BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Kabupaten Sleman saat ini berkembang dengan cukup pesat.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Kabupaten Sleman saat ini berkembang dengan cukup pesat."

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata Kabupaten Sleman saat ini berkembang dengan cukup pesat. Hal ini dibuktikan dengan tingkat kunjungan wisatawan yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 tercatat , 2011 tercatat , 2012 tercatat , 2013 tercatat , dan 2014 tercatat jumlah wisatawan yang berkunjung. Tingginya kunjungan wisatawan di Kabupaten Sleman cukup dipengaruhi oleh kontribusi kunjungan wisatawan ke desa wisata. Desa wisata kini menjadi alternatif lain bagi wisatawan sebagai tujuan wisata selain wisata konvensional yang sudah ada saat ini. Perkembangan desa wisata di kabupaten Sleman mendapat pengaruh dari kebijakan pemerintah yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pariwisata atau PNPM Mandiri Pariwisata. PNPM Mandiri Pariwisata merupakan sebuah program nasional yang diharapakan dapat menanggulangi masalah kemiskinan melalui pengembangan potensi pariwisata di daerah mereka dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri Pariwisata dikelola oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata yang 1 Sumber: Statistik Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman Tahun 2014

2 2 sekarang menjadi Kementerian Pariwisata. Kehadiran program tersebut memunculkan semangat masyarakat untuk mengembangkan potensi yang dimiliki desa mereka yang kemudian dikembangkan menjadi sebuah desa wisata yang maju. Tercatat sebanyak 24 desa wisata di Kabupaten Sleman yang telah menerima Bantuan Langsung Mandiri (BLM) PNPM Mandiri Pariwisata. Sejak dibentuknya PNPM Mandiri Pariwisata pada tahun 2009 hingga ditutupnya program tersebut pada Januari 2014, sudah kurang lebih desa wisata yang dikembangkan di seluruh Indonesia. Dengan lebih dari 800 desa wisata yang sudah dikembangkan, PNPM Mandiri Pariwisata diharapkan memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat dan mampu mengurangi masalah perekonomian. Tetapi, tentu tidak semua program dapat berjalan lancar dan sesuai tepat sasaran. Alasan kenapa PNPM Mandiri Pariwisata dihentikan adalah kurang tepatnya penyaluran bantuan dan dianggap kurang memberikan manfaat. Munculnya anggapan tersebut dinilai tidak benar oleh sebagian pihak termasuk pihak Kementerian dan para penerima yaitu desa wisata. Hal ini memunculkan gagasan utama dari penelitian ini. Yaitu, bertujuan untuk menggali apakah BLM PNPM Mandiri Pariwisata berhasil dimanfaatkan dan apakah program tersebut berhasil dilaksanakan di desa wisata desa wisata penerima bantuan. Penelitian mengambil contoh desa wisata di Kabupaten Sleman, tepatnya di Kecamatan Cangkringan dan Kecamatan Turi. Desa wisata dipilih 2 Sumber: ( diakses pada 16 Septemer 2015

3 3 berdasarkan tingkat keberhasilan dengan telah menerima bantuan sebanyak tiga kali. Pemilihan desa wisata tak lepas dari rujukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman. Setelah merundingkan lokasi yang tepat, berdasarkan hasil pelaporan PNPM Mandiri Pariwisata dan prestasi desa wisata, dipilihlah dua desa wisata yaitu: desa wisata Pentingsari dan desa wisata Tanjung. Berdasarkan prestasi, desa wisata Pentingsari telah menerima penghargaan sebagai Juara II Lomba Desa Wisata se-kabupaten Sleman tahun 2008, Juara I Lomba Desa Wisata se-kabupaten Sleman tahun 2009, mendapat penghargaan khusus dari Dinas Pariwisata Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai desa wisata dengan Keunikan Alam tahun 2009, Apreciation as Best Practice of Tourism Ethics at Local Level dari WCTE-UNWTO tahun 2011, Citra Pesona Wisata/ Cipta Award Kemenbudpar tahun 2011, dan Tuan Rumah Penghargaan Desa Wisata Indonesia Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI tahun Desa wisata Tanjung telah mendapat penghargaan berupa Juara I Desa Wisata Kategori Berkembang Tingkat Kabupaten Sleman tahun 2010 dan Juara III Lomba Desa Wisata Tingkat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun Kedua desa wisata tersebut telah meneriman BLM PNPM Mandiri Pariwisata yaitu desa wisata Pentingsari pada tahun 2009, 2010, 2011 dan desa wisata Tanjung pada tahun 2011, 2012, 2013.

4 4 Desa wisata Pentingsari dan Tanjung dinilai mencukupi syarat sebagai lokasi penelitian. Dipilih dua desa wisata sebagai contoh bahwa PNPM Mandiri Pariwisata berhasil dilaksanakan tidak hanya di satu desa wisata saja tetapi dua desa wisata meskipun dengan tingkat keberhasilan yang berbeda. Diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini bisa menghapus anggapan bahwa PNPM Mandiri Pariwisata kurang berhasil dan tidak tepat sasaran. Selain itu, masih banyak manfaat yang didapat dengan adanya PNPM Mandiri Pariwisata. Dalam penelitian ini akan dijelaskan mengenai pelaporan pelaksanaan PNPM Mandiri Pariwisata di kedua desa wisata, indikator keberhasilan PNPM Mandiri Pariwsata, pencapaian tujuan PNPM Mandiri Pariwisata dan tingkat keberhasilan desa wisata Pentingsari dan Tanjung. 1.2 Rumusan Masalah Masalah yang ditemukan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana pelaksanaan PNPM Mandiri Pariwisata di Desa Wisata Pentingsari dan Desa Wisata Tanjung? Apakah pelaksanaan PNPM Mandiri Pariwisata di Desa Wisata Pentingsari dan Desa Wisata Tanjung sudah memenuhi indikator keberhasilan dan tujuan dari PNPM Mandiri Pariwisata?

5 5 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan PNPM Mandiri Pariwisata di Desa Wisata Pentingsari dan Tanjung Untuk mengetahui apakah pelaksanaan PNPM Mandiri Pariwisata di desa wisata Pentingsari dan desa wisata Tanjung sudah memenuhi indikator keberhasilan dan tujuan PNPM Mandiri Pariwisata 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian adalah: Manfaat Teoritis Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dalam hal pengembangan ilmu pengetahuan pariwisata di bidang Indikator Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pariwisata dalam pengembangan desa wisata melalui analisis pelaksanaan dan tujuan Manfaat Praktis Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan serta bahan evaluasi bagi pemerintah dalam pengambilan sebuah kebijakan, terutama kebijakan dalam menanggulangi permasalahan sosial dan ekonomi masyarakat. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat luas mengenai pemanfaatan PNPM Mandiri Pariwisata yang sudah dilaksanakan di Kabupaten Sleman.

6 6 1.5 Tinjauan Pustaka Skripsi dengan judul Manfaat PNPM Mandiri Pariwisata Dalam Pengembangan Desa Wisata Studi Kasus: Desa Wisata Tanjung dan Desa Wisata Pentingsari belum pernah ditulis sebelumnya. Tetapi, penelitian mengenai Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pariwisata, Desa Wisata Pentingsari dan Desa Wisata Tanjung sebelumnya sudah pernah dilakukan. Berikut beberapa penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini, diantaranya adalah: Penelitian dengan judul Analisis Komponen Daya Tarik Wisata di Desa Wisata Pentingsari, Kelurahan Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, DIY sebuah skripsi yang ditulis oleh Bahtiar Saiful Hidayat (2014). Penelitian ini membahas analisis komponen daya tarik wisata di Desa Wisata Pentingsari. Metode yang digunakan adalah dengan penilaian beberapa komponen menurut perspektif wisatawan. Penelitian dilakukan dengan menyebar angket secara acak serta melakukan wawancara dengan beberapa tokoh yang dapat mewakili informasi yang dibutuhkan. Hasil dari penelitian berdasarkan analisis komponen daya tarik wisata, Desa Wisata Pentingsari terdiri dari 12 komponen. Penelitian dengan judul Dampak Implementasi Kebijakan Pengembangan Desa Wisata Terhadap Pemberdayaan Masyarakat Desa di Kabupaten Sleman: Studi Kasus di Desa Wisata Tanjung dan Desa Wisata Pajangan. Sebuah Tesis yang ditulis oleh Dewanto Tri Nugroho (2010). Penelitian ini membahas tentang bagaimana kebijakan pengembangan desa

7 7 wisata berpengaruh terhadap keberdayaan masyarakat dan faktor apa saja yang mendukung dan menghambat implementasi kebijakan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat desa wisata di kabupaten Sleman. Hasil penelitian tersebut adalah kebijakan pengembangan desa wisata yang diluncurkan oleh Pemerintah Kabupaten Sleman tidak bisa dikatakan cukup kuat untuk merubah keadaan masyarakat jika tidak dilandasi partisipasi dan antusiasme masyarakat. Tanjung dan Pajangan menjadi contoh faktual. Pajangan tidak beranjak menjadi desa wisata dengan kategori yang lebih baik sejak didirikan pada tahun Sedangkan Tanjung selalu menjadi langganan juara dan secara regular mendapat kunjungan wisatawan semenjak pertama kali berdiri tahun Penilitian dengan judul Pengukuran Kinerja Implementasi Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Studi Kasus: Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pariwisata Di Desa Wisata Brayut sebuah Tesis yang ditulis oleh Nisa Agistiani R. (2014). Penilitian ini membahas tentang pengukuran kinerja implemetasi kebijakan publik yang dilakukan di Desa Wisata Brayut Kabupaten Sleman. Berdasarkan pengukuran indicator policy output dan indicator policy costumes didapat hasil bahwa kinerja implementasi PNPM Mandiri Pariwisata di Desa Wisata Brayut rendah. Dikatakan rendah karena implementasi PNPM Mandiri Pariwisata gagal dalam mencapai long-term outcome yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin di desa wisata.

8 8 Penelitian dengan judul Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pariwisata Dalam Pengembangan Agrowisata Di Desa Koanara Kabupaten Ende sebuah Tesis yang ditulis oleh Beata Maria Kurniawati Apu (2010). Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui proses implementasi PNPM Mandri Pariwisata Dinas Pariwisata Kabupaten Ende, tepatnya di Desa Koanara dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhinya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan responden beranggapan bahwa dana PNPM Mandiri Pariwisata sangat penting, sangat dibutuhkan dan perlu dipertahankan untuk menjaga kelanjutan program tersebut. PNPM Mandiri Pariwisata di Desa Koanara Kabupaten Ende telah berhasil diimplementasikan dengan baik, walaupun hasil dan tujuan yang dicapai belum maksimal. Penelitian dengan judul Efektifitas Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pariwisata di Desa Kemuning Lor Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember pada tahun 2013 oleh Moch Arie Ardiansyah, Sutomo, dan M. Hadi Makmur sebuah artikel ilmiah hasil penelitian mahasiswa 2013 jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Jember. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa komunikasi dalam program PNPM Mandiri Pariwisata di Desa Kemuning Lor, Kecamatan Arjasa, Kabupaten Jember, sudah berjalan dengan baik. Masyarakat memahami betul mengenai tujuan dan manfaat dari program PNPM Mandiri Pariwisata, serta terdapat kesesuaian pedoman dengan kenyataan di lapangan. Meskipun terjadi beberapa kendala seperti minimnya

9 9 staf pelaksana yang tidak diimbangi dengan penerima manfaat yang relatif banyak. Dukungan dan komitmen masyarakat cukup baik, diketahui respon yang cepat apabila mengalami kendala. Dari beberapa penelitian terdahulu yang sudah dipaparkan di atas, ada beberapa kesamaan ditemukan, yaitu lokasi penelitian dan bahasan mengenai PNPM Mandiri Pariwisata. Yang membedakan penelitian di atas dengan skripsi ini adalah objek tempat penelitian yang berfokus pada desa wisata di Kabupaten Sleman yaitu, desa wisata Pentingsari dan desa wisata Tanjung. Beberapa kesamaan yang ditemukan akan dijadikan referensi dalam melakukan penelitian. 1.6 Landasan Teori Sebelum melaksanakan penelitian, perlu diketahui apakah yang dimaksud dengan desa wisata dan PNPM Mandiri Pariwisata. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan, desa wisata adalah suatu wilayah dengan luasan tertentu dan memiliki potensi keunikan daya tarik yang khas dengan komunitas masyarakatnya yang mampu menciptakan perpaduan berbagai daya tarik wisata dan fasilitas pendukungnya untuk menarik kunjungan wisatawan. Menurut Pariwisata Inti Rakyat (PIR) dalam Hadiwijoyo (2012:68), desa wisata adalah: Suatu kawasan perdesaan yang menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian perdesaan baik dari kehidupan social ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, keseharian, memiliki arsitektur bangunan dan struktur tata ruang desa yang khas, atau

10 10 kegiatan perekonomian yang unik dan menarik serta mempunyai potensi untuk dikembangkannya berbagai komponen kepariwisataan, misalnya : atraksi, akomodasi, makanan-minuman, dan kebutuhan wisata lainnya. Menurut Peraturan Menteri Kebudayaan Dan Pariwisata Nomor: KM.18/HM.001/MKP/2011 Tentang Pedoman Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pariwisata, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan programprogram penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Sedangkan PNPM Mandiri Pariwisata adalah bagian dari PNPM Mandiri yang pelaksanaannya melalui pemberdayaan masyarakat, peningkatan kapasitas para pemangku kepentingan dan pemberian bantuan langsung masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan pembangunan kepariwisataan di desa wisata, desa sekitar daya tarik wisata dan desa disekitar usaha pariwisata. PNPM Mandiri Pariwisata dilaksanakan dengan menggunakan konsep pemberdayaan masyarakat. Menurut Kartasasmita dalam Sumodiningrat (1999:133) pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan dengan kata lain, memampukan dan memandirikan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk meningkatkan potensi masyarakat agar mampu meningkatkan kualitas hidup

11 11 yang lebih baik bagi seluruh warga masyarakat melalui kegiatan-kegiatan swadaya (Hadiwijoyo, 2012:28). Tujuan utama PNPM Mandiri Pariwisata adalah meningkatkan kemampuan, menciptakan lapangan kerja dan usaha masyarakat di bidang pariwisata yang secara khusus dijabarkan sebagai berikut: 1. Meningkatkan keberdayaan dan kemandirian masyarakat, dan keswadayaan setempat dalam menanggulangi kemiskinan di wilayahnya melalui usaha kepariwisataan. 2. Meningkatkan kemampuan kreatifitas masyarakat seperti kesadaran kritis, potensi sosial dan budaya serta kearifan lokal untuk memberdayakan dirinya sendiri. 3. Meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat miskin melalui kebijakan pembangunan kepariwisataan yang terintregasi dan berbasis masyarakat. 4. Membangun kemitraan lintas sektor untuk melakukan akselerasi pembangunan kepariwisataan di wilayah binaan. Adapun indikator keberhasilan PNPM Mandiri Pariwisata sebagai berikut: 1. Masyarakat memahami tentang PNPM Mandiri Pariwisata dan pembangunan pariwisata berkelanjutan. 2. Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) mampu merumuskan secara partisipatif dokumen perencanaan desa/kelurahan/kampung dan atau melakukan reorientasi perencanaan desa/kelurahan/kampung (RPJM

12 12 desa/kelurahan/kampung) yang memuat program penanggulangan kemiskinan melalui sektor pariwisata. 3. Pelaksanaan kegiatan dan pengelolaan dana Bantuan Desa Wisata (BDW) secara transparan dan akuntabel serta diprioritaskan kepada kelompok miskin yang bergerak di sektor pariwisata. 4. Pemerintah daerah telah menyusun kebijakan pembangunan pariwisata yang terintegrasi dan berpihak kepada masyarakat miskin (pro poor) 5. Meningkatnya jumlah kunjungan, lama tinggal dan jumlah pembelanjaan wisatawan pada DTW 6. Terbukanya lapangan kerja dan usaha di desa wisata. 1.7 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dapat berupa data primer maupun data sekunder. Data primer diperoleh dari sumber pertama melalui prosedur dan tehnik pengambilan data yang dapat berupa interview dan observasi. Data sekunder diperoleh dari sumber tidak langsung yang biasanya berupa data dokumentasi dan arsip-arsip resmi Teknik Perolehan Data Teknik memperoleh data dalam penelitian ini menggunakan observasi, wawancara dan studi pustaka. 1) Observasi

13 13 Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan (Bungin, 2007:118). Metode ini digunakan untuk mengobservasi pemanfaatan dana PNPM Mandiri Pariwisata di desa wisata Tanjung dan Pentingsari. Observasi dilakukan pada bulan Juni sampai dengan bulan Agustus 2015 dengan melakukan pengambilan data berupa gambar. 2) Wawancara Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2012: 216) wawancara adalah a meeting of two persons to exchangen information and idea through question and responses, resulting in communication and join construction of meaning about a particular topic. Pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui pertanyaan dan jawaban, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Metode ini digunakanan untuk mengetahui lebih dalam mengenai pelaksanaan dan manfaat dari dana PNPM Mandiri Pariwisata yang diterima oleh pengelola dan masyarakat di desa wisata Tanjung dan Pentingsari. Wawancara dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Agustus 2015 dengan mewawancarai antara lain masyarakat, pengelola desa wisata, anggota PKK dan perangkat desa. Wawancara dilakukan dengan mewawancarai masyarakat, pengelola desa wisata, dan anggota PKK sebagai penerima dan pelaksana PNPM

14 14 Mandiri Pariwisata. Dilakukan juga wawancara dengan perangkat desa sebagai penengah antara masyarakat dan pengelola desa wisata. 3) Studi Pustaka Studi Pustaka dilaksanakan untuk memperoleh data dari buku, artikel, jurnal, thesis, dan arsip-arsip yang telah diterbitkan secara resmi. Data mengenai PNPM Mandiri Pariwisata diambil dari buku, data, dan laporan yang telah diterbitkan oleh Kementerian Pariwisata RI. Selain itu, digunakan juga jurnal, karya tulis, thesis, dan skripsi tentang PNPM Mandiri Pariwisata yang telah diterbitkan sebagai pedoman dalam penelitian ini. Studi pustaka juga dilakukan untuk menemukan teori dan pengertian metode penelitian seperti observasi dan wawancara. Studi pustaka juga dilakukan melalui perpustakaan, artikel, berita, browsing internet untuk mendapatkan data soft file maupun hard file Metode Analisis Data Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah metode analisis kualitatif deskriptif yaitu dengan mendiskripsikan hasil penelitian berupa laporan pelaksanaan PNPM Mandiri Pariwisata, menganalisis tingkat keberhasilan dan pemenuhan tujuan PNPM Mandiri Pariwisata, dan menganalisis tingkat keberhasilan PNPM Mandiri Pariwisata di desa wisata Pentingsari dan desa wisata Tanjung.

15 Sistematika Penulisan Skripsi ini dibagi menjadi empat bab. Bab pertama akan membahas tentang latar belakang masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, metode perolehan data, dan sistematika penulisan. Bab kedua akan membahas tentang Kabupaten Sleman, desa wisata Pentingsari, desa wisata Tanjung dan profil PNPM Mandiri Pariwisata. Bab ketiga akan membahas tentang pelaksanaan, indikator keberhasilan, pencapaian tujuan dan tingkat keberhasilan PNPM Mandiri Pariwisata di desa wisata Pentingsari dan desa wisata Tanjung. Bab keempat akan membahas mengenai kesimpulan dari hasil penelitian dan saran.

Mandiri.PNPM Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka. kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program

Mandiri.PNPM Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka. kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program PNPM Mandiri Pariwisata itu sendiri merupakan bagian dari PNPM Mandiri.PNPM Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu pencerminan dari karakteristik dalam sebuah masyarakat tersebut. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. satu pencerminan dari karakteristik dalam sebuah masyarakat tersebut. Oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap masyarakat memiliki kebudayaan. Kebudayaan merupakan salah satu pencerminan dari karakteristik dalam sebuah masyarakat tersebut. Oleh sebab itu kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buatan dan peninggalan sejarah. Wilayah Kabupaten Sleman terdapat banyak

BAB I PENDAHULUAN. buatan dan peninggalan sejarah. Wilayah Kabupaten Sleman terdapat banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kabupaten Sleman merupakan salah satu daerah yang kaya akan objek wisata baik wisata alamnya yang sangat menarik, wisata budaya, wisata buatan dan peninggalan sejarah.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian adalah Klinik Daqu Sehat yang berlokasi di Jalan

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian adalah Klinik Daqu Sehat yang berlokasi di Jalan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah Klinik Daqu Sehat yang berlokasi di Jalan Bendungan Sigura-gura Barat No. 15 A Karang Besuki, Sukun, Kota Malang. Klinik ini ialah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Hanya dalam kurun tiga tahun, jumlah desa wisata bertambah

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Hanya dalam kurun tiga tahun, jumlah desa wisata bertambah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan desa wisata di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hanya dalam kurun tiga tahun, jumlah desa wisata bertambah hingga lima kali lipat. Mengacu

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA NOMOR : KM.18/HM.001/MKP/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA NOMOR : KM.18/HM.001/MKP/2011 TENTANG PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA NOMOR : KM.18/HM.001/MKP/2011 TENTANG PEDOMAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Modal sosial merupakan syarat yang harus terpenuhi dalam pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Modal sosial merupakan syarat yang harus terpenuhi dalam pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Modal sosial merupakan syarat yang harus terpenuhi dalam pembangunan. Berbagai permasalahan dan penyimpangan yang terjadi di berbagai negara faktor utamanya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Polri bukanlah satu-satunya alat negara yang bertanggung jawab atas

BAB I PENDAHULUAN. Polri bukanlah satu-satunya alat negara yang bertanggung jawab atas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Polri bukanlah satu-satunya alat negara yang bertanggung jawab atas pemeliharaan ketertiban, ada banyak pihak diantaranya adalah masyarakat yang memiliki peranan

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian field research yaitu

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian field research yaitu 41 BAB II METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Metodologi dalam penelitian ini adalah kualitatif. Jenis metode penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian field research yaitu penilitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2015 lalu, sektor pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2015 lalu, sektor pariwisata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata telah menjadi salah satu sektor perekonomian utama di Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2015 lalu, sektor pariwisata telah menyumbangkan

Lebih terperinci

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau kalangan bawah. Masyarakat di sekitar obyek-obyek wisata

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau kalangan bawah. Masyarakat di sekitar obyek-obyek wisata 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata sebagai penggerak sektor ekonomi dapat menjadi solusi bagi pemerintah dalam meningkatkan pembangunan ekonomi. Sektor pariwisata tidak hanya menyentuh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. April sampai dengan 19 Juni 2016, namun apabila dalam kurun waktu. yang diperlukan benar-benar terkumpul dan lengkap.

BAB III METODE PENELITIAN. April sampai dengan 19 Juni 2016, namun apabila dalam kurun waktu. yang diperlukan benar-benar terkumpul dan lengkap. 35 A. Waktu dan Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Waktu penelitian dilaksanakan selama dua bulan dari tanggal 19 April sampai dengan 19 Juni 2016, namun apabila dalam kurun waktu tersebut data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Latar penelitian Penelitian ini berlokasi di TK DAMHIL Kelurahan Limba U Kota Selatan Kota Gorontalo, yang terletak di Jl. Raden Saleh, Kampus II Universitas Negeri Gorontalo

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bagian ini akan dijelaskan terkait dengan metode yang akan digunakan oleh peneliti untuk menjawab rumusan masalah yang ada dan pertanyaan penelitian yang telah dikemukakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor (Lexy, 2002:9) mendefinisikan: Penelitian kualitatif sebagai penelitian yang menghasilkan

Lebih terperinci

Sebagai desa wisata yang sudah beroprasi lebih dari 10 tahun, Desa Wisata Brayut memiliki jumlah wisatan asing dan lokal yang terus meningkat setiap

Sebagai desa wisata yang sudah beroprasi lebih dari 10 tahun, Desa Wisata Brayut memiliki jumlah wisatan asing dan lokal yang terus meningkat setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa secara etimologi diartikan sebagai kelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan. Desa yang dipandang sebagai lawan kota diartikan sebagai keadaan yang asri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya melalui sarana-sarana kesehatan baik dalam hal kualitas maupun

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya melalui sarana-sarana kesehatan baik dalam hal kualitas maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era modern ini, kesehatan merupakan suatu hal penting yang tidak terpisahkan dengan kehidupan masyarakat. Sehingga secara tidak langsung hal ini memacu kepedulian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa hal seputar penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa hal seputar penelitian yang 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa hal seputar penelitian yang dilakukan, antara lain: latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, keaslian penelitian, tujuan dan manfaat

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan IMPLEMENTASI STANDAR PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDIDKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 (Studi Kasus di SMP Negeri 2 Kedunggalar Kabupaten

Lebih terperinci

Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata dan Pemberdayaan Masyarakat disekitar 15 Danau Prioritas

Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata dan Pemberdayaan Masyarakat disekitar 15 Danau Prioritas Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata dan Pemberdayaan Masyarakat disekitar 15 Danau Prioritas Di presentasikan pada : Konferensi Nasional Danau Indonesia (KNDI) II MINISTRY OF CULTURE AND TOURISM REPUBLIC

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program Penanggulangan Kemiskinan dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Program Penanggulangan Kemiskinan dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Penanggulangan Kemiskinan dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. kesejahteraan lansia yang dilakukan oleh gerakan Aisyiah di Perumnas

BAB II METODE PENELITIAN. kesejahteraan lansia yang dilakukan oleh gerakan Aisyiah di Perumnas 25 BAB II METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia yang dilakukan oleh gerakan Aisyiah di Perumnas Condong Catur Sleman. Maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seni grafis sudah jarang diminati, terutama yang masih menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Seni grafis sudah jarang diminati, terutama yang masih menggunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni grafis sudah jarang diminati, terutama yang masih menggunakan proses manual di zaman yang serba digital seperti sekarang ini. Kita tidak dapat mengelak,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Kota Pekalongan, kelurahan Medono, kecamatan Pekalongan Barat.Pemilihan wilayah di Kelurahan Medono, Kecamatan Pekalongan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang berada di wilayah tropis dan terletak di garis khatulistiwa. Oleh karena itu, Indonesia memiliki potensi pertanian yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasca Modernisme melahirkan gerakan seni rupa Kontemporer yang mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Pasca Modernisme melahirkan gerakan seni rupa Kontemporer yang mendorong BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bentuk dan jenis karya seni rupa mengalami peningkatan jumlah yang cukup signifikan sejak kehadiran pemikiran seni Pasca Modernisme. Pemikiran Pasca Modernisme

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN 43 BAB II METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data secara langsung dari tempat penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELTIAN

BAB III METODE PENELTIAN BAB III METODE PENELTIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Mengacu pada judul tentang manajemen produksi program berita pada Manakarra TV Mamuju, Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi berkembang sangat pesat sebagai media pendukung kebutuhan individu atau organisasi dalam rangka meningkatkan efisiensi dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA NOMOR : PM.26/UM.001/MKP/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA NOMOR : PM.26/UM.001/MKP/2010 TENTANG PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA NOMOR : PM.26/UM.001/MKP/2010 TENTANG PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PARIWISATA MELALUI DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kualitatif. Menurut Kirk dan Miller pengertian penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kualitatif. Menurut Kirk dan Miller pengertian penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Setelah mengemukakan kerangka teori, maka peneliti melakukan pendekatan kualitatif. Menurut Kirk dan Miller pengertian penelitian kualitatif

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. yang bersifat terpusat (sentralistik) berubah menjadi desentralisasi melalui

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. yang bersifat terpusat (sentralistik) berubah menjadi desentralisasi melalui BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Semenjak Reformasi terdapat beberapa perubahan kebijakan dalam paradigma pembangunan nasional, diantaranya adalah paradigma pembangunan yang bersifat terpusat (sentralistik)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dusun Srowolan adalah salah satu Dusun di Desa Purwobinangun, UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Dusun Srowolan adalah salah satu Dusun di Desa Purwobinangun, UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dusun Srowolan adalah salah satu Dusun di Desa Purwobinangun, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Dusun ini terletak 20 km di sebelah utara pusat Propinsi Kota Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. BMT dilihat dari segi bagi hasil. Penelitian ini akan dilakukan pada beberapa BMT di

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. BMT dilihat dari segi bagi hasil. Penelitian ini akan dilakukan pada beberapa BMT di BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah persepsi dari nasabah mengenai keberadaan BMT dilihat dari segi bagi hasil. Penelitian ini akan dilakukan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang semakin arif dan bijaksana. Kegiatan pariwisata tersebut

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang semakin arif dan bijaksana. Kegiatan pariwisata tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata di Indonesia saat ini telah memberikan sumbangan dalam meningkatkan devisa maupun lapangan kerja. Sektor pariwisata juga membawa dampak sosial,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELTIAN. variabel (Kriyantono, 2006:69). Hal ini berarti bahwa peneliti terjun langsung

BAB III METODE PENELTIAN. variabel (Kriyantono, 2006:69). Hal ini berarti bahwa peneliti terjun langsung BAB III METODE PENELTIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang akan digunakan adalah tipe dekriptif kualitatif, yaitu tipe penelitian yang bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 8.1 Kesimpulan. 1. Proses pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa wisata di

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 8.1 Kesimpulan. 1. Proses pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa wisata di 149 BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 8.1 Kesimpulan 1. Proses pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa wisata di desa Brayut Pandowoharjo Sleman melalui tiga tahap yaitu sosialisasi, transformasi

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG NO. 32 2011 SERI. E PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 32 TAHUN 2010 TENTANG KAMPUNG BUDAYA GERBANG KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN III.1 Jenis Penelitian Jenis Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian Deskriptif kualitatif yaitu ada beberapa definisi mengenai pendekatan ini, Bogdan dan Taylor ( dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140), yang disebut lingkungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140), yang disebut lingkungan hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Sejarah Perusahaan PT. KOKI MARKETAMA berdiri pada tahun 2011 adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang retailer serta food and beverages. PT. KOKI MARKETAMA memiliki 3 bidang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Dan Pendekatan penelitian Penelitian ini tergolong sebagai field research (penelitian lapangan), Yaitu penelitian di lapangan untuk memperoleh data atau informasi secara

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Propinsi Daerah istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah destinasi pariwisata di Indonesia yang memiliki beragam produk wisata andalan seperti wisata sejarah,

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V.1. Visi Menuju Surabaya Lebih Baik merupakan kata yang memiliki makna strategis dan cerminan aspirasi masyarakat yang ingin perubahan sesuai dengan kebutuhan, keinginan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam penelitian manajemen obyek wisata Pantai Toronipa, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. karena peneliti bermaksud memperoleh gambaran manajemen

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam upaya mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan Desa Yang Baik, Pemerintahan Desa dituntut untuk mempunyai Visi dan Misi yang baik atau lebih jelasnya Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. praktis dan canggih begitu pula dengan selera publik yang menyukai brand dan

BAB 1 PENDAHULUAN. praktis dan canggih begitu pula dengan selera publik yang menyukai brand dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring berkembangnya waktu gaya hidup semakin berubah menjadi serba praktis dan canggih begitu pula dengan selera publik yang menyukai brand dan produk yang terlihat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS 2.1. Tinjauan Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian sebelumnya dilakukan oleh (Adikampana dkk, 2014) yang berjudul Partisipasi Masyarakat Lokal dalam Pengembangan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian adalah suatu rencana tentang cara mengumpulkan,

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian adalah suatu rencana tentang cara mengumpulkan, 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah suatu rencana tentang cara mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data secara sistematis dan terarah agar penelitian dapat dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 62 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu 1. Jenis Penelitian Menurut jenisnya

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur. Oleh :

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur. Oleh : PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ( PNPM ) MANDIRI DI KELURAHAN PETEMON KECAMATAN SAWAHAN KOTA SURABAYA (studi mengenai Pengelola Lingkungan) SKRIPSI Diajukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pantai Sanur Kaja terletak di pesisir utara (Kaja) kawasan Sanur dan

BAB I PENDAHULUAN. Pantai Sanur Kaja terletak di pesisir utara (Kaja) kawasan Sanur dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pantai Sanur Kaja terletak di pesisir utara (Kaja) kawasan Sanur dan merupakan daya tarik wisata yang sudah ramai dikunjungi sejak tahun 1930 (Picard, 2006). Hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Berdasarkan pernyataan dari Menteri Pariwisata dan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Berdasarkan pernyataan dari Menteri Pariwisata dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor yang berperan penting dalam kemajuan perekonomian suatu negara. Berdasarkan pernyataan dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Arief

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 53 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian adalah usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, dengan menggunakan metode ilmiah. 111 Metodologi adalah proses, prinsip, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Smart tourism telah banyak dikembangkan dan diterapkan di berbagai negara. Smart tourism atau pariwisata cerdas merupakan gagasan yang dikembangkan berdasarkan infrastruktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki beraneka ragam potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki beraneka ragam potensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki beraneka ragam potensi alam, seni dan budaya. Potensi-potensi itu tentu harus dikembangkan agar dapat membawa dampak positif

Lebih terperinci

Besarnya dampak positif yang dihasilkan dari industri pariwisata telah mendorong setiap daerah bahkan negara di dunia, untuk menjadikannya sebagai

Besarnya dampak positif yang dihasilkan dari industri pariwisata telah mendorong setiap daerah bahkan negara di dunia, untuk menjadikannya sebagai 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era otonomi daerah saat ini, setiap daerah dituntut kemandiriannya dalam mengatur dan mengurus urusan pemerintahan daerahnya. Dengan kata lain, setiap daerah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bermaksud memperoleh gambaran tentang Implementasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bermaksud memperoleh gambaran tentang Implementasi BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian ini bermaksud memperoleh gambaran tentang Implementasi Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatkan Penyesuaian Sosial Anak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata sebagai sebuah sektor telah mengambil peran penting dalam membangun perekonomian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata sebagai sebuah sektor telah mengambil peran penting dalam membangun perekonomian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata sebagai sebuah sektor telah mengambil peran penting dalam membangun perekonomian bangsa-bangsa di dunia. Hal ini terwujud seiring dengan meningkatnya

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V.1. Visi Menuju Surabaya Lebih Baik merupakan kata yang memiliki makna strategis dan cerminan aspirasi masyarakat yang ingin perubahan sesuai dengan kebutuhan, keinginan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu subsektor yang potensial dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu subsektor yang potensial dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pariwisata merupakan salah satu subsektor yang potensial dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan devisa melalui upaya pengembangan dan pengelolaan dari berbagai

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PELESTARIAN ADAT ISTIADAT DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA ADAT MELAYU KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

KEPALA DESA BEDEWANG

KEPALA DESA BEDEWANG KEPALA DESA BEDEWANG SALINAN PERATURAN DESA BEDEWANG Nomor 2 Tahun 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA BEDEWANG, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata adalah salah satu sektor yang patut dipertimbangkan dalam proses pembangunan di Indonesia. Industri pariwisata merupakan industri negara yang kebal terhadap

Lebih terperinci

PERATURAN DESA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA TAHUN ANGGARAN 2017

PERATURAN DESA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA TAHUN ANGGARAN 2017 PERATURAN DESA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA TAHUN ANGGARAN 2017 DESA SIDOREJO KECAMATAN PURWOHARJO KABUPATEN BANYUWANGI 2016 KEPALA DESA SIDOREJO KECAMATAN PURWOHARJO KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atraksi-atraksi yang memikat sebagai tujuan kunjungan wisata. Terdapat

BAB I PENDAHULUAN. atraksi-atraksi yang memikat sebagai tujuan kunjungan wisata. Terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu daerah wisata, di samping akomodasi (hotel atau tempat menginap sementara lainnya) akan disebut daerah tujuan wisata apabila ia memiliki atraksi-atraksi yang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yaitu suatu penelitian di mana peneliti langsung terjun ke lapangan untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Ratu Selly Permata, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Ratu Selly Permata, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dengan berbagai suku dan keunikan alam yang terdapat di Indonesia, menjadikan Indonesia sebagai salah satu destinasi wisatawan yang cukup diminati, terbukti

Lebih terperinci

MEMBANGUN MIMPI DIKAMPUNG SENDIRI

MEMBANGUN MIMPI DIKAMPUNG SENDIRI MEMBANGUN MIMPI DIKAMPUNG SENDIRI Langkah kecil untuk sebuah perubahan besar Doto Yogantoro Desa Wisata Pentingsari, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta MENGAPA HARUS BERMIMPI (sebelum tahun 2000-an)

Lebih terperinci

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN 2014-2029 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpotensi sebagai daya tarik wisata. Dalam perkembangan industri. pariwisata di Indonesia pun menyuguhkan berbagai macam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. berpotensi sebagai daya tarik wisata. Dalam perkembangan industri. pariwisata di Indonesia pun menyuguhkan berbagai macam kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia Pariwisata yang ada di Indonesia berbagai macam cara mengembangkan dunia pariwisata adalah yang berhubungan dengan aspek budaya karena di Indonesia memiliki

Lebih terperinci

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan ata

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan ata No.1359, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-DPDTT. Dana Desa. Penetapan. Tahun 2018. Pencabutan. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN KEGIATAN PENDAMPINGAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN DAN PENDAMPINGAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.150, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. PNPM Mandiri. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.16/MENHUT-II/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat sistematik,

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat sistematik, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat sistematik, memiliki ruang lingkup, komponen dan proses pengelolaan tersendiri. Terkait dengan sistem

Lebih terperinci

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR Rancangan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONDOWOSO,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha ekonomi desa, pengembangan Lembaga Keuangan Desa, serta kegiatankegiatan

BAB I PENDAHULUAN. usaha ekonomi desa, pengembangan Lembaga Keuangan Desa, serta kegiatankegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, melalui beberapa kegiatan antara lain peningkatan prakarsa

Lebih terperinci

PERATURAN DESA SINDANGLAYA KECAMATAN CIPANAS KABUPATEN CIANJUR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DESA (RKP DESA) TAHUN 2015

PERATURAN DESA SINDANGLAYA KECAMATAN CIPANAS KABUPATEN CIANJUR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DESA (RKP DESA) TAHUN 2015 PERATURAN DESA SINDANGLAYA KECAMATAN CIPANAS KABUPATEN CIANJUR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DESA (RKP DESA) TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SINDANGLAYA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan erat dengan pelestarian nilai-nilai kepribadian dan. pengembangan budaya bangsa dengan memanfaatkan seluruh potensi

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan erat dengan pelestarian nilai-nilai kepribadian dan. pengembangan budaya bangsa dengan memanfaatkan seluruh potensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan secara maksimal, termasuk didalamnya sektor pariwisata. Untuk lebih memantapkan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan wisata bagi rombongan study tour anak-anak PAUD (Pendidikan Anak

BAB I PENDAHULUAN. tujuan wisata bagi rombongan study tour anak-anak PAUD (Pendidikan Anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebun Binatang merupakan tempat wisata favorit bagi semua kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Kebun Binatang biasanya menjadi tujuan wisata bagi rombongan

Lebih terperinci

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditengarai terdapat pergeseran orientasi, dari mass tourism menuju ke alternative

BAB I PENDAHULUAN. ditengarai terdapat pergeseran orientasi, dari mass tourism menuju ke alternative 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam konteks perkembangan industri kepariwisataan dewasa ini ditengarai terdapat pergeseran orientasi, dari mass tourism menuju ke alternative tourism. Terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berdirinya hotel dan restoran di kawasan wisata dapat menimbulkan pencemaran lingkungan hidup, sebagai akibat dari pembangunan pariwisata yang tidak terpadu. Sebagai

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA KALIPAIT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA KALIPAIT, KEPALA DESA KALIPAIT KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA KALIPAIT NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA ( RKP DESA ) TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perencanaan audit atas laporan keuangan pada KAP Drs. Joseph Munthe, M.S.,

BAB III METODE PENELITIAN. perencanaan audit atas laporan keuangan pada KAP Drs. Joseph Munthe, M.S., BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Seperti yang telah dijelaskan dalam bab pendahuluan sebelumnya, bahwa tujuan dari diadakannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui pelaksanaan perencanaan

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan utama dalam upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan utama dalam upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia saat ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan utama dalam upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia saat ini terkait dengan adanya fakta bahwa pertumbuhan ekonomi tidak tersebar secara merata

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah penerapan prinsip Total Quality Managementyaitu perbaikan sistem manajemen mutu yang berkesinambungan. Penelitian

Lebih terperinci

KEPALA DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

KEPALA DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI KEPALA DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BENGKAK NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJM Desa) DESA BENGKAK TAHUN 2015-2020

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pemberdayaan Masyarakat

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pemberdayaan Masyarakat 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan adalah pengembangan diri dari keadaan tidak atau kurang berdaya menjadi berdaya, guna mencapai kehidupan yang lebih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian Deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian Deskriptif BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian Deskriptif kualitatif yaitu ada beberapa definisi mengenai pendekatan ini, Bogdan dan Taylor dalam Lexy

Lebih terperinci

Efektifitas Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri. Pariwisata Di Desa Kemuning Lor Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember

Efektifitas Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri. Pariwisata Di Desa Kemuning Lor Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember Moch Arie Ardiansyah et al., Efektifitas Implementasi Efektifitas Implementasi (The Effective Implementation Of National Empowerment For Independent Tourisme Community Program In Kemuning Lor Village Arjasa

Lebih terperinci