BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi

1 BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. KESIMPULAN Transformasi yang terjadi dalam bangunan De Bouwploeg ini adalah transformasi fungsi yang diakibatkan oleh beberapa faktor sebagai berikut : Kebutuhan Identitas Diri Sebelum beralih fungsi menjadi sebuah masjid, De Bouwploeg sempat digunakan sebagai tempat beribadah umat islam selama 17 tahun tanpa status Masjid. Namun atas gagasan A.H. Nasution, identitas resmi bangunan ini ditetapkan dan segera dilakukan renovasi besar-besaran untuk mendukung kegiatan dalam bangunan ini. Perubahan Gaya Hidup Peralihan pemerintahan pada masa kolonial Belanda pada kawasan Menteng mengakibatkan berkurangnya penduduk yang mayoritas beragama kristen pada masa tersebut, mengakibatkan perubahan gaya hidup atau kebutuhan hidup. Terutama dalam beribadah, namun atmosfir pemerintahan Kolonial Belanda masih sangat digandrungi sehingga tercipta gagasan mengalihfungsikan sebuah bangunan konservasi menjadi sebuah masjid Perubahan Sosial dan Budaya Perubahan ini terjadi akibat perubahan penduduk, yang semula disinggahi masyarakat Belanda berubah dengan berkurangnya jumlah penduduk berkewarganegaraan Belanda. Perubahan sikap dan nilai-nilai pun terjadi sejak perginya pemerintahan Kolonial Belanda. Transformasi yang terjadi bersifat Ornamental dan Distorsi (merancukan). Hal tersebut dapat dilihat pada perubahan ornamen dan elemen-elemen arsitektur di bagian dalam dan luar bangunan De Bouwploeg ini. Distorsi yang dimaksud adalah kebebasan perancang dalam merancang bangunan, hal tersebut dikarenakan sang Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 61

2 perancang P.A.J. Moojen sama sekali tidak tahu bahwa bangunannya akan dialihfungsikan menjadi sebuah masjid, dengan demikian desain bangunan tersebut terlihat sangat kontras dengan fungsinya pada masa kini. Perubahan fungsi pada bangunan De Bouwploeg ini terjadi ketika kebutuhan masyarakat Menteng atas tempat beribadah umat islam muncul. Pada awal pengembangan daerah Menteng, kawasan tersebut sebenarnya diperuntukan untuk kalangan beragama Kristen Katolik dan Protestan warga Belanda dan Eropa yang menempati daerah Menteng. Hal tersbut mangakibatkan pemerintah Belanda yang menduduki kawasan tersebut hanya membangun gereja. Namun setelah 13 tahun sejak awal berdirinya De Boueploeg dan pemerintahan Belanda meninggalkan Indonesia, bangunan tersebut telah mengalami beberapa kali perubahan fungsi. Perubahan fungsi yang terjadi sebelum berubah menjadi Masjid tidak mengalami banyak perubahan karena fungsi bangunan yang serupa, yaitu kantor. Setelah berubah menjadi Masjid yang dicanangkan oleh Ketua MPRS pada masa itu, yaitu A.H. Nasution, banyak perubahan yang terjadi. Kebutuhan ruang sebuah Masjid tentu saja sangat kontras dengan eksisting bangunan yang diperuntukan untuk sebuah kantor. Kebutuhan akan ruangan beribadah yang luas tidak didapatkan di dalam bangunan De Bouploeg, maka dari itu terjadi beberapa perubahan pola ruang. Begitu pula dengan ornamen-ornamen yang terdapat dalam bangunan De Bouwploeg. Penambahan ornamen juga diberikan untuk memberikan kesan sebuah Masjid, seperti kaligrafi pada dinding dan kolom, ukiran-ukiran pada jendela, dan penambahan aksen pada Pinacle. Berdasarkan hasil penelitian mengenai identifikasi transformasi yang terjadi akibat berubahan fungsi pada Masjid Cut Meutia, beberapa elemen arsitektur diubah bukan karena perubahan fungsi yang terjadi, melainkan karena usia material yang mengharuskan adanya perbaikan. Namun, peneliti mendapatkan kesimpulan sebagai berikut : Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 62

3 Tabel 1 Daftar Perubahan Bagian Bangunan Saat Masih Berupa NV De Bouwploeg dan Setelah Menjadi Masjid Cut Meutia No. Bagian Bangunan NV. De Bouwploeg Bentuk Perubahan Masjid Cut Meutia Waktu Perubahan jumlah ruang berkurang, tangga pada bagian tengah jumlah ruang banyak di pindah ke serambi, 1. Denah dan terdapat tangga di penambahan ruang bagian tengah penunjang pada bagian luar bangunan, arah kiblat dimiringkan 15 derajat 2 Serambi tidak ada tangga pada serambi terdapat tangga pada serambi di pintu utama 3 Kolom pilaster pada ruang utama masih utuh pilaster sudah dipotong dan dibuka berbentuk arc 7 Ornamen ornamen didominasi dengan motif flora dan kaca patri ornamen didominasi dengan kaligrafi, dan motif sulur Klasifikasi Golongan Bangunan Cagar Budaya Pada Masjid Cut Meutia, Menteng Berdasarkan Tolok Ukur : Golongan II Berdasarkan Kriteria bangunan cagar budaya dalam Perda No. 19 Tahun 2009 : Golongan B (Madya) Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 63

4 Berdasarkan Kriteria Pemugaran atau alih fungsi dalam Perda No. 19 Tahun 2009 : Golongan B Berdasarkan UU No.5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya serta SK Gubernur Nomor D/IV/6098/d/33/1975 jo Perda Nomor 9 tahun 1999 tentang pelestarian dan Pemanfaatan Lingkungan Bagunan Cagar Budaya : Golongan B 6.2. SARAN Fenomena dalam arsitektur ini menarik perhatian penulis untuk dijelajahi. Tranformasi fungsi bangunan Indische ini adalah salah satu dari sekian transformasi bangunan yang terekam. Upaya melestarikan bangunan bersejarah tidak menutup kemungkinan akan terjadi saat ini untuk puluhan atau bahkan ratusan tahun mendatang. Para pencipta karya bangunan pasti akan sangat terhormat ketika karya mereka menjadi salah satu bangunan konservasi yang dilindungi negara, seperti bangunan Indische (Kolonial Belanda) ini. Berikut, penulis merekomendasikan sebuah saran : Sebaiknya pemerintah dan pengelola tidak menghilangkan jejak transformasi fungsi yang pernah terjadi pada De Bouwploeg. Hagia Sophia contohnya, ornamen dan elemen-elemen arsitektur peninggalan transformasi fungsinya tetap dipelihara sehingga si bangunan dapat menceritakan sendiri sejarah yang pernah terjadi pada bangunan tersebut. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 64

5 DAFTAR PUSTAKA Alexander, 1987 dlm Pakilaran, Antonaides Kutipan Dalam Jurnal Transformasi. Arsitektur - Institut Teknologi Bandung. Deddy " Masjid Cut Mutiah Jakarta " meutia> Faqih, Ab u < Fiandi, Nuhari Blog Jalan-jalan Arsitektur Arsitektur Kolonial Belanda. < Habraken,1976 dlm Pakilaran, < Laseau,1980 dlm Sembiring, Mansur, Amril. (2008).Masjid Dan Transformasi Sosial Etis. Innovatio, Vol. Vii No. 14, Juli-Desember Motarda, Hisam. (2003). Traditional Islamic Principles Of Built Environment. New York Nurhuzna,Atiza TRANSFORMASI FUNGSI DAN BENTUK ARSITEKTUR BUGIS-MAKASSAR DI PESISIR PANTAI BUTI MERAUKE Rossi Kutipan Dalam Jurnal Transformasi. Arsitektur - Institut Teknologi Bandung. Sari Kutipan Dalam Jurnal Transformasi. Arsitektur - Institut Teknologi Bandung. Setiawan, Kartum. Haris, Tawaluddin Masjid-masjid Bersejarah di Jakarta. Erlangga. Jakarta. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 65

6 Syamsiyah, Nur Rahmawati. (2007). JURNAL TEKNIK GELAGAR, Vol. 18, No. 01, April 2007 : Surakarta. The New Grolier Webster International Dictionary Of English League Zulfikri Konsep Dasar rsitektur Masjid. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 66