PENGARUH PEMBERIAN KADAR KROMIUM YANG BERBEDA DALAM PAKAN TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN IKAN BAUNG (Hemibagrus nemurus Blkr) ENDANG PURNAMA SARI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PEMBERIAN KADAR KROMIUM YANG BERBEDA DALAM PAKAN TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN IKAN BAUNG (Hemibagrus nemurus Blkr) ENDANG PURNAMA SARI"

Transkripsi

1 i PENGARUH PEMBERIAN KADAR KROMIUM YANG BERBEDA DALAM PAKAN TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN IKAN BAUNG (Hemibagrus nemurus Blkr) ENDANG PURNAMA SARI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Pemberian Kadar Kromium Yang Berbeda Dalam Pakan Terhadap Kinerja Pertumbuhan Ikan Baung (Hemibagrus nemurus Blkr) adalah benar hasil karya yang belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Januari 2008 Endang Purnama Sari C

3 iii RINGKASAN Dengan berkembangnya usaha budidaya ikan baung secara intensif, maka kebutuhan benih akan meningkat. Keberhasilan usaha pembenihan ini salah satunya dicapai dengan pendekatan pemberian pakan buatan yang tepat kualitas dan kuantitasnya serta pakan yang ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kromium dalam pakan terhadap kinerja pertumbuhan ikan baung (Hemibagrus nemurus Blkr). Penelitian ini menggunakan 4 perlakuan pakan yang terdiri dari 4 kadar kromium (0,0; 1,47; 3,20 dan 4,59 ppm). Dua puluh ekor ikan dengan bobot awal rata-rata 7,0 ± 0,2 g dimasukkan ke akuarium (50x40x35 cm). Ikan diberi pakan tiga kali sehari secara at satiation selama 60 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan yang mengandung kromium 3,20 ppm secara signifikan dapat meningkatkan retensi protein, ratio RNA/DNA, efisiensi pakan dan laju pertumbuhan harian ikan baung yang optimum. Pemberian kromium juga meningkatkan kadar glikogen hati dan daging. Sebaliknya, pemberian kromium yang semakin tinggi ke dalam pakan dapat menurunkan kadar lemak tubuh.

4 iv ABSTRACT This experiment was conducted to determine the effect of dietary chromium on the growth performance of baung fish (Hemibagrus nemurus Blkr). This experiment used four diets containing different level of chromium yeast (0.0, 1.47, 3.20, and 4.59 ppm kg -1 ). Twenty fish with the initial body weight 7.0 ± 0.2 g were placed in each aquarium (50x40x35 cm). Fish fed on the experimental diets three times daily at satiation for 60 days. Results of this experiment showed that chromium diets produced body protein level, ratio RNA/DNA and protein retention higher than that of non chromim diet. However, diet contained 3.20 ppm chromium yeast produced the highest protein deposition, and produced the highest daily growth rate and feed efficiency. The liver and carcass glikogen level increased as the chromium level of diet was elevated, on the other side, body lipid level decreased as the chromium level of diet was elevated.

5 Hak Cipta milik IPB, tahun 2008 Hak cipta dilindungi Undang-undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atas seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

6 vi PENGARUH PEMBERIAN KADAR KROMIUM YANG BERBEDA DALAM PAKAN TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN IKAN BAUNG (Hemibagrus nemurus Blkr) ENDANG PURNAMA SARI Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Perairan SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

7 vii Judul : PENGARUH PEMBERIAN KADAR KROMIUM YANG BERBEDA DALAM PAKAN TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN IKAN BAUNG (Hemibagrus nemurus Blkr) Nama : ENDANG PURNAMA SARI NRP : C Program Studi : ILMU PERAIRAN Disetujui, Komisi Pembimbing Prof. Dr. Ing Mokoginta Ketua Dr. Dedi Jusadi Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu Perairan Dekan Sekolah Pascasarjana Prof. Dr. Enang Harris Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS Tanggal Ujian : 21 Januari 2008 Tanggal Lulus :

8 viii PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena hanya atas rahmat dan karunia serta ridho-nyalah tesis yang berjudul Pengaruh Pemberian Kadar Kromium Yang Berbeda Dalam Pakan Terhadap Kinerja Pertumbuhan Ikan Baung (Hemibagrus nemurus Blkr) dapat diselesaikan. Pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Ibu Prof. Dr Ing Mokoginta dan Dr. Dedi Jusadi selaku komisi pembimbing atas pengarahan dan bimbingan yang telah diberikan selama penelitian dan penulisan tesis ini sehingga dapat penulis selesaikan dengan baik. 2. Ketua Program Studi Ilmu Perairan, Ketua dan Staf Laboratorium Nutrisi Ikan dan Laboratorium Lingkungan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor yang telah membantu dalam penyediakan fasilitas hingga terlaksananya penelitian ini. 3. Ayahanda Syahri Ramadhan dan Ibunda tercinta, Mami dan Papiku tersayang, Mama dan Umi, adik-adikku tercinta dan Mas Roni yang telah banyak memberikan bantuan baik materi berupa moral maupun spritual. 4. Rekan-rekan angkatan 2004, 2005 dan 2006 Program Studi Ilmu Perairan, SPL-12 (2005), Botekhnologi angkatan , BIOREF-2006 dan adik-adik S1 BDP serta Staf Perpustakaan Budidaya Perairan atas segala bantuan dan kerjasamanya. Akhirnya semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semuanya. Amin. Bogor, Januari 2008 Penulis

9 ix RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Lipat kain (Riau), pada tanggal 09 Mei 1982 dari pasangan Syahri Ramadhan dan Syahmidah (Alm). Penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara. Penulis lulus SMA pada tahun 2000 dan melanjutkan program sarjana (S1) di Universitas Riau, selesai pada Agustus tahun Selanjutnya, Pada September 2004 sampai Juni 2005 bekerja sebagai staf honorer di Darma Wanita Pemerintah Provinsi Riau. Pada bulan Agustus 2005, penulis melanjutkan kuliah ke sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Program Studi Ilmu Perairan.

10 x DAFTAR ISI Daftar Isi Halaman DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Perumusan Hipotesa... 3 Tujuan dan Manfaat... 3 TINJAUAN PUSTAKA Kebutuhan Mikro Nutrien Ikan Baung... 4 Kebutuhan Protein... 4 Kebutuhan Karbohidrat... 5 Peran dan Pengaruh Kromium Terhadap Pertumbuhan... 6 BAHAN DAN METODE Pakan Uji...10 Pemeliharaan Ikan...11 Uji Glukosa Darah...11 Analisis Kimia...12 Analisis Statistik...12 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian...15 Parameter Pemanfaatan Pakan...15 Pola dan Pemanfaatan Glukosa Darah...15 Komposisi Proksimat Tubuh, Kadar Glikogen Hati dan Daging, Konsentrasi RNA, DNA, rasio RNA/DNA Hati dan Kadar Kromium Tubuh dan Daging...17 Pembahasan...18 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan...22 Saran...22 DAFTAR PUSTAKA...23 LAMPIRAN...26

11 xi DAFTAR TABEL Daftar Tabel Halaman 1. Kebutuhan kromium dalam pakan beberapa spesies ikan Komposisi bahan dan proksimat pakan percobaan Berbagai parameter pemanfaatan pakan ikan baung selama 60 hari pemeliharaan Komposisi prosimat tubuh pada awal dan akhir penelitian yang dipelihara selama 60 hari dengan pemberian pakan yang mengandung kromium (dalam berat kering) Kadar glikogen daging, konsentrasi RNA, DNA, rasio RNA/DNA hati, kadar kromium tubuh dan daging ikan baung yang dipelihara selama 60 hari dengan pakan yang mengandung kromium...18

12 xii DAFTAR GAMBAR Daftar Gambar Halaman 1. Pola kadar glukosa darah selama 18 jam setelah ikan baung mengkonsumsi pakan dengan suplemen kromium...16

13 xiii DAFTAR LAMPIRAN Daftar Lampiran Halaman 1. Prosedur analisis kadar protein (Takeuchi, 1988) Prosedur analisis kadar lemak (Takeuchi, 1988) Prosedur analisis serat kasar (Takeuchi, 1988) Prosedur analisis abu (Takeuchi, 1988) Prosedur analisis kadar air (Takeuchi, 1988) Pengukuran konsentrasi RNA Pengukuran konsentrasi DNA Pengukuran glikogen (hati dan daging) Prosedur pengukuran glukosa darah Prosedur analisa kromium (Takeuchi, 1988) Pertambahan bobot, laju pertumbuhan harian konsumsi pakan, efisiensi pakan ikan baung yang diberi pakan mengandung kromium selama 60 hari pemeliharaan Pehitungan retensi protein Perhitungan retensi lemak Hasil analisis proksimat pakan uji ikan baung (%bobot kering) Kadar kromium pada daging dalam tubuh ikan baung yang dipelihara selama 60 hari Hasil analisis proksimat awal dan akhir ikan baung yang dipelihara selam 60 hari dengan pemberian pakan yang mengandung kromium Kadar glukosa darah ikan baung setelah pemberian pakan yang mengandung kromium...38

14 xiv 18. Konsentrasi glikogen pada hati dan daging ikan baung yang dipelihara selama 60 hari dengan pemberian pakan yang mengandung kromium Konsentrasi RNA, DNA dan rasio RNA/DNA ikan baung yang dipelihara selama 60 hari dengan pemberian pakan yang mengandung kromium Tingkat kelangsungan hidup...39 xiv

15 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Ikan baung (Hemibagrus nemurus Blkr) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang terdapat di beberapa sungai di Indonesia, terutama di Sumatera dan Kalimantan dan ikan ini berpotensi untuk dibudidayakan karena memiliki nilai ekonomis tinggi. Dengan berkembangnya usaha budidaya ikan baung secara intensif, maka kebutuhan benih akan meningkat. Keberhasilan usaha pembenihan ini salah satunya dicapai dengan pendekatan pemberian pakan buatan yang tepat kualitas dan kuantitasnya serta pakan yang ramah lingkungan. Penelitian pakan untuk ikan baung menunjukkan bahwa tepung ikan dapat disubsitusikan dengan tepung kedelai sebanyak 75% (Pebriyadi, 2004) dan penambahan fitase (Yulisman, 2006). Secara umum ikan kurang mampu memanfaatkan karbohidrat pakan. Dibandingkan dengan hewan darat yang mampu memanfaatkan karbohidrat sebesar 50-77% (Schneider et al, 1975), ikan omnivor dan herbivor mampu memanfaatkan karbohidrat 30-40%, sedangkan ikan karnivor hanya mampu memanfaatkan karbohidrat 10-20% (Wilson, 1994). Perbedaan kemampuan memanfaatkan karbohidrat setiap spesies ikan berbeda. Hal ini disebabkan oleh kemampaun organ pencernaan ikan dalam mencerna karbohidrat pakan dan ketersediaan insulin dalam mentransfer glukosa ke dalam sel sebagai sumber energi (Furuichi, 1988). Namun, beberapa penelitian memperlihatkan bahwa adanya pemberian kromium dalam pakan dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan karbohidrat dan selanjutnya efisiensi protein sebagai nutrien penting untuk pertumbuhan. Kromium sebagai mikronutrien, mempunyai peran utama dalam interaksi antara insulin dan sel reseptor yang hadir bersama sebagai senyawa komplek yang disebut GTF yang dapat memacu aktifitas insulin, membawa banyak glukosa ke dalam sel. Selsel akan mengubah glukosa menjadi energi. Tambahan energi ini sebagai sumber energi untuk sintesis protein, pertumbuhan jaringan tubuh, pemeliharaan sel dan peningkatan fertilitas. Kromium, sebagaimana mikromineral essensial lainnya, memiliki nilai kisaran tertentu agar berfungsi secara optimum (Anderson, 1987). Selanjutnya kromium secara tidak langsung melalui kerja insulin juga dapat memacu glikogenesis, lipogenesis,

16 2 pengangkutan serta pengambilan asam amino oleh sel melalui peningkatan sensitivitas reseptor insulin (NRC, 1997; Vincent, 2000). Kromium juga mempengaruhi sintesis asam nukleat (RNA) dan memainkan peranan dalam ekspresi gen (NRC, 1997; Xi et al, 2001) serta meningkatkan imunitas dan pemulihan pasca stress (Hastuti, 2004). Peningkatan aktifitas insulin yang berkaitan dengan naiknya sensitivitas maupun kuantitas reseptor insulin akan mempercepat aliran glukosa darah ke dalam sel target untuk segera dimanfaatkan (NRC, 1997). Pemanfaatan glukosa darah yang semakin cepat untuk pemenuhan kebutuhan energi akan mempengaruhi katabolisme protein untuk energi sehingga menaikkan efisiensi penggunaan protein. Naiknya efisiensi penggunaan protein diharapkan akan meningkatkan deposisi protein tubuh, yang berarti pertambahan bobot atau terjadinya pertumbuhan. Beberapa penelitian dengan menambahkan kromium ke dalam pakan dapat meningkatkan pemanfaatan glukosa dan menghambat glukoneogenesis, misalnya pada penelitian Hertz et al (1989) pada ikan mas dengan menggunakan Cr +3 dalam bentuk CrCl 3 6H 2 O. Shiau et al (2003) memberikan kromium pada ikan tilapia (Oreocromis niloticus x O.auratus) dalam bentuk Cr-Pic dengan kadar 2 mg Cr +3 (kromium organik bervalensi tiga)/kg pakan yang mengandung glukosa menghasilkan pertumbuhan, retensi protein dan energi terbaik. Subandiyono et al (2004) memberikan kromium dalam bentuk CrCl 3 6H 2 O pada ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac) menghasilkan laju pertumbuhan harian dan efisiensi pakan terbaik pada kadar 10 ppm CrCl 3. Kemudian Subandiyono (2004) juga memberikan kromium organik (Cr +3 ) dalam bentuk kromium-ragi pada ikan gurame pada kadar 1,5 ppm Cr +3 yang memberikan pertumbuhan terbaik. Selanjutnya Mokoginta et al (2004) memberikan kromium dalam bentuk Cr organik pada ikan mas menghasilkan pertumbuhan dan retensi protein terbaik pada kadar 1,6-2,2 ppm Cr +3, sedangkan pada ikan nila (O. niloticus) pertumbuhan relatif tidak berbeda nyata tetapi retensi protein tertinggi diperoleh pada kadar 3,9 ppm Cr +3 Mokoginta et al (2004). Pemberian Cr organik sampai kadar 4,5 ppm pada ikan patin (Pangasius hypophthalmus) tidak memberikan pengaruh pada efisiensi karbohidrat dan protein untuk pertumbuhan (Mokoginta et al, 2004). Sementara Susanto (2006) melaporkan bahwa pemberian 3,0 ppm Cr +3 pada ikan bawal air tawar menyebabkan ikan mampu memanfaatkan karbohidrat pakan lebih efisien sebagai sumber energi sehingga dapat meningkatkan sintesa protein untuk pertumbuhan.

17 3 Penelitian-penelitian diatas menunjukkan hasil yang bervariasi untuk spesies ikan yang berbeda dalam hal kadar kromium pakan yang optimum. Berdasarkan informasi di atas maka perlu dilakukan penelitian pada ikan baung mengenai pemberian kromium untuk mengoptimalkan pemanfaatan energi dari karbohidrat. Perumusan Hipotesa Apabila penambahan kromium dapat mengefektifkan pemanfaatan karbohidrat sebagai sumber energi untuk kebutuhan metabolisme, maka efisiensi protein akan meningkat dan pertumbuhan akan lebih baik. Tujuan dan Manfaat Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kadar kromium optimum pakan yang menghasilkan kinerja pertumbuhan ikan baung yang terbaik. Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi formula pakan yang dapat meningkatkan efisiensi pakan yang lebih optimal pada ikan baung.

18 4 TINJAUAN PUSTAKA Kebutuhan Makro Nutrien Ikan Baung Kebutuhan Protein Protein merupakan komponen dasar dalam jaringan tubuh hewan dan merupakan nutrien yang paling penting untuk pertumbuhan dan pertahanan tubuhnya (Hepher, 1990). Lebih lanjut dinyatakan bahwa pengaruh kadar protein pakan terhadap pertumbuhan ikan ditentukan oleh beberapa faktor yaitu jumlah dan jenis asam amino essensial, kadar protein yang dibutuhkan, kandungan energi pakan dan faktor fisiologis ikan. Kebutuhan protein pada stadia awal lebih tinggi dibanding selama fase lanjutan dari pertumbuhan. Lovell (1989) menyatakan bahwa protein juga dapat digunakan sebagai sumber energi jika kebutuhan energi dari lemak dan karbohidrat tidak mencukupi dan juga sebagai penyusun utama enzim, hormon dan antibodi. Atom-atom N dari gugus purin dan pirimidin nukleotida yang merupakan basa penting dari DNA dan RNA berasal pula dari asam-asam amino. Melihat pentingnya peranan protein dalam tubuh maka pemberian protein dalam pakan perlu diberikan terus menerus dalam kuantitas yang cukup dan kualitas yang baik. Kebutuhan protein dalam pakan secara langsung dipengaruhi oleh pola asam amino essensial. NRC (1983) mengemukakan bahwa kekurangan asam amino dapat mengakibatkan penurunan pertumbuhan. Jika kebutuhan protein tidak dicukupi dalam makanan, maka akan terjadi penurunan drastis atau penghentian pertumbuhan atau kehilangan bobot tubuh karena hewan atau ikan akan menarik kembali protein dari beberapa jaringan untuk mempertahankan fungsi dari jaringan yang lebih vital (NRC, 1983). Sebaliknya jika suplai protein terlalu berlebihan maka energi yang digunakan untuk proses deaminasi asam amino akan meningkat sehingga mengurangi energi untuk pertumbuhan. Kebutuhan spesies ikan akan protein dan energi berbeda, hal ini dipengaruhi oleh jenis dan ukuran ikan, lingkungan, kualitas protein dan daya cerna pakan. Kisaran kebutuhan protein dalam pakan ikan adalah sebesar 35-50% (Hepher, 1990). Channel catfish dan ikan sejenisnya membutuhkan 24-40% protein (NRC, 1977), sedangkan

19 5 menurut Cho et al (1985) bahwa kebutuhan protein optimal Channel catfish dan sejenisnya berkisar antara 22-36%. Ikan baung yang berukuran 1,3 gram dengan kadar protein dan rasio energi yang optimal pada 29,1% dan 11,5 kkal DE/gram pakan dan kadar karbohidratnya adalah 46,83% serta lemak 14,6% dapat meningkatkan pertumbuhan optimal (Kurnia, 2002). Pebriyadi (2004) menyatakan bahwa dengan menambahkan metionin dan tryptopan maka bungkil kedelai dapat menggantikan tepung ikan sebesar 75% dalam pakan. Imbangan protein dan energi sangat penting dalam menunjang pertumbuhan ikan. Pakan yang mempunyai kadar protein tinggi belum tentu dapat mempercepat pertumbuhan apabila total energi pakan rendah. Karena energi pakan terlebih dahulu dipakai untuk kegiatan metabolisme standar, seperti respirasi, transport ion, dan pengaturan suhu tubuh serta aktifitas lainnya. Energi untuk seluruh aktifitas tersebut diharapkan sebagian besar berasal dari bahan nutrien non-protein, dalam hal ini karbohidrat dan lemak. Apabila sumbangan energi dari bahan non-protein ini rendah maka protein akan digunakan sebagai sumber energi untuk berbagai aktifitas tersebut sehingga pertumbuhan akan berkurang. Dengan kata lain, penambahan energi nonprotein dapat meningkatkan fungsi protein dalam menunjang pertumbuhan ikan (Furuichi, 1988). Selain lemak, energi non-protein dapat dipenuhi oleh karbohidrat, karena sebagian besar enzim untuk mencerna karbohidrat tersedia pada ikan (Wilson, 1994) dan karbohidrat merupakan sumber energi yang relatif murah. Kebutuhan Karbohidrat Karbohidrat dalam pakan berada dalam bentuk serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen. Pada umumnya karbohidrat pada pakan digunakan sebagai sumber energi bagi ikan meskipun penggunaannya lebih rendah daripada hewan domestik lainnya (Furuichi,1988). Energi dari karbohidrat telah dibuktikan sama efektifnya dengan energi dari lemak sebagai protein sparing effect untuk pertumbuhan (Zonneveld et al, 1991). Karbohidrat juga merupakan sumber energi utama sebagian besar hewan herbivor atau omnivor (Gallego et al, 1994). Kemampuan ikan dalam memanfaatkan karbohidrat lebih rendah dibandingkan dengan hewan darat, namun karbohidrat harus tersedia dalam pakan, sebab jika karbohidrat tidak tersedia maka nutrien yang lain seperti protein dan lemak akan

20 6 dimetabolisme untuk dijadikan energi sehingga pertumbuhan ikan akan menjadi rendah (Wilson, 1994). Selanjutnya NRC (1993) menyatakan bahwa pertumbuhan fingerling catfish, lebih tinggi ketika pakannya mengandung karbohidrat dibandingkan hanya mengandung lemak sebagai sumber energi non-protein. Wilson (1994) menyatakan bahwa ikan yang diberi pakan tanpa karbohidrat memiliki laju pertumbuhan yang relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan pakan yang diberi karbohidrat. Kadar karbohidrat optimum pada ikan omnivor adalah 30-40%, sedangkan untuk ikan karnivor yaitu 10-20% (Furuichi,1988). Kecernaan karbohidrat berbeda antar spesies ikan, hal ini disebabkan perbedaan sistem dan enzim-enzim pencernaannya serta perbedaan jenis pakan yang dikonsumsi. Selain itu kecernaan juga dipengaruhi umur ikan, dalam hal ini disebabkan adanya perbedaan aktivitas enzim pada umur yang berbeda. Walaupun demikian pemanfaatan karbohidrat oleh ikan dapat ditingkatkan dengan menambahkan mikromineral kromium (Cr) dalam pakan seperti yang dilakukan oleh Subandiyono (2004) pada ikan gurame (O. gouramy). Pemberian kromium pada ikan gurame akan lebih efisien pada pakan dengan karbohidrat tinggi (40%) dibandingkan dengan yang rendah (30%). Peran dan Pengaruh Kromium Terhadap Pertumbuhan Mertz dalam Piliang dan Djojosoebagjo (2006) melaporkan bahwa telah ditemukan suatu komponen dalam zat makanan yang dikenal dengan faktor toleransi glukosa (GTF) yang mengandung kromium sebagai komponen aktifnya. Kromium trivalensi (Cr +3 ) merupakan status oksidasi yang paling stabil dan diperkirakan menjadi yang terpenting bagi organisme. Sebagai kromium trivalensi, mineral ini sering terikat pada ligan yang mengandung nitrogen, oksigen atau sulfur untuk membentuk senyawa kompleks (Groff dan Gropper, 2000). Pada kondisi asam sebagaimana dalam lambung, kromium trivalensi larut dan membentuk kompleks dengan beberapa ligan. Modus penyerapan kromium belum diketahui, akan tetapi diduga melalui difusi atau oleh pengangkut yang diperantarai pembawa (carrier mediated transport). Daya serapnya bergantung pada dosis, berkisar antara 0,4 dan 3,0%. Daya serap dapat ditingkatkan dengan keberadaan vitamin C atau pembentuk chelate untuk menghindari pengendapan pada lingkungan basa seperti dalam usus halus (NRC, 1997).

21 7 Diantara logam pada golongan mikromineral, kromium merupakan logam yang bersifat paling kurang beracun (Groff dan Gropper, 2000). Daya racun kromium dalam status oksida heksavalen (Cr +6 ) lima kali lebih besar (NRC, 1997) atau bahkan sepuluh hingga seratus kali lebih besar (Groff dan Gropper, 2000) dari pada kromium dalam status oksida trivalen (Cr +3 ). Meskipun Cr +6 mempunyai daya larut, daya serap, dan afinitas terhadap darah yang jauh lebih tinggi dibandingkan Cr +3 (NRC, 1997; Groff dan Gropper, 2000). Keracunan yang diakibatkan kromium jarang terjadi (Underwood dan Suttle, 1999). Hal tersebut dikarenakan : 1) terjadinya bioreduksi Cr +6 menjadi Cr +3 yang kurang beracun oleh berbagai organisme (Underwood dan Suttle, 1999), 2) tingkat toleransi hewan terhadap kromium (Cr +6 ) sangat tinggi, yaitu hingga lebih dari 1000 ppm bobot kering pakan dan bahkan mencapai 3000 ppm untuk Cr +3 (NRC, 1997; Underwood dan Suttle, 1999), 3) kompleks kromium heksavalen segera diendapkan begitu mencapai usus halus dan hampir tidak dapat diserap karena membentuk kompleks dengan bobot molekul besar (NRC, 1997). Jumlah kromium yang diabsorbsi tubuh sebesar 10-25% dalam bentuk ikatan organik yang dikenal dengan GTF, sedangkan dalam bentuk kromium inorganik yang berasal dari bahan makanan, hanya dapat diabsorbsi tubuh sebanyak 1%. Kromium dalam bentuk trivalen (Cr +3 ) diketahui sebagai komponen mineral essensial GTF, yaitu suatu komponen hati yang larut dalam air, plasma darah, ragi dan beberapa ekstrak biologis serta sel (Linder, 1992). Akhir-akhir ini diketahui adanya aspartat selain ketiga jenis asam amino tersebut, dan perkembangan selanjutnya GTF dikenal sebagai kromodulin (Chromodulin) (Vincent, 2000). Kromodulin merupakan oligo peptida yang mengikat kromium dan mempunyai bobot molekul rendah (Vincent, 2000). Dengan menggunakan glutation (yaitu tripeptida yang mengandung glutamate, sistein, dan glisin) pada kompleks kromium sintetik diketahui bahwa jenis asam nikotinat yang berbeda mempunyai pengaruh yang besar terhadap penguatan potensi insulin, namun tidak demikian halnya dengan jenis asam amino (Hepher, 1990). Penggantian glutamat, sistein, ataupun glisin dengan tiga jenis asam amino yang lain tidak merubah bioaktifitas GTF secara nyata. Namun jika penggantian tersebut dilakukan terhadap asam nikotinat (misalnya diganti dengan asam pikolinat), bioaktifitas GTF akan meningkat secara nyata. Kromium trivalen (Cr +3 ) merupakan logam dari kelompok

22 8 mikromineral yang telah diakui bersifat essensial baik untuk manusia, ruminansia dan non ruminansia termasuk ikan. Kromium merupakan bagian yang penting dari faktor toleransi glukosa (GTF) (Linder, 1992). Secara biologis kromium aktif sebagai komponen GTF (NRC, 1997), yang berperan dalam meningkatkan sensivitas jaringan terhadap insulin dan penggunaan glukosa (NRC, 1997). Peran utama kromium dalam metabolisme adalah untuk memperkuat aktifitas insulin melalui keberadaannya dalam molekul organometalik yang disebut GTF, yang selanjutnya diketahui sebagai kromodulin (Vincent, 2000). Dalam hal ini kromium (Cr) memperkuat kerja insulin melalui glukosa tolerance faktor (GTF) (Vincent, 2000) dan membentuk suatu kompleks dengan insulin dan reseptor insulin untuk memfasilitasi respon dari jaringan yang sensitif pada insulin. Selain menstabilkan struktur insulin, kromium juga mempengaruhi status agregasi (kesatuan) (Cr +3 ), kromium menjadi essensial untuk aktifitas enzim tertentu, stabilisasi protein asam nukleat (NRC,1997). Apakah kromium berbentuk organik ataukah anorganik yang dibutuhkan oleh hewan tidaklah diketahui. Namun bentuk dari kromium pakan menentukan aktifitas biologis. Diketahui bahwa bentuk kromium organik diserap 5 hingga 10 kali lebih efektif daripada kromium klorida, yang diserap hanya 3% atau kurang dan GTF (kromium organik) dalam ragi brewer mempunyai bio-availabilitas tertinggi (Linder,1992). Walaupun telah diketahui bahwa GTF mengandung kromium, bersamaan dengan asam nikotinat, glisin, glutamat dan sistein, namun struktur asli dari kompleks yang memperkuat insulin belum ditentukan. Hewan yang terganggu toleransi glukosanya ternyata terlihat defisiensi akan GTF, dan suplementasi kromium meningkatkan toleransi glukosa. Defisiensi kromium telah dibuktikan pada beberapa spesies hewan dan manusia. Pada tikus tanda-tanda awal defisiensi kromium adalah terganggunya toleransi glukosa (Glucosa Tolerance). Defisiensi yang lebih parah akan mengakibatkan pertumbuhan terganggu, hyperglycemia dan meningkatnya kadar kholesterol dalam serum (Piliang dan Djojosoebagjo, 2006). Xi et al, (2001) melaporkan bahwa suplementasi Cr-organik dalam bentuk kromium pikolinat (CrPic) dapat meningkatkan persentase jaringan rendah lemak dalam

23 9 karkas babi. Selanjutnya dijelaskan bahwa peningkatan retensi protein babi yang diberi pakan mengandung CrPic karena peningkatan pengambilan asam amino oleh sel-sel otot untuk sintesis protein, dan berkaitan dengan penurunan kadar kortisol serta peningkatan kandungan insulin-like growth faktor-i (IGF-I) yang menyebabkan peningkatan retensi protein. Subandiyono (2004) juga menemukan peningkatan retensi protein dan deposisi protein pada ikan gurami (O. gouramy) yang pakannya disuplementasi dengan kromium 1,5 ppm Cr +3. Hertz et al (1989) melaporkan bahwa kromium dapat meningkatkan pengangkutan glukosa darah ke dalam sel pada ikan mas (Cyprinus carpio). Adanya kromium dalam darah menyebabkan glukosa dapat segera dimanfaatkan sebagai sumber energi untuk memenuhi kebutuhan energi metabolisme sehingga sejumlah protein tertentu dapat dimanfaatkan lebih efisien untuk pertumbuhan tanpa harus mengubahnya menjadi energi melalui katabolisme. Hal ini berarti bahwa kromium secara tidak langsung mampu meningkatkan efisiensi pemanfaatan protein pakan atau meningkatkan deposisi protein tubuh untuk pertumbuhan. Beberapa penelitian dengan menambahkan kromium ke dalam pakan dapat meningkatkan pemanfaatan glukosa, menghambat glukoneogenesis, mencegah stress dan meningkatkan pertumbuhan ikan. Pada Tabel 1 bawah ini dapat dilihat kebutuhan kromium dalam pakan pada beberapa spesies ikan. Tabel 1. Kebutuhan kromium dalam pakan beberapa spesies ikan Spesies Jenis Kromium Kebutuhan Nila (Oreochromis niloticus x O.auratus) Cr 2 O mg/kg pakan Nila (Oreochromis niloticus x O.auratus) Cr-Pic 2 mg/kg pakan Nila (Oreochromis niloticus) Cr-ragi 3,9 ppm Gurame (Osphronemus gouramy Lac) Cr-ragi 1,5 ppm Mas (Cyprinus carpio) Cr-ragi 1,6-2,2 ppm Bawal air tawar (Colossoma macropumum) Cr-ragi 3 ppm Lele dumbo (Clarias sp) Cr-ragi 2,6 mg/kg pakan

24 10 BAHAN DAN METODA PENELITIAN Pakan Uji Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan yang berkadar protein 35%. Formulasi pakan dimodifikasi dari hasil penelitian Yulisman (2006), seperti yang tertera pada Tabel 2, dengan penambahan kadar kromium 0,00 ppm (kontrol); 1,47; 3,20 dan 4,59 ppm/kg pakan. Pembuatan kromium-ragi mengacu pada pada penelitian Subandiyono (2004). Tabel 2. Komposisi bahan dan proksimat pakan percobaan Parameter Kadar Kromium (ppm) 0,00 1,47 3,20 4,59 Bahan Pakan (%) Tepung Ikan 1 12,30 12,30 12,30 12,30 Tepung Kedelai 1 58,40 58,40 58,40 58,40 Tepung Tapioka 1 5,05 5,05 5,05 5,05 Minyak Ikan 4,00 4,00 4,00 4,00 Minyak Kedelai 4,40 4,40 4,40 4,40 Vitamin mix 1,50 1,50 1,50 1,50 Mineral mix 2 5,80 5,80 5,80 5,80 Kromium-ragi 0,00 0,40 0,80 1,20 Ragi 1,20 0,80 0,40 0,00 Koline Klorida 0,50 0,50 0,50 0,50 L-Metionin 0,50 0,50 0,50 0,50 Fitase 0,35 0,35 0,35 0,35 Taurin 6,00 6,00 6,00 6,00 Komposisi Proksimat Pakan (% Bobot Kering) Protein 35,40 35,55 35,56 35,85 Lemak 15,28 16,76 15,57 14,85 Serat Kasar 7,24 5,41 6,31 5,66 Abu 9,70 10,05 9,72 10,01 BETN 3 32,39 32,23 32,84 33,62 Energi (kkal) 4 / 100 g 504,31 510,95 506,01 501,42 Kromium (ppm Cr) 0,00 1,47 3,20 4,59 Kadar Air 8,93 9,20 8,90 9,17 Keterangan : 1. Kandungan protein (bobot kering) tepung ikan 71,22%, tepung bungkil kedelai 45,02%, tepung tapioka 0,95% 2. Mineral yang digunakan adalah mineral mix tanpa P yang mengandung (g/kg pakan kering): NaCl 0,5; MgSO 4.7H 2 O 7,5; KCl 17,53; Fe-citrat 1,25; CaCl 2.2H 2 O 13,34; filler 30,5 dan trace element mix (0,5 g) terdiri dari: ZnSO 4.7H 2 O 17,365; MnSO 4 8,1; CuSO 4.5H 2 O 1,55; KIO 3 0,15; dan filler 30,5 3. Bahan ekstrak tanpa nitrogen 4. Energi total (GE) dihitung berdasarkan nilai ekuivalen : protein 5,6kal/g, lemak 9,4 kkal/g dan BETN 4,1 kkal/g (Muchtadi et al, 1993)

25 11 Pemeliharaan Ikan Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan baung dengan bobot ratarata 7,0 ± 0,2 g yang berasal dari Badan Riset Balai Budidaya Air Tawar, Sempur, Bogor. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Sebelum penelitian, ikan diadaptasikan terlebih dahulu terhadap kondisi laboratorium selama 1 minggu dan diberi pakan buatan dengan kadar protein 35%, frekuensi 3 kali sehari secara at satiation. Setelah masa adaptasi selesai, ikan dipuasakan selama 24 jam, kemudian ikan ditimbang dan dimasukkan ke dalam akuarium berukuran 50x40x35 cm yang diisi air setinggi 30 cm dengan kepadatan 20 ekor per akuarium. Ikan diberi pakan 3 kali sehari yaitu pukul 8 pagi, 1 siang, 6 sore secara at satiation selama 60 hari. Pakan yang diberikan pada ikan uji selama penelitian dicatat jumlahnya, hal ini berguna untuk menentukan nilai konversi pakan. Sistem pemeliharaan ikan dilakukan dengan menggunakan sistem resirkulasi. Untuk menjaga kualitas air tetap baik, kotoran ikan dalam akuarium disipon setiap hari yaitu pada pagi hari, air yang hilang diganti dengan air yang baru dengan volume yang sama. Pada saat pengukuran kualitas air, kandungan oksigen terlarut berkisar 4,54-6,73 ppm, suhu berkisar C, derajat keasaman (ph) berkisar 6,30-7,39, dan total amoniak terlarut berkisar 0,110-1,512 ppm. Uji Glukosa Darah Uji ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian kromium terhadap pola pemanfaatan karbohidrat pakan oleh ikan baung. Setelah dilakukan penimbangan bobot tubuh dan pengambilan sampel ikan, hati dan daging (otot) pada akhir penelitian untuk uji pertumbuhan, maka sisa ikan tiap-tiap ulangan dalam perlakuan yang sama digabung menjadi satu. Ikan ditebar ke dalam akuarium (50 x 40 x 35 cm) yang sebelumnya telah disiapkan, dengan padat tebar 3 ekor/akuarium. Pakan yang digunakan sama dengan pakan pada pemeliharaan ikan sebelumnya, yaitu 4 perlakuan dengan dosis kadar kromium yang berbeda yaitu 0,00; 1,47; 3,20 dan 4,59 ppm/kg pakan. Untuk memudahkan pengambilan darah agar ikan tidak stress, maka akurium tersebut di atur menjadi 9 akuarium untuk satu perlakuan, sehingga dibutuhkan 36 akuarium. Sebelum perlakuan dimulai, ikan diadaptasikan terlebih dahulu dengan

26 12 pemberian pakan tanpa kromium selama seminggu dengan frekuensi tiga kali sehari secara at satiation. Setelah masa adaptasi selesai, maka pemeliharaan dilakukan selama 10 hari dengan pemberian pakan yang berkromium secara at satiation dan frekuensi 3 kali sehari yaitu pukul 8 pagi, 1 siang dan 6 sore. Sistem resirkulasi masih tetap digunakan untuk menjaga kualitas air. Setelah sepuluh hari pemeliharaan, sampel darah diambil dari vena bagian caudal pada jam ke- 0, 1, 2, 3, 5, 7, 9, 11 dan 18 post prandial menggunakan spuit bervolume 1 ml yang telah dibilas dengan larutan antikoagulan natrium sitrat 1,5 ml. Sampel darah disentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. Sebelum dilakukan pengambilan darah, ikan terlebih dahulu dibius agar tidak mengalami stress. Analisis Kimia Analisis proksimat ikan dan analisis kromium dalam tubuh dan daging ikan dilakukan di awal dan akhir uji pertumbuhan. Ikan sampel sebanyak 5 ekor setiap ulangan secara acak, dicincang sampai halus (hancur) dan homogen. Hasil cincangan yang sudah homogen dianalisis proksimat dan analisis kadar kromium menggunakan metoda pada Takeuchi (1988) (Lampiran 1, 2, 3, 4, 5, dan 10). Pada akhir uji pertumbuhan dilakukan pengambilan sampel hati dan daging (otot) sebanyak 3 ekor ikan setiap ulangannya untuk analisis glikogen. Analisis ini menggunakan metoda pada Takeuchi (1988) (Lampiran 8). Sampel hati ikan sebanyak 3 ikan setiap ulangannya diambil lalu dilakukan analisis RNA dan DNA dengan menggunakan alat gene quant (Lampiran 6 dan 7). Analisis ini dilakukan pada uji pertumbuhan. Mengingat ukuran ikan yang kecil maka pada analisis kadar glukosa darah ini, darah dari 3 ekor ikan disatukan menjadi satu sampel darah. Kadar glukosa dianalisis menurut metoda Wedemeyer (1977). Analisis Statistik Desain dari penelitian ini merupakan model ekperimental laboratoris, dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dosis kromium yang berbeda dan 4 ulangan. Parameter dianalis keragamannya dengan

27 13 ANOVA dan untuk mengetahui pengaruh antar perlakuan dilakukan uji lanjut dengan uji Tukey. Parameter yang diuji statistik adalah sebagai berikut : 1. Laju Pertumbuhan Harian Wt = Wo ( α ) t Keterangan : Wt : Rata-rata bobot individu pada waktu akhir penelitian (g) Wo : Rata-rata bobot individu pada waktu awal penelitian (g) t : Waktu pemeliharaan (hari) α : Laju Pertumbuhan Harian 2. Efisiensi Pakan EP = {[ Wt + D Wo]/ F} x100 Keterangan : EP : Efisiensi pakan Wt : Bobot ikan pada akhir penelitian (g) Wo : Bobot ikan pada awal penelitian (g) D : Bobot total ikan yang mati selama penelitian (g) F : Jumlah (bobot) pakan yang dikonsumsi selama penelitian (g) 3. Retensi Protein Pu Rp = x 100% Pc Keterangan : Rp : Retensi protein (%) Pu : Bobot protein yang disimpan dalam tubuh (g) Pc : Bobot protein yang dikonsumsi ikan (g) 4. Retensi Lemak Lu RI = Lc x 100% Keterangan : RI : Retensi lemak (%) Lu : Bobot lemak yang disimpan dalam tubuh (g) Lc : Bobot lemak yang dikonsumsi oleh ikan (g)

28 14 5. Kadar Glikogen G = (AbsSp/AbsSt) x GSt Keterangan : G : Glukosa sampel (mg/100ml) AbsSp : Absorbans sampel AbsSt : Absorbans standar Gst : Kadar glukosa standar (mg/100ml) 6. Pola kadar glukosa darah dievaluasi secara deskriftif.

29 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Parameter Pemanfaatan Pakan Berbagai parameter pemanfaatan pakan yang meliputi perubahan bobot biomassa, retensi protein (RP), retensi lemak (RL), laju pertumbuhan harian (LPH) dan efisiensi pakan (EP) setelah dipelihara selama 60 hari disajikan pada Tabel 3. Data lengkapnya terdapat pada Lampiran 11, 12 dan 13. Tabel 3. Berbagai parameter pemanfaatan pakan ikan baung selama 60 hari pemeliharaan Parameter Kadar Kromium (ppm) 0,00 1,47 3,20 4,59 Bobot Awal (g) 142,41 ± 0,87 142,02 ± 0,56 142,35 ± 0,45 142,06 ± 0,21 Bobot Akhir (g) 916,78 ± 1,58 946,39 ± 3,03 971,14 ± 0,54 937,90 ± 1,46 Pertambahan Bobot (g) 774,37 ± 1,90 804,37 ± 2,70 828,79 ± 0,77 795,84 ± 1,39 Konsumsi Pakan (g) 925,38 ± 11,47 896,47 ± 3,21 872,55 ± 1,97 897,73 ± 2,86 RP (%) 32,33 ± 4,47 a 39,61 ± 6,19 ab 44,32 ± 3,92 b 39,32 ± 4,99 ab RL (%) 45,51 ± 6,63 a 46,85 ± 8,10 a 51,87 ± 4,66 a 46,87 ± 5,73 a LPH (%) 3,15 ± 0,01 a 3,21 ± 0,01 b 3,26 ± 0,01 c 3,20 ± 0,00 b EP (%) 83,69 ± 1,06 a 89,73 ± 0,14 b 94,99 ± 0,31 c 88,65 ± 0,24 b Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada lajur yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05). RP (Retensi Protein); RL (Retensi Lemak); LPH (Laju Pertumbuhan Harian); EP (Efisiensi Pakan) Nilai pertambahan bobot biomassa ikan baung yang mengkonsumsi pakan mengandung kromium lebih tinggi dari pada yang tanpa kromium (kontrol). Penambahan kromium di dalam pakan sampai dengan 3,20 ppm secara signifikan meningkatkan nilai retensi protein pakan dari 30,28% menjadi 44,32%. Sebaliknya, nilai retensi lemak ikan yang mengkonsumsi pakan yang mengandung kromium tidak berbeda nyata dengan yang tanpa kromium. Pemberian kromium 3,20 ppm dapat meningkatkan nilai laju pertumbuhan harian dan efisiensi pakan tertinggi. Pola Pemanfaatan Glukosa Darah Kadar glukosa darah ikan baung yang dipelihara dengan pemberian pakan yang mengandung kromium sesaat sebelum (jam ke-0) dan setelah mengkonsumsi pakan (jam ke-1, 2, 3, 5, 7, 9, 11 dan 18 jam post prandial) disajikan pada Gambar 1 dan Lampiran 17.

30 16 Dari uji toleransi glukosa pada ikan baung yang mengkonsumsi pakan berbeda menghasilkan suatu pola perubahan yang sama, meskipun kadar glukosa pada setiap titik pengamatan berbeda. Pada keadaan jam ke-0, kadar glukosa darah ikan yang mengkonsumsi pakan tidak berbeda. Glukosa Darh (mg/100) Jam Setelah Makan 0,00 ppm 1,47 ppm 3,20 ppm 4,59 ppm Gambar 1. Pola kadar glukosa darah selama 18 jam setelah ikan baung mengkonsumsi pakan dengan suplemen kromium. Kadar glukosa darah segera meningkat setelah ikan mengkonsumsi sejumlah pakan dan menurun kembali setelah mencapai puncak. Permulaan turunnya puncak kadar glukosa darah tanpa maupun dengan pemberian kromium terjadi pada periode waktu yang tidak sama. Puncak glukosa darah ikan yang mengkonsumsi pakan dengan penambahan kromium pada jam ke-7 post prandial. Sedangkan ikan yang mengkonsumsi pakan tanpa kromium (kontrol) lebih lambat mencapai puncak yaitu pada jam ke-9 post prandial. Penurunan puncak kadar glukosa darah tercepat terjadi pada kelompok ikan yang mengkonsumsi kromium 3,20 ppm. Delapan belas jam setelah mengkonsumsi pakan, kadar glukosa darah semua ikan uji sudah kembali ke posisi semula. Pada ikan yang mengkonsumsi pakan yang diberi kromium terjadi penurunan glukosa lebih cepat dari perlakuan kontrol. Hal ini mengindikasikan bahwa kromium mampu mengaktifkan insulin dan menurunkan glukosa darah ke sel lebih cepat.

31 17 Komposisi Proksimat Tubuh, Kadar Glikogen Hati dan Daging, Konsentrasi RNA, DNA, Rasio RNA/DNA Hati dan Kadar Kromium Tubuh dan Daging Komposisi proksimat tubuh ikan baung pada awal dan akhir penelitian, kadar glikogen hati dan daging, konsentrasi RNA, DNA, rasio RNA/DNA hati serta kadar kromium tubuh dan daging setelah ikan dipelihara selama 60 hari dengan pemberian pakan yang mengandung kromium disajikan pada Tabel 4 dan Tabel 5 serta Lampiran 15, 16, 18 dan 19. Tabel 4. Komposisi proksimat tubuh pada awal dan akhir penelitian yang dipelihara selama 60 hari dengan pemberian pakan yang mengandung kromium (dalam % bobot kering) Kadar Parameter Kromium (ppm) Protein Lemak Serat Kasar BETN Abu Awal Penelitian Akhir Penelitian 0,00 48,83 ± 1,21 a 28,65 ± 0,65 c 1,88 ± 0,07 c 6,92 ± 1,44 a 13,48 ± 0,62 b 1,47 52,32 ± 1,64 b 28,27 ± 0,39 c 1,78 ± 0,03 b 4,86 ± 2,68 ab 11,53 ± 0,35 a 3,20 53,53 ± 1,09 b 27,17 ± 0,15 b 1,73 ± 0,07 bc 6,88 ± 1,10 ab 11,44 ± 0,49 a 4,59 52,11 ± 1,08 b 25,45 ± 0,37 a 1,64 ± 0,01 a 9,15 ± 1,04 b 11,63 ± 0,26 a Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada lajur yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05). Kadar protein tubuh pada akhir penelitian mengalami penurunan sejalan dengan bertambahnya bobot tubuh selama pemeliharaan. Kadar protein tubuh ikan yang mengkonsumsi pakan mengandung kromium lebih tinggi dari pada yang tanpa kromium (kontrol). Sementara penambahan kromium sampai kadar 4,59 ppm dalam pakan yang diberikan dapat menurunkan kadar lemak tubuh secara signifikan. Kadar glikogen hati dan daging yang mengkonsumsi pakan yang mengandung kromium mengalami peningkatan dibandingkan ikan yang hanya mengkonsumsi pakan kontrol (tanpa pemberian kromium). Peningkatan glikogen pada hati dan daging tersebut terjadi seiring dengan meningkatnya kadar kromium yang diberikan dalam pakan (Tabel 5 dan Lampiran 18). Pemberian kromium 3,20 ppm dapat meningkatkan konsentrasi RNA, DNA dan rasio RNA/DNA tertinggi. Semakin meningkatnya kadar pemberian kromium di dalam pakan, memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar kromium daging dan tubuh ikan (Tabel 5). Sampai kadar 4,59 ppm secara signifikan meningkatkan kadar

32 18 kromium daging dari 0,29 ppm hingga 0,60 ppm. Begitu juga hal nya dengan kromium tubuh dari 0,84 ppm hingga 3,65 ppm. Tabel 5. Kadar glikogen hati dan daging, konsentrasi RNA, DNA, rasio RNA/DNA hati dan kadar kromium tubuh dan daging ikan baung yang dipelihara selama 60 hari dengan pakan yang mengandung kromium Parameter Kadar Kromium (ppm) 0,00 1,47 3,20 4,59 Kadar Glikogen (µg/g) Hati 18,92 ± 1,04 a 31,08 ± 2,70 b 47,30 ± 0,90 c 55,86 ± 2,08 d Daging 1,80 ± 0,00 a 3,60 ± 0,00 b 5,41 ± 0,00 c 7,21 ± 0,00 d Konsentrasi RNA, DNA, Rasio RNA/DNA pada akhir penelitian (µg/ml) RNA 82,93 ± 3,56 a 101,73 ± 1,43 b 109,03 ± 2,58 c 103,10 ± 1,32 b DNA 7,25 ± 0,06 a 7,90 ± 0,29 b 8,30 ± 0,16 c 8,08 ± 0,13 bc RNA/DNA 11,44 ± 0,53 a 12,89 ± 0,36 b 13,14 ± 0,38 b 12,77 ± 0,08 b Kadar Cr Daging (ppm) Awal 0,28 0,28 0,28 0,28 Akhir 0,29 ± 0,02 a 0,37 ± 0,02 a 0,50 ± 0,03 b 0,60 ± 0,01 c Kadar Cr Tubuh (ppm) Awal ,18 0,18 0,18 Akhir 0,84 ± 0,04 a 1,28 ± 0,27 b 2,60 ± 0,52 c 3,65 ± 0,25 d Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada lajur yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05). Pembahasan Kromium dapat meningkatkan kinerja insulin melalui GTF (kromodulin) dimana kromium akan membentuk suatu komplek dengan reseptor insulin untuk memfasilitasi respon jaringan yang sensitif terhadap insulin (Vincent, 2000). Naiknya aktivitas insulin akan menstimulir produksi enzim pencernaan antara lain amilase sehingga terjadi kenaikan penyerapan glukosa. Pada Gambar 1 terlihat bahwa adanya pemberian kromium menyebabkan penyerapan glukosa yang lebih tinggi pada perlakuan pakan berkromium. Selanjutnya, glukosa yang diserap akan masuk ke dalam sel-sel jaringan dengan cepat, sehingga pada pakan yang diberi kromium, kadar glukosa darah menurun dengan cepat pada jam ke-7 post prandial. Sedangkan yang tidak diberi kromium pada jam-9 post prandial. Selain itu naiknya aktivitas insulin juga akan memacu pada pengambilan asam amino ke dalam sel, hal ini berarti bahwa ketersediaan energi dari glukosa dan asam amino dalam sel akan semakin tinggi, sehingga peluang untuk sintesis protein akan semakin besar. Naiknya rasio RNA/DNA pada pakan yang diberi kromium menaikkan terjadinya sintesis protein yang lebih tinggi baik pada hati maupun daging ikan. Namun demikian, pada Tabel 5 terlihat bahwa kadar protein tubuh dan daging naik sampai pada pakan dengan kadar kromium 3,2 ppm. Setelah itu kadar protein

33 19 menurun kembali. Hal ini kemungkinan karena tingginya kadar kromium di dalam pakan. Salah satu pengamatan kromium berlebih adalah adanya persaingan dalam hal transportasi mineral dalam darah. Kadar kromium yang berlebih akan menggeser mineral lain seperti Fe pada transferin. Hastuti (2004) memperlihatkan bahwa terjadi penurunan Fe plasma pasca-infeksi yang lebih besar pada kadar kromium pakan 0,0 dan 4,9 ppm, jadi fungsi kromium yang optimal terdapat pada kadar kromium 1,5-3,2 ppm, sehingga retensi protein, efisiensi pakan, kadar glukosa dan respon imunitas juga tinggi. Xi et al (2001) melaporkan bahwa suplemen kromium dapat meningkatkan sintesis protein dan selanjutkan pada peningkatan pertumbuhan yang berkaitan dengan perannya pada insulin dalam hal meningkatkan pengambilan asam amino oleh jaringan, meningkatkan sintesis RNA dan penurunan kortisol. Kromium dapat mempengaruhi sintesis asam nukleat (RNA) dan memainkan peranan dalam struktur dan ekspresi gen (NRC, 1997; Xi et al. 2001; Pechova et al. 2007). Kromium juga menjadi essensial untuk aktifitas enzim tertentu dan menstabilisasi protein asam nukleat (NRC, 1997). Pakan yang diberi kromium menunjukkan peningkatan rasio RNA/DNA (Pechova et al, 2007). Rasio RNA/DNA dapat menggambarkan naiknya sintesis protein. Dengan naiknya rasio RNA/DNA berarti ada peningkatan sintesis protein sehingga kadar protein tubuh ikan yang diberi kromium lebih tinggi dari ikan kontrol. Berarti sebagian besar protein pakan dapat dikonversi menjadi protein tubuh atau dengan kata lain retensi protein lebih tinggi pada pakan berkromium. Namun, retensi potein terbaik terdapat pada kadar kromium 3,20 ppm. Selain itu naiknya konsentrasi DNA menunjukkan juga terjadinya replikasi sel yang menggambarkan adanya pertumbuhan. Retensi lemak yang dihasilkan sama setiap perlakuan. Dengan demikian, karena adanya retensi protein yang berbeda maka perlakuan 3,20 ppm menghasilkan laju pertumbuhan dan efisiensi pakan tertinggi. Hal yang sama juga ditemukan pada spesies ikan lain dimana adanya nilai efisiensi pakan yang tinggi menunjukkan bahwa adanya pemberian kromium yang mampu memanfaatkan energi yang terdapat dalam pakan terutama karbohidrat dan lemak dalam pakan secara efisien untuk berbagai aktifitas tanpa menganggu jumlah protein yang digunakan untuk pertumbuhan (Subandiyono, 2004; Susanto, 2006; Aryansyah, 2007). Insulin berperan dalam metabolisme karbohidrat yaitu memacu proses glikogenesis dan lipogenesis (Underwood dan suttle, 1999; Pechova et al. 2007).

34 20 Glikogenesis adalah suatu proses pembentukan glikogen sebagai energi cadangan yang berasal dari kelebihan glukosa sebagai sumber energi metabolis baik di organ hati maupun di otot (daging). Indikasi terjadinya proses glikogenesis baik pada hati maupun pada daging terlihat dari hasil pengukuran kadar glikogen hati dan daging yang terdapat cukup tinggi. Pemberian kromium memberikan pengaruh terhadap jumlah glikogen yang disimpan. Semakin tinggi kromium yang diberikan, jumlah glikogen yang terbentuk juga semakin tinggi pula. Demikian juga dengan kadar glikogen daging, kadarnya meningkat seiring dengan meningkatnya kadar kromium pakan, tetapi kadarnya lebih rendah dari pada di hati. Kadar glikogen di hati yang tinggi merupakan cadangan energi yang secara cepat dapat dipakai tubuh bila kekurangan energi. Adanya peningkatan aktivitas insulin akan meningkatkan lipogenesis (Pechova et al. 2007). Lipogenesis adalah proses pembentukan lemak terutama pada hati dan jaringan adiposa yang berasal dari lemak, karbohidrat maupun pakan. Kadar lemak tubuh menurun sejalan dengan peningkatan kadar kromium pakan (Tabel 5). Hal ini mengindikasikan rendahnya sintesis lemak tubuh oleh ikan, karena sebagian besar lemak dipakai untuk energi metabolis. Fenomena yang sama juga diperoleh Susanto (2006) terhadap ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) yang diberi kromium yang menghasilkan kadar lemak tubuh yang tertinggi pada ikan kontrol dibandingkan ikan yang diberi kromium. Sementara Subandiyono (2004) melaporkan bahwa pada ikan gurame yang karbohidrat pakannya tinggi diberikan kromium maka akan terjadi proses lipogenesis, sebaliknya jika karbohidrat pakan rendah diberikan kromium maka tidak terjadi lipogenesis. Dalam hal ini dapat dinyatakan bahwa keberadaan kadar kromium optimum di dalam pakan setiap spesies ikan akan ditentukan juga oleh jumlah masukan dari karbohidrat pakan yang dibutuhkan dan ukuran ikan Beberapa penelitian dengan menambahkan kromium ke dalam pakan dapat meningkatkan pemanfaatan glukosa dan menghambat glukoneogenesis, misalnya pada penelitian Hertz et al (1989) pada ikan mas dengan menggunakan Cr + dalam bentuk CrCl 3 6H 2 O. Subandiyono et al (2004) memberikan kromium dalam bentuk CrCl 3 6H 2 O pada ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac) menghasilkan laju pertumbuhan harian dan efisiensi pakan terbaik pada kadar 10 ppm CrCl 3. Kemudian Subandiyono (2004) juga memberikan kromium organik (Cr +3 ) dalam bentuk kromium-ragi pada ikan gurami pada kadar 1,5 ppm Cr +3 yang memberikan pertumbuhan terbaik. Selanjutnya

35 21 Mokoginta et al (2004) memberikan kromium dalam bentuk Cr organik pada ikan mas menghasilkan pertumbuhan dan retensi protein terbaik pada kadar 1,6-2,2 ppm Cr +3, sedangkan pada ikan nila (O. niloticus) pertumbuhan relatif tidak berbeda nyata tetapi retensi protein tertinggi di dapat pada kadar 3,9 ppm Cr +3 Mokoginta et al (2004). Pemberian Cr organik pada ikan patin (Pangasius hypophthalmus) tidak memberikan pengaruh pada efisiensi karbohidrat dan protein untuk pertumbuhan (Mokoginta et al, 2004). Sementara Susanto (2006) melaporkan bahwa pemberian 3,0 ppm Cr +3 pada ikan bawal air tawar menyebabkan ikan mampu memanfaatkan karbohidrat pakan lebih efisien sebagai sumber energi sehingga dapat meningkatkan sintesa protein untuk pertumbuhan. Ternyata dari penelitian ini ikan baung dengan ukuran 7 gram memerlukan 3,20 ppm kromium dalam pakan, lebih mendekati kebutuhan ikan bawal air tawar.

36 22 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pemberian kromium dalam pakan sebesar 3,20 ppm/kg pakan, mampu menghasilkan kinerja pertumbuhan ikan baung yang terbaik Saran Dikarenakan keterbatasan dalam memanfaatkan karbohidrat yang berbeda pada setiap ukuran ikan baung, maka untuk pembesaran ikan baung dengan ukuran 7 gram, dapat menggunakan formulasi pakan dengan penambahan kromium pada kadar optimum sebesar 3,20 ppm/kg pakan.

37 23 DAFTAR PUSTAKA Anderson, A. R Trace elements in human and animal nutrition, p In : Mertz.W (ed). Chromium. Department of Agriculture. Beltsville Human Nutrition Research Center. Aryansyah H Pengaruh pemberain pakan dengan kadar kromium berbeda terhadap kinerja pertumbuhan ikan lele dumbo (clarias sp) [skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor. 45 hal. Berger, L.L Trace mineral : keys to immunity. css.11/8/2006. Cho CY, Cowey CB and Watanabe T Finfish nutrition in asia. Methodological approach of research and development. Ottawa, Ont. DCR. 154 pp. Furuichi M Fish Nutrition, p In : Watanabe T (ed). Fish nutrition and mariculture. Tokyo. Department of Aquatic Biosciences Tokyo University of Fisheries. Groff J.L, Gropper S.S Advances nutrition and human metabolism. 3 th. Edition. Wadsworth-Thomson Learning, Balmount, USA. 584 pp. Gallego M.G, Bzoca J, Akharbach H, Suarez M.D, Sanz A Utilization of different carbohydrates by the european eel (Anguilla anguila). Aquaculture 124 : Hastuti S Respon fisiologis ikan gurame (O. gouramy) yang diberi pakan mengandung kromium-ragi terhadap penurunan suhu lingkungan [Disertasi]. Bogor : Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 104 hal. Hepher B Nutrition of Pond Fishes. New York. Cambridge Univercity Press. Hertz Y, Mader Z, Hepher B, Gertler A, Glucose metabolism in the common carp (Cyprinus carpio L) : The effect of cobalt and chromium. Aquaculture 9: Huisman E.A, Food conversion efficiencies at maintenance and production levels for carp, Cyprinus carpio L and Rainbow Trout, Salmon gairdneri R. Aquaculture 9: Kurnia A Pengaruh pakan dengan kadar protein dan rasio energi protein yang berbeda terhadap efisiensi pakan dan pertumbuhan benih ikan baung (Mystus nemurus C.V) [Thesis]. Bogor : Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 45 hal.

PENGARUH PEMBERIAN KROMIUM-RAGI DALAM PAKAN TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN IKAN BAUNG (Hemibagrus nemurus Blkr) 1

PENGARUH PEMBERIAN KROMIUM-RAGI DALAM PAKAN TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN IKAN BAUNG (Hemibagrus nemurus Blkr) 1 PENGARUH PEMBERIAN KROMIUM-RAGI DALAM PAKAN TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN IKAN BAUNG (Hemibagrus nemurus Blkr) 1 ABSTRAK (The Effect of Dietary Chromium-Yeast on the Growth Performance of Baung Fish (Hemibagrus

Lebih terperinci

KINERJA PERTUMBUHAN JUVENIL IKAN LELE DUMBO (Clarias sp.) YANG DIBERI PAKAN DENGAN KANDUNGAN KROMIUM BERBEDA

KINERJA PERTUMBUHAN JUVENIL IKAN LELE DUMBO (Clarias sp.) YANG DIBERI PAKAN DENGAN KANDUNGAN KROMIUM BERBEDA Jurnal Akuakultur Indonesia, 6(2): 171 176 (2007) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id 171 KINERJA PERTUMBUHAN JUVENIL IKAN LELE DUMBO (Clarias

Lebih terperinci

PENINGKATAN RETENSI PROTEIN MELALUI PENINGKATAN EFISIENSI KARBOHIDRAT PAKAN YANG DIBERI CHROMIUM PADA IKAN MAS Cyprinus carpio LINN.

PENINGKATAN RETENSI PROTEIN MELALUI PENINGKATAN EFISIENSI KARBOHIDRAT PAKAN YANG DIBERI CHROMIUM PADA IKAN MAS Cyprinus carpio LINN. Jurnal Akuakultur Indonesia, 3(2): 37-41 (2004) 37 PENINGKATAN RETENSI PROTEIN MELALUI PENINGKATAN EFISIENSI KARBOHIDRAT PAKAN YANG DIBERI CHROMIUM PADA IKAN MAS Cyprinus carpio LINN. The Improvement of

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kebutuhan Protein Pakan

TINJAUAN PUSTAKA. Kebutuhan Protein Pakan TINJAUAN PUSTAKA Kebutuhan Protein Pakan Protein adalah salah satu nutrien yang sangat diperlukan oleh ikan. Protein dibutuhkan untuk pemeliharaan tubuh, pembentukan jaringan, penggantian jaringan tubuh

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN A2B2 (37;11) A2B1 (37;9) A1B2 (33;11) Tepung ikan

3 METODE PENELITIAN A2B2 (37;11) A2B1 (37;9) A1B2 (33;11) Tepung ikan 17 3 METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Stasiun Lapang Pusat Studi Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (PSIK IPB) Ancol Jakarta Utara pada bulan Juli Oktober

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE. Bahan Pakan

II. BAHAN DAN METODE. Bahan Pakan II. BAHAN DAN METODE 2.1 Pakan Uji Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan buatan yang di suplementasi selenium organik dengan dosis yang berbeda, sehingga pakan dibedakan menjadi 4 macam

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 Pakan Uji Pakan yang digunakan adalah pelet kering berbasis sumber protein nabati yang berjenis tenggelam dengan campuran crude enzim dari rumen domba. Pakan uji yang diberikan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 21 III. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011-Juni 2012. Pemeliharaan ikan dilakukan di Pusat Studi Ilmu Kelautan (PSIK), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

PENGARUH KADAR KROMIUM PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP RETENSI PROTEIN, PERTUMBUHAN DAN KESEHATAN IKAN NILA, Oreochromis niloticus

PENGARUH KADAR KROMIUM PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP RETENSI PROTEIN, PERTUMBUHAN DAN KESEHATAN IKAN NILA, Oreochromis niloticus PENGARUH KADAR KROMIUM PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP RETENSI PROTEIN, PERTUMBUHAN DAN KESEHATAN IKAN NILA, Oreochromis niloticus (The Effect of Dietary Chromium Level on the Protein Retention, Growth and

Lebih terperinci

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan % BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Berdasarkan hasil pengamatan terhadap benih Lele Sangkuriang selama 42 hari masa pemeliharaan diketahui bahwa tingkat penggunaan limbah ikan tongkol

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Pakan Penelitian Pakan penelitian terbagi menjadi dua yaitu pakan untuk pengujian kecernaan dan pakan untuk pengujian pertumbuhan. Pakan untuk pengujian kecernaan dibuat berdasarkan

Lebih terperinci

3. METODE Waktu dan Tempat Penelitian Tahapan Penelitian Prosedur Penelitian a. Tahap I 1. Kultur bakteri Serratia marcescens

3. METODE Waktu dan Tempat Penelitian Tahapan Penelitian Prosedur Penelitian a. Tahap I 1. Kultur bakteri Serratia marcescens 9 3. METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Agustus 2012, bertempat di Laboratorium Kesehatan Ikan dan Laboratorium Nutrisi Ikan, serta di kolam percobaan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TEPUNG DAGING DAN TULANG SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER PROTEIN HEWANI PADA PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PENGGUNAAN TEPUNG DAGING DAN TULANG SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER PROTEIN HEWANI PADA PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume II No 1 Oktober 2013 ISSN: 2302-3600 PENGGUNAAN TEPUNG DAGING DAN TULANG SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER PROTEIN HEWANI PADA PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TEPUNG BUNGKIL KEDELAI DALAM PAKAN BENIH IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) ANJELI SULISTIANTI PAISEY

PEMANFAATAN TEPUNG BUNGKIL KEDELAI DALAM PAKAN BENIH IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) ANJELI SULISTIANTI PAISEY PEMANFAATAN TEPUNG BUNGKIL KEDELAI DALAM PAKAN BENIH IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) ANJELI SULISTIANTI PAISEY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang Bobot ikan (g) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Pertumbuhan Pertumbuhan merupakan penambahan jumlah bobot ataupun panjang ikan dalam satu periode waktu tertentu. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Pertumbuhan Laju pertumbuhan merupakan penambahan jumlah bobot ataupun panjang ikan dalam periode waktu tertentu. Pertumbuhan terkait dengan faktor luar dan dalam

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PROTEIN NABATI DENGAN DAN TANPA PENAMBAHAN ENZIM FITASE SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN LELE DUMBO (Clarias sp) ASLINDA NUR MAZIDA

PENGGUNAAN PROTEIN NABATI DENGAN DAN TANPA PENAMBAHAN ENZIM FITASE SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN LELE DUMBO (Clarias sp) ASLINDA NUR MAZIDA PENGGUNAAN PROTEIN NABATI DENGAN DAN TANPA PENAMBAHAN ENZIM FITASE SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN LELE DUMBO (Clarias sp) ASLINDA NUR MAZIDA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN

Lebih terperinci

SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG CACING TANAH DALAM PAKAN UNTUK PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN BAUNG (Mystus nemurus CV ABSTRAK

SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG CACING TANAH DALAM PAKAN UNTUK PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN BAUNG (Mystus nemurus CV ABSTRAK SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG CACING TANAH DALAM PAKAN UNTUK PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN BAUNG (Mystus nemurus CV Nur Asiah 1, Indra Suharman 1, Siska Wulandari 2 1 Staf Pengajar Jurusan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Pertumbuhan biomassa ikan selama 40 hari pemeliharaan yang diberi pakan dengan suplementasi selenium organik berbeda dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini: 250,00

Lebih terperinci

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Laju Pertumbuhan adalah perubahan bentuk akibat pertambahan panjang, berat, dan volume dalam periode tertentu (Effendi, 1997). Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

PENGARUH KADAR PROTEIN DAN RASIO ENERGI PROTEIN PAKAN BERBEDA TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN BENIH IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum)

PENGARUH KADAR PROTEIN DAN RASIO ENERGI PROTEIN PAKAN BERBEDA TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN BENIH IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum) J.11. Pert. Indo. Vol. 9(2). 2000 PENGARUH KADAR PROTEIN DAN RASIO ENERGI PROTEIN PAKAN BERBEDA TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN BENIH IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum) Oleh : Adelina*, Ing ~oko~inta**,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TEPUNG ECENG GONDOK TERFERMENTASI SEBAGAI BAHAN BAKU DALAM PEMBUATAN PAKAN IKAN BAUNG (Mystus nemurus CV

PEMANFAATAN TEPUNG ECENG GONDOK TERFERMENTASI SEBAGAI BAHAN BAKU DALAM PEMBUATAN PAKAN IKAN BAUNG (Mystus nemurus CV PEMANFAATAN TEPUNG ECENG GONDOK TERFERMENTASI SEBAGAI BAHAN BAKU DALAM PEMBUATAN PAKAN IKAN BAUNG (Mystus nemurus CV Indra Suharman 1, Nur Asiah 1, Helmy Syaripah Nasution 2 1 Staf Pengajar Jurusan Budidaya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2 11 METODE PENELITIAN Tempat dan waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lingkungan Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor untuk pemeliharaan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume II No 2 Februari 2014 ISSN: 2302-3600 PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL. Pertumbuhan. Perlakuan A (0%) B (5%) C (10%) D (15%) E (20%) gurame. Pertambahan

BAB IV HASIL. Pertumbuhan. Perlakuan A (0%) B (5%) C (10%) D (15%) E (20%) gurame. Pertambahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pertumbuhan Bobot Mutlak dan Laju Pertumbuhan Bobot Harian Pertumbuhan adalah perubahan bentuk akibat pertambahan panjang, berat, dan volume dalam periode tertentu (Effendi

Lebih terperinci

Sri Yuningsih Noor 1 dan Rano Pakaya Mahasiswa Program Studi Perikanan dan Kelautan. Abstract

Sri Yuningsih Noor 1 dan Rano Pakaya Mahasiswa Program Studi Perikanan dan Kelautan. Abstract Pengaruh Penambahan Probiotik EM-4 (Evective Mikroorganism-4) Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Ikan Gurame (Osprhronemus gouramy) Sri Yuningsih Noor 1 dan Rano Pakaya 2 1 Staf Pengajar

Lebih terperinci

PEMANFAATAN FERMENTASI AMPAS TAHU DALAM PAKAN IKAN UNTUK PERTUMBUHAN IKAN GURAMI OSPHRONEMUS GOURAMY LAC

PEMANFAATAN FERMENTASI AMPAS TAHU DALAM PAKAN IKAN UNTUK PERTUMBUHAN IKAN GURAMI OSPHRONEMUS GOURAMY LAC Prosiding Seminar Antarabangsa Ke 2 Ekologi, Habitat Manusia & Perubahan Persekitaran 53 PEMANFAATAN FERMENTASI AMPAS TAHU DALAM PAKAN IKAN UNTUK PERTUMBUHAN IKAN GURAMI OSPHRONEMUS GOURAMY LAC IDASARY

Lebih terperinci

PENGARUH TEPUNG IKAN LOKAL DALAM PAKAN INDUK TERHADAP PEMATANGAN GONAD DAN KUALITAS TELUR IKAN BAUNG (Hemibagrus nemurus Blkr.

PENGARUH TEPUNG IKAN LOKAL DALAM PAKAN INDUK TERHADAP PEMATANGAN GONAD DAN KUALITAS TELUR IKAN BAUNG (Hemibagrus nemurus Blkr. PENGARUH TEPUNG IKAN LOKAL DALAM PAKAN INDUK TERHADAP PEMATANGAN GONAD DAN KUALITAS TELUR IKAN BAUNG (Hemibagrus nemurus Blkr.) Ediwarman SEKOLAH PASACASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PROTEIN NABATI DENGAN DAN TANPA PENAMBAHAN ENZIM FITASE SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN LELE DUMBO (Clarias sp) ASLINDA NUR MAZIDA

PENGGUNAAN PROTEIN NABATI DENGAN DAN TANPA PENAMBAHAN ENZIM FITASE SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN LELE DUMBO (Clarias sp) ASLINDA NUR MAZIDA PENGGUNAAN PROTEIN NABATI DENGAN DAN TANPA PENAMBAHAN ENZIM FITASE SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN LELE DUMBO (Clarias sp) ASLINDA NUR MAZIDA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN

Lebih terperinci

I. Mokoginta, N.P. Utomo, A.D. Akbar & M. Setiawati

I. Mokoginta, N.P. Utomo, A.D. Akbar & M. Setiawati Jurnal Akuakultur Indonesia, 2(2): 79-83 (2003) 79 PENGGUNAAN TEPUNG SINGKONG SEBAGAI SUBSTITUSI TEPUNG TERIGU PADA PAKAN IKAN MAS, Cyprinus carpio L. Utilization of Cassava as Substitues of Wheat Flour

Lebih terperinci

METODOLOGI Waktu dan Tempat Ikan Uji Persiapan Bahan Baku Biji Karet Komposisi TBBK Tidak Diolah TBBK Diolah

METODOLOGI Waktu dan Tempat Ikan Uji Persiapan Bahan Baku Biji Karet Komposisi TBBK Tidak Diolah TBBK Diolah METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan bulan Oktober sampai Desember 2010 yang bertempat di Laboratorium Lapangan dan Teaching Farm Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Selama penelitian, ikan uji menunjukkan peningkatan bobot untuk semua perlakuan. Pada Gambar 1 berikut ini menyajikan pertumbuhan mutlak rata-rata ikan, sedangkan biomassa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produk Fermentasi Fermentasi merupakan teknik yang dapat mengubah senyawa kompleks seperti protein, serat kasar, karbohidrat, lemak dan bahan organik lainnya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1. 1 Pertumbuhan, Konversi Pakan, dan Kelangsungan Hidup Pada pemeliharaan 4 minggu pertama, biomassa ikan yang diberi pakan mengandung rgh belum terlihat berbeda

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1. Prosedur Penelitian Penelitian ini meliputi tahap persiapan bahan baku, rancangan pakan perlakuan, dan tahap pemeliharaan ikan serta pengumpulan data. 2.1.1. Persiapan Bahan Baku

Lebih terperinci

BIOKIMIA NUTRISI. : PENDAHULUAN (Haryati)

BIOKIMIA NUTRISI. : PENDAHULUAN (Haryati) BIOKIMIA NUTRISI Minggu I : PENDAHULUAN (Haryati) - Informasi kontrak dan rencana pembelajaran - Pengertian ilmu biokimia dan biokimia nutrisi -Tujuan mempelajari ilmu biokimia - Keterkaitan tentang mata

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN NILEM (Osteochilus hasseltii)

EVALUASI PENGGUNAAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN NILEM (Osteochilus hasseltii) 697 Evaluasi penggunaan pakan dengan kadar protein berbeda... (Reza Samsudin) EVALUASI PENGGUNAAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN NILEM (Osteochilus hasseltii) ABSTRAK

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga PENDAHULUAN Sektor perikanan budidaya ikan air tawar di Indonesia memiliki potensi untuk dikembangkan melalui ekstensifikasi maupun intensifikasi. Komoditas budidaya ikan air tawar seperti ikan lele, selain

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian Tahap 1: Uji Efektivitas Enzim Cairan Rumen Domba Terhadap Penurunan Kandungan Serat Kasar Bungkil Kelapa

METODE PENELITIAN. Penelitian Tahap 1: Uji Efektivitas Enzim Cairan Rumen Domba Terhadap Penurunan Kandungan Serat Kasar Bungkil Kelapa 17 METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan dalam dua tahapan. Tahap 1 adalah uji efektivitas enzim cairan rumen domba terhadap penurunan kandungan serat kasar bungkil kelapa. Uji Tahap 2 adalah mengevaluasi

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur Penelitian Bahan dan Alat Persiapan Wadah Pemeliharaan Ikan Uji Rancangan Pakan Perlakuan

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur Penelitian Bahan dan Alat Persiapan Wadah Pemeliharaan Ikan Uji Rancangan Pakan Perlakuan II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur Penelitian Penelitian ini meliputi tahap bahan dan alat, persiapan wadah pemeliharaan, ikan uji, rancangan pakan perlakuan, dan tahap pemeliharaan ikan serta pengumpulan

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan bobot rata-rata individu ikan (g) Perubahan bobot rata-rata individu ikan (g) 16 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Hasil penelitian terhadap empat jenis pakan uji dengan kadar protein berbeda

Lebih terperinci

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis niloticus) ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume I No 2 Februari 2013 ISSN: 2302-3600 PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis

Lebih terperinci

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis niloticus) ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume I No 2 Februari 2013 ISSN: 2302-3600 PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan gurame (Osphronemus goramy Lac.) merupakan ikan air tawar yang memiliki gizi tinggi dan nilai ekonomis penting. Ikan gurame juga banyak digemari oleh masyarakat

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Budidj^a Ikan, Fakultas Perikanan dan Iknu Kelautan Umvendtas Riau, dari bulan Juli san^ai dengan Desember 2001. 4.1. Pakan Percobaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh Variasi Dosis Tepung Ikan Gabus Terhadap Pertumbuhan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh Variasi Dosis Tepung Ikan Gabus Terhadap Pertumbuhan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitan pengaruh variasi dosis tepung ikan gabus terhadap pertumbuhan dan hemoglobin ikan lele, dengan beberapa indikator yaitu pertambahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketersediaan pakan yang cukup, berkualitas, dan berkesinambungan sangat menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan akan meningkat seiring

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Jumlah Konsumsi Pakan Perbedaan pemberian dosis vitamin C mempengaruhi jumlah konsumsi pakan (P

Lebih terperinci

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat Kelangsungan Hidup BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup merupakan suatu nilai perbandingan antara jumlah organisme yang hidup di akhir pemeliharaan dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

PENGARUH SUMBER ASAM LEMAK PAKAN BERBEDA TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN IKAN BOTIA Botia macracanthus Bleeker

PENGARUH SUMBER ASAM LEMAK PAKAN BERBEDA TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN IKAN BOTIA Botia macracanthus Bleeker Jurnal Akuakultur Indonesia, 7(2): 99 204 (2008) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id 99 PENGARUH SUMBER ASAM LEMAK PAKAN BERBEDA TERHADAP KINERJA

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: selenium, growth, viability, Cromileptes altivelis, grouper

ABSTRACT. Keywords: selenium, growth, viability, Cromileptes altivelis, grouper ABSTRACT MUHAIMIN HAMZAH. The Growth Performance and Viability Enhancement of Humpback Grouper (Cromileptes altivelis) Fed on Selenium Supplementation. Under direction of M. AGUS SUPRAYUDI, NUR BAMBANG

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data rata-rata parameter uji hasil penelitian, yaitu laju pertumbuhan spesifik (LPS), efisiensi pemberian pakan (EP), jumlah konsumsi pakan (JKP), retensi protein

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEAT AND BONE MEAL (MBM) SEBAGAI SUMBER PROTEIN UTAMA DALAM PAKAN UNTUK PEMBESARAN IKAN NILA Oreochromis niloticus

PENGGUNAAN MEAT AND BONE MEAL (MBM) SEBAGAI SUMBER PROTEIN UTAMA DALAM PAKAN UNTUK PEMBESARAN IKAN NILA Oreochromis niloticus PENGGUNAAN MEAT AND BONE MEAL (MBM) SEBAGAI SUMBER PROTEIN UTAMA DALAM PAKAN UNTUK PEMBESARAN IKAN NILA Oreochromis niloticus DYAH KESWARA MULYANING TYAS PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil dari penelitian yang dilakukan berupa parameter yang diamati seperti kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan panjang mutlak, koefisien keragaman

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PENDEDERAN LOBSTER AIR TAWAR CHERAX QUADRICARINATUS

UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PENDEDERAN LOBSTER AIR TAWAR CHERAX QUADRICARINATUS UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PENDEDERAN LOBSTER AIR TAWAR CHERAX QUADRICARINATUS PADA BERBAGAI KEPADATAN DALAM AKUARIUM DENGAN LANTAI GANDA, SERTA PENERAPAN SISTEM RESIRKULASI DEDY AKBAR SKRIPSI PROGRAM

Lebih terperinci

RETENSI ENERGI PADA IKAN

RETENSI ENERGI PADA IKAN RETENSI ENERGI PADA IKAN Oleh : Nama : Devi Olivia Muliawati NIM : B1J009088 Rombongan : II Kelompok : 5 Asisten : Yudi Novianto LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN I KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

3 METODE 3.1 Pakan Uji

3 METODE 3.1 Pakan Uji 19 3 METODE 3.1 Pakan Uji Pakan perlakuan yang digunakan dalam penelitian adalah empat jenis pakan dengan formulasi yang berbeda dan kesemuanya mengandung protein kasar (CP) 35%. Penggunaan sumber lemak

Lebih terperinci

PENGARUH BERBAGAI RASIO ENERGI PROTEIN PADA PAKAN ISO PROTEIN 30% TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus)

PENGARUH BERBAGAI RASIO ENERGI PROTEIN PADA PAKAN ISO PROTEIN 30% TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) Pengaruh berbagai rasio energi protein pada... (Mas Bayu Syamsunarno) PENGARUH BERBAGAI RASIO ENERGI PROTEIN PADA PAKAN ISO PROTEIN 30% TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus)

Lebih terperinci

Effect of L-Ascorbyl-2-Phosphate Magnesium as a Vitamin C Source in Different Doses on Growth of Patin Pangasius Hypophthalmus Fingerlings

Effect of L-Ascorbyl-2-Phosphate Magnesium as a Vitamin C Source in Different Doses on Growth of Patin Pangasius Hypophthalmus Fingerlings Pengaruh Jurnal Akuakultur kadar L-Ascorbyl-2-Phosphate Indonesia, 5(1): 21-29 Magnesium (26) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai 21 http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id PENGARUH KADAR

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kualitas Air Kualitas hidup ikan akan sangat bergantung dari keadaan lingkunganya. Kualitas air yang baik dapat menunjang pertumbuhan, perkembangan, dan kelangsungan hidup

Lebih terperinci

Pemanfaatan Tepung Darah Sebagai Sumber Zat Besi Organik terhadap Kinerja Pertumbuhan Kerapu Bebek Cromileptes altivelis.

Pemanfaatan Tepung Darah Sebagai Sumber Zat Besi Organik terhadap Kinerja Pertumbuhan Kerapu Bebek Cromileptes altivelis. Jurnal Akuakultur Indonesia, 8(2): 163-168 (2009) 163 Pemanfaatan Tepung Darah Sebagai Sumber Zat Besi Organik terhadap Kinerja Pertumbuhan Kerapu Bebek Cromileptes altivelis. Blood Meal Utilization as

Lebih terperinci

KEBUTUHAN MINERAL SENG (Zn) UNTUKBENIH IKAN GURAME (Osphronemus gouramy, Lac.)

KEBUTUHAN MINERAL SENG (Zn) UNTUKBENIH IKAN GURAME (Osphronemus gouramy, Lac.) Jurnal Akuakultur Indonesia, 6(2): 161 169 (27) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id 161 KEBUTUHAN MINERAL SENG (Zn) UNTUKBENIH IKAN GURAME (Osphronemus

Lebih terperinci

Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**, Yuniar Mulyani**

Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**, Yuniar Mulyani** PENGARUH PENAMBAHAN KIJING TAIWAN (Anadonta woodiana, Lea) DALAM PAKAN BUATAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus) Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**,

Lebih terperinci

PENGARUH PADAT PENEBARAN 60, 75 DAN 90 EKOR/LITER TERHADAP PRODUKSI IKAN PATIN

PENGARUH PADAT PENEBARAN 60, 75 DAN 90 EKOR/LITER TERHADAP PRODUKSI IKAN PATIN PENGARUH PADAT PENEBARAN 60, 75 DAN 90 EKOR/LITER TERHADAP PRODUKSI IKAN PATIN Pangasius hypophthalmus UKURAN 1 INCI UP (3 CM) DALAM SISTEM RESIRKULASI FHEBY IRLIYANDI SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN

Lebih terperinci

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas Media Litbang Sulteng 2 (2) : 126 130, Desember 2009 1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu ISSN : 1979-5971 PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lele (Clarias sp.) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara komersil oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa. Rasa dagingnya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Proksimat Sampel Tabel 8 menyajikan data hasil analisis proksimat semua sampel (Lampiran 1) yang digunakan pada penelitian ini. Data hasil analisis ini selanjutnya

Lebih terperinci

PENGARUH PERBEDAAN KADAR PROTEIN DAN RASIO ENERGI PROTEIN PAKAN TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN FINGERLINGS IKAN MAS (Cyprinus carpio)

PENGARUH PERBEDAAN KADAR PROTEIN DAN RASIO ENERGI PROTEIN PAKAN TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN FINGERLINGS IKAN MAS (Cyprinus carpio) Jurnal Akuakultur Indonesia, 7(2): 171 178 (2008) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id 171 PENGARUH PERBEDAAN KADAR PROTEIN DAN RASIO ENERGI PROTEIN

Lebih terperinci

Gambar 1. Ikan lele dumbo (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Gambar 1. Ikan lele dumbo (Sumber: Dokumentasi Pribadi) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Biologi Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Lele dumbo adalah jenis ikan hibrida hasil silangan antara Clarias gariepinus dengan C. fuscus dan merupakan ikan introduksi yang pertama

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kinerja Pertumbuhan Data hasil pengamatan penggunaan pakan uji terhadap kinerja pertumbuhan ikan nila disajikan dalam Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2. Data kinerja

Lebih terperinci

PENGARUH CARA PEMBERIAN ENZIM FITASE YANG BERBEDA DALAM PAKAN TERHADAP KECERNAAN PAKAN IKAN NILA Oreochromis niloticus

PENGARUH CARA PEMBERIAN ENZIM FITASE YANG BERBEDA DALAM PAKAN TERHADAP KECERNAAN PAKAN IKAN NILA Oreochromis niloticus PENGARUH CARA PEMBERIAN ENZIM FITASE YANG BERBEDA DALAM PAKAN TERHADAP KECERNAAN PAKAN IKAN NILA Oreochromis niloticus Oleh : Noor Fajar Sidiq C14103061 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR

Lebih terperinci

PENGARUH KADAR SILASE JEROAN IKAN PATlN YANGBERBEDADALAMPAKANTERHADAP PERTUMBUHAN IKAN MAS Cyprinus carpio. Oleh: HERIZON

PENGARUH KADAR SILASE JEROAN IKAN PATlN YANGBERBEDADALAMPAKANTERHADAP PERTUMBUHAN IKAN MAS Cyprinus carpio. Oleh: HERIZON PENGARUH KADAR SILASE JEROAN IKAN PATlN YANGBERBEDADALAMPAKANTERHADAP PERTUMBUHAN IKAN MAS Cyprinus carpio Oleh: HERIZON PROGRAM STUD1 BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perubahan Kualitas Gizi Kulit Kopi Keterbatasan pemanfaatan bahan baku yang berasal dari limbah agroindustri yaitu keberadaan serat kasar yang tinggi dan zat anti nutrisi,

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Akuakultur Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

PENGARUH TINGKAT SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG MAGGOT TERHADAP KOMPOSISI KIMIA PAKAN DAN TUBUH IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsskal)

PENGARUH TINGKAT SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG MAGGOT TERHADAP KOMPOSISI KIMIA PAKAN DAN TUBUH IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsskal) PENGARUH TINGKAT SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG MAGGOT TERHADAP KOMPOSISI KIMIA PAKAN DAN TUBUH IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsskal) OLEH: DWI SEPTIANI PUTRI L221 07 004 Pembimbing Utama Pembimbing

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi Kandungan nutrien biomineral tanpa proteksi dan yang diproteksi serta mineral mix dapat dilihat pada Tabel 7. Kandungan nutrien biomineral

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Berikut adalah hasil dari perlakuan ketinggian air yang dilakukan dalam penelitian yang terdiri dari beberapa parameter uji (Tabel 5). Tabel 5. Pengaruh perlakuan

Lebih terperinci

3. METODE Penelitian 1: Kecernaan pakan dan kecernaan protein pada pemeliharaan ikan lele.

3. METODE Penelitian 1: Kecernaan pakan dan kecernaan protein pada pemeliharaan ikan lele. 17 3. METODE Rangkaian penelitian ini terdiri dari empat tahap penelitian. Seluruh kegiatan dilakukan dalam kurun waktu tahun 2009 sampai dengan 2011 di Balai Penelitian Pemuliaan Ikan (d/h Loka Riset

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50 hari di Balai Benih Ikan (BBI) Natar, Kabupaten Lampung Selatan. Pembuatan pakan

Lebih terperinci

PENGARUH PADAT PENEBARAN 1, 2 DAN 3 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN MAANVIS Pterophyllum scalare BASUKI SETIAWAN

PENGARUH PADAT PENEBARAN 1, 2 DAN 3 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN MAANVIS Pterophyllum scalare BASUKI SETIAWAN PENGARUH PADAT PENEBARAN 1, 2 DAN 3 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN MAANVIS Pterophyllum scalare BASUKI SETIAWAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR DEPARTEMEN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Perubahan Konsetrasi N-NH 3 Fermentasi pakan di dalam rumen ternak ruminansia melibatkan aktifitas mikroba rumen. Aktifitas fermentasi tersebut meliputi hidrolisis komponen bahan

Lebih terperinci

PENGARUH PADAT PENEBARAN 10, 15 DAN 20 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAMI Osphronemus goramy LAC.

PENGARUH PADAT PENEBARAN 10, 15 DAN 20 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAMI Osphronemus goramy LAC. PENGARUH PADAT PENEBARAN 10, 15 DAN 20 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAMI Osphronemus goramy LAC. UKURAN 2 CM Oleh : Giri Maruto Darmawangsa C14103056 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PEMBERIAN SENYAWA TAURINE PADA PAKAN ALAMI DAN PAKAN KOMERSIL TERHADAP TINGKAT PERTUMBUHAN JUVENILE IKAN GURAMI (Osprhonemus gouramy)

PEMBERIAN SENYAWA TAURINE PADA PAKAN ALAMI DAN PAKAN KOMERSIL TERHADAP TINGKAT PERTUMBUHAN JUVENILE IKAN GURAMI (Osprhonemus gouramy) Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 PEMBERIAN SENYAWA TAURINE PADA PAKAN ALAMI DAN PAKAN KOMERSIL TERHADAP TINGKAT PERTUMBUHAN JUVENILE IKAN GURAMI Serli Widyasti 1, E. L. Widastuti 2, M.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebutuhan Energi dan Makronutrien Kerapu Bebek 2.1.1. Sumber dan Pemanfaatan Energi oleh Ikan Pada ikan, sumber energi diperoleh dari pakan, dimana pada pakan ikan ini mengandung

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Gambar 2 menunjukkan adanya penambahan biomass dari masing-masing ikan uji. Biomass rata-rata awal ikan uji perlakuan A (0 ml/kg) adalah sebesar 46,9 g sedangkan pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama 40 hari pada bulan Agustus sampai dengan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama 40 hari pada bulan Agustus sampai dengan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan selama 40 hari pada bulan Agustus sampai dengan September 2012 bertempat di Laboratorium Budidaya Perikanan Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH PADAT TEBAR TINGGI DENGAN PENGUNAAN NITROBACTER TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE (Clarias sp.) FENLYA MEITHA PASARIBU

PENGARUH PADAT TEBAR TINGGI DENGAN PENGUNAAN NITROBACTER TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE (Clarias sp.) FENLYA MEITHA PASARIBU PENGARUH PADAT TEBAR TINGGI DENGAN PENGUNAAN NITROBACTER TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE (Clarias sp.) FENLYA MEITHA PASARIBU 110302072 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kadar Oksigen Terlarut Hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut pada kolam pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp dapat dilihat pada Gambar 2. Dari gambar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam merupakan salah satu komoditas ikan yang dikenal sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam merupakan salah satu komoditas ikan yang dikenal sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Patin Siam Ikan patin siam merupakan salah satu komoditas ikan yang dikenal sebagai komoditi yang berprospek cerah, karena memiliki harga jual yang

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis proksimat bahan uji sebelum dan sesudah diinkubasi disajikan pada Tabel 2. Hasil analisis proksimat pakan uji ditunjukkan pada Tabel 3. Sementara kecernaan

Lebih terperinci

UNTUK PERTUMBUHAN DAN PENINGKAT. (Cromileptes altivelis)

UNTUK PERTUMBUHAN DAN PENINGKAT. (Cromileptes altivelis) BIOAVAILABILITY Fe-TEPUNG DARAH UNTUK PERTUMBUHAN DAN PENINGKAT DAYA TAHAN TUBUH IKAN KERAPU (Cromileptes altivelis) Peneliti: 1. Mia Setiawati, MSi 2. Sri Nuryati, MSi 3. Prof. Ing Mokoginta (tahun ke-3)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum di dalam Kandang Rataan temperatur dan kelembaban di dalam kandang selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Suhu dan Kelembaban Relatif Kandang Selama

Lebih terperinci

KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN

KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN 1 KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN M.K. Pengantar Ilmu Nutrisi Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB Zat makanan adalah unsur atau senyawa kimia dalam pangan / pakan yang dapat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) YANG DIBERI PAKAN BUATAN BERBASIS KIAMBANG

PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) YANG DIBERI PAKAN BUATAN BERBASIS KIAMBANG 18 PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) YANG DIBERI PAKAN BUATAN BERBASIS KIAMBANG (Growth and feed efficiency Tilapia (Oreochromis niloticus) with Salvinia Based Feed) Rina

Lebih terperinci

PENGARUH SUBTITUSI PARSIAL TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG TULANG TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus.

PENGARUH SUBTITUSI PARSIAL TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG TULANG TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus. e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume III No 2 Februari 2015 ISSN: 2302-3600 PENGARUH SUBTITUSI PARSIAL TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG TULANG TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budidaya ikan dapat dijadikan alternatif usaha yang dapat memberikan keuntungan dan memiliki prospek jangka panjang yang baik. Hal ini dikarenakan atas permintaan produk

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Viterna Plus dengan Dosis Berbeda pada Pakan terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Lele Sangkuriang di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo

Pengaruh Pemberian Viterna Plus dengan Dosis Berbeda pada Pakan terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Lele Sangkuriang di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo Pengaruh Pemberian Viterna Plus dengan Dosis Berbeda pada Pakan terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Lele Sangkuriang di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo 1.2 Robi Hendrasaputro, 2 Rully, dan 2 Mulis 1 robihendra40@gmail.com

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2009 sampai dengan bulan September 2009 bertempat di Laboratorium Sistem Produksi dan Manajemen Akuakultur, Departemen

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3 II. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2011 bertempat di Laboratorium Teknik Produksi dan Manajemen Akuakultur, pengambilan data penunjang dilaksanakan

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pendahuluan dan utama. Metodologi penelitian sesuai dengan Supriyono, et al. (2010) yaitu tahap pendahuluan

Lebih terperinci