BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pelayanan Sosial dan Fungsi Pelayanan Sosial

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pelayanan Sosial dan Fungsi Pelayanan Sosial"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelayanan Sosial dan Fungsi Pelayanan Sosial Pengertian Pelayanan Sosial Pelayanan sosial (Social Service) merupakan istilah yang tidak mudah untuk di jelaskan (Romanyshyn,1971;Wickenden, 1976). Pertama-tama, kesulitannya karena kata service mempunyai berbagai arti seperti pekerjaan atau kewajiban yang dilakukan untuk pemerintah, perusahaan, atau militer. Kata ini juga dapat berarti bagian dari suatu organisasi pemerintah seperti Civil Service dan Diplomatic Service. Kata service juga dapat diartikan perawatan dan perbaikan kendaraan dan mesin secara reguler; dan juga digunakan sebagai pukulan awal dalam tenis atau badminton. Kata ini juga sering diartikan sebagai jasa seperti dalam goods and services, yaitu barang dan jasa dan sebagainya. Selain itu, pengertian pelayanan sosial tidak sama untuk negara yang berbeda. Diinggris, misalnya, istilah itu digunakan untuk semua pelayanan (services) dan manfaat (benefits) yang berorientasi orang (wickenden,1976).spicker (1995), seorang penuis inggris, menyatakan bahwa pelayanan sosial meliputi jaminan sosial, perumahan, kesehatan, pekerjaan sosial, dan pendidikan (sebagai lima besar). Ini merupakan pelayanan sosial secara luas. Hal ini hampir sama dengan apa yang dikemukakan oleh Kahndan Kamerman (1976) yang menyatakan bahwa lima pelayanan sosial dasar adalah pendidikan, transfer penghasilan (yang sering disebut sebagai jaminan sosial), kesehatan, perumahan, dan pelatihan kerja. Kahn dan Kamerman selanjutnya menyatakan bahwa sistem keenam yang baru muncul adalah pelayanan sosial personal (personal social services) atau disebut juga sebagai pelayanan sosial umum (general social services) Spicker juga menyatakan bahwa

2 kadang-kadang lima pelayanan sosial tersebut diperluas yang meliputi pelayanan lain seperti pekerjaan, pelayanan nasihat dan penjagaan ketertiban. Dikatakan oleh spicker bahwa penggunaan istilah pelayanan sosial tidak konsisten dan berada dari satu negara dengan negara lainnya. Kesejahteraan sosial sebagai suatu kondisi dapat terlihat dalam rumusan Undang-undang Republik Indonesia nomor 11 tahun 2009 tentang ketentuanketentuan pokok Kesejahteraan Sosial Pasal 2 Ayat 1 : kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial materil maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir dan batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah, sosial yang sebaik-baiknya bagi diri keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan pancasila. Romanyshyn (1971) memberikan arti pelayanan sosial sebagai usahausaha untuk mengembalikan, mempertahankan, dan meningkatkan keberfungsian sosial individu-individu dan keluarga-keluarga melalui (1) sumber-sumber sosial pendukung, dan (2) proses-proses yang meningkatkan kemampuan individu-individu dan keluarga-keluarga untuk mengatasi stres dan tuntutan-tuntutan kehidupan sosial yang normal. Pengertian yang dikemukakan oleh Romanyshyn ini mendekati pengertian dan fungsi pekerjaan sosial. Dari berbagai pengertian diatas dapat terlihat ruang lingkup pengertian kesejahteraan sosial yang sebenarnya sangat meluas dan melingkupi berbagai aspek kehidupan. Dalam kesejahteraan sosial juga terdapat usaha kesejahteraan sosial, dimana pelayanan sosial juga termasuk dari salah satu didalamnya. Pelayanan sosial diartikan dalam dua macam, yaitu:

3 a) Pelayanan sosial dalam arti luas adalah pelayanan sosial yang mencakup fungsi pengembangan termasuk pelayanan sosial dalam bidang pendidikan, kesehatan, perumahan, tenaga kerja, dan sebagainya. b) Pelayanan sosial dalam arti sempit atau disebut juga pelayanan kesejahteraan sosial mencakup program pertolongan dan perlindungan kepada golongan yang tidak beruntung seperti pelayanan sosial bagi anak terlantar, keluarga miskin, cacat, tuna sosial dan sebagainya. Maka dapat diartikan bahwa pelayanan sosial adalah kegiatan-kegiatan atau program-program yang dilakukan oleh lembaga-lembaga kesejahteraan sosial dimana Sepanjang kegiatan-kegiatan itu diarahkan pada tujuan-tujuan kesejahteraan sosial, maka kegiatan-kegiatan itu dikatakan sebagai pelayanan sosial. Pada umumnya baik kualitas maupun kuantitas dari pada pelayanan sosial akan berbedabeda sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemakmuran suatu negara dan juga sesuai dengan faktor sosiokultur dan politik yang juga menentukan masalah prioritas pelayanan. Pendampingan sosial merupakan salah satu strategi pelayanan. Sesuai dengan prinsip pekerjaan sosial, yakni membantu orang agar mampu membantu dirinya sendiri, pendampingan terhadap klien merupakan partisipasi nyata sebagai wujud kepedulian terhadap mereka. Dalam konteks ini, peranan seorang pekerja sosial diwujudkan dalam kapasitasnya sebagai pendamping, bukan sebagai penyembuh atau pemecah masalah secara langsung. Pendamping sosial hadir sebagai agen perubah yang turut terlibat membantu memecahkan persoalan yang dihadapi klien. Dengan demikian, pendampingan sosial dapat diartikan sebagai interaksi dinamis antara klien dan pekerja sosial untuk secara bersama menghadapi beragam

4 masalah yang dihadapi klien.yang dikaji menggunakan pendekatan Pelayanan Sosial menurut Sulistyani (2010:83) yaitu: 1. Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri. 2. Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapankecakapan ketrampilan agar terbuka wawasan dan memberikan dasar sehingga mengambil peran dalam pembangunan 3. Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan ketrampilan sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk mengantarkan pada kemandiran Fungsi-fungsi Pelayanan Sosial Pelayanan sosial dapat dikategorikan dalam berbagai cara tergantung dari tujuan klasifikasi. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengemukakan fungsi pelayanan sosial sebagai berikut : a. Peningkatan kondisi kehidupan masyarakat b. Pengembangan sumber-sumber manusiawi c. Orientasi masyarakat terhadap perubahan-perubahan sosial dan penyesuaian sosial. d. Mobilisasi dan pencipta sumber-sumber masyarakat untuk tujuan pembangunan e. Penyediaan dan penyelenggaraan struktur kelembagaan untuk tujuan agar pelayanan-pelayanan yang terorganisasi dapat berfungsi (Muhidin, 19992:42)

5 Pelayanan sosial untuk sosialisasi dan pengembangan dimaksudkan untuk mengadakan perubahan-perubahan dalam diri anak dan pemuda melalui program-program pemeliharaan, pendidikan (non formal) dan pengembangan. Pelayanan sosial untuk penyembuhan, perlindungan dan rehabilitas mempunyai tujuan untuk melaksanakan pertolongan kepada seseorang, baik secara individual maupun didalam kelompok/keluarga dan masyarakat agar mampu mengatasi masalah-masalahnya. Dengan adanya berbagai kesenjangan, maka pelayanan sosial disini mempunyai fungsi sebagai akses untuk menciptakan hubungan bimbingan yang sehat antara berbagai program, sehingga program-program pelayanan tersebut dapat berfungsi dan dimanfaatkan oleh masyarakat yang membutuhkannya. 2.2 Kemiskinan atau Keluarga Miskin Pengertian Kemiskinan atau Keluarga Miskin Berbicara tentang kemiskinan berarti berbicara tentang harkat dan martabat manusia. Jika ditinjau dari pihak yang mempersoalkan dan mencoba mencari solusi atas masalah kemiskinan, dapat dikemukakan bahwa kemiskinan merupakan masalah pribadi, keluarga, masyarakat, negara, bahkan dunia. Demikian halnya dengan negara, baik ditingkat pusat maupun daerah, melalui berbagai kementerian, dinas maupun badan memiliki berbagai program penanggulangan masalah kemiskinan. Kemiskinan identik dengan suatu penyakit. Oleh karena itu langkah pertama penanggulangan masalah kemiskinan adalah memahami kemiskinan sebagai suatu masalah. Masalah kemiskinan dipandang dalam dua aspek yakni sebagai suatu kondisi dan sebagai suatu proses. Dipandang dari kemiskinan sebagai suatu kondisi

6 adalah suatu fakta dimana seseorang atau sekelompok orang hidup dibawah atau lebih rendah dari kondisi hidup layak sebagai manusia disebabkan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sementara kemiskinan sebagai suatu proses adalah proses menurunnya daya dukung terhadap hidup seseorang atau sekelompok orang sehingga pada gilirannya ia atau kelompok tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dan tidak pula mampu mencapai taraf kehidupan yang dianggap layak sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia Castells (1998) mengemukakan kemiskinan adalah suatu tingkat kehidupan yang berada dibawah standar kebutuhan hidup minimum agar manusia dapat bertahan hidup. Adapun standar kebutuhan minimum dimaksud pada umumnya ditetapkan berdasarkan kebutuhan pokok pangan. Hal ini berarti bahwa justru kondisi miskin itulah yang kemudian mengakibatkan manusia memasuki kehidupan dengan standar tertentu yang dianggap layak dari segi kemanusiaan. Dengan demikian keluarga miskin adalah keluarga yang tidak mampu memenuhi kebutuhan fisik minimumnya sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia Ciri-ciri Kemiskinan Suatu studi menunjukkan adanya lima ciri-ciri kemiskinan, yakni : 1. Mereka yang hidup dibawah kemiskinan pada umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri, seperti tanah yang cukup luas, modal yang memadai, ataupun ketrampilan yang memadai untuk melakukan suatu aktivitas ekonomi sesuai dengan mata pencahariannya. 2. Mereka pada umumnya tidak mempunyai kemungkinan atau peluang untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri.

7 3. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah, misalnya tidak sempat tamat SD, atau hanya tamat SD. Kondisi seperti ini akan berpengaruh terhadap wawasan mereka. Beberapa penelitian antara lain menyimpulkan bahwa waktu mereka pada umumya habis tersisa semata-mata hanya untuk mencari nafkah sehingga tidak ada lagi waktu untuk belajar atau meningkatkan ketrampilan. 4. Pada umumnya mereka masuk ke dalam kelompok penduduk dengan kategori setengah menganggur. Pendidikan dan ketrampilan yang sangat rendah mengakibatkan akses masyarakat yang miskin ke dalam berbagai sektor formal bagaikan tertutup rapat. Akibatnya mereka terpaksa memasuki sektor-sektor informal. 5. Banyak diantara mereka yang hidup dikota masih berusia muda, tetapi tidak memiliki ketrampilan atau pendidikan yang memadai. Sementara itu kota tidak siap menampung gerak urbanisasi dari yang makin deras Jenis-jenis Kemiskinan Sebagai konsep yang multi dimensi, suatu fakta tentang kemiskinan dapat diidentifikasi dalam berbagai jenis kemiskinan. Hal ini dapat terjadi jika kita melakukan tinjauan dari berbagai aspek atau sudut pandang atas satu fakta tentang kemiskinan itu. Dengan demikian kemiskinan yang secara nyata dialami seseorang atau sekelompok orang secara pasti dapat dikategorikan ke dalam salah satu jenis dari pasangan itu dan memang hanya salah satu dari dua jenis kemiskinan itu. Dengan kata lian, jenis kemiskinan dalam satu pasangan bersifat eksklusif. Sifat pasangan tersebut identik dengan mata uang yang berbeda satu sama lain. Dengan demikian berikut merupakan jenis-jenis kemiskinan :

8 1. Kemiskinan Absolut Kemiskinan absolut adalah suatu kondisi, dimana seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga orang tersebut memiliki taraf kehidupan yang rendah, dianggap tidak layak serta tidak sesuai dengan harkat dan martabat sebagai manusia. 2. Kemiskinan Relatif Kemiskinan relatif dikenal jika kita melakukan kajian atas kemiskinan berdasarkan bagaimana kita memandang dan mengkajinya. Lebih khusus lagi, kemiskinan relatif justru ditemukan jika kajian kita tentang kemiskinan tersebut didasarkan pada komparasi kondisi kehidupan antara seseorang dengan orang lain atau antara satu kelompok dengan kelompok lain. 3. Kemiskinan Massa Kemiskinan massa dapat diartikan sebagai kemiskinan yang dialami secara massal penduduk dalam suatu lingkungan wilayah. 4. Kemiskinan Non Massa Secara umum kemiskinan non massa adalah lawan dari kemiskinan massa. Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa kemiskinan non massa adalah kemiskinan yang dihadapi oleh segelintir orang. 5. Kemiskinan Alamiah Kemiskinan alamiah ditemukan jika kajian tentang kemiskinan itu didasarkan atas faktor-faktor penyebab kemiskinan itu terjadi. Dimana kemiskinna yang terjadi sebagai konsekwensi dari kondisi alam dimana seseorang atau sekelompok orang tersebut bermukim.

9 6. Kemiskinan Kultural Kemiskinan kultur atau kemiskinan budaya dalam kasus ini budaya diidentifikasi sebagai faktor penyebab terjadinya kemiskinan tersebut. Hal ini merupakan konsekwensi logis dari fakta, bahwa membicarakan budaya sesungguhnya kita telah memasuki wilayah dengan unsur-unsur yang sangat sensitif dan sangat berpeluang menimbulkan polemik. 7. Kemiskinan terinovasi Kemiskinan terinovasi merupakan bentuk dan kondisi khusus dari kemiskinan kultural. Ciri khusus kemiskinan terinovasi adalah telah terinternalisasi nilai-nilai negatif dalam diri seseorang atau sekelompok orang dalan memandang diri dan kebutuhannya, sehinga mereka menganggap kehidupan dengan segala kondisinya sebagai sesuatu yang tidak dapat berubah. 8. Kemiskinan Struktural Kemiskinan struktural juga ditemukan jika masalah kemiskinan dikaji dari segi faktor-faktor penyebab kemiskinan itu. Konsep kemiskinan struktural antara lain mendeskripsikan bahwa struktur sosial masyarakat itu sedemikian rupa, sehingga menghambat masyarakat tersebut mengembangkan kahidupannya. 9. Kemiskinan situasional Kemiskinan situasional adalah kondisi kehidupan masyarakat yang tidak layak disebabkan oleh situasi yang ada. Lebih tegasnya, situasi yang ada di lingkungan mana dan saat mana seseorang atau sekelompok orang itu hidup sedemikian rupa sehingga tidak kondusif bagi mereka untuk memenuhi kebutuhan.

10 10. Kemiskinan buatan Kemiskinan buatan merupakan konsep yang ditemukan jika kajian kemiskinan dititikberatkan pada aspek penyebab. Dimana konsep kemiskinan buatan secara khusus ingin memberikan pesan, agar seseorang atau sekelompok orang, terutama mereka yang mengalami kehidupan yang dikategorikan miskin tidak dengan mudah menyalahkan alam sebagai penyebab kemiskinan yang mereka alami. 2.3 Program Pemerintah Dalam Mengatasi Masalah Kemiskinan. Pola perekonomian subsistem yang berarti bahwa aktivitas ekonomi, khususnya pertanian hanya sekadar memenuhi kebutuhan dasar yang diterapkan secara turun-temurun oleh pada umumnya rakyat indonesia pun terusik secara mendasar. Ketidak seimbangan jumlah penduduk indonesia dengan jumlah aparatur penjajah dijadikan dasar untuk melakukan pembeda-bedaan rakyat secara umum hukum. Kemiskinan terutama sebagai akibat ketimpangan ekonomi yang terjadi di antara masyarakat indonesia merupakan fakta yang sudah sangat tua. Ketimpangan itu semakin nyata lagi, saat mana beberapa nama pengusaha Indonesia tercantum dalam deretan daftar orang terkaya di Asia. Sejak awal pembangunan, pemerintah Indonesia tentu sudah mengetahui fakta kemiskinan yang senantiasa eksis sejak zaman penjajahan. Melihat fakta yang ada, sangatlah menarik untuk melakukan kajian dalam bentuk penelitian seputar program yang telah ditetapkan dalam mengatasi masalah kemiskinan. Oleh karena itu, pada uraian berikut akan disajikan beberapa

11 program pemberdayaan masyarakat yang secara khusus ditetapkan dalam upaya mengatasi masalah kemiskinan. masalah kemiskinan: Dengan demikian berikut program-program pemerintah dalam mengatasi a. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri). PNPM mandiri dapat diartikan sebagai program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan masyarakat. b. Program Bantuan Langsung Tunai (BLT). Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) dilatarbelakangi upaya mempertahankan tingkat konsumsi Rumah Tangga Sasaran sebagai akibat adanya kebijakan kenaikan harga BBM. c. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yang dikenal dengan CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu bentuk tanggungjawab perusahaan dalam bentuk keterlibatan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat yang ada disekitarnya d. Program Asuransi Kesejahteraan Sosial (AsKessos) Program asuransi kesejahteraan sosial adalah suatu bentuk perlindungan yang dipersiapkan guna menghadapi kejadiankejadian yang tidak dapat diramalkan, sehingga bila terjadi kerugian-kerugian dapat dibebankan kepada anggota yang mengikuti program asuransi kesejahteraan sosial, yang

12 dikumpulkan dari kontribusi bersama dan merupakan sumber bagi pembayaran klaim. e. Program Keluarga Harapan PKH merupakan suatu program penanggulangan kemiskinan, yang memberikan bantuan tunai Kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM). f. Program Beras Untuk Rakyat Miskin (Raskin) Program beras untuk rakyat miskin (Raskin) merupakan pemenuhan kebutuhan pangan yang menjadi hak setiap warga negara, maka pemerintah menetapkan kebijakan penyediaan dan penyaluran beras bersubsidi bagi kelompok masyarakat miskin (raskin). 2.4 Program Keluarga Harapan (PKH) Latar Belakang Program Keluarga Harapan (PKH) PKH serupa dengan program di negara lain yang dikenal dengan istilah Conditional Cash Transfers (CCT) atau bantuan tunai bersyarat. Program diberikan dalam rangka membantu rumah tangga miskin mempertahankan daya belinya pada saat pemerintah melakukan penyesuaian harga BBM. Di Indonesia, PKH sudah berjalan sejak 2007, menurut Mensos cukup berhasil dilihat dari tingkat partisipasi anak usia sekolah yang pergi ke sekolah terus meningkat, begitu juga dengan partisipasi ibu hamil yang memeriksakan kandungannya sehingga berdampak pada menurunnya angka kematian ibu dan anak. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 40 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat mencantumkan

13 bahwa seluruh peserta PKH merupakan penerima jasa kesehatan gratis yang disediakan oleh program Jamkesmas dan program lain yang diperuntukkan bagi orang tidak mampu. Bagi Peserta PKH yang tidak mempunyai kartu Jamkesmas, untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dengan menunjukkan kartu PKH asli dan menyerahkan foto copy kartu PKH karena peserta PKH secara tidak langsung merupakan peserta Jamkesmas, sehingga memiliki hak yang sama dengan peserta Jamkesmas lain dibidang kesehatan. Kartu PKH bisa digunakan sebagai alat identitas untuk memperoleh pelayanan kesehatan bagi warga rumah tangga sangat miskin (RTSM). Program Keluarga Harapan di Bidang kesehatan ini sangat besar manfaatnya, pihak yang tidak memahami dan tidak bertindak konsisten dengan kenyataan bahwa sumber daya manusia sangat dipengaruhi oleh mutu gizi, kesehatan, dan pendidikan di usia dini dan di masa pertumbuhan anak. Kesehatan terintegrasi dengan berbagai sektor, karena kesehatan tidak akan lepas dari keadaan sosial masyarakat, terutama dalam hal perekonomian. Status ekonomi menjadi tonggak utama yang menyokong kesehatan itu sendiri, karena itu dalam upaya peningkatan status kesehatan sangat diperlukan adanya kerjasama yang berkesinambungan, baik dalam pelaksanaan maupun dalam hal pengawasan. Program Keluarga Harapan (PKH) adalah salah satu Program yang terintegrasi antara kesehatan dengan sosial. PKH memberikan bantuan tunai bersyarat kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM). Peserta PKH adalah masyarakat yang masuk ke dalam kriteria miskin yang telah ditetapkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan memiliki tanggungan ibu hamil, bayi usia di bawah 5 tahun di dalam satu rumah tangga sangat miskin (RTSM).

14 Program ini dilakukan untuk mengurangi angka kemiskinan dan memutus rantai kemiskinan, meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, serta merubah perilaku Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) yang relatif kurang mendukung peningkatan kesejahteraan. PKH dirancang untuk membantu penduduk miskin kluster pertama yakni Bantuan dan Perlindungan Sosial Kelompok Sasaran. Dalam jangka pendek PKH akan memberikan income effect kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) melalui pengurangan beban pengeluaran rumah tangga, sedangkan untuk jangka panjang, program ini akan memutus rantai kemiskinan antar generasi melalui peningkatan kualitas kesehatan atau nutrisi, pendidikan, dan kapasitas pendapatan anak di masa depan (price effect). Dengan adanya PKH diharapkan RTSM memilikiakses yang lebih baik untuk memanfaatkan pelayanan sosial dasar, yaitu kesehatan, pangan dan gizi termasuk menghilangkan kesenjangan sosial, ketidakberdayaan dan keterasingan sosial yang selama ini melekat pada diri warga miskin. Program keluarga Harapan (PKH) merupakan suatu program penanggulangan kemiskinan. Kedudukan PKH merupakan bagian dari programprogram penanggulangan kemiskinan lainnya. PKH berada di bawah koordinasi Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK), baik di Pusat maupun di daerah. Struktur organisasi PKH terdiri dari Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan (UPPKH) Pusat, Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan (UPPKH) Kabupaten/kota, dan Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan (UPPKH) Kecamatan. UPPKH Kecamatan melaporkan setiap bulan kepada UPPKH Kabupaten/kota, yang nantinya akan dilaporkan kepada UPPKH Pusat yang berada di Jakarta.

15 PKH merupakan program lintas Kementerian dan Lembaga, aktor utamanya adalah dari Dinas Sosial, kemudian dibantu oleh BPS, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, PT. Pos Indonesia, Departemen Komunikasi dan Informasi, Kantor PKH kecamatan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan Masyarakat. Dengan demikian, PKH membuka peluang terjadinya sinergi antara program yang mengintervensi sisi pelayaanan (supply) dan Rumah Tangga Sangat Miskin (demand) dengan tetap mengoptimalkan desentralisasi, koordinasi antar sektor, koordinasi antar tingkat pemerintahan, serta antar pemangku kepentingan (stakeholder). Kota medan sumatera utara melaksanakan Program Keluarga Harapan (PKH), untuk mengurangi tingkat kemiskinan serta meningkatkan kesejateraan keluarga, yang salah satunya dalam pengertian PKH jelas disebutkan bahwa komponen yang menjadi fokus utama dalam bahasan ini adalah bidang kesehatan dan pendidikan. Dinas Sosial 2016 jumlah Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) di Kota Medan yang aktif menerima Program Keluarga Harapan yaitu RTSM. Dengan 21 kecamatan yang berhasil disalurkan dari tahun 2008 hingga 2016 saat ini. dan salah satu kecamatan di Kota Medan yang masih aktif menerima Program Keluarga Harapan (PKH)dan mengikuti pelayanan FDS di Kecamatan Medan Baru adalah berjumlah 108 KPM. Sumber dana PKH berasal dari APBN dan APBD untuk operasional manajemen guna kelancaran pelaksanaan di Kabupaten/kota. APBN digunakan untuk bantuan kepada peserta dan gaji dari operator dan pendamping PKH. APBD Kabupaten digunakan untuk operasional PKH seperti rakor, rapat evaluasi, kebutuhan lapangan seperti ATK, dan lain-lain. Pencairan dana dilakukan melalui PT. Pos setiap 3 bulan. Untuk pembiayaan pelayanan bidang kesehatan dari peserta PKH, klaim dimasukkan kedalam pembiayaan Jamkesmas, karena peserta PKH

16 secara tidak langsung merupakan peserta Jamkesmas, sehingga memiliki hak yang sama dengan peserta Jamkesmas lain dibidang kesehatan. Program Keluarga Harapan (PKH) memberikan dampak positif kepada masyarakat Kota Medan Baru. Program ini meningkatkan akses kesehatan bagi peserta dan memiliki cara yang berbeda dengan bantuan tunai lainnya atau program jaminan lainnya, karena peserta PKH memiliki kewajiban-kewajiban bidang kesehatan yang dibebankan kepada peserta dan harus dijalankan sebagai syarat. Program Keluarga Harapan (PKH) ini memiliki kelebihan apabila dibandingkan dengan program bantuan sosial lainnya, karena program ini memiliki kewajiban yang harus dilakukan oleh peserta PKH dan peserta juga didampingi oleh pendamping, sehingga peserta PKH dapat terpantau dengan baik melalui pendamping disetiap wilayah Pengertian Program Keluarga Harpan (PKH) Program Keluarga Harapan (PKH) adalah suatu program yang memberikan bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RSTM), jika mereka memenuhi persyaratan yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia (SDM), yaitu pendidikan dan kesehatan. Program Keluarga Harapan merupakan program perlindungan sosial yang termasuk dalam klaster pertama bagi strategi penanggulangan kemiskinan di Indonesia. Kesinambungan dari program ini akan memberikan kontribusi dalam mempercepat pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium DevelopmentGoals). Ada lima komponen tujuan MDGs yang didukung melalui PKH, yaitu: 1. Penanggulangan kemiskinan ekstrim dan kelaparan.

17 2. Pencapaian pendidikan dasar. 3. Kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. 4. Pengurangan angka kematian anak. 5. Peningkatan kesehatan ibu (Kemensos, 2013:1) Sasaran Program Keluarga Harapan (PKH) Sasaran atau Penerima bantuan PKH adalah Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) yang memiliki anggota keluarga yang terdiri dari anak usia 0-15 tahun dan/atau ibu hamil/nifas dan berada pada lokasi terpilih. Penerima bantuan adalah lbu atau wanita dewasa yang mengurus anak pada rumah tangga yang bersangkutan (jika tidak ada lbu maka: nenek, tante/ bibi, atau kakak perempuan dapat menjadi penerima bantuan). Dengan cakupan imunisasi, pemeriksaan kehamilan, angka partisipasi sekolah dasar, sekolah lanjutan tingkat pertama, sekolah menengah atas dan disabilitas. Jadi, pada kartu kepesertaan PKH pun akan tercantum nama ibu/wanita yang mengurus anak, bukan kepala rumah tangga. Untuk itu, orang yang harus dan berhak mengambil pembayaran adalah orang yang namanya tercantum di Kartu PKH. Calon Penerima terpilih harus menandatangani persetujuan bahwa selama mereka menerima bantuan, mereka akan: (1) Menyekolahkan anak 7-15 tahun serta anak usia tahun namun belum selesai pendidikan dasar 9 tahun wajib belajar; (2) Membawa anak usia 0-6 tahun ke fasilitas kesehatan sesuai dengan prosedur kesehatan PKH bagi anak; dan (3) Untuk ibu hamil, harus memeriksakan kesehatan diri dan janinnya ke fasilitas kesehatan sesuai dengan prosedur kesehatan PKH bagi lbu Hamil Komponen Yang Menjadi Fokus Program Keluarga Harapan (PKH)

18 Rendahnya penghasilan menyebabkan keluarga sangat miskin tidak mampu memenuhi kebu-tuhan kesehatan dan pendidikan, bahkan untuk tingkat minimal sekalipun. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil yang tidak memadai berakibat pada buruknya kondisi kesehatan bayi yang dilahirkan dan seringkali menyebabkan tingginya kematian bayi. Rendahnya kondisi kesehatan keluarga sangat miskin juga berdampak pada tidak optimalnya proses tumbuh kembang anak, terutama pada usia 0-5 tahun. (Aspek Kesehatan) Pedoman Umum PKH Berdasarkan laporan Education for All Global Monitoring Report yang dirilis UNESCO 2011, tingginya angka putus sekolah menyebabkan peringkat indeks pembangunan rendah. Karenanya, Mendorong anak untuk tetap bersekolah pada usia remaja menjadi hal mendasar. Keikutsertaan mereka yang berada di luar sistem sekolah pun harus menjadi perhatian utama. Hal ini karena meningkatnya resiko anak putus sekolah rentan menjadi korban eksploitasi, termasuk perdagangan anak. Bahkan mereka rentan pula terhadap pelanggaran hukum dari penyalahgunaan obat terlarang sampai dengan kriminalitas. Pada usia ini mereka rawan terjangkit HIV/AIDS. Kondisi sosial dan budaya di Indonesia ikut andil meningkatkan resiko tersebut, terutama terhadap para remaja putri. Sampai saat ini tingkat partisipasi anak dalam bersekolah, baik di satuan pendidikan formal maupun informal masih rendah. (Aspek Pendidikan) Pedoman Umum PKH Program pemberdayaan masyarakat melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran memang seringkali berlangsung lambat, tetapi perubahan yang terjadi akan bertahan lama. Proses belajar dalam pemberdayaan bukanlah proses menggurui, melainkan menumbuhkan semangat belajar bersama yang mandiri dan partisipatif. (Family Development Session) Pedoman Umum PKH 2016.

19 2.5 Program PelayananFamily Development Session (FDS) Pengertian Family Development Session (FDS) Pertemuan peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) atau lebih dikenal dengan Family Development Session (FDS) merupakan proses belajar peserta PKH berupa pemberian dan pembahasan informasi praktis di bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi dan kesejahteran keluarga yang disampaikan melalui peretemuan kelompok bulanan (Kemensos, 2016:28). FDS merupakan program pengembangan dari PKH yang nantinya diharapkan dapat membantu pendamping PKH dalam meningkatkan kapasitas diri dan mengubah pola hidup keluarga yang miskin menjadi keluarga yang mapan. Program FDS ini adalah Program pemberdayaan masyarakat melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran memang seringkali berlangsung lambat, tetapi perubahan yang terjadi akan bertahan lama. Proses belajar dalam pemberdayaan bukanlah proses menggurui, melainkan menumbuhkan semangat belajar bersama yang mandiri dan partisipatif (Mead, dalam Mardikanto & Soebiato, 2013:68-69) Pedoman Umum PKH dan FDS Tujuan Program FDS. Setiap program mempunya tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Adapun tujuandari FDS antara lain: 1. Meningkatkan pengetahuan praktis mengenai kesehatan, pola asuh dalam keluarga, ekonomi, dan kesejahteraan keluarga. 2. Meningkatkan kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai anggota masyarakat dengan memberikan kontribusi perubahan kepada masyarakat (empowerment).

20 3. Menjaga dan memperkuat perubahan perilaku positif terkait pendidikan, kesehatan dan kesadaran dalam pertemuan kelompok peserta PKH. 4. Meningkatkan keterampilan orangtua dalam pola pengasuhan anak. 5. Meningkatkan kemampuan peserta untuk mengenali potensi yang ada pada dirinya dan lingkungannya agar dapat digunakan dalam peningkatan kesejahteraan keluarga dan masyarakat. 6. Memberikan pemahaman kepada peserta untuk menemukan potensi lokal agar dapat dikembangkan secara ekonomi (Kemensos, 2016:28-29) Mekanisme Pelaksanaan FDS Program FDS menggunakan strategi pelaksanaan kegiatan secara partisipatif. Strategi ini bertujuan agar peserta dapat mengetahui teknik-teknik partisipasi dalam menyelenggarakan pertemuan, kegiatan ataupun musyawarah warga guna memaksimalkan penyerapan materi demi hasil yang disasar dalam kegiatan FDS. Adapun mekanisme pelaksanaan FDS antara lain: a. Program FDS ini ditujukan kepada para peserta PKH yang memasuki masa transisi dan dapat dimungkinkan untuk graduasi. b. Setiap kelompok diskusi FDS dapat berjumlah rumah tangga anggota PKH yang tempat tinggalnya berdekatan. c. Fasilitator dalam kegiatan FDS, yaitu pendamping PKH. Sebelum melakukan fasilitasi FDS, pendamping PKH harus mengikuti diklat FDS terlebih dahulu. d. Waktu dan lokasi pembelajaran ditentukan oleh kesepakatan antara pendamping dan peserta PKH. Setiap pembelajaran memiliki durasi 120 menit dengan agenda pembukaan, ulasan materi sebelumnya, penyampaian materi dan tanya jawab. Lokasi pembelajaran dapat dilakukan secara

21 bergantian dari satu rumah ke rumah peserta PKH lainnya (Kemensos, 2013:1-2) MATERI PEMBELAJARAN FAMILY DEVELOPMENT SESSION (FDS) Berikut materi pembelajaran FDS terdiri dari 4 modul yang terbagi menjadi beberapa sesi yaitu : 1. MODUL PENGASUHAN DAN PENDIDIKAN ANAK a. Sesi Menjadi Orangtua Yang Lebih Baik Dalam sesi ini memberikan pembelajaran bahwa orang tua memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap perilaku anak sehingga diperlukan pemahaman orang tua terhadap perilaku mendidik anak serta konsekuensi dari perilaku positif dan negatif, dari orang tua terhadap anak. Dalam sesi ini pendamping secara aktif mengajak para peserta pelatihan untuk melakukan simulasi menggenggam pasir yang sesuai dengan modul sesi. Dalam simulasi menggenggam pasir ini dimaksudkan bahwa dalam mengasuh anak itu, tidak boleh mengekang anak terlalu berlebihan, diibaratkan seperti menggenggam pasir di tangan, pasir itu akan semakin lama semakin sedikit dan habis saat digenggam dengan erat. b. Sesi Memahami Perilaku Anak Dalam sesi ini orang tua diberikan pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan perilaku baik anak dan juga diberikan pembelajaran tentang metode yang tepat dalam mengurangi perilaku buruk anak Disebutkan bahwa, ada 2 (dua) cara yaitu: (1) Cara meningkatkan perilaku baik anak, dengan memberikan pujian pada perilaku baik yang sudah dilakukan anak, dan juga memberikan apresiasi terhadap perilaku baik yang sudah dilakukan anak, misalnya dengan memberikan hadiah ketika anak bisa mendapatkan nilai baik di sekolah. (2) Cara mengurangi

22 perilaku buruk anak, dengan memberikan batasan-batasan tertentu pada anak namun tidak mengurangi hak mereka sebagai anak, misalnya membatasi anak menonton acara televisi dengan memberikan jadwal dan mendampingi mereka ketika menonton acara di televisi. c. Sesi Memahami Cara Anak Usia Dini Belajar Dalam sesi ini orang tua di berikan gambaran bahwa bermain sebagai sebuah media untuk anak belajar sesuatu dan juga mengajarkan kepada orang tua tentang berbagai kegiatan bermain sebagaimana kegiatan tersebut nantinya dapat membantu proses pengembangan kemampuan bahasa anak Dunia anak-anak adalah dunia bermain, maka seharusnya orang tua bisa memenuhi hak mereka. Kemampuan berbahasa yang baik, juga dapat membantu anak-anak dalam belajar, semakin tinggi kemampuan anak dalam berbahasa dan berkomunikasi, semakin tinggi pula tingkat kecerdasan anak. Untuk itu, orang tua harus mampu mengarahkan anak mereka agar bisa bermain sekaligus belajar berbahasa dan berkomunikasi dengan baik. d. Membantu Anak Sukses Di Sekolah Dalam sesi ini orang tua di berikan wawasan tentang pentingnya pendidikan anak sejak usia dini dan membantu anak untuk sukses disekolah Pada sesi ini, para peserta diajak untuk mengajak anak mereka yang masih berumur 3 sampai 5 tahun (jika ada). Pendamping biasanya dibantu oleh guru sekolah PAUD desa setempat dalam menjelaskan dan mempraktekkan bersama-sama, bagaimana cara memberikan pembelajaran yang baik bagi anak yang masih berusia dini.

23 2. MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN DAN PERENCANAAN USAHA a. Sesi Mengelola Keuangan Keluarga Membantu peserta mengatur pengeluaran agar seimbang dengan pendapatan, dimana sesi ini mencakup cara-cara seperti: menghitung rata-rata pendapatan dan pengeluaran bulanan serta membuat anggaran bulanan berdasarkan prioritas pengeluaran, mengendalikan pengeluaran sesuai anggaran tersebut. Pada modul pengelolaan keuangan keluarga, para peserta lebih banyak diajak untuk berinteraksi melalui pelatihan-pelatihan soal yang diberikan dan dikerjakan dirumah hasil dari pelatihan soal yang dikerjakan dirumah (PR). Dengan sering memberikan simulasi dan latihan-latihan soal menghitung keuangan, diharapkan nantinya peserta bisa terbiasa menyeimbangkan keuangan keluarga dengan belajar menghitung pemasukan dan pengeluaran keluarga. b. Sesi Cermat Meminjam Dan Menabung Membangun keterampilan meminjam uang secara terencana dan hati-hati agar tidak lantas terjebak hutang, sesi ini berusaha memberikan wawasan tentang tempat meminjam yang tepat dan juga berusaha membangkitkan kesadaran peserta akan pentingnya menabung secara rutin dan disiplin sebagai salah satu cara untuk mengurangi kemungkinan berhutang kembali. Kebutuhan hidup yang semakin lama semakin meningkat, namun tidak diimbangi dengan pemasukan yang bertambah, maka kita untuk mencari tambahan dana untuk menutupi kekurangan keuangan dalam keluarga. Berhutang adalah salah satu cara cepat dalam mengatasi hal tersebut. Dalam sesi ini, pendamping menyampaikan bagaimana cara meminjam / berhutang dengan bijak, tanpa harus merugikan keuangan keluarga nantinya. Dengan berhitung cermat, mempertimbangkan dengan matang biaya-biaya yang harus dibayar, serta

24 memulai menyusun rencana untuk menabung adalah beberapa cara yang disampaikan dalam pelatihan agar para peserta benar-benar bisa keluar dari permasalahan keuangan keluarga, sedikit demi sedikit. c. Sesi memulai Usaha Dalam sesi ini peserta dibantu memahami dasar-dasar untuk memulai mengembangkan, dan memantau keberlanjutan usaha agar dapat menjadi sumber pendapatan keluarga. Dimana langkah perencanaan usaha yang dipelajari meliputi: mengindentifikasi, mengembangkan, dan menilai kelayakan ide usaha, merencanakan keuangan dan pemasaran usaha serta mengelola usaha Dalam modul pengelolaan keuangan dan perencanaan usaha RTSM di berikan pengetahuan dasar untuk mengasah ketrampilan dalam mengelola pendapatan dan pengeluaran sehingga mampu mengurangi permasalahan keuangan dalam keluarga serta mampu merencanakan sebuah usaha demi tercapainya kehidupan ekonomi yang mandiri. 3. PERLINDUNGAN ANAK Maraknya kasus kejahatan terhadap anak belakangan ini membuat khawatir banyak pihak. Untuk itu, pemerintah sangat aktif meng-kampanyekan gerakan anti kekerasan dan kejahatan pada anak. Salah satunya melalui sosialisasi di masyarakat, termasuk melalui pelatihan FDS yang disampaikan oleh pendamping FDS-PKH di Desa Manduro. Diharapkan, nantinya informasi tentang apa dan bagaimana tindak kejahatan dan kekerasan terhadap anak ini bisa dipahami dan diterapkan dari lingkungan paling kecil, yaitu keluarga. Adapun materi tentang perlindungan anak dibagi menjadi 2 sesi, yaitu:

25 a. Pencegahan Kekerasan Terhadap anak Kekerasan terhadap anak adalah setiap perbuatan terhadap anak yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, mental, seksual, psikologi, termasuk penelantaran dan perlakuan buruk yang mengancam integritas tubuh dan merendakan martabat anak (Buku Pintar peserta PKH). b. Pencegahan Penelantaran dan Eksploitasi Terhadap Anak Penelantaran adalah tidak dilakukannya kewajiban dan tanggung jawab orang tua dalam memenuhi kebutuhan dasar anak termasuk kasih sayang dan perhatian terhadap anak. Sedangkan eksploitasi anak adalah pemanfaatan anak untuk memperoleh keuntungan materill maupun immaterill (Buku Modul Perlindungan Anak). Kasus kekerasan pada anak yang marak belakangan ini juga menjadi topik bahasan dalam pelatihan FDS dalam sesi Kekerasan Terhadap Anak disini pendamping menjelaskan tentang akibat dan dampak dari kekerasan terhadap anak, yang terbagi menjadi 2 (dua), yaitu: (1) Dampak fisik, misalnya memar pada tubuh, luka luar maupun luka dalam, lebam pada wajah, dan sebagainya. (2) Dampak nonfisik (psikis), misalnya anak menjadi penakut, kurang percaya diri, anak menjadi emosional, dan tidak mampu berkonsentrasi dengan baik, adalah beberapa contoh yang disampaikan oleh pendamping. 4. KESEHATAN DAN GIZI Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan pada masyarakat. Setiap tahunnya diseluruh dunia diperkirakan 4 juta bayi meninggal pada tahun pertama kehidupannya dan dua pertiganya meninggal pada bulan pertama. Penyebab kematian pada minggu pertama kehidupan adalah komplikasi kehamilan dan

26 persalinan, seperti Asfiksia, Sepsis, dan Komplikasi Berat Lahir Rendah (Depkes RI, tahun 2008). Untuk itu, pengetahuan tentang kesehatan ibu dan bayi menjadi sangat penting untuk disampaikan, terutama pada masyarakat yang dirasa sangat minim informasi tentang hal tersebut, dan peserta PKH menjadi salah satu sasaran dalam menginformasikan hal ini. Materi tentang kesehatan ibu dan anak ini terbagi menjadi 8 (delapan) sub bagian yaitu: a. Pentingnya 1000 Hari Pertama Kehidupan Agar anak menjadi pintar dan tumbuh optimal, keluarga perlu memperhatikan masa penting dalam pertumbuhan, yakni 1000 hari pertama kehidupan, dimulai selama kehamilan 9 bulan sampai dengan 2 tahun pertama sejak anak dilahirkan. Seribu hari pertama merupakan periode penting di mana gangguan yang muncul pada masa ini akan berakibat secara menetap dan tidak dapat diperbaiki. Peserta PKH diharapkan dapat memahami pentingnya memperhatikan perilaku-perilaku sehat dan gizi bagi ibu dan anak khususnya dalam masa penting 1000 hari mulai dari ibu hamil sampai anak berusia 24 bulan. b. Gizi Ibu Hamil Anak sehat di tentukan semenjak bayi tersebut di dalam kandungan, dimana hal tersebut di tentukan oleh bagaimana sang ibu mengkonsumsi makan sehari-hari, ibu hamil wajib memperhatikan makan-makan yang baik untuk tumbuh kembang si bayi, dari situlah materi ini di berikan agar peserta FDS dapat mengetahui gizi seimbang untuk kandungannya dan tidak lupa meminum tablet tambah darah. c. Pelayanan ibu hamil Peserta FDS memahami pentingnya makan makanan bergizi seimbang, minum Tablet Tambah Darah (TTD) dan melakukan 4 kunjungan kehamilan ke bidan.

27 d. Persalinan dan Masa Nifas Peserta FDS dapat memahami pentingnya melahirkan di fasilitas dan sarana kesehatan, dan juga memahami semua penyebab persalinan yang beresiko. e. Air Susu Ibu ASI adalah hal yang penting untuk bayi dimana bayi membutuhkan asi sampai usia 6 bulan tanpa makanan atau minuman pendamping, ASI saja sudah cukup untuk memenuhi gizi bayi dimana nantinya diharapkan peserta dapat mengetahui pentingnya asi bagi bayi sampai umur 2 tahun. f. Makanan Pendamping ASI Dimana peserta diharapkan mampu memahami pentingnya memberikan makanan pendamping bagi bayi setelah bertahap dimulai sejak bayi berusia 6 bulan. g. BAB di jamban dan cuci tangan pakai sabun Diharapkan peserta FDS memahami pentinganya BAB di jamban, dan menjelaskan bahwa membangun jamban itu tidak selalu mahal, serta pentingnya mencuci tangan khususnya di lima waktu penting. h. Kesakitan Pada Anak Para peserta FDS dapat mengenal kesakitan yang dapat menyebabkan gangguan gizi pada anak dan bagaimana cara mencegah dan menanggulanginya. Dari semua materi pelatihan FDS terlihat, bahwa tujuan yang hendak dicapai yaitu, masyarakat miskin, di Kelurahan Titi Rantai khususnya, diharapkan siap menjadi masyarakat yang mandiri. Untuk melihat lebih lanjut proses

28 pemberdayaan yang dilakukan UPPKH melalui kegiatan FDS, peneliti menggunakan teori pemberdayaan yang mencakup proses pemberdayaan melalui kegiatan FDS, diantaranya yaitu: 1. Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri. Pada tahap ini pihak pemberdaya/aktor/pelaku pemberdayaan berusaha menciptakan prakondisi, supaya dapat memfasilitasi berlangsungnya proses pemberdayaan yang efektif. Pada tahap ini pemberdaya harus mampu meningkatkan kesadaran para RTSM peserta PKH akan pentingnya kegiatan pemberdayaan dalam hal pengasuhan anak,pendidikan dan kesehatan. Untuk menunjang semua kegiatan ini, UPPKH Kecamatan Medan Baru, melalui Dinas Sosial Kota Medan, sudah menugaskan para pendamping FDS di Kecamatan Medan Baru untuk dapat melaksanakan kegiatan pemberdayaan melalui program FDS. Dengan semua pengalaman di lapangan, ditambah dengan pelatihanpelatihan yang sudah diikuti oleh pendamping, maka diharapkan kegiatan FDS di wilayah Kecamatan Medan Baru yang dilaksanakan di Kelurahan Titi Rantai nantinya bisa berjalan dengan baik dan sesuai sasaran program 2. Tahap Transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapankecakapan, keterampilan, agar terbuka wawasan, sehingga dapat mengambil peran di dalam pembangunan. Pada tahap kedua ini terjadi keterbukaan wawasan dan menguasai kecakapan-ketrampilan dasar yang mereka butuhkan. Dalam tahap ini masyarakat hanya dapat memberikan peran partispasi yang rendah. Seperti di Kelurahan Pestisah Hulu Kecamatan Medan Baru, para RTSM yang masuk dalam kegiatan FDS pada awalnya

29 sulit untuk datang dalam pertemuan, namun kini sudah terlihat kemajuan dengan semakin menurunnya jumlah peserta tidak hadir dalam pertemuan. 3. Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan ketrampilan sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk mengantar pada kemandirian. Dalam tahap ini akan terlihat inovasi-inovasi yang akan dimunculkan oleh para peserta FDS dan juga pendamping, seperti yang terlihat di Desa Manduro, ketika peneliti mengamati proses pemberdayaan, disana terlihat para RTSM antusias dalam menjawab soal-soal yang di berikan, mereka juga terlihat mulai percaya diri, kemampuan baca tulisnya pun mulai meningkat,meskipun sesekali masih harus mengeja huruf dan angka yang dibaca. Tak hanya sampai disitu saja, perbaikan dan perkembangan SDM para peserta pelatihan FDS sedikit demi sedikit semakin meningkat, bahkan sudah mulai membentuk inisiatif dari beberapa anggota peserta FDS untuk mempraktekkan materi-materi yang sudah diajarkan, dalam kehidupan di keluarganya maupun turut menyampaikannya pada lingkungan sekitar. Mereka mengaku merasakan perbedaan yang lebih baik, ketika mendapatkan banyak ilmu dan informasi dari pelatihan FDS. Bahkan perbedaan itu terasa juga di kehidupan bermasyarakat mereka. Hal baik untuk menularkan dan mengajarkan ilmu yang didapat setelah mengikuti pelatihan FDS juga dilakukan beberapa ibu peserta yang lain. Mereka semakin percaya diri ketika mengikuti pertemuan ibu-ibu yang lainnya, seperti pertemuan PKK, arisan RT, dan sebagainya. Kalau dulu mereka hanya datang dan kemudian duduk diam sebagai pendengar saja, sekarang mereka sudah mulai berani berbicara dan mengungkapkan pendapat mereka di depan umum.

30 2.8 Kerangka Pemikiran Pelayanan sosial bagi keluarga miskin melalui program keluarga harapan (PKH) di kota medan memiliki peran penting dalam mengatasi kemiskinan yang ada di kota medan terlebih khusus Kecamatan Medan Baru. Program keluarga harapan (PKH) yang dilaksanakan di kecamatan Medan baru Kelurahan Titi Rantai terdiri dari (Kel.Padang Bulan, Kel.darat dan Kel.Titi Rantai) yang dilakukan dalam rangka memberikan pelayanan sosial Kesehatan dan Pendidikan serta memberikan pelayanan pemberdayaan kepada masyarakat melalui program Family Development Session (FDS)yaitu bagaimana mengubah pola pikir keluarga sangat miskin untuk bisa menjalani kehidupan keluarga yang sederhana dan mapan.kecamatan Medan Baru merupakan wilayah yang masih aktif menerima program keluarga harapan (PKH) dan aktif melaksanakan FDS. Kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) yakni berdasarkan UU Nomor 13 tahun 2011 tentang penanganan fakir miskin paragraf 4 penyediaan pelayanan pendidikan dan paragfraf 5 penyediaan pelayanan kesehatan serta paragraf 7 Pelayanan Sosial Pasal 18 ayat (1) : pemerintah dan pemerintah daerah bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan sosial. Program ini dilaksanakan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia terutama pada keluarga miskin. Skematika kerangka pemikiran adalah proses transformasi narasi yang menerangkan hubungan atau konsep-konsep atua veriabel-variabel penelitian menjadi sesuatu yang berbentuk skema, artinya yang ada veriabel-varibel penelitian menjadi sesuatu yang berbentuk skema (siagian, 2011:132). Untuk itu skematisasi kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

31 Pelayanan Sosial Bagi Keluarga Miskin Melalui Program Keluarga Harapan Di Kecamatan Medan Baru Pelayanan Sosial PKH : Family Development Session (FDS) Kel.Titi Rantai Kelurahan Titi Rantai Kel. Padang Bulan Kel.darat 2.9 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional Defenisi Konsep Konsep merupakan sejumlah pengertian atau ciri-ciri yang berkaitan dengan berbagai peristiwa, objek, kondisi, situasi, dan lain-lain yang sejenis. Konsep diciptakan dengan mengelompokkan objek-objek atau peristiwa-peristiwa yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan sejumlah pengertian yang digunakan serta mendasar dan menyamakan persepsi tentang apa yang akan di teliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian (Siagian, 2011:134). Untuk lebih memahami pengertian mengenai konsep-konsep yang akan digunakan, maka peneliti membatasi konsep yang digunakan sebagai berikut : 1. Pelayanan sosial adalah kegiatan-kegiatan atau program-program yang dilakukan oleh lembaga-lembaga kesejahteraan sosial dimana

32 Sepanjang kegiatan-kegiatan itu diarahkan pada tujuan-tujuan kesejahteraan sosial, maka kegiatan-kegiatan itu dikatakan sebagai pelayanan sosial. 2. Keluarga Miskin adalah keluarga yang tidak mampu memenuhi kebutuhan fisik minimumnya sesuai dengan harkat dan martabatnya sebgai manusia. 3. Program Keluarga Harapan (PKH) adalah suatu program yang memberikan bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RSTM), jika mereka memenuhi persyaratan yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia (SDM), yaitu pendidikan dan kesehatan. 4. Kecamatan Medan Baru Kelurahan Titi Rantai adalah lokasi yang digunakan peneliti untuk melakukan penelitiankarena kecamatan Medan Baru Kelurahan Titi Rantai merupakan wilayah yang masih aktif menerima bantuan program keluarga harapan (PKH) dan FDS dilaksanakan di kelurahan tersebut yang dihadiri oleh 3 kelurahan lainnya Defenisi Operasional Defenisi operasional sering disebut sebagai proses operasionalisasi konsep, yang berarti konsep yang semula bersifat statis menjadi dinamis. Jika konsep sudah bersifat dinamis, maka akan memungkinkan untuk dioperasikan. Wujud operasionalisasi konsep adalah dalam bentuk sajian yang benar-benar terperinci, sehingga makna dan aspek-aspek yang terangkum dalam konsep tersebut terangkat dan terbuka (Siagian 2011:141)

33 Adapun yang menjadi defenisi operasional dalam Pelayanan Sosial Bagi Keluarga Miskin di Kecamatan Medan Baru dapat di ukur melalui indikator yang akan dijelaskan seperti berikut : Pelayanan sosial yang peneliti maksud dalam penelitian ini yaitu : Melalui program FDS (Family Development Session) ini pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui proses pembelajaran. Proses belajar dalam pemberdayaan bukanlah proses menggurui, melainkan menumbuhkan semangat belajar bersama yang mandiri dan partisipatif. Pentingnya : (1) Menyekolahkan anak dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas atau anak sekolah kurang lebih 12; (2) Membawa anak usia 0-6 tahun ke fasilitas kesehatan sesuai dengan prosedur kesehatan PKH bagi anak; dan (3) Untuk ibu hamil, harus memeriksakan kesehatan diri dan janinnya ke fasilitas kesehatan sesuai dengan prosedur kesehatan PKH bagi lbu Hamil.

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak sehingga kemiskinan pun tak dapat dihindari. Masalah kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak sehingga kemiskinan pun tak dapat dihindari. Masalah kemiskinan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang dengan jumlah penduduk yang banyak sehingga kemiskinan pun tak dapat dihindari. Masalah kemiskinan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah kemiskinan masih tetap menjadi masalah fenomenal yang masih belum dapat terselesaikan hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan-pelayanan sosial personal yang tergolong sebagai pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan-pelayanan sosial personal yang tergolong sebagai pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.5 Latar Belakang Masalah Di negara yang sedang berkembang, daftar pelayanan sosial mencakup pelayanan-pelayanan sosial personal yang tergolong sebagai pelayanan kesejahteraan sosial

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BREBES TAHUN 2011

EVALUASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BREBES TAHUN 2011 EVALUASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BREBES TAHUN 2011 Erna Fidyatun Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro ABSTRAK Program Keluarga Harapan (PKH) merupakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. multidimensional, yang dapat ditandai dengan keberadaan pengangguran,

BAB I PENDAHULUAN. multidimensional, yang dapat ditandai dengan keberadaan pengangguran, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan permasalahan kesejahteraan sosial yang kompleks dan multidimensional, yang dapat ditandai dengan keberadaan pengangguran, keterbelakangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berkaitan, antara lain tingkat pendapatan,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berkaitan, antara lain tingkat pendapatan, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang terjadi di berbagai tempat di Indonesia yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berkaitan, antara lain tingkat pendapatan,

Lebih terperinci

PROGRAM KELUARGA HARAPAN

PROGRAM KELUARGA HARAPAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN PKH adalah program perlindungan sosial yang memberikan bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) dan bagi anggota keluarga RTS diwajibkan melaksanakan persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah yang sampai saat ini masih terus dicari langkah yang tepat untuk menanggulanginya. Kemiskinan merupakan masalah multi dimensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kebijakan dibidang perlindungan sosial, tahun 2007 Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kebijakan dibidang perlindungan sosial, tahun 2007 Pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka percepatan penanggulangan kemiskinan sekaligus pengembangan kebijakan dibidang perlindungan sosial, tahun 2007 Pemerintah Indonesia telah meluncurkan Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan yang dihadapi negara yang berkembang memang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan yang dihadapi negara yang berkembang memang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan yang dihadapi negara yang berkembang memang sangat kompleks. Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:a.bahwa setiap warga negara berhak untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. 1 Universitas Indonesia. Analisis pelaksanaan..., Rama Chandra, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. 1 Universitas Indonesia. Analisis pelaksanaan..., Rama Chandra, FE UI, 2010. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kemiskinan yang dihadapi, terutama, oleh negara-negara yang sedang berkembang, memang sangatlah kompleks. Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 1 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa setiap warga negara berhak untuk

Lebih terperinci

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN SALINAN BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah terpenting saat ini di Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Masalah kemiskinan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan serta dinikmati oleh manusia. Ketika seorang manusia lahir kedunia

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan serta dinikmati oleh manusia. Ketika seorang manusia lahir kedunia BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia memiliki hak untuk hidup dan mendapatkan kenyamanaan dalam kesejahteraan hidupnya. Hak tersebut merupakan hak yang seharusnya bisa dirasakan serta

Lebih terperinci

PELATIHAN PENDAMPING SOSIAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN FASILITASIPROGRAM KELOMPOK USAHA BERSAMA DI BBPPKS REGIONAL II BANDUNG

PELATIHAN PENDAMPING SOSIAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN FASILITASIPROGRAM KELOMPOK USAHA BERSAMA DI BBPPKS REGIONAL II BANDUNG A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Kesejahteraan sosial merupakan rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi tujuan-tujuan tertentu baik yang bersifat kebutuhan jasmani, rohani maupun

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI I. PENJELASAN UMUM Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals (MDGs) yang terdiri

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 13 TAHUN TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 13 TAHUN TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 13 TAHUN 2 010 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi

Lebih terperinci

PELAYANAN SOSIAL BAGI KELUARGA MISKIN MELALUI PROGRAM KELUARGA HARAPAN DI KECAMATAN MEDAN BARU DISUSUN OLEH: RUT JULI PUTRI LASE

PELAYANAN SOSIAL BAGI KELUARGA MISKIN MELALUI PROGRAM KELUARGA HARAPAN DI KECAMATAN MEDAN BARU DISUSUN OLEH: RUT JULI PUTRI LASE PELAYANAN SOSIAL BAGI KELUARGA MISKIN MELALUI PROGRAM KELUARGA HARAPAN DI KECAMATAN MEDAN BARU DISUSUN OLEH: RUT JULI PUTRI LASE 130902014 DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih termasuk ke dalam kategori negara berkembang. Ilmu pengetahuan dan perekonomian menjadi tolak ukur global sejauh mana suatu negara berkembang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan. Kemiskinan telah ada sejak lama pada hampir semua peradaban manusia. Pada setiap belahan dunia dapat

Lebih terperinci

JAMINAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

JAMINAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT JAMINAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIREKTORAT JAMINAN SOSIAL DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN DAN JAMINAN SOSIAL KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PROGRAM KELUARGA HARAPAN - PKH BANTUAN TUNAI

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK SALINAN BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu isu penting dalam pelaksanaan pembangunan, bukan hanya di Indonesia melainkan hampir di semua negara di dunia. Dalam Deklarasi Millenium Perserikatan

Lebih terperinci

BAB V. keberlangsungan program atau kebijakan. Tak terkecuali PKH, mengingat

BAB V. keberlangsungan program atau kebijakan. Tak terkecuali PKH, mengingat BAB V KESIMPULAN Proses monitoring dan evaluasi menjadi sangat krusial kaitannya dengan keberlangsungan program atau kebijakan. Tak terkecuali PKH, mengingat terdapat berbagai permasalahan baik dari awal

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

TENTANG BANTUAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN

TENTANG BANTUAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN TENTANG BANTUAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN A. PEMILIHAN PENERIMA BANTUAN DAN SYARAT PROGRAM Penerima bantuan PKH adalah rumahtangga sangat miskin (RTSM) yang memiliki anggota keluarga yang terdiri dari anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara di dunia. Kemiskinan tidak hanya terjadi di negara-negara berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. negara di dunia. Kemiskinan tidak hanya terjadi di negara-negara berkembang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan sudah menjadi masalah global yang dialami oleh semua negara di dunia. Kemiskinan tidak hanya terjadi di negara-negara berkembang dan terbelakang, melainkan

Lebih terperinci

FINANCIAL PLANNING BAGI IBU-IBU PENERIMA BANTUAN PKH KEC. BLUTO

FINANCIAL PLANNING BAGI IBU-IBU PENERIMA BANTUAN PKH KEC. BLUTO FINANCIAL PLANNING BAGI IBU-IBU PENERIMA BANTUAN PKH KEC. BLUTO 1 Agusriyanti Puspitorini, 2 Fery Sudarwadi STKIP PGRI Sumenep rianti@stkippgrisumenep.ac.id ABSTRAK Masalah kelompok Ibu-ibu penerima bantuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan terbelakang, melainkan juga dialami oleh negara-negara maju.

BAB I PENDAHULUAN. dan terbelakang, melainkan juga dialami oleh negara-negara maju. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan sudah menjadi masalah global yang dialami oleh semua negara di dunia. Kemiskinan tidak hanya berada di negara-negara berkembang dan terbelakang, melainkan

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN KEMISKINAN HLM, LD Nomor 4 SERI D

PENANGGULANGAN KEMISKINAN HLM, LD Nomor 4 SERI D PENANGGULANGAN KEMISKINAN 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 2 PENANGGULANGAN KEMISKINAN 19 HLM, LD Nomor 4 SERI D TAHUN 2016 TENTANG ABSTRAK : - bahwa dalam rangka memenuhi hak dan kebutuhan

Lebih terperinci

SASARAN PROGRAM BIDANG SOSIAL

SASARAN PROGRAM BIDANG SOSIAL 1 SASARAN PROGRAM BIDANG SOSIAL a. Membangun 22 Jenis Penyandang Masalah Kesejahteraan sosial (PMKS) b. Mengoptimalkan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial ( PSKS) GOAL ( TUJUAN UMUM ) MENINGKATKAN KUALITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan klasik yang dihadapi bangsa Indonesia adalah kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan klasik yang dihadapi bangsa Indonesia adalah kemiskinan. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan klasik yang dihadapi bangsa Indonesia adalah kemiskinan. Sejak zaman kemerdekaan bangsa Indonesia sudah dihadapkan dengan permasalahan ini dan sampai

Lebih terperinci

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN LAYANAN SOSIAL DASAR DI POS PELAYANAN TERPADU BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa Pos Pelayanan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa meningkatnya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pembukaan

Lebih terperinci

Syarifah Maihani Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Almuslim

Syarifah Maihani Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Almuslim 50-54 PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) DALAM UPAYA MEMBERIKAN PELAYANAN KESEHATAN DAN PENDIDIKAN BAGI KELUARGA SANGAT MISKIN (KSM) DI DESA PAYA CUT KECAMATAN PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN Syarifah Maihani

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. 1.1 Latar Belakang Organisasi Dharma Wanita Persatuan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. 1.1 Latar Belakang Organisasi Dharma Wanita Persatuan BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kajian Teori 1. Organisasi Dharma Wanita Persatuan 1.1 Latar Belakang Organisasi Dharma Wanita Persatuan Sebagaimana telah digariskan dalam Garis-Garis

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Tidak hanya di negara berkembang, bahkan di Negara maju sekalipun.

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Tidak hanya di negara berkembang, bahkan di Negara maju sekalipun. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan adalah suatu permasalahan dunia yang dialami oleh seluruh Negara. Tidak hanya di negara berkembang, bahkan di Negara maju sekalipun. Permasalah ini sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat kepadatan penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat dalam hal kepadatan penduduk,

Lebih terperinci

SAMBUTAN BUPATI MALINAU PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI DAN ADVOKASI SERIBU HARI PERTAMA KEHIDUPAN (1000 HPK) RABU, 27 JULI 2016

SAMBUTAN BUPATI MALINAU PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI DAN ADVOKASI SERIBU HARI PERTAMA KEHIDUPAN (1000 HPK) RABU, 27 JULI 2016 SAMBUTAN BUPATI MALINAU PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI DAN ADVOKASI SERIBU HARI PERTAMA KEHIDUPAN (1000 HPK) RABU, 27 JULI 2016 YTH. KETUA, WAKIL KETUA, DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN

VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN Program Promosi Kesehatan adalah upaya meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG, Menimbang : a. bahwa kesehatan

Lebih terperinci

Pembangunan merupakan rangkaian dari program-program disegala bidang secara

Pembangunan merupakan rangkaian dari program-program disegala bidang secara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan rangkaian dari program-program disegala bidang secara menyeluruh, terarah, dan berkesinambungan untuk menuju kehidupan yang lebih baik. Sedangkan

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN LAYANAN SOSIAL DASAR DI POS PELAYANAN TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat 7,7 juta balita yang terhambat pertumbuhannya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat 7,7 juta balita yang terhambat pertumbuhannya. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang United Nations Children s Fund (UNICEF) melaporkan bahwa di Indonesia terdapat 7,7 juta balita yang terhambat pertumbuhannya. Dalam laporan itu, Indonesia menempati

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi hak

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman. No.289, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi ( P4K ) Pada tahun 2007 Menteri Kesehatan RI mencanangkan P4K dengan stiker yang merupakan upaya terobosan dalam percepatan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DESA/ KEL.. KECAMATAN... Jalan... No... Telp.(0341)... CONTOH. KEPUTUSAN DESA/ KELURAHAN... Nomor : 180/ /421.

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DESA/ KEL.. KECAMATAN... Jalan... No... Telp.(0341)... CONTOH. KEPUTUSAN DESA/ KELURAHAN... Nomor : 180/ /421. PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DESA/ KEL.. KECAMATAN... Jalan... No... Telp.(0341)... CONTOH KEPUTUSAN DESA/ KELURAHAN... Nomor : 180/ /421.629/2012 TENTANG TIM PEMBINA/ POKJA POS PELAYANAN TERPADU DESA/

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa meningkatnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam proses pembangunan ekonomi. Permasalahan kemiskinan dialami oleh setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berbagai upaya telah dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk menanggulangi kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode tahun 1974-1988,

Lebih terperinci

KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA. Abstrak

KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA. Abstrak KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA Abstrak Upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia telah menjadi prioritas di setiap era pemerintahan dengan berbagai program yang digulirkan. Pengalokasian anggaran

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan situasi serba kekurangan yang terjadi bukan dikehendaki oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat pendidikan,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 2010: PEMELIHARAAN KESEJAHTERAAN RAKYAT

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 2010: PEMELIHARAAN KESEJAHTERAAN RAKYAT KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 2010: PEMELIHARAAN KESEJAHTERAAN RAKYAT DEPUTI BIDANG KEMISKINAN, KETENAGAKERJAAN, DAN UKM BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BAPPENAS Rapat Koordinasi Pembangunan

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BLITAR, Menimbang : a. bahwa Kota Blitar memiliki

Lebih terperinci

PERILAKU SOSIALMASYARAKATPETANI (PSMP)

PERILAKU SOSIALMASYARAKATPETANI (PSMP) FLIPCHARTMODUL PERILAKU SOSIALMASYARAKATPETANI (PSMP) www.swisscontact.org/indonesia LEMBAR BALIK MODUL PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT PETANI (PSMP) Alat Bantu Pelatihan bagi Fasilitator dan Co-Fasilitator

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa meningkatnya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam 1 A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Mereka bersih seperti kertas putih ketika

Lebih terperinci

BUPATI PATI PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI PATI PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI PATI PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK OPERASIONAL PROGRAM TERPADU PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERPERSPEKTIF GENDER (P2M-BG) KABUPATEN PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kemiskinan dalam pembangunan di Indonesia merupakan salah satu masalah utama yang ditandai oleh masih besarnya jumlah penduduk miskin, pengangguran,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1. TinjauanPustaka PNPM Mandiri PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR : 20-I TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA KELURAHAN WALIKOTA SURAKARTA,

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR : 20-I TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA KELURAHAN WALIKOTA SURAKARTA, PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR : 20-I TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA KELURAHAN WALIKOTA SURAKARTA, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut ditetapkannya Peraturan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN

Lebih terperinci

IDA YUNANI DESTIANTI. Program Keluarga Harapan (PKH) dalam Meningkatkan Taraf Kesehatan oleh

IDA YUNANI DESTIANTI. Program Keluarga Harapan (PKH) dalam Meningkatkan Taraf Kesehatan oleh PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) DALAM MENINGKATKAN TARAF KESEHATAN OLEH UPPKH KECAMATAN DI DESA CILIANG KECAMATAN PARIGI KABUPATEN PANGANDARAN IDA YUNANI DESTIANTI ABSTRAK Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik untuk bayi yang mengandung sel darah putih, protein dan zat kekebalan yang cocok untuk bayi. ASI membantu pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun

BERITA DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun BERITA DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun 2009 Nomor 1 Seri E.7 PERATURAN WALIKOTA PADANG PANJANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM PENYALURAN BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN (RASKIN)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 merupakan kelanjutan rencana pembangunan tahun sebelumnya yang difokuskan pada upaya perbaikan dan penataan kembali

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PELAYANAN TERHADAP HAK-HAK ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PELAYANAN TERHADAP HAK-HAK ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PELAYANAN TERHADAP HAK-HAK ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang : a. bahwa anak yang merupakan tunas dan generasi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 168 TAHUN : 2013 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 168 TAHUN : 2013 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 168 TAHUN : 2013 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIMAHI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

SALINAN WALIKOTA LANGSA,

SALINAN WALIKOTA LANGSA, SALINAN QANUN KOTA LANGSA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi individu dengan hidup yang sehat

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi individu dengan hidup yang sehat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi individu dengan hidup yang sehat maka individu akan mampu melaksanakan aktifitas sehari-hari untuk bekerja sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Respon Respon berasal dari kata response yang berarti tanggapan atau balasan.respon merupakan istilah psikologi yang digunakan untuk menyebutkan reaksi terhadap rangsang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan adalah suatu situasi dimana seseorang atau rumah tangga mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuah dasar, sementara lingkungan pendukungnya kurang memberikan

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 8 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 3.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konteks dan Ruang Lingkup Kebijakan Publik Menurut Thomas R Dye (1976) dalam Wahab (2008), kebijakan publik adalah segala sesuatu yang dikerjakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa setiap

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia Outline 1. Latar Belakang 3. Tujuan PKH 6. Pendampingan 9.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi hak

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

Lebih terperinci

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM A. Latar Belakang Dalam Strategi intervensi PNPM Mandiri Perkotaan untuk mendorong terjadinya proses transformasi sosial di masyarakat, dari kondisi masyarakat yang tidak berdaya menjadi berdaya, mandiri

Lebih terperinci

KEPALA DESA KALIBENING KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DESA KALIBENING KECAMATAN DUKUN NOMOR 07 TAHUN 2017 TENTANG

KEPALA DESA KALIBENING KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DESA KALIBENING KECAMATAN DUKUN NOMOR 07 TAHUN 2017 TENTANG KEPALA DESA KALIBENING KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DESA KALIBENING KECAMATAN DUKUN NOMOR 07 TAHUN 2017 TENTANG PEMENUHAN HAK KESEHATAN REPRODUKSI DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA

Lebih terperinci