BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Chaplin (2005:358) persepsi adalah; objektif dengan bantuan indera. b. Kesadaran dari proses-proses organis.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Chaplin (2005:358) persepsi adalah; objektif dengan bantuan indera. b. Kesadaran dari proses-proses organis."

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Persepsi 1. Pengertian Persepsi Menurut Chaplin (2005:358) persepsi adalah; a. Proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera. b. Kesadaran dari proses-proses organis. c. Satu kelompok penginderaan dengan penambahan arti-arti yang berasal dari pengalaman di masa lalu. d. Variabel yang menghalangi atau ikut campur tangan, berasal dari kemampuan organisme untuk melakukan pembedaan di antara perangsang-perangsang. e. Kesadaran intuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan yang serta merta mengenai sesuatu. Definisi lain menyebutkan, bahwa persepsi adalah kemampuan membeda-bedakan, mengelompokkan, memfokuskan perhatian terhadap suatu objek rangsang. Dalam proses pengelompokan dan membedakan ini persepsi melibatkan proses interpretasi berdasarkan pengalaman terhadap suatu peristiwa atau objek (Shaleh, 2009:110). Persepsi merupakan proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti (Walgito, 2003:54). Dengan persepsi individu dapat 15

2 2 menyadari, dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya, dan juga tentang keadaan diri individu yang bersangkutan (Davidoff, 1981 dalam Walgito, 2003:54). Menurut Jalaludin (dalam Marliani, 2010:188), persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan informasi dan menafsirkan pesan. Pengertian ini memberikan pemahaman bahwa dalam persepsi terdapat pengalaman tertentu yang telah diperoleh individu. Di sini, peristiwa yang dialami serta dilakukannya suatu proses menghubung-hubungkan pesan yang datang dari pengalaman atau peristiwa yaang dimaksudkan, kemudian ditafsirkan menurut kemampuan daya pikirnya sendiri. Menurut Leavit (dalam Sobur, 2003:445) persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Brouwer (dalam sobur, 2003:446) menyatakan bahwa persepsi (pengamatan) ialah suatu replika dari benda di luar manusia yang intrapsikis, dibentuk berdasar rangsangan-rangsangan dari objek. Jadi dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses yang dimulai dari penglihatan hingga terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri individu sehingga individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkungan melalui indera-indera yang dimilikinya.

3 3 2. Aspek-Aspek Persepsi Branca,Woodworth & Marquis dalam Jurnal Wuryanto & Suharnomo (2012:4), mengatakan persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan yaitu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptor indera. Stimulus yang diterima reseptor indera tersebut kemudian diteruskan ke susunan saraf pusat yaitu otak. Stimulus yang sampai ke otak kemudian mengalami proses psikologis sehingga individu menyadari stimulus tersebut dan mempengaruhi tindakan yang diambil individu. Walgito (dalam Wuryanto & Suharnomo 2012:4-5), membagi aspek-aspek dari persepsi itu adalah: a. Aspek Kognitif Aspek kognitif merupakan representasi dari apa yang dipercayai oleh individu, berisi kepercayaan individu mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek yang dipersepsi. Aspek kognitif merupakan opini yang dimiliki individu terhadap objek yang dipersepsi.aspek ini mencakup pemikiran-pemikiran atau penilaian individu terhadap objek yang dipersepsi. b. Aspek Afektif Aspek afektif adalah perasaan yang menyangkut aspek emosional subjektif dari individu terhadap objek yang mereka persepsikan.aspek ini berisi perasaan memihak atau tidak memihak, mendukung atau tidak mendukung terhadap objek yang dipersepsi.

4 4 c. Aspek Konatif Aspek ini menjelaskan tentang kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi terhadap suatu objek yang dipersepsikan dengan cara tertentu. Aspek ini mencakup kecenderungan untuk berperilaku positif atau negatif yang dilakukan oleh individu berkaitan dengan objek yang dipersepsi. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Menurut Shaleh (2009: ), ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu; a. Perhatian yang selektif Dalam kehidupan manusia setiap saat akan banyak sekali menerima rangsang dari lingkungannya. Akan tetapi, ia tidak harus menanggapi semua rangsang yang diterimanya, untuk itu individu memusatkan perhatiannya pada rangsang-rangsang tertentu saja. b. Ciri-ciri rangsang Rangsang yang bergerak diantara rangsang yang diam akan lebih menarik perhatian, demikian juga rangsang yang paling besar diantara yang kecil intensitas atau tingkatan rangsangnya paling kuat.

5 5 c. Nilai dan kebutuhan individu Sebuah penelitian menunjukkan bahwa, anak-anak dari golongan ekonomi rendah melihat koin lebih besar dari pada anak-anak orang kaya. d. Pengalaman dahulu Pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsi dunianya. Contohnya cermin bagi kita bukan hal baru, tapi lain halnya bagi orang-orang mentawai dipedalaman Siberut. Walgito (2003:54-55), mengatakan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu sebagai berikut: a. Faktor internal Faktor merupakan apa yang ada dalam diri individu akan mempengaruhi individu dalam mengadakan persepsi. Mengenai keadaan individu yang mempengaruhi hasil persepsi datang dari dua sumber yaitu yang berhubungan dengan segi kejasmanian dan psikologis. Bila sistem fisiologisnya terganggu, maka akan mempengaruhi dalam persepsi seseorang. Sedangkan dari segi psikologis yaitu mengenai pengalaman, perasaan, kemampuan berpikir, kerangka acuan, motivasi akan berpengaruh pada seseorang dalam mengadakan persepsi.

6 6 b. Faktor Eksternal Faktor eksternal merupakan faktor dari stimulus itu sendiri dan lingkungan dimana persepsi itu berlangsung. Faktor-faktor tersebut menjadikan persepsi individu berbeda satu samalain dan akan berpengaruh pada individu dalam mempersepsi suatu objek, stimulus, meskipun objek tersebut benar-benar sama. Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi orang atau kelompok lain sekalipun situasinya sama. Perbedaan persepsi dapat ditelusuri pada adanya perbedaan-perbedaan individu, perbedaan perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam sikap atau perbedaan dalam motivasi. Pada dasarnya proses terbentuknya persepsi ini terjadi dalam diri seseorang, namun persepsi juga dipengaruhi oleh pengalaman, proses belajar, dan pengetahuannya. B. Kejenuhan Belajar (Plateau Learning) 1. Pengertian Belajar Menurut Suryabrata (dalam Khodijah, 2014:47) belajar merupakan suatu proses yang bersifat internal. Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hayat. Hampir semua kecakapan, keterampilan, pengetahuan, kebiasaan, kegemaran dan sikap manusia terbentuk, dimodifikasi dan berkembang karena belajar.

7 7 ` Belajar juga suatu proses yang memiliki tiga ciri yaitu proses tersebut membawa perubahan (baik aktual maupun potensial), perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkanya kecakapan baru dan perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja). Menurut Syah, (2014:92-93) belajar pada hakikatnya adalah suatu proses kognitif yang mendapatkan dukungan dari fungsi ranah psikomotor. Fungsi motorik dalam kemampuan ini adalah mendengar melihat dan mengucapkan. Perubahan dalam kemampuan untuk merubah merupakan batasan dan makna yang terkandung dalam belajar. Karena kemampuan berubah melalui belajar seorang secara bebas dapat mengeksplorasi, memilih dan menetapkan keputusan-keputusan penting untuk kehidupan. Dapat disimpulkan dari pengertian di atas bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku seseorang. 2.Pengertian Kejenuhan Belajar Menurut Reber, (dalam Syah, 2014 :162) secara harfiah, arti jenuh ialah padat atau penuh sehingga tidak mampu memuat apapun. Selain itu, jenuh juga dapat berarti jemu atau bosan dalam belajar, di samping mahasiswa sering mengalami kelupaan, ia juga terkadang mengalami peristiwa negatif yaitu kejenuhan belajar. Peristiwa jenuh ini kalau dialami seorang mahasiswa yang sedang dalam proses belajar dapat membuat mahasiswa tersebut merasa telah mubazir usahanya. Kejenuhan belajar (learning plateau) ialah rentang waktu tertentu yang digunakan belajar, tetapi tidak mendatangkan hasil.

8 8 Chaplin (dalam Syah, 2014:163) seorang mahasiswa mengalami kejenuhan belajar merasa seakan- akan pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dari belajar tidak ada kemajuan. Kejenuhan belajar dapat melanda mahasiswa apabila telah kehilangan motivasi salah satu tingkat keterampilan tertentu, sebelum mahasiswa tertentu sampai pada tingkat keterampilan berikutnya. Kejenuhan yang dialami mahasiswa dapat menyebabkan usaha belajar yang dilakukan sia-sia yang disebabkan suatu akal yang tidak berkerja sebagaimana mestinya dalam memproses aitem- aitem informasi atau pengalaman yang baru diperoleh. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kejenuhan belajar adalah suatu kaadaan dimana seseorang kehilangan motivasi dan keterampilan dalam dirinya sehingga terjadinya kebosanan dalam belajar. 3.Faktor-Faktor Penyebab Kejenuhan Belajar Mahasiswa Faktor yang menyebabkan mahasiswa mengalami kejenuhan dalam belajar seperti apabila mahasiswa kehilangan motivasi yang salah satu tingkat keterampilan yang dimiliki mahasiswa sebelum mencapai pada tingkat keterampilan yang selanjutnya, maka mahasiswa tersebut telah mengalami kejenuhan yang berasal dalam diri sendiri (internal). Sedangkan salah satu faktor kejenuhan yang berasal dari luar (eksternal) yaitu faktor dari luar diri seseorang, mahasiswa berada pada situasi kompetitif yang ketat dan menuntut kerja intelek yang berat.

9 9 Menurut Cross (dalam Syah, 2014:163) dalam bukunya The Psychology of Learning, keletihan mahasiswa dapat dikategorikan menjadi tiga macam, yakni: 1) keletihan indera mahasiswa ; 2) keletihan fisik mahasiswa ; 3) keletihan mental mahasiswa. Keletihan fisik dan keletihan indera dalam hal ini mata dan telinga pada umumnya dapat dikurangi dengan beristirahat yang cukup dan makanan yang bergizi agar menambah tenaga. Faktor dari luar yang mempengaruhi kejenuhan adalah suasana yang tidak ideal, metode yang diberikan tidak variatif, proses belajar yang melampaui batas,dukungan keluarga dan kurang istirahat. Menurut (Syah, 2014:163) empat faktor penyebab keletihan mental mahasiswa adalah : a. Karena kecemasan mahasiswa terhadap dampak negatif yang ditimbulkan oleh keletihan itu sendiri. b. Karena kecemasan mahasiswa terhadap standar/patokan keberhasilan bidang-bidang studi tertentu yang dianggap terlalu tinggi terutama ketika mahasiswa tersebut sudah merasa bosan mempelajari bidang tersebut. c. Karena mahasiswa berada di tengah-tengah situasi kompetitif yang ketat dan menuntut lebih banyak kerja intelek yang berat.

10 10 d. Karena mahasiswa mencapai konsep kinerja akademik yang optimum, sedangkan dia sendiri menilai belajarnya sendiri hanya berdasarkan ketentuan yang dibuat sendiri. Keletihan mental yang menyebabkan munculnya kejenuhan belajar (learning plateau) tersebut. Jadi berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor terjadi kejenuhan belajar ada dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. C. Kreativitas Mengajar dosen 1. Pengertian Kreativitas Dalam bahasa yang sederhana, kreativitas dapt diartikan sebagai suatu proses mental lahirkan gagasan- gagasan atau konsep- konsep baru. Menurut Robert Fritz dalam (Yhudawati dan Haryanto, Dani. 2011: 168) mengatakan perkembangan terpenting dalam masyarakat harus muncul dari proses- proses yang kreatif. Namun ironisnya, sebagian besar orang kurang mau berpikir dan bertindak kreatif. Kurang mampu maksimal kreativitas karena kurang dimotivasi untuk berani kreatif. Potensi imajinatif, penemuan dan kreativitas dalam pendidikan anak sebenarnya harus segera direalisasikan tanpa tergantung komunitas-komunitas pendidikan yang sering terbatasi dan terikat peraturan dan sistem. Munandar, (dalam Khadijah 2014:454) menjelaskan bahwa pengertian kreativitas adalah suatu kesanggupan untuk menemukan sesuatu yang baru dengan jalan menggunakan daya khayal, fantasi dan imajinasi.

11 11 Jadi dapat disimpulkan kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan hal yang baru. 2. Ciri-ciri kreativitas a. Ciri-Ciri Kreativitas Roger (dalam Anidar,Jum 2014:449) mengemukakan tiga kondisi dari pribadi kreatif adalah: 1) Keterbukaan terhadap pengalaman. 2) Kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan patokan pribadi seseorang. 3) Kemampuan untuk bereksperimen untuk bermain dengan konsep-konsep. 4. Mengajar yang Kreatif Pembelajaran yang kreatif menggambarkan bagaimana guru atau dosen dapat pendekatan- pendekatan yang imajinatif sehingga kegiatan pembelajaran dapat semakin lebih menarik, membangkitkan gairah, dan efektif. Sedangkan mengajar untuk kreativitas berkaitan dengan penggunaan bentuk-bentuk pembelajaran yang ditunjukan untuk mngembangkan para mahasiswa agar memiliki kemampuan berfikir dan berprilaku kreatif Edwars dan Springate dalam artikelnya yang berjudul Bagaimana Singa Keluar dari Persembunyiannya Maka Bantulah Anak Anda Keluar untuk memaksimalkan potensi kreatifnya, memberikan saran tentang upaya pengembangan kreativitas mahasiswa sebagai berikut:

12 12 a. Memberikan hak yang sama kepada setiap mahasiswa untuk memberikan kesempatan dan waktu mengekplorasi dan melakukan pekerjaan terbaiknya dan jangan mengintervensi pada saat mereka justru sedang termotivasi dalam menyelesaikan tugas- tugasnya secara produktif b. Ciptakan lingkungan kelas yang menarik yang mengasyikan c. Sediakan dan sajikan secara melimpah berbagai bahan dan sumber belajar yang menarik dan bermanfaat bagi mahasiswa. d. Ciptakan iklim kelas yang memungkinkan mahasiswa merasa nyaman jika melakukan suatu kesalahan, mendorong keberanian mahasiswa untuk mengambil resiko menerima kegaduhan dan kekacauan yang tepat di kelas, serta memberikan otonomi yang luas kepada mahasiswa nya untuk mengelola belajarnya sesuai dengan minat, karakteristik dan tujuannya. (Yudhawati dkk, 2011: ) Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang kreatif memang bukanlah pilihan yang gampang, didalamnya memerlukan waktu yang lebih dan perencanaan yang matang untuk melahirkan dan mengembangkan ideide baru. Selain itu diperlukan pula keyakinan yang kuat untuk melakukan improvisasi dalam pembelajaran, keberanian untuk mencoba dan kesanggupan untuk menanggung berbagai resiko yang tidak diharapkan dalam pembelajaran. Dosen yang kreatif mengandung pengertian ganda, yakni dosen atau guru yang secara kreatif mampu menggunakan berbagai

13 13 pendekatan dalam proses belajar pembelajaran dan juga adalah dosen atau guru yang senang melakukan kegiatan-kegiatan kreatif dalam hidupnya. Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian kreativitas dosen adalah kemampuan seseorang (guru/dosen) untuk melahirkan sesuatu yang baru maupun mengembangkan hal-hal yang sudah ada untuk memberikan sejumlah pengetahuan kepada anak didik. 4. Mengajar dan Variasi Mengajar Arifin (dalam Syah, 2014: 179) mengajar adalah suatu suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi, menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Siapa yang memiliki profisiensi dalam ilmu pendidikan akan mampu melakukan perbuatan mengajar dengan baik. Penguasaan seorang guru atau dosen atas materi pelajaran bidang tugasnya. (Syah, 2014: 179). Tardif (dalam Syah 20014:179) mendefenisikan mengajar adalah perbuatan yang dilakukan seorang (pengajar) dengan tujuan membantu memudahkan orang lain melakukan kegiatan belajar. Dalam proses belajar mengajar sesuai dengan perkembangannya guru atau dosen tidak hanya berperan untuk memberikan informasi terhadap mahasiswa, teteapi lebih jauh dosen dapat berperan sebagai perencana, pengatur dan pendorong mahasiswa agar dapat belajar secara efektif dan peran berikutnya adalah mengevaluasi dari keseluruhan

14 14 proses belajar mengajar. Jadi dalam situasi dan kondisi bagaimanapun guru dalam mewujuiudkan proses belajar mengajar tidak terlepas dari aspek perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi karena guru yang baik. Syah (2014: 200) mengatakan ada empat macam metode pmengajar yang dipandang representatif dan dominan dalam arti yang diggunakan secara luas sejak. Guru yang profesional dan kreatif justru akan hanya memimilh metode pengajaran yang lebih tepat setelah menetapkan topik pembahasan materi dan tujuan pelajaran serta jenis kegiatan belajar siswa yang dibutuhkan. profesi. Dengan kemampuan ini diharapkan guru lebih kreatif dalam proses belajar mengajarnya. Dari uraian di atas dijelaskan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar diperlukan guru yang professional, guru yang professional dituntut untuk memiliki kemampuan personil, professional, dan sosial kultural secara terpadu dalam proses belajar mengajar dan juga dalam tahapan kegiatan belajar mengajar dasarnya harus mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi sehingga dapat membantu mahasiswa untuk belajar secara efektif dan mampu mencapai hasil yang maksimal. 3. Dosen dan Mahasiswa a. Dosen Dosen itu adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian,

15 15 dan pengabdian kepada masyarakat. Dosen wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, dan memenuhi kualifikasi lain yang dipersyaratkan satuan pendidikan tinggi tempat bertugas, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. (UUD RI No.14 Tahun 2005 hal:3 dan 29). b. Mahasiswa Menurut dalam Herani dan Rahajeng (hal 6-7) berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 12 tahun 2012 tentang pendidikan tinggi menyatakan bahwa mahasiswa adalah peserta didik pada jenjang perguruan tinggi yang memiliki serangkaian hak dan kewajiban sebagai sivititas akademika. Mahasiswa sebagai calon intelektual berhak untuk mendapatkan layanan pendidikan dan mengembangkan bakat serta minat sesuai kemampuannya. Mahasiswa juga berperan aktif dalam menjaga etika dan mentaati norma pendidikan tinggi untuk menjamin terlaksananya tridharma dan pengembangan budaya akademik. Sedangkan UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas bab VI bagian ke empat pasal 19 mengemukakan bahwasanya mahasiswa itu sebenarnya hanya sebutan akademis untuk mahasiswa atau murid yang telah sampai pada jenjang pendidikan tertentu dalam masa pembelajarannya.

16 16 D. Hubungan Persepsi tentang kreativitas Mengajar Dosen dengan Tingkat Kejenuhan Belajar. Kreativitas adalah suatu yang baru yang dihasilkan oleh seseorang, kreativitas sangat perlu dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan semangat dalam belajar. Kreativitas mengajar dosen sangat berhubungan dengan tingkat kejenuhan belajar (bosan dalam belajar). Diperkuat oleh penelitian terdahulu mengatakan bahwa dosen,mempunyai peranan yang tidak dapat diabaikan dalam peningkatan output perguruan tinggi, baik dari aspek kuantitas maupun dari aspek kualitas. Selain itu materi dalam perkuliahan yang disajikan oleh dosen untuk dipahami mahasiswa diperlukan metode pengajaran yang tepat dan bervarisasi, metode yang digunakan harus jelas sesuai dengan tujuan yang akan dicapai sehingga dengan adanya kompetensi dan efektivitas metode pengajaran yang dipersepsikan positif oleh mahasiswa akan mendukung prestasi akademik bahkan mengurangi tingkat kebosanan pada mahasiswa (Mayasari, dkk.2010:3) Semakin tinggi kreativitas mengajar dosen maka tingkat kejenuhan belajar pada mahasiswa rendah, namun jika kreativitas mengajar dosen rendah maka kejenuhan belajar pada mahasiswa tinggi. Sehingga mahasiswa mempersepsi kreativitas mengajar dosen. Karena kejenuhan sangat berhubungan dengan tingkat kreativitas mengajar dosen sehingga penelitian melihat ada atau tidaknya hubungan yang signifikan dari variabel tersebut.mka peneliti meneliti tentang Hubungan Persepsi kreativitas mengajar dosen

17 17 dengan Tingkat Kejenuhan Belajar pada Mahasiswa Jurusan Psikologi Islam Fakultas Ushuluddin. E. Penelitian Terdahulu yang Relevan Penelitian ini juga menggunakan tambahan literatur untuk bahan acuan dan memperkuat teori dan referensi dalam penelitian ini, selain referensi yang dipakai dari buku, jurnal, laporan penelitian, internet, penulis juga menambahkan dari skripsi terdahulu. Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya oleh Mayasari dkk di Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah Surabaya dengan judul Pengaruh Pengajaran Dosen dengan Motivasi Belajar Berdasarkan hasil survey melalui penyebaran angket pada mahasiswa angkatan 2007 sampai 2010 Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah Surabaya mengenai persepsi terhadap dosen, terdapat 60% dari 20 mahasiswa menyatakan bahwa dosen yang menyajikan materi kuliah dengan cara menarik dan melibatkan mahasiswa akan mempengaruhi pelaksanaan pengajaran dosen yang bervariasi sehingga dapat membangkitkan motivasi mahasiswa dalam belajar. Dosen mempunyai peranan yang tidak dapat diabaikan dalam peningkatan output perguruan tinggi, baik dari aspek kuantitas maupun dari aspek kualitas. Selain itu materi dalam perkuliahan yang disajikan oleh dosen untuk dipahami mahasiswa diperlukan metode pengajaran yang tepat. Metode yang digunakan harus jelas sesuai dengan tujuan yang akan dicapai sehingga dengan adanya kompetensi dan efektivitas metode pengajaran yang dipersepsikan positif oleh mahasiswa

18 18 akan mendukung prestasi akademik bahkan mengurangi tingkat kebosanan pada mahasiswa (Mayasari, dkk.2010: 3). Penelitian yang pernah dilakukan oleh Sahulata tahun (2014) di Fakultas Teknik Universitas Manado dengan judul penelitian Kreativitas Dosen yang Mempengaruhi Prestasi Belajar. Dengan hasil penelitian terdapat pengaruh kreativitas dosen dengan prestasi belajar dengan hasil penelitian nilai ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kreativitas dosen terhadap prestasi belajar mahasiswa sebesar 49 % sedangkan 50,9% dipengaruhi oleh faktor lain (Sahulata, 2014:7). Penelitian yang dilakukan oleh Tosiana, (2012) dengan judul Hubungan Persepsi Mahasiswa antara Mengajar Dosen Dengan Prestasi Belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara mengajar dosen dengan prestasi belajar mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta. Ditunjukan dengan tingkat signifikansi hasil perhitungan antara cara mengajar dosen dengan prestasi belajat mahasiswa dengan ditemukan r tabel (0,303>0,138). Hal ini menunhukan bahwa hubungan antara kedua variabel yang sangat signifikan yang memiliki hubungan yang positif signifikan maka demikian uji hipotesis ini terbukti. jadi, semakin baik cara mengajar dosen, semakin baik pula prestasi belajar mahasiswanya. Tosiana, (2012:15). Penelitian yang dilakukan Hardiyanto dan Erwin (2009) Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Sunan

19 19 Kalijaga judul penelitian kejenuhan Belajar dan Cara Mengatasinya (Studi Terhadap Pelaksanaan Pelajaran Tarikh di SMP Muhammadiyah 3 Depok) dengan hasil penelitianya menunjukan sebab mahasiswa merasa jenuh atau bosan dalam pelajaran tarik karena penggunaan metode pembelajaran yang kurang, kesulitan mahasiswa dalam menghafal, kurang peran orang tua, waktu pembelajaran yang kurang serta kurangnya tanggungjawab (Hardiyanto,2009:15). Penelitian yang pernah dilakukan oleh Ambarawi dan Nunung (2015) tentang Kejenuhan Belajar Pada Santri. Hasil pembahasan adalah 1) Faktor yang menyebabkan kejenuhan santri dalam belajar santri di pondok pesantren adalah selalu disibukkan dengan beragam kegiatan yang kadang melebihi waktu maksimal santri dalam belajar. Bangun subuh dan sampai malam masih tetap belajar. Hal ini menyebabkan santri menjadi jenuh dan bahkan ada yang tidak sanggup dan akhirnya keluar. Peranan ustadz dalam mengatasi kejenuhan santri juga lebih penting, untuk itu usaha yang dapat dilakukan adalah mengajukan dana ke pemerintah untuk bisa menambah fasilitas di pondok agar santri betah berada dalam lingkungan pondok. Mengizinkan santri aktif dalam berbagai kompetisi sehingga santri bisa menonjol kan diri di dunia luar. Sesekali mengizinkan santri untuk berekreasi atau refreshing otak agar beban belajar nya tidak terasa berat. (Ambarwati dan Nunung, 2015:6). Dari penelitian yang terdahulu dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa terdapat perbedaan variabel yang digunakan penulis dengan peneliti

20 20 sebelumnya, karena peneliti menggunakan tiga variabel dengan meneliti tentang Hubungan Persepsi Kreativitas Mengajar Dosen dengan Tingakat Kejenuhan Belajar pada mahasiswa, namun ada kesamaan dalam variabel penelitian terkait dengan tujuan penelitian, dengan mengharapkan hubungan yang signifikan dari variabel yang diteliti. Namun peneliti juga mencari perbedaan hasil penelitian dari penelitian yang terdahulu dengan hasil penelitian yang peneliti lakukan. F. Kerangka konseptual Berdasarkan hasil studi pendahuluan sebagaimana yang diuraikan pada latar belakang masalah dan rumusan masalah tersebut, serta memperhatikan teori dan konsep yang mendukung, maka dapat diungkapkan kerangka konseptual penelitian yang menggambarkan persepsi mahasiswa terhadap kreativitas mengajar dosen dan kejenuhan belajar pada mahasiswa Jurusan Psikologi Islam Fakultas Ushuluddin. Berdasarkan bagan 1 dari kerangka konseptual di bawah, kreativitas mengajar dosen berhubungan dengan kejenuhan belajar pada mahasiswa Apabila kreativitas mengajar dosen tinggi maka tingkat kejenuhan belajar. pada mahasiswa rendah dan Sebaliknya jika kreativitas mengajar dosen rendah maka tingkat kejenuhan belajar pada mahasiswa tinggi. Yang diketahui berdasarkan persepsi mahasiwa terhadap kreativitas mengajar dengan kejenuhan belajar tersebut.

21 21 Bagan. 2.1 Kerangka Koseptual Persepsi Kareatifitas Mengajar Dosen Psikologi Islam 1. Kognitif 2. Afektif 3. Konasi HUBUNGAN Hubungan Persepsi tentang Kreativitas Mengajar Dosen dengan Kejenuhan Belajar pada Mahasiswa Jurusan Psikologi Islam Fakultas Ushuluddin UIN Imam Bonjol Padang. Kejenuhan Belajar pada Mahasiswa Psikologi Islam 1. Faktor Internal 2. Faktor Eksternal

22 22 G. Hipotesis Penelitian Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat hubungan antara kreativitas mengajar dosen dengan kejenuhan belajar pada mahasiwa Jurusan Psikologi Islam Fakultas Ushuluddin UIN Imam Bonjol Padang. Semakin tinggi kreativitas mengajar dosen yang dilihat dari persepsi mahasiswa maka semakin rendah tingkat kejenuhan belajar pada mahasiswa.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Populasi dan Sampel Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Populasi dan Sampel Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian menurut data yang diperoleh di lapangan. Pembahasan diawali dengan menjelaskan gambaran umum subjek penelitian, pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fokus penelitian ini adalah mengenai hubungan antara aktifitas mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. Fokus penelitian ini adalah mengenai hubungan antara aktifitas mahasiswa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fokus penelitian ini adalah mengenai hubungan antara aktifitas mahasiswa di luar kelas dengan kelancaran studi mahasiswa tersebut. Pada umumnya, mahasiswa di Fisip

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, kita memasuki dunia yang berkembang serba cepat sehingga memaksa setiap individu untuk dapat mengikuti perkembangan tersebut. Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang menentukan penelitian, diantaranya sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. yang menentukan penelitian, diantaranya sebagai berikut : BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan usaha yang harus ditempuh dalam penelitian untuk menemukan, mengembangkan dan menguji suatu kebenaran pengetahuan. Hal ini bertujuan agar hasil yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan. Karena dengan pendidikan jasmani dapat mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehingga pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehingga pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini sebagai fase pertama sistem pendidikan seumur hidup sehingga pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Mengenai Sistem Pendidikan Perguruan Tinggi. Pendidikan tinggi dalam Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Mengenai Sistem Pendidikan Perguruan Tinggi. Pendidikan tinggi dalam Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Mengenai Sistem Pendidikan Perguruan Tinggi Pendidikan tinggi dalam Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 pasal 19 didefinisikan sebagai jenjang pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi tersebut menurun drastis menjadi hanya 18% waktu mereka berusia 16

BAB I PENDAHULUAN. tinggi tersebut menurun drastis menjadi hanya 18% waktu mereka berusia 16 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan kegiatan penting setiap orang, termasuk di dalamnya belajar bagaimana seharusnya belajar. Sebuah survey memperlihatkan bahwa 82% anak-anak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Keterampilan Mengajar Guru 2.1.1 Pengertian Keterampilan Mengajar Guru. Keterampilan adalah kemampuan seseorang dalam mengubah sesuatu hal menjadi lebih bernilai dan memiliki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari,

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari, oleh siswa dimulai dari jenjang sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Pada jenjang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persiapan Persiapan adalah faktor penenu keberhasilan mahasiswa dalam menguasai materi perkuliahan (Rapiyanta, 2015). Salah satu cara mempersiapkan materi perkuliahan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa, pada masa tersebut mahasiswa memiliki tanggung jawab terhadap masa

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa, pada masa tersebut mahasiswa memiliki tanggung jawab terhadap masa BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Mahasiswa sebagai peserta didik yang terdaftar dan belajar pada Perguruan Tinggi pada umumnya berusia antara 18-24 tahun. Mahasiswa merupakan masa memasuki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun manusia yang memiliki kepribadian. Hal ini juga diwujudkan oleh pemerintah, dengan membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Tantangan masa depan yang selalu berubah sekaligus persaingan yang semakin ketat memerlukan keluaran pendidikan yang tidak hanya terampil dalam suatu bidang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang luar biasa, yang tidak lazim memadukan informasi yang nampaknya tidak

BAB II LANDASAN TEORI. yang luar biasa, yang tidak lazim memadukan informasi yang nampaknya tidak BAB II LANDASAN TEORI II. A. KREATIVITAS II. A. 1. Pengertian Kreativitas Kreativitas merupakan kemampuan untuk melihat dan memikirkan hal-hal yang luar biasa, yang tidak lazim memadukan informasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai warga negara perlu mengembangkan diri untuk dapat hidup di tengah masyarakat, apalagi di perkembangan zaman yang menuntut perubahan dalam berbagai bidang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizka Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizka Fauziah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dalam lingkup kebahasaan, pada dasarnya siswa harus menguasai empat aspek keterampilan berbahasa. Empat aspek keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kecakapan hidup (life skills) sehingga mendorong tegaknya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kecakapan hidup (life skills) sehingga mendorong tegaknya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang diatur di dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

I. PENDAHULUAN. yang diatur di dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. Robbins (2003:126) mendeskripsikan persepsi dalam kaitannya dengan. lingkungan, yaitu sebagai proses dimana individu-individu

II. KAJIAN PUSTAKA. Robbins (2003:126) mendeskripsikan persepsi dalam kaitannya dengan. lingkungan, yaitu sebagai proses dimana individu-individu 8 II. KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Persepsi Robbins (2003:126) mendeskripsikan persepsi dalam kaitannya dengan lingkungan, yaitu sebagai proses dimana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebuah usaha yang tidak terlepas dari kehidupan manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya dengan kebutuhan lainnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4).

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jasmani, rohani (moral atau spritual), motorik, akal pikiran, emosional, sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. jasmani, rohani (moral atau spritual), motorik, akal pikiran, emosional, sosial dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak usia lahir hingga anak usia enam tahun secara menyeluruh, yang mencakup aspek fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya, masyarakat yang sejahtera memberi peluang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya, masyarakat yang sejahtera memberi peluang besar bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai fungsi ganda yaitu untuk pengembangan individu secara optimal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kedua fungsi ini saling menunjang dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang pesat terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini, akan membawa dampak kemajuan baik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Menurut Hilgard dan Bower (dalam Purwanto, 2002:82 ) mengemukakan: "Belajar berhubungan dengan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan paling mendasar yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan paling mendasar yang dapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan paling mendasar yang dapat dilaksanakan sebaik-baiknya karena menjadi landasan bagi pendidikan di tingkat selanjutnya.

Lebih terperinci

BAB IX. Hubungan Antara Proses Penginderaan dan Persepsi

BAB IX. Hubungan Antara Proses Penginderaan dan Persepsi BAB IX Hubungan Antara Proses Penginderaan dan Persepsi A. PENGINDERAAN Penginderaan adalah proses penerimaan stimulus oleh individu melalui alat penerima, yaitu alat indera yang terdiri dari indera penglihatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana atau wahana yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas manusia baik aspek kemampuan, kepribadian, maupun kewajiban sebagai warga

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. keberadaan objek, hubungan, dan kejadian yang diperoleh atas kepemilikkanindera,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. keberadaan objek, hubungan, dan kejadian yang diperoleh atas kepemilikkanindera, BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persepsi 2.1.1. Definisi Persepsi Menurut Chaplin (2008) persepsi adalah proses atau hasil menjadi paham atas keberadaan objek, hubungan, dan kejadian yang diperoleh atas kepemilikkanindera,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Tinjauan Sikap Mahasiswa Tentang Kompetensi Dosen Dalam

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Tinjauan Sikap Mahasiswa Tentang Kompetensi Dosen Dalam BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Sikap Mahasiswa Tentang Kompetensi Dosen Dalam Mengajar a. Pengertian Sikap Sikap atau pandangan adalah proses yang digunakan individu mengelola dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu TPA, Playgroup dan PAUD sejenis (Posyandu). Pendidikan formal yaitu. Taman Kanak-kanak (TK) maupun Raudhatul Athfal (RA).

BAB I PENDAHULUAN. yaitu TPA, Playgroup dan PAUD sejenis (Posyandu). Pendidikan formal yaitu. Taman Kanak-kanak (TK) maupun Raudhatul Athfal (RA). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia 0-6 tahun. Pendidikan ini dapat dilaksanakan oleh beberapa lembaga pendidikan, antara lain pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar 5 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar 2.1.1 Pengertian Belajar Dalam proses pembelajaran, berhasil tidaknya pencapaian tujuan banyak dipengaruhi oleh bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa. Oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala permasalahan yang timbul pada diri manusia. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi majunya sumber daya manusia, agar terbentuk generasi generasi masa depan yang lebih baik. Proses pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia lewat pelatihan dan pengajaran.

BAB I PENDAHULUAN. manusia lewat pelatihan dan pengajaran. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa pendidikan berasal dari kata didik dan mendapat imbuhan berupa awalan pe dan akhiran an yang berarti proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental merupakan bentuk

Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental merupakan bentuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan transformasi pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan melibatkan aktivitas fisik dan mental siswa. Keterlibatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan. potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pengajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan. potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pengajaran. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pengajaran. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landaan Teori 2.1.1 Pengertian Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Hamalik (2005:27) menyimpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat dan mendapat perhatian yang luar biasa terutama di negara-negara maju,

BAB I PENDAHULUAN. pesat dan mendapat perhatian yang luar biasa terutama di negara-negara maju, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pendidikan telah berkembang pesat dan terspesialisasi. Salah satu diantaranya adalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang membahas pendidikan untuk anak sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Harus kita sadari betapa pentingnya pendidikan, pendidikan merupakan langkah awal untuk meningkatan sumber daya manusia. Betapa penting peranan pendidikan didalam

Lebih terperinci

BAB III KONDISI MEMBOLOS SEKOLAH SISWA SMK JURNALISTIK LEBAK WANGI

BAB III KONDISI MEMBOLOS SEKOLAH SISWA SMK JURNALISTIK LEBAK WANGI BAB III KONDISI MEMBOLOS SEKOLAH SISWA SMK JURNALISTIK LEBAK WANGI A. Faktor Perilaku Membolos Sekolah Siswa Kelas X SMK Jurnalistik Lebak Wangi Penyebab kenakalan remaja sangatlah beragam, semua komponen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata persepsi berasal dari kata perception yang berarti pengalaman,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata persepsi berasal dari kata perception yang berarti pengalaman, 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Persepsi Kata persepsi berasal dari kata perception yang berarti pengalaman, pengamatan, rangsangan, dan penginderaan. Persepsi adalah pengalaman tentang objek,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan proses pembelajaran yang baik adalah mengenai hasil belajar

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan proses pembelajaran yang baik adalah mengenai hasil belajar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang menarik untuk dikaji berkaitan dengan penyelenggaraan proses pembelajaran yang baik adalah mengenai hasil belajar siswa, salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan,

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak Usia Dini adalah sosok individu yang sedang dalam proses perkembangan.perkembangan anak adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar menguasai tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas dan daya saing dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa adalah efektivitas pembelajaran melalui kurikulum. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan penting dalam menciptakan masyarakat yang cerdas, damai, terbuka dan demokratis. Pendidikan dari segi kehidupan dirasakan sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara terbuka di era global sehingga dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara terbuka di era global sehingga dapat meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan dan perkembangan dalam berbagai aspek kehidupan perlu direspon oleh kinerja pendidikan yang professional dan bermutu tinggi. Mutu pendidikan sangat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Kesimpulan Kreativitas mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Kesimpulan Kreativitas mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan Kreativitas mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Melalui kreativitas yang dimilikinya, manusia memberikan bobot dan makna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilepaskan dari proses belajar mengajar di sekolah, sebab sekolah. Dalam pembelajaran atau proses belajar mengajar di sekolah

BAB I PENDAHULUAN. dilepaskan dari proses belajar mengajar di sekolah, sebab sekolah. Dalam pembelajaran atau proses belajar mengajar di sekolah 14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan proses pendidikan di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari proses belajar mengajar di sekolah, sebab sekolah merupakan salah satu pelaksana pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berawal dari kata motif yang diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. motif dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam kajian pustaka pada bab ini, akan dijelaskan beberapa teori tentang siswa underachiever, karakteristik, ciri-ciri, penyebab siswa menjadi underachiever, upaya pecegahan siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah aset yang sangat berharga, tidak hanya bagi orang tua, keluarga, masyarakatnya tetapi juga bagi keberlangsungan sebuah peradaban, sehingga anak juga disebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. ini memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada

BAB II KAJIAN TEORI. ini memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pengertian Implementasi Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa ini merupakan masa kritis dimana anak membutuhkan rangsanganrangsangan yang tepat untuk mencapai

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh: PENGARUH INTENSITAS BELAJAR SISWA DAN PARTISIPASI DALAM KEGIATAN OSIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TERAS BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan bagi siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan bagi siswa di sekolah. Istilah belajar sebenarnya telah dikenal oleh masyarakat umum, namun barangkali

Lebih terperinci

tingkah laku yang dapat dicapai melalui serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, dan meniru.

tingkah laku yang dapat dicapai melalui serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, dan meniru. BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Teori 1. Belajar Sardiman A.M (1996: 22) mengatakan belajar merupakan perubahan tingkah laku yang dapat dicapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas menentukan masa depan bangsa. Sekolah. sekolah itu sendiri sesuai dengan kerangka pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas menentukan masa depan bangsa. Sekolah. sekolah itu sendiri sesuai dengan kerangka pendidikan nasional. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas tercipta dari proses pendidikan yang baik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Berkaitan dengan Pendidikan, Musaheri (2007 : 48) mengungkapkan,

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Berkaitan dengan Pendidikan, Musaheri (2007 : 48) mengungkapkan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan manusia menuju kepribadian mandiri sehingga mampu membangun dirinya dan masyarakat sekitarnya. Berkaitan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk membimbing anak menuju pada pencapaian tujuan ilmu pengetahuan. Proses pendidikan yang diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) IPS merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan lingkungan sosial siswa. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep

Lebih terperinci

BAB I PANDAHULUAN. kehidupan selanjutnya dan memiliki sejumlah karakteristik tertentu.

BAB I PANDAHULUAN. kehidupan selanjutnya dan memiliki sejumlah karakteristik tertentu. 1 BAB I PANDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah sosok individu sebagai makhluk sosial kultural yang sedang mengalami proses perkembangan yang sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragam situasi dan kondisi. Dengan pengajaran IPS, diharapkan siswa dapat memiliki sikap

BAB I PENDAHULUAN. beragam situasi dan kondisi. Dengan pengajaran IPS, diharapkan siswa dapat memiliki sikap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelajaran IPS mengajarkan kepada siswa tentang bagimana cara hidup berinterkasi, bersosialisasi, berkomunikasi, berhubungan dengan alam sekitar dan dengan lingkungan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Asisted Learning (PAL). PAL merupakan tindakan atau proses. a. Peer Teaching and Learning (belajar dan saling mengajari

BAB II LANDASAN TEORI. Asisted Learning (PAL). PAL merupakan tindakan atau proses. a. Peer Teaching and Learning (belajar dan saling mengajari BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kegiatan Asistensi Seperti yang telah disebut di atas, asistensi istilah lainnya yaitu Peer Asisted Learning (PAL). PAL merupakan tindakan atau proses memperoleh

Lebih terperinci

resensi buku psikologi pendidikan

resensi buku psikologi pendidikan resensi buku psikologi pendidikan Resensi Buku oleh: charles Judul Buku Pengarang Penerbit : Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru : Muhibbin Syah : Remaja Rosdakarya (Bandung) Tahun Terbit : 2008

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siska Novalian Kelana, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah  Siska Novalian Kelana, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu komponen dalam sistem masyarakat yang memiliki peran serta kontribusi cukup besar untuk mempersiapkan sumber daya manusia handal dimasa

Lebih terperinci

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi menurut Irwanto, et al (dalam Rangkuti & Anggaraeni, 2005), adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa) sampai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa Indonesia. Disana dipaparkan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan yang relatif permanen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia seutuhnya baik secara jasmani maupun rohani seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia seutuhnya baik secara jasmani maupun rohani seperti yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pendidikan nasional mengamanatkan negara menjamin hak dasar setiap warga negara terhadap pemenuhan kebutuhan pendidikan serta pengembangan diri dan memperoleh

Lebih terperinci

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DITINJAU DARI KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KREATIVITAS PADA MAHASISWA

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DITINJAU DARI KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KREATIVITAS PADA MAHASISWA KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DITINJAU DARI KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KREATIVITAS PADA MAHASISWA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh: CITA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dasar tidak dilatih untuk berekspresi secara bebas dan terlalu lama dibiasakan

BAB 1 PENDAHULUAN. dasar tidak dilatih untuk berekspresi secara bebas dan terlalu lama dibiasakan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting dalam hidup manusia. Tanpa pendidikan seorang anak tidak akan menjadi pribadi berkembang. Dari pendidikan formal, pendidikan dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Salah satu indikasi bahwa manusia sebagai mahluk sosial, adalah perilaku berkomunikasi antarmanusia. Manusia tidak dapat hidup sendiri, pasti membutuhkan orang lain.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar Matematika Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Semua manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Semua manusia memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia secara fitrah lahir ke dunia dalam keadaan yang baik secara keseluruhan. Namun dalam kehidupannya dengan manusia lain, setiap manusia memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting dalam mewujudkan suatu negara yang maju, maka dari itu orang-orang yang ada di dalamnya baik pemerintah itu sendiri atau masyarakatnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar 5 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar 5 Hasil belajar adalah perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara guru dengan siswa, untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu. Interaksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Asep Saputra, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN. Asep Saputra, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak lepas dan tidak akan lepas dari pendidikan, karena pendidikan berfungsi untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal pokok yang dapat menunjang kecerdasan serta keterampilan anak dalam mengembangkan kemampuannya. Pendidikan merupakan sarana yang paling tepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan aset bangsa yang akan menentukan baik buruknya masa

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan aset bangsa yang akan menentukan baik buruknya masa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan aset bangsa yang akan menentukan baik buruknya masa depan bangsa. Merupakan keharusan kita bersama untuk memberikan hak-hak anak sedini mungkin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual), motorik, akal

BAB I PENDAHULUAN. memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual), motorik, akal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rakhmad, persepsi adalah Pengalaman tentang objek peristiwa atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rakhmad, persepsi adalah Pengalaman tentang objek peristiwa atau 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Konsep Persepsi 2.1.1.1 Pengertian Persepsi Menurut Rakhmad, persepsi adalah Pengalaman tentang objek peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya adalah hak bagi setiap individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya adalah hak bagi setiap individu dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah hak bagi setiap individu dan merupakan hal mendasar yang dibutuhkan manusia selama hidup. Selama hidup manusia akan selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah cara yang dianggap paling strategis untuk mengimbangi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah cara yang dianggap paling strategis untuk mengimbangi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat. Dengan berkembangnya jaman, pendidikan turut serta berkembang. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Motivasi Belajar 2.1.1. Pengertian Motivasi Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif/daya menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur, dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha atau kegiatan yang disengaja untuk membantu, membina, dan mengarahkan manusia mengembangkan segala kemampuannya yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah berdasarkan kurikulum yang disusun oleh lembaga pendidikan. Menurut undang-undang sistem pendidikan

Lebih terperinci

PERAN GURU DALAM MENDIDIK SISWA BERDASARKAN PSIKOLOGI. Juwanda Jurdiksatrasia Unswagati Cirebon. Abstrak

PERAN GURU DALAM MENDIDIK SISWA BERDASARKAN PSIKOLOGI. Juwanda Jurdiksatrasia Unswagati Cirebon. Abstrak PERAN GURU DALAM MENDIDIK SISWA BERDASARKAN PSIKOLOGI Juwanda Jurdiksatrasia Unswagati Cirebon Abstrak Guru merupakan titik sentral dalam mencapai keberhasilan dalam dunia pendidikan. Selain ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kedudukan sosial. Teori peran menggambarkan interaksi sosial dalam. dimasyarakat yang ditetapkan oleh budaya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kedudukan sosial. Teori peran menggambarkan interaksi sosial dalam. dimasyarakat yang ditetapkan oleh budaya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Peran Perawat a) Peran Sudarma (2008) mengatakan bahwa peran merupakan suatu pola tingkah laku, kepercayaan, nilai, sikap yang diharapkan oleh masyarakat, sehingga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan sikap dan keterampilan yang merupakan hasil aktivitas belajar

Lebih terperinci