PENENTUAN FEED ZONE DAN LAJU PRODUKSI OPTIMUM PADA SUMUR PANAS BUMI BERDASARKAN HASIL UJI SUMUR PROPOSAL KOMPREHENSIF

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENENTUAN FEED ZONE DAN LAJU PRODUKSI OPTIMUM PADA SUMUR PANAS BUMI BERDASARKAN HASIL UJI SUMUR PROPOSAL KOMPREHENSIF"

Transkripsi

1 PENENTUAN FEED ZONE DAN LAJU PRODUKSI OPTIMUM PADA SUMUR PANAS BUMI BERDASARKAN HASIL UJI SUMUR PROPOSAL KOMPREHENSIF Oleh : RAMDHAN REFIAN NIZAR JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN Y O G Y A K A R T A 2017

2 PENENTUAN FEED ZONE DAN LAJU PRODUKSI OPTIMUM PADA SUMUR PANAS BUMI BERDASARKAN HASIL UJI SUMUR PROPOSAL KOMPREHENSIF Oleh : RAMDHAN REFIAN NIZAR / TM Disetujui untuk Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknologi Mineral UPN Veteran Yogyakarta, Oleh : Pembimbing M. Th. Kristiati, S.T., M.T.

3 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan pertolongannya sehingga penulis mampu menyelesaikan proposal komprehensif ini. Proposal komprehensif ini berjudul : PENENTUAN FEED ZONE DAN LAJU PRODUKSI OPTIMUM PADA SUMUR PANAS BUMI BERDASARKAN HASIL UJI SUMUR, proposal ini disusun untuk memberikan gambaran mengenai latar belakang, tujuan dan materi yang akan dibahas didalam penyusunan komprehensif di Jurusan Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi Mineral UPN Veteran Yogyakarta. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan baik secara moral maupun material, sehingga penyusunan proposal ini dapat selesai dengan baik. Penulis meyakini sepenuhnya bahwa dalam penulisan proposal ini masih terdapat banyak kekurangannya, sehingga kritik dan saran yang membangun akan sangat berarti bagi penulis. Akhirnya, semoga proposal komprehensif ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang memerlukannya. Yogyakarta, 27 April 2017 Ramdhan Refian Nizar

4 I. JUDUL PENENTUAN FEED ZONE DAN LAJU PRODUKSI OPTIMUM PADA SUMUR PANAS BUMI BERDASARKAN HASIL UJI SUMUR II. LATAR BELAKANG Penentuan feed zone atau zona rekah dalam kegiatan operasi pemboran dan produksi sumur panas bumi sangatlah penting. Feed zone dalam sumur panas bumi inilah yang dijadikan sebagai zona prospek dalam eksplorasi panas bumi. Zona ini merupakan media tempat mengalir fluida panas bumi. Sebagai salah satu sumber energi, maka suatu lapangan panas bumi perlu diketahui terlebih dahulu potensi energinya. Potensi energi tersebut nantinya akan digunakan dalam pertimbangan akan dikembangkan atau tidaknya lapangan tersebut. Parameter yang dapat menentukan potensi suatu lapangan panas bumi dapat berupa jumlah panas yang terkandung dalam reservoar panas bumi tersebut dan temperatur minimum yang masih dapat diterima oleh pembangkit tenaga listrik. Untuk mencari potensi inilah perlu diadakan suatu pengujian terhadap sumuran yang disebut uji sumur. Dalam penentuan feed zone dan laju produksi optimum dapat dilakukan serangkaian pengujian yang dapat melihat potensi dari suatu kemampuan reservoar geothermal tersebut, diantaranya uji komplesi, uji panas, dan uji produksi. III. TUJUAN PENULISAN Tujuan dari penulisan komprehensif ini adalah untuk mengetahui di mana zona rekah pada sumur panas bumi berada dan menentukan ukuran tekanan kepala sumur agar menghasilkan tenaga listrik yang optimum berdasarkan data uji sumur. IV. TINJAUAN PUSTAKA 4.1. Uji Sumur Pengukuran dan pengujian sumur dapat dilakukan baik pada waktu pemboran maupun sebelum pemboran selesai, yaitu setelah pemboran mencapai kedalaman yang diinginkan atau setelah sumur diproduksikan.

5 Pengukuran dan pengujian sumur merupakan kegiatan yang sangat penting dilakukan untuk mendapatkan data atau informasi mengenai : Kedalaman zona bertemperatur tinggi, zona produksi dan pusat-pusat rekahan (feed point). Jenis fluida produksi. Jenis reservoar. Tekanan dan temperatur di dalam sumur dan di reservoar. Kemampuan produksi sumur, yaitu besarnya laju produksi dan entalpi fluida pada berbagai tekanan kepala sumur. Karakteristik fluida dan kandungan gas. Karakteristik reservoar di sekitar sumur. Kondisi lubang sumur Uji Komplesi Uji komplesi adalah pengujian sumur yang dilakukan untuk mengetahui kedalaman zona produksi dan kedalaman pusat rekahanrekahan (feed zone) serta produktivitasnya. Uji komplesi dalam sumur panas bumi ada tiga macam, yaitu spinner test, water loss test, dan gross permeability test Uji Hilang Air (Water Loss Test) Uji hilang air dilakukan untuk mengetahui tempat-tempat dimana terjadi hilang air atau tempat-tempat dimana fluida formasi masuk ke dalam sumur, karena hal tersebut merupakan indikasi adanya pusat-pusat rekahan. Hal ini dapat ditentukan dari landaian tekanan, temperatur dan aliran pada waktu air dipompakan dengan laju konstan. Lokasi dari pusat-pusat rekahan (feed point) ditentukan dengan menganalisa data tekanan di dalam sumur, yaitu dengan membandingkan dengan besarnya tekanan formasi, serta melihat perubahan temperatur yang terjadi di dalam sumur. Untuk memahami hal tersebut, dapat dilihat landaian tekanan di dalam sumur dan landaian tekanan formasi pada Gambar 4.1. tentang Perbandingan landaian tekanan didalam sumur dan di formasi.

6 Gambar 4.1 Perbandingan landaian tekanan didalam sumur dan di formasi (Saptadji, 1996) Pada Gambar 4.1.(kiri) dapat dilihat bahwa hingga kedalaman tertentu (depth), besarnya tekanan formasi adalah lebih besar dari tekanan di dalam sumur. Ini berarti diatas kedalaman tersebut terjadi inflow, yaitu fluida formasi masuk ke dalam sumur. Dibawah kedalaman uji, besarnya tekanan formasi lebih kecil dari tekanan di dalam sumur. Ini berarti dibawah kedalaman D terjadi outflow, yaitu fluida dari sumur keluar dan masuk ke dalam formasi. Contoh lainnya adalah pada Gambar 4.1. (kanan). Terlihat pada gambar tersebut, besarnya tekanan di dalam sumur lebih besar dari tekanan formasi. Ini berarti terjadi outflow, yaitu fluida dari sumur keluar dan masuk ke dalam formasi. Arah aliran di dalam sumur dapat diketahui dari landaian tekanan. Kedalaman pusat-pusat rekahan dapat pula diketahui dengan menganalisa tidak hanya landaian tekanan tetapi juga landaian temperatur. Landaian temperatur hasil dari suatu pengujian mungkin seperti salah satu landaian temperatur yang diperlihatkan pada Gambar 4.2. Landaian temperatur yang paling sederhana adalah landaian A, di mana temperatur naik secara perlahan-lahan dengan mengalirnya air ke dasar sumur. Pada gambar dapat dilihat bahwa kenaikan temperatur sangat kecil sekali hingga sampai pada suatu kedalaman tertentu tiba-tiba terjadi kenaikan temperatur yang sangat besar. Daerah di mana kenaikan

7 temperatur relatif kecil disebabkan karena perpindahan panas secara konduksi (melalui batuan) dari formasi di sekitarnya. Di bawah daerah tersebut temperatur naik secara tiba-tiba. Ini menunjukkan bahwa air tidak turun ke bawah menuju dasar sumur, tetapi masuk ke dalam formasi pada kedalaman tersebut. Gambar 4.2. ( a ) Landaian temperatur di dalam sumur ( b ) Profil aliran pada waktu injeksi air dingin (Saptadji, 1996) Landaian temperatur B merupakan landaian yang terjadi bila sebagian dari air yang diinjeksikan hilang di zona bagian atas (terjadi outflow). Ini menyebabkan laju aliran air yang ke bawah berkurang dengan kedalaman, mengakibatkan temperatur naik lebih cepat. Perubahan temperatur gradien secara tiba-tiba disebabkan karena penurunan laju aliran air yang turun ke dasar sumur. Landaian temperatur C merupakan landaian temperatur bila terjadi inflow pada bagian atas dan outflow pada bagian yang lebih dalam. Perubahan temperatur secara bertingkat menunjukkan adanya inflow, yaitu fluida formasi masuk ke dalam sumur, di zona atas. Landaian temperatur di dalam sumur sangat dipengaruhi banyak faktor, antara lain adalah sangat dipengaruhi oleh besarnya permeabilitas batuan. Landaian temperatur di dalam sumur yang menembus batuan dengan permeabilitas tinggi berbeda dengan yang menembus batuan dengan permeabilitas rendah. Gambar 4.3. merupakan salah satu contoh landaian temperatur di dalam sumur yang menembus formasi dengan permeabilitas tinggi. Gambar 4.4. merupakan salah satu contoh landaian

8 temperatur di dalam sumur yang menembus formasi dengan permeabilitas rendah. Gambar 4.4. memperlihatkan kedalaman di mana terjadi perubahan temperatur lokasi dari pusat-pusat rekahan (feed points). Gambar 4.3. Contoh Landaian Temperatur di Dalam Sumur Yang Menembus Formasi Dengan Permeabilitas Tinggi (Saptadji, 1996) Gambar 4.4. Contoh Landaian Temperatur di Dalam Sumur Yang Menembus Formasi Dengan Permeabilitas Rendah (Saptadji, 1996) Produktivitas pusat-pusat rekahan dapat ditentukan dengan menggunakan prinsip kesetimbangan panas dan konsep indeks produktivitas. Dengan menggunakan prinsip tersebut, besarnya inflow rate dapat dihitung apabila rate injeksi, temperatur injeksi, temperatur diatas dan dibawah kedalaman dimana terjadi inflow dapat diketahui. Suatu uji komplesi dilakukan dengan laju injeksi (Wi) dan temperatur (Ti). Hasil analisa landaian tekanan dan temperatur

9 menunjukkan bahwa terjadi inflow pada bagian atas (upper zone), dengan laju alir (Wfu) dan temperatur (Tfu), dan outflow pada bagian bawah (lower zone), dengan laju alir (Wfl). Pada bagian atas dimana terjadi inflow. Kesetimbangan panas adalah : WT W T i i fu fu W m T m Kesetimbangan massa mengikuti persamaan : W m W W i fu Dengan substitusi kedua persamaan diatas, didapatkan persamaan : W fu T Wi T m fu Ti T m Setelah laju alir dari formasi diketahui, maka besarnya indeks produktivitas dari masing-masing feed zone dapat diketahui dengan menentukan : Indeks produktivitas upper zone. PI u W fu P P fu wu Indeks produktivitas lower zone. PI l Wm P P fl wl Untuk menentukan lokasi zona rekah (feed zone) dengan cara menginjeksikan air ke dalam sumur bersamaan dengan menurun-naikkan PTS Tools (Saptadji, 2014) Gambar 4.5. Proses Injeksi Fluida (Saptadji, 2014)

10 Uji Permeabilitas Total (Gross Permeability Test) Efek perubahan rate injeksi dapat dimonitor dengan dua cara. Cara pertama adalah dengan mencari hubungan antara tekanan dan aliran yang stabil sehingga dapat diperoleh besarnya injectivity atau dengan memonitor tekanan transient sehingga dapat diperoleh besarnya transmissivity atau permeability-thickness (perkalian antara permeabilitas dengan ketebalan lapisan). Kedalaman tempat pengukuran tekanan harus ditentukan dengan tepat, yaitu pada lokasi pusat rekahan (feed zone) yang diidentifikasikan dengan terjadinya hilang sirkulasi lumpur pada saat proses pemboran memasuki zona permeabel atau dari analisa core dan analisa cutting. Apabila alat ukur kedalaman ditempatkan pada kedalaman yang salah maka akan menimbulkan kesalahan pengukuran. Hal ini dapat dilihat dari ketidakteraturan hasil plotting pada chart yang menunjukkan kurva naik turun yang disebabkan oleh pergerakan fluida dengan densitas yang bervariasi sehingga menyebabkan perbedaan tekanan antara dua kedalaman tersebut (tempat alat ditempatkan dan kedalaman feed point) berubah-ubah. 2014) P = P-P0 = Persamaan dalam menentukan transmisibilitas dan skin (Kustono, qμ μcr E1 4πkh 4kt E1 (x) - ln(x) γ = log10(x) - γ 2 Wv μcr E1 4kh 4kt Keterangan : γ = yang merupakan konstanta Euler 2 - P = P-P0 = 4 qμ πkh log 4kt μcr kt = m log 10 ( t) log μcr qμ Keterangan : m = 4πkh qμ Kh = 4πm

11 2. 303Wv Kh = 4πm P 4kh 1 1 = log m μ ch r ch = r kh 1 P / m Gambar 4.6. Step Rate Injection Test Data (Buscato, 2012) Uji Spinner (Spinner Test) Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui tekanan, temperatur dan laju alir fluida didalam lubang sumur dengan cara menurunkan sebuah alat yang dinamakan Spinner. Data data yang tersedia dari PTS tersebut yaitu adalah data tekanan, temperatur, spinner dan cable speed. Hal hal yang dibandingkan dari data PTS injeksi dan produksi ini antara lain letak ke dalam feedzone, kontribusi massa, kemudian menentukan hubungan dari injectivity index dan productivity index. Spinner dapat menentukan kecepatan fluida dengan persamaan (Malcolm, 2011) sebagai berikut

12 V = (fpm/rps) x RPS cable speed Nilai (fpm/rps) diperoleh dengan cara membuat crossplot antara RPS dengan kecepatan alat (cable speed). Gambar 4.7. Spinner Data Pada Kondisi Injeksi, (a) Data Frekuensi, (b) Interpretasi Kecepatan Fluida Uji Panas Pada akhir proses pemboran, temperatur sumur panas bumi turun dan biasanya dilakukan pemanasan selama beberapa hari sebelum dilakukan discharge. Pemanasan sumur panas bumi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mempersiapkan kondisi sumur untuk diproduksi. Pemanasan sumur panas bumi dilakukan dengan cara sumur ditutup terlebih dahulu beberapa waktu, selama berlangsungnya tahap ini dilakukan pengukuran tekanan dan temperatur. Dari hasil pengukuran tersebut dapat dibuat grafik landaian temperatur dan tekanan, kemudian dari grafik tersebut dapat diketahui temperatur daerah feed zone dan kedalaman water level. Apabila sudah mencapai kondisi temperatur yang mendekati stabil maka sumur panas bumi telah siap untuk diproduksikan. Serangkaian waktu yang tepat untuk pengukuran tekanan dan temperatur, antara lain 1 hari, 2 hari, 4 hari, 7 hari, 15 hari, 28 hari dan 42 hari setelah dilakukan penyelesaian sumur. Ada beberapa ciri khas yang memberikan informasi letak feed zone dari temperatur formasi, antara lain :

13 Zona pembalikan temperatur atau pemanasan yang sangat cepat bervariasi dengan hilangnya lumpur pemboran. Kurva titik pendidihan. Bagian lambat adalah pemanasan konduktif. Akibat pemanasan sumur panas bumi, ada empat cara dimana panas dapat mencapai lubang sumur, yaitu : Dengan cara konduksi pada sekeliling sumur panas bumi. Dengan aliran langsung fluida menuju lubang sumur pada satu level (aliran antar zona). Dengan cara konveksi dalam lubang sumur. Dengan aliran langsung menuju sumur. Ada dua metode yang sering digunakan dalam penentuan distribusi temperatur dalam sumur (Kajugus, 2002), yaitu metode Horner Plot dan metode Albright. a. Metode Horner Plot Teknik yang dikembangkan untuk memperkirakan temperatur formasi untuk masa pemulihan yang relatif lama, biasanya berkisar antara minggu ke bulan. Dasar teknik ini adalah hubungan garis lurus antara temperatur sumur dan logaritma alami waktu relatif, τ, atau waktu Horner, Keterangan t : Waktu yang telah dilewati saat sirkulasi terakhir berhenti t0 : Waktu sirkulasi terakhir Dari persamaan diatas dapat direncanakan temperatur sumur bor maksimum sebagai fungsi dari ln dan kemudian memplot garis lurus melalui data dimana ekstrapolasi menjadi = 1, sehingga dapat memperkirakan temperatur formasi b. Metode Albright

14 Metode ini digunakan untuk penentuan langsung temperatur sumur bor selama gangguan yang dapat diterima selama pekerjaan pengeboran; yaitu 12 sampai 24 jam tergantung kedalaman formasi sumur dan batuan. Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa untuk interval waktu acak, jauh lebih pendek dari waktu pemulihan, laju pemulihan temperatur ditentukan oleh perbedaan antara temperatur sumur bor dan temperatur pembentukan. Keterangan : i T 0 : Perkiraan temperatur saat sirkulasi i T t : Temperatur saat waktu t i T : Perkiraan temperatur formasi pada Interval i i C : Konstanta Uji Produksi Jenis dan ukuran peralatan yang dibutuhkan untuk uji produksi tergantung pada tipe sumur dan reservoar panas bumi serta laju alir massa dan panas maksimum yang diharapkan. Dari hasil completion test, parameter-parameter reservoar panas bumi sudah dapat diperkirakan demikian juga entalpinya. Sebelum discharge test biasanya didahului dengan bleeding. Bleeding adalah kegiatan membuka sumur dengan pipa berukuran kecil dan kapasitas aliran yang sangat kecil sebagai tahap persiapan bagi casing untuk dapat digunakan sebagai media produksi uap. Bleeding merupakan discharge dengan laju alir kecil, biasanya dilakukan dengan laju alir 1 kg/detik. Bleeding tersebut dilakukan setelah selesai dilakukan pemanasan sumur panas bumi dengan tujuan membuang gas-gas yang terkumpul pada kepala sumur selama uji pemanasan. Disamping itu, bleeding dimaksudkan untuk merambatkan panas dari feed zone menuju bagian atas lubang sumur, terutama untuk memanaskan casing. Hal ini

15 dilakukan sebelum dilakukan discharge yang sebenarnya. Gas dialirkan dari valve pada expansion spool melalui pipe line menuju bak penampung. Hal ini dimaksudkan untuk menurunkan konsentrasi gas (terutama gas beracun) yang akan dibuang menuju udara bebas, karena sebagian gas akan bereaksi dengan NaOH. Bleeding dengan larutan NaOH ini hanya dilakukan untuk sumur atau lapangan panas bumi yang mempunyai kandungan gas tinggi. Pada saat bleeding, dilakukan pengukuran tekanan dan temperatur, sehingga dapat ditentukan profil tekanan dan temperatur pada kedalaman tertentu, selanjutnya dapat diperkirakan zona produktif (feed zone) sumur panas bumi. Uji produksi atau biasa disebut dengan discharge atau output test dilakukan untuk mendapatkan data: 1. Jenis fluida reservoar dan fluida produksi 2. Kemampuan produksi sumur, yaitu besarnya laju produksi dan enthalpy fluida pada berbagai tekanan kepala sumur. 3. Karakteristik fluida dan kandungan gas Metode Pengukuran Sumur Satu Fasa Metode pengukuran ini digunakan untuk pengukuran satu fasa, metode yang digunakan dibedakan menjadi dua: a) Sumur Entalpi Rendah menggunakan weirbox. Gambar 4.8 Pengukuran Volume. (a) Rectangular Weir, (b) V Notches

16 Besar volume air yang mengalir pada tekanan atmosfer dapat pula ditentukan dengan suatu peralatan yang disebut Weir Box, yang biasanya dipakai untuk menghitung volume air yang keluar dari silencer. Gambar 4.9 Penampang Muka Weir Box, (a) Rectangular Weir, (b) V-notch (Anonymous, ITB Workshop, 2013) Perhitungan Laju Alir Massa (Anonymous, ITB Workshop, 2013) o Rectangular Weir Q = C 2 d b (2g) h 3 Keterangan : - Q : flow rate (m 3 /s) - h : tinggi head dari weir (m) - b : lebar penampang weir (m) - g : gravitasi (9,8 m/s 2 ) - Cd : Konstanta discharge weir 3 o V-notch Q = C 2 2 d (2g) h tan 15 θ = sudut v-notch 2 Sumur Entalpi Tinggi menggunakan orifice

17 Gambar Orifice Single Phase Gambar Penampang Ilustrasi Kerja dari Orifice Meter (Anonymous, ITB Workshop, 2013) Pada penentuan laju aliran melalui orifice meter adalah W = C P / Keterangan : - C : Konstanta Orifice - P : Perbedaan tekanan - : Spesifik Volume fluida

18 Metode Pengukuran Sumur Dua Fasa Pada pengukuran dua fasa metode-metode yang biasa digunakan antara lain a) Metode Kalorimeter Didalam metoda kalorimeter pengukuran dilakukan dengan mengalirkan fluida dari sumur ke sebuah kalorimeter, yang berisi air dingin yang diketahui volume dan temperaturnya, untuk suatu waktu tertentu. Setelah beberapa waktu, sumur ditutup dan kemudian volume fluida di dalam tangki diukur, begitu juga temperaturnya. Gambar Pengukuran Volume (Cliff, 1979) Gambar Pengukuran Temperatur (Cliff, 1979)

19 Pengukuran massa alir dan entalpi alir dapat dihitung dengan persamaan berikut (Saptadji, 1996). a. Menghitung massa alir pada kondisi T1 dan T2. T1 merupakan kondisi mula, sedangkan T2 merupakan kondisi campuran total dan fluida uji dan fluida dasar di kalorimeter. Untuk mencari harga spesifik volume (ϑ) pada kondisi T dapat menggunakan steam table. M n V n n b. Laju Aliran massa (W) M1 M W Δt 2 c. Menghitung entalpi dari fluida h 2M h M 2 2 h1m M 1 1 b) Metode Lip Pressure Secara umum prosedur pengujian metode lip pressure adalah tekanan pipa lip dicatat setiap satu periode tertentu sepanjang penyemburan tegak berlangsung sampai tekanan mencapai konstan (kondisi stabil). Metode Lip Pressure terbagi menjadi dua, yaitu: Uji datar (Horizontal Discharge) Metode ini fluida dari sumur disemburkan mendatar ke silencer (atmospheric separator). Tekanan diukur pada pipa paling ujung. Laju aliran alir dari separator diukur menggunakan weirbox. Metode ini dapat mengukur entalpi dan total aliran massa menggunakan persamaan Russel James (Mubarak, 2015)

20 Gambar Horizontal Discharge (Mubarak, 2015) Gxh P G m 3600xA M x h x A x P 0.96 Keterangan : - P : lip Pressure (bara) - H : Flowing enthalpy (kj/kg) - G : Total laju aliran massa unit area (ton / cm 2.sec) - A : Luas area lip (cm 2 ) - M : Total laju aliran massa (ton/jam) Brine flow rate dari Atmospheric Flash Tank (AFT) dikorelasikan dengan total mass flow rate menggunakan Flash Correction Factor (FCF) (Mubarak, 2015), yaitu M = Mw(atm) x FCF FCF = 1 1 x

21 M = W atm h gatm h fgatm H Kemudian subtitusikan persamaan diatas ke dalam persamaan Russel James, sebagai berikut M w(atm) xh 3600 x A x P fgatm 0.96 xh x (h gatm H) Untuk tekanan atmospheric pada 1 bar absolut (hg atm = 2675 kj/kg dan hfg atm = 2258 kj/kg) didapatkan M w(atm) A x P x 3600x (2675 H) x H Dengan menggunakan persamaan sebelumnya, mw (atm) / (A x P 0.96 ) dapat dihitung untuk kisaran H. Jika H diplot vs log [mw (atm) / (A x P 0.96 )], maka sebuah hubungan linier hampir diperoleh: M Y AxP w(atm) 0.96 Apabila diasumsikan bahwa tekanan atmospheric adalah 1 bara, maka persamaan menjadi : Y H Y Setelah entalpi alir diperoleh, laju alir massa total dapat dihitung dengan menggunakan Faktor Koreksi Flash (FCF) dengan persamaan di atas menjadi : 2258x M M 2675 H w(atm) Untuk menghitung aliran air yang keluar melalui weirbox dapat menggunakan persamaan (Mubarak, 2015) :

22 Di mana h adalah ketinggian air melalui v-notch (m), p adalah tinggi kotak weir box tidak termasuk v-notch (m), B adalah lebar dari weirbox (m), mw (atm) aliran air pada kondisi atmosfir (t/h) and ρf adalah densitas air (kg/m 3 ). Uji tegak (Vertical Discharge) Uji tegak berguna untuk memperoleh perkiraan awal mengenai potensi sumur dan menentukan peralatan yang dibutuhkan dalam menguji kemampuan sumur pada waktu yang lebih lama. Gambar Vertical Discharge (Mubarak, 2015) Dengan persamaan uji tegak (Russel James, 1970), Total aliran massa (mass flow) dapat didapatkan sebagai berikut : GxH P W G A 184xAxP W H 0.96

23 Keterangan : - P : lip Pressure (bara) - H : Flowing enthalpy (kj/kg) - G : Total laju aliran massa unit area (ton / cm 2.sec) - A : Luas area lip (cm 2 ) - W : laju aliran massa (kg/s) Maka dari persamaan diatas bisa didapatkan besar laju alir (Q) dengan persamaan : Q WH x A x P 1000x H, MW Thermal Kelemahan metode ini adalah bahwa nilai entalpi sumur tidak dihitung, namun diasumsikan dari temperatur reservoar yang diperoleh dari pengukuran downhole (P dan T). Dalam penerapannya, metode ini hanya digunakan untuk membersihkan sumur dan menghitung potensi sumur. Kelemahan penting lain yang perlu dipertimbangkan (terutama untuk sumur dengan entalpi rendah) adalah pembuangan air (brine) di seluruh sumur dan daerah sekitarnya. c) Metode Separator Metode ini mengukur aliran dua fasa dari sumur panas bumi dengan penggunaan cyclone separator. Separator akan memisahkan fasa uap dan fasa cair pada tekanan separator. Ukuran separator tegantung dari perkiraan besarnya laju aliran massa. Pengukuran laju uap yang keluar dari outlet separator dilakukan dengan menggunakan orifice. Prinsip pengukuran kecepatan dengan menggunakan gangguan digunakan, sehingga parameter selanjutnya dapat diperoleh berupa tekanan upstream (PU), tekanan downstream (PD) dan tekanan diferensial (ΔP). Dengan menggunakan prinsip hukum Bernoulli, rate dari uap dapat dihitung menggunakan persamaan (Mubarak, 2015)

24 M x C x Z x ε x Ε x d x ΔP x ρ Keterangan : M adalah aliran uap (t/h) C adalah koefisien dasar, dihitung melalui grafik konstanta radius tapping orifice (gambar 4.16) Z adalah faktor koreksi, ε adalah faktor ekspansi, E adalah faktor kecepatan, d adalah diameter dalam orifice (mm), ΔP adalah tekanan delta hulu dan hilir Orifice (kg / cm3) ρ adalah densitas uap (kg/m 3 ) Gambar 4.16 Konstanta Radius Tapping Orifice

25 Gambar Separator Method 4.2. Penentuan Tekanan Kepala Sumur Pengoperasian tekanan kepala sumur di suatu lapangan panas bumi sebaiknya mempertimbangkan beberapa hal, yaitu masalah ketahanan formasi batuan reservoar terhadap tekanan yang diberikan, penanggulangan terhadap terbentuknya scale, kualitas uap yang dihasilkan serta pada akhirnya akan diperhitungkan tentang besarnya daya listrik (electric power) yang dihasilkan oleh sumur tersebut. Penentuan tekanan kepala sumur (WHP) yang optimum yang akan di operasikan pada suatu sumur digunakan data uji sumur. Setelah dilakukan perhitungan berdasarkan pengujian sumur dengan metode di atas maka diperoleh sebuah output curve untuk masing-masing sumur. Melalui output curve tersebut akan ditentukan titik optimum (WHP) di mana lapangan tersebut akan dioperasikan sehingga dapat dicapai target tenaga listrik yang diinginkan Output Curve WHP vs MWth Dari uji produksi ini didapatkan data mengenai laju alir massa fluida baik fasa uap maupun fasa air, entalpi, tekanan kepala sumur, dan temperatur fluida produksi. Kemudian dibuat output curve dengan memplot WHP vs hasil kali Mtotal dengan entalpi (MWth) sehingga akan didapatkan laju alir optimum Output Curve WHP vs MWe

26 Tekanan kepala sumur yang menghasilkan laju alir fluida optimal belum tentu sama dengan tekanan kepala sumur yang menghasilkan tenaga listrik optimum. Oleh karena itu, MWth harus dikonversikan ke MWe terlebih dahulu agar didapat TKS yang dapat memproduksikan fluida secara optimum sehingga didapat tenaga listrik yang optimum pula. V. KESIMPULAN SEMENTARA 1. Uji komplesi terdiri dari water loss test dan gross permeability test. Dari water loss test dapat diperoleh zona loss atau zona feed, sedangkan dari gross permeability test dapat ditentukam specific capacity dari sumur. 2. Analisa yang digunakan saat uji gross permeability adalah pressure fall off test yang berguna untuk menentukan transmisivitas. 3. Dari uji pemanasan dapat dilihat temperatur dan permeabilitas batuannya. Data ini juga dapat digunakan untuk menentukan jenis uji produksinya. 4. Dari uji produksi dapat diperoleh output curve yang berguna untuk menentukan TKS optimumnya. 5. Laju alir massa fluida dan entalpi fluida dapat digunakan untuk menghitung potensi suatu sumur. VI. RENCANA DAFTAR PUSTAKA 1. Buscato, Norman Quantifying Feed Zone Contributions from Pressure Temperature-Spinner Data And Pressure Transient Analysis Using Welltester. Geothermal Training Program : Iceland 2. Cliff, W.C., Apley W.J. & Creer J.M., Evaluation of Geothermal Well- Head Flow Sampling and Calorimeter Methods, Pacific North West Laboratory : DiPippo, Ronald., Geothermal Power Plants: Principles, Applications, Case Studies and Environmental Impact. University of Massachusetts Dartmouth 4. Grant, Malcolm A. & Bixley, Paul F, Geothermal Reservoar Engineering Second Edition. Elsevier : USA

27 5. Saptadji, Nenny Miryani Introduction to Geothermal Well & Downhole Measurement for Geothermal Well. Program Studi S2 Teknik Panas Bumi ITB. 6. Saptadji, Nenny Miryani Teknik Panas bumi, Department Teknik Perminyakan, ITB : Bandung. 7. Mubarok, Husni et al. (2015). A Statistical Analysis for Comparison Between Lip Pressure and Separator in Production Well Testing at Lahendong and Ulubelu Field. Proceedings World Geothermal Congress Australia. 8. Wibowo, Aris et al. (2015). Production Test Analysis of XYZ-Well at Dieng Geothermal Field Using Horizontal Discharge Lip Pressure Method with Russel James Equation and Hiriart Equation. Proceedings World Geothermal Congress Australia. 9. Kajugus, Shakira Geothermal Reservoar Evaluation Using Well Testing and Analytical Modelling Case Example: Reykjanes Geothermal System, SW Iceland. University of Iceland

28 VII. RENCANA DAFTAR ISI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... RINGKASAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN... BAB II KARAKTERISTIK RESERVOAR Syarat Terbentuknya Reservoar Panas bumi Sumber Panas... \ Batuan Reservoar Cap Rock Sistem Recharge dan Discharge Karakteristik Reservoar Panas bumi Jenis Batuan Reservoar Batuan Beku Batuan Sedimen Batuan Metamorf Sifat-sifat Fisik Batuan Reservoar Panas bumi Porositas Densitas Permeabilitas Kompresibilitas Saturasi Sifat-sifat Termodinamika Batuan Panas Spesifik Batuan Konduktivitas Batuan Sifat-sifat Fisik Fluida Reservoar Densitas Viskositas Volume spesifik Tegangan Permukaan...

29 Sifat-sifat Termodinamika Fluida Reservoar Kapasitas Panas Konduktivitas Panas Fluida Energi Dalam, Entalpi dan Entropi Kondisi Reservoar Tekanan Reservoar Temperature Reservoar Jenis-jenis Reservoar Berdasarkan Sumber Panas Sistem Hidrotermal Jenis Hidrotermal Berdasar Keberadaannya Cyclic Sistem Storage Sistem Sistem Geopressure Sistem Hot Dry Rock Sistem Magmatik Berdasarkan Temperatur Semi Thermal Field Hyperthermal Field Wet Hyperthermal Field Dry Hyperthermal Field Berdasarkan Fasa Fluida Reservoar Satu Fasa Warm Water Hot Water Superheated Steam Reservoar Dua Fasa Liquid Dominated Steam Vapor Dominated Steam Berdasarkan Entalpi Entalpi rendah Entalpi menengah Entalpi tinggi Berdasarkan Fluida Chloride Water Sulphate Water Carbonate Water... BAB III UJI SUMUR 3.1. Completion Test Water Loss Test Penentuan Lokasi Pusat-pusat Rekah Penentuan Produktivitas Pusat-pusat Rekah Gross Permeability Test Spinner Test Uji Panas...

30 3.3. Uji Produksi Metode Pengukuran Satu Fasa Sumur-sumur Entalpi Rendah Sumur-sumur Entalpi Tinggi Metode Pengukuran Dua Fasa Metode Kalorimeter Metode Lip Pressure Metode Separator... BAB IV. PENENTUAN TEKANAN KEPALA SUMUR 4.1. Aliran Fluida Pada Pipa Vertikal Persamaan Dasar Aliran Fluida Pada Pipa Vertikal Regime Aliran Pada Pipa Vertikal Vertikal Lift Performance (VLP) Aliran Vertikal Satu Fasa Metode Fritzache Metode Mukherjee dan Brill Aliran Vertikal Dua Fasa Pola Aliran Menurut Begs-Brill Prosedur Kehilangan Tekanan Kehilangan Tekanan Pada Pipa Vertikal Kehilangan Tekanan Pada Pola Aliran Bubble Kehilangan Tekanan Pada Pola Aliran Slug Kehilangan Tekanan Pada Pola Aliran Churn Kehilangan Tekanan Pada Pola Aliran Annular Aliran Melalui Wellhead Pola Aliran Dalam Pipa Panas Bumi Penentuan Tekanan Kepala Sumur Output Curve Menentukan Pola Aliran di Kepala Sumur Scale Scale Silika (SiO2) Kondisi Temperatur Kondisi Tekanan Kondisi ph...

31 Kondisi Salinitas Scale Kalsium Karbonat (CaCO3) Kondisi Temperatur Kondisi Perubahan Tekanan Kondisi Pengaruh Garam Terlarut Menentukan MWe Di Kepala Sumur Perhitungan Tenaga Listrik Kapasitas Daya Panas Sumur Tenaga Listrik Yang Dihasilkan... BAB V. PEMBAHASAN... BAB VI. KESIMPULAN...

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: EVALUASI KURVA PRODUKSI MENGGUNAKAN POLYNOMIAL CURVE DAN OUTPUT CURVE WELLSIM PADA SUMUR DUA FASA LAPANGAN PANASBUMI X Welldon Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi Universitas

Lebih terperinci

PENENTUAN LAJU PRODUKSI OPTIMUM BERDASARKAN ANALISA DATA UJI PRODUKSI PADA SUMUR PRODUKSI ULUBELU-11 PT.PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY SKRIPSI

PENENTUAN LAJU PRODUKSI OPTIMUM BERDASARKAN ANALISA DATA UJI PRODUKSI PADA SUMUR PRODUKSI ULUBELU-11 PT.PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY SKRIPSI PENENTUAN LAJU PRODUKSI OPTIMUM BERDASARKAN ANALISA DATA UJI PRODUKSI PADA SUMUR PRODUKSI ULUBELU-11 PT.PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY SKRIPSI Disusun Oleh : GINANJAR EKA SAPUTRA 113.070.095/TM PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Karakterisasi Feed Zone dan Potensi Produksi Sumur Panas Bumi ML-XX Muara Laboh, Solok Selatan

Karakterisasi Feed Zone dan Potensi Produksi Sumur Panas Bumi ML-XX Muara Laboh, Solok Selatan Karakterisasi Feed Zone dan Potensi Produksi Sumur Panas Bumi ML-XX Muara Laboh, Solok Selatan Devi Marisa D.P *1, Ardian Putra 1, Robi Irsamukhti 2, Rudy Martikno 2, Jantiur Situmorang 2, Alfianto Perdana

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: ANALISIS HASIL PTS SURVEY PADA SAAT KOMPLESI UNTUK MENENTUKAN ZONA PRODUKSI SUMUR X LAPANGAN WAYANG WINDU Fahmi Ramdhan, Bambang Kustono, Sri Feny Abstrak Salah satu cara untuk mendapatkan informasi awal

Lebih terperinci

ANALISIS DATA PTS (PRESSURE, TEMPERATURE, SPINNER) SETELAH DILAKUKAN KEGIATAN ACIDIZING PADA SUMUR ABL-1

ANALISIS DATA PTS (PRESSURE, TEMPERATURE, SPINNER) SETELAH DILAKUKAN KEGIATAN ACIDIZING PADA SUMUR ABL-1 Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460-8696 Buku 1 ISSN (E) : 2540-7589 ANALISIS DATA PTS (PRESSURE, TEMPERATURE, SPINNER) SETELAH DILAKUKAN KEGIATAN ACIDIZING PADA SUMUR ABL-1 Ababil

Lebih terperinci

Perkiraan Luas Reservoir Panas Bumi dan Potensi Listrik Pada Tahap Eksplorasi (Studi Kasus Lapangan X)

Perkiraan Luas Reservoir Panas Bumi dan Potensi Listrik Pada Tahap Eksplorasi (Studi Kasus Lapangan X) Jurnal of Eart, Energy, Engineering ISSN: 2301 8097 Jurusan Teknik perminyakan - UIR Perkiraan Luas Reservoir Panas Bumi dan Potensi Listrik Pada Tahap Eksplorasi (Studi Kasus Lapangan X) Estimation Geothermal

Lebih terperinci

ENTHALPY DETERMINATION AND TWO PHASE WELLS DISCHARGE EVALUATION USING P&T DOWN HOLE MEASUREMENT AT ULUBELU FIELD

ENTHALPY DETERMINATION AND TWO PHASE WELLS DISCHARGE EVALUATION USING P&T DOWN HOLE MEASUREMENT AT ULUBELU FIELD PROCEEDINGS, 13 th Indonesia International GEOTHERMAL Convention & Exhibition 2013 Assembly Hall - Jakarta Convention Center Indonesia, June 12 14, 2013 ENTHALPY DETERMINATION AND TWO PHASE WELLS DISCHARGE

Lebih terperinci

TEKANAN FLASHING OPTIMAL PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI SISTEM DOUBLE-FLASH

TEKANAN FLASHING OPTIMAL PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI SISTEM DOUBLE-FLASH DOI: doi.org/10.21009/03.snf2017.02.ere.01 TEKANAN FLASHING OPTIMAL PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI SISTEM DOUBLE-FLASH Rafif Tri Adi Baihaqi a), Hensen P. K. Sinulingga b), Muhamad Ridwan Hamdani

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: KARAKTERISASI FEEDZONE BERDASARKAN DATA PENGUKURAN PTS INJEKSI DAN PRODUKSI PADA SUMUR PANASBUMI AL 173 Arverinda Lintang Respati, Sisworini H, Bambang Koestono Jurusan Teknik Perminyakan, Universitas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... RINGKASAN...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... RINGKASAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.... HALAMAN PENGESAHAN.... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH.... HALAMAN PERSEMBAHAN.... KATA PENGANTAR.... RINGKASAN.... DAFTAR ISI.... viii DAFTAR GAMBAR.... DAFTAR TABEL....

Lebih terperinci

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v RINGKASAN... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... ix

Lebih terperinci

HASIL PEMODELAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PEMODELAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PEMODELAN DAN PEMBAHASAN 4.1 KONDISI AWAL RESERVOIR Kondisi awal tekanan reservoir diasumsikan dapat didekati dengan tekanan litostatik sedangkan temperatur diperoleh melalui gradien temperatur

Lebih terperinci

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... RINGKASAN... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... BAB I. PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

ANALISA SURVEI PTS FLOWING UNTUK MENENTUKAN PRODUKTIVITAS SUMUR PANAS BUMI MENGGUNAKAN WELLBORE SIMULATOR

ANALISA SURVEI PTS FLOWING UNTUK MENENTUKAN PRODUKTIVITAS SUMUR PANAS BUMI MENGGUNAKAN WELLBORE SIMULATOR Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 217 ISSN (P) : 246-8696 Buku 1 ISSN (E) : 254-7589 ANALISA SURVEI PTS FLOWING UNTUK MENENTUKAN PRODUKTIVITAS SUMUR PANAS BUMI MENGGUNAKAN WELLBORE SIMULATOR Ilham

Lebih terperinci

MODEL PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI SISTEM HYBRID FLASH-BINARY DENGAN MEMANFAATKAN PANAS TERBUANG DARI BRINE HASIL FLASHING

MODEL PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI SISTEM HYBRID FLASH-BINARY DENGAN MEMANFAATKAN PANAS TERBUANG DARI BRINE HASIL FLASHING MODEL PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI SISTEM HYBRID FLASH-BINARY DENGAN MEMANFAATKAN PANAS TERBUANG DARI BRINE HASIL FLASHING Muhamad Ridwan Hamdani a), Cukup Mulyana b), Renie Adinda Pitalokha c),

Lebih terperinci

Tinjauan Pustaka. Enhanced oil recovery adalah perolehan minyak dengan cara menginjeksikan bahanbahan yang berasal dari luar reservoir (Lake, 1989).

Tinjauan Pustaka. Enhanced oil recovery adalah perolehan minyak dengan cara menginjeksikan bahanbahan yang berasal dari luar reservoir (Lake, 1989). Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Enhanced Oil Recovery (EOR) Enhanced oil recovery (EOR) adalah metode yang digunakan untuk memperoleh lebih banyak minyak setelah menurunnya proses produksi primer (secara

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Single Flash System

BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Single Flash System 32 BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Single Flash System PLTP Gunung Salak merupakan PLTP yang berjenis single flash steam system. Oleh karena itu, seperti yang

Lebih terperinci

Sistem Sumur Dual Gas Lift

Sistem Sumur Dual Gas Lift Bab 2 Sistem Sumur Dual Gas Lift 2.1 Metode Pengangkatan Buatan (Artificial Lift Penurunan tekanan reservoir akan menyebabkan penurunan produktivitas sumur minyak, serta menurunkan laju produksi sumur.

Lebih terperinci

Potensi Panas Bumi Berdasarkan Metoda Geokimia Dan Geofisika Daerah Danau Ranau, Lampung Sumatera Selatan BAB I PENDAHULUAN

Potensi Panas Bumi Berdasarkan Metoda Geokimia Dan Geofisika Daerah Danau Ranau, Lampung Sumatera Selatan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya energi yang melimpah dan beraneka ragam, diantaranya minyak bumi, gas bumi, batubara, gas alam, geotermal, dll.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya BAB II DASAR TEORI 2.1 Hot and Cool Water Dispenser Hot and cool water dispenser merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondisikan temperatur air minum baik dingin maupun panas. Sumber airnya berasal

Lebih terperinci

BAB IV VALIDASI MODEL SIMULASI DENGAN MENGGUNAKAN DATA LAPANGAN

BAB IV VALIDASI MODEL SIMULASI DENGAN MENGGUNAKAN DATA LAPANGAN BAB IV VALIDASI MODEL SIMULASI DENGAN MENGGUNAKAN DATA LAPANGAN Untuk memperoleh keyakinan terhadap model yang akan digunakan dalam simulasi untuk menggunakan metode metode analisa uji sumur injeksi seperti

Lebih terperinci

BAB III ANALISA TRANSIEN TEKANAN UJI SUMUR INJEKSI

BAB III ANALISA TRANSIEN TEKANAN UJI SUMUR INJEKSI BAB III ANALISA TRANSIEN TEKANAN UJI SUMUR INJEKSI Pada bab ini dibahas tentang beberapa metode metode analisis uji sumur injeksi, diantaranya adalah Hazebroek-Rainbow-Matthews 2 yang menggunakan prosedur

Lebih terperinci

BAB III APLIKASI TERMODINAMIKA PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI

BAB III APLIKASI TERMODINAMIKA PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI BAB III APLIKASI TERMODINAMIKA PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) pada prinsipnya sama seperti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), hanya pada PLTU uap

Lebih terperinci

Analisis Scaling Silika pada Pipa Injeksi Brine di Lapangan Panas Bumi Dieng dengan Studi Kasus di PT. Geo Dipa Energi

Analisis Scaling Silika pada Pipa Injeksi Brine di Lapangan Panas Bumi Dieng dengan Studi Kasus di PT. Geo Dipa Energi Analisis Scaling Silika pada Pipa Injeksi Brine di Lapangan Panas Bumi Dieng dengan Studi Kasus di PT. Geo Dipa Energi Rendra Wahyudityo 1, Andang Widi Harto 2, Kutut Suryopratomo 3 1,2,3 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

KAJIAN SILICA SCALING PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (GEOTHERMAL)

KAJIAN SILICA SCALING PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (GEOTHERMAL) Proseding Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya Sabtu, 19 November 2016 Bale Sawala Kampus Universitas Padjadjaran, Jatinangor KAJIAN SILICA SCALING PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (GEOTHERMAL)

Lebih terperinci

learning, sharing, meaningful

learning, sharing, meaningful learning, sharing, meaningful Home System & Technology of Geothermal Development of Geothermal Events Contents Irsamukhti Monday, October 15, 2012 Fasilitas Lapangan Uap Pada Pembangkit Listrik Tenaga

Lebih terperinci

EVALUASI POTENSI SILICA SCALING PADA PIPA PRODUKSI LAPANGAN PANASBUMI LAHENDONG SULAWESI UTARA

EVALUASI POTENSI SILICA SCALING PADA PIPA PRODUKSI LAPANGAN PANASBUMI LAHENDONG SULAWESI UTARA ASOSIASI PANASBUM I INDONESIA PROCEEDING OF THE 5 th INAGA ANNUAL SCIENTIFIC CONFERENCE & EXHIBITIONS Yogyakarta, March 7 10, 2001 EVALUASI POTENSI SILICA SCALING PADA PIPA PRODUKSI LAPANGAN PANASBUMI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin pendingin atau kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN 1 BAB II. TINJAUAN UMUM LAPANGAN

I.PENDAHULUAN 1 BAB II. TINJAUAN UMUM LAPANGAN HALAMAN JUDUL ------------------------------------------------------------------- i HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ------------------------- ii HALAMAN PENGESAHAN -------------------------------------------------------

Lebih terperinci

Evaluasi Konektivitas Sumur Reinjeksi Terhadap Sumur Produksi Dan Pengaruhnya Berdasarkan Analisa Tritium Pada Lapangan Panasbumi X

Evaluasi Konektivitas Sumur Reinjeksi Terhadap Sumur Produksi Dan Pengaruhnya Berdasarkan Analisa Tritium Pada Lapangan Panasbumi X Evaluasi Konektivitas Sumur Reinjeksi Terhadap Sumur Produksi Dan Pengaruhnya Berdasarkan Analisa Tritium Pada Lapangan Panasbumi X Abstrak Lapangan Panasbumi X merupakan lapangan panasbumi tertua di Indonesia.

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI SILICA SCALING PADA PIPA PRODUKSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (GEOTHERMAL)

KAJIAN POTENSI SILICA SCALING PADA PIPA PRODUKSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (GEOTHERMAL) Jurnal Material dan Energi Indonesia Vol. 07, No. 01 (2017) 38 43 epartemen Fisika FMIPA Universitas Padjadjaran KAJIAN POTENSI SILIA SALING PAA PIPA PROUKSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (GEOTHERMAL)

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. disimpulkan beberapa hal sebagai berikut, yaitu: dibandingkan lapisan lainnya, sebesar MSTB.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. disimpulkan beberapa hal sebagai berikut, yaitu: dibandingkan lapisan lainnya, sebesar MSTB. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan analisa dan perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut, yaitu: 1. Hasil analisa decline curve dari semua

Lebih terperinci

BAB V ANALISA SENSITIVITAS MODEL SIMULASI

BAB V ANALISA SENSITIVITAS MODEL SIMULASI BAB V ANALISA SENSITIVITAS MODEL SIMULASI Simulasi menggunakan model sistem reservoir seperti yang dijelaskan dan divalidasi dengan data lapangan pada Bab IV terdahulu, selanjutnya akan dilakukan analisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan pokok yang cukup penting bagi manusia dalam kehidupan. Saat ini, hampir setiap kegiatan manusia membutuhkan energi

Lebih terperinci

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving PERPINDAHAN PANAS Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving force/resistensi Proses bisa steady

Lebih terperinci

METODE BEDA HINGGA DALAM PENENTUAN DISTRIBUSI TEKANAN, ENTALPI DAN TEMPERATUR RESERVOIR PANAS BUMI FASA TUNGGAL

METODE BEDA HINGGA DALAM PENENTUAN DISTRIBUSI TEKANAN, ENTALPI DAN TEMPERATUR RESERVOIR PANAS BUMI FASA TUNGGAL METODE BEDA HINGGA DALAM PENENTUAN DISTRIBUSI TEKANAN, ENTALPI DAN TEMPERATUR RESERVOIR PANAS BUMI FASA TUNGGAL TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi persyaratan dalam menyelesaikan tahap sarjana pada

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH KECEPATAN ALIRAN FLUIDA TERHADAP EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER JENIS SHELL AND TUBE

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH KECEPATAN ALIRAN FLUIDA TERHADAP EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER JENIS SHELL AND TUBE TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH KECEPATAN ALIRAN FLUIDA TERHADAP EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER JENIS SHELL AND TUBE Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Kurikulum Sarjana Strata Satu (S-1)

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER

PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER TUGAS SARJANA MESIN FLUIDA PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER OLEH NAMA : ERWIN JUNAISIR NIM : 020401047 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang memiliki sumber panas bumi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang memiliki sumber panas bumi yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang memiliki sumber panas bumi yang sangat besar. Hampir 27.000 MWe potensi panas bumi tersimpan di perut bumi Indonesia. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERCOBAAN KUALITAS ETHYLENE DAN AIR PADA ALAT PERPINDAHAN PANAS DENGAN SIMULASI ALIRAN FLUIDA

TUGAS AKHIR PERCOBAAN KUALITAS ETHYLENE DAN AIR PADA ALAT PERPINDAHAN PANAS DENGAN SIMULASI ALIRAN FLUIDA PERCOBAAN KUALITAS ETHYLENE DAN AIR PADA ALAT PERPINDAHAN PANAS DENGAN SIMULASI ALIRAN FLUIDA Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama

Lebih terperinci

Analisa Injection Falloff Pada Sumur X dan Y di Lapangan CBM Sumatera Selatan dengan Menggunakan Software Ecrin

Analisa Injection Falloff Pada Sumur X dan Y di Lapangan CBM Sumatera Selatan dengan Menggunakan Software Ecrin Analisa Injection Falloff Pada Sumur X dan Y di Lapangan CBM Sumatera Selatan dengan Menggunakan Software Ecrin Yosua Sions Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknik Kebumian dan Energi Universitas Trisakti

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN

BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT 3.1.1 Design Tabung (Menentukan tebal tabung) Tekanan yang dialami dinding, ΔP = 1 atm (luar) + 0 atm (dalam) = 10135 Pa F PxA

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, S A L I N A N PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGELOLAAN AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN HULU MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI DENGAN

Lebih terperinci

KEASLIAN KARYA ILMIAH...

KEASLIAN KARYA ILMIAH... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... vi RINGKASAN... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR

Lebih terperinci

ANALISA SISTEM NODAL DALAM METODE ARTICIAL LIFT

ANALISA SISTEM NODAL DALAM METODE ARTICIAL LIFT ANALISA SISTEM NODAL DALAM METODE ARTICIAL LIFT Oleh: *)Ganjar Hermadi ABSTRAK Dalam industri migas khususnya bidang teknik produksi, analisa sistem nodal merupakan salah satu metode yang paling sering

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS Gambar 4.1 Lokasi PT. Indonesia Power PLTP Kamojang Sumber: Google Map Pada gambar 4.1 merupakan lokasi PT Indonesia Power Unit Pembangkitan dan Jasa Pembangkitan Kamojang terletak

Lebih terperinci

5/30/2014 PSIKROMETRI. Ahmad Zaki M. Teknologi Hasil Pertanian UB. Komposisi dan Sifat Termal Udara Lembab

5/30/2014 PSIKROMETRI. Ahmad Zaki M. Teknologi Hasil Pertanian UB. Komposisi dan Sifat Termal Udara Lembab PSIKROMETRI Ahmad Zaki M. Teknologi Hasil Pertanian UB Komposisi dan Sifat Termal Udara Lembab 1 1. Atmospheric air Udara yang ada di atmosfir merupakan campuran dari udara kering dan uap air. Psikrometri

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1

ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1 EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol No. 2 Mei 214; 65-71 ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1 Anggun Sukarno 1) Bono 2), Budhi Prasetyo 2) 1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara pemilik potensi energi panas bumi terbesar di dunia, mencapai 28.617 megawatt (MW) atau setara dengan 40% total potensi dunia yang tersebar

Lebih terperinci

Analisis Performance Sumur X Menggunakan Metode Standing Dari Data Pressure Build Up Testing

Analisis Performance Sumur X Menggunakan Metode Standing Dari Data Pressure Build Up Testing Abstract JEEE Vol. 5 No. 1 Novrianti, Yogi Erianto Analisis Performance Sumur X Menggunakan Metode Standing Dari Data Pressure Build Up Testing Novrianti 1, Yogi Erianto 1, Program Studi Teknik Perminyakan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PEMBANGKIT LISTRIK SIKLUS BINER DENGAN MEMPERHATIKAN FLUIDA KERJA YANG DIGUNAKAN

OPTIMALISASI PEMBANGKIT LISTRIK SIKLUS BINER DENGAN MEMPERHATIKAN FLUIDA KERJA YANG DIGUNAKAN Proseding Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya Sabtu, 19 November 2016 Bale Sawala Kampus Universitas Padjadjaran, Jatinangor OPTIMALISASI PEMBANGKIT LISTRIK SIKLUS BINER DENGAN MEMPERHATIKAN FLUIDA

Lebih terperinci

KAJIAN SUMUR PANAS BUMI UNTUK PLTP SKALA KECIL DI LAPANGAN PANAS BUMI RANTAU DEDAP, SUMATERA SELATAN

KAJIAN SUMUR PANAS BUMI UNTUK PLTP SKALA KECIL DI LAPANGAN PANAS BUMI RANTAU DEDAP, SUMATERA SELATAN Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan Vol. 15 No. Desember 016 : 81-9 P-ISSN 1978-365 E-ISSN 58-1917 KAJIAN SUMUR PANAS BUMI UNTUK PLTP SKALA KECIL DI LAPANGAN PANAS BUMI RANTAU DEDAP, SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

KAJIAN SUMUR PANAS BUMI UNTUK PLTP SKALA KECIL DI LAPANGAN PANAS BUMI RANTAU DEDAP, SUMATERA SELATAN oleh

KAJIAN SUMUR PANAS BUMI UNTUK PLTP SKALA KECIL DI LAPANGAN PANAS BUMI RANTAU DEDAP, SUMATERA SELATAN oleh KAJIAN SUMUR PANAS BUMI UNTUK PLTP SKALA KECIL DI LAPANGAN PANAS BUMI RANTAU DEDAP, SUMATERA SELATAN oleh Didi Sukaryadi 1), Lia Putriyana ), Nurita Putri Herdiani 3) 1,) Pusat Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

OPTIMASI PRODUKSI SUMUR-SUMUR CONTINUOUS GAS LIFT PADA LAPANGAN Y SKRIPSI. Oleh : AULIA RAHMAN PRABOWO / TM

OPTIMASI PRODUKSI SUMUR-SUMUR CONTINUOUS GAS LIFT PADA LAPANGAN Y SKRIPSI. Oleh : AULIA RAHMAN PRABOWO / TM OPTIMASI PRODUKSI SUMUR-SUMUR CONTINUOUS GAS LIFT PADA LAPANGAN Y SKRIPSI Oleh : AULIA RAHMAN PRABOWO 113.090.031 / TM PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI FLOW DAN TEMPERATUR TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN PADA LARUTAN AGAR-AGAR SKRIPSI

PENGARUH VARIASI FLOW DAN TEMPERATUR TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN PADA LARUTAN AGAR-AGAR SKRIPSI PENGARUH VARIASI FLOW DAN TEMPERATUR TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN PADA LARUTAN AGAR-AGAR SKRIPSI Oleh ILHAM AL FIKRI M 04 04 02 037 1 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda BAB II DASAR TEORI 2.1 Benih Kedelai Penyimpanan benih dimaksudkan untuk mendapatkan benih berkualitas. Kualitas benih yang dapat mempengaruhi kualitas bibit yang dihubungkan dengan aspek penyimpanan adalah

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut.

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut. BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Refrigerasi adalah suatu proses penarikan kalor dari suatu ruang/benda ke ruang/benda yang lain untuk menurunkan temperaturnya. Kalor adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

(Indra Wibawa D.S. Teknik Kimia. Universitas Lampung) POMPA

(Indra Wibawa D.S. Teknik Kimia. Universitas Lampung) POMPA POMPA Kriteria pemilihan pompa (Pelatihan Pegawai PUSRI) Pompa reciprocating o Proses yang memerlukan head tinggi o Kapasitas fluida yang rendah o Liquid yang kental (viscous liquid) dan slurrie (lumpur)

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR GRAFIK...xiii. DAFTAR TABEL... xv. NOMENCLATURE...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR GRAFIK...xiii. DAFTAR TABEL... xv. NOMENCLATURE... JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iv... vi DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR GRAFIK...xiii DAFTAR TABEL... xv NOMENCLATURE... xvi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan

Lebih terperinci

KAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN

KAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN KAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN Nama : Arief Wibowo NPM : 21411117 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Rr. Sri Poernomo Sari, ST., MT. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA Untuk mendapatkan koefisien gesek dari saluran pipa berpenampang persegi, nilai penurunan tekanan (pressure loss), kekasaran pipa dan beberapa variabel

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi Pasteurisasi ialah proses pemanasan bahan makanan, biasanya berbentuk cairan dengan temperatur dan waktu tertentu dan kemudian langsung didinginkan secepatnya. Proses

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR 2.1 Perancangan Sistem Penyediaan Air Panas Kualitas Air Panas Satuan Kalor

BAB II TEORI DASAR 2.1 Perancangan Sistem Penyediaan Air Panas Kualitas Air Panas Satuan Kalor 4 BAB II TEORI DASAR.1 Perancangan Sistem Penyediaan Air Panas.1.1 Kualitas Air Panas Air akan memiliki sifat anomali, yaitu volumenya akan mencapai minimum pada temperatur 4 C dan akan bertambah pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam tugas akhir ini akan dilakukan perancangan bejana tekan vertikal dan simulasi pembebanan eksentrik pada nozzle dengan studi kasus pada separator kluster 4 Fluid

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: EVALUASI PEREKAHAN HIDROLIK PADA SUMUR GAS BERTEKANAN TINGGI

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: EVALUASI PEREKAHAN HIDROLIK PADA SUMUR GAS BERTEKANAN TINGGI EVALUASI PEREKAHAN HIDROLIK PADA SUMUR GAS BERTEKANAN TINGGI Imam Kurniawan Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi Jurusan Teknik Perminyakan Universitas Trisakti Abstrak Penelitian ini mengevaluasi perekahan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii. HALAMAN PERSEMBAHAN... iv. KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii. HALAMAN PERSEMBAHAN... iv. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v RINGKASAN... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN... KATA PENGANTAR... RINGKASAN...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN... KATA PENGANTAR... RINGKASAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN... KATA PENGANTAR... RINGKASAN... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

Sistem Hidrothermal. Proses Hidrothermal

Sistem Hidrothermal. Proses Hidrothermal Sistem Hidrothermal Proses Hidrothermal Sistim panas bumi di Indonesia umumnya merupakan sistim hydrothermal yang mempunyai temperatur tinggi (>225oC), hanya beberapa diantaranya yang mempunyai temperatur

Lebih terperinci

EVALUASI KEBERHASILAN STIMULASI MATRIX ACIDIZING DENGAN MENGGUNAKAN FOAM DIVERTER PADA SUMUR KTA-1 DAN KTA-2 LAPANGAN X CNOOC SES Ltd.

EVALUASI KEBERHASILAN STIMULASI MATRIX ACIDIZING DENGAN MENGGUNAKAN FOAM DIVERTER PADA SUMUR KTA-1 DAN KTA-2 LAPANGAN X CNOOC SES Ltd. EVALUASI KEBERHASILAN STIMULASI MATRIX ACIDIZING DENGAN MENGGUNAKAN FOAM DIVERTER PADA SUMUR KTA-1 DAN KTA-2 LAPANGAN X CNOOC SES Ltd. SKRIPSI Oleh: DANNIS YUDANTORO 113070152 PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Di dunia industri terutama dibidang petrokimia dan perminyakan banyak proses perubahan satu fluida ke fluida yang lain yang lain baik secara kimia maupun non kimia.

Lebih terperinci

BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR

BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR 27 BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR 4.1 Pemilihan Sistem Pemanasan Air Terdapat beberapa alternatif sistem pemanasan air yang dapat dilakukan, seperti yang telah dijelaskan dalam subbab 2.2.1 mengenai

Lebih terperinci

ISSN JEEE Vol. 6 No. 1 Richa Melysa, Fitrianti

ISSN JEEE Vol. 6 No. 1 Richa Melysa, Fitrianti JEEE Vol. 6 No. 1 Richa Melysa, Fitrianti Analisis Potensi Daya Listrik Pada Sumur Produksi Panas Bumi Dengan Mengunakan Metode Back Pressure Pada Unit XY Richa Melysa 1, Fitrianti 1 1 Program Studi Teknik

Lebih terperinci

Jln. Cileduk Raya Kav.109 Cipulir, Kebayoran Lama, Ciledug, Jakarta Selatan ) Institut Teknologi Bandung

Jln. Cileduk Raya Kav.109 Cipulir, Kebayoran Lama, Ciledug, Jakarta Selatan ) Institut Teknologi Bandung KAJIAN SUMUR PANAS BUMI UNTUK PLTP SKALA KECIL DI LAPANGAN PANAS BUMI RANTAU DEDAP, SUMATERA SELATAN oleh Didi Sukaryadi 1), Lia Putriyana ), Nurita Putri Herdiani 3) 1,) Pusat Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem refrigerasi kompresi uap Sistem refrigerasi yang umum dan mudah dijumpai pada aplikasi sehari-hari, baik untuk keperluan rumah tangga, komersial dan industri adalah sistem

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN

BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT 3.1.1. DESIGN REAKTOR Karena tekanan yang bekerja tekanan vakum pada tabung yang cendrung menggencet, maka arah tegangan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak Tahun 1961, Indonesia merupakan salah satu negara yang tergabung dalam OPEC (Organization Petroleum Exporting Countries), dimana anggotanya merupakan negara-negara

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 56 BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1 Analisa Varian Prinsip Solusi Pada Varian Pertama dari cover diikatkan dengan tabung pirolisis menggunakan 3 buah toggle clamp, sehingga mudah dan sederhana dalam

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN 4. Asumsi yang digunakan untuk menyederhanakan permasalahan pada penelitian ini adalah:

BAB 1. PENDAHULUAN 4. Asumsi yang digunakan untuk menyederhanakan permasalahan pada penelitian ini adalah: Bab 1 Pendahuluan Pada saat produksi awal suatu sumur minyak, fluida dapat mengalir secara natural dari dasar sumur ke wellhead atau kepala sumur. Seiring dengan meningkatnya produksi dan waktu operasi,

Lebih terperinci

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 Faris Razanah Zharfan 1106005225 / Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 19.6 Air at 27 o C (80.6 o F) and 60 percent relative humidity is circulated past 1.5 cm-od tubes through which water

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1]

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1] BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dewasa ini kelangkaan sumber energi fosil telah menjadi isu utama. Kebutuhan energi tersebut setiap hari terus meningkat. Maka dari itu, energi yang tersedia di bumi

Lebih terperinci

OPTIMALISASI MODEL PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI TERINTEGRASI DENGAN MEMANFAATKAN BRINE HASIL FLASHING

OPTIMALISASI MODEL PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI TERINTEGRASI DENGAN MEMANFAATKAN BRINE HASIL FLASHING Proseding Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya Sabtu, 19 November 2016 Bale Sawala Kampus Universitas Padjadjaran, Jatinangor OPTIMALISASI MODEL PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI TERINTEGRASI DENGAN

Lebih terperinci

Rizal Fakhri, , Sem1 2007/2008 1

Rizal Fakhri, , Sem1 2007/2008 1 SUATU ANALISA KINERJA GAS LIFT PADA SUMUR MIRING DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR Gas lift Performance Analysis In Inclined Well Using Simulator Oleh: Rizal Fakhri* Sari Adanya kemiringan pada suatu sumur

Lebih terperinci

Prediksi Terjadinya Scaling Berdasarkan Analisa Output Curve Pada Sumur Panas Bumi

Prediksi Terjadinya Scaling Berdasarkan Analisa Output Curve Pada Sumur Panas Bumi 8 ISSN 0854-2554 Prediksi Terjadinya Scaling Berdasarkan Analisa Output Curve Pada Sumur Panas Bumi Dewi Asmorowati Jurusan Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi Mineral, UPN Veteran Yogyakarta, Jl. SWK

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN ANALISA BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 Hasil dan Analisa pengujian Pengujian yang dilakukan menghasilkan data data berupa waktu, temperatur ruang cool box, temperatur sisi dingin peltier, dan temperatur sisi panas

Lebih terperinci

Pengujian Uap/Monitoring Sumur Panas Bumi MT-2, MT-3, dan MT-4 Mataloko Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur Tahun 2005

Pengujian Uap/Monitoring Sumur Panas Bumi MT-2, MT-3, dan MT-4 Mataloko Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur Tahun 2005 Pengujian Uap/Monitoring Sumur Panas Bumi MT-, MT-3, dan MT- Mataloko Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur Tahun Oleh: Bangbang Sulaeman, Syuhada Arsadipura, dan Dahlan Sub Direktorat Panas Bumi SARI Monitoring

Lebih terperinci

KONVERSI ENERGI PANAS BUMI HASBULLAH, MT

KONVERSI ENERGI PANAS BUMI HASBULLAH, MT KONVERSI ENERGI PANAS BUMI HASBULLAH, MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI, 2009 POTENSI ENERGI PANAS BUMI Indonesia dilewati 20% panjang dari sabuk api "ring of fire 50.000 MW potensi panas bumi dunia, 27.000 MW

Lebih terperinci

PERPINDAHAN PANAS PIPA KALOR SUDUT KEMIRINGAN

PERPINDAHAN PANAS PIPA KALOR SUDUT KEMIRINGAN PERPINDAHAN PANAS PIPA KALOR SUDUT KEMIRINGAN 0 o, 30 o, 45 o, 60 o, 90 o I Wayan Sugita Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta e-mail : wayan_su@yahoo.com ABSTRAK Pipa kalor

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v RINGKASAN... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DATA

BAB III ANALISA DATA BAB III ANALISA DATA 3.1 Permasalahan 3.1.1 Penurunan Produksi Untuk memenuhi kebutuhan operasi PLTGU Blok 1 dan diperoleh suplai demin water (air demineralisasi) dari water treatment plant (WTP) PLTGU.

Lebih terperinci

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Simposium Nasional IATMI 2009 Bandung, 2-5 Desember Makalah Profesional IATMI

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Simposium Nasional IATMI 2009 Bandung, 2-5 Desember Makalah Profesional IATMI Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Simposium Nasional IATMI 29 Bandung, 2- Desember 29 Makalah Profesional IATMI 9-16 ANALISIS DATA WATER OIL RATIO UNTUK MEMPREDIKSI NILAI PERMEABILITAS VERTIKAL

Lebih terperinci

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 7 WETTED WALL COLUMN

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 7 WETTED WALL COLUMN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 7 WETTED WALL COLUMN LABORATORIUM RISET DAN OPERASI TEKNIK KIMIA PROGRAM STUDI TEKNIK KIMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UPN VETERAN JAWA TIMUR SURABAYA I. TUJUAN

Lebih terperinci

ANALISA PRESSURE BUILD-UP TEST DENGAN MENGGUNAKAN METODE HORNER MANUAL UNTUK PENENTUAN KERUSAKAN FORMASI PADA SUMUR X LAPANGAN Y SKRIPSI

ANALISA PRESSURE BUILD-UP TEST DENGAN MENGGUNAKAN METODE HORNER MANUAL UNTUK PENENTUAN KERUSAKAN FORMASI PADA SUMUR X LAPANGAN Y SKRIPSI ANALISA PRESSURE BUILD-UP TEST DENGAN MENGGUNAKAN METODE HORNER MANUAL UNTUK PENENTUAN KERUSAKAN FORMASI PADA SUMUR X LAPANGAN Y SKRIPSI Disusun Oleh : BENI PRAMONO 113.090.159/ TM PROGRAM STUDI TEKNIK

Lebih terperinci

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 Faris Razanah Zharfan 06005225 / Teknik Kimia TUGAS. MENJAWAB SOAL 9.6 DAN 9.8 9.6 Air at 27 o C (80.6 o F) and 60 percent relative humidity is circulated past.5 cm-od tubes through which water is flowing

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR II.1. Model Reservoir Rekah Alam

BAB II TEORI DASAR II.1. Model Reservoir Rekah Alam BAB II TEORI DASAR Pada saat ini jenis reservoir rekah alam mulai sering ditemukan, hal ini dikarenakan semakin menipisnya reservoir batu klastik yang mengandung hidrokarbon. Fakta menunjukkan bahwa sekitar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PENGUJIAN

BAB III SISTEM PENGUJIAN BAB III SISTEM PENGUJIAN 3.1 KONDISI BATAS (BOUNDARY CONDITION) Sebelum memulai penelitian, terlebih dahulu ditentukan kondisi batas yang akan digunakan. Diasumsikan kondisi smoke yang mengalir pada gradien

Lebih terperinci

Pompa Air Energi Termal dengan Fluida Kerja Petroleum Eter. A. Prasetyadi, FA. Rusdi Sambada

Pompa Air Energi Termal dengan Fluida Kerja Petroleum Eter. A. Prasetyadi, FA. Rusdi Sambada Pompa Air Energi Termal dengan Fluida Kerja Petroleum Eter A. Prasetyadi, FA. Rusdi Sambada Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma Kampus 3, Paingan, Maguwoharjo,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi. Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik BINSAR T. PARDEDE NIM DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi. Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik BINSAR T. PARDEDE NIM DEPARTEMEN TEKNIK MESIN UJI EKSPERIMENTAL OPTIMASI LAJU PERPINDAHAN KALOR DAN PENURUNAN TEKANAN AKIBAT PENGARUH LAJU ALIRAN UDARA PADA ALAT PENUKAR KALOR JENIS RADIATOR FLAT TUBE SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi

Lebih terperinci

THERMAL FLOODING. DOSEN Ir. Putu Suarsana MT. Ph.D

THERMAL FLOODING. DOSEN Ir. Putu Suarsana MT. Ph.D THERMAL FLOODING DOSEN Ir. Putu Suarsana MT. Ph.D Outline : Pengenalan Injeksi Thermal Beberapa Cara Injeksi Thermal Penerapan Injeksi Thermal Pada Lapangan Pengenalan Injeksi Thermal Injeksi thermal adalah

Lebih terperinci