BUDI NUGROHO POLITEKNIK NEGERI P-2 N E Z P-1 N E Z BM-1 N E Z 49.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BUDI NUGROHO POLITEKNIK NEGERI P-2 N E Z P-1 N E Z BM-1 N E Z 49."

Transkripsi

1 POLITEKNIK NEGERI L SAMARINT DA T L P-2 N E Z RENCANA PARIT T L P-1 N E Z RENCANA PARIT T L RENCANA PARIT BM-1 N E Z RENCANA PARIT BUDI NUGROHO PIPA BAJA Ø50cm - 36 m PIPA BAJA Ø50cm - 12 m 35 PERANCANGAN JEMBATAN

2 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb Segala puji, kami haturkan kehadirat Allah swt atas selesainya penulisan Buku Ajar Perancangan Jembatan, Program Studi Rekayasa Jalan dan Jembatan S1-Terapan Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Samarinda tahun Penyusunan buku ajar ini disusun dengan berdasarkan beberapa sumber referensi, peraturan/standard dan merujuk pada kurikulum Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dan standard kompetensi kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Adapun isi buku ajar ini diacu berdasarkan kompetensi dan capaian pembelajaran yang telah disepakati dalam KKNI bahwa lulusan program Studi Rekayasa Jalan dan jembatan harus mempunyai kemampuan merancang jembatan dengan skala menengah. Akhirnya, semoga buku ajar ini dapat dipakai dan diaplikasikan dalam proses belajar mengajar khususnya mata kuliah perancangan jembatan sebagai pedoman acuan baik oleh pengajar dan mahasiswa pada Program Studi Rekayasa Jalan dan Jembatan Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Samarinda, sehingga menghasilkan lulusan yang kompeten, professional dan berdaya saing. Wassalamu alaikum Wr. Wb. Samarinda, Oktober 2016 Penyusun, Budi Nugroho, ST, M.Eng NIP

3 PROSES PERENCANAAN JEMBATAN Kompetensi Dasar : Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Tahapan perencanaan jembatan, pemilihan lokasi, layout dan faktor pertimbangan pemilihan lay out Materi /Pokok Bahasan: Kaidah Perencanaan Tahapan Perencanaan Pemilihan Lokasi Jembatan Lay Out Jembatan Pertimbangan Lay Out Jembatan Melintas Sungai

4 BAB II PROSES PERENCANAN JEMBATAN 2.1 Kaidah Perencanaan Proses perencanaan jembatan perlu dipahami terlebih dahulu sebelum melakukan penghitungan dan pemilihan bentuk struktur sehingga perencanaan yang dihasilkan dapat memenuhi fungsi struktur, bentuk yang sesuai, efisien dan punya fungsi estetika untuk itu dipandang perlu untuk mempelajari /melaksanakan proses perencanaan jembatan dengan mengunakan standarisasi sesuai spesifikasi serencanaan teknik jembatan. Proses perencanaan jembatan perlu dipahami terlebih dahulu sebelum melakukan penghitungan dan pemilihan bentuk struktur sehingga perencanaan yang dihasilkan dapat memenuhi fungsi struktur, bentuk yangt sesuai, efisien dan punya fungsi estetika untuk itu dipandang perlu untuk mempelajari /melaksanakan proses perencanaan jembatan dengan mengunakan standarisasi sesuai spesifikasi serencanaan teknik jembatan. Maksud dari seluruh tahapan perencanaan adalah untuk menemukan struktur yang akan memenuhi pokok-pokok perencanaan, Yaitu : 1. KekuatanUnsur Struktural dan Stabilitas Keseluruhan Struktur harus mempunyai kekuatan memadai untuk menahan beban pada kondisi ultimate dan struktur sebagai satu kesatuan harus stabil pada pembebanan tersebut 2. Kelayanan Struktural Bangunan bawah dan pondasi harus berada dalam keadaan layan pada beban batas beban layan. Hal ini berarti struktur tidak boleh mengalami retakan, lendutan atau getaran sedemekian sehingga masyarakat menjadi khawatir atau jembatan menjadi tidak layak untuk penggunaan atau mempunyai pengurangan berarti dalam umur kelayanan

5 3. Keawetan Bahan yang dipilih harus sesuai untuk lingkungan, missal jembatan rangka baja yang di galvanisasi tidak merupakan bahan terbaik untuk penggunaan di dalam lingkungan laut agresif garam yang dekat pantai 4. Kemudahan Konstruksi Pemilhan rencana harus mudah dilaksanakan, rencana yang sulit akan dapat menyebabkan waktu pengerjaan yang lama dan peningkatan biaya, sehingga harus di hindari sedapat mungkin. 5. Ekonomis dapat diterima Rencana termurah yang sesuai pendanaan dan pokok-pokok rencana lainnya umumnya yang dipilih. Penekanan harus di berikan pada biaya umur total struktur yang mencakup biaya pemeliharaan dan tidak hanya biaya permulaan konstruksi. 6. Estetika Struktur jembatan harus menyatu dengan pemandangan alam dan menyenangkan untuk dilihat. Tahapan perencanaan bersifat uji coba yang dimulai dari suatu definisi masalah dan berkembang dalam hasil yang berguna setelah beberapa percobaan dan modifikasi. Tahapan tersebut dijelaskan dalam Gambar 2.1

6 2.2 Tahapan Perencanaan Proses perencanaan sebuah jembatan paling tidak harus melalui tahapan tahapan berikut ( Lihat diagram alir berikut Gambar 2.1 ) PENDAHULUAN SURVEY TAHAP SURVEY DETAIL TAHAP PERENCANAAN TAHAP PENYELESAIAN AKHIR SURVEY TOPOGRAFI UMUM PENGUMPULAN PETA DASAR Peta topografi Peta geologi Peta tata guna Lahan Peta curah hujan KONSEP PENDAHULUAN/ Penentuan tipe b. atas dan bawah Elevasi muka jembatan Lokasi penyelidikan tanah Foto dokumentasi PENGUMPULAN DATA PENDUKUNG Data jaringan jalan Data kondisi lalin Data lokasi material Harga satuan bahan material dan upah Data survey terdahulu Pengukuran titik control horizontal dan vertikal Pengukuran penampang dan situasi Pengukuran 200m kiri dan kanan sungai sepanjang jalan Pengukuran 100 m kiri dan kanan as jalan Pengukuran 50 m kiri dan kanan tepi sungai Perhitungan dan penggambaran SURVEY GEOTEKNIK CPT dan SPT Pengambilan sampel Pengujian laboratorium SURVEY HIDROLOGI Karakteristik daerah aliran Karakteristik Sungai MAB dan MAN Analisa penampang sungai SURVEY LINGKUNGAN PERENCANAAN TEKNIS Kriteria desain Analisa data lapangan Konsep perencanaan Perhitungan teknis -Bangunan bawah, atas dan pondasi -Hidrologi -Bangunan pelengkap Penggambaran -Elevasi dan pot melintang -Lay out lokasi jembatan -plan dan profil jembatan -Detail abutmen/pylar -Detail Balok/lantai -Detail Bangunan pelengkap Perhitungan volume dan biaya PENYIAPAN DRAFT LAPORAN Dokumen tender Draft laporan akhir Draft laporan teknis PENYERAHAN LAPORAN Dokumen tender Laporan akhir Laporan teknis Gambar desain Penyerahn softcopy Gambar 2.1 proses perencanaan jembatan Survey aspek lingkungan Pengumpulan dok. amdal

7 Adapun garis besar pelaksanannya sebagai berikut : 1. Pengumpulan Data Lapangan (Survey Data) Survey Pendahuluan Pada pelaksanaan survey ini meliputi pencatatan seluruh data fisik jembatan lama dan kondisi sungai sebagai berikut : a) Mengumpulkan dan mereview data-data lokasi pekerjaan dan situasinya antara lain rencana as jembatan, jalan pendekat, jembatan existing, kondisi hulu dan hilir sungai serta informasi lainnya secara umum dari segi geografis, tata guna lahan, sosial ekonomi. b) Menyiapkan peta dasar yang berupa peta topografi dan peta-peta pendukung lainnya (peta geologi, tata guna tanah, hidrologi, dan sebagainya) yang dipakai untuk menentukan lokasi jembatan yang sesuai. c) Mengumpulkan dan mereview data lalu lintas. d) Mempelajari dan menganalisa data curah hujan pada daerah rencana jembatan melalui station-station pengamatan cuaca yang telah ada ataupun pada Jawatan Meteorologi setempat, termasuk data banjir, erosi dan lain sebagainya. e) Menganalisa secara visual keadaan tanah dasar pada daerah rencana jembatan. f) Mengumpulkan informasi lokasi sumber material (quarry) dan kemungkinan pemanfaatan material setempat. g) Mengumpulkan data harga satuan material, upah buruh, biaya pembebasan lahan dan sebagainya yang berkaitan dengan rencana pekerjaan. h) Membuat foto-foto dokumentasi mengenai kondisi lapangan yang bersangkutan dan khusus untuk kepentingan desain jembatan. i) Memperhatikan usulan lainnya dari pihak-pihak terkait j) Menyusun jadwal pelaksanaan pekerjaan di lapangan. k) Mengumpulkan data-data sekunder lainnya yang diperlukan dan dianggap penting. l) Membuat laporan lengkap dan memberi saran yang diperlukan untuk pelaksaaan survei dan pekerjaan konstruksi, dengan memperbandingkan alternatif lokasi jembatan yang diambil.

8 Gambar 2.2 Contoh Peta Topografi 1 : Daerah Kawasan Perencanaan Jembatan Gambar 2.3 Contoh Peta Formasi Geologi 1 : Daerah Kawasan Perencanaan Jembatan

9 Data ini dikumpulkan selengkap mungkin untuk setiap jembatan. Dalam hal data yang dikumpulkan kurang lengkap, maka kelengkapan data harus diperoleh dari data sekunder atau unit yang terkait. 2. Survey Detail a) Survey Topografi Survey ini meliputi ; 1) Pengukuran poligon 2) Pengukuran situasi jembatan 3) Potongan melintang dan memanjang jalan atau rencana as jembatan 4) Potongan melintang dan memanjang sungai 5) Pemasangan patok ukur /CP (Control Point) dan patok titik tetap utama/bm (Bench Mark) Sebagai catatan titik BM adalah titik tetap sebagai titik control horizontal dan vertical. BM tersebut akan digunakan sebagai titik titik acuan pada saat pekerjaan ini berlangsung dan digunakan untuk kepentingan saat konstruksi yang akan dating. Karena fungsi BM sebagai acuan titik control horizontal dan vertical, maka stabilitas BM pada tempatnya sangat penting. Titik tetap atau Bench Mark (BM) terbuat dari beton dengan ukuran 20 cm x 20 cm x 100 cm. BM dilengkapi baut diatasnya, diberi tanda silang pada kepala baut sebagai penanda centering serta di beri penamaan pada bagian samping. BM ini dipasang sedemikian rupa sehingga bagian yang muncuk diatas permukaan lebih kurang 20 cm. Pemasangan BM dipilihakan pada tempat tempat yang selain strategis dan mudah di temukan kembali dalam pencariannya, selain itu juga BM akan dipasang pada areal pengukuran sebagai titik tetap polygon utama maupun pengukuran beda ketinggian, dengan rentang jangkauan antar BM lebih kurang 2,5 KM. BM dicat warna biru serta dibuatkan dokumentasi dan deskripsinya.

10 Hasil analisa survey topografi tentunya sangat diperlukan untuk mengetahui elevasi data yang akurat, sehingga didapatkan desain jembatan yang memenuhi persyaratan baik dari sisi teknis maupun sisi kenyamanan Titik tetap lainnya yang merupakan pasangan BM adalah titik tetap penanda arah azimuth atau yang lebih dikenal dengan nama control point (CP). CP ini dibuat dengan menggunalan paralon berdiameter 10 cm yang diisi cor semen dengan panjang lebih kurang 80 cm, serta ditanam sedemikian rupa sehingga yang muncul di permukaan setinggi lebih kurang 20 cm. Control point dipasang saling terlihat terhadap BM, mudah ditemukan kembali, dipasang pada yang stabil dan aman, serta di beri kode atau nomer yang ada hubungannya dengan nomor atau kode BM yang menjadi pasangannya, sehingga kan mempermudah pemahaman atau hubungan antara CP dan BM satu dengan CP atau BM lainnya. Gambar 2.4 Contoh Titik BM (Bench Mark)

11 Layout Patok CP Patok CP Gambar 2.5 Patok CP

12 Gambar 2.6. Contoh Lay out exixting sebuah jembatan hasil dari pengukuran topografi Gambar2.7 Contoh long section exixting sebuah jembatan hasil dari pengukuran topografi

13 Gambar 2.8 Contoh cross section arah hulu, hilir sungai exixting sebuah jembatan hasil dari pengukuran topografi

14

15 Gambar 2.9 Contoh cross section arah jalan pendekat exixting sebuah jembatan hasil dari pengukuran topografi

16 b) Survey Hidrologi Penyelidikan hidrologi adalah untuk memperoleh data karakterstik sungai dan cuaca / iklim yang meliputi : 1) Mangamati muka air banjir yang pernah terjadi, muka air normal dan kecepatan air. 2) Mengamati sifat aliran dan benda hanyut yang terbawah air 3) Mengamati kondisi lereng dan stabilisasinya termasuk vegetasi yang ada pada lereng. Tujuan analisa hidrologi adalah : Menghitung debit banjir rencana selama periode 50 tahun Menghitung tinggi muka air banjir dan dibandingkan dengan data banjir lapangan Menghitung scouring/penggerusan akibat kecepatan air Untuk menentukan elevasi perletakan jembatan dan rencana bentang c) Penyelidikan Tanah Penyelidikan tanah di lapangan dan laboratorium dilakukan untuk memperoleh kondisi tanah pada rencana telapak pondasi dan pilar jembatan berupa kedalaman tanah keras, jenis dan tekstur tanah, kekuatan struktur/daya dukung melalui kegiatan sebagai berikut : 1) Pelaksanaan test sondir/test pit 2) Pelaksanaan test boring untuk mengambil contoh tanah dan uji SPT 3) Pengamatan struktur tanah, karakteristik, warna dan tipe tanah 4) Anlisa Lab untuk mengetahui index properties tanah dan kharakteristik tanah

17 Tabel 2.1 Contoh rekap hasil uji sondir Gambar 2.10 Contoh hasil pengujian sondir

18 Gambar 2.11 Contoh hasil pengujian Boring dan SPT

19 Tabel 2.2 Contoh hasil pengujian sampel tanah di laboratorium

20 d) Survey Lalu Lintas Survey lalu lintas bertujuan untuk mengetahui jumlah satuan motor penumpang (SMP) dari lalu lintas harian rata-rata (LHR) yang melintas pada ruas jalan lokasi rencana jembatan di bangun. Selain itu data lalu lintas dapat dijadikan sebagai dasar untuk melakukan estimasi atau prediksi jenis kendaraan yang sesuai dalam penentuan klas jembatan dan pembebanan jembatan. Adapun standard perhitungan harus merujuk Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997 (MKJI) dan Pedoman pencacahan survey lalu lintas secara manual Pd T B Adapun contoh formulir survey adalah sebagai berikut: Gambar 2.12 Contoh Formulir Survey Lalu Lintas

21 Tabel 2.3 Conroh Hasil Perhitungan LHR Lalin Jenis Kendaraan Harian EMP LHR (Smp/jam) Sepeda Motor, Sekuter Sedan, Jeep dan Station Wagon Opelet, Suburbun, Combi Pick Up, Mobil Hantaran dan Box Bus Kecil Bus Besar Truck Ringan 2 Sumbu Truck Sedang 2 Sumbu Truck 3 Sumbu Truck Gandengan Truck Semi Trailer Kendaraan Tidak Bermotor, Sepeda Jumlah

22 3. Tahap Perencanaan /Evaluasi Data Tahap ini dimaksudkan untuk mengkompilasi data yang ada sebagai bahan masukan untuk membuat draft perencanaan. Data yang dimaksud adalah meliputi, Data Topografi, Hidrologi, Data tanah (analisa Uji Lapangan dan Lab)dan data lalu lintas 4. Tahap akhir/ DED (Detail Engineering Design) Setelah semua data yang diperlukan untuk kegiatan perencanaan telah lengkap, maka dilanjutkan ke tahapan penyusunan Draft Desain yang nantinya akan menjadi data perencanan /Detail Engineering Design (DED) dalam hal ini, penentuan jenis dan tipe jembatan, klas jembatan, panjang bentang jembatan, lebar jembatan, penentuan dimensi abutment dan pilar jembatan, jenis pondasi jenmbatan, dan perhitungan struktur jembatan berdasarkan data-data lapangan yang ada. Setelah berdasarkan hasil perhitungan memenuhi syarat-syarat keamanan dan standar yang berlaku, maka dilakukan penggambaran detail struktur jembatan baik bangunan atas, bangunan bawah, pondasi, dan bangunan pelengkap jembatan. Setelah penggambaran selesai dilakukan proses perhitungan kuantitas atau volume pekerjaan untuk disusun menjadi rencana anggaran biaya berdasarkan standar analisa pekerjaan dan dengan menggunakan harga satuan berdasarkan Harga Satuan Patokan Setempat yang sesuai dengan lokasi rencana jembatan direncanakan. Pada proses desain akhir, untuk pelaksanaan membutuhkan final data yang diambil dari desain awal, misalnya ; pada desain awal direncanakan 2 pilar dan 2 abutment, maka penyelidikan tanah (soil investigation) dilakukan pada tempat pilar dan abutment tersebut. Pada umumnya final data terdiri dari hal-hal sebagai berikut ; a) Pengukuran topografi, berupa situasi, penampang, garis ketinggian dan lainlain.

23 b) Penyelidikan geoteknik, berupa sondir, boring dan uji laboratorium untuk mengetahui parameter tanah. c) Penyelidikan air, berupa hidrologi, penggerusan (scouring), dll d) Penyelidikan batuan jika diperlukan untuk penentuan daerah stabil, penentuan arah retakan dari batuan, kekerasan batuan dll. e) Foto udara, hanya diperlukan bila lokasi proyek cukup besar. Hasil dan saran-saran ; Dari (a) diperoleh - Perbaikan trace jalan/jembatan - Letak jembatan baru ( perlu/tidak perlu relokasi) - Penampang-penampang sungai - Clarance jembatan Dari (b) diperoleh - Kedalaman, macam & varian pondasi - Settlement pondasi - Pengamanan jembatan Dari (c) diperoleh - Kedalaman penggerusan (vertical) - Lebar penggerusan (horizontal) - Bentuk dan macam pengamanan sungai Dari (d) diperoleh Letak daerah yang stabil, bebas dari pelapukan, retakan dan sebagainya. Desain akhir dhasilkan dari desain awal dan final data, serta mencakup seluruh aspek perencanaan sampai detail-detailnya yaitu pada : 1) Bangunan Atas : Lapisan aus, lantai kendaraan, sandaran, balok memanjang & melintang, pengaku atau diafragma, balok utama, ikatan angin atas dan bawah, portal ujung, ikatan rem, kabel utama, kabel angin, shear connector, exspansion join. 2) Landasan : Landasan sendi, rol atau elastomer

24 3) Bangunan bawah : Kepala jembatan (abutment), Pilar. 4) Pondasi : Pondasi langsung, sumuran, tiang pancang. 5) Bangunan pengaman : Bangunan pengaman superstructure, substructure,oprit, dan pondasi. 6) Penentuan : Lebar jembatan, kelas jembatan, material jembatan, penampang dan detail lengkap. 2.3 Pemilihan Lokasi Jembatan Penentuan lokasi jembatan, biasanya dipengaruhi oleh pertimbanganpertimbangan sebagai berikut : - Teknik ( aliran sungai, Keadaan tanah ) - Lalu-lintas,Sosial ( tingkat kebutuhan lalu lintas ) - Estetika, dll 1. Aspek Teknis Pada aspek teknis harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : - Penentuan geometri struktur, alinenemen horizontal dan alinemen vertical, sesuai dengan lingkungan sekitarnya. - Pemilihan system utama jembatan dan posisi dek - Penentuan panjang bentang optimum sesuai dengan syarat hidraulika, arsitektural dan biaya konstruksi. - Pemilihan elemen-elemen utama struktur atas dan struktur bawah, terutama tipe pilar dan abutment. - Pendetailan struktur atas seperti sandaran, parapet, penerangan dan tipe perkerasan. - Pemilhan bahan yang paling tepat untuk struktur jembatan berdasarkan pertimbangan structural dan estetika. 2. Aspek Lalu-Lintas Aspek ini harus memperhitungkan kelancaran fungsi transportasi baik lalu-lintas kendaraan maupun pejalan kaki (pedestrians) yang melintasi sebuah jembatan. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap lebar jembatan optimum agar dapat melayani lalu lintas yang optimum pula. Disamping itu juga harus dipikirkan tipe

25 jembatan yang akan digunakan mengingat kompleksitas lalu lintas kedepannya. Pendekatan ekonomi perlu diperhatikan, dengan pertimbangan biaya seminimum mungkin. 3. Aspek Estetika Pada daerah perkotaan desain jembatan tidak hanya didasarkan pada structural dan pelayanan transportasi saja, tetapi juga untuk ekonomi dan artistik. Aspek estetika pada jembatan di perkotaan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dalam perencanaan. Kesesuaian estetika dan arsitektural jembatan akan memberikan suatu nilai lebih pada jembatan yang dibangun ditengah kota. Banyak jembatan di kota-kota dunia membuktikan telah menjadi ikon atau landmark bagi kota tersebut. 2.4 Lay-Out Jembatan Setelah lokasi jembatan ditentukan, varibel berikutnya yang penting pula sebagai pertimbangan adalah layout jembatan terhadap topografi setempat. Pada awal perkembangan sistem jalan raya, standar jalan raya lebih rendah dari jembatan. Biaya investasi jembatan merupakan proporsi terbesar dari total biaya jalan raya. Sebagai konsekuensinya, struktur tersebut hampir selalu dibangun pada tempat yang ideal untuk memungkinkan bentang jembatan sangat pendek, fondasi dapat dibuat sehematnya, dan melintasi sungai dengan layout berbentuk square layout. Dalam proses perencanaan terdapat dua sudut pandang yang berbeda antara seorang ahli jalan dan ahli jembatan (Troitksy, 1994). Berikut ini diberikan beberapa ilustrasi beberapa perbedaan kepentingan antara seorang ahli jalan dan jembatan. 1. Pandangan Ahli Jembatan. Perlintasan yang tegak lurus sungai, jurang atau jalan rei lebih sering dipilih, daripada perlintasan yang membentuk alinemen yang miring. Penentuan ini didasarkan pada aspek teknis dan ekonomi. Waddel (1916) menyatakan bahwa struktur yang dibuat pada alinemen yang miring adalah abominasi dalam lingkup rekayasajembatan. 2. Struktur jembatan sederhana. Merupakan suatu kenyataan untuk struktur jembatan yang relatif sederhana sering diabaikan terhadap alinemen jalan. Para ahli jalan raya sering menempatkan alinemen jalan sedemikian sehingga struktur

26 jembatan merupakan bagian penuh dari alinemen rencana jalan tersebut. Sehingga apabila melalui sungai seringkali kurang memperhatikan layout secara cermat. 3. Layout jembatan bentang panjang. Sebagai suatu struktur bertambahnya tingkat kegunaan jalan dan panjang bentang merupakan hal yang cukup penting untuk menentukan layout. Pada kasus seperti ini dalam menentukan bagaimana layout jembatan yang sesuai perlu diselaraskan oleh kedua ahli tersebut guna menekan biaya konstruksi. Banyak faktor yang mempengaruhinya, salahsatunya adalah sudut yang dibentuk terhadap bidang alinemen. Dari keterangan-keterangan diatas, dapat dikatakan bahwa bentang jembatan dengan skewed layout lebih panjang dibanding dengan square layout. Dapat diketahui hubungan antara besarnya sudut yang dibentuk terhadap biaya konstruksi jalan dan jembatan. Untuk memberikan pengertian skewed layout dan square layout lihat Gambar 2.13 berikut : Gambar 2.13 Perbandingan square layout dan skewed layout (Bambang Supriyadi,2000)

27 Dari Gambar 2.13 diatas, bila panjang bentang square layout L dengan biaya C, maka pada skewed layout bentang jembatan menjadi L.sec Ø. Bila melihat alternative pemilihan lokasi dan layout pada Gambar tersebut perlu dikaji secara numeris tentang perbandingan biaya konstruksi akibat pemanjangan jalur jalan dan bentang jembatan. Secara numeris dapat diberikan gambaran sebagai berikut ini : Biaya konstruksi jalan persatuan panjang dinotasikan dengan K H, dan biaya konstruksi jembatan persatuan panjang K B Panjang jalur alternative I dinotasikan dengan H 1 dan alternative II, H 2, dan panjang jembatan pada jalur I, L 1 sedangkan alur II dinotasikan dengan L 2. Maka biaya konstruksi jalan jalur I setidak-tidaknya harus lebih kecil atau sama dengan jalur II, yang dapat dirumuskan sebagai berikut ini : (H 1 L 1 )K H + L 1 K B (H 2 -L 2 )K H + L 2 K B (H 1 H 2 )K H (K B K H ) (L 2 L 1 ) Bila dibagi dengan K H, menjadi : (H 1 H 2 ) ( )(L 2 -L 1 ) Bila diambil, K = Akan didapatkan : (H 1 H 2 ) (K-1)(L 2 L 1 ) Dari persamaan diatas terlihat bahwa biaya konstruksi penambahan panjang jalur jalan masih lebih kecil dibandingkan dengan biaya penambahan panjang jembatan. Oleh karena itu dalam hal ini perlu dibuat suatu keputusan yang cermat dan seksama oleh para ahli jembatan dan ahli jalan. 2.5 Pertimbangan Lay-Out Jembatan Melintas Sungai Kondisi umum yang membatasi penempatan jembatan diatas sungai dapat diringkas sebagai berikut : 1. Persilangan pada sungai (main channel) dan lembah datar (valley flats) layout jembatan sebaiknya ditempatkan pada bagian lembah yang sempit dan sungainya cukup lebar (Gambar 2.14). Persilangan antara sungai jembatan demikian membentuk siku (square

28 layout). Bila layout berupa skew layout akan terjadi gerusan pada pilar, dan akibatnya akan tererosi pada bagian dasarnya. Kondisi ini akan lebih berbahaya bila arus sungai mempunyai kecepatan yang sangat tinggi. Gambar 2.14 Layout jembatan yang melintasi sungai dan lembah datar (Bambang Supriyadi,2000) 2. Sungai dan tributary. Pada daerah ini kemungkinan akan banyak terjadi sedimentasi, jembatan sebaiknya tidak ditempatkan secara langsung disebelah hilir mulut tributary seperti ditunjukkan potongan 1-1 Gambar 2.15 Tidaklah tepat pula, bila ditempatkan dekat hulu percabangan sungai (potongan II-II, Gambar 2.15). Oleh karena itu, dipilih bagian sungai yang tidak memiliki percabangan sehingga hanya ada satu jembatan yang perlu dibangun. Gambar 2.15 Perlintasan jembatan pada sungai dan tributary (Bambang Supriyadi,2000)

29 3. Sungai permanen. Perubahan arus atau arus yang berkelok-kelok (meandering stream) seringkali mengharuskan persilangan jembatan lebih panjang sehingga biaya konstruksi akan mahal. Selain panjangnya bentang jembatan, pilar yang dibuat akan sangat dalam. Pada Gambar 2.16 ditunjukkan beberapa tipikal (A dan B) pada kondisi sungai yang berbeda-beda. Sketsa A adalah tipikal melintang saluran utama dengan kondisi lereng yang stabil ditepi kanannya dan bantaran yang datar disisi lainnya. Bila saluran utama sungai stabil dan permanen, maka cukup dibangun dua bentang jembatan dan pada sisi bantaran dihubungkan dengan viaduct, sehingga biaya konstruksi persatuan panjang dapat lebih kecil. Bila arus sungai berubah-ubah sepanjang bantaran selama perkiraan umur jembatan (life time of bridge), lebih tepat dibangun sketsa tipikal B. Kondisi ini akan lebih menguntungkan agar daerah bantaran jembatan tipikal A tidak mengalami kerusakan akibat gerusan dan erosi di dasar sungai. Gambar 2.16 Alternatif perlintasan jembatan di atas sungai permanen (Bambang Supriyadi,2000)

30 4. Pengalihan/perbaikan aliran sungai. Pada sungai dengan tipikal meander sangat tidak efisien bila dibangun jembatan mengikuti jumlah sungai yang akan dilintasi. Untuk itu sebaiknya dibuat sudetan untuk merubah arah aliran sungai yang berkelok-kelok, sehingga jembatan dibangun dalam jumlah yang lebih sedikit (Gambar 2.17a) Pengalihan atau perbaikan aliran sungai dimungkinkan pula dibuat pada persilangan yang membentuk sudut tertentu (skewed layout). Pada keadaan seperti ini, justru kebalikan dari kasus yang pertama, alur sungai dapat dibuat berkelok-kelok dan pada bagian persilangan dibuat siku (square layout) seperti ditunjukkan pada Gambar 2.17b. Pengalihan atau perbaikan aliran sungai tersebut perlu memperhatikan aspek hidraulika sungai. Gambar 2.17 Pengalihan atau perbaikan alur sungai (Bambang Supriyadi,2000)

31 Contoh soal untuk elaborasi kompetensi mahasiswa/i: 1. Sebutkan data-data pendukung dalam melaksanakan survey pendahuluan. 2. Jelaskan dengan singkat tentang survey pendahuluan dalam proses perencanaan jembatan 3. Terangkan kegunaan penyelidikan tanah dalam proses perencanaan sebuah jembatan, dan uji apa saja yang diperlukan untuk perencanaan jembatan. 4. Jelaskan kegunaan survey hidrologi terkait dalam perencanaan jembatan 5. Jelaskan kegunaan survey lalu lintas dalam perencanaan jembatan. Soal latihan ( Bahan Diskusi group) 1. Jelaskan dan uraikan proses perencanaan sebuah jembatan, sehingga didapatkan suatu desain yang optimal sesuai dengan kebutuhan.

Proses Perencanaan Jembatan

Proses Perencanaan Jembatan Maksud Perencanaan Jembatan : Menentukan fungsi struktur secara tepat, bentuk struktur yang sesuai, efisien serta mempunyai fungsi estetika. Data yang diperlukan untuk perencanaan: Lokasi (topografi, lingkungan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI START PERSIAPAN SURVEI PENDAHULUAN PENGUMPULAN DATA ANALISA DATA

BAB III METODOLOGI START PERSIAPAN SURVEI PENDAHULUAN PENGUMPULAN DATA ANALISA DATA III - 1 BAB III METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai pengumpulan dan analisa data. Dalam tahap awal ini disusun hal-hal penting yang harus segera dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PELAKSANAAN

BAB III METODE PELAKSANAAN BAB III METODE PELAKSANAAN 3.1 Pekerjaan Persiapan dan pengumpulan Data 3.1.1 Pekerjaan Persiapan Pekerjaan yang harus dipersiapkan guna memperlancar jalannya pelaksanaan pekerjaan Perencanaan Teknis dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI III-1

BAB III METODOLOGI III-1 BAB III METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM Dalam proses perencanaan jalan perlu dilakukan analisis yang teliti. Semakin rumit masalah yang dihadapi maka akan semakin kompleks pula analisis yang harus dilakukan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Jembatan adalah sebuah struktur konstruksi bangunan atau infrastruktur sebuah jalan yang difungsikan sebagai penghubung yang menghubungkan jalur lalu lintas pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Definisi dan Klasifikasi jembatan serta standar struktur jembatan I.1.1 Definisi Jembatan : Jembatan adalah suatu struktur yang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Definisi dan Klasifikasi jembatan serta standar struktur jembatan I.1.1 Definisi Jembatan : Jembatan adalah suatu struktur yang BAB I PENDAHULUAN I.1 Definisi dan Klasifikasi jembatan serta standar struktur jembatan I.1.1 Definisi Jembatan : Jembatan adalah suatu struktur yang memungkinkan route jalan melintasi halangan yang berupa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA IV - 1

BAB IV ANALISA DATA BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA IV - 1 BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA IV - 1 BAB IV ANALISA DATA Untuk memperoleh struktur jembatan yang efektif dan efisien maka diperlukan suatu perencanaan yang matang dengan mempertimbangkan berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM

BAB III METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM III - 1 BAB III 3.1 TINJAUAN UMUM Di dalam suatu pekerjaan konstruksi diperlukan suatu rancangan yang dimaksudkan untuk menentukan fungsi struktur secara tepat dan bentuk yang sesuai serta mempunyai fungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Perencanaan Perencanaan bertujuan untuk menentukan fungsi struktur secara tepat, dan bentuk yang sesuai, efisiensi serta mempunyai fungsi estetika. Seorang perencana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Bab III Metodologi 3.1. PERSIAPAN

BAB III METODOLOGI. Bab III Metodologi 3.1. PERSIAPAN BAB III METODOLOGI 3.1. PERSIAPAN Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai pengumpulan dan pengolahan data. Dalam tahap awal ini disusun hal-hal penting yang harus segera dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Persiapan Penelitian 3.1.1. Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan di lokasi studi yaitu Jalan Raya Sekaran di depan Perumahan Taman Sentosa Gunungpati,

Lebih terperinci

3.2. TAHAP PERANCANGAN DESAIN

3.2. TAHAP PERANCANGAN DESAIN BAB III METODOLOGI 3.1. PERSIAPAN Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum pengumpulan dan pengolahan data, pada tahap ini disusun kegiatan yang harus dilakukan dengan tujuan untuk mengefektifkan

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALAN LAYANG SUMPIUH - BANYUMAS

LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALAN LAYANG SUMPIUH - BANYUMAS III - 1 BAB III METODOLOGI 3.1. PENDAHULUAN Proses perencanaan yang terstruktur dan sisitematis diperlukan untuk menghasilkan suatu karya yang efektif dan efisien. Pada jembatan biasanya dirancang menurut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.2 TAHAPAN PENULISAN TUGAS AKHIR Bagan Alir Penulisan Tugas Akhir START. Persiapan

BAB III METODOLOGI. 3.2 TAHAPAN PENULISAN TUGAS AKHIR Bagan Alir Penulisan Tugas Akhir START. Persiapan METODOLOGI III - 1 BAB III METODOLOGI 3.1 TAHAP PERSIAPAN Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai pengumpulan dan pengolahan data. Pada tahap ini disusun hal-hal penting yang harus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. biasanya disebut viaduct. Jembatan dapat digolongkan sebagai berikut : 2. Jembatan jembatan dapat digerakkan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. biasanya disebut viaduct. Jembatan dapat digolongkan sebagai berikut : 2. Jembatan jembatan dapat digerakkan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jembatan 2.1.1. Pengertian jembatan Jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya meneruskan jalan melalui suatu rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN BANTAR III BANTUL-KULON PROGO (PROV. D. I. YOGYAKARTA) DENGAN BUSUR RANGKA BAJA MENGGUNAKAN BATANG TARIK

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN BANTAR III BANTUL-KULON PROGO (PROV. D. I. YOGYAKARTA) DENGAN BUSUR RANGKA BAJA MENGGUNAKAN BATANG TARIK SEMINAR TUGAS AKHIR JULI 2011 MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN BANTAR III BANTUL-KULON PROGO (PROV. D. I. YOGYAKARTA) DENGAN BUSUR RANGKA BAJA MENGGUNAKAN BATANG TARIK Oleh : SETIYAWAN ADI NUGROHO 3108100520

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain seperti BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komponen Jembatan Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain seperti dibawah ini. Gambar 2.1. Komponen Jembatan 1. Struktur jembatan atas Struktur jembatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1. TINJAUAN UMUM

BAB III METODOLOGI 3.1. TINJAUAN UMUM BAB III METODOLOGI 3.1. TINJAUAN UMUM Di dalam pembuatan suatu konstruksi bangunan diperlukan perencanaan yang dimaksudkan untuk menentukan fungsi struktur secara tepat, dan bentuk yang sesuai serta mempunyai

Lebih terperinci

PERANCANGAN JEMBATAN KATUNGAU KALIMANTAN BARAT

PERANCANGAN JEMBATAN KATUNGAU KALIMANTAN BARAT PERANCANGAN JEMBATAN KATUNGAU KALIMANTAN BARAT TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU Oleh : RONA CIPTA No. Mahasiswa : 11570 / TS NPM : 03 02 11570 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ATMA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Menurut Supriyadi (1997) jembatan adalah suatu bangunan yang memungkinkan suatu ajalan menyilang sungai/saluran air, lembah atau menyilang jalan lain yang tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain : Struktur jembatan atas merupakan bagian bagian jembatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain : Struktur jembatan atas merupakan bagian bagian jembatan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komponen Jembatan Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain : 1. Struktur jembatan atas Struktur jembatan atas merupakan bagian bagian jembatan yang memindahkan

Lebih terperinci

OLEH : ANDREANUS DEVA C.B DOSEN PEMBIMBING : DJOKO UNTUNG, Ir, Dr DJOKO IRAWAN, Ir, MS

OLEH : ANDREANUS DEVA C.B DOSEN PEMBIMBING : DJOKO UNTUNG, Ir, Dr DJOKO IRAWAN, Ir, MS SEMINAR TUGAS AKHIR OLEH : ANDREANUS DEVA C.B 3110 105 030 DOSEN PEMBIMBING : DJOKO UNTUNG, Ir, Dr DJOKO IRAWAN, Ir, MS JURUSAN TEKNIK SIPIL LINTAS JALUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT

Lebih terperinci

STANDAR JEMBATAN DAN SNI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN

STANDAR JEMBATAN DAN SNI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN STANDAR JEMBATAN DAN SNI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN 1 BAB I JEMBATAN PERKEMBANGAN JEMBATAN Pada saat ini jumlah jembatan yang telah terbangun di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Arus Lalu Lintas Ukuran dasar yang sering digunakan untuk definisi arus lalu lintas adalah konsentrasi aliran dan kecepatan. Aliran dan volume sering dianggap sama, meskipun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum Jembatan didefinisikan sebagai struktur bangunan yang menghubungkan rute/lintasan transportasi yang terputus oleh sungai, rawa, danau, selat, saluran, jalan atu perlintasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jembatan merupakan prasarana umum yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Jembatan merupakan salah satu prasarana transportasi yang sangat penting

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN MALANGSARI MENGGUNAKAN STRUKTUR JEMBATAN BUSUR RANGKA TIPE THROUGH - ARCH. : Faizal Oky Setyawan

PERENCANAAN JEMBATAN MALANGSARI MENGGUNAKAN STRUKTUR JEMBATAN BUSUR RANGKA TIPE THROUGH - ARCH. : Faizal Oky Setyawan MENGGUNAKAN STRUKTUR JEMBATAN BUSUR Oleh : Faizal Oky Setyawan 3105100135 PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA METODOLOGI HASIL PERENCANAAN Latar Belakang Dalam rangka pemenuhan dan penunjang kebutuhan transportasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Jembatan Jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan melalui suatu rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meskipun istilah aliran lebih tepat untuk menyatakan arus lalu lintas dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meskipun istilah aliran lebih tepat untuk menyatakan arus lalu lintas dan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Arus Lalu lintas Ukuran dasar yang sering digunakan untuk mendefenisikan arus lalu lintas adalah konsentrasi aliran dan kecepatan. Aliran dan volume sering dianggap sama,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM

BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM Secara umum, inti dari dibuatnya metode penelitian adalah untuk menjawab permasalahan dan tujuan penelitian sebagaimana disebutkan pada Bab I. Metodologi penelitian ini akan

Lebih terperinci

PEMILIHAN LOKASI JEMBATAN

PEMILIHAN LOKASI JEMBATAN PEMILIHAN LOKASI JEMBATAN 1. DIPILIH LINTASAN YANG SEMPIT DAN STABIL. ALIRAN AIR YANG LURUS 3. TEBING TEPIAN YANG CUKUP TINGGI DAN STABIL 4. KONDISI TANAH DASAR YANG BAIK 5. SUMBU SUNGAI DAN SUMBU JEMBATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Ketersediaan jembatan sebagai salah satu prasarana transportasi sangat menunjang kelancaran pergerakan lalu lintas pada daerah-daerah dan berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN. Judul Tugas Akhir : EVALUASI DAN PERENCANAAN JEMBATAN KALI PELUS PURWOKERTO. Disusun oleh : Semarang, Agustus 2006

HALAMAN PENGESAHAN. Judul Tugas Akhir : EVALUASI DAN PERENCANAAN JEMBATAN KALI PELUS PURWOKERTO. Disusun oleh : Semarang, Agustus 2006 i HALAMAN PENGESAHAN Judul Tugas Akhir : EVALUASI DAN PERENCANAAN JEMBATAN KALI PELUS PURWOKERTO Disusun oleh : Muhamad Zaenuri L2A0 01 102 Noor Prihartanto L2A0 01 112 Semarang, Agustus 2006 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

PELATIHAN AHLI PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN (BRIDGE DESIGN ENGINEER)

PELATIHAN AHLI PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN (BRIDGE DESIGN ENGINEER) BDE 07 = LAPORAN PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN Merepresentasikan Kode / Judul Unit Kompetensi Kode : INA.5212.113.01.07.07 Judul : Membuat Laporan Perencanaan Teknis Jembatan PELATIHAN AHLI PERENCANAAN TEKNIS

Lebih terperinci

Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung. Tugas Akhir

Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung. Tugas Akhir Tugas Akhir PERENCANAAN JEMBATAN BRANTAS KEDIRI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM BUSUR BAJA Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : 3109100096 Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN RANGKA BAJA KALI CIBEREUM KABUPATEN CILACAP JAWA TENGAH

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN RANGKA BAJA KALI CIBEREUM KABUPATEN CILACAP JAWA TENGAH TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN RANGKA BAJA KALI CIBEREUM KABUPATEN CILACAP JAWA TENGAH Merupakan Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 ( S-1 ) Pada Fakultas Teknik Program

Lebih terperinci

SALMANI SALEH ILMU UKUR TANAH

SALMANI SALEH ILMU UKUR TANAH MODUL KULIAH Modul 11-1 Modul 11 Pengukuran Jalan dan Pengairan Pengukuran dan pemetaan rute dimaksudkan untuk membahas penerapan pengukuran dan pemetaan rute dalam bidang rekayasa teknik sipil, khususnya

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN LAYANG PERLINTASAN KERETA API KALIGAWE DENGAN U GIRDER

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN LAYANG PERLINTASAN KERETA API KALIGAWE DENGAN U GIRDER HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN LAYANG PERLINTASAN KERETA API KALIGAWE DENGAN U GIRDER Disusun oleh : Andy Muril Arubilla L2A 306 004 Novi Krisniawati L2A 306 023 Disetujui,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendahuluan Analisa sistem drainase dan penangulangan banjir Kota Semarang sebenarnya telah menjadi perhatian sejak zaman kolonial Belanda, dengan dibangunnya dua banjir

Lebih terperinci

PERENCANAAN UNDERPASS SIMPANG TUJUH JOGLO SURAKARTA

PERENCANAAN UNDERPASS SIMPANG TUJUH JOGLO SURAKARTA Lembar Pengesahan ii LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN UNDERPASS SIMPANG TUJUH JOGLO SURAKARTA ( DESIGN OF SIMPANG TUJUH JOGLO SURAKARTA UNDERPASS) Disusun Oleh : FARID WIBISONO L2A0 002 059 MOCH.

Lebih terperinci

Penyusunan laporan dari pengumpulan data sampai pengambilan kesimpulan beserta saran diwujudkan dalam bagan alir sebagai berikut :

Penyusunan laporan dari pengumpulan data sampai pengambilan kesimpulan beserta saran diwujudkan dalam bagan alir sebagai berikut : III-1 BAB III 3.1 URAIAN UMUM Sebagai langkah awal sebelum menyusun Tugas Akhir terlebih dahulu harus disusun metodologi pelaksanaannya, untuk mengatur urutan pelaksanaan penyusunan Tugas Akhir itu sendiri.

Lebih terperinci

No. Klasifikasi Medan Jalan Raya Utama 1 Datar (D) 0 9,9 % 2 Perbukitan (B) 10 24,9 % 3 Pegunungan (G) >24,9 %

No. Klasifikasi Medan Jalan Raya Utama 1 Datar (D) 0 9,9 % 2 Perbukitan (B) 10 24,9 % 3 Pegunungan (G) >24,9 % BAB IV ANALISA DATA Dalam proses perencanaan jembatan, setelah dilakukan pengumpulan data baik dari instansional maupun pustaka, dilanjutkan dengan evaluasi data / review study, berikutnya dilakukan analisis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI

BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI Contents BAB III... 48 METODOLOGI... 48 3.1 Lingkup Perencanaan... 48 3.2 Metode Pengumpulan Data... 49 3.3 Uraian Kegiatan... 50 3.4 Metode Perencanaan... 51 BAB III METODOLOGI 3.1 Lingkup Perencanaan

Lebih terperinci

PROYEK AKHIR. PERENCANAAN ULANG PENINGKATAN JALAN PASURUAN-PILANG STA s/d STA PROVINSI JAWA TIMUR

PROYEK AKHIR. PERENCANAAN ULANG PENINGKATAN JALAN PASURUAN-PILANG STA s/d STA PROVINSI JAWA TIMUR PROYEK AKHIR PERENCANAAN ULANG PENINGKATAN JALAN PASURUAN-PILANG STA 14+650 s/d STA 17+650 PROVINSI JAWA TIMUR Disusun Oleh: Muhammad Nursasli NRP. 3109038009 Dosen Pembimbing : Ir. AGUNG BUDIPRIYANTO,

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PEMILIHAN ALTERNATIF JEMBATAN

BAB V ANALISIS PEMILIHAN ALTERNATIF JEMBATAN BAB V ANALISIS PEMILIHAN ALTERNATIF JEMBATAN Perkembangan teknologi saat ini memungkinkan untuk membangun berbagai jenis konstruksi jembatan, yang pelaksanaannya menyesuaikan dengan kebutuhan kondisi setempat.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI III.1 Persiapan III.2. Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI III.1 Persiapan III.2. Pengumpulan Data BAB III METODOLOGI III.1 Persiapan Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai pengumpulan dan pengolahan data. Dalam tahap awal ini disusun hal-hal penting yang harus segera dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3. 1 TINJAUAN UMUM

BAB III METODOLOGI 3. 1 TINJAUAN UMUM BAB III METODOLOGI 3. 1 TINJAUAN UMUM Di dalam pembangunan suatu jalan diperlukan perencanaan yang dimaksudkan untuk merencanakan fungsi struktur secara tepat, dan bentuk bentuk yang sesuai serta mempunyai

Lebih terperinci

BAB III KONDISI WILAYAH STUDI

BAB III KONDISI WILAYAH STUDI BAB III KONDISI WILAYAH STUDI 3.1 Tinjauan Umum Jalan 4 di Kawasan Duri Steam Flood (DSF) - RIAU ini merupakan jalur operasional PT. Caltex Pasifik Indonesia yang melakukan kegitan di Provinsi Riau khususnya.

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN KALI BAMBANG DI KAB. BLITAR KAB. MALANG MENGGUNAKAN BUSUR RANGKA BAJA

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN KALI BAMBANG DI KAB. BLITAR KAB. MALANG MENGGUNAKAN BUSUR RANGKA BAJA MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN KALI BAMBANG DI KAB. BLITAR KAB. MALANG MENGGUNAKAN BUSUR RANGKA BAJA Mahasiswa: Farid Rozaq Laksono - 3115105056 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Djoko Irawan, Ms J U R U S A

Lebih terperinci

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR ( 8 ) PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN Januari 2009 D E P A R T E M E N P E K E R J A A N U M U M D I R E K T O R A T J E N D E R A L B I N A M A R G A D I R E K T O R A T B I N

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN SUNGAI LEMPUYANG KABUPATEN DEMAK

PERENCANAAN JEMBATAN SUNGAI LEMPUYANG KABUPATEN DEMAK LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN SUNGAI LEMPUYANG KABUPATEN DEMAK Disusun untuk menempuh persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Program Sarjana (S-1) pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jembatan sebagai salah satu prasarana perhubungan pada hakekatnya merupakan unsur penting dalam usaha pengembangan kehidupan bangsa. Keberadaan Jembatan akan memberikan

Lebih terperinci

III - 1 BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI

III - 1 BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI III - 1 BAB III 3.1 Tinjauan Umum Dalam penulisan laporan Tugas Akhir memerlukan metode atau tahapan/tata cara penulisan untuk mendapatkan hasil yang baik dan optimal mengenai pengendalian banjir sungai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkokoh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi semua aspek

Lebih terperinci

Pemasangan Jembatan Metode Perancah Pemasangan Jembatan Metode Perancah

Pemasangan Jembatan Metode Perancah Pemasangan Jembatan Metode Perancah Pemasangan Jembatan Metode Perancah Pemasangan Jembatan Metode Perancah Pekerjaan jembatan rangka baja terdiri dari pemasangan struktur jembatan rangka baja hasil rancangan patent, seperti jembatan rangka

Lebih terperinci

DESAIN DAN METODE KONSTRUKSI JEMBATAN BENTANG 60 METER MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DENGAN SISTIM PENYOKONG

DESAIN DAN METODE KONSTRUKSI JEMBATAN BENTANG 60 METER MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DENGAN SISTIM PENYOKONG DESAIN DAN METODE KONSTRUKSI JEMBATAN BENTANG 60 METER MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DENGAN SISTIM PENYOKONG Antonius 1) dan Aref Widhianto 2) 1) Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Islam Sultan Agung,

Lebih terperinci

Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan PENDAHULUAN

Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan PENDAHULUAN PENDAHULUAN Angkutan jalan merupakan salah satu jenis angkutan, sehingga jaringan jalan semestinya ditinjau sebagai bagian dari sistem angkutan/transportasi secara keseluruhan. Moda jalan merupakan jenis

Lebih terperinci

GROUNDSILL PENGAMAN JEMBATAN KRETEK YOGYAKARTA

GROUNDSILL PENGAMAN JEMBATAN KRETEK YOGYAKARTA GROUNDSILL PENGAMAN JEMBATAN KRETEK YOGYAKARTA Urgensi Rehabilitasi Groundsill Istiarto 1 PENGANTAR Pada 25 Juni 2007, groundsill pengaman Jembatan Kretek yang melintasi S. Opak di Kabupaten Bantul mengalami

Lebih terperinci

DESAIN DAN METODE KONSTRUKSI JEMBATAN BENTANG 60 METER MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DENGAN SISTIM PENYOKONG

DESAIN DAN METODE KONSTRUKSI JEMBATAN BENTANG 60 METER MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DENGAN SISTIM PENYOKONG DESAIN DAN METODE KONSTRUKSI JEMBATAN BENTANG 60 METER MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DENGAN SISTIM PENYOKONG 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah Kota Semarang dalam rangka meningkatkan aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah pemakai jalan yang akan menggunakan sarana tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah pemakai jalan yang akan menggunakan sarana tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Pembangunan sarana transportasi mempunyai peranan penting dalam perkembangan sumber daya manusia saat ini sebab disadari makin meningkatnya jumlah pemakai

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 1.1 JENIS PENELITIAN Jenis penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif. Jenis penelitian deskriptif (Narbuko dan Achmadi, 2008) adalah jenis penelitian yang berusaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN Tinjauan Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Jembatan sebagai sarana transportasi mempunyai peranan yang sangat penting bagi kelancaran pergerakan lalu lintas. Dimana fungsi jembatan adalah menghubungkan rute/lintasan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN MULAI. Perumusan Masalah. Pengumpulan Data. Penentuan Segmen Jalan. Penentuan Tebal Perkerasan

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN MULAI. Perumusan Masalah. Pengumpulan Data. Penentuan Segmen Jalan. Penentuan Tebal Perkerasan BAB III METODOLOGI PERENCANAAN 3.1 Diagram Alir Perencanaan MULAI Pengenalan Lokasi Perumusan Masalah Review Peraturan Perencaanan, Standar Desain & Metode Survey Pengumpulan Data Data Sekunder : - Data

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 6 BAB III LANDASAN TEORI A. Prasarana Sungai Prasarana adalah prasarana yang dibangun untuk keperluan pengelolaan. Prasarana yang ada terdiri dari : 1. Bendung Bendung adalah pembatas yang dibangun melintasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI III-1

BAB III METODOLOGI III-1 BAB III METODOLOGI 3.1 Persiapan Pendahuluan Tahap ini merupakan kegiatan sebelum memulai pengumpulan data dan pengolahannya. Tahap persiapan ini meliputi kegiatan kegiatan sebagai berikut : 1) Menentukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjaun Umum Jembatan adalah suatu struktur yang melintasi suatu rintangan baik rintangan alam atau buatan manusia (sungai, jurang, persimpangan, teluk dan rintangan lain) dan

Lebih terperinci

BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR

BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR Penyusunan RKS Perhitungan Analisa Harga Satuan dan RAB Selesai Gambar 3.1 Flowchart Penyusunan Tugas Akhir BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR 4.1 Data - Data Teknis Bentuk pintu air

Lebih terperinci

ABSTRAK. Oleh : Wahyu Rifai Dosen Pembimbing : Sapto Budi Wasono, ST, MT

ABSTRAK. Oleh : Wahyu Rifai Dosen Pembimbing : Sapto Budi Wasono, ST, MT ABSTRAK PERENCANAAN ULANG JEMBATAN KALI MARMOYO STA 41 + 300 SAMPAI DENGAN STA 41 + 500 DENGAN METODE RANGKA BAJA DI KABUPATEN MOJOKERTO DAN PEHITUNGAN RAB Oleh : Wahyu Rifai Dosen Pembimbing : Sapto Budi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jembatan merupakan struktur yang melintasi sungai, teluk, atau kondisikondisi lain berupa rintangan yang berada lebih rendah, sehingga memungkinkan kendaraan, kereta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi aliran sungai pada saat musim hujan mempunyai debit yang sangat besar. Besaran debit yang lewat tersebut tidak ada manfaatnya bahkan sering sekali menjadi masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang telah terjadi peningkatan pergerakan manusia dan barang sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang telah terjadi peningkatan pergerakan manusia dan barang sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan pertumbuhan ekonomi dan sosial terutama pada daerah yang telah terjadi peningkatan pergerakan manusia dan barang sehingga membutuhkan prasarana

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PENGENDALIAN SEDIMEN SUNGAI SERAYU DI KABUPATEN WONOSOBO

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PENGENDALIAN SEDIMEN SUNGAI SERAYU DI KABUPATEN WONOSOBO LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PENGENDALIAN SEDIMEN SUNGAI SERAYU DI KABUPATEN WONOSOBO Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Program Strata 1 Pada Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR ATAS JEMBATAN RANGKA BAJA MUSI VI KOTA PALEMBANG SUMATERA SELATAN. Laporan Tugas Akhir. Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

PERENCANAAN STRUKTUR ATAS JEMBATAN RANGKA BAJA MUSI VI KOTA PALEMBANG SUMATERA SELATAN. Laporan Tugas Akhir. Universitas Atma Jaya Yogyakarta. PERENCANAAN STRUKTUR ATAS JEMBATAN RANGKA BAJA MUSI VI KOTA PALEMBANG SUMATERA SELATAN Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI KONDISI WILAYAH STUDI 6 BAB II KONDISI WILAYAH STUDI 2.1 Tinjauan Umum Kondisi wilayah studi dari Kali Babon meliputi kondisi morfologi Kali Babon, data debit banjir, geoteknik, kondisi Bendung Pucang

Lebih terperinci

3.2 TAHAP PENYUSUNAN TUGAS AKHIR

3.2 TAHAP PENYUSUNAN TUGAS AKHIR BAB III METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM Untuk membantu dalam proses penyelesaian Tugas Akhir maka perlu dibuat suatu pedoman kerja yang matang, sehingga waktu untuk menyelesaikan laporan Tugas Akhir dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyiapkan pembangunan rumah susun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyiapkan pembangunan rumah susun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyiapkan pembangunan rumah susun sederhana sewa (rusunawa) di Jatinegara, Jakarta Timur. Rusun tersebut ditargetkan selesai akhir

Lebih terperinci

Disusun Oleh: ADIB FAUZY L2A ERSY PERDHANA L2A Semarang, Nopember 2010 Disetujui :

Disusun Oleh: ADIB FAUZY L2A ERSY PERDHANA L2A Semarang, Nopember 2010 Disetujui : LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR EVALUASI DAN PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN TEMPERAK I KM. SMG 157+530 REMBANG ( Evaluation and Design of The Temperak I Bridge KM. SMG 157+530 Rembang ) Diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Tahapan Perencanaan Teknik Jalan

BAB 1 PENDAHULUAN Tahapan Perencanaan Teknik Jalan BAB 1 PENDAHULUAN Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap jalan, dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada

Lebih terperinci

TNAAN TAKA. Jembatan merupakan salah satu infrastruktur jalan dengan suatu konstruksi

TNAAN TAKA. Jembatan merupakan salah satu infrastruktur jalan dengan suatu konstruksi A TNAAN TAKA T Jembatan merupakan salah satu infrastruktur jalan dengan suatu konstruksi atau struktur bangunan yang difungsikan sebagai penghubung lalu lintas transportasi pada suatu rute atau lintasan

Lebih terperinci

Pengukuran Debit. Persyaratan lokasi pengukuran debit dengan mempertimbangkan factor-faktor, sebagai berikut:

Pengukuran Debit. Persyaratan lokasi pengukuran debit dengan mempertimbangkan factor-faktor, sebagai berikut: Pengukuran Debit Pengukuran debit dapat dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung. Pengukuran debit secara langsung adalah pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan peralatan berupa alat pengukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan pengetahuan tentang perencanaan suatu bangunan berkembang semakin luas, termasuk salah satunya pada perencanaan pembangunan sebuah jembatan

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN PERENCANAAN JEMBATAN GANTUNG TUGU SOEHARTO KELURAHAN SUKOREJO KECAMATAN GUNUNGPATI SEMARANG

HALAMAN PENGESAHAN PERENCANAAN JEMBATAN GANTUNG TUGU SOEHARTO KELURAHAN SUKOREJO KECAMATAN GUNUNGPATI SEMARANG HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN GANTUNG TUGU SOEHARTO KELURAHAN SUKOREJO KECAMATAN GUNUNGPATI SEMARANG Disusun Oleh: ADITYO BUDI UTOMO TOSAN KUNTO SURYOAJI L2A004005 L2A004124 Semarang,

Lebih terperinci

BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN 3.1. Kendaraan Rencana Kendaraan rencana adalah kendaraan yang merupakan wakil dari kelompoknya. Dalam perencanaan geometrik jalan, ukuran lebar kendaraan rencana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.2 Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI. 3.2 Pengumpulan Data BAB III METODOLOGI 3.1 Tinjauan Umum Perencanaan muara sungai diawali dengan melakukan survey dan investigasi di lokasi yang bersangkutan untuk memperoleh data perencanaan yang lengkap dan teliti. Metodologi

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN Merupakan Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi. Setelah mengetahui permasalahan yang ada, dilakukan survey langsung ke lapangan yang bertujuan untuk mengetahui :

Bab 3 Metodologi. Setelah mengetahui permasalahan yang ada, dilakukan survey langsung ke lapangan yang bertujuan untuk mengetahui : Bab 3 Metodologi 3.1 Metode Analisis dan Pengolahan Data Dalam penyusunan Tugas Akhir ini ada beberapa langkah-langkah penulis dalam menganalisis dan mengolah data dari awal perencanaan sampai selesai.

Lebih terperinci

MACAM MACAM JEMBATAN BENTANG PENDEK

MACAM MACAM JEMBATAN BENTANG PENDEK MACAM MACAM JEMBATAN BENTANG PENDEK 1. JEMBATAN GELAGAR BAJA JALAN RAYA - UNTUK BENTANG SAMPAI DENGAN 25 m - KONSTRUKSI PEMIKUL UTAMA BERUPA BALOK MEMANJANG YANG DIPASANG SEJARAK 45 cm 100 cm. - LANTAI

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN i ii iii iv vii xiii xiv xvii xviii BAB

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I.1 Tinjauan Umum

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I.1 Tinjauan Umum I-1 I BAB I PENDAHULUAN I.1 Tinjauan Umum Jembatan sebagai sarana transportasi mempunyai peranan yang sangat penting bagi kelancaran pergerakan lalu lintas. Dimana fungsi jembatan adalah menghubungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Tinjauan Umum BAB I PENDAHULUAN I.1. Tinjauan Umum Peningkatan sarana transportasi sangat diperlukan sejalan dengan semakin pesatnya pertumbuhan sosial ekonomi pada hampir seluruh wilayah di Indonesia. Sehingga pembangunan

Lebih terperinci

PEKERJAAN PERAKITAN JEMBATAN RANGKA BAJA

PEKERJAAN PERAKITAN JEMBATAN RANGKA BAJA PEKERJAAN PERAKITAN JEMBATAN RANGKA BAJA 1. Umum Secara umum metode perakitan jembatan rangka baja ada empat metode, yaitu metode perancah, metode semi kantilever dan metode kantilever serta metode sistem

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Jaringan jalan merupakan salah satu prasarana untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Berlangsungnya kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data-data Umum Jembatan Beton Prategang-I Bentang 21,95 Meter Gambar 4.1 Spesifikasi jembatan beton prategang-i bentang 21,95 m a. Spesifikasi umum Tebal lantai jembatan

Lebih terperinci

PENGANTAR PERENCANAAN JALAN RAYA SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006

PENGANTAR PERENCANAAN JALAN RAYA SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006 PENGANTAR PERENCANAAN JALAN RAYA SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006 PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN STANDARD PERENCANAAN Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya No. 13/1970 Direktorat

Lebih terperinci

B2 STA STA KM

B2 STA STA KM 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan merupakan sarana transportasi yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya memperlancar distribusi barang maupun jasa dari satu wilayah ke wilayah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI START. Identifikasi Masalah dan Inventarisasi Kebutuhan Data. Survey dan Pengumpulan Data. Data Cukup?

BAB III METODOLOGI START. Identifikasi Masalah dan Inventarisasi Kebutuhan Data. Survey dan Pengumpulan Data. Data Cukup? 76 BAB III 3.1 TINJAUAN UMUM Pembahasan metodologi meliputi uraian tahapan pelaksanaan studi dan uraian perencanaan yang digunakan. Adapun tahapan yang dilakukan dalam studi ini meliputi tahap identifikasi

Lebih terperinci

BAB I PE DAHULUA 1.1 Umum

BAB I PE DAHULUA 1.1 Umum BAB I PE DAHULUA 1.1 Umum Salah satu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam upaya pengembangan suatu wilayah/daerah ialah Sistem Transportasi. Jalan raya dan jembatan merupakan bagian dari sistem transportasi

Lebih terperinci

Tata cara pembuatan model fisik sungai dengan dasar tetap

Tata cara pembuatan model fisik sungai dengan dasar tetap Standar Nasional Indonesia Tata cara pembuatan model fisik sungai dengan dasar tetap ICS 93.025; 17.120.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada permukaan tanah yang tidak horizontal, komponen gravitasi cenderung untuk menggerakkan tanah ke bawah. Jika komponen gravitasi sedemikian besar sehingga perlawanan

Lebih terperinci