A. Kelistrikan Tubuh 1. Listrik Dalam Tubuh

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "A. Kelistrikan Tubuh 1. Listrik Dalam Tubuh"

Transkripsi

1 A. Kelistrikan Tubuh 1. Listrik Dalam Tubuh Listrik memegang peranan penting dalam kedokteran. Ada dua aspek listrik dan magnet dalam pengobatan yaitu efek listrik dan magnetik yang dihasilkan di dalam tubuh dan aplikasi listrik dan magnet ke permukaan tubuh. Luigi Galvani memberikan kontribusi pertama di bidang ini pada tahun 1786 ketika ia menemukan listrik di kaki kodok. Sejak saat itu bertahun-tahun penelitian telah dilakukan dengan berbagai macam percobaan yang berhubungan dengan efek listrik di dalam dan pada permukaan tubuh. Penelitian dasar masalah ini disebut neurofisiologi. Listrik yang dihasilkan di dalam tubuh berfungsi untuk mengontrol dan mengoperasikan syaraf, otot, dan organ. Pada dasarnya semua fungsi dan aktivitas tubuh melibatkan listrik dalam beberapa cara, diantaranya yaitu kekuatan otot yang disebabkan oleh daya tarik dan tolakan dari muatan listrik. Aktifitas otak pada dasarnya juga bersifat elektrik. Pada sistem saraf otak semua sinyal dari otak dan yang menuju otak melibatkan aliran arus listrik. Sistem saraf berperan penting dalam hampir setiap fungsi tubuh. Pada dasarnya, pusat saraf (otak) menerima sinyal internal dan eksternal dan biasanya membuat tanggapan yang tepat. Informasi ini ditransmisikan sebagai sinyal-sinyal listrik di sepanjang saraf. Sistem komunikasi yang efisien ini dapat menangani banyak jutaan bentuk informasi pada waktu yang sama dengan kecepatan tinggi. Dalam melaksanakan fungsinya, tubuh banyak menghasilkan sinyal listrik. Sinyal listrik yang dihasilkan merupakan hasil aksi elektrokimia sel tertentu. Pengukuran isyarat listrik tubuh secara selektif sangat berguna untuk memperoleh informasi klinik tentang fungsi tubuh dan gangguan pada organ-organ tertentu. Potensial listrik dan sinyal listrik dapat diukur dengan alat-alat sebagai berikut: Elektromiograf (EMG) adalah alat yang digunakan untuk memantau aktivitas listrik otot, elektrokardiograf (EKG) yang digunakan untuk memantau aktivitas listrik jantung, dan elektroensefalograf (EEG) adalah alat yang digunakan untuk memantau aktivitas listrik otak. 5

2 6 2. Kelistrikan Sistem Saraf Dan Neuron Sel saraf berfungsi untuk menerima, menginterpretasi, dan mentransmisikan pesan listrik. Ada banyak jenis neuron, pada dasarnya neuron terdiri dari sel-sel tubuh yang menerima pesan listrik dari neuron lain melalui kontak yang disebut sinapsis yang terletak di dendrit atau pada tubuh sel. Gambar 2.1 Skema Neuron (Sumber Kamus Visual, 2003) Gambar 2.1 merupakan gambar bagian-bagian dari sel saraf. Pada bagian ujung saraf terdapat dendrit. Dendrit merupakan bagian dari neuron yang khusus untuk menerima informasi dari rangsangan atau dari sel lainnya. Pada dendrit saraf terdapat multi sensor yang berfungsi menerima segala bentuk rangsangan dan mengubahnya menjadi sinyal listrik. Jika stimulus atau rangsangan cukup kuat, neuron mengirimkan sinyal listrik ke luar sepanjang serat yang disebut akson. Akson, atau serat saraf, yang panjangnya 1 m, membawa sinyal listrik ke otot, kelenjar, atau neuron lainnya melalui terminal akson. a. Potensial Listrik Saraf Di seluruh permukaan atau membran neuron terdapat beda potensial (tegangan) yang disebabkan adanya ion negatif yang lebih di bagian dalam membran daripada di luar. Pada kondisi ini, neuron dikatakan terpolarisasi. Bagian dalam sel biasanya mempunyai tegangan mv lebih negatif daripada di bagian luar sel. Beda potensial ini disebut potensial istirahat neuron. Gambar 2.2 menunjukkan konsentrasi skematis dari berbagai ion di dalam dan di luar suatu membran akson. Ketika neuron dirangsang, terjadi perubahan potensial

3 7 sesaat yang besar pada potensial istirahat di titik rangsangan. potensi ini disebut potensial aksi, yang menyebar sepanjang akson. Potensial aksi adalah metode utama transmisi sinyal di dalam tubuh. stimulasi ini dapat disebabkan oleh rangsangan secara fisik dan berbagai reaksi kimia seperti panas, dingin, cahaya, suara, dan bau. Jika rangsangan ini berupa sinyal listrik, hanya diperlukan sekitar 20 mv melintasi membran untuk memulai potensial aksi. Gambar 2.2 Tingkat konsentrasi ion K +, Na +, Cl -, dan ion-ion protein di dalam dan luar sel (dalam mol/l). Di dalam sel lebih negatif dibandingkan di luar sekitar mv. dengan medan listrik E. (John R. Cameron, 2003: 200). Potensial istirahat dapat dijelaskan dengan menggunakan model suatu membran yang memisahkan larutan KCl (Gambar 2.3a). KCl terdiri dari larutan ion K + dan ion Cl -. Diasumsikan bahwa membran memungkinkan ion K + melewatinya tetapi tidak mengizinkan lewatnya ion Cl ˉ. Ion K + menyebar bolakbalik melintasi membran, namun, transfer bersih berlangsung dari daerah konsentrasi tinggi H ke wilayah konsentrasi rendah L. Akhirnya akibat dari gerakan ini menyebabkan kelebihan muatan positif di L dan kelebihan muatan negatif di H. Muatan tersebut berbentuk lapisan pada membran yang berfungsi untuk menghasilkan kekuatan listrik yang menghambat aliran ion K + dari H ke L. Pada akhirnya ada suatu keseimbangan (Gambar 2.3b). Secara kualitatif, potensial

4 8 istirahat sebuah saraf ada karena membran bersifat impermeable (tidak dapat dilewati) terhadap ions A - (protein) yang berukuran besar, ditunjukkan pada Gambar 2.2 dan membran tersebut bersifat permeable (dapat dilewati) untuk ion K +, Na +, dan ion Clˉ. Gambar 2.3 Model potensial istirahat (a) Ion K + menyebar dari H ke L, menghasilkan beda potensial (lapisan dipol) sepanjang membran dan menghasilkan potensial. (b) keadaan seimbang. (John R. Cameron, 2003: 201). Rangsangan Sel saraf Potensial sel saraf istirahat dapat diganggu oleh: 1. Rangsangan Listrik 2. Kimia 3. Fisis/mekanik Gambar 2.4 Gelombang aktifitas listrik sel saraf (Sumber: Jika ada impuls, maka butir-butir membran akan berubah dan ion-ion Na + akan masuk dari luar sel ke dalam sel. Hal ini menyebabkan dalam sel akan menjadi lebih positif daripada di luar sel, dan potensial membran meningkat. Keadaan ini disebut depolarisasi. Gangguan ini sedikit mempengaruhi potensial

5 9 membran, dan cepat kembali pada nilai istirahatnya= -70 mv. Jika Rangsangan tersebut kuat, menyebabkan terjadinya depolarisasi dari -90mV menjadi -50 mv ( potensial ambang). Terjadinya depolarisasi menyebabkan perubahan potensial menjadi terbuka. Ion-ion Na + mengalir masuk ke dalam sel dengan cepat dan dalam jumlah banyak, sehingga menimbulkan arus listrik : I= dq/dt Keterangan : I = Kuat arus (amper) dq/dt = perubahan muatan per satuan waktu Aliran Na + menyebabkan terjadinya perubahan potensial listrik menjadi +40mV. Setelah depolarisasi, saluran Na + tertutup selama 1 ms sampai membran tidak dapat dirangsang lagi. Perubahan transien pada potensial listrik di antara membran disebut potensial aksi. Setelah mencapai puncak mekanisme pengangkutan di dalam sel membran dengan cepat mengembalikan ion Na + ke luar sel sehingga membran kembali ke keadaan potensial istirahat. Gambar 2.5 menunjukkan bagaimana skema akson menyebarkan potensial aksi. Grafik dari potensial yang diukur antara titik P dan bagian luar akson juga ditampilkan. Akson ini memiliki potensial istirahat dari sekitar -80 mv (Gambar 2.5a). Jika ujung kiri akson dirangsang, dinding membran menjadi menyerap ion Na + dan ion ini berjalan melalui membran, hal ini menyebabkan terjadinya depolarisasi. Bagian dalamnya sesaat menjadi bermuatan positif dengan tegangan sekitar 50 mv. Potensial aksi di bagian yang dirangsang menyebabkan pergerakan ion, seperti yang ditunjukkan oleh tanda panah pada Gambar. 2.5b, yang menyebabkan depolarisasi di bagian sebelah kanan (Gambar 2.5c, d, dan e). Sementara itu di titik rangsangan asal telah pulih (repolarisasi) karena ion K + telah pindah keluar untuk mengembalikan potensial istirahat (Gambar. 2.5c, d, dan e).

6 10 Gambar 2.5 Transmisi impuls saraf sepanjang akson. (a) potensial istirahat akson sekitar 80 mv. (b) rangsangan pada bagian kiri menyebabkan depolarisasi membran. (c) Arus positif mengalir pada tepi leading. (d dan e) Sementara itu, ion K + keluar dari inti akson dan memulihkan potensial istirahat (repolarisasi membran). Tegangan yang berpindah sepanjang saraf adalah potensial aksi. (John R. Cameron, 1978: 187) Potensial aksi kebanyakan neuron dan sel-sel otot, berlangsung selama beberapa mili detik, namun potensi aksi untuk otot jantung berlangsung lama sekitar mili detik (Gambar 2.6).

7 11 Gambar 2.6 Bentuk gelombang potensial aksi dari (a) saraf akson (b) sel otot kerangka (c) sel otot jantung. Skala waktu masingmasing berbeda. (John R. Cameron, 1978: 187). b. Jenis-Jenis Serat Saraf Pemeriksaan akson dari berbagai sel saraf dengan mikroskop elektron menunjukkan bahwa ada dua jenis serat saraf. Membran beberapa akson ditutupi dengan lapisan lemak insulator yang disebut mielin yang memiliki celah yang tidak terisolasi kecil yang berukuran beberapa milimeter yang disebut nodes of Ranvier (Gambar 2.1), saraf ini disebut sebagai saraf mielinated. Akson dari saraf lain yang tidak memiliki lengan (selubung) mielin, disebut saraf unmielinated. Kebanyakan saraf manusia memiliki kedua jenis serat saraf tersebut. Banyak penelitian awal tentang perilaku listrik saraf dilakukan di serat saraf mielin. Serat saraf bermielin, banyak terdapat pada manusia dan melakukan potensial aksi lebih cepat daripada serat saraf tanpa mielin. Selubung mielin pada gambar 2.1 adalah insulator yang baik dan memiliki kapasitansi listrik sangat rendah. Potensial aksi makin menurun apabila melewati serat saraf bermielin. Penurunan sinyal kemudian bertindak seperti rangsangan pada node of ranvier (celah) berikutnya untuk memulihkan potensial aksi kembali kekeadaan awalnya. Dua faktor utama yang mempengaruhi kecepatan propagasi potensial aksi yaitu hambatan dalam membran inti dan kapasitansi (atau muatan yang tersimpan)

8 12 yang ada pada membran. Penurunan potensial aksi yang baik akan meningkatkan kecepatan propagasi. Hambatan internal sebuah akson menurun dengan semakin meningkatnya diameter, sehingga sebuah akson dengan diameter besar akan memiliki kecepatan propagasi yang lebih tinggi daripada akson dengan diameter kecil. Semakin besar muatan yang tersimpan pada membran, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk depolarisasi, dan dengan demikian semakin lambat kecepatan propagasi. Karena kapasitansi rendah, muatan yang tersimpan di bagian serat saraf mielin sangat kecil dibandingkan pada serat tanpa mielin pada diameter dan panjang yang sama. Oleh karena itu kecepatan konduksi dalam serat saraf mielin ini lebih cepat. Akson tanpa mielin cumi-cumi (diameter ~ 1 mm) memiliki kecepatan propagasi 20 sampai 50 ms -1, sedangkan serat saraf mielin dalam manusia (diameter ~ 10 μm) memiliki kecepatan propagasi sekitar 100 ms -1. Perbedaan kecepatan konduksi sinyal menjelaskan mengapa terjadi loncatan dari node dalam serat saraf mielin. 3. Kelistrikan Tulang Sumber listrik pada tubuh yang lain adalah tulang. Pertumbuhan tulang adalah salah satu proses kehidupan yang dikendalikan secara elektrik. Tulang mengandung kolagen yang merupakan suatu bahan piezoelektrik yaitu apabila diberikan suatu gaya kepada kolagen, akan terbentuk potensial dc kecil. Kolagen menghantarkan arus listrik dengan muatan negatif sedangkan kristal mineral tulang (apatit) yang terletak dekat dengan kolagen menghantarkan arus listrik dengan muatan positif. Pada sambungan antara kedua jenis semikonduktor ini, arus akan mengalir ke satu arah tetapi tidak kearah lain (ini adalah gagasan dasar dalam mengubah sinyal ac menjadi dc dengan rectification). 4. Aktifitas Kelistrikan Pada Otot Informasi diagnostik tentang otot dapat diperoleh dari aktivitas kelistrikan pada saluran transmisi potensial aksi dari akson ke otot, sebagai penyebab

9 13 terjadinya kontraksi otot. Otot terdiri dari banyak unit motor. Sebuah unit motor terdiri dari sebuah neuron bercabang tunggal dari batang otak atau kabel spinal dan serat otot (sel) yang terhubung ke ujung pelat motor (Gambar 2.7). Potensial istirahat pada membran serat otot mirip dengan potensial istirahat di serat saraf. Tindakan Otot dimulai oleh potensial aksi yang bergerak sepanjang akson dan ditransmisikan melalui ujung pelat motorik ke serat otot, menyebabkan serat otot saling kontraksi. Gambar 2.7 Skema neuron dimulai dari spinal cord dan diakhiri beberapa sel Neuron dan sel otot penghubung membuat sebuah unit motorik. (John R. Cameron, 1978: 190). Hubungan antara dua buah saraf disebut sinapsis, berakhirnya saraf pada sel otot atau hubungan saraf otot disebut Neuromyal Juction. Baik sinapsis maupun Neuromial Junction mempunyai kemampuan meneruskan gelombang depolarisasi dengan cara lompat dari satu sel ke sel yang berikutnya. Gelombang depolarisasi ini penting pada sel membran otot, karena pada waktu terjadi depolarisasi, zat kimia yang terdapat pada otot akan trigger/ bergetar/ berdenyut menyebabkan kontraksi otot dan setelah itu akan terjadi repolarisasi sel otot hal mana otot akan mengalami relaksasi.

10 14 5. Aktifitas Kelistrikan Otot Jantung Gambar 2.8 menjelaskan tentang bagian-bagian jantung. Jantung memiliki empat bagian yaitu dua ruang atas, atrium kiri dan atrium kanan, yang disinkronisasi untuk kontraksi secara bersamaan, dua ruang yang lain yaitu dua ruang bawah, ventrikel kiri dan kanan. Atrium kanan menerima darah vena dari tubuh dan memompanya ke ventrikel kanan. Ventrikel ini memompa darah melalui paru-paru. Kemudian darah mengalir ke atrium kiri. Kontraksi atrium kiri mengalirkan darah ke ventrikel kiri, yang kontrak dan memompanya ke dalam sirkulasi umum yaitu darah melewati pembuluh kapiler ke pembuluh vena dan kembali ke atrium kanan. Gambar 2.8 Anatomi Jantung Manusia (Sumber: Aktifitas Kelistrikan Otot Jantung Jantung mempunyai aktifitas listrik meliputi: Sino Atrio Nodus, Atrio Ventrikuler Nodus, Berkas His dan Serabut Purkinje, inilah point penting dalam pembacaan EKG. Listrik jantung dihasilkan oleh adanya reaksi sel jantung dengan ion Na +. Sel membran otot jantung (miokardium) berbeda dengan saraf dan otot bergaris. Saraf dan otot bergaris memerlukan rangsangan supaya ion Na + masuk ke dalam sel, proses masuknya ion Na + ke dalam sel disebut proses depolarisasi. Sedangkan depolarisasi pada sel otot jantung, ion Na + mudah bocor (tidak memerlukan rangsangan dari luar), setelah repolarisasi komplit, ion Na + akan

11 15 masuk lagi ke dalam sel yang disebut depolarisasi spontan. Depolarisasi spontan ini menghasilkan gelombang depolarisasi untuk seluruh otot miokardium. Depolarisasi sel membran otot jantung oleh perambatan potensial aksi menghasilkan kontraksi otot sehingga terjadi denyut jantung. Gerakan ritmis jantung dikendalikan oleh sebuah sinyal listrik yang diprakarsai oleh rangsangan spontan dari sel-sel otot khusus yang terletak di atrium kanan. Sel-sel ini membentuk sinoatrial (SA) node, atau alat pacu jantung alami (Gambar. 2.9). SA node berdetak secara berkala sekitar 72 kali per menit. Namun, laju detak dapat ditingkatkan atau dikurangi dengan saraf eksternal untuk mengetahui respon jantung terhadap kebutuhan darah tubuh serta rangsangan lainnya. Sinyal listrik dari SA node memulai depolarisasi saraf dan otot dari kedua atrium, menyebabkan atrium berkontraksi dan memompa darah ke dalam ventrikel. Sehingga terjadilah repolarisasi dari atrium tersebut. Sinyal listrik kemudian lolos ke atrioventrikular (AV) node, yang mengawali depolarisasi ventrikel kanan dan kiri, menyebabkan mereka kontrak dan memaksa darah masuk ke dalam paru dan sirkulasi umum. Saraf dan otot ventrikel kemudian mengalami repolarisasi dan siklus dimulai lagi. Secara skema dapat dijelaskan sebagai berikut: Gambar 2.9 Penjalaran Depolarisasi (John R. Cameron, 1978: 190).

12 16 Keterangan: SA node memulai gelombang depolarisasi dari atrium kanan ke atrium kiri dalam 70 sekon > terjadi kontraksi atrium. Gelombang depolarisasi berlanjut ke AV node > AV node mengalami depolarisasi. Gelombang dari AV node melalui bundle of his (BH) dan diteruskan ke bundle branch (BB) > BB mengalami depolarisasi. Diteruskan ke jaringan purkinye > endokardium > berakhir di epikardium > terjadi kontraksi otot jantung. Setelah repolarisasi, miokardium mengalami relaksasi. Hubungan antara pemompaan jantung dengan potensi listrik pada kulit dapat dipahami dengan mempertimbangkan perambatan potensial aksi di dalam jantung seperti ditunjukkan pada Gambar Gambar Skema potensial aksi turun pada dinding jantung. Beberapa arus ion, diindikasikan oleh lingkaran, yang melalui torso diindikasikan sebagai resistor. Potensial aktif. (John R. Cameron, 1978: 198). Aliran arus yang dihasilkan tubuh memulai terjadinya penurunan potensi seperti yang ditunjukkan skema pada resistor. Distribusi potensial untuk seluruh jantung ketika ventrikel adalah satu-setengah kali depolarisasi yang ditunjukkan oleh garis ekuipotensial pada Gambar Perhatikan bahwa potensi diukur pada permukaan tubuh bergantung pada lokasi elektroda. Bentuk garis potensial ditunjukkan pada Gambar 2.11 hampir sama dengan yang diperoleh dari sebuah dipol listrik.

13 17 Gambar Distribusi potensial bagian dada pada saat ventrikel depolarisasi separuh. Electrode yang diletakkan di titik A, B, dan C mengindikasikan potensial pada saat itu. (John R. Cameron, 1978: 199). Garis ekuipotensial pada waktu lain dalam siklus jantung juga bisa direpresentasikan oleh dipol listrik, namun dipol untuk momentum yang berbeda dalam siklus akan berbeda ukuran dan orientasi. Model dipol listrik jantung pertama kali diusulkan oleh AC Waller pada tahun 1889 kemudian dirubah oleh orang lain. B. Pengukuran Isyarat Listrik Tubuh Pengukuran isyarat listrik tubuh secara selektif sangat berguna untuk memperoleh informasi klinik tentang fungsi tubuh dan gangguan pada organorgan tertentu. Alay yang digunakan untuk mengukur isyarat listrik tubuh adalah: 1. Electromiograf (EMG) 2. Electroneurograf (ENG) 3. Electroretionograf (ERG) 4. Electrogastrograf (EGG) 5. Electroensefalograf (EEG) 6. Electrokardiograf (EKG)

14 18 Pada pembahasan di bawah, akan dibahas 3 dari 6 isyarat listrik yang terkenal yaitu Electromiograf (EMG), Electrokardiograf (EKG), Electroensefalograf (EEG). 1. Sinyal Listrik Dari Otot-Elektromiograf (EMG) Pencatatan potensial biolistrik otot selama pergerakan otot disebut electromiogram. Otot dilayani oleh beberapa unit motor. Suatu unit motor terdiri dari cabang-cabang tunggal neuron atau saraf dari otak atau medulla spinalis. Ada serat otot (sel), dihubungkan dengan saraf via motor end plate, sehingga potensial istirahat yang melewati serat otot serupa dengan potensial istirahat yang melewati serat saraf. Oleh sebab itu gerakan otot berkaitan dengan satu potensial aksi yang merambat sepanjang akson dan diteruskan ke serat saraf otot melalui motor end plate. Catatan dari potensial aksi dalam sel otot tunggal secara skematis diperlihatkan pada Gambar 2.12 Pengukuran tersebut dibuat dengan elektroda yang sangat kecil (microelectrode) yang ditusukkan melalui membran otot. Gambar 2.12 Rangkaian instrument untuk mengukur potensial aksi pada sel otot tunggal. Electrode dibenamkan didalam cairan pada sel. (John R. Cameron, 1978: 190). Sel-sel otot tunggal biasanya tidak dipantau dalam ujian EMG karena sulit untuk mengisolasi serat tunggal. Sebaliknya, elektroda EMG biasanya merekam aktivitas listrik dari beberapa serat. Dalam pemeriksaan EMG tersebut menggunakan elektroda permukaan dan elektroda jarum konsentris. Elektroda permukaan menempel pada kulit mengukur sinyal-sinyal listrik dari banyak unit

15 19 motor. Sebuah jarum elektroda konsentris dimasukkan di bawah kulit mengukur aktivitas unit motor tunggal melalui kabel berisolasi yang terhubung ke titik unit motor tersebut. Gambar 2.13 menunjukkan EMG dari dua jenis elektroda Sebuah pengaturan yang khusus untuk rekaman EMG ditunjukkan pada Gambar Sinyal listrik otot ini dapat ditampilkan secara langsung di salah satu saluran osiloskop, dan sinyal dapat diintegrasikan dan ditampilkan di saluran kedua. Sinyal juga dapat dikirimkan melalui sebuah amplifier sehingga sinyal tersebut dapat terdengar oleh pengeras suara. Catatan integrasi (dalam tegangan kedua) adalah ukuran kuantitas listrik yang terkait dengan potensial aksi otot. Gambar 2.13 EMG diperoleh dengan electroda jarum konsentris dan permukaan electrode. (John R. Cameron, 1978: 191). Gambar 2.14 menunjukkan bentuk rangkaian EMG. Dalam klinik, suara EMG dan bentuk integrasi sering digunakan untuk menentukan kondisi otot selama kontraksi. EMG dapat diperoleh dari otot atau unit motorik yang dipicu elektrik, dan cara ini sesuai dengan kontraksi otot yang tidak dipaksakan. Kontraksi otot yang tidak dipaksakan (voluntary contraction) biasanya terjadi selama 100 milidetik karena semua unit motorik tidak akan melakukan tembakan pada saat yang sama,

16 20 selain itu setiap unit motorik bisa menghasilkan beberapa potensi tindakan (potensial aksi) tergantung pada sinyal yang dikirim dari sistem saraf pusat. Gambar 2.14 Rangkaian instrument untuk memperoleh EMG. (Sumber methods.html) Dengan stimulasi listrik, waktu stimulasi dapat ditetapkan dengan baik dan semua serat otot menembak pada waktu yang hampir bersamaan. Sebuah pulsa rangsangan tertentu mungkin memiliki amplitudo 100 V dan periode 0,1-0,5 milidetik. Gambar 2.15 EMG untuk (a) kontraksi minimal ditunjukkan oleh potensial aksi dari unit motorik tunggal. (b) kontraksi maksimal ditunjukkan oleh potensial aksi dari banyak unit motorik. (John R. Cameron, 1978: 192).

17 21 EMG yang diperoleh selama rangsangan listrik dari unit motor ditunjukkan pada Gambar 2.16 Potensial aksi muncul dalam EMG setelah jangka waktu latency (waktu antara stimulasi dan permulaaan respon). Hasil EMG digunakan untuk menentukan apakah potensial aksi dan periode latensinya sama. Jika hasil EMG otot tubuh simetris maka otot tersebut normal, cara yang lain yaitu dengan dengan membandingkannya dengan orang normal. Gambar 2.16 Rangkaian instrument untuk memperoleh EMG selama rangsangan listrik pada unit motorik. (John R. Cameron, 1978: 193). Gambar 2.17 Rangsangan listrik pada saraf sensorik dan motorik pada bayi (a) skema diagram instrument. (b) Untuk rangsangan per waktu tingkat rendah. (c) Untuk rangsangan sedang. (d) Untuk rangsangan besar. (John R. Cameron, 1978: 194).

18 22 Rangsangan listrik unit motorik, dapat digunakan untuk merangsang saraf sensorik yang membawa informasi ke sistem saraf pusat. Sistem refleks dapat dipelajari dengan mengamati respon refleks pada otot (Gambar 2.17a). Pada rangsangan tingkat rendah, beberapa saraf sensori aktif namun saraf motorik tidak dan tidak ada respon M yang terlihat (Gambar 2.17b). Potensial aksi dari saraf sensorik pindah ke sumsum tulang belakang dan menghasilkan respon refleks yang bergerak sepanjang saraf motor dan memulai sebuah respon tunda H pada otot. Saat rangsangan meningkat, kedua saraf motorik dan saraf sensorik terangsang dan baik M dan respon H dapat terlihat (Gambar 2.17Hc). Pada tingkat rangsangan yang besar, hanya respon M yang terlihat (Gambar 2.17.Hd). Kecepatan dari potensial aksi dalam saraf motorik juga dapat ditentukan. Rangsangan yang diberikan pada dua lokasi, dan periode latensi untuk setiap respon diukur. Perbedaan antara dua periode latency adalah waktu yang diperlukan untuk potensial aksi menempuh jarak antara kedua saraf; kecepatan dari potensial aksi ini jarak dibagi selang waktu antara dua periode latency. Gambar2.18 Kecepatan konduksi saraf sensori dapat ditentukan dengan rangsangan pada suatu lokasi tertentu dan dari rekaman respon dengan meletakkan electroda pada jarak yang diketahui. (John R. Cameron, 1978: 196). Penjelasan dari gambar diatas respon berjalan sejauh 0,25m dari posisi 1 ke posisi 2 dalam waktu 4,3 msec. Kecepatan konduksinya dapat dihitung:

19 23 x v t 0,25m 3 4,3x10 sec v 58m/ sec Sedangkan kecepatan konduksi saraf sensori ketika respon berjalan dari posisi 2 ke 3 adalah: v x t 0,20m 3 4x10 sec v 50m/ sec Kecepatan konduksi untuk saraf sensoris dapat diukur dengan merangsang di salah satu bagian dan rekaman di beberapa lokasi yang diketahui jaraknya dari titik stimulasi (Gambar 2.18). Banyak sekali kerusakan saraf pada saat terjadi penurunan kecepatan konduksi. kecepatan umum konduksi adalah m/detik, kecepatan di bawah 10 m/detik menunjukkan adanya masalah. Selama Electomiogram berlangsung dilakukan beberapa kali rangsangan hal ini dilakukan untuk menentukan karakteristik kelelahan otot. Otot-otot utama pada manusia dapat direstimulasi pada tingkat antara 5 dan 15 Hz. Seorang pasien dengan penyakit myasthenia gravis menunjukkan kelemahan otot saat melaksanakan tugas otot berulang-ulang. Hasil EMG pasien menunjukkan bahwa pada stimulasi yang dilakukan secara berulang-ulang, saraf motorik gagal untuk mentransmisikannya ke otot. 2. Sinyal Listrik Dari Jantung-Electrokardiograf (EKG) Saraf dan otot jantung dapat dianggap sebagai sumber listrik tertutup dalam sebuah konduktor listrik, batang tubuh. Jelas tidak mudah untuk membuat pengukuran listrik langsung pada jantung; informasi diagnostik diperoleh dengan pengukuran potensi listrik yang dihasilkan oleh jantung di berbagai tempat di permukaan tubuh. Catatan potensi jantung pada kulit disebut elektrokardiogram (EKG). Hubungan antara pemompaan jantung dengan potensi listrik pada kulit dapat dipahami dengan mempertimbangkan perambatan potensial aksi di dalam

20 24 jantung seperti ditunjukkan pada Gambar 2.20 Aliran arus yang dihasilkan tubuh memulai terjadinya penurunan potensi seperti yang ditunjukkan skema pada resistor. Gambar 2.20 Skema potensial aksi turun pada dinding jantung. Beberapa arus ion, diindikasikan oleh lingkaran, yang melalui torso diindikasikan sebagai resistor. Potensial aktif. (John R. Cameron, 1978: 198). Gambar 2.21 Bidang elektrokardiografik dan vektor dipol listrik. RA, LA, RL, dan LL mengindikasikan lokasi electroda pada bagian kanan dan kiri tangan dan kaki. (John R. Cameron, 1978:200). Potensial listrik (jantung) yang diukur pada permukaan tubuh hanyalah proyeksi sesaat dari vektor dipol listrik dalam arah tertentu. Vektor dipol listrik

21 25 tersebut merupakan fungsi perubahan dari waktu. Potensial listrik diproyeksikan sama dipole listrik tersebut. Gambar 2.21 menunjukkan vektor dipol listrik pada tiga pesawat elektrokardiografi tubuh. Permukaan elektroda untuk pengamatan EKG yang paling sering terletak di lengan kiri (LA), lengan kanan (RA), dan kaki kiri (LL). Meskipun lokasi elektroda berbeda tergantung situasi medis; namun lokasi yang paling sering digunakan adalah tangan atau posisi yang lebih dekat ke jantung. Pengukuran potensial antara RA dan LA disebut Lead I, dan antara RA dan LL disebut Lead II, sedangkan antara LA dan LL disebut lead III (Gambar 2.22). Gambar Konektor listrik untuk lead, I, II, III. Rekaman Muatan kutub pada umumnya dalam instrument mengindikasikan masing-masing lead. (John R. Cameron, 1978: 201). Konfigurasi ini dirintis oleh Willem Einthoven, seorang ahli fisiologi Belanda, dan ketiga lead tersebut disebut standar ekstremitas lead. Biasanya, ketiga standar ekstremitas lead tersebut digunakan dalam pemeriksaan klinis. Potensi antara dua diantaranya memberikan amplitudo relatif dan arah dari vektor dipol listrik pada bidang frontal (Gambar 2.23). Tiga konfigurasi lead tambahan, avr, avl, dan avf, juga diperoleh di bidang frontal. Untuk lead avr, satu sisi perekam terhubung ke RA dan sisi lain terhubung ke pusat dua resistor yang terhubung ke LL dan LA (Gambar 2.24). Dua lead tambahan lainnya diperoleh dengan cara yang sama, untuk lead avl, perekam melekat ke elektroda LA dan resistor yang terhubung ke RA dan LL; untuk lead avf, perekam melekat ke elektroda LL dan resistor terhubung ke RA dan LA.

22 26 Gambar 2.23 Skema dipole listrik pada jantung diproyeksikan pada bidang frontal. Potensial didalam lead I pada beberapa moment proposional terhadap proyeksi vector dipol pada garis RA-LA; potensial di Lead II dan III proposional terhadap proyeksi pada sisi lain segitiga. (Sumber: Gambar 2.24 Penambahan Lead diperoleh dengan menempatkan sebuah jarum resistor diantara dua electrode. Jarum resistor pusat digunakan sebagai connector satu dan elektroda sisanya digunakan sebagai konektor kedua. (Sumber Buku Medical physics) Setiap peta EKG menelusuri sebuah proyeksi dari vektor dipol listrik, atau aktivitas listrik jantung, yang melalui setiap bagian dari siklus tersebut. Gambar 2.25 memperlihatkan skema output lead II dengan simbol standar untuk

23 27 bagian dari pola. Peristiwa listrik utama dari siklus jantung normal adalah (1) depolarisasi atrium, yang menghasilkan gelombang P; (2) repolarisasi atrial (jarang terlihat), (3) depolarisasi ventrikel, yang menghasilkan komplek QRS; dan (4) repolarisasi ventrikel yang menghasilkan gelombang T (Gambar 2.25). Gambar 2.25 Tipe EKG dari posisi Lead II. P menunjukkan depolarisasi dan kontraksi atrial, komplek QRS mengindikasikan depolarisasi ventricular, kontraksi ventricular terjadi diantara S dan T, dan T menunjukkan repolarisasi ventricular. (Sumber buku Medical Physics) Gambar 2.26 Enam bidang frontal ECGs untuk subjek normal. (Sumber Buku Medical Physics) Gambar 2.26 menunjukkan enam ECGs bidang frontal untuk subyek normal. Perhatikan bahwa dalam beberapa kasus gelombang positif dan dalam kasus lainnya adalah negatif, tanda gelombang tergantung pada arah dipol vektor dan polaritas listrik dan posisi elektroda dari alat ukur.

24 28 Gambar 2.27 Posisi EKG bidang tranversal. (a) Tampak frontal (b) Tampak atas. (Sumber buku Medical Physics) Gambar 2.28 Tipe enam bidang tranversal EKGs untuk subjek normal. (Sumber Buku Medical Physics) Dalam pemeriksaan klinis, enam bidang EKGs melintang biasanya dibuat di samping enam EKG bidang frontal. Untuk pengukuran bidang transversal, terminal negatif perekam EKG terpasang ke elektroda biasa pada titik-titik pusat dari tiga resistor yang terhubung ke RA, LL dan LA (Gambar 2.27a), dan elektroda lainnya dipindahkan di dinding dada dengan keenam posisi yang berbeda (Gambar 2.27b). Gambar 2.28 menunjukkan tipe EKGs bidang melintang (tranversal).

25 29 Sebuah EKG menunjukkan ada dan tidaknya gangguan dalam aktivitas listrik jantung normal. Sebagai contoh, EKG menandakan adanya suatu kondisi yang tidak normal yang disebut blok jantung. Jika sinyal nodus SA normal tidak dilakukan ke ventrikel, maka pulsa dari nodus AV akan mengendalikan detak jantung pada frekuensi denyut/menit, yang jauh lebih rendah dari detak jantung normal (70-80 denyut/menit). Blok jantung seperti ini bisa membuat pasien setengah cacat, penanaman sebuah alat pacu jantung bisa memungkinkan dia untuk hidup normal. 3. Sinyal Listrik Dari Otak-Electroensefalogram (EEG) Jika elektroda ditempatkan pada kulit kepala dan digunakan untuk mengukur aktivitas listrik, maka akan diperoleh beberapa aktivitas listrik yang kompleks yang sangat lemah dari neuron di korteks otak. Aktivitas ini pertama kali teramati oleh Hans Berger pada tahun 1929, sejak saat itu banyak penelitian telah dilakukan dibidang klinis, fisiologis, dan aplikasi fisiologis dari sinyal listrik otak ini, tapi pemahaman dasar tentang hal tersebut masih kurang. Salah satu hipotesis menyatakan bahwa potensi dihasilkan melalui proses sinkronisasi intermiten melibatkan neuron di korteks, dengan kelompok-kelompok neuron yang berbeda. Menurut hipotesis ini sinyal terdiri dari segmen-segmen pendek aktivitas listrik yang berurutan dari kelompok neuron yang terletak di berbagai tempat di korteks. Rekaman sinyal-sinyal dari otak disebut elektroensefalogram (EEG). Elektroda yang digunakan untuk merekam sinyal yang paling sering adalah cakram kecil yang terbuat dari perak klorida. Electrode-electroda tersebut melekat pada kepala di lokasi yang tergantung pada bagian otak yang akan dipelajari. Gambar 2.29 menunjukkan standar internasional sistem lokasi elektroda, dan Gambar 2.30 menunjukkan tipe EEG untuk beberapa pasang elektroda. Elektroda referensi biasanya menempel pada telinga (A1 atau A2 pada Gambar 2.30). Dalam pengujian rutin, 8-16 saluran dicatat secara bersamaan. sinyal-sinyal dibagian otak sisi kanan dibandingkan dengan sinyal sisi kiri. Saat aktifitas tidak simetris, hal ini sering menandakan adanya indikasi penyakit otak.

26 30 Gambar 2.29 Standart internasional sistem lokasi electrode untuk EEG. Electrode diletakkan pada interval 10% dan 20% dari jarak antar titik spesifik pada tengkorak. Inion adalah tulang yang menonjol pada bagian bawah tengkorak bagian belakang dan mastoid adalah belakang telinga. (Sumber: urement+methods.html) Gambar 2.30 EEG normal untuk tiap lokasi electrode (gambar 2.30). keterangan electroda dihubungkan dengan telinga (A1 dan A2). (Sumber Buku Medical Physics)

27 31 Amplitudo dari sinyal EEG sering menyebabkan masalah serius dalam pemrosesan sinyal EEG. Bahkan jika suara eksternal dikontrol, potensi aktifitas otot seperti gerakan mata dapat menyebabkan artefak dalam catatan medis. Frekuensi dari sinyal EEG tergantung pada aktivitas mental subjek. Misalnya, orang yang santai biasanya memiliki sinyal EEG yang tenang terutama frekuensi 8-13 Hz, atau gelombang alfa. Ketika seseorang lebih waspada, rentang frekuensi yang lebih tinggi, yaitu rentang gelombang beta (di atas 13 Hz), yang akan mendominasi sinyal EEG. Berbagai rentang frekuensi disajikan sebagai berikut: Jenis Gelombang Frekuensi Delta (Δ), atau lambat Hz Theta (θ), atau intermediate 4-7 Hz Alpha 8-13 Hz Beta, atau cepat 13 Hz. EEG digunakan sebagai bantuan dalam diagnosis penyakit yang melibatkan otak. Hal ini paling berguna dalam diagnosis epilepsi dan memungkinkan klasifikasi serangan epilepsi. Gambar 2.31 EEG untuk dua jenis epilepsi. (a) Grand mal. (b) Petit mal. (Sumber Buku Medical Physics) EEG untuk serangan epilepsi parah dengan hilangnya kesadaran, yang disebut kejang grand mal, menunjukkan spikes tegangan tinggi yang cepat di semua Lead dari tengkorak (Gambar 2.31a). EEG untuk serangan tidak terlalu parah, disebut kejang petit mal, menunjukkan sampai 3 gelombang bulat per detik diikuti atau didahului oleh spike cepat (Gambar 2.31b).

28 32 EEG membantu dalam identifikasi tumor otak sejak aktivitas listrik berkurang di wilayah tumor. Metode yang lebih kuantitatif lain untuk menemukan tumor otak melibatkan X-ray atau teknik kedokteran nuklir. Gambar 2.32 EEG untuk 2 keadaan tidur. (a) Permulaan tidur. (b) Tidur lelap (gelombang delta). (Sumber buku Medical physics) Banyak penelitian tentang tidur melibatkan pengamatan pola EEG untuk berbagai tahapan tidur (Gambar 2.32). Saat seseorang mengantuk, frekuensi 8-13 Hz (gelombang alpha) mendominasi EEG tersebut. Amplitudo meningkat dan frekuensi menurun saat orang mengalami fase tidur dari tidur ringan ke tidur yang lebih nyenyak. Kadang suatu EEG yang diambil saat tidur menunjukkan pola frekuensi tinggi disebut tidur paradox, tidur paradoks terkait dengan bermimpi. Gambar 2.33 EEG diambil selama tahap awal tidur dengan gelombang suara (kebisingan) digunakan sebagai stimulus. (Sumber buku Medical physics)

29 33 Selain merekam aktivitas spontan otak, kita dapat mengukur sinyal yang dihasilkan ketika otak menerima rangsangan eksternal seperti lampu berkedip atau pulsa suara. Sinyal jenis ini disebut sinyal pembangkit tanggapan. Gambar 2.33 menunjukkan tiga EEG diambil selama tahap awal tidur dengan serangkaian 10 gelombang suara (kebisingan) digunakan sebagai stimulus eksternal. Hasil EEG menunjukkan respon ke beberapa pulsa pertama dan dua terakhir pulsa. Kurangnya tanggapan di antara keduanya disebut habituasi. Karena respon yang ditimbulkan kecil, maka stimulus diulang berkali-kali dan tanggapan EEG dirata-rata di komputer. Gambar 2.34 menunjukkan rata-rata tanggapan yang ditimbulkan untuk 64 rangsangan. Gambar 2.34 Respon yang ditimbulkan untuk 64 rangsangan. (Sumber buku Medical physics) C. Penggunaan Arus Listrik Pada Permukaan Tubuh 1. Macam-Macam Gelombang Arus Listrik Pengetahuan tentang gelombang arus listrik ini penting artinya oleh karena dalam banyak hal berkaitan dengan penggunaan arus listrik untuk merangsang syaraf motoris atau saraf sensoris. Gelombang-gelombang arus listrik yang dimaksud dapat dilihat di bawah ini: a. b.

30 34 c. d. e. f. g. h. i. j Gambar 2.35 Macam-macam gelombang arus listrik (Sumber Buku Fisika Kedokteran) Keterangan gambar: a. Arus bolak-balik/sinusoidal b. Arus setengah gelombang (telah disearahkan) dengan meggunakan dioda c. Arus searah penuh tapi masih mengandung ripple/desir d. Arus searah murni e. Faradik f. Surged faradik (sentakan faradic) g. Surged sinusoidal (sentakan sinusoidal) h. Galvonik yang interuptus dihasilkan oleh rangkaian integrator i. Arus gigi gergaji. j. Arus yang dihasilkan oleh rangkaian deferensiator

31 35 2. Frekuensi Arus Listrik Sejak 2 abad belakang ini perkembangan listrik begitu pesat, seiring dengan perkembangan listrik, diciptakan alat-alat yang mempergunakan energi listrik. Hal-hal yang menyangkut soal listrik yaitu tegangan, tahanan listrik, arus listrik serta frekuensi listrik. Pada tahun 1890 jacques A.D Arsonval telah menggunakan listrik berfrekuensi rendah untuk menimbulkan efek panas. Tahun 1929, ia menggunakan listrik dengan frekuensi 30 MHz untuk pemanasan yang disebut short wave diathermy dan pada tahun 1950 sudah diperkenalkan penggunaan gelombang mikro dengan frekuensi MHz untuk keperluan diathermi dan pemakaian radar. Sesuai dengan efek yang ditimbulkan oleh listrik, maka arus listrik dibagi menjadi 2: a. Listrik berfrekuensi rendah b. Listrik berfrekuensi tinggi a. Listrik Berfrekuensi Rendah Listrik berfrekuensi rendah adalah listrik yang memiliki frekuensi antara 20 Hz sampai dengan Hz. Frekuensi rendah ini mempunyai efek merangsang saraf dan otot sehingga terjadi kontraksi otot. Alat-alat yang menghasilkan listrik berfrekuensi rendah yaitu: Stimulator yang rangkaiannya terdiri dari astable multivibrator. Multivibrator adalah golongan dari rangkaian osilator yang dapat menghasilkan bentuk gelombang output yang terdiri dari satu atau lebih pulsa-pulsa persegi. Astable multivibrator menyediakan rangkaian pulsa yang kontinu. Selain frekuensi yang diperhatikan, pengulangan dalam pemakaian sangat penting serta pemilihan bentuk gelombang manakah yang dipakai juga perlu diperhatikan. Untuk pemakaian dalam jangka waktu singkat dan bersifat merangsang persarafan otot, maka dipakai arus faradik.

32 36 I I I Arus Faradik T Arus faradic dari gulungan Smart- Bristow T T Arus faradic dari alat stimulator Gambar 2.36a Arus faradic murni, 2.36b Arus faradic dari gulungan Smart- Bristow, 2.36c Arus faradic dari stimulator electronika. (Sumber: Buku Fisika Kedokteran) Untuk pemakaian dalam jangka waktu lama dan bertujuan merangsang otot yang telah kehilangan persarafan maka dipakai arus listrik yang interuptur atau terputus-putus atau arus DC yang telah dimodifikasi (lihat gambar). I I I T T T (1) (2) (3) I I T (4) (5) Gambar 2.37 Tipe-tipe impuls yang telah dimodifikasi (1) rectangular, (2) trapezoidal, (3) triangular, (4) saw-tooth, (5) depolarized. (Sumber: Buku Fisika Kedokteran) T

33 37 Selain arus DC ada pula yang menggunakan arus AC dengan frekuensi 50 Hz. Arus AC ini serupa dengan arus DC, mempunyai kemampuan: 1) merangsang saraf sensoris 2) merangsang saraf motoris 3) berefek kontraksi otot. Walaupun kemampuan efek yang ditimbulkan arus AC serupa dengan arus DC, namun dalam pemakaian arus AC (sinusoidal) di klinik sudah banyak ditinggalkan. b. Listrik Berfrekuensi Tinggi Yang tergolong listrik berfrekuensi tinggi adalah frekuensi arus listrik di atas siklus perdetik ( Hz) 1) Dasar-dasar memproduksi arus listrik berfrekuensi tinggi: Untuk memperoleh frekuensi tinggi dipergunakan sirkuit osilator yang mengandung rangkaian kapasitor dan induktor (rangkaian L-C). Gambar 2.38 Rangkaian L-C (Sumber: Buku Fisika Kedokteran) Besarnya frekuensi arus yang dihasilkan dirmuskan ; X L = X c 2πfL = 1 2πfC f 2 = 1 4π 2 LC f = 1 2π LC

34 38 Keterangan : F= frekuensi (Hz) L = Induktansi inductor (henry) C = kapasitansi capasitor (Farad) 2) Penggunaan listrik berfrekuensi tinggi Listrik berfrekuensi tinggi tidak mempunyai sifat merangsang saraf motoris atau saraf sensoris, kecuali dilakukan rangsangan dengan pengulangan yang lama. Frekuensi tinggi ini mempunyai sifat memanaskan, berdasarkan sifat ini maka penggunaa frekuensi tinggi dalam bidang kedokteran dibagi dalam dua bagian: a) Makro wave diathermy (diatermi gelombang pendek) Pada diatermi ini terdapat dua metoda yang dipakai untuk memperoleh gelombang elektromagnetis agar masuk ke badan. Dua metoda yang dimaksudkan adalah metoda capacitance (metoda kondensor) dan metoda inductance (metode induksi = metode kabel). (1) Metode capacitance/kondensor Kapasitor adalah suatu komponen listrik yang berfungsi untuk menyimpan muatan, pada umumnya terdiri dari dua plat sejajar sebagai electrode yang diletakkan pada jarak tertentu dan diantaranya diisi bahan dielectric. Besarnya kapasitansi sebuah kapasitor adalah C = εa X m Keterangan : C = kapasitansi (Farad) X m = Jarak antar electrode (m) ε = permitivitas bahan(f/m) A = Luas penampang (m 2 ).

35 39 Prinsip kerja Metode capacitance/kondensor adalah electrode diletakkan pada masing-masing sisi yang akan di obati dan dipisahkan dari kulit dengan bahan isolator. Apabila kedua elektroda dialiri arus listrik maka akan tercipta medan listrik diantara kedua elektroda tersebut. Dipole listrik terdiri dari pasangan muatan positif dan negatif yang sama besar dan relatif saling berdekatan. Dipole listrik dapat menghasilkan medan listrik Subtansi yang berada didalam medan listrik (ε ) akan mengalami fibrasi, elektrolit mengalami dipole dan timbul panas. Sedangkan panas yang ditimbulkan dirumuskan dari persamaan matematis hukum Joule: H = V. I. t 0.24 Keterangan : H = Energy panas yang dihasilkan (Joule) V = tegangan (volt) I = Kuat arus yang mengalir (amper) t = waktu (sekon) Ukuran dan jarak elektroda perlu diperhatikan. Syarat yang perlu diperhatikan bahwa elektroda harus lebih besar daripada struktur yang akan diobati dan jarak penempatan elektroda harus sama terhadap kulit. Untuk jelasnya lihat gambar di bawah ini. Gambar 2.39 Garis gaya listrik (medan listrik) cenderung menyebar. Struktur yang akan diobati lebih besar dari electrode. (Sumber: Buku Fisika Kedokteran)

36 40 Gambar 2.40 Ukuran elektroda yang benar. (Sumber: Buku Fisika Kedokteran) a b Gambar 2.41 Penempatan elektroda pada kulit dengan jarak yang tidak seimbang. Panjang a dan b harusnya sama. (Sumber: Buku Fisika Kedokteran) a b Gambar 2.42 Penempatan elektroda yang benar. (Sumber: Buku Fisika Kedokteran) (2) Metoda induksi (metoda kabel) Pada Metode ini, bisa timbul efek medan listrik atau medan magnet pada saat yang bersamaan (lihat Gambar.) Dalam diatermi induktansi bagian tubuh yang akan dipanaskan ditempatkan di dalam atau dekat inductor. Arus frekuensi 30 MHz dalam kumparan menghasilkan medan magnet bolak-balik dalam jaringan yang yang

37 41 menyebabkan terjadinya arus eddy di dalam kumparan. Energi yang hilang oleh arus eddy muncul sebagai panas dalam jaringan. E E B B Gambar Metode Induksi. (Sumber: Buku Fisika Kedokteran) Teknik pemasangan kabel Kabel dililitkan pada daerah yang akan diobati (gambar 2.44) Gambar (Sumber: Buku Fisika Kedokteran) Atau lilitan kabel diletakkan pada daerah yang akan diobati misalnya pada daerah abdomen (perut). Lilitan itu bisa berupa heliks tunggal, double heliks atau grid. (a) (b)

38 42 (c) (d) Gambar 2.45 (a) bentuk heliks ceper, (b) Bentuk Helik Tunggal, (c) Bentuk Grid, (d) Bentuk double Helik. (Sumber: Buku Fisika Kedokteran) Efek diatermi gelombang pendek (1) Menghasilkan panas dan peningkatan efek fisiologis sebagai akibat dari peningkatan temperatur yaitu: (a) Meningkatkan metabolisme perubahan struktur kimia yang disebabkan kenaikan temperature (hukum Vantt Hoff). (b) Suplai darah meningkat. (c) Efek pada saraf, mengurangi eksitasi saraf apabila kurang begitu panas. (d) Dengan meningkatnya temperature mengurangi relaksasi otot dan meningkatkan efisiensi usaha otot. Otot akan kontraksi dan relaksasi semakin meningkat. (e) Oleh karena pemanasan maka terjadi koagulasi, sehingga terjadi destruksi jaringan. (f) Penurunan tekanan darah yang disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah. (g) Meningkatnya aktifitas kelenjar keringat. (2) Mempunyai efek terapeutik (pengobatan) (a) terhadap daerah peradangan, dimana akan terjadi pelebaran pembuluh darah sehingga dapat meningkatkan oksigen dan pengangkut makanan untuk sel-sel (b) efek terhadap infeksi bakteri: di sini peningkatan sel darah putih dan antibodi pada daerah infeksi

39 43 (c) menghilangkan rasa sakit oleh karena panas menyebabkan saraf sensoris mengalami sedaktif (d) terhadap daerah yang patah, peningkatan absorpsi, peningkatan aliran darah. b) Mikro wave diathermy (diatermi gelombang mikro) Gelombang mikro merupakan gelombang eektromagnetis dengan panjang gelombang antara sinar infra merah dan gelombang yang dihasilkan diathermi gelombang pendek. Ada beberapa variasi dalam definisi tentang gelombang mikro, tetapi batasan yang diberikan yaitu gelombang dengan panjang gelombang antara 1 meter dan 1 centimeter diklasifikasikan sebagai gelombang mikro. Ada pula kemungkinan yang lain yaitu mendefinisikan gelombang desimeter. Gelombang dengan panjang gelombang 12,25 sentimeter dan frekuensi dari MHz yang sering dipakai. Ada pula yang menggunakan panjang gelombang 69 cm, frekuensi 433, 92 MHz. (1) Hasil yang ditimbulkan Diatermi dengan menggunakan gelombang mikro merupakan iradiasi jaringan dengan mempergunakan sinar Hertzian (shorter wireless). Efek yang timbul tergantung jumlah energy radiasi yang diserap. Besar absorpsi dapat dinyatakan dalam rumus eksponansial: x D I = I o e Keterangan : I = intensitas radiasi yang diserap. di mana I = 37% dari I o x = kedalaman radiasi dalam jaringan I o = intensitas radiasi pada permukaan kulit D = tebal jaringan di mana jumlah absorpsi 63 % dari sejumlah berkas radiasi. Efek yang ditimbulkan oleh gelombang mikro mencakup 2 hal yaitu: Efek fisiologi: (a) Menimbulkan panas pada jaringan-jaringan yang banyak mengandung air (b) Banyak mendeposit energy

40 44 (c) Gelombang mikro otot lebih banyak menyerap energy gelombang mikro dari pada jaringan lemak. Efek pengobatan: Gelombang mikro dipakai untuk mengobati penderita yang mengalami traumadan peradangan. Juga dipakai dalam pengobatan terhadap penderita yang merasa nyeri dan spasme otot, bisul, gelembung dan rematik. (2) Bahaya dan kontra indikasi Gelombang mikro tidak dapat dipakai pada penderita gangguan sirkulasi, dapat mengakibatkan pendarahan, thrombosis dan flebitis, pada penderita TBC dan tumor ganas, tidak diperkenankan pengobatan dengan gelombang mikro. Perbedaan antara gelombang mikro, gelombang pendek dan sinar infra merah: - Penetrasi gelombang mikro, lebih dalam dari pada gelombang inframerah - Diatermi gelombang mikro kurang berhasil mengobati struktur yang dalam dibandingkan dengan diatermi gelombang pendek. 3. Electrocauter Dan Electrosurgery a. Electrocouter Listrik berfrekuensi tinggi dipergunakan untuk mengontrol perdarahan pada wakru operasi. Searing (cauterisasi/pembakaran) telah digunakan 2000 tahun yang lalu untuk menghentikan perdarahan pala luka menganga yaitu dengan menggunakan kawat panas diletakkan pada luka tanpa menggunakan pembiusan. Kauterisasi yaitu pembakaran dengan menggunakan frekuensi listrik 2 MHz, tegangan kurang dari atau sama dengan 15 kv. Ini menunjukkan dasar elektrokauter dan electrosurgery. Electrocouter dan alectrosurgery keduanya berbeda dalam peralatan tetapi menggunakan probe serta butt plate electrode yang sama. Sebelum melakukan kauterisasi, mula-mula diolesi dengan pasta dipunggung penderita kemudian butt plate electrode ditempatkan pada punggung penderita yang sedang berbaring dan diusahakan agar kontak yang baik dengan badan agar terhindar dari bahaya syok. Apabila probe dimasukkan ke dalam jaringan maka akan dilewati arus dengan frekuensi tinggi sehingga diperoleh daya

41 45 sekitar probe tersebut. Di mana daya pada probe = 3.3 x 10 3 W/cm 3, frekuensi kawat pada probe = 5 MHz, jaringan dengan diameter 0.25 mm terdapat daya 15 W. Daya dapat meningkatkan temperature sekitar C pada probe, pada jarak 1.25 cm dari probe terdapat C. b. Electrosurgery Jaringan yang terpotong dengan electrosurgery cepat megalami gelembung. Untuk memotong jaringan dilakukan gerakan cepat 5-10 cm/s dengan tujuan agar supaya mengurangi destruksi jaringan sekitarnya. Electrosurgery biasanya digunakan pada operasi otak, limpa, vesica felea (kantong empedu), prostat dan serviks. 4. Defibrilasi a. Gambaran Sekilas Tentang Fibrilasi Telah diketahui bahwa aktivitas irama jantung terletak pada permukaan jantung dekat muara vena cava superior, yaitu pada puncak atrium kanan. Kumpulan sel-sel ini disebut SA node yang bertindak sebagai pace maker. Melalui pace maker ini aktivitas otot jantung secara sinkron memompa darah ke sirkulasi paru-paru dan kesirkulasi darah sistematik (ke seluruh tubuh). Dan ketika jantung tersebut kehilangan kemampuan sinkronisasi, maka keadaan tersebut sebut fibrilasi. Fibrilasi dapat terjadi pada atrium maupun ventrikel. Pada atrium dikenal sebagai fibrilasi atrium sedangkan pada ventrikel disebut dengan fibrilasi ventrikel. Pada keadaan fibrilasi atrium, ventrikel masih berfungsi secara normal, tetapi jawaban dengan suatu irama yang iraguler terhadap rangsangan listrik yang tidak sinkron dari fibrilasi atrium. Banyak darah akan masuk ke dalam ventrikel sebelum terjadi kontraksi atrium dan berlangsung selama kontraksi ventrikel. Fibrilasi ventrikel merupakan suatu keadaan yang sangat gawat, pada keadaan ini ventrikel tidak mampu memompa darah dan apabila tidak dilakukan koreksi, dalam beberapa menit saja akan terjadi kematian.

42 46 b. Defibrilasi dan Fungsinya Defibrilasi adalah proses pemberian sengatan listrik ke jantung untuk menghentikan aritmia agar irama jantung kembali ke keadaan yang produktif. Sengatan listrik dihasilkan oleh sebuah perangkat listrik yang disebut defibrillator. Defibrillators memberikan sengatan listrik singkat ke jantung, yang memungkinkan alat pacu jantung alami jantung (SA Node) untuk mendapatkan kembali kontrol dan membentuk irama jantung yang produktif. defibrilator ini adalah perangkat elektronik yang terdiri dari alat kejut jantung dan monitoring elektrokardiogram. Gambar 2.46 Penggunakan defibrillator untuk mengembalikan denyut nadi jantung. (Sumber: Proses defibrilasi dilakukan untuk memperbaiki aritmia yang mengancam nyawa termasuk fibrilasi ventrikel dan serangan jantung. Ketika jantung dalam keadaan darurat, maka proses defibrilasi harus segera dilakukan setelah pasien teridentifikasi mengalami aritmia, yaitu ditunjukkan oleh kurangnya pulsa dan tidak lagi merespon rangsangan. Jika elektrokardiogram tersedia, aritmia dapat ditampilkan secara visual untuk konfirmasi tambahan. Untuk pengobatan medis oleh dokter, dalam situasi yang mengancam jiwa, defibrilasi atrial dapat digunakan untuk mengobati fibrilasi atau flutter atrium. Aritmia jantung mencegah jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Hal ini jika tetap dibiarkan tanpa penanganan cepat dapat menyebabkan

43 47 kerusakan permanen pada organ utama termasuk otak dan jantung. Aritmia ini termasuk takikardia ventrikel, fibrilasi, dan serangan jantung. Sekitar 10% dari kemampuan jantung untuk merestart hilang setiap menit yang ketika terjadi fibrasi ventrikel. Kematian dapat terjadi dalam menit, kecuali jantung dapat kembali berdetak normal atau irama jantung produktif kembali. Agar menghasilkan denyut nadi kembali, maka jantung dipulihkan melalui defibrilasi. c. Rangkaian Listrik Defibrillator 1) Tipe Rangkaian Defibrilator Penderita yang mengalami fibrilasi telah dilakukan melalui massage jantung (metode makanik) namun akan sangat berhasil apabila dilakukan syok listrik pada daerah jantung. Otot jantung akan memberikan respon terhadap eksitasi listrik, 60 Hz arus AC 6 amper dalam waktu 0.25 sampai 1 detik. Penggunaan syok listrik untuk mensinkronisasikan ritme jantung disebut kountersyok (Caountershock). Apabila penderita tidak memberikan respon terhadap kountersyok, dapat dilakukan pengulangan hingga terjadi defibrilasi. Metode kountersyok ini dikenal dengan nama defibrilasi. Ada 4 tipe dasar defibrillator: a. AC defibrillator. b. Capasitive-discharge defibrillator c. Capasitive-delay-line defibrillator d. Square wave defibrillator. a) AC defibrillator (Alternating current) Defibrillator ac merupakan defibrillator pertama yang dikenal sejak sebelum tahun Defibrillator ini menggunakan arus listrik 5 sampai 6 Ampere, dengan frekuensi 60 Hz yang dipasangkan di dada pasien selama 250 sampai 1000 ms. Tingkat keberhasilan defibrillator ac ini agak rendah, sehingga tak dapat menangani fibrillasi atrial secara baik. Bahkan dalam kenyataan, pada saat mencoba mengatasi fibrillasi atrial dengan defibrillator ac seringkali malah menghasilkan fibrillasi ventrikel yang merupakan aritmia yang lebih serius.

44 48 Jenis defibrillator ac menggunakan sejumlah siklus arus bolak-balik yang berasal dari aliran jala-jala melalui transformator step-up untuk dialirkan ke jantung. Rangkaian defibrillator ac yang lazim (typical) ditunjukkan pada Gambar Untuk mencapai defibrillasi, pada elektroda internal diperlukan jangkauan tegangan 80 sampai 300 Vrms; sedangkan untuk elektroda eksternal maka diperlukan sekitar dua kali lipat dari range tegangan di atas. Sehingga untuk memperoleh nilai tegangan tersebut maka diperlukan transformator step-up untuk menaikkan tegangan yang berasal dari jala-jala. Operator dapat memilih tegangan yang diinginkan melalui saklar pemilih (selector switch). Transformator ini harus dapat mensuplai 4 sampai 6 Ampere selama perioda stimulus. Transformator dilengkapi dengan saklar yang dapat mengontrol interval waktu arus pulsa. Interval waktu arus pulsa yang digunakan biasanya pada orde 250 ms. Salah satu kerugian defibrillator ac yaitu dapat menyebabkan fibrillasi ventrikel pada saat siklus kardiak (cardiac cycle). + ac power line Pulse duration control circuit Step-up transformer Vp R L Pasien V P t Apply pulse switch 250 ms Gambar 2.48 Rangkain defibrillator ac sederhana. (Sumber: AC defibrillator ini telah diganti dengan DC defibrillator oleh karena isyarat arus bolak-balik (AC) dapat menyebabkan penderita masuk dalam keadaan fibrilasi ventrikel. Sedangkan pada DC defibrillator mempunyai efek minim dan

45 49 jarang menyebabkan fibrilasi ventrikel. Pulsa DC menghilangkan efek kejangkejang pada otot tulang/otot bergaris dan dapat dipergunakan pada perubahan aritmia supraventikuler. b) Capasitive-discharge defibrillator Mulai tahun 1960 dikembangkan beberapa defibrillator dc. Instrumen ini menyimpan muatan listrik dc dan selanjutnya diberikan pada pasien. Perbedaan utama antara defibrillator dc dengan defibrillator ac adalah bentuk-gelombang dan muatan listrik yang diberikan pada pasien. Bentuk gelombang yang lazim adalah bentuk Lown, monopulse, delay-line dan trapezoidal. Keuntungan defibrillator dc adalah: 1. Dapat mengurangi efek perusakan pada jantung karena tidak menimbulkan fibrillasi ventrikel seperti pada pulsa ac. 2. Dapat mengurangi efek convulsive pada otot rangka (skeletal muscle). 3. Dapat digunakan dalam pengubangan aritmia supraventricular (atrial) dengan baik 4. Dengan mempergunakan sirkit pelepasan kapasitas (capasitive discharge circuit) akan diperoleh pulsa yang singkat dengan amplitudo yang tinggi. 3000V V I 20A 5 10 t (ms) Gambar 2.49 Bentuk-gelombang Defibrillator Lown. (Sumber: Pada tahun 1962 Dr. Bernard Lown dari Universitas Harvard memperkenalkan bentuk-gelombang yang menggunakan namanya yang disebut bentuk gelombang Lown. Bentuk-gelombang Lown ditunjukkan pada Gambar

46 , di mana tegangan dan arus yang dikenakan pada bagian atas dada pasien ditunjukkan dengan garis putus-putus. Arus yang dibangkitkan sangat cepat sekitar 20A pada tegangan sumber sekitar 3 kv (3000 volt). Bentuk-gelombang yang dihasilkan kemudian akan berangsur turun ke nol dalam waktu 5 ms dan kemudian menghasilkan kembali pulsa negatif yang kecil juga selama 5ms. Pada Gambar 2.50 diperlihatkan diagram rangkaian Defibrillator Lown yang disederhanakan. Muatan yang dikenakan pada pasien disimpan dalam sebuah kapasitor yang dihasilkan oleh power supply dc tegangan tinggi. Operator dapat mengatur level muatan yang akan digunakan pada panel depan dengan tombol set energy. Tombol tersebut mengendalikan tegangan dc yang dihasilkan oleh power supply tegangan tinggi dan juga dapat mengatur muatan maksimum pada kapasitor. ac power line High Voltage dc V L 1 = 100mH R 1 = 50 K 1a C 1 = 16 F K 1b R 2 = 50 Pasien Set Energy Level + Low Voltage dc - Power Supply K 1 S 1 discharg ee Gambar 2.50 Rangkaian Defibrillator Lown. (Sumber: Rangkaian pasien untuk defibrillator Lown terdiri dari induktor 100mH (L1), resistansi ohmik L1 (R1) dan resistansi ohmik pasien (R2). Energi yang tersimpan dalam medan magnetik kumparan L1 menghasilkan bentuk-gelombang

47 51 Lown negatif selama 5 ms. Bila kapasitor dalam keadaan discharge, medan pada kumparan akan habis/hilang, energi terbuang kembali ke rangkaian. Untuk defibrilasi dipergunakan J, apabila electrode langsung diletakkan pada jantung. Apabila electrode eksternal yang dipakai maka energy yang dipakai sebesar 400 J. Energi yang tersimpan dalam kapasitor diberikan oleh persamaan: U = W = QV rata rata = 1 QV 2 Karena Q = CV, maka U = 1 2 CV2 Keterangan: U = energi dalam satuan Joule (j), C = kapasitansi C1 dalam satuan Farad (F) V = tegangan pada kapasitor C1 dalam satuan volt. Q = muatan Misalnya bila diketahui muatan yang tersimpan dalam kapasitor adalah 16 F dimuati pada tegangan 5 kv dc, maka energi yang dihasilkan dapat dihitung: U = ½ CV 2 = ½ x (1,6 x 10-6 F) x (5 x 103 V)2 = 200 J Energi yang tersimpan ditunjukkan oleh sebuah voltmeter yang dihubungkan paralel dengan kapasitor C1. Skala voltmemter dikalibrasi dalam satuan energi. Satuan yang sering digunakan secarai praktis adalah watt-second yang setara dengan Joule (1 w-s = 1 J). Sejumlah energi akan hilang pada kontak relay switching dan pada resistansi ohmik induktor L1. Muatan kapasitor dikendalikan oleh sebuah kontak rele (relay switch) K1. Pada model terdahulu digunakan rele jenis SPDT (Single Pole Double Throw), sedangkan model yang sekarang digunakan rele jenis DPDT (Double Pole Double Throw) agar isiolasi pada rangkaian pasien terhadap ground tetap terjaga. Walaupun ada beberapa defibrillator yang portable yang menggunakan rele tegangan tinggi udara terbuka (open-air high voltage relay), tetapi umumnya

48 52 menggunakan special sealed vacuum relay seperti Torr Laboratories TMR-10. Rele vakum merupakan rele yang telah mendapat pengakuan sebab adanya penggunaan tegangan tinggi untuk kapasitor C1. Jika digunakan kapasitor 16 F (nilai yang lazim) dan energi yang tersimpan 400 J, maka potensial pada kapasitor akan lebih besar dari 7000 V dc. Gambar 2.51 Skematik rangkaian defibrillator DC ke tubuh. (Sumber: Urutan kerjanya defibrilator sebagai berikut: 1. Operator mengatur set energy (yang mengontrol level yang diinginkan) dan menekan tombol charge (yaitu menutup S2) 2. Kapasitor C1 mulai termuati dan akan tetap dimuati hingga tegangan pada kapasitor sama dengan tegangan sumber (supply). 3. Operator memasang paddle electrode pada dada pasien dan menekan tombol discharge (yaitu S1) 4. Rele K1 memutus hubungan kapasitor dari power supply dan kemudian menghubungkannya ke rangkaian keluar. 5. Kapasitor C1 mengalami discharge (membuang energi) ke pasien melalui L1, R1 dan paddle electrode. Keadaan ini berlangsung pada

PENGGUNAAN & EFEK LISTRIK PADA PERMUKAAN TUBUH. Arif Yachya

PENGGUNAAN & EFEK LISTRIK PADA PERMUKAAN TUBUH. Arif Yachya PENGGUNAAN & EFEK LISTRIK PADA PERMUKAAN TUBUH Arif Yachya Efek fisiologis Listrik Efek Arus Listrik pada tubuh kita : 1. Menstimulasi syaraf dan jaringan otot terasa sakit & terjadi kontraksi otot 2.

Lebih terperinci

Intro. - alifis.wordpress.com

Intro. - alifis.wordpress.com Intro. Manusia tidak bisa melihat, merasa, mencium atau menyadari keberadaan listrik dengan inderanya, baik untuk muatan maupun untuk medan listriknya. Baru pada akhir abad 18 hal-hal mengenai listrik

Lebih terperinci

Kuntarti, SKp, M.Biomed

Kuntarti, SKp, M.Biomed BIOELEKTROMAGNETIK (BIOLISTRIK) Kuntarti, SKp, M.Biomed Staf Kelompok Keilmuan DKKD FIK-UI PDF Created with deskpdf PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com Sub pokok bahasan Listrik & Magnet yang

Lebih terperinci

listrik Gaya fundamental Berkas Elektron Sinar - X Hukum Coloumb Induksi Tabung Katoda Tabung Televisi Isolator dan konduktor Sistem Syaraf

listrik Gaya fundamental Berkas Elektron Sinar - X Hukum Coloumb Induksi Tabung Katoda Tabung Televisi Isolator dan konduktor Sistem Syaraf listrik Gaya fundamental Berkas Elektron Hukum Coloumb Sinar - X Induksi Tabung Katoda Isolator dan konduktor Tabung Televisi Mesin penginduksi Sistem Syaraf Medan Listrik Potensial listrik Ikan Listrik

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR BAB I PENDAHULUAN

KATA PENGANTAR BAB I PENDAHULUAN KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-nya kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai acuan dari presentase Pada makalah ini kami membahas dasar biolistrik

Lebih terperinci

Laporan Pendahuluan Elektrokardiogram (EKG) Oleh Puji Mentari

Laporan Pendahuluan Elektrokardiogram (EKG) Oleh Puji Mentari Laporan Pendahuluan Elektrokardiogram (EKG) Oleh Puji Mentari 1106053344 A. Pengertian Tindakan Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu pencatatan grafis aktivitas listrik jantung (Price, 2006). Sewaktu impuls

Lebih terperinci

MAKALAH BIOFISIKA BIOLISTRIK

MAKALAH BIOFISIKA BIOLISTRIK MAKALAH BIOFISIKA BIOLISTRIK Oleh: Rian Anggia Destiawan 125130101111030 Rumenega 125130105111004 Wijaya Kusuma Maheru 125130100111039 \ PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013 KataPengantar

Lebih terperinci

A. Pengukuran tekanan darah secara tidak langsung

A. Pengukuran tekanan darah secara tidak langsung Materi 3 Kardiovaskular III A. Pengukuran tekanan darah secara tidak langsung Tujuan a. Mengukur tekanan darah arteri dengan cara palpasi b. Mengukur tekanan darah arteri dengan cara auskultasi Dasar Teori

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Anatomi Jantung

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Anatomi Jantung 4 BAB II TEORI DASAR 2.1. Jantung Jantung merupakan otot tubuh yang bersifat unik karena mempunyai sifat membentuk impuls secara automatis dan berkontraksi ritmis [4], yang berupa dua pompa yang dihubungkan

Lebih terperinci

TUGAS KEPERAWATAN GAWAT DARURAT INTERPRETASI DASAR EKG

TUGAS KEPERAWATAN GAWAT DARURAT INTERPRETASI DASAR EKG TUGAS KEPERAWATAN GAWAT DARURAT INTERPRETASI DASAR EKG Disusun untuk memenuhi tugas mandiri keperawatan gawat darurat Dosen Setiyawan S.Kep.,Ns.,M.Kep. Disusun oleh : NUGKY SETYO ARINI (P15037) PRODI D3

Lebih terperinci

Petir : Volt Volt = Kvolt PLN : Sumber 1 KVolt Gardu 1000 Volt Rumah 220 Volt Baterei : 9 Volt, 1,5 Volt

Petir : Volt Volt = Kvolt PLN : Sumber 1 KVolt Gardu 1000 Volt Rumah 220 Volt Baterei : 9 Volt, 1,5 Volt Petir : 30.000 Volt 60.000 Volt = 30-60 Kvolt PLN : Sumber 1 KVolt Gardu 1000 Volt Rumah 220 Volt Baterei : 9 Volt, 1,5 Volt Tubuh Manusia: 70 milivolt = 0,07 Volt Biolistrik_02 Listrik Eksternal. Yang

Lebih terperinci

KONSEP DASAR EKG. Rachmat Susanto, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.MB (KV)

KONSEP DASAR EKG. Rachmat Susanto, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.MB (KV) KONSEP DASAR EKG Rachmat Susanto, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.MB (KV) TIU Setelah mengikuti materi ini peserta mampu memahami konsep dasar EKG dan gambaran EKG normal. TIK Setelah mengikuti materi ini peserta

Lebih terperinci

SOP ECHOCARDIOGRAPHY TINDAKAN

SOP ECHOCARDIOGRAPHY TINDAKAN SOP ECHOCARDIOGRAPHY N O A B C FASE PRA INTERAKSI TINDAKAN 1. Membaca dokumentasi keperawatan. 2. Menyiapkan alat-alat : alat echocardiography, gel, tissu. 3. Mencuci tangan. FASE ORIENTASI 1. Memberikan

Lebih terperinci

KELISTRIKAN DALAM TUBUH. MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Mekanika dan Keelektromagnetan yang dibina oleh Bapak Sutarman dan Ibu Erni Yulianti

KELISTRIKAN DALAM TUBUH. MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Mekanika dan Keelektromagnetan yang dibina oleh Bapak Sutarman dan Ibu Erni Yulianti KELISTRIKAN DALAM TUBUH MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Mekanika dan Keelektromagnetan yang dibina oleh Bapak Sutarman dan Ibu Erni Yulianti Oleh Off A Ghufron Nurpatriya Krisna () Rifka Amilia

Lebih terperinci

BIOLISTRIK PADA SISTEM SARAF A. Hasil

BIOLISTRIK PADA SISTEM SARAF A. Hasil BIOLISTRIK PADA SISTEM SARAF A. Hasil normal alkohol Saraf 3.50 menit 2.30 menit Otot 3.40 menit 1.20 menit B. Pembahasan Pada praktikum kali ini, praktikan mengamati kontraksi otot gastrocnemius pada

Lebih terperinci

Ditulis pada Rabu, 20 September :47 WIB oleh damian dalam katergori Pemeriksaan tag EKG, ECG, pemeriksaan, elektromedis

Ditulis pada Rabu, 20 September :47 WIB oleh damian dalam katergori Pemeriksaan tag EKG, ECG, pemeriksaan, elektromedis - V1 di garis parasternal kanan sejajar dengan ICS 4 berwarna merah Elektrokardiografi (EKG) Ditulis pada Rabu, 20 September 2017 08:47 WIB oleh damian dalam katergori Pemeriksaan tag EKG, ECG, pemeriksaan,

Lebih terperinci

Sinyal ECG. ECG Signal 1

Sinyal ECG. ECG Signal 1 Sinyal ECG ECG Signal 1 Gambar 1. Struktur Jantung. RA = right atrium, RV = right ventricle; LA = left atrium, dan LV = left ventricle. ECG Signal 2 Deoxygenated blood Upper body Oxygenated blood Right

Lebih terperinci

Normal EKG untuk Paramedis. dr. Ahmad Handayani dr. Hasbi Murdhani

Normal EKG untuk Paramedis. dr. Ahmad Handayani dr. Hasbi Murdhani Normal EKG untuk Paramedis dr. Ahmad Handayani dr. Hasbi Murdhani Anatomi Jantung & THE HEART Konsep dasar elektrokardiografi Sistem Konduksi Jantung Nodus Sino-Atrial (SA) - pada pertemuan SVC dg atrium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensial permukaan tubuh (Sumber: Clark Jr, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensial permukaan tubuh (Sumber: Clark Jr, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya seluruh fungsi dan aktivitas tubuh melibatkan listrik. Tubuh manusia menghasilkan sinyal listrik dari hasil aksi elektrokimia sel-sel tertentu dan listrik

Lebih terperinci

BAB II PENJALARAN IMPULS SARAF. Ganglia basalis merupakan bagian dari otak yang memiliki peranan penting antara lain

BAB II PENJALARAN IMPULS SARAF. Ganglia basalis merupakan bagian dari otak yang memiliki peranan penting antara lain BAB II PENJALARAN IMPULS SARAF 2.1 Ganglia basalis dan subthalamik nukleus Ganglia basalis merupakan bagian dari otak yang memiliki peranan penting antara lain dalam menghasilkan gerakan motorik terutama

Lebih terperinci

AKTIFITAS LISTRIK JANTUNG. Potensial Aksi Pada Jantung

AKTIFITAS LISTRIK JANTUNG. Potensial Aksi Pada Jantung AKTIFITAS LISTRIK JANTUNG Potensial Aksi Pada Jantung Pendahuluan Jantung : Merupakan organ vital Fungsi Jantung : Memompakan darah ke seluruh tubuh. Jantung terletak pada rongga dada sebelah kiri. Batas

Lebih terperinci

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS 1. Ada empat buah muatan titik yaitu Q 1, Q 2, Q 3 dan Q 4. Jika Q 1 menarik Q 2, Q 1 menolak Q 3 dan Q 3 menarik Q 4 sedangkan Q 4 bermuatan negatif,

Lebih terperinci

Sistem Saraf pada Manusia

Sistem Saraf pada Manusia Sistem Saraf pada Manusia Apa yang dimaksud dengn sistem saraf? Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembuluh darah secara teratur dan berulang. Letak jantung berada di sebelah kiri

I. PENDAHULUAN. pembuluh darah secara teratur dan berulang. Letak jantung berada di sebelah kiri I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jantung merupakan salah satu rongga organ berotot yang memompa darah ke pembuluh darah secara teratur dan berulang. Letak jantung berada di sebelah kiri bagian dada diantara

Lebih terperinci

ANATOMI JANTUNG MANUSIA

ANATOMI JANTUNG MANUSIA ANATOMI JANTUNG MANUSIA Sistem kardiovaskuler merupakan sistem yang memberi fasilitas proses pengangkutan berbagai substansi dari, dan ke sel-sel tubuh. Sistem ini terdiri dari organ penggerak yang disebut

Lebih terperinci

SEL SARAF MENURUT BENTUK DAN FUNGSI

SEL SARAF MENURUT BENTUK DAN FUNGSI SISTEM SARAF SEL SARAF MENURUT BENTUK DAN FUNGSI 1. SEL SARAF SENSORIK. 2. SEL SARAF MOTORIK. 3. SEL SARAF INTERMEDIET/ASOSIASI. Sel Saraf Sensorik Menghantarkan impuls (pesan) dari reseptor ke sistem

Lebih terperinci

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS 1. Dua buah bola bermuatan sama (2 C) diletakkan terpisah sejauh 2 cm. Gaya yang dialami oleh muatan 1 C yang diletakkan di tengah-tengah kedua muatan adalah...

Lebih terperinci

INTERPRETASI ELEKTROKARDIOGRAFI STRIP NORMAL HIMPUNAN PERAWAT GAWAT DARURAT DAN BENCANA INDONESIA SULAWESI UTARA

INTERPRETASI ELEKTROKARDIOGRAFI STRIP NORMAL HIMPUNAN PERAWAT GAWAT DARURAT DAN BENCANA INDONESIA SULAWESI UTARA INTERPRETASI ELEKTROKARDIOGRAFI STRIP NORMAL HIMPUNAN PERAWAT GAWAT DARURAT DAN BENCANA INDONESIA SULAWESI UTARA PENDAHULUAN Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari rekaman aktivitas listrik jantung

Lebih terperinci

BAB II SALURAN TRANSMISI

BAB II SALURAN TRANSMISI BAB II SALURAN TRANSMISI 2.1 Umum Penyampaian informasi dari suatu sumber informasi kepada penerima informasi dapat terlaksana bila ada suatu sistem atau media penyampaian di antara keduanya. Jika jarak

Lebih terperinci

DAN RANGKAIAN AC A B A. Gambar 4.1 Berbagai bentuk isyarat penting pada sistem elektronika

DAN RANGKAIAN AC A B A. Gambar 4.1 Berbagai bentuk isyarat penting pada sistem elektronika + 4 KAPASITOR, INDUKTOR DAN RANGKAIAN A 4. Bentuk Gelombang lsyarat (signal) Isyarat adalah merupakan informasi dalam bentuk perubahan arus atau tegangan. Perubahan bentuk isyarat terhadap fungsi waktu

Lebih terperinci

ABSTRAK. Pemodelan Kecerdasan Buatan Untuk Pengenalan Citra Elektrokardiografi (EKG) Oleh: Imam Tazi, M.Si

ABSTRAK. Pemodelan Kecerdasan Buatan Untuk Pengenalan Citra Elektrokardiografi (EKG) Oleh: Imam Tazi, M.Si 1 ABSTRAK Pemodelan Kecerdasan Buatan Untuk Pengenalan Citra Elektrokardiografi (EKG) Oleh: Imam Tazi, M.Si Penelitian kecerdasan buatan untuk mengenali pola semakin banyak dilakukan dan dibutuhkan. Pada

Lebih terperinci

DASAR-DASAR SISTEM SYARAF DAN JARINGAN SYARAF

DASAR-DASAR SISTEM SYARAF DAN JARINGAN SYARAF DASAR-DASAR SISTEM SYARAF DAN JARINGAN SYARAF Sistem syaraf bertanggung jawab dalam mempertahankan homeostasis tubuh (kesetimbangan tubuh, lingkungan internal tubuh stabil) Fungsi utamanya adalah untuk:

Lebih terperinci

Gambar 1 : Sistem Penempatan Elektoda [1]

Gambar 1 : Sistem Penempatan Elektoda [1] Cara Kerja EEG Rekaman EEG umumnya melalui elektroda yang diletakkan di kulit kepala atau dapat juga ditanam intra kranial. Untuk meningkatkan kontak listrik antara elektroda dan kulit kepala digunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jantung merupakan salah satu organ tubuh yang sangat vital, karena jantung

I. PENDAHULUAN. Jantung merupakan salah satu organ tubuh yang sangat vital, karena jantung I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jantung merupakan salah satu organ tubuh yang sangat vital, karena jantung berfungsi untuk memompakan darah ke seluruh jaringan tubuh. Jika terjadi gangguan pada jantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena partial discharge tersebut. Namun baru sedikit penelitian tentang

BAB I PENDAHULUAN. fenomena partial discharge tersebut. Namun baru sedikit penelitian tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena Partial Discharge (PD) pada bahan isolasi yang diakibatkan penerapan tegangan gelombang AC sinusoidal pada listrik bertegangan tinggi sekarang ini telah banyak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Untuk menjaga agar faktor daya sebisa mungkin mendekati 100 %, umumnya perusahaan menempatkan kapasitor shunt pada tempat yang bervariasi seperti pada rel rel baik tingkat

Lebih terperinci

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Kelompok besaran berikut yang merupakan besaran

Lebih terperinci

Sinyal listrik dan magnet tubuh manusia (Sel Syaraf dan Sel Otot Jantung) Oleh Arif Yachya., S.Si., M.Si

Sinyal listrik dan magnet tubuh manusia (Sel Syaraf dan Sel Otot Jantung) Oleh Arif Yachya., S.Si., M.Si Sinyal listrik dan magnet tubuh manusia (Sel Syaraf dan Sel Otot Jantung) Oleh Arif Yachya., S.Si., M.Si Program Studi Biologi Fak. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Univ. PGRI Adi Buana Surabaya Partikel

Lebih terperinci

BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR

BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR I.1. MUATAN ELEKTRON Suatu materi tersusun dari berbagai jenis molekul. Suatu molekul tersusun dari atom-atom. Atom tersusun dari elektron (bermuatan negatif), proton

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang dan tujuan pembuatan proyek akhir. Materi yang dibahas adalah latar belakang, tujuan, perumusan masalah, batasan masalah, serta metodologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengecek alat EKG. Penulis membandingakan dengan alat simulator pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengecek alat EKG. Penulis membandingakan dengan alat simulator pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Berdasarkan hasil penelitian penulis saat dilaboratorium pada 21 desember 2016 bertempat di RS PKU Muhammadiyah bahwasannya, alat simulator pasien pada

Lebih terperinci

Fungsi. Sistem saraf sebagai sistem koordinasi mempunyai 3 (tiga) fungsi utama yaitu: Pusat pengendali tanggapan, Alat komunikasi dengan dunia luar.

Fungsi. Sistem saraf sebagai sistem koordinasi mempunyai 3 (tiga) fungsi utama yaitu: Pusat pengendali tanggapan, Alat komunikasi dengan dunia luar. Pengertian Sistem saraf adalah sistem yang mengatur dan mengendalikan semua kegiatan aktivitas tubuh kita seperti berjalan, menggerakkan tangan, mengunyah makanan dan lainnya. Sistem Saraf tersusun dari

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Induksi Elektromagnet Nama : Kelas/No : / - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS BOLAK-BALIK Induksi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan April 2015 sampai dengan Mei 2015,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan April 2015 sampai dengan Mei 2015, III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan April 2015 sampai dengan Mei 2015, pembuatan alat dan pengambilan data dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

SOAL BABAK PEREMPAT FINAL OLIMPIADE FISIKA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

SOAL BABAK PEREMPAT FINAL OLIMPIADE FISIKA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG SOAL BABAK PEREMPAT FINAL OLIMPIADE FISIKA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG Tingkat Waktu : SMP/SEDERAJAT : 100 menit 1. Jika cepat rambat gelombang longitudinal dalam zat padat adalah = y/ dengan y modulus

Lebih terperinci

BIOLISTRIK. DR. ZAIRUL ARIFIN, SpA, DAFK. Dalam DEPARTEMEN FISIKA KEDOKTERAN FK-USU MEDAN

BIOLISTRIK. DR. ZAIRUL ARIFIN, SpA, DAFK. Dalam DEPARTEMEN FISIKA KEDOKTERAN FK-USU MEDAN BIOLISTRIK Dalam BMS DR. ZAIRUL ARIFIN, SpA, DAFK DEPARTEMEN FISIKA KEDOKTERAN FK-USU MEDAN NERVOUS SYSTEM SISTEM SARAF DAN NEURON Bioelektrisitas dan biomagnetisme : sinyal listrik dan magnet yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapasitor Kapasitor banyak digunakan dalam sirkuit elektronik dan mengerjakan berbagai fungsi. Pada dasarnya kapasitor merupakan alat penyimpan muatan listrik yang dibentuk

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1996

Fisika EBTANAS Tahun 1996 Fisika EBTANAS Tahun 1996 EBTANAS-96-01 Di bawah ini yang merupakan kelompok besaran turunan A. momentum, waktu, kuat arus B. kecepatan, usaha, massa C. energi, usaha, waktu putar D. waktu putar, panjang,

Lebih terperinci

1. Hasil pengukuran ketebalan plat logam dengan menggunakan mikrometer sekrup sebesar 2,92 mm. Gambar dibawah ini yang menunjukkan hasil pengukuran

1. Hasil pengukuran ketebalan plat logam dengan menggunakan mikrometer sekrup sebesar 2,92 mm. Gambar dibawah ini yang menunjukkan hasil pengukuran 1. Hasil pengukuran ketebalan plat logam dengan menggunakan mikrometer sekrup sebesar 2,92 mm. Gambar dibawah ini yang menunjukkan hasil pengukuran tersebut adalah.... A B. C D E 2. Sebuah perahu menyeberangi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aktivitas berteknologi tinggi mengakibatkan manusia sering kali berhubungan

I. PENDAHULUAN. aktivitas berteknologi tinggi mengakibatkan manusia sering kali berhubungan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya kemajuan teknologi memberikan banyak kemudahan bagi manusia. Namun demikian, kemajuan yang sangat pesat dari teknologi tersebut juga memberikan dampak negatif

Lebih terperinci

KUMPULAN SOAL FISIKA KELAS XII

KUMPULAN SOAL FISIKA KELAS XII KUMPULAN SOAL FISIKA KELAS XII Nada-Nada Pipa Organa dan Dawai Soal No. 1 Sebuah pipa organa yang terbuka kedua ujungnya memiliki nada dasar dengan frekuensi sebesar 300 Hz. Tentukan besar frekuensi dari

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN FUNGSI SISTEM KARDIOVASKULER

STRUKTUR DAN FUNGSI SISTEM KARDIOVASKULER STRUKTUR DAN FUNGSI SISTEM KARDIOVASKULER Tujuan Pembelajaran Menjelaskan anatomi dan fungsi struktur jantung : Lapisan jantung, atrium, ventrikel, katup semilunar, dan katup atrioventrikular Menjelaskan

Lebih terperinci

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018-1. Hambatan listrik adalah salah satu jenis besaran turunan yang memiliki satuan Ohm. Satuan hambatan jika

Lebih terperinci

PAKET SOAL 1.c LATIHAN SOAL UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012

PAKET SOAL 1.c LATIHAN SOAL UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012 UJI COBA MATA PELAJARAN KELAS/PROGRAM ISIKA SMA www.rizky-catatanku.blogspot.com PAKET SOAL 1.c LATIHAN SOAL UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012 : FISIKA : XII (Dua belas )/IPA HARI/TANGGAL :.2012

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang pesat mempermudah manusia dalam mencapai kebutuhan hidup. Hal tersebut telah merambah segala bidang termasuk dalam bidang kedokteran.

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Fisiologi Hewan dengan judul Sistem Saraf Pusat Sebagai Pengendali Gerak Refleks yang disusun oleh: Nama :

LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Fisiologi Hewan dengan judul Sistem Saraf Pusat Sebagai Pengendali Gerak Refleks yang disusun oleh: Nama : LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN (SISTEM SARAF PUSAT SEBAGAI PENGENDALI GERAK REFLEKS) Disusun oleh: NAMA : LASINRANG ADITIA NIM : 60300112034 KELAS : BIOLOGI A KELOMPOK : IV (Empat) LABORATORIUM

Lebih terperinci

4.2.3 UJI PROTEKSI TERHADAP ARUS LISTRIK RATA RATA BERLEBIH

4.2.3 UJI PROTEKSI TERHADAP ARUS LISTRIK RATA RATA BERLEBIH maksimum 1,54%. Nilai kesalahan rata-rata kurang dari 1% ini menunjukkan proteksi terhadap muatan listrik berlebih memadai untuk diterapkan pada sistem terapeutik. Tetapi data kesalahan maksimum yang mencapai

Lebih terperinci

SYARAF. Gamaliel Septian Airlanda

SYARAF. Gamaliel Septian Airlanda SYARAF Gamaliel Septian Airlanda Tujuan Mahasiswa dapat mengetahui bentuk fisik dan mekanisme molekuler yang terjadi dalam neuron beserta fungsinya dalam menghantarkan informasi Struktur dan Fungsi Neuron

Lebih terperinci

BAB III SISTEM KOORDINASI (SARAF)

BAB III SISTEM KOORDINASI (SARAF) BAB III SISTEM KOORDINASI (SARAF) Standar Kompetensi : Sistem koordinasi meliputi sistem saraf, alat indera dan endokrin mengendalikan aktivitas berbagai bagian tubuh. Sistem saraf yang meliputi saraf

Lebih terperinci

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM SARAF

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM SARAF JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM SARAF Sistem saraf adalah sistem koordinasi (pengaturan tubuh) berupa penghantaran impul saraf ke susunan

Lebih terperinci

RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK.

RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK. Arus Bolak-balik RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK. Dalam pembahasan yang terdahulu telah diketahui bahwa generator arus bolakbalik sebagai sumber tenaga listrik yang mempunyai GGL : E E sinω t Persamaan di atas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Jantung Elektrofisiologi jantung Aktivitas listrik jantung merupakan perubahan permeabilitas membran sel,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Jantung Elektrofisiologi jantung Aktivitas listrik jantung merupakan perubahan permeabilitas membran sel, 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jantung 2.1.1. Elektrofisiologi jantung Aktivitas listrik jantung merupakan perubahan permeabilitas membran sel, yang menyebabkan terjadinya pergerakan ion yang keluar-masuk

Lebih terperinci

Neuromuskulator. Laboratorium Fisiologi Veteriner PKH UB 2015

Neuromuskulator. Laboratorium Fisiologi Veteriner PKH UB 2015 Neuromuskulator Laboratorium Fisiologi Veteriner PKH UB 2015 STRUKTUR SARAF 3/12/2015 2 SIFAT DASAR SARAF 1. Iritabilitas/eksisitaas : kemampuan memberikan respon bila mendapat rangsangan. Umumnya berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fungsi utama jantung adalah memompa darah ke seluruh tubuh dimana pada saat memompa jantung otot-otot jantung (miokardium) yang bergerak. Untuk fungsi tersebut, otot

Lebih terperinci

penetrant dan developer. Umumnya warna yang digunakan adalah putih untuk developer dan merah untuk penetrant.

penetrant dan developer. Umumnya warna yang digunakan adalah putih untuk developer dan merah untuk penetrant. penetrant dan developer. Umumnya warna yang digunakan adalah putih untuk developer dan merah untuk penetrant. Metode yang lain adalah menggunakan penetrant bercahaya/fluoresens. Langkah-langkah inspeksinya

Lebih terperinci

1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur dibawah ini adalah.

1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur dibawah ini adalah. 1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur dibawah ini adalah. 1 A. 5, 22 mm B. 5, 72 mm C. 6, 22 mm D. 6, 70 mm E. 6,72 mm 5 25 20 2. Dua buah vektor masing-masing 5 N dan 12 N. Resultan kedua

Lebih terperinci

Cara Kerja Sistem Saraf Simpatik dan Parasimpatik loading...

Cara Kerja Sistem Saraf Simpatik dan Parasimpatik loading... Cara Kerja Sistem Saraf Simpatik dan Parasimpatik loading... Saraf simpatik dan parasimpatik termasuk ke dalam sistem saraf tak sadar. Saraf simpatik berpangkal pada sumsum tulang belakang (medula spinalis)

Lebih terperinci

Fisika UMPTN Tahun 1986

Fisika UMPTN Tahun 1986 Fisika UMPTN Tahun 986 UMPTN-86-0 Sebuah benda dengan massa kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari, m. Jika

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEOI Simulator ECG adalah sinyal tiruan aktifitas jantung yang banyak digunakan baik oleh tenaga medis maupun teknisi lainya yang berkaitan dengan penggunaan alat perekam aktifitas listrik

Lebih terperinci

TEORI DASAR. 2.1 Pengertian

TEORI DASAR. 2.1 Pengertian TEORI DASAR 2.1 Pengertian Dioda adalah piranti elektronik yang hanya dapat melewatkan arus/tegangan dalam satu arah saja, dimana dioda merupakan jenis VACUUM tube yang memiliki dua buah elektroda. Karena

Lebih terperinci

Gambar 3. (a) Diagram fasor arus (b) Diagram fasor tegangan

Gambar 3. (a) Diagram fasor arus (b) Diagram fasor tegangan RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK Arus bolak-balik atau Alternating Current (AC) yaitu arus listrik yang besar dan arahnya yang selalu berubah-ubah secara periodik. 1. Sumber Arus Bolak-balik Sumber arus bolak-balik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai teori teori yang mendasari perancangan dan perealisasian inductive wireless charger untuk telepon seluler. Teori-teori yang digunakan dalam skripsi

Lebih terperinci

Blok Diagram Sebuah Osiloskop

Blok Diagram Sebuah Osiloskop OSILOSKOP BAB VI Kegunaan Osiloskop Untuk mengamati secara visual tingkah tegangan bolak balik dan tegangan searah. Sebagai alat ukur: tegangan searah dan tegangan bolak balik. : tegangan (Vpp) berbagai

Lebih terperinci

UN SMA IPA Fisika 2015

UN SMA IPA Fisika 2015 UN SMA IPA Fisika 2015 Latihan Soal - Persiapan UN SMA Doc. Name: UNSMAIPA2015FIS999 Doc. Version : 2015-10 halaman 1 01. Gambar berikut adalah pengukuran waktu dari pemenang lomba balap motor dengan menggunakan

Lebih terperinci

SISTEM KELISTRIKAN DALAM TUBUH

SISTEM KELISTRIKAN DALAM TUBUH SISTEM KELISTRIKAN DALAM TUBUH Nama : Yanto suryanto Septi Wulandari Tubuh manusia mengandung sistem kelistrikan. Mulai dari mekanisme otak, jantung, ginjal, paru-paru, sistem pencernaan, sistem hormonal,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis, dan sistematika penelitian yang berjudul Pengembangan Alat Stimulasi dan Sinyal Terapi Elektrik

Lebih terperinci

Olimpiade Sains Nasional (OSN) 2016 Palembang, Mei 2016

Olimpiade Sains Nasional (OSN) 2016 Palembang, Mei 2016 URAIAN 1. Bagian akar tumbuhan tertentu memiliki daerah yang dikenal dengan bintil akar. Berikut ini adalah hasil pengamatan mikroskop terhadap sayatan melintang dari bagian akar tumbuhan tersebut. a.

Lebih terperinci

A. 100 N B. 200 N C. 250 N D. 400 N E. 500 N

A. 100 N B. 200 N C. 250 N D. 400 N E. 500 N 1. Sebuah lempeng besi tipis, tebalnya diukur dengan menggunakan mikrometer skrup. Skala bacaan hasil pengukurannya ditunjukkan pada gambar berikut. Hasilnya adalah... A. 3,11 mm B. 3,15 mm C. 3,61 mm

Lebih terperinci

BAB II TEGANGAN TINGGI. sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan

BAB II TEGANGAN TINGGI. sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan BAB II TEGANGAN TINGGI 2.1 Umum Pengukuran tegangan tinggi berbeda dengan pengukuran tegangan rendah, sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan tinggi yang akan

Lebih terperinci

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005 2. 1. Seorang siswa melakukan percobaan di laboratorium, melakukan pengukuran pelat tipis dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang 2,23 cm dan lebar 36 cm, maka luas pelat

Lebih terperinci

RANGKAIAN LISTRIK. Kuliah 1 (Umum)

RANGKAIAN LISTRIK. Kuliah 1 (Umum) RANGKAIAN LISTRIK Kuliah 1 (Umum) DEFINISI Rangkaian listrik adalah susunan komponenkomponen elektronika yang dirangkai dengan sumber tegangan menjadi satu kesatuan yang memiliki fungsi dan kegunaan tertentu.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kompres 1. Kompres hangat Adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan menggunakan kantung berisi air hangat yang menimbulkan rasa hangat pada bagian

Lebih terperinci

C. 20 tanaman/meter persegi D. 200 tanaman/meter persegi. 3. Perbedaan sel tumbuhan dengan sel hewan yang benar adalah... A. 1 B.

C. 20 tanaman/meter persegi D. 200 tanaman/meter persegi. 3. Perbedaan sel tumbuhan dengan sel hewan yang benar adalah... A. 1 B. 1. Diketahui luas lahan 100 meter persegi. Tanaman yang akan ditanam 200 tanaman. Maka banyak tanaman untuk setiap 1 meter persegi adalah... 0,2 tanaman/meter persegi 2 tanaman/meter persegi 2. Perhatikan

Lebih terperinci

LATIHAN UJIAN NASIONAL

LATIHAN UJIAN NASIONAL LATIHAN UJIAN NASIONAL 1. Seorang siswa menghitung luas suatu lempengan logam kecil berbentuk persegi panjang. Siswa tersebut menggunakan mistar untuk mengukur panjang lempengan dan menggunakan jangka

Lebih terperinci

SISTEM SARAF. Sel Saraf

SISTEM SARAF. Sel Saraf SISTEM SARAF Sel Saraf Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi. Sistemn ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Dalam kegiatannya, saraf mempunyai

Lebih terperinci

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI Conducted by: Jusuf R. Sofjan,dr,MARS 2/17/2016 1 Jantung merupakan organ otot

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Jantung merupakan organ terpenting dalam tubuh manusia, karena jantung merupakan organ utama yang mensirkulasikan darah ke seluruh tubuh. Jantung memompakan darah ke

Lebih terperinci

PRAKTIKUM 6 PEREKAMAN EKG, INFUS PUMP DAN PEMANTAUAN CVP

PRAKTIKUM 6 PEREKAMAN EKG, INFUS PUMP DAN PEMANTAUAN CVP Station 1: Perekaman EKG PRAKTIKUM 6 PEREKAMAN EKG, INFUS PUMP DAN PEMANTAUAN CVP Gambaran Umum/Persiapan EKG merupakan tindakan non invasif yang dapat memberikan gambaran tentang aktivitas listrik jantung

Lebih terperinci

BAB I DASAR-DASAR KELISTRIKAN

BAB I DASAR-DASAR KELISTRIKAN BAB I DASAR-DASAR KELISTRIKAN 1. Pengertian Listrik adalah salah satu bentuk energi yang tidak dapat dilihat dengan kasat mata, tetapi dapat dirasakan akibat dan manfaatnya. Listrik berasal dari kata electric

Lebih terperinci

BAB II. Struktur dan Fungsi Syaraf

BAB II. Struktur dan Fungsi Syaraf BAB II Struktur dan Fungsi Syaraf A. SISTEM SARAF Unit terkecil dari system saraf adalah neuron. Neuron terdiri dari dendrit dan badan sel sebagai penerima pesan, dilanjutkan oleh bagian yang berbentuk

Lebih terperinci

Membahas bio-akustik berarti berusaha mengurai keterkaitan antara bunyi. gelombang bunyi, getaran dan sumber bunyi dengan kesehatan.

Membahas bio-akustik berarti berusaha mengurai keterkaitan antara bunyi. gelombang bunyi, getaran dan sumber bunyi dengan kesehatan. _Bio Akustik_01 Membahas bio-akustik berarti berusaha mengurai keterkaitan antara bunyi gelombang bunyi, getaran dan sumber bunyi dengan kesehatan. Apa sih yang dimaksud gelombang itu? dan apa hubungannya

Lebih terperinci

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J 1. Bila sinar ultra ungu, sinar inframerah, dan sinar X berturut-turut ditandai dengan U, I, dan X, maka urutan yang menunjukkan paket (kuantum) energi makin besar ialah : A. U, I, X B. U, X, I C. I, X,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Resistansi atau tahanan didefinisikan sebagai pelawan arus yang

BAB II LANDASAN TEORI. Resistansi atau tahanan didefinisikan sebagai pelawan arus yang BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini penulis menjelaskan kerangka teori yang digunakan dalam tugas akhir ini. Dimulai dengan definisi listrik dan elektromagnetik dasar, kemudian beralih ke daya nirkabel

Lebih terperinci

D. 80,28 cm² E. 80,80cm²

D. 80,28 cm² E. 80,80cm² 1. Seorang siswa melakukan percobaan di laboratorium, melakukan pengukuran pelat tipis dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang 2,23 cm dan lebar 36 cm, maka luas pelat

Lebih terperinci

Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin

Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin Identifikasi Karakter Temporal dan Potensial Listrik Statis dari Kompleks QRS dan Segmen ST Elektrokardiogram (EKG) Pada Penderita dengan Kelainan Jantung Hipertrofi Ventrikel Kiri Hariati 1, Wira Bahari

Lebih terperinci

Optimasi Rangkaian dan Material Kumparan pada Rangkaian Transfer Listrik Tanpa Kabel Terhadap Jarak Jangkauan Pengiriman Energi Listrik

Optimasi Rangkaian dan Material Kumparan pada Rangkaian Transfer Listrik Tanpa Kabel Terhadap Jarak Jangkauan Pengiriman Energi Listrik PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 2 (214), Hal. 5 9 ISSN : 27-824 Optimasi Rangkaian dan Material Kumparan pada Rangkaian Transfer Listrik Tanpa Kabel Terhadap Jarak Jangkauan Pengiriman Energi Listrik Pramushinta

Lebih terperinci

BAB VI OTOT A. RANGSANGAN TERHADAP SEDIAAN OTOT SARAF.

BAB VI OTOT A. RANGSANGAN TERHADAP SEDIAAN OTOT SARAF. BAB VI OTOT A. RANGSANGAN TERHADAP SEDIAAN OTOT SARAF. Tujuan Praktikum 1. Mempelajari cara mematikan katak dan membuat sediaan otot saraf. 2. Mengenal jenis dan kerja beberapa alat perangsang. 3. Mengenal

Lebih terperinci

Jurnal Einstein 2 (3) (2014): Jurnal Einstein. Available online

Jurnal Einstein 2 (3) (2014): Jurnal Einstein. Available online Jurnal Einstein Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/einstein RANCANG BANGUN INSTRUMENTASI ELEKTROKARDIOGRAFI BERBANTUAN PC MENGGUNAKAN SOUNDSCOPE Evi Ulandari dan Ridwan Abdullah

Lebih terperinci

SMA IT AL-BINAA ISLAMIC BOARDING SCHOOL UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2011/2012

SMA IT AL-BINAA ISLAMIC BOARDING SCHOOL UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2011/2012 PTUNJUK UMUM SMA T AL-NAA SLAMC OARDNG SCHOOL UJAN AKHR SMSTR GANJL TAHUN AJARAN 2011/2012 LMAR SOAL Mata Pelajaran : isika Pengajar : Harlan, S.Pd Kelas : X Hari/Tanggal : Senin/26 Desember 2011 AlokasiWaktu

Lebih terperinci