Dosen Pengampu : Andi Purnomo, S.T., M.T. Diharto, S.T., M.Sc.
|
|
- Suharto Lie
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 LAPORAN PENELITIAN EVALUASI PASCA HUNI DARI ASPEK TEKNIS DAN FUNGSIONAL (Studi Kasus Asrama Putra A FIK Unnes) Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Keselamatan Bangunan: Dosen Pengampu : Andi Purnomo, S.T., M.T. Diharto, S.T., M.Sc. Disusun Oleh : 1. Anita Suliswati Rina Meirina M. Hadi Muchlison Moh.Wisnu Zakariya Rizqi Dwi Alfiyanto Annica Etenia Muhammad Fersi Nurul H Ali Munawar M. Syauqil Alim TEKNIK ARSITEKTUR UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2014 KATA PENGANTAR 1
2 Rasa syukur yang tidak terkira kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat-nya, kami dapat menyelesaikanproposal Penelitian Keselematan Dan Kenyamanan Penghuni Asrama. Proposal penelitianini berisi landasan kami sebelum melakukan penelitian di asrama putra A FIK Unnes Laporan ini secara khusus membahas tentang latar belakang penelitian yang kami lakukan, pembahasan penelitian. Melalui proposalini pembaca diharapkan tahu tentang alasan kami mengambil objek penelitian asrama putra A FIK Unnes serta tujuan dan manfaat yang ingin kami dapatkan. Tidak lupapenulismengucapkanterimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada : 1. Bapak Ir. Bambang Setyohadi KP, M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik Arsitektur. 2. Andi Purnomo, S.T., M.T., selaku pembimbing mata kuliah Keselamatan Bangunan. 3. Diharto, S.T., M.Sc., selaku pembimbing mata kuliah Keselamatan Bangunan. 4. Serta teman-teman yang mengambilmatakuliahkeselamatan Bangunan. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan laporan ini dari awal hingga akhir. Semarang, November 2014 Penyusun DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i 2
3 KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nama Kegiatan Maksud dan Tujuan Nama Anggota... 3 BAB II PEMBAHASAN... 4 BAB III PENUTUP... 6 DAFTAR PUSTAKA...7 3
4 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan sebuah tempat tinggal menjadi elemen yang penting untuk menunjang kehidupan seseorang khususnya dibidang akademis seseorang dalam Perguruan Tinggi. Tanpa akomodasi yang aman dan nyaman, maka kehidupan akademis seseorang menjadi bahan tanya. Dengan pertimbangan itulah, banyak Perguruan Tinggi di Indonesia yang bergerak untuk membangun Asrama Mahasiswa. Tren pembangunan Asrama Mahasiswa yang semakin populer tentu dapat membawa efek positif dalam perkembangan dunia pendidikan di negeri ini. Selama ini, asrama dikenal masyarakat sebagai suatu bangunan tempat tinggal yang hanya terdiri dari kamar-kamar untuk tidur dan beberapa ruang lainnya. Dan terlihat jika asrama selalu terlihat tak layak huni dengan fasad depan jelas begitu biasa dan bahkan ada yang kumuh. Namun sebenarnya suatu asrama mahasiswa merupakan suatu lingkungan kehidupan yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan program studi yang ada. Dan dengan aktifitas mahasiswa yang cukup banyak dapat mempertimbangkan uji tingkat kenyamanan dari bangunan tersebut. Suatu asrama mahasiswa itu seharusnya memiliki fasilitas-fasilitas pendukung aktivitas mahasiswa dalam proses belajarnya. Oleh karena itu, diharapkan dengan adanya penelitian terhadap asrama mahasiswa kaitannya dengan proses belajar penghuni asrama mahasiswa ini, dapat memberikan ide dalam penataan ruang-ruang khusus serta pengadaan fasilitas-fasilitas penunjang dan interior yang menarik untuk asrama mahasiswa di setiap universitas. Sehingga dapat mengubah image asrama sebagai suatu tempat tinggal yang membosankan menjadi sebuah tempat yang menarik dan mendukung proses belajar mahasiswa penghuninya. Serta bagaimana bangunan itu dapat terdeteksi adanya suatu kenyamanan dan keselamatan. Sehingga pengolahan bentuk bangunan dan penggunaan ruang-ruang pada bangunan yang dapat diintegrasikan secara berkala dengan jaminan keselamatan serta kenyamanan bagi penghuninya. 1
5 Universitas Negeri Semarang sebagai salah satu perguruan tinggi terkemuka di Indonesia juga menyediakan asrama bagi mahasiswanya, Ada beberapa asrama yakni asrama putri Sekargading, asrama putra FIK, asrama PGSD Ngaliyan, dan asrama PGSD Tegal. Penelitian kali ini kami akan mengkaji asrama putra FIK, lebih tepatnya asrama putra A. Asrama putra A adalah asrama putra yang menghadap ke timur. Berdasarkan latar belakang di atas, maka akan diteliti mengenai keselamatan dan kenyamanan penghuni asrama, dengan objek penelitian asrama putra A FIK Unnes Rumusan Masalah 1. Apa saja aspek perilaku penghuni asrama putra A FIK Unnes? 2. Apa saja permasalahan-permasalahan yang menjadi acuan pembahasan? 3. Apa saja aspek kenyamanan dan keselamatan bangunan penghuni asrama Tujuan Penelitian Dengan adanya obseservasi ini diharapkan dapat : 1. Mengetahui tentang aspek perilaku penghuni asrama putra A FIK Unnes. 2. Mengetahui permasalahan-permasalahan yang menjadi acuan pembahasan pada makalah penelitian ini. 3. Mengetahui aspek kenyamanan dan keselamatan bangunan penghuni asrama Manfaat Penelitian Bagi mahasiswa : 1. Mengetahui hasil dari penelitian asrama putra A FIK tentang keselamatan bangunan. 2. Memberi wawasan mengenai aspek teknis da fugsional keselamatan bangunan asrama. 3. Memberikan saran kepada pengelola bangunan asrama putra A tentang keselamatan bangunan. Bagi Unnes : 1. Mendapatkan hasil penelitian mahasiswa tentang keselamatan bangunan asrama putra A FIK. 2. Wujud Tri Darma Perguruan Tinggi, yakni penelitian, pendidikan, dan pengabdian. 2
6 3
7 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Evaluasi Pasca Huni Evaluasi pasca huni didefinisikan sebagai pengkajian atau penilaian tingkat keberhasilan suatu bangunan dalam memberikan kepuasan dan dukungan kepada pemakai, terutama nilai-nilai dan kebutuhannya (Preiser, et.al, 1998). Hatmoko (2004) menyebutkan evaluasi pasca huni adalah suatu proses evaluasi fasilitas dengan cara yang sistematik setelah fasilitas tersebut dibangun dan dihuni dalam suatu kurun waktu tertentu. Kebanyakan fasilitas kesehatan sekarang berada dalam tahap penghunian dan pemanfaatan, sehingga sangat diperlukan evaluasi terhadap fasilitas yang ada sekarang. Tahap evaluasi pasca huni adalah tahap yang sangat perlu untuk melihat kesesuaian antara apa yang ada sekarang denga pola-pola pemanfaatan oleh manusia dan perilakunya (Hatmoko, 2004). Evaluasi pasca huni adalah kegiatan dalam rangka penilaian tingkat keberhasilan suatu bangunan dalam rangka memberikan kepuasan dan dukungan kepada penghuni, terutama dalam pemenuhan kebutuhankebutuhannya. Kegiatan evaluasi pasca huni dilakukan untuk menilai tingkat kesesuaian antara bangunan dan lingkungan binaan dengan nilai-nilai dan kebutuhan penghuni bangunan, disamping itu juga untuk memberikan masukan dalam merancang bangunan yang mempunyai fungsi yang sama (Suryadhi,2005) Menurut Watson (2004) evaluasi pasca huni bisa dilaksanakan pada setiap gedung, baik pada gedung yang sudah lama maupun gedung yang baru. Untuk gedung baru, evaluasi pasca huni lebih banyak ditekankan bagaimana untuk memberikan sentuhan akhir, karena tentunya masih ada beberapa ketidaksesuaian antara perencanaan dengan penghunian. Mayoritas fasilitas kesehatan sekarang berada dalam tahap penghunian dan pemanfaatannya. Oleh karena itu, sesungguhnya sangat diperlukan evaluasi terhadap fasilitas yang ada sekarang, yang lazim disebut dengan evaluasi pasca huni. Tahap evaluasi pasca huni adalah tahap yang sangat perlu untuk 4
8 melihat kesesuaian antara apa yang ada sekarang dengan pola-pola pemanfaatan oleh manusia dan perilakunya. Evaluasi pasca huni adalah suatu proses evaluasi fasilitas dengan cara yang sistematik setelah fasilitas tersebut dibangun dan dihuni dalam suatu kurun waktu tertentu (Hatmoko, 2010). Kegunaan evaluasi pasca huni bagi rumah sakit terbagi dalam tiga jangka waktu menurut Hatmoko (2010), antara lain : a. Kegunaan jangka pendek, yaitu meliputi peningkatan dalam hal identifikasi masalah dan solusi dalam manajemen fasilitas, manajemen fasilitas yang proaktif terhadap aspirasi pengguna, peningkatan pemanfaatan ruang dan umpan balik terhadap kinerja bangunan, peningkatan sikap pengguna melalui keterlibatan dalam proses evaluasi, pemahaman implikasi kinerja dalam kaitannya dengan ketersediaan anggaran, serta proses pengambilan keputusan yang lebih rasional dan objektif. b. Kegunaan jangka menengah, yaitu meliputi peningkatan dalam hal kemampuan pengembangan fasilitas sesuai dengan pertumbuhan organisasi, penghematan biaya dalam proses pemanfaatan dan pemeliharaan bangunan serta peningkatan usia bangunan, akuntabilitas kinerja bangunan oleh semua pengguna. c. Kegunaan jangka panjang, yaitu meliputi peningkatan dalam hal kinerja fasilitas dalam jangka panjang, perbaikan basis data, standar, dan kriteria untuk perancangan fasilitas, serta perbaikan sistem penilaian fasilitas melalui kuantifikasi. Menurut Preiser et.al (1998) evaluasi purna huni mempunyai tiga tingkatan yaitu : a. Indikatif EPH : Indikasi keberhasilan dan kegagalan bangunan dilakukan dalam waktu yang singkat (tiga jam, maksimal satu hari). Biasanya evaluator sudah sangat mengenal objek evaluasinya. Perolehan data dari mempelajari dokumen (blue print, walk-through, Kuesioner, wawancara). b. Investigatif EPH : berlangsung lebih lama dan lebih komplek, biasanya dilakukan setelah ditemukannya isu-isu (saat indikatif EPH), dikerjakan selama dua sampai empat minggu. 5
9 c. Diagnostik EPH: menggunakan metode yang lebih canggih, dengan hasil yang lebih tepat dan akurat, memerlukan waktu beberapa bulan, hasilnya merupakan evaluasi yang menyeluruh. Preiser et.al (1998) menyebutkan dalam evaluasi pasca huni yang diukur adalah kriteria performansi yang meliputi tiga aspek yaitu: a. Aspek teknikal : dapat menjadi ciri latar belakang lingkungan pengguna beraktivitas. Meliputi struktur, sanitasi dan ventilasi, keselamatan kebakaran, elektrikal, dinding eksterior, finishing interior, atap, akustik, pencahayaan, dan sistem kontrol lingkungan. b. Aspek fungsional : meliputi faktor manusia, penyimpanan, komunikasi dan alur kerja, fleksibilitas, dan perubahan, serta spesialisasi dalam tipe atau unit bangunan. Organisasi yang menempati gedung mengharapkan memperoleh kepuasan dari gedung tersebut karena kinerja fungsionalnya. c. Aspek perilaku : meliputi teritorialitas, privasi dan interaksi, persepsi lingkungan, citra dan makna, serta kognisi dan orientasi lingkungan Standarisasi Keselamatan bangunan Sistem Kebakaran a. Sistem Pengendalian Asap Kebakaran pada Bangunan Gedung. Semua kebakaran memproduksi asap yang jika tidak dikendalikan akan menyebar keseluruh bangunan atau bagian bangunan, yang berpotensi mengancam jiwa serta merusak harta benda. Dengan menyediakan springkler otomatik atau sarana pemadaman kebakaran otomatik lain yang umum diperlukan untuk mengendalikan asap, dapat membatasi penjalaran dan besarnya kebakaran secara efektif dan ekonomis. Apabila sistem pengendalian asap tersedia, sebaiknya diaktifkan sedini mungkin pada keadaan darurat kebakaran untuk membatasi penyebaran gas kebakaran dan untuk menjaga lingkungan yang masih dapat dipertahankan dan pada daerah yang diproteksi. 6
10 Sistem pengendalian asap sebaiknya berfungsi selama jangka waktu evakuasi pada daerah yang diproteksi oleh sistem. Sistem seperti itu ditujukan untuk mengendalikan perpindahan asap ke dalam daerah yang diproteksi, yang demikian itu berarti menyediakan daerah tempat berlindung atau waktu tambahan untuk ke luar gedung, tetapi sebaiknya jangan mengharapkan daerah seperti itu akan bebas dari asap sepenuhnya. Sebagai tambahan, rancangan sistem pengendalian asap sebaiknya dikoordinasikan dengan sistem keselamatan jiwa lainnya sehingga saling melengkapi, dan tidak saling meniadakan satu sama lain. Prinsip Pengendalian Asap. Faktor prinsip yang menyebabkan asap menyebar ke daerah luar kompartemen adalah sebagai berikut: a) efek cerobong. b) efek temperatur kebakaran. c) kondisi cuaca, khususnya angin dan temperatur. d) sistem pengolahan udara mekanik. Presurisasi. Sarana utama pengendalian aliran asap adalah dengan menciptakan perbedaan tekanan udara di kedua sisi partisi, lantai, dan komponen bangunan lain. Konsep dasar dari presurisasi bangunan adalah menentukan tekanan tertinggi di ruang yang bersebelahan dari zona asap. Dengan cara ini, gerakan udara ke dalam zona asap dari daerah yang bersebelahan dan asap dihalangi dari penyebaran ke seluruh bangunan. Aliran Udara. Aliran udara yang berkecepatan cukup dapat menghalangi gerakan asap. Prinsip ini umumnya banyak digunakan untuk mengendalikan gerakan asap melalui bukaan. 7
11 Aliran udara melalui bukaan ke dalam zona asap harus berkecepatan cukup untuk membatasi perpindahan asap dari zona itu seperti pada bukaan. Pintu dalam bukaan ini tidak terbuka untuk jangka waktu yang lama, sehingga kondisi sementara yang ditunjukkan ini penting untuk menyediakan jalan ke luar dari, atau masuk ke, daerah zona. b. Sistem Pengendalian Asap dan Penerapannya. Sistem Terdedikasi. Sistem pengendalian asap terdedikasi dipasang dengan tujuan tunggal untuk menyediakan pengendalian asap. Sistem merupakan sistem terpisah dari penggerakan udara dan peralatan distribusi yang tidak berfungsi dibawah kondisi pengoperasian bangunan secara normal. Pada saat diaktifkan, sistem ini beroperasi secara khusus dalam menjalankan fungsinya sebagai pengendali asap. Sistem Tidak Terdedikasi Sistem untuk mengendalikan gerakan asap dalam suatu bangunan umumnya dapat dibagi ke dalam dua tipe yang terpisah, yaitu proteksi saf dan proteksi lantai. Proteksi saf selanjutnya dapat dibagi menjadi sistem presurisasi sumur tangga dan sistem ruang luncur lif. Proteksi lantai meliputi variasi beberapa zona pengendalian asap. Penggunaan suatu sistem khusus atau sistem kombinasi tergantung pada persyaratan bangunan dan persyaratan hunian khusus serta keselamatan jiwa dari situasi yang dipertimbangkan Sistem Presurisasi Sumur Tangga. Sasaran kinerja dari presurisasi tangga adalah menyediakan lingkungan yang masih dapat dipertahankan di dalam sumur tangga pada saat kejadian kebakaran dalam bangunan. Sasaran kedua adalah untuk menyediakan daerah untuk petugas pemadam kebakaran. Sistem Tanpa Kompensasi dan Dengan Kompensasi. 8
12 Dalam sistem tanpa kompensasi, udara pasok diinjeksi ke dalam sumur tangga dengan menggerakkan fan kecepatan tunggal, jadi tersedia satu perbedaan tekanan dengan semua pintu yang ditutup, perbedaan lain dengan satu pintu yang terbuka, dan seterusnya. Gambar : Presurisasi sumur tangga dengan bypass sekeliling Fan pasok Fan Pemasok Udara. Penggunaan fan propeler tanpa pelindung angin tidak direkomendasikan karena pengaruh ekstrim angin dapat mempengaruhi kinerja fan. Gambar: Presurisasi sumur tangga oleh fan propeler yang dipasang di atap. Sistem Injeksi Tunggal dan Jamak. Sistem injeksi tunggal adalah satu dari sistem presurisasi udara yang dipasok ke sumur tangga pada satu lokasi. 9
13 Gambar: Presurisasi sumur tangga oleh injeksi di atas. Sistem Injeksi Jamak. Sistem injeksi jamak adalah salah satu dimana udara dipasok ke sumur tangga pada banyak titik. Gambar: Presurisasi sumur tangga dengan injeksi jamak dengan fan yang ditempatkan pada lantai bawah. Pengendalian Asap di Lift. Secara historis, ruang luncur lif harus dibuktikan mempunyai jalur yang mudah dilihat untuk gerakan asap ke luar bangunan. Alasannya adalah pintu lift tidak dipasang secara rapat dan ruang luncur lift disediakan dengan bukaan di atasnya. Efek cerobong bangunan mendorong dengan gaya yang mampu menggerakkan asap ke dalam dan ke luar lepas dari konstruksi ruang luncur lift. Metoda ini termasuk berikut: a) Pembuangan asap dari lantai yang terbakar. b) Presurisasi dari lobi lift yang tertutup. c) Konstruksi lobi lift yang rapat asap. d) Presurisasi ruang luncur lift. e) Menutup pintu lift setelah panggilan otomatik. 10
14 Zona Pengendalian Asap. Beberapa bangunan dapat dibagi ke dalam sejumlah zona pengrendalian asap, setiap zona dipisahkan satu sama lain oleh partisi, oleh lantai, dan oleh pintu yang dapat ditutup untuk menghalangi gerakan asap. Zona pengendalian asap dapat terdiri dari satu atau lebih lantai, atau sebuah lantai dapat terdiri dari satu atau lebih zona pengendalian asap. Gambar. : Susunan zona pengendalian asap zona asap ditunjukkan oleh tanda kurang (-) dan ruangan yang dipresurisasi ditunjukkan dengan tanda tambah (+). Sistem Ventilasi Pada keadaan tertentu, sistem-sistem yang dikhususkan tanpa udara luar dipergunakan untuk pendinginan dan pemanasan utama. Dalam sistem ini termasuk pengkondisi udara berdiri sendiri, sistem panel radiasi panas, dan unit ruang komputer. Karena sistem ini tidak menyediakan udara luar, maka tidak sesuai untuk penerapan pengendalian asap. Karena standar mensyaratkan adanya ventilasi untuk semua lokasi yang dihuni, maka sistem terpisah untuk menyediakan udara luar diperlukan. Sistem pasokan udara luar dapat digunakan untuk pengendalian asap meskipun jumlah udara yang disediakan mungkin tidak mencukupi untuk presurisasi penuh. 11
15 BAB III DATA DAN PEMBAHASAN Pengertian Asrama Asrama adalah suatu tempat penginapan yang ditujukan untuk anggota suatu kelompok, umumnya murid-murid sekolah.asrama biasanya merupakan sebuah bangunan dengan kamar-kamar yang dapat ditempati oleh beberapa penghuni di setiap kamarnya. Para penghuninya menginap di asrama untuk jangka waktu yang lebih lama daripada di hotel atau losmen. Alasan untuk memilih menghuni sebuah asrama bisa berupa tempat tinggal asal sang penghuni yang terlalu jauh, maupun untuk biayanya yang terbilang lebih murah dibandingkan bentuk penginapan lain, misalnya apartemen. ( Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia asrama adalah bangunan tempat tinggal bagi kelompok orang untuksementarawaktu, terdiri atas sejumlah kamar yang dipimpin oleh seorang kepala asrama Fungsi Asrama Fungsi asrama mahasiswa diantaranya sebagai tempat tinggal sementara bagi mahasiswa selama dalam masa studinya, sarana berkumpul atau bersosialisasi dengan lingkungan sosial di sekitarnya, sarana penunjang dalam proses belajar. (Gata, 2012). Fungsi tersebut pada intinya mewadahi kegiatan belajar mahasiswa selama menuntut ilmu di sebuah perguruan tinggi. Tujuan dibangun sebuah asrama yani menyediakan tempat tinggal sementara bagi penghuninya saat menempuh pendidikan di suatu perguruan tinggi. Serta Menjadikan asrama mahasiswa ini sebagai 12
16 sarana bagi penghuninya untuk mengembangkan kreativitasnya dalam hal akademik maupun non akademik Studi Kasus Asrama putra FIK Unnes terdiri dari 2 gedung, yakni gedung A dan gedung B yang terletak bersebelahan. Gedung A menghadapa ke arah timur dan gedung B menghadap ke arah selatan. Objek penelitian yang kami ambil adalah gedung A. Gedung A sendiri terdiri dari 4 lantai dengan rincian lantai 1 sampai lantai 3 digunakan sebagai kamar penghuni dan lantai 4 digunakan untuk menjemur pakaian. Masing-masing lantai mempunyai kamar mandi luar yang digunakan bersama dan lobby di tengahnya untuk kegiatan komunal seperti belajar dan berdiskusi antar penghuni asrama. Kenyamanan dan keselamatan penghuni asrama harus diperhatikan. Hal tersebut dapat dilakukan sebelum dibangunnya asrama tersebut dan setelah asrama tersbut dibangun, yakni dengan melakukan renovasi. Kenyamanan bangunan tersebut berpengaruh terhadapat aktivitas yang dilakukan penghuninya seperti kebisingan, pencahayaan yang didapatkan, serta pola sirkulasi yang ada pada gedung asrama tersebut. Mahasiswa yang dituntut untuk melakukan kegiatan akademik mapun non akademik perlu kenyamanan dalam melakukan aktivitasnya, misalnya saja belajar. Belajar membutuhkan konsentrasi yang lebih daripada aktivitas lainnya. Keselamatan gedung asrama juga perlu diperhatikan, hal ini karena menyangkut nyawa dari penghuni asrama tersebut. Keselamatan bangunan juga akan berpengaruh terhadap kenyamanan penghuni asrama untuk tinggal di asrama tersebut. Metodologi penelitian yang akan kami lakukan adalah kualitatif. Kami melakukan observasi terhadapa gedung Asrama Putra A FIK Unnes. Hal yang dapat kami kaji seperti secara langsung mengenai keselamatan bangunan terhadap bahaya, seperti gempa bumi, bahaya petir, dan kebakaran. Hasil dari penelitian ini harapannya dapat dijadikan saran bagi pengelola asrama putra A Unnes maupun asrama-asrama di Unnes yang 13
17 lain untuk pengembangan, pengelolaan, dan pembangunan asrama ke depannya. Sehingga akan didapatkan manfaat yang positif dari penelitian ini. Serta dipresentasikan pada akhir perkuliahan mata kuliah Keselamatan Bangunan. 14
18 15
19 16
20 17
21 BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan Perlu adanya evaluasi pasca huni setelah bangunan asrama terebut dibangun, masih ada beberapa aspek keselamatan bangunan yang belum ada, seperti teralis jendela pada setiap kamar. Hal ini sangat membahayakan bagi penghuni asrama putra A FIK. Selebihnya sudah sesuai standar keamanan yang ada Saran Adapun saran bagi pihak pengelola asrama putra A FIK adalah menambahkan terali pada masing-masing kamar, agar sesuai dengan standar keselamatan bangunan yang ada. 18
22 DAFTAR PUSTAKA Anonim Asrama. Diakses dari pada 16 November Gata, Yohanes Payong Asrama Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Adonara Yogyakarta. Tugas Akhir. Yogyakarta : UAJY. Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002, Balai Pustaka. Setiawan, Rudy Dampak Pengaturan Jadwal Kegiatan Akademik Terhadap Mobilitas Kendaraan MahasiswaDi Universitas Kristen Petra. Artikel Ilmiah. Surabaya : Universitas Kristen Petra. SNI Tata cara perencanaan dan pemasangan sarana jalan ke luar untuk penyelamatan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung. 19
Sistem Pengendalian Asap Kebakaran pada Bangunan Gedung.
Kembali SNI 03-6571-2001 Sistem Pengendalian Asap Kebakaran pada Bangunan Gedung. 1. Ruang Lingkup. 1.1 Standar ini ditujukan untuk keselamatan jiwa dan perlindungan harta benda terhadap bahaya kebakaran.
Lebih terperinciSISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I
Pertemuan ke-12 Materi Perkuliahan : Sistem penanggulangan bahaya kebakaran 1 (Sistem deteksi kebakaran, fire alarm, fire escape) SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I Kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan, perubahan dalam pelayanan kesehatan terjadi sangat cepat, tumbuhnya beberapa rumah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar bebas dengan kerangka Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada akhir tahun 2015 merupakan tantangan dan hambatan bangsa Indonesia kedepan. Khususnya bidang pelayanan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. hasil kuisioner dan pengukuran pencahayaan, suhu, kelembaban, dan
37 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Data diperoleh dari hasil kuisioner dan pengukuran pencahayaan, suhu, kelembaban, dan kebisingan di ruang
Lebih terperinciBAB VII PENUTUP. Pedoman alur sirkulasi untuk pasien, petugas dan barang-barang steril dan kotor
BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian tentang Evaluasi Pasca Huni (EPH) ruang operasi RSUD Padang Panjang, didapatkan kesimpulan: 1. Aspek Fungsional, a. Studi dokumentasi master
Lebih terperinciBAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.
BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari
Lebih terperinciDAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL
DAFTAR (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL No. Judul Standar Nomor Standar Ruang Lingkup D Pemukiman (Cipta Karya) 2. Keselamatan & Kenyamanan Metoda Uji 1. Metode Pengujian Jalar
Lebih terperincikondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang memadai. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini telah melakukan evaluasi terhadap kondisi jalur evakuasi darurat
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Menurut Preiser, Rabinowitz, dan White (1988:3) Post Occupancy Evaluation (POE) atau lebih sering disebut dengan Evaluasi Pasca Huni adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebakaran merupakan bencana yang dapat disebabkan oleh faktor manusia, faktor teknis maupun faktor alam yang tidak dapat diperkirakan kapan terjadinya. Kebakaran disebabkan
Lebih terperinciWALI KOTA BALIKPAPAN, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BALIKPAPAN,
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Konsep Tapak Bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri Zoning
Handrail diperlukan di kedua sisi tangga dan harus ditancapkan kuat ke dinding dengan ketinggian 84.64 cm. 6. Pintu Ruangan Pintu ruang harus menggunakan panel kaca yang tingginya disesuaikan dengan siswa,
Lebih terperinciBAB 5 PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO
BAB 5 PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO 6.1.PROGRAM DASAR PERENCANAAN 6.1.1. Tapak Tapak yang digunakan adalah tapak existing Asrama Universitas Diponegoro, dengan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam proses penelitian yang berjudul Analisis Post Occupancy Evaluation (POE) Penataan Elemen Interior Ruangan Teori Bangunan A ini peneliti menggunakan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. A. Evaluasi Sistem Proteksi Kebakaran Gedung
A III LANDASAN TEORI A. Evaluasi Sistem Proteksi ebakaran Gedung Evaluasi terhadap sistem proteksi kebakaran dapat dilakukan dengan menggunakan suatu jenis pedoman. Salah satu pedoman yang bisa dipakai
Lebih terperinciLampiran 1 Hasil Penilaian
Lampiran 1 Hasil Penilaian FORMULIR ISIAN DATA ANGUNAN Tanggal : 12 s.d. 16 September 2017 Pemeriksa : Akhid Gunawan Tanda Tangan : DATA ANGUNAN Nama bangunan : Hotel UNY Alamat : Jl arangmalang aturtunggal
Lebih terperinciAIR CONDITIONING (AC) Disiapkan Oleh: Muhammad Iqbal, ST., M.Sc Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Malikussaleh Tahun 2015
AIR CONDITIONING (AC) Disiapkan Oleh: Muhammad Iqbal, ST., M.Sc Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Malikussaleh Tahun 2015 Defenisi Air Conditioning (AC) merupakan ilmu dan praktek untuk mengontrol
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa bencana kebakaran
Lebih terperinciBAB II: TINJAUAN PUSTAKA
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Student Housing Student housing atau asrama mahasiswa didefinisikan sebagai suatu fasilitas tempat penginapan yang ditunjukan untuk anggota suatu kelompok, umumnya
Lebih terperinciPage 1 of 14 Penjelasan >> PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2002 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti kegiatan 5. Pelaksanaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelaksanaan Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti kegiatan 5. Pelaksanaan juga dapat diartikan sebagai suatu rencana realistis, praktis dan pragmatis yang telah
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. kehidupan modern dengan tuntutan kebutuhan yang lebih tinggi. Seiring
151 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Konsep Perancangan Perkembangan jaman yang melaju dengan pesat, membuat sebuah kehidupan modern dengan tuntutan kebutuhan yang lebih tinggi. Seiring dengan itu, sebuah
Lebih terperinciPENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran.
LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN Pencegahan Kebakaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu upaya untuk peningkatan mutu pendidikan sebagai mana disebutkan dalam UU No. 20 tahun 2003 tersurat bahwa setiap satuan pendidikan jalur sekolah baik yang
Lebih terperinciPemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan gedung
Pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan gedung 1 Ruang lingkup Pedoman ini mencakup langkah-langkah pemeriksaan keselamatan bangunan terhadap bahaya kebakaran yang dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
Lebih terperinciKONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. perumahan di Kota Sleman dan lahan pertanian masih tetap. penggunaan tanah sebagai pertimbangan utama, juga harus
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5. 1 Konsep Dasar Perencanaan 5.1.1 Tata Ruang Makro A. Konsep Pola Ruang Rumah susun diharapkan akan menekan pembangunan perumahan di Kota Sleman dan lahan pertanian
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini menggunakan pendekatan sustainable design sebagai dasar perencanaan dan perancangan.
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Perancangan Perancangan Asrama Mahasiswa Universitas Mercu Buana ini diharapkan dapat menjadi hunian asrama yang nyaman aman dan mudah dijangkau bagi mahasiswa Universitas
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pasar Oeba selain sebagai layanan jasa komersial juga sebagai kawasan permukiman penduduk. Kondisi pasar masih menghadapi beberapa permasalahan antara lain : sampah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 23 dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan di semua tempat
Lebih terperinciBERITA NEGARA. Lembaga Sandi Negara. Tempat Kegiatan Sandi. PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.186, 2010 Lembaga Sandi Negara. Tempat Kegiatan Sandi. PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR TEMPAT KEGIATAN SANDI
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Pelaksanaan implementasi standar MFK di rumah sakit mitra benchmark (best practice EBD) cukup baik, bisa menggambarkan apa yang disyaratkan dalam peraturan dan
Lebih terperinci- Mengurangi dan mengendalikan bahaya dan resiko - Mencegah kecelakaan dan cidera, dan - Memelihara kondisi aman
PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Kebakaran merupakan hal yang sangat tidak diinginkan, tidak mengenal waktu, tempat atau siapapun yang menjadi korbannya. Masalah kebakaran di sana-sini masih banyak terjadi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti perangkat
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Istilah peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat (KBBI, 2005:854).
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif observasional, jenis data dan analisis data berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur yang didasarkan dengan perilaku manusia merupakan salah satu bentuk arsitektur yang menggabungkan ilmu pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena itu untuk dapat mendukung berbagai perkembangan anak diperlukan suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Masa pra sekolah adalah masa - masa penting bagi perkembangan anak, dimana anak mulai belajar berbagai hal dan berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itu untuk
Lebih terperinci3/17/2015 STANDAR PELAYANAN DI PUSKESMAS DESAIN KAMAR OPERASI
STANDAR PELAYANAN DI PUSKESMAS DESAIN KAMAR OPERASI 1 MASALAH KUALITAS/ MUTU PELAYANAN KESEHATAN SAAT INI 2 PENILAIAN KUALITAS/ MUTU PELAYANAN KESEHATAN 3 MUTU Tingkat kesempurnaan SUATU BARANG yang sesuai
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai pemanfaatan penghawaan dan pencahayaan alami pada City Hotel yang bertujuan untuk
Lebih terperinciBAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 1. Ada beberapa fasilitas fisik di kamar tidur 1 yang belum ergonomis, yaitu tempat tidur ukuran double, meja rias, kursi rias dan console table. 2. Fasilitas
Lebih terperinciBAB 4 KONSEP PERANCANGAN
BAB 4 KONSEP PERANCANGAN 4.1 Tema Interior Konsep desain pada perancangan fasilitas Pusat Pengembangan Kreativitas Anak ini menggunakan pendekatan terhadap konsep fungsi dan citra. Fasilitas ini mengambil
Lebih terperinciBAB II METODA DAN RUANG LINGKUP PEMBAHASAN
BAB II METODA DAN RUANG LINGKUP PEMBAHASAN 2.1 Metoda Pembahasan Dalam rangka pelaksanaan kegiatan Studi Kelayakan dan Master Plan Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang, Konsultan akan melaksanakan kegiatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Beberapa penelitian yang terkait dengan kebakaran gedung diantaranya. Pertama penelitian oleh Erna Kurniawati pada tahun 2012 yang berjudul Evaluasi Sistem Proteksi Kebakaran pada
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN
BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Konsep Makro Konsep makro merupakan konsep dasar perancangan bangunan secara makro yang bertujuan untuk menentukan garis besar hotel bandara yang akan dirancang. Konsep makro
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat, (UU No. 20, 2003). Dengan demikian perguruan tinggi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, (UU
Lebih terperinciTata cara perencanaan sistem protekasi pasif untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung.
Tata cara perencanaan sistem protekasi pasif untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung. 1. Ruang lingkup. 1.1. Standar ini ditujukan untuk mengamankan dan menyelamatkan jiwa, harta
Lebih terperinciSMK PERTANIAN DI TAWANGMANGU DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SMK PERTANIAN DI TAWANGMANGU DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Sebelas
Lebih terperinciEvaluasi Fungsi Tangga Darurat pada Gedung-gedung di Universitas Negeri Semarang
TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Evaluasi Fungsi Tangga Darurat pada Gedung-gedung di Universitas Negeri Semarang Moch Fathoni Setiawan, Andi Purnomo, Eko Budi Santoso Lab. Struktur dan Teknologi Bangunan, Sains
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN STUDI BANDING
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Tujuan dan Sasaran...
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KERJA (KAK)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (LPMP) PROVINSI SULAWESI TENGGARA KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) Pengadaan Jasa Konsultan PERENCANAAN RENOVASI TOTAL GEDUNG ASRAMA UNIT
Lebih terperinciWALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN
WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM,
Lebih terperinciBAB IV: KONSEP Konsep Dasar Arsitektur Bioklimatik.
BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Dasar 4.1.1. Arsitektur Bioklimatik Arsitektur bioklimatik adalah suatu pendekatan yang mengarahkan arsitek untuk mendapatkan penyelesaian desain dengan memperhatikan hubungan
Lebih terperinciTata cara perencanaan dan pemasangan sarana jalan ke luar untuk penyelamatan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung.
Kembali SNI 03 1746-2000 Tata cara perencanaan dan pemasangan sarana jalan ke luar untuk penyelamatan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung. 1. Ruang lingkup. 1.1. Standar ini ditujukan untuk
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan V.1.1 Konsep Manusia Pelaku Kegiatan No. Pelaku 1. Penghuni/Pemilik Rumah Susun 2. Pengunjung Rumah Susun 3. Pengunjung Pasar Tradisional
Lebih terperinciThe Via And The Vué Apartment Surabaya. Dyah Tri S
The Via And The Vué Apartment Surabaya Dyah Tri S 3107 100 509 Apartemen sebagai pemenuhan kebutuhan manusia akan hunian sebagai tempat untuk berteduh, untuk tinggal dan melakukan kegiatan harus memiliki
Lebih terperinciBAB 5 KONSEP PERANCANGAN. Terakota di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut
BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Griya seni dan Budaya Terakota ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Re-Inventing Tradition
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. monoksida, atau produk dan efek lainnya (Badan Standar Nasional, 2000).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebakaran merupakan kejadian timbulnya api yang tidak diinginkan atau api yang tidak pada tempatnya, di mana kejadian tersebut terbentuk oleh tiga unsur yaitu unsur
Lebih terperinciEVALUASI KEANDALAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG (Studi Kasus Gedung Kantor Bupati Indragiri Hilir) ABSTRAK
EVALUASI KEANDALAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG (Studi Kasus Gedung Kantor Bupati Indragiri Hilir) 1 Ir. Rian Trikomara I, MT, 1 Drs. Mardani Sebayang, MT, 2 Rifaatul Mahmudah* 1 Dosen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Studio gambar adalah merupakan salah satu sarana ilmu pendidikan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Studio gambar adalah merupakan salah satu sarana ilmu pendidikan yang keberadaannya bertujuan untuk memberikan sarana khusus untuk kegiatan menggambar dan semua aktivitas
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Obyek Penelitian
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Obyek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Hotel UNY yang beralamat di Jl Karangmalang Caturtunggal Depok Sleman Yogyakarta. Lokasi Hotel UNY dapat dikatakan sangat strategis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pemerintah, baik pemerintah pusat, maupun pemerintah daerah. Dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai aset negara yang sangat melimpah, baik aset sumber daya alam, sumber daya manusia, maupun aset milik negara yang di kelola oleh pemerintah, baik
Lebih terperinciSyarat Bangunan Gedung
Syarat Bangunan Gedung http://www.imland.co.id I. PENDAHULUAN Pemerintah Indonesia sedang giatnya melaksanakan kegiatan pembangunan, karena hal tersebut merupakan rangkaian gerak perubahan menuju kepada
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi
Lebih terperinciRUMAH SAKIT BERSALIN DI TOMOHON ( PENDEKATAN UTILITAS DALAM DESAIN )
RUMAH SAKIT BERSALIN DI TOMOHON ( PENDEKATAN UTILITAS DALAM DESAIN ) Riza Stephani Ester Suot 1 Ir. Sonny Tilaas, MSi 2 Ir. Pierre. H. Gosal, MEDS 3 ABSTRAK Tomohon merupakan salah satu kota di Sulawesi
Lebih terperinciPERATURAN BANGUNAN /BUILDING REGULATION
PERATURAN BANGUNAN /BUILDING REGULATION. PERATURAN BANGUNAN NASIONAL NATIONAL BUILDING REGULATION. UNDANG-UNDANG NO 28 TAHUN 2002 BANGUNAN GEDUNG.. KEPUTUSAN MENTERI PU NO 441/KPTS/1998 PERSYARATAN TEKNIS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG. Latar Belakang Proyek. Pertambahan dan kepadatan penduduk dari tahun ke tahun terus meningkat,
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Latar Belakang Proyek Pertambahan dan kepadatan penduduk dari tahun ke tahun terus meningkat, hal ini dibuktikan pada tahun 2004 kepadatan penduduk di Jakarta mencapai
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KERJA ( KAK ) JASA KONSULTANSI PEKERJAAN PERENCANAAN PERBAIKAN INTERIOR WISMA AHMAD SUBARDJO DEPARTEMEN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA
KERANGKA ACUAN KERJA ( KAK ) JASA KONSULTANSI PEKERJAAN PERENCANAAN PERBAIKAN INTERIOR WISMA AHMAD SUBARDJO DEPARTEMEN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA I. PENDAHULUAN A. Umum 1. Perbaikan Wisma Ahmad Subardjo
Lebih terperinciSAINS ARSITEKTUR II GRAHA WONOKOYO SEBAGAI BANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI IKLIM TROPIS. Di susun oleh : ROMI RIZALI ( )
SAINS ARSITEKTUR II GRAHA WONOKOYO SEBAGAI BANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI IKLIM TROPIS Di susun oleh : ROMI RIZALI (0951010018) Dosen Pembimbing : HERU SUBIYANTORO ST. MT. UPN VETERAN JAWA TIMUR FAKULTAS
Lebih terperinciJenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan mixed use building adalah kebutuhan akan hunian yaitu rumah susun bagi masyarakat menengah
Lebih terperinciDengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.
SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian
Lebih terperinciBAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. PROGRAM DASAR PERENCANAAN 6.1.1. Program Ruang Tabel 6.1. Program ruang SMA Boarding Al-Adzkar kota Tangerang Selatan Ruang Jumlah (unit) Total (m 2 ) R.
Lebih terperinciTUGAS AKHIR PERANCANGAN RUMAH SAKIT PENDIDIKAN JATISAMPURNA - BEKASI
TUGAS AKHIR PERANCANGAN RUMAH SAKIT PENDIDIKAN JATISAMPURNA - BEKASI Diajukan sebagai syarat untuk meraih Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Strata 1 (S-1) Disusun Oleh : Nama : RUHENDAR NIM : PROGRAM STUDI
Lebih terperinciSTUDI TINGKAT KEANDALAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA BANGUNAN APARTEMEN (Studi Kasus Apartemen Di Surabaya)
DIMENSI (Journal of Architecture and Built Environment), Vol. 39, No. 1, July 2012, 15-22 ISSN 0126-219X STUDI TINGKAT KEANDALAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA BANGUNAN APARTEMEN (Studi Kasus Apartemen
Lebih terperinciPROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN DI KABUPATEN KENDAL
PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL, Menimbang
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN MAGANG
BAB III PELAKSANAAN MAGANG 3.1 Pengenalan Lingkungan Kerja Penulis memulai praktek pelaksanaan kerja atau magang pada Kantor Pusat Perum BULOG selama satu bulan yang dimulai dari tanggal 01 sampai dengan
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Tropis merupakan salah satu bentuk arsitektur yang dapat memahami kondisi iklim tropis beserta permasalahannya.
Lebih terperinciBUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA
BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang
Lebih terperinciAsrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang 1.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Fenomena kepadatan penduduk merupakan permasalahan yang sudah tidak asing terjadi di kota kota di Indonesia terutama yang berada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan wisata Indonesia berkembang dengan sangat cepat, begitu banyaknya penginapan dan tempat wisata baru dapat dijumpai tersebar hampir di seluruh
Lebih terperinciBAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan
BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar 5.1.1 Konsep Site Plan Dalam standarnya, area parkir pengunjung harus berada di bagian depan site agar terlihat langsung dari jalan. Untuk itu, area parkir diletakkan
Lebih terperinciPEDOMAN TEKNIS PRASARANA RUMAH SAKIT SARANA KESELAMATAN JIWA
PEDOMAN TEKNIS PRASARANA RUMAH SAKIT SARANA KESELAMATAN JIWA DIREKTORAT BINA PELAYANAN PENUNJANG MEDIK DAN SARANA KESEHATAN DIREKTORAT BINA UPAYA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2012 i PENGANTAR
Lebih terperinciBAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA
BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA 1.1.1.1 Narasi dan Ilustrasi Skematik Hasil Rancangan Hasil yang akan dicapai dalam perancangan affordable housing dan pertanian aeroponik ini adalah memecahkan
Lebih terperinciRUMAH SUSUN BURUH PABRIK DI KAWASAN INDUSTRI TERBOYO SEMARANG
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ( LP3A ) RUMAH SUSUN BURUH PABRIK DI KAWASAN INDUSTRI TERBOYO SEMARANG PERIODE - 30 Diajukan Oleh : PRASOJO TRI WAHYU UTOMO L2B 307 017 Dosen Pembimbing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan yang komprehensif dan berkesinambungan selama 24
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan perorangan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PEKERJAAN PERENCANAAN TAHAP 2 PEMBANGUNAN GEDUNG LABORATORIUM TAHAP 1 BALAI PENGUJIAN MUTU PRODUK PETERNAKAN (BPMPP) BOGOR
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PEKERJAAN PERENCANAAN TAHAP 2 PEMBANGUNAN GEDUNG LABORATORIUM TAHAP BALAI PENGUJIAN MUTU PRODUK PETERNAKAN (BPMPP) BOGOR Uraian Pendahuluan. Latar Belakang. Setiap bangunan negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peristiwa kebakaran merupakan bencana yang tidak diinginkan yang dapat terjadi di mana saja, kapan saja dan kerap terjadi di hampir setiap wilayah Indonesia. Di Daerah
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1. Konsep Dasar Dari Tema Perancangan Pusat Data & Informasi Bencana Alam ini menggunakan konsep bentuk menjadikan ekspresi yang mengarah kepada arsitekturalnya, tentunya dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemukiman kumuh di kota yang padat penduduk atau dikenal dengan istilah urban
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Jakarta sebagai ibu kota negara yang terus berkembang mengalami permasalahan dalam hal penyediaan hunian yang layak bagi warga masyarakatnya. Menurut data kependudukan,
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Konsep dasar perancangan hotel kapsul ini adalah menciptakan suatu bangunan yang dapat mewadahi hunian sementara/transit dan
Lebih terperinciMITIGASI DAMPAK KEBAKARAN
LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN III.1.
Lebih terperinciBAB 4 KONSEP PERANCANGAN
BAB 4 KONSEP PERANCANGAN 4.1 Ide Awal Ide awal rancangan bangunan perpustakaan ini adalah bangunan sebagai fitur taman. Masyarakat yang menggunakan ruang terbuka kota/taman Maluku ini dapat sekaligus menggunakan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PERANCANGAN. Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Convention and
BAB 3 METODE PERANCANGAN Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Convention and Exhibition Center di Kota Batu ini menggunakan penelitian dengan metode analisis dan sintesis. Metode tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perencana (arsitek, struktur & MEP) dan tim pelaksana (lapangan). Tim perencanaan
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Pada suatu proyek pembangunan gedung bertingkat (high rise building) terdapat tim-tim untuk mendukung suskesnya proyek pembangunan tersebut seperti tim perencana
Lebih terperinciBUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 72 TAHUN 2017 TENTANG
1 BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 72 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PERPANJANGAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciTata cara perencanaan dan pemasangan sarana jalan ke luar untuk penyelamatan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung.
Kembali SNI 03 1746-2000 Tata cara perencanaan dan pemasangan sarana jalan ke luar untuk penyelamatan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung. 1. Ruang lingkup. 1.1. Standar ini ditujukan untuk
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Lingkungan Perletakkan massa bangunan apartemen yang memperhatikan view yang ada, view yang tercipta kearah barat dan utara. Permasalahan yang ada di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, masyarakat menuntut pelayanan yang lebih optimal dalam segala aspek termasuk dalam dunia kesehatan. Pada zaman
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KERJA ( KAK ) PEKERJAAN : SURVEY DAN IDENTIFIKASI RUMAH TIDAK LAYAK HUNI (LANJUTAN)
KERANGKA ACUAN KERJA ( KAK ) PEKERJAAN : SURVEY DAN IDENTIFIKASI RUMAH TIDAK LAYAK HUNI (LANJUTAN) I. PENDAHULUAN A. Umum 1. Survey Dan Identifikasi Rumah Tidak Layak Huni adalah proses pembuatan database
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 16 TAHUN 2012 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 16 TAHUN 2012 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWAKARTA, Menimbang : a. bahwa untuk menghindari
Lebih terperinci