BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi

1 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Kesimpulan-kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai optimalisasi kinerja Bappeda Kota Surakarta dalam Proses Perencanaan Pembangunan Partisipatif ini meliputi : 1. Proses Perencanaan Pembangunan Partisipatif Proses Perencanaan Pembangunan Partisipatif di Kota Surakarta meliputi empat tahapan, yakni tahap Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kelurahan (Musrenbangkel), Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kecamatan (Musrenbangcam), Forum Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), serta Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kota (Musrenbangkot). Seluruh tahapan tersebut merupakan urutan tahapan dalam penyusunan rencana pembangunan yang berbasis pada masyarakat di Kota Surakarta. Musrenbangkel merupakan forum masyarakat, multi stakeholders dan pemerintah kelurahan untuk menyusun perencanaan pembangunan yang demokratis, berbasis pada masyarakat di tingkat kelurahan. Musrenbangcam merupakan forum musyawarah perencanaan pembangunan partisipatif yang demokratis di tingkat kecamatan, yang dimaksudkan sebagai wahana tindak lanjut pertemuan Musrenbangkel yang tujuannya adalah melakukan sinkronisasi dan kompilasi program perencanaan pembangunan antara hasil Musrenbangkel dengan program unit kerja di lingkungan Pemerintah Kota

2 Surakarta. Forum SKPD merupakan forum musyawarah antara pemangku kepentingan pembangunan untuk membahas rumusan kegiatan pembangunan hasil Musrenbangcam dan rumusan kegiatan komunitas sektoral dalam rangka menyepakati Daftar Skala Prioritas kegiatan dalam Rancangan Rencana Kerja SKPD. Sedangkan Musrenbangkot merupakan forum tertinggi di tingkat kota untuk malakukan koordinasi dan sinkronisasi hasil Musrenbangcam dengan perencanaan program dari unit kerja di Lingkungan Pemerintah Kota Surakarta dan program kegiatan berbasis kota. Adapun tujuan dari Musrenbangkot adalah koordinasi dan sinkronisasi seluruh permasalahan kota untuk disusun Daftar Skala Prioritas (DSP) pembangunan Kota Surakarta sebagai bahan penyusunan APBD untuk tahun anggaran berikutnya. Dilihat dari sisi proses, pola Perencanaan Pembangunan Partisipatif terlihat lebih positif dibanding dengan pola lama, meskipun dalam kualitas masih perlu ditingkatkan. Mekanisme perencanaan partisipatif ini mempunyai tujuan agar program yang dilaksanakan lebih tepat sasaran, terjadinya kohesifitas diantara pelaku pembangunan secara optimal, pengawasan masyarakat dapat berfungsi dengan baik, sehingga kinerja pemerintah akan lebih terukur, tidak sektoral, utuh dan komprehensif serta jelas pertanggung jawabannya. 2. Kinerja Bappeda Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa kinerja Bappeda Kota Surakarta dalam pelaksanaan Musrenbangkel, Musrenbangcam, Forum SKPD serta Musrenbangkot telah sesuai dengan Peraturan Walikota Surakarta No. 51 Tahun Proses pendampingan yang dilaksanakan dalam persidangan Musrenbangkel

3 dan Musrenbangcam menunjukkan bahwa Bappeda hanya berperan untuk memberikan asistensi pada panitia penyelenggara mengenai petunjuk mekanisme persidangan. Asistensi ini dimaksudkan agar mekanisme persidangan di lapangan tetap mengacu pada buku pedoman. Bappeda juga berperan sebagai mediator jika terjadi persoalan dalam proses persidangan, khususnya dalam menentukan skala prioritas permasalahan pembangunan. Karena seringkali penyusunan permasalahan dari masyarakat masih berdasarkan pada keinginan semata bukan kebutuhan masyarakat. Bappeda membantu dengan memberikan pertimbangan-pertimbangan mengenai kebutuhan, analisa potensi serta hasilnya. Namun keputusan akhir tetap diserahkan pada masyarakat. Bappeda juga berperan untuk mengatur jadwal Musrenbangkel, Musrenbangcam, hal ini dilakukan untuk memudahkan mekanisme kontrol Bappeda dalam pelaksanaannya. Begitu pula dengan pelaksanaan Forum SKPD dan Musrenbangkot, Bappeda hanya sebagai penyelenggara saja. Mengenai subtansi persidangan tetap diserahkan pada masyarakat. Hanya mungkin masih perlu adanya beberapa peningkatan terkait dengan kinerja Bappeda ini, yakni peningkatan kapasitas aparat Bappeda yang diturunkan dalam Musrenbangkel dan Musrenbangcam agar mereka benar-benar mampu melaksanakan peran pendampingan dengan lebih baik lagi. Penyusunan jadwal Musrenbangkel dan Musrenbangcam sebaiknya dibuat lebih longgar agar pihak kelurahan dan kecamatan setempat mempunyai waktu yang cukup sehingga dapat melakukan persiapan persidangan dengan lebih baik. 3. Optimalisasi Kinerja Bappeda dalam mendukung Efektivitas Perencanaan Pembangunan Partisipatif

4 Hasil penelitian tentang optimalisasi kinerja Bappeda dalam Perencanaan Pembangunan Partisipatif menunjukkan bahwa Bappeda telah mampu berperan sebagai fasilitator pembangunan daerah, khususnya di Kota Surakarta. Peran pendampingan dalam Musrenbangkel dan Musrenbangcam serta sebagai pihak penyelenggara dalam Forum SKPD dan Musrenbangkot menunjukkan Bappeda Kota Surakarta selaku unsur pemerintah daerah tidak lagi mendominasi dalam penyusunan kebijakan pembangunan di Kota Surakarta. Peran telah bergeser pada masyarakat. Konsep Perencanaan Pembangunan Partisipatif di Kota Surakarta memang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan masyarakat dan meletakkan masyarakat sebagai subyek pembangunan sehingga masyarakat dapat mengetahui arah pembangunan dengan jelas. Kinerja Bappeda di atas mampu mendukung efektivitas Perencanaan Pembangunan Partisipatif yakni dalam mendukung penyelenggara pemerintah daerah (Kelurahan, Kecamatan, dan Kota) sebagai fasilitator pembangunan. Kesimpulan ini ditarik berdasarkan hasil penelitian di atas, bahwa saat ini penyusunan program kegiatan pembangunan Kota Surakarta lebih mengedepankan partisipasi aktif masyarakat, kedudukan dan fungsi aparat pemerintah Kota Surakarta hanya sebagai pelayan masyarakat (public service) atau fasilitator pembangunan. B. SARAN Untuk meningkatkan optimalisasi kinerja Bappeda Kota Surakarta dalam proses Perencanaan Pembangunan Partisipatif, maka saran-saran yang akan penulis sampaikan adalah sebagai berikut : 1. Perlunya sosialisasi pelaksanaan kegiatan Musrenbangkel dari Bappeda kepada pemerintah kelurahan setempat yang sebaiknya dilakukan jauh-jauh hari

5 sebelumnya, agar dengan adanya hal tersebut pemerintah kelurahan akan dapat melakukan persiapan pelaksanaan Musrenbangkel dengan lebih baik. 2. Perlunya peningkatan kapasitas aparat Bappeda yang diturunkan di lapangan agar mereka benar-benar memiliki kemampuan dalam menjalankan perannya sebagai fasilitator dalam kegiatan Musrenbangkel dan Musrenbangcam. 3. Perlunya adanya fasilitator masyarakat dan fasilitator forum. Fasilitator masyarakat berfungsi untuk mengkristalkan usulan-usulan kelompok masyarakat agar menjadi sebuah kebutuhan dan kegiatan yang diusulkan pada forum. Fasilitator ini kemudian mengkomunikasikan kepada pihak-pihak pemangku kepentingan seperti pihak kelurahan, LPMK. Sedangkan fasilitator forum berfungsi merumuskan dan mengerucutkan usulan kebutuhan yang telah disusun masyarakat. Fasilitator ini berasal dari masyarakat yang memiliki waktu luas agar mereka memiliki kesempatan untuk mendengar, berdiskusi dan menyusun kebutuhan bersama masyarakat. 4. Perlu adanya peningkatan keterlibatan kelembagaan sektor informal dalam setiap forum CDS, sehingga perwakilan kelembagaan informal dalam setiap forum penyusunan kebijakan pembangunan dapat meningkat. Kelompok sektoral juga harus diberi kesempatan untuk hadir dan terlibat dalam Musrenbang tingkat kecamatan karena keberadaan dan persoalan mereka lintas kelurahan. Misalnya keberadaan PKL secara individu mereka berdomisili di satu kelurahan tetapi aktivitas bekerja mereka bisa lintas kelurahan. Penanganan persoalan sektoral juga akan lebih komprehensif bila dilakukan di tingkat kecamatan atau kota tergantung keberadaan kelompok sektoral tersebut.

6