BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata adalah salah satu sektor yang patut dipertimbangkan dalam proses pembangunan di Indonesia. Industri pariwisata merupakan industri negara yang kebal terhadap krisis global dimana pada saat hampir sebagian sektor lain terpuruk maka industri pariwisata Nasional mengalami kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 9,39 persen pada tahun 2014 (travel.tempo.co). Peran pariwisata dalam rangka pembangunan nasional sangat besar, peran tersebut antara lain berupa memperluas dan menciptakan lapangan kerja baru, serta menurunkan angka pengangguran. Industri pariwisata dianggap mampu menghasilkan pendapatan yang tinggi, sehingga mampu dijadikan sebagai modal dalam pembangunan baik tingkat lokal, regional, maupun nasional (Wihasta, 2011). Pariwisata membawa pengaruh dan fungsi sebagai media pertukaran, baik pertukaran ekonomi, sosial maupun budaya (Baiquni, 2004). Prioritas pengembangan pariwisata adalah membangun manusianya, terutama masyarakat lokal dan yang langsung berinteraksi dengan wisatawan agar dapat mencapai kesetaraan dan terjadi pertukaran yang seimbang (Baiquni, 2004). Pariwisata adalah bidang yang sangat strategis untuk dikembangkan sebagai sektor penggerak laju ekonomi masyarakat apabila dapat melibatkan banyak stakeholder terkait dapat menempatkan pariwisata sebagai leading sector lokomotif yang menggerakkan pembangunan ekonomi. Undang-undang No. 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional, mengamanatkan bahwa tujuan pembangunan pariwisata adalah mengembangkan dan memperluas diversifikasi produk dan kualitas pariwisata nasional berbasis pada pemberdayaan masyarakat, kesenian dan sumber daya (pesona) alam lokal dengan memperhatikan kelestarian seni dan budaya tradisional serta kelestarian lingkungan hidup setempat, dan

2 mengembangkan serta memperluas pasar pariwisata terutama pasar luar negeri (Bappenas, 2008). Kabupaten Magelang dengan kecamatan-kecamatan didalamnya merupakan kawasan strategis pengembangan pariwisata Nasional menurut Peraturan Pemerintah No.26 tahun 2008 (Badan Koordinasi Penataan Ruang, 2008). Potensi yang beragam dengan keberadaan Candi Borobudur yang merupakan objek vital kepariwisataan Indonesia dianggap masih kurang memiliki pengaruhnya terhadap masyarakat sekitarnya (Hakim, 2014). Candi Borobudur sebagai magnet wisatawan baik wisatawan lokal maupun wisatawan internasional belum mampu mendongkrak kesejahteraan masyarakat lokal yang tinggal di sekitar kawasan Candi Borobudur. Atraksi yang ada di Borobudur memang memiliki keunikan yang didukung oleh alam sekitar dan budaya yang diemban masyarakat. Borobudur sudah menjadi obyek sekaligus atraksi yang beragam yang dapat dinikmati dengan waktu berbeda. Kini juga telah dibuka kunjungan pada subuh dinihari untuk menikmati suasana matahari terbit. Belum lagi beragam atraksi yang dapat digali dari masyarakat kampung-kampung sekitar Borobudur, berupa kesenian dan fenomena budaya maupun kehidupan sehari-hari (Baiquni, 2009). Namun, daerah ini masih mengalami permasalahan dengan kemiskinan dan pengangguran (Kompas, Rabu 27 Agustus 2003). Kecamatan Borobudur masih menjadi kecamatan yang cukup miskin dengan tingkat kesejahteraan yang rendah di Indonesia (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, 2015). Kemiskinan dan pengangguran merupakan tanggung jawab negara sesuai yang tertuang dari Pasal 34 Ayat 1 UUD Pemerintah telah mengupayakan pengentasan kemiskinan di berbagai daerah. Salah satu program dalam rangka mempercepat pembangunan untuk pengentasan kemiskinan adalah program berskala nasional yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM Mandiri). PNPM Mandiri dilaksanakan dengan mekanisme dan program, penyediaan pendampingan, dan pendanaan (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, 2010). PNPM di Indonesia terbagi atas berbagai macam yaitu PNPM Inti dan PNPM Penguatan. PNPM Mandiri di Indonesia terdiri

3 atas PNPM mandiri pedesaan, mandiri perkotaan, daerah tertinggal dan khusus, rural infrastructure support, PNPM pembangunan infrastuktur ekonomi wilayah, peningkatan usaha agrobisnis pertanian, kelautan dan perikanan, pariwisata, generasi, PNPM-Green, neighbourhood development, serta perumahan dan pemukiman. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat mandiri pariwisata yang dikenal dengan PNPM Mandiri Pariwisata dimulai dari tahun 2007 hingga tahun PNPM Mandiri Pariwisata merupakan program dari PNPM Mandiri nonreguler atau PNPM Penguatan dibawah kementerian kebudayaan dan pariwisata. PNPM Penguatan adalah program nasional pemberdayaan masyarakat yang terdiri dari program pemberdayaan masyarakat berbasis sektoral, kewilayahan, dan khususnya untuk mendukung penanggulangan kemiskinan yang pelaksanaannya untuk mencapai capaian tertentu. PNPM Mandiri Pariwisata sebagai program pemerintah dalam upaya pengentasan kemiskinan melalui sektor pariwisata dengan kelompok sasaran berupa kelompok masyarakat pedesaan potensial. PNPM mandiri Pariwisata didasarkan pada keyakinan bahwa sektor pariwisata merupakan sektor yang sangat strategis. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pariwisata di Kabupaten Magelang tersebar di beberapa kecamatan yaitu kecamatan Borobudur, Kecamatan Mendut, dan Kecamatan Mungkid. Kecamatan Borobudur merupakan kecamatan yang memiliki banyak potensi di bidang pariwisata yang telah ditunjang oleh keadaan alam yang mencukupi, warisan budaya Jawa yang sudah ada sejak dahulu kala serta keberadaan warisan budaya berupa candi-candi yang setiap tahunnya memiliki jumlah wisatawan yang terus meningkat. Kecamatan Borobudur yang ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) selain memiliki keuntungan warisan budaya yang tidak dimiliki oleh wilayah lain juga memiliki keunggulan dari segi letak geografisnya yang mudah akses dan memiliki kesuburan tanah yang cukup. Desa didalam wilayah kecamatan Borobudur yang mendapatkan bantuan dari PNPM Mandiri Pariwisata adalah Desa Wanurejo, Karangrejo, Karanganyar, Tanjungsari, Kebonsari, Giritengah, Maitan, Ngargoretno. Desa Borobudur dan Desa Giritengah sebagai

4 desa yang masuk kedalam wilayah administrasi dari Kecamatan Borobudur sebagai salah satu Kawasan Strategis Pariwisata Nasional. Desa Borobudur dengan topografi datar terbagi dalam 21 dusun. Desa Borobudur sebagai wilayah yang memiliki potensi pariwisata kesenian dan budaya yaitu Candi Borobudur dan potensi lain. Desa Borobudur yang berada dalam lingkup wilayah administrasi Kecamatan Borobudur yang ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) selain memiliki keuntungan warisan budaya yang tidak dimiliki oleh wilayah lain juga memiliki keunggulan dari segi letak geografisnya yang mudah akses dan memiliki kesuburan tanah yang cukup. Keadaan ini memiliki ketimpangan keberadaan candi Borobudur dengan kondisi perekonomian masyarkat sekitarnya. Desa Borobudur membuat banyak lembaga pemerintah serta swasta membuat program sebagai peningkatan taraf hidup masyarakat di Desa Borobudur. Program hingga perhatian yang mulai dilakukan berbagai pihak terhadap desa-desa sekitar Candi Borobudur dinilai masih minim partisipasi stakeholder dan masyarakat sekitar Candi Borobudur (Kompas, 2003).

5 1.2. Rumusan Masalah Upaya pemerintah dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan di Indonesia salah satunya adalah melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat yang diturunkan dalam sektor pariwisata menjadi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pariwisata. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pariwisata yang selanjutnya disingkat menjadi PNPM Mandiri Pariwisata merupakan bagian didalam program PNPM Mandiri yang pelaksanaannya melalui pemberdayaan masyarakat, peningkatan kapasitas para pemangku kepentingan dan pemberi bantuan melalui desa wisata dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan pembangunan kepariwisataan di desa. PNPM Mandiri Pariwisata menempatkan partisipasi masyarakat sebagai bagian penting didalamnya. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pariwisata di Provinsi Jawa Tengah terbagi atas beberapa wilayah termasuk Kabupaten Magelang. Program PNPM Mandiri Pariwisata di Kabupaten Magelang terbagi lagi Desa Wanurejo, Karangrejo, Karanganyar, Tanjungsari, Kebonsari, Giritengah, Borobudur, Ngargoretno, dan Kelurahan Mendut. Pada laporan monitoring dan evaluasi PNPM Mandiri Pariwisata Desa Borobudur tertulis bahwa pada pelaksanaan program-program yang ada dinilai berhasil (Laporan PNPM Mandiri Pariwisata, 2012). PNPM Mandiri Pariwisata memiliki berbagai pendekatan dasar yang digunakan untuk pelaksanaan program seperti yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No PM.26/UM.001/MKP/2010 yang salah satunya adalah pendekatan partisipatif. Pendekatan partisipatif adalah masyarakat terlibat secara aktif dalam kegiatan mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pemeliharaan dan pemanfaatan, dengan memberikan kesempatan secara luas partisipasi aktif dari perempuan. Tujuan utama dari PNPM Mandiri pariwisata yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: PM.26/UM.001/MKP/2010 menjelaskan pentingnya peran masyarakat dalam program PNPM Mandiri

6 Pariwisata. Peran masyarakat tersebut ditunjukkan dengan partisipasi masyarakat dalam program yang dinaungi PNPM Mandiri Pariwisata di Desa Borobudur. Partisipasi masyarakat dalam strategi perkembangan pariwisata pedesaan berkelanjutan baik dari segi fisik serta segi sosial perlu untuk diketahui karena dalam strategi perkembangan pariwisata perlu mempertimbangan berbagai aspek dalam peningkatan pariwisata di Indonesia. Partisipasi masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata merupakan ranah yang menarik untuk diteliti karena hakikatnya pembangunan akan berhasil apabila rakyat ikut terlibat dan berpartisipasi didalamnya. Berbeda dengan program-program lainnya, PNPM Mandiri Pariwisata bersifat pemberdayaan masyarakat dengan partisipasi masyarakat sebagai bagian penting didalamnya. Untuk dapat memahami mengenai partisipasi masyarakat terhadap pengembangan pariwisata desa yang berkelanjutan di wilayah administrasi Desa Borobudur dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pariwisata, serta kajian mengenai keberhasilan laporan akhir PNPM dengan tujuan utama dari program PNPM Mandiri Pariwisata pada pemberdayaan masyaraat maka dibuat pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apa bentuk partisipasi masyarakat dalam proses PNPM Mandiri Pariwisata di Desa Borobudur, Kabupaten Magelang? 2. Apa organisasi yang memfasilitasi partisipasi masyarakat dalam program PNPM Mandiri Pariwisata di Desa Borobudur, Kabupaten Magelang? 3. Bagaimana perkembangan partisipasi masyarakat pada PNPM Mandiri Pariwisata di Desa Borobudur, Kabupaten Magelang?

7 1.3. Tujuan Penelitian Keberadaan keunggulan-keunggulan objek pariwisata yang ada di dalam Kecamatan Borobudur dari segi geografis, budaya, dan potensi daerah membuat penelitian ini menarik untuk dikaji sehingga kedepannya dapat menjadi peningkatan tercapainya visi misi pengembangan pariwisata Indonesia untuk dapat mensejahterakan masyarakat di dalamnya. Penelitian ini memuat tujuan berupa: 1. Mengidentifikasi bentuk partisipasi masyarakat dalam proses PNPM Mandiri Pariwisata di Desa Borobudur, Kabupaten Magelang. 2. Mengidentifikasi organisasi masyarakat yang memfasilitasi partisipasi masyarakat dalam program PNPM Mandiri Pariwisata di Desa Borobudur, Kabupaten Magelang. 3. Mengidentifikasi perkembangan partisipasi masyarakat pada PNPM Mandiri Pariwisata di Desa Borobudur, Kabupaten Magelang.

8 1.4. Hasil yang Diharapkan Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan data berupa: 1. Identifikasi bentuk partisipasi masyarakat di dalam PNPM Mandiri Pariwisata 2. Identifikasi lembaga yang menaungi partisipasi masyarakat di dalam PNPM Mandiri Pariwisata 3. Identifikasi perkembangan partisipasi masyarakat di dalam PNPM Mandiri Pariwisata di Desa Borobudur, Kabupaten Magelang. 4. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai saran pengembangan suatu wilayah yang menggunakan pentingnya peran dari masyarakat sehingga nantinya, program pembangunan yang selanjutnya dapat memperhatikan peran penting masyarakat dalam pembangunan. 1.5 Manfaat Penelitian Kegunaan serta manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian partisipasi masyarakat dalam PNPM Mandiri Pariwisata di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang ini adalah: 1. Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai keadaan dari partisipasi masyarakat di Kecamatan Borobudur utamanya Desa Borobudur terhadap keadaan lapangan sehingga serta dapat menjadi pembelajaran peneliti untuk bekal penelitian yang berhubungan dengan masyarakat. 2. Secara praktis, Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membuat pemerintah melakukan evaluasi dari program PNPM Mandiri Pariwisata dan proses pemberdayaan masyarakat itu sendiri. Hasil evaluasi itu nantinya dapat membuat pembelajaran yang dapat menjadi bahan pertimbangan pada program lain yang sejenis di wilayah lain ataupun di waktu yang akan datang. Pada setiap program yang menyangkut masyarakat akan dapat berkelanjutan saat masyarakat dilibatkan dan mengerti terhadap keadaan lingkungan yang ada. Pemerintah juga dapat terbuka dengan konsep pemahaman pengembangan pariwisata berbasis masyarakat lokal dan dapat memilih

9 langkah-langkah yang tepat. Hasil penelitian ini juga nantinya dapat menjadi bahan evaluasi bagi proses pembangunan di Indonesia.

10 1.6 Keaslian Penelitian Terdapat beberapa penelitian yang selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Penelitian yang selaras tersebut diantaranya penelitian mengenai PNPM Mandiri Pariwisata oleh Firmansyah Nurul Huda dan Nisa Agistiani. Penelitian lain berupa program Kawasan Strategis Nasional Borobudur oleh Raisya Nur Nasich selaras karena merupakan program PNPM Mandiri Pariwisata merupakan program kawasan strategis nasional. Penelitian yang dilakukan oleh Retno Ayu Kusumowati dengan judul Partisipasi masyarakat dalam pengembangan wisata desa di desa Candirejo Borobudur selaras dengan penelitian yang dilakukan penulis dikarenakan mengedepankan partisipasi masyarakat dalam pengembangan wisata desa. Penelitian Firmansyah Nurul Huda berjudul Peran PNPM Mandiri Pariwisata Dalam Pemberdayaan Masyarakat di Kelurahan Sidoharjo, Kabupaten Pacitan memiliki tujuan mengetahui peran PNPM Mandiri Pariwisata dalam pemberdayaan masyarakat di Kelurahan Sidoharjo, Kabupaten Pacitan. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan induktif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pariwisata di Lingkungan Teleng, Kelurahan Sidoharjo terlaksana dengan baik. PNPM Mandiri Pariwisata di lingkungan Teleng, Kelurahan Sidoharjo telah memberikan kontribusi nyata dalam penanggulangan kemiskinan yang dilihat dari dari peningkatan di sektor pariwisata serta perubahan kegiatan social masyarakat di lingkungan Teleng (Huda, 2012). Penelitian Nisa Agistiani dengan judul Pengukuran Kinerja Implementasi Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Studi Kasus: Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pariwisata Di Desa Wisata Brayut. Bertujuan untuk mengetahui kinerja implementasi PNPM Mandiri Pariwisata di Desa Wisata Brayut. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara

11 mendalam, dan penelaahan dokumen. Teknik untuk menguji validitas yang digunakan adalah triangulasi data. Implementasi PNPM Mandiri Pariwisata di Desa Wisata Brayut berkinerja rendah karena tidak ada satupun indikator yang berjalan efektif (Agistiani, 2014). Penelitian Raisya Nur Nasich yang berjudul Evaluasi Potensi Integrasi Program Kawasan Strategis Nasional Borobudur Dengan Program Pembangunan Desa Di Kawasan Borobudur. Penenlitian ini bertujuan mendeskripsikan program kawasan strategis nasional dan program pembangunan desa di kawasan Borobudur, mengevaluasi potensi integrasi program kawasan strategis nasional Borobudur dengan program pembangunan desa di kawasan Borobudur, dan mengidentifikasi faktor-faktor yang diduga mempengaruhi implementasi program kawasan strategis Borobudur. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deduktif. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan adanya potensi integrasi program kawasan strategis nasional Borobudur dengan program pembangunan desa di kawasan Borobudur. Program KSN Borobudur bertujuan melestarikan kawasan cagar budaya di Kawasan Borobudur, tetapi kurang memperhatikan kebutuhan masyarakat karena selama proses penyusunannya kurangnya partisipasi masyarakat. Dalam pelaksanaannya program KSN Borobudur di dukung oleh dana APBN, APBD Provinsi Jawa Tengah dan APBD Kabupaten Magelang. Disisi lain, program pembangunan desa memiliki tujuan penelitian menyelesaikan permasalahan yang ada di desa karena pada proses pelaksanaannya melibatkan paritisipasi masyarakat, namun memiliki kekurangan dalam pendanaan yang hanya didukung oleh dana APBD Kabupaten Magelang dan APB Desa. Dalam implementasinya, terdapat dua faktor yang diduga akan mempengaruhi implementasi program KSN Borobudur yaitu komunikasi dan kesesuaian program (Nasich, 2014). Penelitian yang diteliti oleh Retno Ayu Kusumowati dengan judul Partisipasi masyarakat dalam pengembangan wisata desa di desa Candirejo Borobudur memiliki tujuan Mendeskripsikan partisipasi masyarakat Desa Candirejo dalam mengembangkan desanya menjadi desa tujuan wisata dan faktor

12 yang mempengaruhinya. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah pengembangan wisata desa yang dilakukan oleh pemerintah desa dipengaruhi oleh program-program pemerintah maupun non pemerintah, budaya masyarakat, SDM, potensi dan posisi wilayah serta peranan kepala desa serta pengelolaan wisata desa itu sendiri. Pengembangan wisata desa tersebut mempengaruhi persepsi dan partisipasi masyarakat dalam mendukung kegiatan-kegiatan yang ada di desanya. Partisipasi masyarakat Desa Candirejo tidak hanya dilakukan pada program-program yang sifatnya bottom up akan tetapi juga pada program-program yang berasal dari pemerintah (top down planning). Partisipasi yang cukup tinggi antara lain tergambar dengan sudah dikelolanya pengembangan wisata di Desa Candirejo oleh koperasi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa partisipasi masyarakat Desa Candirejo telah sampai pada tahap kontrol masyarakat, karena masyarakat telah bebas mengelola wisata desa lewat koperasi. Partisipasi masyarakat itu sendiri juga dipengaruhi oleh adanya perubahan Desa Candirejo menjadi desa tujuan wisata, persepsi masyarakat tentang wisata desa, local resources, dan kebanggaan menjadi warga Desa Candirejo (Kusumowati, 2006). Penelitian yang dilakukan Fattima memiliki judul Kajian Partisipasi Masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pariwisata di Desa Borobudur, Kabupaten Magelang. Dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, penelitian fattima lebih ditekankan pada partisipasi masyarakat dalam program Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pariwisata merupakan turunan dari Program nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri. Tujuan dari penelitian ini adalah Mengidentifikasi partisipasi masyarakat, bentuk partisipasi masyarakat dan lembaga yang menaungi partisipasi masyarakat dalam proses PNPM Mandiri Pariwisata di Desa Borobudur, Kabupaten Magelang. Metode yang digunakan dalam penelitian Fattima adalah analisis deskriptif kualitatif menggunakan wawancara pada masyarakat yang terlibat, indepth interview pada stakeholder penting yang berperan dalam PNPM Mandiri Pariwisata

13 di Desa Borobudur, Kabupaten Magelang, survey lapangan yang kemudian hasilnya diolah dengan transkrip wawancara menggunakan Microsoft Word. Tabel matrik dibawah memperlihatkan keaslian penelitian yang akan dilakukan ditunjukkan dengan penelitian yang sejenis.

14 Tabel 1.1 Matrik Keaslian Penelitian No Judul Penelitian Nama Penulis Tujuan Penelitian Analisis Data Hasil Penelitian 1. Peran PNPM Mandiri Pariwisata Dalam Pemberdayaan Masyarakat Di Kelurahan Sidoharjo Kabupaten Pacitan Firmansah Nurul Huda (2012) Mengetahui peran PNPM Mandiri Pariwisata dalam pemberdayaan masyarakat di Kelurahan Sidoharjo Kabupaten Pacitan. Metode penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan induktif. Pelaksanaan program yang berasal dari pemerintah yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pariwisata di Lingkungan Teleng Kelurahan Sidoharjo telah dilaksanakan dengan baik. 2. Pengukuran Kinerja Implementasi Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Studi Kasus: Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pariwisata Di Desa Wisata Brayut. 3. Evaluasi Potensi Integrasi Program Kawasan Strategis Nasional Borobudur Dengan Program Nisa Agistiani R (2014) Raisya Nur Nasich (2014) Mengetahui kinerja implementasi PNPM Mandiri Pariwisata di Desa Wisata Brayut Mendeskripsikan program kawasan strategis nasional dan program pembangunan desa di kawasan Borobudur, Metode penelitian kualitatif dengan menggunakan dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara mendalam, dan penelaahan dokumen. Teknik untuk menguji validitas yang digunakan adalah triangulasi data. Kualitatif Deduktif PNPM Mandiri Pariwisata di Lingkungan Teleng Kelurahan Sidoharjo telah memberikan kontribusi yang nyata dalam penanggulangan kemiskinan, hal ini dapat dilihat dari peningkatan di sektor pariwisata serta perubahan kegiatan sosial masyarakat di Lingkungan Teleng. Implementasi PNPM Mandiri Pariwisata di Desa Wisata Brayut berkinerja rendah karena tidak ada satupun indikator yang berjalan efektif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya potensi integrasi program kawasan strategis nasional Borobudur dengan program pembangunan desa di kawasan Borobudur.

15 No Judul Penelitian Nama Penulis Tujuan Penelitian Analisis Data Hasil Penelitian Pembangunan Desa Di Kawasan Borobudur 4. Partisipasi masyarakat dalam pengembangan wisata desa di desa Candirejo Borobudur Retno Ayu Kusumowati (2006) mengevaluasi potensi integrasi program kawasan strategis nasional Borobudur dengan program pembangunan desa di kawasan Borobudur, dan mengidentifikasi faktor-faktor yang diduga mempengaruhi implementasi program kawasan strategis Borobudur Mendeskripsikan partisipasi masyarakat Desa Candirejo dalam mengembangkan desanya menjadi desa tujuan wisata dan faktor yang mempengaruhinya. Deskriptif Kualitatif Program KSN Borobudur bertujuan melestarikan kawasan cagar budaya di Kawasan Borobudur, tetapi kurang memperhatikan kebutuhan masyarakat karena selama proses penyusunannya kurangnya partisipasi masyarakat. Dalam pelaksanaannya program KSN Borobudur di dukung oleh dana APBN, APBD Provinsi Jawa Tengah dan APBD Kabupaten Magelang. Disisi lain, program pembangunan desa memiliki tujuan penelitian menyelesaikan permasalahan yang ada di desa karena pada proses pelaksanaannya melibatkan paritisipasi masyarakat, namun memiliki kekurangan dalam pendanaan yang hanya didukung oleh dana APBD Kabupaten Magelang dan APB Desa. Dalam implementasinya, terdapat dua faktor yang diduga akan mempengaruhi implementasi program KSN Borobudur yaitu komunikasi dan kesesuaian program. Pengembangan wisata desa yang dilakukan oleh pemerintah desa dipengaruhi oleh programprogram pemerintah maupun non pemerintah, budaya masyarakat, SDM, potensi dan posisi wilayah serta peranan kepala desa serta pengelolaan wisata desa itu sendiri. Pengembangan wisata desa tersebut mempengaruhi persepsi dan partisipasi masyarakat dalam mendukung kegiatan-kegiatan yang ada di desanya. Partisipasi masyarakat Desa Candirejo tidak hanya dilakukan pada program-program

16 No Judul Penelitian Nama Penulis Tujuan Penelitian Analisis Data Hasil Penelitian yang sifatnya bottom up akan tetapi juga pada program-program yang berasal dari pemerintah (top down planning). Partisipasi yang cukup tinggi antara lain tergambar dengan sudah dikelolanya pengembangan wisata di Desa Candirejo oleh koperasi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa partisipasi masyarakat Desa Candirejo telah sampai pada tahap kontrol masyarakat, karena masyarakat telah bebas mengelola wisata desa lewat koperasi. Partisipasi masyarakat itu sendiri juga dipengaruhi oleh adanya perubahan Desa Candirejo menjadi desa tujuan wisata, persepsi masyarakat tentang wisata desa, local resources, dan kebanggaan menjadi warga Desa Candirejo.

17 1.7 Tinjauan Pustaka Konsep Partisipasi Masyarakat Salah satu prinsip PNPM Mandiri Pariwisata adalah partisipasi masyarakat (PNPM, 2009). Partisipasi masyarakat menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No.67 Tahun 2007 adalah keikutsertaan dan keterlibatan masyarakat secara aktif dalam proses pembangunan. Partisipasi Masyarakat terdiri atas dasar kata partisipasi dan masyarakat. Terdapat dua definisi partisipasi di Indonesia menurut Soetrisno (1995) yaitu Partisipasi rakyat dalam pembangunan dengan pemerintah sebagai perencana dan definisi yang kedua adalah suatu kerjasama antar pemerintah sebagai fasilitator dan rakyat dengan posisi bersama-sama merencanakan, melaksanakan, melestarikan, dan mengembangkan hasil pembangunan yang telah dicapai. Dari definisi tersebut terdapat perbedaan pada posisi masyarakat dimana definisi pertama memposisikan masyarakat sebagai pihak penerima apa yang direncanakan pemerintah sementara posisi pada definisi kedua diposisikan sebagai pihak yang ikut terlibat dalam proses perencanaan. Partisipasi adalah proses aktif dan inisiatif yang muncul dari masyarakat menurut Rizqina (2010) yang dapat menjadi kegiatan yang nyata apabila tiga faktor pendukung yang penting berupa kemauan, kemampuan dan kesempatan dalam berpartisipasi yang terpenuhi. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan menurut Koentjaraningrat dalam Mardijani (2010) terbagi dalam dua tipe, yaitu: 1. Partisipasi dalam aktivitas-aktivitas bersama proyek pembangunan khusus. 2. Partisipasi sebagai individu di luar aktifitas-aktifitas bersama dalam pembangunan. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah hal yang cukup penting dimana masyarakat memiliki bagian dan peran dalam suatu pembangunan agar dapat berjalan dengan lancar. Indikator partisipasi masyarakat menurut Rizqina (2010), yaitu: 17

18 1. Ikut serta mengajukan usul atau pendapat mengenai usaha-usaha pembangunan baik secara langsung atau melalui lembaga kemasyarakatan yang ada. 2. Ikut serta dalam bermusyawarah dalam pengambilan keputusan program pembangunan yang akan berjalan. 3. Ikut serta melaksanakan apa yang telah diputuskan dalam musyawarah termasuk sumbangan berupa uang, tenaga hingga pikiran. 4. Ikut serta dalam pengawasan program pembangunan dan dapat mengajukan kritik dan saran dalam proses pembangunan. 5. Ilut serta dalam bertanggung jawab hingga program pembangunan selesai. 6. Ikut menikmati hasil yang dicapai serta memeliharanya. Dilihat dari konteks proses pelaksanaan PNPM Mandiri Pariwisata, partisipasi masyarakat tampak sebagai salah satu fase penting dari 8 siklus kegiatan yaitu sosialisasi, orientasi lapangan, pengambilan keputusan, verifikasi usulan kegiatan, pencairan dana, pelaksanaan kegiatan, monitoring dan evaluasi, serta pelaporan (Damanik, dkk, 2015) Partisipasi publik menurut T.Draha (1990) dapat terjadi pada 4 (empat) jenjang, yaitu: 1. Partisipasi dalam proses pembentukan keputusan; 2. Partisipasi dalam pelaksanaan 3. Partisipasi dalam pemanfaatan hasil; 4. Partisipasi dalam evaluasi. Tahap-tahap yang harus dilalui dalam pemberdayaan masyarakat adalah meliputi: 1. Tahap penyadaran dan tahap pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan kapasitas diri. 2. Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapan keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan keterampilan dasar sehingga dapat mengambil peran di dalam pembangunan. 3. Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan keterampilan sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk mengantarkan pada kemandirian (Ambar Teguh, 2004: 83). 18

19 Bentuk partisipasi yang diberikan masyarakat dalam tahap pembangunan ada beberapa bentuk. Menurut Ericson (dalam Slamet, 1994) bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan terbagi atas 3 tahap, yaitu: 1. Partisipasi di dalam tahap perencanaan (idea planing stage). Partisipasi pada tahap ini maksudnya adalah pelibatan seseorang pada tahap penyusunan rencana dan strategi dalam penyusunan kepanitian dan anggaran pada suatu kegiatan/proyek. Masyarakat berpartisipasi dengan memberikan usulan, saran dan kritik melalui pertemuan-pertemuan yang diadakan. 2. Partisipasi di dalam tahap pelaksanaan (implementation stage). Partisipasi pada tahap ini maksudnya adalah pelibatan seseorang pada tahap pelaksanaan pekerjaan suatu proyek. Masyarakat disini dapat memberikan tenaga, uang ataupun material/barang serta ide-ide sebagai salah satu wujud partisipasinya pada pekerjaan tersebut. 3. Partisipasi di dalam pemanfaatan (utilitazion stage). Partisipasi pada tahap ini maksudnya adalah pelibatan seseorang pada tahap pemanfaatan suatu proyeksetelah proyek tersebut selesai dikerjakan. Partisipasi masyarakat pada tahap ini berupa tenaga dan uang untuk mengoperasikan dan memelihara proyek yang telah dibangun Bentuk Partisipasi Masyarakat Bentuk partisipasi masyarakat sebagai bagian dari keikutsertaan masyarakat di dalam suatu kegiatan. Bentuk dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah rupa atau wujud dari suatu hal atau kegiatan. Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat menurut Keith Davis dalam Sastropoetro (1988) dikemukakan dapat berupa pikiran, tenaga, keahlian, barang dan uang. Bentuk partisipasi masyarakat ini dilakukan dalam berbagai cara, yaitu konsultasi jasa, sumbangan spontanitas yang dapat berupa uang dan barang, mendirikan proyek yang sifatnya berdikari dan dibiayai oleh masyarakat sendiri, sumbangan dalam bentuk kerja, aksi massa, mengadakan pembangunan di dalam keluarga dan membangun proyek masyarakat yang bersifat otonom. 19

20 Bentuk partisipasi yang diberikan masyarakat dalam tahap pembangunan ada beberapa bentuk. Dussedorp (dalam Slamet, 1994:10) mengemukakan bahwa bentuk partisipasi didasarkan pada sembilan hal yaitu; derajat kesukarelaan, cara keterlibatan, keterlibatan dalam proses pembangunan terencana, tingkatan organisasi, intensitas frekuensi kegiatan, lingkup liputan kegiatan, efektifitas, pihak yang terlibat, dan gaya partisipasi Organisasi dalam Masyarakat Organisasi sebagai suatu wadah bersama di dalam suatu kelompok yang memiliki tujuan bersama. Organisasi masyarakat disebut sebagai lembaga di dalam Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No: KM.18/HM.001/MKP/2011. Lembaga dan organisasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terletak di dalam aspek keabsahan di dalamnya. Lembaga di dalam negara sebagai suatu wadah yang legal dan diakui oleh negara sedangkan organisasi dapat berupa legal ataupun illegal dan memiliki aturan yang tidak mengikat. Menurut Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No: KM.18/HM.001/MKP/2011 Lembaga Keswadyaan Masyarakat adalah lembaga kemasyarakatan yang dibentuk dan ditetapkan oleh masyarakat di setiap desa/kelurahan/kampung, yang berfungsi secara kolektif dan bertanggung jawab terhadap pengelolaan keuangan dana kegiatan PNPM Mandiri di desa/kelurahan/kampung dan bertanggung jawab kepada masyarakat melalui musyawarah desa/kelurahan/kampung Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pariwisata Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri pariwisata adalah penjabaran dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri adalah program nasional yang dilakukan dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan dengan berbasiskan pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri Pariwisata sebagai bagian dari PNPM Mandiri yang pelaksanaannya memiliki kesamaan di dalam pemberdayaan 20

21 masyarakat. Pelaksanaan PNPM Mandiri Pariwisata memiliki struktur yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: PM.26/UM.001/MKP/2010 yaitu: 1. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata sebagai penanggung jawab PNPM Mandiri Pariwisata. 2. Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) dan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) di tingkat pusat sebagai coordinator pelaksanaan PNPM Mandiri yang termasuk didalamnya PNPM Mandiri Pariwisata. 3. Direktor Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata sebagai penanggung jawab pelaksanaan PNPM Mandiri Pariwisata yang dilengkapi sekretariat PNPM Mandiri Pariwisata. 4. Konsultan manajemen sebagai membantu Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata dalam proses perencanaan dan pelaksanaan PNPM Mandiri Pariwisata agar dapat berjalan sesuai prosedur dan kebijakan yang telah ditetapkan. 5. SKPD Pelaksana di tingkat provinsi sebagai monitoring dan evaluasi dengan Dinas Pariwisata Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan PNPM Mandiri yang dilengkapi dengan Tim Teknis Provinsi. 6. SKPD Pelaksana di Tingkat Kabupaten/Kota sebagai mitra dalam menjalin kerjasama dengan konsultan manajemen dan fasilitator dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Pariwisata yang dibantu dengan tim teknis kabupaten/kota. 7. Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Provinsi (TKPKD Provinsi) sebagai lembaga koordinator PNPM Mandiri di tingkat provinsi. 8. Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten/Kota (TKPKD Kabupaten/Kota) sebagai lembaga yang mengkoordinasi PNPM Mandiri di tingkat Kabupaten/Kota. 21

22 9. Fasilitator sebagai pendampingan masyarakat dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Pariwisata. 10. Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) sebagai pengelola pelaksanaan PNPM Mandiri Pariwisata di tingkat desa/kelurahan/kampung. 11. Kelompok Masyarakat sebagai subjek dan objek dari PNPM Mandiri Pariwisata. berikut. Struktur pelaksanaan PNPM Mandiri Pariwisata di jabarkan dalam bagan Gambar 1 Struktur Pelaksanaan PNPM Mandiri Sumber: Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: PM.26/UM.001/MKP/

23 Kegiatan PNPM Mandiri Pariwisata menurut Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: PM.26/UM.001/MKP/2010 difokuskan pada pengembangan wilayah sasaran yang memiliki keterkaitan fungsi dan pengaruh dengan unsur daya tarik wisata berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia maupun fasilitas usaha pariwisata dan industri kreatif yang menjadi penggerak aktivitas kepariwisataan di desa wisata. PNPM Mandiri Pariwisata dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat dan peningkatan kapasitas pemangku kepentingan dan bantuan pada desa. Tujuan utama dari PNPM Mandiri pariwisata menurut Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: PM.26/UM.001/MKP/2010 ( adalah: 1. Meningkatkan keberdayaan dan kemandirian masyarakat, dan kelompok peduli setempat dalam menanggulangi kemiskinan di wilayahnya 2. Meningkatkan modal masyarakat seperti kesadaran kritis, potensi sosial dan budaya serta kearifan lokal 3. Meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan pembangunan kepariwisataan yang terintegrasi dan berpihak kepada masyarakat miskin (pro poor) 4. Meningkatkan akses permodalan, inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna, informasi dan komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat; dan 5. Membangun kemitraan lintas sektor untuk menunjang pembangunan kepariwisataan di desa wisata. Sasaran kegiatan PNPM Mandiri Pariwisata adalah: 1. Meningkatnya kapasitas Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) di desa/kelurahan dalam mendorong tumbuh dan berkembangnya partisipasi serta kemandirian masyarakat dalam bidang kepariwisataan 2. Tersedianya dokumen perencanaan desa/kelurahan (RPJM Desa/Kelurahan,PJM Nangkis atau sebutan yang lainnya) yang 23

24 memuat program penanggulangan kemiskinan melalui sektor pariwisata 3. Meningkatnya kapasitas kemampuan berusaha dan berkarya masyarakat di desa wisata dan sekitarnya, yang mencakup wilayah pedesaan atau komunitas masyarakat yang memiliki hubungan atau keterkaitan fungsi dan peran (sebagai objek pendukung, pemasok bahan baku, pemasok logistik, dan sebagainya), sehingga masyarakat miskin yang berdomisili di sekitar daya tarik wisata atau pusat-pusat kegiatan pariwisata dan budaya tersebut dapat meningkatkan kesejahteraannya 4. Meningkatnya kapasitas pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan pembangunan kepariwisataan yang terintegrasi dan berpihak kepada masyarakat miskin (pro poor) 5. Terwujudnya kemitraan atau kerjasama LKM dengan pemangku kepentingan untuk menunjang pembangunan kepariwisataan di desa wisata yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Empat program utama pengembangan pariwisata pedesaan di dalam desain PNPM Mandiri Pariwisata yaitu: 1. Penguatan kapasitas masyarakat untuk meningkatkan kinerja pengelolaan bisnis pariwisata perdesaan 2. Penguatan kapasitas kelembagaan pemerintah untuk memfasilitasi kerjasama antar pemangku kepentingan di dalam pengelolaan program. 3. Bantuan manajemen untuk menjamin kelancaran pelaksanaan program, termasuk kendali mutu, evaluasi, dan keberlanjutan program 4. Bantuan dana untuk pengembangan infrastruktur fisik pariwisata perdesaan (PNPM,2009) 24

25 Program PNPM Mandiri Pariwisata dilakukan dengan pendekatan berupa: 1. Pemberdayaan Masyrakat 2. Keberpihakan kepada yang miskin 3. Desentralisasi 4. Partisipatif 5. Keadilan dan kesetaraan gender 6. Keswadayaan 7. Keterpaduan program pembangunan 8. Penguatan kapasitas kelembagaan 9. Pembangunan pariwisata yang terintegrasi 10. Pembangunan pariwisata berkelanjutan (PNPM,2009) Kelompok sasaran dari penerima manfaat PNPM Mandiri Pariwisata adalah masyarakat meliputi masyarakat desa, kelompok masyarakat dan LKM serta pihak pemerintah daerah dan swasta. 25

26 Gambar 2 Siklus Kegiatan PNPM Mandiri Pariwisata di Masyarakat Sumber: Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No: KM.18/HM.001/MKP/ Batasan Operasional PNPM Mandiri Pariwisata adalah program nasional yang dilakukan dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan programprogram penanggulangan kemiskinan dengan berbasiskan pemberdayaan masyarakat yang diangkat dari sektor pariwisata. Bentuk partisipasi masyarakat adalah keikutsertaaan masyarakat secara sukarela yang didasari oleh determinan dan kesadaran diri masyarakat itu sendiri dalam program pembangunan (Conyer dalam Soetomo, 2006). Bentuk 26

27 partisipasi masyarakat yang menjadi batasan penelitian adalah berupa pikiran, tenaga, keahlian, barang dan uang. Lembaga masyarakat adalah himpunan daripada norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat (Soekanto, 2003). Lembaga Masyarakat adalah lembaga yang dibentuk oleh anggota masyarakat Warga Negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan visi, misi, profesi, fungsi dan kegiatan untuk berperanserta dalam pembangunan.lembaga masyarakat yang dimasukkan dalam kajian penelitian adalah lembaga masyarakat yang mengikuti program dalam PNPM Mandiri Pariwisata di Desa Borobudur. Stakeholder adalah individu yang memiliki pengaruh, jabatan serta peran didalam masyarakat. Stakeholder yang dipilih adalah perangkat desa yaitu Kepala Desa, Fasilitator PNPM Mandiri Pariwisata Desa Borobudur, Kepala Urusan Pembangunan, dan ketua-ketua lembaga masyarakat yang ikut dalam PNPM Mandiri Pariwisata. 1.9 Kerangka Pemikiran PNPM Mandiri pariwisata yang merupakan program yang berlangsung dari tahun 2009 hingga 2014 terbagi atas beberapa program di dalam Desa Borobudur. Partisipasi masyarakat sebagai salah satu unsur penting dalam keberhasilan pembangunan di suatu wilayah. PNPM Mandiri melalui sektor pariwisata dikenal sebagai PNPM Mandiri Pariwisata. PNPM Mandiri Pariwisata dibuat menggunakan pendekatan dan tujuan utama yang erat kaitannya dengan masyarakat. Pendekatan yang mendasari PNPM Mandiri Pariwisata salah satunya adalah partisipasi dari masyarakat. PNPM Mandiri pariwisata memiliki aktor penting didalamnya yaitu pemerintah, masyarakat, dan pihak swasta. Penelitian ini difokuskan pada peran masyarakat sesuai dengan tujuan utama dari PNPM Mandiri Pariwisata yang ditunjukkan dengan partisipasi masyarakat dalam program-program PNPM Mandiri Pariwisata di Desa Borobudur. Partisipasi masyarakat terbagi atas 27

28 partisipasi masyarakat pada tahapan PNPM Mandiri Pariwisata, bentuk partisipasi masyarakat, serta lembaga yang menaungi partisipasi masyarakat dalam PNPM Mandiri Pariwisata di Desa Borobudur. Ketiga hal tersebut digunakan untuk melihat partisipatif masyarakat yang menjadi pendekatan dalam dasar program PNPM Mandiri Pariwisata serta nantinya akan dikaji dari tujuan utama dari PNPM Mandiri Pariwisata yang tertuang di dalam Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: PM.26/UM.001/MKP/201 28

29 PNPM Mandiri Pariwisata PNPM Mandiri Pariwisata di Desa Borobudur Keberdayaan dan kemandirian Masyarakat Masyarakat Bentuk Partisipasi Masyarakat Modal Masyarakat Kapasitas Pemerintah Daerah Akses Permodalan dalam Pemberdayaan Masyarakat Pemerintah Swasta Organisasi yang Memfasilitasi Partisipasi Masyarakat Perkembangan Partisipasi Masyarakat pada Tahapan PNPM Membangun Kemitraan lintas Sektor Gambar 3 Kerangka Pemikiran Penelitian 29

30 30

PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA NOMOR : KM.18/HM.001/MKP/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA NOMOR : KM.18/HM.001/MKP/2011 TENTANG PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA NOMOR : KM.18/HM.001/MKP/2011 TENTANG PEDOMAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

KAJIAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PARIWISATA DI DESA BOROBUDUR, KABUPATEN MAGELANG

KAJIAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PARIWISATA DI DESA BOROBUDUR, KABUPATEN MAGELANG KAJIAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PARIWISATA DI DESA BOROBUDUR, KABUPATEN MAGELANG Fattima Choiruni Yasina Murti Fattimayasinamurti@gmail.com M.

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan dan analisis, penelitian ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Program KSN Borobudur dan Program Pembangunan Desa Program

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA NOMOR : PM.26/UM.001/MKP/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA NOMOR : PM.26/UM.001/MKP/2010 TENTANG PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA NOMOR : PM.26/UM.001/MKP/2010 TENTANG PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PARIWISATA MELALUI DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.16/Menhut-II/2011 Tanggal : 14 Maret 2011 PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedoman

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.150, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. PNPM Mandiri. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.16/MENHUT-II/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN KEGIATAN PENDAMPINGAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN DAN PENDAMPINGAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Wakatobi

Pemerintah Kabupaten Wakatobi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Wakatobi memiliki potensi kelautan dan perikanan serta potensi wisata bahari yang menjadi daerah tujuan wisatawan nusantara dan mancanegara. Potensi tersebut

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V.1. Visi Menuju Surabaya Lebih Baik merupakan kata yang memiliki makna strategis dan cerminan aspirasi masyarakat yang ingin perubahan sesuai dengan kebutuhan, keinginan,

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014 PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 14 TAHUN 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2015

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 14 TAHUN 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2015 WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2015 TIM PENYUSUN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2014

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH Perencanaan dan implementasi pelaksanaan rencana pembangunan kota tahun 2011-2015 akan dipengaruhi oleh lingkungan strategis yang diperkirakan akan terjadi dalam 5 (lima)

Lebih terperinci

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 V-1 BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Permasalahan dan tantangan yang dihadapi, serta isu strategis serta visi dan misi pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan harus memperhatikan segala sumber-sumber daya ekonomi sebagai potensi yang dimiliki daerahnya, seperti

Lebih terperinci

Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan

Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Pendekatan Kultural Pendekatan Struktural Model Pendekatan Pengembangan Ekonomi Kerakyatan 1. Pendekatan Kultural adalah program

Lebih terperinci

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG RINGKASAN RENJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA TANGERANG TAHUN 2017 Rencana Kerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang Tahun 2017 yang selanjutnya disebut Renja Disbudpar adalah dokumen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR Rancangan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONDOWOSO,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1. TinjauanPustaka PNPM Mandiri PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa kemiskinan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI W A L I K O T A K E D I R I PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI Menimbang WALIKOTA KEDIRI, : a. bahwa pelaksanaan pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V.1. Visi Menuju Surabaya Lebih Baik merupakan kata yang memiliki makna strategis dan cerminan aspirasi masyarakat yang ingin perubahan sesuai dengan kebutuhan, keinginan,

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Perubahan paradigma dalam pengelolaan dan penyelenggaraan pemerintahan dari sentralistik ke desentralistik telah memberikan nuansa baru yang sama sekali berbeda

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DESA DAN KAWASAN PERDESAAN, SERTA PEMANFAATAN DAN PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Pemerintah mempunyai program penanggulangan kemiskinan yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat baik dari segi sosial maupun dalam hal ekonomi. Salah

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG NO. 32 2011 SERI. E PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 32 TAHUN 2010 TENTANG KAMPUNG BUDAYA GERBANG KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan terhadap Kebijakan Nasional Rencana program dan kegiatan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pemalang mendasarkan pada pencapaian Prioritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 16/Menhut-II/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 16/Menhut-II/2011 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 16/Menhut-II/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN

Lebih terperinci

RPJMD Kabupaten Jeneponto Tahun ini merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto terpilih

RPJMD Kabupaten Jeneponto Tahun ini merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto terpilih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional dan regional, juga bermakna sebagai pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 VISI DAN MISI Visi adalah kondisi yang dicita-citakan untuk di wujudkan. Secara ontologis, visi merupakan das sollen, yaitu apa yang sebenarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Isu kemiskinan masih menjadi isu strategik dan utama dalam pembangunan, baik di tingkat nasional, regional, maupun di provinsi dan kabupaten/kota. Di era pemerintahan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN GRESIK TAHUN 2018 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN GRESIK TAHUN 2018 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI GRESIK NOMOR : TAHUN 2017 TANGGAL : MEI 2017 1.1. Latar Belakang RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN GRESIK TAHUN 2018 BAB I PENDAHULUAN Rencana Kerja Pemerintah

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF

USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF Nama Alamat : Ronggo Tunjung Anggoro, S.Pd : Gendaran Rt 001 Rw 008 Wonoharjo Wonogiri Wonogiri

Lebih terperinci

PARTISIPASI KELOMPOK USAHA SOUVENIR REBO LEGI DALAM SISTEM PARIWISATA DI KLASTER PARIWISATA BOROBUDUR TUGAS AKHIR. Oleh : GRETIANO WASIAN L2D

PARTISIPASI KELOMPOK USAHA SOUVENIR REBO LEGI DALAM SISTEM PARIWISATA DI KLASTER PARIWISATA BOROBUDUR TUGAS AKHIR. Oleh : GRETIANO WASIAN L2D PARTISIPASI KELOMPOK USAHA SOUVENIR REBO LEGI DALAM SISTEM PARIWISATA DI KLASTER PARIWISATA BOROBUDUR TUGAS AKHIR Oleh : GRETIANO WASIAN L2D 004 314 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sasaran Pembangunan Millennium (Millennium Development Goals atau disingkat dalam bahasa Inggris MDGs) adalah delapan tujuan yang diupayakan untuk dicapai pada tahun

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Lamongan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam dua puluh tahun mendatang, dan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Kabupaten

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Kabupaten Sleman saat ini berkembang dengan cukup pesat.

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Kabupaten Sleman saat ini berkembang dengan cukup pesat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata Kabupaten Sleman saat ini berkembang dengan cukup pesat. Hal ini dibuktikan dengan tingkat kunjungan wisatawan yang terus meningkat dari tahun

Lebih terperinci

STRATEGI PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PNPM

STRATEGI PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PNPM STRATEGI PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PNPM Deputi Meneg PPN/Kepala Kepala Bappenas Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan, dan UKM Rakornas Gubernur dan Bupati/Walikota dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG . BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI MURUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program Penanggulangan Kemiskinan dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Program Penanggulangan Kemiskinan dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Penanggulangan Kemiskinan dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 1 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana diketahui bahwa sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 memberikan keleluasaan kepada daerah untuk

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2016

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA MATARAM 2016 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2016 idoel Tim Penyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah private (RKPD) 1/1/2016 Kota Mataram WALIKOTA MATARAM PROVINSI

Lebih terperinci

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA

PEREKONOMIAN INDONESIA PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi kerakyatan, sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 33 UUD 1945, adalah sebuah sistem perekonomian yang ditujukan untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dalam bidang ekonomi. Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada pasal 260 menyebutkan bahwa Daerah sesuai dengan kewenangannya menyusun rencana pembangunan Daerah

Lebih terperinci

DOKUMEN RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SOSIAL EKONOMI WILAYAH

DOKUMEN RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SOSIAL EKONOMI WILAYAH DOKUMEN RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SOSIAL EKONOMI WILAYAH BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.1.1. Gambaran Umum dan Konsep Program PISEW Berbagai upaya untuk mengatasi masalah kesenjangan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JENEPONTO Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

Oleh: Bito Wikantosa Kasubdit Perencanaan dan Pembangunan Partisipatif

Oleh: Bito Wikantosa Kasubdit Perencanaan dan Pembangunan Partisipatif Oleh: Bito Wikantosa Kasubdit Perencanaan dan Pembangunan Partisipatif LATAR BELAKANG MASALAH Definisi Desa menurut UU Desa Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III PROFIL DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KOTA YOGYAKARTA. A. Sejarah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta

BAB III PROFIL DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KOTA YOGYAKARTA. A. Sejarah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta 32 BAB III PROFIL DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KOTA YOGYAKARTA A. Sejarah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta dibentuk berdasarkan Peraturan

Lebih terperinci

DEKLARASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI

DEKLARASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI DEKLARASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI Bahwa kemiskinan adalah ancaman terhadap persatuan, kesatuan, dan martabat bangsa, karena itu harus dihapuskan dari bumi Indonesia. Menghapuskan kemiskinan merupakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Desa Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH A. VISI DAN MISI Kebijakan Pemerintahan Daerah telah termuat dalam Peraturan Daerah Nomor 015 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN GUBERNUR MALUKU NOMOR : 21 TAHUN 2009 TENTANG KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI MALUKU GUBERNUR MALUKU, Menimbang : a. bahwa percepatan penurunan angka

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 115 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KAMPUNG WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Strategi sanitasi kabupaten bintan Tahun anggaran Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Strategi sanitasi kabupaten bintan Tahun anggaran Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa penyelenggaraan desentralisasi dilaksanakan dalam bentuk pemberian kewenangan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR 5.1. Visi dan Misi Pengelolaan Kawasan Konservasi Mengacu pada kecenderungan perubahan global dan kebijakan pembangunan daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan beribu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan beribu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan beribu pulau yang terletak di antara dua benua, yaitu Benua Asia dan Benua Australia serta dua samudera,

Lebih terperinci

RENCANA KERJA Tahun 2016

RENCANA KERJA Tahun 2016 RENCANA KERJA Tahun 2016 DINAS PARIWISATA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Daerah adalah merupakan dokumen yang dijadikan pedoman dan dasar dalam melaksanakan Program dan

Lebih terperinci

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA TAHUN 2014

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. No.369, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1 1.1. Latar Belakang RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Bupati Mandailing Natal yang akan dilaksanakan dan diwujudkan dalam suatu periode masa jabatan. RPJMD Kabupaten Mandailing Natal

Lebih terperinci

KEPALA DESA CABAK KECAMATAN TLOGOWUNGU KABUPATEN PATI PERATURAN DESA CABAK NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG

KEPALA DESA CABAK KECAMATAN TLOGOWUNGU KABUPATEN PATI PERATURAN DESA CABAK NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG KEPALA DESA CABAK KECAMATAN TLOGOWUNGU KABUPATEN PATI PERATURAN DESA CABAK NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA (RKP-Desa) DESA CABAK TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam suatu proses pembangunan, selain dipertimbangkan aspek pertumbuhan dan pemerataan, juga dipertimbangkan dampak aktivitas ekonomi terhadap kehidupan sosial masyarakat,

Lebih terperinci

Pengelolaan. Pembangunan Desa Edisi Desember Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pengelolaan. Pembangunan Desa Edisi Desember Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Buku Bantu Pengelolaan Pembangunan Desa Edisi Desember 2016 PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Lebih terperinci

Executive Summary EXECUTIVE SUMMARY PENGKAJIAN MODEL KELEMBAGAAN DAN PENGELOLAAN AIR IRIGASI

Executive Summary EXECUTIVE SUMMARY PENGKAJIAN MODEL KELEMBAGAAN DAN PENGELOLAAN AIR IRIGASI EXECUTIVE SUMMARY PENGKAJIAN MODEL KELEMBAGAAN DAN PENGELOLAAN AIR IRIGASI Desember, 2011 KATA PENGANTAR Laporan ini merupakan Executive Summary dari kegiatan Pengkajian Model Kelembagaan dan Pengelolaan

Lebih terperinci

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih

Lebih terperinci

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) merupakan upaya membangun sistem manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan merupakan sebuah kondisi kehilangan terhadap sumber-sumber pemenuhan kebutuhan dasar

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Penyusunan Perubahan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan implementasi dari pelaksanaan Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang

Lebih terperinci

pengembangan pariwisata di kampung Sawinggrai bisa dijadikan sebagai buktinya.

pengembangan pariwisata di kampung Sawinggrai bisa dijadikan sebagai buktinya. Bab Enam Kesimpulan Masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata di suatu kawasan atau daerah tujuan wisata (DTW), seringkali diabaikan dan kurang diberikan peran dan tanggung jawab dalam mendukung aktivitas

Lebih terperinci

BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaiman pemerintah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien. Dengan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N Lampiran : Peraturan Bupati Semarang Nomor : 46 Tahun 2013 Tanggal : 30 Mei 2013 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan pembangunan

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.389, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Penyediaan Air Minum. Sanitasi. Percepatan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM

Lebih terperinci