BAB I DESAIN ARSITEKTUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I DESAIN ARSITEKTUR"

Transkripsi

1 BAB I DESAIN ARSITEKTUR Pembuatan desain produk terdiri dari dua pembahasan yaitu desain arsitektur dan desain industri. Pada bab ini akan dibahas tentang desain arsitektur. 1.1 Desain Arsitektur Arsitektur produk adalah penugasan elemen-elemen fungsional dari produk terhadap kumpulan bangunan fisik (physical building blocks) produk. Tujuan arsitektur produk adalah menguraikan komponen fisik dasar dari produk, apa yang harus dilakukan komponen tersebut dan seperti apa penghubung atau pembatas (interface) yang digunakan untuk peralatan lainnya. Sebuah produk dianggap terdiri dari elemen fungsional dan fisik. Elemen-elemen fungsional dari produk terdiri atas operasi dan transformasi yang menyumbang terhadap kinerja keseluruhan produk. Elemen-elemen fisik dari sebuah produk adalah bagian-bagian produk (part), komponen, dan sub rakitan yang pada akhirnya diimplementasikan terhadap fungsi produk. Elemen-elemen fisik diuraikan lebih rinci ketika usaha pengembangan berlanjut. Beberapa elemen fisik ditentukan oleh konsep produk, dan yang lainnya ditentukan selama fase perancangan detail. Elemen fisik produk biasanya diorganisasikan menjadi beberapa building blocks utama yang disebut chunks. Setiap chunks terdiri dari sekumpulan komponen yang mengimplementasikan fungsi dari produk. Terdapat 2 jenis karakteristik produk, yaitu: a. Modular Arsitektur paling modular adalah yang setiap elemen fungsionalnya diimplementasikan oleh satu chunk. Terdapat beberapa interaksi antar chunk yang dapat dijelaskan dengan baik. Arsitektur modular mempermudah perubahan desain suatu chunk tanpa merubah chunk lainnya agar produk dapat berfungsi secara baik. Chunk juga didesain cukup independen satu dengan lainnya. Gambar 1.1 Contoh Produk Modular 51

2 b. Integral Elemen-elemen fungsional dari produk diimplementasikan dengan menggunakan lebih dari satu chunk. Satu chunk mengimplementasikan beberapa elemen fungsional. Interaksi antar chunk sulit dijelaskan dan mungkin bersifat insidental (tidak diprediksi sebelumnya) terhadap fungsi utama produk. Gambar 1.2 Contoh Produk Integral Desain arsitektur berfokus pada fungsi utama suatu produk sedangkan pada desain industri tidak hanya berfokus pada fungsi tetapi dari berbagai aspek lain, seperti desain produk, aspek ergonomis, dan sebagainya Tipe-Tipe Modularitas Arsitektur modular terdiri dari tiga tipe yaitu slot, bus, dan seksional. Perbedaan antara ketiga tipe ini terletak pada acara pengaturan interaksi antar chunk. a. Arsitektur Modular Slot Masing-masing penghubung antar chunk pada arsitektur modular slot mempunyai tipe yang berbeda dari yang lain. Karena itu beberapa chunk yang terdapat pada produk tidak dapat dipertukarkan. b. Arsitektur Modular Bis Pada arsitektur jenis ini, chunk-chunk yang berbeda dapat dihubungkan ke produk melalui hubungan yang sama. Contohnya adalah perluasan card untuk personal komputer. Produkproduk non-elektronik juga dapat dibuat di sekitar arsitektur modular bis. Lampu jalan, sistem penyusunan yang menggunakan rel, rak-rak yang dapat disesuaikan yang terdapat di atas mobil semuanya berbentuk aristektur modular bis. 52

3 c. Arsitektur Modular Seksional Semua penghubung mempunyai tipe yang sama tetapi tidak ada satu elemen tunggal yang semua chunk-chunk berbeda dapat dipasang sekaligus. Contoh lainnya sistem pipa, sofa yang melingkar, dinding pemisah kantor dan beberapa sistem komputer merupakan contoh dari arsitektur modular seksional Menetapkan Arsitektur Karena arsitektur produk akan mempunyai implikasi yang dalam terhadap aktivitas pengembangan produk selanjutnya, terhadap proses manufaktur dan pemasaran produk jadi, maka perlu dilakukan suatu usaha lintas fungsi oleh tim pengembangan penjelasan mengenai chunkchunk utama, dan dokumentasi interaksi penting antar chunk. Pada bab ini direkomendasikan metode yang terdiri dari 4 langkah, yaitu: a. Membuat skema produk Skema adalah diagram yang menggambarkan pengertian tim terhadap elemen-elemen penyusun produk. Skema harus mencerminkan pemahaman tim yang terbaik mengenai kondisi produk. Namun, bukan berarti skema harus mengandung setiap detail pemikiran. Detail-detail ini maupun elemen fungsional yang lebih rinci lainnya akan ditangguhkan sampai langkah selanjutnya. Contoh skema untuk produk meja setrika disajikan dalam Gambar 1.3. KAKI MEJA KERANGKA MEJA BANTALAN KAKI BUSA ALAS RAK BAJU KAIN PELAPIS TEMPAT MELETAKKAN SETRIKA Aliran material Gambar 1.3 Skema Produk Meja Setrika 53

4 b. Mengelompokkan elemen-elemen yang terdapat pada skema Salah satu prosedur untuk mengatur kompleksitas alternatif adalah dengan mengasumsikan bahwa setiap elemen pada skema akan ditugaskan terhadap satu chunk tersendiri. Kemudian secara bertahap dilakukan pengelompokkan jika memungkinkan. Untuk mengetahui kapan sebaiknya pengelompokkan dilakukan, dapat dilihat pengelompokkan elemen-elemen meja setrika menjadi chunk pada Gambar 1.4. : Aliran material Gambar 1.4 Pengelompokkan Elemen-Elemen Meja Setrika ke Dalam Chunk c. Membuat rancangan geometris yang masih kasar Susunan geometris dapat diciptakan dalam bentuk gambar, model komputer atau model fisik (cotohnya dari triplek atau busa) yang terdiri dari dua atau tiga dimensi. Kriteria keputusan untuk memilih susunan geometris sangat terkait dengan tahap pengelompokan elemen-elemen pada skema. Apabila pengelompokan tersebut tidak layak, beberapa elemen harus disusun ulang pada chunk-chunk yang lain. Perancangan geometris dari chunk sangat terkait dengan aspek estetika, keamanan dan kenyamanan produk. d. Mengidentifikasi interaksi fundamental dan insidental Karena chunk akan berinteraksi satu dengan yang lainnya, diperlukan koordinasi aktivitas chunk. Untuk mengendalikan koordinasi, dilakukan identifikasi interaksi yang sudah diketahui. Terdapat dua kategori interaksi antar chunk, yaitu: 54

5 1. Interaksi Fundamental Interaksi fundamental yang sesuai dengan garis skema yang menghubungkan satu chunk ke chunk yang lainnya. Interaksi ini sudah direncanakan, dan dapat dipahami dengan baik bahkan sejak skema yang paling awal dibuat karena proses ini sangat mendasar (fundamental) terhadap operasi sistem. 2. Interaksi Insidental Interaksi insidental merupakan interaksi yang muncul karena implikasi elemen fungsional menjadi bentuk fisik tertentu atau karena pengaturan geometris dari chunk. Arsitektur produk terdiri dari empat langkah, yaitu: membuat skema produk, mengelompokkan elemen yang terdapat pada skema, membuat rancangan ergonomis yang masih kasar serta mengidentifikasi interaksi fundamental dan insidental 1.2 Komponen Arsitektur Produk Cara menguraikan komponen fisik dasar dari produk adalah dengan BOM (Bill Of Material). Bill of material atau daftar kebutuhan material merupakan daftar komponen atau material yang diperlukan untuk menyusun sebuah produk rakitan lengkap. Jumlah dan nama komponennya termasuk juga sumber asal perolehan (dibuat sendiri atau dibeli) akan diidentifikasikan. Umumnya yang tercantum dalam bill of material hanyalah komponen yang berkaitan langsung dengan produk yang akan dibuat atau dirakit. Bila ditinjau dari komponen penyusun produknya, bill of material dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1. Bill of Material Tree Bill of material table tidak cukup untuk menggambarkan produk yang memiliki subassembly, maka digunakan bill of material tree. Bill of material tree berupa pohon dengan beberapa level yang menggambarkan struktur produk. Produk akhir berada pada level 0 (nol), dan nomor level bertambah untuk level-level di bawahnya. 55

6 Gambar 1.5 BOM Tree Meja Setrika Gambar di atas adalah BOM (Bill of Material) tree untuk meja setrika. Meja setrika ini terdiri dari dua bagian utama, yaitu meja dan kaki. 2. Bill of Material Table Bill of material table menggambarkan hubungan sebuah induk dengan satu level komponenkomponen pembentuknya. Berikut merupakan tabel komponen yang didapatkan dari BOM tree: Tabel 1.1 Komponen dari BOM Tree No Komponen Jumlah Dimensi Material Keterangan 1 Meja Tempat Meletakkan Setrika 1 15 cm x 10 cm Alumunium Dibeli 1.2 Rangka Alas Meja cm x 35 cm Stainless steel Dibeli 1.3 Alas Meja Busa cm x 35 cm x 5 cm Busa General Dibeli Kain Pelapis cm x 40 cm Kain Polyester Dibeli 2 Kaki - - Stainless steel Dibuat 2.1 Tempat Pakaian 1 50 cm x 30 cm Stainless steel Dibuat 56

7 Tabel 1.1 Komponen dari BOM Tree (Tabel Lanjutan) No Komponen Jumlah Dimensi Material Keterangan 2.2 Kaki Utama Penyangga Kaki cm x 3 cm x 3 cm Stainless steel Dibeli Bantalan Kaki 4 3 cm x 3 cm Karet Dibeli Produk meja setrika memiliki dua bagian yaitu bagian meja dan bagian kaki. Bagian meja berfungsi sebagai komponen utama yaitu tempat untuk melakukan kegiatan setrika. Pada bagian meja memiliki tiga bagian yaitu tempat meletakkan setrika yang terbuat dari material alumunium dengan dimensi 15 cm x 10 cm, rangka alas meja yang terbuat dari stainless steel dengan dimensi 120 cm x 35 cm, dan alas meja sendiri yang terbagi lagi menjadi dua level breakdown yaitu busa yang memiliki material busa general dengan dimensi 120 cm x 35 cm x 5 cm dan kain pelapis yang memiliki material kain polyester dengan dimensi 120 cm x 40 cm. Bagian kaki digunakan untuk menopang meja setrika agar bisa digunakan dengan baik oleh pengguna. Pada bagian kaki terdiri dari tempat pakaian yang terbuat dari material stainless steel dengan dimensi 50 cm x 30 cm, dan pada bagian kaki utama terbagi menjadi dua level breakdown yaitu penyangga kaki memiliki empat penyangga yang terbuat dari material stainless steel yang memiliki dimensi 123 cm x 3 cm, 3 cm dan bantalan kaki memiliki empat bantalan yang terbuat dari material karet dengan ukuran 3 cm x 3 cm. BOM Tree pada suatu produk hanya menunjukkan komponen-komponen penyusun produk tersebut sedangkan pada BOM Table memuat lebih banyak informasi, seperti dimensi, keterangan dibuat atau dibeli, dsb. Dimensi pada komponen penyusun suatu produk di BOM Table merupakan hasil pengukuran antropometri dan mempertimbangkan persentil serta allowance. Contoh pada meja setrika menggunakan D4 (tinggi siku) untuk dimensi tinggi meja setrika. Allowance terdiri dari dua jenis, yaitu: -allowance positif: menambahkan ukuran dimensi produk sesuai dengan keperluan -allowance negatif: mengurangkan ukuran dimensi produk sesuai dengan keperluan 57

8 1.2.1 Antropometri Antropometri adalah ilmu yang mempelajari pengukuran tubuh khususnya ukuran badan, bentuk, kekuatan serta kapasitas kerja (Pheasant, 2006). Sedangkan Menurut (Wignjosoebroto, 2008), antropometri adalah studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Bidang antropometri meliputi berbagai ukuran tubuh manusia yang berbeda seperti berat badan, posisi ketika berdiri, ketika merentangkan tangan, lingkar tubuh, panjang tungkai, dan sebagainya. Data antropometri tersebut digunakan untuk berbagai keperluan, seperti perancangan stasiun kerja, fasilitas kerja, dan desain produk agar diperoleh ukuran-ukuran yang sesuai dan layak dengan dimensi anggota tubuh manusia yang akan menggunakannnya. Berikut ini merupakan pengukuran dimensi antropometri Indonesia. 58

9 Tabel 1.2 Dimensi Antropometri Indonesia Dimensi Keterangan Dimensi Keterangan Jarak vertikal dari Jarak vertikal dari lantai ke lantai ke bagian bagian luar sudut mata paling atas kepala kanan. D1. Dimensi Tinggi Tubuh D3. Dimensi Tinggi Bahu Jarak vertikal dari lantai ke bagian atas bahu kanan (acromion) atau ujung tulang bahu kanan. Jarak vertikal dari lantai ke bagian pinggul kanan. D2. Dimensi Tinggi Mata D4. Dimensi Tinggi Siku Jarak vertikal dari lantai ke titik terbawah di sudut siku bagian kanan. Jarak vertikal dari lantai ke bagian tulang ruas atau buku jari tangan kanan (metacarpals). D5. Dimensi Tinggi Pinggul Jarak vertikal dari lantai ke ujung jari tengah tangan kanan (dactylion) D6. Dimensi Tinggi Tulang Ruas Jarak vertikal dari alas duduk ke bagian paling atas kepala. D7. Dimensi Tinggi Ujung Jari Jarak vertikal dari alas duduk ke bagian luar sudut mata kanan. D8. Dimensi Tinggi Dalam Posisi Duduk Jarak vertikal dari alas duduk ke bagian atas bahu kanan. D9. Dimensi Tinggi Mata Dalam Posisi Duduk D10. Dimensi Tinggi Bahu Dalam Posisi Duduk 59

10 Tabel 1.2 Dimensi Antropometri Indonesia (Lanjutan) Dimensi Keterangan Dimensi Keterangan Jarak vertikal dari alas Jarak vertikal dari alas duduk duduk ke bagian bawah ke bagian paling atas dari lengan bawah tangan paha kanan. kanan. D11. Dimensi Tinggi Siku Dalam Posisi Duduk Jarak horizontal dari bagian belakang pantat (pinggul) ke bagian depan lulut kaki kanan. D12. Dimensi Tebal Paha Jarak horizontal dari bagian belakang pantat (pinggul) ke bagian belakang lutut kanan. D13. Dimensi Panjang Lutut Jarak vertikal dari lantai ke tempurung lutut kanan D14. Dimensi Panjang Popliteal Jarak vertikal dari lantai ke sudut popliteal yang terletak di bawah paha, tepat di bagian belakang lutut kaki kanan. D15. Dimensi Tinggi Lutut D16. Dimensi Tinggi Popliteal Jarak horizontal antara sisi paling luar bahu kiri dan sisi paling luar bahu kanan. Jarak horizontal antara bahu atas kanan dan bahu atas kiri D17. Dimensi Lebar Sisi Bahu D18. Dimensi Lebar Bahu Bagian Atas 60

11 Tabel 1.2 Dimensi Antropometri Indonesia (Lanjutan) Dimensi Keterangan Dimensi Keterangan Jarak horizontal antara Jarak horizontal dari sisi luar pinggul kiri dan bagian belakang tubuh ke sisi luar pinggul kanan. bagian dada untuk subyek laki-laki atau ke bagian buah dada untuk subyek wanita. D19. Dimensi Lebar Pinggul Jarak horizontal dari bagian belakang tubuh ke bagian yang paling menonjol di bagian perut. D20. Dimensi Tebal Dada Jarak vertikal dari bagian bawah lengan bawah kanan ke bagian atas bahu kanan D21. Dimensi Tebal Perut Jarak horizontal dari lengan bawah diukur dari bagian belakang siku kanan ke bagian ujung dari jari tengah. D22. Dimensi Panjang Lengan Atas Jarak dari bagian atas bahu kanan (acromion) ke ujung jari tengah tangan kanan dengan siku dan pergelangan tangan kanan lurus. D23. Dimensi Panjang Lengan Bawah D25. Dimensi Panjang Bahu- Genggaman Tangan Ke Depan Jarak dari bagian atas bahu kanan (acromion) ke pusat batang silinder yang digenggam oleh tangan kanan, dengan siku dan pergelangan tangan lurus. D24. Dimensi Panjang Rentang Tangan Ke Depan D26. Dimensi Panjang Kepala Jarak horizontal dari bagian paling depan dahi (bagian tengah antara dua alis) ke bagian tengah kepala. 61

12 Tabel 1.2 Dimensi Antropometri Indonesia (Lanjutan) Dimensi Keterangan Dimensi Keterangan Jarak horizontal dari sisi kepala bagian kiri ke sisi kepala bagian kanan, tepat di atas telinga. Jarak dari lipatan pergelangan tangan ke ujung jari tengah tangan kanan dengan posisi tangan dan seluruh jari lurus dan terbuka. D27. Dimensi Lebar Kepala D28. Dimensi Panjang Tangan Jarak antara kedua sisi luar empat buku jari tangan kanan yang diposisikan lurus dan rapat. Jarak horizontal dari bagian belakang kaki (tumit) ke bagian paling ujung dari jari kaki kanan. D29. Dimensi Lebar Tangan Jarak antara kedua sisi paling luar kaki. D30. Dimensi Panjang Kaki Jarak maksimum ujung jari tengah tangan kanan ke ujung jari tengah tangan kiri. D31. Dimensi Lebar Kaki D32. Dimensi Panjang Rentangan Tangan Ke Samping 62

13 Tabel 1.2 Dimensi Antropometri Indonesia (Lanjutan) Dimensi Keterangan Dimensi Keterangan Jarak yang diukur dari Jarak vertikal dari lantai ujung siku tangan ke pusat batang silinder kanan ke ujung siku (centre of a cylindrical tangan kiri. rod) yang digenggam oleh telapak tangan kanan. D33. Dimensi Panjang Rentangan Siku Jarak vertikal dari alas duduk ke pusat batang silinder. D34. Dimensi Tinggi Genggaman Tangan Ke Atas Dalam Posisi Berdiri Jarak yang diukur dari bagian belakang bahu kanan (tulang belikat) ke pusat batang silinder yang digenggam oleh telapak tangan kanan. D35. Dimensi Tinggi Genggaman Tangan Ke Atas Dalam Posisi Duduk D36. Dimensi Panjang Genggaman Tangan Ke Depan Sebagian besar data antropometri dinyatakan dalam bentuk persentil. Suatu populasi untuk kepentingan studi dibagi dalam seratus kategori prosentase, dimana nilai tersebut akan diurutkan dari terkecil hingga terbesar pada suatu ukuran tubuh tertentu. Persentil menunjukkan suatu nilai presentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau di bawah nilai tersebut (Wignjosoebroto, 2008). Apabila dalam mendesain produk terdapat variasi untuk ukuran sebenarnya, maka seharusnya dapat merancang produk yang memiliki fleksibilitas dan sifat mampu menyesuaikan (adjustable) dengan suatu rentang tertentu (Wignjosoebroto, 2008). Oleh karena itu, untuk penetapan antropometri dapat menerapkan distribusi normal. Dalam statistik, distribusi normal dapat diformulasikan berdasarkan nilai rata-rata dan standar deviasi dari data yang ada dan digabungkan dengan nilai persentil yang telah ada seperti pada Gambar di bawah ini: 63

14 Gambar 1.6 Persentil dalam distribusi normal Nilai-nilai distribusi persentil yang umum diaplikasikan dalam perhitungan data antropometri dijelaskan pada Tabel di bawah ini: Perhitungan Persentil Rata-rata x = n i=1 x i n Sumber: Jogiyanto (1990: 40) Standar deviasi : s = (X X i ) 2 n 1 Sumber: Jogiyanto (1990:84) Tabel 1.2 Tabel Rumus Perhitungan Persentil Persentil Rumus Perhitungan 1-st - 2,325 σx 5-th - 1,645 σx 10-th - 1,28 σx 50-th 90-th + 1,28 σx 95-th + 1,645 σx 99-th + 2,325 σx X X X X X X X Keterangan: x i = nilai dari data n = banyaknya data x dalam suatu sampel Keterangan: x = rata-rata x i = nilai dari data n = banyaknya data x dalam suatu sampel 64

15 1.2.2 Desain Produk & Mekanisme Produk Setelah mengetahui komponen fisik dasar dari produk dapat dibuat desain produk dan desain komponen dari produk. Pada Gambar 1.7 dan 1.8 terdapat desain produk dan desain komponen produk dari meja setrika yang akan dibuat. Gambar 1.7 Desain produk Meja Setrika 65

16 Gambar 1.8 Desain komponen produk Mekanisme dari meja setrika ini, yaitu meja setrika dalam kondisi terpisah antara alas setrika, tempat penyimpanan pakaian dan kaki setrika. Untuk menggunakan meja setrika user harus merakitnya terlebih dahulu sesuai dengan ketinggian yang diinginkan. Kaki setrika dapat dipasang dengan mengaitkan dengan slot yang tersedia sesuai dengan ketinggian yang dibutuhkan yang terletak di bawah kerangka meja setrika. Setelah sesuai dengan kebutuhan, rak penyimpanan baju dikaitkan pada kaki setrika pada kaitan yang telah disediakan.setelah kaki setrika terpasang dengan baik maka meja setrika siap digunakan. Selain itu meja setrika ini juga memiliki interaksi antar chunk-nya, yaitu interaksi fundamental dan insidental. Meja setrika ini memiliki interaksi fundamental, yaitu chunk kaki setrika untuk menyokong alas meja sehingga dapat berdiri agar dapat dilakukan tempat kegiatan menyetrika. Sedangkan untuk interaksi insidental pada kaki meja setrika rawan jatuh apabila pemasangan kaki meja setrika tidak dilakukan dengan benar dan melukai pengguna. Mekanisme produk menjelaskan bagaimana suatu produk dapat menjalankan fungsinya atau dengan kata lain langkah-langkah yang dilakukan untuk menjalankan fungsi dari produk. 66

17 1.3 Langkah-langkah Praktikum Berikut merupakan langkah-langkah Praktikum Arsitektur Produk: 1. Membuat skema produk serta mengelompokkannya ke dalam chunk. 2. Membuat BOM Tree dan BOM Table. 3. Menentukan antropometri sebagai ukuran produk serta mempertimbangkan persentil dan allowance. 67

18 68

19 BAB II DESAIN INDUSTRI 2.1 Desain Industri Pada Bab ini akan dijelaskan mengenai analisis produk yang telah dibuat dari bab VIII dari segi ergonomic, analisis aspek estetika, rencana packaging dan analisis dari Break Even Point (BEP) dari produk yang telah dirancang. Kebanyakan produk di pasaran diperbaiki dengan beberapa cara atau dengan Desain Industrial yang baik. Semua produk yang digunakan, dioperasikan atau dilihat orang-orang bergantung pada Desain Industrial untuk mencapai kesuksesan. Untuk menjelaskan pentingnya, Desain Industrial terbagi menjadi dua dimensi yaitu sisi ergonomis dan estetika ( Karl T Ulrich, 2001:202). Investigasi kebutuhan konsumen (dari segi ergonomi dan estetika), kemudian diaplikasikan pada konsep produk yang sedang dikembangkan, diperbaiki hingga mencapai konsep final, hingga sampai pada rancangan konsep packaging pada produk. Pengertian Desain Industri Desain Industri merupakan jasa professional dalam menciptakan dan mngembangkan konsep dan spesifikasi guna mengoptimalkan fungsi-fungsi, nilai, dan penampilan produk serta sistem untuk mencapai keuntungan yang mutual antara pemakai dan produsen. (Perhimpunan Desainer Industri Amerika (IDSA) Analisis Aspek Ergonomis Aspek ergonomi berarti suatu produk desain proporsinya sesuai dengan pekerja ketika digunakan. Pada aspek ergonomis akan dibahas mengenai produk yang berkaitan dengan aspek ergonomi yaitu dari segi visual ergonomis, culture, safety and health dan lainnya. a. Visual Ergonomics Salah satu aspek yang perlu diperhatikan pada suatu desain barang yang berada pada sisi penilaian aspek ergonomis adalah visual ergonomics, visual ergonomics memungkinkan untuk menggabungkan antara hubungan dari indra manusia, pekerjaan dan lingkungan di sekitar pekerjaan. 69

20 Gambar 1.9 Hubungan antara faktor lingkungan dan pekerjaan dalam visual ergonomics Dari ketiga hubungan tersebut yang meliputi dari faktor indra manusia adalah ketajaman visual, penglihatan warna, kemampuan indra untuk melihat dari jarak tertentu, pemakaian alat bantu (kacamata), dan kesehatan mata. Kemudian yang meliputi dari faktor pekerjaan adalah tampilan visual, pemasangan alat elektronik, pengaturan tata letak fasilitas kerja, ukuran huruf dan warna, kesediaan waktu istirahat, dan intensitas pekerjaan. Dan yang terakhir adalah lingkungan adalah pechayaan, kualitas udara, zat yang berbahaya bagi mata, faktor fisiologi dan kepuasan dalam bekerja. Tabel 1.2 Penilaian Visual Ergonomis Aspek Ergonomis Level kepetingan Penjelasan Visual ergonomics Tampilan display pada produk mudah dilihat dan dimengerti untuk mengenali produk tersebut serta mempermudah penggunaanya. b. Cultural Ergonomics Ergonomi budaya merupakan pendekatan yang menganggap variasi interaksi dan pengalaman yang ditawarkan benda tersebut kepada pengguna berdasarkan budaya. Dalam mendesain berdasarkan pertimbangan dari ergonomi budaya bukan hanya mempertimbangkan konteks budaya tetapi juga untuk mempertimbangkan untuk memberikan pengalaman yang interaktif bagi pengguna. Dalam ergonomi budaya mempertimbangkan pemahaman kita tentang makna budaya sekitar dan digunakan untuk mengevaluasi produk sehari-hari yang digunakan. Dalam aspek ini bertujuan untuk menggabungkan ergonomi budaya dan desain interaktif untuk mengeksplorasi interaksi yang bisa ditawarkan berupa pengalaman kepada pengguna. 70

21 Tabel 1.3 Penilaian Cultural Ergonomics Aspek Ergonomis Level kepetingan Penjelasan Cultural ergonomics Produk telah menyesuaikan dengan adat atau kebiasaan dari segmentasi serta targeting produk. c. Postur Kerja Dari segi ergonomi produk hal yang harus diperhatikan adalah bagaimana dampak pada produk tersebut terhadap kenyamanan postur operator. Dalam penentuan dimensi produk diperlukan ukuran ukuran produk yang biasa sebut dengan dimensi antropometri. Data antropometri tersebut digunakan untuk berbagai keperluan, seperti perancangan stasiun kerja, fasilitas kerja, dan desain produk agar diperoleh ukuran-ukuran yang sesuai dan layak dengan dimensi anggota tubuh manusia yang akan menggunakannnya. Tabel 1.4 Penilaian Postur Kerja dan Antropometri Aspek Ergonomis Level kepetingan Penjelasan Postur Kerja dan Antropometri Bentuk dasar mempertimbangkan 3 aspek antropometri dimana sudah disesuaikan dengan dimensi-dimensi tubuh yang digunakan dalam produk tersebut. d. Coupling Didalam penentuan kenyamanan kerja diperlukan beberapa kenyamanan dalam genggaman tangan. 0 Good Pegangan pas & kuat ditengah, genggaman kuat Sumber: Hignett, Fair Pegangan tangan bisa diterima tapi tidak ideal atau coupling lebih sesuai digunakan oleh bagian lain dari tubuh Tabel 1.5 Skor Coupling 2 Poor Pegangan tangan tidak bisa diterima walaupun memungkinkan Penilaian coupling dapat dilihat berdasarkan kriteria sebagai berikut: 3 Unaccepttabel Dipaksakan, genggaman yang tidak aman,tanpa pegangan, coupling tidak sesuai digunakan oleh tubuh 71

22 Tabel 1.6 Penjelasan Skor Coupling Good Fair Poor Kontainer atau box tidak mempunyai pegangan Kontainer atau box merupakan desain optimal, pegangan bahannya tidak licin Untuk benda tidak beraturan, yang biasanya tidak dikemas, pegangan yang nyaman dimana tangan dapat dengan mudah membungkus sekitar objek Benda yang didalamnya tidak mudah tumpah Sumber: Mark & James, 2008 tangan. Untuk wadah desain yang optimal tanpa pegangan atau benda tidak beraturan, coupling didefinisikan sebagai pegangan dimana tangan dapat dilipat sekitar 90 Tangan tidak dapat meraih dengan mudah Wadah atau benda tidak beraturan berukuran besar, sulit dipegang, atau memiliki tepi yang tajam Sulit dipegang (licin, tajam, dan lain-lain) Berisi barang yang tidak stabil (pecah, jatuh, tumpah, dan lain-lain) Memerlukan sarung tangan untuk mengangkatnya Di dalam penentuan kenyamanan kerja diperlukan beberapa kenyamanan dalam genggaman Tabel 1.7 Penilaian Coupling Aspek Ergonomis Level kepetingan Penjelasan Bentuk Coupling Bentuk coupling termasuk dalam kategori good dikarenakan berbentuk silinder yang dapat digenggam & kuat. e. Safety and Health Aspek keamanan berarti suatu produk desain tidak mencelakai pemakainya. Definisi kecelakaan kerja adalah suatu kecelakaan yang berkaitan dengan hubungan kerja dengan perusahaan. Hubungan kerja disini berarti bahwa kecelakaan terjadi karena akibat dari pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan (Suma mur 1989). Penilaian dan analisis terhadap nilai keselamatan dan kesehatan dalam penggunaan dan perancangan produk dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode seperti HIRARC (Hazard Identification Risk Assesment and Control), FTA (Fault Tree Analysis), FMEA (Failure 72

23 Mode and Effect Analysis), HAZOP (Hazard and Operability Analysis), ETA (Event Tree Analysis) dan metode lain yang dapat digunakan. Tabel 1.8 Penilaian Safety and Health Aspek Ergonomis Level kepetingan Penjelasan Keselamatan dan Kesehatan Penggunaan Nilai keselamatan dan kesehatan menjadi tingkat kepentingan yang paling tinggi dikarenakan keselamatan dan kesehatan merupakan poin krusial menyangkut keselamatan pengguna selama menggunakan. Dikarenakan tingginya tingkat kepentingan keselamatan dan kesehatan pengguna, maka dilakukan analisis aspek-aspek yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai safety and health dalam penggunaan produk serta aspek-aspek yang dapat digunakan atau diterapkan untuk meminimalisir kecelakaan yang dapat terjadi Analisis Aspek Estetika Berikut ini merupakan pengertian dari aspek estetika yaitu estetika atau nilai-nilai keindahan ada dalam seni maupun desain, yang membedakan adalah estetika dalam seni untuk diapresiasi, sedangkan estetika dalam desain adalah bagian dari sebuah fungsi suatu produk. Dalam teori desain dikenal prinsip form follow function, yaitu bentuk desain mengikuti fungsi. Selain memenuhi fungsi, ada tiga aspek desain yang harus dipenuhi jika suatu produk desain ingin dianggap berhasil, yaitu produk desain harus memiliki aspek keamanan (safety), kenyamanan (ergonomi) dan keindahan (estetika). Aspek keamanan berarti suatu produk desain tidak mencelakai pemakainya. Aspek ergonomi berarti suatu produk desain proporsinya pas ketika dipakai. Aspek keindahan berarti suatu produk disain harus memberikan pengalaman yang menyenangkan jika dilihat. Desain perwujudannya harus memenuhi fungsi tertentu. Selain fungsi, ada tiga prinsip dasar yang harus dipenuhi untuk bisa dikatakan sebagai desain yang bagus, yaitu keamanan, kenyamanan dan keindahan. Karya seni perwujudannya harus mengungkapkan ide (gagasan) tertentu. Aspek estetika yang menjadi pertimbangannya yaitu dari 2 aspek, yaitu bentuk dasar dari desain tersebut dan warna. 73

24 Tabel 1.9 Penilaian Aspek Estetika Aspek Estetika Level kepetingan Penjelasan Diferensial Produk Diferensial produk yang akan dibuat dengan produk-produk lain yang telah ada di pasaran termasuk dari ukuran serta bentuk produk memiliki pengaruh yang besar terhadap aspek estetika suatu produk. Mode/ Kesan Produk yang dibuat terlihat bergengsi untuk konsumen dalam segmentasi tertentu memiliki nilai tambah untuk produk Rencana Packaging Gambar 1.10 Packaging dalam produk Kotler dan Amstrong (2012) mendefinisikan kemasan sebagai proses yang melibatkan kegiatan mendesain dan memproduksi, fungsi utama dari kemasan sendiri yaitu untuk melindungi produk agar produk tetap terjaga kualitasnya. Kemasan adalah pelindung dari suatu barang, baik barang biasa mau pun barang-barang hasil produksi industri. Dalam dunia industri kemasan merupakan pemenuhan suatu kebutuhan akibat adanya hubungan antara penghasil barang dengan masyarakat pembeli. Fandy Tjiptono menyatakan bahwa pemberian kemasan pada produk memiliki beberapa tujuan, yaitu: 74

25 1. Pelindung isi (protection), misalnya dari kerusakan, kehilangan, berkurangnya dan sebagainya. 2. Memberikan kemudahan dalam penggunaan (operation), misalnya supaya tidak tumpah, sebagai alat pemegang dan sebagainya. 3. Bermanfaat dalam pemakaian ulang (reusable), misalnya untuk diisi kembali atau untuk wadah lain. 4. Memberi daya tarik (promotion), yaitu aspek artistik, warna, bentuk maupun desainnya. 5. Identitas produk (image), misalnya berkesan kokoh, awet, lembut, dan mewah. 6. Distribusi (shipping), misalnya mudah disusun, dihitung dan ditangani. 7. Informasi (labelling), yaitu menyangkut isi, pemakaian dan kualitas. 8. Cermin inovasi produk, berkaitan dengan kemajuan teknologi dan daur ulang (1999:106). Gambar 1.11 Perencanaan Packaging Kunci utama untuk membuat sebuah desain kemasan yang baik adalah kemasan tersebut harus simple (sederhana), fungsional dan menciptakan respons emosional positif yang secara tidak langsung berkata, Belilah saya. Kemasan harus dapat menarik perhatian secara visual, emosional dan rasional. Sebuah desain kemasan yang bagus memberikan sebuah nilai tambah terhadap produk yang dikemasnya. Daya tarik pada kemasan dapat digolongkan menjadi dua, yaitu daya tarik visual (estetika) dan daya tarik praktis (fungsional). 1. Daya tarik visual (estetika) Daya tarik visual mengacu pada penampilan kemasan yang mencakup unsur-unsur grafis antara lain: warna, bentuk, merek, ilustrasi, huruf dan tata letak merupakan unsur visual yang mempunyai peran terbesar dalam proses penyampaian pesan secara kasatmata 75

26 (visual communication). Daya tarik visual sendiri berhubungan dengan faktor emosi dan psikologis yang terletak pada bawah sadar manusia. Sebuah desain yang baik harus mampu mempengaruhi konsumen untuk memberikan respons 16 positif tanpa disadarinya. Gambar 1.12 Kemasan dari Batok Kelapa 2. Daya tarik praktis (fungsional) Daya tarik praktis merupakan efektivitas dan efisiensi suatu kemasan yang ditujukan kepada konsumen maupun distributor. Beberapa daya tarik praktis lainnya yang perlu dipertimbangkan antara lain: (1) Dapat melindungi produk. (2) Mudah dibuka atau ditutup kembali untuk disimpan. (3) Porsi yang sesuai untuk produk. (4) Dapat digunakan kembali (reusable). (5) Mudah dibawa, dijinjing atau dipegang. (6) Memudahkan pemakai untuk menghabiskan isinya dan mengisi kembali dengan jenis produk yang dapat diisi ulang (refill). 76

27 Gambar 1.13 Kemasan dari fiber glass Sedangkan untuk membuat kemasan yang menarik harus memperhatikan beberapa hal sebelum membuatnya, yaitu : 1. Melakukan survei Lakukan survei untuk mengenal konsep desain kompetitor, seberapa pengaruh desain kompetitor terhadap penjualan produk. Buat Panelis dan poling untuk mengetahui sebarapa kuat kompetisi antara konsep desain produk anda dengan kompetitor. Dari hasil survey ini desainer akan mampu menciptakan konsep desain kemasan yang bisa bersaing. 2. Membuat konsep desain kemasan dan beberapa alternatif Buatlah minimal 2 konsep desain kemasan sebagai bahan perbandingan antar dua konsep desain yang telah dibuat. Pilihan terbanyak terhadap salah satu konsep menjadi indikasi karakter konsumen terhadap produk yang akan dikemas nantinya. 3. Menciptakan desain kemasan yang menarik dan berkarakter Usahakan untuk menciptakan desain kemasan produk yang belum dipakai oleh produk lain. Sehingga produk yang ditawarkan memberikan kesan lebih menarik dan lebih unik dibandingkan produk lain dengan jenis usaha yang sama. 4. Sesuaikan desain kemasan dengan isi produk Desain kemasan yang dirancang selayaknya harus mengacu kepada jenis dan karakter produk yang akan dikemas. Sehingga jangan sampai terjadi desain kemasan tidak memberikan corak produknya. Misal, desain sabun mandi tentunya berbeda dengan konsep desain pelumas mesin motor, sehingga kewajiban desainer memperkuat persepsi ini 5. Sesuaikan desain kemasan dengan karakter konsumen. Seorang desainer kemasan harus pandai menganalisa kelompok segmen produk yang akan dikemas sehingga acuan hebatnya sebuat desain kemasan bukan hanya pada bagus atau tidaknya dari sisi grafisnya, tapi bagaimana desain yang diciptakan tersebut selaras dengan sasaran pasar yang dibidik, sehingga calon konsumen tidak merasa asing dengan desain kemasan yang dibuat. Membuat desain kemasan produk sesuai dengan target pasarnya, bisa dibedakan berdasarkan umur konsumen, maupun jenis kelamin konsumen, kelas harga penjualan, dan budaya daerah. 77

INDUSTRIAL DESIGN. Analisa Ergonomis dan Estetika. Desain Packaging. Perhitungan Break Even Point. Mendesain Konsep Produk

INDUSTRIAL DESIGN. Analisa Ergonomis dan Estetika. Desain Packaging. Perhitungan Break Even Point. Mendesain Konsep Produk INDUSTRIAL DESIGN INDUSTRIAL DESIGN Pernyataan Misi Identifikasi Kebutuhan Pelanggan Menetapkan Spesifikasi & Targetnya Mendesain Konsep Produk Memilih Konsep Produk Menguji Konsep Produk Menetapkan Spesifikasi

Lebih terperinci

SEGMENTASI PASAR. Hasil dan Pembahasan 1. Buatlah peta segmentasi pasar dari meja yang kalian gunakan sesuai dengan langkah-langkah...

SEGMENTASI PASAR. Hasil dan Pembahasan 1. Buatlah peta segmentasi pasar dari meja yang kalian gunakan sesuai dengan langkah-langkah... SEGMENTASI PASAR Tujuan Praktikum Berikut adalah tujuan dari praktikum segmentasi pasar. 1. Untuk dapat menentukan segmen pasar sebagai pertimbangan merancang dan mengembangkan produk. 2. Untuk dapat menentukan

Lebih terperinci

PRODUCT ARCHITECTURE. Ir. Erlinda Muslim, MEE

PRODUCT ARCHITECTURE. Ir. Erlinda Muslim, MEE 1 PRODUCT ARCHITECTURE Arsitektur produk adalah penugasan elemen elemen fungsional dari produk terhadap kumpulkan bangunan fisik. Tujuan arsitektur produk adalah menguraikan komponen fisik dasar dari produk,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Ergonomi Ergonomi adalah ilmu yang menemukan dan mengumpulkan informasi tentang tingkah laku, kemampuan, keterbatasan, dan karakteristik manusia untuk perancangan mesin, peralatan,

Lebih terperinci

ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA

ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA Definisi Antropometri adalah suatu studi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia Antropometri

Lebih terperinci

METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT207 ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG

Lebih terperinci

Bab 3. Metodologi Penelitian

Bab 3. Metodologi Penelitian Bab 3 Metodologi Penelitian Penelitian dimulai dengan melakukan studi pendahuluan untuk dapat merumuskan permasalahan berdasarkan pengamatan terhadap kondisi obyek yang diamati. Berdasarkan permasalahan

Lebih terperinci

B A B III METODOLOGI PENELITIAN

B A B III METODOLOGI PENELITIAN B A B III METODOLOGI PENELITIAN Dalam penulisan laporan ini, penulis membagi metodologi pemecahan masalah dalam beberapa tahap, yaitu : 1. Tahap Indentifikasi Masalah 2. Tahap Pengumpulan Data dan Pengolahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah.

BAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Penyelesaian masalah yang diteliti dalam penelitian ini memerlukan teoriteori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Review PT. Union Jaya Pratama PT Union Jaya Pratama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan kasur busa. Hasil produksi dikelompokkan menjadi 3 jenis berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi 2.1.1 Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah suatu ilmu yang dapat digunakan untuk menggunakan informasi/data sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang sistem

Lebih terperinci

Modul ke: Studio Desain II 10FDSK. Lalitya Talitha Pinasthika M.Ds Hapiz Islamsyah, S.Sn. Fakultas. Program Studi Desain Produk

Modul ke: Studio Desain II 10FDSK. Lalitya Talitha Pinasthika M.Ds Hapiz Islamsyah, S.Sn. Fakultas. Program Studi Desain Produk Modul ke: Studio Desain II Lalitya Talitha Pinasthika M.Ds Hapiz Islamsyah, S.Sn Fakultas 10FDSK Program Studi Desain Produk ERGONOMI Studi ergonomi dilakukan bedasarkan panduan dari Human Factor Design

Lebih terperinci

MODUL I DESAIN ERGONOMI

MODUL I DESAIN ERGONOMI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu sistem kerja, pada dasarnya terdiri dari empat komponen utama, yaitu: manusia, bahan, mesin dan lingkungan kerja. Dari keempat komponen tersebut, komponen manusia

Lebih terperinci

METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI

METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI Jenis Data 1. Dimensi Linier (jarak) Jarak antara dua titik pada tubuh manusia yang mencakup: panjang, tinggi, dan lebar segmen tubuh, seperti panjang jari, tinggi lutut,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Data Meja Belajar Tabel 4.1 Data pengukuran meja Pengukuran Ukuran (cm) Tinggi meja 50 Panjang meja 90 Lebar meja 50 4.1.. Data Kursi Belajar

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. Kelompok Data Berkaitan Dengan Aspek Fungsi Produk Rancangan Duduk nyaman di kursi adalah factor cukup penting untuk diperhatikan, apapun itu model kursi minimalis,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kemasan dan desain kemasan telah menjadi faktor penting dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Kemasan dan desain kemasan telah menjadi faktor penting dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Kemasan dan desain kemasan telah menjadi faktor penting dalam memasarkan bermacam-macam produk dan merupakan kunci penting dalam mengkomunikasikan keunggulan produk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pentingnya Konsep Ergonomi untuk Kenyamanan Kerja Ergonomi adalah ilmu, teknologi dan seni yang berupaya menserasikan antara alat, cara, dan lingkungan kerja terhadap kemampuan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kursi Kerja a. Pengertian Kursi Kerja Kursi kerja merupakan perlengkapan dari meja kerja atau mesin, sehingga kursi akan dapat dijumpai dalam jumlah yang lebih

Lebih terperinci

DESAIN BENTUK FISIK KERETA DORONG SESUAI ANTROPOMETRI ANAK-ANAK UNTUK PENJUAL COBEK ANAK

DESAIN BENTUK FISIK KERETA DORONG SESUAI ANTROPOMETRI ANAK-ANAK UNTUK PENJUAL COBEK ANAK DESAIN BENTUK FISIK KERETA DORONG SESUAI ANTROPOMETRI ANAK-ANAK UNTUK PENJUAL COBEK Abstrak ANAK Delta Pralian - NPM : 30402264 Program Studi Teknik Industri, Universitas Gunadarma E-mail : dpralian@yahoo.com

Lebih terperinci

PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI

PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI BASUKI ARIANTO Program Studi Teknik Industri Universitas Suryadarma Jakarta ABSTRAK Rumah tinggal adalah rumah yang menjadi

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC BAB V ANALISA HASIL 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, OWAS & QEC Berdasarkan bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dilakukan analisis hasil pengolahan data terhadap pengukuran

Lebih terperinci

ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR

ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR Abstrak. Meja dan kursi adalah fasilitas sekolah yang berpengaruh terhadap postur tubuh siswa. Postur tubuh akan bekerja secara alami jika menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Ergonomi Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani: ergon (kerja) dan nomos (peraturan, hukum). Ergonomi adalah penerapan ilmu ilmu biologis tentang manusia bersama

Lebih terperinci

LAMPIRAN A Data Anthropometry Orang Dewasa Di Indonesia

LAMPIRAN A Data Anthropometry Orang Dewasa Di Indonesia L A M P I R A N LAMPIRAN A Data Anthropometry Orang Dewasa Di Indonesia L-1 1. DATA ANTHROPOMETRY Anthropometry Masyarakat Indonesia yang didapat dari interpolasi masyarakat British dan Hongkong (Pheasant,1996)

Lebih terperinci

LEMBAR PENGAMATAN PENGUKURAN DIMENSI TUBUH

LEMBAR PENGAMATAN PENGUKURAN DIMENSI TUBUH LEMBAR PENGAMATAN PENGUKURAN DIMENSI TUBUH Nama : Usia : Jenis Kelamin : Suku Bangsa : Berat Badan : No. Data yang diukur Simbol Keterangan Hasil Tinggi Pegangan Tangan Ukur jarak vertikal pegangan tangan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu Ukuran dan model dari kursi taman/teras yang lama. Data anthropometri tentang ukuran

Lebih terperinci

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X.

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X. ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X. ABSTRAK PT. X adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur pengolahan logam spesialis pembuatan cetakan

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISIS PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISIS PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISIS PERANCANGAN 3.1 KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN Furniture merupakan sarana atau fasilitas bagi berbagai kegiatan manusia. Desain furniture lahir karena

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN (Studi Kasus Industri Tenun Pandai Sikek Sumatera Barat) Nilda Tri Putri, Ichwan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Antropometri Petani Wanita Kecamatan Dramaga Pengambilan data dilakukan secara acak dengan mengunjungi subjek yang ada di tiap-tiap desa, baik dengan langsung bertemu dengan

Lebih terperinci

Bagian Kedua DESAIN KEMASAN. Kewirausahaan 3. Julius Nursyamsi

Bagian Kedua DESAIN KEMASAN. Kewirausahaan 3. Julius Nursyamsi Bagian Kedua DESAIN KEMASAN Kewirausahaan 3 Julius Nursyamsi Desain Kemasan Perencanaan suatu desain kemasan harus meliputi ukuran yang ideal, kelengkapan labeling, dan sistem paletizing yang berkaitan

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA. Penggunaan Kursi Antropometri Tiger Laboratorium Perancangan Kerja dan Ergonomi Jurusan Teknik Industri

INSTRUKSI KERJA. Penggunaan Kursi Antropometri Tiger Laboratorium Perancangan Kerja dan Ergonomi Jurusan Teknik Industri INSTRUKSI KERJA Penggunaan Kursi Antropometri Tiger Laboratorium Perancangan Kerja dan Ergonomi Jurusan Teknik Industri FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2014 DAFTAR REVISI Revisi ke 00 : Rumusan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 14 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Ergonomi Kata Ergonomi berasal dari dua kata Latin yaitu ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum alam. Ergonomi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang

Lebih terperinci

Perbaikan Fasilitas Kerja Divisi Decal Preparation pada Perusahaan Sepeda di Sidoarjo

Perbaikan Fasilitas Kerja Divisi Decal Preparation pada Perusahaan Sepeda di Sidoarjo Perbaikan Fasilitas Kerja Divisi Decal Preparation pada Perusahaan Sepeda di Sidoarjo Herry Christian Palit Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA. Penggunaan Kursi Antropometri Tiger Laboratorium Perancangan Kerja dan Ergonomi Jurusan Teknik Industri

INSTRUKSI KERJA. Penggunaan Kursi Antropometri Tiger Laboratorium Perancangan Kerja dan Ergonomi Jurusan Teknik Industri INSTRUKSI KERJA Penggunaan Kursi Antropometri Tiger Laboratorium Perancangan Kerja dan Ergonomi Jurusan Teknik Industri FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2016 i ii DAFTAR REVISI Revisi ke 00 : Rumusan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi analisis dan interpretasi hasil berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan untuk menjelaskan hasil dari

Lebih terperinci

PERANCANGAN MEJA DAN KURSI TAMAN UNTUK MAHASISWA (STUDI KASUS : MAHASISWA UNIVERSITAS KADIRI)

PERANCANGAN MEJA DAN KURSI TAMAN UNTUK MAHASISWA (STUDI KASUS : MAHASISWA UNIVERSITAS KADIRI) PERANCANGAN MEJA DAN KURSI TAMAN UNTUK MAHASISWA (STUDI KASUS : MAHASISWA UNIVERSITAS KADIRI) Sri Rahayuningsih 1,*, Sanny Andjar Sari 2 1 Universitas Kadiri, 2 Institut Teknologi Nasional Malang Kontak

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 (Tabel Antropometri)

LAMPIRAN 1 (Tabel Antropometri) LAMPIRAN 1 (Tabel Antropometri) Data Rangkuman Antropometri Tubuh Data Antropometri Tubuh Data Antropometri Telapak Tangan Data Antropometri Kepala Data Antropometri Kaki No Tabel Rangkuman Antropometri

Lebih terperinci

Desain Troli Ergonomis sebagai Alat Angkut Gas LPG

Desain Troli Ergonomis sebagai Alat Angkut Gas LPG Desain Troli Ergonomis sebagai Alat Angkut Gas LPG Darsini Teknik Industri Fakultas Teknik - Univet Bantara Sukoharjo e-mail: dearsiny@yahoo.com Abstrak Tujuan Penelitian ini adalah merancang desain troli

Lebih terperinci

PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI

PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI Silvi Ariyanti 1 1 Program Studi Teknik Industri Universitas Mercubuana Email: ariyantisilvi41@gmail.com ABSTRAK Pada industri

Lebih terperinci

PERANCANGAN KURSI KERJA BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT. PROPAN RAYA ICC TANGERANG

PERANCANGAN KURSI KERJA BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT. PROPAN RAYA ICC TANGERANG PERANCANGAN KURSI KERJA BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT. PROPAN RAYA ICC TANGERANG Tri Widodo & Heli Sasmita Tiga_wd@yahoo.co.id Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia tidak lepas dari pekerjaan rutin yang biasa dilakukan sehari-hari seperti mencuci pakaian. Pastinya tidak semua

Lebih terperinci

Dian Kemala Putri Bahan Ajar : Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi Teknik Industri Universitas Gunadarma

Dian Kemala Putri Bahan Ajar : Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi Teknik Industri Universitas Gunadarma ANTROPOMETRI Dian Kemala Putri Bahan Ajar : Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi Teknik Industri Universitas Gunadarma Definisi Antropos = manusia Metrikos = pengukuran Ilmu yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator

BAB I PENDAHULUAN. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Postur kerja adalah sikap tubuh pekerja saat melaksanakan aktivitas kerja. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator yang kurang

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALSIN YANG ERGONOMIS

PERANCANGAN ALSIN YANG ERGONOMIS PERANCANGAN ALSIN YANG ERGONOMIS Rini Yulianingsih Bagaimanakah perancangan yang baik? Aktivitas yang dilakukan oleh perancang adalah untuk menciptakan alat/mesin/sturktur/proses yang memenuhi kebutuhan:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah explanatory research, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah observasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional atau studi belah lintang dimana variabel

Lebih terperinci

Planning of the Ergonomic Seat for Four Wheel Tractor Based on Anthropometry

Planning of the Ergonomic Seat for Four Wheel Tractor Based on Anthropometry Perencanaan Tempat Duduk Traktor dengan Antropometri (Nurhidayah dkk) PERENCANAAN TEMPAT DUDUK TRAKTOR RODA EMPAT YANG ERGONOMIS DENGAN ANTROPOMETRI Planning of the Ergonomic Seat for Four Wheel Tractor

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Analisis Postur Tubuh Dan Pengukuran Skor REBA Sebelum melakukan perancangan perbaikan fasilitas kerja terlebih dahulu menganalisa postur tubuh dengan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini terfokus pada lingkungan kerja saat ini dan data antropometri yang dibutuhkan untuk perancangan

Lebih terperinci

Disusun Oleh: Roni Kurniawan ( ) Pembimbing: Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT.

Disusun Oleh: Roni Kurniawan ( ) Pembimbing: Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT. ANALISIS POSTUR KERJA MENGGUNAKAN METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESMENT PADA OPERATOR DALAM PEMBUATAN PEMBERSIH AIR LIMBAH DI PT. KAMIADA LESTARI INDONESIA Disusun Oleh: Roni Kurniawan (36411450) Pembimbing:

Lebih terperinci

RANCANG ULANG WHEELBARROW YANG ERGONOMIS DAN EKONOMIS

RANCANG ULANG WHEELBARROW YANG ERGONOMIS DAN EKONOMIS PKMT-2-1-1 RANCANG ULANG WHEELBARROW YANG ERGONOMIS DAN EKONOMIS Mirta Widia, Mia Monasari, Vera Methalina Afma, Taufik Azali Jurusan Teknik Industri, Universitas Andalas, Padang ABSTRAK Perancangan wheelbarrow

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Perancangan dan Pengembangan Produk Perancangan dan pengembangan produk adalah serangkaian aktivitas yang dimulai dari analisis persepsi dan peluang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai model dan kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian mengenai desain perbaikan kursi untuk karyawan pada bagian kerja penyetelan dan pelapisan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Anthropometri Menurut Sritomo (1989), salah satu bidang keilmuan ergonomis adalah istilah anthropometri yang berasal dari anthro yang berarti manusia dan metron yang

Lebih terperinci

REDESAIN BONCENGAN ANAK PADA SEPEDA MOTOR DENGAN PENDEKATAN ANTHROPOMETRI

REDESAIN BONCENGAN ANAK PADA SEPEDA MOTOR DENGAN PENDEKATAN ANTHROPOMETRI REDESAIN BONCENGAN ANAK PADA SEPEDA MOTOR DENGAN PENDEKATAN ANTHROPOMETRI Bambang Suhardi 1, Rahmaniyah D.A 2, M. Ivan Agung Saputra 2 1,2,3 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas

Lebih terperinci

1 Pendahuluan. 2 Tinjauan Literatur

1 Pendahuluan. 2 Tinjauan Literatur Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.4 No. (015) 17-3 ISSN 30 934X Ergonomic and Work System Perancangan Kursi yang Ergonomis sebagai Alat Bantu di Stasiun Kerja Produksi Air Galon ( Studi Kasus

Lebih terperinci

MANUAL PROSEDUR PENGGUNAAN KURSI ANTROPOMETRI

MANUAL PROSEDUR PENGGUNAAN KURSI ANTROPOMETRI MANUAL PROSEDUR PENGGUNAAN KURSI ANTROPOMETRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2011 MANUAL PROSEDUR PENGGUNAAN KURSI ANTROPOMETRI LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN STANDARD NORDIC QUESTIONNAIRE I. IDENTITAS PRIBADI (Tulislah identitas saudara dan coret yang tidak perlu) 1. Nama :... 2. Umur/Tgl. Lahir :.../... 3. Stasiun Kerja :... 4. Status : Kawin/Belum

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. Latar Belakang Bab I Pendahuluan Latar Belakang Laboratorium Proses Manufaktur merupakan salah satu laboratorium yang baru saja didirikan dijurusan Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Universitas Telkom. Laboratorium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan PT.VIP ( Visi Indah Prima ) merupakan perusahaan di bidang jasa dan sarana kebugaran yang berkembang cukup baik di kawasan Bandung. Perusahaan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhan siswa karena jika digunakan perabot kelas yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhan siswa karena jika digunakan perabot kelas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perabot kelas merupakan fasilitas fisik yang penting karena aktivitas belajar siswa banyak dihabiskan di dalam kelas seperti membaca, menggambar, menulis dan kegiatan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER

Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER LAMPIRAN 60 Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER Tanggal: Lokasi: Nama: Usia: (L/P) tahun 1. Lama penyemprotan (per proses): 3 jam 2.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi Antropometri

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi Antropometri BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi Fasilitas ergonomi telah menjadi suatu bidang khusus, itu semua dikarenakan dampak yang mengacu pada keselamatan, kesehatan, produktifitas dan perekonomian serta daya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Kerja 1. Pengertian Produktivitas kerja adalah jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang bersangkutan dalam suatu periode tertentu. (15) Umumnya

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Rak dan Gantungan Pakaian Perancangan rak dan gantungan pakaian yang akan ditempatkan dalam bis khusus rancangan alternatif 3. Dimensi dari lemari gantungan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 30 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Perencanaan Produk Sebelum dilakukan perancangan produk yang akan dibuat, terlebih dahulu pernyataan misi yang nantinya akan

Lebih terperinci

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN : X

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN : X ANALISA KELUHAN DAN USULAN PERANCANGAN TROLI ERGONOMIS SEBAGAI ALAT BANTU ANGKUT DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA ( Studi Kasus : Pelelangan Ikan Muara Angke ) Renty Anugerah Mahaji Puteri 1*, Yakub 2 12

Lebih terperinci

ANTROPOMETRI. Antropometri adalah suatu studi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia ANTROPOMETRI

ANTROPOMETRI. Antropometri adalah suatu studi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia ANTROPOMETRI ANTROPOMETRI PENGERTIAN Antropometri adalah suatu studi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia ANTROPOMETRI Antropometri Statis Antropometri Dinamis Antropometri statis pengukuran dilakukan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG KURSI ANTROPOMETRI UNTUK MEMENUHI STANDAR PENGUKURAN

PERANCANGAN ULANG KURSI ANTROPOMETRI UNTUK MEMENUHI STANDAR PENGUKURAN PERANCANGAN ULANG KURSI ANTROPOMETRI UNTUK MEMENUHI STANDAR PENGUKURAN Agung Santoso 1, Benedikta Anna 2,Annisa Purbasari 3 1 Program Studi Teknik Industri, Universitas Riau Kepulauan Batam 2,3 Staf Pengajar

Lebih terperinci

PERANCANGAN STASIUN KERJA OPERATOR PADA LINI PACKING PT. X SURABAYA

PERANCANGAN STASIUN KERJA OPERATOR PADA LINI PACKING PT. X SURABAYA PERANCANGAN STASIUN KERJA OPERATOR PADA LINI PACKING PT. X SURABAYA Fadilatus Sukma Ika Noviarmi 1, Martina Kusuma Ningtiyas 1 1 Universitas Airlangga fadilasukma@gmail.com Abstrak Stasiun kerja dalam

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Spesifikasi, dimensi dan bentuk serta rancangan Fasilitas Fisik pada gerbong kepresidenan dari segi ergonomi sebagai berikut : - Meja Kerja Meja kerja memiliki

Lebih terperinci

BAB II STUDI LITERATUR

BAB II STUDI LITERATUR BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data penelitian untuk perencanaan atau perancangan arsitektur atau kota dibagi dalam tiga kelompok yaitu survei, observasi dan arsip.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas yang dilakukan oleh manusia pada dasarnya memberikan dampak yang positif dan negatif pada tubuh manusia. Salah satu bagian yang paling berdampak pada aktivitas

Lebih terperinci

III. DATA PERANCANGAN

III. DATA PERANCANGAN III. DATA PERANCANGAN A. TABEL DATA PERANCANGAN Rincian Data Sifat Data Manfaat Data Dalam Kesiapan Data Utama Penunjang Perancangan Sudah Belum Data Objek Dan Teknik Perancangan Spesifikasi sofa Pedoman

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 2.2 Teori Domino Penyebab Langsung Kecelakaan Penyebab Dasar... 16

DAFTAR ISI. 2.2 Teori Domino Penyebab Langsung Kecelakaan Penyebab Dasar... 16 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR NOTASI... ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang Penelitian...

Lebih terperinci

DESAIN KAMAR MANDI UNTUK ORANG LANJUT USIA (STUDI KASUS PANTI WREDHA DHARMA BAKTI)

DESAIN KAMAR MANDI UNTUK ORANG LANJUT USIA (STUDI KASUS PANTI WREDHA DHARMA BAKTI) DESAIN KAMAR MANDI UNTUK ORANG LANJUT USIA (STUDI KASUS PANTI WREDHA DHARMA BAKTI) Bambang Suhardi 1, Brian Pujo Utomo 2, Taufiq Rochman 3 1,2,3 Laboratorium Perancangan Sistem Kerja & Ergonomi Industri

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA 138 BAB V HASIL DAN ANALISA 5.2. Hasil PT. Intan Pertiwi Industri merupakan perusahaan industri yang bergerak dalam pembuatan elektroda untuk pengelasan. Untuk menemukan permasalahan yang terdapat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kawasan Pusat Industri Kecil (PIK) yang bergerak dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kawasan Pusat Industri Kecil (PIK) yang bergerak dalam bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah UD. M Irfan Shoes merupakan usaha kecil menengah yang berada di dalam kawasan Pusat Industri Kecil (PIK) yang bergerak dalam bidang pembuatan sepatu. Proses

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN 1. KElOMPOK DATA YANG BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN Data Aspek Fungsi Rancangan Primer(utama) Sekunder(penunjang Perancangan 1. Buku Tentang Desain

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi -- 1

KATA PENGANTAR. Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi -- 1 Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi -- 1 KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah, kami sampaikan ke hadirat Allah YME, karena terealisasinya Tekinfo, Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN UNTUK MENGURANGI KELUHAN MUSCULOSKELETAL DI CV. XYZ

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN UNTUK MENGURANGI KELUHAN MUSCULOSKELETAL DI CV. XYZ USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN UNTUK MENGURANGI KELUHAN MUSCULOSKELETAL DI CV. XYZ Tengku Fuad Maulana 1, Sugiharto 2, Anizar 2 Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH 2.1 Sejarah Sekolah Sekolah Dasar Negeri (SDN) 060798 merupakan salah satu sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah. SDN 060798 beralamat di Jalan Medan Area Selatan. Kel.

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor 1 2017 ISSN 1412-7350 PERANCANGAN ALAT ANGKUT TABUNG LPG 3 KG YANG ERGONOMIS (STUDI KASUS DI UD. X) Ronal Natalianto Purnomo, Julius Mulyono *, Hadi Santosa Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pakaian merupakan salah satu kebutuhan yang paling penting bagi manusia. Pakaian termasuk barang yang mudah untuk didapatkan. Umumnya, orang-orang mendapatkan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERBAIKAN BENTUK FISIK KURSI KERJA OPERATOR MENJAHIT DENGAN MEMPERHATIKAN ASPEK ERGONOMI (STUDI KASUS PADA PD.

ANALISIS DAN PERBAIKAN BENTUK FISIK KURSI KERJA OPERATOR MENJAHIT DENGAN MEMPERHATIKAN ASPEK ERGONOMI (STUDI KASUS PADA PD. ANALISIS DAN PERBAIKAN BENTUK FISIK KURSI KERJA OPERATOR MENJAHIT DENGAN MEMPERHATIKAN ASPEK ERGONOMI (STUDI KASUS PADA PD. SONATA JAYA) PURWATI Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik Industri, Universitas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan mulai Juni 2010 sampai Oktober 2010 di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dan di Laboratorium Teknik Mesin dan Biosistem. B. Peralatan

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA Etika Muslimah 1*, Dwi Ari Wibowo 2 1,2 Jurusan Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka dalam 144 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Alat parut hasil rancang bangun

Lebih terperinci

Latihan Kuatkan Otot Seluruh Badan

Latihan Kuatkan Otot Seluruh Badan Latihan Kuatkan Otot Seluruh Badan latihan dengan gerakan-gerakan berikut ini. "Saya seorang wanita berusia 30 tahun. Secara teratur, saya melakukan olahraga jalan pagi. Setiap latihan waktunya antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia industri saat ini sangat berkembang pesat di Indonesia. Akan tetapi kepedulian para pengusaha baik perusahaan besar maupun kecil terhadap

Lebih terperinci

Lampiran 1. Format Standard Nordic Quetionnaire

Lampiran 1. Format Standard Nordic Quetionnaire Lampiran 1. Format Standard Nordic Quetionnaire A. DATA RESPONDEN Nama : Usia : Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan Status Pernikahan : Berat Badan Tinggi Badan : kg : cm Tangan dominan : a. Kanan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT PEMBUATAN KOTAK KARDUS YANG ERGONOMIS BERDASARKAN UKURAN ANTROPOMETRI

PERANCANGAN ALAT PEMBUATAN KOTAK KARDUS YANG ERGONOMIS BERDASARKAN UKURAN ANTROPOMETRI INDUSTRI INOVATIF Vol. 3, No. 2, September 2013: 18-23 PERANCANGAN ALAT PEMBUATAN KOTAK KARDUS YANG ERGONOMIS BERDASARKAN UKURAN ANTROPOMETRI 1) Mujiono 1) Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kursi Roda adalah alat bantu untuk melakukan aktifitas bagi penderita cacat fisik seperti patah tulang kaki, cacat kaki, atau penyakit-penyakit lain yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB 6 PERANCANGAN DAN ANALISIS

BAB 6 PERANCANGAN DAN ANALISIS BAB 6 PERANCANGAN DAN ANALISIS 6.1 Perancangan Pada Ruang Operation Maintenance Centre (OMC) Perancangan merupakan perbaikan yang dilakukan terhadap fasilitas fisik, lingkungan fisik, dan tata letak fasilitas

Lebih terperinci

ANTROPOMETRI. Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi

ANTROPOMETRI. Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi ANTROPOMETRI Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi Definisi Jenis Antropometri 1. Antropometri struktural (STATIS) Pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam posisi diam. 2. Antropometri fungsional

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. vii. Unisba.Repository.ac.id

DAFTAR ISI. vii. Unisba.Repository.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT... ii AYAT AL-QURAN... iii PEDOMAN PENGGUNAAN TUGAS AKHIR... iv KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xv DAFTAR

Lebih terperinci

ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA

ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA 60 ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA Friska Pakpahan 1, Wowo S. Kuswana 2, Ridwan A.M. Noor 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN HASIL. semua proses kerja yang akan dijelaskan pada tabel dibawah ini.

BAB V ANALISA DAN HASIL. semua proses kerja yang akan dijelaskan pada tabel dibawah ini. BAB V ANALISA DAN HASIL 5.1 Hasil Pengolahan REBA Pada bab ini akan dilakukan analisa hasil dari pengolahan data terhadap pengukuran resiko kerja dengan menggunakan metode REBA dari semua proses kerja

Lebih terperinci