PENGUATAN ORGANISASI KARANG TARUNA DALAM MEMBERDAYAKAN GENERASI MUDA (Studi Kasus di Kelurahan Tengah Kec.Cibinong Kab. Bogor) Nitro PDF Trial

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGUATAN ORGANISASI KARANG TARUNA DALAM MEMBERDAYAKAN GENERASI MUDA (Studi Kasus di Kelurahan Tengah Kec.Cibinong Kab. Bogor) Nitro PDF Trial"

Transkripsi

1 1 PENGUATAN ORGANISASI KARANG TARUNA DALAM MEMBERDAYAKAN GENERASI MUDA (Studi Kasus di Kelurahan Tengah Kec.Cibinong Kab. Bogor) SRI MULYANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

2 2 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir Penguatan Karang Taruna dalam Memberdayakan Generasi Muda (studi kasus di Kelurahan Tengah, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor) adalah dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain yang telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tugas akhir ini Bogor, Januari Sri Mulyani NRP. I

3 3 ABSTRACT SRI MULYANI. Strengthen of Karang Taruna organization in empowering young generation. Cases at Kelurahan Tengah Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor. Guided by Winati Wigna and Fredian Tonny Nasdian. Young generation is a part of world in habitant who is very potential and has greater contribution as developing future world era. Al thought social problems that is facing the young generation at this time never has been done in discussion, mainly of the problems is un employment, mischievous juvenile and drop out from school. Developing quality of young generation is not only done trough through formal education but also it is done trough organization that has. Commitment to developing young generation subse quently. Participating in youth organization as one component participasing in social socity. That need to be in creased and developed more over local organization as a potential sources is claimed for taking a part optimally to mobilize the socity in development local organization organization in the village envorenment that is kelurahan (country) as the place or container of ful fil satisfaction or to solve the society problems. On of local organization that spreads almost every kelurahan (country) in Indonesia organization as place for building the young generation. In the first time Karang Taruna is formed by the government, but for right now Karang Taruna is formed by the society s idea and society s aspiration. More over, The specific goals of Karang Taruna in the program implementation expects Karang Taruna is simultant, to increase capability and can stand alone in the full filling the needs of social walfare for their members by them to selves with the developing its potency it self. Based on analysis abvove mentioned, to succed the program implementation, need to look at : 1) Karang Taruna s performances that is productivities, qualities orientation, responses and accuntabilities, 2) The factors that affect the Karang Taruna performance those are internal factor and external factor, 3) Program strategy that is fit t to the using Karang Taruna in empowering young generation. From the result of field research on the performance of activities Karang Taruna at the Kelurahan Tengah can be concluded that Karang Taruna Kelurahan Tengah more more real mobilization in the activity of social society characteristic for example spiritual activities, cultural art and sport if compare to developing activity business economy, for example activitie through Kelompok Usaha Bersama/ Usaha Ekonomi Produktif (KUBE/ UEP) programs is the solving young generation problem.

4 4 RINGKASAN Generasi muda adalah bagian dari penduduk dunia yang sangat potensial dan memiliki sumbangan teramat besar bagi perkembangan masa depan dunia. Namun permasalahan sosial yang dialami generasi muda pada saat ini tetap menjadi permasalahan yang tidak pernah habis-habisnya dibicarakan. Terutama permasalahan pengangguran, kenakalan remaja dan putus sekolah. Pengembangan kualitas generasi muda tidak hanya dilakukan melalui pendidikan formal, tetapi dapat dilakukan melalui wadah (lembaga atau organisasi) yang mempunyai komitmen terhadap pengembangan generasi muda tersebut. Peran serta organisasi kepemudaan tersebut sebagai salah satu komponen partisipasi sosial masyarakat perlu ditingkatkan dan dikembangkan. Sejalan dengan hal tersebut, organisasi lokal sebagai sumberdaya potensial dituntut untuk berperan secara optimal untuk menggerakan masyarakat dalam pembangunan. Organisasi lokal di lingkungan desa/ kelurahan merupakan wadah untuk memenuhi kebutuhan ataupun memecahkan permasalahan masyarakat. Salah satu organisasi lokal yang ada di hampir setiap desa atau kelurahan di Indonesia adalah Karang Taruna sebagai tempat atau wadah pembinaan generasi muda. Pada awalnya Karang Taruna merupakan organisasi bentukan pemerintah, namun dalam perkembangannya kini Karang Taruna banyak muncul dengan ide, gagasan dan aspirasi masyarakat. Adapun tujuan khusus Karang Taruna dalam pelaksanaan program diharapkan agar program Karang Taruna berkesinambungan, meningkatkan kemampuan dan kemandirian dalam memenuhi kebutuhan kesejahteraan sosial bagi anggotanya untuk memecahkan permasalahan secara mandiri dengan mengembangkan potensi diri yang dimilikinya. Dari hasil penelitian di lapangan terhadap kinerja kegiatan Karang Taruna Kelurahan Tengah dapat disimpulkan bahwa Karang Taruna Kelurahan Tengah belum sepenuhnya berhasil dalam mencapai tujuannya yaitu mengatasi permasalahan pemuda, organisasi Karang Taruna Kelurahan Tengah lebih nyata bergerak dalam kegiatan yang bersifat sosial kemasyarakatan seperti kerohanian, seni budaya dan

5 5 olahraga dibanding dengan kegiatan pengembangan ekonomi seperti kegiatan melalui program KUBE/ UEP dalam mengentaskan permasalahan generasi muda. 1) Kinerja organisasi Karang Taruna Kelurahan Tengah fakta- fakta menyebutkan : a) Produktivitas belum berhasil, walaupun kegiatan KUBE UEP yang dilaksanakan berkesinambungan nampak setiap KUBE melaksanakan KUBE secara rutin (tidak putus ditengah jalan) dan dilaksanakan berlanjut setiap satu tahun, namun hanya satu KUBE/ UEP yang berhasil yang lainnya sisanya dua KUBE/ UEP belum bisa melaksanakan kegiatan tersebut dengan baik sehingga belum bisa meningkatkan kemampuan dan kemandirian untuk anggotanya dalam melanjutkan usaha KUBEnya, dan satu KUBE/ UEP lainnya belum bisa dinilai karena masih berjalan, b) Orientasi kualitas belum berhasil, walaupun sebagian besar anggota mengikuti pelatihan usaha ditunjang oleh instruktur yang ahli dibidangnya namun beberapa KUBE tidak bisa melanjutkan kegiatan KUBEnya. Dalam hal ini prasyarat ikut pelatihan dan kemampuan instruktur yang bagus tidak menjamin keberhasilan KUBE tapi tergantung pada motivasi anggota yang ingin merubah hidupnya lebih baik lagi, c) Responsivitas belum berhasil karena, kebutuhan sasaran dan sasaran kegiatan KUBE tidak tepat dikarenakan sebagian anggotanya tidak mempunyai keahlian dalam melaksanakan kegiatan (perbengkelan) tetapi dalam hal sasaran sudah tepat yaitu mereka yang memiliki permasalahan sosial, d) Akuntabilitas belum berhasil, pelaporan masing- masing KUBE dilaporkan secara berkesinambungan namun dalam pelaksanaan laporan sebagian KUBE tidak membuat atau dibuatkan oleh orang lain sehingga mengakibatkan KUBE tersebut dianggap tidak bisa meningkatkan kemampuan dan kemandirian dalam berorganisasi. 2) Faktor- faktor yang mempengaruhi kinerja Karang Taruna Kelurahan Tengah fakta- fakta menyebutkan : a) Kepemimpinan Karang Taruna berhasil karena selain memiliki SDM yang bagus dalam manajemen dan administrasi, berkoordinasi dengan anggota melalui wadah pertemuan, aktif dan selalu mengarahkan anggotanya untuk melaksanakan tugas dan fungsinya. Kemudian kepemimpinan Karang Taruna dipilih secara demokratis dengan melibatkan unsur masyarakat (aparat, pengurus warga dan tokoh- tokoh), b) Keanggotaan Karang

6 6 Taruna belum berhasil karena dalam hal motivasi contohnya pertemuan atau rapat, sebagian besar anggota tidak menghadiri rapat tersebut dan mewakili pendapatnya kepada orang lain keaktifan anggotapun menurun dari jumlah anggota 376 sedangkan anggota yang aktif hanya 70% nya saja namun dalam hal hubungan antar anggota berjalan secara baik dan kekeluargaan, c) Aturan- aturan yang disepakati belum berhasil karena aturan keikutsertaan dalam KUBE diutamakan bagi anggota yang memiliki permasalahan sosial dan yang telah mengikuti pelatihan keterampilan usaha, sehingga dengan aturan seperti itu sebagaian anggota Karang Taruna jadi tidak terlayani program, d) Kerjasama antar organisasi dan stakeholders dalam meningkatkan kemampuan dan meningkatkan kemandirian di bidang usaha kurang berhasil karena kerjasama antar organisasi dan stakeholders yang tujuannya peningkatan usaha yang dapat membantu menyelesaikan masalah remaja khususnya pengangguran sebatas membina hubungan kekeluargaan, e) Modal sosial berupa tanggapan masyarakat pada Karang Taruna sangat positif, sifat kekeluargaan dan gotongroyong masyarakat sangat mendukung namun modal fisik berupa lahan yang dapat dipergunakan untuk usaha dan modal keuangan Karang Taruna masih sangat terbatas dalam pengembangan fasilitas KUBE/ UEP berupa bantuan stimulan untuk mendorong dan mengembangkan kegiatan yang dilaksanakan dirasakan belum berhasil karena kegiatan masih terbentur oleh modal.

7 Hak cipta milik IPB, tahun 2010 Hak cipta dilindungi Undang- undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pemdidikan, penelitian,penulisan karya ilmia, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah ; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

8 8 PENGUATAN ORGANISASI KARANG TARUNA DALAM MEMBERDAYAKAN GENERASI MUDA (Studi Kasus di Kelurahan Tengah Kec.Cibinong Kab. Bogor) SRI MULYANI Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Pengembangan Masyarakat SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

9 9 Judul Tugas Akhir Nama NRP Dra. Winati Wigna, MDS Ketua Ketua Program Studi Pengembangan Masyarakat Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS MS : Penguatan Organisasi Karang Taruna dalam Upaya Memberdayakan Generasi Muda (Studi Kasus di Kelurahan Tengah Kec.Cibinong Kab. Bogor) : SRI MULYANI : I Disetujui Komisi Pembimbing Diketahui Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS Anggota Dekan Sekolah Pascasarjana Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, Tanggal Ujian : 20 Januari 2010 Tanggal Lulus :

10 10 PRAKATA Alhamdulillahirobbil alamin dan syukur penulis panjatkan atas rakhmat karunia dan hidayah- Nya, penulis dapat menyelesaikan kajian pengembangan masyarakat sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan tugas akhir pada Program Studi Magister Profesional Pengembangan Masyarakat di Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dra. Winati Wigna, MDS dan Ir. Feredian Tonny Nasdian, MS selaku komisi pembimbing. 2. Ir. Nuraini W. Prasodjo, MS selaku dosen penguji, serta kepada seluruh dosen yang telah memeberikan mata kuliah pada Program Studi Pengembangan Masyarakat Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 3. Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS selaku ketua Program Studi Pengembangan Masyarakat Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 4. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS selaku Dekan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 5. Dr. Marzuki, M.Sc selaku Kepala Badan Pendidikan dan Penelitian Departemen Sosial RI. 6. Dra. Neni Kusumawardhani, MS selaku Ketua Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung. 7. Ananda Adel Audiani Gunawan, Titan Liliani Gunawan, Keysar Adriani Gunawan serta suami tercinta Doni Gunawan dan seluruh keluarga yang telah memberi dukungan moril dan materil kepada penulis dalam penyelesaian pendidikan pascasarjana. 8. Teman- teman Anggkatan IV kelas Bandung Program Studi Pengembangan Masyarakat Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dan seluruh pihak yang telah mendukung dalam penyelesaian tugas akhir ini. Akhirnya penulis berharap, semoga kajian pengembangan masyarakat ini dapat dilaksanakan sesuai dengan pedoman dan kaidah yang telah ditentukan dan dapat memberikan manfaat bagi pelaksanaan pengembangan masyarakat. Bogor, Januari 2010 Penulis Sri Mulyani

11 11 RIWAYAT HIDUP Penulis di lahirkan di Bandung pada tanggal 14 Juli 1971 sebagai anak ke enam dari tujuh bersaudara pasangan Atjeng dan O. Suprijati. Pada tanggal 30 Agustus 1998 penulis menikah dengan Doni Gunawan dan dikaruniai tiga orang anak yaitu Adel Audiani Gunawan, Titan Liliani Gunawan dan Keysar Adriani Gunawan. Pendidikan yang ditempuh oleh penulis yaitu SDN Coblong II Bandung tamat tahun 1984, SMP PMB Bandung tamat tahun 1987, SMA Angkasa Husein Sastranegara Bandung tamat tahun 1990, dan Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung tamat tahun Pada tahun 1993 penulis diangkat sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil dan menjadi Pegawai Negeri pada tahun 1994 awal mula penempatan di Kanwil Depsos Provinsi Sulawesi Tengah tepatnya di Palu dan tahun 2000 mutasi ke Kanwil Depsos Provinsi Jawa Barat dan ditempatkan di Cabang Dinas Sosial Kabupaten Bogor di Cibinong. Tahun 2001 pada awal Otonomi Daerah sebagai pelaksanana di Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten Bogor dan tahun 2004 sebagai pelaksanana di Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Kesejahteraan Sosial Kabupaten Bogor. Selanjutnya pada tahun 2006 penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan Pascasarjana di Institut Pertanian Bogor pada Program Studi Pengembangan Masyarakat yang disponsori oleh Departemen Sosial Republik Indonesia sebagai Tugas Belajar.

12 12 DAFTAR ISI Hal DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR MATRIKS... BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Kajian Manfaat Kajian... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemberdayaan Modal Sosial Generasi Muda Kesejahteraan Sosial Karang Taruna sebagai Organisasi Sosial Kepemudaan Konsep Organisasi Sosial Karang Taruna Kinerja Organisasi Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Organisasi Kerangka Pemikiran BAB III METODE KAJIAN 3.1. Proses Kajian Kasus Kajian Teknik Pengumpulan Data BAB IV PETA SOSIAL KELURAHAN TENGAH 4.1. Keadaan Umum Lokasi Kependudukan Sistem Ekonomi Struktur Komunitas Kepemimpinan Lokal Lembaga Kemasyarakatan Sumberdaya lokal Permasalahan Sosial BAB V EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT 5.1. Latar Belakang Program Program Pemberdayaan Karang Taruna Melalui Kelompok Usaha i ii iii

13 13 BAB VI Bersama/ Usaha Ekonomi Produktif Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Pengrajin Bambu PROFIL KARANG TARUNA KELURAHAN TENGAH 6.1. Kepemimpinan Keanggotaan Aturan- aturan dalam Pelaksanaan Program Kerjasama antar Organisasi dan Stakeholders Modal Sosial dan Modal Fisik BAB VII ANALISIS KINERJA KARANG TARUNA KELURAHAN TENGAH 7.1. Kegiatan Bidang Pengembangan Usaha Produktifitas Orientasi Kualitas Responsivitas Akuntabilitas Kegiatan Bidang Sosial Kemasyarakatan BAB VIII PERMASALAHAN ANGGOTA KARANG TARUNA KELURAHAN TENGAH 8.1. Permasalahan yang Dihadapi Anggota Pengaruh Kinerja pada Permasalahan Anggota BAB IX RANCANGAN PROGRAM PENGUATAN ORGANISASI KARANG TARUNA MELALUI PROGRAM KUBE/ UEP DALAM UPAYA MEMBERDAYAKAN GENERASI MUDA 9.1. Potensi dan Permasalahan Rancangan Program BAB X KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Rekomendasi DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN- LAMPIRAN... 86

14 14 DAFTAR GAMBAR 1. Kerangka Pemikiran Kajian Penguatan Karang Taruna dalam Upaya Memberdayakan Generasi Muda Hal

15 15 DAFTAR TABEL 1. Orbitasi, Jarak dan Waktu Tempuh Kelurahan Tengah Tahun Luas Lahan Kelurahan Tengah Berdasarkan Penggunaannya Tahun Komposisi Penduduk Kelurahan Tengah Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun Komposisi Penduduk Kelurahan Tengah berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun Komposisi Penduduk Kelurahan Tengah Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun Jenis Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di Kelurahan Tengah Tahun Periode Kepemimpinan Karang Taruna Kelurahan Tengah Tahun Perkembangan Masalah Anggota Tahun KT Kelurahan Tengah Hal

16 16 DAFTAR MATRIKS 1. Penggalian Data Kajian Keberhasilan KUBE Karang Taruna Kelurahan Tengah Berdasarkan Tingkat Produktivitas, Tahun Keberhasilan KUBE Karang Taruna Kelurahan Tengah Berdasarkan Tingkat Orientasi Kualitas., Tahun Keberhasilan KUBE Karang Taruna Kelurahan Tengah Berdasarkan Tingkat Responsivitas, tahun Keberhasilan KUBE Karang Taruna Kelurahan Tengah Berdasarkan Tingkat Akuntabilitas, Tahun Program Kerja Karang Taruna Kelurahan Tengah Tahun Analisis dan Strategi SWOT dalam Penguatan Organisasi Karang Taruna Kelurahan Tengah, Tahun Rancangan Program Penguatan Organisasi Karang Taruna Kelurahan Tangah, Tahun Hal

17 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Generasi muda adalah bagian dari penduduk dunia yang sangat potensial dan memiliki sumbangan teramat besar bagi perkembangan masa depan dunia. Namun permasalahan sosial yang dialami generasi muda menjadi permasalahan yang tidak pernah habis-habisnya dibicarakan, terutama permasalahan pengangguran, kenakalan remaja dan putus sekolah. Pada tahun 1998 jumlah anak nakal di Indonesia sebanyak orang anak/ remaja, atau kira-kira sebesar 0,3 persen dari jumlah penduduk. Selanjutnya pada tahun 2004 terjadi pelonjakan populasi anak nakal menjadi orang (Depsos RI, 2004). Ini mengindikasikan makin tingginya angka kenakalan anak dalam kurun waktu selama 6 tahun terakhir. Selain itu, rendahnya sumber daya manusia dapat pula dilihat dari tingginya angka pengangguran dan tingkat pendidikan angkatan kerja. Menurut Menakertrans RI dalam Suharto (2005) pada tahun 2003, angka pengangguran di Indonesia mencapai 38,3 juta orang. Sebanyak 30,2 juta orang atau 78,85 persen diantaranya adalah pengganguran terbuka atau pencari kerja (Rusli et al, 2006). Tingginya jumlah penganguran ini selain dikarenakan masih rendahnya kualitas SDM juga disebabkan oleh tidak sebandingnya kesempatan kerja dengan pencari kerja. Menilik tingkat pendidikan angkatan kerja, diketahui bahwa ternyata kualitas SDM Indonesia masih rendah, dari jumlah angkatan kerja tahun 2002 sebanyak 94 juta orang sebagian besar berpendidikan tamat SD sebanyak 34 juta orang atau 36,2 persen. Tenaga kerja yang tidak sekolah adalah sebanyak 7 juta orang atau 7,4 persen dan tidak tamat SD sebanyak 16 juta orang atau 17,02 persen. Tenaga kerja yang tamat SLTP adalah sebesar 14 juta orang atau 14,9 persen, tamat SLTA sebesar 18 juta orang atau 19,1 persen. Sedangkan yang tamat diploma ke atas

18 18 sama besarnya dengan yang tamat SLTP, yakni hanya sebesar 14 juta orang saja atau 14,9 persen. Pengembangan kualitas generasi muda tidak hanya dilakukan melalui pendidikan formal, tetapi dapat dilakukan melalui wadah (lembaga atau organisasi) yang mempunyai komitmen terhadap pengembangan generasi muda tersebut. Peran serta organisasi kepemudaan tersebut sebagai salah satu komponen partisipasi sosial masyarakat perlu ditingkatkan dan dikembangkan karena organisasi tersebut mitra potensial pemerintah dalam upaya mengurangi dan memecahkan masalah- masalah sosial. Sejalan dengan hal tersebut, organisasi lokal sebagai sumberdaya potensial dituntut untuk berperan secara optimal untuk menggerakan masyarakat dalam pembangunan. Organisasi lokal di lingkungan desa/ kelurahan merupakan wadah untuk memenuhi kebutuhan ataupun memecahkan permasalahan masyarakat. Salah satu organisasi lokal yang ada di hampir setiap desa atau kelurahan adalah Karang Taruna sebagai tempat atau wadah pembinaan generasi muda. Di Indonesia pada awalnya Karang Taruna merupakan organisasi bentukan pemerintah, namun dalam perkembangannya kini Karang Taruna banyak muncul dengan ide, gagasan dan aspirasi masyarakat. Keberadaan Karang Taruna sebagai organisasi sosial wadah pengembangan generasi muda mempunyai posisi yang cukup strategis dan semakin diperlukan dalam menjawab permasalahan sosial terutama bagi generasi muda yang ada di lingkungannya. Kegiatan kajian di lapangan menunjukkan, bahwa di Kelurahan Tengah Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor dalam data komposisi penduduk tahun 2006 dari jumlah penduduk sebanyak jiwa, penduduk dengan batas usia tahun mencapai orang atau 40 persen dari jumlah keseluruhan penduduk. Batasan usia tersebut merupakan usia produktif yang otomatis merupakan warga Karang Taruna (Depsos RI, 2002). Selanjutnya dari data kependudukan dapat dilihat juga bahwa di lokasi kajian tercatat yang berusia tahun terdiri dari pengangguran sebanyak 350 orang, putus sekolah sebanyak 220 orang dan kenakalan remaja (perilaku yang menyimpang atau melanggar nilai-nilai atau norma-norma masyarakat) sebanyak 84 orang (Potensi Kelurahan Tengah, 2006).

19 19 Fakta yang diperoleh, bahwa berbagai upaya untuk mengatasi permasalahan sosial generasi muda tersebut sudah dilakukan baik oleh pemerintah maupun Karang Taruna. Upaya mengatasi permasalahan dilakukan dengan cara melaksanakan kegiatan pengembangan masyarakat, utamanya dengan inisiatif dan swadaya generasi muda itu sendiri, berupaya melakukan kegiatan untuk memenuhi ataupun menangani permasalahan sosial yang dialaminya. Karang Taruna di Indonesia berjumlah artinya hampir semua desa/ kelurahan di Indonesia memiliki Karang Taruna (Depsos RI, 2005), namun dalam kenyataannya di Kabupaten Bogor dari 428 Karang Taruna yang ada, hanya 60 persen yang saat ini masih berjalan. Begitu juga di Kecamatan Cibinong yang terdiri dari 12 Kelurahan yang berjalan hanya 50 persen saja, salah satunya adalah yang ada di Kelurahan Tengah yaitu Karang Taruna Kelurahan Tengah. Oleh karena tidak berfungsinya Karang Taruna, jadi wajar saja bila permasalahan sosial generasi muda seperti pengangguran, kenakalan remaja dan putus sekolah pada tahun 2005 sangat banyak di Kecamatan Cibinong yaitu sebanyak orang. Meningkatnya jumlah penyandang masalah dari golongan generasi muda saat ini yang mencapai orang atau meningkat 20 persen dari jumlah tahun sebelumnya (BPMKS Kabupaten Bogor, 2006). Menunjukan ketidak berfungsian Karang Taruna Keluarahan Tengah menunjukan bahwa organisasi tersebut tidak berjalan lagi sesuai dengan tujuan yang dirumuskan dalam Permensos RI Nomor 83 tahun 2005 tentang Pedoman Dasar Karang Taruna yaitu : 1) Terwujudnya pertumbuhan dan perkembangan kesadaran tanggungjawab sosial setiap generasi muda warga Karang Taruna dalam mencegah, menangkal, menanggulangi dan mengantisipasi baerbagai masalah sosial, 2) Terbentuknya jiwa dan semangat kejuangan generasi muda warga Karang Taruna yang terampil dan berkepribadian serta berpengetahuan, 3) Tumbuh potensi dan kemampuan generasi muda dalam rangka mengembangkan keberdayaan warga Karang Taruna, 4) Termotivasinya setiap generasi muda warga Karang Taruna untuk mampu menjalin toleransi dan menjadi perekat persatuan dalam keragaman kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, 5) Terjalinnya kerjasama antar Karang Taruna dalam rangka mewujudkan taraf kesejahteraan sosial bagi masyarakat, 6) Terwujudnya

20 20 kesejahteraan sosial yang semakin meningkat bagi generasi muda di desa atau kelurahan yang memungkinkan pelaksanaan fungsi sosialnya sebagai manusia pembangunan yang mampu mengatasi masalah kesejahteraan sosial di lingkungannya, 7) Terwujudnya pembangunan kesejahteraan sosial generasi muda di desa/ kelurahan yang dilaksanakan secara komprehensif, terpadu dan terarah serta berkesinambungan oleh Karang Taruna bersama pemerintah dan komponen masyarakat lainnya (Depsos RI, 2002). Meningkatnya permasalahan yang dihadapi generasi muda tersebut di atas, agar Karang Taruna dapat mencapai tujuannya yang dirumuskan dalam Permensos RI Nomor 83 tahun 2005 tentang Pedoman Dasar Karang Taruna, diharapkan Karang Taruna dapat memotori kembali bidang pembangunan kesejahteraan sosial di tingkat lokal atau masyarakat selain rekreasi, olah raga, kesenian, pendidikan dan kerohanian juga kegiatan pengembangan diri terutama bidang usaha. Kepedulian tersebut diwujudkan dalam bentuk- bentuk pengisian waktu luang yang positif yang diharapkan dapat berkembang menjadi kegiatan pelayanan kepada para pemerlu pelayanan kesejahteraan sosial, seperti tumbuhnya usaha ekonomis produktif (UEP) yang dapat membuka lapangan pekerjaan, dan kegiatan partisipatif lainnya yang mendukung program Karang Taruna. Permasalahan yang dihadapi generasi muda tersebut di atas, menuntut untuk dikuatkannya kembali organisasi Karang Taruna Kelurahan Tengah sebagai wadah pengembangan generasi muda. Fakta menyebutkan adanya beberapa potensi Karang Taruna, diantaranya : 1) Keberhasilan yang pernah dialami Karang Taruna, 2) Jumlah generasi muda yang banyak, 3) Pendidikan anggota Karang Taruna rata- rata tamat SMA, 4) Sikap tenggang rasa yang tinggi terhadap lingkungan. Melihat tujuan organisasi Karang Taruna dan semakin meningkatnya permasalahan yang dihadapi anggota Karang Taruna Kelurahan Tengah, maka potensi- potensi tersebut merupakan pendukung bagi penguatan Karang Taruna, sehingga memang Karang Taruna tersebut perlu dan bisa untuk dikuatkan sebagai wadah pengembangan generasi muda. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan berbagai upaya untuk penguatan organisasi Karang Taruna dalam upaya memberdayakan generasi muda, Oleh karena

21 21 itu pertanyaan pokok kajian ini adalah strategi yang bagaimana yang tepat untuk menguatkan organisasi Karang Taruna Kelurahan Tengah dalam memberdayakan generasi muda Perumusan Masalah Dengan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah kajian seperti berikut ini, yaitu: a. Bagaimana kinerja Karang Taruna Kelurahan Tengah? b. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kinerja Karang Taruna Kelurahan Tengah? c. Permasalahan apa yang dihadapi generasi muda anggota Karang Taruna Kelurahan Tengah? d. Bagaimana strategi dan program yang tepat untuk menguatkan Karang Taruna Kelurahan Tengah dalam memberdayakan generasi muda? 1.3. Tujuan Kajian Berdasarkan uraian perumusan masalah di atas, maka tujuan kajian ini adalah: a. Mengkaji Kinerja Karang Taruna Kelurahan Tengah. b. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Karang Taruna Kelurahan Tengah. c. Mengkaji permasalahan yang dihadapi generasi muda anggota Karang Taruna Kelurahan Tengah. d. Menyusun strategi dan program yang tepat untuk menguatkan Karang Taruna Kelurahan Tengah dalam memberdayakan generasi muda.

22 Manfaat Kajian Manfaat kajian ini dapat ditinjau dalam perspektif praktis, akademis dan strategis adalah: a. Manfaat praktis, memberi masukan tentang kebijakan dan program yang aspiratif dan partisipatif bagi Departemen Sosial, Pemerintah Kabupaten Bogor dan Lembaga Swadaya Masyarakat. b. Manfaat akademis, memperkaya literatur tentang teori dan praktek pemberdayaan generasi muda melalui pemberdayaan Karang Taruna. c. Manfaat strategis, memberi masukan teknik dan model pemberdayaan khususnya bagi semua elemen pengembangan masyarakat dan umumnya bagi yang peduli terhadap pengembangan masyarakat.

23 23 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemberdayaan Pemberdayaan merupakan strategi dalam paradigma pembangunan yang berpusat pada rakyat (people centered development). Pendekatan ini menyadari pentingnya kapasitas masyarakat untuk meningkatkan kemandirian dan kekuatan internal melalui kesanggupan untuk melakukan kontrol internal melaui retribusi, modal dan kepemilikan (Sumardjo dan Saharudin, 2006). atas sumberdaya Menurut Deputi Bidang Peningkatan Kesos Depsos RI (2000) pemberdayaan adalah sebagai upaya meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokok dan memecahkan masalah mereka secara mandiri dengan mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya. Adapun prinsip- prinsip dasar yang digunakan dalam pemberdayaan masyarakat menurut perspektif pekerjaan sosial adalah : 1) Setiap masalah dipandang sebagai tantangan bersama yang harus dihadapi, 2) Orientasi terhadap masalah dipandang sebagai tantangan bersama yang harus dihadapi, 3) Semua proses ditunjukan untuk menghasilkan yang terbaik bagi masa depan, 4) Bentuk relasi antar aktor bersifat kolaboratif, 5) Posisi antar aktor adalah kemitraan (Deputi Bidang Peningkatan Kesos Depsos RI, 2000). Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu- individu yang mengalami masalah. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, memilki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan mandiri dalam melaksanakan

24 24 tugas- tugas kehidupannnya. Pengertian pemberdayaan sebagai tujuan seringkali digunakan sebagai indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses. Pemberdayaan juga mengandung makna adanya selft determination dan melibatkan setiap orang untuk merencanakan kegiatan, merumuskan kebutuhan, melaksanakan dan evaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan secara partisipatif. Pemberdayaan adalah upaya penguatan pribadi, antar pribadi dan organisasi, sehingga yang bersangkutan memiliki kemampuan dan keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihannya. Pemberdayaan dinilai tepat menjadi salah satu pilihan pembangunan kesejahteraan sosial, tuntutan kehidupan global menghendaki setiap pembangunan melibatkan masyarakat karena mereka menginginkan perubahan. Dengan demikian, masyarakat itu sendiri harus berpartisipasi dan bekerjasama. Melalui kelompok atau organisasi yang ada di masyarakat baik bentukan pemerintah maupun swadaya masyarakat, organisasi tersebut telah nyata membantu pemerintah dalam upaya memecahkan permasalahan yang ada di masyarakat sehingga permasalahan sosial menjadi lebih ringan karena mereka mampu mengembangkan kemampuannya untuk menghadapi permasalahan yang dihadapinya melalui kelompok atau organisasi merupakan langkah strategis meningkatkan perkembangan potensi sosial masyarakat. Perubahan peran ke arah yang lebih baik menurut Uphoff (1989) juga merupakan salah satu bentuk penguatan kelembagaan. Perubahan peran yang ada tersebut diharapkan nilai-nilai di dalamnya turut berubah ke arah yang lebih maju. Syahyuti (2003) menjelaskan bahwa untuk menguatkan organisasi perlu diuraikan terlebih dahulu dan dianalisis variabel-variabel yang ada di dalam kelembagaan tersebut. Dengan demikian kita dapat menentukan indikator-indikator yang menunjukan kelemahan dari organisasi tersebut, sekaligus potensi yang dapat menguatkan kapasitasnya. Berdasarkan penjelasan tersebut, kapasitas suatu kelembagaan mencakup lima faktor, yaitu : 1) Faktor kepemimpinan (leadership) mencakup seberapa demokrasi pemimpin tersebut dan bagaimana proses pemilihan pemimpin, 2) Faktor proses perencanaan program berupa besar kecilnya keterlibatan dalam pengambilan keputusan untuk merencanakan program, 3) Faktor pelaksanaan

25 25 program keterlibatan dalam pelaksanaan suatu program, 4) Faktor alokasi sumberdaya sejauh mana sumber yang ada digunakan untuk kesejahteraan semua, 5) Faktor hubungan dengan pihak luar meliputi kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak Modal Sosial Secara umum modal sosial/ kapital sosial didefinisikan sebagai informasi, kepercayaan dan norma-norma timbal balik yang melekat dalam suatu sistem jaringan sosial (Woolcock dalam Tonny dan Kolopaking, 2005). Woolcock mengulas pandangan beberapa ahli, menggolongkan modal sosial menjadi 4 (empat) tipe utama, yaitu : 1) Tipe ikatan solidaritas (bunded solidarity), dimana modal sosial/ kapital sosial menciptakan makanisme kohesi kelompok dalam situasi yang merugikan kelompok, 2) Tipe pertukaran timbal balik (reciprocity transaction), yaitu pranata yang melahirkan pertukaran antar pelaku, 3) Tipe nilai luhur (value introjection), yakni gagasan dan nilai, moral yang luhur dan komitmen melalui hubunganhubungan kontraktual dan menyampaikan tujuan- tujuan individu dibalik tujuantujuan instrumental, dan 4) Tipe membina kepercayaan (enforceable trust), bahwa institusi formal dan kelompok- kelompok partikelir menggunakan mekanisme yang berbeda untuk menjamin pemenuhan kebutuhan berdasarkan kesepakatan terdahulu dengan menggunakan mekanisme rasional. Kehidupan komunitas dipengaruhi oleh lembaga maupun organisasi-organisasi pada tingkat lokal, sebagai bagian dari sistem kelembagaan/ organisasi lokal. Modal sosial mengacu kepada lembaga/organisasi sosial dan ekonomi, seperti ; pandangan umum (word view), kepercayaan (trust), pertukaran timbal balik (reciprocity change), pertukaran ekonomi dan informasi (informational dan economic change), kelompok formal dan informal (formal and informal group), serta assosiasi yang melengkapi modal-modal sosial lainnya (fisik, budaya dan manusiawi), sehingga memudahkan terjadinya tindakan kolektif, pertumbuhan ekonomi dan pembangunan (Colleta & Cullen dalam Tonny dan Utomo, 2003).

26 26 Di tingkat pedukuhan atau kampung terdapat modal sosial berupa : 1) Perilaku sadar dari masyarakat untuk melibatkan diri dalam kegiatan kemasyarakatan, yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai sarana untuk meningkatkan partisipasi masyarakat. Setiap masyarakat memiliki sumber daya tertentu yang mungkin dapat diakomodasikan untuk mendukung suatu program bagi pengembangan masyarakat atau suatu komunitas (masyarakat), 2) Sistem kelembagaan/organisasi lokal dalam kehidupan komunitas yang diwarnai kegiatan usaha kesejahteraan sosial, dapat menjadi modal sosial untuk memberdayakan masyarakat. Modal sosial sebagai piranti sosial yang berakar pada komunitas, dapat berfungsi secara maksimal tetapi dinamis dalam mengatasi masalah sosial, jika merujuk pada organisasi yang memiliki jaringan kerja, norma-norma dan kepercayaan yang memfasilitasi terciptanya koordinasi dan kooperatif bagi kepentingan bersama dalam sebuah komunitas (Putnam dalam Nuryana, 2002). Suatu komunitas membangun modal sosial melalui : 1) Pengembangan hubungan-hubungan aktif, 2) Partisipasi demokrasi, 3) Penguatan pemilikan komunitas, 4) Kepercayaan. Sumber-sumber modal sosial itu muncul dalam bentuk tanggung jawab dan harapan-harapan yang bergantung dari kepercayaan lingkungan sosial, kemampuan aliran informasi dalam struktur sosial dan norma-norma yang disertai sangsi. (Coleman dalam Dasgupta dan Seregaldin, 2000) Generasi Muda Sebelum membahas generasi muda ada baiknya jika terlebih dahulu mengetahui bahwa manusia mempunyai tiga macam umur, yaitu : 1) Usia kronologis diukur dengan jumlah waktu perjalanan hidup seseorang, 2) Usia biologis dilihat dari kondisi fisik atau jasmani yang lebih mengacu pada fungsi- fungsi motoris, 3) Usia psikologis sangat dipengaruhi oleh perasaan (efeksi) dan perilaku (Ruba i, 1995). Kiranya kurang bijaksana jika tingkat ketuaan seseorang hanya dipandang oleh sudut usia kronologis. Banyak dijumpai secara kronologis usia seseorang tergolong lanjut, namun secara biologis masih mampu berkarya layaknya orang yang berusia di bawahnya. Sebaliknya banyak juga secara kronologis tergolong muda, tetapi jasmani

27 27 serta jiwanya telah rapuh. Jadi lebih mengena jika usia seseorang diukur dengan memperhatikan tiga macam usia sekaligus. Oleh karena itu, untuk batasan usia yang ada kaitannya dengan generasi muda adalah orang yang berusia tahun. Usiausia tersebut merupakan usia produktif atau dapat dikategorikan sebagai generasi muda yang menjadi potensi terbesar karena dalam usia demikian penuh dengan jiwa yang dinamis, semangat, kuat fisik dan mental serta berbagai kelebihan lain yang bisa menjadi modal dasar kekuatan bagi pendukung keberlangsungan dalam pembangunan (Ruba i, 1995). Generasi muda tersebut berusaha belajar dan mengembangkan diri karena mereka memiliki kekuatan-kekuatan yang perlu diperhatikan, tetapi belum semuanya dapat dikembangkan dengan baik. Oleh karenanya setiap generasi muda adalah sumberdaya (asset) yang berharga. Peran generasi muda dalam hal ini dikonsepsikan sebagai partisipan aktif dalam proses interaksional satu dengan yang lainnya, biasanya mereka mampu menangani masalah yang mereka hadapi melalui upaya kelompok atau organisasi kepemudaan yang ada di sekitarnya seperti Karang Taruna yang ada di tiap-tiap desa/kelurahan untuk menangani permasalahan sosial generasi muda. Selain generasi muda ada juga yang menyebut pemuda atau pemudi atau remaja adalah mereka yang berada pada masa perkembangan yang disebut masa adolesensi (masa menuju ke kedewasaan). Masa ini merupakan taraf perkembangan dalam kehidupan manusia, di mana seseorang sudah tidak dapat lagi disebut anak kecil, tetapi belum juga dapat dikatakan sebagai orang dewasa. Taraf perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa anak-anak menuju ke arah kedewasaan (Rifai dalam Endah, 2008). Generasi muda rentan sekali dengan permasalahan-permasalahan yang dihadapinya seperti 1) Kenakalan remaja adalah perilaku remaja yang menyimpang atau melanggar nilai-nilai atau norma-norma masyarakat (Dinsos Prov. Jabar, tanpa tahun). 2) Pengangguran, dalam hal ini adalah penggangguran terbuka atau pencari kerja (Rusli et al, 2006), dan 3) Putus sekolah adalah proses berhentinya siswa secara terpaksa dari suatu lembaga pendidikan tempat dia belajar atau terlantarnya anak

28 28 dalam sebuah lembaga pendidikan formal yang disebabkan oleh berbagai faktor salah satunya kondisi ekonomi keluarga yang tidak memadai (Wiki Pedia Indonesia, 2008) Kesejahteran Sosial Undang- undang RI Nomor 6 tahun 1974 tentang Ketentuan- ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial memberikan batasan kesejahteraan sosial sebagai Suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir dan bathin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan- kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial sebaik- baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi baik- baik atau kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila. Kesejahteraan sosial merupakan kegiatan- kegiatan yang terorganisasi yang bertujuan untuk membantu individu atau masyarakat guna memenuhi kebutuhankebutuhan dasar dan meningkatkan kesejahteraan selaras dengan kepentingan keluarga dan masyarakat. Kesejahteraan sosial sebagai suatu institusi dengan bidang kegiatan menunjuk pada kegiatan- kegiatan yang terorganisir yang diselenggarakan baik oleh pemerintah maupun swasta yang bertujuan untuk mencegah, mengatasi atau memberikan kontribusi terhadap pemecahan masalah sosial dan peningkatan kualitas hidup individu, kelompok serta masyarakat (Depsos RI, 2008). Oleh karena itu pembangunan kesejahteraan sosial merupakan hak dasar manusia sehingga harus menyentuh semua aspek kehidupan masyarakat. Pembangunan kesejahteraan sosial dapat terlaksana dengan baik dengan keterlibatan pemerintah, masyarakat, lembaga sosial dan pilar partisipasi lainnya, untuk itu dipandang perlu memberdayakan lembaga sosial agar dapat menjadi mitra pemerintah dalam usaha- usaha kesejahteraan sosial. Usaha kesejahteraan sosial (UKS) adalah semua upaya, Prgram dan kegiatan yang ditujukan untuk mewujudkan, membina, memelihara, memulihkan dan mengembangkan kesejahteraan sosial.

29 Karang Taruna sebagai Organisasi Sosial Kepemudaan Keberadaan Karang Taruna sebagai organisasi sosial wadah pengembangan generasi muda mempunyai posisi yang cukup strategis dan semakin diperlukan dalam menjawab permasalahan sosial terutama bagi generasi muda yang ada di lingkungannya, karenanya untuk memahami Karang Taruna sebagai suatu organisasi sosial kepemudaan kita perlu mengetahui apa yang dimaksud dengan konsep organisasi sosial dan Karang Taruna itu sendiri Konsep Organisasi Sosial Konsep organisasi (organization) dalam sosiologi, menurut Soekanto (2005) mengandung tiga makna, yaitu : 1) Organisasi diartikan sebagai sistem sosial yang dibentuk untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, artinya hubungan antar individu dan kelompok dalam suatu organisasi menciptakan harapan bagi perilaku individu. Harapan ini diwujudkan dalam peran- peran tertentu, seperti peran sebagai pemimpin dan peran sebagai anggota atau pengikut, 2) Organisasi diartikan suatu kelompok yang mempunyai diferensiasi peranan, artinya setiap individu dapat memainkan peranannya lebih dari satu peran, 3) Organisasi adalah sekelompok orang yang sepakat untuk mematuhi seperangkat norma, artinya ketika orang masuk dalam organisasi, maka orang tersebut secara sukarela harus patuh terhadap norma organisasi. Organisasi pada dasarnya adalah unit sosial (pengelompokan manusia) yang sengaja dibentuk dan atau mungkin dibentuk kembali dengan mempertimbangkan efektivitas dan efisiensi pencapaian suatu tujuan tertentu. Memandang organisasi adalah gejala sosial resmi (formalisasi struktur sosial) yang berkaitan dengan seperangkat peraturan tertulis, Berelson dalam Sajogyo (1981) menunjuk kepada beberapa ciri yang meliputi organisasi, yaitu : 1) Formalitas. Suatu organisasi mempunyai perumusan tertulis yang jelas dalam hal tujuan, peraturan-peraturan (perubahan anggaran dasar dan anggaran rumah

30 30 tangga), prosedur, penentuan atau regulasi (misalnya surat keputusan), serta kebijaksanaan, 2) Hierarkhi. Suatu organisasi mempunyai pola wewenang (yaitu kekuasaan yang diakui masyarakat) berbentuk piramida dengan demikian beberapa orang didudukan dalam posisi lebih tinggi dari anggota lainnya, 3) Ukuran atau besarnya atau size. Suatu organisasi biasanya mempunyai ukuran besar, sehingga para anggota tidak dapat melakukan relasi sosial yang langsung (sebagai kelompok disebut kolektifitas) Hubungan yang ada antara para pelakunya sifatnya bukan pribadi hal tersebut dikenal sebagai gejala birokrasi adalah suatu tingkatan kekuasaan dan wewenang dari pusat atau tingkat atas sampai bawah. Sementara ciri-ciri utama organisasi menurut Etzioni (1985) adalah : 1) Mempunyai pembagian dalam pekerjaan, kekuasaan dan tanggung jawab komunikasi yang tidak dipolakan begitu saja atau disusun menurut cara-cara tradisional, tetapi sengaja direncanakan untuk dapat lebih meningkatkan usaha mewujudkan tujuan tertentu, 2) Pengendalian usaha-usaha organisasi mempunyai beberapa pusat wewenang yang berfungsi mengawasi serta mengarahkan organisasi mencapai tujuan, dan 3) Mempunyai prosedur penggantian tenaga mahir, anggota atau mereka yang menjadi pengurus organisasi. Melihat kegiatan para pelakunya, maka organisasi mempunyai konsekuensi yang lebih mengarah kepada produktifitas, artinya : 1) Menyelesaikan segala pekerjaan 2) Memecahkan masalah 3) Mempertahankan atau memperbesar out put 4) Memperbaiki cara kerja, se-efektif mungkin, sebagai konsekwensi memberi kepuasan kepada para anggota dan memberi kepuasan dalam berperan serta

31 Karang Taruna Karang Taruna adalah organisasi sosial wadah pengembangan generasi muda yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan tanggungjawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat terutama generasi muda di wilayah desa/ kelurahan terutama bergerak di bidang usaha kesejahteraan sosial. Istilah Karang Taruna untuk pertama kalinya dicetuskan oleh Ibu Tati Marjono, yang dalam gambarannya Karang adalah suatu tempat berseminya tanaman sehingga tumbuh subur menjadi tanaman yang bermanfaat, sedangkan Taruna adalah remaja, sehingga Karang Taruna merupakan suatu tempat atau wadah bagi remaja untuk tumbuh menjadi generasi muda yang berguna bagi masyarakat (Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial Depos RI, 2005). Taruna adalah : Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dari pembentukan organisasi Karang 1) Terwujudnya pertumbuhan dan perkembangan kesadaran tanggungjawab sosial setiap generasi muda warga Karang Taruna dalam mencegah, menangkal, menanggulangi dan mengantisipasi berbagai masalah sosial 2) Terbentuknya jiwa dan semangat kejuangan generasi muda warga Karang Taruna yang terampil dan kepribadian serta berpengetahuan 3) Tumbuh potensi dan kemampuan generasi muda dalam rangka mengembangkan keberdayaan warga Karang Taruna 4) Termotivasinya generasi muda warga karang taruna untuk mampu menjalin toleransi dan menjadi perekat persatuan dalam keragaman kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara 5) Terjalin kerjasama antara generasi muda warga Karang Taruna dalam rangka mewujudkan taraf kesejahteraan sosial masyarakat 6) Terwujudnya kesejahteraan sosial semakin meningkat bagi generasi muda di desa/ kelurahan yang memungkinkan atau pelaksanaan fungsi sosialnya sebagai manusia pembangunan yang mampu mengatasi masalah kesejahteraan sosial di lingkungannya

32 32 7) Terwujudnya pembangunan kesejahteraan sosial generasi muda di desa/ kelurahan yang dilaksanakan secara komprehensif, terpadu dan terarah serta berkesinambungan oleh Karang Taruna bersama pemerintah dan komponen masyarakat lainnya. Berdasarkan pengertian tersebut di atas, serta dilengkapi dengan ketentuanketentuan dalam Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 83/ HUK/ 2005 tentang Pedoman Dasar Karang Taruna (Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial RI, 2005), Karang Taruna memiliki prinsip-prinsip dasar atau ciri-ciri yang melekat pada dirinya, yaitu ; 1) Sebagai organisasi sosial 2) Wadah pengembangan generasi muda 3) Tumbuh dan berkembang dari, oleh, dan untuk masyarakat terutama generasi mudanya 4) Tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial 5) Berkedudukan di desa/ kelurahan 6) Secara organiasasi berdiri sendiri, bersifat horisontal 7) Setiap generasi muda di desa/ kelurahan yang berumur 11 sampai dengan 45 tahun adalah warga Karang Taruna 8) Kewargaan Karang Taruna tanpa membedakan asal keturunan, golongan, suku dan budaya, jenis kelamin, kedudukan sosial, pendirian politik dan agama 9) Bergerak terutama di bidang Usaha Kesejahteraan Sosial 10) Memiliki tugas untuk menanggulangi berbagai masalah kesejateraan sosial terutama yang dihadapi generasi muda baik bersifat preventif (pencegahan), rehabilitatif (pemulihan) maupun pengembangan potensi generasi muda di lingkungannya Selain tugas pokok, setiap Karang Taruna harus mampu melaksanakan fungsi sebagai berikut:

33 33 1) Penyelenggaraan usaha kesejahteraan sosial 2) Penyelenggaraan pendidikan 3) Penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat terutama generasi muda di lingkungan secara komprehensif, terpadu dan terarah serta berkesinambungan 4) Penyelenggaraan kegiatan pengembangan jiwa kewirausahaan bagi generasi muda di lingkungannya 5) Penanaman pengertian, memupuk dan meningkatkan kesadaran tanggungjawab sosial generasi muda 6) Penumbuhan dan pengembangan semangat kebersamaan, jiwa kekeluargaan, kesetiakawanan sosial dan memperkuat nilai- nilai kearifan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia 7) Pemupukan kreatifitas generasi muda untuk dapat mengembangkan tanggungjawab sosial yang bersifat rekreatif, kreatif, edukatif, ekonomis produktif dan kegiatan praktis lainnya dengan pendayagunaan segala sumber dan potensi kesejahteraan sosial di lingkungannya secara swadaya 8) Penyelenggaraan rujukan, pendampingan dan advokasi spesial bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial 9) Penguatan sistem jaringan kominikasi, kerjasama, informasi dan kemitraan dengan dengan berbagai sektor lainnya 10) Penyelenggaraan usaha- usaha pencegahan permasalahan sosial yang aktual 2.6. Kinerja Organisasi Definisi mengenai kinerja organisasi dikemukakan oleh Bantian dalam Syarifudin dan Tangkilisan (tanpa tahun) sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan tugas dalam suatu organisasi dalam upaya mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi tersebut. Pengukuran dan manfaat penilaian kinerja organisasi akan mendorong pencapaian tujuan organisasi dan akan

34 34 memberikan umpan balik untuk upaya perbaikan secara terus menerus atau berkelanjutan. Dalam membahas kinerja organisasi Karang Taruna, aspek yang ditinjau adalah (Verhagen, 1998) : 1) Otonomi administrasi, yaitu sejauhmana dan bagaimana peran serta para anggota dalam proses pembuatan keputusan, 2) Otonomi manajerial, yaitu kemampuan dalam pengelolaan dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan, 3) Otonomi keuangan, kemampuan dalam memobilisasi sumber-sumber keuangan. Sementara Dwiyanto et al. dalam Syarifudin dan Tangkilisan (tanpa tahun) mengemukakan ukuran dari tingkat kinerja suatu organisasi secara lengkap adalah sebagai berikut : 1) Produktivitas, digunakan untuk mengukur dan mengetahui keluaran yang dihasilkan organisasi pada suatu priode tertentu, 2) Orientasi kualitas pelayanan, kemampuan organisasi untuk memuaskan pelanggan secara maksimal, 3) Responsivitas, kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, dan 4) Akuntabilitas, segala kegiatan yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan dengan melihat adanya pelaporan kegiatan Faktor- faktor yang mempengaruhi Kinerja Organisasi Kinerja organisasi akan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi keseluruhan faktor yang ada dan berkaitan dengan organisasi itu sendiri, dimana terdapat sekelompok orang yang melakukan aktivitas kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu, dan faktor-faktor itu saling mempengaruhi (Sutarto dalam Syarifudin dan Tangkilisan, tanpa tahun). Faktor eksternal meliputi suatu jaringan hubungan-hubungan pertukaran dengan sejumlah organisasi dan melibatkan diri dalam transaksi-transaksi dengan tujuan untuk memperoleh dukungan, mengatasi hambatan, melakukan pertukaran sumber daya, menata lingkungan organisasi yang kondusif, proses transformasi nilai inovasi, maupun norma sosial yang ada. Jadi dalam hal ini menyangkut hubungan saling ketergantungan antara suatu organisasi dengan bagian- bagian yang ada di sekitar lingkungan organisasi tersebut (Milton, Eaton dalam Syarifudin dan Tangkilisan (tanpa tahun).

PENGUATAN ORGANISASI KARANG TARUNA DALAM MEMBERDAYAKAN GENERASI MUDA (Studi Kasus di Kelurahan Tengah Kec.Cibinong Kab. Bogor) Nitro PDF Trial

PENGUATAN ORGANISASI KARANG TARUNA DALAM MEMBERDAYAKAN GENERASI MUDA (Studi Kasus di Kelurahan Tengah Kec.Cibinong Kab. Bogor) Nitro PDF Trial 1 PENGUATAN ORGANISASI KARANG TARUNA DALAM MEMBERDAYAKAN GENERASI MUDA (Studi Kasus di Kelurahan Tengah Kec.Cibinong Kab. Bogor) SRI MULYANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 2 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 23 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemberdayaan Pemberdayaan merupakan strategi dalam paradigma pembangunan yang berpusat pada rakyat (people centered development). Pendekatan ini menyadari pentingnya kapasitas

Lebih terperinci

DocuCom PDF Trial. Nitro PDF Trial BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

DocuCom PDF Trial.   Nitro PDF Trial BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Generasi muda adalah bagian dari penduduk dunia yang sangat potensial dan memiliki sumbangan teramat besar bagi perkembangan masa depan dunia. Namun permasalahan

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH

BAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH 60 5.1. Latar Belakang Program BAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH Pembangunan Sosial berbasiskan komunitas merupakan pembangunan yang menitikberatkan pada pemberdayaan masyarakat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 827 Tahun : 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : Mengingat : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 6 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat

Lebih terperinci

PENGUATAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN AIR UNTUK KEBERLANJUTAN PELAYANAN AIR BERSIH

PENGUATAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN AIR UNTUK KEBERLANJUTAN PELAYANAN AIR BERSIH 1 PENGUATAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN AIR UNTUK KEBERLANJUTAN PELAYANAN AIR BERSIH (Studi Di Kampung Jetisharjo, Kelurahan Cokrodiningratan, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)

Lebih terperinci

PENGUATAN KAPASITAS LEMBAGA SIMPAN PINJAM RUKUN LESTARI UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN

PENGUATAN KAPASITAS LEMBAGA SIMPAN PINJAM RUKUN LESTARI UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN 136 PENGUATAN KAPASITAS LEMBAGA SIMPAN PINJAM RUKUN LESTARI UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN (KASUS DI RW 04 DUSUN DAWUKAN DESA SENDANGTIRTO KECAMATAN BERBAH KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA) DJULI SUGIARTO

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN

Lebih terperinci

KARANG TARUNA BINTIM

KARANG TARUNA BINTIM KARANG TARUNA BINTIM Sekretariat : Jalan Sulawesi Kampung Ambon Manokwari Timur Kabupaten Manokwari Propinsi Papua Barat Email : karangtaruna.bintim@gmail.com Website : https://independent.academia.edu/karangtarunabintim

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAPASITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT

PENGEMBANGAN KAPASITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT PENGEMBANGAN KAPASITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT (Studi Kasus di Desa Wonokromo Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta) Nurul Hidayah SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI UTARA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI,

PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, 333333333333 SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : a. bahwa perkembangan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 97 ayat (1) Peraturan

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN 1 PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TUBAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM, Menimbang : a. bahwa keberadaan dan peranan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 23 TAHUN 2007 T E N T A N G LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang:

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA / KELURAHAN DALAM KABUPATEN TANJUNG JABUNG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ORGANISASI KEPEMUDAAN

PENGEMBANGAN ORGANISASI KEPEMUDAAN PENGEMBANGAN ORGANISASI KEPEMUDAAN MAKALAH DISAMPAIKAN PADA PROGRAM PENGABDIAN PADA MASYARAKAT 19-20 Agustus 2009 Oleh: RB. Suharta, M.Pd. NOMOR KONTRAK: 420.g/H34.11/KU/2009 JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUANTAN SINGINGI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAPASITAS KELEMBAGAAN PENGELOLAAN AIR BERSIH BERBASIS MASYARAKAT

PENGEMBANGAN KAPASITAS KELEMBAGAAN PENGELOLAAN AIR BERSIH BERBASIS MASYARAKAT PENGEMBANGAN KAPASITAS KELEMBAGAAN PENGELOLAAN AIR BERSIH BERBASIS MASYARAKAT (Studi Kasus di Desa Bumijawa, Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah) YUDO JATMIKO SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

PERATURAN DESA DAWAN KLOD NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DESA DAWAN KLOD NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN DESA DAWAN KLOD NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA-LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAWAN KLOD, KECAMATAN DAWAN KABUPATEN KLUNGKUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERBEKEL DESA

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN (Studi Kasus di Desa Mambalan Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat Propinsi NTB) CHANDRA APRINOVA SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 @ Hak Cipta

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa keberadaan Lembaga Kemasyarakatan Desa dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang

Lebih terperinci

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 83 / HUK / 2005 TENTANG PEDOMAN DASAR KARANG TARUNA

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 83 / HUK / 2005 TENTANG PEDOMAN DASAR KARANG TARUNA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 83 / HUK / 2005 TENTANG PEDOMAN DASAR KARANG TARUNA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Karang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARRU, Menimbang:

Lebih terperinci

KABUPATEN PESAWARAN KECAMATAN WAY RATAI DESA GUNUNGREJO PERATURAN DESA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

KABUPATEN PESAWARAN KECAMATAN WAY RATAI DESA GUNUNGREJO PERATURAN DESA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA KABUPATEN PESAWARAN KECAMATAN WAY RATAI DESA GUNUNGREJO PERATURAN DESA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA GUNUNGREJO, Menimbang : a. Bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA, Menimbang : a. b.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAGA SIMPAN PINJAM BERBASIS MASYARAKAT (LSP-BM) SINTUVU DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA-USAHA MIKRO TENRIUGI

PENGEMBANGAN LEMBAGA SIMPAN PINJAM BERBASIS MASYARAKAT (LSP-BM) SINTUVU DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA-USAHA MIKRO TENRIUGI PENGEMBANGAN LEMBAGA SIMPAN PINJAM BERBASIS MASYARAKAT (LSP-BM) SINTUVU DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA-USAHA MIKRO (Studi Kasus di Desa Sidondo I Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah)

Lebih terperinci

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

PEMERINTAH KABUPATEN POSO PEMERINTAH KABUPATEN POSO PERTAURAN DAERAH KABUPATEN POSO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI POSO, Menimbang :

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUNGO NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BUNGO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon 41928 K I S A R A N 2 1 2 1 6 NOMOR 6 TAHUN 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN DESA ( PERDES ) NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DESA PANGGUNGHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL

PERATURAN DESA ( PERDES ) NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DESA PANGGUNGHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL PERATURAN DESA ( PERDES ) NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DESA PANGGUNGHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL DESA PANGGUNGHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL - 1

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 29 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI TINGKAT KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI TINGKAT KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI TINGKAT KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : Mengingat a. bahwa dalam upaya

Lebih terperinci

WALIKOTA Pekanbaru DR. Firdaus, ST, MT secara resmi melantik dan mengukuhkan Pengurus

WALIKOTA Pekanbaru DR. Firdaus, ST, MT secara resmi melantik dan mengukuhkan Pengurus WALIKOTA Pekanbaru DR. Firdaus, ST, MT secara resmi melantik dan mengukuhkan Pengurus Dewan Perwakilan Daerah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (DPD LPM) Kota Pekanbaru di lapangan Bukit, Senapelan, Pekanbaru,

Lebih terperinci

PENDAYAGUNAAN KELEMBAGAAN USAHA KESEJAHTERAAN SOSIAL (UKS) DALAM UPAYA MENSEJAHTERAKAN KELUARGA MISKIN

PENDAYAGUNAAN KELEMBAGAAN USAHA KESEJAHTERAAN SOSIAL (UKS) DALAM UPAYA MENSEJAHTERAKAN KELUARGA MISKIN PENDAYAGUNAAN KELEMBAGAAN USAHA KESEJAHTERAAN SOSIAL (UKS) DALAM UPAYA MENSEJAHTERAKAN KELUARGA MISKIN (Kasus di Kelurahan Cigadung Kecamatan Cibeunying Kaler Kota Bandung) ERNA SUSANTY SEKOLAH PASCA SARJANA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 25 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA ATAU

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 16 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DAN DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB IX RANCANGAN PROGRAM PENGUATAN KARANG TARUNA MELALUI PROGRAM KUBE/ UEP DALAM UPAYA MEMBERDAYAKAN GENERASI MUDA

BAB IX RANCANGAN PROGRAM PENGUATAN KARANG TARUNA MELALUI PROGRAM KUBE/ UEP DALAM UPAYA MEMBERDAYAKAN GENERASI MUDA 91 BAB IX RANCANGAN PROGRAM PENGUATAN KARANG TARUNA MELALUI PROGRAM KUBE/ UEP DALAM UPAYA MEMBERDAYAKAN GENERASI MUDA Kegiatan KT dalam mengatasi permasalahan generasi muda dilaksanakan melalui kegiatan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOM0R : 9 TAHUN : 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

STRATEGI KEMITRAAN DALAM DINAMIKA SOSIAL EKONOMI SYARIAH UNTUK PEMBANGUNAN DAERAH. Merza Gamal

STRATEGI KEMITRAAN DALAM DINAMIKA SOSIAL EKONOMI SYARIAH UNTUK PEMBANGUNAN DAERAH. Merza Gamal STRATEGI KEMITRAAN DALAM DINAMIKA SOSIAL EKONOMI SYARIAH UNTUK PEMBANGUNAN DAERAH Merza Gamal SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI, HAK DAN KEWAJIBAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI, HAK DAN KEWAJIBAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI, HAK DAN KEWAJIBAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

KARANG TARUNA DESA : KEBANDUNGAN KECAMATAN : BANTARKAWUNG KABUPATEN : BREBES PROVINSI : JAWA TENGAH

KARANG TARUNA DESA : KEBANDUNGAN KECAMATAN : BANTARKAWUNG KABUPATEN : BREBES PROVINSI : JAWA TENGAH KARANG TARUNA DESA : KEBANDUNGAN KECAMATAN : BANTARKAWUNG KABUPATEN : BREBES PROVINSI : JAWA TENGAH AD/ART Karang Taruna AD/ART Karang Taruna diatur dalam peraturan menteri sosial Republik Indonesia NO:

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN KARANG TARUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN KARANG TARUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN KARANG TARUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 89 Peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Merdikanto (2003) mendefinisikan partisipatif sebagai. berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Merdikanto (2003) mendefinisikan partisipatif sebagai. berikut: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Terbentuknya kepribadian yang partisipatif dalam kehidupan bermasyarakat sudah menjadi suatu keharusan khususnya dikalangan pemuda belakangan ini. Harapan terhadap

Lebih terperinci

BAB VI PROFIL KARANG TARUNA KELURAHAN TENGAH. Nitro PDF Trial. Periode Tahun Kepemimpinan MHR MHR MHR

BAB VI PROFIL KARANG TARUNA KELURAHAN TENGAH. Nitro PDF Trial. Periode Tahun Kepemimpinan MHR MHR MHR 65 BAB VI PROFIL KARANG TARUNA KELURAHAN TENGAH 6.1. Kepemimpinan Karang Taruna (KT) Kelurahan Tengah berdiri tahun 1989, masa kepengurusanya tiga tahun sekali (periode), hingga saat ini kepengurusan KT

Lebih terperinci

PENGUATAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP TENAGA KERJA PENYANDANG CACAT TUBUH MELALUI POLA KEMITRAAN LOKAL

PENGUATAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP TENAGA KERJA PENYANDANG CACAT TUBUH MELALUI POLA KEMITRAAN LOKAL PENGUATAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP TENAGA KERJA PENYANDANG CACAT TUBUH MELALUI POLA KEMITRAAN LOKAL (Studi Kasus di Kelurahan Karadenan Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor) SRI HANDAYANI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH BANJARNEGARA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANJARNEGARA, Menimbang

Lebih terperinci

PENGUATAN KELEMBAGAAN KOPERASI RUKUN TETANGGA UNTUK MENINGKATKAN KEBERDAYAAN ANGGOTA

PENGUATAN KELEMBAGAAN KOPERASI RUKUN TETANGGA UNTUK MENINGKATKAN KEBERDAYAAN ANGGOTA PENGUATAN KELEMBAGAAN KOPERASI RUKUN TETANGGA UNTUK MENINGKATKAN KEBERDAYAAN ANGGOTA ( Kasus Desa Kudi, Kecamatan Batuwarno, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah ) RAHMAT IMAM SANTOSA SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN BU BUPATI MAROSAROS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAROS, Menimbang :

Lebih terperinci

EVALUASI PENINGKATAN SUMBERDAYA MANUSIA DALAM PROGRAM PENDANAAN KOMPETISI MELALUI KEGIATAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL DI KABUPATEN KARAWANG

EVALUASI PENINGKATAN SUMBERDAYA MANUSIA DALAM PROGRAM PENDANAAN KOMPETISI MELALUI KEGIATAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL DI KABUPATEN KARAWANG EVALUASI PENINGKATAN SUMBERDAYA MANUSIA DALAM PROGRAM PENDANAAN KOMPETISI MELALUI KEGIATAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL DI KABUPATEN KARAWANG ASEP AANG RAHMATULLAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Badan Keswadayaan Masyarakat ( BKM) dan fungsi BKM Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) merupakan suatu institusi/ lembaga masyarakat yang berbentuk paguyuban, dengan

Lebih terperinci

7. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Banyuasin di Provinsi Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

7. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Banyuasin di Provinsi Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 70 Menimbang : Mengingat : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUASIN, a. bahwa setiap warga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009)

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan memiliki konsep yang beragam. Kemiskinan menurut Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Republik Indonesia (TKPKRI, 2008) didefinisikan sebagai suatu

Lebih terperinci

TRIANDI CHANDRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

TRIANDI CHANDRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR PENERAPAN ISO 9001 DI PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI DAN KONTRIBUSINYA PADA PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) SERTA PENYERAPAN TENAGA KERJA KASUS DI KABUPATEN KAMPAR TRIANDI CHANDRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. hidayah-nya. Rencana Strategis (Renstra) Dinas Sosial Tenaga Kerja dan

KATA PENGANTAR. hidayah-nya. Rencana Strategis (Renstra) Dinas Sosial Tenaga Kerja dan KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke khadirat Alloh SWT, atas berkat taufik dan hidayah-nya. Rencana Strategis (Renstra) Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transdmigrasi Kabupaten Garut Tahun 20115-2019

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR65 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN KARANG TARUNA 01 KOTA MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR65 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN KARANG TARUNA 01 KOTA MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR65 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN KARANG TARUNA 01 KOTA MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO, Menimbang: Mengingat:

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibuat untuk jangka waktu tetentu yang sudah disepakati oleh pengurus

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibuat untuk jangka waktu tetentu yang sudah disepakati oleh pengurus II. TINJAUAN PUSTAKA A. Diskripsi Teori 1. Program Kerja Karang Taruna Program kerja dapat diartikan sebagai suatu rencana kegiatan organisai yang dibuat untuk jangka waktu tetentu yang sudah disepakati

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL KATARINA RAMBU BABANG

PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL KATARINA RAMBU BABANG PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL (Studi Kasus Di Desa Hambapraing, Kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur) KATARINA RAMBU BABANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN KOMUNITAS

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN KOMUNITAS 53 EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN KOMUNITAS Pada hakekatnya tujuan pembangunan adalah untuk mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat baik perorangan, keluarga, kelompok maupun masyarakat dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana diketahui bahwa sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 memberikan keleluasaan kepada daerah untuk

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN BENCANA BERBASIS KOMUNITAS M. SAFII NASUTION

PENANGGULANGAN BENCANA BERBASIS KOMUNITAS M. SAFII NASUTION PENANGGULANGAN BENCANA BERBASIS KOMUNITAS (STUDI KASUS KESIAPSIAGAAN BENCANA BERBASIS KOMUNITAS DAERAH RAWAN BENCANA ALAM TANAH LONGSOR DI DESA KIDANGPANANJUNG KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG PROPINSI

Lebih terperinci

STRATEGI MENSINERGIKAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DENGAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

STRATEGI MENSINERGIKAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DENGAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH STRATEGI MENSINERGIKAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DENGAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH (Kasus Program Community Development Perusahaan Star Energy di Kabupaten Natuna dan Kabupaten Anambas) AKMARUZZAMAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU - 1 - Edit dewan 21 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KAMPUNG DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JENEPONTO Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan kehidupan masyarakat yang semrawut merupakan akibat dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan kehidupan masyarakat yang semrawut merupakan akibat dari sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tatanan kehidupan masyarakat yang semrawut merupakan akibat dari sistem perekonomian yang tidak kuat, telah mengantarkan masyarakat bangsa pada krisis yang berkepanjangan.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL, Menimbang Mengingat : a. bahwa lembaga

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI KELOMPOK BELAJAR USAHA (KBU) DI PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) GITO YULIANTORO

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI KELOMPOK BELAJAR USAHA (KBU) DI PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) GITO YULIANTORO PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI KELOMPOK BELAJAR USAHA (KBU) DI PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) (Studi kasus di PKBM Mitra Mandiri Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi))

Lebih terperinci

PENGUATAN KELEMBAGAAN TANI IKAN MINA SARI. (Studi Kasus di Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Propinsi Jambi)

PENGUATAN KELEMBAGAAN TANI IKAN MINA SARI. (Studi Kasus di Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Propinsi Jambi) PENGUATAN KELEMBAGAAN TANI IKAN MINA SARI (Studi Kasus di Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Propinsi Jambi) RONALD FRANSISCO MARBUN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA

VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA 92 VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA 8.1. Identifikasi Potensi, Masalah dan Kebutuhan Masyarakat 8.1.1. Identifikasi Potensi Potensi masyarakat adalah segala sesuatu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersinggungan dengan generasi muda yang lainnya atau masyarakat pada

BAB I PENDAHULUAN. bersinggungan dengan generasi muda yang lainnya atau masyarakat pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Generasi muda sebagai manusia biasa tentunya tidak dapat hidup tanpa bersinggungan dengan generasi muda yang lainnya atau masyarakat pada umumnya. Hal tersebut

Lebih terperinci