ANALISIS DESKRIPTIF BENTUK-BENTUK PELANGGARAN DALAM IKLAN ROKOK DJARUM 76 VERSI "JLN" YANG TAYANG DI TELEVISI MENURUT ETIKA PARIWARA INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS DESKRIPTIF BENTUK-BENTUK PELANGGARAN DALAM IKLAN ROKOK DJARUM 76 VERSI "JLN" YANG TAYANG DI TELEVISI MENURUT ETIKA PARIWARA INDONESIA"

Transkripsi

1 Powered by TCPDF ( Tugas Akhir ANALISIS DESKRIPTIF BENTUK-BENTUK PELANGGARAN DALAM IKLAN ROKOK DJARUM 76 VERSI "JLN" YANG TAYANG DI TELEVISI MENURUT ETIKA PARIWARA INDONESIA Reggy Tama Akbarsyah Sinaga¹, Helni Mutiarsih Jumhur², S.h.³ ¹Manajemen (Manajemen Bisnis Telekomunikasi & Informatika),, Universitas Telkom

2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Profil Perusahaan PT. Djarum Rokok kretek adalah sebuah produk yang racikannya ditemukan oleh H. Djamhari (Kebangsaan Indonesia) pada tahun 1880 di kota Kudus (Kudus kota kretek). Saat itu H. Djamhari adalah seorang perokok dan ia sering merasa sesak nafas. Saat ia menderita sesak, ia menggunakan minyak cengkeh untuk mengobati penyakitnya. Hingga suatu ketika ia mencoba meracik daun tembakau dan bunga cengkeh untuk rokoknya. Alhasil percobaannya tersebut membuahkan hasil dan rokok tersebut disebut kretek karena letupan api yang membakar cengkeh mengasilkan bunyi tek-tek-tek. (Lintasan Sejarah dan Peranan Bagi Pembangunan Bangsa dan Negara, oleh Ong Hok Ham dan Amen Budiman). Pada tahun 1905, rokok kretek diproduksi untuk dipasarkan. M. Nitisemito adalah orang yang membangun perusahaan itu dan dinamakan Bal Tiga. Terbukti pasar untuk produk ini sangat pesat. Hal ini dibuktikan dengan niatan M. Nitisemito yang ingin membuat lantai kamarnya dengan uang golden. Hal ini membuat pemerintahan (saat itu jajahan Belanda) tersinggung, tapi dengan diplomatis pemerintah mengungkapkan bahwa beliau dapat melanjutkan niatannya asal posisi uang golden tersebut dalam posisi berdiri. Di sini ada dua pendapat yang belum bisa dipastikan. Pendapat pertama 1

3 rencana itu dilanjutkan dan pendapat kedua M. Nitisemito tahu bahwa itu hanya penolakan halus pemerintah. PT. Djarum adalah sebuah perusahaan rokok di Indonesia yang bermarkas di Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Sejarah Djarum berawal pada saat Oei Wie Gwan membeli sebuah usaha kecil dalam bidang kretek bernama Djarum Gramophon pada tahun 1951 kemudian mengubah namanya menjadi Djarum. Oei mulai memasarkan kretek dengan merek "Djarum" yang ternyata sukses di pasaran. Setelah kebakaran yang hampir memusnahkan perusahaan pada tahun 1963, tak lama kemudian Oei meninggal dunia. Djarum kembali bangkit dan memodernisasikan peralatan di pabriknya. Pada tahun 1972 Djarum mulai mengeskpor produk rokoknya ke luar negeri. Tiga tahun kemudian Djarum memasarkan Djarum Filter, merek pertamanya yang diproduksi menggunakan mesin, diikuti merek Djarum Super yang diperkenalkan pada tahun Saat ini Djarum dipimpin Budi Hartono danbambang Hartono, yang dua-duanya merupakan putra Oei. Gambar 1.1 Logo PT. Djarum Sumber: 2

4 Ada tiga jenis rokok yang kita kenal selama ini. Rokok cerutu (terbuat dari daun tembakau dan dibungkus dengan daun tembakau pula), rokok putih (terbuat dari tembakau dan dibungkus dengan kertas sigaret, dan rokok kretek (terbuat dari tembakau ditambah daun cengkeh dan dibungkus dengan kertas sigaret). Lambang jarum yang digunakan oleh perusahaan ini adalah jarum grama phone. Pada tahun 1983 Djarum berubah menjadi perseroaan terbatas, PT. Djarum. PT. Djarum memiliki lima nilai inti, yaitu: 1. Fokus terhadap pelanggan 2. Profesionalisme 3. Organisasi yang terus belajar 4. Satu keluarga 5. Tanggung jawab sosial Perusahaan yang memiliki 76 lokasi kerja (70 di Kudus, 3 di Pati, 1 Rembang dan 2 di Jepara) ini cukup diakui masalah kesehatan dan keselamatan kerja karyawannya. Hal ini dibuktikan dari perolehan Zero Accident Acknowledgement pada tahun Pada tahun 2004 di Audit External Keselamatan dan Kesehatan dengan hasil 85%. Karena hasil auditan yang memuaskan, pada tahun 2005 memperoleh Bendera Emas. Pada tahun 2007, hasil auditan meningkat menjadi 93% dan tahun 2008 memperoleh Bendera Emas kembali. Karena hal itulah masalah keselamatan dan kesehatan bukan lagi menjadi masalah bagi perusahaan ini. Selain masalah keselamatan dan kesehatan, perusahaan ini juga aktif dalam bidang koperasi. Pada tahun 1976, koperasi karyawan dibuka. Koperasi yang memiliki anggota sebanyak 51 ribuan orang ini memiliki kas hingga 75 3

5 ribu miliaran hingga Januari 2008 ini. Karena ketekunannyalah, koperasi ini juga memperoleh penghargaan sebagai Koperasi Teladan dari tahun 1993 sampai dengan Perusahaan ini juga memiliki kinerja yang sesuai dengan standar ISO (ISO tahun ). Pada tahun 2001 mendapatkan penghargaan dan ISO diperbaiki menjadi ISO Perusahaan ini juga memiliki program-program penghijauan. Program yang dimulai sejak tahun 1977 ini telah banyak berpengaruh untuk masyarakat sekitar. Kota Kudus yang dulu gersang, dengan adanya program ini akhirnya kota Kudus dapat hijau kembali. Tidak hanya itu, pada tahun , PT. Djarum membagikan bibit mangga kepada 59 desa di Kudus. Pada tahun 1995 sesuai dengan data dari Pemerintah Propinsi mencatat bahwa penghasilan warga dari penjualan mangga mencapai 2,5 miliaran. Perusahaan yang memiliki nilai ekspor hampir 16 juta dolar Amerika (tahun 2007) ini juga telah mampu mengolah limbah pabrik dengan sangat baik. Selain dunia rokok, Djarum juga dikenal aktif terlibat dalam dunia bulutangkis. Klub bulutangkisnya, PB Djarum, telah menghasilkan pemainpemain kelas dunia seperti Liem Swie King dan Alan Budikusuma. Selain itu, sejak tahun 1998 perusahaan Djarum juga telah menguasai sebagian besar saham Bank Central Asia. PT. Djarum memiliki misi to satisfy the global smoker s needs ( PT. Djarum merupakan salah satu perusahaan rokok yang sangat besar di Indonesia. Produk dari PT. Djarum adalah rokok, produk rokok yang diproduksi oleh PT. Djarum ini tidak hanya satu merek saja, akan tetapi PT. Djarum memproduksi banyak merek produknya. 4

6 Beberapa produk rokok Djarum yang terkenal antara lain: 1. Djarum Super 2. Djarum Coklat 3. Djarum Coklat Extra 4. L.A Lights 5. L.A Lights Menthol 6. Djarum Black 7. Djarum 76 Dalam memasarkan produknya, PT. Djarum tidak hanya memasarkan produknya di Indonesia saja, akan tetapi memasarkan produknya hingga ke luar negeri. Djarum menjadi market leader dalam hal penjualan produk rokok di Indonesia dengan produk andalannya Djarum Super. Bahkan, di Amerika Serikat, Djarum menjadi market leader dalam hal produk rokok dengan 70% penjualan. Selain itu, produk Djarum juga mendominasi di Malaysia, dengan produk yang paling banyak digemari adalah L.A. Lights Menthol, di mana produk tersebut banyak digemari anak muda ( PT. Djarum sangat bangga karena produk mereka dapat diterima dengan baik di pasar internasional, PT. Djarum meyakini bahwa yang menjadi keunggulan dari produk mereka adalah keunikan rasa dan keeksotisan produknya seperti tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Para konsumen sangat senang karena alasan tersebut, oleh karena itu PT. Djarum akan selalu menjaga kualitas dari produk mereka sehingga dapat memuaskan konsumen, itulah yang menjadi tujuan dari PT. Djarum. Produk yang dipasarkan PT. Djarum untuk pasar dalam negeri dan pasar internasional berbeda. Pada pasar dalam negeri, produk yang dipasarkan adalah Djarum Super, Djarum Coklat, Djarum 76, Djarum Istimewa, L.A. Lights, L.A. Lights Menthol, Djarum Black, Djarum Black Cappuccino, dan Djarum Black Tea. 5

7 Produk yang dipasarkan oleh PT. Djarum di pasar luar negeri juga berbeda. Produk yang dipasarkan di luar negeri adalah Djarum Super, Djarum Black, Djarum Special, Djarum Lights, Djarum Bali Hai, Djarum Splash, Djarum Cherry, Djarum Vanilla, Djarum Menthol, L.A. Lights, L.A. Lights Menthol, dan Djarum Spice Island Gambaran Umum Etika Pariwara Indonesia (EPI) Keterangan tentang Etika Pariwara Indonesia (EPI) terkandung di dalam kitab Etika Pariwara Indonesia itu sendiri. Etika Pariwara Indonesia adalah ketentuan-ketentuan normatif yang menyangkut profesi dan usaha periklanan yang telah disepakati untuk dihormati, ditaati, dan ditegakkan oleh semua asosiasi dan lembaga pengembannya (EPI 2007:18). Etika pariwara yang berisi sekumpulan nilai dan pola laku moralitas periklanan ini memiliki arti penting bagi mereka yang di pasar. Mereka sampai perlu berdesakan untuk membayar berbagai produk yang kebetulan pernah diiklankan di radio, televisi, koran, majalah, atau papan iklan. Padahal mereka paham bahwa pesan periklanan bukanlah perintah untuk melangkah ke kasir toko, namun seni dan strategi berniaga untuk dipilih (EPI 2007:1). Industri periklanan di Indonesia diatur dalam suatu kode etik periklanan yang dikukuhkan pada tanggal 17 September Kode etik periklanan Indonesia itu dinamakan Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia (TKTCPI). Kemudian TKTCPI disempurnakan sebanyak dua kali pada tanggal 19 Agustus 1996 dan 26 Agustus Sejak penyempurnaan yang kedua kalinya itu TKTCPI selanjutnya disepakati menjadi Etika Pariwara Indonesia (EPI). EPI merupakan ketentuan-ketentuan normatif yang menyangkut profesi dan usaha periklanan yang telah disepakati untuk 6

8 dihormati, ditaati, dan ditegakkan oleh semua asosiasi dan lembaga pengembannya (DPI 2007:16). EPI menjelaskan segala hal yang menyangkut dengan dunia periklanan. Dalam EPI, periklanan didefinisikan sebagai seluruh proses yang meliputi penyiapan, perencanaan, pelaksanaan, penyampaian dan umpan balik dari pesan komunikasi pemasaran. Sedangkan iklan merupakan pesan komunikasi pemasaran tentang sesuatu produk yang disampaikan melalui sesuatu media, dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal, serta ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat. EPI sangat penting untuk ditegakkan dan berlaku bagi segala bentuk iklan, pelaku, dan usaha periklanan yang dipublikasikan atau beroperasi di wilayah hukum Republik Indonesi. Dengan demikian, untuk dapat ditegakkan dan diberlakukan di Indonesia, EPI harus disosialisasikan kepada para pelaku periklanan. EPI sebagai kode etik periklanan di Indonesia, memiliki batasan sebagai pedoman etika yang berkaitan dengan segala materi pesan periklanan secara verbal maupun citra yang terdapat dalam suatu iklan. Sebagai pedoman etika, EPI tidak memberikan rujukan apapun berkenaan dengan materi komunikasi yang bukan merupakan muatan periklanan, antara lain seperti editorial, maupun materi komersial atau persuasif yang berada di luar ranah periklanan, misalnya kemasan produk, siaran pers, atau komunikasi pribadi yang dilakukan oleh produsen. Pedoman EPI (code of ethics) disusun dalam dua tatanan, yaitu: 1. Tata Krama (Code of Conducts) atau Etika Profesi Pada tatanan tata krama ini, kepedulian EPI semata-mata pada isi dan metode penyebarluasan pesan periklanan kepada masyarakat, yang bukan pada unsur-unsur efektivitas, estetika dan seleranya. Ketentuan-ketentuan dalam tata krama ini meliputi: 7

9 a. Tata Krama Isi Iklan Ketentuan isi iklan, antara lain mencakup penggunaan bahasa, adegan kekerasan, hiperbolalisasi, kesaksian konsumen (testimony), perbandingan produk, dan sebagainya. b. Tata Krama Ragam Iklan Ragam iklan, antara lain mencakup iklan minuman keras, iklan rokok dan produk tembakau, iklan obat-obatan, iklan pangan, iklan vitamin, mineral, dan suplemen, iklan kosmetika, iklan kebijakan publik (iklan layanan masyarakat), dan sebagainya. c. Tata Krama Pemeran Iklan Ketentuan pemeran iklan, antara lain mencakup pemeran anakanak, perempuan, tenaga profesional, dan sebagainya. d. Tata Krama Wahana Iklan Ketentuan wahana iklan, antara lain mencakup media cetak, media televisi, media radio, media luar-griya (out of home media), media baru (iklan media internet), layanan pesan ringkas (short message service/sms), dan sebagainya. 2. Tata Cara (Code of Practices) atau Etika Usaha Pada tatanan cara ini, EPI hanya mengatur praktek usaha para pelaku periklanan dalam memanfaatkan ruang dan waktu iklan yang adil bagi semua pihak yang saling berhubungan, dan bukan dalam kegiatan umum perniagaan antar mereka sendiri atau dengan publik. Ketentuan-ketentuan dari tata cara ini, meliputi: a. Penerapan Umum Ketentuan tata cara ini, antara lain mencakup entitas individu atau organisasi usaha periklanan, ikatan kerja antara pemesan iklan dengan pelaksana iklan, dan sebagainya. 8

10 b. Produksi Periklanan Ketentuan tata cara ini mencakup pengiklan, perusahaan periklanan, dan mitra usaha. c. Media Periklanan Ketentuan tata cara ini, antara lain mencakup perusahaan media, pemesan media, penempatan iklan, tarif iklan, dan sebagainya. EPI memiliki kewenangan mengikat ke luar maupun ke dalam. Ikatan ke dalam berarti mengikat orang per orang yang berkiprah dalam profesi apapun di bidang periklanan, serta semua entitas yang ada dalam industri periklanan. Sedangkan ke luar, berarti mengikat seluruh pelaku periklanan, baik sebagai profesional maupun entitas usaha terhadap interaksinya dengan masyarakat dan pamong. Masyarakat yang dimaksud adalah konsumen dari produk yang beriklan, khalayak sasaran atau umum penerima pesan periklanan dan masyarakat dalam arti yang seluas-luasnya. Sedangkan pamong yang dimaksud adalah lembaga resmi di tingkat pusat maupun daerah. Pada dasarnya EPI memiliki tiga asas umum, yaitu iklan dan pelaku periklanan harus: 1. Jujur, benar, dan bertanggung jawab. 2. Bersaing secara sehat. 3. Melindungi dan menghargai khalayak, tidak merendahkan agama, budaya, negara, dan golongan, serta tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku. 9

11 1.1.3 PPPI PPPI yang merupakan singkatan dari Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia atau The Indonesian Association of Advertising Agencies, adalah asosiasi perusahaan-perusahaan periklanan yang bergerak di bidang komunikasi pemasaran. Asosiasi PPPI berkedudukan dan berpusat di ibukota negara, yang beralamat di Jl. Walter Mongunsidi no. 88A, Lt.2, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Asosiasi PPPI ini didirikan dan diresmikan di Jakarta pada tanggal 20 Desember 1972 yang sebelumnya bernama PBRI (Persatuan Biro Reklame Indonesia). PBRI didirikan pasca kemerdekaan pada tanggal 1 September Saat itu, istilahnya masih perserikatan (Perserikatan Biro Reklame Indonesia), namun pada November 1957 istilahnya berubah menjadi persatuan. PPPI merupakan penerus dari PBRI, istilah biro reklame diganti menjadi perusahaan periklanan, karena seiring dengan perkembangan Bahasa Indonesia dan bangkitnya generasi muda periklanan. Gambar 1.2 Logo PPPI Sumber: Seiring perjalanan dan perkembangan dunia periklanan yang maju, PPPI semakin mengukuhkan dirinya sebagai asosiasi periklanan yang disahkannya kode etik periklanan Indonesia; dan Undang-Undang no. 21 tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pers. Isi pokok dari Undangundang yang disahkan pada tanggal 20 September itu, menyatakan bahwa 10

12 organisasi periklanan menjadi komponen dari keluarga pers nasional. Dengan kata lain PPPI resmi menjadi anggota Dewan Pers Nasional. Perkembangan selanjutnya, seiring dengan disahkannya kode etik periklanan dan UU No. 21/1989 tersebut, PPPI mengharuskan untuk menasionalisasikan asosiasinya di Indonesia. Keputusan tersebut berdasarkan kongres PPPI pada tanggal Desember di Bandung dan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pemerintah dan masyarakat saat itu. Sejak kongres PPPI tersebut, sesungguhnya PPPI mulai menjadi asosiasi berskala nasional, yang membina dan menyalurkan aspirasi segenap perusahaan periklanan, yang terbesar di berbagai daerah di Indonesia. Visi dari PPPI adalah menjadi asosiasi terdepan penggerak bidang ekonomi kreatif untuk mewujudkan Indonesia sebagai bangsa yang unggul. Sedangkan misi PPPI adalah: 1. Menumbuhkembangkan agensi lokal yang kuat dan mandiri. 2. Mewujudkan UU Periklanan dan Aturan Tata Niaga Periklanan Indonesia. 3. Memberdayakan kemampuan dan daya saing agensi daerah. 4. Menumbuhkan Creativepreneur dan SDM kreatif Indonesia. 5. Menegakkan Aturan Tata Niaga Periklanan yang sehat. 6. Menjadikan PPPI sebagai brand yang kuat dan terpercaya. 7. Menciptakan komunikasi yang harmonis antara Pengurus Pusat dan Daerah. PPPI juga memiliki fungsi dan tugas pokok. Tugas pokok dan fungsi dari PPPI adalah: 1. Mempelopori ditegakkannya swakrama antara seluruh unsur periklanan nasional, atas dasar saling memajukan dan saling menghormati, demi terciptanya periklanan yang sehat, jujur, dan bertanggung jawab. 11

13 2. Mendinamisasikan segala upaya untuk memajukan Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia, mapun segala etika yang terkait, baik ke dalam, maupun terhadap semua mitra kerjanya. 3. Memantapkan eksistensinya dengan menjadi asosiasi yang memberi manfaat sebesar-besarnya bagi seluruh anggotanya, serta yang mengayomi, berwibawa dan dibanggakan. 4. Meningkatkan citra asosiasi dan para anggotanya, dengan senantiasa mensosialisasikan peran, fungsi dan tanggung jawab periklanan dalam perkembangan bangsa dan negara. 5. Membela kepentingan industri periklanan nasional dalam percaturan internasional. PPI berlandaskan tiga falsafah sebagai berikut: 1. Menghimpun, membina dan mengarahkan segenap potensi perusahaan periklanan, agar secara aktif, positif dan kreatif, turut serta dalam upaya mewujudkan cita-cita dengan persaingan yang sehat dan bertanggung jawab. 2. Mewujudkan kehidupan periklanan nasional yang sehat, jujur dan bertanggung jawab dengan cara menegakkan Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia secara murni dan konsisten, baik dalam lingkup internal maupun eksternal. 3. Meningkatkan keberdayaan segenap potensi periklanan yang sejajar dengan tuntutan industri komunikasi pemasaran dunia. 1.2 Latar Belakang Masalah Produk rokok di Indonesia sangatlah beragam. Berbagai produsen rokok mengeluarkan jenis rokok dengan nama dan merek yang berbeda. Kegiatan promosi yang dilakukan melalui beriklan juga kreatif. Menurut Etika Pariwara Indonesia, iklan rokok tidak diperbolehkan memperagakan atau 12

14 menggambarkan dalam bentuk gambar, tulisan, atau gabungan keduanya, bungkus rokok, rokok, atau orang sedang merokok, atau mengarah pada orang yang sedang merokok. Kemudian di dalam beriklan, Badan Pengawas Periklanan PPPI telah menerbitkan Etika Pariwara Indonesia (EPI) yang merupakan panduan dan pedoman bagi para biro iklan untuk menyajikan iklan yang berada di dalam batasan-batasan etika. Dalam salah satu kasus iklan rokok Djarum 76 versi Jin yang mengabulkan permintaan, ada kejadian beberapa pelanggaran etika. Iklan tersebut menampilkan adegan munculnya jin di tengah-tengah sekelompok orang dan salah mengabulkan permintaan sehingga membuat jin tersebut dipukuli dengan benda tumpul oleh orang-orang di sekitarnya. Kemudian, jin tersebut berbicara dengan bahasa daerah (bahasa Jawa) yang tidak semua masyarakat di Indonesia mengerti. Menurut Etika Pariwara Indonesia, iklan Djarum 76 versi Jin ini melanggar etika pariwara karena dalam Etika Pariwara Indonesia, iklan tidak boleh mempermainkan rasa takut maupun memanfaatkan kepercayaan seseorang terhadap hal takhayul, iklan tidak boleh langsung maupun tidak langsung menampilkan adegan kekerasan yang merangsang atau memberi kesan membenarkan terjadinya tindakan kekerasan, dan iklan harus disajikan dalam bahasa yang bisa dipahami oleh khalayak sasarannya, dan tidak menggunakan persandian (enkripsi) yang dapat menimbulkan penafsiran selain dari yang dimaksudkan oleh perancang pesan iklan tersebut. Adegan munculnya jin dalam iklan Djarum 76 versi Jin ini tentunya memanfaatkan kepercayaan masyarakat akan takhayul. Seolah-olah iklan ini memanfaatkan budaya masyarakat Indonesia yang percaya dengan jin dan makhluk halus. 13

15 Kemudian adegan kekerasan yang muncul dalam iklan Djarum 76 versi Jin juga melanggar Etika Pariwara Indonesia. Dalam adegan kekerasan ini seolah-olah menggambarkan bahwa suatu masalah itu diperbolehkan diselesaikan dengan menggunakan kekerasan. Sekelompok preman memukuli jin dalam adegan kekerasan di iklan Djarum 76 versi Jin ini. Iklan Djarum 76 versi Jin ini diakhiri dengan bahasa Jawa yang tidak semua orang mengerti dan membuat jin tersebut dipukuli oleh sekelompok orang. Ini bisa menimbulkan salah persepsi jika masyarakat yang menyaksikan iklan ini tidak mengerti bahasa Jawa. Salah persepsi ini bisa juga terjadi dikarenakan setelah jin tersebut berbicara bahasa Jawa kemudian dilanjutkan dengan adegan kekerasan yang mengakibatkan jin tersebut dikeroyok oleh sekelompok preman. Gambar 1.3 Iklan Djarum 76 Sumber: Sejak dibuat pada tahun 2006 lalu, Etika Pariwara Indonesia memang telah disosialisasikan kepada biro-biro iklan anggota PPPI dengan cara presentasi, namun hal ini dirasa kurang. Terbukti dengan masih adanya pelanggaran yang terjadi dalam iklan rokok Djarum 76 versi Jin ini. 14

16 Di Indonesia memang tidak ada perundang-undangan khusus yang membahas periklanan terutama dibidang iklan produk rokok. Namun, Dewan Pers Indonesia telah menetapkan sebuah pedoman yang disebut EPI atau Etika Pariwara Indonesia. Di dalam Etika Pariwara Indonesia ini terdapat batasan, larangan dan etika-etika yang telah disetujui oleh Dewan Pers Indonesia sebelumnya dan dilaksanakan serta diawasi oleh PPPI. Selain Etika Pariwara Indonesia, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) telah menetapkan pada pasal 29 ayat 1 dalam Pedoman Perilaku Siaran bahwa Lembaga penyiaran wajib berpedoman pada Etika Pariwara Indonesia. Ada indikasi bahwa biro-biro iklan anggota PPPI tersebut merasa acuh tak acuh karena mereka beranggapan bahwa Etika Pariwara Indonesia adalah pagar pembatas kreatifitas mereka. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melihat sejauh mana etika beriklan khususnya dalam iklan produk rokok Djarum 76 versi Jin. 1.3 Perumusan Masalah Bedasarkan fenomena yang telah dituangkan dalam sub-bab 1.2 dan didukung dengan teori-teori serta dilengkapi dengan data dan fakta yang ada, maka dibuatlah rumusan masalah dalam penelitian ini. Adapun perumusan masalah di dalam penelitian ini, antara lain: 1. Apa yang membuat iklan Djarum 76 versi Jin ini melanggar Etika Pariwara Indonesia yang diterbitkan oleh PPPI? 2. Bagaimana tindakan PPPI terhadap iklan Djarum 76 versi Jin ini yang menurut Etika Pariwara Indonesia telah melanggar etika dalam beriklan? 3. Bagaimana kendala dari penerapan Etika Pariwara Indonesia khususnya dalam bidang iklan produk rokok di Indonesia? 15

17 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian harus mampu menjawab rumusan masalah di atas. Adapun tujuan dari penelitian ini, antara lain: 1. Memperdalam informasi untuk mengetahui bentuk pelanggaran etika terhadap konsep-konsep variabel penelitian, yaitu adegan yang menyangkutkan dengan takhayul, adegan kekerasan, dan juga kesalahan persepsi dalam penggunaan bahasa daerah Jawa dalam iklan rokok Djarum Mencari dan memperdalam informasi bagaimana tindakan PPPI terhadap iklan Djarum 76 versi Jin yang disinyalir melakukan pelanggaran terhadap Etika Pariwara Indonesia. Informasi ini akan didapat setelah mengetahui apakah ada indikasi bahwa iklan Djarum 76 ini melanggar atau tidak. 3. Mencari informasi tentang kendala penerapan Etika Pariwara Indonesia khususnya dalam bidang iklan produk rokok di Indonesia. 1.5 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya. Kegunaan dari penelitian ini diantaranya : 1. Kegunaan Akademis Menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai tata cara berikalan yang sesuai dengan etika periklanan yang berlaku melalui penerapan ilmu dan teori yang diperoleh selama masa perkuliahan dan memahami etika dalam iklan khususnya produk rokok secara langsung. 2. Kegunaan Praktis 16

18 Memberikan informasi kepada PPPI mengenai pelanggaranpelanggaran yang dilakukan oleh produk rokok terkait dengan konsep variabel yang ditawarkan dan memberikan saran agar Etika Pariwara Indonesia dapat diterapkan dengan baik. 3. Kegunaan Umum Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi penelitian lanjutan atau penelitian yang sejenis. 1.6 Sistematika Penelitian Sistematika penulisan ini disusun untuk memberikan gambaran umum tentang penelitian yang dilakukan. 1. BAB I PENDAHULUAN Pada bab 1 berisi mengenai profil perusahaan, latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan. 2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN Pada bab II berisi penelitian terdahulu, landasan teori, kerangka pemikiran dan ruang lingkup penelitian. 3. BAB III METODE PENELITIAN Pada bab III berisi mengenai jenis penelitian, variabel operasional, tahapan penelitian, jenis data, teknik analisa kualitatif, dan teknik pengumpulan data. 4. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN, Pada bab IV berisi identitas narasumber, keterangan wawancara, dan data analisis dari hasil wawancara dengan narasumber. 5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 17

19 Powered by TCPDF ( Tugas Akhir Pada bab V berisi mengenai kesimpulan dari hasil analisis penelitian yang telah dilakukan, saran yang diberikan bersifat akademis dan saran bersifat praktis. 18

20 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari berbagai pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya oleh penulis, maka diperoleh beberapa kesimpulan mengenai analisis deskriptif Etika Pariwara Indonesia dalam bidang iklan rokok yang diharapkan bisa menjawab tujuan dilakukannya penelitian ini, yaitu: 1. Memperdalam informasi untuk mengetahui bentuk pelanggaran terhadap konsep-konsep variabel penelitian, yaitu adegan yang menyangkutkan dengan takhayul, adegan kekerasan, dan juga kesalahan persepsi dalam penggunaan bahasa daerah Jawa dalam iklan rokok Djarum Bagaimana tindakan PPPI terhadap iklan Djarum 76 versi Jin ini yang menurut Etika Pariwara Indonesia telah melanggar etika dalam beriklan? 3. Bagaimana kendala dari penerapan Etika Pariwara Indonesia khususnya dalam bidang iklan produk rokok di Indonesia. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan beberapa narasumber dengan sudut pandang yang berbeda, penulis mengambil kesimpulan bahwa Etika Pariwara Indonesia adalah sebuah ketentuan umum yang menjadi acuan dalam membuat iklan. Namun, konsumen memegang peranan penting dalam menentukan apakah suatu iklan melanggar etika atau tidak. 62

21 1. Apakah iklan Djarum 76 versi Jin ini melanggar Etika Pariwara Indonesia yang diterbitkan oleh PPPI? Dalam iklan rokok Djarum 76 versi Jin terdapat pelanggaran etika menurut Etika Pariwara Indonesia yaitu adegan kekerasan. Sedangkan adegan takhayul dan penggunaan bahasa daerah Jawa dalam iklan Djarum 76 versi Jin ini tidak termasuk pelanggaran etika. Penggunaan bahasa daerah Jawa dan adegan kemunculan jin yang menyangkutkan dengan takhayul, menurut PPPI masih dianggap dalam batasan yang cukup bisa diterima di kalangan masyarakat. Konsumen tidak menganggap adegan kemunculan jin dalam iklan Djarum 76 versi Jin sebagai sesuatu yang menakutkan atau bersifat menakut-nakuti. Pengertian pemanfaatan rasa takut dan takhayul sendiri, menurut PPPI adalah jika suatu iklan bisa mempengaruhi kondisi konsumen hingga menyebabkan ketakutan, kaget atau bahkan trauma. Jika tidak menimbulkan efek seperti itu, maka iklan tersebut tidak melanggar pedoman etika dalam Etika Pariwara Indonesia. Adegan penggunaan bahasa daerah Jawa juga tidak dianggap sebagai hal yang melanggar etika. Adegan penggunaan bahasa daerah Jawa dalam iklan Djarum 76 versi Jin ini tidak dianggap sebagai sesuatu yang menyesatkan konsumen. Batasan etika penggunaan bahasa daerah yang kurang dimengerti dalam Etika Pariwara Indonesia adalah jika bahasa tersebut bisa mengakibatkan konsumen menjadi salah persepsi akan suatu adegan iklan. Jika tidak mengakibatkan konsumen menjadi salah persepsi, maka iklan tersebut tidak melanggar batasan etika dalam pedoman Etika Pariwara Indonesia. Adegan kekerasan dalam iklan Djarum 76 versi Jin ini adalah faktor yang membuat iklan ini dicabut dari media. Adegan kekerasan dalam iklan ini dianggap telah melanggar etika yang tertulis dalam Etika Pariwara Indonesia. 63

22 Adegan kekerasan dalam iklan ini dianggap melanggar etika karena telah memberikan contoh yang dikhawatirkan akan memberikan pengaruh buruk bagi masyarakat yang menonton karena dalam adegan ini memperlihatkan sekelompok preman yang berwajah besar dan garang mengeroyok seseorang. Seseorang yang dikeroyok oleh para preman adalah jin dalam iklan ini. Adegan ini menjadi pelanggaran etika karena bentuk jin yang menjadi korban kekerasan berbentuk manusia seutuhnya. Menurut PPPI, jika wujud jin tersebut dimunculkan dengan bentuk kartun atau disamarkan bentuk manusianya, maka adegan ini tidak menjadi pelanggaran etika. Tetapi karena wujud jin berbentuk manusia, adegan ini menjadi melanggar etika karena dikhawatirkan akan memberi pengaruh buruk bagi masyarakat yang menonton adegan kekerasan dalam iklan Djarum 76 versi Jin ini. 2. Bagaimana tindakan PPPI terhadap iklan Djarum 76 versi Jin ini yang menurut Etika Pariwara Indonesia telah melanggar etika dalam beriklan? PPPI sendiri telah melakukan tindakan dengan mengirimkan surat teguran kepada biro iklan yang membuat iklan Djarum 76 versi Jin. Namun, surat teguran tersebut tidak digubris dan perusahaan biro iklan pembuat iklan Djarum 76 versi Jin hanya diam saja. PPPI akhirnya melaporkan kepada Dewan Periklanan Indonesia (DPI) agar iklan Djarum 76 versi Jin ini ditarik dari televisi. Setelah berdasarka diskusi antara PPPI dan Dewan Periklanan Indonesia, maka iklan Djarum 76 versi Jin ini ditarik dari media televisi. PPPI bertugas untuk mengawasi periklanan dan memberikan penyuluhan dalam etika beriklan seperti menyusun pedoman batasan-batasan etika dalam beriklan. Dalam peranannya sendiri, PPPI tidak punya wewenang untuk mencabut iklan yang melanggar etika dari media. PPPI hanya berhak 64

23 memutuskan apakah iklan tersebut melanggar etika atau tidak. Sanksi yang bisa diberikan oleh PPPI sendiri hanya berupa surat teguran kepada perusahaan pengiklan dan juga biro iklan yang membuat iklan. Setelah memberikan teguran, PPPI akan memberikan laporan kepada Dewan Periklanan Indonesia yang berwenang memutuskan untuk mencabut iklan dari media. Hal ini terjadi dalam iklan Djarum 76 versi Jin. PPPI sudah mengirimkan surat teguran yang memberitahukan bahwa iklan Djarum 76 versi Jin ini melanggar etika, namun tidak dipedulikan oleh pihak biro iklan. Akhirnya, PPPI melaporkan kepada Dewan Periklanan Indonesia yang kemudian memutuskan bahwa iklan Djarum 76 versi Jin harus ditarik dari media televisi. 3. Bagaimana kendala dari penerapan Etika Pariwara Indonesia khususnya dalam bidang iklan produk rokok di Indonesia? Iklan rokok merupakan iklan yang agak ketat pengawasannya karena rokok adalah produk yang sangat diawasi oleh pemerintah. Dalam kemasan ataupun iklan produk rokok kita bisa melihat peringatan pemerintah tentang bahaya yang diakibatkan oleh produk rokok itu sendiri. Pelanggaran etika dalam iklan rokok tidak hanya terjadi dalam iklan rokok Djarum 76 versi Jin ini saja, namun juga ada beberapa pelanggaran etika yang terjadi dalam beberapa iklan rokok lainnya. Menurut kumpulan teori yang digunakan, iklan harus dikemas semenarik mungkin, memihak dan menonjolkan kelebihan produk, namun harus tetap mematuhi etika yang berlaku. Etika Pariwara Indonesia adalah panduan yang diterbitkan untuk menjadi pagar pembatas agar para biro iklan membuat iklan yang efektif dan tidak melanggar etika yang berlaku di masyarakat. Sebuah iklan yang sudah mematuhi Etika Pariwara Indonesia 65

24 juga bisa menjadi melanggar etika jika menimbulkan pandangan negatif dari konsumen. Para biro iklan sendiri menganggap bahwa Etika Pariwara Indonesia adalah pagar pembatas yang menghambat kreatifitas para biro iklan dalam membuat sebuah iklan. Hal seperti ini menjadi kendala PPPI dalam menerapkan Etika Pariwara Indonesia karena para biro iklan beranggapan bahwa kreatifitas tidak boleh dibatasi. Badan Pengawas Periklanan PPPI juga mengalami kendala karena harus mengawasi seluruh iklan yang tayang di media, baik media cetak maupun media elektronik. Keterbatasan tenaga tidak sebanding dengan banyaknya iklan yang beredar membuat Badan Pengawas PPPI masih sering lengah dalam mengawasi iklan yang beredar. Berdasarkan triangulasi teknik, penulis menarik kesimpulan dari berbagai narasumber tersebut. Iklan Djarum 76 ini tidak seharusnya dicabut hak tayangnya karena melihat jam tayang iklan rokok yang ditayangkan di atas jam 10 malam. Jam tayang iklan tersebut juga merupakan jam tidur anakanak kecil. Daya nalar orang dewasa seharusnya sudah mengerti bahwa iklan tersebut hanyalah lelucon, bukan mempengaruhi rasa takut dan takhayul masyarakat, tidak juga mengajarkan masyarakat untuk melakukan kekerasan. Penulis akhirnya menarik kesimpulan bahwa iklan Djarum 76 versi Jin ini telah dicabut hak tayangnya karena melanggar etika dalam pasal kekerasan. Badan Pengawas Periklanan telah melakukan teguran kepada iklan Djarum 76 versi Jin ini namun biro iklan tersebut hanya menghiraukan teguran yang diberikan oleh Badan Pengawas Periklanan PPPI, akhirnya PPPI mengusulkan kepada Dewan Periklanan Indonesia (DPI) untuk mencabut hak tayang iklan Djarum 76 versi Jin ini. 66

25 5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian mengenai Analisis Deskriptif Kualitatif Bentuk-bentuk Pelanggaran Dalam Iklan Rokok Djarum 76 Versi Jin yang Tayang di Televisi Menurut Etika Pariwara Indonesia yang telah dipaparkan sebelumnya, maka penulis dapat memberikan masukan berupa saran-saran. Adapun masukan tersebut adalah sebagai berikut: Akademisi 1. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk menambah indikator penelitian yang diteliti mengenai Etika Pariwara Indonesia pada iklan produk rokok. Sehingga nantinya analisis bisa dilakukan secara lebih mendalam lagi, untuk dapat memberikan gambaran iklan yang sesuai dengan Etika Pariwara Indonesia. Selain itu, untuk lebih memperluas bidang kajian, penelitian selanjutnya disarankan melihat bagaimana kreatifitas para biro iklan dalam membuat sebuah iklan, khususnya iklan rokok. 2. Diperlukan sebuah pendidikan khusus tentang penerapan Etika Pariwara Indonesia agar para pekerja iklan di Indonesia dapat bertanggung jawab terhadap iklan yang dibuatnya Praktisi Saran praktis dari penelitian ini adalah agar pemerintah membuat sebuah peraturan yang secara tegas memberikan sanksi kepada pihak-pihak, baik itu klien iklan ataupun biro iklan, yang melanggar Etika Pariwara Indonesia. Pemerintah juga sebaiknya mengawasi jam-jam tayang iklan rokok di televisi karena rokok adalah produk yang harus diawasi secara ketat. Hal ini perlu dilakukan agar iklan rokok bisa disuguhkan kepada khalayak yang tepat dan tidak 67

26 Powered by TCPDF ( Tugas Akhir menciptakan citra buruk di kalangan konsumen. Selain itu, diharapkan juga iklan rokok yang nantinya tayang bisa lebih mematuhi etika yang ada, agar tidak memberikan pengaruh yang bisa merugikan konsumen. 68

27 DAFTAR PUSTAKA Ardianto, Elvinaro. (2007). Komunikasi Massa: Suatu Pengantar (Edisi Revisi). Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Arif, Bondan. (2009). Analisis Isi Iklan Televisi Dalam Aspek Peraturan dan Perundang-undangan Anti Pornografi dan Pornoaksi (Studi Kasus Terhadap Iklan L-Men Gain Mass Obert) dan M-150 susu Baru Lihat Susu Kaya Gini. Skripsi Sarjana Pada Universitas Moestopo Beragama. Jakarta: Tidak Diterbitkan. Arifin, Anwar. (1984). Strategi Komunikasi: Suatu Pengantar Ringkas. Bandung: Armico. Bertens, K. (2000). Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta: Kanisius, Seri Filsafat Atmajaya: 21. Bungin, H. Burhan. (2003). Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model dan Aplikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Bungin, H. Burhan. (2007). Penelitian Kualitatif-Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Politik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta. Kencana. Chen, Guan-Ru. (2008). The Risk Reduction Role Of Advertising In Relation To Price Rigidity. 69

28 Cooper, Donald R., & Schindler, P.S. (2006) Business Research Methods. (9th ed.). Singapore: McGraw Hill Book Co. Creswell, W. John. (1998). Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five Traditions. London: SAGE Publications. Daymon, Christine & Holloway, Immy. (2002). Metode-metode Riset Kualitatif dalam Public Relations & Marketing Communications. Yogyakarta: Penerbit Bentang. Devito, Joseph A. (1997). Komunikasi Antar Manusia Kuliah Dasar Edisi Kelima. Jakarta: Professional Books. Dewan Periklanan Indonesia. (2007). Etika Pariwara Indonesia. Jakarta: Dewan Periklanan Indonesia. Doost, Roger K. (1997). Viewpoint: Code Of Ethics or No Code Of Ethics A University Experience. Etika Pariwara Indonesia (Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia) Flowers, W. Paul. (2006). Underdog Advertising. Texas: Brown Books. Griffin, Rick W & Pearson, Ronald J. Ebert. (2005). Business 8 th Edition. Pearson International Edition. New Jersey: Prentice Hall. Hadi, Sadhono. (2001). Good Corporate Governance Sehari-hari. Bandung: PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. Indriarto M.Sc., Akuntan, Nur Dr. & Supomo M.Si.Akuntan, Bambang Drs. (1999). Metodologi penelitian bisnis untuk akuntansi & manajemen edisi pertama. Yogyakarta: BPFE. 70

29 Jefkins, Frank. (1997). Periklanan (Advertising) Edisi 3. Jakarta: Penerbit Erlangga. Johansen, Richard L. (1996). Etika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Jones, Philip. (1999). The Advertising Business Operations, Creativity, Media Planning, Integrated Communications. London: Sage Publications Inc. Kasali, Rhenald. (2005). Manajemen Periklanan Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Graffiti. Keraf, Sonny A. Dr. (1998). Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya. Yogyakarta: Kanisius. Kiryantono, Rachmat. (2006). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana. Komisi Penyiaran Indonesia, Lembaga Negara Independen. Pedoman Perilaku Penyiaran. Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane. (2006). Manajemen Pemasaran. Jakarta: Indeks. Kotler, Philip. (2009). Manajemen Pemasaran. Jakarta: Indeks. Krismantono, Dadi (2004). Komitmen Menegakan Good Corporate Governance. Jakarta: The Indonesian Institute for Corporate Governance. Kriyantono, Rachmat. (2006). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Group 71

30 Lane, Ronald W; King, Whitehill Karen & Russell, Thomas J. (2009). Prosedur Periklanan. Jakarta: Indeks. Lidyastuti. (2009). Pelanggaran Etika Pariwara dalam Iklan Rokok: Studi Kasus Deskriptif Mengenai Pelanggaran Etika Pariwara Iklan Produk Rokok di Televisi. Skripsi Sarjana Pada Universitas Padjadjaran. Bandung: Tidak Diterbitkan. Liliweri, Alo. (1992). Dasar-dasar Komunikasi Periklanan. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Madjadikara, S. (2004). Bagaimana Biro Iklan Memproduksi Iklan: Bimbingan Praktis Penulisan Naskah Iklan (Copywriting). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Priyatna, H. Soeganda Prof. Dr. & Ardianto, Msi, Elvinaro Drs. (2009). 7 Pilar Strategi Komunikasi (Kombis). Bandung: Widya Padjajaran. Rakhmat, Andito. (2011). Sosialisasi Etika Pariwara Indonesia: Studi Deskriptif Mengenai Sosialisasi Etika Pariwara Indonesia Terkait Dengan Pelanggaran Kode Etik Periklanan. Skripsi Sarjana Pada Universitas Padjadjaran. Bandung: Tidak Diterbitkan. Rakhmat M.Sc., Jalaludin Drs. (2007). Psikologi Komunikasi Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Regerson, Simon., Weckert, John & Simpson, Chris. (2000). An Ethical Review Of Information System Development (The Australian Computer Society s Code Of Ethic and SSADM. Saladin, Djaslim. (2007). Perilaku Konsumen dan Pemasaran Strategik. Bandung: CV Linda Karya. 72

31 Sekaran, Uma. (2006). Research methods for business (metodologi penelitian untuk bisnis). Jogjakarta: Salemba Empat. Severin, J. Werner dan Tankard, W. James. (2005). Teori Komunikasi: Sejarah, Metode dan Terapan di Dalam Media Massa. Jakarta: Kencana. Shimp, A Terence. (2007). Integrated Marketing Communications in Advertising and Promotion Seventh Edition. Ohio: Thomson South- Western. Solomon, Robert C. & Karo-karo, Andre R. Drs. (1984). Etika Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga. Subakti, Baty. (1993). Sejarah Periklanan Indonesia. Jakarta: Pengurus Pusat PPPI. Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan RnD. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Suryabrata, Sumadi (BA., Drs., MA., Ed.S., Ph.D). (2000). Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Takeuchi, Toshie. Nishio, Chizuru. (2000). The Qualitive Contents Of Televison Advertising and Its Penetration: The Case In Japan. Wahyuni, Endang Sri. (2009). Perbandingan Iklan Coca Cola versi Caminilah Di Malaysia dan Versi BRRR Di Indonesia (Studi Kasus Mengenai Perbedaan Budaya Negara Masing-Masing). Skripsi Sarjana Pada Universitas Moestopo Beragama. Jakarta: Tidak Diterbitkan. 73

32 Powered by TCPDF ( Tugas Akhir Wells, Burnett, Moriarty. (2000). Advertising Practice and Principles. New Jersey: Prentice Hall. Wells, Moriarty, Burnett, Lwin. (2007). Advertising Principles and Effective IMC Practice. Singapore:Prentice Hall. Wells, William. (2007). Advertising Principles And Practice 5 th Singapore: Prenctice Hall. Edition. Zeithaml, Valarie A. Dan Bitner, Mary Jo. (2006). Services Marketing. Singapore: McGraw Hill Book Co. Halaman Web : Djarum Super.(12 September 2011).Profil Perusahaan Djarum.Diakses dari: Indonesiakreatif.(17 Oktober 2011).Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI).Diakses dari: Wisegeek.(21 Oktober 2011).What isba Code of Ethics?.Diakses dari: 74

DAFTAR PUSTAKA. Bungin, H. Burhan. (2007). Penelitian Kualitatif-Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Politik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta. Kencana.

DAFTAR PUSTAKA. Bungin, H. Burhan. (2007). Penelitian Kualitatif-Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Politik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta. Kencana. DAFTAR PUSTAKA Bertens, K. (2000). Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta: Kanisius, Seri Filsafat Atmajaya: 21. Bungin, H. Burhan. (2007). Penelitian Kualitatif-Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Politik, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Profil Perusahaan PT. Djarum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Profil Perusahaan PT. Djarum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Profil Perusahaan 1.1.1 PT. Djarum Rokok kretek adalah sebuah produk yang racikannya ditemukan oleh H. Djamhari (Kebangsaan Indonesia) pada tahun 1880 di kota Kudus (Kudus kota kretek).

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi ini pada Fakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana Jakarta.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi ini pada Fakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana Jakarta. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penulis melakukan penelitian dan pengumpulan data untuk penulisan skripsi ini pada Fakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana Jakarta. 3.2 Gambaran Umum

Lebih terperinci

ETIKA PERIKLANAN. Pokok Bahasan : Dasar-dasar penyusunan dan isi kitab etika pariwara Indonesia serta peranannya. Yogi Prima Muda, S.Pd, M.

ETIKA PERIKLANAN. Pokok Bahasan : Dasar-dasar penyusunan dan isi kitab etika pariwara Indonesia serta peranannya. Yogi Prima Muda, S.Pd, M. ETIKA PERIKLANAN Modul ke: Pokok Bahasan : Dasar-dasar penyusunan dan isi kitab etika pariwara Indonesia serta peranannya Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom Program Studi Periklanan

Lebih terperinci

Mata Kuliah - Etika Periklanan-

Mata Kuliah - Etika Periklanan- Mata Kuliah - Etika Periklanan- Modul ke: Asas-Asas, Tata Cara dan Penerapan Umum Etika Periklanan Fakultas FIKOM Ardhariksa Z, M.Med.Kom Program Studi Marketing Communication and Advertising www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan Berdasarkan data penelitian yang telah dilakukan peneliti tentang sikap masyarakat Surabay mengenai iklan televisi Djarum 76 versi Teman Hidup Setia dengan mengukur

Lebih terperinci

Mata Kuliah - Etika Periklanan-

Mata Kuliah - Etika Periklanan- Mata Kuliah - Etika Periklanan- Modul ke: Ketentuan Tata Cara Periklanan dan Penegakkan Etika Iklan Fakultas FIKOM Ardhariksa Z, M.Med.Kom Program Studi Marketing Communication and Advertising www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

Mata Kuliah - Etika Periklanan-

Mata Kuliah - Etika Periklanan- Mata Kuliah - Etika Periklanan- Modul ke: Kajian Tentang Kasus-Kasus Iklan yang Berpotensi Melanggar EPI Fakultas FIKOM Ardhariksa Z, M.Med.Kom Program Studi Marketing Communication and Advertising www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

ETIKA PERIKLANAN. Pokok Bahasan : Peraturan Pemerintah Terkait Periklanan. Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom. Modul ke: Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi

ETIKA PERIKLANAN. Pokok Bahasan : Peraturan Pemerintah Terkait Periklanan. Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom. Modul ke: Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi ETIKA PERIKLANAN Modul ke: Pokok Bahasan : Peraturan Pemerintah Terkait Periklanan Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom Program Studi Periklanan (Marcomm) www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

MODUL MANAJEMEN PERIKLANAN (3 SKS) Oleh : Drs. Hardiyanto, M.Si

MODUL MANAJEMEN PERIKLANAN (3 SKS) Oleh : Drs. Hardiyanto, M.Si PERTEMUAN 13 FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA, JAKARTA MODUL MANAJEMEN PERIKLANAN (3 SKS) Oleh : Drs. Hardiyanto, M.Si POKOK BAHASAN Aspek regulasi dalam praktek periklanan di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan pada bab sebelumnya mengenai Event Topping Off Kampus Alam Sutera, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Metode publikasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Semakin majunya zaman maka semakin banyak pula produk-produk yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Semakin majunya zaman maka semakin banyak pula produk-produk yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin majunya zaman maka semakin banyak pula produk-produk yang berkembang, hal itu dikarenakan kebutuhan manusia yang tiada habisnya. Keinginan untuk memiliki dan

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Ditengah persaingan antar merek dan produk yang terjadi pada saat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Ditengah persaingan antar merek dan produk yang terjadi pada saat 1 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 Kesimpulan Ditengah persaingan antar merek dan produk yang terjadi pada saat sekarang ini, strategi promosi merupakan salah satu jalan untuk memenangkan persaingan tersebut.

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. memproduksi barang yang sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang dibutuhkan konsumen,

BAB I P E N D A H U L U A N. memproduksi barang yang sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang dibutuhkan konsumen, BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Aspek pemasaran adalah bagian yang sangat penting dalam kelangsungan suatu perusahaan, baik yang memproduksi barang maupun jasa. Setelah suatu perusahaan memproduksi

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil penelitian dan analisis data, dapat disimpulkan bahwa:

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil penelitian dan analisis data, dapat disimpulkan bahwa: BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan analisis data, dapat disimpulkan bahwa: 1. Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta menggunakan strategi komunikasi dengan membentuk kepanitiaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo Telkomsel. Sumber:

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo Telkomsel. Sumber: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Profil Perusahaan 1.1.1 Telkomsel Gambar 1.1 Logo Telkomsel Sumber: www.google.com Telkomsel merupakan operator telekomunikasi selular terdepan di Indonesia yang menyediakan beragam

Lebih terperinci

tahun 2007 menjadi 6,9% pada tahun Adapun sekitar 6,3 juta wanita Indonesia

tahun 2007 menjadi 6,9% pada tahun Adapun sekitar 6,3 juta wanita Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang sangat lazim dilakukan orang dan sudah meluas di masyarakat. Meskipun hampir semua orang telah paham mengenai resiko

Lebih terperinci

Regulasi tentang Iklan & Pelanggaran Iklan. Coaching Clinic Pendaftaran Iklan Obat Tradisional dan Suplemen Jakarta, 23 November 2016

Regulasi tentang Iklan & Pelanggaran Iklan. Coaching Clinic Pendaftaran Iklan Obat Tradisional dan Suplemen Jakarta, 23 November 2016 Regulasi tentang Iklan & Pelanggaran Iklan Coaching Clinic Pendaftaran Iklan Obat Tradisional dan Suplemen Jakarta, 23 November 2016 Iklan harus bersifat komunikatif kepada khalayaknya agar dapat diterima.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk dalam negeri harus bersaing dengan produk-produk dari luar

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk dalam negeri harus bersaing dengan produk-produk dari luar BAB I PENDAHULUAN Bangsa Indonesia dalam memasuki pasar bebas, dimana produk-produk dari luar negeri akan dengan mudah keluar masuk ke Indonesia hal ini tentu akan berdampak terhadap barang-barang produksi

Lebih terperinci

KUESIONER. Responden yang terhormat,

KUESIONER. Responden yang terhormat, KUESIONER Responden yang terhormat, Dalam rangka penyusunan skripsi di Fakultas Bisnis dan Manajemen Program Studi Manajemen, Program Strata-1 di Universitas Widyatama, saya bermaksud mengadakan penelitian

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Cutlip Scott M, Allen H Center, Glen M Broom, Effective Public Relations, Eight Edition, Prentice Hall International Inc, 2000.

DAFTAR PUSTAKA. Cutlip Scott M, Allen H Center, Glen M Broom, Effective Public Relations, Eight Edition, Prentice Hall International Inc, 2000. 103 DAFTAR PUSTAKA Agenti Paul A, The Power of Corporate Communication, Crafting the voice & image of your business, Jakarta : Salemba Humanika. Ardianto Elvinaro dan Bambang Q-Anees, Filsafat Ilmu Komunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Iklan adalah suatu penyampaian pesan melalui media-media yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Iklan adalah suatu penyampaian pesan melalui media-media yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Iklan adalah suatu penyampaian pesan melalui media-media yang dilakukan untuk mengubah dan memotivasi tingkah laku atau ketertarikan masyarakat untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era pasar bebas saat ini, dimana persaingan dalam dunia bisnis semakin

BAB I PENDAHULUAN. Di era pasar bebas saat ini, dimana persaingan dalam dunia bisnis semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era pasar bebas saat ini, dimana persaingan dalam dunia bisnis semakin ketat, perusahaan mana pun tidak bisa mengabaikan brand. Sukses atau tidaknya suatu

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, disingkat BKKBN,

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, disingkat BKKBN, BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, disingkat BKKBN, adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen Indonesia yang bertugas melaksanakan tugas pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihadapkan pada masalah krisis keuangan global. Krisis ini berlanjut terus

BAB I PENDAHULUAN. dihadapkan pada masalah krisis keuangan global. Krisis ini berlanjut terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini kehidupan perekonomian bangsa Indonesia sedang dihadapkan pada masalah krisis keuangan global. Krisis ini berlanjut terus dan telah mendapatkan

Lebih terperinci

MODUL MANAJEMEN PERIKLANAN (3 SKS) Oleh : Drs. Hardiyanto, M.Si

MODUL MANAJEMEN PERIKLANAN (3 SKS) Oleh : Drs. Hardiyanto, M.Si PERTEMUAN 3 FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA, JAKARTA MODUL MANAJEMEN PERIKLANAN (3 SKS) Oleh : POKOK BAHASAN PROSES PERIKLANAN DESKRIPSI Pembahasan pada modul ini meliputi tahap-tahap

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil peneliti pada proses pengambilan gambar secara langsung di Studio

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil peneliti pada proses pengambilan gambar secara langsung di Studio BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil peneliti pada proses pengambilan gambar secara langsung di Studio TA TV, dari pengamatan peneliti pada 6 episode program acara UNS Menyapa di TA TV, dan dari hasil

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari makna pada hakikatnya berarti mempelajari bagaimana setiap

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari makna pada hakikatnya berarti mempelajari bagaimana setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mempelajari makna pada hakikatnya berarti mempelajari bagaimana setiap pemakai bahasa dalam suatu masyarakat bahasa saling mengerti. Bahasa dan masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemasaran adalah kegiatan untuk mendistribusikan barang dari produsen ke

BAB I PENDAHULUAN. Pemasaran adalah kegiatan untuk mendistribusikan barang dari produsen ke BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemasaran adalah kegiatan untuk mendistribusikan barang dari produsen ke para konsumen pemakainya. Pemasaran sesungguhnya meliputi semua tahapan, yakni mulai

Lebih terperinci

Pasal 3 MAKSUD DAN TUJUAN ANGGARAN DASAR ASOSIASI PERUSAHAAN PENGIKLAN INDONESIA

Pasal 3 MAKSUD DAN TUJUAN ANGGARAN DASAR ASOSIASI PERUSAHAAN PENGIKLAN INDONESIA ANGGARAN DASAR ASOSIASI PERUSAHAAN PENGIKLAN INDONESIA MUKADIMAH Bahwa industri komunikasi dan pemasaran sebagai bagian dari sistem perekonomian modern dan global, patut diarahkan serta diberdayakan sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau majalah, dan juga mendengarkan radio. Perkembangan media yang terjadi saat

BAB I PENDAHULUAN. atau majalah, dan juga mendengarkan radio. Perkembangan media yang terjadi saat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap saat kita dapat melihat orang-orang menonton televisi, membaca koran atau majalah, dan juga mendengarkan radio. Perkembangan media yang terjadi saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH. Industri rokok di Indonesia tergolong sebagai industri yang memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH. Industri rokok di Indonesia tergolong sebagai industri yang memiliki peran BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Industri rokok di Indonesia tergolong sebagai industri yang memiliki peran penting menggerakkan roda ekonomi secara nasional, hampir dari berbagai kalangan menggemari

Lebih terperinci

Komunikasi Pemasaran Terpadu (IMC)

Komunikasi Pemasaran Terpadu (IMC) Modul ke: Komunikasi Pemasaran Terpadu (IMC) Bentuk Khusus Media Komunikasi Pemasaran Fakultas FIKOM Krisnomo Wisnu Trihatman S.Sos M.Si Program Studi Periklanan www.mercubuana.ac.id Marketing Public Relation

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Ahmadi, A Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta

DAFTAR PUSTAKA. Ahmadi, A Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta 106 DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, A. 1992. Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta Ardianto, E.L. 2004. Komunikasi Massa : Suatu Pengantar. Bandung : Simbiosa Rekatama Media. Best, Roger J. 2012. Market-based management:

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Sikap..., Ferina Rahmawati, F.PSI UI, 2008

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Sikap..., Ferina Rahmawati, F.PSI UI, 2008 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berjalannya waktu dan pesatnya perkembangan produkproduk penopang kehidupan manusia, kehidupan kita hampir tak bisa lepas dari sekumpulan iklan.

Lebih terperinci

ETIKA PERIKLANAN. Pokok Bahasan : Penjabaran EPI Bab III.A. Butir Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom. Modul ke: Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi

ETIKA PERIKLANAN. Pokok Bahasan : Penjabaran EPI Bab III.A. Butir Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom. Modul ke: Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi ETIKA PERIKLANAN Modul ke: Pokok Bahasan : Penjabaran EPI Bab III.A. Butir 1.1 1.10 Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom Program Studi Periklanan (Marcomm) www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk mengendalikan lingkungan fisik dan psikologi kita. 1. tersebar banyak tempat, anonym dan heterogen.

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk mengendalikan lingkungan fisik dan psikologi kita. 1. tersebar banyak tempat, anonym dan heterogen. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain lain (menurut Barelson and Stainer, 1964). Menurut Thomas M. Scheidel mengemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di negara manapun di dunia ini termasuk di Indonesia apabila perekonomian bangsa dikelola secara jujur, adil dan profesional, maka pertumbuhan ekonomi akan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan Penelitian ini adalah penelitian survei downward communication di PT. Jago Rental Sidoarjo yang dilihat dari jenis informasi dan metode yang digunakan dalam menyampaikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Iklan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Iklan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Iklan Kleppner (1986) menyatakan bahwa iklan (advertisement) berasal dari bahasa latin ad-vere berarti menyampaikan pikiran dan gagasan pada pihak lain. Pengertian

Lebih terperinci

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK A. PENDAHULUAN Salah satu agenda pembangunan nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan dan telah menghasilkan data serta laporan kemudian dianalisis maka diperoleh kesimpulan bahwa tahapan memperkenalkan citra

Lebih terperinci

PERSATUAN PERUSAHAAN PERIKLANAN INDONESIA ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA P3I

PERSATUAN PERUSAHAAN PERIKLANAN INDONESIA ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA P3I ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA P3I ANGGARAN DASAR PERSATUAN MUKADIMAH Bahwa industri komunikasi dan pemasaran sebagai bagian dari sistem perekonomian moderen patut diarahkan serta diberdayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tekanannya, sehingga perusahaan dituntut melakukan inovasi secara terus menerus

BAB I PENDAHULUAN. tekanannya, sehingga perusahaan dituntut melakukan inovasi secara terus menerus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam industri telekomunikasi saat ini cenderung berada dalam kondisi pasar dengan tingkat kompetisi yang tinggi dan ke depan akan terus meningkat tekanannya,

Lebih terperinci

Mata Kuliah - Etika Periklanan-

Mata Kuliah - Etika Periklanan- Mata Kuliah - Etika Periklanan- Modul ke: Tata Cara dan Produksi Iklan Menurut Kitap EPI Fakultas FIKOM Ardhariksa Z, M.Med.Kom Program Studi Marketing Communication and Advertising www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

Account Management. KULIAH 13 Teknik Pitching. BERLIANI ARDHA, SE, M.Si. Life is really simple, but we insist on making it complicated.

Account Management. KULIAH 13 Teknik Pitching. BERLIANI ARDHA, SE, M.Si. Life is really simple, but we insist on making it complicated. Modul ke: Account Management KULIAH 13 Teknik Pitching Fakultas FIKOM BERLIANI ARDHA, SE, M.Si Program Studi MARKOM www.mercubuana.ac.id Life is really simple, but we insist on making it complicated. Confucius

Lebih terperinci

STIKOM SURABAYA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Semakin tingginya tingkat persaingan perusahaan dan produk

STIKOM SURABAYA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Semakin tingginya tingkat persaingan perusahaan dan produk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin tingginya tingkat persaingan perusahaan dan produk menyebabkan setiap perusahaan harus dapat memberikansuatu strategi yang berbeda dari perusahaan lain

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Garbett, Corporate Advertising, USA: McGraw-Hill, 2009.

DAFTAR PUSTAKA. Garbett, Corporate Advertising, USA: McGraw-Hill, 2009. DAFTAR PUSTAKA Belch, George E, & Belch, Michael E, Advertising and Promotion: An Integrated Marketing Communication Perspective, 3rd Edition, NY: McGraw-Hill, 1995.. Effendy, Onong Uchjana, Ilmu, teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memasarkan produknya. Hal ini di sebabkan oleh banyaknya industri baru yang

BAB I PENDAHULUAN. memasarkan produknya. Hal ini di sebabkan oleh banyaknya industri baru yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini tingkat persaingan antar industri mie instant semakin ketat dalam memasarkan produknya. Hal ini di sebabkan oleh banyaknya industri baru yang bermunculan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, bahkan kita tidak akan pernah terlepas dari media. Seiring dengan perkembangan peradaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era sekarang ini, berbagai perusahaan berlomba-lomba untuk menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era sekarang ini, berbagai perusahaan berlomba-lomba untuk menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era sekarang ini, berbagai perusahaan berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik dimata khalayaknya demi memenangkan persaingan dagang dengan kompetiror

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. stakeholdernya. Dengan melakukan komunikasi yang efektif kepada stakeholders,

BAB I PENDAHULUAN. stakeholdernya. Dengan melakukan komunikasi yang efektif kepada stakeholders, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini komunikasi memegang peran penting di segala sendi kehidupan, salah satunya dalam dunia bisnis. Kesuksesan perusahaan atau organisasi saat ini sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyuguhkan berbagai macam produknya kepada masyarakat. Berkembangnya industri

BAB I PENDAHULUAN. menyuguhkan berbagai macam produknya kepada masyarakat. Berkembangnya industri BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Dewasa ini perkembangan industri media di tanah air menunjukan kemajuan yang sangat pesat. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya pelaku pada industri

Lebih terperinci

INTEGRATED MARKETING COMMUNICATIONS - II

INTEGRATED MARKETING COMMUNICATIONS - II Modul ke: INTEGRATED MARKETING COMMUNICATIONS - II Merumuskan Tujuan Media Fakultas ILMU KOMUNIKASI SUGIHANTORO, S.Sos, M.IKom. Program Studi MARKETING COMMUNICATIONS & ADVERTISING www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

ACCOUNT MANAGEMENT. Account Management dalam Industri Komunikasi Pemasaran. SUGIHANTORO, S.Sos, M.IKom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI

ACCOUNT MANAGEMENT. Account Management dalam Industri Komunikasi Pemasaran. SUGIHANTORO, S.Sos, M.IKom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI Modul ke: ACCOUNT MANAGEMENT Account Management dalam Industri Komunikasi Pemasaran Fakultas ILMU KOMUNIKASI SUGIHANTORO, S.Sos, M.IKom. Program Studi MARKETING COMMUNICATIONS & ADVERTISING www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

AKTIVITAS PUBLIC RELATIONS DINAS PARIWISTA DALAM MEMPROMOSIKAN PANTAI NATSEPA

AKTIVITAS PUBLIC RELATIONS DINAS PARIWISTA DALAM MEMPROMOSIKAN PANTAI NATSEPA AKTIVITAS PUBLIC RELATIONS DINAS PARIWISTA DALAM MEMPROMOSIKAN PANTAI NATSEPA (Studi Pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku) SKRIPSI Oleh FIRDAUS FIDMATAN 07220450 Dosen Pembimbing: 1. Drs.

Lebih terperinci

PENGANTAR PEMASARAN PERIKLANAN MARKETING COMMUNICATION

PENGANTAR PEMASARAN PERIKLANAN MARKETING COMMUNICATION Modul ke: PENGANTAR PEMASARAN PERIKLANAN MARKETING COMMUNICATION KULIAH 9 Bidang Pekerjaan Dalam Perusahaan Periklanan Fakultas FIKOM BERLIANI ARDHA, SE, M.Si Program Studi MARKOM www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan Berdasarkan data penelitian yang telah dilakukan peneliti tentang tingkat pengetahuan penonton di Surabaya mengenai Program acara MTMA di Trans TV, maka didapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Sejak Tahun 2014, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) telah memberikan sanksi kepada beberapa stasiun televisi yang menyiarkan tayangan bermasalah. Adapun sanksi-sanksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku pembelian seseorang dapat dikatakan unik karena sikap dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku pembelian seseorang dapat dikatakan unik karena sikap dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku pembelian seseorang dapat dikatakan unik karena sikap dan pemilihan terhadap objek setiap orang berbeda. Banyak faktor yang mempengaruhi keputusan

Lebih terperinci

Aktivitas Integrated Marketing Communications Terhadap Brand Image Untuk Industri Rokok Kelas Mild

Aktivitas Integrated Marketing Communications Terhadap Brand Image Untuk Industri Rokok Kelas Mild Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Research Report http://repository.ekuitas.ac.id Internal Research 2016-01-08 Aktivitas Integrated Marketing Communications Terhadap Brand Image Untuk Industri

Lebih terperinci

Mata Kuliah - Etika Periklanan-

Mata Kuliah - Etika Periklanan- Mata Kuliah - Etika Periklanan- Modul ke: PP Terkait Periklanan Fakultas FIKOM Ardhariksa Z, M.Med.Kom Program Studi Marketing Communication and Advertising www.mercubuana.ac.id HUKUM POSITIF KU Perdata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tampilkan setiap harinya, baik melalui tayangan televisi dan media massa

BAB I PENDAHULUAN. tampilkan setiap harinya, baik melalui tayangan televisi dan media massa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan iklan di Indonesia sangat berkembang pesat, oleh karena itu banyak sekali perusahaan-perusahaan Indonesia berlombalomba meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. antara variabel tingkat pengetahuan mengenai Bencana Merapi terhadap

BAB IV PENUTUP. antara variabel tingkat pengetahuan mengenai Bencana Merapi terhadap BAB IV PENUTUP Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh antara variabel tingkat pengetahuan mengenai Bencana Merapi terhadap variabel Citra Pariwisata Yogyakarta, dimana variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan teknologi yang begitu dinamis dan perkembangan dunia bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan teknologi yang begitu dinamis dan perkembangan dunia bisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan teknologi yang begitu dinamis dan perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat telah memunculkan banyaknya pesaing-pesaing di dunia perekonomian. Para pesaing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Sejak manusia mulai mengenal sistem perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Sejak manusia mulai mengenal sistem perdagangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan periklanan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Sejak manusia mulai mengenal sistem perdagangan yang paling awal yakni barter, iklan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Iklan secara komprehensif merupakan semua bentuk aktivitas untuk menghadirkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Iklan secara komprehensif merupakan semua bentuk aktivitas untuk menghadirkan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Iklan secara komprehensif merupakan semua bentuk aktivitas untuk menghadirkan dan mempromosikan ide, barang, atau jasa secara nonpersonal yang dibayar oleh sponsor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. brand awareness. Brand awareness berkaitan erat dengan kuat lemahnya keunikan brand

BAB I PENDAHULUAN. brand awareness. Brand awareness berkaitan erat dengan kuat lemahnya keunikan brand BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Dalam upaya menyukseskan strategi branding sebuah produk, konsumen perlu diyakinkan bahwa brand tersebut memiliki keunikan yang berarti dibandingkan dengan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 119 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya mengenai efektivitas Majalah Angkasa Pura I yang merupakan media internal PT. Angkasa Pura

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, peran seorang Public Relations (PR) dalam sebuah organisasi atau perusahaan menjadi semakin penting. Menurut Cutlip (2009:6), PR adalah fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, baik itu perusahaan jasa maupun produk karena produk ataupun jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, baik itu perusahaan jasa maupun produk karena produk ataupun jasa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemasaran adalah kegiatan yang sangat penting untuk dilakukan oleh perusahaan, baik itu perusahaan jasa maupun produk karena produk ataupun jasa yang ditawarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, masyarakat kita telah memasuki era masyarakat informasi.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, masyarakat kita telah memasuki era masyarakat informasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, masyarakat kita telah memasuki era masyarakat informasi. Istilah ini digunakan untuk mendeskripsikan sebuah masyarakat yang membuat kemungkinan terbaik

Lebih terperinci

PENDAMPINGAN ORANGTUA DENGAN AKTIVITAS ANAK MENONTON TELEVISI

PENDAMPINGAN ORANGTUA DENGAN AKTIVITAS ANAK MENONTON TELEVISI PENDAMPINGAN ORANGTUA DENGAN AKTIVITAS ANAK MENONTON TELEVISI (Studi kasus pada keluarga di Perumahan Meranti Permai, Kecamatan Siantar utara, Kota Pematangsiantar) Julius Osvaldo Situmorang 100904041

Lebih terperinci

MEDIA PLANNING & MEDIA BUYING

MEDIA PLANNING & MEDIA BUYING Modul ke: 06Fakultas ILMU KOMUNIKASI SUGIHANTORO, MEDIA PLANNING & MEDIA BUYING Perumusan Tujuan Media Periklanan S.Sos, M.IKom. Program Studi MARKETING COMMUNICATIONS & ADVERTISING Untuk merumuskan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keinginan dan kebutuhan konsumen maka produsen perlu memahami perilaku

BAB I PENDAHULUAN. keinginan dan kebutuhan konsumen maka produsen perlu memahami perilaku 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku pembelian seseorang dapat dikatakan sesuatu yang unik, karena preferensi dan sikap terhadap obyek setiap orang berbeda. Semakin beragamnya keinginan dan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. dimajalahfeminamulai Tahun 2000 hingga Tahun 2014 adalah iklan Revlon

BAB IV PENUTUP. dimajalahfeminamulai Tahun 2000 hingga Tahun 2014 adalah iklan Revlon BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian mengenai estetikaiklan Revlon dimajalahfeminamulai Tahun 2000 hingga Tahun 2014 adalah iklan Revlon dimajalahfemina keseluruhan telah

Lebih terperinci

IKLAN YANG TIDAK BERETIKA

IKLAN YANG TIDAK BERETIKA NAMA : WINDA ANGGRAINI NIM : 105020205111009 KELAS : BA IKLAN YANG TIDAK BERETIKA Iklan merupakan salah satu bentuk komunikasi antara produsen atau penjual dengan konsumen atau pemakai dengan tujuan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. 1 Mendiola B. Wiyawan, Kamus Brand, (Jakarta: Red & White Publishing, 2008), hal. 32

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. 1 Mendiola B. Wiyawan, Kamus Brand, (Jakarta: Red & White Publishing, 2008), hal. 32 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemasaran modern dewasa ini tidak lagi hanya memasarkan produk yang berkualitas, menjual produk dengan harga yang murah, dan menempatkan produk yang mudah dijangkau

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I KETENTUAN UMUM Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh,

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apa saja tools komunikasi

BAB IV PENUTUP. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apa saja tools komunikasi 95 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apa saja tools komunikasi pemasaran yang dilakukan Alfamart dan Indomaret di Kota Yogyakarta serta untuk mengetahui bagaimana persepsi

Lebih terperinci

INTEGRATED MARKETING COMMUNICATIONS - II

INTEGRATED MARKETING COMMUNICATIONS - II Modul ke: INTEGRATED MARKETING COMMUNICATIONS - II Membuat Pesan Fakultas ILMU KOMUNIKASI SUGIHANTORO, S.Sos, M.IKom. Program Studi MARKETING COMMUNICATIONS & ADVERTISING www.mercubuana.ac.id Pemahaman

Lebih terperinci

SILABUS PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

SILABUS PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Kode Deskripsi Perkuliahan Mata kuliah ini mempelajari beberapa materi konsep dasar komunikasi pemasaran dan proses komunsikasi pemasaran mencakup: analisis audiens, penyusunan bauran promosi, pengembangan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Bab IV ini merupakan akhir dari penelitian terkait Evaluasi Program. Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT Madubaru Madukismo dengan

BAB IV PENUTUP. Bab IV ini merupakan akhir dari penelitian terkait Evaluasi Program. Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT Madubaru Madukismo dengan 92 BAB IV PENUTUP Bab IV ini merupakan akhir dari penelitian terkait Evaluasi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT Madubaru Madukismo dengan Menggunakan Teori Koorientasi. Bagian ini terdiri

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Daerah No 3 Tahun 2008 Tentang Ijin Penyelenggaraan Reklame dan juga

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Daerah No 3 Tahun 2008 Tentang Ijin Penyelenggaraan Reklame dan juga BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penemuan data di lapangan dan analisis oleh peneliti dapat ditarik kesimpulan bahwa, Pemerintah Daerah Kabupaten Gunungkidul dalam penataan iklan luar ruang yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era sekarang ini adalah jamannya menggunakan segala sesuatunya dengan online. Mulai dari menonton televisi, bermain game, mengirimkan pesan, memesan kendaraan

Lebih terperinci

Konsep-Konsep Periklanan

Konsep-Konsep Periklanan Modul 11 Konsep-Konsep Periklanan Tujuan Instruksional Khusus: Mahasiswa diharapkan dapat mengerti dan memahami tentang dunia periklanan. 1. Pendahuluan Kita telah berkenalan dengan semiotik sambil menerapkannya

Lebih terperinci

Corporate Reputation Management

Corporate Reputation Management Modul ke: Corporate Reputation Management Signifikansi Nilai Etik dan Profesionalisme Public Relations Fakultas Ilmu Komunikasi Anindita, S.Pd, M.Ikom Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara ideal. Namun dalam dunia globalisasi, masyarakat internasional telah

BAB I PENDAHULUAN. secara ideal. Namun dalam dunia globalisasi, masyarakat internasional telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara demokrasi, yang mana kebebasan berpendapat dijunjung tinggi. Masyarakat bebas untuk mengeluarkan pendapat baik secara lisan maupun tulisan, sebagaimana

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA.

DAFTAR PUSTAKA. DAFTAR PUSTAKA Arni Muhammad. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara. 2004 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kencan, Jakarta, 2008 Cutlip and Center.Effective Public Relations Edisi

Lebih terperinci

V. Kesimpulan dan Saran. Berdasarkan hasil analisis terhadap strategi media relations yang

V. Kesimpulan dan Saran. Berdasarkan hasil analisis terhadap strategi media relations yang V. Kesimpulan dan Saran V.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap strategi media relations yang dilakukan oleh Public Relations PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, di mana analisis ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era digital saat ini, masyarakat Indonesia telah menjadi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era digital saat ini, masyarakat Indonesia telah menjadi masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era digital saat ini, masyarakat Indonesia telah menjadi masyarakat informasi yang ditandai dengan besarnya kebutuhan akan informasi dan masyarakat dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Strategi komunikasi tidak hanya diartikan secara harafiah dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Strategi komunikasi tidak hanya diartikan secara harafiah dalam bentuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini kecakapan berkomunikasi adalah hal yang wajib dimiliki oleh setiap orang. Komunikasi yang baik membawa konsekuensi pada peningkatan profesionalisme.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dewasa ini banyak pihak semakin menyadari dalam menjalankan roda organisasi baik disuatu perusahaan atau lembaga, bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang diberi amanat melakukan. melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari kekuasaan manapun.

BAB I PENDAHULUAN. Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang diberi amanat melakukan. melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari kekuasaan manapun. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), sebagai lembaga negara yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik, atau bahkan sama sekali tidak menarik, sehingga kita tidak pernah ingat

BAB I PENDAHULUAN. menarik, atau bahkan sama sekali tidak menarik, sehingga kita tidak pernah ingat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan periklanan di Indonesia akhir-akhir ini semakin pesat dan maju. Setiap saat kita selalu dipenuhi oleh tampilan ratusan iklan baik di televisi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya pesaingan dalam era globalisasi sekarang ini, semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya pesaingan dalam era globalisasi sekarang ini, semakin banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin pesatnya pesaingan dalam era globalisasi sekarang ini, semakin banyak persaingan produk di pasaran. Untuk dapat memperluas dan menjangkau pasar sasarannya,

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. sampai dengan bab III dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. sampai dengan bab III dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu: BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian seperti yang telah diuraikan pada bab I sampai dengan bab III dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu: 1. Berdasarkan hasil analisis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan korporasi pada awalnya dibentuk agar badan usaha dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan korporasi pada awalnya dibentuk agar badan usaha dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pupuk sangat penting dalam upaya pencapaian ketahanan pangan nasional. Segala cara dilakukan oleh Pemerintah sebagai regulator untuk dapat memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci