HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian"

Transkripsi

1 83 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pertanian (P4TK Pertanian) Cianjur, Jawa Barat. Lembaga tersebut merupakan salah satu dari 6 unit pelaksana teknis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bidang pengembangan dan pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan kejuruan. Tugas P4TK Pertanian Cianjur berdasarkan Permendiknas Nomor 8 Tahun 2007, tentang Organisasi dan Tata Kerja Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan adalah melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan di bidang pertanian. Kegiatan yang dilakukan adalah (1) menyelenggarakan layanan pendidikan dan pelatihan terstandar; (2) melakukan pengkajian, pengembangan dan pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan dalam perannya sebagai think tank; (3) melakukan penjaminan mutu (quality assurance) pendidikan dan pelatihan pendidik dan tenaga kependidikan; (4) memberdayakan kelompok kerja/asosiasi pendidik dan tenaga kependidikan dan pusat pemberdayaan pendidikan masyarakat; dan (5) memfasilitasi pemenuhan kualifikasi pendidik dan tenaga kependidikan. P4TK kejuruan lainnya adalah P4TK Bisnis dan Pariwisata Sawangan-Depok, P4TK Seni dan Budaya Yogyakarta, P4TK Mesin dan Teknik Industri Bandung, P4TK Otomotif dan Elektronika Malang, P4TK Bangunan dan Listrik Medan. Kelima P4TK tersebut mempunyai karakteristik organisasi yang sama dengan P4TK Pertanian. Perbedaannya terletak pada bidang kejuruannya yaitu pertanian, bisnis dan pariwisata, seni dan budaya, mesin dan teknik industri, otomotif dan elektronika, dan bangunan dan listrik. Kampus P4TK Pertanian Cianjur berdiri di atas lahan seluas kurang lebih 50 hektar dilengkapi dengan sarana dan prasarana gedung administrasi, ruang kelas, laboratorium, perpustakaan, lahan produksi (tanah kering, sawah, kolam ikan), kandang ternak, tempat ibadah, bengkel mekanisasi, sarana olah raga, dan asrama. Kegiatan layanan pendidikan dan pelatihan merupakan kegiatan utama P4TK

2 84 Pertanian Cianjur yang terdiri dari pelatihan dibidang pertanian dan non pertanian. Pelatihan pertanian yang diselenggarakan meliputi agribisnis tanaman, perbenihan tanaman, lingkungan hidup dan biofarming, agribisnis peternakan, agribisnis perikanan budidaya, mekanisasi pertanian, agroindustri, manajemen agribisnis, nautika perikanan laut, teknika perikanan laut, teknologi pengolahan hasil perikanan, perkebunan, dan kehutanan. Adapun pelatihan non pertanian meliputi manajemen dan kependidikan. Pelatihan pertanian yang diselenggarakan P4TK Pertanian Cianjur menggunakan pendekatan paket pelatihan berbasis produksi. Paket-paket pelatihan dibuat untuk satu kompetensi produksi tertentu, seperti paket produksi tanaman sayuran, budidaya lidah buaya, penyilangan anggrek, pembesaran ikan mas, pengolahan produk kedelai, penetasan telur, budidaya ulat sutera dan sejenisnya. Lamanya pelaksanaan pelatihan disesuaikan dengan kompetensi yang akan dikuasai atau kebutuhan peserta didik. Berdasarkan lamanya pelatihan disediakan paket pelatihan antara 1 hari sampai dengan 3 bulan. Sasaran pelatihan bidang pertanian dan non pertanian adalah pendidik dan tenaga kependidikan dari jenjang pendidikan formal yaitu Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pertanian dan Kelautan. Disamping itu pelatihan pertanian juga diselenggarakan untuk masyarakat umum baik secara perorangan maupun kelompok/kelembagaan. Kegiatan pelatihan dilakukan oleh unit kerja yang disebut departemen yaitu Agribisnis Produksi Tanaman, Agribisnis Produksi Peternakan, Agribisnis Produksi Perikanan, Agroindustri dan Pengujian Mutu, Mesin Pertanian dan Teknologi Penangkapan, Ilmu Dasar, dan Manajemen Teknologi Informasi Pendidikan. Kondisi Fasilitator Pelatihan Fasilitator pelatihan P4TK Pertanian Cianjur adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diberi tugas melaksanakan pembelajaran pada kegiatan pelatihan. Berdasarkan latar belakang jabatannya, fasilitator P4TK Pertanian Cianjur terdiri dari widyaiswara dan instruktur. Widyaiswara merupakan tenaga fungsional yang diangkat oleh Menteri Pendidikan Nasional, sedangkan instruktur merupakan

3 85 tenaga struktural yang mendapat tugas mengajar pada kegiatan pelatihan dari Kepala P4TK Pertanian. Kedua kelompok fasilitator tersebut mempunyai tugas yang sama dalam melaksanakan pelatihan, yang membedakan adalah status kepegawaiannya. Jumlah tenaga fasilitator P4TK Pertanian sampai dengan bulan April 2011 sebanyak 121 orang yang terdiri dari unsur widyaiswara sebanyak 78 orang dan instruktur sebanyak 43 orang. Fasilitator pelatihan memiliki bidang keahlian berdasarkan spesialisasi mengajar pada kegiatan pelatihan. Bidang keahlian fasilitator pelatihan P4TK Pertanian Cianjur ditetapkan berdasarkan Petunjuk Teknis Penilaian Angka Kredit Widyaiswara, Ditjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Kemdiknas tahun 2010 meliputi (1) agribisnis produksi tanaman, hortikultura dan perkebunan, (2) agribisnis produksi perikanan dan kelautan, (3) agribisnis produksi peternakan, (4) teknologi hasil pertanian, (5) mekanisasi pertanian, dan (6) kimia Industri. Disamping bidang keahlian tersebut, terdapat bidang keahlian lain yang dikembangkan P4TK Pertanian Cianjur yaitu (1) sosial ekonomi pertanian, dan (2) kependidikan pertanian. Bidang keahlian tersebut dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu: (1) kelompok pertanian budidaya meliputi: agribisnis produksi tanaman, hortikultura dan perkebunan, agribisnis produksi perikanan dan kelautan, dan agribisnis produksi ternak; (2) pertanian non budidaya meliputi: teknologi hasil pertanian, mekanisasi pertanian, sosial ekonomi pertanian, dan kimia industri; dan (3) kependidikan pertanian. Berdasarkan pengelompokkan tersebut sebagian besar fasilitator memiliki bidang keahlian pertanian budidaya sebanyak 64,46% meliputi agribisnis produksi tanaman, hotikultura dan perkebunan sebanyak 35,54%, agribisnis produksi perikanan dan kelautan sebanyak 14,88%, dan agribisnis peternakan sebanyak 14,05%. kan sisanya sebanyak 26,45% memiliki bidang keahlian pertanian non budidaya dan sebanyak 9,09% memiliki bidang keahlian kependidikan pertanian. Bidang keahlian yang paling banyak dimiliki fasilitator adalah bidang keahlian tanaman, hortikultura dan perkebunan sebanyak 35,54%, sedangkan paling sedikit adalah bidang keahlian kimia industri sebanyak 1,65%. Bidang keahlian fasilitator pelatihan P4TK Pertanian disajikan pada Tabel 11.

4 86 Tabel 11. Bidang Keahlian Fasilitator Pelatihan P4TK Pertanian Bidang Keahlian Jumlah n % 1. Pertanian Budidaya: Agribisnis Produksi Tanaman, Hortikulura dan Perkebunan 43 35,54 Agribisnis Produksi Perikanan dan Kelautan 18 14,88 Agribisnis Peternakan 17 14,05 2. Pertanian Non Budidaya: Pengolahan Hasil Pertanian 15 12,40 Mekanisasi Pertanian 10 8,26 Sosial Ekonomi Pertanian 5 4,13 Kimia Industri 2 1,65 3. Kependidikan Pertanian 11 9,09 Total ,00 Berdasarkan wawancara dengan beberapa fasilitator pelatihan diperoleh informasi bahwa bidang keahlian telah berkembang sejalan dengan peningkatan pendidikan formal dan keikutsertaan fasilitator dalam pelatihan-pelatihan. Perkembangan bidang keahlian karena peningkatan pendidikan formal terjadi karena perubahan jurusan yang diambil pada jenjang Strata 2 (S2). Sebagai contoh fasilitator pelatihan S1 jurusan Agronomi mengambil S2 jurusan Manajemen Keuangan, maka bidang keahlian yang bersangkutan disamping budidaya tanaman juga manajemen keuangan agribisnis. Perkembangan bidang keahlian karena faktor keikutsertaan dalam pelatihan-pelatihan terjadi karena bertambahnya kompetensi baru baik dalam bidang keahliannya maupun diluar bidang keahliannya. Sebagai contoh fasilitator dengan bidang keahlian Peternakan mengikuti pelatihan manajemen mutu ISO 9001:2000, maka bidang keahlian yang bersangkutan bertambah dengan manajemen mutu ISO 9001:2000. Bidang keahlian tersebut digunakan oleh P4TK Pertanian untuk memberikan penugasan mengajar kepada fasilitator. Sehingga seorang fasilitator di samping mengajar pelatihan pada bidang keahliannya di bidang pertanian juga dapat mengajar pelatihan dibidang non pertanian seperti kurikulum, manajemen mutu, kewirausahaan, dan lain-lain.

5 87 Karakteristik Fasilitator Pelatihan Karakteristik fasilitator pelatihan merupakan bagian dari individu dan melekat pada diri seorang fasilitator yang mendasari tingkah laku sebagai fasilitator. Sebaran karakteristik fasilitator pelatihan selengkapnya disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Sebaran Fasilitator Pelatihan Berdasarkan Karakteristik Sub Peubah Umur X1.1 Rentang usia: tahun Pendidikan formal, X1.2 Selang skor: 1-3 Pengalaman kerja X1.3 Selang tahun: 4-29 th Jabatan, X1.4 Selang skor: 1-4 Kategori Muda: th : th Tua: >45 th Jenjang S 1: Pertanian Non Pertanian Jumlah Jenjang S 2: Pertanian Non Pertanian Jumlah Jenjang S 3: Jumlah n % 1 0, , , ,58 2,48 33,06 33,88 32,23 66,12 Pertanian 1 0,83 : 5 th 14 11,57 : 6-10 th 18 14,88 : >10 th 89 73,55 Pertama: III.a-b Muda: III.c-d Madya: IV.a-c ,06 23,14 43,80 Umur merupakan salah satu karakteristik pribadi seseorang yang berpengaruh terhadap kemampuan dalam mempelajari, memahami, menerima dan mengadopsi suatu teknologi serta peningkatan produktivitas kerja. Umur fasilitator P4TK Pertanian berkisar antara 30 sampai dengan 55 tahun dengan ratarata 45 tahun. Sebagian besar fasilitator berada dalam kategori tua yaitu umur >45 tahun, yaitu sebanyak 84 orang (69,42%). Adapun sisanya sebanyak 36 orang (29,75%) berada pada kategori sedang yaitu umur tahun dan kategori muda sebanyak 1 orang (0,83%). Soehardjo dan Patong (1984) mengelompokkan umur berdasarkan produktif dan non produktif yaitu umur tahun merupakan umur produktif dan 55 tahun ke atas dikategorikan umur non produktif atau sudah tidak produktif lagi. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa berdasarkan umur, fasilitator pelatihan P4TK Pertanian sebagian besar berada dalam periode

6 88 produktif dimana seseorang dalam masa puncak produktivitasnya. Jika dihubungkan dengan umur pensiun fasilitator yaitu tahun maka masa kerja fasilitator masih tahun. Hal yang perlu diantisipasi oleh P4TK Pertanian adalah banyaknya fasilitator yang memasuki masa pensiun dengan waktu yang relatif sama sehingga perlu disiapkan regenerasi sejak awal. Pendidikan formal fasilitator pelatihan P4TK Pertanian sebagian besar adalah S1 sebanyak 40 orang (33,06%) dan S2 sebanyak 80 orang (66,12%). kan berdasarkan latar belakang jurusan fasilitator berpendidikan S1 sebanyak 92,50% memiliki jurusan bidang pertanian meliputi budidaya tanaman/ agronomi, peternakan, perikanan, teknologi hasil pertanian, mekanisasi pertanian, perkebunan, kehutanan, dan sosial ekonomi pertanian. Lainnya sebanyak 7,50% memiliki jurusan non pertanian meliputi kependidikan, hukum, ekonomi, fisika, kimia, biologi, dan manajemen. Fasilitator jenjang S2 sebanyak 51,25% memiliki jurusan bidang pertanian, sedangkan sisanya sebanyak 48,75% memiliki jurusan non pertanian khususnya kependidikan dan manajemen. Namun pada jenjang S2 terjadi pergeseran jurusan cukup banyak yaitu 39 orang dari 80 orang yang berpendidikan S2 mengambil jurusan yang berbeda dengan jurusan pada saat S1. Pendidikan formal dibutuhan fasilitator untuk meningkatkan pengetahuan akademik bidang ilmu yang diampu. Margono Slamet, 1992 menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi pula pengetahuan, sikap dan ketrampilan, efisien bekerja dan semakin banyak tahu cara-cara dan teknik bekerja yang lebih baik dan lebih menguntungkan. Oleh karena itu pergeseran jurusan pada fasilitator S2 perlu diantisipasi untuk program peningkatan pendidikan formal yang akan datang agar bermanfaat baik bagi fasilitator yang bersangkutan maupun P4TK Pertanian. Pengalaman kerja menurut Siagian (2000) merupakan keseluruhan pelajaran yang dipetik oleh seseorang dari peristiwa-peristiwa yang dilalui dalam perjalanan hidupnya. Bandura (1986) menyatakan bahwa pengalaman seseorang dapat diukur secara kuantitatif berdasarkan jumlah tahun seseorang bekerja dalam bidang yang dijalani. Pengalaman kerja fasilitator sebagian besar berada pada kategori tinggi (>10 tahun), sebanyak 73,55%. Lainnya sebanyak 14,88% berpengalaman kerja sedang (6-10 tahun) dan 11,57% berpengalaman kerja rendah (<5 tahun).

7 89 Pengalaman kerja terendah adalah 4 tahun dan tertinggi 29 tahun dengan rata-rata 16,7 tahun. Pengalaman kerja fasilitator yang cukup lama tersebut menunjukkan bahwa pekerjaan sebagai fasilitator pelatihan telah dilalui dengan segala permasalahan dan keberhasilannya. Fasilitator pada umumnya mempunyai jam mengajar cukup tinggi dalam menyajikan materi pelatihan dan berinteraksi dengan berbagai macam peserta. Kibler (1981) menyatakan bahwa seseorang akan memperoleh keuntungan dari pengalamannya karena dengan pengalaman akan mempunyai kesempatan melihat, membandingkan dan memilih sehingga mempermudah untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Pengalaman kerja fasilitator tersebut merupakan proses pembelajaran yang sangat berharga untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan/meningkatkan keberhasilan dalam melaksanakan tugas berikutnya sehingga menjadi lebih baik. Jabatan sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian pada penjelasan pasal 17, ayat 1 adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seseorang Pegawai Negeri Sipil dalam suatu satuan organisasi Negara. Berdasarkan jabatannya diketahui bahwa sebagian besar fasilitator memiliki jabatan pada tingkat madya (IVa-c) dan pertama (IIIa-b) yaitu 43,80% dan 33,06%, sedangkan sisanya sebanyak 23,14% berada pada tingkat muda. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa cukup banyak fasilitator dengan jabatan pada kategori pertama yaitu golongan III.a dan III.b. Fasilitator yang berada pada kategori tersebut adalah fasilitator non fungsional yaitu staf struktural yang ditugaskan oleh P4TK Pertanian sebagai fasilitator pelatihan. Peningkatan golongan terkait dengan masa kerja yaitu minimal 4 tahun sekali seorang PNS dengan jabatan struktural. kan bagi PNS dengan jabatan fungsional widyaiswara minimal 2 tahun mendapatkan kenaikan golongan jika memenuhi persyaratan angka kredit dan administrasi lainnya. Jabatan fasilitator khususnya yang berasal dari fungsional, dikaitkan dengan kewenangan memberikan pelatihan berdasarkan level pelatihan. Semakin tinggi jabatan maka diberi kewenangan untuk memberikan pelatihan pada level pelatihan yang semakin tinggi. rendahnya level pelatihan ditetapkan berdasarkan bobot materi yang penetapannya dilakukan oleh P4TK Pertanian.

8 90 Keterlibatan Fasilitator Pelatihan Dalam Proses Belajar Keterlibatan fasilitator dalam proses belajar merupakan kegiatan belajar untuk mendukung pelaksanaan tugasnya sebagai fasilitator. Keterlibatan dalam proses belajar diukur berdasarkan kegiatan belajar dalam mengikuti pelatihan, berpartisipasi dalam kegiatan ilmiah, mengikuti magang industri, melaksanakan unit produksi, dan memanfaatkan sumber belajar. Sebaran keterlibatan fasilitator dalam proses belajar disajikan pada Tabel 13. Tabel 13. Sebaran Fasilitator Berdasarkan Keterlibatan dalam Proses Belajar Peubah/Sub Peubah Mengikuti pelatihan, X2.1 Selang skor: 5-19; Rata-rata: 7,83; : 2,40 : < 5,43; : 5,43-10,23; : >10,23 Berpartisipasi dalam kegiatan ilmiah, X2.2 Selang skor: 6-22; Rata-rata:11,65; : 3,16 : < 8,49; : 8,49-14,81;: >14,81 Mengikuti magang industri, X2.3 Selang skor: 2-5; Rata-rata: 2,45; : 0,69 : <1,76; : 1,76-3,14;: >3,14 Melaksanakan unit produksi, X2.4 Selang skor: 2-8; Rata-rata: 3,33; : 1,43 : <1,90; : 1,90-4,76;: >4,76 Pemanfaatan sumber belajar, X2.5 Selang skor: 9-20; Rata-rata: 16,30; : 3,03 : < 13,27; : 13,27-19,33;: >19,33 Keterlibatan fasilitator pelatihan dalam proses belajar, X2 Selang skor: 25-64; Rata-rata: 41,55; : 7,53 : <34,02; : 34,02-49,08;: >49,08 Kategori Jumlah n % 14 11, , , Keterangan: = < rata-rata- ; sedang = rata-rata ± ; tinggi = > rata-rata + 14,05 68,60 17,36 0,00 91,74 8,26 0,00 78,51 21,49 19,83 56,20 23,97 18,18 68,60 13,22 Keikutsertaan fasilitator dalam kegiatan pelatihan sebagian besar yaitu sebanyak 76,86% berada pada kategori sedang, diikuti kategori tinggi dan rendah masing-masing dengan jumlah yang sama sebanyak 11,57%. Keterlibatan fasilitator dalam mengikuti pelatihan meliputi keikutsertaan dalam pelatihan tentang keterampilan pertanian, pembelajaran, manajemen, motivasi dan kepemimpinan. Melalui keikutsertaan dalam kegiatan pelatihan tersebut diharapkan mendukung fasilitator meningkatkan kompetensi dan kinerja dalam memberikan pelatihan pertanian. Dalam tiga tahun terakhir jenis pelatihan yang diikuti oleh fasilitator meliputi: pelatihan keterampilan pertanian (52,89%); pelatihan pembelajaran (63,64%); pelatihan manajemen (23,97%), pelatihan

9 91 motivasi (33,06%); dan pelatihan kepemimpinan (35,54%). Fasilitator yang belum pernah mengikuti pelatihan keterampilan pertanian, pembelajaran, manajemen dan motivasi selama tiga tahun terakhir masing-masing sebanyak 47,11%; 36,36%; 76,03%; dan 64,46%. Pentingnya pelatihan diungkapkan oleh Bernandin dan Russell (Gomes, 2003) yaitu setiap usaha untuk memperbaiki performansi pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggungjawabnya, atau satu pekerjaan yang ada kaitannya dengan pekerjaannya. Pelatihan berkaitan dengan peningkatan keterampilan karyawan yang sudah menduduki suatu pekerjaan atau tugas tertentu sehingga lebih menekankan pada keterampilan (skill). Pelatihan merupakan cara terpadu yang diorientasikan pada tuntutan kerja aktual, dengan penekanan pada pengembangan skill, knowledge dan ability. Masih ditemukannya fasilitator yang belum pernah mengikuti pelatihan selama tiga tahun terakhir merupakan catatan penting bagi P4TK Pertanian untuk memprogramkan kegiatan pelatihan khususnya bagi fasilitator tersebut. Partisipasi fasilitator dalam kegiatan ilmiah dalam bentuk seminar, workshop, ujicoba dan menulis karya ilmiah sebagian besar berada pada kategori sedang, yaitu sebanyak 68,60%, diikuti kategori tinggi sebanyak 17,36% dan kategori rendah sebanyak 14,05%. Melalui kegiatan ilmiah, fasilitator dapat selalu mengikuti perkembangan terkini terkait dengan bidang ilmunya untuk menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan guna mendukung tugas sebagai fasilitator. Selama tiga tahun terakhir keikutsertaan fasilitator pada kegiatan seminar internal P4TK Pertanian sebanyak 91,74%; workshop internal P4TK Pertanian sebanyak 81,82%; seminar dan workshop di luar P4TK Pertanian masing-masing sebanyak 33,06% dan 26,45%; melakukan ujicoba sebanyak 68,60%; dan menulisan karya ilmiah sebanyak 59,50%. Keikutsertaan fasilitator dalam kegiatan seminar dan workshop di luar P4TK Pertanian paling rendah jika dibandingkan dengan kegiatan ilmiah lainnya yaitu sebanyak 33,06% dan 26,45%. Kondisi tersebut terjadi karena keikutsertaan fasilitator pada kegiatan tersebut sangat tergantung pada penugasan dari P4TK Pertanian. Hasil wawancara dengan beberapa fasilitator menyatakan bahwa sebenarnya membutuhkan seminar atau workshop yang sifatnya nasional, tetapi karena keterbatasan lembaga dalam membiayai kegiatan tersebut maka keinginan untuk mengikuti kegiatan tersebut

10 92 belum dapat terpenuhi. Jumlah fasilitator yang pernah menulis karya ilmiah sebanyak 59,50%, hal tersebut berarti terdapat 40,50% fasilitator yang belum pernah menulis karya ilmiah. Karya tulis ilmiah merupakan salah satu bukti ukuran penguasaan akademik seseorang dalam bidang ilmunya masing-masing. Kedua indikator tersebut yaitu keikutsertaan dalam kegiatan seminar dan workshop di luar P4TK Pertanian dan menulis karya tulis ilmiah perlu diprogramkan agar semua fasilitator berkesempatan terlibat dalam kedua hal tersebut. Keterlibatan fasilitator dalam kegiatan ilmiah merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kompetensi dan kinerja dalam melaksanakan kegiatan pelatihan. Sehingga kegiatan pelatihan yang diselenggarakan P4TK Pertanian lebih bermutu. Keikutsertaan fasilitator dalam kegiatan magang industri sebagian besar berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 91,74%, diikuti kategori tinggi sebanyak 8,26% dan rendah sebanyak 0,00%. Magang industri adalah latihan kerja pada suatu instansi/industri tertentu dengan mengikuti sistem kerja pada instansi/industri yang bersangkutan. Melalui kegiatan magang industri baik pada industri lokal maupun nasional, diperoleh pengalaman nyata dan keterampilan pada kondisi sebenarnya. Banyaknya fasilitator yang pernah mengikuti magang menggambarkan bahwa sebagian besar fasilitator mempunyai pengalaman praktis dengan dunia usaha/industri. Pengalaman tersebut bermanfaat untuk menambah dan meningkatkan kompetensi dan kinerja fasilitator dalam melaksanakan pelatihan. Keterlibatan fasilitator dalam kegiatan unit produksi sebagian besar dalam kategori sedang, yaitu sebanyak 78,51%, diikuti kategori tinggi sebanyak 21,49% dan tidak ada yang berkategori rendah. Unit produksi merupakan kegiatan produksi/usaha suatu komoditas/produk tertentu yang dilakukan oleh fasilitator dalam skala komersial yang dikelola P4TK Pertanian sebagai wahana bagi fasilitator untuk mendapatkan pengalaman produksi secara komersial dan wahana praktek bagi peserta pelatihan. P4TK Pertanian tidak mewajibkan fasilitator untuk melakukan unit produksi namun fasilitator berupaya untuk terlibat dalam pelaksanaan unit produksi. Unit produksi dilakukan secara tim dengan melibatkan beberapa fasilitator sesuai bidang keahliannya masing-masing. Melalui

11 93 keterlibatan dalam kegiatan unit produksi maka fasilitator menjadi lebih kompeten dan mempunyai pengalaman praktis yang nyata sebagai bekal untuk mengajar pada kegiatan pelatihan. Sehingga kegiatan pelatihan dapat berhasil memenuhi harapan peserta pelatihan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Gilley dan Eggland (1993) bahwa salah satu standar keberhasilan pelatihan adalah instruktur (fasilitator pelatihan) harus kompeten dalam materi dan metode pembelajaran yang digunakan. Selanjutnya Fasilitator Gilley dan Eggland menyatakan bahwa seorang fasilitator lebih menekankan pada pengalaman praktis dari pada konsep, teori atau ide-ide baru. Sumber belajar fasilitator adalah sarana yang tersedia dilingkungan kerja yang dapat digunakan sebagai bahan untuk belajar dalam rangka meningkatkan kompetensi dan kinerja berupa perpustakaan, internet, majalah/buletin, koran/ tabloid, dan buku literatur/referensi. Pemanfaatan sumber belajar sebagian besar fasilitator, yaitu sebanyak 56,20% berada pada kategori sedang, sebanyak 23,97% pada kategori tinggi dan sebanyak 19,83% pada kategori rendah. Selama tiga tahun terakhir, internet dan buku literatur/referensi merupakan sumber belajar yang banyak digunakan fasilitator dimana semua fasilitator menggunakannya lebih dari satu kali. Kemudian disusul majalah/koran digunakan oleh 99,17% fasilitator, perpustakaan digunakan oleh 96,69%, dan koran/tabloid digunakan oleh 95,87%. nya pemanfaatan semua sumber belajar perlu menjadi prioritas P4TK Pertanian untuk memfasilitasi ketersediaan sumber belajar dengan memperkuat jaringan internet, menambah buku literatur/referensi/jurnal, meningkatkan sarana dan pelayanan perpustakaan dan menyediakan berbagai koran/tabloid sesuai kebutuhan fasilitator. Tabel 13 juga menunjukkan bahwa jumlah fasilitator yang terlibat dalam proses belajar dengan kategori tinggi masih sedikit yaitu mengikuti pelatihan 11,57%; berpartisipasi dalam kegiatan ilmiah 17,36%; mengikuti magang industri 8,26%, melaksanakan unit produksi 21,49%; dan pemanfaatan sumber belajar 23,97%. Peningkatan kompetensi fasilitator merupakan proses belajar untuk memperbaiki, memperkuat, menambah, memperluas dan menyegarkan kompetensi-kompetensi yang telah dimiliki. Fasilitator pelatihan dengan tugas utamanya mengajar harus selalu mengembangkan diri dengan ilmu pengetahuan,

12 94 teknologi dan pengalaman praktis secara intensif agar lebih meningkat kompetensinya. Sebagaimana diungkapkan oleh Werther dan Davis (1996) bahwa pengembangan diri merupakan kesempatan-kesempatan belajar yang direncanakan untuk membantu pengembangan seseorang yang berorientasi pada masa depan. Pengembangan diri dapat dilakukan secara individu melalui kemandirian belajar atau secara organisasi melalui pengembangan profesionalisme dan pengembangan karir. Oleh karena itu perlu menjadi perhatian P4TK Pertanian untuk meningkatkan keterlibatan semua fasilitator dalam proses belajar mencapai kategori tinggi. Lingkungan Kerja Lingkungan kerja merupakan lingkungan fisik dan non fisik di luar diri fasilitator yang mendukung atau mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugasnya sebagai fasilitator. Sebaran fasilitator berdasarkan penilaian lingkungan kerja disajikan pada Tabel 14. Peubah/Sub Peubah Tabel 14. Sebaran Fasilitator Berdasarkan Lingkungan Kerja Sistem pemberian penghargaan, X3.1 Selang skor: 10-21; Rata-rata: 16,12; : 2,20 : <13,92; : 13,92-18,32;: >18,32 Sistem evaluasi pelaksanaan tugas pembelajaran, X3.2 Selang skor: 5-20; Rata-rata: 16,68; : 2,60 : <14,08; : 14,08-19,28;: >19,28 Ketersediaan sarana/prasarana X3.3 Selang skor: 15-44; Rata-rata: 29,05; : 4,11 : <24,94; : 24,94-33,16; : >33,16 Sistem pengembangan karir, X3.4 Selang skor: 4-16; Rata-rata: 11,17; : 2,54 : <8,63; : 8,63-13,71;: >13,71 Sistem Pelaksanaan kegiatan pelatihan, X3.5 Selang skor: 13-32; Rata-rata: 22,69; : 2,95 : <19,74; : 19,74-25,64;: >25,64 Lingkungan kerja fasilitator, X3 Selang skor: ; Rata-rata: 95,70; :10,36 : <85,34; : 85,34-106,06;: >106,06 Kategori Jumlah n % 10 8, , , Keterangan: = < rata-rata- ; sedang = rata-rata ± ; tinggi = > rata-rata + 15,70 67,77 16,53 14,88 80,99 4,13 16,53 68,60 14,88 15,70 77,69 6,61 19,83 71,90 8,26 Sistem pemberian penghargaan merupakan tata cara pemberian kompensasi berupa materi dan non materi. Kompensasi materi meliputi sistem pemberian honor mengajar dan besarnya honor mengajar. Kompensasi non materi meliputi

13 95 sistem dan penerbitan surat tugas dan surat keterangan melaksanakan tugas. Sebagian besar fasilitator yaitu sebanyak 80,99% menyatakan sistem penghargaan berada pada kategori sedang, diikuti 10,74% menyatakan kategori tinggi, dan 8,26% menyatakan kategori rendah. Melalui wawancara dengan beberapa fasilitator terungkap bahwa pada umumnya menyatakan cukup puas dengan sistem dan jumlah honor mengajar, namun menghendaki dilakukan peningkatan jumlah honor mengajar secara berkala. Pemberian penghargaan khususnya dalam bentuk honor mengajar penting menjadi perhatian P4TK Pertanian karena disamping dibutuhkan oleh fasilitator juga dapat mempengaruhi kinerja fasilitator. Gibson, et al. (1996) dan Sudarmanto (2009) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja individu diantaranya adalah sistem penghargaan (reward system). Oleh karena itu penataan sistem penghargaan dalam bentuk materi maupun non materi sangat penting menjadi salah satu prioritas P4TK Pertanian. Sistem evaluasi pelaksanaan tugas pembelajaran meliputi penilaian kemampuan mengajar fasilitator oleh peserta pelatihan dan tindak lanjut penggunaan hasil penilaian sebagian besar fasilitator yaitu sebanyak 66,77% menyatakan kategori sedang, 16,53% menyatakan kategori tinggi dan 15,70% menyatakan kategori rendah. Hasil analisis terhadap indikator sistem evaluasi terungkap bahwa sebanyak 91,74% fasilitator setuju dengan sistem penilaian yang dilakukan sekarang. Sebanyak 94,21% fasilitator menyatakan bahwa penilaian yang dilakukan peserta pelatihan sudah obyektif, fasilitator selalu menerima umpan balik hasil penilaian peserta pelatihan (80,99%), hasil penilaian oleh peserta pelatihan memotivasi fasilitator untuk mengajar lebih baik (93,39%), hasil penilaian digunakan untuk memperbaiki kinerja fasilitator dalam mengajar (94,21%), dan hasil penilaian bermanfaat untuk meningkatkan mutu pembelajaran (95,87%). Kondisi tersebut menandakan bahwa sistem evaluasi fasilitator sudah berjalan dengan baik dan dipertahankan keterlaksanaannya serta tetap konsisten dijalankan. Ketersediaan sarana/prasarana menurut sebagian besar fasilitator yaitu sebanyak 80,99% menyatakan sedang, 14,88% menyatakan rendah dan 4,13% menyatakan tinggi. Hal tersebut menggambarkan bahwa secara umum fasilitator cukup mendapat dukungan sarana/prasarana dalam menjalankan tugas

14 96 melaksanakan pelatihan. Sarana/prasarana pembelajaran teori (ruang kelas, peralatan kelas, media pembelajaran dan saluran listrik) secara kuantitas menurut 90,91% fasilitator kondisinya sudah memadai dan secara kualitas menurut 76,03% fasilitator kondisinya baik. Sarana dan prasarana pembelajaran praktek (laboratorium/bengkel/bangsal/dapur/lahan/kolam/kandang dan peralatan praktik) secara kuantitas menurut 78,51% fasilitator sudah memadai dan secara kualitas sebanyak 66,12% fasilitator menyatakan baik. Ketersediaan bahan praktek secara kuantitas menurut 73,55% fasilitator sudah memadai dan secara kualitas sebanyak 69,42% fasilitator menyatakan baik. Kondisi perpustakaan dinyatakan baik oleh 64,46% fasilitator dengan ruang baca yang memadai dan sangat memadai dinyatakan oleh 82,64% serta menyediakan koleksi buku referensi memadai dinyatakan oleh 65,29% fasilitator. Ketersediaan komputer di setiap departemen dinyatakan mencukupi oleh 69,94% fasilitator. Adapun kondisi jaringan internet di departemen dinyatakan cepat dan sangat cepat oleh 9,92% fasilitator. Sarana dan prasarana dengan ketersediaan paling rendah adalah jaringan internet. Mengingat internet merupakan sumber belajar yang paling banyak digunakan oleh fasilitator maka P4TK Pertanian penting untuk memperluas jaringan dan meningkatkan kecepatan internet di semua departemen. Hasil penelusuran koleksi buku referensi di perpustakaan menunjukkan bahwa ketersediaan jurnal hasil penelitian sudah tersedia terbatas untuk bidang peternakan dan budidaya tanaman dengan edisi tahun 1990-an. Temuan tersebut perlu dijadikan perhatian P4TK Pertanian untuk memperbaiki sistem pengelolaan dan pendistribusian jaringan internet sehingga dapat diakses pada semua lokasi dengan kecepatan yang memadai. Disamping itu perlu melengkapi referensi perpustakaan dengan jurnal untuk semua bidang pertanian. Menurut Langevin Learning Services (2001) (Tupamahu dan Soetjipto, 2008), menyatakan bahwa kondisi (conditions) yaitu situasi dan kondisi kerja yang kondusif, seperti sistem operasional yang baik, kelengkapan fasilitas kerja, tata ruang yang baik, ketersediaan informasi yang dibutuhkan, serta otoritas kerja yang jelas akan berpengaruh positif terhadap kinerja seorang. Sistem pengembangan karir meliputi ketersediaan aturan dan peluang pengembangan karir bagi fasilitator. Kondisi sistem pengembangan karir menurut

15 97 sebagian besar fasilitator yaitu sebanyak 68,60% menyatakan kondisinya sedang, 16,53% menyatakan kondisinya rendah dan 14,88% yang menyatakan kondisinya tinggi. Hal tersebut menggambarkan bahwa sistem pengembangan karir yang dijalankan lembaga dapat memenuhi harapan sebagian besar fasilitator. Sebanyak 71,07% fasilitator menyatakan ketentuan pengembangan karir sudah menggunakan pendekatan berbasis kinerja. Meskipun sudah menggunakan pendekatan berbasis kinerja namun dalam beberapa kasus diungkapkan oleh beberapa fasilitator melalui wawancara, penerapannya masih menggunakan pertimbangan lain yang bersifat subyektif. Informasi pengembangan karir sudah dilakukan secara terbuka dinyatakan oleh 66,94% fasilitator. Demikian pula peluang pengembangan karir sudah dilakukan secara terbuka dinyatakan oleh 72,73% fasilitator. P4TK Pertanian sudah melakukan pembinaan karir yang dinyatakan oleh 75,21% fasilitator. Secara umum, aturan-aturan dan informasi pengembangan karir bagi fasilitator di P4TK Pertanian bersifat terbuka. Kesempatan pengembangan karir yang tersedia terbatas, sedangkan jumlah fasilitator cukup banyak, maka belum bisa menjangkau harapan semua fasilitator. Hasil wawancara dengan beberapa fasilitator terungkap bahwa pembinaan pengembangan karir sudah dilakukan meskipun belum intensif. Fasilitator mengharapkan mendapat pembinaan karir yang lebih terarah dan jelas. Sistem pelaksanaan kegiatan pelatihan meliputi persyaratan tugas mengajar dan pelayanan oleh penyelenggara pelatihan untuk fasilitator pada pelaksanaan pelatihan meliputi pemenuhan kebutuhan sarana/prasarana, alat tulis kantor, dan bahan praktik. Sistem pelaksanaan kegiatan pelatihan dinyatakan sebagian besar fasilitator yaitu sebanyak 77,69% pada kategori sedang, diikuti 15,70% pada kategori rendah dan 6,61% pada kategori tinggi. Sebanyak 95,04% fasilitator menyatakan bahwa penugasan mengajar fasilitator berdasarkan kompetensi. Fasilitator menyatakan bahwa panitia menyediakan sarana/prasarana tepat waktu (72,73%) dan tepat jumlah (74,38%), menyediakan alat tulis kantor tepat waktu (66,94%) dan tepat jumlah (73,55%), menyediakan bahan praktik tepat waktu (66,12%) dan tepat jumlah (83,47%). Secara umum dapat dikatakan bahwa sistem pelaksanaan kegiatan pelatihan sudah mendukung fasilitator dalam melaksanakan tugas pelatihan. Kondisi tersebut perlu terus ditingkatkan khususnya dalam

16 98 penyediaan alat tulis kantor dan bahan praktek untuk meningkatkan kelancaran fasilitator dalam melaksanakan pembelajaran. Motivasi Fasilitator Pelatihan Motivasi fasilitator pelatihan merupakan faktor-faktor yang menggerakkan atau mendorong fasilitator untuk melaksanakan tugas. Sebaran fasilitator berdasarkan motivasi disajikan pada Tabel 15. Peubah/Sub Peubah Tabel 15. Sebaran Fasilitator Berdasarkan Motivasi Memperluas hubungan kerja, X4.1 Selang skor: 41-60; Rata-rata: 52,76; : 6,15 : <46,1; : 46,61-58,91;: >58,91 Mengembangkan kemampuan bidang ilmu, X4.2 Selang skor: 31-44; Rata-rata: 38,36; : 4,84 : <33,52; : 33,52-43,20;: >43,20 Melaksanakan tugas pembelajaran, X4.3 Selang skor: ; Rata-rata: 129,16; : 13,15 : <116,01; : 116,01-142,31;: >142,31 Motivasi Fasilitator, X4 Selang skor: ; Rata-rata: 220,24; : 20,26 : <199,98; : 199,98-240,66;: >240,66 Kategori Jumlah n % 34 28, , , Keterangan: = < rata-rata- ; sedang = rata-rata ± ; tinggi = > rata-rata + 34,71 35,54 29,75 23,97 54,55 21,49 21,49 57,85 20,66 Motivasi memperluas hubungan kerja meliputi memperluas kerja sama dengan sesama fasilitator dan dengan panitia pelatihan. Motivasi memperluas hubungan kerja sebagian besar fasilitator yaitu sebanyak 47,11% berada pada kategori sedang, diikuti dengan kategori rendah sebanyak 28,10% dan kategori tinggi sebanyak 24,79%. Banyaknya fasilitator berkategori sedang dan tinggi (71,90%) menunjukkan bahwa sebagai tanggung jawab profesi, sebagian besar fasilitator termotivasi untuk terus meningkatkan kompetensi dan kinerja dengan cara memperluas hubungan kerjasama dengan sesama fasilitator untuk saling berbagi pengalaman, pengetahuan, data dan informasi sumber belajar, dalam menyusun perencanaan pembelajaran, dalam menyusun modul pembelajaran dan melaksanakan komitmen dalam penyajian materi. Demikian halnya kerjasama dengan panitia pelatihan dilakukan untuk mengkoordinasikan penyelenggaraan pelatihan meliputi kesanggupan mengajar, kesiapan modul pelatihan, pengisian

17 99 jurnal dan daftar hadir mengajar, dan kesiapan soal pre dan post test sehingga fasilitator dapat melaksanakan pelatihan dengan baik. Motivasi ini perlu terus dikembangkan khususnya bagi fasilitator dengan kategori rendah sebanyak 28,10%. Hasil penelusuran menunjukkan bahwa fasilitator dengan motivasi rendah tersebut pada umumnya adalah fasilitator muda. Oleh karena itu perlu dikembangkan sistem asistensi antara fasilitator senior dengan fasilitator muda secara terprogram oleh P4TK Pertanian. Motivasi mengembangkan kemampuan bidang ilmu meliputi meningkatkan kemampuan menyusun perangkat pembelajaran dan meningkatkan penguasaan materi dan metode pembelajaran. Motivasi fasilitator dalam mengembangkan kemampuan bidang sebagian besar pada ketegori sedang yaitu sebanyak 35,54%, diikuti kategori rendah 34,71% dan kategori tinggi 29,75%. Banyaknya fasilitator berkategori sedang dan tinggi (65,29%) menunjukkan bahwa sebagian besar fasilitator memiliki motivasi untuk mengembangkan kemampuan bidang ilmunya sebagai tanggungjawab profesinya sebagai fasilitator pelatihan. Fasilitator menyadari perlunya terus mengembangkan keampuannya untuk memenuhi tuntutan perkembangan kebutuhan peserta pelatihan. Namun demikian terdapat sebanyak 34,71% fasilitator yang memiliki motivasi rendah dalam mengembangkan kemampuan bidang ilmunya. Kondisi tersebut kemungkinan karena faktor umur dimana sebagian besar fasilitator berumur >45 tahun sehingga sudah mulai mencapai tahap kejenuhan untuk belajar. Padmowiharjo (1999) menyatakan bahwa kemampuan belajar seseorang mencapai puncaknya pada umur 25 tahun kemudian turun secara gradual sampai dengan umur 46 tahun, kemudian turun secara nyata pada umur 55 sampai dengan 65 tahun. Faktor lain kemungkinan adalah karena kondisi lingkungan kerja terutama sistem penghargaan, sistem penugasan, dan sistem karir yang belum memuaskan fasilitator. Sehingga fasilitator kurang termotivasi mengembangkan kemampuan bidang ilmunya untuk meningkatkan kompetensi dan kinerja dalam pelaksanaan pelatihan. Motivasi melaksanakan tugas pembelajaran meliputi menerapkan pembelajaran orang dewasa, menggunakan metode pembelajaran, melakukan komunikasi dengan peserta, memotivasi semangat belajar peserta, melaksanakan

18 100 dan menganalisis hasil pre dan post test, melaksanakan penilaian hasil praktek, dan komitmen dalam melaksanakan tugas fasilitator. Pada motivasi ini sebagian besar fasilitator yaitu sebanyak 54,55% berada pada kategori sedang, selanjutnya sebanyak 23,97% berada pada kategori rendah, dan sebanyak 21,49% berada pada kategori tinggi. Banyaknya fasilitator yang berada pada kategori sedang dan tinggi (76,04%) menunjukkan bahwa secara umum fasilitator konsisten dan konsekuen menjalankan tugas dalam melaksanakan pembelajaran. Adapun fasilitator yang memiliki motivasi rendah dalam melaksanakan tugas pembelajaran (23,97%) kemungkinan disebabkan karena faktor internal dan eksternal fasilitator. Faktor internal diduga karena faktor rendahnya kompetensi, melaksanakan tugas pembelajaran bukan harapannya, atau usia. Adapun faktor eksternal diduga karena faktor penghargaan dan sistem karir yang belum sesuai harapan, ketersediaan sarana dan prasarana baik secara kuantitas maupun kualitas yang belum mendukung pelaksanaan pembelajaran. Oleh karena itu upaya untuk meningkatkan motivasi fasilitator dalam melaksanakan tugas pembelajaran perlu terus ditingkatkan melalui peningkatan kompetensi dan penyediaan sarana pendukung pembelajaran sesuai kebutuhan fasilitator. Kompetensi Fasilitator Pelatihan Kompetensi fasilitator pelatihan secara umum sebagian besar berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 76,86%; diikuti kategori tinggi sebanyak 19,01%; dan kategori rendah sebanyak 4,13%. Adapun pada semua peubah kompetensi sebagian besar fasilitator juga berada pada kategori sedang yaitu penguasaan substansi materi (76,03%), perencanaan pembelajaran (69,42%), pelaksanaan pembelajaran (78,51%), pelaksanaan evaluasi pembelajaran (76,03%), dan kerjasama (39,67%). Sebaran kompetensi fasilitator selengkapnya disajikan pada Tabel 16. Kompetensi fasilitator dalam penguasaan substansi materi, sebagian besar berada pada kategori sedang sebanyak 76,03% diikuti kategori tinggi sebanyak 23,14%, dan kategori rendah sebanyak 0,83%. Banyaknya fasilitator berkompetensi sedang dan tinggi (99,17%) menunjukkan bahwa sebagian besar fasilitator telah menguasai substansi materi pelatihan yang menjadi tugasnya.

19 101 Kondisi tersebut terjadi karena sebagian besar fasilitator telah berpendidikan S2 (66,12%), pengalaman kerja >10 tahun (73,55%), terlibat dalam proses belajar dengan kategori sedang dan tinggi (81,82%) sehingga kompetensi fasilitator dalam penguasaan substansi terus meningkat. Namun demikian kompetensi tersebut masih perlu terus ditingkatkan sehingga sebagian besar mencapai kategori tinggi melalui peningkatan keterlibatan dalam proses belajar dan penyediaan sarana/prasarana pendukung belajar fasilitator seperti kelengkapan perpustakaan dan penguatan jaringan internet. Peubah/Sub Peubah Tabel 16. Sebaran Kompetensi Fasilitator Pelatihan Penguasaan substansi materi, Y1.1 Selang skor: 10-16; Rata-rata: 13,07; : 1,63 : <11,44; : 11,44-14,70;: >14,70 Perencanaan pembelajaran, Y1.2 Selang skor: ; Rata-rata: 87,83; : 8,65 : <79,18; : 79,18-96,48;: >96,48 Pelaksanaan pembelajaran, Y1.3 Selang skor: ; Rata-rata: 82,18; : 8,90 : <73,28; : 73,28-91,08;: >91,08 Pelaksanaan evaluasi pembelajaran, Y1.4 Selang skor: 21-32; Rata-rata: 25,75; : 3,07 : <22,68; : 22,68-28,82;: >28,82 Kerjasama, Y1.5 Selang skor: 47-64; Rata-rata: 55,02; : 6,50 : <48,52; : 48,52-61,52;: >61,52 Kompetensi Fasilitator, Y1 Selang skor: ; Rata-rata: 263,86; : 24,96 : <238,90; : 238,90-288,82;: >288,82 Kategori Jumlah n % 1 0, , , Keterangan: = < rata-rata- ; sedang = rata-rata ± ; tinggi = > rata-rata + 9,09 69,42 21,49 3,31 78,51 18,18 2,48 76,03 21,49 34,71 39,67 25,62 4,13 76,86 19,01 Kompetensi fasilitator dalam perencanaan pembelajaran sebagian besar berada pada kategori sedang, yaitu sebesar 69,42%, diikuti kategori tinggi sebanyak 21,49%, dan kategori rendah sebanyak 9,09%. Kompetensi dibidang perencanaan pembelajaran dimaksud meliputi kemampuan dalam menyusun rencana pembelajaran, modul pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan bahan presentasi penyajian materi. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa fasilitator senior diperoleh informasi bahwa kemampuan menyusun perencanaan pembelajaran diperoleh pada saat mengikuti pendidikan Akta IV di IKIP, dan belajar mandiri. Kecuali pada fasilitator muda kemampuan melakukan

20 102 perencanaan pembelajaran diperoleh melalui bimbingan dari fasilitator senior dan atau belajar mandiri, karena lebih dari 5 tahun terakhir tidak ada lagi pendidikan Akta IV atau pelatihan yang berkaitan dengan perencanaan pembelajaran. Kompetensi fasilitator pelatihan dalam pelaksanaan pembelajaran sebagian besar berada pada kategori sedang, yaitu sebesar 78,51%, diikuti kategori tinggi, yaitu sebanyak 18,18%, dan kategori rendah sebanyak 3,31%. Kompetensi pelaksanaan pembelajaran dimaksud meliputi kemampuan menerapkan pembelajaran orang dewasa, menggunakan metode pembelajaran, melakukan komunikasi yang efektif dengan peserta, dan memotivasi semangat belajar peserta didik. Sama halnya dengan kemampuan melakukan perencanaan pembelajaran, kemampuan dalam pelaksanaan pembelajaran pada umumnya diperoleh melalui pendidikan Akta IV dan pengalaman mengajar yang sebagian besar lebih dari 10 tahun. Pengalaman merupakan guru yang baik untuk seorang fasilitator belajar, sehingga dengan pengalaman mengajar yang panjang fasilitator dapat meningkat kompetensinya. Kompetensi fasilitator pelatihan dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran sebagian besar berada pada kategori sedang, yaitu sebanyak 76,03%, diikuti kategori tinggi sebanyak 21,49% dan kategori rendah sebanyak 2,48%. Kompetensi pelaksanaan evaluasi pembelajaran meliputi kemampuan melaksanakan dan menganalisis hasil pre test, post test, dan penilaian hasil praktek. Kompetensi pelaksanaan evaluasi pembelajaran dibutuhkan untuk menilai perkembangan kemampuan peserta didik baik teori maupun praktik sebelum dan setelah mengikuti pelatihan. Data tersebut bermanfaat untuk mengetahui kemampuan peserta didik setelah mengikuti materi yang disajikan fasilitator. Hasil wawancara dengan beberapa fasilitator menyatakan bahwa pada umumnya fasilitator hanya melakukan tabulasi hasil evaluasi, tidak sampai menganalisis hasil evaluasi. Alasannya karena analisis hasil evaluasi tidak pernah dituntut oleh penyelenggara pelatihan, fasilitator cukup menyerahkan tabulasi hasil evaluasi. Sehingga fasilitator kurang tertantang untuk mengembangkan kompetensinya dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran mencapai kategori tinggi.

21 103 Kompetensi fasilitator pelatihan dalam melakukan kerjasama menunjukkan bahwa antara kategori rendah, sedang, dan tinggi jumlahnya relatif sama yaitu terbanyak pada kategori sedang, sebanyak 39,67%, diikuti kategori tinggi sebanyak 25,62%, dan kategori rendah sebanyak 34,71%. Kompetensi melakukan kerjasama meliputi kemampuan membina hubungan dan kerjasama dengan sesama fasilitator, melakukan kerjasama dengan panitia pelatihan, dan komitmen dalam melaksanakan tugas mengajar. Hal yang menarik dari kompetensi kerjasama ini adalah banyaknya fasilitator yang berada pada kategori rendah, yaitu sebanyak 34,71%. Jika dibandingkan dengan banyaknya fasilitator berkompetensi rendah pada sub kompetensi lainnya, jumlah fasilitator dengan kompetensi rendah untuk kerjasama adalah paling banyak. Kondisi tersebut memberi gambaran bahwa kompetensi kerjasama belum menjadi perhatian bagi sebagian fasilitator. Fasilitator pelatihan masih menunjukkan individualitasnya dan belum mampu membangun kerjasama tim baik dalam melaksanakan pelatihan maupun saling berbagi ilmu dan pengalaman. Faktor yang Berhubungan dengan Kompetensi Fasilitator Pelatihan Hasil uji korelasi peubah/sub peubah bebas dengan kompetensi fasilitator pelatihan disajikan pada Tabel 17. Tabel 17. Faktor yang Berhubungan dengan Kompetensi Fasilitator Pelatihan Peubah/Sub Peubah Kompetensi Fasilitator (Y1) Umur (X1.1) 0,184 * Pendidikan (X1.2) 0,251 ** Pengalaman Kerja (X1.3) 0,246 ** Jabatan dan Golongan Ruang (X1.4) 0,324 ** Keterlibatan Fasilitator dalam Proses Belajar (X2) 0,385 ** Lingkungan Kerja Fasilitator (X3) 0,090 Motivasi Fasilitator (X4) 0,518 ** ** Berhubungan sangat nyata pada p<0,01 * Berhubungan nyata pada p<0,05 Hasil uji korelasi antara kompetensi fasilitator pelatihan dengan peubah/sub peubah lainnya sebagaimana pada Tabel 17 menunjukkan bahwa semua peubah/ sub peubah berhubungan positif dengan kompetensi fasilitator dengan signifikansi yang berbeda-beda. Hubungan positif tersebut menunjukkan bahwa semua

22 104 peubah/sub peubah mendukung peningkatan kompetensi fasilitator dengan tingkat dukungan yang berbeda-beda. Terdapat enam peubah/sub peubah yang berhubungan nyata dan satu peubah yang berhubungan tidak nyata dengan kompetensi fasilitator. Peubah/sub peubah yang berhubungan nyata adalah umur, pendidikan, pengalaman kerja, jabatan dan golongan ruang, keterlibatan dalam proses belajar, lingkungan kerja, dan motivasi. Hal tersebut berarti bahwa semakin tinggi umur, pendidikan, pengalaman kerja, jabatan dan golongan ruang, keterlibatan dalam proses belajar, lingkungan kerja, dan motivasi, semakin tinggi pula kompetensi fasilitator. Adapun peubah yang berhubungan tidak nyata sangat rendah adalah lingkungan kerja. Kondisi tersebut di atas menggambarkan bahwa peningkatan kompetensi fasilitator perlu dikembangkan sebagai sebuah sistem dengan memperhatikan faktor umur, pendidikan, pengalaman kerja, jabatan dan golongan ruang, keterlibatan dalam proses belajar, lingkungan kerja, dan motivasi fasilitator. Kinerja Fasilitator Pelatihan Secara umum kinerja fasilitator pelatihan sebagian besar berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 78,51%; diikuti kategori tinggi sebanyak 14,88%, dan kategori rendah sebanyak 6,61%. Hal yang sama juga terjadi pada semua sub peubah kinerja fasilitator sebagian besar fasilitator berada pada kategori sedang yaitu menyusun perangkat pembelajaran (85,12%), melaksanakan pembelajaran (76,86%), menggunakan metode pembelajaran (75,21%), melakukan komunikasi efektif dengan peserta pelatihan (76,03%), memotivasi semangat belajar peserta pelatihan (74,38%), dan komitmen dalam melaksanakan tugas mengajar (61,16%). Sebaran fasilitator berdasarkan kinerja selengkapnya disajikan pada Tabel 18. Kinerja fasilitator dalam menyusun perangkat pembelajaran sebagian besar berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 85,12%, diikuti kategori rendah sebanyak 8,26%, dan kategori tinggi sebanyak 6,61%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar fasilitator mampu menunjukkan kinerjanya dalam menyusun perangkat pembelajaran meliputi rencana pembelajaran, modul pembelajaran, paket soal pre dan post test, dan bahan presentasi. Secara kuantitas,

23 105 kinerja fasilitator dalam menghasilkan perangkat pembelajaran masih rendah jika dibandingkan dengan jumlah kegiatan mengajar yang dilakukan. Berdasarkan data jumlah kegiatan pelatihan yang lakukan oleh fasilitator dalam tiga tahun terakhir rata-rata mengajar sebanyak 23 kali. Asumsinya jika setiap kegiatan mengajar fasilitator menyusun rencana pembelajaran, modul, soal pre dan post test, dan bahan presentasi maka akan dihasilkan masing-masing 23 judul perangkat pembelajaran. Namun pada kenyataannya judul perangkat pembelajaran yang dihasilkan rata-rata kurang dari 23 judul, yaitu rencana pembelajaran 10 judul, modul pembelajaran 8 judul, soal pre dan post test 10 judul, dan bahan presentasi 10 judul. Hasil wawancara dengan beberapa fasilitator diperoleh jawaban kemungkinan-kemungkinan rendahnya kinerja fasilitator dalam menghasilkan perangkat pembelajaran yaitu (1) fasilitator mengajar dengan materi yang sama untuk beberapa kali kegiatan mengajar sehingga perangkat pembelajaran hanya dibuat satu, (2) fasilitator mengajar menggunakan perangkat pembelajaran fasilitator lain, dan (3) fasilitator tidak menyusun salah satu dari empat jenis rencana pembelajaran tersebut. Peubah/Sub Peubah Tabel 18. Sebaran Fasilitator Pelatihan Berdasarkan Kinerja Menyusun perangkat pembelajaran,y2.1 Selang skor: 5-16; Rata-rata: 11,90; : 1,41 : <10,49; : 10,49-13,31; : >13,31 Melaksanakan pembelajaran, Y2.2 Selang skor: 14-28; Rata-rata: 21,83; : 2,78 : <19,05; : 19,05-24,62; : >24,62 Menggunakan metode pembelajaran, Y2.3 Selang skor: 7-20; Rata-rata: 16,66; : 2,08 : <13,58; : 13,58-17,74; : >17,74 Melakukan komunikasi efektif dengan peserta pelatihan, Y2.4 Selang skor: 12-28; Rata-rata: 24,48; : 3,03 : <19,45; : 19,45-25,51; : >25,51 Memotivasi semangat belajar peserta pelatihan, Y2.5 Selang skor: 11-24; Rata-rata: 18,88; : 2,53 : <16,35; : 16,35-21,40; : >21,40 Komitmen dalam melaksanakan tugas mengajar, Y2.6 Selang skor: 12-20; Rata-rata: 17,38; : 2,42 : <14,96; : 14,96-19,80; : >19,80 Kinerja Fasilitator, Y2 Selang skor: ; Rata-rata: ; : : <96.15; : ; : > Kategori Jumlah n % Keterangan: = < rata-rata- ; sedang = rata-rata ± ; tinggi = > rata-rata + 8,26 85,12 6,61 7,44 76,86 15,70 5,79 75,21 19,01 4,13 76,03 19,83 6,61 74,38 19,01 5,79 61,16 33,06 6,61 78,51 14,88

24 106 Kinerja fasilitator dalam melaksanakan pembelajaran sebagian besar berada pada kategori sedang, yaitu sebanyak 76,86%, diikuti kategori tinggi sebanyak 15,70%, dan kategori rendah 7,44%. Kinerja melaksanakan pembelajaran meliputi kualitas menjelaskan tujuan pembelajaran umum dan khusus, menggali harapan peserta, menguasai materi, menyampaikan materi pembelajaran secara sistematis, membimbing praktik sesuai kondisi peserta, melibatkan partisipasi peserta dalam proses pembelajaran, merespon pertanyaan peserta dengan tepat dan jelas, dan meminta pendapat peserta tentang manfaat materi yang dipelajari. Kinerja melaksanakan pembelajaran sangat penting mendukung mutu pelatihan. Sehingga kinerja yang telah dicapai fasilitator tersebut perlu terus dipertahankan dan ditingkatkan hingga mencapai kategori tinggi. Kinerja fasilitator pelatihan dalam menggunakan metode pembelajaran sebagian besar berkategori sedang, yaitu sebanyak 75,21%, diikuti kategori tinggi sebanyak 19,01% dan kategori rendah sebanyak 5,79%. Kinerja dalam menggunakan metode pembelajaran meliputi kualitas dalam menerapkan metode pembelajaran. Banyaknya fasilitator berkinerja sedang dan tinggi sejalan dengan kompetensi sebagian besar fasilitator dalam penggunaan metode pembelajaran yang berada pada kategori sedang, yaitu sebesar 71,07% diikuti kategori tinggi sebesar 23,14% dan kategori rendah sebanyak 5,79%. Ketepatan fasilitator dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran akan mempengaruhi minat dan semangat peserta pelatihan untuk mengikuti materi yang disajikan. Sehingga peserta tertarik dan serius untuk mengikuti materi yang disajikan. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat akan memudahkan peserta menguasai kompetensi yang diajarkan oleh fasilitator. Kinerja fasilitator dalam menggunakan metode pembelajaran perlu terus dikembangkan. Kinerja fasilitator pelatihan dalam melakukan komunikasi yang efektif dengan peserta pelatihan sebagian besar berada pada kategori sedang, yaitu sebanyak 76,03%, diikuti kategori tinggi sebanyak 19,83% dan kategori rendah sebanyak 4,13%. Kinerja melakukan komunikasi yang efektif dengan peserta pelatihan meliputi menyajikan materi dengan intonasi suara dan pengucapan yang jelas serta mengatur kecepatan suara, memberikan respon secara lisan dan tertulis terhadap hasil praktek/tugas peserta, menyajikan materi mengunakan media

25 107 pembelajaran, dan melaksanakan tanya jawab materi yang diajarkan. Kinerja fasilitator dalam melakukan komunikasi dengan peserta pelatihan seperti di atas menunjukkan bahwa sebagian besar fasilitator masih cukup optimal dalam menjalin komunikasi dengan peserta pelatihan baik di dalam proses pembelajaran maupun di luar proses pembelajaran. Kinerja fasilitator pelatihan dalam memotivasi semangat belajar peserta pelatihan sebagian besar berkategori sedang, yaitu sebanyak 74,38%, diikuti kategori tinggi sebanyak 19,01%, dan kategori rendah sebanyak 6,61%. Kinerja memotivasi semangat belajar peserta pelatihan meliputi kualitas fasilitator dalam memberikan motivasi kepada peserta pelatihan agar bersemangat belajar mengikuti materinya. Motivasi yang diberikan meliputi memberikan pertanyaan untuk merangsang alumni pelatihan aktif dalam diskusi, mengunakan metode pembelajaran yang merangsang partisipasi, melibatkan peserta dalam merespon pertanyaan/tanggapan peserta lainnya, memberikan apresiasi dalam bentuk pujian terhadap keberhasilan peserta, tidak melakukan respon negatif terhadap kekurangan/kelemahan peserta. Kondisi kinerja tersebut menunjukkan bahwa sebagin besar fasilitator cukup optimal untuk mengimplementasikan kemampuannya dalam memotivasi peserta pelatihan agar semangat dalam mengikuti penyajian materi. Kinerja fasilitator pelatihan komitmen dalam melaksanakan tugas mengajar sebagian besar berkategori sedang, yaitu sebanyak 61,16%, diikuti kategori tinggi sebanyak 33,06% dan kategori rendah sebanyak 5,79%. Fasilitator yang menunjukkan kinerja tinggi dalam melaksanakan komitmen tugas mengajar cukup banyak yaitu 33,06% dan sebanyak 5,79% yang berkinerja rendah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar fasilitator telah menunjukkan komitmennya untuk melaksanakan tugas mengajar sesuai jadwal yang telah ditetapkan, hadir mengajar tepat waktu, menyelesaikan pembelajaran tepat waktu, menyajikan materi sesuai rencana, dan melaporkan hasil evaluasi tepat waktu. Kinerja tersebut merupakan konsekuensi dari profesionalisme fasilitator dalam menjalankan tugas pelatihan. Tabel 18 menunjukkan bahwa persentase fasilitator yang kinerjanya berkategori tinggi relatif kecil, dan sebagian besar berkategori sedang dan rendah.

26 108 Jumlah fasilitator pelatihan berkinerja tinggi pada semua sub peubah yaitu menyusun perangkat pembelajaran 6,61%; melaksanakan pembelajaran 15,70; menggunakan metode pembelajaran 19,01%; melakukan komunikasi efektif dengan alumni pelatihan 19,83%; memotivasi semangat belajar peserta pelatihan 19,01%; dan komitmen dalam melaksanakan tugas mengajar 33,06%. Hal tersebut menunjukkan bahwa kinerja fasilitator pelatihan sebagian besar belum optimal mencapai kategori tinggi. Kondisi ideal yang diinginkan semua fasilitator pelatihan berkinerja tinggi dalam melaksanakan pelatihan sehingga kegiatan pelatihan berhasil. Perlu upaya untuk meningkatkan kinerja fasilitator pelatihan mencapai kategori tinggi dengan meningkatkan kompetensi melalui proses belajar. Konsekuensinya P4TK Pertanian perlu mengalokasikan dana untuk mengirim fasilitator pelatihan melakukan studi baik di dalam maupun di luar negeri untuk meningkatkan kompetensi. Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Fasilitator Pelatihan Hasil uji korelasi pada Tabel 19 menunjukkan bahwa terdapat hubungan nyata dan positif antara keterlibatan fasilitator pelatihan dalam proses belajar, jabatan dan golongan ruang, kompetensi fasilitator, pendidikan, umur, pengalaman kerja, dan lingkungan kerja dengan kinerja fasilitator pelatihan. Tabel 19. Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Fasilitator Pelatihan Peubah/Sub Peubah Kinerja Fasilitator (Y2) Umur (X1.1) 0,105 Pendidikan (X1.2) 0,053 Pengalaman Kerja (X1.3) 0,148 Jabatan dan Golongan Ruang (X1.4) 0,136 Keterlibatan Fasilitator dalam Proses Belajar (X2) 0,153 Lingkungan Kerja Fasilitator (X3) 0,184 * Motivasi Fasilitator (X4) 0,320 ** Kompetensi fasilitator (Y1) 0,675 ** ** Berhubungan sangat nyata pada p<0,01 * Berhubungan nyata pada p<0,05 Pada Tabel 19 terlihat bahwa peubah kompetensi fasilitator memiliki hubungan nyata kuat dengan kinerja fasilitator dengan nilai korelasi (r) 0,675. Hal ini bermakna bahwa semakin tinggi kompetensi fasilitator, semakin tinggi pula

27 109 kinerja fasilitator. Peubah/sub peubah lain yaitu motivasi dan lingkungan kerja fasilitator memiliki hubungan nyata dengan kinerja fasilitator dengan nilai korelasi (r) masing-masing 0,320 dan 0,184. Adapun peubah lainnya yaitu umur, pendidikan, pengalaan kerja, jabatan dan golongan, dan keterlibatan fasilitator dalam proses belajar memiliki hubungan tidak nyata dengan kinerja fasilitator. Kondisi tersebut di atas menggambarkan bahwa potensi untuk meningkatkan kinerja fasilitator masih sangat besar dengan meningkatkan motivasi fasilitator dan lingkungan kerja agar meningkatkan kompetensi dan kinerja fasilitator. Karakteristik dan Persepsi Alumni Pelatihan Terhadap Kinerja Fasilitator Karakteristik Alumni Pelatihan Alumni pelatihan sebagian besar berumur antara 31 sampai dengan 45 tahun yaitu sebanyak 62,39%; pada umumnya berpendidikan S1 dengan tujuan mengikuti pelatihan adalah untuk aktualisasi diri; pekerjaan pada umumnya adalah pendidik kejuruan pertanian; mengikuti pelatihan jangka pendek dan menengah dengan pendanaan bersumber dari P4TK Pertanian. Sebaran alumni pelatihan berdasarkan karakteristik selengkapnya disajikan pada Tabel 20. Tabel 20. Sebaran Alumni Pelatihan Berdasarkan Karakteristik Sub Peubah Umur Rentang usia: th Pendidikan Selang skor: 1-3 Tujuan mengikuti pelatihan Selang skor: 1-3 Pekerjaan Selang skor: 1-2 Jangka waktu pelatihan Selang skor: 1-3 Sumber dana Selang skor: 1-3 Kategori Muda: th : th Senior: >45 th Dasar: SD-SMP Menengah: SMA/SMK : D1-S3 Administratif Akademik Aktualisasi diri Pertanian Non Pertanian Pendek: 1-10 hari Menengah: hari Panjang: >20 hari Lembaga Penyelenggara Lembaga Pengirim Pribadi Jumlah n % 9 7, , , ,85 10,26 88,89 7,69 5,98 86,32 91,45 8,55 53,85 45,30 0,85 88,89 8,55 2,56

28 110 Berdasarkan pembagian kelompok umur diketahui bahwa sebagian besar alumni pelatihan berada pada kelompok umur sedang (31-45 tahun), yaitu sebanyak 62,39%, lainnya sebanyak 29,91% berada pada kelompok umur senior (>45 tahun) dan sebanyak 7,69% berada pada kelompok umur muda (25-35 tahun). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar alumni pelatihan berada pada umur produktif. Pendidikan alumni pelatihan dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu pendidikan dasar (SD dan SMP), pendidikan menengah (SMA dan SMK), dan pendidikan tinggi (D3 sampai dengan S3). Berdasarkan pengelompokkan tersebut diketahui bahwa sebagian besar alumni pelatihan memiliki latar belakang pendidikan tinggi (D3 sampai dengan S3), yaitu 88,89%, diikuti pendidikan menengah (SMA dan SMK) sebanyak 10,26%, dan hanya 0,85% yang berlatar belakang pendidikan dasar (SD dan SMP). Kondisi tersebut menggambarkan bahwa sebagian besar alumni pelatihan mempunyai latar belakang pendidikan formal tinggi. Berdasarkan pengelompokkan tujuan mengikuti pelatihan menunjukkan bahwa sebagian besar alumni pelatihan yaitu sebanyak 86,32% berada pada kelompok aktualisasi diri yaitu ingin mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman praktis agar dapat digunakan sebagai bekal bekerja dibidang pertanian. Adapun yang berada pada kelompok tujuan administratif yaitu menjalankan tugas dari atasan/lembaganya dan atau memperoleh sertifikat dan akademik masing-masing sebanyak 7,69% dan 5,98%. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa niat sebagian besar alumni pelatihan mengikuti pelatihan di P4TK Pertanian Cianjur adalah untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman di bidang pertanian. Pekerjaan alumni pelatihan pada saat mengikuti pelatihan dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu pertanian dan non pertanian. Berdasarkan pembagian kelompok tersebut diketahui bahwa sebagian besar alumni pelatihan bekerja di bidang pertanian, yaitu 91,45% dan sebanyak 8,55% alumni pelatihan bekerja di bidang non pertanian. alumni pelatihan yang bekerja di bidang pertanian adalah tenaga pendidik (guru) SMK Pertanian, wiraswasta, dan fasilitator pendidikan masyarakat. kan alumni pelatihan yang bekerja dibidang non pertanian

29 111 adalah karyawan administrasi dari kantor pemerintah, perguruan tinggi dan perusahaan swasta. Jangka waktu pelatihan adalah lamanya alumni pelatihan mengikuti pelatihan dibedakan menjadi pelatihan jangka pendek (1-10 hari), jangka menengah (11-20 hari), dan jangka panjang (>20 hari). Berdasarkan lamanya mengikuti pelatihan diketahui bahwa sebagian besar alumni pelatihan mengikuti pelatihan jangka pendek, yaitu 53,85% dan menengah yaitu 45,30%, sebanyak 0,85% mengikuti pelatihan jangka panjang. Sumber dana alumni pelatihan mengikuti pelatihan di P4TK Pertanian dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu P4TK Pertanian Cianjur, institusi/ perusahaan/sponsor alumni pelatihan, dan pribadi alumni pelatihan. Berdasarkan sumber dana diketahui bahwa sebagian besar pembiayaan pelatihan alumni pelatihan bersumber dari P4TK Pertanian Cianjur yaitu sebanyak 88,89%. kan sisanya sebanyak 8,55% dibiayai oleh lembaga pengirim dan 2,56% atas biaya pribadi alumni pelatihan. Deskripsi Persepsi Alumni Pelatihan Terhadap Kinerja Fasilitator Pelatihan Persepsi alumni pelatihan terhadap kinerja fasilitator pelatihan secara umum sebagian besar yaitu sebanyak 70,94% menyatakan berada pada kategori sedang, diikuti sebanyak 15,38% menyatakan berada pada kategori rendah, dan sebanyak 13,68% menyatakan berada pada kategori tinggi. Kinerja fasilitator pada setiap sub kinerja menunjukkan bahwa sebagian besar alumni pelatihan menilai kinerja fasilitator berada pada kategori sedang yaitu menyusun perangkat pembelajaran sebanyak 70,09%, melaksanakan pembelajaran sebanyak 70,94%, menggunakan metode pembelajaran sebanyak 67,52%, melakukan komunikasi efektif dengan peserta pelatihan sebanyak 73,50%, memotivasi semangat belajar peserta pelatihan sebanyak 66,67% dan komitmen dalam melaksanakan tugas mengajar sebanyak 78,63%. Sebaran alumni pelatihan berdasarkan persepsi terhadap kinerja fasilitator pelatihan selengkapnya disajikan pada Tabel 21. Kinerja fasilitator dalam menyusun perangkat pembelajaran menurut penilaian sebagian besar alumni pelatihan, yaitu sebanyak 70,09% berada pada kategori sedang, selanjutnya 16,24% menyatakan berada pada kategori tinggi, dan

30 112 sebanyak 13,68% menyatakan berada pada kategori rendah. Kinerja menyusun perangkat pembelajaran dimaksud meliputi kualitas rencana pembelajaran, modul pembelajaran, paket soal pre dan post test, dan bahan presentasi. Persepsi alumni pelatihan tersebut menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran yang disusun oleh sebagian besar fasilitator sudah cukup memadai. Persepsi alumni pelatihan dan persepsi fasilitator terhadap kinerja fasilitator dalam menyusun perangkat pembelajaran menunjukkan kecenderungan penilaian yang sama yaitu sebagian besar menyatakan berada pada kategori sedang. Peubah/Sub Peubah Tabel 21. Sebaran Alumni Pelatihan Berdasarkan Persepsi Mereka Terhadap Kinerja Fasilitator Pelatihan Menyusun perangkat pembelajaran, X5.1.1 Selang skor: 8-16; Rata-rata: 12,13; : 1,64 : <10,49; : 10,49-13,77; : >13,77 Melaksanakan pembelajaran, X5.1.2 Selang skor: 16-28; Rata-rata: 21,80; : 2,45 : <19,35; : 19,35-24,25; : >24,25 Menggunakan metode pembelajaran, X5.1.3 Selang skor: 10-20; Rata-rata: 15,71; : 2,05 : <13,66; : 13,66-17,76; : >17,76 Melakukan komunikasi efektif dengan peserta pelatihan, X5.1.4 Selang skor: 16-28; Rata-rata: 22,56; : 2,66 : <19,90; : 19,90-25,22; : >25,22 Memotivasi semangat belajar peserta pelatihan, X5.1.5 Selang skor: 13-23; Rata-rata: 18,31; : 2,16 : <16,15; : 16,15-20,47; : >20,47 Komitmen dalam melaksanakan tugas mengajar, X5.1.6 Selang skor: 15-20; Rata-rata: 17,06; : 2,08 : <14,98; : 14,98-19,14; : >19,14 Persepsi alumni pelatihan terhadap kinerja fasilitator (X5.1) Selang skor: ; Rata-rata: 107,56; : 9,59 : <97,97; : 97,97-117,15; : >117,15 Kategori Keterangan: = < rata-rata- ; sedang = rata-rata ± ; tinggi = > rata-rata + Jumlah n % 16 13, , , ,09 70,94 11,97 12,82 67,52 19,66 8,55 73,50 17,95 17,09 66,67 16,24 0,00 78,63 21,37 15,38 70,94 13,68 Kinerja fasilitator dalam melaksanakan pembelajaran menurut penilaian sebagian besar alumni pelatihan, yaitu sebanyak 70,94% berada pada kategori sedang, selanjutnya 17,09% menyatakan berada pada kategori rendah, dan sebanyak 11,97% menyatakan berada pada kategori tinggi. Kinerja melaksanakan pembelajaran meliputi kualitas menjelaskan tujuan pembelajaran umum dan khusus, menggali harapan peserta, menguasai materi, menyampaikan materi pembelajaran secara sistematis, membimbing praktik sesuai kondisi peserta,

31 113 melibatkan partisipasi peserta dalam proses pembelajaran, merespon pertanyaan peserta dengan tepat dan jelas, dan meminta pendapat peserta tentang manfaat materi yang dipelajari. Pesepsi alumni pelatihan tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar alumni pelatihan menilai bahwa fasilitator telah cukup mampu menyajikan materi pembelajaran pelatihan. Hasil wawancara dengan beberapa alumni pelatihan menyatakan bahwa penguasaan materi dan cara penyajian materi oleh fasilitator cukup menarik sehingga membuat peserta pelatihan merasa nyaman dan senang mengikuti materi yang disajikan. Alumni pelatihan menilai bahwa fasilitator masih kurang mantap dalam merespon pertanyaan peserta tentang permasalahan praktis dalam usaha pertanian. Hasil penelusuran terhadap pengalaman usaha fasilitator memang menunjukkan sebagian besar masih rendah sehingga kurang mendalami masalah praktis usaha pertanian. Pengalaman usaha sebagian besar dilakukan melalui kegiatan unit produksi di lahan/kandang/kolam/ bengkel milik lembaga, namun kegiatannya tidak dilaksanakan secara berkelanjutan. Persepsi alumni pelatihan dan persepsi fasilitator terhadap kinerja fasilitator dalam melaksanakan pembelajaran menunjukkan kecenderungan penilaian yang sama yaitu sebagian besar menyatakan berada pada kategori sedang. Kinerja fasilitator pelatihan dalam menggunakan metode pembelajaran menurut penilaian sebagian besar alumni pelatihan, yaitu sebanyak 67,52% berada pada kategori sedang, diikuti 19,66% menyatakan berada pada kategori tinggi, dan sebanyak 12,82% menyatakan berada pada kategori rendah. Kinerja dalam menggunakan metode pembelajaran dimaksud meliputi metode ceramah, diskusi, simulasi, dan praktikum. Persepsi alumni pelatihan tersebut menunjukkan bahwa metode pembelajaran yang digunakan fasilitator cukup diterima oleh alumni pelatihan. Beberapa alumni pelatihan melalui wawancara mengungkapkan bahwa fasilitator pada umumnya menggunakan metode pembelajaran yang membuat alumni pelatihan aktif, namun beberapa fasilitator dinilai kurang variatif dalam menggunakan metode pembelajaran. Persepsi alumni pelatihan dan persepsi fasilitator terhadap kinerja fasilitator dalam menggunakan metode pembelajaran menunjukkan kecenderungan penilaian yang sama yaitu sebagian besar menyatakan berada pada kategori sedang.

32 114 Kinerja fasilitator pelatihan dalam melakukan komunikasi yang efektif dengan peserta pelatihan menurut alumni pelatihan sebagian besar yaitu sebanyak 73,50% berada pada kategori sedang, selanjutnya 17,95% menyatakan berada pada kategori tinggi, dan sebanyak 8,55% menyatakan berada pada kategori rendah. Komunikasi yang efektif dengan alumni pelatihan yang dimaksud meliputi menyajikan materi dengan intonasi suara dan pengucapan yang jelas serta mengatur kecepatan suara, memberikan respon secara lisan dan tertulis terhadap hasil praktik/tugas peserta, menyajikan materi mengunakan media pembelajaran, dan melaksanakan tanya jawab materi yang diajarkan. Persepsi alumni pelatihan tersebut menggambarkan bahwa fasilitator dinilai mampu membangun komunikasi dengan alumni pelatihan pada saat pelaksanaan pembelajaran. Persepsi alumni pelatihan dan persepsi fasilitator terhadap kinerja fasilitator dalam melakukan komunikasi efektif dengan peserta pelatihan menunjukkan kecenderungan penilaian yang sama yaitu sebagian besar menyatakan berada pada kategori sedang. Kinerja fasilitator pelatihan dalam memotivasi semangat belajar peserta pelatihan menurut penilaian sebagian besar alumni pelatihan, yaitu sebanyak 66,67% berada pada kategori sedang, selanjutnya 17,09% menyatakan berada pada kategori rendah, dan sebanyak 16,24% menyatakan berada pada kategori tinggi. Kinerja memotivasi semangat belajar meliputi memberikan pertanyaan untuk merangsang peserta pelatihan aktif dalam diskusi, mengunakan metode pembelajaran yang merangsang partisipasi, melibatkan peserta pelatihan dalam merespon pertanyaan/tanggapan peserta lainnya, memberikan apresiasi dalam bentuk pujian terhadap keberhasilan peserta pelatihan, tidak melakukan respon negatif terhadap kekurangan/kelemahan peserta pelatihan. Banyaknya alumni yang menilai kinerja fasilitator dalam memotivasi semangat belajar menunjukkan bahwa alumni merasa termotivasi untuk mengikuti materi yang disajikan fasilitator. Persepsi alumni pelatihan dan persepsi fasilitator terhadap kinerja fasilitator dalam memotivasi semangat belajar peserta pelatihan menunjukkan kecenderungan penilaian yang sama yaitu sebagian besar menyatakan berada pada kategori sedang.

33 115 Kinerja fasilitator pelatihan dalam menjalankan komitmen melaksanakan tugas mengajar menurut penilaian sebagian besar alumni pelatihan, yaitu sebanyak 78,63% berada pada kategori sedang, selanjutnya 21,37% menyatakan berada pada kategori tinggi, dan sebanyak 0,00% menyatakan berada pada kategori rendah. Kinerja menjalankan komitmen melaksanakan tugas mengajar meliputi melaksanakan tugas mengajar sesuai dengan jadwal yang ditetapkan, hadir mengajar tepat waktu, menyelesaikan pembelajaran sesuai dengan batas waktu yang telah ditetapkan, dan melaksanakan proses pembelajaran sesuai rencana pembelajaran. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar fasilitator dinilai oleh alumni pelatihan telah menunjukkan komitmennya dalam melaksanakan pembelajaran. Tidak ada alumni pelatihan yang memberikan nilai rendah pada fasilitator. Persepsi alumni pelatihan dan persepsi fasilitator terhadap kinerja dalam menjalankan komitmen melaksanakan tugas mengajar menunjukkan kecenderungan penilaian yang sama yaitu sebagian besar menyatakan berada pada kategori sedang. Kinerja Alumni Pelatihan Kinerja alumni pelatihan merupakan hasil kerja alumni pelatihan di bidang pertanian berdasarkan paket pelatihan yang pernah diikuti di P4TK Pertanian. Kinerja alumni pelatihan dalam penelitian ini diukur berdasarkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kemanfaatan. Kinerja alumni pelatihan sebagai sebagian besar berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 72,65%, diikuti kategori rendah sebanyak 16,24%, dan kategori tinggi sebanyak 11,11%. Kinerja alumni pelatihan pada semua sub peubah sebagian besar berada pada kategori sedang yaitu penguasaan pengetahuan sebanyak 86,32%; penguasaan keterampilan sebanyak 83,76%; penerapan pengetahuan dan keterampilan sebanyak 76,07%; dan kemanfaatan sebanyak 76,07%. Sebaran kinerja alumni pelatihan selengkapnya disajikan pada Tabel 22.

34 116 Peubah/Sub Peubah Tabel 22. Sebaran Alumni Pelatihan Berdasarkan Kinerja Pengetahuan, X5.2.1 Selang skor: 4-8; Rata-rata: 5,97; : 0,59 : <5,38; : 5,38-6,56;: >6,56 Keterampilan, X5.2.2 Selang skor: 4-7; Rata-rata: 5,80; : 0,66 : <5,14; : 5,14-6,46;: >6,46 Sikap, X5.2.3 Selang skor: 4-16; Rata-rata: 11,84; : 2,64 : <9,20; : 9,20-14,48;: >14,48 Kemanfaatan, X5.2.4 Selang skor: 9-20; Rata-rata: 14,08; : 2,17 : <11,91; : 11,91-16,25;: >16,25 Kinerja alumni pelatihan, X5.2 Selang skor: 22-49; Rata-rata: 37,68; : 5,07 : <32,61; : 32,61-42,75;: >42,75 Kategori Jumlah n % Keterangan: = < rata-rata- ; sedang = rata-rata ± ; tinggi = > rata-rata + 8,55 86,32 5,13 12,82 83,76 3,42 17,95 76,07 5,98 13,68 76,07 10,26 16,24 72,65 11,11 Kinerja alumni pelatihan dalam menguasai pengetahuan sebagian besar berada pada kategori sedang, yaitu sebanyak 86,32%, diikuti kategori rendah sebanyak 8,55%, dan kategori tinggi sebanyak 5,13%. Kinerja dalam menguasai pengetahuan dimaksud adalah penguasaan teori/konsep dan prosedur praktik materi yang dipelajari pada pelatihan yang diikuti di P4TK Pertanian. Hasil tersebut menggambarkan bahwa sebanyak 91,45% alumni pelatihan telah memahami materi dalam bentuk teori maupun praktik. Kinerja alumni pelatihan dalam menguasai keterampilan sebagian besar berkinerja sedang, yaitu sebanyak 83,76%, diikuti kinerja rendah sebanyak 12,82% dan kinerja tinggi sebanyak 3,42%. Kinerja menguasai keterampilan dimaksud adalah tingkat penguasaan materi praktik hasil pelatihan yang diikuti di P4TK Pertanian. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa pada umumnya alumni pelatihan cukup menguasai keterampilan praktik yang diajarkan fasilitator di P4TK Pertanian. Kinerja sikap dalam hal ini adalah kemampuan bertindak alumni pelatihan dalam menerapkan pengetahuan dan keterampilan hasil pelatihan dalam pekerjaannya. Kinerja sikap tersebut meliputi tingkat penerapan pengetahuan dan keterampilan dalam pekerjaannya dan kemampuan menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam pekerjaannya. Pada kinerja tersebut sebagian besar alumni pelatihan berkategori sedang, yaitu sebanyak 76,07%, diikuti berkategori rendah

35 117 17,95% dan berkategori tinggi sebanyak 5,98%. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa sebagian besar alumni pelatihan menerapkan hasil pelatihan baik pengetahuan maupun keterampilan pada pekerjaannya. Kinerja kemanfaatan dalam hal ini adalah kemanfaatan non ekonomi dan ekonomi yang diperoleh alumni pelatihan berkaitan dengan pelatihan yang pernah diikuti di P4TK Pertanian. Kemanfaatan non ekonomi dimaksud meliputi kemanfaatan dalam menambah pengalaman dan pengetahuan, memperluas jaringan kerjasama, mendidik orang lain. Adapun kemanfaatan ekonomi dimaksud meliputi kemanfaatan dalam peningkatan pendapatan dan perluasan usaha. Pada kinerja kemanfaatan ini sebagian besar alumni pelatihan yaitu sebanyak 76,07% berkategori sedang, diikuti berkategori rendah sebanyak 13,68%, dan berkategori tinggi sebanyak 10,26%. Hasil tersebut menggambarkan bahwa penerapan hasil pelatihan di P4TK Pertanian telah memberikan manfaat bagi sebagian besar alumni pelatihan. Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kompetensi dan Kinerja Fasilitator Pelatihan Model Analisis Empiris Pengaruh Antar Peubah dengan Kompetensi dan Kinerja Fasilitator Pelatihan Model hipotetik analisis kompetensi dan kinerja fasilitator pelatihan pertanian pada penelitian ini dibangun berdasarkan teori dan konsep. Model tersebut terdiri atas peubah bebas (independent variable) yaitu karakteristik individu, keterlibatan dalam proses belajar, lingkungan kerja, dan motivasi, dan peubah terikat (dependent variable) yaitu kompetensi dan kinerja. Model tersebut merupakan persamaan simultan yang terdiri atas dua persamaan yaitu model persamaan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kompetensi fasilitator dan persamaan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja fasilitator. Supranto (2004) menyatakan bahwa dalam persamaan simultan (lebih dari satu persamaan) variabel dibedakan menjadi peubah eksogen (exogeneous) dan peubah endogen (endogeneous).

36 118 Berkaitan dengan peubah eksogen dan endogen tersebut, Kusnendi (2008) menjelaskan bahwa peubah eksogen adalah peubah penyebab yang tidak dijelaskan dalam model, sedangkan peubah endogen adalah peubah akibat yang dijelaskan atau diprediksikan dalam model. Peubah endogen dibedakan menjadi peubah endogen yang diberlakukan sebagai peubah antara (intervening variable) dan peubah endogen yang diberlakukan sebagai peubah dependen. Selanjutnya Kusnendi (2008) menyatakan bahwa peubah dalam structural equation modelling (SEM) dibedakan menjadi dua kelompok yaitu peubah laten eksogen dan peubah laten endogen. Peubah laten eksogen adalah semua peubah penyebab yang tidak dapat diobservasi langsung. Pengamatan terhadap peubah tersebut dilakukan melalui variabel manifesnya yaitu indikator-indikator terukur yang dapat diobservasi langsung untuk mengukur peubah laten eksogen. kan peubah laten endogen adalah peubah akibat yang tidak dapat diobservasi langsung. Pengamatan terhadap peubah tersebut dilakukan melalui peubah manifes endogen yaitu indikator-indikator peubah laten endogen yang dapat diobservasi langsung. Berdasarkan pada kerangka berpikir sebagai model hipotetik penelitian ini, selanjutnya untuk mendapatkan model yang sesuai atau fit dengan data maka dilakukan modifikasi menjadi model analisis empiris penelitian dengan menyederhanakan komposisi peubah endogen dan indikatornya. Peubah keterlibatan dalam proses belajar dan motivasi dijadikan satu. Indikator pada peubah karakteristik individu dipilih pendidikan formal dan pengalaman kerja. Penyederhanaan komposisi tersebut dilakukan tanpa mengubah kerangka berpikir asli dengan tetap mengikuti kaidah analisis SEM agar dapat diperoleh model yang sederhana dan sesuai dengan data.

37 119 Gambar 3. Model Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kompetensi dan Kinerja Fasilitator Pelatihan Keterangan: y1=indikator Pendidikan Formal; y2=indikator Pengalaman Kerja; y3 =Indikator Keterlibatan dalam Proses Belajar; y4 =Indikator Motivasi; y5 =Indikator Kompetensi Fasilitator; y6= Indikator Kinerja Fasilitator; x1=indikator Lingkungan Kerja Fasilitator; ly ii =Faktor Loading untuk indikator ke-i pada variabel laten ke-i (kisaran antara 0,0-1,0); βii=pengaruh variabel laten endogenous ke-i terhadap variabel laten endogenous ke-i (kisaran antara 0,0-1,0); γii= Pengaruh variabel laten exogenous ke-i terhadap variabel laten endogenous ke-i (kisaran antara 0,0-1,0). Gambar 3 merupakan hasil pengujian model yang telah disederhanakan. Garis panah dari peubah laten endogen menuju peubah laten endogen lainnya atau dari peubah laten eksogen menuju peubah laten endogen menunjukkan hubungan langsung antar peubah tersebut. Arah panah menunjukkan arah peubah yang dipengaruhi sedangkan besarnya pengaruh langsung ditunjukkan oleh nilai koefisien beta untuk sesama peubah endogen atau eksogen, dan gamma untuk peubah eksogen menuju endogen. Model tersebut di atas selanjutnya dilakukan pengujian kesesuaian model secara keseluruhan (overall model fit test) dengan menggunakan ukuran Goodness-of-Fit-Test (GFT) yang dikembangkan oleh Joreskog dan Sorbom (Kusnendi, 2008) sebagai berikut : (1) uji chi-square dengan p-value 0,05; (2) Root Means Square Error of Approximation (RMSEA) 0,08; (3) Comparative Fit Index (CFI) 0,90; dan (4) Goodness of Fit Index (GFI) 0,90. Menurut Kusnendi (2008), kesesuaian model dalam model persamaan struktural adalah

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pelatihan dalam kaitannya dengan upaya pemberdayaan masyarakat merupakan kegiatan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menghadapi tuntutan pemenuhan kebutuhan dan perubahan

Lebih terperinci

Jurnal Penyuluhan, September 2013 Vol. 9 No. 2

Jurnal Penyuluhan, September 2013 Vol. 9 No. 2 Kompetensi Fasilitator Pelatihan Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pertanian (P4TK Pertanian), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Competency of Training Facilitator

Lebih terperinci

PROGRAM ALIH FUNGSI PEDOMAN. Program Sertifikasi Keahlian dan Sertifikasi Pendidik Bagi Guru SMK/SMA

PROGRAM ALIH FUNGSI PEDOMAN. Program Sertifikasi Keahlian dan Sertifikasi Pendidik Bagi Guru SMK/SMA PEDOMAN PROGRAM ALIH FUNGSI Program Sertifikasi Keahlian dan Sertifikasi Pendidik Bagi Guru SMK/SMA Upaya Pemenuhan Guru Produktif Di SMK Tahun 2016-2017 Strategi Pemenuhan Guru SMK Produktif MASALAH Kondisi

Lebih terperinci

KEBIJAKAN TEKNIS. Oleh: Winarno, M.Sc

KEBIJAKAN TEKNIS. Oleh: Winarno, M.Sc KEBIJAKAN TEKNIS Oleh: Winarno, M.Sc 1 Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional tahun 2004-2009 menetapkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas agar dapat memberi daya dukung yang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas agar dapat memberi daya dukung yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar dapat memberi daya dukung yang optimal terhadap kemajuan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

Lebih terperinci

B a b I I G a m b a r a n P e l a y a n a n S K P D Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD

B a b I I G a m b a r a n P e l a y a n a n S K P D Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD Bab II Gambaran Pelayanan SKPD 2.1 Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD Pembentukan Organisasi Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 12

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.09/MEN/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.09/MEN/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.09/MEN/2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

TERWUJUDNYA LAYANAN PENDIDIKAN YANG PRIMA, UNTUK MEMBENTUK INSAN LAMANDAU CERDAS KOMPREHENSIF, MANDIRI, BERIMANDAN BERTAQWA SERTA BERBUDAYA

TERWUJUDNYA LAYANAN PENDIDIKAN YANG PRIMA, UNTUK MEMBENTUK INSAN LAMANDAU CERDAS KOMPREHENSIF, MANDIRI, BERIMANDAN BERTAQWA SERTA BERBUDAYA BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Visi adalah gambaran atau pandangan tentang masa depan yang diinginkan. Dalam konteks perencanaan, visi merupakan rumusan umum mengenai

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 41 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DENGAN

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN DIKLAT KEWIDYAISWARAAN BERJENJANG TINGKAT MADYA TAHUN 2014 DI PUSAT DIKLAT KEHUTANAN

PENYELENGGARAAN DIKLAT KEWIDYAISWARAAN BERJENJANG TINGKAT MADYA TAHUN 2014 DI PUSAT DIKLAT KEHUTANAN PENYELENGGARAAN DIKLAT KEWIDYAISWARAAN BERJENJANG TINGKAT MADYA TAHUN 2014 DI PUSAT DIKLAT KEHUTANAN Oleh : Harmini Sudjiman Widyaiswara Pusat Diklat Kehutanan Abstrak Diklat Kewidyaiswaraan Berjenjang

Lebih terperinci

2.1 Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD

2.1 Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD Bab II Gambaran Pelayanan SKPD 2.1 Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD Pembentukan Organisasi Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 12

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal abad XXI, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 6 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 6 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KOTA PEKALONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 47 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Keberhasilan pelaksanaan dapat ditunjukan dari manfaat yang diperoleh peserta setelah mengikuti. Harapan peserta dapat diperoleh pada dan dapat diaplikasikan

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. 1.1 LATAR BELAKANG Visi Pembangunan Pertanian adalah terwujudnya sistem pertanian bioindustri

BAB. I PENDAHULUAN. 1.1 LATAR BELAKANG Visi Pembangunan Pertanian adalah terwujudnya sistem pertanian bioindustri Laporan Tahunan SMK-PPNegeri Sembawa / 205 BAB. I PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG Visi Pembangunan Pertanian adalah terwujudnya sistem pertanian bioindustri berkelanjutan yang menghasilkan beragam pangan sehat

Lebih terperinci

V. IMPLIKASI MANAJERIAL

V. IMPLIKASI MANAJERIAL V. IMPLIKASI MANAJERIAL Berdasarkan hasil penelitian hubungan penilaian kinerja dengan motivasi kerja widyaiswara pada Pusat Diklat Kehutanan, kementerian Kehutanan Bogor memiliki hubungan yang positif

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGEMBANGAN PROFESIONALISME WIDYAISWARA LINGKUP KEMENTERIAN PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PENGEMBANGAN PROFESIONALISME WIDYAISWARA LINGKUP KEMENTERIAN PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN 5 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/Permentan/OT.140/2/2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PROFESIONALISME WIDYAISWARA LINGKUP KEMENTERIAN PERTANIAN PEDOMAN PENGEMBANGAN PROFESIONALISME

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI KALIMANTAN UTARA

GUBERNUR PROVINSI KALIMANTAN UTARA 1 GUBERNUR PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI KALIMANTAN UTARA NOMOR 09 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH PROVINSI KALIMANTAN UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH DI KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH DI KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH DI KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMPROV BALI DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KARIER PNS MELALUI JABATAN FUNGSIONAL PENGEMBANG TEKNOLOGI PEMBELAJARAN

KEBIJAKAN PEMPROV BALI DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KARIER PNS MELALUI JABATAN FUNGSIONAL PENGEMBANG TEKNOLOGI PEMBELAJARAN KEBIJAKAN PEMPROV BALI DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KARIER PNS MELALUI JABATAN FUNGSIONAL PENGEMBANG TEKNOLOGI PEMBELAJARAN BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI BALI SINGARAJA, 23 / 10 / 2012 MANAJEMEN PNS Diarahkan

Lebih terperinci

> MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

> MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA > MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.20/Menhut-II/2004 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB V KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR

BAB V KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR BAB V KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR Bab ini menjelaskan berbagai aspek berkenaan kelembagaan penyuluhan pertanian di Kabupaten Bogor yang meliputi: Organisasi Badan Pelaksana an Pertanian,

Lebih terperinci

PROGRAM SERTIFIKASI PENDIDIK DAN SERTIFIKASI KEAHLIAN BAGI GURU SMK/SMA (KEAHLIAN GANDA)

PROGRAM SERTIFIKASI PENDIDIK DAN SERTIFIKASI KEAHLIAN BAGI GURU SMK/SMA (KEAHLIAN GANDA) L; PROGRAM SERTIFIKASI PENDIDIK DAN SERTIFIKASI KEAHLIAN BAGI GURU SMK/SMA (KEAHLIAN GANDA) PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN IN SERVICE TRAINING 1 (IN-1) DAN IN SERVICE TRAINING 2 (IN-2) i PETUNJUK TEKNIS Pelaksanaan

Lebih terperinci

Jurnal Praksis dan Dedikasi Sosial

Jurnal Praksis dan Dedikasi Sosial Jurnal Praksis dan Dedikasi Sosial Vol.1 No.1 April 2018 40-47 halaman jurnal: http://journal2.um.ac.id/index.php/jpds/index/ PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL BAGI GURU-GURU IPS KABUPATEN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS DAERAH PROVINSI JAMBI

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS DAERAH PROVINSI JAMBI GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS DAERAH PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI Menimbang : 1. bahwa dengan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 21 TAHUN 2010

LEMBARAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 21 TAHUN 2010 LEMBARAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 21 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SUNGAI

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 730 TAHUN 2012 TENTANG MEKANISME PENGANGKATAN DAN PENUGASAN PENGAWAS SATUAN PENDIDIKAN

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 730 TAHUN 2012 TENTANG MEKANISME PENGANGKATAN DAN PENUGASAN PENGAWAS SATUAN PENDIDIKAN BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 730 TAHUN 2012 TENTANG MEKANISME PENGANGKATAN DAN PENUGASAN PENGAWAS SATUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA SALINAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, email: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu wahana pendidikan

BAB. I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu wahana pendidikan BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu wahana pendidikan formal, yang mempunyai tujuan mempersiapkan para siswanya untuk menjadi tenaga kerja tingkat

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA

RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2014-2018 Kata Pengantar RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 ` LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2016 DAFTAR

Lebih terperinci

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 ` LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2016 DAFTAR

Lebih terperinci

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN BLORA PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN BLORA PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 ` LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN BLORA PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2016 DAFTAR

Lebih terperinci

EDISI 22 AGT 2011 PANDUAN PENILAIAN KINERJA KETUA PROGRAM KEAHLIAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN

EDISI 22 AGT 2011 PANDUAN PENILAIAN KINERJA KETUA PROGRAM KEAHLIAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN EDISI 22 AGT 2011 PANDUAN PENILAIAN KINERJA KETUA PROGRAM KEAHLIAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL BADAN SDM PENDIDIKAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DINAS DAERAH PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN PROFIL ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SALATIGA TAHUN 2017

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN PROFIL ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SALATIGA TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN PROFIL ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SALATIGA TAHUN 27 PENDAHULUAN A. KEDUDUKAN Undang-undang Nomor 2 Tahun 23 tentang

Lebih terperinci

ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH

ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH Pasal 45 Pasal 46 Pasal 47 Pasal 48 Pasal 49 Pasal 50 Pasal 51 Pasal 52 Pasal 53 Pasal 54 Pasal 55 Pasal 55 Pasal 56 Pasal 57 Pasal 58 Pasal 59 Pasal 60 Pasal 61 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.20/Menhut-II/2004 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.20/Menhut-II/2004 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN MENTERI KEHUTANAN, MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.20/Menhut-II/2004 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) guna mendukung proses pembangunan Indonesia dalam memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

Analisis Pengembangan Karir Jabatan Fungisional Peneliti Di Balai Litbang Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) Magelang Tahun 2013

Analisis Pengembangan Karir Jabatan Fungisional Peneliti Di Balai Litbang Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) Magelang Tahun 2013 Analisis Pengembangan Karir Jabatan Fungisional Peneliti Di Balai Litbang Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) Magelang Tahun 2013 *) **) Zainuddin *), Chriswardani Suryawati **), Anneke Suparwati

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 14 2010 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG POLA KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Sesuai dengan data hasil penelitian dan pembahasan terhadap data hasil penelitian sebagaimana telah penulis paparkan, penulis dapat menyimpulkan beberapa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH 1 PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUH PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Guru dalam proses pembelajaran di kelas memainkan peran penting terutama

BAB I PENDAHULUAN. Guru dalam proses pembelajaran di kelas memainkan peran penting terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru dalam proses pembelajaran di kelas memainkan peran penting terutama dalam membantu siswa untuk membangun sikap positif dalam belajar, membangkitkan rasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup suatu bangsa. Melalui jalur pendidikan dihasilkan generasi-generasi penerus bangsa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan kejuruan. Menurut undang-undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan kejuruan. Menurut undang-undang No. 20 Tahun 2003 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kebutuhan akan tenaga kerja yang terampil dalam menghadapi era globalisasi secara total pada tahun 2020 menjadi suatu tantangan sekaligus peluang bagi tenaga

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 103 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Pendidikan dan Pelatihan (diklat) merupakan suatu proses pembinaan pegawai dalam usaha membina kecakapan, keterampilan, dan kemampuan serta secara lebih terarah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 13 TAHUN 2008 SERI : D NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 13 TAHUN 2008 SERI : D NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 13 TAHUN 2008 SERI : D NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

2012, No.1251 BAB I PENDAHULUAN

2012, No.1251 BAB I PENDAHULUAN 5 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SANDIMAN LANJUTAN BAB I PENDAHULUAN A. Umum Pembinaan SDM Sandi perlu dilakukan

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI NOMOR*3 TAHUN 2011 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI NOMOR*3 TAHUN 2011 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI (BPPT) PERATURAN KEPALA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI NOMOR*3 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) JABATAN FUNGSIONAL

Lebih terperinci

Dept. Patologi Klinik & Kedokteran Laboratorium

Dept. Patologi Klinik & Kedokteran Laboratorium Dept. Patologi Klinik & Kedokteran Laboratorium Bab II. Analisis Situasi Bab III. Kebijakan Strategis Bab 2. Analisis Situasi SWOT Kondisi internal Strengths (Kekuatan) Weaknesses (Kelemahan) Kondisi eksternal

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN SUSUNAN ORGANISASI TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN KETAHANAN PANGAN DAN PERIKANAN KABUPATEN

Lebih terperinci

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Luwu Timur dan Kabupaten Mamuju Utara di Provinsi Sulawesi Selatan (Lembaran Negara

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Luwu Timur dan Kabupaten Mamuju Utara di Provinsi Sulawesi Selatan (Lembaran Negara PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN KABUPATEN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA 1 1 PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN LINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LINGGA

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 21.1 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 21.1 TAHUN 2013 TENTANG 1 BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 21.1 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DI KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FUNGSIONAL ASSESSOR SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FUNGSIONAL ASSESSOR SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR 2013, No.1242 4 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FUNGSIONAL ASSESSOR SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR PEDOMAN

Lebih terperinci

Lampiran: 1 PROFILE SEKOLAH. 1. Sejarah Singkat

Lampiran: 1 PROFILE SEKOLAH. 1. Sejarah Singkat Lampiran: 1 PROFILE SEKOLAH 1. Sejarah Singkat SMK Negeri 2 Pandeglang berdiri Tanggal 16 Mei tahun 1997 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, tentang Pembukaan dan Penegrian sekolah

Lebih terperinci

LAMPIRAN : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR TANGGAL : : 37 Tahun 2011 RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT a. Rancang Bangun Pembelajaran Jabatan Fungsional Penyelenggaraan Urusan di Daerah bagi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2005

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2005 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 3 SERI D TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya mendorong penyelenggaraan kepemerintahan yang baik, Majelis Permusyawaratan Rakyat telah menetapkan Tap MPR RI Nomor : XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan

Lebih terperinci

I Pendahuluan 1.1. Tupoksi dan Struktur Organisasi a. Kepala Badan b. Sekretariat Bidang Tata Lingkungan

I Pendahuluan 1.1. Tupoksi dan Struktur Organisasi a. Kepala Badan b. Sekretariat Bidang Tata Lingkungan Bab I Pendahuluan Didalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi

Lebih terperinci

STRATEGI PENCAPAIAN ANGKA KREDIT WIDYAISWARA

STRATEGI PENCAPAIAN ANGKA KREDIT WIDYAISWARA STRATEGI PENCAPAIAN ANGKA KREDIT WIDYAISWARA Irfan Choiruddin*) ABSTRAK Terbitnya Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 14 tahun 2009 menimbulkan kegelisahan di kalangan Widyaiswara. Hal

Lebih terperinci

Dalam lingkungan Pemerintahan, setiap organisasi/skpd berkewajiban. misi tersebut. Simamora (1995) mengatakan bahwa sumber daya yang dimiliki

Dalam lingkungan Pemerintahan, setiap organisasi/skpd berkewajiban. misi tersebut. Simamora (1995) mengatakan bahwa sumber daya yang dimiliki I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam lingkungan Pemerintahan, setiap organisasi/skpd berkewajiban untuk mewujudkan visi dan misi organisasinya sehingga visi dan misi Pemerintah dapat terwujud dengan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI DINAS DAERAH KOTA SERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI DINAS DAERAH KOTA SERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI DINAS DAERAH KOTA SERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang : a. bahwa untuk menyelenggarakan

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 14 Tahun 2008 Lampiran : - TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN NON FORMAL DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan pengawasan sekolah harus diawali dengan penyusunan program kerja. Dengan adanya program kerja maka kegiatan pengawasan dapat terarah dan memiliki sasaran

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR : 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMPANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

- 1 - POLA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DEPARTEMEN KEHUTANAN

- 1 - POLA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DEPARTEMEN KEHUTANAN - 1 - Lampiran Peraturan Menteri Nomor : P.2/Menhut-II/2009 Tanggal : 12 Januari 2009 POLA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DEPARTEMEN KEHUTANAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Pembangunan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian 52 METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini adalah explanatory research, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan dan pengaruh antar peubah-peubah penelitian melalui

Lebih terperinci

2014, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lemb

2014, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.230, 2014 KEMENTAN. Pengembangan. Profesionalisme. Widyaiswara. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/Permentan/OT.140/2/2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN BAGI GURU DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK DENGAN

Lebih terperinci

PROBLEM KENAIKAN PANGKAT GURU Oleh : Istamaji, S.I.Kom (Analis Kepegawaian Pertama Kantor Kementerian Agama Kab. Way Kanan)

PROBLEM KENAIKAN PANGKAT GURU Oleh : Istamaji, S.I.Kom (Analis Kepegawaian Pertama Kantor Kementerian Agama Kab. Way Kanan) PROBLEM KENAIKAN PANGKAT GURU Oleh : Istamaji, S.I.Kom (Analis Kepegawaian Pertama Kantor Kementerian Agama Kab. Way Kanan) PENDAHULUAN Guru kini semakin menghadapi permasalahan yang cukup berat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Tugas Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) adalah mengelola

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Tugas Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) adalah mengelola BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Memahami pentingnya keberadaan sumber daya manusia di era global, saat ini salah satu upaya harus dicapai oleh lembaga adalah meningkatkan kualitas SDM.

Lebih terperinci

JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA

JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA Oleh: Anik Ghufron FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2010 PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendukung masa depan. Pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. mendukung masa depan. Pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya menyiapkan siswa, menghadapi masa depan dan perubahan masyarakat yang semakin pesat, termasuk di dalamnya perubahan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN JEPARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a bahwa dalam rangka mengoptimalkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO 1 PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 09 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DINAS KABUPATEN PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERAT URAN DAERAH K ABUP AT EN BAT ANG NOMOR

PERAT URAN DAERAH K ABUP AT EN BAT ANG NOMOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BATANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN KUDUS

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN KUDUS PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN KUDUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang

Lebih terperinci

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 11 Tahun 2007

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 11 Tahun 2007 BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD 2.1 TUGAS POKOK, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 11 Tahun 2007 tanggal 14 Nevember 2007 tentang Pembentukan Susunan Organisasi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN LABORATORIUM DALAM MENUNJANG PROSES PEMBELAJARAN TEKNIK PEMESINAN

PENGGUNAAN LABORATORIUM DALAM MENUNJANG PROSES PEMBELAJARAN TEKNIK PEMESINAN 102 PENGGUNAAN LABORATORIUM DALAM MENUNJANG PROSES PEMBELAJARAN TEKNIK PEMESINAN Leonardo R. Nyangko 1, Uli Karo Karo 2, Aam Hamdani 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin, FPTK UPI Jl. Dr. Setiabudhi No.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Masalah besar yang saat ini sedang dihadapi oleh pemerintah adalah pengangguran, karena masih lemahnya mutu pendidikan dan mencari lapangan pekerjaan. Kemudian, salah

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWAS SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWAS SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWAS SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Ketentuan Pasal 39 ayat (1) Peraturan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUKOMUKO,

Lebih terperinci

IV. PROFIL UNIT PELAKSANA TEKNIS DIKLAT PEGAWAI PROVINSI RIAU

IV. PROFIL UNIT PELAKSANA TEKNIS DIKLAT PEGAWAI PROVINSI RIAU 31 IV. PROFIL UNIT PELAKSANA TEKNIS DIKLAT PEGAWAI PROVINSI RIAU 4.1. Profil UPT Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Provinsi Riau Unit Pelaksana Teknis Pendidikan dan Pelatihan Pegawai (UPT Diklat) adalah

Lebih terperinci

PENILAIAN PRESTASI KINERJA PEGAWAI MAKNANYA BAGI WISYAISWARA Oleh : Sumaryono, SE, M.Si, Widyaiswara Madya pada Badan Diklat Provinsi Papua

PENILAIAN PRESTASI KINERJA PEGAWAI MAKNANYA BAGI WISYAISWARA Oleh : Sumaryono, SE, M.Si, Widyaiswara Madya pada Badan Diklat Provinsi Papua PENILAIAN PRESTASI KINERJA PEGAWAI MAKNANYA BAGI WISYAISWARA Oleh : Sumaryono, SE, M.Si, Widyaiswara Madya pada Badan Diklat Provinsi Papua Jumat, 27 Februari 2015 Abstrak Perkembangan teknologi, serta

Lebih terperinci

1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan

1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH Visi merupakan pandangan ideal yang menjadi tujuan dan cita-cita sebuah organisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkualitas diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang mampu menjadi ahli serta dapat bekerja dalam bidang tertentu. Salah satu

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 3 TAHUN 2011 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN BUTON

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 3 TAHUN 2011 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN BUTON SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 3 TAHUN 2011 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN BUTON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BUTON, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENYULUHAN KEHUTANAN

UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENYULUHAN KEHUTANAN UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENYULUHAN KEHUTANAN Oleh : Pudji Muljono Adanya Undang-undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan disambut gembira oleh

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa bidang pendidikan merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR: 7 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 02 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI

Lebih terperinci

4. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Re

4. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Re DHARMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI

Lebih terperinci

BUPATI TEMANGGUNG BUPATI TEMANGGUNG,

BUPATI TEMANGGUNG BUPATI TEMANGGUNG, BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 07 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN KABUPATEN BURU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 07 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN KABUPATEN BURU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 07 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN KABUPATEN BURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BURU, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan kompetensi setiap individu akan berkembang sesuai dengan jenjang

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan kompetensi setiap individu akan berkembang sesuai dengan jenjang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai masalah dalam kehidupan setiap individu adalah melalui proses pendidikan. Melalui proses pendidikan diharapkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 21 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 21 TAHUN 2010 TENTANG MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 21 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN

Lebih terperinci