HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PERAWATAN HALUSINASI DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN PASIEN HALUSINASI DI RSJD SURAKARTA ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PERAWATAN HALUSINASI DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN PASIEN HALUSINASI DI RSJD SURAKARTA ABSTRAK"

Transkripsi

1 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PERAWATAN HALUSINASI DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN PASIEN HALUSINASI DI RSJD SURAKARTA Khristina Andriyani 1), S. Dwi Sulisetyawati 2), bc.yeti Nurhayati 3) 1) Mahasiswa Prodi S-1 Keperawatan 2), 3) Dosen S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta ABSTRAK Halusinasi merupakan salah satu bentuk gangguan jiwa. Peningkatan angka gangguan jiwa yang mengalami halusinasi merupakan masalah serius bagi dunia kesehatan dan keperawatan di Indonesia. Pasien yang mengalami halusinasi jika tidak ditangani dengan baik akan berakibat buruk bagi klien sendiri, keluarga, orang lain dan lingkungan. Tujuan umum dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara tingkat halusinasi dengan tingkat kekambuhan pasien halusinasi di RSJD Surakarta. Rancangan penelitian cross sectional. Teknik sampling Consecutive Sampling. Sampel penelitian sebanyak 92 pasien. Variabel yang diamati yaitu tingkat pengetahuan keluarga tentang perawatan halusinasi dan tingkat Surakarta. Penelitian menggunakan uji statistik non parametrik dengan uji chi-square (χ 2 ). Hasil uji chi-square (χ 2 ) menunjukkan signifikan yaitu 2 hitung sebesar 47,001 (p= 0,000 < 0,05).Artinya ada hubungan antara tingkat halusinasi dengan tingkat Surakarta Nilai koefisien kontigensi sebesar 0,581 berada pada antara 0,40-0,59 (hubungan cukup kuat) hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara tingkat halusinasi dengan tingkat Surakarta pada kategori hubungan cukup kuat. Dari penjelasan studi ini penulis menyimpulkan bahwa tingkat pengetahuan keluarga tentang perawatan halusinasi yang tinggi akan memperkecil tingkat kekambuhan pasien halusinasi. Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan Keluarga, Halusinasi, Tingkat Kekambuhan Daftar pustaka : 53 ( ) ABSTRACT Hallucination is a kind of mental disorder. The increased number of mental disorder patients with hallucination is a serious issue for health and nursing in Indonesia. The improper treatment of the hallucination patients will cause a negative effect on the clients, their families, and their communities. The objective of the research is to investigate the correlation between the families knowledge level of hallucination treatment and the hallucination patients recurrence level at Local Psychiatric Hospital of Surakarta. This research used the cross sectional design. The samples of research were 92 patients. They were taken by using the consecutive sampling technique. The data of research were analyzed by using the non-parametric statistical test with the chi-square (χ 2 ) test. The result of the research shows that there was a strong adequate correlation the families knowledge level of hallucination treatment and the hallucination patients recurrence level at Local Psychiatric Hospital of Surakarta as indicated by the chi-square test 2 count of (p= < 0.05) and the contingency coefficient value of 0.581, which was located between Thus, the families high knowledge level of hallucination treatment will prevent the hallucination patients recurrence level. Keywords : Families high knowledge level, hallucination, recurrence level References : 53 ( ) 1

2 2 PENDAHULUAN Kesehatan jiwa menurut UU No. 3 tahun 1996 yang dikutip Yosep (2009) adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional secara optimal dari seseorang dan perkembangan ini berjalan selaras dengan orang lain. Menurut Depkes RI (2003) dalam (Yuliana Sisky, 2010) gangguan jiwa adalah gangguan pikiran, perasaan, dan tingkah laku seseorang sehingga menimbulkan penderitaan dan terganggunya fungsi sehari-hari (fungsi pekerjaan dan fungsi sosial) dari orang tersebut. Salah satu bentuk gangguan jiwa adalah halusinasi. Menurut Sunardi (1995) yang dikutip Dalami, dkk (2009), halusinasi adalah persepsi yang salah atau palsu tetapi tidak ada rangsangan yang menimbulkan atau tidak ada objek. Halusinasi adalah distorsi persepsi yang terjadi pada respon neurobiologikal yang maladaptif (Stuart & Sundeen, 2007). Di rumah sakit jiwa Indonesia, sekitar 70% halusinasi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa adalah gangguan halusinasi pendengaran, 20% halusinasi penglihatan, dan 10% adalah halusinasi penciuman, pengecapan, dan perabaan (Purba dkk, 2012). Tingginya angka gangguan jiwa yang mengalami halusinasi merupakan masalah serius bagi dunia kesehatan dan keperawatan di Indonesia. Penderita halusinasi jika tidak ditangani dengan baik akan berakibat buruk bagi klien sendiri, keluarga, orang lain dan lingkungan. Tidak jarang ditemukan penderita yang melakukan tindak kekerasan karena halusinasi. Pemberian asuhan keperawatan yang professional diharapkan mampu mengatasi hal ini (Hawari, 2007). Halusinasi merupakan penyimpangan perilaku karena individu memperlihatkan gejala abnormal yang tidak sesuai dengan kenyataan. Halusinasi dapat terjadi pada salah satu dari lima modalitas sensori utama penglihatan, pendengaran, bau, rasa dan perabaan persepsi terhadap stimulasi eksternal dimana stimulus tersebut sebenarnya tidak ada (Stuart, 2007). Keluarga merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan asuhan keperawatan pada pasien halusinasi. Keluarga yang mendukung pasien secara konsisten akan membuat pasien mampu mempertahankan program pengobatan secara optimal. Namun demikian jika keluarga tidak mampu merawat pasien, maka pasien akan kambuh bahkan untuk memulihkannya lagi akan sangat sulit. Hal ini tentunya tidak lepas dari tingkat pengetahuan dan kemampuan keluarga merawat anggota keluarganya (Keliat, 1996 dalam Yuyun Yusnifah, 2012). Memberikan kepercayaan dan motivasi bagi penderita gangguan jiwa dalam menjalani kehidupannya. Selain itu, dorongan yang kuat dari dalam dirinya tentu dapat memotivasi pasien kembali menempatkan dirinya dalam masyarakat (Keliat, 1996 dalam Yuyun Yusnifah, 2012). Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kekambuhan pasien halusinasi (Ryandini dkk, 2011). Keluarga adalah caregiver untuk pasien halusinasi di rumah. Perannya menggantikan peran perawat saat di rumah sakit. Pendidikan kesehatan diperlukan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan keluarga. Hal ini memperlihatkan pentingnya pengetahuan keluarga untuk proses penyembuhan pasien (Yuyun Yusnipah, 2012). Kekambuhan adalah munculnya kembali gejala-gejala akut yang biasanya sama dengan perlakuan yang ditujukan klien pada awal episode diri. Sebagai perlakuan umum yang terjadi seperti kurang tidur, penarikan diri, kehidupan sosial yang memburuk, kekacauan berfikir, berbicara ngawur, halusinasi penglihatan dan pendengaran (Firdaus dkk, 2005). Keluarga berperan penting dalam menentukan cara atau asuhan keperawatan yang diperlukan oleh pasien di rumah sehingga akan menurunkan angka kekambuhan (Nurdiana, 2007). Hasil penelitian tersebut dipertegas oleh penelitan lain yang dilakukan oleh Dinosetro (2008), menyatakan bahwa keluarga memiliki fungsi strategis dalam menurunkan angka kekambuhan, meningkatkan kemandirian dan taraf hidupnya serta pasien dapat beradaptasi kembali pada masyarakat dan kehidupan sosialnya.

3 3 Berdasarkan jumlah total pasien yang masuk di RSJD Surakarta bulan Januari sampai dengan Desember 2014 baik lewat IGD maupun IRJ adalah dan yang mengalami kekambuhan sebanyak dan 70% pasien dengan halusinasi (MR RSJD SKA, 2014). Hasil wawancara pada studi pendahuluan terhadap 10 orang keluarga pasien yang membawa pasien untuk berobat ke RSJD Surakarta menyatakan tahu bahwa anggota keluarganya mengalami halusinasi,dirumah menunjukkan gejala seperti bicara dan tertawa sendiri, bicara nglantur atau tidak jelas,marahmarah tanpa sebab. Pada studi pendahuluan ini juga didapatkan data keluarga menyatakan tidak tahu harus melakukan apa untuk mengatasi masalah anggota keluarganya yang menderita halusinasi. Tindakan yang dilakukan keluarga antara lain hanya membiarkan pasien, mengurung dalam rumah atau kamar dan jika pasien membahayakan orang lain atau lingkungan baru kemudian dibawa ke Rumah Sakit. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang perawatan halusinasi dengan tingkat Surakarta. METODE Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional, yaitu suatu penelitian survei analitik. Pengamatan cross sectional merupakan penelitian prevalensi penyakit dan sekaligus dengan prevalensi penyebab atau faktor risiko. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati hubungan antara faktor risiko terhadap akibat yang terjadi dalam bentuk penyakit atau keadaan (status) kesehatan tertentu dalam waktu yang bersamaan (Noor, 2008). Cross sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi, atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Populasi adalah keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam penelitian (Saryono, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah semua keluarga yang merawat pasien halusinasi yang sedang rawat inap dan kambuh di RSJD Surakarta pada bulan Januari sampai dengan Desember 2014 tercatat pasien. Sampel adalah sebagian dari populasi yang terdiri atas sejumlah anggota yang dipilih dari populasi. Dengan kata lain, sejumlah, tapi tidak semuanya, elemen dari populasi akan membentuk sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah keluarga yang merawat pasien halusinasi yang sedang rawat inap di RSJD Surakarta sebanyak 92 pasien. HASIL Penelitian ini dilakukan di RSJD Surakarta pada tanggal 25 Mei s/d 4 Juli Teknik sampling dalam penelitian ini adalah consecutive sampling. Sampel penelitian berjumlah 92 pasien dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat halusinasi dengan tingkat kekambuhan pasien halusinasi di RSJD Surakarta. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut Analisis Univariat 1. Karakteristik responden berdasarkan umur berdasarkan umur Umur f % Tahun 30 32,6% Tahun 45 48,9% 54 65Tahun % Jumlah ,0% Hasil distribusi berdasarkan umur responden dapat diketahui bahwa umur tahun sebanyak 30 responden atau 32,6%, tahun sebanyak 45 responden atau 48,9% dan tahun sebanyak 17 responden atau 18,5%. Maka dapat disimpulkan bahwa umur responden sebagian besar tahun yaitu sebanyak 45 responden atau 48,9%.

4 4 2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase Laki-laki 36 39,1% Perempuan 56 60,9% Jumlah ,0% Hasil distribusi berdasarkan jenis kelamin responden dapat diketahui bahwa laki-laki sebanyak 36 responden atau 39,1% dan perempuan sebanyak 56 responden atau 60,9%. Maka dapat disimpulkan bahwa responden penelitian sebagian besar perempuan. 3. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan berdasarkan pendidikan Pendidikan Frekuensi Persentase Perguruan Tinggi 5 5,4% SMA 54 58,7% SMP 28 30,5% SD 5 5,4% Jumlah ,0% Hasil distribusi berdasarkan pendidikan responden dapat diketahui bahwa pendidikan terakhir SD sebanyak 5 responden atau 5,4%, SMP sebanyak 28 responden atau 30,5%, SMA sebanyak 54 responden atau 58,7% dan Perguruan Tinggi sebanyak 5 responden atau 5,4%. Maka dapat disimpulkan bahwa responden penelitian sebagian besar dengan pendidikan terakhir SMA, yaitu sebanyak 54 responden atau 58,7%. 4. Tingkat Pengetahuan berdasarkan tingkat pengetahuan Tingkat Frekuensi Persentase Pengetahuan Baik 43 46,7% Cukup 33 35,9% Kurang 16 17,4% Jumlah % Hasil perhitungan berdasarkan tingkat pengetahuan responden dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan pada kategori baik sebanyak 43 responden atau 46,7%, cukup sebanyak 33 responden atau 35,9% dan kurang sebanyak 16 responden atau 17,4%. Maka dapat disimpulkan sebagian besar responden penelitian dengan tingkat pengetahuan pada kategori baik, yaitu sebanyak 43 responden atau 46,7%. 5. Tingkat Kekambuhan berdasarkan tingkat kekambuhan Tingkat Frekuensi Persentase Kekambuhan Tinggi 25 27,2% Rendah 67 72,8% Jumlah % Hasil perhitungan berdasarkan tingkat kekambuhan pasien halusinasi dapat diketahui bahwa pada kategori rendah sebanyak 67 responden atau 72,8% dan tinggi sebanyak 25 responden atau 27,2%. Maka dapat disimpulkan sebagian besar pasien halusinasi dengan tingkat kekambuhan pada kategori rendah, yaitu sebanyak 67 responden atau 72,8%. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi, yaitu variabel bebas tingkat halusinasi dan variabel terikat adalah tingkat Surakarta. Pada penelitian ini digunakan uji statistik chi square dengan tingkat kemaknaan α=0,05. adapun hasil analisis bivariat adalah sebagai berikut:

5 5 Tabel Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Perawatan Halusinasi dengan Tingkat Kekambuhan Pasien Halusinasi di RSJD Surakarta Tingkat Pengetahuan Tingkat Kekambuhan Pasien Halusinasi Jumlah p-value Keluarga Rendah Tinggi Baik 41 (44,6%) 2 (2,2%) 43 (46,7%) Cukup 25 (27,2%) 8 (8,7%) 33 (35,9%) 47,001 0,000 Kurang 1 (1,1%) 15 (16,3%) 16 (17,4%) Jumlah 67 (72,8%) 25 (27,2%) 92 (100,0%) C (Koefisien Kontigensi) = 0,581 Sumber: data primer diolah, 2015 Hasil perhitungan pada tabel 4.6 diketahui tingkat pengetahuan keluarga tentang perawatan halusinasi kategori kurang dengan tingkat kekambuhan pasien halusinasi kategori rendah sebanyak 1 orang (1,1%) sedangkan kategori tinggi sebanyak 15 orang (16,3%), tingkat halusinasi kategori cukup dengan tingkat kekambuhan pasien halusinasi kategori rendah sebanyak 25 orang (27,2%) sedangkan kategori tinggi sebanyak 8 orang (8,7%) dan tingkat halusinasi kategori baik dengan tingkat kekambuhan pasien halusinasi kategori rendah sebanyak 41 orang (44,6%) sedangkan kategori tinggi sebanyak 2 orang (2,2%). Berdasarkan jumlah tabulasi di atas dapat diketahui kecenderungan tingkat halusinasi kategori baik dengan tingkat kekambuhan pasien halusinasi kategori rendah yaitu sebanyak 41 orang (44,6%). Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.6 dengan menggunakan alat analisis chisquare (χ 2 ) dapat diketahui bahwa nilai 2 hitung adalah sebesar 47,001 (p= 0,000 < 0,05) sehingga H 0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti ada hubungan yang signifikan antara tingkat halusinasi dengan tingkat kekambuhan pasien halusinasi di RSJD Surakarta. Koefisien kontigensi digunakan untuk menghitung hubungan antar variabel bila datanya berbentuk nominal. Koefisien kontigensi (CC) sangat erat hubungannya dengan chi square yang digunakan untuk menguji hipotesis komparatif (k) sampel independent. Rumus menghitung koefisien kontigensi adalah (Sugiyono, 2007): C C X X 2 2 N C 0,581 47,001 47, Kriteria keeratan hubungan dengan menggunakan koefisien kontigensi yaitu sebagai berikut (Sugiyono, 2007): 1. 0,00-0,19 = hubungan sangat lemah. 2. 0,20-0,39 = hubungan lemah. 3. 0,40-0,59 = hubungan cukup kuat. 4. 0,60-0,79 = hubungan kuat. 5. 0,80-1,00 = hubungan sangat kuat. Nilai koefisien kontigensi sebesar 0,581 berada pada antara 0,40-0,59 (hubungan cukup kuat) hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga tentang perawatan halusinasi dengan tingkat Surakarta pada kategori hubungan cukup kuat. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga tentang perawatan halusinasi dengan tingkat Surakarta yang telah dilakukan terhadap 92 keluarga pasien halusinasi diperoleh hasil sebagai berikut: 5.1 Umur Responden Hasil distribusi berdasarkan umur keluarga dari pasien halusinasi yang sedang rawat inap di RSJD Surakarta diketahui

6 6 bahwa umur responden sebagian besar tahun sebanyak 45 responden atau 48,9%. Umur yang lebih dewasa lebih memiliki banyak pengalaman, sehingga dapat diartikan bahwa semakin dewasa umur seseorang maka semakin tinggi tingkat pengalamannya (Mubarak, 2007). 5.2 Jenis Kelamin Responden Hasil distribusi berdasarkan jenis kelamin keluarga dari pasien halusinasi yang sedang rawat inap di RSJD Surakarta dapat diketahui sebagian besar perempuan sebanyak 56 responden atau 60,9%. Hal ini disebabkan karena perempuan memiliki peranan penting dalam merawat anggota keluarga yang sakit. 5.3 Pendidikan Responden Hasil distribusi berdasarkan pendidikan keluarga dari pasien halusinasi yang sedang rawat inap di RSJD Surakarta diketahui bahwa sebagian besar pendidikan SMA yaitu sebanyak 54 responden atau 58,7%. Makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai baru diperkenalkan (Mubarak dkk, 2007). 5.4 Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Perawatan Halusinasi di RSJD Surakarta Hasil distribusi tingkat pengetahuan keluarga tentang perawatan halusinasi di RSJD Surakarta dominan kategori baik yaitu sebesar 46,7%. Sabagian besar keluarga tahu dan memahami isi kuesioner tingkat pengetahuan keluarga tentang perawatan halusinasi di RSJD Surakarta. Hal ini disebabkan informasi mengenai perawatan halusinasi sudah banyak didapat keluarga melalui media informasi seperti koran,televisi dan radio, serta keluarga mendapatkan penyuluhan kesehatan dari petugas kesehatan di RSJD Surakarta. Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kekambuhan pasien halusinasi (Ryandini dkk, 2011). Pengetahuan (Knowledge) diartikan sebagai hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung dan sebagainya), dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan (Notoatmodjo, 2007). Keluarga adalah caregiver untuk pasien halusinasi di rumah. Perannya menggantikan peran perawat saat di rumah sakit. Pendidikan kesehatan diperlukan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan keluarga. Penelitian ini sejalan dengan penelitiannya Yuyun Yusnipah (2012), dengan menunjukkan hasil bahwa sebanyak 57,7% responden memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi dalam merawat pasien halusinasi. Hal ini memperlihatkan pentingnya pengetahuan keluarga untuk proses penyembuhan pasien (Yuyun Yusnipah, 2012). 5.5 Tingkat Kekambuhan Pasien Halusinasi Di RSJD Surakarta Hasil distribusi berdasarkan tingkat Surakarta dominan kategori rendah yaitu sebesar 72,8%, Hal ini disebabkan oleh faktor tingkat pengetahuan keluarga tentang perawatan halusinasi di RSJD Surakarta yang membuat keyakinan klien akan kesembuhan tentang dirinya meningkat sehingga menyebabkan klien mempunyai semangat dan motivasi dalam proses penyembuhan. Sedangkan tingkat kekambuhan yang tinggi disebabkan oleh kurangnya pengetahuan keluarga tentang perawatan halusinasi. Kekambuhan adalah munculnya kembali gejala-gejala akut yang biasanya sama dengan perlakuan yang ditujukan klien pada awal episode diri. Sebagai perlakuan umum yang terjadi seperti kurang tidur, penarikan diri, kehidupan sosial yang memburuk, kekacauan berfikir, berbicara ngawur, halusinasi penglihatan dan pendengaran (Firdaus dkk, 2005). Penelitian ini sejalan

7 7 dengan penelitiannya Nurdiana, dkk (2007) menunjukkan hasil bahwa tingkat kekambuhan yang rendah sebanyak 22 orang (73,3%) yang mungkin disebabkan oleh faktor peran serta keluarga. 5.6 Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Perawatan Halusinasi dengan Tingkat Kekambuhan Pasien Halusinasi di RSJD Surakarta Hasil penelitian ini terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat halusinasi dengan tingkat kekambuhan pasien halusinasi di RSJD Surakarta dengan nilai 2 hitung sebesar 47,001 (p= 0,000 < 0,05).Keluarga merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan asuhan keperawatan pada pasien halusinasi. Keluarga yang mendukung pasien secara konsisten akan membuat pasien mampu mempertahankan program pengobatan secara optimal. Namun demikian jika keluarga tidak mampu merawat pasien, maka pasien akan kambuh bahkan untuk memulihkannya lagi akan sangat sulit. Hal ini tentunya tidak lepas dari tingkat pengetahuan dan kemampuan keluarga merawat anggota keluarganya (Keliat, 1996 dalam Yuyun Yusnifah, 2012). Memberikan kepercayaan dan motivasi bagi penderita gangguan jiwa dalam menjalani kehidupannya. Selain itu, dorongan yang kuat dari dalam dirinya tentu dapat memotivasi pasien kembali menempatkan dirinya dalam masyarakat (Keliat, 1996 dalam Yuyun Yusnifah, 2012). SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga tentang perawatan halusinasi dengan tingkat Surakarta dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Karakteristik responden berdasarkan umur responden sebagian besar tahun yaitu sebanyak 45 responden atau 48,9%, jenis kelamin perempuan sebanyak 56 responden atau 60,9% dan pendidikan terakhir SMA, yaitu sebanyak 54 responden atau 58,7%. 2. Tingkat pengetahuan keluarga tentang perawatan halusinasi di RSJD Surakarta dominan kategori baik yaitu sebesar 46,7%. 3. Kekambuhan pasien halusinasi di RSJD Surakarta dominan kategori rendah yaitu sebesar 72,8%, sedangkan sisanya kategori tinggi hanya sebesar 27,2%. 4. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan keluarga tentang perawatan halusinasi dengan tingkat Surakarta dengan nilai 2 hitung sebesar 47,001 (p= 0,000 < 0,05). Nilai koefisien kontigensi sebesar 0,581 berada pada antara 0,40-0,59 (hubungan cukup kuat) hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga tentang perawatan halusinasi dengan tingkat kekambuhan pasien halusinasi di RSJD Surakarta pada kategori hubungan cukup kuat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan keluarga tentang perawatan halusinasi yang tinggi akan memperkecil tingkat kekambuhan pasien halusinasi. Saran Adanya berbagai keterbatasan dan kekurangan dari penelitian ini, maka penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi Rumah Sakit Sebaiknya rumah sakit harus lebih meningkatkan intensitas kunjungan keluarga pasien, untuk meningkatkan pengetahuan keluarga tentang perawatan halusinasi dengan meningkatkan pendidikan kesehatan atau penyuluhan tentang perawatan halusinasi sehingga jarang mengalami kekambuhan yang berulang. 2. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan dapat memberikan petunjuk para civitas akademika bahwa keluarga pasien juga dapat menjadi salah satu objek pengkajian dalam upaya penyembuhan pasien halusinasi.

8 8 3. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk penelitian lebih lanjut, maka untuk penelitian yang akan datang diharapkan dapat mengembangkan faktor lain yang dapat mempengaruhi penyembuhan pasien halusinasi. 4. Bagi Peneliti Dapat menambah wawasan mengenai tingkat pengetahuan keluarga tentang perawatan halusinasi dengan tingkat kekambuhan pasien halusinasi. DAFTAR PUSTAKA Dalami, E, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Masalah Psikososial. Jakarta: Trans Info Media. Dinosetro. (2008). Hubungan antara peran keluarga dengan tingkat kemandirian kehidupan sosial bermasyarakat pada klien Skizofrenia post perawatan di Rumah Sakit Jiwa Menur. k?&=&page=3. Diunduh pada tanggal 30 Desember Firdaus Jimmi, Muhammad Syukri, dkk. (2005). Schizophrenia, Sebuah Panduan Bagi Keluarga Skizofrenia. Yogyakarta: Dozz. Hawari, Dadang. (2007). Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. MR RSJD SK. (2013). Data Jumlah Pasien Gangguan Jiwa. Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Noor, N.N. (2008). Epidemiologi. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Nurdiana, Syafwani, Umbransyah. (2007). Peran Serta Keluarga Terhadap Tingkat Kekambuhan Klien Skizofrenia. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Vol.3 No.1. Nursalam. (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Purba dkk. (2012). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Edisi 2. Medan: USU Press. Ryandini, R.F.,Saraswati, H.R. & Meikawati, W. (2011). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kekambuhan pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Amino Gondohutomo Semarang. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan (JIKK). Vol 1. No Juni Saryono. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan: Penuntun Praktis Bagi Pemula. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press. Stuart, & Sundeen. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 4. Jakarta: EGC. Stuart, G.W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa; Alih Bahasa, Ramona P, Egi, K. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Sugiyono. (2007). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Yosep I. (2009). Keperawatan Jiwa (Edisi Revisi). Bandung: Penerbit Refika Aditama. Yuliana Sisky. (2010). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Motivasi Keluarga dalam Memberikan Dukungan terhadap Klien Gangguan Jiwa di Poliklinik RSJ Prof. HB Saanin Padang Tahun Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan. Fakultas Kedokteran. Universitas Andalas Padang. Yuyun Yusnipah. (2012). Tingkat Pengetahuan Keluarga dalam Merawat Pasien Halusinasi di Poliklinik Psikiatri Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor. Skripsi. Fakultas Ilmu Keperawatan. Universitas Indonesia.

PENGARUH PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RSKD DADI MAKASSAR

PENGARUH PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RSKD DADI MAKASSAR PENGARUH PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RSKD DADI MAKASSAR Purniaty Kamahi 1, Sudirman 2, H. Muhammad Nur 3 1 STIKES Nani Hasanuddin

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PERAWATAN PASIEN HALUSINASI DENGAN PERILAKU KELUARGA DALAM MERAWAT PASIEN HALUSINASI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PERAWATAN PASIEN HALUSINASI DENGAN PERILAKU KELUARGA DALAM MERAWAT PASIEN HALUSINASI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PERAWATAN PASIEN HALUSINASI DENGAN PERILAKU KELUARGA DALAM MERAWAT PASIEN HALUSINASI Hasma Riza 1 Jumaini 2 Arneliwati 3 Email : Hasmariza@rocketmail.com No

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. eksternal, dibuktikan melalui pikiran, perasaan dan perilaku yang tidak sesuai

BAB I PENDAHULUAN. eksternal, dibuktikan melalui pikiran, perasaan dan perilaku yang tidak sesuai 1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Gangguan jiwa adalah respon maladaptive dari lingkungan internal dan eksternal, dibuktikan melalui pikiran, perasaan dan perilaku yang tidak sesuai dengan norma local

Lebih terperinci

PENGARUH MENGHARDIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT HALUSINASI DENGAR PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD DR. AMINOGONDOHUTOMO SEMARANG

PENGARUH MENGHARDIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT HALUSINASI DENGAR PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD DR. AMINOGONDOHUTOMO SEMARANG PENGARUH MENGHARDIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT HALUSINASI DENGAR PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD DR. AMINOGONDOHUTOMO SEMARANG Karina Anggraini *) Ns. Arief Nugroho, S.Kep**), Supriyadi, MN***) *) Mahasiswa

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROV.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROV. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROV. SULAWESI SELATAN Beatris F. Lintin 1. Dahrianis 2. H. Muh. Nur 3 1 Stikes Nani Hasanuddin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehat, maka mental (jiwa) dan sosial juga sehat, demikian pula sebaliknya,

BAB I PENDAHULUAN. sehat, maka mental (jiwa) dan sosial juga sehat, demikian pula sebaliknya, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (WHO, 2001). Hal ini berarti seseorang dikatakan sehat

Lebih terperinci

Penelitian Keperawatan Jiwa

Penelitian Keperawatan Jiwa SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI KELUARGA DALAM MEMBERIKAN DUKUNGAN TERHADAP KLIEN GANGGUAN JIWA DI POLIKLINIK RSJ PROF. HB SAANIN PADANG TAHUN 2010 Penelitian Keperawatan Jiwa YULIANA

Lebih terperinci

HUBU GA DUKU GA KELUARGA DE GA KEPATUHA KO TROL BEROBAT PADA KLIE SKIZOFRE IA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMI O GO DOHUTOMO SEMARA G

HUBU GA DUKU GA KELUARGA DE GA KEPATUHA KO TROL BEROBAT PADA KLIE SKIZOFRE IA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMI O GO DOHUTOMO SEMARA G HUBU GA DUKU GA KELUARGA DE GA KEPATUHA KO TROL BEROBAT PADA KLIE SKIZOFRE IA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMI O GO DOHUTOMO SEMARA G Regina Indirawati * ), Anjas Surtiningrum ** ), Ulfa Nurulita ***

Lebih terperinci

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas 1 /BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara - negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang

Lebih terperinci

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 86-94

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 86-94 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) DI RUANGAN PERAWATAN JIWA RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROPINSI SULAWESI TENGAH Sugeng Adiono Politeknik Kesehatan Kementerian

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI-SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI-SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI-SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA PASIEN HALUSINASI DI RSJD DR. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG 4 ABSTRAK Gangguan jiwa tidak dianggap

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI GUSRINI RUBIYANTI NIM I PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK

NASKAH PUBLIKASI GUSRINI RUBIYANTI NIM I PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK NASKAH PUBLIKASI PENGARUH TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI PERSEPSI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SUNGAI BANGKONG PONTIANAK GUSRINI RUBIYANTI NIM I31112011

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN KUALITAS HIDUP KLIEN SKIZOFRENIA DI KLINIK KEPERAWATAN RSJ GRHASIA DIY

HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN KUALITAS HIDUP KLIEN SKIZOFRENIA DI KLINIK KEPERAWATAN RSJ GRHASIA DIY HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN KUALITAS HIDUP KLIEN SKIZOFRENIA DI KLINIK KEPERAWATAN RSJ GRHASIA DIY NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: DINI ANGGRAINI 201110201085 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH

Lebih terperinci

HUBU GA DUKU GA KELUARGA DE GA DURASI KEKAMBUHA PASIE SKIZOFRE IA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMI O GO DOHUTOMO SEMARA G

HUBU GA DUKU GA KELUARGA DE GA DURASI KEKAMBUHA PASIE SKIZOFRE IA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMI O GO DOHUTOMO SEMARA G HUBU GA DUKU GA KELUARGA DE GA DURASI KEKAMBUHA PASIE SKIZOFRE IA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMI O GO DOHUTOMO SEMARA G Irma Wahyuningrum * ) Anjas Surtiningrum ** ), Ulfa Nurulita *** ). *) Mahasiswa

Lebih terperinci

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PADA KLIEN STROKE DI RSUD WATES

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PADA KLIEN STROKE DI RSUD WATES 122 HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PADA KLIEN STROKE DI RSUD WATES 1 Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta 2 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta Arif Nurcahyono 1, Sri Arini 2,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hingga saat ini penanganan penderita penyakit Skizofrenia belum memuaskan terutama di negara berkembang, ini disebabkan karena ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia saat ini, banyak mengalami keprihatinan dengan kesehatan, salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari perhatian. Orang sengaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-negara maju, modern dan industri penyakit degeneratif, kanker, gangguan

Lebih terperinci

Aristina Halawa ABSTRAK

Aristina Halawa ABSTRAK PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI PERSEPSI SESI 1-2 TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PENDENGARAN PADA PASIENSKIZOFRENIA DI RUANG FLAMBOYAN RUMAH SAKIT JIWAMENUR SURABAYA ABSTRAK Aristina

Lebih terperinci

DUKUNGAN DENGAN BEBAN KELUARGA MENGIKUTI REGIMEN TERAPEUTIK ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI HALUSINASI

DUKUNGAN DENGAN BEBAN KELUARGA MENGIKUTI REGIMEN TERAPEUTIK ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI HALUSINASI DUKUNGAN DENGAN BEBAN KELUARGA MENGIKUTI REGIMEN TERAPEUTIK ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI HALUSINASI Delia Ulpa*, Mahnum Lailan Nst.** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara **Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendasar bagi manusia. World Health Organization (WHO) sejaterah seseorang secara fisik, mental maupun sosial.

BAB I PENDAHULUAN. mendasar bagi manusia. World Health Organization (WHO) sejaterah seseorang secara fisik, mental maupun sosial. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan yang mendasar bagi manusia. World Health Organization (WHO) mendefenisikan bahwa sehat adalah keadaan yang ideal atau sejaterah

Lebih terperinci

HUBUNGAN MASA KERJA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PERAWAT DI RUANG AKUT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

HUBUNGAN MASA KERJA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PERAWAT DI RUANG AKUT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA HUBUNGAN MASA KERJA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PERAWAT DI RUANG AKUT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA Mahasiswa Prodi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta Staff Pengajar Prodi S-1 Keperawatan

Lebih terperinci

PENGARUH TINDAKAN GENERALIS HALUSINASI TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RS JIWA GRHASIA PEMDA DIY NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH TINDAKAN GENERALIS HALUSINASI TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RS JIWA GRHASIA PEMDA DIY NASKAH PUBLIKASI PENGARUH TINDAKAN GENERALIS HALUSINASI TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RS JIWA GRHASIA PEMDA DIY NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI POLI KLINIK RUMAH SAKIT JIWA Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG ABSTRAK

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI POLI KLINIK RUMAH SAKIT JIWA Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG ABSTRAK HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI POLI KLINIK RUMAH SAKIT JIWA Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Riska Wulansari*), Zumrotul Choiriyah**), Raharjo Apriyatmoko***)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penderita gangguan jiwa di dunia diperkirakan akan semakin meningkat seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan masalah yang sangat serius.

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES Annisa Nur Erawan INTISARI Latar Belakang : Perawat merupakan sumber

Lebih terperinci

HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: DEWI YULIANA 201310201016 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUNJUNGAN KONTROLPASIEN JIWA SKIZOFRENIA DI RAWAT JALAN DI RSJ PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2013

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUNJUNGAN KONTROLPASIEN JIWA SKIZOFRENIA DI RAWAT JALAN DI RSJ PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2013 JURNAL KESEHATAN HOLISTIK Vol 8, No 2, April 2014 : 76-81 HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUNJUNGAN KONTROLPASIEN JIWA SKIZOFRENIA DI RAWAT JALAN DI RSJ PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2013 Masnona Noviria 1,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif

BAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien dengan gangguan jiwa. Halusinasi sering diidentikkan dengan skizofrenia. Dari seluruh skizofrenia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meliputi keadaan fisik, mental, dan sosial, dan bukan saja keadaan yang bebas dari

BAB I PENDAHULUAN. meliputi keadaan fisik, mental, dan sosial, dan bukan saja keadaan yang bebas dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-undang No.9 tahun 1960 kesehatan merupakan keadaan yang meliputi keadaan fisik, mental, dan sosial, dan bukan saja keadaan yang bebas dari sakit, cacat,

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETERAMPILAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN TINDAKAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETERAMPILAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN TINDAKAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETERAMPILAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN TINDAKAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR Umi Nur Hasanah 1), Yeti Nurhayati 2), Rufaida Nur Fitriana 3)

Lebih terperinci

Erma Prihastanti, Puji Hastuti Prodi DIII Kebidanan Purwokerto Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Semarang

Erma Prihastanti, Puji Hastuti Prodi DIII Kebidanan Purwokerto Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Semarang HUBUNGAN PEKERJAAN, STATUS EKONOMI, PENDIDIKAN IBU HAMIL DENGANPENGETAHUAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID DI PUSKESMAS BATURRADEN II KECAMATAN BATURRADEN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2014 Erma Prihastanti, Puji

Lebih terperinci

KORELASI PERAN SERTA KELUARGA TERHADAP TINGKAT KEKAMBUHAN KLIEN SKIZOFRENIA

KORELASI PERAN SERTA KELUARGA TERHADAP TINGKAT KEKAMBUHAN KLIEN SKIZOFRENIA KORELASI PERAN SERTA KELUARGA TERHADAP TINGKAT KEKAMBUHAN KLIEN SKIZOFRENIA Nurdiana 1, Syafwani 2, Umbransyah 3, 1,2,3 STIkes Muhammadiyah Banjarmasin ABSTRAK Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS GAJAHAN SURAKARTA DENGAN KEPUASAN PASIEN PESERTA PKMS (PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT SURAKARTA)

HUBUNGAN ANTARA PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS GAJAHAN SURAKARTA DENGAN KEPUASAN PASIEN PESERTA PKMS (PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT SURAKARTA) HUBUNGAN ANTARA PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS GAJAHAN SURAKARTA DENGAN KEPUASAN PASIEN PESERTA PKMS (PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT SURAKARTA) Her Endah Prasetyowati her_endah@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

Etlidawati 1, Salmiwati 2.

Etlidawati 1, Salmiwati 2. HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA DALAM MERAWAT KLIEN PRILAKU KEKERASAN DENGAN KEKAMBUHAN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS. JIWA PROF. DR. HB. SA ANIN PADANG. Etlidawati 1, Salmiwati 2 1,2 Akademi Keperawatan

Lebih terperinci

Volume VI Nomor 4, November 2016 ISSN: PENDAHULUAN

Volume VI Nomor 4, November 2016 ISSN: PENDAHULUAN PENDAHULUAN Latar Belakang HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT PENDERITA SKIZOFRENIA Riska Ratnawati (Prodi Kesehatan Masyarakat, STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun) ABSTRAK merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana individu tidak mampu menyesuaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kondisi sehat baik secara fisik, mental, sosial maupun spiritual yang mengharuskan setiap orang hidup secara produktif baik secara sosial maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang paling banyak terjadi, gejalanya ditandai dengan adanya distorsi realita, disorganisasi kepribadian yang parah, serta ketidakmampuan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Disusun oleh : CAHYO FIRMAN TRISNO. S J 200 090

Lebih terperinci

PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Tn. E DI RUANG P8 WISMA ANTAREJA RSJ Prof. dr.

PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Tn. E DI RUANG P8 WISMA ANTAREJA RSJ Prof. dr. PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Tn. E DI RUANG P8 WISMA ANTAREJA RSJ Prof. dr. SOEROJO MAGELANG Muhammad Nur Firman 1, Abdul Wakhid 2, Wulansari 3 123

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dari masalah yang diteliti, rumusan masalah, tujuan umum dan tujuan khusus dari penelitian, serta manfaat penelitian ini. A. Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berat sebesar 4,6 permil, artinya ada empat sampai lima penduduk dari 1000

BAB I PENDAHULUAN. berat sebesar 4,6 permil, artinya ada empat sampai lima penduduk dari 1000 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Orang dianggap sehat jika mereka mampu memainkan peran dalam masyarakat dan perilaku pantas dan adaptif.organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefeniskan kesehatan sebagai

Lebih terperinci

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN SIKAP PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN SIKAP PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN SIKAP PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Di ajukan sebagai salah satu syarat Untuk mencapai gelar Sarjana

Lebih terperinci

Pengaruh Terapi Individu Generalis Dengan Pendekatan Strategi Pelaksanaan Komunikasi Terhadap Frekuensi Halusinasi Pada Pasien Halusinasi

Pengaruh Terapi Individu Generalis Dengan Pendekatan Strategi Pelaksanaan Komunikasi Terhadap Frekuensi Halusinasi Pada Pasien Halusinasi Pengaruh Terapi Individu Generalis Dengan Pendekatan Strategi Pelaksanaan Komunikasi Terhadap Frekuensi Halusinasi Pada Pasien Halusinasi Wan Muharyati a,esi Afriyanti b,adelse Prima Mulya b a RSJ H.B

Lebih terperinci

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO THE RELATIONSHIP BETWEEN THE WORKLOAD WITH PERFORMANCE OF NURSES IN RSUD SARAS HUSADA PURWOREDJO Naskah Publikasi Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA 60-74 TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG Catharina Galuh Suryondari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendedes, Jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya (WHO dalam

Lebih terperinci

PENGARUH AKTIVITAS TERJADWAL TERHADAP TERJADINYA HALUSINASI DI RSJ DR AMINO GONDOHUTOMO PROVINSI JAWA TENGAH

PENGARUH AKTIVITAS TERJADWAL TERHADAP TERJADINYA HALUSINASI DI RSJ DR AMINO GONDOHUTOMO PROVINSI JAWA TENGAH PENGARUH AKTIVITAS TERJADWAL TERHADAP TERJADINYA HALUSINASI DI RSJ DR AMINO GONDOHUTOMO PROVINSI JAWA TENGAH Yoel Kristiadi *), Heppy Dwi Rochmawati **), Sawab ***) *) Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan

Lebih terperinci

Khodijah, Erna Marni, Hubungan Motivasi Kerja Terhadap Perilaku Caring Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau Tahun 2013

Khodijah, Erna Marni, Hubungan Motivasi Kerja Terhadap Perilaku Caring Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau Tahun 2013 1 Khodijah, Erna Marni, Hubungan Motivasi Kerja Terhadap Perilaku Caring Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Hubungan Motivasi Kerja terhadap Perilaku Caring Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERAWAT DENGAN SIKAP PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PASIEN RAWAT INAP DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERAWAT DENGAN SIKAP PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PASIEN RAWAT INAP DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERAWAT DENGAN SIKAP PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PASIEN RAWAT INAP DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN Ayuningtyas Trisnawati,Wahyu Purnamasari,Emi Nurlaela,Rita

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan salah satu modal penting bagi setiap individu untuk melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia yang

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PREOPERATIVE DI RS MITRA HUSADA PRINGSEWU

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PREOPERATIVE DI RS MITRA HUSADA PRINGSEWU FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PREOPERATIVE DI RS MITRA HUSADA PRINGSEWU Diny Vellyana 1, Arena Lestari 2, Asri Rahmawati 3 1,2,3 STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG CARA MERAWAT PASIEN HALUSINASI DI RUMAH

GAMBARAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG CARA MERAWAT PASIEN HALUSINASI DI RUMAH GAMBARAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG CARA MERAWAT PASIEN HALUSINASI DI RUMAH Lendra Hayani 1, Veny Elita 2, Oswati Hasanah 3 Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau Email: Lendra Hayani@yahoo.com

Lebih terperinci

ABOUT PARTOGRAPH WITH APPLICATION IN DIII STUDY PROGRAM OF MIDWIFERY AT STIKES A. YANI YOGYAKARTA

ABOUT PARTOGRAPH WITH APPLICATION IN DIII STUDY PROGRAM OF MIDWIFERY AT STIKES A. YANI YOGYAKARTA THE CORRELATION OF KNOWLEDGE STUDENTS 4 th SEMESTER ABOUT PARTOGRAPH WITH APPLICATION IN DIII STUDY PROGRAM OF MIDWIFERY AT STIKES A. YANI YOGYAKARTA 2013 1 Nedy Malvirani Awuy 2 Farida Kartini 3 ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah kesehatan jiwa saat ini cukup tinggi, 25% dari penduduk dunia pernah menderita masalah kesehatan jiwa, 1%

Lebih terperinci

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PROSES KEPERAWATAN DENGAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan sebagai salah satu

Lebih terperinci

HUBUNGAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN KEKAMBUHAN GANGGUAN JIWA PADA REMAJA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

HUBUNGAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN KEKAMBUHAN GANGGUAN JIWA PADA REMAJA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA HUBUNGAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN KEKAMBUHAN GANGGUAN JIWA PADA REMAJA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA Purwantini 1, Wahyuningsih Safitri 2, Maria Wisnu Kanita 2 1. Mahasiswa Prodi S-1 Keperawatan

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN PADA

LAPORAN KASUS PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN PADA ARTIKEL LAPORAN KASUS PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN PADA Tn.S DENGAN SKIZOFRENIA PARANOID DI RUMAH SAKIT JIWA Prof. Dr. SOEROJO MAGELANG Oleh: RESHA OCTAVIALIN 0131758

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif yaitu untuk

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif yaitu untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif yaitu untuk menggambarkan hubungan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan yang terjadi setiap daerah, banyak menyebabkan perubahan dalam segi kehidupan manusia baik fisik, mental,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi hidup manusia menurut WHO, sehat diartikan sebagai suatu keadaan sempurna baik fisik, mental, dan sosial serta bukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG Nina Susanti * ) Wagiyo ** ), Elisa *** ) *) Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan

Lebih terperinci

Rismayanti 1, Sudirman 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK

Rismayanti 1, Sudirman 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PERAWATAN PASIEN DENGAN MASALAH GANGGUAN HALUSINASI PENDENGARAN DI RSKD PROV. SUL-SEL Rismayanti 1, Sudirman 2 1 STIKES Nani

Lebih terperinci

HUBUNGAN PELAYANAN POSYANDU X DENGAN TINGKAT KEPUASAN LANSIA

HUBUNGAN PELAYANAN POSYANDU X DENGAN TINGKAT KEPUASAN LANSIA 29 HUBUNGAN PELAYANAN POSYANDU X DENGAN TINGKAT KEPUASAN LANSIA CORRELATION BETWEEN POSYANDU X S SERVICE WITH ELDERLY SATISFACTION LEVEL ENDAH RETNANI WISMANINGSIH Info Artikel Sejarah Artikel Diterima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-negara maju, tetapi masih kurang populer di kalangan masyarakat

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh Afandi 1), Y.Susilowati 2) 1) Alumni Akademi Keperawatan Krida Husada,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia adalah mahluk sosial yang terus menerus membutuhkan orang lain disekitarnya. Salah satu kebutuhannya adalah kebutuhan sosial untuk melakukan interaksi sesama

Lebih terperinci

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat...

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat... Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat... Hubungan antara Peranan Perawat dengan Sikap Perawat pada Pemberian Informed Consent Sebagai Upaya Perlindungan Hukum Bagi Pasien di RS PKU

Lebih terperinci

ANALISIS PENGETAHUAN DENGAN POLA ASUH PADA IBU BALITA UMUR 4-5 TAHUN DI TK DHARMA WANITA DESA SAMBIROBYONG KECAMATAN KAYEN KIDUL KABUPATEN KEDIRI

ANALISIS PENGETAHUAN DENGAN POLA ASUH PADA IBU BALITA UMUR 4-5 TAHUN DI TK DHARMA WANITA DESA SAMBIROBYONG KECAMATAN KAYEN KIDUL KABUPATEN KEDIRI ANALISIS PENGETAHUAN DENGAN POLA ASUH PADA IBU BALITA UMUR 4-5 TAHUN DI TK DHARMA WANITA DESA SAMBIROBYONG KECAMATAN KAYEN KIDUL KABUPATEN KEDIRI Retno Palupi Yonni STIKes Surya Mitra Husada Kediri e-mail

Lebih terperinci

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN KEPERAWATAN DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP DI RSU BETHESDA GMIM TOMOHON

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN KEPERAWATAN DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP DI RSU BETHESDA GMIM TOMOHON Buletin Sariputra, Juni 2017 Vol. 7 (2) HUBUGA KUALITAS PELAYAA KEPERAWATA DEGA KEPUASA PASIE RAWAT IAP DI RSU BETHESDA GMIM TOMOHO THE RELATIOSHIP BETWEE URSIG CARE QUALITY AD PATIET SATISFACTIO I BETHESDA

Lebih terperinci

Patria Asda STIKES Wira Husada Yogyakarta ABSTRACT

Patria Asda STIKES Wira Husada Yogyakarta ABSTRACT HUBUNGAN BIMBINGAN KLINIK OLEH PEMBIMBING KLINIK AKADEMIK DENGAN PRESTASI BELAJAR KLINIK MAHASISWA SEMESTER V DIII KEPERAWATAN STIKES WIRA HUSADA TAHUN AJARAN 2010/2011 Relationship Between Clinical Guidance

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Nopia Wahyuliani

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Nopia Wahyuliani HUBUNGAN MUTU PELAYANAN RUMAH SAKIT DENGAN KEPUASAN PASIEN BPJS KESEHATAN DI INSTALASI RAWAT INAP KELAS III RUMAH SAKIT UMUM PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Nopia Wahyuliani 215114383

Lebih terperinci

Fitri Sri Lestari* Kartinah **

Fitri Sri Lestari* Kartinah ** HUBUNGAN PERSEPSI KELUARGA TENTANG GANGGUAN JIWA DENGAN SIKAP KELUARGA KEPADA ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA Fitri Sri Lestari* Kartinah ** Abstract

Lebih terperinci

HUBUNGAN MINAT IBU MENYUSUI DENGAN PERAWATAN PAYUDARA DI RS PKU MUHAMMADIYAH KOTAGEDE

HUBUNGAN MINAT IBU MENYUSUI DENGAN PERAWATAN PAYUDARA DI RS PKU MUHAMMADIYAH KOTAGEDE HUBUNGAN MINAT IBU MENYUSUI DENGAN PERAWATAN PAYUDARA DI RS PKU MUHAMMADIYAH KOTAGEDE NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Rien Ariani 201510104286 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003)

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003) BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan motivasi pasien kusta dengan kepatuhan melakukan

Lebih terperinci

ISSN Vol 5, ed 2, Oktober 2014

ISSN Vol 5, ed 2, Oktober 2014 HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN PENERAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA TAMPAN PROVINSI RIAU TAHUN 2014 ALINI Dosen STIKes Tuanku

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI PADA KLIEN MENARIK DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROPINSI NTB

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI PADA KLIEN MENARIK DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROPINSI NTB PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI PADA KLIEN MENARIK DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROPINSI NTB Moh. Arip, Rusmini Abstract: The general objective of this study was

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP KEMAMPUAN BERINTERAKSI KLIEN ISOLASI SOSIAL DI RSJD DR.AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

PENGARUH TERAPI KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP KEMAMPUAN BERINTERAKSI KLIEN ISOLASI SOSIAL DI RSJD DR.AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG PENGARUH TERAPI KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP KEMAMPUAN BERINTERAKSI KLIEN ISOLASI SOSIAL DI RSJD DR.AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Astia Siskayanti*, Arief Nugroho**, Mugi Hartoyo ** *Mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan

Lebih terperinci

Hawari, Dadang Psikologi untuk Keperawatan, Cetakan Kedua. Jakarta : EGC.

Hawari, Dadang Psikologi untuk Keperawatan, Cetakan Kedua. Jakarta : EGC. 1 DAFTAR PUSTAKA Arif, Iman Setiadi. 2006. Skizofrenia Memahami Dinamika Keluarga Pasien. Bandung : Refika Aditama Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Andreasen NC, Carpenter

Lebih terperinci

Jurnal Husada Mahakam Volume III No. 5, Mei 2013, hal FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEKAMBUHAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA

Jurnal Husada Mahakam Volume III No. 5, Mei 2013, hal FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEKAMBUHAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEKAMBUHAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA Rasmun, Edi Sukamto, Leni Piyanti Jurusan Keperawatan Poltekkes Kaltim Abstrak. Salah satu jenis gangguan jiwa yang berat yaitu skizofrenia.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK LANJUT USIA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DI KELURAHAN SRIWIDARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPELANG KOTA SUKABUMI

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK LANJUT USIA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DI KELURAHAN SRIWIDARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPELANG KOTA SUKABUMI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK LANJUT USIA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DI KELURAHAN SRIWIDARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPELANG KOTA SUKABUMI Iwan Permana, Anita Nurhayati Iwantatat73@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta. orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta. orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan NURAINI FAUZIAH R1115072

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN. Hj.Evi Risa Mariana 1, Zainab², H.Syaifullah Kholik³ ABSTRAK

ARTIKEL PENELITIAN. Hj.Evi Risa Mariana 1, Zainab², H.Syaifullah Kholik³ ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG INFEKSI NOSOKOMIAL DENGAN SIKAP MENCEGAH INFEKSI NOSOKOMIAL PADA KELUARGA PASIEN DI RUANG PENYAKIT DALAM RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA Hj.Evi Risa Mariana 1, Zainab², H.Syaifullah

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA Disusun oleh : TRI ARI AYUNANINGRUM J 200 080 051 KARYA TULIS ILMIAH

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. Z DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SEMBADRA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA DisusunOleh : HILYATUN NISA J 200 090

Lebih terperinci

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN JUMLAH PERAWAT DI PUSKESMAS WAEPANA KECAMATAN SOA KABUPATEN NGADA PROPINSI NTT TAHUN 2013

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN JUMLAH PERAWAT DI PUSKESMAS WAEPANA KECAMATAN SOA KABUPATEN NGADA PROPINSI NTT TAHUN 2013 HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN JUMLAH PERAWAT DI PUSKESMAS WAEPANA KECAMATAN SOA KABUPATEN NGADA PROPINSI NTT TAHUN 203 Paulinus Masa Sato, Adriani Kadir 3 STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2 STIKES Nani Hasanuddin

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI PADA KLIEN MENARIK DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROPINSI NTB

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI PADA KLIEN MENARIK DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROPINSI NTB PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI PADA KLIEN MENARIK DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROPINSI NTB Moh. Arip, Rusmini Abstract: The general objective of this study was

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

Lebih terperinci

MOTIVASI KELUARGA DALAM MEMBERIKAN DUKUNGAN PADA KLIEN GANGGUAN JIWA (Family Motivation in Provided Support to the Patient with Mental Disorder)

MOTIVASI KELUARGA DALAM MEMBERIKAN DUKUNGAN PADA KLIEN GANGGUAN JIWA (Family Motivation in Provided Support to the Patient with Mental Disorder) Volume 07, Nomor 01, Juni 2016 Hal. 39-46 MOTIVASI KELUARGA DALAM MEMBERIKAN DUKUNGAN PADA KLIEN GANGGUAN JIWA (Family Motivation in Provided Support to the Patient with Mental Disorder) Retno Twistiandayani*,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN KEKAMBUHAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN KEKAMBUHAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN KEKAMBUHAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD SURAKARTA Sri Wulansih * Arif Widodo ** Abstract The increasing relapsing of client schizophrenia

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN ASI DENGAN PRAKTIK PENCEGAHAN BENDUNGAN ASI (BREAST CARE) DI RB NUR HIKMAH KWARON GUBUG

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN ASI DENGAN PRAKTIK PENCEGAHAN BENDUNGAN ASI (BREAST CARE) DI RB NUR HIKMAH KWARON GUBUG HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN ASI DENGAN PRAKTIK PENCEGAHAN BENDUNGAN ASI (BREAST CARE) DI RB NUR HIKMAH KWARON GUBUG Ratna Murniati *), Suprapti *), Erna Kusumawati *) *) Program Studi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007). 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan Jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya meningkatkan dan mempertahankan perilaku pasien yang berperan pada fungsi yang terintegrasi. Sistem pasien

Lebih terperinci

PENERAPAN ASKEP TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI DI RS.JIWA KHUSUS SOEPRAPTO PROVINSI BENGKULU. Nurhasanah

PENERAPAN ASKEP TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI DI RS.JIWA KHUSUS SOEPRAPTO PROVINSI BENGKULU. Nurhasanah PENERAPAN ASKEP TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI DI RS.JIWA KHUSUS SOEPRAPTO PROVINSI BENGKULU Nurhasanah STIKES Bhakti Husada Bengkulu Jl. Kinibalu 8 Kebun Tebeng Telp (0736) 23422 Email : stikesbh03@gmail.com

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PASIEN HALUSINASI PENDENGARAN TERHADAP RESIKO PERILAKU KEKERASAN DIRUANG KENARI RS.KHUSUS DAERAH PROVINSI SUL-SEL

HUBUNGAN ANTARA PASIEN HALUSINASI PENDENGARAN TERHADAP RESIKO PERILAKU KEKERASAN DIRUANG KENARI RS.KHUSUS DAERAH PROVINSI SUL-SEL HUBUNGAN ANTARA PASIEN HALUSINASI PENDENGARAN TERHADAP RESIKO PERILAKU KEKERASAN DIRUANG KENARI RS.KHUSUS DAERAH PROVINSI SUL-SEL Elshy Pangden Rabba 1, Dahrianis 2, Sri Purnama Rauf 3 1 STIKES Nani Hasanuddin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. halusinasi. Meskipun bentuk halusinasinya bervariasi tetapi sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. halusinasi. Meskipun bentuk halusinasinya bervariasi tetapi sebagian besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO, kesehatan jiwa merupakan berbagai karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN PENERAPAN KOMPENSASI PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD MUNTILAN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN PENERAPAN KOMPENSASI PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD MUNTILAN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN PENERAPAN KOMPENSASI PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD MUNTILAN NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : NINDY SAKINA GUSTIA 201110201112 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Nazwar Hamdani Rahil INTISARI Latar Belakang : Kecenderungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut UU Kesehatan Jiwa No. 3 Tahun 1996, kesehatan jiwa adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional secara optimal dari seseorang

Lebih terperinci