BAB I PENDAHULUAN. Hidup sehat merupakan hal yang penting bagi kebanyakan orang agar dapat mencapai
|
|
- Vera Santoso
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Hidup sehat merupakan hal yang penting bagi kebanyakan orang agar dapat mencapai harapan hidup lebih panjang. Selama lebih dari beberapa dekade, konsep kualitas hidup mendapat banyak perhatian dalam ilmu biomedis. Penelitian terkait kualitas hidup terhadap pasien penyakit jantung bawaan (PJB) sudah dimulai sejak 40 tahun yang lalu dan semakin meningkat akhir-akhir ini. Hingga saat ini publikasi penelitian kualitas hidup pada PJB di 35 negara mencapai lebih dari 230 penelitian. Namun dari banyak penilaian kritis menunjukkan bahwa sebagian besar penelitian tersebut mempunyai kekurangan konsep substansial dan metodologi sehingga menghasilkan hasil yang tidak konsisten (Apers et al., 2016). Mayoritas studi dilakukan untuk meneliti patogenesis, patofisiologi, epidemiologi, karakteristik klinis, diagnostik, prognosis, dan terapi medis hipertensi arteri pulmonal (HAP). Belum ada penyembuhan HAP, terapi yang tersedia saat ini hanya untuk mengurangi gejala, meningkatkan health related quality of life (HRQoL), dan menunda progresivitas penyakit, sehingga pada akhirnya dapat menurunkan beban penyakit (Gu et al., 2016). Parameter obyektif untuk menilai derajat keparahan penyakit telah banyak digunakan untuk memprediksi keluaran HAP. Namun hanya sedikit data yang menunjukkan peran potensial dari luaran berdasarkan laporan pasien (patient-reported outcomes/pro) dalam menentukan prognosis HAP. Luaran berdasarkan laporan pasien merupakan pengukuran kesehatan pasien yang langsung dinilai oleh pasien sendiri berupa penilaian HRQoL, yaitu efek fungsional suatu penyakit dan konsekuensi terapi yang dirasakan pasien (Mathai et al., 2015). Hipertensi arteri pulmonal merupakan komplikasi PJB yang sering ditemukan, kebanyakan terjadi pada pasien dengan pirau jantung kongenital. Pirau kiri ke kanan yang 1
2 tidak dikoreksi akan meningkatkan tekanan pulmonal sehingga terjadi perubahan bentuk (remodelling) dan disfungsi vaskular, akibatnya terjadi peningkatan progresif resistensi vaskular pulmonal dan meningkatkan tekanan jantung kanan (D Alto dan Mahadevan, 2012). Hipertensi arteri pulmonal dapat berkembang pada tahap mana pun dari PJB, dan ketika pasien mengalami HAP akan berpengaruh terhadap kualitas hidup, kapasitas latihan, morbiditas, dan mortalitas (Dimopoulos et al., 2014). Lebih dari dua dekade yang lalu, rerata kelangsungan hidup HAP yang tidak diterapi sekitar 2,8 tahun setelah terdiagnosis (Roman et al., 2013). Lowe et al. (2011) menyebutkan bahwa HAP pada dewasa dengan PJB berhubungan dengan peningkatan resiko kematian dengan semua penyebab lebih dari 2 kali lipat dan morbiditas lebih dari 3 kali lipat dibandingkan PJB tanpa HAP. Berdasarkan registri STUDI Pulmonary Artery Hypertension (PAH) pada pasien Atrial Septal Defect (ASD) di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta mulai Juli 2012 hingga Desember 2013 terdapat 123 pasien DSA dewasa dengan 74% diantaranya mengalami HAP, 43,1% diantaranya HAP berat. Usia rerata pasien DSA disertai HAP sekitar 39,5±13,3 tahun dan 90,9% dialami oleh pasien perempuan (Dinarti, 2017). Post (2013) menyebutkan HAP didapatkan pada 9-35% pasien defek septum atrium (DSA) sekundum, termasuk yang belum dan sudah dilakukan koreksi. Prediktor terjadinya HAP antara lain faktor usia, ukuran defek, defek yang belum dikoreksi, dan jenis kelamin wanita. Pasien dengan HAP-PJB mempunyai angka morbiditas dan mortalitas tinggi. Gejala yang dialami pasien HAP antara lain sesak nafas ketika beraktivitas, pusing, lelah, batuk, lemah, nyeri dada, berdebar, dan bengkak perifer. Gejala tersebut berdampak terhadap mobilitas fisik dan status emosional sehingga mempengaruhi HRQoL pasien HAP (Gu et al., 2016). Penilaian HRQoL merupakan parameter untuk menilai efektifitas terapi dan berhubungan dengan derajat keparahan, morbiditas, serta mortalitas penyakit kronis. Health related quality of life menunjukkan kepuasan seseorang dalam bagian hidup yang 2
3 dipengaruhi oleh status kesehatan seperti kapasitas fisik, kemampuan kognitif, hubungan kerja, emosional, dan spiritualitas. Hal ini bersifat subyektif, multidimensi, dan temporal. Oleh karena itu bagaimana menilai HRQoL secara akurat dan perangkat apa yang sesuai untuk menguji kemungkinan hubungan HRQoL dengan derajat keparahan serta prognosis penyakit, masih menjadi permasalahan dalam metodologi (Cicero et al., 2012). Beberapa terapi spesifik HAP dapat meningkatkan fungsi fisik dan HRQoL pasien HAP, antara lain bosentan, sildenafil, tadalafil, imatinib, epoprostenol, dan iloprost inhalasi. Manfaat terapi dapat diikuti dengan efek samping terkait terapi, aksi farmakologi obat, ketidaknyamanan pada pemberian beberapa obat melalui jalur intravena atau subkutan, serta kebutuhan pengawasan pengobatan yang sering. Hal tersebut mempunyai dampak negatif terhadap HRQoL dan kehidupan pasien sehari-hari (Gu et al., 2016). Sildenafil merupakan salah satu agen penghambat enzim fosfodiesterase tipe 5 (phosphodiesterase type 5/PDE-5) yang meningkatkan relaksasi pembuluh darah pulmonal melalui jalur cyclic guanosine monophosphate (cgmp). Inhibisi hidrolisis cgmp oleh sildenafil ini meningkatkan kadar cgmp sehingga diperoleh efek vasodilatasi, antiproliferatif, dan pro apoptotik yang dapat membalikkan proses perubahan bentuk arteri pulmonal. Golongan obat ini juga meningkatkan kontraktilitas ventrikel kanan secara langsung melalui jalur peningkatan kadar cgmp. Sejak tahun 2005 sildenafil telah disetujui sebagai terapi HAP oleh lembaga Food and Drug Administration (FDA) dan European Medicines Agency (EMEA) (Archer & Michelakis, 2009). Metaanalisis 4 studi yang menilai keamanan dan efikasi pemberian sildenafil selama 12 minggu untuk HAP menyimpulkan bahwa sildenafil dapat menurunkan perburukan klinis secara signifikan dibandingkan plasebo dan meningkatkan jarak tempuh uji jalan 6 menit, kelas fungsional WHO, parameter hemodinamik, dan HRQoL (Wang et al., 2014). Perbaikan HRQoL telah dilaporkan pada pasien HAP dengan terapi spesifik tersebut, namun 3
4 tidak konsisten pada semua penelitian, termasuk pada penggunaan kuesioner yang berbeda dalam satu penelitian (Cicero et al., 2012). Studi observasional prospektif multisenter di Belanda pada Januari 2005 Mei 2013 menyebutkan bahwa penurunan kualitas hidup yang diukur dengan komponen fisik kuesioner short form health survey 36 (SF36) setelah inisiasi terapi spesifik HAP pada pasien HAP-PJB merupakan prediktor kematian (Blok et al., 2015). Pengukuran HRQoL dilakukan dengan menggunakan perangkat kuesioner generik (non-disease-spesific) dan spesifik. Beberapa penelitian terkait penurunan HRQoL pada pasien HAP telah dilakukan, namun belum ada konsensus instrumen mana yang paling tepat untuk digunakan. Salah satu kuesioner generik untuk mengukur HRQoL adalah EuroQol- Five Dimensions (EQ-5D) yang meliputi penilaian multidimensi untuk mengukur kesehatan secara umum dan memiliki skor kegunaan berbasis kebutuhan yang dapat digunakan dalam analisis ekonomi (Tyrka et al., 2014). Thompson et al. (2001) melakukan studi untuk mengevaluasi konsep validitas EQ-5D dan EQ-VAS (EuroQol-Visual Analogue Scale) pada pasien HAP primer dan sekunder. Dari studi ini dinyatakan bahwa EQ-5D valid untuk mengukur HRQoL pasien HAP yang dapat diaplikasikan untuk menilai self-rated HRQoL dan juga untuk menghasilkan bobot nilai kegunaan guna kepentingan studi cost-utility. Di Indonesia telah dilakukan penelitian validasi dan uji reliabilitas EQ-5D versi Indonesia pada populasi pasien hipertensi dengan hasil disebutkan bahwa instrumen kuesioner tersebut valid dan reliabel (Sari et al., 2015). Pada penelitian ini digunakan kuesioner generik EQ-5D 3 levels (EQ-5D-3L) dikarenakan kuesioner ini sudah divalidasi pada penelitian sebelumnya dan belum tersedia kuesioner spesifik penyakit HAP yang telah divalidasi pada populasi Indonesia. Uji validasi dan reliabilitas kuesioner spesifik penyakit HAP (sebagai contoh kuesioner CAMPHOR) diperlukan waktu dan pembiayaan yang cukup tinggi sehingga tidak dipilih sebagai instrumen penelitian pada studi ini. 4
5 I.2. Masalah Penelitian Hipertensi arteri pulmonal merupakan penyakit kronis yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan sehari-hari pasien yang mengganggu HRQoL termasuk aktivitas fisik, kesehatan umum, emosional, dan hubungan sosial. Parameter obyektif untuk menilai derajat keparahan penyakit telah banyak digunakan untuk memprediksi luaran HAP, namun hanya sedikit data yang menunjukkan peran potensial dari luaran berdasarkan laporan pasien dalam menentukan prognosis HAP. Secara umum, terapi spesifik HAP dapat meningkatkan HRQoL secara signifikan pada populasi HAP idiopatik, HAP terkait penyakit jaringan konektif, dan PJB dengan pirau yang sudah dikoreksi. Berdasarkan studi-studi sebelumnya respon tersebut masih bervariasi, relevansi klinis terhadap perubahan ini masih belum diketahui, dan masih terdapat keterbatasan data terkait signifikansi prognostik HRQoL pada HAP. Oleh karena itu masih diperlukan penelitian yang mendukung hasil penelitian sebelumnya khususnya pada populasi pasien HAP dengan DSA yang belum dikoreksi. I.3. Pertanyaan penelitian Apakah terdapat perbedaan HRQoL pasien HAP akibat DSA sekundum dewasa yang belum dikoreksi antara sebelum dan sesudah terapi sildenafil? I.4. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan HRQoL pasien HAP akibat DSA sekundum dewasa yang belum dikoreksi antara sebelum dan sesudah terapi sildenafil. I.5. Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti untuk dapat menganalisis tentang perbedaan HRQoL pasien HAP akibat DSA sekundum dewasa yang belum dikoreksi antara sebelum dan sesudah terapi sildenafil. 5
6 2. Manfaat bagi pasien HAP akibat DSA sekundum dewasa yang belum dikoreksi yaitu dapat menjalani terapi spesifik HAP ini untuk meningkatkan HRQoL dengan mengevaluasi perubahan skor EQ-5D-3L. 3. Manfaat bagi ilmu pengetahuan yaitu dapat memberikan tambahan bukti ilmiah tentang perbedaan HRQoL pasien HAP akibat DSA sekundum dewasa yang belum dikoreksi antara sebelum dan sesudah terapi sildenafil. I.6. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian HRQoL pada pasien HAP dengan terapi spesifik adalah sebagai berikut : Tabel 1. Keaslian Penelitian Nama No Peneliti/Judul Penelitian 1 Pepke-Zaba et al., 2008/ Sildenafil Improves Health- Related Quality of Life in Patients With Pulmonary Arterial Hypertension. Besar Sampel dan Dosis Terapi Spesifik pasien HAP (idiopatik 124 pasien, terkait penyakit jaringan penghubung 61 pasien, PJB pirau terkoreksi 15 pasien) - Placebo-controlled study, tersamar ganda - Kelompok plasebo dan kelompok sildenafil (3x20 mg, 3x40 mg, 3x80 mg) Variabel yang Diteliti SF36 EQ-5D - 6MWD (6 minutes walk distance) dilakukan 3 kali : sebelum terapi, 12 minggu setelah terapi, dan 24 minggu setelah terapi Hasil Penelitian Dibandingkan kelompok plasebo, pada kelompok sildenafil didapatkan : kapasitas latihan - Perbaikan di semua dimensi SF36 status kesehatan dan indeks utilitas EQ- 5D 2 Sastry et al., 2004/ Clinical Efficacy of Sildenafil in Primary Pulmonary Hypertension - 22 pasien hipertensi pulmonal primer NYHA (New York Heart Association) II - Uji acak tersamar ganda,cross-over - Kelompok placebofirst (12 pasien) dan kelompok sildenafilfirst (10 pasien) - Dosis sildenafil 3x25 mg, 3x50 mg, 3x100 mg - Waktu latihan dengan uji latih jantung protokol Naughton - Tekanan sistolik arteri pulmonal dan curah jantung diukur dengan Doppler ekokardiografi - Kualitas hidup dengan kuesioner gagal jantung waktu latihan 44% (475 ± 168 detik menjadi 686 ± 224 detik) - Penurunan tekanan sistolik arteri pulmonal tidak signifikan ( ± mmhg menjadi 98.5 ± mmhg) indeks kardiak (2.8 ± 0.9 L/m 2 menjadi 6
7 3 Tay et al., 2011/ Quality of life and functional capacity can be improved in patients with Eisenmenger Syndrome with oral sildenafil therapy 4 Cicero et al., 2012/Lack of Tight Association Between Quality of Life and Exercise Capacity in Pulmonary Arterial Hypertension - Digoksin, diuretik, dan antikoagulan digunakan sesuai indikasi klinis - 12 pasien sindrom Eisenmenger NYHA III - Uji prospektif, non randomized - Dosis sildenafil 3x20 mg - 34 pasien HAP (10 pasien idiopatik HAP, 2 pasien HAP herediter, 22 pasien HAP terkait PJB yang tidak dikoreksi) dalam terapi spesifik (bosentan dan atau sildenafil), kelas fungsional II-III - Dosis sildenafil 3x mg (30 pasien), bosentan 2x125 mg (1 pasien), kombinasi sildenafil dan bosentan (3 pasien) dilakukan 3 kali pengukuran : sebelum terapi, 6 minggu pertama, 6 minggu kedua kuesioner spesifik HAP (CAMPHOR/ Cambridge Pulmonary Hypertension Outcome Review) - Ekokardiografi - 6MWD dilakukan 2 kali : sebelum terapi, 3 bulan setelah terapi SF36-6MWD - SpO2 (saturasi oksigen) dilakukan 5 kali : awal studi, 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan, dan 12 bulan setelah terapi 3.45 ± 1.1 L/m 2 ) signifikan kualitas hidup pada komponen dyspnea dan fatigue signifikan HRQoL dengan skor CAMPHOR (27.6±10.5 to 15.8±10.4) kelas fungsional menjadi NYHA II 6MWD (347.3±80.7 m menjadi ± 82.0 m). - Skor SF36 stabil (kesehatan fisik selalu lebih buruk daripada kesehatan mental) - Tidak didapatkan perubahan 6MWD, kelas fungsional, dan SpO2 5 Wong et al., 2007/Oral sildenafil therapy improves healthrelated quality of life and functional status in pulmonary arterial hypertension - 19 pasien HAP (idiopatik (9), penyakit jaringan penghubung (2), PJB dengan pirau (8)). - Studi potong lintang - Dosis sildenafil 3x25 mg, 3x50 mg - Kelas fungsional WHO - Indeks dyspnea BORG - 6MWD - Tekanan sistolik arteri pulmonal dan indeks kardiak diukur dengan Doppler kapasitas fungsional pada 79% pasien 6MWD (299±118m menjadi 360 ±127m) - Penurunan signifikan pada kelas fungsional WHO 7
8 ekokardiografi SF36 dilakukan 2 kali : awal studi, 3 bulan setelah terapi - Penurunan indeks dyspnea BORG dari 2.3 ± 3.0 menjadi 1.2 ± Penurunan tidak signifikan pada tekanan sistolik arteri pulmonal (104 ± 26 mmhg menjadi 100 ± 27mmHg) dan indeks kardiak (2.7 ± 1.1 menjadi 2.9 ± 0.9 L/min/m 2 ) signifikan HRQoL pada dimensi fungsi fisik dan sosial serta kesehatan secara umum. - Kecenderungan peningkatan HRQoL terkait kesehatan fisik, emosional, dan tingkat energi. 8
DAFTAR ISI II.4.2. Mekanisme perbaikan HRQoL pasien HAP dengan terapi sildenafil... II.4.3. Interaksi obat dan efek samping sildenafil...
DAFTAR ISI Halaman Judul... Halaman Pengesahan... Pernyataan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Singkatan... Intisari... Abstract... i ii iii iv viii xi xii xiii
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sehingga aliran darah balik vena paru akan menuju ke atrium kanan serta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Defek septum atrium (atrial septal defect) adalah defek bawaan dimana terdapat lubang pada sekat interatrial yang menghubungkan atrium kanan dan kiri sehingga aliran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menurut data statistik WHO (World Health Organization) penyakit kardiovaskular mengalami pertumbuhan, diprediksi pada tahun 2020 penyakit kronis akan mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu. Pemberian antibiotik seperti penisilin pada streptococcal faringitis turut
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Stenosis mitral adalah kondisi dimana terjadi hambatan aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri pada fase diastolik akibat penyempitan katup mitral. Stenosis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung bawaan terjadi pada 8 bayi dari. setiap 1000 kelahiran. (Sommer, 2008) Penyakit jantung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung bawaan terjadi pada 8 bayi dari setiap 1000 kelahiran. (Sommer, 2008) Penyakit jantung bawaan yang paling sering terjadi ialah defek septum ventrikel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasien dewasa dengan penyakit jantung bawaan menunjukkan insidensi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasien dewasa dengan penyakit jantung bawaan menunjukkan insidensi yang meningkat. Secara umum sekitar 5 10% dari pasien tersebut berkembang menjadi Hipertensi Arteri
Lebih terperinciDr. Prastowo Sidi Pramono, Sp.A
Dr. Prastowo Sidi Pramono, Sp.A PENYAKIT JANTUNG BAWAAN Penyakit jantung yang dibawa dari lahir kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir akibat gangguan atau
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Gagal jantung merupakan sindrom yang ditandai dengan ketidakmampuan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gagal jantung merupakan sindrom yang ditandai dengan ketidakmampuan jantung mempertahankan curah jantung yang cukup untuk kebutuhan tubuh sehingga timbul akibat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang menderita asma hingga saat ini. Prevalensi asma di Indonesia tahun 2003
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 2013, WHO, (2013) memperkirakan terdapat 235 juta orang yang menderita asma hingga saat ini. Prevalensi asma di Indonesia tahun 2003 berdasarkan hasil survei
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Gagal jantung adalah keadaan di mana jantung tidak mampu memompa darah untuk mencukupi kebutuhan jaringan melakukan metabolisme dengan kata lain, diperlukan peningkatan
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. I.1 Latar Belakang. Angina adalah tipe nyeri dada yang disebabkan oleh. berkurangnya aliran darah ke otot jantung.
BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Angina adalah tipe nyeri dada yang disebabkan oleh berkurangnya aliran darah ke otot jantung. Angina seringkali digambarkan sebagai remasan, tekanan, rasa berat, rasa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. merupakan penyebab peningkatan mortalitas pasien jantung (Maggioni, 2005).
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gagal jantung merupakan tahap akhir dari seluruh penyakit jantung dan merupakan penyebab peningkatan mortalitas pasien jantung (Maggioni, 2005). Prevalensi gagal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gagal jantung (heart failure) adalah sindrom klinis yang ditandai oleh sesak
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal jantung (heart failure) adalah sindrom klinis yang ditandai oleh sesak napas dan fatigue (saat istirahat atau saat aktivitas), edema dan tanda objektif adanya
Lebih terperinciDAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN...ii SURAT PERNYATAAN... iii PERNYATAAN... iv PRAKATA... v DAFTAR ISI... xii DAFTAR TABEL... xiiii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR SINGKATAN... xvii
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan lambat. PGK umumnya berakhir dengan gagal ginjal yang memerlukan terapi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan lambat. PGK umumnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung. iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia dalam dekade terakhir (2000-2011). Penyakit ini menjadi penyebab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan adanya penyempitan pada katup mitral (Rilantono, 2012). Kelainan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stenosis mitral adalah penyakit kelainan katup jantung yang menyebabkan terlambatnya aliran darah dari atrium kiri menuju ventrikel kiri pada fase diastolik disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stenosis mitral merupakan salah satu penyakit katup jantung. Pada kondisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stenosis mitral merupakan salah satu penyakit katup jantung. Pada kondisi ini terjadi perubahan struktur katup mitral yang menyebabkan gangguan pembukaan, sehingga aliran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang ditandai dengan pembatasan aliran udara yang irreversibel (Celli & Macnee,
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah keadaan progresif lambat yang ditandai dengan pembatasan aliran udara yang irreversibel (Celli & Macnee, 2004).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cenderung meningkatkan risiko terjadinya penyakit vaskular seperti stroke
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Modernisasi mengakibatkan perubahan pola hidup masyarakat yang cenderung meningkatkan risiko terjadinya penyakit vaskular seperti stroke (Nufus, 2012). Stroke menjadi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Jantung merupakan suatu organ yang berfungsi memompa darah ke
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Jantung merupakan suatu organ yang berfungsi memompa darah ke seluruh jaringan tubuh serta menarik darah kembali ke jantung. Ketidakmampuan jantung melakukan fungsinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem kardiovaskular terdiri dari jantung, jaringan arteri, vena, dan kapiler yang mengangkut darah ke seluruh tubuh. Darah membawa oksigen dan nutrisi penting untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dapat dari hasil gangguan jantung fungsional atau struktural yang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal jantung kongestif (GJK) dalam bahasa Inggris disebut dengan Congestive Heart Failure (CHF) merupakan sindrom klinis kompleks yang di dapat dari hasil gangguan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir. 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung bawaan ( PJB ) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir. 1 PJB merupakan kelainan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Anestesi umum merupakan teknik yang sering dilakukan pada berbagai macam prosedur pembedahan. 1 Tahap awal dari anestesi umum adalah induksi anestesi. 2 Idealnya induksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mortalitas yang tinggi pada penderitanya. Selain sebagai penyebab kematian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada penderitanya. Selain sebagai penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. lebih dini pada usia bayi, atau bahkan saat masa neonatus, sedangkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah kelainan struktur dan fungsi pada jantung yang muncul pada saat kelahiran. (1) Di berbagai negara maju sebagian besar pasien PJB
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan perubahan hemodinamik yang signifikan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propofol telah digunakan secara luas untuk induksi dan pemeliharaan dalam anestesi umum. Obat ini mempunyai banyak keuntungan seperti mula aksi yang cepat dan pemulihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak dengan manifestasi klinis yang paling sering, dan merupakan penyebab
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan jenis penyakit jantung yang paling banyak dengan manifestasi klinis yang paling sering, dan merupakan penyebab kematian tertinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Infark miokard akut merupakan salah satu penyakit. yang tergolong dalam non-communicable disease atau
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Infark miokard akut merupakan salah satu penyakit yang tergolong dalam non-communicable disease atau penyakit tidak menular (PTM) yang kini angka kejadiannya makin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) adalah penyakit yang dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) adalah penyakit yang dapat dicegah dan diobati, yang ditandai oleh adanya keterbatasan aliran udara persisten yang biasanya
Lebih terperinciHIPERTENSI ARTERI PULMONAL IDIOPATIK
1 HIPERTENSI ARTERI PULMONAL IDIOPATIK Augustine Purnomowati Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran UNPAD Bandung 2 Hipertensi Arteri Pulmonal Idiopatik Penerbit Departemen Kardiologi
Lebih terperinciDefinisi Rehab Jantung
Rehab Jantung Definisi Rehab Jantung Serangkaian kegiatan diperlukan untuk mempengaruhi penyebab penyakit jantung dan mencapai kondisi fisik, mental dan sosial terbaik, sehingga mereka dapat mempertahankan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan gangguan kesehatan yang mematikan. Hipertensi dijuluki sebagai silent killer, karena klien sering tidak merasakan adanya gejala dan baru
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gagal jantung adalah keadaan patofisiologi dimana jantung gagal mempertahankan sirkulasi adekuat untuk kebutuhan tubuh meskipun tekanan pengisian cukup. Gagal jantung
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah penyakit kardiovaskular yang terjadi
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyakit Jantung Bawaan Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah penyakit kardiovaskular yang terjadi sejak lahir, dimana terjadi anomali perkembangan struktur kardiovaskular seperti
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit Jantung Bawaan adalah kelainan struktural jantung atau pembuluh
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Jantung Bawaan Penyakit Jantung Bawaan adalah kelainan struktural jantung atau pembuluh darah besar intratorakal yang terjadi pada saat pembentukan sistem kardiovaskular
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup biasanya memiliki arti yang berbeda-beda tergantung dari konteks yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidak mudah untuk mendefenisikan kualitas hidup secara tepat. Kualitas hidup biasanya memiliki arti yang berbeda-beda tergantung dari konteks yang dibicarakan dan digunakan.
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru yang dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN penduduk Amerika menderita penyakit gagal jantung kongestif (Brashesrs,
I. PENDAHULUAN Masalah kesehatan dengan gangguan sistem kardiovaskular masih menduduki peringkat yang tinggi. Menurut data WHO dilaporkan bahwa sekitar 3000 penduduk Amerika menderita penyakit gagal jantung
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. antaranya mengalami kecacatan. (Markus, et al, 2010). Di Indonesia, 8 dari 1000
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap tahun, 15 juta orang di dunia menderita stroke dan 5 juta orang di antaranya mengalami kecacatan. (Markus, et al, 2010). Di Indonesia, 8 dari 1000 orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jantung adalah organ yang sangat vital bagi manusia, jantung merupakan pompa muskular yang menggerakan darah untuk membawa nutrien dan gas ke semua sel, jaringan, organ
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sekarang ini, puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) dituntut untuk menjadi gate keeper pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan kemakmuran di negara berkembang banyak disoroti. Peningkatan pendapatan perkapita dan perubahan gaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbesar menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia (Misbach, 2011).
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Stroke adalah salah satu sindrom neurologi yang merupakan ancaman terbesar menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia (Misbach, 2011). Stroke merupakan penyebab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyebab stenosis mitral paling sering adalah demam rematik, kemudian dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Stenosis mitral adalah kondisi dimana terjadi hambatan aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri pada fase diastolik akibat penyempitan katup mitral. 1 Penyebab
Lebih terperinciBAYI DENGAN RESIKO TINGGI: KELAINAN JANTUNG KONGENITAL. OLEH. FARIDA LINDA SARI SIREGAR, M.Kep
BAYI DENGAN RESIKO TINGGI: KELAINAN JANTUNG KONGENITAL OLEH. FARIDA LINDA SARI SIREGAR, M.Kep PENDAHULUAN Sekitar 1% dari bayi lahir menderita kelainan jantung bawaan. Sebagian bayi lahir tanpa gejala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit Arteri Perifer (PAP) adalah suatu kondisi medis yang disebabkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Arteri Perifer (PAP) adalah suatu kondisi medis yang disebabkan oleh adanya sumbatan pada arteri yang mendarahi lengan atau kaki. Arteri dalam kondisi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Batasan Kualitas Hidup Kualitas hidup adalah keadaan yang dipersepsikan terhadap keadaan seseorang sesuai konteks budaya dan sistem nilai yang dianutnya, termasuk tujuan hidup,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper &
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala merupakan salah satu kasus penyebab kecacatan dan kematian yang cukup tinggi dalam bidang neurologi dan menjadi masalah kesehatan oleh karena penderitanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan merupakan penyebab peningkatan morbiditas dan mortalitas pasien jantung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal jantung merupakan tahap akhir dari seluruh penyakit jantung dan merupakan penyebab peningkatan morbiditas dan mortalitas pasien jantung (Maggioni, 2005). Kejadian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terjadinya transisi epidemiologi secara paralel, transisi demografi dan transisi teknologi di Indonesia dewasa ini telah mengubah pola penyebaran penyakit dari penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di negara-negara barat. Penyakit jantung koroner akan menyebabkan angka
BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Penelitian Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab kematian terbanyak di negara-negara barat. Penyakit jantung koroner akan menyebabkan angka morbiditas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN UKDW. penyakit degeneratif dan man made diseases yang merupakan faktor utama masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terjadinya transisi epidemiologi yang sejalan dengan transisi demografi dan transisi teknologi di Indonesia dewasa ini telah mengakibatkan perubahan pola penyakit dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kardiotoksisitas adalah efek samping yang tidak diinginkan pada jantung dan pembuluh darah yang disebabkan karena efek kemoterapi. Diantara efek kardiotoksisitas pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure (CHF) menjadi yang terbesar. Bahkan dimasa yang akan datang penyakit ini diprediksi akan terus bertambah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup penduduk dunia membawa dampak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup penduduk dunia membawa dampak terhadap pergeseran epidemiologi penyakit. Kecenderungan penyakit bergeser dari penyakit dominasi penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. paling sering adalah berupa angina pektoris stabil (Tardif, 2010; Montalescot et al.,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada penyakit jantung koroner (PJK) terdapat kondisi dimana terjadi ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan kebutuhan yang menyebabkan kondisi hipoksia pada miokardium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proporsi usia lanjut (WHO, 2005, pp. 8-9). Di Indonesia, data survei kesehatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia sebagai penyebab utama kedua kematian di negara maju dan di antara tiga penyebab utama kematian di negara
Lebih terperinciGambar 1. Atresia Pulmonal Sumber : (http://www.mayoclinic.org/images/pulmonary-valve-atresia-lg-enlg.jpg)
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FKUP RSHS BANDUNG TUGAS PENGAYAAN Oleh : Asri Rachmawati Pembimbing : dr. H. Armijn Firman, Sp.A Hari/Tanggal : September 2013 ATRESIA PULMONAL PENDAHULUAN Atresia pulmonal
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan. yang ditandai oleh progresivitas obstruksi jalan nafas yang tidak sepenuhnya
Bab I Pendahuluan Latar Belakang Penelitian Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) didefinisikan sebagai penyakit yang ditandai oleh progresivitas obstruksi jalan nafas yang tidak sepenuhnya reversibel,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gagal jantung merupakan kegawatdarutan pediatrik dimana jantung tidak mampu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Gagal jantung merupakan kegawatdarutan pediatrik dimana jantung tidak mampu memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh, yang ditandai dengan disfungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. banyak ditemukan dengan insiden antara 8-10 kejadian setiap 1000 kelahiran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah suatu kelainan bawaan yang cukup banyak ditemukan dengan insiden antara 8-10 kejadian setiap 1000 kelahiran hidup. Angka
Lebih terperinciB A B I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) dengan penyakit kardiovaskular sangat erat
B A B I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) dengan penyakit kardiovaskular sangat erat kaitannya. Pasien dengan diabetes mellitus risiko menderita penyakit kardiovaskular meningkat menjadi
Lebih terperincijantung dan stroke yang disebabkan oleh hipertensi mengalami penurunan (Pickering, 2008). Menurut data dan pengalaman sebelum adanya pengobatan yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia saat ini adalah penyakit gagal jantung (Goodman and Gilman, 2011). Menurut data WHO 2013 pada tahun 2008,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jantung merupakan suatu organ yang memompa darah ke seluruh organ tubuh. Jantung secara normal menerima darah dengan tekanan pengisian yang rendah selama diastol dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Diabetes melitus tipe 2 adalah sindrom metabolik. yang memiliki ciri hiperglikemia, ditambah dengan 3
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Diabetes melitus tipe 2 adalah sindrom metabolik yang memiliki ciri hiperglikemia, ditambah dengan 3 patofisiologi dasar : sekresi insulin yang terganggu, resistensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan penyulit medis yang sering ditemukan pada kehamilan yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas baik ibu maupun perinatal. Hipertensi dalam
Lebih terperinciPrevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit hipertensi atau disebut juga tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah meningkat secara kronis. Tekanan darah pasien
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal jantung merupakan kondisi medis yang bersifat kronis dan progresif dimana jantung tidak dapat menyediakan aliran darah atau tekanan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Warfarin merupakan antagonis vitamin K yang banyak digunakan sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Warfarin merupakan antagonis vitamin K yang banyak digunakan sebagai antikoagulan oral untuk terapi tromboembolisme vena dan untuk mencegah emboli sistemik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Asia saat ini terjadi perkembangan ekonomi secara cepat, kemajuan industri, urbanisasi dan perubahan gaya hidup seperti peningkatan konsumsi kalori, lemak, garam;
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gagal jantung adalah sindroma klinis yang kompleks yang timbul akibat kelainan struktur dan atau fungsi jantung yang mengganggu kemampuan ventrikel kiri dalam mengisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. penyakit yang merusak nefron ginjal (Price dan Wilson, 2006).
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat (biasanya berlangsung beberapa tahun), ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. Gagal jantung kronik (GJK) merupakan penyakit yang sering muncul dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Gagal jantung kronik (GJK) merupakan penyakit yang sering muncul dan menjadi penyebab kematian tertinggi pada pasien rawat inap terutama usia lanjut (Croft
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kardiovaskular menempati urutan pertama penyebab kematian di seluruh dunia. Sebanyak 17.3 juta orang diperkirakan meninggal oleh karena penyakit kardiovaskular
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. termasuk dalam segi fungsi fisik, interaksi sosial, dan keadaan mental (Jonsen, 2006). Penilaian
BAB V PEMBAHASAN Kualitas hidup merupakan persepsi subjektif, yang berasal dari pasien dalam menilai pengalaman/kenyataan hidupnya secara keseluruhan atau sebagian sebagai baik atau buruk; termasuk dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kematian ketiga terbanyak di negara-negara maju, setelah penyakit jantung dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan masalah kesehatan yang penting. Stroke sampai saat ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang utama serta merupakan penyebab kematian ketiga
Lebih terperinciBAB I dekade berada pada peringkat ke-3 (Minino et al., 2011). Menurut American
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah penyakit serebrovaskular yang memiliki gejala onset mendadak. Definisi stroke secara klinis meliputi empat komponen yakni, kerusakan atau defisit neurologis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, didapatkan peningkatan insiden dan prevalensi dari gagal ginjal, dengan prognosis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang ditandai dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan 140 mmhg dan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Stroke WHO mendefinisikan stroke sebagai gangguan saraf yang menetap baik fokal maupun global(menyeluruh) yang disebabkan gangguan aliran darah otak, yang mengakibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bell s palsy adalah paralisis saraf fasial unilateral akut yang
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Bell s palsy adalah paralisis saraf fasial unilateral akut yang pertama kali dideskripsikan pada tahun 1821 oleh seorang anatomis dan dokter bedah bernama Sir Charles
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. PPOK merupakan penyakit yang dapat dicegah dan diobati dengan beberapa efek
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PPOK merupakan penyakit yang dapat dicegah dan diobati dengan beberapa efek ekstraparu yang signifikan dan berpengaruh terhadap keparahan penderita. Menurut GOLD (Global
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gejala negatif skizofrenia merupakan dimensi psikopatologi penting yang mencerminkan tidak adanya atau berkurangnya perilaku dan fungsi normal, termasuk kekurangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut American Heart Association (2015), Penyakit Jantung Bawaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut American Heart Association (2015), Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Gambaran Umum Penelitian Proses pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota Yogyakarta pada tanggal 9 Agustus - 1 September 2016. Data dikumpulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit yang mempunyai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit yang mempunyai karakteristik keterbatasan aliran nafas yang persisten, bersifat progresif dan berkaitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. Hipertensi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu kondisi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Hipertensi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu kondisi dimana pembuluh darah memiliki tekanan darah tinggi (tekanan darah sistolik 140 mmhg
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri, mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. observasi analitik. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional atau
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode observasi analitik. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional atau potong
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akhir-akhir ini prevalensinya meningkat. Beberapa penelitian epidemiologi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) tipe 2 merupakan 90% dari semua kasus DM, yang akhir-akhir ini prevalensinya meningkat. Beberapa penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beberapa dekade terakhir ini, namun demikian perkembangan pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang International Association for the Study of Pain (IASP) mendefinisikan nyeri sebagai sensasi yang tidak mengenakkan dan biasanya diikuti oleh pengalaman emosi tertentu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara umum stroke merupakan penyebab kematian yang ketiga
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Secara umum stroke merupakan penyebab kematian yang ketiga terbanyak di Amerika Serikat setelah penyakit jantung dan kanker, demikian juga diberbagai negara di dunia
Lebih terperinciMONITORING HEMODINAMIK TIM ICU INTERMEDIATE ANGKATAN I
MONITORING HEMODINAMIK TIM ICU INTERMEDIATE ANGKATAN I Hemodinamik Aliran darah dalam sistem peredaran tubuh kita baik sirkulasi magna/ besar maupun sirkulasi parva/ sirkulasi dalam paru paru. Monitoring
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jaringan akan membentuk organ yang melakukan tugas tertentu. Masing-masing
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tubuh manusia tersusun atas sel-sel yang membentuk jaringan, dan kelompok jaringan akan membentuk organ yang melakukan tugas tertentu. Masing-masing organ memiliki
Lebih terperinciEvaluasi Uji Klinik. Yusi Anggriani, S.Si, Apt, M.Kes
Evaluasi Uji Klinik Yusi Anggriani, S.Si, Apt, M.Kes Tujuan Instruksional Setelah kuliah dan diskusi, mahasiswa diharapkan: Mengetahui dan mampu menjelaskan tentang literatur primer. Mengetahui dan memaham
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada tahap ini ditandai dengan menurunnya kemampuan kerja tubuh (Nugroho, 2007). Semakin bertambahnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jantung yang utama adalah sesak napas dan rasa lelah yang membatasi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal jantung adalah sindroma klinis yang kompleks (sekumpulan tanda dan gejala) akibat kelainan struktural dan fungsional jantung. Manifestasi gagal jantung yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berlangsung lebih dari 24 jam (kecuali ada intervensi bedah atau membawa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stroke merupakan suatu sindrom yang ditandai gangguan fungsional otak fokal maupun global secara mendadak yang berkembang dengan sangat cepat berlangsung lebih
Lebih terperinci