BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. produktivitas merupakan sebuah motor pengggerak kemajuan ekonomi dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. produktivitas merupakan sebuah motor pengggerak kemajuan ekonomi dan"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produktivitas Kerja Produktivitas lahir karena adanya pengembangan di dunia industri sehingga dapat dikatakan bahwa produktivitas itu adalah saudara kembar industri. Peningkatan produktivitas merupakan sebuah motor pengggerak kemajuan ekonomi dan keuntungan suatu perusahaan, sangat penting untuk meningkatkan upah dan penerimaan perseorangan yang berpengaruh ke status ekonomi. Suatu negara yang tidak dapat meningkatkan produktivitasnya baik itu secara cepat ataupun lambat, akan segera mengalami penurunan dalam standar kehidupannya. Produktivitas didefinisikan sebagai hubungan antara input dan output suatu sistem produksi. Hubungan ini sering lebih umum dinyatakan sebagai rasio output dibagi input (Nasution, 2006). Salah satu ukuran keberhasilan kinerja individu, tim atau organisasi terletak pada produktivitasnya. Apabila tinggi atau bertambah, dinyatakan berhasil. Apabila lebih rendah dari standar atau menurun, dinyatakan tidak berhasil. Sebagai konsekuensi produktivitas yang lebih baik merupakan ukuran yang paling berharga tentang seberapa baik sumber daya dipergunakan dalam masyarakat. Berarti lebih sedikit masukan diperlukan untuk menghasilkan keluaran, lebih sedikit pemborosan dan lebih baik konservasi sumber daya. Terjaminnya produktivitas kerja yang setinggi-tingginya dapat dicapai dengan menyeimbangkan antara beban kerja, beban tambahan dan kapasitas kerja. Setiap

2 pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban yang dimaksud berupa beban fisik, mental atau sosial. Misalnya seorang pekerja berat seperti tenaga bongkar muat barang di pelabuhan, tentu beban fisiknya lebih besar daripada beban mental atau sosial atau sebaliknya seorang pengusaha mungkin beban mentalnya relatif lebih besar. Produktivitas sering diukur dalam bentuk masukan dan keluaran ekonomi. Akan tetapi, masukan dan keluaran sumber daya manusia dan sosial juga merupakan faktor penting. Jika perilaku organisasi lebih baik akan dapat memperbaiki kepuasan kerja sehingga terjadi peningkatan hasil sumber daya manusia. Produktivitas dari suatu kegiatan/kerja dikatakan meningkat apabila pengembangan program memberikan hasil tambahan sebagai produk sampingan atau by product. Menurut Blecher dalam Wibowo (2007), secara konseptual produktivitas adalah hubungan keluaran atau hasil organisasi dengan masukan yang diperlukan. Meningkatkan produktivitas dapat dilakukan dengan memperbaiki rasio produktivitas dengan menghasilkan lebih banyak keluaran atau output yang lebih baik dengan tingkat masukan sumber daya tertentu. Suma mur yang dikutip oleh Santoso (2004), mengatakan bahwa penerapan ergonomi pada berbagai bidang pekerjaan telah terbukti menyebabkan kenaikan produktivitas secara jelas, besarnya angka kenaikan produktivitas mencapai sepuluh persen (10%) atau bahkan lebih.

3 Produktivitas adalah sebagai perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang dipergunakan atau perbandingan jumlah produksi (output) dengan sumber daya yang digunakan (input) dikemukakan oleh Soeprihanto yang dikutip oleh Triton (2010). Berdasarkan pengertian di atas keluaran (output) dan masukan (input) harus sudah nampak dalam bentuk nilai. Pada umumnya keluaran berupa fisik yaitu produk akhir yang dihasilkan dapat berupa satuan jumlah. Total tenaga kerja yang dipekerjakan bisa berbentuk satuan waktu (man-hours) yakni berupa jam kerja yang dipakai untuk menyelesaikan pekerjaan. Rasio antara masukan dan keluaran yang merupakan produktivitas kerja, ini merupakan efisiensi kerja. Dimana masukan dan keluaran di sini masih bersifat abstrak. Produktivitas tenaga kerja dapat diukur menurut sistem masukan fisik perorangan (per-orang) atau per-jam kerja menurut Sinungan (2000) Faktor yang Memengaruhi Produktivitas Kerja Suatu perusahaan didirikan bertujuan untuk mendapatkan keuntungan salah satu modal dasar untuk mendapatkan keuntungan adalah dengan meningkatkan tingkat produktivitas kerja semua tenaga kerja yang dipekerjakan. Apabila tingkat produktivitas kerja meningkat, maka biaya yang dikeluarkan untuk mengganti waktu tenaga, material, bahan baku bahkan untuk peralatan akan semakin efisien. Dengan ada efisiensi di atas maka perusahaan akan mendapatkan keuntungan. Soedirman (1986) dan Tarwaka (1991) dalam Tarwaka dkk (2004), mengungkapkan bahwa

4 banyak faktor yang memengaruhi tingkat tinggi-rendahnya produktivitas kerja seperti motivasi, kedisiplinan, etos kerja, ketrampilan dan pendidikan. Manuaba yang dikutip oleh Tarwaka dkk (2004), juga mengemukakan bahwa tingkat peroduktivitas kerja dipengaruhi juga oleh faktor alat, cara kerja serta lingkungan kerja. Untuk mendapatkan produktivitas kerja yang tinggi, maka faktor tersebut harus betul-betul serasi terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia pekerja. Suma mur (2009), mengemukakan tingkat produktivitas kerja dipengaruhi oleh: a. Riwayat kesehatan umum, terdapatnya penyakit infeksi dan infestasi parasit, penyakit endemis. Gangguan kesehatan atau penyakit yang menimpa tenaga kerja biasanya diperburuk oleh faktor pekerjaan, lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan. b. Penyakit akibat kerja, efek kronis pekerjaan dan lingkungan kerja menyebabkan kondisi kesehatan terganggu. Apabila pengurus perusahaan dan tenaga kerja tidak memahami dan menindak lanjuti maka kondisi kesehatan semakin buruk dan tidak mampu bekerja seperti biasa. c. Keadaan gizi pekerja, mencakup asupan dan pola makan sehari-hari. Misal seorang tenaga kerja bekerja sebagai pekerja berat membutuhkan asupan makanan yang sesuai namun karena kurang asupan makanan maka berat badan menurun, merasa lemah tidak bertenaga, bekerja tidak maksimal. Keadaan ini disebut status gizi buruk merupakan efek dari rendahnya status ekonomi.

5 d. Lingkungan kerja, sering tidak membantu untuk upaya mewujudkan produktivitas kerja yang optimal. Suhu, kelembaban, ventilasi udara memberi kemudahan dan kenyamanan kerja. Pencahayaan atau penerangan untuk memudahkan melakukan pekerjaan. Intensitas kebisingan tidak melebihi 85 db tidak mengganggu komunikasi dan alat pendengaran. Uap, gas, debu dan kondisi lingkungan sekitar tidak menjadi beban tambahan bagi tenaga kerja. Lingkungan kerja hendaknya sesuai dengan NAB karena dapat mengurangi mutu hasil kerja, sangat negatif bagi kesehatan dan mengurangi tingkat produktivitas kerja. Lingkungan kerja dibagi beberapa faktor yaitu kimia, fisik, biologis dan psikologi. e. Fasilitas dan kesejahteraan yang memadai akan mendorong pekerja untuk semakin produktif karena akan memperoleh hasil yang lebih. Pada umumnya proses dari efek faktor yang memengaruhi tingkat produktivitas kerja secara langsung bagi tenaga kerja disertai terhadap perusahaan. Tenaga kerja mengalami gangguan kesehatan seperti lemah tidak bertenaga, berat badan menurun, sakit menyebabkan motivasi kerja berkurang, cepat lelah dan mangkir kerja sehingga target tidak tercapai/tidak produktif. Simanjuntak (1993), ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi produktivitas kerja tenaga kerja yakni pelatihan untuk melengkapi tenaga kerja dengan keterampilan dan cara-cara yang tepat untuk menggunakan peralatan kerja, mental dan kemampuan fisik mempunyai hubungan yang sangat erat dengan produktivitas kerja, hubungan antara atasan dan bawahan akan memengaruhi kegiatan

6 yang akan dilakukan sehari-hari karena sikap dan perilaku yang saling menjalin mampu memengaruhi produktivitas kerja Pengukuran Produktivitas Pengukuran merupakan bagian integral dari proses manajemen produktivitas. Apabila produktivitas diintegrasikan ke dalam budaya organisasi, monitoring progres yang memberikan umpan balik, menetapkan sasaran yang dapat dihitung dan mengevaluasi kinerja manajerial merupakan suatu keharusan. Model pengukuran secara garis besar yaitu : 1. Pengukuran produktivitas total (total productivity ratio) menghubungkan nilai semua pengeluaran dengan masukan, tidak terdapat ukuran produktivitas tunggal atau satu satuan ukuran. Cocok untuk organisasi besar dan kompleks 2. Pengukuran produktivitas partial (partial productivity ratio) menghubungkan nilai pengeluaran terhadap kategori utama masukan, membagi keluaran total dengan masukan tunggal organisasi, ukuran ini mempunyai keterbatasan yang disebut pengaruh substitusi satu ukuran parsial memperbaiki atas beban lainnya dikemukan Tarwaka dkk, (2004). Waktu produktivitas adalah waktu kerja yang sebenarnya dipakai yaitu jumlah jam kerja sehari (Arsad, 1998), mengetahui keluaran dan waktu produktivitas, maka produktivitas tenaga kerja dapat dinyatakan sebagai berikut : = Barang/orang/hari

7 Untuk jenis produk yang berbeda-beda dimana tenaga diharuskan mencapai jumlah target produk tertentu selama jam kerja tertentu, maka produktivitas tenaga kerja dapat dihitung dengan membandingkan jumlah produk (unit barang) yang dihasilkan selama jam kerja dengan jumlah target produk (unit barang) yang seharusnya diperoleh selama 1 jam kerja, seperti formula berikut : Produktivitas kuantitatif digunakan untuk menentukan tingkat seberapa besar elemen produksi telah digunakan. Persamaan sederhana ini sering disebut dengan formula dasar dalam pengukuran produktivitas (Ravianto, 1991), sebagai berikut : Prinsip mengukur produktivitas kerja pada tingkat yang lebih rendah adalah penanggung jawab hendaknya mengembangkan ukuran mereka sendiri, sehingga perusahaan sanggup mengembangkan rangkaian pengukuran yang unik. Pengukuran hendaknya dikaitkan pada kebiasaan hierarki dan sasaran perusahaan, memastikan tangggung jawab semua yang bertugas. Rasio produktivitas sebaiknya dimasukkan semua tanggung jawab sampai tingkat yang memungkinkan, membuat suatu rasio keseluruhan yang dapat mewakili suatu ukuran total pekerjaan yang dapat diterima (Nasution, 2006).

8 2.2. Hubungan IMT dengan Produktivitas Kerja Jelliffe (1966) dikutip Baliwati dkk, (2010), mengatakan status gizi adalah suatu kondisi tubuh sebagai akibat dari keseimbangan antara masukan makanan dan penggunaannya oleh tubuh yang dapat diukur dari berbagai dimensi. Status gizi dapat dinilai dari setiap jenis zat gizi, baik gizi makro maupun mikro. Zat gizi makro yang utama adalah energi, protein, lemak dan karbohidrat. Lemak dan karbohidrat adalah unsur utama sebagai penghasil energi. Pemenuhan kebutuhan akan zat makanan dapat menentukan status gizi. Status gizi sangat tergantung pada latar belakang pendidikan, kondisi sosial ekonomi, budaya masyarakat dan derajat kesehatan. Unsur terpenting bagi penilaian status gizi adalah tinggi badan dan berat badan yang menentukan indeks massa tubuh. Penilaian dengan antropometri digunakan untuk melihat ketidak seimbangan asupan energi protein terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air. Pengukuran antropometri gizi dilakukan untuk mengetahui status gizi masa lampau dan saat ini. Pengukuran dengan metode antropometri dapat dilakukan antara lain : 1) Pengukuran Tinggi Badan / Panjang Badan (TB/PB) Pengukuran tinggi badan dapat menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan normal pertumbuhan tinggi badan akan beriringan dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan relatif kurang sensitif terhadap masalah defisiensi zat gizi. Istilah tinggi badan digunakan bagi seseorang diatas

9 dua tahun sedangkan panjang badan untuk anak di bawah dua tahun. Alat yang digunakan untuk mengukur tinggi badan adalah mikrotoise dan untuk mengukur panjang badan adalah infantometer. 2) Pengukuran Berat Badan (BB) Berat badan dapat memberikan gambaran tentang massa tubuh, karena sangat sensitif terhadap perubahan yang mendadak misalnya terserang penyakit, menurunnya nafsu makan. Dalam keadaan normal berat badan akan berkembang mengikuti pertumbuhan umur sedangkan dalam keadaan abnormal terdapat dua kemungkinan yaitu berkembang lebih cepat atau lambat. Berat badan diukur dengan menggunakan timbangan. 3) Pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) Pengukuran ini digunakan berdasarkan rekomendasi FAO/WHO/UNO tahun 1985 bahwa batasan berat badan normal orang dewasa ditentukan berdasarkan indeks massa tubuh. Merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa diatas 18 tahun, berhubungan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Tidak dapat digunakan pada bayi, bumil, remaja, olahragawan serta penderita oedema, asites dan hepatomegali. IMT menurut FAO membedakan antara laki-laki dan perempuan. Ambang normal pada laki-laki adalah 20,1-25,0 sedangkan untuk perempuan adalah 18,7-23,8. Di Indonesia diindikasi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian dibeberapa negara berkembang. Rumus IMT adalah :

10 Secara umum kategori IMT adalah sebagai berikut : Tabel 2.1. Kategori IMT Kategori Batas Ambang Kurus sekali < 17,0 Kurus 17,0-18,4 Normal 18,5-25,0 Gemuk 25,1-27,0 Gemuk sekali > 27,1 Sumber : Baliwati dkk, (2010). 4) Penggunaan indeks antropometri gizi Berdasarkan interpretasi di atas dibutuhkan ambang batas. Penentuan ambang batas diperlukan kesepakatan para ahli gizi yang disajikan dalam tiga cara yaitu persen terhadap median (nilai tengah dari suatu populasi), persentil median (nilai tengah dari jumlah populasi berada di atas dan tengah), standar deviasi unit (Z-skor) dimana WHO menyarankan untuk menggunakan cara ini dalam meneliti dan memantau pertumbuhan. Waterlow juga merekomendasikan penggunaan standar deviasi untuk menyatakan hasil pengukuran pertumbuhan Hubungan Kadar Hemoglobin dengan Produktivitas Kerja Berdasarkan hasil observasi tahun bahwa banyak tenaga kerja yang absensi karena sakit dimana ada 3 8% tenaga kerja yang absen setiap harinya karena sakit. Suma mur dalam Riris (2008), tidak masuk kerja karena sakit dapat menurunkan produktivitas perusahaan. Dalam bekerja tenaga kerja membutuhkan

11 asupan makanan yang cukup, apabila tenaga kerja mengalami kekurangan asupan makanan maka tenaga yang dihasilkan oleh tubuh akan berkurang dan badan menjadi cepat lelah dan produktivitas kerjapun menurun. Hemoglobin adalah senyawa protein terkonjugasi yang memberi warna merah pada darah. Hemoglobin terdapat dalam eritrosit mampu hidup rata-rata 120 hari. Dengan demikian apabila eritrosit hancur maka hemoglobin juga ikut pecah. Hemoglobin diperlukan tubuh untuk melakukan transport oksigen ke jaringan tubuh. Di dalam jaringan oksigen berfungsi sebagai zat pembakar bagi unsur gizi sumber zat tenaga seperti karbohidrat, protein dan lemak. Tubuh orang dewasa mengandung kira-kira 4,5 gram zat besi dari jumlah tersebut 73% diantara terdapat di dalam Hb dan 2% di dalam otot, enzim tubuh sedangkan 25% sisanya disimpan di dalam hati, sumsum tulang dan limpa (Setyohadi, 1997). Kadar Hb normal untuk seseorang sukar ditentukan karena kadar Hb ini sangat bervariasi diantara setiap suku bangsa. Namun, WHO (1999) telah menetapkan patokan batas kadar anemia berdasarkan umur, jenis kelamin, sebagai berikut : Tabel 2.2 Batas Kadar Hemoglobin Kelompok Batas Nilai Hb (gr/dl) Anak 6 bulan-6 tahun 11 Anak 6 tahun-14 tahun 12 Pria dewasa 13 Ibu hamil 11 Wanita dewasa 12 Sumber : WHO, (1999) dalam Riris (2008).

12 Konsentrasi normal Hb pada orang dewasa adalah gram/dl darah yang semuanya terdapat di dalam eritrosit. Diperkirakan terdapat 750 gram Hb yang beredar di dalam seluruh tubuh manusia dengan asumsi berat badan 70 kg dan sekitar 6,25 gram akan dibentuk kemudian dipecah setiap harinya (Setyohadi, 1997). Kekurangan zat gizi makanan akan berdampak terjadinya gangguan kesehatan dan penurunan produktivitas kerja. Rendahnya kadar Hb dalam tubuh sering disebut dengan anemia. Tanda dan gejala seseorang mengalami anemia adalah lesu, lemah, letih, lelah dan lalai (5 L), sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang, gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat. Pada orang dewasa akan menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah sakit dan produktivitas kerja (Sampoerna, 2004). Wirakusumah (1999), beberapa faktor yang menyebabkan seseorang mengalami anemi adalah : a. Makanan yang banyak mengandung zat besi namun tidak dapat diserap usus dengan baik. b. Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi seperti pada masa pertumbuhan dan pada ibu hamil. c. Meningkatnya pengeluaran zat besi dari dalam tubuh seperti perdarahan dan pada penderita kecacingan. d. Pola konsumsi makanan yang kurang beragam e. Kebutuhan yang meningkat akibat masa pertumbuhan

13 Usaha yang dilakukan untuk pencegahan dan pengobatan anemi adalah meningkatkan konsumsi makanan bergizi, mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, dan telur) dan bahan makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe). Asupan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C (daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan nenas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus (Olivia dkk, 2004). Agar tetap sehat dan mampu mempertahankan kesehatannya, manusia memerlukan sejumlah zat gizi. Untuk itu jumlah zat gizi yang diperoleh harus mencukupi kebutuhan tubuh untuk dapat melakukan kegiatan (internal dan eksternal), pemeliharaan tubuh bagi orang dewasa dan pertumbuhan bagi yang masih dalam taraf pertumbuhan. Kegiatan internal adalah kegiatan organ dalam tubuh yang melakukan kegiatan secara rutin dalam keadaan tubuh istirahat seperti kegiatan jantung, paruparu, metabolisme dan lainnya. Sedangkan kegiatan eksternal adalah kegiatan fisik tubuh seperti duduk, berjalan, berlari, belajar, makan Hubungan Lingkungan Fisik dengan Produktivitas Kerja Undang-undang No.1 tahun 1970, berisikan syarat keselamatan kerja adalah tenaga kerja memperoleh keserasian antara alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerja. Lingkungan kerja sering kurang membantu untuk meningkatkan produktivitas optimal tenaga kerja. Manusia, beban kerja dan faktor didalamnya merupakan satu

14 kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Lingkungan kerja adalah kondisi tempat pelaksanaan kerja berlangsung meliputi faktor fisik, sosial, psikologi dan lingkungan. Nitisemito (1996) dalam Suseno (2000), mengatakan lingkungan fisik merupakan segala sesuatu yang berada di sekitar pekerja dapat memengaruhi individu dalam menjalankan tugas yang dibebankan mencakup pencapaian tingkat produktivitas kerja dari tenaga kerja itu sendiri. Lingkungan yang sering menggangu kenyamanan kerja seperti lingkungan kerja yang buruk, kotor, gelap, pengap, lembab akan menimbulkan cepat lelah dan menurunkan produktivitas kerja. Sutrisno (2010), lingkungan kerja yang baik dan bersih mencakup cahaya yang cukup, bebas dari kebisingan dan gangguan yang akan memotivasi pekerja dalam melakukan pekerjaan dengan baik. Suma mur (2009), mengungkapkan untuk dapat bekerja secara produktif pekerjaan harus dilakukan dengan lingkungan kerja yang memenuhi syarat kesehatan, apabila syarat tersebut tidak terpenuhi maka akan terjadi gangguan kesehatan dan daya kerja akhirnya berpengaruh buruk terhadap produktivitas. Lingkungan fisik yang memengaruhi produktivitas kerja antara lain : 1. Iklim Kerja Suhu tubuh manusia dipertahankan hampir menetap oleh suatu sistem pengatur tubuh. Produksi panas dalam tubuh tergantung dari kegiatan fisik tubuh, makanan, berbagai bahan kimia dan gangguan pada sistem pengatur panas misalnya pada keadaan demam. Iklim kerja merupakan suatu komponen dari faktor fisik di

15 lingkungan kerja yang meliputi tekanan panas dan dingin. Suhu panas biasanya menjadi masalah yang dominan daripada tekanan dingin bagi tenaga kerja (Matondang dkk, 2004). Iklim kerja merupakan kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara kecepatan gerakan dan suhu radiasi dalam suatu ruangan yang berimplikasi terhadap tingkat pengeluaran panas dari tubuh. Kombinasi ke-empat faktor ini dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh disebut suhu panas. Suhu udara dapat diukur dengan thermometer disebut dengan suhu kering, kelembaban udara dapat diukur dengan menggunakan hygrometer dimana suhu dan kelembaban telah dapat diukur secara bersama-sama, misalnya dengan menggunakan sling psychometer dan arsman psychrometer yang menunjukkan suhu basah sekaligus. Suhu basah adalah suhu yang ditunjukkan suatu thermometer yang dibasahi dan ditiupkan udara kepadanya dengan demikian suhu tersebut dapat menunjukkan kelembaban relativif. Selain alat di atas, terdapat alat yang lebih modern seperti Questtemp Heat Stress Monitoring dioperasikan secara digital meliputi parameter suhu basah, suhu kering, suhu radiasi dan ISBB yang hasilnya tinggal membaca alat dengan menekan tombol ºC atau ºF (Tarwaka, 2004). Orang Indonesia biasanya beraklimatisasi dengan suhu tropis sekitar 29-30ºC dengan kelembaban sekitar 85-90%. Aklimatisasi panas berarti proses yang terjadi pada seseorang selama seminggu pertama berada di tempat panas sehingga setelah itu dia mampu bekerja tanpa pengaruh panas. Tenaga kerja baru akan mengalami proses

16 aklimatisasi untuk melindungi tenaga kerja baru tersebut perlu diatur pembagian pekerjaan secara bertahap. Efisiensi kerja dapat dipengaruhi cuaca kerja dalam daerah nikmat kerja jadi tidak dingin dan tidak panas. Suhu nikmat bekerja bagi orang Indonesia diantara 24-26ºC (suhu basah alami) dapat mendorong tingkat produktivitas. Suhu panas adalah perpaduan dari suhu udara, kelembaban, panas radiasi dan kecepatan udara dalam suatu ruangan yang berimplikasi terhadap tingkat pengeluaran panas dari tubuh seorang tenaga kerja sebagai akibat dari melakukan pekerjaan (Matondang dkk, 2004). Ketika kemampuan fisiologi tenaga kerja, mengimbangi tekanan panas yang berlebih maka paparan panas menimbulkan gangguan penampilan kerja, meningkatkan resiko kecelakaan kerja. Potensi bahaya paparan panas di lingkungan kerja dapat dipantau dengan melakukan pengukuran secara kuantitatif untuk mengetahui kondisi iklim kerja digunakan sebagai dasar dalam penanggulangannya. Panas mempunyai pengaruh yang buruk terhadap tubuh. Hal penting diketahui oleh tenaga kerja yang bekerja di lingkungan kerja panas adalah sumber panas. Dua hal penting tentang sumber panas di tempat kerja (Moejosoedarmo, 2008) : a. Panas metabolisme Tubuh manusia akan menghasilkan panas selama masih hidup, proses yang menghasilkan panas dalam tubuh ini disebut metabolisme. Panas metabolisme meningkat apabila beban kerja meningkat. Suhu tubuh harus dipelihara agar tetap

17 konstan sebesar 37ºC. Kenyataan bahwa tubuh hanya memiliki kemampuan yang sangat terbatas dalam menimbun panas yang dihasilkan metabolisme. Oleh karena itu kelebihan panas metabolisme yang terbanyak harus dibuang atau dikeluarkan dari dalam tubuh ke udara sekitarnya (udara lingkungan tempat kerja). b. Panas dari luar tubuh penting diketahui dengan alasan : 1) Panas dari lingkungan tempat kerja secara nyata dapat menambah beban panas kepada tubuh 2) Faktor panas lingkungan termasuk suhu udara, kecepatan udara, kelembaban udara dan panas radiasi dapat menentukan kecepatan tubuh dalam mengeluarkan panas ke udara lingkungan kerja. Panas diperoleh tidak hanya dari suhu udara, melainkan tergantung dari kecepatan gerak udara, kelembaban udara dan suhu radiasi. Kombinasi dari faktor ini disebut faktor dari cuaca kerja. Sedangkan yang tidak termasuk faktor cuaca kerja adalah panas metabolisme tubuh, pakaian kerja dan tingkat aklimatisasi (kemampuan beradaptasi). Darah membawa panas dari dalam tubuh ke kulit, dimana panas dapat dipindahkan ke sekitarnya. Kecepatan panas yang dipindahkan ini tergantung kepada keadaan lingkungan. Panas dapat dipindahkan dari tubuh ke tempat kerja (Moejosoedarmo, 2008) melalui : a. Konduksi perpindahan panas dari partikel yang satu ke partikel yang lain yang saling berhubungan dalam keadaan tetap misalnya perpindahan panas dari kulit ke

18 udara, namun agar dapat berlangsung maka suhu udara harus lebih dingin dari suhu kulit b. Konveksi sirkulasi udara di atas kulit yang hasilnya adalah peningkatan kegiatan pendinginan. Adanya angin dingin atau angin sepoi-sepoi serta penyediaan kipas angin secara terus menerus mempunyai pengaruh mendinginkan tubuh. Makin tinggi kecepatan udara lebih besar jumlah panas konveksi yang hilang c. Penguapan cara pendinginan tubuh yang dilakukan dengan menguapkan keringat yang ada dipermukaan kulit. Kecepatan penguapan untuk mendinginkan tubuh ini umumnya menjadi lebih besar oleh karena dipercepat oleh konveksi atau cepat gerak udara yang melintasi kulit d. Radiasi perpindahan panas dari benda yang panas ke suatu benda yang lebih dingin yang ada disekitarnya dalam suatu lingkungan tempat kerja. Panas dipindahkan melalui suatu ruangan sedangkan benda-benda tidak saling menyentuh antara yang satu dengan yang lain. Apabila suhu udara lingkungan kerja naik sampai pada batas tertentu, dimana lebih tinggi dari suhu tubuh, maka panas yang hilang atau pendinginan dengan cara konduksi, konveksi, radiasi akan berhenti dan dimulai terjadinya penyerapan panas dari lingkungan ke tubuh. Pada suatu keadaan dengan suhu dan kelembaban tertentu, pendinginan tubuh melalui penguapan akan terhenti dan suhu tubuh mulai naik. Bila keadaan seperti ini terjadi, tenaga kerja dalam bahaya dan dapat menderita sakit yang disebabkan oleh panas.

19 Pada dasarnya tubuh akan tetap mempertahankan suhu dalam kondisi yang stabil pada 37ºC. Untuk menjaga kestabilan suhu tubuh maka terjadi pertukaran panas tubuh dengan lingkungan bentuk paling ringan dari suhu panas adalah timbulnya rasa tidak nyaman. Paparan suhu panas dalam waktu lama juga menyebabkan iritabiliti, lesu, moral menurun, meningkatkan gelisah dan tidak dapat berkonsentrasi. Sumber paparan panas di tempat kerja yaitu: cuaca panas dimana paparan panas matari terutama pada pekerjaan diluar ruangan seperti pertambangan logam, konstruksi, pertambangan, pertanian dan pekerja di pelabuhan. Sumber paparan panas dapat juga berasal dari proses produksi yang menggunakan mesin, peralatan dapur pijar, tungku pembakaran dan sistem ventilasi yang tidak baik terutama pada pekerjaan di dalam ruangan. Sebagai akibat masuknya energi panas ke lingkungan tempat kerja, dapat menimbulkan perubahan pada iklim di dalam lingkungan tempat kerja tersebut. Perubahan ini telah menyebabkan terjadinya suhu panas yang akan diterima oleh tenaga yang bekerja di lingkungan tempat kerja tersebut sebagai beban tambahan yang dapat mengakibatkan banyak pengaruh negatif bagi tenaga kerja baik gangguan pekerjaan maupun gangguan kesehatan. Keadaan yang seperti ini jelas akan mengakibatkan banyak waktu kerja yang hilang dan lebih lanjut akan menurunkan produktivitas tenaga kerja. Suhu panas dapat mengakibatkan kelainan (Matondang dkk, 2004) :

20 a. Heat stroke akibat bekerja di lingkungan kerja yang panas sekali, maka suhu tubuh akan naik sampai 40ºC, sedangkan tubuh tidak dapat mengeluarkan keringat sehingga penderita akan kehilangan kesadaran. b. Heat exhaustion terjadi oleh karena cuaca yang sangat panas, terutama terjadi pada orang yang belum teraklimatisasi terhadap panas. Penderita akan banyak mengeluarkan keringat sedangkan suhu tubuh normal atau sub normal, tekanan darah akan menurun dan frekuensi nadi akan menjadi cepat. Penderita merasa lemah sekali dan apabila dibiarkan akan menjadi pingsan c. Dehidrasi terjadi akibat pengaruh lingkungan kerja yang panas dan disertai dengan pengeluaran keringat yang berlebihan, akan terjadi kehilangan garam-garam natrium. Seorang pekerja dapat kehilangan 1 liter/jam cairan dan elektrolit dalam keringat. Kehilangan ini harus digantikan dengan minum air setiap menit dalam jumlah banyak diperlukan bila benar-benar haus. Dan setelah beberapa minggu biasanya penderita akan mengalami kejang-kejang otot tubuh dan otot perut yang menimbulkan rasa sakit sekali, disamping itu terdapat pula gejala pingsan, lemah dan muntah atau rasa mual d. Kelainan kulit terjadi miliria akibat pengaruh iklim kerja yang panas dan keringat berlebihan sehingga menimbulkan rasa gatal-gatal pada permukaan kulit. Idealnya pencegahan suhu panas dilakukan dengan isolasi pekerja dari lingkungan panas dengan rancangan tehnik. Bila ini tidak mungkin suhu panas dapat dicegah dengan kombinasi pengendalian tehnik, perubahan kerja, alat pelindung diri,

21 pendidikan atau penyuluhan terhadap tenaga kerja yang bekerja dalam kondisi panas yang berlebih. Pengendalian suhu panas yang lazim dilakukan : a. Terhadap lingkungan kerja dengan mempercepat aliran udara atau gerakan udara dengan ventilasi umum dimana dengan kecepatan udara yang cukup tinggi dapat membantu untuk mempercepat penguapan keringat, dengan pemasangan metal shielding pemasangan plat logam biasanya ditempatkan antara sumber panas dan tenaga kerja yang bersifat reflektif permukaan dinding yang mengkilap, pemasangan alat pendingin dimana cara ini baik namun sangat mahal dan digunakan hanya pada ruangan terbatas, menyediakan tempat istirahat yang memenuhi syarat untuk recovery. b. Terhadap tenaga kerja menyediakan air minum yang cukup dan memenuhi syarat dekat tenaga kerja, pada kondisi dimana lingkungan mempunyai tingkat radiasi rendah dianjurkan berpakaian sedang dan untuk lingkungan yang mempunyai radiasi tinggi dianjurkan dengan pakaian kerja yang menutup seluruh permukaan kulit dan warna putih, dihindarkan bagi tenaga kerja yang harus bekerja di lingkungan kerja panas apabila berbadan gemuk sekali dan menderita suatu penyakit jantung. Pemantauan lingkungan kerja terhadap paparan panas dilakukan dengan pengukuran komponen cuaca kerja dan penilaian beban kerja, dengan menggunakan suatu parameter pemaparan panas yang disebut indeks suhu basah dan bola yaitu penggabungan suhu udara kering, suhu basah bola dan suhu radiasi. NAB Iklim kerja

22 menurut Permenakertrans No PER.13/MEN/X/2011 tentang NAB Faktor Fisik dan Faktor Kimia di Tempat Kerja adalah sebagai berikut : Tabel 2.3. NAB Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) yang Diperkenankan Pengaturan waktu kerja setiap jam ISSB (ºC) Beban Kerja Ringan Sedang Berat 75%-100% 31,0 28,0-50%-75% 31,0 29,0 27,5 25%-50% 32,0 30,0 29,0 0%-25% 32,2 31,1 30,5 Sumber : Permenakertrans No.PER.13/MEN/X/2011 Tentang NAB Faktor Fisik dan Faktor Kimia di Tempat Kerja, Kemenakertrans, Catatan : a. Beban kerja ringan membutuhkan kalori sampai 200 Kkal/jam b. Beban kerja sedang membutuhkan kalori > Kkal/jam c. Beban kerja berat membutuhkan kalori > Kkal/jam Indeks Suhu Basah dan Bola untuk di luar ruangan dengan panas radiasi : ISBB = 0,7 Suhu basah alami + 0,2 Suhu bola + 0,1 Suhu kering Indeks Suhu Basah dan Bola untuk di dalam atau di luar ruangan tanpa panas radiasi : ISBB = 0,7 Suhu basah alami + 0,3 Suhu bola. 2. Kebisingan Bunyi atau suara didefinisikan sebagai rangkaian gelombang yang merambat dari suatu sumber getar sebagai akibat perubahan kerapatan dan juga tekanan suara. Bunyi terjadi bila sumber bunyi merambat, gerakan rambatannya menjauhi sumber

23 bunyi dan bergerak di udara dengan kecepatan ± 340 m/detik dan kecepatan akan bertambah besar apabila bergerak di dalam air dengan sebesar 1500 m/detik sedang di dalam baja kecepatan bunyi sebesar 5000 m/detik. Membahas suara, berarti ikut juga membahas tentang frekuensi, frekuensi sebagai gelombang lengkap yang merambat persatuan waktu yang dinyatakan per-detik (cps) atau dalam Hertz (HZ). Bunyi dapat didengar manusia sangat terbatas terletak pada kisaran HZ. Frekuensi HZ adalah frekuensi paling peka yang ditangkap telinga. Kebisingan adalah adanya bunyi yang tidak dikehendaki (Santoso, 2004). Pengaruh gangguan kebisingan tergantung pada intensitas dan frekuensi nada. Sumber bising di tempat kerja adalah pemintalan dan penenunan pada industri kecil, peleburan logam kilang kayu, boiler, percetakan, kontruksi, pengrajin besi dan bandar udara. Intensitas suara atau bunyi merupakan besarnya tekanan yang dipancarkan oleh sumber bunyi. Alat untuk mengukur suara adalah Sound Level Meter (SLM) dengan satuan decibel (db) (Suma mur, 2009). Peralatan ini dapat berfungsi sebagai fungsi telinga manusia dalam hal kepekaannya terhadapat suara pada berbagai frekuensi, dimana mekanisme kerja dari pada SLM adalah apabila ada benda yang bergetar maka akan menyebabkan terjadinya perubahan tekanan udara yang dapat ditangkap oleh alat, selanjutnya perubahan tekanan udara tersebut diubah menjadi energi yang akan menggerakkan meter petunjuk. Jenis kebisingan yang sering ditemukan (Tarwaka, 2004) :

24 1 Kebisingan yang kontiniu dengan spektrum frekuensi yang luas misalnya mesin, kipas angin, dapur pijar dan lainnya. 2 Kebisingan yang kontinu dengan spektrum frekuensi sempit misalnya gergaji sirkuler, katub gas dan lainnya. 3 Kebisingan terputus-putus misalnya lalu-lintas, pesawat terbang di lapangan udara. 4 Kebisingan impulsif misalnya tembakan bedil, meriam dan ledakan. 5 Kebisingan impulsif berulang misalnya mesin tempa di perusahaan. NAB kebisingan menurut Permenakertrans No PER.13/MEN/X/2011 tentang NAB Faktor Fisik dan Faktor Kimia di Tempat Kerja adalah sebagai berikut: Tabel 2.4. NAB Kebisingan Waktu Pemaparan Per-hari Intensitas Kebisingan (dba) 8 Jam Menit , , , , ,12 Detik , , , , , , , , Sumber : Permenakertrans No.PER.13/MEN/X/2011 Tentang NAB Faktor Fisik dan Faktor Kimia di Tempat Kerja, Kemenakertrans, 2011.

25 Catatan : tidak boleh terpajan lebih dari 140 dba, walaupun sesaat. Efek umum tingkat kebisingan yang berbeda menyebabkan : 1. Pengaruh fisiologi pada umumnya kebisingan bernada tinggi sangat mengganggu, lebih-lebih terputus-putus, datangnya tiba-tiba dan tidak terduga menyebabkan peningkatan tekanan darah, denyut nadi dan lainnya. 2. Pengaruh psikologi memengaruhi stabilitas mental dan reaksi psikologis, menimbulkan rasa khawatir, jengkel, mudah tersinggung dan marah. 3. Gangguan komunikasi resiko pendengaran terjadi apabila komunikasi dijalankan dengan teriak, menyebabkan terganggunya pekerjaan bahkan terjadi kecelakaan kerja, menurunkan mutu pekerjaan dan produktivitas kerja. 4. Ketulian merupakan efek paling serius, dibagi menjadi tuli sementara, ketulian menetap dan trauma akustik Landasan Teori Produktivitas kerja merupakan ukuran dari hasil perbandingan antara keluaran dan masukan, biasanya ditentukan dalam satuan. Tercapainya produktivitas yang setinggi-tingginya dapat dicapai apabila beban kerja, beban tambahan dan kapasitas kerja berada dalam keadaan seimbang. Arsad (1998), mengungkapkan produktivitas adalah waktu kerja yang sebenarnya dipakai yaitu jumlah jam kerja sehari. Dengan mengetahui jumlah keluaran dan waktu yang dibutuhkan maka tingkat produktivitas tenaga kerja dapat diketahui. Perhitungan produktivitas mencakup jumlah unit produksi dibagi jumlah

26 waktu kerja yang dibutuhkan. Biasanya unit produksi berupa barang atau jasa dengan satuan berat atau buah, waktu kerja dengan satuan jam atau hari. Meningkatnya produktivitas kerja memiliki manfaat yang banyak baik terhadap perusahaan, pekerja bahkan bagi negara. Peningkatan produktivitas kerja menciptakan pendapatan perkapita lebih besar, cenderung memperkecil inflasi, dapat mengendalikan stabilitas gaji, meningkatkan keuntungan perusahaan, peningkatan upah/pendapatan yang memengaruhi tingkat sosial serta status kesehatan pekerja. Beberapa faktor yang memengaruhi tingkat produktivitas kerja menurut Suma mur (2009), antara lain : a. Keadaan gizi merupakan gambaran dari pola asupan makan sehari hari seseorang. Tujuan pengaturan makanan mencakup upaya meningkatkan status gizi, antara lain menjaga keseimbangan berat badan (IMT) dan meningkatkan kadar Hb. Status gizi yang baik dapat mengurangi angka kesakitan, tidak masuk kerja dan dapat meningkatkan produktivitas kerja. Sebaliknya status gizi buruk menyebabkan lemah tidak bertenaga, timbulnya penyakit dan mangkir kerja. b. Riwayat kesehatan dan penyakit akibat kerja yang diperburuk oleh faktor pekerjaan dan lingkungan kerja. c. Lingkungan kerja yaitu faktor kimia, fisik, biologis dan psikologi. Lingkungan fisik merupakan segala sesuatu yang berada di sekitar pekerja yang dapat memengaruhi individu dalam menjalankan tugas yang dibebankan, tugas ini bertujuan mencapai tingkat produktivitas kerja. Lingkungan fisik mencakup iklim

27 kerja, penerangan, kebisingan, getaran dan bau-bauan. udara, merupakan kondisi tempat aktivitas tenaga kerja berlangsung. Kondisi lingkungan kerja fisik yang tidak sesuai dengan ketentuan NAB memengaruhi efektivitas dan efisiensi dalam bekerja erat hubungannya dengan daya kerja. Dalam melakukan pekerjaan, hendaknya lingkungan memberikan rasa nyaman baik segi penataan tempat kerja, penerangan, intensitas suara, suhu lingkungan, higiene. Lingkungan kerja yang tidak sesuai dapat mengganggu konsentrasi kerja tenaga, dalam jangka pendek dan panjang dapat mengganggu kesehatan memengaruhi berlangsungnya proses kerja dan menurunkan produktivitas Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian ini adalah variabel Indeks massa tubuh, kadar Hemoglobin, iklim kerja, kebisingan dan variabel produktivitas kerja. Agar memperjelas dapat dilihat pada kolom di bawah ini : Variabel Bebas (X) Variabel Terikat (Y) Indeks Massa Tubuh Kadar Hemoglobin Produktivitas Kerja Lingkungan Fisik 1. Iklim Kerja 2. Kebisingan Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusaan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) menetapkan bahwa setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusaan. Pekerjaan dan penghidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan teknologi maju sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan pengendalian yang tepat akan dapat merugikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan dan kondisi fisik yang lain dapat mengakibatkan gangguan

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan dan kondisi fisik yang lain dapat mengakibatkan gangguan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi fisik lingkungan tempat kerja dimana pekerja beraktifitas sehari-hari mempunyai pengaruh terhadap gangguan bahaya baik langsung dan tidak langsung bagi keselamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan bagi pekerja (Sucipto, 2014). Dalam lingkungan industri, proses. terhadap kondisi kesehatan pekerja (Kuswana, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan bagi pekerja (Sucipto, 2014). Dalam lingkungan industri, proses. terhadap kondisi kesehatan pekerja (Kuswana, 2015). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi fisik lingkungan tempat kerja dimana pekerja beraktifitas sehari-hari mempunyai pengaruh terhadap gangguan bahaya baik langsung dan tidak langsung bagi keselamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu,

BAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepedulian pemerintah Indonesia terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) untuk meningkatkan kesadaran bagi pihak perusahaan dan tenaga kerja telah diatur dalam

Lebih terperinci

NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih

NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih Lampiran Kuesioner NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih PENGETAHUAN MENGENAI ANEMIA 1. Menurut kamu apakah itu anemia?

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Staus gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA

KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA 1. Temperatur Tubuh manusia bisa menyesuaikan diri karena kemampuannya utk melakukan proses konveksi, radiasi dan penguapan jika terjadi kekurangan

Lebih terperinci

HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN

HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN 2013 Hamdani STIKES Harapan Ibu Jambi Prodi IKM Korespondensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11) anemia. (14) Remaja putri berisiko anemia lebih besar daripada remaja putra, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah keadaan dimana jumlah eritrosit dalam darah kurang dari yang dibutuhkan

Lebih terperinci

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Anemia

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Anemia Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Anemia A. Topik : Sistem Hematologi B. Sub Topik : Anemia C. Tujuan Instruksional 1. Tujuan Umum : Setelah penyuluhan peserta diharapkan dapat mengtahui cara mengatasi terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata Paham BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang kerja. 2 Iklim kerja atau cuaca kerja yang terlalu panas atau dingin dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi dan industri dengan produk dan distribusinya telah menimbulkan suatu lingkungan

Lebih terperinci

Pengertian Iklim Kerja Macam-Macam Iklim Kerja

Pengertian Iklim Kerja Macam-Macam Iklim Kerja Pengertian Iklim Kerja Iklim kerja adalah faktor-faktor termis dalam lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Manusia mempertahankan suhu tubuhnya antara 36-37 0 C dengan berbagai cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi akan selalu diiringi oleh penerapan teknologi tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi akan selalu diiringi oleh penerapan teknologi tinggi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industrialisasi akan selalu diiringi oleh penerapan teknologi tinggi. Namun dalam penerapan teknologi tinggi tersebut sering tidak diikuti oleh kesiapan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ribuan orang cedera setiap tahun (Ramli, 2009). (K3) perlu mendapat perhatian yang sebaik-baiknya sehingga diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. ribuan orang cedera setiap tahun (Ramli, 2009). (K3) perlu mendapat perhatian yang sebaik-baiknya sehingga diharapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program pembangunan di Indonesia telah membawa kemajuan pesat disegala bidang kehidupan seperti sektor industri, jasa, properti, pertambangan, transportasi, dan lainnya.

Lebih terperinci

Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)/WBGT (Wet Bulb Globe Temperature Index)

Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)/WBGT (Wet Bulb Globe Temperature Index) Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)/WBGT (Wet Bulb Globe Temperature Index) KEPMENAKER NO.51 TAHUN 1999 TENTANG NAB FAKTOR FISIKA DI TEMPAT KERJA 1. Iklim kerja : hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT TEKANAN PANAS DENGAN FREKUENSI DENYUT NADI PEKERJA PANDAI BESI DI KELURAHAN PADEBUOLO

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT TEKANAN PANAS DENGAN FREKUENSI DENYUT NADI PEKERJA PANDAI BESI DI KELURAHAN PADEBUOLO HUBUNGAN ANTARA TINGKAT TEKANAN PANAS DENGAN FREKUENSI DENYUT NADI PEKERJA PANDAI BESI DI KELURAHAN PADEBUOLO Akmal Dwiyana Kau, Sunarto Kadir, Ramly Abudi 1 akmalkau@gmail.com Program Studi Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang. Masalah kesehatan yang dihadapi negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang. Masalah kesehatan yang dihadapi negara-negara berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anemia merupakan masalah dunia, dengan prevalensi tertinggi di negara sedang berkembang. Masalah kesehatan yang dihadapi negara-negara berkembang termasuk Indonesia

Lebih terperinci

tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu.

tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu. 1. Beban Kerja a. Pengertian Beban Kerja Beban kerja adalah keadaan pekerja dimana dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu tertentu. Beban kerja adalah beban yang ditanggung tenaga kerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan 1. Pengertian Lelah Beberapa ahli mendefinisikan kelelahan kerja adalah : a. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya perasaan lelah, output dan kondisi psikologis yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihindari, terutama pada era industrialisasi yang ditandai adanya proses

BAB I PENDAHULUAN. dihindari, terutama pada era industrialisasi yang ditandai adanya proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanfaatan teknologi sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan pengendalian yang tepat akan merugikan manusia

Lebih terperinci

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL KONDISI LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL KONDISI LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL KONDISI LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA OLEH WAHYU PURWANTO LABOTARIUM SISTEM PRODUKSI JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun psikis terhadap tenaga kerja (Tarwaka, 2014). Dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. maupun psikis terhadap tenaga kerja (Tarwaka, 2014). Dalam lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai faktor bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja. Gangguan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Iklim Kerja 1. Pengertian Iklim kerja Iklim kerja adalah keadaan udara di tempat kerja. 2 Iklim kerja merupakan interaksi berbagai variabel seperti; temperatur, kelembapan udara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia mencapai tahap industrialisasi, yaitu adanya berbagai macam industri yang ditunjang dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Gizi a. Definisi Gizi Kata gizi berasal dari bahasa Arab ghidza yang berarti makanan. Menurut cara pengucapan Mesir, ghidza dibaca ghizi. Gizi adalah segala

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kesadaran Menurut Hasibuan (2012:193), kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Menurut

Lebih terperinci

Kebisingan Kereta Api dan Kesehatan

Kebisingan Kereta Api dan Kesehatan Kebisingan Kereta Api dan Kesehatan Salah satu jenis transportasi darat yang cukup diminati oleh masyarakat adalah kereta api. Perkeretaapian tidak saja memberi dampak yang positif bagi masyarakat sekitarnya,

Lebih terperinci

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri)

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri) kekurangan energi kronik (pada remaja puteri) BAB I PENDAHALUAN A. LATAR BELAKANG Masalah gizi masih merupakan beban berat bagi bangsa, hakekatnya berpangkal dari keadaan ekonomi dan pengetahuan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setiap unit dinding pembuluh darah. Jantung secara umum memberikan tekanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setiap unit dinding pembuluh darah. Jantung secara umum memberikan tekanan 2.1. Tekanan Darah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Definisi Tekanan Darah Tekanan darah adalah tenaga yang diupayakan oleh darah untuk melewati setiap unit dinding pembuluh darah. Jantung secara umum memberikan

Lebih terperinci

EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI LABORATORIUM BETON TEKNIK SIPIL INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI LABORATORIUM BETON TEKNIK SIPIL INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI LABORATORIUM BETON TEKNIK SIPIL INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA Denny Dermawan 1, Mochamad Luqman Ashari 2, Wiediartini 3 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebisingan Bising umumnya didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki. Bunyi adalah sensasi yang timbul dalam telinga akibat getaran udara atau media lain 5). Apabila

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh disebut tekanan panas. menyangkut panas akan meningkat (ACGIH, 2005).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh disebut tekanan panas. menyangkut panas akan meningkat (ACGIH, 2005). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Panas 2.1.1 Defenisi Tekanan Panas Menurut Suma mur (2009) cuaca kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi. Kombinasi

Lebih terperinci

BAHAN AJAR GIZI OLAHRAGA DEHIDRASI. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or

BAHAN AJAR GIZI OLAHRAGA DEHIDRASI. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or BAHAN AJAR GIZI OLAHRAGA DEHIDRASI Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or Dehidrasi adalah gangguan keseimbangan cairan atau air pada tubuh. Penyebabnya adalah pengeluaran air/cairan lebih banyak daripada pemasukan

Lebih terperinci

Lingkungan Kerja. Dosen Pengampu : Ratih Setyaningrum,MT.

Lingkungan Kerja. Dosen Pengampu : Ratih Setyaningrum,MT. Lingkungan Kerja Dosen Pengampu : Ratih Setyaningrum,MT. Definisi Kebisingan Adalah bunyi yang tidak menyenangkan, bunyi yg menggangu. Pengukuran : - Sound level meter - Mikrofon - Sound Analyzer ALAT

Lebih terperinci

SEJARAH & PERKEMBANGAN

SEJARAH & PERKEMBANGAN Amalia, ST., MT. SEJARAH & PERKEMBANGAN ERGONOMI Suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem

Lebih terperinci

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA tutorial 11 LINGKUNGAN KERJA FISIK 2 Prodi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia Tahun Ajaran 2016/2017 www.labdske-uii.com Lingkungan Kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang UPT. Balai Yasa Yogyakarta merupakan satu dari empat Balai Yasa yang dimiliki oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero). UPT. Balai Yasa Yogyakarta adalah industri yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis,

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Badan kesehatan dunia (WHO) melaporkan, tahun 1988 terdapat 8-12% penduduk dunia menderita dampak kebisingan dalam berbagai bentuk (Nanny, 2007). Bising dengan intensitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Energi dan Protein 1. Kebutuhan Energi Energi digunakan untuk pertumbuhan, sebagian kecil lain digunakan untuk aktivitas, tetapi sebagian besar dimanfaatkan untuk metabolisme

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek. penelitian tenaga kerja meliputi :

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek. penelitian tenaga kerja meliputi : BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek penelitian tenaga kerja meliputi : 1. Umur Umur merupakan salah satu faktor yang juga memiliki

Lebih terperinci

BEBAN KERJA & PRODUKTIVITAS PERTEMUAN KE-2

BEBAN KERJA & PRODUKTIVITAS PERTEMUAN KE-2 BEBAN KERJA & PRODUKTIVITAS PERTEMUAN KE-2 BEBAN KERJA Tubuh manusia dirancang untuk melakukan pekerjaan, massa otot beratnya hampir ½ berat badan, memungkinkan dpt menggerakan tubuh Setiap beban kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat

BAB I PENDAHULUAN. statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sehat menurut Santoso (2004:16) terbagi dalam dua tingkatan yaitu sehat statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat dinamis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panas umumnya lebih banyak menimbulkan masalah dibanding iklim kerja dingin,

BAB I PENDAHULUAN. panas umumnya lebih banyak menimbulkan masalah dibanding iklim kerja dingin, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi iklim kerja yang kurang sesuai, seperti suhu lingkungan kerja yang terlalu panas atau dingin, dapat menimbulkan masalah kesehatan pekerja. Iklim kerja panas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,

Lebih terperinci

KEDARURATAN LINGKUNGAN

KEDARURATAN LINGKUNGAN Materi 14 KEDARURATAN LINGKUNGAN Oleh : Agus Triyono, M.Kes a. Paparan Panas Panas dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh. Umumnya ada 3 macam gangguan yang terjadi td&penc. kebakaran/agust.doc 2 a. 1.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan sangat irit, siap dipotong pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tekologi modern memberikan hasil yang positif dan juga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Tekologi modern memberikan hasil yang positif dan juga memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tekologi modern memberikan hasil yang positif dan juga memberikan efek yang negatif yaitu berupa gangguan kesehatan dan keselamatan bagi tenaga kerja maupun

Lebih terperinci

TEORI PENYEBAB PENYAKIT 2. By: Syariffudin

TEORI PENYEBAB PENYAKIT 2. By: Syariffudin TEORI PENYEBAB PENYAKIT 2 By: Syariffudin Definisi Teori Penyebab Penyakit Teori penyebab penyakit memiliki pengertian sebuah teori yang mempelajari gejala-gejala timbulnya penyakit karena adanya ketidakseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industrialisasi di Indonesia maka sejak awal disadari tentang kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. industrialisasi di Indonesia maka sejak awal disadari tentang kemungkinan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan serta keselamatan kerja merupakan masalah penting dalam setiap proses operasional di tempat kerja. Dengan berkembangnya industrialisasi di Indonesia maka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia berusaha mengambil manfaat materi yang tersedia. depan dan perubahan dalam arti pembaharuan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia berusaha mengambil manfaat materi yang tersedia. depan dan perubahan dalam arti pembaharuan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Sumber Daya Manusia Manusia sebagai sumber daya pada mulanya diartikan tenaga kerja manusia ditinjau secara fisiknya saja. Dengan kemampuan fisiknya manusia berusaha

Lebih terperinci

Dr.Or. Mansur, M.S. Dr.Or. Mansur, M.S

Dr.Or. Mansur, M.S. Dr.Or. Mansur, M.S PENTINGNYA CAIRAN Dr.Or. Mansur, M.S Dr.Or. Mansur, M.S mansur@uny.ac.id Fungsi air dan elektrolit 1. Mempertahankan keseimbangan cairan 2. Hilangnya kelebihan air terjadi selama aktivitas 3. Dehidrasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbun lemak yang melebihi 25 % dari berat tubuh, orang yang kelebihan berat badan biasanya karena kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kerja menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kerja menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Tenaga kerja menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan tahap di mana seseorang mengalami sebuah masa transisi menuju dewasa. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanakkanak berakhir, ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran energi, sehingga berpengaruh pada kemampuan kerja. manusia. Untuk mengoptimalkan kemampuan kerja, perlu diperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran energi, sehingga berpengaruh pada kemampuan kerja. manusia. Untuk mengoptimalkan kemampuan kerja, perlu diperhatikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan kerja dipengaruhi oleh salah satu faktor diantaranya adalah faktor kerja fisik (otot). Kerja fisik ( beban kerja) mengakibatkan pengeluaran energi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2003)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2003) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGETAHUAN 1. Defenisi Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya).

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam

BAB V PEMBAHASAN. saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Masa Kerja Masa kerja dihitung dari hari pertama masuk kerja sampai dengan saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Status Gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan, misalnya lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar.

BAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat tertentu.temperature kerja panas merupakan meteorologi dari lingkungan kerja yang dapat disebabkan oleh gerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, dan belum banyak menjadi perhatian bagi peneliti ergonomis di

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, dan belum banyak menjadi perhatian bagi peneliti ergonomis di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Panas adalah faktor pekerjaan yang dihadapi oleh banyak pekerja hutan di seluruh dunia, dan belum banyak menjadi perhatian bagi peneliti ergonomis di bidang kehutanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumber daya alam yang melimpah dan potensi di bidang industri. Salah satu bidang industri itu adalah industri manufaktur.

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG ANEMIA DENGAN POLA MAKAN UNTUK PENCEGAHAN ANEMIA DI SMA SWASTA BINA BERSAUDARA MEDAN TAHUN 2014 No. Responden : A. IDENTITAS RESPONDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dalam sektor pekerjaan menjadi salah satu fokus utama dari strategi pembangunan Indonesia. Pada Februari 2014 tercatat jumlah penduduk yang bekerja mengalami

Lebih terperinci

-THESIS (TI )- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas

-THESIS (TI )- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas -THESIS (TI - 092327)- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas Oleh : Irma Nur Afiah Dosen Pembimbing : Ir. Sritomo

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas yang dibebankan pada mereka. Keadaan tersebut

Lebih terperinci

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumberdaya manusia untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tekanan Panas a. Definisi Iklim kerja adalah suatu bentuk kombinasi dari suhu di tempat kerja, kelembaban pada udara, kecepatan gerakan udara, serta suhu radiasi

Lebih terperinci

- TEMPERATUR - Temperatur inti tubuh manusia berada pada kisaran nilai 37 o C (khususnya bagian otak dan rongga dada) 30/10/2011

- TEMPERATUR - Temperatur inti tubuh manusia berada pada kisaran nilai 37 o C (khususnya bagian otak dan rongga dada) 30/10/2011 ERGONOMI - TEMPERATUR - Universitas Mercu Buana 2011 Tubuh Manusia dan Temperatur Kroemer & Kroemer,, 2001) Temperatur inti tubuh manusia berada pada kisaran nilai 37 o C (khususnya bagian otak dan rongga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang

TINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Petelur Ayam petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang dikembangkan pada tipe

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan mempunyai arti yang sangat penting bagi manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan mempunyai arti yang sangat penting bagi manusia, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan mempunyai arti yang sangat penting bagi manusia, karena tanpa kesehatan yang optimal manusia tidak dapat melakukan semua aktifitas kesehariannnya dengan sempurna.perilaku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan udara dan radiasi perpindahan panas) dan pakaian yang digunakan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan udara dan radiasi perpindahan panas) dan pakaian yang digunakan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Panas 2.1.1 Pengertian Tekanan Panas Tekanan panas adalah batasan kemampuan penerimaan panas yang diterima pekerja dari kontribusi kombinasi metabolisme tubuh akibat

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Hasil analisis penelitian tentang pengecatan plafon menggunakan tangkai

BAB VI PEMBAHASAN. Hasil analisis penelitian tentang pengecatan plafon menggunakan tangkai 81 BAB VI PEMBAHASAN Hasil analisis penelitian tentang pengecatan plafon menggunakan tangkai pegangan roller cat yang telah dimodifikasi menurunkan beban kerja, keluhan muskuloskeletal, kelelahan serta

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Perencanaan pengkondisian udara dalam suatu gedung diperlukan suatu perhitungan beban kalor dan kebutuhan ventilasi udara, perhitungan kalor ini tidak lepas dari prinsip perpindahan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.51/MEN/1999 T E N T A N G NILAI AMBANG BATAS FAKTOR FISIKA DI TEMPAT KERJA

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.51/MEN/1999 T E N T A N G NILAI AMBANG BATAS FAKTOR FISIKA DI TEMPAT KERJA KEPUTUSAN T E N T A N G NILAI AMBANG BATAS FAKTOR FISIKA DI TEMPAT KERJA Menimbang: a. bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 3 ayat (1) huruf g Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, perlu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Ergonomi Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani: ergon (kerja) dan nomos (peraturan, hukum). Ergonomi adalah penerapan ilmu ilmu biologis tentang manusia bersama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari normal, anemia merefleksikan eritrosit yang kurang dari normal di dalam sirkulasi dan anemia

Lebih terperinci

PENGARUH IKLIM KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEMBUATAN KAPAL FIBER (STUDI KASUS: PT. FIBERBOAT INDONESIA)

PENGARUH IKLIM KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEMBUATAN KAPAL FIBER (STUDI KASUS: PT. FIBERBOAT INDONESIA) PENGARUH IKLIM KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEMBUATAN KAPAL FIBER (STUDI KASUS: PT. FIBERBOAT INDONESIA) Adhitomo Wirawan 1, Denny Dermawan 2 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya,

Lebih terperinci

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif dr. Yulia Megawati Tenaga Kerja Adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan fisik dan perkembangan emosional antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mempengaruhinya menjalankan kegiatan. Kondisi manusia dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. yang mempengaruhinya menjalankan kegiatan. Kondisi manusia dipengaruhi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan kerja adalah keadaan sekitar baik secara fisik dan non fisik yang mempengaruhinya menjalankan kegiatan. Kondisi manusia dipengaruhi keadaan lingkungan kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kadar yang melebihi nilai ambang batas (NAB), yang diperkenankan

BAB I PENDAHULUAN. dengan kadar yang melebihi nilai ambang batas (NAB), yang diperkenankan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Iklim kerja merupakan salah satu faktor fisik yang berpotensi menimbulkan potensi bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja bila berada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi adalah keseimbangan antara pemasukan zat gizi dari bahan makanan yang dimakan dengan bertambahnya pertumbuhan aktifitas dan metabolisme dalam tubuh. Status

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia adalah suatu keadaan dimana komponen dalam darah, yakni hemoglobin (Hb) dalam darah atau jumlahnya kurang dari kadar normal. Di Indonesia prevalensi anemia pada

Lebih terperinci

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013 Kehamilan Resiko Tinggi Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013 Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Awaluddin Muharom,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Awaluddin Muharom,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan merupakan kebutuhan setiap manusia untuk mencapai kesejahteraan dalam hidupnya. Sehat menurut Santoso (2004:16) terbagi menjadi dua tingkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan

Lebih terperinci

Kesehatan Lingkungan Kerja

Kesehatan Lingkungan Kerja Kesehatan Lingkungan Kerja 1. Pelarut dan kesehatan di lingk. kerja 2. Debu penyebab Pneumoconiosis (wordversion) 3. Dermatitis industri 4. Kebisingan industri 5. Konsep dasar keamanan radiasi pengion

Lebih terperinci

IV-138 DAFTAR ISTILAH

IV-138 DAFTAR ISTILAH IV-138 DAFTAR ISTILAH Evaporasi; (penguapan air dari kulit) dapat memfasilitasi perpindahan panas tubuh. Setiap satu gram air yang mengalami evaporasi akan menyebabkan kehilangan panas tubuh sebesar 0,58

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan terganggu, menurunnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEPATUHAN 1. Defenisi Kepatuhan Kepatuhan adalah tingkat ketepatan perilaku seorang individu dengan nasehat medis atau kesehatan. Dengan menggambarkanpenggunaan obat sesuai petunjuk

Lebih terperinci

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P.

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P. Pola Makan Sehat Oleh: Rika Hardani, S.P. Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-2, Dengan Tema: ' Menjadi Ratu Dapur Profesional: Mengawal kesehatan keluarga melalui pemilihan dan pengolahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Badan Lahir Cukup (BBLC) a. Definisi Berat badan lahir adalah berat badan yang didapat dalam rentang waktu 1 jam setelah lahir (Kosim et al., 2014). BBLC

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Era Globalisasi seharusnya membawa pola pikir masyarakat kearah yang

BAB I PENDAHULUAN. Di Era Globalisasi seharusnya membawa pola pikir masyarakat kearah yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Era Globalisasi seharusnya membawa pola pikir masyarakat kearah yang lebih modern. Dimana saat ini telah berkembang berbagai teknologi canggih yang dapat membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kota besar yang mengandalkan kepraktisan sehingga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kota besar yang mengandalkan kepraktisan sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berjalannya waktu, terdapat perubahan gaya hidup masyarakat kota besar yang mengandalkan kepraktisan sehingga mempengaruhi jumlah pesanan pada katering (Tristar

Lebih terperinci