STUDI KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN ANAK USIA SEKOLAH DI PROVINSI JAWA BARAT SITI HAJAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN ANAK USIA SEKOLAH DI PROVINSI JAWA BARAT SITI HAJAR"

Transkripsi

1 STUDI KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN ANAK USIA SEKOLAH DI PROVINSI JAWA BARAT SITI HAJAR DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 ABSTRACT SITI HAJAR. Growth Characteristics Study of School Age Children in West Java Province. Under the guidance of Hidayat Syarief and Ikeu Ekayanti. The problem of malnutrition in school age children is characterized by a condition of body weight and height which are below standard. This condition will have adverse effects in adulthood that is characterized by a stunted and low ability levels. The purpose of this research was to study analysis growth characteristic of school age children in West Java Province (limited to Garut, Bandung, and Cirebon district). A cross sectional study designed was implemented and a set of data of Riskesdas 2007 was used in the study. Data was analyzed using Microsoft Exel 2007 for windows and Statistical Program for Social Science (SPSS) Data include the characteristics of the sample s families (families size, parental education, parental employment, and household income); the characteristics of school age children (age, sex, weight, height, energy consumption, and protein consumption); the families of physical environment and infectious diseases. Weight for age (W/A), height for age (H/A) and body mass index for age (BMI/A) index were used to measure school age children nutritional status. Based on indicator of W/A, the result of this analysis were the factors that influence nutritional status in the Garut district the amount of income by 3.4%. As for H/A no factors affected. Based on BMI/A indicators, factor that were influential were the protein consumtion. The results of the analysis in Bandung district, based on indicators W/A and BMI/A were indicated that the number of families amounted to 1.5% and 1.1%. Based on indicators of H/A no factors effected. In the Cirebon district, based on W/A indicator, factors that were influential were the amount of income, protein consumption, and the head of the family s education by 12.4%, and based on H/A and BMI/A that were influential were the amount of income by 3.2% and 2.8%. Keywords: School age children, weight for age, height for age, body mass index for age.

3 RINGKASAN SITI HAJAR. Studi Karakteristik Pertumbuhan Anak Usia Sekolah di Provinsi Jawa Barat. Dibimbing oleh HIDAYAT SYARIEF dan IKEU EKAYANTI. Pembangunan nasional bertujuan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia secara berkesinambungan dan berkelanjutan sehingga memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat dan kesehatan yang prima disamping penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Kekurangan pangan dan gizi dapat merusak kualitas sumber daya manusia (SDM). Depkes (2000) menyatakan bahwa kualitas SDM ditentukan oleh keberhasilan tumbuh kembang pada masa anak-anak. Anak usia sekolah adalah generasi penerus bangsa, kualitas bangsa di masa depan ditentukan oleh kualitas anak-anak saat ini. Menurut Kodyat (1995) kekurangan gizi pada anak usia sekolah mempunyai dampak buruk pada masa dewasa yang dimanifestasikan pada bentuk fisik yang lebih kecil dan tingkat kemampuan yang rendah. Masalah gizi yang paling sering ditemukan pada anak usia sekolah, tercermin dari keadaan berat badan dan tinggi badan yang berada di bawah nilai standar. Keadaan ini lebih sering terjadi di negara-negara berkembang (Jellief 1971). Penilaian status gizi anak sekolah dilakukan dengan pengukuran antropometri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi badan anak sekolah mempunyai korelasi dengan keadaan sosial ekonomi penduduk, dan dapat memberikan gambaran umum mengenai keadaan dan gizi masyarakat (Abunain et al. 1994). Hasil Riskesdas 2007 menunjukkan prevalensi anak usia sekolah laki-laki dan perempuan kurus berturut-turut adalah 13,3% dan 10,9%, sedangkan prevalensi anak usia sekolah laki-laki dan perempuan gemuk berturut-turut adalah 9,5% dan 6,4% (Depkes 2008). Berdasarkan data yang sudah dipaparkan diatas, maka terlihat adanya masalah pertumbuhan pada kelompok anak usia sekolah yang dilihat dari hasil pengukuran antropometri. Masalah yang terjadi tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang saling mempengaruhi satu sama lain, sehingga untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dan berpengaruh terhadap status gizi anak usia sekolah dilakukan penelitian mengenai studi karakteristik pertumbuhan anak usia sekolah. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu, dengan menggunakan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Pemilihan daerah dilakukan secara purposive, yaitu diambil tiga kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang memiliki topologi daerah yang berbeda. Contoh yaitu semua anak berusia 6-12 tahun yang mempunyai kelengkapan data untuk diteliti. Jumlah contoh dalam penelitian ini sebanyak 1323 orang. Jumlah responden dari setiap kabupaten adalah: Kabupaten Garut 380 orang, Kabupaten Bandung 533 orang dan Kabupaten Cirebon 410 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi anak usia sekolah berdasarkan indikator BB/U di ketiga kabupaten sebagian besar berada pada kondisi normal, untuk Kabupaten Garut 57,1%, Kabupaten Bandung 52,9% dan Kabupaten Cirebon 48,5%. Berdasarkan Indikator TB/U, status gizi anak usia sekolah sebagian besar tergolong normal di Kabupaten Garut (53,4%), Kabupaten Bandung (73,4%) dan Kabupaten Cirebon (72,0%). Sedangkan untuk status gizi pendek di Kabupaten Garut memiliki persentasi yang besar dibandingkan dengan dua kabupaten lain yaitu sebesar 43,9%. Berdasarkan indikator IMT/U, status gizi anak di ketiga kabupaten sebagian besar berada

4 pada status gizi normal yaitu di Kabupaten Garut 73,7%, Kabupaten Bandung 83,5% dan Kabupaten Cirebon 77,1%. Hasil analisis konsumsi energi contoh di ketiga kabupaten menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat konsumsi mengalami defisit tingkat berat dengan nilai persentase masing-masing sebesar 35,7 (Kabupaten Garut), 41,4 (Kabupaten Bandung) dan 38,5 (Kabupaten Cirebon), sedangkan tingkat konsumsi protein/kapita contoh di ketiga kabupaten sebagian besar tergolong ke dalam tingkat kecukupan yang lebih. Penilaian terhadap kesehatan lingkungan keluarga di ketiga kabupaten, hasilnya menunjukkan bahwa kesehatan lingkungan keluarga contoh termasuk kedalam kondisi yang baik. Penilaian terhadap penyakit infeksi yaitu menunjukkan bahwa contoh yang terkena infeksi di Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung secara berturut-turut sebesar 19,2% dan 9,4% lebih sedikit dibandingkan dengan Kabupaten Cirebon yaitu sebesar 30,5%. Analisis ragam berdasarkan indikator BB/U di ketiga kabupaten menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan (p>0,1). Hasil analisis ragam terhadap indikator TB/U menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dua kabupaten (p<0,05), hasil uji lanjut menyatakan bahwa status gizi contoh di Kabupaten Garut berbeda dengan Kabupaten Bandung dan Cirebon, sedangkan hasil analisis ragam dan uji lanjut terhadap indikator IMT/U menunjukkan bahwa status gizi di tiga kabupaten berbeda nyata. Hasil analisis regresi linier berganda (stepwise regression) terhadap indikator BB/U menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi status gizi di Kabupaten Garut yaitu jumlah pendapatan sebesar 3,4% dengan persamaan linier Y 1 = -1,608+2, X 1. Sedangkan untuk indikator TB/U tidak ada faktor yang berpengaruh tehadap status gizi. Berdasarkan indikator IMT/U yang berpengaruh adalah konsumsi protein/kapita sebesar 0,5%. Hasil analisis di Kabupaten Bandung menyatakan bahwa jumlah keluarga mempengaruhi status gizi BB/U dan IMT/U berturut-turut sebesar 1,5% dan 1,1% dengan persamaan linier Y 1 =-0,495-0,112X 1 dan Y 1 =0,038-0,085X 1, berdasarkan indikator TB/U tidak ada faktor yang berpengaruh. Di Kabupaten Cirebon, berdasarkan Indikator BB/U faktor yang berpengaruh adalah jumlah pendapatan, konsumsi protein/kapita, dan pendidikan kepala keluarga sebesar 12.4%, dengan persamaan linier Y 1 =- 2,395+1, X 1 +0,012X 2 +0,041X 3, dan berdasarkan indikator TB/U dan IMT/U yang berpengaruh adalah jumlah pendapatan berturut-turut sebesar 3,2% dan 2,8%, dengan persamaan linier Y 1 =-1,599+1, X 1 dan Y 1 =- 1,126+1, X 1. ii

5 STUDI KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN ANAK USIA SEKOLAH DI PROVINSI JAWA BARAT SITI HAJAR Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

6 LEMBAR PENGESAHAN Judul Nama NIM : Studi Karakteristik Pertumbuhan Anak Usia Sekolah di Provinsi Jawa Barat : Siti Hajar : I Dosen Pembimbing I Disetujui, Dosen Pembimbing II Prof. Dr. Ir. Hidayat Syarief, MS NIP Dr. Ir. Ikeu Ekayanti, M. Kes NIP Diketahui, Ketua Departemen Gizi Masyarakat Dr. Ir. Budi Setiawan, MS NIP Tanggal Lulus :

7 PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Studi Karakteristik Pertumbuhan Anak Usia Sekolah Di Provinsi Jawa Barat. Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibunda Aisyah, kakak dan adik tersayang, serta seluruh keluarga penulis atas kasih sayang, perhatian dan dukungan dalam bentuk materi maupun moral. Selain itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Hidayat Syarief, MS dan Dr. Ir. Ikeu Ekayanti, M.Kes sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, memberikan bimbingan, saran arahan, dan dukungan kepada penulis. 2. Prof. Dr. Ir. Dadang Sukandar, M.Sc sebagai dosen pembimbing akademik. 3. Prof. Dr. Ir. Siti Madanijah, MS sebagai dosen pemandu seminar dan dosen penguji yang telah mengevaluasi hasil penelitian penulis dan memberikan saran dalam penulisan skripsi ini. 4. Balitbangkes Depkes RI, yang memberikan izin penggunaan data Riskesdas. 5. Mayang, Nesyi Febi, Devi Nur, Devi Sandy, dan sahabat Luminaire (GM 44) atas segala keceriaan, pengalaman dan persahabatan yang tidak terlupakan. 6. Sahabat seperjuangan: Yosepin dan Yudhistira atas kerjasamanya 7. Semua sahabat: Hani, Koly, Dewi, Syanti, Ade Y, Mia, Silvi, Richa, Adella, dan pondok Assalamah atas kasih sayang, dukungan dan semangat yang diberikan. 8. Keluarga besar Gizi Masyarakat: GM angkatan 45, 46, para pengajar, staf TU atas segala bantuannya. 9. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas semua dukungan, bantuan dan doanya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Penulis juga berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua. Bogor, Oktober 2011 Siti Hajar

8 RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Garut pada tanggal 11 Juli Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara dari Bapak Drs. Kosasih Djunaedi (alm) dan Ibu Aisyah, BA. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri Gentra Masekdas pada tahun Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 1 Tarogong dan lulus pada tahun Pendidikan selanjutnya ditempuh di SMA Negeri 1 Garut dan lulus pada tahun Pada bulan Juli tahun 2007, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI IPB). Kemudian pada bulan Agustus 2008, penulis diterima sebagai mahasiswa Mayor Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Selama penulis mengikuti pendidikan di IPB, penulis aktif di organisasi mahasiswa daerah (OMDA) Himpunan Mahasiswa Garut (HIMAGA), penulis pun mengikuti organisasi kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Ilmu Gizi (HIMAGIZI) di Club Peduli Pangan dan Gizi. Pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2010, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Cisarua, Kabupaten Sukabumi. Selain itu, penulis juga melaksanakan kegiatan Internship Dietetic (ID) di RS. Cibinong, pada bulan Mei 2011.

9 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... ii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR LAMPIRAN... v PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 3 Kegunaan... 4 TINJAUAN PUSTAKA... 4 Konsep Ekologi... 4 Anak Sekolah Dasar... 4 Karakteristik Keluarga... 5 Status Gizi... 8 Konsumsi Pangan Sanitasi Lingkungan Penyakit Infeksi KERANGKA PEMIKIRAN METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Daerah Penelitian Karakteristik Keluarga Karakteristik Contoh Analisis Varian terhadap status gizi di setiap daerah Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi di Setiap Daerah KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN...59

10 DAFTAR TABEL Halaman 1 Jenis data, variabel dan cara pengumpulan data Klasifikasi status gizi berdasarkan WHO Klasifikasi tingkat kecukupan energi dan protein Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga Sebaran pendapatan keluarga Hubungan pendidikan kepala keluarga dengan penggolongan pendapatan di ketiga kabupaten Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin Sebaran contoh berdasarkan umur Hubungan status gizi dan umur contoh di ketiga kabupaten Contoh status gizi anak usia sekolah berdasarkan 3 indikator status gizi Status gizi anak usia sekolah berdasarkan indeks BB/U di kabupaten Garut, Bandung dan Cirebon Status gizi anak usia sekolah berdasarkan indeks TB/U di kabupaten Garut, Bandung dan Cirebon Status gizi anak usia sekolah berdasarkan indikator IMT/U di kabupaten Garut, Bandung dan Cirebon Gabungan status gizi berdasarkan indikator BB/U dan TB/U di ketiga kabupaten Rata-rata konsumsi dan kecukupan energi/kapita dan protein/kapita pada setiap kelompok umur di Kabupaten Garut Rata-rata konsumsi dan kecukupan energi/kapita dan protein/kapita pada setiap kelompok umur di Kabupaten Bandung Rata-rata konsumsi dan kecukupan energi/kapita dan protein/kapita pada setiap kelompok umur di Kabupaten Cirebon Klasifikasi persentase tingkat kecukupan energi dan protein di ketiga kabupaten Hasil penilaian kesehatan lingkungan di Kabupaten Garut, Bandung dan Cirebon Persentase sebaran penyakit infeksi di Kabupaten Garut, Bandung dan Cirebon Rata-rata z-skor di ketiga kabupaten Uji korelasi faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi berdasarkan indikator BB/U di Kabupaten Garut Uji korelasi faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi berdasarkan indikator TB/U di Kabupaten Garut Uji korelasi faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi berdasarkan indikator IMT/U di Kabupaten Garut... 45

11 iii 25 Uji korelasi faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi berdasarkan indikator BB/U di Kabupaten Bandung Uji korelasi faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi berdasarkan indikator TB/U di Kabupaten Bandung Uji korelasi faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi berdasarkan indikator IMT/U di Kabupaten Bandung Uji korelasi faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi berdasarkan indikator BB/U di Kabupaten Cirebon Uji korelasi faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi berdasarkan indikator TB/U di kabupaten Cirebon Uji korelasi faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi beradasrkan indikator IMT/U di kabupaten Cirebon... 52

12 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Skema kerangka pemikiran studi karakteristik pertumbuhan anak usia sekolah di Kabupaten Garut, Bandung dan Cirebon Sebaran contoh berdasarkan status gizi (BB/U) di Kabupaten Garut, Bandung, dan Cirebon Sebaran contoh berdasarkan status gizi (TB/U) di Kabupaten Garut, Bandung, dan Cirebon Sebaran contoh berdasarkan status gizi (IMT/U) di Kabupaten Garut, Bandung dan Cirebon Sebaran berdasarkan indikator BB/U dan TB/U di Kabupaten Garut Sebaran berdasarkan indikator BB/U dan TB/U di Kabupaten Bandung Sebaran berdasarkan indikator BB/U dan TB/U di Kabupaten Cirebon... 39

13 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Penilaian kesehatan lingkungan Kuesioner Riset kesehatan dasar... Error! Bookmark not defined.

14 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia secara berkesinambungan dan berkelanjutan. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat dan kesehatan yang prima disamping penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Kekurangan pangan dan gizi dapat merusak kualitas SDM. Menurut Sukandar (2007), Aspek penting untuk mendapatkan kesejahteraan individu berasal dari keluarga. Kesejahteraan keluarga adalah kualitas fisik penduduk yang dapat dilihat dari keadaan sosial ekonomi, derajat kesehatan dan status gizi masyarakat, selain itu perlu adanya upaya peningkatan dan status kesehatan masyarakat yang dapat dilihat dari ketersediaan sarana kesehatan, jenis pengobatan yang dilakukan, konsumsi yang mencukupi kebutuhan, sanitasi lingkungan dan prilaku hidup bersih masyarakat. Departemen Kesehatan (2000) menyatakan bahwa kualitas sumberdaya manusia ditentukan oleh keberhasilan tumbuh kembang pada masa anak-anak. Pertumbuhan dan perkembangan adalah dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan. Anak membutuhkan tipe rangsangan dan interaksi yang berbeda untuk melatih keahliannya dan mengembangkan hal yang baru. Kebutuhan dasar yang dibutuhkan untuk dapat tumbuh dan berkembang optimal adalah keadaan kesehatan dan gizi. Kekurangan zat gizi berpengaruh terhadap pertumbuhan anak. Anak tidak dapat tumbuh optimal bila kekurangan zat gizi. Selain itu kekurangan konsumsi pangan dan morbiditas sangat menentukan perkembangan anak. Anak-anak yang mendapatkan makanan yang cukup menunjukkan perkembangan yang sesuai dengan garis perkembangan normal (Yuliana 2004). Anak usia sekolah merupakan masa yang penuh dengan berbagai aktivitas, selain itu anak usia sekolah adalah generasi penerus bangsa, kualitas bangsa di masa depan ditentukan oleh kualitas anak-anak saat ini. Menurut Berg (1986), kekurangan zat gizi pada anak sekolah akan menyebabkan terjadinya gangguan pada kemampuan berkonsentrasi dan kesanggupan untuk belajar dan anak sering tidak naik kelas apabila dibandingkan dengan anak yang normal. Tumbuh kembang anak usia sekolah tergantung pada pola asuh terutama asuh makan, asuh kesehatan, dan asuh pendidikan. Menurut Kodyat (1995)

15 2 kekurangan gizi pada anak usia sekolah mempunyai dampak buruk pada masa dewasa yang dimanifestasikan pada bentuk fisik yang lebih kecil dan tingkat kemampuan yang rendah. Perubahan gaya hidup meningkatkan masalah gizi lebih dan penyakit degeneratif. Keadaan ini menyebabkan Indonesia mengalami beban ganda masalah gizi yaitu gizi kurang dan gizi lebih. Masalah gizi yang paling sering ditemukan pada anak usia sekolah, tercermin dari keadaan berat badan dan tinggi badan yang berada di bawah nilai standar. Keadaan ini lebih sering terjadi di negara-negara berkembang (Jellief 1971). Berat badan merupakan salah satu antropometri yang memberikan gambaran tentang massa tubuh (tulang, otot, dan lemak). Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan mendadak, misalnya akibat penyakit yang diderita, nafsu makan seseorang menurun, konsumsi makan berkurang sehingga berakibat terhadap berkurangnya berat badan. Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita, selain itu tinggi badan anak dapat digunakan sebagai indeks yang sensitif untuk mendeteksi adanya perubahan status sosial ekonomi keluarga (Supariasa 2001). Penilaian status gizi anak sekolah dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya dengan pengukuran antropometri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi badan anak usia sekolah mempunyai korelasi dengan keadaan sosial ekonomi penduduk, dan dapat memberikan gambaran umum mengenai keadaan dan gizi masyarakat (Abunain et al. 1994). Hasil Riskesdas 2007 menunjukkan tingginya masalah gizi pada anak usia sekolah di Indonesia, baik itu masalah kurang gizi maupun kelebihan gizi. Prevalensi anak usia sekolah laki-laki kurus adalah 13,3% di 16 provinsi diatas perevalensi nasional, dan sebanyak 19 provinsi anak usia sekolah perempuan mempunyai prevalensi kurus diatas prevalensi nasional sebanyak 10,9%. Prevalensi anak usia sekolah laki-laki gemuk sebesar 9,5% di 16 provinsi di atas prevalensi nasional, dan di 17 provinsi ditemukan angka prevalensi anak usia sekolah perempuan di atas prevalensi nasional sebesar 6,4% (Depkes 2008). Provinsi Jawa Barat memiliki prevalensi anak usia sekolah laki-laki dan perempuan kurus masing-masing sebesar 10,9% dan 8,3%, sedangkan perevalensi laki-laki dan perempuan gemuk yaitu 7,4% dan 4,6%. Masalah pertumbuhan anak usia sekolah di Provinsi Jawa Barat memiliki prevalensi yang

16 3 lebih tinggi dibandingkan dengan provinsi lain yang ada di Indonesia yaitu Bali dan Sulawesi Utara (Badan Litbangkes 2008). Berdasarkan data yang sudah dipaparkan tersebut, terlihat adanya masalah pertumbuhan pada kelompok anak usia sekolah di Provinsi Jawa Barat. Untuk melihat masalah pertumbuhan yang terjadi di Provinsi Jawa Barat, dapat dilihat dengan menganalisis karakteristik pertumbuhan di kabupaten yang memiliki karakteristik daerah yang berbeda-beda. Hal ini dilakukan untuk melihat perbedaan pertumbuhan anak usia sekolah dengan kondisi wilayah yang berbeda. Masalah pertumbuhan di kabupaten yang berbeda tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang saling mempengaruhi satu sama lain sehingga untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dan berpengaruh terhadap status gizi anak usia sekolah dilakukan penelitian mengenai studi karakteristik pertumbuhan anak usia sekolah di kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Barat. Tujuan Tujuan Umum Menganalisis perbedaan karakteristik pertumbuhan (BB/U, TB/U, IMT/U) pada kelompok umur anak usia sekolah (6-12 tahun) di Provinsi Jawa Barat. Tujuan Khusus 1. Mengetahui karakteristik keluarga contoh (besar keluarga, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan rumah tangga) di Kabupaten Garut, Bandung, dan Cirebon. 2. Mengetahui karakteristik anak usia sekolah (umur, jenis kelamin, berat badan, dan tinggi badan) di Kabupaten Garut, Bandung dan Cirebon. 3. Mengidentifikasi status gizi contoh berdasarkan indikator BB/U, TB/U dan IMT/U di Kabupaten Garut, Bandung, dan Cirebon. 4. Mengetahui konsumsi zat gizi (energi dan protein) per kapita, lingkungan fisik keluarga dan penyakit infeksi pada contoh. 5. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap masalah gizi berdasarkan indeks BB/U, TB/U dan IMT/U.

17 4 Kegunaan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi mengenai karakteristik pertumbuhan kelompok umur anak usia sekolah serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah pertumbuhan tersebut. Informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat memberikan masukan kepada pemerintah dan instansi kesehatan untuk menetapkan kebijakan atau strategi yang tepat bagi perbaikan masalah pertumbuhan yang terjadi pada anak usia sekolah.

18 TINJAUAN PUSTAKA Konsep Ekologi Mata pencaharian dapat dilihat dari corak kehidupan penduduk setempat berdasarkan lingkungan tempat tinggalnya. Kehidupan penduduk dapat dibedakan menjadi dua corak yaitu corak kehidupan tradisional (sederhana) dan corak kehidupan modern (kompleks). Mata pencaharian penduduk Indonesia yang memiliki corak modern sederhana biasanya sangat berhubungan dengan pemanfaatan lahan dan sumber daya alam seperti pertanian, perkebunan dan peternakan juga perikanan. Sementara, mata pencaharian penduduk yang memiliki corak modern biasanya lebih mendekati sektor-sektor yang tidak terlalu berhubungan dengan pemanfaatan lahan dan sumber daya alam biasanya mencakup sektor di bidang jasa, perindustrian, transportasi dan pariwisata. Mata pencaharian sebagian besar penduduk Indonesia mengarah ke sektor bercocok tanam seperti pertanian dan perkebunan. Selain bercocok tanam, sebagian besar penduduk Indonesia yang tinggal di dataran rendah (daerah pantai) mata pencaharian mereka mengarah ke sektor kelautan. Para nelayan memanfaatkan kekayaan bawah laut Indonesia sebagai sumber mata pencahariannya. Sedangkan, mata pencaharian penduduk di perkotaan mengarah kepada sektor pembangunan, perindustrian transportasi dan pariwisata (Purnama 2010). Anak Sekolah Dasar Anak sekolah dasar pada umumnya berusia antara 6-12 tahun. Hurlock (1980) mengelompokkan anak usia sekolah berdasarkan perkembangan psikologis yang disebut sebagai Late Childhood. Usia sekolah dimulai pada usia 6 tahun dan berakhir saat individu menunjukkan kematangan seksualnya antara usia 13 sampai 14 tahun. Pada masa ini anak dalam masa pertumbuhan yang cepat dan kegiatan fisik yang aktif. Tetapi semenjak umur 6 tahun laju pertumbuhan anak mulai melambat. Pada mulanya perbedaan laju pertumbuhan anak laki-laki dan perempuan sedikit sekali berbeda. Namun pada umur 9 tahun rata-rata berat badan wanita umumnya lebih tinggi dibandingkan berat badan pria pada usia yang sama. Tinggi badan pada usia ini relatif sama. Pada usia 10 tahun, rata-rata tinggi badan wanita lebih tinggi 1 cm dibanding dengan rata-rata tinggi badan pria (Hardinsyah & Martianto 1992). Pada umur tahun, kebutuhan gizi anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan. Anak laki-laki lebih banyak melakukan aktivitas fisik, sehingga

19 5 membutuhkan energi lebih banyak, sedangkan anak perempuan biasanya sudah mulai menstruasi, sehingga memerlukan protein dan zat besi yang lebih banyak. Golongan anak ini disebut juga golongan anak sekolah, yang biasanya mempunyai banyak perhatian dan aktivitas di luar rumah, sehingga sering melupakan waktu makan. Menurut Harper, Deaton, dan Driskel (1986), meskipun laju pertumbuhan anak usia sekolah sebagian besar lebih kecil dibandingkan dengan selama masa sebelumnya, tetapi anak sekolah masih membutuhkan makanan yang lebih banyak daripada orang dewasa. Hal ini diperlukan untuk pertumbuhan dan aktivitas fisik anak sekolah, selain itu juga untuk melindungi anak dari penyakit infeksi dan penyakit menular. Karakteristik Keluarga Besar Keluarga Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak dan anggota keluarga lain yang hidup dari pengelolaan sumberdaya yang sama. Besar keluarga akan mempengaruhi pengeluaran rumah tangga. Selain itu besar keluarga mempengaruhi jumlah pangan yang dikonsumsi dan pembagian ragam yang dikonsumsi dalam keluarga. Kualitas maupun kuantitas pangan secara langsung akan menentukan status gizi keluarga dan individu. Besar keluarga mempengaruhi pengeluaran pangan. Beberapa penelitian menunjukan bahwa pendapatan per kapita dan pengeluaran pangan menurun dengan peningkatan besar keluarga (Sanjur 1982). Besar keluarga akan mempengaruhi kesehatan seseorang atau keluarga. Hal ini disebabkan oleh besar keluarga akan mempengaruhi konsumsi zat gizi di dalam satu keluarga. Anak-anak yang tumbuh dalam suatu keluarga miskin, adalah yang paling rawan terhadap gizi kurang diantara semua anggota keluarga, anak yang paling kecil biasanya yang paling terpengaruh oleh kekurangan pangan. Situasi semacam ini sering terjadi sebab seandainya besar keluarga bertambah, maka pangan untuk setiap anak berkurang dan banyak orangtua tidak menyadari bahwa anak-anak yang sedang tumbuh memerlukan pangan yang relatif lebih tinggi daripada golongan yang lebih tua (Suhardjo 1989). Dengan kata lain anak yang tinggal dengan jumlah anggota keluarga yang besar, mempunyai risiko yang tinggi mengalami gizi buruk. Kondisi keluarga yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak akan sangat membantu anak untuk tumbuh dan berkembang secara normal

20 6 (Tjokrowinoto et al dalam Muldiana 2003). Kondisi keluarga ini berupa karakteristik sosial ekonomi keluarga yang terdiri dari pendidikan, besar keluarga, pekerjaan dan pendapatan. Menurut Mokoginta (2001) besar keluarga dihipotesiskan mempengaruhi status gizi dari keluarga melalui: a) meningkatkan persaingan untuk sumberdaya keluarga yang terbatas, terutama yang berhubungan dengan pangan, b) meningkatnya penularan penyakit yang dapat ditularkan karena kondisi tidur dan hidup padat, dan c) keterbatasan waktu dan energi yang dimiliki ibu untuk merawat tiap anggota keluarga tersebut. Pendidikan Pendidikan orangtua merupakan salah satu hal yang berpengaruh terhadap status gizi. Tingkat pendidikan orangtua merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pola asuh anak termasuk pemberian makan, pola konsumsi pangan dan status gizi (Suhardjo 1996). Umumnya pendidikan seseorang akan mempengaruhi sikap dan prilakunya dalam kehidupan seharihari. Orangtua yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan lebih mudah menerima pesan dan informasi mengenai gizi dan kesehatan (Rahmawati 2006). Berg (1986) menambahkan tingkat pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas makanan, karena dengan tingkat pendidikan tinggi diharapkan pengetahuan dan informasi yang dimiliki tentang gizi menjadi lebih baik. Hasil penelitian Padmiari dan Hadi (2001), di Denpasar menyatakan bahwa anak sekolah yang memiliki ayah berpendidikan SMA dan pendidikan tinggi, berisiko 1,3 kali untuk menjadi obes dibandingkan dengan anak yang memiliki ayah berpendidikan dengan pendapatan yang rendah. Semakin tinggi pendidikan ayah, maka semakin tinggi pendapatan dan konsumsi pangan. Setiap orang membutuhkan pendidikan untuk pengembangan dirinya. Semakin tinggi pendidikan, semakin mudah dalam menerima serta mengembangkan pengetahuan, teknologi, dan semakin mudah meningkatkan produktivitas serta kesejahteraan keluarga. Rumah tangga yang dikepalai oleh seseorang dengan tingkat pendidikan rendah cenderung lebih miskin dibandingkan dengan rumah tangga yang dikepalai oleh kepala keluarga yang lebih berpendidikan (Firdausy dan Pernia 1994 dalam Raharto dan Romdiati 2000). Menurut Sumarwan (2004) semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi pekerjaannya yang memungkinkan seseorang memiliki kesadaran

21 7 yang lebih tinggi terhadap suatu hal. Tingkat pendidikan orang tua merupakan korelasi positif dengan cara mendidik dan mengasuh anak. Tingkat pendidikan baik langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi pola komunikasi antar anggota keluarga. Pendidikan akan sangat mempengaruhi cara, pola, kerangka berfikir, persepsi, pemahaman, dan kepribadian yang nantinya merupakan bekal dalam berkomunikasi (Gunarsa & Gunarsa 1995). Pendidikan orang tua akan mempengaruhi status gizi anaknya, semakin tinggi tingkat pendidikan orangtua, maka cenderung mempunyai anak dengan status gizi yang baik. Tingkat pendidikan biasanya sejalan dengan pengetahuan, semakin tinggi pengetahuan gizi, maka semakin baik dalam pemilihan bahan makanan. Pendapatan Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi. Semakin tinggi pendapatan maka semakin besar peluang untuk memilih pangan yang baik. Meningkatnya pendapatan perorangan maka terjadi perubahan-perubahan dalam susunan makanan. Jumlah pendapatan keluarga dapat mempengaruhi ketersediaan pangan di keluarga, karena dengan pendapatan akan memenuhi kebutuhan pangan sesuai dengan daya belinya (Suhardjo 1989). Pendapatan seseorang identik dengan mutu sumberdaya manusia, sehingga orang yang berpendidikan tinggi umumnya memiliki pendapatan yang relatif tinggi pula (Guhardja et al. 1992). Pendapatan keluarga adalah besarnya rata-rata penghasilan yang diperoleh dari seluruh anggota keluarga. Pendapatan keluarga juga tergantung pada jenis pekerjaan suami dan anggota keluarga lainnya. Pendapatan keluarga akan relatif lebih besar jika suami dan istri bekerja di luar rumah (Susanti 1999). Secara teoritis terdapat hubungan positif antara pendapatan dengan jumlah permintaan pangan. Makin tinggi tingkat pendapatan akan semakin tinggi daya beli keluarga terhadap pangan, sehingga akan membawa pangan semakin beragam dan banyaknya pangan yang dikonsumsi. Konsumsi makanan baik jumlah maupun mutunya dipengaruhi oleh faktor pendapatan keluarga (Soekirman 1994). Pendapatan keluarga merupakan faktor tidak langsung yang mempengaruhi konsumsi pangan, akan tetapi merupakan faktor penentu utama baik atau buruknya keadaan gizi seseorang atau kelompok (Riyadi 2001). Terdapat hubungan positif antara pendapatan dan status gizi (Subardja 2004).

22 8 Status Gizi Khumaidi (1994) mengatakan bahwa status gizi masyarakat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: faktor kemiskinan, faktor sosial budaya, faktor pengetahuan dan pengertian gizi, serta pengadaan dan distribusi pangan. Unicef (1998) membagi faktor yang berpengaruh terhadap status gizi meliputi faktor langsung dan tidak langsung. Faktor langsung terdiri dari konsumsi pangan dan status kesehatan dan infeksi. Sementara faktor tidak langsung meliputi ketersediaan pangan, higiene dan sanitasi lingkungan dan pengetahuan gizi ibu. Selanjutnya, Sediaoetama (1996) menyatakan bahwa status gizi dipengaruhi oleh konsumsi pangan bukan hanya dilihat dari segi kuantitas semata melainkan juga dari segi kualitas hidangan yang dikonsumsi. Penilaian status gizi digunakan untuk mengetahui apakah seseorang atau sekelompok orang mempunyai gizi yang baik atau tidak. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk menilai status gizi antara lain adalah konsumsi makanan, antropometri, biokimia dan klinis. Pengukuran status gizi secara antropometri adalah pengukuran keadaan sebagai hasil penggunaan bahan makanan di dalam tubuh. Menurut Supariasa (2001) menyatakan bahwa antropomeri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain: umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul, dan tebal lemak di bawah kulit. Parameter antropometri tersebut digunakan sebagai dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi antara beberapa parameter disebut indeks antropometri. Menurut Riyadi (2003), secara umum penilaian status gizi dengan cara antropometri memiliki beberapa kelebihan, yaitu: 1. Cara penggunaan sederhana, aman dan dapat digunakan pada ukuran sampel yang besar, 2. Peralatan yang digunakan tidak mahal, mudah dibawa (portable), tahan lama dan dapat dibuat atau dibeli secara lokal, 3. Cara pengukuran dapat dilakukan oleh petugas yang relatif tidak ahli, 4. Dapat mengidentifikasi keadaan gizi ringan, sedang dan buruk, 5. Dapat digunakan untuk melakukan pemantauan status gizi dari waktu ke waktu. Beberapa kekurangan penilaian status gizi secara antropometri, yaitu: 1. Relatif kurang sensitif,

23 9 2. Tidak dapat mendeteksi defisiensi zat gizi khusus, 3. Faktor-faktor non gizi, seperti penyakit dan genetik dapat mengurangi spesifisitas dan sensitivitas pengukuran. Antropometri sudah digunakan pada penilaian status gizi anak sekolah dan remaja dalam konteks yang berhubungan dengan status gizi dan kesehatan. Tetapi sampai saat ini belum ada kriteria atau titik batas yang pasti yang berhubungan dengan aspek-aspek kesehatan atau risiko tertentu pada seseorang. Hanya ada beberapa informasi yang tersedia tentang hubungan antara antropometri remaja dengan risiko-risiko kesehatan masa lampau, sekarang atau masa mendatang (Riyadi 2001). Untuk mengukur status gizi anak di bawah lima tahun dan anak umur lima sampai sembilan belas tahun menggunakan z-skor. Tiga indeks yang dihitung dengan z-skor adalah Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) dan Indeks Masa Tubuh menurut Umur (IMT/U). Berat Badan (BB) merupakan salah satu ukuran antropometri yang memberi gambaran massa tubuh (otot dan lemak). Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan keadaan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, penurunan nafsu makan atau penurunan makanan yang dikonsumsi sehingga berat badan merupakan ukuran antropometri yang sangat labil. Sifat berat badan yang sangat labil tersebut sehingga indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi pada saat ini. Indeks ini dapat digunakan untuk mendeteksi underweight dan overweight. Penggunaan indeks BB/U sebagai indeks status gizi memiliki kelebihan dan kekurangan yang perlu mendapatkan perhatian. Menurut Riyadi (2003) kelebihan indeks ini adalah: 1. Dapat lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum, 2. Sensitif untuk melihat perubahan status gizi jangka pendek 3. Dapat mendeteksi kelebihan berat badan (overweight), 4. Pengukuran objektif dan kalau diulang memberikan hasil yang sama, peralatan dapat dibawa kemana-mana dan relatif murah, 5. Pengukuran mudah dilaksanakan dan teliti, 6. Pengukuran tidak memakan banyak waktu. Kekurangan indeks BB/U adalah: 1. Dapat mengakibatkan kekeliruan interpretasi status gizi bila terdapat odema,

24 10 2. Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk kelompok umur dibawah lima tahun (balita), 3. Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, misalnya pengaruh pakaian atau gerakan anak saat penimbangan, 4. Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya setempat (misal orang tuanya tidak mau menimbangkan anaknya). Defisit TB/U menunjukkan ketidakcukupan gizi dan kesehatan secara kumulatif dalam jangka panjang. BB/U dipengaruhi oleh TB/U dan IMT/U. Kecukupan zat gizi pada anak usia sekolah tidak dibedakan menurut jenis kelamin, sedangkan kecukupan anak remaja dibedakan menurut jenis kelamin dan golongan umur (Riyadi 2003). BB/U dianggap tidak informatif bila tidak disertai dengan informasi TB/U. Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat dapat menjadi tidak berarti jika penentu umur tidak tepat (Riyadi 2003). Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat (Supariasa et al. 2001). Menurut Riyadi (2001) IMT direkomendasikan sebagai dasar indikator antropometri untuk kekurusan (thinness) dan overweight pada masa usia sekolah maupun remaja. BB/U dianggap tidak informatif atau menyesatkan bila tidak ada informasi tentang TB/U. Pendekatan konvensional terhadap kombinasi penggunaan BB/U dan TB/U untuk menilai massa tubuh dianggap aneh dan memberikan hasil yang bias. IMT/U direkomendasikan sebagai indikator terbaik untuk anak usia sekolah dan remaja. Indikator ini memerlukan informasi tentang umur. IMT/U sudah divalidasi sebagai indikator lemak tubuh total pada persentil atas. IMT merupakan indeks masa tubuh tunggal yang dapat diterapkan untuk mengukur kondisi kekurangan dan kelebihan gizi (Riyadi 2001). Penilaian status gizi dengan kombinasi dari ketiga indeks, yaitu berat badan menurut umur, tinggi badan menurut umur, dan indeks masa tubuh menurut umur, akan memperoleh hasil dengan tingkat validitas lebih baik. Konsumsi Pangan Konsumsi pangan adalah jumlah pangan yang dimakan seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan tertentu. Konsumsi pangan merupakan faktor utama dalam memenuhi kebutuhan zat gizi. Pada gilirannya zat gizi tersebut

25 11 menyediakan tenaga bagi tubuh, mengatur proses metabolisme dalam tubuh, memperbaiki jaringan serta pertumbuhan (Harper et al. 1985). Konsumsi pangan yang kurang atau lebih dari yang diperlukan tubuh dan berlangsung dalam jangka waktu lama akan berdampak buruk bagi kesehatan (Muhilal et al. 1988). Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) tahun 2004, rata-rata kecukupan energi dan protein anak usia 4-6 tahun sebesar 1550 Kal dan 39 g, kelompok umur 7-9 tahun sebesar 1800 Kal dan 45 g, kelompok umur tahun sebesar 2050 Kal dan 50 g. Metode Recall Metode recall (metode mengingat-ingat) umumnya digunakan untuk survey konsumsi secara kuantitatif di tingkat individu. Dalam metode ini, responden diminta untuk mengingat semua makanan yang telah dimakan, biasanya makanan sehari atau 24 jam yang lalu. Responden diminta untuk mengingat jenis masakan yang dimakan beserta jenis pangan penyusunnya. Jumlah makanan yang dicatat biasanya dalam bentuk masak (kecuali untuk makanan-makanan tertentu yang bisa dikonsumsi dalam bentuk segar dan mentah) dalam Ukuran Rumah Tangga (URT), misalnya gelas, mangkuk, sendok makan dan sebagainya. Untuk membantu mengestimasi jumlah makanan yang dimakan, deskripsikan dan identifikasi secara tepat setiap jenis pangan dengan menggunakan ukuran porsi, food models, atau foto pangan (Kusharto & Sa diyah 2007). Hasil pencatatan wawancara kemudian diolah, dikembalikan kepada bentuk bahan mentah dan dihitung zat-zat gizinya berdasarkan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) yang berlaku. Jumlah masing-masing zat gizi dijumlahkan dan dihitung rata-rata konsumsi setiap hari (Sediaoetama 1989). Apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24 jam), maka data yang diperoleh kurang representatif untuk menggambarkan kebiasaan makanan individu. Oleh karena itu, recall 24 jam sebaiknya dilakukan berulang-ulang dan harinya tidak berturut-turut (Supariasa et al. 2001). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa minimal 2 kali recall 24 jam tanpa berturut-turut, dapat menghasilkan asupan zat gizi lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intake harian individu (Sanjur 1997 dalam Supariasa et al. 2001). Sanitasi Lingkungan Selain konsumsi pangan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap status gizi adalah higiene dan sanitasi lingkungan. Higiene dan sanitasi

26 12 lingkungan yang tidak sehat akan memungkinkan anak mudah terserang penyakit, hal ini akan mengganggu proses penyerapan makanan oleh tubuh. Selain itu dapat pula disebabkan oleh makanan yang kotor akibat bakteri, virus dan parasit yang diakibatkan oleh tidak tersedianya air bersih, tidak terdapat sarana pembuangan air maupun kebersihan lingkungan sekitar rumah (Sukarni 1989). Berbagai usaha yang dapat dilakukan untuk menghindari kondisi lingkungan yang tidak sehat adalah dengan melakukan berbagai kegiatan diantaranya penyediaan air bersih, penyediaan jamban dan pemantauan pencemaran tanah oleh tinja (Lestari 1997). Higiene adalah suatu pencegahan penyakit yang menitikberatkan pada usaha kesehatan perseorangan atau manusia beserta lingkungan tempat orang tersebut berada. Sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitik beratkan kegiatan pada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia (Widyati & Yuliarsih 2006). Sanitasi lingkungan sangat mempengaruhi kesehatan dan kebersihan lingkungan. Sementara lingkungan yang bersih dan sehat menjadi suatu indeks kesehatan seseorang. Kesehatan seseorang akan terlihat dari daya tahan tubuh terhadap suatu penyakit sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian. Selain itu lingkungan yang bersih dan sehat akan mencegah penularan penyakit. Higienis dan sanitasi termasuk kedalam usaha preventif yaitu mencegah supaya tidak sakit. Usaha kesehatan perorangan (personal hygiene) dapat dilakukan dengan mandi minimal 2 kali sehari, menyikat gigi, pakaian bersih, orahraga dan lain-lain. Cara untuk menjaga lingkungan hidup yang sehat yaitu dengan cara tidak membuang sampah sembarangan, menjaga saluran air agar tidak mampet, menjaga kerja bakti dengan masyarakat setempat untuk membersihkan lingkungan. Sanitasi lingkungan perumahan terdiri dari rumah harus memiliki sumber air bersih dan sehat, memiliki sarana pembuangan air limbah dan sampah, dan kandang ternak harus terpisah cukup jauh dari rumah agar rumah terjaga kebersihan dan kesehatannya. Selain itu kandang ternak harus memiliki tempat penampungan kotoran (Latifah et al. 2002). Sanitasi air harus sangat diperhatikan karena air sangat penting untuk kehidupan. Kebutuhan air untuk masyarakat di Indonesia dalam menyelenggarakan kehidupan sehari-hari baru mencapai 100 l. Air bersih dan sehat merupakan air yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari yang tidak mengandung kotoran dan kuman, sehingga aman untuk dikonsumsi dan tidak

27 13 menimbulkan gangguan kesehatan (Latifah et al. 2002). Menurut Widyati dan Yuliarsih (2006) air bersih dan sehat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Syarat fisik: syarat air yang dilihat dari fisiknya antara lain jernih, tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau dengan suhu sebaiknya di bawah suhu udara sehingga terasa nyaman. b. Syarat kimia: tidak mengandung zat-zat berbahaya seperti zat-zat racun atau zat-zat organik lebih tinggi dari jumlah yang ditentukan misalnya CO 2, H 2 S, NH 4 dan lain-lain. c. Syarat bakteriologis: air tidak mengandung penyakit, tidak mengandung bakteri E.coli yang melampaui batas yang ditentukan. Air bersih belum tentu dikatakan sehat, karena menurut Entjang (1993) untuk memperoleh air minum yang sehat dapat diperoleh melalui: 1. Sumber air yang bersih, 2. Tangan dan tempat penampungan air bersih, 3. Wadah penampungan air disertai dengan tutup dan sering dibersihkan, 4. Memasak air sampai mendidih sebelum diminum, 5. Menggunakan alat-alat minum yang bersih (termasuk gayung sebagai alat pengambil air harus bersih). Menurut Subandriyo et al. (1994), menyatakan bahwa sumber air minum yang bersih dan sehat dapat diperoleh dari: 1) air pompa, 2) air ledeng, 3) sumur yang terlindungi dan 4) mata air yang terlindungi. Sumur yang baik harus memenuhi syarat antara lain jarak sumur dengan kamar mandi minimum 10 m dan dinding sumur 1 m di atas tanah dan 3 m dalam tanah serta harus dibuat dari tembok yang tidak tembus air agar perembesan air dari sekitar tidak terjadi. Selain air, sanitasi lingkungan yang harus diperhatikan yaitu mengenai sampah. Sampah adalah segala sesuatu yang tidak terpakai lagi dan harus dibuang. Sampah yang tidak ditangani dengan baik mengakibatkan tumbuhnya kuman sebagai penyebab terjadinya diare, juga mengandung lalat yang mengakibatkan terjadinya penyakit (Latifah et al. 2002). Tempat sampah yang digunakan seharusnya tertutup dan sebaiknya dipisahkan antara sampah basah dan kering. Penyakit Infeksi Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, protozoa, cacing dan sebagainya. Penyakit infeksi

28 14 seringkali ditemukan banyak menyerang anak-anak. Penyakit infeksi berkaitan dengan status gizi yang rendah, hubungan kekurangan gizi dengan penyakit infeksi antara lain dapat dijelaskan melalui mekanisme pertahanan tubuh, yaitu seorang anak yang mengalami kekuranga gizi dengan asupan energi dan protein rendah, maka kemampuan tubuh untuk membentuk protein yang baru berkurang. Tubuh akan rawan terhadap serangan infeksi karena terganggunya kekebalan tubuh seluler. Jenis-jenis penyakit infeksi diantaranya adalah batuk, pilek, demam, diare dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), yang termasuk ISPA adalah influenza, campak, faringitis, trakeitis, bronchitis dan pneumonia (Depkes RI 1996). Menurut Suhardjo (1989) terdapat interaksi bolak balik antara status gizi kurang dengan infeksi. Infeksi yang akut akan menyebabkan kurangnya nafsu makan dan toleransi terhadap makanan sehingga menimbulkan gizi kurang. Sebaliknya orang yang memiliki status gizi kurang daya tahan tubuh terhadap penyakit menjadi rendah, sehingga mudah terkena penyakit infeksi. Penelitian di Guatemala, Amerika Tengah menunjukkan bahwa ada hubungan erat antara infeksi dengan kegagalan untuk menambah berat badan. Infeksi yang sering terjadi adalah ISPA dan infeksi saluran pencernaan makanan. Infeksi pada saluran pencernaan umumnya timbul karena diare. Menurut Depkes RI (2005), bahwa pada anak yang mendapat makanan cukup, tetapi sering terkena diare atau demam akhirnya akan menderita kurang gizi. Demikian juga pada anak yang makan tidak cukup, maka daya tahan tubuhnya dapat melemah dan dalam keadaan demikian akan mudah diserang infeksi.

29 KERANGKA PEMIKIRAN Masalah gizi memiliki dimensi yang luas, tidak hanya merupakan masalah kesehatan tetapi juga meliputi masalah sosial, ekonomi, budaya, pola asuh, pendidikan, dan lingkungan. Faktor yang mempengaruhi masalah gizi di setiap daerah berbeda-beda. Kelompok anak usia sekolah merupakan kelompok usia yang banyak mengalami masalah mengenai kesehatan. Beberapa masalah yang dihadapi oleh anak usia sekolah adalah rendahnya tingkat kesehatan dan keadaan gizi terutama mereka yang berada di daerah tertinggal (Muhilal 1988). Berdasarkan kerangka pemikiran United Nations Children s Fund (Unicef) (1998), status gizi seseorang dipengaruhi oleh faktor langsung dan tidak langsung. Faktor langsung meliputi konsumsi makanan dan penyakit infeksi, sedangkan faktor tidak langsung terdiri atas ketersediaan pangan, higiene dan sanitasi lingkungan serta pelayanan kesehatan. Karakteristik keluarga meliputi jumlah keluarga, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan keluarga. Karakteristik keluarga tersebut merupakan masalah utama yang menjadi penyebab terjadinya masalah pertumbuhan pada seseorang. Menurut Sumarwan (2004) menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi pekerjaannya yang memungkinkan orang tersebut memperoleh pendapatan yang lebih tinggi sehingga akan mempengaruhi ketersediaan dan asupan pangan rumah tangga, dan secara tidak langsung akan mempengaruhi status gizi setiap anggota rumah tangga. Jumlah keluarga yang banyak akan mempengaruhi jumlah pangan yang dikonsumsi dan pembagian ragam yang dikonsumsi dalam keluarga akan berkurang. Penyakit infeksi dan asupan gizi individu akan berpengaruh secara langsung terhadap status gizi seseorang. Penyakit infeksi terjadi karena sanitasi lingkungan meliputi penyehatan air minum, penyehatan air limbah dan sampah yang tidak sehat, sehingga menyebabkan lingkungan menjadi kotor dan mikroorganisme penyebab penyakit infeksi akan berkembang. Asupan gizi individu ditentukan oleh ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga. Asupan pangan harus seimbang antara kualitas dan kuantitas, karena secara langsung akan berpengaruh terhadap status gizi anak sekolah.

TINJAUAN PUSTAKA Konsep Ekologi Anak Sekolah Dasar

TINJAUAN PUSTAKA Konsep Ekologi Anak Sekolah Dasar TINJAUAN PUSTAKA Konsep Ekologi Mata pencaharian dapat dilihat dari corak kehidupan penduduk setempat berdasarkan lingkungan tempat tinggalnya. Kehidupan penduduk dapat dibedakan menjadi dua corak yaitu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Penelitian mengenai studi karakteristik pertumbuhan anak usia sekolah di Provinsi Jawa Barat dilaksanakan dari bulan Mei-Juli 2011 dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Sekolah Dasar 2.1.1. Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat mempunyai sifat

Lebih terperinci

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI 1 KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI Oleh: FRISKA AMELIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional yang diupayakan oleh pemerintah dan masyarakat sangat ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM). SDM yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Badan Lahir Cukup (BBLC) a. Definisi Berat badan lahir adalah berat badan yang didapat dalam rentang waktu 1 jam setelah lahir (Kosim et al., 2014). BBLC

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian status gizi Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Jika keseimbangan tadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi adalah tingkat kesehatan seseorang atau masyarakat yang di pengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi di nilaidengan ukuran atau parameer gizi.balita yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Menurut Supariasa dkk (2002) status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu sedangkan menurut Almatsier

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kekurangan Energi Kronis (KEK) 1. Pengertian Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan ibu hamil dan WUS (Wanita Usia Subur) yang kurang gizi diakibatkan oleh kekurangan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian mengenai Pemberian Makanan Tambahan (PMT) biskuit yang disubstitusi tepung Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) pada balita gizi kurang dan gizi buruk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi memiliki pengaruh yang sangat besar dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang. Status gizi berhubungan dengan kecerdasan

Lebih terperinci

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita 22 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi yang baik, terutama pada anak merupakan salah satu aset penting untuk pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (mordibity) dan angka kematian (mortality). ( Darmadi, 2008). Di negara

BAB I PENDAHULUAN. (mordibity) dan angka kematian (mortality). ( Darmadi, 2008). Di negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakancg Pada negara-negara berkembang seperti halnya Indonesia, penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan (mordibity) dan angka kematian (mortality).

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi 2.1.1 Pengertian Status Gizi Status gizi adalah keadaan kesehatan individu-individu atau kelompok-kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tetapi pada masa ini anak balita merupakan kelompok yang rawan gizi. Hal ini

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tetapi pada masa ini anak balita merupakan kelompok yang rawan gizi. Hal ini BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masalah Gizi Pada Anak Balita Masa balita merupakan periode penting dalam tumbuh kembang anak. Akan tetapi pada masa ini anak balita merupakan kelompok yang rawan gizi. Hal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Makan Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri

Lebih terperinci

POLA KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI PADA RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KOTA DAN KABUPATEN BOGOR DIAH IMAS SRIMARYANI

POLA KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI PADA RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KOTA DAN KABUPATEN BOGOR DIAH IMAS SRIMARYANI POLA KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI PADA RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KOTA DAN KABUPATEN BOGOR DIAH IMAS SRIMARYANI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Cross sectional study dilakukan untuk mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gizi Kurang Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur

Lebih terperinci

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A54104039 PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran 21 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Kekurangan gizi pada usia dini mempunyai dampak buruk pada masa dewasa yang dimanifestasikan dalam bentuk fisik yang lebih kecil dengan tingkat produktifitas yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di kebun Malabar PTPN VIII Desa Banjarsari, Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi Status gizi merupakan suatu keadaan tubuh akibat interaksi antara asupan energi dan protein serta zat-zat gizi esensial lainnya dengan keadaan kesehatan tubuh (Sri,

Lebih terperinci

STUDI TENTANG STATUS GIZI PADA RUMAHTANGGA MISKIN DAN TIDAK MISKIN NUTRITIONAL STATUS OF POOR AND NON-POOR HOUSEHOLDS

STUDI TENTANG STATUS GIZI PADA RUMAHTANGGA MISKIN DAN TIDAK MISKIN NUTRITIONAL STATUS OF POOR AND NON-POOR HOUSEHOLDS STUDI TENTANG STATUS GIZI PADA RUMAHTANGGA MISKIN DAN TIDAK MISKIN Hadi Riyadi 1 ; Ali Khomsan 1 ; Dadang S. 1 ; Faisal A. 1 dan Eddy S. Mudjajanto 1 1 Fakultas Ekologi Manusia,Institut Pertanian ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Yang dimaksud dengan status gizi yaitu : Keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian, penyerapan dan penggunaan makan. Makanan yang memenuhi kebutuhan gizi tubuh

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study dimana seluruh pengumpulan data dilakukan pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Malangsari

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Data yang Digunakan

METODE PENELITIAN Data yang Digunakan METODE PENELITIAN Data yang Digunakan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. Riskesdas 2007 diselenggarakan oleh Badan Penelitian dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan pangan. Banyak kasus kurang gizi disebabkan karena rendahnya pemahaman pola konsumsi yang sehat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab

Lebih terperinci

METODOLOGI. n = 2 (σ 2 ) (Zα + Zβ) δ 2

METODOLOGI. n = 2 (σ 2 ) (Zα + Zβ) δ 2 17 METODOLOGI Desain, Waktu dan Tempat Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah experimental study yaitu percobaan lapang (field experiment) dengan menggunakan rancangan randomized treatment trial

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan anak balita ini rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain : sehingga perhatian ibu sudah berkurang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan anak balita ini rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain : sehingga perhatian ibu sudah berkurang. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Balita Anak Balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit. Kelompok ini yang merupakan kelompok umur yang paling menderita akibat gizi (KKP), dan jumlahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Overweight dan obesitas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian yang serius karena merupakan peringkat kelima penyebab kematian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG Oleh : TAN WEE YEN 110100464 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN ZAT BESI (Fe), STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADAA BAGIAN PRODUKSI PT AIR MANCUR PALUR, KARANGANYAR

TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN ZAT BESI (Fe), STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADAA BAGIAN PRODUKSI PT AIR MANCUR PALUR, KARANGANYAR TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN ZAT BESI (Fe), STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADAA BAGIAN PRODUKSI PT AIR MANCUR PALUR, KARANGANYAR ANISA ROSYIDA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi adalah keseimbangan antara pemasukan zat gizi dari bahan makanan yang dimakan dengan bertambahnya pertumbuhan aktifitas dan metabolisme dalam tubuh. Status

Lebih terperinci

67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh

67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh 31 Karakteristik Sosial Ekonomi keluarga Umur orangtua Sebaran umur orangtua contoh dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu kelompok remaja (

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan ketika penelitian berlangsung. Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan gizi kurang dapat ditemukan pada setiap kelompok masyarakat. Pada hakekatnya keadaan gizi kurang dapat dilihat sebagai suatu proses kurang asupan makanan ketika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Status Gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi yang baik ditentukan oleh jumlah asupan pangan yang dikonsumsi.

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi yang baik ditentukan oleh jumlah asupan pangan yang dikonsumsi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Balita (1 5 Tahun) Anak balita adalah anak yang berusia 1-5 tahun. Pada kelompok usia ini, pertumbuhan anak tidak sepesat masa bayi, tapi aktifitasnya lebih banyak (Azwar,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan tersebut

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Jumlah dan Cara penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Jumlah dan Cara penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Penelitian mengenai hubungan antara kepatuhan konsumsi biskuit yang diperkaya protein tepung ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) dengan status gizi dan morbiditas

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI PENDAKI GUNUNG DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JESA NUHGROHO

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI PENDAKI GUNUNG DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JESA NUHGROHO GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI PENDAKI GUNUNG DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JESA NUHGROHO DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gizi Balita Status gizi merupakan keadaan fisik seseorang atau kelompok orang tertentu yang ditentukan dengan salah satu kombinasi dari ukuran gizi tertentu. Status gizi terkait

Lebih terperinci

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Gizi Pada Balita

TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Gizi Pada Balita 6 TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Gizi Pada Balita Gizi merupakan hal penting dalam pembangunan, karena gizi adalah investasi dalam pembangunan. Gizi yang baik dapat memicu terjadi pembangunan yang pesat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan orang lain yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan orang lain yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Keluarga 2.1.1 Pendidikan Orang Tua Seseorang yang hanya tamat sekolah dasar belum tentu kurang mampu menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang di nyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sulit diharapkan untuk berhasil membangun bangsa itu sendiri. (Hadi, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. sulit diharapkan untuk berhasil membangun bangsa itu sendiri. (Hadi, 2012). 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA NADIYA MAWADDAH PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Konsumsi Makanan Dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak terlepas dari makanan karena makanan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Fungsi pokok makanan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh keadaan gizi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1 20 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study dengan metode survey observational. Tempat penelitian dipilih dengan metode purposive yaitu di UPT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi Gizi lebih adalah suatu keadaan berat badan yang lebih atau diatas normal. Anak tergolong overweight (berat badan lebih) dan risk of overweight (risiko untuk berat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan bagian dari sektor kesehatan yang penting dan mendapat perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat. Pengaruh

Lebih terperinci

B A B II TINJAUAN PUSTAKA

B A B II TINJAUAN PUSTAKA B A B II TINJAUAN PUSTAKA A. STATUS GIZI Status gizi atau tingkat konsumsi pangan adalah suatu bagian penting dari status kesehatan seseorang. Tidak hanya status gizi yang mempengaruhi status kesehatan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014 Klemens STIKes Prima Jambi Korespondensi penulis :kornelis.klemens@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program kesehatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan dalam tiga dekade ini telah cukup berhasil meningkatkan derajat kesehatan. Namun demikian derajat kesehatan

Lebih terperinci

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi KERANGKA PEMIKIRAN Masa yang terentang antara usia satu tahun sampai remaja boleh dikatakan sebagai periode laten karena pertumbuhan fisik berlangsung tidak sedramatis ketika masih berstatus bayi (Arisman

Lebih terperinci

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti KERANGKA PEMIKIRAN Usia sekolah adalah periode yang sangat menentukan kualitas seorang manusia dewasa nantinya. Kebutuhan gizi pada masa anak-anak harus dipenuhi agar proses pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI MASA LALU ANAK DAN PARTISIPASI IBU DI POSYANDU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA MURID TAMAN KANAK-KANAK NINA TRIANA

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI MASA LALU ANAK DAN PARTISIPASI IBU DI POSYANDU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA MURID TAMAN KANAK-KANAK NINA TRIANA HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI MASA LALU ANAK DAN PARTISIPASI IBU DI POSYANDU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA MURID TAMAN KANAK-KANAK NINA TRIANA PROGRAM STUDI S1 GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti &

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti & BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelompok anak sekolah merupakan salah satu segmen penting di masyarakat dalam upaya peningkatan pemahaman dan kesadaran gizi sejak dini. Anak sekolah merupakan sasaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan masyarakat Indonesia merupakan usaha yang dilakukan pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa dapat berhasil dilaksanakan

Lebih terperinci

TINGKAT PARTISIPASI IBU DI POSYANDU DAN IMPLEMENTASI PROGRAM GIZI DALAM MENINGKATKAN STATUS GIZI BALITA. Oleh:

TINGKAT PARTISIPASI IBU DI POSYANDU DAN IMPLEMENTASI PROGRAM GIZI DALAM MENINGKATKAN STATUS GIZI BALITA. Oleh: RINGKASAN HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN UNTUK PUBLIKASI INTERNASIONAL BATHCH I TINGKAT PARTISIPASI IBU DI POSYANDU DAN IMPLEMENTASI PROGRAM GIZI DALAM MENINGKATKAN STATUS GIZI BALITA Oleh: Prof. Dr. Ir.

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN REMAJA BERDASARKAN EKOSISTEM WILAYAH DI PROVINSI JAWA BARAT YUDHISTIRA PRASASTA I

STUDI KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN REMAJA BERDASARKAN EKOSISTEM WILAYAH DI PROVINSI JAWA BARAT YUDHISTIRA PRASASTA I STUDI KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN REMAJA BERDASARKAN EKOSISTEM WILAYAH DI PROVINSI JAWA BARAT YUDHISTIRA PRASASTA I14070101 DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 1 N

METODE PENELITIAN 1 N 32 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini merupakan bagian dari data baseline pada kajian Studi Ketahanan Pangan dan Coping Mechanism Rumah Tangga di Daerah Kumuh yang dilakukan Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak sakit akan tetapi juga tidak sehat. Memasuki era globalisasi, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tidak sakit akan tetapi juga tidak sehat. Memasuki era globalisasi, Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada saat ini, sebagian besar atau 50% penduduk Indonesia dapat dikatakan tidak sakit akan tetapi juga tidak sehat. Memasuki era globalisasi, Indonesia menghadapai

Lebih terperinci

STUDI DUKUNGAN SOSIAL DAN FOOD COPING STRATEGY SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN KARTIKA HIDAYATI

STUDI DUKUNGAN SOSIAL DAN FOOD COPING STRATEGY SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN KARTIKA HIDAYATI STUDI DUKUNGAN SOSIAL DAN FOOD COPING STRATEGY SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN KARTIKA HIDAYATI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kabupaten Sukabumi. Puskesmas Kadudampit Puskesmas Cikidang Puskesmas Citarik. Peserta program pemberian makanan biskuit fungsional

METODE PENELITIAN. Kabupaten Sukabumi. Puskesmas Kadudampit Puskesmas Cikidang Puskesmas Citarik. Peserta program pemberian makanan biskuit fungsional 37 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Penelitian ini merupakan penelitian survey yang dilakukan di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Lokasi penelitian ini terdiri dari 3 Puskesmas yaitu Kadudampit,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Indeks Masa Tubuh 2.1.1. Defenisi Indeks Masa Tubuh Indeks Massa tubuh (IMT) adalah alat ukur paling umum yang digunakan untuk mendefenisikan status berat badan anak, remaja,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penanggulangannya tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyelenggaraan Makanan Penyelenggaraan makanan merupakan suatu kegiatan atau proses menyediakan makanan dalam jumlah yang banyak atau dalam jumlah yang besar. Pada institusi

Lebih terperinci

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study (sebab akibat diteliti dalam satu waktu). Pemilihan PAUD dilakukan secara purposive, dengan kriteria memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World Health Organization (WHO)

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN DAN POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BATUR

ABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN DAN POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BATUR ABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN DAN POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BATUR Gizi memegang peranan penting dalam menciptakan Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Perbaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hasil analisis data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas 2005) menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan gizi kurang pada anak usia sekolah yaitu

Lebih terperinci

Perilaku Makan Dan Pengasuhan Gizi Anak Balita di Kawasan Pemukiman Kumuh Kota Denpasar

Perilaku Makan Dan Pengasuhan Gizi Anak Balita di Kawasan Pemukiman Kumuh Kota Denpasar Perilaku Makan Dan Pengasuhan Gizi Anak Balita di Kawasan Pemukiman Kumuh Kota Denpasar Ni Ketut Sutiari*, Tangking Widarsa Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Udayana Gd PS IKM, Kampus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang terjadi pada makhluk hidup. Pertumbuhan berarti bertambah besar dalam ukuran fisik, akibat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study. Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Aspek Sosio-ekonomi dan Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi

Lebih terperinci

METODE. n = Z 2 P (1- P)

METODE. n = Z 2 P (1- P) 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Lokasi penelitian adalah TKA Plus Ihsan Mulya Cibinong.

Lebih terperinci

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU Al Ulum Vol.60 No.2 April 2014 halaman 33-38 33 GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU Rusmini

Lebih terperinci

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan Silaen P, Zuraidah R, Larasati TA. Medical Faculty

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) 5 TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Posyandu merupakan salah satu bentuk kegiatan dari Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), dimana masyarakat antara lain melalui kader-kader yang terlatih

Lebih terperinci

NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH

NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH CHANDRIYANI I24051735 DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

Lebih terperinci

Secara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256.

Secara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256. ABSTRACT ERNY ELVIANY SABARUDDIN. Study on Positive Deviance of Stunting Problems among Under five Children from Poor Family in Bogor City. Under direction of IKEU TANZIHA and YAYAT HERYATNO. The objectives

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung berjudul Dampak Program Warung Anak Sehat (WAS) terhadap Perilaku Hygiene-Sanitasi Ibu WAS

Lebih terperinci

GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR

GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR Hendrayati 1, Sitti Sahariah Rowa 1, Hj. Sumarny Mappeboki 2 1 Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan,

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK USIA 1336 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMINTING KOTA MANADO Okky Kezia Kainde*, Nancy S.H Malonda*, Paul A.T Kawatu*

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM berkualitas, faktor gizi memegang

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilannya dalam Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status gizi adalah ekspresi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosssectional study dimana seluruh paparan dan outcome diamati pada saat bersamaan dan pengumpulan data dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN atau 45% dari total jumlah kematian balita (WHO, 2013). UNICEF

BAB I PENDAHULUAN atau 45% dari total jumlah kematian balita (WHO, 2013). UNICEF BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas merupakan modal utama atau investasi dalam pembangunan kesehatan. Gizi merupakan penentu kualitas sumber daya manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu komponen penting dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan.sumber daya manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan untuk

Lebih terperinci