BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Shinta Kartawijaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Hardiness II.1.1. Pengertian Hardiness Menurut Bartone (dalam Ingranurindani, 2008) mengatakan bahwa hardiness merupakan kepribadian yang menjadi dasar atau disposisi individu yang memiliki resiliensi yang baik, oleh karena itu Bartone menggunakan istilah dispositional resiliency untuk menggambarkan hardiness. Papalia (2004) mengatakan bahwa resiliensi adalah kemampuan untuk tetap berperan secara maksimal dalam keadaan yang buruk, mampu menghadapi tantangan, dan dalam hal ini individu memiliki kemampuan untuk kembali bangkit dari pengalaman buruk yang dialami. Kebangkitan dari individu dari keterpurukannya, membuat individu lebih kuat dalam proses menghadapi peristiwa yang berat (Henderson, dalam Ingranurindani, 2008). Mc.Cubbi (dalam Smet, 1994) mengungkapkan bahwa hardiness merupakan kekuatan dasar individu untuk menemukan kapasitas dalam menghadap tekanan. Menurut Sheridan dan Radmacher (dalam Smet, 1994) hardiness merupakan kepercayan bahwa seseorang akan survive dan mampu tumbuh, belajar dan menghadapi tantangan. Sementara Quick (1997) menyatakan hardiness sebagai konstruksi kepribadian yang merefleksikan sebuah orientasi yang lebih optimistis terhadap hal-hal yang menyebabkan stres. Kobasa (1979) menjelaskan hardiness sebagai variabel kepribadian individu yang berkembang
2 14 sejak dini, dan relatif stabil sepanjang waktu, serta berfungsi sebagai sumber kekuatan bagi individu untuk mampu bertahan dalam kondisi yang kurang menyenangkan dalam hidupnya. Menurut Kobasa (2002), individu dengan hardiness yang tinggi menggunakan transformational coping dalam menghadapi situasi yang penuh tekanan, yakni dengan mengubah pola pikir dan tingkah laku mereka. Tujuannya untuk menyelesaikan masalah dengan merestruksi kembali pikiran mereka ke pemikiran yang positif, memperluas perspektif, mencoba untuk memahami peristiwa tersebut sebaik mungkin, menentukan tindakan apa yang akan diambil, dan mencari dukungan emosional. Sedangkan, individu dengan hardiness yang rendah, cenderung menggunakan regressive coping, seperti menghindari atau mengabaikan pola pikir dan perilaku mereka terhadap peristiwa yang membuat stres. Hardiness yang dimiliki oleh individu tidak terlepas dari kepribadian. Kepribadian adalah perilaku yang dimiliki oleh individu yang bersifat dinamis yang menentukan tingkah laku, pemikiran, dan tindakan seseorang. Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa hardiness pada penelitian ini merupakan variabel kepribadian yang membuat individu menjadi lebih kuat, survive, dan optimis dalam menghadapi stres akibat meletusnya Gunung Sinabung.
3 15 II.1.2 Aspek Hardiness Menurut Kobasa (1979) menjelaskan adanya tiga aspek hardiness. Ketiga aspek itu adalah : a. Kontrol Kontrol adalah keyakinan individu bahwa dirinya dapat mempengaruhi peristiwa-peristiwa yang terjadi atas dirinya, Kobasa dan Maddi (2005). Aspek ini berisi keyakinan bahwa individu dapat memengaruhi atau mengendalikan apa saja yang terjadi dalam hidupnya. Individu percaya bahwa dirinya dapat menentukan terjadinya sesuatu dalam hidupnya, sehingga tidak mudah menyerah ketika sedang berada dalam keadaan tertekan. Individu dengan hardiness yang tinggi memiliki pandangan bahwa semua kejadian dalam lingkungan dapat ditangani oleh dirinya sendiri dan ia bertanggung jawab terhadap apa yang harus dilakukan sebagai respon terhadap stres. b. Komitmen Komitmen adalah kecenderungan untuk melibatkan diri dalam aktivitas yang sedang dihadapi, Kobasa dan Maddi (2005). Aspek ini berisi keyakinan bahwa hidup itu bemakna dan memiliki tujuan. Individu juga berkeyakinan teguh pada dirinya sendiri walau apapun yang akan terjadi. Individu dengan hardiness yang tinggi percaya akan nilai-nilai kebenaran, kepentingan dan nilai-nilai yang menarik tentang siapakah dirinya dan apa yang mampu ia lakukan. Selain itu, individu dengan hardiness yang tinggi juga percaya bahwa perubahan akan membantu
4 16 dirinya berkernbang dan mendapatkan kebijaksanaan serta belajar banyak dari pengalaman yang telah didapat. c. Tantangan Tantangan adalah kecenderungan untuk memandang suatu perubahan yang terjadi sebagai kesempatan untuk mengembangkan diri, bukan sebagai ancarnan terhadap rasa amannya, Kobasa dan Maddi (2005). Aspek ini berupa pengertian bahwa hal-hal yang sulit dilakukan atau diwujudkan adalah sesuatu yang umum terjadi dalam kehidupan, yang pada akhirnya akan datang kesempatan untuk melakukan dan mewujudkan hal tersebut. Berdasarkan uraian diatas dapat simpulkan bahwa aspek dari hardiness adalah kontrol, komitmen, dan tantangan. Individu yang hardiness memiliki keyakinan untuk dapat mengendalikan kejadian kejadian hidupnya dengan keterlibatannya dalam pekerjaan maupun orang orang didalam hidupnya (komitmen), kemampuan untuk mengendalikan dirinya (kontrol), serta keyakinan untuk memandang bahwa kejadian yang terjadi dalam hidup sebagai perubahan untuk mengembangkan diri menjadi lebih positif (tantangan). II.1.3 Fungsi Hardiness Menurut Florian (dalam Heriyanto, 2011) fungsi hardiness adalah : a. Membantu individu dalam proses adaptasi dan lebih toleransi terhadap stres.
5 17 b. Mengurangi akibat buruk dari stres yang kemungkinan dapat terjadinya burnout dan penilaian negatif terhadap suatu kejadian yang mengancam dan meningkatkan pengharapan untuk melakukan coping yang berhasil. c. Membuat individu tidak mudah jatuh sakit. d. Membantu individu mengambil keputusan yang baik dalam keadaan stress. Dari beberapa penjelasan tentang fungsi hardiness dapat disimpulkan bahwa hardiness dapat efek negatif dari stres yang dialami oleh individu dan dapat memberikan penilaian yang lebih positif terhadap suatu peristiwa sehingga mampu meningkatkan harapan individu sehingga mampu mengambi keputusan yang baik. II.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Hardiness Faktor-faktor yang mempengaruhi hardiness adalah : 1. Well-being, menurut Pollachek (2001) dan Noreuil (2002), well-being yang merupakan suatu konsep kesejahteraan dimana individu mampu menciptakan kepuasan dalam hidupnya dan merupakan salah satu faktor yang dapat membantu mengurangi stres yang dialami oleh individu, individu yang memiliki well-being yang baik akan membuat hardiness juga meningkat. 2. Social Support, menurut Pagana (1990) dan Dibartolo (2001), merupakan bentuk pertolongan yang dapat berupa materi, emosi dan informasi yang diberikan oleh orang-orang yang memiliki arti seperti keluarga, sahabat, teman, saudara atau orang yang dicintai ketika
6 18 individu yang bersangkutan sedang menghadapi masalah yang dapat menimbulkan stress sehingga membuat individu lebih kuat dan dapat mengurangi beban dalam hidupnya, individu yang memiliki sosial support yang baik akan membuat hardiness juga meningkat. 3. Etnis dan kualitas dari hubungan pasangan, menurut Dibartolo (2001), individu yang berasal dari etnis yang serupa akan membuat individu merasa aman, nyaman untuk berbagi cerita dan masalah yang terjadi dalam hidup begitu juga dengan kualitas dari hubungan pasangan, jika pasangan dari individu yang memiliki masalah dapat mengerti dan tetap bersikap hangat kepada pasangannya dapat mengurangi beban dalam hidupnya. 4. Gender, menurut Belmont (2000), pria dan wanita akan berbeda dalam menanggapi atau menghadapi masalah yang terjadi dalam hidup. Wanita sudah terbiasa mengalami rasa sakit mulai dari siklus menstruasi setiap bulan, mengandung, melahirkan, dan wanita juga dikatakan sebagai mahkluk yang sabar, mengalah, dan lemah lembut. Pria lebih menggunakan pemikiran yang logis dan juga pria dikatakan lebih egois dalam menghadapi suatu hal. Dengan melihat tugas pada pria dan wanita, membuat gender sebagai prediktor dalam menentukan hardiness individu. \
7 19 II.2 Penyintas Bencana Gunung Sinabung Istilah penyintas muncul pertama kali pada tahun Kemunculannya bukan dari kalangan ahli sastra ataupun ahli linguistik. Kata ini muncul dari para pegiat alias aktivis LSM dalam konteks bencana. Para pegiat ini memerlukan kata yang lebih pendek untuk menerjemahkan kata survivor. Mereka paling tidak harus menggunakan tiga patah kata, yakni: korban yang selamat (Juneman, 2010). Menurut KBBI kata sintas berarti terus bertahan hidup, mampu mempertahankan keberadaanya. Dalam penelitian ini, istilah penyintas diartikan sebagai orang yang mampu bertahan atau selamat dari bencana Gunung Sinabung. Gunung Sinabung merupakan gunung berapi di Sumatera Utara yang mempunyai ketinggian meter diatas permukaan laut. Letaknya cukup dekat dengan kota Berastagi dan Kabanjahe dan terdapat banyak desa di lerengnya. Satu-satunya Gunung di Sumatera Utara yang berkakikan danau (Widiastuti,,2008). Pada tahun 1600 Gunung Sinabung meletus pertama dan pada tanggal 28 Agustus Gunung Sinabung meletus lagi pada tanggal 29 Agustus 2010, sekitar pukul WIB. Asap dan debu membumbung sampai ketinggian meter dari bibir kawah. Tindakan evakuasi segera dilakukan warga yang tinggal di sekitar gunung diungsikan. Letusan-letusan Gunung Sinabung masih terus berlangsung. Sabtu, 3 Januari 2015, Gunung Sinabung kembali mengeluarkan debu vulkanik yang disertai awan panas dan menjalar empat kilometer ke arah selatan. Jumlah pengungsi mencapai jiwa atau 795 kepala keluarga yang ditempatkan di tujuh titik pengungsian (Ananda, 2015). Hingga tahun 2013 tercatat tujuh belas
8 20 orang warga meninggal dunia dan orang kehilangan tempat tinggal mereka (Leandha, 2015). Bencana Gunung Sinabung menyisakan berbagai kondisi yang memprihatinkan. Bencana ini telah menyebabkan kerusakan di desa-desa sekitarnya dan menyebabkan ribuan penyintas kehilangan tempat tinggalnya.para penyintas tidak hanya kehilangan rumah dan tempat tinggal, tetapi juga lahan pertanian yang menjadi sumber utama lahan pencaharian mereka. Rumah-rumah penyintas dan lahan pertanian telah rusak karena abu vulkanik dan lahar dingin. Oleh karena itu, para penyintas terpaksa meninggalkan tempat tinggal mereka dan harus mengungsi (Damanik,2015). Bagi para penyintas, kehilangan rumah bukan hanya berarti kehilangan fisik bangunan semata, akan tetapi juga kehilangan kenangan dan kehidupan lama mereka. Penyintas bencana Gunung Sinabung menghadapi berbagai masalah seputar kondisi yang dialami sekarang. Diantaranya mereka harus menerima kenyataan bahwa desa yang selama ini mereka tinggali tidak dapat dihuni lagi dan mereka harus meninggalkan desa yang selama ini menjadi tempat mereka tinggal. Lokasi tempat tinggal mereka yang baru pun masih sangat asing dan jauh dari pemukiman. Fasilitas-fasilitas umum seperti pasar, tempat ibadah dan sekolah jauh dari jangkauan. Tidak tersedianya lahan pertanian juga menjadi masalah bagi mereka karena karena sebagian besar dari mereka berprofesi sebagai petani.
9 21 II. 3 Gender II.3.1 Defenisi Gender Gender merupakan perbedaan yang tampak antara pria dan wanita dalam melakukan tugas, tanggung jawab, fungsi, dan perilaku yang dibentuk oleh nilai sosial dan budaya dan dapat berubah menurut waktu serta kondisi (Fakih, 1999). Gender adalah perbedaan antara perempuan dan laki- laki yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan nilai budaya dan adat istiadat yang berlaku (WHO, 2001). Kesetaraan gender merupakan gejala alam atau tuntutan yang menghendaki kesetaraan, yang harus direspon oleh umat manusia dalam rangka adaptasi dengan alam. Berdasarkan teori ini pembagian tugas dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan pada zaman dahulu tidak pernah dipermasalahkan. Sekarang tuntutan kesetaraan gender menjadi permasalahan yang menjadi perhatian manusia di seluruh dunia juga karena alam menuntut demikian disebabkan adanya perubahan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang berlaku di masyarakat yang memungkinkan fungsi dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan bisa sama atau dipertukarkan. Dapat disimpulkan, gender adalah perbedaan antara pria dan wanita terkait tugas dan tanggung jawabnya sehari hari. II.3.2 Gender Dalam Sudut Pandang Budaya Karo Dalam masyarakat Karo, konsep patriarkhi yang dipakai untuk menggambarkan sistem gender. Patriarkhi merupakan konsep bahwa pria yang memegang semua kekuasaan atas peran penting dalam masyarakat dan juga, pria
10 22 Karo lebih dominan sehingga mampu untuk mengontrol wanita (Tarigan, 2009). Proses sosialisasi gender dalam masyarakat Karo, sudah di perkenalkan kepada anak sejak kecil, diarahkan dan dibedakan sesuai dengan keberadaan status kewanitaan dan kelelakian. Pria dalam masyarakat Karo mempunyai fungsi sosial yang sangat luas sebagai pelanjut silsilah keluarga, sebagai penerima harta warisan, dan sebagai penentu dalam pengambilan keputusan sedangkan wanita memiliki fungsi untuk mengurus mengurus rumah tangga (Tarigan,2009). Menurut Tarigan (2009) masyarakat Karo memiliki sifat dan watak yang tabah, sabar, lemah lembut, jujur, dan mengalah jika dihadapkan dengan suatu peristiwa. Begitu juga menurut Bangun (2006) yang mengatakan bahwa masyarakat Karo memiliki sifat dan watak yang berpendirian teguh, memiliki kepercayaan diri, gigih, tekun dalam melakukan suatu kegiatan. II Tugas dan Tanggung Jawab Pria Dalam Budaya Karo Dalam sistem kebudayaan Karo dapat dilihat bahwa pria merupakan pihak yang diutamakan dan pihak yang dianggap penting (Tarigan, 2009). Masyarakat Karo percaya bahwa, pria Karo berfungsi sebagai penjaga nama baik keluarga dan sebagai pelindung bagi saudara perempuan (Tarigan, 2009). Pria Karo juga menjadi pemimpin upacara adat, sebagai ketua adat (Tarigan, 2009). Laki-laki Karo yang menjadi pembicara utama dan pembuat keputusan dalam suatu musyawarah atau acara adat, pernikahan, hukum, warisan, silsilah keluarga, tempat tinggal, hak atas kepemilikan harta atau tanah orangtua. Menurut Prinst (1996), mengatakan bahwa jika dalam keluarga memiliki anak laki laki, maka
11 23 orangtua akan memanjakan dan menomor satukan anak lakinya dibanding dengan anak perempuan dalam keluarga. Natar (2006) mengatakan bahwa laki laki Karo diharuskan untuk mencari nafkah, tetapi yang ditemukan laki laki Karo hanya duduk di kedai kopi menghabiskan waktu bersama teman daripda bekerja membantu istri. Dalam adat, laki-laki Karo sejak kecil diajarkan untuk mengenai pentingnya melestarikan kebudayaan dan marganya serta bertanggung jawab sebagai penerus keluarga (Tarigan, 2009). II Tugas dan Tanggung Jawab Wanita Dalam Budaya Karo Tamboen (1952) mengatakan wanita Karo sebagai tulang punggung keluarga, menjadi penopang dalam perekonomian keluarga seperti berladang, bertani, mengurus dan merawat ternak. Jika dalam suatu keluarga, tidak memiliki anak laki - laki, wanita yang disalahkan dan suami tersebut dapat melakukan poligami. Begitu juga ketika anak perempuan dalam keluarga melakukan kesalahan, seorang bapak tidak akan memarahi langsung ke anak perempuannya melainkan ibu dalam keluarga yang menjadi pelampiasan amarahnya (Tarigan, 2009). Wanita Karo juga tidak berhak memiliki suara dalam memberikan pendapat, wanita hanya menerima apapun keputusan dari pihak pria (Natar, 2004). Wanita Karo yang sudah menikah memiliki fungsi ganda yang lebih berat dalam kehidupannya (Tamboen, 1952). Menurut masyarakat Karo, wanita Karo yang sudah menikah memiliki tugas yaitu mulai dari pagi, mengurus kehidupan rumah tangga mulai dari memasak, menyapu, mencuci, mengambil air ke pancuran (tempat mandi terbuka yang jaraknya jauh dari perkampungan),
12 24 mengurus anak dan suami, setelah pekerjaan rumah selesai, ia akan berangkat untuk berladang, mencari nafkah untuk menghidupi keluarga, bekerja mulai dari pagi hingga sore atau siang hari. Setelah selesai berladang, ia akan kembali memasak dirumah untuk keluarga (Natar,2004). Selain berladang, wanita Karo juga sering juga berjualan atau berdagang di pasar tradisional untuk memenuhi kebutuhan keluarganya (Bangun, 2006). II.4 Perbedaan Hardiness Antara Pria dan Wanita Karo Penyintas Bencana Gunung Sinabung Hardiness merupakan variabel kepribadian yang membuat individu menjadi lebih kuat, survive, dan optimis dalam menghadapi peristiwa atau kejadian yang membuat individu menjadi stres. Aspek dari hardiness adalah kontrol, komitmen, dan tantangan. Individu yang hardiness memiliki keyakinan untuk dapat mengendalikan kejadian-kejadian hidupnya dengan keterlibatannya dalam pekerjaan maupun orang-orang didalam hidupnya (komitmen), kemampuan untuk mengendalikan dirinya (kontrol), serta keyakinan untuk memandang bahwa kejadian yang terjadi dalam hidup sebagai perubahan untuk mengembangkan diri menjadi lebih positif (tantangan). Individu dengan hardiness yang tinggi dalam menghadapi situasi yang penuh tekanan mereka akan mengubah pola pikir dan tingkah lakunya. Tujuannya untuk menyelesaikan masalah dengan merestruksi kembali pikiran mereka ke pemikiran yang positif, memperluas perspektif, mencoba untuk memahami peristiwa tersebut sebaik mungkin, menentukan tindakan apa yang akan diambil, dan mencari dukungan emosional. Sedangkan, individu yang memiliki hardiness
13 25 yang rendah, dalam menghadapi situasi penuh dengan tekanan akan cenderung untuk menghindari bahkan mengabaikan kejadian yang terjadi dalam diri mereka. Gender memainkan peran dalam hardiness. Gender merupakan perbedaan yang tampak antara pria dan wanita dalam melakukan tugas, tanggung jawab, fungsi, dan perilaku yang dibentuk oleh nilai sosial dan budaya. Salah satu budaya di Indonesia yang mempunyai tugas serta tanggung jawab yang tampak berbeda pada pria dan wanita adalah Suku Karo. Pada masyarakat Karo, konsep patriarkhi yang dipakai untuk menggambarkan sistem gender. Patriarkhi merupakan konsep bahwa pria yang memegang semua kekuasaan atas peran penting dalam masyarakat dan juga, pria Karo lebih dominan sehingga mampu untuk mengontrol wanita. Masyarakat Karo percaya bahwa pria Karo berfungsi sebagai penjaga nama baik keluarga dan sebagai pelindung bagi saudara perempuan, menjadi ketua adat, pembicara utama dan pembuat keputusan dalam suatu musyawarah atau acara adat, pernikahan, hukum, warisan, silsilah keluarga, tempat tinggal, hak atas kepemilikan harta atau tanah orangtua. Jika dalam suatu keluarga memiliki anak laki laki, maka orangtua akan memanjakan dan menomor satukan anak lakinya dibanding dengan anak perempuan dalam keluarga. Pria Karo diharuskan untuk mencari nafkah, tetapi yang ditemukan pria Karo hanya duduk di kedai kopi menghabiskan waktu bersama teman daripda bekerja membantu istri. Pria Karo sejak kecil diajarkan untuk mengenai pentingnya melestarikan kebudayaan dan marganya serta bertanggung jawab sebagai penerus keluarga.
14 26 Wanita Karo dari kecil terbiasa untuk mengurus rumah tangga seperti membantu ibu menyuci, memasak, membersihkan rumah, mengurus adik. Wanita Karo yang sudah menikah memiliki tugas yaitu mulai dari pagi, mengurus kehidupan rumah tangga mulai dari memasak, menyapu, mencuci, mengambil air ke pancuran (tempat mandi terbuka yang jaraknya jauh dari perkampungan), mengurus anak dan suami, setelah pekerjaan rumah selesai, ia akan berangkat untuk berladang, mencari nafkah untuk menghidupi keluarga, bekerja mulai dari pagi hingga sore atau siang hari. Selain berladang, wanita Karo juga sering juga berjualan atau berdagang di pasar tradisional untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Dengan beban berat yang harus dijalani oleh wanita Karo, membuat wanita Karo dituntut untuk lebih kuat dan tangguh dalam menghadapi masalah. Akibat meletusnya Gunung Sinabung, membuat masyarakat Karo yang berada dalam area berbahaya harus mengungsi ke posko pengungsian. Dalam keseharian yang dilakukan para penyintas tidak jauh berbeda dengan tugas dan fungsinya antara pria dan wanita Karo sebelum berada di posko pengungsi. Baik penyintas pria maupun penyintas wanita Karo yang berada di posko pengungsi sudah mulai bersabar, tetap berusaha keras bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan sekolah anak, kurang menyenangi kehiudupan selama berada di posko pengungsian, menyadari ada makna atau hikmah yang didapat akibat meletusnya Gunung Sinabung, walaupun hanya sebahagian saja dari penyintas pria Karo yang menyadari adanya hikmah yang didapat.
15 27 II.5 Hipotesa Penelitian Berdasarkan penjabaran di atas, maka dirumuskanlah hipotesis dalam penelitian ini, sebagai berikut hardiness penyintas wanita Karo lebih tinggi daripada hardiness penyintas pria Karo.
BAB I PENDAHULUAN. mendadak kembali aktif pada tahun 2010 setelah 400 tahun tidak meletus. Hingga
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gunung Sinabung yang berada di Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara mendadak kembali aktif pada tahun 2010 setelah 400 tahun tidak meletus. Hingga tahun 2013 tercatat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, Hal ini berarti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, Hal ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam pendidikan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu
9 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu masih menyisakan pilu bagi banyak pihak, terutama bagi orang yang terkena dampak langsung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. individu membutuhkannya. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS,
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia dan setiap individu membutuhkannya. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, dijelaskan bahwa pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. zaman sekarang dapat melakukan pekerjaan yang dilakukan oleh kaum pria.
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini fenomena wanita bekerja bukan hal yang aneh lagi di kalangan masyarakat. Selain untuk memenuhi kebutuhan, bekerja merupakan salah satu cara untuk mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam lingkaran gunung api (ring of fire). Posisi tersebut menyebabkan Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan alamnya, tetapi merupakan salah satu Negara yang rawan bencana karena berada dipertemuan tiga lempeng yaitu lempeng Indo Australia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. faktor alam dan non alam yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan non alam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai sosok otoritas utama yang sentral dalam organisasi sosial. Kebanyakan sistem patriarki juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan suatu kelompok primer yang sangat erat. Yang dibentuk karena kebutuhan akan kasih sayang antara suami dan istri. (Khairuddin, 1985: 104).Secara historis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. imbas dari kesalahan teknologi yang memicu respon dari masyarakat, komunitas,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Parker (1992), bencana ialah sebuah kejadian yang tidak biasa terjadi disebabkan oleh alam maupun ulah manusia, termasuk pula di dalamnya merupakan imbas dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis, hidrologis, dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana. Badan Nasional Penanggulangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat, hampir semua manusia hidup terikat dalam sebuah jaringan dimana seorang manusia membutuhkan manusia lainnya untuk dapat hidup
Lebih terperinciRESILIENSI PADA PENYINTAS PASCA ERUPSI MERAPI. Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1
RESILIENSI PADA PENYINTAS PASCA ERUPSI MERAPI Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Diajukan oleh: ARYA GUMILANG PUTRA PRATHAMA F.100090190 FAKULTAS PSIKOLOGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara yang rawan bencana karena alam negeri kita ini berdiri di atas pertemuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan alamnya, tetapi merupakan salah satu negara yang rawan bencana karena alam negeri kita ini berdiri di atas pertemuan lempeng-lempeng
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu budaya yang melekat pada diri seseorang karena telah diperkenalkan sejak lahir. Dengan kata lain,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dibutuhkan manusia untuk melakukan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari konsep kesejahteraan subjektif yang mencakup aspek afektif dan kognitif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebahagiaan adalah hal yang sangat diinginkan oleh semua orang. Setiap orang memiliki harapan-harapan yang ingin dicapai guna memenuhi kepuasan dalam kehidupannya. Kebahagiaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gunung Sinabung tidak pernah meletus sejak 400 tahun yang lalu yaitu tahun
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gunung Sinabung tidak pernah meletus sejak 400 tahun yang lalu yaitu tahun 1600 tetapi mendadak aktif kembali dengan meletus pada tahun 2010 dan tercatat dua
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa dekade terakhir, skala bencana semakin meningkat seiring dengan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa dekade terakhir, skala bencana semakin meningkat seiring dengan peningkatan urbanisasi, deforestasi, dan degradasi lingkungan. Hal itu didukung oleh iklim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fenomena berpacaran sudah sangat umum terjadi dalam masyarakat. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan memahami lawan jenisnya
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. a. Gender adalah peran sosial dimana peran laki-laki dan peran. perempuan ditentukan (Suprijadi dan Siskel, 2004).
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gender 2.1.1 Defenisi a. Gender adalah peran sosial dimana peran laki-laki dan peran perempuan ditentukan (Suprijadi dan Siskel, 2004). b. Gender adalah perbedaan status dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia baik secara materi atau secara spiritual. Bencana sering terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana alam merupakan peristiwa alam yang disebabkan oleh proses dan aktivitas alam, baik yang terjadi secara alami maupun karena sebelumnya ada tindakan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak memperhitungkan segala kemungkinan atas ulahnya tersebut. 3-lempeng-tektonik-besar.html diakses pada 24 Januari 2016)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hampir disetiap wilayah di belahan bumi ini pernah terjadi bencana alam, bencana itu sendiri dapat terjadi karena proses alam yang berasal dari perut bumi
Lebih terperinciTRILOGI NOVEL MARITO
TRILOGI NOVEL MARITO Izinkan Aku Memelukmu Ayah Dalam Pelarian Ketika Aku Kembali Marito, terlahir sebagai perempuan di suku Batak. Ia memiliki empat kakak perempuan. Nasibnya lahir di masa terpelik dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang Masalah. Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Masalah Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada karena ada masyarakat pendukungnya. Salah satu wujud kebudayaan adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menjalani peran sebagai penuntut ilmu, mahasiswa pada umumnya selalu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjalani peran sebagai penuntut ilmu, mahasiswa pada umumnya selalu dihadapkan pada pemikiran-pemikiran tentang seberapa besar pencapaian yang akan diraih selama
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Subjective Well-Being. kebermaknaan ( contentment). Beberapa peneliti menggunakan istilah well-being
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Subjective Well-Being A. Subjective Well-Being Kebahagiaan bisa merujuk ke banyak arti seperti rasa senang ( pleasure), kepuasan hidup, emosi positif, hidup bermakna,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu proses berkelanjutan dalam kehidupan yang ditandai dengan berbagai perubahan ke arah penurunan. Problematika yang harus dihadapi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Perkawinan 1. Pengertian Kualitas Perkawinan Menurut Gullota (Aqmalia, 2009) kepuasan pernikahan merupakan perasaan pasangan terhadap pasangannya mengenai hubungan pernikahannya.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. pemahaman bahwa perempuan berada dalam posisi yang kuat. Perempuan
BAB V KESIMPULAN Matrilineal seperti yang telah banyak kita fahami, membawa kepada pemahaman bahwa perempuan berada dalam posisi yang kuat. Perempuan memiliki posisi tawar yang baik dalam pengambilan keputusan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenomena orangtua tunggal beberapa dekade terakhir ini marak terjadi di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena orangtua tunggal beberapa dekade terakhir ini marak terjadi di berbagai Negara. Pada tahun 2005 di Inggris terdapat 1,9 juta orangtua tunggal dan 91% dari angka
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki gunung merapi cukup banyak yang tersebar di seluruh penjuru nusantara meliputi Sumatera, Jawa, dan Irian Jaya. Di Sumatera
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti mempunyai harapan-harapan dalam hidupnya dan terlebih pada pasangan suami istri yang normal, mereka mempunyai harapan agar kehidupan mereka
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan kepulauan Indonesia merupakan daerah pertemuan lempeng bumi dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan curah hujan yang relatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. Umumnya manusia sangat
Lebih terperinci5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5. 1 Kesimpulan 5. 1. 1 Kesimpulan Utama Dari hasil pengolahan data utama dan analisisnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Tidak terdapat hubungan yang signifikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua daerah tidak pernah terhindar dari terjadinya suatu bencana. Bencana bisa terjadi kapan dan dimana saja pada waktu yang tidak diprediksi. Hal ini membuat
Lebih terperinciArahan Presiden RI pd Peninjauan Korban Gunung Sinabung, Tgl 23 Jan 2014, di Sumut Kamis, 23 Januari 2014
Arahan Presiden RI pd Peninjauan Korban Gunung Sinabung, Tgl 23 Jan 2014, di Sumut Kamis, 23 Januari 2014 ARAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PENINJAUAN KORBAN ERUPSI GUNUNG SINABUNG DI KABANJAHE,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Ring of fire) dan diapit oleh pertemuan lempeng tektonik Eurasia dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang dilintasi oleh jalur api (Ring of fire) dan diapit oleh pertemuan lempeng tektonik Eurasia dan Australia. Letak wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia baik secara materi atau secara spiritual. Bencana sering terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana alam merupakan peristiwa alam yang disebabkan oleh proses dan aktivitas alam, baik yang terjadi secara alami maupun karena sebelumnya ada tindakan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia adalah salah satu periode dalam rentang kehidupan manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada fase ini seorang individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. media yang digunakan oleh manusia dalam bertukar ide dan berbagai informasi. Saat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial dan hidup bermasyarakat memerlukan komunikasi atau pertukaran informasi lainnya. Komunikasi merupakan jembatan atau media yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra menggambarkan jiwa masyarakat. Karya sastra sebagai interpretasi kehidupan, melukiskan perilaku kehidupan manusia yang terjadi dalam masyarakat. Segala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akselerasi memberikan kesempatan bagi para siswa dalam percepatan belajar dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia sudah mengalami kemajuan yang begitu pesat. baik dari segi kurikulum maupun program penunjang yang dirasa mampu untuk mendukung peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekuatan seseorang dalam menghadapi kehidupan di dunia ini berawal dari keluarga. Keluarga merupakan masyarakat terkecil yang sangat penting dalam membentuk
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. OPTIMISME 1. Defenisi Optimis, Optimistis dan Optimisme Optimis dalam KBBI diartikan sebagai orang yang selalu berpengharapan (berpandangan) baik dalam menghadapi segala hal sedangkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar belakang Indonesia menjadi negara yang paling rawan terhadap bencana di duniakarena posisi geografis Indonesia terletak di ujung pergerakan tiga lempeng dunia yaitu Eurasia,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Relasi Kekuasaan Sejarah perbedaan gender (gender differences) antara manusia jenis laki- laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada hakikatnya adalah mahkluk sosial dan mahkluk pribadi. Manusia sebagai mahluk sosial akan berinteraksi dengan lingkungannya dan tidak dapat hidup sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis di Provinsi Sumatera Utara, suku Batak terdiri dari 5 sub etnis yaitu : Batak Toba (Tapanuli), Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing,
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan kondisi iklim global di dunia yang terjadi dalam beberapa tahun ini merupakan sebab pemicu terjadinya berbagai bencana alam yang sering melanda Indonesia. Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. aspek fisik, psikis, dan psikososial (Dariyo, 2004). Jika dilihat dari
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Adolesen (remaja) adalah masa transisi/peralihan dari masa kanak kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan oleh masyarakat kadang-kadang masih dianggap sebagai manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan tidak lebih penting
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya pada
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya pada usia ini sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-anak dianggap mulai bertanggung
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. satu suku di Indonesia yang bertempat tinggal di ujung selatan Pulau Sumatera.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Indonesia sangat luas, juga mempunyai puluhan bahkan ratusan adat budaya. Begitu juga dengan sistem kekerabatan yang dianut, berbeda sukunya maka berbeda pula
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik material
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. profesional, yang bertujuan membentuk peserta didik yang menyandang kelainan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga pendidikan Sekolah Luar Biasa adalah lembaga pendidikan yang profesional, yang bertujuan membentuk peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat lereng Gunung Merapi. Banyaknya korban jiwa, harta benda dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Erupsi Merapi yang terjadi dua tahun lalu masih terngiang di telinga masyarakat lereng Gunung Merapi. Banyaknya korban jiwa, harta benda dan kehilangan mata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alam dan memiliki banyak gunung berapi yang masih aktif. Oleh karena itu penduduk Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara geografis wilayah Indonesia sebagian besar terletak di kawasan rawan bencana alam dan memiliki banyak gunung berapi yang masih aktif. Oleh karena itu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian masih menjadi sumber mata pencaharian utama bagi masyarakat Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang mampu diserap dari berbagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap individu memiliki harapan untuk bahagia dalam kehidupan perkawinannya. Karena tujuan perkawinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini banyak wanita yang ikut bekerja untuk membantu mencari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini banyak wanita yang ikut bekerja untuk membantu mencari tambahan penghasilan dari suami. Selain karena faktor ekonomi keluarga, wanita juga bisa mengekspresikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gunungapi Merapi merupakan gunung yang aktif, memiliki bentuk tipe stripe strato yang erupsinya telah mengalami perbedaan jenis erupsi, yaitu erupsi letusan dan leleran
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan gerbang terbentuknya keluarga dalam kehidupan masyarakat, bahkan kelangsungan hidup suatu masyarakat dijamin dalam dan oleh perkawinan. 1 Setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pihak laki-laki. Ideologi Patriakat tumbuh subur dalam masyarakat yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem kekerabatan yang dianut masyarakat Indonesia umumnya adalah masyarakat patrilineal. Patrilineal adalah kekuasaan berada di tangan ayah atau pihak laki-laki.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Suatu pengkajian tentang wanita dan kerja perlu dihubungkan dengan keadaan masyarakat pada umumnya.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
12 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan landasan teori yang akan digunakan dalam meneliti kepuasan berwirausaha single mother, teori ini juga yang akan membantu peneliti dalam meriset fenomena
Lebih terperinciBAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK. dibahas dengan menggunakan perspektif teori pengambilan keputusan.
BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK Bab ini akan membahas tentang temuan data yang telah dipaparkan sebelumnya dengan analisis teori pengambilan keputusan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. api pasifik (the Pasific Ring Of Fire). Berada di kawasan cincin api ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang berada pada lingkaran cincin api pasifik (the Pasific Ring Of Fire). Berada di kawasan cincin api ini menyebabkan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( )
BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR (1998-2005) 2.1 Letak Geografis dan Keadaan Alam Kecamatan Ajibata merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Toba Samosir dengan luas wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. usahanya tersebut. Profesi buruh gendong banyak dikerjakan oleh kaum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Buruh gendong merupakan orang yang bekerja untuk orang lain dengan cara menggendong barang dibelakang punggung untuk mendapatkan upah dari usahanya tersebut.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari 30 gunung api aktif terdapat di Indonesia dengan lereng-lerengnya dipadati
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia adalah negara yang kaya akan gunung api dan merupakan salah satu negara yang terpenting dalam menghadapi masalah gunung api. Tidak kurang dari 30
Lebih terperinciPerilaku Koping pada Penyandang Epilepsi
Perilaku Koping pada Penyandang Epilepsi SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat sarjana S-1 Oleh Nadiarani Anindita F 100 050 050 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat Karo adalah masyarakat yang menganut sistem patriaki, yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Karo adalah masyarakat yang menganut sistem patriaki, yang artinya garis keturunan berdasarkan ayah. Hal ini jelas dilihat dari kehidupan sosial
Lebih terperinciLAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah
LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah bagi diri anda sendiri? 2. Bagaimana anda menggambarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dialami perempuan, sebagian besar terjadi dalam lingkungan rumah. tangga. Dalam catatan tahunan pada tahun 2008 Komisi Nasional
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan terhadap perempuan dalam tahun 2008 meningkat lebih dari 200% (persen) dari tahun sebelumnya. Kasus kekerasan yang dialami perempuan, sebagian besar
Lebih terperinciMILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tidak dapat dipungkiri bahwa ada begitu banyak tuntutan, tanggungjawab dan kewajiban yang tidak bisa diabaikan oleh seorang pendeta jemaat. Dengan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidrologis serta demografis. Dampak dari terjadinya suatu bencana akan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Terjadinya bencana alam di suatu wilayah merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan. Hal ini disebabkan karena bencana alam merupakan suatu gejala alam yang tidak
Lebih terperinciREVITALISASI USAHA PEDAGANG KLITHIKAN PASCA GEMPA BUMI 27 MEI 2006 di DIY (Tinjauan Aspek psikologis)
REVITALISASI USAHA PEDAGANG KLITHIKAN PASCA GEMPA BUMI 27 MEI 2006 di DIY (Tinjauan Aspek psikologis) Oleh: Kartika Nur Fathiyah, M.Si Disampaikan dalam acara seminar tentang Revitalisasi Usaha Pedagang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih dulu telah merdeka bahkan jauh sebelum indonesia merdeka.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia merupakan sebuah bangsa yang terdiri dari beribu-ribu pulau dan berbagai macam suku bangsa yang ada di dalamnya serta berbagai ragam budaya yang menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gunung Merapi merupakan gunung api tipe strato, dengan ketinggian 2.980 meter dari permukaan laut. Secara geografis terletak pada posisi 7 32 31 Lintang Selatan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan sebuah upaya multi dimensional untuk mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus disertai peningkatan harkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan dapat diartikan sebagai sebuah ikatan lahir batin seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang paling penting dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang paling penting dalam masyarakat yang terbentuk dari hubungan pernikahan laki-laki dan wanita untuk menciptakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gunung Sinabung kembali erupsi sejak September 2013 hingga saat ini.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bencana alam merupakan sesuatu yang tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dikontrol, merupakan peristiwa yang sering terjadi dan tidak diragukan lagi akan terjadi (Nickerson,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Semua data yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti selama melakukan penelitian akan disajikan pada bab ini. Data tersebut merupakan data tentang partisipasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sudah jadi kodrat alam bahwa manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah jadi kodrat alam bahwa manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama dengan manusia lainnya dalam suatu pergaulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. calon mahasiswa dari berbagai daerah Indonesia ingin melanjutkan pendidikan mereka ke
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi perkembangan manusia dari generasi ke generasi untuk menciptakan seseorang yang berkualitas dan berkarakter,
Lebih terperinciKEHIDUPAN PEREMPUAN PEDAGANG PADA MALAM HARI DI PASAR TRADISIONAL DALAM PERSPEKTIF GENDER (STUDI KASUS DI PASAR LEGI KOTA SURAKARTA) NASKAH PUBLIKASI
KEHIDUPAN PEREMPUAN PEDAGANG PADA MALAM HARI DI PASAR TRADISIONAL DALAM PERSPEKTIF GENDER (STUDI KASUS DI PASAR LEGI KOTA SURAKARTA) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perceraian merupakan suatu perpisahan secara resmi antara pasangan suami-istri dan berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hampir separuh dari seluruh kehidupan seseorang dilalui dengan bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan berbagai perasaan dan sikap. Saat ini,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Budaya mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia, baik cara berpikir,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat terlepas dari interaksi lingkungan sekitarnya. Interaksi yang dilakukan oleh manusia dimulai dari interaksi pada lingkup
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Lazarus menyebut pengatasan masalah dengan istilah coping. Menurut
12 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pengatasan Masalah Lazarus menyebut pengatasan masalah dengan istilah coping. Menurut Lazarus dan Folkman (1984) pengatasan masalah merupakan suatu proses usaha individu
Lebih terperinci