HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG"

Transkripsi

1 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Tebu Tanaman Tebu (Saccharum officinarum) merupakan tanaman tahunan dari family Gramineae (keluarga rumput) yang sudah dibudidayakan sejak lama di daerah asalnya yaitu, Papua Nugini. Tanaman tebu memiliki kemiripan bentuk fisik dengan tanaman jagung dan sorgum. Tanaman tebu dikembangkan sebagai salah satu sumber gula komersil sejak tahun 1800an dan menjadi sumber ekonomi utama dari gula bersama gula bit. Tanaman tebu diklasifikasikan dalam divisi Maqnoliophyta, kelas Liliopsida, ordo Cyperales, family Poaceae (Gramineae) (Barnes 1973). Tanaman ini dapat tumbuh di daerah beriklim tropik dan subtropik dengan kelembaban tahunan minimum 600 nm. Tanaman tebu termasuk tanaman yang paling efisien dalam berfotosintesis dimana hanya membutuhkan 2% saja dari energi matahari untuk dikonversi menjadi biomassa (Sharpe 1998). Perkembangan produksi tebu di Indonesia selama tiga tahun terakhir terus mengalami penurunan. Pada tahun 2008 produksi tebu (setara gula) mencapai 2,55 juta ton dan turun 8,53% pada tahun 2009 menjadi sebesar 2,33 juta ton. Pada tahun 2010 produksi tebu kembali mengalami penurunan sekitar 2,39% atau menjadi 2,28 juta ton (Badan Pusat Statistik, 2010). Perkembangan produksi tebu Indonesia tahun 2008 sampai 2010 dapat dilihat pada Tabel 1. 6 FTIP001640/020

2 7 Tabel 1. Perkembangan Produksi Gula Tebu di Indonesia Tahun Jumlah (ton) Pertumbuhan -2,75-8,53-2,39 Sumber : Badan Pusat Statistik (2010) Bagian dari tanaman tebu yang diambil untuk pembuatan gula adalah batangnya. Batang tebu diekstrak untuk memperoleh sukrosa. Batang tebu berdiri tegak dengan diameter 3-4 cm dan tinggi 2-5 meter serta tidak bercabang (Soebroto 1983). Batang terdiri dari ruas-ruas dan dibatasi dengan buku-buku, dimana setiap buku terdapat mata ruas. Gambar tanaman dan batang tebu disajikan pada Gambar 1. Gambar 1. Tanaman dan Batang Tebu (Dokumentasi Pribadi, 2011) Tanaman tebu dipanen pada usia 8-12 bulan. Pemanenan merupakan tahapan penting dalam penanganan tebu. Makin mendekati umur panen, kadar sukrosa dalam batang tebu semakin meningkat dan setelah melampaui umur panen terjadi penurunan FTIP001640/021

3 8 kadar sukrosa yang diikuti peningkatan kadar glukosa dan fruktosa. Penurunan kadar sukrosa tersebut disebabkan oleh aktivitas enzim invertase dalam batang tebu yang meningkat aktivitasnya. Peningkatan aktivitas invertase dalam jaringan tanaman disebabkan karena adanya signal kebutuhan energi bagi tanaman untuk metabolisme selanjutnya (Foyer et al. 1997). Energi tersebut dapat diserap tanaman dalam bentuk gula sederhana (glukosa dan fruktosa) sehingga aktivitas invertase pada sukrosa terpacu untuk bekerja Nira Tebu Nira tebu adalah suatu ekstrak cairan yang berasal dari batang tebu, mengandung kadar gula relatif tinggi dan dijadikan bahan baku pembuatan gula kristal. Dalam pabrik gula, proses ekstraksi nira tebu dari batangnya dilakukan dengan cara pemecahan dan penggilingan. Komposisi nira tebu tidak akan selalu sama, tergantung pada jenis tebu, kondisi geografis, tingkat kematangan serta cara penanganan selama penebangan dan pengangkutan (Reece, 2003). Umumnya nira terdiri atas 73-76% air, 11-16% serat, dan 11-16% padatan-padatan terlarut dan tersuspensi (James dan Chen 1985). Nira tebu segar berwarna coklat kehijau-hijauan dengan ph 5,0-6,0 (Goutara dan Wijandi 1975). Menurut Gillet (1965) zat warna yang terdapat dalam nira tebu adalah klorofil yang berasosiasi dengan xantofil, karoten, antosianin, tannin dan sakretin, sedangkan warna coklat timbul akibat reaksi pencoklatan enzimatis dan polifenol. Beberapa jenis polisakarida lain juga terdapat dalam nira tebu sebagai hasil metabolisme tanaman seperti dextran, levan, pektin, selulosa, hemiselulosa, pati dan FTIP001640/022

4 9 gum (Cuddihy et al. 2000). Semua bahan selain sukrosa dapat memberikan efek negatif terhadap proses pertumbuhan gula kristal, seperti memberi kesempatan mikroorganisme untuk tumbuh, mempersulit proses pemurnian dan menghambat proses kristalisasi. Keberadaan pati yang relatif tinggi pada nira akan menyebabkan filtrasi berjalan lambat dan larutan tampak lebih keruh. Komponen kimia pada nira tebu disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2. Komponen Kimia Nira Tebu Komponen Gula sukrosa Glukosa Fruktosa Dekstran Total asam ph Jumlah 10,29 % 2,43 % 0,94 % 1,41 % 62,5 mleq 5,1 Sumber : Filianty (2007) Menurut Paine (1953) dikutip Filianty (2007), nira tebu mengandung komponen senyawa nitrogen organik berupa protein tinggi (albumin), protein sederhana (albuminosa dan peptosa), asam amino (glisin, asam aspartat) dan asam amida (asparagin, glutamin). Selain itu nira tebu juga mengandung komponen asam organik lain seperti okonitat, oksalat, suksinat, glikolat dan malat. Kandungan garam organik yang teridentifikasi dalam nira tebu diantaranya adalah fosfat, klorida, sulfat, silikat dan nitrat dari Na, K, Ca, Al, dan Fe. Menurut legaz et al. (2000), nira tebu dapat mengandung glikoprotein bila nira tersebut dihasilkan dari batang yang mengalami kerusakan atau terserang mikroorganisme patogen. FTIP001640/023

5 Kerusakan Nira Kualitas nira hasil sadapan sangat menentukan mutu gula yang dihasilkan. Ciri-ciri nira yang berkualitas baik antara lain berwarna bening (tidak keruh), rasanya manis, berbau harum, derajat keasaman (ph) 6-7 dan kadar sukrosa lebih dari 12%. Tebu yang disimpan dalam ruangan dan ditumpuk akan menyebabkan suhu dalam tumpukan naik sehingga mengakibatkan invertasi sukrosa dan merangsang pertumbuhan mikroba. Pengangkatan yang jaraknya terlalu jauh dari pabrik dan sinar matahari juga menyebabkan turunnya kadar sukrosa (Azmi, 2008). Sukrosa (C12H22O11) atau biasa dikenal sebagai gula meja merupakan jenis disakarida yang berwarna putih, berbentuk kristal padat dengan rasa manis dan dapat membentuk karamel serta terdekomposisi pada suhu 186ºC (Winarno, 1992). Sukrosa yang mengalami degradasi akan menghasilkan karbondioksida dan air serta menghasilkan warna coklat pada produknya. Terbentuknya asam pada saat degradasi sukrosa menyebabkan ph larutan menurun. Menurut Rahman et al (2004), penurunan nilai ph karena pembentukan asam menyebabkan warna berkurang, tetapi sekitar ph netral akan mulai terjadi kehilangan sukrosa akibat invertasi. Menurut Lingle (2004), degradasi sukrosa yang paling rendah terjadi pada ph 9, karena konsentrasi H+ (penyebab invertasi) dan konsentrasi OH- (penyebab terbentuknya asam dan warna) sangat rendah sekali. Kehilangan sukrosa pada ph 9 dan tekanan normal kurang lebih sebanyak 0,05 %. Sukrosa yang dipanaskan dibawah titik cair akan mengalami degradasi yang lambat, tetapi bila panasnya lebih tinggi lagi degradasi akan semakin cepat. FTIP001640/024

6 11 Gambar 2. Struktur Kimia Glukosa, Fruktosa, dan Sukrosa (Winarno, 1992) Degradasi sukrosa juga dapat terjadi oleh asam mineral kuat seperti asam sulfat dan asam klorida. Sukrosa dengan hidrogen peroksida menghasilkan O 2, H2, CO2, asam format serta asam aldehid lainnya (Browne, 1912, dikutip Azmi, 2008). Sukrosa dapat tereduksi dengan adanya katalis metal menghasilkan D-manitol, Dsorbitol, gliserol, propilen glikol, etilen glikol dan senyawa lainnya (Pancoast, 1980, dikutip Rachma, 2006). Degradasi sukrosa pada nira tebu juga dapat disebabkan oleh aktivitas mikroba melalui proses fermentasi. Beberapa mikroba dalam nira, seperti Saccharomyces cerevisiae dan Saccharomyces caribergensis dapat menghasilkan enzim invertase. Invertasi dapat menyebabkan reaksi inversi sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Invertase dalam tanaman tebu dapat berupa invertase netral, invertase asam vakuola, invertase asam yang terikat pada dinding sel dan invertase asam apoplastik terlarut (Vorster dan Botha, 1998). Nira tebu juga dapat terkontaminasi oleh Leuconostoc mesenteroides dimana mikroba tersebut dapat menghasilkan enzim FTIP001640/025

7 12 dekstransukrase yang mampu menghidrolisis sukrosa menjadi fruktosa dan dekstran. Keberadaan dekstran dalam nira akan menghambat kristalisasi sukrosa (Legaz et al, 2000). Jenis mikroba lain dalam nira tebu adalah Brevibacterium sulferes, Candida pulchemma, Saccharomyces lactis dan Saccharomyces sacchari yang dapat membentuk glikoprotein dalam batang tebu (Legaz et al, 2000). Degradasi sukrosa dalam nira tebu ditandai dengan rasa asam, berbuih dan berlendir. Reaksi invertasi sukrosa maksimal terjadi pada ph 7,2 dan suhu 60ºC (Rahman et al, 2004). Tahap awal reaksi invertasi sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa dengan katalis invertase adalah sebagai berikut : C12H22O11 + H2O Sukrosa C6H12O6 + C6H12O6 Glukosa Fruktosa Selanjutnya glukosa dan fruktosa hasil invertasi akan terfermentasi oleh khamir Saccharomyces ellipsoids menghasilkan alkohol (Muchtadi, 1992, dikutip Azmi, 2008) dengan reaksi sebagai berikut : C6H12O6 + Saccharomyces ellipsoids Glukosa/Fruktosa 2C2H5OH + CO2 Etanol Fermentasi terutama terjadi karena adanya enzim zimase yang dikeluarkan oleh khamir. Fermentasi berjalan baik pada suhu 30ºC sampai 35ºC dengan konsentrasi gula pereduksi antara 5 % sampai 20 % (Wijandi, 1985). Reaksi selanjutnya adalah reaksi oksidasi etanol oleh bakteri Acetobacter aceti menjadi asam asetat, yaitu : C2H5OH + O2 + Acetobacter aceti Etanol CH3COOH + H2O asam asetat FTIP001640/026

8 13 Gula invert juga dapat terfermentasi menjadi asam laktat oleh bakteri Bacillus lactis acidi pada suhu 45ºC sampai 55ºC selama 3 sampai 6 hari. Reaksi-reaksi diatas dapat menyebabkan kadar sukrosa menurun dan kadar asam meningkat sehingga ph cenderung menurun (Rahman et al, 2004) Penghambatan Kerusakan Nira Tebu Bahan pangan semenjak dipanen, diolah, dikemas, sampai dengan tiba di tangan konsumen selalu mengalami penurunan kualitas sampai pada suatu titik bahan pangan tersebut sudah tidak layak untuk dikonsumsi. Penurunan kualitas ini kemudian diidentikkan dengan kerusakan pangan yang dapat terjadi karena dua hal utama yaitu kerusakan alami akibat aktivitas dalam bahan itu sendiri (moisture loss dan aktivitas enzim) dan kontaminasi dari luar oleh mikroorganisme (Tull, 1987). Upaya pencegahan kerusakan dalam nira tebu akibat reaksi enzimatis dan mikrobiologis dapat dilakukan dengan penambahan bahan pengawet, baik yang bersifat inhibitor enzim ataupun antimikrobial. Inhibisi enzim atau penghambatan aktivitas enzim merupakan hal penting yang perlu diperhatikan dalam penelitian yang menyangkut kesehatan. Misalnya Pb, Hg, dan logam berat lainnya bersifat sebagai penghambat kerja enzim, namun sangat beracun pada manusia. Meskipun mekanisme penghambatan kerja invertasi oleh logam-logam berat berbeda dengan mekanismenya pada enzim lain, namun dapat dipastikan bahwa logam-logam berat tersebut sangat menghambat kerja invertasi. Sebagai contoh, ion Ag++ menyerang rantai sisi histidin pada molekul invertasi dan menyebabkan invertasi tidak aktif. Beberapa jenis logam sangat efektif FTIP001640/027

9 14 menghambat aktivitas enzim invertase seperti HgCl2, ZnCl2, AgNO3 dan CuSO4 (Vorster dan Frederik, 1998). Natrium benzoat dan larutan amoniak dalam jumlah 0,05% dan 0,32% dapat menghentikan fermentasi pada nira selama 2-3 hari, pada konsentrasi 0,10% dan 1,28% dapat menghentikan fermentasi hingga 6 hari (Bobadilla dan Preston, 1981). Menurut Mealor dan Townshend (1968) dalam Trojanowiez et al (2004) menyatakan bahwa kation logam seperti Cu(II), Zn(II), Cd(II) dan Pb(II) dapat menghambat aktivitas invertase. Penghambatan aktivitas enzim juga dapat dilakukan dengan memberikan kondisi ekstrim bagi reaksi inversi oleh invertase seperti suhu, ph maupun tekanan. Seperti penghambatan aktivitas invertase yang dilakukan oleh Cavaille dan Didier (1996) dengan mengkombinasikan perlakuan tekanan tinggi dan suhu, sedangkan menurut Causette et al (1998), perlakuan suhu dan tekanan yang tinggi akan mempengaruhi kualitas produk (sukrosa) akibat terjadi reaksi lain yang tidak diinginkan (lateral reaction). Suatu sel hidup dari mikroorganisme memiliki sejumlah besar enzim, protein, asam nukleat dan sistem jaringan sel untuk kepentingan proses metaboliknya. Kerusakan pada salah satu komponen sel dapat mengawali terjadinya perubahanperubahan yang menuju pada kematian sel mikroorganisme. Berdasarkan hal tersebut beberapa mekanisme kerja senyawa antimikroba, yaitu merusak dinding sel mikroorganisme, merubah permeabilitas sel, merubah molekul protein dan asam nukleat, menghambat kerja enzim dan menghambat sintesis asam nukleat dan protein (Pelzcar dan Chan, 1988). Antimikroba yang ideal menunjukkan sifat toksisitas selektif yaitu fungsi reseptor yang spesifik yang hanya dibutuhkan untuk melekatnya FTIP001640/028

10 15 obat atau karena hambatan biokimia yang terjadi bagi organisme namun tidak bagi inang (Ganiswarna, 1995, dikutip Dirga, 2011). Antimikroba ideal mempunyai spektrum penghambatan yang luas, tidak menimbulkan resistensi mikroorganisme patogen, tidak menimbulkan efek samping dan tidak mengganggu keseimbangan flora normal tubuh manusia (Dimas, 2009, dikutip Dirga, 2011). Aplikasi penambahan pengawet pada nira harus mengikuti aturan pemerintah dan mengikuti standar food grade. Penggunaan beberapa jenis bahan kimia dalam bahan pangan seperti formalin dan borax kini sangat dilarang karena membahayakan kesehatan. Berbagai bahan alami kini dikembangkan sebagai pengawet seperti yang dilakukan oleh petani-petani nira sejak lama, yaitu memanfaatkan akar kawao, kulit dan buah manggis, laru janggut, kulit batang kusambi, remasan daun jambu metem tangkal dan kulit batang nangka (Sedernawati et al, 1999). Pemanfaatan komponen kimia dari ekstrak tanaman atau komponen fitokimia telah diaplikasikan sejak lama, yang diketahui melalui pengalaman empiris. Pada masa kini komponen-komponen fitokimia tersebut banyak diteliti untuk diidentifikasikan Akar Kawao Kawao (Millettia) merupakan tanaman perdu yang memanjat, tegak, dengan panjang m. Kawao (Milletia) tumbuh di hutan hutan dan di tepi-tepi sungai mulai dari dataran rendah sampai ± 1000 m di atas permukaan laut (Menninger, 1970). Tanaman ini berasal dari kingdom Plantae, sub kingdom Tracheobionta, super divisi Spermatophyta, divisi Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, sub kelas Rosidae, FTIP001640/029

11 16 ordo Fabales, famili Papilionaceae, genus Milletia dan spesies Milletia sericea (Vent.) (Anonim, 2009). Tanaman kawao (Millettia) dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah. Permukaan kulit yang padat pada tanaman kawao (Millettia) mengakibatkan lambatnya laju evaporasi air permukaan keluar batang. Struktur akarnya mendukung fiksasi nitrogen sehingga dapat membawa nutrient dari udara ke tanah (Green Oil Plantations, 2011). Bentuk daun dan akar tanaman kawao (Millettia) disajikan pada Gambar 4. Daun Gambar 3. Kawao (Millettia) (Dokumentasi pribadi, 2011) Akar Tanaman ini memiliki 200 spesies yang tersebar di daerah tropis Afrika (Irvine, 1961), Asia, Australia dan Amerika (Thulin, 1983), di mana tiap-tiap spesiesnya memiliki kandungan fitokimia yang banyak dimanfaatkan dalam dunia kesehatan, terutama bagian akar tanaman. Cairan dari tanaman kawao (Millettia) dapat dimanfaatkan sebagai antiseptik dan obat pembasmi hama. Akar tanaman ini digunakan sebagai obat tradisional oleh sebagian masyarakat Indonesia seperti obat cacing, mata dan luka luar (Menninger, 1970, dikutip Filianty, 2007). FTIP001640/030

12 17 Akar tanaman kawao teridentifikasi mengandung beberapa kandungan fitokimia yang penting seperti yang disajikan pada Tabel 3. Dalam penelitian lain, akar kawao atau dikenal sebagai Millettia diidentifikasikan mengandung komponen fitokimia berupa : alkaloid, diterpenoid, coumarin, flavonoid dan isoflavonoid (Wanda, 2006). Menurut Yankep et al. (2003), identifikasi lanjut pada isoflavon dalam millettia dikarakterisasi sebagai kalkone, rotenoid, fenylcoumarine dan beberapa jenis isoflavon lain. Komponen-komponen tersebut diekstraksi dari bagian akar dengan menggunakan heksan. Tabel 3. Hasil uji fitokimia kawao (Milletia sp.) Komponen Alkaloid Saponin Tanin Fenolik Flavonoid Triterpenoid Steroid Glikosida Aktivitas Sumber : Filianty (2007) Keterangan : : Negatif : Positif kuat + : Positif lemah : Positif kuat sekali + + : Positif Menurut Galeffi et al (1997), jenis M. pervilleana mengandung 2 jenis isoflavonoid terprenilasi atau tergeranilasi yang menunjukkan aktivitas toksisitas yang tinggi pada bagian akar tanaman tersebut. Penelitian yang juga dilakukan oleh Dagne et al (1989), menunjukkan adanya kandungan chalcone dan tujuh jenis isoflavonoid pada akar dan biji tanaman M. ferruginea subsp. Darassana. M. conraui, FTIP001640/031

13 18 M. laurantii dan M. sanagana digunakan sebagai obat sakit perut yang disebabkan parasit pada anak (Singhal, 1982). M. zechiana digunakan sebagai obat bronchial rhinopharyngial. Ekstrak akar dan batang M. griffoniana digunakan sebagai obat tradisional, insektisida, mengurangi peradangan yang disebabkan penyakit paru dan asma, infertilitas, smenorrhea dan masalah menopause (Sandberg and Cronlund, 1977). Ekstrak akar M. griffoniana mengandung isoflavon Griffonianone D yang bersifat mengurangi peradangan (antiimflamantory) (Yankep et. al., 2003). Petani nira di daerah Jawa Barat khususnya nira aren dan kelapa, masih banyak yang memanfaatkan akar tanaman kawao untuk mengawetkan nira agar tidak cepat berubah menjadi asam dan memiliki bau yang khas setelah diolah menjadi gula. Penggunaan akar tanaman kawao oleh para petani biasanya dengan cara mememarkan akar tanaman kawao sebesar ibu jari dan memasukkannya ke dalam lodong atau wadah yang digunakan untuk menampung nira. Sebelumnya wadah yang digunakan dicuci dengan air panas dan untuk lodong bambu dilanjutkan dengan diasapi terlebih dahulu sebelum digunakan untuk membunuh mikroorganisme kontaminan. Akar kawao dalam bentuk segar tidak tahan lama dalam penyimpanannya karena masih mengandung komponen air yang tinggi yaitu 66,34% (Dirga, 2011). Umur simpan akar kawao dapat diperpanjang melalui proses pengeringan. Pengeringan bertujuan untuk mencegah fermentasi mikrobial dan degradasi senyawa metabolit berkelanjutan. Pengeringan akar kawao akan menghasilkan chip atau gaplek seperti yang disajikan pada Gambar 5. Gaplek atau chip akar kawao dapat diekstrak lebih lanjut sehingga fitokimia yang terkandung di dalamnya dapat diisolasi FTIP001640/032

14 19 dan pada akhirnya dapat dijadikan sediaan bahan pengawet nira. Penelitian yang dilakukan Fillianty (2007), Kusumah (1992) dan Widipratomo (2006) menunjukkan bahwa akar kawao dapat menghambat kerusakan pada nira segar. Gambar 4. Gaplek Akar Kawao (Millettia sericea) (Dokumentasi Pribadi, 2011) 2.6. Ekstrak Bahan Alam Ekstraksi adalah cara untuk mengisolasi metabolit atau isolat dari bahan alam yang dapat teridentifikasi sebagai komponen dengan berbagai jenis ikatan atau dapat juga senyawa fitokimia (Seidel dalam Sarker, 2006). Ekstraksi adalah pemisahan bagian yang aktif jaringan tanaman atau hewan dari komponen inaktif atau inert menggunakan pelarut tertentu sesuai standar prosedur ekstraksi. Prinsip dari ekstraksi adalah ketika komponen padatan bersentuhan dengan pelarut, komponen terlarut di dalam padatan akan berpindah ke dalam pelarut. Hasil dari ekstraksi adalah perpindahan massa komponen terlarut ke dalam pelarut sehingga akan menimbulkan peningkatan konsentrasi. Laju perpindahan masa akan berkurang seiring dengan meningkatnya konsentrasi komponen terlarut di dalam pelarut hingga mencapai titik kesetimbangan (Handa, 2008). FTIP001640/033

15 20 Menurut Seidel dalam Sarker (2006), terdapat berbagai metode ekstraksi bahan alam dengan menggunakan ekstraksi-solvent (ekstraksi menggunakan pelarut) yaitu maserasi, perkolasi, ekstraksi soxhlet, refluks dan distilasi. Pada ektraksi menggunakan pelarut, terdapat beberapa perlakuan pendahuluan yang harus dilakukan yaitu pengeringan dan pengecilan ukuran. Pengeringan bertujuan untuk mencegah tumbuhnya mikroorganisme kontaminan, mencegah terjadinya kerusakan metabolit dan menghambat reaksi enzimatis. Sedangkan proses pengecilan unkuran bertujuan untuk meningkatkan proses ekstraksi selanjutnya dengan sampel yang lebih homogen, meningkatkan luas permukaan dan memfasilitasi penetrasi pelarut ke dalam sel. Metode ekstraksi yang sederhana dan banyak digunakan adalah metode maserasi. Maserasi merupakan proses ekstraksi menggunakan pelarut diam atau dengan beberapa kali pengocokan pada suhu ruang (Singh, 2008). Ekstraksi akhirnya berhenti ketika keseimbangan terjadi antara konsentrasi metabolit dalam ekstrak dan bahan tanaman. Setelah ekstraksi, sisa bahan tanaman harus dipisahkan dari pelarut dan senyawa yang diektrak dipisahkan lebih lanjut dari pelarutnya (Seidel, 2006, dalam Sarker, 2006). Pemisahan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan rotary evaporator pada suhu 30-40º C (Harborne, 1987). Proses ekstraksi dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti jenis pelarut, suhu, rasio pelarut dan bahan baku serta ukuran partikel. Jenis pelarut mempengaruhi senyawa yang tersaring, jumlah solut yang terekstrak dan kecepatan ekstraksi. Secara umum, kenaikan suhu akan meningkatkan jumlah zat terlarut ke dalam pelarut. Sedangkan rasio pelarut yang semakin besar akan memperbesar pula jumlah senyawa FTIP001640/034

16 21 yang terlarut. Faktor lain seperti ukuran partikel akan meningkatkan laju ekstraksi apabila ukuran partikel bahan baku semakin kecil (Lansida, 2011, dikutip Wulandari, 2011). Metode pemisahan secara ektraksi ini membutuhkan pelarut sebagai media perpindahan komponen sehingga disebut solvent extraction. Jika produk yang dihasilkan akan digunakan dalam produk pangan maka harus menggunakan pelarut yang sesuai dengan aturan. Menurut European Union and Governmental regulations, pelarut yang diperbolehkan adalah air dan pelarut lein seperti propane, butane, etil asetat, etanol, CO2, N2O dan aseton (Bart, 2011). Pelarut yang dipilih harus memenuhi syarat sebagai seperti tidak mudah bereaksi, tidak beracun, tidak mudah terbakar, ekonomis dan mudah didaur ulang dengan metode evaporasi (Seidel, 2006, dalam Sarker, 2006) Pelarut Etanol Etanol atau etil alkohol yang memiliki rumus kimia CH3CH2OH adalah salah satu senyawa organik yang mengandung oksigen paling serba guna karena kombinasi yang unik dari sifat-sifat etanol sebagai pelarut, obat penghilang kuman penyakit, minuman, antibeku (antifreeze), bahan bakar, obat penenang dan terutama sebagai bahan kimia lanjutan untuk pembuatan bahan kimia organik lainnya (Tau, Elango dan Joseph, 1994 dikutip Wulandari, 2011). Etanol merupakan cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, encer serta tidak berwarna (Widyawati, 2005). Sifat kimia dan fisik etanol terutama bergantung pada gugus hidroksilnya. Gugus hidroksil ini memberi polaritas terhadap molekul dan FTIP001640/035

17 22 meningkatkan ikatan hidrogen antar molekul (Tau, et al., dikutip Wulandari, 2011). Kepolaran relatif dari etanol lebih kecil yaitu sebesar 0,654. Menurut Tau, et al. (1994) dikutip Wulandari (2011), menyatakan bahwa dalam lingkungan industri, etanol bukan merupakan bahan kimia yang membahayakan bagi kesehatan. Jika dalam lingkungan industri terdapat ventilasi yang sesuai, maka sedikit kemungkinan bahwa penghirupan uap dari etanol tidak akan membahayakan. Nilai ambang batas dari uap etanol di udara adalah 1000 rpm selama 8 jam, tetapi jika konsentrasinya mencapai rpm akan menyebabkan iritasi mata dan selaput lendir dari sistem pernafasan bagian atas. Sifat fisik etanol ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4. Sifat Fisik Etanol Sifat Titik beku ( C) Titik didih ( C) Densitas (g/ml) Viskositas (mpa.s=scp) pada 20 C Panas spesifik pada 20 C (J/(g. C)) Konduktivitas thermal pada 20 C (W(m.K)) Momen dipole cairan pada 25 C (C.m) Konstanta dielektrik pada 20 C Jumlah -114,1 78,32 0,7893 1,17 2,42 0,170 5,64 x ,7 Sumber : Tau, et al. (1994) dikutip Wulandari (2011) Menurut Morris, et al. (1993) dikutip Wulandari (2011), beberapa kegunaan dari etanol yang tampak secara ekonomis adalah sebagai bahan kimia lanjutan dalam industri untuk pembuatan bahan kimia lainnya seperti asetildehida, asam asetat, etil asetat dan dietil eter. Etanol juga dapat dijadikan sebagai pelarut untuk berbagai substansi kimia serta komponen bahan baku untuk farmasi, parfum, flavor dan lain sebagainya. FTIP001640/036

18 23 Menurut Lewis (1989) dikutip Wulandari (2011), penggunaan etanol dalam makanan digunakan sebagai antimikrobial dan sebagai pelarut dalam proses ekstraksi. Etanol sebagai pelarut merupakan bahan pengawet kedua setelah air. Kebanyakan etanol yang digunakan sebagai pelarut adalah 95% etanol dan 5% H2O. Sedangkan etanol murni (100%) dapat diperoleh dari proses distilasi azeotropik dengan menggunakan benzene atau diperoleh dari perlakuan menggunakan kalsium oksida. Alkohol murni ini disebut sebagai etanol mutlak atau absolute etanol (Spangler, 1980 dikutip Wulandari, 2011). FTIP001640/037

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri gula di Indonesia pernah berjaya di tahun 1930-an, yang mampu mengekspor sekitar 2,4 juta - 3 juta ton gula (Sudana et al., 2000 dikutip Rachma, 2006). Namun

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG III. KERANGKA PIKIRAN DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Pikiran Salah satu permasalahan yang menyebabkan rendemen gula rendah di pabrik-pabrik gula di Indonesia adalah masalah downtime pabrik yang disebabkan

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG V. HASIL PEMBAHASAN 5.1. Sukrosa Perubahan kualitas yang langsung berkaitan dengan kerusakan nira tebu adalah penurunan kadar sukrosa. Sukrosa merupakan komponen utama dalam nira tebu yang dijadikan bahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar belakang

PENDAHULUAN Latar belakang PENDAHULUAN Latar belakang Kebutuhan konsumsi gula di Indonesia sejak tahun 1970-an selalu melebihi kapasitas produksi dalam negeri sehingga menyebabkan Indonesia menjadi negara pengimpor gula. Indonesia

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan konsumen terhadap makanan dengan kualitas tinggi tanpa pengawet kimia merupakan suatu tantangan bagi industri pangan saat ini. Pencemaran mikroorganisme pada

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Enzim Invertase Enzim adalah senyawa yang struktur dan aktivitasnya berintegrasi dengan protein yang berfungsi sebagai katalisator reaksi organik (Lehninger, 1993). Enzim bekerja

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis, dan (7)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Nira adalah cairan yang rasanya manis dan diperoleh dari bagian tandan

PENDAHULUAN. Nira adalah cairan yang rasanya manis dan diperoleh dari bagian tandan PENDAHULUAN Latar Belakang Nira adalah cairan yang rasanya manis dan diperoleh dari bagian tandan bunga jantan tanaman penghasil nira seperti aren, kelapa, tebu, bit, sagu, kurma, nipah, siwalan, mapel,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Berbagai jenis tumbuhan di Indonesia mempunyai banyak manfaat bagi. kelangsungan hidup manusia. Salah satunya adalah tanaman aren (Arenga

PENDAHULUAN. Berbagai jenis tumbuhan di Indonesia mempunyai banyak manfaat bagi. kelangsungan hidup manusia. Salah satunya adalah tanaman aren (Arenga PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan wilayah yang memiliki kekayaan alam melimpah. Berbagai jenis tumbuhan di Indonesia mempunyai banyak manfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Salah satunya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pohon aren atau enau (Arenga pinnata) adalah pohon yang banyak

TINJAUAN PUSTAKA. Pohon aren atau enau (Arenga pinnata) adalah pohon yang banyak TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Tanaman Aren Pohon aren atau enau (Arenga pinnata) adalah pohon yang banyak dijumpai di daerah tropis dan merupakan salah satu sumber daya alam yang berkesinambungan karena

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi Proksimat Komposisi rumput laut Padina australis yang diuji meliputi kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, dan kadar abu tidak larut asam dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fermentasi yang banyak ditemui dalam produk bir, anggur dan sebagainya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fermentasi yang banyak ditemui dalam produk bir, anggur dan sebagainya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Alkohol Alkohol (C 2 5 O) merupakan bahan alami yang dihasilkan dari proses fermentasi yang banyak ditemui dalam produk bir, anggur dan sebagainya. Sebutan alkohol biasanya diartikan

Lebih terperinci

BIOETHANOL. Kelompok 12. Isma Jayanti Lilis Julianti Chika Meirina Kusuma W Fajar Maydian Seto

BIOETHANOL. Kelompok 12. Isma Jayanti Lilis Julianti Chika Meirina Kusuma W Fajar Maydian Seto BIOETHANOL Kelompok 12 Isma Jayanti Lilis Julianti Chika Meirina Kusuma W Fajar Maydian Seto PENGERTIAN Bioethanol adalah ethanol yang bahan utamanya dari tumbuhan dan umumnya menggunakan proses farmentasi.

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISASI AWAL BAHAN Karakterisistik bahan baku daun gambir kering yang dilakukan meliputi pengujian terhadap proksimat bahan dan kadar katekin dalam daun gambir kering.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Madu

Proses Pembuatan Madu MADU PBA_MNH Madu cairan alami, umumnya berasa manis, dihasilkan oleh lebah madu dari sari bunga tanaman (floral nektar); atau bagian lain dari tanaman (ekstra floral nektar); atau ekskresi serangga cairan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Molase Molase adalah hasil samping dari proses pembuatan gula tebu. Meningkatnya produksi gula tebu Indonesia sekitar sepuluh tahun terakhir ini tentunya akan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tebu Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman ini memerlukan udara panas yaitu 24-30 ºC dengan perbedaan suhu musiman tidak lebih dari 6 ºC, perbedaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karena karbohidrat merupakan sumber kalori yang murah. Jumlah kalori yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karena karbohidrat merupakan sumber kalori yang murah. Jumlah kalori yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karbohidrat 1. Definisi karbohidrat Karbohidrat merupakan sumber kalori utama bagi hampir seluruh penduduk dunia, khususnya bagi penduduk negara yang sedang berkembang karena

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikroorganisme Lokal (MOL) Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan utama

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan Pengeringan yang dilakukan dua kali dalam penelitian ini bertujuan agar pengeringan pati berlangsung secara merata. Setelah dikeringkan dan dihaluskan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) Abstrak Kulit buah langsat diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut yang berbeda

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bioaktivator Menurut Wahyono (2010), bioaktivator adalah bahan aktif biologi yang digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator bukanlah pupuk, melainkan

Lebih terperinci

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN BAB VI PEMBAHASAN Pada praktikum ini membahas mengenai Kurva Pertumbuhan Mikroorganisme Selama Proses Fermentasi Kombucha. Kombucha merupakan sebagai minuman hasil fermentasi seduhan teh bergula yang mempunyai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi 24 Rancangan ini digunakan pada penentuan nilai KHTM. Data yang diperoleh dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA) pada tingkat kepercayaan 95% dan taraf α 0.05, dan menggunakan uji Tukey sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirup 2.1.1 Defenisi Sirup Sirup adalah larutan pekat dari gula yang ditambah obat dan merupakan larutan jernih berasa manis. Dapat ditambah gliserol, sorbitol atau polialkohol

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buah Naga Buah naga atau dragon fruit merupakan buah yang termasuk kedalam kelompok tanaman kaktus. Buah naga berasal dari Negara Mexico, Amerika Tengah dan Amerika Selatan.

Lebih terperinci

IV. Hasil dan Pembahasan

IV. Hasil dan Pembahasan IV. Hasil dan Pembahasan 4.1. Keasaman Total, ph. Ketebalan Koloni Jamur dan Berat Kering Sel pada Beberapa Perlakuan. Pada beberapa perlakuan seri pengenceran kopi yang digunakan, diperoleh data ph dan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. tebu, bit, maple, siwalan, bunga dahlia dan memiliki rasa manis. Pohon aren adalah

I PENDAHULUAN. tebu, bit, maple, siwalan, bunga dahlia dan memiliki rasa manis. Pohon aren adalah I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya antibakteri

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya antibakteri BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya antibakteri ekstrak etanol daun ciplukan (Physalis angulata L.) dalam bentuk sediaan obat kumur terhadap bakteri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bubur buah (puree) mangga adalah bahan setengah jadi yang digunakan sebagai

I. PENDAHULUAN. Bubur buah (puree) mangga adalah bahan setengah jadi yang digunakan sebagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bubur buah (puree) mangga adalah bahan setengah jadi yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan minuman sari buah atau nektar, produk roti, susu, permen, selai dan jeli

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari

I. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam budidaya perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari biaya produksi. Pakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Etanol disebut juga etil alkohol dengan rumus kimia C2H5OH atau

BAB I PENDAHULUAN. Etanol disebut juga etil alkohol dengan rumus kimia C2H5OH atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Etanol disebut juga etil alkohol dengan rumus kimia C2H5OH atau CH3CH2OH dengan titik didihnya 78,4 C. Sementara bioetanol adalah etanol yang diproduksi dari proses

Lebih terperinci

Bab IV Data dan Hasil Pembahasan

Bab IV Data dan Hasil Pembahasan Bab IV Data dan Hasil Pembahasan IV.1. Seeding dan Aklimatisasi Pada tahap awal penelitian, dilakukan seeding mikroorganisme mix culture dengan tujuan untuk memperbanyak jumlahnya dan mengadaptasikan mikroorganisme

Lebih terperinci

membantu pemerintah dalam menanggulangi masalah pengangguran dengan

membantu pemerintah dalam menanggulangi masalah pengangguran dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis gula yang terjadi belakangan ini mengakibatkan konsumsi pemanis selalu melampaui produksi dalam negeri, sehingga Indonesia terpaksa mengimpor pemanis dari luar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tongkol jagung merupakan limbah tanaman yang setelah diambil bijinya tongkol jagung tersebut umumnya dibuang begitu saja, sehingga hanya akan meningkatkan jumlah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk meningkatkan ekspor non migas. Selain itu juga kakao juga digunakan

I. PENDAHULUAN. untuk meningkatkan ekspor non migas. Selain itu juga kakao juga digunakan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao Linn) atau lazim pula disebut tanaman cokelat, merupakan komoditas perkebunan yang terus dipacu perkembangannya, terutama untuk meningkatkan ekspor

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka. Penelitian, (6) Hipotesis, dan (7) Tempat Penelitian.

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka. Penelitian, (6) Hipotesis, dan (7) Tempat Penelitian. 12 I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanas merupakan buah tropis yang banyak dibudidayakan di berbagai daerah di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (2013) dalam Lathiifah dkk. (2014), produksi nanas

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin banyak. Upaya pemenuhan

I. PENDAHULUAN. mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin banyak. Upaya pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Gula merupakan kebutuhan pokok masyarakat Indonesia. Setiap tahun konsumsi gula penduduk Indonesia semakin meningkat. Produksi gula tebu dalam negeri tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan bakar memiliki peran yang penting dalam kehidupan manusia. Krisis energi yang terjadi di dunia dan peningkatan populasi manusia sangat kontradiktif dengan kebutuhan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakterisasi Tepung Onggok Karakterisasi tepung onggok dapat dilakukan dengan menganalisa kandungan atau komponen tepung onggok melalui uji proximat. Analisis proximat adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Bakteri Acetobacter xylinum Kedudukan taksonomi bakteri Acetobacter xylinum menurut Holt & Hendrick (1994) adalah sebagai berikut : Divisio Klass Ordo Subordo Famili

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Tanaman Singkong Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang cukup potensial di Indonesia selain padi dan jagung. Tanaman singkong termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya hidup sehat, tuntutan terhadap bahan pangan juga bergeser. Bahan pangan yang banyak diminati konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pisang merupakan buah yang umum ditemui di Indonesia. Badan Pusat statistik mencatat pada tahun 2012 produksi pisang di Indonesia adalah sebanyak 6.189.052 ton. Jumlah

Lebih terperinci

Struktur Aldehid. Tatanama Aldehida. a. IUPAC Nama aldehida dinerikan dengan mengganti akhiran a pada nama alkana dengan al.

Struktur Aldehid. Tatanama Aldehida. a. IUPAC Nama aldehida dinerikan dengan mengganti akhiran a pada nama alkana dengan al. Kamu tentunya pernah menyaksikan berita tentang penyalah gunaan formalin. Formalin merupakan salah satu contoh senyawa aldehid. Melalui topik ini, kamu tidak hanya akan mempelajari kegunaan aldehid yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan sudah tidak layak jual atau busuk (Sudradjat, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan sudah tidak layak jual atau busuk (Sudradjat, 2006). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambahan jumlah penduduk serta meningkatnya aktivitas pembangunan menyebabkan jumlah sampah dan pemakaian bahan bakar. Bahan bakar fosil seperti minyak bumi saat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produksi buah tropis di Indonesia cukup beragam, salah satu buah yang dibudidayakan adalah buah nanas yang cukup banyak terdapat di daerah Lampung, Subang, Bogor,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG 1 Lampiran 1. Prosedur dan Hasil Percobaan Pendahuluan A. Karakterisasi Nira Tebu Tujuan : Mengetahui sifat fisik dan kimia nira tebu yang digunakan dalam penelitian Prosedur : 1) Pengujian sifat kimia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2)

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dan sumber kalori yang cukup tinggi, sumber vitamin (A, C,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Daging ayam merupakan salah satu bahan pangan yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang berkualitas tinggi

Lebih terperinci

1.3 Tujuan Percobaan Tujuan pada percobaan ini adalah mengetahui proses pembuatan amil asetat dari reaksi antara alkohol primer dan asam karboksilat

1.3 Tujuan Percobaan Tujuan pada percobaan ini adalah mengetahui proses pembuatan amil asetat dari reaksi antara alkohol primer dan asam karboksilat 1.1 Latar Belakang Senyawa ester hasil kondensasi dari asam asetat dengan 1-pentanol akan menghasilkan senyawa amil asetat.padahal ester dibentuk dari isomer pentanol yang lain (amil alkohol) atau campuran

Lebih terperinci

KUALITAS BIOETANOL LIMBAH PADAT BASAH TAPIOKA DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA. Skripsi

KUALITAS BIOETANOL LIMBAH PADAT BASAH TAPIOKA DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA. Skripsi 0 KUALITAS BIOETANOL LIMBAH PADAT BASAH TAPIOKA DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

J. Gaji dan upah Peneliti ,- 4. Pembuatan laporan ,- Jumlah ,-

J. Gaji dan upah Peneliti ,- 4. Pembuatan laporan ,- Jumlah ,- Anggaran Tabel 2. Rencana Anggaran No. Komponen Biaya Rp 1. Bahan habis pakai ( pemesanan 2.500.000,- daun gambir, dan bahan-bahan kimia) 2. Sewa alat instrument (analisa) 1.000.000,- J. Gaji dan upah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Fitokimia Sampel Kering Avicennia marina Uji fitokimia ini dilakukan sebagai screening awal untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder pada sampel. Dilakukan 6 uji

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi awal blotong dan sludge pada penelitian pendahuluan menghasilkan komponen yang dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Karakteristik blotong dan sludge yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting, terutama di jaman modern dengan mobilitas manusia yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting, terutama di jaman modern dengan mobilitas manusia yang sangat 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber energi utama umat manusia saat ini diperoleh dari bahan bakar fosil yang salah satunya yaitu bahan bakar minyak (BBM) yang merupakan cairan yang sangat penting,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Asam Laktat dari Molases dengan Proses Fermentasi Kapasitas ton/tahun

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Asam Laktat dari Molases dengan Proses Fermentasi Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Di zaman yang semakin berkembang dan modern ini, Indonesia perlu lebih meningkatkan taraf hidup bangsa yaitu dengan pembangunan dalam sektor industri.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tersebut, pemerintah mengimpor sebagian BBM. Besarnya ketergantungan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tersebut, pemerintah mengimpor sebagian BBM. Besarnya ketergantungan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertambahan jumlah penduduk telah meningkatkan kebutuhan sarana transportasi dan aktivitas industri yang berakibat pada peningkatan kebutuhan dan konsumsi Bahan Bakar Minyak

Lebih terperinci

UJI IDENTIFIKASI ETANOL DAN METANOL

UJI IDENTIFIKASI ETANOL DAN METANOL UJI IDENTIFIKASI ETANOL DAN METANOL Alkohol merupakan senyawa turunan alkana yang mengandung gugus OH dan memiliki rumus umum R-OH, dimana R merupakan gugus alkil. Adapun rumus molekul dari alkohol yaitu

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN Kadar Lemak dan Kadar Air

4. PEMBAHASAN Kadar Lemak dan Kadar Air 4. PEMBAHASAN Fermentasi spontan merupakan fermentasi bahan pangan dimana dalam pembuatannya dibantu oleh mikroorganisme yang terdapat di dalam proses fermentasi (Suprihatin, 2010). Pengolahan biji kakao

Lebih terperinci

KARBOHIDRAT. Pendahuluan. Pertemuan ke : 3 Mata Kuliah : Kimia Makanan / BG 126

KARBOHIDRAT. Pendahuluan. Pertemuan ke : 3 Mata Kuliah : Kimia Makanan / BG 126 Pertemuan ke : 3 Mata Kuliah : Kimia Makanan / BG 126 Program Studi : Pendidikan Tata Boga Pokok Bahasan : Karbohidrat Sub Pokok Bahasan : 1. Pengertian karbohidrat : hasil dari fotosintesis CO 2 dengan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. WARNA KULIT BUAH Selama penyimpanan buah pisang cavendish mengalami perubahan warna kulit. Pada awal pengamatan, buah berwarna hijau kekuningan dominan hijau, kemudian berubah

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Peneltian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dietil eter merupakan salah satu bahan kimia yang sangat dibutuhkan dalam industri dan salah satu anggota senyawa eter yang mempunyai kegunaan yang sangat penting.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jagung (Zea mays) Menurut Effendi S (1991), jagung (Zea mays) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting selain padi dan gandum. Kedudukan tanaman ini menurut

Lebih terperinci

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN BAB VI PEMBAHASAN Praktikum kali ini membahas mengenai isolasi khamir pada cider nanas. Cider merupakan suatu produk pangan berupa minuman hasil fermentasi dengan kandungan alkohol antara 6,5% sampai sekitar

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. SUSUT BOBOT Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan mutu tomat. Perubahan terjadi bersamaan dengan lamanya waktu simpan dimana semakin lama tomat disimpan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dengan pelarut etil asetat. Etil asetat merupakan pelarut semi polar yang volatil (mudah

Lebih terperinci

SMA XII (DUA BELAS) BIOLOGI METABOLISME

SMA XII (DUA BELAS) BIOLOGI METABOLISME JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMA XII (DUA BELAS) BIOLOGI METABOLISME Metabolisme adalah seluruh reaksi kimia yang dilakukan oleh organisme. Metabolisme juga dapat dikatakan sebagai proses

Lebih terperinci

BIOKIMIA Kuliah 1 KARBOHIDRAT

BIOKIMIA Kuliah 1 KARBOHIDRAT BIOKIMIA Kuliah 1 KARBOHIDRAT 1 Karbohidrat Karbohidrat adalah biomolekul yang paling banyak terdapat di alam. Setiap tahunnya diperkirakan kira-kira 100 milyar ton CO2 dan H2O diubah kedalam molekul selulosa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan bahan yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan fungsinya tidak pernah digantikan oleh senyawa lain. Sebuah molekul air terdiri dari sebuah atom

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Senyawa gliserol yang merupakan produk samping utama dari proses pembuatan biodiesel dan sabun bernilai ekonomi cukup tinggi dan sangat luas penggunaannya

Lebih terperinci

KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN EKSTRAK ETANOL DAUN BERTONI (Stevia rebaudiana) DARI TIGA TEMPAT TUMBUH

KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN EKSTRAK ETANOL DAUN BERTONI (Stevia rebaudiana) DARI TIGA TEMPAT TUMBUH KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN EKSTRAK ETANOL DAUN BERTONI (Stevia rebaudiana) DARI TIGA TEMPAT TUMBUH Dian Kartikasari 1, Nurkhasanah 2, Suwijiyo Pramono 3 1 Pasca sarjana prodi Farmasi Universitas Ahmad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara bagian tropis yang kaya akan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara bagian tropis yang kaya akan sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan negara bagian tropis yang kaya akan sumber daya alamnya terutama pada tanaman penghasil karbohidrat berupa serat, gula, maupun pati. Pada umumnya

Lebih terperinci

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN EFEK PENGERINGAN TERHADAP PANGAN HASIL TERNAK PERLAKUAN SEBELUM

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SAMPAH SAYURAN SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL.

PEMANFAATAN SAMPAH SAYURAN SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL. Pemanfaatan Sampah Sayuran sebagai Bahan Baku Pembuatan Bioetanol (Deby Anisah, Herliati, Ayu Widyaningrum) PEMANFAATAN SAMPAH SAYURAN SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL Deby Anisah 1), Herliati 1),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kelapa (Cocos Nucifera Linn.) merupakan tanaman yang tumbuh di negara yang beriklim tropis. Indonesia merupakan produsen kelapa terbesar di dunia. Menurut Kementerian

Lebih terperinci

TEKNIK PENGHAMBATAN DEGRADASI SUKROSA DALAM NIRA TEBU

TEKNIK PENGHAMBATAN DEGRADASI SUKROSA DALAM NIRA TEBU TEKNIK PENGHAMBATAN DEGRADASI SUKROSA DALAM NIRA TEBU (Saccharum officinarum) MENGGUNAKAN AKAR KAWAO (Millettia sericea) DAN KULIT BATANG MANGGIS (Garcinia mangostana L.) FITRY FILIANTY SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dengan kisaran 321 ribu hektar, 64,74% diantaranya terdapat di pulau jawa

TINJAUAN PUSTAKA. dengan kisaran 321 ribu hektar, 64,74% diantaranya terdapat di pulau jawa TINJAUAN PUSTAKA Tebu Tebu merupakan tanaman yang tumbuh dengan baik di Indonesia. Menurut data yang berhasil dihimpun, perkebunan tebu di Indonesia mencapai luas areal dengan kisaran 321 ribu hektar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pisang merupakan buah yang tumbuh di daerah-daerah di Indonesia. Menurut data Direktorat Jendral Hortikultura produksi pisang pada tahun 2010 adalah sebanyak 5.755.073

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengembangannya, terutama untuk meningkatkan ekspor non migas. Selain itu

I. PENDAHULUAN. pengembangannya, terutama untuk meningkatkan ekspor non migas. Selain itu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kakao merupakan komoditas perkebunan andalan yang terus dipacu pengembangannya, terutama untuk meningkatkan ekspor non migas. Selain itu juga digunakan untuk memenuhi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

KULIAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN GULA, GARAM DAN ASAM. Disiapkan oleh: Siti Aminah

KULIAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN GULA, GARAM DAN ASAM. Disiapkan oleh: Siti Aminah KULIAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN GULA, GARAM DAN ASAM Disiapkan oleh: Siti Aminah PERAN GULA DALAM PENGAWETAN Bakteri, ragi dan kapang disusun oleh membrane yang menyebabkan air dapat masuk atau keluar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. banyak jumlahnya. Menurut Basse (2000) jumlah kulit pisang adalah 1/3 dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. banyak jumlahnya. Menurut Basse (2000) jumlah kulit pisang adalah 1/3 dari 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kulit Pisang Kulit pisang merupakan bahan buangan (limbah buah pisang) yang cukup banyak jumlahnya. Menurut Basse (2000) jumlah kulit pisang adalah 1/3 dari buah pisang yang belum

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Selama fermentasi berlangsung terjadi perubahan terhadap komposisi kimia substrat yaitu asam amino, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral, selain itu juga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Biogas Biogas adalah gas yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan limbah organik, seperti kotoran ternak dan sampah organik oleh bakteri anaerob ( bakteri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perubahan Ion Leakage Ion merupakan muatan larutan baik berupa atom maupun molekul dan dengan reaksi transfer elektron sesuai dengan bilangan oksidasinya menghasilkan ion.

Lebih terperinci

DIVERSIFIKASI PRODUK AREN UNTUK PANGAN DAN PROSPEK PASAR

DIVERSIFIKASI PRODUK AREN UNTUK PANGAN DAN PROSPEK PASAR DIVERSIFIKASI PRODUK AREN UNTUK PANGAN DAN PROSPEK PASAR Prof. Dr. Ir. Eni Harmayani, M.Sc & Tim Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada Disampaikan pada Pertemuan Pengembanan dan Pemanfaatan

Lebih terperinci

PENGAWETAN PANGAN. Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama

PENGAWETAN PANGAN. Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama PENGAWETAN PANGAN I. PENDAHULUAN Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia, karena didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bakteri merupakan salah satu penyebab utama masalah kesehatan di dunia, terutama di negara tropis. Di daerah tropis seperti Indonesia, penyakit yang disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya hidup sehat, tuntutan terhadap bahan pangan juga bergeser. Bahan pangan yang banyak diminati konsumen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asam Oksalat Asam oksalat pertama kali disintesis oleh Carl W.Scheele pada tahun 1776 dengan cara mengoksidasi gula dengan asan nitrat (Kirk-Othmer,1996). Pada tahun 1784 telah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar penyakit diawali oleh adanya reaksi oksidasi yang berlebihan di dalam tubuh. Reaksi oksidasi ini memicu terbentuknya radikal bebas yang sangat aktif

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci