BAB I PENDAHULUAN. mendadak kembali aktif pada tahun 2010 setelah 400 tahun tidak meletus. Hingga
|
|
- Sonny Pranoto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gunung Sinabung yang berada di Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara mendadak kembali aktif pada tahun 2010 setelah 400 tahun tidak meletus. Hingga tahun 2013 tercatat tujuh belas orang warga meninggal dunia dan orang kehilangan tempat tinggal mereka (Leandha, 2015). Gunung berapi kembali menunjukkan tanda-tanda aktif pada bulan September Senin malam (30/12) dan memaksa lebih dari orang mengungsi (Leandha, 2015). Letusan-letusan Gunung Sinabung masih terus berlangsung. Sabtu, 3 Januari 2015, Gunung Sinabung kembali mengeluarkan debu vulkanik yang disertai awan panas dan menjalar empat kilometer ke arah selatan. Jumlah pengungsi mencapai jiwa atau 795 kepala keluarga yang ditempatkan di tujuh titik pengungsian (Ananda, 2015). Gunung Sinabung kembali mengeluarkan awan panas dan debu vulkanik, Kamis, 3 April 2015 sekitar pukul WIB (Permana, 2015). Selasa 2 Juni 2015, status Gunung Sinabung dinaikkan menjadi awas seiring dengan peningkatan aktivitas gunung yang terus meningkat. Volume kubah lava juga meningkat menjadi lebih dari tiga juta meter kubik dan labil. Masyarakat yang bermukim dalam radius 7 kilometer dievakuasi ke lokasi yang lebih aman. Warga di tujuh desa direkomendasikan untuk direlokasi, yaitu warga Desa Sukameriah, Desa Berkerah, Desa Simacem, Desa Gurukinayan, Desa Kuta Tonggal, Desa Berastepu, dan Desa Gamber (Akuntono, 2015).
2 2 Jumlah penyintas bencana Gunung Sinabung tercatat sejak tahun 2010 hingga 30 September 2015 ada sekitar jiwa dengan KK. Masing - masing berada di posko pengungsi gedung katolik Kabanjahe dengan jumlah 296 KK/988 jiwa, Gedung Serbaguna KNPI Kabanjahe dengan jumlah 334 KK/1193 jiwa, Desa Ndokum Siroga dengan jumlah 422 KK/1525 jiwa, Desa Surbakti dengan jumlah 192 KK/665 jiwa, Tongkoh dengan jumlah 610 KK/2379 jiwa, Jambur Korpri Berastagi dengan jumlah 265 KK/1041 jiwa, Desa Jadi Meriah dengan jumlah 262 KK/950 jiwa, dan yang terakhir Simpang Empat dengan jumlah 158 KK/528 jiwa, (situs Resmi Kabupaten Karo, 2015). Akibat erupsi yang terjadi, kawasan rawan bencana Gunung Sinabung mengalami kerusakan parah dan tercatat dampak bencana erupsi Gunung Sinabung tersebut telah menimbulkan total kerusakan dan kerugian sebesar Rp. 1,49 triliun (Prasetyo, 2015). Dibawah ini, terdapat peta posko-posko pengungsi disertai jaraknya dengan Gunung Sinabung. Gambar 1. Peta Lokasi Posko Pengungsi Sinabung
3 3 Ket. Gambar : (a).hijau = Letak Posko Pengungsi (b).orange = Radius antara Gunung Sinabung dengan desa yang terkena erupsi Sinabung. Bencana Gunung Sinabung menyisakan berbagai kondisi yang memprihatinkan. Bencana ini telah menyebabkan kerusakan di desa-desa sekitarnya dan menyebabkan ribuan penyintas kehilangan tempat tinggalnya. Para penyintas tidak hanya kehilangan rumah dan tempat tinggal, tetapi juga lahan pertanian yang menjadi sumber utama lahan pencaharian mereka. Rumah-rumah penyintas dan lahan pertanian telah rusak karena abu vulkanik dan lahar dingin. Oleh karena itu, para penyintas terpaksa meninggalkan tempat tinggal mereka dan harus mengungsi (Damanik,2015). Dalam kondisi di tengah bencana, tentunya penyintas menghadapi situasi yang tidak menyenangkan, hal ini ditandai dengan adanya dampak yang terjadi pada para penyintas baik dampak fisik dan dampak psikologis seperti ketakutan, kecemasan, kejenuhan, kekhwatiran yang berlebihan yang dirasakan para penyintas (Amawidyati dan Utami, 2007). Ketika dampak psikologis yang dialami oleh individu yang terkena bencana dapat menimbulkan dampak negatif pada diri mereka yaitu menjadi putus asa, emosi menjadi tidak dapat dikendalikan, menyalahkan diri dan lingkungan,dan tidak ada gairah untuk melakukan kegiatan (Gardner dan Stern, 2002). Dampak psikologis yang mungkin terjadi pada penyintas bencana alam adalah helpless-perasaan tidak berdaya dan merasa tidak mampu untuk menghadapi lingkungannya (Sarafino dalam Mahmudah,2009). Para penyintas Gunung Sinabung, kehilangan rumah dan ladang sebagai mata
4 4 pencaharian utama, hal ini yang membuat para penyintas Gunung Sinabung pasrah dan merasa tidak tahu lagi harus melakukan kegiatan apa dan ditambah dengan beberapa para penyintas yang harus kehilangan anggota keluarga, sehingga membuat para penyintas mengalami kesedihan (Karo-karo,2014). Hal ini didukung dengan wawancara yang dilakukan peneliti kepada penyintas Gunung Sinabung sedihlah nak, berladang kerja kami yang utama gak ada yang lain, mau dimana lagi kami berladang, ntah sampai kapan juga kami begini terus disini (Komunikasi personal,2015) Selain itu, juga memungkinkan munculnya perasaan insecure, yang mana individu percaya bahwa lingkungannya adalah suatu hal yang mengancam dirinya dan bisa berpengaruh buruk bagi mereka (Ainsworth dalam Mahmudah, 2009). Para penyintas Gunung Sinabung, mengatakan bahwa kejadian yang dialami saat ini, karena marahnya Sang Pencipta kepada mereka. Para penyintas juga merasa cemas dan takut apabila Gunung Sinabung secara terus menerus mengeluarkan lahar tanpa tahu sampai kapan erupsi Gunung Sinabung berhenti (Karokaro,2016). Hal ini juga didukung dengan wawancara peneliti kepada penyintas Gunung Sinabung udah takdir ini nakku, kemarin kami cemaslah karena sinabung ini terus meletus ntah kapan siapnya, kamipun jadi gak tahu kapan bisa balik lagi ke kampung kami (Komunikasi personal,2015) Namun, terdapat fenomena lain yang menunjukkan bahwa tidak semua korban bencana alam mengalami gangguan mental. Meskipun sebagian besar korban bencana alam banyak yang kehilangan rumah dan harta benda yang
5 5 mereka miliki, mereka terlihat tabah dan menerima keadaan yang harus tetap dilalui (Amawidyatti dan Utami, 2007). Ketabahan masyarakat menghadapi peristiwa bencana alam juga dikemukakan Wahid (dalam Kompascetak, 2015), beliau berpendapat bahwa rakyat kecil yang tengah menderita itu amat tabah dan tetap optimis meskipun mengalami penderitaan dahsyat karena kehilangan harta benda dan kerabat mereka. Pada korban gempa di Yogyakarta dan Jawa Tengah banyak di antara pengungsi yang menunjukkan ketahanan diri yang luar biasa. Para pengungsi masih mampu tersenyum, menunjukkan keramahan, saling membantu di antara sesama korban, memiliki penerimaan diri yang baik dengan lingkungan (Amawidyati dan Utami, 2007). Begitu juga dengan para penyintas Sinabung juga terlihat kembali bekerja, berladang, atau mencari kegiatan agar dapat menghidupi kebutuhan ekonomi untuk keluarga para penyintas, sudah mampu menerima keadaan yang terjadi dan tidak menyesalinya, tidak lagi cemas walau Sinabung terus meletus, dan para penyintas sudah kembali tersenyum, dan mau membantu sesama penyintas yang membutuhkan bantuan (Ginting,2014). Kemampuan bertahan yang ditampilkan dengan munculnya sikap yang positif walaupun mengalami keadaan atau kejadian yang tidak menyenangkan dikenal dengan istilah hardiness. Hardiness menurut Kobasa (1979) sebagai suatu variabel kepribadian yang berfungsi sebagai sumber daya untuk menghadapi peristiwa-peristiwa hidup yang menimbulkan stres. Individu dengan hardiness memiliki karakter untuk mau menghadapi suatu kejadian dalam hidupnya, memliki keyakinan yang kuat untuk
6 6 mampu mengontrol dan mengendalikan suatu perubahan yang terjadi dengan terlihat tabah, sabar, mampu menerima keadaan dirinya, mampu berjuang dan berkeyakinan bahwa hidup tetap bermakna walaupun mengalami suatu kejadian yang tidak menyenangkan dalam hidupnya, dan mampu memandang setiap perubahan yang terjadi sebagai suatu yang dapat mengembangkan diri menjadi lebih baik. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wiebe (1991) menemukan bahwa individu dengan hardiness yang tinggi memiliki toleransi terhadap frustasi, tidak melihat kejadian sebagai suatu ancaman, dan mampu menanggapi segala hal menjadi lebih positif. Para penyintas Gunung Sinabung mulai tampak tabah, sabar, menerima keadaan diri, tidak lagi berfikiran yang negatif. Hal ini didukung dengan wawancara peneliti kepada salah satu penyintas sekarang aku nakku, kuterima keadaanku seperti ini, udah gak mau lagi aku salahkan diriku, salahkan oranglain, teruskan nakku, gak mau lagi aku pikiranku kacau, aku yakin kok bisa tetap lewati kejadian ini dengan bagus (Komunikasi Personal,2016) Para penyintas Gunung Sinabung juga tampak mulai menyadari bahwa kejadian meletusnya Gunung Sinabung memiliki hikmah dan memberikan pembelajaran pada para penyintas untuk menjadi lebih baik, dan juga para penyintas tampak giat kembali bekerja untuk menghidupi kebutuhan keluarga dan kebutuhan sekolah anak para penyintas. Hal ini didukung dengan wawancara peneliti kepada salah satu penyintas yang berada di posko pengungsian.
7 7 yang kupikirkan sekarang nakku, kerja ajalah mau apapun itu supaya bisa anak kami sekolah lagi dan biar bisa menuhi kebutuhan kami, kam liatlah nakku bagaimana keadaan di posko inikan, meletusnya Sinabung ini nakku, buat kami jadi lebih matang dan lebih dewasa dari sebelumnya (Komunikasi Personal,2016) Individu dengan hardiness yang tinggi, lebih baik dalam menghadapi situasi atau peristiwa yang stressfull, sedangkan individu yang memiliki hardiness rendah akan sakit dan jatuh ketika menghadapi situasi yang membuat stress (Kobasa, 1979). Setiap individu akan berbeda dalam menanggapi suatu peristiwa berat dalam hidupnya, gender memiliki peran dalam hardiness (Belmont, 2000). Penelitian yang dilakukan oleh Imaroatul (2009) menemukan bahwa terdapat perbedaan hardiness antara siswa pria dengan siswi wanita pada daerah abrasi. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Bartone & Priest (2001) menemukan bahwa terdapat perbedaan hardiness antara wanita dengan pria pada taruna militer. Penelitian Parameswari (2014) juga menemukan bahwa terdapat perbedaan hardiness antara guru perempuan dengan guru pria yang mengajar di sekolah. Fakih (1999) mengatakan bahwa gender merupakan perbedaan yang tampak antara pria dan wanita dalam melakukan tugas, tanggung jawab, fungsi, dan perilaku yang dibentuk oleh nilai sosial dan budaya dan dapat berubah menurut waktu serta kondisi. Salah satu budaya di Indonesia yang mempunyai tugas serta tanggung jawab yang tampak berbeda pada pria dan wanita adalah Suku Karo. Salah satu suku yang berada di Tanah Karo adalah suku Karo. Suku Karo umumnya tinggal di pedesaan atau lebih dikenal dengan sebutan kuta. Masyarakat Karo menganut paham patriarkhi untuk menggambarkan sistem
8 8 gender. Paham patriarkhi, yaitu suatu paham yang membuat pihak pria yang menjadi dominan dalam segala aspek kehidupan dibandingkan wanita, dan hal ini yang membuat orangtua bersuku Karo mengasuh anaknya dengan cara berbeda baik pada anak laki laki dengan anak perempuan (Bangun, 2006). Pada budaya Karo, kedudukan pria dianggap lebih tinggi daripada wanita, karena pihak pria yang dianggap memegang peranan penting dalam aspek kehidupan suku Karo (Tarigan,2009). Pria Karo, lebih banyak berperan dalam adat istiadat maupun dalam kedudukan sosial. Dalam acara adat istiadat, pria karo menjadi pemeran utama dan sebagai pembicara yang harus diterima dan disetujui oleh pihak wanita, pihak pria ditempatkan berada barisan paling depan dalam acara adat karena pria harus dihormati (Tarigan, 2009). Pria Karo juga memegang peran penting dalam hal pernikahan, karena pihak pria membeli atau tukur seorang wanita yang akan menjadi istrinya. pria Karo dianggap sebagai penerus keturunan marga, jika dalam suatu keluarga terdapat anak laki laki, maka anak tersebut akan menjadi anak yang paling dimanja oleh orangtua dan menjadi anak yang dinomor satukan dalam segala hal (Prinst,1996). Dalam sistem pembagian harta warisan pada masyarakat Karo, pihak pria mendapat pembagian harta yang paling besar daripada pihak wanita. Pihak pria Karo berhak untuk tidak memberikan, memberikan bahkan membatalkan harta warisan yang diberikan kepada saudara wanitanya (Tarigan, 1987). Dari kecil, anak laki laki diajarkan oleh orangtua untuk bertanggung jawab dalam keluarga, sebagai pelindung adik atau kakak, dan sebagai penerus marga kelak (Bangun, 2006). Pria Karo juga berperan sebagai pencari nafkah untuk menghidupi
9 9 kebutuhan keluarga (Natar, 2004). Walau, pada kenyataan yang terjadi pria Karo, lebih banyak menghabiskan waktu dan hidupnya untuk bersenang-senang, bercengkrama di warung kopi, berjudi, bermain kartu, minum tuak dan mabukmabukan dibandingkan bekerja ke ladang membantu istri (Natar,2004). Wanita Karo menurut Ny. Wallia Keliat (dalam Sembiring, 2008) merupakan wanita yang tangguh tetapi cenderung menerima keadaan sebagai sosok yang lebih rendah dan kurang percaya diri. Hal ini terjadi karena dalam keluarga, wanita hanyalah sebagai pelengkap dan pendengar serta tidak dapat menyampaikan pendapat pribadi, jikalau ingin memberikan pendapat, wanita harus menyampaikan kepada pria sehingga pria juga yang mendapat pujian. Menurut Tamboen (1952) wanita yang sudah menikah, mereka tetap mengurusi urusan yang membutuhkan kekuatan dan kesabaran sekaligus. Bagi seorang istri, tugas ganda yang mereka hadapi untuk mengurus anak dan melayani suami, mengurus rumah seperti menyapu, mencuci, mengambil air ke pancuran yang jaraknya bisa sampai 4 km dari rumah, serta bekerja di luar rumah untuk menambah penghasilan (sawah, ladang, mengurus dan memberi makan hewan ternak, berjualan, ke kantor, dll). Wanita Karo tidak mendapat harta warisan dalam keluarga sendiri, dalam bahasa Karonya dikatakan bahwa sidiberu la banci erban taka (wanita tidak bisa mengambil bagian) ungkapan tersebut merupakan dasar fundamental dalam pembagian warisan hanya semata untuk anak laki laki (Tarigan, 1987). Wanita Karo sudah terbiasa dengan tuntutan dan tanggung jawab yang berat dalam menjalani kehidupan (Natar, 2004).
10 10 Berdasarkan fenomena yang dijelaskan diatas, dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan tanggung jawab dan fungsi antara pria dan wanita Karo dalam menjalani kehidupan sehari hari. Sehingga, peneliti tertarik untuk melihat daya tahan atau hardiness pada penyintas wanita Karo lebih baik daripada penyintas pria Karo ketika mereka dihadapkan situasi yang membuat mereka menjadi stress akibat meletusnya Gunung Sinabung yang mengakibatkan kehidupan dan mata pencahariannya hilang dan mereka harus berada di posko pengungsian. 1.2 Rumusan Masalah Apakah hardiness pada penyintas wanita Karo lebih tinggi daripada penyintas pria Karo?. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk meneliti hardiness pada penyintas wanita Karo lebih tinggi daripada penyintas pria Karo. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas ilmu pengetahuan dalam rangka pengembangan kajian Psikologi secara umum, dan Psikologi Sosial secara khusus. b. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi penelitian mengenai hardiness, khususnya terhadap penyintas akibat meletusnya Gunung sinabung di Tanah Karo.
11 11 c. Hasil dari penelitian ini juga diharapkan dapat menambah referensi penelitian mengenai gender. 2. Manfaat praktis a. Untuk pemerintah setempat, agar mengetahui bahwa masyarakat Karo yang sebagai penyintas memiliki daya juang atau daya tahan terhadap situasi berat yang dihadapi oleh penyintas. b. Bagi penyintas bencana alam, agar tetap mempertahankan daya tahan yang dimiliki agar mampu untuk bangkit dari keadaan yang dialami. 1.5 Sistematika Penulisan Bab I : Pendahuluan Pada bab ini diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan dalam penelitian ini. Bab II : Landasan Teori Pada bab ini diuraikan landasan teori, antara lain teori mengenai hardiness, gender, penyintas Gunung Sinabung. Bab III : Metodologi Penelitian Pada bab ini diuraikan mengenai identifikasi variabel, definisi operasional variabel, subjek penelitian, jenis penelitian, metode dan alat pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat ukur, prosedur pelaksanaan penelitian serta metode analisa data.
12 12 Bab IV : Analisa Data dan Pembahasan Bab ini berisi tentang hasil penelitian yang disertai dengan interpretasi dan pembahasan BAB V : Kesimpulan dan Saran Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah dilakukan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Hardiness II.1.1. Pengertian Hardiness Menurut Bartone (dalam Ingranurindani, 2008) mengatakan bahwa hardiness merupakan kepribadian yang menjadi dasar atau disposisi individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gunung Sinabung tidak pernah meletus sejak 400 tahun yang lalu yaitu tahun
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gunung Sinabung tidak pernah meletus sejak 400 tahun yang lalu yaitu tahun 1600 tetapi mendadak aktif kembali dengan meletus pada tahun 2010 dan tercatat dua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, Hal ini berarti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, Hal ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam pendidikan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. individu membutuhkannya. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS,
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia dan setiap individu membutuhkannya. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, dijelaskan bahwa pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. faktor alam dan non alam yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan non alam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. aspek fisik, psikis, dan psikososial (Dariyo, 2004). Jika dilihat dari
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Adolesen (remaja) adalah masa transisi/peralihan dari masa kanak kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia baik secara materi atau secara spiritual. Bencana sering terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana alam merupakan peristiwa alam yang disebabkan oleh proses dan aktivitas alam, baik yang terjadi secara alami maupun karena sebelumnya ada tindakan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam lingkaran gunung api (ring of fire). Posisi tersebut menyebabkan Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan alamnya, tetapi merupakan salah satu Negara yang rawan bencana karena berada dipertemuan tiga lempeng yaitu lempeng Indo Australia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. api pasifik (the Pasific Ring Of Fire). Berada di kawasan cincin api ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang berada pada lingkaran cincin api pasifik (the Pasific Ring Of Fire). Berada di kawasan cincin api ini menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia baik secara materi atau secara spiritual. Bencana sering terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana alam merupakan peristiwa alam yang disebabkan oleh proses dan aktivitas alam, baik yang terjadi secara alami maupun karena sebelumnya ada tindakan atau
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu
9 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu masih menyisakan pilu bagi banyak pihak, terutama bagi orang yang terkena dampak langsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. imbas dari kesalahan teknologi yang memicu respon dari masyarakat, komunitas,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Parker (1992), bencana ialah sebuah kejadian yang tidak biasa terjadi disebabkan oleh alam maupun ulah manusia, termasuk pula di dalamnya merupakan imbas dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng. menjadi negara yang rawan terhadap bencana alam.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia terletak di garis khatulistiwa dan berada diantara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudera Hindia. Karena letaknya yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar belakang Indonesia menjadi negara yang paling rawan terhadap bencana di duniakarena posisi geografis Indonesia terletak di ujung pergerakan tiga lempeng dunia yaitu Eurasia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gunung Sinabung kembali erupsi sejak September 2013 hingga saat ini.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bencana alam merupakan sesuatu yang tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dikontrol, merupakan peristiwa yang sering terjadi dan tidak diragukan lagi akan terjadi (Nickerson,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Penelitian ini berangkat dari kejadian bencana alam yang terjadi di Kabupaten Karo
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian ini berangkat dari kejadian bencana alam yang terjadi di Kabupaten Karo pada akhir September 2013 yang lalu. Bencana alam yang terjadi yaitu bencana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara yang rawan bencana karena alam negeri kita ini berdiri di atas pertemuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan alamnya, tetapi merupakan salah satu negara yang rawan bencana karena alam negeri kita ini berdiri di atas pertemuan lempeng-lempeng
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa dekade terakhir, skala bencana semakin meningkat seiring dengan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa dekade terakhir, skala bencana semakin meningkat seiring dengan peningkatan urbanisasi, deforestasi, dan degradasi lingkungan. Hal itu didukung oleh iklim
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya pada
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya pada usia ini sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-anak dianggap mulai bertanggung
Lebih terperinciBersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424, 021-5228371
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki gunung merapi cukup banyak yang tersebar di seluruh penjuru nusantara meliputi Sumatera, Jawa, dan Irian Jaya. Di Sumatera
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Ringkasan Temuan Penahapan penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud terdapat lima tahap, yaitu tahap perencanaan penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud 2014, tahap
Lebih terperinciArahan Presiden RI pd Peninjauan Korban Gunung Sinabung, Tgl 23 Jan 2014, di Sumut Kamis, 23 Januari 2014
Arahan Presiden RI pd Peninjauan Korban Gunung Sinabung, Tgl 23 Jan 2014, di Sumut Kamis, 23 Januari 2014 ARAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PENINJAUAN KORBAN ERUPSI GUNUNG SINABUNG DI KABANJAHE,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. seorang individu maupun kelompok dalam memperoleh suatu tujuan yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Strategi merupakan suatu cara atau suatu sistem yang dimana seorang individu maupun kelompok dalam memperoleh suatu tujuan yang diinginkan sesuai kebutuhan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis, hidrologis, dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana. Badan Nasional Penanggulangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan suatu kelompok primer yang sangat erat. Yang dibentuk karena kebutuhan akan kasih sayang antara suami dan istri. (Khairuddin, 1985: 104).Secara historis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang sosial, kematian, luka-luka, sakit, hilangnya tempat tinggal, dan kekacauan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan faktor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bencana alam adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari oleh manusia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana alam adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari oleh manusia. Ancaman akan terjadinya bencana dari waktu ke waktu semakin luas dan cenderung meningkat. Bencana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dan memiliki kurang lebih 17.504 buah pulau, 9.634 pulau belum diberi nama dan 6.000 pulau tidak berpenghuni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. geografis Indonesia yang demikian menempatkan Indonesia di posisi silang,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan posisi geografisnya, Indonesia terletak di antara Benua Asia dan Benua Australia serta diantara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Letak geografis
Lebih terperinciRESILIENSI PADA PENYINTAS PASCA ERUPSI MERAPI. Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1
RESILIENSI PADA PENYINTAS PASCA ERUPSI MERAPI Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Diajukan oleh: ARYA GUMILANG PUTRA PRATHAMA F.100090190 FAKULTAS PSIKOLOGI
Lebih terperinciSUSUNAN PERTANYAAN WAWANCARA PERTANYAAN WAWANCARA KEPADA INFORMAN KUNCI. Mitigasi Bencana Erupsi Gunung Sinabung?
SUSUNAN PERTANYAAN WAWANCARA PERTANYAAN WAWANCARA KEPADA INFORMAN KUNCI 1. Bagaimana proses pembentukan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kabupaten Karo? 2. Apa saja program BPBD Kabupaten Karo
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. periode ini anak sangat aktif sehingga sering merasa kelelahan. Ketika anak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Aktivitas pada masa anak-anak dipenuhi dengan kegiatan bermain. Pada periode ini anak sangat aktif sehingga sering merasa kelelahan. Ketika anak tersebut kelelahan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidrologis serta demografis. Dampak dari terjadinya suatu bencana akan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Terjadinya bencana alam di suatu wilayah merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan. Hal ini disebabkan karena bencana alam merupakan suatu gejala alam yang tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Ring of fire) dan diapit oleh pertemuan lempeng tektonik Eurasia dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang dilintasi oleh jalur api (Ring of fire) dan diapit oleh pertemuan lempeng tektonik Eurasia dan Australia. Letak wilayah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan kepulauan Indonesia merupakan daerah pertemuan lempeng bumi dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan curah hujan yang relatif
Lebih terperinciLetusan Gunung Sinabung Tingkatkan Kesuburan Tanah
Letusan Gunung Sinabung Tingkatkan Kesuburan Tanah Sabtu, 25 Januari 2014 Dibaca 403 kali http://analisadaily.com/kota/news/letusan-gunung-sinabung-tingkatkan-kesuburantanah/1282/2014/01/25 Url Berita
Lebih terperinciB U P A T I K A R O PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG
B U P A T I K A R O PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PERSYARATAN PENETAPAN PEMILIH DAN PENDAFTARAN CALON KEPALA DESA DALAM PELAKSANAAN PEMILIHAN KEPALA DESA BAGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak memperhitungkan segala kemungkinan atas ulahnya tersebut. 3-lempeng-tektonik-besar.html diakses pada 24 Januari 2016)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hampir disetiap wilayah di belahan bumi ini pernah terjadi bencana alam, bencana itu sendiri dapat terjadi karena proses alam yang berasal dari perut bumi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi dibeberapa daerah, seperti banjir dan tanah longsor.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan yang berada di antara dua samudera dan dilewati dua sikrum gunung berapi. Kondisi tersebut menjadikan Indonesia menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menjalani peran sebagai penuntut ilmu, mahasiswa pada umumnya selalu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjalani peran sebagai penuntut ilmu, mahasiswa pada umumnya selalu dihadapkan pada pemikiran-pemikiran tentang seberapa besar pencapaian yang akan diraih selama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua daerah tidak pernah terhindar dari terjadinya suatu bencana. Bencana bisa terjadi kapan dan dimana saja pada waktu yang tidak diprediksi. Hal ini membuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Erupsi Gunung Merapi merupakan fenomena alam yang terjadi secara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erupsi Gunung Merapi merupakan fenomena alam yang terjadi secara periodik setiap tiga tahun, empat tahun atau lima tahun. Krisis Merapi yang berlangsung lebih dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai suatu negara kepulauan yang mempunyai banyak sekali gunungapi yang berderet sepanjang 7000 kilometer, mulai dari Sumatera, Jawa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Budaya mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia, baik cara berpikir,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat terlepas dari interaksi lingkungan sekitarnya. Interaksi yang dilakukan oleh manusia dimulai dari interaksi pada lingkup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat lereng Gunung Merapi. Banyaknya korban jiwa, harta benda dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Erupsi Merapi yang terjadi dua tahun lalu masih terngiang di telinga masyarakat lereng Gunung Merapi. Banyaknya korban jiwa, harta benda dan kehilangan mata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alam dan memiliki banyak gunung berapi yang masih aktif. Oleh karena itu penduduk Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara geografis wilayah Indonesia sebagian besar terletak di kawasan rawan bencana alam dan memiliki banyak gunung berapi yang masih aktif. Oleh karena itu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan gerbang terbentuknya keluarga dalam kehidupan masyarakat, bahkan kelangsungan hidup suatu masyarakat dijamin dalam dan oleh perkawinan. 1 Setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui garis astronomis 93⁰BT-141 0 BT dan 6 0 LU-11 0 LS. Dengan morfologi yang beragam dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik material
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gunung Merapi merupakan gunung api tipe strato, dengan ketinggian 2.980 meter dari permukaan laut. Secara geografis terletak pada posisi 7 32 31 Lintang Selatan dan
Lebih terperinciLIFE HISTORY. Note : II (12-18 tahun) Nama : Tetni br Tarigan Usia : 16 tahun
LIFE HISTORY Note : II (12-18 tahun) Nama : Tetni br Tarigan Usia : 16 tahun Tetni seorang anak perempuan berusia 16 tahun, yang tinggal dalam keluarga yang serba kekurangan. Ia, orang tuannya dan empat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Maraknya kabar mengenai negara-negara maupun daerah-daerah yang terkena bencana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Maraknya kabar mengenai negara-negara maupun daerah-daerah yang terkena bencana alam menghiasi surat kabar maupun berita-berita yang ada di televisi, bencana
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang Masalah. Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Masalah Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada karena ada masyarakat pendukungnya. Salah satu wujud kebudayaan adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wisata pendakian Gunung Sinabung yang memberikan pesona alam tersendiri.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hampir sepanjang waktu Gunung Sinabung memberikan manfaat bagi alam dan makhluk yang ada di sekitarnya. Lereng dan wilayah sekitar Gunung Sinabung terkenal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenomena orangtua tunggal beberapa dekade terakhir ini marak terjadi di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena orangtua tunggal beberapa dekade terakhir ini marak terjadi di berbagai Negara. Pada tahun 2005 di Inggris terdapat 1,9 juta orangtua tunggal dan 91% dari angka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari konsep kesejahteraan subjektif yang mencakup aspek afektif dan kognitif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebahagiaan adalah hal yang sangat diinginkan oleh semua orang. Setiap orang memiliki harapan-harapan yang ingin dicapai guna memenuhi kepuasan dalam kehidupannya. Kebahagiaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Permukaan Bumi mempunyai beberapa bentuk yaitu datar, berbukit. atau bergelombang sampai bergunung. Proses pembentukan bumi melalui
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Permukaan Bumi mempunyai beberapa bentuk yaitu datar, berbukit atau bergelombang sampai bergunung. Proses pembentukan bumi melalui berbagai proses dalam waktu yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari 30 gunung api aktif terdapat di Indonesia dengan lereng-lerengnya dipadati
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia adalah negara yang kaya akan gunung api dan merupakan salah satu negara yang terpenting dalam menghadapi masalah gunung api. Tidak kurang dari 30
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merupakan negara kepulauan terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah negara Indonesia memiliki kerawanan tinggi terhadap terjadinya bencana, baik yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam maupun faktor manusia. Hal ini
Lebih terperinciLAPORAN KEGIATAN MONITORING DAN EVALUASI KEGIATAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI BIDANG SOSIAL EKONOMI DI WILAYAH PASCABENCANA
LAPORAN KEGIATAN MONITORING DAN EVALUASI KEGIATAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI BIDANG SOSIAL EKONOMI DI WILAYAH PASCABENCANA LOKASI: KABUPATEN KARO, PROVINSI SUMATERA UTARA Nomor : Lap. /D-III/RR.03/01/2016
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal ini di jelaskan dalam Al-Qur an : Kami telah menjadikan kalian berpasang-pasangan (QS.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tinggal di sekitar kaki Gunung Sinabung, terutama Desa Guru Kinayan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Gunung Sinabung dengan koordinat puncak 3 o 10 LU, 98 o 23 BT, adalah gunung berapi aktif di dataran tinggi Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Ketinggian Gunung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi geografis Indonesia terletak pada busur vulkanik Circum Pacific and
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi geografis Indonesia terletak pada busur vulkanik Circum Pacific and Trans Asiatic Volcanic Belt dengan jajaran pegunungan yang cukup banyak dimana 129 gunungapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah vulkanis merupakan tanah yang berasal dari letusan gunungapi, pada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah vulkanis merupakan tanah yang berasal dari letusan gunungapi, pada saat gunungapi meletus mengeluarkan tiga jenis bahan yaitu berupa padatan, cair, dan gas.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang dilewati oleh dua jalur pegunungan muda dunia sekaligus, yakni pegunungan muda Sirkum Pasifik dan pegunungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. grup di media sosial (Facebook)yaitu Bapak Usaha Bangun Barus akan gagalnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yayasan GEBU KARO (Gerakan Seribu Karo) tidak lahir dengan sendirinya. Yayasan Gebu Karo terbentuk berawal dari keprihatinan salah seorang member grup di media sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fenomena berpacaran sudah sangat umum terjadi dalam masyarakat. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan memahami lawan jenisnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gunungapi Merapi merupakan gunung yang aktif, memiliki bentuk tipe stripe strato yang erupsinya telah mengalami perbedaan jenis erupsi, yaitu erupsi letusan dan leleran
Lebih terperinciGAMBARAN EXPLANATORY STYLE PADA PENYINTAS ERUPSI GUNUNG SINABUNG YANG BERSUKU KARO DI TEMPAT PENGUNGSIAN SKRIPSI
GAMBARAN EXPLANATORY STYLE PADA PENYINTAS ERUPSI GUNUNG SINABUNG YANG BERSUKU KARO DI TEMPAT PENGUNGSIAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan ujian sarjana Psikologi Oleh BOY RIDHO VALENTINO PASARIBU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia secara geografis terletak di wilayah yang rawan bencana. Bencana alam sebagai peristiwa alam dapat terjadi setiap saat, di mana saja, dan kapan saja,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga. harta benda, dan dampak psikologis (BNPB, 2007).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
Lebih terperinciKEBAHAGIAAN (HAPPINESS) PADA REMAJA DI DAERAH ABRASI
KEBAHAGIAAN (HAPPINESS) PADA REMAJA DI DAERAH ABRASI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Disusun oleh : DENI HERBYANTI F 100 050 123 FAKULTAS PSIKOLOGI
Lebih terperinciTRILOGI NOVEL MARITO
TRILOGI NOVEL MARITO Izinkan Aku Memelukmu Ayah Dalam Pelarian Ketika Aku Kembali Marito, terlahir sebagai perempuan di suku Batak. Ia memiliki empat kakak perempuan. Nasibnya lahir di masa terpelik dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu proses berkelanjutan dalam kehidupan yang ditandai dengan berbagai perubahan ke arah penurunan. Problematika yang harus dihadapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat, hampir semua manusia hidup terikat dalam sebuah jaringan dimana seorang manusia membutuhkan manusia lainnya untuk dapat hidup
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG MASALAH
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebudayaan dalam arti luas adalah perilaku yang tertanam, ia merupakan totalitas dari sesuatu yang dipelajari manusia, akumulasi dari pengalaman yang dialihkan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1408, 2014 BNPB.Bantuan. Duka. Cita.Besaran. Pemberian Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN DAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. rumah adalah ayah, namun seiring dengan berkembangnya zaman, tidak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejatinya didalam keluarga biasanya yang mencari nafkah bekerja diluar rumah adalah ayah, namun seiring dengan berkembangnya zaman, tidak dipungkiri bahwa peranan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejumlah bencana alam yang terjadi di Indonesia memberikan dampak yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejumlah bencana alam yang terjadi di Indonesia memberikan dampak yang buruk bagi korban maupun lingkungan yang terkena bencana alam tersebut. Kesedihan karena hilangnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama bagi anak yang memberi dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah satunya adalah
Lebih terperinciM, 2015 PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MENJADI RELAWAN DI DAERAH BENCANA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjadi seorang relawan merupakan tindakan kemanusiaan yang sangat nyata. Banyak kalangan yang tertarik untuk menjadi relawan, baik itu para anak muda yang belum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbicara terkait kasus-kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara terkait kasus-kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) di Indonesia, saat ini sudah tidak mengenal kata usai dan terus bertambah setiap tahunnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Gunung Sinabung yang kian lama kian meningkatkan aktivitas vulkaniknya mengakibatkan warga disekitar gunung sinabung mau tidak mau harus mengungsikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa tua merupakan masa paling akhir dari siklus kehidupan manusia, dalam masa ini akan terjadi proses penuaan atau aging yang merupakan suatu proses yang dinamis sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Merapi ditingkatkan dari normal menjadi waspada, dan selanjutnya di tingkatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Menurut Gema Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) (2011:14), Gunung Merapi merupakan salah satu gunung berapi yang paling aktif di dunia. Erupsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diandalkan pada saat individu mengalami kesulitan (Orford, 1992). Dukungan
BAB I PENDAHULUAN I. A. LATAR BELAKANG Dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, dan penghargaan yang diandalkan pada saat individu mengalami kesulitan (Orford, 1992). Dukungan sosial ini terbagi atas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Salah satu fase penting dalam penanggulangan bencana adalah fase respon atau fase tanggap darurat. Fase tanggap darurat membutuhkan suatu sistem yang terintegritas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi nanti (Rini, 2008). Masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pensiun seringkali dianggap sebagai kenyataan yang tidak menyenangkan sehingga menjelang masanya tiba sebagian orang sudah merasa cemas karena tidak tahu kehidupan
Lebih terperinciBAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK. dibahas dengan menggunakan perspektif teori pengambilan keputusan.
BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK Bab ini akan membahas tentang temuan data yang telah dipaparkan sebelumnya dengan analisis teori pengambilan keputusan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perceraian merupakan suatu perpisahan secara resmi antara pasangan suami-istri dan berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri.
Lebih terperinciBAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja
BAB I PENDAHALUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah fase kedua dalam kehidupan setelah fase anak-anak. Fase remaja disebut fase peralihan atau transisi karena pada fase ini belum memperoleh status
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan tempat dimana tiga lempeng besar dunia
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan tempat dimana tiga lempeng besar dunia bertemu, yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik. Interaksi antar
Lebih terperinci5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5. 1 Kesimpulan 5. 1. 1 Kesimpulan Utama Dari hasil pengolahan data utama dan analisisnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Tidak terdapat hubungan yang signifikan
Lebih terperinciBAB II KONDISI GEOGRAFIS MASYARAKAT KARO DI DESA SURBAKTI. penggunaan musik tiup dan faktor- faktor yang melatar-belakangi penerimaan dan
BAB II KONDISI GEOGRAFIS MASYARAKAT KARO DI DESA SURBAKTI Pada bab ini dimulai dengan penjelasan singkat mengenai kondisi geografis desa Surbakti yang kemudian dilanjutkan dengan latar belakang sejarah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beberapa pulau utama dan ribuan pulau kecil disekelilingnya. Dengan 17.508 pulau, Indonesia menjadi negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup senantiasa barada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan berakhir ketika individu memasuki masa dewasa awal, tetapi
Lebih terperinci