PROPINSI JAWA BARAT SKRIPSI. Disusun Untuk Mencapai Kelulusan Strata Satu (S-1) Di Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian
|
|
- Inge Sudjarwadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 GEOLOGI, DISTRIBUSI FASIES BATUGAMPING, DAN KARAKTERISTIK REKAHAN DI FASIES BATUGAMPING FORMASI RAJAMANDALA, DAERAH GUNUNG GUHA DAN SEKITARNYA, KABUPATEN BANDUNG BARAT, PROPINSI JAWA BARAT SKRIPSI Disusun Untuk Mencapai Kelulusan Strata Satu (S-1) Di Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung Disusun oleh: Albertus Ditya PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2008
2 LEMBAR PENGESAHAN Geologi, Distribusi Fasies Batugamping, Dan Karakteristik Rekahan Di Fasies Batugamping Formasi Rajamandala, Daerah Gunung Guha Dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung Barat, Propinsi Jawa Barat SKRIPSI Disusun Untuk Mencapai Kelulusan Strata Satu (S-1) Di Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung Pengusul: Albertus Ditya NIM: Pembimbing I Menyetujui, Pembimbing II Dr. Ir. Benyamin Sapiie, P. Hd. NIP: Dr.Ir. Dardji Noeradi NIP:
3 UCAPAN TERIMAKASIH Halaman ini diperuntukan bagi semua yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. With you, impossible things can be possible. Tuhan Yang Maha Kuasa, Atas kehadiran-mu,aku percaya bahwa selalu ada esok yang lebih baik Bapak, Ibu, Mikel dan Lia di Bekasi, Terima Kasih atas segala dukungan dan kerja keras yang kalian tunjukan tanpa mengharap balasan, semoga kita selalu bersama. Pak Benyamin Sapiie dan Pak Dardji Noeradi, Terima Kasih untuk bimbingannya dan Terima Kasih juga karena telah menjadi dosen yang menjadi inspirasi selama saya kuliah di Geologi. Segenap Dosen yang turut membantu : Pak Khoiril, Pak Edy Sucipta, Pak Agus Handoyo, Pak Prihadi, Pak Bambang Prihadi, Bu Rina dan Pak Chalid. Terimakasih untuk teman satu nasib seperlapangan: Wendy, Asep, Ega,Yula, Zam-Zam, Rajamandala ganas broo, terutama kosan kita. Terimakasih untuk Teman-Teman GEA, Khususnya, GEA 04, sampai jumpa lagi, : , kelobaan ari ditulis mah, punten nya. Terimakasih untuk teman-teman yang sudah datang memberi bala bantuan ke lapangan maupun di kampus: Pratama, Grandong, Endo, Rahman, Indah, Iyot,Yoga, Apet, Dodi, Ryan, Dea, Dita, Daud, Yubat, Roy, Bastian, Ciput, Mira Meiriawati (Ojes), Ambar, Maro, Mas Dedi, Irwansyah, Dodo, Yuna, Abud, Dicky, Meli, Probo,Giting, Kang Ivan, Mas Arif, Kang Pardi, Tiko,Putri. Terimakasih untuk kesulitan luar biasa selama di lapangan, terutama untuk kesialan selama ke lapangan bersama dua makhluk ini: Fairuz, Ari, thanks for saving my life, ati-ati jatuh di lubang yang sama. Terimakasih untuk penduduk desa Cipatat, terutama Ibu Entang dan keluarga Terimakasih untuk jajaran Kepolisian Sektor Rajamandala, ini pengalaman berharga untuk saya. Terima Kasih untuk rekan-rekan di ExxonMobil yang saya repotkan: J.T (Han) Van Gorsell, Aram Derewetzky, dan Toni Simo. Terimakasih buat semua guru yang sudah mendidik saya dari umur 5 tahun sampai sekarang. Terimakasih untuk ITB yang memberikan beasiswa sehingga saya dapat bertahan di Kampus Terbaik Bangsa ini, juga untuk kawan-kawan BUBER ( Buru Beasiswa) atas kerjasamanya. Untuk kawan-kawan di kosan KBB 25 : Danang, Eri, Fikri, Hifni, Ridho, Nazef, Rizki Usman, Mas Igun, Mas Yudha, Mas Apoer, Mas Jack, Mas Yunus, pak Aris, bi Titin. Untuk teman teman Legio Maria BHK: Probo, Iin, Yaya, Janu, Jeje,Suster, Beti, Maya, Margie, dan lain-lain. You are my special, Yenny Indriati, terima kasih atas pengorbanan yang telah kamu tunjukan secara nyata, susah dan senang kau selalu hadir dalam 2 tahun terakhir, terimakasih sayang. Untuk teman-teman yang mungkin kelupaan karena isi kepala yang tidak seberapa ini, TERIMA KASIH BANYAK. Terimakasih Geologi ITB.
4 SARI Daerah penelitian terletak di daerah sekitar Gunung Guha, Padalarang, dengan posisi geografis pada BT dan LS, serta berada dalam Zona Bandung (van Bemmelen, 1949, op. cit. Martodjodjo, 1984). Geomorfologi daerah penelitian terdiri dari dua satuan geomorfologi yaitu Satuan Perbukitan Kompleks dan Satuan Perbukitan Vulkanik. Secara litostratigrafi, terdapat tujuh satuan batuan tidak resmi dengan urutan dari tua ke muda : Satuan Batulempung-Batupasir (Formasi Bayah), Satuan Batulempung (Formasi Batuasih), Satuan Batugamping (Anggota Batugamping Formasi Rajamandala), Satuan Napal (Anggota Napal Formasi Rajamandala), Satuan Batupasir-Batulempung (Formasi Citarum), Satuan Breksi-Batupasir (Anggota Cibanteng Formasi Cantayan), dan Satuan Tuf -Tuf lapili (Old Quartenary Volcanic). Struktur daerah penelitian terbentuk oleh gaya kompresif berarah relatif utara-selatan yang terjadi pada Plio- Pleistosen. Pergerakan dari Sesar Cimandiri mempengaruhi pembentukan struktur daerah penelitian. Pola pembentukan struktur mengikuti model Simple Shear. Fasies batugamping yang terdapat pada daerah penelitian, terdiri dari: Fasies Foraminiferal Grainstone-Packstone, Fasies Platycoral Bindstone, Fasies Branchingcoral Bafflestone, Fasies Coral Framestone, Fasies Quartz Conglomeratic, Fasies Coral- Talus Rudstone, Fasies Coral Floatstone, dan Fasies Coral Rudstone.. Rekahan yang terdapat pada fasies boundstone dan grainstone adalah stylolite, rekahan gerus, vuggy, dan rekahan ekstensional. Rekahan yang dominan pada boundstone adalah stylolite. Hubungan spasi rekahan dan jumlah kumulatifnya mengikuti distribusi Power Law dan memiliki geometri fraktal. Hubungan panjang rekahan dan jumlah kumulatifnya mengikuti distribusi Power Law dan memiliki geometri fraktal. Intensitas rekahan pada fasies boundstone lebih besar daripada grainstone. Nilai intensitas rekahan di fasies grainstone di daerah yang dipengaruhi sesar lebih besar daripada yang tidak terpengaruh sesar. Keterdapatan mikrit memperbesar nilai intensitas stylolite. Hubungan antara panjang dan apertur rekahan berbanding lurus pada fasies boundstone dan grainstone.
5 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat-nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini sesuai dengan jadwal yang telah disusun oleh penulis. Maksud pelaksanaan Tugas Akhir dalam bentuk skripsi ini adalah untuk menerapkan konsep-konsep geologi yang telah diperoleh mahasiswa selama masa perkuliahan. Sedangkan tujuan pelaksanaan tugas akhir ini yaitu untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar kesarjanaan strata satu di Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung. Penelitian geologi yang ditulis dalam skripsi ini berjudul Geologi, Distribusi Fasies Batugamping, Dan Karakteristik Rekahan Di Fasies Batugamping, Formasi Rajamandala, Daerah Gunung Guha Dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung Barat, Propinsi Jawa Barat Penulis menyadari tanpa bimbingan dan dorongan dari semua pihak, pelaksanaan dan penyusunan tugas akhir ini tidak mungkin terwujud. Ungkapan terimakasih sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada : 1. Bapak, Ibu dan Adik-adik di Bekasi 2. Bapak Ir. Benyamin Sapiie, Ph.D., dan Bapak Dr. Ir Dardji Noeradi selaku pembimbing tugas akhir yang selama ini telah mengarahkan dan membimbing penulis selama melaksanakan tugas akhir. 3. Seluruh teman-teman yang membantu baik selama kuliah maupun selama pelaksanaan Tugas Akhir ini 4. Semua pihak yang telah membantu menyukseskan tugas akhir ini. Akhirnya, besar harapan penulis agar Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya. Semoga penelitian ini berguna bagi ilmu pengetahuan pada umumnya dan geologi pada khususnya Bandung, Oktober 2008 i
6 Penulis ii
7 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL SARI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR FOTO... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii viii ix xii xiii xv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maksud dan Tujuan Lokasi Penelitian Rumusan Masalah Metode dan Tahapan Penelitian... 4 BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Pendahuluan Fisiografi Stratigrafi Regional Struktur Geologi Regional BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian ii
8 3.1.1 Penafsiran Kondisi Geomorfologi Pola Aliran Sungai dan Tipe Genetik Sungai Satuan Geomorfologi Satuan Perbukitan Vulkanik Satuan Perbukitan Kompleks Stratigrafi Daerah Penelitian Satuan Batulempung-Batupasir Penyebaran dan Ketebalan Ciri Litologi Hubungan Kesebandingan Hubungan Stratigrafi Umur Lingkungan Pengendapan Satuan Batulempung Penyebaran dan Ketebalan Ciri Litologi Umur Lingkungan Pengendapan Hubungan Kesebandingan Hubungan Stratigrafi Satuan Batugamping Penyebaran dan Ketebalan Ciri Litologi Umur Lingkungan Pengendapan Hubungan Kesebandingan Hubungan Stratigrafi Satuan Napal Penyebaran dan Ketebalan Ciri Litologi Umur iii
9 Lingkungan Pengendapan Hubungan Kesebandingan Hubungan Stratigrafi Satuan Batupasir-Batulempung Penyebaran dan Ketebalan Ciri Litologi Umur Lingkungan Pengendapan Hubungan Kesebandingan Hubungan Stratigrafi Satuan Breksi-Batupasir Penyebaran dan Ketebalan Ciri Litologi Umur Lingkungan Pengendapan Hubungan Kesebandingan Hubungan Stratigrafi Satuan Tuff-Batulapilli Penyebaran dan Ketebalan Ciri Litologi Umur Lingkungan Pengendapan Hubungan Kesebandingan Hubungan Stratigrafi Struktur Geologi Daerah Penelitian Bidang Perlapisan Lipatan Sinklin Cileat Antiklin Cileat Antiklin Legok Sinklin Legok iv
10 Sinklin Cibarengkok Antiklin Cibarengkok Antiklin Guha Sesar Sesar Naik Cisaat Sesar Naik Guha Sesar Naik Cisaat Tonggoh Sesar Naik Cileat Sesar Naik Gunung Batu Sesar Naik Hutan Jati Sesar Naik Cibarengkok Sesar Menganan Turun Balukbuk Sesar Menganan Turun Guha Sesar Menganan Naik Cileat Sesar Mengiri Turun Cilutung Sesar Mengiri Turun Cisaat Tonggoh Sesar Sesar Mengiri Guha Sesar Mengiri Cisaat Mekanisme Pembentukan Struktur Geologi BAB IV DISTRIBUSI FASIES BATUGAMPING 4.1 Pendahuluan Fasies Batugamping Fasies Foraminiferal Grainstone-Packstone Fasies Platycoral Bindstone Fasies Branchingcoral Bafflestone Fasies Coral Framestone Fasies Quartz Conglomeratic Rudstone Fasies Coral-Talus Rudstone Fasies Coral Floatstone v
11 4.2.8 Fasies Coral Rudstone Analisa Sayatan Tipis Untuk Penentuan Lingkungan Pengendapan Asosiasi Fasies Batugamping Fore Reef Rudstone-Floatstone Reef Front Bindstone-Bafflestone Back Reef Grainstone-Packstone Quartz Conglomeratic-Coral Rudstone BAB V KARAKTERISASI REKAHAN DI FASIES BATUGAMPING 5.1 Pendahuluan Teori Dasar Teknik Pengambilan Data Data Lokasi Pengambilan Data Pengolahan Data Pembahasan Hubungan Jumlah Kumulatif Rekahan dengan Spasi Rekahan Hubungan Jumlah Kumulatif Rekahan dengan Panjang Rekahan Hubungan Panjang Rekahan dengan Apertur Intensitas Rekahan BAB VI SEJARAH GEOLOGI BAB VII KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vi
12 DAFTAR TABEL Tabel Zonasi Umur dari data foraminifera besar Tabel Ringkasan analisis Kinematik dan dinamik struktur di daerah penelitian Tabel Zonasi lingkungan pengendapan batugamping Tabel Keterangan lokasi, data, jumlah rekahan, dan fasies Tabel Contoh pengolahan data secara jumlah kumulatif tiap interval 100 cm Tabel Rangkuman persamaan regresi, koefisien korelasi, konstanta proporsionalitas,dan dimensi fraktal semua lokasi Tabel Rangkuman persamaan regresi, koefisien korelasi, konstanta proporsionalitas,dan dimensi fraktal semua lokasi Tabel Keterangan Fasies pada lokasi Guha Tabel Intensitas rekahan dan nilainya di lokasi Guha Tabel Nilai intensitas rekahan pada lokasi Guha Tabel Zonasi Fasies Batugamping pada lokasi Guha Tabel Nilai intensitas rekahan di lokasi Guha Tabel Nilai intensitas rekahan di lokasi Guha Tabel Nilai intensitas rekahan di lokasi BLB Tabel Resume Intensitas rekahan di semua lokasi... vii
13 DAFTAR FOTO Foto Bentang alam satuan perbukitan vulkanik Foto Foto Foto Foto Batuan piroklastik yang bersifat lunak pada Satuan Perbukitan Vulkanik Bentang alam Satuan Perbukitan Kompleks yang terdiri atas punggungan dan gawir memanjang baratdaya timur laut Bukit gamping di Satuan Perbukitan Kompleks yang memanjang timur laut - barat daya Singkapan batulempung dengan perselingan batupasir pada satuan ini Foto Lentikuler batupasir dengan struktur laminasi karbon Foto Konglomerat polimik Foto Bercak Karbon dan Fragmen lempung pada batupasir konglomeratan Foto Struktur sedimen pada Satuan Batupasir-Batulempung Foto Singkapan Batulempung, pelapukan menyerpih Foto Singkapan batu lempung yang kontak dengan breksi Satuan Batupasir-Batulempung.sifat lempungnya karbonatan Foto Fasies pada batugamping terumbu Foto Satuan batugamping detrital berlapis Foto Coral Rudstone. Fragmennya membundar, terdiri dari branchingcoral dan platycoral Foto Quartz conglomeratic limestone Foto Kontak langsung antara Satuan Batugamping dengan Satuan Batulempung di lokasi Y Foto Perselingan napal dengan kalkarenit Foto Perselingan napal dengan kalkarenit Foto Struktur sedimen pada kalsirudit di Satuan Napal Foto Perlapisan batupasir - breksi polimik viii
14 Foto Perselingan batupasir-batulempung Foto Sikuen Bouma tidak lengkap. perulangan Ta-Tc-Td-Te di batupasir di Lokasi J Foto Struktur sedimen pada Satuan Batupasir-Batulempung Foto Kontak selaras Satuan Napal dengan Satuan Batupasir- Batulempung Foto Perselingan breksi-batupasir Foto Matriks batulempung karbonatan pada satuan ini Foto Fragmen batugamping berukuran bongkah Foto Tuf terelaskan Foto Lapisan horizontal tuf Foto Struktur perlapisan bersusun pada tuf lapili Foto Kontak antar tuf dengan tuf lapili Foto Breksi pada Satuan Tuf-Tuf lapili Foto Ketidakselarasan bersudut antara tuf dengan batupasir Foto Antiklin Guha Foto Pembelokan arah sungai yang menjadi indikasi Sesar Naik Cisaat Foto Singkapan sesar naik pada Lokasi Sx Foto Foto Lapisan tegak dan breksiasi yang menjadi indikasi kemenerusan Sesar Naik Cisaat di Cisaat Tonggoh Lapisan tegak dan breksiasi yang menjadi indikasi kemenerusan Sesar Naik Cisaat di Sungai Cilimus Foto Breksiasi dan bidang Sesar Naik Guha Foto Bukti Sesar Naik Balukbuk.. 65 Foto Perbedaan kedudukan Lapisan.. 66 Foto Foto zona breksiasi di lokasi F2 - F Foto Zona breksiasi pada Satuan Batupasir-Batulempung, Lokasi F Foto Sesar Naik Gunung Batu Foto Kontak sesar naik antara Satuan Batupasir-Batulempung (bawah garis merah) dengan Satuan Batulempung (atas garis merah) Foto Sesar Mendatar Menganan Balukbuk ix
15 Foto Sesar Menganan Turun Balukbuk Foto Pergeseran Menganan sesar minor di Sungai Cijuhung Foto Bidang Gores garis sebagai bukti Sesar Menganan Guha Foto Breksiasi dan bidang gores garis yang menjadi bukti Sesar Menganan Naik Cileat, Lokasi Clt-8 (Sungai Cileat) Foto Bukti kemenerusan Sesar Menganan Cileat di Lokasi C Foto Pergeseran menganan sesar minor pada Lokasi Ef Foto Pergeseran Sesar Mengiri Turun Cilutung Foto Bukti Sesar Mengiri Turun Cisaat Tonggoh Foto Bukti-Bukti Sesar Mengiri Guha Foto Pergeseran mengiri sebagai bukti Sesar Mengiri Cisaat di Lokasi EE Foto Rekahan en echelon yang dijumpai pada Lokasi C Foto Fasies Grainstone Foto Fasies Platycoral Bindstone Foto Fasies Branchingcoral Bafflestone Foto Fasies Coral Framestone Foto Fasies Quartz Conglomeratic Rudstone Foto Fasies Coral-Talus Rudstone Foto Fasies Coral Floatstone Foto Perlapisan bersusun yang ditemui pada Talus rudstone Foto Koloni koral kecil yang diapit oleh endapan talus Foto Singkapan pada pengukuran rekahan di lokasi Guha Foto Singkapan pada pengukuran rekahan di lokasi Guha Foto Singkapan pada pengukuran rekahan di lokasi Guha Foto Singkapan pada pengukuran rekahan di lokasi Guha x
16 DAFTAR GRAFIK Grafik Grafik hubungan antara spasi rekahan dengan jumlah kumulatif rekahan Grafik Grafik log-log hubungan spasi rekahan dengan jumlah kumulatif di lokasi Guha Grafik Grafik log-log hubungan spasi rekahan dengan jumlah kumulatif di lokasi Guha Grafik Grafik log-log hubungan spasi rekahan dengan jumlah kumulatif di lokasi Guha Grafik Grafik log-log hubungan spasi rekahan dengan jumlah kumulatif di lokasi Guha Grafik Grafik log-log hubungan spasi rekahan dengan jumlah kumulatif di lokasi BLB Grafik Grafik linear hubungan antara panjang rekahan dengan jumlah kumulatif rekahan Grafik Grafik log-log hubungan panjang rekahan dengan jumlah kumulatif di lokasi Guha Grafik Grafik log-log hubungan panjang rekahan dengan jumlah kumulatif di lokasi Guha Grafik Grafik log-log hubungan panjang rekahan dengan jumlah kumulatif di lokasi Guha Grafik Grafik log-log hubungan panjang rekahan dengan jumlah kumulatif di lokasi Guha Grafik Grafik log-log hubungan panjang rekahan dengan jumlah kumulatif di lokasi BLB Grafik Hubungan panjang rekahan dengan apertur di lokasi Guha Grafik Hubungan panjang rekahan dengan apertur di lokasi Guha Grafik Hubungan panjang rekahan dengan apertur di lokasi Guha Grafik Hubungan panjang rekahan dengan apertur di lokasi Guha Grafik Hubungan panjang rekahan dengan apertur di lokasi BLB Grafik Intensitas rekahan di lokasi Guha Grafik Intensitas rekahan di lokasi Guha xi
17 Grafik Intensitas rekahan di lokasi Guha Grafik Intensitas rekahan di lokasi Guha Grafik Intensitas rekahan di lokasi BLB Grafik Resume Intensitas rekahan di semua lokasi DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Peta indeks dan lokasi daerah penelitian ( 3 Gambar Peta Fisiografi Jawa Barat, modifikasi van Bemmelen (1949).. 8 Gambar Penampang Stratigrafi Umum Cekungan Bogor ( Martodjojo, 1984 )... 9 Gambar Pola Struktur Pulau Jawa (Pulonggono dan Martodjojo, 1994). 11 Gambar Evolusi tektonik di Indonesia bagian Barat sejak Pra-Tersier sampai Tersier Akhir, (Sribudiyani et al., 2003 ) Gambar Kondisi tektonik Kapur-Oligosen dan Penampang skematik. (Sribudiyani et al., 2003 ) Gambar Kondisi tektonik Oligosen-Miosen Awal dan Penampang skematiknya (Sribudiyani et al., 2003 ) Gambar Kondisi tektonik Miosen Tengah Sampai Miosen Akhir (Sribudiyani et al., 2003 ) Gambar Sesar Mendatar Mengiri Cimandiri. (Noeradi, 1994 op.cit. Sumantri, 2007) Gambar Citra SRTM, menunjukan posisi daerah penelitian yang terletak di batas antara dataran di bagian utara daerah penelitian dan tinggian di bagian selatan Gambar Rose diagram yang menggambarkan pola kelurusan pada daerah penelitian Gambar Interpretasi kelurusan dari peta topografi Gambar Peta topografi dimodifikasi untuk menunjukan kemiringan lereng Gambar Peta topografi yang memperlihatkan pola aliran sungai dan tipe genetiknya xii
18 Gambar Kolom stratigrafi umum daerah penelitian Gambar Sketsa profil lokasi EE-4, EE-5, dan EE Gambar Sketsa profil Lokasi Ef Gambar Model pengendapan tidal. (Dalrymple (1992) op. cit. Walker dan James (1992)) Gambar Sketsa Profil di Lokasi EE Gambar 3.2.5a Umur Satuan Batugamping secara ertikal Gambar Sketsa profil vertikal Satuan Napal. Lintasan dari X-1 sampai X Gambar Sikuen Bouma. Modifikasi dari Walker dan James (1984) Gambar Model turbidit kipas laut dalam (Walker dan James, 1984) Gambar Data seluruh bidang perlapisan di daerah penelitian Gambar Rose diagram yang menunjukan arah breksiasi timur laut-barat daya di Gunung Guha Gambar Rose Diagram breksiasi Sesar Naik Cileat Gambar Sketsa penampang dan Foto singkapan pada Lokasi C-4 yang menggambarkan interpretasi Sesar Naik Gunung Batu Gambar Foto udara yang menunjukan pergeseran menganan sesar mendatar balukbuk, modifikasi dari Googleearth.com Gambar Sketsa Peta Struktur. Panah hitam menunjukan tegasan utama yang didapatkan dari analisis dinamik Gambar Model Deformasi Simple Shear (Wilcox et al., 1973) Gambar Klasifikasi batuan karbonat menurut tekstur pengendapan, (modifikasi Dunham, 1962 dan Embry dan Klovan, 1971) Gambar Sketsa penyebaran fasies batugamping Gambar Sketsa Penampang Lingkungan Pengendapan Gambar Tiga jenis mode rekahan, Mode I adalah rekahan terbuka, Mode II dan Mode III adalah rekahan gerus (Dennis, 1987 op.cit. Koestler et al., 1995) Gambar Stylolite, orientasi dan hubungannya dengan tegasan utama (Nelson, 1985) Gambar Grafik Linier sebagai contoh persebaran data yang mengikuti distribusi Power Law. Clauset, et al. (2007) xiii
19 Gambar Peristilahan dalam teknik pengambilan data. Garis B-B adalah garis lintasan, A adalah besar bukaan rekahan, L adalah panjang rekahan, dan S adalah spasi antar rekahan (Sapiie, 1999) Gambar 6.1 Kartun geologi pada Eosen Tengah Oligosen Tengah Gambar 6.2 Kartun geologi pada Oligosen Tengah Gambar 6.3 Kartun geologi pada Oligosen Akhir Gambar 6.4 Kartun geologi pada Miosen Awal Gambar 6.5 Gambar 6.6 Kartun geologi pada Miosen Awal - Miosen Tengah Kartun geologi pada Miosen Tengah Gambar 6.7 Kartun geologi pada Plio-Pleistosen Gambar 6.8 Gambar 6.9 Kartun geologi pada Plio- Pleistosen Kartun geologi pada Pleistosen DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9. Peta Geomorfologi Peta Geologi Peta Lintasan Geologi Peta Struktur Geologi Peta Lintasan Fasies Batugamping Peta Asosiasi Fasies Batugamping Analisis Petrografi Analisis Kalsimetri Analisis Mikropaleontologi Lampiran di dalam Kantong Lampiran 10. Analisis Granulometri Lampiran 11. Analisis Struktur Geologi Lampiran 12. Data Rekahan Untuk Karakterisasi Rekahan Dengan Fasies xiv
GEOLOGI DAN KARAKTERISTIK REKAHAN PADA BATUGAMPING DAN BATUPASIR, DAERAH GUNUNG KIDUL DAN SEKITARNYA, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
GEOLOGI DAN KARAKTERISTIK REKAHAN PADA BATUGAMPING DAN BATUPASIR, DAERAH GUNUNG KIDUL DAN SEKITARNYA, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SKRIPSI Disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di
Lebih terperinciGEOLOGI DAN KARAKTERISTIK REKAHAN PADA BATUGAMPING DI DAERAH NGLIPAR, KABUPATEN GUNUNG KIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
GEOLOGI DAN KARAKTERISTIK REKAHAN PADA BATUGAMPING DI DAERAH NGLIPAR, KABUPATEN GUNUNG KIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Kesarjanaan Strata Satu,
Lebih terperinciBAB V KARAKTERISASI REKAHAN DI FASIES BATUGAMPING
BAB V KARAKTERISASI REKAHAN DI FASIES BATUGAMPING 5.1 Pendahuluan Rekahan dapat menjadi faktor utama dalam penyebaran porositas dalam batugamping. Rekahan di batugamping dapat ditemui dalam jenjang skala
Lebih terperinciGeologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.
Foto 24. A memperlihatkan bongkah exotic blocks di lereng gunung Sekerat. Berdasarkan pengamatan profil singkapan batugamping ini, (Gambar 12) didapatkan litologi wackestone-packestone yang dicirikan oleh
Lebih terperinciBAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Pengamatan geomorfologi terutama ditujukan sebagai alat interpretasi awal, dengan menganalisis bentang alam dan bentukan-bentukan alam yang memberikan
Lebih terperinciBAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Pembahasan geologi daerah penelitian terdiri dari: geomorfologi daerah penelitian, stratigrafi daerah penelitian, dan struktur geologi daerah penelitian. 3.1 Geomorfologi
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI
BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI 4.1 Struktur Sesar Struktur sesar yang dijumpai di daerah penelitian adalah Sesar Naik Gunungguruh, Sesar Mendatar Gunungguruh, Sesar Mendatar Cimandiri dan Sesar Mendatar
Lebih terperinciGEOLOGI DAERAH CIHEA DAN SEKITARNYA, KECAMATAN BOJONGPICUNG KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT
GEOLOGI DAERAH CIHEA DAN SEKITARNYA, KECAMATAN BOJONGPICUNG KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT TUGAS AKHIR A Disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu Program Studi Teknik Geologi, Fakultas
Lebih terperinciUmur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Foto 3.7. Singkapan Batupasir Batulempung A. SD 15 B. SD 11 C. STG 7 Struktur sedimen laminasi sejajar D. STG 3 Struktur sedimen Graded Bedding 3.2.2.3 Umur Satuan ini memiliki umur N6 N7 zonasi Blow (1969)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar belakang penelitian ini secara umum adalah pengintegrasian ilmu dan keterampilan dalam bidang geologi yang didapatkan selama menjadi mahasiswa dan sebagai syarat
Lebih terperinciGEOLOGI DAERAH SADENG LEUWISADENG, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
GEOLOGI DAERAH SADENG LEUWISADENG, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT TUGAS AKHIR - A Disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu (S-1) di Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.3 Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada aspek geologi serta proses sedimentasi yang terjadi pada daerah penelitian.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tugas Akhir mahasiswa merupakan suatu tahap akhir yang wajib ditempuh untuk mendapatkan gelar kesarjanaan strata satu di Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu
Lebih terperinciGEOLOGI DAN ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI DAERAH SITUMEKAR DAN SEKITARNYA, SUKABUMI, JAWA BARAT TUGAS AKHIR A
GEOLOGI DAN ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI DAERAH SITUMEKAR DAN SEKITARNYA, SUKABUMI, JAWA BARAT TUGAS AKHIR A Disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu (S-1) Program Studi Teknik Geologi,
Lebih terperinciGEOLOGI DAERAH LAWELE DAN SEKITARNYA, KECAMATAN LASALIMU, KABUPATEN BUTON, SULAWESI TENGGARA
GEOLOGI DAERAH LAWELE DAN SEKITARNYA, KECAMATAN LASALIMU, KABUPATEN BUTON, SULAWESI TENGGARA TUGAS AKHIR A Disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu Program Studi Teknik Geologi,
Lebih terperinciGEOLOGI DAERAH SARIMEKAR DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SUMEDANG - JAWA BARAT
GEOLOGI DAERAH SARIMEKAR DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SUMEDANG - JAWA BARAT TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Syarat Menyelesaikan Studi Tahap Sarjana (Strata-1) di Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu
Lebih terperinciBAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan
BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan Stratigrafi regional Pegunungan Selatan dibentuk oleh endapan yang berumur Eosen-Pliosen (Gambar 3.1). Menurut Toha, et al. (2000) endapan
Lebih terperinciGEOLOGI DAN ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI UNTUK KARAKTERISASI SESAR ANJAK DI DAERAH CAMPAKA DAN SEKITARNYA, CIANJUR, JAWA BARAT
GEOLOGI DAN ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI UNTUK KARAKTERISASI SESAR ANJAK DI DAERAH CAMPAKA DAN SEKITARNYA, CIANJUR, JAWA BARAT TUGAS AKHIR A Disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu
Lebih terperinciBAB III GEOLOGI DAERAH BANTARGADUNG
BAB III GEOLOGI DAERAH BANTARGADUNG 3.1 GEOMORFOLOGI Metode yang dilakukan dalam analisis geomorfologi ini adalah dengan analisa peta topografi dan citra satelit, sehingga didapatkan kelurusan lereng,
Lebih terperinciBAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Pengamatan geomorfologi di daerah penelitian dilakukan dengan dua tahap, yaitu dengan pengamatan menggunakan SRTM dan juga peta kontur yang dibuat dari
Lebih terperinciGeologi dan Potensi Sumberdaya Batubara, Daerah Dambung Raya, Kecamatan Bintang Ara, Kabupaten Tabalong, Propinsi Kalimantan Selatan
Gambar 3.8 Korelasi Stratigrafi Satuan Batupasir terhadap Lingkungan Delta 3.2.3 Satuan Batulempung-Batupasir Persebaran (dominasi sungai) Satuan ini menempati 20% dari luas daerah penelitian dan berada
Lebih terperinciBAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Bentukan topografi dan morfologi daerah penelitian adalah interaksi dari proses eksogen dan proses endogen (Thornburry, 1989). Proses eksogen adalah proses-proses
Lebih terperinciBAB II GEOLOGI REGIONAL
BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 FISIOGRAFI Menurut van Bemmelen (1949), fisiografi Jawa Barat dibagi menjadi enam zona, yaitu Zona Dataran Aluvial Utara Jawa Barat, Zona Antiklinorium Bogor, Zona Gunungapi
Lebih terperinciBAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1 GEOMORFOLOGI III.1.1 Morfologi Daerah Penelitian Morfologi yang ada pada daerah penelitian dipengaruhi oleh proses endogen dan proses eksogen. Proses endogen merupakan
Lebih terperinciGEOLOGI DAERAH CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG, JAWA BARAT. Oleh : Muhammad Abdurachman Ibrahim
GEOLOGI DAERAH CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG, JAWA BARAT SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana di Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut
Lebih terperinciGEOLOGI DAERAH KOTOTUO DAN SEKITARNYA, KECAMATAN SIJUNJUNG, KABUPATEN SIJUNJUNG, PROVINSI SUMATRA BARAT TUGAS AKHIR A
GEOLOGI DAERAH KOTOTUO DAN SEKITARNYA, KECAMATAN SIJUNJUNG, KABUPATEN SIJUNJUNG, PROVINSI SUMATRA BARAT TUGAS AKHIR A Disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu di Program Studi
Lebih terperinciBAB II GEOLOGI REGIONAL
BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Regional Fisiografi Jawa Barat dapat dikelompokkan menjadi 6 zona yang berarah barattimur (van Bemmelen, 1949 dalam Martodjojo, 1984). Zona-zona ini dari utara ke
Lebih terperinciBAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Bentang alam dan morfologi suatu daerah terbentuk melalui proses pembentukan secara geologi. Proses geologi itu disebut dengan proses geomorfologi. Bentang
Lebih terperinciGEOLOGI DAERAH KETENONG DAN SEKITARNYA, KECAMATAN PINANG BERLAPIS, KABUPATEN LEBONG, BENGKULU TUGAS AKHIR A
GEOLOGI DAERAH KETENONG DAN SEKITARNYA, KECAMATAN PINANG BERLAPIS, KABUPATEN LEBONG, BENGKULU TUGAS AKHIR A Diajukan sebagai syarat pembuatan tugas akhir sarjana (strata-1) di Program Studi Teknik Geologi,
Lebih terperinciBAB II GEOLOGI REGIONAL
BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Secara umum Jawa Barat dibagi menjadi 3 wilayah, yaitu wilayah utara, tengah, dan selatan. Wilayah selatan merupakan dataran tinggi dan pantai, wilayah tengah merupakan
Lebih terperinciJAWA BARAT TUGAS AKHIR. Di Program. Disusun oleh:
GEOLOGI DAN ANALISIS STRUKTURR GEOLOGI MENGGUNAKAN METODE PENAMPANG SEIMBANG (BALANCED CROSS SECTION) DAERAH KEMANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT TUGAS AKHIR A Diajukan Sebagai Syarat Dalam Mencapai Kelulusan
Lebih terperinciBAB II GEOLOGI REGIONAL
BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Secara umum wilayah utara Jawa Barat merupakan daerah dataran rendah, sedangkan kawasan selatan merupakan bukit-bukit dengan sedikit pantai serta dataran tinggi.
Lebih terperinciGEOLOGI DAN ANALISIS STRUKTUR DAERAH CIKATOMAS DAN SEKITARNYA, KABUPATEN LEBAK, BANTEN.
GEOLOGI DAN ANALISIS STRUKTUR DAERAH CIKATOMAS DAN SEKITARNYA, KABUPATEN LEBAK, BANTEN. TUGAS AKHIR A Diajukan Sebagai Syarat Dalam Mencapai Kelulusan Strata Satu (S-1) Program Studi Teknik Geologi, Fakultas
Lebih terperinciGEOLOGI DAERAH PASAWAHAN DAN SEKITARNYA, KABUPATEN PURWAKARTA, JAWA BARAT
GEOLOGI DAERAH PASAWAHAN DAN SEKITARNYA, KABUPATEN PURWAKARTA, JAWA BARAT TUGAS AKHIR A Disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan
Lebih terperinciFoto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya)
Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya) 3.2.2.1 Penyebaran Satuan batuan ini menempati 2% luas keseluruhan dari daerah
Lebih terperinciHALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSEMBAHAN UCAPAN TERIMAKASIH KATA PENGANTAR SARI DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB 1 PENDAHULUAN
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERSEMBAHAN... iii UCAPAN TERIMAKASIH... iv KATA PENGANTAR... v SARI... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR TABEL... xvii BAB
Lebih terperinciBAB IV Kajian Sedimentasi dan Lingkungan Pengendapan
BAB IV KAJIAN SEDIMENTASI DAN LINGKUNGAN PENGENDAPAN 4.1 Pendahuluan Kajian sedimentasi dilakukan melalui analisis urutan vertikal terhadap singkapan batuan pada lokasi yang dianggap mewakili. Analisis
Lebih terperinciGEOLOGI DAN ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI DAERAH DESA SUKARAMA DAN SEKITARNYA, KECAMATAN BOJONGPICUNG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT TUGAS AKHIR A
GEOLOGI DAN ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI DAERAH DESA SUKARAMA DAN SEKITARNYA, KECAMATAN BOJONGPICUNG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT TUGAS AKHIR A Disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata
Lebih terperinciSKRIPSI FRANS HIDAYAT
GEOLOGI DAN ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI DAERAH TOBO DAN SEKITARNYA, KECAMATAN JATI, KABUPATEN BLORA, PROVINSI JAWA TENGAH SKRIPSI Oleh : FRANS HIDAYAT 111.080.140 PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI
Lebih terperinciBAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Geomorfologi Kondisi geomorfologi pada suatu daerah merupakan cerminan proses alam yang dipengaruhi serta dibentuk oleh proses
Lebih terperinciBAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Secara umum, daerah penelitian memiliki morfologi berupa dataran dan perbukitan bergelombang dengan ketinggian
Lebih terperinciBAB II GEOLOGI REGIONAL
BAB II GEOLOGI REGIONAL II.1 Fisiografi Menurut van Bemmelen (1949), Jawa Timur dibagi menjadi enam zona fisiografi dengan urutan dari utara ke selatan sebagai berikut (Gambar 2.1) : Dataran Aluvial Jawa
Lebih terperinci3.2.3 Satuan Batulempung. A. Penyebaran dan Ketebalan
3.2.3 Satuan Batulempung A. Penyebaran dan Ketebalan Satuan batulempung ditandai dengan warna hijau pada Peta Geologi (Lampiran C-3). Satuan ini tersingkap di bagian tengah dan selatan daerah penelitian,
Lebih terperinciBAB II GEOLOGI REGIONAL
BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi dan Geomorfologi Regional Secara fisiografis, daerah Jawa Barat dibagi menjadi 6 zona yang berarah timur-barat ( van Bemmelen, 1949 ). Zona tersebut dari arah utara
Lebih terperinciBAB IV ASOSIASI FASIES DAN PEMBAHASAN
BAB IV ASOSIASI FASIES DAN PEMBAHASAN 4.1 Litofasies Menurut Walker dan James pada 1992, litofasies adalah suatu rekaman stratigrafi pada batuan sedimen yang menunjukkan karakteristik fisika, kimia, dan
Lebih terperinciPROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2011
GEOLOGI DAERAH BANTARGADUNG DAN SEKITARNYA SERTA STUDI KARAKTERISTIK ISOTOP STABIL MATA AIR PANAS DI SUNGAI CIMANDIRI HILIR TUGAS AKHIR A Disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu
Lebih terperinciBAB II GEOLOGI REGIONAL
BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 FISIOGRAFI JAWA BARAT Van Bemmelen (1949) membagi fisiografi Jawa Barat dibagi menjadi 4 zona, yaitu Dataran Pantai Jakarta, Zona Bogor, Zona Bandung, dan Zona Pegunungan Selatan.
Lebih terperinciUmur dan Lingkungan Pengendapan Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi
3.2.2.3 Umur dan Lingkungan Pengendapan Penentuan umur pada satuan ini mengacu pada referensi. Satuan ini diendapkan pada lingkungan kipas aluvial. Analisa lingkungan pengendapan ini diinterpretasikan
Lebih terperinciBatulempung (Gambar 3.20), abu abu kehijauan, lapuk, karbonan, setempat terdapat sisipan karbon yang berwarna hitam, tebal ± 5 30 cm.
Gambar 3.17. Foto singkapan konglomerat, lokasi GGR-9 Gambar 3.18. Foto singkapan konglomerat, menunjukkan fragmen kuarsa dan litik, lokasi GGR-9 Secara megaskopis, ciri litologi batupasir berwarna putih
Lebih terperinciBAB 2 GEOLOGI REGIONAL
BAB 2 GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Secara fisiografis, menurut van Bemmelen (1949) Jawa Timur dapat dibagi menjadi 7 satuan fisiografi (Gambar 2), satuan tersebut dari selatan ke utara adalah: Pegunungan
Lebih terperinciBAB V FASIES BATUGAMPING DAERAH PENELITIAN
BAB V FASIES BATUGAMPING DAERAH PENELITIAN Fasies adalah suatu tubuh batuan yang dicirikan oleh kombinasi ciri litologi, ciri fisik dan biologi yang membedakannya dengan tubuh batuan yang berdekatan (Walker,
Lebih terperinciGambar 3.6 Model progradasi kipas laut dalam (Walker, R. G., 1978).
(Satuan Breksi-Batupasir) adalah hubungan selaras dilihat dari kemenerusan umur satuan dan kesamaan kedudukan lapisan batuannya. Gambar 3.5 Struktur sedimen pada sekuen Bouma (Bouma, A. H., 1962). Gambar
Lebih terperinciBAB II GEOLOGI REGIONAL
BAB II GEOLOGI REGIONAL II.2 Fisiografi Regional Secara fisiografis, daerah Jawa Barat dibagi menjadi 4 zona (Gambar 2.1), pembagian zona tersebut berdasarkan sifat-sifat morfologi dan tektoniknya (van
Lebih terperinciBAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Geomorfologi Kondisi geomorfologi pada suatu daerah merupakan cerminan proses alam yang dipengaruhi serta dibentuk oleh proses
Lebih terperinciBAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Analisa geomorfologi merupakan sebuah tahapan penting dalam penyusunan peta geologi. Hasil dari analisa geomorfologi dapat memudahkan dalam pengerjaan
Lebih terperinciDAFTAR ISI COVER HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN 1. I.1.
DAFTAR ISI COVER i HALAMAN PENGESAHAN ii HALAMAN PERNYATAAN iii KATA PENGANTAR iv DAFTAR ISI vi DAFTAR GAMBAR x DAFTAR TABEL xvi SARI xvii BAB I PENDAHULUAN 1 I.1. Latar Belakang 1 I.2. Rumusan Masalah
Lebih terperinciBAB 2 Tatanan Geologi Regional
BAB 2 Tatanan Geologi Regional 2.1 Geologi Umum Jawa Barat 2.1.1 Fisiografi ZONA PUNGGUNGAN DEPRESI TENGAH Gambar 2.1 Peta Fisiografi Jawa Barat (van Bemmelen, 1949). Daerah Jawa Barat secara fisiografis
Lebih terperinciGEOLOGI DAERAH SALUTIWO, KECAMATAN BONEHAU, KABUPATEN MAMUJU, SULAWESI BARAT
GEOLOGI DAERAH SALUTIWO, KECAMATAN BONEHAU, KABUPATEN MAMUJU, SULAWESI BARAT TUGAS AKHIR A Disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar strata satu Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi
Lebih terperinciGeologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.
Nodul siderite Laminasi sejajar A B Foto 11. (A) Nodul siderite dan (B) struktur sedimen laminasi sejajar pada Satuan Batulempung Bernodul. 3.3.1.3. Umur, Lingkungan dan Mekanisme Pengendapan Berdasarkan
Lebih terperinciBAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Morfologi Daerah Penelitian Morfologi yang ada pada daerah penelitian dipengaruhi oleh proses endogen dan proses eksogen. Proses endogen merupakan
Lebih terperinciBAB III Perolehan dan Analisis Data
BAB III Perolehan dan Analisis Data BAB III PEROLEHAN DAN ANALISIS DATA Lokasi penelitian, pada Peta Geologi Lembar Cianjur skala 1 : 100.000, terletak di Formasi Rajamandala. Penelitian lapangan berupa
Lebih terperinciBAB II GEOLOGI REGIONAL
BAB II GEOLOGI REGIONAL Indonesia merupakan tempat pertemuan antara tiga lempeng, yaitu Lempeng Eurasia yang relatif diam, Lempeng Pasifik Barat yang relatif bergerak ke arah baratlaut, dan Lempeng Hindia
Lebih terperinciBatupasir. Batulanau. Foto 3.15 Bagian dari Singkapan Peselingan Batulanau dengan Batupasir pada Lokasi Sdm.5 di Desa Sungapan
B T Batupasir Batulanau Foto 3.15 Bagian dari Singkapan Peselingan Batulanau dengan Batupasir pada Lokasi Sdm.5 di Desa Sungapan Lokasi pengamatan untuk singkapan breksi volkanik berada pada lokasi Sdm.1
Lebih terperinciKONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH
KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH Asmoro Widagdo*, Sachrul Iswahyudi, Rachmad Setijadi, Gentur Waluyo Teknik Geologi, Universitas
Lebih terperinciGEOLOGI DAN DISTRIBUSI FASIES BATUGAMPING DAERAH GUNUNG ANTU DAN SEKITARNYA, DESA TANJUNG MANGKALIHAT, KABUPATEN KUTAI TIMUR, KALIMANTAN TIMUR
GEOLOGI DAN DISTRIBUSI FASIES BATUGAMPING DAERAH GUNUNG ANTU DAN SEKITARNYA, DESA TANJUNG MANGKALIHAT, KABUPATEN KUTAI TIMUR, KALIMANTAN TIMUR TUGAS AKHIR A Disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar
Lebih terperinciBAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Perolehan Data dan Lokasi Penelitian Lokasi penelitian pada Peta Geologi Lembar Cianjur skala 1 : 100.000 terletak di Formasi Rajamandala (kotak kuning pada Gambar
Lebih terperinciBAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Metoda yang dilakukan dalam analisis geomorfologi adalah dengan analisis citra SRTM dan analisis peta topografi, sehingga didapatkan kelurusan lereng,
Lebih terperinciBAB II GEOLOGI REGIONAL
BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Menurut van Bemmelen (1949), secara fisiografis daerah Jawa Barat dibagi menjadi enam zona, yaitu Zona Dataran Aluvial Jawa Barat Utara, Zona Antiklinorium Bogor,
Lebih terperinciGEOLOGI DAERAH RENDEH DAN SEKITARNYA KABUPATEN BANDUNG BARAT-JAWA BARAT TUGAS AKHIR A
GEOLOGI DAERAH RENDEH DAN SEKITARNYA KABUPATEN BANDUNG BARAT-JAWA BARAT TUGAS AKHIR A Diajukan sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Strata Satu di Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan
Lebih terperincidan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8).
dan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8). Gambar 3.7 Struktur sedimen pada sekuen Bouma (1962). Gambar 3.8 Model progradasi kipas bawah laut
Lebih terperinciBAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta,
BAB II Geomorfologi II.1 Fisiografi Fisiografi Jawa Barat telah dilakukan penelitian oleh Van Bemmelen sehingga dapat dikelompokkan menjadi 6 zona yang berarah barat-timur (van Bemmelen, 1949 op.cit Martodjojo,
Lebih terperinciBAB II GEOLOGI REGIONAL
BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Jawa Barat Van Bemmelen (1949) membagi fisiografi Jawa Barat menjadi 4 zona, yaitu: 1. Dataran Pantai Jakarta. 2. Zona Bogor 3. Zona Depresi Tengah Jawa Barat ( Zona
Lebih terperinciSTUDI SEDIMENTASI DAN LINGKUNGAN PENGENDAPAN ENDAPAN KLASTIK DAERAH GUNUNG BENDE (PADALARANG) DAN CILEAT (SAGULING)
STUDI SEDIMENTASI DAN LINGKUNGAN PENGENDAPAN ENDAPAN KLASTIK DAERAH GUNUNG BENDE (PADALARANG) DAN CILEAT (SAGULING) KABUPATEN BANDUNG BARAT, JAWA BARAT SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persyaratan dalam
Lebih terperinciGEOLOGI DAN ENDAPAN BATUBARA DAERAH MANDIANGIN, KABUPATEN SAROLANGUN, PROVINSI JAMBI TUGAS AKHIR A. Disusun oleh: MUHAMMAD ARDHAN RAFSANJANI
GEOLOGI DAN ENDAPAN BATUBARA DAERAH MANDIANGIN, KABUPATEN SAROLANGUN, PROVINSI JAMBI TUGAS AKHIR A Disusun sebagai syarat untuk memenuhi gelar sarjana strata satu (S-1) Program Studi Teknik Geologi, Fakultas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fisiografi Jawa Barat Fisiografi Jawa Barat oleh van Bemmelen (1949) pada dasarnya dibagi menjadi empat bagian besar, yaitu Dataran Pantai Jakarta, Zona Bogor, Zona Bandung
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tugas Akhir adalah matakuliah wajib dalam kurikulum pendidikan Tingkat Sarjana (S1) di Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut
Lebih terperinciBAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Bentukan topografi dan morfologi daerah penelitian dipengaruhi oleh proses eksogen dan proses endogen. Proses eksogen adalah proses-proses
Lebih terperinciGEOLOGI REGIONAL. Gambar 2.1 Peta Fisiografi Jawa Barat (van Bemmelen, 1949)
BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Fisiografi Jawa Barat menurut van Bemmelen (1949) terbagi menjadi enam zona (Gambar 2.1), yaitu : 1. Zona Gunungapi Kuarter 2. Zona Dataran Aluvial Jawa Barat Utara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tugas akhir merupakan persyaratan utama untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu (S-1) di Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut
Lebih terperinciGEOLOGI DAERAH DESA TANJUNGRASA dan SEKITARNYA KECAMATAN TANJUNGSARI, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
GEOLOGI DAERAH DESA TANJUNGRASA dan SEKITARNYA KECAMATAN TANJUNGSARI, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT TUGAS AKHIR A Disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu Program Studi Teknik Geologi,
Lebih terperinciBAB II GEOLOGI REGIONAL
BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 GEOGRAFIS Jawa bagian barat secara geografis terletak diantara 105 0 00-108 0 65 BT dan 5 0 50 8 0 00 LS dengan batas-batas wilayahnya sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa
Lebih terperinciBAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Morfologi Umum Daerah Penelitian Morfologi secara umum daerah penelitian tercermin dalam kerapatan dan bentuk penyebaran kontur
Lebih terperinciberukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.
berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit. (a) (c) (b) (d) Foto 3.10 Kenampakan makroskopis berbagai macam litologi pada Satuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyusunan tugas akhir merupakan hal pokok bagi setiap mahasiswa dalam rangka merampungkan studi sarjana Strata Satu (S1) di Institut Teknologi Bandung. Penelitian
Lebih terperinciBAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Bentuk dan Pola Umum Morfologi Daerah Penelitian Bentuk bentang alam daerah penelitian berdasarkan pengamatan awal tekstur berupa perbedaan tinggi dan relief yang
Lebih terperinciBAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Bentukan topografi dan morfologi daerah penelitian dipengaruhi oleh proses eksogen dan proses endogen. Proses eksogen adalah proses-proses yang bersifat
Lebih terperinciBAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. GEOMORFOLOGI Kondisi geomorfologi pada suatu daerah merupakan cerminan proses alam yang dipengaruhi serta dibentuk oleh proses eksogen dan endogen yang membentuk
Lebih terperinciGeologi dan Analisis Struktur Daerah Cikatomas dan Sekitarnya, Kabupaten Lebak, Banten. BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tugas Akhir adalah matakuliah wajib dalam kurikulum pendidikan sarjana strata satu di Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tugas Akhir merupakan persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu (S-1) di Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut
Lebih terperinciBAB II GEOLOGI REGIONAL
BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Jawa Barat dapat dikelompokkan menjadi 6 zona fisiografi yang berarah barat-timur (van Bemmelen, 1949) (Gambar 2.1). Zona-zona tersebut dari utara ke selatan yaitu:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mencapai gelar kesarjanaan Strata Satu ( S-1) pada Program Studi Teknik Geologi Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung, maka setiap mahasiswa
Lebih terperinciBAB III TATANAN GEOLOGI REGIONAL
BAB III TATANAN GEOLOGI REGIONAL 3.1 Fisiografi Jawa Barat Van Bemmelen (1949) membagi zona fisiografi Jawa Barat menjadi empat bagian (Gambar 3.1). Pembagian zona yang didasarkan pada aspek-aspek fisiografi
Lebih terperinciBAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1.1 Morfologi Umum Daerah Penelitian Geomorfologi daerah penelitian diamati dengan melakukan interpretasi pada peta topografi, citra
Lebih terperinciBAB II GEOLOGI REGIONAL
BAB II GEOLOGI REGIONAL Indonesia merupakan tempat pertemuan antara tiga lempeng besar, yaitu Lempeng Eurasia yang relatif diam, Lempeng Pasifik yang relatif bergerak ke arah Barat Laut, dan Lempeng Hindia
Lebih terperinciBAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Bentuk morfologi dan topografi di daerah penelitian dipengaruhi oleh proses eksogen yang bersifat destruktif dan proses endogen yang berisfat konstruktif.
Lebih terperinciBAB V KARAKTERISTIK REKAHAN PADA BATUGAMPING
BAB V KARAKTERISTIK REKAHAN PADA BATUGAMPING 5.1 Definisi dan Terminologi Rekahan Rekahan merupakan bidang diskontinuitas yang terbentuk secara alamiah akibat deformasi atau diagenesa. Karena itu dalam
Lebih terperinciFoto 3.5 Singkapan BR-8 pada Satuan Batupasir Kuarsa Foto diambil kearah N E. Eko Mujiono
Batulempung, hadir sebagai sisipan dalam batupasir, berwarna abu-abu, bersifat non karbonatan dan secara gradasi batulempung ini berubah menjadi batuserpih karbonan-coally shale. Batubara, berwarna hitam,
Lebih terperinciLEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI GEOLOGI DAN ENDAPAN BATUBARA DAERAH PASUANG-LUNAI DAN SEKITARNYA KABUPATEN TABALONG, KALIMANTAN SELATAN
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI GEOLOGI DAN ENDAPAN BATUBARA DAERAH PASUANG-LUNAI DAN SEKITARNYA KABUPATEN TABALONG, KALIMANTAN SELATAN Disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu Program
Lebih terperinciBAB 2 GEOLOGI REGIONAL
BAB 2 GEOLOGI REGIONAL 2.1 Struktur Regional Terdapat 4 pola struktur yang dominan terdapat di Pulau Jawa (Martodjojo, 1984) (gambar 2.1), yaitu : Pola Meratus, yang berarah Timurlaut-Baratdaya. Pola Meratus
Lebih terperinciGEOLOGI DAERAH PABETTENGAN DAN SEKITARNYA, KECAMATAN BONEHAU, KABUPATEN MAMUJU, SULAWESI BARAT SKRIPSI
GEOLOGI DAERAH PABETTENGAN DAN SEKITARNYA, KECAMATAN BONEHAU, KABUPATEN MAMUJU, SULAWESI BARAT SKRIPSI Disusun sebagai syarat menyelesaikan studi tahap sarjana strata satu Program Studi Teknik Geologi,
Lebih terperinciBAB II GEOLOGI REGIONAL
BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Fisiografi Jawa Barat dibagi menjadi enam zona berarah barat-timur (van Bemmelen, 1949). Zona-zona ini (Gambar 2.1) dari utara ke selatan yaitu: Gambar 2.1. Peta
Lebih terperinci