BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. Abortus 1. Pengertian Abortus Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin dapat bertahan hidup di luar kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk tumbuh. Apabila janin lahir selamat (hidup) sebelum 38 minggu namun setelah 20 minggu, maka istilahnya adalah kelahiran prematur (Nugroho, 2015). Abortus ada beberapa macam yaitu abortus spontan, abortus buatan, dan abortus terapeutik. Biasanya abortus spontan dikarenakan kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma. Abortus buatan merupakan pengakhiran kehamilan dengan disengaja sebelum usia kandungan 20 minggu. Pengguguran kandungan buatan karena indikasi medik disebut abortus terapeutik. Berdasarkan jenisnya abortus juga dibagi menjadi abortus imminens, abortus insipien, abortus inkomplit, abortus komplit,missed abortion, dan abortus habitialis (Nugroho, 2015) a. Abortus imminens. 1) Dicurigai bila terdapat keluarnya darah dari vagina, atau perdarahan pervaginam pada trimester pertama kehamilan. 2) Dapat atau tanpa disertai rasa mules ringan, sama dengan waktu menstruasi atau nyeri pinggang bawah. 5

2 6 3) Perdarahan pada abortus imminens sering kali hanya sedikit, namun hal tersebut berlangsung beberapa hari atau minggu. 4) Pemeriksaan vagina pada kelainan ini memperlihatkan tidak adanya pembukaan serviks. 5) Sementara pemeriksaan dengan real time ultrasound pada panggul menunjukkan ukuran kantong amnion normal, jantung janin berdenyut, dan kantong amnion kosong, serviks tertutup, dan masih terdapat janin (Nugroho, 2015). b. Abortus insepien 1) Merupakan suatu abortus yang sedang mengancam, ditandai dengan pecahnya selaput janin dan adanya serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka. 2) Ditandai nyeri perut bagian bawah atau nyeri kolik uterus yang hebat. 3) Pada pemeriksaan vagina memperlihatkan dilatasi serviks dengan bagian kantong konsepsi menonjol. 4) Hasil pemeriksaan USG mungkin didapatkan jantung janin masih berdenyut, kantong gestasi kosong (5-6 minggu), uterus kosong (3-5 minngu) atau perdarahan subkhorionik banyak bagian bawah (Nugroho, 2015). c. Abortus inkomplit 1) Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan kurang dari 20 minggu dengan masih ada sisa yang tertinggal dalam uterus.

3 7 2) Pada pemeriksaan vagina, kanalis serviks terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari osium uteri eksterum. 3) Pada USG didapat endometrium yang tipis dan irregular (Nugroho, 2015). d. Abortus komplit 1) Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. 2) Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. 3) Selain ini, tidak ada lagi gejala kehamilan dan uji kehamilanmenjadi negatif. 4) Pada pemeriksaan USG di dapat uterus yang kosong (Nugroho, 2015). e. Missed abortion. 1) Missed abortion adalah embrio atau fetus telah dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu, akan tetapi hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan selama 8 minggu atau lebih. 2) Biasanya didahului oleh adanya tanda abortus imminens yang kemudian menghilang secara spontan atau setelah percobaan (Nugroho, 2015) f. Abortus habitualis. 1) Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi berturutturut tiga kali atau lebih.

4 8 2) Pada umumnya penderita tidak sukar untuk menjadi hamil, namun kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu (Nugroho, 2015). Salah satu penyebab yang sering terjadi pada abortus habitualis adalah inkompetensia serviks yaitu keadaan dimana serviks uterus tidak dapat menerima beban utnuk terus bertahan menutup setelah kehamilan lewat trimester pertama, dimana ostium serviks akan membuka arah janin. Kelainan ini sering disebabkan oleh trauma serviks pada kehamilan sebelumnya, misalnya pada tindakanusaha pembukaan serviks yang berlebihan, robekan serviks yang luas sehingga diameter kanalis serviks sudah melebar. Untuk itu pengelolaan penderita inkompetensia serviks dianjurkan untuk pemeriksa kehamilan seawal mungkin dan bila dicurigai adanya inkompensia serviks harus dilakukan tindakan untuk memberi fiksasi pada serviks agar dapat menerima beban dengan berkembangnya usia kehamian. Operasi dilakukan pada usia kehamilan minggu dengan cara SHIRODKAR atau Mc DONALD dengan melingkari kanalis serviks dengan benang sutra ataupun dengan MERSILENE yang tebal dan simpul baru dibuka setelah usia kehamilan aterm dan bayi siap dilahirkan (Sarwono, 2011). 2. Penyebab Abortus Hal-hal yang menyebabkan abortus dapat disebabkan oleh hal-hal berikut ini: a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin atau cacat kelainan biasanya menyebabkan kematian janin pada

5 9 kehamilan muda. Fakor-faktor yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan ialah sebagai berikut: 1) Kelainan kromosom: terutama trisomi autosom dan monosomi X. paling sering ditemukannya kromosom dengan trisomi 16. Lebih dari 60% abortus spontan yang terjadi pada trimester pertama menunjukkan beberapa tipe abnormalitas genetik. 2) Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna. Adanya faktor anatomi congenital pada ibu, yaitu kelainan duktus mullerian (uterus bersepta), kelainan congenital arteri uterine yang membahayakan aliran darah endometrium. Kelainan yang didapat misalnya edliesi intrauterin (synechia), leimioma, dan endrometriosis. Adanya inkompetensi serviks. 3) Pengaruh dari luar akibat radiasi, virus, dan obat-obatan termasuk faktor infeksi yang diakibatkan oleh virus TORCH dan malaria yangmenyerang ibu hamil. Peranan obat-obatan rekreasional tertentu dianggap teratogenik harus dicari melalui anamnes, seperti penggunaan alkohol dan tembakau. b. Kelainan pada plasenta misalnya endarteritis dapat terjadi dalam villi koriales menyebabkan oksigenisasi plasenta tergangggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin. c. Penyakit ibu yang kronis dan melemahkan seperti pneumonia, tifus abdominalis, anemia berat, dan keracunan.

6 10 d. Faktor endokrin: 1) Faktor endokrin berpotensi menyebabkan aborsi pada sekitar 10-20% kasus. 2) Hipotiroidisme, defesiensi progesteron dan diabetes mellitus. 3) Defisiensi progesterone yaitu berkurangnya hormon progesterone pada korpus luteum yang berfungsi mempertahankan desidua sebelumplasenta matur. e. Faktor imunologi: 1) Terdapat antibodi kardiolipid yang mengakibatkan pembekuan darah dibelakang ari-ari sehingga mengakibatkan kematian janin karena kurangnya aliran darah dari ari-ari tersebut. 2) Faktor imunologis yang telah terbukti signifikan dapat menyebabkan abortus spontan berulang antara lain: antibody antinuclear, antikuagulan lupus, dan antibody cardiolipid. 3) Inkompabilitas ABO dengan reaksi antigen antibodi dapat menyebabkan abortus berulang, karena pelepasan histamin menyebabkan vasodilatasi, dan peningkatan fragilitas kapiler. f. Faktor nutrisi 1) Adanya malnutrisi umum yang sangat berat memiliki kemungkinan paling besar menjadi predisposisi abortus. 2) Meskipun demikian, belum ditemukan bukti bahwa defisiensi salah satu atau semua nutrien dalam makanan merupakan suatu penyebab abortus yang penting.

7 11 g. Faktor psikologis 1) Dibuktikan bahwa adanya hubungan antara abortus yang berulang dengan keadaan mental akan tetapi belum dapat dijelaskan sebabnya. 2) Biasanya ibu yang belum matang secara emosional merupakan kelompok yang peka terhadap terjadinya abortus (Maryunidan puspita, 2013). Menurut Aini (2015) penyebab keguguran antara lain: a. Kualitas sel telur dan sel sperma yang kurang baik atau tidak sempurna. b. Kelainan kromosom akibat ketidaksesuaian antara kromosom suami dengan kromosom istri, sehingga janin tidak tumbuh sempurna baik organ dalam maupun organ luarnya. c. Lapisan endometrium kurang subur sehingga membuat janin kurang mendapat nutrisi makanan untuk berkembang. d. Adaya penyakit dalam rahim seperti kista, tumor, miom, dan kanker. e. Rahim ibu hamil tidak kuat menahan janin, sehingga untuk mengatasi ibu hamil harus bedrest atau selalu istirahat di tempat tidur. f. Adanya infeksi virus seperti TORCH (Toxoplasma, Rubella, CMV, dan Herpes), HIV, sipilis, hepatitis, dan sebagainya. g. Riwayat kesehatan ibu hamil yang terganggu, misalnya ibu hamil mengidap penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi, sakit ginjal, gangguan jantung, dan sebagainya.

8 12 h. Ibu hamil mengalami trauma seperti jatuh, terpukul, dan sebagainya yang langsung mengenai kandungannya. i. Pola hidup wanita hamil yang merokok, minum-minuman berakohol, mengkonsumsi narkoba, bekerja terlalu keras saat hamil, dan sebagainya. 3. Patofisiologis Abortus spontan disertai dengan perdarahan di dalam desidua dan perubahan di dalam jaringan-jaringan yang berdekatan dengan tempat perdarahan. Ovum yang terlepas sebagian atau seluruh dan mungkin menjadi benda asing di dalam uterus sehingga merangsang kontraksi uterus untuk mengakibatkan pengeluaran janin (Nugroho, 2015). 4. Diagnosis Abortus dapat diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami haid terlambat, sering pula terdapa rasa mules. Kecurigaan tersebut dapat diperkuat dengan ditentukannya kehamilan muda pada pemeriksaan bimanual dan dengan tes kehamilan secara biologis (galli mainini) atau imunologi (pregnosticon, gravindex) bilamana hal itu dikerjakan. Harus diperhatikan macam dan banyaknya perdarahan, pembukaan serviks, dan adanya jaringan dalam kavum uterus atau vagina (Nugroho, 2015).

9 13 5. Komplikasi Komplikasi yang seriuskebanyakan terjadi pada fase abortus yang tidak aman (unsafe abortion) walaupun kadang-kadang dijumpai juga abortus spontan. Komplikasi abortus: a. Perdarahan 1) Perdarah dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah 2) Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya. b. Perforasi 1) Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini penderita perlu diamati dengan teliti jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histeriktomi. 2) Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh seorang awam menimbulkan persoalan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas, mungkin pula terjadi pada kandung kemih atau usus. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi.

10 14 c. Infeksi Infeksi dalam uterus dan andeksa dapat terjadi dalam setiap abortus tetapi biasanya didapatkan pada abortus inkomplit yang berkaitan erat dengan suatu abortus yang tidak aman. d. Syok Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi berat (syok endoseptik) (Nugroho, 2015). 6. Pemeriksaan Penunjang a. Tes kehamilan: positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah terjadi abortus. b. Pemeriksaan dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup. c. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion (Nugroho, 2015). 7. Penatalaksanaan Tahap-tahap penatalaksaan tersebut meliputi: a. Riwayat penyakit terdahulu 1) Kapan abortus terjadi, apakah pada trimester pertama atau pada trimester berikutnya, adakah penyebab mekanisme menonjol. 2) Mencari kemungkinan adanya toksin, lingkungan dan pecandu obat terlarang. 3) Infeksi ginekologi dan obstetric.

11 15 4) Gambaran asosiasi terjadinya antiphospholipid syndrome (trombosit, fenomena autoimun, fale positive test untuk sifilis) 5) Faktor genetika antara suami dan istri 6) Riwayat keluarga yang pernah mengalami terjadinya abortus berulang dan sindrom yang berkaitan dengan kejadian abortus ataupun partus prematurus yang kemudian meninggal. 7) Pemeriksaan diagnostik yang berkaitan dan pengobatan yang pernah didapat. b. Pemeriksaan fisik 1) Pemeriksaan fisik secara umum 2) Pemeriksaan ginekologi 3) Pemeriksaan laboratorium, seperti: a) Kariotik darah tepikedua orang tua. b) Histerosangografi diikuti dengan histeroskopi atau laparoskopi bila ada indikasi. c) Biopsy endometrium pada fase luteal. d) Pemeriksaan pada hormone TSH antibodi anti tiroid. e) Antibody antifosfolipid f) Lupus antikoagulan g) Pemeriksaan darah lengkap termasuk trombosit. h) Kultur cairan serviks, bila diperlukan. Penatalaksanaan sebaiknya dilakukan dirumah sakit, sebagai berikut: 1) Dokter yang merawat melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik. 2) Pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada penderita abortus:

12 16 a) Tes kehamilan b) Pemeriksaan dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup dan menentukan prognosis c) Pemeriksaan kadar fibrinogen atau test waktu pembekuan dan perdarahan pada missed abortion. 3) Konsultasi bagian anestesi untuk mempersiapkan tindakan kuetase. 4) Konsultasi bagian penyakit dalam guna penilaian fungsi kardiorespirasi pada penderita golongan usia resiko tinggi atau usia lebih dari 40 tahun. 5) Konsultasi bagian patologi anatomi apabila kita ragu dengan hasil kerokan. 6) Pengelolaan: a) Abortus imminens (1) Istirahat di tempat tidur, agar aliran darah keuterus meningkat dan rangsangan mekanik berkurang. (2) Bila perlu bila perlu diberi penenang Phenobarbital 3x30 mg/hari, dan spasmolitika misalnya papaverin atau tokolitik perinfus atau peroral. (3) Untuk melihat kehamilan dilakukan pemeriksaan USG. (4) Penderita bisa pulang setelah perdarahan pervaginam berhenti dengan hasil dari pemeriksaan baik. (5) Dengan ajuran 2 minggu kemudian datang untuk kontrol kembali.

13 17 b) Abortus insipiens (1) Prinsip uterus: uterus harus dikosongkan segera guna menghindari perdarahan yang banyak atau syok karena rasa mules/ sakit yang hebat. (2) Pasang infuse, sebaiknya disertai oksitosin drip guna mempercepatpengeluaran hasil konsepsi. (3) Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau dengan cunam aborted disusul dengan kerokan. (4) Sebelum dilakukan kuretase diberikan antibiotic profilaksis. (5) Pasca tindakan diberikan injeksi metal ergometrin maleat, untuk mempertahankan kontraksi (6) Penderita bisa pulang setelah keadaan memungkinkandan tanpa komplikasi dengan anjuran kontrol 2 minggu. c) Abortus inkomplit. (1) Bila disertai syok karena perdarahan harus segera diberikan infuse cairan NaCL fisiologis atau cairan ringer laktat, bila perlu disusul pemberian darah. (2) Setelah syok teratasidilakukan kerokan. (3) Pasca tindakan diberikan injeksi metal ergometrin maleat intramuscular untuk mempertahankan kontraksi uterus.

14 18 d) Abortus komplit (1) Tidak memerlukan pengobatan khusus, cukup uterotonika atau kalau perlu antibiotika. (2) Bila anemia cukup berikan tablet sulfas ferosus dengan anjuran diet banyak protein, vitamin dan mineral. e) Missed abortus Perlu diperhatikan bahwa sering plasenta melekat erat dengan dinding uterus (1) Pemeriksaan kadar fibrinogen atau test perdarahan dan pembekuan darah sebelum tindakan kuretase, bila normal jaringan konsepsi bisa segera dikeluarkan, tapi bila kadarnya rendah (<159 mg%) perbaiki dulu dengan pemberian fibrinogen kering atau darah segar. (2) Sebelum tindakan diberikan antibiotika profilaksis. (3) Dilatasi kanalis servikalis bisa dengan bougie atau dengan batang laminaria bergantung pada besar kecilnya uterus. (4) Tindakan kuretase dimulai dengan cunam abortus dilanjutkan dengan sendok kuret tajam. (5) Sesudah tindakan diberi uterotonika. (6) Penderita bisa pulang setelah keadaan memungkinkan tanpa komplikasi anjuran kontrol 2 minggu.

15 19 f) Aborus habitualis (1) Bergantung pada etiologinya. (Nugroho, 2015) 8. Penanganan Abortus a. Penanganan pada ibu dengan abortus imminens 1) Penderita diminta untuk melakukan istirahat sampai perdarahan berhenti. 2) Pasien diingatkan untuk tidak melakukan senggama selama lebih kurang 2 minggu. 3) Tidak ada pengobatan khusus hanya diberi sedativa, misalnya dengan luminal, codein, atau morfin (sesuai protap dan intruksi dokter). 4) Keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberi obat-obatan hormonal dan antispasmodic misalnya progesteron 10 mg setiap hari untuk terapi substansi dan untuk mengurangi kerentanan otototot uterus (misal: gestanon) 5) Pemberian spasmolitik agar uterus tidak terus berkontaksi hingga rangsangan mekanik uterus berkurang. b. Penanganan pada ibu dengan abortus insipiens 1) Pasien harus dirawat dirumah sakit. 2) Karena tidak ada kemungkinan kelangsungan hidup bagi janin pada abortus insipiens, tugas perawatan dan bidan sebagai asisten mempersiapkan alat-alat, pantau kondisi pasien, membantu memberikan obat intravena sesuai instruksi dokter, dan memasang

16 20 infuse RL dengan oksitosin 20 unit dengan 40 tetes permenit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi dibawah pengawasan dokter. c. Penanganan pada ibu dengan abortus inkomplit. 1) Pada pemeriksaan vaginal, kanalis servikalis dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum. 2) Perdarahan pada abortus inkomplit dapat banyak sekali, sehingga menyebabkan syok dan perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan. 3) Dalam penanganannya, apabila abortus inkomplit disertai syok karena perdarahan, segera harus diberikan infuse cairan NaCl fisiolofik atau cairan ringer yang disusul dengan tranfusi. 4) Setelah syok diatasi, dilakukan kerokan. 5) Pasca tindaakan disuntikan intramuscular ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400 meg peroral untuk mempertahankan kontraksi otot uterus. d. Penanganan pada ibu dengan abortus komplit Jika bidan atau perawat yang menemukan klien dengan abortus komplit beberapa hal dapat dilakukan antara lain : 1) Hasil konsepsi tidak perlu evaluasi lagi karena sudah keluar. 2) Hanya dilakukan observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak, memastikan untuk memantau keadaan umum ibu setelah abortus.

17 21 3) Apabila terdapat anemia sedang, diberikan tablet sulfat ferrosus 600 mg/hari selama 2 minggu. 4) Jika anemia berat diberikan trasfusi darah, tetapi hanya dengan uterotonika, diberika konseling pasca abortus dan pemantauan lanjut. e. Penanganan pada ibu dengan missed abortion Jika bidan atau perawat menemukan kasus missed abortion: 1) Segera rujuk kerumah sakit atas perimbangan: plasenta dapat melekat dengan erat di dinding rahim, sehingga prosedur evakuasi (kuretase) akan lebih sulit dari resiko perforasi, pada umumnya kanalis servikalis dalam keadaan tertutup sehingga perlu tindakan dilatasi dengan batang laminaria selama 12 jam, tingginya kejadian komplikasi hipofibrinogenis yang berlanjut dengan pembekuan darah. 2) Perlakuan kuretase isap dan prostaglandin oleh dokter ahli kandungan lebih disukai tergantung dari ukuran uterus dan hari haid (Maryuni dan Puspita, 2013). B. Usia Ibu Idealnya, kehamilan berlangsung saat ibu berusia 20 tahunsampai 35 tahun. Kenyataannya sebagian perempuan hamil berusia dibawah 20 tahun dan tidak sedikit pula yang mengandung di atas usia35 tahun. Padahal kehamilan yang terjadi di bawah usia 20 tahun maupun di atas usia 35 tahun termasuk berisiko.

18 22 1) Kehamilan di Bawah Usia 20 Tahun. Pada saat hamil seorang ibu sangat memungkinkan terjadi keguguran. hal ini disebabkan oleh faktor-faktor alamiah dan juga abortus yang disengaja, baik dengan obat-obatan maupun memakai alat. Faktor lain yang dapat mempermudah terjadinya keguguran diantaranya: a) Gangguan pertumbuhan hasil konsepsi. Yakni ketika ibu masih belum menyadari kehamilannya atautidak siap dengan kehamilan pertamanya. Juga pengetahuan yang salah tentang masalah reproduksi manusia (karena penerangan yang keliru) menyebabkan ibu melakukan hal-hal yang tak dapat dibenarkan, misalnya minum jamu atau obat-obatan dengan maksud agar haidnya kembali menjelang. Sikap tersebut akan menimbulkan gangguan pada pertumbuhan hasil konsepsi. b) Kondisi fisik ibu hamil. Keadaan ini erat hubungannya dengan hormon yang dihasilkan oleh kelenjar di dalam tubuh ibu yang tidak memadai. Biasanya konsepsi yang terjadi akan tumbuh dengan sempurna jika calon ibu sudah mencapai usia 20 tahun. Masa ini memangsering disebut masa subur sehat, yang akan berlangsung sampaiibu mencapai usia 30 tahun. 2) Kehamilan Usia tahun Saat berusia 20-35, kondisi fisik perempuan sangat prima, dan mengalami puncak kesuburan, sehingga risiko abortus minim. Hal ini disebabkan oleh sel telur relatif muda, sehingga meski pada trimester pertama kandungan tetap kuat. Kualitas sel telur yang baik memperkecil

19 23 kemungkinan bayi lahir cacat, tetapi tidak dipungkiri pada usia tersebut dapat terjadi abortus yang disebabkan oleh ketidak normalan jumlah kromosom (Muharam 2008 dalam umayah 2009). 3) Kehamilan di Atas Usia 35 Tahun. Secara psikologis memang lebih matang. Namun, dari sisi fisik justru berisiko mengalami kelainan kehamilan yang membahayakan kesehatan janin. Janin mengalami kelainan genetic dan lahir cacat. Selain itu juga berpeluang mengalami keguguran,hal ini dapat terjadi karena : 1) Komplikasi saat kehamilan. Seperti tekanan darah tinggi, diabetes saat hamil dan kesulitan melahirkan. 2) Janin memiliki kelainan kromosom. Kromosom abnormal banyak yang berakhir dengan keguguran. Semakin tinggi usia maka risiko terjadinya abortus semakin tinggi pula seiring dengan naiknya kejadian kelainan kromosom pada ibu yang berusia diatas 35 tahun. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kejadian leiomioma uteripada ibu dengan usia lebih tinggi dan lebih banyak yang dapat menambah risiko terjadinya abortus (Muharam 2008 dalam umayah 2009). C. Kaitan antara Usia dengan Kejadian Abortus Handono 2009 dalam Wulandari 2012 juga mengatakan bahwa resiko ibu abortus meningkat seiring dengan usia, frekuensi abortus yang secara klinis terdeteksi meningkat dari 12% pada wanita berusia kurang dari 20 tahun dan menjadi 26% pada mereka yang berusia 40 tahun.

20 24 Manuaba 2010 dalam Wulandari, 2012 mengatakan Resiko terjadinya abortus lebih sering terjadi pada usia muda dibawah 20 tahun dan usia lebih tua daripada 35 tahun. Usia dapat mempengaruhi kejadian abortus karena pada usia kurang dari 20 tahun belum matang alat reproduksi untuk hamil sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun pertumbuhan dan perkembangan janin, sedangkan abortus yang terjadi pada usia 35 tahun keatas disebabkan oleh berkurangnya fungsi alat reproduksi, kelainan kromosom atau penyakit lainnya. D. Penelitian Terkait Menurut penelitian Elvira Junita setelah dilakukan analisis dengan uji chi-square menggunakan komputerisasi diperoleh p-value sebesar < 0.05, hal ini berarti terdapat hubungan antara usia ibu hamil dengan kejadian abortus. Dari penelitian Umayah (2009) menunjukkan bahwa dengan menggunakan SPSS menghasilkan nilai chi-square( 2 ) sebesar 56,421 dengan p-value= 0,000 jadi 2 dihitung > 2 tabel (5, 591) dan p-value = 0,000. Hal ini berarti terdapa hubungan yang sangat signifikan antara usia ibu dengan kejadian abortus. Penelitian yang dilakukan oleh pasaribu 2011 dalam Wulandari, 2012 menunjukan bahwa terdapat hubungan antara usia dan paritas ibu dengan kejadian abortus di instalasi rawat inap RSU Dr. M. Soewendhi Surabaya tahun 2011 didapakan pada usia ibu. Penelitian lain yang dilakukan oleh Maryuni (2012) dengan judul faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian abortus inkomplit di ruang kebidanan RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

21 25 tahun 2012 didapat bahwa terdapa hubungan antara usia ibu hamil dengan kejadian abortus inkomplit dengan value = 0,032. E. Kerangka Teori Kerangka teori dalam penelitian ini adalah : Usia ibu hamil Berisiko Tidak berisiko Skema 2.1: Kerangka Teori Kejadian abortus F. Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan model kenseptual yang berkaitan dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah (Hidayat, 2014) Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah : Variabel independen Kejadian Abortus variabel dependen Usia Ibu Skema 2.2 : Kerangka Konsep G. Hipotesis Hipotesis adalah suatu pernyataan yang masih lemah dan membutuhkan pembuktian secara fakta atau data ampiris yang telah dikumpulkan dalam penelitian. Hipotesis juga merupakan pernyataan tentang hubungan diharapkan antara dua variabel atau lebih yang dapat diuji secara empiris (Hidayat, 2014) 1. Ho usia = tidak ada hubungan usia ibu dengan kejadian abortus 2. Ha usia = ada hubungan usiaibu dengan kejadian abortus

ABORSI / ABORTUS KATA PENGANTAR. Fransisca S. K. S.Ked (Fak. Kedokteran Univ. Wijaya Kusuma Surabaya)

ABORSI / ABORTUS KATA PENGANTAR. Fransisca S. K. S.Ked (Fak. Kedokteran Univ. Wijaya Kusuma Surabaya) ABORSI / ABORTUS Fransisca S. K. S.Ked (Fak. Kedokteran Univ. Wijaya Kusuma Surabaya) KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan Karunia-Nya kami dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan

BAB II TINJAUAN TEORI. Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. (Mansjoer Arif, 1999) Abortus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Abortus 1. Pengertian Abortus adalah keluarnya hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Di bawah ini dikemukakan beberapa definisi para ahli tentang abortus.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Abortus Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500

Lebih terperinci

Abortus. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Abortus. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Abortus Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. WHO IMPAC menetapkan batas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang . BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum viabel,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk

Lebih terperinci

TERJADI PERDARAHAN DESIDUA BASALIS, KANTUNG KEHAMILAN (GESTATIONAL).

TERJADI PERDARAHAN DESIDUA BASALIS, KANTUNG KEHAMILAN (GESTATIONAL). DEFINISI ABORTUS SPONTAN TERMINASI (BERAKHIRNYA) KEHAMILAN OLEH SEBAB APAPUN TANPA DIRENCANAKAN SEBELUM KEHAMALAN MENCAPAI UMUR 20 MGG / SEBELUM BERAT BADAN JANIN MENCAPAI 500 GRAM PATOLOGI OVUM EMBRIO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi dan memiliki peluang untuk terjadi pada semua ibu hamil. Komplikasikomplikasi ini bila dapat dideteksi

Lebih terperinci

Asuhan Keperawatan Abortus Imminens A.PENGERTIAN Abortus Imminens ialah terjadinya pendarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan

Asuhan Keperawatan Abortus Imminens A.PENGERTIAN Abortus Imminens ialah terjadinya pendarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan Asuhan Keperawatan Abortus Imminens A.PENGERTIAN Abortus Imminens ialah terjadinya pendarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan atau tanpa kontraksi uterus yang nyata dengan hasil konsepsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menit ada satu perempuan yang meninggal. Dilihat dari data WHO persentase

BAB I PENDAHULUAN. menit ada satu perempuan yang meninggal. Dilihat dari data WHO persentase 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan di seluruh dunia lebih dari 585.000 ibu meninggal tiap tahun saat hamil atau bersalin. Artinya setiap menit

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bundar dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya 500

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bundar dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya 500 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Plasenta Previa Plasenta merupakan bagian dari kehamilan yang penting, mempunyai bentuk bundar dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya 500 gram. Plasenta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara terminologi kedokteran abortus ialah suatu keadaan yang tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara terminologi kedokteran abortus ialah suatu keadaan yang tidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. DEFINISI Secara terminologi kedokteran abortus ialah suatu keadaan yang tidak direncanakan, diduga atau terjadi tiba-tiba gugurnya janin dalam kandungan sebelum janin dapat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA USIA IBU DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLETUS DI RSB UMMI KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2015

HUBUNGAN ANTARA USIA IBU DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLETUS DI RSB UMMI KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2015 HUBUNGAN ANTARA USIA IBU DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLETUS DI RSB UMMI KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2015 Antika Putri 1 Marlina 2 Ulfah Jamil 3 Intisari Abortus merupakan penghentian kehamilan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 8 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Pengertian Prematur Persalinan merupakan suatu diagnosis klinis yang terdiri dari dua unsur, yaitu kontraksi uterus yang frekuensi dan intensitasnya semakin

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di Wilayah Kerja Puskesmas Karangdadap Kabupaten Pekalongan, ada beberapa hal yang ingin penulis uraikan, dan membahas asuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 20 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk

Lebih terperinci

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Serviks Kanker serviks merupakan penyakit yang umum ditemui di Hong Kong. Kanker ini menempati peringkat kesepuluh di antara kanker yang diderita oleh wanita dengan lebih dari 400 kasus baru setiap

Lebih terperinci

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013 Kehamilan Resiko Tinggi Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013 Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyebab langsung kematian ibu terkait kehamilan dan persalinan terutama adalah perdarahan. Adapun beberapa penyebab yang lain yaitu eklamsia, infeksi, partus lama dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi kesehatan dunia memperkirakan diseluruh dunia setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi kesehatan dunia memperkirakan diseluruh dunia setiap hari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi kesehatan dunia memperkirakan diseluruh dunia setiap hari pada tahun 2010, sekitar 800 perempuan meninggal akibat komplikasi kehamilan dan persalinan, termasuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka kematian dijadikan sebagai salah satu indikator keberhasilan sistem pelayanan kesehatan suatu negara. Angka Kematian Ibu (AKI) adalah indikator di bidang kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke dalam rahim oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke dalam rahim oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah alat yang terbuat dari bahan yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke

Lebih terperinci

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLIT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAHARIFIN ACHMAD PEKANBARU TAHUN 2012

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLIT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAHARIFIN ACHMAD PEKANBARU TAHUN 2012 HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLIT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAHARIFIN ACHMAD PEKANBARU TAHUN 2012 Rosmeri Bukit Akademi Kebidanan Dharma Husada Pekan Baru Korespondensi penulis :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya kehamilan merupakan hal yang paling membahagiakan bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya kehamilan merupakan hal yang paling membahagiakan bagi setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan adalah suatu proses reproduksi yang akan berakhir dengan kelahiran bayi. Namun tak jarang kehamilan sering berakhir dengan keguguran. Umumnya kehamilan merupakan

Lebih terperinci

1. Pengertian Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh

1. Pengertian Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh 1. Pengertian Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internum). Klasifikasi

Lebih terperinci

1. ATONIA UTERI. A. Pengertian

1. ATONIA UTERI. A. Pengertian 1. ATONIA UTERI A. Pengertian Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana miometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah Kehamilan aterm aliran darah ke uterus sebanyak 500-800 cc/menit.

Lebih terperinci

ABORTUS INKOMPLIT. No. Dokumen : No. Revisi : - Tanggal Terbit : Halaman : 1/ Sutarjo, SKM, M.MKes NIP

ABORTUS INKOMPLIT. No. Dokumen : No. Revisi : - Tanggal Terbit : Halaman : 1/ Sutarjo, SKM, M.MKes NIP SOP NIP. 19620305 198803 1 008 UPT Puskesmas Gegesik 1. Pengertian Abortus Inkomplit adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar darimkavum uteri masih ada yang tertinggal 2. Tujuan Sebagai acuan petugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses alamiah oleh setiap wanita. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses alamiah oleh setiap wanita. Pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu proses alamiah oleh setiap wanita. Pada saat hamil, seorang wanita merasakan proses menjadi wanita sesungguhnya yaitu bisa memberi keturunan.

Lebih terperinci

Mola Hidatidosa. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Mola Hidatidosa. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Mola Hidatidosa Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Mola hidatidosa adalah bagian dari penyakit trofoblastik gestasional, yang disebabkan oleh kelainan pada vili koriales

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat

Lebih terperinci

Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya

Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya Organ seksual pada wanita, seperti rahim, vagina, dan payudara, masing-masing mempunyai fungsi tersendiri. Kadangkala fungsi organ-organ tersebut

Lebih terperinci

Aspirasi Vakum Manual (AVM) Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Aspirasi Vakum Manual (AVM) Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Aspirasi Vakum Manual (AVM) Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi No. Langkah/Kegiatan 1. Persiapan Lakukan konseling dan lengkapi persetujuan tindakan medis. 2. Persiapkan alat,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Definisi Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah

TINJAUAN PUSTAKA Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Definisi Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 2.1.1. Definisi Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah Menurut Saifuddin (2001), Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Abortus 2.1.1 Pengertian Abortus Pengguguran kandungan atau aborsi atau abortus menurut: a) Medis : abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun sebelum janin mampu

Lebih terperinci

PERDARAHAN ANTEPARTUM

PERDARAHAN ANTEPARTUM PERDARAHAN ANTEPARTUM Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns Perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 22 minggu PLASENTA PREVIA Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi atau tertanam pada segmen bawah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan 24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Kehamilan Ektopik Terganggu Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang terjadi diluar rongga uteri. Lokasi tersering

Lebih terperinci

Aspirasi Vakum Manual (AVM)

Aspirasi Vakum Manual (AVM) Aspirasi Vakum Manual (AVM) Aspirasi Vakum Manual (AVM) merupakan salah satu cara efektif evakuasi sisa konsepsi pada abortus inkomplit. Evakuasi dilakukan dengan mengisap sisa konsepsi dari kavum uteri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan atau Penyajian Data Dasar Secara Lengkap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan atau Penyajian Data Dasar Secara Lengkap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Pengumpulan atau Penyajian Data Dasar Secara Lengkap Pengumpulan dan penyajian data penulis lakukan pada tanggal 22 Maret 2016 pukul 06.45

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 359 kematian ibu per kelahiran hidup. AKI kembali. hidup pada tahun 2015 (Kemenkes, 2015:104).

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 359 kematian ibu per kelahiran hidup. AKI kembali. hidup pada tahun 2015 (Kemenkes, 2015:104). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Hasil survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI ) pada tahun 1991 sampai dengan 2007 mengalami penurunan AKI, yaitu dari 390 menjadi 228. Namun pada tahun 2012

Lebih terperinci

Kewenangan bidan dalam pemberian obat pada kehamilan dan proses kelahiran dan aspek hukumnya

Kewenangan bidan dalam pemberian obat pada kehamilan dan proses kelahiran dan aspek hukumnya Kewenangan bidan dalam pemberian obat pada kehamilan dan proses kelahiran dan aspek hukumnya A. Wewenang bidan Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI No.900/ Menkes/SK/VII/2002. Bidan dalam menjalankan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POST KURETASE DENGAN PLASENTA PREVIA DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

HUBUNGAN ANTARA POST KURETASE DENGAN PLASENTA PREVIA DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan HUBUNGAN ANTARA POST KURETASE DENGAN PLASENTA PREVIA DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Diajukan oleh: Endang Setyorini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hamil normal adalah 280 hari dihitung dari hari pertama haid terakhir. Pada

BAB I PENDAHULUAN. hamil normal adalah 280 hari dihitung dari hari pertama haid terakhir. Pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan dimulai dari hasil konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari dihitung dari hari pertama haid terakhir. Pada kehamilan muda (TM 1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran Pembangunan Millenium Development Goals (MDGS) adalah 102 per

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran Pembangunan Millenium Development Goals (MDGS) adalah 102 per 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu indikator terpenting untuk menilai keberhasilan kualitas pelayanan obstetri dan ginekologi dapat tercermin dalam penurunan Angka Kematian Ibu (AKI). Berdasarkan

Lebih terperinci

SINOPSIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR DI KAB BOJONEGORO TESIS OLEH INDRAYANTI

SINOPSIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR DI KAB BOJONEGORO TESIS OLEH INDRAYANTI SINOPSIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR DI KAB BOJONEGORO TESIS OLEH INDRAYANTI PROGRAM STUDI MAGISTER KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB 1 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Perdarahan Antepartum No Revisi 0/0. Batasan. Perdarahan dari jalan lahir pada kehamilan >20 minggu sampai sebelum janin lahir. I.

Perdarahan Antepartum No Revisi 0/0. Batasan. Perdarahan dari jalan lahir pada kehamilan >20 minggu sampai sebelum janin lahir. I. RSUD PROVINSI KEPULAUAN RIAU Jl. Indun Suri Simpang Busung No. 1 Telp. ( 0771 ) 482655 ; 482796 Fax. ( 0771 ) 482795 No.Dokumen RSUDTUB.KEB.G02.028 Batasan Perdarahan Antepartum No Revisi 0/0 Halaman :

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian pustaka 2.1.1 Kehamilan 2.1.1.1 Definisi Kehamilan adalah suatu keadaan mengandung embrio atau fetus di dalam tubuh, setelah bertemunya sel telur

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pria yg menjadi pasangan hidup resmi seorang wanita (istri) yg telah menikah.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pria yg menjadi pasangan hidup resmi seorang wanita (istri) yg telah menikah. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Suami Peran Suami Kamus besar bahasa Indonesia mengartikan bahwa suami adalah pria yg menjadi pasangan hidup resmi seorang wanita (istri) yg telah menikah. Sedangkan peran

Lebih terperinci

Perawatan kehamilan & PErsalinan. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

Perawatan kehamilan & PErsalinan. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH Perawatan kehamilan & PErsalinan Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH 1 Pokok Bahasan Pendahuluan Konsep kehamilan Tanda tanda kehamilan Tanda tanda persalinan Kriteria tempat bersalin Jenis tempat bersalin

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dalam saluran rahim oleh kontraksi otot-otot rahim. Persalinan normal adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dalam saluran rahim oleh kontraksi otot-otot rahim. Persalinan normal adalah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Persalinan 1.1 Pengertian Persalinan Persalinan adalah proses untuk mendorong keluar janin dan placenta dari dalam saluran rahim oleh kontraksi otot-otot rahim. Persalinan normal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 307 per kelahiran hidup (KH). Data AKI tahun 2009 sebesar

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 307 per kelahiran hidup (KH). Data AKI tahun 2009 sebesar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sampai saat ini masih cukup tinggi, menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) diperoleh AKI tahun 2007 sebesar 307 per 100.000

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. status kesehatan ibu pada suatu wilayah, salah satunya yaitu angka

BAB I PENDAHULUAN. status kesehatan ibu pada suatu wilayah, salah satunya yaitu angka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terdapat beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur status kesehatan ibu pada suatu wilayah, salah satunya yaitu angka kematian ibu (Kemenkes RI, 2015). AKI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap Tanggal : 17 Maret 2015 pukul : 12.30 WIB Pada pemeriksaan didapatkan hasil data

Lebih terperinci

Perdarahan dari Vagina yang tidak normal. Beberapa masalah terkait dengan menstruasi. Perdarahan selama kehamilan atau setelah persalinan

Perdarahan dari Vagina yang tidak normal. Beberapa masalah terkait dengan menstruasi. Perdarahan selama kehamilan atau setelah persalinan BAB XXII Perdarahan dari Vagina yang tidak normal Beberapa masalah terkait dengan menstruasi Perdarahan selama kehamilan atau setelah persalinan Perdarahan setelah aborsi atau keguguran Perdarahan setelah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keluarga Berencana a. Pengertian 1) Kontrasepsi Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Hanafi Winkjosastro, 2007). Kontrasepsi adalah

Lebih terperinci

KEHAMILAN GANDA. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

KEHAMILAN GANDA. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi KEHAMILAN GANDA Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Materi pembelajaran (pengetahuan) Kehamilan Ganda Definisi Kehamilan ganda ialah satu kehamilan dengan dua janin atau lebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ABORTUS 2.1.1 Defenisi Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin dapat hidup diluar rahim, atau sebelum kehamilan tersebut mencapai usia kehamilan 20 minggu (

Lebih terperinci

Hemoragik antepartum (HAP) Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Hemoragik antepartum (HAP) Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Hemoragik antepartum (HAP) Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi HAP dapat dikategorikan menjadi tiga berdasarkan usia kehamilan saat kejadian perdarahan terjadi, yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Kehamilan Risiko Tinggi Kehamilan berisiko adalah kehamilan yang akan menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar, baik terhadap ibu maupun terhadap janin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Harlap & Shiono (1980) melaporkan bahwa 80% kejadian abortus spontan terjadi pada usia kehamilan 12 minggu pertama.

BAB I PENDAHULUAN. Harlap & Shiono (1980) melaporkan bahwa 80% kejadian abortus spontan terjadi pada usia kehamilan 12 minggu pertama. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Abortus spontan adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin mampu bertahan hidup. Di Amerika Serikat definisi ini terbatas pada terminasi kehamilan sebelum 20

Lebih terperinci

ABORSI DISUSUN OLEH: NOVIYANTI PUTRI AKADEMI KEBIDANAN ADILA BANDARLAMPUNG

ABORSI DISUSUN OLEH: NOVIYANTI PUTRI AKADEMI KEBIDANAN ADILA BANDARLAMPUNG ABORSI DISUSUN OLEH: NOVIYANTI PUTRI 201207107 AKADEMI KEBIDANAN ADILA BANDARLAMPUNG 2014 Jl. Soekarno-Hatta By Pass (depan polinela) Rajabasa BandarLampung Telp.Fax. 0721 784370 Email: akbid.adila@yahoo.com

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS UJIAN GINEKOLOGI

LAPORAN KASUS UJIAN GINEKOLOGI LAPORAN KASUS UJIAN GINEKOLOGI Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kandungan dan Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Waled Cirebon Pembimbing : dr. Nunung Nurbaniwati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu penyebab kematian ibu adalah abortus. Abortus adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu penyebab kematian ibu adalah abortus. Abortus adalah 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Salah satu penyebab kematian ibu adalah abortus. Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau umur kehamilan kurang dari 22

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selama hari, 3-6 hari adalah waktu keluarnya darah menstruasi. perdarahan bercak atau spotting (Baziad, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selama hari, 3-6 hari adalah waktu keluarnya darah menstruasi. perdarahan bercak atau spotting (Baziad, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Reproduksi Gangguan reproduksi berawal dari tidak normalnya siklus haid dan banyak darah yang keluar saat haid. Siklus menstruasi normal berlangsung selama

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSAKA 2.1. Definisi Prematuritas didefinisikan sebagai anak yang baru lahir belum berkembang dengan berat lahir rendah yang lahir sebelum 37 minggu kehamilan. Bayi prematur yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persallinan, bayi baru lahir, dan masa nifas.

BAB I PENDAHULUAN. persallinan, bayi baru lahir, dan masa nifas. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Varney (2006) dijelaskan bahwa Asuhan Kebidanan Komprehensif merupakan suatu tindakan pemeriksaan pada pasien yang dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan

Lebih terperinci

Patologi persalinan (2)

Patologi persalinan (2) Patologi persalinan (2) Mampu membuat diagnosis klinis, terapi pendahuluan, dan merujuk pada kasus-kasus terkait patologi persalinan Dapat menentukan diagnosis banding dan mengusulkan terapi pendahuluan

Lebih terperinci

Pertumbuhan Janin Terhambat. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Pertumbuhan Janin Terhambat. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Pertumbuhan Janin Terhambat Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Janin dengan berat badan kurang atau sama dengan 10 persentil, atau lingkaran perut kurang atau sama dengan

Lebih terperinci

Hubungan usia ibu dengan kejadian abortus di Rumah Sakit umum daerah Dr. Moewardi Surakarta KARYA TULIS ILMIAH

Hubungan usia ibu dengan kejadian abortus di Rumah Sakit umum daerah Dr. Moewardi Surakarta KARYA TULIS ILMIAH 1 Hubungan usia ibu dengan kejadian abortus di Rumah Sakit umum daerah Dr. Moewardi Surakarta KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan Oleh: Dini Sudi Umayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga nantikan selama 9

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 33 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian a. Gambaran Karakteristik Responden Penelitian yang dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2016 di RSUD dr. Iskak Tulungagung. Data hasil penelitian didapatkan

Lebih terperinci

SOAL KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL NISA RAHAYU NURMUSLIMAH, S.ST

SOAL KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL NISA RAHAYU NURMUSLIMAH, S.ST SOAL OPTION SOAL KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL NISA RAHAYU NURMUSLIMAH, S.ST 1. Ny. F usia 29 tahun G2P1A0 bersalin di tempat Bidan Nina dengan lama persalinan Kala I dan II selama 20 jam, Kala I

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kecemasan Kecemasan merupakan reaksi emosional yang timbul oleh penyebab yang tidak pasti dan tidak spesifik yang dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLETE DI RUMAH SAKIT PALANG BIRU KUTOARJO

HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLETE DI RUMAH SAKIT PALANG BIRU KUTOARJO HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLETE DI RUMAH SAKIT PALANG BIRU KUTOARJO Fetty Chandra Wulandari, Nur Nasikhah ABSTRAK AKI di Indonesia saat ini masih cukup tinggi. Menurut SDKI 2012 menyebut

Lebih terperinci

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi. Nama : Hernawati NIM : 09027 Saya mengkritisi makalah kelompok 9 No 5 tentang siklus menstruasi. Menurut saya makalah mereka sudah cukup baik dan ketikannya juga sudah cukup rapih. Saya di sini akan sedikit

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Plasenta Previa 2

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Plasenta Previa 2 TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi dan Klasifikasi Plasenta previa ialah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim sedemikian rupa sehingga menutupi sebagian atau seluruh dari ostium uteri internum.

Lebih terperinci

IBU DGN MOLAHIDATIDOSA, PLASENTA PREVIA, ABRUPSIO PLASENTA

IBU DGN MOLAHIDATIDOSA, PLASENTA PREVIA, ABRUPSIO PLASENTA ASUHAN KEPERAWATAN ASUHAN IBU DGN MOLAHIDATIDOSA, PLASENTA PREVIA, ABRUPSIO PLASENTA For better health Oleh Ni Ketut Alit Armini School Of Nursing Faculty Of Medicine Airlangga University MOLA HIDATIDOSA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI SUAMI 1. Beberapa pengertian motivasi Istilah motivasi berasal dari bahasa latin mover yang berarti menggerakkan (Winardi, 2007, hal.30). Menurut Sadirman (2007, hal.25)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. leiomyoma uteri, fibromioma uteri, atau uterin fibroid. 1 Angka kejadian

BAB I PENDAHULUAN. leiomyoma uteri, fibromioma uteri, atau uterin fibroid. 1 Angka kejadian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mioma uteri adalah tumor jinak kandungan (uterus) yang terjadi pada otot polos dan jaringan ikat. Mioma dikenal juga dengan istilah leiomyoma uteri, fibromioma uteri,

Lebih terperinci

Lampiran III Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 900/MENKES/SK/VII/2002 Tanggal : 25 Juli 2002

Lampiran III Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 900/MENKES/SK/VII/2002 Tanggal : 25 Juli 2002 Lampiran III Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 900/MENKES/SK/VII/2002 Tanggal : 25 Juli 2002 PETUNJUK PELAKSANAAN PRAKTIK BIDAN I. PENDAHULUAN A. UMUM 1. Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Abortus 1. Definisi Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia luar, tanpa mempersoalkan penyebabnya. Bayi baru mungkin hidup di dunia luar bila

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kehamilan merupakan proses fisiologis yang memberikan perubahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kehamilan merupakan proses fisiologis yang memberikan perubahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kehamilan Kehamilan merupakan proses fisiologis yang memberikan perubahan pada ibu maupun lingkungannya. Dengan adanya kehamilan maka seluruh sistem genetalia wanita mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menantikannya selama 9 bulan. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi

BAB I PENDAHULUAN. menantikannya selama 9 bulan. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal. Kelahiran seseorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga menantikannya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persalinan sectio caesaria adalah proses melahirkan janin melalui insisi pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persalinan sectio caesaria adalah proses melahirkan janin melalui insisi pada BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Persalinan Sectio caesaria Persalinan sectio caesaria adalah proses melahirkan janin melalui insisi pada dinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus (histerektomi).(william,

Lebih terperinci

PERBEDAAN USIA PRODUKTIF DAN USIA NON PRODUKTIF TERHADAP KEJADIAN ABORTUS PADA IBU HAMIL DI RSUD AMBARAWA

PERBEDAAN USIA PRODUKTIF DAN USIA NON PRODUKTIF TERHADAP KEJADIAN ABORTUS PADA IBU HAMIL DI RSUD AMBARAWA PERBEDAAN USIA PRODUKTIF DAN USIA NON PRODUKTIF TERHADAP KEJADIAN ABORTUS PADA IBU HAMIL DI RSUD AMBARAWA Nur Diana Shofiyati 1), Widayati 2), Risma Aliviani Putri 3) 1) Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan,

Lebih terperinci

Deteksi Dini Kehamilan, Komplikasi Dan Penyakit Masa Kehamilan, Persalinan Dan Masa Nifas

Deteksi Dini Kehamilan, Komplikasi Dan Penyakit Masa Kehamilan, Persalinan Dan Masa Nifas Deteksi Dini Kehamilan, Komplikasi Dan Penyakit Masa Kehamilan, Persalinan Dan Masa Nifas SELAMA KEHAMILAN Ada 6 (enam) tanda bahaya dalam masa periode antenatal 1. Perdarahan pervagina 2. Sakit kepala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi serviks, persalinan

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi serviks, persalinan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi serviks, persalinan lahirnya bayi, placenta dan membran dari rahim ibu (Depkes, 2004). Persalinan dan kelahiran

Lebih terperinci

ABORTUS INKOMPLIT DAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DI RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU

ABORTUS INKOMPLIT DAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DI RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU ABORTUS INKOMPLIT DAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DI RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU Yeyen Gumayesty Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKes Hang Tuah Pekanbaru Jl. Mustafa Sari No 5 Tangkerang Selatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap. tahun, dan ini merupakan kehamilan ibu yang pertama.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap. tahun, dan ini merupakan kehamilan ibu yang pertama. digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap Dari data subjektif didapatkan hasil, ibu bernama Ny. R umur 17 tahun, dan ini merupakan

Lebih terperinci

: LAUREN LITANI NIM : SEMESTER : 1

: LAUREN LITANI NIM : SEMESTER : 1 NAMA : LAUREN LITANI NIM : 09033 SEMESTER : 1 ANGKATAN : XII Setelah saya melihat dan mempelajari hasil yang dikerjakan oleh Triana Wahyuning Pratiwi dari kelompok 7 pada nomor 4, menurut saya pekerjaannya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Abortus Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu abortus spontan dan abortus provokatus. Abortus spontan adalah abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR RISIKO USIA KEHAMILAN DAN PARITAS TERHADAP KEJADIAN ABORTUS. La Ode Ali Imran Ahmad Universitas Haluoleo Kendari.

ANALISIS FAKTOR RISIKO USIA KEHAMILAN DAN PARITAS TERHADAP KEJADIAN ABORTUS. La Ode Ali Imran Ahmad Universitas Haluoleo Kendari. ANALISIS FAKTOR RISIKO USIA KEHAMILAN DAN PARITAS TERHADAP KEJADIAN ABORTUS Abstract: La Ode Ali Imran Ahmad Universitas Haluoleo Kendari ali_imran@gmail.com his article is to determine the risk factors

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jalan operasi atau sectio caesarea hal ini disebabkan karena ibu memandang

BAB I PENDAHULUAN. jalan operasi atau sectio caesarea hal ini disebabkan karena ibu memandang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman modern ini banyak ibu yang memilih melakukan persalinan dengan jalan operasi atau sectio caesarea hal ini disebabkan karena ibu memandang persalinan dengan

Lebih terperinci

Prinsip Umum Kegawadaruratan Maternal Neonatal. Sendy Firza Novilia T, S.S.T.Keb

Prinsip Umum Kegawadaruratan Maternal Neonatal. Sendy Firza Novilia T, S.S.T.Keb Prinsip Umum Kegawadaruratan Maternal Neonatal Sendy Firza Novilia T, S.S.T.Keb ANGKA KEMATIAN IBU DI KAB. WONOSOBO ANGKA KEMATIAN BAYI Th. 2012 (12.98/1.000 KH) 15.35 15.84 13.47 13.67 12.98 13.1 TARGET

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persalinan prematur dapat diartikan sebagai dimulainnya kontraksi uterus yang teratur yang disertai pendataran dan/atau dilatasi serviks serta turunnya bayi pada wanita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendukung MDG di Denpasar, Bali pada Rabu pagi (http://www

BAB I PENDAHULUAN. mendukung MDG di Denpasar, Bali pada Rabu pagi (http://www BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu melahirkan di Indonesia saat ini masih cukup tinggi yaitu mencapai 228 per 100.000 kelahiran. Padahal berdasarkan Sasaran Pembangunan Milenium atau

Lebih terperinci

TANDA-TANDA AWAL KEHAMILAN. Ditulis oleh Rabu, 02 May :10 -

TANDA-TANDA AWAL KEHAMILAN. Ditulis oleh Rabu, 02 May :10 - Ada banyak pertanda yang menyertai kehamilan, berdasarkan pengalaman para wanita yang telah hamil, tanda dan gejala kehamilan biasanya muncul pada minggu-minggu awal kehamilan. Berikut ini 9 tanda-tanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebidanan dalam arti menolong persalinan dapat dikatakan sebagai praktik kesehatan tertua di dunia, sama tuanya dengan umat manusia. Pada mulanya semua persalinan ditolong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup, dan Singapura 6 per kelahiran hidup. 1 Berdasarkan SDKI. tetapi penurunan tersebut masih sangat lambat.

BAB I PENDAHULUAN. hidup, dan Singapura 6 per kelahiran hidup. 1 Berdasarkan SDKI. tetapi penurunan tersebut masih sangat lambat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Di Indonesia angka kematian ibu tertinggi dibandingkan negara-negara

Lebih terperinci