ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI GANDUM LOKAL DI KECAMATAN TOSARI KABUPATEN PASURUAN PROPINSI JAWA TIMUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI GANDUM LOKAL DI KECAMATAN TOSARI KABUPATEN PASURUAN PROPINSI JAWA TIMUR"

Transkripsi

1 ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI GANDUM LOKAL DI KECAMATAN TOSARI KABUPATEN PASURUAN PROPINSI JAWA TIMUR SKRIPSI ISNURDIANSYAH H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

2 RINGKASAN ISNURDIANSYAH. Analisis Pendapatan Usahatani Gandum Lokal di Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan Propinsi Jawa Timur. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan LUKMAN M. BAGA) Permintaan pasar untuk komoditas gandum dalam negeri cukup besar dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Saat ini, diversifikasi pangan yang cukup berhasil adalah penggunaan tepung gandum (terigu). Hal ini disebabkan oleh penggunaan terigu cukup luas oleh masyarakat dengan variasi kemasan, siap saji, dan praktis. Namun, Indonesia masih mengandalkan gandum impor untuk memenuhi kebutuhan konsumsi nasional. Aktivitas impor gandum dapat mengancam ketahanan pangan Indonesia dalam jangka panjang. Oleh karena itu, Indonesia harus mulai mengurangi, bahkan melepaskan ketergantungan terhadap gandum impor. Salah satu caranya adalah pengembangan agribisnis gandum lokal karena tanaman gandum cukup adaptif dikembangkan di Indonesia. Kecamatan Tosari merupakan penghasil utama komoditas gandum lokal di Indonesia melalui berbagai bantuan pengembangan yang dilaksanakan oleh pemerintah sejak tahun Pemerintah yang terkait terdiri dari pemerintah pusat (Departemen Pertanian) dan pemerintah daerah (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Pasuruan) dengan anggaran pusat dan daerah. Namun, akselerasi pengembangan gandum di Kecamatan Tosari berjalan cukup lambat. Hal ini diindikasikan oleh tingkat pengelolaan usahatani yang merupakan tanaman terbaru dibandingkan tanaman hortikultura di Kecamatan Tosari. Pengelolaan usahatani yang kurang baik dapat berimplikasi pada penurunan pendapatan usahatani petani gandum lokal di Kecamatan Tosari. Lambatnya akselerasi pengembangan gandum lokal juga dapat dilihat dari keterkaitan antar subsistem agribisnis gandum lokal yang membentuk suatu sistem yang belum terintegrasi dengan baik. Sistem agribisnis gandum lokal yang baik dapat meningkatkan motivasi petani dalam mengembangkan komoditas tersebut. Perubahan teknologi melalui mekanisasi pertanian juga dianalisis untuk meningkatkan efisiensi usahatani sehingga pendapatan petani gandum lokal semakin baik. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan, Propinsi Jawa Timur. Waktu penelitian dilakukan selama Bulan Juni 2009 hingga Januari Lokasi penelitian ditentukan secara Purposive (sengaja). Teknik penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode Cluster Sampling (Non-Probability Sampling) berdasarkan frekuensi tanam gandum pada tiap desa di Kecamatan Tosari. Responden penelitian sebanyak 30 petani yang pernah menanam gandum lokal dengan menggunakan metode Snowball Sampling dengan mengutamakan petani yang berhasil dalam kegiatan usahatani gandum lokal. Informan sebanyak 22 responden juga diwawancara untuk mengetahui kondisi faktual tentang integrasi subsistem agribisnis gandum lokal lainnya. penelitian menggunakan metode deskriptif dengan jenis metode kasus (case study), yaitu prosedur dan teknik penelitian tentang petani gandum lokal. Data dan instrumentasi penelitian yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara langsung ii

3 dengan menggunakan kuesioner, Focus Group Discussion (FGD), pemandu lapang, dan wawancara khusus (Elite Interviewing). Data sekunder yang digunakan berasal dari instansi yang terkait, literatur dan penelusuran media elektronik. Penelitian ini menggunakan data kualitatif yang dianalisis secara deskriptif berdasarkan fakta di lokasi penelitian. Data kuantitatif juga digunakan dalam penelitian ini, yaitu analisis pendapatan usahatani dan R/C. Hasil penelitian ini adalah kegiatan budidaya gandum lokal belum dilakukan secara intensif karena pengalaman usahatani petani responden masih rendah dan pengelolaan lahan masih dilaksanakan secara tradisional. Pendapatan atas biaya tunai usahatani gandum mencapai Rp ,98. Pendapatan atas biaya total usahatani gandum sebesar -Rp ,91. Nilai negatif diperoleh karena penerimaan total lebih kecil dibandingkan biaya total. R/C atas biaya tunai dan biaya total petani responden sebesar 1,83 dan 0,99, yaitu petani responden mendapatkan penerimaan sebesar Rp 1,83 dan Rp 0,99 dari setiap satu rupiah yang telah dikeluarkan. Petani responden mengalami keuntungan jika dilihat berdasarkan R/C atas biaya tunai dan petani responden mengalami kerugian jika dilihat berdasarkan R/C atas biaya total. Penyusunan anggaran parsial menghasilkan peningkatan R/C usahatani gandum lokal yang signifikan melalui penambahan mesin perontok (thresher) dan mesin panen tepat guna. R/C rasio atas biaya tunai dan biaya total mencapai 2,61 dan 1,48. Peningkatan R/C menjadikan gandum lokal semakin prospektif untuk dikembangkan. Subsistem usahatani gandum lokal memiliki keterkaitan dengan subsistem agribisnis gandum lokal lainnya dalam mewujudkan keberlanjutan komoditas tersebut. Subsistem pengolahan gandum lokal belum dilaksanakan secara optimal. Hal ini ditandai dengan belum adanya tepung terigu lokal di pasar walaupun terdapat potensi pengolahan berbahan baku tepung terigu di Kecamatan Tosari. Subsistem pemasaran dapat berjalan dengan baik walaupun dilaksanakan secara sederhana dan terpusat pada satu saluran pemasaran gandum lokal. Kualitas petani gandum lokal harus ditingkatkan dalam teknik budidaya berdasarkan pengalaman usahataninya melalui evaluasi teknik budidaya yang telah dilakukan sebelumnya. Pendapatan usahatani gandum lokal dapat ditingkatkan jika teknik budidaya petani gandum lokal semakin baik. Pengadaan sarana panen dan pascapanen harus diperhatikan, seperti penggunaan teknologi mesin perontok (thresher) tepat guna dan gudang penyimpanan hasil panen gandum yang sesuai dengan kondisi kemiringan lahan dan iklim di Kecamatan Tosari. Sosialisasi mengenai manfaat penanaman gandum sebagai pergiliran pola tanam perlu ditingkatkan agar pertanian yang berkelanjutan dapat tercapai. Hal ini berguna untuk menjaga dan menimbulkan motivasi baik petani yang telah menanam maupun yang belum menanam gandum lokal. Penelitian lebih lanjut mengenai dampak pergiliran tanaman gandum terhadap peningkatan produktivitas tanaman perlu dilakukan sebagai dasar sosialisasi terhadap petani. Pemasaran gandum melalui satu saluran pemasaran dapat menyebabkan ketergantungan dan menganggu keberlanjutan pengembangan agribisnis gandum lokal secara jangka panjang. Alternatif saluran pemasaran lain perlu dipikirkan, seperti pengembangan bisnis pengolahan gandum lokal menjadi tepung gandum (terigu) lokal. Dukungan subsistem penunjang agribisnis, seperti pemerintah dan lembaga keuangan diperlukan agar petani dapat melakukan mekanisasi pertanian sebagai upaya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. iii

4 ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI GANDUM LOKAL DI KECAMATAN TOSARI KABUPATEN PASURUAN PROPINSI JAWA TIMUR ISNURDIANSYAH H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 iv

5 Judul Skripsi Nama NIM : Analisis Pendapatan Usahatani Gandum Lokal di Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan Propinsi Jawa Timur : Isnurdiansyah : H Menyetujui, Pembimbing Ir. Lukman M. Baga, MA. Ec NIP Mengetahui, Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus : v

6 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Pendapatan Usahatani Gandum Lokal di Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan Propinsi Jawa Timur adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Januari 2010 Isnurdiansyah H vi

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta pada tanggal 12 Juni Penulis adalah anak kedua (dari dua bersaudara) dari pasangan Bapak Syaefuddin dan Ibu Dwi Soefiana. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Cisarua IV Bogor pada tahun 1999 dengan sebelumnya menjalani pendidikan dasar pada lima sekolah yang berbeda. Pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2002 di SLTP Negeri 12 Bekasi. Pendidikan menengah atas diselesaikan penulis pada tahun 2005 di SMA Negeri 1 Cisarua Bandung. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2005 dengan Kurikulum Mayor Minor yang merupakan kebijakan baru. Penulis diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor pada tahun Selama mengikuti pendidikan di IPB, penulis aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen (BEM) sebagai Staff Divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) pada tahun 2007 dan Himpunan Profesi Mahasiswa Peminat Agribisnis (HIPMA) sebagai ketua pada tahun 2008 yang merupakan periode kepengurusan pertama. Selain aktif dalam kelembagaan kampus, penulis juga pernah terlibat dalam berbagai kepanitian kegiatan kampus. Penulis mendapatkan dua jenis beasiswa selama pendidikan di IPB, yaitu: Beasiswa Pengembangan Prestasi Akademik (PPA) pada tahun 2007 dan Beasiswa Goodwill International pada tahun Penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan lomba penulisan yang diselenggarakan oleh berbagai institusi pendidikan dengan memperoleh beberapa prestasi, antara lain: pendanaan proposal Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) tahun , Juara I Business Plan Competition Banking Goes To Campus (BGTC) FEM IPB tahun 2009, Juara II National Food Innovation Competition (NFIC) HIMITEPA IPB tahun 2009, dan Juara I Paper Competition Simposium Ekonomi Nasional FE UI tahun Penulis telah menjalankan kegiatan bisnis pengolahan ubi jalar menjadi keripik ubi jalar Qibichan sejak tahun vii

8 KATA PENGANTAR Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan KaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Analisis Pendapatan Usahatani Gandum Lokal di Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan Propinsi Jawa Timur dengan baik. Peningkatan konsumsi gandum impor dalam bentuk tepung terigu semakin tinggi setiap tahunnya sehingga dapat menyebabkan ketergantungan komoditas gandum pada negara lain. Keadaan tersebut akan mengancam stabilitas nasional dalam jangka panjang. Pengembangan gandum lokal harus dilakukan untuk mengantisipasi permasalahan tersebut dengan dukungan aspek usahatani yang baik. Keterkaitan subsistem usahatani dengan subsistem agribisnis gandum lokal lainnya juga mendukung keberlanjutan sistem agribisnis gandum lokal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keragaan, perbandingan pendapatan, keterkaitan antar subsistem agribisnis, dan anggaran parsial gandum lokal di Kecamatan Tosari sebagai sentra utama komoditas tersebut. Skripsi ini dapat memberikan informasi secara detail tentang usahatani gandum lokal sehingga penulis berharap dapat memberikan manfaat bagi setiap pihak, seperti: pengambil kebijakan, masyarakat, dan penelitian terkait selanjutnya. Penulis telah berusaha secara optimal dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini. Namun, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kelemahan dan kekurangan. Penulis mengharapkan skripsi ini dapat dijadikan salah satu referensi untuk mengembangkan komoditas gandum lokal di Indonesia. Proses diskusi mengenai topik maupun komoditas yang terkait dengan skripsi ini, dapat menghubungi penulis di alamat Bogor, Januari Isnurdiansyah viii

9 UCAPAN TERIMA KASIH Penyelesaian skripsi ini mendapatkan dukungan dari berbagai pihak baik berupa materil maupun moril. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan sebagai rasa syukur terhadap Allah SWT, kepada: 1. Kedua orang tua (Syaefuddin dan Dwi Soefiana), kakak (Dani Wahidin), adik-adik (Bita, Argit, Salas, Alif, Rama dan Dana), dan seluruh keluarga tercinta atas segala dukungan, ketulusan kasih sayang, dan doa. 2. Ir. Lukman M. Baga, MA. Ec. sebagai dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. Penulis mendapatkan pengalaman lebih berharga tidak hanya penulisan skripsi, tetapi juga tentang hidup. 3. Ir. Dwi Rachmina, MSi dan Dr. Ir. Ratna Winandi, MS sebagai dosen penguji utama dan dosen penguji dari wakil komisi pendidikan pada ujian sidang penulis yang telah memberikan masukan dan saran demi perbaikan skripsi ini. 4. Dr. Ir. Yusman Syaukat, M. Ec yang telah memberikan arahan penulisan proposal dan struktur penulisan selama penyusunan skripsi ini. 5. Amzul Rifin, SP. MA dan Arif Karyadi Uswandi, SP sebagai dosen pembimbing akademik, seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis. 6. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Pasuruan, Kecamatan Tosari dan Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Tosari dan Mantri Pertanian Kecamatan Tosari yang telah memberikan dukungan dan informasi. 7. Seluruh petani responden yang menanam gandum lokal di Kecamatan Tosari yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Penulis mendapatkan pelajaran tidak hanya mengenai usahatani komoditas gandum lokal dan juga kerukunan antar umat beragama di Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan. 8. Hendra Khaerizal, SP atas semangat kebersamaan selama melakukan penelitian di Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan Propinsi Jawa Timur. 9. Rekan-rekan satu bimbingan (Agnes Aulia Dwi Puspita, SE dan Lenny Siahaan, SE) atas dukungan dan semangatnya. Semoga kita dapat menjadi manusia yang berguna bagi nusa, bangsa, dan agama. Amin. ix

10 10. Robby Febrio, sebagai pembahas seminar hasil penelitian penulis dengan memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam perbaikan skripsi ini. 11. Pihak manajemen Yayasan Goodwill International (Ibu Mizue Hara, Ibu Mien, Teh Rossa, Mas Broto) atas setiap ketulusan kasih sayang yang telah diberikan kepada penulis. Teman-teman dan para Trainer Goodwill yang telah menjadi inspirasi penulis dalam melatih kemampuan Bahasa Inggris. 12. Sahabat Kamar C2-131 (Bambang, Zaenuri, Yoki) atas kebersamaan dan pengalaman yang telah dibagikan kepada penulis. 13. Ibu Kontrakan Al-Ahsan yang telah memberikan makna dari sebuah perjuangan dalam hidup dan juga Teman-teman kontrakan Al-Ahsan atas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. 14. Sahabat-sahabat Pondok Iwan (Idaman Wanita): Hary, Fery, Nawi, Jacko, Sule, Bayu, Gito, dan Noel atas semangat berbagi dan kebersamaan yang telah dikorbankan. Semoga persahabatan ini tidak akan lekang oleh waktu. 15. Kepengurusan HIPMA (Himpunan Profesi Mahasiswa Peminat Agribisnis) angkatan pertama atas segala dedikasi dan kerja keras yang telah diberikan untuk mewujudkan mahasiswa agribisnis lebih baik. 16. Sahabat-sahabat satu kelompok gladikarya Desa Blanakan Kabupaten Subang (Indri, Rifi, Hepi, dan Siti) atas segala pengorbanan dan kesabarannya. 17. Sahabat-sahabat AGB 42 yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas kebersamaannya dalam menuntut ilmu di Departemen Agribisnis. Kebersamaan kita akan menjadi bagian dari perjalanan indah penulis. 18. Keluarga besar Agribisnis (AGB 43, 44, dan 45) atas segala keceriaan, kasih sayang dan semangatnya. Suatu penghargaan tersendiri bagi penulis dapat menjadi bagian dari keluarga besar Agribisnis. Growing the future! 19. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas setiap bantuan, dukungan dan pengorbanan yang telah diberikan terhadap penulis. Bogor, Januari 2010 Isnurdiansyah x

11 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xvi DAFTAR LAMPIRAN... xvii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian II. TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Gandum Asal Usul Gandum Jenis Gandum Botani Gandum Syarat Tumbuh Gandum Iklim Tanah Benih Penelitian Terdahulu Penelitian yang Terkait Usahatani Penelitian yang Terkait Gandum III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Usahatani Pendapatan Usahatani Anggaran Parsial Konsep Agribisnis dan Kelembagaan Kerangka Pemikiran Operasional IV. METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Penentuan Sampel Desain Penelitian Data dan Instrumentasi Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan Data Analisis Pendapatan Usahatani Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya Anggaran Parsial (Partial Budgets) xi

12 V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI Gambaran Umum Kabupaten Pasuruan Gambaran Umum Kecamatan Tosari Karakteristik Wilayah Kondisi Sosial Ekonomi Karakteristik Petani Responden Umur Responden Tingkat Pendidikan Responden Pengalaman Usahatani Responden Luas dan Status Kepemilikan Lahan Responden VI. ANALISIS USAHATANI GANDUM LOKAL Keragaan Usahatani Gandum Lokal Pemilihan Lokasi Penanaman Pemilihan Varietas Benih Pengolahan Tanah Penanaman Pemeliharaan (Pemupukan dan Penyiangan) Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Panen dan Pascapanen Analisis Pendapatan Usahatani Gandum Lokal Penerimaan Usahatani Biaya Tunai Usahatani Biaya Diperhitungkan Usahatani Gandum Lokal sebagai Tanaman Komplementer VII. SISTEM AGRIBISNIS GANDUM LOKAL Subsistem Usahatani Gandum Lokal Motivasi dan Hambatan Petani dalam Usahatani Gandum Lokal Panen dan Pascapanen Gandum Lokal Subsistem Pengolahan Gandum Lokal Subsistem Pemasaran Gandum Lokal Analisis Anggaran Parsial dalam Upaya Peningkatan Kualitas Gandum Perubahan Biaya Usahatani Perubahan Penerimaan Usahatani Perubahan R/C Usahatani Implikasi VIII. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

13 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun Peranan PDB Berdasarkan Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persen) Kontribusi PDB Sektor Pertanian di Indonesia Tahun (Persen) Komposisi Nutrisi Komoditas Serealia per 100 Gram Perkembangan Impor Gandum di Indonesia Tahun Produksi dan Pemakaian Gandum Dunia Tahun Potensi Lahan yang Sesuai untuk Pengembangan Gandum di Indonesia Tahun Frekuensi Tanam Gandum Lokal di Kecamatan Tosari Tahun Perhitungan Analisis Pendapatan dan R-C Rasio Usahatani Rata-Rata Curah dan Hari Hujan Kecamatan Tosari Tahun Rata-Rata Curah Hujan dan Hari Hujan per Bulan Kecamatan Tosari Tahun Luas dan Tata Guna Lahan Kecamatan Tosari Tahun 2007 (Hektar) Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kecamatan Tosari Tahun 2007 (Hektar) Kelembagaan Petani di Kecamatan Tosari Tahun Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Umur di Kecamatan Tosari Tahun Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan Tosari Tahun Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Usahatani di Kecamatan Tosari Tahun Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Luas Kepemilikan Lahan di Kecamatan Tosari Tahun xiii

14 19. Rata-Rata Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) Usahatani Gandum Lokal Petani Responden di Kecamatan Tosari per Hektar Musim Tanam Bulan Juni-September Tahun Rata-Rata Biaya Penggunaan Sarana Produksi Usahatani Gandum Lokal Petani Responden di Kecamatan Tosari per Hektar Musim Tanam Bulan Juni-September Tahun Rata-Rata Biaya Penyusutan Peralatan Pertanian Usahatani Gandum Lokal Petani Responden di Kecamatan Tosari per Hektar Musim Tanam Bulan Juni-September Tahun Rata-Rata Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) Usahatani Gandum Lokal Petani Responden di Kecamatan Tosari per Hektar Musim Tanam Bulan Juni-September Tahun Struktur Biaya Usahatani Gandum Lokal Petani Responden di Kecamatan Tosari per Hektar Musim Tanam Bulan Juni- September Tahun Analisis Pendapatan dan R/C Usahatani Gandum Lokal Petani Responden di Kecamatan Tosari per Hektar Musim Tanam Bulan Juni-September Tahun Data Poktan dan Gapoktan Responden Gandum Lokal Berdasarkan Desa Observasi di Kecamatan Tosari Tahun Cara Usahatani di Kecamatan Tosari Tahun Motivasi Petani Menanam Gandum di Kecamatan Tosari Tahun Kendala Produksi Gandum di Kecamatan Tosari Tahun Persepsi Petani terhadap Kebiasaan Pola Panen Gandum di Kecamatan Tosari Tahun Perbandingan Kondisi Gudang Simpan Petani Responden di Kecamatan Tosari dengan Petunjuk Teknis Departemen Pertanian Tahun Variasi Kue-Kue Berbahan Baku Tepung Terigu di Kecamatan Tosari Tahun Persepsi Petani terhadap Hubungan antara Petani dan Pembeli dalam Pola Distribusi Gandum Lokal di Kecamatan Tosari Tahun Anggaran Parsial Pengadaan Mesin Perontok (Power Thresher) dan Mesin Panen Gandum Lokal per Hektar Tahun xiv

15 34. Pengelompokkan Perubahan Biaya dan Penerimaan Usahatani sebagai Implikasi Anggaran Keuntungan Parsial per Hektar Tahun Perubahan Analisis Pendapatan Usahatani Gandum Lokal per Hektar Tahun xv

16 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Harga Rata-Rata Tepung Terigu di Pasar International Tahun Tahapan Pengembangan Gandum di Kabupaten Pasuruan Kurva Fungsi Produksi Efisiensi Skala Produksi Menaik (a), Konstan (b), dan Menurun (c) Kerangka Pemikiran Operasional Siklus Keseimbangan Tanaman Gandum, Kentang, dan Jamur Sebaran Penanaman Gandum Lokal secara Berkelompok di Kecamatan Tosari Tahun Kendala dalam Gudang Penyimpanan Gandum Lokal di Kecamatan Tosari Tahun Pola Distribusi Hasil Panen Gandum di Kecamatan Tosari Tahun Persepsi Petani terhadap Pasar dan Pemasaran Gandum di Kecamatan Tosari Tahun Mesin Perontok Padi (Power Thresher) Tahun Mesin Panen Padi Tahun Lahan Miring yang Dibiarkan Kosong (Bera) di Kecamatan Tosari pada Musim Kering Bulan Juni-September Tahun Tanaman Gandum Lokal pada Lahan Datar di Kecamatan Tosari Tahun Tanaman Gandum Lokal pada Lahan Miring di Kecamatan Tosari Tahun Tanaman Gandum Lokal Menjelang Panen di Kecamatan Tosari Tahun Hama Kutu Daun (Aphids) pada Tanaman Gandum Lokal di Kecamatan Tosari Tahun Biji Gandum Pecah Kulit yang Dipersiapkan untuk Dijadikan Benih di Kecamatan Tosari Tahun Tepung Gandum (Terigu) Lokal yang Berwarna Krim (Kecoklatan) di Kecamatan Tosari Tahun xvi

17 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Daftar Petani Responden Gandum Lokal di Kecamatan Tosari Tahun Deskripsi Benih Varietas Selayar Deskripsi Benih Varietas Dewata Deskripsi Benih Varietas Timor Deskripsi Varietas Nias Analisis Pendapatan Usahatani Gandum Lokal Petani Responden di Kecamatan Tosari per Hektar Musim Tanam Bulan Juni- September Tahun Deskripsi Mesin Perontok Padi (Power Thresher) Tahun Deskripsi Mesin Panen Padi Tipe Gendong Tahun Dokumentasi Gandum Lokal di Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan Propinsi Jawa Timur Tahun xvii

18 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian Indonesia mengalami keterpurukan pada tahun 1998 setelah mengalami pertumbuhan yang pesat pada tahun-tahun sebelumnya. Prestasi pertumbuhan ekonomi sebesar 7,82 persen yang dicapai pada tahun 1996 mengalami kontraksi sebesar 0,79 persen pada tahun 1998 karena adanya krisis ekonomi yang berlanjut ke krisis sosial dan politik. Hal ini merupakan perkembangan dari krisis nilai tukar mata uang Thailand (Baht) pada tahun 1997 sehingga mata uang Indonesia (Rupiah) pun turut terpuruk secara signifikan dari Rp per dolar AS menjadi Rp per dolar AS. Rincian tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah (2009) 1 Tahun Pertumbuhan (%) , , , , , , , , , , ,10 Pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan secara bertahap setelah tahun Hal ini mengindikasikan keadaan perekonomian Indonesia sudah mulai membaik dari tahun ke tahun. Bahkan, secara keseluruhan pertumbuhan perekonomian Indonesia pada tahun 2008 dapat terjaga di atas enam persen walaupun terjadi krisis global di akhir tahun tersebut. 1 [BPS] Badan Pusat Statistik Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha. [23 Februari 2009]

19 Perekonomian Indonesia pada tahun 2008 mengalami pertumbuhan sebesar 6,1 persen dibanding Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan pada tahun 2008 mencapai Rp 2.082,1 triliun, sedangkan pada tahun 2007 sebesar Rp 1.963,1 triliun. Bila dilihat berdasarkan harga berlaku, PDB tahun 2008 naik sebesar Rp 1.004,7 triliun, yaitu dari Rp 3.949,3 triliun pada tahun 2007 menjadi sebesar Rp 4.954,0 triliun pada tahun Kinerja perekonomian Indonesia dapat digambarkan oleh PDB berdasarkan lapangan usaha atau ekonomi. PDB tersebut memiliki sembilan sektor lapangan usaha. Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi sumberdaya alam cukup tinggi. Sumberdaya alam memiliki keterkaitan erat dengan sektor pertanian. Hal ini tercermin dari kontribusi sektor pertanian yang terus mengalami peningkatan dari tahun 2005 dan mencapai 14,4 persen terhadap keseluruhan PDB total tahun 2008 Peranan PDB berdasarkan lapangan usaha di Indonesia dapat dilihat secara rinci pada Tabel 2. Tabel 2. Peranan PDB Berdasarkan Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persen) No Lapangan Usaha Tahun * 2008** 1 Pertanian 14,3 13,1 13,0 13,8 14,4 2 Pertambangan dan penggalian 8,9 11,1 11,0 11,2 11,0 3 Industri pengolahan 28,1 27,4 27,5 27,0 27,9 4 Listrik, gas, dan air bersih 1,0 1,0 0,9 0,9 0,8 5 Konstruksi 6,6 7,0 7,5 7,7 8,4 6 Pedagangan, hotel dan restoran 16,1 15,6 15,0 14,9 14,0 7 Pengangkutan dan komunikasi 6,2 6,5 6,9 6,7 6,3 8 Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 8,5 8,3 8,1 7,7 7,4 9 Jasa-jasa 10,3 10,0 10,1 10,1 9,8 Produk Domestik Bruto 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 PDB tanpa migas 90,7 88,6 88,9 89,5 89,3 Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah (2009) Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara 2 [BPS] Badan Pusat Statistik Berita Resmi Statistik No. 11/02 Th. XII. [23 Februari 2009] 2

20 Distribusi PDB berdasarkan lapangan usaha atas dasar harga berlaku menunjukkan peranan dan perubahan struktur ekonomi dari tahun ke tahun. Tiga sektor utama penyusun PDB pada tahun 2008, yaitu: sektor industri pengolahan, pertanian dan perdagangan, hotel, dan restoran. Sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar kedua setelah industri pengolahan sebesar 27,9 persen. Sektor pertanian tersusun atas lima subsektor, antara lain: tanaman pangan, tanaman perkebunan, peternakan dan produk turunannya, kehutanan dan perikanan. Lima subsektor tersebut saling mendukung ketahanan pangan di Indonesia. Subsektor tanaman pangan memiliki kontribusi terbesar dalam PDB sektor pertanian, yaitu 6,78 persen dari keseluruhan PDB sektor pertanian. Kontribusi setiap subsektor penyusun sektor pertanian dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kontribusi PDB Sektor Pertanian di Indonesia Tahun (Persen) No Nama Subsektor Tahun * 2007** 1 Tanaman Pangan 7,21 6,54 6,42 6,78 2 Tanaman Perkebunan 2,16 2,03 1,90 2,13 3 Peternakan dan Produk Turunannya 1,77 1,59 1,53 1,57 4 Kehutanan 0,88 0,81 0,90 0,90 5 Perikanan 2,31 2,15 2,23 2,45 Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah (2009) Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara Persentase distribusi PDB subsektor tanaman pangan cenderung menurun dari tahun 2004 hingga Namun, PDB subsektor tanaman pangan tetap mengalami peningkatan berdasarkan harga berlaku, yaitu dari Rp ,6 milyar pada tahun 2004 menjadi Rp ,6 milyar pada tahun Penurunan persentase tersebut disebabkan oleh fenomena degradasi struktural, yaitu pertumbuhan subsektor non tanaman pangan lebih tinggi sehingga subsektor tanaman pangan seolah-olah mengalami penurunan. Komoditas tanaman pangan terdiri dari dua bagian besar, yaitu: padipadian (cereals) dan umbi-umbian (tubers). Padi, jagung, sorgum, kedelai, sagu, kacang hijau dan gandum termasuk ke dalam cereals. Sedangkan ubi kayu dan ubi jalar termasuk ke dalam tubers. Sebagian besar masyarakat Indonesia 3

21 mengkonsumsi padi-padian untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat. Padi, gandum dan jagung merupakan komoditas pangan yang memiliki kandungan karbohidrat cukup tinggi dibandingkan komoditas tanaman pangan lain. Gandum memiliki kandungan karbohidrat kedua tertinggi, yaitu sebesar 74,1 persen, setelah beras yang merupakan komoditas utama penghasil karbohidrat. Rincian nutrisi beberapa komoditas serealia dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Komposisi Nutrisi Komoditas Serealia per 100 Gram Nutrisi Satuan Gandum Sorgum Jagung Beras Karbohidrat Gram 74,1 73,0 72,4 78,9 Protein Gram 11,8 11,0 10,0 6,8 Lemak Gram 1,2 73,0 10,0 6,8 Kalori Gram - 332,0 361,0 360,0 Vitamin B1 Miligram - 0,4 2,3 - Serat 0,4-2,3 - Air 12,0-13,5 - Sumber : Ditjen Tanaman Pangan, Direktorat Budidaya Serealia (2007) Besarnya kontribusi PDB subsektor tanaman pangan terhadap sektor pertanian belum didukung oleh kontribusi komoditas gandum. Hal ini disebabkan oleh tingginya tingkat impor komoditas gandum yang digunakan di dalam negeri sehingga dapat menyebabkan ketergantungan. Gandum merupakan biji-bijian yang cukup banyak memiliki kandungan nutrisi yang diperlukan oleh tubuh. Gandum merupakan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk dunia dan salah satu komoditas tanaman pangan alternatif dalam rangka mendukung ketahanan pangan serta diversifikasi pangan. Komoditas ini mempunyai peluang untuk dikembangkan karena sudah dikenal dan biasa dikonsumsi masyarakat dalam bentuk tepung terigu. Saat ini, diversifikasi pangan yang cukup berhasil adalah penggunaan tepung terigu. Hal ini disebabkan oleh penggunaan terigu cukup luas oleh masyarakat dengan variasi kemasan, siap saji, dan praktis. Permintaan pasar untuk komoditas gandum dalam negeri cukup besar dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun (Tabel 5). Peningkatan permintaan gandum rata-rata dalam negeri mencapai kilogram dari tahun 2003 hingga tahun Persentase volume dan nilai impor gandum mengalami peningkatan, yaitu sebesar 4,26 persen dan 3,49 persen per tahun. Pada periode yang sama, 4

22 persentase tingkat konsumsi rata-rata gandum pun mengalami peningkatan, yaitu sebesar 6,54 persen per tahun (0,42 kilogram per kapita per tahun). Tabel 5. Perkembangan Impor Gandum di Indonesia Tahun No Tahun Volume (Ton) Nilai (US$) Konsumsi/ Kapita/ Tahun (Kg) , , , , , ,1 Sumber : Ditjen Tanaman Pangan, Direktorat Budidaya Serealia (2008) Impor gandum yang dilakukan pemerintah dapat mengurangi cadangan devisa negara. Devisa negara yang harus dikeluarkan pada tahun 2008 mencapai US$ atau setara dengan Rp 6,97 triliun (asumsi: satu US$ sama dengan Rp ). Harga impor gandum yang terus meningkat disebabkan oleh permintaan komoditas gandum dunia terus meningkat, sedangkan produksi gandum dunia cenderung fluktuatif sehingga terjadi defisit penggunaan komoditas gandum dunia yang secara rinci dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Produksi dan Pemakaian Gandum Dunia Tahun No Tahun Produksi Pemakaian Defisit (MMT)* (MMT) (MMT) / (31) / / (3) / (23) / (15) Sumber : Ditjen Tanaman Pangan, Direktorat Budidaya Serealia (2008) Keterangan : *) Milion Matrick Tons Produksi gandum dunia selama lima tahun terakhir ini rata-rata sebesar 599,4 MMT per tahun. Nilai produksi tersebut lebih rendah dibandingkan pemakaian yang terus meningkat, yaitu rata-rata sebesar 611,8 MMT per tahun. Beberapa produsen utama gandum dunia akan memprioritaskan konsumsi dalam 5

23 negeri untuk memenuhi kebutuhan gandum domestik. Hal ini dapat mengurangi cadangan gandum dunia di pasar internasional. Harga terigu (harga domestik) cenderung meningkat, sedangkan harga terigu dunia (harga impor) cenderung menurun selama enam bulan pertama di tahun 2008 yang secara rinci ditunjukkan pada Gambar 1. Kondisi tersebut mengakibatkan industri tepung terigu dalam negeri lebih memilih untuk menggunakan terigu impor dibandingkan memproduksi tepung terigu lokal. Gambar 1. Harga Rata-Rata Tepung Terigu di Pasar International Tahun 2008 Sumber : Ditjen Tanaman Pangan, Direktorat Budidaya Serealia (2008) Kebutuhan terigu akan terus meningkat dengan adanya perubahan pola makan masyarakat perkotaan yang cenderung kepada makanan praktis dan siap saji, seperti: roti (25%), mi basah (40%), mi instan (20%), dan biskuit (15%). 3 Pola makan ini sudah meluas hingga ke pedesaan dengan variasi rasa dan selera berbagai macam makanan olahan berbahan baku tepung gandum (terigu) Perumusan Masalah Kesenjangan (gap) antara permintaan dan penawaran gandum dapat berimplikasi pada peningkatan harga gandum di pasar internasional, serta pengurangan kuota ekspor yang dilakukan oleh negara-negara produsen gandum. Indonesia telah mengalami kelebihan permintaan (excess demand) di pasar domestik sehingga memperoleh gandum impor 4 dengan harga impor yang cukup tinggi sehingga dapat menurunkan kesejahteraan konsumen. 3 Duryatmo S Menanam Gandum di Kebun Kita. Php?=publisher&op=viewarticle&cid=12&artid=1473. [18 Februari 2009] 4 Gandum yang diperoleh dari luar negeri (impor) dan Indonesia mengimpor komoditas gandum dalam bentuk olahan tepung terigu 6

24 Ketergantungan masyarakat Indonesia pada terigu impor sudah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Hal ini disebabkan oleh tingginya tingkat impor gandum yang dilakukan Indonesia. Indonesia terpaksa melakukan impor karena gandum bukan merupakan tanaman asli Indonesia. Jumlah impor gandum tahun 2008 yang mencapai sekitar 5,6 juta ton memposisikan Indonesia sebagai negara importir gandum keempat terbesar di dunia setelah Mesir, Brasil, dan Algeria. 5 Ketergantungan bahan pangan impor tersebut dapat mengancam ketahanan pangan negara kita dalam jangka panjang. Oleh sebab itu, Indonesia harus mulai mengurangi, bahkan melepaskan ketergantungan terhadap gandum impor. Sikap ketergantungan Indonesia terhadap tepung gandum (terigu) impor akan menjadi masalah yang sulit untuk dipecahkan di masa yang akan datang. Ketergantungan suatu komoditas terhadap negara lain dapat menimbulkan instabilitas sosial dan ekonomi bagi suatu negara. Pilihan untuk mengimpor gandum dalam memenuhi kebutuhan domestik ini tidak dapat menyelesaikan masalah dalam jangka panjang, bahkan berpotensi menjadi sumber masalah baru lainnya. Gandum juga mendukung terwujudnya diversifikasi produk pertanian yang selama ini terpusat pada komoditas beras sehingga dapat meningkatkan ketahanan pangan masyarakat secara merata. Oleh karena itu, peluang pengembangan gandum lokal 6 sangat prospektif di Indonesia. Gandum mempunyai potensi yang cukup besar untuk dikembangkan di Indonesia karena kriteria pertumbuhan tanaman ini banyak tersebar di Indonesia. Indonesia sebagai negara tropis dapat mengembangkan tanaman gandum di daerah pegunungan (dataran tinggi) yang beriklim kering karena memiliki potensi lahan dan iklim yang sesuai dengan asal komoditas gandum (Tabel 7). Potensi lahan kering dataran tinggi dengan ketinggian lebih dari 800 meter di atas permukaan laut (dpl) dan suhu o C dapat mencapai hektar sehingga peluang pengembangan gandum sangat luas. Sebagian daerah ini telah ditanami komoditas hortikultura atau pergiliran tanaman antara hortikultura dan gandum. Potensi lahan yang sesuai dengan syarat pertumbuhan gandum di Indonesia cukup banyak namun belum dapat dimanfaatkan dengan baik. 5 World Bank Wheat. [16 Maret 2010] 6 Gandum yang diperoleh dari usahatani gandum di dalam negeri (domestik) 7

25 Tabel 7. Potensi Lahan yang Sesuai untuk Pengembangan Gandum di Indonesia Tahun 2008 No Pulau/ Propinsi Lahan Kering Semusim (Ha) Potensi Sumberdaya Lahan Lahan Kering Dataran Tinggi Iklim Kering Ditanami Gandum Tahun (Ha) 1 Jawa & Bali Jawa 2 Sumatera Keterangan Jambi, Bengkulu 3 Nusa Tenggara NTT, NTB 4 Kalimantan Kalimantan Timur 5 Sulawesi Gowa 6 Maluku Papua Jumlah Sumber : Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian dalam Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Direktorat Budidaya Serealia (2008) Belum ada pengujian Belum ada pengujian Lahan yang baru dimanfaatkan untuk penanaman gandum pada tahun sebesar hektar. Jika dalam satu hektar lahan dapat menghasilkan tiga ton gandum, maka Indonesia dapat mengurangi impor sebesar ton dalam setahun. Pengurangan impor gandum dapat berimplikasi terhadap penghematan devisa negara dan peningkatan ketahanan pangan domestik. Selain itu, komoditas gandum dapat menjadi salah satu alternatif pilihan pola tanam sehingga pergiliran tanaman dataran tinggi semakin bervariasi yang dapat bermanfaat bagi lingkungan dan kondisi lahan garapan. Purwanto (2008) mengemukakan bahwa pengembangan gandum lokal tidak untuk menggantikan impor, tetapi mengurangi impor. Indonesia memiliki hektar lahan potensial untuk pengembangan gandum. Di Indonesia gandum cocok ditanam pada dataran tinggi beriklim kering. Bahkan, di beberapa daerah seperti Soe (Nusa Tenggara Timur) dan Merauke (Papua), gandum adaptif ditanam pada dataran rendah. Hal ini dikarenakan adanya dukungan iklim mikro yang kondusif, yaitu berupa angin muson dari Australia (Yulita 2008). 7 7 Duryatmo S Menanam Gandum di Kebun Kita. Php?=publisher&op=viewarticle&cid=12&artid=1473. [18 Februari 2009] 8

26 Luas tanam komoditas gandum di Indonesia terbesar di Jawa dan Bali dari tahun , yaitu hektar. Propinsi Jawa Timur menempati urutan pertama sebagai sentra pengembangan gandum di Jawa dan Bali, yaitu sekitar 57,1 persen (612 hektar). Pengembangan gandum di Propinsi Jawa Timur terdapat di tempat yang memiliki iklim dingin, seperti: Kabupaten Pasuruan, Malang, dan Probolinggo. Kabupaten Pasuruan merupakan sentra produksi gandum lokal terbesar di Jawa Timur, yaitu sekitar 66,1 persen (404,8 hektar) dari luas penanaman gandum di Jawa Timur (Gambar 2). Tahap I (Tahun 2000) 0,1-0,5 Ha Tahap II (Tahun 2001) 1 Ha Tahap III (Tahun 2002) 5 Ha Tahap III (Tahun 2003) 56 Ha Tahap IV (Tahun ) 404,8 Ha Gambar 2. Tahapan Pengembangan Gandum di Kabupaten Pasuruan Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Pasuruan Pengembangan gandum di Kabupaten Pasuruan dimulai pada tahun 2000 dengan demplot di Kecamatan Tosari. Kemudian pada tahun berikutnya dimulai tahap uji adaptasi di tempat yang sama seluas satu hektar. Pada tahun 2002 didirikan Dem Farm (lahan percobaan) seluas lima hektar. Penumbuhan sentra dilakukan di Kecamatan Tosari dan Puspo pada tahun Sedangkan pengembangan gandum tahun meliputi tujuh kecamatan, antara lain: Tosari, Puspo, Lumbang, Tutur, Purwodadi, Purwosari, dan Prigen. Kecamatan Tosari merupakan penghasil utama komoditas gandum lokal di Indonesia melalui berbagai bantuan pengembangan yang dilaksanakan oleh 9

27 pemerintah sejak tahun Pemerintah yang terkait terdiri dari pemerintah pusat (Departemen Pertanian) dan pemerintah daerah (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Pasuruan) dengan anggaran pusat dan daerah. Namun, akselerasi pengembangan gandum di Kecamatan Tosari berjalan cukup lambat. Hal ini diindikasikan oleh tingkat pengelolaan usahatani yang merupakan tanaman terbaru dibandingkan tanaman hortikultura di Kecamatan Tosari. Pengelolaan usahatani yang kurang baik dapat berimplikasi pada penurunan pendapatan usahatani petani gandum lokal di Kecamatan Tosari. Lambatnya akselerasi pengembangan gandum lokal juga dapat dilihat dari keterkaitan antar subsistem agribisnis gandum lokal yang membentuk suatu sistem yang belum terintegrasi dengan baik. Sistem agribisnis gandum lokal yang baik dapat meningkatkan motivasi petani dalam mengembangkan komoditas tersebut. Peluang pengembangan gandum lokal di Indonesia harus didukung oleh informasi tentang teknologi budidaya dan usahatani yang baik. Pengembangan agribisnis gandum lokal dapat dilakukan dengan mengetahui kondisi secara lengkap tentang keterkaitan dari setiap subsistem komoditas agribisnis gandum lokal di Kecamatan Tosari. Peningkatan efisiensi usahatani dapat diwujudkan melalui mekanisasi pertanian sehingga diharapkan pendapatan dan kesejahteraan petani menjadi semakin baik. Berdasarkan uraian di atas, permasalahanpermasalahan penelitian yang menarik untuk dikaji, antara lain: 1. Bagaimana keragaan usahatani gandum lokal di Kecamatan Tosari? 2. Bagaimana pendapatan usahatani gandum lokal di Kecamatan Tosari? 3. Bagaimana keterkaitan usahatani gandum lokal dengan subsistem agribisnis gandum lokal lainnya di Kecamatan Tosari? 4. Bagaimana perubahan mekanisasi dapat mempengaruhi pendapatan usahatani gandum lokal di Kecamatan Tosari Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah berdasarkan perumusan masalah adalah: 1. Menganalisis keragaan usahatani gandum lokal di Kecamatan Tosari. 2. Menganalisis pendapatan usahatani gandum lokal di Kecamatan Tosari. 3. Menganalisis keterkaitan usahatani gandum lokal dengan subsistem agribisnis gandum lokal lainnya di Kecamatan Tosari. 10

28 4. Menganalisis perubahan pendapatan usahatani gandum lokal melalui mekanisasi pertanian di Kecamatan Tosari Manfaat Penelitian Penulis berharap hasil penelitian mengenai usahatani gandum lokal ini dapat dimanfaatkan oleh beberapa pihak, antara lain: 1. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat menjadi bahan informasi untuk mengevaluasi kebijakan terhadap komoditas gandum lokal. 2. Bagi petani, penelitian ini dapat menjadi bahan informasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas usahatani gandum lokal. 3. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat menjadi bahan informasi untuk melaksanakan usahatani gandum lokal dan sumber literatur bagi siapapun yang akan melakukan penelitian selanjutnya Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan pada satu kecamatan sehingga memiliki batasan, yaitu menganalisis pendapatan gandum lokal di Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan Jawa Timur. Penelitian difokuskan pada tiga desa dari delapan desa yang terdapat di kecamatan Tosari, yaitu Desa Tosari, Ngadiwono, dan Ngawu berdasarkan identifikasi lokasi. Keragaan subsistem usahatani dan keterkaitannya dengan subsistem agribisnis gandum lokal lainnya dianalisis secara kualitatif berdasarkan fakta yang diperoleh di tempat penelitian. Pendapatan usahatani gandum lokal dianalisis secara kuantitatif melalui analisis usahatani. 11

29 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Gandum Asal Usul Gandum Asal tanaman gandum tidak diketahui secara pasti. Tanaman ini diduga berasal dari daerah Asia Tengah (India Bagian Barat Laut, Kashmir, Afganistan, Tadjikistan, Uzbeskistan, dan Bagian Barat Tian Shan) ke Timur Dekat (Asia Kecil, Transkaukasia, Iran dan Dataran Tinggi Turkmenistan), daerah sekitar Laut Tengah dan Ethiopia. Tanaman gandum digunakan sebagai bahan makanan sekitar tahun yang lalu. Hal ini dibuktikan dari penemuan arkeologi Mesir, Turki dan di dalam puing-puing di Lake Dwellers, Swiss. Sejarah Cina menunjukkan bahwa budidaya gandum telah ada sejak tahun SM dan merupakan salah satu dari lima jenis tanaman yang ditanam pada setiap upacara tahunan. Peninggalan atau sisa karbon dari gandum dan cetakan roti dari tanah liat telah ditemukan pada zaman Neolithic Jarno di Irak sebelah utara sekitar SM. Gandum sebagai tanaman dari daerah subtropis sudah mulai disebarkan penanamannya ke daerah iklim sedang maupun tropis melalui pemuliaan dan budidaya tanaman. Tanaman gandum diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1974 dengan penanaman di Jakarta, Semarang, Cirebon dan Solo. Benih gandum tersebut berasal dari Afrika Selatan, Jepang, Persia dan Cina. Menteri Pertanian melalui Tim Inti Uji Adaptasi Gandum melaksanakan lokasi uji coba di Kaban Jahe Sumatera Utara pada tahun 1978, asal benih dari Cimmyt Meksiko dengan hasil empat ton per hektar dalam bentuk biji pecah kulit. Pada tahun 1993 Menteri Pertanian Republik Indonesia, Dr. Ir. Sjarifudin Baharsjah mengeluarkan surat keputusan No. 463/Kpts/TP.240/7/93 dan No. 464/Kpts/TP.240/7/93, tentang pelepasan Gandum Punjab 81 (Timor) dan Thai 88 (Nias) sebagai varietas unggul Jenis Gandum Setiap jenis gandum mempunyai sifat tertentu yang mempengaruhi hasil akhir, yaitu gluten. Kandungan gluten dalam gandum merupakan sifat yang spesifik karena pada serealia lainnya tidak memiliki kandungan gluten. Gandum dapat dibedakan menjadi tiga bagian berdasarkan kegunaannya, antara lain:

30 1. Gandum Keras (Hard Wheat) Gandum keras berwarna lebih gelap dan tidak memperlihatkan zat pati putih. Kadar gluten yang tinggi memberikan elastisitas, daya kembang pada makanan dan kemampuan untuk menyerap air yang besar, gandum keras memiliki kandungan gluten yang tinggi sehingga dapat menghasilkan tepung gandum yang kuat daya kembangnya dan sangat baik untuk membuat roti. 2. Gandum Lunak (Soft Wheat) Gandum lunak memiliki kandungan protein dan gluten lebih rendah dibandingkan gandum keras sehingga kurang baik untuk dibuat roti. Gandum lunak ini cocok digunakan untuk membuat kue-kue kering, biskuit, crackers dan sebagainya yang tidak memerlukan daya kembang yang tinggi sehingga dapat memberikan bentuk pada hasil cetakan kue. 3. Gandum Durum Gandum durum atau semolina adalah dedak gandum kasar dari penggilingan. Semolina biasa dihaluskan, dicampur air dan garam. Makaroni, spagheti dan mi adalah makanan yang terbuat dari tepung gandum ini Botani Gandum Gandum dapat dibedakan secara botanis, yaitu termasuk klas Monokotil, ordo Graminales, famili Graminese atau Poaceae, genus Triticum. Genus Triticum meliputi banyak species yang dapat digolongkan berdasarkan jumlah kromosom. Tanaman gandum tersusun dari beberapa bagian, antara lain: 1. Akar Tanaman Gandum memiliki dua macam akar, yaitu: akar kecambah (seminal roots) dan akar adventif. Akar kecambah merupakan akar pertama yang tumbuh kemudian dari embrio. Akar kecambah ini berbentuk silinder yang memiliki kesamaan diameter, yaitu terdiri dari: akar tunggang dan akar lateral. Akar lateral mempunyai bulu-bulu akar atau akar halus. Akar kecambah ini akan tetap kecil bahkan sering mati. Kemudian akar adventif tumbuh dari ruas terbawah batang utama dan membentuk sistem perakaran sedalam cm di bawah permukaan tanah. Tudung akar adventif berbuku-buku pendek. Akar adventif bercabang dua atau lebih. Apabila perkembangan akar adventif terlambat 13

31 karena kondisi pertumbuhan tertentu, akar seminal akan berfungsi sebagai akar utama untuk pertumbuhan tanaman gandum. Pada kondisi pertumbuhan yang cocok, tanaman gandum yang ditanam pada akhir musim penghujan akan membentuk sistem perakaran yang lebat dengan cabang akar banyak dan tersebar dengan radius cm pada kedalaman rata-rata 5-10 cm. Tingkat penyebaran dan penetrasi akar adventif ke dalam tanah ditentukan oleh tekstur tanah, kelembaban aerasi tanah dan pemupukan. Hingga minggu kedua di awal pertumbuhan, kecambah hidup dari cadangan zat makanan yang disimpan dalam endosperm. Setelah tumbuh akar kecambah, hara dan air diperoleh dari tanah. Kemudian fungsi akar kecambah diambil alih oleh akar adventif yang mulai berkembang sekitar dua minggu setelah berkecambah. 2. Batang Batang tanaman gandum tegak, berbentuk silinder dan membentuk tunas. Ruas-ruasnya pendek dan buku-bukunya berongga. Pada tanaman yang dewasa terdiri rata-rata enam ruas. Ruas terbawah dan ruas teratas terbungkus pelepah daun. Ruas terbawah terpendek dan akar adventif tumbuh dari ruas pertama ini beberapa sentimeter di atas permukaan tanah. Ruas selanjutnya semakin panjang dan terpanjang adalah yang berujung dengan tangkai malai yang mengecil diameternya. Tunas primer dari buku batang utama berkembang menjadi tunastunas sekunder dan tersier sehingga membentuk rumpun. Tinggi tanaman gandum dipengaruhi sifat genetik dan lingkungan tumbuh. Pada umumnya ada korelasi antara tinggi tanaman dan tingkat kerebahan. Tipe verietas yang baik adalah tipe yang pendek, berbatang kuat dan tidak saling menutupi. Tipe tersebut memberikan produksi lebih tinggi. Tipe varietas ini dikembangkan di Amerika dan Meksiko, seperti: varietas Games dan Monon dari gandum lunak. 3. Daun Daun pertama tanaman gandum berongga, berbentuk silinder dan diselimuti plumula yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun. Daun pertama plumula yang pertama mekar merupakan prophyll primer, yaitu helaian daun tanpa tangkai daun berwarna hijau pucat sampai putih karena hasil fotosintesisnya masih sedikit. Letak koleoptil dari permukaan tanah tergantung kedalaman tanah. 14

32 Pada awal pertumbuhan kecambah, panjang buku kedua bertambah melebihi koleoptil. Helaian daun gandum tersusun di setiap batang tanaman dan membentuk sudut 180 o dari daun yang satu dengan daun yang lainnya. Setiap daun memiliki tangkai pelepah, helai daun dan ligula dengan dua pasang daun telinga pada dasar helai daun. Pelepah daun yang normal menutupi dua per tiga bagian dari batang. Tulang daun sejajar dan memanjang layaknya famili graminaeae. Tulang daun utama kokoh, berujung tumpul dan meruncing. Tulangtulang daun tersusun secara longitudinal secara rapi. Permukaan daun bagian tulang daun tengah berbentuk agak cekung. Stomata terdapat pada permukaan daun. Permukaan daun yang bawah tidak bertulang daun dan lebih halus daripada atas. Daun telinga (auricle) terdapat antara pelepah daun dan helaian daun berwarna pucat atau kemerah-merahan. Lidah daun (ligula) terletak antara pelepah dan helai daun, tipis, tidak berwarna, berujung bulu-bulu dan halus. 4. Malai Bunga tanaman gandum berbentuk malai (spike, ear atau head) terdiri dari bulir-bulir. Tiap bulir (spikelet) membentuk sinus pada malai. Malai tersusun dari ruas, buku yang pendek, menyempit pada ujung bawah dan melebar pada ujung atas. Ujung butir ditumbuhi rambut yang bervariasi panjangnya. Rambut pada ujung spikelet berfungsi sebagai penahan kekurangan air jika terjadi kekeringan. Tiap bulir terdiri dari lima buah bunga. Setiap bunga terdiri dari kelopakkelopak bunga yang disebut lemma (bagian yang besar) dan palea yang lebih kecil. Antara lemma dan palea terdapat alat reproduksi, yaitu tiga buah kepala sari, putik yang berbentuk bulat telur dan kepala putik. Kepala sari panjang dan kecil membentuk tabung silinder. Ujung bakal buah akan ditumbuhi rambutrambut yang tersusun rapi. Lemma dan palea lazim disebut sekam. Gandum termasuk tanaman yang melakukan penyerbukan sendiri, kemungkinan penyerbukan silang satu hingga empat persen. Persilangan antar Triticum sp dengan kromosom yang sama biasanya fertil. Sebaliknya, persilangan antar Triticum sp dengan kromosom yang berbeda menghasilkan sterilitas tinggi. Berdasarkan respons terhadap fotoperiodisitas, tanaman gandum dapat digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu: varietas gandum hari panjang (long day plant) dan gandum hari pendek (short day plant). 15

33 5. Butir Gandum Butir gandum (kernel, grain) secara botani adalah buah (caryopsis). Kulit biji berimpit dengan kulit buah. Biji terdiri dari nutfah (germ atau embrio), endosperm, scutellum dan lapisan aleuron. Bentuk butir bervariasi dari lonjong bundar sampai lonjong lancip. Permukaan butir gandum halus, kecuali pada ujungnya, karena ditumbuhi rambut atau bulu. Pada permukaan tengah dari butir gandum berwarna merah kecoklat-coklatan, putih dan warna di antara keduanya. Warna biji dipengaruhi oleh tekstur gandum kuat (hard) berwarna merah lebih gelap daripada gandum lunak. Embrio dapat menempati 1/6-1/4 atau lebih dari permukaan belahan butir gandum. Perkembangannya lebih cepat dibandingkan endosperm sehingga bentuk embrio stabil meskipun endosperm berkerut. Embrio terletak pada sudut permukaan dorsal dari biji yang terbawah merupakan bakal akar Syarat Tumbuh Gandum Iklim Tanaman gandum dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di Indonesia. tanaman ini ditanam di daerah pegunungan dengan ketinggian 800 meter di atas permukaan laut (dpl). Suhu minimum yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman gandum adalah 2-4 o C, suhu optimum mencapai o C dan suhu maksimum 37 o C. Tanaman ini ditanam pada daerah dengan kisaran curah hujan mm. Curah hujan efektif (825 mm per tahun) dapat memberikan produksi tinggi dalam penanaman gandum. Tanaman gandum dapat beradaptasi dengan baik pada kelembaban yang relatif rendah. Di daerah-daerah pegunungan yang terdapat di Indonesia dengan kelembaban udara rata-rata adalah 90 persen dalam musim hujan dan 80 persen dalam musim kemarau sehingga fase pematangan bulir jatuh pada musim kemarau. Hal ini disebabkan pada bulan pertama dan kedua diperlukan distribusi air yang merata dan cukup jumlahnya dalam pembentukan tunas dan primordia. Sedangkan pada bulan ketiga mulai fase pematangan bulir dan tidak memerlukan air kembali untuk perkembangan tanaman gandum hingga panen. 16

34 Di Indonesia sebaiknya penanaman gandum dimulai Bulan Maret-Juni dengan curah hujan mencapai mm dan hari hujan antara 2,8-3,6 hari per bulan, serta suhu berkisar antara 15,1-20,6 o C. Intensitas matahari sangat mempengaruhi semua komponen hasil, yaitu jumlah malai per satuan luas, jumlah isi per malai dan bobot rata-rata gabah. Intensitas matahari sangat berpengaruh terhadap pembentukan karbohidrat melalui fotosintesis. Intensitas penyinaran di atas 60 persen dengan lama 9-12 jam per hari. Jika intensitas penyinaran di bawah 60 persen, maka dapat mengakibatkan penurunan hasil pengisian bulir kurang sempurna sehingga produktivitas yang diperoleh menjadi rendah Tanah Adaptasi tanaman gandum terhadap jenis-jenis tanah juga sangat luas, namun jenis tanah yang baik adalah tanah yang dapat menahan air dalam jumlah yang cukup selama pertumbuhan tanaman. Umumnya jenis tanah untuk pertanaman gandum di Indonesia adalah andosol, regosol, kelabu, latosol dan aluvial. Tanaman gandum juga dapat tumbuh pada tanah liat walaupun kondisi kelembaban tanah membuat aerasi tanah menjadi kurang baik. Pada ph tanah yang rendah hingga tinggi dan tekstur tanah ringan hingga berat tanaman gandum dapat tumbuh. Tanah yang memiliki ph berkisar 6,8-7,5 sangat baik untuk pertumbuhan gandum. Bila ph 5,5 atau kurang, pertumbuhan gandum akan terganggu oleh keracunan unsur alumunium (Al). Sedangkan tanah yang memiliki ph di bawah 4,6 membuat tanaman akan mati dan pada tanah-tanah tergenang pertumbuhan kurang baik karena kecambah dapat busuk. Syarat tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman gandum adalah: 1. Hara yang diperlukan cukup tersedia 2. Tidak ada zat toksit 3. Kelembaban mendekati kapasitas lapang 4. Suhu tanah rata-rata berkisar o C 5. Aerasi tanah baik 6. Tidak ada lapisan padat yang menghambat penetrasi akar gandum untuk menyusuri tanah. 17

35 Benih Sebaiknya benih yang digunakan adalah benih bermutu karena dapat menghasilkan produksi tinggi dan juga tahan terhadap penyakit yang menyerang tanaman. Benih yang baik harus memenuhi standar mutu seperti yang ditetapkan oleh pemerintah. Mutu fisiologis benih juga perlu diperhatikan, yaitu daya kecambah dari benih itu sendiri untuk menghasilkan tanaman normal bila kondisi alam tempat tumbuhnya optimum. Mutu benih yang diharapkan adalah: (1) kemurnian benih minimal 98 persen, (2) campuran benih varietas lain maksimal 2 persen, (3) biji gulma maksimal 0,1 persen, (4) kotoran maksimal 2 persen, (5) daya tumbuh minimal 80 persen, dan (6) kadar air maksimal 13 persen. Sebaiknya benih yang digunakan berasal dari malai yang matang pada batang utama, mempunyai bentuk dan warna yang seragam, mempunyai bobot yang tinggi serta bebas dari hama dan penyakit. Selain syarat-syarat tersebut di atas beberapa tolak ukur yang perlu diperhatikan juga menyangkut kecepatan berkecambah dan keseragaman tumbuh benih pada kondisi optimum. Kebutuhan benih untuk setiap hektarnya tergantung dari daya tumbuh benih. Benih yang memiliki daya tumbuh 95 persen cukup 2-3 butir per lubang dengan jarak tanam 20 x 10 cm diperlukan 30 kg benih per hektar. Sedangkan benih yang memiliki daya tumbuh kurang dari 95 persen. Jumlah benih mencapai 3-4 butir per lubang sehingga jumlah benih yang dibutuhkan kg benih per hektar. Penggunaan bibit berkaitan erat dengan kondisi lahan garapan dan sistem penanaman. Benih yang dibutuhkan untuk penanaman pada lahan miring lebih sedikit dibandingkan lahan datar. Sedangkan benih yang dibutuhkan pada sistem penanaman larikan lebih besar dibandingkan sistem lubang Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai usahatani gandum lokal belum pernah dilakukan sebelumnya sehingga pendekatan penelitian usahatani terdahulu yang dikemukakan adalah penelitian yang terkait usahatani beberapa tanaman pangan, seperti: kacang tanah, kedelai, dan jagung. Penelitian mengenai gandum lokal telah dilakukan namun tidak membahas usahatani secara spesifik. Penelitian tersebut menggambarkan integrasi antara pasar gandum dalam dan luar negeri, peramalan impor gandum, adaptabilitas tanaman gandum di Indonesia, dan daya 18

36 saing dan strategi pengembangan gandum lokal di Indonesia. Penelitian mengenai gandum yang terbaru adalah daya saing dan strategi pengembangan gandum nasional yang mengungkapkan kondisi gandum lokal di Indonesia Penelitian yang Terkait Usahatani Penelitian terdahulu mengenai usahatani telah dilakukan oleh Aryani (2009), Meryani (2008), dan Setiyanto (2008). Penelitian usahatani yang dilakukan Aryani (2009) bertujuan menganalisis pengaruh kemitraan terhadap peningkatan pendapatan usahatani kacang tanah di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Petani mitra memperoleh imbangan penerimaan dan biaya (R/C) atas biaya tunai dan biaya total sebesar 2,77 dan 1,47. Sedangkan petani non mitra adalah 1,92 dan 0,96. Berdasarkan analisis pendapatan usahatani, petani mitra memperoleh pendapatan usahatani lebih besar daripada petani non mitra untuk pendapatan atas biaya tunai dan biaya total. Meryani (2008) melakukan penelitian usahatani dan tataniaga kedelai di Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Tujuan penelitian tersebut adalah menganalisis tingkat pendapatan usahatani dan saluran tataniaga kedelai. Analisis usahatani komoditas kedelai per hektar untuk kedelai yang dipanen polong muda dan polong tua diperoleh penerimaan total sebesar Rp ,84 dan Rp ,73. R/C yang diperoleh petani yang panen polong muda dan polong tua sebesar 1,27 dan 1,35. Berdasarkan analisis pendapatan usahatani, petani yang panen polong tua memperoleh pendapatan usahatani lebih besar daripada yang panen polong muda mitra untuk pendapatan atas biaya total. Setiyanto (2008) melakukan penelitian mengenai pendapatan usahatani jagung di Desa Beketel, Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati, Propinsi Jawa Tengah. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis tingkat pendapatan petani dari usahatani jagung, baik di lahan sawah maupun kering (tegalan). Analisis usahatani jagung di lahan sawah diperoleh R/C tunai dan total sebesar 2,15 dan 1,51. Sedangkan di lahan tegalan diperoleh R/C tunai dan total sebesar 2,55 dan 1,72. Pendapatan tunai dan pendapatan total di lahan sawah relatif lebih besar dibandingkan lahan tegalan berdasarkan analisis pendapatan usahatani jagung. 19

37 Penelitian yang Terkait Gandum Penelitian terdahulu mengenai gandum telah dilakukan oleh Puspita (2009), Zamhari (2006), Mutiaratri (2005), dan Handoko, dkk (2000). Penelitian Puspita (2009) bertujuan untuk menganalisis kondisi sistem agribisnis gandum di Indonesia dan daya saing agribisnis gandum lokal yang sedang dikembangkan di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem agribisnis gandumdi Indonesia masing-masing subsistem agribisnisnya belum terbentuk secara utuh dan belum saling mendukung, serta terkait satu sama lain. Analisis daya saing menggunakan Teori Berlian Porter. Penelitian tersebut juga menghasilkan rumusan strategi (SWOT) untuk mengembangkan dan meningkatkan daya saing agribisnis gandum lokal. Bentuk nyata dari strategi yang telah dirumuskan dari hasil analisis SWOT adalah program-program yang disusun untuk peningkatan daya saing agribisnis gandum lokal di Indonesia. Penelitian yang dilakukan Zamhari (2006) bertujuan untuk menganalisis integrasi pasar tepung terigu domestik dengan pasar tepung terigu dan gandum dunia. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pasar gandum dan tepung terigu dunia terintegrasi kuat dengan pasar tepung terigu domestik. Kondisi ini mencerminkan bahwa pembentukan harga ditentukan secara bersama-sama dan juga mencerminkan kondisi kedua pasar tepung terigu tersebut adalah pasar bersaing. Pasar gandum domestik memiliki kecenderungan dipengaruhi secara kuat oleh pasar gandum dunia karena Indonesia merupakan pengimpor gandum. Mutiaratri (2005) meneliti mengenai peramalan dan faktor-faktor yang mempengaruhi impor gandum di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk meramalkan impor gandum di Indonesia untuk periode mendatang dengan menggunakan metode peramalan kuantitatif yang terbaik. Impor gandum mengalami tren yang meningkat dalam lima tahun ke depan berdasarkan hasil ramalan. Cara untuk penganggulan permasalahan tersebut adalah pengurangan produksi terigu dengan peningkatan produksi bahan pengganti terigu di dalam negeri. Produksi tepung terigu merupakan faktor yang dapat berpengaruh nyata terhadap impor komoditas gandum. Selain itu, budidaya gandum lokal perlu dikembangkan dengan mulai mengembangkan kembali daerah yang berpotensi untuk ditanami gandum serta mempermudah sistem pemasarannya. 20

38 Penelitian yang dilakukan oleh Handoko, dkk (2000) bertujuan untuk uji adaptabilitas tanaman gandum pada potensi lahan di Indonesia. Penelitian ini dilakukan di lima lokasi yang berbeda dengan disesuaikan syarat tumbuh dari tanaman gandum. Penelitian ini menunjukkan bahwa gandum (Triticum aestivum L.) dapat ditanam di Indonesia dengan karakteristik tumbuh yang berbeda di setiap lokasi uji adaptasi (demplot). Hasil panen gandum meningkat sesuai dengan altitude (ketinggian tempat) akibat penurunan suhu udara. Rata-rata hasil panen gandum berbeda dari berbagai perlakuan nitrogen dan waktu tanam pada masingmasing altitude. Penelitian ini juga menghasilkan peta perwilayahan gandum di Indonesia pada berbagai waktu tanam, mulai dari Januari hingga Desember. Berdasarkan peta perwilayahan gandum tersebut, wilayah-wilayah potensial untuk mengembangkan tanaman gandum di Indonesia dapat ditentukan dengan baik. Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis dengan penelitian terdahulu secara umum memiliki persamaan dan perbedaan yang mendasar. Persamaannya terletak pada jenis analisis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu analisis pendapatan usahatani komoditas pertanian. Sedangkan perbedaannya terletak pada komoditas gandum lokal yang belum pernah dilakukan oleh penelitian sebelumnya baik R/C atas biaya tunai maupun biaya total. Penelitian yang akan dilakukan penulis ini juga menganalisis secara kualitatif keterkaitan komoditas gandum lokal dengan subsistem agribisnis lainnya di Kecamatan Tosari sebagai sentra komoditas gandum nasional. Penelitian usahatani gandum lokal belum pernah dilakukan secara spesifik sehingga diperlukan adanya analisis secara komprehensif usahatani gandum lokal di Indonesia melalui Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan sebagai sentra utama komoditas gandum lokal. 21

39 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian usahatani gandum lokal ini menggunakan empat konsep utama, yaitu usahatani, pendapatan usahatani, anggaran parsial, dan sistem agribisnis. Pengertian usahatani secara mendasar perlu dipahami sebagai akar dari permasalahan penelitian ini. pendapatan usahatani merupakan inti dari penelitian ini yang dapat menunjukkan tingkat keuntungan petani gandum lokal. Anggaran parsial digunakan untuk mengindentifikasi perubahan input dan output usahatani gandum lokal karena adanya perubahan teknologi (mekanisasi) di salah satu proses usahatani, yaitu pemanenan. Sistem agribisnis digunakan untuk mengidentifikasi keterkaitan antar subsistem agribisnis yang tekait dengan komoditas gandum lokal di Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan Konsep Usahatani Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian, seperti: tubuh tanah, air, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan atas tanah dan sebagainya (Mosher 1968). Rahim dan Diah (2007) menyatakan bahwa usahatani merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, benih dan pestisida) dengan efektif, efisien dan berkelanjutan untuk dapat menghasilkan produksi yang tinggi sehingga pendapatannya dapat meningkat. Dikatakan efisien bila petani dapat mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki dengan sebaik-baiknya dan dikatakan efektif bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output). Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya. Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin (Suratiyah 2009).

40 Mubyarto (1995) mengemukakan bahwa dalam ilmu ekonomi dikatakan bahwa petani membandingkan antara hasil yang diharapkan akan diterima pada waktu panen (penerimaan, revenue) dengan biaya (pengorbanan, cost) yang harus dikeluarkannya. Hasil yang diperoleh petani pada saat panen disebut produksi dan biaya yang dikeluarkan disebut biaya produksi. Dalam pembicaraan sehari-hari kita sering menamakan usahatani yang bagus sebagai usahatani yang produktif atau efisien. Usahatani yang produktif berarti usahatani itu produktivitasnya tinggi. Pengertian produktivitas ini sebenarnya merupakan penggabungan antara konsepsi efisiensi usaha (fisik) dengan kapasitas tanah. Efisiensi fisik mengukur banyaknya hasil produksi (output) yang dapat diperoleh dari satu kesatuan input. Sedangkan kapasitas dari sebidang tanah tertentu menggambarkan kemampuan tanah itu untuk menyerap tenaga dan modal sehingga memberikan hasil produksi bruto yang sebesar-besarnya pada tingkatan teknologi tertentu. Jadi, secara teknis produktivitasnya merupakan perkalian antara efisiensi dan kapasitas tanah. Fungsi produksi yaitu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor-faktor produksi (input). Dalam bentuk matematika sederhana fungsi produksi ini dituliskan sebagai : Y = f (x 1, x 2...x n ) Keterangan : Y = Hasil produksi fisik x 1...x n = Faktor-faktor produksi Dalam produksi pertanian misalnya produksi padi maka produksi fisik dihasilkan oleh bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus, yaitu: tanah, modal, dan tenaga kerja. Untuk dapat menggambarkan fungsi produksi ini secara jelas dan menganalisa peranan masing-masing faktor produksi maka dari sejumlah faktor-faktor produksi itu salah satu produksi dianggap variabel (berubah-ubah) sedangkan faktor-faktor produksi lainnya dianggap konstan. Misalnya, untuk menganalisa hubungan antara produksi padi dengan tanah. Modal dan tenaga kerja sebagai faktor produksi yang tetap (konstan). Dalam bentuk grafik fungsi produksi merupakan kurva melengkung dari kiri bawah ke kanan atas yang setelah sampai titik tertentu kemudian berubah arah sampai titik maksimum dan kemudian berbalik turun kembali seperti pada Gambar 3. 23

41 y Produksi fisik 0 Gambar 3. Kurva Fungsi Produksi Faktor produksi tanah x Hubungan fungsional seperti digambarkan di atas berlaku untuk semua faktor produksi yang telah disebut, yaitu tanah, tenaga kerja, dan modal, selain faktor produksi keempat, yaitu: manajemen (koordinasi atau entrepreneurship) yang berfungsi mengkoordinasikan ketiga faktor produksi yang lain sehingga benar-benar mengeluarkan hasil produksi (output). Efisiensi produksi yaitu banyaknya hasil produksi fisik yang dapat diperoleh dari satu kesatuan faktor produksi (input). Jika efisiensi fisik ini kemudian dinilai dengan uang maka sampai pada efisiensi ekonomi. Petani memperoleh penghasilan bersih (netto) dengan mengurangkan penerimaan dengan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam usahatani suatu komoditas. Jika hasil bersih usahatani besar maka ini mencerminkan rasio yang baik dari nilai hasil dan biaya. Semakin tinggi rasio ini berarti usahatani semakin efisien. Jika semua faktor produksi ditambah sekaligus maka hasil produksi akan naik. Ilmu ekonomi produksi berminat untuk mempelajari apakah kenaikan hasil produksi itu dengan laju yang menaik, konstan atau menurun. Jika laju kenaikan itu menaik maka peristiwa itu disebut efisiensi skala produksi yang menaik (increasing return to scale) dan jika efisiensi skala kenaikan produksi hanya sebanding atau tetap sama dengan hasil sebelumnya maka ini berarti efisiensi skala produksi adalah tetap (constant return to scale), sedangkan jika kenaikan hasil produksi menurun disebut efisiensi skala produksi yang menurun (decreasing return to scale). Efisiensi skala produksi menunjukkan perbandingan kurva (garis) hasil produksi padi (output) dengan efisiensi skala produksi yang menaik, konstan, dan menurun. Dalam jangka panjang perbedaan-perbedaan dalam skala efisiensi yang demikian tidak begitu signifikan. Tetapi sudah 24

42 disebutkan bahwa masalah demikian lebih mengenai fungsi produksi dalam jangka panjang dimana berbagai variasi dalam proporsi (perbandingan) faktorfaktor produksi sudah diterapkan sehingga akhirnya tinggal satu jalan lagi yang masih terbuka, yaitu perluasan skala produksi. Efisensi skala produksi secara rinci dapat dilihat pada Gambar 4. y = Padi (Kw) (a) (b) (c) Gambar 4. Efisiensi Skala Produksi Menaik (a), Konstan (b), dan Menurun (c) Di dalam usahatani kecil-kecil prinsip demikian dapat diterapkan pada keperluan adanya koperasi atau kerjasama di antara beberapa petani dalam menggunakan atau membeli alat-alat produksi tertentu, misalnya: alat semprot, pestisida, pompa air, dan lain-lain. Dalam hal ini dikatakan bahwa tidaklah ekonomis (tidak efisien) jika seorang petani (satu usahatani) harus membiayai satu alat yang mahal sendiri. Penggunaannya baru akan ekonomis jika skala usahatani diperbesar, artinya petani bergabung dalam menggunakan alat semprot atau pompa air tersebut. Dengan demikian alat yang mahal tersebut (biaya tetap atau biaya variabel) dapat dibagi-bagi atau ditanggung oleh banyak usahatani. Efisiensi skala produksi ini tidak saja penting bagi petani perseorangan atau kelompok tani dalam sebuah desa tetapi penting pula bagi bangsa secara keseluruhan yang berkepentingan agar penggunaan sumber-sumber ekonomi yang dimiliki seluruh bangsa dapat diatur seefisien mungkin. Suratiyah (2009) mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang bekerja dalam usahatani baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu: 1. Alam x = Tenaga Kerja (per Satuan) Alam merupakan faktor yang sangat menentukan usahatani. Sampai dengan tingkat tertentu manusia telah berhasil mempengaruhi faktor alam. 25

43 Namun, pada batas selebihnya faktor alam adalah penentu dan merupakan sesuatu yang harus diterima apa adanya. Faktor alam dapat dibedakan menjadi dua, yakni faktor tanah dan lingkungan alam sekitarnya. Faktor tanah misalnya jenis tanah dan kesuburan. Faktor alam sekitar yakni iklim yang berkaitan dengan ketersediaan air, suhu dan lain sebagainya. Alam mempunyai berbagai sifat yang harus diketahui karena usaha pertanian adalah usaha yang peka terhadap pengaruh alam. Iklim sangat menentukan komoditas yang akan diusahakan, baik tanaman maupun ternak. Komoditas yang diusahakan harus cocok dengan iklim setempat agar produktivitasnya tinggi dan memberikan manfaat yang lebih baik bagi manusia. Iklim juga dapat berpengaruh pada cara mengusahakan serta teknologi yang cocok dengan iklim tersebut. Tanah sebagai faktor alam juga sangat menentukan keberhasilan usahatani. Ada tanah pasir yang sangat porous, ada tanah kuarsa yang berbutir halus, tanah liat yang susah penggarapannya pada waktu kering karena keras, ada tanah yang gembur dan subur sehingga sangat menguntungkan. Pada tanah yang ringan tenaga kerja dapat dimanfaatkan secara lebih baik. Penggarapan juga harus dilakukan lebih berat pada tanah keras. Tanah merupakan faktor produksi yang penting karena tanah merupakan tempat tumbuhnya tanaman, ternak dan usahatani keseluruhannya. Tentu saja faktor tanah tidak terlepas dari pengaruh alam sekitarnya, yaitu: sinar matahari, curah hujan, angin dan sebagainya. Tanah mempunyai sifat istimewa, antara lain: bukan barang produksi, tidak dapat diperbanyak dan tidak dapat dipindah-pindah. 2. Tenaga Kerja Tenaga kerja adalah salah satu unsur penentu, terutama bagi usahatani yang sangat tergantung musim. Kelangkaan tenaga kerja berakibat mundurnya penanaman sehingga berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, produktivitas dan kualitas produk. Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam usahatani keluarga (family farms), khususnya tenaga kerja petani beserta anggotanya keluarganya. Rumah tangga tani yang umumnya sangat terbatas kemampuannya dari segi modal, peranan tenaga kerja keluarga sangat menentukan. Jika masih dapat diselesaikan oleh tenaga kerja keluarga sendiri maka tidak perlu mengupah tenaga luar, yang berarti dapat menghemat biaya usahatani. 26

44 Baik pada usahatani keluarga maupun perusahaan pertanian peranan tenaga kerja belum sepenuhnya dapat diatasi dengan teknologi yang menghemat tenaga (teknologi mekanis). Hal ini dikarenakan selain mahal, juga ada hal-hal tertentu yang memang tenaga kerja manusia tidak dapat digantikan. Peranan anggota keluarga yang lain sebagai tenaga kerja beserta tenaga luar yang diupah. Beberapa hal yang membedakan antara tenaga kerja keluarga dan tenaga luar, antara lain: komposisi menurut umur, jenis kelamin, kualitas dan kegiatan kerja (prestasi kerja). Kegiatan kerja tenaga luar sangat dipengaruhi sistem upah, lamanya waktu kerja, kehidupan sehari-hari, kecakapan dan umur tenaga kerja. Kebutuhan tenaga kerja dapat diketahui dengan cara menghitung setiap kegiatan tiap komoditas yang diusahakan, kemudian dijumlahkan untuk seluruh usahatani. Kebutuhan tenaga kerja berdasarkan jumlah tenaga kerja keluarga yang tersedia dibandingkan dengan kebutuhannya. Jika terjadi kekurangan berdasarkan penghitungan maka tenaga luar keluarga dapat digunakan. Satuan yang sering dipakai dalam perhitungan kebutuhan tenaga kerja adalah man days atau HKO 8 (hari kerja orang) dan JKO (jam kerja orang). Pemakaian HKO ada kelemahannya karena masing-masing daerah berlainan (satu HKO di daerah B belum tentu sama dengan satu HKO di daerah A) bila dihitung jam kerjanya. Seringkali dijumpai upah borongan yang sulit dihitung, baik HKO maupun JKO-nya. Banyaknya tenaga kerja yang diperlukan untuk mengusahakan satu jenis komoditas per satuan luas dinamakan Intensitas Tenaga Kerja. 3. Modal Modal adalah syarat mutlak berlangsungnya sebuah usaha, demikian pula dengan usahatani. Penggolongan modal ini akan semakin rancu jika yang dibicarakan adalah usahatani keluarga. Dalam usahatani keluarga cenderung memisahkan faktor tanah dari alat-alat produksi yang lain. Hal ini dikarenakan belum ada pemisahan yang jelas antara modal usaha dan modal pribadi. Tanah, alam sekitarnya, dan tenaga kerja adalah faktor produksi asli, sedangkan modal dan peralatan merupakan substitusi faktor produksi tanah dan tenaga kerja. Dengan modal dan peralatan, faktor produksi tanah dan tenaga kerja dapat memberikan manfaat yang jauh lebih baik bagi manusia. Dengan modal dan peralatan 8 Istilah HKO maka diungkapkan penggunaan oleh Suratiyah tanah (2006), dan tenaga sedangkan kerja istilah juga yang dapat biasa digunakan dihemat. di Oleh perkuliahan Agribisnis IPB adalah HOK (hari orang kerja) 27

45 dapat memberikan manfaat yang jauh lebih baik bagi manusia. Dengan modal dan peralatan maka penggunaan tanah dan tenaga kerja juga dapat dihemat. Oleh karena itu, modal dapat dibagi menjadi dua, yaitu land saving capital dan labour saving capital. Modal dikatakan land saving capital jika dengan modal tersebut dapat menghemat penguasaan lahan, tetapi produksi dapat dilipatgandakan tanpa harus memperluas areal. Contohnya pemakaian pupuk, bibit unggul, pestisida, dan intensifikasi. Modal dikatakan labour saving capital jika dengan modal tersebut dapat menghemat penggunaan tenaga kerja. Contohnya pemakaian traktor untuk membajak, mesin penggiling padi (Rice Milling Unit, RMU) untuk memproses padi menjadi beras, pemakaian thresher untuk penggabahan, dan sebagainya. Dalam arti ekonomi perusahaan, modal adalah barang ekonomi yang dapat dipergunakan untuk memproduksi kembali atau modal adalah barang ekonomi yang dapat dipergunakan untuk mempertahankan atau meningkatkan pendapatan. Pengertian tanah bukan modal atau modal sebenarnya lebih difokuskan pada perhitungan biaya usahatani (biaya tunai dan biaya diperhitungkan). Jika tanah dihitung sebagai modal maka bunga atas tanah dimasukkan dalam perhitungan usahatani. Namun, dalam usahatani keluarga pengeluaran bunga tanah tidak kelihatan karena termasuk dalam pendapatan usahatani. Bunga tanah baru kelihatan jika ingin mencari keuntungan usahatani, bukan pendapatan usahatani. 4. Pengelolaan atau Manajemen Faktor produksi usahatani pada dasarnya adalah tanah dan alam sekitarnya, tenaga kerja, modal serta peralatan. Namun, beberapa pendapat memasukkan manajemen sebagai faktor produksi keempat walaupun tidak langsung. Manajemen sebenarnya melekat pada tenaga kerja. Petani sebagai manajer atau peran petani sebagai manajer, meliputi: 1. Aktivitas Teknis a) Memutuskan akan memproduksi apa dan bagaimana caranya. b) Memanfaatkan lahan. c) Membuat gambaran tentang teknologi dan peralatan yang akan digunakan serta implikasinya pada penggunaan tenaga kerja. d) Menentukan skala usaha. 28

46 2. Aktivitas Komersial a) Menghitung berapa dan apa saja input yang dibutuhkan baik yang telah dipunyai maupun yang akan dicari. b) Menentukan kapan, dari mana, dan berapa jumlah input yang diperoleh. c) Meramalkan penggunaan input dan produksi yang akan diperoleh. d) Menentukan pemasaran hasil, kepada siapa, di mana, kapan, dan kualitas produksi atau hasil. 3. Aktivitas Finansial a) Mendapatkan dana sendiri, dari pinjaman kredit bank atau kredit lain. b) Menggunakan dana untuk memperoleh pendapatan dan keuntungan. c) Meramalkan kebutuhan dana untuk jangka panjang yang akan datang (investasi untuk penggantian alat-alat atau perluasan usaha). 4. Aktivitas Akuntansi a) Membuat catatan tentang semua transaksi baik bisnis maupun pajak. b) Membuat laporan. c) Menyimpan data tentang usahanya. Berdasarkan aktivitas-aktivitas tersebut, petani jelas sebagai manajer dituntut mempunyai pengetahuan, pengalaman dan keterampilan usaha yang terbaik. Manajemen yang melekat pada tenaga kerja akan sangat menentukan bagaimana kinerjanya dalam usatani. Dengan manajemen yang berbeda meskipun segala input sama akan diperoleh hasil yang berbeda. Dengan kata lain, keberhasilan usahatani sangat tergantung pada upaya dan kemampuan manajer. Manajemen adalah suatu seni (art) maka sulit untuk mengkuantifikasinya Pendapatan Usahatani Suatu usahatani dikatakan berhasil apabila usahatani tersebut dapat memenuhi kewajiban membayar bunga modal, alat-alat yang digunakan, upah tenaga luar serta sarana produksi lain termasuk kewajiban terhadap pihak ketiga dan dapat menjaga kelestarian usahanya (Suratiyah 2008). Soekartawi (1995) mengungkapkan bahwa pada analisis usahatani, data tentang penerimaan, biaya dan pendapatan usahatani perlu diketahui. Cara analisis terhadap tiga variabel ini sering disebut dengan analisis anggaran arus tunai (cash flow analysis). 29

47 Penerimaan usahatani adalah perkalian produksi dengan harga jual. Penerimaan juga biasa disebut pendapatan kotor usahatani yang terbagi menjadi pendapatan kotor tunai dan pendapatan kotor diperhitungkan. Pendapatan kotor tunai didefinisikan sebagai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani gandum. pendapatan kotor diperhitungkan merupakan pendapatan yang bukan dalam bentuk uang, seperti hasil panen gandum yang dikonsumsi dan bibit. Biaya usahatani merupakan pengorbanan yang dilakukan oleh produsen (petani) dalam mengelola usahanya dalam mendapatkan hasil yang maksimal. Biaya usahatani dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: biaya tunai dan biaya tidak tunai (diperhitungkan). Biaya tunai adalah semua biaya yang dibayarkan dengan uang, seperti biaya pembelian sarana produksi (bibit, pupuk dan obat) dan upah tenaga kerja luar keluarga. Biaya yang diperhitungkan digunakan untuk menghitung pendapatan petani yang sebenarnya dengan memperhitungkan penyusutan alat dan nilai tenaga kerja dalam keluarga. Soekartawi (1995) mengemukakan bahwa biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani. Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: (a) biaya tetap (fixed cost); dan (b) biaya tidak tetap (variable cost). Mubyarto (1995) mengungkapkan bahwa biaya tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya sewa atau bunga tanah yang berupa uang. Biaya lain-lainya pada umumnya termasuk biaya variabel karena besar kecilnya berhubungan langsung dengan besarnya produksi, misalnya: pengeluaran-pengeluaran untuk bibit, biaya persiapan dan pengolahan tanah. Pajak dapat merupakan biaya tetap kalau besarnya ditentukan berdasarkan luas tanah (pajak tanah). Tetapi kalau pajak itu berupa iuran pembangunan daerah (Ipeda) yang besarnya misalnya ditentukan lima persen dari hasil produksi netto, maka biaya itu termasuk biaya variabel. Pengertian biaya tetap dan variabel ini hanya pengertian jangka pendek, sebab dalam jangka panjang biaya tetap dapat menjadi biaya variabel, misalnya: sewa tanah, alat-alat pertanian dan bangunan dapat berubah. Biaya tunai dan biaya diperhitungkan (tidak tunai) berasal dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap yang termasuk dalam biaya tunai adalah iuran irigasi dan tanah. Sedangkan untuk biaya variabel, yaitu biaya input produksi dan 30

48 tenaga kerja luar keluarga (TKLK). Biaya diperhitungkan yang merupakan biaya tetap adalah biaya penyusutan. Biaya diperhitungkan yang merupakan biaya variabel adalah biaya untuk tenaga kerja dalam keluarga (TKDK). Pendapatan dalam penelitian ini akan dibedakan menjadi dua, yaitu: pendapatan atas seluruh biaya tunai (pendapatan tunai) dimana biaya yang benarbenar dikeluarkan oleh petani dan pendapatan atas biaya total (pendapatan total) dimana semua input milik keluarga juga diperhitungkan sebagai biaya. Secara umum pendapatan adalah selisih antara penerimaan usahatani dengan biaya usahatani pada periode waktu tertentu untuk mengukur imbalan yang diperoleh petani akibat penggunaan faktor-faktor produksi. Analisis imbangan penerimaan dan biaya, dikenal dengan R/C (Return Cost Ratio), adalah perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya. R/C dihitung dengan cara membandingkan penerimaan total dengan biaya total. Secara teoritis dengan R/C=1 berarti usahatani tidak untung dan tidak pula rugi (impas). R/C > 1 menunjukkan bahwa usahatani mengalami keuntungan. R/C <1 menunjukkan bahwa petani mengalami kerugian. Biasanya, akan lebih baik jika analisis R/C ini dibagi dua, yaitu: (1) menggunakan data pengeluaran (biaya produksi) yang secara riil dikeluarkan oleh petani dan (2) menghitung juga nilai tenaga kerja dalam keluarga, serta bibit yang dipersiapkan sendiri itu juga diperhitungkan. Dengan cara seperti ini, ada dua macam R/C, yaitu: a. R/C berdasarkan data apa adanya (R/C atas biaya tunai) b. R/C berdasarkan data dengan memperhitungkan tenaga kerja dalam keluarga, sewa lahan (andaikan lahan dianggap menyewa), alat-alat pertanian (andaikan alat pertanian dianggap sewa), dan sebagainya (R/C atas biaya total) Anggaran Parsial Suratiyah (2009) mengemukakan bahwa analisis masing-masing cabang usahatani akan sangat bermanfaat dan membantu perencanaan anggaran. Hal ini menunjukkan secara jelas berapa kontribusi pendapatan dari masing-masing cabang usahatani pada pendapatan total usahatani secara keseluruhan. Dengan analisis tersebut petani sebagai manajer dapat mengambil keputusan untuk memilih cabang usahatani mana yang perlu dikembangkan, dikurangi atau bahkan tidak diusahakan lagi agar tidak menderita kerugian. 31

49 Konsep Agribisnis dan Kelembagaan Agribisnis dalam pengertian awam sering dicampuradukkan dengan bisnis pertanian. Sebenarnya terdapat suatu tahapan perkembangan bisnis dari kegiatan pertanian yang paling sederhana hingga menjadi agribisnis. Davis dan Goldbeck dalam Krisnamurthi (2001) mendefinisikan agribisnis sebagai The sum total of all operations involved in the manufacture and distribution of farm supplies; production operations of the farm, processing, and distribution of farm commodities and items made from them. Agribisnis merupakan konsep dari suatu sistem yang integratif dari beberapa subsistem, yaitu: (1) subsistem pengadaan sarana produksi pertanian, (2) subsistem produksi usahatani, (3) subsistem pengolahan dan industri hasil pertanian (agroindustry), (4) subsistem pemasaran hasil pertanian, dan (5) subsistem kelembagaan penunjang kegiatan pertanian. Penanganan pembangunan pertanian tidak dapat lagi hanya dilakukan terhadap aspek-aspek yang berada dalam subsistem on farm saja tetapi juga harus melalui aspek-aspek off farm secara integratif sehingga agribisnis merupakan sistem yang memiliki lingkup lebih luas dibandingkan dengan pertanian dalam arti luas. Krisnamurthi dan Fausia (2006) mengungkapkan bahwa usaha agribisnis merupakan kegiatan produktif karena mempunyai rentang peluang sangat luas, mulai dari kegiatan penyediaan input hingga pascapanen dan pemasaran. Kelembagaan dapat didefinisikan dengan berbagai macam sudut pandang. Mubyarto (1995) mendefinisikan lembaga (institution) sebagai organisasi atau kaidah-kaidah, baik formal maupun informal, yang mengatur perilaku dan tindakan anggota masyarakat tertentu baik dalam kegiatan-kegiatan rutin seharihari maupun dalam usahanya untuk mencapai tujuan tertentu. Lembaga-lembaga ini mempunyai peranan tertentu yang diikuti dengan tertib oleh anggota-anggota masyarakat desa, dimana setiap penyimpangan akan disoroti dengan tajam oleh masyarakat. Arifin (2005) mengungkapkan bahwa definisi kelembagaan mencakup dua demarkasi penting, yaitu: (1) norma dan konvensi (norms and conventions), serta (2) aturan main (rules of the game). Jadi, definisi kelembagaan adalah kegiatan kolektif dalam suatu kontrol atau jurisdiksi, pembebasan atau liberasi, dan perluasan atau ekspansi kegiatan individu. 32

50 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Kinerja perekonomian Indonesia dapat digambarkan oleh PDB berdasarkan lapangan usaha atau ekonomi yang memiliki sembilan sektor, salah satunya adalah sektor pertanian. Kontribusi sektor pertanian terus mengalami peningkatan dari tahun 2005 dan mencapai 14,4 persen terhadap keseluruhan total PDB tahun Sektor pertanian tersusun atas lima subsektor, antara lain: tanaman pangan, tanaman perkebunan, peternakan dan produk turunannya, kehutanan dan perikanan. Subsektor tanaman pangan ini memiliki kontribusi terbesar dalam PDB sektor pertanian, yaitu sebesar 6,78 persen dari keseluruhan PDB sektor pertanian yang berjumlah 14,4 persen. Besarnya kontribusi PDB subsektor tanaman pangan terhadap sektor pertanian belum didukung dengan kontribusi komoditas gandum. Hal ini disebabkan oleh tingginya tingkat impor komoditas gandum yang digunakan di dalam negeri. Gandum merupakan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk dunia dan salah satu komoditas tanaman pangan alternatif dalam rangka mendukung ketahanan pangan serta diversifikasi pangan. Saat ini, diversifikasi pangan yang cukup berhasil adalah terigu karena penggunaan terigu cukup luas dengan berbagai kemasan, siap saji, dan praktis. Namun, permasalahan baru tercipta dengan ketergantungan terhadap gandum. Permintaan pasar untuk komoditas gandum dalam negeri cukup besar dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun (Tabel 5). Peningkatan permintaan gandum rata-rata dalam negeri mencapai kilogram dari tahun 2003 hingga tahun Persentase volume dan nilai impor gandum mengalami peningkatan, yaitu sebesar 4,26 persen dan 3,49 persen per tahun. Pada periode yang sama, persentase tingkat konsumsi rata-rata gandum pun mengalami peningkatan, yaitu sebesar 6,54 persen per tahun (0,42 kilogram per kapita per tahun). Kecamatan Tosari merupakan penghasil utama komoditas gandum lokal di Indonesia melalui berbagai bantuan pengembangan yang dilaksanakan oleh pemerintah sejak tahun Pemerintah yang terkait terdiri dari pemerintah pusat (Departemen Pertanian) dan pemerintah daerah (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Pasuruan) dengan anggaran pusat dan daerah. Namun, akselerasi pengembangan gandum di Kecamatan Tosari berjalan cukup lambat. 33

51 Hal ini diindikasikan oleh tingkat pengelolaan usahatani yang merupakan tanaman terbaru dibandingkan tanaman hortikultura di Kecamatan Tosari. Pengelolaan usahatani yang kurang baik dapat berimplikasi pada penurunan pendapatan usahatani petani gandum lokal di Kecamatan Tosari. Lambatnya akselerasi pengembangan gandum lokal juga dapat dilihat dari keterkaitan antar subsistem agribisnis gandum lokal yang membentuk suatu sistem yang belum terintegrasi dengan baik. Sistem agribisnis gandum lokal yang baik dapat meningkatkan motivasi petani dalam mengembangkan komoditas tersebut. Pengembangan agribisnis gandum lokal di Indonesia diperlukan dengan menganalisis salah satu subsistem agribisnisnya secara spesifik, yaitu usahatani gandum lokal sehingga mendapatkan R/C sebagai implikasi dari kegiatan usahataninya. Perubahan teknologi melalui mekanisasi juga dianalisis untuk meningkatkan efisiensi usahatani sehingga hasil panen semakin bertambah dan pendapatan petani gandum lokal semakin baik. Subsistem usahatani di tingkat kelembagaan, pengolahan, dan pemasaran gandum di Kecamatan Tosari dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui secara lengkap integrasi sistem agribisnis gandum lokal faktual di tingkat mikro. Analisis-analisis tersebut akan dibuat perumusan langkah-langkah perbaikan yang akan diberikan atau informasi kepada berbagai pihak yang terkait dalam pengembangan agribisnis gandum lokal. Kerangka alur penelitian secara rinci dapat dilihat pada Gambar 5. 34

52 Indonesia Merupakan Negara Importir Gandum Keempat Terbesar di Dunia Terjadi Gap antara Peningkatan Permintaan Gandum Domestik dengan Penurunan Persediaan Gandum Akselerasi Pengembangan Agribisnis Gandum Lokal di Indonesia kurang Berjalan dengan Baik Identifikasi Subsistem Agribisnis Usahatani, Pengolahan dan Pemasaran Komoditas Gandum Lokal Keterkaitan antar Subsistem Gandum Lokal Usahatani Gandum Lokal Pengolahan Gandum Lokal Pemasaran Gandum Lokal Input Produksi Biaya Produksi Output Produksi Penerimaan Usahatani Analisis Anggaran Parsial Usahatani Gandum Lokal Pendapatan Usahatani REKOMENDASI Gambar 5. Kerangka Pemikiran Operasional 35

53 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan Propinsi Jawa Timur. Penelitian ini dilakukan pada Bulan Juni 2009 hingga Desember Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan beberapa pertimbangan, antara lain: 1. Propinsi Jawa Timur merupakan sentra produksi gandum di Indonesia. 2. Kabupaten Pasuruan merupakan daerah penghasil gandum terbesar di antara tiga kabupaten penghasil gandum di Propinsi Jawa Timur. 3. Kecamatan Tosari merupakan daerah pengadaan demplot (uji lokasi) tanaman gandum pada tahun 2001 dan sentra pengembangan gandum di Indonesia Metode Penentuan Sampel Penentuan sampel dilakukan dengan menganalisis petani gandum lokal di Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan. Teknik penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode Cluster Sampling (Non-Probability Sampling), yaitu metode pengambilan contoh dengan terlebih dahulu mengelompokkan sebaran populasi (Soekartawi 1995), yaitu berdasarkan frekuensi tanam gandum di setiap desa di Kecamatan Tosari. Oleh karena itu, cara ini dilaksanakan berdasarkan Purposive (sengaja). Desa Tosari memiliki frekuensi tanam gandum tertinggi di Kecamatan Tosari yang mencapai sembilan periode tanam. Frekuensi tanam gandum lokal secara rinci ditunjukkan pada Tabel 8. Tabel 8. Frekuensi Tanam Gandum Lokal di Kecamatan Tosari Tahun No Desa Frekuensi (Periode) 1 Tosari Sembilan 2 Baledono Tiga 3 Ngadiwono Tujuh 4 Podokoyo Tujuh 5 Sedaeng Dua 6 Wonokitri Satu 7 Kandangan Belum Pernah 8 Mororejo Belum Pernah Sumber: Balai Penyuluh Pertanian (BPP) dan Mantri Pertanian Kecamatan Tosari (2009)

54 Lokasi pengambilan responden ditetapkan berdasarkan frekuensi penanaman gandum yang dilakukan oleh petani di Kecamatan Tosari. Tanaman gandum mulai dikembangkan selama sembilan periode (tahun ). Desa tosari memiliki frekuensi tanam tertinggi karena desa ini merupakan pusat aktivitas seluruh penduduk Kecamatan Tosari. Desa Ngadiwono dan Podokoyo merupakan dua desa yang memiliki frekuensi tanam gandum tertinggi setelah Desa Tosari. Tiga desa tersebut dipilih untuk mewakili Kecamatan Tosari. Responden yang diteliti merupakan petani yang pernah menanam gandum lokal sebanyak 30 petani. Penentuan responden yang dijadikan obyek penelitian dilakukan dengan teknik Snowball Sampling dengan mengikuti rekomendasi petani gandum sebelumnya. Selain itu, keberhasilan petani gandum dalam mengelola tanaman gandum juga menjadi pertimbangan penentuan responden. Informan merupakan anggota atau tokoh masyarakat yang mempunyai peran penting secara struktural maupun perorangan dalam penyebaran informasi dan perkembangan usahatani gandum lokal di Kecamatan Tosari. Informan yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 22 responden, yang terdiri dari: (1) 15 informan pelaku Poktan dan Gapoktan, (2) enam informan pengusaha kue, dan (3) satu informan pemasaran. Penentuan informan dilakukan secara purposive (sengaja) berdasarkan rekomendasi Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Pasuruan, Camat dan PPL Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan. Informan usahatani ditetapkan berdasarkan Kelompok Tani (Poktan) dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) pada tiga desa observasi. Informan pengusaha pangan berbasis terigu (kue-kue) di Kecamatan Tosari hanya terdapat di dua desa, yaitu Tosari dan Ngadiwono. Informan yang dipilih berjumlah enam orang dari kedua desa tersebut karena jumlah pengusaha kue di Desa Ngadiwono hanya berjumlah tiga orang. Hal ini bertujuan untuk membandingkan tingkat persepsi dan kegiatan usahanya yang berkaitan dengan gandum lokal Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat terhadap usahatani petani gandum lokal dan subsistem agribisnisnya di Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan. Metode deskriptif ini digunakan untuk membuat deskripsi, gambaran, lukisan secara 37

55 sistematis, faktual dan akurat mengenai petani gandum dan subsistem agribisnisnya di Kecamatan Tosari. Jenis metode deskriptif yang digunakan adalah metode kasus (case study), yaitu prosedur dan teknik penelitian tentang petani gandum lokal dan subsistem agribisnisnya. Metode ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara rinci tentang latar belakang, sifat-sifat, dan hubungan antar fenomena dari usahatani gandum lokal dan subsistem agribisnis lainnya di Kecamatan Tosari. Keunggulan dari penelitian dengan menggunakan metode kasus adalah detail, mendalam, dapat dipakai untuk mendukung kajian di masa depan, dan dapat dijadikan bahan rujukan hipotesis bagi penelitianpenelitian selanjutnya yang terkait dengan komoditas gandum lokal Data dan Instrumentasi Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang dikumpulkan dari berbagai sumber. Data primer meliputi data input dan output usahatani gandum dan kentang. Data primer juga diperoleh melalui pengamatan dan wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner terhadap petani gandum, pemandu lapang, Focus Group Discussion (FGD), dan wawancara khusus (Elite Interviewing) dengan kelompok elit tertentu. Data primer komoditas gandum lokal menggunakan data periode tanam Bulan Juni-September 2008 karena musim tanam tahun 2009 belum selesai pada saat penelitian ini dilakukan. Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi yang terkait dengan permasalahan penelitian, antara lain: Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Pertanian Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Direktorat Budidaya Serealia, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kantor Kecamatan Tosari, beberapa literatur, penelitian terdahulu, bahan presentasi beberapa tim pengembangan gandum lokal dan media elektronik (internet) Metode Pengumpulan data Metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara langsung dengan petani gandum dan informan dengan panduan kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Selain itu, pengamatan langsung dilakukan terhadap keadaan usahatani gandum di Kecamatan Tosari, dan penelusuran media elektonik (internet). Kuesioner yang digunakan berisi pertanyaan mengenai jumlah 38

56 pemakaian input, harga input, pemakaian dan upah tenaga kerja, serta pertanyaan lain yang berhubungan dengan analisis usahatani tanaman gandum Metode Pengolahan Data Data yang diolah dan dianalisis dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui keragaan usahatani gandum lokal dan keterkaitan subsistem agribisnisnya di Kecamatan Tosari. Sedangkan analisis data kuantitatif menggunakan analisis pendapatan usahatani dan analisis R/C yang bertujuan menganalisis besarnya pendapatan petani gandum lokal di Kecamatan Tosari. Perhitungan analisis data kuantitatif dibantu dengan komputer dengan software Microsoft Office Excel Analisis Pendapatan Usahatani Soekartawi (1995) mengemukakan bahwa pada analisis usahatani, maka data tentang penerimaan, biaya dan pendapatan usahatani perlu diketahui. Cara analisis terhadap tiga variabel ini sering disebut dengan analisis anggaran arus tunai (cash flow analysis). Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Penerimaan dapat dirumuskan sebagai berikut : TR = Y x Py Keterangan: TR = Total penerimaan (Rp) Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani (Kg) Py = Harga jual produk (Rp) Biaya tetap dihitung dengan rumus : FC = n i= 1 XiPxi Keterangan: X i = Jumlah fisik dari input yang membentuk biaya tetap Px i = Harga X i (input) n = Macam input 39

57 Rumus Biaya Tetap (Fixed Cost) juga dapat dipakai untuk menghitung Biaya Variabel (Variabel Cost). Karena total biaya (Total Cost) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya tidak tetap (VC), dapat digunakan rumus : TC = FC + VC Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya. Perhitungan pendapatan usahatani dapat menggunakan rumus : Pd = TR - TC Keterangan: Pd = Pendapatan usahatani TR = Total penerimaan TC = Total biaya Biaya penyusutan perlu diperhitungkan karena usahatani gandum ini menggunakan peralatan pertanian dalam aktivitasnya. Biaya penyusutan peralatan pertanian diperhitungkan dengan menggunakan metode garis lurus, yaitu membagi selisih antara nilai pembelian dengan nilai sisa yang diperkirakan dengan lamanya modal dipakai. Metode garis lurus dirumuskan sebagai berikut : Biaya Penyusutan = Nb Ns n Keterangan: Nb = Nilai pembelian (Rp) Ns = Perkiraan nilai sisa (Rp) n = Umur ekonomi alat (tahun) Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya Analisis R/C merupakan perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya usahatani. Analisis ini tidak memiliki satuan khusus (rasio). Pernyataan tersebut dapat dinyatakan secara matematik dalam rumus sebagai berikut (Soekartawi 1995): 40

58 a = R/C Keterangan: R = Py.Y (Penerimaan) C = FC+VC (Biaya) a = { (Py.Y)/(FC+VC) } Py = Harga output Y = output FC = Biaya tetap (fixed cost) VC = Biaya variabel (variable cost) Kriteria keputusan yang digunakan untuk menilai hasil analisis R/C dapat dibagi menjadi tiga bagian besar, antara lain: R/C > 1 : usahatani menguntungkan R/C = 1 : usahatani impas R/C < 1 : usahatani rugi Perhitungan analisis pendapatan usahatani atas biaya tunai dan biaya total, serta R/C secara sederhana dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Perhitungan Analisis Pendapatan dan R-C Rasio Usahatani A Penerimaan Tunai Harga x hasil panen yang dijual (Kg) B Penerimaan yang Harga x hasil panen yang dikonsumsi Diperhitungkan (kg) C Total Penerimaan A + B D Biaya Tunai a. Biaya sarana produksi: - Benih, Pupuk, dll b. Upah tenaga kerja di luar keluarga c. Sewa alat bajak d. Sewa lahan e. Pajak E Biaya yang Diperhitungkan a. Upah tenaga kerja dalam keluarga b. Penyusutan c. Benih d. Sewa Lahan F Total Biaya D + E G Pendapatan Atas Biaya Tunai A D H Pendapatan Atas Biaya Total C F I Pendapatan Bersih H Bunga pinjaman (jika ada pinjaman) J R/C C / F Sumber: Rahim dan Diah (2007) 41

59 Anggaran Partial (Partial Budgets) Suratiyah (2009) Anggaran parsial (partial budgets) sangat sederhana, mudah dimengerti, mudah penyusunannya, biasa digunakan untuk melihat keuntungan dengan sedikit perubahan yang dilakukan, serta tidak memerlukan informasi yang tidak dipengaruhi oleh perubahan yang sedang diamati. Anggaran parsial terdiri dari beberapa macam, antara lain: 1) anggaran keuntungan parsial, 2) anggaran marjin kotor, 3) anggaran arus tunai parsial, dan 4) anggaran parametrik. Secara umum anggaran parsial mempertimbangkan empat komponen sebagai berikut: 1) Tambahan pengeluaran 9 atau pengeluaran baru 2) Penerimaan yang hilang 3) Pengeluaran yang dihemat atau tidak jadi dikeluarkan 4) Penerimaan tambahan atau penerimaan baru Selisih antara (1+2) dengan (3+4) menunjukkan apakah perubahan yang direncanakan menguntungkan. Jika (3+4) lebih kecil dari (1+2) maka perubahan yang direncanakan akan meningkatkan pendapatan usahatani sehingga layak untuk diterapkan. Anggaran parsial digunakan untuk mempertimbangkan apakah perlu penggunaan input baru, menambah cabang usahatani baru, dan cara baru. 9 Pengeluaran biasanya disebut biaya dalam usahatani 42

60 V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Pasuruan Kabupaten Pasuruan adalah salah satu daerah tingkat dua di Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Pasuruan. Letak geografi Kabupaten Pasuruan antara hingga Bujur Timur (BT) dan antara Lintang Selatan (LS). Batas-batas administrasi kabupaten ini, meliputi: 1. Sebelah Utara : Kabupaten Sidoarjo dan Laut Jawa 2. Sebelah Timur : Kabupaten Probolinggo 3. Sebelah Selatan : Kabupaten Malang 4. Sebelah Barat : Kabupaten Mojokerto. Kabupaten Pasuruan mempunyai luas wilayah sebesar ,50 hektar (3,13 persen luas Propinsi Jawa Timur) yang terdiri dari 24 Kecamatan, 24 kelurahan, 341 desa, dan pedukuhan (dusun). Kabupaten Pasuruan disebut juga City of Mountain karena sebagian besar daerahnya merupakan kawasan pegunungan. Kondisi wilayah kabupaten Pasuruan terbagi atas tiga bagian, yaitu: 1. Daerah pegunungan dan berbukit dengan ketinggian antara m. Daerah ini membentang di bagian selatan dan barat, meliputi: Kecamatan Tutur, Puspo, Tosari, Lumbang, Purwodadi, Prigen, dan Gempol. 2. Daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 6-91 meter. Dataran rendah ini berada di bagian tengah dan merupakan daerah yang subur. 3. Daerah pantai dengan ketinggian antara 2-8 meter di atas permukaan laut. Daerah ini membentang di bagian utara, meliputi: Kecamatan Rejoso, Kraton, Nguling, dan Bangil. Struktur tanah di Kabupaten Pasuruan sebagian besar terdiri dari jenis Alluvial, Mediteran, Regosol Labosal, dan Litasol, Grumasol dan Andosol. Keadaan kemiringan tanah di Kabupaten Pasuruan bervariasi, antara lain: 1. Kemiringan 0-25 derajat meliputi ± 20 persen luas wilayah. Daerah ini merupakan dataran rendah yang terletak di Bagian Utara. 2. Keimiringan derajat meliputi ± 20 persen luas wilayah. Daerah ini merupakan dataran yang bergelombang yang terletak di bagian tengah.

61 3. Kemiringan derajat meliputi ± 30 persen luas wilayah. Daerah ini merupakan perpanjangan dari perbukitan (di Bagian Barat dan Timur). 4. Kemiringan di atas 45 derajat meliputi ± 30 persen luas wilayah. Daerah ini merupakan pegunungan yang terletak di Bagian Selatan. Jumlah penduduk di Kabupaten Pasuruan mencapai jiwa pada tahun Kabupaten ini memiliki keanekaragaman penduduk yang sebagian besar adalah Suku Jawa, selain itu bisa juga ditemui suku-suku lain seperti Suku Madura serta masyarakat keturunan Tionghoa-Indonesia, Arab dan India. Satu suku dengan sosial budaya khas masih dapat ditemui di Pasuruan, yaitu Masyarakat Tengger yang hidup di kawasan Pegunungan Tengger Kecamatan Tosari. Sistem sosial dan religi Masyarakat Tengger ini sangat unik dan khas dengan berbagai aktivitasnya, seperti perayaan Hari Raya Kasada dan Karo yang di dalamnya banyak mengandung nilai-nilai religius dan sejarah Gambaran Umum Kecamatan Tosari Karakteristik Wilayah Kecamatan Tosari merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Pasuruan, Propinsi Jawa Timur. Jarak dari Kecamatan Tosari ke Ibukota Kabupaten Pasuruan adalah 46 km. Kecamatan Tosari terletak pada daerah pegunungan dengan ketinggian antara meter di atas permukaan laut (dpl). Batas-batas wilayah Kecamatan Tosari secara administratif, meliputi: 1. Sebelah Utara : Kecamatan Puspo 2. Sebelah Timur : Kecamatan Sukopuro, Kabupaten Probolinggo 3. Sebelah Selatan : Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang 4. Sebelah Barat : Kecamatan Tutur Kecamatan Tosari memiliki beberapa jenis tanah, seperti: Regusol Kelabu, Andosol, Asosiasi Andosol C, Asosiasi Andosol K, Latusol, dan Grumosol. Keadaan topografi di wilayah Kecamatan Tosari, antara lain: - Bagian Utara seluas sekitar 141 hektar dengan ketinggian meter dpl dan derajat kemiringan antara 5-15 derajat. 44

62 - Bagian Timur sekitar 30 persen luas wilayah atau hektar dengan ketinggian meter dpl, berbukit, bergunung dan kemiringan lebih dari 30 derajat. - Bagian Selatan sekitar 25 persen luas wilayah berbukit, bergunung dan kemiringan antara derajat. - Bagian Barat sekitar 15 persen luas wilayah, berbukit, bergunung dan kemiringan antara derajat. Iklim di Kecamatan Tosari terbagi atas dua musim, yaitu: (1) musim kemarau terjadi pada kisaran Bulan April-September, dan (2) musim hujan terjadi pada kisaran Bulan Oktober-Maret. Suhu udara minimum berkisar antara 6-14 o C pada Bulan November-Mei dan suhu udara maksimum berkisar antara o C pada Bulan Juli-Oktober. Angin berhembus lebih kencang pada musim kemarau, sehingga keadaan sekitar menjadi lebih dingin dan kering. Rata-rata curah hujan dan hari hujan tahunan selama lima tahun terakhir (Tabel 10) relatif stabil dengan jumlah hari hujan yang lebih sedikit per tahun. Suhu relatif rendah dan musim kemarau cukup panjang dengan batas musim yang jelas menjadi syarat utama dalam tumbuhnya tanaman gandum sehingga komoditas gandum cukup adaptif dikembangkan di Kecamatan Tosari. Tabel 10. Rata-Rata Curah dan Hari Hujan Kecamatan Tosari Tahun No Tahun Curah Hujan Hari Bulan Bulan (mm) Hujan Basah Kering , Sumber : Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Tosari (2009) Tanaman gandum membutuhkan hujan pada awal penanaman, namun semakin rentan terhadap hujan sesuai dengan pertumbuhannya hingga menjelang panen. Curah hujan pada saat musim kemarau utama (kisaran Bulan Juni- September) relatif sedikit bahkan cenderung mendekati nol pada Bulan Agustus dan September sehingga pengembangan gandum cukup adaptif (Tabel 11). 45

63 Tabel 11. Rata-Rata Curah Hujan dan Hari Hujan di Kecamatan Tosari per Bulan Tahun 2007 No Bulan Jumlah Hari Hujan Curah Hujan (mm) Rata-Rata Curah Hujan (mm/hari) 1 Januari ,83 2 Februari ,88 3 Maret ,64 4 April ,53 5 Mei ,25 6 Juni ,20 7 Juli ,50 8 Agustus September Oktober ,00 11 November ,55 12 Desember ,83 Jumlah Rata-Rata 10,67 166,67 11,35 Sumber : Kecamatan Tosari Dalam Angka (2008) Luas wilayah Kecamatan Tosari adalah ha (0,63 persen luas Kabupaten Pasuruan) yang terbagi atas ha lahan kering (tegal) sebesar 39,1 persen, ha pekarangan sebesar 5,1 persen, dan ha sebesar 55,8 persen (Tabel 12). Kecamatan ini terdiri atas delapan desa, yaitu: Kandangan, Mororejo, Ngadiwono, Podokoyo, Wonokitri, Tosari, Baledono, dan Sedaeng. Tabel 12. Luas dan Tata Guna Lahan Kecamatan Tosari Tahun 2007 (Hektar) No Desa Tegal Pekarangan Hutan Jumlah 1 Tosari Wonokitri Baledono Sedaeng Podokoyo Ngadiwono Mororejo Kandangan Jumlah Persentase (%) 39,1 5,1 55,8 100 Sumber : Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Tosari (2009) 46

64 Kondisi Sosial Ekonomi Jumlah penduduk Kecamatan Tosari pada tahun 2007 mencapai sekitar jiwa (1,2 persen jumlah penduduk Pasuruan) dengan penduduk laki-laki dan perempuan sebanyak jiwa (48,76 persen) dan jiwa (51,24 persen). Kecamatan Tosari terdiri dari 24 dusun, 29 Rukun Warga (RW) dan 129 Rukun Tetangga (RT). Rincian jumlah penduduk per desa dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kecamatan Tosari Tahun 2007 No Desa Rumah Laki- Jumlah Dusun RW RT Perempuan Tangga Laki (Ha) 1 Tosari Wonokitri Baledono Sedaeng Podokoyo Ngadiwono Mororejo Kandangan Jumlah Sumber : Kecamatan Tosari Dalam Angka (2008) Jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Hal ini berimplikasi pada tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani di Kecamatan Tosari. Rasio jumlah penduduk terhadap luas lahan tegal sebesar 1:198, artinya setiap penduduk di Kecamataan Tosari menghadapi luas lahan tegal sebesar 198 hektar. Kelangkaan tenaga kerja terjadi dalam usahatani di Kecamatan Tosari sehingga tenaga kerja dari kecamatan lainnya digunakan untuk menganggulangi permasalahan keterbatasan tersebut. Lapangan pekerjaan utama penduduk Kecamatan Tosari adalah sektor pertanian, yaitu sekitar 84,4 persen. Sektor lainnya yang cukup banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor perdagangan, yaitu sekitar 1,2 persen. Lapangan pekerjaan lainnya sebesar 4,7 persen. Sedangkan usia bawah lima tahun (Balita) dan sekolah sebesar 9,7 persen. Usahatani di kecamatan Tosari telah dilakukah secara kelembagaan walaupun terjadi fluktuasi partisipasi petani. Komoditas gandum mulai dikelola secara kelembagaan pada tahun Jumlah Kelompok Tani di Kecamatan Tosari cenderung meningkat setiap tahunnya. Selain Kelompok Tani, 47

65 kelembagaan petani lainnya adalah kelompok wanita tani dan Taruna Tani. Kelembagaan petani secara rinci dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Kelembagaan Petani di Kecamatan Tosari Tahun No Jenis Kelompok Tahun Kelompok Tani Kelompok Wanita Tani Taruna Tani IDT/ Taskin Sumber : Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Tosari (2008) Kegiatan Kelompok Tani di Kecamatan Tosari secara kelembagaan seperti organisasi kemasyarakatan lainnya, yaitu bertujuan untuk meminimumkan risiko kerugian usahatani dan pascapanen komoditas yang sedang dikelolanya. Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) pun dapat menyalurkan informasi kepada petani dengan baik dan terarah melalui lembaga-lembaga tersebut Karakteristik Petani Responden Karakteristik petani menentukan keberhasilan suatu usahatani dengan berbagai risiko dan ketidakpastian. Karakteristik petani tersebut mencakup umur, tingkat pendidikan, pengalaman, luas dan status kepemilikan lahan usahatani responden di Kecamatan Tosari yang ditunjukkan secara rinci pada Lampiran Umur Responden Setiap responden dalam penelitian ini memiliki mata pencaharian utama sebagai petani. Umur responden berkisar antara tahun dengan rata-rata umur 41,23 tahun. Tabel 16 menunjukkan bahwa seluruh petani responden berada pada usia produktif, yaitu pada umur tahun. Secara umum, persentase penyebaran umur pada petani responden cukup beragam sehingga diharapkan dapat mewakili seluruh petani yang terdapat di Kecamatan Tosari. Kelompok umur yang merata ini juga dapat menunjukkan regenerasi petani yang baik. Persentase umur tertinggi berada pada kelompok umur tahun (23,33 persen), sedangkan persentase umur terendah pada kelompok umur lebih dari 54 tahun (6,67 persen). Rincian sebaran umur responden dapat dilihat pada Tabel

66 Tabel 15. Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Umur di Kecamatan Tosari Tahun 2009 Kelompok Umur Jumlah Responden (Tahun) (Orang) Persentase (%) , , , , ,33 > ,67 Total , Tingkat Pendidikan Responden Tingkat pendidikan formal responden bervariasi, antara lain: Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Perguruan Tinggi (PT). Tingkat pendidikan petani responden terbesar adalah SD, yaitu sebesar 50 persen dari seluruh petani responden. Rincian tingkat pendidikan responden di Kecamatan Tosari ditunjukkan pada Tabel 16. Tabel 16. Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan Tosari Tahun 2009 Tingkat Pendidikan Jumlah Responden (Orang) Persentase (%) Sekolah Dasar 15 50,00 Sekolah Menengah Pertama 10 33,33 Sekolah Menengah Atas 4 13,33 Perguruan Tinggi 1 3,33 Total ,00 Keterbatasan pendidikan yang diterima oleh responden dikarenakan keterbatasan tempat pendidikan (sekolah) yang terdapat di Kecamatan Tosari. Pendidikan petani responden secara umum masih rendah namun setidaknya petani responden tersebut telah memiliki kemampuan dasar dalam membaca dan menulis untuk digunakan dalam aktivitas usahatani. Selain itu, proses transformasi teknologi yang dilakukan oleh penyuluh maupun pihak-pihak lain dapat terserap dengan baik sehingga produktivitas petani responden menjadi lebih baik. 49

67 Pengalaman Usahatani Responden Pengalaman usahatani dapat juga menentukan keberhasilan usahatani gandum lokal. Petani yang lebih berpengalaman dalam usahatani komoditas tersebut secara umum akan lebih mampu untuk meningkatkan produktivitas dibandingkan petani yang kurang berpengalaman. Pengalaman usahatani petani gandum antara 1-5 tahun dengan rata-rata selama 2,7 tahun karena tanaman ini mulai ditanam secara serentak di Kecamatan Tosari pada periode musim tanam Tingkat pengalaman usahatani komoditas gandum di Kecamatan Tosari masih cukup rendah dibandingkan usahatani komoditas hortikultura (kentang, kubis, kacang kapri, dan wortel) yang merupakan komoditas unggulan daerah tersebut. Persentase pengalaman usahatani gandum terbesar berada pada pengalaman usahatani antara 1-2 tahun, yaitu sebesar 56,67 persen (Tabel 17). Tabel 17. Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Usahatani di Kecamatan Tosari Tahun 2009 Usahatani Gandum Usahatani Kentang Pengalaman Usahatani Jumlah Jumlah (Tahun) Responden Persentase (%) Responden Persentase (%) (Orang) (Orang) ,67 0 0, ,33 0 0, , , , , , ,33 > , ,33 Total , , Luas dan Status Kepemilikan Lahan Responden Petani responden di Kecamatan Tosari memiliki luas kepemilikan antara 0,25-7,00 hektar dengan rata-rata luas lahan sebesar 2,38 hektar. Luas kepemilikan lahan tersebut dapat mendukung efisiensi dan efektivitas usahatani gandum lokal. Persentase luas kepemilikan lahan tertinggi berada pada kategori luas lahan 1,1-2,0 hektar, yaitu 36,67 persen. sedangkan luas kepemilikan lahan terendah berada pada kategori luas lahan 0,1-0,5 hektar, yaitu 10,00 persen. Luas kepemilikan lahan dapat dilihat secara rinci pada Tabel

68 Tabel 18. Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Luas Kepemilikan Lahan di Kecamatan Tosari Tahun 2009 Luas Lahan (Ha) Luas Kepemilikan Lahan Jumlah Persentase Responden (%) (Orang) Luas Usahatani Gandum Jumlah Persentase Responden (%) (Orang) 0,1-0,5 3 10, ,33 0,6-1,0 5 16, ,67 1,1-2, ,67 2 6,67 2,1-3,0 5 16,67 1 3,33 > ,00 0 0,00 Total , ,00 Luas kepemilikan lahan yang cukup tinggi ini berbanding terbalik dengan luas usahatani gandum yang diteliti dengan rata-rata luas seluas 0,63 hektar. Persentase luas usahatani gandum tertinggi berada pada kategori luas lahan antara 0,1-0,5 hektar, yaitu 73,33 persen. Rendahnya luas usahatani gandum yang diusahakan oleh petani responden disebabkan oleh motivasi petani responden dalam penanaman gandum lokal yang cenderung mencoba-coba tanpa pengetahuan dan pengalaman yang baik. Kondisi ini menjadi lebih buruk jika petani yang belum pernah menanam gandum lokal dan ingin mencoba menanam, mendapatkan informasi mengenai kegagalan bertani gandum dari petani lain. Petani yang ingin mencoba tersebut cenderung untuk membatalkan penanaman gandum atau penanaman gandum di lahan yang sempit untuk mengurangi risiko. Lahan yang digunakan seluruh responden merupakan lahan kering (tegal) dengan berbagai kemiringan karena ketinggian lokasinya. Status Kepemilikan lahan responden di Kecamatan Tosari terbagi atas dua bagian, yaitu lahan milik dan sewa. Mayoritas responden melaksanakan usahatani gandum dengan status kepemilikan lahan milik dibandingkan sewa. Status kepemilikan lahan milik usahatani gandum sebanyak 25 petani responden, yaitu dengan persentase sebesar 83,33 persen. Lahan sewa diperoleh responden dari Perhutani dengan karakteristik lahan yang sama dengan lahan milik responden tersebut, yaitu lahan kering (tegal). Perhutani membuka sebagian lahannya untuk diusahakan oleh warga sekitar. Sejumlah uang sewa tertentu dibebankan pada penyewa dalam jumlah yang sama per hektarnya, yaitu sebesar Rp per tahun. 51

69 VI. ANALISIS USAHATANI GANDUM LOKAL 6.1. Keragaan Usahatani Gandum Lokal Beberapa faktor harus diperhatikan dalam budidaya gandum, antara lain: pemilihan lokasi penanaman, pemilihan varietas dan benih, pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan (pemupukan dan penyiangan), pengendalian hama dan penyakit, serta panen dan pascapanen. Tujuh faktor tersebut harus dilaksanakan secara proporsional untuk mendapatkan hasil yang optimal Pemilihan Lokasi Penanaman Pemilihan lokasi penanaman ini bertujuan untuk mendapatkan lokasi tanam yang sesuai dengan syarat tumbuh gandum. Gandum memiliki dua syarat utama agar dapat tumbuh dengan baik, yaitu: ketinggian tempat dan perbedaan batas musim yang nyata. Gandum adaptif tumbuh pada ketinggian tempat lebih dari 800 meter di atas permukaan laut (dpl). Ketinggian tempat ini sesuai dengan kondisi lahan di Kecamatan Tosari yang memiliki ketinggian tempat di antara meter di atas permukaan laut. Dari ketiga desa yang diteliti (Tosari, Ngadiwono, dan Podokoyo), Desa Podokoyo merupakan desa yang memiliki ketinggian tertinggi, yaitu sekitar 2000 meter di atas permukaan laut. Batas musim suatu lokasi penanaman gandum harus nyata, artinya perbedaan antara musim kemarau dan hujan harus nyata. Hal ini berpengaruh terhadap penentuan awal tanam dan panen tanaman gandum. Kondisi alam Kecamatan Tosari memiliki perbedaan musim yang nyata antara kedua musim tersebut. Hal ini dapat dilihat pada rata-rata curah hujan (Tabel 12) Kecamatan Tosari yang menunjukkan penurunan secara signifikan pada Bulan Juni dan terus stabil selama empat bulan berikutnya. Musim kemarau (ketiga) terjadi pada Bulan Juni-April dan musim hujan (rendengan) terjadi pada Bulan Oktober-Maret. Syarat tumbuh tanaman gandum lainnya adalah suhu optimum, yaitu antara o C. Kecamatan Tosari mengalami suhu udara maksimum pada Bulan Juli-Oktober, yaitu antara o C dan suhu minimum pada Bulan November- Mei, yaitu antara 6-14 o C. Curah hujan antara mm pada awal tanam dan curah hujan kurang dari 100 mm per bulan pada saat pengisian biji, juga merupakan syarat yang harus diperhatikan untuk perkembangan gandum.

70 Pemilihan Varietas Benih Varietas yang digunakan sebaiknya merupakan varietas yang bermutu. Faktor-faktor utama yang diperhatikan dalam pemilihan varietas gandum, antara lain: umur masak, ketahanan hama dan penyakit, kerebahan, kualitas, dan potensi hasil. Saat ini terdapat empat varietas gandum yang sudah dilepas (Lampiran 2-5), yaitu: Dewata (berasal dari DWR 162, India), Selayar (berasal dari Cimmyt, Meksiko), Nias (berasal dari Thailand), dan Timor (berasal dari India). Keempat varietas tersebut hanya untuk dataran tinggi karena varietas yang adaptif pada dataran rendah belum dikembangkan. Keempat varietas tersebut memiliki perbedaan karakteristik sebagai alternatif pilihan petani gandum di Tosari. Klasifikasi umur dan tinggi tanaman gandum lokal terbagi atas tiga bagian, yaitu: Golongan Genjah, Sedang, dan Dalam. Golongan Genjah dapat mencapai umur hari dengan tinggi tanaman cm. Golongan Sedang berumur hari dengan tinggi tanaman cm. Sedangkan Golongan Dalam berumur hari dengan tinggi tanaman lebih dari 125 cm. Varietas yang banyak ditanam petani adalah Selayar dan Dewata. Petani gandum di Kecamatan Tosari juga mengembangkan kedua varietas tersebut. Persentase responden yang menggunakan Varietas Selayar sebanyak 20 responden (66,66 persen) dan Varietas Dewata sebanyak 10 responden (33,33 persen). Faktor yang menjadi pertimbangan responden dalam penggunaan kedua varietas tersebut adalah potensi hasil, ketahanan hama dan penyakit. Sedangkan faktor yang menjadi pertimbangan mayoritas petani menggunakan Varietas Selayar adalah umur masak tanaman yang lebih cepat dibandingkan Varietas Dewata Pengolahan Tanah Pengolahan tanah dilakukan dengan tujuan untuk pengendalian gulma, memperbaiki struktur tanah (penggemburan) sehingga perkecambahan dan pertumbuhan biji menjadi sempurna. Pengaturan kelembaban tanah melalui perbaikan sistem aerasi serta pengairan pada periode tertentu terbukti memberikan hasil tinggi. Pengolahan pertama adalah pencangkulan sedalam cm kemudian dibiarkan atau diangin-anginkan selama tujuh hari. Penggemburan tanah dilakukan agar bongkahan tanah menjadi butiran yang lebih halus. 53

71 Pengolahan tanah kedua adalah pencangkulan kembali dengan pemberian pupuk organik (pupuk kandang atau petroganik) dan tanah dibiarkan atau dianginanginkan selama tujuh hari agar terhindar dari unsur-unsur racun yang terdapat di dalam tanah. Setelah penggemburan tanah dilakukan, lahan dibuat bedengan dengan lebar 200 cm, tinggi 20 cm, dan panjang bedengan yang menyesuaikan kondisi lahan. Di antara bedengan dibuat selokan dengan lebar 50 cm dan dalam 25 cm. Tanah dari galian selokan digunakan untuk menambah tinggi bedengan. Permukaan bedengan dihaluskan dan diratakan kemudian dibuat guritan sedalam 7-9 cm dengan jarak antar baris 25 cm (sekitar delapan baris tanaman). Pengolahan tanah di atas menggunakan asumsi lahan tegal yang datar sehingga mempermudah dalam memahami tahapan pengolahan tanahnya. Sedangkan mayoritas kemiringan lahan di Kecamatan Tosari di bawah 45 derajat. Pengolahan lahan disesuaikan dengan kondisi kemiringan lahan, seperti: luas bedengan, jarak selokan, dan kedalaman guritan. Namun secara umum tahapan pengolahan tanah hampir sama seperti yang dipaparkan sebelumnya Penanaman Waktu penanaman yang tepat merupakan faktor yang sangat penting dalam budidaya gandum karena tanaman ini memerlukan air sedikit. Air dibutuhkan pada awal pertanaman terus berkurang hingga panen. Waktu tanam yang tepat adalah pada akhir musim hujan. Kecamatan Tosari mengalami kondisi cuaca tersebut sekitar awal atau pertengahan Bulan Mei dimana curah hujan dapat mencukupi kebutuhan air pada saat awal tanam gandum. Metode tanam yang digunakan adalah secara larikan. Metode ini dapat mempermudah untuk pengendalian gulma dan dilakukan pada kondisi tanah yang kelembabannya sedikit dibawah kapasitas lapang. Metode ini dilakukan petani di negara yang sedang berkembang. Tahap pertama adalah pembuatan alur atau larikan pada bedengan dengan jarak antara cm. Pada tanah yang relatif subur dan untuk memudahkan pengendalian gulma secara manual cukup baik menggunakan jarak antar larikan 30 cm. Benih ditanam ke tanah sedalam 7-9 cm karena kelembaban tanah di bawah kapasitas lapang dan permukaan tanah cukup kering. Pencampuran pestisida (Dithane) dan pemberian Furadan di tempat biji dalam alur dapat dilakukan agar benih tidak terkena hama dan penyakit. 54

72 Pemeliharaan (Pemupukan dan Penyiangan) Waktu pemupukan dapat dilakukan sebelum tanam atau pada saat tanam sebagai pupuk dasar. Pupuk pertama yang diberikan adalah SP, KCl, dan Urea. Dosis pupuk dapat ditentukan berdasarkan jumlah hara yang tersedia di dalam tanah. Biasanya pupuk organik sebesar 5-6 ton per hektar. Sedangkan pupuk anorganik sebesar kilogram pupuk unsur N per hektar, kilogram pupuk unsur P per hektar dan kilogram pupuk unsur K per hektar. Pemberian pupuk urea dapat diberikan 2-3 kali selama musim tanam. Pemberian pertama (pupuk dasar) yang terdiri dari pupuk kandang, sebesar 1/3 bagian pupuk urea (unsur N), KCl (unsur K), dan SP-18 (unsur P) dalam bentuk pupuk majemuk. Pemberian kedua sebagai pupuk susulan pertama sebesar 1/3 bagian pada saat bertunas, yaitu sekitar hari setelah tanam. Pemberian ketiga sebagai pupuk susulan kedua pada saat pembentukan primordia bunga untuk mendorong pembentukan malai, butir gandum dan peningkatan protein. Selama pertumbuhan gandum menghendaki lingkungan bebas gulma, terutama lima minggu pertama setelah tanam. Penyiangan dapat dilakukan sebanyak 2-3 kali selama pertanaman atau sesuai kebutuhan, yaitu jika gulma terlihat banyak maka penyiangan harus segera di lakukan agar gulma tidak mengganggu pertumbuhan tanaman gandum. Tanaman gandum merupakan tanaman yang mampu beradaptasi terhadap kekurangan air namun tanaman harus cukup air pada waktu awal tanam (14-21 hari setelah tanam) dengan ditandai pertumbuhan tanaman sampai keluarnya malai. Setelah masak sampai menjelang panen diusahakan air jangan berlebihan atau cenderung kering Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Hama yang menyerang tanaman gandum di Indonesia terbagi atas empat bagian besar, yaitu: hama perusak dalam tanah, perusak batang daun, penghisap batang, dan pemakan biji. Hama perusak dalam tanah meliputi: anai-anai, semut, jangkrik, lundi, kumbang pemakan akar dan pangkal akar, cacing tanah, kutu air dan hama akar lainnya. Hama tersebut dapat mengurangi vigor tanaman dan menyebabkan luka, busuk dan pembengkakan akar yang akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman. Hama tersebut dapat dikendalikan dengan pengolahan tanah yang baik, pembuangan akar dan sisa tanaman sebelumnya. 55

73 Hama perusak batang daun, meliputi: kutu daun (Aphids), kumbang perusak daun, tempayak bibit, kutu lompat, ulat gerayak, penggulung daun, pemakan epidermis daun dan penggerek batang. Hama ini menyebabkan kerusakan berat pada areal yang cukup luas. Gejala serangan rusaknya pinggir daun sampai ke bagian tengah daun atau ujung tanaman. Aphids berbadan lunak dan transparan dengan cara menghisap dan menyebabkan daun berwarna kekuningan kemudian mati prematur. Aphids juga mengeluarkan cairan yang mengandung gula (dikenal sebagai honeydew) penyebab bintik-bintik kecil hitam pada daun sehingga jamur jelaga berkembang. Hama tersebut dapat dikendalikan dengan cara rotasi penanaman gandum dengan tanaman lain dan penggunaan insektisida dengan takaran yang tepat dan proporsional. Walang sangit termasuk hama penghisap batang dan pemakan biji karena merusak jaringan batang dan biji yang sedang tumbuh. Jika walang sangit memakan biji selama masak susu maka biji akan rusak. Jika menyerang pada perkembangan lanjut akan menyebabkan biji kisut. Jika memakan titik tumbuh menyebabkan tanaman menjadi steril. Penggunaan varietas tahan merupakan cara pengendalian hama utama. Selain itu, penggunaan insektisida dan kecermatan pengaturan waktu tanam yang terkait dengan stadia berbunga. Penyakit tanaman gandum yang biasanya ditemui adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur. Penyakit utama tanaman gandum, antara lain: bercak jerawat hitam, layu, busuk malai, serta tukak akar dan batang. Bercak jerawat hitam disebabkan oleh cendawan Helminthosporium sativum. Pengendalian penyakit ini adalah penggunaan varietas tahan penyakit, pengaturan waktu tanam, dan fungisida yang tepat. Penyakit layu merupakan penyebab penyakit utama gandum di daerah tropik. Penyakit ini berkembang dan ditularkan melalui tanah. Cara pengendalian penyakit ini adalah pemilihan lokasi bebas penyakit, pengolahan tanah lebih sempurna, penggunaan urea, dan rotasi tanaman. Penyakit busuk malai (scab) adalah penyakit yang dapat menimbulkan kebusukan pada kuantum bunga, seluruh malai, kerebahan dan busuk akar. Cara pengendalian penyakit ini adalah pengaturan waktu tanam sehingga stadia tanaman berbunga sampai panen berada pada musim kering. Penyakit terakhir adalah tukak akar dan batang yang disebabkan cendawan Rhizoctonia solani yang 56

74 mampu berkembang dalam tanah. Cara pengendalian penyakit ini adalah penanaman yang dangkal dan pemupukan dengan takaran yang tepat. Hama dan penyakit tanaman gandum di Kecamatan Tosari relatif terkendali. Hal ini dikarenakan tanaman gandum yang relatif baru di daerah ini dibandingkan tanaman lainnya. Bahkan sebanyak delapan petani responden (sebesar 26,67 persen) belum melaksanakan pengendalian hama dan penyakit Panen dan Pascapanen Panen dapat dilakukan jika umur gandum mencapai hari setelah tanam (hst), pada ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut (dpl) (Deptan 2008). Panen dapat dilakukan jika 80 persen dari batang dan daun telah mengering dan malainya telah melengkung. Ciri lainnya adalah sekam (lemma dan palea) telah mengering (matang penuh) dan kadar air biji berkisar persen. Butir gandum yang cukup keras jika dipijat dengan tangan, merupakan tanda gandum siap untuk dipanen. Batang gandum dipotong sekitar 30 cm dari ujung malai. Kadar air biji yang tinggi pada saat panen dapat menurunkan kualitas hasil dan kandungan protein biji. Panen pada cuaca panas akan membantu dalam perontokkan biji, jika pada cuaca basah akan menyebabkan banyak kehilangan biji dalam perontokkan. Sebaiknya perontokan biji dilakukan langsung pada saat panen untuk mempermudah biji rontok. Perontokkan biji gandum (pemisahan biji dari malai) dapat menggunakan thresher dengan blower yang cukup besar kemudian dikeringkan. Biji yang masih bersatu dengan malai, dijemur kemudian dirontokkan dengan cara diinjak-injak (manual) dan dikeringkan kembali. Biji gandum yang akan diolah menjadi tepung terigu harus memenuhi pengujian mutu meliputi: a) uji kotoran, yaitu jumlah benda-benda asing yang terdapat pada biji gandum syarat maksimum 0,1-0,5 persen; b) uji kadar air butir gandum maksimum 12,5 persen; c) uji kemurnian butir dari campuran tanaman lain minimal 99,6 persen; d) uji bobot dari butir sekitar gram; e) uji keseragaman ukuran dan bentuk biji; f) kadar serat 2,0-2,7 persen; g) kadar abu 1,4-2,0 persen; h) uji rendemen tepung 85 persen; i) uji kadar protein 6-20 persen; j) menghasilkan tepung dengan daya hisap terhadap air 2-60 persen; dan k) biji gandum yang telah dikeringkan hingga kadar air 14 persen jika hendak disimpan di dalam karung yang tertutup rapat dan di gudang penyimpanan (Deptan 2008). 57

75 Tumpukan karung di gudang penyimpanan harus menggunakan alas yang terbuat dari kayu untuk menghindari pengaruh kelembaban. Syarat-syarat gudang penyimpanan, antara lain: a) tidak bocor atau tempias; b) lantai harus padat (terbuat dari semen atau beton); c) mempunyai ventilasi yang cukup, agar aliran udara lancar sehingga udara di dalam gedung tidak lembab; d) bebas dari gangguan hama dan penyakit (ruangan bersih, lubang ventilasi tertutup kawat kasa). Cara penumpukkan hendaknya diatur sedemikian rupa agar tumpukan mudah dihitung, mudah dikontrol, kokoh, dan keluar masuk barang lebih mudah Analisis Pendapatan Usahatani Gandum Lokal Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan usahatani dengan biaya produksi. Pendapatan usahatani dapat mencerminkan arus uang masuk (inflow) dan uang keluar (outflow) dari suatu usahatani. Suatu usahatani dapat menguntungkan jika pendapatan usahatani tersebut bernilai positif dan merugikan jika pendapatan usahatani tersebut bernilai negatif. Pendapatan usahatani dapat dibagi menjadi dua, antara lain: pendapatan usahatani atas biaya tunai dan pendapatan usahatani atas biaya total. Biaya total merupakan penjumlahan antara biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai merupakan biaya yang dikeluarkan petani dalam bentuk uang tunai, sedangkan biaya diperhitungkan merupakan biaya yang dikeluarkan petani secara tidak tunai. Petani menganggap biaya diperhitungkan bukan sebagai suatu biaya, seperti: tenaga kerja dalam keluarga (TKDK), penyusutan peralatan, dan bibit dari panen sebelumnya. Analisis pendapatan usahatani gandum lokal secara lengkap ditunjukkan pada Lampiran 6, namun pada pembahasan akan dijelaskan per komponen usahatani Penerimaan Usahatani Total produksi rata-rata gandum petani responden mencapai 2,33 ton per hektar pada musim panen Bulan September Sebanyak 99,36 persen dari seluruh hasil panen gandum lokal dijual kepada Mantri Tani Kecamatan Tosari secara terpusat, sedangkan 0,64 persen dikonsumsi. Harga jual gandum yang ditetapkan sebesar Rp 3000 per kilogram. Cara penjualan petani responden berbentuk biji pecah kulit, yaitu biji gandum yang sudah dipisahkan dari kulitnya dan siap diolah menjadi tepung terigu. Penerimaan usahatani gandum terdiri dari 58

76 penerimaan usahatani tunai dan diperhitungkan. Rata-rata penerimaan tunai dan penerimaan total petani gandum sebesar Rp ,33 dan Rp , Biaya Tunai Usahatani Biaya tunai yang dikeluarkan petani gandum, meliputi: biaya tenaga kerja luar keluarga (TKLK), benih, pupuk, pestisida, bahan bakar, pajak tanah, pengangkutan, dan pekerjaan yang diborongkan. Persentase biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah TKLK sebesar 42,20 persen dari biaya tunai. Jam kerja TKLK selama satu hari adalah enam jam, yaitu dari pukul WIB. TKLK terdiri dari tenaga kerja pria dan wanita. Pembayaran upah tenaga kerja dibedakan berdasarkan jenis kelamin karena adanya perbedaan kapasitas pekerjaan yang dibebankan, seperti pengangkutan bahan baku, pupuk, alat pengendalian hama dan penyakit, serta hasil panen yang membutuhkan tenaga lebih besar. Tenaga kerja pria diberi upah lebih tinggi dibandingkan wanita. Perhitungan hari kerja didasarkan pada perhitungan hari orang kerja (HOK), yaitu bernilai satu untuk satu hari kerja. Seluruh rangkaian kegiatan usahatani gandum lokal menggunakan tenaga kerja orang mulai dari pengolahan tanah hingga pemanenan. Sedangkan tahap pascapanen menggunakan mesin thresher yang berfungsi untuk perontokkan hasil panen. Total HOK TKLK yang digunakan sebesar 113,65 HOK dengan upah yang berbeda. Upah tenaga kerja pria sebesar Rp dan upah tenaga kerja wanita sebesar Rp Penggunaan TKLK dalam kegiatan usahatani gandum lokal, meliputi: pengolahan lahan, penanaman, penyiangan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, pemanenan dan perontokan. Pengolahan lahan dilakukan oleh tenaga kerja orang. Hewan ternak atau mesin pengolah lahan (traktor) tidak dapat digunakan dalam kegiatan pengolahan lahan karena kondisi lahan yang miring. Persentase biaya pengolahan lahan merupakan komponen biaya terbesar dari TKLK, yaitu sebesar 27,53 persen. Beberapa petani responden menggunakan sistem pembayaran borongan untuk lahan garapannya sehingga persentase biaya pengolahan lahan semakin besar. Selain kondisi lahan yang miring, struktur tanah yang kering berpasir pun menjadi permasalahan dalam pengolahan lahan sehingga berimplikasi pada peningkatan penyusutan peralatan. 59

77 Persentase biaya penanaman sebesar 18,39 persen dari biaya TKLK. Penyiangan dilakukan sebelum pemupukan kedua (susulan pertama) dilakukan. Persentase biaya penyiangan sebesar 14,51 persen dari biaya TKLK. Kegiatan pemupukan dilakukan dalam beberapa tahap. Persentase biaya pemupukan sebesar 5,97 persen dari biaya TKLK. Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan dengan penyemprotan pestisida. Sebanyak delapan petani responden (26,67 persen) tidak melakukan pengendalian hama dan penyakit karena tidak ada hama dan penyakit yang mengganggu. Pengendalian hama dengan penyemprotan pestisida (insektisida) dilakukan oleh petani responden lainnya (73,33 persen). Sedangkan penyakit secara umum tidak menyerang tanaman gandum sehingga fungisida tidak digunakan dalam pengendalian ini. Persentase biaya pengendalian hama dan penyakit tanaman sebesar empat persen dari biaya TKLK (Tabel 19). Tabel 19. Rata-Rata Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) Usahatani Gandum Lokal Petani Responden di Kecamatan Tosari per Hektar Musim Tanam Bulan Juni-September Tahun 2008 No Komponen TKLK HOK Persentase Biaya (Rp) Persentase (%) (%) 1 Pengelolaan Lahan 31,93 28, ,00 27,53 2 Penanaman 21,39 18, ,33 18,39 3 Penyiangan 16,07 14, ,00 14,51 4 Pemupukan 6,85 6, ,33 5,97 5 Pengendalian HPT 4,33 3, ,00 4,00 6 Pemanenan 23,40 20, ,67 20,59 7 Perontokkan 9,69 8, ,33 9,01 Jumlah 113,65 100, ,67 100,00 Pemanenan pun masih menggunakan tenaga kerja orang karena belum ada teknologi mesin panen yang diaplikasikan oleh petani. Persentase biaya pemanenan mencapai 20,59 persen dari biaya TKLK. Komponen biaya pemanenan ini menyerap kedua terbanyak penggunaan biaya TKLK. Perontokkan dilakukan oleh tenaga kerja pria dengan penggunaan mesin perontok (thresher) secara terpusat setelah hasil panen diangkut ke rumah petani responden. Sarana produksi gandum lokal, meliputi: benih, pupuk, pestisida, dan bahan bakar (bensin). Persentase biaya sarana produksi yang dikeluarkan petani sebesar 50,86 persen dari biaya tunai dan 27,28 persen dari biaya total. Benih 60

78 yang diperoleh oleh petani merupakan biaya tunai karena petani mengeluarkan uang tunai untuk memperoleh benih gandum tersebut. Benih yang digunakan dalam usahatani gandum di Kecamatan Tosari terdiri dari tiga varietas, yaitu: Nias, Selayar dan Dewata. Varietas yang digunakan responden adalah Selayar dan Dewata. Petani responden memperoleh benih dari Mantri Tani Kecamatan Tosari. Harga benih yang diperoleh petani adalah Rp per kilogram. Penggunaan benih rata-rata petani responden sebesar 120,66 kilogram per hektar. Tingginya penggunaan benih ini disebabkan oleh sistem larikan dan daya tumbuh benih yang digunakan responden, serta pengalaman bertani gandum lokal. Total biaya yang dikeluarkan untuk pembelian benih mencapai Rp ,78. Pupuk yang digunakan petani gandum, meliputi: pupuk kandang, petroganik, urea, SP-18, KCl, NPK (Phonska), dan ZA. Harga pupuk yang diterima oleh petani responden bervariasi karena perbedaan tempat mendapatkan pupuk tersebut. Jarak, terutama Desa Podokoyo, menjadi penyebab utama perbedaan harga pupuk di suatu desa dibandingkan desa lainnya dan juga topografi wilayah Kecamatan Tosari. Penggunaan pupuk terbesar adalah NPK (Phonska), yaitu sebesar 31,99 persen dari total biaya sarana produksi. Rata-rata biaya penggunaan sarana produksi secara rinci dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Rata-Rata Biaya Penggunaan Sarana Produksi Usahatani Gandum Lokal Petani Responden di Kecamatan Tosari per Hektar Musim Tanam Bulan Juni-September Tahun 2008 No Komponen Sarana Produksi Jumlah Satuan Harga per Satuan (Rp) Biaya (Rp) Persentase (%) 1 Benih 120,66 Kg 5.000, ,78 31,28 2 Pupuk a. Kandang 613,50 Kg 99, ,33 3,18 b. Petroganik 8,33 Kg 625, ,33 0,27 c. Urea (N) 177,83 Kg 1.343, ,33 12,38 d. SP-18 (P) 39,00 Kg 1.628, ,00 3,29 e. KCL (K) 21,67 Kg 1.200, ,00 1,35 f. NPK (Phonska) 680,00 Kg 907, ,11 31,99 g. ZA 77,33 Kg 1.118, ,33 4,49 3 Pestisida (insektisida) 2,94 Liter , ,56 10,54 4 Bahan bakar (bensin) 4,76 Liter 5.000, ,78 1,23 Total Biaya Sarana Produksi ,56 100,00 61

79 Pupuk NPK (Phonska) menjadi prioritas penggunaan pupuk di petani responden karena mengandung tiga unsur hara utama untuk menjaga keseimbangan unsur hara dalam tanah dengan output tanaman gandum yang baik, yaitu natrium (N), fosfat (P), dan kalium (K). Jenis pestisida yang digunakan adalah insektisida untuk mengendalikan hama. Seluruh petani responden menggunakan insektisida Dursban. Persentase biaya penggunaan insektisida mencapai 10,54 persen dari total biaya sarana produksi. Bensin digunakan petani responden sebagai bahan bakar power sprayer 10 dalam penyemprotan. Persentase biaya penggunaan bensin sebesar 1,23 persen dari total biaya sarana produksi. Kecilnya persentase penggunaan bensin disebabkan oleh pemakaian power sprayer yang efisien, yaitu sebanyak 13 petani responden (43,33 persen). Pajak tanah (PBB) petani responden sebesar Rp ,52 per hektar (0,39 persen dari biaya tunai). Nilai pembayaran PBB antar petani responden memiliki perbedaan karena perbedaan kelas lahan yang dimiliki oleh petani tersebut. Perbedaan kelas tersebut berdasarkan jarak lahan dengan jalan raya. Semakin dekat jarak lahan dengan jalan raya, maka PBB yang dibebankan semakin tinggi. Nilai pembayaran PBB secara umum cukup ringan di Kecamatan Tosari. Biaya pengangkutan merupakan biaya yang dikeluarkan petani untuk membayar tenaga kerja orang yang mengangkut hasil panen dari lahan ke rumah atau tepi jalan utama. Biaya pengangkutan dihitung berdasarkan banyaknya hasil panen yang diangkut dan jarak yang ditempuh oleh pengangkut karena terdapat perbedaan kondisi lahan. Rata-rata biaya pengangkutan Rp 50 per kilogram sehingga rata-rata total biaya pengangkutan yang dikeluarkan petani responden sebesar Rp ,94 per hektar (3,07 persen dari biaya tunai). Biaya pekerjaan yang diborongkan merupakan komponen biaya tunai yang disebabkan oleh perbedaan sistem pembayaran dari pembayaran tenaga kerja. Petani responden mengeluarkan sejumlah uang tertentu untuk menyelesaikan suatu komponen usahatani, seperti pengolahan lahan, pemanenan, dan perontokkan. Besar atau kecilnya pembayaran yang diterima setiap pekerja ditentukan kemampuan pekerja menyelesaikan suatu pekerjaan sesuai kesepakatan antara pekerja (pemborong) dan petani responden (majikan). Jika satu hektar lahan dapat diselesaikan oleh lima orang pekerja berdasarkan waktu yang 10 Power Sprayer merupakan kompresor yang dimodofikasi dan berfungsi sebagai alat semprot 62

80 dibebankan sesuai kesepakatan, maka pekerja tersebut mendapatkan upah yang lebih besar dibandingkan diselesaikan oleh sepuluh orang. Pekerjaan borongan ini dilakukan petani responden untuk mengurangi risiko pekerjaan yang penggunaan tenaga kerja yang berlebihan dan ketepatan waktu sehingga proses usahatani menjadi lebih efisien dan efektif. Biaya pekerjaan yang diborongkan petani sebesar Rp ,67 per hektar (3,48 persen dari biaya tunai) Biaya Diperhitungkan Usahatani Biaya diperhitungkan yang dikeluarkan petani, meliputi: biaya penyusutan peralatan, tenaga kerja dalam keluarga (TKDK), dan sewa lahan. Biaya-biaya tersebut tidak secara tunai dikeluarkan petani sehingga petani responden secara umum kurang memperhatikan ketiga komponen tersebut secara spesifik. Peralatan pertanian yang digunakan oleh petani responden, meliputi: handsprayer, power sprayer (kompresor), cangkul, garu, sabit, dan parang. Biaya penyusutan dapat diperoleh dari harga beli dibagi dengan perkiraan umur kegunaan peralatan walaupun peralatan ini juga digunakan untuk usahatani komoditas lain. Cangkul merupakan biaya penyusutan peralatan terbesar, yaitu sebesar 32,61 persen dari total penyusutan peralatan. Tingkat penggunaan cangkul yang tinggi ini disebabkan struktur lahan yang kering berpasir (tegal) sehingga mengalami pergantian lebih cepat. Total biaya penyusutan peralatan pertanian yang harus dikeluarkan petani dalam usahatani gandum sebesar Rp ,56 (3,45 persen dari biaya total) setiap musim tanam gandum. Rata-rata biaya penyusutan peralatan usahatani dapat dilihat secara rinci pada Tabel 21. Tabel 21. Rata-Rata Biaya Penyusutan Peralatan Pertanian Usahatani Gandum Lokal Petani Responden di Kecamatan Tosari per Hektar Musim Tanam Bulan Juni-September Tahun 2008 No Peralatan Pertanian Penyusutan (Rp/ Musim Tanam) Persentase (%) 1 Handsprayer 6.318,52 2,59 2 Cangkul ,59 32,61 3 Garu 1.666,67 0,68 4 Sabit ,70 21,49 5 Parang ,37 22,17 6 Power Sprayer (Kompresor) ,70 20,46 Total Biaya Penyusutan ,56 100,00 63

81 Mesin Perontok (thresher) digunakan oleh pekerja yang diborongkan sehingga tidak dimasukkan dalam biaya penyusutan peralatan. Petani responden membayar pekerja yang diborongkan berdasarkan kesepakatan pada komponen biaya tunai untuk proses perontokkan menggunakan mesin perontok sehingga petani responden tidak memiliki tanggungjawab terhadap biaya penyusutan peralatan. Tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) petani responden berfungsi untuk mengawasi pekerjaan TKLK dan juga membantu seluruh rangkaian kegiatan usahatani gandum, mulai dari pengolahan tanah hingga perontokkan. TKDK lebih mendominasi dalam biaya usahatani gandum lokal karena TKLK terbatas. Total HOK TKDK yang digunakan sebesar 219,12 HOK. Persentase biaya TKDK pada penanaman memiliki persentase terbesar, yaitu 27,47 persen. Sedangkan perontokkan memiliki persentase terkecil, yaitu 4,11 persen karena sebagian besar tenaga kerja pada proses perontokkan telah dibebankan kepada tenaga kerja yang diborongkan. Biaya TKDK yang dikeluarkan petani mencapai Rp ,33. Rincian penggunaan TKDK dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Rata-Rata Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) Usahatani Gandum Lokal Petani Responden di Kecamatan Tosari per Hektar Musim Tanam Bulan Juni-September Tahun 2008 No Komponen TKDK HOK Persentase (%) Biaya (Rp) Persentase (%) 1 Pengelolaan Lahan 49,67 22, ,00 22,38 2 Penanaman 60,20 27, ,00 27,41 3 Penyiangan 45,76 20, ,67 20,98 4 Pemupukan 11,50 5, ,00 5,30 5 Pengendalian HPT 11,73 5, ,00 5,57 6 Pemanenan 36,16 16, ,67 16,49 7 Perontokkan 4,11 1, ,00 1,87 Jumlah 219,12 100, ,33 100,00 Penggunaan biaya tunai lebih tinggi dibandingkan biaya diperhitungkan, yaitu sebesar 53,64 persen. Persentase terbesar dalam biaya tunai adalah sarana produksi yang mencapai 27,28 persen dan persentase terbesar dalam biaya diperhitungkan adalah TKDK, yaitu sebesar 42,72 persen. Total HOK TKDK yang digunakan sebesar 219,12 HOK, terdiri dari 130,32 HKP dan 88,80 HKW. 64

82 Persentase penggunaan TKDK merupakan komponen biaya terbesar dalam struktur biaya usahatani karena usahatani gandum secara umum masih dikelola oleh keluarga sehingga dapat memberdayakan keluarga secara optimal. Tingginya penggunaan tenaga kerja dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan peningkatan tambahan penghasilan di Kecamatan Tosari. Satu petani responden, yaitu sebesar 3,33 persen, menyewa lahan dari Perhutani sebesar Rp per musim tanam sehingga rata-rata biaya sewa lahan sebesar Rp ,33. Struktur biaya usahatani gandum lokal secara rinci ditunjukkan pada Tabel 23. Tabel 23. Struktur Biaya Usahatani Gandum Lokal Petani Responden di Kecamatan Tosari per Hektar Musim Tanam Bulan Juni-September Tahun 2008 No A Uraian Total Nilai (Rp) Persentase (%) Persentase (%) Biaya Tunai 1. TKLK ,67 22,63 2. Sarana produksi ,56 27,28 3. Pajak tanah (PBB) ,52 0,21 4. Biaya pengangkutan ,94 1,65 5. Biaya pekerjaan borongan ,67 1,87 Total Biaya Tunai ,36 53,64 B Biaya Diperhitungkan 1. Penyusutan peralatan ,56 3,45 2. TKDK ,33 42,72 3. Sewa lahan ,33 0,19 Total Biaya Diperhitungkan ,22 46,36 C Total Biaya ,58 100,00 100,00 Nilai pendapatan usahatani diperoleh dari selisih penerimaan dan biaya usahatani. Pendapatan usahatani terdiri dari pendapatan atas biaya tunai dan biaya total. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari pengurangan antara penerimaan tunai dengan biaya tunai usahatani, sedangkan pendapatan atas biaya total diperoleh dari pengurangan antara penerimaan total dengan biaya total usahatani gandum lokal. Pendapatan atas biaya tunai dan total usahatani gandum lokal yang dapat diperoleh sebesar Rp ,98 dan -Rp ,91 (Tabel 24). Nilai negatif diperoleh karena penerimaan total lebih kecil dibandingkan biaya total. 65

83 Tabel 24. Analisis Pendapatan dan R/C Usahatani Gandum Lokal Petani Responden di Kecamatan Tosari per Hektar Musim Tanam Bulan Juni- September Tahun 2008 No Uraian Satuan Total Nilai A Penerimaan Tunai Rp ,33 B Penerimaan Diperhitungkan Rp ,33 C Total Penerimaan (A+B) Rp ,67 D Biaya Tunai Rp ,36 E Biaya Diperhitungkan Rp ,22 F Total Biaya (D+E) Rp ,58 G Pendapatan Atas Biaya Tunai (A-D) Rp ,98 H Pendapatan Atas Biaya Total (C-F) Rp ,91 I R/C Atas Biaya Tunai (A/D) 1,83 J R/C Atas Biaya Total (C/F) 0,99 Nilai penerimaan dan biaya dapat menunjukkan R/C petani responden. R/C atas biaya tunai petani responden sebesar 1,83. R/C tersebut menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani responden, akan memberikan penerimaan sebesar Rp 1,83. R/C atas biaya total petani responden sebesar 0,99. R/C tersebut menunjukkan bahwa setiap satu rupiah yang dikeluarkan petani responden, akan memberikan penerimaan kepada petani responden sebesar Rp 0,99. R/C atas biaya tunai mengindikasikan bahwa petani responden mengalami keuntungan, sedangkan R/C atas biaya total mengindikasikan bahwa petani responden mengalami kerugian dalam aktivitas usahatani gandum lokal di Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan. Usahatani gandum lokal memiliki keuntungan finansial dan non finansial. Usahatani gandum lokal memiliki keuntungan finansial karena telah menghasilkan R/C atas biaya tunai lebih besar dari satu. R/C atas biaya total yang menunjukkan angka kurang dari satu dapat dikatakan petani mengalami kerugian, namun jika dikaji lebih jauh lagi, penggunaan tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) yang merupakan komponen terbesar pembentuk biaya diperhitungkan, merupakan keuntungan tersendiri bagi petani responden gandum lokal. Biaya TKDK yang mencapai Rp ,33 merupakan implikasi dari aktivitas usahatani gandum lokal dan dimiliki oleh tenaga kerja dalam keluarga yang tidak benar-benar dihitung oleh petani responden. Petani responden mendapatkan 66

84 keuntungan tambahan dengan melakukan kegiatan usahatani gandum lokal dibandingkan membiarkan tanah dalam keadaan kosong (bera) karena tidak ada komoditas lain yang ditanam bersamaan dengan komoditas gandum (pola tanam Bulan Juni-September). Pola tanam tersebut merupakan pola tanam ketiga di Kecamatan Tosari yang memiliki iklim kering seperti yang telah dijelaskan pada subbab Gambaran Umum Kecamatan Tosari. Tanaman hortikultura cenderung membutuhkan air yang cukup intensif dalam pertumbuhannya. Kondisi tersebut tidak dapat dicapai pada musim tanam Bulan Juni-September yang merupakan puncak iklim kering. Selain itu, topografi lahan pertanian di Kecamatan Tosari juga merupakan lahan tadah hujan tanpa terdapat pengairan yang intensif. Keuntungan lain yang diperoleh dari aktivitas usahatani gandum lokal adalah keuntungan non finansial, yaitu terjadinya pergiliran tanaman. Petani responden tetap menanam gandum lokal karena dapat digunakan sebagai alternatif pergiliran tanaman dari tanaman utama (kentang) walaupun secara ekonomis kurang menguntungkan berdasarkan R/C atas biaya total. Pergiliran tanaman yang dilakukan memiliki dua arti penting, yaitu (1) pemutusan siklus hama dan penyakit yang menyerang tanaman utama (hortikultura) dan (2) konservasi. Pada lahan garapan yang tidak memiliki pengairan yang baik, tanaman gandum dapat menjadi alternatif utama karena adaptif pada kondisi yang kering. Konservasi dilakukan untuk memperbaiki struktur tanah yang digunakan dalam usahatani selama satu tahun. Penggunaan lahan dengan suatu komoditas tertentu secara terus-menerus dapat menyebabkan lahan menjadi jenuh sehingga akan terjadi penurunan produktivitas suatu tanaman dalam jangka waktu tertentu. Tanaman gandum dapat memperbaiki struktur tanah, seperti kandungan ph (derajat keasaman) dan unsur hara menjadi lebih stabil. Hal tersebut dapat berimplikasi kepada peningkatan hasil panen baik gandum maupun tanaman berikutnya Gandum Lokal sebagai Tanaman Komplementer Pola tanam di Kecamatan Tosari secara umum dapat disusun menjadi tiga periode masa tanam setiap tahunnya, yaitu: Oktober-Januari, Februari-Mei, dan Juni-September. Pola tanam yang dapat disusun dengan asumsi tiga komoditas unggulan Kecamatan Tosari, yaitu: Kubis-Kentang-Gandum dan Kentang-Kubis- 67

85 Gandum. Dua pola tanam tersebut merupakan metode pergiliran tanaman yang baik untuk mewujudkan pertanian yang berkelanjutan berbasiskan potensi lokal. Tanaman dataran tinggi (di atas 800 m) secara umum terdiri dari gandum, kentang, kubis dan jamur. Ketiga komoditas tersebut ditanam pada lahan yang berbeda dengan pola tanam yang juga berbeda. Kecamatan Tosari memiliki industri jamur yang terintegrasi, tepatnya di Desa Mororejo. Produksi jamur tidak tergantung musim tanam. Tanaman gandum dapat dibudidayakan tidak hanya pada lahan tidur tetapi juga pada lahan yang biasanya sudah digunakan untuk tanaman kentang sebagai pergiliran pola tanam. Kubis atau kentang merupakan tanaman hortikultura yang dapat saling menggantikan (substitusi) dalam upaya pergiliran tanaman. Ketiga tanaman dataran tinggi tersebut dapat dibentuk siklus keseimbangan yang saling menguntungkan dalam meningkatkan produktivitas tanaman berdasarkan pola tanam selama satu tahun (Gambar 6). Gandum Memutus Siklus Hama dan Penyakit Tanaman Kentang, serta Efisiensi Input Produksi Jerami + Kulit Biji Gandum untuk Media Jamur Kentang Jamur Limbah Jamur sebagai Pupuk Organik Tanaman Kentang Gambar 6. Siklus Keseimbangan Tanaman Gandum, Kentang dan Jamur Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Pasuruan (2008). Biaya persiapan lahan tanaman gandum menjadi efisien karena kondisi lahan setelah pemanenan tanaman kentang atau kubis cukup gembur. Penanaman komoditas gandum dapat memutus siklus hama dan penyakit tanaman kentang atau gandum, serta dapat memperbaiki struktur tanah. Jerami dan kulit biji gandum dapat digunakan sebagai media jamur. Kemudian limbah jamur dapat dijadikan pupuk organik bagi tanaman kentang sehingga setiap aspek dapat dimanfaatkan dengan baik untuk mewujudkan peningkatan pendapatan petani. 68

86 VII. SISTEM AGRIBISNIS GANDUM LOKAL 7.1. Subsistem Usahatani Gandum Lokal Informan usahatani ditetapkan berdasarkan Kelompok Tani (Poktan) dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) pada desa-desa target observasi. Rincian sebaran desa target observasi dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Data Poktan dan Gapoktan Responden Gandum Lokal Berdasarkan Desa Observasi di Kecamatan Tosari Tahun 2009 Desa Gapoktan Poktan Luas Lahan Potensial (Ha) Karya Makmur 63,10 Tosari Guyup Rukun Barokah 15,50 Tengger Indah 55,50 Sido Makmur 27,50 Sembada I 132,22 Ngadiwono Sembada Sembada II 128,20 Sonogiri 165,10 Sukakarya 123,40 Tani Makmur I 99,70 Podokoyo Podomakmur Tani Makmur II 9,22 Subur Makmur I 75,10 Subur Makmur II 99,00 Sumber : Balai Pelaksana Penyuluh Pertanian Kecamatan Tosari, diolah (2009) Petani-petani di Kecamatan Tosari telah menanam gandum sejak akhir masa penjajahan Belanda, namun tidak berkembang pada saat masa kemerdekaan Republik Indonesia berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan di tiga desa utama (Tosari, Ngadiwono, dan Podokoyo). Petani mulai menanam gandum kembali pada tahun 2001 melalui kegiatan uji adaptasi (Dem Farm) yang diselenggarakan oleh Balai Penelitian Tanaman Pangan (BPTP) Jawa Timur. Petani mulai menanam secara kelompok pada tahun Luas tanam meningkat pesat pada tahun 2004 dan 2005, yaitu sebesar 135 dan 165 hektar (Deptan 2008). Pemanenan gandum perdananya dilakukan oleh Menteri Pertanian dan Gubernur Jawa Timur pada tahun Persentase petani melakukan kegiatan usahatani gandum secara berkelompok sebesar 73 persen. Sedangkan sisanya (27 persen) dilakukan secara perorangan (Tabel 26).

87 Tabel 26. Cara Usahatani di Kecamatan Tosari Tahun 2009 Cara Usahatani Jumlah Persentase (%) Berkelompok Perorangan 4 27 Total Kegiatan penanaman gandum secara berkelompok telah dilakukan sejak tahun 2004 (40 persen). Persentase ini mengalami fluktuasi hingga tahun Penanaman secara berkelompok mulai meningkat pesat, yaitu sebesar 73 persen pada tahun Rincian persentase yang mengalami fluktuasi penanaman gandum secara berkelompok dapat dilihat pada Gambar 7. 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Gambar 7. Sebaran Penanaman Gandum secara Berkelompok di Kecamatan Tosari Tahun Motivasi dan Hambatan Petani dalam Usahatani Gandum Lokal Petani memiliki motivasi dan tujuan yang berbeda dalam melakukan usahatani gandum. Motivasi utama petani yang masih tetap menanam gandum adalah posisi gandum sebagai tanaman alternatif di musim kemarau berdasarkan pengamatan yang diperoleh di Kecamatan Tosari. Petani melakukan pencarian terhadap komoditas yang dapat ditanam di musim kemarau, karena: 1) Jenis lahan garapan di Kecamatan Tosari merupakan ladang tadah hujan yang kering berpasir (tegalan). Mayoritas lahan kering dibiarkan kosong (bera) pada musim kemarau karena tidak terdapat ketersediaan air. 2) Komoditas utama petani adalah tanaman hortikultura (kentang, bawang daun, kubis, dan wortel) yang membutuhkan banyak ketersediaan air. 70

88 3) Pengolahan lahan membutuhkan banyak tenaga dan waktu ketika memasuki awal musim hujan karena tanah yang diberakan menjadi keras. Motivasi lainnya timbul karena dampak yang diperoleh dari motivasi pertama, seperti: penghasilan tambahan pada saat musim kering dan rotasi tanaman. Persentase terbesar responden melakukan penanaman gandum adalah sebagai alternatif pengisi kekosongan lahan waktu musim kering (Tabel 27). Tabel 27. Motivasi Petani Menanam Gandum di Kecamatan Tosari Tahun 2009 No Faktor Jawaban Responden Persen (%) 1 Sebagai penambah penghasilan di musim kering Rotasi tanaman dan pemutus siklus hama Tanaman alternatif pengisi kekosongan lahan pada saat musim kering Mendukung Ketahanan pangan alternatif Memperbaiki struktur dan kesuburan tanah (konservasi) Coba-coba siapa tahu berhasil Biaya produksi usahatani < Hortikultura 2 7 Total Keterangan: Setiap Responden Diberikan Dua Alternatif Jawaban Kendala petani untuk tidak melakukan penanaman gandum dapat muncul disebabkan oleh dua hal, yaitu (1) pengalaman kurang baik dalam menanam gandum sebelumnya dan (2) belajar dari pengalaman petani lainnya yang mendapatkan hasil kurang baik (bagi petani yang belum pernah menanam). Kendala terbesar dalam usahatani gandum lokal adalah kebiasaan pola tanam yang masih sulit dirubah, yaitu sebesar 30 persen (Tabel 28). Tabel 28. Kendala Produksi Gandum di Kecamatan Tosari Tahun 2009 No Kendala Jawaban Persen (%) 1 Pola tanam yang masih sulit untuk dirubah Anomali cuaca Hama dan penyakit tanaman Benih yang kurang baik mutunya Kurang sosialisasi/penyuluhan/pelatihan Tenaga kerja buruh tani yang terbatas 4 13 Total Keterangan: Setiap Responden Diberikan Dua Alternatif Jawaban 71

89 Pola tanam yang sulit dirubah karena petani-petani yang belum pernah menanam gandum cenderung membandingkan tingkat penerimaan dan pendapatan usahatani gandum terhadap kentang walaupun gandum dapat dijadikan tanaman alternatif di musim kering. Petani lebih yang membandingkan antara komoditas gandum lokal dengan hortikultura hanya dari sisi finansialnya, memiliki kecenderungan untuk membiarkan lahan dalam keadaan kosong (bera) dibandingkan dilakukan penanaman gandum. Kendala produksi gandum kedua adalah kurang sosialisasi terhadap petani sehingga motivasi petani menjadi labil. Tanaman gandum akan mengalami gagal panen jika hujan terjadi pada saat menjelang panen. Waktu panen memiliki keterkaitan erat dengan awal tanam. Petani responden harus menanam pada waktu yang tepat, yaitu sekitar pertengahan hingga akhir Bulan Mei agar dapat melakukan pemanenan pada Bulan September. Namun, biasanya pada Bulan Mei masih terdapat tanaman kentang di lahan garapan dimana petani menunda tahap pemanenan untuk mendapatkan harga jual yang baik. Pengunduran tahap pemanenan ini akan berimplikasi pada pengunduran awal tanam gandum sehingga risiko gagal panen menjadi semakin besar karena panen gandum tidak dapat ditunda. Petani yang mengalami pemanenan pada Bulan Juni dan tidak memiliki pengairan yang baik cenderung untuk membiarkan lahan (bera) selama musim kemarau Panen dan Pascapanen Gandum Lokal Kegiatan pemanenan biasanya dilakukan pada Bulan September berdasarkan petunjuk teknis Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Pasuruan. Rincian persepsi kebiasaan panen petani dapat dilihat pada Tabel 29. Tabel 29. Persepsi Petani terhadap Kebiasaan Panen Gandum di Kecamatan Tosari Tahun 2009 No Bulan Panen Jumlah Petunjuk Teknis (%) Sesuai Tidak Sesuai Tidak 1 Agustus-September 2-13,33-2 September ,00 6,67 3 September-Oktober 1 1 6,67 6,67 4 Oktober ,00 6,67 5 November 1 2 6,67 13,33 Total ,67 33,33 72

90 Masa tanam gandum berkisar 4-5 bulan sehingga panen ideal adalah Bulan September dengan asumsi awal tanam pada akhir Bulan Mei atau Awal Bulan Juni. Rata-rata persepsi petani dalam melakukan kegiatan pemanenan telah sesuai dengan petunjuk teknis, yaitu Bulan September. Petani yang melakukan panen melebihi Bulan September karena mengalami kemunduran masa tanam gandum. Hambatan kegiatan pemanenan gandum yang biasa dikeluhkan petani, antara lain: 1) Proses pemanenan membutuhkan waktu yang cukup lama (kurang efisien) 2) Keterbatasan tenaga kerja 3) Alat panen belum memadai dan masih tradisional 4) Anomali cuaca 5) Serangan hama Pilihan metode tradisional diambil karena kondisi lahan memiliki kemiringan yang cukup tajam, yaitu sekitar o. Petani mengalami kesulitan pada tahap pemanenan karena belum ada teknologi tepat guna yang dapat dibawa ke lahan. Pemanenan gandum harus dilakukan secara serentak dalam jangka waktu tertentu sehingga tidak terjadi penundaan pemanenan. Namun, pemanenan masih dilakukan secara manual. Keterbatasan jumlah tenaga kerja menjadi permasalahan tersendiri di Kecamatan Tosari. Mesin perontok (thresher) belum dapat digunakan secara optimal karena biji gandum yang dirontokkan belum dapat bersih secara total dan mesin berukuran besar. Penyusutan pun terjadi pada saat pengangkutan hasil panen gandum dari lahan ke rumah petani karena mesin perontok tidak dapat dibawa ke lahan. Kegiatan panen ini menjadi kurang efisien dan efektif karena petani harus menanggung beban berat jerami (tambahan biaya) yang seharusnya dapat ditinggalkan di lahan. Pengadaan mesin perontok gandum yang dapat dibawa ke lahan dapat mempercepat proses pemanenan gandum. Petani lebih sibuk untuk mempersiapkan komoditas yang akan ditanam menjelang musim hujan dibandingkan fokus untuk pemanenan gandum. Hama dan penyakit tidak menjadi permasalahan umum walaupun tanaman gandum tidak dikelola secara intensif. Batang jerami dan kulit biji banyak dijadikan sebagai pupuk kompos dalam penanganan produk sampingan (by product). Proses pengolahan pupuk sangat sederhana, yaitu sisa panen dikembalikan ke lahan dan dibiarkan membusuk, kemudian ditimbun dalam tanah. 73

91 Petani yang melakukan proses penyimpanan sebesar 33 persen, sedangkan sisanya (67 persen) tidak melakukan proses penyimpanan. Petani melakukan penyimpanan karena masih mengumpulkan panen dan pengeringan hasil panen. Gudang penyimpanan hasil panen sangat penting dalam kegiatan pascapanen. Gudang penyimpanan khusus tanaman gandum di Kecamatan Tosari belum dapat ditemui sehingga hasil panen sementara dikumpulkan di rumah setiap petani dalam kondisi tertumpuk. Penumpukkan hasil panen ini menyebabkan peningkatan kelembaban hasil panen sehingga dapat mendorong tumbuhnya kecambah-kecambah pada biji gandum dan penurunan kualitas hasil panen. Petani tidak melakukan proses pengeringan karena waktu panen yang cenderung sudah memasuki musim hujan sehingga petani mengambil alternatif untuk segera menjual kepada Mantri Tani Kecamatan Tosari sebagai utusan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Pasuruan. Petani gandum memiliki karakteristik penyimpanan sesuai dengan kategori penyimpanan, terdiri dari: bentuk panen, cara, alas, lokasi, pengatur suhu, ventilasi, dan kesesuaian juknis. Seluruh petani melakukan penyimpanan, dalam bentuk rontokkan (biji), dengan cara dibariskan menjajar atau ditumpukkan antar karung. Alas yang banyak digunakan karung sisa atau bekas, sedangkan sisanya menggunakan papan biasa dan terpal. Lokasi penyimpanan rata-rata berada di lumbung dekat lahan (pondok), gudang belakang rumah, dan rumah. Mayoritas petani memilih lumbung dekat lahan karena dapat memudahkan proses pengiriman hasil panen dan biasanya tanpa melakukan proses pengeringan (hasil panen langsung dimasukkan ke dalam gudang). Penyimpanan di dalam rumah dan gudang belakang dipilih karena akan melakukan proses pengeringan. Suhu di Kecamatan Tosari sudah dingin sehingga pengatur suhu tidak dilakukan oleh petani. Penyimpanan yang biasa dilakukan memiliki penentuan masa simpan, yaitu berkisar 7-30 hari. Persepsi petani mengenai kesesuaian gudang simpan dengan petunjuk teknis (juknis) gudang simpan dan penyimpanan, mayoritas (80 persen) petani menyatakan tidak mengetahui juknis tersebut secara baik. Sedangkan sisanya (20 persen) menyatakan telah sesuai dengan juknis karena gudang yang berdiri merupakan bantuan dari pemerintah. Rincian perbandingan kondisi gudang penyimpanan dapat dilihat pada Tabel

92 Tabel 30. Perbandingan Kondisi Gudang Simpan Petani Responden di Kecamatan Tosari dengan Petunjuk Teknis Departemen Pertanian Tahun 2009 No Bimbingan Teknis Kondisi Mayoritas Gudang 1 Tidak bocor atau tempias Gudang bersifat multiguna 2 Lantai padat (terbuat dari semen atau beton) Lantai masih merupakan tanah 3 Memiliki ventilasi yang cukup Terdapat ventilasi namun kondisi (sirkulasi terjaga) cenderung lembab 4 Bebas dari gangguan hama dan Ventilasi tidak dilengkapi kawat penyakit (ventilasi bersih dan ruangan kasa tertutup kawat kasa) 5 Penyusunan teratur dengan baik Penyusunan tidak teratur Kendala-kendala yang dihadapi petani dalam gudang penyimpanan, meliputi: peralatan gudang, gudang simpan yang kurang memadai, dan kendala hama gudang. Persentase kendala terbesar adalah peralatan gudang yang kurang memadai, yaitu mencapai 55,56 persen (Gambar 8). 11,11% Gudang kurang memadai 33,33% Peralatan kurang memadai 55,56% Hama gudang/pengandalian hama gudang Gambar 8. Kendala dalam Gudang Penyimpanan Gandum Lokal di Kecamatan Tosari Tahun 2009 Solusi yang dapat ditawarkan berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut, antara lain: (1) pelatihan pengolahan dan penyimpanan, (2) bantuan alatalat penyimpanan yang layak, dan (3) bantuan pembuatan gudang yang layak. Solusi tersebut dapat berimplikasi pada peningkatan kemampuan petani dalam kegiatan pascapanen sehingga akan memperbesar persentase hasil panen Subsistem Pengolahan Gandum Lokal Informasi mengenai gandum lokal, tepung gandum lokal, dan produkproduk olahannya sudah diketahui oleh masyarakat berdasarkan hasil wawancara persepsi dari pengusaha kue berbasis tepung di Kecamatan Tosari. Persepsi ibu- 75

93 ibu rumah tangga yang juga berprofesi sebagai pengusaha kue sebagai informan dikaji untuk mengetahui pengetahuan masyarakat olahan komoditas gandum lokal. Gandum lokal yang telah dihasilkan dapat diolah, meliputi: 1) Gandum dapat diolah menjadi bubur gandum 2) Gandum dapat dibuat menjadi tepung 3) Gandum merupakan bahan baku tepung terigu 4) Tepung gandum berwarna krim (keabu-abuan) 5) Tepung gandum dapat diolah menjadi kue Mayoritas penyebaran informasi tentang gandum dan pengolahannya berasal dari satu sumber, yaitu Mantri Tani Kecamatan Tosari dan Istrinya. Seluruh responden mengungkapkan bahwa belum pernah menerima pelatihanpelatihan mengenai pengolahan tepung gandum. Persentase responden yang menyatakan informasi tentang gandum dan produk olahannya kurang jelas sebesar 67 persen. Sedangkan sisanya (37 persen) menyatakan cukup jelas. Responden belum menjadikan tepung gandum lokal sebagai bahan baku untuk membuat kue dan makanan lain walaupun telah mengetahui mengenai tepung gandum lokal. Hal ini dikarenakan tidak tersedianya tepung gandum lokal di pasar. Jenis usaha responden adalah pengolahan makanan berbahan baku tepung terigu. Usaha pengolahan tepung berskala industri rumah tangga dengan produksi baik pesanan maupun rutin. Kebutuhan bahan baku tepung setiap pengusaha kue sebanyak 158 kilogram per minggu dengan harga rata-rata tepung terigu mencapai Rp Jenis kue-kue yang diproduksi oleh pengusaha kue tersebut, antara lain: (1) kue-kue kering (100 persen), (2) kue-kue kukus (33 persen), (3) kue-kue basah (50 persen), dan (3) makanan tradisional (17 persen). Jenis makanan olahan yang diproduksi cukup bervariasi (Tabel 31). Aktivitas bisnis ini akan meningkatkan pendapatan responden dan juga penggunaan tenaga kerja luar keluarga. Usaha pengolahan kue dapat memberikan manfaat tambahan jika tepung terigu yang digunakan merupakan produksi lingkungan sekitar sehingga dapat memberikan nilai (value) tersendiri. Seluruh responden berminat untuk mengunakan tepung gandum (terigu) lokal jika memperhatikan beberapa hal, yaitu: (1) sosialisasi dan pelatihan mengolah tepung gandum menjadi makanan, terutama adopsi tepung gandum lokal yang berwarna 76

94 krim (kecoklatan), (2) ketersediaan tepung gandum (terigu) lokal di pasar, dan (3) penambahan alat-alat pembuatan makanan olahan. Tabel 31. Variasi Kue-Kue Berbahan Baku Tepung Terigu di Kecamatan Tosari Tahun 2009 Nama Kue Jenis Produksi Biaya per Biaya per per Minggu Satuan Minggu Kacang Bimoli Kue Kering* Blok Coklat Kue Kering* Kue Boneka Kue Kering* Perut Ayam Kue Basah** Terang Bulan Kue Basah** Pukis Kue Kukus** Keterangan: *) Satuan Produksi per Minggu dalam Toples **) Satuan Produksi dalam Satuan 7.3. Subsistem Pemasaran Gandum Lokal Mayoritas hasil panen yang dijual berbentuk biji gandum, (seperti rontokkan pada beras) sebesar 93 persen dan sisanya (tujuh persen) berbentuk ikatan berdasarkan pada informan petani gandum di Kecamatan Tosari. Mayoritas petani melakukan proses perontokkan sebelum dijual. Perontokkan dilakukan oleh pekerja dengan bantuan mesin perontok (thresher) dari Mantri Tani Kecamatan Tosari. Mesin perontok tersebut dibawa ke tiap dusun secara bergilir sesuai dengan jadwal pemanenan karena mesin tersebut berukuran cukup besar. Mayoritas responden (73 persen) menyatakan hasil panen yang dihasilkan dijual langsung ke Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Pasuruan melalui Mantri Tani Kecamatan Tosari. Sebesar 20 persen menyatakan untuk menyalurkan pada Poktan atau Gapoktan dan lembaga tersebut menjual kepada Mantri Tani Kecamatan Tosari. Sisanya (tujuh persen) menyatakan bahwa hasil panen dikumpulkan oleh Mantri Tani Kecamatan Tosari. Jadi, saluran pemasaran atau distribusi hasil panen gandum hanya satu, yaitu Mantri Tani Kecamatan Tosari sehingga memiliki multi peran dalam pengembangan komoditas gandum lokal. Multi peran ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: (1) Mantri Tani merupakan penyuluh dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan untuk memberikan arahan dalam penanaman gandum, (2) pasokan pupuk yang tidak menentu 77

95 (terkadang habis) dapat diatasi melalui Mantri Tani sehingga timbul kepercayaan petani terhadap Mantri Tani Kecamatan Tosari, dan (3) informasi pasar komoditas gandum belum seluas komoditas lain, maka petani akan selalu berkoordinasi dengan Mantri Tani mengenai penyaluran hasil panen. Pola distribusi gandum di Kecamatan Tosari dapat dilihat pada Gambar 9. Poktan/ Gapoktan Petani Mantri Tani Swasta (PT. Bogasari) Keterangan: = Jalur 1: Petani-Poktan/Gapoktan-Mantri Tani = Jalur 2: Petani-Mantri Tani = Saluran Akhir Distribusi Gandum = Hasil Panen Disimpan untuk Dijadikan Benih Gambar 9. Pola Distribusi Hasil Panen Gandum di Kecamatan Tosari Tahun 2009 Penjualan hasil panen gandum terhadap pihak swasta (PT. Bogasari) dalam jumlah yang sedikit. Mayoritas hasil panen gandum dikelola oleh Mantri Tani untuk dijadikan bibit kembali pada proses tanam berikutnya. Proses distribusi hasil panen dari petani kepada pembeli mayoritas responden (97 persen) menyatakan bahwa panen dibeli di tempat petani, sisanya (tujuh persen) menyatakan bahwa hasil panen diantar ke pembeli dengan ongkos kirim ditanggung pembeli. Persentase terbesar hubungan petani dengan pembeli bersifat mitra petani, yaitu sebesar 40 persen (Tabel 32). Tabel 32. Persepsi Petani terhadap Hubungan antara Petani dan Pembeli dalam Pola Distribusi Gandum Lokal di Kecamatan Tosari Tahun 2009 No Hubungan Persentase (%) 1 Bebas 7 2 Mitra Petani 40 3 Mintra (Sekaligus Kelompok Tani) 33 4 Pembina Kelompok 20 Total

96 Petani gandum lokal memiliki dua alasan utama dalam memilih pembeli, yaitu 1) pembeli berperan sebagai pembina petani dan koordinator tanam gandum lokal, dan (2) Mantri Tani dapat memanfaatkan seluruh panen gandum dengan baik untuk menjaminn keberlanjutan usahatani gandum. Harga jual ditentukan atas dasar kesepakatan pembeli dengan petani. Harga jual disepakatii sebelum tanam karena gandum merupakan komoditas baru sehingga petani belum mengetahui harga pasaran gandum. Persentase terbesar petani tidak mengalami kesulitan dalam pemasaran gandum lokal, yaitu sebesar 47 persen dan 40 persen menyatakan perlu perbaikan harga jual. Persepsi petani terhadap pasar dan pemasaran gandum lokal secara rinci dapat dilihat pada Gambar 10. Tidak ada masalah Harga Jual Saluran Pemasaran 13% 40% 47% Gambar 10. Persepsi Petani terhadap Pasar dan Pemasaran Gandum di Kecamatan Tosari Tahun 2009 Minoritas persentase persepsi petani dalam pemasaran gandum lokal adalah saluran pemasaran, yaitu sebesar 13 persen. Persepsi ini mengemukakan bahwa perlunya alternatif saluran pemasaran lain karena kondisi saluran pemasaran saat ini hanya kepada Mantri Tani Kecamatan Tosari secara terpusat. Ketergantungan saluran pemasaran terhadap satu pihak dapat mengancam keberlanjutan pengembangan gandum lokal dalam jangka panjang. Alternatif saluran pemasaran tersebut dapat dilakukan dengan mengembangkan pangsa pasar lokal, yaitu melakukan usaha tepung gandum (terigu) lokal yang memiliki banyak kegunaan. Pengelolaan tepung terigu lokal belum dilaksanakann secara optimal walaupun terdapat potensi penyerapan pasar lokal yang tinggi, baik untuk kebutuhan konsumsi maupun industri rumah tangga di Kecamatan Tosari. 79

97 7.4. Analisis Anggaran Parsial dalam Upaya Peningkatan Kualitas Gandum Upaya peningkatan kualitas yang digunakan dalam analisis pendapatan usahatani adalah penggunaan mesin perontok (thresher) gandum dan mesin panen gandum tipe gendong yang sesuai dengan kondisi lahan di Kecamatan Tosari. Pengadaan alat pertanian ini sebagai upaya mekanisasi pertanian dalam peningkatan efisiensi pengelolaan usahatani. Pengadaan thresher menjadi fokus utama dalam pengembangan usahatani gandum karena seluruh petani responden memiliki permasalahan terhadap keterbatasan alat tersebut. Hal ini memiliki keterkaitan erat dengan karakteristik tanaman gandum yang harus segera dipanen sebelum hujan tiba. Selain efisien, penggunaan thresher yang dapat dibawa ke lahan dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil panen gandum. Alat pertanian kedua adalah mesin panen gandum tipe gendong yang dapat meningkatkan efisiensi tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga. Metode anggaran parsial yang digunakan dalam penelitian ini adalah anggaran keuntungan parsial. Analisis anggaran parsial dalam upaya peningkatan kualitas gandum lokal dilakukan melalui tiga tahap, antara lain: 1) Mengidentifikasi dan menghitung perubahan biaya karena penambahan mesin perontok (thresher) dan mesin panen gandum. 2) Mengidentifikasi dan menghitung perubahan pendapatan karena penambahan mesin perontok (thresher) dan mesin panen gandum. 3) Menghitung perubahan R/C rasio atas biaya tunai dan biaya total karena penambahan mesin perontok (thresher) dan mesin panen gandum. Anggaran parsial yang disusun berdasarkan perubahan cara usahatani gandum, yaitu proses pemanenan dan perontokkan. Perubahan cara usahatani gandum lokal melalui penambahan teknologi tepat guna, yaitu penambahan mesin perontok (power thresher) dan mesin panen. Perubahan tersebut dapat menyebabkan terjadinya perubahan komponen usahatani lain, seperti biaya dan penerimaan usahatani (Tabel 33). Asumsi-asumsi digunakan melalui tiga pendekatan, yaitu: (1) penelusuran (browsing) internet, (2) Focus Group Discussion (FGD), dan (3) fakta-fakta yang diperoleh di Kecamatan Tosari. Asumsi harga mesin perontok dan mesin panen diperoleh berdasarkan alat pertanian padi yang telah dikelola secara komersil oleh Departemen Pertanian. 80

98 Tabel 33. Anggaran Parsial Pengadaan Mesin Perontok (Power Thresher) dan Mesin Panen Gandum Lokal per Hektar Tahun 2009 No Uraian Jumlah (Rp) 1 Perubahan yang dilihat = pembelian mesin perontok dan mesin panen gandum untuk menghemat tenaga dan dapat disewakan 2 Kerugian : a. Biaya tambahan : (1) Penyusutan mesin perontok (1/10 x Rp ) ,00 (2) Penyusutan mesin panen (1/10 x Rp ) ,00 (3) Bunga bank (6% x Rp ) ,00 (4) Bunga bank (6% x Rp ) ,00 (5) Biaya bahan bakar untuk mesin perontok (6 liter x Rp 5.000) ,00 (6) Biaya bahan bakar untuk mesin panen (3 liter x Rp 5.000) ,00 (7) Biaya pengangkutan (232,74 Kg x Rp 50/Kg) ,94 b. Penghasilan yang hilang - c. Kerugian total ,94 3 Keuntungan : a. Biaya yang dihemat : (1) TKLK perontokkan (40% x Rp ,33) ,33 (2) TKLK pemanenan (40% x Rp ,67) ,67 (3) TKDK perontokkan (40% x Rp ,00) ,00 (4) TKDK pemanenan (40% x Rp ,67) ,67 (5) Biaya pengangkutan (40% x Rp ,94) ,78 b. Penerimaan tambahan (1) Efisiensi hasil panen gandum (5% x 2.327,44 Kg = 116,37 Kg) Harga jual meningkat (33,33% x Rp = Rp 1.000,00) Peningkatan harga jual (116,37 Kg x Rp 4.000,00) ,78 (2) Peningkatan harga jual sebelumnya (2.327,44 Kg x Rp 1.000) ,89 (3) Sewa mesin perontok (9 hari x Rp per hari) ,00 (4) Sewa mesin panen (9 hari x Rp per hari) ,00 c. Keuntungan total ,11 4 Keuntungan tambahan 3c - 2c ,17 5 Pertimbangan: a. Meningkatkan ketepatan waktu kerja b. Mengurangi risiko keterlambatan perontokkan gandum karena kelangkaan tenaga kerja c. Memerlukan pinjaman Rp (Mesin panen dan mesin perontok ) 6 Catatan: a. Perhitungan per musim tanam (satu musim tanam per tahun dan mesin dipakai selama 10 musim tanam) b. Bunga bank BRI 6% per musim tanam 81

99 Perubahan Biaya Usahatani Penambahan dua mesin pertanian tersebut dapat meningkatkan biaya usahatani melalui penyusutan peralatan. Usia mesin perontok dan panen diperkirakan selama sepuluh tahun. Hal ini berdasarkan kesamaan usia mesin penyemprot pestisida (power thresher) yang telah digunakan oleh petani di Kecamatan Tosari yang dapat mencapai 15 tahun. Bunga bank yang digunakan adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI) karena cukup ringan dibandingkan lembaga keuangan lain yang terdapat di Kecamatan Tosari. Penggunaan dua mesin tersebut juga dapat meningkatkan penggunaan bahan bakar minyak (bensin). Jumlah bensin yang dibutuhkan sesuai dengan deskripsi mesin pertanian tersebut melalui data sekunder dari Departemen Pertanian (Lampiran 7). Biaya pengangkutan diperoleh melalui penambahan hasil panen karena efisiensi penggunaan mesin. Penambahan mesin pertanian dapat menghemat biaya tenaga kerja, baik tenaga kerja luar keluarga (TKLK) maupun tenaga kerja dalam keluarga (TKDK). Tenaga kerja yang dihemat mencapai 40 persen. Informasi tersebut diperoleh melalui website Departemen Pertanian mengenai fungsi dan keunggulan dua mesin pertanian tersebut (Lampiran 8). Biaya pengangkutan dapat dihemat karena jerami gandum ditinggalkan di lahan (hanya biji gandum yang diangkut) sebagai implikasi dari penggunaan mesin perontokkan di lahan Perubahan Penerimaan Usahatani Penambahan mesin pertanian dapat meningkatkan penerimaan usahatani. Tambahan penerimaan usahatani diperoleh melalui peningkatan kuantitas hasil panen gandum lokal karena perontokkan dilakukan di lahan. Hal ini dapat mengurangi tingkat penyusutan yang terjadi karena hasil panen berceceran pada saat pengangkutan (karung rusak karena jerami ikut diangkut) dan kelembaban yang terjadi pada saat penyimpanan di rumah petani (biji gandum mengalami penyusutan). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), angka kehilangan hasil panen padi mulai dari panen sampai penggilingan berkisar antara persen dengan kontribusi susut karena perontokkan lebih dari 4,8 persen (Saepudin 2009) 11. Penulis mengasumsikan peningkatan kuantitas sebesar lima persen dari total produksi usahatani gandum lokal berdasarkan pernyataan tersebut. 11 Saepudin A Thresher. thresher.html. [3 Januari 2010] 82

100 Peningkatan harga terapresiasi karena kualitas hasil panen gandum mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil FGD, Mantri Tani sebagai pelaku pemasaran utama dapat menerima hasil panen gandum dengan harga Rp per kilogram dengan kadar air kering panen sebesar persen. Sedangkan kadar air hasil panen yang biasa diterima dari petani mencapai 22 persen. Tingginya kadar air tersebut belum termasuk kotoran panen. Hal tersebut mengakibatkan penurunan harga jual hasil panen gandum, yaitu mencapai Rp per kilogram. Sehingga Mantri Tani Kecamatan Tosari dapat membeli hasil panen dengan harga Rp per kilogram. Peningkatan harga jual dari produksi sebelumnya juga turut diperhitungkan dalam asumsi perubahan harga jual. Keuntungan yang diperoleh dari anggaran parsial ini sebesar Rp ,17. Mesin perontok dan mesin panen dapat disewakan kepada petani lain yang membutuhkannya. Penyewaan dua mesin pertanian ini memiliki dua arti penting, yaitu pemeliharaan kinerja mesin pertanian dan penambahan sumber dana. Mesin pertanian digunakan sekali dalam setahun sehingga penyewaan mesin tersebut dapat terus berfungsi dan digunakan secara maksimal. Penyewaan juga dapat meningkatkan penerimaan untuk mengurangi bunga kredit yang dibebankan kepada pemilik sehingga panen gandum dapat diselesaikan secara serentak di Kecamatan Tosari. Permasalahan mengenai keterbatasan teknologi pertanian dalam proses pemanenan dan perontokkan dapat ditanggulangi dengan baik. Perubahan biaya dan penerimaan usahatani karena penambahan mesin pertanian dikelompokkan berdasarkan karakteristik komponen usahataninya (Tabel 34). Perubahan tersebut terdiri dari peningkatan dan penurunan untuk biaya usahatani. Peningkatan kualitas dan kuantitas hasil panen, serta penyewaan merupakan komponen penerimaan usahatani yang mengalami peningkatan. Biaya usahatani terdiri atas biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Penerimaan usahatani terdiri atas penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Modal pinjaman terhadap bank menghasilkan bunga bank yang digunakan untuk mengetahui pendapatan bersih yang diterima petani responden. Nilai negatif yang terdapat pada total perubahan biaya tunai, yaitu -Rp ,83, menunjukkan bahwa biaya tunai mengalami penurunan. Nilai positif yang terdapat pada total perubahan lainnya menunjukkan bahwa total perubahan tersebut mengalami peningkatan. 83

101 Tabel 34. Pengelompokkan Perubahan Biaya dan Penerimaan Usahatani sebagai Implikasi Anggaran Keuntungan Parsial per Hektar Tahun 2009 No Uraian Jumlah 1 Perubahan biaya tunai (a) Peningkatan biaya tunai # Biaya bahan bakar untuk mesin perontok 6 liter x Rp ,00 # Biaya bahan bakar untuk mesin panen 3 liter x Rp ,00 # Biaya Pengangkutan 232,74 Kg x Rp 50/Kg ,94 Total peningkatan biaya tunai ,94 (b) Penurunan biaya tunai # Biaya pengangkutan 40% x Rp , ,78 # TKLK perontokkan 40% x Rp , ,33 # TKLK pemanenan 40% x Rp , ,67 Total penurunan biaya tunai ,78 Total perubahan biaya tunai (a-b) ,83 2 Perubahan biaya diperhitungkan (a) Peningkatan biaya diperhitungkan # Penyusutan mesin perontok 1/10 x Rp ,00 # Penyusutan mesin panen 1/10 x Rp ,00 Total peningkatan biaya diperhitungkan ,00 (b) Penurunan biaya diperhitungkan # TKDK perontokkan 40% x Rp , ,00 # TKDK pemanenan 40% x Rp , ,67 Total penurunan biaya diperhitungkan ,67 Total perubahan biaya diperhitungkan (a-b) ,33 3 Perubahan penerimaan (a) Peningkatan penerimaan tunai # Peningkatan harga jual (116,37 Kg x Rp 4.000,00) ,78 # Peningkatan harga jual sebelumnya (2.327,44 Kg x Rp 1.000,00) ,89 Total peningkatan penerimaan tunai ,67 (b) Peningkatan penerimaan diperhitungkan # Sewa mesin perontok 9 hari x Rp ,00 # Sewa mesin panen 9 hari x Rp ,00 Total peningkatan penerimaan diperhitungkan ,00 Total perubahan penerimaan (a+b) ,67 4 Bunga kredit (3) Bunga bank 6% x Rp ,00 (4) Bunga bank 6% x Rp ,00 Total bunga kredit ,00 84

102 Perubahan R/C Usahatani Analisis usahatani gandum lokal mengalami perubahan karena penyusunan anggaran keuntungan parsial yang secara rinci ditunjukkan pada Tabel 35. Nilai R/C usahatani gandum lokal mengalami peningkatan yang cukup signifikan karena penambahan mesin perontok (thresher) dan mesin panen. R/C atas biaya tunai mencapai 2,61 dan R/C atas biaya total mencapai 1,48. Tabel 35. Perubahan Analisis Pendapatan Usahatani Gandum Lokal per Hektar Tahun 2009 No Uraian Satuan Total Nilai A Penerimaan Tunai Rp ,78 Perubahan Penerimaan Tunai Rp ,78 Total Penerimaan Tunai Rp ,56 B Penerimaan Diperhitungkan Rp ,78 Perubahan Penerimaan Diperhitungkan Rp ,00 Total Penerimaan Diperhitungkan Rp ,78 C Total Penerimaan (A+B) Rp ,33 D Biaya Tunai Rp ,36 Perubahan Biaya Tunai Rp ,83 Total Biaya Tunai Rp ,52 E Biaya Diperhitungkan Rp ,22 Perubahan Biaya Diperhitungkan Rp ,33 Total Biaya Diperhitungkan Rp ,56 F Total Biaya (D+E) Rp ,58 G Pendapatan Atas Biaya Tunai (A-D) Rp ,03 H Pendapatan Atas Biaya Total (C-F) Rp ,76 I Bunga Kredit Rp ,00 J Pendapatan Bersih (H-I) Rp ,76 K R/C Rasio Atas Biaya Tunai (A/D) 2,61 L R/C Rasio Atas Biaya Total (C/F) 1,48 R/C atas biaya tunai menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya tunai yang dikeluarkan petani responden, akan memberikan penerimaan sebesar Rp 2,61. R/C atas biaya total menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya total yang dikeluarkan petani responden, akan memberikan penerimaan sebesar Rp 1,48. R/C atas biaya tunai dan biaya total mengindikasikan bahwa petani responden mengalami keuntungan dalam usahatani gandum lokal. Kondisi tersebut 85

103 menjadikan gandum lokal tidak hanya sebagai tanaman komplementer yang menguntungkan dari sisi non finansial, tetapi juga dari sisi financial untuk dikembangkan dalam upaya pergiliran pola tanam komoditas dataran tinggi Implikasi Akselerasi pengembangan argibisnis gandum lokal di Indonesia dapat berjalan lancar jika permasalahan pada setiap sistem agribisnis gandum lokal dapat diselesaikan dengan baik. Berdasarkan analisis subsistem usahatani, gandum lokal memiliki kontribusi cukup baik melalui R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya total dibandingkan lahan dibiarkan dalam keadaan kosong (bera). Selain itu, keuntungan non finansial berupa pemutusan siklus hama dan konservasi juga menjadi pertimbangan tersenderi terlaksananya penanaman komoditas gandum lokal di Kecamatan Tosari. Ditambah lagi, peningkatan R/C melalui analisis anggaran parsial yang telah dilakukan berdasarkan penambahan mesin perontok dan mesin panen gandum loka. Pengembangan gandum lokal menjadi lebih prospektif dengan adanya peningkatan R/C. Indonesia harus mulai mengembangkan komoditas gandum lokal karena komoditas tersebut merupakan komoditas strategis yang dapat menyebabkan ketergantungan jangka panjang jika terus-menerus diperoleh melalui impor. Pencerdasan masyarakat terhadap keunggulan gandum impor dan pentingnya memberdayakan potensi lokal perlu dilakukan sehingga kesadaran masyarakat dapat muncul untuk menghasilkan komoditas gandum lokal yang berkualitas. Peningkatan produktivitas gandum lokal dapat mewujudkan kebanggaan bangsa Indonesia karena mampu mencukupi kebutuhan pangan sendiri. Karakteristik gandum lokal yang cenderung kepada wilayah pedesaan merupakan tantangan bagi pemerintah untuk mengembangkan sistem agribisnis di wilayah pedesaan tersebut. Kebutuhan tepung terigu masyarakat, minimal daerah desa penghasil dan sekitarnya, dapat terpenuhi dengan baik. Pengembangan wilayah pedesaan dapat menyeimbangkan pembangunan antara wilayah perkotaan dengan pedesaan karena saat ini pusat pembangunan terdapat di perkotaan. Pembangunan pedesaan yang baik dapat meningkatkan kesejahteraan yang ditunjukkan peningkatan pendapatan dan daya beli masyarakat pedesaan. 86

104 VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan Kesimpulan dapat dirumuskan berdasarkan uraian hasil dan pembahasan penelitian yang telah dilakukan, antara lain: 1. Kegiatan budidaya gandum lokal belum dilakukan secara intensif karena pengalaman usahatani petani responden masih rendah dan pengelolaan lahan masih dilaksanakan secara tradisional. Pendapatan atas biaya tunai usahatani gandum lokal mencapai Rp ,98. Pendapatan atas biaya total usahatani sebesar -Rp ,91. Nilai negatif menunjukkan bahwa biaya yang dibutuhkan lebih tinggi dibandingkan penerimaan yang dihasilkan. 2. Nilai R/C atas biaya tunai usahatani gandum lokal, yaitu sebesar 1,83, menunjukkan bahwa petani responden mengalami keuntungan secara ekonomis. Sedangkan R/C atas biaya total, yaitu sebesar 0,99, usahatani gandum lokal menunjukkan bahwa petani mengalami kerugian. Biaya TKDK merupakan komponen terbesar dalam biaya diperhitungkan sehingga petani tetap mengalami keuntungan karena terdapat aktivitas usahatani pada musim kering yang lahannya cenderung dibiarkan kosong (bera). R/C ini berpengaruh kepada motivasi petani dalam penanaman kembali komoditas tersebut dan petani yang ingin melakukan penanaman gandum lokal. 3. Subsistem usahatani gandum lokal memiliki keterkaitan dengan subsistem agribisnis gandum lokal lainnya untuk mewujudkan keberlanjutan komoditas tersebut. Subsistem pengolahan gandum lokal belum dilaksanakan secara optimal. Hal ini ditandai dengan belum adanya tepung terigu lokal di pasar walaupun terdapat potensi pengolahan berbahan baku tepung terigu di Kecamatan Tosari. Subsistem pemasaran dapat berjalan dengan baik walaupun dilaksanakan secara sederhana melalui satu saluran pemasaran gandum lokal. 4. Penambahan mekanisasi mesin panen dan perontok menghasilkan usahatani gandum lokal semakin efisien dan efektif melalui analisis anggaran parsial. R/C atas biaya tunai mengalami peningkatan, yaitu sebesar 2,61 dan R/C atas biaya total juga mengalami peningkatan, yaitu sebesar 1,48. Peningkatan R/C menjadikan gandum lokal semakin prospektif untuk dikembangkan.

105 8.2. Saran Saran yang dapat direkomendasikan berdasarkan uraian hasil dan pembahasan penelitian yang telah dilakukan, meliputi: 1. Kualitas petani gandum lokal harus ditingkatkan dalam teknik budidaya berdasarkan pengalaman usahataninya melalui evaluasi teknik budidaya yang telah dilakukan sebelumnya, meliputi: pengetahuan tentang jadwal tanam dan panen, teknik cara penanaman, cara pemanenan, serta perlakuan pascapanen gandum lokal. Pendapatan usahatani gandum lokal dapat ditingkatkan jika teknik budidaya petani gandum lokal semakin baik. Pengadaan sarana panen dan pascapanen harus diperhatikan, seperti penggunaan teknologi mesin perontok (thresher) tepat guna dan gudang penyimpanan hasil panen gandum yang sesuai dengan kondisi kemiringan lahan dan iklim di Kecamatan Tosari. 2. Pola tanam di Kecamatan Tosari sulit dirubah karena petani yang belum pernah menanam gandum cenderung membandingkan komoditas ini berdasarkan tingkat pendapatan usahatani terhadap hortikultura, seperti kentang walaupun gandum dapat dijadikan tanaman alternatif di musim kering. Sosialisasi mengenai manfaat penanaman gandum sebagai pergiliran pola tanam perlu ditingkatkan agar pertanian yang berkelanjutan dapat tercapai. Hal ini berguna untuk menjaga dan menimbulkan motivasi baik petani yang telah menanam maupun yang belum menanam gandum lokal. Penelitian lebih lanjut mengenai dampak pergiliran tanaman gandum terhadap peningkatan produktivitas tanaman perlu dilakukan sebagai dasar sosialisasi terhadap petani. 3. Pemasaran gandum di Kecamatan Tosari terpusat pada satu saluran pemasaran, yaitu Mantri Tani Kecamatan Tosari sehingga ketergantungan tersebut dapat menganggu keberlanjutan pengembangan gandum lokal secara jangka panjang. Alternatif saluran pemasaran lain perlu dipikirkan, seperti pengembangan bisnis pengolahan gandum lokal menjadi tepung gandum (terigu) lokal yang memiliki kegunaan untuk berbagai makanan olahan di Kecamatan Tosari. 4. Petani dianjurkan untuk melengkapi peralatan pertaniannya dengan penambahan mesin panen dan mesin perontok. Dukungan subsistem penunjang agribisnis, seperti pemerintah dan lembaga keuangan diperlukan agar petani dapat melakukan mekanisasi sebagai upaya peningkatan kesejahteraan petani. 88

106 DAFTAR PUSTAKA Arifin B Ekonomi Kelembagaan Pangan. Jakarta: Pustaka LP3ES. Aryani L Analisis pengaruh kemitraan terhadap pendapatan usahatani kacang tanah (kasus kemitraan PT Garudafood dengan petani kacang tanah di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. [BPP] Balai Penyuluhan Pertanian Programa Penyuluhan Pertanian. Pasuruan: BPP Kecamatan Tosari [BPS] Badan Pusat Statistik Berita Resmi Statistik No. 11/02 Th.XII. [23 Februari 2009]. [Deptan] Departemen Pertanian Bahan Informasi Gandum. Jakarta: Direktorat Budidaya Serealia, Deptan Mesin Panen Tipe Gendong. Deptan. litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article. [3 Januari 2010] Mesin Perontok Padi (Power Thresher) untuk Varietas Padi Ulet.Deptan [3 Januari 2010] Rencana Teknis Pengembangan Gandum. Jakarta: Direktorat Budidaya Serealia, Deptan. Dinas Pertanian Kabupaten Pasuruan Program Pengembangan Gandum. Pasuruan: Dinas Pertanian Tanaman Pangan. Duryatmo S Menanam Gandum di Kebun Kita [18 Februari 2009]. Handoko I Gandum 2000 Penelitian Pengembangan Gandum di Indonesia. Bogor: IPB Press. Krisnamurthi B. dan Fausia L Langkah Sukses Memulai Agribisnis. Jakarta: Penebar Swadaya. Krisnamurthi. B Agribisnis. Jakarta: Yayasan Pengembangan Sinar Tani. Meryani N Analisis usahatani dan tataniaga kedelai di Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 89

107 Mosher AT Menggerakan dan Membangun Pertanian, Ed ke-3. Jakarta: Yasaguna. Mubyarto Pengantar Ekonomi Pertanian, Ed ke-3. Jakarta: Pustaka LP3ES. Mutiaratri DA Analisis peramalan dan faktor-faktor yang mempengaruhi impor gandum di Indonesia [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Puspita AAD Analisis daya saing dan strategi pengembangan agribisnis gandum lokal di Indonesia [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Rohim A. Diah R Ekonomi Pertanian (Pengantar, Teori dan Kasus). Jakarta: Penebar Swadaya. Setiyanto A Analisis efisiensi produksi dan pendapatan usahatani jagung (studi kasus di Desa Beketel, Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati, Jawa Tengah) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Soekartawi Analisis Usahatani. Ed ke-3. Jakarta: UI Press. Suratiyah K Ilmu Usahatani. Ed ke-3. Jakarta: Penebar Swadaya. Tim Peduli Pengembangan Bahan Pangan Gandum Potensi dan Pengembangan Tanaman Gandum di Indonesia dalam rangka Mendukung Ketahanan Pangan. Bahan Presentasi. Zamhari J Analisis integrasi pasar gandum dan tepung terigu dunia dengan pasar tepung terigu domestik, serta pengaruh bea masuk (pendekatan metode VAR) [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. 90

108 LAMPIRAN

109 Lampiran 1. Daftar Petani Responden Gandum Lokal di Kecamatan Tosari Tahun 2009 No Nama Petani Usia (Thn) Tingkat Pendidikan Pengalaman Luas Lahan (m 2 ) Usahatani (Tahun) Gandum Kentang Total Gandum Kentang 1 Sukaryo 39 SD ,5 0,125 0,2 2 Fuad 29 SMP ,25 3 Mario 47 SD ,5 4 Wafiq Imran 38 SMA ,5 0,25 5 Karyadi 31 SMP ,5 0, Ngatmari 39 SD ,2 0,5 7 Jurianto 35 SMP ,75 0,5 8 Sumiati 48 SD ,5 0,125 0,125 9 Suliksan 35 SD ,25 0,125 0, Subandi 50 SD ,5 11 Supajar 44 SD ,25 0,25 12 Ridi Pelita Jaya 40 SMA ,5 13 Bagus Putra 37 SD ,5 1 0,5 14 Siswoto 45 PT ,25 0, Karyo 53 SD ,25 0,25 16 Siorejo 50 SD ,5 0,25 0,25 17 Sukarseni 36 SMA ,5 0,5 18 M. Atim 35 SMP , Enjik Budiono 31 SD , Kusman 58 SD Mujiantoro 30 SMP ,5 0,25 0,5 22 Jonathan 38 SMA Hasan 30 SD ,5 0,25 24 Hermaji 54 SMP ,25 0,25 25 marto 42 SMP ,5 0,5 26 Rudi Hartono 29 SMP ,2 0,2 27 Suwondo 45 SMP ,2 0,5 28 Supaji 59 SMP ,5 0,2 29 Suryo 45 SD ,5 0,2 0,25 30 Supono 45 SD ,5 0,5 0,25 Rata-Rata 41,23 2,70 24,77 2,38 0,63 0,64 Keterangan: PT = Perguruan Tinggi SMA = Sekolah Menengah Atas SMP = Sekolah Menengah Pertama SD = Sekolah Dasar 92

110 Lampiran 2. Deskripsi Benih Varietas Selayar Asal galur : HAHN/2*WEAVER CMBW 89 Y OTOPM-16Y- 010M-1Y-010M-5Y- 12 Tahun dilepas : 2003 Umur berbunga : Dataran tinggi 58 hari setelah tanam (hst) Umur masak : Dataran tinggi 125 hari setelah tanam (hst) Tinggi tanaman : 85 cm Hasil biji : 2,95 ton/ ha Berat 1000 biji : 46 gram Berat 1 liter biji : 848 gram Ukuran biji : Sedang Kandungan protein : 11,7 % (wet bases) Kandungan maltose : 1,9 % Kadar gluten : 9,3 % Kadar abu : 11,9 % Ketahanan : Rentan terhadap penyakit busuk akar Pemulia : Muslimah, M. Jusuf, Sumarny Singgih, Marsum Dahlan, S. Roesmarkam. 93

111 Lampiran 3. Deskripsi Benih Varietas Dewata Asal galur : DWR 162 (Introduksi dari India) Tahun dilepas : 2003 Umur berbunga : Dataran tinggi 59 hari setelah tanam (hst) Umur masak : Dataran tinggi 129 hari setelah tanam (hst) Hasil biji : 2,96 ton/ ha Berat 1000 biji : 46 gram Berat 1 liter biji : 848 gram Ukuran biji : Sedang Kandungan protein : 13,94 % (wet bases) Kandungan maltose : 3,19 % Kadar gluten : 12,9 % Kadar abu : 1,78 % Ketahanan : Rentan terhadap penyakit busuk akar Pemulia : Muslimah, M. Jusuf, Sumarny Singgih, Marsum Dahlan, Rudiyanto, Riyo Samekto, Djoko Murdono, Bistok Simanjuntak. 94

112 Lampiran 4. Deskripsi Benih Varietas Timor Asal galur : Punjab 81 (Introduksi dari India Tahun 1981) Tahun dilepas : 2003 Umur berbunga : hari Umur masak : hari Hasil biji : 2,0 ton/ ha Warna bulu : Hijau Warna daun : Hijau Tua Warna biji : Coklat muda (sawo matang) Warna tangkai daun : Hijau tua Tipe batang : Semi Kompak (tegak) Berat 1000 biji : gram Tinggi tanaman : + 90 cm Ukuran biji : Agak Besar Kandungan protein : 16,98 % (wet bases) Kandungan lemak : 2,26 % Kadar serat : 3,21 % Kandungan karbohidrat : 65,02 % Kadar gluten : 13 % Kadar abu : 1,41 % Kadar air : 9,24 % Ketahanan : Tahan terhadap penyakit Scab, tahan terhadap Stripe Rust, dan sangat tahan terhadap Septoria Leah Blotch. Pemulia : Dr. M. Jusuf, Ir. Helmidar Bahar, MS, Ir. Harmel, Ir. Dasmal, Jafri. 95

113 Lampiran 5. Deskripsi Benih Varietas Nias Asal galur : Thai 88 (Introduksi dari Thailand tahun 1986) Tahun dilepas : 1993 Hasil rata-rata : 2,0 ton/ ha Warna bulu : Hijau muda Warna daun : Hijau Tua Warna biji : Kuning muda Warna tangkai daun : Hijau Tipe batang : Kompak Umur berbunga : hari Umur masak : hari Tinggi tanaman : + 75 cm Berat 1000 biji : gram Kadar air : 9,14 % Kadar serat : 5,92 % Kadar abu : 1,61 % Kandungan lemak : 1,91 % Kandungan protein : 16,16 % Kandungan karbohidrat : 62,28 % Kadar gluten : 13 % Ketahanan : Agak peka terhadap penyakit scab dan tahan terhadap Stripe Rust dan Septoria Leah Blotch. Pemulia : M. Jusuf, Abdul Kaher, Len Bahri, Dailami Yamin. 96

114 Lampiran 6. Analisis Pendapatan Usahatani Gandum Lokal Petani Responden di Kecamatan Tosari per Hektar Musim Tanam Bulan Juni-September Tahun 2008 No Uraian Jumlah Satuan Nilai Total Nilai (Rp) (Rp) A Penerimaan Tunai 2.312,44 Kg 3.000, ,33 B Penerimaan Diperhitungkan 14,99 Kg 3.000, ,33 C Total Penerimaan 2.327,44 Kg 3.000, ,67 D Biaya Tunai Tenaga Kerja Luar Keluarga 1. Pengelolaan Lahan 31,93 HKO ,00 2. Penanaman 21,39 HKO ,33 3. Penyiangan 16,07 HKO ,00 4. Pemupukan 6,85 HKO ,33 5. Pengendalian HPT 4,33 HKO ,00 6. Pemanenan 23,40 HKO ,67 7. Perontokkan 9,69 HKO ,33 Total Biaya TKLK 113,65 HKO ,67 Sarana Produksi 1. Benih 120,66 Kg 5.000, ,78 2. Pupuk a. Kandang 613,50 Kg 99, ,33 b. Petroganik 8,33 Kg 625, ,33 c. Urea (N) 177,83 Kg 1.343, ,33 d. SP-18 (P) 39,00 Kg 1.628, ,00 e. KCL (K) 21,67 Kg 1.200, ,00 f. NPK (Phonska) 680,00 Kg 907, ,11 g. ZA 77,33 Kg 1.118, ,33 3. Pestisida (Insektisida) 2,94 Liter , ,56 4. Bahan Bakar (Bensin) 4,76 Liter 5.000, ,78 Total Biaya Sarana Produksi ,56 Pajak Tanah (PBB) 1,00 Ha ,52 Biaya Pengangkutan 2.327,44 Kg 50, ,94 Biaya Pekerjaan Borongan ,67 Total Biaya Tunai ,36 E Biaya Diperhitungkan Biaya Penyusutan Peralatan 1. Handsprayer 6.318,52 2. Cangkul ,59 3. Garu 1.666,67 4. Sabit ,70 5. Parang ,37 6. Power Sprayer (Kompresor) ,70 Total Biaya Penyusutan ,56 Tenaga Kerja Dalam Keluarga ,33 1. Pengelolaan Lahan 49,67 HKO ,00 2. Penanaman 60,20 HKO ,00 97

115 3. Penyiangan 45,76 HKO ,67 4. Pemupukan 11,50 HKO ,00 5. Pengendalian HPT 11,73 HKO ,00 6. Pemanenan 36,16 HKO ,67 7. Perontokkan 4,11 HKO ,00 Total Biaya TKDK 219,12 HKO ,33 Sewa Lahan ,33 Total Biaya Diperhitungkan ,22 F Total Biaya (D+E) ,58 G Pendapatan Atas Biaya Tunai ,98 H Pendapatan Atas Biaya Total ,91 I R/C Atas Biaya Tunai 1,83 J R/C Atas Biaya Total 0,99 98

116 Lampiran 7. Deskripsi Mesin Perontok Padi (Power Thresher) Tahun 2009 Gambar 11. Mesin Perontok Padi (Power Thresher) Keunggulan: Mobilitas tinggi (menggunakan roda transportasi) Pengumpanan (input) jerami fleksibel dengan menutup dan membuka pintu input Metode potong pendek (Through In), pengumpanan langsung jerami ke mesin perontok. Metode potong panjang (Hold On), pengumpanan jerami dipegang dengan tangan manual Kecepatan putar kipas penghembus dapat diatur (rpm) dengan cara mengganti diameter pully kipas penghembus. Spesifikasi Teknis: Penggerak : Mesin bensin 5,5 Hp Kapasitas Kerja : 500 kg/ jam Kemampuan Pemisahan : 98 % Kemampuan Pembersihan : 94 % Kerusakan Gabah : Kurang dari 2 % Kebutuhan Tenaga : 2-3 Orang Panjang : 950 mm Lebar (baki tertutup) : 760 mm Tinggi (baki tertutup) : mm Berat termasuk engine : 105 kg Bahan Bakar (Bensin) : 1 Liter/ Jam Harga : Rp ,- per Unit (Tahun 2009) 99

117 Lampiran 9. Dokumentasi Gandum Lokal di Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan Propinsi Jawa Timur Tahun 2009 Gambar 13. Lahan Miring yang Dibiarkan Kosong (Bera) di Kecamatan Tosari pada Musim Kering Bulan Juni-September Tahun

118 Gambar 14. Tanaman Gandum Lokal pada Lahan Datar di Kecamatan Tosari Tahun 2009 Gambar 15. Tanaman Gandum Lokal pada Lahan Miring di Kecamatan Tosari Tahun

119 Gambar 16. Tanaman Gandum Lokal Menjelang Panen di Kecamatan Tosari Tahun 2009 Gambar 17. Hama Kutu Daun (Aphids) pada Tanaman Gandum Lokal di Kecamatan Tosari Tahun

120 Gambar 18. Biji Gandum Pecah Kulit yang Dipersiapkan untuk Dijadikan Benih di Kecamatan Tosari Tahun 2009 Gambar 19. Tepung Gandum (Terigu) Lokal yang (Kecoklatan) di Kecamatan Tosari Tahun 2009 Berwarna Krim 104

121 Lampiran 8. Deskripsi Mesin Panen Padi Tipe Gendong Tahun 2009 Gambar 12. Mesin Panen Padi Fungsi dan Keunggulan : Memanen padi potong bawah Mengurangi biaya panen hingga 40 persen Mengurangi kejerihan kerja Dapat digunakan untuk pemanenan jagung dan kedelai Spesifikasi : Tipe : Gendong dengan pisau potong berputar Penggerak : Motor 2 Tak 2 HP/6000 rpm Komoditi yang sesuai : Padi, jagung, kacang hijau, kedelai Bobot : 11 kg Kapasitas kerja : jam/orang/ha Harga : Rp ,- (Tahun 2009) 100

VII. SISTEM AGRIBISNIS GANDUM LOKAL

VII. SISTEM AGRIBISNIS GANDUM LOKAL VII. SISTEM AGRIBISNIS GANDUM LOKAL 7.1. Subsistem Usahatani Gandum Lokal Informan usahatani ditetapkan berdasarkan Kelompok Tani (Poktan) dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) pada desa-desa target observasi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dalam mendukung perekonomian nasional, terutama sebagai sumber bahan

Lebih terperinci

Daun pertama gandum, berongga dan berbentuk silinder, diselaputi plumula yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun. Daun tanaman gandum

Daun pertama gandum, berongga dan berbentuk silinder, diselaputi plumula yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun. Daun tanaman gandum BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Botani Tanaman gandum Menurut Laraswati (2012) Tanaman gandum memiliki klasifikasi sebagai berikut: Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Super

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan sangat penting. Sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, laju pertumbuhannya sebesar 4,8 persen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi masyarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat (Sugiarti, 2003).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar bagi perekonomian

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan sumber daya alam dalam bidang pertanian merupakan keunggulan yang dimiliki Indonesia dan perlu dioptimalkan untuk kesejahteraan rakyat. Pertanian merupakan aset

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu bidang produksi dan lapangan usaha yang paling tua di dunia yang pernah dan sedang dilakukan oleh masyarakat. Sektor pertanian adalah sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT SOLUSI MODAL (SM) DI BANK DANAMON SIMPAN PINJAM UNIT CIBINONG KABUPATEN BOGOR

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT SOLUSI MODAL (SM) DI BANK DANAMON SIMPAN PINJAM UNIT CIBINONG KABUPATEN BOGOR ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT SOLUSI MODAL (SM) DI BANK DANAMON SIMPAN PINJAM UNIT CIBINONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ROBBI FEBRIO H34076133 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A14104024 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA SKRIPSI EKO HIDAYANTO H34076058 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010 BADAN PUSAT STATISTIK No. 31/05/Th. XIII, 10 Mei 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010 EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010 TUMBUH MENINGKAT 5,7 PERSEN Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah) 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Sektor pertanian adalah salah satu

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam pembangunan perekonomian negara Indonesia. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar penduduk Indonesia yaitu sekitar

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGUASAAN LAHAN SAWAH DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI

HUBUNGAN PENGUASAAN LAHAN SAWAH DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI HUBUNGAN PENGUASAAN LAHAN SAWAH DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Studi Kasus Kelompok Tani Harum IV Kelurahan Situmekar, Kecamatan Lembursitu, Kota Sukabumi) SKRIPSI OCTIASARI H34070084 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak

BAB I PENDAHULUAN. Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak meledaknya pertumbuhan penduduk dunia dan pengaruh perubahan iklim global yang makin sulit diprediksi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai iklim tropis, berpeluang besar bagi pengembangan budidaya tanaman buah-buahan, terutama buah-buahan tropika.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Ketela pohon atau ubi kayu dengan nama latin Manihot utilissima merupakan salah satu komoditas pangan penting di Indonesia selain tanaman padi, jagung, kedelai, kacang

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA (Studi Kasus pada Peternakan Ulat Sutera Bapak Baidin, Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor) SKRIPSI MADA PRADANA H34051579 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan berperan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAMBU MENTE (Anacardium Occidentale L.) (Kasus di Desa Ratulodong, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur ) Oleh : Apollonaris Ratu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L)

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L) ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L) Oleh : AKBAR ZAMANI A. 14105507 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Kontribusi Tanaman Pangan Terhadap PDB Sektor Pertanian pada Tahun (Miliar Rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Kontribusi Tanaman Pangan Terhadap PDB Sektor Pertanian pada Tahun (Miliar Rupiah) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak bagi sistem perekonomian nasional. Sektor pertanian mengalami pertumbuhan positif dan memberikan kontribusi nyata terhadap

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA (Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo) SKRIPSI SHINTA KARTIKA DEWI H34050442 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sejak tahun Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sejak tahun Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil ubi jalar nomor empat di dunia sejak tahun 1968. Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Irian Jaya

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu) SKRIPSI VIRGITHA ISANDA AGUSTANIA H34050921 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK No. 12/02/Th. XIV, 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PERTUMBUHAN PDB TAHUN 2010 MENCAPAI 6,1 PERSEN Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2010 meningkat sebesar

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan agroindustri merupakan bagian integral dari sektor pertanian mempunyai kontribusi penting dalam proses industrialisasi terutama di wilayah pedesaan. Efek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi wilayah (Badan Litbang Pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) SKRIPSI PUSPA HERAWATI NASUTION H 34076122 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris yang beriklim tropis dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat cerah. Hortikultura

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Pasuruan Kabupaten Pasuruan adalah salah satu daerah tingkat dua di Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Pasuruan. Letak geografi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gandum (Triticum aestivum L.) berasal dari daerah subtropik dan salah satu serealia dari famili Gramineae (Poaceae). Komoditas ini merupakan bahan makanan penting di

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK No. 13/02/Th. XV, 6 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PERTUMBUHAN PDB TAHUN 2011 MENCAPAI 6,5 PERSEN Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2011 tumbuh sebesar 6,5 persen dibandingkan

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK No. 16/02/Th. XVII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PERTUMBUHAN PDB TAHUN 2013 MENCAPAI 5,78 PERSEN Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun 2013 tumbuh sebesar 5,78

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK

BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No. 50/08/Th.XII, 10 Agustus 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2009 Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI. Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A

ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI. Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A14104105 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

PRODUKSI PANGAN INDONESIA 65 PRODUKSI PANGAN INDONESIA Perkembangan Produksi Pangan Saat ini di dunia timbul kekawatiran mengenai keberlanjutan produksi pangan sejalan dengan semakin beralihnya lahan pertanian ke non pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kehidupan di dunia tidak terlepas dari perubahan-perubahan suatu lingkungan.

I. PENDAHULUAN. Kehidupan di dunia tidak terlepas dari perubahan-perubahan suatu lingkungan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan di dunia tidak terlepas dari perubahan-perubahan suatu lingkungan. Lingkungan fisik, lingkungan biologis serta lingkungan sosial manusia akan selalu berubah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Paling tidak ada lima peran penting yaitu: berperan secara langsung dalam menyediakan kebutuhan pangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Adalah penting bagi Indonesia untuk dapat mewujudkan ketahanan pangan

I. PENDAHULUAN. Adalah penting bagi Indonesia untuk dapat mewujudkan ketahanan pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Salah satu tantangan terbesar yang dimiliki oleh Indonesia adalah ketahanan pangan nasional. Ketahanan pangan nasional adalah masalah sensitif yang selalu

Lebih terperinci

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor strategis yang memberikan kontribusi dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Pertanian merupakan

Lebih terperinci

memenuhi kebutuhan warga negaranya. Kemampuan produksi pangan dalam negeri dari tahun ke tahun semakin terbatas. Agar kecukupan pangan nasional bisa

memenuhi kebutuhan warga negaranya. Kemampuan produksi pangan dalam negeri dari tahun ke tahun semakin terbatas. Agar kecukupan pangan nasional bisa BAB I PENDAHULUAN Kebutuhan pangan secara nasional setiap tahun terus bertambah sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk, sementara lahan untuk budi daya tanaman biji-bijian seperti padi dan jagung luasannya

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011 BADAN PUSAT STATISTIK No. 31/05/Th. XIV, 5 Mei 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011 EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011 TUMBUH 6,5 PERSEN Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan besaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah) 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang memiliki pertumbuhan ekonomi cukup tinggi. Selain Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur menempati posisi tertinggi

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA PADI VARIETAS UNGGUL (STUDI KASUS PADI PANDAN WANGI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR)

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA PADI VARIETAS UNGGUL (STUDI KASUS PADI PANDAN WANGI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR) ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA PADI VARIETAS UNGGUL (STUDI KASUS PADI PANDAN WANGI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR) Oleh PRIMA GANDHI A14104052 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki luas daerah perairan seluas 5.800.000 km2, dimana angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah perairan tersebut wajar

Lebih terperinci

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA PASIR LANGU, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG Oleh : NUSRAT NADHWATUNNAJA A14105586 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp://www.BPS.go.id/ind/pdffiles/pdf [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp://www.BPS.go.id/ind/pdffiles/pdf [Diakses Tanggal 9 Juli 2011] BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sumber mata pencaharian masyarakat Indonesia. Sektor pertanian yang meliputi pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan merupakan kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian unggulan yang memiliki beberapa peranan penting yaitu dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, peningkatan pendapatan

Lebih terperinci

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT Rachmat Hendayana Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Jl Tentara Pelajar, 10 Bogor ABSTRAK Makalah

Lebih terperinci

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agribisnis nasional diarahkan untuk meningkatkan kemandirian perekonomian dan pemantapan struktur industri nasional terutama untuk mendukung berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur 57 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan laut dan terletak antara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka pembangunan ekonomi jangka

Lebih terperinci

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN PEMASARAN NENAS BOGOR Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor SKRIPSI ERIK LAKSAMANA SIREGAR H 34076059 DEPARTEMEN AGRIBIS SNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang terbentang di sepanjang garis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang terbentang di sepanjang garis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang terbentang di sepanjang garis khatulistiwa, sehingga sepanjang tahun Indonesia hanya mengalami musim hujan dan musim kemarau.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN PERAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH GITA IRINA ARIEF H

IDENTIFIKASI DAN PERAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH GITA IRINA ARIEF H IDENTIFIKASI DAN PERAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH GITA IRINA ARIEF H14050032 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Tahun Bawang

Tahun Bawang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK No. 12/02/Th. XIII, 10 Februari 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PERTUMBUHAN PDB TAHUN 2009 MENCAPAI 4,5 PERSEN Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2009 meningkat sebesar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung

Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung Zubachtirodin, M.S. Pabbage, dan Subandi Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros PENDAHULUAN Jagung mempunyai peran strategis perekonomian nasional, mengingat

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H i ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H14053157 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A14104684 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sedang berkembang, dengan sektor

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sedang berkembang, dengan sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sedang berkembang, dengan sektor pertanian sebagai tumpuan sumber mata pencaharian sebagian besar penduduk. Keberadaan pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perekonomian negara-negara di dunia saat ini terkait satu sama lain melalui perdagangan barang dan jasa, transfer keuangan dan investasi antar negara (Krugman dan Obstfeld,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Peranan sektor pertanian dalam perekonomian nasional dapat dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam perekonomian Indonesia. Hal ini disebabkan karakteristik kondisi Indonesia yang identik dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hortikultura, subsektor kehutanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hortikultura, subsektor kehutanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian di Indonesia. Sektor pertanian terbagi atas subsektor tanaman pangan, subsektor hortikultura, subsektor kehutanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka ragam dan memiliki wilayah yang cukup luas. Hal ini yang membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT Oleh NORA MERYANI A 14105693 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA BAB I PENDAHULUAN Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena berkah kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber

Lebih terperinci

KE-2) Oleh: Supadi Valeriana Darwis

KE-2) Oleh: Supadi Valeriana Darwis LAPORAN AKHIR TA. 2013 STUDI KEBIJA AKAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI PADI DI LUAR PULAUU JAWAA (TAHUN KE-2) Oleh: Bambang Irawan Gatoet Sroe Hardono Adreng Purwoto Supadi Valeriana Darwis Nono Sutrisno

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

PERAN KOPERASI DALAM PENGEMBANGAN SISTEM AGRIBISNIS BELIMBING DEWA (Studi Kasus Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok, Jawa Barat)

PERAN KOPERASI DALAM PENGEMBANGAN SISTEM AGRIBISNIS BELIMBING DEWA (Studi Kasus Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok, Jawa Barat) PERAN KOPERASI DALAM PENGEMBANGAN SISTEM AGRIBISNIS BELIMBING DEWA (Studi Kasus Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok, Jawa Barat) SKRIPSI ERNI SITI MUNIGAR H34066041 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci