ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA"

Transkripsi

1 ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA SKRIPSI Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh Siti Fatimah NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 2014 i

2

3

4 MOTO DAN PERSEMBAHAN MOTO ع ل م اف يه ي ل ت م س ط ر يق اس ل ك م ن و س ل م ع ل ي ه الل ه ص ل ىالل ه ر س ول ق ال ق ال ة ه ر ي ر أ ب يع ن ال ج ن ةإ ل ىط ر يق ال ه الل ه س ه ل Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda: Siapa yang menempuh jalan menuntut ilmu, akan dimudahkan Allah jalan untuknya kesurga. Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu secara langsung dari semua hamba.ia mengambil ilmu dengan cara mewafatkan para ulama, sehingga apabila ulama habis, manusia akan mengangkat orang bodoh menjadi pemimpin. Mereka ditanya (oleh umat) lalu berfatwa tanpa ilmu. Akibatnya, mereka sesat dan menyesatkan (umat). (Hadits Nabi) PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan kepada: 1. Kedua orangtuaku, Bapak Abdul Jalil (Alm) semoga selalu diberikan tempat terindah di sisi-nya dan Ibu Rohmiyah yang selalu memberikan dorongan, kasih sayang dan doa-doanya; 2. kakakku (Mas Pur, Tofa, Yudi, danaris) yang selalu memberikan motivasi dan teladan yang baik; 3. keponakanku (Anisa, Faisal, Rizal, Lita, David, Abidah, danamran) yang selalu memberikan semangat dengan senyum dan canda tawa kalian; 4. rekan-rekan mahasiswa yang memberikan saran dan dukungan. iv

5

6 PRAKATA Segala puji syukur bagi Allah Swt. Atas semua nikmat dan karunia-nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan gelar Sarjana Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo. Penyusunan skripsi yang berjudul Analisis Psikologi Sastra Novel Negeri Para Bedebah Karya Tere Liye dan Skenario Pembelajarannya di SMA ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan dari berbagai pihak yang ikut berperan serta, baik secara moral maupun material. Pada kesempatan ini, akan disampaikan ucapan terima kasih dan rasa hormat kepada: 1. Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan studi di Universitas Muhammadiyah Purworejo. 2. Dekan Fakultas dan Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian guna penyusunan skripsi. 3. Ketua program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan arahan dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. 4. Drs. H. Khabib Sholeh, M.Pd. selaku dosen pembimbing I dan Joko Purwanto, M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah banyak membimbing, vi

7

8 ABSTRAK Fatimah, Siti. Analisis Psikologi Sastra Novel Negeri Para Bedebah Karya Tere Liye dan Skenario Pembelajarannya di SMA.Skripsi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Universitas Muhammadiyah Purworejo Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsi (1) aspek psikologi kepribadian tokoh utama ditinjau dari (a) segi id, (b) segi ego, dan (c) segi super ego; serta (2) scenario pembelajaran novel Negeri Para Bedebah di SMA. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Objek penelitian ini adalah novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik catat dan teknik observasi. Teknik catat dilakukan untuk mencatat data-data yang ada hubungannya dengan masalah peneliti, kemudian diseleksi, diatur, selanjutnya diklasifikasikan. Teknik observasi dilakukan dengan cara meneliti objek penelitian secara langsung. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis isi. Teknik analisis isi bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa atau dokumen lain. Selanjutnya, dalam teknik penyajian hasil analisis data digunakan metode informal. Penyajian data menggunakan metode informal karena analisis data menggunakan metode kualitatif dengan uraian penjelasan kata-kata yang mudah dipahami dan sederhana. Dari hasil penelitian ini disimpulkan: (1) psikologi kepribadian tokoh utama (Thomas) ditinjau dari (a) segi id adalah tokoh utama cukup lemah, dapat dilihat dari perilakunya yang diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan dasar ketika dia menilai perempuan dengan sebelah mata, rasa lapar, sakit hati, menolong anggota keluarganya, tidak percaya cinta pada pandangan pertama; (b) ego tokoh utama bekerja dengan kuat, yaitu menolak diwawancarai, berpikir kritis, dan teguh kepada pendirian; (c) tokoh utama mencapai kesempurnaan super ego dengan kembali ke keluarganya yang baru; (2) model pembelajaran menggunakan model kontekstual. Langkah-langkah pembelajaran novel Negeri Para Bedebah dengan model kontekstual: (a) menyampaikan indikator yang harus dicapai hari itu dan memotivasi siswa mengenai materi yang akan dipelajari; (b) memberikan siswa persepsi dengan tujuan untuk mengingatkan dengan materi yang telah dipelajari; (c) menyajikan informasi kepada siswa tentang pembelajaran yang akan dilakukan dengan cara inquiri yaitu mencari dan menganalisis aspek-aspek kepribadian; (d) memberikan kesempatan kepada siswa untuk memunculkan pertanyaan-pertanyaan sesuai materi yang diajarkan; (e) memberikan contoh pembelajaran dengan ilustrasi, maupun media pembelajaran seperti rekaman, video, atau LCD; (f) menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok, berdiskusi, tanya jawab, dan sebagainya; (g) melakukan refleksi dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan; (h) melakukan penilaian atau evaluasi secara objektif. Kata kunci: Psikologi kepribadian, novel Negeri Para Bedebah, dan pembelajaran di SMA. viii

9 DAFTAR ISI Halaman JUDUL i PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii PENGESAHAN TIM PENGUJI... iii MOTO DAN PERSEMBAHAN... iv PERNYATAAN... v PRAKATA... vi ABSTRAK... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Penegasan Istilah... 8 C. Rumusan Masalah... 9 D. Tujuan Penelitian E. Manfaat Penelitian F. Sistematika Skripsi BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA BERPIKIR A. Tinjauan Pustaka B. Kajian Teoretis Pengertian Novel Pengertian Psikologi Psikologi Sastra Teori Psikologi Kepribadian Sigmund Freud Pembelajaran Sastra di SMA C. Kerangka Berpikir BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian B. Objek Penelitian C. Instrumen Penelitian D. Teknik Pengumpulan Data E. Teknik Analisis Data F. Teknik Penyajian Analisis Data BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA A. Penyajian Data Aspek kepribadian tokoh-tokoh utama dalam novel Negeri Para Bedebah Pembelajaran Novel Negeri Para Bedebah KaryaTere Liye di SMA dengan Model Pembelajaran Kontekstual ix

10 B. Pembahasan Data Psikologi kepribadian tokoh-tokoh dalam novel Negeri Para Bedebah karyatere Liye Pembelajaran Novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye BAB V PENUTUP A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

11 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Lampiran 2: Data Aspek Kepribadian Tokoh Utama Novel Negeri Para Bedebah Karya Tere Liye Lampiran 3: Sinopsis Novel Negeri Para Bedebah Lampiran 4: Biografi Tere Liye Lampiran 5: Surat Penetapan Dosen Lampiran 6: Kartu Bimbingan xi

12 BAB I PENDAHULUAN Pada bab I membahas tentang latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika skripsi. Latar belakang masalah berisi alasan novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye dipilih sebagai objek penelitian. Penegasan istilah berisi pengertian dari istilah yang digunakan untuk judul penelitian. Rumusan masalah menjelaskan masalah yang akan dibahas. Kemudian tujuan penelitian memaparkan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini berdasarkan rumusan masalah. Manfaat penelitian membahas manfaat dari hasil penelitian dilihat dari segi teoretis dan segi praktis. Sistematika skripsi membahas tentang gambaran skripsi yang disusun dari bab I sampai bab V. A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreativitas pengarang yang bersumber dari kehidupan manusia secara langsung atau melalui rekaan dengan bahasa sebagai medianya. Karya sastra terlahir dari kreasi dan juga daya khayal manusia. Melalui karya sastra, manusia dapat mengapresiasikan perasaan agar imajinasi yang ada di dalam pikirannya diabadikan menjadi suatu karya sastra. Karya sastra menurut ragamnya dibagi menjadi tiga, yaitu prosa, puisi, dan drama. Berkaitan dengan prosa fiksi umumnya dibagi menjadi dua, yaitu 1

13 2 cerita pendek (cerpen) dan novel. Antara cerpen dan novel memiliki persamaan dan perbedaan yang jelas. Perbedaan antara cerpen dengan novel dapat dilihat dari segi formalitas bentuk dan segi panjang cerita. Novel dan cerpen sebagai karya fiksi mempunyai persamaan, keduanya dibangun oleh unsur-unsur pembangun yang sama, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Ditinjau dari segi panjang ceritanya, novel jauh lebih panjang daripada cerpen. Oleh karena itu, novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detil, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks (Nurgiyantoro, 2010: 10-11). Pengarang karya sastra di Indonesia, khususnya novel, sudah tidak diragukan lagi kualitasnya, salah satunya adalah Tere Liye. Tere Liye yang mempunyai nama lahir Darwis merupakan seorang penulis novel best seller Indonesia. Novel-novel karyanya antara lain: Hafalan Shalat Delisa, Pukat, Negeri Para Bedebah, Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, Bidadari-bidadari Surga, Moga Bunda Disayang Allah, Sepotong Hati yang Baru, Eliana, Burlian, Sunset Bersama Rosie, Rembulan Tenggelam di Wajahmu, The Gogons Series : James & Incridible Incodents, Sang Penandai, Mimpi-mimpi Si Patah Hati, dan Cintaku Antara Jakarta dan Kuala Lumpur. Beberapa karyanya telah difilmkan dan mendapat apresiasi yang positif dari para penikmat sastra khususnya dan penonton di seluruh Indonesia pada umumnya.

14 3 Berdasarkan perkembanngan ilmu sastra saat ini, bukan hanya unsurunsur yang terdapat di dalam karya sastra yang dapat dianalisis. Unsur karya sastra juga dapat dianalisis berdasarkan faktor-faktor yang berasal dari luar sastra itu sendiri. Faktor-faktor tersebut yaitu sosiologi sastra, antropologi sastra, dan psikologi sastra. Sosiologi sastra merupakan penelitian yang terfokus pada masalah manusia karena sastra sering mengungkapkan perjuangan umat manusia dalam menentukan masa depannya, berdasarkan imajinasi, perasaan, dan intuisi (Endraswara, 2013: 79). Antropologi sastra dibangun atas dasar asumsi-asumsi genesis dalam kaitannya dengan asal-usul sastra. Secara umum, psikologi sastra dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang kejiwaan terhadap karya sastra. Walgito (dalam Ginanjar, 2012: 38), menyatakan psikologi merupakan suatu ilmu yang menyelidiki dan mempelajari tentang tingkah laku atau aktivitas-aktivitas manusia. Tingkah laku serta aktivitas-aktivitas itu merupakan manifestasi hidup kejiwaan manusia. Senada dengan pendapat Walgito, Syah (2008: 10), menyatakan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan membahas tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia, baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia baik secara individu maupun kelompok dalam hubungannya dengan lingkungan. Karya-karya yang dipandang sebagai fenomena psikologis akan menampilkan aspek-aspek kejiwaan melalui tokoh-tokoh jika kebetulan teks

15 4 berupa drama maupun prosa (Endraswara, 2013: 96). Psikologi sastra memberikan perhatian pada masalah yang berkaitan dengan unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional yang terkandung dalam sastra. Siswantoro (dalam Ginanjar, 2012: 38), menyatakan bahwa secara kategori sastra berbeda dengan psikologi, sebab sastra berhubungan dengan dunia fiksi, drama, puisi, dan esai yang diklasifikasikan ke dalam seni (art), sedangkan psikologi merujuk kepada studi ilmiah tentang perilaku manusia dan proses mental. Meski berbeda, keduanya memiliki titik temu atau kesamaan, yakni keduanya berangkat dari manusia dan kehidupan sebagai sumber kajian. Bicara tentang manusia, psikologi jelas terlibat erat dalam kehidupan manusia, karena psikologi mempelajari perilaku. Perilaku manusia tidak lepas dari aspek kehidupan yang membungkusnya dan mewarnai perilakunya. Psikologi sastra mempelajari fenomena kejiwaan tertentu yang dialami oleh tokoh utama dalam karya sastra ketika merespon atau bereaksi terhadap diri dan lingkunganya. Dengan demikian, gejala kejiwaaan dapat terungkap lewat perilaku tokoh dalam sebuah karya sastra. Dapat disimpulkan bahwa psikologi sastra adalah analisis teks dengan mempertimbangkan relevansi dan perkembangan studi psikologis. Artinya, psikologi dapat berperan penting dalam penganalisisan sebuah karya sastra dengan bekerja di sudut kejiwaan karya sastra tersebut, baik dari unsur pengarang, tokoh, maupun pembacanya.

16 5 Teori psikologi yang sering digunakan dalam mengkaji tokoh-tokoh dalam sebuah karya sastra yaitu teori psikoanalisis. Menurut Minderop (2013: 11), psikoanalisis adalah disiplin ilmu yang dimulai sekitar tahun 1900-an oleh Sigmund Freud. Freud menjelaskan bahwa kehidupan individu sebagian besar dikuasai oleh alam bawah sadar ketimbang alam sadar. Teori psikoanalisis ini berhubungan dengan fungsi dan perkembangan mental manusia, serta ilmu ini merupakan bagian dari psikologi yang memberikan konstribusi besar dan dibuat untuk psikologi manusia selama ini. Dalam struktur kepribadian Freud, ada tiga unsur sistem penting, yakni id, ego, dan superego (Ginanjar, 2012: 41). Dari ketiga sistem ini satu sama lain saling berkaitan sehingga membentuk suatu kekuatan atau totalitas. Id berhubungan erat dengan proses fisik untuk mendapatkan energi psikis yang digunakan untuk mengoperasikan sistem dari struktur kepribadian lainnya. Ego timbul karena adanya kebutuhan-kebutuhan organisme memerlukan transaksi-transaksi yang sesuai dengan dunia realita atau kenyataan, sedangkan superego adalah aspek moral kepribadian seseorang yang berkebalikan. Fungsi superego yang pokok ialah menentukan apakah sesuatu benar atau salah, pantas atau tidak, susila atau tidak, dan dengan demikian pribadi dapat bertindak sesuai dengan moral masyarakat. Novel Negeri Para Bedebah dengan jelas membahas tentang realita kehidupan manusia yang penuh dengan gejala kejiwaan para tokohnya. Novel ini mengangkat tema krisis ekonomi global dan kehidupan Thomas yang kehilangan kedua orang tuanya sejak umur sepuluh tahun. Ia hidup di dalam

17 6 lingkungan asrama sekolah khusus untuk anak yatim piatu hingga ia tumbuh menjadi pribadi yang kuat, berani, dan cerdas. Di usianya yang ke dua puluh satu tahun, ia melanjutkan pendidikannya di sekolah bisnis di London. Kembalinya dari London, Thomas mengungkap pembunuh kedua orang tuanya yang disebabkan oleh masalah krisis ekonomi global sebagai akibat subprime mortgage. Hal ini mengakibatkan bank-bank, lembaga keuangan, dan bursa terbesar di dunia tumbang satu per satu dan tinggal menunggu waktu untuk ditutup atau di-bail out oleh pemerintah setempat. Thomas juga berusaha menyelamatkan bank milik Om Liem (adik almarhum ayahnya) yang terancam ditutup. Tidak bisa dipungkiri bahwa krisis ekonomi global telah membuat perekonomian Indonesia fluktuaktif terutama berpengaruh terhadap bank, lembaga keuangan, dan bursa, namun karena fundamental ekonomi Indonesia yang berbeda dengan perekonomian dunia membuat Indonesia bisa bertahan dari krisis walau ada salah satu bank yang terkena dampak krisis ekonomi global yakni Bank Semesta. Novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye diangkat sebagai subjek penelitian karena novel ini merupakan sebuah novel motivasi yang banyak mengandung pesan atau amanat. Amanat tersebut berkaitan dengan kepribadian dan psikologis para tokoh yang menarik untuk dikaji, sehingga diharapkan dapat bermanfaat bagi pembentukkan dan pengembangan karakter siswa di lingkungan masyarakat.

18 7 Dengan memberikan pelajaran sastra dapat membantu siswa dalam memahami dan mengapresiasikan sebuah karya sastra dengan baik. Novel Negeri Para Bedebah dapat digunakan sebagai bahan ajar di SMA karena nilai psikologisnya mampu mempengaruhi perkembangan psikologi siswa dalam kehidupan nyata. Di dalam penelitian ini dapat dijelaskan alasan dipilihnya novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye diangkat sebagai objek penelitian adalah sebagai berikut: 1. Tere Liye adalah pengarang yang aktif, terbukti dengan hasil karyakaryanya yang selalu diproduksi. Salah satunya adalah novel Negeri Para Bedebah, di dalam novel ini pengarang menceritakan tentang perjuangan, keberanian, rela berkorban, dan tanggung jawab; 2. novel Negeri Para Bedebah memberikan pelajaran kepada pembaca untuk menjadi manusia yang tangguh dan berani mengambil resiko. Hal ini terlihat dari keberanian tokoh Thomas dalam mengambil resiko pada setiap perbuatannya demi orang tuanya yang telah meninggal; 3. novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye merupakan novel motivasi yang banyak mengangkat masalah kehidupan yang perlu dipahami, sehingga novel ini menarik untuk dijadikan sebagai objek penelitian; 4. novel Negeri Para Bedebah dianggap belum ada yang meneliti dengan kajian psikologi sastra dan skenario pembelajarannya di SMA; 5. novel Negeri Para Bedebah menarik untuk bahan pembelajaran di SMA dan memberikan motivasi untuk menjadi pribadi yang berani bagi siswa.

19 8 B. Penegasan Istilah Skripsi ini berjudul Analisis Psikologi Sastra Novel Negeri Para Bedebah Karya Tere Liye dan Skenario Pembelajarannya di SMA. Berkaitan dengan judul skripsi tersebut, perlu ditegaskan kembali istilahistilah tersebut antara lain: 1. Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa, menguraikan suatu pokok atas berbagai bagiannya dan menelaah bagian itu sendiri serta antarbagian untuk memperoleh pengertian yang tepat (Depdiknas, 2008: 58). 2. Psikologi Sastra ditinjau dari asal katanya, psikologi berasal dari kata psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu (Syah, 2008: 7). Sastra dapat diartikan sebagai wacana atau literatur bidang-bidang tertentu. Sastra mengandung kumpulan dan sejumlah bentuk bahasa yang khusus, yang digunakan dalam berbagai pola yang sistematis untuk menyampaikan segala pikiran dan perkataan (Rahmanto, 1988: 10). Jadi, psikologi sastra adalah teks atau kumpulan bahasa dari hasil pikiran manusia yang mengandung nilai-nilai kebaikan yang berkaitan dengan ilmu kejiwaan. 3. Novel adalah berasal dari bahasa Italia novella yang secara harfiah berarti sebuah barang baru yang kecil, dan kemudian diartikan sebagai cerita pendek cerita baru berbentuk prosa, Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2007: 9). Dalam bahasa Latin, novel berasal dari kata novellus yang diturunkan pula dari kata noveis yang berarti baru. Dikatakan baru karena

20 9 4. Negeri Para Bedebah adalah novel karya Tere Liye yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama di Jakarta pada tahun 2012 dengan tebal 433 halaman. 5. Tere Liye adalah nama pengarang novel Negeri Para Bedebah. 6. Skenario Pembelajaran adalah rencana atau susunan tertulis untuk kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran merupakan operasionalisasi dari kurikulum. Pembelajaran di sekolah terjadi apabila terdapat interaksi antara siswa dengan lingkungan belajar yang diatur guru untuk mencapai tujuan (Sudjana, 2010: 10). 7. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah jenjang pendidikan menengah pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Menengah Pertama (atau sederajat). Sekolah Menengah Atas pada umumnya ditempuh dalam jangka waktu 3 tahun, mulai dari kelas X sampai kelas XII. Berdasarkan pengertian-pengertian istilah di atas, maksud judul Analisis Psikologi Sastra Novel Negeri Para Bedebah Karya Tere Liye dan Skenario Pembelajarannya di SMA adalah kegiatan menganalisis tentang psikologi khususnya tokoh utama dalam novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye dan juga skenario pembelajarannya di SMA. C. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah psikologi kepribadian tokoh utama novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye ditinjau dari segi id (das es)?

21 10 2. Bagimanakah psikologi kepribadian tokoh utama novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye ditinjau dari segi ego (das ich)? 3. Bagaimanakah psikologi kepribadian tokoh utama novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye ditinjau dari segi superego (das uber ich)? 4. Bagaimanakah skenario pembelajaran novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye di SMA? D. Tujuan Penelitian Penelitian dengan judul Analisis Psikologi Sastra novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye dan Skenario Pembelajarannya di SMA bertujuan untuk: a. mendeskripsikan psikologis kepribadian tokoh utama novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye dari segi id (das es); b. mendeskripsikan psikologis kepribadian tokoh utama novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye dari segi ego (das ich); c. mendeskripsikan psikologis kepribadian tokoh utama novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye dari segi superego (das uber ich); d. mendeskripsikan skenario pembelajaran novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye di SMA. E. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian yang berjudul Analisis Psikologi Sastra novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye dan Skenario Pembelajarannya di SMA dapat ditinjau dari dua segi, yakni teoretis dan praktis.

22 11 a. Segi Teoretis Ditinjau segi teoretis, penelitian ini diharapkan bermanfaat antara lain: 1. menambah khasanah penelitian sastra jika ditinjau dari segi psikologi sastra; 2. sebagai acuan untuk memberi gambaran tentang cara menganalisis karya sastra dengan psikologi sastra; 3. menambah wawasan pembaca dalam memahami makna karya sastra, khususnya isi novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye jika dianalisis. b. Segi Praktis Dilihat dari segi praktis, penelitian ini bermanfaat bagi mahasiswa, siswa, guru, dan peneliti lain. 1. Bagi Mahasiswa Penelitian ini diharapkan untuk memperoleh pengalaman dan pengetahuan sastra yaitu mengapresiasi dan berekspresi sastra. Mahasiswa juga memperoleh pengetahuan psikologi sastra novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye dan skenario pembelajarannya di SMA. 2. Bagi Siswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan motivasi untuk meningkatkan semangat belajar dan membentuk kepribadian siswa yang positif. Selain itu, siswa juga mendapat pengetahuan dan

23 12 pengalaman dalam bidang psikologi sastra yang terdapat dalam novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye. 3. Bagi Guru Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan gambaran tentang pembelajaran sastra khususnya apresiasi prosa. Guru juga dapat menjadikan penelitian ini sebagai inspirasi untuk mengemas pembelajaran yang inovatif, kreatif dan menyenangkan agar menciptakan pembelajaran yang efektif. 4. Bagi Peneliti Lain Diharapkan bisa membantu peneliti lain dalam memahami isi novel dan memberikan informasi-informasi mengenai pemahaman karya sastra, terutama tentang permasalahan-permasalahan psikologi yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa dan kepribadian seseorang. Penelitian dengan psikologi sastra ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan rujukan dalam memahami isi dan meneliti karya sastra Indonesia, terutama novel. F. Sistematika Skripsi Sistematika ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran skripsi yang disusun. Skripsi ini terdiri dari lima bab. Pertama berisi halaman judul, persetujuan, pengesahan, moto, persembahan, kata pengantar, daftar isi, dan abstrak.

24 13 Bab I, Pendahuluan berisi latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, dan sistematika skripsi. Pada bab II berisi tentang Tinjauan Pustaka dan Kajian Teoretis yang membahas teori-teori yang dijadikan landasan peneliti sebelum melakukan penelitian. Di dalam bab III memuat tentang Metode Penelitian. Metode ini berisi tentang objek penelitian, fokus penelitian, sumber data, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik penyajian analisis data. Selanjutnya bab IV merupakan inti dari hasil penelitian yang membahas Penyajian Data dan Analisis Data. Dalam bab ini penulis menguraikan tentang data penelitian yang diambil dari novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye mengenai kajian psikologi tokoh utama dan pembelajarannya di SMA. Kemudian bab yang terakhir yaitu Bab V. Bab V merupakan bab Penutup yang mencakup simpulan dan hasil penelitian terhadap objek penelitian.

25 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA BERPIKIR Pada bab II membahas tinjauan pustaka, kajian teorertis, dan kerangka berpikir. Tinjauan pustaka berisi tentang penelitian-penelitian terdahulu untuk membantu dan sebagai contoh dalam menentukan persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan saat ini. Kajian teorertis membahas teori-teori yang digunakan untuk penelitian. Kerangka berpikir memuat hasil pemikiran mengenai psikologi sastra. A. Tinjauan Pustaka Penelitian melalui pendekatan psikologi sastra telah banyak dilakukan sebagai kajian terdahulu, maka penulis wajib memaparkan tinjauan pustaka sebagai kajian secara kritis. Tinjauan pustaka berfungsi untuk membantu dan sebagai contoh dalam menentukan persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan saat ini. Tinjauan pustaka dengan pendekatan analisis psikologi sastra pernah di teliti oleh Dwi Agustina Purbowati (2010) dan Subowo (2012). Purbowati (2010) dalam penelitian yang berjudul Analisis Psikologi Tokoh Utama Novel Tarian Bumi Karya Oka Rusmini dan Pembelajarannya di SMA menganalisis mengenai kajian psikologi sastra. 14

26 15 Purbowati menggunakan teori yang dikemukakan oleh Carl Gustav Jung. Teori Jung menguraikan dua sisi penting, yakni mengidentifikasikan dan menjelaskan beberapa proses di dalam psikologis serta menunjukkan bagaimana proses-proses bergaul dalam beberapa kombinasi, selanjutnya menunjukkan karakter setiap individu. Jung mengemukakan suatu gambaran psikologis umum menurut pandangan universal, lalu mengubah dan memprosesnya menjadi psikologi individu. Dari penelitian yang dilakukan oleh Purbowati, terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini. Persamaannya, yaitu sama-sama menganalisis novel dengan pendekatan psikologi sastra dan skenario pembelajarannya di SMA. Metode yang digunakan untuk penelitian adalah metode deskriptif kualitatif. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Purbowati adalah teori yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teori Sigmund Freud, sedangkan penelitian yang digunakan oleh Purbowati menggunakan teori Carl Gustav Jung. Selanjutnya penelitian Subowo (2012) yang berjudul Kajian Psikologi Sastra Novel Tuhan Jangan Tinggalkan Aku karya Pipiet Senja dan pembelajarannya di kelas XI SMA menganalisis unsur psikologi novel dengan teori Sigmund Freud yang meliputi tiga unsur penting dalam struktur kepribadian, yaitu id, ego, dan superego. Penelitian yang dilakukan Subowo dengan penelitian ini terdapat persamaan yaitu samasama menganalisis novel dengan kajian psikologi menggunakan teori

27 16 Sigmund Freud. Metode yang digunakan menggunakan metode deskripstif kualitatif. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Subowo adalah penelitian ini menggunakan pendekatan psikologi sastra dan skenario pembelajarannya di SMA, sedangkan Subowo meneliti psikologi sastra digunakan untuk pembelajaran hanya di kelas XI SMA. B. Kajian Teoretis 1. Pengertian Novel Waluyo (2011: 5), berpendapat bahwa novel secara etimologis berasal dari kata novel atau novellus yang berarti baru. Novel adalah bentuk karya sastra secara fiksi cerita fiksi yang paling baru. Hal ini senada dengan pendapat Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2010: 89), yang menyatakan novel secara harfiah berasal dari kata novella yang berarti sebuah barang baru yang kecil kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa. Menurut Ginanjar (2012: 5), novel merupakan pengungkapan dari fragmen kehidupan manusia (dalam jangka yang lebih panjang). Terjadi konflik-konflik di dalam novel yang akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan jalan hidup antara para pelakunya. Novel lebih panjang dan lebih kompleks dari cerpen, dan tidak dibatasi keterbatasan struktural dan metrikal sandiwara atau sajak. Umumnya, sebuah novel bercerita tentang tokoh-tokoh dan kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari, dengan menitikberatkan pada sisi-sisi

28 17 yang aneh dari naratif tersebut. Jika dibandingkan dengan cerpen, novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu lebih banyak, lebih rinci, lebih detil, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks. Novel mampu menyampaikan permasalahan yang kompleks secara penuh, mengkreasikan sebuah dunia yang jadi (Nurgiyantoro, 2010: 11). Secara umum, novel terdiri dari beberapa bab yang masing-masing berisi cerita yang berbeda. Hubungan antarbab merupakan hubungan sebab akibat atau hubungan kronolois, bab yang satu merupakan kelanjutan bab yang selanjutnya. Setiap bab haruslah mencerminkan tema dan logika cerita, sehingga dapat dikatakan hal itu bersifat mengikat adanya sifat saling keterkaitan antarbab. Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa novel adalah cerita fiksi berbentuk prosa yang menceritakan rangkaian kehidupan sehari-hari yang dialami oleh para tokoh yang mengandung hubungan sebab akibat. 2. Pengertian Psikologi Minderop (2013: 3), mengemukakan pengertian psikologi berasal dari dua kata, yakni psyche berarti jiwa dan logos berarti ilmu. Dalam arti bebas, psikologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Psikologi tidak mempelajari jiwa itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi

29 18 dari jiwa tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku kejiwaan. Psikologi merupakan salah satu macam ilmu dari berbagai macam ilmu yang ada. Psikologi mempunyai ciri-ciri atau sifat-sifat seperti yang dimiliki oleh ilmu-ilmu pada umumnya. Ciri-ciri tersebut yaitu: (1) objek penentu; (2) metode penyelidikan tertentu; (3) sistematika yang teratur sebagai hasil pendekatan terhadap objeknya; (4) sejarah tertentu (Walgito, 2003: 4-5). Menurut Atkinson (dalam Minderop, 2013: 3), psikologi merupakan ilmu jiwa atau ilmu yang menyelidiki dan mempelajari tingkah laku manusia. Pemahaman tentang psikologi perlu ditanamkan kepada para pembaca karena banyak hal yang dapat dipelajari melalui pemahaman ini. Psikologi tidak dipandang sebagai ilmu yang sama sekali terlepas dari ilmu-ilmu lain. Psikologi memiliki akar-akar yang kuat dalam ilmu kedokteran, filsafat, budaya, dan sebagainya. Atas dasar kontak dengan berbagai disiplin ilmu itulah, Syah (2008: 8), mendefinisikan perbedaan psikologi yang satu dengan lainnya: 1. psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental (the science of mental life); 2. psikologi adalah ilmu mengenai pikiran (the science of mind); 3. psikologi adalah ilmu mengenai tingkah laku (the science of behavior); dan lain-lain definisi yang sangat bergantung pada sudut pandang yang mendefinisikannya. Walgito (2003: 6), memberi penjelasan mengenai pengertian psikologi adalah ilmu tentang perilaku atau aktivitas-aktivitas, dan

30 19 perilaku atau aktivitas-aktivitas tersebut merupakan manifestasi dari kehidupan kejiwaan. Perilaku atau aktivitas yang dimaksud merupakan perilaku atau aktivitas sebagai manifestasi kehidupan kejiwaan, dan aktivitas dalam pengertian yang luas, yaitu baik aktivitas motorik, kognitif, maupun emosional. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa psikologi didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang berusaha memahami, menyelidiki dan membahas perilaku atau tingkah laku manusia. 3. Psikologi Sastra Endraswara (2013: 96), menyatakan psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan. Karya sastra yang mengandung aspek psikologis akan menampilkan aspek-aspek kejiwaan melalui tokoh-tokohnya terutama karya sastra yang berupa novel atau drama. Pendekatan psikologis pada dasarnya berhubungan dengan pengarang, karya sastra, dan pembaca. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa pendekatan psikologis lebih banyak berhubungan dengan pengarang dan karya sastra. Secara kategori, sastra berbeda dengan psikologi, sebab sastra berhubungan dengan dunia fiksi, drama, puisi, dan esai yang diklasifikasikan ke dalam seni (art), sedangkan psikologi merujuk kepada studi ilmiah tentang perilaku manusia dan proses mental. Meski berbeda,

31 20 keduanya memiliki titik temu atau kesamaan, yakni sama-sama berangkat dari manusia dan kehidupan sebagai sumber kajian. Berbicara tentang manusia, psikologi jelas terlibat erat, karena psikologi mempelajari perilaku. Perilaku manusia tidak lepas dari aspek kehidupan yang membungkusnya dan mewarnai perilakunya. Psikologi sastra mempelajari fenomena tertentu yang dialami oleh tokoh utama dalam karya sastra ketika merespon atau bereaksi terhadap diri dan lingkunganya. Sifat manusia dalam psikologi maupun sastra sering menunjukkan kemiripan. Meskipun karya sastra bersifat kreatif dan imajiner, pencipta tetap sering memanfaatkan hukum-hukum psikologi untuk menghidupkan karakter para tokohnya (Endraswara, 2013: 99). Dengan demikian, gejala kejiwaaan dapat terungkap lewat perilaku tokoh dalam sebuah karya sastra. Di dalam karya sastra terdapat hasil kreativitas pengarang dengan gejala-gejala kejiwaan di dunia nyata. Psikologi sastra dipengaruhi oleh beberapa hal. Pertama, karya sastra merupakan kreasi dari suatu proses kejiwaan dan pemikiran pengarang yang berada pada situasi setengah sadar yang dituangkan ke dalam bentuk sadar. Kedua, telaah psikologi sastra adalah kajian yang menelaah kajian yang menelaah cerminan psikologis dalam diri para tokoh yang disajikan sedemikian rupa oleh pengarang, sehingga pembaca merasa terbuai dalam cerita. Secara definitif, tujuan psikologi sastra adalah memahami aspek-aspek kejiwaan yang terkandung dalam suatu karya.

32 21 Sesuai dengan hakikatnya, karya sastra memberikan pemahaman terhadap masyarakat secara tidak langsung, misalnya masyarakat dapat memahami perubahan, kontradiksi, dan penyimpangan-penyimpangan lain yang terjadi dalam suatu masyarakat, khususnya dalam kaitannya dengan psike (Ratna, 2012: ). Senada dengan pendapat Ratna, Subowo (2012: 26), mengatakan bahwa karya sastra memungkinkan ditelaah melalui pendekatan psikologi sastra karena karya sastra menampilkan watak para tokoh, walaupun imajinatif tetapi dapat menampilkan berbagai problem psikologis. Menurut Wellek dan Warren (dalam Ratna, 2012: 350), sebuah karya sastra yang berhasil, psikologi sudah menyatu menjadi karya seni, oleh karena itu, karya seni wajib diuraikan kembali sehingga menjadi jelas dan nyata apa yang dilakukan oleh karya tersebut. Psikologi berkaitan dengan ilmu sastra seperti yang dikatakan oleh Wellek dan Warren (dalam Wahyuningtyas, 2011: 8-9), psikologi dalam sastra terdapat empat kategori, yaitu studi psikologi pengarang sebagai tipe atau pribadi, studi hukum-hukum psikologi yang diterapkan dalam karya sastra, proses kreatif, serta pengarang dan latar belakang pengarangnya mempelajari dampak sastra terhadap pembaca atau psikologi karya sastra. Minderop (2013: 2), mengatakan sastra dan psikologi dapat bekerja sama dalam perannya terhadap kehidupan, karena keduanya mempunyai fungsi dalam hidup ini. Keduanya sama-sama berurusan dengan persoalan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Keduanya

33 22 memanfaatkan landasan yang sama yaitu menjadikan pengalaman manusia sebagai bahan telaah. Oleh karena itu, pendekatan psikologi penting penggunaannya dalam penelitian. Sastra dan psikologi mempelajari keadaan kejiwaan seseorang, namun antara sastra dengan psikologi terdapat perbedaan. Di dalam psikologi, gejala-gejala yang ditampakkan oleh seseorang bersifat nyata, sedangkan dalam sastra gejala-gejala yang ditampakkan oleh tokoh bersifat imajinatif karena ada unsur rekaan dari pengarang. Psikologi sastra merupakan pendekatan yang menekankan pada hakikat dan kodrat manusia. Relevansi analisis psikologis diperlukan justru pada saat tingkat peradaban mencapai kemajuan, pada saat manusia kehilangan pengendalian psikologis. Psikologi, khususnya psikologi analitik diharapkan mampu menemukan aspek-aspek ketaksadaran yang diduga merupakan sumbersumber penyimpangan psikologis sekaligus dengan terapinya. Secara definitif, tujuan psikologi sastra adalah memahami aspek-aspek kejiwaan yang terkandung di dalam suatu karya sastra. Melalui pemahaman terhadap para tokoh misalnya, masyarakat dapat memahami perubahan, kontradiksi, dan penyimpangan-penyimpangan lain yang ada di dalam masyarakat. Minderop (2013: 54), membagi tiga cara yang dilakukan untuk memahami hubungan antara psikologi dengan sastra, yaitu: (a) memahami unsur-unsur kejiwaan pengarang sebagai penulis; (b) memahami unsur-

34 23 unsur kejiwaan para tokoh fiksional dalam karya sastra; (c) memahami unsur-unsur kejiwaan pembaca. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah sebuah interdisiplin antara psikologi dan sastra yang menelaah cerminan kehidupan para tokoh tentang kejiwaannya. Proses pemikiran pengarang dapat diartikan dalam keadaan tidak sadar kemudian dituangkan ke dalam bentuk sadar sehingga mencerminkan kejiwaan manusia di dunia nyata. 4. Teori Psikologi Kepribadian Sigmund Freud a. Teori Psikologi Kepribadian Freud adalah orang yang sensitif dan penuh dengan gairah. Ia memiliki kemampuan untuk mengadakan hubungan yang intim atau tersembunyi. Ia tidak dapat mengungkapkan aspek-aspek kepribadiannya yang mendalam kepada orang lain yang akrab dengannya, sementara pada waktu yang sama, ia merasa dikejar-kejar oleh orang lain. Ia rupanya memiliki hubungan yang kuat, yakni hubungan yang eksklusif dan memiliki sikap yang kurang percaya terhadap dunia. Pemahaman Freud tentang kepribadian manusia didasarkan pada pengalaman-pengalaman dengan para pasien, analisis tentang mimpimimpinya sendiri, dan bacaannya yang sangat banyak mengenai berbagai ilmu pengetahuan dan kemanusiaan. Pengalaman-pengalaman itulah yang menjadi dasar untuk perkembangan teorinya. Bagi Freud, teori terjadi

35 24 sesudah pengamatan dan konsepnya tentang kepribadian mengalami perbaikan terus menerus selama 50 tahun terakhir kehidupannya. Freud menyanggah pendapat terhadap psikologi tradisional yang berbicara kesadaran datang dari arah yang berbeda. Ia menyamakan pikiran itu seperti gunung es di mana bagian lebih yang muncul di permukaan air menggambarkan daerah kesadaran, sedangkan bagian jauh lebih besar yang berada dibawah permukaan air menggambarkan daerah ketidaksadaran. Dari pandangan ini, psikologi yang membatasi dirinya pada analisis kesadaran sama sekali tidak tepat untuk memahami motifmotif yang mendasari tingkah laku manusia (Semiun, 2013: 42). Menurut Minderop (2013: 8), pengertian kepribadian adalah suatu integrasi dari semua aspek kepribadian yang unik, dari seseorang menjadi organisasi yang unik, yang menentukan, dan dimodifikasi oleh upaya seseorang beradaptasi dengan lingkungannya yang selalu berubah. Kepribadian menurut psikologi dapat mengacu pada pola karakteristik perilaku dan pola pikir yang menentukan penilaian seseorang terhadap lingkungan. Kepribadian dibentuk oleh potensi sejak lahir yang dimodifikasi oleh pengalaman hidupnya sebagai seorang indidu. Pola pikir atau cara pikir diri sendirilah yang menjadi kunci atas pemahaman terhadap kepribadian diri sendiri. Santrock menyatakan, banyak orang yang percaya bahwa masingmasing individu memiliki karakteristik kepribadian atau pembawaan yang menandainya. Pembawaan yang mencakup dalam pikiran, perasaan, dan

36 25 tingkah laku merupakan karakteristik seseorang yang menampilkan cara ia beradaptasi dan berkompromi dalam kehidupan (Minderop, 2013: 4). Kepribadian juga merupakan persoalan jiwa pengarang yang asasi. Pribadi pengarang akan mempengaruhi hasil karyanya. Kepribadian seseorang ada yang normal dan ada yang abnormal. Pribadi normal biasanya mengikuti irama yang lazim dalam kehidupannya. Pribadi abnormal apabila terjadi penyimpangan kepribadian yang tidak lazim. Psikologi kepribadian adalah psikologi yang mempelajari kepribadian manusia dengan objek penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku manusia (Minderop, 2013: 8). Sasaran pertama psikologi kepribadian adalah memperoleh informasi mengenai tingkah laku manusia. Sasaran kedua ialah psikologi kepribadian mendorong individu agar dapat hidup secara utuh dan memuaskan. Sasaran yang ketiga ialah agar individu mampu mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya secara optimal melalui perubahan lingkungan psikologis. Menurut Semiun (2013: 9), di dalam psikologi terdapat tiga aliran pemikiran, yang pertama adalah psikoanalisis yang menghadirkan manusia sebagai bentukan dari naluri-naluri dan konflik-konflik struktur kepribadian. Konflik struktur kepribadian timbul karena adanya id, ego, dan superego. Kedua, behaviorisme mencirikan manusia sebagai korban fleksibel, pasif, dan penurut terhadap stimulasi lingkungan. Ketiga,

37 26 humanistik, adalah sebuah gerakan yang muncul, yang menampilkan manusia yang berbeda dari gambaran psikoanalisis dan behaviorisme. b. Teori Kepribadian Psikoanalisis Sigmund Freud Teori psikologi yang b anyak digunakan untuk menelaah karya sastra yaitu teori psikoanalisis yang dikemukakan oleh Sigmund. Dialah yang mengembangkan metode psikoanalisis sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Psikoanalisis merupakan semacam psikologi tentang kesadaran, perhatian-perhatiannya terarah pada motivasi, emosi, konflik, neurotik, mimpi-mimpi, dan karakter. Pengaruh Freud dengan psikoanalisis yang telah dikembangkannya dapat dilihat dari fakta bahwa sebagian besar para teoretikus kepribadian modern menyusun teorinya tentang tingkah laku (kepribadian) sebagian besar mengambil dari gagasan-gagasan Sigmund Freud. Berry (2001: 2), memberikan pengertian psikoanalisis adalah sistem menyeluruh dalam psikologi yang dikembangkan oleh Freud secara perlahan ketika ia menangani orang-orang yang mengalami neurosis dan masalah mental lainnya. Selanjutnya, Berry (2001: 3) membagi aspek psikoanalisis menjadi tiga: 1) Psikoanalisis merupakan suatu jenis terapi yang bertujuan untuk mengobati penyimpangan mental dan syaraf. 2) Psikoanalisis berupaya menjelaskan bagaimana kepribadian manusia bekerja dan berkembang. 3) Psikoanalisis menyajikan teori mengenai cara individu berfungsi di dalam hubungan personal dan di dalam masyarakat.

38 27 Psikoanalisis ditemukan Freud sekitar tahun 1890-an. Meskipun Freud seorang dokter yang selalu berpikir ilmiah, akan tetapi dunia sastra tidak asing lagi baginya. Semasa mudanya, Freud memperoleh pendidikan sastra dan menelaahnya secara baik. Dalam karyanya yang berjudul Tafsiran Mimpi, Freud kerap kali menampilkan pengalaman pribadinya dan pengalaman semasa kecilnya. Hal ini yang menjadikan alasan bahwa psikoanalisis adalah wilayah kajian psikologi sastra. Dalam menekuni dunia sastra, Freud mencoba menganalisis tokoh Oidipus Roi karya Saphokles dan Hamlet karya Shakespeare. Penelitiannya didasarkan pada apa yang terjadi dalam wilayah tak sadar setiap manusia untuk membuktikan hasil penemuannya terhadap pasien penderita neurosis. Setelah mengamati sebagian besar penderita, Freud berpikir bahwa ada kesamaan di antara hasrat-hasrat tersembunyi setiap manusia. Kesamaan tersebut menyebabkan adanya kehadiran karya sastra yang menyentuh pada kita, karena karya-karya tersebut memberikan jalan pada hasrat-hasrat rahasia tersebut. Sebagai bentuk seni, sastra langsung terlibat karena menurut psikoanalisis sastra mempunyai hubunganhubungan tertentu dengan arus tak sadar. Sigmund Freud berpendapat bahwa sastra dan psikologi memiliki hubungan yang erat. Selain itu, Freud juga menyatakan adanya hubungan antara pengarang dengan segala jenis gejala psikologisnya, baik yang sudah terlihat maupun yang terungkap kemudian di dalam suatu karya sasra. Hal semacam ini dapat dilihat dengan menggunaan pendekatan

39 28 psikoanalis. Dalam konsep psikoanalisis, terdapat istilah struktur kepribadian yang disusun oleh Sigmund Freud. Struktur kepribadian tersebut mengandung tiga sistem penting, yang terdiri dari id, ego, dan superego. Ketiganya saling berkaitan dan membentuk suatu kekuatan. Freud mengemukakan gagasannya bahwa kesadaran merupakan sebagian kecil dari kehidupan mental, sedangkan bagian besarnya adalah ketaksadaran atau tak sadaran. Ketaksadaran ini dapat menyublim ke dalam proses kreatif pengarang. Pada saat pengarang menciptakan tokoh, kadang bermimpi seperti halnya realitas. Semakin jauh lagi, pengarang juga sering gila sehingga yang diekspresikan seakan-akan lahir bukan dari kesadarannya (Endraswara, 2013: 101). Ratna (2012: 346), mengatakan Freud menghubungkan karya sastra dengan mimpi. Sastra dan mimpi dianggap memberikan kepuasan secara tak langsung. Pada saat menulis, seorang novelis, cerpenis, dramawan, dan penyair, tidak secara keseluruhan sadar akan apa yang ditulisnya. Kebesaran penulis dan dengan demikian hasil karyanya pada dasarnya terletak dalam kualitas ketaksadaran tersebut. Teori Freud yang paling dominan dalam analisis karya sastra adalah teori psikoanalisis kepribadian yang meliputi tiga unsur kejiwaan, yaitu id, ego, dan superego.

40 29 1) Id ( Das Es) Freud memberikan ciri kepada id sebagai kawah yang penuh dengan dorongan yang mendidih, berisi energi proses-proses organik dari insting-insting dan berjuang menuju ke satu tujuan. Freud juga mengatakan id menjadi sumber energi psikis dan menyediakan seluruh daya untuk menjalankan sistem lain. Id berhubungan erat dengan prosesproses jasmaniah dari mana ia mendapatkan energinya. Freud juga menyebutnya kenyataan psikis yang sebenarnya karena ia mempresentasikan dunia batin dari pengalaman yang subjektif dan tidak mengenal kenyataan yang objektif. Segala sesuatu yang diinginkan id harus segera terlaksana, sehingga Freud mengibaratkan id sebagai raja. Hal ini senada dengan pendapat Minderop (2013: 21), yang mengatakan id merupakan energi psikis dan naluri yang menekan manusia agar memenuhi kebutuhan dasar. Id adalah sistem kepribadian manusia yang paling dasar atau aspek kepribadian yang orisinil. Id berpegang pada pada prinsip kenikmatan, yaitu mencari kenikmatan dan menghindari dari ketidaknikmatan. Id merupakan dorongan-dorongan yang menghendaki agar keinginan segera dipenuhi atau dilaksanakan. Jika dorongan ini dipenuhi, maka tercapai perasaan senang atau puas. Sebagai contoh adalah dorongan seksual atau libido. Menurut Berry (2001: 75), id adalah bagian ketidaksadaran yang primitif di dalam pikiran, yang terlahir bersama kita. Hal ini merupakan wilayah yang gelap, tak bias diakses, tinggal bersama nafsu-nafsu

41 30 naluriah, dan satu-satunya realitasnya adalah kebutuhannya sendiri yang egois. Senada dengan Berry, Semiun (2013: 61) mengungkapkan bahwa id merupakan bagian kepribadian yang sangat primitif yang sudah beroperasi sebelum bayi berhubungan dengan dunia luar, maka ia mengandung semua dorongan bawaan yang tidak dipelajari, di dalam psikoanalisis disebut insting-insting. Apabila tingkat ketegangan organisme meningkat sebagai akibat dari stimulasi dari luar atau rangsangan-rangsangan yang timbul dari dalam, maka id akan bekerja sedemikian rupa untuk segera menghentikan tegangan dan mengembalikan organisme pada tingkat energi yang rendah serta menyenangkan. Prinsip reduksi ketegangan yang merupakan ciri-ciri kerja id (pleasure principle). Melalui id, para sastrawan mampu menciptakan simbol-simbol tertentu dalam karyanya. Jadi, yang dinamakan novel psikologis merupakan karya yang dikerjakan berdasarkan interpretasi psikologis yang sebelumnya telah menerima perkembangan watak untuk kepentingan struktur plot. 2) Ego (Das Ich) Dalam perkembangan id maka tumbuhlah ego. Ego (dalam istilah Freud das ich) adalah sistem yang bertindak sebagai pengarah individu kepada dunia objek dari kenyataan menjalankan fungsinya berdasarkan

42 31 prinsip kenyataan (The Reality Principle). Ego terbentuk dari diferensial id karena kontaknya dengan dunia nyata. Ego menolong manusia untuk mempertimbangkan apakah ia dapat memuaskan diri tanpa mengakibatkan kesulitan atau penderitaan bagi dirinya sendiri. Freud mengatakan, di dalam melaksanakan fungsi-fungsi eksekutif, ego harus mempertimbangkan tuntutan-tuntutan dari id dan superego yang bertentangan dan tidak realistik. Di samping keduanya itu, ego harus melayani juga penguasa ketiga, yaitu dunia luar. Dengan demikian, ego terus menerus mendamaikan tuntutan-tuntutan dari id dan superego dan tuntutan-tuntutan dari dunia luar. Hal ini tidak mudah dan sering mengakibatkan tegangan yang berat pada ego. Merasa dirinya dikepung oleh ketiga kekuatan yang berbeda dan bermusuhan itu, ego menjadi cemas. Ego kemudian mengadakan represi dan mekanismemekanisme pertahanan lain untuk mempertahankan dirinya tanpa membiarkan elemen-elemen yang mengancam masuk ke dalam kesadaran, (Semiun, 2013: 65). Ego merupakan bagian dari pikiran yang bereaksi terhadap kenyataan eksternal dan dianggap oleh seseorang sebagai diri, (Berry, 2001: 76). Ego biasanya mengawal dan menekan dorongan id yang kuat. Ego juga dapat diartikan sebagai sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengaruh individu kepada dunia objek dari kenyataan dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan.

43 32 Semiun (2013: 64), mengatakan ego adalah aku atau diri yang tumbuh dari id pada masa bayi dan menjadi sumber dari individu untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Dengan adanya ego, individu dapat membedakan dirinya dari lingkungan di sekitarnya dan dengan demikian terbentuklah inti yang mengintegrasikan kepribadian. Ego timbul karena kebutuhan-kebutuhan organis me yang memerlukan transaksi-transaksi yang sesuai dengan kenyataan objektif. Menurut Freud, ego terdiferensiasi dari id ketika bayi belajar membedakan dirinya dari dunia luar. Meskipun id tidak bisa berubah, namun ego terus menerus berubah. Meskipun id tetap mengikuti tuntutantuntutan tidak realistik dan tidak mengalah dalam mencari kenikmatan, namun ego harus realistik. Id harus menyiapkan energi bagi seseorang, sedangakan ego harus melakukan kontrol, (Semiun, 2013: 65). meliputi: Semiun (2013: 66) menguraikan fungsi ego menjadi enam, a) Memberikan kepuasan kepada kebutuhan-kebutuhan akan makanan dan melindungi organism; b) menyesuaikan usaha-usaha dari id dengan tuntutan dan kenyataan sekitarnya; c) menekan impuls-impuls yang tidak dapat diterima oleh superego; d) mengkoordinasikan dan menyelesaikan tuntutan-tuntutan yang bertentangan dari id dan superego; e) mempertahankan kehidupan individu serta berusaha supaya spesies dikembangkangbiakkan. Menurut Minderop (2013: 22), tugas ego adalah memberi tempat pada fungsi mental utama, misalnya: penalaran, penyelesaian masalah, dan

44 33 pengambilan keputusan. Ego merupakan pimpinan utama dalam kepribadian, seperti pimpinan perusahaan yang mampu mengambil keputusan rasional demi kemajuan perusahaan. Dari uraian tersebut menjelaskan bahwa ego timbul karena dorongan dari aspek psikologis yang memerlukan sebuah proses. Ego juga bertindak sebagai sistem kepribadian yang mengarahkan individu kepada dunia objek dari kenyataan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan. Ego sebagai aspek psikologis dari kepribadian yang timbul karena adanya kebutuhan pribadi untuk berhubungan dengan dunia nyata. Seperti orang yang lapar harus berusaha mencari makanan untuk menghilangkan tegangan (rasa lapar) dalam dirinya. Hal ini berarti seseorang harus dapat membedakan antara khayalan tentang makanan dan kenyataannya. Hal inilah yang membedakan antara id dan ego. Ego selain sebagai pengarah juga berfungsi sebagai penyeimbang antara dorongan naluri id dengan keadaan lingkungan yang ada. 3) Superego (Das Uber Ich) Adapun superego (das ueber ich) adalah sistem kepribadian yang berisi nilai-nilai atau aturan yang bersifat evaluatif (menyangkut baik buruk). Superego merupakan penyeimbang dari id. Semua keinginankeinginan id sebelum menjadi kenyataan dipertimbangkan oleh superego. Apakah keinginan id itu bertentangan atau tidak dengan nilai-nilai moral yang ada dalam masyarakat.

45 34 Menurut Freud, fungsi pokok superego adalah (1) merintangi impuls-impuls id, (2) mendorong ego untuk menggantikan tujuan-tujuan realistik dengan tujuan-tujuan moralistic, dan (3) mengejar kesempurnaan. Freud mengemukakan bahwa pembagian tiga struktur atau wilayah jiwa itu tidak jelas dan tidak ditetapkan dengan baik. Perkembangan ketiga bagian itu sangat bervariasi pada individu. Minderop (2013: 22), mengatakan superego mengacu pada moralitas dalam kepribadian. Superego sama halnya dengan hati nurani yang mengenali baik dan buruk. Sebagai contoh perintah orang tua kepada anak-anaknya tentang berbagai perintah dan larangan. ini: Berry (2001: 77), memberikan definisi-definisi superego dibawah a) Superego memberi kita rasa yang berhubungan dengan benar dan salah, bangga dan salah; b) superego sering membuat kita bertindak dengan cara-cara yang bisa diterima di dalam masyarakat, bukan mengikuti mau kita sendiri sebagai individu; c) superego memantau perilaku, memutuskan apa yang bisa diterima, dan mengendalikan tabu; d) superego bersifat ngebos (bossy), dengan selalu mewajibkan kesempurnaan ego. Cara kerja superego merupakan kebalikan cara kerja id. Id ingin memuaskan kebutuhan individual, tak peduli terhadap apa yang diinginkan masyarakat. Seperti halnya dengan ego, bagian terbesar dari superego pun bisa beroperasi dengan cara tak disadari. Senada dengan pendapat Berry, Semiun (2013: 67), mengatakan bahwa superego cenderung untuk menentang baik id maupun ego, dan

46 35 membuat dunia menurut gambarannya sendiri. Akan tetapi, sama seperti id, superego tidak, dan sama seperti ego, superego melakukan kontrol atas insting-insting. Berbeda dengan ego, superego tidak hanya menunda pemuasan insting, tetapi tetap berusaha untuk merintanginya. Superego yang baik akan mengontrol dorongan-dorongan seksual dan agresif. Superego mengamati ego dengan cermat, menilai tindakan dan tujuannya. Superego tidak menghiraukan kebahagiaan dari ego serta berusaha secara membabi buta dan tidak realistik ke arah kesempurnaan. Dikatakan tidak realistik karena superego tidak mempertimbangkan kesulitan-kesulitan dan kemustahilan-kemustahilan yang dihadapi ego dalam melaksanakan perintah-perintahnya. Freud memperingatkan bahwa perbedaan antara id, ego, dan superego itu tidak mudah dipahami, dan diantara ketiganya tidak secara jelas terdapat dinding pemisah (Berry, 2001: 77-78). Sebagai contoh, ego seseorang ingin melakukan hubungan seks, tetapi id orang tersebut menginginkan hubungan seks yang memuaskan karena ia tahu bahwa seks memang nikmat. Kemudian superego timbul dan menengahi dengan anggapan merasa berdosa dengan melakukan hubungan seks. Ketiga aspek tersebut memiliki fungsi, komponen, prinsip kerja, dan dinamika masing-masing, namun ketiganya berhubungan sangat erat sehingga tidak dapat dipisahkan untuk mempengaruhi tingkah laku manusia. Supergo bias dikatakan terbentuk karena adanya fitur yang paling berpengaruh seperti orang tua. Dengan terbentuknya superego pada

47 36 individu, maka kontrol terhadap sikap yang dilakukan orang tua, dalam perkembangan selanjutnya dilakukan oleh individu sendiri. Sistem kepribadian ini satu sama lain saling berkaitan dan membentuk totalitas serta tingkah laku manusia yang merupakan produk interaksi ketiganya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada hubungan sastra dengan psikoanalisis. Hubungan tersebut ada dua hal. Pertama, ada kesamaan hasrat-hasrat yang tersembunyi pada setiap manusia yang menyebabkan kehadiran karya sastra yang mampu menyentuh perasaan pembaca, karena karya sastra itu memberikan jalan keluar terhadap hasrathasrat rahasia tersebut. Kedua, ada kesejajaran mimpi dengan sastra, dalam hal ini kita menghubungkan elaborasi karya sastra dengan proses elaborasi mimpi, yang oleh Freud disebut pekerjaan mimpi. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa proses kreativitas penulis dalam menciptakan karya sastra sangat dipengaruhi oleh sistem sensor intern yang mendorongnya untuk menyembunyikan atau memutarbalikkan hal-hal penting yang ingin dikatakan dan mendorongnya untuk mengatakan dalam bentuk tak langsung. Karya sastra lahir dari endapan pengalaman yang telah di masak dalam jiwanya. Jadi, karya sastra merupakan ungkapan kejiwaan pengarang, yang menggambarkan emosi dan pemikirannya.

48 37 5. Pembelajaran Sastra di SMA Sastra mempunyai relevansi dengan masalah-masalah dunia nyata, sehingga pembelajaran sastra harus dipandang sebagai sesuatu yang penting yang patut menduduki tempat yang selayaknya. Pembelajaran sastra pada dasarnya bertujuan agar siswa memiliki rasa peka terhadap karya sastra yang berharga sehingga terdorong dan tertarik untuk membacanya. Pembelajaran sastra di sekolah dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengekspresikan karya sastra. Kegiatan ini dapat meningkatkan penalaran siswa, daya imajinasi, kepekaan teehadap masyarakat budaya, lingkungan, bahkan meningkatkan keimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pembelajaran sastra berusaha mendekatkan siswa kepada sastra, berusaha menumbuhkan rasa peka dan rasa cinta siswa kepada sastra sebagai cipta senni. Dengan usaha ini diharapkan pembelajaran sastra dapat membantu menumbuhkan keseimbangan antara perkembangan berbagai aspek kejiwaan siswa, sehingga berbentuk suatu kebulatan pribadi yang utuh. a. Pengertian Pembelajaran Sastra Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses pembelajaran subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik/pembelajar

49 38 dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien (Komalasari, 20013: 3). Trianto (2011: 17), mengatakan pembelajaran adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, di mana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditentukan sebelumnya. Sastra sebagai suatu materi kebudayaan diajarkan agar dapat dimiliki dan dikembangkan oleh generasi berikutnya. Pembelajaran sastra hendaknya tidak bersifat pasif verbalistis, akan tetapi dinamis kreatif. Hal ini bertujuan untuk membekali bahan-bahan yang mungkin berguna untuk melanjutkan studi ataupun bekal di dalam kehidupan bermasyarakat. Sastra merupakan istilah yang mempunyai arti luas, meliputi sejumlah kegiatan yang berbeda-beda. Sastra sering menjadi pokok telaahan ataupun latihan. Dalam hal ini, secara fundamental pencipta ataupun penikmat harus melibatkan diri secara suka rela. Keterlibatan ini bukan hanya untuk kepuasan yang serta merta, tetapi untuk berbagai macam kepuasan yang bernilai tinggi yang hanya dapat dicapai dengan jalan melibatkan langsung ke dalam karya sastra tersebut (Rahmanto, 1988: 10).

50 39 Menurut Sayuti (dalam Jabrohim, 1944: 83), pengajaran sastra pada dasarnya adalah sebuah sistem, di dalamnya terdapat aneka unsur yang merupakan bagian-bagian yang satu sama lain memiliki interdependensi, saling berkaitan. Aneka unsur itu meliputi kurikulum, (materi) sastra, metode, sarana dan media, evaluasi, guru, siswa, dan lingkungan. Jabrohim (1994: 141), mengatakan bahwa pembelajaran sastra adalah penyajian karya sastra dalam situasi belajar mengajar di kelas yang bertujuan untuk menanamkan sikap positif terhadap hasil karya sastra dalam wujud pemahaman traninformasi dari tekstual ke faktual. Pembelajaran sastra meliputi satu bidang yang luas, karena pengertian sastra mencakup isi yang beraneka ragam. Termasuk dalam pembelajaran sastra misalnya: bagaimanakah mengajarkan puisi, drama, novel, cerpen, dan yang lain (Jabrohim, 1994: 143). Pembelajaran sastra haruslah diorientasikan kepada pemahaman pembaca karya sastra, bukan pada keterampilan menghafal teori sastra. Rahmanto (1988: 65), berpendapat bahwa novel memungkinkan siswa dengan kemampuan membacanya hanyut dalam keasyikan. Novel-novel ini jelas dapat membantu dan menunjang sebagai sarana pendukung untuk memperkaya bacaan para siswa di samping novel-novel tetentu yang dijadikan sebagai bahan pembelajaran oleh guru sastra. Salah satu kelebihan novel sebagai bahan pengajaran sastra adalah cukup mudahnya karya sastra tersebut dinikmati siswa sesuai dengan tingkat

51 40 kemampuannya. Di dalam kurikulum Kompetensi Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA terdiri dari dua aspek, yaitu aspek keterampilan berbahasa dan bersastra. Pembelajaran sastra dapat memberikan andil yang signifikan terhadap keberhasilan pengembangan manusia yang diinginkan, asalkan dilaksanakan dengan pendekatan yang tepat, yaitu pendekatan yang dapat merangsang terjadinya olah hati, olah rasa, olah pikir dan olah raga". Apresiasi sastra merupakan materi pembelajaran yang harus diajarkan kepada siswa mulai sekolah dasar sampai sekolah lanjutan tingkat atas (baik SMA maupun SMK). Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sastra merupakan penyajian karya sastra dalam kegiatan belajar mengajar yang melibatkan guru dan siswa serta unsur-unsur lainnya yang saling berkaitan. Pembelajaran sastra di sekolah khususnya di SMA memiliki peran yang cukup besar. Disamping sebagai mata pelajaran yang tercantum di dalam kompetensi, juga merupakan alat untuk mengapresiasikan keinginan siswa dalam perkembangan mental. Tokoh-tokoh di dalam karya sastra dapat dijadikan teladan bagi siswa untuk kehidupan bermasyarakat. Selain itu, novel juga merupakan alat baca yang banyak digemari siswa. b. Tujuan Pembelajaran Sastra Tujuan pembelajaran merupakan komponen utama yang terlebih dahulu harus dirumuskan guru dalam proses belajar mengajar. Peranan

52 41 tujuan sangat penting karena menentukan arah proses belajar mengajar. Sudjana (2010: 63), mengatakan tujuan pembelajaran adalah tujuan yang dibuat guru untuk satu kali proses belajar mengajar. Dengan demikian, tujuan tersebut harus dicapai siswa setelah sisa menerima pelajaran tersebut. Pembelajaran sastra membawa siswa pada ranah produktif dan apresiatif. Sastra adalah sistem tanda karya seni yang bermediakan bahasa. Penciptaan karya sastra merupakan keterampilan dan kecerdasan intelektual dan imajinatif. Karya sastra hadir untuk dibaca dan dinikmati, dimanfaatkan untuk mengembangkan wawasan kehidupan. Jabrohim (1994: 52), mengatakan tujuan pembelajaran sastra bagi guru adalah untuk mengkreasikan berbagai pengalaman belajar yang akan dibelajarkan kepada siswa. Bagi siswa itu sendiri, tujuan dapat memberikan informasi tentang apa yang diharapkan dari kegiatan belajarnya atau tentang apa yang harus dipelajari. Tujuan pembelajaran sastra memiliki dua sasaran, yaitu agar siswa memperoleh pengetahuan dan pengalaman sastra. Pertama, pengetahuan sastra diperoleh dengan membaca teori, sejarah, dan kritik sastra. Kedua, pengalaman sastra dengan cara membaca, melihat pertunjukkan karya sastra, dan menulis karya sastra. Aplikasinya dalam mengajar bahasa Indonesia atau apresiasi karya sastra harus memperoleh pengetahuan yang berangkat dari pengalaman karya sastra. Artinya, untuk mengajarkan sastra, guru harus mampu memberikannya berdasarkan

53 42 karya sastra itu. Sebagai contoh, untuk memperoleh teori tentang unsurunsur dalam roman/novel atau karya sastra lain, seorang guru harus memperkenalkan roman/novel tersebut dengan cara mengkaji dan mengapresiasikannya. Sesuai tujuan umum setiap usaha pendidikan, maka pembelajaran sastra sebagai tujuan kurikulum diberi arah yang positif, yaitu membantu perkembangan aspek-aspek kejiwaan siswa menuju kepada pembentukan kebulatan pribadi siswa (Jabrohim: 1994: 147). Menurut Ismawati (2013: 30), tujuan pembelajaran sastra dibagi menjadi dua bagian, yakni tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek adalah agar siswa mampu mengenal cipta sastra dan siswa mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengannya. Di samping itu, siswa mampu memberikan tanggapan, menanyakan, mengetahui tentang cipta sastra yang dibacanya, siswa dapat menyelesaikan tugas-tugas pengajaran sastra, mengunjungi kegiatan sastra, menyatakan tertari dengan kegiatan pengajaran sastra, dan memilih kegiatan sastra dengan kegiatan lain. Tujuan pengajaran sastra jangka panjang adalah terbentuknya sikap positif terhadap sastra dengan cirri siswa mempunyai apresiasi yang tinggi terhadap karya sastra dan dapat membuat indah di dalam setiap fase kehidupannya. Pengembangan kegiatan pembelajaran apresiatif merupakan usaha untuk membentuk pribadi imajinatif yaitu pribadi yang selalu menunjukkan hasil belajarnya melalui aktivitas mengeksplorasi ide-ide

54 43 baru, menciptakan tata artistik baru, mewujudkan produk baru, membangun susunan baru, memecahkan masalah dengan cara-cara baru, dan merefleksikan kegiatan apresiasi dalam bentuk karya-karya yang unik. Potensi individu seperti itu menurut para ahli pendidikan akan berkembang jika mendapat dukungan kultur lingkungan yang menghargai percobaan, melakukan langkah-langkah spekulatif, fokus pada pengembangan ide-ide baru, bahkan melakukan hal yang tidak dapat dilakukan orang sebelumnya. Semua potensi dikembangkan melalui pengulangan yang variatif sehingga terbentuk mutu keterampilan yang terasah. Dalam pembelajaran sastra, tujuan pembelajaran sastra dikaitkan dengan fungsi sastra, yaitu: (1) mengenalkan beragam denyut kehidupan kepada pembacanya, dan (2) menyadarkan pembaca akan manfaatnya (Ismawati, 2013: 30-31). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran sastra secara umum adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan kreativitas guru dan daya apresiasi siswa. Selain itu, pembelajaran sastra juga bertujuan untuk pembinaan apresiasi sastra dalam rangka membantu pembentukan kebulatan pribadi anak sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. c. Fungsi Pembelajaran Sastra Fungsi psikis pembelajaran pada jenjang sekolah menengah secara umum diuraikan oleh Winkel (2012: 69-78), yang meliputi: (a) fungsi

55 44 kognitif, melalui fungsi kognitif manusia menghadapi objek-objek dalam suatu bentuk representatif yang menghadirkan semua objek itu dalam kesadaran. Hal ini paling jelas nampak dalam aktivitas mental berpikir; (b) fungsi konatif dinamik, fungsi ini berkisar pada penentuan suatu tujuan dan pemenuhan suatu kebutuhan yang disadari dan dihayati; (c) fungsi afektif adalah belajar menghayati nilai dari suatu objek yang dihadapi melalui alam perasaan, entah objek itu berupa orang, benda, atau peristiwa. Ciri yang lain terletak dalam belajar mengungkapkan perasaan dalam bentuk ekspresi yang wajar; (d) fungsi sensorik-motorik, ciri khasnya adalah belajar menangani aneka objek secara fisik, termasuk kejasmanian manusia sendiri. Bentuk belajar yang satu dapat dibedakan dari bentuk yang lain, tetapi tidak boleh dipisahkan seolah-olah berdiri sendiri tanpa berkaitan satu sama lain. Sastra sebagai sesuatu yang dipelajari atau sebagai pengalaman kemanusiaan dapat berfungsi sebagai bahan renungan dan refleksi kehidupan, karena sastra bersifat koekstensif dengan kehidupan. Artinya, sastra derdiri sejajar dengan hidup. Fungsi pembelajaran sastra dapat dikatakan sebagai wahana untuk belajar menemukan nilai-nilai yang terdapat dalam karya sastra yang dibelajarkan, dalam suasana kondusif di bawah bimbingan guru atau dosen. Dalam pengajaran sastra dimungkinkan tumbuhnya sikap apresiasi terhadap hal-hal yang indah,

56 45 lembut, manusiawi, untuk diinternalisasikan menjadi bagian dari karakter anak didik yang akan dibentuk (Ismawati, 2013: 3). Rahmanto (1988: 16-25), membagi fungsi pembelajaran sastra ke dalam empat hal, yaitu: 1) Membantu Keterampilan Berbahasa Keterampilan berbahasa meliputi empat aspek antara lain: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Jika keempat aspek tersebut dimasukkan ke dalam kurikulum, maka sama halnya membantu siswa berlatih keterampilam membaca dan mungkin ditambah sedikit keterampilan menyimak, berbicara dan menulis. Dalam pengajaran sastra, siswa dapat melatih keterampilan menyimak dengan mendengarkan suatu karya yang dibacakan oleh guru, teman, atau melalui pita rekaman. Siswa dapat juga meningkatkan keterampilan membaca dengan membacakan puisi atau prosa cerita. 2) Meningkatkan Pengetahuan Budaya Sastra berkaitan erat dengan semua aspek manusia dan alam dengan keseluruhannya. Setiap karya sastra selalu menghadirkan sesuatu dan kerap menyajikan banyak hal yang apabila dihayati benar-benar akan semakin menambah pengetahuan orang yang menghayatinya. Setiap sistem pendidikan kiranya perlu disertai usaha untuk menanamkan wawasan pemahaman budaya bagi setiap siswa. Pengetahuan yang

57 46 dimaksud dalam hal ini mengandung suatu pengertian yang luas. Sebagai contoh, banyak fakta yang diungkapkan dalam karya sastra, tetapi masih banyak fakta yang harus kita gali dari sumber-sumber lain untuk memahami situasi dan problematika khusus yang dihadirkan dalam suatu karya sastra. Suatu bentuk pengetahuan khusus yang harus dipupuk dalam masyarakat adalah pengetahuan tentang budaya yang dimilikinya. Istilah budaya menunjuk ciri-ciri khusus suatu masyarakat tertentu dengan totalitas yang meliputi: organisasi, lembaga, hukum, etos kerja, seni, drama, dan sebagainya. Pengajaran sastra jika dilaksanakan dengan bijaksana, dapat mengantar para siswa berkenalan dengan pribadi-pribadi dan pemikir-pemikir besar di dunia serta pemikiran-pemikiran utama dari zaman ke zaman. 3) Mengembangkan Cipta dan Rasa Kecakapan yang perlu dikembangkan adalah kecakapan yang bersifat indera, penalaran, afektif, sosial, dan religius. Pembelajaran satra dapat digunakan untuk memperluas pengungkapa apa yang diterima oleh panca indera. Dengan mengikuti tafsiran serta makna kata-kata yang mereka ungkapkan, siswa akan diantar untuk mengenali berbagai pengertian dan mampu satu hal dengan hal lain. Proses berpikir logis banyak ditentukan oleh hal-hal seperti ketepatan pengertian, ketepatan

58 47 interpretasi kebahasaan, klasifikasi dan pengelompokkan data, penentuan berbagai pilihan, serta formulasi tindakan yang tepat. Dari semua itu yang perlu kita tambahkan adalah bahwa hampir semua pengarang yang mempunyai daya imajinasi tinggi biasanya berusaha untuk menghadirkan masalah-masalah yang hakiki dalam karyakarya mereka. Oleh karena itu, guru yang melihat perlunya penjelajahan pertanyaan-pertanyaan hakiki bagi siswanya akan menemukan materi yang berlimpah dalam dunia sastra. Akan tetapi hendaknya guru mengarahkan agar siswanya tidak mempunyai anggapan bahwa setiap pengarang mempunyai kebenaran mutlak. 4) Menunjang Pembentukan Watak Dalam nilai pengajaran sastra ada dua tuntutan yang dapat diungkapkan sehubungan dengan watak. Pertama, pengajaran sastra hendaknya mampu membina perasaan yang lebih tajam. Kedua, pengajaran sastra hendaknya dapat memberikan bantuan dalam usaha mengembangkan berbagai kualitas kepribadian siswa yang antara lain meliputi: ketekunan, kepandaian, pengimajian, dan penciptaan. Jadi, fungsi pembelajaran sastra secara menyeluruh untuk menunjang pertumbuhan pola pikir dan daya imajinasi siswa. Pembentukan watak siswa sering terjadi di usia remaja atau pada masamasa pendidikan di jenjang SMA. Ditinjau dari sisi psikologis, masa remaja memang masa yang labil ketika mereka mudah terpengaruh,

59 48 mencontoh sesuatu yang diidolakannya, dan mencoba hal-hal yang baru. Melihat keadaan yang seperti itu diharapkan adanya pembelajaran sastra di sekolah untuk memberikan hal-hal yang positif dari materi sastra yang diajarkan terutama watak tokoh utama yang ada di dalam novel atau karya sastra lainnya. d. Materi Pembelajaran Sastra Pembelajaran adalah bahan yang diperlukan untuk pembetukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai siswa dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan (Komalasari, 2013: 28). Materi pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari keseluruhan kurikulum yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai sasaran. Rahmanto (1988: 27-33), mengatakan bahwa untuk menentukan bahan pembelajaran sastra memperhatikan dari sudut bahasa, kematangan jiwa (psikologi) dan latar belakang siswa. Di dalam proses belajar mengajar guru hendaknya dapat memilih materi atau bahan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Materi yang disampaikan guru hendaknya sesuai dengan tingkat kemampuan berpikir siswa, bersifat mendidik, dan menarik agar siswa tidak bosan dengan materi yang disampaikan. Jabrohim (1994: 148), menguraikan beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam menentukan materi pembelajaran ialah:

60 49 1) Tujuan pendidikan yang hendak dicapai; 2) segi psikologis, berhubungan dengan usia dan sufat kejiwaan anak; 3) segi pedagosi, berhubungan dengan kemungkinan dapat dikembangkannya nilai pendidikan secara positif; 4) segi nilai cipta sastra sebagai cipta seni. Kemampuan dan kemauan menggunakan sumber-sumber belajar yang tersedia itu akan memberi peluang terwujudnya belajar sepanjang hayat. Masyarakat yang mempunyai warga yang belajar sepanjang hayat akan menjadi suatu masyarakat yang gemar belajar (learning society) (Tirtarahardja, 2005: 122). Untuk itu, harus memperhatikan kriteria pemilihan materi, yaitu: (1) isi materi pelajaran hendaknya cukup sahih dan valid; (2) bahan yang diberikan seharusnya cukup berarti atau bermanfaat; (3) bahan ajarnya bersifat menarik; (4) sesuai dengan kemampuan siswa. Pemilihan materi ajar harus selalu mendasarkan diri pada relevansinya dengan tujuan. Guru sebagai pelaksana pembelajaranpun akan merasa lebih dekat dengan materi daripada tujuan. e. Metode Pembelajaran Sastra Metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum, terlaksananya kegiatan guru dan kebiasaan siswa dalam proses pembelajaran. Dalam dunia pendidikan dan pengajaran modern terdapat berbagai metode yang khusus dirancang untuk mengajar dengan materi tertentu hingga mencapai

61 50 kecakapan yang diinginkan. Metode yang digunakan yaitu: metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab. 1) Metode Ceramah Metode ceramah merupakan suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi, atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan (Roestiyah, 1989: 137). Sudjana (2010: 77), mengatakan metode pembelajaran ceramah adalah penerangan bahan pelajaran lisan. Bahan pembelajaran ini disampaikan guru kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif besar. Metode ceramah dapat diartikan sebagai pelajaran yang melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung oleh guru kepada sekelompok siswa. Dengan metode ceramah, guru dapat mendorong timbulnya inspirasi bagi pendengarnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menyiapkan materi ajar dengan metode ceramah meliputi: bahan dan materi ajar, kefasihan guru dalam menyampaikan materi, penguasaan materi. Jika menggunakan media, maka media yang digunakan dapat berupa bahan serahan (handsout), bahan presentasi yang ditayangkan melalui LCD. Metode ceramah tepat untuk digunakan dalam pembelajaran dengan ciriciri tertentu. Ceramah dapat digunakan dalam penyampaian bahan belajar yang berupa informasi dan jika bahan belajar tersebut sukar didapatkan.

62 51 Ceramah dikakukan dengan ditujukan sebagai pemicu terjadinya kejadian yang parsitif (penugasan, studi kasus, pleno, dan sebagainya). Selain itu, ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah yang cenderung interaktif, yaitu melibatkan peserta melalui adanya tanggapan balik atau perbandingan dengan pendapat dan pengalaman peserta. 2) Metode Diskusi Metode diskusi merupakan metode belajar yang menggunakan cara tukar menukar informasi, pendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, atau untuk mempersiapkan atau merampungkan keputusan bersama (Sudjana, 2010: 79). Metode ini dapat meningkatkan anak dalam pemahaman konsep dan keterampilan memecahkan masalah, karena setiap siswa diberikan kesempatan untuk menyumbangkan pendapat. Metode diskusi dapat diartikan sebagai metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan. Metode diskusi bisa dilakukan dalam beberapa jenis, yaitu diskusi kelas, diskusi kelompok kecil, simposium, diskusi panel. Metode ini membantu siswa dalam hal kelancaran komunikasi dan merangsang siswa untuk berpikir secara mendasar.

63 52 Akan tetapi, dalam transformasi pengetahuan, penggunaan metode diskusi hasilnya lambat dibanding penggunaan ceramah. Sehingga metode ceramah lebih efektif untuk meningkatkan kuantitas pengetahuan anak dari pada metode diskusi. 3) Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab adalah penyampaian pelajaran dengan jalan guru mengajukan pertanyaan dan siswa menjawabnya, atau bisa juga suatu metode di dalam pendidikan di mana guru bertanya sedang siswa menjawab bahan atau materi yang ingin di perolehnya. Dengan menggunakan tanya jawab ini, guru dapat memberikan motivasi atau stimulus kepada siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dalam belajar yaitu guru memberikan pertanyaan kepada siswa dan siswa menjawab pertanyaan tersebut, atas arahan dari guru baik di lakukan pada waktu apersepsi selingan maupun waktu berakhirnya kegiatan belajar mengajar. Selain dari pada itu, tanya jawab bisa di lakukan pada waktu guru belum menjumpai materi pelajaran yang akan di sampaikan kepada siswa. 4) Metode Simulasi Simulasi berasal dari kata simulate yang berarti pura-pura atau seolah-olah. Kata simulation artinya tiruan atau perbuatan yang berpurapura. Roestiyah (1989: 22), menjelasakan simulasi merupakan tingkah laku seseorang untuk berlaku seperti orang yang dimaksudkan, dengan

64 53 tujuan agar orang dapat mempelajari lebih mendalam tentang bagaimana orang merasa dan berbuat sesuatu. Dalam metode mengajar, simulasi dimaksudkan sebagai cara untuk menjelaskan sesuatu (materi pembelajaran) melalui perbuatan yang bersifat pura-pura atau melalui proses tingkah laku imitasi, atau bermain peranan mengenai suatu tingkah laku yang dilakukan seolah-olah dalam keadaan yang sebenarnya (Sudjana 2010: 89). Tujuan metode simulasi adalah untuk melatih keterampilan tertentu, baik bersifat professional maupun bagi kehidupan sehari-hari, memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip, melatih memecahkan masalah, menumbuhkan krativitas siswa, dan memberikan motivasi belajar siswa. 5) Metode Sosiodrama (Role Playing) Metode sosiodrama dan role playing bisa dikatakan sama, karena dalam pemakaiannya sering digunakan secara bergantian. Sosiodrama pada dasarnya mendramtisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial (Sudjana 2010: 84). Di dalam role playing pun demikian, siswa bisa berperan atau memainkan peranan dalam dramatisasi masalah sosial psikologis. Tujuan kedua metode tersebut adalah agar siswa dapat memahami perasaan orang lain dan toleransi. Siswa dapat menghayati peranan apa

65 54 yang dimainkan, mampu menempatkan diri dalam situasi orang lain yang dikehendaki. f. Model Pembelajaran Terdapat beberapa model pembelajaran yang dapat memberi peluang pengembangan siswa. Salah satunya adalah dengan metode Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang mengkaitkan materi pembelajaran dengan konteks dunia nyata yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, alam sekitar, maupun dunia kerja, sehingga siswa mampu membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Trianto (2011: 104), mengatakan pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluargs, warga Negara, dan tenaga kerja. Pembelajaran kontekstual dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang mengakui dan menunjukkan kondisi alamiah dari pengetahuan. Melalui hubungan di dalam dan di luar kelas, pendekatan pembelajaran kontekstual menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti bagi siswa dalam

66 55 membangun pengetahuan yang akan mereka terapkan dalam pembelajaran seumur hidup. Komalasari (2013: 6) mengemukakan bahwa: Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar dan mengajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan pekerja dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya. Sementara itu, Aqib (2014: 4), menjelaskan pengertian pembelajaran kontekstual: 1. Merupakan suatu proses pendidikan yang holistic dan bertujuan memotivasi siswa. Pembelajaran ini digunakan untuk memahami makna materi pembelajaran yang dipelajari siswa dengan mengaitkan materi tersebut dalam konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural). Sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari suatu permasalahan/konteks ke permasalahan/konteks lainnya. 2. Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata. Model ini mendorong pelajar membuat hubungan antara materi yang dipelajari dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran kontekstual bukan pembelajaran yang ditransfer oleh guru kepada siswa, karena proses pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami. Pemanfaatan pembelajaran kontekstual akan menciptakan ruang kelas yang di dalamnya akan menjadikan siswa sebagai peserta aktif bukan pasif, dan bertanggung jawab terhadap belajarnya.

67 56 g. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang dialakukan oleh guru dan siswa agar terjadi suatu interaksi antarguru dan siswa. Di samping itu, tujuan kegiatan belajar dapat tercapai dengan baik. Kegiatan yang digunakan dalam pembelajaran sastra antara lain: 1) Kegiatan Awal Tahap ini diawali dengan guru mempelajari materi pembelajaran sebelum mengajar di dalam kelas. Di dalam kelas, guru memberikan salam dan introduksi kepada siswa mengenai materi yang akan diajarkan yaitu novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye. Guru menjelaskan kepada siswa pengertian novel dan aspek ekstrinsik novel, khususnya aspek psikologi. Selanjutnya, guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri dari lima sampai enam orang. 2) Tahap Inti Pada tahap ini, guru meminta siswa membaca novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye. Setelah membaca novel, siswa mendiskusikan aspek psikologi psikologi yang ditemukan dan mencatat hal-hal penting yang ditemukan. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya. Selanjutnya, siswa mendiskusikan soal-soal pertanyaan yang diberikan oleh guru sesuai dengan pembagian kelompok dan bersama-sama menentukan atau mencari jawaban yang relevan.

68 57 3) Penutup Tahap penutup diakhiri dengan memberikan tugas dan member kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi yang belum dipahami. h. Sumber Belajar Sumber belajar adalah referensi atau acuan pokok yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa: buku-buku pelajaran yang diwajibkan, buku bacaan, kamus dan ensiklopedia yang relevan, media cetak, media elektronik, dan lingkungan. i. Evaluasi Setelah kegiatan belajar mengajar, siswa dan guru melakukan kegiatan evaluasi. Evaluasi berarti penentuan sampai berapa jauh sesuatu berharga, bermutu, atau bernilai. Evaluasi terhadap hasil belajar yang dicapai oleh siswa dan terhadap proses mengajar-belajar mengandung penilaian terhadap hasil belajar atau proses belajar itu, sampai berapa jauh keduanya dapat dinilai baik (Winkel, 2012: 531). Evaluasi juga dapat diartikan sebagai proses pengukuran atau penilaian hasil belajar siswa. Bagi guru, evaluasi sebagai proses pengukuran akan keefektifan strategi yang digunakan dalam upaya mencapai tujuan belajar mengajar. Evaluasi yang dilakukan guru dapat beragam, baik evaluasi lisan mapupun tulis. Kedua hal tersebut dapat dilakukan bergantung pada materi ajar.

69 58 Hamalik mengatakan fungsi utama evaluasi dalam kelas adalah untuk menentukan hasil-hasil urutan dalam pengajaran (Subowo, 2012: 17). Kegiatan belajar mengajar dikatakan berhasil dengan baik apabila evaluasi dari siswa diorientasikan dengan tujuan yang sesuai seperti yang telah direncanakan. Sebaliknya, kegiatan belajar mengajar dikatakan belum berhasil apabila hasil evaluasi dari siswa tidak menunjukkan kesesuaian. C. Kerangka Berpikir Hasil karya sastra merupakan hasil penerjemahan, perenungan, dan imajinasi pengarang terhadap realita kehidupan. Pengarang menggunakan cipta, rasa, dan karsa dalam berkarya. Keadaan psikologi pengarang menjadi dasar penciptaan karya sastra. Gejala jiwa yang dialami pengarang kemudian diolah ke dalam teks dan dilengkapi dengan kejiwaannya. Pengalaman sendiri dan pengalaman hidup di sekitar pengarang terproyeksi secara imajiner ke dalam teks sastra. Dalam menanggapi karya sastra, pembaca tidak lepas dari masalah kejiwaan masing-masing. Karya sastra memiliki daya psikologis terhadap pembaca, sehingga terdapat aspek psikologis pembaca sebagai penikmat karya sastra yang terbentuk dari pengaruh karya yang dibacanya, serta resepsi pembaca terhadap karya sastra yang dibacanya. Aspek psikologi tersebut meliputi id, ego, dan superego.

70 59 Id yaitu dorongan yang belum dibentuk atau dipengaruhi oleh kebudayaan. Dorongan ini ada dua yaitu dorongan untuk hidup dan mempertahankan kehidupan dan dorongan untuk mati. Bentuk dorongan hidup adalah dorongan seksual atau libido. Jadi, harus dikembangkan jalan memperoleh khayalan itu secara nyata, yang memberi kepuasan tanpa menimbulkan ketegangan baru khususnya masalah moral. Dalam kaitannya dengan pembelajaran di SMA, siswa usia SMA masih sangat labil dan rasa keingintahuannya masih tinggi. Pada usia tersebut siswa membayangkan apa yang ada di dalam pikirannya untuk melakukan kepuasan atau kenikmatan tanpa memandang nilai moral atas apa yang ingin dilakukannya merupakan sesuatu yang masih dianggap tabu oleh masyarakat, misalnya melakukan hubungan seksual di luar nikah. Ego adalah sistem yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan antara id dan superego, sehingga tidak ada satupun yang sangat dominan. Tidak hanya id yang dimunculkan ke dalam kesadarannya, sebaliknya juga tidak semua dorongan superego saja yang dipenuhi. Sebagai contoh siswa SMA yang memiliki id ingin berhubungan seksual di luar nikah, maka ego bekerja untuk mengontrol keinginan tersebut untuk. Ego menjalankan prinsip kenyataan, yaitu menyesuaikan dorongan-dorongan id dan superego dengan kenyataan di dunia luar. Ego yang lemah tidak mampu manjaga keseimbangan antara superego dan id, kalau ego terlalu dikuasai oleh dorongan id saja, maka siswa tersebut akan melakukan hubungan seksual di luar nikah. Akan tetapi, jika dorongan id-nya dan dorongan

71 60 superego-nya berada dalam kondisi berimbang, maka siswa tersebut memiliki kemampuan berpikir, kemampuan merasa dan berbuat secara normal, yaitu mengendalikan keinginan seksualnya. Superego merupakan wakil dari nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat sebagaimana ditafsirkan orang tua kepada anak-anaknya yang dimasukkan dengan berbagai perintah dan larangan. Superego merupakan kesempurnaan daripada kesenangan. Oleh karena itu, Superego dapat pula dianggap sebagai aspek moral kepribadian. Dalam hal ini, orang tua berperan dalam aspek moral siswa, yaitu memasukkan berbagai larangan dan perintah. Orang tua tentu saja melarang anaknya yang masih duduk di bangku SMA untuk melakukan hubungan seksual, kemudian anaknya mengerti bahwa keinginan seksual di luar nikah merupakan hal yang tidak pantas dilakukan. Akhirnya siswa tersebut dapat mengendalikan keinginan seksualitasnya, maka ia dapat menentukan sesuatu yang benar atau salah, pantas atau tidak, susila atau tidak, dan dengan demikian pribadi dapat bertindak sesuai dengan moral masyarakat. Dengan adanya kaitan yang erat antara aspek psikologis dengan unsur tokoh dan penokohan, maka novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye memberikan intensitas pada aspek kejiwaan siswa. Dari aspek psikologis siswa, siswa mampu menilai keadaan psikologi dirinya sendiri dengan para tokoh yang ada di dalam novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye berdasarkan aspek psikologi id, ego, dan superego.

72 61 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab III membahas subjek penelitian, objek penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik penyajian analisis data. Subjek penelitian berisi keterangan subjek yang diteliti. Objek penelitian berisi objek yang diteliti, yaitu para tokoh yang terdapat dalam novel. Instrumen penelitian memaparkan alat yang digunakan untuk penelitian. Teknik pengumpulan data berisi cara yang digunakan untuk mengumpulkan data-data. Teknik analisis data membahas cara yang digunakan untuk menganalisis data. Teknik penyajian analisis data memuat tata cara menyajikan hasil penelitian. A. Subjek Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah teks novel yang berjudul Negeri Para Bedebah karya Tere Liye yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama, cetakan pertama Juli 2012, dengan tebal 433 halaman. B. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah aspek psikologi tokoh-tokoh yang lebih banyak mendominasi isi cerita dalam novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye. Objek penelitiannya meliputi: 61

73 62 (1) aspek psikologi kepribadian tokoh ditinjau dari segi id, ego, dan superego, (2) pembelajaran novel Negeri Para Bedebah di SMA. C. Instrumen Penelitian Arikunto (2010: 203), berpendapat bahwa instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah, dan hasilnya lebih baik, lengkap, dan sistematis, sehingga lebih mudah diolah (Subowo, 2012: 58). Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2012: 102). Kedua pendapat tersebut pada intinya sama, yaitu sama-sama menjelaskan alat yang digunakan untuk melakukan suatu penelitian. Instrumen dalam penelitian ini adalah lembar pencatat data, novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye, buku teori sastra, buku pengkajian sastra fiksi, buku teori psikologi sastra, dan buku metode pengajaran sastra. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan penelitian adalah mendapatkan data. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai teknik. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik catat dan teknik observasi. Menurut Subroto, teknik catat adalah mencatat data-data yang ditemukan ke dalam lembar pencatat yang tersedia (Subowo, 2012: 59).

74 63 Hadi mengatakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan (Sugiyono, 2012: 145). Dalam teknik observasi, penelitian dilakukan dengan cara membaca kritis sambil mencatat bagian-bagian penting yang berkaitan dengan aspek psikologis. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut: a. membaca referensi; b. menentukan objek penelitian; c. membaca keseluruhan teks novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye secara kritis dan teliti, d. mengelompokkan data berdasarkan aspek-aspek psikologi. E. Teknik Analisis Data Teknik yang digunakan untuk menganalisis data adalah teknik analisis isi. Penelitian dikaji berdasarkan isi novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Teknik deskriptif ini menggambarkan dan mendeskripsikan data secara kualitatif, yaitu menggunakan kata-kata. Teknik deskriptif kualitatif adalah mencatat data-data yang ada di dalam kartu pencatat data, kemudian dianalisis dengan metode kualitatif, sehingga hasil teknik analisis data dengan mendeskripsikan aspek psikologi tokoh utama dalam novel Negeri Para

75 64 Bedebah karya Tere Liye yang didasarkan pada teori Sigmund Freud. Teori Freud yang terbagi menjadi tiga aspek psikologi antara lain: id, ego, dan superego. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan langkahlangkah sebagai berikut: a. menganalisis objek penelitian berupa novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye berdasarkan psikologi sastra; b. mengklasifikasikan data yang termasuk ke dalam aspek psikologi sastra pada novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye; c. menelaah data sesuai dengan teori Sigmund Freud yang meliputi id, ego, dan superego; d. mendeskripsikan hasil analisis dan pembelajaran aspek psikologis yang terdapat pada novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye; e. menyimpulkan hasil analisis tokoh utama yang terdapat dalam novel tersebut. F. Teknik Penyajian Analisis Data Tahapan selanjutnya setelah melakukan analisis adalah menyajikan analisis data. Teknik penyajian analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik informal. Teknik informal adalah teknik yang menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh penulis maupun pembaca agar maksud setiap kata mudah dipahami. Pada penelitian ini penyajian data menggunakan bahasa informal karena analisis data

76 65 menggunakan metode kualitatif dengan uraian penjelasan kata-kata yang mudah dipahami. Dengan teknik ini disajikan hasil analisis data yang berupa kajian psikologi sastra novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye dan Pembelajarannya di SMA dengan kata-kata yang sederhana.

77 66 BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA Pada bab IV membahas tentang penyajian dan pembahasan data. Penyajian data berisi struktur kepribadian yang meliputi id, ego, dan superego tokoh utama novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye dan skenario pembelajarannya di SMA. Pembahasan data berisi pembahasan data-data yang terdapat dalam penyajian data. A. Penyajian Data Data yang terdapat dalam penyajian ini merupakan gambaran masalah-masalah yang akan dibahas. Dalam menganalisis novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye dari segi psikologi sastra, analisis ditekankan pada struktur kepribadian id, ego, dan superego tokoh utama. Kajian psikologis tersebut diamati dari jiwa atau batin secara langsung, dialog dan tingkah laku yang mencerminkan jiwa tokoh. Teori psikologi pada novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye ini menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud. Dalam teori psikoanalisisnya, Freud menampilkan model struktural kejiwaan yaitu dengan istilah id, ego, dan superego. Tokoh yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah tokoh Thomas/Tommi, Julia, Opa, dan Om Liem. 66

78 67 1. Aspek Kepribadian Tokoh Utama Dalam Novel Negeri Para Bedebah Kajian psikologi novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye difokuskan pada aspek psikologi tokoh utama dalam novel dengan menggunakan teori psikoanalisis yang dikemukakan oleh Sigmund Freud yang meliputi id, ego, dan superego. Id merupakan segala sesuatu yang dibawa sejak lahir. Id merupakan lapisan psikis yang paling dasar, termasuk insting-insting, seksual, dan agresif. Id merupakan keinginan yang harus segera dipenuhi atau dipuaskan yang bergerak berdasarkan prinsip kesenangan. Ego merupakan seseorang yang berperan sebagai diri. Ego tidak terpisahkan oleh id dan tidak pernah terbebas oleh id. Ego merupakan aspek psikologi yang muncul setelah berinteraksi dengan dunia luar. Peranan ego adalah memenuhi berbagai kebutuhan yang berhubungan dengan lingkungan. Superego berkaitan dengan sesuatu yang dianggap benar atau salah, bangga atau bersalah dan memutuskan apa yang bisa diterima. Supergo dianggap sebagai aspek moral dan mengejar kesempurnaan.

79 68 Berikut ini akan disajikan data dalam bentuk tabel Tabel 1 Sajian Data Aspek Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye No. Struktur Kepribadian Tokoh dan Tabel dalam Halaman Thomas Julia Opa Om Liem 1. Id (Das Es) 11, 33, 37, 9, 207, 75, 228, 39, 41, 96, 117, , Ego (Das Ich) 10, 28, 46, 9, 101, 29, 222, 77, 80 47, 52, 196, Superego (Das 118, 184, 119, 145, 80, , 319- Uber Ich) 197, , ,416, Pembelajaran Novel Negeri Para Bedebah Karya Tere Liye di SMA dengan Model Pembelajaran Kontekstual a. Tujuan Pembelajaran novel Negeri Para Bedebah 1) Standar Kompetensi 7. Membaca Memahami wacana sastra melalui membaca novel Indonesia.

80 69 2) Kompetensi Dasar 7.1 Menganalisis unsur-unsur ekstrinsik novel (Novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye) yang meliputi perwatakan tokoh berdasarkan teori psikologi Sigmund Freud (id, ego, dan superego). 3) Indikator a) mampu membaca dan memahami isi novel; b) mampu menganalisis isi novel; c) mampu menganalisi perwatakan tokoh utama berdasarkan teori psikologi yang meliputi id, ego, dan superego. b. Materi Pembelajaran Novel Negeri Para Bedebah Di dalam proses belajar mengajar diperlukan adanya materi pelajaran yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Pembelajaran bahasa sastra Indonesia di SMA dapat dilihat dari berbagai segi, yakni segi bahasa, segi kematangan jiwa (psikologi), dan segi latar belakang budaya siswa. c. Model Pembelajaran Novel Negeri Para Bedebah Di dalam suatu pembelajaran perlu adanya sebuah model pembelajaran yang diterapkan untuk menyampaikan materi dengan baik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Siswa akan merasa bosan jika cara penyampaian yang dilakukan oleh guru dengan cara yang itu-itu saja.

81 70 Guru dapat melakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. d. Tahap Penyajian dalam Proses Pembelajaran Tahap penyajian dalam novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye dengan kajian psikologi sastra, antara lain: 1. Pelacakan; 2. Penentuan sikap praktis; 3. Introduksi; 4. Penyajian; 5. Diskusi; 6. Pengukuhan. e. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan belajar mengajar sastra merupakan kegiatan yang dilakukan guru dan siswa agar terjadi hubungan interaksi antara siswa dan guru. Kegiatan yang digunakan dalam pembelajaran sastra antara lain:

82 71 1. Pendahuluan Pendahuluan merupakan langkah awal dalam satu pertemuan pembelajaran. Pendahuluan bertujuan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Pada tahap ini guru menunjukkan novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye kepada siswa. Selanjutnya guru memberikan synopsis cerita agar siswa tertarik dan bersemangat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. 2. Tahap Inti Kegiatan ini merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, menyenangkan, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup untuk menumbuhkan kreativitas dan kemandirian sesuai dengan perkembangan fisik dan psikologis siswa. Pada tahap ini, siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok. Siswa diberi tugas untuk menemukan perwatakan para tokoh utamanya. Siswa dibimbing guru untuk menemukan jawaban-jawaban yang tepat. 3. Penutup Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri kegiatan belajar mengajar. Kegiatan ini da pat diisi dengan bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian, refleksi, dan tindak lanjut. Selanjutnya guru menyimpulkan hasil diskusi yang telah dilakukan tentang

83 72 aspek psikologi yang meliputi is, ego, dan superego dalam novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye. f. Sumber Belajar Sumber belajar adalah referensi atau acuan pokok yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa buku-buku referensi, media cetak, media elektronik, maupun lingkungan sekitar. g. Evaluasi Evaluasi dapat diartikan sebagai proses pengukuran atau penilaian hasil belajar siswa. Penilaian proses dan hasil belajar bahasa Indonesia mencakup kognitif, afektif, dan psikomotor. Alat evaluasi yang paling tepat untuk memberikan penilaian adalah bentuk tes esai, karena bentuk ini tepat untuk menilai proses kemampuan berpikir yang melibatkan aktivitas kognitif, sehingga siswa berusaha menjawab pertanyaan dengan benar. B. Pembahasan Data Pada bagian ini akan dibahas mengenai psikologi tokoh utama dalam novel Negeri Para Bedebah difokuskan pada aspek psikologi tokoh-tokoh dengan menggunakan teori psikologi analisis yang dikemukakan oleh Sigmund Freud yang meliputi id, ego, dan superego. Di dalam penelitian ini akan dijelaskan perilaku tokoh akibat dari permasalahan yang dihadapinya, sehingga para tokoh menjadi tertekan dan

84 73 mengalami konflik batin. Selain itu, penulis akan membahas bagaimana pembelajaran novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye di SMA. Aspek psikologi yang pertama adalah id. Id berisikan segala sesuatu yang dibawa atau diwariskan sejak lahir. Id merupakan lapisan sadar psikis yang paling dasar, termasuk insting-insting, seksual, dan agresif. Id ingin segera terpenuhi atau dipuaskan dan bergerak berdasar prinsip kesenangan. Aspek psikologi yang kedua ialah ego. Ego dianggap seseorang sebagai diri. Ego tidak terpisahkan oleh id dan tidak pernah terbebas oleh id. Ego merupakan aspek psikologis yang muncul setelah berhubungan dengan dunia luar. Peranan ego adalah menengahi kebutuhan-kebutuhan lingkungan. Aspek psikologi yang ketiga adalah superego. Superego berhubungan dengan benar dan salah, benar dan salah, serta memutuskan apa yang bisa diterima. Superego dianggap sebagai aspek moral dan mengejar kesempurnaan. 1. Psikologi kepribadian tokoh-tokoh dalam novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye a. Tokoh Thomas 1) The Id (Das Es) Thomas (Tommi) adalah seorang pria yang berprofesi sebagai konsultan keuangan terkemuka yang menjadi pembicara di sebuah

85 74 konferensi internasional di London. Kepulangannya dari London sudah ditunggu-tunggu oleh gadis cantik bernama Julia yang berprofesi sebagai wartawan dari majalah terkemuka di Indonesia. Perusahaan tersebut mengirimkan wartawan terbaiknya untuk menyusul Thomas ke London demi mencari berita teraktual. Mereka melakukan wawancara di dalam pesawat terbang. Thomas melihat gadis itu tidak cocok sebagai wartawan. Thomas menilai bahwa kaum perempuan adalah sosok yang hanya mengutamakan penampilan. Pikirannya mengenai kaum perempuan membuat idnya berfungsi. Berikut kutipannya. Gadis itu lebih cocok menjadi pembawa acara di layar televisi dibandingkan kuli tinta, bergenit ria dengan dandanan dan kalimat, padahal otaknya kosong. (NPB: 11) Id Thomas tergambar jelas melalui pikirannya terhadap kaum perempuan yang mementingkan penampilan luarnya saja tanpa megimbangi dengan prestasi yang diraihnya. Selain sebagai konsultan keuangan, Thomas memiliki hobi tinju. Hobinya itu ia tekuni sebelum dia menjadi seorang konsultan. Thomas yang tumbuh menjadi petarung hebat, turun arena mencoba pertarungan, namun hasilnya dia babak belur. Setahun kemudian dia berhasil membayar kekalahannya kepada Erik. Perhatikan kutipan berikut. Aku tumbuh menjadi petarung hebat. Aku membalas Erik dipertarungan setahun kemudian, bahkan membuat Randy tersungkur tiga bulan lalu. (NPB: 33)

86 75 Thomas bisa merasa puas setelah Erik kalah di tangannya sendiri. Ia mampu membalas kekalahan lawannya dipertarungan tinju. Keinginan Thomas untuk membalas kekalahannya saat bertarung dapat terwujud. Ia dapat mengalahkan musuhnya saat bertarung setahun lalu, dan tiga bulan lalu. Dalam pertarungan itu, Thomas menjadi pemenang dan mampu mengalahkan lawan, sehingga idnya terpenuhi dan Thomas merasa puas. Setelah bertinju, Thomas kembali ke hotel untuk beristirahat. Pada saat Thomas sedang tidur di kamar hotel, teleponnya berdering, betapa marahnya ia karena tengah malam ada orang menelepon. Thomas melampiaskan kemarahannya kepada petugas hotel, karena ada telepon tengah malam yang mengganggu istirahatnya. Ini lewat tengah malam, Shiong. Bukankah aku tadi berpesan tolak semua telepon ke kamarku! Aku berseru marah. (NPB:37) Tengah malam merupakan waktu untuk beristirahat. Ketika itu Thomas merasa sangat terganggu saat ada suara telepon. Rasa marah Thomas kepada petugas hotel merupakan pelampiasannya terhadap telepon yang mengganggu dirinya yang sedang beristirahat. Kehidupan keras Thomas yang seolah jauh dari sosok wanita dan percintaan membuatnya hampir tidak pernah memiliki seorang kekasih.. Hal ini terlihat ketika dia berkata kepada Julia mengenai hal tersebut. Lihatlah, hanya orang yang menyukaiku yang amat penasaran dengan masa laluku, bukan? Jangan-jangan kau menyukaiku sejak pandangan pertama. Kabar buruk bagimu, aku tidak percaya cinta pada pandangan pertama. (NPB: 96)

87 76 Dari kutipan tersebut menggambarkan sosok Thomas yang tidak mudah jatuh cinta. Menurutnya, cinta itu butuh waktu untuk mengetahui kepribadian satu sama lain, tidak dalam pertemuan singkat lalu jatuh cinta. Thomas lebih mementingkan karirnya sebagai konsultan keuangan yang sukses daripada harus memikirkan masalah percintaan. Sebagai manusia biasa, Thomas juga merasakan trauma terhadap masa lalunya yang menyedihkan. Thomas menceritakan masa lalunya kepada Julia. Hari itu umurku sepuluh tahun. Hari itu Papa dan Mama terpanggang nyala api. Rumah besar kami dibakar massa. Opa dan Tante Liem, dibantu tetangga yang berbaik hati berhasil melarikan diri. Om Liem yang kembali dari pelabuhan dua hari kemudian hanya termangu melihat puing-puing. Aku yang pulang dari mengantarkan botol susu menangis berteriak-teriak melihat asap mengepul dari kejauhan. Beberapa tetangga mencegahku pulang ke rumah. Masih banyak gerombolan tidak dikenal menunggui rumah. Hari itu keluargaku kehilangan semuanya. (NPB: 117) Sejak usia yang masih sangat belia di mana anak-anak sebayanya merasakan kasih sayang dari kedua orang tuanya, tetapi tidak untuk Thomas, dia harus rela kehilangan orang yang sangat dicintainya. Orang tuanya meninggal dengan cara yang tragis, mereka dibakar hidup-hidup oleh warga di dalam rumahnya. Hai ini membuat id Thomas untuk mengenang kembali masa lalunya kepada Julia. Dengan cara Thomas mengungkapkan kesedihannya di masa lalu kepada Julia, maka ia merasa terkurangi beban pikirannya.

88 77 Selanjutnya rasa amarah Thomas yang selalu dipenuhi oleh keinginan mencari sosok pembunuh kedua orang tuanya di masa lalu. Thomas begitu antusias untuk mencari para pembunuh yang telah menghancurkan keluarganya di masa lalu. Kau pernah bertanya padaku, apakah aku anak muda yang pintar, kaya, punya kekuasaan dengan kepribadian ganda? Penuh paradoks? Kau keliru Julia. Aku adalah anak muda yang dibakar dendam masa lalu. Jiwaku utuh. Seperti berlian yang tidak mudah dipecahkan. Aku selalu menunggu kesempatan ini. (NPB: 118) Dari kutipan tersebut Thomas memiliki rasa amarah yang besar. Jiwa mudanya kuat dan tegar dalam menghadapi berbagai rintangan di dalam hidupnya. Semangat yang tertanam di dalam jiwanya selalu membara. Id Thomas sangat menguasai dirinya untuk segera mewujudkan rasa sakit hatinya tersebut. Id mengenai rasa lapar. Dari kutipan di atas terlihat jelas bahwa rasa lapar Thomas yang tak tertahankan. Perhatikan kutipan berikut. Opa tidak mendengar suara Tante? Opa menggeleng, tidak mengerti. Kata Tante, makan siang sudah siap. Aku duluan. Aku sudah lompat berdiri. Sebelum Opa menyadarinya, aku sudah berlari-lari kecil melintasi dermaga. Kakiku yang basah membentuk barisan jejak kaki Opa. (NPB: 291) Keinginan Thomas untuk memuaskan rasa laparnya, dia lari begitu saja melewati kakeknya. Dengan berlari untuk segera menyantap makanan berarti Thomas memenuhi kebutuhan dasar melalui makanan dengan tujuan untuk mempertahankan hidup. Id Thomas mampu memenuhi

89 78 insting untuk mengisi perutnya yang kosong. Rasa kenyang akan ditimbulkan setelah makan dan akan melahirkan kepuasan. Kepuasan yang didapatkan tersebut membuktikan bahwa Thomas mampu melampiaskan idnya tanpa penghalang. Dengan demikian, kutipan tersebut merupakan bukti bahwa Thomas mampu memperlihatkan id melalui perilaku yang berusaha mencari keenakan demi kepuasan diri melalui makanan yang disantap dengan tujuan untuk bertahan hidup. 2) The Ego (Das Ich) Di dalam pesawat ketika perjalanannya dari London menuju Indonesia, ia diwawancarai oleh Julia, wartawan terbaik di salah satu media cetak di Jakarta. Thomas merasa malas karena berkali-kali wartawan dari majalah mingguan itu datang tidak sesuai dengan perjanjian. Baiklah, aku memberikan waktu satu jam selepas konferensi. Lagi-lagi wartawan mereka datang terlambat di gedung konferensi, dan aku sudah menumpang taksi bergegas menuju bandara. (NPB: 10) Egonya bergerak ketika Thomas sudah meluangkan waktu di dalam kesibukannya, namun wartawan itu berkali-kali tidak menepati janjinya. Hal itu membuat Thomas tidak peduli dan bergegas pergi tanpa menunggu wartawan yang akan mewawancarainya. Sesampainya di bandara, perjalanan Thomas terhambat ketika hendak menuju ke loket imigrasi. Berikut kutipannya.

90 79 Aku melompat, tanganku bergerak cepat hendak memukul Randy, sekalian menguji apakah sarung tinjuku sudah sempurna mencengkeram, Dasar Bedebah! Ternyata kau yang sengaja menghambatku di loket imigrasi (NPB: 28). Setelah mengetahui bahwa yang menghambatnya Randy, lawan bermain tinjunya, dirinya ingin segera memberi pelajaran kepada Randy. Thomas ingin melampiaskan kekesalannya kepada Randy dengan cara memukul. Ego Thomas bekerja pada saat ia merasa diperlakukan semena-mena oleh Randy saat di bandara. Akibat dari kelakuan Randy, perjalanan Thomas menjadi terhambat di loket imigrasi. Hal tersebut menjadikan rencana Thomas selanjutnya menjadi terganggu. Telepon yang berdering di tengah malam waktu itu ternyata dari Om Liem. Om Liem sedang dalam keadaan darurat, rumahnya dikepung massa, dan kesehatan Tante Liem mulai menurun. Berikut kutipankutipannya. Kau diam! Biarkan aku berpikir sebentar. Aku meremas rambutku., berusaha mencerna banyak hal yang terjadi sejak konferensi di London, klub petarung, dan rumah besar Om Liem. (NPB: 46) Bilang ke polisi di luar, kondisi Tante Liem semakin parah. Aku menarik salah satu perawat itu sebelum keluar dari ruangan. Kalau mereka bertanya detail, jangan dijawab, dan jangan pernah biarkan mereka mendekati pintu kamar ini. Kau mengerti? (NPB: 47) Jangan biarkan, bahkan sedetikpun, jangan biarkan mereka tahu bahwa Om Liem lah yang terbaring di ranjang atau semua rencanaku akan gagal total. (NPB: 52)

91 80 Di sini peranan Thomas sangat penting, karena ia yang memikirkan berbagai hal untuk melarikan diri dari kepungan massa. Inisiatif Thomas untuk menyelamatkan Om Liem adalah dengan cara menukar Tante yang sedang sakit dengan Om Liem. Om Liem segera dibawa pergi dengan menggunakan ambulans agar petugas tidak ada yang mencurigai. Thomas mulai mendorong pintu kamar dan berteriak-teriak panik. Akibat dari manipulasinya menukar Om Liem dengan Tante Liem, ada seseorang yang membocorkan rahasianya kepada polisi, sehingga ia harus di masukkan ke dalam sel tahanan. Aku ingin keluar dari sel ini, aku menjawab santai. Dua sipir itu melangkah lebih dekat, mata mereka melotot tajam. Aku akan membayarmu mahal sekali, Bos, aku balas menatap menyeringai. (NPB: 196) Keinginan keluar dari sel penjara merupakan salah satu bukti bahwa tokoh Thomas memiliki struktur kepribadian ego. Thomas ingin bebas dan berinteraksi dengan dunia luar. Ego Thomas akan berfungsi nanti setelah ia terbebas dari sel penjara dan berhubungan dengan kegiatannya sebagai manusia. Thomas pernah hidup di sekolah berasrama setelah orang tuanya meninggal. Thomas tetap teguh pada pendiriannya untuk tetap tinggal di sekolah berasrama, karena di sana dia merasa lebih baik dan mulai bisa melupakan masa lalunya. Tetapi aku menggeleng saat Tante mengajakku pulang. Inilah keluarga baruku sekarang. Sekolah berasrama. Aku akan menamatkan sekolah di sini. Melupakan banyak hal. Lebih dari tiga kali seminggu kemudian, Tante bolak-balik ke sekolah,

92 81 membujukku. Dikunjungan ketiga, dia datang bersama Opa, bibi, semua orang-orang yang kukenal, berusaha membujuk. Jawabanku tetap tidak. (NPB: 220) Thomas mempertahankan keinginannya untuk tetap tinggal di sekolah berasrama. Thomas memulai kembali kehidupannya setelah kedua orang tuanya meninggal. Makan dijatah, tidur di ranjang bertingkat, berbagi kamar dengan belasan anak lain. Anak seusianya sangat membutuhkan kebahagiaan dan kasih sayang dari orang tua, tetapi di asrama Thomas hanya bisa bercanda dan bergaul dengan anak-anak yang senasib dengannya. Hal itu membuatnya merasa lebih baik daripada harus kembali ke rumah Tante Liem. Thomas mampu mempertahankan egonya dengan tetap teguh pada pendiriannya untuk bertahan di sekolah berasrama. Dia tidak bersedia diajak pulang oleh tante dan anggota keluarganya yang lain. Tujuannya adalah Thomas ingin melupakan kejadian masa lalunya yang sangat menyedihkan saat kedua orang tuanya terbakar di dalam rumahnya. 3) The Superego (Das Uber Ich) penting. Superego Thomas sadar sepenuhnya bahwa peran keluarga sangat Aku kembali, Julia. Sejak tadi malam aku memutuskan untuk kembali ke keluarga ini. Aku akan membalaskan setiap butir debu jasad Mama-Papa. (NPB: 118) Dalam niatnya untuk kembali ke keluarganya, terbesit niat Thomas untuk membalas kesedihan masa lalunya dengan dibantu oleh

93 82 keluarganya itu. Dia berharap, dengan kembali dalam keluarga barunya (Opa. Tante, dan Om Liem) dapat membalas rasa sakit hatinya terhadap orang yang membunuh kedua orang tuanya. Saat berada di bandara tiba-tiba ada dua orang yang menyapa, orang yang tidak asing di masa lalu Thomas. mereka adalah Wusdi dan Tunga, otak pembunuh kedua orang tuanya. Mereka menangkap Thomas dan menanyakan mengenai siapa dirinya sebenarnya. Siapa kau sebenarnya Thomas? mereka bertanya amat ramah dengan intonasi seperti sedang menyapa teman karib lama. Aku tetap bungkam. (NPB: 182) Thomas tetap diam dan tidak mau menjawab tentang jati dirinya yang sebenarnya karena dia sadar kalau dia berkata jujur akan mengancam nyawa Om Liem dan Opa. Wusdi dan Tunga tetap memaksanya untuk jujur, mereka menggunakan alat setrum untuk memaksa Thomas berkata jujur. Berikut kutipannya. Aku mendongak menggigit bibir, masih dengan sisa sakit sengatan barusan, menggeleng pelan. Aku konsultan keuangan profesional. Tangan orang itu kembali hendak menghujamkan alat setrumnya. Aku terpejam. (NPB: 185) Ketika Thomas menjawab pertanyaan yang tidak sesuai dengan jawabannya, maka alat setrum itu segera menghajar dirinya, dan Thomas merasa kesakitan. Alat tersebut digunakan untuk memaksa Thomas menjawab jujur setiap pertanyaan yang dilontarkan Wusdi dan Tunga.

94 83 Tetapi Thomas tetap teguh pada pendiriannya, dia tidak bersedia mengungkapkan tentang dirinya. Thomas sadar betul akan arti keluarga. Walaupun dia sangat membenci Om Liem, akan tetapi dia tetap memperjuangkan dan menyelamatkan Bank Semesta milik Om Liem dari kebangkrutan. Aku harus berpikir cepat dalam situasi genting. Meskipun Bank Semesta ditalangi pemerintah, kasus hukum yang membelit Om Liem tetap bertumpuk tinggi. Dia tidak bisa lari terus-menerus. Aku tahu, sejahat-jahatnya Om Liem, dia selalu bertanggung jawab atas semua keputusan bisnisnya. (NPB: 416) Tekad Thomas untuk berpikir kritis dalam keadaan mendesak demi menolong Om Liem. Dalam hati kecilnya masih mempunyai rasa peduli walaupun sejak puluhan tahun lalu ia membenci Om Liem. Sebenci apapun Thomas kepada Om Liem, dia mempunyai rasa tanggung jawab demi menyelamatkan nama baik Om Liem sebagai salah satu anggota keluarganya. Superego Thomas juga bergerak untuk menolong Opa agar tidak jatuh ke dalam lautan saat Ram menembakkan peluru ke arah Opa. Aku berseru, refleks hendak menahan tubuh Opa sudah lebih dulu jatuh bersama pelampung. (NPB: 431) Kesadaran Thomas timbul karena memiliki rasa belas kasih kepada Opa. Akan tetapi, usaha Thomas untuk menyelamatkan Opa sia-sia, Opa sudah jatuh terlebih dahulu ke dalam lautan bersama pelampung.

95 84 b. Tokoh Julia Julia adalah seorang gadis cantik yang berprofesi sebagai wartawan majalah mingguan. Tugasnya adalah mewawancarai Thomas untuk mengetahui masalah keuangan saat itu yang sedang mengalami krisis global. Wawancara dimulai sejak Thomas di London menuju Indonesia. Mereka melakukan wawancara di dalam pesawat. 1) The Id (Das Es) Id tokoh Julia tergambar melalui perilakunya terhadap Tommi (Thomas). Julia kesal karena Tommi banyak bicara dan bercanda di waktu yang tidak tepat. Perhatikan kutipan berikut. Tutup mulutmu Tommi, Julia melotot, berseru kesal. Aku tertawa lagi. Aku benar, kau semakin cantik jika sedang marah. Julia hampir saja melepas sepatunya, melemparkannya padaku. (NPB: 96) Setelah Julia mengungkapkan kemarahannya dengan cara hendak melempar sepatunya kepada Tommi, maka id Julia terpenuhi, yaitu rasa puas terhadap kemarahannya. Sebagai perempuan, tentu saja Julia menginginkan seorang pria yang romantis. Julia sudah bisa menebak kalau Thomas bukanlah tipe pria yang diinginkannya karena Thomas tidak bisa bersikap lembut kepada wanita. Berikut kutipannya. Astaga Thom, tentu saja kau tidak seperti pacarku itu. Aku tahu kau meneleponku hanya untuk memastikan jadwal yang kau minta, tidak lebih, tidak kurang. Sejak dari London aku sudah tahu, kau jelas bukan lelaki yang romantis. Kalaupun ada jejak romantisme

96 85 dalam potongan yang amat kecil di kepalamu, segera kau membuangnya jauh-jauh. (NPB: 207) Julia menginginkan tipe pria yang romantis seperti pacarnya yang terdahulu, tetapi jiwa romantisme tersebut tidak terdapat dalam diri Thomas. Menurutnya, Thomas adalah bukan pria yang diidamkan oleh wanita termasuk dirinya karena sikapnya yang tidak terlalu romantis. Apa yang ada di dalam pikiran Julia diungkapkan secara langsung kepada Thomas, sehingga menimbulkan kepuasan karena ketidaksenangannya dapat terungkapkan. Rasa marah Julia terhadap Thomas yang dianggapnya sebagai lelaki yang suka membalas hal-hal yang pernah dialaminya dari orang lain juga menggambarkan kemarahan Julia kepada Thomas. Wajah Julia terlihat merah padam, berbisik ketus. Kau memang lelaki pembalas, Thomas. Dan stafmu tadi juga mewarisi sikap buruk itu. (NPB: 273) Id Julia menguasai dirinya untuk marah. Dengan cara marah, maka id Julia merasa terpenuhi dan mencapai kepuasan. 2) The Ego (Das Ich) Stuktur kepribadian yang selanjutnya adalah the ego atau ego. Tokoh Julia. Keinginan untuk mewawancarai Thomas. Maaf wawancara ini sudah berkali-kali ditunda. Kami sudah berusaha menyesuaikan jadwal. Tapi begitulah, tidak mudah mengejar kesibukan Anda. Dia sedikit percaya diri tampaknya. Senyumnya lebih baik. (NPB: 9)

97 86 Keinginan Julia untuk melakukan wawancara terhadap Thom merupakan kebutuhan Julia yang timbul dari dalam dirinya untuk berhubungan dengan dunia luar. Julia merasa egonya terpenuhi setelah berhasil mewawancarai Thomas. Dengan berhasil mewawancarai Thomas, berarti ini membuktikan bahwa Julia mampu berhubungan dengan dunia luar dengan baik. Berikutnya bukti bahwa Julia memiliki ego yang kuat yaitu saat dirinya akan membantu Thomas untuk melarikan diri dari kejaran polisi di dalam kantornya. Berikut kutipannya. Bergegas, Thom. Kita bisa kabur dari polisi dalam situasi seperti ini. Julia sudah mengambil sebagian dokumen dalam boks, berlari dalam keramaian menuju tangga darurat. (NPB: 101) Julia dikuasai oleh ego untuk membantu Thomas melarikan diri. Walaupun polisi sudah mengepungnya, namun dia tetap percaya diri bisa lolos dari kepungan tersebut. Julia percaya bahwa dirinya mampu membantu Thomas, hal ini membuat egonya dapat terpenuhi. Bahkan Thomas menganggap dirinya teman yang setara untuk membantu pelariannya. Saat pelariannya dari kantor Thomas, Julia memiliki ego untuk mengendarakan mobilnya dengan kecepatan tinggi, menyalip dari sisi sebelah kiri. Kemana tujuan kita, Thom? Julia bertanya, antusias menyalip lagi deretan mobil. Dia bahkan berani mengambil marka jalan sebelah kiri, membuat pejalan kaki berteriak mengacungkan tinju. (NPB: 105)

98 87 Ego Julia dipengaruh oleh individu kepada dunia objek dari kenyataan dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan. Dia sengaja melakukan tindakan yang salah yaitu menyalip kendaraan lain dari bagian kiri yang pada kenyataannya sangat membahayakan diri sendiri dan pengguna jalan lain. Kekesalan Julia saat dirinya bertemu dengan Maggie, staf pribadi Thomas. Julia merasa kesal ketika Maggie berkata semaunya sendiri dan menganggapnya perempuan galak yang mirip dengan salah satu tokoh makhluk jahat dalam dongeng. Stafmu tadi bilang apa? Julia bertanya saat kami melangkah menuju pintu ruangan menteri, sambil merapikan pakaiannya. Dia bilang kau Nenek Lampir. Aku sengaja menjawab lurus. Apa? Dahi Julia terlipat. (NPB: ) 3) The Superego (Das Uber Ich) Superego berkaitan dengan kepribadian yang berisi nilai-nilai atau aturan yang bersifat evaluatif (menyangkut baik buruk). Tokoh Julia memiliki superego antara lain rasa pedulinya untuk membantu Thomas dalam menyelamatkan diri. Julia yang ingin membantu Thomas dalam menyelesaikan masalahnya. Julia tidak tega melihat keadaan Thomas yang sedang dikepung masalah. Apalagi setelah dia mendengar cerita masa lalu Thomas yang pahit. Julia bertekad membantu Thomas dengan resiko apapun. Seperti pada saat Mereka berhasil lolos dari kepungan polisi di rumah Opa. Mereka lari dengan menggunakan mobil boks laundry menuju

99 88 ke pelabuhan Sunda Kelapa. Gerimis membungkus kota. Julia berbaik hati turun dahulu memberikan payung untuk Opa. Superego Julia menggambarkan kesadaraanya untuk menjadi orang yang baik untuk menolong orang lain yang lebih tua. Julia memiliki rasa kepedulian untuk membantu Maggie, walaupun Maggie telah berkata pada dirinya seperti nenek lampir. Julia menyadari bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri dan butuh bantuan orang lain. Maggie yang sedang kesakitan karena ikut berada dalam lift saat terjadi pertarungan antara polisi dan Thomas dibantu keluar oleh Julia. Padahal, sebelumnya Maggie tidak menyukai Julia. Superego Julia menggambarkan kepeduliannya terhadap orang lain. c. Tokoh Opa Opa adalah kakek Thomas yang sejak dulu sangat menyayangi Thomas. Lima belas tahun lalu, Opa memutuskan untuk membeli tanah di daerah waduk Jatiluhur sebagai tempat peristirahatannya. 1) The Id ( Das Es) Opa orang yang gemar mengoleksi mobil antik, dengan mengoleksi mobil antik, Opa merasa bangga dan akan terpandang oleh masyarakat karena mobil yang dikoleksinya merupakan mobil yang bermerek dan memiliki harga yang mahal. Berikut kutipannya.

100 89 Opa adalah kolektor mobil yang baik, meski tampilannya bersahaja. Koleksinya tidak banyak, tapi berkelas. Opa paling suka mobil Eropa. Salah satu koleksinya adalah seri merek mobil yang memenangkan Grand Prix Monaco untuk pertama kali. (NPB: 75) Hobi adalah kesenangan jiwa yang apabila dipenuhi akan merasakan kepuasan. Dengan mengoleksi mobil antik, Opa akan merasa kesenangannya terpenuhi dan merasa puas. Id Opa terpenuhi dan rasa puas tersebut tercapai. Opa sering kali menceritakan masa lalunya yang kelam kepada Tomas, masa lalu Opa yang memprihatinkan. Kejadian menyakitkan selalu mendidik kita menjadi lebih arif. Kau dengan kematian papa dan mamamu. Dan Opa, waktu Opa masih muda dulu, menumpang kapal kayu bocor itu, mengungsi dari perang saudara, banyak kebijaksanaan hidup yang Opa pelajari. (NPB: 228) Menurut Opa, masa mudanya tidaklah menyenangkan. Dia mengungsi untuk menyelamatkan diri dari negaranya yang sedang konflik. Di kapal yang bocor dan sempit itulah Opa mencari kehidupan baru untuk masa depannya hingga seperti sekarang ia mencapai kesuksesan sebagai seorang pengusaha. Id Opa mampu memenuhi rasa lapar. Opa selalu suka makan bersama karena dengan menyantap makanan akan menimbulkan rasa kenyang. Berikut kutipannya.

101 90 Kau hendak pergi kemana lagi, Tommi? Tidak bisakah kau makan siang bersama sebentar? Kadek sedang memasak bebek panggang lezat, Opa menyela, selalu suka acara makan bersama. (NPB: 319 Dengan menyantap makanan, rasa lapar akan segera hilang dan berganti dengan rasa kenyang yang memuaskan. Selain itu, Opa juga suka makan bersama, hal ini akan menambah rasa puas pada id Opa. Oleh karena itu, kebutuhan makan harus terpenuhi untuk mencapai kepuasan. 2) The Ego (Das Ich) Ego Opa yang kecewa terhadap Thomas karena Thomas tidak lagi bersedia mendengarkan cerita masa lalu Opa. Padahal Opa sudah membuat model cerita agar Thomas tidak merasa bosan, tetapi Thomas tidak mau lagi mendengarkannya, sehingga Opa merasa kecewa. Perhatikan dialog berikut. Thomas. Thomas. Opa menoleh menatapku bingung. Kau sepertinya tidak sepenasaran dua tahun lalu, Tommi? Bukankah dulu kau mendesak ingin tahu? Opa terlihat kecewa. Kau sungguh tidak ingin tahu lagi, Tommi? Padahal Opa sudah sengaja benar membuat variasi ini agar kau tidak bosan mendengar masa lalu Opa yang itu-itu saja. (NPB: 29) Kekecewaan Opa menggambarkan egonya terhadap sikap Opa juga orang yang dermawan. Dia selalu baik hati kepada Usia dua puluh dua tahun, satu minggu sebelum keberangkatanku kuliah di di sekolah bisnis, Opa memintaku menemaninya pergi ke Pelabuhan Sunda Kelapa.

102 91 Ini kapalmu, Tommi. Opa terkekeh saat melihatku bingung. Aku menoleh, bolak-balik ke wajah Opa dan ke kapal besar yang merapat anggun di dermaga. (NPB: 222) Opa menghadiahkan kapal besar yang pernah menjadi saksi bisnis kesuksesa nnya kepada cucunya, Thomas. Thomas merasa heran atas keputusan Opa memberikan kapal megah itu kepada dirinya. Opa berharap Thomas mampu melanjutkan bisnisnya dengan kapal itu sebaik mungkin seperti Opa berbisnis besar hingga mencapai kesuksesan. Pada saat Opa dan Thomas akan dilemparkan ke laut oleh Ram, Opa memilih untuk menjatuhkan dirinya sendiri. Berikut kutipannya. Orang ini akan memilih meloncat, Tommi, Opa tersenyum lelah, tertawa ganjil. Kau pastilah tahu, Opa lebih baik memilih mati dibunuh penjajah, dimakan hewan buas lautan, atau karam sekalipun dibanding sesuatu itu, kau tahu bukan? Opa mengedipkan mata. (NPB: ) Ego Opa mengenai keputusannya untuk menjatuhkan diri ke laut saat dipojokkan oleh Ram juga dapat berjalan dengan baik. Dia lebih baik mati oleh hal lain daripada harus mati di tangan musuh karena masalah harta. Keputusan Opa untuk loncat pun terjadi. Opa loncat ke laut sebelum ditembak oleh Ram.

103 92 3) The Supergo (Das Uber Ich) Kebijaksanaan Opa untuk menegur Om Liem agar berhenti berwirausaha dengan cara baru yang masih jarang digunakan orang. Perhatikan kutipan berikut. Opa yang sejak tadi mendengarkan, meletakkan klarinet, akhirnya berkata, cukup Liem. Dewa bumi memberikan rezeki berkelimpahan untuk keluarga kita. Saat terkatung-katung di kapal bocor empat puluh tahun silam, aku tidak pernah membayangkan akan memiliki keluarga sebaik ini. (NPB: 80) Opa menasihati Om Liem agar tidak menggunakan cara berbisnis yang belum wajar pada saat itu. Opa merasa sudah cukup bahagia dengan rezeki yang ia dapatkan dari Tuhan ditambah keluarganya yang pada waktu itu terasa lengkap dan baik. kutipannya. Opa juga menasihati Thomas untuk makan bersama. Berikut Ayolah Tommi,setidaknya kau menghabiskan semangkuk sup kaki sapi yang lezat ini dulu. Sudah lama kita tidak makan bersama. Opa tersenyum. Sepanjang hari kau juga belum makan. (NPB: 148) Hal tersebut menggambarkan superego Opa yang meminta Thomas untuk makan malam bersamanya. Opa menginginkan Thomas untuk makan bersama karena sudah sekian lama mereka tidak pernah berkumpul di meja makan setelah mereka saling terpisah. Apalagi Opa tahu kalau Thomas belum makan pada hari itu.

104 93 d. Tokoh Om Liem 1) The Id Om Liem merupakan salah satu tokoh utama dalam novel NPB karya Tere Liye. Perannya menentukan isi cerita dalam novel. Dialah ujung tombak permasalahan dalam novel. Om Liem pemilik Bank Semesta yang terancam bangkrut. Berikut kutipannya. Datanglah, Nak. Temui Tantemu. Sebelum jatuh pingsan, dia berkali-kali menanyakanmu, menatap pigura foto saat kau masih kecil dan bersama keluarga besar kita. (NPB: 39) The Id atau id Om Liem adalah keinginannya pada Thomas untuk segera datang menemui Tante Liem. Keadaan Tante semakin memburuk sejak berita diumumkannya kebangkrutan Bank Semesta dimuat di Koran-koran. Id Om Liem akan terpenuhi jika Thomas datang menemui Tantenya, karena Om Liem menginginkan kehadiran Thomas demi istrinya agar cepat sembuh. Om Liem orang yang berambisi untuk mencari kekayaan. Selain itu, Om Liem adalah pribadi yang terlalu besar kepala. Dia mengandalkan pengalaman yang dimilikinya selama enam tahun menguasai bank untuk mengembangkan usahanya secara besar-besaran. Enam tahun menguasai bank itu, Om Liem terlalu ambisius, tidak hati-hati, menggampangkan banyak hal, dan melanggar begitu banyak regulasi demi pertumbuhan bisnisnya. (NPB: 41)

105 94 Sikap ambisius di dalam ego Om Liem untuk menjadi orang yang kaya raya tanpa memikirkan sisi negatifnya dan menjalankan bisnisnya dengan tidak memperhatikan aturan kerja. Pada saat berada di kapal, Om Liem memilih tidur di ruang tengah daripada di kamar. Om Liem menginginkan untuk tidur di ruang tengah karena pikiran Om Liem sedang kacau. Kenapa kau tidak tidur di kamar, hah? Bukankah Kadek sudah menyiapkan kamar? Om Liem tidak mau, Pak Thom. Sejak tadi dia duduk-duduk saja di ruang tengah, hingga ketiduran, Kadek yang menjawab lebih dulu. Sama saja, Tommi. Di kamar aku tidak bisa tidur nyenyak, ada banyak yang melintas di kepala orang tua ini. Lebih baik tidur di sini, di ruangan yang luas, Om Liem menjawab pelan. (NPB: 204) Dengan tidur di ruangan yang terbuka dan luas itu ia merasa nyaman. Dia tidak menghiraukan saran dari Thomas maupun Kadek yang menyuruhnya untuk tidur di dalam kamar. Dengan demikian, id Om Liem terpenuhi dan merasa puas karena keinginannya tercapai. 2) The Ego (Das Ich) Wujud kepribadian ego pada tokoh Om Liem adalah keinginan untuk mengembangkan bisnis. Om Liem berkata kepada Opa bahwa ia dan Papa Edward ( Papa Thomas) akan mengembangkan bisnis tepung terigunya. Saat itu, Papa Edward dan Om Liem dengan yakinnya bilang ke Opa, kalau hanya menjual bungkusan sekilo-dua kilo tepung terigu, sampai negeri ini mendaratkan pesawat ke bulan, toko ini

106 95 hanya begini-begini saja. Kami sudah belajar banyak. Sudah tahu banyak. Biarkan kami mengembangkannya. (NPB: 77) Ego Om Liem tidak ingin bisnis Opa statis dan berpenghasilan sedikit karena hanya menjual sedikit tepung terigu. Egonya mendorong untuk mengembangkan bisnisnya dengan Papa Edward, karena mereka yakin bahwa pengalaman berbisnisnya sudah dibilang banyak. Setelah bisnisnya berjalan lancar, Om Liem tidak puas sampai disitu. Dengan ambisiusnya Om Liem ingin memperbesar bisnisnya dengan cara baru. Bukan bank, koperasi, simpan-pinjam, atau utangpiutang. Meski cara baru tersebut ditolak oleh keluarga besarnya, tetapi bisnisnya tetap ia jalankan bersama Papa Edward. Om Liem tetap memilih cara baru, meski empat suara jelas-jelas menentangnya. Aku tidak tahu benar apa nama cara baru itu. Koperasi bukan, bank bukan, simpan-pinjam jauh, utang-piutang apalagi. Tapi soal ide bisnis canggih, Om Liem nomor satu. Tahun 80-an, saat bank masih hitungan jari, saat akses modal terbesar Om memasang papan besar bertuliskan: Arisan Berantai Liem-Edward di depan gerbang rumah kami. (NPB: 80) Kutipan tersebut menerangkan bahwa Om Liem adalah orang yang ambisius. Keberadaan bank saat itu masih sedikit, hal ini yang membuat munculnya ide Om Liem untuk mendirikan sebuah inovasi bisnis besar, yaitu arisan berantai. Om Liem hanya butuh modal untuk menjalankan bisnisnya tersebut. Dari tetangga sebelah sampai pengusaha luar kota banyak yang tertarik dengan bisnis Om Liem. Mereka hanya memberikan 100 perak, setahun kemudian akan digandakan menjadi 150. Setiap kali

107 96 ada anggota yang berhasil mengajak orang lain bergabung, maka mereka akan mendapatkan bonus tambahan. Itulah Arisan Berantai Liem-Edward. 3) The Superego (Das Uber Ich) Selanjutnya adalah aspek kepribadian yang terakir, yaitu superego. Berikut ini akan dipaparkan mengenai wujud kepribadian superego tokoh Om Liem. Sebagai seorang pengusaha besar yang terlalu terobsesi oleh kekayaan dan tidak pernah merasa puas, maka akhirnya usahanya tumbang akibat krisis ekonomi dunia. Sejak awal keluarganya memang tidak setuju dengan cara Om Liem menjalankan bisnis barunya, tetapi ia tetap keras kepala. Superego Om Liem juga merasa kecil hati saat orang tua Thomas meninggal karena ia tidak berada di sana. Berikut kutipannya. Aku masuk penjara selama enam bulan. Bukan masuk penjaranya yang membuatku berkecil hati, melainkan saat aku dipenjara, papa dan mamanya Thomas meninggal. Sejak hari itu, Thomas membenciku. (NPB: 46) Kutipan tersebut mnerangkan bahwa Om Liem sadar bahwa Thomas membencinya sejak orang tua Thomas meninggal, karena saat kejadian Om Liem tidak berada di sana. Om Liem di penjara. Hal ini yang ia sesalkan, pada saat saudaranya tengah dikepung massa dirinya tidak mendampinginya. Apalagi masalah tersebut berasal dari permasalahan arisan yang didirikan oleh dirinya. Selanjutnya, Om Liem sadar hal yang harus ia lakukan. Ia tutup mulut tidak mau berkomentar saat Thom sedang berbicara dengan Opa.

108 97 Jika Om Liem ikut berkomentar, dia khawatir kalau Thomas menyuruhnya tutup mulut. Om Liem mengerti maksud percakapan kami menghela napas perlahan. Dia bijak, memutuskan untuk tidak ikut berkomentar, khawatir aku akan menyuruhnya tutup mulut. ( ) Kutipan tersebut menjelaskan ahwa Om Liem sadar atas kebencian Thomas pada dirinya. Om Liem memilih diam saat Thomas sedang berbicara dengan Opa. Dengan demikian, superego Om Liem untuk menyadari diri berjalan secara baik. 2. Pembelajaran Novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye a. Pembelajaran Sastra Pembelajaran sastra di SMA merupakan bagian dari pembelajaran bahasa Indonesia. Dalam kurikulum, pembelajaran sastra merupakan bagian dari mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Oleh karena itu, pembelajaran sastra mendapatkan sajian yang lebih sedikit dibandingkan dengan pembelajaran bahasa Indonesia, sehingga perlu strategi khusus untuk pendidik dalam menyampaikan materi agar materi yang diajarkan dapat mencapai tujuan. Pemilihan bahan pembelajaran harus sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan siswa. Pendidik harus mempertimbangkan karya satra dari segi bahasa, kematangan jiwa, dan segi latar belakang kebudayaan siswa. Pendidik juga hendaknya memperhatikan tahapan

109 98 perkembangan psikologi siswa karena berpengaruh pada daya ingat, kemampuan mengerjakan tugas, dan pemecahan masalah yang dihadapi. Novel Negeri Para Bedenah karya Tere Liye diharapkan dapat menarik minat siswa karena di dalamnya menyajikan cerita mengenai perjuangan seorang pemuda yang gagah berani untuk membela keluarganya yang dibunuh hidup-hidup oleh masa, dan menyelamatkan usaha milik keluarganya yang hampir bangkrut. Di dalam novel ini sedikit sekali membicarakan soal percintaan antara pria dan wanita, akan tetapi dalam novel ini membahas cinta seorang pemuda terhadap keluarganya. Novel ini memiliki nilai pendidikan yang patut dicontoh dan kepribadian para tokohnya yang dapat dijadikan teladan oleh siswa, karena tokoh utamanya merupakan lulusan sekolah bisnis di London memiliki jiwa juang yang tinggi. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa novel Negeri Para Bedebah layak dijadikan sebagai bahan ajar di SMA. Siswa tingkat SMA dilihat secara psikologis dapat dikatakan sudah matang, baik perkembangan berpikir, maupun perkembangan jiwa dan pemahamannya. Siswa SMA diharapkan dapat mengambil pelajaran mengenai kepribadian yang berharga dari pesan yang disampaikan oleh pengarang melalui tokohtokoh yang ada di dalam novel tersebut. Dengan demikian, diharapkan siswa dapat mengambil nilai-nilai positif dari isi novel tersebut. Adapun pembelajaran novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye di SMA dapat diajarkan dengan metode kontekstual diuraikan di bawah ini.

110 99 b. Fungsi Pembelajaran Novel Negeri Para Bedebah Fungsi pembelajaran sastra dalam novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye adalah meningkatkan keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan kebudayaan, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak. Di bawah ini akan diuraikan keempat fungsi tersebut. 1) Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Dalam pengajaran sastra, siswa dapat meningkatkan keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa meliputi empat aspek antara lain: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dengan mempelajari sastra, siswa dapat melatih kemampuan menyimak melalui kegiatan mendengarkan pembacaan suatu karya sastra. Siswa dapat melatih kemampuan berbicara melalui kegiatan bermain peran atau menanggapi isi karya sastra. Siswa juga dapat melatih kemampuan menulis melalui kegiatan menulis puisi, cerpen atau karya sastra lainnya. Bardasarkan kompetensi dasar pembelajaran novel Negeri Para Bedebah di SMA, kegiatan pembelajarannya adalah menganalisis unsur ekstrinsik novel Negeri Para Bedebah berdasarkan teori psikologi sastra dengan kegiatan membaca. Keterampilan berbahasa siswa dapat dilakukan dengan cara membaca novel Negeri Para Bedebah. Setelah mengetahui isi novel tersebut, siswa diharapkan dapat mengambil sisi positif dan lebih peka terhadap lingkungan sekitar.

111 100 2) Meningkatkan Pengetahuan Budaya Sastra merupakan salah satu sarana untuk membentuk nilai-nilai budaya masyarakat. Seperti halnya nilai moral, nilai-nilai budaya pun memuat konsep-konsep tentang segala sesuatu yang dipandang baik dan berharga di dalam kehidupan. Nilai budaya ini sifatnya khusus, sebab dibatasi oleh suku bangsa dan bahasa. Artinya, sesuatu yang dianggap baik oleh suatu sekelompok masyarakat atau suku bangsa tertentu belum tentu dipandang baik oleh yang lain. Karya sastra biasanya memuat unsur-unsur tersebut, sehingga dapat diketahui budaya suatu masyarakat. Dalam novel Negeri Para Bedebah, budaya yang digambarkan adalah sebuah keluarga yang berkecukupan dan hidup mewah dengan harta yang melimpah. Budaya yang digunakan menggunakan budaya barat terbukti alat yang digunakan untuk melancarkan aksi pelarian Thomas menggunakan alat-alat yang modern, seperti mobil mewah, pistol, telepon genggam, laptop, dan pesawat terbang kelas eksekutif. Walaupun pelaku utamanya sebagian besar hidup dalam kemewahan, akan tetapi kehidupannya tidak bahagia karena keluarga mereka tidak lengkap. Hal ini yang membuat Thomas tumbuh menjadi pribadi yang gagah berani, karena ia sadar bahwa uang bukanlah segalanya.

112 101 3) Mengembangka Cipta dan Rasa Apresiasi karya sastra dapat mengembangkan cipta dan rasa siswa yang berkaitan dengan kecakapan yang bersifat inderawi, penalaran, afektif, sosial dan religius. Panca indera (penglihatan, perabaan, penciuman, pengecapan, dan pendengaran) dapat melatih siswa untuk mampu mengenali berbagai pengertian dan kepekaan untuk mampu membedakan satu hal dengan hal lainnya. Misalnya saat Julia mengetahui bahwa Thomas adalah seorang buronan, Julia tidak mau membantu untuk melarikan diri karena dirinya tidak mau terlibat dalam kasus kriminal. Setelah Thomas menceritakan masa lalunya yang menjadikan dirinya sebagai buronan, akhirnya Julia bersedia untuk membantunya, karena Julia tahu bahwa Thomas ingin membalas dendam kematian kedua orang tuanya. Selain itu, sastra juga sering dikaitkan dengan kepekaan rasa dan emosi, sehingga belajar sastra dapat diartikan sebagai salah satu cara untuk mengasah perasaan dan kepekaan seseorang. 4) Menunjang Pembentukan Watak Siswa dapat memahami berbagai karakter tokoh cerita dan menentukan berbagai watak yang baik dan buruk menurut ukuran-ukuran yang dipahami. Tidak menutup kemungkinan pula bahwa watak-watak tersebut dapat mempengaruhi siswa. Pembelajaran sastra dapat diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa. Dalam hal ini, siswa tidak hanya nmemperoleh pengetahuan tentang sastra, tetapi yang paling

113 102 penting adalah pengalaman dalam mengapresiasi dan mencipta karya sastra. Dalam mengapresiasi sastra, siswa biasanya dilibatkan ke dalam pengalaman agar siswa mengalami dunia fisik dan dunia sosial. Tujuannya adalah agar siswa mampu mengapresiasikan nilai-nilai serta agar memahami dan mengapresiasi yang hubungannya sebagai makhluk dengan sang pencipta. c. Tujuan Pembelajaran novel Negeri Para Bedebah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menggunakan kompetensi dasar dan indikator sebagai pengganti tujuan pembelajaran umum dan khusus. Dengan adanya kemampuan dasar dan indikator, keberhasilan kompetensi dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. 1) Standar Kompetensi Standar kompetensi merupakan kemampuan minimal yang harus dicapai oleh peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diharapkan dicapai dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Standar kompetensi dalam pembelajaran ini adalah memahami karya sastra melalui kegiatan membaca novel. Dengan standar kompetensi tersebut dalam pembelajaran ini, siswa diharapkan mampu memahami maksud yang terkandung dalam novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye melalui kegiatan membaca.

114 103 2) Kompetensi Dasar Kompetensi dasar dalam pembelajaran ini adalah menganalisis unsur-unsur ekstrinsik novel Indonesia. Dalam pembelajaran ini, unsur ekstrinsik meliputi perwatakan tokoh berdasarkan teori psikologi Sigmund Freud yang terdiri dari id, ego, dan superego. Berdasarkan kompetensi dasar di atas, dapat dirumuskan kompetensi dasar dalam pembelajaran novel Negeri Para Bedebah adalah menganalisis unsur-unsur ekstrinsik novel yang berupa watak para tokoh utama. Indikator Hasil Belajar Indikator hasil belajar yang diharapkan meliputi: a) siswa mampu membaca dan memahami isi novel Negeri Para Bedebah; b) siswa mampu menganalisis unsur ekstrinsik novel Negeri Para Bedebah; c) siswa mampu menganalisis perwatakan tokoh utama novel Negeri Para Bedebah. d. Materi Pembelajaran Novel Negeri Para Bedebah Pemilihan novel Negeri Para Bedebah sebagai bahan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dapat dilihat dari segi bahasa, segi kematangan jiwa (psikologi), dan segi latar belakang budaya siswa. Berikut ini diuraikan ketiga segi tersebut. 1) Segi Bahasa

115 104 Segi kebahasaan dalam hal ini meliputi kosakata yang dipakai sastrawan atau pengarang, struktur kata dan kalimat, majas, pencitraan, dan lain-lain. Guru harus memperhatian konteks dan isi wacana, termasuk referensi yang tersedia. Selain itu, guru harus memperhatikan pula teknik penulisan yang dipakai pengarang, ciri-ciri kebahasaan yang khas pengarang yang bersangkutan, hubungan antarkalimat dan ungkapan. Dengan demikian, siswa diharapkan dapat memahami bahasa dengan segala fenomenanya yang dipakai dalam karya sastra. Hal yang perlu ditekankan dalam konteks ini adalah guru diharapkan dapat memahami tingkat kemampuan kebahasaan para siswa. Bahasa dalam novel Negeri Para Bedebah disusun dengan menggunakan bahasa Indonesia dan beberapa kata asing di dalamnya, sehingga dapat menambah wawasan baru untuk siswa. 2) Segi Kematangan jiwa (Psikologi) Secara psikologis, siswa SMA merupakan anak yang pada umumnya telah memasuki fase pubertas. Pada masa itu, siswa cenderung ingin menunjukkan sikap mandiri, idealis, dan moralis. Sesuai dengan fenomena psikologis itu, maka karya sastra yang dapat dijadikan sebagai bahan ajar sastra adalah bertema perjuangan. Novel Negeri Para Bedebah sebagai bahan pembelajaran sastra banyak mengandung permasalahan dan nilai-nilai kehidupan. Guru dapat menstimulus siswa untuk menyelesaikan masalah yang terdapat dalam novel tersebut. Siswa dapat mencarikan jalan keluar terbaik untuk

116 105 menyelesaikan masalah cerita. Dengan demikian, siswa dapat meningkatkan pengetahuan dalam menghadapi masalah kehidupan yang dialaminya dengan mengambil pelajaran dari cerita yang telah mereka baca. b. Segi Latar Belakang Budaya Siswa Dalam memilih bahan ajar sastra, guru juga harus memperhatikan latar belakang budaya siswa yang mengacu pada ciri khas tertentu. Pada umumnya, siswa akan tertarik pada karya sastra dengan latar belakang yang akrab dengan kehidupannya. Guru harus mampu membaca apa yang diinginkan atau diminati siswa. Artinya, guru harus menggunakan perspektif siswa, bukan perspektifnya sendiri yang sering berbeda dengan siswa. Dengan demikian, guru sastra akan dapat menyajikan karya sastra yang memenuhi kemampuan imajinatif para siswa yang dekat dengan dunianya. Pada era globalisasi sekarang ini, kehadiran media massa elektronik maupun internet dan alat-alat modern yang berada di kota lambat laun akan membuat kesenjangan budaya pedesaan dan perkotaan akan segera mencair. Pada gilirannya, pemilihan bahan ajar di sekolah pedesaan dan perkotaan pun dari segi latar belakang budaya tidak lagi perlu dibedakan. Di dalam novel Negeri Para Bedebah tidak menceritakan adanya kebudayaan khas Indonesia. Selain para tokohnya didominasi oleh orang keturunan Cina, jalan ceritanya pun condong pada budaya barat. Hal ini dapat dijadikan pembelajaran budaya asing bagi

117 106 siswa untuk mengambil sisi positif dari dalam novel. Misalnya, Opa adalah warga keturunan Cina yang mengungsi ke Indonesia dari negaranya yang ketika itu terjadi perang saudara. Tanpa rasa takut sedikitpun Opa bertekad mencari kehidupan baru. Saat itu Opa menaiki kapal bocor yang sempit, perbekalan makanan yang habis. Berjuang untuk masa depannya. Opa menjalankan bisnis dari usaha kecil yaitu berjualan tepung terigu, yang akhirnya sukses besar dan Opa menjadi orang yang hidup berkecukupan. Dilihat dari sisi budaya, orang Cina terkenal akan keuletannya dalam berbisnis. Bisnisnya dimulai dari nol sampai pada akhirnya meraih keuntungan besar. Hal ini dapat dicontoh oleh siswa sebagai alternatif untuk mencapai kesuksesannya di masa depan ketika mereka sudah berada di masyarakat. e. Model Pembelajaran Kontekstual dalam Pembelajaran Novel Negeri Para Bedebah Di dalam penelitian ini dikhususkan keefektifan penggunaan model kontekstual sebagai alternatif pembelajaran di SMA. Menurut Sanjaya (dalam Subowo, 2012), pendekatan kontekstual merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.

118 107 Pada dasarnya, pembelajaran kontekstual merupakan kegiatan mengaktifkan, menumbuhkan, mengembangkan, dan membentuk pemahaman melalui penciptaan kegiatan, pembangkitan penghayatan, proses penemuan jawaban pertanyaan, dan rekonstruksi pemahaman melalui refleksi yang berlangsung secara dinamis. Pembelajaran kontekstual bukan merupakan pembelajaran yang ditransfer oleh guru kepada siswa, karena proses pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami. Pemanfaatan pembelajaran kontekstual akan menciptakan ruang kelas yang di dalamnya akan menjadikan siswa sebagai peserta aktif bukan pasif, dan bertanggung jawab terhadap belajarnya. Pembelajaran kontekstual dapat diartikan sebagai pembelajaran yang mengkaitkan materi pembelajaran dengan konteks dunia nyata yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, alam sekitar, maupun dunia kerja, sehingga siswa mampu membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Kelebihan pendekatan kontekstual sebagai berikut: 1) pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil karena siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan dunia nyata; 2) siswa lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep; 3) aktivitas siswa ditekankan secara penuh, baik fisik, maupun mental;

119 108 4) siswa dapat menemukan materi pelajaran sendiri, bukan dari guru; 5) siswa dapat menciptakan suasana pembelajaran yang bermakna. Kelemahan Pendekatan Kontekstual sebagai berikut: 1) siswa memerlukan waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran kontekstual berlangsung; 2) jika guru tidak dapat mengendalikan kelas, maka dapat menciptakan situasi kelas yang kurang kondusif; 3) guru lebih intensif dalam membimbing siswa. Langkah-langkah Pembelajaran Sastra dengan Pendekatan Kontekstual antara lain, guru: 1. menyampaikan indikator yang harus dicapai hari itu dan memotivasi siswa mengenai materi yang akan dipelajari; 2. memberikan siswa persepsi dengan tujuan untuk mengingatkan dengan materi yang telah dipelajari; 3. menyajikan informasi kepada siswa tentang pembelajaran yang akan dilakukan dengan cara inquiri yaitu mencari dan menganalisis aspekaspek kepribadian; 4. memberikan kesempatan kepada siswa untuk memunculkan pertanyaan-pertanyaan sesuai materi yang diajarkan; 5. memberikan contoh pembelajaran dengan ilustrasi, maupun media pembelajaran seperti rekaman, video, atau LCD; 6. melakukan menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok, berdiskusi, tanya jawab, dan sebagainya;

120 melakukan refleksi dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan ; 8. melakukan penilaian atau evaluasi secara objektif. f. Tahap Penyajian dalam Proses Pembelajaran Tahap penyajian dalam novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye dengan kajian psikologi sastra, antara lain: 1. pelacakan yaitu mempelajari materi pembelajaran sebelum mengajar di dalam kelas; 2. penentuan sikap praktis yaitu mengusahakan materi yang tidak terlalu panjang agar dapat dibahas sampai selesai dalam setiap pertemuan; 3. introduksi yaitu memberi pengantar sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung; 4. penyajian yaitu menyajikan materi pembelajaran kepada siswa; 5. diskusi yaitu siswa mendiskusikan soal-soal pertanyaan yang diberikan oleh guru sesuai dengan pembagian kelompok dan bersama-sama menentukan atau mencaru jawaban yang relevan; 6. pengukuhan yaitu Tanya jawab lisan tentang materi pembelajaran dan memberikan pekerjaan rumah kepada siswa. g. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang dialakukan oleh guru dan siswa agar terjadi suatu interaksi antarguru dan siswa. Di samping

121 110 itu, tujuan kegiatan belajar dapat tercapai dengan baik. Kegiatan yang digunakan dalam pembelajaran sastra antara lain: 1. Pendahuluan Pendahuluan merupakan kegiatan awal yang dilakukan oleh guru diantaranya sebagai berikut: a) guru mengucapkan salam, berdoa bersama; b) siswa dan guru bertanya jawab tentang siapa yang pernah membaca novel, apabila ada, siswa yang bersangkutan diminta untuk mengemukakan isi novel; c) siswa diarahkan dengan pertanyaan untuk mengungkapkan unsur ekstrinsik apa saja yang ada dalam novel; d) guru mengaitkan pelajaran dengan fungsinya dalam kehidupan siswa; e) guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok. 2. Tahap Inti Dalam tahap inti, proses pembelajaran novel Negeri Para Bedabah yang dilakukan oleh guru dapat dipaparkan sebagai berikut. a. guru memfasilitasi siswa mengamati novel secara berkelompok. b. menggunakan model pembelajaran kontekstual, media pembelajaran, dan sumber belajar lain. c. melibatkan siswa secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. d. siswa menyimpulkan isi novel. e. setiap kelompok mewakilkan satu anggotanya untuk menyajikan hasilnya di depan kelas dan kelompok lain mengomentari.

122 Penutup Pada kegiatan penutup, yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri proses belajar mengajar adalah sebagai berikut. a. siswa dan guru melakukan refleksi. b. siswa mendapatkan tugas untuk membuat ringkasan novel Negeri Para Bedebah. h. Sumber Belajar Sumber belajar adalah referensi atau acuan pokok yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa: 1. novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye 2. buku-buku pelajaran yang diwajibkan, buku bacaan, kamus dan ensiklopedia yang relevan; 3. media cetak: surat kabar, majalah, buletin dan sebagainya; 4. media elektronik: televisi, radio, LCD, internet, dan sebagainya; 5. lingkungan: alam, sosial, budaya, manusia, masyarakat, dan sebagainya. i. Evaluasi Setelah terjadi kegiatan belajar mengajar, siswa dan guru melakukan kegiatan evaluasi. Evaluasi dapat diartikan sebagai proses pengukuran atau penilaian hasil belajar siswa. Sedangkan bagi guru, evaluasi sebagai proses pengukuran akan keefektifan strategi yang digunakan dalam upaya mencapai tujuan belajar mengajar. Evaluasi yang

123 112 dilakukan guru dapat beragam, baik evaluasi lisan mapupun tulis. Kedua hal tersebut dapat dilakukan bergantung pada materi ajar. Hamalik mengatakan fungsi utama evaluasi dalam kelas adalah untuk menentukan hasil-hasil urutan dalam pengajaran (Subowo, 2012: 17). Kegiatan belajar mengajar dikatakan berhasil dengn baik apabila evaluasi dari siswa diorientasikan dengan tujuan yang sesuai seperti yang telah direncanakan. Sebaliknya, kegiatan belajar mengajar dikatakan belum berhasil apabila hasil evaluasi dari siswa tidak menunjukkan kesesuaian. Penilaian proses dan hasil belajar bahasa Indonesia mencakup kognitif, afektif, dan psikomotor. Penilaian kognitif berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran dan kemampuan menjawab soal-soal dengan benar. Penilaian afektif dapat ditinjau dari berbagai tingkah laku siswa seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, dan hubungan sosial. Penilaian secara psikomotoris berkaitan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah siswa menerima pengalaman belajar. Psikomotoris merupakan kelanjutan dari aspek afektif yang akan tampak pada kecenderungankecenderungan untuk berperilaku. Alat evaluasi yang paling tepat untuk memberikan penilaian adalah bentuk tes esai, karena bentuk ini tepat untuk menilai proses kemampuan berpikir yang melibatkan aktivitas kognitif, sehingga siswa berusaha menjawab pertanyaan dengan benar. Siswa harus benar-benar

124 113 memperhatikan materi yang telah disampaikan oleh guru. Dengan demikian, penilaian kognitif lebih dominan jika dibandingkan dengan penilaian afektif dan psikomotoris, karena guru dapat melihat dengan jelas kemampuan siswa dalam menangkap materi pembelajaran melalui jawaban-jawaban yang telah ditulis oleh siswa sendiri. Kelebihan tes esai adalah: 1. siswa dapat mengorganisasikan jawaban berdasarkan pendapatnya sendiri; 2. tes esai sangat cocok untuk mengukur dan mengevalusi hasil suatu proses yang kompleks, yang sulit diukur dengan menggunakan tes objektif; 3. tingkat kebenaran dan ketepatan di dalam kata-kata dan kalimat merupakan pemikiran sendiri, sehingga dapat digunakan untuk menyusun kalimat dengan bahasa yang baik dan benar; Kelemahan tes esai adalah; 1) sukar dinilai secara tepat; 2) bahan yang diukur terlalu sedikit, sehingga tidak mudah untuk mengukur penguasaan siswa terhadap keseluruhan kurikulum; 3) membutuhkan waktu untuk memeriksa hasil pekerjaan siswa.

125 114 BAB V PENUTUP Pada bab V berisi simpulan dan saran. Simpulan memuat hasil akhir dari pembahasan data. Saran berisi saran bagi guru dan siswa dalam pembelajaran novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye. A. Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan data tentang kajian psikologi sastra tokoh utama dan pembelajarannya di SMA, tokoh yang paling mendominasi cerita adalah Thomas, karena Thomas sering berinteraksi secara langsung dengan tokoh utama lainnya. Berikut simpulan hasil pembahasan data. 1. Psikologi kepribadian tokoh utama ditinjau dari segi id pada novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye adalah id tokoh utama dari perilakunya yang diprioritaskan untuk kesenangan dan memenuhi kebutuhan dasar. Prinsip kesenangan melibatkan pembentukan citra mental dari objek yang diinginkan sebagai cara untuk memuaskan kebutuhan. Sebagai contoh, ketika tokoh utama merasakan lapar, dia segera berlari menuju meja makan untuk segera memenuhi kebutuhan dasarnya, yaitu makan. Setelah makan, tokoh utama merasa kenyang dan merasa puas karena kebutuhannya terpenuhi. 114

126 Di dalam novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye, ego tokoh utama bekerja secara realitas dan sesuai dengan nilai sosial 3. di lingkungannya. Tokoh utama secara efektif dapat mengelola tekanan ini, sehingga segala perilakunya dapat terkontrol dengan baik. Sebelum memutuskan untuk melakukan tindakan, tokoh utama terlebih dahulu memikirkan akibat atas perbuatan yang akan dilakukan. Misalnya, ketika tokoh utama tidak bersedia diajak pulang sewaktu masih bersekolah di sekolah berasrama, ia memilih hidup bersama te.mantemannya di sekolah. Ia menyadari bahwa jika ia bersedia pulang, maka ia akan bertemu dengan orang yang paling dibencinya sejak kematian kedua orang tuanya. 4. Tokoh utama dalam novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye memiliki kekuatan superego yang baik. Hal ini terlihat ketika tokoh utama menyadari betapa pentingnya arti sebuah keluarga. Kebencian pada salah satu anggota keluarganya tidak membuatnya melupakan tanggung jawab untuk memperjuangkan nama baik keluarganya. 5. Novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye dapat diajarkan di SMA dengan cara guru menyedikan novel untuk diamati secara berkelompok. Langkah-langkah pembelajaran novel Negeri Para Bedebah di sekolah, siswa dapat: a. berpartisipasi secara aktif dalam diskusi kelompok membahas unsur ekstrinsik novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye;

127 116 b. memberikan perwakilan kelompok untuk menyampaikan pembahasan hasil diskusi; c. mengomentari hasil diskusi kelompok lain. B. Saran 1. Bagi guru, novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran sastra karena novel tersebut mengandung nilai-nilai moral dan nilai kepribadian yang dapat dijadikan teladan bagi siswa. 2. Bagi siswa: a. siswa diharapkan mampu mengetahui psikologi tokoh-tokoh ang ada dalam novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye; b. penelitian ini dapat menumbuhkan apresiasi sastra sehingga pengetahuan dan wawasan siswa semakin bertambah.

128 117 DAFTAR PUSTAKA Aqib, Zainal Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (inovatif). Bandung: Yrama Widya. Berry, Ruth Siapa Dia? Freud. Jakarta: Erlangga. Endraswara, Suwardi Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: CAPS. Ismawati, Esti Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Ombak. Jabrohim (Ed) Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ginanjar, Nurhayati Pengkajian Prosa Fiksi. Diktat, tidak diterbitkan: Surakarta. Komalasari. Kokom Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama. Liye, Tere Negeri Para Bedebah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Minderop, Albertine Psikologi Sastra. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Nurgiyantoro, Burhan Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Purbowati, Dwi agustina Analisis Psikologi Tokoh Utama Novel Tarian Bumi Karya Oka Rusmini dan Pembelajarannya di SMA. Skripsi, tidak diterbitkan: Universitas Muhammadiyah Purworejo, Purworejo. Rahmanto, B Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius. Ratna, Nyoman Kutha Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra: Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

129 118 Roestiyah Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Rineka Cipta. Semiun, Yustinus Teori Kepribadian dan Teori Psikoanalitik Freud. Yogyakarta: Kanisius. Subowo Kajian Psikologi Sastra Novel Tuhan Jangan Tinggalkan Aku karya Pipiet Senja dan Pembelajarannya di Kelas XI SMA. Skripsi, tidak diterbitkan: Universitas Muhammadiyah Purworejo, Purworejo. Sudjana, Nana Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Syah, Muhibbin Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Tirtarahardja, Umar, dan S.L. La Sulo Pengantar Pendidikan. Bandung: Rineka Cipta. Trianto Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Wahyuningtyas, Sri, dan Wijaya Heru Santosa Sastra: Teori dan Implementasi. Surakarta: Yuma Pustaka. Walgito, Bimo Psikologi Sosial (Suatu Pengantar) Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Waluyo, Herman J Pengkajian dan Apresiasi Prosa Fiksi. Surakarta: UNS Press. Winkel, W.S. 2012: Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.

130 LAMPIRAN

131 Lampiran 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu Standar Kompetensi : SMA N 1 Sampang : Bahasa dan Sastra Indonesia : XI (Sebelas) / 1 (satu) : 4 X 45 Menit (2 pertemuan) : 7.1 Memahami wacana sastra melalui membaca novel Indonesia. A. Kompetensi Dasar : Menganalisis unsur-unsur ekstrinsik novel (Novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye) B. Tujuan Pembelajaran : Siswa mampu menganalisis unsur-unsur ekstrinsik novel (Novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye) C. Materi Pembelajaran : Bahan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dapat dilihat dari segi bahasa, segi kematangan jiwa (psikologi), dan segi latar belakang budaya siswa. D. Metode Pembelajaran 1. Inkuiri 2. Masyarakat Belajar 3. Tanya jawab

132 E. Langkah-langkah kegiatan Pembelajaran Pertemuan Pertama 1. Kegiatan Awal a. Salam, berdoa bersama. b. Siswa dan guru bertanya jawab tentang siapa yang pernah membaca novel. Apabila ada, siswa yang bersangkutan diminta untuk menemukakannya isi novel. c. Siswa tersebut diarahkan dengan pertanyaan untuk mengungkapkan unsur ekstrinsik apa saja yang ada dalam novel. d. Guru mengaitkan pelajaran dengan fungsinya dalam kehidupan siswa. e. Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok. 2. Kegiatan Inti a. Guru memfasilitasi siswa mengamati novel secara berkelompok. b. Menggunakan model pembelajaran kontekstual, media pembelajaran, dan sumber belajar lain. c. Melibatkan siswa secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. d. Siswa menyimpulkan isi novel. e. Setiap kelompok mewakilkan satu anggotanya untuk menyajikan hasilnya di depan kelas dan kelompok lain mengomentari. 3. Kegiatan Akhir a. Siswa dan guru melakukan refleksi. b. Siswa mendapatkan tugas untuk membuat ringkasan novel Ngeri Para Bedebah.

133 Pertemuan kedua 1. Kegiatan Awal Siswa dan guru bertanya jawab tentang tugas rumah pembuatan ringkasan novel. 2. Kegiatan inti a. Siswa menyampaikan tugas masing-masing kepada guru. b. Guru memberikan ulasan atas hasil tugas dari siswa. Beberapa hasil yang memuaskan diberi pujian atau penghargaan. c. Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa. 3. Kegiatan Akhir a. Siswa dan guru melakukan refleksi : b. Siswa manjawab soal-soal Kuis Uji Teori untuk mereview unsur-unsur ekstrinsik dalam novel. F. Sumber Belajar a. buku-buku pelajaran yang diwajibkan, buku bacaan, kamus dan ensiklopedia yang relevan; b. media cetak: surat kabar, majalah, bulletin dan sebagainya; c. media elektronik: televisi, radio, LCD, internet, dan sebagainya; d. lingkungan: alam, sosial, budaya, manusia, masyarakat, dan sebagainya. G. Penilaian a. Teknik dan Bentuk b. Tes Tertulis/esai.

134 c. Observasi Kinerja d. Pengukuran Sikap. H. Instrumen/soal a. Daftar pertanyaan Kuis Uji Teori untuk mengukur kemampuan siswa atau konsep-konsep yang telah dipelajari. b. Menganalisis unsur ekstrinsik novel Negeri Para Bedebah berdasarkan aspek kepribadian id, ego, dan superego. Rubrik Penilaian Menganalisis Novel Aspek Yang Dinilai 1. Kelengkapan dan ketepatan isi dengan tujuan analisis 2. Keringkasan penyajian sehingga mudah dibaca/dipahami 3. Kebakuan bahasa dan struktur kalimat 4. Keakuratan data dengan data yang sebenarnya 5. Ketepatan ejaan yang digunakan dalam laporan. Pertanyaan Pemandu Apakah isi jawaban lengkap sesuai dengan tujuan yang ditetapkan? Apakah hasil jawaban dituliskan secara ringkas dan dengan tabel? Apakah menggunakan kata baku dan struktur kalimat yang tepat? Apakah data pada jawaban sesuai dengan data yang sebenarnya? Apakah penggunaan ejaan pada semua tulisan benar? Skor

135 Catatan : 1 = Kurang 3 = Baik 2 = Cukup 4 = Sangat Baik. Nilai = Skor akhir 2 Sampang, Juli 2014 Kepala sekolah Guru Mata Pelajaran Supangat, S.Pd, M.M NIP Siti Fatimah NIP. -

136 LEMBAR KERJA SISWA (LKS) 1. Sebut dan jelaskan unsur-unsur ekstrinsik novel Negeri Para Bedebah! 2. Bagaimanakah perwatakan khususnya dari segi psikologi kepribadian yang dimiliki tokoh utama dalam novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye? 3. Sebutkan nilai-nilai positif yang dapat dijadikan teladan dalam novel tersebut! KUNCI JAWABAN 1. Unsur-unsur ekstrinsik novel Negeri Para Bedebah: a. Unsur psikologi tokoh adalah unsur yang mempengaruhi kejiwaan tokoh utama dalam novel NPB. b. Unsur budaya tokoh adalah unsur budaya yang berkaitan dengan pikiran, akal budi, kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat suatu tempat yang menjadi kebiasaan dan sulit diubah. Di dalam novel NPB, unsur budaya cenderung pada kebudayaan orang barat. c. Unsur sosial masyarakat, sifat yang suka memperhatikan kepentingan umum (menolong, menderma, dan lain-lain). 2. Perwatakan tokoh utama dari segi psikologi kepribadian. Tokoh utama memiliki kepribadian yang memiliki jiwa juang yang tinggi. Ia tidak putus asa mencari kebenaran dan memperjuangkan nasib keluarganya. Hidupnya yang sejak kecil ditinggal orang tuanya, membuatnya tumbuh menjadi pemuda yang hebat dan gagah berani.

137 3. Nilai-nilai positif yang dapat dijadikan teladan dalam novel tersebut antara lain: a. rasa tanggung jawab terhadap keluarga; b. tidak mudah putus asa; c. bekerja keras demi kesuksesan di masa depan; d. belajar hidup mandiri walaupun sudah tidak punya orang tua.

138 Lampiran 2 Data Aspek Kepribadian Tokoh Utama Novel NPB Karya Tere Liye No. Tokoh dan Aspek Kepribadian 1. Thomas a. Id Kutipan Gadis itu lebih cocok menjadi pembawa acara di layar televisi dibandingkan kuli tinta, bergenit ria dengan dandanan dan kalimat, padahal otaknya kosong. Aku tumbuh menjadi petarung hebat. Aku membalas Erik dipertarungan setahun kemudian, bahkan membuat Randy tersungkur tiga bulan lalu Ini lewat tengah malam, Shiong. Bukankah aku tadi berpesan tolak semua telepon ke kamarku! Aku berseru marah. Lihatlah, hanya orang yang menyukaiku yang amat penasaran dengan masa laluku, bukan? Jangan-jangan kau menyukaiku sejak pandangan pertama. Kabar buruk bagimu, aku tidak percaya cinta pada pandangan pertama. Hari itu umurku sepuluh tahun. Hari itu Papa dan Mama terpanggang nyala api. Rumah besar kami dibakar massa. Opa dan Tante Liem, dibantu tetangga yang berbaik hati berhasil melarikan diri. Om Liem yang kembali dari pelabuhan dua hari kemudian hanya termangu melihat puing-puing. Aku yang pulang dari mengantarkan botol susu menangis berteriak-teriak melihat asap mengepul dari kejauhan. Beberapa tetangga mencegahku pulang ke rumah. Masih banyak gerombolan tidak dikenal menunggui rumah. Hari itu keluargaku kehilangan Halaman

139 semuanya. Masih banyak gerombolan tidak dikenal menunggui rumah. Kau pernah bertanya padaku, apakah aku anak muda yang pintar, kaya, punya kekuasaan dengan kepribadian ganda? Penuh paradoks? Kau keliru Julia. Aku adalah anak muda yang dibakar dendam masa lalu. Jiwaku utuh. Seperti berlian yang tidak mudah dipecahkan. Aku selalu menunggu kesempatan ini. 118 Opa tidak mendengar suara Tante? Opa menggeleng, tidak mengerti. Kata Tante, makan siang sudah siap. Aku duluan. Aku sudah lompat berdiri. Sebelum Opa menyadarinya, aku sudah berlari-lari kecil melintasi dermaga. Kakiku yang basah membentuk barisan jejak kaki Opa. 291 b. Ego Baiklah, aku memberikan waktu satu jam selepas konferensi. Lagi-lagi wartawan mereka datang terlambat di gedung konferensi, dan aku sudah menumpang taksi bergegas menuju bandara. Aku melompat, tanganku bergerak cepat hendak memukul Randy, sekalian menguji apakah sarung tinjuku sudah sempurna mencengkeram, Dasar Bedebah! Ternyata kau yang sengaja menghambatku di loket imigrasi. Kau diam! Biarkan aku berpikir sebentar. Aku meremas rambutku., berusaha mencerna banyak hal yang terjadi sejak konferensi di London, klub petarung, dan rumah besar Om Liem

140 Bilang ke polisi di luar, kondisi Tante Liem semakin parah. Aku menarik salah satu perawat itu sebelum keluar dari ruangan. Kalau mereka bertanya detail, jangan dijawab, dan jangan pernah biarkan mereka mendekati pintu kamar ini. Kau mengerti? Jangan biarkan, bahkan sedetikpun, jangan biarkan mereka tahu bahwa Om Liem lah yang terbaring di ranjang atau semua rencanaku akan gagal total. Aku ingin keluar dari sel ini, aku menjawab santai. Dua sipir itu melangkah lebih dekat, mata mereka melotot tajam. Aku akan membayarmu mahal sekali, Bos, aku balas menatap menyeringai. Tetapi aku menggeleng saat Tante mengajakku pulang. Inilah keluarga baruku sekarang. Sekolah berasrama. Aku akan menamatkan sekolah di sini. Melupakan banyak hal. Lebih dari tiga kali seminggu kemudian, Tante bolakbalik ke sekolah, membujukku. Dikunjungan ketiga, dia datang bersama Opa, bibi, semua orang-orang yang kukenal, berusaha membujuk. Jawabanku tetap tidak. c. Superego Aku kembali, Julia. Sejak tadi malam aku memutuskan untuk kembali ke keluarga ini. Aku akan membalaskan setiap butir debu jasad Mama-Papa. Siapa kau sebenarnya Thomas? mereka bertanya amat ramah dengan intonasi seperti sedang menyapa teman karib lama. Aku tetap bungkam Aku mendongak menggigit bibir, masih 185

141 dengan sisa sakit sengatan barusan, menggeleng pelan. Aku konsultan keuangan profesional. Tangan orang itu kembali hendak menghujamkan alat setrumnya. 2. Julia a. Id Aku terpejam. Aku harus berpikir cepat dalam situasi genting. Meskipun Bank Semesta ditalangi pemerintah, kasus hukum yang membelit Om Liem tetap bertumpuk tinggi. Dia tidak bisa lari terus-menerus. Aku tahu, sejahat-jahatnya Om Liem, dia selalu bertanggung jawab atas semua keputusan bisnisnya. Aku berseru, refleks hendak menahan tubuh Opa sudah lebih dulu jatuh bersama pelampung. Tutup mulutmu Tommi, Julia melotot, berseru kesal. Aku tertawa lagi. Aku benar, kau semakin cantik jika sedang marah. Julia hampir saja melepas sepatunya, melemparkannya padaku. Astaga Thom, tentu saja kau tidak seperti pacarku itu. Aku tahu kau meneleponku hanya untuk memastikan jadwal yang kau minta, tidak lebih, tidak kurang. Sejak dari London aku sudah tahu, kau jelas bukan lelaki yang romantis. Kalaupun ada jejak romantisme dalam potongan yang amat kecil di kepalamu, segera kau membuangnya jauh-jauh. Wajah Julia terlihat merah padam, berbisik ketus. Kau memang lelaki pembalas, Thomas. Dan stafmu tadi juga mewarisi sikap buruk itu b. Ego Maaf wawancara ini sudah berkali-kali ditunda. Kami sudah berusaha menyesuaikan jadwal. Tapi begitulah, tidak mudah mengejar kesibukan Anda. 9

142 Dia sedikit percaya diri tampaknya. Senyumnya lebih baik. Bergegas, Thom. Kita bisa kabur dari polisi dalam situasi seperti ini. Julia sudah mengambil sebagian dokumen dalam boks, berlari dalam keramaian menuju tangga darurat 101 c. superego Kemana tujuan kita, Thom? Julia bertanya, antusias menyalip lagi deretan mobil. Dia bahkan berani mengambil marka jalan sebelah kiri, membuat pejalan kaki berteriak mengacungkan tinju. Stafmu tadi bilang apa? Julia bertanya saat kami melangkah menuju pintu ruangan menteri, sambil merapikan pakaiannya. Dia bilang kau Nenek Lampir. Aku sengaja menjawab lurus. Apa? Dahi Julia terlipat. Tetapi ternyata Julia berlari kecil meraih lenganku. Aku menoleh. Aku akan membantumu, Thom. Gadis itu mengangguk mantap. Gerimis membungkus kota. Bulir hujan sejauh mata memandang bagai Kristal di muramnya senja. Julia berbaik hati turun lebih dulu, memberikan payung untuk Opa Tidak usah dibantu Julia. Aku bisa 145 berdiri sendiri. Maggie menolak halus. Kau yakin?. Suara Julia terdengar rasarasanya seperti menganggap Maggie saudara kembarnya saja sejak kejadian di lift. 3. Opa Opa adalah kolektor mobil yang baik, 75

143 a. Id meski tampilannya bersahaja. Koleksinya tidak banyak, tapi berkelas. Opa paling suka mobil Eropa. Salah satu koleksinya adalah seri merek mobil yang memenangkan Grand Prix Monaco untuk pertama kali. Kejadian menyakitkan selalu mendidik kita menjadi lebih arif. Kau dengan kematian papa dan mamamu. Dan Opa, waktu Opa masih muda dulu, menumpang kapal kayu bocor itu, mengungsi dari perang saudara, banyak kebijaksanaan hidup yang Opa pelajari. Kau hendak pergi kemana lagi, Tommi? Tidak bisakah kau makan siang bersama sebentar? Kadek sedang memasak bebek panggang lezat, Opa menyela, selalu suka acara makan bersama b.ego Opa menoleh menatapku bingung. Kau sepertinya tidak sepenasaran dua tahun lalu, Tommi? Bukankah dulu kau mendesak ingin tahu? Opa terlihat kecewa. Kau sungguh tidak ingin tahu lagi, Tommi? Padahal Opa sudah sengaja benar membuat variasi ini agar kau tidak bosan mendengar masa lalu Opa yang itu-itu saja. Usia dua puluh dua tahun, satu minggu sebelum keberangkatanku kuliah di di sekolah bisnis, Opa memintaku menemaninya pergi ke Pelabuhan Sunda Kelapa. Ini kapalmu, Tommi. Opa terkekeh saat melihatku bingung. Aku menoleh, bolak-balik ke wajah Opa dan ke kapal besar yang merapat anggun di dermaga. Orang ini akan memilih meloncat, Tommi, Opa tersenyum lelah, tertawa ganjil. Kau pastilah tahu, Opa lebih baik

144 c. Superego 4. Om Liem a. Id memilih mati dibunuh penjajah, dimakan hewan buas lautan, atau karam sekalipun dibanding sesuatu itu, kau tahu bukan? Opa mengedipkan mata. Opa yang sejak tadi mendengarkan, meletakkan klarinet, akhirnya berkata, cukup Liem. Dewa bumi memberikan rezeki berkelimpahan untuk keluarga kita. Saat terkatung-katung di kapal bocor empat puluh tahun silam, aku tidak pernah membayangkan akan memiliki keluarga sebaik ini. Ayolah Tommi,setidaknya kau menghabiskan semangkuk sup kaki sapi yang lezat ini dulu. Sudah lama kita tidak makan bersama. Opa tersenyum. Sepanjang hari kau juga belum makan. Datanglah, Nak. Temui Tantemu. Sebelum jatuh pingsan, dia berkali-kali menanyakanmu, menatap pigura foto saat kau masih kecil dan bersama keluarga besar kita. Enam tahun menguasai bank itu, Om Liem terlalu ambisius, tidak hati-hati, menggampangkan banyak hal, dan melanggar begitu banyak regulasi demi pertumbuhan bisnisnya. Kenapa kau tidak tidur di kamar, hah? Bukankah Kadek sudah menyiapkan kamar? Om Liem tidak mau, Pak Thom. Sejak tadi dia duduk-duduk saja di ruang tengah, hingga ketiduran, Kadek yang menjawab lebih dulu. Sama saja, Tommi. Di kamar aku tidak bisa tidur nyenyak, ada banyak yang melintas di kepala orang tua ini. Lebih baik tidur di sini, di ruangan yang luas, Om Liem menjawab pelan

145 b. Ego Saat itu, Papa Edward dan Om Liem dengan yakinnya bilang ke Opa, kalau hanya menjual bungkusan sekilo-dua kilo tepung terigu, sampai negeri ini mendaratkan pesawat ke bulan, toko ini hanya begini-begini saja. Kami sudah belajar banyak. Sudah tahu banyak. Biarkan kami mengembangkannya. 77 c.superego Om Liem tetap memilih cara baru, meski empat suara jelas-jelas menentangnya. Aku tidak tahu benar apa nama cara baru itu. Koperasi bukan, bank bukan, simpan-pinjam jauh, utang-piutang apalagi. Tapi soal ide bisnis canggih, Om Liem nomor satu. Tahun 80-an, saat bank masih hitungan jari, saat akses modal terbesar Om memasang papan besar bertuliskan: Arisan Berantai Liem-Edward di depan gerbang rumah kami Aku masuk penjara selama enam bulan. Bukan masuk penjaranya yang membuatku berkecil hati, melainkan saat aku dipenjara, papa dan mamanya Thomas meninggal. Sejak hari itu, Thomas membenciku. Om Liem mengerti maksud percakapan kami menghela napas perlahan. Dia bijak, memutuskan untuk tidak ikut berkomentar, khawatir aku akan menyuruhnya tutup mulut

146 Lampiran 3 SINOPSIS NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH Novel ini dimulai dengan sebuah wawancara dari wartawan majalah mingguan terbesar di Asia Tenggara (Julia) kepada Thomas (Tommi) yang berprofesi sebagai konsultan keuangan terkemuka bahkan menjadi pembicara di sebuah konferensi internasional di London. Ketika satu kota dipenuhi orang miskin, kejahatan yang terjadi hanya level rendah, perampokan, mabuk-mabukan, atau tawuran. Kaum proletar seperti ini mudah diatasi, tidak sistematis dan jelas tidak memiliki visi-misi, tinggal digertak, beres. Bayangkan ketika kota dipenuhi orang yang terlalu kaya, dan terus rakus menelan sumber daya di sekitarnya. Mereka sistematis, bisa membayar siapa saja untuk menjadi kepanjangan tangan, tidak takut dengan apapun. Sungguh tidak ada yang bisa menghentikan mereka selain sistem itu sendiri yang merusak mereka. Tidak bisa dipungkiri bahwa krisis ekonomi global telah membuat perekonomian Indonesia fluktuaktif terutama berpengaruh terhadap bank, lembaga keuangan, dan bursa. Namun, karena fundamental ekonomi Indonesia yang berbeda dengan perekonomian dunia membuat Indonesia bisa bertahan dari krisis walau ada salah satu bank yang terkena dampak krisis ekonomi global yakni Bank Semesta yang dipimpin oleh Om Liem. Bank Semesta kalah kliring Lima Milyar. Padahal hanya lima Milyar namun hal ini sudah membuat rush dan dampak sistemis bagi perbankan di Indonesia. Di sisi lain, tak banyak pihak yang

147 bisa menolong bahkan partner bisnis Om Liem selama ini yakni Tuan Shinpei pun tidak bisa membantu. Bahkan para penguasa dan orang-orang yang berkepentingan atas kekuasaan serta uang sibuk mengais keuntungan di tengah situasi kacau balau dengan melakukan rekayasa-rekayasa. Novel ini juga dipenuhi dengan flashback yang mengisahkan asal muasal bisnis keluarga Om Liem. Cikal bakal bisnis Om Liem dimulai dari toko tepung terigu Opa. Lalu Om Liem yang cerdik mempunyai ide membuat arisan berantai untuk memperbesar modalnya dengan berhutang kepada pihak-pihak yang ingin berinvestasi. Om Liem menjanjikan pengembalian uang tersebut dengan ditambah bunga. Bisnis Om Liem dan Papa Edward (ayah Thomas) berkembang dengan pesat. Mereka bisa membeli kapal-kapal dan mengimpor barang-barang dagang untuk dijual. Om Liem dan Papa Edward berpartner dengan Tuan Shinpei dalam bisnisnya. Bisnis yang pesat itu pun hancur dalam sekejap. Terlalu banyak sabotase mulai dari muatan kapal yang terbakar, kapal berisi muatan barang dagang yang tenggelam, barang dagang yang diimpor terdapat ganja selundupan, dokumendokumen yang tidak lengkap sehingga barang yang diimpor tak bisa masuk ke wilayah Indonesia, dsb. Hal tersebut membuat limbung bisnis Om Liem dan Papa Edward. Investor meminta uangnya dikembalikan. Mereka berdemo di depan rumah Opa sekaligus rumah Om Liem dan Papa Edward. Lalu datanglah Wusdi (polisi) dan Tunga (jaksa) yang dibayar untuk mengamankan situasi. Wusdi dan Tunga berjanji akan mengurus semua dokumen-dokumen penting dan akan menjual aset untuk membayar hutang kepada investor. Saksikanlah, mereka

148 berkhianat! Dengan tawa licik mereka puas telah menguasai dokumen-dokumen penting tsb dan tentu saja tidak akan memenuhi janjinya kepada Opa dan Papa Edward. Wusdi dan Tunga menyuruh para preman yang telah ikut berbaur berdemo dengan para investor arisan berantai untuk segera melakukan provokasi. Tinggal menunggu waktu, mereka membakar apa saja. Tak terkecuali rumah itu. Papa Edward beserta istrinya tidak bisa melarikan diri dan terbakar. Sementara itu, Opa dan Tante Liem bisa melarikan diri dan selamat. Thomas masih berumur 10 tahun. Thomas sangat senang jika disuruh lalu mendapatkan hadiah. Hari yang nahas itu, Thomas mengantarkan botol-botol susu kepada warga sekitar rumahnya. Keluarga Thomas memang terkenal dermawan dan banyak membuka lapangan pekerjaaan bagi warga sekitar seiring dengan berkembangnya bisnis keluarga tersebut. Setelah semua botol habis, Thomas pulang ke rumah dan mendapati rumahnya tinggal puing dan asap menghitam. Thomas kecil menangis terduduk. Tidak tahu keluarganya sekarang ada dimana. Warga sekitar yang baik hati membantunya menyiapkan kepindahannya dengan bergotong royong supaya Thomas bisa melupakan kejadian memilukan itu. Mulailah Thomas hidup di asrama, belajar apa saja. Petugas asrama menghapus nama keluarganya demi keamanan. Beberapa bulan kemudian Opa dan Tante Liem datang berkunjung untuk membujuk supaya Thomas pulang. Namun Thomas bersikukuh tak mau kembali. Thomas membenci Om Liem. Tanpa sikap serakah dan keras kepala Om Liem, mungkin tak akan pernah ada kejadian memilukan ini.

149 Di samping itu, Om Liem tak kenal kata menyerah. Akhirnya Om Liem mengakuisisi Bank Semesta 6 tahun lalu. Om Liem juga memiliki tangan kanan yang sangat bisa dipercaya sekaligus Direktur Bank Semesta yakni Ram. Ram adalah anak yatim piatu yang dibesarkan di keluarga Om Liem, disekolahkan, dan akhirnya mengabdi kepada Om Liem, mengingat Om Liem hanya memiliki anak perempuan. Bank Semesta tak kuasa menghadapi krisis ekonomi global, limbung dan tinggal menunggu waktu untuk ditutup. Sebenarnya sudah sejak lama seharusnya bank ini harus ditutup karena bank ini banyak melanggar prinsip kehati-hatian dan kepatuhan perbankan. Dalam situasi genting, Ram menghubungi Thomas dan mengabarkan kalau rumah Om Liem di perumahan elit Jakarta, dikepung oleh polisi. Namun, Om Liem belum ditangkap karena kesehatan Tante Liem memburuk. Sebenarnya Thomas sangat membenci Om Liem dan tak pernah bertemu dengan Om Liem semenjak kejadian memilukan itu. Akhirnya Thomas pun datang dan merencanakan sebuah strategi untuk melarikan Om Liem dengan menempatkan seolah-olah yang ada di ranjang darurat adalah Tante Liem dan segera buru-buru menaikkannya ke ambulans. Thomas dan Om Liem berhasil melarikan diri ke rumah Opa di dekat Waduk Jatiluhur setelah mengelabui barikade kepolisian. Berikutnya Thomas kembali ke Jakarta untuk menyelamatkan Bank Semesta dengan mengundang para wartawan demi membuat opini publik bahwa Bank Semesta berdampak sistemis dan akan ditutup oleh pemerintah. Hal ini dilakukan untuk mengalihkan media mengenai dimana keberadaan Om Liem, pemilik Bank Semesta itu.

150 Saat Thomas sedang membaca data-data penting mengenai Bank Semesta yang disiapkan oleh Maggie. Polisi datang. Saat itu Julia juga datang karena ingin membalaskan sakit hatinya karena Thomas merendahkannya di jumpa pers terbatas. Akhirnya setelah Julia memencet alarm kebakaran untuk mengelabui polisi, mereka berdua melarikan diri menuju Waduk Jatiluhur. Nahas, mobil ambulans yang digunakan untuk membawa kabur Om Liem kemarin dilengkapi dengan GPS tracking sehingga bisa dibuntuti oleh polisi. Hampir saja mereka tertangkap. Berkat Rudi, polisi dengan reputasi baik yang tadi mengepung dan kaget ternyata buron yang harus ditangkap adalah sahabatnya di Klub petarung, mereka selamat dan melarikan diri kembali karena bos Rudi, X2, akan segera menuju TKP. Otaknya yang brilian berhasil menyusun sebuah rencana besar untuk menyelamatkan Bank Semesta. Pada saat itu, mulailah petualangan Thomas dalam melarikan serta mencari persembunyian bagi Om Liem. Dengan mengerahkan seluruh potensi dan kemampuan dirinya, ia hanya punya waktu 48 jam untuk menyelesaikan semua dan membuktikan bahwa Om nya tidak bersalah.

151 Lampiran 4 Biografi Tere Liye Tere Liye lahir dan tumbuh dewasa di pedalaman Sumatera. Ia lahir pada tanggal 21 Mei Tere Liye menikah dengan Ny. Riski Amelia dan dikarunia seorang putra bernama Abdullah Pasai. Ia berasal dari keluarga sederhana yang orang tuanya berprofesi sebagai petani biasa. Anak ke enam dari tujuh bersaudara ini sampai saat ini telah menghasilkan 14 karya. Bahkan beberapa di antaranya telah diangkat ke layar lebar. Tere Liye meyelesaikan masa pendidikan dasar sampai SMP di SDN2 dan SMN 2 Kikim Timur, Sumatera Selatan. Kemudian melanjutkan ke SMUN 9 Bandar Lampung. Setelah selesai di Bandar Lampung, ia meneruskan ke Universitas Indonesia dengan mengambil Fakultas Ekonomi. Namun kecintaan pada menulis membuatnya menghasilkan karya-karya best seller. Berikut saya tulis karya Tere Liye, semoga bisa menjadi bahan referensi: 1. Negeri Para Bedebah 2. Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin 3. Pukat 4. Burlian 5. Hafalan Shalat Delisa

ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Siti Fatimah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Aji Budi Santosa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3). Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif, hasil kreasi pengarang. Ide

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL TEATRIKAL HATI KARYA RANTAU ANGGUN DAN BINTA ALMAMBA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL TEATRIKAL HATI KARYA RANTAU ANGGUN DAN BINTA ALMAMBA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL TEATRIKAL HATI KARYA RANTAU ANGGUN DAN BINTA ALMAMBA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Enik Kuswanti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pada bab I ini, peneliti mengungkapkan mengenai: (a) latar belakang masalah, (b) rumusan masalah, (c) tujuan penelitian, dan (d) manfaat penelitian. A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan proses kreatif seorang pengarang melalui daya imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini dapat berupa

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2008:725) Konsep merupakan (1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan suatu keadaan yang mendorong atau merangsang seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan interaksi antara sesama pengguna bahasa. Penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan interaksi antara sesama pengguna bahasa. Penggunaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan interaksi antara sesama pengguna bahasa. Penggunaan bahasa didasarkan pada alat komunikasi dalam kehidupan bermasyarakat yang berupa bunyi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan

BAB I PENDAHULUAN. Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan kejiwaan itu terjadi karena tidak terkendalinya emosi dan perasaan dalam diri. Tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif manusia dalam kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra seni kreatif menggunakan

Lebih terperinci

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH LASI NOVEL BEKISAR MERAH KARYA AHMAD TOHARI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH LASI NOVEL BEKISAR MERAH KARYA AHMAD TOHARI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH LASI NOVEL BEKISAR MERAH KARYA AHMAD TOHARI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Indayani Pendidikan Bahasa dan Sastra Indoneisa Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra (sansekerta/shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta sastra, yang berarti teks yang mengandung instruksi atau pedoman, dari kata dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil karya manusia yang mengekspresikan pikiran, gagasan, pemahaman, dan tanggapan perasaan penciptanya tentang hakikat kehidupan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah fenomena kemanusiaan yang kompleks, ibarat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah fenomena kemanusiaan yang kompleks, ibarat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah fenomena kemanusiaan yang kompleks, ibarat memasuki hutan makin ke dalam makin lebat dan belantara, ada peristiwa suka dan duka, dan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009:

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan imajinasi. Karya sastra merupakan cerminan pemikiran, perasaan, kepribadian, dan pengalaman hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan seni dan karya yang sangat berhubungan erat dengan ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka karya sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, yang berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik suasana pikir maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya sebuah karya sastra tentu tidak akan terlepas dari kehidupan pengarang baik karya sastra yang berbentuk novel, cerpen, drama, maupun puisi. Latar belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan tekanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia memiliki banyak realita yang mempengaruhi kehidupan itu sendiri. Peristiwa atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan tekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situ, acap kali sebuah novel merupakan hasil endapan pengalaman pengarang. yang sarat dengan perenungan akan kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. situ, acap kali sebuah novel merupakan hasil endapan pengalaman pengarang. yang sarat dengan perenungan akan kehidupan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Novel sebagai sebuah entitas karya sastra berusaha mengisahkan sesuatu melalui tokoh-tokoh rekaan yang ada dalam sebuah cerita. Tidak hanya sampai di situ,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai seni kreatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan seni yang bermediumkan bahasa dan dalam proses terciptanya melalui intensif, selektif, dan subjektif. Penciptaan suatu karya sastra bermula

Lebih terperinci

NALISIS PSIKOLOGI BAWAH SADAR NOVEL SURAT DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NALISIS PSIKOLOGI BAWAH SADAR NOVEL SURAT DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NALISIS PSIKOLOGI BAWAH SADAR NOVEL SURAT DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Ahmad Hamid Pendidikan Bahasa dan Sastra Indoneisa Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, suatu metode analisis dengan penguraian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berjalannya waktu karya sastra di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal tersebut dibuktikan dari banyaknya karya sastra yang mucul dalam kalangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA PADA NOVEL MUSYAHID CINTA KARYA AGUK IRAWAN MN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA PADA NOVEL MUSYAHID CINTA KARYA AGUK IRAWAN MN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA PADA NOVEL MUSYAHID CINTA KARYA AGUK IRAWAN MN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Novi Dwi Setianis Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah ungkapan jiwa.sastra merupakan wakil jiwa melalui bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu karya yang lahir dari hasil perenungan pengarang terhadap realitas yang ada di masyarakat. Karya sastra dibentuk

Lebih terperinci

TUGAS MENGULAS NOVEL

TUGAS MENGULAS NOVEL TUGAS MENGULAS NOVEL Disusun oleh : Nama : Naily Malichah No Absen : 16 Kelas Mapel : 8D : Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Salaman Tahun Pelajaran 2014/2015 Ulasan Novel Amelia 1. Identitas Novel a. Judul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991: 11) seperti halnya budaya, sejarah dan kebudayaan sastra yang merupakan bagian dari ilmu humaniora.

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Umi Fatonah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah cerita fiksi atau rekaan yang dihasilkan lewat proses kreatif dan imajinasi pengarang. Tetapi, dalam proses kreatif penciptaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan bagian dari kehidupan manusia, yang berkaitan dengan memperjuangkan kepentingan hidup manusia. Sastra merupakan media bagi manusia untuk berkekspresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan karya imajinatif seseorang yang merupakan hasil pikiran dari pengarang untuk menghasilkan karya sastra tersebut. Perkembangan sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur.

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra sebagai hasil karya seni kreasi manusia tidak akan pernah lepas dari bahasa yang merupakan media utama dalam karya sastra. Sastra dan manusia sangat erat kaitannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan karya sastra di Indonesia saat ini cukup pesat. Terbukti dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan drama. Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra menurut Wellek dan Warren adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni (2013: 3). Hal tersebut dikuatkan dengan pendapat Semi bahwa sastra adalah suatu bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat kaitannya karena pada dasarnya keberadaan sastra sering bermula dari persoalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra adalah bentuk seni yang diungkapkan oleh pikiran dan perasaan manusia dengan keindahan bahasa, keaslian gagasan, dan kedalaman pesan (Najid, 2003:7). Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang selain dikenal sebagai negara maju dalam bidang industri di Asia, Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra prosa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa tulisan yaitu novel yang menceritakan tentang kehidupan tokohtokoh

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa tulisan yaitu novel yang menceritakan tentang kehidupan tokohtokoh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan suatu ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman. Ungkapan-ungkapan tersebut di dalam sastra dapat berwujud lisan maupun tulisan. Tulisan adalah

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran mental dari objek atau apapun

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran mental dari objek atau apapun BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Konsep adalah rancangan atau buram surat; ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan mengekspresikan gagasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai titik tolak, dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang diekspresikan dalam wujud media tulis. Untuk itu, karya sastra dihasilkan melalui imajinasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat E. Kosasih ( 2012: 2)

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat E. Kosasih ( 2012: 2) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra yang lahir di tengah-tengah masyarakat merupakan hasil imajinasi atau ungkapan jiwa sastrawan, baik tentang kehidupan, peristiwa, maupun pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Seorang pengarang bebas untuk mengeksplorasi pikiran, perasaan, dan imajinasinya untuk dituangkan dalam sebuah karya sastra. Karya sastra lahir karena adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegigihan adalah semangat pantang menyerah yang harus dimiliki untuk mencapai kesuksesan. Setiap manusia harus dapat membiasakan diri melihat setiap masalah yang muncul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di sekitarnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Untoro (2010: 217), cerpen adalah karangan pendek. novel, cerpen tidak dapat menjelaskan secara rinci unsur-unsur pembangun

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Untoro (2010: 217), cerpen adalah karangan pendek. novel, cerpen tidak dapat menjelaskan secara rinci unsur-unsur pembangun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Cerpen atau cerita pendek termasuk salah satu karya sastra fiksi yang berbentuk prosa naratif. Menurut Untoro (2010: 217), cerpen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan membaca karya sastra pembaca atau masyarakat umum dapat mengetahui kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra memberikan pelajaran penting bagi kehidupan manusia. Dalam karya terdapat pesan-pesan sosial, moral, dan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra memberikan pelajaran penting bagi kehidupan manusia. Dalam karya terdapat pesan-pesan sosial, moral, dan spiritual BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra memberikan pelajaran penting bagi kehidupan manusia. Dalam karya terdapat pesan-pesan sosial, moral, dan spiritual dapat dijadikan pedoman hidup. Karya

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Penokohan merupakan satu bagian penting dalam membangun sebuah cerita. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra selalu muncul dari zaman ke zaman di kalangan masyarakat. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Karya satra merupakan hasil dokumentasi sosial budaya di setiap daerah. Hal ini berdasarkan sebuah pandangan bahwa karya sastra mencatat kenyataan sosial budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna

BAB I PENDAHULUAN. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam kebudayaannya. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkrit yang membangkitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos.

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos. 7 BAB II LANDASAN TEORI E. Pengertian Psikologi Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos. Psyche artinya jiwa dan logos berarti ilmu. Dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan ide, gagasan, pendapat serta perasaan kepada orang lain. Sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat, bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari daya imajinasi pengarang yang dituangkan dalam sebuah wadah. Sastra sendiri adalah bentuk rekaman dari bahasa yang akan disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, manusia dapat menghasilkan karya berupa produk intelektual (seperti puisi atau

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, manusia dapat menghasilkan karya berupa produk intelektual (seperti puisi atau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh manusia. Pada konteks yang berbeda, manusia dapat menghasilkan karya berupa produk intelektual (seperti puisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan jabaran dari kehidupan yang terjadi di muka bumi ini. Sastra merupakan salah satu seni yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran, perasaan, ide dalam bentuk gambaran kongkrit yang menggunakan alat

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran, perasaan, ide dalam bentuk gambaran kongkrit yang menggunakan alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah sebuah usaha untuk merekam isi jiwa sastrawannya yang berupa ungkapan pribadi manusia yang terdiri dari dari pengalaman, pemikiran, perasaan, ide

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV, maka simpulan hasil penelitian sebagai berikut: Pengkajian perwatakan novel Di Kaki Bukit Cibalak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah, BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian mengenai karakterisasi dalam novel

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini.

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini. BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini. 2.1.1 Novel Novel adalah jenis prosa yang mengandung unsur tokoh, alur,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KARAKTER TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DI UJUNG JALAN SUNYI KARYA MIRA WIJAYA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA KELAS XI

IDENTIFIKASI KARAKTER TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DI UJUNG JALAN SUNYI KARYA MIRA WIJAYA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA KELAS XI IDENTIFIKASI KARAKTER TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DI UJUNG JALAN SUNYI KARYA MIRA WIJAYA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA KELAS XI Oleh: Ariyadi Kusuma Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan refleksinya. Penyajiannya disusun secara menarik dan terstruktur dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan refleksinya. Penyajiannya disusun secara menarik dan terstruktur dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu bentuk kontemplasi dan refleksi pengarang terhadap keadaan di luar dirinya, misalnya lingkungan atau masyarakat. Hal ini sejalan dengan

Lebih terperinci

NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA)

NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA) NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA) SKRIPSI Oleh: UMI LAELY LUTFIANA K1209069 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang. memiliki unsur-unsur seperti pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide,

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang. memiliki unsur-unsur seperti pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang dituangkan dalam bahasa. Kegiatan sastra merupakan suatu kegiatan yang memiliki unsur-unsur seperti pikiran,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang memuaskan sehingga banyak sastrawan yang mencoba membuat batasan-batasan

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang memuaskan sehingga banyak sastrawan yang mencoba membuat batasan-batasan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Kesusastraan Pertanyaan mengenai apa itu sastra selama ini belum juga mendapatkan jawaban yang memuaskan sehingga banyak sastrawan yang mencoba membuat batasan-batasan mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan berdasarkan imajinasi dan berlandaskan pada bahasa yang digunakan untuk memperoleh efek makna tertentu guna mencapai efek estetik. Sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pengalaman dan gambaran dalam bermasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pengalaman dan gambaran dalam bermasyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan cerminan keadaan sosial masyarakat yang dialami pengarang, yang diungkapkan kembali melalui perasaannya ke dalam sebuah tulisan. Dalam tulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bebas mengungkapkan semua ide dan ktreatifitasnya agar pembaca dapat menangkap

BAB I PENDAHULUAN. yang bebas mengungkapkan semua ide dan ktreatifitasnya agar pembaca dapat menangkap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sastra adalah sebuah media bagi pengarang untuk menuangkan ide kreatif dan imajinasinya. Dalam menciptakan sebuah karya kreatif, seorang pengarang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengkajian terhadap karya sastra berarti penelaahan, penyelidikan, atau

BAB I PENDAHULUAN. Pengkajian terhadap karya sastra berarti penelaahan, penyelidikan, atau BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pengkajian terhadap karya sastra berarti penelaahan, penyelidikan, atau mengkaji, menelaah, menyelidiki karya sastra tersebut. Untuk melakukan pengkajian terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkenal adalah Senseijutsu Satsujin Jiken. Novel ini berhasil menjadi finalis dalam

BAB I PENDAHULUAN. terkenal adalah Senseijutsu Satsujin Jiken. Novel ini berhasil menjadi finalis dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Soji Shimada adalah novelis besar Jepang yang telah banyak menghasilkan karya sastra bermutu tinggi dan dihargai oleh masyarakat penikmat sastra dunia. Soji Shimada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, Jabrohim, dkk. (2003:4) menjelaskan yaitu, Bahasa memang media

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, Jabrohim, dkk. (2003:4) menjelaskan yaitu, Bahasa memang media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah sebuah kreasi yang indah, baik lisan maupun tulisan yang memiliki peran penting dalam menciptakan karya sastra dengan hakikat kreatif dan imajinatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan jiwa. Aristoteles menyatakan bahwa jiwa merupakan unsur

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan jiwa. Aristoteles menyatakan bahwa jiwa merupakan unsur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra sebagai salah satu media untuk mengungkapkan perasaan manusia yang berbentuk lisan maupun tulisan. Hidup manusia tidak terlepas dari perasaan dan jiwa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai mediumnya (Semi, 1993:8). Novel dan cerita pendek (disingkat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai mediumnya (Semi, 1993:8). Novel dan cerita pendek (disingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi, 1993:8).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan struktur dunia rekaan, artinya realitas dalam karya sastra adalah realitas rekaan yang tidak sama dengan realitas dunia nyata. Karya sastra itu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Sastra 1 merupakan curahan hati manusia berupa pengalaman atau pikiran tentang suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu perwujudan dari seni dengan menggunakan lisan maupun tulisan sebagai medianya. Keberadaan sastra, baik sastra tulis maupun bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sastra adalah karya sastra. Hal yang dilakukan manusia biasanya dikenal

BAB I PENDAHULUAN. dari sastra adalah karya sastra. Hal yang dilakukan manusia biasanya dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra sebagai karya lisan atau tulisan yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinalan, keartistikan, keindahan dalam isi, dan ungkapannya (Panuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur (litera=huruf atau karya tulis). Dalam bahasa Indonesia karya sastra berasal dari bahasa sansakerta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan yang terjadi di masyarakat ataupun kehidupan seseorang. Karya sastra merupakan hasil kreasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci