PERHITUNGAN TERMIS DAN KEMAMPUAN HANTAR ARUS KABEL BAWAH TANAH 20 KV PADA PT.PLN (PERSERO) AREA PONTIANAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERHITUNGAN TERMIS DAN KEMAMPUAN HANTAR ARUS KABEL BAWAH TANAH 20 KV PADA PT.PLN (PERSERO) AREA PONTIANAK"

Transkripsi

1 PERHITUNGAN TERMIS DAN KEMAMPUAN HANTAR ARUS KABEL BAWAH TANAH 20 KV PADA PT.PLN (PERSERO) AREA PONTIANAK Ahmad Mohajir Lutfhi Program Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura jak.luthfi@gmail.com Abstrak - Dalam pemasangan kabel tanah, ada beberapa hal yang sangat menentukan kemampuan hantar arus kabel antar lain : cara pemasangan kabel, perbedaan suhu penghantar dan suhu tanah (ambient),, rugi-rugi dielektrik, resistansi kabel, faktor rugi-rugi selubung, faktor rugi-rugi perisai, dan resistansi termal. Untuk mengetahui kemampuan hantar arus pada kabel tanah, dibutuhkan perhitungan termis pada penyulang tersebut. Dari perhitungan kemampuan hantar arus (KHA) kabel bawah tanah NA2XSEYBY 3 x 50 mm 2 yang telah dilakukan, dapat disimpulkan kemampuan hantar arus kabel NA2XSEYBY 3 x 50 mm 2 untuk kondisi instalasi jarak sumbu kabel dengan permukaan tanah 70 cm, resistivitas termal tanah,0 K.m/W, suhu tanah 30 o C adalah 25,576 ampere. Nilai tersebut masih dibawah kemampuan hantar arus menurut data elektrikal yang kabel tersebut yaitu sebesar 292 ampere. Hasil perhitungan dengan nilai resistivitas termal dan temperatur tanah yang bervariasi mempengaruhi kemampuan hantar arus (KHA) kabel NA2XSEYBY 3 x 50 mm 2, tingginya nilai resistivitas termal dan temperatur tanah akan mengurangi kemampuan hantar arus (KHA) kabel tersebut. Kata kunci : rugi-rugi dielektrik, faktor rugi-rugi selubung, faktor rugi-rugi perisai, resistansi termal, KHA. Pendahuluan Ditinjau dari biaya pemasangan, untuk penyaluran listrik melalui saluran bawah tanah jauh lebih mahal daripada saluran udara. Biaya yang mahal tersebut meliputi biaya bahan dan peralatan yang digunakan, upah pekerja, dan waktu yang dibutuhkan untuk merancang dan memasang kabel. Panas adalah efek samping yang terjadi ketika dilakukan pendistribusian energi listrik. Panas tersebut selain dihasilkan oleh arus yang mengalir, juga disebabkan oleh lingkungan. Besarnya arus listrik yang mengalir harus dibawah kemampuan hantar arus sehingga temperatur kabel tersebut tidak melebihi nilai batas maksimum isolasi yang telah ditentukan. Dalam pemasangan kabel tanah, ada beberapa hal yang sangat menentukan kemampuan hantar arus kabel antar lain : cara pemasangan kabel, perbedaan suhu penghantar dan suhu tanah (ambient), rugi-rugi dielektrik, resistansi kabel, faktor rugi-rugi selubung, faktor rugi-rugi perisai, dan resistansi termal. Untuk mengetahui kemampuan hantar arus pada kabel tanah, dibutuhkan perhitungan termis pada penyulang tersebut. 2. Dasar Teori 2.. Rugi-Rugi Konduktor Resistansi DC per unit panjang konduktor pada suhu maksimum dapat dihitung dengan rumus : [2]. R = R 20 [ + α 20 (θ 20)] Ω/m... () R = resistansi dc konduktor operasi pada temperatur maksimum (Ω/m) α 20 = koefisien temperatur bahan pada 20 (/K) θ = temperatur maksimum ( ) R 20 = resistansi DC konduktor pada 20 (Ω/m) Faktor efek kulit (skin effect) dapat ditentukan dengan rumus : [2]. y s = X s 92+0,8X s... (2) X s 2 = 8πf R. 0 7 k s... (3) Faktor efek permukaan (proximity effect) untuk kabel berinti tiga atau tiga kabel berinti tunggal : [2]. X p y p = 92+0,8X ( d c p s )2 [0,32 ( d c s )2,8 + X ]... () p 92+0,8X +0,27 p d c = diameter konduktor (mm) s = jarak antara sumbu konduktor (mm) Untuk kabel dalam formasi flat, s adalah jarak antara fasa yang berdekatan. Dimana jarak antara fasa yang berdekatan tidak sama, sehingga s = s s 2. Nilai k s dan k p dapat dilihat pada Tabel Tabel. Nilai k s dan k p [2] Kering dan Tipe Konduktor diresapi minyak atau tidak k s Bundar, berpilin Ya Bundar, berpilin Tidak Bundar, padat ya Bundar, padat tidak Bundar, bersegmen 0,35 Berlubang, berpilin ya * Berbentuk sektor ya Berbentuk sektor tidak k p 0,8 0,8 0,37 0,8 0,8

2 Keterangan : * formula berikut digunakan untuk k s k s = d c d i ( d 2 c 2d i ) d c d i d c d i d i = diameter dalam konduktor (mm) d c = diameter luar konduktor pejar yang ekivalen (mm) Maka resistansi AC konduktor adalah : [2]. R = R( + y s + y p ) Ω/m...(5) y s = faktor efek kulit (skin effect) y p = faktor efek permukaan (proximity effect) 2.2. Rugi-Rugi Dielektrik Untuk isolasi yang bulat kapasitansinya adalah : [2]. ε C = 8ln( D i dc ) 0 9 F/m...(6) D i = diameter luar isolasi (mm) d c = diameter konduktor termasuk tabir (mm) ε = permitivitas relatif bahan isolasi Untuk rugi-rugi dielektrik bahan dapat dihitung dengan persamaan : [2]. W d = U 0 2 = ωcu 2 R 0 tanδ W/m...(7) i Dan ω = 2πf rad/s...(8) = tegangan kerja fasa ke tanah (Volt) U 0 tanδ = faktor rugi-rugi isolasi f = frekuensi sistem (Hz) Berdasarkan Persamaan () rugi-rugi dielektrik sebanding dengan kapasitansi, frekuensi, tegangan fasa ke netral, dan faktor rugi-rugi. Nilai permitivitas bahan bahan isolasi dan faktor rugi-rugi tanδ dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Nilai Permitivitas dan Faktor Rugi-Rugi Isolasi [2] Tipe Kabel ε tanδ Kabel berisolasi dengan kertas yang diresapi Tipe padat, fully impregnated, pre-impregnated, dan mass-impregnated nondraining Berisi minyak, tekanan rendah hingga U 0 = 36 kv hingga U 0 = 87 kv hingga U 0 = 60 kv hingga U 0 = 220 kv Minyak bertekanan, tipe pipa Tekanan gas dalam Tekanan gas luar Kabel dengan jenis isolasi yang lain : Karet butyl EPR, hingga 8/30 kv EPR di atas 8/30 kv PVC PE (HD dan LD) XLPE meliputi dan hingga 8/30 (36) kv, tidak berisi XLPE di atas 8/30 (36) kv, tidak berisi XLPE di atas 8/30 (36) kv, berisi Paper-polypropylene-paper (PPL) 3,6 3,6 3,7 3, 3, ,5 2,5 3 2,8 0,0 0,0035 0,0033 0,0030 0,0028 0,005 0, ,050 0,020 0,005 0, 0,00 0,00 0,00 0,005 0, Rugi-rugi Selubung dan Perisai Rugi-rugi dalam selubung logam terdiri dari rugi-rugi yang disebabkan oleh arus sirkulasi λ dan rugi-rugi arus eddy λ, maka faktor rugi-rugi pada selubung logam dapat ditulis sebagai : [2]. λ = λ + λ... (9) Faktor rugi-rugi arus sirkulasi (λ ) diabaikan, karena selubung dibumikan. Faktor rugi-rugi arus eddy untuk kabel berinti tiga : [2]. λ = 3,2ω2 ( 2c RR s d )2 0 [ + ( d d A ) 2 + d A μδ0 ] 2... (0) R s = R s0 [ + α 20 (θ 20)] Ω/m... () c = jarak antar sumbu konduktor dengan sumbu kabel untuk kabel berinti tiga (mm) R s = resistansi selubung Ω/m α 20 = koefisien temperatur bahan pada 20 (/K) θ = temperatur maksimum selubung ( ) R S0 = resistansi DC selubung pada 20 (Ω/m) δ 0 = ketebalan ekivalen perisai (mm) d A = diameter rata-rata perisai (mm) d = diameter tabir kawat tembaga (mm) μ = permiabilitas relatif pita baja (biasanya 300) Untuk kabel berinti dua atau tiga yang memiliki perisai pita baja baik rugi-rugi arus eddy λ 2 maupun rugi-rugi histeresis λ 2 harus dipertimbangkan sehingga : λ 2 = λ 2 + λ 2... (2) Faktor rugi-rugi arus histeresis (λ 2 ) untuk kabel berinti tiga dengan perisai pita baja ditentukan dengan persamaan : [2]. λ 2 = s2 k Rd A δ 0... (3) Faktor rugi-rugi arus eddy (λ 2 ) untuk kabel berinti tiga dengan perisai pita baja ditentukan dengan persamaan : [2]. λ 2 = 2,25s2 k 2 δ () Rd A R = resistansi AC konduktor (Ω/m) k = + d A μδ0 ( f 50 ) s = jarak antara sumbu konduktor (mm) δ 0 = ketebalan ekivalen perisai (mm) d A = diameter rata-rata perisai (mm) 2.. Perhitungan Resistansi Termal Resistansi termal dari lapisan silindris per unit panjang adalah : [2]. T = ρ th ln r 2... (5) 2π r Dalam bagian ini diberikan formula untuk menghitung resistansi termal per unit panjang dari bagian-bagian yang berbeda dari kabel T, T 2, T 3 dan bagian luar kabel T. Resistivitas termal bahan yang digunakan sebagai isolasi diberikan pada Tabel 3.

3 Tabel 3. Resistivitas Termal Bahan [2] Bahan Bahan isolasi : Isolasi kertas dalam kabel tipe padat Isolasi kertas dalam kabel berisi minyak Isolasi kertas dalam kabel bertekanan gas luar Isolasi kertas dalam kabel bertekanan gas dalam : a. Pre-impregnated b. Mass-impregnated PE XLPE Polyvinyl chloride : hingga tegangan 3 kv lebih dari tegangan 3 kv EPR : hingga tegangan 3 kv lebih dari tegangan 3 kv Karet butyl Karet Lapisan pelindung : Campuran jute dan bahan fiber Pelindung berlapis karet Polychroprene PVC : hingga tegangan 3 kv lebih dari tegangan 3 kv PVC/bitumen pada selubung aluminium PE Resistivitas Termal (ρ T ) (K.m/W) 5,5 6, Resistansi Termal Antara Konduktor dan Selubung (T ) Resistansi termal antara satu konduktor dengan selubung dapat dihitung dengan rumus : [2]. T = ρ i ln ( + 2t )...(6) 2π d c ρ i = resistivitas termal isolasi (K.m/W) d c = diameter konduktor (mm) t = ketebalan isolasi antara konduktor dan selubung (mm) Perhitungan resistansi termal dalam dari kabel berinti tiga lebih kompleks daripada kasus kabel berinti tunggal. Metode umum perhitungan menggunakan faktor geometrik G sebagai ganti fungsi logaritmik pada Persamaan (5), sehingga persamaan tersebut menjadi : [2]. T = ρ i G...(7) 2π Nilai faktor geometrik G dapat dilihat pada Gambar. Jika tabir yang digunakan merupakan kawat tembaga berjarak dipasang pada setiap intinya, maka resistansi termalnya menjadi : [2]. T = ρ i G + 0,03(ρ 2π f ρ i )e 0,67 dc...(8) t = tebal isolasi antara konduktor (mm) ρ f = resistivitas termal bahan pengisi (K.m/W) ρ i = resistivitas termal isolasi Kabel berinti tiga dengan tabir pita logam dapat dianggap sebagai kabel ikat dengan t t = 0,5. Agar konduktivitas termal tabir logam tersebut dapat t diperhitungkan, maka Persamaan (7) harus dikalikan dengan faktor screening K yang ditunjukkan pada Gambar 2, sehingga secara sistematis dapat ditulis sebagai : T = K ρ i G... (9) 2π Gambar.Faktor Geometrik G Kabel Ikat Berinti Tiga Dengan Konduktor Bulat [2] Gambar 2. Faktor Screening Kabel Berinti Tiga Dengan Konduktor Bulat [2] Resistansi Termal antara selubung dan Perisai (T 2 ) Resistansi termal antara selubung dan perisai dapat diperoleh dari Persamaan (6), yang merepresentasikan resistansi termal lapisan konsentris. T 2 = ρ b 2π ln ( + 2t 2 D s )... (20) ρ b = resistivitas termal bantalan (K.m/W) D s = diameter luar selubung (mm) t 2 = tebal bantalan (mm)

4 2..3. Resistansi Termal Selubung Luar (T 3 ) Selubung luar umumnya berbentuk lapisan konsentris, dan resistansi termalnya diberikan oleh : [2]. T 3 = ρ s 2π ln ( + 2t 3 D a )... (2) ρ s = resistivitas termal selubung luar (K.m/W) D a = diameter luar perisai (mm) t 3 = tebal selubung luar (mm) 2... Resistansi Termal Eksternal (T ) Resistansi termal eksternal kabel tunggal yang ditanam dalam tanah ditentukan dengan persamaan : [2]. T = ρ e 2π ln(u + u2 )... (22) ρ e u = resistivitas termal tanah (K.m/W) = 2L D e L = jarak dari permukaan tanah ke sumbu kabel (mm) D e = diameter luar kabel (mm) Jika nilai u melebihi 0, maka pendekatan sebagai berikut dapat dilakukan : T = ρ e ln (L)...(23) 2π D e 2.5. Menentukan Kemampuan Hantar Arus (KHA) Kabel Jika resistansi termal untuk konduksi adalah : T = ρ ln r 2...(2) 2π r ρ = resistivitas termal dari material (K.m/W) r, r 2 = jari-jari komponen kabel (mm) Persamaan perpindahan panas menjadi : W = θ...(25) T Rangkaian ekivalen termal dapat digunakan pada kabel yang berlapis. Perpindahan panas dapat ditentukan secara terpisah dengan mempertimbangkan setiap elemen dalam jaringan yaitu : W = θ θ 2 ρ A 2π lnr 2 r = θ 2 θ 3 ρ B 2π lnr 3 r2 = θ 3 θ ρ C 2π lnr r3 = θ θ amb 2πr h... (26) Dalam hal perbedaan temperatur keseluruhan dan resistansi termal total dapat ditentukan dengan persamaan dibawah ini : W = θ θ amb...(27) T total T total = ρ A ln r 2 + ρ B ln r 3 + ρ C ln r +...(27) 2π r 2π r 2 2π r 3 2πr h ρ A, ρ B, ρ C, = resistivitas termal dari material (K.m/W) r, r 2, r 3, r = jari-jari komponen kabel (mm) θ θ amb = perbedaan temperatur keseluruhan ( ) θ = suhu konduktor ( ) θ amb = suhu lingkungan ( ) T = resistansi termal (K.m/W) T total = total resistansi termal (K.m/W) W = panas yang dihasilkan dalam kabel (Watt/m) h = koefisien perpindahan panas (W/m2 K) Untuk menghitung kemampuan hantar arus dianggap bahwa potensial setiap titik dalam rangkaian adalah analogi dengan suhu antar lapisan seperti ditunjukkan pada Gambar 3a. Dengan demikian perbedaan potensial antara terminal rangkaian dengan sumber arus mewakili kenaikan suhu dari inti kabel dengan suhu keliling. Oleh karena itu suhu inti kabel adalah suhu keliling ditambah dengan Δθ, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3b. Gambar 3. Rangkaian Ekivalen Termal Listrik Kabel Berinti Tunggal [2] Berdasarkan Gambar 3b kita dapat menghitung Δθ kabel berinti tunggal sebagai : (Anders, 997 : 58) θ = (W c + W 2 d)t + (W c + W d + W s )T 2 + (W c + W d + W s + W a ) (T 3 + T )... (28) Untuk menurunkan persamaan kemampuan hantar arus dapat tentukan dari rumus rugi-rugi konduktor (W c ) yang dihitung dengan menggunakan resistansi AC dan arus. W c = RI 2... (29) Dan W s = λ W c... (30) W a = λ 2 W c... (3) W c = rugi-rugi konduktor (W/m) W s = rugi-rugi selubung (W/m) W a = rugi-rugi perisai (W/m) λ λ 2 = faktor rugi-rugi selubung = faktor rugi-rugi perisai Dengan mensubstitusikan persamaan (29), (30), dan (3) ke persamaan (28), maka diperoleh persamaan kemampuan hantar arusnya dibawah ini : [2]. I = θ W d( 2 T +T 2 +T 3 +T ) Ampere... (32) RT +R(+λ +λ 2 )(T 3 +T ) Untuk kabel berinti tiga rangkaian termal listriknya adalah seperti pada gambar dibawah ini : Gambar. Rangkaian Ekivalen Termal Listrik Kabel Berinti Tiga [2]

5 Berdasarkan gambar, dapat dihitung Δθ kabel berinti tiga sebagai : I = θ W d [ 2 T +3(T 2 +T 3 +T )] RT +3R(+λ )T 2 +3R(+λ +λ 2 )(T 3 +T ) Ampere... (33) I = arus yang mengalir dalam satu konduktor (A) θ = perbedaan temperatur keseluruhan ( ) R = resistansi AC per unit panjang pada suhu maksimum (Ω/m) W d = rugi-rugi dielektrik per unit panjang (W/m) T = resistansi termal per unit panjang antara satu konduktor dan selubung (K.m/W) T 2 = resistansi termal per unit panjang dari bantalan antara selubung dan perisai (K.m/W) T 3 = resistansi termal per unit panjang dari selubung luar kabel (K.m/W) T = resistansi termal per unit panjang antara permukaan kabel dan medium sekitar (K.m/W) λ = faktor rugi-rugi selubung λ 2 = faktor rugi-rugi perisai 2.6. Diagram Alir Perhitungan Diagram alir dari perhitungan termis dan kemampuan hantar arus kabel bawah tanah 20 kv pada PT.PLN (Persero) Area Pontianak sebagai berikut : Temperatur tanah : 30 o C Resistivitas termal tanah ideal : K.m/W Besarnya nilai resistivitas termal tanah sesuai dengan kondisi tanah yang ditunjukkan pada Tabel. Tabel. Nilai Resistivitas Termal Tanah Resistivitas Termal Tanah Kondisi Tanah (K.m/W) 0,7 Sangat lembab (selalu lembab),0 Lembab (curah hujan tinggi) 2,0 Kering (curah hujan rendah) Sangat kering (tidak ada curah 3,0 hujan/sedikit sekali curah hujan) Kedalaman penanaman : 800 mm Jarak permukaan tanah dengan sumbu kabel : 700 mm Perhitungan kemampuan hantar arus kabel tanah NA2XSEYBY 3 x 50 mm 2 dapat ditentukan dengan langkah-langkah sebagai berikut. 3.. Resistansi AC konduktor Resistansi dc konduktor pada temperatur maksimum sebesar : R = 2,06 x 0 [ +, (90 20)] Ω/m R = 2,6 0 Ω/m faktor efek kulit adalah : X 2 s = 8πf R , 50 k s = 2, = 0,758 X s y s = ,8X = (0,758) 2 s ,8 (0,758) 2 = 0,002 faktor efek permukaan adalah : X 2 p = 8πf R , 50 k p = 2, = 0,758 y p = X p 92+0,8X p ( d c s )2 [0,32 ( d c s )2 +,8 X p (0,758) ,8 (0,758) 2 (,30 29,6 )2 [0,32 (,30 29,6 ) ,8X p +0,27 ] y p = Gambar 5. Diagram Alir Perhitungan Kemampuan Hantar Arus Kabel Bawah Tanah Penyulang Cemara 9 3. Perhitungan dan Analisis Dalam perhitungan kemampuan hantar arus kabel tanah selain dari data fisik dan data elektrikal kabel diperlukan data kondisi pemasangan kabel dan situasi lingkungan pemasangan kabel tersebut yang menurut PUIL (2000), dapat dilihat sebagai berikut : Temperatur maksimum kabel : 90 o C Temperatur maksimum selubung : 70 o C,8 (0,758)2 92+0,8 (0,758)2 +0,27 ] y p = 0,002 Resistansi AC konduktor kabel NA2XSEYBY 3 x 50 mm 2 adalah : R = R (+y s+y p ) = 2,6 0 ( + 0, ,002) R = 2,67 0 Ω/m 3.2. Rugi-Rugi Dielektrik Kapasitansi konduktor bulat adalah : 2,5 C = 8ln( 26,90,30 ) 0 9 = 0, F/m Rugi-rugi dielektrik pada masing-masing fasa adalah : W d = ωcu 2 0 tanδ W/m W d = 2 3, 50 0, ( )2 0,00 W/m

6 W d = 0,0368 W/m 3.3. Faktor Rugi-Rugi Selubung Diasumsikan temperatur maksimum selubung (θ) sebesar 70. Maka resistansi selubung : R s = 7,3 0 [ + 3, (70 20)] Ω/m R s = 8, Ω/m faktor rugi-rugi arus eddy : λ = 3,2ω2 ( 2c 2 RR s d ) 0 [ + ( d 2 ) d A λ = 0, d ] A μδ 0 Faktor rugi-rugi arus sirkulasi (λ ) diabaikan karena selubung dibumikan. Sehingga total faktor rugi-rugi selubung : λ = λ + λ = 0 + 0,0329 = 0, Faktor Rugi-Rugi Perisai Faktor rugi-rugi arus histeresis : k = + 67,0 ( 50 ) = 0, ,96 λ 2 λ 2 eddy : = s2 k Rd A δ 0 = (29,6 )2 (0,688) , ,0 0,96 = (29,6 )2 (0,688) , ,0 0,96 = 0,006 Dengan menggunakan persamaan II.3, rugi-rugi arus λ 2 = 2,25s2 k 2 δ Rd A λ 2 = 2,25 (29,6 )2 (0,688) 2 0, , ,0 = 2, Sehingga total faktor rugi-rugi perisai dengan menggunakan persamaan II.32 adalah : λ 2 = λ 2 + λ 2 = 0, , = 0, Resistansi Termal Antara Konduktor dan Selubung (T ) Resistansi termal antara konduktor dan selubung (T ) adalah : T = 2 3, T = 0,860 K.m/W 2,60 (,3) + 0,03(6 )e0,67, Resistansi Termal Antara Selubung dan Perisai (T 2 ) Resistansi termal antara selubung dan perisai (T 2 ) adalah : T 2 = 2 3,0 ln ( + 2 3, 29,6 ) T 2 = 0,770 K.m/W 3.7. Resistansi Termal Selubung Luar (T 3 ) Resistansi termal selubung luar (T 3 ) adalah : T 3 = 2 3,3 ln ( + 2 3, 67,0 ) T 3 = 0,0892 K.m/W 3.8. Resistansi Termal Eksternal (T ) Diameter luar kabel (D e ) kabel NA2XSEYBY 3 x 50 mm 2 adalah 7,00 mm. Diasumsi kabel ditanam langsung ke tanah pada kedalaman 800 mm, dengan jarak dari permukaan tanah ke sumbu kabel (L) 700 mm, sehingga : u = 2L D e = ,00 = 8,92 Jika nilai u melebihi 0, dan diasumsikan resistivitas termal tanah (ρ e ) sebesar K.m/W. Maka pendekatannya yaitu : T = 2 3, T = 0,5783 K.m/W ln ( 700 7,00 ) 3.9. Kemampuan Hantar Arus (KHA) Kabel NA2XSEYBY 3 x 50 mm 2 Menurut PUIL (2000), temperatur maksimum pada konduktor (θ ) sebesar 90 dan temperatur tanah (θ amb ) sebesar 30. Dengan menggunakan persamaan II.59, kemampuan hantar arus NA2XSEYBY 3 x 50 mm 2 adalah : I = ( θ) W d [ 2 T + 3(T 2 + T 3 + T )] RT + 3R( + λ )T 2 + 3R( + λ + λ 2 )(T 3 + T ) θ = θ θ amb I = 25,576 ampere 3.0. Analisa Hasil Perhitungan Berdasarkan hasil perhitungan di atas, rekapitulasi hasil perhitungan paramater kabel NA2XSEYBY 3 x 50 mm 2 ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Paramater Kabel NA2XSEYBY 3 x 50 mm 2 Parameter Simbo l Nilai Satuan Resistansi AC R 2,67 0 ohm/m Rugi-Rugi Dielektrik W d 0,0368 watt/m Total Faktor Rugi-Rugi Selubung λ 0,0329 Total Faktor Rugi-Rugi Perisai λ 2 0,009 Resistansi Termal Antara Konduktor dan Selubung T 0,860 K.m/W Resistansi Termal Antara Selubung dan Perisai T 2 0,770 K.m/W Resistansi Termal Selubung Luar T 3 0,0892 K.m/W Resistansi Termal Eksternal Kemampuan Hantar Arus (KHA) T 0,5783 K.m/W I 25,576 ampere Dengan nilai resistivitas termal tanah dibuat tetap (konstan) yaitu sebesar,0 K.m/W, jarak sumbu kabel dengan permukaan tanah sebesar 700 mm, pengaruh temperatur tanah terhadap kemampuan hantar arus (KHA) dan rugi-rugi konduktor kabel tanah NA2XSEYBY 3 x 50 mm 2 dapat ditunjukkan pada Tabel 6.

7 Tabel 6. Pengaruh Temperatur Tanah Terhadap KHA dan Rugi-Rugi Konduktor (ρ e =,0 K. m/w) Temperatur Rugi-Rugi KHA Tanah Konduktor ( 0 (ampere) C) (watt/meter) 0 29, , ,6766 2, , ,9898 8, ,576 7, ,779 5, ,3527,293 Berdasarkan Tabel 6, grafik pengaruh temperatur tanah terhadap kemampuan hantar arus (KHA) kabel tanah NA2XSEYBY 3 x 50 mm 2 dapat ditunjukkan pada Gambar 6. KHA (ampere) Temperatur Tanah (celcius) Gambar 6. Grafik Pengaruh Temperatur Tanah Terhadap KHA Dengan nilai temperatur tanah tetap yaitu sebesar 30 0 C, jarak sumbu kabel dengan permukaan tanah sebesar 700 mm, pengaruh resistivitas termal tanah terhadap resistansi termal eksternal (T ), kemampuan hantar arus (KHA) dan rugi-rugi konduktor kabel tanah NA2XSEYBY 3 x 50 mm 2 dapat ditunjukkan pada Tabel 7. Tabel 7. Pengaruh Resistivitas Termal Tanah Terhadap Resistansi Termal Eksternal, KHA dan Rugi- Rugi Konduktor (θ amb = 30 ) Resistivitas Termal Tanah (K.m/W) Resistivitas Termal Eksternal (T ) (K.m/W) KHA (ampere) Rugi-Rugi Konduktor (watt/meter) 0,7 0, ,8 0, ,9 0, ,0 0, ,5 0, ,0, ,5, ,0, Berdasarkan Tabel 7, pengaruh resistivitas termal tanah terhadap kemampuan hantar arus (KHA) kabel tanah NA2XSEYBY 3 x 50 mm 2 dapat ditunjukkan pada Gambar 7. KHA (ampere) Gambar 7. Grafik Pengaruh Resistivitas Tanah Terhadap KHA. Kesimpulan Dari perhitungan kemampuan hantar arus (KHA) kabel bawah tanah NA2XSEYBY 3 x 50 mm 2 yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :. Kemampuan hantar arus kabel NA2XSEYBY 3 x 50 mm 2 untuk kondisi instalasi jarak sumbu kabel dengan permukaan tanah 70 cm, resistivitas termal tanah,0 K.m/W, suhu tanah 30 o C adalah 25,576 ampere. Nilai tersebut masih dibawah kemampuan hantar arus menurut data elektrikal yang kabel tersebut yaitu sebesar 292 ampere yang tercantum pada data elektrikal NA2XSEYBY 3 x 50 mm Berdasarkan data beban penyulang Cemara 9 pada bulan Maret 207, terjadi arus beban maksimum sebesar 203,6 ampere. Arus beban maksimum yang terjadi masih di bawah nilai perhitungan kemampuan hantar arus (KHA), sehingga penyulang Cemara 9 masih layak dalam melayani beban. 3. Hasil perhitungan dengan temperatur tanah yang bervariasi mempengaruhi kemampuan hantar arus (KHA) kabel NA2XSEYBY 3 x 50 mm 2, tingginya temperatur tanah akan mengurangi kemampuan hantar arus (KHA) kabel tersebut.. Hasil perhitungan dengan nilai resistivitas termal tanah yang bervariasi mempengaruhi kemampuan hantar arus (KHA) kabel NA2XSEYBY 3 x 50 mm 2, tingginya nilai resistivitas termal tanah akan mengurangi kemampuan hantar arus (KHA) kabel tersebut. Referensi Resistivitas Tanah (K.m/W) [] Agus,dkk Analisis Perbandingan Sistem Saluran Kabel Udara Tegangan Menengah (SKUTM) dan Saluran Kabel Tanah Tegangan Menengah (SKTM). Elektrika no. II.3 Nopember 206 [2] Anders G.J, 997. Rating of Electric Power Cables : Ampacity Computations for Transmission, Distribution, and Industrial Applications,.New York : Institute of Elelctrical and Electronics Engineers Inc, 997

8 [3] Etaruddin Hamzah, Asuhaimi Abdullah bin Mohd. Zin 202. Reduced Dielectric Losses For Underground Cable Distribution Systems, International Journal of Applied Power Engineering (IJAPE), Vol., No., April 202. [] Erhaneli, Musnadi Pengaruh Arus Bocor Terhadap Perubahan Temperatur Pada Kabel Bawah Tanah 20 kv Jurnal Momentum Vol.2.No.. Februari 202. [5] Moore, George F Third Edition of Electric Cables Handbook/BICC Cables. USA : Royal Academy of Engineering Visiting Professor University of Liverpool [6] PLN, PT. (Persero). 200, Buku 5 : Standar Konstruksi Jaringan Tegangan Menengah Tenaga Listrik, Jakarta : PT. PLN (Persero) [7] PUIL.2000, Persyaratan Umum Instalasi Listrik, Jakarta : Badan Standarisasi Nasional [8] Syahir Mahmud, dkk Analisis kapasitas arus hubung singkat Saluran kabel bawah tanah 20 kv berisolasi XLPE. Seminar Nasional Sains dan Teknik 202 (SAINSTEK 202). Biography Ahmad Mohajir Lutfhi, lahir di Pontianak pada tanggal 7 Agustus 989. Menempuh Pendidikan Program Strata I (S) di Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura sejak tahun 200. Penelitian ini diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Elektro konsentrasi Teknik Tenaga Listrik Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura.

Analisa Kemampuan Hantar Arus Dengan Menggunakan Metode Penggabungan Silang Selubung Kabel Antar Fasa Pada Kabel Bawah Tanah 150 kv

Analisa Kemampuan Hantar Arus Dengan Menggunakan Metode Penggabungan Silang Selubung Kabel Antar Fasa Pada Kabel Bawah Tanah 150 kv Jurnal Elektro ELTEK Vol., No., Oktober 011 ISSN: 086-8944 Analisa Kemampuan Hantar Arus Dengan Menggunakan Metode Penggabungan Silang Selubung Kabel Antar Fasa Pada Kabel Bawah Tanah 150 kv Teguh Herbasuki,

Lebih terperinci

DASAR TEORI. Kata kunci: Kabel Single core, Kabel Three core, Rugi Daya, Transmisi. I. PENDAHULUAN

DASAR TEORI. Kata kunci: Kabel Single core, Kabel Three core, Rugi Daya, Transmisi. I. PENDAHULUAN ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA KABEL TANAH SINGLE CORE DENGAN KABEL LAUT THREE CORE 150 KV JAWA MADURA Nurlita Chandra Mukti 1, Mahfudz Shidiq, Ir., MT. 2, Soemarwanto, Ir., MT. 3 ¹Mahasiswa Teknik

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Perhitungan Digital Nilai Geometrik G dan Faktor Screening K. A.1 Faktor geometrik G untuk kabel ikat berinti tiga dengan konduktor bulat

LAMPIRAN A. Perhitungan Digital Nilai Geometrik G dan Faktor Screening K. A.1 Faktor geometrik G untuk kabel ikat berinti tiga dengan konduktor bulat LAMPIRAN A Perhitungan Digital Nilai Geometrik G dan Faktor Screening K A.1 Faktor geometrik G untuk kabel ikat berinti tiga dengan konduktor bulat (Gambar 3.4) dan di mana : merupakan fungsi X dany. Dengan

Lebih terperinci

Pemrograman Perhitungan Termis Kabel Bawah Tanah 20 kv Menggunakan Program Visual Basic 6.0

Pemrograman Perhitungan Termis Kabel Bawah Tanah 20 kv Menggunakan Program Visual Basic 6.0 e-jurnal Teknik Elektro dan Komputer (03) Pemrograman Perhitungan Termis Kabel Bawah Tanah 0 kv Menggunakan Program Visual Basic 6.0 F. A. Y. Walangare, L. S. Patras, H. Tumaliang, A. F. Nelwan Jurusan

Lebih terperinci

BAB II KABEL DAN PERPINDAHAN PANAS

BAB II KABEL DAN PERPINDAHAN PANAS BAB II KABEL DAN PERPINDAHAN PANAS II.1 Umum Kemampuan hantar arus kabel dipengaruhi oleh perpindahan panas yang terjadi dari kabel ke lingkungan sekitar. Secara umum sumber panas dalam kabel dapat dibagi

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS TERMAL KABEL TANAH TEGANGAN MENENGAH MENGGUNAKAN METODE NUMERIK

TUGAS AKHIR ANALISIS TERMAL KABEL TANAH TEGANGAN MENENGAH MENGGUNAKAN METODE NUMERIK TUGAS AKHIR ANALISIS TERMAL KABEL TANAH TEGANGAN MENENGAH MENGGUNAKAN METODE NUMERIK Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam Menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro

Lebih terperinci

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saluran Transmisi Saluran transmisi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang berperan menyalurkan daya listrik dari pusat-pusat pembangkit listrik ke gardu induk.

Lebih terperinci

Bahan Listrik. Bahan penghantar padat

Bahan Listrik. Bahan penghantar padat Bahan Listrik Bahan penghantar padat Definisi Penghantar Penghantar ialah suatu benda yang berbentuk logam ataupun non logam yang dapat mengalirkan arus listrik dari satu titik ke titik lain. Penghantar

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH JENIS DAN KEDALAMAN TANAH TERHADAP KUAT MEDAN LISTRIK SERTA KAPASITAS HANTAR ARUS PADA KABEL XLPE 20 KV DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISIS PENGARUH JENIS DAN KEDALAMAN TANAH TERHADAP KUAT MEDAN LISTRIK SERTA KAPASITAS HANTAR ARUS PADA KABEL XLPE 20 KV DENGAN METODE ELEMEN HINGGA ANALISIS PENGARUH JENIS DAN KEDALAMAN TANAH TERHADAP KUAT MEDAN LISTRIK SERTA KAPASITAS HANTAR ARUS PADA KABEL XLPE 20 KV DENGAN METODE ELEMEN HINGGA Analisis Pengaruh Jenis dan Kedalaman Tanah terhadap

Lebih terperinci

ANALISIS EFFISIENSI PENYALURAN KABEL LAUT 150 kv GILIMANUK 3 dan 4 YANG MENGHUBUNGKAN INTERKONEKSI JAWA-BALI DENGAN METODE ROCK DUMPING

ANALISIS EFFISIENSI PENYALURAN KABEL LAUT 150 kv GILIMANUK 3 dan 4 YANG MENGHUBUNGKAN INTERKONEKSI JAWA-BALI DENGAN METODE ROCK DUMPING Ruwah Joto, Analisis Efisiensi Penyaluran Kabel Laut, Hal 13-26 ANALISIS EFFISIENSI PENYALURAN KABEL LAUT 150 kv GILIMANUK 3 dan 4 YANG MENGHUBUNGKAN INTERKONEKSI JAWA-BALI DENGAN METODE ROCK DUMPING Ruwah

Lebih terperinci

BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG. Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga

BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG. Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG II.1. Umum (3) Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga untuk menjamin keamanan manusia yang menggunakan peralatan

Lebih terperinci

PENTANAHAN JARING TEGANGAN RENDAH PLN DAN PENTANAHAN INSTALASI 3 SPLN 12 : 1978

PENTANAHAN JARING TEGANGAN RENDAH PLN DAN PENTANAHAN INSTALASI 3 SPLN 12 : 1978 BIDANG DISTRIBUSI No. SPLN No. JUDUL 1 SPLN 1 : 1995 TEGANGAN-TEGANGAN STANDAR 2 SPLN 3 :1978 PENTANAHAN JARING TEGANGAN RENDAH PLN DAN PENTANAHAN INSTALASI 3 SPLN 12 : 1978 PEDOMAN PENERAPAN SISTEM DISTRIBUSI

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA JARINGAN AKSES TEMBAGA UNTUK IMPLEMENTASI ADSL DI KANCATEL PAMANUKAN

BAB IV ANALISA JARINGAN AKSES TEMBAGA UNTUK IMPLEMENTASI ADSL DI KANCATEL PAMANUKAN BAB IV ANALISA JARINGAN AKSES TEMBAGA UNTUK IMPLEMENTASI ADSL DI KANCATEL PAMANUKAN 4.1 PERHITUNGAN DATA HASIL PENGUKURAN Kabel tembaga yang tergelar di Kancatel Pamanukan menggunakan Polyethelene (PE)

Lebih terperinci

Arus listrik bergerak dari terminal positif (+) ke terminal negatif (-). Sedangkan aliran listrik dalam kawat logam terdiri dari aliran elektron yang

Arus listrik bergerak dari terminal positif (+) ke terminal negatif (-). Sedangkan aliran listrik dalam kawat logam terdiri dari aliran elektron yang Arus listrik Arus listrik bergerak dari terminal positif (+) ke terminal negatif (-). Sedangkan aliran listrik dalam kawat logam terdiri dari aliran elektron yang bergerak dari terminal negatif (-) ke

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Jenis dan Kedalaman Tanah terhadap Kuat Medan Listrik serta Kapasitas Hantar Arus pada Kabel XLPE 20 kv dengan Metode Elemen Hingga

Analisis Pengaruh Jenis dan Kedalaman Tanah terhadap Kuat Medan Listrik serta Kapasitas Hantar Arus pada Kabel XLPE 20 kv dengan Metode Elemen Hingga Analisis Pengaruh Jenis dan Kedalaman Tanah terhadap Kuat Medan Listrik serta Kapasitas Hantar Arus pada Kabel XLPE 0 kv dengan Metode Elemen Hingga Indriyanti Paramita 05100134 Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan kebutuhan utama dan komponen penting dalam

1 BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan kebutuhan utama dan komponen penting dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan kebutuhan utama dan komponen penting dalam kehidupan. Energi listrik dibangkitkan melalui pembangkit dan disalurkan ke konsumen-konsumen

Lebih terperinci

Pengaruh Arus Bocor Terhadap Perubahan Temperatur Pada Kabel Bawah Tanah 20 Kv

Pengaruh Arus Bocor Terhadap Perubahan Temperatur Pada Kabel Bawah Tanah 20 Kv Pengaruh Arus Bocor Terhadap Perubahan Temperatur Pada Kabel Bawah Tanah 2 Kv Erhaneli*,Musnadi** *Dosen Jurusan Teknik Elektro **Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS TEMPERATUR KABEL TERHADAP PENEKUKAN DAN BESAR ARUS SKRIPSI RUKDAS IMAM FAIZAL

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS TEMPERATUR KABEL TERHADAP PENEKUKAN DAN BESAR ARUS SKRIPSI RUKDAS IMAM FAIZAL UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS TEMPERATUR KABEL TERHADAP PENEKUKAN DAN BESAR ARUS SKRIPSI RUKDAS IMAM FAIZAL 0405030699 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO DEPOK JULI 2009 UNIVERSITAS INDONESIA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Proses Penyaluran Tenaga Listrik Gambar 2.1. Proses Tenaga Listrik Energi listrik dihasilkan dari pusat pembangkitan yang menggunakan energi potensi mekanik (air, uap, gas, panas

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. sangat penting. Secara umum kabel memiliki 2 fungsi yaitu : 1. Untuk menyalurkan daya listrik dari satu tempat ke tempat lain

BAB II DASAR TEORI. sangat penting. Secara umum kabel memiliki 2 fungsi yaitu : 1. Untuk menyalurkan daya listrik dari satu tempat ke tempat lain BAB II DASAR TEORI Dalam sistem tenaga listrik kabel merupakan kabel merupakan benda yang sangat penting. Secara umum kabel memiliki 2 fungsi yaitu : 1. Untuk menyalurkan daya listrik dari satu tempat

Lebih terperinci

BAB II SISTEM SALURAN TRANSMISI ( yang membawa arus yang mencapai ratusan kilo amper. Energi listrik yang

BAB II SISTEM SALURAN TRANSMISI ( yang membawa arus yang mencapai ratusan kilo amper. Energi listrik yang A II ITEM ALUAN TANMII ( 2.1 Umum ecara umum saluran transmisi disebut dengan suatu sistem tenaga listrik yang membawa arus yang mencapai ratusan kilo amper. Energi listrik yang dibawa oleh konduktor melalui

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH FREKUENSI TERHADAP REDAMAN PADA KABEL KOAKSIAL

ANALISIS PENGARUH FREKUENSI TERHADAP REDAMAN PADA KABEL KOAKSIAL SINGUDA ENSIKOM ANALISIS PENGARUH FREKUENSI TERHADAP REDAMAN PADA KABEL KOAKSIAL Suryanto, Ali Hanafiah Rambe Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera

Lebih terperinci

SIMULASI PENGARUH KEDALAMAN PENANAMAN DAN JARAK ELEKTRODA TAMBAHAN TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN. Mohamad Mukhsim, Fachrudin, Zeni Muzakki Fuad

SIMULASI PENGARUH KEDALAMAN PENANAMAN DAN JARAK ELEKTRODA TAMBAHAN TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN. Mohamad Mukhsim, Fachrudin, Zeni Muzakki Fuad SIMULASI PENGARUH KEDALAMAN PENANAMAN DAN JARAK ELEKTRODA TAMBAHAN TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN Mohamad Mukhsim, Fachrudin, Zeni Muzakki Fuad ABSTRAK Untuk mendapatkan hasil pembumian yang baik harus

Lebih terperinci

atau pengaman pada pelanggan.

atau pengaman pada pelanggan. 16 b. Jaringan Distribusi Sekunder Jaringan distribusi sekunder terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban (Lihat Gambar 2.1). Sistem distribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan listrik, salah satunya adalah isolasi. Isolasi adalah suatu alat

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan listrik, salah satunya adalah isolasi. Isolasi adalah suatu alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya sangat bergantung pada kebutuhan energi. Energi tersebut diperoleh dari berbagai sumber, kemudian didistribusikan dalam bentuk listrik. Listrik

Lebih terperinci

5 Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA

5 Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik merupakan suatu sistem terpadu yang terbentuk oleh hubungan-hubungan peralatan dan komponen - komponen listrik, seperti generator,

Lebih terperinci

BAB II TEGANGAN TINGGI. sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan

BAB II TEGANGAN TINGGI. sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan BAB II TEGANGAN TINGGI 2.1 Umum Pengukuran tegangan tinggi berbeda dengan pengukuran tegangan rendah, sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan tinggi yang akan

Lebih terperinci

Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1)

Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1) Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1) 1) Program Studi Fisika, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Lebih terperinci

Analisis Aliran Daya Pada Sistem Distribusi Radial 20KV PT. PLN (Persero) Ranting Rasau Jaya

Analisis Aliran Daya Pada Sistem Distribusi Radial 20KV PT. PLN (Persero) Ranting Rasau Jaya 5 Analisis Aliran Daya Pada Sistem Distribusi Radial 0KV PT. PLN (Persero) Ranting Rasau Jaya Dedy Noverdy. R Program Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. k = A T. = kecepatan aliran panas [W] A = luas daerah hantaran panas [m 2 ] ΔT/m = gradient temperatur disepanjang material

BAB 2 DASAR TEORI. k = A T. = kecepatan aliran panas [W] A = luas daerah hantaran panas [m 2 ] ΔT/m = gradient temperatur disepanjang material 3 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Dasar Dasar Mekanisme Perpindahan Energi Panas Pada dasarnya terdapat tiga macam proses perpindahan energi panas. Proses tersebut adalah perpindahan energi secara konduksi, konveksi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pentanahan Sistem pentanahan mulai dikenal pada tahun 1900. Sebelumnya sistemsistem tenaga listrik tidak diketanahkan karena ukurannya masih kecil dan tidak membahayakan.

Lebih terperinci

KOMPONEN INSTALASI LISTRIK

KOMPONEN INSTALASI LISTRIK KOMPONEN INSTALASI LISTRIK HASBULLAH, S.PD, MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI 2009 KOMPONEN INSTALASI LISTRIK Komponen instalasi listrik merupakan perlengkapan yang paling pokok dalam suatu rangkaian instalasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik BAB II TINJAUAN PUSTAKA Secara umum sistem tenaga listrik tersusun atas tiga subsistem pokok, yaitu subsistem pembangkit, subsistem transmisi, dan subsistem distribusi.

Lebih terperinci

BAB II SALURAN TRANSMISI

BAB II SALURAN TRANSMISI BAB II SALURAN TRANSMISI 2.1 Umum Penyampaian informasi dari suatu sumber informasi kepada penerima informasi dapat terlaksana bila ada suatu sistem atau media penyampaian di antara keduanya. Jika jarak

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH DAN JARAK MESH PERISAI TERHADAP INDUKSI TEGANGAN TINGGI PADA SALURAN TEGANGAN RENDAH

PENGARUH JUMLAH DAN JARAK MESH PERISAI TERHADAP INDUKSI TEGANGAN TINGGI PADA SALURAN TEGANGAN RENDAH PENGARUH JUMLAH DAN JARAK MESH PERISAI TERHADAP INDUKSI TEGANGAN TINGGI PADA SALURAN TEGANGAN RENDAH Tumbur Harianja, Hendra Zulkarnaen Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS PENAMBAHAN LARUTAN BENTONIT DAN GARAM UNTUK MEMPERBAIKI TAHANAN PENTANAHAN ELEKTRODA PLAT BAJA DAN BATANG

ANALISIS PENAMBAHAN LARUTAN BENTONIT DAN GARAM UNTUK MEMPERBAIKI TAHANAN PENTANAHAN ELEKTRODA PLAT BAJA DAN BATANG JETri, Volume 13, Nomor 2, Februari 2016, Halaman 61-72, ISSN 1412-0372 ANALISIS PENAMBAHAN LARUTAN BENTONIT DAN GARAM UNTUK MEMPERBAIKI TAHANAN PENTANAHAN ELEKTRODA PLAT BAJA DAN BATANG Ishak Kasim, David

Lebih terperinci

Studi Pengaruh Jenis Tanah dan Kedalaman Pembumian Driven Rod terhadap Resistansi Jenis Tanah

Studi Pengaruh Jenis Tanah dan Kedalaman Pembumian Driven Rod terhadap Resistansi Jenis Tanah Vokasi Volume 8, Nomor 2, Juni 2012 ISSN 1693 9085 hal 121-132 Studi Pengaruh Jenis Tanah dan Kedalaman Pembumian Driven Rod terhadap Resistansi Jenis Tanah MANAGAM RAJAGUKGUK Jurusan Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON TRANSIEN PEMBUMIAN GRID

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON TRANSIEN PEMBUMIAN GRID FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON TRANSIEN PEMBUMIAN GRID Fransiscus M.S. Sagala, Zulkarnaen Pane Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera

Lebih terperinci

STUDI PEMANFAATAN ARANG TEMPURUNG KELAPA UNTUK PERBAIKAN RESISTANSI PEMBUMIAN JENIS ELEKTRODA BATANG. Publikasi Jurnal Skripsi

STUDI PEMANFAATAN ARANG TEMPURUNG KELAPA UNTUK PERBAIKAN RESISTANSI PEMBUMIAN JENIS ELEKTRODA BATANG. Publikasi Jurnal Skripsi STUDI PEMANFAATAN ARANG TEMPURUNG KELAPA UNTUK PERBAIKAN RESISTANSI PEMBUMIAN JENIS ELEKTRODA BATANG Publikasi Jurnal Skripsi Disusun Oleh : LUCKY DEDY PURWANTORO NIM : 061063009-63 KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 11 No. 1 Januari 2015; 23 28

EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 11 No. 1 Januari 2015; 23 28 EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 11 No. 1 Januari 2015; 23 28 ANALISIS PENGARUH KEDALAMAN PENANAMAN ELEKTRODA PEMBUMIAN SECARA HORIZONTAL TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN PADA TANAH LIAT DAN TANAH PASIR

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PEMASANGAN KAWAT TANAH TERHADAP GANGGUAN SURJA PETIR PADA SISTEM DISTRIBUSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH 20 KV

ANALISIS PENGARUH PEMASANGAN KAWAT TANAH TERHADAP GANGGUAN SURJA PETIR PADA SISTEM DISTRIBUSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH 20 KV JURNAL LOGIC. VOL. 13. NO. 2. JULI 2013 121 ANALISIS PENGARUH PEMASANGAN KAWAT TANAH TERHADAP GANGGUAN SURJA PETIR PADA SISTEM DISTRIBUSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH 20 KV I Nengah Sunaya Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB 10 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI

BAB 10 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI 167 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI BAB 10 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI A. Pendahuluan Sistem pentanahan pada jaringan distribusi digunakan sebagai pengaman langsung terhadap peralatan dan

Lebih terperinci

TEORI LISTRIK TERAPAN

TEORI LISTRIK TERAPAN TEORI LISTRIK TERAPAN 1. RUGI TEGANGAN 1.1. PENDAHULUAN Kerugian tegangan atau susut tegangan dalam saluran tenaga listrik adalah berbanding lurus dengan panjang saluran dan beban, berbanding terbalik

Lebih terperinci

BAB II SALURAN TRANSMISI. tunda ketika sinyal bergerak didalam saluran interkoneksi. Jika digunakan sinyal

BAB II SALURAN TRANSMISI. tunda ketika sinyal bergerak didalam saluran interkoneksi. Jika digunakan sinyal BAB II SALURAN TRANSMISI 2.1 Umum Sinyal merambat dengan kecepatan terbatas. Hal ini menimbulkan waktu tunda ketika sinyal bergerak didalam saluran interkoneksi. Jika digunakan sinyal sinusoidal, maka

Lebih terperinci

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH II. 1 TEORI GELOMBANG BERJALAN II.1.1 Pendahuluan Teori gelombang berjalan pada kawat transmisi telah mulai disusun secara intensif sejak tahun 1910, terlebih-lebih

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Isolator. Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai bagian yang memiliki

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Isolator. Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai bagian yang memiliki BAB II DASAR TEORI 2.1 Isolator Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai bagian yang memiliki tegangan dan juga tidak bertegangan. Sehingga bagian yang tidak bertegangan ini harus dipisahkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah kompor induksi type JF-20122

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah kompor induksi type JF-20122 BAB III METODE PENELITIAN.. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Research and Development Akademi Teknologi Warga Surakarta Jl.Raya Solo-Baki KM. Kwarasan, Grogol, Solo Baru, Sukoharjo...

Lebih terperinci

ANALISIS RUGI-RUGI ENERGI SISTEM DISTRIBUSI PADA GARDU INDUK SEI. RAYA

ANALISIS RUGI-RUGI ENERGI SISTEM DISTRIBUSI PADA GARDU INDUK SEI. RAYA ANALISIS RUGI-RUGI ENERGI SISTEM DISTRIBUSI PADA GARDU INDUK SEI. RAYA Agus Hayadi Program Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura agushayadi@yahoo.com Abstrak-

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Pembumian Gardu Induk Menentukan sistem pembumian gardu induk yang berfungsi dengan baik dari keseluruhan pemasangan pembumian dan mempunyai arti untuk mengalirkan arus

Lebih terperinci

Jenis-Jenis Elektroda Pentanahan. Oleh Maryono

Jenis-Jenis Elektroda Pentanahan. Oleh Maryono Jenis-Jenis Elektroda Pentanahan Oleh Maryono Jenis-Jenis Elektroda Pentanahan Elektroda Batang (Rod) Elektroda Pita Elektroda Pelat Elektroda Batang (Rod) ialah elektroda dari pipa atau besi baja profil

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Umum Sistem distribusi listrik merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi listrik bertujuan menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik atau pembangkit

Lebih terperinci

Studi Komparatif Arus Asut Motor Induksi Tiga Fasa Standar NEMA Berdasarkan Rangkaian Ekivalen Dan Kode Huruf

Studi Komparatif Arus Asut Motor Induksi Tiga Fasa Standar NEMA Berdasarkan Rangkaian Ekivalen Dan Kode Huruf Studi Komparatif Arus Asut Induksi Tiga Fasa Standar NEMA Berdasarkan Rangkaian Ekivalen Dan Kode Huruf Iwan Setiawan Program Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ISOLATOR PIRING 2.1.1 Umum Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai bagian yang memiliki tegangan dan juga tidak bertegangan. Sehingga bagian yang tidak bertegangan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BESAR RUGI-RUGI DAYA KORONA PADA SISTEM SALURAN TRANSMISI 275 KV GI MAMBONG MALAYSIA GI BENGKAYANG INDONESIA

PERHITUNGAN BESAR RUGI-RUGI DAYA KORONA PADA SISTEM SALURAN TRANSMISI 275 KV GI MAMBONG MALAYSIA GI BENGKAYANG INDONESIA PERHITUNGAN BESAR RUGI-RUGI DAYA KORONA PADA SISTEM SALURAN TRANSMISI 275 KV GI MAMBONG MALAYSIA GI BENGKAYANG INDONESIA Luthfi Mulya Dirgantara 1 ), Danial 2 ), Usman A. Gani 3 ) Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP PENGHANTAR LISTRIK NFA2X 2x10mm rm 0.6/1kV SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP PENGHANTAR LISTRIK NFA2X 2x10mm rm 0.6/1kV SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP PENGHANTAR LISTRIK NFA2X 2x10mm rm 0.6/1kV SKRIPSI RUDY TRIANDI 0706199874 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO DEPOK DESEMBER 2010 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENGUJIAN

BAB 3 METODE PENGUJIAN 28 BAB 3 METODE PENGUJIAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode yang dilakukan dalam pengujian, peralatan dan rangkaian yang digunakan dalam pengujian, serta jalannya pengujian. 3.1 Peralatan dan

Lebih terperinci

IV. Arus Listrik. Sebelum tahun 1800: listrik buatan hanya berasal dari friksi (muatan statis) == tidak ada kegunaan praktis

IV. Arus Listrik. Sebelum tahun 1800: listrik buatan hanya berasal dari friksi (muatan statis) == tidak ada kegunaan praktis IV. Arus Listrik Sebelum tahun 1800: listrik buatan hanya berasal dari friksi (muatan statis) == tidak ada kegunaan praktis listrik alam kilat Pada tahun 1800: Alessandro Volta menemukan baterai listrik

Lebih terperinci

Muh Nasir Malik, Analisis Loses Jaringan Distribusi Primer Penyulang Adhyaksa Makassar

Muh Nasir Malik, Analisis Loses Jaringan Distribusi Primer Penyulang Adhyaksa Makassar MEDIA ELEKTRIK, Volume 4 Nomor 1, Juni 2009 ANALISIS LOSES JARINGAN DISTRIBUSI PRIMER PADA PENYULANG ADHYAKSA MAKASSAR Muh. Nasir Malik Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT UNM Abstrak Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

STUDI PERKIRAAN SUSUT TEKNIS DAN ALTERNATIF PERBAIKAN PADA PENYULANG KAYOMAN GARDU INDUK SUKOREJO

STUDI PERKIRAAN SUSUT TEKNIS DAN ALTERNATIF PERBAIKAN PADA PENYULANG KAYOMAN GARDU INDUK SUKOREJO STUDI PERKIRAAN SUSUT TEKNIS DAN ALTERNATIF PERBAIKAN PADA PENYULANG KAYOMAN GARDU INDUK SUKOREJO Primanda Arief Yuntyansyah 1, Ir. Unggul Wibawa, M.Sc., Ir. Teguh Utomo, MT. 3 1 Mahasiswa Teknik Elektro,

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH KANDUNGAN AIR TANAH TERHADAP TAHANAN JENIS TANAH LEMPUNG (CLAY)

STUDI PENGARUH KANDUNGAN AIR TANAH TERHADAP TAHANAN JENIS TANAH LEMPUNG (CLAY) STUDI PENGARUH KANDUNGAN AIR TANAH TERHADAP TAHANAN JENIS TANAH LEMPUNG (CLAY) (Dwi Agus Setiono, Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura) ABSTRAK Nilai tahanan jenis sangat bergantung pada jenis tersebut.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II RESISTIVITAS. Oleh: Dina Puji Lestari PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II RESISTIVITAS. Oleh: Dina Puji Lestari PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II RESISTIVITAS Oleh: Dina Puji Lestari 120210102019 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Jaringan Distribusi Tenaga Listrik Jaringan distribusi tenaga listrik adalah jaringan tenaga listrik yang memasok kelistrikan ke beban (Pelanggan) mempergunakan tegangan menengah

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERSIHAN OLEH HUJAN TERHADAP ARUS BOCOR ISOLATOR PIN-POST 20 KV TERPOLUSI

PENGARUH PEMBERSIHAN OLEH HUJAN TERHADAP ARUS BOCOR ISOLATOR PIN-POST 20 KV TERPOLUSI PENGARUH PEMBERSIHAN OLEH HUJAN TERHADAP ARUS BOCOR ISOLATOR PIN-POST 2 KV TERPOLUSI Zico Venancio Sinaga, Hendra Zulkarnain Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum BAB II TEORI DASAR 2.1 Umum Sistem distribusi listrik merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi listrik bertujuan menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik atau pembangkit

Lebih terperinci

ARUS LISTRIK. Tiga hal tentang arus listrik. Potensial tinggi

ARUS LISTRIK. Tiga hal tentang arus listrik. Potensial tinggi Arus dan Hambatan Arus Listrik Bila ada beda potensial antara dua buah benda (plat bermuatan) kemudian kedua benda dihubungkan dengan suatu bahan penghantar, maka akan terjadi aliran muatan dari plat dengan

Lebih terperinci

PENGARUH PASIR - GARAM, AIR KENCING SAPI, BATU KAPUR HALUS DAN KOTORAN AYAM TERNAK TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN PADA SAAT KONDISI TANAH BASAH

PENGARUH PASIR - GARAM, AIR KENCING SAPI, BATU KAPUR HALUS DAN KOTORAN AYAM TERNAK TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN PADA SAAT KONDISI TANAH BASAH PENGARUH PASIR - GARAM, AIR KENCING SAPI, BATU KAPUR HALUS DAN KOTORAN AYAM TERNAK TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN PADA SAAT KONDISI TANAH BASAH Oleh : Sugeng Santoso, Feri Yulianto Abstrak Sistem pembumian

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM SALURAN KABEL UDARA TEGANGAN MENENGAH (SKUTM) DAN SALURAN KABEL TANAH TEGANGAN MENENGAH (SKTM)

ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM SALURAN KABEL UDARA TEGANGAN MENENGAH (SKUTM) DAN SALURAN KABEL TANAH TEGANGAN MENENGAH (SKTM) ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM SALURAN KABEL UDARA TEGANGAN MENENGAH (SKUTM) DAN SALURAN KABEL TANAH TEGANGAN MENENGAH (SKTM) Agus Salim 1), Ahmad Rizal Sultan 2), Ahsan Akmal 3) Abstrak:Sistem Distribusi

Lebih terperinci

Perencanaan Kebutuhan Distribusi Sekunder Perumahan RSS Manulai II

Perencanaan Kebutuhan Distribusi Sekunder Perumahan RSS Manulai II 10 Jurnal Rekayasa Elektrika Vol. 10,. 1, April 2012 Perencanaan Kebutuhan Distribusi Sekunder Perumahan RSS Manulai II Evtaleny R. Mauboy dan Wellem F. Galla Jurusan Teknik Elektro, Universitas Nusa Cendana

Lebih terperinci

BAB 17 LISTRIK DINAMIS

BAB 17 LISTRIK DINAMIS BAB 7 LISTRIK DINAMIS A. Hukum Ohm Pada rangkaian listrik terjadi kuat arus listrik. Kuat arus listrik adalah hasil pembagian tegangan oleh hambatan. Pada hukum ohm berlaku: a. Bunyinya: Kuat arus yang

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMASANGAN GARDU SISIP P117

PERENCANAAN PEMASANGAN GARDU SISIP P117 Jurnal Desiminasi Teknologi, Volume 1, Nomor 1, Januari 2013, Hal 17-26 PERENCANAAN PEMASANGAN GARDU SISIP P117 Di PT PLN (PERSERO) AREA BANGKA Lisma [1], Yusro Hakimah [2] Jurusan Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minim gangguan. Partial discharge menurut definisi IEEE adalah terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. minim gangguan. Partial discharge menurut definisi IEEE adalah terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Identifikasi Partial Discharge (PD) pada isolasi kabel input motor dengan tegangan dan frekuensi tinggi menjadi suatu metode diagnosa yang sangat penting dalam dunia

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH JENIS TANAH DAN KEDALAMAN PEMBUMIAN DRIVEN ROD TERHADAP RESISTANSI JENIS TANAH

STUDI PENGARUH JENIS TANAH DAN KEDALAMAN PEMBUMIAN DRIVEN ROD TERHADAP RESISTANSI JENIS TANAH STUDI PENGARUH JENIS TANAH DAN KEDALAMAN PEMBUMIAN DRIVEN ROD TERHADAP RESISTANSI JENIS TANAH Zulfikar Limolang Dosen Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Islam Makassar Jl.Perintis

Lebih terperinci

ANALISA PERHITUNGAN SUSUT TEKNIS DENGAN PENDEKATAN KURVA BEBAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI PT. PLN (PERSERO) RAYON MEDAN KOTA

ANALISA PERHITUNGAN SUSUT TEKNIS DENGAN PENDEKATAN KURVA BEBAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI PT. PLN (PERSERO) RAYON MEDAN KOTA SINGUDA ENSIKOM VOL. 6 NO.2 /February ANALISA PERHITUNGAN SUSUT TEKNIS DENGAN PENDEKATAN KURVA BEBAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI PT. PLN (PERSERO) RAYON MEDAN KOTA Bayu Pradana Putra Purba, Eddy Warman Konsentrasi

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PEMBUMIAN GARDU INDUK BELAWAN

EVALUASI SISTEM PEMBUMIAN GARDU INDUK BELAWAN Laporan Penelitian EVALUASI SISTEM PEMBUMIAN GARDU INDUK BELAWAN Oleh : Ir. Leonardus Siregar, MT Dosen Tetap Fakultas Teknik LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS HKABP NOMMENSEN MEDAN 2012 1 EVALUASI SISTEM

Lebih terperinci

Evaluasi Sistem Instalasi Listrik Di Universitas Ichsan Gorontalo

Evaluasi Sistem Instalasi Listrik Di Universitas Ichsan Gorontalo Evaluasi Sistem Instalasi Listrik Di Universitas Ichsan Gorontalo 1) Syahrir Abdussamad; 2)Mas Ali 1 Teknik Elektro Universitas Negeri Gorontalo 2 Teknik Elektro Universitas Ichsan Gorontalo ABSTRAK Pusat

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM PENGETANAHAN PERALATAN UNTUK UNIT PEMBANGKIT BARU DI PT. INDONESIA POWER GRATI JURNAL

PERENCANAAN SISTEM PENGETANAHAN PERALATAN UNTUK UNIT PEMBANGKIT BARU DI PT. INDONESIA POWER GRATI JURNAL PERENCANAAN SISTEM PENGETANAHAN PERALATAN UNTUK UNIT PEMBANGKIT BARU DI PT. INDONESIA POWER GRATI JURNAL Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan Memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun oleh : IGNATIUS

Lebih terperinci

Kata Kunci Pentanahan, Gardu Induk, Arus Gangguan Ketanah, Tegangan Sentuh, Tegangan Langkah, Tahanan Pengetanahan. I. PENDAHULUAN

Kata Kunci Pentanahan, Gardu Induk, Arus Gangguan Ketanah, Tegangan Sentuh, Tegangan Langkah, Tahanan Pengetanahan. I. PENDAHULUAN PERANCANGAN SISTEM PENGETANAHAN PERALATAN DI GARDU INDUK PLTU IPP (INDEPENDENT POWER PRODUCER) KALTIM 3 Jovie Trias Agung N¹, Drs. Ir. Moch. Dhofir, MT.², Ir. Soemarwanto, M.T.³ ¹Mahasiswa Teknik Elektro,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Gardu Induk 150 KV Teluk Betung Tragi Tarahan, Bandar Lampung, Provinsi Lampung. B. Data Penelitian Untuk mendukung terlaksananya

Lebih terperinci

BAB II BUSUR API LISTRIK

BAB II BUSUR API LISTRIK BAB II BUSUR API LISTRIK II.1 Definisi Busur Api Listrik Bahan isolasi atau dielekrik adalah suatu bahan yang memiliki daya hantar arus yang sangat kecil atau hampir tidak ada. Bila bahan isolasi tersebut

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. adanya pengukuran, maka dapat diketahui seberapa besar nilai tahanan pembumian di

BAB II DASAR TEORI. adanya pengukuran, maka dapat diketahui seberapa besar nilai tahanan pembumian di BAB DASAR TEOR.1. Umum (1,) Pengukuran tahanan pembumian bertujuan untuk mendapatkan nilai tahanan pembumian yang diperlukan sebagai perlindungan pada instalasi listrik. Dengan adanya pengukuran, maka

Lebih terperinci

ANALISIS RUGI RUGI ENERGI LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI

ANALISIS RUGI RUGI ENERGI LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI TUGAS AKHIR ANALISIS RUGI RUGI ENERGI LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI Oleh Senando Rangga Pitoy NIM : 12 023 030 Dosen Pembimbing Deitje Pongoh, ST. M.pd NIP. 19641216 199103 2 001 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB II ISOLATOR PENDUKUNG HANTARAN UDARA

BAB II ISOLATOR PENDUKUNG HANTARAN UDARA BAB II ISOLATOR PENDUKUNG HANTARAN UDARA Isolator memegang peranan penting dalam penyaluran daya listrik dari gardu induk ke gardu distribusi. Isolator merupakan suatu peralatan listrik yang berfungsi

Lebih terperinci

EVALUASI RUGI-RUGI JARINGAN YANG DILAYANI OLEH JARINGAN PLTS TERPUSAT SIDING

EVALUASI RUGI-RUGI JARINGAN YANG DILAYANI OLEH JARINGAN PLTS TERPUSAT SIDING EVALUASI RUGI-RUGI JARINGAN YANG DILAYANI OLEH JARINGAN PLTS TERPUSAT SIDING Didik Martono Program Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura aadjanu@gmail.com

Lebih terperinci

Kompensasi Daya Reaktif pada Saluran Distribusi Kabel bawah Tanah

Kompensasi Daya Reaktif pada Saluran Distribusi Kabel bawah Tanah Kompensasi Daya Reaktif pada Saluran Distribusi Kabel bawah Tanah Hamzah 1, Abdullah Asuhaimi bin Mohd Zin 2 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Univ. Lancang Kuning 1 Departement. of Electrical Power

Lebih terperinci

JOBSHEET PRAKTIKUM 6 WORKHSOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK

JOBSHEET PRAKTIKUM 6 WORKHSOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK JOBSHEET PRAKTIKUM 6 WORKHSOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK I. Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui tentang pengertian dan fungsi dari elektrode bumi. 2. Mahasiswa mengetahui bagaimana cara dan aturan-aturan

Lebih terperinci

Teknik Tenaga Listrik (FTG2J2)

Teknik Tenaga Listrik (FTG2J2) Teknik Tenaga Listrik (FTG2J2) Kuliah 4: Transformator Ahmad Qurthobi, MT. Engineering Physics - Telkom University Daftar Isi Transformator Ideal Induksi Tegangan pada Sebuah Coil Tegangan Terapan dan

Lebih terperinci

ILMU BAHAN. : Ferdian Ronilaya Desain sampul : Maziyatuzzahra Munasib. Hak Cipta 2016, pada penulis Anggota APPTI Hak publikasi pada Polinema Press

ILMU BAHAN. : Ferdian Ronilaya Desain sampul : Maziyatuzzahra Munasib. Hak Cipta 2016, pada penulis Anggota APPTI Hak publikasi pada Polinema Press ILMU BAHAN Oleh : Ferdian Ronilaya Desain sampul : Maziyatuzzahra Munasib Hak Cipta 2016, pada penulis Anggota APPTI Hak publikasi pada Polinema Press Dilarang memperbanyak, sebagian atau seluruh isi dart

Lebih terperinci

Jenis Bahan Konduktor

Jenis Bahan Konduktor Jenis Bahan Konduktor Bahan bahan yang dipakai untuk konduktor harus memenuhi persyaratan persyaratan sebagai berikut: 1. Konduktifitasnya cukup baik. 2. Kekuatan mekanisnya (kekuatan tarik) cukup tinggi.

Lebih terperinci

EVALUASI KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BERDASARKAN SAIDI DAN SAIFI PADA PT. PLN (PERSERO) RAYON KAKAP

EVALUASI KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BERDASARKAN SAIDI DAN SAIFI PADA PT. PLN (PERSERO) RAYON KAKAP EVALUASI KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BERDASARKAN SAIDI DAN SAIFI PADA PT. PLN (PERSERO) RAYON KAKAP Drajad Wahyudi Program Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

: Arus listrik, tumbukan antar elektron, panas, hukum joule, kalorimeter, transfer energi.

: Arus listrik, tumbukan antar elektron, panas, hukum joule, kalorimeter, transfer energi. HUKUM JOULE PANAS YANG DITIMBULKAN OLEH ARUS LISTRIK (L1) ZAHROTUN NISA 1413100014 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA ABSTRAK Telah

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR. sistem ketenagalistrikan. Transformator adalah suatu peralatan listrik. dan berbanding terbalik dengan perbandingan arusnya.

BAB II TRANSFORMATOR. sistem ketenagalistrikan. Transformator adalah suatu peralatan listrik. dan berbanding terbalik dengan perbandingan arusnya. BAB II TRANSFORMATOR II.. Umum Transformator merupakan komponen yang sangat penting peranannya dalam sistem ketenagalistrikan. Transformator adalah suatu peralatan listrik elektromagnetis statis yang berfungsi

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

TOPIK: PANAS DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA. 1. Berikanlah perbedaan antara temperatur, panas (kalor) dan energi dalam!

TOPIK: PANAS DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA. 1. Berikanlah perbedaan antara temperatur, panas (kalor) dan energi dalam! TOPIK: PANAS DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA SOAL-SOAL KONSEP: 1. Berikanlah perbedaan antara temperatur, panas (kalor) dan energi dalam! Temperatur adalah ukuran gerakan molekuler. Panas/kalor adalah

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK

PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK Hendra Rudianto (5113131020) Pryo Utomo (5113131035) Sapridahani Harahap (5113131037) Taruna Iswara (5113131038) Teddy Firmansyah (5113131040) Oleh : Kelompok

Lebih terperinci

STUDI PENGGUNAAN SISTEM PENDINGIN UDARA TEKAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI TRANSFORMATOR PADA BEBAN LEBIH

STUDI PENGGUNAAN SISTEM PENDINGIN UDARA TEKAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI TRANSFORMATOR PADA BEBAN LEBIH STUDI PENGGUNAAN SISTEM PENDINGIN UDARA TEKAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI TRANSFORMATOR PADA BEBAN LEBIH (Aplikasi pada PLTU Labuhan Angin, Sibolga) Yohannes Anugrah, Eddy Warman Konsentrasi Teknik Energi

Lebih terperinci

BAB II ARUS BOCOR DAN KELEMBABAN UDARA

BAB II ARUS BOCOR DAN KELEMBABAN UDARA BAB II ARUS BOCOR DAN KELEMBABAN UDARA II.1 Jenis Isolator Isolator merupakan salah satu bahan dielektrik yang digunakan untuk memisahkan konduktor bertegangan dengan kerangka penyangga yang dibumikan.

Lebih terperinci

BAB II SALURAN TRANSMISI MIKROSTRIP

BAB II SALURAN TRANSMISI MIKROSTRIP BAB II SALURAN TRANSMISI MIKROSTRIP 2.1 Umum Suatu informasi dari suatu sumber informasi dapat diterima oleh penerima informasi dapat terwujud bila ada suatu sistem atau penghubung diantara keduanya. Sistem

Lebih terperinci

LATIHAN UJIAN NASIONAL

LATIHAN UJIAN NASIONAL LATIHAN UJIAN NASIONAL 1. Seorang siswa menghitung luas suatu lempengan logam kecil berbentuk persegi panjang. Siswa tersebut menggunakan mistar untuk mengukur panjang lempengan dan menggunakan jangka

Lebih terperinci

PERTEMUAN II KONSEP DASAR ELEMEN-ELEMEN RANGKAIAN LISTRIK

PERTEMUAN II KONSEP DASAR ELEMEN-ELEMEN RANGKAIAN LISTRIK PERTEMUAN II KONSEP DASAR ELEMEN-ELEMEN RANGKAIAN LISTRIK PERTEMUAN II KONSEP DASAR ELEMEN-ELEMEN RANGKAIAN LISTRIK 1. Konsep Dasar a. Arus dan Rapat Arus Sebuah arus listrik i dihasilkan jika sebuah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Flowchart Pengambilan Data Winding Cu-Cu Winding Cu-Cu Bagian Elektrik Bagian Elektrik Kumparan Kumparan Inti Besi Inti Besi Bagian Mekanik Bagian Mekanik Selesai

Lebih terperinci