JURNAL. Oleh: LIA AYU MERDEKA WATI D PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JURNAL. Oleh: LIA AYU MERDEKA WATI D PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016"

Transkripsi

1 JURNAL PEMBINGKAIAN KOMPAS DAN REPUBLIKA DALAM MENYAJIKAN BERITA KONFLIK MUSLIM ROHINGYA MYANMAR (Analisis Framing Pada Pemberitaan Konflik Muslim Rohingya Myanmar di Harian Surat Kabar Kompas dan Republika Edisi Bulan Mei 2015) Oleh: LIA AYU MERDEKA WATI D PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016

2 PEMBINGKAIAN KOMPAS DAN REPUBLIKA DALAM MENYAJIKAN BERITA KONFLIK MUSLIM ROHINGYA - MYANMAR (Analisis Framing Pada Pemberitaan Konflik Muslim Rohingya Myanmar di Harian Surat Kabar Kompas dan Republika Edisi Bulan Mei 2015) Lia Ayu Merdeka Wati Dwi Tiyanto Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract Lia Ayu Merdeka Wati, D , The Framing Of Kompas and Republika in Presenting The News About The Conflict of Rohingya Moslems - Myanmar (Framing Analysis towards the News of Rohingya Moslems Myanmar Conflict in Kompas Daily Newspaper and Republika May 2015 Edition). The fact that has been revealed in any media does not mean it is the actual fact. Because in order to be a series of news, an event that already has its own news value cannot be presented just the way it is. There are many different perspectives from many different media too. The two media that the author want to analyze are the national media which have their own characteristics. Those media are Kompas and Republika. In public, Kompas is more neutral than Republika since Republika tends to use Islamic ideology. The research is done by analyzing the news about Rohingya Moslems in Myanmar on May 2015 using the framing analysis model of Zhongdang Pan and Gerald M. Kosicki. Zhongdang Pan and Gerald M. Kosicki divided the framing devices into four parts. Based on the news in Republika media, it can be inferred that the presentment news about Rohingya Moslems, it does its framing by criticizing Myanmar s government who does not want to be responsible for many Rohingya Moslems who fled from the country. Meanwhile, the news about Rohingya Moslems Myanmar in Kompas discusses more about the humanity issues and also the movement from ASEAN in solving the problem Rohingya Moslems in Myanmar. Keywords: Framing, Analysis Framing Zhongdang Pan with Gerald M. Kosicki, the Conflict of Rohingya - Myanmar, Kompas, Republika, 1

3 Pendahuluan Media massa merupakan alat bantu komunikasi massa yang paling utama, dalam hal ini bisa juga kita sebut jurnalistik. Menurut Bittner, komunikasi massa dipahami sebagai bentuk komunikasi yang dilakukan oleh media kepada sejumlah orang yang tersebar ditempat yang tidak ditentukan. Jadi, media massa merupakan suatu alat transmisi informasi, seperti surat kabar, majalah, buku, film, televisi, dan radio (Asep Saeful Muhtadi, 1999:73). Menurut Prof. Pawito dalam bukunya Penelitian Komunikasi Kualitatif Lebih dari sekedar alat alat teknologis, media massa sebenarnya adalah suatu pranata sosial (social institution). Ray Eldon dkk (1998) menyebutkan bahwa media massa merupakan social institutions created to perform the tasks that society requires of them (pranata sosial yang tercipta untuk menjalankan tugas yang oleh masyarakat dipercayakan kepadanya (p.12). Rohingya adalah minoritas Muslim di Myanmar, Negara yang mayoritas penduduknya penganut budha. Jumlah mereka sekitar 1,3 juta orang, kebanyakan tinggal di Negara bagian Rakhine di bagian barat Myanmar. Mereka sudah menetap di sana selama tiga generasi. Tapi pemerintah Myanmar menihilkan mereka. Rohingya dipersekusi dan didiskriminasi secara sistematis. Di dalam Negeri tidak ada yang perduli dengan nasib mereka, termasuk pemenang nobel dan pemimpin oposisi Aung San Suukyi-sekalipun kini Myanmar sedang mereformasi diri (Tempo, 108:2015). Media massa Indonesia, memberikan porsi yang cukup besar dalam memberitakan konflik Rohingya - Myanmar, tak terkecuali dua surat kabar harian nasional yaitu Kompas dan Republika. Kedua media cetak ini, memberikan pandangan yang cukup berbeda mengenai konflik Rohingya Myanmar. Harian Kompas yang di kenal dengan Visi Humanismenya dan pada mulanya diterbitkan oleh partai Katolik dan sejumlah Jurnalis Katolik yang kemudian berubah menjadi koran independent, mengupas konflik Rohingya - Myanmar, sebagai persoalan Ekonomi, Politik, Budaya, Hukum, dan Sosial. 2

4 Kompas dianggap sebagai surat kabar yang netral dalam menyikapi konflik Rohingya-Myanmar, secara sederhana dapat dikatakan bahwa kompas menyajikan berita yang bebas sebagai saluran untuk semua pihak. Peran kompas dalam pemberitaan konflik ini adalah sebagai media yang memberikan pandangan konflik Rohingya-Myanmar sebagai konflik menyingkirkan salah satu kelompok minoritas yang dianggap bukan bagian dari Negara tersebut dalam hal ini Myanmar. Sedangkan Republika didirikan oleh ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia), dalam memberitakan peristiwa konflik Mulsim Rohingya - Myanmar, secara terbuka menjelaskan bahwa dirinya merupakan surat kabar yang berbasis keislaman, dengan adanya perbedaan ideologi inilah yang kemudian memunculkan asumsi bahwasannya berita yang disampaikan oleh kedua surat kabar tersebut syarat akan motif dan kepentingan ideologi tertentu. Melihat fenomena tersebut, maka penulis tertarik mengadakan pengkajian dan penelitian mengenai pembingkaian pemberitaan tentang konflik Rohingya- Myanmar dengan menggunakan perbandingan harian surat kabar Kompas dan Republika Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan permasalahan dari penelitian ini sebagai berikut: Bagaimanakah pembingkaian pemberitaan tentang konflik Rohingya Myanmar antara Harian Surat Kabar Republika dan Harian Surat Kabar Kompas periode Mei 2015? Tujuan Adapun tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui pembingkaian berita konflik Rohingya Myanmar antara Harian Surat Kabar Kompas dan Harian Surat Kabar Republika Periode Mei

5 Tinjauan Pustaka 1. Unsur-unsur Berita dalam Media Massa (Surat Kabar) Salah satu jenis tulisan yang dimuat di koran adalah karya yang bersifat jurnalistik yang umumnya berupa tulisan penyampaian berita. Menurut Nurudin (2007) sesuatu yang mempunyai nilai berita yang dimuat di media massa mengandung beberapa unsur, yaitu (1) signifience (penting) bagi orang banyak, (2) magnitude (besar) menyangkut angka-angka bagi orang banyak, (3) timeliness (waktu), hal yang baru terjadi, (4) proximity (dekat) artinya hal yang dekat dengan pembaca, (5) prominence (tenar), dan (6) human interest (manusiawi). Berita didefinisikan sesuai dengan sudut pandang masing-masing orang. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa belum ada definisi berita secara universal. Penyajian berita untuk memperkuat peristiwa apa yang sedang dipantau dan bagaimana menyajikannya, reporter pencari berita harus mempunyai definisi sendiri mengenai lingkup pekerjaannya (Helena, 2007). Berita didefinisikan sebagai informasi baru tentang berpengaruh pada para pendengarnya serta relevan dan layak dinikmati oleh mereka. Definisi berita tersebut mengandung unsur-unsur yang: a. Baru dan penting. b. Bermakna dan berpengaruh. c. Menyangkut hidup orang banyak. d. Relevan dan menarik. Berita adalah sesuatu yang aktual, yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabar, berita dipandang sebagai komoditi, sebagai barang dagangan yang dapat diperjualbelikan. Oleh karena itu barang dagangan harus menarik (Kusumaningkrat, 2006:57). Berita adalah laporan fakta atau ide yang bermasa, yang dipilih oleh staf redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang menarik perhatian pembaca dari segi human interest seperti humor, emosi, dan ketegangan (Assegaff, dalam Ismawati, 2007:60). 4

6 Berdasarkan Pasal 5 Kode Etik Wartawan Indonesia memuat tentang unsur layak berita, yang isi lengkapnya yaitu Wartawan Indonesia menyajikan berita secara berimbang dan adil, mengutakan kecernatan dan ketepatan, serta tidak mencampurkan fakta dan opini sendiri. Tulisan berisi interpretasi dan opini watawan agar disajikan dengan menggunakan jelas penulisnya (Wiryanto, 2000:86). Ketentuan dari kode etik jurnalistik tersebut dapat dipahami bahwa berita pertama-tama harus cermat dan tepat atau akurat. Selain itu, berita juga harus lengkap, adil, dan berimbang. Kemudian berita pun tidak harus mencampurkan antara fakta dan opini wartawan sendiri (objektif), serta syarat berita harus ringkas dan jelas. Media memiliki otoritas untuk memproduksi produk cetak mereka, dibalik kebebasan pengelolaan isu tersebut, media sebenarnya memiliki peran pada wilayah apa yang disebut sebagai media framing, diluar wilayah mereka, yakni ketika berita telah dibaca oleh masyarakat, yang terjadi kemudian ialah, berita tersebut tidak serta merta ditangkap oleh individu dalam masyarakat, namun terjadi pula proses internalisasi oleh individuindividu di dalam masyarakat tersebut, dengan berbagai pengalaman dan perangkat pengetahuan yang dipegang oleh masyarakat. Media pun selanjutnya menerima reaksi (sikap) masyarakat untuk kemudian menjadi pertimbangan dalam menentukan news framing. Media frames merupakan jalan cerita yang dibangun oleh media dalam memandang sebuah peristiwa, yang mengemukakan apa yang menjadi kontroversi dan inti dari isu yang disajikan pada headline. 2. Konstruksi Realitas dalam Media Pekerjaan media pada hakikatnya adalah mengkonstruksikan realitas. Disebabkan sifat dan faktanya bahwa pekerjaan media massa adalah menceritakan peristiwa-peristiwa, maka seluruh isi media merupakan realitas yang dikonstruksikan. Pembuatan berita di media massa sebenarnya 5

7 tak lebih dari penyusunan realitas-realitas hingga membentuk sebuah cerita (Alex Sobur, 2002:88). Isi media pada hakikatnya merupakan hasil konstruksi realitas dengan bahasa sebagai perangkat dasarnya. Sedangkan, bahasa bukan saja sebagai alat merepresentasikan realitas, namun juga bisa menentukan reliefs seperti apa yang akan diciptakan oleh bahasa tentang realitas tersebut. Akibatnya, media massa mempunyai peluang yang sangat besar untuk mempengaruhi makna dan gambaran yang dihasilkan dari realitas yang dikonstruksikannya (Alex Sobur, 2002:88). Media massa dilihat sebagai media diskusi antara pihak-pihak dengan ideologi dan kepentingan yang berbeda-beda. Mereka berusaha menonjolkan kerangka pemikiran, perspektif, konsep, dan klaim interpretatif masing-masing dalam rangka memaknai obyek wacana (Agus Sudibyo, 2001: ). Setiap upaya menceritakan sebuah peristiwa, keadaan benda, atau apapun, pada hakikatnya adalah usaha mengkonstruksikan realitas. Sebagai contoh mahasiswa yang baru saja pulang dari sekolah dan melewati sekelompok anak sekolah yang sedang tawuran kemudian menceritakan keadaan dirinya atau pengalamanya pada dasarnya ia sedang mengkonstruksikan dirinya sendiri. Begitu juga dengan jurnalis pada dasarnya pekerjaan mereka adalah menceritakan hasil reportase nya kepada khalayak. Oleh karena itu mereka selalu terlibat dalam usaha usaha mengkonstruksikan realitas, yakni menyusun fakta yang dikumpulkan ke dalam suatu bentuk laporan jurnalistik berupa berita (news), karangan khas (feature), ataupun gabungan keduanya (news feature). Kegiatan jurnalistik memang memakai bahasa sebagai alat utama untuk membuat berita. Tapi di dalam media bahasa tidak hanya digunakan untuk sekedar alat komunikasi untuk menyampaikan fakta, informasi, atau opini. Bahasa juga bukan sekedar alat komunikasi untuk menggambarkan realitas, namun juga menentukan gambaran atau citra tertentu. 6

8 3. Framing dalam Media Surat Kabar Framing pada bagian ini merupakan kerangka teori yang berguna untuk mengarahkan serta menjawab pertanyaan penelitian. Pada tahapan analisis hasil penelitian, peneliti juga menggunakan framing sebagai teknik analisis data. Sedangkan pada bagian ini, framing digunakan untuk menjelaskan adanya proses seleksi dan pembentukan berita yang merupakanframingsebagian dari konstruksi realitas dalam media massa. Pembangunan konstruksi realitas pada masing-masing media berbeda, meskipun realitas faktanya sama. Pengkonstruksian fakta tergantung pada kebijakan redaksional yang dilandasi politik media. Salah satu cara yang dipakai atau digunakan untuk menangkap cara masing-masing media membangun sebuah realitas adalah dengan framing. Robert N.Entman, seorang ahli yang meletakkan dasar-dasar bagi analisis framing untuk studi isi media, mendefinisikan framing sebagai seleksi dari berbagai aspek realitas yang diterima dan membuat peristiwa itu lebih menonjol dalam suatu teks komunikasi. Dalam banyak hal seperti menyajikan secara khusus definisi terhadap msasalah, interpretasi sebab akibat, evaluasi moral dan tawaran penyelesaian sebagaimana masalah itu digambarkan (Eryanto, 2001:13) Proses pembentukan berita merupakan proses yang rumit dan banyak faktor yang berpotensi mempengaruhi. Oleh sebab itu, niscaya akan terjadi pertarungan dalam memaknai realitas dan presentasi media. Apa yang disajikan media, pada dasarnya adalah akumulasi dari pengaruh yang beragam. Pamela J.Shoemaker dan Stephen D.Reese, meringkas berbagai faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam ruang pemberitaan. Pertama, faktor individual. Level individual melihat bagaimana pengaruh aspek-aspek personel dari pengelola media mempengaruhi pemberitaan yang akan ditampilkan kepada khalayak. Latar belakang individu seperti jenis kelamin, umur atau agama sedikit banyak akan 7

9 mempengaruhi apa yang akan ditampilkan media. Aspek personel tersebut secara hipotetik mempengaruhi skema pemahaman pengelola media. Kedua, level rutinitas media. Berhubungan dengan mekanisme dan proses penentuan berita. Setiap media umumnya mempunyai ukuran tersendiri tentang apa yang disebut berita, apa ciri- ciri berita yang baik atau kriteria kelayakan berita. Ukuran tersebut adalah rutinitas yang berlangsung tiap hari dan menjadi prosedur standar bagi pengelolaan media yang berada di dalamnya. Ketiga, level organisasi. Berhubungan dengan struktur organisasi yang secara hipotetik mempengaruhi pemberitaan pengelolaan media dan wartawan bukanlah orang tunggal yang berada dalam organisasi tersebut. Masing- masing organisasi media bisa jadi mempunyai kepentingan. Keempat, level eksta media. Faktor ini berhubungan dengan faktor lingkungan di luar media, antara lain sumber berita, sumber berita, sumber penghasilan media, pemerintah, lingkungan bisnis dan lain sebagainya. Kelima, level idiologi. Idiologi disini diartikan sebagai kerangka berfikir dan kerangka referensi tertentu yang dipakai oleh individu untuk melihat realitas dan bagaimana mereka menghadapinya. Elemen ini bersifat abstrak, ia berhubungan dengan konsepsi atau posisi seseorang dalam menaksirkan realitas. 4. Analisis Framing Pemberitaan yang ada dimedia beragam bentuknya, ada politik, ekonomi, sosial budaya, pendidikan, kriminal, dan lain sebagainya. Dalam media massa tidak semua berita ditulis dihalaman depan, atau dijadikan headline. Begitu pula dalam pemilihan foto yang dipakai, ada yang ukuran kecil, sedang, dan besar. Apa semua hal tersebut berjalan apa adanya, atau apakah tempat tersebut memang sudah disiapkan untuk berita-berita tertentu. Untuk menjawab hal tersebut, salah satu metode yang dapat dipakai adalah analisis framing. 8

10 Analisis framing mengalami tiga pengembangan yang sering digunakan yaitu Robert N. Entman, William A. Gamson, dan Zhongdang Pan beserta Gerald M. Kosicki. Dari ketiga tokoh tersebut mempunyai ciri khas tersendiri dalam menganalisis framing. Untuk menganalisis framing harus disesuaikan antara ketiga tokoh tersebut dengan berita yang akan dianalisis. Namun yang sering dipakai adalah pengembangan Pan dan Kosicki karena paling banyak mengandung unsur-unsur framing. Pengertian framing sendiri menurut Pan dan Kosicki ialah setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat dari organisasi ide. Frame merupakan suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam suatu teks berita (seperti kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata, atau kalimat tertentu) ke dalam teks berita secara keseluruhan. Frame berhubungan dengan makna. Bagaimana seseorang memaknai suatu peristiwa dapat dilihat dari perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks (Eryanto, 2008:293). Framing secara sederhana dijelaskan sebagai sesuatu yang membingkai sebuah peristiwa. Analisis framing digunakan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang dugunakan wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Dari pengertian yang disampaikan Pan Kosicki tersebut dapat dipahami bahwa analisis framing merupakan metode yang dipakai untuk membingkai suatu berita yang mana setiap media memaknai berbeda setiap peristiwa yang akan di framing. Proses pembentukan framing sendiri untuk melihat bagaimana suatu realitas dibentuk oleh media. Proses pembentukan realitas tersebut untuk lebih mudah diingat oleh khalayak akan suatu peristiwa. Dengan begitu khalayak akan lebih mudah mengingat aspek-aspek yang disajikan lebih oleh media. Sehingga aspek yang diabaikan akan menjadi terlupakan. Dengan begitu pemberitaan yang ada dikoran harian semuanya sudah disetting sesuai dengan pandangan masing-masing media. Penggunaan analisis framing bisa menjawab mengapa isu tersebut bisa lebih ditonjolkan, mengapa isu yang satunya justru hilang dari pemberitaan. Kenapa kasus ini lebih digambarkan positif, tetapi yang satunya digambarkan negatif. Untuk 9

11 melihat hal tersebut, analisis framing lebih cocok dalam meneliti isi teks pada suatu berita (Eryanto, 2008:292). Tahap paling awal dari produksi berita adalah bagaimana wartawan mempersepsikan peristiwa fakta yang akan diliput.wartawan menentukan batasan-batasan mana yang dianggap berita dan mana yang tidak. Berita adalah hasil akhir dari proses kompleks dengan menyortir Tahap paling awal dari produksi berita adalah bagaimana wartawan mempersepsikan peristiwa fakta yang akan diliput.wartawan menentukan batasan-batasan mana yang dianggap berita dan mana yang tidak. Berita adalah hasil akhir dari proses kompleks dengan menyortir (Eryanto, 2001:102). Setiap hari ada jutaan fakta atau peristiwa di dunia ini dan semuanya berpotensi menjadi berita. Namun Peristiwa-peristiwa itu tidak lantas menjadi berita. Karenanya, peristiwa yang ditentukan sebagai berita, bukan peristiwa itu sendiri. Setiap peristiwa tidak lantas dapat disebut sebagai berita, tetapi ia harus dinilai terlebih dahulu apakah peristiwa tersebut memenuhi kriteria nilai berita. Nilai-nilai berita menentukan bukan hanya peristiwa apa saja yang akan diberitakan, melainkan juga bagaimana peristiwa didefinisikan. Ketika seorang wartawan mengatakan sebagai berita, peristiwa diseleksi menurut aturan - aturan tertentu. Hanya peristiwa yang mempunyai ukuran-ukuran tertentu saja yang layak dan bisa disebut berita. Ini merupakan prosedur pertama dari bagaimana dikonstruksi.tidak semua aspek dari peristiwa juga dilaporkan, ia juga harus dinilai terlebih dahulu, bagian mana dari peristiwa yang mempunyai nilai berita tinggi, bagian itulah yang terus menerus dilaporkan (Eryanto, 2001:104). Nilai berita yang dimaksud tersebut antara lain significant (penting), yakni kejadian yang berkemungkinan mempengaruhi kehidupan orang banyak atau kejadian yang berkemungkinan mempengaruhi kehidupan orang pembaca. Magnitude (besaran) yaitu kejadian yang menyangkut angka-angka yang berarti bagi kehidupan orang banyak atau kejadian yang berakibat yang bisa diketemukan. Promixity (dekat) yakni kejadian yang 10

12 dekat dengan pembaca. Kedekatan ini bisa bersifat geografis maupun emosional. Prominance (ketenaran) yaitu menyangkut hal-hal yang terkenal atau sangat dikenal oleh pembaca. Human interest (manusiawi) adalah kejadian yang memberi sentuhan perasaan bagi pembaca, kejadian yang menyangkut bagi orang biasa dalam situasi luar biasa atau orang besar dalam situasi biasa (Mursito, 1999:38-39). Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu metode analisis data dimana datanya tidak berwujud angka melainkan menunjukkan suatu mutu dan kualitas, prestasi, tingkat dari semua variabel penelitian yang bisa dihitung atau diukur secara langsung. Data ini digunakan untuk menjelaskan atau melaporkan data dengan apa adanya kemudian membagi interprestasi terhadap data tersebut (Rachmat, 2004:67). Sedangkan penelitian ini bersifat Deskriptif analisis yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan menginterpretasikan media tentang berita yang bertema tentang Konflik Muslim Rohingya Myanmar di harian surat kabar Kompas dan harian surat kabar Republika dan dianalisis dengan menggunakan teknik framing. Metode Analisis Data Penelitian ini akan menggunakan metode analisis framing. Menurut Pan dan Kosicki bahwa analisis framing merupakan salah satu metode untuk menganalisis pemberitaan media yang dapat digunakan untuk menganalisis dan melihat bagaimana media membingkai isu-isu tertentu dalam pemberitaan media (Eryanto, 2008:288). Ada dua konsep framing yang saling berkaitan, yaitu konsep psikologis dan konsep sosiologis. Konsep psikologis, framing dilihat sebagai penempatan informasi dalam suatu konteks khusus dan menempatkan elemen tertentu dari suatu isu dengan penempatan lebih menonjol dalam kognisi seseorang. 11

13 Elemen-elemen yang diseleksi itu menjadi lebih penting dalam mempengaruhi pertimbangan seseorang saat membuat keputusan tentang realitas. Sedangkan konsep sosiologis framing dipahami sebagai proses bagaimana seseorang mengklasifikasikan, mengorganisasikan, dan menafsirkan pengalaman sosialnya untuk mengerti dirinya dan realitas diluar dirinya dalam Zhondhang Pan dan Gerald M Kosicki, kedua konsep tersebut diintegrasikan. Konsepsi psikologis melihat frame sebagai persoalan internal pikiran seseorang, dan konsepsi sosiologis melihat frame dari sisi lingkungan sosial yang dikontruksi seseorang (Eryanto, 2008: 288). Perangkat framing yang digunakan dibagi dalam empat struktur besar, yaitu sintaksis (penyusunan peristiwa dalam bentuk susunan umum berita), struktur skrip (bagaimana wartawan menceritakan peristiwa ke dalam berita), struktur tematik (bagaimana wartawan mengungkapkan pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi, kalimat, atau antar hubungan kalimat yang memberntuk teks secara keseluruhan) (Eryanto, 2008:288). Tabel 1 Struktur Perangkat Framing Struktur Perangkat Framing Unit yang Diamati Sintaksis 1. Skema Berita Headline, lead, latar Cara wartawan informasi, kutipan sumber, menyusun fakta pernyataan, penutup Skrip 2. Kelengkapan Berita 5W + 1H Cara wartawan mengisahkan fakta Tematik Cara wartawan menulis fakta Retoris Cara wartawan menekankan fakta Detail Maksud Nominalisasi Koherensi Bentuk kalimat Kata ganti Leksikon Grafis Metafora Pengandaian Paragraf, proposisi, kalimat, hubungan antar kalimat Kata, idiom, gambar foto, grafik Sumber: Nugroho, Eriyanto, Stardiasis, ISAI. 2008, Jakarta, hal

14 Zhongdan Pan dan Gerarld M. Kosicki membagi perangkat framing menjadi empat struktur besar. Pertama struktur sintaksis, dilakukan dengan melihat bagan berita, mulai dari headline, lead, informasi-informasi yang digunakan maupun narasumber yang dikutip. Kedua struktur skrip, yaitu melihat bagaimana cara wartawan menyampaikan berita yang dikemas. Ketiga struktur tematik, untuk melihat bagaimana pandangan seorang wartawan terhadap sebuah kasus. Hal ini dapat dilihat dari kalimat, preposisi dan hubungan antar kalimat yang membentuk teks secara keseluruhan. Terakhir adalah struktur retoris, di mana dapat dilihat bagaimana wartawan memberi tekanan pada bagian-bagian tertentu dalam sebuah berita. Misalnya dalam menggunakan pilihan kata, idiom gambar atau penunjang lain yang memberikan penekanan pada arti tertentu (Sobur, 2001: 17). Sajian Data Berita yang dipilih oleh penulis untuk analisis berita adalah pemberitaan surat kabar Kompas dan Republika periode bulan Mei Alasannya, karena kedua surat kabar tersebut pada bulan Mei 2015 memuat banyak berita Konflik Muslim Rohingya. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pembingkaian berita Konflik Muslim Rohingya di surat kabar harian Kompas dan Republika edisi bulan Juni Dalam penyajian berita, setiap surat kabar pasti memiliki perbedaan, karena setiap surat kabar dalam tidak pernah sama dalam memandang satu berita. Harian Kompas yang di kenal dengan Visi Humanismenya dan pada mulanya diterbitkan oleh partai Katolik dan sejumlah Jurnalis Katolik yang kemudian berubah menjadi koran independent, mengupas konflik Muslim Rohingya, sebagai persoalan Ekonomi, Politik, Budaya, Hukum, dan Sosial. Sedangkan, Republika yang didirikan atas inisiatif Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan secara terbuka mendefinisikan dirinya sebagai koran Islam yang mencoba menghadirkan pemberitaan dalam 13

15 perspekif Islam, lebih memilih untuk menempatkan diri di posisi kaum Muslim dengan memaknai konflik Muslim Rohingya tersebut sebagai persoalan Politik, Ekonomi, Hukum dan Sosial. Berikut ini disajikan tabel yang berisi berita-berita Konflik Rohingya yang disajikan dalam Surat Kabar Harian Kompas di Periode Mei Tabel 2 Berita-Berita Konflik Muslim Rohingya di Surat Kabar Kompas yang Dianalisis SURAT KABAR HARIAN KOMPAS No Tema Judul Hari dan Tanggal Hal 1 Pengungsi Rohingya 2 Kepedulian Myanmar 3 Sikap Indonesia Tak Ada Bekas Siksaan 4 Mei Myanmar Dinilai Tak Peduli Warga Rohingya Ditampung 18 Mei Mei Sumber : Kompas, Mei 2015 Selanjutnya, surat kabar harian Republika yang dianalisis dengan tema yang sama tetapi berbeda berita terkait dengan Konflik Muslim Rohingya Myanmar di periode Mei 2015, disajikan pada tabel berikut ini. Tabel 3 Berita-berita Konflik Muslim Rohingya Myanmar di Surat Kabar Republika yang Dianalisis SURAT KABAR HARIAN REPUBLIKA No Tema Judul Hari dan Hal 1 Pengungsi Bisnis Menggiurkan Rohingya Perdagangan Imigran Rohingya 2 Sikap Myanmar Myanmar Dituntut Akui Rohingya 3 Sikap Indonesia Presiden : Utamakan Pendekatan Kemanusiaan Pengungsi Rohingya Tanggal 15 Mei Mei Mei Sumber : Republika Mei

16 Analisis Data Berdasarkan coding yang sudah dilakukan oleh peneliti maka kesimpulan framing yang terjadi pada harian surat kabar kompas dan Republika disajikan dalam table sepeti berikut: Tabel 4 Hasil Coding dalam Framing Harian Surat Kabar Kompas dan Republika Indicator Perbedaan Persamaan Kompas Republika Kompas Republika Penggunaan Bahasa Pemilihan Judul Tujuan Isi Penyajian Berita Rohingya Lugas, langsung ke inti Retoris Sederhana Panjang dan Mengkritisi Membahas Krisis Kemanusiaan Membahas Krisis Kemanusia an Media massa pada dasarnya sangat sulit bersikap netral karena mereka dihantui oleh berbagai kepentingan. Belum lagi aspek ideologi. Berbagai kepentingan, baik bisnis maupun politik sangat berpengaruh pada bagaimana membingkai peristiwa tertentu. Berdasatkan hasil coding pada table di atas bisa dilihat bahwa Kompas dengan cara penyampaian beritanya lugas dan jelas, sedangkan Republika cara penyampaian yang lebih panjang dan terkesan mengkritisi. Dari pemberitaan dapat diperoleh kesimpulan bahwa kedua media memiliki pembingkaian yang sama dalam pembingkaian menurut isi berita, yaitu sama sama membahasa krisis kemanusiaan dan tidak mencampurkan isu agama. Perbedaan yang terdapat di dalam pembingkaian kedua media tersebut hanya pada gaya bahasa dan pemilihan judul yang memang menjadi ciri khas dari masing masing media. 15

17 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan tentang analisis pembingkaian berita Konflik Muslim Rohingya Myanmar Periode Mei 2015 dengan menggunakan analisis framing dapat diperoleh suatu kesimpulan, sebagai berikut: 1. Kompas Kompas merupakan salah satu surat kabar yang berskala nasional dengan ideologi nasionalis yang menyajikan berita secara sederhana dan logis. Dari pemberitaan mengenai Musim Rohingya Myanmar periode Mei 2015 dapat diperoleh kesimpulan bahwa harian Kompas memiliki cara pembingkaian berita yang sama dengan harian Republika yaitu melalui pemilihan sumber berita, kutipan opini atau pernyataan dari narasumber berita dan pemilihan gambar. Sedangkan untuk gaya bahasa, dan alur pemberitaan kedua media tersebut mempunyai gaya tersendiri. Untuk hal ini Kompas pemakaian bahasanya lebih sederhana dan mudah dipahami oleh pembaca. Dalam hal pemilihan judul berdasarkan pemberitan Rohingya - Myanmar kompas tidak terlihat agresif dan cukup sederhana dalam menggunakan kata - kata untuk judul. Sedangkan untuk isi berita Kompas lebih banyak membahas mengenai Isu Kemanusiaan dan tindakan ASEAN dalam penyelesaian masalah Rohingya Myanmar. 2. Republika Republika merupakan surat kabar berskala nasional dengan ideologi Islam yang melakukan penyajian berita secara kritis dan logis. Jika Kompas menggunakan gaya bahasa sederhana, dalam pemberitaan Rohingya Myanmar ini Republika menggunakan gaya bahasa yang agak sulit dipahami. Contohnya saja ketika Kompas memilih judul Tidak ada Bekas Siksaan Republika memilih judul yang lebih panjang 16

18 Bisnis Menggiurkan Perdagangan Imigran Rohingya untuk penggambaran penemuan jasad imigran Rohingya. Berdasarkan isi berita pada media Republika dapat diperoleh kesimpulan bahwa dalam penyajian berita terkait Muslim Rohingya, Republika melakukan pembingkaian dengan mengkritisi sikap Myanmar yang tidak mau bertanggung jawab dengan banyaknya Muslim Rohingya yang melarikan diri dari Negara tersebut. Selain itu Republika lebih memberikan porsi besar dalam pemberitaan Muslim Rohingya Myanmar hal tersebut terlihat dari peletakan beberapa berita Muslim Rohingya menjadi headline di bulan Mei Saran Berdasarkan kesimpulan yang disampaikan di atas, penulis memberikan saran sebagai berikut: a. Sebuah media biasanya berkiblat pada aliran atau ideologi tertentu dalam penulisannya. Untuk itu para jurnalis dari Media Kompas dan Republika hendaknya bersikap netral dalam pemberitaan, penyampaian berita kepada khalayak atau pembacanya. b. Media sebagai salah satu alat fungsi kontrol sosial, harus bijaksana dan tidak memihak dalam penyajian berita.. c. Pemberitaan terhadap isu yang menghangat, sebaiknya dibuat berimbang, baik dalam penyajian maupun narasumber dari pihakpihak yang bermasalah. d. Gaya penulisan wartawan harus lebih lugas, menyajikan secara fakta riil dan tidak memprovokasi para pembacanya. e. Hilangkan kesan bahwa badnews is goodnews. (Berita yang buruk ditampilkan seolah-olah menjadi berita yang baik, hanya untuk kepentingan menaikkan oplah penjualan medianya). 17

19 Daftar Pustaka Alinea Pertama dari teks berita, 582 Imigran Myanmar & Bangladesh Terdampar Surat Kabar Kompas, edisi Selasa, 12 Mei Alinea Pertama dari teks berita, Asal - Usul Rohingya Surat Kabar Tempo, edisi Senin, 8 Juni Asep Saeful Muhtadi Jurnalistik pendekatan teori dan praktik. Logos. Wancana Ilmu. Jakarta. Eriyanto Kekuasaan Otoriter dari Gerakan penindasan menuju politik Hegemoni, Yogyakarta,, dikutip oleh Kasiyanto analisis wacana dan teoritis penafsiran teks dalam Burhan Bugin, analisis data penelitian kualitatif pemahaman filosofis dan metodologis kearah penguasaan model aplikasi, Jakarta. Eriyanto Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta: Lkis Pelangi Aksara. Kusumaningrat, Hikmah dan Purnama Jurnalistik Teori dan Praktik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Mursito, Penulisan Jurnalistik:Konsep Teknik dan Teknik Penulisan Berita, Surakarta, Olii, Helena Opini Publik. Jakarta : PT. Indeks. Pawito Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKIS. Rahmat, Jalaludin Psikologi Komunikasi, Cetakan Keduapuluh Satu, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Sobur, Alex Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Framing, Bandung : Rosdakarya Sobur, Alex Semiotika Komunikasi. Bandung: Rosdakarya Sudibyo, Agus Politik Media dan Pertarungan Wacana. Yogyakarta : LKiS. Wiryanto Asul Pengantar Komunikasi. Jakarta: Grasindo 18

PEMBINGKAIAN KOMPAS DAN REPUBLIKA DALAM MENYAJIKAN BERITA KONFLIK MUSLIM ROHINGYA MYANMAR

PEMBINGKAIAN KOMPAS DAN REPUBLIKA DALAM MENYAJIKAN BERITA KONFLIK MUSLIM ROHINGYA MYANMAR PEMBINGKAIAN KOMPAS DAN REPUBLIKA DALAM MENYAJIKAN BERITA KONFLIK MUSLIM ROHINGYA MYANMAR (Analisis Framing Pada Pemberitaan Konflik Muslim Rohingya Myanmar di Harian Surat Kabar Kompas dan Republika Edisi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan

BAB III METODE PENELITIAN. analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyangkut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam artian fisikal, sosial,

Lebih terperinci

peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat oleh khalayak.

peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat oleh khalayak. BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian ini menggunakan analisis framing, analisis framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. 1

BAB III METODE PENELITIAN. selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. 1 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yaitu seperangkat pengetahuan tentang langkahlangkah yang sistematis dan logis tentang pencairan data yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisis,

Lebih terperinci

Konsep dan Model-Model Analisis Framing. Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom

Konsep dan Model-Model Analisis Framing. Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom Konsep dan Model-Model Analisis Framing Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom Konsep framing telah digunakan secara luas dalam literatur ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penseleksian dan penyorotan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian yang digunakan untuk mengurai atau menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif. Menurut Crasswell, beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberitakan di berbagai media massa. Pemberitaan Kisruh APBD DKI merupakan

BAB I PENDAHULUAN. diberitakan di berbagai media massa. Pemberitaan Kisruh APBD DKI merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peristiwa Kisruh APBD DKI merupakan salah satu peristiwa sedang ramai diberitakan di berbagai media massa. Pemberitaan Kisruh APBD DKI merupakan berita yang di dalamnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan 49 BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan konstruksionis. Dan pendekatan ini mempunyai paradigma yang mempunyai posisi dan pandangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Jenis penelitian ini memiliki fokus penelitian yang kompleks dan luas. Ia bermaksud memberi makna

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. jenis penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalamdalamnya.

BAB III METODE PENELITIAN. jenis penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalamdalamnya. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif, yaitu jenis penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalamdalamnya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan metode analisis framing dari Zhongdang Pan dan Gerald

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan metode analisis framing dari Zhongdang Pan dan Gerald 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif, yang menggunakan metode analisis framing dari Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang memerlukan pemenuhan kebutuhan dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh manusia dalam mendapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma dalam penelitian berita berjudul Maersk Line Wins European Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan istilah analisis bingkai merupakan salah satu bentuk alternatif dari

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan istilah analisis bingkai merupakan salah satu bentuk alternatif dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis framing (bingkai), yang dalam penelitian ini selanjutnya menggunakan istilah analisis bingkai merupakan salah satu bentuk alternatif dari model analisis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Adapun bentuk penelitiannya adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan suatu objek yang berkenaan dengan masalah yang diteliti tanpa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. konstruksi media dalam pemberitaan adalah model framing yang dikemukakan

BAB III METODE PENELITIAN. konstruksi media dalam pemberitaan adalah model framing yang dikemukakan BAB III METODE PENELITIAN Pendekatan Model framing yang digunakan dalam menganalisis konstruksi media dalam pemberitaan adalah model framing yang dikemukakan oleh Pan dan Kosicki. Dalam model ini, perangkat

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008 31 BAB 3 METODOLOGI 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Sebagaimana dikatakan Patton (1990), paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif-kualitatif dengan menggunakan studi dokumentasi yang diperoleh berupa

Lebih terperinci

13 ZHONGDANG PAN DAN GERALD M. KOSICKI

13 ZHONGDANG PAN DAN GERALD M. KOSICKI 13 ZHONGDANG PAN DAN GERALD M. KOSICKI KELOMPOK 12 : DEWI KUSUMA ( 056182 ) DEWI PUSPITA ( 056058 ) MOCH. AKBAR ( 056179 ) NURMAWATI D. LIANA ( 056080 ) SUCHI MAHADEWI ( 056067 ) Zhongdang Pan dan Gerald

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Penelitian ini menggunakan paradigma konstruksionis. Menurut Bogdan dan Bikien, paradigma adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. oleh proses sejarah dan kekuatan-kekuatan sosial, budaya dan ekonomi

BAB III METODE PENELITIAN. oleh proses sejarah dan kekuatan-kekuatan sosial, budaya dan ekonomi BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan kritis secara ontologi berpandangan bahwa realitas yang teramati (virtual reality) merupakan realitas semu yang telah terbentuk oleh proses

Lebih terperinci

EPILOG (ditujukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Analisis Framing)

EPILOG (ditujukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Analisis Framing) EPILOG (ditujukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Analisis Framing) oleh : Erma Restiani (056056) Galih Pratiwi (056471) Irma Yulita Silviani (057160) Rini Septiani (056411) FAKULTAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan uraian bab-bab terdahulu, pada bab ini akan disajikan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan uraian bab-bab terdahulu, pada bab ini akan disajikan BAB V SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan uraian bab-bab terdahulu, pada bab ini akan disajikan simpulan dan saran penelitian ini. Simpulan dan saran diberikan berdasarkan temuan penelitian dalam menjawab pertanyaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa dinilai mempunyai peranan yang besar dalam. menyampaikan aspirasi rakyat kepada pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. Media massa dinilai mempunyai peranan yang besar dalam. menyampaikan aspirasi rakyat kepada pemerintah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa dinilai mempunyai peranan yang besar dalam menjembatani atau sebagai penghubung informasi kepada khalayak luas dalam bidang politik, sosial, keamanan,

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II KERANGKA TEORITIS BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. Media Massa Media adalah pengantara atau saluran dalam menyebarkan suatu informasi atau pesan dari komunikator kepada komunikan. Menurut McLuhan (Nova. 2009: 204) media massa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang

BAB III METODE PENELITIAN. seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang 50 BAB III METODE PENELITIAN Fungsi penelitian adalah untuk mencari penjelasan dan jawaban terhadap permasalahan yang ada. Oleh karena itu diperlukan metodelogi penelitian, yakni seperangkat pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, sebagai prosedur penelitian data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

Lebih terperinci

KONTROVERSI MISS WORLD 2013 DI MEDIA

KONTROVERSI MISS WORLD 2013 DI MEDIA KONTROVERSI MISS WORLD 2013 DI MEDIA Yudin Taqyudin dan Rulli Nasrullah Abstrak Berita tidak sekadar merupakan realitas dari peristiwa yang ada di lapangan dan dilaporkan oleh wartawan dan media. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi

BAB I PENDAHULUAN. harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebutuhan akan informasi saat ini berkembang sangat pesat. Setiap harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi mereka. Media menjadi pilihan

Lebih terperinci

KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP REALITAS PEMBERITAAN PEMILIHAN CALON GUBERNUR DKI, JOKO WIDODO DI HARIAN UMUM SOLOPOS BULAN FEBRUARI-MEI 2012

KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP REALITAS PEMBERITAAN PEMILIHAN CALON GUBERNUR DKI, JOKO WIDODO DI HARIAN UMUM SOLOPOS BULAN FEBRUARI-MEI 2012 0 KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP REALITAS PEMBERITAAN PEMILIHAN CALON GUBERNUR DKI, JOKO WIDODO DI HARIAN UMUM SOLOPOS BULAN FEBRUARI-MEI 2012 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan komunikasi, lisan maupun tulisan. Seiring perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi di Jalan Thamrin Jakarta. Peristiwa Bom Thamrin ini mengejutkan

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi di Jalan Thamrin Jakarta. Peristiwa Bom Thamrin ini mengejutkan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Peristiwa Bom Thamrin yang terjadi pada tanggal 14 Januari 2016 ini terjadi di Jalan Thamrin Jakarta. Peristiwa Bom Thamrin ini mengejutkan banyak pihak karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang bersifat menjelaskan, menggambarkan atau menuturkan dan menafsirkan

BAB III METODE PENELITIAN. yang bersifat menjelaskan, menggambarkan atau menuturkan dan menafsirkan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif dengan metode pendekatan kualitatif, merupakan penelitian deskriptif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai 9 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Memasuki era reformasi kebebasan pers seolah-olah seperti terlepas dari belenggu yang sebelumnya mengekang arti kebebasan itu sendiri. Dengan sendirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah menciptakan peradaban manusia itu sendiri yang berganti-ganti tapi semakin

BAB I PENDAHULUAN. telah menciptakan peradaban manusia itu sendiri yang berganti-ganti tapi semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konstek Penelitan Saat ini perkembangan manusia dengan potensi bawaannya tentang memunculkan ide, telah menciptakan peradaban manusia itu sendiri yang berganti-ganti tapi semakin

Lebih terperinci

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS. Skripsi

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS. Skripsi 41 PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS (Studi Analisis Framing head line Pemberitaan Kasus Korupsi Sport Center di Hambalang Pada Surat

Lebih terperinci

yang sangat penting, selain aspek lain seperti ketepatan dan keakuratan data. Dengan kemunculan perkembangan internet, maka publik dapat mengakses ber

yang sangat penting, selain aspek lain seperti ketepatan dan keakuratan data. Dengan kemunculan perkembangan internet, maka publik dapat mengakses ber BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Media massa pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu media massa cetak dan media elektronik. Media cetak yang dapat memenuhi kriteria sebagai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN Dalam bab sebelumnya penulis menguraikan bangunan konsep dan teori-teori yang relevan sebagai bahan rujukan berkaitan dengan topik penelitian. Selanjutnya dalam bab tiga ini, penulis

Lebih terperinci

KECENDERUNGAN PEMBERITAAN KASUS MALINDA DEE DI SURAT KABAR. (Analisis Framing Pada Harian Jawa Pos dan Harian Kompas Edisi 30 Maret 8 April 2011)

KECENDERUNGAN PEMBERITAAN KASUS MALINDA DEE DI SURAT KABAR. (Analisis Framing Pada Harian Jawa Pos dan Harian Kompas Edisi 30 Maret 8 April 2011) KECENDERUNGAN PEMBERITAAN KASUS MALINDA DEE DI SURAT KABAR (Analisis Framing Pada Harian Jawa Pos dan Harian Kompas Edisi 30 Maret 8 April 2011) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. media yang memberitakan konflik Sunni Syiah Sampang Madura karena alasan

BAB VI PENUTUP. media yang memberitakan konflik Sunni Syiah Sampang Madura karena alasan BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan Majalah Tempo dan Majalah Gatra menjadi media yang memberitakan konflik Sunni Syiah Sampang Madura karena alasan ekonomi dan politik. Secara ekonomi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Elemen dasar seluruh isi media massa, entah itu hasil liputan seperti berita, laporan pandangan mata, hasil analisis berupa artikel berupa artikel opinion adalah bahasa (verbal dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan)

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHUUAN. berdampak pada pertumbuhan media online di Tanah Air. Media. bisa bertahan. Kecepatan media online dalam menyampaikan informasi

BAB I PENDAHUUAN. berdampak pada pertumbuhan media online di Tanah Air. Media. bisa bertahan. Kecepatan media online dalam menyampaikan informasi BAB I PENDAHUUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi pada saat ini cukup berdampak pada pertumbuhan media online di Tanah Air. Media konvensional terpaksa harus beralih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas bisa berbeda-beda, tergantung bagaimana konsepsi

BAB I PENDAHULUAN. realitas bisa berbeda-beda, tergantung bagaimana konsepsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesanpesan dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi. 1 Media massa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah 101 daerah, yang terdiri dari 7 provinsi, 18 kota, dan 76 kabupaten. Banten, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Papua Barat.

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah 101 daerah, yang terdiri dari 7 provinsi, 18 kota, dan 76 kabupaten. Banten, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Papua Barat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Penelitian Tanggal 15 Februari 2017 merupakan pesta demokrasi bagi sebagian masyarakat di Indonesia yang melaksanakan pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tipe penelitian pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk memahami

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik

Bab 1 PENDAHULUAN. Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik 1 Bab 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik dalam diri seseorang, terutama wartawan. Seorang wartawan sebagai penulis yang selalu

Lebih terperinci

ABSTRAK. JUDUL : Pembingkaian Kasus Pembekuan PSSI Oleh Menpora (Analisis Framing Pemberitaan Dalam Harian Kompas) : Tri Yoga Adibtya Tama : D2C009045

ABSTRAK. JUDUL : Pembingkaian Kasus Pembekuan PSSI Oleh Menpora (Analisis Framing Pemberitaan Dalam Harian Kompas) : Tri Yoga Adibtya Tama : D2C009045 ABSTRAK JUDUL : Pembingkaian Kasus Pembekuan PSSI Oleh Menpora (Analisis Framing Pemberitaan Dalam Harian Kompas) NAMA NIM : Tri Yoga Adibtya Tama : D2C009045 Pembekuan PSSI oleh Menpora merupakan salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Framing Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja) dibingkai

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Pemberitaan seputar eksekusi terpidana mati Amrozi cs 2008 telah menarik

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Pemberitaan seputar eksekusi terpidana mati Amrozi cs 2008 telah menarik BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Pemberitaan seputar eksekusi terpidana mati Amrozi cs 2008 telah menarik perhatian besar beberapa surat kabar dan menjadi berita hangat di beberapa surat kabar di

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sifat Penelitian Secara harafiah, metodologi dibentuk dari kata metodos, yang berarti cara, teknik, atau prosedur, dan logos yang berarti ilmu. Jadi metodologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. naturalistic karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural

BAB III METODE PENELITIAN. naturalistic karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN PENELITIAN Pendekatan dalam penelitian ini termasuk pendekatan kualitatif. Penelitian naturalistic karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, media adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, media adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, media adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia yang senantiasa membutuhkan informasi yang dapat memperkaya hidupnya. Media merupakan

Lebih terperinci

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SIMULATOR SIM SKRIPSI

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SIMULATOR SIM SKRIPSI PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SIMULATOR SIM (Analisis Framing Berita Tentang Kasus Korupsi Simulator SIM Yang Melibatkan Djoko Susilo Pada Surat Kabar Jawa Pos dan Kompas Edisi Desember 2012

Lebih terperinci

Analisis Framing Pemberitaan Meninggalnya Artis Olga Syahputra di Detikcom dan Kapanlagi.com Tanggal 27 Maret 2015

Analisis Framing Pemberitaan Meninggalnya Artis Olga Syahputra di Detikcom dan Kapanlagi.com Tanggal 27 Maret 2015 Analisis Framing Pemberitaan Meninggalnya Artis Olga Syahputra di Detikcom dan Kapanlagi.com Tanggal 27 Maret 2015 Izmi Dwi Apriani 1B815838 Ilmu Komunikasi Latar Belakang Masalah 27 Maret 2015 Rumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena industri media semakin mengutamakan keuntungan. Bahkan, bisnis

BAB I PENDAHULUAN. karena industri media semakin mengutamakan keuntungan. Bahkan, bisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri media di Indonesia yang kini berorientasi pada kepentingan modal telah menghasilkan suatu konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan, yaitu berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan capres dan cawapres dalam meraih suara tak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan capres dan cawapres dalam meraih suara tak lepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keberhasilan capres dan cawapres dalam meraih suara tak lepas dari peranan media yang menyebarkan visi dan misi mereka dalam kampanye untuk meraih suara pemilih.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu sebagai bahan rujukan berjudul:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu sebagai bahan rujukan berjudul: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu sebagai bahan rujukan berjudul: Analisa Framing Pemberitaan Pemilukada Kabupaten Mesuji Tahun 2011 pada skh Lampung Post,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan informasi pada setiap detiknya. masyarakat untuk mendapatkan gambaran dari realitas sosial. 1

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan informasi pada setiap detiknya. masyarakat untuk mendapatkan gambaran dari realitas sosial. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan informasi semakin cepat, dan di era informasi seperti sekarang ini banyaknya pemberitaan, informasi yang datang ke masyarakat. Penyebaran informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebebasan pers merupakan salah satu indikator penting dalam membangun suatu negara yang menganut sistem demokrasi seperti Indonesia. Pasca reformasi 1998 media massa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persepsi mengenai bagaimana sosok pria dan wanita. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. persepsi mengenai bagaimana sosok pria dan wanita. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa memiliki peran signifikan yang besar dalam pembentukkan persepsi mengenai bagaimana sosok pria dan wanita. Dengan demikian tercerminkan wacana dominan tentang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Sejauh ini ada tiga macam konstruktivisme seperti yang diungkapkan oleh Suparno : pertama, konstruktivisme radikal; kedua, realisme hipotesis; ketiga, konstruktivisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan Negara penganut sistem Demokrasi, dimana kekuasaan yang berada ditangan rakyat (pemerintahan rakyat). Maksud dari pemerintahan rakyat

Lebih terperinci

09ILMU. Modul Perkuliahan IX. Metode Penelitian Kualitatif. Metode Analisis Framing. Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm KOMUNIKASI.

09ILMU. Modul Perkuliahan IX. Metode Penelitian Kualitatif. Metode Analisis Framing. Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm KOMUNIKASI. Modul ke: Modul Perkuliahan IX Metode Penelitian Kualitatif Metode Analisis Framing Fakultas 09ILMU KOMUNIKASI Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm Program Studi Public Relations Judul Sub Bahasan Pendekatan

Lebih terperinci

Sebelum memahami pengelolaan konten majalah dan web, sebaiknya tahu dulu apa itu jurnalistik, karena konten majalan dan web bersentuhan dengan

Sebelum memahami pengelolaan konten majalah dan web, sebaiknya tahu dulu apa itu jurnalistik, karena konten majalan dan web bersentuhan dengan September 2013 Sebelum memahami pengelolaan konten majalah dan web, sebaiknya tahu dulu apa itu jurnalistik, karena konten majalan dan web bersentuhan dengan jurnalistik. Jurnalistik dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Polemik Ujian Nasional dalam Harjo (Studi Analisis Framing Pemberitaan

BAB I PENDAHULUAN. Polemik Ujian Nasional dalam Harjo (Studi Analisis Framing Pemberitaan BAB I PENDAHULUAN A. Judul Polemik Ujian Nasional dalam Harjo (Studi Analisis Framing Pemberitaan Surat Kabar Harian Jogja Mengenai Polemik Ujian Nasional SMA Periode April 2011). B. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Temuan

BAB V PENUTUP A. Temuan BAB V PENUTUP A. Temuan Harian Jogja merupakan media lokal yang cukup aktif dalam memantau berbagai perkembangan mengenai pembangunan bandara di Kulon Progo. Arah pemberitaan (September 2014 - Oktober

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. konstruksionis, realitas bersifat subjektif, relitas dihadirkan oleh konsep subjektif

BAB 1 PENDAHULUAN. konstruksionis, realitas bersifat subjektif, relitas dihadirkan oleh konsep subjektif BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa berfungsi mengkonstruksi realitas yang terjadi. Bagi kaum konstruksionis, realitas bersifat subjektif, relitas dihadirkan oleh konsep subjektif

Lebih terperinci

FRAMING BERITA GAYUS TAMBUNAN DI SURAT KABAR MEDIA INDONESIA DAN REPUBLIKA

FRAMING BERITA GAYUS TAMBUNAN DI SURAT KABAR MEDIA INDONESIA DAN REPUBLIKA FRAMING BERITA GAYUS TAMBUNAN DI SURAT KABAR MEDIA INDONESIA DAN REPUBLIKA 1Pratiwi Asri, 1 Abdurrahman Jemat, M.S. 1Program Studi Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Esa Unggul Jalan Arjuna

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. lukisan secara sitematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifatsifat

BAB III METODOLOGI. lukisan secara sitematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifatsifat 44 BAB III METODOLOGI 3.1 Tipe/Sifat Penelitian Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian ini berfokus pada bingkai sosok Jokowi sebagai Presiden dalam pemberitaan setahun pemerintahan pasangan Presiden Joko Widodo (Jokowi), dan Jusuf

Lebih terperinci

Idham Samawi dan Persatuan Sepakbola Indonesia Bantul (Persiba) di. Rubrik Sportmania Harian Kedaulatan Rakyat

Idham Samawi dan Persatuan Sepakbola Indonesia Bantul (Persiba) di. Rubrik Sportmania Harian Kedaulatan Rakyat Idham Samawi dan Persatuan Sepakbola Indonesia Bantul (Persiba) di Rubrik Sportmania Harian Kedaulatan Rakyat (Studi Analisis Framing Pemberitaan Rubrik Sportmania Harian Kedaulatan Rakyat periode 27 Juli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan masyarakat akan informasi yang terjadi setiap harinya, sudah menjadi kebutuhan penting di setiap harinya. Media massa merupakan wadah bagi semua informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Naiknya harga BBM selalu menjadi isu yang ramai dibicarakan dan juga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Naiknya harga BBM selalu menjadi isu yang ramai dibicarakan dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Naiknya harga BBM selalu menjadi isu yang ramai dibicarakan dan juga menimbulkan pro dan kontra. Karena perkembangan kehidupan manusia seirama dengan kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wakil presiden dipilih oleh MPR dan anggota-anggotanya dipilih melalui

BAB I PENDAHULUAN. wakil presiden dipilih oleh MPR dan anggota-anggotanya dipilih melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemilu yang bersifat demokratis di Indonesia terwujud untuk pertama kalinya pada tahun 1999. Di mana rakyat dapat memilih sendiri wakil-wakil lembaga pemerintahan

Lebih terperinci

KONSTRUKSI BERITA PERKOSAAN OLEH SITOK SRENGENGE DI MEDIA ONLINE TEMPO DAN REPUBLIKA

KONSTRUKSI BERITA PERKOSAAN OLEH SITOK SRENGENGE DI MEDIA ONLINE TEMPO DAN REPUBLIKA KONSTRUKSI BERITA PERKOSAAN OLEH SITOK SRENGENGE DI MEDIA ONLINE TEMPO DAN REPUBLIKA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta Sebagai Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan sehari-hari tidak terlepas dari yang namanya komunikasi. Antarindividu tentu melakukan kegiatan komunikasi. Kegiatan komunikasi bisa dilakukan secara

Lebih terperinci

ANALISIS FRAMING BERITA DEMONSTRASI MAHASISWA SEMARANG TERKAIT KENAIKAN HARGA BBM PADA TV BOROBUDUR

ANALISIS FRAMING BERITA DEMONSTRASI MAHASISWA SEMARANG TERKAIT KENAIKAN HARGA BBM PADA TV BOROBUDUR ANALISIS FRAMING BERITA DEMONSTRASI MAHASISWA SEMARANG TERKAIT KENAIKAN HARGA BBM PADA TV BOROBUDUR Ayu Nur Irwinesia Putri (Ayunurirwinesiaputri13@gmail.com) (Mahasiswa S1 Program Studi Ilmu Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gratifikasi seks sudah tidak asing lagi saat ini. Sejak dulu Gratifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Gratifikasi seks sudah tidak asing lagi saat ini. Sejak dulu Gratifikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gratifikasi seks sudah tidak asing lagi saat ini. Sejak dulu Gratifikasi berada di konteks apapun. Kata gratifikasi berasal dari bahasa Belanda yaitu Gratificatie

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menyeluruh dan dengan cara deksripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada

BAB III METODE PENELITIAN. menyeluruh dan dengan cara deksripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah kualitatif deskriptif dengan jenis penelitian analisis teks media.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengertian metode berasal dari kata methodos (Yunani) yang dimaksud adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengertian metode berasal dari kata methodos (Yunani) yang dimaksud adalah 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pengertian metode berasal dari kata methodos (Yunani) yang dimaksud adalah cara atau menuju suatu jalan. Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Wardi Bahtiar dalam bukunya Metodologi Penelitian Dakwah. kesimpulan dan selanjutnya dicarikan cara pemecahannya 26.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Wardi Bahtiar dalam bukunya Metodologi Penelitian Dakwah. kesimpulan dan selanjutnya dicarikan cara pemecahannya 26. 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pada dasarnya penelitian itu merupakan usaha menemukan, mengembangkan dan melakukan verifikasi terhadap kebenaran suatu peristiwa atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kasus sengketa lahan di Indonesia lebih banyak merupakan. dengan akses dan kepemilikan lahan yang kemudian berujung pada konflik

BAB I PENDAHULUAN. Kasus sengketa lahan di Indonesia lebih banyak merupakan. dengan akses dan kepemilikan lahan yang kemudian berujung pada konflik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus sengketa lahan di Indonesia lebih banyak merupakan pertentangan antara warga setempat dengan perusahaan swasta terkait dengan akses dan kepemilikan lahan yang

Lebih terperinci

Bagan 3.1 Desain Penelitian

Bagan 3.1 Desain Penelitian 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Peneliti mencoba mengilustrasikan desain penelitian dalam menganalisis wacana pemberitaan Partai Demokrat dalam Media Indonesia. Penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berita merupakan sarana penyampaian pesan tentang segala peristiwa actual yang

BAB I PENDAHULUAN. Berita merupakan sarana penyampaian pesan tentang segala peristiwa actual yang BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Berita merupakan sarana penyampaian pesan tentang segala peristiwa actual yang menarik perhatian orang banyak. Peristiwa yang melibatkan fakta dan data yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berita sudah menjadi hal yang dapat dinikmati oleh masyarakat dengan berbagai macam bentuk media seperti media cetak dalam wujud koran dan berita gerak (media

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 181 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penjelasan pada permasalahan yang peneiliti teliti, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Secara Sintaksis a. Berdasarkan dari Pikiran

Lebih terperinci

FRAMING BERITA GAYUS TAMBUNAN DI SURAT KABAR MEDIA INDONESIA DAN REPUBLIKA

FRAMING BERITA GAYUS TAMBUNAN DI SURAT KABAR MEDIA INDONESIA DAN REPUBLIKA FRAMING BERITA GAYUS TAMBUNAN DI SURAT KABAR MEDIA INDONESIA DAN REPUBLIKA Tuesday, April 29, 2014 http://www.esaunggul.ac.id/article/framing-berita-gayus-tambunan-di-surat-kabar-media-indonesia-dan-r

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sumber Kencono v Minibus, 20 Tewas. Demikianlah headline yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sumber Kencono v Minibus, 20 Tewas. Demikianlah headline yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sumber Kencono v Minibus, 20 Tewas. Demikianlah headline yang terdapat pada surat kabar harian Jawa Pos tanggal 13 September 2011 perihal kecelakaan maut yang

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana.

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. Relevansi Dalam perkuliahan ini mahasiswa diharapkan sudah punya

Lebih terperinci

Penulisan Berita Sabtu, 08 November 2014

Penulisan Berita Sabtu, 08 November 2014 Modul ke: 09 Haililah Fakultas FIKOM Penulisan Berita Sabtu, 08 November 2014 Tri Gandhiwati,S.S.,S.Si.,M.M. Program Studi Hubungan Masyarakat Asal-Usul Berita Berita berasal dari Bahasa Sansekerta "Vrit"

Lebih terperinci

09Ilmu. Analisis Framing. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom

09Ilmu. Analisis Framing. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Modul ke: Analisis Framing Memahami analisis framing dalam Pemberitaan Media. Jenis analisis framing, framing dan ideologi. Fakultas 09Ilmu Komunikasi Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Program Studi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan, diperlukan suatu metode

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan, diperlukan suatu metode BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan, diperlukan suatu metode agar mendapatkan hasil yang diinginkan. Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRACT... ii DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN Konteks Penelitian Fokus Penelitian dan Peranyaan Penelitian...

DAFTAR ISI. ABSTRACT... ii DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN Konteks Penelitian Fokus Penelitian dan Peranyaan Penelitian... DAFTAR ISI ABSTRAKSI..... i ABSTRACT..... ii KATA PENGANTAR.... iii DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR BAGAN. viii... xii... xiv... xv DAFTAR LAMPIRAN. xvi BAB I PENDAHULUAN. 1 1.1 Konteks Penelitian.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat yang kian berkembang pada dasarnya memiliki rasa ingin tahu yang besar. Mereka ingin tahu apa yang terjadi di tengah-tengah dunia global. Program informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Fenomena ini diawali ketika Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla mulai menyusun dan mengumumkan nama-nama kabinet dengan nama Kabinet Kerja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecil, memaksa para perempuan untuk menjadi tenaga kerja wanita di luar

BAB I PENDAHULUAN. kecil, memaksa para perempuan untuk menjadi tenaga kerja wanita di luar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan hidup yang relatif meningkat dan pendapatan yang lebih kecil, memaksa para perempuan untuk menjadi tenaga kerja wanita di luar negeri, karena mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah alat yang dekat dan mampu berinteraksi secara eksplisit dan implisit

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah alat yang dekat dan mampu berinteraksi secara eksplisit dan implisit 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wacana tidak hanya dipandang sebagai pemakaian bahasa dalam tuturan dan tulisan, tetapi juga sebagai bentuk dari praktik sosial. Dalam hal ini, wacana adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe atau jenis penelitian ini adalah penelitian interpretif dengan pendekatan kualitatif. Paradigma merupakan sebuah konstruksi manusia yaitu gagasan

Lebih terperinci