BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Pendidikan dalam Pengembangan Wilayah. Pada hakekatnya pengembangan (development) merupakan upaya untuk

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Pendidikan dalam Pengembangan Wilayah. Pada hakekatnya pengembangan (development) merupakan upaya untuk"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peranan Pendidikan dalam Pengembangan Wilayah Pada hakekatnya pengembangan (development) merupakan upaya untuk memberi nilai tambah dari apa yang dimiliki untuk meningkatkan kualitas hidup (Zein, 1999). Pengembangan lebih merupakan motivasi dan pengetahuan daripada masalah kekayaan. Tetapi bukan berarti bahwa kekayaan itu tidak penting, namun yang jauh lebih penting adalah bagaimana mengelola kekayaan yang dimiliki. Pengembangan merupakan produk belajar, yaitu belajar memanfaatkan kemampuan yang dimiliki bersandar pada lingkungan sekitar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hasil yang diperoleh dari proses tersebut, yaitu kualitas hidup yang meningkat. Setiap wilayah memiliki sumber daya (resources), antara lain adalah sumberdaya manusia, sumberdaya alam dan teknologi. Zein (1999) selanjutnya menyatakan ketiga unsur tersebut sebagai tiga pilar pengembangan wilayah. Mengacu pada filosofi dasar tersebut, maka pengembangan wilayah merupakan upaya memberdayakan stake holders (masyarakat, pemerintah, pengusaha) di suatu wilayah, terutama dalam memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan di wilayah tersebut dengan instrumen yang dimiliki atau dikuasai, yaitu teknologi. Dengan lebih tegas Zein menyatakan bahwa pengembangan wilayah merupakan upaya mengawinkan secara harmonis sumberdaya alam, manusia dan teknologi, dengan memperhitungkan daya tampung lingkungan itu sendiri.

2 Filosofi dan defenisi pengembangan wilayah di atas secara jelas menekankan betapa pentingnya peranan sumberdaya manusia dalam keberhasilan pengembangan suatu wilayah, sebagai subjek dan sekaligus sebagai objek. Dibutuhkan sumberdaya manusia yang memiliki motivasi dan kemampuan untuk mengelola sumberdaya wilayah (sebagai subjek), untuk meningkatkan kualitas hidup (sebagai objek). Kunci dari keberhasilan pengembangan wilayah adalah terletak pada kualitas sumberdaya manusia. Berbicara mengenai masalah peningkatan kualitas sumberdaya manusia, harus diawali dari masalah pendidikan, karena pendidikan adalah cara yang paling efektif untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (Enoch, 1992) Salah satu konsep yang merupakan titik temu antara pendidikan dengan pembangunan wilayah adalah konsep investasi sumberdaya manusia (human capital). Adam Smith, Theodore Schultz dan Denison (dalam Suryadi, 1993) menekankan pentingnya investasi di bidang sumberdaya manusia melalui pendidikan dengan melontarkan pendapat bahwa pendidikan mempunyai kontribusi langsung terhadap pertumbuhan ekonomi, melalui peningkatan keterampilan dan kemampuan produksi dari tenaga kerja. Menurut teori Human Capital, pertumbuhan dan pembangunan memiliki dua syarat, yaitu (1) Adanya pemanfaatan teknologi tinggi secara efisien, dan (2) Adanya sumber daya manusia yang dapat memanfaatkan teknologi yang ada. Sumber daya manusia seperti itu dihasilkan melalui proses pendidikan. Hal inilah yang menyebabkan teori Human Capital percaya bahwa investasi dalam pendidikan sebagai investasi dalam meningkatkan produktivitas masyarakat. Asumsi dasar yang melandasi keharusan adanya hubungan pendidikan dengan penyiapan tenaga kerja adalah bahwa

3 pendidikan diselenggarakan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan untuk bekerja. Dengan kata lain, pendidikan menyiapkan tenaga-tenaga yang siap bekerja. Enoch (1992) mengatakan bahwa pendidikan mempengaruhi perkembangan ekonomi, dan demikian juga sebaliknya perkembangan ekonomi suatu wilayah dapat berfungsi sebagai tenaga pendorong berkembangnya pendidikan di wilayah bersangkutan. Kemajuan ekonomi mempengaruhi kemajuan pendidikan terjadi dengan dua cara. Pertama, meningkatnya taraf hidup penduduk di suatu wilayah akan menimbulkan suatu kondisi materi dan psikologi dalam kehidupan keluarga, yang memberi dorongan kebutuhan akan pendidikan yang lebih tinggi. Dalam hal ini, pendidikan adalah sebagai barang konsumsi, sebab digunakan untuk memenuhi kebutuhan sesorang. Kedua, kemajuan ekonomi akan menimbulkan kemajuan teknologi, dan kemajuan teknologi mempersingkat waktu sesuatu pekerjaan, sehingga memberi kesempatan bagi pemuda-pemudi untuk belajar lebih lama di sekolah. Selain itu, kemajuan teknologi membutuhkan persyaratan keterampilan seseorang untuk dapat terlibat dalam kegiatan ekonomi. Dan sebaliknya, kemajuan pendidikan memberikan pengaruh terhadap pengembangan wilayah. Dengan asumsi bahwa pendidikan (yang bermutu) akan menghasilkan lulusan yang memiliki pengetahuan dan keterampilan teknis, memiliki motivasi untuk berinovasi dan berkreasi mengembangkan sumber daya dan teknologi yang ada. Sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan dan keterampilan, akan mampu menggerakkan faktor-faktor produksi di suatu wilayah untuk meningkatkan

4 pendapatan wilayah bersangkutan. Dan sumber daya manusia yang demikian hanya dapat dihasilkan melalui proses pendidikan Pembangunan Ekonomi Wilayah dan Transformasi Struktur Ketenagakerjaan Pertumbuhan ekonomi (economic growth) berbeda dengan pembangunan ekonomi (economic development). (Miraza, 2008). Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output selama kurun waktu tertentu. (Boediono dalam Tarigan, 2005). Indikator yang paling sering digunakan untuk menunjukkan pertumbuhan ekonomi wilayah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang menggambarkan jumlah nilai tambah yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di wilayah tersebut. Indikator selanjutnya adalah pendapatan perkapita, yaitu jumlah PDRB dibagi jumlah penduduk suatu wilayah. Namun faktanya, konsep PDRB dan pendapatan perkapita hanya gambaran kemajuan secara kasar (makro) pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Karena sering terjadi konsep PDRB dan pendapatan perkapita mengesampingkan pemerataan hasil-hasil pertumbuhan ekonomi tersebut, atau lebih dikenal dengan istilah ketimpangan pendapatan. Suatu konsep yang lebih mikro adalah pembangunan ekonomi (economic development), yaitu suatu proses transisi dari tingkat ekonomi tertentu yang bercorak sederhana menuju tingkat ekonomi yang lebih maju dan kompleks (Miraza, 2008). Misalnya dari kegiatan ekonomi primer (pertanian) ke kegiatan ekonomi sekunder (industri manufaktur, konstruksi) dan ke kegiatan ekonomi tertier (perdagangan dan

5 jasa). Transisi kegiatan ekonomi tersebut memerlukan waktu yang relatif lama, yang ditandai dengan terjadinya perubahan struktur kesempatan kerja. Misalnya terjadi penurunan jumlah absolut atau persentase tenaga kerja sektor primer dan peningkatan tenaga kerja di sektor sekunder dan tertier Elastisitas Kesempatan Kerja Sektoral Elastisitas kesempatan kerja didefenisikan sebagai perbandingan laju pertumbuhan kesempatan kerja dengan laju pertumbuhan ekonomi. (Sumarsono, 2003). Adanya usaha-usaha pembangunan ekonomi dan perbedaan potensi kewilayahan menyebabkan kebijakan dan program pembangunan tiap sektor ekonomi dan tingkat pertumbuhannya menjadi berbeda. Ada sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan yang pesat dan ada yang lambat. Perbedaan laju pertumbuhan ekonomi menyebabkan perbedaan laju peningkatan produktivitas kerja masing-masing sektor dan secara berangsur-angsur akan terjadi perubahan, baik dalam penyerapan tenaga kerja maupun kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Perbedaan penyerapan tenaga kerja inilah menggambarkan elastisitas kesempatan kerja. Elastisitas kesempatan kerja dapat digunakan untuk memperkirakan perkembangan kesempatan kerja dengan memperhatikan laju pertumbuhan ekonomi (secara keseluruhan ataupun sektoral) dengan rumus (Sumarsono, 2003): N / N E =... Y / Y (1) Dimana : E = Elastisitas kesempatan kerja N = Laju pertumbuhan kesempatan kerja

6 Y = Laju pertumbuhan Ekonomi N = Jumlah angkatan kerja yang bekerja Y = Jumlah PDRB Apabila laju pertumbuhan kesempatan kerja dinyatakan dengan k dan laju pertumbuhan ekonomi dikatakan dengan g, maka persamaan di atas dapat disederhanakan menjadi : k = E.g... (2) Jadi konsep elastisitas kesempatan kerja dapat digunakan untuk memperkirakan kebutuhan tenaga kerja secara sektoral ataupun secara keseluruhan dengan mengacu pada laju pertumbuhan ekonomi. Dan konsep elastisitas ini sangat penting menjadi perhatian dalam menentukan jenis-jenis pendidikan ataupun pelatihan yang tepat dikembangkan dalam suatu wilayah Perencanaan Pendidikan untuk Ketenagakerjaan melalui Pendidikan SMK Perencanaan Pendidikan Perencanaan pendidikan menurut CE Beeby (dalam Enoch, 1992) the excercising of foresight in determining the policy, prioritie and cost of an educational system, having due regard for economic and political realities, for the system s potential for growth and for the needs of the country an of pupils served by the system. Perencanaan pendidikan adalah usaha melihat ke masa depan dalam hal menentukan kebijaksanaan, prioritas dan pembiayaan pendidikan dengan mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang ada dalam bidang ekonomi, sosial politik, untuk

7 pengembangan peserta didik dan pemenuhan kebutuhan pembangunan bangsa. Defenisi perencanaan pendidikan tersebut memberikan penekanan fungsi perencanaan pendidikan sebagai alat untuk mengatur sistim pendidikan dengan memberikan perhatian yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi, pengembangan sumber tenaga kerja dan terhadap perencanaan makro. Defenisi lain dari perencanaan pendidikan adalah suatu proses mempersiapkan seperangkat alternatif keputusan bagi kegiatan pendidikan masa depan yang diarahkan kepada pencapaian tujuan optimal dengan mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang ada di bidang ekonomi, sosial budaya menyeluruh dari suatu negara. (Enoch, 1992). Fungsi perencanaan pendidikan dalam defenisi ini adalah sebagai suatu strategi menghasilkan langkah-langkah mencapai tujuan dengan arah yang ditetapkan oleh garis-garis kebijaksanaan. Selanjutnya dikatakan bahwa sebagaimana umumnya perencanaan, perencanaan pendidikan juga mencakup tiga unsur pokok, yaitu keadaan sekarang (data/informasi sebagai hasil potret situasi sekarang), keadaan yang diharapkan (sasaran) dan strategi pencapaian (langkah-langkah, usaha, taktik atau cara) Perencanaan Pendidikan untuk Ketenagakerjaan Konsep pendekatan pendidikan untuk ketenagakerjaan adalah usaha-usaha yang mengarahkan kegiatan pendidikan untuk memenuhi kebutuhan nasional/wilayah akan tenaga kerja. (Enoch, 1992). Pendekatannya mengutamakan keterkaitan lulusan dengan kebutuhan tenaga kerja, baik dalam hal jumlah (kuantitas) maupun mutu (kualitas).

8 Pendekatan ketenagakerjaan ini muncul untuk menjawab kritikan di negara-negara sedang berkembang akibat munculnya gejala pengangguran terdidik. Dalam perencanaan pendidikan untuk ketenagakerjaan, kebutuhan pendidikan dilakukan dengan menganalisis proyeksi kebutuhan tenaga kerja persektor ekonomi dan menurut lapangan ekonomi (Davis, 1980). Tenaga kerja diklasifikasikan menurut sektor dan lapangan usaha, dan meramalkan kebutuhan tenaga kerja masa datang sesuai dengan asumsi atau target pertumbuhan ekonomi. Selanjutnya Davis mengasumsikan kebutuhan akan tenaga kerja dapat diterjemahkan sebagai kebutuhan akan jenis pendidikan dan pelatihan. Depdiknas membuat suatu bagan pengkalisifikasian jenjang pendidikan dengan tingkat jabatan/pekerjaan, seperti pada Gambar 1 Sumber: Depdiknas, dalam Enoch, 1999 Gambar 2.1. Struktur Pendidikan dan Ketenagakerjaan

9 Pendidikan Menengah Kejuruan Rupet Evans (dalam Djojonegoro, 1999) mendefenisikan bahwa pendidikan kejuruan adalah bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar lebih mampu bekerja pada satu kelompok pekerjaan atau satu bidang pekerjaan. Defenisi ini mengandung pengertian bahwa setiap bidang studi adalah pendidikan kejuruan sepanjang, bidang studi tersebut dipelajari lebih mendalam dari bidang studi yang lain, dan kedalamannya dimaksudkan sebagai bekal utama memasuki dunia kerja. Defenisi lain menurut United States Congress (dalam Djojonegoro, 1999) mengatakan bahwa pendidikan kejuruan adalah program pendidikan yang secara langsung dikaitkan dengan penyiapan seseorang untuk pekerjaan tertentu. Pengertian lebih spesifik tentang Pendidikan Menengah Kejuruan dijabarkan dalam PP. No. 29 tahun 1990 yang menyatakan bahwa Pendidikan Menengah Kejuruan adalah pendidikan jenjang menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk pelaksanaan jenis pekerjaan tertentu Defenisi tersebut menjelaskan bahwa pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan lulusannya untuk memasuki lapangan kerja. Orientasi semacam ini membawa konsekuensi bahwa pendidikan kejuruan harus selalu dekat dengan dunia kerja. Pendidikan kejuruan dapat dilakukan melalui pendidikan formal ataupun informal. Dalam jalur informal, pendidikan kejuruan dapat dilakukan melalui kursus ataupun balai latihan kerja. Dalam sistim persekolahan di Indonesia, pendidikan kejuruan dilakukan melalui Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

10 Kelompok Keahlian, Bidang Keahlian dan Program Keahlian di SMK Penamaan sebuah SMK ditentukan oleh kelompok keahlian yang dimilikinya (Kurikulum SMK, 2004). Sebagai contoh SMK dengan kelompok keahlian Teknologi dan Industri dinamakan SMK Teknologi dan Industri (dulu STM), SMK yang dengan kelompok keahlian Bisnis dan Manajemen disebut SMK Bisnis dan Manajemen (dulu SMEA), dan lain-lain. Selanjutnya kelompok keahlian dibagi lagi menjadi beberapa bidang keahlian, dan bidang keahlian menjadi beberapa program keahlian. Menurut kurikulum SMK edisi 2004, terdapat 17 kelompok keahlian, 21 bidang keahlian dan 104 program keahlian. Program keahlian inilah yang menjadi ujung tombak pendidikan SMK dalam memasuki dunia kerja, karena spesifikasi keterampilan yang dimiliki oleh lulusan SMK adalah sesuai dengan program keahlian yang diikutinya. Pada kesempatan-kesempatan tertentu, pihak-pihak yang terkait dalam pegembangan program keahlian di SMK selalu melakukan penyesuaian dengan perkembangan dunia usaha dan dunia industri. Program tersebut dikenal dengan nama Re-engineering Program Keahlian. (Bukit, 2003) Secara khusus pengertian re-engineering program keahlian adalah proses penataan, perencanaan dan implementasi pendidikan menengah kejuruan melalui analisis dan pengkajian potensi wilayah sebagai langkah penyesuaian bidang/program keahlian yang diselenggarakan oleh SMK, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan wilayah (Bukit, 2003). Konsekuensi dari hasil re-engineering adalah dibukanya program keahlian baru yang sesuai dengan potensi daerah dan memiliki prospek membangun perekonomian daerah dan sebaliknya ditutupnya program keahlian yang

11 tidak lagi sesuai dengan potensi daerah, bahkan memiliki kecenderungan lulusan sudah jenuh di pasar kerja. Program-program keahlian yang bersumber pada pengembangan sumberdaya alam termasuk perikanan dan kelautan menjadi program unggulan terdepan, disusul dengan bidang teknologi dan industri, bidang pariwisata dan perhotelan, bidang kimia analisis, geologi pertambangan, dan yang lainnya 2.5. Minat Siswa Memilih Program Keahlian Defenisi Minat Minat merupakan kecenderungan afektif seseorang membuat pilihan aktivitas (Muhadjir, 1992). Kondisi-kondisi insidentil dapat merubah minat seseorang. Sehingga dapat dikatakan minat itu tidak stabil sifatnya. Kondisi-kondisi insidentil dimaksud dapat datang dari dalam dan luar diri seseorang. Minat mengekspresikan unsur afektif, bukan tertuju pada objek tertentu, melainkan tertuju pada pilihan Minat merupakan kecenderungan yang agak menetap dalam diri subjek, sehingga merasa tertarik pada suatu bidang atau hal-hal tertentu, dan merasa senang berkecimpung di dalam bidang atau hal tersebut (Wingkel,1985). Karena begitu pentingnya peran minat dalam kehidupan seseorang, sehingga minat nantinya akan mempunyai dampak yang besar terhadap sikap dan prilaku seseorang. Crow (dalam Rohidin, 2006) menyatakan minat yang terdiri aspek kognitif dan aspek afektif tersebut dapat berkurang dan bertambah. Pada dasarnya seseorang itu hanya memiliki minat sangat sedikit dari bawaannya. Seseorang yang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu aktivitas tertentu, misalnya berbentuk permainan

12 atau pekerjaan, maka ia akan berusaha keras untuk belajar dan aktif dalam aktivitas tersebut dibandingkan dengan orang yang mempunyai minat yang rendah terhadap aktivitas tersebut Muhadjir (1992) menjelaskan bahwa minat mempunyai dua aspek yaitu : 1. Aspek kognitif, yaitu aspek yang dikembangkan seseorang mengenai bidang yang berkaitan dengan minat. Aspek ini berkembang dari pengalaman pribadi dan apa yang dipelajari di rumah, di sekolah, dan di masyarakat, serta dari berbagai jenis media massa ataupun berdasarkan pengamatan pada lingkungan sekitar. 2. Aspek afektif, yaitu konsep yang membangun aspek kognitif yang dinyatakan dalam sikap yang ditimbulkan minat. Walaupun kedua aspek tersebut penting peranannya dalam menentukan apa yang akan dan yang tidak akan dikerjakan oleh seseorang, namun aspek afektiflah yang lebih besar peranannya. Karena aspek afektif mempunyai peran yang lebih besar dalam memotivasi dari pada aspek kognitif, dan aspek afektif cenderung lebih tahan terhadap perubahan dibandingkan dengan aspek kognitif. Jadi, dengan kata lain minat timbul didahului oleh pengetahuan dan informasi, kemudian disertai dengan rasa senang dan timbul perhatian terhadapnya, serta ada hasrat dan keinginan untuk melakukannya. Karena itu minat merupakan salah satu faktor yang penting yang harus ada dalam diri manusia, karena tanpa minat terhadap sesuatu, seseorang tidak akan merasakan adanya kepuasan. Ini berarti minat merupakan daya dorong untuk pencapaian sesuatu dan pada akhirnya akan membentuk pola hidup manusia. Bahkan

13 dapat dikatakan bahwa keberhasilan dan perkembangan hidup manusia, sebagian besar ditentukan oleh minatnya. Ketika seorang lulusan SLTP memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke SMK Teknologi & Industri, maka sebenarnya dianya sudah berfikir tentang pekerjaan di masa mendatang. Semakin yakin atas pekerjaan yang diidamkan maka semakin besar pula minat mereka terhadap program keahlian tersebut. Pilihan program keahlian harus didasarkan pada minat, karena apabila suatu kegiatan didasari karena adanya minat maka ia akan termotivasi menekuni pilihian tersebut. Program keahlian pilihannya tersebut, kelak akan sangat menentukan keberhasilannya setelah lulus SMK Minat terhadap program keahlian tersebut, seperti yang telah diungkapkan diatas dipengaruhi aspek kognitif dan afektif sang siswa. Aspek kognitif yaitu berupa informasi dan pengamatan serta pengetahuan tentang program keahlian SMK yang didapatkan siswa selama belajar di bangku SLTP, hingga saat memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke SMK. Selanjutnya aspek afektifnyalah yang akan mempengaruhi besar kecilnya minatnya. Maka jika informasi yang didapatkan oleh calon siswa SMK tentang tidak lengkap atau bahkan salah, maka selanjutnya akan mempengaruhi minat. Jadi yang penting adalah informasi dan pengetahuan yang benar dan tepat, yang dapat memberikan gambaran yang diminatinya. Setelah mendapatkan gambaran dan informasi, seseorang dapat memilih untuk meneruskan minatnya itu atau malah mengurungkan minatnya menekuni suatu bidang tertentu. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa minat siswa/siswi untuk memilih program keahlian di SMK adalah suatu kesukaan,

14 kesenangan, keinginan yang terdapat pada siswa/siswi terhadap suatu program keahlian dengan didasarkan pada jenis pekerjaan yang diinginkan setelah lulus SMK, sehingga ia termotivasi untuk menentukan program keahlian yang akan diikutinya Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Siswa Memilih PK TMO Minat banyak kaitannya dengan motivasi, karena minat merupakan dorongan dalam diri seseorang atau faktor yang menimbulkan ketertarikan atau perhatian secara selektif, yang menyebabkan dipilihnya suatu objek atau kegiatan yang menguntungkan, menyenangkan yang lama kelamaan akan mendatangkan kepuasan. Pada dasarnya minat itu belum stabil, namun minat dapat menjadi lebih stabil jika berlandaskan pandangan hidup (Muhadjir, 1992). Minat seseorang siswa lulusan SLTP akan program keahlian yang ada di SMK, pada dasarnya belum stabil baik sejak dia masih di SLTP hingga saat hendak mendaftarkan diri. Minat yang sudah dimilikinya sejak SLTP akan suatu program keahlian di SMK bisa saja berubah sewaktu-waktu, tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhi aspek afektifnya. Penelitian yang dilakukan oleh Frisbee, dkk (1999) terhadap 607 sampel dari 8 Institusi Pendidikan Kejuruan Teknik Otomotif di Amerika Serikat menemukan ada 4 faktor yang signifikan (dari 17 faktor) mempengaruhi minat siswa pada Program Kejuruan Teknik Otomotif Program 4 tahun, yaitu popularitas Program Keahlian Teknik Otomotif (62,3%), popularitas institusi pendidikan penyelenggara (40,6%), dorongan orang tua (24,1%) dan kunjungan ke kampus (22,3%)

15 Karena dalam kajian ini, variabel yang diteliti adalah variabel yang mempengaruhi minat siswa memilih PK TMO, tanpa mempersoalkan minat siswa memilih institusi SMK (sekolah), maka variabel-variabel selanjutnya akan diteliti adalah popularitas PK TMO, dorongan orang tua dan peluang kerja/usaha. Variabel peluang kerja muncul sebagai faktor yang diduga mempengaruhi minat siswa memilih PK TMO berdasarkan pengamatan peneliti selama bertugas di SMK, jika siswa ditanya kenapa minatnya ke teknik otomotif, sebagian siswa menjawab karena peluang kerjanya terbuka luas Popularitas PK TMO Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, popularitas berasal dari kata populer, berarti sesuatu yang dikenal dan disukai, dikagumi orang banyak (KBBI, 1999). Populer berarti bahwa sesuatu objek lebih dikenal oleh masyarakat melebihi objek lain yang setaraf. Popularitas berarti sejauh atau sampai dimana sesuatu objek dikenal atau disukai oleh subjek. Popularitas bersifat subjektif, ukurannya tergantung pada subjek yang menilai, mengenal dan mengetahui objek Berdasarkan pengertian tersebut, maka popularitas PK TMO adalah pada tingkat di mana PK TMO lebih dikenal atau diketahui oleh masyarakat, khususnya oleh orang tua siswa dan oleh siswa lulusan SLTP, jika dibandingkan dengan program keahlian lainnya di SMK Teknologi dan Industri. Beberapa hal yang dapat menggambarkan popularitas PK TMO adalah reputasi PK TMO dan jumlah peserta didik yang selalu lebih banyak jika dibandingkan dengan program keahlian lainnya.

16 Frisbee, dkk (2000) dalam penelitiannya dengan topik: What Influences Students to Attend Four-Year Automotive Programs menemukan menemukan bahwa popularitas program keahlian teknik otomotif menjadi faktor yang paling signifikan mempengaruhi minat memilih program teknik otomotif tersebut. Hal ini disebabkan reputasi program teknik otomotif tersebut yang mampu mengantarkan lulusannya memasuki lapangan kerja di industri otomotif terkenal. Reputasi ini diketahui oleh calon siswa yang membaca brosur atau iklan yang dibagikan kepada calon siswa. Selain reputasi dalam menghasilkan lulusan yang mampu mengisi lapangan kerja pada industri otomotif bergengsi, popularitas PK TMO dalam pandangan siswa dan lulusan SLTP terbentuk melalui sosialisasi yang dilakukan oleh SMK yang selalu menonjolkan PK TMO, jumlah peminat yang selalu jauh lebih banyak, ketersediaan sarana-prasarana bengkel yang relatif lebih lengkap dibandingkan dengan program keahlian lain Dorongan Orang Tua Jika mengacu pada standar umum lamanya pendidikan dasar adalah 6 tahun, SLTP 3 tahun, maka perkiraan usia seorang lulusan SLTP adalan berkisar antara tahun, maka usia tersebut masuk dalam kategori remaja. Menurut Hurlock (dalam Iskandarsyah, 2006) usia remaja dikelompokkan dalam 2 tahap, yaitu remaja awal tahun, dan remaja akhir mulai 18 tahun sampai batas usia dewasa secara hukum. Masa remaja sebagai periode perkembangan yang paling penting bagi individu pada kenyataannya merupakan suatu periode yang sarat dengan perubahan dan rentan

17 munculnya masalah dan secara psikologi, karena dianya masih labil. Karenanya seorang remaja belum mampu memutuskan sesuatu secara realistis dan total, masih sangat membutuhkan arahan, bimbingan dan dorongan bahkan dominasi dari luar dirinya, khususnya orang tua. Misalnya dalam hal pilihan pendidikan yang akan diikuti oleh sang anak. Iskandarsyah (2006) mengatakan bahwa pada saat remaja, sesorang telah mempunyai minat pada pendidikan dan minat pada pekerjaan. Hal ini terkadang dinyatakan dalam bentuk cita-cita. Namun, cita-cita tersebut masih dapat berubah-ubah sesuai dengan apa yang dilihatnya, atau karena informasi yang didengarnya. Di lain pihak ada orang tua yang merasa bertanggungjawab mengikuti perkembangan sang anak. Orang tua yang sudah mempunyai pengalaman, menyadari bahwa pilihan pendidikan bagi anaknya akan menetukan masa depan anaknya, dalam hal ini adalah pekerjaan buat anak dimasa depan. Sehingga diperlukan keterlibatan dan peranan orang tua terhadap sang anak, khususnya dalam bentuk dorongan. Dorongan atau motif (motine) berasal dari akar kata bahasa latin "movere" yang kemudian menjadi "motion" yang artinya gerak atau dorongan untuk bergerak. Jadi motive merupakan daya dorong, daya gerak atau penyebab seseorang melakukan berbagai kegiatan dan tujuan tertentu. Selanjutnya dikatakan bahwa motivasi orang tua tersebut didasarkan pada kebutuhan (needs), keinginan (wants) dan harapan (expectation). Kebutuhan adalah sesuatu yang tak dapat ditunda, dalam hal ini bahwa sang anak membutuhkan pendidikan/sekolah. Sementara keinginan adalah sesuatu yang bersifat jangka menengah, yaitu keinginan bahwa si anak akan mengikuti proses

18 pendidikan dengan baik. Kemudian harapan orang tua bahwa si anak akan memiliki pekerjaan dan karir yang baik setelah lulus pendidikan Maka sesuai dengan pengertian di atas, dorongan orang tua adalah suatu daya gerak yang membentuk minat sang anak untuk memilih sesuatu, yang didasarkan pada kebutuhan (needs), kehendak (wants) dan harapan (expectation) sang orang tua Peluang Kerja/Usaha Bidang Otomotif Istilah peluang kerja mengandung pengertian tersedianya lapangan pekerjaan atau kesempatan yang tersedia untuk bekerja akibat dari suatu kegiatan ekonomi dalam menghasilkan barang dan jasa. Dengan demikian pengertian peluang kerja mencakup lapangan pekerjaan yang masih lowong (Sumarsono,2003). Timbulnya peluang kerja ini adalah akibat meningkatnya permintaan masyarakat terhadap barang atau jasa yang dihasilkan. Berdasarkan pengertian tersebut, peluang kerja bidang otomotif adalah lapangan pekerjaan yang timbul akibat meningkatnya permintaan dan kebutuhan masyarakat akan produk dan jasa bidang otomotif, misalnya kebutuhan akan kenderaan bermotor. Selanjutnya jumlah kendaraan yang meningkat akan meningkatkan jumlah usaha bengkel kendaraan bermotor. Mengacu pada kurikulum PK TMO pengertian bidang otomotif semakin fokus dan mengarah pada spesialisasi, yaitu berkaitan dengan perawatan dan perbaikan kendaraan bermotor (Kurikulum SMK, 2004). Struktur kurikulum PK TMO adalah menghasilkan lulusan dengan kompetensi utama perawatan dan perbaikan kendaraan bermotor. Ruang lingkup jabatan pekerjaan bagi lulusan PK TMO antara lain: (1)

19 Mekanik Engine Otomotif; (2) Mekanik Power Train Otomotif; (3) Mekanik Chasis dan Suspensi Otomotif; dan (4) Mekanik Sistem Elektrik Otomotif 2.6. Keterserapan Lulusan SMK di Lapangan Kerja Lulusan SMK adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan. Syarat-syarat seorang siswa SMK dinyatakan lulus akan dibuktikan dengan kepemilikan dokumen-dokumen sebagai berikut : 1. Sertifikat Praktek Kerja Industri (sering disebut dengan sertifikat PSG = Pendidikan Sistem Ganda), menerangkan yang bersangkutan telah menyelesaikan pendidikan praktek kerja di dunia usaha dan dunia industri yang relevan. Sertifikat PSG ini diterbitkan oleh dunia usaha/dunia industri (DU/DI) tempat siswa melaksanakan PSG 2. Ijasah Sekolah Menengah Kejuruan, menerangkan yang bersangkutan telah menyelesaikan pendidikan di SMK, diterbitkan oleh Depdiknas dan ditandatangani oleh Kepala SMK bersangkutan 3. Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional (SKHUN) menerangkan yang bersangkutan telah lulus Ujian Nasional dan Ujian Kompetensi Keahlian dan menerangkan nilai yang diperoleh 4. Sertifikat Kompetensi menerangkan yang bersangkutan telah lulus Ujian Kompetensi. Uji Kompetensi dilaksanakan di sekolah atau DU/DI, dan penilaian akhir ditentukan oleh DU/DI. Diterbitkan oleh SMK bersangkutan dan ditandatangani bersama-sama oleh Kepala SMK dan DU/DI penguji

20 5. Transkrip Nilai menerangkan nilai yang diperoleh siswa atas seluruh mata diklat yang diajarkan selama belajar di SMK dan meneragkan sub-sub kompetensi yang telah dikuasai. 6. Buku Laporan Hasil Belajar SMK sebagai laporan selama siswa mengikuti pendidikan di SMK. Keterserapan lulusan SMK di lapangan kerja adalah tingkat atau persentase keberhasilan lulusan SMK untuk memasuki lapagan kerja. Keterserapan ini dapat dilihat dari dua sisi yang berbeda. Kagaari (2007) mengajukan konsep employability dan absorbability yaitu : 1. Manpower Employability adalah mampu-tidaknya lulusan memasuki dunia kerja dilihat dari sisi kemampuan kerja lulusan, artinya lulusan mampu-kerja (employ-able), karena memang memiliki kemampuan. Employability adalah sebuah jaminan (securing) kualitas dan keterampilan lulusan untuk dapat dipekerjakan 2. Manpower Absorbability adalah sebuah resiko (risk), artinya bekerja tidaknya lulusan adalah sebagai resiko ada/tidak adanya peluang kerja. Lulusan dapat bekerja atau tidak, ditentukan oleh kesempatan kerja yang tersedia. Samsudi (dalam Muliati, 2007) menyatakan bahwa keterserapan lulusan SMK dalam lapangan kerja di Indonesia masih sekitar 61%. Banyak faktor yang berkaitan dengan ketidakterserapan lulusan SMK tersebut, namun yang paling dominan adalah masalah belum tercapainya link and match antara SMK dengan dunia kerja/dunia usaha, baik dalam hal kualitas maupun kuantitas lulusan.

21 2.7. Penelitian Sebelumnya yang Relevan Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini, antara lain : 1. Frisbee, dkk (2000): What Influences Students to Attend Four-Year Automotive Programs menemukan setidaknya ada 17 faktor yang mempengaruhi siswa memilih Program Teknik Otomotif. Beberapa diantaranya yang pengaruhnya paling signifikan adalah Popularitas Program Keahlian Teknik Otomotif, Dorongan Orang Tua dan Kesempatan Kerja. 2. Lee, dkk (2002): Changes of Economic Environment and Technical & Vocational Education in Korea menyatakan bahwa pendidikan kejuruan menunjukkan peranan yang sangat penting dalam memberdayakan masyarakat menghadapi perubahan perekonomian Korea. Pada era 80an orientasinya adalah untuk menghasilkan tenaga terampil mendukung industri berat dan industri kimia. Pada era 90an orientasinya mulai bergeser ke industri teknologi tinggi (hi-tech industry). Pada era 2000an, ekonomi Korea sedang bergeser ke industri jasa dan teknologi informatika. Keberadaan pendidikan kejuruan selalu sinkron dengan perubahan struktur ekonomi. 3. Muliati, (2007) dalam disertasinya : Evaluasi Program Pendidikan Sistem Ganda, Suatu Penelitian Evaluatif berdasarkan Stake s Countenance Model Mengenai Program Pendidikan Sistem Ganda pada sebuah SMK di Sulawesi Selatan menyimpulkan salah satu temuannya bahwa keterserapan lulusan Program Keahlian Jasa Usaha Pariwisata TP. 2004/2005 di Sulawasi Selatan dalam tenggang waktu 11 bulan baru mencapai 20%, dan pada TP. 2005/2006 sebesar 46,51%.

22 4. Endah, dkk (2008) : Konsep Pendidikan SMK Dalam Mengantisipasi Kebutuhan Pasar Kerja Untuk Mendukung Peningkatan Potensi Wilayah di Surabaya, menyatakan bahwa salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap ketidakterserapan lulusan SMK di pasar kerja adalah ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran tenaga kerja tamatan SMK, baik secara kuantitas maupun kualitas dan banyak program keahlian dibuka belum berorientasi pada kebutuhan pasar kerja Kerangka Berpikir Pengembangan wilayah dan pengembangan SDM melalui pendidikan adalah dua masalah yang saling berpengaruh secara timbal balik. Salah satu upaya pengembangan SDM yang sangat intensif dilakukan pemerintah adalah melalui jalur pendidikan SMK. Kekuatan link and match antara Pendidikan SMK terletak pada kemampuan mengembangkan dan menata program keahlian yang dimiliki SMK sebagai ujung tombak yang mempertemukan lulusan dengan lapangan kerja. Keterampilan yang dimiliki lulusan SMK sebagai modal untuk memasuki pasar kerja atau membuka usaha ditentukan program keahlian yang diikutinya. Masalahnya adalah bagaimana menata program keahlian yang ada di SMK agar relevan dengan kebutuhan pasar kerja, baik dalam hal mutu (kualitas) maupun jumlah (kuantitas) lulusan. Seharusnya perkembangan/transformasi struktur ekonomi dan struktur ketenagakerjaan menjadi salah satu dasar penataan program keahlian di SMK. Diperlukan informasi yang baik dan mudah dipahami tentang kondisi ketenagakerjaan

23 suatu wilayah, bagi masyarakat, khususnya orang tua dan calon peserta didik di SMK. Fakta yang dijumpai di SMK Teknologi Industri di Medan adalah peserta didik cenderung menumpuk pada Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif (PK TMO), sementara ada program keahlian yang tidak diminati oleh lulusan SLTP, sekalipun peralatan sudah tersedia, misalnya Program Keahlian Teknik Pemesinan, Las Fabrikasi dan Logam, Teknik Bangunan. Padahal indikasi pesatnya pembangunan infrastruktur di Medan sangat membutuhkan lulusan program keahlian tersebut. Proporsi peserta didik untuk setiap perogram keahlian yang mendekati keseimbangan, diharapkan akan berdampak positif terhadap keterserapan lulusan di pasar kerja, sehingga angka pengangguran berkurang. Namun jika yang terjadi adalah sebaliknya, bahwa peminat SMK Teknologi dan Industri di Medan menumpuk pada PK TMO, dikawatirkan lulusannya tidak akan tertampung di pasar kerja, karena sudah jenuh. Atau lulusan akan bekerja pada bidang pekerjaan yang tidak didukung keterampilannya, sehingga berakibat rendahnya produktivitas dan kurang dihargainya lulusan tersebut di pasar kerja. Selanjutnya kerangka berpikir ini digambarkan dalam bentuk bagan pada gambar 2.2.

24 Dorongan Orang Tua Pendidikan SMK Popularitas Program Keahlian Peluang Kerja/Usaha Potensi Wilayah Minat Siswa Kesempatan Kerja Program Keahlian Keterserapan Lulusan Gambar 2.2. Kerangka Berpikir 2.9. Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. (Sugiyono, 2007). Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut : Secara bersama-sama dan secara parsial (sendiri-sendiri) faktor dorongan orang tua, popularitas PK TMO, dan peluang kerja/usaha berpengaruh positif terhadap minat siswa memilih PK TMO.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada Rencana Strategis (Renstra) Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada Rencana Strategis (Renstra) Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada Rencana Strategis (Renstra) Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) tahun 2004-2009, salah satu target yang ingin dicapai dalam jenjang pendidikan menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi terhadap pendidikan bermutu menunjukkan bahwa pendidikan telah menjadi satu pranata kehidupan sosial yang kuat dan berwibawa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menjelang tahun 2020 perekonomian Indonesia akan berubah dan

BAB I PENDAHULUAN. Menjelang tahun 2020 perekonomian Indonesia akan berubah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjelang tahun 2020 perekonomian Indonesia akan berubah dan berkembang kearah perekonomian global. Industrinya dituntut untuk mampu bersaing dipasar regional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) guna mendukung proses pembangunan Indonesia dalam memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. erat. Hal ini terbukti dengan adanya fakta bahwa perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. erat. Hal ini terbukti dengan adanya fakta bahwa perkembangan ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi ini pembangunan sumber daya manusia memiliki arti yang sangat penting. Dalam era tersebut diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan handal di bidangnya masing-masing. memandirikan siswa didik. Dengan beberapa acuan perundangan tersebut jelas

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan handal di bidangnya masing-masing. memandirikan siswa didik. Dengan beberapa acuan perundangan tersebut jelas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan teknologi sangat mempengaruhi perekonomian masyarakat untuk menghadapi era globalisasi, bukan hanya masyarakat terpencil saja bahkan seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era global telah menciptakan tingkat persaingan antar calon tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. Era global telah menciptakan tingkat persaingan antar calon tenaga kerja 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era global telah menciptakan tingkat persaingan antar calon tenaga kerja yang semakin ketat dan kompetitif. Melalui kesepakatan global ini, tenaga kerja dan

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan Latar Belakang Masalah

Bab I. Pendahuluan Latar Belakang Masalah 1.1. Latar Belakang Masalah Bab I Pendahuluan Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa pendidikan telah menjadi satu pranata kehidupan sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa pendidikan telah menjadi satu pranata kehidupan sosial yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi terhadap pendidikan bermutu menunjukkan bahwa pendidikan telah menjadi satu pranata kehidupan sosial yang kuat dan berwibawa,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Dalam rangka. mewujudkan tujuan yang dimaksud dan sekaligus mengantisipasi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Dalam rangka. mewujudkan tujuan yang dimaksud dan sekaligus mengantisipasi tantangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kebijakan pembangunan dibidang pendidikan diarahkan untuk meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Dalam rangka mewujudkan tujuan yang dimaksud dan sekaligus

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu wahana pendidikan

BAB. I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu wahana pendidikan BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu wahana pendidikan formal, yang mempunyai tujuan mempersiapkan para siswanya untuk menjadi tenaga kerja tingkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Sebagaimana amanat Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (PEPD) maka ada 3 (tiga) komponen yang memajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirancang dan dilaksanakan selaras dengan kebutuhan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. dirancang dan dilaksanakan selaras dengan kebutuhan pembangunan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas setiap individu yang secara langsung atau tidak langsung dipersiapkan untuk menopang dan mengikuti

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL SMK BERBASIS POTENSI UNGGULAN DAERAH DAN KEBUTUHAN MASYARAKAT SEBAGAI UPAYA MENGELIMINASI CITRA SEKOLAH SECOND CHOICE

SEMINAR NASIONAL SMK BERBASIS POTENSI UNGGULAN DAERAH DAN KEBUTUHAN MASYARAKAT SEBAGAI UPAYA MENGELIMINASI CITRA SEKOLAH SECOND CHOICE SMK BERBASIS POTENSI UNGGULAN DAERAH DAN KEBUTUHAN MASYARAKAT SEBAGAI UPAYA MENGELIMINASI CITRA SEKOLAH SECOND CHOICE Andi Muhammad Irfan 1, Nurlaela 2, dan Sunardi 3 1,2,3 Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

BAB I PENDAHULUAN. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya, pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini ditujukkan melalui memperluas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menghadapi dan memasuki persaingan dunia kerja sekarang ini diperlukan SDM

I. PENDAHULUAN. Menghadapi dan memasuki persaingan dunia kerja sekarang ini diperlukan SDM I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menghadapi dan memasuki persaingan dunia kerja sekarang ini diperlukan SDM yang berkualitas, untuk itu SMK SMTI sebagai sekolah yang memiliki orientasi untuk menghasilkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan Ekonomi Regional Pertumbuhan ekonomi merupakan unsur penting dalam proses pembangunan wilayah yang masih merupakan target utama dalam rencana pembangunan di samping

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah tanah air Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. wilayah tanah air Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada hakekatnya pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil makmur materiil dan spiritual yang merata di seluruh wilayah tanah air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ditengah ketatnya persaingan dalam memasuki dunia kerja, para calon tenaga kerja dituntut untuk memiliki mental kuat, pengetahuan dan keterampilan yang memadai dan sesuai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau

I. PENDAHULUAN. (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu: (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau transformasi ekonomi, dan (4)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih tinggi. Di lain segi istilah tersebut bertujuan untuk menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. lebih tinggi. Di lain segi istilah tersebut bertujuan untuk menggambarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam analisis mikro ekonomi perkataan pertumbuhan ekonomi mempunyai dua segi pengertian berbeda. Di satu pihak istilah pertumbuhan ekonomi digunakan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

alah satu dinamika pembangunan suatu wilayah diindikasikan dengan laju pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut. Oleh karena

alah satu dinamika pembangunan suatu wilayah diindikasikan dengan laju pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut. Oleh karena BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang S alah satu dinamika pembangunan suatu wilayah diindikasikan dengan laju pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut. Oleh karena itu semua wilayah mencanangkan laju pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional secara makro pada hakekatnya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional secara makro pada hakekatnya bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional secara makro pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam meningkatkan kesejahteraan tersebut, salah satunya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi 2.1.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. tujuan pembangunan ekonomi secara makro adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. tujuan pembangunan ekonomi secara makro adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan ekonomi secara makro adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi disamping dua tujuan lainnya yaitu pemerataan dan stabilitas. Indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghindari dari kecenderungan perubahan yang bersifat global tersebut, dengan

BAB I PENDAHULUAN. menghindari dari kecenderungan perubahan yang bersifat global tersebut, dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses globalisasi akan terus merebak. Tidak ada satu wilayahpun yang dapat menghindari dari kecenderungan perubahan yang bersifat global tersebut, dengan segala berkah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) Pasal 3 menyatakan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka meningkatkan kualitas SDM. Dengan pendidikan diharapkan seseorang atau anak didik akan memperoleh berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang dialami dunia hanya semenjak dua abad

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mengedepankan dethronement of GNP, pengentasan garis kemiskinan,

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mengedepankan dethronement of GNP, pengentasan garis kemiskinan, 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Paradigma pembangunan modern memandang suatu pola yang berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional yang berfokus pada peningkatan Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi memiliki pengertian yang sangat luas. Menurut akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai suatu fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN BAB I 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi sangat terkait erat dengan pembangunan sosial masyarakatnya. Pada awalnya pembangunan ekonomi lebih diprioritaskan pada pertumbuhannya saja, sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan di. meningkatkan produktivitas kreativitas, kualitas, dan efisiensi kerja.

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan di. meningkatkan produktivitas kreativitas, kualitas, dan efisiensi kerja. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan bagian yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan dengan pembangunan pendidikan dan latihan kerja. Dalam GBHN dinyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan sekaligus membuka peluang-peluang baru bagi pembangunan ekonomi dan sumber daya manusia Indonesia

Lebih terperinci

BAB I. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan kejuruan. yang tujuan utamanya mempersiapkan siswa menjadi tenaga kerja andal dengan

BAB I. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan kejuruan. yang tujuan utamanya mempersiapkan siswa menjadi tenaga kerja andal dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan kejuruan yang tujuan utamanya mempersiapkan siswa menjadi tenaga kerja andal dengan mengutamakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki kerjasama ekonomi negara-negara Asia Tenggara melalui kawasan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki kerjasama ekonomi negara-negara Asia Tenggara melalui kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki kerjasama ekonomi negara-negara Asia Tenggara melalui kawasan perdagangan bebas asean (asean free trade area/afta) sejak tahun 2003 dan pasar bebas dunia tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia mendapat bonus demografi berupa populasi usia produktif yang paling besar sepanjang sejarah berdirinya negara ini. Bonus demografi ini adalah masa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah 16 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Ekonomi Pembangunan Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah perekonomian nasional yang kondisi-kondisi ekonomi awalnya kurang lebih bersifat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting untuk menjamin. pelaksanaan pembangunan serta dalam menghadapi era globalisasi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting untuk menjamin. pelaksanaan pembangunan serta dalam menghadapi era globalisasi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan suatu bangsa. Perkembangan dunia pendidikan sejalan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi dalam suatu negara sangat penting, karena pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal dan mandiri. Pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masayarakat industri.

I. PENDAHULUAN. keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masayarakat industri. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakekatnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi ekonomi dan keberlanjutan pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI 4.1 Umum Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai peran yang signifikan dalam pembangunan ekonomi nasional. Dalam Analisis Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah di Bengkel Otomotif Roda 4

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah di Bengkel Otomotif Roda 4 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah di Bengkel Otomotif Roda 4 Salah satu kebijakan pemerintah tentang sekolah menengah adalah penggalakan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Dan sampai saat ini

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP 2.1.Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sukirno

Lebih terperinci

ANALISIS PELAKSANAAN UJIAN KOMPETENSI PRODUKTIF DALAM PEMBENTUKAN SUMBER DAYA MANUSIA UNGGUL

ANALISIS PELAKSANAAN UJIAN KOMPETENSI PRODUKTIF DALAM PEMBENTUKAN SUMBER DAYA MANUSIA UNGGUL ANALISIS PELAKSANAAN UJIAN KOMPETENSI PRODUKTIF DALAM PEMBENTUKAN SUMBER DAYA MANUSIA UNGGUL (Studi Kasus Pada Siswa Program Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Surakarta Tahun Ajaran 2007/2008) SKRIPSI Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi. sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi. sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak, serta memiliki sumber kekayaan alam yang melimpah, hal ini membuat Indonesia pantas disebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Production Based Education Sebagai Upaya Meningkatkan Mutu Lulusan Pendidikan Vokasi Di Akademi Teknik Soroako

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Production Based Education Sebagai Upaya Meningkatkan Mutu Lulusan Pendidikan Vokasi Di Akademi Teknik Soroako BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan perekonomian Indonesia pada tahun ini diperkirakan akan mencapai 6,4% dan terus meningkat menjadi 6,6% pada tahun 2014, hal ini berdasarkan publikasi Asia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman.

BAB I PENDAHULUAN. diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Saat ini peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia terus diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman. Pendidikan yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu yang sangat besar dan mendasar, karena

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu yang sangat besar dan mendasar, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu yang sangat besar dan mendasar, karena menyangkut kualitas suatu bangsa. Pendidikan juga berarti menyiapkan kaderkader bangsa siap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kesenjangan Ekonomi Antar Wilayah Sjafrizal (2008) menyatakan kesenjangan ekonomi antar wilayah merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN Adi Setiyanto PENDAHULUAN Tenaga kerja merupakan motor penggerak dalam pembangunan ekonomi. Tenaga kerja sebagai sumber daya

Lebih terperinci

PENDIDIKAN VOKASI UJUNG TOMBAK UPAYA MEMAJUKAN EKONOMI BANGSA Kelompok 1: Putu Sudira, Hartoyo, Arif Hermawan, Agustinus HB, Istanto WJ

PENDIDIKAN VOKASI UJUNG TOMBAK UPAYA MEMAJUKAN EKONOMI BANGSA Kelompok 1: Putu Sudira, Hartoyo, Arif Hermawan, Agustinus HB, Istanto WJ PENDIDIKAN VOKASI UJUNG TOMBAK UPAYA MEMAJUKAN EKONOMI BANGSA Kelompok 1: Putu Sudira, Hartoyo, Arif Hermawan, Agustinus HB, Istanto WJ Dosen: Prof. Sukamto, MSc.,PhD. Pendidikan vokasi dalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Oleh karena itu, perkembangan sumber daya. pengetahuan maupun penguasaan tinggi sangat diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Oleh karena itu, perkembangan sumber daya. pengetahuan maupun penguasaan tinggi sangat diperlukan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan dunia kerja erat hubungannya dengan dunia pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan bagi bangsa Indonesia selalu mendapat perhatian mutlak bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi ekonomi dan keberlanjutan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu indikator yang amat penting dalam melakukan analisis tentang perekonomian pada suatu wilayah adalah dengan melihat pertumbuhan ekonomi yang menunjukkan sejauh

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2015 No. 78/11/51/Th. IX, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2015 Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bali pada Agustus 2015 mencapai 2.372.015 orang, bertambah sebanyak 55.257 orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerataan pembangunan ekonomi bagi bangsa Indonesia sudah lama

BAB I PENDAHULUAN. Pemerataan pembangunan ekonomi bagi bangsa Indonesia sudah lama 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerataan pembangunan ekonomi bagi bangsa Indonesia sudah lama dinantikan serta diinginkan oleh rakyat Indonesia. Harapan dan cita-cita yang diinginkan dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki peran penting bagi perekonomian nasional. Berdasarkan sisi perekonomian secara makro, Jawa Barat memiliki

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: non labor income, mutu sumber daya manusia, tingkat upah, lama menganggur, pengangguran terdidik

ABSTRAK. Kata kunci: non labor income, mutu sumber daya manusia, tingkat upah, lama menganggur, pengangguran terdidik Judul : Analisis Pengaruh Non Labor Income, Mutu Sumber Daya Manusia dan Tingkat Upah Terhadap Lama Menganggur Pengangguran Terdidik di Kota Denpasar Nama : Udur Yustince BR Situmorang NIM : 1206105040

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan penting dalam mencapai tujuan pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak pengaruh era globalisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

Analisis Kondisi Ketenagakerjaan di Provinsi Jambi

Analisis Kondisi Ketenagakerjaan di Provinsi Jambi Analisis Kondisi Ketenagakerjaan di Provinsi Jambi Junaidi, Junaidi; Z,Zulfanetti; Hardiani, Hardiani ABSTRAK Analisis ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi ketenaga kerjaan di Provinsi Jambi yang mencakup

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian sudah seharusnya mendapat prioritas dalam kebijaksanaan strategis pembangunan di Indonesia. Selama lebih dari 30 tahun terakhir, sektor pertanian di Indonesia,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perubahan yang cukup berfluktuatif. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional mempunyai dampak atas pembangunan daerah, Negara kesatuan, dimana rencana-rencana pembangunan meliputi rencana

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional mempunyai dampak atas pembangunan daerah, Negara kesatuan, dimana rencana-rencana pembangunan meliputi rencana 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional mempunyai dampak atas pembangunan daerah, sebab daerah merupakan bagian integral dari suatu Negara. Indonesia adalah Negara kesatuan, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor keuangan memegang peranan yang sangat signifikan dalam memacu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sektor keuangan menjadi lokomotif pertumbuhan sektor riil melalui

Lebih terperinci

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) SEBAGAI UPAYA MEMASUKI DUNIA KERJA Oleh : Hernie Kumaat Dosen Jurusan PKK FT Unima Abstrak Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Asyarullah Saefudin, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Asyarullah Saefudin, 2014 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimilikinya, SDM mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep pembangunan seringkali dianggap sama dengan proses industrialisasi. Proses industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan salah satu jalur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat, keterbukaan bursa kerja di tingkat nasional dan internasional,

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat, keterbukaan bursa kerja di tingkat nasional dan internasional, BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan membahas tentang : 1) latar belakang penelitian, 2) fokus penelitian, 3) tujuan penelitian, 4) kegunaan penelitian, dan 5) definisi istilah penelitian. 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus dilaksanakan dengan berpedoman

Lebih terperinci

DAMPAK PENINGKATAN PENGELUARAN KONSUMSI SEKTOR RUMAH TANGGA DAN PENGELUARAN SEKTOR PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROPINSI JAMBI ABSTRAK

DAMPAK PENINGKATAN PENGELUARAN KONSUMSI SEKTOR RUMAH TANGGA DAN PENGELUARAN SEKTOR PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROPINSI JAMBI ABSTRAK DAMPAK PENINGKATAN PENGELUARAN KONSUMSI SEKTOR RUMAH TANGGA DAN PENGELUARAN SEKTOR PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROPINSI JAMBI Syaifuddin, Adi Bhakti, Rahma Nurjanah Dosen Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang tahun 2005 2025 merupakan kelanjutan perencanaan dari tahap pembangunan sebelumnya untuk mempercepat capaian tujuan pembangunan sebagaimana

Lebih terperinci

Pertumbuhan yang telah dicapai dari berbagai kebijakan akan memberi dampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja, dan mengurangi angka pengangguran

Pertumbuhan yang telah dicapai dari berbagai kebijakan akan memberi dampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja, dan mengurangi angka pengangguran BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar yang dilakukan pada berbagai program sebagaimana diungkapkan pada bab sebelumnya,

Lebih terperinci

Boks 1. Strategi Pendidikan Berorientasi Pasar di Provinsi Jambi

Boks 1. Strategi Pendidikan Berorientasi Pasar di Provinsi Jambi Boks 1. Strategi Pendidikan Berorientasi Pasar di Provinsi Jambi Program pendidikan merupakan suatu proses peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dilakukan secara bertahap, sistimatis dan sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Kewenangan Pemerintah Daerah menjadi sangat luas dan strategis setelah pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN PENDAHULUAN PERENCANAAN PENDIDIKAN PENDEKATAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA PENDAHULUAN

PENDAHULUAN PENDAHULUAN PERENCANAAN PENDIDIKAN PENDEKATAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA PENDAHULUAN PERENCANAAN PENDIDIKAN PENDEKATAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA Pendekatan Man Power adalah pendekatan yang lebih menekankan pada pendayagunaan tenaga kerja hasil suatu sistem pendidikan, pendekatan ini mendesain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 11 Ayat 1 mengamanatkan kepada pemerintah dan pemerintah daerah untuk menjamin terselenggaranya pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang pada saat ini giat membangun segala sektor pembangunan khususnya sektor industri. Untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah resmi dimulai sejak tanggak 1 Januari Dalam UU No 22 tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. telah resmi dimulai sejak tanggak 1 Januari Dalam UU No 22 tahun 1999 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada peraturan pemerintah Republik Indonesia, pelaksanaan otonomi daerah telah resmi dimulai sejak tanggak 1 Januari 2001. Dalam UU No 22 tahun 1999 menyatakan bahwa

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih banyak tersedia, perusahaan semakin banyak dan semakin berkembang, taraf

BAB I PENDAHULUAN. lebih banyak tersedia, perusahaan semakin banyak dan semakin berkembang, taraf BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai serangkaian usaha dalam perekonomian untuk mengembangkan kegiatan ekonomi sehingga infrastruktur lebih banyak tersedia,

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN. produktivitas tenaga kerja di semua sektor.

VIII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN. produktivitas tenaga kerja di semua sektor. VIII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan 1. Dalam jangka pendek peningkatan pendidikan efektif dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja pertanian dibanding dengan sektor industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencakup segala aspek kehidupan masyarakat. Seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. mencakup segala aspek kehidupan masyarakat. Seiring dengan perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi saat ini telah memberikan manfaat yang tidak terhingga bagi kehidupan manusia. Perkembangan teknologi tersebut telah mencakup segala aspek

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naima Hady, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naima Hady, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tantangan pendidikan saat ini dan masa yang akan datang adalah menyiapkan tenaga kerja dalam jumlah dan mutu yang sesuai dengan kebutuhan berbagai sektor,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. efektif melalui perencanaan yang komprehensif (Miraza, 2005).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. efektif melalui perencanaan yang komprehensif (Miraza, 2005). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembangunan Ekonomi Daerah Wilayah adalah kumpulan daerah berhamparan sebagai satu kesatuan geografis dalam bentuk dan ukurannya. Wilayah memiliki sumber daya alam dan sumber

Lebih terperinci