BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Tinjauan Tentang Tanah Absentee/Guntai Di Kabupaten Malang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Tinjauan Tentang Tanah Absentee/Guntai Di Kabupaten Malang"

Transkripsi

1 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Tentang Tanah Absentee/Guntai Di Kabupaten Malang Kabupaten Malang adalah salah satu Kabupaten di Indonesia yang terletak di Propinsi Jawa Timur dan merupakan Kabupaten yang terluas kedua wilayahnya setelah Kabupaten Banyuwangi dari 38 Kabupaten/ Kota yang ada di Jawa Timur. Hal ini didukung dengan luas wilayahnya 3.534,86 km² atau sama dengan ha dan jumlah penduduk sesuai Data Pusat Statistik sebanyak jiwa (tahun 2015) yang tersebar di 33 kecamatan, 378 Desa, 12 Kelurahan. Kabupaten Malang juga dikenal sebagai daerah yang kaya akan potensi diantaranya dari pertanian, perkebunan, tanaman obat keluarga dan lain sebagainya. Disamping itu juga dikenal dengan obyek-obyek wisatanya. 1 a. Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang Struktur ruang kabupaten bertujuan dalam penentuan hirarki dan penetapan fungsi kawasan baik perkotaan maupun perdesaan, serta pembagian satuan wilayah pengembangan. Adanya hierarki perkotaan berarti ada keterkaitan suatu perkotaan dengan perkotaan lainnya. Perkotaan yang memiliki hierarki lebih tinggi akan lebih besar pengaruh jangkauannya dan akan mempengaruhi perkotaan yang hierarkinya lebih rendah. Seiring perkembangan yang ada di Kabupaten Malang, Kepanjen akan berubah status dari Ibukota Kecamatan 1 Penulis ringkas dari website, diakses13 Desember 2016.

2 menjadi Ibukota Kabupaten. Hal ini akan mengakibatkan peningkatan berbagai kegiatan, sehingga hierarki perkotaannya juga naik dari orde IV menjadi orde III. Pada masa yang akan datang orde perkotaan di Kabupaten Malang diarahkan sebagai berikut : a. Orde III adalah Perkotaan Kepanjen. b. Orde IV adalah Perkotaan Ngantang, Perkotaan Lawang, Perkotaan Tumpang, Perkotaan Turen, Perkotaan Dampit, Perkotaan Gondanglegi dan Perkotaan Donomulyo. c. Orde V semua perkotaan yang berfungsi sebagai ibukota kecamatan selain yang disebut diatas. d. Tiap-tiap kecamatan untuk mempercepat perkembangan dapat di tempuh dengan penentuan desa-desa pusat pertumbuhan. 2 2 Penulis ringkas dari website, di akses 16 Desember 2016

3 b. Struktur Penggunaan Lahan Kabupaten Malang Tabel.1 Tabel Struktur Penggunaan Lahan Struktur Penggunaan Lahan Permukiman/Kawasan terbangun industri sawah pertanian lahan kering perkebunan hutan rawa/waduk Jumlah 22,89% 0.21% 3,10% 23,70% 6,21% 28,75% 0,20%

4 tambak/kolam padang rumput tanah tandus/tanah rusak tambang galian C lain-lain 0,03% 0,30% 1,55% 0,26% 2,82%. Sumber:Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kab.Malang Tahun 2011 c. Kawasan Pertanian Kabupaten Malang Kawasan pertanian di Kabupaten Malang, secara keseluruhan seluas Ha dengan rincian:pertanian sawah seluas Ha, tegalan seluas Ha dan perkebunan seluas Ha, dimana untuk kawasan jenis ini keberadaannya tersebar diseluruh kecamatan di Kabupaten Malang. Adapun beberapa Kecamatan di Kabupaten Malang yang memiliki lahan pertanian irigasi: 3 3 Penulis ringkas dari website, diakses 20 Desember 2016.

5 Tabel.2 Luas Kecamatan Menurut Penggunaan Tanah Tahun 2010 Nama Kecamatan Luas Wilayah Luas Lahan Pertanian 1. Dampit 2. Gondanglegi 3. Karangploso 4. Kepanjen 5. Kromengan 6. Ngajum 7. Ngantang 8. Pagelaran 9. Pakis 10. Pakisaji 11. Poncokusumo 12. Singosari 13. Sumberpucung 14. Tajinan 15. Tumpang 16. Turen 17. Wajak 18. Wonosari 135,300 Km ,44 Ha 5.957,898 Ha km² km ,04 Ha, Ha Ha Ha Ha Ha 3.589,035 Ha 40,661 Km ,420 Ha Ha 94,56 km² 48,53 km Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha 920 Ha Sumber:Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Malang Tahun Tinjauan Tentang Tanah Absentee/Guntai Di Kecamatan Singosari Adapun data yang didapatkan penulis saat melakukan penelitian di Kecamatan Singosari sebagai berikut: Adapun luas wilayah Kecamatan Singosari seluas Ha dengan batas wilayah: Sebelah Utara Sebelah Timur Sebelah Selatan Sebelah Barat : Kecamatan Lawang : Kecamatan Jabung : Kecamatan Blimbing (Kota Malang) : Kecamatan Karangploso

6 Kecamatan Singosari terletak pada ketinggian 487 meter dpl dengan suhu ratarata 22 C-32 C serta curah hujan rata-rata 349 mm per tahun. 4 a. Keadaan Geografis Kecamatan Singosari Luas tanah pertanian dari Kecamatan Singosari ini adalah Ha pada tahun 2010 yang terbagi menjadi : Tabel.3 Luas Lahan Sawah Di Desa/Kelurahan Nama Desa/Kelurahan Berpengairan Diusahakan Tdk Berpengairan Diusahakan 1. Langlang 101,0 435,0 2. Tunjungtirto 147,0 162,5 3. Banjararum 114,0 240,6 4. Watugede 30,0 86,0 5. Dengkol 62,2 559,1 6. Wonorejo 0,0 592,8 7. Baturetno 35,2 501,2 8. Tamanharjo 78,1 263,4 9. Losari 30,0 86,0 10. Pagentan 73,0 79,9 11. Purwoasri 116,0 146,5 12. Klampok 162, ,0 13. Gunungrejo 139,0 753,6 14. Candirenggo 81,1 275,9 15. Ardimulyo 80,7 253,2 16. Randuagung 172,2 250,6 17. Toyomarto 95, ,0 Sumber:Profil Kecamatan Singosari Tahun 2010 Jumlah 536,0 309,5 354,6 116,0 621,3 592,8 536,4 341,5 116,0 152,9 262, ,0 892,6 357,0 333,9 422, ,0 4 Penulis ringkas dari website, singosari.malangkab.go.id, diakses 16 Desember 2016

7 b. Jumlah Penduduk Kecamatan Singosari Jumlah Kependudukan di Kecamatan Singosari sebagai berikut: Tabel.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Nama Desa/Kelurahan Jumlah Penduduk 1.Langlang Tunjungtiro Banjararum Watugede Dengko l Wonorejo Baturetno Tamanhao Losari Pagentan Purwoasi Klampok Gunungo Candireo Ardimulo Randuag Toyomao Sumber:Profil Kecamatan Singosari Tahun 2011 c. Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Singosari Tabel.5 Penduduk Yang Bekerja Menurut Mata Pencahariannya Nama Desa/Kelurahan 1.Langlang 2.Tunjungtirto 3.Banjararum 4.Watugede 5.Dengkol 6.Wonorejo 7.Baturetno 8.Tamanharjo Sumber Pendapatan Utama Pertanian Pertanian Pertanian Pertanian Pertanian Pertanian Pertanian Jasa Buruh Tani PNS TNI/ Polri Pedagan g Buruh Pabrik /Indus tri

8 9.Losari 10.Pagentan 11.Purwoasri 12.Klampok 13.Gunungrejo 14.Candirenggo 15.Ardimulyo 16.Randuagung 17.Toyomarto Pertanian Perdagangan Pertanian Pertanian Pertanian Pertanian Pertanian Industri Pengolahan Sumber:Profil Kecamatan Singosari Tahun 2011 Selain itu keterangan yang didapatkan penulis dari Ibu Endah yaitu, bahwa di wilayah Kecamatan Singosari terdapat, desa yang tanah pertaniannya berstatus absentee/guntai salah satunya di Desa Purwoasri. 5 Desa Purwoasri diketahui banyak memiliki wilayah pertanian, selain itu penduduknya banyak yang bekerja sebagai petani atau buruh tani. Beberapa pemilik tanah pertanian di Desa Purwoasri bukan berasal dari penduduk Desa Purwoasri melainkan berasal dari luar Kecamatan namun penggarapnya tetap penduduk asli Desa Puwoasri, maka dari itu penulis memilih Desa Purwoasri untuk melakukan penelitian selanjutnya. 5 Wawancara penulis dengan Endah (Kasubag Umum), tanggal 16 Desember 2016, di Kantor Kecamatan Singosari

9 2. Tinjauan Tentang Tanah Absentee/Guntai Di Desa Purwoasri Adapun data yang penulis dapatkan saat melakukan penelitian di Desa Purwoasri sebagai berikut: Desa Purwoasri memiliki luas wilayah seluas ha, yang mana desa tersebut terkenal dengan salah satu wilayah yang banyak memiliki wilayah pertanian, adapaun pembagian tanah pertanian sebagai berikut: a. Pembagian Tanah Pertanian. Tabel.6 Tabel Tanah Pertanian Desa Purwoasri Kecamatan Singosari Jenis Tanah Tanah Pertanian Irigasi Teknis Irigasi Setengah Teknis Tadah Hujan/Sawah Rendengan Sawah Pasang Surut Sumber:Profil Desa Purwoasri Tahun 2015 Luas Tanah 162 Ha 112 Ha 33 Ha 12 Ha 5 Ha b. Jumlah Dusun Desa Purwoasri Kecamatan Singosari 1) Ngentong 2) Magersari 3) Pasrepan 4) Morotanjek 5) Gebyak 6) Kembang 7) Gentengan 8) Perumahan Singosari Residance

10 c. Batas-Batas Wilayah Desa Purwoasri Sebalah Utara Sebalah Timur Sebalah Selatan Sebalah Barat : Desa Klampok dan Pagentan : Desa Pagentan dan Banjararum : Desa Tunjungtirto dan Langlang : Desa Klampok d. Jumlah Penduduk Desa Purwoasri. Tabel.7 Tabel Jumlah Penduduk Desa Purwoasri Kecamatan Singosari Jumlah Penduduk Desa Purwoasri Jumlah penduduk laki-laki Jumlah penduduk perempuan Jumlah RT Jumlah RW Jumlah KK Jumlah penduduk miskin Sumber:Profil Desa Purwoasri Tahun 2015 Jumlah Keberadaan Tanah Absentee/Guntai Di Kabupaten Malang Berdasarkan keterangan yang penulis dapatkan dari Bapak Sugianto sebagai Sub Seksi Landreform Dan Konsulidasi Tanah Kantor Pertanahan Kabupaten Malang, bahwa di wilayah Kabupaten Malang banyak Kecamatan yang tanah pertaniannya berstatus absentee/guntai, khususnya di daerah tapal kuda Kota Malang, antara lain: Kalipuro, Donomulyo, Dampit, Kepanjen, Singosari, Karangploso, Dau, Pakis, Pakisaji, Lawang, dll. 6 6 Wawancara penulis dengan Sugianto (Sub Seksi Landreform Dan Konsulidasi Tanah Kantor Pertanahan Kabupaten Malang), tanggal 15 Desember 2016, di Kantor Pertanahan Kabupaten Malang.

11 Adapun contoh data yang diberikan mengenai adanya kepemilikan tanah pertanian secara absentee/guntai di Kabupaten Malang sebagai berikut: Tabel.8 Tabel Kepemilikan Tanah Absentee/Guntai Di Kabupaten Malang Pemilik Tanah Alamat Letak Tanah di Desa Pemilik Tanah Kecamatan 1. H.M.Zainul Arifin 2. DR.Dwi Purnomo.S. 3. Laily Fitri 4. IR.Gandes S,MT 5. Hadi Sutjipto 6. Zainal Gandasaputra 7. Jane Kartika Armila 8. Buntoro Turutan 9. Ganda Saputra 10. Somo Tasari 11. Supriyanto 12. Antonius Sutanto 13. Hery Subiyati,SH 14. Hadi Wibowo 15. Nyu Mega Arie.P.U 16. IR.Anang Widianto 17. Harry Prasetyo 18. Flores Samudra 19. Nurhayati.A.Assegf 20. Sulihan Arifin,S.Pd Sidoarjo Jakarta Timur Jakarta Timur Sidoarjo Surabaya Surabaya Surabaya Surabaya Surabaya - - Surabaya Tanggerang Surabaya Surabaya Tanggerang Pasuruan Kota Malang Jakarta Timur Singosari Pujon Pujon Pujon Dau Dau Karangploso Karangploso Poncokusumo Poncokusumo Kalipuro Donomulyo Bululawang Kepanjen Sumberngepoh Jabung Turen Pakis Sumbermanjingwet an Wagir Pakisaji Pujon Lor Pujon Lor Pujon Lor Gadingkulon Sumbersekar Girimoyo Ngijo Poncokusumo Wonorejo Tumpabrojo Purworojo Bakalan Mangunrejo Lawang Sukopuro Sanankerto Pakiskembar Tambakrejo Sukodadi Karangpandan Sumber:Diolah dari data surat pemberitahuan atas terjadinya pelanggaran pemilikan tanah pertanian secara Absentee Tahun Dari tabel diatas yang penulis dapatkan dan diolah dari sebagian surat pemberitahuan atas terjadinya pelanggaran pemilikan tanah pertanian secara Absentee, yang diberikan oleh pihak Kantor Pertanahan Kabupaten Malang ke beberapa orang yang memiliki tanah pertanian secara absentee/guntai di Kabupaten Malang. Dapat diketahui bahwa Kecamatan yang tanah pertaniannya banyak dimiliki secara absentee/guntai terdapat di Kecamatan Pujon setelah itu Kecamatan

12 Dau, Kecamatan Karangploso, Kecamatan Poncokusumo, dan diikuti dari Kecamatan-kecamatan lain yang berada di Kabupaten Malang. Selain itu pemilik yang banyak memiliki tanah pertanian secara absentee/guntai di Kabupaten Malang, tidak sedikit dari luar Kabupaten Malang khususnya yang paling banyak dari Kota Surabaya, Jakarta, Sidoarjo dan diikuti dari daerah-daerah lain. Adapun dari daerah Kabupaten Malang sendiri pemiliknya berasal dari Singosari. Karena penulis kurang mendapatkan data yang cukup banyak dan konkrit, maka dari itu penulis melanjutkan penelitian dan wawancara di Kecamatan Singosari. Kerena Kecamatan Singosari dikenal dengan wilayah yang banyak memiliki wilayah pertanian sekaligus adanya kepemilikan tanah pertanian yang berstatus absentee/guntai. 4. Keberadaan Tanah Absentee/Guntai Di Kecamatan Singosari Dari hasil penelitian penulis di Kecamatan Singosari, dapat diketahui bahwa di Kecamatan Singosari terdapat banyak tanah pertanian. Adapun pemilik tanah peratanian tersebut tidak hanya dari Kecamatan Singosari tapi juga banyak berasal Kota Malang dan dari luar luar Malang seperti Surabaya, Sidoarjo, dan bahkan dari luar Provinsi Jawa Timur. Adapun data kepemilikan tanah pertanian secara absentee/guntai tidak ditemukan. Karena pihak Kecamatan Singosari tidak mengetahui tentang tanah absentee/guntai baik itu dari pengertiannya, dasar hukumnya dan larangan kepemilikan tanah pertanain secara absenee/guntai. Sehingga pihak Kecamatan Singosari tidak memiliki data kepemilikan tanah pertanian secara absentee/guntai dan tidak melarang kepemilikan tanah pertanian

13 secara absentee/guntai, seperti yang termuat dalam PP No24 Tahun 1961 yang telah diubah menjadi PP No.41 Tahun Kepemilikan tanah pertanian secara absentee/guntai di Kecamatan Singosari tidak dilarang oleh pegawai Kantor maupun Kepala Kantor Kecamatan Singosari selama jual-beli tanah tersebut sesuai dengan prosedur yang berlaku. Berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan, siapapun berhak memiliki tanah pertanian di Kecamatan Singosari walaupun orang tersebut tidak berdomisili di Kecamatan Singosari. Walaupun kepemilikan tanah secara absentee/guntai di Kecamatan Singosari tidak dilarang namun dari keterangan Ibu Endah tersebut, bahwa pegawai dari Kecamatan Singosari sendiri memiliki kendala atas terjadinya kepemilikan tanah pertanian secara absentee/guntai di Kecamatan Singosari, karena susahnya dalam pemungutan pajak dan susah meminta perizinan jika pihak tetangga ingin memasang sesuatu di tanah yang pemiliknya berdomisili di luar letak tanah yang dia miliki. 7 Dalam hal ini, pihak Kecamatan Singosari seharusnya mengetahui adanya laragan kepemilikan tanah pertanain secara absentee/guntai, sehingga dapat menjalankan apa yang telah diatur dalam undang-undang dan mendukung terlaksananya ketetentuan larangan kepemilikan tanah pertanian secara absentee/guntai. Kepala Kantor Kecamatan merupakan Notaris PPAT sementara, yang mana memiliki wewenang untuk membuat akte jual-beli tanah, seharusnya 7 Wawancara penulis dengan Endah, (Kasubag Umum), tanggal 16 Desember 2016, di Kantor Kecamatan Singosari

14 menolak untuk membuatkan akte jual-beli, apabila pihak pembelinya berasal dan berada di luar Kecamatan Singosari. Namun pada faktanya Kepala Kantor Kecamatan Singosari tetap membuatkan akte jual-beli tersebut terbukti dengan adanya kepemilikan tanah pertanian secara absentee/guntai di Kecamatan Singosari. Hal seperti ini pada akhirnya akan menyulitkan pegawai Kantor Kecamatan Singosari dalam melakukan pemungutan pajak. Karena domisili pemilik tanah berada di luar Kecamatan Singosari dan tidak diketahui secara tepat dimana domisilinya. Maka dari itu seharusnya, pihak Kantor Kecamatan Singosari menjalankan ketentuan larangan kepemilikan tanah pertanian secara absentee/guntai dengan menolak pembuatan akte jual-beli dimana pembelinya berasal dan berada di luar Kecamatan Singosari dan mensosialisasikan kepada warganya agar tidak menjual tanah pertaniannya kepada orang yang berada di luar Kecamatan Singosari. Sehingga terwujudlah penegakan hukum ketentuan larangan kepemilikan tanah pertanian secara absentee/guntai dan memudahkan pegawai Kantor Kecamatan Singosari dalam melakukan pemungutan pajak. 5. Keberadaan Tanah Absentee/Guntai Di Desa Purwoasri Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan di Desa Purwoasri dengan wawancara dan observasi di Desa Purwoasri, penulis mendapatkan keterangan dari Bapak Paino merupakan sekretaris Desa Purwoasri. Bahwa Desa Purwoasri merupakan desa yang mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani

15 ataupun buruh tani. 8 Berdasarkan Tabel.6 dapat diketahui bahwa jumlah luas seluruh tanah pertanian di Desa Purwoasri kurang lebih 162 Ha. Adapun data jumlah luas tanah pertanian yang dimiliki secara absentee/guntai tidak ditemukan oleh penulis karena tidak didata oleh aparat Kantor Desa Purwoasri. Namun setelah penulis berusaha mencari data kepemilikan tanah pertanian yang dimiliki secara absentee/guntai di Desa Purwoasri. Penulis diperlihatkan buku Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Desa Purwoasri, yang mana dari buku tersebut penulis dapat mengidentifikasi dan mengolah data mengenai adanya kepemilikan tanah secara absentee/guntai di Desa Purwoasri. Adapun hasil dari identifikasi dan pengolahan data dari buku Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Desa Purwoasri, sebagai berikut: Tabel.9 Tabel Pemilik Tanah Absentee/Guntai Di Desa Purwoasri Nama Warga (Pemilik Asal) Luas Tanah Letak Tanah Pembeli (Pemilik Baru) 1. Moch.Tauhid 2. Aschabul Kahfi 3. H.Moch Ali 4. Misdi 5. Zarkasi 6. Sugiono 7. Zainuri 8. Wardi 9. Khuzaenah 10. Fatkhan Azis 11. Anton Wijaya 12. Soleh 13. Khusnan 14. Kamim m m m m m m m m m m m m m m 2 Dusun Morotanjek Dusun Morotanjek Dusun Morotanjek Dusun Morotanjek Dusun Morotanjek Dusun Morotanjek Dusun Morotanjek Dusun Morotanjek Dusun Morotanjek Dusun Morotanjek Dusun Morotanjek Dusun Morotanjek Dusun Morotanjek Dusun Morotanjek Bapak.S Bapak.S Bapak.S Bapak.S Bapak.S Bapak.S Bapak.S Bapak.S Bapak.S Bapak.S Bapak.S Bapak.S Bapak.S Bapak.S Sumber:Data Buku Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Desa Purwoasri Tahun Wawancara penulis dengan Paino, (Sekretaris Desa Purwoasri), tanggal 16 Desember 2016, di Kantor Desa Purwoasri Kecamatan Singosari

16 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa tanah yang wilayahnya banyak dimiliki secara absentee/guntai terdapat pada Dusun Morotanjek yang mana pemiliknya berada di luar Kecamatan Singosari tepatnya berada di Kota Malang. Tanah pertaniannya tersebut disewakan kepada pihak lain dengan harga berdasarkan kesepekatan kedua belah pihak. Selain itu berdasarkan hasil observasi dengan mewawancarai penggarap sawah di Dusun Morotanjek, yaitu Bapak Supri memberikan keterangan bahwa sawah yang digarapnya merupakan sawah milik Bapak.S yang berada di Malang tepatnya di Ijen dengan sertifikat Hak Milik dan tanah tersebut terletak di tengah sawah milik orang lain. Tanah pertanian yang digarap Bapak Supri tersebut disewakan kepada orang lain dengan perjanjian bagi hasil dan biasanya bagi hasil tersebut perpanen sebanyak Rp ,00 (tujuh juta rupiha)/1 Ha. 9 Selain itu keterangan yang penulis dapatkan saat wawancara di Desa Purwoasri, contoh tanah pertanian yang dimiliki secara absentee/guntai yang lain, terletak di dusun Ngentong dan tanah tersebut terletak di pinggir jalan dengan luas kurang lebih (lima ribu) meter. Pemilik tanah bernama Bapak.A berasal dan berdomisili di Kota Malang. 10 Selain kedua contoh tersebut masih banyak lagi warga dari luar desa yang memiliki tanah pertanian di Desa Purwoasri yang mana luas tanah pertanian yang dimiliki rata-rata sama sekitar (dua ribu) meter sampai 3000 (tiga ribu) meter. 9 Wawancara penulis dengan Supri, (Penggarap Sawah), 23 Desember 2016, di Dusun Morotanjek Desa Purwoasri Kecamatan Singosari 10 Wawancara penulis dengan Sulastri, (Penggarap Sawah), 23 Desember 2016, di Dusun Ngentong Desa Purwoasri Kecamatan Singosari

17 Sekretaris Desa mengatakan bahwa terjadinya kepemilikan tanah secara absentee/guntai di Desa Purwoasri karena jual-beli dimana pihak pembeli bertujuan untuk berinvestasi dan pihak penjual karena memerlukan uang dalam waktu yang cepat, selain itu juga karena warisan, dimana dulu orangtua dari ahli waris asli penduduk Desa Purwoasri sedangkan ahli warisnya telah berpindah atau tinggal di luar Desa Purwoasri, maka dari itu terjadilah kepemilikan tanah pertanian secara absentee/guntai. 11 Adapun keterangan lain yang penulis dapatkan dari sekretaris desa dengan memberikan pertanyaan apakah tanah pertaniannya banyak dimiliki oleh orang luar Kecamatan Singosari dan Bagaimana mereka dapat mengetahui dan membeli sehingga memiliki tanah pertanian di Desa Purwoasri. Setelah itu penulis mendapatkan jawaban sebagai berikut, kepemilikikan tanah secara absentee/guntai di Desa Purwoasri ada dan tidak dilarang oleh Kepala Desa Purwoasri, bahkan tanah yang berstatus absentee/guntai telah bersertifikat sedangkan tanah yang dimiliki oleh penduduk Desa Purwoasri hanya berupa petok D. Selain itu pihak-pihak dari luar Kecamatan Singosari dapat memiliki tanah di Desa Purwoasri dengan mendapatkan informasi dari orang yang berada di Desa Puwoasri tersebut. Sekarang Desa Purwoasri melakukan pengembangan wilayah yaitu dengan banyaknya perumahan-perumahan yang sudah berdiri dan akan 11 Wawancara penulis dengan Paino, (Sekretaris Desa Purwoasri), tanggal 15 Desember 2016, di Kantor Desa Purwoasri Kecamatan Singosari

18 dibangun di desa tersebut. Maka dari itu, dapat diketahui ada pihak yang menawarkan tanah-tanah yang berada di Desa Purwoasri untuk dijual ke pihak yang berada di luar Kecamatan Singosari. 12 Dari jawaban tersebut penulis mengambil kesimpulan bahwa Kepala Desa Purwoasri beserta aparatnya tidak mengetahui adanya ketentuan larangan mengenai kepemilikan tanah pertanian secara absentee/guntai. Sehingga Kepala Desa Purwoasri berserta aparatnya tidak melarang kepemilikan tanah pertanian secara absentee/guntai. Berbeda dengan fakta yang terjadi di desa Purwoasri dimana kepemilikan tanah pertanian secara absentee/guntai masih banyak terjadi. Kepala Desa Purwoasri beserta aparatnya tidak melarang dan tidak mengetahui adanya ketentuan larangan kepemilikan tanah pertanian secara absentee/guntai. Kepemilikan tanah pertanian secara absentee/guntai di Desa Purwoasri terlihat sangat didukung oleh aparat desa karena berdasarkan keterangan yang penulis dapatkan bahwa pemilik tanah yang berdomisili di luar desalah yang sangat taat dalam pembayaran pajak, maka dari itu larangan kepemilikan tanah pertanian secara absentee/guntai di Desa Purwoasri tidak terlaksana sebagaimana mestinya. 12 Wawancara penulis dengan Paino, (Sekretaris Desa Purwoasri), tanggal 15 Desember 2016, di Kantor Desa Purwoasri Kecamatan Singosari

19 Berdasarkan keterangan lain yang penulis dapatkan dengan mewawancarai seorang penggarap sawah di desa Purwoasri dapat diketahui, perbandingan pembagian hasil antara pemilik tanah, penyewa tanah, dan penggarap tanah, yaitu 7 (pemilik tanah) : 3 (penyewa tanah) : 2 (penggarap tanah). Perbandingan tersebut dapat diketahi dengan penjelasan sebagai berikut,pemilik tanah pertanian di desa tersebut mendapatkan keuntungan sebesar Rp ,00 (tujuh juta rupiah), dari hasil menyewakan tanah tersebut kepada pihak lain. Hal ini sesuai dengan tujuan pemilik tanah yaitu hanya untuk berinvestasi, pihak penyewa tanah pertanian, mendapatkan keuntungan sebesar Rp ,00 (tiga juta rupiah), karena hasil keuntungan yang didapatkan penyewa tanah sebesar Rp ,00 (dua puluh juta rupiah) telah dikurangi dengan biaya sewa sebesar Rp ,00 (tujuh juta rupiah) dan penanaman bibit padi beserta membayar penggarapnya kurang lebih Rp ,00 (sepuluh juta rupiah). Bagaimana dengan nasib penggarap yang merupakan dari penduduk desa Purwoasri tersebut, jelas penduduk Desa Purwoasri yang menjadi penggarap hanya mendapatkan keuntungan yang tidak lebih dari penyewa tanah apalagi pemilik tanah, yaitu kurang lebih Rp ,00 (dua juta rupiah), hal tersebut dapat diketahui dengan perhitungan sebagai berikut: Jumlah pendapatan 1x panen Biaya sewa tanah 1x panen = Rp ,00/1 Ha = Rp ,00/1 Ha Biaya untuk menggarap dan penggarapnya = Rp ,00/1 Ha Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa pendapatan untuk warga Desa Purwoasri yang menjadi penggarap diambil dan diketahui dari biaya untuk

20 menggarap dan penggarapnya untuk luas 1 Ha. Dari total seluruh biaya untuk menggarap dan untuk penggarap sebesar Rp ,00 (sepuluh juta rupiah) tersebut dikurangi untuk biaya penanaman, maka sisa dari biaya penanaman itulah, pendapatan yang didapatkan penggarap, yaitu kurang lebih Rp ,00 (dua juta rupiah) seperti yang telah dijelaskan di atas. Menurut penulis, berdasarkan keterangan saat wawancara dengan salah satu penggarap dan berdasarkan perhitungan tersebut di atas, dapat disimpulkan fakta tentang pembagian hasil tanah pertanian di Desa Purwoasri telah melanggar ketentuan yang termuat dalam Pasal 7 undang-undang No.2 Tahun 1960 Tentang Perjanjian Bagi Hasil, dijelaskan bahwa Pembagian hasil dari tanah pertanian antara pemilik dan penggarap, yaitu 1 : 1 (satu lawan satu). Selain itu dalam Pasal 4 ayat (1) Instruksi Presiden Nomor 13 Tahun 1980 Tentang Pedoman Pelaksanaan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1960 tentang Perjanjian Bagi Hasil, cara pembagian imbangan bagi hasil tanah sebagai berikut : 1 (satu) bagian untuk penggarap dan 1 (satu) bagian untuk pemilik bagi tanaman padi yang ditanam di sawah. Beberapa aturan bagi hasil di atas disebutkan bahwa pembagian hasil antara pemilik dan penggarap sama besarnya,yaitu 1 : 1. Fakta yang terjadi di desa Purwoasri perbandingan bagi hasil antara pemilik dan penyewa 7 : 3 dan perbandingan bagi hasil antara penyewa dan penggarap 3 : 2. Fakta seperti ini tidak sesuai dengan aturan bagi hasil seperti yang dijelaskan di atas dan telah melanngar ketentuan yang telah ditetapkan. Hal seperti ini akan menyengsarakan penduduk sekitar desa tersebut khususnya mereka yang hanya menjadi penggarap saja. Dimana mereka bekerja sangat keras dengan turun ke sawah tiap hari sampai

21 terik matahari tepat di atas mereka. Mereka mendapatkan penghasilan jauh di bawah keuntugan yang didapatkan oleh pemilik dan penyewa tanah. Selain itu fakta seperti ini, tidak sesuai dengan tujuan landreform untuk mengadakan pembagian yang adil atas sumber penghidupan rakyat tani yang berupa tanah dengan maksud agar ada pembagian hasil yang adil pula, dengan merombak struktur pertanahan sama sekali secara revolusioner guna merealisasi keadilan sosial. Fakta seperti ini juga telah melanggar salah satu asas program landreform, yaitu asas kewajiban mengerjakan atau mengusahakan sendiri secara aktif atas tanah pertanian,asas ini dimuat dalam pasal 10 UUPA, yaitu: Ayat 1 Setiap orang dan badan hukum yang mempunyai sesuatu hak atas tanah pertanian pada azasnya diwajibkan megerjakan atau mengusahakannya sendiri secara aktif, dengan mencegah caracara pemerasan. Ayat 2 Pelaksanaan daripada ketentuan dalam ayat 1 ini akan diatur lebih lanjut dengan peraturan perundangan. Ayat 3 Pengecualian terhadap azas tersebut pada ayat 1 pasal ini diatur dalam peraturan perundangan. Dalam hal ini Kepala Desa berserta aparatnya yang memiliki wewenang penuh di desa dan dekat dengan penduduk desa seharusnya mencegah terjadinya kepemilikan tanah pertanain secara absentee/guntai. Adapun cara yang dapat dilakukan mensosialisasikan tentang adanya kepemilikan tanah pertanian secara absentee/guntai karena akan mengurangi produksi di bidang pertanian yang ada di desa tersebut dan jelas akan mengurangi pendapatan penduduk desa asli karena

22 hanya menjadi penggarap tanah milik orang lain. Selain itu dapat melarang penduduk desa agar tidak menjual tanah pertaniannya ke orang yang tidak berdomisili di desa tersebut. Berdasarkan hasil penelitian penulis di Desa Purwoasri dapat diketahui, Riwayat Kepemilikan Tanah Absentee/Guntai di Desa Purwoasri, yang terdapat dalam tabel.9 di atas, sebagai berikut: 1. Riwayat Kepemilikan Tanah Bapak Moch.Tauhid dengan luas m 2 Tanah seluas m 2 terleteak di Dusun Morotanjek Desa Purwoasri Kecamatan Singosari, pada awalnya dimiliki oleh Bapak Muspatah Abu Darim, tanah tersebut telah dimilikinya sejak tahun Bapak Muspatah Abu Darim merupakan penduduk asli Desa Purwoasri dan pekerjaannya sebagai petani. Pada tahun 2007, tanah milik Bapak Muspatah Abu Darim tersebut, dijual kepada Bapak Moch.Tauhid, dengan harga Rp ,00 (dua ratus sepuluh juta rupiah). Dalam hal ini, Bapak Moch.Tauhid merupakan penduduk asli Desa Purwoasri dan pekerjaanya sebagai petani. Setelah tanah tersebut dimiliki oleh Bapak Moch.Tauhid dalam kurung waktu beberapa tahun, tepat pada tahun 2010, Bapak Moch.Tauhid menjual tanah tersebut kepada Bapak.S. Sebelum tanah tersebut dibeli oleh Bapak.S, tanah tersebut tidak bersertifikat melainkan hanya dengan Petok D namun, setelah berpindah kepemilikan kepada Bapak.S tanah tersebut telah bersertifikat. 2. Riwayat Kepemilikan Tanah Bapak Achabul Kahfi dengan luas 375 m 2 Tanah seluas 375 m 2 terleteak di Dusun Morotanjek Desa Purwoasri Kecamatan Singosari, pada awalnya dimiliki oleh Bapak Nosde, tanah tersebut

23 telah dimilikinya sejak tahun Bapak Nosde merupakan penduduk asli Desa Purwoasri dan pekerjaannya sebagai petani. Pada tahun 2007, tanah milik Bapak Nosde tersebut, dijual kepada Bapak Achabul Kahfi, dengan harga Rp ,00 (lima puluh empat juta tiga ratus tujuh puluh lima ribu rupiah). Dalam hal ini, Bapak Achabul Kahfi merupakan penduduk asli Desa Purwoasri dan pekerjaanya sebagai petani. Setelah tanah tersebut dimiliki oleh Bapak Achabul Kahfi dalam kurung waktu beberapa tahun, tepat pada tahun 2010, Bapak Achabul Kahfi menjual tanah tersebut kepada Bapak.S. Sebelum tanah tersebut dibeli oleh Bapak.S, tanah tersebut tidak bersertifikat melainkan hanya dengan Petok D namun, setelah berpindah kepemilikan kepada Bapak.S tanah tersebut telah bersertifikat. 3. Riwayat Kepemilikan Tanah Bapak H.Moch Ali dengan luas m 2 Tanah seluas m 2 terleteak di Dusun Morotanjek Desa Purwoasri Kecamatan Singosari, pada awalnya dimiliki oleh Bapak Mahmud Mubin, tanah tersebut telah dimilikinya sejak tahun Bapak Mahmud Mubin merupakan penduduk asli Desa Purwoasri dan pekerjaannya sebagai petani. Pada tahun 2007, tanah milik Bapak Mahmud Mubin tersebut, dijual kepada Bapak H.Moch Ali, dengan harga Rp ,00 (dua ratus juta rupiah). Dalam hal ini, Bapak H.Moch Ali merupakan penduduk asli Desa Purwoasri dan pekerjaanya sebagai petani. Setelah tanah tersebut dimiliki oleh Bapak H.Moch Ali dalam kurung waktu beberapa tahun, tepat pada tahun 2010, Bapak H.Moch Ali menjual tanah tersebut kepada Bapak.S. Sebelum tanah tersebut dibeli oleh Bapak.S, tanah

24 tersebut tidak bersertifikat melainkan hanya dengan Petok D namun, setelah berpindah kepemilikan kepada Bapak.S tanah tersebut telah bersertifikat. 4. Riwayat Kepemilikan Tanah Bapak Misdi dengan luas m 2 Tanah seluas m 2 terleteak di Dusun Morotanjek Desa Purwoasri Kecamatan Singosari, pada awalnya dimiliki oleh Bapak Abdul Pakih, tanah tersebut telah dimilikinya sejak tahun Bapak Abdul Pakih merupakan penduduk asli Desa Purwoasri dan pekerjaannya sebagai petani. Pada tahun 2007, tanah milik Bapak Abdul Pakih tersebut, dijual kepada Bapak Misdi, dengan harga Rp ,00 (dua ratus tiga puluh tiga juta rupiah). Dalam hal ini, Bapak Misdi merupakan penduduk asli Desa Purwoasri dan pekerjaanya sebagai petani. Setelah tanah tersebut dimiliki oleh Bapak Misdi dalam kurung waktu beberapa tahun, tepat pada tahun 2010, Bapak Misdi menjual tanah tersebut kepada Bapak.S. Sebelum tanah tersebut dibeli oleh Bapak.S, tanah tersebut tidak bersertifikat melainkan hanya dengan Petok D namun, setelah berpindah kepemilikan kepada Bapak.S tanah tersebut telah bersertifikat. 5. Riwayat Kepemilikan Tanah Bapak Zarkasi dengan luas m 2 Tanah seluas m2 terleteak di Dusun Morotanjek Desa Purwoasri Kecamatan Singosari, pada awalnya dimiliki oleh Bapak Mualichan, tanah tersebut telah dimilikinya sejak tahun Bapak Mualichan merupakan penduduk asli Desa Purwoasri dan pekerjaannya sebagai petani. Pada tahun 2007, tanah milik Bapak Mualichan tersebut, dijual kepada Bapak Zarkasi, dengan harga Rp ,00 (dua ratus juta rupiah). Dalam hal ini, Bapak Zarkasi merupakan penduduk asli Desa Purwoasri dan pekerjaanya sebagai petani. Setelah

25 tanah tersebut dimiliki oleh Bapak Zarkasi dalam kurung waktu beberapa tahun, tepat pada tahun 2010, Bapak Zarkasi menjual tanah tersebut kepada Bapak.S. Sebelum tanah tersebut dibeli oleh Bapak.S, tanah tersebut tidak bersertifikat melainkan hanya dengan Petok D namun, setelah berpindah kepemilikan kepada Bapak.S tanah tersebut telah bersertifikat. 6. Riwayat Kepemilikan Tanah Bapak Sugiono dengan luas 800 m 2 Tanah seluas 800 m2 terleteak di Dusun Morotanjek Desa Purwoasri Kecamatan Singosari, pada awalnya dimiliki oleh Bapak Kamari Kamit, tanah tersebut telah dimilikinya sejak tahun Bapak Kamari Kamit merupakan penduduk asli Desa Purwoasri dan pekerjaannya sebagai petani. Pada tahun 2007, tanah milik Bapak Kamari Kamit tersebut, dijual kepada Bapak Sugiono, dengan harga Rp ,00 (seratus dua puluh puluh juta rupiah). Dalam hal ini, Bapak Sugiono merupakan penduduk asli Desa Purwoasri dan pekerjaanya sebagai petani. Setelah tanah tersebut dimiliki oleh Bapak Sugiono dalam kurung waktu beberapa tahun, tepat pada tahun 2010, Bapak Sugiono menjual tanah tersebut kepada Bapak.S. Sebelum tanah tersebut dibeli oleh Bapak.S, tanah tersebut tidak bersertifikat melainkan hanya dengan Petok D namun, setelah berpindah kepemilikan kepada Bapak.S tanah tersebut telah bersertifikat. 7. Riwayat Kepemilikan Tanah Bapak Zainuri dengan luas m 2 Tanah seluas m 2 terleteak di Dusun Morotanjek Desa Purwoasri Kecamatan Singosari, pada awalnya dimiliki oleh Bapak Kabil Yahmo, tanah tersebut telah dimilikinya sejak tahun Bapak Kabil Yahmo merupakan penduduk asli Desa Purwoasri dan pekerjaannya sebagai petani. Pada tahun 2007,

26 tanah milik Bapak Kabil Yahmo tersebut, dijual kepada Bapak Zainuri, dengan harga Rp ,00 (empat ratus tujuh juta lima ratus ribu rupiah). Dalam hal ini, Bapak Zainuri merupakan penduduk asli Desa Purwoasri dan pekerjaanya sebagai petani. Setelah tanah tersebut dimiliki oleh Bapak Zainuri dalam kurung waktu beberapa tahun, tepat pada tahun 2010, Bapak Zainuri menjual tanah tersebut kepada Bapak.S. Sebelum tanah tersebut dibeli oleh Bapak.S, tanah tersebut tidak bersertifikat melainkan hanya dengan Petok D namun, setelah berpindah kepemilikan kepada Bapak.S tanah tersebut telah bersertifikat. 8. Riwayat Kepemilikan Tanah Bapak Wardi dengan luas 810 m 2 Tanah seluas 810 m 2 terleteak di Dusun Morotanjek Desa Purwoasri Kecamatan Singosari, pada awalnya dimiliki oleh Bapak Kasijatoen Rais, tanah tersebut telah dimilikinya sejak tahun Bapak Kasijatoen Rais merupakan penduduk asli Desa Purwoasri dan pekerjaannya sebagai petani. Pada tahun 2007, tanah milik Bapak Kasijatoen Rais tersebut, dijual kepada Bapak Wardi, dengan harga Rp ,00 (seratus dua puluh lima juta rupiah). Dalam hal ini, Bapak Wardi merupakan penduduk asli Desa Purwoasri dan pekerjaanya sebagai petani. Setelah tanah tersebut dimiliki oleh Bapak Wardi dalam kurung waktu beberapa tahun, tepat pada tahun 2010, Bapak Wardi menjual tanah tersebut kepada Bapak.S. Sebelum tanah tersebut dibeli oleh Bapak.S, tanah tersebut tidak bersertifikat melainkan hanya dengan Petok D namun, setelah berpindah kepemilikan kepada Bapak.S tanah tersebut telah bersertifikat.

27 9. Riwayat Kepemilikan Tanah Ibu Khuzaenah dengan luas m 2 Tanah seluas m 2 terleteak di Dusun Morotanjek Desa Purwoasri Kecamatan Singosari, pada awalnya dimiliki oleh Ibu Sumani Patoen, tanah tersebut telah dimilikinya sejak tahun Ibu Sumani Patoen merupakan penduduk asli Desa Purwoasri dan pekerjaannya sebagai petani. Pada tahun 2007, tanah milik Ibu Sumani Patoen tersebut, dijual kepada Ibu Khuzaenah, dengan harga Rp ,00 (lima belas juta rupiah). Dalam hal ini, Ibu Khuzaenah merupakan penduduk asli Desa Purwoasri dan pekerjaanya sebagai petani. Setelah tanah tersebut dimiliki oleh Ibu Khuzaenah dalam kurung waktu beberapa tahun, tepat pada tahun 2010, Ibu Khuzaenah menjual tanah tersebut kepada Bapak.S. Sebelum tanah tersebut dibeli oleh Bapak.S, tanah tersebut tidak bersertifikat melainkan hanya dengan Petok D namun, setelah berpindah kepemilikan kepada Bapak.S tanah tersebut telah bersertifikat. 10. Riwayat Kepemilikan Tanah Bapak Fatkhan Azis dengan luas m 2 Tanah seluas m 2 terleteak di Dusun Morotanjek Desa Purwoasri Kecamatan Singosari, pada awalnya dimiliki oleh Bapak Sekak Aspas, tanah tersebut telah dimilikinya sejak tahun Bapak Sekak Aspas merupakan penduduk asli Desa Purwoasri dan pekerjaannya sebagai petani. Pada tahun 2007, tanah milik Bapak Sekak Aspas tersebut, dijual kepada Bapak Fatkhan Azis, dengan harga Rp ,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah). Dalam hal ini, Bapak Fatkhan Azis merupakan penduduk asli Desa Purwoasri dan pekerjaanya sebagai petani. Setelah tanah tersebut dimiliki oleh Bapak Fatkhan Azis dalam kurung waktu beberapa tahun, tepat pada tahun 2010, Bapak Fatkhan

28 Azis menjual tanah tersebut kepada Bapak.S. Sebelum tanah tersebut dibeli oleh Bapaks.S, tanah tersebut tidak bersertifikat melainkan hanya dengan Petok D namun, setelah berpindah kepemilikan kepada Bapak.S tanah tersebut telah bersertifikat. 11. Riwayat Kepemilikan Tanah Bapak Anton Wijaya dengan luas m 2 Tanah seluas m 2 terleteak di Dusun Morotanjek Desa Purwoasri Kecamatan Singosari, pada awalnya dimiliki oleh Bapak Chosim Masiteh, tanah tersebut telah dimilikinya sejak tahun Bapak Chosim Masiteh merupakan penduduk asli Desa Purwoasri dan pekerjaannya sebagai petani. Pada tahun 2007, tanah milik Bapak Chosim Masiteh tersebut, dijual kepada Bapak Anton Wijaya, dengan harga Rp ,00 (dua ratus dua puluh empat juta dua ratus lima puluh ribu rupiah). Dalam hal ini, Bapak Anton Wijaya bukan merupakan penduduk asli Desa Purwoasri melainkan dari luar Malang dan pekerjaanya sebagai pengusaha. Setelah tanah tersebut dimiliki oleh Bapak Anton Wijaya dalam kurung waktu beberapa tahun, tepat pada tahun 2010, Bapak Anton Wijaya menjual tanah tersebut kepada Bapak.S. Sebelum tanah tersebut dibeli oleh Bapak.S, tanah tersebut tidak bersertifikat melainkan hanya dengan Petok D namun, setelah berpindah kepemilikan kepada Bapak.S tanah tersebut telah bersertifikat. 12. Riwayat Kepemilikan Tanah Bapak Soleh dengan luas 750 m 2 Tanah seluas 750 m 2 terleteak di Dusun Morotanjek Desa Purwoasri Kecamatan Singosari, pada awalnya dimiliki oleh Bapak Kasijatoen Rais, tanah tersebut telah dimilikinya sejak tahun Bapak Kasijatoen Rais merupakan

29 penduduk asli Desa Purwoasri dan pekerjaannya sebagai petani. Pada tahun 2007, tanah milik Bapak Kasijatoen Rais tersebut, dijual kepada Bapak Soleh, dengan harga Rp ,00 (seratus dua belas juta lima ratus ribu rupiah). Dalam hal ini, Bapak Soleh merupakan penduduk asli Desa Purwoasri dan pekerjaanya sebagai petani. Setelah tanah tersebut dimiliki oleh Bapak Soleh dalam kurung waktu beberapa tahun, tepat pada tahun 2010, Bapak Soleh menjual tanah tersebut kepada Bapak.S. Sebelum tanah tersebut dibeli oleh Bapak.S, tanah tersebut tidak bersertifikat melainkan hanya dengan Petok D namun, setelah berpindah kepemilikan kepada Bapak.S tanah tersebut telah bersertifikat. 13. Riwayat Kepemilikan Tanah Bapak Khusnan dengan luas 375 m 2 Tanah seluas 375 m 2 terleteak di Dusun Morotanjek Desa Purwoasri Kecamatan Singosari, pada awalnya dimiliki oleh Bapak Kabil Yahmo, tanah tersebut telah dimilikinya sejak tahun Bapak Kabil Yahmo merupakan penduduk asli Desa Purwoasri dan pekerjaannya sebagai petani. Pada tahun 2007, tanah milik Bapak Kabil Yahmo tersebut, dijual kepada Bapak Khusnan, dengan harga Rp ,00 (tiga puluh enam juta lima ratus ribu rupiah). Dalam hal ini, Bapak Khusnan merupakan penduduk asli Desa Purwoasri dan pekerjaanya sebagai petani. Setelah tanah tersebut dimiliki oleh Bapak Khusnan dalam kurung waktu beberapa tahun, tepat pada tahun 2010, Bapak Khusnan menjual tanah tersebut kepada Bapak.S. Sebelum tanah tersebut dibeli oleh Bapak.S, tanah tersebut tidak bersertifikat melainkan hanya dengan Petok D namun, setelah berpindah kepemilikan kepada Bapak.S tanah tersebut telah bersertifikat.

30 14. Riwayat Kepemilikan Tanah Bapak Kamim dengan luas 800 m 2 Tanah seluas 800 m 2 terleteak di Dusun Morotanjek Desa Purwoasri Kecamatan Singosari, pada awalnya dimiliki oleh Bapak Anwar Ali, tanah tersebut telah dimilikinya sejak tahun Bapak Anwar Ali merupakan penduduk asli Desa Purwoasri dan pekerjaannya sebagai petani. Pada tahun 2007, tanah milik Bapak Anwar Ali tersebut, dijual kepada Bapak Kamim dengan harga Rp ,00 (seratus sepuluh juta rupiah). Dalam hal ini, Bapak Kamim merupakan penduduk asli Desa Purwoasri dan pekerjaanya sebagai petani. Setelah tanah tersebut dimiliki oleh Bapak Kamim dalam kurung waktu beberapa tahun, tepat pada tahun 2010, Bapak Kamim menjual tanah tersebut kepada Bapak.S. Sebelum tanah tersebut dibeli oleh Bapak.S, tanah tersebut tidak bersertifikat melainkan hanya dengan Petok D namun, setelah berpindah kepemilikan kepada Bapak.S tanah tersebut telah bersertifikat. 13 Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwa tanah yang dibeli oleh Bapak S, tanah-tanah tersebut telah mengalami dua kali perpindahan kepemilikan, dengan cara jual-beli. Sebelum tanah-tanah tersebut dibeli oleh Bapak S, tanahtanah tersebut dimiliki oleh pemilik awal, yang bermatapencaharian sebagai petani dan tanah tersebut dimiliki sejak tahun 1960 dan berpindah kepemilikan kepada pemilik kedua, yang bermatapencaharian juga sebagai petani dan tanah tersebut dimiliki sejak tahun 2007 sampai, pada akhirnya pada tahun 2010 dibeli 13 Data Riwayat Kepemilikan Tanah tersebut, penulis dapatkan dengan mewawancarai Paino (Sekretaris Desa Purwoasri) dan diolah dari buku catatan Paino, tanggal 27 Januari 2017, di Desa Purwoasri Kecamatan Singosari

31 oleh Bapak S. Sebelum tahun 2010 tidak terjadi kepemilikan tanah secara absentee/guntai, karena tanah-tanah tersebut walaupun diperjualbelikan dengan orang lain namun, pembelinya juga berasal dari Desa Purwoasri. Berbeda pada saat tahun 2010 tanah-tanah tersebut dibeli dan dimiliki oleh orang yang berdomosili di luar Desa Purwoasri dan Kecamatan Singosari dan orang tersebut bukan dari salah satu pihak yang dikecualikan larangan kepemilikan tanah secara absentee/guntai karena orang tersebut pekerjaannya sebagai pengembang, karena hal seperti inilah, akhirnya terjadi kepemilikan tanah secara absentee/guntai di Desa Purwoasri Kecamatan Singosari. Terjadinya kepemilikan tanah secara absentee/guntai di Desa Purwoasri ini jelas telah melanggar aturan yang termuat dalam UUPA dan peraturan-peraturan yang terkait dengan larangan kepemilikan tanah secara absentee/guntai. Dalam hal ini seharusnya, aparat desa harus mencegah terjadinya kepemilikan tanah secara absentee/guntai di Desa Purwoasri, karena hal tersebut bertentangan dengan apa yang termuat dalam UUPA. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan oleh aparat desa yaitu, dengan mensosialisasikan larangan kepemilikan tanah secara absentee/guntai kepada penduduk Desa Purwoasri dan tidak menguruskan proses jual-beli tanah, jika pembeli tidak berdomilisi di Desa Purwoasri atau Kecamatan Singosari. Apabila hal seperti ini terus terjadi, maka penduduk Desa Purwoasri akan mengurangi penghasilan mereka bahkan bisa kehilangan matapencaharian mereka. Jelas hal seperti ini tidak sesuai dengan salah satu sila dalam pancasila yaitu, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, karena orang yang mampu akan semakin mampu dan orang yang tidak mampu akan semakin tidak mampu. Maka dari itu, peran

32 aparat desa sangat diharapkan untuk mencegah dan menindak kepemilikan tanah secara absentee/guntai di Desa Purwoasri. B. Peran Kantor Pertanahan Kabupaten Malang Dalam Mengawasi Kepemilikan Tanah Secara Absentee/Guntai Di Kabupaten Malang 1. Pengolahan dan Penyajian Data Pemilikan dan Penggunaan Tanah Hasil observasi penulis dengan mewawancarai pihak Sub seksi yang memiliki peran dalam mengawasi kepemilikan tanah secara absentee/guntai di Kabupaten Malang, yaitu pihak Sub Seksi Landreform Dan Konsulidasi Tanah, yang mana Sub seksi ini dibawahi oleh pihak Seksi Pengaturan Dan Penataan Pertanahan, berdasarkan wawancara penulis dengan Pegawai di Sub Seksi Landreform Dan Konsulidasi Tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Malang, sebagai berikut: Ketika penulis meminta data daftar kepemilikan tanah pertanian yang dimiliki secara absentee/guntai di Kabupaten Malang. Pihak Kantor Pertanahan Kabupaten Malang tidak memiliki data tersebut dan memang tidak mengelompokkan atau mendata yang mana tanah pertanian yang dimiliki secara absentee/guntai dan tanah pertanian yang tidak dimiliki secara absentee/guntai. Sehingga penulis hanya mendapatkan data kepemilikan tanah pertanian secara absentee/guntai di Kabupaten Malang hanya mengolah data tersebut dari Surat pemberitahuan atas terjadinya pelanggaran kepemilikan tanah pertanian secara absentee. Pada surat pemberitahuan tersebut tidak dicantumkan pekerjaan pemilik tanah pertanian secara absentee/guntai.

33 Surat pemberitahuan atas terjadinya pelanggaran kepemilikan tanah pertanian secara absentee tidak memuat pekerjaan pemilik tanah absentee/guntai di Kabupaten Malang. Sehingga tidak dapat diketahui apakah pemilik tanah pertanian secara absentee/guntai merupakan pihak yang diperbolehkan atau dilarang. Karena ada beberapa pihak yang dikecualikan dari ketentuan larangan pemilikan tanah pertanian secara absentee/guntai, adapun pihak-pihak tersebut, yakni: 1) Pemilik tanah pertanian yang bertempat tinggal di kecamatan yang berbatasan dengan kecamatan tempat letak tanah yang bersangkutan,asal jarak antara tempat tinggal pemilik tanah dan pemiliknya menurut pertimbangan panitia land reform kabupaten/kota masih memungkinkan untuk mengerjakan tanah pertanian tersebut secara efesien 2) Pegawai negeri sipil dan tentara Nasional Indonesia, yang dipersamakan dengan itu,yaitu pensiunan janda pegawai negeri sipil, janda pensiunan mereka ini tidak kawin lagi dengan bukan pegawai negeri sipil atau pensiunan, istri dan anak-anak pegawai negeri sipil dan tentara Nasional Indonesia yang masih menjadi tanggungan. 3) Mereka yang sedang menjalankan tugas negara atau menunaikan kewajiban agama. 4) Mereka yang memiliki alasan khusus lainnya yang dapat diterima oleh kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia. 14 Dari beberapa pihak yang dikecualikan dari ketentuan larangan pemilikan tanah secara absentee/guntai di atas dapat diketahui. Apabila pekerjaan dari pemilik tanah pertanian yang dimiliki secara absentee/guntai dicantumkan pada Surat pemberitahuan atas terjadinya pelanggaran kepemilikan tanah pertanian secara absentee. Maka dapat dianalisa, apakah pemilik tersebut memang diperbolehkan atau tidak, untuk memiliki tanah pertanian secara absentee/guntai. Sedangkan dari isi Surat pemberitahuan tersebut tidak dicantumkan pekerjaan 14 Urip Santoso. Op.cit. hal.219

34 pemilik tanah pertanian secara absentee/guntai, maka dari itu penulis tidak dapat menganalisa apakah pihak-pihak yang diberi Surat pemberitahuan atas terjadinya pelanggaran kepemilikan tanah pertanian secara absentee telah melanggar ketetantuan larangan pemilikan tanah pertanian secara absentee/guntai ataukah tidak melanggar ketentuan tersebut. Selain Surat pemberitahuan atas terjadinya pelanggaran kepemilikan tanah pertanian secara absentee, seperti yang dijelaskan di atas. Pihak Kantor Pertanahan Kabupaten Malang selama ini hanya memberikan suatu pertimbangan yaitu aspek pertimbangan landreform atau somasi terhadap pihak pemohon yang mendaftarkan hak atas tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Malang, jika tanah yang didaftarkannya berada di luar kecamatan pemohon tersebut tinggal atau biasa disebut dengan tanah absentee/guntai, adapun pengertian aspek pertimbangan landreform adalah pertimbangan teknis pengaturan penataan pertanahan. Aspek pertimbangan landreform ini diberikan sebelum pemohon melakukan pendaftaran tanah di loket 1 Kantor Pertanahan Kabupaten Malang. Aspek pertimbangan landreform atau somasi berisi tentang suatu pertimbangan jika melakukan pendaftaran tanah dimana letak tanah yang didaftarkan oleh pemohon berada di luar Kecamatan pemohon tinggal, adapun bagian-bagian yang terdapat dalam aspek pertimbangan landreform, sebagai berikut: A. Penelitian Terhadap Yang Berkepentingan Bagian ini berisi tentang identitas pemohon pendaftaran tanah baik itu nama pemohon pendaftaran tanah,nomor identitas KTP, dll

35 B. Data Yuridis Bidang Tanah Bagian ini berisi tentang jenis tanah yang akan dimohonkan oleh pemohon pendaftaran tanah. C. Data Fisik Bidang Tanah Bagian ini berisi tentang letak tanah yang akan didaftarkan oleh pemohon D. Kesimpulan Bagian ini berisi tentang pertimbangan bahwa tanah yang didaftarkan oleh pemohon merupakan tanah yang dimiliki secara absentee/guntai, adapun isi pertimbangannya, sebagai berikut: 1. Terhadap Pemohon Hak Atas Tanah yang diajukan oleh pemohon: a. Dengan dilakukannya pembukuan Hak Atas Tanah tersebut di atas, berakibat terjadi pemilikan tanah pertanian secara absentee. yaitu dimana pemilik tanah bertempat tinggal di luar kecamatan letak tanahnya b. Pemilikan tanah pertanian secara absentee, sesuai dengan ketentuan PP.224 Tahun 1961 Pasal 3 jo Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1964 Pasal 2a dan 3d, saudara diwajibkan pindah ke tempat letak tanah yang bersangkutan atau mengalihkan Hak Atas Tanah tersebut kepada pihak lain yang berdomisili di tempat letak tanah, dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak Hak atas dimaksud dibukukan. c. Apabila kewajiban sebagaimana dimaksud pada angka 1a dan b tersebut di atas tidak saudara penuhi, maka pemilikan tanah saudara akan menjadi tanah Negara Obyek Landreform

36 2. Berdasarkan uraian tersebut di atas bidang tanah yang dimohon berakibat terjadinya pemilikan tanah secara absentee/guntai,maka untuk sementara waktu kami pertimbangkan untuk dialihkan dengan memberi somasi kepada pemohon Demikian pemberian pertimbangan aspek landreform ini kami buat untuk dipergunakan dalam rangka pembukuan Hak Atas Tanah. Aspek pertimbangan landreform merupakan tindakan pengawasan yang dilakukan oleh pihak Kantor Pertanahan Kabupaten Malang terhadap kepemilikan tanah secara absentee/guntai berdasar pada pasal 10 UUPA dan Pasal 7 Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Pengendalian Penguasaan Tanah Pertanian, hal ini berdasarkan keterangan dari Kantor Pertanahan Kabupaten Malang. Dalam pertimbangan aspek landreform di atas berisi bahwa tanah absentee/guntai dilarang oleh pihak Kantor Pertanahan Kabupaten Malang yang dalam pertimbangan tersebut disebutkan bahwa jika pemohon mendaftarkan tanah yang berada di luar kecamatan pemohon tinggal, maka pemohon harus pindah ke tempat letak tanah atau jika dalam waktu 6 (enam) bulan tidak pindah maka tanah tersebut akan dialihkan menjadi obyek landreform dan tentu tanah akan jatuh pada negara. Pada faktanya walaupun aspek pertimbangan landreform tersebut merupakan syarat atas permohonan pendaftaran hak atas tanah yang dimiliki secara absentee/guntai dan memuat beberapa ketentuan yang harus dilaksanakan

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG BUPATI MALANG, BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) PENDAPATAN PADA DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASSET KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG KARTU KEPEMILIKAN TERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memberikan

Lebih terperinci

RESUME PROSEDUR PEMECAHAN TANAH PERTANIAN DAN CARA-CARA KEPEMILIKAN TANAH ABSENTEE DI KANTOR BADAN PERTANAHAN NASIONAL KABUPATEN JOMBANG

RESUME PROSEDUR PEMECAHAN TANAH PERTANIAN DAN CARA-CARA KEPEMILIKAN TANAH ABSENTEE DI KANTOR BADAN PERTANAHAN NASIONAL KABUPATEN JOMBANG RESUME PROSEDUR PEMECAHAN TANAH PERTANIAN DAN CARA-CARA KEPEMILIKAN TANAH ABSENTEE DI KANTOR BADAN PERTANAHAN NASIONAL KABUPATEN JOMBANG Disusun Oleh : BANUN PRABAWANTI NIM: 12213069 PROGRAM STUDI MAGISTER

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam kesejahteraan kehidupan penduduk indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam kesejahteraan kehidupan penduduk indonesia. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. areal yang luas, mengakibatkan mengecilnya atau berkurangnya persediaan tanah.

BAB I PENDAHULUAN. areal yang luas, mengakibatkan mengecilnya atau berkurangnya persediaan tanah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah sebagai permukaan bumi merupakan faktor yang sangat penting untuk menunjang kesejahteraan rakyat dan sumber utama bagi kelangsungan hidup dalam mencapai

Lebih terperinci

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG BUPATI MALANG, BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT (PUSKESMAS) PADA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH 1 BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERTEMUAN MINGGU KE-10 LANDREFORM DI INDONESIA. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA

PERTEMUAN MINGGU KE-10 LANDREFORM DI INDONESIA. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA PERTEMUAN MINGGU KE-10 LANDREFORM DI INDONESIA Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA PENGERTIAN LANDREFORM Perkataan Landreform berasal dari kata: land yang artinya tanah, dan reform yang artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah sebagai permukaan bumi merupakan faktor yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah sebagai permukaan bumi merupakan faktor yang sangat penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Tanah sebagai permukaan bumi merupakan faktor yang sangat penting untuk menunjang kesejahteraan rakyat dan sumber utama bagi kelangsungan hidup dalam mencapai

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG KOORDINATOR WILAYAH DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MALANG

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG KOORDINATOR WILAYAH DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG KOORDINATOR WILAYAH DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : bahwa dengan memperhatikan luas wilayah

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Wilayah Kabupaten Malang memiliki luas 3.534,86 km 2 atau 353,486 ha , ,00 Bujur Timur,

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Wilayah Kabupaten Malang memiliki luas 3.534,86 km 2 atau 353,486 ha , ,00 Bujur Timur, IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis Kabupaten Malang Wilayah Kabupaten Malang memiliki luas 3.534,86 km 2 atau 353,486 ha dan terletak antara koordinat 112 0 17 10,90-112 0 57 00,00

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN UANG PERSEDIAAN TAHUN ANGGARAN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PENETAPAN UANG PERSEDIAAN TAHUN ANGGARAN 2018 BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PENETAPAN UANG PERSEDIAAN TAHUN ANGGARAN 2018 BUPATI MALANG, BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PENETAPAN UANG PERSEDIAAN TAHUN ANGGARAN 2018 BUPATI MALANG, Menimbang : bahwa untuk menunjang kelancaran pelaksanaan

Lebih terperinci

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG BUPATI MALANG, BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) SEKOLAH MENENGAH PADA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI EKONOMI SUBSEKTOR PERTANIAN UNGGULAN PADA TINGKAT KECAMATAN DI KABUPATEN MALANG

ANALISIS POTENSI EKONOMI SUBSEKTOR PERTANIAN UNGGULAN PADA TINGKAT KECAMATAN DI KABUPATEN MALANG ANALISIS POTENSI EKONOMI SUBSEKTOR PERTANIAN UNGGULAN PADA TINGKAT KECAMATAN DI KABUPATEN MALANG SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajad Sarjana Ekonomi Oleh: YENI NUR HIDAYATI 08630074

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah memiliki peran yang sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia dan memiliki nilai yang tak terbatas dalam melengkapi berbagai kebutuhan hidup manusia,

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA RUMAH KOS

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA RUMAH KOS 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA RUMAH KOS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : BUPATI BANYUWANGI, a. bahwa guna

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 56 TAHUN 1960 TENTANG PENETAPAN LUAS TANAH PERTANIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 56 TAHUN 1960 TENTANG PENETAPAN LUAS TANAH PERTANIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 56 TAHUN 1960 TENTANG PENETAPAN LUAS TANAH PERTANIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perlu ditetapkan luas maksimum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan salah satu keunggulan bangsa Indonesia. Pada hakikatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan salah satu keunggulan bangsa Indonesia. Pada hakikatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian adalah salah satu wujud dari pembangunan nasional yang merupakan salah satu keunggulan bangsa Indonesia. Pada hakikatnya pembangunan nasional adalah pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan faktor yang sangat penting dan mempunyai hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan faktor yang sangat penting dan mempunyai hubungan yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan faktor yang sangat penting dan mempunyai hubungan yang sangat erat bagi kehidupan manusia. Hubungan tanah dengan manusia bersifat relijius

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR BUPATI MALANG

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR BUPATI MALANG BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR BUPATI MALANG Menimbang : bahwa sehubungan dengan telah ditetapkannya Peraturan Daerah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Desa Pesawaran Indah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2007 tanggal 10 Agustus 2007 tentang Pembentukan Kabupaten

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN IZIN LOKASI

PENYELENGGARAAN IZIN LOKASI PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TULUNGAGUNG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR PERMUKIMAN DI KABUPATEN MALANG

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR PERMUKIMAN DI KABUPATEN MALANG PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR PERMUKIMAN DI KABUPATEN MALANG Siti Rahmatia Pratiwi 1), Joni Hermana 1 dan Rachmat Boedisantoso 1 1) Teknik Lingkungan,

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH KOS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH KOS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH KOS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang : a. bahwa dalam mewujudkan rumah kos sebagai

Lebih terperinci

WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 04 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PEMONDOKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 04 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PEMONDOKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 04 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PEMONDOKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang : a. bahwa keberadaan Penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Keadaan Geografis Secara geografis Kelurahan Kepel adalah merupakan dataran rendah. Berdasar data BPS Kota Pasuruan pada tahun 2013 curah hujan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis. Tanah yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis. Tanah yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis. Tanah yang dimiliki mampu ditanami berbagai macam jenis tanaman holtikultura. Bahan pencukup kebutuhan manusia yang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Pulorejo merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Batas-batas

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 26 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Desa Ciaruteun Ilir Desa Ciaruteun Ilir merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor dengan luas wilayah 360 ha,

Lebih terperinci

PROFIL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH KABUPATEN MALANG

PROFIL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH KABUPATEN MALANG PROFIL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH KABUPATEN MALANG I. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALANG Wilayah Kabupaten Malang memiliki luas 3.534,86 km 2 atau 353.486 ha dan terletak pada koordinat 112 o

Lebih terperinci

PERPU 56/1960, PENETAPAN LUAS TANAH PERTANIAN. Oleh:PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERPU 56/1960, PENETAPAN LUAS TANAH PERTANIAN. Oleh:PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERPU 56/1960, PENETAPAN LUAS TANAH PERTANIAN Oleh:PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor:56 TAHUN 1960 (56/1960) Tanggal:29 DESEMBER 1960 (JAKARTA) Tentang:PENETAPAN LUAS TANAH PERTANIAN [ Dengan UU No 1 Tahun

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 10 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. Lowokwaru kota Malang. Memiliki curah hujan 1883 mm/thn, ketinggian 452 Meter dari

DAFTAR LAMPIRAN. Lowokwaru kota Malang. Memiliki curah hujan 1883 mm/thn, ketinggian 452 Meter dari DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : A. Kondisi Obyektif Lapangan Penelitian Kelurahan Merjosari terletak di jalan Mertojoyo No. 1 Telp 560525 kode pos 65144 Malang. Kelurahan ini merupakan salah satu kelurahan

Lebih terperinci

TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT KETERANGAN MISKIN UNTUK PELAYANAN BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT KETERANGAN MISKIN UNTUK PELAYANAN BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 77 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT KETERANGAN MISKIN UNTUK PELAYANAN BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Awal terbentuknya Desa Margo Mulyo Pada tahun 1960 terjadi bencana alam

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Awal terbentuknya Desa Margo Mulyo Pada tahun 1960 terjadi bencana alam IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN A. Kondisi Desa 1. Sejarah Desa Awal terbentuknya Desa Margo Mulyo Pada tahun 1960 terjadi bencana alam gunung berapi di Magelang Kecamatan Serumbung Jawa tengah. Pada

Lebih terperinci

III. KEADAAN UMUM LOKASI

III. KEADAAN UMUM LOKASI III. KEADAAN UMUM LOKASI Penelitian dilakukan di wilayah Jawa Timur dan berdasarkan jenis datanya terbagi menjadi 2 yaitu: data habitat dan morfometri. Data karakteristik habitat diambil di Kabupaten Nganjuk,

Lebih terperinci

P R O F I L DESA DANUREJO

P R O F I L DESA DANUREJO P R O F I L DESA DANUREJO PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG KECAMATAN MERTOYUDAN DESA DANUREJO ALAMAT :DANUREJO MERTOYUDAN MAGELANG TELP (0293) 325590 Website : danurejomty.wordpress.com Email : desadanurejo@yahoo.co.id

Lebih terperinci

OPTIMASI BIAYA PROYEK PENGASPALAN JALAN DENGAN PENGATURAN JUMLAH ASPHALT MIXING PLANT

OPTIMASI BIAYA PROYEK PENGASPALAN JALAN DENGAN PENGATURAN JUMLAH ASPHALT MIXING PLANT Spectra Nomor 21 Volume XI Januari 2013: 90-101 OPTIMASI BIAYA PROYEK PENGASPALAN JALAN DENGAN PENGATURAN JUMLAH ASPHALT MIXING PLANT Widyawati Budikusuma Program Pascasarjana Teknik Sipil Institut Teknologi

Lebih terperinci

PERALIHAN HAK TANAH ABSENTE BERKAITAN DENGAN PELAKSANAAN CATUR TERTIB PERTANAHAN DI KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI. Disusun Oleh :

PERALIHAN HAK TANAH ABSENTE BERKAITAN DENGAN PELAKSANAAN CATUR TERTIB PERTANAHAN DI KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI. Disusun Oleh : PERALIHAN HAK TANAH ABSENTE BERKAITAN DENGAN PELAKSANAAN CATUR TERTIB PERTANAHAN DI KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IZIN LOKASI WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IZIN LOKASI WALIKOTA SURABAYA, SALINAN WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IZIN LOKASI WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan pasal 7 Peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. merupakan salah satu keunggulan bangsa Indonesia. Pada hakikatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. merupakan salah satu keunggulan bangsa Indonesia. Pada hakikatnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertanian adalah salah satu wujud dari pembangunan nasional yang merupakan salah satu keunggulan bangsa Indonesia. Pada hakikatnya pembangunan nasional

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 19 TAHUN 2001 TENTANG IJIN MEMAKAI TANAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN

Lebih terperinci

BUPATI KONAWE UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LOKASI

BUPATI KONAWE UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LOKASI BUPATI KONAWE UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KONAWE UTARA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN 27 BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Kuningan 4.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kuningan terletak di ujung Timur Laut Provinsi Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Provinsi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI UANG LEGES DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MURUNG RAYA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 10 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PERIZINAN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 10 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PERIZINAN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 10 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PERIZINAN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA PALANGKA RAYA

WALIKOTA PALANGKA RAYA 1 WALIKOTA PALANGKA RAYA PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA PENGELOLAAN RUMAH KOS DAN BARAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALANGKA RAYA Menimbang :

Lebih terperinci

INFORMASI DOKUMEN KEPENDUDUKAN YANG WAJIB DIMILIKI OLEH ORANG ASING PEMEGANG KITAS DAN KITAP

INFORMASI DOKUMEN KEPENDUDUKAN YANG WAJIB DIMILIKI OLEH ORANG ASING PEMEGANG KITAS DAN KITAP INFORMASI DOKUMEN KEPENDUDUKAN YANG WAJIB DIMILIKI OLEH ORANG ASING PEMEGANG KITAS DAN KITAP Bahwa : Ø Setiap Orang Asing yang memiliki KITAS ( Kartu Ijin Tinggal Terbatas) - Yang datang dari Luar Negeri

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR

PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH KOST DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAKASSAR, Menimbang : a. bahwa dengan perkembangan Kota Makassar yang semakin

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT KETERANGAN MISKIN UNTUK PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DAN BIDANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT KETERANGAN MISKIN UNTUK PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DAN BIDANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 78 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT KETERANGAN MISKIN UNTUK PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DAN BIDANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Berdasarkan Data Potensi Desa/ Kelurahan (2007), Desa Tlekung secara administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Desa

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN SATUAN PENDIDIKAN FORMAL PADA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR: 5 TAHUN 2013

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR: 5 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR: 5 TAHUN 2013 TENTANG IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : a. bahwa sebagai upaya pengendalian agar penggunaan tanah dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN, Menimbang : a. bahwa untuk memberikan perlindungan,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13 V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Kondisi Umum Desa Kemukten 5.1.1 Letak Geografis Desa Kemukten secara administratif terletak di Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 11 TAHUN 2012 PENGESAHAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TAHUN ANGGARAN 2012

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 11 TAHUN 2012 PENGESAHAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TAHUN ANGGARAN 2012 7 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 11 TAHUN 2012 PENGESAHAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TAHUN ANGGARAN 2012 Menimbang : a. bahwa dengan berakhirnya Tahun Anggaran

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG NOMOR : 3 TAHUN : 2006 SERI : C NO.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG NOMOR : 3 TAHUN : 2006 SERI : C NO. LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR : 3 TAHUN : 2006 SERI : C NO. :1 Menimbang PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI (IUJK) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

SALINAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 43/Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG

SALINAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 43/Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG SALINAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN NOMOR : 43/Kpts/KPU Kab 014329920/2010 TENTANG TATA CARA PEMUTAKHIRAN DATA DAN DAFTAR PEMILIH DALAM PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PRAKTEK SEWA SAWAH DI DESA TAMANREJO KECAMATAN TUNJUNGAN KABUPATEN BLORA

BAB III PELAKSANAAN PRAKTEK SEWA SAWAH DI DESA TAMANREJO KECAMATAN TUNJUNGAN KABUPATEN BLORA BAB III PELAKSANAAN PRAKTEK SEWA SAWAH DI DESA TAMANREJO KECAMATAN TUNJUNGAN KABUPATEN BLORA A. Demografi dan Monografi Desa Tamanrejo Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora Penulis akan menyampaikan gambaran

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PERGUDANGAN

PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PERGUDANGAN DHARMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PERGUDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

Lebih terperinci

Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara

Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara Sumber: Chapman, D. J (2004) Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1 Kondisi Geografis dan Administratif Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN SELAYAR, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 3A TAHUN 2014 TENTANG ALIH FUNGSI TANAH PERTANIAN KE NON PERTANIAN DI KABUPATEN BLORA

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 3A TAHUN 2014 TENTANG ALIH FUNGSI TANAH PERTANIAN KE NON PERTANIAN DI KABUPATEN BLORA BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 3A TAHUN 2014 TENTANG ALIH FUNGSI TANAH PERTANIAN KE NON PERTANIAN DI KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 5 Tahun : 2012 Seri : E PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI,

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK SEWA MENYEWA TAMBAK SEBELUM JATUH TEMPO

BAB III PRAKTEK SEWA MENYEWA TAMBAK SEBELUM JATUH TEMPO BAB III PRAKTEK SEWA MENYEWA TAMBAK SEBELUM JATUH TEMPO A. Gambaran Umum Desa Gebang Untuk mengetahui lebih jauh gambaran tentang objek penelitian berikut ini akan dipaparkan tentang keadaan Desa Gebang

Lebih terperinci

BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SALINAN BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SERUYAN NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENGHASILAN TETAP, TUNJANGAN, DAN INSENTIF PADA LINGKUP PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN FAKFAK

PEMERINTAH KABUPATEN FAKFAK PEMERINTAH KABUPATEN FAKFAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN FAKFAK NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI FAKFAK, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG PEMBERIAN IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG PEMBERIAN IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG PEMBERIAN IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan pembangunan diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. petani penggarap tanah maupun sebagai buruh tani. Oleh karena itu tanah

BAB I PENDAHULUAN. petani penggarap tanah maupun sebagai buruh tani. Oleh karena itu tanah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia merupakan negara agraris dimana penduduknya sebagian besar bermatapencaharian dibidang pertanian (agraris) baik sebagai pemilik tanah, petani

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO Menimbang : a. PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUKOMUKO, P E T I K A N

Lebih terperinci

TENTANG JASA PENILAI PUBLIK MENTERI KEUANGAN,

TENTANG JASA PENILAI PUBLIK MENTERI KEUANGAN, SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 125/PMK.01/2008 TENTANG JASA PENILAI PUBLIK MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa sejalan dengan tujuan Pemerintah dalam rangka mendukung perekonomian yang sehat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL

PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEGAL NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI IZIN PERUBAHAN PENGGUNAAN TANAH PERTANIAN KE NON PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEGAL,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PERIZINAN USAHA PERIKANAN

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PERIZINAN USAHA PERIKANAN PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PERIZINAN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN SELAYAR, Menimbang

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 0673/Pdt.G/2010/PA.Pas DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 0673/Pdt.G/2010/PA.Pas DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 0673/Pdt.G/2010/PA.Pas DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara perdata dalam tingkat pertama telah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 11 TAHUN 2002 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 11 TAHUN 2002 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 11 TAHUN 2002 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administrasi menjadi wilayah bagian dari Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, terletak

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG IZIN PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU LINTAS KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG IZIN PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU LINTAS KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG IZIN PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU LINTAS KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 797 TAHUN : 2010 Menimbang : a. PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERIZINAN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PERIZINAN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PERIZINAN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PERIZINAN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN SELAYAR, Menimbang : a. bahwa Kabupaten Kepulauan Selayar

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK LELANG UNDIAN DALAM PENYEWAAN TANAH KAS DESA DI DESA SUMBERAGUNG KECAMATAN NGRAHO KABUPATEN BOJONEGORO

BAB III PRAKTEK LELANG UNDIAN DALAM PENYEWAAN TANAH KAS DESA DI DESA SUMBERAGUNG KECAMATAN NGRAHO KABUPATEN BOJONEGORO BAB III PRAKTEK LELANG UNDIAN DALAM PENYEWAAN TANAH KAS DESA DI DESA SUMBERAGUNG KECAMATAN NGRAHO KABUPATEN BOJONEGORO A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian 1. Letak Geografis Kabupaten Bojonegoro Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dikenal sebagai Negara Agraris, bahwa tanah-tanah di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dikenal sebagai Negara Agraris, bahwa tanah-tanah di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai Negara Agraris, bahwa tanah-tanah di Indonesia sangat luas dan subur sehingga memberi banyak manfaat khususnya dibidang pertanian.

Lebih terperinci

P E N E T A P A N Nomor 0018/Pdt.P/2015/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N Nomor 0018/Pdt.P/2015/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P E N E T A P A N Nomor 0018/Pdt.P/2015/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SEWAAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SEWAAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 15 TAHUN 2005 SERI E ===================================================== PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 32 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 32 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 32 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA, Menimbang : a. bahwa untuk memberikan perlindungan, pengakuan,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR : 08 TAHUN 2005 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR : 08 TAHUN 2005 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR : 08 TAHUN 2005 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN DAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KOPERASI SERTA

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PEMBAYARAN ZAKAT PERTANIAN MENUNGGU HASIL PANEN KEDUA DI DESA TANGGUNGHARJO KECAMATAN GROBOGAN KABUPATEN GROBOGAN

BAB III DESKRIPSI PEMBAYARAN ZAKAT PERTANIAN MENUNGGU HASIL PANEN KEDUA DI DESA TANGGUNGHARJO KECAMATAN GROBOGAN KABUPATEN GROBOGAN BAB III DESKRIPSI PEMBAYARAN ZAKAT PERTANIAN MENUNGGU HASIL PANEN KEDUA DI DESA TANGGUNGHARJO KECAMATAN GROBOGAN KABUPATEN GROBOGAN A. Profil Desa Tanggungharjo Kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan Desa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 07 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 07 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG Nomor 07 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 75 TAHUN 2011

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 75 TAHUN 2011 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 75 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF PELANGGARAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kelurahan Tegal Gundil 4.1.1. Profil Kelurahan Tegal Gundil Kelurahan Tegal Gundil merupakan salah satu kelurahan di wilayah Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 27 TAHUN 2004 T E N T A N G SURAT IJIN USAHA INDUSTRI, IJIN PERLUASAN DAN TANDA DAFTAR INDUSTRI DI KABUPATEN LUMAJANG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PEMAKAMAN

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PEMAKAMAN BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PEMAKAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang a. bahwa meningkatnya jumlah penduduk

Lebih terperinci

III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI

III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI Sumber : Dinas CIPTARU Gambar 1. Peta Wilayah per Kecamatan A. Kondisi Geografis Kecamatan Jepara merupakan salah satu wilayah administratif yang ada di Kabupaten Jepara,

Lebih terperinci