PENILAIAN KINERJA PERUSAHAAN AGRIBISNIS PADA KELOMPOK INDEKS LQ45 DENGAN PENDEKATAN ECONOMIC VALUE ADDED DAN KINERJA RELATIF SAHAM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENILAIAN KINERJA PERUSAHAAN AGRIBISNIS PADA KELOMPOK INDEKS LQ45 DENGAN PENDEKATAN ECONOMIC VALUE ADDED DAN KINERJA RELATIF SAHAM"

Transkripsi

1 PENILAIAN KINERJA PERUSAHAAN AGRIBISNIS PADA KELOMPOK INDEKS LQ45 DENGAN PENDEKATAN ECONOMIC VALUE ADDED DAN KINERJA RELATIF SAHAM Oleh RAHMADANI ADRIYANA H PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

2 RINGKASAN RAHMADANI ADRIYANA. H Penilaian kinerja perusahaan agribisnis pada kelompok indeks LQ45 dengan pendekatan economic value added dan kinerja relatif saham. Di bawah bimbingan ABDUL KOHAR I. Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Tahun 2007, sektor pertanian menempati peringkat ketiga dengan memberi kontribusi dalam perekonomian Indonesia sebesar Rp. 541,9 trilyun atau 13,7 persen. Selanjutnya pada tahun 2008, PDB dari sektor pertanian naik menjadi Rp. 716,1 trilyun atau 14,5 persen. Sedangkan pada tahun 2009 sektor ekonomi Indonesia mengalami pertumbuhan, yang menjadikan sektor pertanian menempati peringkat kedua dengan nilai kenaikan sebesar Rp. 858,3 trilyun atau 15,3 persen dari PDB. Pendekatan yang dapat digunakan oleh investor dalam melakukan penilaian kinerja keuangan adalah EVA (Economic Value Added) dan kinerja relatif saham. Melalui kedua pendekatan tersebut, investor dapat mempertimbangkan korelasi antara variabel EVA (x) dengan variabel kinerja relatif perusahaan (y) yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi calon investor dalam menentukan keputusan. PT. Astra Agro Lestari, Tbk., di tahun 2007 memiliki nilai EVA Rp , tahun 2008 memiliki nilai EVA Rp , dan tahun 2009 PT. Astra Agro Lestari, Tbk. memiliki nilai Rp Hal ini menunjukkan bahwa proses kinerja keuangan perusahaan baik, laba yang tersedia mampu melebihi harapan investor. Kinerja relatif saham terhadap IHSG pada tahun 2007 sebesar 4,13 persen dan pada tahun 2008 menurun menjadi 0,77 persen, tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 2,06 persen. Korelasi antara perhitungan EVA dan kinerja relatif saham yaitu, bernilai negatif (0,55). PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. pada tahun 2007 memiliki nilai EVA Rp , tahun 2008 memiliki nilai EVA senilai Rp dan di tahun 2009 PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. memiliki nilai sebesar Rp Kinerja relatif saham terhadap IHSG pada tahun 2007 sebesar 4,60 persen, pada tahun 2008 mengalami penurunan nilai kinerja relatif saham menjadi negatif (8,00) persen. Tahun 2009 kinerja relatif saham mengalami peningkatan sebesar 4,14 persen dari tahun sebelumnya. Nilai korelasi bernilai positif yaitu 0,99. PT. London Sumatera, Tbk. tahun 2007 memiliki nilai EVA Rp. 474, , tahun 2008 memiliki nilai EVA Rp dan tahun 2009, PT. London Sumatera, Tbk. memiliki nilai sebesar Rp Kinerja relatif saham terhadap IHSG tahun 2007 menunjukan 1,13 persen, tahun 2008 negatif (1,84) persen, tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 4,54 persen. Nilai korelasi bernilai positif yaitu 0,84.

3 PENILAIAN KINERJA PERUSAHAAN AGRIBISNIS PADA KELOMPOK INDEKS LQ45 DENGAN PENDEKATAN ECONOMIC VALUE ADDED DAN KINERJA RELATIF SAHAM SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI Pada Program Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Oleh RAHMADANI ADRIYANA H PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

4 Judul Skripsi : Penilaian kinerja perusahaan agribisnis pada kelompok indeks LQ45 dengan pendekatan economic value added dan kinerja relatif saham Nama : Rahmadani Adriyana NIM : H Menyetujui Pembimbing, (Dr. Ir. Abdul Kohar I, MSc.) NIP : Mengetahui Ketua Departemen, (Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc) NIP : Tanggal Lulus :

5 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 24 Mei Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Drs. Is Boediono dan Anis Jumariah. Penulis menyelesaikan pendidikan formalnya di Sekolah Dasar Negeri Pengadilan 3 Bogor pada tahun Pada tahun penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2 Bogor. Pada tahun penulis melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 2 Bogor. Penulis melanjutkan pendidikan Diploma III pada Program Perencanaan dan Pengendalian Produksi Manufaktur/ Jasa (PPMJ/PPIC) di Institut Pertanian Bogor pada tahun Pada tahun 2008 penulis melanjutkan pendidikan Sarjana di Program Sarjana Manajemen Alih Jenis, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. iii

6 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT., atas berkah, rahmat dan karunia-nya penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Penilaian Kinerja Perusahaan Agribisnis Pada Kelompok Indeks LQ45 Dengan Pendekatan Economic Value Added Dan Kinerja Relatif Saham. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi (SE) di Program Sarjana Ahli Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orangtua dan seluruh keluarga tercinta, dosen pembimbing, serta teman-teman yang telah memberikan dukungan selama penyusun melakukan penelitian. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan, agar penelitian ini dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan yang telah direncanakan. Demikian makalah seminar ini disusun, semoga dapat diterima dan bermanfaat di masa yang akan datang. Bogor, April 2011 Penulis iv

7 UCAPAN TERIMA KASIH Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moral maupun materiil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dr. Ir. Abdul Kohar I, Msc sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi dan pengarahan kepada penulis. 2. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Ekstensi Manajemen IPB yang telah membantu penulis selama menjalankan kegiatan perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini. 3. Ibunda, Ayahanda dan adeku yang telah memberikan curahan kasih sayang, inspirasi dan doa yang tulus kepada penulis. 4. Rekan-rekan Program Penyelenggaraan Khusus Ahli Jenis Manajemen IPB Angkatan 4,5 dan 6 yang selalu bersama-sama membuat kenangan indah selama kuliah. 5. Rekan-rekan alumni D3 IPB jurusan PPMJ angkatan 42 yang bersama-sama saling memberikan dukungan dan semangat. 6. Pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga Allah SWT memberikan pahala atas kebaikannya. Skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran di perlukan untuk hal yang lebih baik. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat untuk kita semua. v

8 DAFTAR ISI RINGKASAN Halaman RIWAYAT HIDUP... iii KATA PENGANTAR... iv UCAPAN TERIMAKASIH... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Laporan Keuangan Kinerja Keuangan Pasar Modal Saham Obligasi Investasi Nilai Tambah Ekonomis (Economic Value Added) Laba Operasi Bersih Setelah Pajak (NOPAT) Modal yang Diinvestasikan (IC) Biaya Modal Rata-rata Tertimbang (WACC) Biaya Modal (Cost of Capital) Biaya Utang Biaya Saham Biasa Kinerja Relatif Saham Korelasi Pearson Penelitian Terdahulu III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Metode Penelitian Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan dan Analisis Data vi

9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil Perusahaan PT. Astra Agro Lestari, Tbk PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk PT. London Sumatera, Tbk Economic Value Added (EVA) PT. Astra Agro Lestari, Tbk PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk PT. London Sumatera, Tbk Kinerja Relatif Saham PT. Astra Agro Lestari, Tbk PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk PT. London Sumatera, Tbk Korelasi PT. Astra Agro Lestari, Tbk PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk PT. London Sumatera, Tbk KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vii

10 DAFTAR TABEL No. Halaman 1. Struktur produk domestik bruto Nilai transaksi sub-sektor agribisnis Kepemilikan saham PT. Astra Agro Lestari, Tbk Anak perusahaan PT. Astra Agro Lestari, Tbk. Periode Ringkasan neraca PT. Astra Agro Lestari, Tbk. Periode 31 Desember (dalam jutaan rupiah) Ringkasan laporan laba/rugi PT. Astra Agro Lestari, Tbk (dalam jutaan rupiah) Kepemilikan saham PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. Periode Anak perusahaan PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. Periode Ringkasan neraca PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. Periode 31 Desember (dalam ribuan rupiah) Ringkasan laporan laba/rugi PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk (dalam ribuan rupiah) Kepemilikan saham PT. London Sumatera, Tbk. Periode Anak perusahaan PT. London Sumatera, Tbk. Periode Ringkasan neraca PT. London Sumatera, Tbk. Periode Periode 31 Desember (dalam jutaan rupiah) Ringkasan laporan laba/rugi PT. London Sumatera, Tbk (dalam jutaan rupiah) viii

11 DAFTAR GAMBAR No. Halaman 1. Kerangka pemikiran penelitian ix

12 DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1. Laporan keuangan PT. Astra Agro Lestari, Tbk Laporan keuangan PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Laporan keuangan PT. London Sumatera, Tbk Indeks harga saham perusahaan Agribisnis kelompok LQ45 (Periode Agt. 10 s.d Jan.11) Indeks harga saham gabungan (Composite Stock Index - Indonesia) tahun Perhitungan tingkat pengembalian (kinerja) saham PT. Astra Agro Lestari, Tbk. tahun Perhitungan tingkat pengembalian (kinerja) saham PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. tahun Perhitungan tingkat pengembalian (kinerja) saham PT. PP London Sumatera, Tbk. tahun Perhitungan tingkat pengembalian (kinerja) pasar - IHSG tahun Suku bunga acuan Bank Indonesia Tahun Perhitungan resiko (beta) saham PT. Astra Agro Lestari, Tbk. tahun Perhitungan resiko (beta) saham PT. Bakrie Sumatra Plantations, Tbk. tahun Perhitungan resiko (beta) saham PT. PP London Sumatera, Tbk. tahun Perhitungan biaya saham perusahaan Agribisnis kelompok LQ45 (Periode Agt 10 s.d. Jan 11) tahun Perhitungan biaya hutang perusahaan Agribisnis kelompok LQ45 (Periode Agt 10 s.d. Jan 11) tahun Perhitungan invested capital perusahaan Agribisnis kelompok LQ45 (Periode Agt 10 - Jan 11) tahun Perhitungan WACC perusahaan agribisnis kelompok LQ45 (Periode Agt 10 - Jan 11) tahun Perhitungan NOPAT perusahaan Agribisnis kelompok LQ45 (Periode Agt 10 - Jan 11) tahun Perhitungan EVA perusahaan Agribisnis kelompok LQ45 (Periode Agt 10 - Jan 11) tahun Perhitungan kinerja relatif saham perusahaan Agribisnis kelompok LQ45 (Agt 10 - Jan 11) tahun Perhitungan korelasi antara nilai EVA dan tingkat kinerja relatif saham PT. Asta Agro Lestari, Tbk Perhitungan korelasi antara nilai EVA dan tingkat kinerja relatif saham PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Perhitungan korelasi antara nilai EVA dan tingkat kinerja relatif saham PT. London Sumatera, Tbk Alur Pikir x

13 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Selama tahun 2007 sampai dengan tahun 2009, sektor pertanian dan sub-sektornya yang meliputi perkebunan, perikanan, peternakan, dan kehutanan, relatif mengalami pertumbuhan dalam struktur PDB (Produk Domestik Bruto). Tahun 2007, sektor pertanian menempati peringkat ketiga dengan kontribusi sebesar 541,9 trilyun rupiah atau 13,7 persen dari total PDB di Indonesia. Selanjutnya pada tahun 2008, PDB dari sektor pertanian naik menjadi 716,1 trilyun rupiah atau 14,5 persen dari total PDB. Pada tahun 2009, sektor pertanian menempati peringkat kedua dalam struktur PDB dengan pertumbuhan sebesar 15,3 persen, menjadi 858,3 trilyun rupiah. Tabel 1 menyajikan struktur PDB Indonesia tahun 2007 sampai dengan tahun Tabel 1. Struktur Produk Domestik Bruto Tahun Lapangan Usaha 2007 % 2008 % 2009 % 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 541,9 13,7 716,1 14,5 858,3 15,3 2. Pertambangan & Penggalian 440,6 11,2 540,6 10,9 591,5 10,5 3. Industri Pengolahan 1,068,7 27,0 1,380,7 27,9 1,480,9 26,4 4. Listrik, Gas & Air Bersih 34,7 0,9 40,9 0,8 46,8 0,8 5. Konstruksi 305 7,0 419,6 8, ,9 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 592,3 15,0 691,5 14,0 750,6 13,4 7. Pengangkutan dan Komunikasi 264,3 6,7 312,2 6,3 352,4 6,3 8. Keuangan, Real Estate & Jasa Perusahaan 305,2 7,7 368,1 7,4 404,1 7,2 9. Jasa-jasa 398,2 10,1 481,7 9,7 573,8 10,2 Produk Domestik Bruto 3, ,951, ,613,4 100 Sumber : BPS 2010 (dalam trilyun rupiah) Selain itu, sektor pertanian dapat digolongkan ke dalam sektor yang memiliki daya tahan yang tinggi terhadap krisis ekonomi. Menurut Harahap (2003), krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia telah menimbulkan serangkaian dampak negatif bagi dunia usaha, ditandai dengan merosotnya nilai mata uang rupiah terhadap US dollar dan diikuti dengan melonjaknya suku bunga pinjaman, sehingga mengakibatkan melemahnya sektor usaha

14 2 yang menggunakan komponen impor, dan sektor yang memiliki pengaruh tinggi seperti otomotif, real estate, dan importir. Namun di sisi lain, berbagai sektor yang banyak menggunakan komponen lokal seperti sektor pert anian (agribisnis) dapat dijadikan pemicu peningkatan ekspor dan pemulihan ekonomi. Indikator perekonomian sebuah negara, selain dapat dilihat dari pertumbuhan PBD, dapat pula dilihat dari kinerja indeks pasar modal, yang merupakan indikator kepercayaan investor. Pasar modal di Indonesia, dikelola oleh PT. Bursa Efek Indonesia (BEI), dan diawasi oleh Kementerian Keuangan melalui Bapepam-LK (Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan). Indeks pasar modal di Indonesia disebut dengan Indeks Harga Saham Gabungan (Indonesian Composite Index) yang terdiri dari sembilan indeks sektoral yaitu agribisnis, pertambangan, industri dasar, industri lainnya, industri produk konsumen, properti, infrastruktur, lembaga keuangan, dan perdagangan. Pada tahun 2007 dan 2008, terdapat 14 perusahaan yang bergerak dalam bidang pertanian atau agribisnis yang terdaftar di BEI, sedangkan pada tahun 2009 jumlah perusahaan agribisnis naik menjadi 15 perusahaan. Sektor agribisnis yang tercatat di BEI, didominasi oleh sub-sektor perkebunan, hal tersebut dapat dilihat dari jumlah perusahaan terdaftar dan nilai transaksi pasar. Tabel 2 menyajikan secara lengkap proporsi nilai transaksi sub-sektor agribisnis. Tabel 2. Nilai Transaksi Sub-Sektor Agribisnis Tahun Sub-Sektor Emiten (Rp.) Emiten (Rp.) Emiten (Rp.) Tanaman Pangan 1 1, , Perkebunan 6 47, , , Peternakan Perikanan 4 20, , , Kehutanan Lainnya Total 14 70, , , Sumber : IDX (dalam miliar rupiah)

15 3 Tingginya transaksi pasar pada sub-sektor perkebunan, menjadi indikator bahwa saham-saham pada perusahaan perkebunan merupakan saham-saham teraktif pada sektor pertanian yang diperdagangkan di BEI. Hal tersebut dikarenakan para investor melihat bahwa sub-sektor perkebunan, memiliki peranan, potensi, dan sumberdaya yang cukup besar di Indonesia, sehingga sub-sektor perkebunan mendapat kepercayaan yang lebih tinggi dari para investor. Perusahaan perkebunan yang memiliki prospek dan kinerja keuangan baik, sahamnya akan banyak diminati oleh para investor. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan oleh investor dalam melakukan penilaian kinerja keuangan adalah EVA (Economic Value Added). Kunci pendekatan EVA adalah peningkatan nilai perusahaan melalui upaya memaksimalkan tingkat pengembalian dan meminimalkan biaya modal (Stewart dalam Permatasari, 2002). Selain melalui pendekatan EVA, para investor dapat memilih sebuah saham, dengan melihat pada kinerja relatif saham sebuah perusahaan. Kinerja relatif saham merupakan kinerja saham berdasarkan harga rata-rata saham per bulan dalam setahun. Selanjutnya, tingkat kinerja saham tersebut dibandingkan dengan tingkat kinerja IHSG yang merupakan indikator ekonomi makro. Melalui kedua pendekatan tersebut, diharapkan memiliki korelasi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi calon investor dalam menentukan keputusan Rumusan Masalah Perusahaan-perusahaan agribisnis merupakan salah satu sektor yang memiliki daya tahan terhadap krisis. Salah satu sub-sektor pada sektor agribisnis yang banyak diminati oleh para investor adalah sub-sektor perkebunan. Perusahaan-perusahaan perkebunan memiliki daya tarik untuk dijadikan bahan penelitian, khususnya jika dilihat melalui penilaian kinerja dengan pendekatan EVA dan analisis kinerja relatif saham, serta korelasi antara keduanya. Untuk melihat kinerja saham-saham perusahaan perkebunan secara spesifik, maka dilakukan pengamatan pada sejumlah saham perusahaan

16 4 perkebunan yang tergabung dalam kelompok indeks LQ45. Menurut Permatasari (2002), indeks LQ45 merupakan kelompok saham yang diminati dan menjadi fokus perhatian para investor karena memiliki kriteria sebagai perusahaan yang berprospek pertumbuhan dan kondisi keuangan perusahaan yang baik, frekuensi perdagangan yang tinggi, serta memiliki likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi. Emiten sektor agribisnis dibawah sub-sektor perkebunan pada indeks LQ45, yaitu PT. Astra Agro Lestari, Tbk., PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk., dan PT. London Sumatera, Tbk. Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini harus dapat menjawab beberapa permasalahan pokok sebagai berikut ini : 1. Bagaimana kinerja keuangan perusahaan-perusahaan agribisnis subsektor perkebunan pada kelompok indeks LQ45 berdasarkan pendekatan EVA? 2. Bagaimana kinerja relatif saham perusahaan-perusahaan agribisnis subsektor perkebunan pada kelompok indeks LQ45 dibandingkan dengan kinerja IHSG selama periode tertentu? 3. Apakah ada korelasi antara nilai EVA dengan tingkat kinerja relatif saham pada perusahaan-perusahaan agribisnis sub-sektor perkebunan pada kelompok indeks LQ45? 1.3. Tujuan dan Manfaat 1. Mengetahui kinerja keuangan perusahaan agribisnis sub-sektor perkebunan pada kelompok indeks LQ45 berdasarkan EVA. 2. Mengetahui kinerja relatif saham perusahaan agribisnis sub-sektor perkebunan pada kelompok indeks LQ45 dan membandingkannya dengan kinerja IHSG. 3. Memberikan rekomendasi berdasarkan hubungan antara nilai EVA dan tingkat kinerja relatif saham perusahaan agribisnis sub-sektor perkebunan pada kelompok indeks LQ45.

17 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini yaitu analisis kinerja perusahaan agribisnis dibawah sub-sektor perkebunan yang terdaftar pada indeks LQ45 periode 2007 sampai 2009 dengan menggunakan Economic Value Added (EVA) dan Analisi Kinerja Relatif Saham. Perusahaan agribisnis sub-sektor perkebunan yang diteliti adalah PT. Astra Agro Lestari, Tbk., PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk., dan PT. London Sumatera, Tbk. yang terdaftar pada indeks LQ45.

18 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Laporan Keuangan Menurut Maron (2001), laporan keuangan adalah produk dari manajemen dalam mempertanggung jawabkan penggunaan sumber daya dan sumber dana. Secara umum, laporan keuangan menyediakan informasi tentang posisi keuangan pada saat tertentu, kinerja dan arus kas dalam suatu periode yang ditujukan bagi pengguna laporan di luar perusahaan untuk menilai dan mengambil keputusan yang bersangkutan dengan perusahaan. Sebagai sumber informasi, laporan keuangan harus dipaparkan secara wajar, terbuka, mudah dipahami dan dapat dibandingkan dengan laporan keuangan pada tahun sebelumnya atau dibandingkan antara perusahaan yang bergerak dalam bidang yang sama. Dalam era globalisasi pengguna laporan keuangan tidak terbatas dari dalam negeri, tetapi meluas hingga ke luar negeri. Hal ini dibuktikan pada pasar modal Indonesia yang didominasi oleh investor asing. Dan sebaliknya, beberapa perusahaan lokal yang telah mendunia dengan mencatatkan efek di dalam dan luar negeri. Untuk memenuhi kepuasan pengguna laporan keuangan yang tidak terbatas, maka laporan keuangan harus disusun berdasarkan suatu standar akuntansi yang menggunakan standar internasional (Maron, 2001). Menurut Brigham dan Joel (2001), laporan keuangan adalah laporan yang diterbitkan oleh perusahaan kepada pemegang saham. Laporan tahunan (annual report) merupakan laporan yang paling penting, ada dua jenis informasi yang diberikan dalam laporan tahunan. Pertama, adalah bagian verbal, yang disajikan sebagai surat dari presiden direktur yang menguraikan hasil operasi perusahaan selama tahun lalu dan membahas perkembangan baru yang akan mempengaruhi operasi perusahaan di masa depan. Kedua, laporan tahunan yang disajikan adalah laporan keuangan dasar yang terdiri sebagai berikut, yaitu : 1. Neraca, merupakan laporan posisi keuangan perusahaan pada suatu waktu tertentu.

19 7 2. Laporan laba rugi, laporan yang mengikhtisarkan pendapatan dan beban perusahaan selama periode akuntansi tertentu, yang umumnya setiap kuartal atau satu tahun. 3. Laporan laba ditahan, laporan yang menunjukan berapa banyak laba perusahaan yang ditahan bila dibandingkan dengan yang dibayarkan sebagai dividen. Jumlah laba ditahan ditunjukan setiap tahun sejarah perusahaan. 4. Laporan arus kas, laporan yang menjelaskan dampak aktivitas operasi, investasi, dan pembiayaan perusahaan terhadap arus kas selama satu periode akuntansi Kinerja Keuangan Menurut Arifin dan Busono (2006), kinerja keuangan pada laporan keuangan disajikan dalam laporan laba rugi yang terdiri dari pendapatan dan beban yang dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban, yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal (investor). Definisi penghasilan (income) meliputi pendapatan (revenues) dan keuntungan (gains). Pendapatan timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa dikenal dengan sebutan berbeda, seperti penjualan, penghasilan jasa (fee), bunga dan lainnya. Keuntungan menjelaskan kenaikan manfaat ekonomi, dan dengan demikian hakekatnya tidak berbeda dengan pendapatan. 2. Beban (expense) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau kurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal. Definisi beban mencakup baik kerugian maupun beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa. Beban yang timbul dari aktivitas perusahaan yang meliputi beban pokok penjualan, gaji dan penyusutan. Kerugian memenuhi definisi beban yang mungkin timbul atau mungkin

20 8 tidak timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa. Misalnya, kerugian karena bencana dan dari pelepasan aktiva lancar. Beban juga mencakupi kerugian yang belum direalisasi, misalnya kerugian dari pengaruh kurs valuta asing Pasar Modal Menurut Darmadji dan Hendy (2006), pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai intrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang, ekuitas (saham), intrumen derivatif, maupun intrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah) dan sarana kegiatan berinvestasi. Pasar modal adalah pasar untuk surat berharga dan bagian dari pasar keuangan (financial market). Manfaat dari pasar modal, diantaranya : 1. Menyediakan sumber pendanaan atau pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal. 2. Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus menjadi upaya diversifikasi. 3. Menyediakan indikator utama (leading indicator) bagi tren ekonomi negara. 4. Memungkinkan penyebaran kepemilikan perusahaaan sampai lapisan masyarakat menengah. 5. Menciptakan lapangan kerja atau profesi yang menarik. 6. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dengan prospek yang baik. 7. Alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan resiko yang bisa diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas, dan diversifikasi investasi. 8. Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha dan memberikan akses kontrol sosial. 9. Mendorong pengelolaan perusahaan dengan iklim terbuka, pemanfaatan manajemen profesional, dan penciptaan iklim berusaha yang sehat.

21 Saham Menurut Darmadji dan Hendy (2006), saham (stock) dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham merupakan selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Besarnya kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyerataan yang ditanamkan di perusahaan tersebut. Jenis surat berharga yang paling dikenal masyarakat di pasar modal adalah saham. Berdasarkan kemampuan dalam hak tagih (klaim), maka jenis saham terbagi atas dua jenis, yaitu : 1. Saham biasa (common stock), yaitu saham yang menempatkan pemiliknya pada posisi paling bawah (junior) dalam pembagian dividen dan atas hak kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Saham biasa merupakan efek yang paling terkenal di pasar modal. Karena, pada umumnya pembicaraan seputar saham selalu mengacu pada saham biasa. 2. Saham preferen (preferred stock), yaitu saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Saham preferen sama dengan saham biasa karena dua hal, yaitu pertama mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis diatas lembaran saham tersebut. Kedua, membayar dividen. Persamaan saham preferen dengan obligasi terletak pada tiga hal yaitu, pertama ada klaim atas laba aktiva sebelumnya. Kedua, dividen tetap selama masa berlaku dari saham. Ketiga, memiliki hak tebus serta dapat dipertukarkan (convertible) dengan saham biasa. Saham preferen dipandang sebagai surat berharga dengan pendapatan tetap dan akan bersaing dengan obligasi di pasar. Akan tetapi obligasi menempati urutan yang lebih senior dibanding dengan saham preferen.

22 Obligasi Menurut Darmadji dan Hendy (2006), obligasi (bond) adalah surat berharga yang menunjukan bahwa penerbit obligasi meminjam sejumlah dana kepada masyarakat dan memiliki kewajiban untuk membayar bunga secara berkala, dan mempunyai kewajiban melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi. Menurut Tendelilin (2010), dari sudut pandang perusahaan, obligasi perusahaan (corporate bond) menyatakan hutang perusahaan kepada pemegangnya. Obligasi perusahaan merupakan sekuritas yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang menjanjikan kepada pemegangnya pembayaran sejumlah uang tetap pada suatu tanggal jatuh tempo di masa mendatang disertai dengan pembayaran bunga secara periodik. Jumlah tetap yang dibayar pada waktu jatuh tempo (maturity) merupakan pokok pinjaman (principal) obligasi, yang juga disebut nilai nominal atau nilai per par (par value atau face value). Dari sudut pandang investor, obligasi perusahaan merupakan suatu investasi yang berbeda dengan saham biasa. Saham biasa menyatakan klaim kepemilikan pada suatu perusahaan, sedangkan obligasi menyatakan klaim kreditur pada suatu perusahaan Investasi Investasi adalah komitmen menanamkan sejumlah dana pada satu atau lebih aset selama beberapa periode pada masa mendatang (Jones, 2004). Menurut Reilly dan Keith (2003) investasi adalah komitmen mengikatkan aset saat ini untuk beberapa waktu periode ke masa depan untuk mendapatkan hasil yang mampu mengkompensasikan pengorbanan investor, yaitu : 1. Keterikatan aset pada waktu tertentu. 2. Tingkat inflasi. 3. Ketidaktentuan penghasilan pada masa mendatang.

23 11 Setelah periode yang diinginkan tersebut tercapai (jatuh tempo) maka investor bisa mendapatkan asetnya dalam jumlah besar, guna mengkompensasi pengorbanan investor. Akan tetapi tidak ada jaminan pada akhir periode yang ditentukan investor pasti mendapatkan asetnya lebih dari saat investasi. Hal ini terjadi karena selama periode waktu menunggu tersebut terdapat kejadian yang tidak tentu dari yang diharapkan, kejadian ini disebut dengan resiko. Jadi, selain harus memiliki komitmen mengikatkan dana, investor juga harus bersedia menanggung resiko (Reilly dan Keith, 2003) Nilai Tambah Ekonomis (Economic Value Added) Menurut Young dan O byrne (2001), EVA dapat dihitung untuk setiap kesatuan, termasuk divisi, departemen, lini produk, segmen bisnis secara geografis, dan sebagainya. Economic value added adalah cara mengubah pengukuran saham dari kelebihan pengembalian menjadi aliran. Penggunaan EVA secara meluas dimulai pada awal tahun 1990-an, memberikan pengalaman yang cukup pada perusahaan dan juga kepada investor untuk mengetahui tantangan dan kesukaran-kesukaran dalam perhitungan EVA. Economic value added memberikan tolok ukur yang baik apakah perusahaan telah memberikan nilai tambah kepada pemegang saham. Jika manajer memfokuskan pada EVA, maka akan membantu memastikan bahwa perusahaan beroperasi dengan cara yang konsisten untuk memaksimalkan nilai pemegang saham (Brigham dan Joel, 2001). Jika dibandingkan dengan metode lainnya, EVA memiliki beberapa keunggulan (Young dan O byrne, 2001) : 1. Konsep EVA memiliki peran penting sebagai suatu sistem yang berbasis value compensation dan membantu perusahaan dalam mencapai tujuan utamanya, yaitu menciptakan nilai untuk pemegang saham. 2. Konsep EVA menjembatani konflik yang terjadi antara manajer dengan perusahaan bekaitan dengan pemberian bonus. EVA menyediakan insentif bagi manajer yang berperan mencari dan mengimplementasikan investasi yang menciptakan nilai.

24 12 3. Konsep EVA merupakan alat komunikasi yang efektif dalam penciptaan nilai dengan melibatkan semua elemen di dalam organisasi untuk ikut berperan serta. 4. Konsep EVA merupak an kerangka kerja manajemen yangn mencakup berbagai fungsi, seperti perencana strategis (strategic planning), pengukuran kinerja (performance measurement), serta komunikasi internal maupun eksternal (internal or external communication). Menurut Soetjipto dalam Supiani (2005), walaupun metode EVA mempunyai tingkat keefektifan tinggi dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan, ternyata konsep EVA juga memiliki beberapa titik kelemahan, yaitu : 1. Secara tidak langsung konsep ini mendorong perusahaan untuk menghindari resiko. 2. Konsep EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu tahun tertentu padahal nilai suatu perusahaan adalah akumulasi nilai selama umur perusahaan. 3. Secara praktis perhitungan melalui metode EVA cukup rumit karena proses perhitungannya memerlukan estimasi biaya modal dan hal itu sulit dilakukan dengan perusahaan yang belum go public. Perhitungan formula EVA menurut Young dan O bryrne (2001), sama dengan laba operasi bersih setelah pajak (net operating profit after tax), dikurangi biaya modal (cost of capital). Cost of capital (CC) didapatkan dengan cara modal yang diinvestasikan perusahaan dikalikan rata-rata tertimbang dari biaya modal (weight average cost of capital). Weight average cost of capital (WACC) sama dengan jumlah biaya dari setiap komponen modal yaitu utang jangka pendek, utang jangka panjang dan ekuitas pemegang saham, ditimbang berdasarkan proporsi relatifnya dalam struktur modal perusahaan pada nilai pasar. Menurut Young dan O bryrne (2001), modal yang di investasikan (invested capital) adalah jumlah seluruh keuangan perusahaan, terlepas dari kewajiban jangka pendek, passiva yang tidak menanggung bunga, seperti utang, upah yang akan jatuh tempo dan pajak yang akan jatuh tempo.

25 13 Invested Capital (IC) sama dengan jumlah ekuitas pemegang saham, seluruh utang jangka pendek dan jangka panjang yang menanggung bunga, utang dan kewajiban jangka panjang lainnya. Untuk mengukur EVA terdapat lima langkah utama dalam mengukurnya (Young dan O bryne, 2001), yaitu : 1. Menghitung laba operasi bersih sesudah pajak (Net Operating Profit After Tax - NOPAT). 2. Menghitung biaya modal yang di investasikan (Invested Capital - IC). 3. Menghitung biaya modal rata-rata tertimbang (Weight Average Cost of Capital - WACC) dari seluruh komposisi modal perusahaan. 4. Menghitung biaya modal (Cost of Capital) perusahaan yang terdiri dari beberapa sumber pembiayaan. 5. Menghitung Economic Value Added (EVA) Laba Operasi Bersih Setelah Pajak (NOPAT) Menurut Tunggal (2008), NOPAT (net operating profit after tax) merupakan laba yang diperoleh dari operasi perusahaan setelah dikurangi pajak penghasilan. Besarnya NOPAT tidak dipengaruhi oleh struktur modal perusahaan karena diasumsikan restrukturisasi keuangan tidak akan memberi dampak pada profitabilitas ataupun resiko bisnis yang ada sekarang. Perusahaan yang membiayai bisnisnya dari utang atau dari modal sendiri, nilai NOPAT akan selalu identik Modal yang Diinvestasikan (IC) Invested capital merupakan jumlah seluruh keuangan perusahaan, terlepas dari kewajiban jangka pendek, passiva yang tidak menanggung bunga (non interest bearing liabilities). Invested capital sama dengan jumlah ekuitas pemegang saham, seluruh hutang jangka panjang pendek dan jangka panjang yang menanggung bunga, hutang dan kewajiban jangka panjang lainnya (Young dan O bryne, 2001) Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang (WACC) Weight average cost of capital yaitu biaya ekuitas dan biaya hutang masing-masing dikalikan dengan persentase ekuitas dan

26 14 hutang dalam struktur modal perusahaan. Karena biaya bunga (interest) dapat dikurangkan dari penghasilan dalam rangka menentukan pendapatan kena pajak (interest on debt is tax deductible)s (Utomo, 1999). Tujuan dalam mencari WACC yaitu untuk mendapatkan kriteria yang masuk akal dalam mengukur investasi baru. Menurut Young dan O bryne (2001), dalam menghitung WACC suatu perusahaan perlu mengetahui : 1. Jumlah utang dalam struktur modal. 2. Jumlah ekuitas dalam struktur modal. 3. Biaya utang. 4. Tingkat pajak. 5. Biaya ekuitas Biaya Modal (Cost of Capital) Cost of capital (CC) merupakan suatu biaya kesempatan yang mencerminkan pengembalian yang diharapkan dari investor dan investasi lain dengan resiko yang serupa (Young dan O byrne, 2001). Menurut Sartono (1997), model yang dipergunakan untuk menghitung biaya modal yaitu biaya utang, biaya saham biasa dan biaya saham preferen. Dalam mengidentifikasi dan menentukan biaya dari setiap komponen modal dan mengkombinasikan komponen - komponen ke dalam WACC, merupakan langkah penting dalam mengestimasi biaya modal. Menurut Young dan O byrne (2001), elemen resiko merupakan elemen yang penting untuk memahami biaya modal dan bagaimana menghitungnya. Semua investor merupakan penghindar resiko, mereka lebih menyukai risiko yang lebih kecil dari pada risiko yang lebih banyak. Tetapi bukan berarti investor tidak akan bertanggung jawab atas sebuah resiko Biaya Utang Menurut Horne dan John (2007), biaya utang setelah pajak adalah perusahaan yang memiliki penghasilan kena pajak, jika tidak

27 15 memiliki penghasilan kena pajak, maka perusahaan tidak akan mendapatkan keuntungan pajak yang terkait dengan pembayaran bunga. Biaya utang eksplisit perusahaan yang tidak memiliki penghasilan kena pajak adalah biaya sebelum pajak Biaya Saham Biasa Saham biasa yaitu saham yang menempatkan pemiliknya pada posisi paling awal dalam pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi (Darmadji dan Hendy, 2006). Menurut Keown, dkk. (2002) terdapat dua metode untuk mengestimasi tingkat pengembalian yang diisyaratkan pemegang saham biasa, yaitu : 1. Model Pertumbuhan Deviden Model pendekatan ini dapat dipergunakan apabila pertumbuhan dividen dan pendapatan perusahaan akan tumbuh pada tingkat yang konstan. Dirumuskan sebagai berikut :...(1) Keterangan : K s = Harga saham biasa. D i = Dividen tahun ke-i. P o g = Nilai harga saham biasa. = Tingkat pertumbuhan yang diharapkan. 2. Capital Asset Pricing Model (CAPM) Capital asset pricing model adalah pernyataan mengenai hubungan antara pengembalian yang diharapkan dan risiko dimana risiko sistematis (beta) untuk asset yang beresiko. Pengembalian hasil yang diharapkan adalah sama dengan jumlah dari tingkat bunga yang bebas resiko yang sama dengan produk beta dan premi resiko pasar. 1. Capital asset pricing model memberikan sebuah dasar untuk menentukan harapan investor atau tingkat pengembalian hasil

28 16 yang diminta investor dari investasi saham biasa. Model ini tergantung pada tiga hal yaitu tingkat bebas resiko (R f ). 2. Resiko sistematis dari pengembalian atas saham biasa dibandingkan dengan pengembalian atas pasar secara keseluruhan atau koefisien beta saham (β). 3. Premi resiko pasar (market premium risk), yang setara dengan perbedaan tingkat pengembalian yang diharapkan atas pasar secara keseluruhan tingkat pengembalian rata-rata dikurangi tingkat bebas resiko, atau dalam simbol (R m R f ) Kinerja Relatif Saham Menurut Darmadji dan Hendy (2006), indeks harga saham adalah suatu indikator yang menunjukan pergerakan harga saham. Kinerja indeks berfungsi sebagai indikator tren pasar, artinya pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar pada saat pasar sedang aktif atau lemah. Menurut Darmadji dan Hendy (2006), di pasar modal sebuah indeks diharapkan memiliki lima fungsi, yaitu : 1. Sebagai indikator tren pasar. 2. Sebagai indikator tingkat keuntungan. 3. Sebagai tolok ukur (benchmark) kinerja suatu portofolio. 4. Memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif. 5. Memfasilitasi berkembangnya produk derivatif. Menurut Jogiyanto dalam Pahresi 2003, Kinerja saham relatif adalah perbandingan nilai rata-rata harga saham sebuah perusahaan dan pembukaan hingga penutupan bursa dalam satu tahun berbanding dengan rata-rata gabungan harga saham perusahaan- perusahaan di BEI, serta melihat saham, prospek ataupun kemampuan perusahaan menurut investor. Dalam memilih saham, prosek atau kemampuan perusahaan untuk tumbuh dan terus menghasilkan laba adalah faktor yang harus selalu diperhatikan. Kinerja saham relatif merupakan salah satu media untuk para investor melihat perkembangan harga saham berbanding dengan rata-rata harga saham secara keseluruhan yang terdaftar di BEI.

29 Korelasi Pearson Korelasi pearson produk momen (PPM) merupakan salah satu teknik korelasi yang paling banyak digunakan dalam penelitian sosial. Besarnya angka korelasi disebut koefisien korelasi dinyatakan dalam lambang r. Korelasi pearson berguna untuk menyatakan ada atau tidaknya hubungan yang signifikan antara variable satu dengan yang lainnya dan untuk menyatakan besarnya sumbangan variable satu terhadap variable lain yang dinyatakan dalam persen (Usman dan Setiady, 2008). Beberapa Persyaratan dalam menggunakan korelasi pearson (Hasan, 2003), yaitu: 1. Variabel yang dihubungkan mempunyai data yang berdistribusi normal. 2. Variabel yang dihubungkan mempunyai data linier. 3. Variabel yang dihubungkan mempunyai data yang dipilih secara acak (random). 4. Variabel yang dihubungkan mempunyai pasangan sama dari subjek yang sama. 5. Variabel yang dihubungkan mempunyai data interval dan rasio. Untuk menentukan hubungan atau korelasi antar variabel dapat ditentukan dengan beberapa nilai-nilai dari koefisien korelasi (KK), yaitu: 1. KK = 0. Tidak ada korelasi 2. 0 < KK 0,20, korelasi sangat rendah atau lemah sekali. 3. 0,20 < KK 0,40, korelasi rendah atau lemah tapi pasti. 4. 0,40 < KK 0,70, korelasi yang cukup berarti. 5. 0,70 < KK 0,90, korelasi yang tinggi, kuat. 6. 0,90 < KK < 100, korelasi sangat tinggi, kuat, dapat diandalkan. 7. KK = 1, korelasi sempuna Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan Economic Value Added telah dilakukan oleh beberapa para peneliti-peneliti terdahulu. Permatasari (2002) melakukan penelitian pada dua belas perusahaan Agribisnis indeks LQ45 dengan metode EVA, ROA,ROE, PER dan P/BV.

30 18 Dua belas perusahaan memiliki peningkatan harga saham yang sangat tajam, sementara faktor fundamental perusahaan mengalami penurunan, karena pengaruh kondisi perekonomian yang belum stabil. Akhirnya peneliti melakukan perhitungan ulang dengan mengeluarkan data yang memiliki nilai tajam sehingga hanya memiliki sepuluh objek penelitian. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa kinerja relatif saham Agribisnis memiliki korelasi yang signifikan dengan pendekatan EVA, ROA,ROE, PER dan P/BV perusahaan yang diteliti. Pahresi (2003) melakukan penelitian pada empat perusahaan. Dari ke empat perusahaan hanya ada satu perusahaan yang pernah menghasilkan EVA positif pada tahun 2000 sedangkan yang lain negative. Hal tersebut menggambarkan bahwa perusahaan perusahaan belum dapat pulih dari krisis ekonomi. Perusahaan belum mampu mengatasi masalah-masalah keuangannya, seperti meningkatkan biaya produksi dan kerugian valuta asing. Kinerja saham relatif mengalami penurunan yang tidak berkorelasi dengan naik turunnya EVA, laporan keuangan perusahaan dan perhitunganperhitungan akuntansi lainnya memberi gambaran bahwa kinerja saham relatif bersifat irasional. EVA tidak mempengaruhi kinerja saham relatif karena ketidakwajaran dalam kenaikan dan penurunan EVA tidak berdampak terhadap naik dan turunnya kinerja saham relatif. Supiani (2005) melakukan penelitian dengan sepuluh perusahaan BUMN go public yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan yang diteliti antara lain PT. Aneka Tambang, Tbk., PT. Bank Negara Indonesia, Tbk., PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk., PT. Bank Mandiri, Tbk., PT. Indofarma, Tbk., PT. Indosat, Tbk., PT. Kimia Farma, Tbk., PT. Semen Gresik, Tbk., PT. Timah, Tbk., dan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Dari hasil penelitian sepuluh perusahaan dengan menggunakan metode EVA menunjukan bahwa tidak ada satupun perusahaan yang memiliki nilai EVA positif pada tahun 2003 sampai Ningrum (2008) melakukan penelitian menggunakan metode EVA dengan perusahaan go public telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Peusahaan telekomunikasi yang diteliti yaitu PT. Telkom,

31 19 Tbk., PT. Indosat, Tbk., PT. Excelcomindo Pratama, Tbk., PT. Bakrie Telecom, Tbk., dan PT. Mobile 8, Tbk. Dari lima perusahaan yang di analisis pada periode 2002 sampai 2007, terdapat perusahaan yang konsisten positif dengan nilai EVA yaitu PT. Telkom, Tbk., sedangkan PT. Indosat, Tbk., menjadi urutan kedua karena pada historis perusahaan PT. Telkom, Tbk., memiliki kinerja perusahaan yang baik. PT. Excelcomindo Pratama, Tbk., PT. Bakrie, Tbk., dan PT. Mobile 8, Tbk. memiliki nilai EVA yang negatif, sehingga perusahaan belum dapat memberikan nilai lebih bagi pemegang saham dikarenakan biaya modal yang lebih tinggi dari laba usaha yang dihasilkan perusahaan. Mubarok (2009) melakukan penelitian pada perusahaan otomotif yang sudah go public dengan menggunakan metode EVA. Perusahaan yang diteliti yaitu PT. Multistrada, Tbk., dan PT. Gajah Tunggal, Tbk. Pada PT. Multistrada, Tbk., nilai EVA tahun 2008 meningkat menjadi positif walaupun telah terjadi krisis ekonomi global, sedangkan pada PT. Gajah Tunggal, Tbk., tahun 2008 nilai EVA menurun menjadi negatif yang tadinya pada tahun 2007 menggalami peningkatan positif, ini di karenakan perusahaan tidak mampu bersaing dalam krisis ekonomi global.

32 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian kinerja perusahaan digunakan untuk menjadi pedoman bagi para investor dalam menentukan kebijakan investasi, hal tersebut yang menjadi gagasan awal dalam penelitian ini. Perusahaan Agribisnis merupakan salah satu sektor yang tahan terhadap krisis, selain itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan Agribisnis pada umumnya. Batasan penelitian ini hanya memilih perusahaan Agribisnis go public yang termasuk ke dalam Kelompok LQ45. Kelompok LQ45 adalah saham-saham unggulan yang memiliki kinerja baik dalam likuiditas perdagangan dan kapitalisasi pasar. Perusahaan yang berbasis Agribisnis dapat dilihat pada Lampiran 1. Penilaian kerja perusahaan dapat dilihat dari kinerja keuangan perusahaan dan kinerja relatif saham. Kinerja keuangan perusahaan dapat dihitung melalui pendekatan Economic Value Added (EVA), sedangkan kinerja relatif saham dapat dilihat dari pertumbuhan indeks saham. Selanjutnya, penelitian ini melihat keterkaitan antara pencapaian nilai EVA dengan tingkat kinerja relatif saham, dengan menggunakan metode Korelasi Pearson. Indeks Saham : 1. Indeks Saham Tunggal 2. IHSG Kinerja Perusahaan Agribisnis Kelompok LQ45 (Periode ) Laporan Keuangan : 1. Laporan Laba/Rugi 2. Neraca Analisis Kinerja Relatif Saham Economic Value Added (EVA) Nilai Indikator Tren Pasar Tolok Ukur Nilai Kinerja Perusahaan Korelasi Investor dalam Berinvestasi pada Saham Agribisnis dapat melihat EVA Investor dalam Berinvestasi pada Saham Agribisnis tidak harus melihat EVA Gambar 1. kerangka pemikiran penelitian

33 Metode Penelitian Metode Pengumpulan Data Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2010 sampai dengan Oktober Lokasi pengumpulan data disesuaikan dengan kebutuhan, diantaranya Biro Pusat Statistik dan Bursa Efek Indonesia. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan tahunan perusahaan go public dan publikasi internet pada beberapa instansi yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI), Bank Indonesia (BI), Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Laporan keuangan perusahaan-perusahaan subsektor perkebunan tahun yang termasuk kelompok LQ45 periode Agustus 2010-Januari 2011, yaitu PT. Astra Agro Lestari, Tbk., PT. London Sumatra Indonesia, Tbk., dan PT. Bakrie Sumatra Plantations, Tbk. 2. Laporan statistik indeks harga saham tunggal perusahaan dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tahun Tingkat suku bunga tahunan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) tahun Metode Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan alat bantu kalkulator dan Microsoft Excel Analisis data menggunakan pendekatan Economic Value Added (EVA) dan Analisis Kinerja Relatif Saham, serta Analisis Korelasi Pearson. - Analisis Economic Value Added (EVA). Langkah-langkah dalam perhitungan EVA adalah sebagai berikut : 1. Menghitung tingkat pengembalian dari masing-masing saham sebagai rata-rata dari keuntungan modal yaitu harga saham bulan ini dikurangi dengan harga saham bulan sebelumnya, rumusnya yaitu :

34 22...(2) Dimana : R it = Tingkat pengembalian saham perusahaan bulan ke-t(%) P it = Harga saham perusahaan per lembar bulan ke-t (Rp) P it-1 = Harga saham perusahaan per lembar bulan ke-t-1 (Rp) D t = Deviden pada bulan ke-t (Rp) 2. Menghitung tingkat pengembalian pasar bulanan dan tingkat pengembalian rata-rata pasar, rumusnya yaitu :...(3)...(4) Dimana : R mt = Tingkat pengembalian pasar pada bulan ke-t (%) IHSG t = Indeks Harga Saham Gabungan bulan ke-t (Rp) IHSG t-1 = Indeks Harga Saham Gabungan bulan ke-t-1 (Rp) E(R m ) = Tingkat pengembalian rata-rata pasar yang diharapkan dalam satu bulan (%) n = Jumlah pengamatan dalam satu tahun (n=12) 3. Menghitung resiko masing-masing saham yang ditunjukan oleh beta usaha. Beta dihitung menggunakan rumus berikut:...(5)... (6)...(7) Dimana : σ im = Kovarian tingkat pengembalian saham i dengan tingkat pengembalian pasar. σ 2 m = Varian tingkat pengembalian pasar.

35 23 4. Menentukan tingkat bunga bebas risiko (Rf) yaitu tingkat suku bunga investasi yang dapat diperoleh investor tanpa menanggung resiko. Tingkat bunga bebas resiko yang digunakan yaitu suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). 5. Menentukan biaya ekuitas atau modal sendiri, rumusnya yaitu :...(8)...(9) Dimana : E(R) = Harapan pengembalian (%) R f = Tingkat pengembalian bebas resiko (%) R m = Tingkat pengembalian atas resiko pasar (%) β = Faktor resiko (beta) yang berlaku untuk perusahaan(%) MRP = Market Premium Risk (Premi Resiko Pasar) (%) 6. Penghitungan biaya utang dengan rumus:...(10) Dimana : k i k d = Biaya utang setelah pajak (Rp) = Biaya sebelum pajak (Rp) t = Tarif pajak marginal perusahaan (%) 7. Menghitung biaya atas modal dengan metode Weighted Average Cost of Capital (WACC), rumusnya yaitu:...(11) Dimana : K d = Biaya utang jangka panjang (%) K e = Biaya pengembalian saham (%) W d = Proporsi utang dalam struktur modal (%) W e = Proporsi saham dalam struktur modal (%) t = Tarif pajak marginal perusahaan (%) 8. Perhitungan Net Operating After Tax (NOPAT), rumusnya yaitu : NOPAT = Laba Bersih Beban Bunga...(12)

36 24 Dimana: Beban Bunga = Biaya bunga yang harus dibayar oleh perusahaan (Rp) 9. Perhitungan EVA yaitu : EVA = NOPAT Biaya Modal...(13) Dimana: Biaya Modal = WACC x modal yang diinvestasikan (Rp) Untuk menentukan kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan EVA secara strategi dapat dilihat dengan kriteria sebagai berikut : 1. Jika EVA > 0, maka terjadi proses nilai tambah perusahaan, kinerja perusahaan baik. Ini bermakna laba yang tersedia mampu melebihi harapan investor dan perusahaan dapat mengembalikan pinjaman kreditur serta dapat menganggarkan pemberian bonus kepada karyawan. 2. Jika EVA = 0, maka menunjukan posisi impas perusahaan. hal ini bermakna laba yang tersedia impas untuk memenuhi harapan kreditur dan investor. 3. Jika EVA < 0, hal ini berarti total modal perusahaan lebih besar dari pada laba operasi setelah pajak yang diperolehnya, sehingga kinerja perusahaan tersebut tidak baik. Ini berarti di dalam perusahaan tidak terjadi nilai tambah, laba yang tersedia tidak mampu memberikan pengembalian setimpal dengan yang ditanam investor. - Analisis Kinerja Relatif Saham. Kinerja saham dapat dilihat dari return (tingkat pengembalian) yang diberikan terhadap pemegang saham. Return tersebut dapat berupa kenaikan harga saham (gain) maupun jumlah deviden (revenue) yang diberikan. Penelitian ini menilai kinerja melalui pertumbuhan harga saham perusahaan Agribisnis pada kelompok LQ45 dan membandingkannya dengan pertumbuhan

37 25 IHSG, oleh sebab itu disebut Analisis Kinerja Relatif Saham (Index Performance Relative Analysis). Langkah-langkah dalam melakukan analisis kinerja relatif saham adalah sebagai berikut : 1. Mengukur kinerja saham tunggal dengan rumus :...(14) Dimana : R saham = return saham ke-j periode bulan ke-t (%) P Jt P Jo = harga saham ke-j periode ke-t (Rp) = harga saham ke-j periode ke-t-1 (Rp) 2. Mengukur kinerja IHSG :...(15) Dimana : R IHSG = IHSG periode bulan ke-t (%) P Jt P Jo = IHSG saham periode ke-t (Rp) = IHSG periode ke-t-1 (Rp) 3. Menghitung kinerja relatif : Kinerja Relatif Saham = R saham - R IHSG...(16) - Analisis Korelasi Pearson. Perhitungan analisis korelasi, digunakan untuk melihat tingkat keterkaitan atau hubungan antara nilai EVA dan tingkat kinerja relatif saham. Perhitungan korelasi (r) dapat menggunakan rumus sebagai berikut :...(17) Dimana : n = jumlah data x = nilai EVA y = tingkat kinerja relatif indeks

38 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil Perusahaan PT. Astra Agro Lestari, Tbk. 1) Pendirian dan Informasi Umum PT. Astra Agro Lestari, Tbk. merupakan perusahaan yang berasal dari Divisi Agribisnis PT. Astra International yang membangun usaha perkebunan ubi kayu seluas hektar tahun Pada tahun 1984 perusahaan membeli PT. Tunggal Perkasa Plantation yang mengoperasikan hektar perkebunan kelapa sawit di daerah sumatera. Pertengahan tahun 1986 perusahaan memulai perkebunan kelapa sawit yang dikenal sebagai program plasma dengan luas 10,000 hektar di Riau, Sumatera. Tanggal 3 Oktober 1988 berdasarkan akte no 12 tanggal 3 Oktober 1988, didirikanlah PT. Suryaraya Cakrawala, yang kemudian pada tahun 1989 berganti nama menjadi PT. Astra Agro Niaga. Pada tahun 1997 PT. Astra Agro Niaga melakukan penggabungan usaha dengan PT. Suryaraya Bahtera menjadi PT. Astra Agro Lestari. PT astra agro lestari menguasai hektar didalamnya terdapat 36,000 program plasma dengan lahan seluas hektar. Proporsi lahan adalah hektar di Sumatera, hektar di Kalimantan, hektar di Sulawesi dan Jawa hektar. Tanaman yang ditanam sebagian besar adalah kelapa sawit diikuti karet, kakao dan teh. Tanggal 9 Desember 1997, PT. Astra Agro Lestari, Tbk. menjadi perusahaan publik yang tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya, yang kini menjadi Bursa Efek Indonesia, dengan menawarkan sahamnya sejumlah lembar saham kepada publik dengan harga saham perdana sebesar Rp per lembar saham. Saham PT. Astra Agro Lestari, Tbk. (AALI) di Bursa Efek Indonesia pada akhir tahun 2009 di tutup pada harga Rp Sampai dengan akhir tahun 2009 PT. Astra Agro

39 27 Lestari, Tbk. mengelola perkebunan kelapa sawit sebesar hektar yang terdiri atas kebun inti dan plasma. Pada Tabel 2 berikut ini merupakan kepemilikan saham perusahaan sampai dengan tahun Tabel 3. Kepemilikan Saham PT. Astra Agro Lestari, Tbk. Nama Pemegang Saham Tipe Saham PT Astra International Tbk Lebih dari 5 % - Pemegang Saham Pengendali Masyarakat Kurang dari 5% Sumber : BEI, 2009 Untuk menjalankan perusahaan, PT. Astra Agro Lestari, Tbk. memiliki visi perusahaan yaitu menjadi perusahaan agribisnis yang paling produktif dan paling inovatif di dunia dan menjadi panutan. Misi dari perusahaan ini yaitu berkontribusi untuk pembangunan serta kesejahteraan bangsa. Dalam mewujudkan visi dan misi, PT. Astra Agro Lestari, Tbk. mempunyai 42 anak perusahaan tercatat selama periode 2009 yang dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini. Tabel 4. Anak Perusahaan PT. Astra Agro Lestari, Tbk. Periode 2009 No Nama Anak Perusahaan Bidang Usaha Persen 1 PT. Agro Menararachmat Agriculture Plantation PT. Perkebunan Lembah Bhakti Agriculture Plantation PT. Sari Lembah Subur Agriculture Plantation PT. Gunung Sejahtera Yoli Makmur Agriculture Plantation PT. Gunung Sejahtera Ibu Pertiwi Agriculture Plantation PT. Suryaraya Lestari Agriculture Plantation PT. Bhadra Sukses Agriculture Plantation PT. Tunggal Perkasa Plantations Agriculture Plantation PT. Sari Aditya Loka Agriculture Plantation PT. Sawit Asahan Indah Agriculture Plantation PT. Gunung Sejahtera Puti Pesona Agriculture Plantation PT. Surya Panen Subur Agriculture Plantation PT. Letawa Agriculture Plantation PT. Gunung Sejahtera Dua Indah Agriculture Plantation PT. Pasangkayu Agriculture Plantation PT. Mamuang Agriculture Plantation PT. Suryaindah Nusantarapagi Agriculture Plantation PT. Eka Dura Indonesia Agriculture Plantation PT. Lestari Tani Teladan Agriculture Plantation PT. Gunung Sejahtera Raman Agriculture Plantation PT. Persadabina Nusantaraabadi Agriculture Plantation PT. Nirmala Agro Lestari Agriculture Plantation PT. Bhadra Cemerlang Agriculture Plantation 99.9

40 28 Lanjutan Tabel 3. No Nama Anak Perusahaan Bidang Usaha Persen 26 PT. Ciptanarada Lestari Agriculture Plantation PT. Waru Kaltim Plantation Agriculture Plantation PT. Sukses Tani Nusasubur Agriculture Plantation PT. Sumber Kharisma Persada Agriculture Plantation PT. Karyanusa Eka Daya Agriculture Plantation PT. Borneo Indah Marjaya Agriculture Plantation PT. Subur Abadi Plantations Agriculture Plantation PT. Cakradenta Agung Pertiwi Agriculture Plantation PT. Cakung Permata Nusa Agriculture Plantation PT. Pandji Waringin Agriculture Plantation PT. Eka Dura Perdana Others PT. Agro Nusa Abadi Agriculture Plantation PT. Sawit Jaya Abadi Agriculture Plantation PT. Cipta Agro Nusantara Agriculture Plantation PT. Rimbunan Alam Sentosa Agriculture Plantation PT. Subur Agro Makmur Agriculture Plantation PT. Persada Dinamika Lestari Agriculture Plantation 99.9 Sumber : BEI, ) Komisaris Direktur dan Komite Audit Berdasarkan keputusan rapat umum pemegang saham, susunan dewan komisaris dan dewan direksi PT. Astra Agro Lestari, Tbk. sebagai berikut: Dewan Komisaris - Presiden Komisaris : Michael Dharmawan Ruslim - Wakil Presiden Komisaris : Chiew Sin Cheok - Komisaris : Gunawan Geniusahardja - Komisaris : Simon John Mawson - Komisaris Independen : Stephen Zacharia Satyahadi - Komisaris Independen : Patrick Morris Alexander - Komisaris Independen : Harbrinderjit Singh Dillon Dewan Direktur - Presiden Direktur : Widya Wiryawan - Wakil Presiden Direktur : Tonny Hermawan Koerhidayat - Direktur : Bambang Palgoenadi - Direktur : Santosa - Direktur : Juddy Arianto - Direktur : Joko Supriyono

41 29 Komite Audit - Ketua : Stephen Zacharia Satyahadi - Anggota : Candelario A. Tambis - Anggota : Zeth Manggopa Sampai dengan akhir tahun 2009, jumlah karyawan tetap perseroan berjumlah orang yang terdiri atas orang (98,5%) yang berkarya di kebun dan 381 orang (1,5%) yang bertugas 3) Kondisi Keuangan di kantor Pusat di Jakarta. Pada periode tahun 2007 sampai 2009, jumlah aktiva PT. Astra Agro Lestari, Tbk. mengalami peningkatan. Tahun 2007 jumlah aktiva Rp triliun dan naik menjadi Rp triliun di tahun Pada tahun 2009 aktiva perusahaan mengalami peningkatan menjadi Rp triliun. Tahun 2007 PT. Astra Agro Lestari, Tbk. menghasilkan laba bersih sebesar Rp triliun dan tahun 2008 naik menjadi Rp Tahun 2009 laba bersih perusahaan mengalami penurunan sebesar Rp triliun. Menurunnya laba bersih perusahaan pada tahun 2009 terjadi karena menurunnya penjualan bersih di tahun 2009 Rp triliun dari tahun sebelumnya serta adanya penurunan penghasilan lain-lain senilai negatif ( ) miliar. Ringkasan tabel neraca dan laba rugi pada PT. Astra Agro Lestari, Tbk. dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5. Tabel 5. Ringkasan neraca PT. Astra Agro Lestari, Tbk. periode 31 Desember (dalam jutaan rupiah) PT. Astra Agro Lestari, Tbk. Komponen Aktiva lancer Aktiva tidak lancar Total aktiva Kewajiban lancer Kewajiban tidak lancar Total kewajiban Hak minoritas Ekuitas Total ekuitas dan kewajiban

42 30 Tabel 6. Ringkasan laporan laba/rugi PT. Astra Agro Lestari, Tbk (dalam jutaan rupiah) PT. Astra Agro Lestari, Tbk. Komponen Penjualan Bersih Beban Pokok Penjualan Laba Kotor Beban Usaha ( ) ( ) ( ) Laba (Rugi) Usaha Penghasilan (beban) lain-lain ( ) Laba (Rugi) Sebelum (beban) Pajak Manfaat (Beban) Pajak ( ) ( ) ( ) Laba (rugi) Sebelum Hak Minoritas Hak Minoritas (66.479) (84.499) (68.999) Laba (Rugi) Bersih PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. 1) Pendirian dan Informasi Umum PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. (UNSP) merupaka salah satu perusahaan perkebunan tertua di Indonesia. Sejarah awal berdirinya PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. pada tahun 1911 perusahaan perkebunan karet milik Belanda yaitu, NV Hollandsch Amerikaanse Plantage Maatschappij di Kisaran, Sumatera Utara. Tahun 1986, kelompok usaha bakrie membeli anak perusahaan tersebut dan mengubahnya menjadi PT. United Sumatera Plantations dan tahun 1992 berubah menjadi PT. Bakrie Sumatera Plantations. Berdasarkan ketentuan undang-undang perseroan terbatas dan pasar modal, tahun 1997 berubah menjadi PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. yang terdaftar menjadi perusahaan terbuka di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya yang sekarang menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). PT. Bakrie Sumantera Plantations, Tbk. (UNSP) perusahaan dengan industri perkebunan karet dan kelapa sawit yang terbentang dari penyiapan lahan dan tenaga kerja, pembibitan, penanaman, perawatan dan panen, hingga pengolahan bahan baku dan pengembangan produk turunan karet alam dan minyak sawit. Kemitraan dalam semangat kebersamaan telah menjadikan petani

43 31 plasma, pemasok dan pembeli, maupun hubungan sebagai bagian dari identitas perusahaan baik berupa hubungan dengan investor. Di samping bidang usaha perkebunan PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. menyediakan jasa manajemen perkebunan dan memiliki perusahaan khusus untuk mengelola investasi. PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. memiliki beberapa saham periode tahun 2009, kepemilikan saham dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 7. Kepemilikan saham PT. Bakrie Sumatera Indonesia, Tbk. Periode 2009 Nama Pemegang Tipe Saham Saham Persen Saham Bank Of New York Lebih dari 5 % - Bukan QQ Bakrie Brothers Pemegang Saham PT Bakrie Brothers Lebih dari 5 % - Bukan Tbk QQ Pemegang Saham PT Baktie Brothers Lebih dari 5 % - Bukan TBK Pemegang Saham Masyarakat Kurang dari 5% Sumber : BEI, 2009 Visi dari PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. yaitu menjadi industry agro yang holistic dan menjaga kesinambungan kesejahteraan para pemangku kepentingan. Misi PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. yaitu mengembangkan usaha melalui peningkatan produktivitas dan perluasan lahan dan pabrik, pemasaran, diversifikasi, serta implementasi tata kelola perusahaan yang baik. PT. Bakrie Sumatera Indonesia, Tbk. mempunyai anak perusahaan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 8. Anak Perusahaan PT. Bakrie Sumatera Indonesia, Tbk. Periode 2009 Nama Anak Perusahaan Bidang Usaha Persen PT Bakrie Asaman Perkebunan dan pengolahan minyak 99,76 Plantations sawit PT Agrowiyana Perkebunan kelapa sawit 99,93 PT Agro Mitra Madani Pengolahan minyak sawit 85,00 PT Huma Indah Mekar Perkebunan dan pengolahan karet 96,55 BSP Finance B.V Manajemen Investasi 100,00 PT Bakrie Rekin Bio Energy Bio-diesel 70,00 PT Sumbertama Nusapertiwi Perkebunan dan pengolahan sawit 99,99 PT Nibung Arthamulia Pengolahan hasil perkebunan karet 90,00 PT Grahadura Leidongprima Perkebunan dan pengolahan sawit 99,99 Sumber : BEI, 2009

44 32 2) Komisaris, Direktur dan Komite Audit Berdasarkan keputusan rapat umum pemegang saham, susunan dewan komisaris dan dewan direksi PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. adalah sebagai berikut: Dewan Komisaris - Komisaris Utama : Soedjai Kartasasmita - Komisaris : A. Nukman H. Nasution - Komisaris : Gafur sulistiyo Umar - Komisaris : Yuanita Rohali Dewan Direktur - Presiden Direktur : Ambono Janurianto - Direktur : M. Iqbal Zainuddin - Direktur : Harry M. Nadir - Direktur : Rudi Sarwono - Direktur : Howard J. Sargeant - Direktur : Bambang Aria Wisena Komite Audit - Ketua : Soedjai Kartasasmita - Anggota : Apandi Kosasih - Anggota : Marzuki Ramli 3) Kondisi Keuangan Pada periode tahun 2007 sampai 2009, jumlah aktiva PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. mengalami peningkatan. Tahun 2007 jumlah aktiva Rp triliun dan naik menjadi Rp triliun di tahun Pada tahun 2009 aktiva perusahaan mengalami peningkatan menjadi Rp triliun. Pada tahun 2007 PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. menghasilkan laba bersih sebesar milyar dan tahun 2008 mengalami penerunan menjadi Rp Tahun 2009 laba bersih perusahaan mengalami peningkatan kembali sebesar Rp triliun. Ringkasan tabel neraca dan laba rugi pada PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. dapat dilihat pada Tabel 8 dan Tabel 9.

45 33 Tabel 9. Ringkasan neraca PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. periode 31 Desember (dalam ribuan rupiah) PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. Komponen Aktiva lancar Aktiva tidak lancar Total aktiva Kewajiban lancar Kewajiban tidak lancar Total kewajiban Hak minoritas Ekuitas Total ekuitas dan kewajiban Tabel 10. Ringkasan laporan laba/rugi PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk (dalam ribuan rupiah) PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. Komponen Penjualan Bersih Beban Pokok Penjualan Laba Kotor Beban Usaha Laba (Rugi) Usaha Penghasilan (beban) lain-lain ( ) ( ) ( ) Laba (Rugi) Sebelum (beban) Pajak Manfaat (Beban) Pajak ( ) ( ) ( ) Laba (rugi) Sebelum Hak Minoritas Hak Minoritas (591) Laba (Rugi) Bersih PT. London Sumatera, Tbk. 1) Pendirian dan Informasi Umum Perusahaan Perkebunan PT. London Sumatra, Tbk. berawal lebih dari satu abad yang lalu di tahun 1906 dengan kiprah Harrisons & Crossfield Plc, perusahaan perkebunan dan perdagangan yang berbasis di London. Perkebunan London- Sumatra, yang kemudian lebih dikenal dengan nama Lonsum berkembang menjadi salah satu perusahaan perkebunan terkemuka di dunia, memiliki hampir hektar perkebunan kelapa

46 34 sawit, karet, teh dan kakao yang tertanam di empat pulau terbesar di Indonesia. Perusahaan ini bergerak dibidang komoditas perdagangan dunia dengan jaringan pemasaran yang cukup luas baik domestik maupun internasional yang meliputi Asia, Amerika Serikat, dan Eropa. Hasil perkebunan yang diprioritaskan adalah kelapa sawit dengan produk unggulan bibit kelapa sawit bermutu tinggi melalui penelitian di balai penelitian. Perusahaan mengusahakan perkebunan dengan proporsi menghasilkan dan belum seluas 60,000,000 hektar di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi dengan di dukung 17 unit fasilitas pengolahan dan lebih dari 26 ribu tenaga kerja. Pada tahun 1994, Harrisons & Crossfield menjual seluruh saham Lonsum kepada PT. Pan London Sumatra Plantations (PPLS), yang membawa Lonsum go public melalui pencatatan saham di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya pada tahun 1996.Berikut ini merupakan tabel kepemilikan saham PT. London Sumatera, Tbk. periode Tabel 11. Kepemilikan saham PT. London Sumatera, Tbk. Periode 2009 Nama Pemegang Saham Tipe Saham Jumlah Saham Persentase Saham Indofood Agri Lebih dari 5 % - Bukan Resources LTD Pemegang Saham Pengendali PT Salim Ivomas Lebih dari 5 % - Pemegang Pratama Saham Pengendali Empire Energy Lebih dari 5 % - Bukan Resources PTE LTD Pemegang Saham Pengendali Masyarakat Kurang dari 5% Sumber : BEI, 2009 Visi dari PT. London Sumatera, Tbk. yaitu menjadi perusahaan agribisnis terkemuka yang berkelanjutan dalam hal tanaman, biaya lingkungan (3c) yang berbasis penelitian dan pengembangan. PT. London Sumatera, Tbk. juga memiliki Misi Perusahaan yaitu menambah nilai bagi stakeholders di bidang agribisnis. Dalam menjalankan visi dan misi perusahaan, PT.

47 35 London Sumatera, Tbk. memiliki beberapa anak perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit. Tabel berikut ini menunjukan anak perusahaan PT. London Sumatera, Tbk periode Tabel 12. Anak Perusahaan PT. London Sumatera, Tbk. Periode 2009 Nama Anak Perusahaan Bidang Usaha Total Aset Persen PT Multi Agro Kencana Prima Agriculture Plantation PT Tani Andalas Sejahtera Agriculture Plantation PT Tani Musi Persada Agriculture Plantation PT Sumatra Agri Sejahtera Agriculture Plantation Lonsum Singapore Pte., Ltd Agriculture Plantation Sumatra Bioscience Pte., Ltd Agriculture Plantation Sumber : BEI, ) Komisaris, Direktur dan Komite Audit Berdasarkan keputusan rapat umum pemegang saham, susunan dewan komisaris dan dewan direksi PT. London Sumatera, Tbk. adalah sebagai berikut: Dewan Komisaris - Presiden Komisaris : Eddy Kusnadi Sariaatmadja - Wakil Presiden Komisaris : Franciscus Welirang - Komisaris : Hans Ryan Aditio - Komisaris : Hendra Widjaja - Komisaris : Hans Kartika Hadi - Komisaris : Axton Salim - Komisaris : Rachmat Soebiapradja - Komisaris : Werianty Setiawan - Komisaris : Tengku alwin Aziz Dewan Direktur - Presiden Direktur : Benny (Benny Tjoeng) - Wakil Presiden : Gunadi - Direktur : Joefly Joesoef Bahroeny - Direktur : Emanuel Loe Soei Kim - Direktur : Tjhie Tie Fie (Thomas Tjhie) - Direktur : Btyan John Dyer

48 36 - Direktur : Sonny Lianto - Direktur : Moleonoto (Paulus Moleonoto) - Direktur : Eddy Hariyanto - Direktur : Mark Julian Wakeford - Direktur : Goh Cheng Beng (Allan Goh) Komite Audit - Ketua : Tengku Alwin Aziz - Anggota : Hans Kartikahadi - Anggota : Bambang Suhermadi 3) Kondisi Keuangan Pada periode tahun 2007 sampai 2009, jumlah aktiva PT. London Sumatera, Tbk. mengalami peningkatan di tahun 2008 dan terjadi penurunan di tahun Tahun 2007 jumlah aktiva Rp triliun dan naik menjadi Rp triliun di tahun Pada tahun 2009 aktiva perusahaan mengalami penurunan menjadi Rp triliun. Pada tahun 2007 PT. London Sumatera, Tbk. menghasilkan laba bersih sebesar Rp miliar dan tahun 2008 naik menjadi Rp miliar. Tahun 2009 laba bersih perusahaan mengalami penurunan sebesar Rp miliar. Ringkasan tabel neraca dan laba rugi. dapat dilihat pada Tabel 12 dan Tabel 13. Tabel 13. Ringkasan neraca PT. London Sumatera, Tbk. periode 31 Desember (dalam jutaan rupiah) PT. London Sumatera, Tbk. Komponen Aktiva lancer Aktiva tidak lancar Total aktiva Kewajiban lancar Kewajiban tidak lancar Total kewajiban Hak minoritas Ekuitas Total ekuitas dan kewajiban

49 37 Tabel 14. Ringkasan laporan laba rugi PT. London Sumatera, Tbk (dalam jutaan rupiah) PT. London Sumatera, Tbk. Komponen Penjualan Bersih Beban Pokok Penjualan Laba Kotor Beban Usaha Laba (Rugi) Usaha Penghasilan (beban) lain-lain ( ) (10.512) Laba (Rugi) Sebelum (beban) Pajak Manfaat (Beban) Pajak ( ) ( ) ( ) Laba (rugi) Sebelum Hak Minoritas Hak Minoritas Laba (Rugi) Bersih Economic Value Added (EVA) PT. Astra Agro Lestari, Tbk. 1) Biaya Modal Saham Berdasarkan data bulanan harga saham periode 2007 sampai 2009, PT Astra Agro Lestari, Tbk. memiliki beta (β) 1,78, 1,84 dan 0,15. Pada tahun 2007 dan 2008 merupakan saham yang sangat peka terhadap pasar. Jika harga pasar naik maka saham ini memiliki resiko lebih besar dari harga pasar dan sebaliknya jika harga pasar turun, maka saham memiliki resiko lebih sedikit dari harga pasar. Rata-rata tingkat pengembalian pasar yang diharapkan atau E(Rm) pada tahun 2007, 2008 dan 2009 masing-masing sebesar 3,69 persen, negatif 5,10 persen dan 5,60 persen dengan rata-rata tingkat suku bunga SBI pada tahun 2007, 2008 dan 2009 sebesar 8,60 persen, 8,67 persen dan 7,15 persen. Dari tingkat pengembalian pasar dan suku bunga SBI, maka diperoleh biaya modal saham (Ke) PT. Astra Agro Lestari, Tbk. tahun 2007,2008 dan 2009 sebesar negatif 0,13 persen, negatif 16,73 persen dan 6,92 persen.

50 38 2) Biaya Hutang Berdasarkan laporan keuangan PT Astra Agro Lestari, Tbk. tahun 2007, 2008 dan 2009, perusahaan memiliki beban bunga terhadap hutang disetiap tahunnya. Tahun 2007 perusahaan memiliki nilai nominal beban bunga sebesar Rp ( ), tahun 2008 memiliki penurunan nilai nominal beban bunga sebesar Rp ( ) dan tahun 2009 terus mengalami peningkatan dengan nilai nominal beban bunga sebesar Rp ( ). 3) Economic Value Added (EVA) Perusahaan memiliki nilai rata-rata biaya modal tertimbang (WACC) tahun 2007, 2008 dan 2009 masing-masing sebesar negatif 0,13 persen, negatif 16,73 persen dan 6,92 persen. Tahun 2007 perusahaan memperoleh laba bersih setelah pajak (NOPAT) sebesar Rp triliun. Pada tahun 2008 perusahaan mengalami peningkatan pendapatan operasi sebesar Rp trilun tetapi pada tahun 2009 perusahaan mengalami penurunan laba bersih setelah pajak sebesar Rp triliun. Modal yang di investasikan (IC) perusahaan pada tahun 2007, 2008 dan 2009 menunjukan nilai yang selalu naik di setiap tahunnya yaitu Rp triliun, Rp triliun dan Rp triliun. Proporsi ekuitas pada perusahaan mengalami nilai investasi yang sama sebesar 100 persen. Berdasarkan hasil analisis dari laporan keuangan, PT. Astra Agro Lestari, Tbk. di tahun 2007 memiliki nilai EVA Rp , tahun 2008 memiliki nilai EVA Rp , dan tahun 2009 PT. Astra Agro Lestari, Tbk. memiliki nilai sebesar Rp Hal ini menujukan terjadi proses nilai tambah perusahaan, kinerja perusahaan baik, laba perusahaan yang tersedia mampu melebihi harapan investor dan perusahaan dapat mengembalikan pinjaman kreditur serta dapat menganggarkan pemberian bonus kepada karyawan.

51 PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. 1) Biaya Modal Berdasarkan data bulanan harga saham tahun 2007, 2008 dan 2009, PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. memiliki beta (β) 2,05, 1,89, dan 2,28. Hal ini menunjukan pada tahun 2007,2008 dan 2009 merupakan saham yang sangat peka terhadap pasar. Jika harga pasar naik maka saham ini memiliki resiko lebih besar dari harga pasar dan sebaliknya jika harga pasar turun, maka saham memiliki resiko lebih sedikit dari harga pasar. Rata-rata tingkat pengembalian pasar yang diharapkan atau E(Rm) pada tahun 2007, 2008 dan 2009 masing-masing sebesar 3,69 persen, negatif 5,10 persen dan 5,60 persen dengan rata-rata tingkat suku bunga SBI pad tahun 2007, 2008 dan 2009 sebesar 8,60 persen, 8,67 persen dan 7,15 persen. Dari tingkat pengembalian pasar dan suku bunga SBI, maka diperoleh biaya modal saham (Ke) PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. tahun 2007,2008 dan 2009 sebesar negatif 1,48 persen, negatif 17,30 persen dan 3,61 persen. 2) Biaya Hutang Berdasarkan laporan keuangan PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. tahun 2007, 2008 dan 2009, perusahaan memiliki beban bunga terhadap hutang yang selalu naik disetiap tahunnya. Tahun 2007 perusahaan memiliki nilai nominal beban bunga sebesar Rp 169,803 milyar, tahun 2008 memiliki nilai nominal beban bunga sebesar Rp 188,983 milyar dan tahun 2009 terus mengalami peningkatan dengan nilai nominal beban bunga sebesar Rp 193,081 milyar. Dengan beban bunga dan hutang yang di peroleh tahun 2007, 2008 dan 2009, maka diperoleh biaya modal hutang (Kd) dengan nilai 8,47 persen, 6,98 persen dan 8,29 persen.

52 40 3) Economic Value Added (EVA) Perusahaan memiliki nilai rata-rata biaya modal tertimbang (WACC) tahun 2007, 2008 dan 2009 masing-masing sebesar 2,23 persen, negatif 7,47 persen dan 5,36 persen. Pada tahun 2007 perusahaan memperoleh laba bersih setelah pajak (NOPAT) sebesar Rp 242,854 milyar. Pada tahun 2008 perusahaan mengalami penurunan laba bersih setelah pajak sebesar Rp 173,569 milyar dan pada tahun 2009 perusahaan mengalami peningkatan kembali sebesar Rp 252,681 milyar. Modal yang di investasikan (IC) perusahaan selalu meningkat disetiap tahunnya. Pada tahun 2007 dan 2008 memiliki nilai Rp 3,800 triliun menjadi Rp 4,150 triliun dan pada tahun 2009 naik kembali menjadi Rp 4,270 triliun. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah ekuitas serta hutang perusahaan selama periode 2007 sampai Berdasarkan hasil analisis dari laporan keuangan, PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. pada tahun 2007 memiliki nilai EVA Rp , tahun 2008 memiliki nilai EVA senilai Rp dan di tahun 2009 PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. memiliki nilai sebesar Rp Hal ini menujukan terjadi proses nilai tambah perusahaan, kinerja perusahaan baik, laba perusahaan yang tersedia mampu melebihi harapan investor dan perusahaan dapat mengembalikan pinjaman kreditur serta dapat menganggarkan pemberian bonus kepada karyawan PT. London Sumatera, Tbk. 1) Biaya Modal Berdasarkan data bulanan harga saham tahun 2007, 2008 dan 2009, PT. London Sumatera, Tbk. memiliki beta (β) 1,39, 1,67, dan 1,16. Hasil ini menunjukan pada tahun 2007,2008 dan 2009 merupakan saham yang sangat peka terhadap pasar. Jika harga pasar naik maka saham ini memiliki resiko lebih besar dari harga

53 41 pasar dan sebaliknya jika harga pasar turun, maka saham memiliki resiko lebih sedikit dari harga pasar. Rata-rata tingkat pengembalian pasar yang diharapkan atau E(Rm) pada tahun 2007, 2008 dan 2009 masing-masing sebesar 3,69 persen, negatif 5,10 persen dan 5,60 persen dengan rata-rata tingkat suku bunga SBI pada tahun 2007, 2008 dan 2009 sebesar 8,60 persen, 8,67 persen dan 7,15 persen. Dari tingkat pengembalian pasar dan suku bunga SBI, maka diperoleh biaya modal saham (Ke) PT. London Sumatera, Tbk. tahun 2007,2008 dan 2009 sebesar 1,75 persen, negatif 14,36 persen dan 5,35 persen. 2) Biaya Hutang Berdasarkan laporan keuangan PT. London Sumatera, Tbk. tahun 2007, 2008 dan 2009, perusahaan memiliki beban bunga terhadap hutang yang selalu menurun disetiap tahunnya. Tahun 2007 perusahaan memiliki nilai nominal beban bunga sebesar Rp 72,342 milyar, tahun 2008 memiliki nilai nominal beban bunga sebesar Rp 43,227 milyar dan tahun 2009 terus mengalami peningkatan dengan nilai nominal beban bunga sebesar Rp 53,017 milyar. Dengan beban bunga dan hutang yang di peroleh tahun 2007, 2008 dan 2009, maka diperoleh biaya modal hutang (Kd) dengan nilai 9,07 persen, 4,96 persen dan 121,7 9 persen. 3) Economic Value Added (EVA) Perusahaan memiliki nilai rata-rata biaya modal tertimbang (WACC) tahun 2007, 2008 dan 2009 masing-masing sebesar 3,13 persen, negatif 11,27 persen dan 6,27 persen. Pada tahun 2007 perusahaan memperoleh laba bersih setelah pajak (NOPAT) sebesar Rp 564,034 milyar. Pada tahun 2008 perusahaan mengalami peningkatan laba bersih setelah pajak sebesar Rp 927,555 milyar dan pada tahun 2009 perusahaan mengalami penurunan kembali sebesar Rp 707,487 milyar.

54 42 Modal yang di investasikan (IC) perusahaan selalu meningkat disetiap tahunnya. Pada tahun 2007 dan 2008 memiliki nilai Rp 2,854 triliun menjadi Rp 3,806 triliun dan pada tahun 2009 naik kembali menjadi Rp 3,844 triliun. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah ekuitas serta hutang perusahaan selama periode 2007 sampai Berdasarkan hasil analisis dari laporan keuangan, PT. London Sumatera, Tbk. di tahun 2007 memiliki nilai EVA Rp. 474, , tahun 2008 memiliki nilai EVA Rp dan tahun 2009, PT. London Sumatera, Tbk. memiliki nilai sebesar Rp Hal ini menujukan terjadi proses nilai tambah perusahaan, kinerja perusahaan baik, laba perusahaan yang tersedia mampu melebihi harapan investor dan perusahaan dapat mengembalikan pinjaman kreditur serta dapat menganggarkan pemberian bonus kepada karyawan Kinerja Relatif Saham PT. Astra Agro Lestari, Tbk. Kinerja relatif saham PT. Astra Agro Lestari, Tbk. terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), tiga tahun terakhir mengalami fluktuasi nilai kinerja relatif saham, hal tersebut dikarenakan terjadinya krisis keuangan global pada tahun Di tahun 2007, PT. Astra Agro Lestari memiliki kinerja relatif saham sebesar 4,13 persen dan pada tahun 2008 menurun menjadi 0,77 persen. Selanjutnya, di tahun 2009 seiring dengan membaiknya perekonomian dunia dan mempengaruhi ekonomi Indonesia, indeks saham tunggal PT. Astra Agro Lestari, Tbk mengalami pertumbuhan yang ikut meningkatkan kinerja relatif saham menjadi 2,06 persen PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. Perhitungan kinerja relatif saham PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami fluktuasi nilai kinerja relatif saham yaitu, dari tahun 2007 sampai Pada tahun 2007 kinerja relatif saham menunjukan 4,60

55 43 persen, pada tahun 2008 mengalami penurunan nilai kinerja relatif saham menjadi negatif 8,00 persen. Selanjutnya, di tahun 2009 kinerja relatif saham PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. mengalami peningkatan sebesar 4,14 persen dari tahun sebelumnya PT. London Sumatera, Tbk. Perhitungan kinerja relatif saham PT. London Sumatera, Tbk. terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan dari 2007 ke 2008 dan tahun 2008 ke 2009 mengalami kenaikan. Pada tahun 2007 menunjukan 1,13 persen, tahun 2008 kinerja relatif saham mengalami penurunan negatif 1,84 persen. Pada tahun 2009 kinerja relatif saham PT. London Sumatera, Tbk. mengalami peningkatan sebesar 4,54 persen Korelasi PT. Astra Agro Lestari, Tbk. Setelah melakukan perhitungan EVA dan kinerja relatif saham PT. Astra Agro Lestari, Tbk. maka dilakukan perhitungan sejauh mana korelasi antara EVA dengan kinerja saham relatif untuk melihat apakah EVA berpengaruh pada kinerja saham relatif. Hasil yang ditunjukan pada lampiran 21 korelasi antara perhitungan EVA dan kinerja relatif saham yaitu, bernilai negatif 0,55. Hubungan antara variabel perhitungan EVA dan variabel kinerja relatif saham tidak memiliki korelasi karena KK = PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. Perhitungan korelasi hubungan variabel perhitungan EVA (X) dengan kinerja relatif saham (Y) yang positif dengan nilai korelasi 0,99. Tingkat korelasi variabel pada PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. 0,90 < KK < 100 yang menunjukan korelasi antara perhitungan EVA dengan kinerja relatif saham sangat tinggi, kuat, dapat diandalkan. Hasil korelasi antara variabel perhitungan EVA dan variabel kinerja relatif saham pada PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. dapat dilihat pada lampiran 22.

56 PT. London Sumatera, Tbk. Nilai korelasi pada PT. London Sumatera, Tbk. antara variabel perhitungan EVA (X) dan kinerja relatif saham (Y) menunjukkan nilai korelasi yang positif. Hubungan antara variabel perhitungan EVA (X) dan kinerja relatif saham (Y) menghasilkan nilai 0,84. Tingkat korelasi variabel pada PT. London Sumatera, Tbk. 0,90 < KK < 100 yang menunjukan korelasi antara perhitungan EVA dengan kinerja relatif saham sangat tinggi, kuat, dapat diandalkan. Korelasi dari perhitungan EVA dan kinerja perusahaan PT. London Sumatera, Tbk. dapat dilihat pada lampiran 23.

57 46 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan a. PT. Astra Agro Lestari, Tbk. (AALI), PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. (UNSP), dan PT. London Sumatera, Tbk. (LSIP) pada tahun 2007, 2008 dan 2009 memiliki nilai EVA > 0 yang menunjukkan bahwa proses nilai tambah kinerja perusahaan baik, hal ini berarti laba yang tersedia mampu melebihi harapan investor. b. Perhitungan kinerja relatif saham, investor sebaiknya menanamkan modal pada perusahaan yang bergerak di sektor agribisnis kelapa sawit terlisting pada LQ45, karena selama tahun pengamatan tiga perusahan yang bergerak pada sektor agribisnis memiliki kinerja relatif saham yang baik. Hal ini menunjukkan perusahaan AALI, UNSP, LSIP memiliki nilai indeks saham tunggal yang meningkat dan mempengaruhi nilai kinerja relatif saham positif. c. Interpretasi nilai korelasi antara variabel perhitungan EVA (x) dengan kinerja relatif saham (y), pada tahun 2009 PT. Astra Agro Lestari, Tbk. (AALI) tidak memiliki korelasi karena KK = 0, korelasi negatif antara variabel x dan y. Pada PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. (UNSP) dan PT. London Sumatera, Tbk.(LSIP) memiliki korelasi antara 0,90 < KK < 100 yang menunjukan korelasi antara perhitungan EVA dengan kinerja relatif saham sangat tinggi, kuat, dapat diandalkan antara variabel x dan y. 2. Saran Penggunaan analisis EVA dengan kinerja relatif saham dalam mengukur kinerja perusahaan memberikan alternatif bagi investor dalam menanamkan modal pada perusahaan agribisnis yang go public di kelompok saham LQ45 dan disarankan untuk peneliti selanjutnya menggunakan tahun observasi lebih dari tiga tahun untuk mendapatkan hasil perbandingan kinerja perusahaan secara mendetail. Selain data sekunder peneliti selanjutnya perlu meneliti data primer sebagai sumber data penelitian, sehingga mendapatkan gambaran perusahaan secara menyeluruh.

58 DAFTAR PUSTAKA Arifin, J. dan Busono, A. W Komputer Akuntansi dengan Microsoft Excel. PT Elex Media Komputindo, Jakarta. Badan Pusat Statistik. Berita Resmi Statistik. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. [Oktober 2010]. Bringham, E. F & Joel, F. H Manajemen Keungan, Edisi Kedelapan. Erlangga, Jakarta. Bursa Efek Indonesia. Profile/ tabid/ 89/languange/id-ID/default.aspx. [November 2010] Darmadji, T. dan Hendy, M. F Pasar Modal di Indonesia Pendekatan Tanya Jawab. Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Hasan, I Pokok-Pokok Materi Statistik 2 Statistik Inferensif, Edisi Kedua. Bumi Aksra. Jakarta. Horne,V. J. C & John, M. W. JR Prinsip Manajemen Keuangan: Edisi 12 Buku 2. Salemba, Jakarta. IDX Fact Book FileDownload/IDX%20BOOK%202008%20(upload).pdf IDX Fact Book FileDownload/IDX%20BOOK%202009(upload).pdf IDX Fact Book FileDownload/IDX%20BOOK%202010(upload).pdf Jones, C.P Invesments: Analysis and Management. John Willey & Son. Keown, J. A Manajemen Keuangan : Prinsip dan Penerapan. Indeks, Jakarta. Maron, C Pedoman Penyajian Laporan Keuangan. Grasindo, Jakarta. Mubarok, R Analisi Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan Metode Economic Value Added (EVA) Studi Kasus Perusahaan Otomotif Go Public. Skripsi pada Program Sarjana Manajemen Penyelenggeraan Khusus, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

59 47 Ningrum, A. P Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Telekomunikasi Go Public dengan metode Economic Value Added (EVA). Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Pahresi, A Analisis Penilaian Kinerja Perusahaan Terhadap Enam Perusahaan Agribisnis yang Terdaftar Pada Bursa Saham. Tesis Pada Program Studi Magister Manajemen Agribisnis, Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Permatasari, K Analisis Economic Value Added (EVA) pada Perusahaan Agribisnis LQ45 Di Bursa Efek Jakarta. Tesis Pada Program Studi Magister Manajemen Agribisnis, Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. PT. Astra Agro Lestari Tbk Laporan Tahunan. PT. Astra Agro Lestari Tbk. Jakarta. PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk Laporan Tahunan. PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk. Jakarta. PT. London Sumatera Tbk Laporan Tahunan. PT. London Sumatera Tbk. Jakarta. Reilly, F. & Keith, B Solution Manual: Investment Analysis and Portopolio Management. Sounth Western. Sartono, A Manajemen Keuangan. Edisi 3. BPFE, Yogyakarta. Supiani, D Analisis Kinerja Keuangan dengan Metode Economic Value Added (EVA) Studi Kasus pada BUMN Go Public. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Tandelilin, E Portofolio dan Investasi. Kanisius, Yogyakarta. Tunggal, A. W Memahami Economic Value Added (EVA) Teori, Soal dan Kasus. Harvarindo, Jakarta. Usman, H. dan Setiady, A. P., Pengantar Statistika: Edisi 2. Bumi Aksara, Jakarta. Utomo, L. L Economic Value Added Sebagai Ukuran Keberhasilan Kinerja Manajemen Perusahaan : Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 1 No [Oktober 2010]. Young, S.D. & O Byrne, S.F EVA & Manajemen Berdasarkan Nilai: Paduan Praktis dan Implementasi. Salemba Empat, Jakarta.

60 LAMPIRAN

61 Lampiran 1. Laporan Keuangan PT.Astra Agro Lestari, Tbk. tahun 2007, 2008, dan

62 Lanjutan Lampiran 1. 50

63 Lanjutan Lampiran 1. 51

64 Lanjutan Lampiran 1. 52

65 Lanjutan Lampiran 1. 53

66 Lanjutan Lampiran 1. 54

67 Lampiran 2. Laporan Keuangan PT.Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. Tahun 2007,2008, dan

68 Lanjutan Lampiran 2. 56

69 Lanjutan Lampiran 2. 57

70 Lanjutan Lampiran 2. 58

71 Lanjutan Lampiran 2. 59

72 Lanjutan Lampiran 2. 60

73 Lanjutan Lampiran 2. 61

74 Lanjutan Lampiran 2. 62

75 Lanjutan Lampiran 2. 63

76 Lanjutan Lampiran 2. 64

77 Lanjutan Lampiran 2. 65

II. TINJAUAN PUSTAKA Kinerja Keuangan Perusahaan

II. TINJAUAN PUSTAKA Kinerja Keuangan Perusahaan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank Menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Pada dasarnya pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peneliti terdahulu yang digunakan adalah adalah penelitian yang dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peneliti terdahulu yang digunakan adalah adalah penelitian yang dilakukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Peneliti terdahulu yang digunakan adalah adalah penelitian yang dilakukan oleh Sony siswanto (2012) dengan tujuan penelitian mengetahui Evaluasi kinerja

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Situmorang (2008) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Econonic Value Added dan Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham Perusahaan Properti Yang terdaftar

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. antara PT. Indocement Tunggal Prakarsa dan PT. Semen Gresik. Hasil penelitian

BAB II URAIAN TEORITIS. antara PT. Indocement Tunggal Prakarsa dan PT. Semen Gresik. Hasil penelitian BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Hamonangan (2009) melakukan penelitian dengan judul Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA dan MVA antara PT. Indocement Tunggal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu dilakukan oleh Indayani (2004), melakukan penelitian pada perusahaan telekomunikasi yang go public di BursaEfek Jakarta.

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Simanjuntak (2005) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap Harga Saham pada Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Penulisan karya akhir ini menggunakan metode studi kepustakaan, dimana data diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang dianalisis, buku-buku, internet, surat kabar, dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran PT. Bank Central Asia, Tbk merupakan salah satu bank go public di Indonesia, yang secara periodik wajib menyampaikan laporan keuangannya. Pengukuran kinerja

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tertentu untuk mencapai suatu tingkat pengembalian (rate of return) yang. dan dampaknya terhadap harga surat berharga tersebut.

BAB II LANDASAN TEORI. tertentu untuk mencapai suatu tingkat pengembalian (rate of return) yang. dan dampaknya terhadap harga surat berharga tersebut. BAB II LANDASAN TEORI II.1 Valuasi II.1.1 Konsep Investasi merupakan suatu komitmen penempatan dana pada periode waktu tertentu untuk mencapai suatu tingkat pengembalian (rate of return) yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Penulis menggunakan konsep metode EVA dan FVA untuk mengukur kinerja

BAB III METODOLOGI. Penulis menggunakan konsep metode EVA dan FVA untuk mengukur kinerja BAB III METODOLOGI 3.1 Kerangka Konseptual Penulis menggunakan konsep metode EVA dan FVA untuk mengukur kinerja keuangan perusahan-perusahaan go public yang bergerak pada industri perkebunan untuk periode

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ilmiah yang ditujukan dengan bagaimana kepatuhan peneliti

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ilmiah yang ditujukan dengan bagaimana kepatuhan peneliti III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian memiliki pengertian sebagai cara kerja untuk dapat memahami suatu objek penelitian. Peneliti yang baik harus memenuhi syaratsyarat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian pertama yang dilakukan oleh Hanifa (2006) dengan objek PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Hasil penelitian tersebut yaitu analisis terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Munawir (2010:2) mengungkapkan bahwa: Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PADA PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, TBK.

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PADA PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, TBK. ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PADA PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, TBK. PERIODE 2010-2012 Nama : Anita Lestari NPM : 20210888 Jurusan : Akuntansi Pembimbing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Telah melakukan penelitian yang berjudul Analisis Perbandingan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Telah melakukan penelitian yang berjudul Analisis Perbandingan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Penelitian Terdahulu Penelitian ini berdasarkan atas penelitian-penelitian yang terdahulu, natara lain : 1.1.1 Penelitian Raja Lambas (2005) Telah melakukan penelitian yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut M.Hanafi (2008:42) pengertian ROA adalah mengukur

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut M.Hanafi (2008:42) pengertian ROA adalah mengukur BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Return On Assets (ROA) Menurut M.Hanafi (2008:42) pengertian ROA adalah mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal merupakan tempat

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal merupakan tempat 23 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1. Pasar Modal 1. Pengertian Pasar Modal Menurut UU No 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, pengertian pasar modal adalah kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pekerjaan bagian pembukuan. Selanjutnya laporan keuangan tersebut untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pekerjaan bagian pembukuan. Selanjutnya laporan keuangan tersebut untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laporan Keuangan Laporan keuangan bagi suatu perusahaan merupakan hasil akhir dari pekerjaan bagian pembukuan. Selanjutnya laporan keuangan tersebut untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Struktur Modal dengan Economic Value Added (EVA) Guna Menilai Kinerja

BAB II URAIAN TEORITIS. Struktur Modal dengan Economic Value Added (EVA) Guna Menilai Kinerja BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Suwito (2002) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Hubungan Struktur Modal dengan Economic Value Added (EVA) Guna Menilai Kinerja Perusahaan (Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. 2.1 Pengukuran Kinerja Keuangan Perusahaan. dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Mulyadi, 2001:415).

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. 2.1 Pengukuran Kinerja Keuangan Perusahaan. dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Mulyadi, 2001:415). BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Pengukuran Kinerja Keuangan Perusahaan Langkah pertama dalam memulai pengukuran kinerja keuangan lebih dalam, alangkah baiknya kita mengetahui tentang kinerja terlebih dahulu.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Menurut Ari (2005) pengukuran kinerja keuangan menggunakan metode economic value added (EVA) menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. bagi keuntungan masa depan, dengan demikian maka pengertian investasi dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. bagi keuntungan masa depan, dengan demikian maka pengertian investasi dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Investasi Menanamkan uang sekarang, berarti uang tersebut seharusnya dapat dikonsumsi namun karena kegiatan investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Sebuah negara yang memiliki keuangan yang kuat dan modern, berarti telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini menjadi sangat di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan sarana untuk melakukan investasi yaitu memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan sarana untuk melakukan investasi yaitu memungkinkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal merupakan sarana untuk melakukan investasi yaitu memungkinkan para pemodal (investor) untuk melakukan diversifikasi investasi, membentuk portofolio sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut sebanyak jumlah saham yang dibeli. sehingga mereka akan mencari saham blue chips dan saham non-spekulatif

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut sebanyak jumlah saham yang dibeli. sehingga mereka akan mencari saham blue chips dan saham non-spekulatif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia saat ini, perkembangan saham sangatlah pesat. Saham menjadi instrumen yang sangat penting bagi suatu perusahaan, dan definisi dari saham itu sendiri adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha yang kian pesat saat ini menyebabkan persaingan antar perusahaan menjadi semakin ketat. Setiap perusahaan harus berjuang untuk tetap bertahan

Lebih terperinci

PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM.

PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM. PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM. PENGERTIAN PASAR MODAL Bursa efek merupakan arti fisik dari pasar modal. Pada tahun 2007, Bursa Efek Jakarta

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Kinerja Keuangan PT Astra Agro Lestari Tbk Sebelum dan

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Kinerja Keuangan PT Astra Agro Lestari Tbk Sebelum dan BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Kinerja Keuangan PT Astra Agro Lestari Tbk Sebelum dan Sesudah Akuisisi IV.1.1 Analisis Kinerja Keuangan PT Astra Agro Lestari Tbk dengan menggunakan Rasio Keuangan IV.1.1.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) yang meningkat pada triwulan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal adalah pasar dengan berbagai instrumen keuangan jangka panjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal adalah pasar dengan berbagai instrumen keuangan jangka panjang 14 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal Pasar modal adalah pasar dengan berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa di perjual belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Penilaian Kinerja Informasi akuntansi sangat bermanfaat untuk menilai pertanggungjawaban kinerja manager karena penilaian kinerja pada dasarnya merupakan penilaian perilaku

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT ASTRA AGRO LESTARI Tbk Oleh BOYKE SURANTA BARUS H

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT ASTRA AGRO LESTARI Tbk Oleh BOYKE SURANTA BARUS H ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT ASTRA AGRO LESTARI Tbk 2006-2009 Oleh BOYKE SURANTA BARUS H24076022 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA tbk. PADA PERIODE

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA tbk. PADA PERIODE ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA tbk. PADA PERIODE 2005-2013 Disusun Oleh : Nama : Fera Aristiyani NPM : 20207459 Kelas : 4EB05

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara lain Taufik (2006) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Pendekatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara lain Taufik (2006) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Pendekatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan kinerja keuangan telah banyak dilakukan, antara lain Taufik (2006) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Pendekatan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Economic Value Added (EVA) Economic Value Added (EVA) merupakan sebuah metode pengukuran nilai tambah ekonomis yang diciptakan perusahaan dari kegiatannya selama periode tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana berinvestasi bagi masyarakat dalam instrument keuangan seperti

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana berinvestasi bagi masyarakat dalam instrument keuangan seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal sebagai sumber alternatif lain karena mempunyai peran sebagai sarana berinvestasi bagi masyarakat dalam instrument keuangan seperti saham, reksadana, dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan untuk memperoleh sumber modal yang sebanyak-banyaknya

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan untuk memperoleh sumber modal yang sebanyak-banyaknya 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen Keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk memperoleh sumber modal yang sebanyak-banyaknya atau semaksimal mungkin,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan investasi pada hakikatnya memiliki tujuan untuk memperoleh suatu keuntungan tertentu. Tujuan mencari keuntungan merupakan hal yang membedakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Keuangan 2.1.1 Pengertian Kinerja Keuangan Menurut Wibowo (2014:7 ), kinerja berasal dari pengertian performance. Ada pula yang memberikan pengertian performance sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Economic Value Added (EVA) 1. Definisi Economic Value Added (EVA) EVA menurut John D.Martin et al (2010:44), menyatakan bahwa: Nilai Tambah Ekonomi (Economic Value Added EVA),

Lebih terperinci

Bab II. Tinjauan Pustaka

Bab II. Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Likuiditas Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampauan perusahaan-perusahaan membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor ekonomi pada sebuah negara. Hal tersebut di dukung oleh peranan pasar modal yang sangat strategis

Lebih terperinci

Tabel. IV.1 RKAP Asuransi Jasindo

Tabel. IV.1 RKAP Asuransi Jasindo BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1 RKAP PT ASURANSI JASINDO 2003 2007 Di bawah ini adalah Tabel IV.1 yang berisikan nilai nilai RKAP dari PT. Asuransi Jasindo selama tahun 2003 hingga tahun 2007.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan pemilik korporasi, maka secara alami tujuan keuangan suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan pemilik korporasi, maka secara alami tujuan keuangan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai suatu organisasi bisnis, tujuan utama dari korporasi adalah profit atau keuntungan. Mengingat banyak pemangku kepentingan terutama pemegang saham yang merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1997 kondisi perekonomian Indonesia mengalami krisis yang

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1997 kondisi perekonomian Indonesia mengalami krisis yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 1997 kondisi perekonomian Indonesia mengalami krisis yang hebat, yang berdampak pada semua aktivitas bisnis di sektor riil. Selama dua tiga tahun terakhir

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal Pasar modal dapat digunakan sebagai tempat menjual saham bagi perusahaan yang memerlukan dana, begitu juga investor dapat membeli surat berharga di pasar modal.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Lancar (Current Ratio) Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber dana jangka pendek

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan hal yang sangat membantu terhadap suatu keputusan yang diambil karena kinerja keuangan akan menunjukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal (capital market) merupakan tempat diperjualbelikannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal (capital market) merupakan tempat diperjualbelikannya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pasar Modal a. Pengertian Pasar Modal Pasar modal (capital market) merupakan tempat diperjualbelikannya berbagai instrumen keuangan jangka panjang, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran aktif lembaga pasar modal merupakan sarana untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi secara optimal dengan mempertemukan kepentingan investor selaku pihak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian, Tujuan, dan Analisis Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Menurut Munawir (2010:5), laporan keuangan adalah : Umumnya terdiri dari neraca dan perhitungan

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA. lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. antara pembeli dan penjual dengan resiko untung atau rugi.

BAB II TINJUAN PUSTAKA. lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. antara pembeli dan penjual dengan resiko untung atau rugi. BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal Menurut Undang Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, Pasar Modal adalah kegiatan yang berkaitan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menginvestasikan dananya adalah sektor properti. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mengatakan sektor properti

BAB I PENDAHULUAN. menginvestasikan dananya adalah sektor properti. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mengatakan sektor properti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar modal di Indonesia yang pesat menunjukan bahwa kepercayaan pemodal untuk menginvetasikan dananya di pasar modal cukup baik. Banyaknya pilihan saham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan perusahaan merupakan hal yang crucial. Dengan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan perusahaan merupakan hal yang crucial. Dengan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan merupakan suatu unit kegiatan produksi yang mengelola sumber-sumber ekonomi untuk menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat dengan tujuan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peneliti terdahulu yang digunakan adalah penelitian yang dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peneliti terdahulu yang digunakan adalah penelitian yang dilakukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Peneliti terdahulu yang digunakan adalah penelitian yang dilakukan oleh Febriyanti Kusuma W dengan judul Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Berdasarkan jenisnya, data yang disajikan dalam penelitian ini adalah data aplikatif kuantitatif. Seperti disampaikan oleh peneliti dimuka bahwa penelitian

Lebih terperinci

Investasi Saham di Pasar Modal

Investasi Saham di Pasar Modal Investasi Saham di Pasar Modal Andre adalah salah satu individu yang ikut memeriahkan perdagangan saham di bursa efek Jakarta. Sudah kurang lebih 3 tahun Andre selalu mengikuti dan bertransaksi saham.

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE EVA (ECONOMIC VALUE ADDED) PADA PT. TIMAH (PERSERO) TBK PERIODE

PENGUKURAN KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE EVA (ECONOMIC VALUE ADDED) PADA PT. TIMAH (PERSERO) TBK PERIODE PENGUKURAN KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE EVA (ECONOMIC VALUE ADDED) PADA PT. TIMAH (PERSERO) TBK PERIODE 2008-2012 NAMA KELAS : Anindya Dita Khoirina : 3EB13 NPM : 20210864 FAKULTAS : EKONOMI

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder

III.METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder 38 III.METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian. Peneliti

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis 10 BAB 2 Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal a. Pengertian Pasar Modal Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu tempat bertemunya para penjual dan pembeli

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dilakukan perhitungan yang mendasari analisis dan pembahasan untuk dapat mengetahui kinerja perusahaan PT United Tractors Tbk, yang diukur dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional negara tersebut, Sehingga banyak negara yang melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional negara tersebut, Sehingga banyak negara yang melakukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stabilitas dan kemajuan ekonomi merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh negara karena perkembangan ekonomi merupakan tonggak berhasil tidaknya pembangunan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjang perekonomian karena pasar modal dapat menghubungkan pihak yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. menunjang perekonomian karena pasar modal dapat menghubungkan pihak yang membutuhkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal sebagai sarana untuk memobilitasi dana yang bersumber dari masyarakat ke berbagai sektor yang melaksanakan investasi. Masuk ke pasar modal merupakan idaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pasar Modal 2.1.1.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi,

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi, salah satunya adalah dengan melakukan investasi di Pasar Modal. Dalam hal ini Pasar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Teori Sinyal (Signalling Theory) Menurut Wolk dalam Firman Taryana (2013) teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi. Untuk menarik pembeli

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori Teori Modigliani Miller (MM) Teori struktur modal modern dimulai pada tahun 1958, ketika Profesor Franco Modigliani dan Merton Miller (MM) menerbitkan apa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencari keuntungan sebesar-besarnya demi menyejahterakan karyawan dan

BAB I PENDAHULUAN. mencari keuntungan sebesar-besarnya demi menyejahterakan karyawan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini persaingan dalam dunia bisnis semakin tinggi. Semakin banyak perusahaan baru yang muncul untuk bersaing dengan perusahaan lama. Tujuan perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI. kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Saham Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dunia semakin hari semakin pesat, semakin banyaknya orang berlomba-lomba dalam menciptakan teknologi canggih semakin pesat pula persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat terjadi krisis moneter banyak perusahaan yang mengalami penurunan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat terjadi krisis moneter banyak perusahaan yang mengalami penurunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat terjadi krisis moneter banyak perusahaan yang mengalami penurunan dalam pendapatannya bahkan ada juga beberapa yang mengalami kerugian. Hal ini terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Akan tetapi usaha-usaha tersebut belum menunjukan hasil

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Akan tetapi usaha-usaha tersebut belum menunjukan hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1998 telah memberikan dampak yang buruk pada hampir semua sektor, terutama sektor ekonomi. Banyak perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Keuangan 2.1.1 Pengertian Kinerja Keuangan Menurut Priansa dan Suwatno (2011:196) dalam Fandi (2014) mendefinisikan kinerja sebagai hasil yang dicapai seseorang menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Dalam era

BAB I PENDAHULUAN. yang efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Dalam era BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam pembangunan suatu negara, diperlukan dana investasi dalam jumlah yang besar. Pasar modal menjadi salah satu sarana bagi kegiatan berinvestasi, yang efektif untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersumber dari dalam negeri misalnya tabungan luar negeri, tabungan pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. bersumber dari dalam negeri misalnya tabungan luar negeri, tabungan pemerintah, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan suatu negara memerlukan dana investasi dalam jumlah yang tidak sedikit sehingga perlu adanya usaha yang mengarah pada dana investasi yang bersumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 laju investasi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 laju investasi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun Dalam Persen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring pertumbuhan ekonomi Negara Indonesia mengalami kenaikan dari tahun ke tahun yang mengakibatkan perusahaan baru maupun perusahaan lama

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Konsep Teoritis Laporan Keuangan Tujuan akhir dari proses akuntansi adalah menghasilkan informasi akuntansi dari suatu perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, wujudnya

Lebih terperinci

kapitalisasi pasar BEJ sehingga pergerakan transaksi perusahaan yang Obyek penelitian adalah perusahaan - perusahaan go publik yang

kapitalisasi pasar BEJ sehingga pergerakan transaksi perusahaan yang Obyek penelitian adalah perusahaan - perusahaan go publik yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Obyek penelitian Obyek penelitian adalah perusahaan - perusahaan go publik yang terdaftar di BEJ 3.2. Populasi dan Sampel Bagi perusahaan yang belum go pubilk metode EVA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembangunan suatu negara memerlukan dana investasi dalam jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembangunan suatu negara memerlukan dana investasi dalam jumlah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan suatu negara memerlukan dana investasi dalam jumlah yang tidak sedikit. Sumber dari luar tidak mungkin selamanya diandalkan untuk pembangunan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pasar modal adalah bursa yang merupakan sarana untuk mempertemukan

I. PENDAHULUAN. Pasar modal adalah bursa yang merupakan sarana untuk mempertemukan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal adalah bursa yang merupakan sarana untuk mempertemukan penawaran dan permintaan dana jangka panjang dalam bentuk efek dan saham. Fungsi dari bursa efek di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh peneliti merujuk pada penelitianpenelitian sebelumnya. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu beserta persamaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. banyak industri yang mengalami kebangkrutan karena inflasi yang tinggi. Di

I. PENDAHULUAN. banyak industri yang mengalami kebangkrutan karena inflasi yang tinggi. Di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setelah melewati masa krisis pada bulan Juli 1997 hingga Desember 1998, banyak industri yang mengalami kebangkrutan karena inflasi yang tinggi. Di antara berbagai sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor perkebunan, kehutanan dan perikanan selama krisis ekonomi

I. PENDAHULUAN. Sektor perkebunan, kehutanan dan perikanan selama krisis ekonomi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perkebunan, kehutanan dan perikanan selama krisis ekonomi terbukti sebagai sektor yang selain mampu bertahan, juga dapat terus berkembang terbukti dengan naiknya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Istilah kinerja seringkali dikaitkan dengan kondisi keuangan perusahaan. Kinerja

BAB II LANDASAN TEORI. Istilah kinerja seringkali dikaitkan dengan kondisi keuangan perusahaan. Kinerja 14 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kinerja Istilah kinerja seringkali dikaitkan dengan kondisi keuangan perusahaan. Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan dimanapun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Laporan Keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan a. Pengertian Laporan Keuangan Menurut kamus akuntansi edisi kedua oleh Abdullah (1993:176), laporan keuangan adalah laporan-laporan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Economic Value Added (EVA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Economic Value Added (EVA) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Economic Value Added (EVA) Menurut Young (2001: 17), EVA adalah pengukuran kinerja yang didasarkan pada keuntungan ekonomis (juga dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara agraris yang mayoritas penduduknya bermata

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara agraris yang mayoritas penduduknya bermata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan penggerak ekonomi bangsa. Sejarah menyebutkan, adalah negara agraris yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Daratan yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asuransi

TINJAUAN PUSTAKA Asuransi 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Asuransi 2.1.1 Pengertian Asuransi Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seseorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Perekonomian Indonesia sedang mengalami masa pemulihan.

I. PENDAHULUAN Perekonomian Indonesia sedang mengalami masa pemulihan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian Indonesia sedang mengalami masa pemulihan. Hal ini diindikasikan dengan pertumbuhan ekonomi yang mencapai 4.54 persen pada tahun 2000 lebih tinggi dibandingkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. (saham), instrumen derivatif, maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana

BAB II LANDASAN TEORI. (saham), instrumen derivatif, maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pasar Modal Pasar Modal (Capital Market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang, ekuitas (saham),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berarti perusahaan telah melakukan financial leverage. Semakin besar utang

BAB I PENDAHULUAN. dan berarti perusahaan telah melakukan financial leverage. Semakin besar utang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangannya, dunia mengalami kemajuan yang pesat. Sama dalam dunia perekonomian seiring dengan perkembangannya perekonomian suatu perusahaan akan mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Masalah perekonomian selalu menjadi faktor yang penting untuk mendorong kemajuan suatu negara. Perusahaan akan selalu menghadapi hambatan-hambatan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat untuk memperoleh modal tersebut adalah melalui pasar modal.

BAB I PENDAHULUAN. tempat untuk memperoleh modal tersebut adalah melalui pasar modal. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi, dunia usaha menjadi semakin kompetitif sehingga menuntut perusahaan untuk mampu beradaptasi agar terhindar dari kebangkrutan dan unggul

Lebih terperinci

Hadi Suryadinata Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak

Hadi Suryadinata   Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PADA PT CIPUTRA PROPERTY,Tbk. DAN ENTITAS ANAK Hadi Suryadinata email: hsuryadinata@yahoo.com Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma

Lebih terperinci