bangsal anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Juli 2007 Di bangsal anak penggunaan obat racikan dan bukan racikan cukup seimbang, berbeda dengan penggunaan di rawat jalan yang lebih banyak menggunakan obat racikan untuk pasien pediatri dibandingkan dengan obat bukan racikan. Obat racikan yang banyak digunakan dalam bentuk pulveres (puyer), sedangkan bentuk sediaan sirup jarang digunakan. Obat bukan racikan banyak digunakan dalam bentuk sirup, obat tetes, dan tablet.

57 37 C. Komposisi dan Jumlah Komposisi Resep Racikan untuk Pasien Pediatri 1. Komposisi dan junlah komposisi racikan Terdapat 19 jenis racikan untuk pasien pediatri yang digunakan di bangsal anak dan di instalasi farmasi rawat jalan meliputi 6 jenis racikan standar Rumah Sakit Bethesda dan 13 jenis tidak standar. Racikan standar Rumah Sakit Bethesda adalah racikan yang telah disepakati oleh dokter dan farmasi dan diproduksi dalam jumlah besar oleh instalasi farmasi. Jenis-jenis racikan standar yang digunakan untuk pasien pediatri adalah: a. ketotifen dan siproheptadin ada 2 jenis dosis yaitu ½ tablet dan ¼ tablet, ¼ tablet dan 1 / 8 tablet b. parasetamol dan fenobarbital yang terdiri dari 5 jenis dosis yaitu: 1 / 6 tablet dan 10mg, 1 / 5 tablet dan 10mg, ¼ tablet dan 15mg, 1 / 3 tablet dan 15mg, ½ tablet dan 15mg c. siproheptadin dan ko-enzim B 12 yang terdapat dalam 2 dosis yaitu ½ tablet dan ½ kapsul, ¼ tablet dan ¼ kapsul d. ketotifen dan setrizin yang terdapat dalam 2 dosis yaitu ½ tablet dan ½ tablet, ¼ tablet dan ¼ tablet e. ketotifen, siproheptadin, dan setrizin yang terdapat dalam 2 dosis yaitu ½ tablet, ¼ tablet serta ½ tablet dan ¼ tablet, 1 / 8 tablet serta ¼ tablet f. parasetamol, deksametason, karbazokrom Na sulfonat dan vitamin K yang teradapat dalam 4 dosis yaitu 100mg, 2 / 5 tablet, 1 / 5 tablet, dan 1 / 5 tablet,

58 38 150mg, ½ tablet, ¼ tablet, dan ¼ tablet, 200mg, 2 / 3 tablet, 1 / 3 tablet, dan 1 / 3 tablet, 250mg, ½ tablet, ½ tablet, dan ½ tablet. Racikan tidak standar adalah racikan yang diproduksi oleh instalasi farmasi jika ada permintaan dari dokter. Jenis-jenis racikan tidak standar untuk pasien pediatri adalah: a. pirazinamid dan ko-enzim B 12 b. colistin dan vitamin B 1 c. ketotifen, setrizin, dan ko-enzim B 12 d. ketotifen, setrizin, prokaterol HCl e. rifampisin, isoniazid, dan vitamin B 6 f. eritromisin, homoklorsiklizin HCl, dekstrometorfan g. isoniazid, vitamin B 6, dan ko-enzim B 12 h. aminofilin, deksametason, dan prokaterol HCl i. rifampisin, isoniazid, vitamin B 6, dan siproheptadin j. eritromisin, prokaterol HCl, ambroksol, dekstrometorfan k. eritromisin, prokaterol HCl, dekstrometorfan, homoklorsiklizin HCl l. sirup thymi, mebhidrolina napadisilat, ketotifen, gliseril guaiakolat, dan terbutalin m. pseudoefedrin, terfenadin, ambroksol, homokorsiklizin HCl, metil prednisolon.

59 39 Tabel I. Komposisi dan Jumlah Komposisi Racikan untuk Pasien Pediatri Di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Periode Juli 2007 No Jumlah Jumlah Komposisi Komposisi penggunaan 1 Ketotifen + Siproheptadin Parasetamol + Fenobarbital Ketotifen + Setrizin 32 4 Siproheptadin + Ko-enzim B Pirazinamid + Ko-enzim B Ketotifen + Setrizin + Ko-enzim B Ketotifen + Siproheptadin + setrizin 21 8 Ketotifen + Setrizin + Prokaterol HCl 7 9 Rifampisin + Isoniazid + Vitamin B Eritromisin + Homoklorsiklizin HCl + 6 Dekstrometorfan 11 Isoniazid + Vitamin B 6 + Ko-enzim B Aminofilin + Deksametason + Prokaterol HCl 1 13 Rifampisin + Isoniazid + Vitamin B Siproheptadin 14 Parasetamol + Deksametason + Karbazokrom 6 Na sulfonat + Vitamin K 4 15 Eritromisin + Prokaterol HCl + 6 Dekstrometorfan + Ambroksol 16 Eritromisin + Prokaterol HCl + 5 Dekstrometorfan + Homoklorsiklizin HCl 17 Sirup thymi + Mebhidrolina napadisilat + 2 Ketotifen + Gliseril guaiakolat + Terbutalin 5 18 Pseudoefedrin + Terfenadin + Ambroksol + 6 Homoklorsiklizin HCl + Metil prednisolon Tabel II. Komposisi dan Jumlah Komposisi Racikan untuk Pasien Pediatri Di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Juli 2007 No Jumlah Komposisi Komposisi Jumlah Penggunaan 1 Parasetamol + Fenobarbital 75 2 Ketotifen + Siproheptadin Colistin (Polimiksin B sulfat) + Vitamin B Siproheptadin + Ko-enzim B Parasetamol + Deksametason + Karbazokron 9 4 Na sulfonat + Vitamin K

60 40 Tabel III. Total Komposisi dan Jumlah Komposisi Racikan untuk Pasien Pediatri Di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Juli 2007 No Jumlah Komposisi Komposisi Jumlah Penggunaan 1 Parasetamol + Fenobarbital Ketotifen + Siproheptadin Siproheptadin + Ko-enzim B Pirazinamid + Ko-enzim B Ketotifen + Setrizin 32 6 Colistin (Polimiksin B sulfat) + Vitamin B Ketotifen + Setrizin + Ko-enzim B Ketotifen + Siproheptadin + Setrizin 21 9 Ketotifen + Setrizin + Prokaterol HCl 7 10 Rifampisin + Isoniazid + Vitamin B Eritromisin + Homoklorsiklizin HCl + 6 Dekstrometorfan 12 Isoniazid + Vitamin B 6 + Ko-enzim B Aminofilin + Deksametason + Prokaterol HCl 1 14 Rifampisin + Isoniazid + Vitamin B Siproheptadin 15 Parasetamol +Deksametason + Karbazokrom 15 Na sulfonat + Vitamin K 4 16 Eritromisin + Prokaterol HCl + Ambroksol + 6 Dekstrometorfan 17 Eritromisin + Prokaterol HCl + 5 Dekstrometorfan + Homoklorsiklizin HCl 18 Sirup thymi + Mebhidrolina napadisilat + 2 Ketotifen + Gliseril guaiakolat + Terbutalin 5 19 Pseudoefedrin + Terfenadin + Ambroksol + 6 Homoklorsiklizin HCl + Metil prednisolon Racikan untuk pasien pediatri lebih banyak digunakan pada pasien pediatri di rawat jalan daripada pasien di bangsal anak. Selain jumlah penggunaan yang lebih banyak, racikan untuk pasien pediatri di rawat jalan memiliki jenis racikan yang lebih beragam dibandingkan dengan jenis racikan di bangsal anak. Di rawat jalan terdapat 18 jenis racikan untuk pasien pediatri yang meliputi 5 jenis racikan dengan 2 komposisi, 7 jenis racikan dengan 3 komposisi, 4 jenis racikan dengan 4 komposisi, dan 2 jenis racikan dengan 5 komposisi. Di bangsal anak

61 41 terdapat 5 jenis racikan yang meliputi 4 jenis racikan dengan 2 komposisi dan 1 jenis racikan dengan 4 komposisi. Seperti pada gambar 5, di bangsal anak dan instalasi farmasi rawat jalan racikan dengan 2 komposisi lebih banyak digunakan daripada racikan dengan 3 komposisi atau lebih. Penggunaan racikan dengan 2 komposisi sejumlah 417 penggunaan, 3 komposisi sejumlah 74 penggunaan, 4 komposisi sejumlah 81 penggunaan, dan 5 komposisi sejumlah 16 penggunaan 300 JumlahPenggunaan Rawat jalan Rawat Inap Jumlah Komposisi Gambar 5. Perbandingan Jumlah Komposisi dan Jumlah Penggunaan Racikan pada Pasien Pediatri Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta periode Juli 2007 D. Indikasi Obat Dalam memilih terapi untuk pasien pediatri perlu diperhatikan ketepatan pemilihan obat dengan diagnosa yang diberikan. Jika agen terapi yang dipilih dengan diagnosa tidak sesuai maka kesembuhan/ keberhasilan terapi sulit tercapai. Ketidaksesuaian terapi dengan kondisi pasien dapat mempengaruhi kesembuhan pasien. Jika obat yang diberikan tidak tepat indikasi maka dapat menyebabkan pasien tidak sembuh dari penyakitnya ataupun proses kesembuhan

62 42 pasien dapat berlangsung lama. Ketepatan pemilihan obat diperlukan dalam menentukan kerasionalan terapi. Beberapa jenis racikan yang digunakan untuk terapi pada pasien pediatri di Instalasi Farmasi Rawat Jalan dan Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Juli 2007 tidak sesuai ataupun kurang sesuai antara indikasi penggunaan dengan indikasi dari referensi. Ketidaksesuaian indikasi obat dengan keadaan penyakit pasien dapat menyebabkan terapi yang diberikan yang tidak optimal. Evaluasi indikasi dilakukan dengan membandingkan indikasi referensi dari obat racikan dengan indikasi penggunaan obat racikan tersebut yang didapat dari diagnosa dokter dan evaluasi ini dilakukan tanpa adanya wawancara dengan dokter. Dalam evaluasi indikasi hanya dilakukan pada obat racikan. Terapi untuk pasien pediatri tidak hanya menggunakan obat racikan tetapi juga menggunakan obat bukan racikan. Evaluasi yang dilakukan hanya pada obat racikan dan tidak pada obat bukan racikan menimbulkan kesulitan saat menentukan indikasi penggunaan dari obat racikan. Kesulitan tersebut dapat terjadi karena 1 orang pasien dapat menerima lebih dari satu obat (berupa obat racikan dan bukan racikan) dan terbatasnya diagnosa yang tercantum di rekam medik pasien menimbulkan kesulitan menentukan indikasi penggunaan dari obat racikan. Selain itu kesulitan penentuan indikasi penggunaan juga disebabkan oleh tidak lengkapnya data diagnosa yang tercantum di rekam medik pasien sehingga tidak diketahui indikasi penggunaan dari tiap-tiap obat yang diberikan. Adanya perbedaan antara diagnosa dan indikasi penggunaan obat juga menyebabkan

63 43 kesulitan untuk menentukan indikasi penggunaan obat racikan. Satu jenis obat dapat memiliki beberapa indikasi yang berkaitan dengan diagnosa dokter, hal ini menyebabkan sulitnya dalam menentukan indikasi penggunaan obat racikan. 1. Rawat jalan Seperti pada tabel 4, terdapat 5 jenis racikan untuk pasien pediatri di instalasi farmasi rawat jalan yang terdiri dari 2 komposisi. Lima jenis racikan ini digunakan sebanyak 259 penggunaan. Penggunaan racikan yang tidak sesuai dengan indikasi referensi sebesar 212 penggunaan, penggunaan racikan yang sesuai dengan indikasi referensi sebesar 35 penggunaan, dan yang tidak dapat dievaluasi sebesar 12 penggunaan. Penggunaan racikan dengan komposisi parasetamol dan fenobarbital untuk terapi demam kurang sesuai dengan indikasi referensi. Racikan dengan komposisi parasetamol dan fenobarbital memiliki indikasi referensi untuk terapi kejang demam. Untuk terapi demam yang tidak disertai kejang pemberian fenobarbital tidak diperlukan. Untuk racikan dengan komposisi ketotifen dan setrizin penggunaan untuk bronkopneumonia dan bronkitis kurang sesuai dengan indikasi referensi. Racikan dengan komposisi ketotifen dan setrizin memiliki indikasi referensi sebagai antialergi dan bronkodilator. Jika digunakan untuk terapi bronkopneumonia dan bronkitis maka penggunaan setrizin tidak diperlukan, ketotifen dapat diberikan sebagai bronkodilator mengingat adanya gejala sesak nafas pada kedua jenis penyakit tersebut. Racikan dengan komposisi pirazinamid dan ko-enzim B 12 memiliki indikasi penggunaan untuk terapi tuberkulosis sehingga penggunaan untuk terapi bronkitis dan bronkopneumonia tidak sesuai.

64 44 Tabel IV. Perbandingan antara Indikasi Penggunaan dengan Indikasi Berdasarkan Referensi Resep Racikan yang Terdiri dari 2 Komposisi untuk Pasien Pediatri di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Juli 2007 Komposisi racikan (jumlah kasus) Ketotifen + Siproheptadin (113) Parasetamol + Fenobarbital (72) Ketotifen + Setrizin (32) Ko-enzim B 12 + Siproheptadin (22) Pirazinamid + Ko-enzim B 12 (20) Indikasi Referensi Antialergi, bronkodilator Indikasi Penggunaan Bronkitis asmatis/asma Batuk, ISPA, pilek Tidak ada diagnosa dokter Kejang demam Kejang demam Antialergi, bronkodilator Antihistamin, anorexia Tuberkulosis, anoreksia Demam Tidak ada diagnosa dokter Asma dan urtikaria Bronkopneumonia, batuk, pilek, bronkitis Tidak ada diagnosa dokter Urtikaria Demam, diare, ISPA Tidak ada diagnosa dokter Tuberkulosis Bronkopneumonia, bronkitis, batuk Tidak ada diagnosa dokter Keterangan (jumlah penggunaan) Sesuai (16) Tidak sesuai (93) Tidak dapat dievaluasi (4) Sesuai (7) Tidak sesuai (63) Tidak dapat dievaluasi (2) Sesuai (4) Tidak sesuai (27) Tidak dapat dievaluasi (1) Sesuai (1) Tidak sesuai (19) Tidak dapat dievaluasi (2) Sesuai (7) Tidak sesuai (10) Tidak dapat dievaluasi (3) Sesuai dengan indikasi referensi, racikan dengan komposisi ketotifen dan siproheptadin dapat digunakan untuk terapi penyakit asma dan alergi. Pada

65 45 penggunaannya racikan tersebut tak hanya digunakan untuk terapi penyakit asma dan alergi tetapi juga digunakan untuk terapi penyakit seperti batuk, pilek, dan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Penggunaan racikan ketotifen dan siproheptadin untuk terapi batuk, pilek, dan ISPA yang tidak disertai dengan alergi tidak sesuai dengan indikasi referensi yaitu untuk terapi asma dan alergi. Terdapat 7 jenis racikan yang terdiri dari 3 komposisi seperti pada tabel 5 yang penggunaannya sebesar 68 penggunaan. Dari 68 kasus tersebut, sejumlah 51 kasus penggunaannya tidak sesuai dengan indikasi referensi. Penggunaan yang sesuai dengan indikasi referensi sebesar 12 penggunaan dan yang tidak dapat dievaluasi sejumlah 5 penggunaan. Racikan dengan 5 komposisi seperti ko-enzim B 12, setrizin, dan ketotifen, sesuai dengan indikasi referensi dapat digunakan untuk terapi asma, alergi, dan anoreksia. Pada penggunaannya, racikan ini digunakan untuk terapi pilek, bronkitis, dan bronkopneumonia. Racikan ini digunakan tidak sesuai dengan indikasi referensi yang ada yaitu ketotifen untuk bronkodilator, setrizin sebagai obat antialergi, dan ko-enzim B 12 untuk terapi anoreksia. Ada 2 jenis racikan yang digunakan sesuai dengan indikasi referensi yaitu racikan dengan komposisi rifampisin, isoniazid, vitamin B 6 dan racikan dengan komposisi isoniazid, vitamin B 6, ko-enzim B 12 yang digunakan untuk terapi tuberkulosis, penggunaannya telah sesuai dengan indikasi referensi untuk terapi penyakit tuberkulosis. Rifampisin dan isoniazid merupakan antibiotik yang penggunaannya ditujukan untuk terapi penyakit tuberkulosis.

66 46 Tabel V. Perbandingan antara Indikasi Penggunaan dengan Indikasi Berdasarkan Referensi Resep Racikan yang Terdiri dari 3 Komposisi untuk Pasien Pediatri di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Juli 2007 Komposisi racikan (jumlah kasus) Ko-enzim B 12 + Isoniazid + Vitamin B 6 (5) Indikasi Referensi Indikasi Penggunaan Tuberkulosis Tuberkulosis Tidak ada diagnosa dokter Keterangan (jumlah penggunaan) Sesuai (4) Tidak dapat dievaluasi (1) Ko-enzim B 12 + Setrizin + Ketotifen (22) Antialergi, profilaksis asma Pilek, bronkitis, bronkopneumonia Tidak sesuai (22) Ketotifen + Setrizin + Siproheptadin (21) Antialergi, profilaksis asma Asma Batuk, ISPA, pilek Tidak ada diagnosa dokter Sesuai (2) Tidak sesuai (17) Tidak dapat dievaluasi (2) Ketotifen + Prokaterol HCl + Setrizin (7) Bronkodilator (asma), Antialergi Pilek, bronkitis Tidak ada diagnosa dokter Tidak sesuai (5) Tidak dapat dievaluasi (2) Deksametason + Aminofilin + Prokaterol HCl (1) asma Muntah Tidak sesuai (1) Dekstrometorfan + Eritromisin + Homoklorsiklizin HCl (6) Antibiotik, antitusif, antialergi ISPA, batuk Tidak sesuai (6) Rifampisin + isoniazid + Vitamin B 6 (6) Tuberkulosis Tuberkulosis Sesuai (6)

67 47 Tabel VI. Perbandingan antara Indikasi Penggunaan dengan Indikasi Berdasarkan Referensi Resep Racikan yang Terdiri dari 4 Komposisi untuk Pasien Pediatri di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Juli 2007 Komposisi racikan (jumlah kasus) Rifampisin + Siproheptadin + vitamin B 6 + Isoniazid (49) Parasetamol + Deksametason + Vitamin K + Karbazokron Na sulfonat (6) Eritromisin + Prokaterol HCl + Ambroksol + Dekstrometorfan (6) Eritromisin + Prokaterol HCl + Dekstrometorfan + Homoklorsiklizin HCl (5) Indikasi Referensi Tuberkulosis, antialergi Demam, mencegah terjadinya pendarahan, reaksi radang Antibiotik, mukolitik, antitusif, bronkodilator (asma) Antibiotik, mukolitik, antitusif, bronkodilator (asma) Indikasi Penggunaan Tuberkulosis Bronkitis, batuk, bronkopneumonia Tidak ada diagnosa dokter epilepsi, demam tanpa pendarahan Keterangan (jumlah penggunaan) Sesuai (27) Tidak sesuai (18) Tidak dapat dievaluasi (4) Tidak sesuai (6) Batuk, ISPA Tidak sesuai (6) Batuk, pilek, ISPA Tidak sesuai (5) Ada 4 jenis racikan untuk pasien pediatri di instalasi farmasi rawat jalan yang terdiri dari 4 komposisi. Empat jenis racikan ini digunakan sebanyak 66 penggunaan. Sejumlah 35 penggunaan, penggunaannya tidak sesuai dengan indikasi referensi. Sejumlah 27 penggunaan, penggunaannya sesuai dengan indikasi referensi. Untuk penggunaan yang tak dapat dievaluasi berjumlah 4 penggunaan. Penggunaan yang sesuai dengan indikasi referensi terdapat pada penggunaan racikan rifampisin, isoniazid, vitamin B 6, dan siproheptadin yang digunakan untuk terapi tuberkulosis. Selain untuk terapi tuberkulosis, racikan ini

68 48 juga memiliki indikasi penggunaan untuk terapi batuk, bronkitis dan bronkopneumonia. Penggunaan untuk terapi penyakit batuk, bronkitis, dan bronkopneumonia ini tidak sesuai dengan indikasi referensi. Pada indikasi referensi rifampisin dan isoniazid digunakan sebagai antibiotika pada penyakit tuberkulosis dan siproheptadin digunakan sebagai obat antialergi. Tabel VII. Perbandingan antara Indikasi Penggunaan dengan Indikasi Berdasarkan Referensi Resep Racikan yang Terdiri dari 5 Komposisi untuk Pasien Pediatri di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Juli 2007 Komposisi racikan (jumlah kasus) Pseudoefedrin + Terfenadin + Ambroksol + Homoklorsiklizin Hcl + Metil prednisolon (6) Mebhidrolina napadisilat + Gliseril guaiakolat + Sirup thymi + Ketotifen + Terbutalin (2) Indikasi Referensi Batuk, radang Antialergi, ekspektoran pilek, Indikasi Penggunaan Batuk pilek Batuk Keterangan (jumlah penggunaan) Sesuai (3) Tidak sesuai (3) Muntah, ISPA Tidak sesuai (2) Terdapat 2 jenis racikan untuk pasien pediatri di instalasi farmasi rawat jalan yang terdiri dari 5 komposisi. Dua jenis racikan ini digunakan sebanyak 8 penggunaan. Dari 8 penggunaan ini 5 penggunaan tidak sesuai dengan indikasi referensi, 3 penggunaan sesuai dengan indikasi referensi. Racikan dengan komposisi sirup thymi, mebhidrolina napadisilat, ketotifen, gliseril guaiakolat, dan terbutalin memiliki indikasi referensi untuk terapi alergi dan batuk berdahak. Pada penggunaannya, racikan ini digunakan untuk terapi muntah dan demam. Indikasi

69 49 penggunaan ini belum sesuai dengan indikasi referensi yang ada. Racikan dengan komposisi sirup thymi, mebhidrolina napadisilat, ketotifen, gliseril guaiakolat, dan terbutalin merupakan satu-satunya racikan berbentuk sirup yang terdapat dalam penelitian ini, 18 racikan yang lain berbentuk puyer. 2. Rawat inap Tabel VIII. Perbandingan antara Indikasi Penggunaan dengan Indikasi Berdasarkan Referensi Resep Racikan yang Terdiri dari 2 Komposisi untuk Pasien Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Juli 2007 Komposisi racikan (jumlah kasus) Parasetamol + Fenobarbital (75) Ketotifen + Siproheptadin (13) Vitamin B 1 + Colistin (8) Ko-enzim B 12 + Siproheptadin (7) Indikasi Referensi Indikasi Penggunaan Kejang demam Kejang demam Antialergi, bronkodilator Disentri, defisiensi vitamin B 1, gastroenteritis pada anak Antialergi, anoreksia Demam, bronkitis, muntah, Gastroenteritis akut (GEA) Asma Bronkitis, batuk GEA Demam, meteorism Anoreksia Diare, demam Keterangan (jumlah penggunaan) Sesuai (5) Tidak sesuai (70) Sesuai (4) Tidak sesuai (9) Sesuai (4) Tidak sesuai (4) Sesuai (1) Tidak sesuai (6) Di bangsal anak semua indikasi penggunaan dapat dievaluasi sedangkan di instalasi farmasi rawat jalan tidak semua indikasi dapat dievaluasi. Hal ini dipengaruhi oleh kelengkapan pencatatan rekam medik di bangsal anak dan di instalasi farmasi rawat jalan berbeda. Dari hasil evaluasi indikasi penggunaan

70 50 racikan dengan 2 komposisi untuk pasien pediatri di bangsal anak terdapat 4 jenis racikan yang digunakan sebanyak 103 penggunaan. Terdapat 89 penggunaan yang tidak sesuai dengan indikasi referensi dan 14 penggunaan yang sesuai dengan indikasi referensi. Racikan dengan komposisi parasetamol dan fenobarbital merupakan racikan yang banyak digunakan untuk terapi pasien pediatri di bangsal anak. Pada penggunaannya, racikan ini digunakan untuk terapi pada penyakit kejang demam, demam, bronkitis, muntah, dan GEA. Penggunaan untuk terapi kejang demam telah sesuai dengan indikasi referensi yaitu parasetamol untuk terapi demam dan fenobarbital untuk terapi kejang. Penggunaan racikan untuk terapi demam tanpa adanya kejang, bronkitis, muntah, dan GEA tidak sesuai dengan indikasi referensi. Tabel IX. Perbandingan antara Indikasi Penggunaan dengan Indikasi Berdasarkan Referensi Resep Racikan yang Terdiri dari 4 Komposisi untuk Pasien Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Juli 2007 Komposisi racikan (jumlah kasus) Parasetamol + Deksametason + Vitamin K + Karbazokron Na sulfonat (9) Indikasi Referensi Indikasi Penggunaan Keterangan (jumlah penggunaan) Mencegah terjadinya pendarahan, demam, radang reaksi Bronkitis, demam tanpa pendarahan Tidak sesuai (9) Terdapat 1 jenis racikan untuk pasien pediatri di bangsal anak yang terdiri dari 4 komposisi dan digunakan sebanyak 9 penggunaan. Sebesar 9 penggunaan tidak sesuai dengan indikasi referensi. Penggunaan racikan ini belum sesuai dengan indikasi referensi karena tidak digunakan untuk terapi demam yang disertai dengan pendarahan tetapi hanya digunakan untuk terapi demam saja.

71 51 Ketidaksesuaian penggunaan dengan indikasi referensi dapat berupa semua komposisi obat digunakan tidak sesuai dengan indikasi referensi ataupun salah satu komposisi atau lebih digunakan tidak sesuai dengan indikasi yang terdapat dalam referensi. E. Dosis Obat Pada pasien pediatri dosis obat yang diberikan berbeda dengan pada pasien dewasa mengingat fungsi tubuh anak-anak yang belum berkembang dengan sempurna. Ketepatan dosis diperlukan dalam terapi pada pasien pediatri untuk menghasilkan terapi yang optimal. Pada umumnya dosis untuk pasien pediatri menggunakan ukuran umur. Selain umur perhitungan dosis untuk pasien pediatri lebih tepat menggunakan berat badan ataupun luas permukaan tubuh anak. 1. Rawat jalan Seperti pada tabel X penggunaan racikan dengan 2 komposisi yang digunakan sesuai dengan indikasi referensi sebesar 35 penggunaan. Dari 35 penggunaan racikan ini kemudian dievaluasi dosis penggunaannya. Penggunaan racikan yang memerlukan penyesuaian dosis sejumlah 33 penggunaan. Penggunaan racikan yang tidak memerlukan penyesuaian dosis (tepat dosis) sejumlah 2 penggunaan.

72 52 Tabel X. Racikan yang Terdiri dari 2 Komposisi untuk Pasien Pediatri Di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Periode Juli 2007 yang Memerlukan Penyesuaian Dosis Komposisi Racikan Dosis Jumlah Penggunaan Ketotifen + a. Dosis ketotifen dan siproheptadin dapat 8 Siproheptadin ditingkatkan (16) b. Dosis siproheptadin dapat ditingkatkan dan kurangi dosis ketotifen 1 Parasetamol + Fenobarbital (7) Ko-enzim B 12 + Siproheptadin (1) Ko-enzim B 12 + Pirazinamid (7) Ketotifen + Setrizin (4) c. Dosis siproheptadin dapat ditingkatkan a. Dosis parasetamol dan fenobarbital dapat ditingkatkan b. Dosis fenobarbital dapat ditingkatkan 6 a. Dosis siproheptadin dapat ditingkatkan 1 dan kurangi dosis ko-enzim B 12 a. Kurangi dosis ko-enzim B 12 b. Tepat dosis a. Dosis ketotifen dapat ditingkatkan b. Tepat dosis Racikan dengan komposisi ketotifen dan siproheptadin yang digunakan untuk terapi penyakit asma pada pasien pediatri dengan usia 8 tahun 3 bulan dengan berat badan 22 kg memerlukan dosis ketotifen sebesar 0,6 mg/hari dan siproheptadin sebesar 5,5 mg/hari. Pada terapi, dosis racikan yang diberikan sebesar 0,5 mg/hari untuk ketotifen dan 1 mg/hari untuk siproheptadin. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa dosis ketotifen dan siproheptadin yang digunakan untuk terapi memerlukan peningkatan dosis. Seperti pada tabel XI penggunaan racikan dengan 3 komposisi yang digunakan sesuai dengan indikasi referensi sebesar 11 penggunaan. Sebelas penggunaan tersebut kemudian dievaluasi dosis penggunaannya. Penggunaan racikan yang memerlukan penyesuaian dosis sebesar 6 penggunaan. Penggunaan

73 53 yang tidak memerlukan penyesuaian dosis (tepat dosis) sejumlah 4 penggunaan. Satu penggunaan tidak dapat dievaluasi dosisnya. Tabel XI. Racikan yang Terdiri dari 3 Komposisi untuk Pasien Pediatri Di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Periode Juli 2007 yang Memerlukan Penyesuaian Dosis Komposisi Racikan Dosis Jumlah Penggunaan Ketotifen + Setrizin + a. Dosis ketotifen dan siproheptadin dapat 2 Siproheptadin (2) ditingkatkan Isoniazid + Vitamin B 6 + Ko-enzim B 12 a. Tepat dosis 4 (3) Rifampisin + Isoniazid + Vitamin B 6 (6) a. Kurangi dosis rifampisin b. Dosis isoniazid dan vitamin B 6 dapat ditingkatkan dan kurangi dosis rifampisin c. Tepat dosis d. Tak dapat dievaluasi Penggunaan racikan dengan komposisi rifampisin, isoniazid, vitamin B 6 untuk terapi tuberkulosis pada pasien pediatri dengan berat badan 11 kg memerlukan dosis rifampisin sebesar 110 mg/hari, isoniazid mg/hari, vitamin B mg/hari. Pada terapi, dosis yang diberikan untuk rifampisin sebesar 125 mg/hari, isoniazid sebesar 150 mg/hari, dan vitamin B 6 sebesar 15 mg/hari. Diketahui bahwa dosis rifampisin yang digunakan untuk terapi mengalami kelebihan dosis sehingga memerlukan penyesuaian dosis berupa pengurangan dosis rifampisin. Seperti pada tabel XII, penggunaan racikan yang terdiri dari 4 komposisi yang digunakan sesuai dengan indikasi referensi sejumlah 27 penggunaan. Dari 27 penggunaan, yang tidak dapat dievaluasi kesesuaian

74 54 dosisnya berjumlah 1 penggunaan. Sebesar 26 penggunaan memerlukan penyesuaian dosis. Tabel XII. Racikan yang Terdiri dari 4 Komposisi untuk Pasien Pediatri Di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Periode Juli 2007 yang Memerlukan Penyesuaian Dosis Komposisi Racikan Dosis Jumlah Penggunaan Rifampisin + a. Dosis siproheptadin dapat ditingkatkan 25 Siproheptadin + dan kurangi dosis rifampisin Vitamin B 6 + b. Dosis siproheptadin dan rifampisin 1 Isoniazid dapat ditingkatkan (27) c. Tak dapat dievaluasi 1 Penggunaan racikan dengan komposisi rifampisin, isoniazid, vitamin B 6, dan siproheptadin untuk terapi tuberkulosis pada pasien pediatri dengan usia 5 tahun dan berat badan 19 kg memerlukan dosis rifampisin sebesar 190 mg/hari, isoniazid mg/hari, vitamin B mg/hari, siproheptadin 4,8 mg/hari. Pada terapi, dosis yang diberikan untu terapi sebesar 275 mg/hari untuk rifampisin, 200 mg/hari untuk isoniazid, vitamin B 6 sebesar 20 mg/hari, dan siproheptadin sebesar 0,4 mg/hari. Dari hal ini, diketahui bahwa penggunaan racikan ini memerlukan penyesuaian dosis yaitu meningkatkan dosis penggunaan rifampisin dan siproheptadin. Tabel XIII. Racikan yang Terdiri dari 5 Komposisi untuk Pasien Pediatri Di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Periode Juli 2007 yang Memerlukan Penyesuaian Dosis Komposisi Racikan Dosis Jumlah penggunaan Pseudoefedrin + Terfenadin a. Dosis metil prednisolon dapat 2 + Metil prednisolon + ditingkatkan dan kurangi dosis Ambroksol + ambroksol Homoklorsiklizin HCl b. Dosis metil prednisolon dapat 1 (3) ditingkatkan dan kurangi dosis terfenadin dan ambroksol

75 55 Penggunaan racikan untuk pasien pediatri yang terdiri dari 5 komposisi yang digunakan sesuai dengan indikasi referensi sejumlah 3 penggunaan. Dari 3 penggunaan tersebut, seluruh kasus penggunaan memerlukan penyesuaian dosis. Racikan dengan komposisi pseudoefedrin, terfenadin, metil prednisolon, ambroksol, dan homoklorsiklizin HCl yang digunakan untuk terapi batuk pilek pada pasien pediatri dengan usia 2 tahun 2 bulan dan berat badan 12 kg memerlukan dosis pseudoefedrin maksimal 60 mg/hari, terfenadin 10,3-20,6 mg/hari, ambroksol 15,4 mg/hari, homoklorsiklizin HCl sebesar 5,1-10,3 mg/hari, dan metil prednisolon sebesar 6-20,4 mg/hari. Pada penggunaannya untuk terapi dosis racikan yang diberikan sebesar 9 mg/hari untuk pseudoefedrin, 12 mg/hari untuk terfenadin, 22,5 mg/hari untuk ambroksol, 7,5 mg/hari untuk homoklorsiklizin HCl, dan metil prednisolon sebesar 3 mg/hari. Dapat diketahui bahwa penggunaan racikan ini memerlukan penyesuaian dosis berupa peningkatan dosis metil prednisolon dan penurunan dosis ambroksol. 2. Rawat inap Seperti pada tabel XIV, penggunaan racikan yang sesuai dengan indikasi referensi untuk pasien pediatri di bangsal anak yang terdiri dari 2 komposisi sejumlah 13 penggunaan dan 13 penggunaan tersebut memerlukan penyesuaian dosis. Racikan dengan komposisi parasetamol dan fenobarbital yang digunakan untuk penyakit kejang demam pada pasien pediatri dengan berat badan 12,5 kg memerlukan dosis parasetamol sebesar ,5 mg setiap 4-6 jam dan dosis fenobarbital sebesar mg/hari. Dosis parasetamol yang digunakan pada

76 56 terapi sebesar 125 mg setiap 8 jam dan dosis fenobarbital yang digunakan adalah 45 mg/hari. Dapat diketahui bahwa dosis yang digunakan untuk terapi memerlukan penyesuaian dosis, meliputi peningkatan dosis parasetamol dan fenobarbital. Tabel XIV. Racikan yang Terdiri dari 2 Komposisi untuk Pasien Pediatri Di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Periode Juli 2007 yang Memerlukan Penyesuaian Dosis Komposisi Racikan Dosis Jumlah penggunaan Parasetamol + a. Dosis parasetamol dan fenobarbital 4 Fenobarbital dapat ditingkatkan (5) b. Dosis fenobarbital dapat ditingkatkan 1 Ketotifen + Siproheptadin (3) Colistin + Vitamin B 1 (4) Ko-enzim B 12 + Siproheptadin (1) a. Dosis ketotifen dan siproheptadin dapat ditingkatkan b. Dosis siproheptadin dapat ditingkatkan dan kurangi dosis ketotifen c. Dosis siproheptadin dapat ditingkatkan 4 1 a. Dosis colistin dapat ditingkatkan dan kurangi dosis vitamin B 1 a. Dosis siproheptadin dapat ditingkatkan 1 Dosis racikan yang diberikan untuk pasien pediatri di rawat jalan dan di bangsal anak memerlukan penyesuaian dosis. Kurangnya dosis yang diberikan untuk terapi akan mempengaruhi efek terapetik dari obat. Jika kadar obat dalam darah dibawah Kadar Efektif Minimum (KEM) maka obat tidak dapat menimbulkan efek terapi yang diinginkan. Jika dosis obat yang diberikan terlalu besar dapat menyebabkan timbulnya efek samping obat ataupun efek toksik obat jika kadar obat dalam darah melewati nilai Kadar Toksik Minimum (KTM). Setiap anak mempunyai berat badan yang berbeda oleh karena itu tidak dapat digunakan dosis racikan yang sama pada semua anak. Setiap anak 2 1

77 57 memerlukan pengaturan dosis masing-masing sehingga dosis yang diterima setiap anak dapat berbeda-beda tergantung pada berat badan anak. Perkembangan organ anak yang belum sempurna juga mempengaruhi dosis obat yang diberikan agar dapat memberikan efek terapi yang diinginkan. F. Interaksi Obat Secara teoritis berdasarkan Drug Interaction Fact dan Stockley s Drug Interaction ada beberapa jenis racikan yang diberikan pada pasien pediatri di rawat jalan dan di bangsal anak yang berpotensi terjadi interaksi obat antara komposisi yang terdapat dalam racikan tersebut.. Adanya interaksi obat akan mempengaruhi terapi yang diberikan. Interaksi yang terjadi dapat menurunkan atau menaikkan kadar obat dalam darah yang akan mempengaruhi efek terapi dari obat. Penurunan kadar obat dalam darah ini dapat disebabkan oleh meningkatnya metabolisme obat ataupun semakin cepatnya eliminasi obat dari tubuh. Selain mempengaruhi kadar obat dalam darah adanya interaksi dapat menyebabkan meningkatknya risiko toksisitas dari obat. Meningkatnya risiko toksisitas dari obat dapat meningkatkan risiko kerusakan organ. Pada pasien pediatri perkembangan organ belum sempurna sehingga keamanan obat yang diberikan harus diperhatikan.

78 58 Tabel XV. Racikan yang Diberikan pada Pasien Pediatri Di Instalasi Farmasi Rawat Jalan dan Di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Periode Juli 2007 yang Berpotensi Terjadi Interaksi Obat Komposisi Parasetamol + Fenobarbital Rifampisin + Isoniazid + vitamin B 6 Rifampisin + Isoniazid + Vitamin B 6 + Siproheptadin Aminofilin + deksametason + Prokaterol HCl Interaksi Farmakokinetik rifampisin isoniazid dan Aminofilin dan deksametason Aminofilin dan prokaterol HCl Mekanisme Efek Jumlah penggunaan Fenobarbital a. Meningkatkan 147 menginduksi enzim risiko keracunan mikrosomal di pada sel hati hepar untuk karena meningkatkan parasetamol jika metabolisme fenobarbital parasetamol dengan dosis besar diberikan secara bersamaan b. Menurunkan efek terapi dari parasetamol Terjadinya a. Meningkatkan 6 perubahan risiko keracunan metabolisme pada sel hati isoniazid yang disebabkan oleh rifampisin Terjadinya perubahan metabolisme isoniazid yang disebabkan oleh rifampisin Tidak diketahui Tidak diketahui a. Meningkatkan risiko keracunan pada sel hati a. Perubahan aktivitas aminofilin dengan adanya deksametason a. Meningkatkan risiko keracunan pada jantung b. Menurunkan kadar aminofilin 49 1 Pseudoefedrin + Terfenadin + Ambroksol + Homoklorsiklizi n HCl + Metil Prednisolon Deksametason dan prokaterol HCl pseudoefedrin dan metil prednisolon Mempengaruhi pengeluaran potasium a. Hipokalemia Tidak diketahui a. Menurunkan efek metil prednisolon dengan efedrin 6

79 59 Terdapat 5 jenis racikan yang berpotensi timbul interaksi obat secara farmakokinetik. Dari kelima jenis racikan ini terdapat sejumlah 209 kasus penggunaan yang berpotensi untuk timbul interaksi obat secara farmakokinetik. Efek yang mungkin timbul dari interaksi farmakokinetik komposisi penyusun racikan tersebut adalah menurunnya efek dari obat dan meningkatnya toksisitas obat. Seperti pada racikan parasetamol dan fenobarbital, adanya fenobarbital sebagai induktor enzim pemetabolisme menyebabkan semakin cepatnya metabolisme parasetamol. Hal ini dapat menyebabkan turunnya efek dari parasetamol dan meningkatnya risiko hepatotoksik. Menurut Drug Interaction Fact terdapat 5 tingkat signifikansi dari interaksi obat. Interaksi dengan tingkat signifikansi 1 adalah interaksi yang dapat menimbulkan efek yang parah sedangkan signifikansi 5 adalah interaksi yang menimbulkan efek yang ringan. Dilihat dari tingkat signifikansinya pada tabel XVI maka interaksi antara rifampisin dan isoniazid memiliki tingkat signifikansi 1. Tingkat signifikansi 1 menunjukan keparahan akibat dari interaksi yang timbul dapat menimbulkan kerusakan yang menetap dan sangat mungkin untuk terjadi interaksi walaupun tidak terbukti secara klinik. Interaksi antara parasetamol dan fenobarbital, aminofilin dan deksametason memiliki tingkat signifikansi 4 terjadi berarti interaksi dapat menimbulkan keparahan berat atau sedang dan data tentang interaksi yang terjadi masih sangat terbatas. Interaksi antara aminofilin dan prokaterol HCl, pseudoefedrin dan metil prednisolon memiliki tingkat signifikansi 5 menunjukan efek dari interaksi hanya akan menimbulkan keparahan dalam

80 60 tingkat ringan dan interaksi yang terjadi dapat muncul, data mengenai interaksi obat yang terjadi sangat terbatas. Tabel XVI. Signifikansi Interaksi Obat Racikan pada Pasien Pediatri Di Instalasi Farmasi Rawat Jalan dan Di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Periode Juli 2007 Komposisi Parasetamol + Fenobarbital Rifampisin + Isoniazid + viatamin B 6 Rifampisin + Isoniazid + Viatamin B 6 + Siproheptadin Aminofilin + deksametason + Prokaterol HCl Pseudoefedrin + Terfenadin + Ambroksol + Homoklorsiklizin HCl + Metil Prednisolon Interaksi Farmakokinetik rifampisin isoniazid dan a. Aminofilin dan deksametason b. Aminofilin dan prokaterol HCl c. Deksametason dan prokaterol HCl pseudoefedrin dan metil prednisolon Signifi kansi Onset Kepara han Dokumentasi 4 Tertunda Sedang Possible 1 Tertunda Utama Probable 1 Tertunda Utama Probable 4 Cepat Sedang Possible 5 Cepat Ringan Possible - - Utama Teoritis 5 Tertunda Ringan Possible

81 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Latar belakang pemilihan dan penggunaan racikan untuk pasien pediatri di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta adalah untuk ketepatan dosis untuk anakanak, memudahkan penggunaan obat untuk anak-anak, harga lebih murah dibandingkan bentuk sediaan lain, dan tidak adanya komposisi yang mendukung dari obat-obat yang tersedia di pasaran. 2. Penggunaan obat racikan di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda periode Juli 2007 sebesar 78% dan obat bukan racikan sebesar 22%. Sedangkan di bangsal anak penggunaan obat racikan sebesar 52% dan obat bukan racikan sebesar 48%. 3. Racikan dengan 2 komposisi terdapat 6 jenis racikan dengan jumlah penggunaan sebesar 362, 3 komposisi terdapat 7 jenis racikan dengan penggunaan sebesar 68, 4 komposisi terdapat 4 jenis racikan dengan penggunaan sebesar 75, dan 5 komposisi terdapat 2 jenis racikan dengan penggunaan sebesar Terdapat 17 jenis racikan dengan 401 penggunaan untuk pasien pediatri Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Juli 2007 yang digunakan belum sesuai dengan indikasi referensi. 61

82 62 5. Terdapat 10 jenis racikan dengan 82 penggunaan untuk pasien pediatri Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Juli 2007 yang memerlukan penyesuaian dosis. 6. Terdapat 5 jenis racikan dengan 209 penggunaan untuk pasien pediatri Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Juli 2007 yang berpotensi untuk terjadi interaksi obat. B. Saran Dari hasil penelitian ini dapat disarankan: 1. Untuk industri farmasi diperlukan pembuatan obat yang lebih bervariasi dalam komposisi, dosis, dan bentuk sediaan dan sesuai untuk anak-anak. 2. Untuk Rumah Sakit Bethesda diperlukan evaluasi secara rutin tentang penggunaan racikan untuk terapi pasien pediatri. Diperlukan juga pemecahan masalah untuk setiap permasalahan yang ditemukan dari evaluasi yang dilakukan guna meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit. 3. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan di rumah sakit lainnya sebagai perbandingan.

83 DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1997, Standar Pelayanan Medis Rumah Sakit Bethesda, 27-29, 41-49, Yogyakarta Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Anonim, 2003, Penggunaan Obat pada Anak, Surabaya, Indonesia, Diakses tanggal 23 Oktober 2007 Anonim, 2006, British National Formulary 52, BMJ Publishing Group, Great Britain Ashadi, T., 1997, Pengupayaan Pengobatan yang rasional, Medika, XXIII, Collet, D.M., and Aulton, M.E., 1990, Pharmaceutical Practice, 145, 381, , ELBS, United Kingdom Chalumeau, M., J.M. Treluyer, B. Salanave, R. Assathiany, G.Cheron, N. Crocheton, C. Rougeron, M. Mares, G. Breart, and G. Pons, 2000, Off Label and Unlicensed Drug Use Among French Office Based Paediatricians, Diakses tanggal 15 Desember 2007 Doyle, R., 2000, Handbook of Pediatric Drug Therapy 2 nd edition,1-4, Springhouse, Pennsylvania Hall, J.G., 2004, Prescription Drug Use by One Million Canadian Children, Diakses pada 23 Oktober 2007 Jong, G.W., Arnold G. Vulto, Matthijs de Hoog, Kirsten J. M. Schimmel, Dick Tibboel, and John N. van den Anker, 2001, A Survey of the Use of Off-Label and Unlicensed Drugs in a Dutch Children's Hospital, Diakses tanggal 23 Oktober

84 64 Koren, G., 2004, Aspek Khusus farmakologi Perinatal dan Pediatrik, dalam Katzung, B,G., Farmakologi dasar dan Klinik edisi 8, diterjemahkan oleh Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, , Salemba Medika, Jakarta Lacy, C.F., Armstrong, L.L., Goldman, M.P., and Lance L.L., 2003, Drug Information Handbook, 11 th Ed., Lexi-comp, Ohio Laurence, D.R., Bennet, P.N., and Brown, M.J., 1997, Clinical Pharmacology 8 th edition, , Churchill Livingstone, United State of America Lofholm, P.W., dan Bertram, G.K., 2004, Penentuan Penggunaan Obat dan Penulisan Resep Secara Rasional, dalam Katzung, B,G., Farmakologi dasar dan Klinik edisi 8, diterjemahkan oleh Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, , Salemba Medika, Jakarta Munasir, Z., Budi, S., Sjawitri, P. S., Diana, S. T., Yulius, R., Sumadiono, dan Yusmala, H., 2004, Alergi Imunologi, dalam Poesponegoro, H. D., Hadinegoro, S. R. S., (Eds), Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, 7-9, 21-24, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta Nahata, M.C., and Carol Taketomo,2005, Pediatrics, in Di Piro, J.T., (Ed.), Pharmacotherapy A patophysiologic Approach 6 th edition, 91-98, Mc Graw Hill, United States of America Pratiknya, A.W., 1986, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, 10-17, Raja Grafindo Persada, Jakarta Rylance, G., 1987, Drugs For Children, 5-20, World Health Organization, Copenhagen Sanjoyo, R., 2007, Obat (Biomedik Farmakologi), Yogyakarta, Indonesia, Diakses tanggal 23 Oktober 2007 Santoso, B., 1996, Principles of Rational Prescribing, Medical Progress, XXIII, 6-9 Soenarto, S. S. Y., Mohammad, J., Hanifah, O., Ina, R., Syamsul, A., Yorva, S., dan Budi, S., 2004, Gastroenterologi, dalam Poesponegoro, H. D., Hadinegoro, S. R. S., (Eds), Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, 49-52, 64-68, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta

85 65 Supriyatno, B., Darmawan, B. S., Klagus, Y., Cissy, B. K., Dwi, W., Roni, N., dan M.S Chandra, 2004, Pulmonologi, dalam Poesponegoro, H. D., Hadinegoro, S. R. S., (Eds), Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, , Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta Sutcliffe, A.G., 1999, Prescribing Medicine for Children, e6225baba8d3d18a2be5c5e2&keytype2=tf_ipsecsha, Diakses pada 30 September 2007 Stockley, I.H., 2005, Stockley s Drug Interaction, The Pharmaceutical Press, London Tatro, D.S., 2001, Drug Interaction Facts, Facts&Comparison, Wolters Kluwer, St. Louis Tumbelaka, A.R., Zarkasih, A., Hindra, I.S., Ismoedijanto, Herawati, Y., T.H. Rampengan, dan Syahril, P., 2004, Infeksi dan Penyakit Tropis, dalam Poesponegoro, H. D., Hadinegoro, S. R. S., (Eds), Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, , Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta Turner, S., Alexandra Longworth, Anthony J. Nunn, and Imti Choonara, 1998, Unlicensed and Off Label Drug Use in Paediatric Wards: Prospective Study, Diakses pada 15 Desember 2007 Widodo, D.P., Irawan, M., Syarif, D. A., Darto, S., Nelly, A., Elisabet, S. H., dan Iramaswaty, K., 2004, Neurologi, dalam Poesponegoro, H. D., Hadinegoro, S. R. S., (Eds), Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, , Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta

86 66 Lampiran 1. Daftar Racikan untuk Pasien Pediatri Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Juli 2007 A. Racikan pediatri di instalasi farmasi rawat jalan No Jenis racikan Komposisi (nama generik) 1 Profilas + Pronicy Ketotifen + Siproheptadin 2 Pamol + Luminal Parasetamol + Fenobarbital 3 Pronicy + Cobazim Siproheptadin + Adenosyl cobamide (Ko-enzim B 12 ) 4 Pirazinamid + Cobazim Pirazinamid + Adenosyl cobamide (Ko-enzimB12) 5 Profilas + Ryzen Ketotifen + Setrizin 6 Profilas + Histrine Ketotifen + Setrizin 7 Rifampisin + Pehadoxin Rifampisin + Isoniazid + Vitamin B 6 8 Pehadoxin + Cobazim Isoniazid + Vitamin B 6 + Adenosyl cobamide (Ko-enzim B 12 ) 9 Rifampisin + Pehadoxin + Pronicy Rifampisin + Isoniazid + Vitamin B 6 + Siproheptadin 10 Profilas + Histrine + Cobazim Ketotifen + Setrizin + Adenosyl cobamide (Ko-enzim B 12 ) 11 Profilas + Pronicy + Setrizin Ketotifen + Siproheptadin + Setrizin 12 Profilas + Histrine + Meptin Ketotifen + Setrizin + Prokaterol HCl 13 Erytrocin + Homoclomin + Dekstrometorfan Eritromisin + Homoklorsiklizin HCl + Dekstrometorfan 14 Aminofilin + Deksametason + Meptin Aminofilin + Deksametason + Prokaterol HCl 15 Pamol + Deksametason + Adona + Vitamin K Parasetamol + Deksametason + Karbazokrom Na sulfonat + Vitamin K 16 Rhinofed + Mucopect + Homoclomin + Medixon Pseudoefedrin + Terfenadin + Homoklorsiklizin HCl + Metil prednisolon 17 Erytrocin + Meptin + Dekstrometorfan + Mucopect Eritromisin + Prokaterol HCl + Dekstrometorfan + Ambroksol 18 Erytocin + Meptin + Dekstrometorfan + Homoclomin Eritromisin + Prokaterol HCl + Dekstrometorfan + Homoklorsiklizin HCl 19 Sirup thymi + Interhistrin + Profilas + Gliseril guaiakolat + Bricasma Sirup thymi + Mebhidrolina napadisilat + Ketotifen + Gliseril guaiakolat + Terbutalin sulfat

87 67 B. Racikan pediatri di bangsal anak No Jenis racikan Komposisi (nama generik) 1 Pamol + Luminal Parasetamol + Fenobarbital 2 Profilas + Pronicy Ketotifen + Siproheptadin 3 Colistine + Vitamin B 1 Colistin (Polimiksin B sulfat) + vitamin B 1 (thiamin) 4 Pronicy + Cobazim Siproheptadin + Adenosyl cobamide ( Ko-enzim B 12 ) 5 pamol + Deksametason + Adona + Vitamin K Parasetamol + Deksametason + Karbazokrom Na sulfonat + Vitamin K

88 68 Lampiran 2. Distribusi Resep Racikan untuk Pasien Pediatri Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Juli 2007 A. Distribusi resep racikan pediatri di instalasi farmasi rawat jalan Tanggal Jumlah resep dalam 1 hari Jumlah resep tanpa racikan dalam 1 hari Jumlah resep racikan dalam 1 hari % Resep tanpa racikan dalam 1 hari % Resep racikan dalam 1 hari 4 juli ,7 83,3 5 juli ,8 73,2 6 juli ,8 78,2 7 juli ,2 83,8 9 juli ,2 82,8 10 juli ,2 78,8 11 juli ,1 87,9 12 juli ,3 86,7 13 juli ,4 75,6 14 juli ,3 70,7 16 juli ,0 87,0 17 juli ,5 74,5 18 juli ,1 75,9 19 juli ,1 76,9 20 juli ,7 70,3 21 juli ,7 58,3 23 juli ,0 84,0 24 juli ,6 85,4 25 juli ,1 61,9 26 juli ,4 84,6 27 juli ,7 64,3 28 juli ,4 80,6 30 juli ,7 83,3 31 juli ,0 87;0 1 agustus ,3 83,7 2 agustus ,0 86,0 3 agustus ,3 67,7 4 agustus ,6 71,4 Rata-rata 21,9 78,1

89 69 B. Distribusi resep racikan pediatri di bangsal anak Tanggal Jumlah resep dalam 1 hari Jumlah resep tanpa racikan dalam 1 hari Jumlah resep racikan dalam 1 hari % Resep tanpa racikan dalam 1 hari % Resep racikan dalam 1 hari 4 juli juli ,6 41,4 6 juli ,2 47,8 7 juli ,6 44,4 8 juli ,9 46,2 9 juli ,2 44,8 10 juli ,1 37,9 11 juli ,7 33,3 12 juli ,9 39,1 13 juli ,2 31,8 14 juli ,5 43,5 15 juli ,00 30,0 16 juli ,2 47,8 17 juli ,0 56,0 18 juli ,4 53,6 19 juli ,4 58,6 20 juli ,8 52,2 21 juli ,9 57,4 22 juli ,6 65,4 23 juli ,0 72,0 24 juli ,0 60,0 25 juli ,3 57,7 26 juli ,3 60,7 27 juli ,4 55,6 28 juli ,3 64,7 29 juli ,4 55,6 30 juli ,9 52,2 31 juli ,0 56,0 1 agustus ,1 61,9 2 agustus ,3 66,7 3 agustus ,8 68,2 4 agustus ,3 66,7 Rata rata 48 52

90 70 Lampiran 3. Daftar Racikan untuk Pasien Pediatri Rumah Sakit Bethesda Yang Teramati Pada Periode Juli 2007 A. Racikan pediatri yang terdiri dari 2 jenis obat 1. Instalasi farmasi rawat jalan No Resep Racikan Jumlah Jenis Racikan Komposisi Penggunaan 1 Profilas + Pronicy Ketotifen Hydrogen Fumarat + cyproheptadine Hcl Pamol + Luminal Parasetamol + Phenobarbital 88 3 Pronicy + Cobazym Cyproheptadine Hcl + Coenzym B Pirazinamid + Cobazym Pirazinamid + Coenzym B Profilas + Histrin Ketotifen Hydrogen Fumarat + Cetrizin dihcl 19 6 Profilas + Ryzen Ketotifen Hydrogen Fumarat + Cetrizin DiHcl 19 7 Rifampicin + Pehadoxin Rifampicin + Isoniasid + Vitamin B6 6 8 Pehadoxin + Cobazym Isoniasid + Vitamin B6 + Coenzym B Histrin + cobazym Cetrizin DiHCl + Coenzim B Yekamulvita + Prinicy Vit A + Vit B1 + Vit D2 + Vit B6 + Vit C + Vit B2 + Vit B12 + nikotinamida + Ca pantotenat + Cyproheptadine Hcl 3 11 Colistine + Vit B1 Colystine sulfate (Polymyxin E Sulphate) + Vit B Curvit Cl + Pronicy Kurumoid + B1 + B2 + B6 + B12 + b-karoten + Ca pantotenat/dekspantenol + Kalsium Glutonat + Cyproheptadine Hcl 2 13 Yefamox + CTM Amoksisilina trihidrat + Chlorpheniramine Maleat 2 14 Cloracef + Divens Cephaclor + Ekstrak Phyllanti herba + Ekstrak Nigela Sativa semen 2 15 Paracetamol + Diazepam Paracetamol + Diazepam 2 16 Cotrimoxazole + Metronidazole Sulfametoxazole + Trimetropin + Metronidazole 2 17 Sirup Bactricid + Yekaprim Sulfametoxazole + Trimetropin + Sulfametoxazole + Trimetropin 2 18 Colistine + cobazym Colystine sulfate (Polymyxin E Sulphate) + Coenzym B Sagestan cream + acyclovir cream Gentamicin Sulfate + Acyclovir 2 20 Profilas + Rhinofed Ketotifen Hydrogen Fumarat + Pseudoefedrin + Terfenadine 2 21 Dextromethorphan + Homoclomin Dextromethorphan + Homoclorcyclizine Hcl 1 22 Acyclovir + Homoclomin Acyclovir +Homoclorcyclizine Hcl 1 23 Rifampicin + Pronicy Rifampicin + Cyproheptadine Hcl 1 24 Erytrocin + Nonflamin Erytromicin + Tinoridine Hcl 1

91 71 25 Clindamycin + Vitamin B1 Clindamycin HCl + Vitamin B Histrin + Rhinofed Cetrizin DiHCl + Pseudoefedrin + Terfenadine 1 27 Garamycin + Acyclovir Gentamicin Sulfate + Acyclovir 1 28 Osadrox + Luminal Cefadroxil monohydrate + Phenobarbital 1 29 Thiamin + Niacin Thiamin + Niacin 1 30 Strocain P + Vit B1 Polymigel + Vit B Osadrox + Divens plus Cefadroxil monohydrate + Ekstrak Phyllanti Herba + ekstrak Nigella sativa semen 1 32 Nonflamin + Rhinofed Tinoridine Hcl + Pseudoefedrin + Terfenadine 1 33 Cotrimoxazole + Primperan Sulfametoxazole + Trimetropin + Metoclopramide Hcl 1 34 Pehadoxin + Pronicy Isoniasid + Vitamin B6 + Cyproheptadine Hcl 1 35 Isoprinosine + Nonflamin + Sacc.Lactose 36 Curvit cl + Proris Methisoprinol + Tinoridine Hcl Kurumoid + B1 + B2 + B6 + B12 + b-karoten + Ca pantotenat/dekspantenol + Kalsium Glutonat + Ibuprofen 1 1

92 72 2. Bangsal anak No Resep Racikan Jumlah Jenis Racikan Komposisi Penggunaan 1 Pamol + Luminal Paracetamol + Phenobarbital 76 2 Profilas + Pronicy Ketotifen Hydrogen Fumarat + Cyproheptadine Hcl 13 3 Colistine + Vit B1 Colystine sulfate (Polymyxin E Sulphate) + Vit B1 9 4 Pronicy + Cobazym Cyproheptadine Hcl + Coenzym B Profilas + Histrin Ketotifen Hydrogen Fumarat + Cetrizin Di HCl 3 6 Pamol + Diazepam Paracetamol + Diazepam 2 7 Kanamycin + Tanalbin Kanamycin + Daun scumpii (Cotinus coggygria Scop.) + protein (kazeinom) sumaha (Plus tadshikorum L.)+ Sumahovh (Anacardiaceae) 2 8 Mucopect + Aminofilin Ambroxol Hcl + Aminofilin 1 9 Cefspan + Vit B1 Cefixime + Vit B Aminofilin + Trileptal Aminofilin + Oxcarbazepine 1 11 Diphantoin + Luminal Diphenylhidantoin + Phenobarbital 1 12 Carbamazepin + - Carbamazepin Profilas + Interhistrin Ketotifen Hydrogen Fumarat + Mebhydrolin Napadysilate 1 14 Meptin + Mucopect Procaterol Hcl Hemihydrate + Ambroxol Hcl 1 15 Sefadroxil + Dramamine Dimenhydrinate + Sefadroxil 1 16 Homoclomin + Medixon Homoclorcyclizine Hcl + Methylprednisolone 1 17 Rifampisin + Pehadoxin Rifampisin + Isoniasid + Vit B Aminofilin + Meptin Aminofilin + Procaterol Hcl Hemihydrate 1 19 Metronidazole + Cotrimoxazole Metronidazole + Sulfametoxazole + Trimetropin 1 20 Cotrimoxazole + Primperan Sulfametoxazole + Trimetropin + Metoclopramide Hcl 1 21 Metronidazole + Tanalbin Metronidazole + Daun scumpii (Cotinus coggygria Scop.) + sumaha (Plus tadshikorum L.)+ Sumahovh (Anacardiaceae) + protein (kazeinom) 1

93 73 B. Racikan Pediatri yang Terdiri Dari 3 Jenis Obat 1. Instalasi farmasi rawat jalan No Resep Racikan Jumlah Jenis Racikan Komposisi Penggunaan 1 Rifampicin + Pehadoxin + Pronicy Rifampisin + Isoniasid+Vitamin B6+ Cyproheptadine Hcl 52 2 Profilas + Histrin + Cobazym Ketotifen Hydrogen Fumarat + Cetrizin DiHcl + Coenzym B Profilas + Pronicy + cetrizin Ketotifen Hydrogen Fumarat + Cyproheptadine Hcl + Cetrizin 20 4 Profilas + Histrin + Meptin Ketotifen Hydrogen Fumarat + Cetrizin DiHcl + Procaterol Hcl Hemihydrate 7 5 Erytrocin + Homoclomin + Dextromethorphan Erytromicin + Homoclorcyclizine Hcl + Dextromethorphan 6 6 Aminofilin + Dexamethasone + Meptin Aminofilin + Dexamethasone + Procaterol Hcl Hemihydrate 5 7 Acyclovir + Homoclomin + Vit B1 Acyclovir +Homoclorcyclizine Hcl + Vit B1 4 Ketotifen Hydogen Fumarat + Cyproheptadine Hcl + Pseudoefedrin + Profilas + Histrin + Rhinofed 8 Terfenadine 4 9 Bronsolvan + Cortidex + Salbron Theophylline + Dexamethasone + Salbutamol sulfate 4 10 Pehadoxin + Histrin + Cobazym Isoniasid + Vitamin B6 + Cetrizin DiHcl + Coenzym B Meptin + Dextromethorphan + Homoclomin procaterol Hcl Hemihydrat + Dextromethorphan + Homoclorcyclizine Hcl 3 12 Meptin + Mucopect + Dextromethorphan Procaterol Hcl Hemihydrat + Ambroxol Hcl + Dexthromethorphan 2 13 Rifampicin + Pehadoxin + Cobazym Rifampicin + Isoniasid + Coenzym B Bronsolvan + Salbutamol + Cetrizin Theophylline + Salbutamol + Cetrizine 1 15 Dextromethorphan + Yekaprim + Luminal + Sacc Lactose Dextromethorphan + Sulfametoxazole + Trimetropin + Phenobarbital + Sacc Lactose 1 Ambroxol Hcl + Dextromethorphan Hbr + Bethamethasone + Mucopect + Romilar + Collergis 16 Dexchlorphenamine maleat 1 17 Profilas + Pronicy + Ryzen Ketotifen Hydrogen Fumarat + Cyproheptadine HCL + Cetrizin DiHcl 1 18 Yekaprim + Histrin + Vit B1 Sulfametoxazole + Trimetropin + Vit B Aminofilin + Meptin + Chloramphenicol Aminofilin + Procaterol Hcl Hemihydrate + Chloramphenicol 1 20 Erytrocin + homoclomin + Luminal Erytromicin + Homoclorcyclizine Hcl + Phenobarbital 1 21 Rifampisin + Pehadoxin + Pirazinamid Rifampicin + Isoniazid + Vitamin B6 + Pirazinamid 1 22 Cefspan + Histrin + Profilas Cefixime + Cetrizin DiHcl + Ketotifen Hydrogen Fumarat 1 23 Aminofilin + Meptin + osadrox Aminofilin + Procaterol Hcl Hemihydrate + Cefadroxil Monohydrate 1

94 74 2. Bangsal anak No Resep Racikan Jumlah Jenis Racikan Komposisi Penggunaan 1 Yekaprim + Histrin + Vit B1 Sulfametoxazole + Trimetropin + Cetrizin DiHcl + Vit B1 2 Chlorpheniramine Maleat + Meptin + Chlorpheniramine Maleat + Pracaterol Hcl Hemihydrate + 2 Dextromethorphan Dextromethorphan 1 3 Erysanbe + Homoclomin + B1 Erythromycin stearate + Homoclorcyclizine Hcl + B1 1 Ketotifen Hydrogen Fumarat + Mebhydrolin Napadysilate + Terbutaline Profilas + Interhistrin + Bricasma 4 sulfate 1 5 Salbutamol + Homoclomin + Medixon Salbutamol + Homoclorcyclizine Hcl + Methylprednisolone 1 Metronidazole + Sulfametoxazole + Trimetropin + Daun scumpii (Cotinus 6 Metronidazole + Cotrimoxazole + Tanalbin coggygria Scop.) + sumaha (Plus tadshikorum L.)+ Sumahovh 1 (Anacardiaceae) + protein (kazeinom) 7 Aminofilin + Dexamethasone + Meptin Aminofilin + Dexamethasone + Procaterol Hcl Hemihydrate 1 8 Profilas + Histrin + Meptin Ketotifen Hydrogen Fumarat + Cetrizin DiHcl + Procaterol Hcl Hemyhidrate 1 Di-methionine+Choline bitartrate+vit B1+mononitrate+Vit B2+Vit 9 Meticol + Curcuma + Dramamine B6+Hcl+Vit B12+Vit E+biotin+ Ca pantothenate+folic acid + nicotinamide 1 + Pulverised curcuma roots + Dimenhydrinate 10 Profilas + Pronicy + Cetrizin Ketotifen Hydrogen Fumarat + Cyprohiptadine Hcl + Cetrizin 1 11 Yekaprim + Profilas + Histrin Sulfametoxazole + Trimetropin + Ketotifen Hydrogen Fumarat + Cetrizin DiHcl 1 12 Colistine + Strokain + Luminal Colystine sulfate (Polymyxin E Sulphate) + Polymigel + Phenobarbital 1 13 Erytrocin + Dextromethorphan + Meptin Erytromicin + Dextromethorphan + Procaterol DiHcl 1

95 75 C. Racikan pediatri yang terdiri dari 4 jenis obat 1. Instalasi farmasi rawat jalan No Resep Racikan Jumlah Jenis Racikan Komposisi Penggunaan Paracetamol + Dexamethasone + Carbazochrome Na sulfonate + Vitamin Pamol + Dexamethasone + Adona + vitamin K 1 K 10 2 Rhinofed + Mucopect + Homoclomin + Medixon Pseudoefedrin + Terfenadine + Ambroxol Hcl + Homoclorcyclizine Hcl + Methylprednisolone 7 3 Erytrocin + Meptin + Dextromethorphan + Mucopect Erytromicin + procaterol Hcl Hemihydrate + Dextromethorphan + Ambroxol Hcl 6 Erytrocin + Meptin + Dextromethorphan + Erytromicin + procaterol Hcl Hemihydrate + Dextromethorphan 4 Homoclomin +Homoclorcyclizine Hcl 5 Ketotifen Hydrogen Fumarat + Cetrizin DiHcl + Coenzym B12 + Profilas + Histrin + Cobazym + Rhinofed 5 Pseudoefedrin + Terfenadine 4 6 Climadan + Dexamethasone + Interhistrin + Profilas Clindamycin Hcl + Dexamethasone + Mebhydrolin Napadysilate + Ketotifen Hydrogen Fumarat 3 7 Profilas + Histrin + Rhinofed + Meptin Ketotifen Hydrogen Fumarat + Cetrizin DiHcl + Pseudoefedrin + Terfenadine + Procaterol Hcl Hemihydrate 3 Sulfametoxazole + Trimetropin + ketotifen Hydrogen Fumarat + Cetrizin Yekaprim + Profilas + Histrin + Rhinofed 8 DiHcl + Pseudoefedrin 2 Salbutamol + Ambroxol Hcl + Homoclorcyclizine Hcl + 9 Salbutamol + Mucopect + Homoclomin + Medixon Methylprednisolone 2 10 Cloracef + Dexamethasone + Aminofilin + Meptin Cephaclor + Dexamethason + Aminofilin + Procaterol Hcl Hemihydrate 1 Ambroxol Hcl + Homoclorcyclizine Hcl + Methylprednisolone + Mucopect + Homoclomin + Medixon + Romilar 11 Dexthromethorphan Hbr 1 12 Rhinofed + Mucopect + Colergis + Osadrox Pseudoefedrin + Terfenadine + Ambroxol Hcl +Bethamethasone + Dexchlorphenamine maleat + Cefadroxil monohydrate 1 13 Bronsolvan + Homoclomin + Medixon + Mucopect Theophylline + Homoclorcyclizine Hcl + Methylprednisolone + Ambroxol Hcl 1 Salbutamol + Homoclorcyclizine Hcl + Methylprednisolone + 14 Salbutamol + Homoclomin + Medixon + Rhinofed Pseudoefedrin + Terfenadine 1 15 Aminofilin + Dexamethasone + Meptin + Rovadin Aminofilin + Dexamethasone + Procaterol Hcl Hemihydrate + Spiramycin 1 16 Profilas + Histrin + Rhinofed + Mucopect Ketotifen Hydrogen Fumarat + Cetrizin DiHcl + Pseudoefedrin + Terfenadine + Ambroxol Hcl 1

96 76 Erytrocin + Aminofilin + Dextromethorphan + 17 Dexamethasone Erytromicin + Aminofilin + Dextromethorphan + Dexamethasone 1 Meptin + Mucopect + Dextromethorphan + Procaterol Hcl Hemihydrate + Ambroxol Hcl + Dextromethorphan + 18 Homoclomin Homoclorcyclizine Hcl 1 19 Climadan + Nonflamin + Homoclomin + Vit B1 Clindamycin Hcl + Tinoridine Hcl + Homoclorcyclizine Hcl + Vit B Mucopect + Nonflamin + Collergis + Romilar Ambroxol Hcl + Tinoridine Hcl + Dextromethorphan Hbr + Bethamethasone + Dexchlorphenamine maleat 1 21 Meptin + Dextromethorphan + Homoclomin + Profilas Procaterol Hcl Hemihydrate + Dextromethorphan + Homoclorcyclizine Hcl + Ketotifen Hydrogen Fumarat 1 Erytrocin + Homoclomin + Dextromethorphan + Erytromicin + Homoclorcyclizine Hcl + Dextromethorphan + 22 Luminal Phenobarbital 1 Eryrhromicin + Homoclorcyclizine Hcl + Ambroxol Hcl + 23 Erytrocin + Homoclomin + Mucopect + Medixon Methylprednisolone 1 Ketotifen Hydrogen Fumarat + Cetrizin DiHcl + Pseudoefedrin + Profilas + Histrin + Rhinofed + Cobazym 24 Terfenadine + Coenzym B Bangsal anak No Resep Racikan Jumlah Jenis Racikan Komposisi Penggunaan 1 Paracetamol + Dexamethasone + Adona + Vitamin K Paracetamol + Dexamethasone + Carbazochrome Na sulfonate + Vitamin K 9 2 Profilas + Interhistrin + Bricasma + Codein Ketotifen Hydrogen Fumarat + Mebhydrolin Napadysilate + Terbutaline sulfate + Codein 1 3 Salbutamol + Mucopect + Homoclomin + Medixon Salbutamol + Ambroxol Hcl + Homoclorcyclizine Hcl + Methylprednisolone 1 4 Sirup Thymi + Interhistrin + Profilas + Bricasma Ekstrak Thymi + Mebhydrolin Napadysilate + Ketotifen Hydrogen Fumarat + Terbutaline Sulfate 1 5 Profilas + Histrin + Homoclomin + Rhinofed Ketotifen Hydrogen Fumarat + Cetrizin DiHcl + Homoclorcyclizine Hcl + Pseudoefedrin + Terfenadine 1

97 77 D. Racikan pediatri yang terdiri dari 5 jenis obat 1. Instalasi farmasi rawat jalan No Resep Racikan Jumlah Jenis Racikan Komposisi Penggunaan Salbutamol + Mucopect + Homoclomin Salbutamol + Ambroxol Hcl + Homoclorcyclizine Hcl Medixon + Rhinofed Methylprednisolone + Pseudoefedrin + Terfenadine Bronsolvan + Homoclomin + Medixon + Theopylline + Homoclorcyclizine Hcl + Methylprednisolone Mucopect + Rhinofed Sirup Thymi + Aquadest + Interhistrin + Profilas + GG Erytrocin + Homoclomin + Mucopect + Meptin + Dextromethorphan Ambroxol Hcl + Pseudoefedrin + Terfenadine Ekstrak Thymi + Aquadest + Mebhydrolin Napadysilate + GG + Ketotifen Hydrogen Fumarat 1 Erytromicin + Homoclorcyclizine Hcl + Ambroxol Hcl + Procaterol Hcl Hemihydrate + Dextromethorphan 1 2. Bangsal anak No Resep Racikan Jumlah Jenis Racikan Komposisi Penggunaan Salbutamol + Mucopect + Homoclomin Salbutamol + Ambroxol Hcl + Homoclorcyclizine Hcl Medixon + Rhinofed Methylprednisolone + Pseudoefedrin + Terfenadine

98 78 E. Racikan pediatri yang terdiri dari 6 jenis obat 1. Instalasi farmasi rawat jalan No Resep Racikan Jumlah 1 2 Jenis Racikan Komposisi Penggunaan Ekstrak Thymi + Aquadest + Mebhydrolin Napadysilate Sirup Thymi + Aquadest + Interhistrin + Profilas + GG + + GG + Bricasma Ketotifen Hydrogen Fumarat + Terbutaline Sulfate 10 Ekstrak Thymi + Aquadest + Mebhydrolin Napadysilate Sirup Thymi + Aquadest + Interhistrin + Profilas + GG + + GG + Dexamethasone Ketotifen Hydrogen Fumarat + Dexamethasone 1 2. Bangsal anak No Resep Racikan Jumlah 1 Jenis Racikan Komposisi Penggunaan Sirup Thymi + Aquadest + Interhistrin + Profilas + GG Ekstrak Thymi + Aquadest + Mebhydrolin Napadysilate + GG 1 + Bricasma + Ketotifen Hydrogen Fumarat + Terbutaline Sulfate

99 Keterangan 79 * ** *** = dosis dan indikasi berdasarkan BNF 52 (British National Formulary 52) = dosis dan indikasi berdasarkan IONI (Informatorium Obat National Indonesia) tahun 2000 = dosis dan indikasi berdasarkan MIMS Keterangan evaluasi Indikasi X = Indikasi penggunaan racikan tidak sesuai dengan indikasi dari referensi XX = Indikasi penggunaan dari salah satu komposisi racikan tidak sesuai dengan indikasi dari referensi

100 Keterangan 80 a = adona ery = erytrocin c = cobazim his = histrine d = deksametason pse = pseudoefedrin i = isoniazid pza = pirazinamid k = vitamin K colis = colistine l = luminal homo = homoclomin p = parasetamol inter = interhistrin r = rifampisin prof = profilas m = meptin pron = pronicy t = terfenadin amino = aminofilin aq = aquadest thymi = sirup thymi B 1 = vitamin B 1 dextro =dekstrometorfan B 6 = vitamin B 6 ce = setrizin gg = gliseril guaiakolat pe = pehadoxin me = medixon mu = mucopect ry = ryzen bri = bricasma

101 81 Lampiran 4. Evaluasi Indikasi dan Dosis Racikan untuk Pasien Pediatri Di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Juli 2007 A. Parasetamol + Fenobarbital 1. Regimen dosis: 3 x sehari Keterangan = dosis parasetamol dan fenobarbital dapat ditingkatkan = dosis fenobarbital dapat ditingkatkan = kurangi dosis fenobarbital = dosis parasetamol dapat ditingkatkan No Dosis Indikasi BB Umur Dosis Referensi (mg) (kg) 1 p = 75; l = 10 Diare cair akut (x) 6,9 4 bulan 2 p = 125; l = 15 Diare cair akut (x) 13 3 tahun 3 p = 75; l =10 Demam (xx) 6,3 2 bulan 4 p = 75; l = 10 Diare dan muntah (x) 9 1 tahun 10 bulan 5 p = 166,67; l = 15 Kejang demam 11 1 tahun 3 bulan P = mg setiap 4-6 jam; l = mg/hari ( ) 6 p = 100; l = 15 Demam (xx) 9 1 tahun 1 bulan 7 p = 166,67; l = 15 Demam (xx) 12 3 tahun 2 bulan 8 p = 250; l = 15 Demam (xx) 25 7 tahun 9 bulan 9 p = 125; l = 15 Demam (xx) 12 1 tahun 6 bulan 10 p = 83,33; l = 10 Febris hari ke-3 (xx) 7,2 6 bulan 11 p = 150; l = 15 Demam (xx) 15 4 tahun 12 p = 125; l = 15 Febris hari ke-2 (xx) 12 2 tahun 13 p = 250; l = 15 Demam (xx) 35,5 10 tahun 6 bulan 14 p = 83,33; l = 10 Bronkitis akut (x) 8,5 8 bulan 15 p = 125; l = 15 Kejang demam 12,5 1 tahun 6 bulan p = ,5 mg setiap 4-6 jam; l = mg/hari ( ) 16 p = 125; l = 15 Kejang demam 10,4 1 tahun 4 bulan p = mg setiap 4-6 jam; l = 62,4-83,2mg/hari ( ) 17 p = 100; l = 10 Diare cair akut (x) 10 1 tahun 6 bulan 18 p = 83,33; l = 10 Kejang demam 8,7 10 bulan P = ,5 mg setiap 4-6 jam; l = 43,5-69,6mg/hari ( ) 19 p = 100; l = 10 GEA dehidrasi (x) 7,8 11 bulan 20 p = 150; l = 15 Demam (xx) 15 7 tahun 21 p = 250; l = 15 Febris (xx) 28 6 tahun 8 bulan

102 82 22 p = 150; l = 15 ISPA; asma (x) 14 2 tahun 10 bulan 23 p = 150; l = 15 Demam (xx) 14 5 tahun 1 bulan 24 p = 150; l = 15 Febris hari ke-1 (xx) 12 2 tahun 25 p = 150; l = 15 Demam (xx) 14,5 5 tahun 3 bulan 26 p = 125; l =15 Diare cair akut (x) 11 1 tahun 11 bulan 27 p = 100; l = 10 Vomitus dehidrasi (x) 9,8 1 tahun 3 bulan 28 p = 100; l = 10 Demam (xx) 10 2 tahun 8 bulan 29 p = 75; l = 5 Demam (xx) 4,7 5 bulan 30 p = 100; l =10 Demam (xx) 10 1 tahun 9 bulan 31 p = 250; l = 15 Febris hari ke-3 (xx) tahun 10 bulan 32 p = 100; l = 10 Vomitus dehidrasi (x) 9,8 1 tahun 3 bulan 33 p = 100; l = 10 Diare cair akut (x) 9,5 1 tahun 1 bulan 34 p = 100; l = 10 Epilepsi (xx) 10,3 1 tahun 7 bulan 35 p = 100; l = 10 Demam (xx) 10 1 tahun 7 bulan 36 p = 166,67; l = 15 DHF II (xx) - 7 tahun 2 bulan 37 p = 166,67; l = 15 Demam (xx) 19 4 tahun 4 bulan 38 p =150; l = 15 Diare cair akut (x) 9 1 tahun 0 bulan 39 P = 100; l = 10 Febris hari ke-2 ; kejang 9 1 tahun 2 bulan p = mg setiap 4-6 jam; l = mg/hari ( ) 40 p = 150; l = 15 Diare cair akut (x) 19 4 tahun 5 bulan 41 p = 75; l = 10 Febris hari ke-7 (xx) 6 5 bulan 42 p = 100; l = 10 Demam (xx) 9,6 2 tahun 43 p = 125; l = 15 Demam (xx) 16 6 tahun 9 bulan 44 p = 125; l = 15 Demam (xx) 13 2 tahun 8 bulan 45 p = 166,67; l = 15 Demam (xx) 16 3 tahun 7 bulan 46 p = 62,5; l = 7,5 Demam (xx) 6,4 6 bulan 47 p = 150; l = 15 Bronkitis (x) - 4 tahun 5 bulan 48 p = 166,67; l = 15 DF (xx) 15 2 tahun 7 bulan 49 p = 100; l = 10 Febris hari ke-3 (xx) 9 2 tahun 6 bulan 50 p = 100; l = 10 Demam) (xx) 11 1 tahun 1 bulan 51 p = 166,67; l = 15 Febris hari ke-10 (xx) 14,5 3 tahun 10 bulan 52 p = 125; l = 15 GEA dehidrasi (x) 14 4 tahun 2 bulan 53 p = 62,5; l = 10 Demam hari ke 3 (xx) 7,8 8 bulan 54 p = 125; l = 15 Demam (xx) 13 2 tahun 55 p = 150; l = 15 Demam 7 hari (xx) 18 5 tahun 10 bulan 56 p = 100; l = 10 DF (xx) 8 1 tahun 4 bulan

103 83 2. Regimen dosis : 4 x sehari No Dosis Indikasi BB (kg) Umur (mg) 1 p = 166,67; l = 15 Febris hari ke-1 (xx) 15 2 tahun 1 bulan 2 p = 200; l = 15 GEA dehidrasi (x) 5,5 2 bulan 3 P = 200; l = 15 Febris hari ke-4 (xx) 20 5 tahun 3 bulan 4 p= 200; l = 15 Diare cair akut (x) 19 1 tahun 5 bulan 5 p= 100; l = 10 Demam dengue (xx) 9 1 tahun 5 bulan 6 p = 83,33; l = 10 Diare disentiform (x) 8,3 1 tahun 7 p = 250; l = 15 Demam (x) 27 9 tahun 8 p = 100; l =10 Demam (xx) 10,3 11 bulan 9 P = 250; l =15 Febris hari ke-3 (DF-DHF) (xx) 24 4 tahun 7 bulan 10 p = ; l = - Febris hari ke-2 (xx) 7,7 9 bulan 11 p = 50; l = 5 Febris hari ke-1 (xx) 5 1 bulan 12 p = 150; l = 15 Muntah profuse (x) 15 3 tahun 2 bulan 13 p = 100; l = 10 Febris hari ke-2 (xx) 9 9 bulan 14 p = 350; l = 15 Febris hari ke-3 (xx) tahun 10 bulan 15 p = 166,67; l = 15 Febris hari ke-1 (xx) 18 5 tahun 7 bulan 16 p = 100; l = 10 Demam 5 hari (xx) 9,1 9 bulan 17 p = 100; l = 10 Diare kronis ; underweight (x) 10 2 tahun 2 bulan 18 p = 100; l = 10 Demam (xx) 8 0 tahun 8 bulan 19 p = 125; l = 15 GEA dehidrasi (x) 13 3 tahun 3 bulan

104 84 B. Ketotifen + Siproheptadin Regimen dosis = 1 x sehari Keterangan : : dosis ketotifen dan siproheptadin dapat ditingkatkan : dosis siproheptadin dapat ditingkatkan dan kurangi dosis ketotifen : dosis siproheptadin dapat ditingkatkan No Dosis (mg) Indikasi BB Umur Dosis Referensi (mg/ hari) (kg) 1 prof = 0,5 ; pron = 0,5 Febris konvulsi (x) 14 2 tahun 5 bulan 2 prof = 0,5 ; pron = 2 Infeksi virus tak khas (x) 25 7 tahun 9 bulan 3 prof = 0,25 ; pron = 0,5 Bronkitis (xx) 12 1 tahun 6 bulan 4 prof = 0,5 ; pron = 1 Febris hari ke -2 (x) 12 2 tahun 5 prof = 0,25 ; pron = 0,5 Asma 11 1 tahun prof ** = 0,3; pron = 2,8 ( ) 6 prof = 0,25 ; pron = 0,67 Bronkitis (xx) 8,5 8 bulan 7 prof = 0,5 ; pron = 1 Asma 14 2 tahun prof ** = 0,4; pron = 3,5 ( ) 8 prof = 0,5 ; pron = 1 Batuk (x) 14 5 tahun 1 bulan 9 prof = 0,25 ; pron = 0,5 Asma 10 1 tahun 9 bulan prof ** = 0,3; pron = 2,5 ( ) 10 prof = 0,5 ; pron = 0,8 Bronkiolitis (xx) 9,6 2 tahun 11 prof = 0,5 ; pron = 1 Bronkitis akut (xx) 16 6 tahun 9 bulan 12 prof = 0,5 ; pron = 1 Bronkitis (xx) - 4 tahun 5 bulan 13 prof = 0,25 ; pron = 0,5 Sesak nafas 9 2 tahun 6 bulan prof ** = 0,3; pron = 2,3 ( )

105 85 C. Siproheptadin + Ko-enzim B 12 Regimen dosis : 1 x sehari Keterangan : : dosis siproheptadin dapat ditingkatkan : dosis siproheptadin dapat ditingkatkan dan kurangi dosis ko-enzim B 12 No Dosis (mg) Indikasi BB (kg) Umur 1 pron = 1; c = 0,75 Diare cair akut (x) 13 3 tahun 2 pron = 0,25; c = 0,75 Anorexia (xx) 12 1 tahun 4 bulan 3 pron = 2; c = 1,5 Infeksi virus tak khas (x) tahun 10 bulan 4 pron = 2; c = 1,5 DHF II (x) - 7 tahun 2 bulan 5 pron = 1; c = 1,5 Diare cair akut (x) 10 1 tahun 4 bulan 6 pron = 2; c = 0,75 Infeksi virus tak khas (x) 27 8 tahun 9 bulan 7 pron = 1; c = 0,75 Infeksi saluran kemih (x) 18 5 tahun 10 bulan

106 86 D. Colistine + Vitamin B 1 Regimen dosis : 3 x sehari Ketrangan : : dosis colistine dapat ditingkatkan dan kurangi dosis vitamin B 1 No Dosis Indikasi BB (Kg) Umur Dosis Referensi (mg/hr) 1 colis = iu; B 1 = 10 mg GEA 15 2 tahun 1 bulan colis * = , ,4 iu/hari; B1 = 0,7 mg/hari ( ) 2 colis = iu; B 1 = 10 mg Diare cair akut 19 1 tahun 5 bulan colis * = , ,1 iu/hari; B 1 = 0,7 mg/hari ( ) 3 colis = iu; Diare disentiform (xx) 8,3 1 tahun B 1 = 10mg 4 colis = iu; Febris hari ke-1 (x) 5 1 bulan B 1 = 10 mg 5 colis = iu; Meteorism (x) 14,5 3 tahun 10 bulan B 1 = 10 mg 6 colis = iu; B 1 = 10 mg GEA 14 4 tahun 2 bulan colis * = iu/hari; B 1 = 0,9mg/hari ( ) 7 colist = iu; Diare kronis (xx) 10 2 tahun 2 bulan B 1 =10mg 8 colis = iu; B 1 = 10 GEA 13 3 tahun 3 bulan colis * = , ,6 iu/hari; B 1 = 0,7 mg/hari ( )

107 87 E. Parasetamol + deksametason + Karbazokrom Na sulfonat + Vitamin K Regimen dosis : 3 x sehari Keterangan : : dosis parasetamol, deksametason dan vitamin K dapat ditingkatkan : dosis parasetamol dan deksametason dapat ditingkatkan dan kurangi dosis vitamin K : dosis parasetamol dan deksametason dapat ditingkatkan No Dosis (mg) Indikasi BB (kg) Umur 1 p = 100 ; d = 0,2; a = 2; K = 0,4 Demam (xx) 9 8 bulan 2 p = -; d = - ; a = - ; K= - Demam (xx) 12 3,2 tahun 3 p = - ; d = - ; a = - ; K= - Demam (xx) 12 3 tahun 2 bulan 4 p = 100; d = 0,2; a = 2 ; K = 2 Bronkitis asmatis (x) 9,3 1 tahun 6 bulan 5 p = 100; d = 0,2 ; a = 2 ; K = 2 Febris hari ke -3 (xx) 10,6 10 bulan 6 p = 75 ; d = 0,167; a = 1,67; K = 1,67 Demam (xx) 8 10 bulan 7 p = 100; d = 0,2; a = 2 ; K = 2 Diare akut (x) 10,3 2 tahun 8 p = 125; d = 0,25; a = 2,5; K= 2,5 Demam (xx) 13 1 tahun 4 bulan 9 p = 75; d = 0,167; a = 1,67; K = 1,67 Panas hari ke-3 (xx) 7,8 8 bulan

108 Keterangan * : dosis dan indikasi berdasarkan British National formulary 52 (BNF 52) ** : dosis dan indikasi berdasarkan Infomatorium Obat National Indonesia tahun 2000 (IONI) *** : dosis dan indikasi berdasarkan MIMS 88 Keterangan Evaluasi Dosis X = Indikasi penggunaan racikan tidak sesuai dengan indikasi dari referensi XX = Indikasi penggunaan dari salah satu komposisi racikan tidak sesuai dengan indikasi dari referensi

109 Keterangan 89 a = adona his = histrine c = cobazim pse = pseudoefedrin d = deksametason pza = pirazinamid i = isoniazid colis = colistine k = vitamin K homo = homoclomin l = luminal inter = interhistrin p = parasetamol prof = profilas r = rifampisin pron = pronicy m = meptin amino = aminofilin t = terfenadin thymi = sirup thymi aq = aquadest dextro = dekstrometorfan B 1 = vitamin B 1 B 6 = vitamin B 6 ce = setrizin gg = gliseril guaiakolat pe = pehadoxin me = medixon mu = mucopect ry = ryzen bri = bricasma ery = erytrocin

110 90 Lampiran 5. Evaluasi Indikasi dan Dosis Racikan untuk Pasien Pediatri Di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Juli 2007 A. Racikan yang terdiri dari 2 jenis obat 1. Siproheptadin + Ketotifen a. Ketotifen 0,5 mg + Siproheptadin 1 mg Regimen dosis : 1 x sehari Keterangan : : dosis ketotifen dan siproheptadin dapat ditingkatkan : dosis siproheptadin dapat ditingkatkan dan kurangi dosis ketotifen : dosis siproheptadin dapat ditingkatkan No Indikasi BB (kg) Umur Dosis Referensi (mg/hari) 1 Riwayat keluarga : ibu asma 24 8 tahun prof ** = 1 ; pron = 6 ( ) 2 Diare (x) 15 3 tahun 4 bulan 3 Kontrol ; riwayat asma 15 4 tahun 6 bulan prof ** = 0,4 ; pron = 3,8 ( ) 4 Batuk (x) 16,5 4 tahun 6 bulan 5 Pilek 2 hari (x) - 2 tahun 10 bulan 6 3 hari batuk (x) - 6 tahun 2 bulan 7 Batuk (x) 20 5 tahun 10 bulan 8 Pilek (x) 19 9 tahun 2 bulan 9 Pilek (x) 13,64 4 tahun 5 bulan 10 ISPA (x) 19 6 tahun 10 bulan 11 Riwayat : bronkitis asmatis 16,5 4 tahun 10 bulan prof ** = 0,5 ; pron = 4,1 ( ) 12 Pilek (x) - 1 tahun 2 bulan 13 Asma tahun prof ** = 0,7 ; pron = 6,2 ( ) 14 Pilek (x) 14 3 tahun 5 bulan 15 Infeksi virus tak khas (x) 14 3 tahun 2 bulan 16 Muntah (x) 17,5 5 tahun 17 Pilek (x) 25 8 tahun 6 bulan 18 Batuk (x) 14 3 tahun 2 bulan 19 BKB (x) 18 4 tahun 3 bulan

111 91 20 ISPA (x) 22 3 tahun 4 bulan 21 Sesak nafas 23,5 7 tahun 8 bulan prof ** = 0,7 ; pron = 5,9 ( ) 22 Pilek (x) 15 3 tahun 3 bulan 23 Batuk (x) 19 4 tahun 8 bulan 24 Sesak jika kedinginan 17 6, 5 tahun prof ** = 0,5 ; pron = 4,2 ( ) 25 Sesak nafas 24 8 tahun 2 bulan prof ** = 0,7 ; pron = 6 ( ) 26 ISPA (x) 22 7 tahun 27 ISPA (x) 18 3 tahun 3 bulan 28 BKB (x) 22,5 7 tahun 29 Pilek (x) 15 3 tahun 10 bulan 30 Pilek (x) 20 3 tahun 9 bulan 31 Hidung tersumbat (x) 16 2 tahun 5 bulan 32 riw. Keluarga : asma 16 3 tahun 9 bulan prof ** = 0,5 ; pron = 4 ( ) 33 BKB (x) 16 3 tahun 7 bulan 34 Pilek (x) 22,5 5 tahun 8 bulan 35 Pilek (x) 28 8 tahun 0 bulan 36 Infeksi virus tak khas (x) 35,5 10 tahun 6 bulan 37 Batuk (x) 20 6 tahun 2 bulan 38 BKB (x) 17 5 tahun 2 bulan 39 BKB (x) 18,5 5 tahun 1 bulan 40 Pilek (x) 19 3 tahun 9 bulan 41 Post diare (x) 22 5 tahun 3 bulan 42 Asma 22 8 tahun 3 bulan prof ** = 0,6 ; pron = 5,5 ( ) 43 Asma 25 8 tahun 7 bulan prof ** = 0,7 ; pron = 6,2 ( ) 44 Asma 27,5 11 tahun 0 bulan prof ** = 0,8 ; pron = 6,9 ( ) 45 Batuk (x) 13 1 tahun 10 bulan 46 Pilek (x) 22 6 tahun 7 bulan 47 Rhinitis (xx) 14 2 tahun 8 bulan 48 Batuk (x) 16 4 tahun 6 bulan 49 Batuk (x) 19 6 tahun 4 bulan 50 ISPA (x) 22 7 tahun 2 bulan 51 Demam (x) 18 7 tahun 4 bulan 52 Pilek (x) 14 4 tahun 10 bulan 53 Pilek (x) 12 3 tahun 4 bulan

112 92 54 Muntah (x) 12 4 tahun 8 bulan 55 ISPA (x) 15,12 4 tahun 1 bulan 56 BKB (x) 13,9 2 tahun 5 bulan 57 Batuk (x) 31 8 tahun 2 bulan tahun 1 bulan 59 Batuk (x) 16 5 tahun 2 bulan

113 93 b. Ketotifen 0,25 mg + Siproheptadin 0,5 mg Regimen dosis : 1 x sehari Keterangan : : dosis ketotifen dan siproheptadin dapat ditingkatkan : dosis siproheptadin dapat ditingkatkan No Indikasi BB (kg) Umur Dosis Referensi (mg/hari) 1 Pilek (x) 8 1 tahun 1 bulan 2 Pilek (x) 15,5 2 tahun 1 bulan 3 Pilek 2 minggu (x) 4,50 27 hari 4 Pilek (x) 7,88 8 bulan 5 ISPA (x) 10 2 tahun 2 bulan 6 Pilek (x) 14 2 tahun 7 Riwayat : bronkiolitis asmatis 10 1 tahun 3 bulan prof ** = 0,2 ; pron = 2,5 ( ) 8 Imunisasi campak (x) 2,927 8 bulan 9 Pilek 1 minggu (x) 8 11 bulan 10 Pilek (x) 9 8 bulan 11 Pilek (x) 12 1 tahun 4 bulan 12 Riw : bronkitis asmatis 9 1 tahun 7 bulan prof ** = 0,3 ; pron = 2,3 ( ) 13 ISPA (x) 10 1 tahun 3 bulan 14 BKB (x) 10,4 8 bulan 15 ISPA (x) 10 1 tahun 16 Sesak nafas 10 1 tahun 4 bulan prof ** = 0,2 ; pron = 2,5 ( ) 17 Bronkitis (xx) 6 2 bulan 18 Pilek (x) 9,9 11 bulan 19 Pilek (x) 8,61 1 tahun 2 bulan 20 Post febris (x) 14 2 tahun 6 bulan 21 Pilek (x) 9,46 8 bulan 22 Bronkitis (xx) - 8 bulan 23 ISPA (x) 9,61 8 bulan 24 BKB (x) 12 2 tahun 25 BKB (x) 15 1 tahun 10 bulan 26 ISPA (x) 7,22 6 bulan

114 94 27 Pilek (x) 12 2 tahun 2 bulan 28 BKB (x) 8,25 7 bulan 29 Batuk (x) 8,47 7 bulan 30 ISPA (x) 6,4 4 bulan 31 Batuk (x) 12,5 2 tahun 5 bulan tahun 3 bulan 33 BKB (x) - 2 tahun 5 bulan 34 Bronkitis asmatis 13 2 tahun 4 bulan prof ** = 0,4 ; pron = 3,3 35 ISPA (x) 10 1 tahun 4 bulan 36 Alergi dingin 8 9 bulan prof ** = 0,2 ; pron = 2 37 BKB (x) 8,31 7 bulan 38 Batuk ; riw : bronkitis (xx) 8,45 9 bulan 39 ISPA (x) 9 1 tahun 2 bulan 40 Imunisasi campak (x) 8,67 8 bulan 41 Pilek ; riw : bronkitis (xx) 8,8 1 tahun 1 bulan 42-9,1 8 bulan 43 Post infeksi virus tak khas (x) 7,430 7 bulan 44 Demam (x) 12,5 2 tahun 6 bulan 45 ISPA (x) - 3 tahun 46 Pilek ; hidung tersumbat (x) 10 9 bulan 47 Pilek (x) 10 1 tahun 7 bulan 48 Pilek (x) 7,63 7 tahun 3 bulan 49 ISPA (x) 6,720 5 bulan 50 Pilek (x) 10 7 bulan tahun 2 bulan 52 Pilek (x) 12 1 tahun 7 bulan 53 Demam (x) 8,96 9 bulan 54 Pilek (x) 14,5 2 tahun 7 bulan ( ) ( )

115 95 2. Parasetamol + Fenobarbital a. Regimen dosis = 3 x sehari Keterangan = : dosis parasetamol dan fenobarbital dapat ditingkatkan : dosis fenobarbital dapat ditingkatkan No Dosis (mg) Indikasi BB (Kg) Umur Dosis Referensi (mg/hari) 1 p = 83,33 ; l = 10 Demam (xx) 6,7 8 bulan 2 p = 83,33 ; l = 10 Demam (xx) 6,5 4,5 bulan 3 p = 83,33 ; l = 10 Demam (xx) 6,59 3 bulan 4 p = 83,33 ; l = 10 Demam (xx) - 1 tahun 3 bulan 5 p = 83,33 ; l = 10 Demam (xx) 7,63 7 tahun 3 bulan 6 p = 100 ; l = 10 Demam mulai malam (xx) 11,5 1 tahun 1 bulan 7 p = 100 ; l = 10 Demam (xx) 9,46 8 bulan 8 p = 100 ; l = 10 Demam (xx) 9,31 8 bulan 9 p = 100 ; l = 10 Demam (xx) 11 1 tahun 8 bulan 10 p = 100 ; l = 10 Pilek (x) 10 9 bulan 11 p = 125 ; l = 15 Demam 4 hari (xx) 12,62 2 tahun 8 bulan 12 p = 125 ; l = 15 Demam, riwayat. kejang 13,64 4 tahun 5 bulan P = 136,4 204,6 mg tiap 4-6 jam ; l = 81,8 109,1 mg/hari ( ) 13 p = 125 ; l = 15 Demam (xx) 13 2 tahun 3 bulan 14 p = 125 ; l = 15 Demam ; riw. kejang 12,5 2 tahun 6 bulan P = ,5 mg tiap 4-6 jam ; l = mg/hari ( ) 15 p = 125 ; l = 15 ISPA (x) - 3 tahun 16 p = 166,67 ; l = 15 Demam (xx) 12 2 tahun 1 bulan 17 p = 166,67 ; l = 15 Demam 2 hari ; riw. kejang 14 3 tahun 5 bulan P = mg tiap 4-6 jam ; l = mg/hari ( ) 18 p = 166,67 ; l = 15 Demam (xx) 15,5 5 tahun 6 bulan 19 p = 166,67 ; l = 15 Demam 4 hari (xx) 19 4 tahun 6 bulan 20 p = 166,67 ; l = 15 Demam (xx) 15 5 tahun 8 bulan 21 p = 166,67 ; l = 15 Demam (xx) 15,5 2 tahun 10 bulan 22 p = 166,67 ; l = 15 Demam (xx) 14 4,5 tahun 23 p = 166,67 ; l = 15 Demam (xx) 16 4 tahun 9 bulan 24 p = 166,67 ; l = 15 Demam (xx) 14,5 4 tahun 7 bulan 25 p = 166,67 ; l = 15 Demam (xx) 22 6 tahun 7 bulan 26 p = 166,67 ; l = 15 Demam (xx) 18 7 tahun 4 bulan 27 p = 166,67 ; l = 15 Demam (xx) 13 3 tahun 4 bulan 28 p = 166,67 ; l = 15 Demam (xx) 20 6 tahun 6 bulan

116 96 29 p = 166,67 ; l = 15 Demam (xx) 19 4 tahun 8 bulan 30 p = 166,67 ; l = 15 Demam (xx) 15,12 4 tahun 1 bulan 31 P = 250 ; l = 15 Sakit perut (x) 22 4 tahun 11 bulan 32 P = 250 ; l = 15 Demam (xx) 34,5 7 tahun 33 P = 250 ; l = 15 BKB (x) 24 5 tahun 34 P = 250 ; l = 15 Demam 3 hari (xx) 24 4 tahun 4 bulan 35 P = 250 ; l = 15 Demam (xx) 24 9 tahun 5 bulan 36 P = 250 ; l = 15 Demam (xx) 28 8 tahun 37 P = 250 ; l = 15 Demam (xx) tahun 4 bulan 38 P = 250 ; l = 15 Demam (xx) 39 8 tahun 11 bulan 39 P = 250 ; l = 15 Demam ; riw. kejang 20 6 tahun 2 bulan P = mg tiap 4 6 jam ; l = mg/hari ( ) 40 P = 250 ; l = 15 Demam hari ke 3 (xx) 39 8 tahun 9 bulan 41 P = 250 ; l = 15 Demam (xx) 28 9 tahun 7 bulan 42 P = 250 ; l = 15 Demam (xx) 30 9 tahun 1 bulan 43 P = 250 ; l = 15 Demam (xx) tahun 4 bulan

117 97 b. Regimen dosis : 4 x sehari No Dosis (mg) Indikasi BB (kg) Umur Dosis Referensi (mg/hari) 1 p = 83,33 ; l = 10 Riwayat Bronkopneumonia (x) 7,92 10 bulan 2 p = 83,33 ; l = 10 Demam (xx) 7,48 7 bulan 3 p = 100 ; l = 10 Demam (xx) 8,2 1 tahun 4 bulan 4 p = 100 ; l = 10 Demam (xx) 9,4 7 bulan 5 p = 100 ; l = 10 Demam (xx) 8,5 8 bulan 6 p = 100 ; l = 10 Demam (xx) 10 1 tahun 7 bulan 7 p = 100 ; l = 10 Demam (xx) 8,5 1 tahun 2 bulan 8 p = 100 ; l = 10 Demam (xx) 7,8 8 bulan 9 p = 100 ; l = 10 Batuk pilek (x) 9,7 1 tahun 10 bulan 10 p = 100 ; l = 10 Demam (xx) 9,7 1 tahun 7 bulan 11 p = 125 ; l = 15 Demam (xx) 11,5 1 tahun 12 p = 125 ; l = 15 Kejang demam 10,4 1 tahun 4 bulan P = mg tiap 4-6 jam ; l = 62,4 83,2 mg/hari ( ) 13 p = 125 ; l = 15 Demam ; riw. kejang 12,4 2 tahun 4 bulan P = mg tiap 4-6 jam ; l = 74,4 99,2 mg/hari ( ) 14 p = 166,67 ; l = 15 Batuk pilek (x) 13,4 1 tahun 8 bulan 15 p = 166,67 ; l = 15 Demam (xx) 13 1 tahun 9 bulan 16 p = 166,67 ; l = 15 Demam (xx) 14 4 tahun 9 bulan 17 p = 166,67 ; l = 15 Demam (xx) 15,5 5 tahun 18 p = 166,67 ; l = 15 Demam (xx) 14,5 4 tahun 4 bulan 19 p = 166,67 ; l = 15 Diare (x) 13 1 tahun 9 bulan 20 p = 225 ; l = tahun 3 bulan 21 p = 225 ; l = 15 Batuk (x) 21 7 tahun 22 p = 225 ; l = 15 Demam (xx) 21 6 tahun 10 bulan 23 p = 175 ; l = 15 Demam (xx) 17,5 5 tahun 9 bulan 24 p = 175 ; l = 15 Demam (xx) 16 6 tahun 5 bulan 25 p = 175 ; l = 15 Demam (xx) - 3 tahun 7 bulan 26 p = 75 ; l = 5 Demam (xx) 6,7 8 bulan 27 p = 200 ; l = 15 Kejang demam 17,5 3 tahun 6 bulan P = ,5 mg tiap 4-6 jam ; l = mg/hari ( ) 28 p = 275 ; l = tahun 29 p = 400 ; l = 10 Kontrol riwayat bronkitis (x) tahun

118 98 3. Siproheptadin + Ko-enzim B 12 a. Siproheptadin 1 mg + Ko-enzim B 12 0,75 mg Regimen dosis = 1 x sehari Keterangan : : dosis siproheptadin dapat ditingkatkan dan kurangi dosis ko-enzim B 12 No Indikasi Berat Badan (kg) Umur 1 Pre infeksi virus tak khas (x) 15,5 3 tahun 9 bulan 2 Sakit perut (x) 15,5 4 tahun 6 bulan 3 BAB cair (x) 9 1 tahun 1 bulan 4 Post diare (x) 9,5 11 bulan 5 Febris hari ke-1 (x) 13,5 4 tahun 5 bulan 6 ISPA (x) 15 3 tahun 11 bulan 7 Demam hari ke 4 (x) 9,5 2 tahun 2 bulan 8 Imunisasi (x) 10,2 2 tahun 2 bulan 9-11,52 1 tahun 1 bulan 10-7,81 9 bulan b. Siproheptadin 2 mg + ko-enzim B 12 1,5 mg Regimen dosis = 1x sehari No Indikasi Berat Badan (kg) Umur Dosis Referensi (mg/hari) 1 BAB 3 x berlendir (x) 13 4 tahun 2 bulan 2 Infeksi virus tak khas (x) 8,5 7 tahun 1 bulan 3 Post DHF (x) - 10 tahun 7 bulan 4 Hernia inguinalis lateral (x) 19 5 tahun 5 Demam (x) 24 9 tahun 5 bulan 6 Febris hari 3 (x) 15 5 tahun 8 bulan 7 Diare cair (x) 16 3 tahun 7 bulan 8 Demam hari ke-3 (x) 39 8 tahun 9 bulan 9 Diare (x) 16 3 tahun 2 bulan 10 Bintik-bintik merah di wajah 17 4 tahun 10 bulan pron = 4,25 ; c *** = 0,24 1,46 ( ) 11 Demam (x) 13 3 tahun 4 bulan 12 Diare (x) 12,5 2 tahun 7 bulan

119 99 4. Pirazinamid + Ko-enzim B 12 Regimen dosis : 2 x sehari Keterangan : : kurangi dosis Ko-enzim B 12 No Dosis (mg) Indikasi B B (kg) Umur Dosis Referensi (mg/hari) 1 pza = 125 ; c = 0,6 Sesak nafas, batuk 2 hari (TB) 11 1 tahun 4 bulan pza = ; c *** = 0,2 0,9 ( ) 2 pza = 125 ; c = 0,6 Kontrol ; post diare (x) 10,16 1 tahun 9 bulan 3 pza = 125 ; c = 0,6 Batuk (x) 11 1 tahun 4 bulan 4 pza = 125 ; c = 0,6 Bronkopneumonia (x) 11 1 tahun 8 bulan 5 pza = 100 ; c = 0,6 Riwayat bronkopneumonia (x) 7,92 10 bulan 6 pza = 100 ; c = 0,6 TB 8,28 1 tahun pza = 124,2 248,2 ; c *** = 0,1 0,7 ( ) 7 pza = 100 ; c = 0,6-8,6 1 tahun 8 pza = 175 ; c = 1 TB 16 5 tahun pza = ; c *** = 0,2 1,4 ( ) 9 pza = 175 ; c = 1 Batuk pilek (x) 15,5 3 tahun 6 bulan 10 pza = 250 ; c = 1 Batuk di malam hari (x) 20 8 tahun 7 bulan 11 pza = 250 ; c = 1 Bronkitis (x) 22 8 tahun 8 bulan 12 pza = 200 ; c = 1 TB 18 4,5 tahun pza = ; c *** = 0,3 1,5 ( ) 13 pza = 200 ; c = 1 Bronkitis (x) 17 5 tahun 9 bulan 14 pza = 125 ; c = 1 Bronkopneumonia (x) 11 1 tahun 7 bulan 15 pza = 125 ; c = 1-11,34 2 tahun 1 bulan 16 pza = 275 ; c = 1,5 TB 26,5 9 tahun 4 bulan pza = 397,5 795 ; c *** = 0,4 2,3 ( ) 17 pza = 275 ; c = 1 TB 25,5 4 tahun 2 bulan pza = 382,5 765 ; c *** = 0,4 2,2 18 pza = 70 ; c = 0,6 Benjolan di belakang telinga kanan (x) 5,87 7 bulan 19 pza = 150 ; c = 0,6 TB 12 2 tahun 2 bulan pza = ; c *** = 0,2 1,0 ( ) 20 pza = 150 ; c = 1-12,5 2 tahun 4 bulan

120 Ketotifen + Setrizin Regimen dosis = 1 x sehari No Dosis (mg) Indikasi BB (kg) Umur Dosis Referensi (mg/hari) 1 prof = 0,3 ; his = 2,5 Sesak nafas (asma) 11 1 tahun 4 bulan prof ** = 0,3 ; his = 2,5 2 prof = 0,3 ; his = 2,5 Bronkopneumonia (sesak nafas) (xx) 11 1 tahun 7 bulan 3 prof = 0,3 ; his = 2,5-11,34 2 tahun 1 bulan 4 prof = 0,3 ; his = 2,5 Batuk (x) 11 1 tahun 4 bulan 5 prof = 0,5 ; his = 5 TB (x) 26,5 9 tahun 4 bulan 6 prof = 0,5 ; his = 5 Bronkitis (xx) 22 8 tahun 8 bulan 7 prof = 0,4 ; his = 3,3 Bronkopneumonia (sesak nafas) (xx) 16 5 tahun 8 prof = 0,4 ; his = 3,3 Batuk (x) 15,5 3 tahun 6 bulan 9 prof = 0,5 ; his = 4 Batuk (x) 20 8 tahun 7 bulan 10 prof = 0,5 ; his = 4 Bronkopneumonia (sesak nafas) (xx) 18 4,5 tahun 11 prof = 0,25 ; his = 1,67 Bronkopneumonia (sesak nafas) (xx) 8,28 1 tahun 12 prof = 0,2 ; his = 1 Pilek (x) 4,62 1 bulan 13 prof = 0,2 ; his = 1 Pilek (x) 5,89 7 bulan 14 prof = 0,2 ; his = 1,67 Bronkopneumonia (sesak nafas) (xx) 7,92 10 bulan 15 prof = 0,25 ; his = 2,5 Bronkopneumonia (sesak nafas) (xx) 11 1 tahun 8 bulan

121 Ketotifen + Setrizin Regimen dosis : 1 x sehari Keterangan : : dosis ketotifen dapat ditingkatkan No Dosis (mg) Indikasi BB (kg) Umur Dosis Referensi (mg/hari) 1 prof = 0,5 ; ry = 5 Batuk berlendir (x) 25 6 tahun 6 bulan 2 prof = 0,5 ; ry = 5 Batuk kering 2 hari (x) 22 4 tahun 4 bulan 3 prof = 0,5 ; ry = 5 Faringitis (xx) 34,5 7 tahun 4 prof = 0,5 ; ry = 5 BKB (x) 24 5 tahun 5 prof = 0,5 ; ry = 5 Batuk (x) 36 6 tahun 11 bulan 6 prof = 0,5 ; ry = 5 TB (x) 25 8 tahun 3 bulan 7 prof = 0,5 ; ry = 5 Rhinitis (xx) 23 4 tahun 10 bulan 8 prof = 0,5 ; ry = 5 Batuk (x) 27,5 4 tahun 6 bulan 9 prof = 0,5 ; ry = 5 BKB (x) 38,5 10 tahun 2 bulan 10 prof = 0,5 ; ry = 5 Rhinitis (xx) 22 4 tahun 10 bulan 11 prof = 0,5 ; ry = 5 Pilek (x) 22 4 tahun 11 bulan 12 prof = 0,5 ; ry = 5 ISPA (x) - 9 tahun 2 bulan 13 prof = 0,5 ; ry = 5 Asma 44 9 tahun 11 bulan prof ** = 1,3 ; ry = 5 10 ( ) 14 prof = 0,5 ; ry = 5 Demam (x) tahun 4 bulan 15 prof = 0,5 ; ry = 5 Pilek (x) 32 7 tahun 3 bulan 16 prof = 0,5 ; ry = 5 Asma 41,5 10 tahun 4 bulan prof ** = 1,2 ; ry = 5 10 ( ) 17 prof = 0,25 ; ry = 2,5 Urtikaria 14 1 tahun 5 bulan prof ** = 0,4 ; ry = 2,5 ( )

122 Rifampisin + Isoniazid + vitamin B 6 Regimen dosis: 1 x sehari Keterangan: : Kurangi dosis rifampisin : Dosis Isoniazid dan vitamin B6 dapat ditingkatkan dan kurangi dosis rifampisin No Dosis (mg) Indikasi BB (kg) Umur Dosis Referensi (mg/hari) 1 r = 125 ; i = 150 ; B 6 = 15 TB 11 1 tahun 8 bulan r = 110 ; i = ; B 6 = ( ) 2 r = 75 ; i = 75 ; B 6 = 7.5 TB 6,85 1 tahun 1 bulan r = 68,5 ; i = 68,5-137 ; B 6 = 6,9-13,7 ( ) 3 r = 300 ; i = 275 ; B 6 = 27.5 TB 29 5 tahun 11 bulan r = 290 ; i = ; B 6 = ( ) 4 r = 175 ; i = 150 ; B 6 = 15 TB - 2 tahun 4 bulan r = - ; i = - ; B 6 = - 5 r = 175 ; i = 150 ; B 6 = 15 TB 12,5 10 bulan r = 125 ; i = ; B 6 = 12,5-25 ( ) 6 r = 150 ; i = 150 ; B 6 = 15 TB 12 1 tahun 8 bulan r = 120 ; i = ; B 6 = Isoniazid + Vitamin B 6 + Ko-enzim B 12 Regimen dosis: 1 x sehari No Dosis (mg) Indikasi BB (kg) Umur Dosis Referensi (mg/hari) 1 I = 300 ; B 6 = 30 ; c = 1 Pleura effusion TB 25 6 tahun 9 bulan I = ; B 6 = ; c *** = 0,4 2,1 2 I = 300 ; B 6 = 30 ; c = tahun 10 bulan 3 I = 150 ; B 6 = 15 ; c = 0,6 TB 11,5 2 tahun I = ; B 6 = 11,5 23 ; c *** = 0,2 1 4 I = 300 ; B 6 = 30 ; c = 1,5 TB 22,5 7 tahun 11 bulan I = ; B 6 = 225,5 ; c *** = 0,3 1,9 5 I = 200 ; B 6 = 20 ; c = 1 TB 15 5 tahun 5 bulan I = ; B 6 = ; c *** = 0,2 1,3

123 103 B. Racikan yang terdiri dari 3 jenis obat 1. Rifampisin + Isoniasid + Vitamin B 6 + Siproheptadin Regimen dosis = 1 x sehari Keterangan : : Dosis siproheptadin dapat ditingkatkan dan kurangi dosis rifampisin : Dosis siproheptadin dan rifampisin dapat ditingkatkan No Dosis (mg) Indikasi BB (kg) Umur Dosis referensi (mg/hari) 1 R=375 ;Pe=300 ;Pron=0,4 TB 28 7 tahun 9 bulan R=280 ; I= ; B6=28-56 ; Pron =7 ( ) 2 R=375 ;Pe=275 ;Pron=0,4 Pilek (x) 26,5 5 tahun 10 bulan 3 R=375 ;Pe=250 ;Pron=0,4 TB 25 6 tahun 7 blulan R=250 ; I= ; B6=25-50 ; Pron = 6,3 ( ) 4 R=375 ;Pe=250 ;Pron=0,4 TB - 6 tahun R= - ; I = - ; B6 = - ; Pron = - 5 R=350 ;Pe=275 ;Pron=0,27-26,5 9 tahun 3 bulan 6 R=350 ;Pe=275 ;Pron=0,27 TB 26,5 9 tahun 4 bulan R=265 ; I= ; B6=26,5-53 ; Pron =6,6 ( ) 7 R=350 ;Pe=250 ;Pron=0,27 TB tahun 2 bulan R=255 ; I= ; B6=25,5-51 ; Pron =6,4 ( ) 8 R=325 ;Pe=250 ;Pron=0,4 TB 23,5 4 tahun 2 bulan R=235 ; I= ; B6=23,5-47 ; Pron=5,9 ( ) 9 R=325 ;Pe=225 ;Pron=0,4 TB 20 7 tahun 1 bulan R=200 ; I= ; B6=20-40 ; Pron =5 ( ) 10 R=325 ;Pe=225 ;Pron=0,27 Batuk (x) 20 8 tahun 7 bulan 11 R=325 ;Pe=225 ;Pron=0,27 Bronkitis (x) 22 8 tahun 8 bulan 12 R=300 ;Pe=200 ;Pron=0,4 Riwayat : bronkitis asmatis (x) 18 5 tahun 1 bulan 13 R=300 ;Pe=200 ;Pron=0,4 TB 18,5 5 tahun 1 bulan R=185 ; l= ; B6=18,5-37 ; Pron = 4,6 ( ) 14 R=300 ;Pe=200 ;Pron=0,4 TB tahun 6 bulan R=205 ; I= ; B6=20,5-41 ; Pron =5,1 ( ) 15 R=300 ;Pe=250 ;Pron=1 TB 25 8 tahun 3 bulan R=250 ; I= ; B6=25-50 ; Pron =6,3 ( ) 16 R=275 ;Pe=200 ;Pron=0.4 TB 19,5 5 tahun 2 bulan R=195 ; I= ; B6=19,5-39 ; Pron =4,9 ( ) 17 R=275 ;Pe=200 ;Pron=0.4 TB 19 5 tahun R=190 ; I= ; B6=19-36 ; Pron =4,8 ( ) 18 R=250 ;Pe=300 ;Pron=1 TB 26 9 tahun 7 bulan R=260 ; I= ; B6=26-52 ; Pron =6,5 ( ) 19 R=250 ;Pe=200 ;Pron=0.27 TB 18 4,5 tahun R=180 ; I= ; B6=18-36; Pron = 4,5 ( ) 20 R=250 ;Pe=175 ;Pron=0.27 TB 17,5 3 tahun 6 bulan R=175 ; I= ; B6=17,5-35 ; Pron =4,4 ( ) 21 R=250 ;Pe=175 ;Pron=0.27 Bronkitis (x) 17 5 tahun 9 bulan 22 R=225 ;Pe=175 ;Pron=0,4 TB 16 4 tahun 3 bulan R=160 ; I= ; B6 =16-32 ; Pron =4 ( ) 23 R=225 ;Pe=175 ;Pron=0,4 Batuk (x) 15,5 3 tahun 6 bulan 24 R=225 ;Pe=175 ;Pron=0,4 Bronkitis (x) 16,5 3 tahun 4 bulan

124 R=225 ;Pe=150 ;Pron=0,4 TB 14 2 tahun 5 bulan R=140 ; I= ; B6=14-28 ; Pron=3,5 ( ) 26 R=200 ;Pe=150 ;Pron=0,4 Bronkopneumonia (x) 13 2 tahun 5 bulan 27 R=200 ;Pe=150 ;Pron=0,4 TB 12,6 3 tahun R=126 ; I= ; B6=12,6-25,2 ; Pron =3,2 ( ) 28 R=200 ;Pe=125 ;Pron=0,4 TB 12,5 2 tahun 10 bulan R=125 ; I= ; B6=12,5-25 ; Pron =3,1 ( ) 29 R=175 ;Pe=125 ;Pron=1 Batuk (x) 12,5 2 tahun 4 bulan 30 R=175 ;Pe=125 ;Pron=0,4 TB 12,5 2tahun 1 bulan R=125; I= ; B6=12,5-25 ; Pron =3,1 ( ) 31 R=175 ;Pe=125 ;Pron=0,4 TB 11,34 2 tahun 1 bulan R=113,4 ;I=113,4-226,8 ;B6=11,3-22,7;Pron =2,8 ( ) 32 R=175 ;Pe=125 ;Pron=0,4 TB 12 2 tahun 2 bulan R=120 ; I= ; B6=12-24 ; Pron =3 ( ) 33 R=175 ;Pe=125 ;Pron=0,27 Pilek (x) 11 1 tahun 4 bulan 34 R=175 ;Pe=125 ;Pron=0,27 Bronkopneumonia (x) 11 1 tahun 7 bulan 35 R=150 ;Pe=125 ;Pron=0,27 TB 11 1 tahun 4 bulan R=110 ; I= ; B6=11-22 ; Pron =2,8 ( ) 36 R=150 ;Pe=125 ;Pron=0,4 TB 10,5 2 tahun 2 bulan R=105 ; I= ; B6=10,5-21; Pron =2,6 ( ) 37 R=150 ;Pe=125 ;Pron=0,4 TB 11 2 tahun 3 bulan R=110 ; I= ; B6=11-22 ; Pron =2,8 ( ) 38 R=150 ;Pe=100 ;Pron=0,4 Bronkopneumonia (x) 9,7 1 tahun 5 bulan 39 R=150 ;Pe=100 ;Pron=0,4 Bronkopneumonia (x) 10 1 tahun 7 bulan 40 R=150 ;Pe=125 ;Pron=0,27 Kontrol; post diare (x) 10,16 1 tahun 9 bulan 41 R=150 ;Pe=125 ;Pron=0,27-11,34 2 tahun 1 bulan 42 R=150 ;Pe=125 ;Pron=0, tahun 4 bulan 43 R=150 ;Pe=125 ;Pron=0,27 Bronkopneumonia (x) 11 1 tahun 8 bulan 44 R=125 ;Pe=100 ;Pron=0,4 Rhinofaringitis (xx) 9,370 1 tahun 45 R=125 ;Pe=100 ;Pron=0,4 TB 8,6 1 tahun R=86 ; I= ; B6=8,6-17,2 ; Pron =2,2 ( ) 46 R=125 ;Pe=100 ;Pron=0,27 TB 8,28 1 tahun R=82, ; I=82, ; B6=8,3-16,6 ; Pron =2,1 ( ) 47 R=100 ;Pe=100 ;Pron=0, bulan 1 hari R=79.2 ; I= ; B6=7,9-15,8 ; Pron =2 ( ) 48 R=100 ;Pe=100 ;Pron=0,4 Bronkopneumonia (x) 7,93 10 bulan 49 R=75 ;Pe= 60 ;Pron=0,27 Benjolan di belakang telinga kanan (x) 5,870 7 bulan

125 Ketotifen + Setrizin + Ko-enzim B 12 Regimen dosis = 1 x sehari No Dosis (mg) Indikasi BB (kg) Umur 1 prof = 0,33 ; h = 2,5 ; c = 1 Bronkitis (xx) 11,34 2 tahun 1 bulan 2 prof = 0,5; h = 4 ; c = 1 Bronkitis (xx) 17 4 tahun 7 bulan 3 prof = 0,33 ; h = 2,5 ; c = 1 Pilek (x) 12,5 2 tahun 9 bulan 4 prof = 0,2; h = 2 ; c = 1 Bronkopneumonia (sesak nafas) (xx) 10 1 tahun 7 bulan 5 prof = 0,5 ; h = 4 ; c = 1,5 TB (x) 20 7 tahun 1 bulan 6 prof = 0,25 ; h = 2,5 ; c = 1 Bronkopneumonia (sesak nafas) (xx) 12,6 3 tahun 7 prof = 0,5 ; h = 4 ; c = 1 TB (x) 19 5 tahun 8 prof = 0,25 ; h = 1,67 ; c = 0,75 Bronkopneumonia (sesak nafas) (xx) 7,93 0 tahun 10 bulan 9 prof = 0,33 ; h = 3,33 ; c = 1 TB (x) 14 2 tahun 5 bulan 10 prof = 0,5 ; h = 4 ; c = 1,2 TB (x) 18,5 5 tahun 1 bulan 11 prof = 0,4 ; h = 3,33 ; c = 1 Bronkitis (xx) 16,5 3 tahun 4 bulan 12 prof = 0,75 ; h = 5 ; c = 1,5 Bronkitis (xx) 28 7 tahun 9 bulan 13 prof = 0,5; h = 4 ; c = 1 Bronkitis (xx) 20,5 5 tahun 6 bulan 14 prof = 0,4; h = 4 ; c = 1 Bronkopneumonia (sesak nafas) (xx) 17,5 3 tahun 6 bulan 15 prof = 0,4 ; h = 3,33 ; c = 1 Bronkopneumonia (sesak nafas) (xx) 16 4 tahun 3 bulan 16 prof = 0,33 ; h = 2,5 ; c = 0,75 Bronkopneumonia (sesak nafas) (xx) 12,5 2 tahun 1 bulan 17 prof = 0,33; h = 2,5 ; c = 1 Bronkopneumonia (sesak nafas) (xx) 13 2 tahun 5 bulan 18 prof = 0,25 ; h = 2,5 ; c = 0,75 Bronkitis (xx) 12,5 2 tahun 10 bulan 19 prof = 0,2 ; h = 1 ; c = 0,3 (2x1) Batuk, pilek (x) 5,55 0 tahun 3 bulan 20 prof = 0,5 ; h = 5 ; c = 1,5 TB (x) 23,5 4 tahun 2 bulan 21 prof = 0,2 ; h = 2,5 ; c = 0,6 Bronkopneumonia (sesak nafas) (xx) 9,7 1 tahun 6 bulan 22 prof = 0,5 ; h = 4 ; c = 1,2 TB (x) 19,5 5 tahun 2 bulan

126 Ketotifen + Siproheptadin + Setrizin Regimen dosis = 1 x sehari Keterangan : : dosis ketotifen dan siproheptadin dapat ditingkatkan : dosis siproheptadin dapat ditingkatkan : dosis siproheptadin dapat ditingkatkan dan kurangi dosis ketotifen No Dosis (mg) Indikasi BB (kg) Umur Dosis Referensi (mg/hr) 1 prof = 0,5 ; pron = 1 ; ce = 5 BKB (x) 20 4 tahun 5 bulan 2 prof = 0,5 ; pron = 1; ce = 5 BKB (x) 17,5 5 tahun 1 bulan 3 prof = 0,5 ; pron = 1; ce = 5-17,5 5 tahun 1 bulan 4 prof = 0,5; pron = 1 ; c = 5 ISPA (x) 31,5 7 tahun 11 bulan 5 prof = 0,5; pron = 1; ce = 5 Batuk (x) 17 4 tahun 5 bulan 6 prof = 0,5; pron = 1; ce = 5 Batuk; pilek (x) 39 8 tahun 11 bulan 7 prof = 0,5 ; pron = 1; ce= 5 Batuk; pilek (x) 25 8 tahun 6 bulan 8 prof = 0,5 ; pron = 1 ; ce = 5 Asma 34,5 8 tahun 5 bulan prof ** = 1; pron = 8,6; ce= 5 10 ( ) 9 prof = 0,5 ; pron = 1 ; ce = 5 Batuk (x) 21,5 6 tahun 8 bulan 10 prof = 0,5; pron = 1; ce = 5 Batuk (x) - 3 tahun 9 bulan 11 prof = 0,5 ; pron = 1 ; ce= 5 Batuk berdahak (x) 14,5 4 tahun 3 bulan 12 prof = 0,5 ; pron = 1 ; ce = 5 Batuk (x) 15 2 tahun 2 bulan 13 prof = 0,5 ; pron= 1 ; ce = 5 BKB (x) 28 8 tahun 5 bulan 14 prof = 0,5; pron = 1; ce = 5 BKB (x) 11,5 3 tahun 10 bulan 15 Prof = 0,5; pron = 1; ce = 5 BKB (x) 19 4 tahun 7 bulan 16 prof = 0,5; pron = 1; ce = 5 Asmatis 25 9 tahun 0 bulan prof ** = 0,7; pron = 6,2; ce = 5 10 ( ) 17 prof = 0,5; pron = 1; ce = 5 3 hari batuk pilek (x) 15 3 tahun 6 bulan 18 prof = 0,5; pron = 1; ce = 5-17,5 5 tahun 1 bulan 19 prof = 0,5; pron = 1; ce = 5 2 hari batuk (x) 24,5 6 tahun 7 bulan 20 prof = 0,25; pron = 0,5; ce = 2,5 Batuk (x) 12,5 2 tahun 21 prof = 0,5 ; pron = 1 ; ry = 5 Batuk, pilek (x) 41,5 7 tahun 9 bulan

127 Ketotifen + Setrizin + Procaterol HCl Regimen dosis : 2 x sehari No Dosis (mg) Indikasi BB (kg) Umur 1 prof = 0,33 ; h = 1,67 ; m = 0,008 (1x1) 5 hari batuk pilek (x) 8,6 1 tahun 2 prof = 0,33 ; h = 1,67 ; m = 0,008 (1x1) Bronkitis (xx) 8,6 1 tahun 3 prof = 0,2 ; h = 1; m = 0,001 Flu (x) 8,41 9 bulan 4 prof = 0,25; h = 1,67; m = 0,008 Pilek (x) 7,58 8 bulan 5 prof = 0,25; h = 1,67; m = 0,008 Pilek (x) 7,48 7 bulan 6 prof = 0,25; h = 1,67; m = 0,01-9,55 11 bulan 7 prof = 0,5; h = 2; m = 0, tahun 5. Aminofilin + Deksametason + Procaterol HCl No Dosis (mg) Regimen Dosis Indikasi BB (kg) Umur 1 amino = 20 ; d = 0,17 ; m = 0, x sehari bila pilek Muntah ; panas (x) 8 10 bulan 6. Eritromisin + Homoklorsiklizin HCl + Dekstrometorfan Regimen dosis : 3 x sehari No Dosis (mg) Indikasi BB (kg) Umur 1 ery = 125; homo = 2 ; dextro = 3 ISPA (xx) 10,22 2 tahun 8 bulan 2 ery = 100 ; homo = 2 ; dextro = 3 ISPA (xx) 10 1 tahun 6 bulan 3 ery = 100 ; homo = 2 ; dextro = 3 ISPA (xx) 10,52 1 tahun 10 bulan 4 ery = 100 ; homo = 2 ; dextro = 2 ISPA (xx) 10,64 2 tahun 1 bulan 5 ery= 90 ; homo= 1,5 ; dextro = 2 ISPA (xx) 9 7 bulan 6 ery = 100 ; homo= 2 ; dextro = 3 Batuk (xx) 10 1 tahun

128 108 C. Racikan yang terdiri dari 4 jenis obat 1. Parasetamol + deksametason + Karbazokrome Na sulfonat + vitamin K Regimen dosis : 3 x sekali ~ = regimen dosis : bila panas 1 bungkus No Dosis (mg) Indikasi BB (kg) Umur 1 P = 75; d = 0,17 ; a = 1,67; K = 1,67 Panas (xx) 8,38 11 bulan 2 p = 175; d = 0,25; a = 2,5; K =2,5 Demam 2 hari (xx) 20 6 tahun 2 bulan 3 p = 250;l d = 0,33; a = 3,33; K = 3,33 Demam 2 hari (xx) 24 9 tahun 5 bulan 4 p = 125; d = 0,25; a = 2,5 ; K = 2,5 (~) Epilepsi (x) 13,5 3 tahun 8 bulan 5 p = 75; d = 0,167 ; a = 1,67; K = 1,67 Demam 3 hari (xx) 6,66 0 tahun 8 bulan 6 p =100; d = 0,2; a = 2; K = 3,33 Demam (xx) 10,5 1 tahun 2 bulan 2. Eritromicin + Prokaterol HCl + Dekstrometorfan + Ambroksol HCl Regimen dosi 3 x sehari No Dosis (mg) Indikasi BB (kg) Umur 1 ery = 150 ; m = 0,012 ; dextro = 4 ; mu = 6 Batuk 5 hari (xx) 14 3 tahun 2 bulan 2 ery = 225 ; m = 0,02 ; dextro = 8 ; mu = 10 Batuk 5 hari (xx) 23,5 7 tahun 4 bulan 3 ery = 175 ; m = 0,015 ; dextro = 5 ; mu = 8 ISPA (xx) 18,5 5 tahun 8 bulan 4 erytro = 175 ;m = 0,0175 ; dextro = 7 ;mu = 8 ISPA (xx) 16,5 6 tahun 10 bulan 5 ery = 200 ; m = 0,015 ; dextro = 5 ; mu = 8 Batuk (xx) 31 4 tahun 6 ery = 175; m = 0,015; dextro = 5; mu = 8 ISPA (xx) 23 4 tahun 2 bulan

129 Pseudoefedrin + Terfenadin + Ambroksol HCl + Homoklorsiklizin HCl + Metil prednisolon Regimen dosis = 3 x sehari Keterangan : : dosis metil prednisolon dapat ditingkatkan dan kurangi dosis ambroksol HCl : dosis metil prednisolon dapat ditingkatkan dan kurangi dosis terfenadin dan ambroksol HCl No Dosis (mg) Indikasi BB (kg) Umur Dosis Referensi (mg/hr) 1 pse = 3; t = 4 ; mu = 7,5 ; 2 hari batuk pilek 12 2 tahun 2 bulan pse = dosis maximal 60 mg/hr ; t ** = 10,3 20,6 ; homo = 2,5 ; me = 1 mu *** = 15,4 ; homo ** = 5,1 0,3 ; me = 6 20,4 ( ) 2 pse = 3 ; t = 4 ; mu = 6 ; Batuk (xx) 10 1 tahun 7 bulan homo = 2 ; me=0,8 3 pse = 10 ; t = 13,3 ; mu = 12,5 ; homo = 4 ; me =1,6 Batuk pilek 20 5 tahun 3 bulan pse = dosis maximal 60 mg/hr ; t ** = 17,1 34,3 ; m ** = 25,7 ; homo ** = 8,6 17,1 ; me= ( ) 4 pse = 3,75 ; t = 5 ; mu= 7,5 ; Batuk (xx) 12,4 2 tahun 4 bulan homo = 2,5 ; me = 1 5 pse = 6 ; t = 8 ; mu = 12,5 ; homo = 3,33 ; me = 1,33 Batuk (xx) 16 6 tahun 5 bulan 6 Pse = 6 ; t = 8 ; mu = 10 ; Batuk berlendir ; pilek 14,5 4 tahun 4 bulan pse = dosis maximal 60 mg/hr ;t ** = 12,4 24,9 ; homo = 3,33 ; me= 1,33 mu *** = 18,6 ; homo ** = 6,2-12,4 ; me = 7,3 24,7 ( ) 4. Eritromicin + Procaterol HCl + Dekstrometorfan + Homoklorsiklizin Hcl Regimen dosis : 3 x sehari No Dosis (mg) Indikasi BB (kg) Umur 1 ery = 200 ; m = 0,0175 ; dextro = 8 ; homo = 2,5 2 minggu batuk pilek (xx) 18 8 tahun 6 bulan 2 ery = 90 ;m = 0,008 ; dextro = 3 ; homo = 2 ISPA (xx) 8,55 2 tahun 1 bulan 3 ery = 150 ;m = 0,012 ; dextro = 3 ; homo = 2 ISPA (xx) 15 2 tahun 4 bulan 4 ery = 125 ; m= 0,01 ; dextro = 3 ; homo = 2 Batuk (xx) 12 1 tahun 8 bulan 5 ery = 100 ; m = 0,01 ; dextro = 3 ; homo = 2 ISPA (xx) 10,8 2 tahun 1 bulan

130 110 D. Racikan yang terdiri dari 5 jenis obat 1. Sirup thymi + Mebhidrolina napadisilat + Gliseril guaiakolat + Ketotifen + Terbutaline No Dosis (mg) Regimen dosis Indikasi BB (kg) Umur 1 thymi = 50 cc ; aq = 25 cc ; inter = 150 ; 3 x sehari ½ sendok Muntah ; panas (x) 8 10 bulan prof = 3 ; GG = 300 ; bri = 7,5 teh jika batuk 2 thymi = 50 cc ; aq = 25 cc ; inter = 150 ; prof = 3 ; GG = 300 ; bri = 7,5 3 x sehari ¾ sendok teh ISPA (xx) 10,5 1 tahun 2 bulan

131 111 Lampiran 6. Evaluasi Interaksi Obat Racikan untuk Pasien Pediatri Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Juli 2007 Keterangan : * = interaksi opbat berdasarkan stockley s Drug Interaction A. Racikan pediatri di instalasi farmasi rawat jalan rifampisin dan isoniazid Meningkatkan resiko hepatotoksik No Komposisi Interaksi obat Efek dari interaksi oabt 1 Ketotifen + Siproheptadin Tidak ada interaksi 2 Parasetamol + Fenobarbital Ada interaksi Meningkatkan resiko hepatotoksik Menurunkan efek terapetik dari parasetamol 3 Ko-enzim B 12 + Tidak ada interaksi Siproheptadin 4 Ko-enzim B 12 + Pirazinamid Tidak ada interaksi 5 Ketotifen + Setrizin Tidak ada interaksi 6 Rifampisin + Isoniazid + Ada interaksi antara Vitamin B 6 7 Isoniazid + Ko-enzim B 12 + Vitamin B 6 Tidak ada interaksi 8 Rifampisin + Isoniazid + Ada interaksi antara rifampisin dan isoniazid Meningkatkan resiko hepatotoksik Vitamin B 6 + Siproheptadin 9 Ketotifen + Ko-enzim B 12 + Setrizin Tidak ada interaksi 10 Ketotifen + Siproheptadin + Tidak ada interaksi Setrizin 11 Ketotifen + Setrizin + Tidak ada interaksi Prokaterol HCl 12 Homoklorsiklizin HCl + Tidak ada interaksi Dekstrometorfan + Eritromisin

132 Aminofilin + Deksametason + Prokaterol HCl 14 Parasetamol + Deksametason + Karbazokrom Na sulfonat + Vitamin K 15 Pseudoefedrin + Terfenadin + Homoklorsiklizin HCl + Metil prednisolon 16 Eritromisin + Prokaterol HCl + Dekstrometorfan + Ambroksol 17 Eritromisin + Prokaterol HCl + Dekstrometorfan + Homoklorsiklizin HCl 18 Sirup thymi + Mebhidrolina napadisilat + Ketotifen + Gliseril guaiakolat + Terbutalin sulfat Ada interaksi antara aminofilin dan deksametason; aminofilin dan prokaterol; deksametason dan prokaterol Tidak ada interaksi Ada interaksi antara pseudoefedrin dan metil prednisolon Tidak ada interaksi Tidak ada interaksi Tidak ada interaksi Aminofilin + deksametason : meningkatkan toksisitas aminofilin Aminofilin + prokaterol : meningkatkan resiko kardiotoksik dan menurunkan kadar aminofilin Prokaterol + deksametason * : hipokalemia Efedrin meningkatkan klirens dari metil prednisolon

133 113 B. Racikan pediatri di bangsal anak No Jenis racikan Interaksi obat Efek dari Interaksi Obat 1 Parasetamol + Fenobarbital Ada interaksi Meningkatkan resiko hepatotoksik Menurunkan efek terapetik dari parasetamol 2 Ketotifen + Siproheptadin Tidak ada interaksi 3 Colistin + vitamin B 1 Tidak ada interaksi 4 Ko-enzim B 12 + Tak ada interaksi Siproheptadin 5 Parasetamol + Deksametason + Karbazokrom Na sulfonat + Vitamin K Tak ada interaksi

134 114 Lampiran 7. Hasil Wawancara Dokter Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta A. Dokter 1 Pewawancara (P).(pendahuluan) Dokter (D) P: Apakah dasar pertimbangan (alasan) dokter memberikan obat dalam bentuk racikan untuk pasien anak? D: Untuk memudahkan pemberian pemberian obat, supaya efisien dan untuk kenyamanan pasien, secara empiris jika sendiri-sendiri hasilnya tidak sebaik bila di campur. Misalnya: anak panas dan kejang, bila kejang tidak cukup dengan 1 jenis obat saja makanya dicampur supaya lebih efektif. P: Apakah alasan dokter dalam menggabungkan 2 atau lebih jenis obat (alasan dokter dalam memilih obat yang akan digunakan dalam 1 sediaan/ alasan memisahkan obat yang satu dengan yang lain dalam sediaan yang berbeda)? D: Mengabungkan 2 jenis obat tergantung dari penyakit yang diderita pasien. P: Menurut pendapat dokter dalam 1 sediaan racikan maksimal terdiri dari berapa jenis obat? D: Tergantung penyakit yang diderita pasien,misalnya pada penyakit asma membutuhkan lebih dari 5 jenis obat. P: Dokter, menurut pengalaman dokter 1 pasien anak biasanya mendapat racikan berapa banyak/ jenis? (1 atau lebih dari 1) D: Rata-rata 3 racikan, terkadang lebih tergantung dari penyakit pasien. P: Apakah dasar petimbangan dokter dalam menentukan dosis obat dari setiap jenis obat dalam sediaan racikan? D: Dasar pertimbangan yaitu berat badan karena berat badan lebih baik dari pada umur. P: Untuk durasi berapa lama biasanya racikan diresepkan? D: Untuk pengobatan rutin seperti penyakit kronis misalnya (TBC, kejang, epilepsi, asma) biasanya selama 1 bulan sekali. Untuk batuk 3 hari. P: Jika dalam 1 sediaan racikan terdapat 2 jenis obat yang berbeda regimen dosisnya/ aturan pemakaiannya, aturan pakai manakah yang digunakan/ dipilih sebagai aturan pakai untuk sediaan racikan tersebut dan apa alasan dokter memilih aturan pemakaian tersebut? D: Racikan seperti itu biasanya dipisah.

135 115 P: Jika dalam 1 sediaan racikan terdapat 2 jenis obat yang berbeda durasi pemakaianya, durasi pemakaian manakah yang dipilih sebagai durasi obat tersebut dan alasan apa dokter memilih durasi tersebut? D: Dipisah, kemudian di aturan pakai dicantumkan diminum sampai habis atau dihabisakan. P: Apakah dokter mempertimbangkan terjadinya interaksi obat sewaktu meresepkan sediaan racikan? D: Ada beberapa obat yang tidak bisa dicampur contoh: pada obat suntik ada obat bila dicampur mengeras. P: Apakah dokter mempertimbangkan stabilitas obat (obat menjadi lembek, berubah warna) sewaktu meresepkan sediaan racikan? D: Ada beberapa obat yang bila dicampur menjadi jenang (kental).

136 116 B. Dokter 2 Pewawancara (P).(pendahuluan) Dokter (D) P: Apakah dasar pertimbangan (alasan) dokter memberikan obat dalam bentuk racikan untuk pasien anak? D: Biar sesuai dengan anak-anak. Anak-anak belum bisa menelan tablet. Selain itu harga sirup mahal dan harga racikan lebih murah. P: Apakah alasan dokter dalam menggabungkan 2 atau lebih jenis obat (alasan dokter dalam memilih obat yang akan digunakan dalam 1 sediaan/ alasan memisahkan obat yang satu dengan yang lain dalam sediaan yang berbeda)? D: Karena lebih praktis. P: Menurut pendapat dokter dalam 1 sediaan racikan maksimal terdiri dari berapa jenis obat? D: Dalam satu racikan hanya terdiri dari 3 jenis obat. P: Dokter, menurut pengalaman dokter 1 pasien anak biasanya mendapat racikan berapa banyak/ jenis? (1 atau lebih dari 1) D: Mendapat 2 jenis racikan. P: Apakah dasar petimbangan dokter dalam menentukan dosis obat dari setiap jenis obat dalam sediaan racikan? D: Umur dan berat badan. P: Untuk durasi berapa lama biasanya racikan diresepkan? D: Untuk penyakit akut 3 hari. P: Jika dalam 1 sediaan racikan terdapat 2 jenis obat yang berbeda regimen dosisnya/ aturan pemakaiannya, aturan pakai manakah yang digunakan/ dipilih sebagai aturan pakai untuk sediaan racikan tersebut dan apa alasan dokter memilih aturan pemakaian tersebut? D: Yang dicampur yang memiliki regimen dosis yang sama. P: Jika dalam 1 sediaan racikan terdapat 2 jenis obat yang berbeda durasi pemakaianya, durasi pemakaian manakah yang dipilih sebagai durasi obat tersebut dan alasan apa dokter memilih durasi tersebut? D: Mencari durasi yang sama dalam satu jenis racikan. P: Apakah dokter mempertimbangkan terjadinya interaksi obat sewaktu meresepkan sediaan racikan? D: Kadang-kadang bila terjadi interaksi pihak farmasi akan melapor lalu diganti.

137 117 P: Apakah dokter mempertimbangkan stabilitas obat (obat menjadi lembek, berubah warna ) sewaktu meresepkan sediaan racikan? D: Tegantung kajian farmasi.

138 118 C. Dokter 3 Pewawancara (P).(pendahuluan) Dokter (D) P: Apakah dasar pertimbangan (alasan) dokter memberikan obat dalam bentuk racikan untuk pasien anak? D: Tergantung dari diagnosa, kalau racikan dokter biasanya sudah mengetahui dosisnya. P: Apakah alasan dokter dalam menggabungkan 2 atau lebih jenis obat (alasan dokter dalam memilih obat yang akan digunakan dalam 1 sediaan/ alasan memisahkan obat yang satu dengan yang lain dalam sediaan yang berbeda)? D: Dilihat dari interaksi, potensi ada atau tidak adanya interaksi. P: Menurut pendapat dokter dalam 1 sediaan racikan maksimal terdiri dari berapa jenis obat? D: Kita lihat tujuanya tidak ada batas maksimal dan minimum. Resep seminimal mungkin. P: Dokter, menurut pengalaman dokter 1 pasien anak biasanya mendapat racikan berapa banyak/ jenis? (1 atau lebih dari 1) D: Seminim mungkin tetapi tepat sasaran, paling banyak 3-4 item, 1-2 item untuk sirup atau puyer. P: Apakah dasar petimbangan dokter dalam menentukan dosis obat dari setiap jenis obat dalam sediaan racikan? D: Berdasarkan berat badan dan umur bila berat overweight tidak menggunakan berat badan tetapi menggunakan umur. P: Untuk durasi berapa lama biasanya racikan diresepkan? D: Untuk antibiotik 5 hari dan untuk alergi secukupnya sekitar 2-3 hari. P: Jika dalam 1 sediaan racikan terdapat 2 jenis obat yang berbeda regimen dosisnya/ aturan pemakaiannya, aturan pakai manakah yang digunakan/ dipilih sebagai aturan pakai untuk sediaan racikan tersebut dan apa alasan dokter memilih aturan pemakaian tersebut? D: Disendirikan/ dipisahkan. P: Apakah dokter mempertimbangkan terjadinya interaksi obat sewaktu meresepkan sediaan racikan? D: Mempertimbangkan, bila terjadi interaksi mencari yang lain.

139 119 P: Apakah dokter mempertimbangkan stabilitas obat (obat menjadi lembek, berubah warna) sewaktu meresepkan sediaan racikan? D: Tidak, seharusnya masukan dari farmasi, dan farmasi harus memberitahu.

140 120 D. Dokter 4 Pewawancara (P).(pendahuluan) Dokter (D) P: Apakah dasar pertimbangan (alasan) dokter memberikan obat dalam bentuk racikan untuk pasien anak? D: Sesuai kondisi badan dan penyakit pasien. P: Apakah alasan dokter dalam menggabungkan 2 atau lebih jenis obat (alasan dokter dalam memilih obat yang akan digunakan dalam 1 sediaan/ alasan memisahkan obat yang satu dengan yang lain dalam sediaan yang berbeda)? D: Dosis pemakaian 3x1; tidak kontraindikasi 2x1; sesuai formakodinamik. P: Menurut pendapat dokter dalam 1 sediaan racikan maksimal terdiri dari berapa jenis obat? D: Sesuai kebutuhan. P: Dokter, menurut pengalaman dokter 1 pasien anak biasanya mendapat racikan berapa banyak/ jenis? (1 atau lebih dari 1) D: Satu sampai lima macam jenis racikan. P: Apakah dasar petimbangan dokter dalam menentukan dosis obat dari setiap jenis obat dalam sediaan racikan? D: Berat badan; kondisi/ keadaan berat atau ringannya suatu penyakit; kesulitan minum obat. P: Untuk durasi berapa lama biasanya racikan diresepkan? D: Antara 5 hari-1 minggu; kejang 1 bulan; tuberkolosis 2 minggu-1 bulan. P: Jika dalam 1 sediaan racikan terdapat 2 jenis obat yang berbeda regimen dosisnya/ aturan pemakaiannya, aturan pakai manakah yang digunakan/ dipilih sebagai aturan pakai untuk sediaan racikan tersebut dan apa alasan dokter memilih aturan pemakaian tersebut? D: Racikan tersebut dipisah. P: Jika dalam 1 sediaan racikan terdapat 2 jenis obat yang berbeda durasi pemakaianya, durasi pemakaian manakah yang dipilih sebagai durasi obat tersebut dan alasan apa dokter memilih durasi tersebut? D: Dipisah saja tidak supaya tidak menimbulkan masalah. P: Apakah dokter mempertimbangkan terjadinya interaksi obat sewaktu meresepkan sediaan racikan? D: Ya, mempertimbangkan.

141 121 P: Apakah dokter mempertimbangkan stabilitas obat (obat menjadi lembek, berubah warna ) sewaktu meresepkan sediaan racikan? D: Ya, mempertimbangkan.

142 122 Lampiran 8. Hasil Wawancara Apoteker Penanggung Jawab Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Pewawancara (P) (pendahuluan) Apoteker (A). P: Apakah dasar pertimbangan/ alasan instalasi farmasi menyediakan/ memproduksi sediaan racikan? A: Dari pengalaman klinis dokter untuk pasien menyebutkan bahwa obat racikan atau puyer lebih mudah dipakai daripada obat paten karena obat paten mempunyai komposisi yang tidak mendukung. P: Berapa lama waktu yang dibutuhkan dari penerimaan resep yang mengandung racikan standar dan atau tidak standar sampai diserahkan ke pasien? A: Obat racikan standar membutuhkan waktu pelayanan selama 10 menit sedangkan racikan yang tidak standar membutuhkan waktu pelayanan selama 45 menit (maksimal), hal ini juga tergantung pada banyaknya pasien. P: Dalam 1 hari instalasi farmasi rawat jalan dapat melayani berapa resep racikan (standar dan tidak standar) dari dokter anak? A: Tergantung dari jumlah pasien yang datang. Rata-rata farmasi rawat jalan dalam sehari dapat melayani kira-kira racikan itupun pada hari-hari biasa sedangkan bila saat ramai dapat melayani lebih dari rata-rata racikan tiap harinya. P: Untuk racikan tidak standar 1 jenis racikan dari dokter anak biasanya di buat berapa banyak (bungkus/kapsul)? A: Dapat mencapai bungkus. Paling sering 15 bungkus dan untuk resepresep yang rutin dapat mencapai bungkus P: Dalam 1 hari racikan tidak standar dari dokter anak biasanya terdiri berapa komponen / obat? A: Tergantung dokter yang meminta dibuat dengan takaran/ dosis yang berbedabeda tiap individu. Ada dokter yang meminta obat racikan memiliki komponen mencapai 8 item obat. P: Menurut Anda, dalam 1 racikan obat boleh tediri dari berapa banyak komponen/ obat? A: Komposisi yang rasional yaitu sekitar 2-3 item obat. P: Apakah sebelum menyerahkan ke pasien anda pernah melihat racikan yang diproduksi mengalami inkompatibilitas (interaksi farmasetik)? A: Pernah, contohnya puyer jadi lembek.

143 123 P: Apakah anda melakukan pemeriksaan/ evaluasi akan adanya interaksi obat dari obat-obat yang dicampur/ diracik? A: Ya, melakukan pemeriksaan/ evaluasi. P: Tindakan apa yang anda lakukan ketika mengetahui adanya interaksi? A: Dipisahkan. P: Apakah anda pernah melakukan penggantian komponen obat dalam racikan tidak standar dan melakukan pemberitahuan ke pihak dokter? A: Pernah, sebelum mengganti dilakukan komunikasi terlebih dahulu dengan dokter. P: Menurut anda bolehkah obat racikan terdiri dari antibiotika dan non antibiotika? A: Prinsipnya tidak boleh dicampur, karena obat non antibiotika bersifat bila perlu (tidak diminum sampai habis) dan antibiotika diminum sampai habis sehingga kedua jenis obat ini tak dapat dicampur. P: Apakah anda pernah berpikir untuk memisahkan kedua obat tersebut? A: Ya, contohnya: Tanalbin dan antibiotika. P: Menurut anda bolehkah racikan terbuat dari obat yang disalut (tablet salut)? A: Jika salut enterik tidak boleh diracik, dokter peresep harus dikonfirmasi bahwa tablet jenis salut enteric tak boleh diracik sehingga dapat dilakukan penggantian obat. P: Jika tidak, alasan apa yang mendasari pemikiran Anda tersebut dan apa yang akan Anda lakukan ketika menemui racikan yang terbuat dari tablet salut? A: Karena stabilitas obat yang disalut akan berubah jika diracik. Jika ada racikan yang diresepkan terbuat dari tablet salut akan dilakukan konfirmasi terhadap dokter peresep agar dilakukan penggantian obat. P: Apakah ada racikan tidak standar yang terdiri dari obat yang frekuensi penggunaannya berbeda (misal: 1X sehari dan 3X sehari)? A: Belum pernah. P: Pernahkah ada pasien yang mengkomplain obat racikan yang diproduksi oleh instalsi farmasi? (komplain karena serbuk menggumpal, berubah warna, berbau atau menimbul-kan efek samping ketika dikonsumsi)? A: Ada tergantung bahan baku yang digunakan dalam racikan. Ada pasien yang komplain karena serbuk tak dapat larut dalam air hal ini dikarenakan bahan baku tak dapat larut dalam air. Ada pasien yang mengkomplain karena puyer yang diberikan menggumpal contohnya dilantin sehingga resep untuk 1 bulan terkadang hanya diambil untuk 2 minggu karena serbuk menggumpal.

144 124 P: Menurut hasil observasi terdapat hasil racikan standar yang diserahkan ke pasien dengan dosis yang kurang dan atau melebihi resep dokter, apa pendapat Anda? A: Obat yang memiliki range panjang dan sudah didiskusikan dengan dokter. Jika ada dokter yang tidak mau memberi dengan dosis racikan yang telah disediakan akan diberikan dosis sesuai dengan permintaan dokter. P: Sampai batas dosis berapa hal tersebut dapat ditolerir?. A: Untuk melihat range aman biasanya dari buku (referensi). P: Apakah ada pertimbangan mengapa tidak dibuat racikan standar dengan dosis yang sesuai?. A: Untuk menghindari variasi yang banyak sekali sehingga dibuat berdasarkan rata-rata atau range umum yang biasa digunakan.

145 125 Lampiran 9. Hasil Wawancara Apoteker Penanggung Jawab Instalasi Farmasi Bagian Produksi Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Pewawancara (P) (pendahuluan) Apoteker (A)... P: Dasar pertimbangan (alasan) instalasi farmasi menyapkan sediaan racikan (membuat racikan)? A: > Untuk efesiensi waktu misalkan dokter anak setuju maka dibuatkan racikan dalam jumlah yang banyak sehingga mempercepat waktu pelayanan. > Bentuk repacking (lebih kecil dari yang di jual) P: Alasan instalasi farmasi memproduksi racikan standar? A: Sering dipakai atau diresepkan oleh dokter. Sebelum membuat racikan standar pihak instalasi farmasi konfirmasi terlebih dahulu dengan dokter supaya pola peresepan tidak berubah tanpa sepengetahuan instalasi farmasi. P: Apakah racikan standar masuk dalam formularium rumah sakit? A: Dalam formularium tidak terdapat racikan tetapi komponen penyusun racikan terdapat dalam formularium Rumah Sakit Bethesda. P: Ada berapa jenis /macam racikan standar yang diproduksi oleh instalasi farmasi? A: Ada ratusan racikan standar yang diproduksi oleh instalasi farmasi. P: Berapa banyak racikan (bungkus) yang dapat diproduksi dalam pembuatan 1 jenis racikan standar (batch produksi)? A: Kapsul dibuat lansung ; puyer dibuat sebanyak 120 dalam sekali buat; sirup tergantung dari berapa banyak permintaan. P: Apakah jumlah produksi setiap jenis racikan sama atau berbeda? A: Jumlah dalam setiap produksinya berbeda-beda. P: Alasan yang digunakan dalam menentukan besarnya produksi? A: Besar produksi ditentukan dalam formula yang selama ini yang dikeluarkan (tergantung pengeluran). P: Bahan tambahan apa yang paling sering digunakan/ ditambahkan pada saat proses produksi racikan standar? A: Bahan tambahan yang sering digunakan antara lain adalah laktosa dan carmin. P: Alasan pemilihan bahan tambahan tersebut? A: Karena bahan-bahan tersebut murah, mudah untuk didapatkan dan juga memenuhi syarat (dapat dipakai)

146 126 P: Apakah instalasi farmasi pernah mengadakan evaluasi tentang inkompatibilitas, interaksi obat dari racikan standar yang diproduksi? A: Pernah mengamati dan juga pernah mendapat komplain. Komplain yang didapat sebelum barang sampai ke tangan konsumen. P: Apakah ada racikan standar yang terdiri dari obat antibiotik dengan obat nonantibiotik? A: Tidak ada. P: Jika tidak ada alasan mengapa instansi farmasi tidak memproduksi racikan tersebut? A: Karena jumlah permintaan sedikit dan juga kandungan antibiotik berubahubah. Selain itu obat non antibiotik penggunaannya bila perlu sehingga dipisah dengan antibiotik yang penggunaannya harus sampai habis. P: Apakah ada racikan standar yang terdiri dari obat yang frekuensi penggunaannya berbeda (1x sehari dan 3x sehari)? A: Tidak pernah. P: Jika tidak ada alasan mengapa instalasi farmasi tidak memproduksi racikan tersebut? A: Tidak memproduksi karena tidak diperbolehkan dalam satu racikan terdapat obat yang frekuensi penggunaannya berbeda. P: Apakah ada racikan standar yang terbuat dari obat yang disalut (tablet salut)? A: Ada, contoh racikan yang terbuat dari Pronicy. P: Jika ada alasan apa yang mendasari obat yang disalut boleh diracik? A: Karena obat yang ada di pasaran tidak ada yang berbentuk tidak dalam tablet salut. P: Apakah dalam proses produksi racikan standar pernah teramati terjadinya inkompatibilitas (interaksi farmasetik seperti serbuk menjadi lembek, timbul bau, dan berubah warna)? Interaksi farmasetik apa yang teramati? A: Belum pernah teramati pada saat proses produksi. Tetapi ada di bagian distribusi contohnya Diphenylhidantoin menjadi lembek, Iodine berubah warna menjadi kuning (warna memudar). P: Jika ada interaksi farmasetik yang teramati bagaimana cara pencegahan/ pengatasannya? A: Pengatasannya dengan memberikan pengering sehingga serbuk tidak menajdi lembek.

147 127 Lampiran 10. Hasil Wawancara Asisten Apoteker Instalasi Farmasi Bagian Produksi Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Pewawancara (P).. (pendahuluan) Asisten Apoteker (AA). P : Dalam memproduksi 1 jenis racikan standar, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi racikan tersebut? AA : Untuk memproduksi satu jenis racikan diperlukan waktu menit untuk 1 jenis formula yang berisi 120 bungkus dan untuk waktu tersebut diperlukan 2 orang tenaga ahli. Dalam satu hari dapat memproduksi 12 formula. P : Dalam jangka waktu berapa lama racikan tersebut akan diproduksi kembali? AA : Racikan tersebut akan diproduksi satu minggu sekali. P : Berapa lama racikan standar yang diproduksi oleh instansi farmasi ini boleh disimpan (jangka waktu penyimpanannya)? AA : Waktu penyimpanan dalam waktu 1 minggu. P : Apakah dalam penyimpanan pernah teramati terjadi perubahan kestabilan dari racikan? AA : Terjadi perubahan, yang sering dilantin yang menjadi lembek ataupun berubah warna (menjadi kuning). P : Apakah ada prosedur tetap dalam proses produksi racikan standar? Jika ya bagaimana prosedur tetapnya? AA : Ada prosedurnya. Buat sesuai formula kemudian digerus dan dibagi-bagi lalu ditimbang setelah ditimbang dibagi dalam 10 bagian dan dicetak P : Apakah instalasi farmasi pernah memproduksi racikan standar dari tablet salut? AA : Ya pernah, contohnya adalah pronicy. P : Jika pernah bagaimana cara memproduksinya? AA : Cara memproduksinya yaitu dengan cara diracik (digerus) kemudian ditimbang dan dibagi-bagi dalam kemasan. P : Apakah sama cara memproduksinya dengan memproduksi racikan standar dari tablet biasa? AA : Caranya sama seperti membuat racikan dari tablet biasa. Jika racikan terbuat dari tablet salut dilakukan proses pengayakan dengan saringan.

148 128 BIOGRAFI PENULIS Penulis bernama lengkap Stefani Yuanita Cahyono, merupakan putri dari pasangan Agus Cahyana Salim dan Sri Waluyani, yang lahir di Semarang pada tanggal 2 September Penulis pernah menempuh pendidikan di TK Bhineka lulus tahun 1992, SD Kristen 3 YSKI tahun 1998, SLTP PL Domenico Savio tahun 2001, SMU Kolese Loyola tahun 2004, kemudian melanjutkan pendidikan S1 di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.Yogyakarta. Selama menjalani pendidikan di Fakultas Farmasi, penulis pernah menjadi asisten praktikum: 1. farmasetika dasar 2. formulasi teknologi sediaan solid 3. formulasi teknologi sediaan semisolid-liquid 4. patologi klinik. Beberapa prestasi yang pernah penulis peroleh selama menjalankan pendidikan di Fakultas Farmasi antara lain: 1. pemenang Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) DIKTI 2007 dengan judul Pembuatan Chewing Gum dan Uji Fitokimia Sirup Kaliks Roselle (Hibiscus sabdariffa L) 2. juara harapan I Patient Counseling Event yang diselenggarakan di Institut Teknologi Bandung pada tanggal November 2007.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Interaksi Obat Interaksi obat adalah peristiwa dimana aksi suatu obat di ubah atau dipengaruhi oleh obat lain yang di berikan bersamaan. Interaksi obat terjadi jika suatu obat

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS POTENSIAL KATEGORI DOSIS PADA PASIEN DI INSTALASI RAWAT JALAN POLI ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO PERIODE JANUARI JUNI 2007 SKRIPSI Oleh : TRI HANDAYANI

Lebih terperinci

TINJAUAN ASPEK KLINIS PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KOTA SURAKARTA PERIODE JANUARI-JUNI 2008 SKRIPSI

TINJAUAN ASPEK KLINIS PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KOTA SURAKARTA PERIODE JANUARI-JUNI 2008 SKRIPSI TINJAUAN ASPEK KLINIS PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KOTA SURAKARTA PERIODE JANUARI-JUNI 2008 SKRIPSI Oleh : HAPSARI MIFTAKHUR ROHMAH K 100 050 252 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

Lebih terperinci

SKRIPSI FITRIA ARDHITANTRI K Oleh :

SKRIPSI FITRIA ARDHITANTRI K Oleh : IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS POTENSIAL KATEGORI DOSIS PADA PASIEN DI INSTALASI RAWAT JALAN BAGIAN ANAK RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA PERIODE JANUARI - JUNI 2007 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah

Lebih terperinci

MAKALAH PERHITUNGAN DOSIS OBAT DISUSUN OLEH : VERTI AGSUTIN

MAKALAH PERHITUNGAN DOSIS OBAT DISUSUN OLEH : VERTI AGSUTIN MAKALAH PERHITUNGAN DOSIS OBAT DISUSUN OLEH : VERTI AGSUTIN 5390033 POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG JURUSAN DIII FARMASI TAHUN 205 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt. karena

Lebih terperinci

Di bawah ini diuraikan beberapa bentuk peresepan obat yang tidak rasional pada lansia, yaitu :

Di bawah ini diuraikan beberapa bentuk peresepan obat yang tidak rasional pada lansia, yaitu : Peresepan obat pada lanjut usia (lansia) merupakan salah satu masalah yang penting, karena dengan bertambahnya usia akan menyebabkan perubahan-perubahan farmakokinetik dan farmakodinamik. Pemakaian obat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PENGESAHAN SKRIPSI iii PERNYATAAN...v DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii INTISARI...

DAFTAR ISI PENGESAHAN SKRIPSI iii PERNYATAAN...v DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii INTISARI... DAFTAR ISI PENGESAHAN SKRIPSI iii PERNYATAAN....v DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii INTISARI... xiv ABSTRACT...xv BAB I PENDAHULUAN... 1 A. LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan studi potong lintang (cross sectional) yaitu jenis pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan studi potong lintang (cross sectional) yaitu jenis pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental secara deskriptif analitik dengan tujuan untuk mencari hubungan antara jumlah obat dengan potensi

Lebih terperinci

INTISARI KESESUAIAN DOSIS CEFADROXIL SIRUP DAN AMOKSISILIN SIRUP PADA RESEP PASIEN ANAK DI DEPO UMUM RAWAT JALAN RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA

INTISARI KESESUAIAN DOSIS CEFADROXIL SIRUP DAN AMOKSISILIN SIRUP PADA RESEP PASIEN ANAK DI DEPO UMUM RAWAT JALAN RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA INTISARI KESESUAIAN DOSIS CEFADROXIL SIRUP DAN AMOKSISILIN SIRUP PADA RESEP PASIEN ANAK DI DEPO UMUM RAWAT JALAN RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA Mega Lestari 1 ; Amaliyah Wahyuni, S.Si., Apt 2 ; Noor Hafizah,

Lebih terperinci

Kinetik= pergerakan farmakokinetik= mempelajari pergerakan obat sepanjang tubuh:

Kinetik= pergerakan farmakokinetik= mempelajari pergerakan obat sepanjang tubuh: FARMAKOKINETIK Kinetik= pergerakan farmakokinetik= mempelajari pergerakan obat sepanjang tubuh: Absorpsi (diserap ke dalam darah) Distribusi (disebarkan ke berbagai jaringan tubuh) Metabolisme (diubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,

Lebih terperinci

OBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH

OBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH OBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH OBAT : setiap molekul yang bisa merubah fungsi tubuh secara molekuler. NASIB OBAT DALAM TUBUH Obat Absorbsi (1) Distribusi (2) Respon farmakologis Interaksi dg reseptor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Indikator WHO 1993 Indikator WHO 1993 adalah suatu metode untuk melihat pola penggunaan obat dan dapat secara langsung menggambarkan tentang penggunaan obat yang tidak sesuai.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara, pada berbagai tingkat pelayanan kesehatan, berbagai studi dan temuan

BAB I PENDAHULUAN. negara, pada berbagai tingkat pelayanan kesehatan, berbagai studi dan temuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian obat yang tidak rasional merupakan masalah serius dalam pelayanan kesehatan karena kemungkinan dampak negatif yang terjadi. Di banyak negara, pada berbagai

Lebih terperinci

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA KAJIAN PERESEPAN BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1197/MENKES/SK/X/2004 PADA RESEP PASIEN RAWAT JALAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN

Lebih terperinci

Tujuan Instruksional:

Tujuan Instruksional: Isnaini, S.Si, M.Si, Apt. Tujuan Instruksional: Mahasiswa setelah mengikuti kuliah ini dapat: Menjelaskan secara benar tujuan pemantauan obat dalam terapi Menjelaskan secara benar cara-cara pemantauan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Obat Obat merupakan bahan yang digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS POTENSIAL KATEGORI DOSIS PADA PASIEN PEDIATRIK DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS POTENSIAL KATEGORI DOSIS PADA PASIEN PEDIATRIK DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS POTENSIAL KATEGORI DOSIS PADA PASIEN PEDIATRIK DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA PERIODE JANUARI - JUNI 2007 SKRIPSI Oleh : WAHYU

Lebih terperinci

mempermudah dalam penggunaannya, orally disintegrating tablet juga menjamin keakuratan dosis, onset yang cepat, peningkatan bioavailabilitas dan

mempermudah dalam penggunaannya, orally disintegrating tablet juga menjamin keakuratan dosis, onset yang cepat, peningkatan bioavailabilitas dan BAB 1 PENDAHULUAN Sediaan Tablet merupakan suatu bentuk sediaan solid mengandung bahan obat (zat aktif) dengan atau tanpa bahan pengisi (Departemen Kesehatan RI, 1995). Tablet terdapat dalam berbagai ragam,

Lebih terperinci

Tujuan Instruksional:

Tujuan Instruksional: Isnaini, S.Si, M.Si, Apt. Tujuan Instruksional: Mahasiswa setelah mengikuti kuliah ini dapat: Menjelaskan secara benar tujuan pemantauan obat dalam terapi Menjelaskan secara benar cara-cara pemantauan

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KEAMANAN OBAT YANG DIBERIKAN PADA IBU HAMIL BERDASARKAN RESEP PERIODE JANUARI MARET 2013 DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR BANJARMASIN.

ABSTRAK GAMBARAN KEAMANAN OBAT YANG DIBERIKAN PADA IBU HAMIL BERDASARKAN RESEP PERIODE JANUARI MARET 2013 DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR BANJARMASIN. ABSTRAK GAMBARAN KEAMANAN OBAT YANG DIBERIKAN PADA IBU HAMIL BERDASARKAN RESEP PERIODE JANUARI MARET 2013 DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR BANJARMASIN. Sri Yuliana 1 ;Muhammad Arsyad 2 ;Rony 3 Kesalahan pada

Lebih terperinci

TINJAUAN ASPEK KLINIS PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI-JUNI 2008 SKRIPSI

TINJAUAN ASPEK KLINIS PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI-JUNI 2008 SKRIPSI TINJAUAN ASPEK KLINIS PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI-JUNI 2008 SKRIPSI Oleh : DWI RETNO MURDIYANTI K 100 050 127 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk usia lanjut di Indonesia sangatlah tinggi dan diperkirakan jumlah penduduk usia lanjut tahun 2020 akan berjumlah 28,8 juta jiwa atau 11% dari total penduduk

Lebih terperinci

MATA KULIAH PROFESI INTERAKSI OBAT PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MATA KULIAH PROFESI INTERAKSI OBAT PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MATA KULIAH PROFESI INTERAKSI OBAT PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Pendahuluan Interaksi Obat : Hubungan/ikatan obat dengan senyawa/bahan lain Diantara berbagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan di RSGM UMY dengan tujuan untuk melihat adanya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan di RSGM UMY dengan tujuan untuk melihat adanya BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian eksperimental quasi yang telah dilaksanakan di RSGM UMY dengan tujuan untuk melihat adanya pengaruh obat anti ansietas

Lebih terperinci

DRUG RELATED PROBLEMS

DRUG RELATED PROBLEMS DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG DAN OBAT SALAH DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT UMUM ISLAM KUSTATI SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh: AMALIA FATIMAH K 100 040 178 FAKULTAS

Lebih terperinci

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi. BAB 1 PENDAHULUAN Infeksi pada Saluran Nafas Akut (ISPA) merupakan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat. Adapun penyebab terjadinya infeksi pada saluran nafas adalah mikroorganisme, faktor lingkungan,

Lebih terperinci

Konsep Dasar Pemberian Obat. Basyariah Lubis, SST, MKes

Konsep Dasar Pemberian Obat. Basyariah Lubis, SST, MKes Konsep Dasar Pemberian Obat Basyariah Lubis, SST, MKes PENGERTIAN OBAT Obat adalah senyawa atau campuran senyawa untuk mengurangi gejala atau menyembuhkan penyakit. JENIS DAN BENTUK OBAT 1. Obat obatan

Lebih terperinci

DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.MOEWARDI SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007

DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.MOEWARDI SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007 DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.MOEWARDI SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh: TOUDA KURNIA ANDRIYA K 100 040 180 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Interaksi obat dianggap penting karena dapat menguntungkan dan merugikan. Salah satu dari interaksi obat adalah interaksi obat itu sendiri dengan makanan. Interaksi

Lebih terperinci

KAJIAN PERESEPAN BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NO

KAJIAN PERESEPAN BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NO KAJIAN PERESEPAN BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NO. 1197/MENKES/ SK/X/2004 PADA RESEP PASIEN RAWAT JALAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH WONOGIRI BULAN JUNI 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dua atau lebih obat yang diberikan pada waktu yang sama atau hampir

BAB I PENDAHULUAN. Dua atau lebih obat yang diberikan pada waktu yang sama atau hampir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dua atau lebih obat yang diberikan pada waktu yang sama atau hampir bersamaan berpotensi menyebabkan interaksi yang dapat mengubah efek yang diinginkan. Interaksi bisa

Lebih terperinci

STUDI INTERAKSI OBAT PADA TERAPI PASIEN OSTEOARTHRITIS USIA DIATAS 50 TAHUN DI INSTALASI RAWAT JALAN RSD. dr. SOEBANDI JEMBER TAHUN 2013

STUDI INTERAKSI OBAT PADA TERAPI PASIEN OSTEOARTHRITIS USIA DIATAS 50 TAHUN DI INSTALASI RAWAT JALAN RSD. dr. SOEBANDI JEMBER TAHUN 2013 STUDI INTERAKSI OBAT PADA TERAPI PASIEN OSTEOARTHRITIS USIA DIATAS 50 TAHUN DI INSTALASI RAWAT JALAN RSD. dr. SOEBANDI JEMBER TAHUN 2013 SKRIPSI diajukan untuk melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan suatu obat dapat berpengaruh terhadap kualitas pengobatan, pelayanan dan biaya pengobatan. Penggunaan obat merupakan tahap akhir manajemen obat. Penggunaan

Lebih terperinci

PENGANTAR FARMAKOLOGI

PENGANTAR FARMAKOLOGI PENGANTAR FARMAKOLOGI FARMAKOLOGI : PENGGUNAAN OBAT - PREVENTIV - DIAGNOSIS - PENGOBATAN GEJALA PENYAKIT FARMAKOTERAPI : CABANG ILMU PENGGUNAAN OBAT - PREVENTIV - PENGOBATAN FARMAKOLOGI KLINIK : CABANG

Lebih terperinci

KETEPATAN DOSIS PERESEPAN SIRUP KOTRIMOKSAZOL PADA BALITA PENDERITA DIARE SPESIFIK DI PUSKESMAS ALALAK TENGAH BANJARMASIN

KETEPATAN DOSIS PERESEPAN SIRUP KOTRIMOKSAZOL PADA BALITA PENDERITA DIARE SPESIFIK DI PUSKESMAS ALALAK TENGAH BANJARMASIN ABSTRAK KETEPATAN DOSIS PERESEPAN SIRUP KOTRIMOKSAZOL PADA BALITA PENDERITA DIARE SPESIFIK DI PUSKESMAS ALALAK TENGAH BANJARMASIN Riska Ramdaniyah 1 ; Ratih Pratiwi Sari 2 ; Erwin Fakhrani 3 Ketepatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN penduduk Amerika menderita penyakit gagal jantung kongestif (Brashesrs,

I. PENDAHULUAN penduduk Amerika menderita penyakit gagal jantung kongestif (Brashesrs, I. PENDAHULUAN Masalah kesehatan dengan gangguan sistem kardiovaskular masih menduduki peringkat yang tinggi. Menurut data WHO dilaporkan bahwa sekitar 3000 penduduk Amerika menderita penyakit gagal jantung

Lebih terperinci

MATA KULIAH FARMAKOLOGI DASAR

MATA KULIAH FARMAKOLOGI DASAR MATA KULIAH FARMAKOLOGI DASAR AKADEMI FARMASI TADULAKO FARMA PALU 2015 SEMESTER II Khusnul Diana, S.Far., M.Sc., Apt. Obat Farmakodinamis : bekerja terhadap fungsi organ dengan jalan mempercepat/memperlambat

Lebih terperinci

OBAT-OBATAN DI MASYARAKAT

OBAT-OBATAN DI MASYARAKAT OBAT-OBATAN DI MASYARAKAT Pendahuluan Obat adalah zat yang dapat memberikan perubahan dalam fungsi-fungsi biologis melalui aksi kimiawinya. Pada umumnya molekul-molekul obat berinteraksi dengan molekul

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan menyediakan pelayanan

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan menyediakan pelayanan digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Rumah Sakit Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan

Lebih terperinci

Pengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi

Pengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi Pengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi Farmakokinetik - 2 Mempelajari cara tubuh menangani obat Mempelajari perjalanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang nomor 36 tahun 2009 menyebutkan bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat menyebabkan kenaikan darah di atas nilai nomal. Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5% pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Strategi pemerintah dalam pembangunan kesehatan nasional 2015-2019 bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Salah satu sarana untuk penyelenggaraan pembangunan kesehatan adalah rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

Lebih terperinci

relatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan

relatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat terutama dalam bidang industri farmasi memacu setiap industri farmasi untuk menemukan dan mengembangkan berbagai macam sediaan obat. Dengan didukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan lebih terkait pada dimensi ketanggapan petugas memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan lebih terkait pada dimensi ketanggapan petugas memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan, mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi ketanggapan petugas memenuhi kebutuhan pasien, kelancaran komunikasi petugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu bentuk sediaan yang sudah banyak dikenal masyarakat untuk pengobatan adalah

Lebih terperinci

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI 4 APOTEK KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI 4 APOTEK KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI 4 APOTEK KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI Oleh : SUSI AMBARWATI K100 040 111 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

Pengaruh umum Pengaruh faktor genetik Reaksi idiosinkrasi Interaksi obat. Faktor yang mempengaruhi khasiat obat - 2

Pengaruh umum Pengaruh faktor genetik Reaksi idiosinkrasi Interaksi obat. Faktor yang mempengaruhi khasiat obat - 2 Pengaruh umum Pengaruh faktor genetik Reaksi idiosinkrasi Interaksi obat Faktor yang mempengaruhi khasiat obat - 2 1 Rute pemberian obat Untuk memperoleh efek yang cepat obat biasanya diberikan secara

Lebih terperinci

Menurut PP 51 pasal 1 ayat 4 tahun 2009 tentang Pelayanan Kefarmasian yaitu suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang

Menurut PP 51 pasal 1 ayat 4 tahun 2009 tentang Pelayanan Kefarmasian yaitu suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang BAB 1 PENDAHULUAN Penyakit diare sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara yang sedang berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian

Lebih terperinci

APLIKASI FARMAKOKINETIKA DALAM FARMASI KLINIK MAKALAH

APLIKASI FARMAKOKINETIKA DALAM FARMASI KLINIK MAKALAH APLIKASI FARMAKOKINETIKA DALAM FARMASI KLINIK MAKALAH Disusun: Apriana Rohman S 07023232 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA 2011 A. LATAR BELAKANG Farmakologi adalah ilmu mengenai pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Saat ini masyarakat dihadapkan pada berbagai penyakit, salah satunya adalah penyakit Lupus, yang merupakan salah satu penyakit yang masih jarang diketahui oleh masyarakat,

Lebih terperinci

Obat Diabetes Farmakologi. Hipoglikemik Oral

Obat Diabetes Farmakologi. Hipoglikemik Oral Obat Diabetes Farmakologi Terapi Insulin dan Hipoglikemik Oral Obat Diabetes Farmakologi Terapi Insulin dan Hipoglikemik Oral. Pengertian farmakologi sendiri adalah ilmu mengenai pengaruh senyawa terhadap

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. sakit yang berbeda. Hasil karakteristik dapat dilihat pada tabel. Tabel 2. Nama Rumah Sakit dan Tingkatan Rumah Sakit

BAB IV PEMBAHASAN. sakit yang berbeda. Hasil karakteristik dapat dilihat pada tabel. Tabel 2. Nama Rumah Sakit dan Tingkatan Rumah Sakit BAB IV PEMBAHASAN A. Karakteristik Sampel Penelitian ini bertujuan untuk Rumah Sakit Umum Daerah Lombok untuk melihat gambaran Penerapan Farmasi Klinik rumah sakit sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan analisis data secara deskriptif analitik dengan penyajian data dalam bentuk kualitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan perkembangan dunia dewasa ini, industri farmasi mengalami kemajuan yang pesat.

Lebih terperinci

Bab 11 Bagaimana menjelaskan kepada dokter saat berobat

Bab 11 Bagaimana menjelaskan kepada dokter saat berobat Bab 11 Bagaimana menjelaskan kepada dokter saat berobat Bab 11 Bagaimana menjelaskan kepada dokter saat berobat Waktu memeriksa ke dokter menerangkan secara jelas beberapa hal dibawah ini 1.Menjelaskan

Lebih terperinci

Penggunaan Obat pada Anak FARMAKOTERAPI PADA KELOMPOK KHUSUS. Penggunaan Obat pada Anak. Alfi Yasmina. Dosis: berdasarkan usia, BB, LPT

Penggunaan Obat pada Anak FARMAKOTERAPI PADA KELOMPOK KHUSUS. Penggunaan Obat pada Anak. Alfi Yasmina. Dosis: berdasarkan usia, BB, LPT FARMAKOTERAPI PADA KELOMPOK KHUSUS Alfi Yasmina Dipengaruhi oleh Fungsi biotransformasi hati Fungsi ekskresi ginjal Kapasitas pengikatan protein Sawar darah-otak, sawar kulit Sensitivitas reseptor obat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan kemakmuran di negara berkembang banyak disoroti. Peningkatan pendapatan perkapita dan perubahan gaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1. Defenisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN (Sari, 2007). Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara termasuk

BAB 1 PENDAHULUAN (Sari, 2007). Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara termasuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Parasetamol (asetaminofen) merupakan salah satu obat analgesik dan antipiretik yang banyak digunakan di dunia sebagai obat lini pertama sejak tahun 1950 (Sari, 2007).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Pada penelitian sebelumnya dengan judul pengaruh keberadaan apoteker terhadap mutu pelayanan kefarmasian di Puskesmas wilayah Kabupaten Banyumas berdasarkan

Lebih terperinci

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi BAB 1 PENDAHULUAN Sampai saat ini, sediaan farmasi yang paling banyak digunakan adalah sediaan tablet, yang merupakan sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkular,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rumah sakit yang didefinisikan sebagai kejadian tidak diinginkan yang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rumah sakit yang didefinisikan sebagai kejadian tidak diinginkan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Drug Related Problems (DRPs) merupakan penyebab kurangnya kualitas pelayanan rumah sakit yang didefinisikan sebagai kejadian tidak diinginkan yang menimpa pasien yang

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT MATA PADANG EYE CENTER (RSMPEC) Ramah, Empati, Siaga, Proaktif, Exsclusive, dan Competence PANDUAN TENTANG PANDUAN TELAAH INTERAKSI OBAT

RUMAH SAKIT MATA PADANG EYE CENTER (RSMPEC) Ramah, Empati, Siaga, Proaktif, Exsclusive, dan Competence PANDUAN TENTANG PANDUAN TELAAH INTERAKSI OBAT PANDUAN TENTANG PANDUAN TELAAH INTERAKSI OBAT RS MATA PADANG EYE CENTER BAB I DEFINISI A. Pengertian Interaksi obat adalah suatu perubahan atau efek yang terjadi pada suatu obat ketika obat tersebut digabungkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1. Latar Belakang Penyakit hipertensi adalah penyakit tekanan darah tinggi di mana dalam pengobatannya membutuhkan

Lebih terperinci

FARMAKOTERAPI PADA KELOMPOK KHUSUS

FARMAKOTERAPI PADA KELOMPOK KHUSUS FARMAKOTERAPI PADA KELOMPOK KHUSUS Alfi Yasmina Penggunaan Obat pada Anak Dipengaruhi oleh Fungsi biotransformasi hati Fungsi ekskresi ginjal Kapasitas pengikatan protein Sawar darah-otak, sawar kulit

Lebih terperinci

FARMAKOTERAPI PADA KELOMPOK KHUSUS. Alfi Yasmina

FARMAKOTERAPI PADA KELOMPOK KHUSUS. Alfi Yasmina FARMAKOTERAPI PADA KELOMPOK KHUSUS Alfi Yasmina Penggunaan Obat pada Anak Dipengaruhi oleh Fungsi biotransformasi hati Fungsi ekskresi ginjal Kapasitas pengikatan protein Sawar darah-otak, sawar kulit

Lebih terperinci

Bagaimana Penulisan SOAP oleh Farmasi? Tim KARS

Bagaimana Penulisan SOAP oleh Farmasi? Tim KARS Bagaimana Penulisan SOAP oleh Farmasi? Tim KARS Standar Akreditasi RS (KARS versi 2012) AP 2 EP 1: Pasien dilakukan asesmen ulang untuk menentukan respons mereka terhadap pengobatan. AP 2 EP 6: Asesmen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi apoteker mempunyai tanggung jawab dalam pelayanan kefarmasian untuk mengoptimalkan terapi guna memperbaiki kualitas hidup pasien. Tetapi masih sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data Profil Kesehatan Indonesia menyebutkan bahwa penyakit infeksi dan parasit tertentu menempati urutan kedua dari data 10 penyakit utama penyebab kematian di rumah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Studi Pendahuluan dan Penentuan Jumlah Sampel Penelitian

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Studi Pendahuluan dan Penentuan Jumlah Sampel Penelitian 30 BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Studi Pendahuluan dan Penentuan Jumlah Sampel Penelitian Terdapat 5 satelit farmasi di RS Immanuel yaitu satelit spesialis Diagnostik Center (DC) II, satelit

Lebih terperinci

TINJAUAN ASPEK FARMASETIK PADA RESEP RACIKAN DI TIGA APOTEK KOTA SURAKARTA PERIODE JANUARI-JUNI 2008 SKRIPSI

TINJAUAN ASPEK FARMASETIK PADA RESEP RACIKAN DI TIGA APOTEK KOTA SURAKARTA PERIODE JANUARI-JUNI 2008 SKRIPSI TINJAUAN ASPEK FARMASETIK PADA RESEP RACIKAN DI TIGA APOTEK KOTA SURAKARTA PERIODE JANUARI-JUNI 2008 SKRIPSI Oleh NUR ASNI K100050249 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2009

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur,

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur, BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur, tempat pencegahan dan penyembuhan

Lebih terperinci

OBAT SALAH, KETIDAKTEPATAN DOSIS DAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN PNEUMONIA PEDIATRI DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD

OBAT SALAH, KETIDAKTEPATAN DOSIS DAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN PNEUMONIA PEDIATRI DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMs KATEGORI OBAT SALAH, KETIDAKTEPATAN DOSIS DAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN PNEUMONIA PEDIATRI DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2010 SKRIPSI Oleh

Lebih terperinci

Aplikasi Farmakokinetika Klinis Tidak diragukan lagi bahwa salah satu kunci keberhasilan terapi dengan menggunakan obat adalah ditentukan dari

Aplikasi Farmakokinetika Klinis Tidak diragukan lagi bahwa salah satu kunci keberhasilan terapi dengan menggunakan obat adalah ditentukan dari Aplikasi Farmakokinetika Klinis Tidak diragukan lagi bahwa salah satu kunci keberhasilan terapi dengan menggunakan obat adalah ditentukan dari ketepatan rancangan aturan dosis yang diberikan. Rancangan

Lebih terperinci

DRUG USAGE DESCRIPTION FOR OUTPATIENT IN PKU MUHAMMADIYAH UNIT II OF YOGYAKARTA IN 2013 BASED ON WHO PRESCRIBING INDICATOR

DRUG USAGE DESCRIPTION FOR OUTPATIENT IN PKU MUHAMMADIYAH UNIT II OF YOGYAKARTA IN 2013 BASED ON WHO PRESCRIBING INDICATOR DRUG USAGE DESCRIPTION FOR OUTPATIENT IN PKU MUHAMMADIYAH UNIT II OF YOGYAKARTA IN 2013 BASED ON WHO PRESCRIBING INDICATOR GAMBARAN PERESEPAN OBAT PASIEN RAWAT JALAN DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM. Perancangan program aplikasi yang dibuat dalam skripsi ini menggunakan aturan

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM. Perancangan program aplikasi yang dibuat dalam skripsi ini menggunakan aturan BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM Perancangan program aplikasi yang dibuat dalam skripsi ini menggunakan aturan linear sequential (waterfall). Metode ini terdiri dari empat tahapan yaitu analisis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan oleh izin edar serta dosis, umur pasien dan rute pemberian yang

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan oleh izin edar serta dosis, umur pasien dan rute pemberian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat off-label adalah obat yang diresepkan tetapi tidak sesuai dengan informasi resmi obat seperti indikasi obat yang tidak sesuai dengan yang dinyatakan oleh izin edar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi akibat sekresi insulin yang tidak adekuat, kerja

Lebih terperinci

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL Pendahuluan Parasetamol adalah golongan obat analgesik non opioid yang dijual secara bebas. Indikasi parasetamol adalah untuk sakit kepala, nyeri otot sementara, sakit menjelang

Lebih terperinci

baik berada di atas usus kecil (Kshirsagar et al., 2009). Dosis yang bisa digunakan sebagai obat antidiabetes 500 sampai 1000 mg tiga kali sehari.

baik berada di atas usus kecil (Kshirsagar et al., 2009). Dosis yang bisa digunakan sebagai obat antidiabetes 500 sampai 1000 mg tiga kali sehari. BAB I PENDAHULUAN Saat ini banyak sekali penyakit yang muncul di sekitar lingkungan kita terutama pada orang-orang yang kurang menjaga pola makan mereka, salah satu contohnya penyakit kencing manis atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan air dalam bentuk urine (Stein, 2007). Gagal Ginjal Kronik (GGK)

BAB I PENDAHULUAN. dan air dalam bentuk urine (Stein, 2007). Gagal Ginjal Kronik (GGK) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan organ ekskresi utama di samping hati. Fungsi yang paling penting adalah untuk membuang racun, membuang kelebihan garam dan air dalam bentuk urine (Stein,

Lebih terperinci

Peringatan (Alarm) Otomatis Bila Terjadi Interaksi Obat Dalam Membantu Keputusan Klinis

Peringatan (Alarm) Otomatis Bila Terjadi Interaksi Obat Dalam Membantu Keputusan Klinis Peringatan (Alarm) Otomatis Bila Terjadi Interaksi Obat Dalam Membantu Keputusan Klinis Nunang Yuliawan 1, Yogi Sucahyo 2 1) RS Semen Gresik Jawa Timur nunangyulia@yahoo.com 2) RS Semen Gresik Jawa Timur

Lebih terperinci

Oleh: Sri Adi Sumiwi PENGGUNAAN OBAT RASIONAL

Oleh: Sri Adi Sumiwi PENGGUNAAN OBAT RASIONAL Oleh: Sri Adi Sumiwi PENGGUNAAN OBAT RASIONAL PENGERTIAN : PENGGUNAAN OBAT RASIONAL (POR): Apabila Pasien menerima pengobatan PENGGUNAAN OBAT RASIONAL, WHY? Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bentuk sediaan obat merupakan sediaan farmasi dalam bentuk tertentu sesuai dengan kebutuhan, mengandung satu zat aktif atau lebih dalam pembawa yang digunakan sebagai

Lebih terperinci

BIOFARMASI Dhadhang Wahyu Kurniawan Laboratorium Farmasetika

BIOFARMASI Dhadhang Wahyu Kurniawan Laboratorium Farmasetika 10/3/2012 BIOFARMASI 1 Dhadhang Wahyu Kurniawan Laboratorium Farmasetika Unsoed @Dhadhang_WK SEJARAH BIOFARMASI Pada akhir tahun 1950-an dan awal tahun 1960- an bermunculan laporan, publikasi dan diskusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Pengelolaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG a. PENDAHULUAN Pelayanan kefarmasian merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan termasuk didalamnya pelayanan kefarmasian di Puskesmas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Community Acquired Pneumonia (CAP) adalah penyakit saluran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Community Acquired Pneumonia (CAP) adalah penyakit saluran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Community Acquired Pneumonia (CAP) adalah penyakit saluran pernafasan yang sering dialami oleh masyarakat dan berpotensi menjadi serius yang berhubungan dengan morbiditas

Lebih terperinci

PADA ANAK YANG SKRIPSI

PADA ANAK YANG SKRIPSI EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANALGETIK PADA ANAK YANG MENDERITA DEMAM BERDARAH DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKOHARJO PERIODE TAHUN 2009 SKRIPSI Oleh : HERMANINGRUM TRISNOWATI K 100 060

Lebih terperinci

dalam PENGOBATAN Kuntarti

dalam PENGOBATAN Kuntarti dalam PENGOBATAN Kuntarti Aspek legal UU No. 23 Tahun 1992 ttg Kesehatan (Ps.32) Ayat 1 Penyembuhan penyakit & pemulihan kesehatan dilakukan dengan pengobatan & perawatan Ayat 2 Pelaksanaan pengobatan

Lebih terperinci

STUDI KESERAGAMAN BOBOT SEDIAAN PULVERES YANG DIBUAT APOTEK DI KOTA JAMBI ABSTRAK

STUDI KESERAGAMAN BOBOT SEDIAAN PULVERES YANG DIBUAT APOTEK DI KOTA JAMBI ABSTRAK Volume 16, Nomor 1, Hal. 39-44 Januari Juni 2014 ISSN:0852-8349 STUDI KESERAGAMAN BOBOT SEDIAAN PULVERES YANG DIBUAT APOTEK DI KOTA JAMBI Helni Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Defenisi Rumah Sakit BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

Lebih terperinci

FARMAKOKINETIK KLINIK ANTIBIOTIK AMINOGLIKOSIDA G I N A A R I F A H : : A S T I Y U N I A : : YUDA :: R I F N A

FARMAKOKINETIK KLINIK ANTIBIOTIK AMINOGLIKOSIDA G I N A A R I F A H : : A S T I Y U N I A : : YUDA :: R I F N A FARMAKOKINETIK KLINIK ANTIBIOTIK AMINOGLIKOSIDA G I N A A R I F A H : : A S T I Y U N I A : : YUDA :: R I F N A AMINOGLIKOSIDA Senyawa yang terdiri dari 2 atau lebih gugus gula amino yang terikat lewat

Lebih terperinci

DRUG DELIVERY SYSTEM INTRANASAL FIFI ELVIRA JAMRI ( )

DRUG DELIVERY SYSTEM INTRANASAL FIFI ELVIRA JAMRI ( ) DRUG DELIVERY SYSTEM INTRANASAL FIFI ELVIRA JAMRI (12330713) PENDAHULUAN Seiring dengan semakin berkembangnya sains dan teknologi, perkembangan di dunia farmasi pun tidak ketinggalan. Semakin hari semakin

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN BEDAH APENDISITIS DI RSUD PEKANBARU PADA TAHUN 2010 SKRIPSI

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN BEDAH APENDISITIS DI RSUD PEKANBARU PADA TAHUN 2010 SKRIPSI EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN BEDAH APENDISITIS DI RSUD PEKANBARU PADA TAHUN 2010 SKRIPSI Oleh: REVTY AMELIA K100070004 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif terhadap semua variabel yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif terhadap semua variabel yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif terhadap semua variabel yang diteliti. Metode ini merupakan suatu bentuk pengumpulan data yang bertujuan menggambarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh Apoteker (Presiden RI, 2009). Praktik kefarmasian meliputi pembuatan

Lebih terperinci