Diskusi RUU Jabatan Hakim: Kajian Kritis Pola Rekrutmen dan Usia Pensiun Hakim. Ikatan Alumni Fakultas Hukum Universitas Padjajaran 12 November 2016

Transkripsi

1 Diskusi RUU Jabatan Hakim: Kajian Kritis Pola Rekrutmen dan Usia Pensiun Hakim Ikatan Alumni Fakultas Hukum Universitas Padjajaran 12 November 2016

2 Perubahan Pola Rekrutmen Hakim dalam RUU JH 1. Adanya penetapan wilayah penerimaan (regionalisasi) dalam Ps.16 huruf b. 2. Adanya batas usia minimum (30 tahun) dan maksimum (35 tahun) dalam Ps. 19 huruf g. 3. Disyaratkan memiliki pengalaman praktik profesi hukum minimal 5 tahun (advokat, jaksa, polisi, notaris, mediator, atau arbiter tersertifikasi) dalam Ps. 19 huruf h.

3 Catatan LeIP atas Pola Rekrutmen dalam RUU JH

4 Apresiasi atas Introdusir Sistem Regionalisasi/Desentralisasi Strength Konsekuensi/pra syarat sistem promosi dan mutasi terdesentralisasi yang meminimalisir potensi intervensi dan memperkuat independensi Hakim Diharapkan menghasilkan Hakim-Hakim yang familiar dengan masalah hukum dan nilai-nilai keadilan lokal Pemahaman akan permasalahan hukum dan nilai-nilai keadilan loka tersebut diharapkan juga terbaca/terserap oleh Hakim di pengadilan-pengadilan yang lebih tinggi ketika putusan pengadilan tingkat pertama diajukan dalam upaya hukum. Menghemat anggaran MA dalam melakukan transfer/mutasi Hakim Memotivasi Hakim untuk membangun pengadilan di wilayahnya karena ia akan bertugas dalam periode yang cukup lama di daerah tersebut. Mendorong fakultas-fakultas hukum di setiap daerah meningkatkan kualitas lulusannya. Threat Hakim dikhawatirkan akan membangun relasi yang terlalu dekat dengan unsur masyarakat setempat yang dapat menyebabkan kolusi, nepotisme dan korupsi. Ancaman/kekhawatiran ini dapat diatasi dengan memperkuat pengawasan. Dengan sistem desentralisasi, justru mempermudah pengawasan track record Hakim. Konsep Peradilan Ideal, LeIP, 2010.

5 Apresiasi Perubahan Syarat Usia Minimum & Usia Maksimum Perubahan batas usia minimum pengangkatan calon hakim dari 25 tahun (Ps. 14 UU 49/2009, Ps. 13 UU 50/2009, Ps. 14 UU 51/2009) menjadi 32 tahun (usia pendaftaran minimum 30 tahun, pendidikan Hakim 2 tahun), dapat dinilai lebih tepat. Batas usia sebelumnya, 25 tahun dipandang masih terlalu muda untuk menjalankan fungsi sebagai Hakim. Beberapa Hakim Tinggi Pengawas MA pernah menceritakan Hakim-Hakim muda yang tampak belum mampu menjiwai peran dan kewibawaan Hakim di antara penasihat hukum, Jaksa Penuntut Umum dan pengunjung sidang. Sehingga, agak sulit mengharapkan hakim di usia tersebut dapat memeriksa dan memutus perkara dengan kecakapan hukum serta kematangan kepribadian dan rasionalitas yang memadai. Meskipun demikian, pembuat UU sebaiknya menyediakan penjelasan ilmiah menurut cabang ilmu yang sesuai (misalnya psikologi pertumbuhan) untuk menjelaskan perlu dinaikkannya batasan usia minimum pengangkatan Hakim dalam RUU JH.

6 Klarifikasi atas Syarat Pengalaman Praktik Profesi Hukum Akibat tidak adanya penjelasan mengenai latar belakang diubahnya/ditambahkannya syarat pengalaman profesi ini dalam RUU, sulit memahami arah pengaturan oleh pembuat UU. Namun, bisa ditafsirkan bahwa pembuat UU menginginkan calon Hakim yang direkrut bukan lagi fresh graduates FH, dan sudah lebih matang secara profesional. Pola rekrutmen dari kalangan profesional pada umumnya diterapkan oleh negara-negara negara yang tidak menerapkan sistem hakim karir, atau sistem karir terbuka (misalnya Belanda, Inggris). Negara-negara ini biasanya tidak menerapkan sistem pendidikan yang ekstensif di awal masa jabatan. Inggris, misalnya, hanya mengenal sistem persiapan semacam magang singkat kurang dari 1 bulan (Judicial Work Shadowing Scheme). Sementara RUU Jabatan Hakim masih mengatur bahwa pendidikan persiapan Calon Hakim yang cukup ekstensif, yaitu 2 tahun.

7 Rekomendasi atas Syarat Pengalaman Praktik Profesi Hukum Diterapkan sebagai salah satu pilihan dalam rekrutmen. Artinya, masih ada mekanisme rekrutmen lulusan fakultas hukum yang belum memiliki pengalaman. Usulan ini didasarkan pada konteks Indonesia, di mana masih cukup sulit memastikan sumber daya berpengalaman profesi hukum sebagaimana disebutkan RUU yang tidak terpapar praktek-praktek buruk dan memiliki integritas yang baik. Disediakan insentif dari sisi proses rekrutmen dan leveling karir bagi kalangan profesional yang ingin menjadi hakim. Yaitu: a. Program pendidikan persiapan yang tidak seekstensif Calon Hakim fresh graduates FH. b. Penempatan awal calon hakim yang telah memiliki pengalaman profesi hukum, disesuaikan dengan memperhitungkan pengalaman profesi hukumnya sebelum menjadi Hakim.

8 Perubahan Usia Pensiun 1. RUU JH mengubah usia Pensiun Hakim Agung dari 70 tahun menjadi 65 tahun (Ps. 51 ayat (2) huruf c RUU JH) 2. Ketentuan Peralihan Ps. 54 huruf b menyebutkan bahwa perubahan usia pensiun tidak berlaku bagi Hakim Agung yang berusia lewat dari usia pensiun yang ditetapkan dalam ketentuan baru RUU JH (sudah lewat dari 65 tahun), namun berlaku bagi Hakim Agung yang belum mencapai usia pensiun menurut ketentuan baru (belum mencapai 65 tahun).

9 Catatan LeIP atas Perubahan Usia Pensiun Hakim Agung

10 1. Adanya peluang terbentuknya tumpang tindihnya aturan, karena semestinya ketentuan mengenai persyaratan jabatan Hakim Agung diatur dalam UU MA. 2. Adanya pengabaian atas asas non-retroaktif bagi Hakim Agung yang belum berusia 65 tahun sebagaimana disebut Ps. 54 huruf b RUU JH. Semestinya jikapun kemudian perubahan usia pensiun ini ditetapkan, hanya dapat berlaku bagi Hakim Agung yang diangkat setelah ditetapkannya RUU JH.