PERENCANAAN SISTEM PENERANGAN JALAN DAN TAMAN DI MASJID RAYA SUMATERA BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERENCANAAN SISTEM PENERANGAN JALAN DAN TAMAN DI MASJID RAYA SUMATERA BARAT"

Transkripsi

1 PERENCANAAN SISTEM PENERANGAN JALAN DAN TAMAN DI MASJID RAYA SUMATERA BARAT TUGAS AKHIR Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya dari Politeknik Negeri Padang ANNAF SIHI RAHMAN BP: PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI PADANG 2017

2 PERENCANAAN SISTEM PENERANGAN JALAN DAN TAMAN DI MASJID RAYA SUMATERA BARAT TUGAS AKHIR Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya dari Politeknik Negeri Padang ANNAF SIHI RAHMAN BP: PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI PADANG 2017

3 PERENCANAAN SISTEM PENERANGAN JALAN DAN TAMAN DI MASJID RAYA SUMATERA BARAT TUGAS AKHIR Oleh: ANNAF SIHI RAHMAN BP: Telah Disetujui oleh: Pembimbing I Pembimbing II Berlianti, ST.,MT NIP Dr. H. Nazris Nazaruddin, ST.,M.Si NIP iii

4 HALAMAN PENGESAHAN Tugas akhir yang bejudul Perencanaan Sistem Penerangan Jalan dan Taman di Masjid Raya Sumatera Barat telah disidangkan atau dipertanggungjawabkan di depan tim penguji sebagai berikut pada hari Rabu 11 Oktober 2017 di Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Padang. No. Nama Jabatan Tanda Tangan Desmi Warman, ST.,M.Si Nip Fibriyanti,S.ST.,MT Nip Yefriadi, ST.,MT Nip Berlianti, ST.,MT Nip Ketua Sekretaris Anggota Anggota Mengetahui Ketua Jurusan Teknik Elektro Ketua Program Studi Teknik Listrik Dr. H. Afrizal Yuhanef, ST., M.Kom Nip Herisajani, ST., M.Kom Nip iv

5 HALAMAN PERSEMBAHAN Hanya Allah yang Maha Tahu Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. An nahl (16) : 125) Al Qur an sebagai Petunjuk dan Pembeda Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al Qur an sebagai petunjuk bagi manusia dan (mengandung) penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda. (QS. Al Baqarah (2) : 185) Perintah Taat Kepada Allah, Rasul dan Ulil Amri Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasul, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya. (QS. An Nisaa (4) : 59) Doa Orang tua Alloohummaghfirlii Waliwaalidayya Warhamhumaa Kamaa Rabbayaani Shagiiraa. (wahai tuhanku, ampunilah aku dan ibu bapakku, sayangilah mereka seperti mereka menyayangi aku diwaktu kecil). Doa untuk Guru Ya Allah... Selain orang tua ku, Engkau memberikan kepadaku guru dan pendidik yang membantu aku. Setiap hari mereka mengajar dan membimbing aku dengan susah payah. Sering mereka menderita karena perbuatanku atau perbuatan temanku yang mengecewakan mereka. Ya Allah kuatkanlah mereka agar mereka tabah dan tidak mudah putus asa. Semoga beban dan penderitaan yang mereka terima mendatangkan rahmat dan kebaikan bagi mereka sendiri maupun bagi kami. Berikan lah mereka kesehatan, kerukunan, dan kedamaian. v

6 Kata Mutiara Cinta bukanlah kata murah dan lumrah dituturkan dari mulut ke mulut tetapi cinta adalah anugerah Tuhan yang indah dan suci jika manusi dapat menilai kesuciannya Kata Bijak Bebanmu akan berat Jiwamu harus kuat Tetapi aku percaya langkahmu akan jaya Kuatkan Pribadimu! vi

7 ABSTRAK Luas seluruh wilayah Masjid Raya Sumatera Barat adalah M 2. Penerangan jalan umum merupakan fasilitas vital yang dibutuhkan sebagai alat bantu navigasi pengguna jalan, meningkatkan keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan, mendukung keamanan lingkungan dan memberikan keindahan lingkungan jalan pada malam hari. Penerangan jalan umum juga diperlukan untuk menunjang aktifitas perekonomian dan mobilitas masyarakat di malam hari. Perkembangan lampu untuk penerangan jalan umum di dunia tergolong pesat. Pada penelitian ini penulis menggunakan lampu HPL-N sebagai sumber cahayanya yang mana lampu ini mempunyai nilai efikasi 45 sampai 60 lumen/watt disini lampu jalan juga difungsikan untuk penerangan parrkir. Untuk Taman di Masjid Raya Sumatera Barat terdapat beberapa fungsi yang diberikan yaitu Taman Bermain, Taman Rekreasi, Taman selfi, dan juga terdapat lapangan Shalat Outdoor. Pada penerangan Taman salah satunya menggunakan lampu SON yang mempunyai nilai efikasi 100 sampai 120 lumen/watt serta lampu LED dengan nilai efikasi 90 lumen/watt. Untuk penghantar menggunakan kabel NYFGbY karena kabel ini sangat cocok untuk pemakaian yang ditanam dalam tanah. Kata Kunci : Penerangan Jalan, Penerangan Taman, HPL-N, SON, kabel NYFGbY vii

8 ABSTRACT The total area of Masjid Raya Sumatera Barat is 74,349,884 M2. Public street lighting is a vital facility that needed as a means of navigating road users for improving safety and convenience of road users, supporting environmental security and providing the beauty of the street environment at night. Public street lighting is also needed to support the economic and mobility of people at night. The development of lights for public street lighting in the world is quite rapid. In this study, the writer use the HPL-N lamp as a light source where this lamp has a efficacy value of 45 to 60 lumens / watt and also has function to give lighting in the parking area. There are several functions that given by Garden in Masjid Raya Sumatera Barat, it provided Playground, Recreation Park, Selfi Park, and also Outdoor Prayer field. In Garden lighting, it uses a SON lamp that has an efficacy value of 100 to 120 lumens / watt as well as LED lamps with a value of 90 lumen / watt efficacy. For conductor by using NYFGbY cable because this cable is very suitable to use in the ground. Key words : Street Lighting, Garden Lighting, HPL-N, SON, NYFGbY cable. viii

9 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-nya penulis dapat menyelesaikan salah satu syarat untuk mencapai gelar Diploma Tiga Politeknik Negeri Padang. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa pertama merasakan bangku perkuliahan sampai pada masa penyusunan Tugas Akhir ini. Sangatlah sulit bagi penulis jika hanya bekerja tanpa bantuan semuanya dalam penyelesaian Tugas Akhir ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepaa : 1. Allah SWT yang telah memberikan kasih saying dan kemudahan pemahaman kepada penulis dalam mengerjakan Tugas Akhir ini hingga selesai. 2. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis agar tidak mudah menyerah dan selalu berusaha dalam mengerjakan Tugas Akhir ini. 3. Bapak Dr. H. Afrizal Yuhanef, ST.,M.Kom selaku ketua jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Padang 4. Bapak Herisajani, ST.,M.Kom selaku ketua program studi Teknik Listrik Politeknik Negeri Padang. 5. Ibu Berlianti, ST.,MT selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, saran, dan arahannya kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir. ix

10 6. Bapak Dr. H. Nazris Nazaruddin, ST.,M.Si selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, saran, dan arahannya kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir. 7. Senior-senior yang juga telah memberikan saran dan arahannya dalam penyusunan Tugas Akhir. 8. Teristimewa buat teman-teman 3D Teknik Listrik yang sama-sama berjuang. Semoga kita cepat wisuda semuanya, dan sahabat selamanya. 9. Semua pihak yang sudah membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir dan laporan Tugas Akhir. Akhir kata semoga Allah SWT membalas semua kebaikan semua pihak yang telah membantu proses penyusunan Tugas Akhir. Semoga Tugas Akhir ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Padang, 7 oktober 2017 Penulis x

11 DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN...iii HALAMAN PENGESAHAN.iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v ABSTRAK... vii KATA PENGANTAR... ix DAFTAR ISI... xi DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR TABEL... xvi DAFTAR LAMPIRAN.xvii BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Batasan Masalah Metodologi Penelitian Sistematika Penulisan... 5 BAB II... 7 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Instalasi Listrik Ketentuan Terkait Ruang Lingkup PUIL (Persyaratan Umum Instalasi Listrik) Aturan Normatif Penerangan Jalan Kawasan Perkotaan Besaran Pokok Sudut Ruang Arus Cahaya Intensitas Cahaya Kuat Penerangan Luminansi Sistem Instalasi Penerangan Syarat-Syarat Instalasi Penerangan xi

12 2.8 Penerangan Luar Ruangan Penerangan Taman Penerangan Jalan Ketentuan Pencahayaan dan Penempatan Pemasangan Rumah Lampu Penerangan Simbol Perencanaan Penerangan Jalan Penghantar Listrik Miniatur Circuit Breaker (MCB) Magnetic Contactor ( MC ) Current Transformer (CT) Time Delay Relay (TDR) BAB III METODA DAN PENYELESAIAN Lokasi Penelitian Data yang Dibutuhkan Perencanaan Penerangan Taman Blok Diagram Penerangan Taman Bermain Perencanaan Penerangan Area Service Penerangan Lapangan shalat Outdoor Perencanaan Penerangan Jalan Blok Diagram Lokasi Jalan Penghitungan Jumlah Titik Lampu Jalan BAB IV ANALISA Perencanaan Instalasi Penerangan Denah Perencanaan Panel SDP Perencanaan Panel Penerangan Taman Bermain Perencanaan Panel Penerangan Lapangan Shalat Outdoor Perencanaan Panel Lampu Jalan BAB V xii

13 PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiii

14 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Armatur lampu sorot bawah air 19 Gambar 2. Armatur lampu sorot monument Gambar 3. Penempatan lampu penerangan Gambar 4. Penempatan lampu penerangan terhadap tanaman jalan Gambar 5. Bentuk dan konstruksi lampu tanpa tiang Gambar 6. Tipikal tiang lampu lengan tunggal Gambar 7. Tipikal tiang lampu lengan ganda Gambar 8. Tipikal lampu tegak tanpa lengan Gambar 9. Kabel NYA Gambar 10. Kabel NYM Gambar 11. Kabel NYAF Gambar 12. Kabel NYY Gambar 13. Kabel NYFGbY Gambar 14. Kabel ACSR Gambar 15. Kabel AAAC Gambar 16. Contoh beberapa kabel Gambar 17. Bagian-bagian MCB Gambar 18. Kurva trip mcb Gambar 19. Kontruksi magnetic kontaktor Gambar 20. Simbol kontak-kontak pada magnetik kontaktor Gambar 21. Kontruksi magnetik kontaktor Gambar 22. Name plate Current Transformer Gambar 23. Penggunaan CT Gambar 24. Pemasangan CT dengan ampermeter dan Kontruksi CT Gambar 25. Kedudukan soket, Hubungan terminal, dan Simbol Time delay Gambar 26. Rangkaian kelistrikan Time Delay Relay (TDR) Gambar 27. Kontruksi TDR, dan Socket TDR Gambar 28. Spesifikasi TDR Gambar 29. Denah Lokasi PP-Taman Bermain Gambar 30. Luas Wilayah Area Service Gambar 31. Single line diagram SDP Gambar 32. Kontruksi Panel SDP Gambar 33. Single line diagram PP Taman Bermain xiv

15 Gambar 34. Kontruksi PP taman bermain Gambar 35. Single line diagram PP Lap. Shalat outdoor Gambar 36. Kontruksi PP lap. Shalat outdoor Gambar 37. Single line diagram PP lampu jalan Gambar 38. Kontruksi PP lampu jalan xv

16 DAFTAR TABEL Tabel 1. Rekomendasi Kuat Penerangan Untuk Lampu Sorot dan Objek Table 2. Perkiraan Kebutuhan Daya untuk Penerangan Jalan Tabel 3. Faktor Kehilangan Cahaya Lampu Penerangan Jalan Raya Tabel 4. Kualitas Pencahayaan Normal Tabel 5. Kuat Pencahayaan pada Daerah Tempat Parkir Tabel 6. Batasan Kuat Pencahayaan Untuk Rambu Lalu-lintas Tabel 7. Batasan Kuat Pencahayaan pada Terowongan Tabel 8. Rasio kemerataan pencahayaan Tabel 9. Sistem penempatan lampu penerangan jalan Tabel 10. Jarak antar tiang lampu penerangan (e) berdasarkan tipikal distribusi pencahayaan dan klasifikasi lampu Tabel 11. Penataan letak lampu penerangan jalan Tabel 12. Tinggi pemangkasan pohon terhadap sudut di bawah cahaya lampu Tabel 13. Nomenklatur Kode kode Kabel di Indonesia Tabel 14. Tabel Warna Selubung Luar Kabel PVC Tabel 15. Kemampuan Hantar Arus Kabel Instalasi Berisolasi dan Berselubung PVC Tabel 16. Perencanaan Jumlah Titik Lampu Taman Bermain Tabel 17. Perencanaan Jumlah Titik Lampu Taman Area Service Tabel 18. Perencanaan Jumlah Titik Lampu Lapangan Shalat Outdoor xvi

17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masjid atau mesjid adalah rumah tempat ibadah umat Islam atau Muslim. Masjid artinya tempat sujud, dan sebutan lain bagi masjid di Indonesia adalah musholla, langgar atau surau. Istilah tersebut diperuntukkan bagi masjid yang tidak digunakan untuk Sholat Jum'at, dan umumnya berukuran kecil. Selain digunakan sebagai tempat ibadah, masjid juga merupakan pusat kehidupan komunitas muslim. Kegiatan-kegiatan perayaan hari besar, diskusi, kajian agama, ceramah dan belajar Al Qur'an sering dilaksanakan di Masjid. Bahkan dalam sejarah Islam, masjid turut memegang peranan dalam aktivitas sosial kemasyarakatan hingga kemiliteran. Masjid modern sebagai pusat kegiatan umat Islam, juga menyediakan fasilitas seperti klinik, perpustakaan, dan tempat berolahraga. Di Masjid Sumatra Barat halaman untuk taman dan parkirannya sangat luas. Masjid juga bisa menjadi icon dari suatu daerah, hal itu disebabkan karna Masjid yang dibangun dengan arsitektur yang sangat indah dan menarik masyarakat dari dalam dari maupun dari luar daerah. Contohnya Masjid Raya Sumatera Barat yang menjadi icon untuk provinsi Sumatera Barat khususnya Kota Padang. Masjid Raya Sumatera Barat terkenal dengan design arsitekturnya yang sangat menarik dan sekarang dalam tahap pembangunan lokasi taman dan 1

18 parkiran yang sangat luas, sehingga akan semakin menarik minat masyarakat, terutama dalam beribah. Salah satu pemakaian listrik yang banyak digunakan masyarakat saat ini adalah sebagai sumber penerangan. Semakin meningkatnya tingkat mobilitas masyarakat sehingga membuat hampir semua pekerjaan saat ini memerlukan listrik untuk penerangan dan keperluan lainnya. Salah satu penerangan yang penting saat ini adalah penerangan jalan dan juga taman. Penerangan taman disini diperuntukkan bagi masyarakat yang berkegiatan santai diseekitar kawasan masjid raya sumatera barat seperti duduk-duduk, selfie dan kegiatan lainnya. Penerangan jalan digunakan untuk menerangi jalan disekitar kawasan masjid raya sumatera barat seperti jalan menuju ke parkiran dan jalan lainnya disekitar masjid. Berkenaan dengan pentingnya system penerangan jalan umum dan penerangan taman, maka penulis ingin menguraikan teori lebih jauh mengenai konsep dan teori dalam penerangan jalan umum dan taman ini. Sebagai bahan studi perencanaan yang penulis lakukan di Masjid Raya Sumatera Barat. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan dan acuan bagi kontraktor nantinya sehingga dapat mengurangi masalah yang timbul dan juga diharapkan bisa menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya. Oleh karena itu penulis mengambil judul Tugas Akhir ini adalah PERENCANAAN SISTEM PENERANGAN JALAN DAN TAMAN DI MASJID RAYA SUMATERA BARAT. 2

19 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahn sebagai berikut : 1. Merancang system penerangan jalan dan taman di Masjid Raya Sumatera Barat. 2. Menghitung jumlah titik lampu untuk penerangan jalan dan taman. 3. Menghitung kebutuhan daya listrik yang diperlukan untuk penerangan jalan dan taman di Masjid Raya Sumatera Barat. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk Mengetahui system perencanaan penerangan jalan dan taman di Masjid Raya Sumatera Barat. 2. Untuk mengetahui jumlah titik lampu jalan yang akan dipasang pada jalan di lokasi Masjid Raya Sumatera Barat. 3. Untuk mengetahui jumlah titik lampu taman yang akan dipasang pada taman Masjid Raya Sumatera Barat. 4. Untuk mengetahui pemakaian daya listrik untuk penerangan jalan dan taman di Masjid Raya Sumatera Barat. 1.4 Batasan Masalah Agar permasalahan ini tidak meluas dan menghindari dari adanya salah pengertian maka perlu dibatasi permasalahannya sebagai berikut : 1. Perancangan gambar instalasi listrik penerangan jalan dan taman di Masjid Raya Sumatera Barat. 3

20 2. Menentukan jumlah pemakaian lampu jalan dan lampu taman. 3. Melakukan perhitungan pemakaian daya listrik untuk penerangan jalan dan taman di Masjid Raya Sumatera Barat. 4. Menentukan rating pengaman dan penghantar. 1.5 Metodologi Penelitian Penyusunan tugas akhir ini dilakukan dengan metode : 1. Studi Observasi Studi Observasi ini berupa pengumpulan data untuk diolah dalam penelitian ini. Seperti data perancangan, luas kawasan dan fungsi kawasan. 2. Studi Literatur Studi Literatur merupakan kajian penulis atas referensi-referensi yang ada baik berupa buku maupun karya-karya ilmiah yang berhubungan dengan penulisan laporan ini. 3. Analisa data dan Perancangan Analisa data dan Perancangan merupakan pengolahan data dan analisa data yang kemudian digunakan sebagai masukan dalam penghitungan secara manual dan dengan program Microsoft exel serta perancangan instalasi dengan program AutoCad. 4. Studi Bimbingan Penulis dalam penyusunan tugas akhir ini bersama pembimbing yang merupakan pengarah, petunjuk, serta saran dari dosen pembimbing atau semua pihak yang turut membantu dalam proses penelitian tugas akhir ini. 4

21 1.6 Sistematika Penulisan Untuk mendapatkan pembahasan yang lebih jelas dan sistematis, maka laporan ini disusun dalam beberapa bab dan setiap bab terdiri dari sub-sub bab. Adapun susunan sistematika laporan sebagai berikut : BAB I Pendahuluan Pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, metodologi penelitian dan sistematika penulisan yang digunakan. BAB II Tinjauan Pustaka Tinjauan Pustaka berisi tentang telaah penelitian terdahulu, dasar teori daya, tegangan, dan arus, bahan-bahan yang diperlukan dalam pemasangan instalasi, penentuan jumlah lampu, dan langkah-langkah dalam perencanaan instalasi. BAB III Metodologi Perencanaan Metodologi Perencanaan berisi tentang prosedur perancangan yang diawali dari persiapan perencanaan, perhitungan kebutuan daya, serta proses perancangan. Dan juga berisi penyelesaian dari masalah yang dihadapi dan pengerjaannya juga dibuatkan diagram alir (flow chart). BAB IV Analisa Perancangan Instalasi Analisa Perancangan Instalasi berisi tentang perhitungan daya dan rekapitulasi daya instalasi listrik, perhitungan biaya. 5

22 BAB V Penutup Penutup berisi kesimpulan dari hasil yang telah dicapai untuk menjawab tujuan TA. Saran dibuat berdasarkan pengalaman penulis ditujukan kepada para mahasiswa/peneliti dalam bidang sejenis yang ingin melanjutkan atau mengembangkan penelitian yang sudah dilakukan. 6

23 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Instalasi Listrik Instalasi listrik adalah saluran listrik beserta gawai maupun peralatan yang terpasang baik di dalam maupun luar bangunan untuk menyalurkan arus listrik. Rancangan instalasi listrik harus memenuhi ketentuan PUIL 2011 dan peraturan yang terkait dalam dokumen seperti UU Nomor 30 Tahun 2009 tentang ketenagalistrikan, Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2012 tentang usaha jasa penunjang tenaga listrik dan peraturan lainnya. PUIL memberikan persyaratan untuk desain, pemasangan dan verifikasi instalasi listrik. Persyaratan ini dimaksudkan untuk menetapkan keselamatan manusia, ternak dan harta benda terhadap bahaya dan kerusakan yang dapat timbul pada pemakaian secara wajar instalasi listrik dan untuk menetapkan fungsi yang tepat dari instalasi tersebut. Instalasi listrik atau instalasi tenaga listrik dapat diartikan sebagai suatu cara penempatan dan pemasangan penyaluran tenaga listrik untuk semua peralatan yang memerlukan tenaga listrik untuk pengoperasiannya dan bagian ini langsung berada dalam daerah kegiatan konsumen. Persyaratan PUIL dimaksudkan berlaku untuk instalasi listrik secara umum, tapi dalam hal tertentu, mungkin perlu ditambah dengan persyaratan atau rekomendasi standar SNI/IEC lain. (Sumber PUIL 2011 Edisi 2014). 7

24 2.2 Ketentuan Terkait Di samping PUIL ini, harus pula diperhatikan ketentuan terkait dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, antara lain: 1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, beserta Peraturan Pelaksanaannya. 2. Undang-undang Nomor 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan, beserta Peraturan Pelaksanaannya. 3. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup beserta Peraturan Pelaksanaannya. 4. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi beserta Peraturan Pelaksanaannya. 5. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah beserta Peraturan Pelaksanaannya. 2.3 Ruang Lingkup PUIL (Persyaratan Umum Instalasi Listrik) berikut: PUIL berlaku untuk desain, pemasangan dan verifikasi instalasi listrik sebagai 1. Kompleks (premises) perumahan. 2. Kompleks komersial. 3. Kompleks public. 4. Kompleks industry. 5. Kompleks pertanian dan perkebunan. 6. Bangunan prafabrikasi. 7. Karavan, lokasi karavan dan lokasi serupa. 8

25 8. Lokasi pembangunan, pameran, bazar dan instalasi lain untuk keperluan temporer. 9. Marina. 10. Instalasi pencahayaan eksternal dan serupa (kecuali PJU). 11. Lokasi medic. 12. Unit portabel (mobile) atau dapat diangkut. 13. Sistem fotovoltaik. 14. Set pembangkit voltase rendah. PUIL tidak berlaku untuk: 1. Perlengkapan traksi listrik, termasuk perlengkapan gelinding (rolling stock) dan sinyal. 2. Perlengkapan listrik kendaraan bermotor, kecuali yang dicakup dalam Bagian 8, jika ada. 3. Instalasi listrik dalam kapal dan anjungan lepas pantai portabel dan magun. 4. Instalasi listrik dalam pesawat udara. 5. Instalasi pencahayaan jalan umum yang merupakan grid daya public. 6. Instalasi pada tambang dan tempat penggalian. 7. Perlengkapan supresi interferens radio, kecuali jika mempengaruhi keselamatan instalasi. 8. Pagar listrik. 9. Sistem proteksi petir eksternal untuk bangunan (LPS). 9

26 2.4 Aturan Normatif Penerangan Jalan Kawasan Perkotaan Spesifikasi penerangan jalan di kawasan perkotaan ini merujuk pada acuan sebagai berikut : 1. Undang - Undang RI Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; 2. Undang - Undang RI Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan; 3. Peraturan Pemerintah RI Nomor 26 Tahun 1985 tentang Jalan; 4. Peraturan Pemerintah RI Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan; 5. SNI No , Spesifikasi Trotoar; 6. SNI No , Rekomendasi untuk pencahayaan kendaraan bermotor dan pejalan kaki. 7. AASHTO, 1984, An Informational Guide for Roadway Lighting. 2.5 Besaran Pokok Pembahasan lebih jauh tentang perhitungan penerangan diperlukan pemahaman terhadap definisi-definisi yang relevan meliputi : sudut ruang (ω), energy cahaya (Q), arus cahaya (Φ), intensitas cahaya (I), kuat penerangan (E), luminansi (L), dan beberapa factor Sudut Ruang Karena pancaran cahaya di udara bebas sifatnya meruang seperti bola, maka walaupun sudut ruang bukan termasuk besaran penerangan perlu dibahas. Sudut bidang adalah sebuah titik potong 2 garis lurus. Besar sudut bidang dinyatakan dengan derajad (º) atau radian (rad). Sudut ruang adalah sudut pada ruang yang 10

27 dibatasi oleh permukaan bola dengan titik sudutnya. Besarnya sudut ruang dinyatakan dengan steradian (sr). Definisi : 1 steradian adalah besarnya sudut yang terpancang pada titik pusat bola oleh permukaan bola seluas kuadrat jari-jari bola. adalah : Berdasarkan definisi diatas maka suatu bola jika dilihat dengan sudut ruang luas kulit bola = 4.π.R2 = 4. π steradian (1) kuadrat jari jari R Arus Cahaya Aliran rata-rata energy cahaya adalah arus cahaya atau fluks cahaya (F). Arus cahaya didefinisikan sebagai jumlah total cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya setiap detik. Besar arus cahaya dengan satuan lumen (lm) dinyatakan dengan persamaan 2.2 Φ = W l w..(2) Dimana : Φ = fluks cahaya (lumen) W = daya lampu ( watt) L/w = Luminous efficacy lamp (lumen/watt) Intensitas Cahaya Intensitas cahaya adalah jumlah energy yang radisasi yang dipancarkan sebagai cahaya ke suatu jurusan tertentu satauannya candela (cd). 11

28 Rumusnya : I = ω.(3) Dimana : I = intensitas cahaya (cd) = fluks cahaya (lumen) ω = steradian sudut ruang Kuat Penerangan Kuat penerangan adalah flux cahaya yang jatuh pada bidang setiap m 2 satuannya adalah lux (lx) dan lambangnya E. 1 lux = 1 lumen m 2 Jika suatu bidang yang luasnya A m 2, diterangi dengan F lumen, maka besarnya intensitas penerangan rata-rata di bidang tersebut sama dengan : E rata rata = A..(4) Intensitas penerangan di suatu bidang karena suatu sumber cahaya dengan intensitas I, berkurang dengan kuadrat dari jarak antara sumber cahaya dan bidang itu (hukum kuadrat). Rumus : Ep = I r 2..(5) Dimana : Ep = intensitas penerangan di suatu titik P dari bidang yang diterangi, dinyatakan dalam satuan lux 12

29 I = intensitas sumber cahaya dalam satuan candela r = jarak dari sumber cahaya ke titik P, dinyatakan dalam meter Luminansi Luminasi adalah suatu ukuran untuk terang suatu benda. Luminasi yang terlalu besar akan menyilaukan mata, seperti lampu pijar tanpa armatur (tempat merefleksikan cahaya). Luminasi L suatu sumber cahaya atau suatu permukaan yang memantulkan cahaya ialah intensitas cahayanya dibagi dengan luas semu permukaan. Rumus : L = I As (6) Dimana : L = luminasi dalam satuan cd/m 2 I = intensitas sumber cahaya dalam satuan candela AS = luas permukaan semu m 2 Kalau luminasinya kecil dapat menggunakan satuan cd/m 2 1 cd/cm 2 = cd/m Sistem Instalasi Penerangan Perkembangan instalasi penerangan dari zaman ke zaman semakin modern. Setiap perkembangan instalasi penerangan mempunyai cara berbeda-beda. Mulai dari penerangan yang menggunakan sesuatu yang membara dengan cara membakar bahan bakar fosil, kayu ataupun bahan lainnya. Di abad ke 19, dimulai penerangan 13

30 dengan menggunakan bahan bakar gas yang di distribusikan ke rumah-rumah dalam suatu kota. Perkembangan penerangan buatan lebih maju saat Thomas Alfa Edison menemukan lampu pijar. Lampu pijar yang pertama terdiri dari kawat karbon yang diletakkan dalam bola yang terbuat dari gelas. Bola itu kemudian divakum, dua ujung kawat karbon dikeluarkan dan disambungkan dengan tegangan listrik sehingga kawat karbon tersebut akan membara, karena dalam gelas tersebut dalam keadaan vakum (hampa udara), kawat tersebut tidak terbakar. Instalasi penerangan merupakan system yang menyediakan cahaya untuk kemampuan individual dalam melakukan kegiatan. Dalam instalasi penerangan intensitas cahaya yang disediakan oleh system penerangan harus sesuai dengan kebutuhan atau fungsinya. Pencahayaan merupakan salah satu factor untuk mendapatkan keadaan lingkungan yang aman dan nyaman berkaitan dengan produktivitas manusia. Pencahayaan yang baik memungkinkan orang dapat melihat objek-objek yang dikerjakan secara jelas dan tepat. Menurut sumbernya pencahayaan dapat dibagi menjadi : a. Pencahayaan Alami Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari. Sinar alami mempunyai banyak keuntungan, selain menghemat energi listrik juga bisa membunuh kuman. Keuntungan penerangan ini adalah biaya yang dikeluarkan adalah nol atau gratis dan kelemahannya 14

31 penerangan ini hanya ada pada waktu siang hari dan maksimal pencahayaannya pada waktu cuaca panas. b. Pencahayaan Buatan Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya alami. Pencahayaan buatan sangat diperlukan ketika pencahayaan alami tidak maksimal dan hanya bisa digunakan pada siang hari. Fungsi pokok pencahayaan buatan baik yang diterapkan secara tersendiri maupun yang dikomobinasikan dengan pencahayaan alami adalah sebagai berikut : 1. Menciptakan lingkungan yang memungkinkan pengguna untuk melihat dengan mudah dan secara detail. 2. Memungkinkan pengguna berjalan dan bergerak secara mudah dan aman. 3. Tidak menimbulkan penambahan suhu yang berlebihan 4. Memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap menyebar secara merata, tidak berkedip, tidak menyilaukan dan tidak menimbulkan bayang-bayang. 5. Meningkatkan lingkungan yang nyaman dan meningkatkan prestasi dan silaturrahmi. 2.7 Syarat-Syarat Instalasi Penerangan Secara umum persyaratan untuk instalasi listrik ditujukan untuk menjamin keselamatan manusia dan benda lain dari bahaya kerusakan yang ditimbulkan dari penggunaan instalasi listrik secara wajar. Adapun syarat dari instalasi listrik harus memenuhi kriteria berikut : 15

32 1. Syarat ekonomis Instalasi listrik harus dibuat sedemikian rupa sehingga harga keseluruhan dari instalasi listrik mulai dari perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaanya semurah mungkin, kerugian daya listrik harus sekecil mungkin. 2. Syarat keamanan Instalasi listrik harus dibuat sedemikian rupa sehingga kemungkinan timbul kecelakaan sangat kecil. Aman dalam hal ini berarti tidak membahayakan jiwa manusia dan terjaminnya peralatan dan benda-benda di sekitarnya dari kerusakan akibat dari adanya gangguan seperti gangguan hubung singkat, tegangan lebih dan lain-lain. 3. Syarata keandalan Kelangsungan pengaliran arus listrik kepada pengguna atau pengunjung harus terjamin secara baik. Jadi instalasi listrik direncanakan sedemikian rupa sehingga terputus dan terhentinya aliran listrik sangat kecil. 2.8 Penerangan Luar Ruangan Penerangan luar dimaksudkan agar diperoleh penerangan yang cukup pada cuaca gelap, aktifitas ekonomi tetap dapat dilakukan, mengurangi vandalism dan criminal. Penerangan luar mempunyai karakteristik yang berbeda dengan penerangan dalam ruangan. Pada penerangan luar ruangan factor pengaruh lingkungan sangat perlu diperhatikan. Pengotoran pada sumber penerangan maupun kemungkinan besar terkena air. Karena itu penerangan luar ruangan umumnya menggunakan armature dengan memperhatikan perlindungan 16

33 internasional (international protection) = IP) disamping kekuatan mekanisnya. IP armature untuk penerangan luar umumnya 32. Debu dan pengotor lainnya dapat menyebabkan penurunan efisiensi penerangan 20 hingga 50% per tahun. Pada prinsipnya semua penerangan luar ruangan sama yang membedakan adalah penggunaannya. Berkaitan dengan penerangan luar ruangan beberapa hal perlu mendapatkan perhatian antara lain : 1. Factor reflektansi umumnya diabaikan, kecuali jika permukaan lapangan dan struktur untuk area khusus yang pantulannya benar-benar harus diperhitungkan. 2. Suatu penerangan luar memungkinkan untuk dimanfaatkan untuk beberapa kegiatan. Contoh: pada penerangan untuk olah raga, penerangan diperuntukkan : pemain, wasit, penonton, dan sekaligus kamera. Masingmasing memerlukan factor visual yang berbeda. 3. Objek vertikal (misalnya : bola lambung pada sepakbola atau papan iklan). Dalam hal ini sepakbola atau tenes, tampilan permukaan bola sangat penting diperhitungkan. Contoh: pemain tenes lebih penting memperhatikan sisi depan bola disbanding permukaan atas bola. Pada penerangan luar tidak ada standar sudut pandang tertentu. Pada umumnya pandangan untuk semua arah. Persoalannya bila luminansi diperbesar maka silau juga bertambah. Umumnya objek yang diterangi bergerak. Papan iklan merupakan salah satu objek yang tidak bergerak. 17

34 Pada umumnya kuat penerangan luar ruangan lebih rendah disbanding dengan penerangan pada bangunan. Keamanan harus mendapatkan perhatian serius. Contoh kasus: rendahnya kualitas penerangan pada arena balapan motor membahayakan pembalap, penerangan yang tidak memadai pada jalan bebas raya membahayakan pemakai jalan, pencahayaan pada landasan pacu lapangan terbang yang tidak memadai membahayakan pendaratan pesawat terbang. Pemasangan penerangan luar ruangan yang dimungkinkan ada 3, yaitu : dipasang pada tiang (contoh: pemasangan lampu penerangan jalan), dipasang di puncak tiang (contoh: penerangan pada halaman atau taman), digantung (contoh: penerangan jalan local atau jalan gang) Penerangan Taman Seringkali untuk taman digunakan TL sebagai sumber penerangan karena paling murah disbanding lampu pelepasan gas lainnya. Bila yang digunakan lampu pijar (missal: lampu halogen) umumnya menggunakan armature baur (difus) yang terbuat dari akrilik atau gelas baur yang dipasang pada puncak atau sisi tiang. Lampu natrium baik SOX maupun SON tepat untuk taman kota yang luas dengan pemasangan lampu pada sisi tiang. 18

35 Gambar 1. Armatur lampu sorot bawah air Air mancur pad ataman kadang dilengkapi dengan lampu sorot baik yang dipasang dibawah maupun dipermukaan air. Lampu sorot yang dipasang di dalam air armaturnya harus kedap air dan terisolasi dengan baik sedangkan untuk armature diatas permukaan air harus mampu melindungi lampu terhadap percikan air. Kalau pada taman terdapat monument maka penyorotannya disesuaikan dengan relief monument sehingga tampilan monumen lebih anggun. Distribusi cahaya untuk monumen tidak perlu merata sehingga terjadi bayangan pada monument yang disorot. Model lampu sorot monument seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2. Berdasarkan pertimbangan estetika maka direkomendasikan penyorotan bangunan monument yang kecil menggunakan kuat penerangan yang tinggi sebaliknya untuk monument yang besar diperlukan kuat penerangan yang rendah seperti yang ditunjukkan Tabel 1. 19

36 Gambar 2. Armatur lampu sorot monument Untuk monument kecil digunakan lampu sorot dengan reflector parabola tidak silindris sehingga cahaya sebelum dan sesudah dipantulkan tidak menyebar (menggunakan lampu pijar) atau terfokus sedangkan untuk sorot cahaya yang menyebar digunakan reflector parabola silindris (menggunakan lampu berbentuk batang, antara lain: TL, lampu metal halide). Arah penyorotan terhadap bangunan atau monument ± 45º dari arah pandang tegak lurus muka bangunan dengan demikian menimbulkan bayangan pada bagian muko monument tersebut. Penyorotan dilakukan hanya dari satu sisi bangunan sehingga rasio penerangan pada bagian muka gedung tidak sama (satu sisi lebih gelap dari sisi lainnya). Sedangkan dengan monument berupa patung (permukaan tidak rata ) penyorotan dapat dilakukan dari berapa arah. 20

37 Tabel 1. Rekomendasi Kuat Penerangan Untuk Lampu Sorot dan Objek Jenis dan situasi objek lampu sorot Kuat penerangan rata (lx) Bangunan besar yang berdiri sendiri atau monument 3 hingga 6,5 Bangunan di sekitar jalan atau di taman, dengan situasi : a) Sekelilingnya gelap b) Sekelilingnya sedang 6,5 hingga hingga hingga 16 c) Sekelilingnya terang Langkah-langkah: 1. Tentukan lokasi titik-titik lampu. 2. Buat alur instalasi kabel listrik dari stopkontak terdekat ke lokasi titik-titik lampu. Sebaiknya alur instalasi kabel itu merapat ke tembok untuk memperkecil kemungkinan kabel terkena cangkul atau benda tajam lainnya saat perawatan atau renovasi taman. 3. Gali tanah sesuai alur instalasi kabel listrik. Kedalaman galian 20cm. 4. Potong panjang pipa PVC sesuai alur yang ada. Warnai pipa dengan cat besi. 5. Masukkan kabel ke dalam pipa dan tanam di dalam tanah. 6. Setelah itu, hubungkan bagian ujung kabel ke rumah lampu, sedangkan ujung yang lainnya ke stop kontak. 21

38 2.8.2 Penerangan Jalan Penerangan jalan raya mempunyai 2 fungsi pokok yaitu fungsi : fungsi keamanan dan fungsi ekonomi. Keamanan penggunaan jalan berkaitan dengan kuat penerangan sesuai dengan kecepatan kendaraan, serta kerataan penerangan pada bidang jalan. Kebutuhan daya (kw) penerangan suatu ruas jalan sangat bervariasi tergantung pada: geometri permukaan jalan, lampu yang digunakan dan refleksi permukaan jalan. Fungsi ekonomi jalan berkaitan dengan distribusi barang (termasuk kelancaran distribusi barang). Penerangan jalan mempertimbangkan 6 aspek, yaitu : a. Kuat rata-rata penerangan (Erata-rata). Besarnya kuat penerangan didasarkan pada kecepatan maksimal yang diizinkan terhadap kendaraan yang melaluinya. b. Distribusi cahaya. Kerataan cahaya pada jalan raya penting, untuk itu ditentukan factor kerataan cahaya yang merupakan perbandingan kuat penerangan pada bagian tengah lintasan kendaraan dengan tepi jalan. Sebagai acuan perbandingan tersebut tidak lebih dari 3 : 1. c. Cahaya yang menyilaukan dapat menyebabkan : keletihan mata, perasaan tidak nyaman, dan kemungkinan kecelakaan. Untuk mengurangi silau digunakan akrilik atau gelas pada armature yang berfungsi sebagai filter cahaya. d. Arah pancaran cahaya dan pembentukan bayangan. Sumber penerangan untuk jalan raya dipasang menyudut 5º hingga 15º. 22

39 e. Warna dan perubahan warna. Warna cahaya lampu pelepasan gas tekanan tinggi (khususnya lampu merkuri) berpengaruh terhadap warna tertentu, misalnya: warna merah. f. Lingkungan. Berkabut maupun berdebu mempunyai factor absorbs terhadap cahaya yang dipancarkan oleh lampu. Cahaya kuning kehijauan mempunyai panjang gelombang paling sensitive terhadap mata sehingga tepat digunakan pada daerah berkabut. Lampu SON atau SOX tepat untuk penerangan jalan pada daerah berkabut. Terdapat 5 klasifikasi jalan beserta kuat penerangan rata-rata, sebagai berikut: a. Jalan bebas hambatan atau jalan tol (>20 lx). b. Jalan utama, yaitu: jalan yang menuju atau melingkar kota ( 15 hingga 20 lx). c. Jalan penghubung, yaitu jalan percabangan jalan utama (7 hingga 10 lx). d. Jalan kampong atau local (3 hingga 5 lx). e. Jalan setapak atau gang (3 hingga 5 lx). Kuat penerangan pada persimpangan jalan umumnya lebih tinggi dari pada kuat penerangan jalan standar.untuk menentukan jarak tiang (J) lampu yang dipasang pada satu sisi jalan dapat digunakan persamaan 2.1 : J = faktor pemakaian X faktor kehilangan cahaya X arus cahaya lampu lebar jalan X kuat penerangan rata rata (7) Factor pemakaian merupakan perbandingan antara arus cahaya yang samai pada bidang yang diterangi dengan arus cahaya yang dihasilkan sumber penerangan. Sedangkan factor kehilangan cahaya lebih disebabkan sumber 23

40 cahayanya, misalnya: depresiasi karena umur pemakaian, lampu padam (putus), pengotoran pada permukaan bola lampu atau armature. Jika untuk penerangan jalan raya digunakan lampu yang arus cahayanya besar maka kuat penerangan yang sama jarak tiang menjadi lebih jauh. Disamping itu terdapat beberapa factor yang mempengaruhi rendahnya keluaran cahaya sumber penerangan, antara lain: temperature sekeliling (misalnya: TL lazimnya beroperasi pada temperature 25º C, keluaran arus cahayanya akan berkurang 1,5% setiap kenaikan atau penurutan 1º C) penggunaan penerangan pada daerah pegunungan perlu memperhatikan factor tersebut, depresiasi permukaan sumber penerangan (plastic yang digunakan filter cahaya akan berubah warna atau makin buram ketika digunakan pada waktu yang lama), dan factor ballast. Factor ini terdapat pada TL 0,5 hingga 0,9 sedangkan terhadap lampu pelepasan gas tekanan tinggi factor ini di perhitungkan. Table 2. Perkiraan Kebutuhan Daya untuk Penerangan Jalan Kuat penerangan Lampu yang digunakan untuk lebar jalan 8 meter 12 meter nominal Lampu Lampu Lampu Lampu natrium untuk merkuri natrium merkuri tekanan tinggi permukaan tekanan tekanan tekanan tinggi kw/km jalan tinggi tinggi kw/km kering kw/km kw/km (cd/m2)

41 1, , , ( Sumber : Electrical installations handbook, part 3, hlm.1163.) Kehilangan cahaya pada sumber penerangan jalan dipengaruhi 2 faktor yaitu : a. Penurunan kemampuan sumber penerangan (lampu dan armature) karena umur pemakaian. b. Pengotoran terhadap armaturnya dapat disebabkan pengotoran maupun perubahan sifat lastik maupun prismatic penutup armature. Besarnya perkiraan kehilangan cahaya sumber penerangan jalan berdasarkan waktu pemakaian ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3. Faktor Kehilangan Cahaya Lampu Penerangan Jalan Raya Waktu Pemakaian (Tahun) Lingkungan Sangat bersih 0,98 0,94 0,93 Bersih 0,95 0,92 0,90 Sedang 0,92 0,87 0,84 Kotor 0,87 0,81 (Sumber: illumination engineering from Edison s to the Laser, hlm.472.) 25

42 Fungsi Penerangan Jalan Penerangan jalan di kawasan perkotaan mempunyai fungsi antara lain : 1. Menghasilkan kekontrasan antara obyek dan permukaan jalan; 2. Sebagai alat bantu navigasi pengguna jalan; 3. Meningkatkan keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan, khususnya pada malam hari; 4. Mendukung keamanan lingkungan; 5. Memberikan keindahan lingkungan jalan Dasar Perencanaan Penerangan Jalan 1. Perencanaan penerangan jalan terkait dengan hal-hal berikut ini: a. Volume lalu-lintas, baik kendaraan maupun lingkungan yang bersinggungan seperti pejalan kaki, pengayuh sepeda, dll; b. Tipikal potongan melintang jalan, situasi (lay-out) jalan dan persimpangan jalan; c. Geometri jalan, seperti alinyemen horisontal, alinyemen vertikal, dll; d. Tekstur perkerasan dan jenis perkerasan yang mempengaruhi pantulan cahaya lampu penerangan; e. Pemilihan jenis dan kualitas sumber cahaya/lampu, data fotometrik lampu dan lokasi sumber listrik; f. Tingkat kebutuhan, biaya operasi, biaya pemeliharaan, dan lain-lain, agar perencanaan sistem lampu penerangan efektif dan ekonomis; g. Rencana jangka panjang pengembangan jalan dan pengembangan daerah sekitarnya; 26

43 h. Data kecelakaan dan kerawanan di lokasi. 2. Beberapa tempat yang memerlukan perhatian khusus dalam perencanaan penerangan jalan antara lain sebagai berikut : a. Lebar ruang milik jalan yang bervariasi dalam satu ruas jalan; b. Tempat-tempat dimana kondisi lengkung horisontal (tikungan) tajam; c. Tempat yang luas seperti persimpangan, interchange, tempat parkir, dll; d. Jalan-jalan berpohon; e. Jalan-jalan dengan lebar median yang sempit, terutama untuk pemasangan lampu di bagian median; f. Jembatan sempit/panjang, jalan layang dan jalan bawah tanah (terowongan); g. Tempat-tempat lain dimana lingkungan jalan banyak berinterferensi dengan jalannya Jenis Lampu Penerangan Jalan 1) Jenis lampu penerangan jalan ditinjau dari karakteristik dan penggunaannya secara umum dapat dilihat dalam Lampiran B. 2) Rumah lampu penerangan (lantern) dapat diklasifikasikan menurut tingkat perlindungan terhadap debu/benda dan air. Hal ini dapat diindikasikan dengan istilah IP (Index of Protection) atau indek perlindungan, yang memiliki 2 (dua) angka, angka pertama menyatakan indek perlindungan terhadap debu/benda, dan angka kedua menyatakan indek perlindungan terhadap air. Sistem IP merupakan penggolongan yang lebih awal terhadap penggunaan peralatan yang tahan hujan dan sebagainya, dan ditandai dengan lambang. Semakin tinggi indek perlindungan (IP), semakin baik 27

44 standar perlindungannya. Ringkasan pengkodean IP mengikuti Lampiran A (A Manual of Road Lighting in Developing Countries). Pada umumnya, indek perlindungan (IP) yang sering dipakai untuk klasifikasi lampu penerangan adalah : IP 23, IP 24, IP 25, IP 54, IP 55, IP 64, IP 65, dan IP Ketentuan Pencahayaan dan Penempatan Kualitas Pencahayaan 1. Pencahayaan Pada Ruas Jalan Kualitas pencahayaan pada suatu jalan diukur berdasarkan metoda iluminansi atau luminansi. Meskipun demikian lebih mudah menggunakan metoda iluminansi, karena dapat diukur langsung di permukaan jalan dengan menggunakan alat pengukur kuat cahaya. Kualitas pencahayaan normal menurut jenis/klasifikasi fungsi jalan ditentukan seperti pada Tabel 4. Tabel 4. Kualitas Pencahayaan Normal Kuat pencahayaan (iluminansi) Luminansi Batasan silau Jenis dan Kemerataan L Kemerataan klasifikasi jalan (lux) Eratarata (uniformity) ratarata (uniformity) g1 (cd/m2 VD VI G TJ (%) ) 28

45 Trotoar 1 4 0,10 0,10 0,40 0, Jalan local: - Primer 2-5 0,10 0,50 0,40 0, Sekunder 2-5 0,10 0,50 0,40 0, Jalan kolektor: - Primer 3-7 0,14 1,00 0,40 0, Sekunder 3-7 0,14 1,00 0,40 0, Jalan arteri : - Primer ,14-0,20 1,50 0,40 0,50-0, Sekunder ,14-0,20 1,50 0,40 0,50-0, Jalan arteri dengan akses kontrol, ,14-0,20 1,50 0,40 0,50-0, jalan bebas hambatan Jalan layang, simpang susun, ,20 2,00 0,40 0, terowongan 29

46 Keterangan : g1 : E min/e maks VD : L min/l maks G : Silau (glare) TJ : Batas ambang kesilauan VI : L min/l rata-rata 2. Pencahayaan Pada Tempat Parkir Kuat pencahayaan pada daerah tempat parkir ditentukan seperti pada Tabel 5. Tabel 5. Kuat pencahayaan pada daerah tempat parkir Kuat pencahayaan pada tempat parkir terbuka (lux) Tingkat kegiatan lingkungan di lokasi Untuk tujuan Keselamatan pejalan Lalu-lintas kendaraan kaki Rendah 5 2 Sedang 11 6 Tinggi Kuat pencahayaan pada tempat parkir tertutup (lux) Daerah Siang hari Malam hari Daerah tempat parkir dan pejalan kaki Kegiatan sedang/tinggi

47 3. Pencahayaan Pada Rambu Lalu-lintas Batasan kuat pencahayaan (iluminansi) dan luminansi pada ramburambu lalu-lintas yang dipasang berdekatan dengan lampu penerangan jalan atau papan reklame ditentukan pada Tabel 6. (AASHTO, 1984), yang bertujuan agar lebih menarik perhatian bagi pengguna jalan. Tabel 6. Batasan kuat pencahayaan untuk rambu lalu-lintas Daerah sekitar penempatan rambu Iluminansi (lux) Luminansi (cd/m2) Rendah Sedang Tinggi Pencahayaan Pada Terowongan 1. Kuat pencahayaan pada terowongan harus cukup dan memberi kenyamanan baik untuk penglihatan siang maupun malam hari. Adapun kriteria penerangan terowongan adalah seperti yang ditentukan pada Tabel Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pencahayaan terowongan: a) Memberikan adaptasi pencahayaan yang baik; b) Tingkat kesilauan seminimal mungkin; c) Memberikan pantulan yang cukup dan warna yang kontras pada permukaan terowongan; d) Memberikan pencahayaan yang jelas rambu-rambu lalu-lintas. 31

48 Tabel 7. Batasan kuat pencahayaan pada terowongan Jenis/klasifikasi Jalan Jalan arteri dengan kontrol/ jalan bebas hambatan Daerah penempatan (Lux) Komersil Menengah Permukiman Jalan arteri Jalan kolektor Jalan local Jalan kecil/lorong/gang Rasio Kemerataan Pencahayaan (uniformity ratio) Rasio maksimum antara kemerataan pencahayaan maksimum dan minimum menurut lokasi penempatan tertentu adalah seperti yang ditentukan pada Tabel 8. Tabel 8. Rasio kemerataan pencahayaan Lokasi penempatan Rasio maksimum Jalur lalu lintas : - di daerah permukiman - di daerah komersil/pusat kota 6 : 1 3 : 1 Jalur pejalan kaki : - di daerah permukiman - di daerah komersil/pusat kota 10 : 1 4 : 1 Terowongan 4 : 1 32

49 Tempat-tempat peristirahatan (rest 6 : 1 area) Pemilihan Jenis dan Kualitas Lampu Penerangan Pemilihan jenis dan kualitas lampu penerangan jalan didasarkan pada : 1) Nilai efisiensi (Tabel 4); 2) Umur rencana; 3) Kekontrasan permukaan jalan dan obyek Penempatan Lampu Penerangan 1) Penempatan lampu penerangan jalan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan : a) Kemerataan pencahayaan yang sesuai dengan ketentuan Tabel 7 dan tabel 8; b) Keselamatan dan keamanan bagi pengguna jalan; c) Pencahayaan yang lebih tinggi di area tikungan atau persimpangan, dibanding pada bagian jalan yang lurus; d) Arah dan petunjuk (guide) yang jelas bagi pengguna jalan dan pejalan kaki. 2) Sistem penempatan lampu penerangan jalan yang disarankan seperti pada Tabel 9; 3) Pada sistem penempatan parsial, lampu penerangan jalan harus memberikan adaptasi yang baik bagi penglihatan pengendara, sehingga efek kesilauan dan ketidaknyamanan penglihatan dapat dikurangi. 33

50 Tabel 9. Sistem penempatan lampu penerangan jalan Jenis jalan / jembatan - Jalan arteri - Jalan kolektor - Jalan local - Persimpangan, simpang susun, ramp - Jembatan - Terowongan Sistem penempatan lampu yang digunakan sistem menerus dan parsial. sistem menerus dan parsial. sistem menerus dan parsial. sistem menerus. sistem menerus. sistem menerus bergradasi pada ujungujung terowongan. 4) Perencanaan dan penempatan lampu penerangan jalan dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Penempatan lampu penerangan 34

51 Keterangan : H = tinggi tiang lampu L = lebar badan jalan, termasuk median jika ada E = jarak interval antar tiang lampu S1 + S2 = proyeksi kerucut cahaya lampu S1 = jarak tiang lampu ke tepi kereb S2 = jarak dari tepi kereb ke titik penyinaran terjauh I = sudut inklinasi pencahayaan 5) Batasan penempatan lampu penerangan jalan tergantung dari tipe lampu, tinggi lampu, lebar jalan dan tingkat kemerataan pencahayaan dari lampu yang akan digunakan. Jarak antar lampu penerangan secara umum dapat mengikuti batasan seperti pada Tabel 10 (A Manual of Road Lighting in Developing Countries). Dalam tabel tersebut dipisahkan antara dua tipe rumah lampu. Rumah lampu (lantern) tipe A mempunyai penyebaran sorotan cahaya/sinar lebih luas, tipe ini adalah jenis lampu gas sodium bertekanan rendah, sedangkan tipe B mempunyai sorotan cahaya lebih ringan/kecil, terutama yang langsung ke jalan, yaitu jenis lampu gas merkuri atau sodium bertekanan tinggi. 35

52 Tabel 10. Jarak antar tiang lampu penerangan (e) berdasarkan tipikal distribusi pencahayaan dan klasifikasi lampu 1. Rumah lampu tipe A Jenis lampu Tinggi lampu (m) Lebar jalan (m) Tingkat pencahayaan 35W SOX ,5 LUX 55W SOX LUX 90W SOX W SOX W SOX ,0 LUX 135W SOX ,0 LUX 180W SOX W SOX ,0 LUX Penataan Letak Lampu Penerangan Jalan Penataan/pengaturan letak lampu penerangan jalan diatur seperti pada Tabel 11 dan diilustrasikan pada Lampiran B. Di daerah-daerah atau kondisi dimana median sangat lebar (> 10 meter) atau pada jalan dimana jumlah lajur sangat banyak (> 4 lajur setiap arah) perlu dipertimbangkan dengan pemilihan penempatan lampu 36

BAB 2 II DASAR TEORI

BAB 2 II DASAR TEORI BAB 2 II DASAR TEORI 2.1 Lampu Penerangan Jalan Lampu penerangan jalan merupakan bagian dari bangunan pelengkap jalan yang dapat diletakkan atau dipasang di kiri / kanan jalan dan atau di tengah (dibagian

Lebih terperinci

STUDI PENGGUNAAN LAMPU LED UNTUK EFISIENSI PADA PENCAHAYAAN JALAN LAYANG RE MARTADINATA

STUDI PENGGUNAAN LAMPU LED UNTUK EFISIENSI PADA PENCAHAYAAN JALAN LAYANG RE MARTADINATA STUDI PENGGUNAAN LAMPU LED UNTUK EFISIENSI PADA PENCAHAYAAN JALAN LAYANG RE MARTADINATA Ir.Setia Gunawan, M.Sc 1 Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta setiagunawan55@yahoo.com ABSTRAK Penerangan jalan umum

Lebih terperinci

Spesifikasi penerangan jalan di kawasan perkotaan

Spesifikasi penerangan jalan di kawasan perkotaan Standar Nasional Indonesia Spesifikasi penerangan jalan di kawasan perkotaan ICS 93.080.40 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi.. Daftar tabel Daftar gambar... Prakata.. Pendahuluan. 1 Ruang

Lebih terperinci

Spesifikasi penerangan jalan di kawasan perkotaan

Spesifikasi penerangan jalan di kawasan perkotaan Standar Nasional Indonesia Spesifikasi penerangan jalan di kawasan perkotaan ICS 93.080.40 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi.. Daftar tabel Daftar gambar... Prakata.. Pendahuluan. 1 Ruang

Lebih terperinci

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB 14 420 040 TEKNIK ELEKTRO ILUMINASI (PENCAHAYAAN) Iluminasi disebut juga model refleksi atau model pencahayaan. Illuminasi menjelaskan tentang interaksi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. menentukan tingkat kelayakan suatu sistem penerangan.

BAB III LANDASAN TEORI. menentukan tingkat kelayakan suatu sistem penerangan. BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Spesifikasi dan Kondisi Jalan Spesifikasi dan kondisi jalan cukup besar pengaruhnya dalam menentukan tingkat kelayakan suatu sistem penerangan. 3.1.1. Kelas jalan kelas jalan

Lebih terperinci

CAHAYA. Cahaya: Cahaya adalah suatu bentuk radiasi energi elektromagnetik yang dipancarkan dalam bagian spektrum yang dapat dilihat.

CAHAYA. Cahaya: Cahaya adalah suatu bentuk radiasi energi elektromagnetik yang dipancarkan dalam bagian spektrum yang dapat dilihat. CAHAYA Cahaya: Cahaya adalah suatu bentuk radiasi energi elektromagnetik yang dipancarkan dalam bagian spektrum yang dapat dilihat. Energi panas di radiasikan / dipancarkan pada suatu media oleh suatu

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga listrik diperlukan sebagai sumber energi untuk pengoperasian berbagai peralatan yang dibutuhkan di suatu gedung. Salah satu pemanfaatan sumber listrik pada gedung

Lebih terperinci

LAMPIRAN A: SPESIFIKASI TEKNIS SEKTOR PENERANGAN JALAN UMUM

LAMPIRAN A: SPESIFIKASI TEKNIS SEKTOR PENERANGAN JALAN UMUM LAMPIRAN A: SPESIFIKASI TEKNIS SEKTOR PENERANGAN JALAN UMUM REGULASI TEKNIS TERKAIT PJU Telah diterbitkan 11 Peraturan Menteri ESDM tentang pemberlakukan SNI Wajib untuk produk ketenagalistrikan. Standar

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. dapat diketahui kelas jalan yang nantinya akan digunakan untuk menentukan

BAB III LANDASAN TEORI. dapat diketahui kelas jalan yang nantinya akan digunakan untuk menentukan BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Spesifikasi dan Kondisi Jalan Spesifikasi dan kondisi jalan cukup besar pengaruhnya dalam menentukan tingkat kelayakan suatu sistem penerangan karena dalam spesifikasi/kondisi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 5 LANDASAN TEORI 2.1. Satuan-satuan Dalam teknik penerangan terdapat satuan-satuan yang biasa digunakan, antara lain: 1. Satuan untuk intensitas cahaya (I) adalah kandela (cd) Intensitas cahaya adalah

Lebih terperinci

PEDOMAN INSTALASI CAHAYA

PEDOMAN INSTALASI CAHAYA PEDOMAN INSTALASI CAHAYA HASBULLAH, MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI 2010 PENCAHAYAAN Dalam aspek kehidupan penerangan menempati porsi yang sangat penting Sumber cahaya adalah matahari Cahaya buatan adalah cahaya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PEKERJAAN. Sebelum suatu instalasi listrik dinyatakan layak untuk dapat digunakan,

BAB IV ANALISIS HASIL PEKERJAAN. Sebelum suatu instalasi listrik dinyatakan layak untuk dapat digunakan, BAB IV ANALISIS HASIL PEKERJAAN 4.1 Analisis dan Pembahasan Sebelum suatu instalasi listrik dinyatakan layak untuk dapat digunakan, maka diperlukan pemeriksaan terhadap instalasi listrik tersebut. Hal

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI PENERANGAN JALAN UMUM DAN PENGUKURAN ENERGI LISTRIK

BAB II DASAR TEORI PENERANGAN JALAN UMUM DAN PENGUKURAN ENERGI LISTRIK BAB II DASAR TEORI PENERANGAN JALAN UMUM DAN PENGUKURAN ENERGI LISTRIK (1, 2, 6, 8, 9, 10) 2.1. FUNGSI PENERANGAN JALAN (1) Penerangan jalan di kawasan perkotaan mempunyai fungsi antara lain : 1. Menghasilkan

Lebih terperinci

SPESIFIKASI LAMPU PENERANGAN JALAN PERKOTAAN NO. 12/S/BNKT/ 1991 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA

SPESIFIKASI LAMPU PENERANGAN JALAN PERKOTAAN NO. 12/S/BNKT/ 1991 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA SPESIFIKASI LAMPU PENERANGAN JALAN PERKOTAAN NO. 12/S/BNKT/ 1991 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA PRAKATA Dalam rangka mewujudkan peranan penting jalan dalam mendorong perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring pesatnya kemajuan dan perkembangan daerah - daerah di Indonesia, memicu

BAB I PENDAHULUAN. Seiring pesatnya kemajuan dan perkembangan daerah - daerah di Indonesia, memicu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring pesatnya kemajuan dan perkembangan daerah - daerah di Indonesia, memicu tumbuh terciptanya sarana dan prasarana insfrastuktur yang harus memadai untuk kegiatan

Lebih terperinci

Pencahayaan dan Penerangan Rumah Sakit. 2. Pencahayaan dan penerangan seperti apa yang dibutuhkan dirumah sakit?

Pencahayaan dan Penerangan Rumah Sakit. 2. Pencahayaan dan penerangan seperti apa yang dibutuhkan dirumah sakit? Pencahayaan dan Penerangan Rumah Sakit 1. Apa itu pencahayaan/penerangan? penataan peralatan cahaya dalam suatu tujuan untuk menerangi suatu objek (eskiyanthi.blogspot.co.id/2012/10/pengertian-pencahayaan.html)

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Dari perhitungan Distribusi Penerangan Rata-rata (L AVR ) pada jenis lampu

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Dari perhitungan Distribusi Penerangan Rata-rata (L AVR ) pada jenis lampu BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Dari perhitungan Distribusi Penerangan Rata-rata (L AVR ) pada jenis lampu LEDXION S439 SERIES 60W dapat ditarik kesimpulkan tidak semua lampu pada sepanjang

Lebih terperinci

PENGARUH PEMASANGAN ARMATURE PADA LAMPU LHE TERHADAP PENINGKATAN EFISIENSI PENCAHAYAAN.

PENGARUH PEMASANGAN ARMATURE PADA LAMPU LHE TERHADAP PENINGKATAN EFISIENSI PENCAHAYAAN. PENGARUH PEMASANGAN ARMATURE PADA LAMPU LHE TERHADAP PENINGKATAN EFISIENSI PENCAHAYAAN. Oleh : Eko Widiarto Dosen Teknik Elektro, Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. H. Soedarto. SH, Tembalang Semarang

Lebih terperinci

PERENCANAAN MEKANIKAL ELEKTRIKAL DAN PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG POLI GIGI UMS 5 LANTAI TUGAS AKHIR. Disusun Oleh: Manusa putra D

PERENCANAAN MEKANIKAL ELEKTRIKAL DAN PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG POLI GIGI UMS 5 LANTAI TUGAS AKHIR. Disusun Oleh: Manusa putra D PERENCANAAN MEKANIKAL ELEKTRIKAL DAN PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG POLI GIGI UMS 5 LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

PROPOSAL INSTALASI PERUMAHAN. MERANCANG INSTALASI LISTRIK BANGUNAN SEDERHANA (Rumah Tinggal, Sekolah dan Rumah Ibadah)

PROPOSAL INSTALASI PERUMAHAN. MERANCANG INSTALASI LISTRIK BANGUNAN SEDERHANA (Rumah Tinggal, Sekolah dan Rumah Ibadah) 1 PROPOSAL INSTALASI PERUMAHAN MERANCANG INSTALASI LISTRIK BANGUNAN SEDERHANA (Rumah Tinggal, Sekolah dan Rumah Ibadah) Disusun Oleh : EVARISTUS RATO NIM : 13.104.1011 Program Studi : Teknik Elektro Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah : 1. Study literature, yaitu penelusuran literatur yang bersumber dari buku, media, pakar

Lebih terperinci

PENGUJIAN TINGKAT PENCAHAYAAN DI RUANG KULIAH SEKOLAH C LANTAI III- O5

PENGUJIAN TINGKAT PENCAHAYAAN DI RUANG KULIAH SEKOLAH C LANTAI III- O5 EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 13 No. 3 September 2017; 68-73 PENGUJIAN TINGKAT PENCAHAYAAN DI RUANG KULIAH SEKOLAH C LANTAI III- O5 Supriyo, Ismin T. R. Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang

Lebih terperinci

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT DESKRIPSI OBJEK RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA) Definisi : Konsep ruang publik berupa ruang terbuka hijau atau taman yang dilengkapi dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ruas Jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas,

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK Oleh: FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS NEGERI MALANG Oktober 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring jaman

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PENCAHAYAAN LAMPU JALAN DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR

EVALUASI SISTEM PENCAHAYAAN LAMPU JALAN DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR Evaluasi Sistem Pencahayaan Lampu Jalan Di Kecamatan Sungai Bahar EVALUASI SISTEM PENCAHAYAAN LAMPU JALAN DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR Oleh : Asnal Effendi 1, Asep Suryana 2 1) Dosen Teknik Elektro Institut

Lebih terperinci

YUNANTO KURNIAWAN D

YUNANTO KURNIAWAN D PERENCANAAN INSTALASI LISTRIK RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH KEDIRI ZONA C TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Elektro Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN

BAB IV HASIL PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN BAB IV HASIL PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN 4.1 Hasil 4.1.1 Proses Perancangan Instalasi Penerangan Perancangan instalasi penerangan di awali dengan pemilian tipe lampu, penetapan titik lampu, penentuan

Lebih terperinci

EVALUASI STANDAR PENERANGAN JALAN MENGGUNAKAN CIE. Laporan Tugas Akhir. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas

EVALUASI STANDAR PENERANGAN JALAN MENGGUNAKAN CIE. Laporan Tugas Akhir. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas EVALUASI STANDAR PENERANGAN JALAN MENGGUNAKAN CIE Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : PRISKILA SILVIA BOSAWER NPM :

Lebih terperinci

Diajukan untuk memenuh salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro OLEH :

Diajukan untuk memenuh salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro OLEH : PERENCANAAN SISTEM PENERANGAN JALAN UMUM DAN TAMAN DI AREAL KAMPUS USU DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TENAGA SURYA (APLIKASI PENDOPO DAN LAPANGAN PARKIR) Diajukan untuk memenuh salah satu persyaratan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di Rumania. Ada sebanyak 731 lampu jalan yang terpasang di jalan-jalan seluruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di Rumania. Ada sebanyak 731 lampu jalan yang terpasang di jalan-jalan seluruh BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Sejarah Lampu Penerangan Jalan Umum Lampu penerangan jalan umum pertama kali diterapkan pada tahun 188 di Rumania. Ada sebanyak 71 lampu jalan yang terpasang di jalan-jalan seluruh

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

HARI KRISTIANTO D

HARI KRISTIANTO D PERENCANAAN INSTALASI LISTRIK RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH KEDIRI ZONA A TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Elektro Universitas

Lebih terperinci

PERENCANAAN INSTALASI LISTRIK RUMAH SAKIT UMUM PKU MUHAMMADIYAH KEDIRI ZONA B TUGAS AKHIR. Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat

PERENCANAAN INSTALASI LISTRIK RUMAH SAKIT UMUM PKU MUHAMMADIYAH KEDIRI ZONA B TUGAS AKHIR. Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat PERENCANAAN INSTALASI LISTRIK RUMAH SAKIT UMUM PKU MUHAMMADIYAH KEDIRI ZONA B TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Elektro Universitas

Lebih terperinci

EVALUASI PENERANGAN LAMPU JALAN DIJALAN BAYPASS ALANG-ALANG LEBAR

EVALUASI PENERANGAN LAMPU JALAN DIJALAN BAYPASS ALANG-ALANG LEBAR EVALUASI PENERANGAN LAMPU JALAN DIJALAN BAYPASS ALANG-ALANG LEBAR LAPORAN AKHIR Dibuat Sebagai Persyaratan Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik Listrik

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM MEKANIKAL ELEKTRIKAL PLUMBING (MEP) PADA GEDUNG FARMASI STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN

PERENCANAAN SISTEM MEKANIKAL ELEKTRIKAL PLUMBING (MEP) PADA GEDUNG FARMASI STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN PERENCANAAN SISTEM MEKANIKAL ELEKTRIKAL PLUMBING (MEP) PADA GEDUNG FARMASI STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN TUGAS AKHIR Disusun Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat Untuk Menyelesaikan Program Studi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TULUNGAGUNG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

ANALISIS UMUR LAMPU PIJAR TERHADAP PENGARUH POSISI PEMASANGAN

ANALISIS UMUR LAMPU PIJAR TERHADAP PENGARUH POSISI PEMASANGAN ANALISIS UMUR LAMPU PIJAR TERHADAP PENGARUH POSISI PEMASANGAN Ahmad Rizal Sultan 1) Abstrak : Secara umum, tiap jenis lampu listrik memiliki umur sendiri. Namun karena berbagai faktor umur rata-rata belum

Lebih terperinci

STUDI OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN RUANG KULIAH DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAM

STUDI OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN RUANG KULIAH DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAM JETri, Volume 5, Nomor 2, Februari 2006, Halaman 1-20, ISSN 1412-0372 STUDI OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN RUANG KULIAH DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAM Chairul Gagarin Irianto Dosen Jurusan Teknik Elektro-FTI,

Lebih terperinci

Peluang Penghematan Energi Pada Penerangan Jalan Umum Kabupaten Padang Pariaman di Wilayah Kerja PT. PLN (Persero) Rayon Pariaman Feeder Kampung Dalam

Peluang Penghematan Energi Pada Penerangan Jalan Umum Kabupaten Padang Pariaman di Wilayah Kerja PT. PLN (Persero) Rayon Pariaman Feeder Kampung Dalam 51 JURNAL TEKNIK ELEKTRO ITP, Vol. 7, No. 1, JANUARI 018 Peluang Penghematan Energi Pada Penerangan Jalan Umum Kabupaten Padang Pariaman di Wilayah Kerja PT. PLN (Persero) Rayon Pariaman Feeder Kampung

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN PENERANGAN JALAN UMUM JALAN JENDRAL SUDIRMAN KOTA TOBOALI KABUPATEN BANGKA SELATAN

TUGAS AKHIR PERENCANAAN PENERANGAN JALAN UMUM JALAN JENDRAL SUDIRMAN KOTA TOBOALI KABUPATEN BANGKA SELATAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PENERANGAN JALAN UMUM JALAN JENDRAL SUDIRMAN KOTA TOBOALI KABUPATEN BANGKA SELATAN Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Oleh : Nama : Riki Setiawan NIM

Lebih terperinci

UNIT I INSTALASI PENERANGAN PERUMAHAN SATU FASE

UNIT I INSTALASI PENERANGAN PERUMAHAN SATU FASE UNIT I INSTALASI PENERANGAN PERUMAHAN SATU FASE I. TUJUAN 1. Praktikan dapat mengetahui jenis-jenis saklar, pemakaian saklar cara kerja saklar. 2. Praktikan dapat memahami ketentuanketentuan instalasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang indera

BAB I PENDAHULUAN. Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang indera BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang indera penglihatan manusia untuk menghasilkan sebuah gambaran visual. Manusia membutuhkan

Lebih terperinci

1. Manajemen Pejalan Kaki

1. Manajemen Pejalan Kaki 1. Manajemen Pejalan Kaki 1. Desain Fasilitas Pejalan Kaki Terdapat 2 jenis design fasilitas pejalan kaki 1. Traditional engineering design Meminimumkan biaya dan memaksimalkan efisiensi. Contoh: waktu

Lebih terperinci

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DAERAH

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DAERAH BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini kemacetan dan tundaan di daerah sering terjadi, terutama di

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini kemacetan dan tundaan di daerah sering terjadi, terutama di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini kemacetan dan tundaan di daerah sering terjadi, terutama di daerah kota-kota besar di Indonesia contohnya kota Medan. Hal seperti ini sering terjadi pada

Lebih terperinci

BLACKSPOT INVESTIGATION WORKSHOP Surabaya, Mei 2012

BLACKSPOT INVESTIGATION WORKSHOP Surabaya, Mei 2012 BLACKSPOT INVESTIGATION WORKSHOP Surabaya, 30-31 Mei 2012 Pengemudi dan pengendara menangkap 90% informasi melalui mata mereka! Engineer harus menyampaikan informasi berguna melalui rambu-rambu dan garis

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN KABUPATEN

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN KABUPATEN BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN KABUPATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat - 1 - Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG JARAK BEBAS BANGUNAN DAN PEMANFAATAN PADA DAERAH SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana

Lebih terperinci

BAB III METODE & DATA PENELITIAN

BAB III METODE & DATA PENELITIAN BAB III METODE & DATA PENELITIAN 3.1 Distribusi Jaringan Tegangan Rendah Pada dasarnya memilih kontruksi jaringan diharapkan memiliki harga yang efisien dan handal. Distribusi jaringan tegangan rendah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelompokan Jalan Menurut Undang Undang No. 38 Tahun 2004 tentang jalan, ditinjau dari peruntukannya jalan dibedakan menjadi : a. Jalan khusus b. Jalan Umum 2.1.1. Jalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

Lebih terperinci

BAB II KOMPONEN PENAMPANG MELINTANG

BAB II KOMPONEN PENAMPANG MELINTANG BAB II KOMPONEN PENAMPANG MELINTANG Memperhatikan penampang melintang jalan sebagaimana Bab I (gambar 1.6 dan gambar 1.7), maka akan tampak bagian-bagian jalan yang lazim disebut sebagai komponen penampang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu penerangan diperlukan oleh manusia untuk mengenali suatu obyek

BAB I PENDAHULUAN. Suatu penerangan diperlukan oleh manusia untuk mengenali suatu obyek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu penerangan diperlukan oleh manusia untuk mengenali suatu obyek secara visual. Penerangan jalan dibuat untuk mempermudah dan membantu manusia dalam melihat obyek

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR STUDI EKONOMI METERISASI PENERANGAN JALAN UMUM KOTA MEDAN O L E H JOY SOPATER WASIYONO NIM :

TUGAS AKHIR STUDI EKONOMI METERISASI PENERANGAN JALAN UMUM KOTA MEDAN O L E H JOY SOPATER WASIYONO NIM : TUGAS AKHIR STUDI EKONOMI METERISASI PENERANGAN JALAN UMUM KOTA MEDAN O L E H JOY SOPATER WASIYONO NIM : 040402001 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 STUDI

Lebih terperinci

KOMPONEN INSTALASI KOMPONEN UTAMA

KOMPONEN INSTALASI KOMPONEN UTAMA KOMPONEN INSTALASI KOMPONEN UTAMA KABEL INSTALASI Kabel instalasi merupakan komponen utama instalasi listrik dimana akan mengalirkan tenaga listrik yang akan digunakan pada peralatan listrik. SAKLAR. Saklar

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA A. Topik : INSTALASI PENERANGAN B. Kompetensi : Hal 1 dari 5 Setelah melakukan praktik, mahasiswa dapat menggambar benda secara piktorial, simbol-simbol teknik elektro, instalasi penerangan dan tenaga,

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA PENATAAN LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM DI KABUPATEN KUBU RAYA

RANCANG BANGUN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA PENATAAN LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM DI KABUPATEN KUBU RAYA RANCANG BANGUN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA PENATAAN LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM DI KABUPATEN KUBU RAYA Ema Kartika Program Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura

Lebih terperinci

ANALISIS TEKNIS PENATAAN ULANG PENERANGAN JALAN UMUM PADA JALUR MAKAM NASIONAL DI KABUPATEN JOMBANG

ANALISIS TEKNIS PENATAAN ULANG PENERANGAN JALAN UMUM PADA JALUR MAKAM NASIONAL DI KABUPATEN JOMBANG ANALISIS TEKNIS PENATAAN ULANG PENERANGAN JALAN UMUM PADA JALUR MAKAM NASIONAL DI KABUPATEN JOMBANG Ruditta Devianti 1, Teguh Utomo, Ir., MT. 2, Unggul Wibawa, Ir., M.Sc. 3 ¹Mahasiswa Teknik Elektro, ²

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR STUDI KEBUTUHAN RUANG PARKIR RUMAH SAKIT PENDIDIKAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR STUDI KEBUTUHAN RUANG PARKIR RUMAH SAKIT PENDIDIKAN UNIVERSITAS DIPONEGORO LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR STUDI KEBUTUHAN RUANG PARKIR RUMAH SAKIT PENDIDIKAN UNIVERSITAS DIPONEGORO (STUDY OF PARKING AREA NECESSITY AT DIPONEGORO UNIVERSITY TEACHING HOSPITAL) Disusun oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pembahasan Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah : 1. Study literature, yaitu penelusuran literatur yang bersumber dari buku, media, pakar

Lebih terperinci

Perancangan Fasilitas Pejalan Kaki Pada Ruas Jalan Cihampelas Sta Sta Kota Bandung Untuk Masa Pelayanan Tahun 2017 BAB I PENDAHULUAN

Perancangan Fasilitas Pejalan Kaki Pada Ruas Jalan Cihampelas Sta Sta Kota Bandung Untuk Masa Pelayanan Tahun 2017 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Transportasi khususnya transportasi darat, fasilitas bagi pengguna jalan akan selalu mengikuti jenis dan perilaku moda yang digunakan. Sebagai contoh, kendaraan

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK Pedoman Umum 1. Yang dimaksud dengan instalasi tenaga listrik ialah : Instalasi dari pusat pembangkit sampai rumah-rumah konsumen. 2. Tujuan komisioning

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMANFAATAN JALAN DI KABUPATEN BANGKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Petunjuk teknis sistem pencahayaan buatan dimaksudkan untuk digunakan sebagai pegangan bagi para perancang dan pelaksana pembangunan gedung didalam

Lebih terperinci

Unsur-Unsur Efek Cahaya Pada Perpustakaan. Abstrak

Unsur-Unsur Efek Cahaya Pada Perpustakaan. Abstrak Unsur-Unsur Efek Cahaya Pada Perpustakaan Cut Putroe Yuliana Prodi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry Banda Aceh Abstrak Perpustakaan sebagai tempat untuk belajar membutuhkan intensitas

Lebih terperinci

KUAT PENERANGAN (ILUMINASI) RUANG KENDALI UTAMA UNTAI UJI TERMOHIDROLIKA PTRKN-BATAN

KUAT PENERANGAN (ILUMINASI) RUANG KENDALI UTAMA UNTAI UJI TERMOHIDROLIKA PTRKN-BATAN KUAT PENERANGAN (ILUMINASI) RUANG KENDALI UTAMA UNTAI UJI TERMOHIDROLIKA PTRKN-BATAN Oleh : Dedy Haryanto, Edy Karyanta, Paidjo Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir-BATAN ABSTRAK KUAT PENERANGAN

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 13 (Tiga belas)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 13 (Tiga belas) SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 13 (Tiga belas) A. Tujuan Instruksional 1. Umum Mahasiswa dapat memahami

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2012 LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PEMANFAATAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Ruas jalan Cicendo memiliki lebar jalan 12 meter dan tanpa median, ditambah lagi jalan ini berstatus jalan arteri primer yang memiliki minimal kecepatan 60 km/jam yang

Lebih terperinci

Perda No. 19/2001 tentang Pengaturan Rambu2 Lalu Lintas, Marka Jalan dan Alat Pemberi Izyarat Lalu Lintas.

Perda No. 19/2001 tentang Pengaturan Rambu2 Lalu Lintas, Marka Jalan dan Alat Pemberi Izyarat Lalu Lintas. Perda No. 19/2001 tentang Pengaturan Rambu2 Lalu Lintas, Marka Jalan dan Alat Pemberi Izyarat Lalu Lintas. PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 19 TAHUN 2001 TENTANG PENGATURAN RAMBU-RAMBU LALU LINTAS,

Lebih terperinci

TEKNIK LALU LINTAS EKONOMI KEGIATAN PERPINDAHAN/PERGERAKAN ORANG DAN ATAU BARANG POL KAM KEBUTUHAN AKAN ANGKUTAN PERGERAKAN + RUANG GERAK

TEKNIK LALU LINTAS EKONOMI KEGIATAN PERPINDAHAN/PERGERAKAN ORANG DAN ATAU BARANG POL KAM KEBUTUHAN AKAN ANGKUTAN PERGERAKAN + RUANG GERAK TEKNIK LALU LINTAS KEGIATAN EKONOMI SOSBUD POL KAM PERPINDAHAN/PERGERAKAN ORANG DAN ATAU BARANG KEBUTUHAN AKAN ANGKUTAN PERGERAKAN + RUANG GERAK PERGERAKAN ALAT ANGKUTAN LALU LINTAS (TRAFFICS) Rekayasa

Lebih terperinci

PEDOMAN. Perencanaan Trotoar. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 1-27

PEDOMAN. Perencanaan Trotoar. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 1-27 PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Perencanaan Trotoar DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN JALAN DAN JEMBATAN 1-27 Daftar Isi Daftar Isi Daftar Tabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah : 1. Study literature, yaitu penelusuran literatur yang bersumber dari buku, media,

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK 1. Yang dimaksud dengan instalasi tenaga listrik ialah : Instalasi dari pusat pembangkit sampai rumah-rumah konsumen. 2. Tujuan komisioning suatu

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP TAPAK DAN RUANG LUAR IV.1.1 Pengolahan Tapak dan Ruang Luar Mempertahankan daerah tapak sebagai daerah resapan air. Mempertahankan pohon-pohon besar yang ada disekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpenduduk di atas 1-2 juta jiwa sehingga permasalahan transportasi tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. berpenduduk di atas 1-2 juta jiwa sehingga permasalahan transportasi tidak bisa BAB I PENDAHULUAN I.1. Uraian Permasalahan transportasi berupa kemacetan, tundaan, serta polusi suara dan udara yang sering kita jumpai setiap hari di beberapa kota besar di Indonesia ada yang sudah berada

Lebih terperinci

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Pd. T-17-2004-B Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Daftar isi Daftar isi Daftar tabel. Daftar gambar Prakata. Pendahuluan. i ii ii iii

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi,

BAB III LANDASAN TEORI. diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi, 18 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Menurut Miro (2002), seiring dengan perkembangan jaman, objek yang diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi, produksi ekonomi, pendapatan

Lebih terperinci

PEDOMAN. Perencanaan Separator Jalan. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Pd. T B

PEDOMAN. Perencanaan Separator Jalan. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Pd. T B PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Pd. T-15-2004-B Perencanaan Separator Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Daftar isi Daftar isi Daftar tabel. Daftar gambar Prakata. Pendahuluan. i ii ii iii

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERBANDINGAN TEKNIS DAN EKONOMIS PENGGUNAAN PENERANGAN JALAN UMUM SOLAR CELL DENGAN PENERANGAN JALAN UMUM KONVENSIONAL

TUGAS AKHIR PERBANDINGAN TEKNIS DAN EKONOMIS PENGGUNAAN PENERANGAN JALAN UMUM SOLAR CELL DENGAN PENERANGAN JALAN UMUM KONVENSIONAL TUGAS AKHIR PERBANDINGAN TEKNIS DAN EKONOMIS PENGGUNAAN PENERANGAN JALAN UMUM SOLAR CELL DENGAN PENERANGAN JALAN UMUM KONVENSIONAL (Studi Terhadap Penerangan Jalan Umum Di Jalan Ir.H Juanda Medan) Diajukan

Lebih terperinci

Analisis Pengelolaan Lampu Penerangan Jalan

Analisis Pengelolaan Lampu Penerangan Jalan SKRIPSI Analisis Pengelolaan Lampu Penerangan Jalan Laporan ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program S -1 pada Teknik Elektro-Fakultas Teknik Universitas Muria Kudus Disusun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lampu Lalu Lintas 2.1.1 Fungsi lampu lalu lintas Lampu lalu lintas menurut Oglesby dan Hicks (1982) adalah semua peralatan pengatur lalu lintas yang menggunakan tenaga listrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka semakin banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka semakin banyak pula aktifitas masyarakat. Salah satu aktifitas manusia yang paling penting adalah berlalu lintas.

Lebih terperinci

FUNGSI DAN JENIS GAMBAR DALAM PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK

FUNGSI DAN JENIS GAMBAR DALAM PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK KEGIATAN BELAJAR 1 FUNGSI DAN JENIS GAMBAR DALAM PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK Lembar Informasi Selain menguasai persyaratan, perancangan dan memiliki pengetahuan tentang peralatan instalasi, hal yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Keperluan pencahayaan ruangan menempati urutan terbesar kedua setelah sistem tata udara. Sebagaimana diketahui bahwa sumber daya alam untuk membangkitkan listrik adalah

Lebih terperinci

ANALISA DAN PERANCANGAN AUDIT ENERGI PADA PENGGUNAAN LAMPU HOTEL CIPUTRA SEMARANG

ANALISA DAN PERANCANGAN AUDIT ENERGI PADA PENGGUNAAN LAMPU HOTEL CIPUTRA SEMARANG ANALISA DAN PERANCANGAN AUDIT ENERGI PADA PENGGUNAAN LAMPU HOTEL CIPUTRA SEMARANG Nugroho Utomo ( L2F008072) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Jln. Prof. Soedarto,SH, Tembalang,

Lebih terperinci

Menghitung kebutuhan jumlah titik lampu dalam ruangan

Menghitung kebutuhan jumlah titik lampu dalam ruangan Menghitung kebutuhan jumlah titik lampu dalam ruangan Setiap ruang pada bangunan rumah, kantor, apartement, gudang, pabrik, dan lainnya, membutuhkan penerangan. Baik penerangan / pencahayaan alami (pada

Lebih terperinci

PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK PADA BLOK PASAR MODERN DAN APARTEMEN DI GEDUNG KAWASAN PASAR TERPADU BLIMBING MALANG JURNAL JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK PADA BLOK PASAR MODERN DAN APARTEMEN DI GEDUNG KAWASAN PASAR TERPADU BLIMBING MALANG JURNAL JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK PADA BLOK PASAR MODERN DAN APARTEMEN DI GEDUNG KAWASAN PASAR TERPADU BLIMBING MALANG JURNAL JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Disusun oleh: IKSAN SANTOSO NIM. 0910633053-63 KEMENTERIAN

Lebih terperinci

STUDI SISTEM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK PADA KERETA API PENUMPANG CLASS EXECUTIVE Aplikasi pada PT.KAI ( KERETA API INDONESIA )

STUDI SISTEM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK PADA KERETA API PENUMPANG CLASS EXECUTIVE Aplikasi pada PT.KAI ( KERETA API INDONESIA ) STUDI SISTEM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK PADA KERETA API PENUMPANG CLASS EXECUTIVE Aplikasi pada PT.KAI ( KERETA API INDONESIA ) OLEH NAMA : OCTO PANTAS M. GULTOM NIM : 050422021 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. hanya melibatkan satu kendaraan tetapi beberapa kendaraan bahkan sering sampai

BAB III LANDASAN TEORI. hanya melibatkan satu kendaraan tetapi beberapa kendaraan bahkan sering sampai 19 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Kecelakaan lalu lintas yang sering terjadi pasti akan menimbulkan korban jiwa dan juga kerugian secara materil. Kasus inilah juga yang sering terjadi di Jalan Tanjakan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK 3.1 Tahapan Perencanaan Instalasi Sistem Tenaga Listrik Tahapan dalam perencanaan instalasi sistem tenaga listrik pada sebuah bangunan kantor dibagi

Lebih terperinci

ANALISA PERHITUNGAN KEBUTUHAN PENERANGAN PADA BANGUNAN RIG RAISIS (OFFSHORE) BERDASARKAN CLASS ABS DAN BKI BERBASIS VISUAL BASIC

ANALISA PERHITUNGAN KEBUTUHAN PENERANGAN PADA BANGUNAN RIG RAISIS (OFFSHORE) BERDASARKAN CLASS ABS DAN BKI BERBASIS VISUAL BASIC ANALISA PERHITUNGAN KEBUTUHAN PENERANGAN PADA BANGUNAN RIG RAISIS (OFFSHORE) BERDASARKAN CLASS ABS DAN BKI BERBASIS VISUAL BASIC Feri Diana 1, Anita Hidayati 1 1) Teknik Kelistrikan Kapal, Politeknik Perkapalan

Lebih terperinci

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG KETERTIBAN LALU LINTAS DI KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG KETERTIBAN LALU LINTAS DI KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG KETERTIBAN LALU LINTAS DI KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TEGAL, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan

Lebih terperinci

EFISIENSI PANEL SURYA UNTUK CATU DAYA LAMPU JALAN PADA DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KOTA PALEMBANG

EFISIENSI PANEL SURYA UNTUK CATU DAYA LAMPU JALAN PADA DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KOTA PALEMBANG EFISIENSI PANEL SURYA UNTUK CATU DAYA LAMPU JALAN PADA DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KOTA PALEMBANG LAPORAN AKHIR Disusun sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pencahayaan (Lighting) Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas manusia. Pencahayaan

Lebih terperinci

Tabel : Karakteristik lampu obstacle

Tabel : Karakteristik lampu obstacle kawat atau kabel tersebut dapat membahayakan pesawat udara. 9.35.3. Benda-benda yang perlu diberi lampu di luar Permukaan Batas halangan/ols (di luar batas lateral OLS) 9.35.3.1. Kawat, kabel, dan lain-lain

Lebih terperinci

BAB III KEADAAN UMUM MENARA SUTET

BAB III KEADAAN UMUM MENARA SUTET BAB III KEADAAN UMUM MENARA SUTET SUTET atau Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi merupakan media pendistribusian listrik oleh PLN berupa kabel dengan tegangan listriknya dinaikkan hingga mencapai 500kV

Lebih terperinci