Kajian Awal Persiapan Pelaksanaan Rekrutmen Hakim oleh Mahkamah Agung RI Tahun 2017

Transkripsi

1 A. Nilai Strategis Kebijakan Kajian Awal Persiapan Pelaksanaan Rekrutmen Hakim oleh Mahkamah Agung RI Tahun 2017 Rekrutmen calon hakim (cakim) tingkat pertama oleh Mahkamah Agung (MA) pada tahun 2017 ini perlu dipandang sebagai proses manajemen organisasi yang sangat penting sekaligus kritikal. Penting, karena proses ini telah hampir tujuh tahun tidak dilaksanakan oleh MA, sehingga perlu segera dilaksanakan untuk kepentingan regenerasi Hakim dan pimpinan pengadilan tingkat pertama. Kritikal, karena dapat membawa dampak besar dan jangka panjang, baik dari sisi internal kelembagaan MA, maupun sisi eksternal dari sisi kepercayaan publik serta posisi MA dalam proses perubahan kerangka hukum tentang manajemen SDM Hakim (dikaitkan dengan proses pembahasan Rancangan Undang-Undang Jabatan Hakim). Tanpa perencanaan yang cermat, proses rekrutmen cakim yang akan dilaksanakan MA tahun ini, dapat berbalik menjadi kontraproduktif bagi berbagai upaya penguatan organisasi yang sudah dicapai MA. Di antaranya, capaian-capaian dari implementasi Cetak Biru 2003 dan 2010, serta reformasi birokrasi. B. Analisis Resiko Dampak Internal Dampak utama dari setiap proses rekrutmen personil pada setiap organisasi, adalah terisinya posisi-posisi yang dibutuhkan, baik yang disebabkan pemberhentian (pensiun dan pengunduran diri) dan proses promosi-mutasi, maupun yang disebabkan oleh beban kerja organisasi. Meskipun demikian, jika jumlah personil yang direkrut melebihi dari yang dibutuhkan, kondisi ini akan menyebabkan inefisiensi bagi organisasi. Lebih lanjut lagi, tidak meratanya beban kerja dapat mendemotivasi personil dan mendorong penyimpangan dalam bentuk pencapaian kinerja rendah serta tindakan indisipliner. Pada aspek pengelolaan keuangan, jumlah personil yang melebihi dari jumlah yang dibutuhkan, akan menyebabkan besarnya beban belanja pegawai MA, yang bisa menyebabkan kecilnya porsi anggaran yang dapat digunakan untuk melakukan inovasi yang dibutuhkan dalam pelaksanaan fungsi MA dalam jangka waktu panjang. Jika MA sulit melakukan inovasi, pada akhirnya MA dapat dinilai sebagai organisasi berkinerja rendah.

2 Dampak Eksternal Dalam situasi di mana temperatur politik cukup tinggi antara MA dan lembaga negara terkait, misalnya KY, sehubungan dengan pembahasan RUU Jabatan Hakim, serta masih rendahnya kepercayaan publik berkaitan dengan beberapa kasus OTT yang sedang ditangani KPK, maka proses rekrutmen yang dilaksanakan MA tidak boleh mengandung kelemahan sedikitpun. Sedikit saja terlihat kelemahan MA dalam penyelenggaraan rekrutmen cakim (yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pendidikan persiapan dan pengangkatan hakim), maka hal itu bukan hanya berpotensi menurunkan kepercayaan publik terhadap MA, namun juga dapat melemahkan MA dalam pengaturan kewenangan pengelolaan SDM Hakim dalam RUU JH. C. Pemetaan Awal Kondisi Terkini Penghitungan Kebutuhan Formasi yang diajukan oleh MA adalah sejumlah orang cakim, yang perlu dijelaskan menggunakan dasar penghitungan apa. Penjelasan ini perlu disiapkan untuk disampaikan kepada lembaga negara terkait, terutama Kementerian Keuangan yang belum memberikan ijin prinsip. Sekaligus, untuk menjawab pertanyaan yang muncul dari publik. Penjelasan dasar penghitungan juga perlu diketahui Pimpinan MA untuk bisa mengukur konsekuensi organisasi yang perlu disiapkan (misalnya penempatan magang dan penyelenggaraan diklat) serta mengantisipasi berbagai dampak internal dan eksternal yang diuraikan di atas. Perlu diketahui, berdasarkan kajian kuantitatif yang dilaksanakan LeIP tahun 2010, jumlah hakim di pengadilan-pengadilan tingkat pertama di lingkungan peradilan umum seluruh Indonesia, masih memadai dan cenderung lebih. Masalah utama yang ditemukan pada saat itu adalah tingginya kesenjangan beban perkara hakim antar pengadilan.

3 Selain kajian LeIP pada tahun 2010, Biro Kepegawaian MA juga pernah melakukan kajian serupa di lingkungan peradilan agama di wilayah PTA Banten pada tahun Kajian Biro Kepegawaian MA tersebut, juga mengindikasikan adanya kesenjangan beban kerja hakim antar pengadilan tingkat pertama. Sesungguhnya, saat ini MA memiliki peluang yang sangat baik untuk mendapatkan jumlah hakim yang dibutuhkan setiap pengadilan tingkat pertama dengan akurat. Yaitu, dengan menggunakan formula studi Analisis Beban Kerja (ABK) yang disusun oleh Biro Kepegawaian MA dengan dukungan program SUSTAIN EU-UNDP. Jika menggunakan formula ini dan menyampaikannya pada publik, maka publik dapat menilai bahwa MA telah sangat cermat, hati-hati dan bertanggungjawab dalam melaksanakan rekrutmen cakim ini. Di sisi lain, Kementerian Keuangan atau lembaga negara lain akan sulit menolak hasil penghitungan MA karena didasari penghitungan ABK yang akurat.

4 Pendidikan Persiapan Kapasitas Penyelenggaraan PPC Terpadu oleh Balitbang Diklat MA. Menurut laporan tahunan MA tahun 2013, 2014 dan 2015, rata-rata jumlah peserta yang menerima pelatihan adalah orang per tahun. Untuk menyelenggarakan pelatihan dengan jumlah tersebut, Balitbang Diklat sudah mendapatkan dukungan baik biaya, tenaga, maupun logistik lainnya dari beberapa lembaga donor. Segera setelah direkrut, cakim-cakim yang lolos seleksi harus mengikuti Program Pendidikan dan Pelatihan Calon Hakim Terpadu (PPC Terpadu). Program ini memadukan diklat intensif yang diselenggarakan selama 3 minggu di Pusdiklat MA setiap periode 3 bulan, dengan program magang di pengadilan-pengadilan tingkat pertama. Dengan demikian, jika ada cakim yang akan direkrut pada tahun ini, maka akan ada sekurangnya (1.684 x 4 kali dalam setahun) peserta yang diklatnya harus diselenggarakan oleh Balitbang Diklat MA, hanya dari kelompok cakim saja. Padahal, di saat yang sama, Balitbang Diklat juga harus menjalankan diklat untuk kelompok-kelompok jabatan lainnya. Jika diasumsikan peserta diklat dari kelompok jabatan lain adalah orang seperti jumlah ratarata 3 tahun terakhir, maka Balitbang Diklat MA harus menyelenggarakan setidaknya diklat untuk peserta diklat, atau lebih dari 3 kali lipat beban kerja biasanya. Untuk itu, perlu dilakukan evaluasi dan perencanaan seksama atas kapasitas Balitbang Diklat menyelenggarakan PPC Terpadu dalam proses rekrutmen tahun ini. Kesiapan pengadilan magang. Menurut Keputusan KMA No.16/2012, pengadilan-pengadilan yang dapat ditunjuk sebagai tempat magang harus memenuhi kriteria tertentu,di antaranya: jumlah dan variasi perkara yang memadai, ketersediaan hakim mentor yang cukup dan berkualitas, serta memiliki fasilitas pembelajaran yang memadai. Untuk pelaksanaan Program Pendidikan dan Pelatihan Calon Hakim Terpadu (PPC Terpadu) untuk cakim-cakim yang direkrut di tahun 2010 yaitu sejumlah 210 orang, ditetapkan 21 pengadilan tingkat pertama di lingkungan peradilan umum, agama, serta tata usaha Negara. Dengan menggunakan asumsi tersebut, maka untuk pelaksanaan magang cakim, MA perlu menyaring dan menetapkan sekurangnya 80 pengadilan tingkat pertama yang memenuhi syarat. Ketersediaan Evaluator Program Magang. Untuk memastikan bahwa program magang yang diselenggarakan memenuhi seluruh standar yang ditetapkan, Balitbang Diklat Kumdil juga perlu menyiapkan sejumlah evaluator yang mampu melakukan evaluasi berkala di sedikitnya 80 pengadilan. Oleh karena itu, Balitbang Diklat MA perlu merencanakan sejak dini penyediaan tenaga evaluator tersebut, yang selama ini berasal dari hakim-hakim tinggi yustisial Badiklat.

5 D. Rekomendasi LEMBAGA KAJIAN DAN ADVOKASI INDEPENDENSI PERADILAN Untuk menghindari beban organisasi yang terlalu berat di masa yang akan datang, MA perlu: 1. Memastikan bahwa jumlah cakim yang akan direkrut tahun ini betul-betul sesuai dengan kebutuhan riil organisasi dengan menggunakan formula ABK yang dikembangkan Biro Kepegawaian MA 2. Melakukan evaluasi atas kesesuaian jumlah hakim dan beban perkara di setiap pengadilan tingkat pertama, untuk menyeimbangkan beban kerja hakim antar pengadilan. Menyusun perencanaan rinci pelaksanaan pengadaan hakim sampai dengan tahap pendidikan persiapan, dengan melibatkan seluruh unit kerja terkait. Yaitu: Biro Kepegawaian, seluruh Direktorat Jenderal Badan Peradilan, Kepala Badan Litbang dan Diklat MA serta Biro Perencanaan, yang memuat: 1. Penghitungan jumlah hakim tingkat pertama yang dibutuhkan di masing-masing lingkungan peradilan 2. Kemungkinan pelaksanaan redistribusi hakim dari pengadilan-pengadilan yang jumlah perkaranya sedikit ke pengadilan dengan jumlah perkara lebih tinggi, sesuai daftar urut kepangkatan 3. Potensi efisiensi anggaran yang bisa dilakukan dalam proses rekrutmen calon hakim untuk memenuhi kebutuhan dan memeratakan beban kerja di pengadilan tingkat pertama. 4. Jadwal proses rekrutmen calon hakim pengadilan tingkat pertama sampai dengan penyelenggaraan PPC Terpadu Tahun ke-1 5. Strategi komunikasi yang komprehensif atas pelaksanaan proses rekrutmen, dengan tujuan khusus menjaga dan memperkuat posisi MA dalam pengaturan pengelolaan jabatan hakim dalam RUU JH. Melibatkan pihak ketiga, termasuk dukungan lembaga donor dan unsur masyarakat sipil yang fokus mendukung pembaruan peradilan.