PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI SENDANGADI 1 MLATI SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI SENDANGADI 1 MLATI SKRIPSI"

Transkripsi

1 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI SENDANGADI 1 MLATI SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Zuli Utami NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JANUARI 2016 i

2 ii

3 iii

4 iv

5 MOTTO Kita lebih banyak belajar dengan jawaban dari pertanyaan dan tidak menemukannya daripada yang kita lakukan saat mempelajari jawabannya (Lloyd Alexander) Beberapa orang tidak akan pernah belajar sesuatu pun, karena mereka terlalu cepat memahaminya (Alexander Pope) v

6 PERSEMBAHAN Teriring rasa syukur kehadirat Allah SWT dan hanya dengan rahmat dan karunia-nya saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini, karya ini dengan sepenuh hati dan keikhlasan kupersembahkan kepada: 1. Bapak dan Ibu tercinta yang setia memberikan do a, kasih sayang, dukungan, pengorbanan, bimbingan, motivasi, dan dampingan selama ini. 2. Almamater Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Nusa dan Bangsa. vi

7 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI SENDANGADI 1 MLATI Oleh Zuli Utami NIM ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran learning cycle 5E terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Sendangadi 1 Mlati. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperiment dengan desain Pretest Posttest Control Group Design. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Sendangadi 1 Mlati yang berjumlah 63 siswa, terdiri dari 31 siswa kelas IVA dan 32 siswa kelas IVB. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan rancangan dua kelompok yang terdiri dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kelompok eksperimen diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran learning cycle 5E, sedangkan kelompok kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional. Validasi instrumen dilakukan dengan validitas konstruk dan validitas isi dengan penghitungan menggunakan korelasi biserial. Dari 30 soal, 26 soal dinyatakan valid dan 4 soal dinyatakan gugur. Uji reliabilitas instrumen dihitung menggunakan rumus KR 21 dengan hasil r 11 = 0,739. Teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif dan uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar IPA siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran learning cycle 5E lebih baik daripada hasil belajar IPA siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional di kelas IV SD Negeri Sendangadi 1 Mlati. Hasil ini dibuktikan dengan nilai ratarata posttest hasil belajar IPA kelompok eksperimen yaitu 81,14, lebih tinggi dari nilai rata-rata posttest hasil belajar IPA kelompok kontrol yaitu 69,23. Hal ini juga didukung dengan hasil uji t data posttest pada kedua kelompok. Dari hasil uji t diperoleh t hitung> t tabel yaitu 4,687>1,99962 dan nilai probabilitas signifikansi<0,05 yaitu 0,000. Kata kunci : model pembelajaran learning cycle 5E, hasil belajar IPA, siswa kelas IV SD vii

8 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 5E terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri Sendangadi 1 Mlati dengan lancar. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini dapat terlaksana berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun skripsi. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penulis untuk melakukan penelitian. 3. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah memberikan izin dan kesempatan penulis untuk menuangkan gagasan dalam bentuk skripsi. 4. Septia Sugiarsih, M. Pd., Dosen Pembimbing Skripsi I yang selalu memberikan bimbingan, arahan, saran dan motivasi dalam menyelesaikan tugas skripsi ini dengan baik. 5. Ikhlasul Ardi Nugroho, M. Pd., Dosen Pembimbing Skripsi II yang juga selalu memberikan bimbingan, arahan, saran dan motivasi dalam menyelesaikan tugas skripsi ini dengan baik. 6. Nur Suharyanto, S. Pd., Kepala Sekolah SD Negeri Sendangadi 1 Mlati yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian. viii

9 ix

10 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN PENGESAHAN MOTTO PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN hal i ii iii iv v vi vii viii x xiii xiv xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 B. Identifikasi Masalah 5 C. Batasan Masalah 5 D. Rumusan Masalah 5 E. Tujuan Penelitian 6 F. Manfaat Penelitian 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritis 1. Kajian Ilmu Pengetahuan Alam SD a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 8 b. Tujuan Pembelajaran IPA di SD 10 c. Prinsip-Prinsip Pembelajaran IPA 11 d. Fungsi Pembelajaran IPA di SD 14 e. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA SD 16 x

11 f. Pembelajaran IPA di SD Kajian Hasil Belajar a. Pengertian Belajar 19 b. Teori Belajar 20 c. Pengertian Hasil Belajar 22 d. Pengertian Hasil Belajar IPA 25 e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar IPA Kajian Model Pembelajaran Learning Cycle 5E a. Pengertian Model Pembelajaran Learning Cycle 5E 29 b. Tahap-Tahap Model Pembelajaran Learning Cycle 5E Kajian Model Pembelajaran Konvensional Karakteristik Siswa Kelas IV SD 39 B. Penelitian Yang Relevan 42 C. Kerangka Pikir 44 D. Hipotesis Penelitian 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 46 B. Waktu dan Tempat Penelitian 47 C. Variabel Penelitian 47 D. Populasi Penelitian 48 E. Definisi Operasional Variabel Penelitian 48 F. Metode Pengumpulan Data 50 G. Instrumen Penelitian 51 H. Validitas dan Reliabilitas Penelitian 53 I. Teknik Analisis Data 56 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data Hasil Pretest Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Deskripsi Data Hasil Posttest Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen 60 xi

12 B. Analisis Data 1. Analisis Data Pretest Analisis Data Posttest 65 C. Pembahasan Hasil Penelitian 71 D. Keterbatasan Penelitian 79 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 80 B. Saran 80 DAFTAR PUSTAKA 82 LAMPIRAN 84 xii

13 DAFTAR TABEL Tabel 1. Perbedaan Tahap Siklus Belajar SCIS dan BSCS 30 Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian 47 Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen Soal Tes Hasil Belajar 52 Tabel 4. Hasil Pengujian Validitas 54 Tabel 5. Interpretasi Nilai r 55 Tabel 6. Deskripsi Data Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol 59 Tabel 7. Deskripsi Data Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol 60 Tabel 8. Hasil Uji Normalitas Data Pretest Hasil Belajar IPA 62 Tabel 9. Hasil Uji Homogenitas Data Pretest Hasil Belajar IPA 63 Tabel 10. Hasil Uji t Data Pretest Hasil Belajar IPA 64 Tabel 11. Hasil Uji Normalitas Data Posttest Hasil Belajar IPA 67 Tabel 12. Hasil Uji Homogenitas Data Posttest Hasil Belajar IPA 68 Tabel 13. Hasil Uji t Data Posttest Hasil Belajar IPA 69 hal xiii

14 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Perbedaan Tahap Tahap Model Pembelajaran Siklus Belajar BSCS 5E 36 hal xiv

15 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Tabel Aktivitas Guru dan Siswa dalam Siklus Belajar BSCS 5E 85 Lampiran 2. Instrumen Soal Tes Hasil Belajar 87 Lampiran 3. Instrumen Soal Tes Hasil Belajar Setelah Uji Coba 91 Lampiran 4. Kunci Jawaban Soal 95 Lampiran 5. Daftar Nilai Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol 96 Lampiran 6. Daftar Nilai Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen 97 Lampiran 7. RPP Kelas Eksperimen. 98 Lampiran 8. RPP Kelas Kontrol 123 Lampiran 9. Lembar Kerja Siswa 136 Lampiran 10. Contoh Hasil Lembar Kerja Siswa 157 Lampiran 11. Contoh Hasil Jawaban Soal Pretest Siswa 176 Lampiran 12. Contoh Hasil Jawaban Soal Posttest Siswa 184 Lampiran 13. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian 192 Lampiran 14. Penghitungan Validitas Instrumen Penelitian 194 Lampiran 15. Penghitungan Reliabilitas Instrumen 196 Lampiran 16. Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran Kelas Eksperimen 197 Lampiran 17. Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran Kelas Kontrol 202 Lampiran 18. Surat Ijin Penelitian 205 Lampiran 19. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian 208 hal xv

16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IPA merupakan pengetahuan rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya (Hendro Darmojo dan Deny Kaligis, 1991: 3). IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis dan didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan. Menurut Usman Samatowa, (2006: 3) mata pelajaran IPA dimasukkan ke dalam kurikulum suatu sekolah dikarenakan IPA bermanfaat bagi suatu bangsa. Kesejahteraan suatu bangsa bergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidang IPA, sebab IPA merupakan dasar dari tekhnologi yang sering disebut sebagai tulang punggung pembangunan. IPA juga dapat memberikan kesempatan berpikir kritis apabila diajarkan dengan tepat. Melalui pembelajaran IPA dapat membuka kesempatan bagi siswa untuk memupuk rasa ingin tahu siswa secara alamiah. Selain itu IPA juga diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk berlatih memecahkan suatu masalah yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari di masa yang akan datang. IPA diperoleh melalui penelitian dengan menggunakan langkahlangkah yang disebut metode ilmiah. Dalam pembelajaran IPA di SD siswa tidak diajarkan membuat penelitian secara utuh, namun siswa diajarkan metode ilmiah secara bertahap dan berkesinambungan. Siswa diharapkan tidak hanya menerima pengetahuan dari guru, tetapi siswa juga diajarkan untuk mengalami sendiri proses penemuan pengetahuan tersebut. Siswa didorong untuk memiliki pengalaman sendiri dengan melakukan percobaan yang membuat siswa 1

17 menemukan prinsip dan konsep untuk mereka sendiri. Proses ini menunjang perkembangan anak didik secara utuh karena dapat melibatkan seluruh aspek psikologis anak yang meliputi kognitif, afektif, dan psikomotor. Melalui proses ini siswa juga diharapkan dapat menerapkan sikap-sikap ilmiah dalam dirinya. Pembelajaran IPA sebaiknya dapat melibatkan siswa dalam proses penemuan pengetahuan yang sekaligus dapat memupuk sikap ilmiah dalam diri siswa. Siswa dapat melakukan percobaan dan pengamatan untuk memecahkan sebuah masalah, oleh karena itu perlu dilaksanakan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dengan pembelajaran yang berpusat pada siswa diharapkan dapat meningkatkan keaktifan, kreativitas serta rasa keingintahuan siswa. Teori belajar dapat dijadikan sebagai dasar untuk menentukan arah pelaksanaan pembelajaran. Teori belajar behavioristik memandang siswa sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sugihartono, dkk (2007: 127) yang berpendapat bahwa belajar menurut teori behavioristik merupakan tingkah laku akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Siswa tidak berperan aktif dalam pembelajaran karena siswa bersifat sebagai penerima stimulus yang diberikan oleh guru. Teori belajar behavioristik mementingkan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh. Teori belajar konstruktivistik memiliki pandangan tersendiri terhadap belajar. Teori belajar kontruktivistik mempunyai pemahaman tentang belajar yang lebih menekankan pada proses daripada hasil. Hasil belajar sebagai tujuan 2

18 dinilai penting, namun proses siswa dalam memperoleh pemahaman dan pengetahuan dinilai lebih penting. Siswa membangun pengetahuannya terhadap fenomena yang ditemui dengan menggunakan pengalaman, struktur kognitif, dan keyakinan yang dimiliki. Hal ini sejalan dengan pendapat Sugihartono, dkk (2007: 127) yang mengatakan bahwa dalam teori belajar kontruktivistik belajar merupakan proses seseorang memperoleh pengetahuan dengan mengkontruksi sendiri pengetahuan yang ada dalam diri individu. Siswa beperan sebagai subjek yang aktif dalam pembelajaran karena pembelajaran bersifat student centre. Sejalan dengan pendapat Patta Bundu, (2006: 18-19) yang menyatakan bahwa hasil belajar IPA mengutamakan hasil belajar sebagai penguasaan terhadap proses ilmiah, produk ilmiah, dan sikap ilmiah, maka penggunaan model pembelajaran yang berdasarkan teori kontruktivistik diduga efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA. Model pembelajaran yang berdasarkan teori konstruktivistik dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar melalui pengalaman nyata dan mengkontruksi sendiri pengetahuannya, sehingga penguasaan proses ilmiah, produk ilmiah dan sikap ilmiah dapat diperoleh siswa dalam proses pembelajaran. Semakin bertambah peran dan keaktifan siswa dalam pembelajaran maka semakin banyak pengetahuan yang diperoleh. Berbeda dengan model pembelajaran yang berdasarkan teori behavioristik yang menjadikan siswa sebagai objek yang bersifat pasif dalam pembelajaran, karena pembelajaran bersifat teacher centre. Model pembelajaran yang berdasarkan teori behavioristik lebih mengutamakan 3

19 kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh, maka model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivistik diduga lebih efektif dari model pembelajaran dengan pendekatan behavioristik. Model pembelajaran learning cycle 5E (pembelajaran siklus) merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan kontruktivistik. Aktivitas dalam pembelajaran learning cycle 5E lebih banyak ditentukan oleh siswa sehingga siswa menjadi lebih aktif. Dalam pembelajaran ini guru bukan satu-satunya sumber belajar, siswa lebih ditekankan untuk membangun sendiri pengetahuannya melalui keterlibatan secara aktif dalam proses pembelajaran (student centered). Model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri. Model pembelajaran learning cycle 5E diduga tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA yang mengutamakan hasil belajar sebagai pemguasaan terhadap produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Pembelajaran learning cycle 5E terdiri dari rangkaian berupa tahap-tahap kegiatan yang memungkinkan terlaksanakannya kegiatan-kegiatan nyata yang dapat membangun pengetahuan serta memberikan pengalaman yang nyata bagi siswa. Tahap-tahap learning cycle 5E tersebut meliputi (a) pembangkitan minat (engagement), (b) eksplorasi (eksploration), (c) penjelasan (eksplanation), (d) elaborasi (elaboration/attention), dan (e) evaluasi (evaluation) (Made Wena, 2009: ). Model pembelajaran learning cycle 5E diduga efektif diterapkan dalam pembelajaran IPA, namun belum diketahui bukti empiris yang 4

20 menyatakan bahwa model pembelajaran learning cycle 5E efektif diterapkan dalam pembelajaran IPA. Hal inilah yang menjadi dasar peneliti untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh penerapan model pembelajaran learning cycle 5E terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Sendangadi 1 Mlati. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat didentifikasi beberapa masalah sebagai berikut : 1. Hasil belajar IPA yang mengutamakan pada segi produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. 2. Model pembelajaran dengan teori kontruktivistik diduga lebih efektif dari model pembelajaran dengan teori behavioristik dalam pembelajaran IPA. 3. Belum diketahuinya bukti empiris model pembelajaran learrning cycle 5E efektif digunakan dalam pembelajaran IPA. C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas dan berbagai permasalahan yang kompleks, dalam penelitian ini peneliti hanya membatasi permasalahan terkait belum diketahuinya bukti empiris model pembelajaran learning cycle 5E efektif digunakan dalam pembelajaran IPA. D. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi dan batasan masalah yang dipaparkan di atas, masalah dapat dirumuskan Apakah terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar menggunakan model 5

21 pembelajaran Learning Cycle 5E dan siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional di kelas IV SD Negeri Sendangadi 1 Mlati? E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E dan siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional di kelas IV SD Negeri Sendangadi 1 Mlati F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat 1. Manfaat teoritis Secara umum penelitian ini memberikan sumbangan kepada dunia pendidikan dalam variasi penggunaan model pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar IPA siswa, khususnya model pembelajaran learning cycle 5E. 2. Manfaat Praktis. a. Bagi Siswa 1) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih berpartisipasi dalam proses pembelajaran IPA yang berlangsung di kelas. 2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri sehingga pengetahuan yang diperoleh akan lebih mendalam dan siswa dapat mencapai hasil belajar yang maksimal. 6

22 b. Bagi Guru Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada guru tentang variasi model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA, khususnya menggunakan model pembelajaran learning cycle 5E. c. Bagi Sekolah Model pembelajaran learning cycle 5E dapat meningkatkan kualitas pembelajaran daan hasil belajar IPA, maka juga dapat meningkatkan mutu sekolah. d. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman kepada peneliti dalam penggunaan model pembelajaran learning cycle 5E pada mata pelajaran IPA, yang nantinya dapat digunakan sebagai refleksi untuk terus mencari dan mengembangkan inovasi pembelajaran menuju hasil yang lebih baik. 7

23 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teoritis 1. Kajian Ilmu Pengetahuan Alam SD a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Menurut Hendro Darmojo dan Deny Kaligis (1993: 3) istilah yang digunakan IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam berarti Ilmu tentang Pengetahuan Alam. Ilmu artinya suatu pengetahuan yang benar, Pengetahuan yang dibenarkan menurut tolak ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan ojektif. Rasional artinya masuk akal atau logis, diterima oleh akal sehat; sedang objektif artinya sesuai dengan objeknya, sesuai dengan kenyataannya, atau sesuai dengan pengalaman pengamatan melalui panca indera. Pengetahuan Alam artinya segala sesuatu yang diketahui oleh manusia. Jadi secara singkat IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dan segala isinya. Nash (Hendro Darmojo, 1993: 3) dalam bukunya The Nature of Natural Science, mengatakan bahwa IPA adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Nash juga menjelaskan bahwa cara IPA mengamati dunia itu bersifat analitis, lengkap, cermat, serta menghubungkan antara satu fenomena dengan fenomena yang lain sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamatinya. Sedangkan Srini M. Iskandar (1997: 2) menjelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) secara harfiah dapat 8

24 disebut sebagai ilmu tentang alam ini, ilmu yang mempelajari peristiwaperistiwa yang terjadi di alam. Selain itu, menurut Conant (Maslichah Asy ari, 2006: 7) sains diartikan sebagai bangunan atau deretan konsep yang saling berhubungan sebagai hasil dari eksperimen dan observasi. Abruscato (Maslichah Asy ari, 2006: 7) mendefinisikan bahwa IPA adalah pengetahuan yang diperoleh lewat serangkaian proses yang sistematik guna mengungkap segala sesuatu yang berkaitan tentang alam semesta. Sedangkan menurut Carin & Sund (Maslichah Asy ari, 2006: 7) IPA adalah suatu sistem untuk memahami alam semesta melalui observasi dan eksperimen yang terkontrol. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang alam yang bersifat rasional dan objektif yang diperoleh melalui rangkaian proses untuk mengungkap fakta dan peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan alam semesta dan segala isinya. IPA merupakan hasil dari suatu eksperimen dan observasi. IPA merupakan suatu ilmu teoritis, namun teori tersebut didasarkan pada pengamatan dan percobaan-percobaan terhadap gejala alam. Fakta-fakta tentang gejala alam diselidiki dan diuji secara berulang-ulang melalui percobaan-percobaan, berdasarkan hasil percobaan itulah dirumuskan keterangan ilmiahnya atau teorinya. 9

25 b. Tujuan Pembelajaran IPA di SD Menurut Maslichah Asy ari (2006: 23) pada prinsipnya pembelajaran sains di Sekolah Dasar membekali siswa kemampuan berbagai cara untuk mengetahui dan cara mengerjakan yang dapat membantu siswa dalam memahami alam sekitar. Selanjutnya Maslichah Asy ari (2006: 23) menjelaskan secara rinci tujuan pembelajaran sains di Sekolah Dasar adalah: 1) Menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap sains, tekhnologi dan masyarakat. 2) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. 3) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 4) Ikut serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam. 5) Menghargai alam sekitar dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. Sedangkan pakar-pakar pendidikan dari UNESCO (Hendro Darmojo, 1993: 6-7) menyimpulkan bahwa IPA bertujuan untuk: 1) Menolong siswa untuk dapat berpikir logis dan memecahkan masalahmasalah sederhana yang dihadapi sehari-hari. 2) Aplikasinya dalam tekhnologi, IPA dapat menolong dan meningkatkan kualitas hidup manusia. 3) Membekali siswa untuk kehidupan di masa mendatang yang berorientasi pada keilmuan dan tekhnologi. 4) Menghasilkan perkembangan pola berpikir yang baik. 5) Membantu secara positif siswa untuk memahami mata pelajaran lain. 10

26 6) Memberikan kesempatan kepada siswa mengenal lingkungannya secara logis dan sistemastis. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar adalah untuk menanamkan rasa ingin tahu dan mengembangkan pengetahuan siswa tentang konsep-konsep IPA yang berhubungan dengan lingkungan, tekhnologi, dan masyarakat agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan pengetahuannya dapat menjadi bekal di kehidupan di masa mendatang yang berorientasi pada tekhnologi. Selain itu dengan demikian siswa akan mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya sains dalam kehidupan seharihari, sehingga siswa lebih menghargai alam sekitar dengan cara ikut menjaga dan melestarikan lingkungan alam. c. Prinsip-Prinsip Pembelajaran IPA Menurut Maslichah Asy ari (2006: 24) sains merupakan bagian dari kehidupan manusia sehingga pembelajaran sains merupakan interaksi antara siswa dengan lingkungan kehidupannya. Oleh karena itu dalam pembelajaran sains ditekankan agar berorientasi pada siswa, sedangkan peran guru hanya sebagai fasilitator. Untuk itu Maslichah Asy ari (2006: 24-29) menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran dalam sains yang meliputi: 1) Empat Pilar Pendidikan Global Merupakan prinsip pembelajaran yang meliputi learning to know, learning to do, learning to be, dan learning together. 11

27 2) Inkuiri Prinsip inkuiri atau penemuan perlu diterapkan dalam pembelajaran sains karena pada dasarnya anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, alam sekitar penuh dengan fakta atau fenomena yang dapat merangsang siswa untuk ingin tahu lebih banyak. 3) Konstruktivistik Dalam pembelajaran sains guru bukan satu-satunya sumber pengetahuan bagi siswanya, Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja, melainkan perlu dibangun sendiri oleh siswa dengan cara mengkaitkan dengan pengetahuan awal yang sudah mereka miliki dalam struktur kognitifnya. 4) Salingtemas (Sains- Lingkungan- Tekhnologi dan Masyarakat) Sains dan teknologi merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. Prinsip-prinsip sains dibutuhkan untuk pengembangan teknologi, sedang perkembangan teknologi akan memfasilitasi dan memacu penemuan prinsip-prinsip sains yang baru. 5) Pemecahan Masalah Dalam pembelajaran sains siswa perlu dilatih untuk memecahkan suatu masalah agar dapat menjadi bekal untuk masalah dan kehidupannya di masa mendatang. 6) Pembelajaran Bermuatan Nilai Penerapan pembelajaran sains perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan atau kontradiksi dengan 12

28 nilai-nilai yang diperjuangkan oleh masyarakat sekitar. Oleh karena itu sebaiknya prinsip pembelajaran bermuatan nilai mengambil nilainilai yang bersifat universal. 7) Pakem ( Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) Prinsip pakem pada dasarnya merupakan prinsip pembelajaran yang berorientasi pada siswa aktif melakukan kegiatan baik aktif berpikir maupun kegiatan yang bersifat motorik. Dengan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran diharapkan dapat memunculkan kreativitas siswa untuk dapat mengembangkan atau menerapkan pengetahuan yang diperoleh. Menurut John S. Richardson (Hendro Darmojo dan Deny Kaligis, 1993: 11-12) ada tujuh prinsip yang dapat digunakam dalam proses belajar mengajar IPA agar dapat berhasil. Ketujuh prinsip itu adalah: 1) Prinsip keterlibatan siswa secara aktif 2) Prinsip belajar berkesinambungan 3) Prinsip motivasi 4) Prinsip multi saluran 5) Prinsip penemuan 6) Prinsip totalitas 7) Prinsip perbedaan individual Pembelajaran IPA di sekolah dasar pada dasarnya mengutamakan proses penemuan dan keterlibatan siswa secara aktif 13

29 dalam dalam proses belajarnya. Guru sebaiknya merencanakan proses pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan untuk siswa membangun dan mengembangkan sendiri pengetahuannya. Ilmu yang diperoleh siswa bukan semata-mata bersumber dari guru, melainkan dari siswa sendiri dan merupakan hasil percobaan maupun pengamatan. d. Fungsi Pembelajaran IPA di SD Berdasarkan hasil konferensi oleh pakar-pakar pendidikan IPA dari UNESCO (Hendro Darmojo dan Deny Kaligis, 1993: 6-7) IPA berfungsi untuk: 1) Menolong anak didik agar dapat berpikir logis terhadap kejadian sehari-hari dan memecahkan masalah-masalah sederhana yang dihadapinya. 2) Aplikasinya dalam teknologi, IPA dapat menolong dan meningkatkan kualitas hidup manusia karena dapat bermanfaat dalam kegiatan masyarakat. 3) Membekali anak didik yang akan menjadi penduduk di masa mendatang yang berorientasi pada keilmuan dan teknologi. 4) IPA yang diajarkan dengan baik dapat menghasilkan perkembangan pola berpikir yang baik pula. 5) Secara positif dapat membantu anak didik untuk dapat memahami mata pelajaran lain terutama bahasa dan matematika. Sedangkan menurut garis-garis besar program pengajaran (GBPP) fungsi mata pelajaran IPA adalah untuk : 14

30 1) Memberikan pengetahuan tentang pelbagai jenis dan perangai lingkungan buatan dalam kaitannya dengan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari. 2) Mengembangkan keterampilan proses. 3) Mengembangkan wawasan, sikap dan nilai yang berguna bagi siswa untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari. 4) Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan keterkaitan yang saling mempengaruhi antara kemajuan IPA dan teknologi dengan keadaan lingkungan dan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari. 5) Mengembangkan kemampuan untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), serta keterampilan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk melanjutkan pendidikannya ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi pembelajaran IPA adalah untuk memberikan pengetahuan kepada siswa agar dapat berpikir logis dalam berbagai peristiwa sehari-hari. IPA juga berfungsi untuk mengajarkan keterampilan yang dapat bermanfaat untuk kehidupan masyarakat sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup manusia. Bertolak dari pendapat di atas, pada dasarnya IPA berfungsi untuk memberikan bekal pengetahuan dasar baik untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi maupun untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. IPA juga dapat berfungsi untuk menyadarkan siswa akan keteraturan alam dan segala keindahannya sehingga siswa terdorong untuk mencintai dan mengagungkan Pencipta- Nya. 15

31 e. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA SD Berdasarkan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspekaspek berikut: 1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. 2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi cair, padat, dan gas. 3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana. 4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. Keempat ruang lingkup bahan kajian sains diatas sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Maslichah Asy ari (2006: 24), namun dalam pendapatnya Maslichah Asy ari menambahkan ruang lingkup materi sains di sekolah dasar dengan sains, lingkungan tekhnologi dan mayarakat (salingtemas) yang merupakan penerapan konsep sains dan saling keterkaitannya dengan lingkungan, tekhnologi dan masyarakat melalui pembuatan suatu karya tekhnologi sederhana. Ruang lingkup berfungsi untuk membatasi arah pembelajaran. Dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi KTSP terdapat Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran IPA, berikut adalah Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran IPA kelas IV yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 16

32 Standar Kompetensi : 6. Memahami beragam sifat dan perubahan wujud benda serta berbagai cara penggunaan benda berdasarkan sifatnya Kompetensi Dasar: 6.1 Mengidentifikasi wujud benda padat, cair, dan gas memiliki sifat tertentu. 6.2 Mendeskripsikan terjadinya perubahan wujud. f. Pembelajaran IPA di SD Berdasarkan teori perkembangan intelektual anak menurut Piaget, anak usia SD yang berusia sekitar 7-11 tahun berada dalam tahap operasional konkret. Kemampuan dalam berpikir abstrak harus disertai dengan pengalaman yang konkret. Penerapan pembelajaran IPA di sekolah dasar sesuai dengan teori Piaget (Hendro Darmojo dan Deny Kaligis, 1993: 22-23) adalah sebagai berikut : 1) Belajar Melalui Perbuatan Hal ini disebabkan perkembangan intelektual anak dan emosionalnya dipengaruhi langsung oleh keterlibatannya secara fisik dan mental dengan lingkungannya, sehingga pembelajaran IPA diupayakan melalui aktivitas konkret. 2) Perlu variasi kegiatan dalam proses belajar mengajar Adanya variasi kecepatan perkembangan intelektual maupun emosional menimbulkan perbedaan, sehingga pembelajaran akan lebih efektif jika dalam pembelajaran disajikan berbagai variasi kegiatan agar dapat diikuti dengan anak dari berbagai tahap perkembangan. 17

33 3) Guru perlu mengenal tingkat perkembangan siswanya Dengan mengenal status perkembangan masing-masing anak, guru akan dapat memberikan kegiatan belajar yang tepat sehingga diharapkan pelajaran akan lebih efektif. 4) Perlu latihan yang berulang untuk pengembangan berpikir operasional Yang dimaksud berpikir operasional menurut Piaget ialah meliputi: menambah, mengurangi, mengalikan, membagi, mengurutkan, menggolongkan, mensubstitusikan dan sebagainya. Maka kegiatan pembelajaran disajikan untuk mengembangkan semua ketrampilan tersebut. 5) Khusus siswa kelas VI, diberi kesempatan untuk mengembangkan pola berpikir operasi formal. Dalam berinteraksi dengan siswa yang sudah menginjak pada tahap operasional formal hendaknya anak dibimbing kearah pengembangan kemampuan berpikir formal, misalnya dengan cara membuat hipotesis dan berpikir reflektif-evaluatif. Aktivitas belajar dapat dilakukan dengan pemberian tugas proyek, eksperimen dan diskusi. Berdasarkan pendapat di atas, teori-teori Piaget tersebut harus dipertimbangkan dalam perencanaan maupun pelaksanaan pembelajaran, sehingga pembelajaran IPA dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar. Pelaksanaan pembelajaran IPA diupayakan agar siswa terlibat dalam aktivitasaktivitas yang konkret. 18

34 2. Kajian Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Sugihartono (2007: 74) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam buku yang sama Santrock dan Yussen mengemukakan bahwa belajar sebagai perubahan yang relatif permanen karena adanya pengalaman. Slameto (2003: 2) mengemukakan belajar merupakan proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Gagne (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 10) mengemukakan belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru. Patta Bundu (2006: 17) mengemukakan bahwa belajar adalah aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi anak dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah usaha yang dilakukan secara sadar dengan serangkaian aktivitas dan interaksi dengan lingkungan yang menyebabkan adanya perubahan tingkah laku, pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai. Belajar dilakukan untuk mengumpulkan sejumlah pengetahuan dan untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang positif. 19

35 Perubahan dalam belajar terjadi setelah melalui latihan dan pengalaman. Perubahan dalam belajar juga dapat berbentuk kecakapan, kebiasaan, penguasaan pengetahuan atau ketrampilan berdasarkan latihan dan pengalamannya dalam mencari informasi dan mengumpulkan pengetahuan-pengetahuan melalui pemahaman, penguasaan, ingatan, dan pengungkapan kembali di masa mendatang. b. Teori Belajar Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika kegiatan belajar berlangsung. Sugihartono, dkk (2007: 89) menjelaskan bahwa, teori belajar merupakan seperangkat pernyataan umum yang digunakan untuk menjelaskan kenyataan mengenai belajar. Bertolak dari perubahan yang ditimbulkan oleh perbuatan belajar, para ahli teori belajar berusaha merumuskan pengertian belajar. Berikut adalah teori belajar yang dirumuskan oleh para ahli dikutip dari Sugihartono, dkk (2007: 127). 1) Teori Belajar Behavioristik Belajar menurut teori belajar behavioristik merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara stimulus dengan respons. Adapun akibat adanya interaksi stimulus dengan respons, siswa memiliki pengalaman baru yang menyebabkan mereka mengadakan tingkah laku dengan cara yang baru. Teori belajar behavioristik mementingkan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh. 20

36 2) Teori Belajar Kontruktivistik Teori belajar kontruktivistik menyatakan bahwa belajar merupakan proses seseorang memperoleh pengetahuan dengan merekonstruksi sendiri pengetahuan yang ada dalam diri individu. Teori ini sangat percaya bahwa siswa mampu mencari sendiri masalah, menyusun sendiri pengetahuannya melalui kemampuan berfikir dan tantangan yang dihadapinya, menyelesaikan dan membuat konsep mengenai keseluruhan pengalaman realistik dan teori dalam satu bangunan utuh. Teori belajar kontruktivistik mempunyai pemahaman tentang belajar yang lebih menekankan pada proses daripada hasil. Hasil belajar sebagai tujuan dinilai penting, namun proses siswa dalam memperoleh pemahaman dan pengetahuan dinilai lebih penting. Perbedaan yang mendasar antara teori belajar behavioristik dan konstruktivistik terlihat pada teori belajar behavioristik yang lebih mengutamakan hasil, sedangkan teori belajar konstruktivistik lebih mengutamakan proses. Peran. Dalam teori belajar behavioristik peran siswa dalam pembelajaran dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar diri siswa. Siswa dipandang sebagai makhluk reaktif yang memberikan respon terhadap lingkungan, sedangkan dalam teori belajar konstruktivistik siswa memperoleh kesempatan yang luas untuk dapat mengembangkan dan membangun sendiri pengetahuannya. 21

37 c. Pengertian Hasil Belajar Menurut Nana Sudjana (2009: 3) hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang telah terjadi setelah siswa melalui proses pembelajaran. Oemar Hamlik (2001: 30) menjelaskan bahwa bukti seseorang telah belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi tidak mengerti. Patta Bundu (2006: 17) berpendapat bahwa hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti program belajar-mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2002, ) mendefinisikan hasil belajar sebagai hasil dari proses pembelajaran yang dapat dipandang dari dua sisi, yatu dari sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik dibandingkan pada saat pra belajar, sedangkan dari sisi guru hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Selanjutnya Gagne (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 11-12) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan kapabilitas siswa yang berupa: 1) Informasi verbal, yaitu kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun terrtulis. 22

38 2) Keterampilan intelektual, yaitu kecakapan yang berfungsi untuk berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan lambang. 3) Strategi kognitif, yaitu kemampuan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitif sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah. 4) Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani 5) Sikap, yaitu kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Horward Kingsley (Nana Sudjana, 2009: 22) membagi hasil belajar menjadi tiga macam, yaitu keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, serta sikap dan cita-cita. Sedangkan secara garis besar Benyamin Bloom (Nana Sudjana, 2009: 22-23) membagi hasil belajar menjadi tiga ranah yaitu: 1) Ranah Kognitif, yaitu hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. 2) Ranah Afektif, yaitu berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Nana Sudjana (2009: 30) menyatakan bahwa ada lima kategori ranah afektif sebagai hasil belajar, yaitu : 23

39 a) Receiving/attending, yaitu semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain-lain. b) Responding atau jawaban, yaitu reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. c) Valuing atau penilaian, berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus. d) Organisasi yaitu pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai yang lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. e) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yaitu keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. 3) Ranah Psikomotorik, yaitu berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif. Dengan demikian hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi dalam diri siswa setelah melalui proses pembelajaran yang merupakan interaksi dengan lingkungan baik perubahan dalam ranah kognitif, ranah afektif maupun ranah psikomotorik. Selanjutnya Slameto (2003:3) menjelaskan ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam 24

40 pengertian belajar adalah: 1) perubahan terjadi secara sadar, 2) perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional, 3) perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, 4) perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, 5) perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah, 6) perubahan mencakup aspek tingkah laku. Individu yang belajar akan memperoleh hasil dari apa yang telah dipelajari selama proses belajar, sehingga hasil belajar merupakan perubahan kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengalami pengalaman belajar. Perubahan kemampuan tersebut meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku baik dalam sikap, kebiasaan, ketrampilan, pemahaman dan pengetahuan. d. Hasil Belajar IPA Patta Bundu (2006: 18-19) menyatakan bahwa hasil belajar Sains di SD mencakup hal-hal sebagai berikut : 1) Penguasaan produk ilmiah atau produk Sains yang mengacu pada seberapa besar siswa mengalami perubahan dalam pengetahuan dan pemahamannya tentang Sains baik berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, maupun teori. 2) Penguasaan proses ilmiah atau proses Sains mengacu pada sejauh mana siswa mengalami perubahan dalam kemampuan proses keilmuan yang terdiri atas ketrampilan proses sains dasar dan keterampilan proses sains terintegrasi. 25

41 3) Penguasaan sikap ilmiah atau sikap Sains merujuk pada sejauh mana siswa mengalami perubahan dalam sikap dan system nilai dalam proses keilmuan. 4) Hasil belajar Sains SD adalah segenap perubahan tingkah laku yang terjadi pada siswa dalam bidang Sains sebagai hasil mengikuti proses pembelajaran Sains. Patta Bundu (2006: 18) juga menambahkan hasil belajar IPA berorientasi pada pencapaian dari segi produk, proses dan sikap keilmuan. Dari segi produk, siswa diharapkan dapat memahami konsep-konsep Sains dan keterkaitannya dengan kehidupan seharihari; dari segi proses siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan dan menerapkan konsep yang diperolehnya untuk menjelaskan dan memecahkan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari; dan dari segi sikap dan nilai siswa diharapkan mempunyai minat untuk mempelajari benda-benda di lingkungannya, bersikap ingin tahu, tekun, kritis, mawas diri, bertanggung jawab dapat bekerja sama dan mandiri, serta mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar sehingga menyadari keagungan Tuhan Yang Maha Esa. Hasil belajar yang diukur dalam penelitian ini yaitu hasil dari penguasaan produk ilmiah atau produk sains yang mengacu pada perubahan siswa dalam pengetahuan dan pemahamannya yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, maupun teori yang diperoleh siswa 26

42 setelah mengalami pembelajaran. Penguasaan produk sains tersebut diperoleh dengan menggunakan tes tertulis yang dapat mengukur pengetahuan dan pemahaman tentang fakta, konsep dan teori yang mencakup materi IPA selama penelitian berlangsung. e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar IPA Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam diri maupun luar diri siswa. Muhibbinsyah (Sugihartono 2007: 77) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menjadi 3 macam yaitu: 1) faktor internal, yang meliputi keadaan jasmani dan rohani siswa, 2) faktor eksternal, yang meliputi kondisi lingkungan di sekitar siswa, dan 3) faktor pendekatan belajar yang merupakan jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran. Pendapat yang berbeda tentang faktor-faktor yang mempengaruhi belajar juga dikemukakan oleh Dimyati dan Mudjiono (1994: ) sebagai berikut : 1) Faktor intern yang dialami dan dihayati oleh siswa yang berpengaruh pada proses belajar yaitu: a) sikap terhadap belajar, b) motivasi belajar, c) konsentrasi belajar, d) mengolah bahan belajar, e) menyimpan perolehan hasil belajar, f) menggali hasil belajar yang tersimpan, g) kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar, h) rasa 27

43 percaya diri siswa, i) intelegensi dan keberhasilan belajar, j) kebiasaan belajar, dan k) cita-cita siswa. 2) Faktor ekstern yang mempengaruhi belajar meliputi: a) guru sebagai pembina siswa belajar, b) prasarana dan sarana pembelajaran, c) kebijakan penilaian, d) lingkungan sosial siswa di sekolah, dan e) kurikulum sekolah. Setiap kegiatan belajar akan berakhir dengan hasil belajar. Faktor- faktor yang mempengaruhi belajar yang telah diuraikan diatas harus dipertimbangkan dalam perencanan maupun pelaksanaan pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar yang maksimal. Dalam belajar IPA, guru sebagai pembina siswa belajar harus dapat memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar IPA. Berkaitan dengan hasil belajar IPA yang mencakup penguasaan pada produk ilmiah, proses ilmiah dan sikap ilmiah, maka salah satu hal yang bisa dilakukan guru adalah dengan merencanakan dan memilih pendekatan belajar yang sesuai dengan pembelajaran IPA yang mengutamakan pada segi produk, proses, dan sikap ilmiah. Penggunaan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran IPA dapat memaksimalkan penguasaan produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah tersebut. 28

44 3. Kajian Model Pembelajaran Learning Cycle 5E a. Pengertian Model Pembelajaran Learning Cycle 5E Model pembelajaran siklus (learning cycle) pertama kali diperkenalkan oleh Robert Karplus dalam Science Curriculum Improvement Study/SCIS (Made Wena, 2009: 170). Pembelajaran siklus merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan kontruktivis. Model pembelajaran learning cycle pada awalnya terdiri atas tiga tahap yaitu: eksplorasi (exploration), pengenalan konsep (concept introduction), dan penerapan konsep (concept application). Robert Karplus dan Herbert Their (Bybee Rodger W, 2006:7) juga menyebutkan tiga tahap siklus belajar SCIS adalah exploration, invention, dan discovery. Menurut Lawson (Rodger W. Bybee, 2006:7) istilah yang digunakan dalam siklus belajar sudah dimodifikasi. Istilah yang dimodifikasi menjadi exploration, term introduction, dan concept application. Meskipun terdapat perubahan, namun pada dasarnya konseptual siklus belajar masih tetap sama. Menurut Bybee Rodger W (2006:8) pada pertengahan tahun 1980-an BSCS menghasilkan sebuah inovasi yaitu BSCS 5E yang dikenal sebagai model pembelajaran learning cycle 5E. Model BSCS terdiri dari lima tahap yaitu engagement, exploration, explanation, elaboration, dan evaluation. Dari kelima tahapan tersebut terdapat tiga tahap yang setara dengan tahapan siklus belajar SCIS. Berikut ini adalah 29

45 perbedaan tahap siklus belajar SCIS dan siklus belajar BSCS (Bybee Rodger W, 2006: 8). Tabel 1. Perbedaan tahap siklus belajar SCIS dan siklus belajar BSCS SCIS Model BSCS 5E Instructional Model Engagement (New Phase) Exploration Exploration (Adapted from SCIS) Invention (Term Introduction) Discovery (Concept Application) Explanation (Adapted from SCIS) Elaboration (Adapted from SCIS) Evaluation (New Phase) Dalam penelitian ini siklus belajar yang digunakan adalah siklus belajar BSCS 5E yang merupakan penyempurnaan dari tahap siklus belajar SCIS. Tahap engagement dan tahap evaluation ditambahkan ke dalam siklus belajar BSCS 5E untuk menyempurnakan siklus belajar SCIS. b. Tahap-Tahap Model Pembelajaran Learning Cycle 5E 1) Pembangkitan Minat (Engagement) Tahap pembangkitan minat (engagement) merupakan tahap awal dari siklus belajar. Pada tahap ini, guru berusaha membangkitkan dan mengembangkan minat dan keingintahuan siswa tentang topik yang akan diajarkan. Dengan demikian, siswa akan memberikan respons/jawaban, kemudian jawaban siswa tersebut dapat dijadikan pijakan oleh guru untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang pokok bahasan (Made Wena, 2009: 171). Bybee Rodger W (2006: 8) menambahkan bahwa kegiatan pada tahap ini melibatkan siswa dengan mengaitkan materi terhadap pengalaman siswa. Siswa difokuskan pada sebuah objek, masalah, 30

46 situasi, atau peristiwa. Guru dapat mengajukan sebuah pertanyaan, mendefinisikan sebuah masalah ataupun menunjukkan sebuah peristiwa kepada siswa. Hal penting yang harus dicapai dalam tahap ini adalah timbulnya rasa ingin tahu siswa tentang tema atau topik yang akan dipelajari. Guru dapat memulai tahap engagement dengan memberikan apersepsi dan penyampaian tujuan pembelajaran kepada siswa. Apersepsi dapat dilakukan dengan menunjukkan contoh peristiwa dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan topik bahasan yang dipelajari. Guru juga melakukan tanya jawab untuk menarik minat dan rasa keingintahuan siswa pada topik bahasan. Siswa dapat mengungkapkan apa yang sudah diketahui tentang topik bahasan dan dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang hal yang ingin diketahuinya. Penyampaian tujuan pembelajaran juga dilakukan pada tahap ini untuk menarik minat dan rasa keingintahuan siswa. 2) Eksplorasi (Exploration) Pada tahap eksplorasi dibentuk kelompok-kelompok kecil antara 2-4 siswa. Dalam tahap ini siswa diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok kecil tanpa pembelajaran langsung dari guru. Dalam kelompok ini siswa didorong untuk menguji hipotesis dan atau membuat hipotesis baru, mencoba alternatif pemecahannya dengan teman sekelompok, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide atau pendapat yang berkembang dalam diskusi. Pada tahap ini 31

47 guru berperan sebagai fasilitator dan motivator (Made Wena, 2009: 171). Guru siap dengan berbagai pertanyaan guna membantu siswa baik secara individual maupun kelompok. Bybee Rodger W (2006:9) menyatakan the aim of exploration activities is to establish experiences that teachers and students can use later to formally introduce and discuss concepts, processes, or skills. Tujuan dari kegiatan eksplorasi adalah untuk membangun pengalaman yang selanjutnya dapat digunakan oleh guru dan siswa untuk mengenal dan mendiskusikan konsep, proses, atau ketrampilan. Selama kegiatan eksplorasi berlangsung, siswa mempunyai kesempatan untuk mengeksplorasi objek, peristiwa atau situasi. Siswa juga diberi kesempatan untuk menyelidiki benda, bahan dan situasi berdasarkan ide masing-masing siswa. Sebagai hasil dari keterlibatan mental dan fisik tersebut, para siswa dapat membentuk hubungan, mengamati pola, mengidentifikasi variabel,dan pertanyaan. Selanjutnya menurut Made Wena (2009: 171) pada tahap eksplorasi ini guru berperan sebagai fasilitator dan motivator. Pada tahap ini siswa dapat berdiskusi dan dapat berpikir secara bebas dengan kelompoknya. Siswa membangun sendiri pengetahuannya dengan melakukan percobaan. Beberapa keterampilan proses dapat diterapkan oleh siswa pada tahap ini yaitu, observasi, menafsirkan pengamatan, mengklasifikasi, memprediksi, dan berhipotesis. 32

48 3) Penjelasan (Explanation) Dalam tahap penjelasan, guru dituntut mendorong siswa untuk menjelaskan suatu konsep dengan kalimat/pemikiran sendiri, meminta bukti dan klarifikasi atas penjelasan siswa, dan saling mendengar secara kritis penjelasan antarsiswa atau guru (Made Wena, 2009: 172). Dengan adanya diskusi ini guru kemudian memberikan penjelasan tentang konsep yang dibahas dengan menggunakan penjelasan siswa sebagai dasarnya. Bybee Rodger W (2006: 9) juga menambahkan bahwa dalam tahap ini guru mengarahkan siswa untuk memberikan penjelasan dari hasil eksplorasi mereka. Siswa harus mampu menjelaskan hasil dari kegiatan eksplorasi dengan kalimat sendiri. Kemudian guru memberikan penjelasan secara langsung, eksplisit, dan formal. Penjelasan dari siswa dijadikan dasar oleh guru untuk melakukan penjelasan dan mengembangkan penjelasan siswa. Hal ini dilakukan sekaligus untuk memberikan penguatan konsep bagi siswa. Kunci dari tahap ini adalah untuk menyajikan konsep, proses, ketrampilan singkat, sederhana, jelas, dan langsung bergerak ke tahap berikutnya. Ketrampilan proses yang dapat diterapkan oleh siswa pada tahap ini yaitu mengkomunikasikan dan mengajukan pertanyaan. Siswa mengkomunikasikan hasil dari exploration dengan menggunakan hasil pengamatannya. Siswa mengajukan pertanyaan, baik pertanyaan untuk yang terkait dengan penjelasan siswa lain 33

49 maupun pertanyaan untuk guru. Penjelasan dari guru dalam tahap ini bersifat menyempurnakan, melengkapi, dan mengembangkan konsep yang sudah diperoleh siswa. Pada kegiatan yang berhubungan dengan percobaan, guru dapat memperdalam hubungan antar variabel dan kesimpulan yang diperoleh siswa. Hal ini diperlukan agar siswa dapat meningkatkan pemahaman konsep yang baru diperolehnya. 4) Elaborasi (Elaboration/Extention) Pada tahap elaborasi siswa menerapkan konsep dan keterampilan yang telah dipelajari dalam situasi baru atau konteks yang berbeda. Siswa akan dapat belajar secara bermakna karena telah dapat menerapkan/mengaplikasikan konsep yang sudah dipelajarinya ke dalam situasi yang baru (Made Wena, 2009: 172). Jika tahap ini dirancang dengan baik oleh guru maka motivasi belajar siswa akan meningkat yang dapat mendorong peningkatan hasil belajar siswa. Pendapat ini diperkuat oleh Bybee Rodger W (2006: 10) yang menyatakan tahap ini merupakan kesempatan untuk melibatkan siswa dalam situasi baru dan dalam masalah yang membutuhkan penjelasan yang identik atau mirip dengan konsep yang telah dipelajari. Generalisasi konsep, proses, dan keterampilan adalah tujuan utama dari tahap ini. Dalam tahap ini guru dapat memulai dengan mengajukan masalah baru yang memerlukan pengujian lewat eksplorasi dengan melakukan percobaan, pengamatan, pengumpulan data, analisis data sampai membuat kesimpulan. 34

50 Penerapan konsep yang sudah dipelajari siswa ke dalam situasi yang baru termasuk dalam salah satu ketrampilan proses sains yaitu menerapkan konsep atau prinsip. Siswa dapat menerapkan konsep yang sudah dipelajarinya dengan menjawab pertanyaanpertanyan yang berkaitan dengan konsep yang sudah dipelajarinya namun dalam konteks atau situasi yang berbeda. 5) Evaluasi (Evaluation) Pada tahap evaluasi, siswa dapat melakukan evaluasi diri dengan mengajukan pertanyaan terbuka dan mencari jawaban yang menggunakan observasi, bukti, dan penjelasan yang diperoleh sebelumnya. Guru dapat mengetahui pengetahuan atau pemahaman siswa dalam menerapkan konsep baru. Hasil evaluasi ini dapat dijadikan guru sebagai bahan evaluasi tentang proses penerapan siklus belajar, dan melalui evaluasi diri siswa akan dapat mengetahui kekurangan atau kemajuan dalam proses pembelajaran yang sudah dilakukan (Made Wena, 2009: 172). Pendapat tersebut juga sesuai dengan pendapat Bybee Rodger W (2006: 10) yang menyatakan bahwa this is the important opportunity for students to use the skills they have acquired and evaluate their understanding. Hal ini berarti bahwa pada fase ini merupakan kesempatan penting bagi siswa untuk menggunakan keterampilan yang mereka peroleh dan mengevaluasi pemahaman 35

51 mereka. Dalam tahap ini guru memberikan penilaian terhadap tingkat pemahaman masing-masing siswa. Guru dapat melakukan tanya jawab tentang apa yang sudah diketahui siswa setelah pembelajaran selesai. Guru menanyakan kesulitan-kesulitan yang dialami siswa pada waktu melakukan percobaan dan menemukan konsep. Guru juga dapat memberikan evaluasi berupa soal tertulis yang mencakup materi yang sudah diajarkan. Perbedaan mendasar antara model pembelajaran learning cycle 5E dengan pembelajaran konvensional adalah guru lebih banyak bertanya daripada memberi tahu. Selain itu sesuai dengan pendapat Bybee Rodger W (2006: 10) prinsip dari model pembelajaran learning cycle 5E adalah teori psikologis yang menekankan pada urutan fase. Kelima tahapan siklus belajar 5E dapat digambarkan seperti dibawah ini : Gambar 1. Skema tahap-tahap model pembelajaran learning cycle 5E Bybee Rodger W (2006: 10) menjelaskan aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa pada setiap fase siklus belajar BSCS 5E secara lebih rinci yang dapat dilihat lampiran 1 halaman

52 Berdasarkan tahapan dalam model pembelajaran learning cycle 5E seperti yang telah dipaparkan, dalam pembelajaran siswa tidak hanya mendengar keterangan dan penjelasan guru tetapi dapat berperan aktif untuk menggali, menganalisis, mengevaluasi pemahamannya terhadap konsep yang dipelajari. Siswa dapat menerapkan ketrerampilan-keterampilan proses sains dalam setiap tahap model pembelajaran learning cycle 5E. Keterampilan proses yang dapat diterapkan tersebut adalah melakukan pengamatan (observasi), menafsirkan pengamatan (interpretasi), mengelompokkan (klasifikasi), meramalkan (prediksi), mengkomunikasikan, berhipotesis, menerapkan konsep atau prinsip, dan mengajukan pertanyaan. 4. Kajian Model Pembelajaran Konvensional Pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang berlandaskan teori belajar behavioristik. Teori belajar behavioristik mendefinisikan pengertian belajar sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara stimulus dengan respons. Pembelajaran dilakukan dengan memberikan stimulusstimulus kepada siswa secara berulang-ulang agar siswa memberikan respons sesuai yang diinginkan. Pembelajaran tersebut dalam penelitian ini dilaksanakan dengan metode ceramah. Tjipto Utomo dan Ruijter (Moedjiono dan Moh. Dimyati, 1992: 29) berpendapat bahwa metode ceramah adalah suatu bentuk pengajaran di 37

53 mana dosen mengalihkan informasi kepada sekelompok besar mahasiswa dengan cara yang bersifat verbal/lisan. Pendapat yang berbeda dikemukakan oleh Gilstrap dan Martin (Moedjiono dan Moh. Dimyati, 1992: 29) yang mendefinisikan metode ceramah sebagai suatu metode mengajar di mana guru memberi penyajian fakta-fakta dan prinsip-prinsip secara lisan. Berdasarkan pendapat tersebut (Moedjiono dan Moh. Dimyati, 1992: 29) menyimpulkan metode ceramah sebagai bentuk interaksi belajarmengajar yang dilakukan melalui penjelasan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap sekelompok peserta didik. Berdasarkan definisi metode ceramah tersebut maka hal-hal yang harus dilakukan guru adalah sebagai berikut: a. Guru harus memiliki keterampilan menjelaskan (explaining skills), dan b. Guru harus memiliki kemampuan memilih dan menggunakan alat bantu instruksional yang tepat dan potensial untuk meningkatkan ceramah. Sebagaimana metode-metode belajar yang lain, metode ceramah juga memiliki keunggulan dan kekurangan tersendiri. Adapun keunggulan dan kekurangan pada metode ceramah menurut (Moedjiono dan Moh. Dimyati, 1992: 30-31) adalah sebagai berikut: a. Keunggulan Metode Ceramah 1) Murah 2) Mudah disesuaikan (adaptabel) 3) Mengembangkan kemampuan mendengar pada diri siswa 4) Penguatan bagi guru dan siswa 38

54 5) Pengaitan isi pelajaran dan kehidupan b. Kekurangan Metode Ceramah 1) Cenderung terjadi proses satu arah 2) Cenderung ke arah pembelajaran berdasarkan guru 3) Menurunnya perhatian siswa 4) Ingatan jangka pendek 5) Merugikan kelompok siswa tertentu Berdasarkan uraian pendapat di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran dengan metode ceramah merupakan pembelajaran yang berpusat pada guru. Guru berperan lebih aktif dari siswa dengan memberikan penuturan dan penjelasan kepada siswa. Guru juga harus dapat membangkitkan semangat dan dapat merangsang imajinasi siswa dalam penyampaian penjelasannya. Siswa berperan sebagai penerima stimulus yang diberikan oleh guru dengan mendengarkan penjelasan dan penuturan yang disampaikan oleh guru. 5. Karakteristik Siswa Kelas IV SD Menurut Piaget (Rita Eka Izzaty,dkk, 2008: 105) perkembangan kognitif masa kanak-kanak akhir berada dalam tahap operasional konkret dalam berfikir (usia 7-12), dimana konsep yang pada awal masa kanakkanak merupakan konsep yang samar-samar dan tidak jelas sekarang menjadi konkret. Untuk memecahkan masalah yang bersifat konkret anak sudah mampu menggunakan kemampuan mentalnya. Rita Eka Izzaty, dkk (2008: 107) menjelaskan bahwa kemampuan berpikir anak pada usia ini 39

55 ditandai dengan adanya aktivitas-aktivitas mental seperti mengingat, memahami dan memecahkan masalah. Anak sudah mampu berpikir, belajar, mengingat, dan berkomunikasi karena proses kognitifnya tidak lagi egosentrisme, dan lebih logis. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh C.Asri Budiningsih (2003: 38-39) yang menjelaskan bahwa pada tahap operasional konkret ini anak telah memiliki kecakapan berpikir logis, tetapi hanya dengan bendabenda yang bersifat konkrit. Anak usia 7-12 tahun masih memiliki masalah dalam berpikir abstrak. Selanjutnya Rita Eka Izzaty, dkk (2008: 116) membagi masa kanak-kanak akhir menjadi dua fase yaitu: a. Masa kelas-kelas rendah Sekolah Dasar yang berlangsung antara usia 6/7 tahun 9/10 tahun, biasanya duduk di kelas 1,2, dan 3 Sekolah Dasar. b. Masa kelas-kelas tinggi Sekolah Dasar, yang berlangsung antara usia 9/10 tahun 12/13 tahun, biasanya duduk di kelas 4, 5, dan 6 Sekolah Dasar. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Usman Samatowa (2006: 7) yang membagi masa keserasian bersekolah dibagi dua fase yaitu : a. Masa kelas rendah sekolah dasar, usia sekitar 6-8 tahun. Dalam tingkatan kelas di sekolah dasar pada usia tersebut termasuk dalam kelas 1-3. b. Masa kelas tinggi sekolah dasar, usia sekitar 9-12 tahun. Dalam tingkatan kelas di sekolah dasar pada usia tersebut termasuk dalam kelas

56 Berdasarkan pendapat tersebut maka siswa kelas 4 termasuk dalam masa kelas tinggi sekolah dasar. Selanjutnya Usman Samatowa (2006: 8) menjelaskan ciri-ciri sifat anak pada masa kelas tinggi menurut adalah sebagai berikut : a. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret. b. Realistik, ingin tahu dan ingin belajar. c. Menjelang akhir masa ini ada minat terhadap hal-hal atau mata pelajaran khusus. d. Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugasnya dan memenuhi keinginannya, berikutnya setelah umur 11 tahun pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikannya sendiri. e. Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi sekolah. f. Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya. g. Peran manusia idola sangat penting, pada umumnya orang tua dan kakak-kakaknya dianggap sebagai manusia idola yang sempurna, oleh karena itu guru acap kali dianggap sebagai manusia yang serba tahu. Adapun ciri-ciri anak masa kelas-kelas tinggi Sekolah Dasar menurut Rita Eka Izzaty, dkk (2008: 116) adalah : a. Perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari. b. Ingin tahu, ingin belajar dan realistis. c. Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus. d. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah. e. Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya. Sedangkan menurut Maslichah Asy ari (2006: 42) siswa yang berada di kelas atas memiliki ciri-ciri antara lain : a. Dapat berpikir reversibel atau bolak balik. b. Dapat melakukan pengelompokan dan menentukan urutan. 41

57 c. Telah mampu melakukan operasi logis tetapi pengalaman yang dipunyai masih terbatas. Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa siswa kelas IV termasuk dalam kelas tinggi di sekolah dasar, dimana siswa bersifat ingin tahu, ingin belajar, realistis, mempunyai minat terhadap peristiwa dalam kehidupan sehari-hari yang konkret, mampu berpikir logis, serta suka membentuk kelompok teman sebaya. Penerapan model pembelajaran learning cycle 5E dapat menyajikan pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswa kelas IV tersebut. Rasa ingin tahu siswa dapat dikembangkan pada tahap awal model pembelajaran learning cycle 5E yaitu tahap engamement. Sesuai dengan karakteristik siswa yang suka membentuk kelompok dengan teman sebaya, model pembelajaran ini dilakukan dengan membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Dalam diskusi kelompok yaitu tahap exploration siswa diberi kesempatan untuk belajar langsung dengan benda-benda yang konkret sesuai dengan karakteristik siswa yang bersifat realistis. B. Penelitian yang Relevan Berikut ini disajikan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan adanya pengaruh model pembelajaran learning cycle 5E terhadap hasil belajar IPA siswa. Penelitian oleh Margaretha Madha Melissa (2013) dengan judul Pengaruh Learning Cycle 5E Model terhadap Prestasi Belajar Matematika dan Keaktifan Siswa Kelas VIII SMPN 1 Wates. Hasil penelitian menunjukkan 42

58 bahwa peningkatan nilai prestasi belajar siswa kelompok eksperimen dari pre test ke post test lebih tinggi dari kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen mengalami peningkatan sebesar 53,31 sedangkan kelompok control mengalami peningkatan sebesar 31, 44. Berdasarkan uji hipotesis menggunakan taraf signifikansi 5% dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran learning cycle 5E berpengaruh positif terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas VIII SMP N 1 Wates pada materi lingkaran. Selanjutnya berdasarkan hasil lembar observasi keaktifan siswa pada kelompok eksperimen diperoleh rata-rata 81,05%, yaitu dalam kategori sangat tinggi. Sedangkan keaktifan siswa kelompok control masuk dalam kategori sedang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran learning cycle 5E berpengaruh positif terhadap keaktifan siswa kelas VIII SMP N 1 Wates pada materi lingkaran. Penelitian oleh Ahmad Nur Fauzi (2012) dengan judul Upaya Meningkatkan Partisipasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas IX SMK Muhammadiyah Prambanan dengan Model Pembelajaran Learning Cycle 5 Fase pada Mata Pelajaran Listrik Otomotif. Hasil penelitian menunjukkan penerapan model pembelajaran Learning Cycle 5 Fase dapat meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa. Peningkatan partisipasi sebesar 16, 94 %. Dilihat dari capaian rata-rata partisipasi pada siklus 1 sebesar 43,70% dan pada siklus II sebesar 60,64%. Selanjutnya pada siklus I rata-rata kelas yamg diperoleh sebesar 74,90 sedangkan pada siklus II rata-rata kelas sebesar 79,79. Dengan demikian peningkatan hasil belajar sebesar 6,52%. 43

59 Kedua contoh penelitian di atas subjek penelitiannya adalah siswa kelas menengah, oleh karena itu peneliti terdorong untuk mencoba melakukan penelitian tentang model pembelajaran learning cycle 5E di sekolah dasar. Selain itu dari contoh penelitian yang disebutkan di atas tidak dilaksanakan dalam pembelajaran IPA, sehingga peneliti terdorong untuk melakukan penelitian ini dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar. C. Kerangka Pikir Model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivistik lebih menekankan pada proses daripada hasil, sedangkan model pembelajaran dengan pendekatan behavioristik lebih mementingkan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh. Sesuai dengan hasil belajar IPA yang mengutamakan penguasaan terhadap produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah maka model pembelajaran dengan pendekatan kontruktivistik lebih efektif dari pembelajaran dengan pendekatan behavioristik. Model pembelajaran dengan pendekatan kontruktivistik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah model pembelajaran learning cycle 5E, sedangkan model pembelajaran dengan pendekatan behavioristik adalah model pembelajaran konvensional. Model pembelajaran yang berdasarkan teori konstruktivistik dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar melalui pengalaman nyata dan mengkontruksi sendiri pengetahuannya, sehingga hasil belajar IPA yang berupa penguasaan proses ilmiah, produk ilmiah dan sikap ilmiah dapat diperoleh siswa dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran learning cycle 5E dapat menciptakan pembelajaran yang 44

60 berpusat kepada siswa. Siswa lebih dapat berperan aktif dalam pembelajaran melalui tahap-tahap yang ada dalam model pembelajaran learning cycle 5E. Semakin bertambah peran dan keaktifan siswa dalam pembelajaran maka semakin banyak pengetahuan yang diperoleh yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai. Hal ini berbeda dengan model pembelajaran konvensional yang tidak melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Siswa berperan pasif sebagai penerima stimulus yang diberikan oleh guru. Maka hasil belajar IPA siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran learning cycle 5E lebih baik daripada hasil belajar IPA siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional. D. Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2009: 96). Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka pikir yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis awal yang diajukan adalah sebagai berikut: Hasil belajar IPA siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran learning cycle 5E lebih baik daripada hasil belajar IPA siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional di kelas IV SD Negeri Sendangadi 1, Mlati. 45

61 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperiment. Sugiyono (2012: 114) menjelaskan bahwa desain quasi eksperiment mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Desain quasi eksperiment yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pretest-Posttest Control Group Design. Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Posttest diberikan untuk mengetahui perbedaan nilai rata-rata kedua kelompok setelah adanya perlakuan. Kelompok eksperimen diberikan perlakuan pembelajaran IPA dengan model pembelajaran learning cycle 5E, sedangkan kelompok kontrol dengan model pembelajaran konvensional. Apabila digambarkan, desain penelitian Pretest-Posttest Control Group Desain menurut Sugiyono (2012: 112) adalah sebagai berikut. R O 1 X O 2 R O 3 O 4 Keterangan : R : kelompok eksperimen dan kelompok kontrol O 1 : hasil pretest kelompok eksperimen O 2 : hasil posttest kelompok eksperimen O 3 : hasil pretest kelompok kontrol 46

62 O 4 : hasil posttest kelompok kontrol X : treatment/perlakuan B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober - November tahun pelajaran 2015/2016 dengan jadwal yang disajikan pada tabel sebagai berikut : Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Pertemuan Eksperimen Kontrol Pretest Selasa, 27 0ktober 2015 Rabu, 28 Oktober 2015 Pertemuan 1 Senin, 02 November Rabu, 04 November Pertemuan 2 Selasa, 03 November Jum at, 06 November Pertemuan 3 Senin, 09 November Rabu, 11 November Pertemuan 4 Selasa, 10 November Jum at, 13 November 2015 Postest Selasa, 10 November Tempat 2015 Jum at, 13 November 2015 Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Sendangadi 1, Mlati, Sleman, Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan di kelas IV pada semester ganjil Tahun Ajaran 2015/2016. C. Variabel Penelitian Menurut Sugiyono (2012: 61) variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Di dalam penelitian ini terdapat dua variabel eksperimen yaitu 47

63 variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent). Variabel bebas adalah variabel penyebab yang mempengaruhi terjadinya perubahan. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat dua variabel yaitu: 1. Variabel bebas (independent) adalah model pembelajaran Learning Cycle 5E. 2. Variabel terikat (dependent) adalah hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Sendangadi 1 Mlati. D. Populasi Penelitian Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012: 117). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri Sendangadi 1 Mlati sebanyak 63 siswa yang terbagi dalam dua kelas. Kelas IV A berjumlah 31 siswa dan kelas IV B berjumlah 32. E. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Model Pembelajaran Learning Cycle 5E Model pembelajaran learning Cycle 5E merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan kontruktivistik. Model pembelajaran learning cycle 5E memberikan kesempatan kepada siswa 48

64 untuk membangun dan mengembangkan pengetahuannya sendiri. Model pembelajaran ini menyajikan rangkaian kegiatan yang dapat memberikan pengalaman yang nyata bagi siswa melalui beberapa tahapan. Tahap yang pertama adalah tahap engagement, hal yang harus dicapai pada tahap ini adalah minat dan rasa keingintahuan siswa terhadap topik yang dipelajari. Pada tahap kedua yaitu exploration, siswa diberi kesempatan untuk berdiskusi dalam kelompok, melakukan percobaan, mencatat pengamatan, dan menarik sebuah konsep. Pada tahap ini guru bersifat sebagai konsultan bagi siswa. Selanjutnya tahap yang ketiga yaitu explanation, dimana pada tahap ini siswa mengkomunikasikan konsep yang ditemukannya pada tahap exploration dengan menggunakan kalimatnya sendiri, Tahap keempat yaitu elaboration, pada tahap ini siswa menerapkan konsep yang sudah diperoleh ke dalam situasi yang baru. Tahap yang terakhir yaitu dan evaluation, pada tahap ini siswa mengevaluasi kemajuan pengetahuan masing-masing dan guru menilai perkembangan pengetahuan dan ketrampilan siswa. 2. Hasil Belajar IPA Hasil belajar IPA merupakan tingkat penguasaan yang dicapai siswa setelah mengikuti pembelajaran IPA yang mencakup pada penguasaan produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Hasil belajar dari segi produk ilmiah siswa dapat memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari, dari segi proses ilmiah siswa memiliki kemampuan untuk mengembangkan gagasan dan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan dari segi sikap ilmiah siswa dapat 49

65 menerapkan sikap-sikap ilmiah yang berupa ingin tahu, kritis, mawas diri, bertanggung jawab, mandiri, dan menumbuhkan rasa cinta terhadap alam sekitar dan pencipta-nya. Hasil belajar yang dikur dalam penelitian ini yaitu hasil belajar IPA dalam segi produk ilmiah, yaitu mencakup pemahaman dan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, prinsip, dan teori yang didapatkan selama penelitian berlangsung yang mencakup materi perubahan wujud benda. F. Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Tes adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapatkan jawaban dari siswa, baik dalam bentuk lisan, tulisan, maupun perbuatan (Nana Sudjana, 2013: 35). Tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa, baik sebelum maupun sesudah pelaksanaan pembelajaran. Tes hasil belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar ranah kognitif yang mencakup hasil belajar IPA pada penguasaan produk ilmiah. Penguasaan produk ilmiah atau produk sains mengacu pada perubahan siswa dalam pengetahuan dan pemahamannya yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, maupun teori yang diperoleh siswa setelah mengalami pembelajaran. Penguasaan produk sains tersebut diperoleh dengan menggunakan tes tertulis berbentuk pilihan ganda yang dapat mengukur pengetahuan dan pemahaman tentang fakta, konsep dan teori yang mencakup materi IPA selama penelitian berlangsung yaitu materi sifat dan perubahan wujud benda. 50

66 G. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti untuk mengumpulkan data (Suharsimi Arikunto, 2005: 134). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrumen tes untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan. Tes dilakukan untuk mendapatkan data hasil belajar IPA sebelum diberikan tindakan dan setelah diberikan tindakan. Tes berupa soal individu yang berbentuk pilihan ganda. Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 209) langkah-langkah dalam menyusun instrumen penelitian adalah sebagai berikut: a. Perencanaan, untuk tes hasil belajar meliputi penetapan Kompetensi Dasar, Standar Kompetensi, dan Indikator yang digunakan untuk menyusun instrumen. b. Penulisan butir soal. c. Penyuntingan, yaitu melengkapi instrumen dengan kunci jawaban. d. Uji coba, yaitu menguji cobakan instrumen baik dalam skala kecil maupun besar. e. Penganalisaan hasil, analisis item. Dilakukan dengan menguji validitas dan reliabilitas instrumen. f. Mengadakan revisi terhadap item-item yang dirasa kurang baik, berdasar pada data yang diperoleh sewaktu ujicoba. Berdasarkan pendapat di atas, sebelum menyusun soal tes terlebih dahulu menyusun kisi-kisi soal yang disesuaikan dengan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), dan indikator. Beberapa indikator tersebut 51

67 kemudian dikembangkan menjadi butir-butir soal yang akan diberikan sebelum dan sesudah penelitian. Tabel 3. Kisi-kisi instrumen soal tes hasil belajar Standar Kompetens i Kompetensi Dasar Indikator Menggolongkan Memahami Mengidentifi benda-benda yang beragam sifat dan perubahan wujud benda serta berbagai cara penggunaan benda berdasarkan sifatnya kasi wujud benda padat, cair, dan gas memiliki sifat tertentu 6.2 Mendeskripsi kan terjadinya perubahan wujud cair padat cair, cair gas cair, padat gas berwujud padat, cair, dan gas Mengidentifikasi sifat-sifat benda padat, cair dan gas Mengidentifikasi sifat-sifat air Menjelaskan bentuk permukaan air yang dituangkan ke dalam berbagai bentuk bejana yang tenang Menyebukan arah aliran air Membuktikan bahwa udara memiliki berat Menjelaskan bukti perubahan wujud dari cair ke padat (membeku) Menjelaskan bukti perubahan wujud dari padat ke cair (mencair) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan wujud benda Menyebutkan macam-macam perubahan wujud benda Butir Soal 1, 2, 3, 3 4, 5, 8 3 7, 10, 4 11, 15 6, , 13, , , , , , 20, 21, 22, 26, 29,30 JUMLAH SOAL 30 Jumlah Soal 7 52

68 H. Validitas dan Reliabilitas Penelitian 1. Uji Validitas Instrumen Validitas instrumen menunjukkan bahwa hasil dari suatu pengukuran menggambarkan segi atau aspek yang diukur (Nana Syaodih Sukmadinata, 2010: 228). Sugiyono (2012: 176) menyatakan bahwa validitas internal instrumen yang berupa test harus memenuhi validitas konstruk (construct validity) dan validitas isi (content validity). Untuk mendapatkan validitas konstruk (construct validity) maka instrumen dikonsultasikan kepada para ahli (expert judgements). Sugiyono (2012: 177) berpendapat bahwa setelah instrumen dikonstruksi tentang aspekaspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan para ahli. Dalam penelitian ini ahli yang dimaksud yaitu dosen ahli IPA jurusan PSD Universitas Negeri Yogyakarta yaitu Ikhlasul Ardi Nugroho, M.Pd, sehingga instrumen yang akan dipakai dapat terbukti valid. Setelah dikonsultasikan dengan ahli, maka selanjutnya instrumen diujicobakan untuk mendapatkan validitas isi (validitas content), uji coba instrumen dilaksanakan di SD Negeri Sinduadi 1. Dari 30 soal pilihan ganda yang diujikan, 26 soal dinyatakan valid dan 4 soal dinyatakan gugur. Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan rumus: Mp Mt St p q 53

69 Keterangan : = koefisien validitas yang dicari p q = rerata skor dari subjek yang menjawab betul pada item yang dicari validitasnya = rerata skor total = standar deviasi = proporsi siswa yang menjawab benar = proporsi siswa yang menjawab salah Tabel 4. Hasil Pengujian Validitas Instrumen No Soal ((MP-MT)/S)(V(P/Q)) VALIDITAS 1 0, TIDAK VALID 2 0, VALID 3 0, TIDAK VALID 4 0, TIDAK VALID 5 0, VALID 6 0, VALID 7 0, VALID 8 0, VALID 9 0, VALID 10 0, VALID 11 0, VALID 12 0, VALID 13 0, VALID 14 0, VALID 15 0, VALID 16 0, VALID 17 0, VALID 18 0, VALID 19 0, VALID 20 0, VALID 21 0, VALID 22 0, VALID 23 0, VALID 24 0, VALID 25 0, VALID 26 0, VALID 27 0, TIDAK VALID 28 0, VALID 29 0, VALID 30 0, VALID 54

70 2. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas dimaksudkan untuk menguji derajat keajegan. Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus KR 21 (Suharsimi Arikunto, 2005: 175), yaitu : r 11 = k M k M 1 2 k 1 KS Keterangan : r 11 k M = reliabilitas intrumen = jumlah butir soal = rerata skor seluruh butir pertanyaan S² = varians total Tolak ukur untuk menentukan derajat kehandalan menurut Suharsimi Arikunto (2005: 276) dibandingkan dengan pedoman di bawah ini: Tabel 5. Interpretasi Nilai r Besarnya nilai r Antara 0,800-1,00 Antara 0,600-0,800 Antara 0,400-0,600 Antara 0,200-0,400 Antara 0,00-0,200 Interpretasi Tinggi Cukup Agak Rendah Rendah Sangat Rendah Setelah dilakukan uji reliabilitas instrumen menggunakan rumus KR 21, hasil reliabilitas instrumen yaitu r 11 = 0,739. Nilai r 11 berada pada rentang 0,600-0,800, maka dapat disimpulkan bahwa reliabilitas instrumen tes termasuk dalam kategori cukup. 55

71 I. Teknik Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif dan uji t. Sebelum uji t dilakukan maka terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis. 1. Uji Prasyarat Analisis Uji prasyarat analisis yang digunakan dalam penelitian adalah uji normalitas dan uji homogenitas. Adapun langkah-langkah uji prasyarat analisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov. Rumus dari uji Kolmogorov Smirnov menurut Sugiyono (2012: 159) adalah sebagai berikut. KD = 1,36 Keterangan : KD : harga K-smirnov yang dicari : jumlah sampel yang diperoleh : jumlah sampel yang diharapkan Perhitungan tersebut menggunakan SPSS 16. Normal tidaknya sebaran data dapat dilihat pada nilai signifikansi. Data dikatakan normal apabila nilai signifikansi p>0,05. 56

72 b. Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui data yang diperoleh berasal dari sampel yang homogen. Uji homogenitas dilakukan dengan SPSS 16. Menurut Sugiyono (2010: 140), sampel penelitian dikatakan homogen apabila nilai signifikansi p > 0,05 pada uji homogenitas. F = 2. Uji t Setelah uji prasyarat analisis dilakukan, maka selanjutnya dilakukan analisis uji-t (Independent Sample T-tes) menggunakan SPSS 16. Uji t dilakukan terhadap hasil belajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Apabila perlakuan dengan model pembelajaran learning cycle 5E lebih efektif, maka setelah perlakuan akan ditemukan perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok. Perhitungan statistik t hitung menghasilkan nilai yang lebih besar atau sama dengan nilai t teoritik dalam tabel (t hitung t tabel ) untuk α = 0,05 maka H o ditolak dan H a diterima. H o ditolak maka terdapat perbedaan hasil belajar IPA siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. H o diterima maka tidak terdapat perbedaan hasil belajar IPA siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil hipotesis di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran learning cycle 5E lebih efektif daripada model pembelajaran konvensional apabila H o ditolak dan H a diterima. Rumus uji-t menurut Sugiyono (2012: 138) adalah sebagai berikut. 57

73 t = ( ) ( ) ( ) Keterangan : t : nilai t hitung X 1 : rata-rata kelompok kesatu X 2 S 1 2 S 2 2 : rata-rata kelompok kedua : varians kelompok kesatu : varians kelompok kedua n 1 : banyak subjek kelompok kesatu n 2 : banyak subjek kelompok kedua 58

74 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data Hasil Pretest Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Pretest dilakukan sebelum adanya perlakuan. Hasil pretest dapat dikatakan setara apabila tidak ada perbedaan nilai yang signifikan antara pretest kelompok kontrol dan pretest kelompok eksperimen. Apabila kedua kelompok memiliki hasil pretest yang setara, selanjutnya dapat diberi perlakuan. Adapun hasil pretest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah sebagai berikut: Tabel 6. Deskripsi Data Pretest Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol Deskripsi Kelompok Kelompok Kontrol Eksperimen Mean 53,12 53,85 Median 50,00 50,00 Standard Deviation 11,77 11,74 Maximum 76,90 76,90 Minimum 34,60 38,50 N Tabel di atas menunjukkan nilai rata-rata kelompok eksperimen sebelum diberi perlakuan adalah 53,12 dan nilai rata-rata kelompok kontrol 53,85. Kelompok eksperimen dengan standar deviasi 11,77, median 50,00, maximum 76,90 dan minimum 34,60. Sedangkan kelompok kontrol dengan standar deviasi 11,74, median 50,00, maximum 76,90 dan minimum 38,50. 59

75 2. Deskripsi Data Hasil Posttest Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Posttest dilakukan setelah adanya perlakuan. Hasil posttest digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh perlakuan yang telah dilakukan. Perlakuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah model pembelajaran learning cycle 5E. Model pembelajaran learning cycle 5E tersebut dapat dikatakan lebih efektif dari model pembelajaran konvensional apabila hasil posttest kelompok eksperimen lebih tinggi dari hasil posttest kelompok kontrol dan terdapat perbedaan yang signifikan. Adapun hasil posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah sebagai berikut: Tabel 7. Deskripsi Data Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Deskripsi Kelompok Kelompok Kontrol Eksperimen Mean 81,14 69,23 Median 82,70 69,20 Standard Deviation 9,55 10,61 Maximum 96,20 84,60 Minimum 61,50 50,00 N Tabel di atas menunjukkan nilai rata-rata hasil belajar IPA kelompok eksperimen setelah diberi perlakuan adalah 81,14 dan nilai ratarata kelompok kontrol 69,23. Kelompok eksperimen dengan standar deviasi 9,55, median 82,70, maximum 96,20 dan minimum 61,50. Sedangkan kelompok kontrol dengan standar deviasi 10,61, median 69,20, maximum 84,60 dan minimum 50,00. 60

76 B. Analisis Data 1. Analisis Data Pretest Pretest dilakukan untuk mengetahui hasil belajar awal kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sebelum diberi perlakuan. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar awal dari kedua kelompok dilakukan pengujian dengan uji t. Syarat dilakukannya uji t adalah data harus berdistribusi normal dan homogen, maka sebelum uji t dilakukan harus melalui uji normalitas dan uji homogenitas. a. Uji Normalitas Distribusi Data Pretest Penelitian ini menggunakan p-value untuk pengujian normalitas. Penerapan p-value pada K-S test adalah jika pengujian signifikan (p<α) artinya data signifikan berbeda dengan kurva normal sehingga data disebut data yang tidak normal distribusinya. Sebaliknya, jika hasil pengujian tidak signifikan (p>α) berarti perbedaan antara data dengan kurva normal tidak signifikan (tidak ada perbedaan antara data dengan kurva normal) yang menyiratkan data mengikuti distribusi normal. Hasil uji normalitas untuk nilai rata--rata awal pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel berikut. 61

77 Tabel 8. Hasil Uji Normalitas Data Pretest Hasil Belajar IPA Tests of Normality Hasil Belajar IPA Model Pembelajaran Pretest Eksperimen Pretest Kontrol a. Lilliefors Significance Correction Kolmogorov-Smirnov a *. This is a lower bound of the true significance. 1) Kelompok Eksperimen Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic Df Sig Perhitungan nilai hasil belajar pada pretest kelompok eksperimen, uji normalitas distribusi frekuensi diperoleh p- value=0,140 dengan menggunakan level of significance α=0,05 berarti pengujian tidak signifikan karena p-value=0,140>α=0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data pada kelompok eksperimen mengikuti distribusi normal. 2) Kelompok Kontrol Perhitungan nilai hasil belajar pada pretest kelompok kontrol, uji normalitas distribusi frekuensi diperoleh p-value=0,085 dengan menggunakan level of significance α=0,05 berarti pengujian tidak signifikan karena p-value=0,085>α=0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data pada kelompok kontrol mengikuti distribusi normal. b. Uji Homogenitas Data Pretest Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui populasi varians. Hal ini bertujuan untuk mengetahui data tersebut mempunyai varians 62

78 yang sama atau berbeda. Hasil perhitungan untuk pengujian homogenitas data pretest dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 9. Hasil Uji Homogenitas Data Pretest Hasil Belajar IPA Test of Homogeneity of Variances Hasil Belajar IPA Levene Statistic df1 df2 Sig Dari hasil pengujian homogenitas di atas diketahui signifikansi sebesar 0,938. Karena signifikansi lebih besar dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa data pretest hasil belajar IPA siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berasal dari populasi dengan varians yang sama (homogen). Dengan demikian dapat dilanjutkan dengan uji t. c. Uji t Data Pretest Hasil Belajar IPA Uji normalitas dan uji homogenitas yang telah dilakukan sebelumnya didapatkan bahwa data hasil pretest belajar IPA dari kedua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan berasal dari populasi dengan varians yang sama. Tahap berikutnya yaitu melakukan uji t untuk menguji hipotesis dan untuk melihat kedua kelompok memiliki nilai rata-rata pretest hasil belajar IPA yang sama atau berbeda, dengan menguji signifikansi perbedaan rata-rata. Adapun hasil dari perhitungan uji t dapat dilihat pada tabel berikut. 63

79 Tabel 10. Hasil Uji t Data Pretest Hasil Belajar IPA Group Statistics Hasil Belajar IPA Model Pembelajaran N Mean Pretest Eksperimen Pretest Kontrol Std. Deviation Std. Error Mean 32 53,12 11,77 2, ,85 11,74 2, Levene's Test for Equality of Variances t-tes for Equality of Means Independent Samples Tes Hasil Belajar IPA Equal variances assumed F.006 Sig..938 Equal variances not assumed T Df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference % Confidence Lower Interval of the Difference Upper Langkah dalam melakukan analisis data dengan Independent t test adalah sebagai berikut. 1) Menentukan hipotesis H o : Tidak ada perbedaan antara nilai rata-rata pretest hasil belajar IPA kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. H a : Ada perbedaan antara nilai rata-rata pretest hasil belajar IPA kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. 64

80 2) Menentukan t hitung dan t tabel Dari data di atas diketahui t hitung sebesar 0,245. Tabel distribusi t pada taraf signifikansi α=5%, 5%:2=2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df)=61. Dengan pengujian dua sisi (signifikansi=0,025) hasil t tabel sebesar ) Kriteria pengujian H o diterima jika t tabel<t hitung<t tabel H o ditolak jika t tabel<-t hitung atau t hitung>t tabel Berdasarkan probabilitas: H o diterima jika P value>0,025 H o diterima jika P value<0,025 Dengan demikian karena nilai t hitung< t tabel ( 0,245< ) dan P value>0,025 (0,807>0,025) maka H o diterima, artinya bahwa tidak ada perbedaan rata-rata pretest hasil belajar IPA antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada tabel Group Statistics terlihat rata-rata pretest untuk kelompok eksperimen adalah 53,12 dan untuk kelompok kontrol adalah 53,85. Artinya nilai rata-rata pretest hasil belajar IPA kelompok kontrol lebih tinggi daripada nilai rata-rata pretest hasil belajar IPA kelompok eksperimen. 2. Analisis Data Posttest Untuk mengetahui hasil belajar setelah adanya perlakuan dilakukan dengan menggunakan posttest. Hasil posttest dilakukan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang telah belajar dengan 65

81 menggunakan model pembelajaran learning cycle 5E dan hasil belajar IPA siswa yang telah belajar menggunakan model pembelajaran konvensional. Model pembelajaran learning cycle 5E tersebut dapat dikatakan lebih efektif dari model pembelajaran konvensional apabila hasil posttest kelompok eksperimen lebih tinggi dari hasil posttest kelompok kontrol dan terdapat perbedaan yang signifikan. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata posttest hasil belajar tersebut dilakukan dengan menggunakan uji t. Seperti halnya pengujian uji t sebelum perlakuan yaitu terlebih dahulu melakukan uji normalitas dan uji homogenitas. a. Uji Normalitas Distribusi Data Posttest Penelitian ini menggunakan p-value untuk pengujian normalitas. Penerapan p-value pada K-S test adalah jika pengujian signifikan (p<α) artinya data signifikan berbeda dengan kurva normal sehingga data disebut data yang tidak normal distribusinya. Sebaliknya, jika hasil pengujian tidak signifikan (p>α) berarti perbedaan antara data dengan kurva normal tidak signifikan (tidak ada perbedaan antara data dengan kurva normal) yang menyiratkan data mengikuti distribusi normal. Berikut adalah hasil uji normalitas untuk hasil rata-rata posttest siswa pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut. 66

82 Tabel 11. Hasil Uji Normalitas Data Posttest Hasil Belajar IPA Tests of Normality Hasil Belajar IPA Model Pembelajaran Posttest Eksperimen Posttest Kontrol a. Lilliefors Significance Correction Kolmogorov-Smirnov a *. This is a lower bound of the true significance. 1) Kelompok Eksperimen Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic Df Sig Perhitungan nilai rata-rata posttest hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen, uji normalitas distribusi frekuensi diperoleh p- value=0,102 dengan menggunakan level of significance α=0,05 berarti pengujian tidak signifikan karena p-value=0,102>α=0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data pada kelompok eksperimen mengikuti distribusi normal. 2) Kelompok Kontrol Perhitungan nilai rata-rata posttest hasil belajar IPA pada kelompok kontrol, uji normalitas distribusi frekuensi diperoleh p- value =0,200 dengan menggunakan level of significance α=0,05 berarti pengujian tidak signifikan karena p-value=0,200>α=0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data pada kelompok kontrol mengikuti distribusi normal. 67

83 b. Uji Homogenitas Data Posttest Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui data tersebut mempunyai varians yang sama atau berbeda. Hasil perhitungan untuk pengujian homogenitas data posttest dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 12. Hasil Uji Homogenitas Data Posttest Hasil Belajar IPA Test of Homogeneity of Variances Hasil Belajar IPA Levene Statistic df1 df2 Sig Dari hasil pengujian homogenitas di atas dapat diketahui signifikansi sebesar 0,408. Karena signifikansi lebih besar dari 0,05, maka dapat diasumsikan bahwa data posttest hasil belajar IPA siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berasal dari populasi dengan varians yang sama (homogen). Dengan demikian dapat dilanjutkan dengan uji t. c. Uji t Data Posttest Hasil Belajar IPA Berdasarkan uji normalitas dan uji homogenitas yang telah dilakukan, didapatkan bahwa data posttest hasil belajar IPA dari kedua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan berasal dari populasi dengan varians yang sama. Tahap selanjutnya yaitu melakukan uji t untuk melihat kedua kelompok memiliki rata-rata posttest hasil belajar yang sama atau berbeda dengan menguji signifikansi perbedaan rata-rata. Hasil dari perhitungan uji t dapat dilihat pada tabel di bawah ini. 68

84 Tabel 13. Hasil Uji t Data Posttest Hasil Belajar Siswa IPA Group Statistics Hasil Belajar IPA Model Pembelajaran N Mean Posttest Eksperimen Posttest Kontrol Std. Deviation Std. Error Mean Levene's Test for Equality of Variances t-tes for Equality of Means Independent Samples Tes Hasil Belajar IPA Equal variances assumed F.695 Sig..408 Equal variances not assumed T Df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference % Confidence Lower Interval of the Difference Upper Langkah dalam melakukan analisis data dengan Independent t test adalah sebagai berikut. 1) Menentukan hipotesis H o : Tidak ada perbedaan antara nilai rata-rata posttest hasil belajar IPA kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. H a : Ada perbedaan antara nilai rata-rata posttest hasil belajar IPA kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. 69

85 2) Menentukan t hitung dan t tabel Dari data di atas diketahui t hitung sebesar 4,687. Tabel distribusi t pada taraf signifikansi α=5%, 5%:2=2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df)=61. Dengan pengujian dua sisi (signifikansi=0,025) hasil t tabel sebesar ) Kriteria pengujian H o diterima jika t tabel<t hitung<t tabel H o ditolak jika t tabel<-t hitung atau t hitung>t tabel Berdasarkan probabilitas: H o diterima jika P value>0,025 H o diterima jika P value<0,025 Dengan demikian karena nilai t hitung>t tabel (4,687>1,99962) dan P value<0,025 (0,000<0,025) maka H o ditolak, artinya bahwa ada perbedaan nilai rata-rata posttest hasil belajar IPA siswa antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada tabel Group Statistics terlihat rata-rata posttest untuk kelompok eksperimen adalah 81,14 dan untuk kelompok kontrol adalah 69,23. Nilai t hitung positif, berarti rata-rata posttest kelompok eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata posttest kelompok kontrol dan sebaliknya jika t hitung negatif berarti rata-rata posttest kelompok eksperimen lebih rendah daripada kelompok kontrol. Perbedaan ratarata (mean difference) sebesar dan perbedaan berkisar antara dan (lihat pada tabel lower dan upper). Dengan 70

86 demikian dapat dikatakan bahwa ada perbedaan rata-rata posttest hasil belajar IPA siswa antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. C. Pembahasan Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran learning cycle 5E terhadap hasil belajar IPA siswa. Untuk mengetahui pengaruh dari model pembelajaran learning cycle 5E ini peneliti mengadakan penelitian di dua kelas yaitu kelas IVA dan IVB di SD N Sendangadi 1 Mlati. Salah satu dari kedua kelas ini yaitu IVB dijadikan sebagai kelompok eksperimen yang mendapat perlakuan pembelajaran dengan model pembelajaran learning cycle 5E, sedangkan kelas IVA dijadikan sebagai kelompok kontrol yang mendapatkan perlakuan dengan model pembelajaran konvensional. Sebagai kelompok kontrol kelas IVA dijadikan sebagai perbandingan hasil belajar untuk mengetahui model pembelajaran mana yang lebih efektif digunakan dalam pembelajaran IPA. Pelaksanaan penelitian pada setiap kelas adalah 6 kali pertemuan, pertemuan pertama untuk melakukan pretest, pertemuan kedua, ketiga, keempat, kelima untuk pelaksanaan pembelajaran, dan pertemuan keenam untuk melakukan posttest. Penelitian diawali dengan memberikan pretest baik untuk kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol untuk mengetahui hasil belajar awal dan diakhiri dengan memberikan posttest pada kedua kelompok untuk mengetahui hasil belajar setelah diberikan perlakuan. Pelaksanaaan pembelajaran di kelompok kontrol maupun di kelompok eksperimen dilakukan oleh satu guru agar kedua kelompok mendapatkan 71

87 pembelajaran dari guru yang sama. Instrumen soal hasil belajar IPA yang digunakan untuk pretest dan posttest sudah divalidasi dan dinyatakan layak dengan revisi. Instrumen juga terlebih dahulu diujicobakan dengan hasil 26 soal dinyatakan layak dan 4 soal dinyatakan gugur dengan reliabilitas soal sebesar 0,739 yang termasuk dalam kategori cukup. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t. Syarat untuk melakukan uji t adalah data harus mengikuti distribusi normal dan berasal dari populasi dengan varians yang sama (homogen). Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui data yang diperoleh berasal dari populasi penelitian yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan Kolmogorov-Sminov pada SPSS 16. Kriteria pengujian adalah jika pengujian signifikan (p<α) artinya data signifikan berbeda dengan kurva normal sehingga data disebut data yang tidak normal distribusinya. Sebaliknya, jika hasil pengujian tidak signifikan (p>α) berarti perbedaan antara data dengan kurva normal tidak signifikan (tidak ada perbedaan antara data dengan kurva normal) yang menyiratkan data mengikuti distribusi normal. Berdasarkan hasil pengujian normalitas yang dilakukan terhadap data hasil belajar IPA, diperoleh hasil uji normalitas data pretest pada kelompok eksperimen sebesar p-value=0,140 dan pada kelompok kontrol sebesar p- value=0,085 serta data posttest pada kelompok eksperimen sebesar p- value=0,102 dan kelompok kontrol sebesar p-value=0,200. Hasil perhitungan tersebut kemudian dibandingkan dengan menggunakan level of significance α=0,05. P-value pretest dan posttest kelompok eksperimen dan kelompok 72

88 kontrol >α=0,05 berarti pengujian tidak signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok tersebut berdistribusi normal. Uji homogenitas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan SPSS 16. Dari hasil perhitungan uji homogenitas yang telah dilakukan pada pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh signifikansi sebesar 0,938, sedangkan perhitungan homogenitas pada posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh signifikansi sebesar 0,408. Dari hasil tersebut dapat diketahui signifikansi lebih besar dari 0,05, maka dapat diketahui bahwa data pretest dan posttest hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berasal dari populasi dengan varians yang sama (homogen). Setelah data terbukti normal dan homogen, maka tahap selanjutnya adalah melakukan uji hipotesis. Uji hipotesis dilakukan dengan uji t (Independent t tes) dan menggunakan SPSS 16. Pengujian hipotesis dilakukan pada data pretest dan posttest dari kedua kelompok. Uji hipotesis pada pretest dilakukan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA sebelum diberi perlakuan, sedangkan uji hipotesis pada posttest dilakukan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA setelah adanya perlakuan dan untuk mengetahui pembelajaran yang lebih efektif antara model pembelajaran learning cycle 5E dan model pembelajaran konvensional. Dari perhitungan SPSS 16 data pretest diketahui t hitung sebesar 0,245. Tabel distribusi t pada taraf signifikansi α=5%, 5%:2=2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df)=61. Dengan pengujian dua sisi 73

89 (signifikansi=0,025) hasil t tabel sebesar 1, Berdasarkan data tersebut, karena nilai t hitung<tabel (-0,245<1,99962) dan P value>0,025 (0,807>0,025) maka H o diterima, artinya bahwa tidak ada perbedaan antara nilai rata-rata pretest hasil belajar IPA kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada tabel Group Statistics terlihat rata-rata pretest untuk kelompok eksperimen adalah 53,12 dan kelompok kontrol adalah 53,85, Nilai rata-rata pretest kelompok kontrol lebih tinggi daripada nilai rata-rata pretest kelompok eksperimen. Uji hipotesis dari data postest diketahui t hitung sebesar 4,687. Tabel distribusi t pada taraf signifikansi α=5%, 5%:2=2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df)=61. Dengan pengujian dua sisi (signifikansi = 0,025) hasil t tabel sebesar 1, Berdasarkan data tersebut, karena nilai t hitung>t tabel 4,687>1,99962) dan P value<0,025 (0,000<0,025) maka H o ditolak, artinya bahwa ada perbedaan nilai rata-rata posttest hasil belajar IPA antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada tabel Group Statistics terlihat rata-rata posttest untuk kelompok eksperimen adalah 81,14 dan kelompok kontrol adalah 69,23. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa nilai rata-rata posttest hasil belajar IPA kelompok eksperimen lebih tinggi daripada nilai rata-rata posttest hasil belajar IPA kelompok kontrol. Perbedaan rata-rata (mean difference) sebesar Apabila nilai t hitung positif, maka ratarata posttest kelompok eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata kelompok kontrol dan sebaliknya jika t hitung negatif maka rata-rata kelompok eksperimen lebih rendah daripada rata-rata kelompok kontrol. 74

90 Pada penelitian ini materi yang diajarkan pada kedua kelas adalah materi pada SK 6 yaitu tentang sifat dan perubahan wujud benda. Pembelajaran pada kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran learning cycle 5E diawali dengan tahap engagement yaitu dengan membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa tentang topik yang sedang di bahas. Siswa merespon beberapa pertanyaan dari guru dengan menunjukkan keterkaitan pengalamannya dengan topik yang dibahas. Setelah siswa menunjukkan rasa ingin tahunya pada topik yang dibahas kemudian siswa bekerjasama dalam kelompok kecil untuk menemukan sebuah konsep/pengetahuan. Pada tahap exploration ini kelompok dibagi secara heterogen baik berdasarkan kemampuan maupun jenis kelamin. Guru membagikan lembar kerja siswa (LKS) kepada setiap kelompok, selanjutnya siswa melakukan kegiatankegiatan sesuai dengan petunjuk yang ada di dalam LKS. Untuk menemukan konsep/pengetahuan tersebut siswa bekerjasama dalam kelompok melakukan percobaan dan pengamatan, yang kemudian hasil pengamatannya dicatat dalam LKS. Pada tahap ketiga yaitu tahap explanation, secara bergantian perwakilan siswa menyampaikan konsep/pengetahuan yang diperoleh dalam diskusi kelompok. Pada tahap ini siswa harus menguasai konsep yang diperoleh sehingga dapat menyampaikan dengan baik dan benar menggunakan kalimat siswa sendiri. Dalam mempresentasikan siswa juga menunjukkan bukti-bukti dari penjelasannya, sehingga siswa yang lain dapat lebih 75

91 memahami penjelasan yang disampaikan. Pada tahap ini guru memberikan klarifikasi penjelasan sekaligus menguatkan konsep yang diperoleh siswa. Pada kelompok eksperimen siswa juga diberikan kesempatan untuk menerapkan konsep yang sudah diperoleh ke dalam situasi yang baru atau berbeda. Tahap ini dilakukan siswa dengan menjawab soal yang sudah disediakan di dalam LKS. Dengan menerapkan konsep yang sudah diperoleh ke dalam situasi yang berbeda ini dapat menguatkan dan memperdalam konsep/pengetahuan yang sudah diperolehnya. Selanjutnya untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan yang sudah diperoleh siswa yaitu dengan melakukan evaluasi. Evaluasi dilaksanakan baik secara lisan maupun tertulis. Pembelajaran di kelompok kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional dilaksanakan dengan metode ceramah. Pengetahuan yang diperoleh siswa bersumber dari ceramah yang diberikan oleh guru. Siswa tidak membangun dan mengembangkan pengetahuannya sendiri karena tidak ada aktivitas percobaan yang dilakukan. Selama pembelajaran berlangsung siswa hanya mendengarkan materi yang dijelaskan oleh guru, mencatat materi, dan menjawab pertanyaan ketika guru melakukan tanya jawab. Berdasarkan penghitungan nilai rata-rata posttest hasil belajar IPA melalui uji statistik, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata posttest hasil belajar IPA kelompok eksperimen lebih tinggi dari nilai rata-rata posttest hasil belajar IPA kelompok kontrol. Hal ini disebabkan karena kelompok eksperimen menggunakan model pembelajaran learning cycle 5E sedangkan kelompok 76

92 kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional. Dilihat dari hasil tersebut maka dapat diketahui bahwa model pembelajaran learning cycle 5E lebih efektif daripada model pembelajaran konvensional dalam pembelajaran IPA di SD Negeri Sendangadi 1 Mlati. Model pembelajaran learning cycle 5E merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan kontruktivistik yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif menemukan dan membangun sendiri pengetahuannya melalui 5 tahap yaitu, engagement, exploration, explanation, elaboration, dan evaluation. Model pembelajaran learning cycle 5E dengan pendekatan kontruktivistik lebih efektif dari model pembelajaran konvensional yang berdasarkan teori behavioristik dikarenakan model pembelajaran yang berlandaskan teori belajar kontruktivistik lebih mementingkan proses daripada hasil belajar, sedangkan model pembelajaran yang berlandaskan teori belajar behavioristik lebih menekankan kepada hasil belajar yang diperoleh. Hal ini sesuai dengan pendapat Patta Bundu (2006: 18) yang menyatakan bahwa hasil belajar IPA mencakup penguasaan pada produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Model pembelajaran dengan pendekatan teori belajar konstruktivistik lebih efektif karena dapat menyajikan pembelajaran yang dapat mengembangkan penguasaan produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah dalam proses pembelajaran IPA. Hasil belajar IPA yang diukur dalam penelitian ini yaitu pada penguasaan produk ilmiah atau produk sains yang mengacu pada seberapa besar siswa mengalami perubahan dalam pengetahuan dan pemahamannya 77

93 tentang sains baik berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, maupun teori. Penguasaan produk ilmiah tersebut diukur menggunakan tes hasil belajar yang mencakup fakta, konsep, maupun teori yang diperoleh siswa pada materi perubahan wujud dan sifat-sifat benda. Model pembelajaran dengan pendekatan kontruktivistik yaitu model pembelajaran learning cycle 5E memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun dan mengkontruksi sendiri pengetahuannya melalui berbagai kegiatan melalui pengalaman nyata. Dalam pembelajaran ini siswa dapat memperoleh hasil belajar IPA yang lebih maksimal terkait pada penguasaan produk ilmiah yang mencakup pengetahuan dan pemahaman tentang konsep sains karena model pembelajaran ini mengutamakan kepada proses penemuan pengetahuan, bukan hasil belajar. Pengetahuan yang dibangun berdasarkan pengalaman sendiri juga akan memberikan pemahaman yang lebih mendalam, lebih dikuasai, dan lebih lama tersimpan dalam ingatan siswa. Selain itu semakin keaktifan siswa bertambah dalam proses pembelajaran maka semakin banyak pengetahuan yang diperoleh. Hal ini berbeda dengan model pembelajaran dengan pendekatan behavioristik yaitu pembelajaran konvensional dimana siswa hanya berperan sebagai pemberi respons dari stimulus yang diberikan oleh guru. Siswa tidak memiliki kesempatan untuk membangun dan mengembangkan sendiri pengetahuannya karena model pembelajaran konvensional cenderung ke arah pembelajaran berdasarkan guru. Pemahaman yang diperoleh dengan model pembelajaran konvensional pun akan menjadi pemahaman dalam 78

94 ingatan jangka pendek karena siswa tidak mengalami dan membangun sendiri pengetahuannya. Berdasarkan penjelasan di atas dan berdasarkan hasil nilai rata-rata postest kelompok eksperimen yang lebih tinggi dari nilai rata-rata postest kelompok kontrol, maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar IPA siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran learning cycle 5E lebih baik daripada hasil belajar IPA siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional di SD Negeri Sendangadi 1 Mlati. D. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian yang peneliti lakukan tentunya mempunyai keterbatasan, diantaranya yaitu: 1. Peneliti tidak melakukan pengendalian terhadap faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa baik pada kelompok kontrol maupun pada kelompok eksperimen. 2. Soal hasil belajar untuk pretest dan posttest sama sehingga terjadi kemungkinan siswa masih mengingat butir soal pada saat pretest. 3. Pelaksanaan tahap demi tahap dalam model pembelajaran learning cycle 5E membutuhkan waktu yang lama khususnya pada tahap exploration siswa terlalu berantusias melakukan percobaan sehingga kadang-kadang pelaksanaan pembelajaran melebihi alokasi waktu yang direncanakan. 4. Kondisi kelas yang sangat ramai ketika tahap exploration sehingga kadang-kadang peneliti harus membantu guru mengkondisikan siswa agar suasana belajar menjadi kondusif. 79

95 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan uji hipotesis, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran learning cycle 5E lebih baik daripada hasil belajar IPA siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional di kelas IV SD Negeri Sendangadi 1, Mlati. Hal ini dibuktikan dari hasil uji t dengan SPSS 16 diperoleh t hitung> t tabel yaitu 4,687>1,99962 dan nilai probabilitas signifikansi<0,05 yaitu 0,000. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang disimpulkan di atas, maka saran yang dapat disampaikan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Bagi Guru Sesuai dengan hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa hasil belajar IPA siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran learning cycle 5E lebih baik daripada hasil belajar IPA siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional, maka disarankan bagi guru untuk menggunakan model pembelajaran learning cycle 5E dalam proses pembelajaran IPA. Karena model pembelajaran learning cycle 5E dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar menemukan pengetahuannya sendiri, sehingga pengetahuan yang diperoleh siswa lebih mendalam dan bermakna. 80

96 2. Bagi Sekolah Bagi sekolah hendaknya sekolah menyediakan buku-buku tentang model-model pembelajaran khususnya tentang model pembelajaran learning cycle 5E agar dapat menambah wawasan dan keterampilan guru untuk menerapkan model pembelajaran tersebut, sehingga pembelajaran yang dilaksanakan lebih variatif. 3. Bagi Peneliti Bagi peneliti disarankan agar mengadakan penelitian untuk materi atau mata pelajaran berbeda dan kelas yang berbeda pula. 81

97 DAFTAR PUSTAKA Bybee, Rodger W. (2006). The BSCS 5E Instructional Model: Origins and Effectiveness. Diakses dari _Model-Full_Report.pdf. pada tanggal 10 April 2015, Jam WIB. C.Asri Budiningsih. (2003). Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: FIP UNY Depdiknas. (2008). Permendiknas No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Jakarta: Depdiknas. Depdikbud. (1994). Kurikulum Pendidikan Dasar: Garis-Garis Besar Program Pengajaran. Jakarta: Depdikbud. Dimyati dan Mudjiono. (1994). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Moedjiono dan Moh. Dimyati. (1992). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud Hendro Darmojo dan Deny Kaligis. (1993). Pendidikan IPA 2. Jakarta: Depdikbud. Made Wena. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara. Maslichah Asy ari. (2006). Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat. Yogyakarta: Depdikbud. Nana Sudjana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung Remaja Rosda Karya. Nana Syaodikh Sukmadinata. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Oemar Hamalik. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Patta Bundu. (2006). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains-SD. Jakarta: Depdiknas. Rita Eka Izzaty, dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press. Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Srini M. Iskandar. (1997). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Depdikbud. Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan.Yogyakarta: UNY PRESS. 82

98 Sugiyono. (2010). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.. (2012). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Usman Samatowa. (2006). Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas. 83

99 LAMPIRAN 84

100 Lampiran 1. Tabel Aktivitas Guru dan Siswa dalam Siklus Belajar BSCS 5E Fase Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Menarik perhatian siswa Membuat siswa merasa ingin tahu (menggunakan discrepant event) Menjadikan siswa bertanyatanya Mengungkapkan apa yang siswa ketahui atau pikirkan tentang konsep yang akan dipelajari Engagement Exploration Explanation Mendorong siswa untuk bekerja bersama-sama tanpa instruksi langsung (direct instruction) dari guru Mengamati dan mendengarkan para siswa yang sedang berinteraksi dengan siswa lainnya Memberikan pertanyaan yang mengandung penyelidikan untuk mengarahkan kembali siswa pada aktivitas penyelidikan jika diperlukan Berperan sebagai konsultan dalam siswa Mendorong para siswa untuk menjelaskan konsepkonsep dan definisi-definisi menggunakan kalimat mereka sendiri Meminta siswa menyajikan bukti-bukti dari gagasan mereka Jika diperlukan, guru mengklarifikasi definisidefinisi, penjelasanpenjelasan, dan istilahistilah ilmiah Menggunakan pengalaman siswa saat melakukan fase Menanyakan tentang benda atau fenomena, misalnya, mengapa hal itu bisa terjadi?, apa yang sudah aku ketahui tentang hal ini?, bagaimana aku mencari tahu tentang hal itu? Menunjukkan minat pada topik yang akan disampaikan Berpikir secara bebas dalam ruang lingkup aktivitas Menguji prediksi-prediksi dan hipotesis-hipotesis yang diajukan Merumuskan prediksi dan hipotesis baru Mencoba kemungkinankemungkinan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dan mendiskusikan dengan teman yang lain Merekam hasil pengamatan dan gagasan-gagasan yang muncul Mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan topik Menjelaskan jawabanjawaban-jawaban yang mungkin atau menjawab pertanyaan siswa lain Mendengarkan penjelasan siswa lain dengan kritis Mengajukan pertanyaan yang terkait dengan penjelasan siswa lain Mendengarkan dan mencoba untuk memahami penjelasan yang disampaikan oleh guru Menggunakan hasil pengamatan untuk menjelaskan 85

101 Elaboration Evaluation exploration sebagai dasar untuk menjelaskan konsep Menilai perkembangan pemahaman siswa Mengoreksi konsepsi yang salah Menciptakan tantangan bagi siswa untuk menerapkan dan mentransfer pengetahuan yang baru saja diperoleh Mengkonfirmasi pemahaman siswa dengan menanyakan Apa yang sudah kamu ketahui? dsb Mengamati siswa saat mereka menerapkan konsep dan keterampilan yang baru Menilai pengetahuan dan keterampilan siswa Mencari bukti-bukti yang menunjukkan bahwa pikiran dan perilaku mereka telah mengalami perubahan Menyediakan kesempatan bagi para siswa untuk menilai pembelajaran mereka sendiri dan keterampilan dalam kelompok mereka sendiri Mengaplikasikan istilahistilah baru, definisi-definisi, penjelasan-penjelasan,, dan keterampilan-keterampilan pada kondisi yang baru tetapi mirip Menarik simpulan berdasarkan bukti-bukti Mengecek pemahaman terhadap topik satu sama lain Menunjukkan pemahaman atau pengetahuan terhadap konsep atau keterampilan Mengevaluasi kemajuan dan pengetahuan masing-masing Mengajukan pertanyaan yang mendorong penyelidikan baru di masa datang 86

102 Lampiran 2. Instrumen Soal Tes Hasil Belajar 1. Bensin termasuk benda. a. padat c. ringan b. cair d. gas 2. Benda yang mengisi balon saat balon ditiup adalah benda. a. angin c. gas b. padat d. cair 3. Benda- benda dibawah ini termasuk benda padat, yaitu. a. minyak, buku, penghapus b. kayu, kaca, minyak c. air, kayu, pensil d. batu, kapas, kertas 4. Benda yang bentuknya selalu tetap adalah... a. benda gas c. benda cair b. benda padat d. benda ringan 5. Benda cair mempunyai sifat. a. bentuk tidak tetap, tetapi volume tetap b. bentuk dan volume yang tidak tetap c. bentuk tetap, tetapi volume tidak tetap d. bentuk dan volume tetap 6. Benda cair yang tenang permukaannya selalu. a. datar c. tegak b. bergelombang d. miring 7. Air yang dituangkan bentuknya akan berubah sesuai dengan. a. volumenya c. tekanannya b. isinya d. wadahnya 8. Benda gas dan benda cair memiliki bentuk yang. a. berubah-ubah c. tegak b. tetap d. datar 9. Gambar di bawah ini menunjukkan bahwa udara memiliki. a. tinggi c. berat b. air d. isi 87

103 10. Peristiwa meresapnya benda cair melalui celah-celah kecil disebut. a. pengembunan c. kapilaritas b. tenggelam d. penguapan 11. Kompor di bawah ini dapat menyala karena minyak tanah. a. mengalir ke bawah b. meresap melalui sumbu c. mengalir ke atas d. melarutkan benda-benda tertentu 12. Percobaan pada gambar di bawah ini membuktikan bahwa. a. air menempati wadahnya b. air memiliki berat c. permukaan air selalu datar d. air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah 13. Jika kaleng pada gambar di bawah diisi dengan air, maka pancaran air yang paling jauh adalah dari lubang. a. A b. B c. C d. D 14. Bentuk permukaan air yang tenang dimanfaatkan untuk membuat suatu alat yang digunakan untuk mengukur kedataran ubin. Alat ini disebut. a. waterpass b. barometer c. amperemeter d. manometer 15. Benda yang tidak larut dalam air adalah. a. sirup c. susu 88

104 b. garam d. pasir 16. Berikut ini adalah arah aliran air yang benar. a. dataran tinggi ke dataran rendah b. dataran rendah ke dataran tinggi c. hilir ke hulu d. laut ke sungai 17. Berikut ini adalah contoh perubahan wujud mencair, kecuali. a. besi yang dipanaskan b. coklat yang dipanaskan c. kertas yang dibakar d. plastik yang dipanaskan 18. Menyublim adalah perubahan wujud benda. a. gas padat c. cair gas b. padat gas d. gas cair 19. Lilin yang meleleh ketika dibakar, lama-lama akan menjadi padat. Perubahan wujud ini disebut. a. membeku c. menguap b. mengembun d. mencair 20. Kamar mandi menjadi harum karena adanya kamper, perubahan wujud yang terjadi pada kamper disebut. a. menyublim c. membeku b. mencair d. menguap 21. Saat meminum es di dalam gelas, kita melihat ada air yang berada di dinding luar gelas. Hal ini terjadi karena adanya perubahan wujud yang disebut. a. membeku c. mencair b. menguap d. mengembun 22. Proses perubahan wujud gas menjadi padat disebut. a. menguap c. mengembun b. menghablur d. membeku 23. Saat makan es krim di siang hari, es krim akan mudah meleleh. Perubahan wujud yang terjadi pada es krim adalah. a. cair padat c. padat cair b. gas cair d. cair padat 24. Air mendidih yang dimasak terus menerus, lama kelamaan akan habis dan menguap. Hal ini terjadi karena adanya. a. pendinginan b. pemanasan c. pembekuan d. pengembunan 89

105 25. Agar-agar yang sudah dimasak apabila disimpan dalam kulkas akan menjadi padat. Perubahan wujud ini disebut. a. menyublim c. mencair b. mengembun d. membeku 26. Berikut ini adalah contoh perubahan wujud dari cair ke gas (menguap), kecuali. a. pakaian yang dijemur b. minyak wangi c. air mendidih d. kapur barus 27. Tabung gas yang sudah habis akan terasa lebih ringan apabila diangkat, hal ini membuktikan bahwa udara memiliki. a. tinggi c. air b. berat d. isi 28. Mentega yang digoreng di atas kompor akan mencair. Perubahan wujud ini terjadi karena adanya. a. pemanasan c. penguapan b. pendinginan d. pembusukan 29. Berikut ini yang merupakan peristiwa perubahan wujud benda yang dapat bolak-balik adalah. a. mangga yang membusuk b. beras yang dimasak c. pengecoran logam d. kertas yang dibakar 30. Berikut ini merupakan peristiwa perubahan benda yang tidak dapat bolakbalik adalah. a. beras yang dimasak b. pengecoran logam c. air yang dibekukan d. plastisin yang dibentuk mainan 90

106 Lampiran 3. Instrumen Soal Tes Hasil Belajar Setelah Uji Coba 1. Benda yang mengisi balon saat balon ditiup adalah benda. a. angin c. gas b. padat d. cair 2. Benda cair mempunyai sifat. a. bentuk tidak tetap, tetapi volume tetap b. bentuk dan volume yang tidak tetap c. bentuk tetap, tetapi volume tidak tetap d. bentuk dan volume tetap 3. Benda cair yang tenang permukaannya selalu. a. datar c. tegak b. bergelombang d. miring 4. Air yang dituangkan bentuknya akan berubah sesuai dengan. a. volumenya c. tekanannya b. isinya d. wadahnya 5. Benda gas dan benda cair memiliki bentuk yang. a. berubah-ubah c. tegak b. tetap d. datar 6. Gambar di bawah ini menunjukkan bahwa udara memiliki. a. tinggi c. berat b. air d. isi 7. Peristiwa meresapnya benda cair melalui celah-celah kecil disebut. a. pengembunan c. kapilaritas b. tenggelam d. penguapan 8. Kompor di bawah ini dapat menyala karena minyak tanah. 91

107 a. mengalir ke bawah b. meresap melalui sumbu c. mengalir ke atas d. melarutkan benda-benda tertentu 9. Percobaan pada gambar di bawah ini membuktikan bahwa. a. air menempati wadahnya b. air memiliki berat c. permukaan air selalu datar d. air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah 10. Jika kaleng pada gambar di bawah diisi dengan air, maka pancaran air yang paling jauh adalah dari lubang. a. A b. B c. C d. D 11. Bentuk permukaan air yang tenang dimanfaatkan untuk membuat suatu alat yang digunakan untuk mengukur kedataran ubin. Alat ini disebut. a. waterpass b. barometer c. amperemeter d. manometer 12. Benda yang tidak larut dalam air adalah. a. sirup c. susu b. garam d. pasir 13. Berikut ini adalah arah aliran air yang benar. a. dataran tinggi ke dataran rendah b. dataran rendah ke dataran tinggi c. hilir ke hulu d. laut ke sungai 14. Berikut ini adalah contoh perubahan wujud mencair, kecuali. a. besi yang dipanaskan b. coklat yang dipanaskan c. kertas yang dibakar 92

108 d. plastik yang dipanaskan 15. Menyublim adalah perubahan wujud benda. a. gas padat c. cair gas b. padat gas d. gas cair 16. Lilin yang meleleh ketika dibakar, lama-lama akan menjadi padat. Perubahan wujud ini disebut. a. membeku c. menguap b. mengembun d. mencair 17. Kamar mandi menjadi harum karena adanya kamper, perubahan yang terjadi pada kamper disebut. a. menyublim c. membeku b. mencair d. menguap 18. Saat meminum es di dalam gelas, kita melihat ada air yang berada di dinding luar gelas. Hal ini terjadi karena adanya perubahan wujud yang disebut. a. membeku c. mencair b. menguap d. mengembun 19. Proses perubahan wujud gas menjadi padat disebut. a. menguap c. mengembun b. menghablur d. membeku 20. Saat makan es krim di siang hari, es krim akan mudah meleleh. Perubahan wujud yang terjadi pada es krim adalah. a. cair padat c. padat cair b. gas cair d. cair padat 21. Air mendidih yang dimasak terus menerus, lama kelamaan akan habis dan menguap. Hal ini terjadi karena adanya. a. pendinginan b. pemanasan c. pembekuan d. pengembunan 22. Agar-agar yang sudah dimasak apabila disimpan dalam kulkas akan menjadi padat. Perubahan wujud ini disebut. a. menyublim c. mencair b. mengembun d. membeku 23. Berikut ini adalah contoh perubahan wujud dari cair ke gas (menguap), kecuali. a. pakaian yang dijemur b. minyak wangi c. air mendidih d. kapur barus 93

109 24. Mentega yang digoreng di atas kompor akan mencair. Perubahan wujud ini terjadi karena adanya. a. pemanasan c. penguapan b. pendinginan d. pembusukan 25. Berikut ini yang merupakan peristiwa perubahan wujud benda yang dapat bolak-balik adalah. a. mangga yang membusuk b. beras yang dimasak c. pengecoran logam d. kertas yang dibakar 26. Berikut ini merupakan peristiwa perubahan benda yang tidak dapat bolakbalik adalah. a. beras yang dimasak b. pengecoran logam c. air yang dibekukan d. plastisin yang dibentuk mainan 94

110 Lampiran 4. Kunci Jawaban Soal Tes Hasil Belajar 1. C 11. A 21. B 2. A 12. D 22. D 3. A 13. A 23. D 4. D 14. C 24. A 5. A 15. B 25. C 6. C 16. A 26. A 7. C 17. A 8. B 18. D 9. D 19. B 10. D 20. C 95

111 Lampiran 5. Daftar Nilai Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol No Nama Siswa Pretest Posttest 1 IEPJ 53,8 53,8 2 LS 50 69,2 3 MNHA 57,7 76,9 4 SRA 46,2 65,4 5 AB 50 73,1 6 AJS 53,8 76,9 7 CAN 69,2 80,8 8 FRD 50 53,8 9 FYD 61,5 80,8 10 GRN 46,2 69,2 11 HSY 46,2 65,4 12 KRA 42,3 57,7 13 MFH 38,5 53,8 14 MRA 57,7 73,1 15 NLA 73,1 80,8 16 NPRW 38,5 61,5 17 RRS 42,3 57,7 18 R 46,2 57,7 19 SRA 50 69,2 20 SWD 38, SGP 76,9 84,6 22 SK 57,7 73,1 23 TCNA 65,4 76,9 24 ZN 46,2 57,7 25 APA 69,2 80,8 26 SRR 73,1 84,6 27 SGRW 76,9 84,6 28 SBBS 42,3 61,5 29 NNA 50 69,2 30 NZ 42,3 65,4 31 YHB 57,7 80,8 Mean 53,85 69,23 Maximum 76,90 84,60 Minimum 38,50 50,00 Median 50,00 69,20 Varians 125,69 97,72 Standar Deviasi 11,74 10,61 96

112 Lampiran 6. Daftar Nilai Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen No Nama Siswa Pretest Posttest 1 ON 42,3 88,5 2 IA 38,5 61,5 3 ABP 73,1 96,2 4 ADC 50 80,8 5 A 46,2 76,9 6 DCST 53,8 88,5 7 NWS 38,5 76,9 8 SDP 42,3 73,1 9 TRD 50 84,6 10 APN 38,5 84,6 11 ADF 50 92,3 12 F 65,4 88,5 13 ASZ 53,8 80,8 14 AW 50 73,1 15 APOS 65,4 84,6 16 AMAP 76,9 88,5 17 CH 46,2 73,1 18 DMR 61,5 84,6 19 DS 69,2 84,6 20 DAN 53,8 80,8 21 GR 42,3 65,4 22 IN 46,2 65,4 23 LPP 61,5 92,3 24 LNA 38,5 80,8 25 JM 42,3 69,2 26 MZ 61,5 96,2 27 NO 34,6 65,4 28 RAW 65,4 92,3 29 RN 53,8 76,9 30 YLV 73,1 92,3 31 AF 65,4 84,6 32 MR 50 73,1 Mean 53,12 81,14 Maximum 76,90 96,20 Minimum 34,60 61,50 Median 50,00 82,70 Varians 134,28 88,28 Standar Deviasi 11,77 10,61 97

113 Lampiran 7. RPP Kelas Eksperimen Lampiran 7a.RPP Kelas Eksperimen Pertemuan 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Nama Sekolah : SD N Sendangadi 1 Kelas/ Semester Mata Pelajaran : IV / I (satu) : IPA Pertemuan ke : 1 (satu) Hari / Tanggal : 2015 Alokasi waktu : 2 x 35 menit A. Standar Kompetensi 6. Memahami beragam sifat dan perubahan wujud benda serta berbagai cara penggunaan benda berdasarkan sifatnya B. Kompetensi Dasar 6.1 Mengidentifikasi wujud benda padat, cair, dan gas memiliki sifat tertentu C. Indikator Menggolongkan benda yang berwujud padat, cair, dan gas Mengidentifikasi sifat-sifat benda padat,cair dan gas melalui percobaan Membuktikan bahwa udara memiliki berat D. Tujuan 1. Tujuan kognitif 98

114 a. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat menggolongkan benda yang berwujud padat, cair, dan gas dengan tepat. b. Melalui diskusi kelompok dan melakukan percobaan, siswa dapat mengidentifikasi sifat-sifat benda padat, cair dan dengan tepat. c. Melalui diskusi kelompok dan melakukan percobaan, siswa dapat membuktikan bahwa udara memiliki berat 2. Tujuan afektif a. Dengan model pembelajaran learning cycle 5E, siswa dapat belajar secara mandiri b. Melalui diskusi kelompok dan percobaan, siswa dapat menyumbangkan ide dalam berdiskusi c. Melalui diskusi kelompok dan percobaan siswa dapat bekerjasama dengan baik. 3. Tujuan Psikomotor Melalui diskusi kelompok, siswa dapat mendemostrasikan hasil diskusinya dengan baik. E. Materi 1. Benda-benda berwujud padat, cair, dan gas 2. Sifat-sifat benda padat, cair, dan gas 3. Udara memiliki berat F. Pendekatan, Model, dan Metode Pembelajaran 1. Pendekatan : Pembelajaran Kontruktivistik 2. Model : Learning Cycle 5E 99

115 3. Metode : Diskusi, Tanya Jawab, Percobaan, dan Demonstrasi. G. Kegiatan Pembelajaran No Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Alokasi Waktu I Kegiatan Awal Tahap Engagement Guru membuka pelajaran Siswa menjawab salam dan menit dengan salam dan berdoa berdoa 2 Guru menyiapkan Siswa menyiapkan perlengkapan pembelajaran perlengkapan pembelajaran yang akan digunakan yang akan digunakan 3 Guru memberikan yel-yel untuk memotivasi siswa dengan bertanya apa kabar anak-anak? Siswa menjawab pertanyaan guru dengan Alhamdulillah berubah berprestasi 4 Guru memberikan apersepsi dengan mengajak siswa menyanyikan lagu Tik Tik Bunyi Hujan 5 Guru mengajukan pertanyaan tentang benda-benda yang termasuk benda padat, cair, dan gas dari lagu Tik Tik Bunyi Hujan 6 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan 7 Guru mendorong siswa untuk menyebutkan benda benda yang ada di dalam kelas beserta jenis wujudnya Siswa menyanyikan lagu Tik Tik Bunyi Hujan Siswa menjawab pertanyaan dari guru Siswa menyimak tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru Siswa menyebutkan benda dan wujudnya secara bergantian II Kegiatan Inti 45 Tahap Exploration menit 8 Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 5-6 siswa Siswa berkelompok dengan siswa lainnya dengan anggota masing kelompok 5-6 siswa 9 Guru membagikan lembar kegiatan dan meminta siswa untuk berdiskusi melakukan kegiatan yang ada dalam LKS 1 untuk menemukan sifat-sifat benda padat, cair, dan gas Siswa menerima lembar kegiatan dan berdiskusi dalam kelompok untuk melakukan kegiatan yang terencana dalam LKS 1 untuk menemukan sifat-sifat benda padat, cair, dan gas 100

116 10 Guru meminta siswa untuk melakukan kegiatan yang terencana dalam LKS 1 untuk menemukan sifat-sifat benda padat, cair, dan gas 11 Guru sebagai fasilitator dengan memberi arahan terhadap siswa yang mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan percobaan pada LKS 1 Tahap Explanation 12 Guru meminta setiap kelompok melakukan diskusi hasil kegiatan yang telah dilakukan tentang sifat-sifatsifat benda padat, cair, dan gas 13 Guru mempersilahkan siswa (perwakilan kelompok) untuk mempresentasikan hasil dari kegiatan yang telah dilakukan di depan kelas 14 Guru mempersilahkan siswa untuk menunjukkan bukti-bukti dan klarifikasi dari penjelasan mereka mengenai hasil percobaan untuk menemukan sifat-sifat benda padat, cai, dan gas 15 Guru memberikan kesempatan kepada siswa dari kelompok lain untuk memberikan tanggapan mengenai hasil diskusi yang telah dipresentasikan 16 Guru memberikan penjelasan apabila diperlukan untuk menguatkan konsep yang diperoleh siswa dan mempersilahkan siswa untuk bertanya apabila ada yang kurang paham Tahap Elaboration 17 Guru meminta siswa berdiskusi untuk menjawab pertanyaan yang ada di LKS 1 yang berkaitan dengan wujud Siswa melakukan kegiatan yang terencana dalam LKS 1 untuk menemukan sifat-sifat benda padat, cair, dan gas Siswa mendengarkan arahan guru dan bertanya apabila ada kesulitan dalam melakukan kegiatan percobaaan pada LKS 1 Siswa melakukan diskusi dalam kelompok tentang hasil kegiatan yang telah dilakukan tentang sifat-sifat-sifat benda padat, cair, dan gas Siswa (perwakilan kelompok) mempresentasikan hasil dari kegiatan yang telah dilakukan di depan kelas Siswa menunjukkan buktibukti dan klarifikasi dari penjelasan mereka mengenai hasil percobaan untuk menemukan sifat-sifat benda padat, cai, dan gas Siswa dari kelompok lain memberikan tanggapan tentang hasil diskusi yang telah dipresentasikan Siswa bertanya pada guru apabila ada yang kurang dipahami Siswa secara berkelompok mendiskusikan jawaban pertanyaan pada LKS 1 yang berkaitan dengan wujud 101

117 benda padat, cair dan gas beserta sifat-sifatnya. 18 Guru mempersilahkan siswa (perwakilan kelompok) untuk membacakan hasil jawaban dari kelompok mereka 19 Guru mempersilahkan siswa dari kelompok lain memberikan tanggapan tentang jawaban yang telah diutarakan 20 Guru mengkonfirmasi pemahaman siswa benda padat, cair dan gas beserta sifat-sifatnya. Siswa (perwakilan kelompok) membacakan hasil jawaban dari kelompoknya Siswa dari kelompok lain memberikan tanggapan tentang jawaban yang telah diutarakan Siswa bertanya kepada guru apabila ada yang belum dipahami III Kegiatan Penutup 15 Tahap Evaluation 21 Guru memberikan soal individu 22 Guru membimbing siswa membahas soal yang telah dikerjakan 23 Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan 24 Guru membimbing siswa untuk menilai pembelajaran mereka sendiri dan keterampilan dalam kelompok mereka sendiri 25 Guru menyampaikan informasi tentang materi yang akan disampaikan pada pertemuan berikutnya 26 Guru menutup pembelajaran dengan salam H. Sumber dan Media Pembelajaran 1. Alat Pembelajaran a. Lembar Kerja Siswa 1 (LKS 1) Siswa mengerjakan soal individu Siswa dengan bimbingan guru membahas soal yang telah dikerjakan Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan Siswa mengevaluasi kemajuan dan pengetahuan masing-masing Siswa mendengarkan dan mencatat materi yang akan disampaikan pada pertemuan berikutnya Siswa menjawab salam dari guru menit b. Air, penggaris, karet gelang, plastisin, botol, gelas, kantong plastik, balon. 102

118 2. Sumber Belajar a. Buku Ilmu Pengetahuan Alam Kelas IV SD Penerbit: Quadra. b. Buku Ilmu Pengetahuan Alam IV SD Penerbit: Yudhistira c. Buku Ilmu Pengetahuan Alam kelas IV SD. Penerbit: BSE d. Silabus KTSP kelas IV SD. I. Penilaian Penilaian kognitif a. teknik penilaian : tes b. jenis tes : tertulis c. bentuk tes : uraian d. alat tes : soal individu (terlampir) Nilai Akhir = x 10 J. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Kriteria ketentuan minimal adalah sebesar

119 Lampiran 7b. RPP Kelas Eksperimen Pertemuan 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Nama Sekolah : SD N Sendangadi 1 Kelas/ Semester Mata Pelajaran : IV / I (satu) : IPA Pertemuan ke : 2 (dua) Hari / Tanggal : 2015 Alokasi waktu : 2 x 35 menit A. Standar Kompetensi 6. Memahami beragam sifat dan perubahan wujud benda serta berbagai cara penggunaan benda berdasarkan sifatnya B. Kompetensi Dasar 6.1 Mengidentifikasi wujud benda padat, cair, dan gas memiliki sifat tertentu C. Indikator Mengidentifikasi sifat-sifat air Menjelaskan bentuk permukaan air yang dituangkan ke dalam berbagai bentuk bejana yang tenang Menyebutkan arah aliran air D. Tujuan 1. Tujuan kognitif 104

120 a. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat mengidentifikasi sifat-sifat air dengan tepat b. Melalui diskusi kelompok dan melakukan percobaan, siswa dapat menjelaskan bentuk permukaan air yang dituangkan ke dalam berbagai bejana dengan tepat c. Melalui diskusi kelompok dan melakukan percobaan siswa dapat menyebutkan arah aliran air dengan tepat 2. Tujuan afektif a. Dengan model pembelajaran learning cycle 5E, siswa dapat belajar secara mandiri b. Melalui diskusi kelompok dan percobaan, siswa dapat menyumbangkan ide dalam berdiskusi c. Melalui diskusi kelompok dan percobaan siswa dapat bekerjasama dengan baik. 3. Tujuan Psikomotor Melalui diskusi kelompok, siswa dapat mendemonstrasikan hasil diskusinya dengan baik. E. Materi Sifat-sifat benda cair F. Pendekatan, Model, dan Metode Pembelajaran 1. Pendekatan : Pembelajaran Kontruktivistik 2. Model : Learning Cycle 5E 3. Metode : Diskusi,Tanya Jawab, Percobaan, dan Demonstrasi. 105

121 G. Kegiatan Pembelajaran No Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Alokasi Waktu I Kegiatan Awal Tahap Engagement Guru membuka pelajaran Siswa menjawab salam dan menit dengan salam dan berdoa berdoa 2 Guru menyiapkan perlengkapan Siswa menyiapkan pembelajaran yang akan digunakan perlengkapan pembelajaran yang akan digunakan 3 Guru memberikan yel-yel untuk memotivasi siswa dengan bertanya apa kabar anakanak? Siswa menjawab pertanyaan guru dengan Alhamdulillah berubah berprestasi 4 Guru memberikan apersepsi dengan bertanya jawab dengan siswa tentang peralatan yang digunakan untuk mandi (air) 5 Guru mendorong siswa untuk menyebutkan sumber-sumber air, dan aliran air yang ada dalam kehidupan sehari-hari Siswa menjawab pertanyaan dari guru Siswa menjawab pertanyaan dari guru 6 Guru menyampaikan tujuan Siswa menyimak tujuan pembelajaran yang akan pembelajaran yang dilaksanakan disampaikan oleh guru II Kegiatan Inti 45 Tahap Exploration menit 7 Guru membagi siswa menjadi Siswa berkelompok dengan beberapa kelompok yang terdiri siswa lainnya dengan dari 5-6 siswa anggota masing kelompok 8 Guru membagikan lembar kegiatan dan meminta siswa untuk berdiskusi melakukan kegiatan yang ada dalam LKS 2 untuk menemukan sifat-sifat air 9 Guru meminta siswa untuk melakukan kegiatan yang terencana dalam LKS 2 untuk menemukan sifat-sifat air 10 Guru sebagai fasilitator dengan memberi arahan terhadap siswa 4-5 siswa Siswa menerima lembar kegiatan dan berdiskusi dalam kelompok untuk melakukan kegiatan yang terencana dalam LKS 2 untuk menemukan sifat-sifat air Siswa melakukan kegiatan yang terencana dalam LKS 2 untuk menemukan sifatsifat air Siswa mendengarkan arahan guru dan bertanya apabila 106

122 yang mengalami kesulitan dalam melakukan percobaan pada LKS 2 Tahap Explanation 11 Guru meminta setiap kelompok melakukan diskusi hasil kegiatan yang telah dilakukan tentang sifat-sifat air 12 Guru mempersilahkan siswa (perwakilan kelompok) untuk mempresentasikan hasil dari kegiatan yang telah dilakukan di depan kelas 13 Guru mempersilahkan siswa untuk menunjukkan bukti-bukti dan klarifikasi dari penjelasan mereka mengenai hasil percobaan untuk menemukan sifat-sifat air 14 Guru memberikan kesempatan kepada siswa dari kelompok lain untuk memberikan tanggapan mengenai hasil diskusi yang telah dipresentasikan 15 Guru memberikan penjelasan apabila diperlukan dan mempersilahkan siswa untuk bertanya apabila ada yang kurang paham Tahap Elaboration 16 Guru meminta siswa berdiskusi untuk menjawab pertanyaan yang ada di LKS 2 mengenai sifat-sifat air 17 Guru mempersilahkan siswa (perwakilan kelompok) untuk membacakan hasil jawaban dari kelompok mereka 18 Guru mempersilahkan siswa dari kelompok lain memberikan tanggapan tentang jawaban yang telah diutarakan 19 Guru mengkonfirmasi pemahaman siswa ada kesulitan dalam melakukan percobaan yang ada pada LKS 2 Siswa melakukan diskusi dalam kelompok tentang hasil kegiatan yang telah dilakukan tentang sifat-sifat air Siswa (perwakilan kelompok) mempresentasikan hasil dari kegiatan yang telah dilakukan di depan kelas Siswa menunjukkan buktibukti dan klarifikasi dari penjelasan mereka mengenai hasil percobaan untuk menemukan sifat-sifat air Siswa dari kelompok lain memberikan tanggapan tentang hasil diskusi yang telah dipresentasikan Siswa bertanya pada guru apabila ada yang kurang dipahami Siswa secara berkelompok mendiskusikan jawaban pertanyaan pada LKS 2 mengenai sifat-sifat air Siswa (perwakilan kelompok) membacakan hasil jawaban dari kelompoknya Siswa dari kelompok lain memberikan tanggapan tentang jawaban yang telah diutarakan Siswa bertanya kepada guru apabila ada yang belum dipahami 107

123 III Kegiatan Penutup 15 Tahap Evaluation menit 20 Guru memberikan soal individu Siswa mengerjakan soal individu 21 Guru membimbing siswa membahas soal yang telah dikerjakan Siswa dengan bimbingan guru membahas soal yang telah dikerjakan 22 Guru membimbing siswa untuk Siswa dengan bimbingan menyimpulkan pembelajaran guru menyimpulkan yang telah dilakukan pembelajaran yang telah 23 Guru membimbing siswa untuk menilai pembelajaran mereka sendiri dan keterampilan dalam kelompok mereka sendiri 24 Guru menyampaikan informasi tentang materi yang akan disampaikan pada pertemuan berikutnya 25 Guru menutup pembelajaran dengan salam H. Sumber dan Media Pembelajaran 1. Alat Pembelajaran a. Lembar Kerja Siswa 2 (LKS 2) dilakukan Siswa mengevaluasi kemajuan dan pengetahuan masing-masing Siswa mendengarkan dan mencatat materi yang akan disampaikan pada pertemuan berikutnya Siswa menjawab salam dari guru b. Botol, bejana, air, ember, sendok, gelas, garam, gula, pasir, minyak goreng, kapas, selang, pewarna makanan, tisu 2. Sumber Belajar a. Buku Ilmu Pengetahuan Alam Kelas IV SD Penerbit: Quadra. b. Buku Ilmu Pengetahuan Alam IV SD Penerbit: Yudhistira c. Buku Ilmu Pengetahuan Alam kelas IV SD. Penerbit: BSE d. Silabus KTSP kelas IV SD. 108

124 I. Penilaian Penilaian kognitif a. teknik penilaian : tes b. jenis tes : tertulis c. bentuk tes : uraian d. alat tes : soal individu (terlampir) Nilai Akhir = x 100 J. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Kriteria ketentuan minimal adalah sebesar

125 Lampiran 7c. RPP Kelas Eksperimen Pertemuan 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Nama Sekolah : SD N Sendangadi 1 Kelas/ Semester Mata Pelajaran : IV / I (satu) : IPA Pertemuan ke : 3 (tiga) Hari / Tanggal : 2015 Alokasi waktu : 2 x 35 menit A. Standar Kompetensi 6. Memahami beragam sifat dan perubahan wujud benda serta berbagai cara penggunaan benda berdasarkan sifatnya B. Kompetensi Dasar 6.2 Mendeskripsikan terjadinya perubahan wujud cair padat cair, cair gas cair, padat gas. C. Indikator Menjelaskan bukti perubahan wujud dari cair ke padat Menjelaskan bukti perubahan wujud dari padat ke cair Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan wujud benda 110

126 D. Tujuan 1. Tujuan kognitif a. Melalui diskusi kelompok dan melakukan percobaan, siswa dapat menjelaskan bukti perubahan wujud dari cair ke padat dengan tepat b. Melalui diskusi kelompok dan melakukan percobaan, siswa dapat menjelaskan bukti perubahan wujud dari padat ke cair dengan tepat dengan tepat. c. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan wujud benda dengan tepat 2. Tujuan afektif a. Dengan model pembelajaran learning cycle 5E, siswa dapat belajar secara mandiri b. Melalui diskusi kelompok dan percobaan, siswa dapat menyumbangkan ide dalam berdiskusi c. Melalui diskusi kelompok dan percobaan siswa dapat bekerjasama dengan baik. 3. Tujuan Psikomotor Melalui diskusi kelompok, siswa dapat mendemonstrasikan hasil diskusinya dengan baik. E. Materi 1. Perubahan wujud mencair dan membeku 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan wujud benda 111

127 F. Pendekatan, Model, dan Metode Pembelajaran 1. Pendekatan : Pembelajaran Kontruktivistik 2. Model : Learning Cycle 5E 3. Metode : Diskusi,Tanya Jawab, Percobaan, dan Demonstrasi. G. Kegiatan Pembelajaran No Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Alokasi Waktu I Kegiatan Awal Tahap Engagement Guru membuka pelajaran Siswa menjawab salam dan menit dengan salam dan berdoa berdoa 2 Guru menyiapkan Siswa menyiapkan perlengkapan pembelajaran perlengkapan pembelajaran yang akan digunakan yang akan digunakan 3 Guru memberikan yel-yel untuk memotivasi siswa dengan bertanya apa kabar anak-anak? Siswa menjawab pertanyaan guru dengan Alhamdulillah berubah berprestasi 4 Guru memberikan apersepsi dengan bertanya jawab dengan siswa tentang jajanan yang ada di sekolah (es krim) 5 Guru mengajukan pertanyaan tentang bagaimana proses pembuatan es? Siswa menjawab pertanyaan dari guru Siswa menjawab pertanyaan dari guru 6 Guru menyampaikan tujuan Siswa menyimak tujuan pembelajaran yang akan pembelajaran yang dilaksanakan disampaikan oleh guru II Kegiatan Inti 45 Tahap Exploration menit 7 Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 5-6 siswa Siswa berkelompok dengan siswa lainnya dengan anggota masing kelompok 4-5 siswa 8 Guru membagikan lembar kegiatan dan meminta siswa untuk berdiskusi melakukan kegiatan yang ada dalam LKS 3 untuk menemukan proses perubahan wujud mencair dan membeku beserta faktornya Siswa menerima lembar kegiatan dan berdiskusi dalam kelompok untuk melakukan kegiatan yang terencana dalam LKS 3 untuk menemukan proses perubahan wujud mencair dan 112

128 9 Guru meminta siswa untuk melakukan kegiatan yang terencana dalam LKS 3 untuk menemukan proses perubahan wujud mencair dan membeku beserta faktornya 10 Guru sebagai fasilitator dengan memberi arahan terhadap siswa yang mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan percobaan pada LKS 3 Tahap Explanation 12 Guru meminta setiap kelompok melakukan diskusi hasil kegiatan yang telah dilakukan tentang perubahan wujud mencair dan membeku beserta faktornya 13 Guru mempersilahkan siswa (perwakilan kelompok) untuk mempresentasikan hasil dari kegiatan yang telah dilakukan di depan kelas 14 Guru mempersilahkan siswa untuk menunjukkan bukti-bukti dan klarifikasi dari penjelasan mereka mengenai hasil percobaan untuk mengetahui perubahan wujud mencair dan membeku peserta faktornya 15 Guru memberikan kesempatan kepada siswa dari kelompok lain untuk memberikan tanggapan mengenai hasil diskusi yang telah dipresentasikan 16 Guru memberikan penjelasan apabila diperlukan untuk menguatkan konsep yang diperoleh siswa dan mempersilahkan siswa untuk bertanya apabila ada yang kurang paham membeku beserta faktornya Siswa melakukan kegiatan yang terencana dalam LKS 3 untuk menemukan proses perubahan wujud mencair dan membeku beserta faktornya Siswa mendengarkan arahan guru dan bertanya apabila ada kesulitan dalam melakukan kegiatan percobaaan pada LKS 3 Siswa melakukan diskusi dalam kelompok tentang hasil kegiatan yang telah dilakukan tentang perubahan wujud mencair dan membeku beserta faktornya Siswa (perwakilan kelompok) mempresentasikan hasil dari kegiatan yang telah dilakukan di depan kelas Siswa menunjukkan buktibukti dan klarifikasi dari penjelasan mereka mengenai hasil percobaan untuk mengetahui perubahan wujud mencair dan membeku peserta faktornya Siswa dari kelompok lain memberikan tanggapan tentang hasil diskusi yang telah dipresentasikan Siswa bertanya pada guru apabila ada yang kurang dipahami Tahap Elaboration 17 Guru meminta siswa Siswa secara berkelompok 113

129 berdiskusi untuk menjawab pertanyaan yang ada di LKS 3 yang berkaitan dengan perubahan wujud mencair dan membeku peserta faktornya. 18 Guru mempersilahkan siswa (perwakilan kelompok) untuk membacakan hasil jawaban dari kelompok mereka 19 Guru mempersilahkan siswa dari kelompok lain memberikan tanggapan tentang jawaban yang telah diutarakan 20 Guru mengkonfirmasi pemahaman siswa mendiskusikan jawaban pertanyaan pada LKS 3 yang berkaitan dengan perubahan wujud mencair dan membeku peserta faktornya Siswa (perwakilan kelompok) membacakan hasil jawaban dari kelompoknya Siswa dari kelompok lain memberikan tanggapan tentang jawaban yang telah diutarakan Siswa bertanya kepada guru apabila ada yang belum dipahami III Kegiatan Penutup 15 Tahap Evaluation 21 Guru memberikan soal individu 22 Guru membimbing siswa membahas soal yang telah dikerjakan 23 Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan 24 Guru membimbing siswa untuk menilai pembelajaran mereka sendiri dan keterampilan dalam kelompok mereka sendiri 25 Guru menyampaikan informasi tentang materi yang akan disampaikan pada pertemuan berikutnya 26 Guru menutup pembelajaran dengan salam H. Sumber dan Media Pembelajaran 1. Alat Pembelajaran a. Lembar Kerja Siswa 3 (LKS 3) Siswa mengerjakan soal individu Siswa dengan bimbingan guru membahas soal yang telah dikerjakan Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan Siswa mengevaluasi kemajuan dan pengetahuan masing-masing Siswa mendengarkan dan mencatat materi yang akan disampaikan pada pertemuan berikutnya Siswa menjawab salam dari guru menit 114

130 115

131 Lampiran 7d. RPP Kelas Eksperimen Pertemuan 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Nama Sekolah : SD N Sendangadi 1 Kelas/ Semester Mata Pelajaran : IV / I (satu) : IPA Pertemuan ke : 4 (empat) Hari / Tanggal : 2015 Alokasi waktu : 2 x 35 menit A. Standar Kompetensi 6. Memahami beragam sifat dan perubahan wujud benda serta berbagai cara penggunaan benda berdasarkan sifatnya B. Kompetensi Dasar 6.2 Mendeskripsikan terjadinya perubahan wujud cair padat cair, cair gas cair, padat gas. C. Indikator Menyebutkan macam-macam perubahan wujud benda D. Tujuan 1. Tujuan kognitif a. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat menyebutkan macam-macam perubahan wujud benda dengan tepat 116

132 2. Tujuan afektif a. Dengan model pembelajaran learning cycle 5E, siswa dapat belajar secara mandiri b. Melalui diskusi kelompok dan percobaan, siswa dapat menyumbangkan ide dalam berdiskusi c. Melalui diskusi kelompok dan percobaan siswa dapat bekerjasama dengan baik. 3. Tujuan Psikomotor E. Materi Melalui diskusi kelompok, siswa dapat mendemonstrasikan hasil diskusinya dengan baik. Macam-macam perubahan wujud benda F. Pendekatan, Model, dan Metode Pembelajaran 1. Pendekatan : Pembelajaran Kontruktivistik 2. Model : Learning Cycle 5E 3. Metode : Diskusi,Tanya Jawab, Percobaan, dan Demonstrasi. G. Kegiatan Pembelajaran No Kegiatan Guru Kegiatan Siswa I Kegiatan Awal Alokasi Waktu Tahap Engagement Guru membuka pelajaran dengan salam dan berdoa Siswa menjawab salam dan berdoa menit 2 Guru menyiapkan perlengkapan Siswa menyiapkan pembelajaran yang akan digunakan perlengkapan pembelajaran yang akan digunakan 117

133 3 Guru memberikan yel-yel untuk memotivasi siswa dengan bertanya apa kabar anak-anak? 4 Guru memberikan apersepsi dengan bertanya jawab dengan siswa mengenai percobaan yang dilakukan pada pertemuan sebelumnya (membeku dan mencair) 5 Guru mendorong siswa untuk menyebutkan perubahan wujud benda yang lainnya 6 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan Siswa menjawab pertanyaan guru dengan Alhamdulillah berubah berprestasi Siswa menjawab pertanyaan dari guru Siswa menjawab pertanyaan dari guru Siswa menyimak tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru II Kegiatan Inti 45 Tahap Exploration menit 7 Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 5-6 siswa Siswa berkelompok dengan siswa lainnya dengan anggota masing kelompok 4-5 siswa 8 Guru membagikan lembar kegiatan dan meminta siswa untuk berdiskusi melakukan kegiatan yang ada dalam LKS 4 untuk menemukan proses perubahan wujud benda menyublim, menguap, mengembun, mengahblur, serta sifat perubahannya. 9 Guru meminta siswa untuk melakukan kegiatan yang terencana dalam LKS 4 untuk menemukan proses perubahan wujud benda menyublim, menguap, mengembun, mengahblur, serta sifat perubahannya. 10 Guru sebagai fasilitator dengan memberi arahan terhadap siswa yang mengalami kesulitan Siswa menerima lembar kegiatan dan berdiskusi dalam kelompok untuk melakukan kegiatan yang terencana dalam LKS 4 untuk menemukan proses perubahan wujud benda menyublim, menguap, mengembun, mengahblur, serta sifat perubahannya. Siswa melakukan kegiatan yang terencana dalam LKS 4 untuk menemukan proses perubahan wujud benda menyublim, menguap, mengembun, mengahblur, serta sifat perubahannya. Siswa mendengarkan arahan guru dan bertanya apabila ada kesulitan dalam melakukan 118

134 dalam melakukan percobaan pada LKS 4 percobaan yang ada pada LKS 4 Tahap Explanation 11 Guru meminta setiap kelompok melakukan diskusi hasil kegiatan yang telah dilakukan tentang proses perubahan wujud benda menyublim, menguap, mengembun, mengahblur, serta sifat perubahannya. 12 Guru mempersilahkan siswa (perwakilan kelompok) untuk mempresentasikan hasil dari kegiatan yang telah dilakukan di depan kelas 13 Guru mempersilahkan siswa untuk menunjukkan bukti-bukti dan klarifikasi dari penjelasan mereka mengenai hasil percobaan untuk menemukan proses perubahan wujud benda menyublim, menguap, mengembun, mengahblur, serta sifat perubahannya. 14 Guru memberikan kesempatan kepada siswa dari kelompok lain untuk memberikan tanggapan mengenai hasil diskusi yang telah dipresentasikan 15 Guru memberikan penjelasan apabila diperlukan dan mempersilahkan siswa untuk bertanya apabila ada yang kurang paham Siswa melakukan diskusi dalam kelompok tentang hasil kegiatan yang telah dilakukan tentang proses perubahan wujud benda menyublim, menguap, mengembun, mengahblur, serta sifat perubahannya. Siswa (perwakilan kelompok) mempresentasikan hasil dari kegiatan yang telah dilakukan di depan kelas Siswa menunjukkan buktibukti dan klarifikasi dari penjelasan mereka mengenai hasil percobaan untuk menemukan proses perubahan wujud benda menyublim, menguap, mengembun, mengahblur, serta sifat perubahannya. Siswa dari kelompok lain memberikan tanggapan tentang hasil diskusi yang telah dipresentasikan Siswa bertanya pada guru apabila ada yang kurang dipahami Tahap Elaboration 16 Guru meminta siswa berdiskusi untuk menjawab pertanyaan yang ada di LKS 4 Siswa secara berkelompok mendiskusikan jawaban pertanyaan pada LKS 4 119

135 mengenai perubahan wujud benda menyublim, menguap, mengembun, mengahblur, serta sifat perubahannya. 17 Guru mempersilahkan siswa (perwakilan kelompok) untuk membacakan hasil jawaban dari kelompok mereka 18 Guru mempersilahkan siswa dari kelompok lain memberikan tanggapan tentang jawaban yang telah diutarakan mengenai perubahan wujud benda menyublim, menguap, mengembun, mengahblur, serta sifat perubahannya. Siswa (perwakilan kelompok) membacakan hasil jawaban dari kelompoknya Siswa dari kelompok lain memberikan tanggapan tentang jawaban yang telah diutarakan 19 Guru mengkonfirmasi Siswa bertanya kepada guru pemahaman siswa apabila ada yang belum dipahami III Kegiatan Penutup 15 Tahap Evaluation menit 20 Guru memberikan soal individu Siswa mengerjakan soal 21 Guru membimbing siswa membahas soal yang telah dikerjakan individu Siswa dengan bimbingan guru membahas soal yang telah dikerjakan 22 Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan 23 Guru membimbing siswa untuk menilai pembelajaran mereka sendiri dan keterampilan dalam kelompok mereka sendiri 24 Guru menyampaikan informasi tentang materi yang akan disampaikan pada pertemuan berikutnya 25 Guru menutup pembelajaran dengan salam Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan Siswa mengevaluasi kemajuan dan pengetahuan masingmasing Siswa mendengarkan dan mencatat materi yang akan disampaikan pada pertemuan berikutnya Siswa menjawab salam dari guru 120

136 H. Sumber dan Media Pembelajaran 1. Alat Pembelajaran a. Lembar Kerja Siswa 4 (LKS 4) b. Minyak wangi, es, gelas, video pembusukan buah, video menyublim dan menghablur 2. Sumber Belajar a. Buku Ilmu Pengetahuan Alam Kelas IV SD Penerbit: Quadra. b. Buku Ilmu Pengetahuan Alam IV SD Penerbit: Yudhistira c. Buku Ilmu Pengetahuan Alam kelas IV SD. Penerbit: BSE d. Silabus KTSP kelas IV SD I. Penilaian Penilaian kognitif a. teknik penilaian : tes b. jenis tes : tertulis c. bentuk tes : uraian d. alat tes : soal individu (terlampir) Nilai Akhir = x 100 J. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Kriteria ketentuan minimal adalah sebesar

137 122

138 Lampiran 8. RPP Kelas Kontrol Lampiran 8a. RPP kelas Kontrol Pertemuan 1-2 Sekolah : SD Sendangadi 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Mata Pelajaran Semester : IV : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) : 1 (satu) Standar Kompetensi 6. Memahami beragam sifat dan perubahan wujud benda serta berbagai cara penggunaan benda berdasarkan sifatnya Kompetensi Dasar 6.1 Mengidentifikasi wujud benda padat, cair, dan gas memiliki sifat-sifat tertentu Indikator 1. Mengidentifikasi sifat benda padat, cair, dan gas. 2. Mengelompokkan benda-benda berdasarkan wujudnya Alokasi Waktu 4 jam pelajaran A. Tujuan Pembelajaran Peserta didik mampu : 1. Menyebutkan sifat benda padat,cair, dan gas 123

139 2. Mengelompokkan benda-benda berdasarkan wujudnya B. Materi Pembelajaran 1. Sifat benda padat, cair, dan gas 2. Mengelompokkan benda-benda berdasarkan wujudnya C. Metode Pembelajaran 1. Diskusi 2. Tanya Jawab 3. Ceramah D. Langkah-Langkah Kegiatan 1. Pertemuan Pertama a. Kegiatan Pendahuluan 1) Motivasi Guru meminta peserta didik menyebutkan benda padat di dalam kelas. Guru meminta salah seorang peserta didik mencoba menjelaskan sifatsifat benda tersebut. 2) Pengetahuan Prasyarat Sebutkan contoh benda padat dan benda cair 3) Guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran b. Kegiatan Inti 1) Guru mengingatkan peserta didik tentang sifat-sifat benda padat yang telah dipelajari di kelas 3. 2) Guru menjelaskan sifat benda padat yang mempunyai bentuk dan volume tetap. 124

140 3) Guru meminta siswa berdiskusi dengan teman sebangku dan menyuruh menyiapkan sebuah pensil dan sehelai kertas di meja, pensil dipindahkan dari meja ke tempat pensil. Guru dapat mengajukan pertanyaan sebagai berikut : Apakah bentuk pensil berubah? Apa buktinya? Bagaimana sifat benda padat berdasarkan percobaan ini? Selanjutnya, guru meminta peserta didik meremas kertas di atas meja. Guru dapat mengajukan pertanyaan sebagai berikut Dapatkah benda padat berubah bentuk? 4) Guru meminta peserta didik menyebutkan contoh benda-benda cair dalam kehidupan sehari-hari. 5) Guru meminta peserta didik untuk mengetahui apa sajakah sifat-sifat yang dimiliki benda cair? 6) Guru menjelaskan sifat-sifat benda cair Volume dan bentuk benda cair Menekan ke segala arah Dapat dimampatkan Daya kapilaritas Mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah Melarutkan benda-benda tertentu 7) Guru menjelaskan kegunaan benda padat dan benda cair dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan metode tanya jawab. 125

141 c. Kegiatan Penutup 1) Guru membimbing peserta didik membuat rangkuman pembelajaran. Rangkuman pembelajaran berisi sifat-sifat benda padat dan benda cair. 2) Guru mengadakan tanya jawab tentang sifat-sifat benda padat dan benda cair. 3) Guru menginformasikan kepada peserta didik bahwa pada pertemuan selanjutnya akan dibahas tentang sifat-sifat benda gas. 2. Pertemuan Kedua a. Kegiatan Pendahuluan 1) Motivasi Guru meminta peserta didik menghirup napas dalam-dalam. Selanjutnya guru menjelaskan tentang udara yang kita hirup ketika bernapas, udara merupakan benda gas. 2) Pengetahuan Prasyarat Sebutkan contoh benda gas! 3) Guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran b. Kegiatan Inti 1) Guru melakukan tanya jawab tentang sifat-sifat benda gas, dengan pertanyaan utama sebagai berikut: Apakah kita dapat melihat benda gas? Apakah benda gas dapat mengalir? 2) Guru menjelaskan sifat-sifat benda gas: 126

142 Mempunyai bentuk dan volume yang berubah-ubah Mengisi seluruh ruangan yang tersedia Menekan ke segala arah 3) Guru menjelaskan kegunaan benda gas dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan metode tanya jawab. 4) Guru memberikan tugas individu yaitu menggolongkan benda-benda di sekitar sebagai benda padat, cair, dan gas. Tugas dikerjakan perorangan dan hasilnya dikumpulkan. c. Kegiatan Penutup 1) Guru membimbing peserta didik membuat rangkuman pembelajaran. Rangkuman pembelajaran berisi sifat-sifat benda gas. 2) Guru mengadakan uji kompetensi secara lisan. E. Sumber Belajar 1. Buku IPA Salingtemas Kelas IV SD/MI, Sri Lestari, dkk 2. Buku-buku referensi yang relevan 3. Benda-benda padat di lingkungan sekitar F. Penilaian Hasil Belajar 1. Tekhnik Penilaian a. Tes Lisan b. Portofolio 2. Bentuk Instrumen a. Kuis b. Dokumen 127

143 3. Contoh Instrumen 128

144 Lampiran 8b. RPP kelas Kontrol Pertemuan 3-4 Sekolah : SD Sendangadi 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Mata Pelajaran Semester : IV : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) : 1 (satu) Standar Kompetensi 6. Memahami beragam sifat dan perubahan wujud benda serta berbagai cara penggunaan benda berdasarkan sifatnya Kompetensi Dasar 6.1 Mendeskripsikan terjadinya perubahan wujud cair padat cair; cair gas cair; padat gas. Indikator 1. Mengidentifikasi perubahan wujud benda 2. Memberikan contoh perubahan wujud benda Alokasi Waktu 4 jam pelajaran A. Tujuan Pembelajaran Peserta didik mampu : 1. Menjelaskan perubahan wujud benda 2. Memberikan contoh perubahan wujud benda 129

145 B. Materi Pembelajaran Perubahan wujud benda C. Metode Pembelajaran 1. Diskusi 2. Tanya Jawab 3. Ceramah D. Langkah-Langkah Kegiatan 1. Pertemuan Pertama a. Kegiatan Pendahuluan 1) Motivasi Guru meminta salah seorang peserta didik menceritakan cara membuat es. Guru dapat mengajukan pertanyaan sebagai berikut : Apakah bahan untuk membuat es? Bagaimana perubahan wujud benda pada es? 2) Pengetahuan Prasyarat Apakah membeku, mencair, dan mengembun itu? 3) Guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran. b. Kegiatan Inti 1) Guru menjelaskan perubahan wujud benda dari cair ke padat (membeku) dan faktor perubahannya. Guru dapat mengambil contoh dari proses pembuatan es yang diceritakan oleh salah satu peserta didik 130

146 2) Guru mengadakan tanya jawab dengan siswa terkait perubahan wujud benda dari padat ke cair (mencair). 3) Guru memberikan penjelasan tentang perubahan wujud mencair beserta faktornya dengan mengambil contoh es yang mencair dan lilin yang meleleh. 4) Guru membimbing peserta didik untuk mengambil kesimpulan, yaitu proses perubahan wujud benda membeku dan mencair. c. Kegiatan Penutup 1) Guru membimbing peserta didik membuat rangkuman pembelajaran. Rangkuman pembelajaran berisi perubahan wujud benda dari cair menjadi padat (membeku) dan dari padat menjadi cair (mencair). 2) Guru mengadakan tanya jawab tentang proses perubahan wujud membeku dan mencair, 3) Guru menginformasikan kepada peserta didik bahwa pada pertemuan selanjutnya akan dibahas tentang peristiwa menguap, mengembung, menyublim, danmenghablur. 4) Guru memberikan tugas peserta didik untuk mengamati perubahan pada kamper di rumah. Hasil pengamatan ini akan didiskusikan pada pertemuan selanjutnya. 2. Pertemuan Kedua a. Kegiatan Pendahuluan 1) Motivasi 131

147 a) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang proses terjadinya hujan. Peserta didik diminta menjawab pertanyaanpertanyaan yang berkaitan dengan proses terjadinya hujan. Pertanyaan sebagai berikut: Bagaimanakah wujud air di sungai dan laut? Padat, cair, ataukah gas? Mengapa bisa terjadi awan yang berwarna gelap atau mendung? Apa yang biasanya terjadi setelah mendung? Bagaimana daur air selengkapnya? b) Guru menambahkan adanya rahasia dibalik peristiwa terjadinya hujan, yaitu tentang perubahan wujud. 2) Pengetahuan Prasyarat Apakah menguap, mengembun, menyublim dan menghablur itu? 3) Guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran. b. Kegiatan Inti 1) Guru menjelaskan perubahan wujud benda dari cair menjadi gas (menguap) dan dari gas menjadi cair (mengembun). Guru dapat mengambil contoh dari proses terjadinya hujan dan terbentuknya kabut. 2) Guru meminta siswa untuk memahami proses menguap dan mengembun dengan memberikan contoh lain peristiwa mengembun dan menguap. Guru dapat mengambil contoh pada saat memanaskan 132

148 air sampai mendidih, dengan menjelaskan perubahan air menjadi uap dan perubahan uap menjadi air pada tutup. 3) Guru meminta siswa mendiskusikan tugas rumah yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya, yaitu mengamati perubahan wujud yang terjadi pada kamper. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan metode tanya jawab. 4) Guru memberikan penjelasan tentang perubahan wujud dari padat ke gas (menyublim) dan dari gas ke padat (menghablur). 5) Guru membimbing peserta didik untuk mengambil kesimpulan dari kegiatan ini, yaitu proses perubahan wujud benda berupa menguap, mengembun, menyublim, dan menghablur. c. Kegiatan Penutup 1) Guru membimbing peserta didik membuat rangkuman pembelajaran. Rangkuman berisi perubahan wujud menguap, mengembun, menyublim, dan menghablur. 2) Guru mengadakan uji kompetensi secara lisan E. Sumber Belajar 1. Buku IPA Salingtemas Kelas IV SD/MI, Sri Lestari, dkk 2. Buku-buku referensi yang relevan F. Penilaian Hasil Belajar 1. Tekhnik Penilaian a. Tes Lisan b. Penugasan 133

149 c. Tes tulis 2. Bentuk Instrumen a. Kuis b. Tugas Rumah c. Essay 3. Contoh Instrumen a. Kuis No Pertanyaan Skor Maksimum 1 Perubahan dari wujud benda apakah membeku? 2 2 Sebutkan 2 contoh perubahan wujud membeku! 2 3 Sebutkan 2 contoh perubahan wujud mencair! 2 4 Apa faktor perubahan wujud mencair? 2 5 Apa faktor perubahan wujud membeku? 2 Jumlah Skor 10 NA (Nilai Akhir) = x 100 Skor perolehan b. Tugas Rumah Mengamati perubahan wujud pada kamper No Aspek Skor Maksimum 1 Kebenaran prosedur pengamatan 2 2 Kebenaran menyebutkan perubahan wujud pada kamper 2 Jumlah Skor 4 NA (Nilai Akhir) = x 100 Skor perolehan No c. Essay Pertanyaan 1 Disebut apakah perubahan wujud benda dari cair ke gas? 2 Disebut apakah perubahan wujud benda dari gas ke cair? Skor Maksimum 2 2 Skor perolehan 134

150 135

151 Lampiran 9. Lembar Kerja Siswa Lampiran 9a. Lembar Kerja Siswa 1 Nama Kelompok : Tujuan EXPLORATION Melalui kegiatan ini kalian dapat : a. Menggolongkan wujud-wujud benda b. Menemukan sifat-sifat wujud benda 2. Pertanyaan Utama Apa saja sifat-sifat yang dimiliki oleh benda padat, cair, dan gas? 3. Alat dan Bahan a. Air f. Gelas b. Penggaris g. Balon c. Plastisin h. Kantong Plastik 136

152 d. Karet Gelang e. Botol 4. Cara Kerja a. Identifikasi Air 1) Ambilah air yang ada di dalam botol. Amatilah bentuk air yang ada dalam botol! 2) Tuangkan air ke dalam gelas, amati kembali bentuknya! 3) Tuangkan lagi air ke dalam botol seperti semula! b. Identifikasi Penggaris, Karet Gelang, dan Plastisin 1) Amatilah penggaris yang ada di depanmu, amatilah bentuknya. 2) Tekanlah dan tarik penggaris, kemudian amatilah bentuk dan volumenya. Tetap atau berubah? 3) Ulangi langkah kerja di atas dengan mengganti bahan menggunakan karet gelang dan plastisin! c. Identifikasi Benda Gas 1) Siapkan balon dan kantong plastik! 2) Tiup balon agar menggembung! 3) Amati bentuk udara hasil tiupan pada balon! 4) Pindahkan udara dalam balon ke dalam kantong plastik! 5) Amati bentuk udara dalam balon ke dalam kantong plastik! 6) Bagaimana volume udara pada saat dalam balon dan pada saat dalam kantong plastik! Berubah atau tidak? 137

153 7) Ambilah dua balon, tiup balon dengan 5 kali tiupan dan 10 kali tiupan.bandingkan mana yang lebih berat? 5. Hasil pengamatan dan Pertanyaan a. Identifikasi Air Nama Benda Air Pada Botol Bentuk Pada Gelas Volume dalam botol (penuh/tidak penuh) Sebelum Setelah dipindah dipindah b. Identifikasi Penggaris, Karet Gelang, dan Plastisin No Nama Benda Bentuk Volume Tetap Berubah Tetap Berubah Apa yang terjadi pada karet gelang ketika ditarik-tarik dan diregangkan? Apakah bentuknya kembali seperti semula Jawaban : Mengapa ada beberapa benda padat yang dapat berubah bentuk dan ada juga yang berubah bentuk setelah ditekan? Jawaban : 138

154 c. Identifikasi Benda Gas Nama Benda Pada balon Bentuk Pada kantong plastik Volume udara (berubah/tidak berubah) Apakah kalian dapat melihat wujud udara yang ada di kantong plastik? Jawaban : Mana yang lebih berat? Balon yang ditiup dengan 5 kali tiupan atau 10 kali tiupan? Jawaban : 6. Kesimpulan Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa: a. Benda padat mempunyai sifat bentuk dan volume b. Benda padat yang dapat diubah bentuknya dengan cara ditekan adalah c. Karet gelang dapat ditarik dan diregangkan, karena karet gelang mempunyai sifat d. Benda cair memiliki bentuk yang dan volume yang e. Benda gas memiliki bentuk yang dan volume yang 139

155 EXPLANATION Diskusikan hasil percobaanmu di depan kelas secara bergantian! ELABORATION 1. Sebutkan benda-benda yang kalian gunakan dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan wujudnya ke dalam tabel di bawah ini! No Benda Padat Benda Cair Benda Gas 2. Mengapa tabung gas yang kosong lebih ringan daripada tabung yang masih berisi gas? Jawaban: 3. Sebutkan contoh-contoh benda padat yang sering kalian temui yang dapat dubah dengan cara tertentu? Jawaban: 140

156 EVALUATION Soal Individu 1. Benda padat memiliki bentuk dan volume yang 2. Karet gelang dapat diregangkan karena memiliki sifat 3. Bentuk benda cair berubah-ubah sesuai dengan 4. Benda yang tidak dapat kita rasakan tetapi dapat kita lihat adalah benda 5. Asap dan angin adalah contoh wujud benda 6. Benda cair dan benda gas mempunyai sifat yang sama, yaitu 7. Benda gas memiliki volume yang 8. Contoh benda padat yang bersifat sangat keras dan kuat adalah 9. Contoh benda-benda cair dalam kehidupan sehari-hari adalah 10. Agar-agar termasuk wujud benda 141

157 Lampiran 9b. Lembar Kerja Siswa 2 Nama Kelompok : EXPLORATION 1. Tujuan Melalui kegiatan ini kalian dapat : a. Menemukan sifat-sifat air 2. Pertanyaan Utama Apa saja sifat-sifat air? 3. Alat dan Bahan a. Air h.garam b. Botol i. Pasir c. Bejana j. Gula d. Selang l. Selang e. Minyak goreng m. Tisu 142

158 f. Sendok l. Pewarna Makanan g. Gelas 4. Cara Kerja a. Identifikasi Permukaan dan Arah aliran air 1) Amatilah bentuk permukaan air di dalam botol! 2) Miringkan botol dan amati bagaimana permukaan air? b. Identifikasi Arah Aliran Air 1) Ambilah botol berisi air yang sudah dipasangi selang! 2) Letakkan botol di di atas kursi dan gelas di bawah, kemudian alirkan air melalui selang ke dalam gelas. Amati apakah air dapat mengalir? 3) Letakkan gelas di atas kursi dan botol di bawah, amati apakah air dapat mengalir? c. Identifikasi Air Menekan ke Segala Arah 1) Ambilah botol air yang sudah diberi lubang, kemudian isilah dengan air. 2) Amatilah apakah air dapat mengalir melalui semua lubang? d. Identifikasi Air Melarutkan Benda-Benda Tertentu 1) Ambilah air ke dalam gelas, lalu masukkan gula dan aduklah. Apakah gula larut dalam air? 2) Ulangi langkah percobaan di atas dengan mengganti bahan dengan garam, minyak goreng dan pasir. e. Identifikasi Air Meresap Melalui Celah-Celah Kecil 1) Ambilah sebuah tisu dan letakkan di dalam air yang sudah disediakan. Amatilah apakah air dapat meresap ke dalam tisu? 143

159 5. Hasil pengamatan dan Pertanyaan Tabel Hasil Pengamatan a. Identifikasi Permukaan Air No Bentuk permukaan air Ketika Botol Tegak Ketika Botol Miring b. Identifikasi Arah Aliran Air Manakah yang dapat mengalir? Air yang dialirkan dari atas atau yang dari bawah? Jawab: c. Identifikasi Air Menekan ke Segala Arah Apakah air dapat mengalir melalui semua lubang? Mengapa? Jawab : Lubang mana yang alirannya paling jauh? Jawab : d. Identifikasi Air Melarutkan Benda-Benda Tertentu No Nama Benda Larut ( ) Tidak Larut( ) e. Identifikasi Air Meresap Melalui Celah-Celah Kecil Apakah air dapat meresap ke dalam tisu? Apa buktinya? 144

160 Jawab : 6. Kesimpulan Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa: a. Permukaan air dalam wadah selalu b. Air mengalir dari tempat yang ke tempat yang c. Benda-benda yang larut dalam air adalah, sedangkan benda yang tidak larut dalam air yaitu d. Air dapat mengalir melalui semua lubang karena air mempunyai sifat e. Air dapat meresap ke dalam tisu melalui EXPLANATION Diskusikan hasil percobaanmu di depan kelas secara bergantian! ELABORATION 1. Berdasarkan percobaan arah aliran air yang sudah kalian lakukan. Sebutkan contoh aliran air yang ada di sekitarmu! Jawaban: 145

161 2. Selain benda-benda yang kalian gunakan dalam percobaan, sebutkan bendabenda di sekitarmu yang dapat larut dan tidak larut dalam air. No Larut Tidak Larut 3. Berdasarkan percobaan yang dilakukan, disebut apakah peristiwa meresapnya air ke dalam kapas? Jawaban: 4. Mengapa dinding pada bendungan dibuat semakin tebal ke bawah? Jelaskan! Jawaban: EVALUATION 1. Sebutkan 4 sifat-sifat air yang kalian ketahui! 2. Disebut apakah peristiwa meresapnya air melalui celah-celah kecil? Apa nama lain dari celah-celah kecil? 3. Apa contoh peristiwa kapilaritas dalam kehidupan sehari-hari? 4. Apa nama alat yang digunakan untuk mengukur kedataran ubin? 5. Ketika mencampur air dan minyak goreng, benda apakah yang berada di posisi atas? Dan benda apakah yang berada di posisi bawah? 146

162 Lampiran 9c. Lembar Kerja Siswa 3 Nama Kelompok : EXPLORATION 1. Tujuan Melalui kegiatan ini kalian dapat : a. Menemukan bukti perubahan wujud dari cair ke padat b. Menemukan bukti perubahan wujud padat ke cair c. Menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahannya 2. Pertanyaan Utama Apa faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan wujud mencair dan membeku? 3. Alat dan Bahan 147

163 a. Es b. Lilin c. Korek api d. Gelas 4. Cara Kerja a. Ambilah es, amati bentuknya! b. Letakkkan es di bawah sinar matahari, dan amati apa yang terjadi dengan es? c. Ambilah lilin, amati bentuknya! d. Nyalakan lilin dan amati apa yang terjadi dengan lilin? e. Amati kembali lilin yang sudah meleleh! 5. Hasil pengamatan dan Pertanyaan a. Apa yang terjadi ketika es di letakkan di bawah sinar matahari? Jawaban : b. Bagaimana wujud benda es sebelum dijemur dan bagaimana wujud benda es setelah dijemur? Jawaban : c. Apa yang terjadi dengan lilin setelah dinyalakan? Jawaban : 148

164 d. Apa wujud benda lilin sebelum dinyalakan dan bagaimana wujudnya setelah dipanaskan? Jawaban : e. Bagaimana wujud lilin yang sudah meleleh? Dan bagaimana wujudnya setelah didiamkan beberapa saat? Jawaban : 6. Kesimpulan Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa: a. Peristiwa perubahan wujud es sebelum dijemur dan setelah dijemur disebut. Perubahan ini dapat terjadi karena es b. Peristiwa perubahan wujud lilin sebelum dinyalakan dan setelah dinyalakan disebut. perubahan ini dapat terjadi karena lilin c. Lilin yang sudah meleleh dapat berubah wujud setelah didiamkan.perubahan ini disebut Perubahan ini terjadi karena adanya faktor EXPLANATION Diskusikan hasil percobaanmu di depan kelas secara bergantian! 149

165 ELABORATION 1. Sebutkan contoh peristiwa perubahan wujud mencair dalam kehidupan seharihari! Jawaban: 2. Sebutkan contoh peristiwa perubahan wujud membeku dalam kehidupan sehari-hari! Jawaban: EVALUATION Soal Individu 1. Membeku adalah perubahan wujud benda menjadi benda 2. Perubahan wujud membeku terjadi karena adanya faktor 3. Mencair adalah perubahan wujud benda menjadi benda 4. Perubahan wujud mencair terjadi karena adanya faktor 5. Sebutkan 2 contoh perubahan mencair 150

166 Lampiran 9d. Lembar Kerja Siswa 4 Nama Kelompok : EXPLORATION 1. Tujuan Melalui kegiatan ini kalian dapat : a. Menemukan bukti perubahan wujud menguap, mengembun, menyublim, menghablur b. Menemukan sifat-sifat perubahan wujud benda 2. Pertanyaan Utama a. Bagaimana proses perubahan wujud benda menguap, mengembun, menyublim, dan menghablur? b. Bagaimana sifat-sifat perubahan benda? 3. Alat dan Bahan 151

167 a. Minyak wangi b. Es c. Gelas d. Video penyubliman kamper e. Video proses pembusukan buah 4. Cara Kerja a. Semprotkan minyak wangi ke salah satu teman sekelompokmu! Amati yang terjadi! b. Taruhlah es yang sudah disediakan ke dalam gelas, kemudian amati dinding luar gelas! c. Lihatlah video yang diputarkan di depan kelas! Amati perubahan pada kamper yang terjadi dalam video! d. Lihatlah video yang diputarkan di depan kelas! Amati perubahan pada buah yang terjadi dalam video! 5. Hasil pengamatan dan Pertanyaan a. Apa yang terjadi ketika minyak wangi disemprotkan ke temanmu? Jawaban : b. Apa wujud benda minyak wangi sebelum disemprotkan? Apa perubahan wujud benda minyak wangi setelah disemprotkan? Jawaban : c. Apa yang terjadi dengan dinding gelas setelah didalamnya diisi es? 152

168 Jawaban : d. Berdasarkan video yang kalian amati, jawablah pertanyaan di bawah ini! Apa yang terjadi dengan kamper ketika dibakar? Jawaban : Perubahan yang terjadi pada kamper adalah perubahan dari wujud benda menjadi wujud benda Perubahan yang terjadi pada kamper ketika menjadi kristal adalah perubahan dari wujud benda menjadi wujud benda f. Setelah mengamati video, isilah tabel di bawah ini! Perbedaan Berubah ( ) Tidak Berubah ( ) Warna Bau Ukuran Keras/lunak Apakah buah yang sudah membusuk dapat berubah menjadi buah segar kembali? Jawaban : 6. Kesimpulan Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa: a. Peristiwa perubahan wujud pada minyak wangi adalah perubahan dari wujud benda menjadi wujud benda Perubahan ini disebut 153

169 b. Dinding di luar gelas yang berisi es terdapat air yang menempel. Perubahan wujud ini terjadi karena Perubahan wujud ini disebut c. Perubahan pada kamper merupakan perubahan dari wujud benda menjadi wujud benda Perubahan wujud ini disebut d. Perubahan pada kamper yang menjadi kristal setelah dibakar merupakan perubahan dari wujud benda menjadi wujud benda. Perubahan wujud ini disebut e. Perubahan buah yang membusuk termasuk perubahan yang karena EXPLANATION Diskusikan hasil percobaanmu di depan kelas secara bergantian! ELABORATION 1. Sebutkan contoh peristiwa perubahan wujud menguap dalam kehidupan sehari-hari! Jawaban: 2. Apa yang akan terjadi apabila air yang sudah mendidih dibiarkan terus dimasak? Jawaban: 154

170 3. Apa yang terjadi jika kamper dibiarkan terbuka dalam waktu yang lama? Jawaban : 4. Sebutkan contoh perubahan wujud benda yang dapat bolak-balik! Jawaban : 5. Sebutkan contoh perubahan wujud benda yang tidak dapat bolak balik! Jawaban : EVALUATION Soal Individu 1. Mengembun adalah perubahan wujud benda menjadi benda 2. Contoh peristiwa menguap adalah 3. Perubahan wujud benda gas menjadi menjadi padat disebut 4. Menguap adalah perubahan wujud benda menjadi benda 5. Perubahan wujud benda padat menjadi gas disebut 155

171 6. Perubahan pada besi yang dipanaskan termasuk berubahan benda yang bersifat 7. Perubahan benda yang terjadi pada beras yang dimasak termasuk perubahan benda yang bersifat 8. Jika kapur barus digunakan lama-kelamaan akan habis, dalam hal ini terjadi perubahan wujud yang disebut 9. Pembusukan yang terjadi pada hewan termasuk perubahan yang bersifat 10. Perubahan pada kertas yang dibakar termasuk perubahan yang bersifat 156

172 Lampiran 10. Contoh Hasil Lembar Kerja Siswa Lampiran 10a. Contoh Hasil Lembar Kerja Siswa 1 157

173 158

174 159

175 160

176 161

177 Lampiran 10b. Contoh Hasil Lembar Kerja Siswa Pertemuan 2 162

178 163

179 164

180 165

181 166

182 Lampiran 10c. Contoh Hasil Lembar Kerja Siswa 167

183 168

184 169

185 170

186 Lampiran 1d. Contoh Hasil Lembar Kerja Siswa 4 171

187 172

188 173

189 174

190 175

191 Lampiran 11. Contoh Hasil Jawaban Soal Pretest Siswa Lampiran 11a. Contoh Hasil Jawaban Soal Pretest Siswa Kelompok Eksperimen 176

192 177

193 178

194 179

195 Lampiran 11b. Contoh Hasil Jawaban Soal Pretest Siswa Kelompok Kontrol 180

196 181

197 182

198 183

199 Lampiran 12. Contoh Hasil Jawaban Soal Posttest Siswa Lampiran 12a. Contoh Hasil Jawaban Soal Posttest Siswa Kelompok Eksperimen 184

200 185

201 186

202 187

203 Lampiran 12b. Contoh Hasil Jawaban Soal Postest Siswa Kelompok Kontrol 188

204 189

205 190

206 191

207 Lampiran 13. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian N O NAM A 1 RT 2 AA 3 ANF 4 CL 5 DC 6 FI 7 GDR 8 HH 9 KY 10 LL 11 MA 12 NK 13 RS 14 RD 15 ZA 16 LA 17 SR 18 AN 19 AP 20 DT PERNYATAAN X X²

208 21 FN 22 HA 23 IN 24 MRP 25 MS 26 RD 27 SN 28 UM 29 AS 30 YS p q pq , 7 0, 3 0, 2 0, 6 0, 4 0, 2 0, 8 0, 2 0, 2 0, , , , 4 0, 6 0, 2 0, 7 0, 3 0, 2 0, 7 0, 3 0, 2 0, 9 0, 1 0, 1 0, 7 0, 3 0, 2 0, 5 0, 5 0, 3 0, 7 0, 3 0, 2 0, 8 0, 2 0, 1 0, 5 0, 5 0, 2 0, 9 0, 1 0, 1 0, 7 0, 3 0, 2 0, 7 0, 3 0, 2 0, 5 0, 5 0, 2 0, 5 0, 5 0, 2 0, 7 0, 3 0, 2 0, 5 0, 5 0, 2 0, 6 0, 4 0, 2 0, 5 0, 5 0, 2 0, 8 0, 2 0, 1 0, 9 0, 1 0, 1 0, 4 0, 6 0, 2 0, 8 0, 2 0, 1 0, 5 0, 5 0, 3 Ʃ 0, 3 0, 7 0,

209 Lampiran 14. Pengitungan Validitas Instrumen Penelitian NO SOAL MP MT MP-MT S MP-MT/S P Q P/Q P/Q 194 ((MP- MT)/S)(V(P/Q)) VALIDITAS 1 20, ,1 0, , , ,7 0,3 2, , , TIDAK VALID 2 21, ,1 1, , , , , , , , VALID 3 20, ,1 0, , , ,8 0, , TIDAK VALID 4 20,48 20,1 0,38 4, , , , , , TIDAK VALID 5 20, ,1 0, , , , , , , VALID 6 20, ,1 0, , , , , , , VALID ,1 1,9 4, , , , , , , VALID 8 21,2 20,1 1,1 4, , , , , , VALID ,1 0,9 4, , , , ,75 1, , VALID 10 21, ,1 1, , , ,9 0, , VALID 11 21, ,1 1, , , ,7 0,3 2, , , VALID 12 21, ,1 1, , , ,5 0, , VALID 13 21,1 20,1 1 4, , , , , , VALID 14 20,8 20,1 0,7 4, , , , , , VALID 15 21,875 20,1 1,775 4, , , , , , , VALID 16 20, ,1 0, , , , , , , VALID 17 21, ,1 1, , , ,7 0,3 2, , , VALID 18 21,3 20,1 1,2 4, , , , , , VALID 19 22, ,1 2, , , , , ,875 0, , VALID 20 22, ,1 2, , , , , ,875 0, , VALID 21 21,65 20,1 1,55 4, , , , , , VALID 22 21,875 20,1 1,775 4, , , , , , , VALID

210 23 21, ,1 1, , , ,6 0,4 1,5 1, , VALID 24 21, ,1 1, , , , , ,875 0, , VALID 25 20,92 20,1 0,82 4, , , , , , VALID 26 20, ,1 0, , , ,9 0, , VALID 27 20, ,1 0, , , ,4 0,6 0, , , TIDAK VALID 28 20,8 20,1 0,7 4, , , , , , VALID 29 21,8 20,1 1,7 4, , ,5 0, , VALID 30 22,1 20,1 2 4, , , , ,5 0, , VALID 195

211 Lampiran 15. Pengitungan Reliabilitas Instrumen Penelitian K=N SOAL K-1 K/K-1 M=Mt K-M S² K (S²) M (K-M) M(K-M)/K(S²) 1- (M(K-M)/K(S²)) (K/(K-1)(1- (M(K-M))/K(S²)) ,04 17, , , , ,9322 0, , ,

212 Lampiran 16. Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran Kelas Eksperimen Lampiran 16a. Dokumentasi Kegiatan Pretest dan Posttest Siswa mengerjakan soal pretest Siswa mengerjakan soal posttest 197

213 Lampiran 16b. Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 1 Tahap Engagement Tahap Exploration Tahap Explanation Tahap Elaboration Tahap Evaluation 198

214 Lampiran 16c. Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 2 Tahap Engagement Tahap Exploration Tahap Explanation Tahap Elaboration Tahap Evaluation 199

215 Lampiran 16d. Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 3 Tahap Engagement Tahap Exploration Tahap Explanation Tahap Elaboration Tahap Evaluation 200

216 Lampiran 16e. Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 4 Tahap Engagement Tahap Exploration Tahap Explanation Tahap Elaboration Tahap Evaluation 201

217 Lampiran 17. Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran Kelas Kontrol Lampiran 17a. Dokumentasi Kegiatan Pretest dan Posttest Siswa mengerjakan soal pretest Siswa mengerjakan soal posttest 202

218 Lampiran 17b. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 1 Guru menjelaskan materi dengan ceramah Siswa mendengarkan ceramah dari guru Lampiran 17c. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 2 Guru menjelaskan materi dengan ceramah Siswa mendengarkan ceramah dari guru 203

219 Lampiran 17d. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 3 Guru menjelaskan materi dengan ceramah Siswa mendengarkan ceramah dari guru Lampiran 17e. Kegiatan Pembelajaran Kelas Kontrol Pertemuan 4 Guru menjelaskan materi dengan ceramah Siswa mendengarkan ceramah dari guru 204

220 Lampiran 18. Surat Izin Penelitian Lampiran 18a. Surat Izin Penelitian dari Fakultas 205

221 Lampiran 18b. Surat Izin Penelitian dari Kesbang 206

222 Lampiran 18c. Surat Ijin Penelitian dari BAPEDA 207

223 Lampiran 19. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian 208

PENGARUH LEARNING CYCLE 5E TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SDN SENDANGADI 1

PENGARUH LEARNING CYCLE 5E TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SDN SENDANGADI 1 Pengaruh Learning Cycle... (Zuli Utami) 265 PENGARUH LEARNING CYCLE 5E TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SDN SENDANGADI 1 THE EFFECT OF LEARNING CYCLE 5E TO SCIENCE LEARNING ACHIEVEMENT IN 4 TH

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Sekolah Dasar (SD)/Madrasah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu alam atau dalam bahasa Inggris disebut natural science atau ilmu pengetahuan alam adalah istilah yang digunakan yang merujuk pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan keterampilan, sikap dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pembelajaran IPA a. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan haanya penguasaan kumpulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memeperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Mata pelajaran Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pendidikan tidak lepas dari proses belajar mengajar, yang di dalamnya meliputi beberapa komponen yang saling terkait, antara lain; guru (pendidik),

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Lindgren dalam Agus Suprijono (2011: 7) hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Hal yang sama juga dikemukakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alam semesta beserta isinya diciptakan untuk memenuhi semua kebutuhan makhluk hidup yang ada di dalamnya. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA Hakikat ilmu pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena alam

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA Hakikat ilmu pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena alam BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA Hakikat ilmu pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena alam dan segala sesuatu yang ada di alam. IPA merupakan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam dari segi istilah dapat diartikan sebagai ilmu yang berisi pengetahuan alam. Ilmu artinya pengetahuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Seseorang akan mengalami perubahan pada tingkah laku setelah melalui suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Komponen penting

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVIII/Mei 2014 PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN INKUIRI PADA SISWA SD

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVIII/Mei 2014 PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN INKUIRI PADA SISWA SD PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN INKUIRI PADA SISWA SD Binti Muakhirin SD Negeri Cibuk Lor Seyegan Abstrak Artikel ilmiah ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan pendekatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) Menurut Suprijono Contextual Teaching and Learning (CTL)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari tentang peristiwaperistiwa yang terjadi di alam. Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Kajian Tentang Model Pembelajaran Cooperative Learning a. Pengertian Model Pembelajaran Menurut Agus Suprijono (2009: 46) mengatakan bahwa model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan pengamatan melalui langkah-langkah metode ilmiah dan proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian mengenai teori-teori menurut pendapat dari beberapa ahli yang digunakan untuk mengembangkan dan mendukung penelitian ini. Pembahasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar Banyak ahli pendidikan yang mengungkapkan pengertian belajar menurut sudut pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli pendidikan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan yang diharapkan karena itu pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat IPA IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SAINS PADA MATERI SIFAT DAN PERUBAHAN WUJUD SUATU BENDA MELALUI PENERAPAN METODE DISCOVERY LEARNING

UPAYA MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SAINS PADA MATERI SIFAT DAN PERUBAHAN WUJUD SUATU BENDA MELALUI PENERAPAN METODE DISCOVERY LEARNING UPAYA MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SAINS PADA MATERI SIFAT DAN PERUBAHAN WUJUD SUATU BENDA MELALUI PENERAPAN METODE DISCOVERY LEARNING UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI I GOMBANG

Lebih terperinci

Optimalisasi Hasil Belajar IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) Melalui Model Learning Cycle 5E pada Siswa Kelas IV SD Negeri Mardiharjo

Optimalisasi Hasil Belajar IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) Melalui Model Learning Cycle 5E pada Siswa Kelas IV SD Negeri Mardiharjo Monalisa Gerardini 1, Tri Juli Hajani 2, Optimalisasi Hasil Belajar IPA Melalui Model Learning Cycle 5E Optimalisasi Hasil Belajar IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) Melalui Model Learning Cycle 5E pada Siswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat membantu pencapaian keberhasialn pembelajaran. Ditegaskan oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Teori Belajar dan Belajar Matematika Belajar menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2013: 2), adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan rohani kepada orang yang belum dewasa agar mencapai kedewasaan (Syaripudin, T: 2009, 5).

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA Model Pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa : Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA A. Learning Cycle Learning Cycle adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses pembelajaran yang berpusat pada pembelajar atau anak didik (Hirawan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang wajib dipelajari siswa sekolah dasar. IPA berguna untuk memberikan pengetahuan kepada siswa mengenai fenomena-fenomena

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA A. Learning Cycle Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses pembelajaran yang berpusat pada pembelajar atau anak didik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian IPA Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar dalam Garis-garis Besar Program Pendidikan (GBPP) kelas V Sekolah Dasar dinyatakan: Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING Fatmawaty Sekolah Dasar Negeri Hikun Tanjung Tabalong Kalimantan Selatan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran IPA di SD 1. Pengertian IPA Kata sains yang biasa diterjemahkan dengan ilmu pengetahuan alam (IPA) berasal dari kata natural science, yang artinya alamiah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Berikut ini akan dijelaskan mengenai kajian teori yang digunakan pada penelitian ini, antara lain Tinjauan Tentang Belajar IPA di SD, Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar Aunurrahman ( 2012 : 35 ) belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan IPA Pendidikan IPA merupakan disiplin ilmu yang di dalamnya terkait dengan ilmu pendidikan dan IPA itu sendiri. Sebelum mengetahui lebih jelas mengenai pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia Diciptakan oleh Allah SWT. Sebagai Khalifah dibumi. Sebagai Khalifah, manusia memiliki tugas untuk mengolah dan merawat alam dengan seoptimal mungkin,memperhatikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.2 Pengertian Matematika Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam dikenal juga dengan istilah sains. Sains berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti saya tahu. Dalam

Lebih terperinci

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI JENJANG PENDIDIKAN DASAR MATA PELAJARAN SAINS. 4 Pilar Pendidikan UNESCO

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI JENJANG PENDIDIKAN DASAR MATA PELAJARAN SAINS. 4 Pilar Pendidikan UNESCO KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI JENJANG PENDIDIKAN DASAR MATA PELAJARAN SAINS Oleh : Drs.Saeful Karim,M.Si Disampaikan pada Acara Pengabdian Pada Masyarakat untuk Guru-Guru IPA SD Se-Kecamatan Lembang Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktif dan pendekatan keterampilan proses, guru berperan sebagai fasilitator dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktif dan pendekatan keterampilan proses, guru berperan sebagai fasilitator dan 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kreativitas Belajar Belajar mengandung arti suatu kegiatan yang dilakukan guru dan siswa secara bersama-sama. Dalam konsep pembelajaran dengan pendekatan cara belajar siswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu Pengetahuan Alam Conant (Patta Bundu, 2006: 10) mengemukakan pendapatnya bahwa sains adalah bangunan atau deretan konsep dan skema konseptual (conseptual

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode STAD Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok serta di dalamnya menekankan kerjasama.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil belajar Hasil belajar adalah upaya mengumpulkan informasi untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan dan kemampuan telah dicapai oleh siswa pada akhir setiap catur wulan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang sangat besar, terutama pendidikan di tingkat dasar dan menengah. Pendidikan ditujukan untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Dalam Bab II ini akan diuraikan kajian teori yang merupakan variabel dalam penelitian yang dilakukan yaitu hasil belajar, pendekatan CTL, dan alat peraga. 2.1.1 Hasil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keterampilan Proses Sains 2.1.1 Hakikat Sains Kata sains atau Science menurut Wonorahardjo (2010) dilihat dari sudut bahasa berasal dari bahasa latin, yaitu dari kata Scientia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari : Hasil Belajar, Belajar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari : Hasil Belajar, Belajar dan 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Pustaka Penelitian ini mengutip beberapa pendapat para ahli yang mendukung dan relavansi dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari :

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Metode Demonstrasi Demonstrasi adalah peragaan atau pertunjukan untuk menampilkan suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode demonstrasi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu pengetahuan merupakan ilmu yang sangat penting di dunia ini. Ilmu pengetahuan yang berkembang sekarang ini sangat beragam. Salah satunya adalah ilmu tentang alam.

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan hidup. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mutu lulusan pendidikan sangat erat kaitannya dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mutu lulusan pendidikan sangat erat kaitannya dengan proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu lulusan pendidikan sangat erat kaitannya dengan proses pelaksanaan pembelajaran yang dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain kurikulum, tenaga pendidik, proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengungkap segala sesuatu yang berkaitan dengan alam semesta. Trianto

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengungkap segala sesuatu yang berkaitan dengan alam semesta. Trianto BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat IPA Abruscato (Maslichah Asy ari, 2006: 7) mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang diperoleh lewat serangkaian proses yang sistematis untuk mengungkap segala sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan

BAB I PENDAHULUAN. Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan oleh Conant (Pusat Kurikulum, 2007: 8) sebagai serangkaian konsep yang saling berkaitan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Ilmu pengetahuan alam atau sains (science) diambil dari kata latin Scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami aktivitas belajar (Anni dkk, 2009: 85). Perolehan aspek-aspek

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dedukasi. IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada di

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dedukasi. IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada di BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam 1. Pengertian IPA Menurut H.W Fowler (Trianto, 2010: 136), IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala

Lebih terperinci

Bab II Landasan Teori

Bab II Landasan Teori Bab II Landasan Teori 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam Dalam Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi disebutkan bahwa : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian pendapat dari para ahli yang mendukung penelitian beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama dan mempunyai pandangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat IPA 2.1.1.1 Pengertian IPA IPA merupakan kumpulan pengetahuan yang diperoleh tidak hanya produk saja tetapi juga mencakup pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakter dan kreativitas siswa. Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. karakter dan kreativitas siswa. Pendidikan memegang peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya merupakan faktor penting dalam membentuk karakter dan kreativitas siswa. Pendidikan memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara keseluruhan dari siswa setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar adalah tindakan atau perbuatan yang dilakukan dalam belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab II kajian pustaka berisi tentang kajian teoriyang menjelaskan tentang pembelajaran,pengertian dari IPA sebagai ilmu pengetahuan yang berisi tentang alam semesta. Hasil belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan Sekolah Dasar adalah memberikan bekal pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan Sekolah Dasar adalah memberikan bekal pengetahuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan Sekolah Dasar adalah memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan dasar bagi siswa dalam mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aktivitas Belajar Aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Di era globalisasi saat ini menuntut setiap manusia agar dapat bersaing untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, berbagai masalah dan tantangan dalam segala aspek

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Observasi Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang digunakan oleh guru atau instruktur. Pengertian lain ialah sebagai teknik penyajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar

Lebih terperinci

Mata Pelajaran IPA di SMALB bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

Mata Pelajaran IPA di SMALB bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 55. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pendidikan pada umumnya dilaksanakan disetiap jenjang pendidikan melalui pembelajaran. Oleh karena itu, ada beberapa komponen yang menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Model Pembelajaran Jigsaw 2.1.1.1. Pengertian Model Pembelajaran Jigsaw Menurut Arends (2008: 13), pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA Eva M. Ginting dan Harin Sundari Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agus Latif, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agus Latif, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, salah satu tujuan yang hendak dicapai dalam sebuah proses pembelajaran fisika adalah: Menguasai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori 2.1.1. Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan atau proses sesuatu,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan atau proses sesuatu, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Metode eksperimen Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran, siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari atau melakukan sendiri, mengikuti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah menunjukan perkembangan yang sangat pesat. Kemajuan IPTEK bukan hanya dirasakan oleh beberapa orang saja melainkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Ayat (3) mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Ayat (3) mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan Pemerintah Negara Indonesia salah satunya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang

Lebih terperinci

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang berperan penting dalam kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), sehingga perkembangan matematika menjadi sesuatu yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Menurut Glasersfeld (Sardiman, 2007) konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi

Lebih terperinci

BAB II PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SEKOLAH DASAR

BAB II PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SEKOLAH DASAR 6 BAB II PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA A. Definisi Metode Inkuiri Salah satu metode pembelajaran dalam bidang Sains, yang sampai sekarang masih tetap dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan menengah. Salah satu bidang

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan menengah. Salah satu bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum Sekolah Dasar diselenggarakan dengan tujuan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Mata Pelajaran IPA 2.1.1.1 Pengertian IPA Ilmu Pengetahuan Alam sering disebut science. Telah mempengaruhi sebagian besar kehidupan manusia. Setiap warga masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Pemebelajaran IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berasal dari Bahasa Inggris, yaitu natural science. Nature artinya berhubungan dengan alam atau yang bersangkut paut dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Defenisi Pembelajaran Pembelajaran merupakan terjemahan dari learning yaitu suatu proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan secara sadar oleh seseorang

Lebih terperinci