MAKALAH SELESMA, INFLUENZA DAN RHINITIS ALERGI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MAKALAH SELESMA, INFLUENZA DAN RHINITIS ALERGI"

Transkripsi

1 MATA KULIAH SWAMEDIKASI MAKALAH SELESMA, INFLUENZA DAN RHINITIS ALERGI OLEH KELOMPOK KELAS FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Selesma a. Pengertian Selesma adalah iritasi atau peradangan selaput lendir hidung akibat infeksi dari suatu virus. Selaput lendir yang meradang memproduksi banyak lendir sehingga hidung menjadi tersumbat dan sulit bernafas. Tandanya di antaranya pilek, mata mengeluarkan banyak air, kepala pusing dan seringkali demam ringan. Lendir yang terbentuk mengakibatkan batuk dan bersin. Virus yang menyebabkan adalah rhinovirus (dalam bahasa yunani Rhino adalah hidung, dan virus adalah jasad renik terkecil dengan ukuran 0,02 0,3 mikron jauh lebih kecil dari bakteri biasa) (Tjay dan Raharja, 2006) b. Etiologi Rhino virus adalah penyebab selesma. 50% selesma terjadi pada anak dan dewasa. Penyebab lain selain rhinovirusantara lain respiratory sincitial virus, coronaviruses, virus influenza,virus parainfluenza parainfluenza, adenovirus, echovirus, dan coxsackie virus. Proses transmisinya dapat melaluiinokulasi mukosa hidung dengan virus yang berada pada benda hidup (tangan) atau benda mati (gagang pintu dan telepon) (Berardi, 2004). Meskipun penyebab pilek baru dapat diidentifikasi pada 1950-an, penyakit tersebut telah ada di tengah kehidupan manusia sejak zaman purba. Gejala dan penanganannya dijelaskan dalam papirus Ebers 1

3 dari Mesir, teks medis tertua yang pernah ada, ditulis sebelum abad ke-16 Sebelum Masehi. Istilah selesma ("common cold") mulai digunakan pada abad ke-16, yakni karena kemiripan gejalanya dengan gejala orang yang terpajan cuaca dingin. Di Inggris, Common Cold Unit (CCU) dibuat oleh Medical Research Council pada 1946 dan di sanalah rhinovirus ditemukan pada Pada 1970-an, CCU menunjukkan bahwa penanganan dengan interferon selama fase inkubasi infeksi rhinovirus memberikan perlindungan dari penyakit tersebut. Belum ada penanganan praktis yang dapat dikembangkan. Unit tersebut ditutup pada 1989, dua tahun setelah unit tersebut menyelesaikan riset terhadap tablet hisap zink glukonat untuk pencegahan dan penanganan pilek yang disebabkan oleh rhinovirus. Zink menjadi satu-satunya penanganan yang berhasil yang dikembangkan sepanjang sejarah CCU (AlNakib,1987). c. Penyebab Selesma Selesma dapat disebabkan oleh adanya rhinovirus (rhino = hidung), ditandai dengan lendir (ingus) yang encer dan bening. Pada tingkat kedua baru dapat terjadi suprainfeksi oleh suatu bakteri, yang biasanya sudah berada dalam mulut atau hidung dan mendadak menjadi pathogen (menimbulkan penyakit). Selesma yang disebabkan oleh bakteri ditandai dengan lendir (ingus) yang kental dan berwarna kuning kehijauan. Penyebab lain dari selesma adalah suatu reaksi alergi dari tubuh terhadap suatu zat yang dapat 2

4 menimbulkan reaksi kepekaan berlebihan. Zat-zat alergen antara lain yaitu serbuk sari dari pohon, bunga atau jenis rumputrumputan. Begitupula debu rumah tangga yang mengandung suatu serangga kecil tertentu (tungau) yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Selesma demikian disebut rhinitis alergi. Ciri-cirinya yang khas adalah ingus yang sangat encer, kelopak mata dan hidung bengkak dan gatal. Penurun kelembaban dan suhu udara oleh mesin air conditioner (AC) dapat mengiritasi mukosa hidung sehingga menimbulkan selesma. Begitu juga menghisap rokok melalui hidung atau adanya udara yang terpolusi. Ciri-ciri infeksi adalah demam tinggi, nyeri otot dan persendian dengan rasa letih, nyeri kepala dan tenggorokan, suara serak, hilang nafsu makan, adakalanya juga nyeri telinga, mual, muntah dan diare. Berbagai virus yang berbeda menyebabkan terjadinya common cold. Cold virus atau rhinovirus, Rhinovirus, Virus Parainfluenza, Virus sinsisial pernafasan. Gejala pilek yang paling sering timbul termasuk batuk, hidung meler, hidung tersumbat, dan sakit tenggorokan. Gejala lainnya bisa berupa nyeri otot (mialgia), sakit badan ringan, sakit kepala, dan hilangnya nafsu makan. Sakit tenggorokan timbul pada 40% dari penderita pilek. Batuk muncul pada sekira 50% dari mereka. Nyeri otot terjadi pada sekira setengah dari kasus pilek tersebut. Demam tidak termasuk gejala biasa muncul pada orang dewasa, namun muncul pada bayi dan anak kecil. Batuk yang 3

5 disebabkan oleh pilek biasanya lebih ringan daripada batuk yang disebabkan oleh flu (influenza). Beberapa jenis virus penyebab pilek mungkin juga tidak memunculkan gejala. Warna mukus yang dikeluarkan saat batuk dari saluran pernapasan bagian bawah (dahak) berbeda-beda, mulai dari kuning hingga hijau. Warna mukus tidak dapat mengindikasikan apakah penyebab infeksi tersebut adalah bakteri atau virus (Berardi, 2004). d. Gejala Selesma Gejala selesma muncul 1 sampai 3 hari setelah infeksi. Hidung tersumbat adalah gejala pertama diikuti dengan, rhinorrea, bersin, sakit tenggorokan dan batuk. Pasien kadang merasa kedinginan, sakit kepala, malaise, mialgia, batuk, atau demam ringan. Gejala biasanya terjadi selama 2 atau 3 hari. Batuk biasanya jarang terjadi dan jika muncul selama 4 atau 5 hari. Gejala selesma bertahan sekitar 7 hari. Tanda dan gejala selesmamungkin sulit dibedakan dengan influenza dan penyakit pernafasan lainnya (Berardi, 2004). e. Patofisiologi Rhinovirus mengikat molekul intraseluler 1 reseptors yang melekat pada sel-sel ephitelial pernapasan di hidung dan nasofaring sehingga dapat bereplikasi dan menyebar. Sel yang terinfeksi melepaskan chemokine sinyal bahaya dan sitokin yang mengaktifkan mediator inflamasi dan refleks neurogenik, sehingga ada tambahan mediator inflamasi, vasodilatasi, transudasi plasma, sekresi kelenjar, stimulasi saraf nyeri,refleks bersin dan batuk. 4

6 Rhinovirus berada dalam nasofaring selama 16 sampai 18 hari setelah infeksi awal. Infeksi virus berakhir dengan antibodi penetral (sekretori imunoglobulin A atau serum imunoglobulin G) masuk ke dalam mukosa sampai akhir replikasi virus (Berardi, 2004). f. Pencegahan a. Menjaga kebersihan perorangan seperti sering mencuci tangan, menutup mulut ketika batuk dan bersin, dan membuang ludah / dahak dari mulut dan ingus hidung dengan cara yang bersih dan tidak sembarangan. b. Bila memungkinkan, hindari jangan sampai berjejal di satu ruangan, misalnya ruang keluarga, atau tempat tidur. Ruangan harus memiliki ventilasi yang cukup lega. c. Hindari merokok di dalam rumah, apalagi dimana ada banyak anak-anak. d. Berpola hidup sehat, hindari minum alkohol, stres, istirahat cukup, dll. e. Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan. f. Bila akan menyentuh/menggendong bayi, cucilah tangan dahulu. g. Makan makanan yang bersih, higienis, sehat, gizi-nutrisi seimbang. Idealnya 4 sehat 5 sempurna. h. Memperhatikan dan menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan. i. Konsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum memutuskan untuk menggunakan obat-obatan, jamu, jamur, herbal, atau suplemen untuk mengatasi salesma. j. Pengobatan Saat ini, tidak ada terapi antiviral yang efektif untuk pengobatan salesma. Oleh karena salesma merupakan penyakit 5

7 yang self-limiting, yaitu sembuh dengan sendirinya, maka pengobatan hanya ditujukan untuk meredakan gejala. Terapi yang direkomendasikan adalah obat yang spesifik untuk gejala tertentu.obat semprot hidung yang mengandung dekongestan dapat digunakan, tapi tidak melebihi 3 hari untuk mencegah efek rebound. Bersin-bersin dan hidung berair dapat diredakan dengan antihistamin. Namun tidak semua Antihistamin efektif untuk meredakan gejala tersebut (Danarti, 2010) Selesma merupakan penyakit simptomatis yang dapat sembuh dengan sendirinya sehingga system pengobatannya hanya bersifat paliatif/meringankan gejala. Tidak semua gejala yang timbul harus diobati, Karena merupakan perluasan dari gejala sebelumnya, sehingga sasaran pengobatannya adalah gejala yang paling berat dan merupakan awal rantai gejala berikutnya yaitu cairan nasal dan sumbatan nasal. Untuk mengatasi selesma dan influenza, diperlukan daya tahan tubuh yang baik. Karena pada dasarnya, yang bertindak membunuh virus influenza atau selesma yang masuk itu adalah sistem imun tubuh kita sendiri. Sedangkan terapi obat, sebagian besar hanya digunakan untuk mengatasi dan mengurangi gejala penyakit yang cukup mengganggu. Sehingga obat-obat yang biasa diberikan untuk mengatasi selesma dan influenza biasanya adalah obat-obat penurun panas, analgetik, anti histamine atau anti alergi, dan obat-obat untuk mengatasi sekret yang dimaksudkan untuk mengurangi gejala-gejala penyakit. Bila 6

8 perlu ditambahkan vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh, sehingga sistem imun mampu untuk membunuh virus penyebab penyakit. (Danarti, 2010) B. Influenza a. Pengertian Influenza adalah infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus influenza, dan menyebar dengan mudah dari orang keorang. Virus ini beredar di seluruh dunia dan dapat mempengaruhi orang tanpa memandang usia dan jenis kelamin (WHO, 2009). Flu sendiri merupakan suatu penyakit yang self-limiting, dimana bila tidak terjadi komplikasi dengan penyakit lain, maka setelah 4-7 hari penyakit akan sembuh sendiri. Daya tahan tubuh seseorang akan sangat berpengaruh terhadap berat ringannya penyakit tersebut. Daya tahan tubuh dipengaruhi oleh pola hidup seseorang (BPOM, 2006) b. Etiologi dan Epidemiologi Infeksi influenza dapat terjadi setiap saat selama musim dingin. Tingkat infeksi tertinggi terjadi pada anak-anak, tapi tingkat tertinggi penyakit parah, rawat inap, dan kematian terjadi di antara mereka yang lebih tua dari usia 65 tahun, anak-anak (lebih muda dari 2 tahun), Epidemi Influenza dimulai dari tahun 1979 hingga tahun 2000 yang menghasilkan rata-rata rawat inap. Untuk usia lanjut di atas 65 tahun lebih dari 90% terjadi kematian terkait influenza. Kematian dengan influenza penyebab dari pneumonia bakteri sekunder, pneumonia virus primer, dan atau eksaserbasi penyakit penyerta yang mendasari (Joseph,2002). 7

9 Dikenal tiga jenis influenza musiman (seasonal) yakni A, B dan Tipe C. Di antara banyak subtipe virus influenza A, saat ini subtipe influenza A (H1N1) dan A (H3N2) adalah yang banyak beredar di antara manusia. Virus influenza bersirkulasi di setiap bagian dunia. Kasus flu akibat virus tipe C terjadi lebih jarang dari A dan B. Itulah sebabnya hanya virus influenza A dan B termasuk dalam vaksin influenza musiman. Influenza musiman menyebar dengan mudah Saat seseorang yang terinfeksi batuk, tetesan yang terinfeksi masuk ke udara dan orang lain bisa tertular. Mekanisme ini dikenal sebagai air borne transmission.virus juga dapat menyebar oleh tangan yang terinfeksi virus. Untuk mencegah penularan, orang harus menutup mulut dan hidung mereka dengan tisu ketika batuk, dan mencuci tangan mereka secara teratur (WHO, 2009). Virus influenza A inang alamiahnya adalah unggas akuatik. Virus ini dapat ditularkan pada spesies lain dan dapat menimbulkan wabah yang berdampak besar pada peternakan unggas domestik atau menimbulkan suatu wabah influenza manusia. Virus A merupakan patogen manusia yang paling virulen di antara ketiga tipe infleuenza dan menimbulkan penyakit paling berat, yang paling terkenal di Indonesia adalah flu babi (H1N1) dan flu burung (H5N1) (Spickler, 2009). Virus influenza B hampir secara ekslusif hanya menyerang manusia dan lebih jarang dibandingkan virus influenza A. karena 8

10 tidak mengalami keragaman antigenik, beberapa tingkat kekebalan diperoleh pada usia muda, tapi sistem kekebalan ini tidak permanen karena adanya kemungkinan mutasi virus. (Spickler, 2009) Virus influenza C menginfeksi manusia, anjing dan babi, kadangkala menyebabkan penyakit yang berat dan epidemi lokal. Namun, influenza C jarang terjadi disbanding jenis lain dan biasanya hanya menimbulkan penyakit ringan pada anak -anak (Spickler, 2009). Virus influenza tipe A dapat ditemukan di alam liar oleh burung terutama unggas air. Influenza tipe B biasanya menyebabkan penyakit yang lebih ringan daripada tipe A dan terutama menyerang anak-anak. Influenza tipe B biasanya lebih stabil jika dibandingkan dengan tipe A, dengan antigenic drift yang kurang dan akibat stabilitas imunologinya. Influenza tipe B ini hanya mempengaruhi manusia. Sedangkan influenza tipe C jarang dilaporkan sebagai penyebab penyakit pada manusia, mungkin karena kebanyakan kasus yang bersifat subklinis dan tidak menyebabkan penyakit epidemik (Pickering dkk., 2000). Terdapat dua macam mutasi tergantung besar atau kecilnya perubahan RNA, yaitu (HTA Indonesia, 2003 ) 1. Antigenic shift, hanya terjadi pada influenza tipe A; perubahan genetik yang besar dan mendadak pada HA dan atau NA. 2. Antigenic drift, hanya terjadi pada influenza tipe A dan B; terjadi setiap 1 atau beberapa tahun dalam satu subtipe; mutasi pada 9

11 asam amino RNA; tidak menghasilkan subtipe baru; dan dapat menyebabkan terjadinya epidemic c. Patofisiologi Influenza Salah satu mekanisme diyakini penghambatan hormon adrenokortikotropik (ACTH) sehingga menurunkan kadar kortisol. Mengetahui gen yang dibawa oleh strain tertentu dapat membantu memprediksi seberapa baik akan menginfeksi manusia dan seberapa parah infeksinya. Misalnya, bagian dari proses yang memungkinkan virus influenza menginvasi suatu sel adalah pembelahan protein hemaglutinin virus oleh salah satu enzim protease. Dalam virus ringan dan virulen, struktur hemaglutinin yang hanya bisa dipecah oleh protease yang ditemukan dalam tenggorok dan paru-paru, sehingga virus ini tidak dapat menginfeksi jaringan lain. Namun, dalam strain yang sangat virulen, seperti H5N1, hemaglutinin yang dapat di urai oleh berbagai protease, yang memungkinkan virus untuk menyebar ke seluruh tubuh (Schmitz N, 2005). Protein hemaglutinin virus bertanggung jawab untuk menentukan kedua spesies dapat menginfeksi dan di mana pada saluran pernapasan manusia strain influenza akan mengikat. Strain yang mudah menular antara manusia memiliki protein hemaglutinin yang berikatan dengan reseptor di bagian atas dari saluran pernapasan, seperti di hidung, tenggorokan dan mulut (Winther B, 1998). 10

12 Virus influenza masuk ke dalam saluran napas melalui droplet, kemudian menempel dan menembus sel epitel saluran napas di trakea dan bronkus. Infeksi dapat terjadi bila virus menembus lapisan mukosa non-spesifik saluran napas dan terhindar dari inhibitor non-spesifik serta antibodi lokal yang spesifik. Daerah yang diserang adalah sel epitel silindris bersilia. Selanjutnya terjadi edema lokal dan infiltrasi oleh sel limfosit, histiosit, sel plasma dan polimorfonuklear. Nekrosis sel epitel ini terjadi pada hari pertama setelah gejala timbul. Perbaikan epitel dimulai pada hari ke-3 dan ke-5 dengan terlihatnya mitosis sel pada lapisan basal. Respons pseudometaplastik dari epitelium yang undifferentiated timbul. Puncaknya dicapai pada hari ke 9 sampai ke-15 setelah awitan penyakit. Setelah 15 hari, tampak produksi mukus dan silia kembali seperti sediakala. Adanya infeksi sekunder menyebabkan reaksi infiltrasi sel radang lebih luas dan kerusakan pada lapisan sel basal dan membrana basalis lebih hebat, yang akan mengakibatkan terhambatnya regenerasi sel epitel bersilia. Kemudian virus bereplikasi di dalam sel pejamu yang menyebabkan kerusakan sel pejamu. Viremia tidak terjadi. Virus terlindung di dalam sekret dari saluran napas selama 5-10 hari (Bridges C, 2002). d. Gejala 11

13 Tanda dan gejalanya termasuk cepat timbulnya demam, mialgia, sakit kepala, malaise, batuk, sakit tenggorokan, dan rhinitis. Mual, muntah, dan otitis media juga sering dilaporkan pada anak-anak. Tanda dan gejala biasanya dalam waktu sekitar 3-7 hari, meskipun batuk dan malaise dapat bertahan selama lebih dari 2 minggu. Pneumonia virus primer terjadi terutama pada wanita hamil dan disertai penyakit kardiovaskular biasanya ditandai dengan demam dan batuk kering, yang perubahan batuk produktif dahak berdarah ini cepat berkembang menjadi dyspnea, hipoksemia, dan sianosis dengan radiologis (Bridges C, 2002). Selain itu terdapat gejala umum lainnya seperti demam sampai 39 C, hidung tersumbat, mual, menggigil dan berkeringat, kelelahan, nyeri otot (terutama di lengan, punggung dan kaki), batuk kering yang sering dan intens, sakit kepala dan kehilangan nafsu makan berkurang, sakit kepala, yang merupakan hasil dari sejumlah besar sitokin proinflamasi dan kemokin (seperti interferon atau tumor necrosis) yang dihasilkan dari sel-sel yang terinfeksi influenza. Berbeda dengan yang rhinovirus yang menyebabkan pilek, influenza tidak menyebabkan kerusakan jaringan, sehingga gejala tidak sepenuhnya disebabkan oleh respon inflamasi. Respon imun besar ini mungkin menghasilkan badai sitokin yang mengancam jiwa (Winther B, 1998). e. Terapi Non Farmakologi (Joseph T, 2008) 12

14 Orang yang menderita flu disarankan banyak beristirahat, meminum banyak cairan, dan bila perlu mengkonsumsi obatobatan untuk meredakan gejala yang mengganggu. Tindakan yang dianjurkan untuk meringankan gejala flu tanpa pengobatan meliputi antara lain (BPOM, 2006) a. Beristirahat 2-3 hari, mengurangi kegiatan fisik berlebihan. b. Meningkatkan gizi makanan. Makanan dengan kalori dan protein yang tinggi akan menambah daya tahan tahan tubuh. Makan buah-buahan segar yang banyak mengandung vitamin. c. Banyak minum air, teh, sari buah akan mengurangi rasa kering di tenggorokan, mengencerkan dahak dan membantu menurunkan demam. d. Sering-sering berkumur dengan air garam untuk mengurangi rasa nyeri di tenggorokan. e. Terapi Farmakologi Beberapa obat yang dapat digunakan adalah penurun panas pada saat terjadi demam, penghilang sakit untuk meredakan nyeri serta obat batuk jika terjadi batuk. Karena influenza disebabkan oleh virus, maka antibiotik tidak memiliki pengaruh terhadap infeksi kecuali diberikan untuk infeksi sekunder seperti pneumonia bakterialis. Pengobatan antiviral dapat efektif, namun sebagian galur influenza dapat 13

15 menunjukan resistensi terhadap obat-obatan antivirus standar (Abelson, 2009). Obat flu pada umumnya adalah obat tanpa resep dokter yang dapat diperoleh di apotek-apotek dan toko obat berizin. Obat flu umumnya merupakan kombinasi dari beberapa zat aktif, seperti kombinasi-kombinasi dari a. Analgesik/antipiretik dikombinasikan dengan nasal dekongestan. b. Analgesik/antipretik dikombinasikan dengan nasal dekongestan dan antihistamin. c. Analgesik/antipiretik dikombinasikan dengan nasal dekongestan, antihistamin dan antitusif atau ekspektoran. Berikut adalah zat aktif yang umumnya terdapat sebagai komponen obat flu (BPOM, 2006) a. Analgesik dan antipiretik Secara umum obat golongan ini mempunyai cara kerja obat yang dapat meringankan rasa sakit dan menurunkan demam. Zat aktif yang memiliki khasiat analgesik sekaligus antipiretik yang lazim digunakan dalam obat flu adalah parasetamol. b. Antihistamin Antihistamin adalah suatu kelompok obat yang dapat berkompetisi melawan histamin, yaitu salah satu me diator dalam tubuh yang dilepas pada saat terjadi reaksi alergi. Zat 14

16 aktif yang termasuk golongan ini antara lain klorfeniramin maleat, deksklorfeniramin maleat. c. Dekongestan hidung Dekongestan hidung adalah obat yang mempunyai efek mengurangi hidung tersumbat. Obat-obat yang dapat digolongkan sebagai dekongestan hidung antara lain fenilpropanolamin, fenilefrin, pseudoefedrin dan efedrin. d. Ekspektoran dan Mukolitik Ekspektoran dan mukolitik digunakan untuk batuk berdahak, dimaksudkan untuk mempermudah pengeluaran dahak. Zat aktif yang termasuk ke dalam kelompok ini antara lain gliseril guaiakolat, ammonium klorida, bromheksin. e. Antitusif Antitusif yaitu obat yang bekerja pada susunan saraf pusat menekan pusat batuk dan menaikkan ambang rangsang batuk. Zat aktif yang termasuk antitusif antara lain dekstrometorfan HBr dan difenhidramin HCl (dalam dosis tertentu). C. Rhinitis Alergi a. Pengertian Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya 15

17 suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut (von Pirquet, 1986). b. Epidemiologi Rinitis alergi melibatkan interaksi antara lingkungan dengan predisposisi genetik dalam perkembangan penyakitnya. Faktor genetik dan herediter sangat berperan pada ekspresi rinitis alergi (Adams, Boies, Higler, 1997). Penyebab rinitis alergi tersering adalah alergen inhalan pada dewasa dan ingestan pada anakanak. Pada anak-anak sering disertai gejala alergi lain, seperti urtikaria dan gangguan pencernaan. Penyebab rinitis alergi dapat berbeda tergantung dari klasifikasi. Beberapa pasien sensitif terhadap beberapa alergen. Alergen yang menyebabkan rinitis alergi musiman biasanya berupa serbuk sari atau jamur. Rinitis alergi Perennial (sepanjang tahun) diantaranya debu tungau, terdapat dua spesies utama tungau yaitu Dermatophagoides farinae dan Dermatophagoides pteronyssinus, jamur, binatang peliharaan seperti kecoa dan binatang pengerat. Faktor resiko untuk terpaparnya debu tungau biasanya karpet serta sprai tempat tidur, suhu yang tinggi, dan faktor kelembaban udara. Kelembaban yang tinggi merupakan faktor resiko untuk untuk tumbuhnya jamur. Berbagai pemicu yang bisa berperan dan memperberat adalah beberapa faktor nonspesifik diantaranya asap rokok, polusi udara, bau aroma yang kuat atau merangsang dan perubahan cuaca (Becker, 1994) c. Patofisiologi 16

18 Rinitis alergi merupakan suatu penyakit inflamasi yang diawali dengan tahap sensitisasi dan diikuti dengan reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari 2 fase yaitu immediate phase allergic reaction atau reaksi alergi fase cepat (RAFC) yang berlangsung sejak kontak dengan alergen sampai 1 jam setelahnya dan late phase allergic reaction atau reaksi alergi fase lambat (RAFL) yang berlangsung 2-4 jam dengan puncak 6-8 jam (fase hiperreaktivitas) setelah pemaparan dan dapat berlangsung jam. Pada kontak pertama dengan alergen atau tahap sensitisasi, makrofag atau monosit yang berperan sebagai sel penyaji (Antigen Presenting Cell/APC) akan menangkap alergen yang menempel di permukaan mukosa hidung. Setelah diproses, antigen akan membentuk fragmen pendek peptide dan bergabung dengan molekul HLA kelas II membentuk komplek peptide MHC kelas II (Major Histocompatibility Complex) yang kemudian dipresentasikan 17

19 pada sel T helper (Th0). Kemudian sel penyaji akan melepas sitokin seperti interleukin 1 (IL-1) yang akan mengaktifkan Th0 untuk berproliferasi menjadi Th1 dan Th2. Th2 akan menghasilkan berbagai sitokin seperti IL-3, IL-4, IL-5, dan IL-13. IL-4 dan IL-13 dapat diikat oleh reseptornya di permukaan sel limfosit B, sehingga sel limfosit B menjadi aktif dan akan memproduksi imunoglobulin E (IgE). IgE di sirkulasi darah akan masuk ke jaringan dan diikat oleh reseptor IgE di permukaan sel mastosit atau basofil (sel mediator) sehingga kedua sel ini menjadi aktif. Proses ini disebut sensitisasi yang menghasilkan sel mediator yang tersensitisasi. Bila mukosa yang sudah tersensitisasi terpapar alergen yang sama, maka kedua rantai IgE akan mengikat alergen spesifik dan terjadi degranulasi (pecahnya dinding sel) mastosit dan basofil dengan akibat terlepasnya mediator kimia yang suda h terbentuk (Performed Mediators) terutama histamin. Selain histamin juga dikeluarkan Newly Formed Mediators antara lain prostaglandin D2 (PGD2), Leukotrien D4 (LT D4), Leukotrien C4 (LT C4), bradikinin, Platelet Activating Factor (PAF), berbagai sitokin (IL-3, IL-4, IL-5, IL-6, GMCSF (Granulocyte Macrophage Colony Stimulating Factor) dan lainlain. Inilah yang disebut sebagai Reaksi Alergi Fase Cepat (RAFC). Histamin akan merangsang reseptor H1 pada ujung saraf vidianus sehingga menimbulkan rasa gatal pada hidung dan bersin-bersin. Histamin juga akan menyebabkan kelenjar mukosa dan sel goblet 18

20 mengalami hipersekresi dan permeabilitas kapiler meningkat sehingga terjadi rinore. Gejala lain adalah hidung tersumbat akibat vasodilatasi sinusoid. Selain histamin merangsang ujung saraf Vidianus, juga menyebabkan rangsangan pada mukosa hidung sehingga terjadi pengeluaran Inter Cellular Adhesion Molecule 1 (ICAM1).ada RAFC, sel mastosit juga akan melepaskan molekul kemotaktik yang menyebabkan akumulasi sel eosinofil dan netrofil di jaringan target. Respons ini tidak berhent i sampai disini saja, tetapi gejala akan berlanjut dan mencapai puncak 6-8 jam setelah pemaparan. Pada RAFL ini ditandai dengan penambahan jenis dan jumlah sel inflamasi seperti eosinofil, limfosit, netrofil, basofil dan mastosit di mukosa hidung serta peningkatan sitokin seperti IL-3, IL-4, IL-5 dan Granulocyte Macrophag Colony Stimulating Factor (GM-CSF) dan ICAM1 pada sekret hidung. Timbulnya gejala hiperaktif atau hiperresponsif hidung adalah akibat peranan eosinofil dengan mediator inflamasi dari granulnya seperti Eosinophilic Cationic Protein (ECP), Eosiniphilic Derived Protein (EDP), Major Basic Protein (MBP), dan Eosinophilic Peroxidase (EPO). Pada fase ini, selain faktor spesifik (alergen), iritasi oleh faktor non spesifik dapat memperberat gejala seperti asap rokok, bau yang merangsang, perubahan cuaca dan kelembaban udara yang tinggi (Irawati, Kasakayan, Rusmono, 2008). Secara mikroskopik tampak adanya dilatasi pembuluh (vascular bad) 19

21 dengan pembesaran sel goblet dan sel pembentukmukus. Terdapat juga pembesaran ruang interseluler dan penebalan membran basal, serta ditemukan infiltrasi sel-sel eosinofil pada jaringan mukosa dan submukosa hidung. Gambaran yang ditemukan terdapat pada saat serangan. Diluar keadaan serangan, mukosa kembali normal. Akan tetapi serangan dapat terjadi terus-menerus (persisten) sepanjang tahun, sehingga lama kelamaan terjadi perubahan yang ireversibel, yaitu terjadi proliferasi jaringan ikat dan hiperplasia mukosa, sehingga tampak mukosa hidung menebal. Dengan masuknya antigen asing ke dalam tubuh terjadi reaksi yang secara garis besar terdiri dari 1. Respon primer Terjadi proses eliminasi dan fagositosis antigen (Ag). Reaksi ini bersifat non spesifik dan dapat berakhir sampai disini. Bila Ag tidak berhasil seluruhnya dihilangkan, reaksi berlanjut menjadi respon sekunder. 2. Respon sekunder Reaksi yang terjadi bersifat spesifik, yang mempunyai tiga kemungkinan ialah sistem imunitas seluler atau humoral atau keduanya dibangkitkan. Bila Ag berhasil dieliminasi pada tahap ini, reaksi selesai. Bila Ag masih ada, atau memang sudah ada defek dari sistem imunologik, maka reaksi berlanjut menjadi respon tersier. 20

22 3. Respon tersier Reaksi imunologik yang terjadi tidak menguntungkan tubuh. Reaksi ini dapat bersifat sementara atau menetap, tergantung dari daya eliminasi Ag oleh tubuh. Gell dan Coombs mengklasifikasikan reaksi ini atas 4 tipe, yaitu tipe 1, atau reaksi anafilaksis (immediate hypersensitivity), tipe 2 atau reaksi sitotoksik, tipe 3 atau reaksi kompleks imun dan tipe 4 atau reaksi tuberculin (delayed hypersensitivity). Manifestasi klinis kerusakan jaringan yang banyak dijumpai di bidang THT adalah tipe 1, yaitu rinitis alergi (Irawati, Kasakayan, Rusmono, 2008). d. Gejala Gejala rinitis alergi yang khas ialah terdapatnya serangan bersin berulang. Sebetulnya bersin merupakan gejala yang normal, terutama pada pagi hari atau bila terdapat kontak dengan sejumlah besar debu. Hal ini merupakan mekanisme fisiologik, yaitu proses membersihkan sendiri (self cleaning process). Bersin dianggap patologik, bila terjadinya lebih dari 5 kali setiap serangan, sebagai akibat dilepaskannya histamin. Disebut juga sebagai bersin patologis (Soepardi, Iskandar, 2004). Gejala lain ialah keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadangkadang disertai dengan banyak air mata keluar (lakrimasi). Tandatanda alergi juga terlihat di hidung, mata, telinga, faring atau laring. 21

23 Tanda hidung termasuk lipatan hidung melintang garis hitam melintang pada tengah punggung hidung akibat sering menggosok hidung ke atas menirukan pemberian hormat (allergic salute), pucat dan edema mukosa hidung yang dapat muncul kebiruan. Lubang hidung bengkak. Disertai dengan sekret mukoid atau cair. Tanda di mata termasuk edema kelopak mata, kongesti konjungtiva, lingkar hitam dibawah mata (allergic shiner). Tanda pada telingatermasuk retraksi membran timpani atau otitis media serosa sebagai hasil dari hambatan tuba eustachii. Tanda faringealtermasuk faringitis granuler akibat hiperplasia submukosa jaringan limfoid. Tanda laryngeal termasuk suara serak dan edema pita suara (Bousquet, Cauwenberge, Khaltaev, ARIA Workshop Group. WHO, 2001). Gejala lain yang tidak khas dapat berupa batuk, sakit kepala, masalah penciuman, mengi, penekanan pada sinus dan nyeri wajah, post nasal drip. Beberapa orang juga mengalami lemah dan lesu, mudah marah, kehilangan nafsu makan dan sulit tidur (Harmadji, 1993). e. Klasifikasi Rhinitis Alergi Dahulu rinitis alergi dibedakan dalam 2 macam berdasarkan sifat berlangsungnya, yaitu 1. Rinitis alergi musiman (seasonal, hay fever, polinosis) 2. Rinitis alergi sepanjang tahun (perenial) Gejala keduanya hampir sama, hanya berbeda dalam sifat berlangsungnya(irawati, Kasakeyan, Rusmono, 2008). Saat ini digunakan klasifikasi rinitis alergi berdasarkan rekomendasi dari 22

24 WHO Iniative ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) tahun 2000, yaitu berdasarkan sifat berlangsungnya dibagi menjadi 1. Intermiten (kadang-kadang) bila gejala kurang dari 4 hari/minggu atau kurang dari 4 minggu. 2. Persisten/menetap bila gejala lebih dari 4 hari/minggu dan atau lebih dari 4 minggu. Sedangkan untuk tingkat berat ringannya penyakit, rinitis alergi dibagi menjadi 1. Ringan, bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan aktifitas harian, bersantai, berolahraga, belajar, bekerja dan hal-hal lain yang mengganggu. 2. Sedang atau berat bila terdapat satu atau lebih dari gangguan tersebut diatas (Bousquet et al, 2001). f. Penatalaksanaan (Mulyarjo, 2006) 1) Terapi Non-farmakologi Terapi non-farmakologi adalah dengan menghindari allergen penyebabnya (avoidance) dan eliminasi 2) Terapi Farmakologi (Terapi Simptomatis) Terapi medikamentosa yaitu antihistamin, obat-obatan simpatomimetik, kortikosteroid dan antikolinergik topikal. Antihistamin yang dipakai adalah antagonis H-1. Antagonis reseptor histamin H1 berikatan dengan reseptor H1 tanpa mengaktivasi reseptor, yang mencegah ikatan dan kerja histamin. Merupakan preparat farmakologik yang paling sering dipakai sebagai lini pertama pengobatan rinitis alergi. Pemberian dapat dalam kombinasi atau tanpa kombinasi dengan dekongestan secara peroral. Antihistamin dibagi 23

25 dalam 2 golongan yaitu golongan antihistamin generasi-1 (klasik) dan generasi -2 (non sedatif). Antihistamin generasi-1 bersifat lipofilik, sehingga dapat menembus sawar darah otak (mempunyai efek pada SSP) dan plasenta serta mempunyai efek kolinergik. Generasi kedua lebih bersifat lipofobik dan memiliki ukuran molekul lebih besar sehingga lebih banyak dan lebih kuat terikat dengan protein plasma dan berkurang kemampuannya melintasi otak. Generasi kedua AH1 mempunyai rasio efektivitas, keamanan dan farmakokinetik yang baik, dapat diminum sekali sehari, serta bekerja cepat (kurang dari 1 jam) dalam mengurangi gejala hidung dan mata, namun obat generasi terbaru ini kurang efektif dalam mengatasi kongesti hidung. Preparat simpatomimetik golongan agonis adrenergik alfa dipakai dekongestan hidung oral dengan atau tanpa kombinasi dengan antihistamin atau topikal. Namun pemakaian secara topikal hanya boleh untuk beberapa hari saja untuk menghindari terjadinya rinitis medikamentosa. Beraksi pada reseptor adrenergik pada mukosa hidung untuk menyebabkan vasokonstriksi, menciutkan mukosa yang membengkak, dan memperbaiki pernapasan. a) Dekongestan oral Dekongestan oral seperti efedrin, fenilefrin, dan pseudoefedrin, merupakan obat simpatomimetik yang dapat mengurangi gejala kongesti hidung. Penggunaan obat ini pada pasien dengan penyakit jantung harus berhati-hati. Efek samping obat ini antara lain hipertensi, berdebar-debar, gelisah, agitasi, tremor, insomnia, sakit 24

26 kepala, kekeringan membran mukosa, retensi urin, dan eksaserbasi glaukoma atau tirotoksikosis. Dekongestan oral dapat diberikan dengan perhatian terhadap efek sentral. Pada kombinasi dengan antihistamin-h1 oral efektifitasnya dapat meningkat, namun efek samping juga bertambah. b) Dekongestan intranasal Dekongestan intranasal oksimetazolin, dan (misalnya xilometazolin) epinefrin, juga naftazolin, merupakan obat simpatomimetik yang dapat mengurangi gejala kongesti hidung. Obat ini bekerja lebih cepat dan efektif daripada dekongestan oral. Penggunaannya harus dibatasi kurang dari 10 hari untuk mencegah terjadinya rinitis medikamentosa. Efek sampingnya sama seperti sediaan oral tetapi lebih ringan. Pemberian vasokonstriktor topikal tidak dianjurkan untuk rinitis alergik pada anak di bawah usia l tahun karena batas antara dosis terapi dengan dosis toksis yang sempit. Pada dosis toksik akan terjadi gangguan kardiovaskular dan sistem saraf pusat. c) Preparat Kortikosteroid Kortikosteroid digunakan sangat luas dalam pengobatan berbagai penyakit alergi oleh karena sifat anti inflamasinya yang kuat. Beragam kerja anti inflamasi kortikosteroid diperantarai oleh pengaturan ekspresi dari bermacam gen target spesifik. Telah diketahui bahwa kortikosteroid menghambat sintesis sejumlah sitokin seperti interleukin IL-1 sampai IL-6, tumor nekrosis factor-α (TNF-α), dan granulocyte-macrophage colony stimulating factor 25

27 (GM-CSF). Kortikosteroid juga menghambat sintesis khemokin IL-8, regulated on activation normal T cell expressed and secreted (RANTES), eotaxin, macrophage inflammatory protein- 1α (MIP-1α), dan monocyt chemoattractant protein-1. d) Kortikosteroid intranasal Kortikosteroid intranasal (misalnya beklometason, flunisolid, flutikason, mometason, dan budesonid, triamsinolon) dapat mengurangi hiperreaktivitas dan inflamasi nasal. Obat ini merupakan terapi medikamentosa yang paling efektif bagi rinitis alergik dan efektif terhadap kongesti hidung. Efeknya akan terlihat setelah 6-12 jam, dan efek maksimal terlihat setelah beberapa hari. Kortikosteroid topikal hidung pada anak masih banyak dipertentangkan karena efek sistemik pemakaian lama dan efek lokal obat ini. Namun belum ada laporan tentang efek samping setelah pemberian kortikosteroid topikal hidung jangka panjang. Dosis steroid topikal hidung dapat diberikan dengan dosis setengah dewasa dan dianjurkan sekali sehari pada waktu pagi hari. Obat ini diberikan pada kasus rinitis alergik dengan keluhan hidung tersumbat yang menonjol. e) Kortikosteroid oral/im Kortikosteroid oral/im (misalnya deksametason, hidrokortison, metilprednisolon, prednisolon, prednison, triamsinolon, dan betametason) poten untuk mengurangi inflamasi dan hiperreaktivitas nasal. Pemberian memungkinkan, jangka pendek kortikosteroid mungkin intranasal diperlukan. digunakan Jika untuk menggantikan pemakaian kortikosteroid oral/im. Efek samping lokal 26

28 obat ini cukup ringan, dan efek samping sistemik mempunyai batas yang luas. Pemberian kortikosteroid sistemik tidak dianjurkan untuk rinitis alergik pada anak. Pada anak kecil perlu dipertimbangkan pemakaian kombinasi obat intranasal dan inhalasi. g. Komplikasi Komplikasi rinitis alergi yang sering ialah a. Polip hidung yang memiliki tanda patognomonis inspisited mucous glands akumulasi sel-sel inflamasi yang luar biasa banyaknya (lebih eosinofil dan limfosit T CD4+), hiperplasia epitel, hiperplasia goblet, dan metaplasia skuamosa. b. Otitis media yang sering residif, terutama pada anak-anak. c. Sinusitis paranasal merupakan inflamasi mukosa satu atau lebih sinus para nasal. Terjadi akibat edema ostia sinus oleh proses alergis dalam mukosa yang menyebabkan sumbatan ostia sehingga terjadi penurunan oksigenasi dan tekanan udara rongga sinus. Hal tersebut akan menyuburkan pertumbuhan bakteri terutama bakteri anaerob dan akan menyebabkan rusaknya fungsi barier epitel antara lain akibat dekstruksi mukosa oleh mediator protein basa yang dilepas sel eosinofil (MBP) dengan akibat sinusitis akan semakin parah (Durham, 2006). D. Pengobatan 27

29 Pengobatan dengan Obat-Obatan Sintetik Tidak ada terapi spesifik untuk selesma, influenza, dan rhinitis alergi. Semua pengobatannya bersifat simptomatis karena pada dasarnya selesma, influenza, dan rhinitis alergi adalah penyakit yang self-limiting (bisa sembuh sendiri). Obat penurun panas, dekongestan dan pengencer dahak, antialergi dapat diberikan bila gejala sangat mengganggu. 1. Antihistamin Antihistamin adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek histamin terhadap tubuh dengan jalan memblok reseptor histamin. Obat yang tergolong antihistamin antara lain Klorfeniramin maleat/klorfenon/ CTM, Difenhidramin HCl, Promethazin a. Kegunaan obat Anti alergi b. Hal yang harus diperhatikan Hindari dosis melebihi yang dianjurkan Hindari penggunaan bersama minuman beralkohol atau obat tidur Hati-hati pada penderita glaukoma dan hipertropi prostat atau minta saran dokter. Jangan minum obat ini bila akan mengemudikan kendaraan dan menjalankan mesin. c. Efek samping Mengantuk, pusing, gangguan sekresi saluran napas Mual dan muntah (jarang) d. Aturan pemakaian o Klorfeniramin maleat (CTM) Dewasa 1 tablet (2 mg) setiap 6-8 jam Anak < 12 tahun ½ tablet (12,5 mg) setiap 6-8 jam o Difenhidramin HCl Dewasa 1-2 kapsul (25-50 mg) setiap 8 jam Anak ½ tablet (12,5 mg) setiap 6-8 jam o Promethazin 28

30 Dewasa mg sehari, Anak usia 1-5 tahun 5-15 mg sehari usia 5-10 tahun mg setiap hari. 2. Dekongestan Dekongestan mempunyai efek mengurangi hidung tersumbat. Obat dekongestan oral antara lain Fenilpropanolamin, Fenilefrin, Pseudoefedrin dan Efedrin. a. Kegunaan obat Mengurangi hidung tersumbat b. Hal yang harus diperhatikan Hati-hati pada penderita diabet juvenil karena dapat meningkatkan kadar gula darah, penderita tiroid, hipertensi, gangguan jantung dan penderita yang menggunakan antidepresi. Mintalah saran dokter atau Apoteker. c. Kontraindikasi Obat tidak boleh digunakan pada penderita insomnia (sulit tidur), pusing, tremor, aritmia dan penderita yang menggunakan MAO (mono aminoksidase) inhibitor. d. Efek samping Menaikkan tekanan darah Aritmia terutama pada penderita penyakit jantung dan pembuluh darah. e. Aturan pemakaian o Fenilpropanolamina Dewasa maksimal 15 mg per takaran 3-4 kali sehari Anak usia 6-12 tahun maksimal 7,5 mg per takaran 3-4 kali sehari o Fenilefrin Dewasa 10 mg, 3 kali sehari Anak usia 6 12 tahun 5 mg, 3 kali sehari o Pseudoefedrin Dewasa 60 mg, 3 4 kali sehari Anak usia 2-5 tahun 15 mg, 3-4 kali sehari 29

31 usia 6-12 tahun 30 mg, 3-4 kali sehari o Efedrin Dewasa mg, setiap 3 4 jam Anak sehari 3 mg/kg berat badan, dibagi dalam 4 6 dosis yang sama DekongestanTopikal (oksimetazolin) a. Hal yang harus diperhatikan Hindari dosis melebihi yang dianjurkan Hati-hati sewaktu meneteskan ke hidung Dosis tepat dan masuknya ke lubang hidung harus tepat, Jangan mengalir keluar atau tertahan, Tidak boleh digunakan lebih dari 7-10 hari, Segera minum setelah menggunakan obat, karena air dapat mengencerkan obat yang tertelan, Ujung botol obat dibilas dengan air panas setiap kali dipakai, Penggunaan obat pada pagi dan menjelang tidur malam dan tidak boleh digunakan lebih dari 2 kali dalam 24 jam. Obat tidak boleh digunakan untuk anak berumur dibawah 6 tahun, karena efek samping yang timbul lebih parah, dan juga pada ibu hamil muda. b. Efek samping Merusak mukosa hidung karena hidung tersumbat makin parah, rasa terbakar, kering, bersin, sakit kepala, sukar tidur, berdebar. c. Aturan pemakaian Dewasa dan Anak > 6 tahun 2-3 tetes/semprot oksimetazolin 0,005% setiap lubang hidung, Anakusia 2-5 tahun 2-3 tetes/semprot oksimetazolin 0,025% setiap lubang hidung 3. Analgesik dan Antipiretik Obat yang dapat digunakan untuk mengatasi keluhan demam dan nyeri yaitu o Parasetamol/Asetaminofen 30

32 a. Kegunaan obat Menurunkan demam, mengurangi rasa sakit b. Hal yang harus diperhatikan Dosis harus tepat, tidak berlebihan, bila dosis berlebihan dapat c. d. menimbulkan gangguan fungsi hati dan ginjal. Sebaiknya diminum setelah makan. Hindari penggunaan campuran obat demam lain karena dapat menimbulkan overdosis. Hindari penggunaan bersama meningkatkan risiko gangguan fungsi hati. Konsultasikan ke dokter atau Apoteker untuk penderita gagal dengan alkohol karena ginjal. Kontra Indikasi Obat demam tidak boleh digunakan pada Penderita gangguan fungsi hati Penderita yang alergi terhadap obat ini Pecandu alkohol Efek samping Efek samping jarang; kecuali ruam kulit, kelainan darah, pankreatitis akut dilaporkan setelah penggunaan jangka panjang, penting pada kerusakan hati (dan lebih jarang kerusakan ginjal) setelah overdosis. e. Aturan pemakaian Dewasa 1 tablet (500 mg) 3 4 kali sehari, (setiap 4 6 jam) Anak 0-1 tahun ½-1 sendok teh sirup, 3-4 kali sehari (setiap 4-6 jam) 1-5 tahun 1-1 ½ sendok teh sirup, 3-4 kali sehari (setiap 4-6 jam) 6-12 tahun ½-1 tablet ( mg), 3-4 kali sehari (setiap 4-6 jam) o Asetosal (Aspirin) a. Kegunaan obat Mengurangi rasa sakit, menurunkan demam, antiradang b. Hal yang harus diperhatikan Aturan pemakaian harus tepat, diminum setelah makan atau bersama makanan untuk mencegah nyeri dan perdarahan lambung. Konsultasikan ke dokter atau Apoteker bagi penderita gangguan fungsi ginjal atau hati, ibu hamil, ibu menyusui dan dehidrasi. 31

33 Jangan diminum bersama dengan minuman beralkohol karena dapat meningkatkan risiko perdarahan lambung. Konsultasikan ke dokter atau Apoteker bagi penderita yang menggunakan heparin, c. d. e. obat kumarin, hipoglikemik, antikoagulan, metotreksat, urikosurik, kortikosteroid, fluprofen, penisilin dan vitamin C. Kontra Indikasi Tidak boleh digunakan pada Penderita alergi termasuk asma. Tukak lambung (maag) dan sering perdarahan di bawah kulit. Penderita hemofilia dan trombositopenia. Efek samping Nyeri lambung, mual, muntah Pemakaian dalam waktu lama dapat menimbulkan tukak dan perdarahan lambung. Aturan pemakaian Dewasa 500 mg setiap 4 jam (maksimal selama 4 hari) Anak 2 3 tahun ½ - 1 ½ tablet 100 mg, setiap 4 jam 4 5 tahun 1 ½ - 2 tablet 100 mg, setiap 4 jam 6 8 tahun ½ - ¾ tablet 500 mg, setiap 4 jam 9 11 tahun ¾ - 1 tablet 500 mg, setiap 4 jam > 11 tahun 1 tablet 500 mg, setiap 4 jam o Ibuprofen a. Kegunaan obat Menekan rasa nyeri dan radang, misalnya dismenorea primer (nyeri haid), sakit gigi, sakit kepala, paska operasi, nyeri tulang, nyeri sendi, pegal linu dan terkilir. b. Hal yang harus diperhatikan Gunakan obat dengan dosis tepat Hati-hati untuk penderita gangguan fungsi hati, ginjal, gagal jantung, asma dan bronkhospasmus atau konsultasikan ke dokter atau Apoteker Hati-hati untuk penderita yang menggunakan obat hipoglisemi, metotreksat, urikosurik, kumarin, antikoagulan, kortiko-steroid, penisilin dan vitamin C atau minta petunjuk dokter. 32

34 Jangan minum obat ini bersama dengan alkohol karena meningkatkan risiko perdarahan saluran cerna. c. Kontra Indikasi Obat tidak boleh digunakan pada d. Penderita tukak lambung dan duodenum (ulkus peptikum) aktif Penderita alergi terhadap asetosal dan ibuprofen Penderita polip hidung (pertumbuhan jaringan epitel berbentuk tonjolan pada hidung) Kehamilan tiga bulan terakhir Efek Samping Gangguan saluran cerna seperti mual, muntah, diare, konstipasi (sembelit/susah buang air besar), nyeri lambung sampai e. pendarahan. Ruam kulit, bronkhospasmus, trombositopenia Penurunan ketajaman penglihatan dan sembuh bila obat dihentikan Gangguan fungsi hati Reaksi alergi dengan atau tanpa syok anafilaksi Anemia kekurangan zat besi Aturan pemakaian Dewasa 1 tablet 200 mg, 2 4 kali sehari,. Diminum setelah makan Anak 1 2 tahun ¼ tablet 200 mg, 3 4 kali sehari 3 7 tahun ½ tablet 500 mg, 3 4 kali sehari 8 12 tahun 1 tablet 500 mg, 3 4 kali sehari Tidak boleh diberikan untuk anak yang beratnya kurang dari 7 kg. 4. Ekspektoran o Gliseril Guaiakolat a. Kegunaan obat Mengencerkan lendir saluran napas b. Hal yang harus diperhatikan Hati-hati atau minta saran dokter untuk penggunaan bagi anak c. dibawah 2 tahun dan ibu hamil. Aturan pemakaian 33

35 Dewasa 1-2 tablet ( mg), setiap 6 jam atau 8 jam sekali Anak 2-6 tahun ½ tablet (50 mg) setiap 8 jam 6-12 tahun ½ - 1 tablet ( mg) setiap 8 jam o Bromheksin a. Kegunaan obat Mengencerkan lendir saluran napas. b. Hal yang harus diperhatikan Konsultasikan ke dokter atau Apoteker untuk penderita tukak lambung dan wanita hamil 3 bulan pertama. c. Efek samping Rasa mual, diare dan perut kembung ringan d. Aturan pemakaian Dewasa 1 tablet (8 mg) diminum 3 x sehari (setiap 8 jam) Anak > 10 tahun 1 tablet (8 mg) diminum 3 kali sehari (setiap 8 jam) 5-10 tahun 1/2 tablet (4 mg) diminum 2 kali sehari (setiap 8 jam) 5. Antitusif o Dekstrometorfan HBr (DMP HBr) a. Kegunaan obat Penekan batuk cukup kuat kecuali untuk batuk akut yang berat b. Hal yang harus diperhatikan Hati-hati atau minta saran dokter untuk penderita hepatitis Jangan minum obat ini bersamaan obat penekan susunan syaraf c. d. pusat Tidak digunakan untuk menghambat keluarnya dahak Efek samping Efek samping jarang terjadi. Efek samping yang dialami ringan seperti mual dan pusing Dosis terlalu besar dapat menimbulkan depresi pernapasan Aturan pemakaian Dewasa mg setiap 8 jam Anak 5-10 mg setiap 8 jam Bayi 2,5-5 mg setiap 8 jam 34

36 o Difenhidramin HCl a. Kegunaan obat Penekan batuk dan mempunyai efek antihistamin (antialergi) b. Hal yang harus diperhatikan Karena menyebabkan kantuk, jangan mengoperasikan mesin selama meminum obat ini Konsultasikan ke dokter atau Apoteker untuk penderita asma, ibu hamil, ibu menyusui dan bayi atau anak. c. Efek Samping Pengaruh pada kardiovaskular dan SSP seperti sedasi, sakit kepala, gangguan psikomotor, gangguan darah, gangguan saluran cerna, reaksi alergi, efek antimuskarinik seperti retensi urin, mulut kering, pandangan kabur dan gangguan saluran cerna, palpitasi dan aritmia, hipotensi, reaksi hipersensitivitas, ruam kulit, reaksi fotosensitivitas, efek ekstrapiramidal, bingung, depresi, gangguan tidur, tremor, konvulsi, berkeringat dingin, mialgia, paraestesia, kelainan darah, disfungsi hepar, dan rambut rontok. d. Aturan Pemakaian Dewasa 1-2 kapsul (25-50 mg) setiap 8 jam Anak ½ tablet (12,5 mg) setiap 6-8 jam Kontraindikasi Peka terhadap obat simptomimetik lain, hipertensi berat dan gangguan fungsi hati, terapi bersama dengan MAOI Efek samping Gangguan psikomotorik, takikardia, aritmia, palpitasi, retensi urin, mengantuk, kerusakan hati (karena dosis besar dan penggunaan jangka lama). Interaksi Obat Dengan MAOI dapat menyebabkan hipertensi Golongan Obat Obat Bebas Terbatas Produsen PT Tempo Scan Pacific 1. Bodrexin Pilek Alergi 35

37 Komposisi Per 5 ml Pseudoephedrin HCl 7,5 mg, Chlorpheniramin maleate 0,5 mg Indikasi Meredakan rhinitis alergi, bersin-bersin, dan hidung tersumbat Dosis Anak 6-12 tahun 2 sdt, 2-5 tahun 1 sdt. Diberikan 3 kali sehari Kontraindikasi Peka terhadap obat simptomimetik lain, hipertensi berat, dan terapi bersama dengan MAOI. Efek samping Gangguan GI, gangguan psikomotorik, takikardia, aritmia, palpitasi, retensi urin, sakit kepala, insomnia, eksitasi, tremor, kesulitan berkemih, mengantuk. Interaksi Obat MAOI Golongan Obat Obat Bebas Terbatas Produsen PT Tempo Scan Pacific 2. Decolgen FX Komposisi Acetaminophen 650 mg, Pseudoephedrin HCl 30 mg, Indikasi Chlorpheniramin maleat 2 mg Flu disertai sakit kepala berat dan meringankan gejala flu Dosis lainnya seperti demam, hidung tersumbat, serta bersin. Dewasa 1 kapl Anak 6-12 tahun ½ kapl. Diberikan 3 kali sehari. Golongan Obat Obat Bebas 36

38 Produsen PT Medifarma Lab 3. Mixagrip Komposisi Per kapl Paracetamol 500 mg, Chlopheniramin maleat 2 mg, Phenylpropanolamin HCl 25 mg Indikasi Pilek, flu, batuk, demam, nyeri Dosis Dewasa 1-2 kapl Anak ½-1 kapl.3-4 kali sehari Kontraindikasi Hipertiroid, hipertensi, peny koroner, nefropati,terapi MAOI Efek samping Mengantuk, pusing, mulut kering, serang seperti epilepsi (dosis besar), ruam kulit. Interaksi Obat Antihistamin dapat berpotensiasi dengan depresan SSP lainnya. Efek diperpanjang oleh MAOI, Penggunaan Paracetamol jangka panjang dapat berpotensi sebagai antikoagulan oral. Golongan Obat Obat Bebas Terbatas Produsen PT Dankos Farma 4. Neozep Forte Komposisi Phenylpropanolamin HCl 15 mg, Paracetamol 250 mg, Salicylamid 150 mg, Chlorpheniramin maleat 2 mg, Ascorbic Indikasi Dosis acid 25 mg Flu, rhinitis alergi Dewasa 1 tablet 3-4 kali sehari Anak > 6 tahun ½ dosis dewasa 37

39 Golongan Obat Obat Bebas Terbatas Produsen PT Medifarma Lab 5. Procold Tablet Komposisi Asetaminophen 500 mg, Pseudoephendrin HCl 30 mg, Chlorpheniramin maleat 2 mg Indikasi Meringankan gejala flu seperti demam, sakit kepala, hidung tersumbat, dan bersin-bersin Dosis Dewasa 1 kapl Anak ½ kapl. Diberikan 3 kali sehari Kontraindikasi Terapi MAOI, usia lanjut Efek Samping Gangguan GI, gangguan psikomotor, takikardia, kerusakan hati, palpitasi, retensi urin, mulut kering. Interaksi Obat Penggunaan bersama antidepresan tipe penghambat MAO dapat menyebabkan krisis hipertensi Golongan Obat Obat Bebas Terbatas Produsen PT Kalbe Farma 6. Bisolvon Flu syrup 60 ml 38

40 Komposisi Bromhexin HCl 4 mg, Paracetamol 150 mg, Chlorpheniramin Indikasi maleat 2 mg, Phenylephrin HCl 5 mg Meredakan gejala flu seperti demam, sakit kepala, hidung Dosis tersumbat, dan bersin-bersin yang disertai batuk. Dewasa dan anak > 12 tahun 10 ml, Anak 6-12 tahun 5 ml. Diberikan 3 kali sehari Kontraindikasi Gangguan fungsi hati, gangguan fungsi jantung, Diabetes Melitus. Efek samping Mengantuk, gangguan pencernaan, sakit kepala, insomnia, eksitasi, tremor, takikardia, aritmia, mulut kering, palpitasi, sulit berkemih. Reaksi alergi, termasuk ruam kulit, urtikaria, bronkospasme. Interaksi Obat MAOI, antibiotik (amoksisilin, sefuroksim, eritromisin, doksisiklin), CaCl2, kanamisin sulfat, noradrenalin, Na pentobarbital,meglumin adipidon, Anastesi lokal butakain Golongan Obat Obat Bebas Terbatas Produsen PT Boehringer Ingelheim 7. Panadol Cold & Flu Komposisi Paracetamol 500 mg, Pseudoephedrin HCl 30 mg, Indikasi Dextrometorphan HBr 15 mg. Meredakan gejala hidung tersumbat, batuk yang tidak berdahak, Dosis dan demam menyertai influenza Dewasa 1 kapl tiap 4-6 jam. Maks. 8 kapl/25jam. Tidak untuk anak <12 tahun. Kontraindikasi Peka terhadap obat simptomimetik lain, hipertensi berat dan gangguan fungsi hati, terapi bersama dengan MAOI. Efek samping Kadang-kadang takikardia, dispepsia, mual, kemerahan pada kulit, depresi pernafasan dan SSP, mengantuk, konstipasi, pusing. 39

41 Interaksi Obat Penggunaan bersamaan dengan depresan tipe MAOI dapat mengakibatkan krisis hipertensi Golongan Obat Obat Bebas Terbatas Produsen PT Glaxo Smith Kline 8. Woods Peppermint Antitussive sirup 50 ml Komposisi Dextrometorphan HBr 7,5 mg, Dipenhydramin HCl 12,5 mg Indikasi Batuk non produktif yang berhubungan dengan alergi Dosis Dewasa dan anak >12 tahun 10 ml 3 kali sehari, Anak 6-12 tahun 5 ml 3 kali sehari Kontraindikasi Hamil, laktasi, glaukoma, asma bronkial, gagal nafas. Efek samping Interaksi Obat Golongan Obat Produsen Jangan digunakan bersama MAOI Muntah, pusing, mengantuk, konstipasi Jangan digunakan bersama MAOI Obat Bebas PT Inasentra Unisatya 9. Triaminic Expectorant sirup 60 ml Komposisi Pseudoephedrin HCl 15 mg, Guaifenesin 50 mg Indikasi Meringankan batuk berdahak dan pilek Dosis Dewasa dan anak >12 tahun 2 sdt, Anak 6-12 tahun 1 sdt, 2-5 tahun ½ sdt. Diberikan 3 kali sehari 40

42 Kontraindikasi Gangguan jantung, diabetes melitus, digunakan bersama MAOI Efek samping Mual, muntah, berkeringat, sakit kepala, rasa haus, takikardia, nyeri prekordial, palpitasi, kesulitan miksi, kelemahan otot, tremor, gelisah, insomnia, mulut kering. Interaksi Obat Efek potensiasi terhadap simpatomimetik dan SSP depresan. Golongan Obat Obat Bebas Terbatas Produsen PT Bristol Myers Squibb 10. Ikadryl sirup Komposisi Dipenhydramin HCl 12,5 mg, Ammon Cl 125 mg, Na citrate 50 Indikasi mg, Mentol 1 mg Batuk yang berhubungan dengan selesma, flu dan iritasi pernafasan lain, bronkitis alergi. Dosis Dewasa dan anak 1-2 sdt setiap 4 jam. Kontraindikasi Neonatus atau bayi prematur, serangan asma akut Efek samping Gangguan GI, anoreksia atau peningkatan nafsu makan, penglihatan kabur, mulut kering, hipotensi, sakit kepala Interaksi Obat Dapat meningkatkan efek sedatif depresan SSP. Efek diperpanjang oleh MAOI Golongan Obat Obat Bebas Terbatas Produsen PT Ikapharmindo Putramas 11. Orphen 41

43 Komposisi Chlorpheniramin maleat Indikasi Hay fever, urtikaria, asma bronkial, rhinitis alergi dan reaksi Dosis alergi lain Dewasa 1 kapl 3-4 kali sehari, Anak 6-12 tahun ½ kapl 3-4 kali sehari, 2-6tahun ¼ kapl 3-4 kali sehari Kontraindikasi Infeksi saluran nafas bawah, bayi prematur atau baru lahir Efek samping Sedasi, gangguan GI, antimuskarinik, hipotensi, kelemahan otot, tinitus, euforia, sakit kepala, stimulasi SSP. Interaksi Obat Alkohol, SSP depresan, antikolinergik, MAOI Golongan Obat Obat Bebas Terbatas Produsen Solas 12. Allerin Komposisi Glyceryl Guaicolat 50 mg, Na sitrat 180 mg, Diphenhydramin Indikasi Dosis HCl 12,5 mg, Phenylprophanolamin HCl 12,5 mg, Alkohol 5% Batuk berdahak karena iritasi, alergi dan batuk spasmodik Dewasa 1½ -2 sdt 3-4 kali sehari, Anak 7-12 tahun 1-1½ sdt 34 kali sehari, 2-6tahun ½-1sdt 3-4 kali sehari, bayi ¼ - ½ sdt 3-4 kali sehari Kontraindikasi Hipertiroidisme, hipertensi, jangan dipakai bersama MAOI selama 2 minggu Efek samping Mengantuk, pusing, mulut kering, kejang epileptiform (dosis tinggi) 42

44 Interaksi Obat Meningkatkan efek depresan SSP lainnya, Masa kerja diperpanjang dengan MAOI. Golongan Obat Obat Bebas Terbatas Produsen PT Medifarma Lab 13. Afrin Komposisi Oxymetazoline HCl Indikasi Pengobatan hidung tersumbat, pengobatan dan pencegahan Dosis infeksi telinga tengah. Semprot hidung Dewasa dan anak > 6tahun 2-3 semprot 2 kali sehar, Tetes hidung 2-3 tetes 2 kali sehari Kontraindikasi Hipersensitiv, hipertiroidisme, hipertensi, penyakit jantung, anak < 6 tahun Efek samping Rasa terbakar pada hidung/tenggorokan, iritasi lokal, mual, sakit kepala, mukosa hidung kering. Kongesti nasal (penggunaan jangka lama)apnu dan kolaps tiba-tiba pada bayi Interaksi Obat MAOI, antihipertensi Golongan Obat Obat Bebas Terbatas Produsen PT Schering-Plough 14. Iliadin 43

45 Komposisi Oxymetazoline HCl Indikasi Rhinitis akut Dosis Tetes anak2-6tahun 2-3 tetes 2 kali sehari. Semprot Dewasa dan anak > 6 tahun 2-3 semprot 2 kali sehari ke dalam lubang hidung. Maksimal 3 hari. Kontraindikasi Inflamasi mukosa dan kulit vestibulum nasal dengan inkrustasi. Efek samping kadang-kadang rasa panas terbakar ringan, kekeringan pada mukosa hidung, bersin-bersin. Hidung seperti tersumbat (jarang). Golongan Obat Obat Bebas Terbatas Produsen PT. Merck 15. Benacol Komposisi Diphenhydramin HCl 12,5 mg, Ammon Cl 100 mg, K Indikasi Dosis Guaicolsulfonat 30 mg, Na sitrat 50 mg, menthol 1 mg Flu yang disertai gejala pilek, bersin dan batuk produktif Dewasa 1-2 sdt tiap 3-4 jam dan 2 sdt pada malam hari. Anak ½ - 1 sdt tiap 4 jam dan 1 sdt pada malam hari Kontraindikasi Bayi prematur atau neonatus, serangan asma akut. Efek samping Gangguan GI, anoreksia atau nafsu makan meningkat, mengantuk, penglihatan kabur, kesulitan miksi, mulut kering, dada terasa sesak, sakit kepala. 44

46 Interaksi Obat Meningkatkan efek sedatif depresan SSP, aksi diperpanjang oleh MAOI Golongan Obat Obat Bebas Terbatas Produsen PT Kalbe Farma 16. Contrex Tablet Komposisi Paracetamol Indikasi Dosis 500 mg, Pseudoephedrin HCl 30 mg, chlorpheniramin maleat 2 mg Meredakan gejala flu atau selesma (batuk pilek) Dewasa 1 tab Anak 6-12 tahun ½ tablet. Diberikan 3-4 kali sehari Kontraindikasi Hipertensi, hipertiroidisme, penyakit jantung, MAOI, nefropati Efek samping mengantuk, mulut kering, pusing Interaksi Obat Antihistamin dapat berpotensiasi dengan depresan SSP lainnya. Efek diperpanjang oleh MAOI, Penggunaan Paracetamol jangka panjang dapat berpotensi sebagai antikoagulan oral. Golongan Obat Obat Bebas Terbatas Produsen PT Supra Ferbindo 17. Anadex sirup 60 ml 45

47 Komposisi Paracetamol 120 mg, Dextrometorphan HBr 3,5 mg, Chlorpheniramin maleat 0,5 mg, Phenylpropanolamin HCl 3,5 mg Indikasi Flu, selesma, batuk, demam, dan nyeri Dosis Dewasa & Anak 6-12 tahun 2 sdt 3-4 kali sehari Kontraindikasi Hipertiroid, hipertensi, penyakit jantung koroner, MAOI, nefropati. Efek samping Mengantuk, pusing, mulut kering, serangan seperti epilepsi (dosis tinggi), ruam kulit. Interaksi Obat Antihistamin dapat berpotensiasi dengan depresan SSP lainnya. Efek diperpanjang oleh MAOI, Penggunaan Paracetamol jangka panjang dapat berpotensi sebagai antikoagulan oral. Golongan Obat Obat Bebas Terbatas Produsen PT Interbat 18. Farapon Komposisi Paracetamol 250 mg, Dextrometorphan HBr 15 mg, Chlorpheniramin maleat 1,5 mg, Phenylpropanolamin 12,5 mg, Indikasi etanzamid 250 mg. Meringankan gejala sakit kepala, nyeri otot, batuk, hidung Dosis tersumbat, alergi yang menyertai flu dan menurunkan demam. Dewasa 1 tablet Anak >6 tahun ½ tablet. Diberikan 3-4 kali sehari Kontraindikasi Hipertiroid, hipertensi, kerusakan hati Efek samping Mengantuk, hipertensi ringan. Interaksi Obat Antihistamin dapat berpotensiasi dengan depresan SSP lainnya. Efek diperpanjang oleh MAOI, Penggunaan Paracetamol jangka panjang dapat berpotensi sebagai antikoagulan oral. Golongan Obat Obat Bebas Terbatas 46

48 Produsen PT Fahrenheit 19. Febrinex Komposisi Paracetamol Indikasi Dosis 130 mg, Dextrometorphan HBr 15 mg, Dexchlorpheniramin maleat 1 mg, Thiocol 20 mg Demam dan gejala lain pada flu. Anak <2 tahun ½ sdt, 2-4 tahun 1 sdt, 4-7 tahun 2 sdt. Diberikan 3 kali sehari. Kontraindikasi Nefropati Efek samping Mengantuk, pusing, mulut kering, ruam kulit, reaksi hematologi, serangan seperti epilepsi (dosis besar). Interaksi Obat Antihistamin dapat berpotensiasi dengan depresan SSP lainnya. Efek diperpanjang oleh MAOI, Penggunaan Paracetamol jangka panjang dapat berpotensi sebagai antikoagulan oral. Golongan Obat Obat Bebas Terbatas Produsen PT Phapros Tbk Pengobatan dengan Obat-Obatan herbal a. Resep 1 Bahan 15 gram daun sambiloto, 30 gram temulawak (kupas, potong-potong), 30 gram meniran. Cara membuat Cuci bersih semua bahan, rebus dengan 800 cc air hingga tersisa 400 cc, lalu saring. Cara memakai Diminum 2 kali sehari. (Hembing W, 2008) b. Resep 2 47

49 Bahan 100 cc cuka beras (rice vinegar), 30 gram rimpang jahe, tumbuk. Ditambahkan gula merah secukupnya. Cara memakai Rebus semua bahan dengan 300 cc air hingga mendidih. Cara membuat Minum hangat-hangat. (Hembing W, 2008) c. Resep 3 (pemakaian luar) Bahan 60 gram daun patikan cina dan 10 lembar daun sirih. Cara Membuat Cuci bersih kedua bahan, lalu rebus dengan 600 cc air hingga mendidih. Cara Memakai Setelah dingin, gunakan untuk mencuci ruam kulit yang gatal karena alergi. (Hembing W, 2008) d. Resep 4 (pemakaian luar) Bahan 25 gram rimpang kunyit yang tua (kupas) dan 30 gram sambiloto segar. Cara Membuat Cuci kunyit dan sambiloto hingga bersih, haluskan. Cara Memakai Oleskan pada bagian kulit yang gatal karena alergi. (Hembing W, 2008) e. Resep 5 Bahan 3 batang serai, 2 ruas jahe merah, 7 biji cengkeh, 7 biji kapulaga, 1 batang kayu manis dan 1 sendok teh bubuk kayu secang. Cara membuat Jahe merah dan serai dicuci hingga benar-benar bersih lalu dimemarkan. Jahe merah dan serai tersebut direbus dalam gelas air. Setelah agak mendidih, biji cengkih, baju kapulaga, kayu manis, dan bubuk kayu secang dimasukkan ke dalam air rebusan, lalu dididihkan terus hingga air rebusan tersisa tiga gelas. Setelah dingin, air rebusan disaring dan dimasukkan ke dalam botol yang bersih. 48

50 Cara memakai Ramuan tersebut diminum tiga kali sehari sebanyak setengah gelas. Sebelum diminum bisa ditambahkan satu sendok makan madu murni ke dalamnya. (Redaksi Agromedia, 2008) f. Resep 6 Bahan Lima sendok makan air perasan jeruk panas, dua sendok teh minyak kayu putih, dan satu sendok makan air kapur sirih. Cara membuat Ketiga bahan diatas dicampurkan dan diaduk hingga benar-benar menjadi satu larutan. Cara memakai Ramuan ini digosokkan di bagian leher, dada, dan punggung. Dipakai dua kali sehari sampai gejala benar-benar mereda. (Redaksi Agromedia, 2008) g. Resep 7 Bahan Lima belas gram jahe, lima belas gram tausi, dan tiga batang daun bawang putih. Cara membuat Semua bahan dicuci bersih lalu direbus dengan 500 ml air hangat hingga tersisa sekitar 250 ml air, langsung disaring. Cara memakai Airnya diminum selagi hangat. Diminum 2 kali sehari secara teratur. (Redaksi Agromedia, 2008) Bahan Obat Tradisional untuk pengobatan Influenza dan Selesma a. Resep 1 Bahan 1 bagian bawang putih, 1 bagian bawang merah, 1 bagian jahe. Cara membuat Kupas, cuci, kemudian seduh bahan-bahan tersebut. Tutup selama 15 menit, sisihkan jahenya, makan bawang merah dan bawang putih, kemudian minum airnya. 49

51 (Yuliarti, 2008) b. Resep 2 Bahan Labu air 4 jari, daun bayam 25 gram, air jeruk nipis 1 sendok makan, dan air masak ½ cangkir. Cara membuat Cuci labu air dan bayam, lalu tumbuk halus dan remas-remas dengan air masak. Tambahkan jeruk nipis, lalu peras dan saring. Aturan pakai Ramuan ini diminum sekaligus, 2 kali sehari. (Herti dan Lusi, 2004) c. Resep 3 Bahan Jeruk nipis yang tua 1 buah dan madu murni 3 sendok makan. Cara Membuat Peras dan ambil air jeruk nipis, lalu tambahkan madu dan aduk rata. Cara Memakai Ramuan ini diminum 2 kali sehari, masing-masing 2 sendok makan. (Herti dan Lusi, 2004) d. Resep 4 Bahan 10 lembar daun sirih dan 25 gram kunyit (dipotong-potong). Cara Membuat Dicuci bersih, lalu direbus bahan-bahan tersebut dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc, disaring, ditambahkan madu atau gula batu. Cara Memakai Airnya diminum 2-3 kali, setiap kali minum cc. (Herti dan Lusi, 2004) e. Resep 5 Bahan Daun sambiloto kering dijadikan obat batuk, lalu ambil 1-2 gram bubuk tersebut dan diseduh dengan menggunakan air panas, kemudian tambahkan madu, diaduk dan diminum setelah hangat. Lakukan 3 kali sehari. 50

52 (Herti dan Lusi, 2004) f. Resep 6 Bahan pegagan segar. Cara Membuat Sambung nyawa segar dan 15 gram Cuci bahan tersebut sampai bersih, kemudian diblender dengan 150 cc air matang dan disaring. Cara memakai Bahan 10 gram jahe segar dan 1 siung Airnya diminum 2 kali sehari. g. Resep 7 bawang putih. Cara membuat Cuci bersih bahan tersebut, lalu dihaluskan, diseduh dengan menggunakan 200 cc air panas, tambahkan air perasan dari ½ buah jeruk lemon dan madu. Cara Memakai Diminum selagi hangat. Lakukan 3 kali sehari. (Herti dan Lusi, 2004) h. Resep 8 Bahan Lima sendok makan air perasan jeruk nipis, dua sendok teh minyak kayu putih, dan satu sendok makan air kapur sirih. Cara membuat Ketiga bahan di atas dicampurkan dan diaduk hingga benar-benar menjadi satu larutan. Cara memakai Ramuan ini digosokkan di bagian leher, dada, dan punggung. dipakai dua kali sehari sampai gejala benar-benar mereda. (Herti dan Lusi, 2004) i. Resep 9 Bahan Dua jari kulit kina, satu jari lempuyang wangi, tiga puluh butir biji pepaya, dua 51

53 sendok makan air jeruk nipis, dan tiga sendok makan madu. Cara membuat Kulit kina, lempuyang wangi, dan biji papaya dibersihkan lalu ditumbuk hingga halus. Hasil tumbukan tadi dimasukkan ke dalam satu cangkir air hangat serta ditambahkan air jeruk nipis dan madu.larutan bahan-bahan tadi disaring. Cara memakai Ramuan ini diminum tiga kali sehari dengan dosis setengah gelas untuk sekali minum. (Herti dan Lusi, 2004) j. Resep 10 Bahan Lima belas gram jahe, lima belas gram tausi, dan tiga batang daun bawang putih. Cara membuat Semua bahan dicuci bersih lalu direbus dengan 500 ml air hangat hingga tersisa sekitar 250 ml air, langsung disaring. Cara memakai Airnya diminum selagi hangat, diminum dua kali setiap hari secara teratur. (Herti dan Lusi, 2004) IV.1.2 Tanaman dan Kandungannya Daun Sambiloto Nama latin Andrographis paniculata Nees Kandungan Andrographolida mempunyai analgetik-antipiretik. efek Komponen antiinflamasi, aktifnya seperti ncoandrografolid, andrografolid, deoksiandrografolid dan 14-deoksi-11, 12-didehidroandrografolid berkhasiat antiradang dan antipiretik. 52

54 Rimpang Temulawak Nama latin Curcuma xanthorrhiza Roxb. Kandungan Alkaloid, flavonoid, fenolik, triterpennoid, glikosida tannin, saponin dan steroid. Minyak atsiri, kamfer, dan kurkumin. Rimpang Jahe Nama latin Zingiber officinale Rosc. Kandungan Gingerol sebagai antiinflamasi, untuk meredakan demam dan batuk. Daun Sirih Nama latin Piper betle L. Kandungan Alkaloid flavonoid, saponin, tanin dan minyak atsiri. Eugenol sebagai analgetik. 53

55 Rimpang Kunyit Nama latin Curcuma longa L. Kandungan Kunyit mengandung senyawa yang berkhasiat obat, kurkuminoid yang terdiri dari bisdesmetoksikurkmin, desmetoksikumin, kurkumin, dan zat- zat bermanfaat lainnya seperti minyak atsiri yang terdiri dari keton, sesquiterpen, turmeron, tumeon, borneol, felandren, sabinen, zingiberen, dan sineil. Kunyit juga mengandung lemak, karbohidrat, protein, pati, vitamin C, serta garam-garam mineral, yaitu zat besi, fosfor, dan kalsium. Umbi Bawang Putih Nama latin Allium sativum Kandungan Minyak atsiri, saponon, flovonoid, polifenol, kalium, kaltivine, dan diallysulfide. Kandungan sulfur yang terkandung dalam bawang putih dapat meningkatkan dan mempercepat kegiatan 54

56 membran mukosa di saluran pernafasan, yang mampu melegakan hidung tersumbat dan mengeluarkan lendir. Daun Patikan Cina Nama latin Euphorbia thymifolia Linn. Kandungan Saponin, fasin, euforbin, quersetrin, glukosida apigenin, tarakserol, tirukalol, tanin. Cengkeh Nama latin Syzygium aromaticum L. Kandungan Minyak asiri 16-20%, eugenol 80-82%, asetil eugenol, kariofilen, furfural, metal-amilketon, vanillin, kariofilen, tannin, gom, serat, air, asam galatanat, dan kalsium oksalat. Kulit Batang Kayu Manis Nama latin Cinnamomum cassia Presl. 55

57 Kandungan Cinnamic aldehyde, cinnamyl acetate, cinnzeylanol, cinnzeylanine, phenylprophyl acetate, tannin, saffrol. Batang Serai Nama latin Cymbopogon citratus DC. Kandungan Minyak asiri, seperti geraniol, citronnelal, eugenolmetil eter, sitral, dipenten, eugenol, kadinen, kadinol dan lemonen. Kapulaga Nama latin Amomum compactum Kandungan Kapulaga mengandung minyak atsiri, sineol, terpineol, borneol, protein, gula, lemak, silikat, betakamfer, sebinena, mirkena, mirtenal, karvona, terpinil asetat, dan kersik. Dari kandungan tersebut kapulaga memiliki khasiat ekspektoran dan antibatuk. Umbi Bawang Merah 56

58 Nama latin Allium cepa L. Kandungan Flavonglikosida dan sulfur. Minyak esensial pada bawang merah dapat mengobati batuk dan influenza. Buah Labu Air Nama latin Lagenaria siceraria Kandungan Saponin, polifenol, kalsium, zat besi, dan vitamin C. Buah Jeruk Nipis Nama latin Citrus aurantifolia 57

59 Kandungan Asam sitrat, asam amino (triptofan, lisin), minyak atsiri (sitral, limonen, felandren, lemon kamfer, kadinen, gerani-lasetat, linali-lasetat, aktilaldehid, nonildehid), damar, glikosida, asam sitrun, lemak, kalsium, fosfor, besi, belerang vitamin B1 dan C. Jeruk nipis juga mengandung senyawa saponin dan flavonoid yaitu hesperidin (hesperetin naringin, eriocitrin, 7-rutinosida), eriocitrocide. tangeretin, Hesperidin bermanfaat untuk antiinflamasi, antioksidan, dan menghambat sintesis prostaglandin. Daun Sambung Nyawa Nama latin Gynura procumbens (Lour.) Merr. Kandungan Flavonoid, tanin, saponin, steroid, triterpenoid, asam klorogenat, asam kafeat, asam vanilat, asam para kumarat, asam p-hidroksi benzoat, asparaginase, sterol, triterpen, senyawa fenolik, polifenol, dan minyak atsiri. IV.1.3 Sediaan Obat Tradisional yang Beredar di Pasaran Ace Max 58

60 Indikasi Mengobati rinitis alergi Komposisi 35% Garcinia manggis), 35% mangostana Annona (kulit buah muricata (daun sirsak), 20% Malus domestica (buah apel) dan 10% Mel departum (madu). Aturan pakai 1-2 kali sehari Produsen PT. H2O Internasional Jamu Batuk Indikasi Mengobati penyakit batuk yang disebabkan oleh influenza, pilek, masuk angin dan lainnya. Komposisi Patikan Kebo 10% (Hirtae Herba), kencur 15% (Kaempferiae Rhizoma), jahe 12% (Zingiberis Rhizoma), kunyit 20% (Curcumae domesticae Rhizoma), buah kapulogo 5% (Amomi Fructus), adas manis 13% (Anisi Fructus), kayu manis 10% (Glycyrrhizae Radix). Aturan pakai Diminum 2 kali 1 bungkus. Produsen 59

61 Air Mancur Jamu Selesma Indikasi Mengobati demam selesma dengan gejala-gejala seperti badan merasa panas dingin/demam, batuk, pilek, meriang, linu pada persendian, mual, hidung pengar, tenggorokan kering. Komposisi Daun sembung 10% (Blumeae Folium), pegagan 10% (Centellae Herba), buah mungsi 15% (Coptici Fructus), temulawak 15% (Curcumae Rhizoma), kencur 15% (Kaempferiae Rhizoma), dan jahe 15% (Zingiberis Rhizoma). Aturan pakai Diminum setiap hari 2 1 bungkus.bila perlu diminum 3 kali 1 bungkus. Produsen Air Mancur Jamu Pilek Indikasi 60

62 Mengobati pilek dengan gejala-gejala sukar bernafas, hidung tersumbat, keluar ingus disertai bersin/batuk terus menerus dan sakit kepala. Komposisi Buah kapulogo 15% (Amomi Fructus), buah ketumbar 10% (Coriandri Fructus), lada hitam 10% (Piperis nigri Fructus), cabe jawa 15% (Retrofracti Fructus), lengkuas 15% (Languatis Rhizoma), jahe 15% (Zingiberis Rhizoma). Aturan Pakai Diminum setiap hari 2 1 bungkus. Produsen Air Mancur Jamu Sekalor Indikasi Mengobati sakit kepala karena flu, kurang tidur, masuk angin, gangguan pada pencernaan, dan ketegangan urat syaraf. Komposisi Daun sangketan 10% (Achyranthi Folium), temulawak 20% (Curcumae Rhizoma), jahe 15% (Zingiberis Rhizoma), lempuyang Wangi 15% (Zingiberis aromaticae Rhizoma), bengle 10% (Zingiberis purpurei Rhizoma), kulit kina 10% (Cinchonae Cortex). Aturan Pakai 61

63 Diminum setiap hari 2 1 bungkus. Produsen Air Mancur Tolak Angin Indikasi Mengobati masuk angin karena kehujanan, kurang tidur, atau terlalu lelah. Gejala-gejalanya seperti mual, perut kembung/sakit (mules), pusing, lesu, demam, pilek, badan terasa dingin, mata berair. Komposisi 30% bahan yang terdiri dari Amoni Fructus (kapulaga), Foeniculli Fructus (Adas), Isorae Fructus (kayu ules), Myristicae Semen (pala), Burmanni Cortex (kayu manis), Centellae Herba (pegagan), Caryophylli Folium (cengkeh), Parkiae Semen (kedawung), Oryza sativa (beras), Menthae arvensitis Herba (poko), Usneae thallus (kayu angin), Zingiberis Rhizoma (jahe), Panax Radix extract, 70% Mel Depuratum (Madu) serta bahan-bahan lain. Aturan Pakai 2 x sehari 1 bungkus Produsen PT Sidomuncul 62

64 Madu Batuk Indikasi Meningkatkan stamina dan meredakan batuk, flu serta melegakan hidung tersumbat. Komposisi 70% Mel Depuratum (madu), 25% Nigella sativa Linn (jintan hitam), 5% Mentha piperita (daun mint). Aturan Pakai Diminum 3 x 1 sendok teh sehari dan dianjurkan diminum sebelum makan. Produsen PT El Iman Jamu Batuk Flu Indikasi Mengobati batuk dan flu serta membantu meningkatkan kekebalan tubuh. Komposisi 300 mg kencur (Kampheria galanga rhizoma), 200 mg temulawak (Curcuma xanthoriza), 200 mg kapulaga (Ammomuncardamomum), 100 mg jahe merah (Zingiber officinale), dan 100 mg pegagan (Centella asiatica). Aturan pakai Diminum 3x 2 kapsul perhari. 63

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Influenza (flu) adalah penyakit pernapasan menular yang disebabkan oleh virus influenza yang dapat menyebabkan penyakit ringan sampai penyakit berat (Abelson, 2009).

Lebih terperinci

By: Kelompok 2 Amelia Leona Ayu Afriza Cindy Cesara Dety Wahyuni Fitri Wahyuni Ida Khairani Johan Ricky Marpaung Silvia Syafrina Ibrahim

By: Kelompok 2 Amelia Leona Ayu Afriza Cindy Cesara Dety Wahyuni Fitri Wahyuni Ida Khairani Johan Ricky Marpaung Silvia Syafrina Ibrahim By: Kelompok 2 Amelia Leona Ayu Afriza Cindy Cesara Dety Wahyuni Fitri Wahyuni Ida Khairani Johan Ricky Marpaung Silvia Syafrina Ibrahim Flu adalah suatu infeksi saluran pernapasan atas. Orang dengan daya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah. mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan pada mukosa hidung

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah. mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan pada mukosa hidung BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Rhinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 386/MEN.KES/SK/IV/1994, untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 386/MEN.KES/SK/IV/1994, untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. IKLAN OBAT Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 386/MEN.KES/SK/IV/1994, untuk melindungi masyarakat akibat dari promosi iklan yang bisa mempengaruhi tindakan pengobatan khususnya

Lebih terperinci

DEFENISI. Merupakan suatu gejala yang menunjukkan adanya gangguangangguan. peradangan, infeksi dan kejang otot.

DEFENISI. Merupakan suatu gejala yang menunjukkan adanya gangguangangguan. peradangan, infeksi dan kejang otot. KELOMPOK IV: Aslida Satiamirna Ernita Eunike V Fatimah Parinduri Happy Monda Lia Realita Mery Zuana Anggreyni Rusman Edi Sri Kurniawati Syaipul Alamsyah Yasmina Ginting Yunita Katarina S NYERI DEFENISI

Lebih terperinci

Maria Ulfa Pjt Maria Lalo Reina Fahwid S Riza Kurnia Sari Sri Reny Hartati Yetti Vinolia R

Maria Ulfa Pjt Maria Lalo Reina Fahwid S Riza Kurnia Sari Sri Reny Hartati Yetti Vinolia R BATUK Butet Elita Thresia Dewi Susanti Fadly Azhar Fahma Sari Herbert Regianto Layani Fransisca Maria Ulfa Pjt Maria Lalo Reina Fahwid S Riza Kurnia Sari Sri Reny Hartati Yetti Vinolia R BATUK Batuk adalah

Lebih terperinci

Famili : Picornaviridae Genus : Rhinovirus Spesies: Human Rhinovirus A Human Rhinovirus B

Famili : Picornaviridae Genus : Rhinovirus Spesies: Human Rhinovirus A Human Rhinovirus B RHINOVIRUS: Bila Anda sedang pilek, boleh jadi Rhinovirus penyebabnya. Rhinovirus (RV) menjadi penyebab utama dari terjadinya kasus-kasus flu (common cold) dengan presentase 30-40%. Rhinovirus merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Swamedikasi menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan keterjangkauan pengobatan. Pada pelaksanaannya swamedikasi dapat menjadi sumber terjadinya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 1. Rinitis alergi musiman (seasonal, hay fever, polinosis) 2. Rinitis alergi sepanjang tahun (perenial)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 1. Rinitis alergi musiman (seasonal, hay fever, polinosis) 2. Rinitis alergi sepanjang tahun (perenial) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian rinitis alergi Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Rinitis Alergi adalah peradangan mukosa saluran hidung yang disebabkan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Rinitis Alergi adalah peradangan mukosa saluran hidung yang disebabkan BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rinitis Alergi Rinitis Alergi adalah peradangan mukosa saluran hidung yang disebabkan alergi terhadap partikel, antara lain: tungau debu rumah, asap, serbuk / tepung sari yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Asma Dari waktu ke waktu, definisi asma mengalami perubahan beberapa kali karena perkembangan dari ilmu pengetahuan beserta pemahaman mengenai patologi, patofisiologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Immunitas Niken Andalasari Sistem Imunitas Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (Notoatmodjo,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (Notoatmodjo, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (Notoatmodjo,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diperantarai oleh lg E. Rinitis alergi dapat terjadi karena sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. diperantarai oleh lg E. Rinitis alergi dapat terjadi karena sistem BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Definisi Rinitis Alergi (RA) menurut ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) merupakan reaksi inflamasi pada mukosa hidung akibat reaksi hipersensitivitas

Lebih terperinci

NONSTEROIDAL ANTI-INFLAMMATORY DRUGS (NSAID S)

NONSTEROIDAL ANTI-INFLAMMATORY DRUGS (NSAID S) NONSTEROIDAL ANTI-INFLAMMATORY DRUGS (NSAID S) RESPON INFLAMASI (RADANG) Radang pada umumnya dibagi menjadi 3 bagian Peradangan akut, merupakan respon awal suatu proses kerusakan jaringan. Respon imun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu formula yang diberikan kepada bayi sebagai pengganti ASI, kerap kali memberikan efek samping yang mengganggu kesehatan bayi seperti alergi. Susu formula secara

Lebih terperinci

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda

Lebih terperinci

Mengapa disebut sebagai flu babi?

Mengapa disebut sebagai flu babi? Flu H1N1 Apa itu flu H1N1 (Flu babi)? Flu H1N1 (seringkali disebut dengan flu babi) merupakan virus influenza baru yang menyebabkan sakit pada manusia. Virus ini menyebar dari orang ke orang, diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Para orang tua menjadi khawatir ketika anak menderita sakit. Ibu. ketika anak terserang penyakit (Widodo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Para orang tua menjadi khawatir ketika anak menderita sakit. Ibu. ketika anak terserang penyakit (Widodo, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Para orang tua menjadi khawatir ketika anak menderita sakit. Ibu merupakan peran penting dalam menjaga kesehatan anak. Tidak bisa dipungkiri anak anak mudah sakit.

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Secara klinis, rinitis alergi didefinisikan sebagai kelainan simtomatis pada hidung yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Secara klinis, rinitis alergi didefinisikan sebagai kelainan simtomatis pada hidung yang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rinitis alergi 2.1.1. Definisi Secara klinis, rinitis alergi didefinisikan sebagai kelainan simtomatis pada hidung yang diinduksi oleh inflamasi yang diperantarai IgE (Ig-E

Lebih terperinci

Jika ciprofloxacin tidak sesuai, Anda akan harus minum antibiotik lain untuk menghapuskan kuman meningokokus.

Jika ciprofloxacin tidak sesuai, Anda akan harus minum antibiotik lain untuk menghapuskan kuman meningokokus. CIPROFLOXACIN: suatu antibiotik bagi kontak dari penderita infeksi meningokokus Ciprofloxacin merupakan suatu antibiotik yang adakalanya diberikan kepada orang yang berada dalam kontak dekat dengan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rhinitis berasal dari dua kata bahasa Greek rhin rhino yang berarti hidung dan itis yang berarti radang. Demikian rhinitis berarti radang hidung atau tepatnya radang

Lebih terperinci

Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan. Sistem Imunitas

Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan. Sistem Imunitas Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Immunitas Niken Andalasari Sistem Imunitas Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh adalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel serta

Lebih terperinci

DEFINISI BRONKITIS. suatu proses inflamasi pada pipa. bronkus

DEFINISI BRONKITIS. suatu proses inflamasi pada pipa. bronkus PENDAHULUAN Survei Kesehatan Rumah Tangga Dep.Kes RI (SKRT 1986,1992 dan 1995) secara konsisten memperlihatkan kelompok penyakit pernapasan yaitu pneumonia, tuberkulosis dan bronkitis, asma dan emfisema

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DASAR. Dr. Ariyati Yosi,

PENGETAHUAN DASAR. Dr. Ariyati Yosi, PENGETAHUAN DASAR IMUNOLOGI KULIT Dr. Ariyati Yosi, SpKK PENDAHULUAN Kulit: end organ banyak kelainan yang diperantarai oleh proses imun kulit berperan secara aktif sel-sel imun (limfoid dan sel langerhans)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia secara geografis merupakan negara tropis yang kaya akan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan. Seiring perkembangan dunia kesehatan, tumbuhan merupakan alternatif

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. hidung akibat reaksi hipersensitifitas tipe I yang diperantarai IgE yang ditandai

BAB 1. PENDAHULUAN. hidung akibat reaksi hipersensitifitas tipe I yang diperantarai IgE yang ditandai 1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Rinitis alergi (RA) adalah manifestasi penyakit alergi pada membran mukosa hidung akibat reaksi hipersensitifitas tipe I yang diperantarai IgE yang ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1. Atopi, atopic march dan imunoglobulin E pada penyakit alergi

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1. Atopi, atopic march dan imunoglobulin E pada penyakit alergi BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Atopi, atopic march dan imunoglobulin E pada penyakit alergi Istilah atopi berasal dari bahasa Yunani yaitu atopos yang berarti out of place atau di luar dari tempatnya, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Swamedikasi 1. Definisi Swamedikasi Pelayanan sendiri didefinisikan sebagai suatu sumber kesehatan masyarakat yang utama di dalam sistem pelayanan kesehatan. Termasuk di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi (RA) adalah penyakit yang sering dijumpai. Gejala utamanya

BAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi (RA) adalah penyakit yang sering dijumpai. Gejala utamanya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Rinitis alergi (RA) adalah penyakit yang sering dijumpai. Gejala utamanya adalah bersin, hidung beringus (rhinorrhea), dan hidung tersumbat. 1 Dapat juga disertai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 persentase jumlah penduduk berdasarkan usia di pulau Jawa paling banyak adalah

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGOBATAN PADA PENDERITA ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT) DI PUSKESMAS TRUCUK 1 KLATEN TAHUN 2010

GAMBARAN PENGOBATAN PADA PENDERITA ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT) DI PUSKESMAS TRUCUK 1 KLATEN TAHUN 2010 GAMBARAN PENGOBATAN PADA PENDERITA ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT) DI PUSKESMAS TRUCUK 1 KLATEN TAHUN 2010 Roy Yani Dewi Hapsari, Sunyoto, Farida Rahmawati INTISARI Infeksi Saluran Pernafasan Akut

Lebih terperinci

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Mekanisme Pertahanan Tubuh Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Rinitis alergi adalah gangguan fungsi hidung akibat inflamasi mukosa hidung yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Rinitis alergi adalah gangguan fungsi hidung akibat inflamasi mukosa hidung yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rinitis alergi adalah gangguan fungsi hidung akibat inflamasi mukosa hidung yang diperantarai IgE yang terjadi setelah mukosa hidung terpapar alergen. 1,2,3 Penyakit

Lebih terperinci

MACAM-MACAM PENYAKIT. Nama : Ardian Nugraheni ( C) Nifariani ( C)

MACAM-MACAM PENYAKIT. Nama : Ardian Nugraheni ( C) Nifariani ( C) Nama : Ardian Nugraheni (23111307C) Nifariani (23111311C) MACAM-MACAM PENYAKIT A. Penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) 1) Pengertian Terjadinya penyakit demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat saat ini sudah tidak pasif lagi dalam menanggapi situasi sakit maupun gangguan ringan kesehatannya. Mereka sudah tidak lagi segan minum obat pilihan

Lebih terperinci

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI rina_susilowati@ugm.ac.id Apakah imunologi itu? Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun dipunyai oleh berbagai organisme, namun pada tulisan ini sistem

Lebih terperinci

Kaviti hidung membuka di anterior melalui lubang hidung. Posterior, kaviti ini berhubung dengan farinks melalui pembukaan hidung internal.

Kaviti hidung membuka di anterior melalui lubang hidung. Posterior, kaviti ini berhubung dengan farinks melalui pembukaan hidung internal. HIDUNG Hidung adalah indera yang kita gunakan untuk mengenali lingkungan sekitar atau sesuatu dari aroma yang dihasilkan. Kita mampu dengan mudah mengenali makanan yang sudah busuk dengan yang masih segar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji tantang virus AI H5N1 pada dosis 10 4.0 EID 50 /0,1 ml per ekor secara intranasal menunjukkan bahwa virus ini menyebabkan mortalitas pada ayam sebagai hewan coba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemakaian obat banyak sekali yang digunakan untuk mengobati berbagai penyakit. Pengertian obat itu sendiri merupakan bahan yang hanya dengan takaran tertentu

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Atopi berasal dari bahasa Yunani yaitu atopos, yang memiliki arti tidak pada

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Atopi berasal dari bahasa Yunani yaitu atopos, yang memiliki arti tidak pada 4 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Atopi dan uji tusuk kulit Atopi berasal dari bahasa Yunani yaitu atopos, yang memiliki arti tidak pada tempatnya dan sering digunakan untuk menggambarkan penyakit yang diperantarai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh reaksi alergi pada penderita yang sebelumnya sudah tersensitisasi

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh reaksi alergi pada penderita yang sebelumnya sudah tersensitisasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rinitis Alergi (RA) merupakan salah satu penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada penderita yang sebelumnya sudah tersensitisasi alergen yang sama

Lebih terperinci

DAYA TAHAN TUBUH & IMMUNOLOGI

DAYA TAHAN TUBUH & IMMUNOLOGI DAYA TAHAN TUBUH & IMMUNOLOGI Daya Tahan tubuh Adalah Kemampuan tubuh untuk melawan bibit penyakit agar terhindar dari penyakit 2 Jenis Daya Tahan Tubuh : 1. Daya tahan tubuh spesifik atau Immunitas 2.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rinitis alergi (RA) merupakan rinitis kronik non infeksius yang paling

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rinitis alergi (RA) merupakan rinitis kronik non infeksius yang paling 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rinitis Alergi 2.1.1 Definisi dan klasifikasi Rinitis alergi (RA) merupakan rinitis kronik non infeksius yang paling umum dijumpai. RA didefinisikan sebagai suatu penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang disebabkan oleh virus (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap tahunnya ± 40 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sakit merupakan gangguan psikososial yang dirasakan seseorang, berbeda dengan penyakit yang menyerang langsung pada organ tubuh berdasarkan diagnosis yang

Lebih terperinci

FARMAKOTERAPI ASMA. H M. Bakhriansyah Bagian Farmakologi FK UNLAM

FARMAKOTERAPI ASMA. H M. Bakhriansyah Bagian Farmakologi FK UNLAM FARMAKOTERAPI ASMA H M. Bakhriansyah Bagian Farmakologi FK UNLAM Pendahuluan Etiologi: asma ekstrinsik diinduksi alergi asma intrinsik Patofisiologi: Bronkokontriksi akut Hipersekresi mukus yang tebal

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PATOGENESIS REAKSI INFLAMASI ALERGI. Rinitis alergi merupakan penyakit inflamasi mukosa hidung yang didasari

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PATOGENESIS REAKSI INFLAMASI ALERGI. Rinitis alergi merupakan penyakit inflamasi mukosa hidung yang didasari 6 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PATOGENESIS REAKSI INFLAMASI ALERGI Rinitis alergi merupakan penyakit inflamasi mukosa hidung yang didasari oleh reaksi hipersensitifitas yang diperantarai IgE, 1,2,3 yang

Lebih terperinci

Gejala Penyakit CAMPAK Hari 1-3 : Demam tinggi. Mata merah dan sakit bila kena cahaya. Anak batuk pilek Mungkin dengan muntah atau diare.

Gejala Penyakit CAMPAK Hari 1-3 : Demam tinggi. Mata merah dan sakit bila kena cahaya. Anak batuk pilek Mungkin dengan muntah atau diare. PENYAKIT CAMPAK Apakah setiap bintik-bintik merah yang muncul di seluruh tubuh pada anak balita merupakan campak? Banyak para orangtua salah mengira gejala campak. Salah perkiraan ini tak jarang menimbulkan

Lebih terperinci

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN KABUPATEN TELUK WONDAMA

DINAS KESEHATAN KABUPATEN TELUK WONDAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TELUK WONDAMA INFO OBAT Paracetamol 500 mg Parasetamol adalah derivat p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik / analgesik. Sifat antipiretik disebabkan oleh gugus aminobenzen

Lebih terperinci

Asuhan Keperawatan Anak Preschool dengan ISPA A. Definisi Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri,

Lebih terperinci

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio Pengertian Polio Polio atau poliomyelitis adalah penyakit virus yang sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf. Pada kondisi penyakit yang bertambah parah, bisa menyebabkan kesulitan 1 / 5 bernapas,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma 3 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma tajam, tumpul, panas ataupun dingin. Luka merupakan suatu keadaan patologis yang dapat menganggu

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Telaah Pustaka 2.1.1. ISPA a. Definisi ISPA adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang berkisar

Lebih terperinci

Virus herpes merupakan virus ADN dengan rantai ganda yang kemudian disalin menjadi marn.

Virus herpes merupakan virus ADN dengan rantai ganda yang kemudian disalin menjadi marn. Contoh-contoh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) Termasuk salah satu retrovirus yang secara khusus menyerang sel darah putih (sel T). Retrovirus adalah virus ARN hewan yang mempunyai tahap ADN. Virus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Swamedikasi atau self medication adalah penggunaan obat-obatan tanpa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Swamedikasi atau self medication adalah penggunaan obat-obatan tanpa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Swamedikasi (Pengobatan Sendiri). Swamedikasi atau self medication adalah penggunaan obat-obatan tanpa resep oleh seseorang atas inisiatifnya sendiri (FIP, 1999). Dasar hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asma merupakan keadaan sakit sesak nafas karena terjadinya aktivitas berlebih terhadap rangsangan tertentu sehingga menyebabkan peradangan dan penyempitan pada saluran

Lebih terperinci

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru 1.1 Pengertian Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis

Lebih terperinci

OTC (OVER THE COUNTER DRUGS)

OTC (OVER THE COUNTER DRUGS) OTC (OVER THE COUNTER DRUGS) Obat adalah bahan atau panduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,

Lebih terperinci

Obat. Written by bhumi Thursday, 15 March :26 -

Obat. Written by bhumi Thursday, 15 March :26 - Dalam keseharian hidup kita, kita sangat dekat dengan obat-obatan, apakah karena suatu sakit menahun yang diderita atau yang membantu meringankan rasa sakit saat kita sedang dalam keadaan tidak fit. Tidak

Lebih terperinci

Mengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1

Mengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1 Mengapa Kita Batuk? Batuk adalah refleks fisiologis. Artinya, ini adalah refleks yang normal. Sebenarnya batuk ini berfungsi untuk membersihkan tenggorokan dan saluran napas. Atau dengan kata lain refleks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alergi merupakan suatu keadaan hipersensitivitas terhadap kontak atau pajanan zat asing (alergen) tertentu dengan akibat timbulnya gejala-gejala klinis, yang mana

Lebih terperinci

Waspada Keracunan Phenylpropanolamin (PPA)

Waspada Keracunan Phenylpropanolamin (PPA) Waspada Keracunan Phenylpropanolamin (PPA) Penyakit flu umumnya dapat sembuh dengan sendirinya jika kita cukup istirahat, makan teratur, dan banyak mengkonsumsi sayur serta buah-buahan. Namun demikian,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI SAMPUL DEPAN LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR SINGKATAN DAFTAR LAMPIRAN ABSTRAK

DAFTAR ISI SAMPUL DEPAN LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR SINGKATAN DAFTAR LAMPIRAN ABSTRAK DAFTAR ISI SAMPUL DEPAN LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR SINGKATAN DAFTAR LAMPIRAN ABSTRAK ABSTRACT i ii iii iv vii ix xi xii xiv xv xvi BAB

Lebih terperinci

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru Exit Hidung Faring Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia Laring Trakea Bronkus Bronkiolus Alveolus Paru-paru Hidung Hidung berfungsi sebagai alat pernapasan dan indra pembau. Pada hidung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak

BAB I PENDAHULUAN. siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kelainan siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak terkendali (pembelahan sel melebihi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa prevalensi alergi terus meningkat mencapai 30-40% populasi

BAB I PENDAHULUAN. bahwa prevalensi alergi terus meningkat mencapai 30-40% populasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Allergy Organization (WAO) tahun 2011 mengemukakan bahwa prevalensi alergi terus meningkat mencapai 30-40% populasi dunia. 1 World Health Organization (WHO) memperkirakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di apotek Mega Farma Kota Gorontalo pada tanggal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di apotek Mega Farma Kota Gorontalo pada tanggal 4.1 Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan di apotek Mega Farma Kota Gorontalo pada tanggal 30 Mei-29 Juni tahun 2013. Dengan menggunakan tehnik accidental sampling,

Lebih terperinci

St.Aniah Hardiyanti Sitti Hajar Irmawati Sri Rezeki Amalia Suci Febriyani Suparmin Romi Tuti Ernawati Ulmi fajri Vera Febrianti Yanti Sari Syam

St.Aniah Hardiyanti Sitti Hajar Irmawati Sri Rezeki Amalia Suci Febriyani Suparmin Romi Tuti Ernawati Ulmi fajri Vera Febrianti Yanti Sari Syam MAKALAH FARMAKOLOGI OBAT-OBAT MUKOLITIK KELOMPOK IV St.Aniah Hardiyanti Sitti Hajar Irmawati Sri Rezeki Amalia Suci Febriyani Suparmin Romi Tuti Ernawati Ulmi fajri Vera Febrianti Yanti Sari Syam POLITEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit alergi sebagai reaksi hipersensitivitas tipe I klasik dapat terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit alergi sebagai reaksi hipersensitivitas tipe I klasik dapat terjadi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit alergi sebagai reaksi hipersensitivitas tipe I klasik dapat terjadi pada individu dengan kecenderungan alergi setelah adanya paparan ulang antigen atau alergen

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN RINOSINUSITIS PADA PENDERITA RINITIS ALERGI LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN RINOSINUSITIS PADA PENDERITA RINITIS ALERGI LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN RINOSINUSITIS PADA PENDERITA RINITIS ALERGI LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian hasil Karya Tulis Ilmiah mahasiswa program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatitis alergika adalah suatu peradangan pada kulit yang didasari oleh reaksi alergi/reaksi hipersensitivitas tipe I. Penyakit yang berkaitan dengan reaksi hipersensitivitas

Lebih terperinci

BATUK. Ebta Narasukma Anggraeny. etha's doc 1

BATUK. Ebta Narasukma Anggraeny. etha's doc 1 BATUK Ebta Narasukma Anggraeny etha's doc 1 Pengertian Batuk? Sakit? Sehat? Fungsi Batuk : Mengeluarkan dan membersihkan saluran pernapasan dari dahak, zat perangsang dan unsur infeksi, maka batuk sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asma merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di berbagai negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011). Asma merupakan penyakit inflamasi

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 25 BAB 5 HASIL PENELITIAN Preparat jaringan yang telah dibuat, diamati dibawah mikroskop multinokuler dengan perbesaran 4x dan 10x. Semua preparat dapat dibaca berdasarkan tolok ukur skor tingkat peradangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, yang disebabkan oleh agen infeksius yang dapat menimbulkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu, tetapi juga oleh komunitas atau kelompok, bahkan oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu, tetapi juga oleh komunitas atau kelompok, bahkan oleh masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua pihak, tidak hanya oleh individu, tetapi juga oleh komunitas atau kelompok, bahkan oleh masyarakat. Menurut UU

Lebih terperinci

TETAP SEHAT! PANDUAN UNTUK PASIEN DAN KELUARGA

TETAP SEHAT! PANDUAN UNTUK PASIEN DAN KELUARGA IMUNODEFISIENSI PRIMER TETAP SEHAT! PANDUAN UNTUK PASIEN DAN KELUARGA TETAP SEHAT! PANDUAN UNTUK PASIEN DAN KELUARGA 1 IMUNODEFISIENSI PRIMER Imunodefisiensi primer Tetap sehat! Panduan untuk pasien dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 50 Desa Lenek Kec. Aikmel

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 50 Desa Lenek Kec. Aikmel PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 0 Desa Lenek Kec. Aikmel EVALUASI LAYANAN KLINIS PUSKESMAS LENEK 06 GASTROENTERITIS AKUT. Konsistensi

Lebih terperinci

Asma sering diartikan sebagai alergi, idiopatik, nonalergi atau gabungan.

Asma sering diartikan sebagai alergi, idiopatik, nonalergi atau gabungan. A S M A DEFINISI Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermitten, reversibel dimana trakea dan bronki berespons dalam secara hiperaktif terhadap stimulun tertentu. Asma dimanifestasikan dengan

Lebih terperinci

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII SISTEM IMUN Pengantar Biopsikologi KUL VII SISTEM KEKEBALAN TUBUH Imunologi : Ilmu yang mempelajari cara tubuh melindungi diri dari gangguan fisik, kimiawi, dan biologis. . SISTEM IMUN INNATE : Respon

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 0 BAB 5 HASIL PENELITIAN Berdasarkan pengamatan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 4x dan 10x terhadap 60 preparat, terlihat adanya peradangan yang diakibatkan aplikasi H 2 O 2 10%, serta perubahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penurunan jumlah ookista dalam feses merupakan salah satu indikator bahwa zat yang diberikan dapat berfungsi sebagai koksidiostat. Rataan jumlah ookista pada feses ayam berdasarkan

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT REGULER

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT REGULER LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT REGULER Waspadai Penyakit Infeksi Pada Musim Kemarau Oleh : Dra.LilisSuryani.,M.Kes (NIK: 173013/NIDN 0510026801) FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI 1 BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI TUGAS I Disusun untuk memenuhi tugas praktikum brosing artikel dari internet HaloSehat.com Editor SHOBIBA TURROHMAH NIM: G0C015075 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS

Lebih terperinci

Oleh : Roestiniadi Djoko Soemantri,dr, SpTHT- KL DEPT/SMF ILMU KESEHATAN THT - KL FK. UNAIR / RSUD Dr. Soetomo SURABAYA

Oleh : Roestiniadi Djoko Soemantri,dr, SpTHT- KL DEPT/SMF ILMU KESEHATAN THT - KL FK. UNAIR / RSUD Dr. Soetomo SURABAYA Oleh : Roestiniadi Djoko Soemantri,dr, SpTHT- KL DEPT/SMF ILMU KESEHATAN THT - KL FK. UNAIR / RSUD Dr. Soetomo SURABAYA PILEK ALERGI,... Si pengganggu yang sering diabaikan? * Seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatitis alergika merupakan suatu penyakit yang sering kita jumpai di masyarakat yang dikenal juga sebagai dermatitis atopik (DA), yang mempunyai prevalensi 0,69%,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Istilah asma berasal dari bahasa Yunani yang artinya terengahengah dan berarti serangan napas pendek. Meskipun dahulu istilah ini digunakan untuk menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yaitu terjadinya kerusakan jaringan tubuh sendiri (Subowo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yaitu terjadinya kerusakan jaringan tubuh sendiri (Subowo, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Imunitas merupakan suatu mekanisme untuk mengenal suatu zat atau bahan yang dianggap sebagai benda asing terhadap dirinya, selanjutnya tubuh akan mengadakan tanggapan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang memiliki efek analgetik, antipiretik dan antiinflamasi yang bekerja secara perifer. Obat ini digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kejadian penyakit asma akhir-akhir ini mengalami peningkatan dan relatif sangat tinggi dengan banyaknya morbiditas dan mortalitas. WHO memperkirakan 100-150 juta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2010).

Lebih terperinci

Jangan Sembarangan Minum Antibiotik

Jangan Sembarangan Minum Antibiotik Jangan Sembarangan Minum Antibiotik Beragamnya penyakit infeksi membuat kebanyakan orang segera berobat ke dokter meski hanya penyakit ringan. Rasanya tidak puas jika dokter tidak memberi obat apapun dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di Indonesia. ISPA dapat diklasifikasikan menjadi infeksi saluran

Lebih terperinci

M.D. : Faculty of Medicine, University of Indonesia, Pulmonologist: Faculty of Medicine, Univ. of Indonesia, 2007.

M.D. : Faculty of Medicine, University of Indonesia, Pulmonologist: Faculty of Medicine, Univ. of Indonesia, 2007. Triya Damayanti M.D. : Faculty of Medicine, University of Indonesia, 2000. Pulmonologist: Faculty of Medicine, Univ. of Indonesia, 2007. Ph.D. :Tohoku University, Japan, 2011. Current Position: - Academic

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Rhinitis alergi merupakan peradangan mukosa hidung yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Rhinitis alergi merupakan peradangan mukosa hidung yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Rhinitis alergi merupakan peradangan mukosa hidung yang disebabkan mediasi oleh reaksi hipersensitifitas atau alergi tipe 1. Rhinitis alergi dapat terjadi

Lebih terperinci

Reumatoid Arthritis. Hercegovina

Reumatoid Arthritis. Hercegovina Reumatoid Arthritis Hercegovina 1011013063 Reumatoid Athritis Keadaan kronis yang meupakan kelainan inflamasi progresif dengan etiologi yang belum di ketahui. Karkterisasi : -sendi poliartikular - Manifestasi

Lebih terperinci