ABSTRAK Cecilia Laberta. H Farida Ratna Dewi.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ABSTRAK Cecilia Laberta. H Farida Ratna Dewi."

Transkripsi

1 ABSTRAK Cecilia Laberta. H Analisis Anggaran Dana Tanggung Jawab Sosial PT Pertamina (Persero) Studi Kasus PT Pertamina Kantor Pusat, Jakarta. Dibawah bimbingan Farida Ratna Dewi. PT Pertamina (Persero) merupakan perusahaan perminyakan nasional terbesar di Indonesia. Dalam pengalokasiannya PT Pertamina (Persero) membutuhkan perhitungan anggaran biaya yang matang dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan anggaran biaya. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mengidentifikasi faktorfaktor yang menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan anggaran dana tanggung jawab sosial PT Pertamina (Persero), (2) Menganalisis penyimpangan antara anggaran dengan realisasi dana tanggung jawab sosial PT Pertamina (Persero), (3) Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyimpangan antara anggaran dengan realisasi program tanggung jawab sosial PT Pertamina (Persero). Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari - April 2010 bertempat di PT Pertamina (Persero) yang berlokasi di Jalan Medan Merdeka Timur No. 1 A Jakarta Pusat. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Metode analisis yang digunakan adalah analisis varians dengan menggunakan software Microsoft Excel 2007, analisis one sample t-test dengan menggunakan SPSS versi 15, dan analisis deskriptif. Faktor-faktor yang menjadi bahan pertimbangan penyusunan anggaran program tanggung jawab sosial PT Pertamina (Persero) meliputi faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari kebijakan Dewan Direksi, kebijakan manajemen, sumber dana, sumber daya manusia, integrasi dengan anak perusahaan, dan Rencana Jangka Panjang Perusahaan. Faktor eksternal terdiri dari kebijakan pemerintah, keadaan penduduk sekitar perusahaan, letak geografis, lingkungan sosial (pendidikan, kesehatan, dan bencana). Prosedur penyusunan anggaran dana tanggung jawab sosial PT Pertamina (Persero) diawali dengan melakukan penyusun konsep anggaran oleh masing-masing asisten manajer kemudian dibahas dalam rapat divisi, hasil rapat diserahkan kepada direksi untuk disetujui, direksi melakukan rapat dan menghasilkan keputusan yang kemudian keputusan diserahkan kepada Direktorat Keuangan untuk dicairkan, Direktorat Keuangan menyampaikan dana kepada masing-masing divisi. Persentase penyimpangan pada divisi CSR tahun 2007 unfavorable sebesar 78,55 %, pada tahun 2008 penyimpangan favorable sebesar 17,85 %, dan tahun 2009 penyimpangan favorable terjadi sebesar 22,55 %. Pada divisi PKBL penyimpangan tahun 2007 favorable sebesar 12,88 %, pada tahun 2008 penyimpangan unfavorable sebesar 1,38 %, dan pada tahun 2009 penyimpangan yang terjadi unfavorable sebesar 17,54 %. Penyimpangan dengan menggunakan one sample t test pada divisi CSR tahun 2007 nilai t tabel sebesar 2,353, t hitung sebesar -0,771. Pada tahun 2008 t hitung sebesar 1,360, t tabel sebesar 2,353. Tahun 2009 t hitung sebesar 1,937, t tabel sebesar 2,132. Nilai t hitung lebih rendah dari t tabel maka H 0 diterima. Pada divisi PKBL tahun 2007 nilai t tabel sebesar 2,015, t hitung sebesar 0,716 ; tahun 2008 t hitung sebesar -0,91, t tabel sebesar 2,015 ; tahun 2009 t hitung sebesar -0,421, t tabel sebesar 1,943. Nilai t hitung lebih rendah dari t tabel maka hipotesis H 0 diterima (penyimpangan dalam batas pengendalian). Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyimpangan antara lain : faktor individu organisasi (perilaku disfungsional, latar belakang pendidikan, kemampuan dalam mengendalikan biaya, partisipasi dalam menyusun anggaran), faktor organisasi (informasi yang asimetris, ketidakjelasan tugas, keadaan ekonomi perusahaan, konsistensi perusahaan terhadap program, keputusan pimpinan), faktor lingkungan (tingkat bencana alam, perayaan event-event penting, jangkauan lokasi sasaran kegiatan, dan sebagainya), faktor pihak ke III (pengajuan proposal bantuan, jenis usaha yang dilakukan, dan tingkat ekonomi penerima bantuan), dan faktor prioritas kebutuhan (jumlah individu yang membutuhkan, tingkat pengaruh bantuan terhadap perusahaan, dan sebagainya).

2 ANALISIS ANGGARAN DANA TANGGUNG JAWAB SOSIAL PT PERTAMINA (PERSERO) (Studi Kasus : PT Pertamina (Persero) Kantor Pusat, Jakarta) Oleh CECILIA LABERTA H DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

3 ANALISIS ANGGARAN DANA TANGGUNG JAWAB SOSIAL PT PERTAMINA (PERSERO) (Studi Kasus : PT Pertamina (Persero) Kantor Pusat, Jakarta) Skripsi Sebagai salah satu syarat dalam penyelesaian tugas akhir untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Oleh CECILIA LABERTA H DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

4 Judul Skripsi : Analisis Anggaran Dana Tanggung Jawab Sosial PT Pertamina (Persero) Studi Kasus : PT Pertamina (Persero) Kantor Pusat, Jakarta. Nama NRP : Cecilia Laberta : H Menyetujui : Dosen Pembimbing, (Farida Ratna Dewi, SE. MM.) NIP : Mengetahui : Ketua Departemen, (Dr. Ir. Jono M Munandar, M.Sc.) NIP : Tanggal Lulus :

5 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan kuasanya atas kesehatan, kesabaran, ketekunan, dan anugerah sehingga pembuatan skripsi yang berjudul Analisis Anggaran Dana Tanggung Jawab Sosial PT Pertamina (Persero) Studi Kasus PT Pertamina (Persero) Kantor Pusat, Jakarta dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penyusunan skripsi ini dibantu oleh berbagai pihak, baik secara moril maupun materiil dan secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada : 1. Farida Ratna Dewi, SE. MM, selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, pikiran, perhatian, semangat, kesabaran dalam membimbing, memotivasi, dan memberikan pengarahan kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini. 2. Dr. Ir. Jono M. Munandar, M. Sc, selaku Ketua Departemen Manajemen. 3. Dra. Siti Rahmawati dan Yusrina Permanasari, S.Sos. MM, selaku dosen penguji saat berlangsungnya Ujian Sidang. Terima kasih atas segala masukan dan saran yang membangun. 4. Pihak PT Pertamina (Persero) Kantor Pusat, khususnya kepada divisi CSR dan PKBL, Bapak Guntara selaku Manajer CSR serta Ibu Susilawati, Bapak Julian Iskandar, serta Bapak/Ibu selaku asisten manajer pada divisi CSR. Tidak lupa kepada Ibu Yoke Syamsidar selaku Manajer PKBL serta Ibu Dini, Bapak Haryanto, dan Bapak/Ibu selaku asisten pada divisi PKBL yang telah memberikan kemudahan kepada penulis selama masa penelitian. 5. Orangtuaku tercinta, saudara-saudaraku tersayang Abang Leo, Kak Clara, Kak Cresensia, dan adikku Ricky atas ketulusan doa restu, kesabaran, keceriaan, semangat, motivasi, perhatian, nasehat, cinta, dan kasih sayang yang terus diberikan kepada penulis. iii

6 RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Bandung tanggal 1 Juni Penulis merupakan anak keempat dari lima bersaudara dari pasangan Bapak S. Situmorang dan Ibu N. Girsang. Penulis memulai pendidikannya di SD Negeri Babakan Tarogong IV Bandung pada tahun 1994 dan lulus pada tahun Kemudian penulis melanjutkan pendidikannya ke tingkat SMP di Yos Sudarso Bandung dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke SMA Santa Maria 3 Cimahi dan lulus pada tahun Penulis meneruskan pendidikannya di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Selama menjalani perkuliahan, penulis berpartisipasi aktif dalam kepanitiaan di beberapa kegiatan kampus, peserta berbagai seminar dan pelatihan, menjadi pengajar di mata kuliah mayor Manajemen, seksi Publikasi dan Dokumentasi pada acara seminar dan pelatihan MOVE. Penulis juga aktif mengikuti seminar dan pelatihan leadership yang dilaksanakan di luar kampus. Penulis sempat melaksanakan magang di PT Krakatau Steel Cilegon-Banten pada divisi Operasi Pendanaan. Dan untuk melakukan penelitian ini, penulis juga melaksanakan magang di PT Pertamina (Persero) Jakarta Pusat. ii

7 DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK RIWAYAT HIDUP... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 6 II. TINJAUAN PUSTAKA Corporate Social Responsibility Definisi Corporate Social Responsibility Konsep Corporate Social Responsibility Prinsip-prinsip Corporate Social Responsibility Model-model Corporate Social Responsibility Tahap-tahap Penerapan CSR Manfaat Melakukan CSR dan Ukuran Keberhasilannya Perkembangan CSR di Indonesia CSR dan Undang-Undang Perseroan Terbatas (UU PT) Isu-isu CSR Anggaran Pengertian Anggaran Tujuan Anggaran Manfaat Anggaran Karakteristik Anggaran Fungsi Anggaran Organisasi Penyusun Anggaran Keterlibatan Anggaran Metode Pembuatan Anggaran Analisis Varians (Selisih) Anggaran Hasil-hasil Penelitian Terdahulu III. METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Waktu dan Tempat Penelitian Metode Penelitian v

8 Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Analisis Deskriptif Analisis Varians Analisis One Sample t-test IV. PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan Sejarah PT Pertamina Visi, Misi, dan Tata Nilai PT Pertamina Struktur Organisasi Fungsi Organisasi CSR Fungsi Organisasi PKBL Konsep CSR Gambaran Umum CSR Kebijakan CSR Pertamina Misi dan Tujuan CSR Pertamina Kriteria Program Tanggung Jawab Sosial Program Tanggung Jawab Sosial Anggaran Dana Tanggung Jawab Sosial Faktor-faktor yang Menjadi Bahan Pertimbangan dalam Penyusunan Anggaran Program CSR PT Pertamina (Persero) Analisis Penyimpangan dengan Menggunakan Analisis Varians Corporate Social Responsibility (CSR) Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) Analisis Penyimpangan dengan one sample t-test Divisi Corporate Social Responsibility (CSR) Divisi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Penyimpangan Anggaran Dana Program CSR PT Pertamina (Persero) Implikasi Manajerial KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vi

9 6. Seluruh staf dosen pengajar dan karyawan/i Departemen Manajemen, FEM, IPB, terutama bagian Tata Usaha dan pihak lainnya yang telah banyak membantu penulis. 7. Teman-teman satu bimbingan Tiya, Tiara, Diah Ayu, Ayuningtyas, dan Alik terima kasih atas kebersamaan, kekompakan, semangat, dan motivasinya. Perjalanan kita masih sangat panjang, jadi jangan pernah menyerah dan tetaplah berjuang demi masa depan yang lebih baik. 8. Sahabat-sahabat satu perjuangan di Manajemen 43 yang telah memberikan kenangan kebersamaan yang tidak akan pernah terlupakan selamanya. 9. Sahabat-sahabat satu perjuangan magang dan penelitian di PT Pertamina (Persero), persahabatan yang terjalin begitu singkat. Masukan, dukungan, dan keceriaan yang diberikan telah menjadikan penulis lebih bijak dan mandiri. 10. Sahabat-sahabat satu perjuangan di kostan tercinta Wisma Asri, Mey, Frida, Septi, dan semuanya. Perjalanan selama empat tahun bersama kalian sangat mewarnai hari-hari penulis. 11. Komandan Benny Silalahi yang sangat setia menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semangat, nasehat, dorongan, motivasi, perhatian, serta dukungan yang telah diberikan sangat berarti bagi penulis. 12. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah ikut membantu selama penyusunan skripsi ini. Selama proses penelitian dan penyusunan skripsi ini, banyak hal yang telah didapat penulis. Tidak hanya terkait dalam bidang penelitian, namun juga berbagai masukkan bagi pengembangan diri penulis, terutama pembentukan attitude dan softskills yang baik. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan pihak-pihak yang berkepentingan. Bogor, Juni 2010 Penulis iv

10 DAFTAR TABEL No. Halaman 1. Sasaran Pelaksanaan Program CSR Kedepan Analisis Varians Corporate Social Responsibility Tahun Analisis Varians Corporate Social Responsibility Tahun Analisis Varians Corporate Social Responsibility Tahun Analisis Varians Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Tahun Analisis Varians Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Tahun Analisis Varians Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Tahun vii

11 DAFTAR GAMBAR No. Halaman 1. Struktur Organisasi Penyusunan Anggaran (Mulyadi, 2001) Bagan Kerangka Pemikiran Evolusi Logo Pertamina dari Periode ke Periode CSR keterlibatan dengan tiga pihak Bagan Pengelolaan CSR Pertamina Grafik Penyebaran Penduduk Propinsi DKI Jakarta viii

12 DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1. Daftar Pertanyaan Wawancara Struktur Organisasi PT Pertamina (Persero) Hasil One Sample t-test Penyimpangan Anggaran Dana CSR Hasil One Sample t-test Penyimpangan Anggaran Dana PKBL Foto-foto publikasi program tanggung jawab sosial PT Pertamina (Persero) ix

13 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak awal tahun 1980an dunia ekonomi dan usaha berkembang dengan sangat pesat. Hal ini ditunjang dengan perkembangan pesat di dunia teknologi yang memudahkan komunikasi diantara pelaku dunia usaha baik antarkota, antarnegara, bahkan antarbenua. Kemajuan teknologi ini melahirkan globalisasi yang kemudian memicu semakin kompetitifnya tingkat persaingan di dunia usaha. Perkembangan dunia usaha khususnya di Indonesia kini mengalami perubahan paradigma dalam menghadapi persaingan yang kompetitif. Dunia usaha tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan (single bottom line), tetapi juga meliputi aspek sosial dan lingkungan yang biasa disebut triple bottom line. Sinergisitas dari tiga elemen ini merupakan kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development). Konsep Triple Bottom Line atau 3P (profit, people, dan planet) diterjemahkan oleh John Elkington dalam Wibisono (2007) menjelaskan jika perusahaan ingin sustain, selain mengejar keuntungan, perusahaan juga harus memberi kontribusi positif kepada masyarakat dan ikut aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan. Dalam dunia usaha, paradigma baru inilah yang mendorong perusahaan untuk melakukan kegiatan tertentu sebagai wujud tanggung jawab perusahaan kepada lingkungannya yang dikenal dengan istilah Corporate Social Responsibility (CSR) dimana perusahaan memiliki tanggung jawab terhadap stakeholdernya. Stakeholder yang berbeda menghasilkan konsekuensi tanggung jawab yang berbeda pula tergantung dari bentuk hubungan yang muncul antara perusahaan dengan stakeholder tersebut. Awal 1970-an, Corporate Social Responsibility (CSR) mulai diperkenalkan yang secara umum diartikan sebagai kumpulan kebijakan dan praktek yang berhubungan dengan stakeholder, nilai-nilai, pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan masyarakat dan lingkungan, serta komitmen dunia usaha untuk berkontribusi dalam pembangunan secara berkelanjutan.

14 2 Menurut Petkoski dan Twose (2003), definisi CSR adalah komitmen bisnis untuk berperan dalam mendukung pembangunan ekonomi, bekerjasama dengan karyawan dan keluarganya, masyarakat lokal dan masyarakat luas, untuk meningkatkan mutu hidup mereka dengan berbagai cara yang menguntungkan bagi bisnis dan pembangunan. Di Indonesia, istilah CSR semakin populer digunakan sejak tahun 1990-an. Beberapa perusahaan sebenarnya telah lama melakukan CSA (Corporate Social Activity) atau aktivitas sosial perusahaan. Walaupun tidak menamainya sebagai CSR, secara faktual aksinya mendekati konsep CSR yang merepresentasikan bentuk peran serta dan kepedulian perusahaan terhadap aspek sosial dan lingkungan. Melalui konsep investasi sosial perusahaan, sejak tahun 2003 Departemen Sosial tercatat sebagai lembaga pemerintah yang aktif dalam mengembangkan konsep CSR dan melakukan advokasi kepada berbagai perusahaan nasional. Berdasarkan riset Swa (2006) atas 45 perusahaan di Indonesia menunjukan bahwa tanggung jawab sosial bermanfaat dalam memelihara dan meningkatkan citra perusahaan (37.38 persen), hubungan baik dengan masyarakat (16.82 persen), dan mendukung operasional perusahaan (10.28 persen). Berdasarkan hasil survey 226 perusahaan di 10 kota yang dilakukan oleh PIRAC pada tahun 2001, keterlibatan peusahaan dalam kegiatan sosial di Indonesia masih sangat konvensional, berjangka pendek, dan didasari motivasi untuk menolong anggota masyarakat yang dalam kesulitan ; dengan kata lain menyelesaikan masalah sesaat (Saidi, 2003). Pada saat ini telah banyak perusahaan di Indonesia, khususnya perusahaan besar yang telah melakukan berbagai kegiatan tanggung jawab sosial. Ada perusahaan yang memandang tanggung jawab sosial sebagai komponen biaya, ada yang menilai praktek CSR akan membawa dampak positif terhadap usahanya karena merupakan investasi. Dan ada pula yang menempatkan tanggung jawab sosial sebagai strategi inti dan jantung bisnisnya (Untung, 2008). PT Pertamina merupakan salah satu perusahaan Badan Hukum Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam industri minyak (minyak mentah dan produk BBM), gas bumi (LNG, LPG, dan BBG), panas bumi, petrokimia dan

15 3 energi. Sebagai perusahaan strategis PT Pertamina memiliki tanggung jawab sosial kepada masyarakat terutama masyarakat sekitar lingkungan perusahaan. PT Pertamina telah melakukan berbagai kegiatan tanggung jawab sosial di berbagai bidang seperti pada tahun 2009 kegiatan tanggung jawab sosial dalam bidang pendidikan memiliki dua tujuan utama yaitu peningkatkan mutu dan akses pendidikan dengan kegiatan seperti: Pembangunan/Rehabilitasi Sekolah dan Universitas, Beasiswa Pendidikan, Taman Pintar Yogyakarta, Olimpiade Sains Nasional (OSN). Selain itu tanggung jawab sosial PT Pertamina juga berperan dalam bidang kesehatan, lingkungan hidup, infrastruktur dan bencana alam, serta pemberdayaan masyarakat. Pedoman Tata kelola Perusahaan merupakan acuan penerapan Good Corporate Governance dalam membuat keputusan, menjalankan tindakan dengan dilandasi moral yang tinggi, patuh kepada Peraturan Perundangundangan dan kesadaran akan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders). Pedoman Tata kelola Perusahaan PT. Pertamina (Persero) menjadi landasan penerapan prinsipprinsip Transparansi, Akuntabilitas, Responsibilitas/pertanggungjawaban, Independensi/kemandirian, dan Fairness/kewajaran untuk meningkatkan kinerja dan citra perusahaan. Salah satu tujuan penerapan GCG adalah terlaksananya tanggung jawab sosial perusahaan terhadap stakeholder disamping perusahaan harus memaksimalkan nilai perusahaan. Salah satu tujuan program tanggung jawab sosial PT Pertamina adalah untuk meningkatkan nilai dan budaya perusahaan yang terintegrasi dengan strategi bisnis perusahaan. Selain itu program tanggung jawab sosial yang diberikan juga bertujuan untuk meningkatkan citra dan reputasi perusahaan. Hal tersebut mengarahkan pada suatu pembangunan yang berkelanjutan bagi perusahaan. Menurut Mulyadi (2001) anggaran merupakan suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan ukuran lain, yang mencakup jangka waktu satu tahun. Governmental Accounting Standarts Board (GASB) menyatakan bahwa anggaran

16 4 merupakan rencana operasi keuangan yang mencakup estimasi pengeluaran yang diusulkan, dan sumber pendapatan yang diharapkan untuk membiayainya dalam periode waktu tertentu. Dalam mengalokasikan dana untuk setiap kegiatan tanggung jawab sosial membutuhkan kesesuaian dengan kriteria yang disyaratkan serta meminimalisir kebocoran anggaran untuk program CSR sehingga tidak terjadi penganggaran dana yang berlebihan atau bahkan kekurangan dana yang berakibat pada efektivitas kegiatan CSR dan kemudian berdampak pada keuntungan perusahaan. Dalam pelaksanaan program tanggung jawab sosial yang sudah dilakukan oleh PT Pertamina (Persero) terjadi penyimpangan antara anggaran dengan realisasinya. Penyimpangan alokasi dana tersebut merupakan masalah internal dan menjadi perhatian perusahaan sehingga perlu dilakukan evaluasi penyimpangan yang menjadi batas pengendalian yang masih wajar diterima perusahaan dan faktor-faktor penyebab terjadinya penyimpangan anggaran terhadap realisasinya, serta dampaknya dalam efektivitas kegiatan yang dijalankan. Hal ini mendorong penulis untuk menganalisis anggaran dana tanggung jawab sosial yang telah dilakukan oleh PT Pertamina (Persero) Rumusan Masalah PT Pertamina merupakan salah satu perusahaan BUMN yang menghasilkan minyak dan gas. PT Pertamina telah banyak melakukan aktivitas-aktivitas tanggung jawab sosial terutama di bidang pendidikan dan kesehatan. Sesuai dengan ketentuannya, setiap Perseroan Terbatas harus mengalokasikan biaya untuk kegiatan CSR dan berdasarkan keputusan Menteri BUMN harus mengalokasikan 2% labanya untuk kegiatan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL), yang keduanya dipergunakan untuk program tanggung jawab sosial. Tetapi angka ini tidak terpatok pada angka maksimal. Hal ini menyangkut pada pertimbangan proyeksi efektivitas penyaluran dan tingkat pengembalian pada Program Kemitraan atas dana pinjaman yang diberikan kepada usaha kecil dan Koperasi. Dilihat dari sisi pertanggungjawaban keuangan atas setiap investasi yang dikeluarkan dari program CSR menjadi lebih jelas dan tegas, sehingga pada akhirnya

17 5 keberlanjutan yang diharapkan akan dapat terimplementasi berdasarkan harapan semua stakeholder. Belum optimalnya pemanfaatan laporan dana-dana tanggung jawab sosial, sangat mungkin disebabkan karena rendahnya kesadaran perusahaan dalam mengungkapkan permasalahan sosial dan lingkungan yang terjadi serta kurang memonitor dana-dana yang telah disalurkan kepada stakeholdernya. Adapun dana yang disalurkan untuk program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN yang tidak dikembalikan karena berbentuk bantuan seperti bantuan korban bencana alam, bantuan pendidikan dan atau pelatihan, peningkatan kesehatan masyarakat, pengembangan prasarana dan atau sarana umum, bantuan untuk sarana ibadah, dan bantuan untuk pelestarian alam, namun tetap ada monitoring. Dalam perencanaannya semua kegiatan tanggung jawab sosial dimasukan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Program (RKAP) perusahaan baik secara korporat maupun pada masing-masing bagian yang terkait. Namun dalam pelaksanaannya alokasi dana tanggung jawab sosial dalam pemberian bantuan kepada masyarakat tidak sesuai dengan anggaran yang telah direncanakan. Terjadi selisih antara anggaran dengan realisasinya sehingga perlu diukur tingkat batas pengendalian yang masih ditoleransi dan faktor-faktor penyebab terjadinya penyimpangan sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikan untuk meminimalkan selisih tersebut sehingga tercipta program tanggung jawab sosial yang sesuai dengan program kerja yang telah dianggarkan. Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Apakah faktor-faktor yang menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan anggaran dana tanggung jawab sosial PT Pertamina (Persero)? 2) Bagaimana penyimpangan antara anggaran dengan realisasi dana tanggung jawab sosial PT Pertamina (Persero)? 3) Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyimpangan antara anggaran dengan realisasi program tanggung jawab sosial PT Pertamina (Persero)?

18 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan diatas, maka tujuan dari penelitian ini antara lain adalah: 1) Mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan anggaran dana tanggung jawab sosial PT Pertamina (Persero). 2) Menganalisis penyimpangan antara anggaran dengan realisasi dana tanggung jawab sosial PT Pertamina (Persero). 3) Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyimpangan antara anggaran dengan realisasi program tanggung jawab sosial PT Pertamina (Persero) Manfaat Penelitian Hasil yang diperoleh melalui kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1) Perusahaan Sebagai salah satu bahan masukan atau saran positif untuk mengetahui kebaikan dan kelemahan program tanggung jawab sosial yang telah dilakukan. Serta sebagai bahan pertimbangan dan perbaikan dalam penggunaan dana-dana tanggung jawab sosial yang lebih efektif terhadap peningkatan profitabilitas perusahaan. 2) Umum Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan informasi serta referensi bagi peneliti dan pihak lain yang berkepentingan Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini berfokus pada anggaran dana tanggung jawab sosial terhadap efektivitas program tanggung jawab sosial pada PT Pertamina (Persero) yaitu menganalisis antara anggaran dengan realisasi dana tanggung jawab sosial. Analisis terutama ditujukan kepada bagian internal perusahaan yang menjalankan program CSR dan PKBL. Beberapa variabel yang membatasi penelitian ini adalah laporan Rencana Kerja dan Anggaran Program (RKAP) CSR dan PKBL, serta laporan realisasi biaya CSR dan PKBL. Analisis pada bagian eksternal perusahaan tidak diperlukan dalam penelitian ini sehingga tidak melakukan analisis kepada stakeholder yang menerima bantuan.

19 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Corporate Social Responsibility Definisi Corporate Social Responsibility Secara umum Corporate Social Responsibility (CSR) atau corporate citizenship merupakan segala upaya dalam dunia usaha untuk mencari pola-pola kemitraan (partnership) dengan seluruh stakeholder agar dapat berperan dalam pembangunan, sekaligus meningkatkan kinerjanya agar tetap dapat bertahan dan bahkan berkembang menjadi perusahaan yang mampu bersaing. Hal tersebut dimaksudkan untuk mendorong dunia usaha lebih etis dalam menjalankan aktivitasnya agar tidak berpengaruh atau berdampak buruk pada masyarakat dan lingkungan hidupnya, sehingga pada akhirnya dunia usaha akan dapat bertahan secara berkelanjutan untuk memperoleh manfaat ekonomi yang menjadi tujuan di bentuknya dunia usaha. Perusahaan diharuskan memperhatikan kepentingan stakeholders perusahaan dengan menciptakan nilai tambah (value added) dari produk dan jasa, serta sekaligus memelihara keseimbangan nilai tambah yang di ciptakannya. The International Organization of Employers (IOE) mendefinisikan CSR sebagai "initiatives by companies voluntarily integrating social and environmental concerns in their business operations and in their interaction with their stakeholders." Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pertama, CSR merupakan tindakan perusahaan yang bersifat sukarela dan melampaui kewajiban hukum terhadap peraturan perundang-undangan Negara. Kedua, definisi tersebut memandang CSR sebagai aspek inti dari aktivitas bisnis di suatu perusahaan dan melihatnya sebagai suatu alat untuk terlibat dengan para pemangku kepentingan. Menurut World Business Council on Sustainable Development adalah komitmen dari bisnis atau perusahaan untuk berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan,

20 8 sekaligus meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas (Wibisono, 2007). Sedangkan definisi tanggung jawab sosial yang digunakan Indonesia Business Links (IBL) adalah strategi atau upaya manajemen yang dijalankan entitas bisnis untuk mencapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan berdasarkan keseimbangan ekonomi, sosial, dan lingkungan dengan meminimumkan dampak negatif dan memaksimumkan dampak positif dari pilar. CSR didefinisikan secara berbeda oleh masing-masing perusahaan, akan tetapi secara umum artikulasinya mengandung banyak persamaan. Kesamaan artikulasi tersebut terletak pada ketatalaksanaan suatu perusahaan dalam mengelola bisnisnya agar dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat. Crane, dkk (2008) menyatakan bahwa CSR berarti perusahaan melakukan internalisasi-eksternalitas dalam kegiatan usahanya. Eksternalitas adalah dampak positif dan negatif aktivitas perusahaan yang ditanggung oleh pihak lain, namun tidak diperhitungkan dalam pengambilan keputusan perusahaan, sehingga tidak tercermin dalam harga produk. Seluruh pakar CSR tidak bisa menerima adanya perusahaan yang mengaku ber-csr namun tidak melakukan manajemen yang optimal atas eksternalitas. Konsekuensinya, apabila perusahaan hendak dianggap berkinerja sosial yang tinggi, ia berturut-turut harus memastikan tiga hal berikut: dampak negatifnya telah ditekan hingga seminimal mungkin, dampak residual (dampak negatif yang masih tersisa setelah ditekan) telah dikompensasi dengan proporsional, dan dampak positifnya telah dikelola semaksimal mungkin. Pemahaman ini didukung oleh Jalal (Aktivis Lingkar Studi CSR, Senior Associate di Kiroyan Partners) bahwa CSR adalah manajemen dampak. CSR terutama berkaitan dengan bagaimana keuntungan dibuat oleh perusahaan, bukan sekadar berapa dan kepada siapa keuntungan itu disebarkan. Citra positif adalah hasil menjalankan CSR dalam jangka panjang, namun citra bukanlah tujuan menjalankan CSR itu sendiri.

21 9 Ada berbagai pendapat mengenai aktivitas-aktivitas yang dapat dikategorikan sebagai aktivitas sosial yang menunjukkan bentuk keterlibatan sosial perusahaan terhadap masyarakat. Kotler dan Lee (2005) merumuskan aktivitas yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial dalam 6 kelompok kegiatan, antara lain : a. Promotion, adalah aktivitas sosial yang dilakukan melalui komunikasi yang meyakinkan dalam rangka meningkatkan perhatian dan kepedulian terhadap hal-hal yang berkaitan dengan isu sosial yang sedang berkembang. b. Marketing, dilakukan melalui komitmen perusahaan untuk menyumbangkan sebesar persentase tertentu hasil penjualannya untuk kegiatan sosial. c. Corporate Social Marketing, dilakukan dengan cara mendukung atau pengembangan dan atau penerapan suatu perubahan perilaku dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat. d. Corporate Philantropy, merujuk pada kegiatan yang diberikan langsung. e. Community Volunteering, merupakan bentuk aktivitas sosial yang diberikan perusahaan dalam rangka memberikan dukungan bagi kesejahteraan masyarakat dan lingkungan. Dukungan tersebut dapat diberikan berupa keahlian, talenta, ide, dan atau fasilitas laboratorium. f. Social Responsibility Business Practices, merupakan kegiatan penyesuaian dan pelaksanaan praktik-praktik operasional usaha dan investasi yang mendukung peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat dan melindungi atau menjaga lingkungan, misalnya membangun fasilitas pengolahan limbah, memilih supplier dan atau kemasan yang ramah lingkungan, dan lain-lain. Terdapat 3 (tiga) jenis tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang dapat dibedakan, antara lain : 1. Ethical corporate social responsibility, pandangan Lantos yang dikutip oleh Paryati (2006) yaitu bahwa perusahaan memiliki

22 10 tanggung jawab untuk menghindari terjadinya kerusakan lingkungan atau sosial masyarakat akibat kegiatan bisnis perusahaan. 2. Altoristik corporate social responsibility, adalah aktivitas sosial perusahaan yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat tanpa terkait langsung dengan keputusan perusahaan. 3. Strategic corporate social responsibility, adalah aktivitas perusahaan yang ditujukan untuk meningkatkan citra perusahaan pada target pasarnya sehingga meningkatkan pendapatan perusahaan Konsep Corporate Social Responsibility Dari berbagai definisi di atas dapat diketahui bahwa pentingnya sustainability (berkesinambungan/berkelanjutan) yaitu dilakukan secara terus-menerus untuk efek jangka panjang dan bukan hanya dilakukan sekali saja. Konsep CSR memang sangat berkaitan erat dengan konsep sustainability development (pembangunan yang berkelanjutan). Dengan demikian, konsep CSR mengandung arti selain memiliki tanggung jawab untuk mendatangkan keuntungan bagi para pemegang saham dan untuk menjalankan bisnisnya sesuai ketentuan hukum yang berlaku, suatu perusahaan juga memiliki tanggung jawab moral, etika, dan filantropik. Pandangan tradisional mengenai perusahaan melihat bahwa tanggung jawab utama (jika bukan satu-satunya) perusahaan adalah semata-mata terhadap pemiliknya, atau para pemegang saham. Adanya konsep CSR mewajibkan perusahaan untuk memiliki pandangan yang lebih luas yaitu bahwa perusahaan juga memiliki tanggung jawab terhadap pihak-pihak lain seperti karyawan, supplier, konsumen, komunitas setempat, masyarakat secara luas, pemerintah, dan kelompok-kelompok lainnya. Dalam hal ini, jika sebelumnya pijakan tanggung jawab perusahaan hanya terbatas pada sisi finansial saja (single bottom line), kini dikenal konsep triple bottom line, yaitu tanggung jawab perusahaan berpijak pada 3 dasar, yaitu : finansial, sosial, dan lingkungan.

23 11 CSR suatu perusahaan harus memiliki tiga konsep dasar yang dikenal dengan istilah Triple Bottom Lines (Wibisono, 2007) yaitu profit, people, dan planet : 1. Profit (Keuntungan) Profit merupakan unsur terpenting dan menjadi utama dari setiap kegiatan usaha. Pada hakekatnya profit merupakan tambahan pendapatan yang digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Sedangkan aktivitas yang dapat ditempuh antara lain dengan meningkatkan produktivitas dan melakukan efisiensi biaya, sehingga perusahaan mempunyai keunggulan kompetitif yang dapat memberikan nilai tambah semaksimal mungkin. Pada intinya profit berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan melakukan perkembangan. 2. People (Masyarakat Pemangku Kepentingan) Masyarakat merupakan stakeholder penting bagi perusahaan, karena dukungan mereka sangat diperlukan bagi keberadaan, keberlangsungan hidup, dan perkembangan perusahaan. Intinya berorientasi pada kepedulian terhadap kesejahteraan manusia seperti pemberian beasiswa bagi pelajar, pembangunan sarana pendidikan dan kesehatan, bantuan modal usaha, dan balai pelatihan keterampilan. 3. Planet (Lingkungan) Lingkungan adalah sesuatu yang terkait dengan seluruh bidang kehidupan manusia. Semua kegiatan yang manusia lakukan berhubungan dengan lingkungan. Konsep ini mencakup kegiatan peduli terhadap lingkungan hidup dan berkelanjutan keragaman hayati. Prinsip ini biasanya berupa penghijauan lingkungan hidup, penyediaan sarana air bersih, perbaikan pemukiman, dan pengembangan pariwisata.

24 Prinsip-prinsip Corporate Social Responsibility Secara umum prinsip-prinsip CSR berlandaskan pada konsep pembangunan berkelanjutan dan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance). Warhust dalam Wibisono (2007) mengajukan prinsip-prinsip CSR sebagai berikut : 1. Prioritas korporat. Mengakui tanggung jawab sosial sebagai prioritas tertinggi korporat dan penentu utama pembangunan yang berkelanjutan. Dengan begitu korporat bisa membuat kebijakan, program, dan praktek dalam menjalankan operasi bisnisnya dengan cara yang bertanggung jawab secara sosial. 2. Manajemen terpadu. Mengintegrasikan kebijakan, program, dan praktek ke dalam setiap kegiatan bisnis sebagai satu unsur manajemen dalam sebuah fungsi manajemen. 3. Proses perbaikan. Secara berkesinambungan memperbaiki kebijakan, program, dan kinerja sosial korporat berdasarkan temuan riset mutakhir dan memahami kebutuhan sosial serta menerapkan kriteria sosial tersebut secara internasional. 4. Pendidikan karyawan. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan karyawan serta memotivasi karyawan. 5. Pengkajian. Melakukan kajian dampak sosial sebelum memulai kegiatan atau proyek baru dan sebelum menutup satu fasilitas atau meninggalkan lokasi pabrik. 6. Produk dan jasa. Mengembangkan produk atau jasa yang tidak berdampak negatif secara sosial. 7. Informasi publik. Memberikan informasi dan (bila diperlukan) mendidik pelanggan, distributor, dan publik tentang pengunaan yang aman, transportasi, penyimpanan dan pembuangan produk, begitu pula dengan jasa. 8. Fasilitas dan operasi. Mengembangkan, merancang, dan mengoperasikan fasilitas serta menjalankan kegiatan yang mempertimbangkan temuan kajian dampak sosial.

25 13 9. Penelitian. Melakukan atau mendukung penelitian dampak sosial bahan baku, produk, proses, emisi, dan limbah yang terkait dengan kegiatan usaha dan penelitian yang menjadi sarana untuk mengurangi dampak negatif. 10. Prinsip pencegahan. Memodifikasi manufaktur, pemasaran, atau penggunaan, produk atau jasa sejalan dengan penelitian mutakhir untuk mencegah dampak sosial yang bersifat negatif. 11. Siaga menghadapi darurat. Menyusun dan merumuskan rencana menghadapi keadaan darurat, dan bila terjadi keadaan berbahaya maka bekerja sama dengan layanan gawat darurat, instansi berwenang, dan komunitas lokal. Sekaligus mengenali potensi bahaya yang muncul. 12. Transfer best practise. Berkontribusi pada pengembangan dan transfer praktek bisnis yang bertanggung jawab secara sosial pada semua industri dan sektor publik. 13. Memberi sumbangan. Sumbangan untuk usaha bersama, pengembangan kebijakan publik dan bisnis, lembaga pemerintah dan lintas departemen pemerintah, serta lembaga pendidikan yang akan meningkatkan kesadaran tentang tanggung jawab sosial. 14. Keterbukaan. Menumbuhkembangkan keterbukaan dan dialog dalam pekerja dan publik, mengantisipasi dan memberi respons terhadap potencial hazard dan dampak operasi, produk, limbah, atau jasa. 15. Pencapaian dan pelaporan. Mengevaluasi kinerja sosial, melaksanakan audit sosial secara berkala, serta mengkaji pencapaian berdasarkan kriteria korporat dan peraturan perundang-undangan dalam menyampaikan informasi tersebut pada Dewan Direksi, pemegang saham, pekerja, dan publik Model-model Corporate Social Responsibility Menurut Saidi dan Abidin (2004) terdapat 4 (empat) model CSR yang umum diterapkan oleh perusahaan di Indonesia, antara lain :

26 14 1. Keterlibatan langsung Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas ini biasanya perusahaan menugaskan salah satu pejabat seniornya, seperti corporate secretary atau public affair manajer atau menjadi bagian dari tugas pejabat public relation. 2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan Perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau grupnya. Model ini merupakan adopsi dari model yang lazim diterapkan perusahaan-perusahaan di negara maju. Biasanya perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin, atau dana abadi yang dapat digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan. 3. Bermitra dengan pihak lain Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama dengan lembaga sosial/organisasi non pemerintah (Ornop), instansi pemerintah, universitas atau media massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya. 4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan model lainnya, pola ini lebih berorientasi pada pemberian hibah perusahaan yang bersifat hibah pembangunan. Pihak konsorsium atau lembaga semacam itu yang dipercayai oleh perusahaan-perusahaan yang mendukungnya secara proaktif mencari mitra kerja sama dari lembaga operasional. Sedangkan menurut Wibisono (2007), terdapat 2 (dua) model atau pola CSR yang umum diterapkan oleh perusahaan dalam melakukan kegiatan CSR, antara lain : 1. Self managing Pola keterlibatan secara langsung dan melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan. Kelebihannya adalah pelaksanaan kegiatan lebih

27 15 sesuai dengan maksud dan tujuan perusahaan, lebih mudah di kontrol dan di monitor, lebih efisien untuk kegiatan jangka pendek, dan perusahaan dapat belajar langsung merancang program CSR. Kekurangan self managing adalah keterampilan karyawan yang umumnya masih kurang, membutuhkan sumber daya khusus dengan jumlah yang cukup dan berpotensi pada pembengkakan anggaran. 2. Outsourching Outsourching memiliki dua pola. Pola pertama adalah bermitra dengan pihak lain, LSM, instansi pemerintah, universitas, media massa, dan sebagainya. Pola kedua dengan bergabung atau mendukung kegiatan bersama baik jangka pendek ataupun jangka panjang. Kelebihan pola Outsourching adalah perusahaan bisa memilih mitra profesional yang sesuai dengan karakter program, tidak memerlukan SDM dengan kapasitas khusus dan kinerja program dapat dengan mudah di evaluasi. Sedangkan kekurangannya yaitu anggaran yang dikeluarkan perusahaan relatif besar, seringkali perusahaan tidak dapat mengikuti perkembangan secara langsung dan diperlukan mekanisme kontrol yang baik Tahap-tahap Penerapan CSR Menurut Wibisono (2007) perusahaan yang telah berhasil dalam menerapkan CSR menggunakan tahapan sebagai berikut : 1. Tahap Perencanaan Perencanaan terdiri atas tiga langkah utama yaitu Awareness Building, CSR Assessement, dan CSR manual building. Awareness Building merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran mengenai arti penting CSR dan komitmen manajemen. Upaya ini dapat dilakukan antara lain melalui seminar, lokakarya, diskusi kelompok, dan lain-lain. CSR Assessement merupakan upaya untuk memetakan kondisi perusahaan dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat

28 16 untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR secara efektif. Langkah selanjutnya adalah membangun CSR manual building. Hasil penelitian merupakan dasar penyusunan manual atau pedoman implementasi CSR. Upaya yang mesti dilakukan antara lain melalui benchmarking, menggali dari referensi atau bagi perusahaan yang menginginkan langkah praktis, penyusunan manual ini dapat dilakukan dengan meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan. Manual ini merupakan inti dari perencanaan karena memberikan petunjuk pelaksanaan CSR bagi komponen perusahaan. Penyusunan manual CSR di buat sebagai acuan, pedoman, dan panduan dalam pengelolaan kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan yang dilakukan oleh perusahaan. Pedoman ini diharapkan mampu memberikan kejelasan dan keseragaman pola pikir dan pola tindak seluruh elemen perusahaan guna tercapainya program yang terpadu, efektif, dan efisien. 2. Tahap Implementasi Suatu perencanaan harus diimplementasikan atau dilaksanakan. Tahap implementasi terdiri atas tiga langkah utama yakni sosialisasi, pelaksanaan, dan internalisasi. Sosialisasi diperlukan untuk memperkenalkan berbagai aspek yang terkait dengan implementasi CSR khususnya mengenai pedoman penerapan CSR. Tujuan utama sosialisasi adalah program CSR mendapat dukungan penuh dari seluruh komponen perusahaan, sehingga dalam pelaksanaannya dapat berjalan lancar. Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pada dasarnya harus sejalan dengan pedoman CSR yang ada, berdasarkan pada roadmap yang telah di susun. Sedangkan internalisasi adalah tahap jangka panjang. Internalisasi mencakup upaya-upaya memperkenalkan CSR di dalam seluruh proses bisnis perusahaan misalnya melalui sistem manajemen kinerja, prosedur pengadaan, proses produksi,

29 17 pemasaran, dan proses bisnis lainnya. Sehingga penerapan CSR menjadi strategi perusahaan bukan lagi sebagai upaya untuk compliance tapi sudah beyond compliance. 3. Tahap Evaluasi Tahap evaluasi adalah tahap yang diperlukan secara konsisten dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan CSR. Evaluasi dilakukan untuk pengambilan keputusan. Misalnya keputusan untuk menghentikan, melanjutkan atau memperbaiki dan mengembangkan aspek-aspek tertentu dari program yang telah diimplementasikan. Evaluasi juga bisa dilakukan dengan meminta pihak independen untuk melakukan audit implementasi atas praktek CSR yang telah dilakukan. Langkah ini tidak terbatas pada kepatuhan terhadap peraturan dan prosedur operasi standar tetapi juga mencakup pengendalian risiko perusahaan. Evaluasi dalam bentuk assessment audit atau scoring juga dapat dilakukan secara mandatori. 4. Tahap Pelaporan Pelaporan ditentukan dalam rangka membangun sistem informasi baik untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material yang relevan mengenai perusahaan. Jadi selain berfungsi untuk keperluan shareholder juga untuk stakeholder lainnya yang memerlukan Manfaat Melakukan CSR dan Ukuran Keberhasilannya Kotler dan Lee (2005) menyatakan bahwa partisipasi perusahaan dalam berbagai bentuk tanggung jawab sosial dapat memberikan banyak manfaat bagi perusahaan, antara lain : 1. Meningkatkan penjualan dan market share 2. Memperkuat brand positioning 3. Meningkatkan image dan pengaruh perusahaan 4. Meningkatkan kemampuan untuk menarik hati, memotivasi, dan mempertahankan (retain) karyawan 5. Menurunkan biaya operasional

30 18 6. Meningkatkan hasrat bagi investor untuk berinvestasi. Satyo (Media Akuntansi, Edisi 47/Tahun XII/Juli 2005) menyatakan penyajian laporan berkaitan aktivitas sosial dan lingkungan memberikan banyak manfaat bagi perusahaan antara lain meningkatkan citra perusahaan, di sukai konsumen, dan di minati investor. Tanggung jawab sosial perusahaan tersebut memberikan keuntungan bersama bagi semua pihak, baik perusahaan sendiri, karyawan, masyarakat, pemerintah maupun lingkungan. Dari segi perusahaan terdapat berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari aktivitas CSR (Susanto, 2007), antara lain : 1. Mengurangi resiko dan tuduhan terhadap perlakuan tidak pantas yang di terima perusahaan 2. Perlindungan dan membantu perusahaan meminimalkan dampak buruk yang diakibatkan suatu krisis 3. Ketertiban dan kebanggaan karyawan 4. Memperbaiki dan mempererat hubungan perusahaan 5. Meningkatkan jumlah penjualan 6. Insentif-insentif lainnya. Terdapat 2 (dua) indikator keberhasilan yang dapat digunakan untuk mengetahui efektivitas program CSR (Wibisono, 2007), yaitu : 1. Indikator internal a. Ukuran Primer/Kualitatif (M-A-O terpadu) 1) Minimize (M) : Meminimalkan perselisihan/konflik/potensi konflik antara perusahaan dengan masyarakat dengan harapan terwujudnya hubungan yang harmonis dan kondusif. 2) Asset (A) : Aset perusahaan yang terdiri dari pemilik/pemimpin perusahaan, karyawan, pabrik, dan fasilitas pendukungnya terjaga dan terpelihara dengan aman. 3) Operational (O) : Seluruh kegiatan operasional berjalan aman dan lancar.

31 19 b. Ukuran sekunder 1) Tingkat penyaluran dan kolektibilitas. 2) Tingkat compliance pada aturan yang berlaku. 2. Indikator eksternal a. Indikator ekonomi 1) Tingkat pertambahan kualitas sarana dan prasarana umum. 2) Tingkat peningkatan kemandirian masyarakat secara ekonomis. 3) Tingkat peningkatan kualitas hidup bagi masyarakat secara berkelanjutan. b. Indikator sosial 1) Frekuensi terjadinya gejolak/konflik sosial. 2) Tingkat kepuasan masyarakat Perkembangan CSR di Indonesia Perkembangan signifikan tanggung jawab sosial perusahaan-perusahaan di Indonesia ditandainya dengan adanya Undang-Undang Tentang Perseroan Terbatas No 40 Tahun 2007 (UU PT), disahkan pada tanggal 20 Juli 2007 yang mengharuskan perseroan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial (CSR). Pada pasal 74 Undang-Undang Perseroan Terbatas menyatakan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban tersebut akan dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dengan adanya ini, perusahaan khususnya perseroan terbatas yang bergerak di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam harus melaksanakan tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat. Menurut Wibisono (2007) perusahaan memperoleh beberapa keuntungan karena menerapkan tanggung jawab sosialnya antara lain: untuk mempertahankan dan mendongkrak reputasi dan brand image perusahaan; layak mendapatkan ijin untuk beroperasi (social license to operate), mereduksi risiko bisnis perusahaan; melebarkan akses ke sumber daya; membentangkan akses menuju pasar; mereduksi biaya; memperbaiki

32 20 hubungan dengan stakeholders, memperbaiki hubungan dengan regulator; dan meningkatkan semangat dan produktifitas karyawan. Pada awal perkembangannya, bentuk tanggung jawab sosial yang paling umum adalah pemberian bantuan terhadap organisasi-organisasi lokal dan masyarakat miskin di negara-negara berkembang. Pendekatan CSR yang berdasarkan motivasi karitatif dan kemanusiaan ini pada umumnya dilakukan secara parsial dan tidak melembaga. CSR pada tataran ini hanya berbuat baik agar terlihat baik. Perusahaan yang melakukannya termasuk dalam kategori perusahaan impresif yang lebih mementingkan promosi dibanding pemberdayaannya (Suharto, 2008). Dewasa ini semakin banyak perusahaan yang kurang menyukai pendekatan karitatif semacam itu, karena tidak mampu meningkatkan keberdayaan atau kapasitas masyarakat lokal. Pendekatan community development kemudian semakin banyak diterapkan karena lebih mendekati konsep penguasaan dan perbaikan berkelanjutan. Prinsip-prinsip good corporate governance, seperti kejujuran, keterbukaan, akuntabilitas, dan responsibilitas kemudian menjadi pijakan untuk mengukur keberhasilan program CSR. Kegiatan tanggung jawab sosial yang dilakukan saat ini juga sudah mulai beragam, disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat. Mulai dari pembangunan fasilitas pendidikan dan kesehatan, pemberian pinjaman modal bagi UKM, pemberian beasiswa, penyuluhan HIV/AIDS, penguatan kearifan lokal, pengembangan skema perlindungan sosial berbasis masyarakat dan seterusnya. CSR pada tataran ini tidak sekadar berbuat baik agar terlihat baik, melainkan menciptakan kebaikan atau meningkatkan kesejahteraan masyarakat CSR dan Undang-Undang Perseroan Terbatas (UU PT) Di Indonesia telah banyak perusahaan melakukan berbagai kegiatan CSR, sehingga pemerintah perlu mengeluarkan undang-undang yang terkait dengan pelaksanaan CSR beserta dengan sanksi apabila perusahaan tidak menjalankan CSR. Isi Undang-undang PT No. 40 pasal 74 yang mewajibkan pelaksanaan CSR bagi perusahaan-

33 21 perusahaan yang terkait terhadap SDA dan yang menghasilkan limbah antara lain : Ayat 1, dijelaskan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Ayat 2, dijelaskan bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan itu merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatuhan dan kewajaran. Ayat 3, menggariskan perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana Pasal 1 dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Ayat 4, menyatakan ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur dengan peraturan pemerintah. Undang-Undang tersebut memiliki multitafsir dan berpotensi tumpang tindih dengan aturan pada tingkat bawahnya. Misalnya, peraturan tentang lingkungan hidup mengharuskan limbah dari kegiatan produksi dikelola oleh perusahaan sesuai dengan standar yang dimasukan oleh pemerintah, belum jelas apakah masuk dalam bentuk tanggung jawab sosial yang dimasukkan dalam UU PT atau ada bentuk lain. Multitafsir tanggung jawab sosial dalam UU PT ini terjadi karena dalam UU PT ini tidak mendefinisikan tanggung jawab sosial secara jelas, belum ada kesamaan persepsi mengenai tanggung jawab sosial dikalangan pelaku usaha, pemerintah, dan DPR. Apalagi pengaturan tanggung jawab sosial dalam UU PT disahkan oleh DPR tanpa proses partisipatif pelaku usaha. Untuk itu pemerintah dan pelaku usaha perlu mengupayakan komunikasi lebih baik untuk menjembatani kesenjangan persepsi tentang tanggung jawab sosial. Peraturan lain yang menyentuh tanggung jawab sosial adalah UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Pasal 15 (b) menyatakan bahwa Setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung

34 22 jawab sosial perusahaan. Meskipun UU ini telah mengatur sanksisanksi secara terperinci terhadap badan usaha atau usaha perseorangan yang mengabaikan tanggung jawab sosial (Pasal 34), UU ini baru mampu menjangkau investor asing dan belum mengatur secara tegas perihal tanggung jawab sosial bagi perusahaan nasional. Jika dicermati, peraturan tentang tanggung jawab sosial yang relatif lebih terperinci adalah UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN. UU ini kemudian dijabarkan lebih jauh oleh Peraturan Menteri Negara BUMN No. 4 Tahun 2007 yang mengatur mulai dari besaran dana hingga tata cara pelaksanaan CSR. Seperti kita ketahui, tanggung jawab sosial milik BUMN adalah Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Dalam UU BUMN dinyatakan bahwa selain mencari keuntungan, peran BUMN adalah juga memberikan bimbingan bantuan secara aktif kepada pengusaha golongan lemah, koperasi dan masyarakat. Selanjutnya, Peraturan Menteri Negara BUMN menjelaskan bahwa sumber dana PKBL berasal dari penyisihan laba bersih perusahaan sebesar 2 % yang dapat digunakan untuk Program Kemitraan dan Bina Lingkungan. Peraturan ini juga menegaskan bahwa pihak-pihak yang berhak mendapat pinjaman adalah pengusaha beraset bersih maksimal Rp 200 juta atau beromset paling banyak Rp 1 miliar per tahun (Majalah Bisnis dan CSR, 2007) Isu-isu Tanggung Jawab Sosial Berdasarkan pendapat dari penelitian 73 pakar CSR yang mengamati perkembangan tanggung jawab sosial di wilayah Asia-Pasifik terdapat 5 (lima) urutan isu-isu terbesar sepanjang sepuluh tahun kedepan (Arisyono, 2009) antara lain : 1. Perubahan iklim Isu ini dinyatakan sebagai isu yang paling utama dipilihkan oleh para pakar. Pada isu ini terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu keperluan untuk mitigasi dan adaptasi, keperluan seluruh perusahaan untuk menurunkan dampak yang mereka timbulkan atas perubahan iklim, dan keperluan untuk menjalin kerjasama dengan

35 23 berbagai pihak dalam melakukan tindakan-tindakan tersebut. Pilihan para pakar ini sejalan dengan terus meningkatnya bukti-bukti bahwa perubahan iklim disumbangkan terutama oleh sebab-sebab antropogenik, dan perusahaan memainkan peran yang sangat signifikan didalamnya. Bukti-bukti terbaru juga menimbulkan interpretasi bahwa dampak perubahan iklim akan lebih parah daripada yang diramalkan sebelumnya. 2. Tata kelola perusahaan Merupakan isu terbaru yang akan terjadi dalam sepuluh tahun mendatang. Dengan meluasnya krisis ekonomi baru yang dipicu oleh kecerobohan dan kerakusan sektor finansial, maka isu tata kelola perusahaan yang baik menjadi sangat penting. Di dalam isu ini termasuk transparansi dan akuntabilitas serta kepentingan untuk melibatkan pemangku kepentingan di dalam struktur tata kelola perusahaan. Ide yang paling belakang ini mungkin ekstrim untuk kebanyakan perusahaan, Sesungguhnya sangatlah logis untuk berharap ada pihak-pihak di luar perusahaan yang bisa menyumbangkan pemikiran bagi keputusan-keputusan penting perusahaan, yaitu pemangku kepentingan, karena mereka mampu mempengaruhi dan atau terpengaruh oleh keputusan dan tindakan perusahaan. 3. Pekerjaan dan Sumber Daya Manusia Isu pekerja dan sumber daya manusia yang mencakup juga hak-hak pekerja dalam rantai pemasok serta isu keragaman dan inklusi. Salah satu kasus menarik adalah bagaimana perusahaan-perusahaan membuat kebijakan dan prosedur tindakan manakala ada calon pekerja dan pekerja yang secara jujur menyatakan mengidap HIV/AIDS, atau mengaku homoseksual. Kebanyakan perusahaan di Asia-Pasifik masih dengan jujur melakukan tindakan eksklusi atas mereka yang memiliki masalah-masalah demikian. Di masa mendatang, kemungkinan akan lebih banyak lagi tuntutan hukum atas perusahaan didasarkan pada tindakan eksklusif seperti itu.

36 24 4. Air, keanekaragaman hayati, dan perubahan tata guna lahan Kelangkaan atau buruknya manajemen air memang telah menjadi isu yang lama di kawasan ini, begitu pula pada keanekaragaman hayati. Namun karena perubahan tata guna lahan seperti dari hutan menjadi penyebab perubahan iklim dan berdampak pada susutnya keanekaragaman hayati, maka isu keanekaragaman hayati menjadi perhatian kembali. 5. Kemitraan Ada dua yang dicakup disini, yaitu pentingnya kemitraan untuk mendorong penyelesaian masalah-masalah ditingkat global serta strategi inovatif terkait dengan investasi di masyarakat. Tentu saja, isu ini menjadi sangat penting mengingat bahwa perusahaan bukanlah satu-satunya aktor pembangunan, dan tak mungkin menyelesaikan berbagai masalah pembangunan yang rumit itu secara sendirian Anggaran Pengertian Anggaran Menurut Machintosh dan Williams (1992) dalam Syakhroza (2000) mendefinisikan anggaran sebagai alat utama bagi manajer untuk menjalankan fungsi manajemen planning, coordinating, dan controlling dengan mengacu kepada target dan strategi perusahaan dalam rangka mencapai tujuan jangka pendek perusahaan. Menurut Adisaputro dan Asri (2003) bussiness budget adalah suatu pendekatan yang formal dan sistematis daripada pelaksanaan tanggung jawab manajemen di dalam perencanaan, koordinasi, dan pengawasan. Menurut Harahap (1997) menyatakan bahwa budget sebagai suatu konsep yang membantu manajemen dalam mencapai tujuannya melalui upaya menuangkannya secara tertulis sasaran yang akan tercapai perusahaan mulai dari sasaran utama, sasaran khusus, sampai rincian dan penyebabnya. Menurut Nafarin (2007) anggaran adalah suatu rencana keuangan periodik yang disusun berdasarkan program-program yang telah disahkan. Anggaran (budget) merupakan rencana tertulis mengenai

37 25 kegiatan suatu organisasi yang direncanakan secara kuantitatif dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang untuk jangka waktu tertentu. Anggaran merupakan alat manajemen dalam mencapai tujuan. Jadi anggaran bukan merupakan tujuan dan tidak dapat menggantikan manajemen Tujuan Anggaran Tujuan penyusunan anggaran menurut Nafarin (2007), antara lain : 1. Untuk digunakan sebagai landasan yuridis formal dalam memilih sumber dan investasi dana. 2. Untuk mengadakan pembatasan jumlah dana yang dicari dan digunakan. 3. Untuk merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis investasi dana sehingga dapat memudahkan pengawasan 4. Untuk merasionalkan sumber dan investasi dana agar dapat mencapai hasil yang maksimal. 5. Untuk menyempurnakan rencana yang telah disusun, karena dengan anggaran lebih jelas dan nyata terlihat. 6. Untuk menampung dan menganalisis serta memutuskan setiap usulan yang berkaitan dengan keuangan Manfaat Anggaran Manfaat penyusunan anggaran menurut Nafarin (2007) adalah sebagai berikut : 1. Segala kegiatan dapat terarah pada pencapaian tujuan bersama. 2. Dapat digunakan sebagai alat menilai kelebihan dan kekurangan pegawai. 3. Dapat memotivasi pegawai. 4. Menimbulkan tanggung jawab tertentu pada pegawai. 5. Menghindari pemborosan dan pembayaran yang kurang perlu. 6. Sumber daya seperti tenaga kerja, peralatan, dan dana dapat dimanfaatkan seefisien mungkin. 7. Alat pendidikan bagi para manajer.

38 26 Menurut Ahyari (2002), penggunaan anggaran dalam perusahaan akan mendapatkan beberapa manfaat diantaranya : 1. Terdapatnya perencanaan terpadu. Dengan menggunakan anggaran, perusahaan akan dapat menyusun perencanaan seluruh kegiatan secara terpadu. Tidak ada satupun kegiatan yang dilakukan dalam perusahaan yang terlepas dari anggaran, karena seluruh kegiatan yang dilaksanakan tersebut akan memerlukan biaya. 2. Terdapatnya pedoman pelaksanaan kegiatan perusahaan. Dengan adanya anggaran perusahaan, maka pelaksanaan kegiatan yang ada dalam perusahaan tersebut dapat dilaksanakan dengan lebih pasti, karena dapat mendasarkan diri kepada anggaran yang telah ada. Pelaksanaan dengan mempergunakan anggaran yang telah ditetapkan akan menghasilkan kegiatan yang sesuai dengan perencanaan yang telah disusun dalam perusahaan tersebut. 3. Terdapatnya alat koordinasi dalam perusahaan. Penyusunan anggaran akan meliputi seluruh kegiatan yang ada, dengan demikian akan melibatkan seluruh bagian dalam perusahaan. Pelaksanaan kegiatan dengan menggunakan anggaran sebagai pedoman akan berarti melakukan kegiatan dalam perusahaan tersebut di bawah koordinasi yang baik. 4. Terdapatnya alat pengawasan yang baik. Jika perusahaan sedang menyelesaikan suatu kegiatan, maka manajemen perusahaan akan dapat membandingkan pelaksanaan kegiatan tersebut dengan anggaran yang telah ditetapkan dalam perusahaan tersebut, dalam hal ini anggaran akan dapat digunakan sebagai alat pengawasan kegiatan yang sedang dilaksanakan dalam perusahaan. 5. Terdapatnya alat evaluasi kegiatan perusahaan. Perusahaan yang mempunyai anggaran untuk kegiatan pelaksanaan kegiatan operasionalnya, akan dapat melaksanakan evaluasi rutin setiap kali selesai melaksanakan kegiatan tersebut. Seberapa jauh

39 27 penyimpangan pelaksanaan kerja dari rencana yang telah disusun serta penyebab apa saja yang menimbulkan penyimpangan kerja tersebut dapat didiskusikan di dalam perusahaan serta dicarikan jalan keluarnya Karakteristik Anggaran Menurut Mulyadi (2001) karakteristik anggaran sebagai berikut : 1. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan selain keuangan. 2. Anggaran umumnya mencakup jangka waktu satu tahun. 3. Anggaran berisikan komitmen atau kesanggupan manajemen, yang berarti bahwa para manajer setuju untuk menerima tanggung jawab untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam anggaran. 4. Usulan anggaran di-review dan disetujui oleh pihak yang berwenang lebih tinggi dari penyusun anggaran. 5. Sekali disetujui, anggaran hanya dapat berubah pada kondisi tertentu. 6. Secara berkala, kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan dengan anggaran selisihnya dianalisis dan dijelaskan Fungsi Anggaran Anggaran memiliki fungsi yang sama dengan manajemen yang meliputi fungsi perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Hal ini disebabkan anggaran mempunyai fungsi sebagai alat manajemen dalam melaksanakan fungsinya. Menurut Nafarin (2007) fungsi anggaran diantaranya : 1. Fungsi Perencanaan Anggaran merupakan alat perencanaan tertulis yang menuntut pemikiran teliti, karena anggaran memberikan gambaran yang lebih nyata/jelas dalam unit dan uang. 2. Fungsi Pelaksanaan Anggaran merupakan pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan secara selaras dalam mencapai tujuan (laba). Jadi anggaran penting untuk menyelaraskan

40 28 (koordinasi) setiap bagian kegiatan, seperti bagian pemasaran, bagian umum, bagian produksi, dan bagian keuangan. Apabila salah satu bagian (departemen) saja tidak dapat melaksanakan tugas sesuai dengan yang direncanakan, maka bagian yang lain juga tidak dapat melaksanakan tugasnya sesuai rencana. 3. Fungsi Pengawasan Anggaran merupakan alat pengendalian/pengawasan (controlling). Pengawasan berarti melakukan evaluasi atas pelaksanaan pekerjaan, dengan cara : a. Membandingkan realisasi dengan rencana anggaran. b. Melakukan tindakan perbaikan apabila dipandang perlu (jika ada penyimpangan yang merugikan) Organisasi Penyusun Anggaran Rapat Umum Pemegang Saham Dewan Komisaris Pengusulan Komite Anggaran Top Down Approach Pengesahan Review dan Persetujuan Bottom Up Approach Departemen Anggaran Mengajukan Usulan Rancangan Anggaran Kompilasi Penetapan Negosiasi Usulan dan dan Analisis Kebijakan Pokok Rancangan Anggaran Para Kepala Divisi dan Departemen Penyusunan Anggaran Gambar 1. Struktur Organisasi Penyusunan Anggaran (Mulyadi, 2001) Menurut Mulyadi (2001), dalam organisasi penyusunan anggaran terdapat tiga pihak utama yang terkait dalam penyusunan anggaran yaitu komite anggaran, departemen anggaran, dan para manajer pusat

41 29 pertanggungjawaban. Struktur organisasi pertanggungjawaban dapat dilihat pada gambar diatas. 1. Komite Anggaran Merupakan unit organisasi yang mengkoordinasikan berbagai jenis usulan anggaran dari berbagai pusat pertanggungjawaban untuk kemudian disusun menjadi rancangan anggaran induk (master budget). Komite anggaran terdiri dari : a. Direktur Utama, sebagai ketua merangkap anggota komite b. Direktur Pemasaran, sebagai anggota c. Direktur Produksi, sebagai anggota d. Direktur Keuangan dan Administrasi, sebagai anggota e. Manajer Departemen Keuangan, sebagai sekretaris komite 2. Departemen Anggaran Departemen anggaran memiliki fungsi : 1. Menerbitkan prosedur dan formulir untuk menyiapkan rancangan setiap pusat pertanggungjawaban dalam perusahaan. 2. Mengkoordinir dan menerbitkan asumsi-asumsi yang dipakai sebagai dasar penyusunan anggaran. 3. Membantu setiap manajer pusat pertanggungjawaban dalam menyusun rancangan anggaran pusat pertanggungjawaban. 4. Mengolah rancangan anggaran pusat pertanggungjawaban menjadi rancangan anggaran induk. 5. Menganalisis rancangan anggaran dan memberikan rekomendasi kepada komite anggaran. 6. Menganalisis realisasi anggaran, menafsirkan hasil-hasilnya dan membuat laporan ringkas mengenai hasil analisisnya tersebut kepada direksi. 7. Mengadministrasikan proses perubahan dan penyesuaian anggaran perusahaan.

42 Keterlibatan Anggaran Dalam menyusun anggaran terdapat beberapa hal yang membatasi penyusunan anggaran. Menurut Harahap (1997) keterbatasan anggaran tersebut diantaranya : 1. Budget berdasarkan taksiran Budget harus disadari bahwa ia merupakan taksiran saat ini tentang apa yang terjadi dimasa yang akan datang. Dalam penyusunannya tentu apa yang akan dijadikan dasar adalah pengetahuan dan informasi kita berdasarkan masa lalu dan analisis serta taksiran. 2. Memerlukan penyesuaian yang terus menerus Karena sifatnya taksiran dan karena situasi bergerak dan berubah terus maka kita harus terus menerus secara periodik melakukan perbaikan dan penyesuaian, mengikuti perkembangan yang mempengaruhi budget itu. 3. Pelaksanaan budget tidak berjalan secara otomatis Sistem budget tidak dapat dibiarkan tanpa terus-menerus dikendalikan oleh pimpinan. Budget harus dianalisis, direvisi, dan diikuti, tidak boleh dibiarkan berjalan sendiri. 4. Tidak dapat mengambil alih tugas manajemen/administrasi Karena sifatnya yang harus diikuti, dinilai, diperbaiki maka budget tidak akan dapat menggantikan posisi pimpinan dan tidak dapat pula menggantikan posisi administrasi. 5. Memerlukan dana/perhatian/resources Sistem budget tentu memerlukan dana, perhatian, dan sumber lainnya untuk dapat berjalan efektif. 6. Dapat mempengaruhi perilaku Sistem budget dapat mempengaruhi perilaku manusia bisa positif dan negatif. 7. Dapat menimbulkan slack budgeting Slack budgeting berarti situasi dimana orang menyalahgunakan budget untuk kepentingannya. Hal ini harus diwaspadai oleh perusahaan.

43 31 8. Harus memenuhi berbagai persyaratan yang kadang sukar disiapkan Sistem budget hanya dapat berjalan jika terpenuhi beberapa persyaratan yang ditetapkan, hal ini mutlak. Seandainya persyaratan ini tidak dapat dipenuhi maka tujuan budget tidak dapat dicapai secara efisien. 9. Tidak menjamin tercapainya target Budget hanya rencana dan fokus. Budget tidak dapat menjamin secara multak bahwa ia akan tercapai Metode Pembuatan Anggaran Menurut Harahap (1997), penyusunan anggaran dibagi menjadi tiga cara berdasarkan siapa pembuatnya, antara lain : a. Otoriter atau top down Disusun dan ditetapkan sendiri oleh pimpinan dan anggaran inilah yang harus dilaksanakan bawahan tanpa keterlibatan bawahan dalam penyusunannya. Metode ini baiknya jika karyawan tidak mampu menyusun budget atau dianggap akan terlalu lama dan tidak tepat. b. Demokrasi atau bottom up Disusun berdasarkan hasil keputusan karyawan. Bawahan diserahkan sepenuhnya dalam menyusun budget yang akan dicapai dimasa yang akan datang. Metode ini tepat digunakan jika karyawan sudah memiliki keputusan dalam menyusun budget dan tidak dikhawatirkan akan menimbulkan proses yang lama dan berlarut. c. Campuran atau top down dan bottom up Metode ini adalah campuran dari top down dan bottom up. Perusahaan menyusun budget dengan memulainya dari atas dan kemudian untuk selanjutnya dilengkapi dan dilanjutkan oleh karyawan bawahan. Jadi ada pedoman dari atasan atau pimpinan dan dijabarkan oleh bawahan sesuai dengan pengaruh atasan.

44 Analisis Varians (Selisih) Anggaran Dalam mempertimbangkan dan mengevaluasi varians untuk menentukan sebab yang mendasarinya, kemungkinan yang perlu dipertimbangkan (Welsch, Hiltong dan Gordon) dalam Hansen dan Mowen (1999) sebagai berikut : 1. Varians tidak material 2. Varians disebabkan oleh kesalahan pelaporan. Sasaran yang direncanakan atau yang dianggarkan dan data aktual yang disediakan oleh Departemen Akuntansi harus diperiksa kebenarannya. 3. Varians disebabkan oleh keputusan khusus manajemen. Untuk meningkatkan efisiensi atau untuk menghadapi kemungkinan tertentu, manajemen sering membuat keputusan yang menyebabkan adanya varians. 4. Banyak varians yang dapat dijelaskan dalam hal dampak dari faktor yang tidak dapat dikendalikan yang diidentifikasi. 5. Varians yang tidak diketahui penyebabnya harus menjadi perhatian utama dan diselidiki secara teliti. Dari berbagai kemungkinan di atas, analisis varians anggaran dana tanggung jawab sosial PT Pertamina (Persero) banyak disebabkan oleh pertimbangan keputusan khusus manajemen yang sering membuat keputusan yang menyebabkan varians. Hal tersebut membuat menjadikan anggaran yang telah direncanakan tidak terealisasi sesuai dengan program kerja. Menurut Welsch, Hiltong dan Gordon dalam Hansen dan Mowen (1999), beberapa pendekatan utama untuk mempelajari atau menyelidiki varians untuk menentukan sebab yang mendasarinya, yaitu : 1. Pertemuan dengan manajer pusat tanggung jawab dan penyelia dan karyawan lainnya dalam pusat dan tanggung jawab yang terlibat. 2. Analisis situasi kerja termasuk arus kerja, koordinasi aktivitas, keefektifan penyeliaan, dan keadaan umum lainnya. 3. Pengamatan langsung. 4. Penyelidikan di tempat oleh Manajer Lini. 5. Penyelidikan oleh kelompok staf (dispesifikasi menurut tanggung jawab). 6. Pemeriksaan intern.

45 33 7. Penelitian khusus. 8. Analisis varians. Laporan pelaksanaan anggaran mencantumkan atau menunjukkan varians antara hasil sesungguhnya dan rencana yang telah dianggarkan serta menunjukkan varians yang signifikan. Hal ini sangat berguna bagi pihak manajemen untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya perbedaan, yang selanjutnya dapat digunakan untuk menentukan arah kebijakan yang tepat. Analisa perbandingan tersebut dikenal dengan istilah Analisis Varians, yaitu suatu manipulasi matematis dua perangkat data untuk mendapatkan pengertian tentang penyebab varians, salah satu data tersebut digunakan sebagai dasar atas ukuran (Deanto, 2003). Menurut Hansen dan Mowen (1999), varians anggaran adalah perbedaan antara biaya aktual dan biaya yang direncanakan. Varians dapat disebabkan oleh volume (unit) yang tidak sesuai dengan anggaran, tetapi dapat juga karena harga/tarif per unit yang tidak sama dengan anggaran. Varians yang tidak menguntungkan [unfavorable (U)] terjadi bila harga atau penggunaan masukan aktual lebih besar dibandingkan harga atau penggunaan standar. Bila hal sebaliknya terjadi, maka merupakan varians yang menguntungkan [favorable (F)]. Analisis varians sering kali digunakan untuk evaluasi kinerja. Ada dua hal yang bisa dinilai (Horngren, 2005), yaitu : 1. Efektivitas : tingkat pencapaian tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. 2. Efisiensi : jumlah relatif masukan yang digunakan untuk mencapai tingkat keluaran tertentu. Makin sedikit masukan yang digunakan untuk mencapai tingkat keluaran tertentu atau makin banyak keluaran untuk tingkat masukan tertentu, maka makin tinggi efisiensinya Hasil-hasil Penelitian Terdahulu Dedeh (2009) menganalisis faktor-faktor yang menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun anggaran operasional, menganalisis prosedur penyusunan anggaran, menganalisis penyimpangan yang terjadi antara anggaran dengan realisasi pada PDAM TPKB. Faktor-faktor yang menjadi

46 34 bahan pertimbangan dalam menyusun anggaran operasional PDAM TPKB adalah realisasi kegiatan usaha semester II tahun berjalan, estimasi kegiatan yang dapat dicapai pada semester II tahun berjalan, rencana jangka panjang dan faktor penting lainnya yang tertuang dalam program-program tahunnya. Prosedur penyusunan anggaran diawali dengan pengarahan dari direksi kepada kepala bagian, tiap-tiap bagian menyusun konsep anggarannya, konsep anggaran diserahkan kepada tim penyusun anggaran untuk selanjutnya dibahas dalam rapat koordinasi, dilakukan perbaikan dalam penetapan anggaran, dan selanjutnya direksi mengajukan anggaran tahunan definitif kepada Badan Pengawas untuk mendapat pengesahan. Berdasarkan uji t pada penyimpangan anggaran operasional tahun 2006 dan 2007 diperoleh kesimpulan bahwa penyimpangan total pendapatan, total biaya langsung, total biaya tidak langsung, dan laba bersih anggaran operasional PDAM TPKB masih dalam batas pengendalian manajemen. Kustiani (2008) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan anggaran CSR pada Unit Pengolahan II PT Pertamina (Persero) yang kemudian menganalisis penyimpangan antara anggaran dengan realisasi pada anggaran CSR serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyimpangan tersebut. Unit Pengolahan II PT Pertamina (Persero) mempunyai program CSR pada bagian Hubungan Pemerintahan dan Masyarakat (Hupmas) dan bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Faktor-faktor yang menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan anggaran program CSR adalah faktor internal dan faktor eksternal. Selama tahun 2005 sampai tahun 2007 terjadi penyimpangan antara anggaran dengan realisasinya, namun penyimpangan ini masih dalam batas pengendalian. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyimpangan tersebut yaitu faktor prioritas kebutuhan dan faktor pihak ke III (penerima bantuan).

47 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran PT Pertamina (Persero) merupakan salah satu perusahaan perminyakan terbesar di Indonesia. PT Pertamina (Persero) juga merupakan salah satu perusahaan perseroan yang telah menetapkan perencanaan dana untuk program tanggung jawab sosial sebagai salah satu strategi bisnisnya. Dalam mengalokasikan dana-dana untuk kegiatan tanggung jawab sosial membutuhkan suatu perhitungan yang matang agar lebih efektif terhadap peningkatan profit perusahaan. Dalam pengalokasiannya PT Pertamina (Persero) membutuhkan perhitungan anggaran biaya yang matang dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan anggaran biaya. Program tanggung jawab sosial pada PT Pertamina (Persero) awalnya berada pada Divisi Kelembagaan yang dijalankan oleh bagian Hubungan Pemerintahan dan Masyarakat (Hupmas) dan bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) yang masing-masing bagian memiliki program khusus. Kegiatan tanggung jawab sosial PT Pertamina (Persero) kini semakin berkembang pesat sehingga pada akhir 2008 program tanggung jawab sosial dilaksanakan oleh Divisi CSR dan PKBL. Selama pelaksanaan program tanggung jawab sosial PT Pertamina (Persero) masih sering ditemukan penyimpangan antara anggaran yang direncanakan dengan realisasi yang terjadi, sehingga perlu dilakukan evaluasi anggaran agar tercipta efektivitas program yang baik. Penelitian ini juga digunakan untuk mengukur penyimpangan anggaran dana tanggung jawab sosial dalam batas pengendalian yang masih bisa diterima oleh perusahaan. Penganggaran dana tanggung jawab sosial yang baik akan memberikan hasil kegiatan program yang lebih efektif. Selain itu memberi nilai bagi stakeholder dalam hal ini pemerintah dan masyarakat sekitar. Disamping itu, akan mendukung sustainability (keberlanjutan) perusahaan dalam jangka panjang. Gambar berikut menjelaskan kerangka pemikiran yang mendasari penelitian ini.

48 36 PT Pertamina (Persero) Tanggung Jawab Sosial CSR PKBL Faktor-faktor Pertimbangan dalam Penyusunan Anggaran Analisis Deskriptif Anggaran Dana CSR Anggaran Dana yang telah ditetapkan Analisis Varians One Sample t-test Realisasi Anggaran Dana Program CSR Analisis Deskriptif Penyimpangan Faktor-faktor yang mempengaruhi penyimpangan Hasil Analisis Gambar 2. Bagan Kerangka Pemikiran Keterangan : : Menunjukan Hubungan : Menunjukan Alat Analisis

49 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-April 2010 dengan bertempat di PT Pertamina (Persero) yang berlokasi di Jalan Medan Merdeka Timur No. 1 A Jakarta Pusat Metode Penelitian Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. 1. Data Primer Merupakan data yang didapat dari sumber atau pihak pertama. Data primer diperoleh melalui hasil pengamatan dan wawancara dengan pihak perusahaan atau pihak lainnya yang berhubungan dengan masalah perusahaan (key-informants), pencatatan di lapangan seperti laporan tahunan perusahaan, laporan Rencana Kerja dan Anggaran Program (RKAP). 2. Data Sekunder Merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram. Data sekunder diperoleh dari pengumpulan data program tanggung jawab sosial pada divisi CSR dan divisi PKBL, serta berbagai sumber kepustakaan yang berhubungan dengan penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dengan melakukan wawancara kepada 7 (tujuh) orang yang berada pada divisi CSR dan PKBL. Pada divisi CSR dilakukan wawancara kepada Manajer CSR, Asisten Manajer bidang Pendidikan, Asisten Manajer bidang Lingkungan, Asisten Manajer bidang Kesehatan, serta Asisten Manajer bidang Infrastruktur dan Bencana Alam. Sedangkan untuk divisi PKBL dilakukan wawancara kepada Penanggungjawab Program Kemitraan dan Penanggungjawab Program Bina Lingkungan.

50 Pengolahan dan Analisis Data Analisis Deskriptif Analisis deskriptif merupakan suatu analisis yang dilakukan dengan memaparkan suatu aktivitas atau proses yang diteliti. Salah satu bentuk analisis ini adalah dengan menyimpulkan suatu data mentah dalam jumlah besar sehingga hasilnya mudah ditafsirkan (Kuncoro, 2003). Statistika deskriptif berusaha menjelaskan atau menggambarkan berbagai karakteristik data seperti rata-rata, median maupun variasi data Analisis Varians Dasar penilaian dalam evaluasi anggaran yaitu dengan penyelidikan selisih antara realisasi dengan sasaran yang direncanakan. Dalam anggaran biaya, jika biaya realisasi lebih besar daripada anggaran maka dianggap tidak menguntungkan (unfavorable). Sebaliknya jika realisasi lebih rendah dari anggaran maka dianggap menguntungkan (favorable). Analisis varians memberikan gambaran tingkat efektivitas kegiatan CSR yang telah dilakukan perusahaan, mengukur tingkat efisien kegiatan CSR yang telah dilakukan terhadap keluaran tertentu, serta mampu digunakan sebagai alat monitoring dan evaluasi untuk kegiatan CSR tahun anggaran berikutnya. Perbaikan dilakukan tidak berdasarkan penyimpangan tersebut harus menjadi penyimpangan yang positif (favorable), tetapi perlu dilakukan upaya meminimalisasi persentase penyimpangan tersebut. Semakin kecil persentase penyimpangan yang terjadi maka semakin baik penggunaan anggaran dana terhadap realisasi yang terjadi. Pengolahan data untuk analisis varians menggunakan software komputer Microsoft Excel 2007.

51 Analisis One Sample t-test Uji hipotesis dengan menggunakan one sample t-test untuk mengukur apakah penyimpangan anggaran dengan realisasi masih dalam batas pengendalian. Tujuan dari one sample t-test adalah untuk membandingkan apakah antara anggaran dan realisasi dana menunjukan nilai yang sama atau berbeda. Analisis one sample t-test digunakan dalam penelitian ini untuk melihat apakah penyimpangan anggaran dana tanggung jawab sosial tiap tahun dan setiap program yang direncanakan terhadap realisasinya masih dalam batas pengendalian perusahaan. Jika masih dalam batas pengendalian perusahaan, penyimpangan yang terjadi masih dianggap wajar. Namun jika berada di luar batas pengendalian perusahaan, maka penyimpangan tersebut harus dilakukan pengawasan dan perbaikan. Pengolahan data menggunakan software SPSS 15 for windows. Langkah-langkah dalam one sample t-test yaitu : 1. Buatlah H 0 dan H 1 dalam uraian kalimat H 0 : Penyimpangan yang terjadi antara anggaran dana tanggung jawab sosial dengan realisasinya masih dalam batas pengendaliaan. H 1 : Penyimpangan yang terjadi antara anggaran dana tanggung jawab sosial dengan realisasinya tidak dalam batas pengendalian 2. Mencari t hitung 3. Tentukan terlebih dahulu taraf signifikan (α) Taraf signifikan yang digunakan yaitu α = 5% 4. Tentukan kriteria pengujian Jika t hitung < t tabel maka H 0 diterima dan H 1 ditolak. Jika t hitung > t tabel H 0 ditolak dan H 1 diterima. 5. Buat kesimpulan

52 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan Sejarah PT Pertamina Pertamina merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ditugaskan Pemerintah untuk mengelola kegiatan migas dan panas bumi di Indonesia. Terbentuknya Pertamina berlangsung melalui serangkaian proses panjang dan tidak terlepas dari semangat perjuangan bangsa Indonesia. Pada zaman penjajahan Belanda abad XIX yaitu tepatnya pada tahun 1871, dimulai proses pencarian dan penemuan minyak di wilayah Indonesia. Berawal dengan proses pemboran minyak bumi di lereng Gunung Ceremai Jawa Barat selama tiga tahun oleh Jan Reenink tidak membuahkan hasil yang memuaskan dari pemboran tersebut. Bangsa Indonesia menjadikan hal ini sebagai proses eksplorasi pertama minyak bumi di Indonesia. Beberapa tahun kemudian, seorang Belanda yang bernama Aelko Jans Zijlker menemukan ladang minyak pertama di Indonesia yaitu sumur Telaga Said, Pangkalan Brandan, Sumatera Utara. Pemboran yang dilakukan oleh Zijlker pada tanggal 15 Juni 1885 itu menjadi sejarah awal produksi minyak bumi di Indonesia. Setelah keberhasilan ini, ladang-ladang minyak bumi lain ditemukan di beberapa tempat di Indonesia, antara lain di Wonokromo-Jawa Timur, Cepu-Jawa Tengah, Muara Enim, Talang Akar, dan Plaju-Sumatera Selatan, Sanga-sanga (Kalimantan Timur), Banyu dan Jambi, serta Lapangan Teluk Aru (Sumatera Selatan). Selama masa penjajahan tersebut, perusahaan asing milik Belanda, Inggris, Jepang dan Amerika Serikat saling memperebutkan kekuasaan untuk mengurus minyak bumi yang dimiliki Indonesia. Perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kembali keutuhan negara Indonesia dari tangan penjajah berhasil pada tahun 1945.

53 41 Namun, perjuangan bangsa Indonesia tidak terhenti begitu saja, perjuangan untuk menguasai kembali ladang-ladang minyak pun terus berjalan. Setelah kemerdekaan bangsa Indonesia, bangsa asing tidak lagi menjadi penjajah melainkan mitra kerja. Segera setelah Jepang menyerahkan ladang-ladang minyak yang dulu dikuasainya, dibentuklah Perusahaan Tambang Minyak Republik Indonesia (PTMRI) pada bulan Januari PTMRI mempunyai daerah kerja yang meliputi Jawa Tengah dan Sumatera Utara. Hadirnya PTMRI ini menimbulkan pro dan kontra di kalangan pemerintah dan golongan politisi mengenai nasib tambang minyak Sumatera Utara. Setelah dipelajari permasalahannya, dikeluarkanlah mosi DPR oleh Teuku Mohammad Hasan yang saat itu menjabat sebagai Ketua Komisi Perdagangan dan Industri Dewan Perwakilan Rakyat. Mosi DPR ini berisi sebagai berikut : 1. Mengusulkan kepada pemerintah agar dalam jangka waktu satu bulan membentuk komisi negara urusan pertambangan. 2. Menyarankan kepada pemerintah supaya menunda pemberian izin konsensi dan eksploitasi menunggu hasil kerja komisi negara urusan pertambangan. Pada bulan April tahun 1954, pemerintah menunjuk koordinator dan memutuskan untuk memberikan subsidi guna merehabilitasi lapangan minyak Sumatera Utara dalam rangka mencapai target produksi satu ton per tahun. Pada tahun itu juga lapangan minyak Sumatera Utara, Langkat dan Langsa (Aceh) digabungkan di bawah satu perusahaan yang diberi nama Tambang Minyak Sumatera Utara (TMSU). Pada tanggal 22 Juli 1957 pemerintah memutuskan untuk menyerahkan lapangan minyak Sumatera Utara kepada Kepala Staff Angkatan Darat (KASAD). Seluruh saham TMSU berdasarkan Keputusan Pemerintah, pengusahaannya diserahkan kepada KASAD yang kemudian diubah menjadi PT Eksplorasi Tambang Minyak Sumatera Utara (PT ETMSU).

54 42 PT Pertamina (Persero) yang sekarang ini berdiri kokoh telah mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Selain perubahan nama, perkembangan ini juga ditandai dengan perkembangan tugas yang dijalaninya. Berikut beberapa kronologis perkembangan hingga menjadi PT Pertamina (Persero) antara lain : a. PN Permigan Peraturan Pemerintah Nomor 199 Tahun 1961 (Tanggal 5 Juni 1961) Pemerintah Republik Indonesia membentuk Perusahaan Negara Pertambangan Minyak dan Gas Nasional (PN Permigan). Peraturan Pemerintah tersebut juga menetapkan PTMRI dilebur ke dalam PN Permigan termasuk hak dan kewajiban, perlengkapan serta kekayaan dan usaha PTMRI ditetapkan beralih kepada PN Permigan. b. PN Permina Menegaskan bahwa minyak bumi adalah milik nasional dan bahwa perusahaan yang baru dibentuk itu bukan perusahaan daerah dan tidak bersifat kedaerahan, maka diadakan pergantian nama. Sebuah nama baru diusulkan dan sejak tanggal 10 Desember 1957 PT ETMSU diubah menjadi PT Perusahaan Minyak Nasional (PT Permina). Tanggal ini kemudian ditetapkan sebagai hari lahir perusahaan minyak nasional yang setiap tahun diperingati oleh Pertamina. Kemudian pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1960 dan mencabut keputusan Nomor 17 Tahun 1975, terhitung sejak tanggal 1 Juli 1961 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 198 Tahun 1961 agar PT Permina dilebur menjadi Perusahaan Negara Minyak Nasional (PN Permina). Pada tahun PN Permina membeli aset PT Shell Indonesia, sejak itu bangsa Indonesia memiliki kilang di Plaju dan Balikpapan. Pada bulan Maret 1966 Menteri Minyak Bumi dan

55 43 Gas telah menetapkan lima daerah eksplorasi dan produksi PN Permina, yaitu : 1) Unit I meliputi daerah Sumatera Utara dan Aceh dengan kantor pusat di Pangkalan Brandan. 2) Unit II meliputi daerah Lampung, Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Jambi dengan kantor pusat di Plaju. 3) Unit III meliputi daerah Jawa dan Madura dengan kantor pusat di Jakarta. 4) Unit IV meliputi daerah Kalimantan termasuk Tarakan dan Bunyu dengan kantor pusat di Balikpapan. 5) Unit V meliputi daerah Irian Jaya, Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara dengan kantor pusat di Sorong. c. PN Pertamin Perusahaan minyak Pertamin bermula dari perusahaan campuran Nederlandsche Indische Aardolic Maatschappij (NIAM) yang didirikan pada tahun 1921, yang sahamnya dipegang pemerintah Hindia Belanda dan BPM. Pada tanggal 1 Januari 1959 NIAM diubah namanya menjadi PT Pertambangan Minyak Indonesia (Permindo). Pemerintah Indonesia tidak bersedia melanjutkan usaha bersama ini ketika kegiatan Permindo berakhir. Maka, perusahaan tersebut dilikuidasi dan kekayaan menjadi hak pemerintah Indonesia dijadikan sebagai bagian modal perusahaan minyak baru, yaitu Perusahaan Negara Pertambangan Minyak Indonesia (PN Pertamin). PN Pertamin ini di bentuk dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1961 sebagai landasan usaha pertambangan PN Pertamin meliputi eksplorasi pemurnian, pengolahan, pengangkutan, dan penjualan. d. PN Pertamina Pada tanggal 20 Agustus 1968 berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1968 telah dibentuk Perusahaan Negara Pertambangan Minyak dan Gas

56 44 Bumi Nasional (PN Pertamina) yang menampung segala kegiatan pengurusan dan perusahaan minyak dan gas bumi dari PN Permina dan PN Pertamin. Pada tahun 1969 PN Pertamina berhasil memiliki kilang sungai Gerong. Maksud dan tujuan penyatuan ini adalah agar benar-benar dapat ditingkatkan baik produktivitas maupun efektivitas serta efisiensi di bidang perminyakan nasional dalam wadah suatu integrated oil company dengan suatu manajemen yang sempurna. e. Pertamina Perkembangan dan kemajuan pesat yang dicapai PN Pertamina mendorong diperlukannya dengan segera landasan kerja baru guna meningkatkan kemampuan dan menjamin usaha. Pada tanggal 15 September 1971 telah diundangkan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1971 mengenai Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi (Undang-undang Pertamina). Sejak saat itu PN Pertamina berubah menjadi Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (Pertamina). Modal Pertamina adalah kekayaan negara yang dipisahkan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar yang ditanam dalam PN Pertamina sampai saat diundangkannya Undang-undang Nomor 8 Tahun Perjalanan rekonstruksi Pertamina sejak tahun 1994 telah menghasilkan milestone dan yang terakhir adalah yang tumbuh dan berkembang menuju Pertamina baru ditahun Untuk itu setiap langkah, daya dan upaya rekonstruksi yang dilakukan harus membantu mewujudkan visi, misi, dan tata nilai Pertamina yang dicita-citakan dan telah disahkan oleh Direksi Pertamina melalui surat keputusan Direksi Nomor 120/C0000/2000-SO pada tanggal 8 Desember f. PT Pertamina (Persero) Terbitnya Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 adalah yang mengubah status badan hukum Pertamina menjadi persero

57 45 dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2003 yang ditandatangani oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 18 Juni Pertamina adalah Badan Usaha Milik Negara yang telah berubah bentuk menjadi PT. Persero yang bergerak di bidang energi, petrokimia dan usaha lain yang menunjang bisnis Pertamina, baik di dalam maupun di luar negeri yang berorientasi pada mekanisme pasar. Pada 17 September 2003 Pertamina resmi menjadi PT. Pertamina (Persero). Tanggal 10 Desember 2005 Pertamina hadir dengan logo baru dan semangat baru yang Selalu Hadir Melayani. Persiapan menuju pasar terbuka, dimulai dengan melepaskan peran regulator, menjamin pasokan BBM selama transisi, dan tetap sebagai supplier of last resort. Dampak dari perubahan UU Pertamina tersebut adalah Pertamina bukan pemegang kuasa pertambangan migas dan bukan pelaku usaha migas satu-satunya baik di Sektor Hulu maupun Hilir di Indonesia. Kemudian, perusahaan swasta nasional dan asing juga bebas masuk ke Sektor Migas Indonesia. Oleh karena itu, Pertamina menyadari perlunya bersaing dengan semua itu dan meningkatkan kualitas produk serta layanannya terhadap masyarakat Indonesia. Di dalam setiap perubahannya, Pertamina juga melakukan perubahan terhadap logo atau simbol yang mencirikan perusahaannya. Berikut digambarkan evolusi logo Pertamina hingga saat ini. Gambar 3. Evolusi Logo Pertamina dari Periode ke Periode

58 46 Logo PT Pertamina (Persero) berubah sejak 10 Desember Elemen logo Pertamina saat ini menggambarkan bentuk huruf P yang secara keseluruhan merupakan representasi bentuk panah, dimaksudkan sebagai Pertamina yang bergerak maju dan progresif. Setiap warna yang membangunnya mengandung makna tersendiri sebagai bentuk komitmen perusahaan dalam menjalankan bisnis Negara. Warna-warna yang berani menunjukan langkah besar yang diambil Pertamina dan aspirasi perusahaan akan masa depan yang lebih positif dan dinamis. Warna biru melambangkan andal, dapat dipercaya, dan bertanggung jawab. Warna hijau melambangkan sumber daya energi yang berwawasan lingkungan. Sedangkan warna merah melambangkan keuletan dan ketegasan serta keberanian dalam menghadapi berbagai macam kesulitan Visi, Misi, dan Tata Nilai PT Pertamina Dalam menjalanan usahanya PT Pertamina memiliki visi dan misi agar perusahaan memiliki arah tujuan dimasa yang akan datang. Adapun visi perusahaan yaitu Menjadi Perusahaan Minyak Nasional Kelas Dunia. Sedangkan Misi perusahaan yaitu Menjalankan usaha inti minyak, gas, dan bahan bakar nabati secara terintegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat. PT Pertamina memiliki komitmen untuk menerapkan Tata Nilai perusahaan dalam rangka mencapai visi dan misinya tersebut, antara lain : Clean (Bersih): Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas. Berpedoman pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik. Competitive (Kompetitif): Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional, mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar biaya dan menghargai kinerja. Confident (Percaya Diri): Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam reformasi BUMN, dan membangun kebanggaan bangsa.

59 47 Customer Focused (Fokus Pada Pelanggan): Beorientasi pada kepentingan pelanggan, dan berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan. Commercial (Komersial): Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat. Capable (Berkemampuan): Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan memiliki talenta dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan riset dan pengembangan Struktur Organisasi Sejak PT Pertamina (Persero) diresmikan pada tanggal 10 Desember 1957, berbagai perubahan direksi telah dilakukan dalam rangka memajukan bisnis perusahaan sebagai perusahaan BUMN. Berdasarkan Keppres No. 169/M/2000 yang diresmikan pada tanggal 11 Desember 2000 yang berlaku mulai 1 Januari 2001 maka struktur organisasi Pertamina terdiri dari: Direktur Utama, Wakil Direktur Utama, Sekertaris Perseroan, Kepala Satuan Pengawasan Internal (SPI), Kepala Bidang Usaha Lingkungan, Kepala Hukum Korporat, Direktur Hulu, Direktur Pengolahan, Direktur Pemasaran dan Niaga, Direktur Umum dan SDM, Direktur Keuangan, berbagai Divisi, dan Staf. Berdasarkan SK DIRUT No. 40/C00000/2008-S0 Tanggal 4 Agustus 2008 dan SK No. 42/C00000/2008-S Tanggal 12 Agustus 2008 dan SK DIRUM No. 10/I00000/2008-S Tanggal 10 September 2008, Divisi yang berada langsung dibawah Sekertaris Perseroan antara lain: Wakil Pimpinan Komunikasi, Wakil Pimpinan Hubungan, Manajer Compliance, Manajer CSR, Manajer BOD Support, dan Manajer BOC Support. Sudah sejak lama perusahaan memiliki kegiatan tanggung jawab sosial (CSR) tetapi namanya berbeda. Kegiatan ini lebih dikenal Community Development yang merupakan kegiatan-kegiatan sosial berupa permintaan langsung dari masyarakat. Kegiatan Community Development dilaksanakan oleh Divisi Kelembagaan pada unit

60 48 Hubungan Masyarakat (Humas). Semakin berkembangnya kegiatan tanggung jawab sosial Pertamina dan sejak ditetapkannya Undang- Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 Pasal 74, menuntut perusahaan untuk melakukan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan secara resmi dimana perusahaan harus menyadari kondisi masyarakat Indonesia dan membantu tanpa perlu diminta oleh masyarakat. Akhir tahun 2008, tanggung jawab sosial Pertamina membentuk divisi sendiri menjadi Divisi Corporate Social Responsibility (CSR) yang posisinya langsung berada dibawah Direktorat Sekertaris Perseroan (Sekper) yang mana memiliki salah satu tugas pokok dalam membangun dan meningkatkan citra perusahaan secara korporat sesuai Visi, Misi, dan Tata Nilai perusahaan. Sehingga memiliki tujuan terlaksananya kepedulian perusahaan terhadap masyarakat. Pada divisi Corporate Social Responsibility (CSR), terdapat berbagai posisi dan jabatan, yakni : manajer CSR dan sekertarisnya, asisten manajer pada posisi Administrasi dan Pelaporan, asisten manajer CSR bidang Pendidikan, asisten manajer CSR bidang Lingkungan, asisten manajer CSR bidang Kesehatan, asisten manajer CSR bidang Infrastruktur dan Bencana Alam, serta masing-masing bidang didampingi oleh staf. Pada divisi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) terdiri dari 7 orang dengan tugas dan tanggung jawab yang sama seperti pada divisi CSR Fungsi Organisasi CSR a. Manajer CSR Fungsi Manajer CSR antara lain : Memutuskan, mengendalikan dan mengarahkan program-program kegiatan bidang Pendidikan, Kesehatan Masyarakat, Lingkungan, Sarana Prasarana Umum dan Manajemen Bencana serta Pelaporan kegiatan CSR yang tepat sasaran dan efektif, untuk memberikan nilai tambah bagi masyarakat sekitar daerah operasi Pertamina dalam rangka membangun dan meningkatkan citra serta kredibilitas perusahaan.

61 49 Berikut Tugas dan tanggung jawab jabatan Manajer CSR, antara lain : 1. Memutuskan dan mengarahkan program-program terpadu CSR bidang pendidikan antara korporat, unit operasi di hulu, Pengolahan, Pemasaran, dan Anak Perusahaan sejalan dengan kebijakan internal dan eksternal. 2. Memutuskan dan mengarahkan program-program terpadu CSR bidang Kesehatan Masyarakat antara korporat, unit operasi di hulu, Pengolahan, Pemasaran, dan Anak Perusahaan sejalan dengan kebijakan internal dan eksternal. 3. Memutuskan dan mengarahkan program-program terpadu CSR bidang Lingkungan antara korporat, unit operasi di hulu, Pengolahan, Pemasaran, dan Anak Perusahaan sejalan dengan kebijakan internal dan eksternal. 4. Memutuskan dan mengarahkan program-program terpadu CSR bidang Sarana Prasarana Umum dan Manajemen Bencana antara korporat, unit operasi di hulu, Pengolahan, Pemasaran, dan Anak Perusahaan sejalan dengan kebijakan internal dan eksternal. 5. Memutuskan dan mengarahkan program-program terpadu Pelaporan kegiatan CSR sesuai ketentuan perusahaan antara korporat, unit operasi di hulu, Pengolahan, Pemasaran, dan Anak Perusahaan sejalan dengan kebijakan internal dan eksternal. b. Asisten Manajer Bidang Pendidikan Fungsi asisten manajer bidang Pendidikan antara lain : Menganalisa dan mengevaluasi program-program kerja CSR di Bidang Pendidikan yang tepat sasaran dan efektif guna memberikan nilai tambah bagi masyarakat sekitar daerah operasi Pertamina dalam rangka membangun dan meningkatkan citra serta kredibilitas perusahaan. c. Asisten Manajer Bidang Lingkungan Fungsi asisten manajer bidang Lingkungan antara lain : Menganalisa dan mengevaluasi program-program kerja CSR di Bidang Lingkungan yang tepat sasaran dan efektif guna memberikan nilai

62 50 tambah bagi masyarakat sekitar daerah operasi Pertamina dalam rangka membangun dan meningkatkan citra serta kredibilitas perusahaan. d. Asisten Manajer Bidang Kesehatan Fungsi asisten manajer bidang Kesehatan antara lain : Menganalisa dan mengevaluasi program-program kerja CSR di Bidang Kesehatan Masyarakat yang tepat sasaran dan efektif guna memberikan nilai tambah bagi masyarakat sekitar daerah operasi Pertamina dalam rangka membangun dan meningkatkan citra serta kredibilitas perusahaan. e. Asisten Manajer Bidang Infrastruktur dan Bencana Alam Fungsi asisten manajer bidang Infrastruktur dan Bencana Alam antara lain : Menganalisa dan mengevaluasi program-program kerja CSR di Bidang Infrastruktur dan manajemen bencana yang tepat sasaran dan efektif guna memberikan nilai tambah bagi masyarakat sekitar daerah operasi PT Pertamina (Persero) dalam rangka membangun dan meningkatkan citra serta kredibilitas perusahaan. f. Asisten Manajer Posisi Administrasi dan Pelaporan Fungsi asisten manajer posisi Administrasi dan Pelaporan antara lain : Menganalisa dan mengevaluasi program-program kerja CSR di Bidang Administrasi dan Pelaporan yang tepat sasaran dan efektif guna memberikan nilai tambah bagi masyarakat sekitar daerah operasi Pertamina dalam rangka membangun dan meningkatkan citra serta kredibilitas perusahaan Fungsi Organisasi PKBL Divisi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) merupakan badan yang dibentuk dengan tujuan meningkatkan pendapatan masyarakat serta mengatasi ketimpangan ekonomi dan kesenjangan struktur sosial, meningkatkan kesejahteraan/kemakmuran rakyat yang semakin rata, pertumbuhan yang cukup tinggi dan stabilitas yang mantap, serta memperkokoh tata hubungan dan kerjasama saling menguntungkan antara perusahaan dengan unit usaha kecil dan Koperasi. Divisi ini berada langsung dibawah Direktorat Keuangan yang berperan sebagai pengawas dan pengontrol. Berikut merupakan klasifikasi struktur organisasi PKBL, antara lain :

63 51 a. Manajer PKBL Berfungsi mengkoordinasikan hubungan kegiatan perusahaan dengan mitra binaan, melakukan analisis bentuk hubungan-hubungan dengan masyarakat sekitar, serta melakukan pengawasan terhadap Program Kemitraan dan Bina Lingkungan b. Pembinaan PKBL Fungsi jabatan ini adalah melaksanakan program yang telah direncanakan perusahaan, membina hubungan secara langsung dan bersama-sama mitra binaan menjalankan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dengan optimal. c. Administrasi dan Keuangan Fungsi jabatan Administrasi dan Keuangan adalah merencanakan, mengkoordinasi, mengontrol, mengawasi, melaksanakan kegiatan administrasi dan ketatausahaan, serta kegiatan yang berhubungan dengan keuangan untuk menunjang kelancaran program PKBL, khususnya dalam hal tata tertib administrasi, filling system, pembayaran, dan sebagainya Konsep CSR Gambaran Umum CSR Keberadaan PT Pertamina (Persero) di tengah masyarakat memberikan kontribusi bagi pembangunan masyarakat disekitarnya, sehingga masyarakat tumbuh dan berkembang. Sebagai bagian dari masyarakat, Pertamina menyadari bahwa keberhasilan bisnis Pertamina tidak terlepas dari kondisi masyarakat itu sendiri, masyarakat Indonesia yang sejahtera akan mendukung pertumbuhan bisnis Pertamina. Peran perusahaan untuk mendukung Pemerintah dalam upaya menyejahterakan masyarakat tentunya tidak hanya dilaksanakan dalam koridor bisnis semata. Sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), secara langsung Pertamina juga mendukung upayaupaya untuk memajukan masyarakat baik dalam bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan terutama pemberdayaan ekonomi masyarakat. Selain itu, Pertamina juga peduli terhadap penderitaan

64 52 masyarakat akibat bencana alam yang terjadi diberbagai tempat di Indonesia. Beikut ini digambarkan keterlibatan CSR Pertamina dengan Pemerintah dan masyarakat : Sumber : Laporan Tahunan PT Pertamina (Persero), 2008 Gambar 4. CSR keterlibatan dengan tiga pihak Kehadiran Pertamina merupakan kesempatan lapangan pekerjaan bagi masyarakat lokal maupun pendatang, juga memicu tumbuhnya pengusaha-pengusaha lokal pemasok barang dan jasa serta terbentuknya pasar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Perkembangan perekonomian masyarakat lokal dan terciptanya transaksi bisnis juga mengakibatkan hadirnya sektor jasa keuangan seperti bank di daerahdaerah sekitar Pertamina. Peran Pertamina sangat besar dalam mengembangkan dan memajukan wilayah-wilayah sekitar daerah operasinya. Dalam pengelolaan kegiatan CSR, Pertamina memanfaatkan dua fungsi yakni Divisi PKBL dan Divisi CSR. Kedua divisi ini menjalankan tugas yang sama yakni tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat dengan harapan mampu meningkatkan citra perusahaan dan membantu program Pemerintahan. Berikut ini digambarkan bagan pengelolaan CSR Pertamina :

65 53 Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) Corporate Social Responsibility (CSR) PKBL PKBL / CSR CSR Pemberdayaa n ekonomi masyarakat Pendidikan Kesehatan Lingkungan Infrastruktur dan Bencana Alam Pinjaman modal usaha Pelatihan kewirausahaan Bantuan promosi dan pemasaran Cerdas Bersama Pertamina : Beasiswa Peduli Pendidikan : Bantuan Peralatan Sekolah, Renovasi Sekolah Pertamina Goes To Campus Pertamina Yourth Program Pertamina SEHATI Bright With Pertamina Clino Gigi Sehat Pengobata n Massal Donor Darah Peduli Kesehatan Penghijauan Lahan Kritis Pertamina Bersih Pantai Pertamina Untuk Anak Indonesia Biopori Green Festival Pengukuran Emisi Gas Buang Peduli Lingkungan Revitalisasi Taman Rumah Pintar Cilodong Penyediaan Ekoteknologi Renovasi Taman Pintar Yogyakarta Pertamina Peduli Bencana Alam KEY PERFORMANCE INDICATORS (KPI s) Gambar 5. Bagan Pengelolaan CSR Pertamina Keterangan : : Anggaran : Fokus Program : Pelaksana : Rincian Program Kebijakan CSR Pertamina Komitmen Pertamina untuk mendukung dan membantu upaya pemerintah dan masyarakat dalam membangun masyarakat Indonesia yang berdaya secara ekonomi, sosial, dan budaya menjadi bagian dari tanggung jawab sosial Perusahaan (CSR) dengan kebijakan sebagai berikut :

66 54 1. Penerapan CSR Pertamina merupakan refleksi nilai dan budaya perusahaan terintegrasi dengan strategi bisnis perusahaan masa kini dan mendatang yang memberikan manfaat bagi Pertamina, shareholder, dan stakeholder. 2. Mengingat kondisi nyata masyarakat Indonesia, penerapan CSR saat ini lebih diprioritaskan untuk membantu masyarakat dan Pemerintah dalam memecahkan permasalahan sosial di sekitar kegiatan Pertamina. 3. Pelaksanaan kegiatan CSR Pertamina dikendalikan sepenuhnya oleh Perusahaan dengan bekerja sama dengan Pemerintah dan masyarakat setempat dan bila perlu dapat bekerja sama dengan lembaga-lembaga lainnya. 4. Program-program CSR Pertamina diprioritaskan dibidang pendidikan, kesehatan, pelestarian lingkungan, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat Misi dan Tujuan CSR Pertamina Dalam menjalankan program CSR, Pertamina memiliki Misi dan Tujuan dari setiap kegiatan yang memberi manfaat kepada masyarakat. Misi dan tujuan tersebut antara lain : 1. Misi : Mengimplementasikan komitmen perusahaan terhadap CSR untuk memberikan nilai tambah bagi stakeholders dalam upaya mendukung kemajuan perusahaan. Mewujudkan kepedulian sosial perusahaan dan kontribusi perusahaan terhadap perkembangan masyarakat yang berkelanjutan. 2. Tujuan : Membangun hubungan yang harmonis dan menciptakan kondisi yang kondusif untuk mendukung pertumbuhan perusahaan. Memberikan kontribusi dalam memecahkan permasalahan sosial.

67 55 Meningkatkan nilai dan budaya perusahaan yang terintegrasi dalam strategi bisnis perusahaan. Bagian dan upaya membangun citra dan reputasi peusahaan. Berikut ini merupakan sasaran pelaksanaan program CSR kedepan. Tabel 1. Sasaran Pelaksanaan Program CSR Kedepan Keterangan Persepsi dulu Ekspektasi Manfaat Tidak berdampak Dirasakan masyarakat luas Pelaksanaan Dilakukan sendirisendiri Terintegrasi Publikasi Minim Optimal Kepentingan Jangka pendek Jangka panjang Orientasi Kepentingan sosial Sosial dan Lingkungan Monitoring Tanpa evaluasi hasil Audit Program Jenis Program Bersifat bantuan Terencana dan terprogram Loyalitas Pelanggan Tidak diukur Terukur Kriteria Program Tanggung Jawab Sosial Adapun setiap kegiatan tanggung jawab sosial (CSR) yang dilakukan oleh Pertamina tidak begitu saja diberikan, tetapi memiliki kriteria tertentu yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat yang benar-benar menjadi sasaran dari program CSR. Kriteria tersebut antara lain : 1. Kebutuhan masyarakat Program CSR Pertamina disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih luas.

68 56 2. Inovasi dan spesifik Program ditujukan sesuai dengan isu sosial yang spesifik dan dilakukan dengan pendekatan yang inovatif. 3. Potensial Dalam jangka panjang, secara potensial akan mengatasi isuisu sosial. 4. Strategis Program secara strategis ditujukan untuk mengantisipasi masalah sosial dan akan mempertegas pencapaian tujuan. 5. Kemitraan Perencanaan program serta implementasinya dapat bermitra dengan pemerintah, LSM, dan perguruan tinggi Program Tanggung Jawab Sosial Kegiatan tanggung jawab sosial Pertamina dilaksanakan sejak Pertamina berdiri. Kegiatan tanggung jawab sosial Pertamina awalnya merupakan bagian dari kegiatan Hupmas Pertamina. Seiring kondisi rill masyarakat dan kebijakan Pemerintah, pada tahun 1993 Pertamina membentuk unit Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi (PUKK) dibawah Direktorat Keuangan dan diresmikan pada tanggal 27 Juni Berdasarkan SK Menteri Keuangan RI Nomor 316/KMK.016/1994 bahwa BUMN diwajibkan melakukan pembinaan terhadap usaha kecil dan Koperasi dalam rangka mendukung program pemerintah seperti mendorong kegiatan dan pertumbuhan ekonomi, menciptakan pemerataan pembangunan, mengembangkan potensi usaha kecil dan Koperasi, dan mendorong kemitraan antara BUMN dengan usaha kecil dan Koperasi. PUKK mengemban misi untuk membantu pinjaman modal usaha dengan bunga ringan bagi Usaha kecil dan Koperasi sebagai dana bergulir, dan bantuan hibah untuk pelatihan dan pemasaran dengan memanfaatkan dana sebesar 1-5% dari keuntungan perusahaan yang menjadi bagian pemerintah. Perkembangan selanjutnya sejak tahun 2003, unit PUKK berubah menjadi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) yang didirikan berdasarkan

69 57 Surat Keputusan Menteri Negara BUMN No. KEP-236/MBU/2003 tanggal 27 Juni 2003 dan kemudian direvisi oleh Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 dengan tetap berada dibawah Direktorat Keuangan. Sebagaimana misinya, PKBL dititikberatkan pada pengembangan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan. Dana untuk program Kemitraan sebesar maksimal 2% dari keuntungan bersih perusahaan dan dana untuk Program Bina Lingkungan maksimal 2% dari keuntungan bersih perusahaan. Sesuai Peraturan Menteri Negara BUMN dimaksud, pelaksanaan kegiatan PKBL telah diprioritaskan bagi masyarakat yang berada disekitar wilayah binaan perusahaan. Seiring terbentuknya Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 pasal 74 yang menyebutkan bahwa setiap perseroan wajib memiliki tanggung jawab sosial perusahaan, maka CSR Pertamina mulai berkembang dan pada akhir tahun 2008 secara resmi dibentuk divisi CSR Pertamina. Sumber dana divisi CSR berasal dari dana yang dianggarkan atau termasuk biaya operasional sesuai dengan Undang- Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 pasal 74 ayat 2 yang menyebutkan bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. Dalam menjalankan kegiatannya, CSR Pertamina banyak melakukan program-program bermanfaat untuk masyarakat terutama masyarakat sekitar perusahaan. Divisi ini melakukan kerjasama dengan Divisi PKBL pada unit Bina Lingkungan dalam melakukan tanggung jawab sosial perusahaan. Berikut program-program tanggung jawab sosial PT Pertamina antara lain : 1. Pendidikan Kepedulian perusahaan akan kecerdasan bangsa dan Negara tercermin dalam kegiatan CSR perusahaan. Program CSR Pertamina di bidang pendidikan dengan tema Cerdas Bersama Pertamina

70 58 melingkupi 2 pilar utama yaitu : Pertama, Peningkatan Kualitas Pendidikan melalui Pembangunan/Rehabilitasi Sekolah seperti membantu renovasi bangunan sekolah dari tingkat SD sampai dengan SMP di sekitar kegiatan Pertamina, beserta perlengkapan pendidikan (seperti peralatan laboratorium, sarana komputer, olahraga, dan lainnya). Kedua, Meningkatkan Kecerdasan dan Wawasan Pengetahuan Masyarakat melalui Penyediaan Buku-buku Bacaan untuk Perpustakaan Sekolah/Komunitas Taman Baca Anak yakni penyediaan buku-buku yang memadai baik dari segi koleksi maupun jumlah, diharapkan dapat menumbuhkembangkan minat baca khususnya dikalangan anak-anak dan pelajar. Program Pendidikan tersebut antara lain: a. Pertamina Youth Program (PYP) Program kepemudaan merupakan program yang didasari oleh minimnya wawasan masyarakat Indonesia tentang pengelolaan sumberdaya minyak dan gas bumi Indonesia khususnya dan global pada umumnya, serta minimnya pemahaman tentang Pertamina sebagai perusahaan minyak dan gas bumi Nasional. Program ini diharapkan membuat generasi muda sebagai calon pemimpin Indonesia lebih bijaksana dalam mengelola dan memanfaatkan kekayaan alam untuk kemakmuran rakyat sebesarbesarnya serta menumbuhkan kebanggaan dan rasa memiliki terhadap Pertamina yang selama ini berperan penting dalam pembangunan nasional. Setiap tahunnya perusahaan mengundang intelektual muda/aktivis kampus dari berbagai penjuru Indonesia untuk mengikuti program kepemudaan. Mereka mendapatkan wawasan baru tentang kegiatan minyak dan gas bumi serta energi terbarukan dari bisnis minyak dan gas bumi serta energi terbarukan, mengunjungi lapangan eksplorasi/eksploitasi minyak dan gas bumi serta energi terbarukan, mengunjungi kilang minyak untuk melihat bagaimana minyak mentah diolah menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan non-bbm, serta Depot BBM untuk

71 59 mengetahui bagaimana penyediaan dan pendistribusian BBM dilakukan sampai ke pelosok-pelosok daerah Indonesia. b. Pertamina Goes to Campus (PGTC) Menumbuhkembangkan wawasan dan pengetahuan generasi muda kampus tentang Pertamina beserta bisnisnya. Program ini tidak hanya bagian dari program komunikasi, tetapi juga bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan kepada stakeholder, khususnya bagi generasi muda kampus. c. Beasiswa Bantuan beasiswa diberikan untuk membantu masyarakat dalam upaya memperoleh pendidikan formal, terutama memenuhi program wajib belajar 12 tahun serta memberikan beasiswa bagi mahasiswa-mahasiswa perguruan tinggi yang berprestasi namun memiliki kesulitan biaya untuk menempuh pendidikan. Beasiswa diberikan mulai SD sampai dengan Perguruan Tinggi. 2. Kesehatan Kepedulian perusahaan akan kesehatan masyarakat terutama anak dibawah umur tercermin dalam program CSR perusahaan. Program CSR Pertamina di bidang kesehatan melingkupi 2 pilar utama yaitu Peningkatan Kualitas Layanan dan Peningkatan Akses Masyarakat pada Pelayanan Kesehatan. Pada tahun 2009 peran CSR Pertamina di bidang kesehatan semakin meluas seperti program Pertamina Sehati yang ditujukan bagi kesehatan anak dan ibu, Clino gigi, bantuan kacamata, katarak, dan Pertamina Peduli Kesehatan. Program Pertamina Sehati meliputi peningkatan pelayanan kesehatan dan mempermudah akses kesehatan bagi anak balita dan ibu. Program ini meliputi pembinaan posyandu serta pemeriksaan kesehatan gizi balita dan ibu hamil/menyusui, bantuan pelayanan peningkatan kesehatan dengan melakukan renovasi fasilitas kesehatan yang tidak memadai, melakukan penyuluhan gizi dan kesehatan, serta memberikan asupan bergizi untuk anak balita dan pemeriksaan kesehatan.

72 60 3. Lingkungan Kepedulian perusahaan terhadap kelestarian dan kualitas lingkungan untuk generasi yang akan datang terintegrasi dalam sebuah tanggung jawab sosial perusahaan. Program CSR Pertamina di bidang lingkungan antara lain program konservasi lingkungan mencakup : a. Penghijauan seperti Green Planet Melakukan penanaman pohon diberbagai tempat diseluruh Indonesia. Hal ini dilakukan karena keanekaragaman hayati dan hewani yang ada di hutan-hutan Indonesia semakin terancam oleh perusakan yang dilakukan manusia yang tidak bertanggungjawab dan pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan. b. Pertamina Coastal Clean Up (pembersihan pantai) Kegiatan pembersihan pantai di Indonesia yang kotor dan tercemar limbah padat yang mana sampah-sampah berserakan seperti halnya pantai disekitar kegiatan operasi perusahaan khususnya unit-unit pengolahan yang berlokasi di pinggir pantai. c. Pertamina Peduli Lingkungan seperti uji emisi, Biopor, Green Festival. 4. Infrastruktur dan Bencana Alam Merupakan upaya kepedulian perusahaan terhadap sarana dan prasarana umum, sarana ibadah, dan bencana alam yang melanda Indonesia. Kegiatan ini ditunjukan dengan melakukan pengembangan sarana dan prasarana umum, peningkatan sarana ibadah, serta penanganan saat sebelum dan sesudah bencana alam terjadi. 5. Pemberdayaan ekonomi masyarakat Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan hidupnya di sektor informal seperti pedagang, petani, nelayan, dan wirausahawan yang hasilnya belum tentu secara konsisten memberikan rasa aman dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Upaya meningkatkan nilai ekonomi sektor informal tersebut sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti peluang, kemampuan bisnis, serta akses permodalan

73 61 dan pasar. Kondisi ini menyebabkan ekonomi masyarakat terpuruk. Keterbatasan pemerintah dalam menyiapkan sektor formal untuk menampung kebutuhan masyarakat akan pekerjaan merupakan dorongan bagi Pemerintah untuk menciptakan ruang bagi masyarakat untuk mendapatkan pekerjaan di sektor informal. Oleh karena itu salah satu kebijakan pemerintah adalah mendorong dan membina usaha-usaha kecil dan koperasi diseluruh Indonesia untuk tumbuh dan berkembang menjadi kekuatan ekonomi masyarakat yang sesungguhnya. Bagi Pertamina, majunya usaha kecil dan koperasi diharapkan dapat menjadi alternatif bagi masyarakat untuk mencari kesempatan kerja dan peluang usaha sehingga tidak tergantung pada lapangan kerja sektor formal yang terbatas. Pemberdayaan ekonomi masyarakat yang dilakukan oleh Pertamina ditangani oleh Program Kemitraan dengan program-programnya sebagai berikut : a. Penyaluran pinjaman modal usaha Program ini merupakan upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui kegiatan usaha dan membuka peluang kerja sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan usaha yang dibantu/dibina meliputi : industri rumah, usaha pertanian, usaha peternakan, jasa katering, tenun, dan sebagainya. b. Bantuan hibah untuk pembinaan dan pelatihan Kelemahan dalam manajemen usaha, proses produksi, pengemasan, dan manajemen pemasaran merupakan kelemahan lain disamping masalah permodalan dan juga menjadi faktor penyebab kegagalan berwirausaha. Oleh sebab itu, bantuan permodalan saja tidak cukup untuk menghasilkan wirausahawan yang andal, tangguh, dan sukses. Dengan demikian selain membantu memberikan pinjaman modal usaha dengan bunga ringan, Pertamina juga memberikan bantuan hibah bagi mitra binaanya dengan memberikan pelatihan kewirausahaan, usaha,

74 62 dan keterampilan dalam bidang pertanian, peternakan, dan lainlain. c. Pembentukan pasar atau jaringan pasar Keberhasilan usaha kecil dan koperasi untuk mengembalikan pinjaman pinjaman modal usaha tergantung pada keberhasilannya menuai hasil usahanya melalui pemasaran berbagai produk maupun jasa. Tidak semua pelaku usaha mampu menciptakan pasar atau lemah dalam mengakses pasar. Oleh karena itu, Pertamina memberikan bantuan hibah untuk mengembangkan pasar atau memudahkan akses para mitra binaannya untuk mendapatkan pasar melalui keikutsertaan mitra binaan Pertamina dalam pameran-pameran yang dilaksanakan di Indonesia maupun di luar negeri. Lebih dari 119 mitra binaan telah mendapatkan kesempatan memasuki pasar, dan memungkinkan terjadinya transaksi, atau membuka pasar baru lewat pameran tersebut Anggaran Dana Tanggung jawab Sosial Berdasarkan buku Petunjuk Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) Pertamina tahun 2004 dimaksudkan untuk menjamin adanya tertib administrasi khususnya tertib anggaran dalam rangka melaksanakan operasi perusahaan serta upaya meningkatkan efisiensi selama periode tahun anggaran Januari sampai dengan Desember, maka perlu ditetapkannya suatu keputusan pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan. Berdasarkan Pedoman Tata Kelola Perusahaan (Code of Corporate Governance), penyusunan dan pengesahan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) antara lain : 1. Penyusunan RKAP didasarkan pada penjabaran Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) untuk satu tahun, mencakup berbagai program kegiatan tahunan Perusahaan yang lebih rinci. 2. Penyusunan RKAP dilakukan oleh Direksi beserta jajaran manajemen Perusahaan dengan mengkombinasikan pendekatan top-down dan bottom-up dengan memperhatikan arahan Komisaris.

75 63 3. Direksi wajib menyampaikan rancangan RKAP kepada RUPS selambat-lambatnya dalam waktu 60 (enam puluh) hari sebelum memasuki tahun anggaran Perusahaan. 4. Pengesahan RKAP dilakukan oleh RUPS setelah dibahas bersama oleh Pemegang Saham, Komisaris dan Direksi. 5. Pengesahan RKAP ditetapkan selambat-lambatnya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari setelah tahun anggaran berjalan. Dalam hal permohonan persetujuan RKAP belum memperoleh pengesahan sampai dengan batas waktu yang ditentukan, maka RKAP dianggap sah untuk dilaksanakan sepanjang telah memenuhi ketentuan mengenai bentuk, isi dan tata cara penyusunannya Faktor-faktor yang Menjadi Bahan Pertimbangan dalam Penyusunan Anggaran Dana Tanggung Jawab Sosial PT Pertamina (Persero) Sesuai dengan perkembangan ekonomi yang mempengaruhi kondisi perusahaan, bahwa dalam penyusunan anggaran hendaknya ada suatu kerjasama dan koordinasi antar setiap bagian yang terkait dengan kegiatan perusahaan agar penyusunan anggaran perusahaan lebih akurat. Anggaran dana tanggung jawab sosial PT Pertamina (Persero) disusun setiap tahun dengan sasaran bahwa anggaran dapat direncanakan, dijalankan, dan diawasi secara efektif dan efisien untuk mendukung kegiatan operasional. Dalam penyusunan anggaran biaya CSR menggunakan kombinasi dua prosedur penyusunan anggaran yaitu Bottom up (dari bawah ke atas) dimana anggaran disusun dan disiapkan oleh pihak yang akan melaksanakan program tersebut, dengan pertimbangan bahwa bagian tersebut lebih mengetahui apa yang diperlukan oleh bagiannya dan Top down (dari atas ke bawah) dimana anggaran ditentukan oleh pimpinan atau direksi dengan melakukan konsultasi dengan bawahan, dengan disesuaikan dengan kondisi perusahaan serta tujuan dan prioritas utama dari program tanggung jawab sosial. Dengan demikian penyusunan anggaran akan sesuai dengan kondisi, fasilitas, dan kemampuan masing-masing bagian secara terpadu karena adanya partisipasi dan komunikasi aktif antar manajer dengan asisten manajer tiap bidang. Proses penyusunan anggaran

76 64 dana tanggung jawab sosial pada PT Pertamina (Persero) dimulai dari para asisten manajer melakukan penganggaran atas program kerja masingmasing, kemudian dilakukan rapat internal divisi CSR untuk dilaporkan kepada dewan direksi. Hasil rapat yang telah disepakati disampaikan kepada dewan direksi untuk diberikan anggaran yang sesuai dengan rencana kerja. Dewan direksi melakukan rapat internal untuk memutuskan pencairan dana anggaran yang diajukan divisi CSR. Tidak semua anggaran yang diajukan disetujui oleh direksi. Anggaran yang disetujui mempertimbangkan kesesuaian dengan tujuan perusahaan dan keuntungan yang diperoleh perusahaan. Hasil keputusan dewan direksi disampaikan kepada Direktorat Keuangan perusahaan untuk pemberian dana program CSR yang telah disetujui. Dana yang telah sampai kepada divisi CSR dibagikan kepada asisten manajer sesuai dengan persentase masing-masing bidang yang telah ditentukan oleh direksi. Setelah dana tersalurkan kepada masing-masing bidang, program kerja mulai dijalankan sesuai dengan anggaran yang ditentukan. Seiring dengan berjalannya program kerja, manajer memiliki kendali untuk mengatur dan memonitori setiap kegiatan yang dilaksanakan. Begitu pula pada divisi PKBL, proses penyusunan anggaran dilakukan dengan sistem bottom up kemudian menggunakan sistem top down. Faktor-faktor yang menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan anggaran program CSR PT Pertamina (Persero), terdiri atas : 1. Faktor internal Faktor internal adalah faktor-faktor yang muncul dan disebabkan dari dalam perusahaan. a. Kebijakan Dewan Direksi Kebijakan dewan direksi merupakan keputusan yang tidak dapat dikendalikan oleh organisasi perusahaan. Direksi PT Pertamina (Persero) membuat suatu pertimbangan dan memutuskan besaran anggaran dana yang diperbolehkan untuk kegiatan CSR beserta persentase masing-masing program yang dijalankan disesuaikan dengan tujuan dilaksanakannya tanggung jawab sosial serta manfaat yang dapat diterima perusahaan. Prioritas perusahaan untuk tanggung

77 65 jawab sosial adalah dibidang pendidikan dengan tujuan agar meningkatkan kecerdasan rakyat Indonesia dan menuai manfaat mampu mengembangkan usaha dibidang minyak dan gas. b. Kebijakan manajemen Kebijakan manajemen merupakan keputusan dari manajer atas program yang lebih diprioritaskan dengan pertimbangan kondisi rill masyarakat yang paling utama untuk dibantu. Kebijakan manajemen merupakan kebijakan yang dapat dikendalikan oleh organisasi perusahaan. Kebijakan manajemen dapat berubah sewaktu-waktu yang mampu dipengaruhi oleh dewan direksi dan para asisten manajer. Berdasarkan kebijakan manajemen tersebut, semua bagian pada fungsi CSR dan PKBL harus merencanakan programnya masingmasing sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan tujuan perusahaan. c. Sumber dana Sumber dana yang diberikan untuk program tanggung jawab sosial berasal dari dua sumber yaitu dana yang dianggarkan atau merupakan biaya operasional perusahaan dan dari laba perusahaan. Besarnya dana yang dianggarkan berdasarkan realisasi program tanggung jawab sosial tahun lalu dan disesuaikan dengan kondisi ekonomi perusahaan saat ini. Anggaran untuk divisi CSR berasal dari dana yang dianggarkan dan mampu dikendalikan oleh organisasi perusahaan, sedangkan anggaran untuk divisi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) sebesar 2% dari laba perusahaan sehingga tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan. Anggaran dana akan diberikan oleh Direktorat Keuangan atas perintah dari Dewan Direksi. d. Kekuatan sumberdaya manusia Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang mampu dikendalikan oleh perusahaan. Sumber daya manusia pada divisi CSR dan PKBL masih minim sehingga dalam pelaksanaan program tanggung jawab sosial peusahaan banyak melakukan kerjasama dengan pihak ke III seperti Yayasan, Lembaga Sosial Masyarakat (LSM), Kepala Daerah, dan pihak lainnya. Kemampuan pihak ke III

78 66 dalam mengalokasikan dana CSR sangat menentukan efektivitas program tanggung jawab sosial. e. Integrasi dengan anak perusahaan Kerjasama dengan anak perusahaan yang tersebar di berbagai propinsi sangat membantu kelancaran program tanggung jawab sosial yang telah direncanakan. Hal ini terkait dengan rencana kerja yang telah diprogramkan di seluruh Indonesia sehingga program tersebut terlaksana secara efektif dan efisien dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Integrasi dengan anak perusahaan merupakan faktor yang masih dalam kendali perusahaan sehingga dapat dilakukan pengawasan dan upaya perbaikan dalam pelaksanaan program tanggung jawab sosial. f. Rencana Jangka Panjang Perusahaan Rencana Jangka Panjang Perusahaan merupakan serangkaian kegiatan yang diupayakan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan jangka panjang perusahaan dan keberlanjutan dari bisnis yang dijalankan oleh perusahaan. Rencana Jangka Panjang Perusahaan merupakan salah satu faktor yang mampu dikendalikan oleh perusahaan karena seluruh rangkaian kegiatan merupakan hasil kesepakatan direksi dan anggotanya. Anggaran yang akan diberikan untuk kegiatan tanggung jawab sosial harus disesuaikan dengan rencana jangka panjang perusahaan ke arah pencapaian hasil serta peningkatan nilai/pertumbuhan dan produktivitas perusahaan dalam jangka panjang. Dalam hal ini tujuan dilaksanakannya tanggung jawab sosial untuk membentuk citra positif perusahaan dibenak masyarakat luas. 2. Faktor eksternal Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang muncul dan disebabkan dari luar organisasi perusahaan. a. Kebijakan Pemerintah Kebijakan Pemerintah merupakan salah satu faktor eksternal yang mampu dikendalikan. Hal tersebut disebabkan karena kebijakan

79 67 pemerintah muncul karena dipengaruhi lingkungan sosial yang terjadi di masyarakat luas. Berdasarkan Undang-undang Perseroan Terbatas pasal 74 yang mewajibkan setiap perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya yang terkait dengan sumber daya alam untuk menganggarkan dana tanggung jawab sosial. Dan sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan RI Tahun 1994 yang mewajibkan BUMN untuk menyisihkan 2 % dari laba perusahaan untuk pembinaan terhadap usaha kecil dan Koperasi. b. Keadaan penduduk sekitar perusahaan. Grafik Penyebaran Penduduk Propinsi DKI Jakarta Jakarta Utara Jakarta Barat Jakarta Selatan Jakarta Timur Jakarta Pusat Kep. Seribu Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Gambar 6. Grafik Penyebaran Penduduk Propinsi DKI Jakarta Keadaan penduduk sekitar perusahaan merupakan faktor eksternal yang tidak bisa dikendalikan dan sangat mempengaruhi kelancaran kegiatan operasional perusahaan. Tingginya jumlah penduduk DKI Jakarta menyebabkan dampak pada masalah ketenagakerjaan sehingga menimbulkan angka pengangguran yang tinggi. Tanggung jawab sosial Pertamina memberikan anggaran untuk program pemberdayaan ekonomi masyarakat yakni dengan membentuk mitra binaan yang dilaksanakan oleh divisi PKBL. c. Letak geografis Letak geografis merupakan faktor eksternal yang tidak dapat dikendalikan. Letak geografis untuk wilayah Jakarta Pusat yaitu

80 68 dengan luas wilayah 48,2 km 2 dengan letak geografis pada Bujur 106 o BT o BT dan pada Lintang 5 o LS - 6 o LS. Letak perusahaan yang berada di tengah-tengah kota Jakarta membuat perusahaan perlu menganggarkan dana tanggung jawab sosial untuk kegiatan penyediaan air bersih, pipa saluran limbah yang melewati rumah warga dan bertanggung jawab atas terjadinya bencana yang diakibatkan oleh kegiatan operasional perusahaan. d. Lingkungan sosial Lingkungan sosial berada di luar kendali perusahaan ataupun pemerintah karena lingkungan ini timbul dengan sendirinya di lingkungan masyarakat secara umum. 1. Pendidikan Tingkat kecerdasan masyarakat mempengaruhi kualitas sumberdaya manusia yang akan diserap di masa yang akan datang. Dengan demikian hal ini menjadi faktor penting dalam pelaksanaan program tanggung jawab sosial. 2. Kesehatan Masalah kesehatan semakin memburuk di negara Indonesia. Hal ini terkait dengan kondisi ekonomi masyarakat yang lemah sehingga perlunya kepedulian perusahaan terhadap kesehatan masyarakat. 3. Bencana Banyaknya bencana alam yang ada di Indonesia dan semakin tingginya tingkat bencana akibat teror, perusakan rumah ibadah, penggusuran, dan sebagainya yang mengakibatkan banyaknya kerugian yang dialami masyarakat Indonesia mempengaruhi dalam penyusunan anggaran tanggung jawab sosial Pertamina. Pertamina merencanakan bantuan untuk rehabilitasi dan pembangunan sarana dan prasarana umum Analisis Penyimpangan dengan Menggunakan Analisis Varians Pada realisasinya pelaksanaan program tanggung jawab sosial PT Pertamina (Persero) tidak berjalan sesuai dengan yang direncanakan

81 69 dalam program rencana kerja baik dalam hal anggaran biaya maupun dalam bentuk kegiatannya. Banyak anggaran dana yang tidak terealisasi dengan baik sehingga banyak terjadi kelebihan dana. Banyak anggaran yang tidak teralokasi pada program kerja yang telah dibuat. Adapun penyimpangan anggaran tersebut disebabkan karena program kerja tanggung jawab sosial Pertamina kurang proaktif dalam menjalankan program kerjanya. Perusahaan bersifat proaktif hanya di wilayah operasional perusahaan saja. Hal ini terjadi agar kegiatan operasional perusahaan dapat berjalan dengan lancar dengan dukungan dari masyarakat sekitar perusahaan. Disamping itu, banyaknya terjadi penyimpangan anggaran dana tanggung jawab sosial disebabkan pula oleh sumberdaya manusia yang dimiliki kurang mencukupi untuk mengaktifkan program tanggung jawab sosial sampai ke seluruh wilayah sasaran di Indonesia. Dengan menggunakan data tahun 2007 sampai dengan tahun 2009, dapat dilakukan evaluasi terhadap ketidaksesuaian antara anggaran dengan realisasi program yang telah dijalankan dengan melakukan pengukuran terhadap biaya tanggung jawab sosial perusahaan melalui metode analisis varians yang dapat dilakukan dengan bantuan software Microsoft Office Excel Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Divisi Corporate Social Responsibility, program CSR dikategorikan kedalam empat program yaitu program Pendidikan, Kesehatan, Lingkungan, Bantuan Pihak ke III, serta Infrastruktur dan Bencana Alam. Berikut hasil analisis varians untuk masing-masing kegiatan : 1. Program Corporate Social Responsibility tahun 2007 i. Pendidikan Anggaran untuk program pendidikan pada tahun 2007 sebesar Rp dengan realisasi sebesar Rp Berdasarkan hasil analisis varians, penyimpangan yang terjadi sebesar Rp dengan persentase penyimpangan sebesar 38,99 % dan dikategorikan favorable. Hal ini disebabkan oleh banyak pengajuan proposal ditujukan untuk kunjungan ke

82 70 bagian pengolahan. Hal tersebut sangat sulit disetujui karena tingginya aktivitas pengolahan kilang minyak sehingga mengkhawatirkan akan menimbulkan gangguan. Bantuan pendidikan yang dilakukan antara lain : bantuan operasi penyelenggaraan work shop pembuatan Taman Bacaan, penggantian biaya pengumpulan buku, bantuan pengadaan buku untuk SDN RBS 02 dan 06 Petang, Pertamina Youth Program dengan dana yang dikeluarkan sebesar Rp untuk transportasi, pengadaan identitas dan perlengkapan lain seperti pengadaan souvenir berupa notes, bolpoin, tas, dan kaos, penginapan serta kunjungan lapang (bila memungkinkan). Selain itu melakukan kegiatan Pertamina Goes To Campus ke universitas UNPAD, UNDIP, UNES, UNSRI, UNCEN, ITB, UDAYANA, UNMUL dengan menghabiskan dana sebesar Rp Tabel 2. Analisis Varians Corporate Social Responsibility Tahun 2007 Anggaran Realisasi Analisis Penyimpangan Program (Rp) (Rp) Varians (Rp) U/F (%) Pendidikan F 38,99 Kesehatan F 85,5 Lingkungan F 7,88 Pihak ke III ( ) U -192,93 ii. Kesehatan Kegiatan program kesehatan tahun 2007 mempunyai anggaran sebesar Rp dengan realisasi sebesar Rp Berdasarkan hasil analisis varians, penyimpangan yang terjadi sebesar Rp dengan persentase penyimpangan sebesar 85,5 % dan dikategorikan favorable. Hal ini disebabkan oleh kurangnya sosialisasi program CSR Pertamina bidang kesehatan, sehingga masyarakat pun tidak cepat tanggap akan kehadiran

83 71 CSR kesehatan dan sedikit masyarakat yang mengajukan permohonan bantuan kepada perusahaan. Kurang proaktifnya kegiatan bidang kesehatan ini mengakibatkan hanya sebagian kecil masyarakat sekitar perusahaan yang mengetahui bahwa Pertamina memiliki kegiatan CSR pada bidang kesehatan. Kegiatan yang dilakukan pada tahun 2007 antara lain : Clino Dental dan pengobatan masal yang bekerjasama dengan PT Pertamedika. iii. Lingkungan Kegiatan program lingkungan tahun 2007 mempunyai anggaran sebesar Rp dengan realisasi sebesar Rp Berdasarkan hasil analisis varians, penyimpangan yang terjadi sebesar Rp dengan persentase penyimpangan sebesar 7,88 % dan dikategorikan favorable. Bantuan yang telah diberikan hampir 9000 batang pohon yang ditaman di wilayah Indonesia serta melakukan program sekolah kebersihan dan kesehatan lingkungan sekolah. Program bidang lingkungan lainnya antara lain : program pemulihan pencemaran Pulau Biawak dengan dana sebesar Rp , Pertamina untuk Anak Indonesia yakni kegiatan perbaikan sanitasi, WC, dan lingkungan sekolah yang dilakukan di SDN 02 Rawa Badak dan MTs Al Hidayah RBU yang menghabiskan dana sebesar Rp iv. Bantuan Pihak ke III Kegiatan untuk bantuan pihak ke III tahun 2007 mempunyai anggaran sebesar Rp dengan realisasi sebesar Rp Berdasarkan hasil analisis varians, penyimpangan yang terjadi antara anggaran terhadap realisasi menghasilkan nilai yang negatif sebesar Rp dengan persentase penyimpangan sebesar 192,93 % dan dikategorikan unfavorable. Bantuan pihak ke III adalah bantuan yang diberikan perusahaan kepada pihak-pihak seperti yayasan,

84 72 lembaga, kepala daerah, dan pihak lain yang dijadikan sebagai perantara dalam pemberian dana CSR untuk disampaikan kepada target sasaran. Bantuan pihak ke III meliputi kegiatan program pendidikan, kesehatan, dan lingkungan. Pada realisasinya bantuan ini melebihi anggaran yang diberikan. Hal ini disebabkan banyaknya kegiatan renovasi dan rehabilitas sekolah, rumah ibadah, serta sarana dan prasarana lingkungan masyarakat. Total anggaran untuk kegiatan tanggung jawab sosial PT Pertamina (Persero) pada Divisi Corporate Social Responsibility (CSR) tahun 2007 sebesar Rp dengan nilai realisasi sebesar Rp Berdasarkan analisis varians penyimpangan yang terjadi bernilai negatif sebesar Rp dengan persentase penyimpangan anggaran sebesar 78,55 %. Kekurangan dana yang telah dianggarkan diperoleh dari kelebihan dana pada divisi PKBL. Sehingga dapat disimpulkan bahwa realisasi dari kegiatan CSR pada tahun 2007 tidak terlaksana sesuai dengan anggaran rencana kerja. Hal ini disebabkan banyaknya permohonan dana bantuan pihak ketiga yang sebagian besar layak dan sesuai dengan rencana kerja. Disamping itu, banyaknya masyarakat yang perlu diberikan bantuan terutama untuk pendidikan, kesehatan, dan lingkungan. Hal ini dimaksudkan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat menjadi lebih baik. 2. Program Corporate Social Responsibility Tahun 2008 i. Pendidikan Anggaran CSR bidang pendidikan pada tahun 2008 sebesar Rp dengan realisasi sebesar Rp Berdasarkan hasil analisis varians, penyimpangan yang terjadi menghasilkan nilai yang negatif sebesar Rp dengan persentase penyimpangan sebesar 20 % dan dikategorikan unfavorable. Bantuan banyak diberikan untuk program beasiswa, kunjungan mahasiswa, olimpiade, pembuatan taman pintar Yogyakarta, bantuan pemberdayaan komunitas perpustakaan, dan

85 73 bantuan lainnya. Selain itu banyaknya proposal permohonan bantuan kegiatan kemahasiswaaan yang masuk dan sebagian besar dipenuhi oleh perusahaan. Kekurangan dana diambil dari hasil kelebihan dana pada program-program CSR lainnya atau subsidi silang antar program. Tabel 3. Analisis Varians Corporate Social Responsibility Tahun 2008 Anggaran Realisasi Analisis Penyimpangan Program (Rp) (Rp) Varians (Rp) U/F (%) Pendidikan ( ) U -20 Kesehatan F 73,82 Lingkungan F 18,38 Pihak ke III F 20,62 ii. Kesehatan Kegiatan program kesehatan tahun 2008 mempunyai anggaran sebesar Rp dengan realisasi sebesar Rp Berdasarkan hasil analisis varians, penyimpangan yang terjadi sebesar Rp dengan persentase penyimpangan sebesar 73,82 % dan dikategorikan favorable. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar permohonan bantuan yang datang tidak sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan dan tidak sesuai dengan wilayah sasaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Selain itu tingkat kebutuhan yang diajukan pemohon kurang memiliki manfaat penting yang telah diprioritaskan oleh perusahaan sehingga banyak permohonan yang tidak dipenuhi. iii. Lingkungan Kegiatan program CSR Pertamina di bidang lingkungan tahun 2008 mempunyai anggaran sebesar Rp dengan realisasi sebesar Rp Berdasarkan hasil analisis varians,

86 74 penyimpangan yang terjadi sebesar Rp dengan persentase penyimpangan sebesar 18,38 % dan dikategorikan favorable. Pertamina telah menanam pohon sebanyak lebih dari batang pohon (berbagai jenis) diseluruh wilayah operasi di Indonesia atau sama dengan menghijaukan lahan kurang lebih 7,5 hektar. Penanaman pohon tersebut melibatkan masyarakat sekitar, mahasiswa, dan Karang Taruna. Pertamina secara konsisten menjadi mitra Taman Nasional Kutai, mendukung kegiatan penghijauan yang dilakukan berbagai lembaga termasuk mahasiswa. Program pembersihan pantai juga dilaksanakan dengan kerjasama dengan Pemerintah, masyarakat, dan instansi lainnya. Program Coastal Clean Up (Pembersihan Pantai) telah dilakukan disekitar kilang UP-IV Cilacap dan kilang UP-V Balikpapan. iv. Bantuan Pihak ke III Bantuan kepada pihak ke III tahun 2008 mempunyai anggaran sebesar Rp dengan realisasi sebesar Rp Berdasarkan hasil analisis varians, penyimpangan yang terjadi antara anggaran terhadap realisasi sebesar Rp dengan persentase penyimpangan sebesar 20,62 % dan dikategorikan favorable. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya pengajuan permohonan dari pihak ke III. Kegiatan yang telah dilakukan antara lain bantuan renovasi sekolah SDN 01 Pagi dan 02 Rawa Badak Selatan, bantuan sarasean dan pameran foto Bung Karno oleh Yayasan Gemalsani, bantuan dana rumah singgah Yayasan Gema Nusantara, dan bantuan lainnya. Total anggaran untuk kegiatan tanggung jawab sosial PT Pertamina (Persero) pada Divisi Corporate Social Responsibility (CSR) tahun 2008 sebesar Rp dengan nilai realisasi sebesar Rp Berdasarkan analisis varians penyimpangan yang terjadi sebesar Rp dengan persentase penyimpangan anggaran sebesar 17,85 % sehingga penyimpangan dikategorikan favorable. Pada tahun 2008 sebagian besar kegiatan telah terlaksana

87 75 dengan baik dan sesuai dengan rencana kerja serta anggarannya. Dapat dikatakan bahwa fungsi CSR mengalami peningkatan kinerja dibandingkan tahun sebelumnya. Dalam penyusunan anggaran diharapkan manajemen dan asistennya dapat mengidentifikasi anggaran secara lebih jelas mengenai bentuk-bentuk kegiatan dan besarnya dana yang akan diberikan. 3. Program Corporate Social Responsibility Tahun 2009 i. Pendidikan Anggaran bantuan pendidikan pada tahun 2009 sebesar Rp dengan realisasi sebesar Rp Berdasarkan hasil analisis varians, penyimpangan yang terjadi menghasilkan nilai yang negatif sebesar Rp dengan persentase penyimpangan sebesar 5,69 % dan dikategorikan unfavorable. Besarnya anggaran dana untuk bidang pendidikan sebesar 32 % dari total keseluruhan dana CSR peusahaan. Program yang dilakukan pada tahun 2009 antara lain : beasiswa sebesar Rp diberikan untuk 25 pekerja DESDM, 10 mahasiswa ITB, beasiswa S2 bagi 25 PNS, 100 mahasiswa Poltek UNAND, S2 Luar Negeri, anak yatim piatu Jabotabek, 100 mahasiswa Poltek UNS Solo, 100 siswa Madrasah di Bantargebang, 100 mahasiswa Poltek UNSRI, dan orang Jabodetabek (Kerjasama dengan PWP Pusat). Kegiatan pendidikan lainnya yaitu program kepemudaan yang dilakukan di pulau Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi dengan dana sebesar Rp , Pertamina Goes To Campus sebesar Rp di UNRI dan UNILA, kompetisi OSN-PTI 2009 sebesar Rp , program renovasi dan program peduli pendidikan lainnya sebesar Rp ii. Kesehatan Kegiatan program kesehatan tahun 2009 mempunyai anggaran sebesar Rp dengan realisasi sebesar Rp Berdasarkan hasil analisis varians,

88 76 penyimpangan yang terjadi sebesar Rp dengan persentase penyimpangan sebesar 16,64 % dan dikategorikan favorable. Besarnya anggaran dana yang dialokasikan untuk kegiatan program kesehatan sebesar 20 % dari total keseluruhan dana CSR sebesar Rp Kegiatan yang dilakukan antara lain pemberian kacamata sebanyak buah kacamata yang dilaksanakan di Medan, Palembang, Plaju, Prabumulih, Bekasi, Indramayu, Cilacap, Surabaya, Malang, Makasar, dan Tomohon. Program Clino Gigi Sehat dilaksanakan di 24 SD di Plumpang, Cikampek, dan Bekasi. Program SEHATI yang ditujukan untuk kesehatan anak dan ibu dilaksanakan di 13 Kecamatan di wilayah Jabar, Jateng, NTT, Makasar, Jayapura, Medan, dan Tanjung Uban Riau. Program Pertamina Peduli Kesehatan antara lain pengadaan inkubator di 10 Kecamatan, asuransi kesehatan mekanik, bantuan operasi jantung bagi anakanak dari keluarga tidak mampu, program perinatologi bagi 200 bayi, bantuan ambulance di Cilacap, dan pemeriksaan DM. Tabel 4. Analisis Varians Corporate Social Responsibility Tahun 2009 Anggaran Realisasi Analisis Penyimpangan Program (Rp) (Rp) Varians (Rp) U/F (%) Pendidikan ( ) U -5,69 Kesehatan F 16,64 Lingkungan F 66,02 Infrastruktur & Bencana Alam F 7,38 Program Unit Operasi F 38,49

89 77 iii. Lingkungan Kegiatan program CSR Pertamina di bidang lingkungan tahun 2009 mempunyai anggaran sebesar Rp dengan realisasi sebesar Rp Berdasarkan hasil analisis varians, penyimpangan yang terjadi sebesar Rp dengan persentase penyimpangan sebesar 66,02 % dan dikategorikan favorable. Kegiatan yang dilakukan antara lain Costal Clean Up di pantai Lamarau Balikpapan dengan menghabiskan dana sebesar Rp , dana untuk Biopori sebesar Rp dengan menanam pohon sebanyak di DKI Jakarta, di Jateng dan Yogyakarta, di Tangsel. Penanaman bibit pohon dilaksanakan di Tangsel sebanyak buah dan buah ditanam pada acara Car Free Day di Jakarta Pusat dengan anggaran yang dihabiskan sebesar Rp Pembangunan taman kota dilaksanakan di Pasir impun Bandung dengan dana sebesar Rp , 21 unit becak motor sampah di Medan, unit kendaraan motor di DKI untuk pengukuran emisi gas buang, serta program tebar dan tanam SIKIB dengan total dana yang digunakan sebesar Rp Program Lingkungan pada tahun 2009 memiliki penyimpangan yang cukup besar. Hal ini disebabkan karena banyaknya proposal yang masuk tidak sesuai dengan rencana kerja program lingkungan, kegiatan yang telah direncanakan tidak terealisasi, dan banyak kegiatan yang dilaksanakan tidak sesuai dengan rencana kerja karena adanya kesalahpahaman informasi di antara manajer dan asisten di bidang lingkungan. iv. Infrastruktur dan Bencana Alam Kegiatan program CSR Pertamina bidang Infrastruktur dan Bencana Alam merupakan program yang baru dibentuk seiring terbentuknya fungsi CSR sesuai UU PT Nomor 40 dan dianggap sangat berperan penting dalam membantu kehidupan sosial masyarakat. Anggaran program Infrastruktur dan Bencana Alam

90 78 tahun 2009 sebesar Rp dengan realisasi sebesar Rp Berdasarkan hasil analisis varians, penyimpangan yang terjadi antara anggaran terhadap realisasi sebesar Rp dengan persentase penyimpangan sebesar 7,38 % dan dikategorikan favorable. Kegiatan yang telah dilakukan antara lain mengatasi banjir, longsor, dan gempa bumi. Perbaikan sarana ibadah di 20 tempat ibadah di Indonesia, perbaikan MCK di Medan dan di taman Pejambon, perbaikan jalan di 11 unit operasi, dan pengadaan sarana air bersih di Sampang, Makasar, Sibayak, Balikpapan, Semarang, Karang Mojo. v. Program Unit Operasi Kegiatan program CSR Pertamina pada program unit operasi merupakan program gabungan yang terdiri dari kegiatan pendidikan, kesehatan, lingkungan, serta infrastruktur dan bencana alam yang kegiatannya dilakukan di wilayah operasi perusahaan. Program ini dianggarkan secara terpisah karena kegiatan CSR difokuskan untuk masyarakat sekitar wilayah operasi demi kelancaran kegiatan operasional perusahaan. Anggaran ini sebesar Rp dengan realisasi sebesar Rp Berdasarkan hasil analisis varians, penyimpangan yang terjadi antara anggaran terhadap realisasi sebesar Rp dengan persentase penyimpangan sebesar 38,49 % dan dikategorikan favorable. Program pendidikan di unit operasi sebesar Rp , program lingkungan di unit operasi sebesar Rp , program kesehatan di unit operasi sebesar Rp , serta program infrastruktur dan bencana alam di unit operasi sebesar Rp Total anggaran untuk kegiatan tanggung jawab sosial PT Pertamina (Persero) pada fungsi Corporate Social Responsibility (CSR) tahun 2009 sebesar Rp dengan nilai realisasi sebesar Rp Berdasarkan analisis varians penyimpangan yang terjadi sebesar Rp dengan persentase penyimpangan

91 79 anggaran sebesar 22,55 % sehingga penyimpangan dikategorikan favorable. Jumlah keseluruhan proposal permohonan yang masuk ke perusahaan sebesar 3.754, namun yang di setujui dan di anggap sesuai dengan rencana kerja perusahaan sebanyak proposal permohonan bantuan. Pada tahun 2009 fungsi CSR mengalami sedikit penurunan kinerja dibandingkan dari tahun 2008, namun penurunan kinerja ini masih dianggap wajar karena menunjukan nilai yang tidak signifikan. Manajemen harus lebih mengaktifkan kegiatan tanggung jawab sosial sehingga diperoleh penyimpangan yang seminimal mungkin Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) Pada Divisi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL), program Bina Lingkungan dikategorikan kedalam lima program yaitu program Pendidikan dan Pelatihan, Peningkatan Kesehatan Masyarakat, Bencana Alam, Pengembangan Sarana dan Prasarana Umum, Peningkatan Sarana Ibadah, serta Pelestarian Alam. Berikut hasil analisis varians untuk masing-masing kegiatan : 1. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Tahun 2007 i. Program Kemitraan (Mitra Binaan) Anggaran untuk program kemitraan atau untuk membantu mitra binaan pada tahun 2007 sebesar Rp dengan realisasi sebesar Rp Berdasarkan hasil analisis varians, penyimpangan yang terjadi menghasilkan nilai sebesar Rp dengan persentase penyimpangan sebesar 21,43 % dan dikategorikan favorable. Bantuan pinjaman modal usaha diberikan kepada usaha kecil, UKM, dan Koperasi yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia yang bergerak di sektor Industri sebesar Rp , bidang perdagangan sebesar Rp , bantuan dana pinjaman di sektor pertanian sebesar Rp , usaha yang bergerak di sektor peternakan sebesar Rp , usaha di sektor pekebunan Rp , sektor perikanan Rp sedangkan usaha kecil yang bergerak di sektor jasa diberikan

92 80 sebesar Rp , dan untuk usaha lainnya diberikan bantuan dana sebesar Rp Realisasi terbesar untuk program kemitraan diberikan kepada usaha kecil atau Koperasi yang bergerak di sektor perdagangan. Hal ini karena sasaran perusahaan adalah untuk memajukan sektor perdagangan Negara Indonesia menjadi lebih baik. Tabel 5. Analisis Varians PKBL Tahun 2007 Analisis Program Anggaran (RP) Realisasi (Rp) Varians (Rp) U/F % Penyimpangan Mitra Binaan F 21,43 Pendidikan & U Pelatihan ( ) -17,06 Peningkatan Kesehatan F Masyarakat ,12 Bencana Alam ( ) U -12,3 Pengembangan sarana & prasarana U umum ( ) -92,23 Peningkatan F sarana ibadah ,46 ii. Pendidikan dan Pelatihan Anggaran untuk program Bina Lingkungan Pertamina pada kegiatan pendidikan dan pelatihan pada tahun 2007 sebesar Rp dengan realisasi sebesar Rp Berdasarkan hasil analisis varians, penyimpangan yang terjadi menghasilkan nilai yang negatif sebesar Rp dengan persentase penyimpangan negatif sebesar 17,06 % dan dikategorikan unfavorable. Bantuan banyak diberikan untuk program beasiswa tingkat SD, SMP, dan SMA telah disalurkan

93 81 untuk kurang lebih 6500 siswa dan bantuan pendidikan keterampilan bagi anak-anak putus sekolah telah diberikan kepada kurang lebih 2000 anak putus sekolah. Program beasiswa juga diberikan kepada mahasiswa yang berasal dari keluarga tidak mampu. Realisasi untuk pendidikan dan pelatihan melebihi anggaran yang direncanakan. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya anak-anak yang putus sekolah dan banyak mahasiswa yang kurang mampu tetapi memiliki potensi yang sangat baik. Hal ini Pertamina memiliki tujuan utama untuk meningkatkan kecerdasan dengan mengutamakan kegiatan pendidikan dan pelatihan. iii. Kesehatan Masyarakat Anggaran yang disediakan unutuk peningkatan kesehatan masyarakat pada tahun 2007 sebesar Rp dengan realisasi sebesar Rp Berdasarkan hasil analisis varians, penyimpangan yang terjadi sebesar Rp dengan persentase penyimpangan sebesar 63,12 % dan dikategorikan favorable. Kegiatan peningkatan kesehatan masyarakat kurang efisien karena sebagian besar dana belum dimanfaatkan dengan optimal. Hal ini karena kurangnya sumberdaya perusahaan dalam meninjau langsung atau belum melakukan survey tingkat kesehatan masyarakat secara benar. iv. Bencana Alam Anggaran untuk bantuan bencana alam pada tahun 2007 sebesar Rp dengan realisasi sebesar Rp Berdasarkan hasil analisis varians, penyimpangan yang terjadi menghasilkan nilai yang negatif sebesar Rp dengan persentase penyimpangan negatif sebesar 12,3 % dan dikategorikan unfavorable. Realisasi lebih besar dari anggaran yang telah direncanakan. Hal tersebut terjadi karena pada tahun 2007 Indonesia banyak mengalami bencana alam seperti di daerah

94 82 Sumatera Utara, Padang, Bengkulu, dan bencana banjir di pulau Jawa. v. Pengembangan Sarana dan Prasarana Umum Anggaran untuk bantuan pengembangan sarana dan prasarana umum pada tahun 2007 sebesar Rp dengan realisasi sebesar Rp Berdasarkan hasil analisis varians, penyimpangan yang terjadi menghasilkan nilai yang negatif sebesar Rp dengan persentase penyimpangan negatif sebesar 92,23 % dan dikategorikan unfavorable. Bantuan sarana umum diprioritaskan untuk merehabilitasi dan membangun fasilitas pendidikan tingkat SD dan SMP sebanyak lebih kurang 2000 unit dan membangun unit Rumah Baca bagi anak-anak tingkat SD dan SMP yang mana 11 unit dibangun oleh Pertamina dan sisanya 8 unit dibangun oleh Taman Baca Nasional. vi. Bantuan Sarana Ibadah Anggaran program Bina Lingkungan Pertamina pada kegiatan Bantuan Sarana Ibadah pada tahun 2007 sebesar Rp dengan realisasi sebesar Rp Berdasarkan hasil analisis varians, penyimpangan yang terjadi menghasilkan nilai sebesar Rp dengan persentase penyimpangan negatif sebesar 34,46 % dan dikategorikan favorable. Bantuan sarana ibadah diberikan untuk kegiatan renovasi rumah ibadah, bantuan peralatan ibadah, dan kegiatan yang bersifat keagamaan bagi masyarakat tidak mampu, anak yatim piatu, dan kaum duafa. Total anggaran kegiatan tanggung jawab sosial PT Pertamina (Persero) pada divisi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) tahun 2007 sebesar Rp dengan nilai realisasi sebesar Rp Berdasarkan analisis varians penyimpangan yang terjadi sebesar Rp dengan persentase penyimpangan anggaran sebesar 12,88 % sehingga penyimpangan dikategorikan favorable. Pada tahun 2007 banyak permohonan yang memenuhi

95 83 kriteria perusahaan, prioritas kebutuhan yang tinggi, serta perusahaan mendapatkan kontribusi yang besar dari kegiatan-kegiatan tersebut. Banyaknya proposal yang disetujui oleh perusahaan sebesar 384 yang terdiri dari program Kemitraan dan program Bina Lingkungan. Meskipun anggaran untuk program Bina Lingkungan sudah semua terealisasikan, namun karena bantuan memberikan dampak positif baik bagi penerima bantuan maupun bagi perusahaan maka dana diambil dari sisa anggaran program kemitraan. Anggaran dana untuk mitra binaan memiliki sisa yang cukup banyak, hal ini disebabkan karena masih ada usaha kecil atau Koperasi yang kurang layak dibantu. Ketidaklayakan usaha kecil tersebut disebabkan oleh kurangnya persyaratan dari segi kemampuan menghasilkan keuntungan yang diperoleh usaha kecil atau Koperasi, sehingga menimbulkan kehatihatian bagi perusahaan apabila usaha kecil atau Koperasi tersebut tidak dapat membayar pinjaman modal yang diberikan perusahaan. Dengan demikian kelebihan dana tersebut dialokasikan untuk program Bina Lingkungan. 2. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Tahun 2008 i. Program Kemitraan (Mitra Binaan) Anggaran untuk program kemitraan atau untuk membantu mitra binaan pada tahun 2008 sebesar Rp dengan realisasi sebesar Rp Berdasarkan hasil analisis varians, penyimpangan yang terjadi menghasilkan nilai yang negatif yaitu sebesar Rp dengan persentase penyimpangan negatif sebesar 6,06 % dan dikategorikan unfavorable. Pada tahun 2008 PKBL Pertamina melakukan berbagai pelatihan kewirausahaan dengan memanfaatkan keterampilan kaum wanita di bidang seni seperti menjahit, menyulam, menenun, mengukir, dan memahat serta kegiatan keterampilan lainnya. Selain itu, secara rutin Pertamina memberikan bantuan pinjaman modal usaha kepada mitra binaan yang disiplin dalam mematuhi peraturan dan ketentuan yang

96 84 disepakati. Bantuan dana pinjaman modal usaha tahun 2008 di sektor Industri sebesar Rp , sektor perdagangan sebesar Rp , bantuan dana pinjaman di sektor pertanian sebesar Rp , usaha yang bergerak di sektor peternakan sebesar Rp , di sektor pekebunan sebesar Rp , di sektor perikanan sebesar Rp , usaha di sektor jasa sebesar Rp , dan untuk usaha lainnya diberikan bantuan dana sebesar Rp Realisasi terbesar tahun 2008 diberikan untuk usaha kecil di sektor pertanian dengan harapan usaha pertanian Indonesia semakin maju. Tabel 6. Analisis Varians PKBL Tahun 2008 Analisis Program Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Varians (Rp) U/F Penyimpangan (%) Mitra Binaan ( ) U -6,06 Pendidikan & Pelatihan F 23,77 Peningkatan Kesehatan Masyarakat F 88,36 Bencana Alam F 28,57 Pengembangan sarana & prasarana umum ( ) U -83,46 Peningkatan sarana ibadah F 71,2 ii. Pendidikan dan Pelatihan Anggaran untuk program Bina Lingkungan Pertamina pada kegiatan pendidikan dan Pelatihan pada tahun 2008 sebesar Rp dengan realisasi sebesar Rp Berdasarkan hasil analisis varians, penyimpangan yang terjadi

97 85 sebesar Rp dengan persentase penyimpangan sebesar 23,77 % dan dikategorikan favorable. Sisa dana dari anggaran untuk bantuan pendidikan dan pelatihan digunakan untuk penambahan dana pada bantuan pengembangan sarana dan prasarana umum. iii. Kesehatan Masyarakat Anggaran yang disediakan untuk peningkatan kesehatan masyarakat pada tahun 2006 sebesar Rp dengan realisasi sebesar Rp Berdasarkan hasil analisis varians, penyimpangan yang terjadi sebesar Rp dengan persentase penyimpangan sebesar 88,36 % dan dikategorikan favorable. Realisasi dari bantuan kesehatan masyarakat ini kurang baik karena perusahaan belum mampu mengalokasikan dana kepada masyarakat yang lebih membutuhkan sehingga dana tidak dimanfaatkan dengan maksimal. Selain itu perusahaan belum melakukan survey secara langsung ke wilayah-wilayah yang memerlukan bantuan kesehatan. Kelebihan dana pada program kesehatan masyarakat dialokasikan untuk menambahi kekurangan dana dalam pengembangan sarana dan prasarana umum. iv. Bencana Alam Anggaran untuk bantuan bencana alam pada tahun 2008 sebesar Rp dengan realisasi sebesar Rp Berdasarkan hasil analisis varians, penyimpangan yang terjadi sebesar Rp dengan persentase penyimpangan sebesar 28,57 % dan dikategorikan favorable. Bantuan bencana alam diberikan bagi para korban bencana alam dan banjir yang cukup memiliki dampak bertahun-tahun bagi masyarakat Indonesia. v. Pengembangan Sarana dan Prasarana Umum Anggaran untuk bantuan pengembangan sarana dan prasarana umum pada tahun 2008 sebesar Rp dengan

98 86 realisasi sebesar Rp Berdasarkan hasil analisis varians, penyimpangan yang terjadi menghasilkan nilai yang negatif sebesar Rp dengan persentase penyimpangan negatif sebesar 83,46 % dan dikategorikan unfavorable. Bantuan sarana umum diprioritaskan untuk merehabilitasi dan membangun fasilitas pendidikan serta melakukan perbaikan dan rehabilitasi sarana dan prasarana air bersih bagi masyarakat korban bencana. Kekurangan dana diperoleh dari anggaran dana yang tidak habis digunakan pada bantuan pendidikan dan pelatihan, bantuan kesehatan masyarakat, dan bantuan sarana ibadah. vi. Bantuan Sarana Ibadah Anggaran untuk bantuan sarana ibadah pada tahun 2008 sebesar Rp dengan realisasi sebesar Rp Berdasarkan hasil analisis varians, penyimpangan yang terjadi menghasilkan nilai sebesar Rp dengan persentase penyimpangan sebesar 71,2 % dan dikategorikan favorable. Sisa dana bantuan dialokasikan untuk kegiatan pengembangan sarana dan prasarana umum. Total anggaran kegiatan tanggung jawab sosial PT Pertamina (Persero) pada fungsi PKBL tahun 2008 sebesar Rp dengan nilai realisasi sebesar Rp Berdasarkan analisis varians penyimpangan anggaran yang terjadi bernilai negatif sebesar Rp dengan persentase penyimpangan anggaran negatif sebesar 1,38 % sehingga penyimpangan dikategorikan unfavorable. Jumlah keseluruhan proposal yang disetujui oleh perusahaan sebesar 452 permohonan bantuan modal usaha dan pelatihan serta kegiatan pengembangan masyarakat lainnya. Dapat dikatakan bahwa kegiatan CSR pada fungsi PKBL mengalami peningkatan kinerja dibandingkan tahun sebelumnya karena sebagian besar semua kegiatan terlaksana dengan baik meskipun ada sebagian yang tidak sesuai dengan anggaran yang direncanakan. Walaupun

99 87 penyimpangannya negatif, perusahaan tetap memberikan bantuan yang besar untuk modal usaha mitra binaan. Hal ini karena dianggap bahwa bantuan yang diberikan perusahaan memiliki dampak yang positif baik untuk perusahaan maupun mitra binaan. 3. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Tahun 2009 i. Program Kemitraan (Mitra Binaan) Anggaran untuk program kemitraan atau untuk membantu mitra binaan pada tahun 2008 sebesar Rp dengan realisasi sebesar Rp Berdasarkan hasil analisis varians, penyimpangan yang terjadi menghasilkan nilai yang negatif yaitu sebesar Rp dengan persentase penyimpangan negatif sebesar 55,79 % dan dikategorikan unfavorable. Pada tahun 2009 PKBL Pertamina juga melakukan kegiatan pendampingan di sektor pertanian melalui bantuan program kemitraan terhadap para petani yang berada dibawah naungan Paguyuban Patra Mekar di wilayah kerja PT Pertamina (Persero) UP IV Balongan. Keunggulan dari program yang dilakukan terhadap petani ini adalah sistem resi gudang dengan program tunda jual, yang dilatarbelakangi oleh kerugian petani yang tidak bisa menjual padi dengan harga tinggi ketika panen raya terjadi, penanaman padi dengan sistem nonpestisida, pelatihan manajemen keuangan dan kewirausahaan, dan program pemasaran dari pembuatan kemasan yang menarik, proses lelang penjualan beras, dan pameran hasil produksi. Bantuan dana pinjaman modal usaha pada tahun 2009 di sektor Industri sebesar Rp , sektor perdagangan mendapatkan dana sebesar Rp , bantuan dana pinjaman disektor pertanian sebesar Rp , usaha yang bergerak disektor peternakan sebesar Rp , disektor pekebunan sebesar Rp , sektor perikanan sebesar Rp , sedangkan dana untuk usaha sektor jasa

100 88 sebesar Rp , dan usaha disektor lainnya diberikan bantuan dana sebesar Rp Tabel 7. Analisis Varians PKBL Tahun 2009 Program Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Analisis Varians (Rp) U/F Penyimpangan (%) Mitra Binaan ( ) U -55,79 Pendidikan & Pelatihan F 44,33 Peningkatan Kesehatan Masyarakat F 57,51 Pelestarian Alam F 99,06 Bencana Alam F 66,19 Pengembangan sarana & prasarana umum F 76,48 Peningkatan sarana ibadah F 71,63 ii. Pendidikan dan Pelatihan Anggaran pada kegiatan pendidikan dan pelatihan pada tahun 2009 sebesar Rp dengan realisasi sebesar Rp Berdasarkan hasil analisis varians, penyimpangan yang terjadi sebesar Rp dengan persentase penyimpangan sebesar 44,33 % dan dikategorikan favorable. Persentase yang ditunjukan menyatakan bahwa anggaran kegiatan pada tahun 2009 sebagian tidak digunakan atau tidak teralokasi. Hal ini dikarenakan tidak adanya permohonan bantuan dalam rangka pengadaan fasilitas pendidikan.

101 89 iii. Kesehatan Masyarakat Anggaran yang disediakan unutuk peningkatan kesehatan masyarakat pada tahun 2006 sebesar Rp dengan realisasi sebesar Rp Berdasarkan hasil analisis varians, penyimpangan yang terjadi sebesar Rp dengan persentase penyimpangan sebesar 57,51 % dan dikategorikan favorable. Realisasi bantuan kesehatan masyarakat masih kurang baik, namun lebih baik dari tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan kurangnya pelaksana survey kesehatan masyarakat serta tidak tersedianya waktu yang cukup untuk melakukan riset terlebih dahulu. iv. Bencana Alam Anggaran untuk bantuan bencana alam pada tahun 2009 sebesar Rp dengan realisasi sebesar Rp Berdasarkan hasil analisis varians, penyimpangan yang terjadi sebesar Rp dengan persentase penyimpangan sebesar 66,19 % dan dikategorikan favorable. Bantuan bencana alam diberikan bagi para korban bencana alam, longsor, dan banjir yang terjadi di kawasan pulau Jawa dan Sumatera. v. Pelestarian Alam Anggaran Pertamina untuk bantuan pelestarian alam pada tahun 2009 sebesar Rp dengan realisasi sebesar Rp Berdasarkan hasil analisis varians, penyimpangan yang terjadi sebesar Rp dengan persentase penyimpangan sebesar 99,06 % dan dikategorikan favorable. Kegiatan ini baru terlaksana pada tahun 2009 sehingga masih merupakan pembelajaran bagi pihak manajemen untuk memberikan perhatian khusus pada pelestarian alam. Kegiatan yang dilakukan berupa penanaman pohon dan pembersihan wilayah laut dan pantai yang tercemar logam berat.

102 90 vi. Pengembangan Sarana dan Prasarana Umum Anggaran untuk bantuan pengembangan sarana dan prasarana umum pada tahun 2009 sebesar Rp dengan realisasi sebesar Rp Berdasarkan hasil analisis varians, penyimpangan yang terjadi menghasilkan nilai yang negatif sebesar Rp dengan persentase penyimpangan sebesar 76,48 % dan dikategorikan favorable. Hal ini disebabkan karena kurangnya permohonan yang masuk untuk meminta bantuan sarana dan prasarana umum. Bantuan diberikan dalam pembuatan sumur bor, sementara anggaran untuk pembuatan halte tidak terealisasikan karena ketidakjelasan tempat-tempat yang menjadi sasaran bantuan. vii. Bantuan Sarana Ibadah Anggaran untuk bantuan sarana ibadah pada tahun 2009 sebesar Rp dengan realisasi sebesar Rp Berdasarkan hasil analisis varians, penyimpangan yang terjadi menghasilkan nilai sebesar Rp dengan persentase penyimpangan sebesar 71,63 % dan dikategorikan favorable. Bantuan banyak dialokasikan dalam rehabilitasi fasilitas-fasilitas sarana ibadah. Total anggaran kegiatan tanggung jawab sosial PT Pertamina (Persero) pada fungsi PKBL tahun 2009 sebesar Rp dengan nilai realisasi sebesar Rp dengan jumlah proposal permohonan bantuan modal usaha dan pelatihan sebanyak 493 proposal, namun yang disetujui oleh perusahaan hanyak sebanyak 319 proposal permohonan. Hal tersebut disebabkan karena banyaknya proposal bantuan modal usaha yang masuk ke perusahaan kurang memiliki prospek yang baik di masa yang akan datang dan kurang memberikan manfaat bagi perusahaan. Berdasarkan analisis varians penyimpangan yang terjadi bernilai negatif sebesar Rp dengan persentase penyimpangan anggaran negatif sebesar 17,54 % sehingga penyimpangan dikategorikan unfavorable. Dapat dikatakan

103 91 bahwa kegiatan CSR pada fungsi PKBL mengalami penurunan kinerja dibandingkan tahun sebelumnya karena sebagian besar kegiatan tidak sesuai dengan anggaran yang direncanakan Analisis Penyimpangan dengan Menggunakan one-sample t-test Untuk menilai peranan dari anggaran dana CSR PT Pertamina (Persero) dalam kinerja perusahaan dapat dilakukan pengujian hipotesis untuk mengukur apakah penyimpangan anggaran terhadap realisasinya masih dalam batas pengendalian. One sample t-test menggunakan data anggaran dan realisasi program CSR tahun 2007, 2008, dan 2009 pada divisi Corporate Social Responsibility (CSR) dan divisi Program Kemitraan dan Bina Lingkunang (PKBL). Taraf nyata yang digunakan sebesar 5 %. One sample t-test dilakukan dengan bantuan software Statistical Product and Service Solution (SPSS) for Windows Divisi Corporate Social Responsibility (CSR) 1. Tahun 2007 Berdasarkan hasil One sample t-test pada penyimpangan anggaran dana fungsi CSR diperoleh t hitung sebesar -0,771. Sedangkan derajat kebebasan yang dimiliki tahun 2007 adalah 3 sehingga diperoleh t tabel sebesar 2,353. Karena nilai t hitung lebih rendah dari t tabel maka hipotesis H 0 diterima, artinya penyimpangan yang terjadi masih dalam batas pengendalian. Meskipun pada tahun ini hasil analisis varians menunjukan penyimpangan yang negatif, namun penyimpangan tersebut masih dalam batas pengendalian karena sebagian anggaran direalisasikan dengan mengambil kelebihan anggaran dari pos anggaran lain yang tidak terealisasi. 2. Tahun 2008 Berdasarkan hasil One sample t-test pada penyimpangan anggaran dana fungsi CSR tahun 2008 diperoleh t hitung sebesar 1,360. Sedangkan derajat kebebasan yang dimiliki adalah 3 sehingga diperoleh t tabel sebesar 2,353. Karena nilai t hitung lebih rendah dari t tabel maka hipotesis H 0 diterima, artinya penyimpangan yang terjadi masih dalam batas pengendalian. Hasil ini dibuktikan dengan

104 92 besarnya penyimpangan negatif yang terjadi pada program pendidikan seolah mampu menutupi penyimpangan yang terjadi pada program kesehatan, lingkungan, dan bantuan kepada pihak ke III. 3. Tahun 2009 Berdasarkan hasil One sample t-test pada penyimpangan anggaran dana fungsi CSR tahun 2009 diperoleh t hitung sebesar 1,937. Derajat kebebasan yang dimiliki pada tahun 2009 adalah 4 sehingga diperoleh t tabel sebesar 2,132. Karena nilai t hitung lebih rendah dari t tabel maka hipotesis H 0 diterima, artinya penyimpangan yang terjadi masih dalam batas pengendalian. Terbukti besarnya penyimpangan negatif pada program pendidikan, dapat menutupi penyimpangan pada program kesehatan, lingkungan, dan bantuan kepada pihak ke III, sehingga perusahaan masih mampu mengendalikan penyimpangan tersebut Divisi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) 1. Tahun 2007 Berdasarkan hasil One sample t-test pada penyimpangan anggaran dana CSR pada divisi PKBL diperoleh t hitung sebesar 0,716. Sedangkan derajat kebebasan yang dimiliki tahun 2007 adalah 5 sehingga diperoleh t tabel sebesar 2,015. Karena nilai t hitung lebih rendah dari t tabel maka hipotesis H 0 diterima, artinya penyimpangan yang terjadi masih dalam batas pengendalian. 2. Tahun 2008 Berdasarkan hasil One sample t-test pada penyimpangan anggaran dana CSR pada divisi PKBL tahun 2008 diperoleh t hitung sebesar -0,91. Sedangkan derajat kebebasan yang dimiliki adalah 5 sehingga diperoleh t tabel sebesar 2,015. Karena nilai t hitung lebih rendah dari t tabel maka hipotesis H 0 diterima, artinya penyimpangan yang terjadi masih dalam batas pengendalian. Walaupun persentase penyimpangan bernilai negatif sebesar 1,38 % tetapi penyimpangan tersebut masih dalam batas pengendalian. Hal ini meskipun ada

105 93 program yang kekurangan anggaran dana untuk merealisasikan kegiatannya, dana dapat diambil dari pos-pos anggaran yang tidak terealisasi. 3. Tahun 2009 Berdasarkan hasil One sample t-test pada penyimpangan anggaran dana CSR pada divisi PKBL diperoleh t hitung sebesar -0,421. Sedangkan derajat kebebasan yang dimiliki tahun 2009 bertambah menjadi 6 sehingga diperoleh t tabel sebesar 1,943. Karena nilai t hitung lebih besar dari t tabel maka hipotesis H 0 dapat diterima, artinya penyimpangan yang terjadi berada dalam batas pengendalian. Sama seperti tahun sebelumnya, walaupun persentase penyimpangan bernilai negatif sebesar 17,54 % tetapi penyimpangan tersebut masih dapat dikendalikan oleh perusahaan Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Penyimpangan Anggaran Dana Tanggung Jawab Sosial PT Pertamina (Persero) Penyimpangan anggaran dana tanggung jawab sosial PT Pertamina (Persero) merupakan ketidaksesuaian antara anggaran yang direncanakan dengan realisasi yang terjadi. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyimpangan anggaran dana untuk program tanggung jawab sosial PT Pertamina (Persero) antara lain : 1. Faktor individu organisasi Faktor individu organisasi merupakan faktor yang muncul dari masingmasing individu yang terlibat dalam pelaksanaaan program tanggung jawab sosial baik dari organisasi perusahaan maupun dari organisasi penerima dana seperti pihak ke III (Yayasan, Kader, LSM, dan lain-lain), usaha kecil binaan perusahaan, dan sebagainya. Faktor ini terdiri dari : a. Perilaku disfungsional : individu yang tidak melakukan kewajibannya sesuai dengan tugas dan tanggung jawab dari jabatan yang di dudukinya atau kepercayaan yang diberikan oleh perusahaan sebagai wakil masyarakat. Akibat kurangnya monitoring dari pihak perusahaan, ada beberapa mitra binaan perusahaan yang tidak mampu melakukan cicilan pembayaran atas modal pinjaman yang diberikan. Hal ini disebabkan kurangnya perhatian perusahaan kepada usaha-usaha kecil, kurangnya

106 94 pemberian pelatihan usaha mandiri sehingga tidak mampu menghasilkan prospek yang berkembang. b. Latar belakang pendidikan : ilmu-ilmu dasar yang dimiliki individu yang disesuaikan dengan tugas yang dijalankannya. Semakin rendah jenjang pendidikan dan kecilnya pengalaman dalam berpartisipasi penyusunan anggaran maka semakin besar kemungkinan seseorang melakukan penganggaran secara tidak tepat yang mengakibatkan penyimpangan pada anggaran dana CSR. Sebagian sumberdaya yang dimiliki perusahaan tidak sesuai dengan pekerjaan yang digelutinya. Background pendidikan yang dimiliki tidak sesuai dengan kemampuan dalam bidang sosial atau ilmu CSR. c. Kemampuan dalam mengendalikan biaya : keahlian yang dimiliki masing-masing individu dalam mengambil keputusan yang tepat dalam mengatur anggaran yang akan digunakan sesuai dengan rencana kerja yang telah diprogramkan. Faktor ini dipengaruhi oleh tingkat emosional sumberdaya. Keseluruhan program terlaksana, namun anggaran yang diberikan pada setiap program dikurangi dengan pertimbangan membuat anggaran yang tak terduga untuk dipakai di kemudian waktu. Hal ini mengakibatkan terjadinya penyimpangan anggaran yang sebenarnya dapat dihabiskan untuk program yang telah direncanakan d. Partisipasi dalam penyusunan anggaran : keterlibatan individu dalam perencanaan anggaran sehingga memiliki rasa ikut bertanggung jawab dalam pelaksanaan anggaran. Setiap anggota pada masing-masing divisi wajib dilibatkan dalam penganggaran dana, namun hanya sebagian kecil yang aktif dan mengetahui kondisi rill masyarakat di lapangan. Dengan demikian kurangnya partisipasi anggota organisasi dalam menyusun anggaran cukup mempengaruhi penyimpangan anggaran dana. Dengan demikian faktor individu organisasi cukup berpengaruh terhadap penyimpangan anggaran dana tanggung jawab sosial PT Pertamina (Persero). Menurut manajer masing-masing fungsi indikator yang paling berpengaruh adalah kemampuan dalam mengendalikan biaya,

107 95 dimana penyimpangan yang terjadi karena kemampuan dari individu dalam mengendalikan biaya dan pos-pos anggaran sehingga realisasinya tidak berdasarkan anggaran yang ada. Setiap individu organisasi memiliki penilaian atas kinerja yang telah dilakukan disebut Key Performance Indicator (KPI). KPI merupakan penilaian kinerja yang dilakukan masingmasing individu organisasi atas rencana kerja yang telah dilakukan selama periode satu tahun. Penyimpangan anggaran dana tanggung jawab sosial merupakan salah satu penilaian terpenting sehingga setiap individu dituntut untuk ikut berpartisipasi dalam penyusunan anggaran agar masing-masing individu mampu memperkirakan besarnya anggaran untuk program kerjanya guna meningkatkan KPI individu. 2. Faktor organisasi Faktor organisasi adalah faktor-faktor yang berasal dari internal dan ekternal. Internal perusahaan yaitu divisi CSR dan divisi PKBL pada PT Pertamina (Persero). Ekternal perusahaan yaitu organisasi-organisasi yang dipercayai perusahaan untuk melaksanakan program tanggung jawab sosial PT Pertamina (Persero) dengan harapan mampu menyalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan dan sesuai dengan target perusahaan. Faktor eksternal ini meliputi Yayasan-yayasan, Kader, LSM, dan usaha kecil binaan perusahaan, dan sebagainya. Faktor organisasi terdiri atas : a. Informasi yang asimetris : informasi yang tidak berjalan dengan baik antar bagian dalam fungsi pekerjaan. Informasi yang disampaikan tidak ditangkap sesuai dengan maksud yang sebenarnya. Informasi yang asimetris muncul akibat adanya kebisingan dalam ruang kerja, kesalahpahaman dalam pengartian informasi, dan kurangnya komunikasi antara atasan dengan bawahan sehingga hubungan kerja terkesan kaku atau tegang. b. Ketidakjelasan tugas : sosialisasi tugas antar masing-masing individu tidak berjalan dengan baik. Perintah atasan terkadang berubah sewaktuwaktu sehingga rencana kerja yang dianggarkan tidak berjalan sesuai perencanaan. Dengan demikian penyebab penyimpangan anggaran dana

108 96 tanggung jawab sosial Pertamina sangat besar. Terbukti hal ini terjadi pada divisi CSR di bidang lingkungan, tahun 2009 penyimpangan yang terjadi sebesar 66%. Hal tersebut terjadi karena perubahan tugas yang tidak jelas dan tidak terencana. c. Keadaan ekonomi perusahaan : kesehatan perekonomian perusahaan mencakup perkembangan keuntungan perusahaan. Program tanggung jawab sosial didanai oleh biaya yang dianggarkan (termasuk beban perusahaan) dan 2% dari laba perusahaan. Dengan demikian kondisi ekonomi perusahaan mempengaruhi penyimpangan anggaran dana. d. Konsistensi perusahaan dalam program CSR terhadap masyarakat : penyimpangan disebabkan oleh perubahan sasaran program kerja. Perubahan sasaran mengakibatkan perubahan pula pada biaya yang harus dikeluarkan. Indikator ini berhubungan secara langsung dengan indikator keadaan ekonomi perusahaan. Ketika kondisi ekonomi perusahaan sangat baik, program tanggung jawab sosial digencarkan dengan harapan semua sasaran yang menjadi target tanggung jawab sosial perusahaan memperoleh bantuan yang bermanfaat. e. Keputusan pimpinan : peran dewan direksi dalam memutuskan besarnya pencairan dana terhadap rencana kerja untuk kegiatan tanggung jawab sosial. Keputusan pimpinan juga digunakan sebagai patokan dalam melaksanakan tugas para pelaksana program tanggung jawab sosial. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa faktor organisasi yang sangat berpengaruh terhadap penyimpangan anggaran dana tanggung jawab sosial PT Pertamina (Persero) adalah ketidakjelasan tugas dan keputusan pimpinan yang mana keduanya saling mempengaruhi, ketidakjelasan tugas disebabkan oleh keputusan pimpinan yang berubahubah sewaktu-waktu dan merupakan pemegang kuasa terhadap anggaran dana yang diberikan. 3. Faktor lingkungan Merupakan faktor yang berada di luar perusahaan dan berada di luar kendali perusahaan. Atribut-atribut yang termasuk faktor ini antara lain :

109 97 a. Tingkat bencana alam : sejak tahun 2005 Indonesia banyak menghadapi bencana alam sehingga sebagian anggaran dana tanggung jawab sosial dialokasikan untuk kegiatan rehabilitasi dan pembangunan akibat bencana. Tanggung jawab sosial Pertamina berfokus untuk membantu korban bencana alam di Nangro Aceh Darusalam dan Sumatera Utara serta Gempa bumi di Padang dan Yogyakarta. Bantuan bencana banjir dan longsor di Pulau Jawa, serta banyak bencana alam lainnya sehingga bantuan yang diberikan lebih besar daripada anggaran yang direncanakan. Hal tersebut menimbulkan penyimpangan anggaran yang sangat besar. b. Perayaan event-event penting : semakin banyak perayaan event-event penting maka semakin banyak anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan tersebut sehingga realisasi dana mampu melebihi anggaran yang ada. Namun adapun event-event penting tersebut harus sesuai dengan rencana kerja yang telah dibuat. Event penting yang cukup besar memakan anggaran yaitu untuk ulang tahun perusahaan yang sampai memerlukan dana sebesar 500 juta. Anggaran ini lebih banyak digunakan untuk kegiatan sosial seperti : bakti sosial, pemberian santunan kepada yayasan yatim piatu, panti jompo, perlombaan di daerah-daerah, hadiah langsung kepada masyarakat yang kurang mampu, dan sebagainya. c. Tingkat kesehatan masyarakat : semakin rendahnya tingkat kesehatan masyarakat Indonesia, maka semakin besar peran perusahaan untuk memperbaiki kesehatan masyarakat sehingga semakin besar anggaran yang dibutuhkan. d. Tingkat pendidikan masyarakat : target program tanggung jawab sosial Pertamina adalah dibidang pendidikan. Oleh karena itu anggaran untuk program pendidikan lebih besar daripada program CSR lain sehingga setiap proposal yang masuk untuk meminta bantuan dana pendidikan sebagian besar disetujui dan semakin banyaknya pelajar dan mahasiswa yang butuh dibantu dalam hal finansial. Hal tersebut merupakan salah satu faktor penyimpangan anggaran dana CSR.

110 98 e. Jangkauan lokasi objek program tanggung jawab sosial : setiap proposal dan surat permohonan permintaan bantuan dipertimbangkan dalam hal lokasi objek. Dalam hal ini masih banyak proposal yang tidak disetujui sehingga menimbulkan penyimpangan anggaran dana. Indikator ini juga disebabkan karena kurangnya sumberdaya yang dimiliki perusahaan sehingga jangkauan lokasi sasaran menjadi bahan pertimbangan dalam menjalankan kegiatan tanggung jawab sosial. Dengan demikian faktor lingkungan cukup berpengaruh terhadap penyimpangan anggaran dana tanggung jawab sosial PT Pertamina (Persero) dengan pengaruh yang lebih besar pada atribut tingkat pendidikan masyarakat yang mana menjadi target utama perusahaan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa agar mampu memanfaatkan sumberdaya alam dengan baik. 4. Faktor pihak ke III Faktor pihak ke III disebut sebagai penerima bantuan. Merupakan faktor yang berhubungan dengan mitra binaan yang menjadi perantara dalam penyampaian bantuan dana tanggung jawab sosial kepada masyarakat. Faktor ini memuliki 3 atribut, antara lain : a. Pengajuan proposal bantuan : semakin banyaknya pengajuan proposal permohonan bantuan dan didukung dengan jangkauan lokasi yang sesuai dengan sasaran perusahaan, maka semakin besar dana yang dibutuhkan sehingga mampu menyebabkan penyimpangan anggaran dana tanggung jawab sosial. Perusahaan akan menyetujui proposal bantuan dengan ketentuan bahwa wilayah objek bantuan layak di bantu, terjangkau oleh perusahaan, dan terutama merupakan wilayah unit operasi perusahaan. b. Jenis usaha yang dilakukan : usaha kecil binaan dan Koperasi yang dianggap memiliki kinerja yang baik dan menguntungkan banyak didukung oleh perusahaan. Hal ini guna untuk melakukan pemberdayaan masyarakat Indonesia sehingga mampu melakukan usaha mandiri dan nantinya mampu menyerap tenaga kerja. Unit usaha kecil dan koperasi yang dibantu pinjaman modal usahanya adalah usaha

111 99 kecil dan koperasi yang dianggap memenuhi syarat-syarat pinjaman modal seperti memiliki kegiatan usaha minimal 2 tahun dan berprospek untuk berkembang, jenis usaha kecil dan koperasi primer yang belum memiliki akses perbankan atau tidak memiliki jaminan yang cukup untuk memiliki kredit perbankan, usaha kecil dan koperasi milik warga negara Indonesia, dan syarat penunjang lainnya. c. Tingkat ekonomi penerima bantuan : tingkat ekonomi penerima bantuan menjadi bahan pertimbangan dalam pemberian dana. Program tanggung jawab sosial Pertamina dibentuk untuk membantu pemerintah dalam mengurangi kemiskinan rakyat Indonesia dan membantu peningkatkan kesejahteraan rakyat. Dengan demikian semakin tinggi jumlah masyarakat ekonomi rendah, maka semakin besar dana yang harus dianggarkan untuk dialokasikan. Berdasarkan faktor pihak ke III (penerima bantuan) disimpulkan bahwa faktor pihak ke III yang cukup berpengaruh terhadap penyimpangan anggaran dana tanggung jawab sosial PT Pertamina (Persero) adalah indikator pengajuan proposal bantuan dan tingkat ekonomi penerima bantuan. Proposal pengajuan tersebut mencakup jenis usaha kecil yang dilakukan, kegiatan yang dilakukan, dan kondisi ekonomi pemohon dana bantuan. 5. Faktor prioritas kebutuhan Merupakan faktor yang menunjukan tingkat kepentingan dalam pemberian sebuah bantuan. Faktor ini dibentuk oleh beberapa indikator, yaitu : a. Jumlah individu yang membutuhkan : semakin banyak jumlah individu yang membutuhkan dana program tanggung jawab sosial, semakin banyak anggaran yang harus dialokasikan sehingga mampu menimbulkan penyimpangan anggaran dana. Semakin banyak usaha kecil dan koperasi yang meminta bantuan dana maka semakin besar pula dana yang harus dialokasikan. Sebagian besar permohonan untuk bantuan pinjaman modal usaha disetujui karena cukup menguntungkan untuk perusahaan dengan bunga pinjaman sebesar 2-6 % per tahun.

112 100 Namun manfaat lebih penting dirasakan oleh mitra binaan karena mampu mengembangkan usahanya sehingga mampu bersaing di pasar. b. Tingkat pengaruh bantuan terhadap perusahaan : Tanggung jawab sosial Pertamina memiliki tujuan utama untuk meningkatkan citra positif perusahaan dibenak masyarakat. Dengan kegiatan tanggung jawab sosial yang telah dilaksanakan, citra perusahaan belum begitu terdengar baik dimata masyarakat. Dengan demikian dari tahun ke tahun tanggung jawab sosial Pertamina lebih digencarkan untuk mendapatkan positioning yang baik di mata masyarakat. c. Tingkat pengaruh bantuan terhadap masalah : indikator ini disesuaikan dengan program kerja tanggung jawab sosial Pertamina terhadap masalah dari permohonan yang diajukan. Pada umumnya program tanggung jawab sosial sangat berpengaruh bagi masyarakat Indonesia terutama bagi usaha kecil dan koperasi. Dengan adanya bantuan kepada mitra binaan berupa pinjaman modal usaha, pelatihan kewirausahaan, dan bantuan dalam pemasaran produk yang dihasilkan sangat membantu dalam meningkatkan perekonomian masyarakat menengah kebawah dan mengurangi tingkat pengangguran penyebab kemiskinan. d. Kesesuaian dengan rencana kerja : permohonan bantuan yang disetujui adalah permohonan bantuan yang sesuai dengan rencana kerja yang telah dianggarkan. Selain dari pengajuan proposal yang masuk, perusahaan juga melakukan kegiatan tanggung jawab sosial secara langsung kepada sasaran yang dekat dengan perusahaan. Sebagian besar mitra binaan yang dibantu oleh perusahaan sesuai dengan rencana kerja. e. Kesesuaian dengan kebutuhan dana : selain disesuaikan dengan rencana kerja yang dianggarkan, prioritas program tanggung jawab sosial disesuaikan dengan kebutuhan dana yang diajukan terhadap kegiatan yang dilaksanakan. Hal ini terkait bahwa sumber dana program CSR berasal dari dana yang dianggarkan. Namun pada umumnya masalah kebutuhan dana dapat diatasi dengan melakukan kegiatan gabungan dengan divisi PKBL yang anggarannya berasal dari keuntungan perusahaan.

113 101 Berdasarkan faktor prioritas kebutuhan yang berpengaruh terhadap penyimpangan anggaran dana tanggung jawab sosial PT Pertamina (Persero), indikator kesesuaian dengan rencana kerja dan kesesuaian dengan kebutuhan dana merupakan indikator yang paling penting yang mempengaruhi penyimpangan anggaran dana tanggung jawab sosial. Perusahaan lebih mengutamakan pemberian bantuan yang sesuai dengan rencana kerja dan jumlah kebutuhan dana yang disesuaikan dengan anggaran dana yang telah direncanakan Implikasi Manajerial Hasil penelitian mengenai anggaran dana tanggung jawab sosial PT Pertamina (Persero) menunjukan bahwa banyak terjadi penyimpangan antara anggaran dan realisasinya. Berdasarkan analisis varians, sebagian besar program mengalami penyimpangan anggaran yang cukup signifikan. Penyimpangan yang perlu diperbaiki adalah meminimalisasi persentase penyimpangan yang terjadi bahkan membuat anggaran yang direncanakan dapat terealisasi sepenuhnya. Hal tersebut akan memberikan dampak pula pada efektivitas dari kegiatan program tanggung jawab sosial yang telah direncanakan. Berdasarkan analisis one sample t-test diperoleh bahwa penyimpangan yang terjadi pada divisi CSR dan PKBL masih dalam batas pengendalian manajemen walaupun dalam analisis varians ada penyimpangan yang bernilai negatif. Dengan demikian perlu adanya peran manajemen untuk melakukan perbaikan atas kinerja dari individu organisasi masing-masing divisi. Implikasi manajerial yang paling utama adalah perlu adanya perbedaan program dan sasaran masing-masing divisi sehingga kegiatan dapat terlaksana lebih efektif dan efisien. Implikasi manajerial lainnya adalah melakukan komunikasi internal yang baik antarpersonal agar tidak menimbulkan kesalahpahaman dalam penyampaian informasi. Komunikasi yang baik dapat didukung dengan tata letak meja kantor dalam ruangan yang di buat lebih strategis sehingga memudahkan semua tenaga kerja dapat melakukan komunikasi dengan baik dan mengurangi kesalahan informasi yang diterima. Dengan melakukan komunikasi yang baik maka pesan atau informasi yang

114 102 disampaikan dapat diterima dengan baik sehingga tidak terjadi kesalahan pemahaman. Pembinaan dan peningkatan kompetensi bagi tenaga kerja divisi CSR dan divisi PKBL juga diperlukan dalam rangka pencapaian target yang lebih optimal sehingga mencapai tujuan perusahaan dalam melakukan program tanggung jawab sosial perusahaan. Pembinaan yang dapat meningkatan kualitas tenaga kerja antara lain: Pertama, harus diketahui kelebihan dan kekurangan karyawan dengan melakukan penilaian atasan dan bawahan yang dikoordinir oleh Human Resources. Kedua, berdasarkan hasil penilaian akan didapatkan potensi-potensi yang dapat dikembangkan dengan cara meningkatkannya yaitu melakukan lokakarya, seminar, kursus, dan beasiswa pendidikan bagi karyawan berprestasi. Ketiga, cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan rotasi pekerjaan sehingga skill pegawai lebih terasah. Selain itu rotasi pegawai juga berguna saat perusahaan kekurangan pegawai untuk mengisi satu posisi tertentu. Keempat, perlu dilakukan medical checkup khusus untuk pegawai berumur (usia 40 tahun ke atas) karena kualitas seorang tenaga kerja juga terkait dengan kualitas kesehatannya. Jika dilihat dari peran perusahaan dalam melaksanakan program tanggung jawab sosial, sumber daya yang dimiliki perusahaan kurang proaktif dalam menjalankan kegiatan sehingga program tidak terealisasi dengan baik. Manajemen juga perlu melakukan monitoring dan evaluasi yang lebih konkrit setelah pemberian dana bantuan sehingga perusahaan mampu melihat seberapa efektif kegiatan CSR yang telah dilakukan. Proses monitoring dan evaluasi dapat dilakukan oleh pihak audit eksternal yang dianggap mampu melakukan pengawasan dan perbaikan yang tepat terhadap program tanggung jawab sosial perusahaan.

115 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada anggaran dana program CSR divisi Corporate Social Responsibility (CSR) serta divisi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT Pertamina (Persero) Kantor Pusat, maka hasil yang dapat disimpulkan adalah, sebagai berikut : a. Faktor-faktor yang menjadi bahan pertimbangan penyusunan anggaran program CSR PT Pertamina (Persero) meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari kebijakan Dewan Direksi, kebijakan manajemen, sumber dana, kekuatan sumberdaya manusia, integrasi dengan anak perusahaan, dan rencana jangka panjang perusahaan. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari kebijakan pemerintah, keadaan penduduk sekitar perusahaan, letak geografis, lingkungan sosial (pendidikan, kesehatan, dan bencana). b. Persentase penyimpangan antara anggaran dan dengan realisasinya pada divisi CSR tahun 2007 bernilai sebesar 78,55 % yang berarti penyimpangan berada diluar batas pengendalian perusahaan, pada tahun 2008 penyimpangan sebesar 17,85 % yang berarti penyimpangan berada dalam batas pengendalian perusahaan, dan pada tahun 2009 penyimpangan yang terjadi sebesar 22,55 % yang artinya masih dalam batas pengendalian perusahaan. Pada tahun 2008 kinerja perusahaan semakin meningkat dari tahun sebelumnya, terbukti penyimpangan anggaran berkurang secara drastis. Namun pada tahun 2009 kinerja perusahaan kembali menurun karena persentase penyimpangan mengalami peningkatan. Pada divisi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) penyimpangan antara anggaran dengan realisasi tahun 2007 sebesar 12,88 % yang berarti penyimpangan berada dalam batas pengendalian perusahaan, pada tahun 2008 penyimpangan bernilai negatif sebesar 1,38 % yang berarti penyimpangan berada diluar batas pengendalian perusahaan, dan pada tahun

116 penyimpangan yang terjadi bernilai negatif sebesar 17,54 % yang artinya penyimpangan berada diluar batas pengendalian perusahaan. c. Evaluasi penyimpangan dengan menggunakan one sample t test pada divisi CSR tahun 2007 memiliki nilai t tabel sebesar 2,353 sedangkan t hitung sebesar -0,771. Nilai t hitung lebih rendah dari t tabel maka hipotesis H 0 diterima. Pada tahun 2008 t hitung sebesar 1,360 dengan t tabel sebesar 2,353 sehingga nilai t hitung lebih rendah dari t tabel maka hipotesis H 0 diterima. Tahun 2009 diperoleh t hitung sebesar 1,937 dengan t tabel sebesar 2,132. Nilai t hitung lebih rendah dari t tabel maka hipotesis H 0 diterima. H 0 diterima artinya penyimpangan yang terjadi masih dalam batas pengendalian. Untuk program CSR pada divisi PKBL tahun 2007 memiliki nilai t tabel sebesar 2,015 sedangkan t hitung diperoleh sebesar 0,716. Nilai t hitung lebih rendah dari t tabel maka hipotesis H 0 diterima. Pada tahun 2008 t hitung sebesar - 0,91 dengan t tabel sebesar 2,015 sehingga nilai t hitung lebih rendah dari t tabel maka hipotesis H 0 diterima. Tahun 2009 diperoleh t hitung sebesar -0,421 dengan t tabel sebesar 1,943. Nilai t hitung lebih rendah dari t tabel maka hipotesis H 0 tidak dapat diterima. Pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 nilai t hitung lebih rendah dari t tabel maka hipotesis H 0 diterima. H 0 diterima artinya penyimpangan yang terjadi masih dalam batas pengendalian. d. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyimpangan antara lain : faktor individu organisasi, faktor organisasi, faktor lingkungan, faktor pihak ke III, dan faktor prioritas kebutuhan. Faktor individu organisasi memiliki indikator yaitu perilaku disfungsional, latar belakang pendidikan, kemampuan dalam mengendalikan biaya, dan partisipasi dalam penyusunan anggaran. Faktor organisasi terdiri dari informasi yang asimetris, ketidakjelasan tugas, keadaan ekonomi perusahaan, konsistensi perusahaan dalam program CSR terhadap masyarakat, dan keputusan pimpinan. Untuk faktor lingkungan, indikator yang dimiliki adalah tingkat bencana alam, perayaan event-event penting, tingkat kesehatan masyarakat, tingkat pendidikan masyarakat, dan jangkauan lokasi objek program CSR. Indikator faktor pihak ke III yaitu pengajuan proposal bantuan, jenis usaha yang dilakukan, dan tingkat ekonomi penerima bantuan. Faktor prioritas

117 105 kebutuhan dipengaruhi oleh jumlah individu yang membutuhkan, tingkat pengaruh bantuan terhadap perusahaan, tingkat pengaruh bantuan terhadap masalah, dan kesesuaian dengan rencana kerja. 2. Saran a. Perusahaan harus lebih proaktif dalam melaksanakan program tanggung jawab sosial sehingga program terealisasi dengan baik. b. Untuk penelitian lebih lanjut, agar dapat melakukan kajian efektivitas program tanggung jawab sosial perusahaan dengan mengaitkan penerima dana sosial tersebut

118 DAFTAR PUSTAKA Adisaputro, G dan M. Sari Anggaran Perusahaan. BPFE. Yogyakarta. Budimanta, A Corporate Social Responsibility : Realita dan Perkembangannya. Jurnal ilmiah Megawati Institute. Jakarta. Clane, Mc Williams A, Matten D, Mood J, dan Siegel D The Oxford Handbook of Corporate Social Responsibility. Oxford University Press. New York. Deanto Aplikasi Excel dalam Perencanaan, Pengendalian, dan Analisis Kinerja Keuangan Bisnis. PT Elex Media Komputindo. Jakarta. Dedeh Analisis Anggaran Operasional Sebagai Alat Pengendalian Manajemen studi kasus pada PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor. Skripsi pada departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hansen, D.R dan M.M Mowen Akuntansi Manajemen Edisi 7. Salemba Empat. Jakarta. Harahap, S.S Budgeting Penganggaran Penerapan Lengkap. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Kuncoro, M, dkk Transformasi Pertamina : Dilema Antara Orientasi Bisnis dan Pelayanan Publik. Galangpress (Anggota IKAPI). Yogyakarta. Kustiani, I Analisis Optimalisasi Anggaran Program CSR. Skripsi pada departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Leimona, B dan Aunul F CSR dan Pelestarian Lingkungan : Mengelola Dampak Positif dan Negatif. Indonesia Business Link. Jakarta. Mulyadi Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen Edisi Edisi 2. Salemba Empat. Jakarta. Nafarin, M Penganggaran Perusahaan Edisi 3. Salemba Empat. Jakarta. Pertamina Pedoman Tata Kelola Perusahaan (Code Of Corporate Governance). Saidi, Zaim, & Abidin Menjadi Bangsa Pemurah : Wacana dan Praktek Kedermawaan Sosial di Indonesia. Piramedia. Jakarta.

119 107 Sampurno, M Catatan Atas Pemahaman Negara Terhadap CSR diantara Hiruk Piruk Pengesahan UU Perseroan Terbatas. Jurnal Lingkar Studi CSR. CSR Indonesia. Jakarta. Santoso, S Buku Latihan SPSS Statistika Parametrik. PT Elex Media Komputindo. Jakarta. Sati CSR dan Citra Korporat. Gramedia. Jakarta. Suharto, E Pekerjaan Sosial Industri, CSR, dan Community Development. Makalah yang disampaikan pada workshop tentang Corporate Social Responsibility, Lembaga Studi pembangunan Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (LSP)-STKS. 29 November Bandung. Suharto, E Menggagas Standar Audit Program CSR. Makalah ini disampaikan pada 6 th Round Table Discussion yang mendiskusikan beberapa isu yang terkait dengan konsep dan indikator CSR, Lembaga Studi pembangunan Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (LSP)-STKS. 27 Maret Bandung. Suharyadi Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern, Buku 2 Edisi 2. Salemba Empat. Jakarta. Sukada, S, dkk Membumikan Bisnis Berkelanjutan Memahami Konsep dan Praktik Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Indonesia Business Link. Jakarta. Susanto Corporate Social Responsibility a Strategic Management Approach. The Jakarta Consulting Group. Jakarta. Wibisono, Y Membedah Konsep dan Aplikasi CSR. ASHKAF Media Grafika. Surabaya. William, Davis, & Post Bussines and Society : Corporate Strategy, Public Policy, Ethics. Prentice Hill. United Kingdom. Kegiatan CSR Indonesia. [20 Desember 2009]. Corporate Social Responsibility. [19 Desember 2009]. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan. [20 Februari 2010]. [12 Februari 2010].

120 Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Wawancara DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN Jl. Lingkar Kampus Darmaga, Gd Wing Rektorat Lt.2 Telp/Fax (0251) Bogor Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir, saya Cecilia Laberta (H ), mahasiswa departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, memohon kesediaan Bapak/Ibu meluangkan waktu untuk melakukan wawancara. Wawancara ini digunakan sebagai salah satu data primer untuk penelitian tugas akhir yang berjudul Analisis Anggaran Dana Tanggung Jawab Sosial PT Pertamina (Persero) Studi Kasus : PT Pertamina (Persero) Kantor Pusat, Jakarta. Aspek Internal Perusahaan : 1. Apakah visi, misi, dan tata nilai PT Pertamina (Persero)? 2. Bagaimana struktur organisasi PT Pertamina (Persero)? 3. Bagaimana sejarah dan perkembangan PT Pertamina (Persero)? Konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan : 1. Bagaimana bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan sekitar? 2. Bagaimana perkembangan program tanggung jawab sosial ysng ditetapkan PT Pertamina (Persero)? 3. Tujuan apa yang ingin dicapai melalui program tanggung jawab sosial yang diterapkan? 4. Bagaimana cara pemberian bantuan kepada pihak ketiga? Siapa saja pihak perusahaan yang terkait dan apa tugasnya?

121 109 Lanjutan Lampiran Pertimbangan atau dasar apa saja yang digunakan dalam pemberian bantuan dana kepada pihak ketiga? 6. Seberapa besar keterlibatan secara langsung sumberdaya yang dimiliki perusahaan dalam menyampaikan bantuan program tanggung jawab sosial PT Pertamina (Persero)? 7. Manfaat apa saja (finansial dan non finansial) yang diperoleh melalui penerapan program tanggung jawab sosial? Konsep anggaran : 1. Bagaimana prosedur penyusunan anggaran dana tanggung jawab sosial PT Pertamina (Persero)? 2. Bagaimana struktur organisasi penyusunan anggaran dana tanggung jawab sosial PT Pertamina (Persero)? 3. Tujuan apa yang ingin dicapai melalui penetapan anggaran? 4. Bagaimana penerapan anggaran dana tanggung jawab sosial PT Pertamina (Persero)? 5. Apakah terjadi perbedaan antara anggaran yang telah direncanakan dengan realisasi? 6. Apakah faktor-faktor yang menyebabkan penyimpangan anggaran dana tanggung jawab sosial dengan realisasinya? 7. Apakah penyimpangan anggaran tersebut mempengaruhi efektifitas program tanggung jawab sosial yang telah direncanakan?

122 110 DIREKTUR HULU Deputi Direktur Perencanaan dan Evaluasi Deputi Direktur Pengembangan Usaha KEPALA SPI KEPALA HUKUM KORPORAT DIREKTUR PENGOLAHAN Deputi Direktur Operasi Pengolahan Lampiran 2. Struktur Organisasi PT Pertamina (Persero) Struktur Organisasi PT Pertamina (Persero) (SK DIRUT No. 40/C00000/2008-S0 Tanggal 4 Agustus 2008 dan SK No. 42/C00000/2008-S Tanggal 12 Agustus 2008) DIREKTUR UTAMA WAKIL DIREKTUR UTAMA DIREKTUR PEMASARAN & NIAGA Deputi Direktur Pemasaran & Distribusi Deputi Direktur Perkapalan (SK DIRUM No. 10/I00000/2008-S Tanggal 10 September 2008) SEKERTARIS PERSEROAN KEPALA BIDANG USAHA LNG DIREKTUR UMUM & SDM Deputi Direktur Pengembangan SDM & Organisasi Deputi Direktur Pendayagunaan Aset & Teknologi DIREKTUR KEUANGAN Deputi Direktur Operasi Keuangan Deputi Direktur Pendanaan & Manajemen Resiko Wakil Pimpinan Komunikasi Manajer Komunikasi Eksternal Manajer Komunikasi Internal Manajer Media Manajer Data & Informasi Wakil Pimpinan Hubungan Manajer Capital Market Manajer Corporate Action Manajer Complience Educational Officer Junior Educational Officer Public Health Officer Junior Public Health Officer Manajer CSR Environmental Officer Junior Environmental Officer Resources Manajer BOD Support Infrastructure & Disaster Officer Junior Administration & Reporting Officer Manajer BOC Support Administration & Reporting Officer Lampiran 2. Struktur Organisasi PT Pertamina (Persero) Manajer Brand Management 110

123 111 Lampiran 3. Hasil One Sample t-test Penyimpangan Anggaran Dana CSR T-Test One -Sam ple Statistics penyimpangan_2007 Std. Error N Mean Std. Deviation Mean 4-6E E+008 One -Sam ple Tes t penyimpangan_2007 Test Value = 0 95% Confidence Interval of the Mean Difference t df Sig. (2-tailed) Difference Low er Upper -,771 3,497-5,9E+008-3E+009 2E+009 T-Test One -Sam ple Statistics penyimpangan_2008 Std. Error N Mean Std. Deviation Mean 4 2E ,3 2E+008 One -Sam ple Tes t penyimpangan_2008 Test Value = 0 95% Confidence Interval of the Mean Difference t df Sig. (2-tailed) Difference Low er Upper 1,360 3,267 2,1E+008-3E+008 7E+008

124 112 Lanjutan Lampiran 3. T-Test One -Sam ple Statistics penyimpangan_2009 Std. Error N Mean Std. Deviation Mean 5 5E E+009 One -Sam ple Tes t penyimpangan_2009 Test Value = 0 95% Confidence Interval of the Mean Difference t df Sig. (2-tailed) Difference Low er Upper 1,937 4,125 5,3E+009-2E+009 1E+010

125 113 Lampiran 4. Hasil One Sample t-test Penyimpangan Anggaran Dana PKBL T-Test One -Sam ple Statistics penyimpangan_2007 Std. Error N Mean Std. Deviation Mean 6 4E+009 1,499E+010 6E+009 One -Sam ple Tes t penyimpangan_2007 Test Value = 0 95% Confidence Interval of the Mean Difference t df Sig. (2-tailed) Difference Low er Upper,716 5,506 4,4E+009-1E+010 2E+010 T-Test One -Sam ple Statistics penyimpangan_2008 Std. Error N Mean Std. Deviation Mean 6-8E+008 2,260E+010 9E+009 One -Sam ple Tes t penyimpangan_2008 Test Value = 0 95% Confidence Interval of the Mean Difference t df Sig. (2-tailed) Difference Low er Upper -,091 5,931-8,4E+008-2E+010 2E+010

126 114 Lanjutan Lampiran 4. T-Test One -Sam ple Statistics penyimpangan_2009 Std. Error N Mean Std. Deviation Mean 7-9E+009 5,536E+010 2E+010 One -Sam ple Tes t penyimpangan_2009 Test Value = 0 95% Confidence Interval of the Mean Difference t df Sig. (2-tailed) Difference Low er Upper -,421 6,688-8,8E+009-6E+010 4E+010

127 115 Lampiran 5. Foto-foto publikasi program tanggung jawab sosial PT Pertamina (Persero) (Bantu dana Lab School UMJ) (Pemberian buku tulis untuk SD) (Asuransi kesehatan bagi 1000 mekanik) (Pertamina bantu operasi katarak) (Bantuan 1400 bibit sawit desa binaan) (Bakti sosial Pertamina)

128 116 Lanjutan lampiran 5. (Pertamina bantu operasi jantung) (Pertamina bantu desa binaan) (Bantu penderita bibir sumbing) (Tanam Mangrove, Cilacap)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Corporate Social Responsibility Definisi Corporate Social Responsibility

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Corporate Social Responsibility Definisi Corporate Social Responsibility II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Corporate Social Responsibility 2.1.1. Definisi Corporate Social Responsibility Secara umum Corporate Social Responsibility (CSR) atau corporate citizenship merupakan segala upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah salah satu kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah salah satu kegiatan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Program tanggung jawab sosial perusahaan atau lebih dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR) adalah salah satu kegiatan yang direkomendasikan oleh

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran PT Pertamina (Persero) merupakan salah satu perusahaan perminyakan terbesar di Indonesia. PT Pertamina (Persero) juga merupakan salah satu perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam dunia industri yang sangat menuntut perbaikan berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam dunia industri yang sangat menuntut perbaikan berkelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia industri yang sangat menuntut perbaikan berkelanjutan dewasa ini telah banyak dirasakan dampak paham ekonomi kapitalis. Banyak perusahaan yang dalam kegiatannya

Lebih terperinci

Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian

Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian Konseptualisasi CSR Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Ir. Indah Widowati, MP. Eko Murdiyanto, SP., M.Si. Pertemuan-1 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS UPN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya kesadaran dan kepekaan para stakeholders perusahaan, maka

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya kesadaran dan kepekaan para stakeholders perusahaan, maka 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama kurun waktu 20-30 tahun terakhir ini, kesadaran masyarakat akan peran perusahaan dalam lingkungan sosial semakin meningkat. Banyak perusahaan besar

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam melakukan kegiatan operasinya selalu berusaha untuk memaksimalkan laba untuk mempertahankan keberlangsungannya. Dalam upaya memaksimalkan laba

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Nilai Perusahaan sangat penting dalam tingkat keberhasilan perusahaan,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Nilai Perusahaan sangat penting dalam tingkat keberhasilan perusahaan, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nilai Perusahaan sangat penting dalam tingkat keberhasilan perusahaan, dimana nilai perusahaan dijadikan indikator bagi investor untuk pengelolaan keuangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development)

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini dunia usaha tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata (single bottom line), juga aspek sosial dan lingkungan yang biasa

Lebih terperinci

17 BAB 1 PENDAHULUAN

17 BAB 1 PENDAHULUAN 17 BAB 1 PENDAHULUAN 18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hakikatnya setiap orang maupun organisasi memiliki tanggung jawab sosial terhadap lingkungannya. Pada konteks perusahaan, tanggung jawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal Tahun 2016 telah berlaku ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu organisasi dimana sumber daya (input) seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu organisasi dimana sumber daya (input) seperti BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu organisasi dimana sumber daya (input) seperti bahan dan tenaga kerja dikelola serta diproses untuk menghasilkan barang dan jasa (output)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Seiring berjalannya waktu, perkembangan teknologi adalah sesuatu hal yang pasti. Perkembangan teknologi semakin lama semakin berkembang dengan pesat

Lebih terperinci

pemerintah melalui peraturan daerah. Contoh kerugian jangka panjang adalah menurunnya tingkat kepercayaan perusahaan di mata masyarakat, menurunnya

pemerintah melalui peraturan daerah. Contoh kerugian jangka panjang adalah menurunnya tingkat kepercayaan perusahaan di mata masyarakat, menurunnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era pertumbuhan perusahaan yang semakin tinggi membuat kesadaran akan penerapan tanggung jawab sosial menjadi penting seiring dengan semakin maraknya kepedulian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia usaha tidak hanya memperhatikan informasi laporan keuangan perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting lainnya yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Corporate Social Responsibility (CSR) 2.1.1. Pengertian CSR Definisi Corporate Social Responsibility yang biasanya disingkat CSR adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi ditandai dengan perkembangan industri pada. umumnya. Perkembangan industri merupakan hasil dari perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi ditandai dengan perkembangan industri pada. umumnya. Perkembangan industri merupakan hasil dari perkembangan 18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ekonomi ditandai dengan perkembangan industri pada umumnya. Perkembangan industri merupakan hasil dari perkembangan perusahaan yang pesat. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Program tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) pertama kali dikemukakan oleh Howard R. Bowen pada tahun 1953. Setelah itu,csr

Lebih terperinci

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Modul ke: Fakultas 09Pasca Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan Cecep Winata

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kontribusinya dalam kehidupan komunitas lokal sebagai rekanan dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. kontribusinya dalam kehidupan komunitas lokal sebagai rekanan dalam kehidupan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran perusahaan sebagai bagian dari masyarakat seharusnya memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar dan dituntut untuk memberikan kontribusinya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin maraknya komitmen untuk melaksanakan good governance. Pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. semakin maraknya komitmen untuk melaksanakan good governance. Pelaksanaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan-perusahaan di Indonesia pada saat ini semakin tumbuh dan berkembang, baik di dalam jumlah maupun jenis usaha yang dijalankan. Pada umumnya, tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan ilmu ekonomi yang semakin pesat, persaingan antar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan ilmu ekonomi yang semakin pesat, persaingan antar BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam perkembangan ilmu ekonomi yang semakin pesat, persaingan antar perusahaan semakin kompetitif karena harus dapat mengelola fungsi fungsi perusahaan secara efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era persaingan bisnis saat ini, sebuah perusahaan dituntut untuk mampu memiliki langkahlangkah inovatif yang mampu memberi daya saing dengan kompetitor. Selain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dalam suatu periode tertentu dengan menggunakan seluruh modal yang dimiliki. Profitabilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dan

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dan keberlanjutan (sustainability) perusahaan telah menjadi isu perkembangan utama perusahaan.

Lebih terperinci

LAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35

LAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35 LAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35 PT. Pertamina (Persero) adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. social responsibility (CSR) bukanlah hal yang baru, karena CSR telah

BAB I PENDAHULUAN. social responsibility (CSR) bukanlah hal yang baru, karena CSR telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbincangan mengenai tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) bukanlah hal yang baru, karena CSR telah berkembang sejak era

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penerapan sistem tata kelola perusahaan yang baik atau Good

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penerapan sistem tata kelola perusahaan yang baik atau Good 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pentingnya penerapan sistem tata kelola perusahaan yang baik atau Good Corporate Governance (GCG) masih menjadi fokus utama dalam pengembangan usaha di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada perubahan lingkungan yang menyebabkan semakin ketatnya persaingan dalam dunia industri. Makin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sebuah perusahaan yang baik harus mampu mengontrol potensi finansial maupun potensi non finansial di dalam meningkatkan nilai perusahaan untuk eksistensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility-csr) dimana perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility-csr) dimana perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Maraknya isu kedermawanan sosial perusahaan belakangan ini mengalami perkembangan yang sangat pesat sejalan dengan berkembangnya konsep tanggung jawab sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan yang terjadi menjadikan masyarakat sebagai stakeholder semakin. kegiatan bisnisnya terhadap lingkungan dan sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan yang terjadi menjadikan masyarakat sebagai stakeholder semakin. kegiatan bisnisnya terhadap lingkungan dan sekitarnya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan lingkungan bisnis yang sangat pesat akhir-akhir ini membuat banyak perubahan pada aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Perubahan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi situasi ekonomi pasar bebas. Perkembangan bisnis dalam

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi situasi ekonomi pasar bebas. Perkembangan bisnis dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Corporate Social Responsibility (CSR), merupakan suatu wacana yang sedang mengemuka di dunia bisnis atau perusahaan. Wacana CSR tersebut digunakan oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2009) adalah suatu tindakan

BAB II LANDASAN TEORI. Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2009) adalah suatu tindakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Signaling Theory Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2009) adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri di Inggris ( ), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih

BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri di Inggris ( ), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi revolusi industri di Inggris (1760-1860), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Kecenderungan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Kecenderungan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Kecenderungan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Menurut Gray et al., (1995) teori kecenderungan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bagian dari perekonomian nasional mempunyai andil yang besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bagian dari perekonomian nasional mempunyai andil yang besar dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan di era globalisasi dan persaingan bebas saat ini, perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan dimana merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan dimana merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Corporate social responsibility (CSR) merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan dimana merupakan wujud tanggungjawab dan sikap

Lebih terperinci

Pedoman Tata Kelola Perusahaan PT Nusa Raya Cipta Tbk PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN

Pedoman Tata Kelola Perusahaan PT Nusa Raya Cipta Tbk PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TRANSPARANSI AKUNTABILITAS RESPONSIBILITAS INDEPENDENSI KEWAJARAN & KESETATARAAN Pedoman Tata Kelola Perusahaan PT Nusa Raya Cipta Tbk PT Nusa Raya Cipta Tbk (yang selanjutnya

Lebih terperinci

ANALISIS ANGGARAN OPERASIONAL SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN MANAJEMEN (Studi Kasus : PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor) Oleh DEDEH H

ANALISIS ANGGARAN OPERASIONAL SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN MANAJEMEN (Studi Kasus : PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor) Oleh DEDEH H ANALISIS ANGGARAN OPERASIONAL SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN MANAJEMEN (Studi Kasus : PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor) Oleh DEDEH H24052089 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dikelola untuk menghasilkan barang atau jasa (output) kepada pelanggan

BAB 1 PENDAHULUAN. dikelola untuk menghasilkan barang atau jasa (output) kepada pelanggan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum, perusahaan atau business merupakan suatu organisasi atau lembaga dimana sumber daya (input) dasar seperti bahan baku dan tenaga kerja dikelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Prinsip-prinsip GCG 1. Transparansi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Prinsip-prinsip GCG 1. Transparansi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT PJB Services meyakini bahwa penerapan GCG secara konsisten dan berkesinambungan akan meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan. Oleh karena itu PT PJB

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu organisasi yang melakukan aktivitas dengan menggunakan sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Corporate Governance Perception Index (CGPI) adalah riset dan pemeringkatan penerapan Konsep Corporate Governance (CG) pada perusahaan publik dan BUMN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan atau dalam bahasa Inggris adalah enterprise terdiri dari satu

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan atau dalam bahasa Inggris adalah enterprise terdiri dari satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan atau dalam bahasa Inggris adalah enterprise terdiri dari satu atau lebih unit-unit usaha yang disebut pabrik. Perusahaan merupakan suatu lembaga

Lebih terperinci

mengalami penurunan kondisi sosial (Anggraini, 2006).

mengalami penurunan kondisi sosial (Anggraini, 2006). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan teknologi, sosial ekonomi, budaya pada abad 18 ditandai dengan donimasi mesin sebagai alat produksi. Revolusi ini melahirkan industri dan kapitalisme

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Profil Perusahaan PT. TELKOM CDC PT Telekomunikasi Indonesia Tbk., yang selanjutnya disebut TELKOM atau Perseroan, merupakan perusahaan informasi dan komunikasi (InfoCom)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Teori II.1.1. Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) Tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) adalah bentuk kepedulian perusahaan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disahkan 20 Juli 2007 menandai babak baru pengaturan CSR di negeri ini.

BAB I PENDAHULUAN. disahkan 20 Juli 2007 menandai babak baru pengaturan CSR di negeri ini. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsep tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) yang dikemukakan H. R. Bowen (1953), muncul sebagai akibat karakter perusahaan yang

Lebih terperinci

Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian

Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian Paradigma dalam CSR Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Ir. Indah Widowati, MP. Eko Murdiyanto, SP., M.Si. Pertemuan-7 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS UPN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan keunggulan kompetitif (competitive advantage) bisnisnya agar

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan keunggulan kompetitif (competitive advantage) bisnisnya agar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini tidak dapat dipungkiri bahwa globalisasi telah mempengaruhi beberapa aspek kehidupan manusia. Salah satu aspek yang paling signifikan perubahannya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab pada aspek keuntungan secara ekonomis saja, yaitu nilai

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab pada aspek keuntungan secara ekonomis saja, yaitu nilai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pembangunan sekarang ini, perusahaan tidak lagi berhadapan pada tanggung jawab pada aspek keuntungan secara ekonomis saja, yaitu nilai perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu alat yang digunakan oleh manajemen untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu alat yang digunakan oleh manajemen untuk melakukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu alat yang digunakan oleh manajemen untuk melakukan pertanggungjawaban kinerja ekonomi perusahaan kepada para investor, kreditor, dan pemerintah adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mendapat perhatian besar dari pihak - pihak yang berkepentingan melalui

BAB I PENDAHULUAN. akan mendapat perhatian besar dari pihak - pihak yang berkepentingan melalui 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kinerja keuangan perusahaan merupakan prestasi di bidang keuangan yang telah dicapai oleh perusahaan dalam periode waktu tertentu yang dapat dilihat melalui laporan

Lebih terperinci

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN P T Darma Henwa Tbk PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN PT Darma Henwa Tbk DAFTAR ISI Kata Pengantar 3 BAB I PENGANTAR. 4 1. Mengenal Good Corporate Governance (GCG) 4 2.

Lebih terperinci

KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS

KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Magisster Akuntasi www.mercubuana.ac.id The System and Structure of GCG Dosen Pengampu : Mochammad

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bertanggung jawab atas usaha tersebut (Badan Pusat Statistik, 2013). Tujuan

I. PENDAHULUAN. bertanggung jawab atas usaha tersebut (Badan Pusat Statistik, 2013). Tujuan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu unit (kesatuan) usaha yang melakukan kegiatan ekonomi bertujuan menghasilkan barang atau jasa, terletak pada suatu bangunan atau lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan yang pesat dalam bidang teknologi informasi. ekonomi, sosial, budaya maupun politik mempengaruhi kondisi dunia bisnis dan persaingan yang timbul

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai 18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya, laporan keuangan digunakan sebagai salah satu sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai kinerja perusahaan, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia terus mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Meski bukan lagi menjadi isu baru, CSR dapat menjembatani

Lebih terperinci

12Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

12Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Modul ke: Fakultas 12Pasca Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan Cecep Winata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai sebuah sistem dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai sebuah sistem dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan sebagai sebuah sistem dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak dapat berdiri sendiri. Keberadaan perusahaan dalam lingkungan masyarakat membawa pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility mungkin

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility mungkin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility mungkin masih kurang populer di kalangan pelaku bisnis di Indonesia. Namun, tidak berlaku

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai suatu entitas bisnis, sebuah perusahaan bertujuan untuk mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin. Tujuan tersebut terkadang menyebabkan perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipisahkan dengan masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya. Kontribusi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dipisahkan dengan masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya. Kontribusi dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjaga eksistensinya di dunia bisnis, perusahaan tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya. Kontribusi dan harmonisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility (CSR)).

BAB I PENDAHULUAN. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility (CSR)). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, menghadapi dampak globalisasi, kemajuan informasi teknologi, dan keterbukaan pasar, perusahaan harus secara serius dan terbuka memperhatikan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sebesar-besarnya. Tujuan perusahaan yang kedua adalah ingin

BAB I PENDAHULUAN. yang sebesar-besarnya. Tujuan perusahaan yang kedua adalah ingin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas. Ada beberapa hal yang mengemukakan tentang tujuan pendirian suatu perusahaan. Tujuan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterima lagi. Perkembangan dunia usaha saat ini menuntut perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. diterima lagi. Perkembangan dunia usaha saat ini menuntut perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan untuk mendapatkan laba yang setinggi-tingginya tanpa memperhatikan dampak yang muncul dalam kegiatan usahanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebuah perusahaan didirikan memiliki beberapa tujuan diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebuah perusahaan didirikan memiliki beberapa tujuan diantaranya adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebuah perusahaan didirikan memiliki beberapa tujuan diantaranya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan memaksimalkan kekayaan pemiliknya atau pemegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate social responsibility (CSR) semakin banyak dibahas di kalangan bisnis.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. satu sumber daya utama. Tiap perusahaan memiliki tujuan yang berbeda-beda.

BAB 1 PENDAHULUAN. satu sumber daya utama. Tiap perusahaan memiliki tujuan yang berbeda-beda. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era modernisasi dan globalisasi saat ini, kebutuhan informasi dan teknologi semakin meningkat sejalan dengan persaingan semakin ketat pada setiap sektor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Signal Theory Teori sinyal atau signal theory menjelaskan mengenai bagaimana manajemen mampu memberikan sinyal-sinyal keberhasilan atau kegagalan yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk aktivitas tangggung jawab sosial perusahaan dengan cepat. 1

BAB I PENDAHULUAN. termasuk aktivitas tangggung jawab sosial perusahaan dengan cepat. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi ditandai dengan perkembangan teknologi yang sangat cepat dan informasi menjadi semakin mudah diakses. Dunia ekonomi semakin transparan. Era keterbukaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ditengah perkembangan ekonomi yang semakin meningkat, hampir

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ditengah perkembangan ekonomi yang semakin meningkat, hampir BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ditengah perkembangan ekonomi yang semakin meningkat, hampir seluruh perusahaan yang ada di setiap negara berlomba-lomba untuk menjalankan bisnisnya dengan

Lebih terperinci

PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DALAM LAPORAN TAHUNAN

PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DALAM LAPORAN TAHUNAN PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DALAM LAPORAN TAHUNAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Mangkunegara di dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai berikut Kinerja adalah hasil kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saham atau pihak-pihak yang mempunyai kepentingan keuangan tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. saham atau pihak-pihak yang mempunyai kepentingan keuangan tetapi juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan mempunyai tanggung jawab bukan hanya kepada pemegang saham atau pihak-pihak yang mempunyai kepentingan keuangan tetapi juga kepada lingkungan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negatif. Oleh karena kondisi itulah, perusahaan dituntut untuk semakin peduli

BAB I PENDAHULUAN. negatif. Oleh karena kondisi itulah, perusahaan dituntut untuk semakin peduli BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan industri yang semakin maju menimbulkan berbagai dampak bagi lingkungan dan masyarakat, termasuk di dalamnya adalah efek negatif. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I. Pada awalnya bisnis dibangun dengan paradigma single bottom line

BAB I. Pada awalnya bisnis dibangun dengan paradigma single bottom line BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagian besar perusahaan, terutama di Indonesia saat ini masih fokus untuk mengungkapkan laporan keuangan yang berkaitan dengan kinerja keuangan saja. Laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembukaan UUD 1945 mengamanatkan tujuan pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas. Tujuan perusahaan adalah mencapai laba yang sebesar-besarnya dan memakmurkan pemilik perusahaan atau para

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, perusahaan merupakan salah satu bentuk organisasi yang memiliki tujuan. Salah satu tujuan perusahaan yaitu untuk memenuhi kepentingan para stakeholder.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah, yang kemudian

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah, yang kemudian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah, yang kemudian dimanfaatkan oleh banyak perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari hasil tambang batubara. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alternatif sumber dana bagi perusahaan tersebut. Melaksanakan kegiatan investasi tersebut, para investor perlu mengambil keputusan

BAB I PENDAHULUAN. alternatif sumber dana bagi perusahaan tersebut. Melaksanakan kegiatan investasi tersebut, para investor perlu mengambil keputusan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi suatu negara akan diikuti oleh perkembangan perusahaan-perusahaan yang melakukan operasi bisnis dalam negara tersebut. Perusahaan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate social responsibility (CSR) merupakan bagian penting dari strategi bisnis berkelanjutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak atas single bottom line, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak atas single bottom line, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan bisnis semakin berkembang dari tahun ke tahun sesuai dengan perkembangan teknologi dunia yang semakin canggih. Salah satu kegiatan bisnis yang terus berkembang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Satuan Pengawasan Intern Satuan pengawasan intern pada hakekatnya sebagai perpanjangan rentang kendali dari tugas manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan pembangunan yang meningkat dalam segala bidang menyebabkan banyak sekali perubahan yang terjadi dalam masyarakat baik itu cara hidup, pola pikir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia. Hal ini terjadi dikarenakan mulai banyaknya pihak pihak

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia. Hal ini terjadi dikarenakan mulai banyaknya pihak pihak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini semua orang pasti mengetahui bagaimana parahnya pencemaran yang ada di Indonesia. Hal ini terjadi dikarenakan mulai banyaknya pihak pihak yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga setiap keputusan yang dibuat oleh institusi dan setiap tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga setiap keputusan yang dibuat oleh institusi dan setiap tindakan yang digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama setengah abad terakhir ini, dunia bisnis telah menjadi institusi paling berkuasa. Setiap institusi yang paling dominan di masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan tidak hanya bertanggungjawab kepada investor dan kreditor, tetapi juga

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan tidak hanya bertanggungjawab kepada investor dan kreditor, tetapi juga 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan sebagai salah satu pelaku ekonomi mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan perekonomian dan masyarkat luas, sehingga suatu perusahaan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan laba untuk sebesar-besarnya kemakmuran pemagang saham.

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan laba untuk sebesar-besarnya kemakmuran pemagang saham. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan adalah sebuah entitas ekonomi yang konsep utamanya adalah menghasilkan laba untuk sebesar-besarnya kemakmuran pemagang saham. Manajemen perusahaan berusaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi untuk mewujudkan tujuan perusahaan baik jangka pendek maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi untuk mewujudkan tujuan perusahaan baik jangka pendek maupun dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini perkembangan teknologi sangat maju dan dinamis, yang mengakibatkan persaingan di dunia bisnis juga semakin meningkat. Hal ini mendorong perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai suatu bentuk organisasi yang melakukan aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai suatu bentuk organisasi yang melakukan aktivitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan sebagai suatu bentuk organisasi yang melakukan aktivitas dengan menggunakan sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesuksesan pembangunan dalam masa globalisasi saat ini mengarah kepada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesuksesan pembangunan dalam masa globalisasi saat ini mengarah kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesuksesan pembangunan dalam masa globalisasi saat ini mengarah kepada pembangunan yang berkelanjutan dan penguatan ekonomi kerakyatan. Program pembangunan yang demikian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat banyaknya perusahaan menjadi semakin berkembang, maka pada saat itu pula kesenjangan sosial dan kerusakan lingkungan sekitarnya dapat terjadi, karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi iklim yang tidak menentu saat ini yang ditandai dengan global

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi iklim yang tidak menentu saat ini yang ditandai dengan global BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kondisi iklim yang tidak menentu saat ini yang ditandai dengan global warming telah menggerakkan pemerintah negara-negara maju dan berkembang untuk ambil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sosial, ekonomi, politik, kesehatan, dan lingkungan makin banyak. Kemajuan

I. PENDAHULUAN. sosial, ekonomi, politik, kesehatan, dan lingkungan makin banyak. Kemajuan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Motivasi utama setiap perusahaan atau industri atau bisnis adalah meningkatkan keuntungan. Logika ekonomi neoklasik adalah bahwa dengan meningkatnya keuntungan dan kemakmuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal. Berpihaknya perusahaan kepada pemilik modal mengakibatkan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. modal. Berpihaknya perusahaan kepada pemilik modal mengakibatkan perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi revolusiindustri di Inggris (1760-1860), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dapat memberikan manfaat dan membantu memenuhi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dapat memberikan manfaat dan membantu memenuhi kebutuhan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan merupakan salah satu pelaku ekonomi yang mempunyai pengaruh besar terhadap keadaan perekonomian. Keberadaan perusahaan menimbulkan dampak positif dan negatif

Lebih terperinci