ABSTRAK. Kata Kunci : Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi Persepsi, Harga Diri Rendah ABSTRACT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ABSTRAK. Kata Kunci : Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi Persepsi, Harga Diri Rendah ABSTRACT"

Transkripsi

1 PENGARUH TAK STIMULASI PERSEPSI; BERCERITA TENTANG PENGALAMAN POSITIF YANG DIMILIKI TERHADAP HARGA DIRI PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH DI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO Deni Hermawan * )., Ns. Titik Suerni, S.Kep.,Sp.Kep.J ** ), Ns. Sawab, M.Kep *** ) * ) Alumni Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang ** ) Perawat RSJD AMINOGONDOHUTOMO Semarang *** ) Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang ABSTRAK Gangguan harga diri rendah adalah semua pikiran, keyakinan dan kepercayan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Prevalensi harga diri rendah di RSJD Dr. Amino Gondohutomo tahun 2013 sebesar 2,19 % dari jumlah pasien gangguan jiwa, tahun 2014 sebesar 2,21 % dari jumlah pasien gangguan jiwa, sedangkan tahun 2015 sebesar 2,67% dari jumlah pasien gangguan jiwa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi; bercerita tentang pengalaman positif yang dimiliki terhadap peningkatan harga diri pada pasien harga diri rendah di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. Desain penelitian ini quasy eksperimen. Rancangan penelitian ini menggunakan one group pretest-postest design. Jumlah sampel 36 pasien harga diri rendah dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan sebelum diberikan terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi; bercerita tentang pengalaman positif yang dimiliki mempunyai skor nilai rata-rata 13,44 (harga diri rendah) dan sesudah diberikan terapi mempunyai skor nilai rata-rata 17,25 (harga diri tinggi). Ada pengaruh yang signifikan antara terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi; bercerita tentang pengalaman positif yang dimiliki terhadap peningkatan tingkat harga diri pada pasien harga diri rendah, dengan nilai p value 0,000 (α < 0,05). Rekomendasi hasil penelitian ini adalahperawat untuk memberikanterapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi; bercerita tentang pengalaman positif yang dimiliki untuk mengatasi harga diri rendah pada pasien harga diri rendah Kata Kunci : Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi Persepsi, Harga Diri Rendah ABSTRACT Low self-esteem are all thoughts, beliefs and the belief that the individual knowledge about him and affect his relationship with others. The prevalence of low self-esteem in RSJD Dr. Amino Gondohutomo in 2013 amounted to 2.19% of the number of mental patients, 2014 of 2.21% of the number of mental patients, whereas in 2015 amounted to 2.67% of the number of mental patients. This research will aims to detect perception stimulation group activities therapy influence; tell about positive experience that has towards self esteems enhanced in low self esteems patient at Dr. Amino Gondohutomo Hospital Province Central Java. This research design is queasy experiment. This research plan uses one group pretest-posttest design. Sample total 36 low self esteems patients with technique purposive sampling. Research result shows before given perception stimulation group activities therapy; tell about positive experience that has mean score 13,44 (low self-esteem) and after given therapy has mean score 17,25 (high esteems). There influence significant between perception stimulation group activities therapy; tell about positive experience that has towards self esteems level enhanced in low self esteems patient, with p value 0,000 (α< 0,05). This research result recommendation nurse to gives perception stimulation group activities therapy; tell about positive experience that has to overcomes low self esteems in low self esteems patient Key words : The Perception Group Activity Therapy, Low Self Esteems 1 Pengaruh TAK Stimulasi Persepsi; Bercerita Tentang (denihermawan43@gmail.com) 1

2 PENDAHULUAN Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau pola perilaku yang secara klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan menimbulkan gangguan pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia (Keliat, B.A, Akemat, Helena N, dan Nurhaeni, 2011, hlm.1).prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia 1,7 per mil(riset Kesehatan Dasar, 2013, hlm126). Gangguan jiwa berat terbanyak di Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali, dan Jawa Tengah. Prevalensi gangguan jiwa berat di Jawa Tengah tahun 2013 sebesar 2,3 permil (Riset Kesehatan Dasar, 2013, hlm. 126), hal ini menunjukan bahwa prevalensi masih cukup besar. Penderita gangguan jiwa akan menunjukkan gejalagangguanpersepsi seperti waham dan halusinasi (Kaplan & Sadock s, 2007, hlm.1), sedangkan menurut Keliat, B.A, Akemat, Helena N, dan Nurhaeni (2011, hlm.2) penderita gangguan jiwa juga menunjukkan gejala gangguan konsep diri : harga diri rendah. Tanda dan gejala gangguan jiwa menurut Yosep (2007, hlm.12) adalah mengalami ketegangan (tension) meliputi rasa putus asa dan murung, gelisah, cemas, perbuatanperbuatan yang terpaksa (convulsive), hysteria, rasa lemah, tidak mampu mencapai tujuan, takut dan pikiran-pikiran buruk. Gangguan jiwa juga ditandai dengan adanya gangguan kognisi, gangguan kemauan, gangguan emosidan gangguan psikomotor. Adapun menurut DSM IV, tanda dan gejala gangguan jiwa dibagi dua yaitu positif dan negatif. Gejala positif yaitu sekumpulan gejala perilaku tambahan yang menyimpang dari perilaku normal seseorang termasuk distorsi persepsi (halusinasi), distorsi isi pikir (waham), distorsi dalam proses berpikir dan bahasa dan distorsi perilaku dan pengontrolan diri. Gejala negatif yaitu sekumpulan gejala penyimpangan berupa hilangnya sebagian fungsi normal dari individu termasuk keterbatasan dalam ekspresi emosi, keterbatasan dalam produktifitas berfikir, keterbatasan dalam berbicara (alogia), keterbatasan dalam maksud dan tujuan perilaku (Videback, 2008, hlm.14).jadi gangguan jiwa ditandai dengan adanya ketegangan gangguan kognisi, gangguan kemauan, gangguan emosi dan gangguan psikomotor. Harga diri rendah adalah semua pikiran, keyakinan dan kepercayan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain (Stuart & Gail, 2006, hlm.3).untuk mengetahui seseorang mengalami harga diri rendah, perlu diidentifikasi berdasarkan ciriciri. Beberapa ciri dari harga diri rendah yaitu pengalaman seseorang yang menimbulkan perasaan bersalah, menghukum diri sendiri, merasa gagal, gangguan hubungan interpersonal, mengkritik diri sendiri dan orang lain (Kusumawati dan Hartono, 2010, hlm.32). Tanda dan gejala harga diri rendah yaitu mengkritik diri sendiri, perasaan tidak mampu, pandangan hidup yang pesimis, penurunan produktifitas, penolakan terhadap kemampuan diri (Keliat, B.A, Panjaitan R.U & Helena N,2006, hlm.2). Jadi harga diri rendah dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri. Prevalensi harga diri rendah di RSJD Dr. Amino Gondohutomo tahun 2013 sebesar 2,19 % dari jumlah pasien gangguan jiwa, tahun 2014 sebesar 2,21 % dari jumlah pasien gangguan jiwa, sedangkan tahun 2015 sebesar 2,67% dari jumlah pasien gangguan jiwa. Jadi prevalensi harga diri rendah di RSJD Dr. Amino Gondohutomo mengalami peningkatan tiap tahun. Dampak jika seseorang mengalami harga diri rendah yaitu dia tidak akan berkembang dalam kehidupannya, dia akan merasa terkucil dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain atau menarik diri karena merasa rendah diri dan tidak mempunyai kepercayaan diri. Seseorang dengan harga diri rendah selalu menyendiri 2 2 Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan (JIKK) Vol No

3 maka cenderung akan berhalusinasi dan bisa menyebabkan depresi bahkan mungkin akan merusak lingkungan dan melakukan kekerasan pada orang lain (Sudrajat, 2004, 1). Gangguan harga diri rendah yang tidak tertangani akanmengakibatkan gangguan interaksi sosial: menarik diri, perubahan penampilan peran, keputusasaan maupun munculnya perilaku kekerasan yang beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan (Keliat, B.A, Panjaitan R.U & Helena N, 2006, hlm.6). Jadi gangguan harga diri rendah jika tidak ditangani akan mengakibatkan gangguan interaksi sosial yang beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Penatalaksanaan gangguan harga diri rendah dilakukan dengan tindakan terapi seperti terapi psikofarmaka, psikoterapi, terapi somatik meliputi terapi kejang listrik (electro convulsive therapy) dan keperawatan yang biasanya dilakukan dengan terapi modalitas/perilaku. Ada beberapa jenis terapi modalitas, antara lain:terapi individual, terapi lingkungan, terapi kognitif, terapi keluarga, terapi kelompok dan terapi bermain.salah satu psikoterapi yang dapat dilakukan untuk menangani masalah harga diri rendah adalah terapi aktivitas kelompok. Terapi aktivitas kelompok adalah metode pengobatan untuk penderita gangguan jiwa yang dilakukan dalam rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu.tak sudah sejak lama dimasukkan dalam program terapi keperawatan di dunia yang merupakan salah satu dari intervensi keperawatan. Macam-macam Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) yaitu terapi aktifitas kelompokstimulasi kognitif atau persepsi, terapi aktifitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktifitas kelompok orientasi realitas dan terapi aktifitas kelompok sosialisasi (Keliat & Akemat, 2005, hlm.7).terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat pada sekelompok pasien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama dengan cara pasien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah dialami (Keliat & Akemat, 2005, hlm.7). Jadi penatalaksanaan gangguan harga diri rendah dilakukan dengan terapi dan jenis terapi yang digunakan disesuaikan dengan dengan masalah yang dialami pasien. Penelitian tentang terapi kelompok telah banyak dilakukan.penelitian yang dilakukan oleh Widowati (2009, hlm.1) menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara sebelum dan setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok harga diri pada pasien menarik diri di RS Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang. Penelitian yang dilakukan oleh Siswantari (2012, hlm.1) menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang sangat bermakna dari terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi harga diri rendah terhadap tingkat depresi lansia di Karang Werda Semeru Jaya. Jadi dapat dikatakan bahwa ada pengaruh terapi aktivitas kelompok terhadap harga diri rendah. Pemberian TAK stimulasi persepsi yang efektif didukung dengan lingkungan tempat terapi diberikan, dan kemauan klien untuk berpartisipasi dalam kegiatan, maka klien diharapkan dapat mengatasi harga diri rendah (Keliat & Akemat, 2005; hlm.5). Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin mengetahui pengaruh terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi bercerita tentang pengalaman positif yang dimiliki terhadap harga diri pasien harga diri rendah, sehingga mengambil judul penelitian Pengaruh Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi Persepsi; Bercerita Tentang Pengalaman Positif yang Dimiliki Terhadap Harga Diri Pada Pasien Harga Diri Rendah Di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi; bercerita tentang pengalaman positif 3 Pengaruh TAK Stimulasi Persepsi; Bercerita Tentang (denihermawan43@gmail.com) 3

4 yang dimiliki terhadap harga diri pada pasien harga diri rendah di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. METODE PENELITIAN Jenis dari penelitian ini adalah penelitian quasi eksperiment dan menggunakan rancangan penelitian one group pretest-postest design. Populasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah semua pasien harga diri rendah yang di rawat inap di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. Populasi dalam penelitian ini yaitu pasien harga diri rendah di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah sebanyak 36 orang, sampel berjumlah 36 responden yang sesuai dengan kriteria inklusi. Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Alat pengumpul data yang digunakan yaitu prosedur TAK stimulasi persepsi, lembar kuesioner harga diri bersumber dari Rosenberg s Self-Esteem Scale. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah wilcoxon. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik responden a. Usia Tabel 1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Pada Pasien Harga Diri Rendah (n=36) Variabel N Mean Median Standar Min Max Deviasi Usia 36 30,08 29,00 9, Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan usia responden pada pasien harga diri rendah di RSJ Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah sebagian besar usia dewasa awal (26-35 tahun). Data ini sesuai dengan hasil survei Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, yang mendapatkan hasil 185 per penduduk rumah tangga dewasa memperlihatkan gejala gangguan kesehatan jiwa. Data ini menunjukkan bahwa harga diri rendah tidak terjadi begitu saja pada usia dewasa, tetapi dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang telah terjadi dalam waktu yang lama, dan baru terlihat perubahan perilaku setelah individu berusia dewasa. Masa dewasa merupakan masa kematangan dari aspek kognitif, emosi, dan perilaku. Kegagalan yang dialami seseorang untuk mencapai tingkat kematangan tersebut akan sulit memenuhi tuntutan perkembangan pada usia tersebut dapat berdampak terjadinya gangguan jiwa (Yusuf, 2010). Pendapat tersebut didukung oleh Stuart (2009) yang menyatakan bahwa usia merupakan aspek sosial budaya terjadinya gangguan jiwa dengan risiko frekuensi tertinggi mengalami gangguan jiwa yaitu pada usia dewasa. Usia dewasa merupakan usia produktif dimana klien memiliki tuntutan untuk mengembangkan aktualisasi diri, baik dari diri sendiri, keluarga, maupun lingkungan. Aktualisasi diri dapat dicapai dengan terlebih dulu mencapai harga diri yang positif (Maslow, 1970, dalam Townsend, 2009). Individu yang merasa gagal, merasa tidak berguna ditambah lagi adanya stressor lain seperti gagal menemukan pasangan sehingga dampaknya klien menjadi malu untuk bersosialisasi merupakan akibat klien merasa harga diri rendah. Menurut Erikson (2000) dalam Stuart & Laraia (2005), pada usia ini individu mulai mempertahankan hubungan saling ketergantungan, memilih pekerjaan, memilih karir, melangsungkan perkawinan. Individu dalam kehidupannya memiliki tugas-tugas perkembangan sesuai tingkat usianya. Tugas perkembangan yang tidak dapat diselesaikan dengan baik dapat menjadi stresor untuk perkembangan 4 4 Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan (JIKK) Vol No

5 berikutnya dan jika stresor tersebut menumpuk sangat berisiko mengalami gangguan jiwa. Kondisi tersebut akan menyebabkan individu merasa rendah diri dan apabila berlangsung lama akan menjadi harga diri rendah kronis. Stuart dan Laraia (2005) menyatakan usia berhubungan dengan pengalaman seseorang dalam menghadapi berbagai macam stresor, kemampuan memanfaatkan sumber dukungan dan keterampilan dalam mekanisme koping. Artinya bahwa usia tersebut sudah mampu untuk memilih pelayanan kesehatan mana yang dapat digunakan dan dapat melakukan tindakan yang dapat memperbaiki kondisi dirinya. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ridwan Kustiawan (2012) yang meneliti hasil penelitiannya menyatakan bahwa klien Harga Diri Rendah (HDR) kronik rata-rata berusia 34,9 tahun. b. Jenis Kelamin Tabel 2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Pasien Harga Diri Rendah (n=36) Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%) Laki-laki 18 50,0 Perempuan 18 50,0 Jumlah ,0 Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin responden sebagian laki-laki dan sebagian perempuan masing-masing sebanyak 18 responden (50,0%), sehingga berdasarkan jenis kelamin, sama antara laki-laki dan perempuan. Jenis kelamin (sex) adalah perbedaan antara perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir (Hungu, 2005; hlm. 32). Pada dasarnya jenis kelamin laki-laki maupun perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk mengalami harga diri rendah.didukung pula oleh pendapat Sinaga (2007 dalam Wakhid, 2012), yang menyatakan prevalensi Skizofrenia berdasarkan jenis kelamin, ras dan budaya adalah sama. Sebagian besar penelitian-penelitian menunjukkan bahwa perempuan lebih mampu mengatasi suatu masalah dengan menggunakan koping yang efektif dibanding laki-laki. Hal ini dapat disebabkan karena perempuan didalam menghadapi suatu masalah lebih tenang dan lebih muda mengungkapkan apa yang dialami atau dirasakannya dibandingkan dengan laki-laki. Hal tersebut diatas bertolak belakang dengan teori yang dikemukakan oleh Marini (2008; hlm. 451) yakni wanita lebih rentan terkena gangguan mental emosional karena disebabkan perubahan hormonal dan perbedaan karakteristik antara laki-laki dan perempuan, selain perubahan hormonal, karakteristik wanita yang lebih mengedepankan emosional daripada rasional juga berperan. Ketika menghadapi suatu masalah wanita cenderung menggunakan perasaan. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ridwan Kustiawan (2012) yang meneliti hasil penelitiannya menyatakan bahwa jenis kelamin yang menderita Harga Diri Rendah (HDR) Kronik yaitu laki-laki sebanyak 58,2% dan sebagian perempuan sebanyak (41,8%). c. Pendidikan Tabel 3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Pada Pasien Harga Diri Rendah (n=36) Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%) SD 14 38,9 SMP 18 50,0 SMA 4 11,1 Jumlah ,0 5 Pengaruh TAK Stimulasi Persepsi; Bercerita Tentang (denihermawan43@gmail.com) 5

6 Hasil penelitian dari 36 responden, sebagian berjenis kelamin laki-laki dan sebagian perempuan masing-masing sebanyak 18 responden (50,0%). Hasil penelitian sebagian besar pasien resiko perilaku kekerasanberpendidikan SMP sebanyak 26 responden (49,1%) dan yang berpendidikan SMP sebagian besar jenis kelamin laki-laki. Pendidikan merupakan segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Dari hasil penelitian sebagian besar penderita harga diri rendah tingkat pendidikannya hanya sampai SMP. Hal ini dapat disebabkan karena penderita dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan lebih mampu mengatasi atau menyelesaikan masalah dengan menggunakan koping yang efektif dan konstruktif daripada seseorang dengan pendidikan rendah. Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi, pola pikir, kepribadian dan perilaku seseorang. Semakin tinggi pendidikan formal, maka perilaku individu diharapkan lebih mudah dalam mengadopsi pengetahuan baru dan mempunyai kepribadian serta perilaku yang baik. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Soekidjo Notoatmodjo (2010; hlm. 21) yakni klien dengan pendidikan tinggi akan lebih mampu mengatasi atau menyelesaikan masalah dengan menggunakan koping yang efektif dan konstruktif daripada seseorang dengan pendidikan rendah. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan lebih mudah menerima informasi kesehatan jiwa yang diberikan oleh petugas kesehatan sehingga mempengaruhi pikiran seseorang dalam mengambil suatu keputusan upaya perawatan diri. Hasil penelitian didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rosliana Daud (2013) yang meneliti hasil penelitiannya menyatakan bahwa tingkat pendidikan, klien harga diri rendah yang rawat inap di RSKD Provinsi Sulawesi Selatan paling banyak duduk dibangku sekolah SMP d. Pekerjaan Tabel 4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Pada Pasien Harga Diri Rendah (n=36) Pekerjaan Frekuensi (n) Persentase (%) Swasta 5 13,9 Petani 5 13,9 Pedagang 1 2,8 Wiraswasta 25 69,4 Jumlah ,0 Hasil penelitian didapatkan karakteristik responden rata-rata responden berusia 30 tahun, jenis kelamin laki-laki dan perempuan sama masing-masing sebanyak 18 responden (50,0%), pendidikan sebagian besar SMP sebanyak 18 responden (50,0%), pekerjaan responden sebagian besar wiraswasta sebanyak 25 responden (69,4%) dan sebagian kecil yang bekerja sebagai pedagang yaitu sebanyak 1 responden (2,8%). Klien yang dirawat dengan masalah harga diri rendah sebagian besar memiliki pekerjaan sebelum dirawat. Hal ini memberikan gambaran bahwa klien sebelum masuk ke rumah sakit, mampu terlibat aktif dan produktif dalam menjalankan peran sehari-hari dilingkungannya. Pekerjaan juga mencerminkan produktivitas dan penghasilan seseorang. Hal ini sesuai dengan fungsi ekonomi keluarga yang memberikan tugas anggota, terutama kepala keluarga untuk mencari sumber-sumber kehidupan dalam memenuhi fungsi-fungsi keluarga yang lain terutama memenuhi kebutuhan keluarga (WHO, 1978, dalam Wakhid, 2012). Pekerjaan merupakan salah satu faktor predisposisi dan presipitasi sosial budaya proses terjadinya gangguan jiwa. Faktor 6 6 Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan (JIKK) Vol No

7 status sosioekonomi yang rendah lebih banyak mengalami gangguan jiwa dibanding pada tingkat sosioekonomi tinggi. Pendapat tersebut juga didukung oleh Townsend (2009) yang menyatakan bahwa salah satu faktor sosial yang menyebabkan tingginya angka gangguan jiwa termasuk skizofrenia adalah tingkat sosial ekonomi rendah. Penjelasan tersebut menjelaskan bahwa seseorang yang berada dalam sosial ekonomi rendah dan tidak memiliki pekerjaan lebih berisiko untuk mengalami berbagai masalah terutama kurangnya rasa percaya diri dalam menjalankan aktivitas hidup sehari-hari. 2. Analisis Bivariat a. Skor Harga Diri pasien sebelum diberikan terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi Tabel 5 Skor harga diri pasien sebelum diberikan terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi; bercerita tentang pengalaman positif yang dimiliki pada pasien harga diri rendah (n=36) Variabel N Mean Median Standar Min Max Skor Nilai Harga Diripasien sebelum diberikan TAKS Deviasi 36 13,44 13,00 1, Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum diberikan terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi; bercerita tentang pengalaman positif yang dimiliki mempunyai skor nilai rata-rata 13,44. Hal ini diketahui dari skor penilaian harga diri rendah berdasarkan kuesioner Rosenberg self-esteem scale diperoleh skor 0-15 yang dikategorikan harga diri rendah. Sesuai dengan teori menurut Stuart & Gail (2006, hlm.3) yang menyatakan bahwa harga diri rendah adalah semua pikiran, keyakinan dan kepercayan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Beberapa ciri dari harga diri rendah yaitu pengalaman seseorang yang menimbulkan perasaan bersalah, menghukum diri sendiri, merasa gagal, gangguan hubungan interpersonal, mengkritik diri sendiri dan orang lain (Kusumawati dan Hartono, 2010, hlm.32). Tanda dan gejala harga diri rendah yaitu mengkritik diri sendiri, perasaan tidak mampu, pandangan hidup yang pesimis, penurunan produktifitas, penolakan terhadap kemampuan diri (Keliat, B.A, Panjaitan R.U & Helena N, 2006, hlm.2). Sebelum dilakukan terapi aktivitas kelompok harga diri sebagian besar pasien harga diri rendah kategori harga diri rendah. Hal ini karena semua responden pada saat dilakukan pengkajian menunjukkan tanda dan gejala harga diri rendah seperti mengkritik diri sendiri, perasaan tidak mampu dan pandangan hidup yang pesimis.selain itu juga klien mengalami penurunan harga diri. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut Keliat & Akemat (2005; hlm.5) yang menyatakan harga diri rendah dapat digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan, dan merasa gagal dalam mencapai keinginan. Hasil penelitian sebelum dilakukan terapi aktivitas kelompok sebagian besar harga diri rendah. Hal ini berarti pasien harga diri rendah belum mampu menunjukkan kepercayaan diri, mudah tersinggung, merasa bersalah, merasa tidak mampu, dan menarik diri secara sosial. Hal tersebut disebabkan karena selama pasien dirawat belum pernah mendapatkan TAK stimulasi persepsi dan juga pada pasien lama yang sudah mendapatkan TAK stimulasi persepsiakan tetapi pelaksanaannya belum optimal atau tidak mengikuti kegiatan secara penuh sampai selesai dari sesi awal sampai sesi akhir. 7 Pengaruh TAK Stimulasi Persepsi; Bercerita Tentang (denihermawan43@gmail.com) 7

8 Hasil penelitian didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Wiastuti (2011) yang meneliti hasil penelitiannya menunjukkan bahwa sebelum perlakuan TAKS ada 11 responden (73,3%) memiliki kemampuan sosialisasi cukup dan ada 4 responden (26,7) yang memiliki kemampuan sosialisasi kurang. b. Skor Harga Diri pasien sesudah diberikan terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi Tabel 6 Skor harga diri pasien sesudah diberikan terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi; bercerita tentang pengalaman positif yang dimiliki pada pasien harga diri rendah (n=36) Variabel N Mean Median Standar Min Max Skor Nilai Harga Diri pasien sesudah diberikan TAKS Deviasi 36 17,25 17,00 1, Hasil penelitian menunjukkan bahwa sesudah diberikanterapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi; bercerita tentang pengalaman positif yang dimiliki mempunyai skor nilai rata-rata 17,25. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan harga diri setelah dilakukan terapi aktivitas kelompokstimulasi persepsi; bercerita tentang pengalaman positif yang dimiliki yang ditandai dengan berkurangnya tanda gejala harga diri rendah. Adanya pemberian terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi; bercerita tentang pengalaman positif yang dimiliki berpengaruh terhadap peningkatan harga diri rendah. Hasil ini sejalan dengan pendapat Stuart dan Laraia (2011, hlm. 23) bahwa tujuan TAKS adalah memberikan dampak positif dalam upaya pencegahan, pengobatan, dan pemulihan kesehatan yaitu perilaku yang adaptif. Terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi; bercerita tentang pengalaman positif yang dimiliki yang dilakukan dengan cara menulis pengalaman yang menyenangkan, menulis hal positif diri sendiri, menceritakan hal positif yang dimiliki dan memperagakan kegiatan positif dapat meningkatkan harga diri rendah (Keliat & Akemat, 2005; hlm.5). Terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi; bercerita tentang pengalaman positif yang dimiliki bertujuan untuk mengetahui pentingnya harga diri sendiri mengidentifikasi hal-hal positif diri, melatih positif diri, pentingnya hal positif dari orang lain, mengidentifikasi pentingnya hal positif orang lain dan dapatmelatih hal positif orang lain (Keliat & Akemat, 2005, hlm.39). Hasil peneliian terdapat 3 responden yang tidak mengalami peningkatan harga diri rendah sesudah diberikan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi; bercerita tentang pengalaman positif yang dimiliki. Hal ini terjadi karena kondisi responden yang kurang optimal untuk berpartisipasi penuh dalam mengikuti kegiatan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi dan kondisi lingkungan yang kurang mendukung saat pelaksanaan. Sesuai dengan teori menurut Keliat & Akemat (2005; hlm.5) yang menyatakan bahwa pemberian TAK stimulasi persepsi yang efektif didukung dengan lingkungan tempat terapi diberikan, dan kemauan klien untuk berpartisipasi dalam kegiatan. Hasil penelitian didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Widowati (2009, hlm.1) menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara sebelum dan setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok harga diri pada pasien menarik diri di RS Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang. Penelitian yang dilakukan oleh Siswantari (2012, hlm.1) menyatakan bahwa terdapat 8 8 Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan (JIKK) Vol No

9 pengaruh yang sangat bermakna dari terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi harga diri rendah terhadap tingkat depresi lansia di Karang Werda Semeru Jaya.Jadi dapat dikatakan bahwa ada pengaruh terapi aktivitas kelompok terhadap harga diri rendah. 3. Analisis Bivariat a. Perbedaan harga diri pasien sebelum dan setelah diberikan terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi Tabel 7 Perbedaan Harga Diri Pasien Sebelum dan Setelah Diberikan TAKS Persepsi; Bercerita Tentang Pengalaman Positif yang Dimiliki Pada Pasien Harga Diri Rendah (n=36) Variabel N Mean Median Standar Min Max Skor Nilai Harga Diri pasien sebelum diberikan TAKS Skor Nilai Harga Diri pasien sesudah diberikan TAKS Deviasi 36 13,44 13,00 1, ,25 17,00 1, Tabel 7 dapat diketahui bahwa sebelum dilakukan TAKS pasien dengan harga diri rendah diperoleh skor rata-rata 13,44 dan sesudah dilakukan TAKS diperoleh skor rata-rata 17,25, sehingga terjadi kenaikan sebesar 3,69. b. Pengaruh TAKS Persepsi; bercerita tentang pengalaman positif yang dimiliki terhadap peningkatan tingkat harga diri pada pasien harga diri rendah Tabel 8 Pengaruh TAKS Persepsi; bercerita tentang pengalaman positif yang dimiliki terhadap peningkatan tingkat harga diri pada pasien harga diri rendah (n=36) Variabel N Mean Mean Z P Rank value HDR Pre 36 13,44 17,00-5,745 0,000 HDR post 36 17,25 Tabel 8 dapat diketahui bahwa skor ratarata harga diri rendah sebelum perlakuan seebsar 13,44 dan sesudah perlakuan sebesar 17,25, diperoleh nilai mean rank sebesar 17,00. Hasil uji Wilcoxon match pair test didapatkan nilai p value =0,000dan nilai Z hitung = -5,745 merupakan nilai mutlak. Selanjutnya pada taraf kesalahan 5 %, Z tabel = 1,64 sehingga Z hitung lebih besar dari Z tabel maka Ha diterima artinya adapengaruh yang signifikanterapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi; bercerita tentang pengalaman positif yang dimiliki terhadap peningkatan tingkat harga diri pada pasien harga diri rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi; bercerita tentang pengalaman positif yang dimiliki terhadap peningkatan tingkat harga diri pada pasien harga diri rendah dengan p value 0,000. Sesuai dengan teori menurut Coopersmith (dalam Rahmawati, 2006) mendefinisikan harga diri sebagai penilaian yang dilakukan oleh individu terhadap dirinya sendiri. Penilaian tersebut mencerminkan sikap penilaian atau penolakan dan menunjukkan seberapa jauh individu percaya bahwa dirinya mampu, penting, berhasil dan berharga. Penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisis seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri. Harga diri yang sangat tinggi adalah perasaan yang berasal dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, dan kegagalan, tanpa merasa sebagai seseorang yang penting dan berharga (Stuart, 2007). Proses pelaksanan TAK stimulasi persepsiresponden bercerita tentang pengalaman positif yang dimiliki untuk meningkatkan harga dirinya dengan menggali kemampuan positif individu, dan 9 Pengaruh TAK Stimulasi Persepsi; Bercerita Tentang (denihermawan43@gmail.com) 9

10 membantu anggotanya berhubungan satu dengan yang lain, serta mengubah perilaku yang distruktif dan maladaptif. Kekuatan kelompok ada pada kontribusi dari setiap anggota, dan di dalam kelompok seseorang dapat berbagi pengalaman dan saling menemukan hubungan interpersonal yang baik dan merasa diakui dan di hargai. Kegiatan ini juga melatih responden untuk mempersepsikan stimulus yang pernah di alami. Diharapkan respon responden terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan pada saat bercerita menjadi adaptif untuk meningkatkan harga diri. Hasil penelitian sebagian besar responden mengalami peningkatan harga diri ditandai dengan berkurangnya tanda gejala yang dimiliki. Dari hasil uji analisa menunjukan bahwa terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi; bercerita tentang pengalaman positif yang dimiliki memberikan pengaruh positif terhadap harga diri klien sehingga dapat memudahkan klien untuk bersosialisasi baik di lingkungan rumah sakit. Hal ini sesuai dengan tujuan terapi aktivitas kelompok yaitu berfokus pada peningkatan harga diri, inisiatif dan kurang ide, kooperatif, sehat fisik, dan dapat berkomunikasi verbal (Yosep, 2007). Berbagai masalah pengalaman untuk menolong orang lain, membantu pengalaman belajar yang sebelumnya didapat dalam keluarga, kesempatan untuk meningkatkan kemampuan atau keterampilan melalui perilaku imitasi pada anggota kelompok, kesempatan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap interaksi sosial dan keterampilan sosial,dapat diperoleh melalui terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi. Adanya terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi: bercerita tentang pengalaman positif yang dimiliki dapat meningkatkan kemampuan hubungan yang luas, sehingga tanggung jawab dan kompleksitas dalam berhubungan meningkat. Meningkatkan kemampuan anggota untuk menggali eksistensi mereka, dan kesempatan untuk mengekspresikan perasaan yang tidak terekspresikan (Yalon dalam Stuard & Sundeen, 2007; hlm. 31). Hasil penelitian sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahab (2014) yang meneliti hasil penelitiannya menyatakan bahwa ada pengaruh pemberian terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi terhadap peningkatan harga diri dan motivasi pada lansia. Penelitian yang dilakukan Agustina (2011) yang meneliti hasil penelitianya menunjukan bahwa ada pengaruh dari terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori terhadap kemampuan mengekspresikan perasaan pada pasien harga diri rendah. Hasil penelitian didukung oleh penelitian Susilowati (2009) mengenai Pengaruh TAK stimulasi persepsi terhadap tingkat depresi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta menunjukkan adanya pengaruh TAK stimulasi persepsi terhadap penurunan tingkat depresi pada klien di Rumah Sakit tersebut. Pengaruh TAK stimulasi persepsi terhadap kemampuan komunikasi pasien isolasi sosial di RSJD Provinsi Medan telah diteliti oleh Pasaribu (2008) dan menunjukkan adanya peningkatan kemampuan komunikasi pasien isolasi sosial setelah diberikan TAK stimulasi persepsi. SIMPULAN Berdasarkan karakteristik responden ratarata responden berusia 30 tahun, jenis kelamin laki-laki dan perempuan sama masing-masing sebanyak 18 responden (50,0%), pendidikan sebagian besar SMP sebanyak 18 responden (50,0%), pekerjaan responden sebagian besar wiraswasta sebanyak 25 responden (69,4%) Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan (JIKK) Vol No

11 Sebelum diberikan terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi; bercerita tentang pengalaman positif yang dimiliki mempunyai skor nilai rata-rata 13,44 yang mengalami harga diri rendah. Sesudah diberikan terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi; bercerita tentang pengalaman positif yang dimiliki mempunyai skor nilai rata-rata 17,25yang mengalami harga diri rendah. Ada pengaruh yang signifikan antara terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi; bercerita tentang pengalaman positif yang dimiliki terhadap peningkatan tingkat harga diri pada pasien harga diri rendah, dengan nilai p value 0,000 (α < 0,05) SARAN 1. Bagi rumah sakit Perlu ditingkatkan pelaksananya tentang terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi; bercerita tentang pengalaman positif yang dimiliki untuk dilakukan di rumah sakit guna mencegah rasa pesimistis pada pasien harga diri rendah dan meningkatkan percaya diri sehingga pasien merasa dirinya tetap memiliki kemampuan untuk berkarya dan menjalani kehidupan di masa mendatang. 2. Bagi Perawat Hasil penelitian ini disarankan bagi perawat untuk memberikan terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi; bercerita tentang pengalaman positif yang dimiliki untuk mengatasi harga diri rendah pada pasien harga diri rendah. 3. Bagi pasien harga diri rendah Disarankan kepada pasien harga diri rendah untuk mengikuti semua tahapan terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi; bercerita tentang pengalaman positif yang dimiliki untuk peningkatan harga diri rendah. 4. Bagi institusi pendidikan Hasil penelitian disarankan dapat digunakan sebagai bahan referensi di perpustakaan dan bahan informasi terutama mengenai pengaruh terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi; bercerita tentang pengalaman positif yang dimiliki terhadap peningkatan harga diri pada pasien harga diri rendah 5. Bagi peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini disarankan dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan masukan untuk penelitian selanjutnya dengan menggunakan variabel atau jenis terapi yang berbeda dan mempertimbangkan faktor yang mempengaruhi harga diri rendah seperti dukungan orang tua, keyakinan, ketergantungan pada orang lain, kondisi fisik, kondisi psikologis dan faktor lingkungan DAFTAR PUSTAKA Agustina (2011).Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori terhadap Kemampuan Mengekspresikan Perasaan pada Pasien Harga Diri Rendah di RSJ Prof. dr. Soeroyo Magelang. (Skripsi tidak dipublikasikan). Daud, R. (2013). Gambaran Karakteristik Penderita Harga Diri Rendah yang Rawat Inap di RSKD Provinsi Sulawesi Selatan. (Skripsi tidak dipublikasikan). Kaplan & Sadock s, (2007).Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Psikiatri Klinis. (Jilid 1).Jakarta: Bina Rupa Aksara Keliat BA & Akemat, (2005). Keperawatan Jiwa Terapi Aktifitas Kelompok. Jakarta : Penerbit Buku EGC Keliat, B.A, Panjaitan R.U & Helena N, (2005). Proses Kesehatan Jiwa.Edisi 1.Jakarta : EGC. Keliat, B.A, Panjaitan R.U & Helena N. (2006). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2 Jakarta: EGC Keliat, B.A, Akemat, Helena, N, & Nurhaeni(2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC Pengaruh TAK Stimulasi Persepsi; Bercerita Tentang 11 (denihermawan43@gmail.com) 11

12 Kustiawan, R. (2012). Karakteristik Klien Harga Diri Rendah (HDR) Kronik dan Karakteristik Keluarga yang Merawatnya di Kota Tasikmalaya.(Skripsi tidak dipublikasikan). Kusumawati, F & Hartono, Y. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika Marini (2008).Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Masalah Psikososial dangangguan Jiwa.Medan : USU Press Notoatmodjo, S. (2010).Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Renika Cipta Pasaribu, S.(2008).Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi TerhadapKemampuan Komunikasi Pasien Isolasi Sosial di Ruang Cempaka Rumah SakitJiwa Daerah Provsu Medan. Skripsi tidak dipublikasikan. Diakses 11 Mei 2016, dari Sulastri P.pdf. Riset Kesehatan Dasar, (2013), Riset Kesehatan Dasar Laporan Nasional Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI Rosenberg (1965).Rosenberg Self-Esteem Scalediakses dari stories/pdf/selfmeasures/self_measures_f or_self-esteem_rosenberg_self- ESTEEM.pdf. Jam WIB. Siswantari, Y.G. (2012). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Harga Diri Rendah Terhadap Tingkat Depresi Lansia di Karang Werda Semeru Jaya Kabupaten Jember.(Skripsi tidak dipublikasikan). Stuart & Gail, W, (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC Stuart & Sundeen (2007). Keperawatan Jiwa, Edisi 5, Alih Bahasa Achir Yani. Jakarta : EGC Stuart, G.W & Laraia,M.T, (2011). Principle and Practice of Psychiatric Nursing, Seventh edition, Mosby, A Harcourt Health Science Company. Sudrajat, A, (2004),Sekilas Tentang Harga Diri Self Esteem. Diakses dari 9/05/16/sekilastentang-harga-diri-selfesteem/ diakses tangal 3 Desember 2015 Jam WIB. Susilowati (2009).Pengaruh TAKS terhadap tingkat depresi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta menunjukkan adanya pengaruh TAKS terhadap penurunan tingkat depresi pada klien di Rumah Sakit tersebut. (Skripsi tidak dipublikasikan). Townsend. M.C. (2009). Psychiatric Mental Health Nursing : Concept Of Care. Ed.2.Davis company, Philadhelpia Videback, S. L, (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta : EGC Wahab, A.F, (2014). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Terhadap Peningkatan Harga Diri Dan Motivasi Lansia.(Skripsi tidak dipublikasikan). Wakhid (2012).Penerapan Terapi Latihan Ketrampilan Sosial Pada Klien Isolasi Sosial Dan Harga Diri Rendah Dengan Pendekatan Model Hubungan Interpersonal Peplau Di Rs Dr Marzoeki Mahdi Bogor. ( Skripsi AKPER Ngudi Waluyo, Ungaran) Wiastuti (2011). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap Kemampuan Sosialisasi pada Pasien Isolasi Sosial di Rumah Sakit Ghrasia Provinsi DIY.(Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta). Widowati S. (2009). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Peningkatan Harga Diri Terhadap Harga Diri Klien Menarik Diri di Ruang Seruni RS Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang. (Skripsi tidak dipublikasikan). Yosep.I. (2007).Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan (JIKK) Vol No

PENGARUH MENGHARDIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT HALUSINASI DENGAR PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD DR. AMINOGONDOHUTOMO SEMARANG

PENGARUH MENGHARDIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT HALUSINASI DENGAR PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD DR. AMINOGONDOHUTOMO SEMARANG PENGARUH MENGHARDIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT HALUSINASI DENGAR PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD DR. AMINOGONDOHUTOMO SEMARANG Karina Anggraini *) Ns. Arief Nugroho, S.Kep**), Supriyadi, MN***) *) Mahasiswa

Lebih terperinci

GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA HARGA DIRI RENDAH YANG RAWAT INAP DI RSKD PROVINSI SULAWESI SELATAN

GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA HARGA DIRI RENDAH YANG RAWAT INAP DI RSKD PROVINSI SULAWESI SELATAN GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA HARGA DIRI RENDAH YANG RAWAT INAP DI RSKD PROVINSI SULAWESI SELATAN Rosliana Daud 1, Faisal Asdar 2, Rusly 3 1 STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2 STIKES Nani Hasanuddin

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP KEMAMPUAN BERINTERAKSI KLIEN ISOLASI SOSIAL DI RSJD DR.AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

PENGARUH TERAPI KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP KEMAMPUAN BERINTERAKSI KLIEN ISOLASI SOSIAL DI RSJD DR.AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG PENGARUH TERAPI KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP KEMAMPUAN BERINTERAKSI KLIEN ISOLASI SOSIAL DI RSJD DR.AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Astia Siskayanti*, Arief Nugroho**, Mugi Hartoyo ** *Mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI-SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI-SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI-SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA PASIEN HALUSINASI DI RSJD DR. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG 4 ABSTRAK Gangguan jiwa tidak dianggap

Lebih terperinci

Rakhma Nora Ika Susiana *) Abstrak

Rakhma Nora Ika Susiana *) Abstrak TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI VERBAL DAN NONVERBAL KLIEN ISOLASI SOSIAL DI RUANG KUTILANG RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG-MALANG Rakhma Nora Ika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sehat jiwa adalah keadaan mental yang sejahtera ketika seseorang mampu merealisasikan potensi yang dimiliki, memiliki koping yang baik terhadap stressor, produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian besar masyarakat dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta. orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta. orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RSKD DADI MAKASSAR

PENGARUH PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RSKD DADI MAKASSAR PENGARUH PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RSKD DADI MAKASSAR Purniaty Kamahi 1, Sudirman 2, H. Muhammad Nur 3 1 STIKES Nani Hasanuddin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Gangguan jiwa adalah sebuah penyakit dengan. manifestasi dan atau ketidakmampuan psikologis atau perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Gangguan jiwa adalah sebuah penyakit dengan. manifestasi dan atau ketidakmampuan psikologis atau perilaku yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stuard & Sudeen (1998) mengatakan bahwa gangguan jiwa merupakan suatu penyimpangan proses pikir, alam perasaan, dan perilaku seseorang. Gangguan jiwa adalah sebuah

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa ABSTRAK Halusinasi adalah gangguan jiwa pada individu yang dapat ditandai dengan perubahan persepsi sensori, dengan merasakan sensasi yang tidak nyata berupa suara, penglihatan, perabaan, pengecapan dan

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG.

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh R.Purwasih 1), Y. Susilowati 2), 1) Alumni Akademi Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya manusia memerlukan hubungan interpersonal yang positif baik dengan individu lainnya

Lebih terperinci

PENGARUH AKTIVITAS TERJADWAL TERHADAP TERJADINYA HALUSINASI DI RSJ DR AMINO GONDOHUTOMO PROVINSI JAWA TENGAH

PENGARUH AKTIVITAS TERJADWAL TERHADAP TERJADINYA HALUSINASI DI RSJ DR AMINO GONDOHUTOMO PROVINSI JAWA TENGAH PENGARUH AKTIVITAS TERJADWAL TERHADAP TERJADINYA HALUSINASI DI RSJ DR AMINO GONDOHUTOMO PROVINSI JAWA TENGAH Yoel Kristiadi *), Heppy Dwi Rochmawati **), Sawab ***) *) Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Gangguan kejiwaan atau skizofrenia adalah suatu gangguan psikosis fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala psikotik yang khas seperti

Lebih terperinci

Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang. Dosen Program Studi Keperawatan Universitas Sultan Agung Semarang

Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang. Dosen Program Studi Keperawatan Universitas Sultan Agung Semarang PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI SENSORI MENGGAMBAR TERHADAP PENINGKATAN HARGA DIRI PADA PASIEN HARGA DIRIRENDAH DI RSJ Dr. AMINO GONDOHUTOMO PROVINSI JAWA TENGAH Cindy Claudia Aviani *), Dwi

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI PADA KLIEN MENARIK DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROPINSI NTB

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI PADA KLIEN MENARIK DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROPINSI NTB PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI PADA KLIEN MENARIK DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROPINSI NTB Moh. Arip, Rusmini Abstract: The general objective of this study was

Lebih terperinci

Effect of Therapy Group Activities Increase In Price of Self Interest Clients In The Soul Dr Seruni Rs Radjiman Wediodiningrat Lawang

Effect of Therapy Group Activities Increase In Price of Self Interest Clients In The Soul Dr Seruni Rs Radjiman Wediodiningrat Lawang PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PENINGKATAN HARGA DIRI TERHADAP HARGA DIRI KLIEN MENARIK DIRI DI RUANG SERUNI RS JIWA DR RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG Effect of Therapy Group Activities Increase In

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap lingkungan. Penurunan yang terjadi berbagai

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI GUSRINI RUBIYANTI NIM I PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK

NASKAH PUBLIKASI GUSRINI RUBIYANTI NIM I PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK NASKAH PUBLIKASI PENGARUH TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI PERSEPSI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SUNGAI BANGKONG PONTIANAK GUSRINI RUBIYANTI NIM I31112011

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-negara maju, modern, industri dan termasuk Indonesia. Meskipun gangguan

Lebih terperinci

PENGARUH TINDAKAN GENERALIS HALUSINASI TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RS JIWA GRHASIA PEMDA DIY NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH TINDAKAN GENERALIS HALUSINASI TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RS JIWA GRHASIA PEMDA DIY NASKAH PUBLIKASI PENGARUH TINDAKAN GENERALIS HALUSINASI TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RS JIWA GRHASIA PEMDA DIY NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana

Lebih terperinci

Nur Gutanto 1, Sri Hendarsih 2, Christin Wiyani 3 INTISARI

Nur Gutanto 1, Sri Hendarsih 2, Christin Wiyani 3 INTISARI PENGARUH PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS) TERHADAP KEMAMPUAN SOSIALISASI PADA KLIEN DENGAN KERUSAKAN INTERAKSI SOSIAL DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. RM SOEDJARWADI KLATEN JAWA TENGAH

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh Afandi 1), Y.Susilowati 2) 1) Alumni Akademi Keperawatan Krida Husada,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok atau masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan dasar

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok atau masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan dasar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan unsur terpenting dalam kesejahteraan perorangan, kelompok atau masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan dasar hidup seperti

Lebih terperinci

PENGARUH ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY TERHADAP GEJALA DAN KEMAMPUAN KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

PENGARUH ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY TERHADAP GEJALA DAN KEMAMPUAN KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN PENGARUH ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY TERHADAP GEJALA DAN KEMAMPUAN KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN Ni Made Dian Sulistiowati*, Budi Anna Keliat **, Ice Yulia Wardani** * Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI PADA KLIEN MENARIK DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROPINSI NTB

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI PADA KLIEN MENARIK DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROPINSI NTB PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI PADA KLIEN MENARIK DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROPINSI NTB Moh. Arip, Rusmini Abstract: The general objective of this study was

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut UU Kesehatan Jiwa No. 3 Tahun 1996, kesehatan jiwa adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional secara optimal dari seseorang

Lebih terperinci

PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH. Kata Kunci : harga diri rendah, pengelolaan asuhan keperawatan jiwa

PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH. Kata Kunci : harga diri rendah, pengelolaan asuhan keperawatan jiwa PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH Sri Wahyuni Dosen PSIK Universitas Riau Jl Pattimura No.9 Pekanbaru Riau Hp +62837882/+6287893390999 uyun_wahyuni2@yahoo.com ABSTRAK Tujuan penelitian

Lebih terperinci

Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi... (B. I. Widyastini, 2014) 1

Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi... (B. I. Widyastini, 2014) 1 Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok : Stimulasi Persepsi Sesi I V Terhadap Kemampuan Mengontrol dan Mengekspresikan Marah Pada Pasien Risiko Perilaku Kekerasan di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang Benita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Chaplin,gangguan jiwa adalah ketidakmampuan menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ORIENTASI REALITAS SESI I-III TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA KLIEN HALUSINASI DI RSJD Dr.

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ORIENTASI REALITAS SESI I-III TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA KLIEN HALUSINASI DI RSJD Dr. PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ORIENTASI REALITAS SESI I-III TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA KLIEN HALUSINASI DI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Aksi Muhammad Qodir* Ns. Anjas Surtiningrum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia adalah mahluk sosial yang terus menerus membutuhkan orang lain disekitarnya. Salah satu kebutuhannya adalah kebutuhan sosial untuk melakukan interaksi sesama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Multi krisis yang menimpa masyarakat dewasa ini merupakan salah satu pemicu yang menimbulkan stres, depresi dan berbagai gangguan kesehatan jiwa pada manusia.

Lebih terperinci

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)-STIMULASI SENSORI TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA PASURUAN BERLOKASI DI BABAT KABUPATEN LAMONGAN Arifal Aris Dosen Prodi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berat sebesar 4,6 permil, artinya ada empat sampai lima penduduk dari 1000

BAB I PENDAHULUAN. berat sebesar 4,6 permil, artinya ada empat sampai lima penduduk dari 1000 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Orang dianggap sehat jika mereka mampu memainkan peran dalam masyarakat dan perilaku pantas dan adaptif.organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefeniskan kesehatan sebagai

Lebih terperinci

Muzayyin 1, Abdul Wakhid 2, Tri Susilo 3 AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO UNGARAN ABSTRAK

Muzayyin 1, Abdul Wakhid 2, Tri Susilo 3 AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO UNGARAN   ABSTRAK PERBEDAAN KEMAMPUAN BERSOSIALISASI SEBELUM DAN DESUDAH DILAKUKAN TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK SOSIALISASI PADA PASIEN ISOLASI SOSIAL DI RSJ. Prof. Dr. SOEROYO MAGELANG Muzayyin 1, Abdul Wakhid 2, Tri Susilo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini berarti seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa dapat dilakukan perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa dapat dilakukan perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional, psikologi, dan sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas cenderung meningkat. Peristiwa kehidupan yang penuh tekanan seperti kehilangan orang yang dicintai,

Lebih terperinci

PENGARUH ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY TERHADAP GEJALA DAN KEMAMPUAN KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

PENGARUH ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY TERHADAP GEJALA DAN KEMAMPUAN KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN PENGARUH ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY TERHADAP GEJALA DAN KEMAMPUAN KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN Ni Made Dian Sulistiowati*, Budi Anna Keliat **, Ice Yulia Wardani** * Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas cenderung meningkat. Peristiwa kehidupan yang penuh tekanan seperti kehilangan orang yang dicintai,

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PASIEN ISOLASI SOSIAL DI RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA YOGYAKARTA

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PASIEN ISOLASI SOSIAL DI RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA YOGYAKARTA PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PASIEN ISOLASI SOSIAL DI RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: VIVIN ROY WARDANA PUTRA 201310201200

Lebih terperinci

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA PENGARUH TERAPI KOGNITIF TERHADAP PENURUNAN RESPON DEPRESI PADA PASIEN KUSTA Ns. Erti Ikhtiarini Dewi, M.Kep. Sp.Kep.J 0028108104 PROGRAM STUDI ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi bidang ekonomi, teknologi, politik dan budaya serta bidang-bidang lain

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi bidang ekonomi, teknologi, politik dan budaya serta bidang-bidang lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kemajuan yang pesat dalam berbagai bidang kehidupan manusia yang meliputi bidang ekonomi, teknologi, politik dan budaya serta bidang-bidang lain membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical Manual of Mental Disorder, 4th edition) adalah perilaku atau sindrom psikologis klinis

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh Gelar S-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenali meliputi kausa pada area organobiologis, area psikoedukatif, dan area sosiokultural.

BAB I PENDAHULUAN. dikenali meliputi kausa pada area organobiologis, area psikoedukatif, dan area sosiokultural. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan jiwa atau penyakit jiwa merupakan penyakit dengan multi kausal, suatu penyakit dengan berbagai penyebab yang sangat bervariasi. Kausa gangguan jiwa selama

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI MUSIK DANGDUT RITME CEPAT TERHADAP PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

PENGARUH TERAPI MUSIK DANGDUT RITME CEPAT TERHADAP PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA PENGARUH TERAPI MUSIK DANGDUT RITME CEPAT TERHADAP PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA Erika Dewi Noorratri 1, Wahyuni 2 1,2 Stikes Aisyiyah Surakarta Jl.

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN. Abstrak

PENGARUH PENERAPAN STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN. Abstrak PENGARUH PENERAPAN STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN Nofrida Saswati Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Harapan Ibu Jambi E-mail: nofridasaswati@gmail.com Abstrak Tujuan: Adapun tujuan dari

Lebih terperinci

E-Journal Keperawatan (EKP) Volome 4 Nomor 1, Februari 2016

E-Journal Keperawatan (EKP) Volome 4 Nomor 1, Februari 2016 PENGARUH LATIHAN KETERAMPILAN SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN BERINTERAKSI KLIEN ISOLASI SOSIAL DI RSJ Prof. Dr. V. L. RATUMBUYSANG MANADO Eyvin Berhimpong Sefty Rompas Michael Karundeng Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan disebutkan bahwa setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan disebutkan bahwa setiap BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hidup sehat dan memperoleh derajat kesehatan yang optimal itu merupakan hak setiap orang di republik ini, termasuk masalah kesehatan jiwa. Dalam UU No. 36 tahun

Lebih terperinci

Aji Galih Nur Pratomo, Sahuri Teguh, S.Kep, Ns *)

Aji Galih Nur Pratomo, Sahuri Teguh, S.Kep, Ns *) Prosiding Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan ISSN 2460-4143 PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT PADA PENDERITA GANGGUAN JIWA DI DESA NGUTER KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan kesehatan jiwa (Prasetyo, 2006). pasien mulai mengalami skizofenia pada usia tahun.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan kesehatan jiwa (Prasetyo, 2006). pasien mulai mengalami skizofenia pada usia tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan yang pesat dalam bidang kehidupan manusia yang meliputi bidang ekonomi, teknologi, politik, dan budaya serta bidang bidang lain membawa pengaruh tersendiri

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PERAWATAN HALUSINASI DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN PASIEN HALUSINASI DI RSJD SURAKARTA ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PERAWATAN HALUSINASI DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN PASIEN HALUSINASI DI RSJD SURAKARTA ABSTRAK HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PERAWATAN HALUSINASI DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN PASIEN HALUSINASI DI RSJD SURAKARTA Khristina Andriyani 1), S. Dwi Sulisetyawati 2), bc.yeti Nurhayati 3) 1)

Lebih terperinci

dicintai, putusnya hubungan sosial, pengangguran, masalah dalam pernikahan,

dicintai, putusnya hubungan sosial, pengangguran, masalah dalam pernikahan, A. Latar Belakang Gangguan jiwa yang terjadi di era globalisasi dan persaingan bebas cenderung meningkat. Peristiwa kehidupan yang penuh tekanan seperti kehilangan orang yang dicintai, putusnya hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan meningkatnya penderita gangguan jiwa. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir (cognitive),

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan meningkatnya penderita gangguan jiwa. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir (cognitive), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industrialisasi dan proses globalisasi mempengaruhi tuntutan dan kebutuhan hidup akan sesuatu yang lebih baik, menyebabkan individu berlomba untuk memenuhi

Lebih terperinci

Aristina Halawa ABSTRAK

Aristina Halawa ABSTRAK PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI PERSEPSI SESI 1-2 TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PENDENGARAN PADA PASIENSKIZOFRENIA DI RUANG FLAMBOYAN RUMAH SAKIT JIWAMENUR SURABAYA ABSTRAK Aristina

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat Mendapatkkan gelar ahli madya keperawatan Disusun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penderita gangguan skizifrenia di seluruh dunia ada 24 juta jiwa dengan angka

BAB 1 PENDAHULUAN. Penderita gangguan skizifrenia di seluruh dunia ada 24 juta jiwa dengan angka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penderita gangguan skizifrenia di seluruh dunia ada 24 juta jiwa dengan angka kejadian 7 per 1000 penduduk (pada wanita dan pria sama ). Diperkirakan terdapat 4 10

Lebih terperinci

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas 1 /BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara - negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang

Lebih terperinci

Puri Lukitasari 1, Ns. Eni Hidayati, M.kep 2, Abstrak. Kata Kunci : Pengetahuan, Halusinasi, Skizofrenia, Family Gathering

Puri Lukitasari 1, Ns. Eni Hidayati, M.kep 2, Abstrak. Kata Kunci : Pengetahuan, Halusinasi, Skizofrenia, Family Gathering PERBEDAAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG CARA MERAWAT PASIEN SEBELUM DAN SESUDAH KEGIATAN FAMILY GATHERING PADA HALUSINASI DENGAN KLIEN SKIZOFRENIA DIRUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR AMINO GONDOHUTOMO

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL Dalam bab ini akan diuraikan tentang kerangka teori, kerangka konsep, hipotesis, dan definisi operasional yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan jiwa adalah pelayanan kesehatan professional yang didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan manifestasi klinis dari bentuk penyimpangan perilaku akibat adanya distrosi emosi sehingga ditemukan ketidakwajaran dalam bertingkah laku.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian di RSJ dr. Amino Gondohutomo Semarang, ditampilkan pada tabel dibawah ini: 1. Karakteristik Responden a. Umur Tabel 4.1 Distribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari

Lebih terperinci

PENCEGAHAN RISIKO GANGGUAN JIWA PADA KELUARGA MELALUI MODEL PREVENTIVE CARE

PENCEGAHAN RISIKO GANGGUAN JIWA PADA KELUARGA MELALUI MODEL PREVENTIVE CARE PENCEGAHAN RISIKO GANGGUAN JIWA PADA KELUARGA MELALUI MODEL PREVENTIVE CARE Mamnu ah STIKES Aisyiyah Yogyakarta email: nutriatma@yahoo.co.id Abstract: The purpose of this quasi experiment study was to

Lebih terperinci

PENGARUH COGNITIVE BEHAVIOUR THERAPY PADA KLIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN DAN HALUSINASI DI RSJD DR. RM SOEDJARWADI KLATEN

PENGARUH COGNITIVE BEHAVIOUR THERAPY PADA KLIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN DAN HALUSINASI DI RSJD DR. RM SOEDJARWADI KLATEN PENGARUH COGNITIVE BEHAVIOUR THERAPY PADA KLIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN DAN HALUSINASI DI RSJD DR. RM SOEDJARWADI KLATEN Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan penyakit dengan multi kausal, suatu penyakit dengan berbagai penyebab yang bervariasi. Kausa gangguan jiwa selama ini dikenali meliputi kausa

Lebih terperinci

Purwandita Anggarini, Lutfi Nurdian Asnindari STIKES Aisyiyah Yogyakarta

Purwandita Anggarini, Lutfi Nurdian Asnindari STIKES Aisyiyah Yogyakarta HUBUNGAN PERSEPSI PASIEN TENTANG PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG FLAMBOYAN RSUD MUNTILAN Purwandita Anggarini, Lutfi Nurdian Asnindari STIKES

Lebih terperinci

PENDAHULUAN METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN METODE PENELITIAN PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI PERSEPSI SESI I- III TERHADAP KEMAMPUAN MENGENAL DAN MENGONTROL PERILAKU KEKERASAN PADA PASIEN PERILAKU KEKERASAN DI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Feri

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI PERILAKU TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL PERILAKU KEKERASAN PADA KLIEN RIWAYAT PERILAKU KEKERASAN DI RSJ PROF. DR.

PENGARUH TERAPI PERILAKU TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL PERILAKU KEKERASAN PADA KLIEN RIWAYAT PERILAKU KEKERASAN DI RSJ PROF. DR. PENGARUH TERAPI PERILAKU TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL PERILAKU KEKERASAN PADA KLIEN RIWAYAT PERILAKU KEKERASAN DI RSJ PROF. DR. SOEROYO MAGELANG Suharsono, Dwi Ari Murti W & Nor Hidayah Poltekkes Kemenkes

Lebih terperinci

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG 6 Eni Mulyatiningsih ABSTRAK Hospitalisasi pada anak merupakan suatu keadaan krisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dari masalah yang diteliti, rumusan masalah, tujuan umum dan tujuan khusus dari penelitian, serta manfaat penelitian ini. A. Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi hidup manusia menurut WHO, sehat diartikan sebagai suatu keadaan sempurna baik fisik, mental, dan sosial serta bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa ditemukan disemua lapisan masyarakat, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa ditemukan disemua lapisan masyarakat, dari mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuntutan hidup yang semakin tinggi dan tidak tepatanya pemberian koping pada stresor mengakibatkan peningkatan kasus gangguan jiwa. Menurut WHO (2009) memperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi perasaan sejahtera secara subyektif, suatu penilaian diri tentang perasaan mencakup aspek konsep diri, kebugaran dan kemampuan pengendalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-negara maju, modern dan industri penyakit degeneratif, kanker, gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 10,67 juta orang (8,61 % dari seluruh penduduk

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 10,67 juta orang (8,61 % dari seluruh penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Orang lanjut usia adalah sebutan bagi mereka yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya maupun lingkungan luarnya. Manusia yang mempunyai ego yang sehat dapat membedakan antara

Lebih terperinci

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 86-94

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 86-94 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) DI RUANGAN PERAWATAN JIWA RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROPINSI SULAWESI TENGAH Sugeng Adiono Politeknik Kesehatan Kementerian

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Disusun oleh : CAHYO FIRMAN TRISNO. S J 200 090

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA Disusun Oleh : ANISSYA NURUL H J 200 090 023 PROGRAM STUDI DIPLOMA

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROV.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROV. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROV. SULAWESI SELATAN Beatris F. Lintin 1. Dahrianis 2. H. Muh. Nur 3 1 Stikes Nani Hasanuddin

Lebih terperinci

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN RESIKO BUNUH DIRI DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN RESIKO BUNUH DIRI DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN RESIKO BUNUH DIRI DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. L DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. L DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. L DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area fungsi individu, termasuk fungsi berfikir dan berkomunikasi, menerima dan menginterpretasikan

Lebih terperinci

HUBU GA DUKU GA KELUARGA DE GA DURASI KEKAMBUHA PASIE SKIZOFRE IA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMI O GO DOHUTOMO SEMARA G

HUBU GA DUKU GA KELUARGA DE GA DURASI KEKAMBUHA PASIE SKIZOFRE IA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMI O GO DOHUTOMO SEMARA G HUBU GA DUKU GA KELUARGA DE GA DURASI KEKAMBUHA PASIE SKIZOFRE IA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMI O GO DOHUTOMO SEMARA G Irma Wahyuningrum * ) Anjas Surtiningrum ** ), Ulfa Nurulita *** ). *) Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir ini menjadi salah satu faktor peningkatan permasalahan kesehatan fisik dan mental/spiritual

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA PASIEN HALUSINASI DI RSJD

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA PASIEN HALUSINASI DI RSJD PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA PASIEN HALUSINASI DI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Manuscript Oleh : Afifah Nur Hidayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mengkonstribusi pada fungsi yang terintegrasi. Pasien

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH AKHIR NERS. Disusun Oleh: Haniati Nur Fazari, S.Kep A PEMINATAN KEPERAWATAN JIWA

KARYA ILMIAH AKHIR NERS. Disusun Oleh: Haniati Nur Fazari, S.Kep A PEMINATAN KEPERAWATAN JIWA ANALISIS TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN HARGA DIRI RENDAH DALAM BERSOSIALISASI DI WISMA DWARAWATI RSJ Prof. Dr. SOEROJO MAGELANG KARYA ILMIAH AKHIR NERS Disusun Oleh: Haniati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2005). Kesehatan terdiri dari kesehatan jasmani (fisik) dan

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2005). Kesehatan terdiri dari kesehatan jasmani (fisik) dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan keadaan dimana kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang lengkap, tidak hanya bebas dari penyakit dan kecacatan (WHO, 2005). Kesehatan terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk hidup yang lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk yang lain. Konsep tentang manusia bermacam-macam. Ada yang menyatakan bahwa manusia adalah

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... ii PERNYATAAN LEMBAR PERSETUJUAN... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR

Lebih terperinci

Ni Wayan Sri Utami 1, Abdul Ghofur 2, Wahyu Rochdiat 3 ABSTRACT

Ni Wayan Sri Utami 1, Abdul Ghofur 2, Wahyu Rochdiat 3 ABSTRACT INFLUENCE OF GROUP ACTIVITY THERAPY OF PERCEPTION STIMULATION TOWARDS THE ABILITY TO CONTROL HALLUCINATION ON SCHIZOPHRENIA AT GRHASIA HOSPITAL DIY PROVINCE Ni Wayan Sri Utami 1, Abdul Ghofur 2, Wahyu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi setiap negara termasuk Indonesia. Proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi informasi memberikan

Lebih terperinci