Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi... (B. I. Widyastini, 2014) 1
|
|
- Herman Setiabudi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok : Stimulasi Persepsi Sesi I V Terhadap Kemampuan Mengontrol dan Mengekspresikan Marah Pada Pasien Risiko Perilaku Kekerasan di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang Benita Irma Widyastini *), Dwi Heppy Rochmawati **). Purnomo ***) *) Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Kperawatan STIKES Telogorejo Semarang **) Dosen Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Universitas Sultan Agung Semarang ***) Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang ABSTRAK Perilaku kekerasan (PK) adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tak terkontrol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh TAK stimulasi sesi I-V terhadap kemampuan mengontrol dan mengekspresikan marah pada pasien risiko perilaku kekerasan di RSJD Dr.Amino Gondohutomo Semarang. Sampel penelitian sebesar 31 responden yang ditentukan dengan total sampling. Pada karakteristik responden, jenis kelamin laki-laki yang paling banyak yaitu sebanyak 20 responden (64,5%). Usia yang paling banyak adalah tahun yaitu sebanyak 19 responden (61,3%). Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara TAK stimulasi persepsi sesi I-V terhadap kemampuan mengontrol dan mengekspresikan marah. Hasil penelitian variabel mengontrol marah sebelum dan sesudah diberikan intervensi dengan p-value 0,000 dan kemampuan mengekspresikan marah sebelum dan sesudah diberikan intervensi dengan p-value 0,000. Kesimpulan dari penelitian ini adalah dengan pemberian TAK stimulasi yang efektif, didukung lingkungan tempat terapi diberikan, dan kemauan pasien untuk berpartisipasi dalam kegiatan. Maka pasien dapat merubah pengertian, sikap dan perilakunya. Kata Kunci : Resiko perilaku kekerasan, TAK stimulasi, mengontrol dan mengekspresikan Daftar Pustaka : 17 ( ) ABSTRACT Violent behavior (PK) is a situation where someone perform actions that may harm physically, either on her own or someone else 's, accompanied by rowdy and restless running amok uncontrollable. This research aims to know the influence of TAK stimulation session I-V of the ability to control and express anger at the patient's risk of violent behavior in RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. The research sample of 31 respondents who specified with the total sampling. On the characteristics of the respondents, the male gender is the most that is as much as 20 respondents (64.5 percent). The most common age is years of as much as 19 respondents (61,3%) is. The results showed there was significant influence between TAK stimulation of i v session perception of the ability to control and express anger. Results of the study variables controlling anger before and after intervention with the given p-value and ability to express anger before and after intervention with the given p- value Conclusion of this research is by administering an effective stimulation, not supported environment where therapy is given, and the patient's willingness to participate in the activity. Then the patient may transmute understanding, attitude and behavior. Key Words : Risk of violent behavior, stimulation TAK, controlling, express Bibliography : 17 ( ) Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi... (B. I. Widyastini, 2014) 1
2 PENDAHULUAN Era globalisasi yang sedang berjalan ini menuntut seseorang untuk tetap eksis di jalan yang di tempuh melalui penguatan motivasi dan pengembangan diri menjadi manusia utuh dan bermartabat. Emosi yang terkontrol menjadi dasar seseorang bertindak dalam memenuhi tuntutannya sebagai manusia, dimana dalam memenuhi kebutuhan dasar seseorang dituntut untuk bersaing dan mengembangkan kreativitas agar mampu bertahan dalam hidup (Nasir & Muhith, 2011, hlm.vii). Menurut WHO (World Healt Organization), jumlah penderita gangguan jiwa di dunia mencapai 450 juta jiwa di tahun Jumlah itu kini sudah meningkat pesat. Diperkirakan dari sekitar 220 juta penduduk Indonesia, ada sekitar 50 juta atau 22 persennya, mengidap gangguan kejiwaan (Hawari, 2009, dalam Fazia, 2013, 2). Seseorang dikatakan sehat jiwa apabila mampu mengendalikan diri dalam menghadapi stresor di lingkungan sekitar dengan selalu berpikir positif dalam keselarasan tanpa adanya tekanan fisik dan psikologis, baik secara internal maupun eksternal yang mengarah pada kestabilan emosional. Dengan kondisi tersebut seseorang mampu menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri, orang lain, masyarakat, dan lingkungannya. Sikap positif mengarahkan seseorang untuk mengendalikan emosi dengan berpegang teguh pada ideal diri yang realistis. Hal ini berarti, dalam merespon stimulus yang ada di masyarakat seseorang harus menggunakan standar yang berlaku, dengan harapan manusia mampu mengukur kemampuannya dalam merespon berbagai problematika yang ada di masyarakat. Hal ini agar tidak menjadi beban psikologis yang berdampak pada menurunnya semangat atau motivasi seseorang dalam menyelesaikan masalahnya (Nasir & Muhith, 2011, hlm.1). Orang dianggap sehat jika mereka mampu memainkan peran dalam masyarakat dan perilaku mereka pantas dan adaptif. Sebaliknya, seseorang dianggap sakit jika gagal memainkan peran dan memikul tanggung jawab atau perilakunya tidak pantas. Kebudayaan setiap masyarakat tersebut sehingga hal ini memengaruhi definisi sehat dan sakit. Perilaku yang dapat diterima dan pantas dalam suatu masyarakat dapat dianggap maladaptif atau tidak pantas pada masyarakat lain (Videbeck, 2008, hlm.3). Seseorang mengalami gangguan jiwa apabila ditemukan adanya gangguan pada fungsi mental, yang meliputi: emosi, pikiran, perilaku, perasaan, motivasi, kemauan, keinginan, daya titik diri, dan persepsi sehingga mengganggu dalam proses hidup di masyarakat. Hal ini dipicu oleh adanya keinginan seseorang untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam mempertahankan hidup sehingga seseorang dihadapkan untuk berpikir, berkeinginan untuk mencapai cita-cita yang mengharuskan seseorang berhubungan dengan orang lain (Nasir & Muhith, 2011, hlm.9). Gangguan jiwa merupakan manifestasi dari bentuk penyimpangan perilaku akibat adanya distorsi emosi sehingga ditemukan ketidak wajaran dalam bertingkah laku salah satu contohnya adalah munculnya perilaku kekerasan (Nasir & muhith, 2011.hlm.8). Perilaku kekerasan (PK) adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tak terkontrol (Hartono & Kusumawati, 2010, Hlm.78). 2 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK)
3 Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon terhadap stressor yang dihadapi oleh seseorang. Respon ini dapat menimbulkan kerugian berupa pengrusakan, pemukulan, serangan fisik baik pada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Melihat kerugian yang ditimbulkan, penanganan pasien perilaku kekerasan perlu dilakukan secara cepat dan tepat oleh tenaga kesehatan profesional. Salah satu cara untuk penanganan pasien perilaku kekerasan adalah terapi modalitas (Keliat & Akemat, 2009, hlm.126). Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi, dan kelompok di gunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan, dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif (Keliat & Akemat, 2004, hlm.1). Berdasarkan data dari RSJD Dr.Amino Gondohutomo Semarang pada tahun 2011 didapatkan data bahwa jumlah pasien gangguan jiwa yang dirawat sebanyak pasien, tahun 2012 sebanyak pasien dan tahun 2013 sebanyak pasien. Untuk jumlah pasien perilaku kekerasan sendiri mengalami peningkatan dalam 2 bulan terakhir pada tahun 2013, yaitu pada bulan November sebanyak 351 pasien, bulan Desember sebanyak 356 pasien dan pada bulan Januari 2014 mengalami peningkatan sebanyak 371 pasien. Kemampuan Mengontrol dan Mengekspresikan Marah pada Pasien Risiko Perilaku Kekerasan di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian quasy exsperimental menggunakan one group pre-post test design yaitu menggunakan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah intervensi (Nursalam, 2008, hlm.85). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang mempunyai resiko perilaku kekerasan di RSJD Dr. Aminogondohutomo Semarang sebanyak 34 pasien pada 11 ruang rawat inap. Dengan menggunakan teknik sampling, kriteria inklusi dan ekslusi, dan rumus Slovin maka didapatkan sampel 31 responden yang dapat mewakili sejumlah populasi yang ada. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa instrumen penelitian kuesioner. Kuesioner dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan dari literatur yang ada, baik dari buku maupun jurnal keperawatan. Dalam penelitian ini, kuesioner yang digunakan meliputi kuesioner identitas responden, dan kuesioner mengontrol dan mengekspresikan marah. Pada penelitian ini tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas karena alat penelitian sudah baku. Berdasarkan fenomena diatas peneliti melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Sesi I-V terhadap Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi... (B. I. Widyastini, 2014) 3
4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik responden berdasarkan usia dan jenis kelamin Tabel.1 Distribusi Frekuensi Responden Resiko Perilaku Kekerasan Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin di RSUD Dr. Amino Gondohutomo Semarang Variabel Frekuensi Presentase Usia Tahun 6 19,4 % Tahun 6 19,4 % Tahun 19 61,3 % Jenis Kelamin Laki laki 20 64,5 % Perempuan 11 35,5 % Berdasarkan Tabel.1 menunjukkan bahwa responden dengan rentang usia tahun memiliki hasil yang sama dengan usia tahun yaitu sebanyak 6 orang (19,4%), sedangkan responden dengan rentang usia tahun memiliki presentasi yang lebih banyak sebesar 19 orang (61,3%). Adanya ketidakpuasan fase oral antara usia 0-2 tahun dimana anak tidak mendapat kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan air susu cukup cenderung mengembangkan sikap agresif dan bermusuhan setelah dewasa sebagai kompensasi adanya ketidak percayaan pada lingkungannya. Tidak terpenuhinya kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri yang rendah. Perilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaan dan rendahnya harga diri pelaku tindak kekerasan (Yosep, 2009, Hlm.245). Pada penelitian ini didapatkan hasil responden terbanyak adalah usia tahun dengan sebesar 19 orang (61,3%). Rentang umur tersebut termasuk dalam usia dewasa, pada masa tersebut individu mempunyai tugas dan tahap perkembanganya. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian wibowo (2011) di RSJD Dr.Amino Gondohutomo Semarang yaitu responden usia dengan presentasi terbanyak adalah 45%. Berdasarkan Tabel.1 juga menunjukkan bahwa dari 31 responden jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki sebanyak 20 orang (64,5%) sedangkan pada perempuan sebanyak 11 orang (35,5%). Dalam masyarakat seorang laki-laki diwajibkan menjadi individu yang tegas dan bertanggung jawab. Seorang laki-laki harus dapat menyelesaikan masalahnya sendiri. Namun pada saat ini seorang laki-laki lebih sering memendam masalahnya sendiri agar terlihat kuat. Jika hal itu dilakukan terus menerus individu akan stress. Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon terhadap stressor yang dihadapi oleh seseorang. Respon ini dapat menimbulkan kerugian berupa pengerusakan, pemukulan, serangan fisik baik pada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan (Keliat & Akemat, 2009, hlm.126). Berdasarkan penelitian ini didapatkan jumlah responden laki-laki lebih besar dari perempuan dengan presentase 64,5%. Hal ini terjadi karena pengambilan responden dilakukan di 3 bangsal yang terdiri dari 2 bangsal laki - laki dan 1 bangsal perempuan. Faktor lain yang diduga berkaitan dengan banyaknya responden laki-laki adalah adanya konflik peran gender pada lakilaki. 4 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK)
5 2. Kemampuan responden mengontrol dan mengekspresikan marah sebelum diberikan intervensi Tabel.2 Distribusi Frekuensi Kemampuan Responden Mengontrol dan Mengekspresikan Marah Sebelum Diberikan TAK Stimulasi Persepsi di RSJD Dr Amino Gondohutomo Semarang Berdasarkan Tabel.2 diatas menunjukkan bahwa pada tahap sebelum diberikan intervensi, hanya 3 orang (9,7%) yang mampu mengontrol marah. Sisanya sebesar 28 orang (90,3%) responden tidak mampu mengontrol marah. Selain itu sebanyak 18 responden (58,1%) tidak pernah mengekspresikan marah dan 13 responden (41,9%) jarang mengekspresikan marah. 3. Kemampuan responden mengontrol dan mengekspresikan marah setelah diberikan intervensi Tabel.3 Distribusi Frekuensi Kemampuan Responden Mengontrol dan Mengekspresikan Marah Setelah Diberikan TAK Stimulasi Persepsi di RSJD Dr Amino Gondohutomo Semarang Variabel Frekusnsi Presentase Kemampuan Mengontrol Marah Mampu 29 93,5 % Tidak Mampu 2 6,5 % Kmampuan Mengekspresikan Marah. Variabel Frekusnsi Presentase Kemampuan Mengontrol Marah Mampu 3 9,7 % Tidak Mampu 28 90,3 % Kmampuan Mengekspresikan Marah Selalu 0 0 % Jarang 13 41,9 % Tidak Pernah 18 58,1 % Selalu 28 90,3 % Jarang 1 3,2 % Tidak Pernah 2 6,5 % Berdasarkan Tabel.3 diatas menunjukkan bahwa Pada tahap ini diberikan intervensi, sebanyak 29 responden (93,5%) mampu mengontrol marah. Frekuensi meningkat sebanyak 26 yang sebelumnya hanya 3 menjadi 29 dapat mengontrol marah setelah diberikan TAK stimulasi persepsi. Sisanya 2 responden (6,5%) tidak mampu mengontrol marah. Selain itu sebanyak 28 responden (90,3%) selalu mengekspresikan marah atau frekuensi meningkat sebanyak 28 yang sebelumnya 0 menjadi 28 selalu mengekspresikan marah setelah diberikan TAK stimulasi persepsi. Sisanya sebanyak 2 responden (6,5%) tidak pernah mengekspresikan marah dan 1 responden (3,2%) jarang mengekspresikan marah. 4. Perubahan kemampuan mengontrol dan mengekspresikan marah sebelum dan setalah diberikan intervensi Tabel.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perubahan Kemampuan Mengontrol dan Mengekspresikan Marah Sebelum dan Setelah Diberikan TAK Stimulasi Persepsi I V di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang Variabel Mean Median S.D Min - Max Kemampuan Mengontrol Marah Pre Test 1,09 1,00 0,30 1,00 2,00 Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi... (B. I. Widyastini, 2014) 5
6 Post Test 1,93 2,00 0,24 1,00 2,00 Kemampuan Mengekspresikan Marah Pre Test 1,41 1,00 0,50 1,00 2,00 Post Test 2,83 3,00 0,52 1,00 3,00 Berdasarkan Tabel.4 diatas menunjukkan bahwa responden dengan kriteria kemampuan mengontrol marah yang berjumlah 31 orang, rata-rata nilai pre test adalah 1,09 sedangkan rata-rata nilai post test adalah 1,93. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan mengontrol marah sebelum diberi intervensi dan sesudah diberi intervensi. Rata-rata selisih antara kemampuan sebelum dan sesudah diberikan intervensi sebesar 0,84 dengan p-value 0,000 dengan menggunakan a 0,05. Analisis tersebut menunjukkan bahwa terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan mengontrol marah pada pasien resiko perilkaku kekerasan. Berdasarkan Tabel.4 diatas juga menunjukkan bahwa responden dengan kriteria kemampuan mengekspresikan marah yang berjumlah 31 orang, rata-rata pre test adalah 1,41 sedangkan rata-rata post test adalah 2,83. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan mengekspresikan marah sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Rat-rata selisih antara sebelum dan sesudah diberikan intervensi sebesar 1,42 dengan p-value 0,000 dengan menggunakan a 0,05. Analisis tersebut menunjukkan bahwa terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan mengekspresikan marah pada pasien resiko perilaku kekerasan. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa ada perbedaan kemampuan mengontrol marah sebelum dan setelah diberikan intervensi TAK stimulasi persepsi sesi I-V, dengan p- value 0,000, dan perbedaan kemampuan mengekspresikan marah sebelum dan sesudah TAK stimulasi persepsi sesi I- V, dengan p-value 0,000. Sebelum diberikan TAK stimulasi persepsi sesi I- V kemampuan mengontrol marah responden adalah 28 orang tidak mampu mengontrol marah dan 3 orang mampu mengontrol marah. Tetapi setelah diberikan TAK stimulasi persepsi sesi I- V, kemampuan responden meningkat sebanyak 29 responden mampu mengontrol marah dan 2 responden tidak mampu mengontrol marah. Sedangkan pada kemampuan mengekspresikan marah sebelum diberikan TAK stimulasi persepsi sesi I-V, sebanyak 18 responden tidak pernah mengekspresikan marah dan 13 responden jarang mengekspresikan marah. Tetapi setelah diberikan TAK stimulasi persepsi sesi I- V kemampuan responden meningkat sebanyak 28 responden selalu mengekspresikan marah, sedangkan sisanya sebanyak 1 responden jarang mengekspresikan marah dan 2 responden tidak pernah mengekspresikan marah. Upaya pencegahan dan rehabilitasi pasien dengan perilaku kekerasan yaitu dengan pemberian terapi aktivitas kelompok dan tindakan pengobatan (medis) sangat berpengaruh pada proses penyembuhan pasien, terapi aktivitas kelompok bertujuan membantu pasien berhubungan dengan orang lain serta mengubah perilaku yang destruktif dan maladaptif (keliat & akemat, 2004, hlm.4). Dengan pemberian TAK 6 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK)
7 stimulasi yang efektif, didukung lingkungan tempat terapi diberikan, dan kemauan pasien untuk berpartisipasi dalam kegiatan. Maka pasien diajarkan cara mengontrol dan mengekspresikan marah, sehingga pasien dapat merubah pengertian, sikap dan perilakunya. Penelitian ini didukung oleh peneliti wibowo (2011) tentang pengaruh terapi aktivitas kelompok sesi I-III terhadap kemampuan mengenal dan mengontrol perilaku kekerasan pada pasien perilaku kekerasan dengan hasil penelitian variabel mengenal dan mengontrol perilaku kekerasan (p-value 0,000 dan p- value 0,000). Hasil penelitian yang dilakukan membuktikan bahwa hipotesa alternatif diterima, bahwa ada pengaruh TAK stimulasi persepsi sesi I-V terhadap kemampuan mengontrol dan mengekspresikan marah pada pasien resiko perilaku kekerasan. Alasan mengapa 2 responden tidak mampu mengontrol marah, 2 responden tidak pernah mengekspresikan marah dan 1 responden jarang mengekspresikan marah setelah diberi TAK stimulasi persepsi sesi I-V adalah responden tidak dapat menjawab pertanyaan sesuai topik yang dibahas. SIMPULAN Responden berjenis kelamin laki-laki paling banyak yaitu 20 orang (64,5%) dengan usia terbanyak adalah pada usia tahun yaitu 19 orang (61,3%). Terdapat peningkatan kemampuan mengontrol marah setelah diberikan TAK stimulasi persepsi sesi I-V. Terdapat peningkatan kemampuan mengekspresikan marah setelah diberikan TAK stimulasi persepsi sesi I-V. Terdapat pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi sesi I-V terhadap kemampuan mengontrol dan mengekspresikan marah pada pasien resiko perilaku kekerasan di RSJD Dr.Amino Gondohutomo Semarang. SARAN 1. Bagi RSJD Amino Gondohutomo Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam memberikan asuhan keperawatan pasien dengan resiko perilaku kekerasan. Bahwa pemberian terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi yang dilakukan secara intensif dan efektif dapat meningkatkan kemampuan pasien dalam mengontrol dan mengekspresikan marah. 2. Bagi Keperawatan Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok pasien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Jika dilakukan secara intensif akan sangat membantu pasien dalam mengontrol dan mengekspresikan marah. 3. Bagi Pasien Diharapkan dapat melakukan latihan secara fisik, sosial dan spiritual untuk mengontrol dan mengekspresikan marah secara teratur. 4. Bagi Keluarga Diharapkan keluarga dapat memantau kondisi pasien saat dirumah dan membantu dalam proses penyembuhan pasien. Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi... (B. I. Widyastini, 2014) 7
8 DAFTAR PUSTAKA Budiharto, (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan dengan Contoh Bidang Ilmu Kesehatan Gigi. Jakarta: EGC Dalami, E., Suliswati., Rochimah., Ketut, R.S., & Widji, L. (2009). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: CV.Trans Info Media Danim, S. (2003). Riset Keperawatan: Sejarah Dan Metodologi. Jakarta: EGC Fazia. (2013). Islam dan Pencegahan Gangguan Jiwa. 08/islam-dan-pencegahan-gangguanjiwa diperoleh 5 deseber 2013 Gomma, A.B., (2006). Melejitkan Kepribadian Diri (Bagaimana Merubah Pribadi Rapuh Menjadi Pribadi Ampuh). Sukoharjo: Samudera Hartono, Y., & Kusumawati, F. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika Keliat&Akemat. (2004). Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC Videbeck. S.L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC Nasir, A., & Muhith, A. (2011). Dasardasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Notoatmodjo, soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Perwiranti, D.G. (2013). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Sesi 2 Terhadap Kemampuan Mengontrol Emosi Pada Klien Perilaku Kekerasan Di RSJD Dr.Amino Gondohutomo Purba. J. M. & Pujiastuti. S. E. (2009). Dilema etik & Pengambilan Keputusan etis. Jakarta: EGC Sugiyono. (2013). Cara Mudah Menyusun: Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Bandung: Alfabeta Tomb, D.A. (2004).Buku Saku Psikiatri. Jakarta : EGC Yosep, I. (2009). Keperawatan Jiwa. Edisi Revisi. Bandung: Refika Aditama 8 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK)
PENDAHULUAN METODE PENELITIAN
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI PERSEPSI SESI I- III TERHADAP KEMAMPUAN MENGENAL DAN MENGONTROL PERILAKU KEKERASAN PADA PASIEN PERILAKU KEKERASAN DI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Feri
Lebih terperinciPENGARUH PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RSKD DADI MAKASSAR
PENGARUH PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RSKD DADI MAKASSAR Purniaty Kamahi 1, Sudirman 2, H. Muhammad Nur 3 1 STIKES Nani Hasanuddin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir ini menjadi salah satu faktor peningkatan permasalahan kesehatan fisik dan mental/spiritual
Lebih terperinciPENGARUH MENGHARDIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT HALUSINASI DENGAR PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD DR. AMINOGONDOHUTOMO SEMARANG
PENGARUH MENGHARDIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT HALUSINASI DENGAR PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD DR. AMINOGONDOHUTOMO SEMARANG Karina Anggraini *) Ns. Arief Nugroho, S.Kep**), Supriyadi, MN***) *) Mahasiswa
Lebih terperinciPENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI-SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI-SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA PASIEN HALUSINASI DI RSJD DR. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG 4 ABSTRAK Gangguan jiwa tidak dianggap
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROV.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROV. SULAWESI SELATAN Beatris F. Lintin 1. Dahrianis 2. H. Muh. Nur 3 1 Stikes Nani Hasanuddin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. emosi, pikiran, perilaku, motivasi daya tilik diri dan persepsi yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan gangguan pada fungsi mental, yang meliputi emosi, pikiran, perilaku, motivasi daya tilik diri dan persepsi yang menyebabkan penurunan fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian besar masyarakat dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya.
Lebih terperinciHUBUNGAN POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN FREKUENSI KEKAMBUHAN KLIEN PERILAKU KEKERASAN DI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG
HUBUNGAN POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN FREKUENSI KEKAMBUHAN KLIEN PERILAKU KEKERASAN DI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Iis Tri Rusmiati *) Arief Nugroho **) Mugi Hartoyo ***) *) Alumni Program Studi
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa
ABSTRAK Halusinasi adalah gangguan jiwa pada individu yang dapat ditandai dengan perubahan persepsi sensori, dengan merasakan sensasi yang tidak nyata berupa suara, penglihatan, perabaan, pengecapan dan
Lebih terperinciMahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang. Dosen Program Studi Keperawatan Universitas Sultan Agung Semarang
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI SENSORI MENGGAMBAR TERHADAP PENINGKATAN HARGA DIRI PADA PASIEN HARGA DIRIRENDAH DI RSJ Dr. AMINO GONDOHUTOMO PROVINSI JAWA TENGAH Cindy Claudia Aviani *), Dwi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adanya tekanan fisik dan psikologis, baik secara internal maupun eksternal yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa merupakan pengendalian diri dalam menghadapi stresor di lingkungan sekitar dengan selalu berpikir positif dalam keselarasan tanpa adanya tekanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendasar bagi manusia. World Health Organization (WHO) sejaterah seseorang secara fisik, mental maupun sosial.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan yang mendasar bagi manusia. World Health Organization (WHO) mendefenisikan bahwa sehat adalah keadaan yang ideal atau sejaterah
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI. ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr. W DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI
NASKAH PUBLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr. W DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sejak dulu sudah dikenal adanya gangguan jiwa, misalnya dalam cerita Mahabarata dan Ramayana dikenal adanya Srikandi Edan, Gatot Kaca Gandrung. Pada
Lebih terperinciPENGARUH TERAPI KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP KEMAMPUAN BERINTERAKSI KLIEN ISOLASI SOSIAL DI RSJD DR.AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG
PENGARUH TERAPI KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP KEMAMPUAN BERINTERAKSI KLIEN ISOLASI SOSIAL DI RSJD DR.AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Astia Siskayanti*, Arief Nugroho**, Mugi Hartoyo ** *Mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut UU Kesehatan Jiwa No. 3 Tahun 1996, kesehatan jiwa adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional secara optimal dari seseorang
Lebih terperinciPENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ORIENTASI REALITAS SESI I-III TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA KLIEN HALUSINASI DI RSJD Dr.
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ORIENTASI REALITAS SESI I-III TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA KLIEN HALUSINASI DI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Aksi Muhammad Qodir* Ns. Anjas Surtiningrum,
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI GUSRINI RUBIYANTI NIM I PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK
NASKAH PUBLIKASI PENGARUH TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI PERSEPSI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SUNGAI BANGKONG PONTIANAK GUSRINI RUBIYANTI NIM I31112011
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap lingkungan. Penurunan yang terjadi berbagai
Lebih terperinciPENGARUH PENERAPAN STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN. Abstrak
PENGARUH PENERAPAN STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN Nofrida Saswati Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Harapan Ibu Jambi E-mail: nofridasaswati@gmail.com Abstrak Tujuan: Adapun tujuan dari
Lebih terperinciRakhma Nora Ika Susiana *) Abstrak
TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI VERBAL DAN NONVERBAL KLIEN ISOLASI SOSIAL DI RUANG KUTILANG RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG-MALANG Rakhma Nora Ika
Lebih terperinciPENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK
PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG 6 Eni Mulyatiningsih ABSTRAK Hospitalisasi pada anak merupakan suatu keadaan krisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada kestabilan emosional (Nasir dan Muhith, 2011). mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa merupakan pengendalian diri dalam menghadapi stresor di lingkungan sekitar dengan selalu berpikir positif dalam keselarasan tanpa adanya tekanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan. Definisi
Lebih terperinciHUBU GA DUKU GA KELUARGA DE GA KEPATUHA KO TROL BEROBAT PADA KLIE SKIZOFRE IA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMI O GO DOHUTOMO SEMARA G
HUBU GA DUKU GA KELUARGA DE GA KEPATUHA KO TROL BEROBAT PADA KLIE SKIZOFRE IA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMI O GO DOHUTOMO SEMARA G Regina Indirawati * ), Anjas Surtiningrum ** ), Ulfa Nurulita ***
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk hidup yang lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk yang lain. Konsep tentang manusia bermacam-macam. Ada yang menyatakan bahwa manusia adalah
Lebih terperinciEFFECT OF ACTIVITY GROUP THERAPY: THE SOCIALIZATION OF THE CLIENT S VERBAL COMMUNICATION SKILL WITH SOCIAL ISOLATION IN THE PSBL PHALA MARTHA
EFFECT OF ACTIVITY GROUP THERAPY: THE SOCIALIZATION OF THE CLIENT S VERBAL COMMUNICATION SKILL WITH SOCIAL ISOLATION IN THE PSBL PHALA MARTHA Herlina Lidyawati, Rahil Putra Rizaldi herlinalidiyawati@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan jiwa adalah pelayanan kesehatan professional yang didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi setiap negara termasuk Indonesia. Proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi informasi memberikan
Lebih terperinciPENGARUH TERAPI OKUPASI TERHADAP KEMAMPUAN BERINTERAKSI PADA PASIEN ISOLASI SOSIALDI RSJD DR. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG ABSTRAK
PENGARUH TERAPI OKUPASI TERHADAP KEMAMPUAN BERINTERAKSI PADA PASIEN ISOLASI SOSIALDI RSJD DR. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Laela Elisia *), Dwi Heppy Rochmawati**), Tar Gunawan***) *) Alumni Program Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya beban ekonomi, makin lebarnya kesenjangan sosial, serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi suatu hal yang mengancam bagi setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia adalah mahluk sosial yang terus menerus membutuhkan orang lain disekitarnya. Salah satu kebutuhannya adalah kebutuhan sosial untuk melakukan interaksi sesama
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA Disusun Oleh : ANISSYA NURUL H J 200 090 023 PROGRAM STUDI DIPLOMA
Lebih terperinciPENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI PADA KLIEN MENARIK DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROPINSI NTB
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI PADA KLIEN MENARIK DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROPINSI NTB Moh. Arip, Rusmini Abstract: The general objective of this study was
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut
Lebih terperinciKadek Furi Adi Putri *) Ns. Arief Nugroho, S.Kep **), Ns. Rodhi Hartono, S. Kep, M. Kes ***)
HUBUNGAN ANTARA SIMPTOM DEPRESI DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU BUNH DIRI PADA PASIEN GANGGUAN JIWA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Kadek Furi Adi Putri *) Ns. Arief Nugroho, S.Kep
Lebih terperinciPENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA PASIEN HALUSINASI DI RSJD
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA PASIEN HALUSINASI DI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Manuscript Oleh : Afifah Nur Hidayah
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Disusun oleh : CAHYO FIRMAN TRISNO. S J 200 090
Lebih terperinciKadek Furi Adi Putri *) Ns. Arief Nugroho, S.Kep **), Ns. Rodhi Hartono, S. Kep, M. Kes ***)
HUBUNGAN ANTARA SIMPTOM DEPRESI DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU BUNH DIRI PADA PASIEN GANGGUAN JIWA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Kadek Furi Adi Putri *) Ns. Arief Nugroho, S.Kep
Lebih terperinciPENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI PADA KLIEN MENARIK DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROPINSI NTB
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI PADA KLIEN MENARIK DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROPINSI NTB Moh. Arip, Rusmini Abstract: The general objective of this study was
Lebih terperinciPengaruh Terapi Religius Zikir terhadap Peningkatan (W.C.Hidayati, 2014) 1
PENGARUH TERAPI RELIGIUS ZIKIR TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PENDENGARAN PADA PASIEN HALUSINASI DI RSJD DR. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Wahyu Catur Hidayati*) Dwi Heppy Rochmawati**),
Lebih terperinciGAMBARAN KEMAMPUAN PASIEN MENGONTROL PERILAKU KEKERASAN DI RUANG NYIUR RSKD PROVINSI SULAWESI SELATAN KOTA MAKASSAR ABSTRAK
GAMBARAN KEMAMPUAN PASIEN MENGONTROL PERILAKU KEKERASAN DI RUANG NYIUR RSKD PROVINSI SULAWESI SELATAN KOTA MAKASSAR Waode Siti Hartini ABSTRAK Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... ii PERNYATAAN LEMBAR PERSETUJUAN... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR
Lebih terperinciNur Gutanto 1, Sri Hendarsih 2, Christin Wiyani 3 INTISARI
PENGARUH PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS) TERHADAP KEMAMPUAN SOSIALISASI PADA KLIEN DENGAN KERUSAKAN INTERAKSI SOSIAL DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. RM SOEDJARWADI KLATEN JAWA TENGAH
Lebih terperinciRENCANA TESIS OLEH : NORMA RISNASARI
PENGARUH TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK PENYALURAN ENERGI (OLAHRAGA) TERHADAP ACTIVITY OF DAILY LIVING (ADL) PADA PENDERITA GANGGUAN JIWA DI PUSKESMAS REJOSO KEDIRI RENCANA TESIS OLEH : NORMA RISNASARI JUDUL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan meningkatnya penderita gangguan jiwa. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir (cognitive),
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industrialisasi dan proses globalisasi mempengaruhi tuntutan dan kebutuhan hidup akan sesuatu yang lebih baik, menyebabkan individu berlomba untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi hidup manusia menurut WHO, sehat diartikan sebagai suatu keadaan sempurna baik fisik, mental, dan sosial serta bukan
Lebih terperinciPENGARUH AKTIVITAS TERJADWAL TERHADAP TERJADINYA HALUSINASI DI RSJ DR AMINO GONDOHUTOMO PROVINSI JAWA TENGAH
PENGARUH AKTIVITAS TERJADWAL TERHADAP TERJADINYA HALUSINASI DI RSJ DR AMINO GONDOHUTOMO PROVINSI JAWA TENGAH Yoel Kristiadi *), Heppy Dwi Rochmawati **), Sawab ***) *) Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Menkes, 2005). Masyarakat (Binkesmas) Departemen Kesehatan dan World Health
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan. Kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan suatu hal yang dibutuhkan
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG.
PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh R.Purwasih 1), Y. Susilowati 2), 1) Alumni Akademi Keperawatan
Lebih terperinciAji Galih Nur Pratomo, Sahuri Teguh, S.Kep, Ns *)
Prosiding Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan ISSN 2460-4143 PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT PADA PENDERITA GANGGUAN JIWA DI DESA NGUTER KABUPATEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini berarti seseorang
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat Mendapatkkan gelar ahli madya keperawatan Disusun
Lebih terperinciPENGARUH TERAPI PSIKORELIGI TERHADAP PENURUNAN PERILAKU KEKERASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
72 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 4, Nomor 1, Mei 2015, hlm. 72 77 PENGARUH TERAPI PSIKORELIGI TERHADAP PENURUNAN PERILAKU KEKERASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya manusia memerlukan hubungan interpersonal yang positif baik dengan individu lainnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan jiwa yang terjadi di era globalisasi dan persaingan bebas ini cenderung semakin meningkat. Peristiwa kehidupan yang penuh dengan tekanan seperti kehilangan
Lebih terperinciPromotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 86-94
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) DI RUANGAN PERAWATAN JIWA RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROPINSI SULAWESI TENGAH Sugeng Adiono Politeknik Kesehatan Kementerian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Multi krisis yang menimpa masyarakat dewasa ini merupakan salah satu pemicu yang menimbulkan stres, depresi dan berbagai gangguan kesehatan jiwa pada manusia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berat sebesar 4,6 permil, artinya ada empat sampai lima penduduk dari 1000
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Orang dianggap sehat jika mereka mampu memainkan peran dalam masyarakat dan perilaku pantas dan adaptif.organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefeniskan kesehatan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk hidup yang lebih sempurna dibandingkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup yang lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk yang lain. Konsep tentang manusia bermacam-macam. Ada yang menyatakan bahwa manusia adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Gangguan jiwa adalah sebuah penyakit dengan. manifestasi dan atau ketidakmampuan psikologis atau perilaku yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stuard & Sudeen (1998) mengatakan bahwa gangguan jiwa merupakan suatu penyimpangan proses pikir, alam perasaan, dan perilaku seseorang. Gangguan jiwa adalah sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mengkonstribusi pada fungsi yang terintegrasi. Pasien
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jiwa menjadi masalah yang serius dan memprihatinkan, penyebab masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era globalisasi ini kemajuan teknologi mempengaruhi perubahan sosial pada setiap individu dengan sangat cepat. Perubahan juga terjadi di bidang kesehatan khususnya
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG Nina Susanti * ) Wagiyo ** ), Elisa *** ) *) Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh semua orang. Menurut Yosep (2007), kesehatan jiwa adalah. dan kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan bagian integral dari kesehatan, sehat jiwa tidak hanya terbatas dari gangguan jiwa, tetapi merupakan suatu hal yang dibutuhkan oleh semua orang.
Lebih terperinciHUBU GA DUKU GA KELUARGA DE GA DURASI KEKAMBUHA PASIE SKIZOFRE IA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMI O GO DOHUTOMO SEMARA G
HUBU GA DUKU GA KELUARGA DE GA DURASI KEKAMBUHA PASIE SKIZOFRE IA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMI O GO DOHUTOMO SEMARA G Irma Wahyuningrum * ) Anjas Surtiningrum ** ), Ulfa Nurulita *** ). *) Mahasiswa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sehat jiwa adalah keadaan mental yang sejahtera ketika seseorang mampu merealisasikan potensi yang dimiliki, memiliki koping yang baik terhadap stressor, produktif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat serius dan memprihatinkan. Kementerian kesehatan RI dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah investasi paling mahal guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam era globalisasi ini kemajuan teknologi mampu memberikan pengaruh perubahan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
45 BAB III METODE PENELITIAN 1.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik kuantitatif dengan tipe pendekatan model quasi eksperimental yaitu penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kondisi sehat baik secara fisik, mental, sosial maupun spiritual yang mengharuskan setiap orang hidup secara produktif baik secara sosial maupun
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh
PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh Afandi 1), Y.Susilowati 2) 1) Alumni Akademi Keperawatan Krida Husada,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang menjadi pintu layanan terdepan dalam. hubungan dengan masyarakat adalah di rumah sakit.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan yang menjadi pintu layanan terdepan dalam hubungan dengan masyarakat adalah di rumah sakit. Sebagai pemberian pelayanan kesehatan yang komplek, mutu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Maka secara analogi kesehatan jiwa pun bukan hanya sekedar bebas dari
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau pola perilaku yang secara klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan menimbulkan gangguan pada satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta. orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-negara maju, modern, industri dan termasuk Indonesia. Meskipun gangguan
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Ny. J DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SUMBADRA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Ny. J DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SUMBADRA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : TRYASTIKA MINARNI RAHARJA J200 100 098 PROGRAM STUDI DIPLOMA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 6 tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Anak adalah individu yang masih memiliki ketergantungan pada orang dewasa dan lingkungan sekitarnya, anak memerlukan lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam kebutuhan
Lebih terperinciGAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK
GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK EKA FEBRIANI I32111019 NASKAH PUBLIKASI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Lebih terperinciDea Yuhanda W*), Ns. Hj. Dwi Heppy Rochmawati., M.Kep, Sp.Kep.J**), S. Eko Purnomo, S.Kp.,M.Kes***)
EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI NAFAS DALAM DAN TERTAWA DALAM MENGONTROL PERILAKU KEKERASAN PADA PASIEN PERILAKU KEKERASAN di RSJD Dr. Amino GondoHutomo Semarang Dea Yuhanda W*), Ns. Hj. Dwi Heppy Rochmawati.,
Lebih terperinciPENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014
PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014 1* Gumarang Malau, 2 Johannes 1 Akademi Keperawatan Prima Jambi 2 STIKes
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Psychiatric Association,1994). Gangguan jiwa menyebabkan penderitanya tidak
BAB I PENDAHULUAN 1,1. Latar Belakang Gangguan jiwa adalah suatu sindroma atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya distress
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian 1. Gambaran Lokasi Penelitian Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Amino Gondohutomo Semarang (RSJD Dr.Amino Gondohutomo Semarang) yang beralamat di Jl. Brigjend
Lebih terperinciAristina Halawa ABSTRAK
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI PERSEPSI SESI 1-2 TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PENDENGARAN PADA PASIENSKIZOFRENIA DI RUANG FLAMBOYAN RUMAH SAKIT JIWAMENUR SURABAYA ABSTRAK Aristina
Lebih terperinciISSN Vol 5, ed 2, Oktober 2014
HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN PENERAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA TAMPAN PROVINSI RIAU TAHUN 2014 ALINI Dosen STIKes Tuanku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keadaan ini sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan jiwa seseorang. yang berarti akan meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa.
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan kebudayaan masyarakat banyak membawa perubahan dalam segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan individu baik positif maupun negatif
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis
49 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, menggunakan desain penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa dapat dilakukan perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional, psikologi, dan sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif,
Lebih terperinciHUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT KEPDA PASIEN DI RS AISYIYAH BOJONEGORO. Abstrak
HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT KEPDA PASIEN DI RS AISYIYAH BOJONEGORO 1 Megarista Aisyana, 2 Iin Rahayu Abstrak Hubungan yang harmonis antara perawat rumah sakit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Secara medis, kesehatan jiwa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi pemenuhan kebutuhan perasaan bahagia, sehat, serta
Lebih terperinciPENGARUH TERAPI MUSIK POPULER TERHADAP TINGKAT DEPRESI PASIEN ISOLASI SOSIAL DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG
PENGARUH TERAPI MUSIK POPULER TERHADAP TINGKAT DEPRESI PASIEN ISOLASI SOSIAL DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Ayu Fitriya Rusanto*), Arief Nugroho**), Ulfa Nurullita***) *) Alumni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-negara maju, tetapi masih kurang populer di kalangan masyarakat
Lebih terperinciFitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat...
Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat... Hubungan antara Peranan Perawat dengan Sikap Perawat pada Pemberian Informed Consent Sebagai Upaya Perlindungan Hukum Bagi Pasien di RS PKU
Lebih terperinciGAMBARAN KONSEP DIRI PASIEN POST OP FRAKTUR EKSTREMITAS DI RUANG RAWAT INAP TAHUN 2015
GAMBARAN KONSEP DIRI PASIEN POST OP FRAKTUR EKSTREMITAS DI RUANG RAWAT INAP TAHUN 2015 Daniel¹ Warjiman² Siti Munawaroh³ Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan aniel.green8@gmail.com, warjiman99@gmail.com,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan kesehatan mental psikiatri sebagai efek negatif modernisasi atau akibat krisis multidimensional dapat timbul dalam bentuk tekanan dan kesulitan pada seseorang
Lebih terperinciPENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN PADA PASIEN PERILAKU KEKERASAN DI RUMAH SAKIT JIWA MENUR SURABAYA
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN PADA PASIEN PERILAKU KEKERASAN DI RUMAH SAKIT JIWA MENUR SURABAYA Siti Sholikhah ABSTRAK Healthy according to WHO is the
Lebih terperinci/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas
1 /BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara - negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari
Lebih terperinci