BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan hasil dari suatu kegiatan kreatif atau sebuah wadah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan hasil dari suatu kegiatan kreatif atau sebuah wadah"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil dari suatu kegiatan kreatif atau sebuah wadah yang menggambarkan tentang satu sisi kehidupan manusia beserta segala permasalahan yang melingkupinya. Karya sastra berusaha menggambarkan kehidupan manusia, tidak hanya dalam hubungan dengan manusia lain, tetapi juga hubungannya dengan dirinya sendiri melalui hubungan peristiwa batin. Setiap manusia merupakan individu yang berbeda dengan individu lainnya. Ia mempunyai watak, temperamen, pengalaman, pandangan, dan perasaan sendiri yang berbeda dengan lainnya. Pertemuan antara manusia dengan manusia lain tak jarang menimbulkan konflik. Manusia juga sering mengalami konflik dengan dirinya sendiri atau konflik batin dan berhadapan dengan persoalan-persoalan hidup. Bagaimana manusia menghadapinya tidak terlepas dari ilmu jiwa. "Ilmu jiwa meliputi segala pemikiran, pengetahuan, tanggapan, khayalan, dan spekulasi mengenai jiwa itu" (Walgito, 2004: 2). Pengarang sebuah karya sastra dalam kehidupan juga mengalami pertentangan dalam batinnya yang kemudian ia munculkan melalui sosok atau karakter tokoh dalam karyanya. Apa yang bergejolak dalam batin manusia yang diungkapkan pengarang melalui sosok atau karakter tokoh dalam karyanya. Sesuatu yang bergejolak dalam batin manusia yang diungkapkan pengarang melalui tokoh dalam karyanya merupakan salah satu bentuk pengungkapan dari proses batiniah manusia. 1

2 digilib.uns.ac.id 2 Salah satu bentuk karya sastra adalah novel. Kelahirannya merupakan hasil dari kreativitas pengarang dalam mengolah cerita tentang kehidupan lengkap dengan berbagai konflik di dalamnya. Novel akan lebih hidup jalan ceritanya jika kehidupan manusia yang digambarkan melalui tokoh-tokohnya disertai konflik. Pengarang dituntut untuk menampilkan tokoh berikut jiwanya. Selain itu, ia juga menciptakan karya sastra dengan konsep yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan perbedaan latar belakang sosial atau mungkin juga ditimbulkan oleh rasa individualitas dari gejala jiwanya. Pengarang mampu menampilkan tokoh yang berbeda-beda dengan berbagai kemungkinan berdasarkan gejala jiwa. Tokohtokoh yang ditampilkan adalah tokoh manusia yang berjiwa dengan berbagai problem. Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter, sehingga karya sastra juga menggambarkan tentang kejiwaan manusia walaupun pengarang hanyalah menampilkan tokoh itu secara fiktif. Melihat kenyataan tersebut, karya sastra selalu terlibat dalam aspek hidup dan kehidupan yang tidak terkecuali ilmu jiwa atau psikologi. Hal ini tidak terlepas dari pandangan dualisme yang menyatakan manusia terdiri atas jiwa dan raga. Penelitian yang menggunakan pendekatan psikologi terhadap karya sastra merupakan bentuk pemahaman dan penafsiran karya sastra dari sisi yang lain. "Orang dapat mengamati tingkah laku tokoh-tokoh dalam sebuah roman atau drama dengan memanfaatkan ilmu bantu psikologi" (Hardjana, 1994: 66). Hubungan antara sastra dan psikologi adalah bahwa di satu pihak karya sastra dianggap sebagai hasil aktivitas dan ekspresi manusia. Di pihak lain psikologi sendiri dapat membantu pengarang dalam mengentalkan kepekaan dan

3 digilib.uns.ac.id 3 memberi kesempatan untuk menjajaki pola-pola yang belum terjamah sebelumnya sehingga hasilnya merupakan kebenaran yang mempunyai nilai artistik dapat menambah koherensi dan kompleksitas karya sastra (Wellek dan Warren, 1990: 108). Ilmu jiwa menelaah jiwa manusia secara mendalam di segi sifat dan sikap manusia. "Lewat tinjauan psikologis akan nampak bahwa fungsi dan peranan sastra adalah untuk menghidangkan citra manusia seadil-adilnya dan sehiduphidupnya atau paling sedikit untuk memancarkan bahwa karya sastra pada hakikatnya bertujuan untuk melukiskan kehidupan manusia" (Hardjana, 1994: 66). Penulis dalam penelitian ini memilih novel karya Mushthafa> Luthfi> al- Manfalu>thi> berjudul Fi> Sabi>lit-Ta>j karena ingin mengungkap konflik batin seorang pemuda dalam mempertahankan tanah air. Konflik batin yang dialami tokoh utama sangat menonjol dalam novel tersebut. Novel Fi> Sabi>lit-Ta>j menceritakan konflik batin dan respon seorang pemuda bernama Constantin yang dalam jiwanya terjadi dua pertentangan perasaan yang kuat; cinta kepada keluarga dan cinta tanah air. Constantin memutuskan untuk mengorbankan cinta yang pertama sebagai tebusan untuk cinta yang kedua. Pada akhir cerita ia mengorbankan hidupnya sendiri sebagai tebusan bagi kehormatan keluarganya. Novel Fi> Sabi>lit-Ta>j yang pada awalnya adalah sebuah drama balada puitis karya Francois Coubielle yang berjudul Pour la Couronne. Coubille adalah seorang penyair terkemuka dan penuh pengalaman dari Perancis. Drama tersebut ditulis dengan bahasa Perancis pada tahun 1985 M sebagai kelanjutan dari para sastrawan besar abad ke-17, seperti Cournille dan Rasin. Gaya bahasa yang

4 digilib.uns.ac.id 4 mudah dipahami, peristiwa yang terjadi, dan karakter para tokoh digambarkan dengan jelas dalam drama tersebut (al-manfalu>thi>, 2013: 20). Al-Manfalu>thi adalah sastrawan Mesir yang terkenal dengan karyanya yang romantis dan gaya bahasa yang sangat indah serta banyak menyadur karya-karya sastrawan asing terutama dari Perancis. Al-Manfalu>thi> bukan seorang penulis sejarah sastra dan tidak pernah menulis buku yang bersifat pengajaran atau pembudayaan. Drama Pour la Couronne karya Coubielle kemudian disadur oleh Mushthafa> Luthfi> al-manfalu>thi> menjadi sebuah novel indah yang ditulis dalam bahasa Arab. Ia menyadur dengan menambah dan mengurangi beberapa hal, sehingga para pembaca mampu mengungkap kekuatan cerita penulis aslinya. al- Manfalu>thi menulis novel Fi> Sabi>lit-Ta>j pada masa awal kebangkitan gerakan kebangsaan modern. Kejadian-kejadian politik dan semangat nasionalisme yang senantiasa mengisi pemikiran memberikan inspirasi kepadanya dalam penulisan novel Fi> Sabi>lit-Ta>j. Pada akhirnya dengan novel Fi> Sabi>lit-Ta>j, al-manfalu>thi> mampu memikat para pembaca di dunia Arab sebagaimana yang dilakukan oleh Coubielle kepada para pembacanya di Perancis (al-manfalu>thi, 2013: 22-23). Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini, yaitu pertama dengan meneliti novel ini pembaca dapat mengetahui respon, pandangan dan penilaian pengarang terhadap sikap patriotisme seorang pemuda kepada negaranya. Manfaat kedua, novel ini dapat dijadikan bahan renungan bagi pembaca dalam menilai dan menyikapi adanya konflik-konflik kejiwaan yang terjadi dalam realita kehidupan keseharian sebagai anggota masyarakat. Manfaat ketiga, digunakan sebagai bahan

5 digilib.uns.ac.id 5 acuan dalam menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadi akibat kondisi sosial atau pengaruh kebudayaan terhadap kejiwaan seseorang. Penelitian terhadap novel Fi> Sabi>lit-Ta>j karya Mushthafa> Luthfi> al- Manfalu>thi> sejauh pengetahuan penulis pernah dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu pertama dilakukan oleh Khairul Ihsan (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2006) dengan judul Citra Perempuan dalam Novel Fi> Sabi>lit-Ta>j karya Mushthafa> Luthfi> al-manfalu>thi> (Kajian Kritik Feminis). Hasil penelitiannya adalah novel tersebut mencitrakan perempuan yang positif, melalui tokoh utamanya Mieltiza berhasil mencitrakan perempuan pemberani, perempuan yang merdeka, setia kepada nusa dan bangsa, dan mampu memberikan inovasi yang bermanfaat untuk masyarakat. Penelitian kedua dilakukan lagi oleh Khairul Ihsan (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008) dalam tesisnya yang berjudul Gaya Bahasa Novel Fi> Sabi>lit- Ta>j karya Mushthafa> Luthfi> al-manfalu>thi> (Studi Analisis Stilistika), dengan hasil penelitian dalam novel Fi> Sabi>lit-Ta>j terdapat empat unsur pemanfaatan gaya bahasa yaitu pemanfaatan berdasarkan dari pilihan kata, nada, struktur kalimat, dan langsung tidaknya makna. Kejelian dan kepekaan Mushthafa> Luthfi> al- Manfalu>thi> dalam memanfaatkan gaya bahasa membuat novel Fi> Sabi>lit-Ta>j lebih hidup dan bernilai estetik sehingga segi pemaknaan sangat menonjol. Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, penulis mengambil judul Konflik Batin Tokoh Utama dalam novel Fi> Sabi>lit-Ta>j karya Mushthafa> Luthfi> al- Manfalu>thi> dengan analisis psikologi sastra. Pengungkapan mengenai kepribadian tokoh, konflik, dan respon yang terdapat pada novel Fi> Sabi>lit-Ta>j adalah salah satu contoh gambaran yang terjadi commit di masyarakat to user sekitar kita. Maka, karya sastra

6 digilib.uns.ac.id 6 ini lebih tepat dianalisis dengan psikologi sastra yang mengungkap tentang konflik batin dan respon tokoh utama berdasarkan aspek-aspek psikologis yang terdapat dalam psikologi sastra. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah struktur karya sastra yang membangun novel Fi> Sabi>lit-Ta>j karya Mushthafa> Luthfi> al-manfalu>thi> dilihat dari unsur tokoh dan penokohan? 2. Bagaimana konflik batin dan respon tokoh utama menghadapi konflik yang terjadi dalam novel Fi> Sabi>lit-Ta>j karya Mushthafa> Luthfi> al- Manfalu>thi>? 3. Bagaimana deskripsi kepribadian tokoh utama dalam novel Fi> Sabi>lit-Ta>j karya Mushthafa> Luthfi> al-manfalu>thi>? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk memberikan arah yang jelas pada penelitian yang dilakukan. Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan struktur karya sastra yang membangun novel Fi> Sabi>lit- Ta>j karya Mushthafa> Luthfi> al-manfalu>thi> dilihat dari unsur tokoh dan penokohan. 2. Mendeskripsikan konflik batin dan respon tokoh utama menghadapi konflik dalam novel Fi> Sabi>lit-Ta>j commit to karya user Mushthafa> Luthfi> al-manfalu>thi>.

7 digilib.uns.ac.id 7 3. Mendeskripsikan kepribadian tokoh utama dalam novel Fi> Sabi>lit-Ta>j karya Mushthafa> Luthfi> al-manfalu>thi>. D. Pembatasan Masalah Penelitian ini perlu adanya pembatasan masalah supaya masalah yang dikaji tidak terlalu melebar. Pembatasan masalah sangat penting karena penulis dapat lebih memusatkan pada masalah tertentu agar mendapatkan pembahasan yang sistematis, terkontrol, dan memuaskan melalui data-data yang telah penulis peroleh. Sejalan dengan judul yang diangkat, penulis membatasi lingkup masalah pada berikut ini. 1. Analisis struktural dibatasi pada tokoh dan penokohan novel pada segi peranan dan fungsi. 2. Konflik batin yang dialami dan respon tokoh utama dalam menghadapi konflik yang terjadi dengan pendekatan psikologi sastra 3. Analisis kepribadian tokoh utama dengan teori psikoanalitik Jung dibatasi pada struktur kesadaran fungsi dan sikap jiwa. E. Landasan Teori 1. Pendekatan Struktural Struktur yang akan dikaji dalam novel ini hanya akan dititikberatkan pada tokoh dan penokohan. "Kehadiran tokoh dalam cerita terkait dengan terciptanya konflik, dalam hal ini tokoh berperan membuat konflik dalam sebuah cerita rekaan" (Nurgiyantoro, 2010: 164). Pembicaraan mengenai penokohan dalam cerita rekaan tidak dapat dilepaskan hubungannya dengan commit tokoh. to Istilah user tokoh menunjuk pada pelaku

8 digilib.uns.ac.id 8 dalam cerita, sedangkan penokohan menunjukkan pada sifat, watak atau karakter yang meliputi diri tokoh yang ada. "Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita" (Jones dalam Nurgiyantoro, 2010: 165). Paparan tokoh dalam cerita sepenuhnya merupakan milik pengarang. Pengarang bisa secara bebas menampilkan tokoh dalam cerita sesuai dengan selera dan tujuannya dalam berkarya. Meski tokoh yang ditampilkan hanyalah tokoh khayalan, pengarang akan mewujudkannya sebagai sesuatu yang hidup, mempunyai pikiran dan perasaan. "Tokoh yang hidup adalah tokoh yang berpribadi, berwatak, dan memiliki sifat-sifat tertentu" (Mido, 1994: 21). Tokoh adalah bahan yang paling aktif menjadi penggerak jalan cerita karena tokoh itu berpribadi, berwatak, dan memiliki sifat-sifat karakteristik tiga dimensional, yaitu: a. Dimensi fisiologis meliputi ciri-ciri fisik atau ciri-ciri badan. Misalnya usia (tingkat kedewasaan), jenis kelamin, keadaan tubuh, ciri-ciri muka dan ciri-ciri fisik yang lain. b. Dimensi sosiologis meliputi ciri-ciri kehidupan masyarakat, misalnya status sosial, pekerjaan, jabatan, peranan dalam masyarakat, tingkat pendidikan, kehidupan pribadi, pandangan hidup, agama, bangsa, dan keturunan. c. Dimensi psikologis meliputi mentalitas, ukuran moral untuk membedakan mana yang baik dan buruk, temperamen, keinginan, tingkah laku, IQ, keahlian khusus dalam suatu bidang, dan ciri psikologis yang lain (Satoto, 1992: 44-45).

9 digilib.uns.ac.id 9 Penokohan dalam cerita dapat disajikan melalui dua metode, yaitu metode langsung (analitik) dan metode tidak langsung (dramatik). Metode langsung (analitik) adalah teknik pelukisan tokoh cerita yang memberikan deskripsi, uraian atau penjelasan langsung. Pengarang memberikan komentar tentang kedirian tokoh cerita berupa lukisan sikap, sifat, watak, tingkah laku, bahkan ciri fisiknya. Metode tidak langsung (dramatik) adalah teknik pengarang mendeskripsikan tokoh dengan membiarkan tokoh-tokoh tersebut saling menunjukkan kediriannya masing-masing, melalui berbagai aktivitas yang dilakukan baik secara verbal maupun non verbal, seperti tingkah laku, sikap dan peristiwa yang terjadi (Nurgiyantoro, 2010: 166). Tokoh berkaitan dengan orang atau seseorang sehingga perlu penggambaran yang jelas tentang tokoh tersebut. Jenis-jenis tokoh dapat dibagi sebagai berikut: a. Berdasarkan segi peranan atau tingkat pentingnya 1. Tokoh utama, yaitu tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel, tokoh yang paling penting, dan sangat menentukan perkembangan alur secara keseluruhan. 2. Tokoh tambahan, yaitu tokoh yang permunculannya lebih sedikit dan kehadirannya jika hanya ada keterkaitannya dengan tokoh utama secara langsung atau tidak langsung. b. Berdasarkan segi fungsi penampilan tokoh 1. Tokoh protagonis, yaitu tokoh yang merupakan pengejawantahan nilai-nilai yang ideal bagi pembaca.

10 digilib.uns.ac.id Tokoh antagonis, yaitu tokoh penyebab terjadinya konflik. Tokoh antagonis dapat disebut beroposisi dengan tokoh protagonis (Nurgiyantoro, 2010: ). Penulis dalam penelitian ini membatasi tokoh utama sebagai objek formal yang akan diteliti. Tokoh utama yang dimaksud adalah yaitu tokoh yang menjadi pusat cerita, tokoh yang paling penting, dan sangat menentukan perkembangan alur secara keseluruhan. 2. Pendekatan Psikologi Sastra Psikologi dari segi bahasa berasal dari kata psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu atau pengetahuan, karena itu kata psikologi sering diartikan ilmu jiwa (Walgito, 2004: 2). Walgito mengemukakan bahwa psikologi merupakan ilmu yang mempelajari dan menyelidiki aktivitas dan tingkah laku manusia. Aktivitas dan tingkah laku tersebut merupakan manifestasi kehidupan jiwa. Jadi, jiwa manusia terdiri atas dua alam, yaitu alam sadar (kesadaran) dan alam tak sadar (ketidaksadaran). Kedua alam tersebut tidak hanya saling menyesuaikan, alam sadar menyesuaikan terhadap dunia luar, sedangkan alam tak sadar sebuah penyesuaian terhadap dunia dalam (batin). Manusia dalam perkembangannya dipengaruhi oleh faktor endogen dan eksogen. Faktor endogen adalah faktor atau sifat yang dibawa individu sejak dalam kandungan hingga kelahiran, sedang faktor eksogen adalah faktor yang datang dari luar individu, merupakan pengalaman-pengalaman, alam sekitar, pendidikan dan sebagainya (Walgito, 2004: 48-50). Di samping itu, individu juga mempunyai sifat-sifat pembawaan commit psikologis to user yaitu temperamen dan watak.

11 digilib.uns.ac.id 11 Temperamen merupakan sifat pembawaan yang berhubungan dengan fungsifungsi fisiologis seperti darah, kelenjar-kelenjar dan cairan-cairan lain dalam diri manusia. "Watak atau biasa disebut karakter merupakan keseluruhan dari sifat seseorang yang nampak dalam perbuatan sehari-hari baik sebagai hasil pembawaan maupun lingkungan" (Walgito, 1997: 49). Dalam penelitian ini, penulis mengemukakan dua peristiwa kejiwaan yaitu: a. Respon Respon adalah tanggapan terhadap adanya rangsang. "Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dalam berbagai macam bentuk (Walgito, 2004: 90). Misalnya, orang yang melihat harimau mungkin memberikan tanggapan dengan berlari karena menurut pengalaman harimau membahayakan dirinya. Sementara itu anak kecil yang mempersepsi bara api, mungkin justru akan dipegangnya karena ia belum tahu bahwa bara api itu panas. Tanggapan terhadap rangsang itu disebut respon. Keadaan menunjukkan bahwa individu tidak hanya satu stimulus (rangsang) saja, melainkan berbagai macam stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitar. Tidak semua stimulus itu mendapatkan respon individu. Hanya beberapa stimulus yang menarik individu yang akan diberikan respon. Sebagai akibat dari stimulus yang dipilih dan diterima individu, individu menyadari dan memberikan respon sebagai reaksi terhadap stimulus tersebut (Walgito, 2004: 91).

12 digilib.uns.ac.id 12 b. Konflik Konflik dapat terjadi bila ada tujuan yang ingin dicapai sekaligus dalam waktu yang bersamaaan. Konflik terjadi akibat perbedaan yang tidak dapat diatasi antara kebutuhan individu dengan kemampuannya yang pontensial. Konflik ini dapat diselesaikan melalui keputusan hati. Konflik dapat dibagi menjadi empat macam yaitu: 1. Approach-approach conflict, yaitu konflik-konflik psikis yang dialami oleh individu karena individu tersebut mengalami dua atau lebih motif yang positif dan sama kuat. Misalnya, seorang mahasiswa pergi kuliah atau menemani temannya karena sudah janji. 2. Approach avoidance conflict, yaitu suatu konflik psikis yang dialami individu karena dalam waktu yang bersamaan menghadapi situasi yang mengandung motif positif dan motif negatif yang sama kuat. Misalnya, mahasiswa diangkat pegawai negeri (positif) di daerah terpencil (negatif). 3. Avoidance-avoidence conflict, yaitu konflik psikis yang dialami individu karena menghadapi dua motif yang sama-sama negatif dan sama-sama kuat. Misalnya, seorang tahanan yang harus membuka rahasia komplotannya dan apabila ia melakukannya akan mendapat ancaman dari komplotannya. 4. Double approach avoidance conflict, yaitu konflik psikis yang dialami individu karena menghadapi dua situasi yang masing-

13 digilib.uns.ac.id 13 masing mengandung motif negatif dan motif positif yang sama kuat. Misalnya, seorang mahasiswa harus memilih antara menikah dengan orang yang tidak disukai (negatif) atau melanjutkan studi (positif) (Effendi dan Juhaya S. Praja, 1993: 73-75). Konflik timbul dalam situasi dimana terdapat dua atau lebih kebutuhan, harapan, keinginan dan tujuan yang saling bersesuaian, saling bersaing dan menyebabkan tarik menarik dan menimbulkan perasaan yang sangat tidak enak (Linda, 1991: 178). Psikologi sastra adalah telaah karya sastra yang diyakini mencerminkan proses dan aktivitas kejiwaan. "Pendekatan psikologi sastra bertolak dari asumsi bahwa karya sastra selalu membahas manusia dan kehidupannya" (Semi, 1993: 76). Manusia selalu memperlihatkan perilaku beragam. Penelitian psikologi sastra adalah suatu disiplin ilmu yang memandang karya sastra sebagai suatu karya yang memuat peristiwa-peristiwa kehidupan maniusia yang diperankan oleh tokohtokoh imajiner. Psikologi dan karya sastra memiliki hubungan fungsional, yakni samasama berguna untuk sarana mempelajari keadaan kejiwaan orang lain. Hanya perbedaannya, gejala kejiwaan yang ada dalam karya sastra adalah gejala-gejala kejiwaan dari manusia-manusia imajiner, sedangkan dalam psikologi adalah manusia-manusia riil. Namun, keduanya saling melengkapi dan saling mengisi untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam terhadap kejiwaan manusia, karena terdapat kemungkinan apa yang tertangkap oleh pengarang tidak mampu

14 digilib.uns.ac.id 14 diamati oleh psikolog atau sebaliknya. Titik temu keduanya dapat digabung menjadi psikologi sastra (Endraswara, 2008: 88). Analisis psikologi sastra akan mengungkapkan bahwa fungsi dan peranan sastra untuk mendeskripsikan tentang citra manusia dengan seobjektif mungkin atau sehidup-hidupnya atau paling sedikit bila mereka percaya bahwa sastra pada hakikatnya bertujuan untuk melukiskan lingkungan kehidupan manusia. Dasar pemikiran yang dapat diwajarkan mengapa sastra harus memanfaatkan psikologi, karena sastra dianggap sebagai aktivitas dan ekspresi manusia (Atmaja, 1986: 63). Karya sastra merekam gejala kejiwaan yang terungkap lewat perilaku tokoh. Perilaku ini menjadi fakta atau data empiris yang harus dimunculkan oleh pembaca ataupun peneliti sastra dengan syarat memiliki teori-teori psikologi yang memadai (Siswantoro, 2004: 34). 3. Teori Kepribadian Penelitian ini menggunakan teori kepribadian dari Carl Gustav Jung, beliau adalah seorang psikiater Swiss yang semula dipandang orang sebagai pewaris teori psikoanalisis Freud, kemudian memisahkan diri dari Freud. Jung memiliki pandangan yang berbeda dengan Freud tentang kepribadian, dan pandangan tersebut yang membuat Jung memisahkan diri dari psikoanalisis Freud. Carl Gustav Jung menilai kepribadian sebagai wujud pernyataan kejiwaan yang ditampilkan seseorang dalam kehidupannya. Namun Jung tidak berbicara tentang kepribadian melainkan psyche. Adapun yang dimaksud dengan psyche ialah totalitas segala peristiwa psikis baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Jadi jiwa manusia terdiri dari dua alam, yaitu alam sadar (kesadaran) dan

15 digilib.uns.ac.id 15 alam tidak sadar (ketidaksadaran). Kedua alam ini tidak hanya saling mengisi, tetapi berhubungan secara kompensatoris. Adapun fungsi dari keduanya yaitu penyesuaian. a. Alam sadar (kesadaran), yang berfungsi mengadakan penyesuaian terhadap dunia luar. b. Alam tak sadar (ketidaksadaran), yang berfungsi mengadakan penyesuaian terhadap dunia dalam (Suryabrata, 2012: ). Batas antara kedua alam itu tidak tetap, melainkan dapat berubah-ubah, artinya luas daerah kesadaran atau ketidaksadaran itu dapat bertambah atau berkurang. Dalam kenyataannya daerah kesadaran itu hanya merupakan sebagian kecil saja daripada alam kejiwaan. 1. Struktur Kesadaran Kesadaran mempunyai dua komponen pokok, yaitu fungsi jiwa dan sikap jiwa. Masing-masing memiliki peranan penting dalam orientasi manusia dalam dunianya. a. Fungsi jiwa Fungsi jiwa adalah suatu bentuk aktivitas kejiwaan yang secara teoritis tiada berubah dalam lingkungan berbeda-beda. Fungsi jiwa ada empat macam. Yang rasional terbagi dua, yaitu pikiran dan perasaan, dan yang irrasional terbagi dua, yaitu pendriaan dan intuisi. Dalam berfungsinya, fungsi yang rasional bekerja dengan penilaian dan pikiran melihat segala sesuatu menurut kriteria benar atau salah. Sedangkan perasaan melihat segala sesuatu menurut kriteria menyenangkan atau tidak menyenangkan.

16 digilib.uns.ac.id 16 Kedua fungsi yang irrasional di dalam berfungsinya tidak memberikan penilaian, melainkan hanya semata-mata mendapat pengamatan. Pendriaan mendapatkan pengamatan dengan sadar indriah, sedangkan intuisi mendapatkan pengamatan secara tak sadar naluriah. Lebih jelasnya lagi, fungsi-fungsi jiwa menurut Jung dapat digambarkan pada tabel berikut ini: Fungsi jiwa Sifatnya Cara Bekerjanya Pikiran Perasaan Pendriaan Intuisi Rasional Rasional Irrasioanal Irrasioanal Dengan penilaian; benar-salah Dengan penialaian; senang-tak senang Tanpa penilaian; sadar indriah Tanpa penilaian; tak sadar naluriah (Tabel 5: Fungsi-fungsi Jiwa menurut Jung) Pada dasarnya setiap manusia memiliki keempat fungsi jiwa itu; akan tetapi biasanya hanya salah satu fungsi saja yang paling berkembang (dominan). Fungsi yang dominan itu merupakan fungsi superior, dan menentukan tipe orangnya. Jadi berdasarkan atas dominasi fungsi jiwa itu menurut Jung ada empat macam tipe manusia yaitu: tipe pemikir, tipe perasa, tipe pendria, dan tipe intuitif. (Suryabrata, 2012: ). b. Sikap jiwa Sikap jiwa ialah arah dari pada energi psikis umum atau libido, yang menjelma dalm orientasi manusia terhadap dunianya. Arah

17 digilib.uns.ac.id 17 aktivitas psikis itu dapat ke luar atau ke dalam. Demikian juga arah orientasi manusia dapat ke luar ataupun ke dalam. Setiap orang mengadakan orientasi terhadap dunia dunia sekitarnya, tetapi dalam caranya mengadakan orientasi itu orang yang satu berbeda dari yang lainnya. Apabila orientasi terhadap segala sesuatu itu sedemikian rupa sehingga putusan-putusan dan tindakantindakannya kebanyakan dan terutama tidak dikuasai oleh pendapatpendapat subyektifnya, maka individu yang demikian itu dikatakan mempunyai orientasi ekstravers. Apabila orientasi ekstravers ini menjadi kebiasaan, maka individu yang bersangkutan mempunyai tipe ekstravert. Berdasarkan sikap jiwa atau reaksinya terhadap lingkungan, maka kepribadian dapat dibagi sebagai berikut: 1. Kepribadian yang extravers (kepribadian terbuka), dipengaruhi oleh dunia di luar dirinya. Orientasinya terutama tertuju keluar: pikiran, perasaan, serta tindakan-tindakannya terutama ditentukan oleh lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun non sosial. Orang-orang seperti ini hatinya terbuka, senang bergaul, ramah, mudah mengerti perasaan orang lain. Bahaya bagi tipe extravers ini adalah apabila ikatan kepada dunia luar terlampau kuat, sehingga ia tenggelam di dalam dunia obyektif, kehilangan dirinya atau asing terhadap dunia subyektifnya sendiri.

18 digilib.uns.ac.id Kepribadian yang introvert (kepribadian tertutup), terutama dipengaruhi oleh dunia subyektif, yaitu dunia di dalam dirinya sendiri. Orientasinya terutama tertuju ke dalam pikiran, perasaan, serta tindakan-tindakannya terutama ditentukan oleh faktor-faktor subyektif. Penyesuaiannya dengan dunia luar kurang baik. Jiwanya tertutup, sukar bergaul, sukar berhubungan dengan orang lain, kurang dapat menarik hati orang lain. Penyesuaian dengan hatinya sendiri baik. Bahaya bagi tipe ini adalah kalau jarak dengan dunia obyektif terlalu jauh, sehingga orang lepas dari dunia obyektifnya. Pengertian lain untuk membahas masalah kesadaran, yaitu persona. Persona menurut Jung adalah cara seseorang dengan sadar menampakkan diri ke luar. Bagaimana dia menunjukkan dirinya kepada sesama manusia. Sebagaimana terjelma dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatannya. Persona ini benar-benar sesuai dengan keadaan pribadi yang sebenarnya, tetapi dapat juga merupakan semacam topeng,di mana si pribadi ini menyembunyikan kelemahankelemahannya. (Suryabrata, 2012: ). 2. Struktur Ketidaksadaran Ketidaksadaran mempunyai dua lingkaran, yaitu ketidaksadaran pribadi dan ketidaksadaran kolektif. a. Ketidaksadaran Pribadi Ketidaksadaran pribadi berisikan hal-hal yang diperoleh oleh individu selama hidupnya. commit Itu to user meliputi hal-hal yang terdesak atau

19 digilib.uns.ac.id 19 tertekan dalam hal-hal yang terlupakan (bahan-bahan ingatan) serta hal-hal yang teramati, terpikir, dan terasa di bawah ambang kesadaran. Dalam hal ini juga termasuk apa yang terkenal dengan istilah prasadar dan bawah sadar. Alam prasadar (das Verbewusste) merupakan daerah perbatasan antara ketidaksadaran pribadi dan kesadaran, dan berisikan hal-hal yang siap masuk ke kesadaran. Alam bawah sadar (das Unvewusste) berisikan kejadian-kejadian psikis yang terletak pada daerah perbatasan antara ketidaksadaran pribadi dan ketidaksadaran kolektif, misalnya hal-hal yang tidak dapat diingat lagi, hal-hal yang tidak diolah, keadaan transe, dan yang sejenis dengan itu. Kesadaran digambarkan terletak di atas dan ketidaksadaran di bawah maka dapat dikatakan: alam prasadar pribadi palingatas dan paling dekat dengan kesadaran, sedangkan alam bawah sadar merupakan batas ketidaksadaran pribadi yang paling bawah dan paling dekat dengan ketidaksadaran kolektif. b. Ketidaksadaran Kolektif Ketidaksadaran kolektif mengandung isi-isi yang diperoleh selama pertumbuhan jiwa seluruhnya, yaitu pertumbuhan jiwa seluruh jenis manusia, melalui generasi terdahulu. Ini merupakan endapan cara-cara reaksi kemanusiaan yang khas semenjak dahulu di dalam manusia menghadapi situasi-situasi ketakutan, bahaya, perjuangan, kelahiran, kematian, dan sebagainya. Pengetahuan mengenai ketidaksadaran itu diperoleh secara tidak langsung yaitu melalui manifestasi daripada isi-isi

20 digilib.uns.ac.id 20 ketidaksadaran itu. Manifestasi ketidaksadaran itu dapat berbentuk symptom dan kompleks, mimpi dan archetypus. 1) Symptom dan Kompleks Symptom dan kompleks merupakan gejala-gejala yang masih dapat disadari. Symptom adalah gejala dorongan daripada jalannya energi yang normal, yang dapat berbentuk symptom kejasmanian maupun kejiwaan. Symptom adalah tanda bahaya, yang memberitahu bahwa ada sesuatu dalam kesadaran yang kurang, dan karenanya perlu perluasan ke alam tak sadar. Kompleks-kompleks adalah bagian kejiwaan kepribadian yang telah terpecah dan terlepas dari penilikan (kontrol) kesadaran dan mempunyai kehidupan sendiri dalam kegelapan alam ketidaksadaran, yang selalu dapat menghambat atau memajukan prestasi-prestasi kesadaran. Menurut Jung kompleks memang dapat diselesaikan, dalam hal ini jelas kompleks itu banyak pengalaman traumatis, misalnya adalah ketidakmungkinan yang semu untuk menerima kesadaran diri sendiri dalam keseluruhannya (Suryabrata, 2012: ). 2) Mimpi, fantasi, khayalan Mimpi sering timbul dari kompleks dan merupakan pesan rahasia sang malam. Mimpi mempunyai hukum sendiri dan bahasa sendiri. Didalam mimpi soal-soal sebab-akibat, ruang dan waktu tidak berlaku, bahasanya bersifat lambang dan karenanya untuk memahaminya perlu ditafsirkan. Kalau bagi Freud dan Adler mimpi

21 digilib.uns.ac.id 21 itu dianggap sebagai hasil yang patalogis, yaitu penjelmaan anganangan atau keinginan-keinginan yang tidak dapat direalisasikan. Maka bagi Jung mimpi itu mempunyai sifat konstruktif, yaitu mengkompensasikan keberatsebelahan dari konflik (Suryabrata, 2012: 168). Selain itu Jung juga mengemukakan fantasi (phantasie) dan khayalan (vision) sebagai bentuk manisfestasi ketidaksadaran. Kedua hal ini bersangkutan dengan mimpi. 3) Archetypus Istilah archetypus ini diambil Jung dari Augustinus merupakan bentuk pendapat instinktif terhadap situasi tertentu, yang terjadi diluar kesadaran. Lebih lanjut Jung menjelaskan bahwa archetypus merupakan pusat serta medan tenaga daripada ketidaksadaran yang dapat mengubah sikap kehidupan sadar manusia. (Suryabrata, 2012: ). Merujuk dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa psikologi sastra merupakan perilaku kejiwaan tokoh yang terdapat dalam suatu karya sastra. Pada analisis penelitian yang dilakukan, penulis membatasi kepribadian tokoh utama, konflik batin, dan respon yang diambil dalam menghadapi konflik ditinjau dari pandangan psikologi sastra. Hal ini disebabkan hanya aspek-aspek tersebut yang sesuai untuk dikorelasikan dengan novel yang akan diteliti.

22 digilib.uns.ac.id 22 F. Sumber Data 1. Objek Penelitian Objek kajian dalam penelitian ini dititikberatkan pada konflik batin dan respon yang diambil tokoh utama menghadapi konflik, serta bentuk kepribadian tokoh utama dalam novel Fi> Sabi>lit-Ta>j karya Mushthafa> Luthfi> al-manfalu>thi> ditinjau dari teori psikoanalitik Carl Gustav Jung. 2. Data Wujud data dalam penelitian ini berupa kata-kata, frasa, kalimat, dan wacana yang terdapat dalam novel Fi> Sabi>lit-Ta>j karya Mushthafa> Luthfi> al- Manfalu>thi>. 3. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kepustakaan yakni berupa buku, transkrip, majalah, dan lain sebagainya. Hal ini diperjelas dengan perincian sebagai berikut : a. Sumber Data Primer Sumber data primer dalam penelitian ini adalah novel Fi> Sabi>lit-Ta>j karya Mushthafa> Luthfi> al-manfalu>thi>. Novel Fi> Sabi>lit-Ta>j diterbitkan oleh Darul-Mishriyyah al-lubna>niyyah dalam cetakan yang pertama tahun 2013 M dengan tebal 150 halaman. b. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah data-data yang bersumber dari bahan-bahan acuan yang berhubungan dengan permasalahan yang menjadi objek penelitian. Data tersebut diperoleh dari

23 digilib.uns.ac.id 23 buku terjemahan novel Fi> Sabi>lit-Ta>j yang telah dialihbahasakan oleh M. Halabi Hamdy dengan judul Rembulan Merah, dua penelitian sebelumnya yang membahas tentang novel Fi> Sabi>lit-Ta>j karya Mushthafa> Luthfi> al- Manfalu>thi>, buku-buku teori pendukung, dan bahan-bahan acuan lainnya. G. Metode dan Teknik 1. Metode Penelitian Metode penelitian adalah petunjuk yang memberi arah dan corak penelitian, sehingga dengan metode yang tepat suatu penelitian akan memperoleh hasil yang maksimal. Bentuk penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan sebagainya, dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa (Moleong, 2010: 6). Data deskriptif yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah data yang dikumpulkan berbentuk kata-kata, frase, klausa, kalimat atau paragraf dan bukan berupa angka-angka. Dengan demikian, hasil penelitian ini berisi analisis data yang sifatnya menuturkan, memaparkan, memerikan, menganalisis dan menafsirkan (Satoto, 1992: 15). 2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik pustaka, yaitu pengumpulan data yang menggunakan commit sumber-sumber to user tertulis untuk memperoleh

24 digilib.uns.ac.id 24 data. Sumber tertulis diperoleh dari sumber primer dan sekunder yaitu novel Fi> Sabi>lit-Ta>j karya Mushthafa> Luthfi> al-manfalu>thi>, terjemahan dari novel Fi> Sabi>lit-Ta>j yaitu Rembulan Merah, dan bahan-bahan yang mendukung dalam penelitian. 3. Teknik Pengolahan Data Data-data yang telah terkumpul selanjutnya diolah dan dianalisis melalui beberapa tahapan. Tahapan-tahapan tersebut merupakan rangkaian yang tidak dapat saling lepas karena tahapan ini merupakan suatu proses yang berurutan dan berkesinambungan. Teknik pengolahan data yang dipergunakan dalam penelitian ini sebagai berikut. a) Tahap Deskriptif, yaitu seluruh data yang diperoleh dihubungkan dengan permasalahan kemudian dilakukan tahap pendeskripsian dan pengidentifikasian. b) Tahap Klasifikasi, yaitu data-data yang telah deskripsikan kemudian dikelompokkan menurut kelompoknya masing-masing sesuai permasalahan yang ada. c) Tahap Analisis, yaitu mengadakan analisis terhadap data yang telah diklasifikasikan menurut kelompoknya masing-masing berdasarkan teori yang relevan dengan penelitian. d) Tahap Interpretasi, yaitu menafsirkan hasil analisis data untuk memperoleh pemahaman yang sesuai dengan tujuan penelitian. e) Tahap Evaluasi, yaitu seluruh data-data yang sudah dianalisis dan diinterpretasikan selanjutnya commit to tidak user ditarik kesimpulan begitu saja.

25 digilib.uns.ac.id 25 Namun, data-data tersebut harus diteliti kembali dengan dibaca ulang, agar dapat diperoleh penilaian yang benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. H. Sistematika Penulisan Secara garis besar, dalam penelitian ini penulis membagi dalam beberapa bab, dan setiap babnya terdiri dari beberapa sub bab sebagai berikut. Bab pertama berisi pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah, landasan teori, sumber data, metode dan teknik, sistematika penulisan, dan pedoman transliterasi Arab- Latin. Bab kedua tentang isi, yang terdiri dari analisis deskripsi penokohan, konflik-konflik yang terjadi, respon yang diambil dalam menghadapi konflik, dan kepribadian tokoh utama. Bab ketiga berisi penutup yang meliputi kesimpulan dan saran Pada bagian akhir dilengkapi dengan daftar pustaka, lampiran tentang sinopsis novel Fi> Sabi>lit-Ta>j, riwayat hidup pengarang, dan novel Fi> Sabi>lit-Ta>j.

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif manusia dalam kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra seni kreatif menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

Bab 4. Simpulan dan Saran. Pada bab ini, saya akan mengemukakan simpulan dari analisis saya yang terdapat

Bab 4. Simpulan dan Saran. Pada bab ini, saya akan mengemukakan simpulan dari analisis saya yang terdapat Bab 4 Simpulan dan Saran Pada bab ini, saya akan mengemukakan simpulan dari analisis saya yang terdapat pada bab tiga dan dilandasi dari teori yang dikemukakan pada bab dua yaitu teori kompleks atau kepribadian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. novel yang menceritakan luka hati seorang ibu miskin ini mempunyai tampilan sampul buku

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. novel yang menceritakan luka hati seorang ibu miskin ini mempunyai tampilan sampul buku BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah konflik psikologi tokoh utama dalam novel karya Wiwid Prasetyo yang berjudul Nak, Maafkan Ibu yang Tak Mampu Menyekolahkanmu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil karya manusia yang bersifat imajinatif. Hal tersebut sependapat dengan Nurgiyantoro (2005:2) sebagai hasil yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos.

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos. 7 BAB II LANDASAN TEORI E. Pengertian Psikologi Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos. Psyche artinya jiwa dan logos berarti ilmu. Dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu perwujudan dari seni dengan menggunakan lisan maupun tulisan sebagai medianya. Keberadaan sastra, baik sastra tulis maupun bentuk

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Aji Budi Santosa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah fenomena kemanusiaan yang kompleks, ibarat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah fenomena kemanusiaan yang kompleks, ibarat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah fenomena kemanusiaan yang kompleks, ibarat memasuki hutan makin ke dalam makin lebat dan belantara, ada peristiwa suka dan duka, dan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan sebagai luapan emosi pengarang yang diekspresikan melalui kata-kata.

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan sebagai luapan emosi pengarang yang diekspresikan melalui kata-kata. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya novel adalah sebuah karya sastra yang membangun sebuah dunia yang utuh sesuai dengan keinginan pengarangnya. Dunia tersebut dapat dikatakan sebagai luapan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan seni dan karya yang sangat berhubungan erat dengan ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka karya sastra

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep. 1. Pengertian Novel. Novel atau sering disebut sebagai roman adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu:

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu: BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu: a. psikosastra b. kesepian c. frustasi d. kepribadian a. Psikologi Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, yang berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik suasana pikir maupun

Lebih terperinci

CARL GUSTAV JUNG (PSIKOANALITIK)

CARL GUSTAV JUNG (PSIKOANALITIK) CARL GUSTAV JUNG (PSIKOANALITIK) Carl Gustav Jung dilahirkan pada tanggal 26 Juli 1875 di Kesswyl (Switzerland) dan wafat pada tanggal 6 Juni 1961 di Kusnacht (Switzerland). Dimasa kanak-kanak Jung sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan proses kreatif seorang pengarang melalui daya imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan jabaran dari kehidupan yang terjadi di muka bumi ini. Sastra merupakan salah satu seni yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3). Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif, hasil kreasi pengarang. Ide

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya terdapat daya kreatif dan daya imajinasi. Kedua kemampuan tersebut sudah melekat pada jiwa

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. novel Mendayung Impian karya Reyhan M. Abdurrohman dalam tulisan ilmiah yang berjudul

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. novel Mendayung Impian karya Reyhan M. Abdurrohman dalam tulisan ilmiah yang berjudul BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep digunakan sebagai dasar penelitian yang menentukan arah suatu topik pembahasan. Konsep yang dimaksud adalah gambaran dari objek yang

Lebih terperinci

Latar belakang C.G. Jung

Latar belakang C.G. Jung Carl Gustav Jung (Psikoanalitik) (26 Juli 1875 6 Juni 1961) Latar belakang C.G. Jung Lahir 6 Juli 1875 di Swiss ( Ayahnya seorang pendeta). Seorang psikiater (kedokteran) Teori : psikoanalitik (psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencurahkan seluruh perasaan dan emosinya yang didukung oleh daya imajinasi

BAB I PENDAHULUAN. mencurahkan seluruh perasaan dan emosinya yang didukung oleh daya imajinasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki hasrat dan keinginan yang bisa diluapkan melalui tindakan, kata-kata atau suatu karya. Lewat karya sastra, seseorang dapat mencurahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan struktur dunia rekaan, artinya realitas dalam karya sastra adalah realitas rekaan yang tidak sama dengan realitas dunia nyata. Karya sastra itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran, perasaan, ide dalam bentuk gambaran kongkrit yang menggunakan alat

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran, perasaan, ide dalam bentuk gambaran kongkrit yang menggunakan alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah sebuah usaha untuk merekam isi jiwa sastrawannya yang berupa ungkapan pribadi manusia yang terdiri dari dari pengalaman, pemikiran, perasaan, ide

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bebas mengungkapkan semua ide dan ktreatifitasnya agar pembaca dapat menangkap

BAB I PENDAHULUAN. yang bebas mengungkapkan semua ide dan ktreatifitasnya agar pembaca dapat menangkap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sastra adalah sebuah media bagi pengarang untuk menuangkan ide kreatif dan imajinasinya. Dalam menciptakan sebuah karya kreatif, seorang pengarang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu bentuk institusi sosial dan hasil pekerjaan seni kreatif dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Hubungan antara sastra, masyarakat

Lebih terperinci

BAB I. Imajinasi yang diciptakan berasal dari diri sendiri dan lingkungan sekitar

BAB I. Imajinasi yang diciptakan berasal dari diri sendiri dan lingkungan sekitar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan dunia imajinasi yang diciptakan oleh pengarang. Imajinasi yang diciptakan berasal dari diri sendiri dan lingkungan sekitar pengarang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan seni yang bermediumkan bahasa dan dalam proses terciptanya melalui intensif, selektif, dan subjektif. Penciptaan suatu karya sastra bermula

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Konflik merupakan bagian dari sebuah cerita yang bersumber pada

BAB II KAJIAN TEORI. Konflik merupakan bagian dari sebuah cerita yang bersumber pada BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Konflik dalam Karya Sastra Konflik merupakan bagian dari sebuah cerita yang bersumber pada kehidupan. Oleh karena itu, pembaca dapat terlibat secara emosional terhadap apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang ingin menyampaikan nilai-nilai hidup kepada pembaca, karena pada

BAB I PENDAHULUAN. pengarang ingin menyampaikan nilai-nilai hidup kepada pembaca, karena pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Nurgiyantoro (2012:70) dalam penciptaan sebuah karya sastra, pengarang ingin menyampaikan nilai-nilai hidup kepada pembaca, karena pada hakekatnya pengarang

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2008:725) Konsep merupakan (1)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Sejenis Penelitian lain yang membahas tentang Citra Perempuan adalah penelitian yang pertama dilakukan oleh Fitri Yuliastuti (2005) dalam penelitian yang berjudul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa tulisan yaitu novel yang menceritakan tentang kehidupan tokohtokoh

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa tulisan yaitu novel yang menceritakan tentang kehidupan tokohtokoh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan suatu ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman. Ungkapan-ungkapan tersebut di dalam sastra dapat berwujud lisan maupun tulisan. Tulisan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan ungkapan atau hasil kreatifitas pengarang yangmempergunakan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan ungkapan atau hasil kreatifitas pengarang yangmempergunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan atau hasil kreatifitas pengarang yangmempergunakan media bahasa dan diabadikan untuk kepentingan estetis (keindahan). Didalam karya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 10 BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisi tentang struktural sastra dan sosiologi sastra. Pendekatan struktural dilakukan untuk melihat keterjalinan unsur-unsur intrinsik yang membangun karya sastra itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai seni kreatif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Sastra 1 merupakan curahan hati manusia berupa pengalaman atau pikiran tentang suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan tekanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia memiliki banyak realita yang mempengaruhi kehidupan itu sendiri. Peristiwa atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan tekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur.

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra sebagai hasil karya seni kreasi manusia tidak akan pernah lepas dari bahasa yang merupakan media utama dalam karya sastra. Sastra dan manusia sangat erat kaitannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup diperhitungkan karya-karyanya dan dianggap sebagai pengarang produktif

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran mental dari objek atau apapun

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran mental dari objek atau apapun BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Konsep adalah rancangan atau buram surat; ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca,

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) menjadi sebuah proses belajar bahasa yang berada pada fase paling penting bagi penguasaan bahasa siswa, karena siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengkajian terhadap karya sastra berarti penelaahan, penyelidikan, atau

BAB I PENDAHULUAN. Pengkajian terhadap karya sastra berarti penelaahan, penyelidikan, atau BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pengkajian terhadap karya sastra berarti penelaahan, penyelidikan, atau mengkaji, menelaah, menyelidiki karya sastra tersebut. Untuk melakukan pengkajian terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang berdasarkan aspek kebahasaan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah unsur penelitian yang amat mendasar dan menentukan arah pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penelitian ini melibatkan beberapa konsep, antara lain sebagai berikut: 2.1.1 Gambaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:435), gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan kreativitas manusia. Karya sastra lahir dari pengekspresian endapan pengalaman yang telah ada dalam jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu karya yang terlahir dari perasaan dan imajinasi, perasaan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu karya yang terlahir dari perasaan dan imajinasi, perasaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Sastra adalah suatu karya yang terlahir dari perasaan dan imajinasi, perasaan manusia sehingga menimbulkan kesan yang menarik. Sastra sering kali tercipta dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak masih terpinggirkan dalam khazanah kesusastraan di Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang sastra anak. Hal

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Kegelisahan adalah perasaan gelisah; kekhawatiran; kecemasan. Konsep kegelisahan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Kegelisahan adalah perasaan gelisah; kekhawatiran; kecemasan. Konsep kegelisahan BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kegelisahan adalah perasaan gelisah; kekhawatiran; kecemasan. Konsep kegelisahan jiwa dalam penelitian ini berupa kecemasan neurosis tokoh.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari daya imajinasi pengarang yang dituangkan dalam sebuah wadah. Sastra sendiri adalah bentuk rekaman dari bahasa yang akan disampaikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra sebagai sebuah ungkapan pribadi pengarang berdasarkan kreativitas/ imajinasi pengarang. Sastra juga dapat dijadikan sebagai wadah seorang pengarang untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra sangat berperan penting sebagai suatu kekayaan budaya bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal, mempelajari adat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan merupakan sebuah bentuk ekspresi atau pernyataan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Sebagai ekspresi kebudayaan, kesusastraan mencerminkan sistem sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah cerita fiksi atau rekaan yang dihasilkan lewat proses kreatif dan imajinasi pengarang. Tetapi, dalam proses kreatif penciptaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra atau kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai perwujudan kehidupan manusia dan masyarakat melalui bahasa, sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. Ungkapan tersebut berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, semangat, dan keyakinan dalam suatu kehidupan, sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra dengan masyarakat mempunyai hubungan yang cukup erat. Apalagi pada zaman modern seperti saat ini. Sastra bukan saja mempunyai hubungan yang erat dengan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil karya manusia, baik lisan maupun tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki nilai estetika yang dominan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkrit yang membangkitkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan dengan judul skripsi, buku-buku yang digunakan dalam pengkajian ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra adalah sebuah karya imajiner yang bermedia bahasa dan memiliki nilai estetis. Karya sastra juga merupakan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, suatu metode analisis dengan penguraian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat

Lebih terperinci

KONFLIK PSIKOLOGIS TOKOH AMELIA DALAM NOVEL IBUKU TAK MENYIMPAN SURGA DI TELAPAK KAKINYA KARYA TRIANI RETNO A.

KONFLIK PSIKOLOGIS TOKOH AMELIA DALAM NOVEL IBUKU TAK MENYIMPAN SURGA DI TELAPAK KAKINYA KARYA TRIANI RETNO A. KONFLIK PSIKOLOGIS TOKOH AMELIA DALAM NOVEL IBUKU TAK MENYIMPAN SURGA DI TELAPAK KAKINYA KARYA TRIANI RETNO A. SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang. memiliki unsur-unsur seperti pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide,

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang. memiliki unsur-unsur seperti pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang dituangkan dalam bahasa. Kegiatan sastra merupakan suatu kegiatan yang memiliki unsur-unsur seperti pikiran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan suatu keadaan yang mendorong atau merangsang seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian

BAB I PENDAHULUAN. genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia kesastraan mengenal prosa sebagai salah satu genre sastra di samping genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan dengan bahasa, baik lisan maupun tulis, yang mengandung keindahan. Karya sastra

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konflik dalam diri sendiri adalah bagian yang integral dari kehidupan manusia

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konflik dalam diri sendiri adalah bagian yang integral dari kehidupan manusia 2.1 Konsep BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Konflik Batin Konflik adalah pertentangan antarkekuatan yang berhadapan dalam fungsi manusia yang tidak dapat dihindari. Konflik itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang pengarang dalam memaparkan berbagai permasalahan-permasalahan dan kejadian-kejadian dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di sekitarnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka mempunyai peranan penting dalam melakukan penelitian karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah karya sastra pada hakikatnya merupakan suatu pengungkapan kehidupan melalui bentuk bahasa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah karya sastra pada hakikatnya merupakan suatu pengungkapan kehidupan melalui bentuk bahasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah karya sastra pada hakikatnya merupakan suatu pengungkapan kehidupan melalui bentuk bahasa. Karya sastra merupakan pengungkapan baku dari apa telah disaksikan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Drama Sebagai Karya Fiksi Sastra sebagai salah satu cabang seni bacaan, tidak hanya cukup dianalisis dari segi kebahasaan, tetapi juga harus melalui studi khusus yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini.

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini. BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini. 2.1.1 Novel Novel adalah jenis prosa yang mengandung unsur tokoh, alur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Seorang pengarang bebas untuk mengeksplorasi pikiran, perasaan, dan imajinasinya untuk dituangkan dalam sebuah karya sastra. Karya sastra lahir karena adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang bersifat indah dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang bersifat indah dan dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang bersifat indah dan dapat menimbulkan kesan pada pembaca. Imaji adalah daya pikir untuk membayangkan atau menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreatif penulis yang berisi potret kehidupan manusia yang dituangkan dalam bentuk tulisan, sehingga dapat dinikmati,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan ide, gagasan, pendapat serta perasaan kepada orang lain. Sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat, bahasa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 9 Universitas Indonesia

BAB 2 LANDASAN TEORI. 9 Universitas Indonesia BAB 2 LANDASAN TEORI Sebagaimana telah disinggung pada Bab 1 (hlm. 6), kehidupan masyarakat dapat mengilhami sastrawan dalam melahirkan sebuah karya. Dengan demikian, karya sastra dapat menampilkan gambaran

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memang tidak luput dari masalah. Permasalahan tersebut meliputi masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan, dan sesama, interaksinya dengan diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dari perubahan sosial yang melatarbelakanginya (Ratna, 2007: 81). Hal

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dari perubahan sosial yang melatarbelakanginya (Ratna, 2007: 81). Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah sistem semiotik terbuka, karya dengan demikian tidak memiliki kualitas estetis intrinsik secara tetap, melainkan selalu berubah tergantung dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra adalah bentuk seni yang diungkapkan oleh pikiran dan perasaan manusia dengan keindahan bahasa, keaslian gagasan, dan kedalaman pesan (Najid, 2003:7). Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya sebuah karya sastra tentu tidak akan terlepas dari kehidupan pengarang baik karya sastra yang berbentuk novel, cerpen, drama, maupun puisi. Latar belakang

Lebih terperinci

menyampaikan pesan cerita kepada pembaca.

menyampaikan pesan cerita kepada pembaca. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan karya seorang pengarang yang merupakan hasil dari perenungan dan imajinasi, selain itu juga berdasarkan yang diketahui, dilihat, dan juga dirasakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kekuatan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kekuatan dalam bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kekuatan dalam bidang sastra dan budaya. Selain itu, Jepang juga melahirkan banyak penulis berbakat. Salah satunya

Lebih terperinci