ABSTRAK. Kata kunci: remaja putri,status gizi, pola makan, dan keteraturan haid. PENDAHULUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ABSTRAK. Kata kunci: remaja putri,status gizi, pola makan, dan keteraturan haid. PENDAHULUAN"

Transkripsi

1 HUBUNGAN POLA MAKAN (JUMLAH, JENIS DAN FREKUENSI) STATUS GIZI (ANTROPOMETRI DAN SURVEI KONSUMSI) DENGAN KETERATURAN HAID PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 51 JAKARTA TIMUR TAHUN 2015 Dwi Ayu 1, Slamet Santoso K 1 1 Program Studi D3 Gizi Fakultas Kesehatan Universitas MH. Thamrin Alamat korespondensi: Prodi D3 Gizi Fakultas Kesehatan Universitas MH. Thamrin, Jln. Raya Pondok Gede No Kramat Jati Jakarta Timur Telp: - ABSTRAK Wanita akan merasa terganggu bila hidupnya mengalami perubahan, terutama bila haid menjadi lebih lama atau banyak, tidak teratur, lebih sering atau tidak sama sekali ( amenorea). Penyebab gangguan haid dapat karena kelainan biologik (organik dan disfungsional) atau dapat pula karena psikologik seperti keadaan stres dan gangguan emosi atau gangguan biologik dan psikologik. Pola makan pun bisa mempengaruhi siklus haid terutama melalui penyediaan bahan untuk membuat lapisan endometrium lagi daan pengaruhnya terhadap hormon perempuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pola makan dan status gizi terhadap keteraturan menstruasi pada siswi SMA Negeri 51 Jakarta Timur kelas X Tahun Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 dengan desain cross sectional, sampel penelitian adalah 67 siswi. Hasil penelitian dengan menggunakan analisis jalur menyimpulkan bahwa tidak ada pengaruh pola makan dan status gizi terhadap keteraturan haid, hal ini membuktikan bahwa status gizi tidak langsung mempengaruhi pola makan. Namun masih harus dilihat bagaimana pola makan serta aktivitas yang dilakukan oleh responden. Oleh karena itu diperlukan adanya upaya dalam memperhatikan dan mewujudkan pola makan yang baik agar dapat memenuhi status gizi yang baik. Selain itu perlu diadakan kegiatan penyuluhan gizi secara berkala kepada remaja dengan materi penyuluhan tentang pola makan meliputi jenis, asupan dan frekuensi makan. Kata kunci: remaja putri,status gizi, pola makan, dan keteraturan haid. PENDAHULUAN Wanita dalam kehidupannya tidak luput dari adanya siklus haid normal yang terjadi secara siklik. Seorang perempuan yang pertama kali mendapat haid adalah pertanda bahwa ia siap bereproduksi atau menghasilkan keturunan. Umumnya datang haid pertama kali sekitar tahun. Panjang siklus haid ialah jarak antara tanggal mulainy a haid yang lalu dan mulainya haid berikutnya. Pada masing-masing wanita mempunyai variasi dalam siklus haidnya, yang masih dalam batas normal (Prawiharjo,2006). Panjang siklus haid yang normal atau dianggap siklus menstruasi yang khas adalah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita tetapi juga pada wanita yang sama. Siklus menstruasi tersebut bervariasi, hampir 90% wanita memiliki siklus menstruasi hari dan hanya 10-15% yang memiliki panjang siklus 28 hari (Nantoro, 2009) Kejadian menstruasi dipengaruhi beberapa faktor yang mempunyai sistem saraf pusat dengan panca inderanya, sistem hormonal, perubahan pada ovarium dan uterus, serta rangsangan esterogen dan progesteron pada panca indra langsung pada hipotalamus dan melalui perubahan emosi. Semakin dewasa umur wanita semakin besar pengaruh rangsangan emosi terhadap hipotalamus (Yuxie,2008). Telah dilakukan penelitian terhadap 4000 wanita, ternyata hanya 3% diantaranya yang mempunyai siklus menstruasi yang teratur dari bulan yang satu kebulan yang lainnya (Sheldon, 2000). Wanita akan merasa terganggu bila hidupnya mengalami perubahan, terutama bila haid menjadi lebih lama dan atau banyak,tidak teratur, lebih sering atau tidak sama sekali (amenorea). Penyebab gangguan haid dapat karena kelainan biologik (organik dan disfungsional) atau dapat pula karena spikologik seperti keadaan keadaan stres dan gangguan emosi atau gangguan biologik dan psikologik. Siklus menstruasi mempunyai hubungan tertentu terhadap keadaan fisik dan psikologik wanita (Yuxie, 2008). Siklus haid wanita sangat mudah dipengaruhi oleh suasana kehidupannya. Hal ini misalnya karena kelelahan, pengaruh stres yang tinggi atau sedang dalam keadaan emosi. Faktanya, ketika sedang dalam perjalanan atau terjadi perubahan jadwal dalama aktivitas sehari hari siklus haid akan telat misalnya pada mereka yang suka berolahraga dan menghentikan kebiasaannya tiba tiba. Pola makan pun bisa mempengaruhi siklus haid. Misalnya seseorang biasa makan banyak dan mendadak diet. Ini akan membuat tubuh stres. Status gizi mempengaruhi haid terutama melalui penyediaan bahan untuk membuat lapisan endometrium lagi dan pengaruhnya terhadap hormon perempuan. Kecemasan dan kelelahan mempengaruhi status hormonal dan keadaan umum tubuh. Bagi yang masih belum menikah 83

2 atau remaja penyebabnya bisa karena terlalu lelah contohnya belajar terlalu keras bagi yang masih sekolah atau kuliah serta rasa cemas yang datang saat menjelang ujian dengan mudah akan mengganggu siklus haid (Dewi,2009). Menarke adalah haid yang pertama kali terjadi yang merupakan ciri khas kedewasaan wanita yang sehat dan tidak hamil. Status gizi wanita Sangat mempengaruhi terjadinya menarke. Adanya keluhan-keluhan selama menarke maupun lamanya hari menarke. Secara psikologis wanita remaja yang pertama kali mengalami menarke akan mengeluh rasa sakit, nyeri, kurang nyaman, mengeluh perutnya terasa begah. Tetapi beberapa wanita tersebut tidak dirasakan. hal ini dipengaruhi oleh nutrisi yang ade kuat yang biasa dikonsumsi selain olahraga yang teratur. Agar menarke tidak menimbulkan keluhan-keluhan sebaiknya remaja wanita mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang sehingga status gizinya baik. Gizi kurang/terbatas selain akan mempengaruhi pertumbuhan fungsi organ tubuh juga akan menyebabkan terganggunya fungsi reproduksi. hal ini dapat berdampak pada gangguan haid. Tetapi akan membaik bila asupan nutrisinya baik. Bertitik tolak dari hal tersebut, penulis tertarik untuk meneliti gambaran pola makan, status gizi terhadap pola haid di SMA N 51 Jakarta Timur.Kesuburan seseorang selain dapat dipengaruhi oleh faktor keturunan dan faktor usia, juga dipengaruhi oleh faktor gizi pasangan, faktor gizi ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam mendukung kesuburan tersebut. Kekurangan nutrisi pada seseorang akan berdampak pada penurunan fungsi reproduksi, hal ini dapat diketahui apabila seseorang mengalami anoreksia nervosa, maka akan terlihat perubahan-perubahan hormonal tertentu, yang ditandai dengan penurunan berat badan yang mencolok, hal ini terjadi karena kadar gonadotropin dalam serum dan urine menurun, serta penurunan pola sekresinya, kejadian tersebut berhubungan dengan gangguan fungsi hipotalamus (Yuxie,2008). Berhubungan dengan fungsi menstruasi, secara khusus jumlah wanita yang anovulasi akan meningkat bila berat badannya meningkat. Pada penelitian ternyata wanita gemuk memiliki resiko tinggi terhadap ovulasi infertil, dan fungsi ovulasi terganggu, sehingga menjadi tidak subur. Keadaan ini terjadi apabila peningkatan berat badan terlalu cepat, pada umumnya peningkatan berat badan disebabkan karena asupan gizi yang berlebihan. Bila siklus berlangsung tanpa ovulasi pada wanita gemuk, menunjukan adanya kelainan pada pengeluaran hormon, bila kadar SHBG rendah, akan terjadi peningkatan produksi hormon androgen baik di ovarium maupun di kelenjar adrenal. Kondisi kegemukan berkaitan dengan proses perubahan androgen menjadi esterogen. Hipotalamus merangsang peningkatan sekresi hormon LH serta terjadi hiperan-drogenisme. METODE Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif obsevasif, menggunakan data hasil wawancara dengan kuesioner dan pengukuran. Rencana penelitian ini menggunakan design cross sectional, karena semua variabel baik independen maupun dependen diamati dan diukur pada satu waktu secara bersamaan. Variabel dependen dalam penelitian adalah keteraturan haid remaja siswi sekolahh menengah atas Negeri 51 Jakarta dan variabel independennya adalah pola makan dan status gizi. Penelitian dilakukan di sekolah menengah atas jakarta timur, yaitu SMAN 51 Jakarta Timur. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan pada bulan Januari Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survey dengan jenis penelitian bersifat analitik. Teknik pengumpulan data Cross Sectional. Populasi dan sampel Populasi yang ada dalam penelitian ini adalah siswi kelas X SMA N 51 Jakarta.Sampel adalah bagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2006). Sampel penelitian adalah siswi kelas X di SMA Negeri 51 Jakarta. Pengambilan responden dilakukan dengan cara purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel secara sengaja dan tidak secara acak, tetapi ditentukan sendiri oleh peneliti melalui beberapa kriteria. Besar sampel dalam penelitian ini adalah ditentukan dengan rumus untuk menghitung besar sampel yang populasinya telah di ketahui (Lemeshow, et.al.1990). N n = 1+N (d2) Keterangan : n = besar sampel minimum N = Besar populasi d = Kesalahan (absolute) yang dapat di tolerir. Kriteria sampel penelitian ini adalah : 1. Tidak sakit pada saat penelitian. 2. Hadir pada saat penelitian 3. Bersedia menjadi sampel. 4. Mengetahui siklus menstruasi selama 3 bulan terakhir. 84

3 Jenis Data dan Cara Pengumpulan Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder a. Data primer yang dikumpulkan yaitu: a) Data karakteristik siswi SMA N 51 Jakarta meliputi nama dan umur siswi. b) Kuesioner pola makan meliputi frekuensi, jenis dan asupan. c) Status gizi siswi kelas X SMA N 51 Jakarta. b. Data sekunder Data sekunder yang didapatkan, berupa gambaran umum SMA Negeri 51 Jakarta Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan perangkat komputer. Tahapan dalam proses pengolahan data sebagai berikut: 1. Melakukan pemeriksaan kelengkapan data. 2. Setelah semua data terisi lengkap, langkah selanjutnya yaitu mengklasifikasikan data. 3. Membuat struktur data pada program komputer dan memasukkan data yang terdapat pada kuesioner ke dalam struktur data yang telah dibuat. 4. Memeriksa kembali data yang telah dimasukkan ke dalam struktur data. Penyajian dan Analisis Data Analisis data dilakukan dengan menggunakan komputerisasi meliputi univariat, bivariat dan multivariat. 1. Analisis Univariat Analisis univariat bertujuan untuk mendapatkan gambaran dari variabel-variabel independen maupun dependen dan disajikan dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi dan dianalisa secara deskriptif. 2. Analisa Bivariat Analisa bivariat dengan analisis chi square menggunakan program software spss 11.5 digunakan untuk mengetahui apakah ada atau tidak hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Bila p<0,05 maka ada hubungan antara kedua variabel tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN TABEL 1 DISTRIBUSI FREKUENSI SISWI SMA MENURUT BERAT BADAN Kategori Mean SD Min-max Berat Badan 49,99 7, Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan penilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu.hasil analisis didapatkan rata-rata berat badan siswi SMA adalah 49,99 kg dengan standar deviasi 7,61 kg. Dan didapatkan berat badan teringan adalah 35 kg dan berat badan terberat adalah 70 kg TABEL 2 DISTRIBUSI FREKUENSI SISWI SMA MENURUT TINGGI BADAN Kategori Mean SD Min-max Tinggi Badan 158,3 5, Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U ( tinggi badan menurut umur), atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun (Depkes RI, 2004). Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi. 85

4 Dan dari hasil analisis didapatkan rata-rata tinggi badan siswi SMA adalah 158,3 cm. Dengan standar deviasi 5,78 cm. Dan didapatkan tinggi badan terpendek dengan 145 cm dan tinggi badan tertinggi dengan 168 cm TABEL 3 DISTRIBUSI FREKUENSI SISWI SMA MENURUT UMUR 14 tahun tahun 47 70,1 16 tahun 23 23,9 Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya kecenderunagn untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya Adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan ( Depkes, 2004) Dan berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan usia responden yang berusia 15 tahun ada 47 responden (70,1%), responden dengan usia 16 tahun ada 23 responden (23,9%) sedangkan yang berusia 14 hanya ada 4 responden (6%). TABEL 4 DISTRIBUSI FREKUENSI SISWI SMA MENURUT STATUS GIZI BB Normal : 5 - < persentil BB Lebih : 85 - < persentil Status gizi adalah tingkat keadaan gizi seseorang yang dinyatakan menurut jenis dan beratnya keadaan kurang gizi. Untuk lebih memudahkan dalam memahami istilah status gizi pada permasalahan gizi yang ada, maka perlu disajikan berbagai istilah yang dipakai kaitannya dengan penggambaran masalah gizi di suatu negara atau wilayah. Berdasarkan pengertian status gizi, maka beberapa istilah yang perlu diketahui (Persagi,2009). Menurut tabel diatas bahwa sebagian besar status gizi responden adalah normal (91%) dan responden dengan status gizi lebih sebanyak 6 responden(9%). TABEL 5 DISTRIBUSI FREKUENSI SISWI SMA MENURUT FREKUENSI MAKAN Kurang : <2x sehari 25 37,3 Baik : >= 3x sehari 45 62,7 Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari-hari baik kualitatif maupun kuantitatif. Secara alamiah makanan diolah didalam tubuh melalui alat-alat pencernaan mulai dari mulut sampai usus halus. Lama makanan dalam lambung tergantung sifat sifat dan jenis makanan. Jika rata-rata, umumnya lambung kosong antara 3-4 jam. Maka jadwal makan ini pun menyesuaikan dengan kosongnya lambung. 86

5 Porsi makan pagi tidak perlu sebanyak porsi makan siang dan makan malam secukupnya saja, untuk memenuhi energi dan sebagian zat gizi sebelum tiba makan siang. Lebih baik lagi jika makanan ringan sekitar pikul Menu sarapan yang baik harus mengandung karbohidrat, protein dan lemak, serta cukup air untuk mempermudah pencernaan makanan dan penyerapan zat gizi, pilihlah menu yang praktis dan mudah disiapkan dan usahakan selalu makan pagi karena penting dan mempersiapkan energi dalam beraktivitas dalam sehari. Berdasarkan tabel diatas bahwa sebagian besar frekuensi makan responden adalah baik yaitu (62,7%) dan responden dengan frekuensi makan yang masih kurang sebanyak(37,3%). TABEL 6 DISTRIBUSI FREKUENSI SISWI SMA MENURUT ASUPAN MAKAN Kurang : <70% 40 59,7 Sedang : 70-89% 23 34,3 Baik : % 4 6,0 Berdasarkan tabel diatas bahwa sebagian besar asupan makan responden kurang yaitu (59,7%) desebabkan siswi merasa asupan nya sudah tercukupi oleh jajanan yang ada disekolah dan sebagian siswi beranggapan takut berat badannya naik apabila makan sesuai jumlah yang telah dianjurkan. Kemudian asupan makan responden dengan kategori sedang sebesar (34,3%) dan yang baik ada (6%) saja. Hal ini karena baru sedikit siswi yang mempertahankan kebutuhan dan nilai gizi dengan membawa makanan dari rumah. Sehingga masih rendah sekali responden yang memenuhi asupan dengan kategori baik. TABEL 7 DISTRIBUSI FREKUENSI SISWI SMA MENURUT JENIS MAKANAN Kurang : Terdiri dari 3 KH, Lauk hewani, Lauk Nabati, sayur dan buah. Baik : Terdiri dari 5 KH, Lauk hewani, Lauk nabati sayur dan buah , ,6 Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang kalau dimakan, dicerna, dan diserap akan menghasilkan paling sedikit susunan menu sehat dan seimbang. Menyediakan variasi makanan merupakan salah satu cara untuk menghilangkan rasa bosan. Sehingga mengurangi selera makan. Menyusun hidangan sehat memerlukan keterampilan dan pengetahuan gizi. Variasi menu yang tersusun oleh kombinasi bahan makanan yang diperhitungkan dengan tepat akan memberikan hidangan sehat baik secara kualitas maupun kuantitas. Teknik pengolahan makanan adalah guna memperoleh intake yang baik dan bervariasi. Berdasarkan tabel diatas bahwa sebagian besar jenis makanan siswi SMA memiliki jenis makanan yang baik yaitu (71,6%) dan yang memiliki kategori kurang yaitu (28,4%). TABEL 8 DISTRIBUSI FREKUENSI SISWI SMA MENURUT POLA MAKAN Kurang baik 62 92,5 Baik 5 7,5 87

6 Pola makan atau pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu.pola makan merupakan berbagai informasi yang memberi gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh suatu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu. Berdasarkan tabel diatas bahwa sebagian besar pola makan siswi SMA memiliki pola makan yang kurang baik 62 responden yaitu (92,5%) dan yang memiliki pola makan yang baik yaitu hanya 5 responden(7,5%) TABEL 9 DISTRIBUSI FREKUENSI SISWI SMA MENURUT KETERATURAN MENSTRUASI Tidak Teratur: Jika 34 50,7 siklus mens. Kurang/lebih dari 28 hari Teratur : jika siklus 33 49,3 haid 28 hari Pada dasarnya siklus haid wanita tidak sama, tetapi umumnya berlangsung hari (rata-rata 28 hari). Hari pertama perdarahan dihitung sebagai pemulaan siklus haid. Lalu siklus haid adalah jumlah hari sebelum haid berikutnya terjadi (hari pertama perdarahan) jangka waktu menstruasi 3-10 hari. Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa sebagian siklus menstruasi responden tidak teratur sebanyak 34 responden sebesar (50,7%) dan yang memiliki keteraturan menstruasi baik sebanyak 33 responden sebanyak 33 responden sebanyak (49,3%) TABEL 10 DISTRIBUSI UMUR RESPONDEN TERHADAP KETERATURAN MENSTRUASI Kategori Keteraturan menstruasi Total OR P Value Umur Tidak Teratur Teratur < 15 Tahun , , ,6 94 3,097 (0,305-31,40) Tahun Total Secara biologis, temuan yang mencolok dari penyebab siklus haid tidak teratur dalah rendahnya kadar estradiol, salah satu bentuk estrogen yang paling poten di tubuh manusia pada pasien depresi dan obesitas. Hormon penunjang lainnya, seperti FSH, LH, dan progesterone tampak normal pada kasus depresi sehingga siklus menstruasi dapat memanjang. Merokok, bekerja pada keadaan stress, kopi, dan usia kurang dari 13 tahun saat pertama kali menstruasi menjadi faktor yang mempercepat siklus menstruasi. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa pemendekan siklus menstruasi dapat terjadi secara alami seiring pertambahan umur, kecuali saat menjelang menopause. Selain itu, mekanisme tepat mengenai kapan terjadi pemendekan maupun pemanjangan siklus menstruasi tidak dapat ditentukan. Hasil analisis hubungan antara umur responden dengan keteraturan menstruasi diperoleh bahwa ada sebanyak 1 responden (25%) siswi berumur <15 tahun yang memiliki keteraturan menstruasi yang teratur. Sedangkan diantara siswi yang berumur 15 tahun ada 32 responden (50,7 %) yang memiliki keteraturan menstruasi secara teratur. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,317 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara keteraturan menstruasi antara umur siswi yang berumur <15 tahun dengan siswi yang berumur 15 tahun (tidak ada hubungan yang signifikan antara umur siswi dengan keteraturan menstruasi). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR= 0,317, artinya siswi yang berusia 15 tahun memiliki peluang 0,317 kali untuk mengalami menstruasi secara teratur dibandingkan siswi yang berusia < 15 tahun Hasil analisis hubungan antara asupan makan dengan keteraturan menstruasi diperoleh bahwa ada sebanyak 17 responden (42,5%) siswi yang asupan makanan nya kurang memiliki keteraturan menstruasi yang teratur. Untuk siswi dengan asupan makan sedang ada sebanyak 13 responden (56,5%) yang memiliki keteraturan 0,317 88

7 menstruasi yang teratur. Sedangkan untuk siswi yang memiliki asupan makan yang baik ada sebanyak 3 responden (75%) yang memiliki keteraturan menstruasi yang teratur. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,32 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi kejadian keteraturan menstruasi antara siswi yang memiliki asupan makan yang kurang dengan siswi yang memiliki asupan makan sedang dan dengan siswi yang memiliki asupan makan baik (tidak ada hubungan yang signifikan antara keteraturan menstruasi dengan asupan makan siswi). TABEL 11 DISTRIBUSI ASUPAN MAKAN TERHADAP KETERATURAN MENSTRUASI Kategori Keteraturan menstruasi Total OR P Value Asupan makan Tidak Teratur Teratur Kurang 23 57, , Sedang 10 43, , Baik Total 34 50, , ,32 TABEL 12 DISTRIBUSI FREKUENSI MAKAN TERHADAP KETERATURAN MENSTRUASI Kategori frekuensi Keteraturan menstruasi Total OR Tidak Teratur Teratur P Value Kurang : <2x Sehari Baik : , , ,40 (0,51 3,78) >=3x sehari Total 34 50, , Hasil analisis hubungan antara keteraturan menstruasi dengan frekuensi diperoleh bahwa ada sebanyak 11 responden (44%) siswi yang memliki frekuensi makan <2x sehari memiliki keteraturan menstruasi yang teratur. Sedangkan diantara siswi yang frekuensi makannya 3x sehari, ada 22 responden (52,4%) yang memiliki keteraturan menstruasi yang teratur. hasil uji statistik diperoleh p=0,681 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi kejadian keteraturan menstruasi antara siswi yang memiliki frekuensi makan kurang dengan siswi yang memiliki frekuensi makan baik (tidak ada hubungan yang signifikan antara keteraturan menstruasi dengan frekuensi makan siswi). Dari analisis diperoleh pula nilai OR= 1,40, artinya siswi yang frekuensi makannya baik memiliki peluang 1,40 kali untuk memiliki keteraturan menstruasi yang teratur dibandingkan dengan siswi yang frekuensi makannya kurang baik. Siklus haid wanita sangat mudah dipengaruhi oleh suasana kehidupannya, Hal ini misalnya karena kelelahan, pengaruh stres yang tinggi atau sedang dalam keadaan emosi. Faktanya, ketika sedang dalam perjalanan atau terjadi perubahan jadwal dalam aktivitas sehari-hari siklus haid akan telat misalnya pada mereka yang biasa berolah raga dan menghentikan kebiasaannya tiba-tiba. Pola makan pun bisa mempengaruhi siklus haid. Misalnya seseorang yang biasa makan banyak dan mendadak diet. Ini akan membuat tubuh stres. Status gizi mempengaruhi haid terutama melalui penyediaan bahan untuk membuat lapisan endometrium lagi dan pengaruhnya terhadap kadar hormon perempuan. Kecemasan dan kelelahan mempengaruhi status hormonal dan keadaan umum tubuh. Bagi yang masih belum menikah atau remaja penyebabnya bisa karena terlalu lelah contohnya belajar terlalu keras bagi yang masih sekolah atau kuliah serta rasa cemas yang datang saat menjelang ujian dengan mudah akan mengganggu siklus haid. Hasil analisis hubungan antara keteraturan menstruasi dengan pola makan diperoleh bahwa ada sebanyak 31 responden (51,6%) siswi yang pola makannya kurang baik memiliki keteraturan 0,681 89

8 menstruasi yang baik. Sedangkan diantara siswi yang pola makannya baik ada 2 responden (66,7%) siswi yang pola menstruasinya teratur. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,979 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi kejadian keteraturan menstruasi antara siswi yang memiliki pola makan kurang baik dengan siswi yang memiliki pola makan baik (tidak ada hubungan yang signifikan antara keteraturan menstruasi dengan pola makan siswi). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR= 2,12, artinya siswi yang pola makan yang kurang baik memiliki resiko 2,12 kali memiliki keteraturan menstruasi yang teratur dibandingkan dengan siswi yang pola makannya baik. TABEL 13 DISTRIBUSI POLA MAKAN TERHADAP KETERATURAN MENSTRUASI Kategori Keteraturan menstruasi Total OR P Value Pola Makan Tidak Teratur Teratur Kurang 33 51, , ,12 Baik (0,184- Baik 1 33,3 2 66, ,672) 0,979 Total 34 50, , TABEL 14 DISTRIBUSI STATUS GIZI TERHADAP KETERATURAN MENSTRUASI Kategori Status Gizi Keteraturan menstruasi Total OR Tidak Teratur Teratur P Value BB Normal 30 49, , ,484 BB Lebih 4 66,7 2 33, (0,082-2,841) Total 34 50, , ,414 Kebutuhan energi dan nutrisi pada remaja dipengarhi oleh usia reproduksi, tingkat aktivitas dan status nutrisi. Nutrisi yang dibutuhkan sedikit lebih tinggi untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan remaja tersebut. Remajayang berasal dari sosial ekonomi rendah sumber makanaan adekuat tidak terpenuhi, dan mempunyai resiko defisisensi zat besi sebelum hamil. Pemberian tambahan energi diberikan kepada remaja dengan berat badan rendah. Penembahan energi didapatkan dengan meningkatkan nafsu makan, akan tetapi seorang remaja sering terlalu memperhatikan penambahan berat badannya. Seorang remaja dapat mengalami peningkatan resiko defisisensi zat besi, karena kebutuhan yang meningkat sehubungan dengan pertumbuhan. Remaja yang anemia dan kurang berat badan lebih banyak melahirkan bayi BBLR dibandingkan dengan wanita yang usia reproduksinya aman untuk hamil. Penambahan berat badan yang adekuat lebih sering terjadi pada orang yang ingin kurus, ingin menyembunyikan kehamilannya, tidak mencukupi sumber makanannya, dan menggunakan obat-obat terlarang. Hasil analisis hubungan antara keteraturan menstruasi dengan status gizi diperoleh bahwa ada sebanyak 31 responden (50,8%) siswi yang memiliki status gizi normal memiliki keteraturan menstruasi yang teratur. sedangkan siswi yang memiliki status gizi lebih ada 2 responden (33,3%) yang memiliki keteraturan menstruasi teratur. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,67 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi kejadian keteraturan menstruasi dengan status gizi siswi). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=0,484, artinya siswi yang status gizinya baik memiliki resiko 0,484 kali memiliki keteraturan menstruasi yang teratur dibandingkan dengan siswi yang status gizinya lebih. Hasil analisis hubungan antara keteraturan menstruasi dengan jenis makanan yang dikonsumsi siswi diperoleh bahwa ada sebanyak 7 responden (19%) siswi yang memiliki jenis makanan kurang memiliki keteraturan menstruasi 90

9 yang teratur. Sedangkan diantara siswi yang memiliki jenis makanan yang baik, ada 26 responden (54,2%) yang memiliki keteraturan menstruasi yang teratur. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,314 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi antara keteraturan menstruasi dengan jenis makanan yang dikonsumsi oleh siswi (tidak ada hubungan yang signifikan antara keteraturan menstruasi dengan jenis makanan yang dikonsumsi siswi).adapun beberapa jenis makanan dibawah ini yang dapat membuat menstruasi menjadi lancar: Asam lemak omega-3, yang terdapat pada ikan laut atau minyak ikan berfungsi untuk meningkatkan sirkulasi darah, mengurangi kerusakan akibat radikal bebas, melawan efek penuaan, dan meningkatkan suasana hati. TABEL 15 DISTRIBUSI JENIS MAKANAN TERHADAP KETERATURANMENSTRUASI Kategori Jenis Makan Keteraturan menstruasi Total OR Tidak Teratur Teratur P Value Kurang 12 63, ,02 Baik 22 45, , (0,68-4,251) Total 34 50, , ,314 Hindari makanan berwarna putih, seperti tepung putih, gula, kentang putih, roti putih, dan nasi putih. Hal ini dikarenakan beragam makanan tersebut dapat menyebabkan lonjakan insulin yang menyebabkan penyimpanan lemak dalam tubuh. Tubuh dengan lemak yang berlebihan dapat mempengaruhi ovulasi dan siklus haid anda menjadi tidak teratur. Protein nabati yang terdapat pada almond, kacang, keju, telur rebus, sarden kaleng, dan edamame dan jenis makanan lainnya dapat menjaga keseimbangan hormonal pada wanita. Dan perlu anda ketahui, semakin seimbang sistem hormonal anda, maka siklus menstruasi anda akan semakin teratur. Vitamin D dapat meningkatkan keseimbangan antara sel-sel dan menstabilkan hormon. Vitamin D juga dapat melindungi diri dari kanker payudara, usus besar, ovarium, dan kanker prostat. Agar siklus menstruasi anda tetap teratur, silahkan konsumsi makanan mengandung Vitamin D, seperti tuna, salmon, kuning telur, dan sarden. Dan agar Vitamin D dapat diserap oleh tubuh secara maksimal, pastikan Anda cukup terkena sinar matahari, terutama pada pagi hari sebelum jam 9. Cokelat adalah makanan mengandung flavonoids yang memiliki fungsi seperti estrogen untuk membantu meningkatkan sirkulasi dengan mengurangi penggumpalan trombosit dalam darah. Hal ini akan mempengaruhi siklus menstruasi anda lebih lancar TABEL 16 TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI STATUS GIZI TERHADAP POLA MAKAN Kategori Pola Makan Total OR P Status Gizi Value Kurang baik Baik BB Normal : 5-<85 persentil BB Lebih: 85- <95 persentil 58 86,6% 3 4,5% 61 91,0% 9,667 (1,237 75,55) 4 6,0% 2 3,0% 6 9,0% Total 62 92,5% 5 7,5% % 0,011 Pola makan yang baik yaitu memenuhi asupan, frekuensi serta jenis makanan dapat mempengaruhi status gizi seseorang, karena pola pemberian makanan yang seimbang yaitu sesuai dengan kebutuhan disertai pemilihan bahan makan yang tepat akan melahirkan status gizi yang baik. Asupan makanan yang melebihi kebutuhan tubuh akan menyebabkan kelebihan berat badan dan penyakit lain yang disebabkan oleh kelebihan zat gizi. Sebaliknya, asupan makan yang kurang dari yang dibutuhkan akan menyebabkan tubuh menjadi kurus dan rentan terhadap penyakit. Kedua keadaan ini sama tidak baiknya. Hasil analisis hubungan antara status gizi dengan pola makan diperoleh bahwa 91

10 ada sebanyak 3 responden (4,5%) siswi yang memiliki status gizi normal memiliki pola makan yang baik. sedangkan siswi yang memiliki status gizi lebih ada 2 responden (3,0%) yang memiliki pola makan yang baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,011 atau p:<0,05 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian status gizi siswi dengan pola makan). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=9,667, artinya siswi yang pola makannya baik memiliki resiko 9,667 kali memiliki status gizi yang normal dibandingkan dengan siswi dengan pola makan yang kurang baik. KESIMPULAN 1. Sebagian besar responden berusia 15 tahun dan semua berjenis kelamin perempuan. 2. Sebagian besar responden memiliki frekuensi makan yang baik yaitu sebanyak 45 responden (62,7%). 3. Sebagian besar responden memiliki % asupan makan yang kurang yaitu sebanyak 40 responden (59,7%) 4. Sebagian besar responden memiliki pola makan yang kurang baik yaitu sebanyak 64 rresponden (95,5%). 5. Sebagian besar responden memiliki status gizi yang normal yaitu sebanyak 61 responden (91%) 6. Sebagian besar responden memiliki keteraturan menstruasi yang tidak teratur yaitu sebanyak 34 responden (50,7%) 7. Ada hubungan antara status gizi dengan pola makan. 8. Tidak ada kecenderungan hubungan antara umur responden berdasarkan proporsi keteraturan menstruasi. 9. Tidak ada kecenderungan hubungan antara status gizi responden berdasarkan proporsi keteraturan menstruasi. 10. Tidak ada hubungan antara pola makan responden berdasarkan proporsi keteraturan menstruasi SARAN 1. Untuk siswi sebaiknya mengetahui gizi yang baik dalam mengkonsumsi makanan sehari hari. 2. Sebaiknya siswi lebih memperhatikan pola makannya yang meliputi jenis, jumlah dan frekuensi. 3. Sebaiknya siswi tidak mengkonsumsi jajanan yang belum teruji higine dan sanitasinya. DAFTAR PUSTAKA Andrews, Gilly. Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran Almatsier, Sunita. Prinsip Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001 Arisman. (2004). Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Penerbit Buku Kedokteran EGGC.Jakarta Citra Cuaca Elmart, Fauzi. Mahir Menjaga Organ Intim Wanita.Solo:Tinta Media CDC (2013).Healt Weight: Assesing your body weight: Body Mass Index. Atlanta. Clifton RD. Dewa Nyoman Supariasa,I. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2002 Hutami, A.P Hubungan syndrom premenstruasi dengan regularitas siklus menstruasi pada mahasiswi S-1 fakultas keperawatan Universitas Sumatra. Skripsi : Fakultas Kedokteran Sumatra Utara. Kiastuti et.al. (2009).Kesehatan Reproduksi. Penerbit Fitra Maya. Yogyakarta Kusmiran, Eny.Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita.Salemba Medika Marmi.Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Pustaka Pelajar Noviana,Nana. Kesehatan Reproduks. Trans Info Media Wiwi Sartika,Mitayani. Buku Saku Ilmu Gizi.Trans Info Media status gizi terhadap sistem reproduksi. Diakses pada tanggal 25 April 2015 jam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016. A. HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian yang mengenai hubungan status gizi dengan siklus menstruasi pada remaja putri yang dilakukan di SMP N 2 Gamping Sleman Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja sebagai mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila anak telah mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menstruasi adalah suatu proses yang normal, yang terjadi setiap bulannya pada hampir semua wanita. Menstruasi terjadinya pengeluaran darah, dalam jangka waktu 3-5 hari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan perubahan psikologis yang meliputi proses transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada perempuan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan fisik yang lebih dahulu dibanding anak laki-laki, dengan menstruasi awal (menarche) (Winkjosastro, 2007).

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan fisik yang lebih dahulu dibanding anak laki-laki, dengan menstruasi awal (menarche) (Winkjosastro, 2007). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam siklus kehidupan setiap manusia terdapat suatu masa yang disebut dengan masa remaja. Setiap anak ketika memasuki masa remaja akan mengalami perubahan fisik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah menstruasi, kehamilan, dan seksualitas (Gibs, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. adalah menstruasi, kehamilan, dan seksualitas (Gibs, 2008). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit dan kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan

Lebih terperinci

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 Fahmi Fuadah 1 1 Mahasiswa Program Pascasarjana Program Studi

Lebih terperinci

PENGERTIAN GIZI DAN FERTILITAS PENYEBAB FERTILITAS. Muslim, MPH 5/18/2010

PENGERTIAN GIZI DAN FERTILITAS PENYEBAB FERTILITAS. Muslim, MPH 5/18/2010 PENGERTIAN GIZI DAN FERTILITAS Muslim, MPH Blog: www.muslimpinang.wordpress.com Blog: www.akbidanugrahbintan.wordpress.com Email: muslimmph@yahoo.co.id Hp: 081 277 69269 Fertilitas (kesuburan) yaitu kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja, sebagai kelompok umur terbesar struktur penduduk Indonesia merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi pembangunan sumber daya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2011). Menstruasi adalah siklus discharge

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2011). Menstruasi adalah siklus discharge BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi sebagai proses alamiah yang akan terjadi pada setiap remaja, dimana terjadinya proses pengeluaran darah yang menandakan bahwa organ kandungan telah berfungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Staus gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009 KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009 No. Responden : Kelas : Diisi oleh peneliti Petunjuk: Jawablah pertanyaan di bawah

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN ABSTRAK

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN ABSTRAK HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN Zulliati 1, Muhammad Basit 2,Tria Dwi Putri 1 1 AKBID Sari Mulia Banjarmasin 2 STIKES

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI Devillya Puspita D. dkk, Hubungan antara Status Gizi dan Siklus Menstruasi... 99 HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI Devillya Puspita D, Selty Tingubun Universitas Respati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima.

PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima. Menjelang haid atau menstruasi biasanya beberapa wanita mengalami gejala yang tidak nyaman, menyakitkan, dan mengganggu. Gejala ini sering disebut dengan sindrom pra menstruasi atau PMS, yakni kumpulan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologi, perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologi, perubahan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan perubahan atau peralihan dari masa kanak kanak ke masa dewasa yang meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dimana remaja merupakan populasi terbesar di Indonesia yang tercatat

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dimana remaja merupakan populasi terbesar di Indonesia yang tercatat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa yang paling menyenangkan dari beberapa masa yang ada dimana remaja merupakan populasi terbesar di Indonesia yang tercatat lebih dari 70 juta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anemia defisiensi besi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara berkembang dan negara miskin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11) anemia. (14) Remaja putri berisiko anemia lebih besar daripada remaja putra, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah keadaan dimana jumlah eritrosit dalam darah kurang dari yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi adalah keseimbangan antara pemasukan zat gizi dari bahan makanan yang dimakan dengan bertambahnya pertumbuhan aktifitas dan metabolisme dalam tubuh. Status

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode dari pertumbuhan dan proses. kematangan manusia. Pada masa ini merupakan masa transisi antara masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode dari pertumbuhan dan proses. kematangan manusia. Pada masa ini merupakan masa transisi antara masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode dari pertumbuhan dan proses kematangan manusia. Pada masa ini merupakan masa transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa. Selama masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi merupakan proses alamiah yang terjadi pada setiap perempuan sebagai tanda bahwa organ reproduksi sudah berfungsi matang (Kusmiran, 2014). Menstruasi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18%

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Sedangkan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KETIDAKTERATURAN SIKLUS HAID PADA MAHASISWI PRODI D III KEBIDANAN TINGKAT II STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KETIDAKTERATURAN SIKLUS HAID PADA MAHASISWI PRODI D III KEBIDANAN TINGKAT II STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KETIDAKTERATURAN SIKLUS HAID PADA MAHASISWI PRODI D III KEBIDANAN TINGKAT II STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN Nur Aini Rahmawati 1), Siti Komariyatun 2) Abstrak : Haid adalah perdarahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Status Gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan mengalami periode pubertas terlebih dahulu. Pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara zat-zat gizi yang masuk dalam tubuh manusia dan penggunaannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara zat-zat gizi yang masuk dalam tubuh manusia dan penggunaannya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Menurut Soekirman (2000) status gizi adalah merupakan keadaan kesehatan akibat interaksi antara makanan, tubuh manusia dan lingkungan hidup manusia. Selanjutnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan harta yang sangat berharga dan patut dipelihara. Gaya hidup sehat harus diterapkan untuk menjaga tubuh tetap sehat. Salah satu cara agar kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 20 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Primatexco Batang Jawa Tengah, perusahaan ini merupakan pabrik yang memproduksi kain mori untuk bahan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 = 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di perguruan tinggi penyelenggara Beastudi Etos wilayah Jawa Barat yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia adalah suatu keadaan dimana komponen dalam darah, yakni hemoglobin (Hb) dalam darah atau jumlahnya kurang dari kadar normal. Di Indonesia prevalensi anemia pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan mengalami periode pubertas terlebih dahulu. Pada

Lebih terperinci

NARASI KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN PENENTUAN STATUS GIZI DAN PERENCANAAN DIET. Oleh : dr. Novita Intan Arovah, MPH

NARASI KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN PENENTUAN STATUS GIZI DAN PERENCANAAN DIET. Oleh : dr. Novita Intan Arovah, MPH NARASI KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN PENENTUAN STATUS GIZI DAN PERENCANAAN DIET Oleh : dr. Novita Intan Arovah, MPH Berdasarkan Surat Ijin/Penugasan Dekan FIK UNY No 1737/H.34.16/KP/2009 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbun lemak yang melebihi 25 % dari berat tubuh, orang yang kelebihan berat badan biasanya karena kelebihan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 Mulinatus Saadah 1. Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 tahun, sarapan berfungsi sumber energi dan zat gizi agar dapat berpikir, belajar dan melakukan aktivitas

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak SD (sekolah dasar) yaitu anak yang berada pada usia 6-12 tahun, memiliki fisik yang lebih kuat dibandingkan dengan balita, mempunyai sifat individual dalam banyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anemia pada Remaja Putri Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu antara usia 12 sampai 21 tahun. Mengingat pengertian remaja menunjukkan ke masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World Health Organization (WHO)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan ditentukan pada keadaan remaja saat ini. Remaja yang

Lebih terperinci

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo. 102 KERANGKA PEMIKIRAN Orang dewasa 15 tahun seiring dengan bertambahnya umur rentan menjadi gemuk. Kerja hormon menurun seiring dengan bertambahnya umur, yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan metabolisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Salah satu faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan secara proses maupun fungsi pada sistem reproduksi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan secara proses maupun fungsi pada sistem reproduksi manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi menurut WHO dalam RISKESDAS (2010) merupakan suatu keadaan yang utuh, sehat dan sejahtera secara fisik, mental dan sosial, tidak hanya kondisi yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah individu yang berada pada tahap masa transisi yang unik yang ditandai oleh berbagai perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja yaitu masa yang berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu komponen penting dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan.sumber daya manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Sehat Anak sehat adalah anak yang dapat tumbuh kembang dengan baik dan teratur, jiwanya berkembang sesuai dengan tingkat umurnya, aktif, gembira, makannya teratur, bersih,

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN ZAT GIZI MIKRO DAN MORBIDITAS TERHADAP STATUS GIZI SISWA SISWI DI SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN ZAT GIZI MIKRO DAN MORBIDITAS TERHADAP STATUS GIZI SISWA SISWI DI SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN ZAT GIZI MIKRO DAN MORBIDITAS TERHADAP STATUS GIZI SISWA SISWI DI SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA Karya Tulis Ilmiah ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4. 1. Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang menggunakan metode deskriptif analitik dengan desain cross sectional karena pengambilan data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan seseorang mengalami masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa, pada masa ini seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam

Lebih terperinci

B A B II TINJAUAN PUSTAKA

B A B II TINJAUAN PUSTAKA B A B II TINJAUAN PUSTAKA A. STATUS GIZI Status gizi atau tingkat konsumsi pangan adalah suatu bagian penting dari status kesehatan seseorang. Tidak hanya status gizi yang mempengaruhi status kesehatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Badan Lahir Cukup (BBLC) a. Definisi Berat badan lahir adalah berat badan yang didapat dalam rentang waktu 1 jam setelah lahir (Kosim et al., 2014). BBLC

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 23 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran umum tempat penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Primatex CO Indonesia Batang, yang merupakan pabrik pembuatan kain. Hasil produksi biasanya dipasarkan

Lebih terperinci

Ikan, merupakan jenis makanan sehat yang rendah lemak jenuh, tinggi. protein, dan merupakan sumber penting asam lemak omega 3.

Ikan, merupakan jenis makanan sehat yang rendah lemak jenuh, tinggi. protein, dan merupakan sumber penting asam lemak omega 3. BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ikan, merupakan jenis makanan sehat yang rendah lemak jenuh, tinggi protein, dan merupakan sumber penting asam lemak omega 3. Ikan baik untuk tambahan diet karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dismenore adalah nyeri menstruasi seperti kram pada perut bagian bawah yang terjadi saat menstruasi atau dua hari sebelum menstruasi dan berakhir dalam 72 jam. Terkadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan setiap pagi hari atau suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah dikonsumsi mengalami proses pencernaan di dalam alat pencernaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah dikonsumsi mengalami proses pencernaan di dalam alat pencernaan. BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Zat gizi adalah bahan dasar yang menyusun bahan makanan. Makanan setelah dikonsumsi mengalami proses pencernaan di dalam alat pencernaan. Bahan makanan diuraikan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan

BAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi antara anak dan dewasa yang terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Kebidanan (AM.Keb)

KARYA TULIS ILMIAH. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Kebidanan (AM.Keb) KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN WANITA PRE MENOPAUSE TENTANG MENOPAUSE DENGAN KESIAPAN MENGHADAPI MENOPAUSE DI DUSUN WONOLOPO RW 6 KECAMATAN MIJEN KABUPATEN SEMARANG TAHUN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MENSTRUASI DINI DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RUANG EDELWIS RSUD ULIN BANJARMASIN

HUBUNGAN ANTARA MENSTRUASI DINI DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RUANG EDELWIS RSUD ULIN BANJARMASIN HUBUNGAN ANTARA MENSTRUASI DINI DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RUANG EDELWIS RSUD ULIN BANJARMASIN Indah Nur aini *, Rizqy Amelia 1, Fadhiyah Noor Anisa 1 1 AKBID Sari Mulia Banjarmasin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah : BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Dalam pembahasan tentang status gizi, ada tiga konsep yang harus dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan perubahan psikologis yang meliputi proses transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada perempuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Santri merupakan sebutan untuk murid yang bertempat tinggal di suatu

BAB I PENDAHULUAN. Santri merupakan sebutan untuk murid yang bertempat tinggal di suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Santri merupakan sebutan untuk murid yang bertempat tinggal di suatu pondok pesantren. Sebagian besar dari jumlah santri merupakan usia remaja. Menurut Soetjiningsih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan normal lama menstruasi berkisar antara 3-7 hari dan rata-rata berulang

BAB I PENDAHULUAN. keadaan normal lama menstruasi berkisar antara 3-7 hari dan rata-rata berulang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke dewasa. Masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan dalam rentang kehidupan manusia. Remaja sudah tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang remaja akan tumbuh dan berkembang menuju tahap dewasa. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga tahap antara lain masa remaja awal

Lebih terperinci

2013 GAMBARAN TINGKAT STRES PADA ANAK USIA SEKOLAH MENGHADAPI MENSTRUASI PERTAMA (MENARCHE) DI SEKOLAH DASAR NEGERI GEGERKALONG GIRANG

2013 GAMBARAN TINGKAT STRES PADA ANAK USIA SEKOLAH MENGHADAPI MENSTRUASI PERTAMA (MENARCHE) DI SEKOLAH DASAR NEGERI GEGERKALONG GIRANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menstruasi pertama (menarche) merupakan peristiwa paling penting pada remaja putri sebagai pertanda siklus masa subur sudah di mulai. Datangnya menstruasi pertama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan ditentukan pada keadaan remaja saat ini. Remaja yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Energi dan Protein 1. Kebutuhan Energi Energi digunakan untuk pertumbuhan, sebagian kecil lain digunakan untuk aktivitas, tetapi sebagian besar dimanfaatkan untuk metabolisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindroma Premenstruasi (SPM) secara luas diartikan sebagai gangguan siklik berulang berkaitan dengan variasi hormonal perempuan dalam siklus menstruasi, yang berdampak

Lebih terperinci

HUBUNGAN GANGGUAN HAID DENGAN INDEKS MASA TUBUH (IMT)

HUBUNGAN GANGGUAN HAID DENGAN INDEKS MASA TUBUH (IMT) HUBUNGAN GANGGUAN HAID DENGAN INDEKS MASA TUBUH (IMT) Sri Utami, Keilmuan Dasar Keperawatan Maternitas Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau, Indonesia, Staf Akademik Departemen Keperawatan Maternitas

Lebih terperinci

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013 Kehamilan Resiko Tinggi Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013 Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya.

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN PENELITIAN HUBUNGAN POLA HIDUP TERHADAP KEJADIAN BUNGKUK OSTEOPOROSIS TULANG BELAKANG WANITA USIA LANJUT DI KOTA BANDAR LAMPUNG Merah Bangsawan * Osteoporosis adalah suatu keadaan berkurangnya kepadatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSLUSIF DENGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEMANDING

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSLUSIF DENGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEMANDING HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSLUSIF DENGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEMANDING Nurus Safaah STIKES NU TUBAN PRODI S1 Keperawatan ABSTRAK Menarche

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitianan deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional study yaitu suatu pendekatan yang sifatnya sesaat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anemia adalah penyebab kedua terkemuka didunia dari kecacatan dan dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius global ( WHO, 2014).

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian proyek intevensi cookies muli gizi IPB, data yang diambil adalah data baseline penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelum dan selama menstruasi bahkan disertai sensasi mual. 1 Dalam istilah

BAB I PENDAHULUAN. sebelum dan selama menstruasi bahkan disertai sensasi mual. 1 Dalam istilah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat menstruasi sebagian besar perempuan sering mengalami keluhan sensasi yang tidak nyaman seperti nyeri pada perut bagian bawah sebelum dan selama menstruasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa yang paling penting karena pada masa ini

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa yang paling penting karena pada masa ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan masa yang paling penting karena pada masa ini terjadi proses perubahan dari masa anak ke masa dewasa. Pada fase ini ditandai dengan perkembangan fisik,

Lebih terperinci

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi. Nama : Hernawati NIM : 09027 Saya mengkritisi makalah kelompok 9 No 5 tentang siklus menstruasi. Menurut saya makalah mereka sudah cukup baik dan ketikannya juga sudah cukup rapih. Saya di sini akan sedikit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada beberapa wanita masa menstruasi merupakan masa-masa yang sangat menyiksa. Itu terjadi akibat adanya gangguan-gangguan pada siklus menstruasi. Gangguan menstruasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsumsi Energi dan Protein 1. Energi Tubuh memerlukan energi sebagai sumber tenaga untuk segala aktivitas. Energi diperoleh dari makanan sehari-hari yang terdiri dari berbagai

Lebih terperinci

HUBUNGAN SIKAP TENTANG PENGATURAN MENU SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI SMU NEGERI 2 SUKOHARJO

HUBUNGAN SIKAP TENTANG PENGATURAN MENU SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI SMU NEGERI 2 SUKOHARJO 1 HUBUNGAN SIKAP TENTANG PENGATURAN MENU SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI SMU NEGERI 2 SUKOHARJO KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI MADRASAH ALIYAH AL-MUKMIN NGRUKI SURAKARTA TAHUN 2015

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI MADRASAH ALIYAH AL-MUKMIN NGRUKI SURAKARTA TAHUN 2015 HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI MADRASAH ALIYAH AL-MUKMIN NGRUKI SURAKARTA TAHUN 2015 Tika Nur Hidayah 1) dan Sab ngatun 2) 2) Dosen AKBID Mamba ul Ulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan sebuah masalah keluarga yang sifatnya jangka panjang dan kebisaan makan yang sehat harus dimulai sejak dini. Masalah gizi pada anak di Indonesia akhir-akhir

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Makan Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri

Lebih terperinci

BAB I PEN DAHULUAN. prasarana pendidikan yang dirasakan masih kurang khususnya didaerah pedesaan.

BAB I PEN DAHULUAN. prasarana pendidikan yang dirasakan masih kurang khususnya didaerah pedesaan. BAB I PEN DAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah pembangunan nasional adalah rendahnya kualitas SDM. Masalah ini dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti gizi makanan, sikap masyarakat terhapat pendidikan,

Lebih terperinci

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri)

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri) kekurangan energi kronik (pada remaja puteri) BAB I PENDAHALUAN A. LATAR BELAKANG Masalah gizi masih merupakan beban berat bagi bangsa, hakekatnya berpangkal dari keadaan ekonomi dan pengetahuan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka kematian, membaiknya status gizi, dan Usia Harapan Hidup. (1) Penyakit degeneratif adalah salah

Lebih terperinci

ISSN Vol 2, Oktober 2012

ISSN Vol 2, Oktober 2012 ISSN 2 57 Vol 2, Oktober 22 HUBUNGAN STATUS GIZI DAN JENIS SARAPAN PAGI SERTA TINGKAT PENDAPATAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV DAN V SDN PULAU LAWAS KECAMATAN BANGKINANG SEBERANG SYAFRIANI Dosen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Untuk hidup dan meingkatkan kualitas hidup, setiap orang memerlukan 5 kelompok zat gizi (Karbohidrat, Protein, Lemak, Vitamin dan Mineral) dalam jumlah yang cukup,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kehamilan. Alat kontrasepsi non hormonal artinya tidak mengandung

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kehamilan. Alat kontrasepsi non hormonal artinya tidak mengandung BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alat kontrasepsi hormonal merupakan alat kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen dan progesteron yang dapat mencegah ovulasi dan kehamilan. Alat kontrasepsi non

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan satu dari empat masalah gizi yang ada di indonesia disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah gangguan akibat kurangnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menstruasi A. Pengertian Menstruasi Menstruasi merupakan keadaan fisiologis, yaitu peristiwa keluarnya darah, lendir ataupun sisa-sisa sel secara berkala. Sisa sel tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah dengan usia 6-14 tahun saat sedang duduk di bangku SD

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah dengan usia 6-14 tahun saat sedang duduk di bangku SD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak sekolah dengan usia 6-14 tahun saat sedang duduk di bangku SD dan SMP sedang menjalani pendidikan dasar yang merupakan titik awal anak mengenal sekolah yang sesungguhnya

Lebih terperinci