BAB I PENDAHULUAN. perwujudan dari kurikulum. Bentuknya tidak terbatas apakah dalam bentuk cetakan,

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber belajar di tetapkan sebagai informasi yang disajikan dan disimpan dalam berbagai bentuk media, yang dapat membantu siswa dalam belajar sebagai perwujudan dari kurikulum. Bentuknya tidak terbatas apakah dalam bentuk cetakan, video, format perangkat lunak atau kombinasi dari berbagai format yang dapat digunakan oleh siswa ataupun guru. Sadiman mendefinisikan sumber belajar sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk belajar, yakni dapat berupa orang, benda, pesan, bahan, teknik, dan latar (sadiman, 2004). Menurut Association for Educational Communication and Technology (AECT, 1977), Sumber belajar adalah segala sesuatu atau daya yang dapat dimanfaatkan oleh guru, baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan, untuk kepentingan belajar mengajar dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi tujuan pembelajaran. Dengan demikian sumber belajar juga dapat diartikan sebagai tempat atau lingkungan sekitar, benda dan orang yang mengandung informasi dapat digunakan sebagai wahana bagi peserta didik untuk melakukan proses perubahan tingkah laku. Sumber belajar akan menjadi bermakna bagi peserta didik maupun guru apabila sumber belajar diorganisir melalui satu rancangan yang memungkinkan seseorang dapat memanfaatkannya sebagai sumber belajar. 1

2 2 Bahan ajar merupakan bagian dari sumber belajar. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Bahan ajar atau teaching-material, terdiri atas dua kata yaitu teaching atau mengajar dan material atau bahan. Paul S. Ache mengemukaan tentang material yaitu buku dapat digunakan sebagai bahan rujukan, atau dapat digunakan sebagai bahan tertulis yang berbobot. Bahan ajar merupakan seperangkat material/substansi pembelajaran (teaching material) yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. LKS merupakan lembaran dimana siswa mengerjakan sesuatu terkait dengan apa yang sedang dipelajarinya. Menurut Ratna Wilis Dahar (1986) menyatakan bahwa LKS adalah lembar kerja yang berisikan informasi dan interaksi dari guru kepada siswa agar dapat mengerjakan sendiri suatu aktpifitas belajar, melalui praktek atau penerapan hasil-hasil belajar untuk mencapai tujuan intruksional. LKS sangat terkenal dilingkungan sekolah karena, bahan ajar ini sering digunakan untuk proses belajar mengajar. Isinya yang sedikit materi dan memiliki banyak percobaan membuat LKS efektif digunakan, tetapi banyak LKS yang kurang menarik pada tampilannya mengakibatkan siswa kurang tertarik untuk membaca LKS tersebut. Mempertimbangkan LKS yang biasa disajikan kurang menarik untuk dibaca, maka peneliti melakukan pengembangan LKS yang dapat menarik minat siswa untuk membaca. Perkembangan kognitif siswa SD pada hakikatnya baru dalam tingkat perkembangan operasional konkrit, sehingga bahan pembelajaran SD harus mampu menstimulus terjadinya perkembangan aspek-aspek mental melalui informasi yang

3 3 faktual, realistis, dan objektif, sehingga memudahkan proses belajar siswa (Siddiq, 2009: 2-3). LKS yang peneliti kembangkan menggunakan gambar-gambar yang konkrit, menggunakan warna-warna dan desaint yang menarik. Dengan begitu akan menjadikan LKS digemari siswa untuk ingin menggunakannya. LKS ini juga menggunakan pendekatan inquiry dan menggunakan model cooperative learning yang akan mengajak siswa belajar secara kelompok untuk mencari pemecahan masalah dan mendapatkan jawaban serta dapat memberi kesimpulan dari pembelajaran ini. Berdasarkan analisis kebutuhan, selama ini prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPA masih rendah, prestasi belajar siswa yang masih rendah tersebut dipengaruhi oleh guru yang hanya menggunakan pendekatan ataupun metode yang monoton, prestasi belajar siswa yang rendah juga dipengaruhi oleh siswa itu sendiri karena minat siswa dalam mata pelajaran IPA masih cenderung rendah, Bahan ajar juga merupakan pengaruh rendahnya hasil belajar siswa selama ini dan yang terakhir yaitu KKM yang memiliki kriteria ketuntasan minimal 85, masih ada sekitar 30% dari jumlah 48 siswa SDN KAUMAN 2 yang memiliki nilai di bawah KKM. Dari pengamatan yang telah dilakukan oleh guru bahwa rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh bahan ajar yang berupa LKS. Hasil penelitian th 2013 di Yogyakarta oleh Dwi Fitriana menunjukkan bahwa pengembangan bahan ajar berupa LKS ( Lembar Kerja Siswa) sangatlah efektif dan berfungsi sebagai fasilitas dalam pelaksanaan pembelajaran. Hasil penelitian th 2012 di Yogyakarta oleh Sidiq Budisetyawan menunjukkan bahwa pengembangan bahan ajar LKS (Lembar Kerja Siswa) sangatlah perlu karena belum dilaksanakan secara terpadu dan kurangnya praktikum dalam pembelajaran IPA terpadu LKS yang digunakan menggunakan LKS

4 4 dari buku pelajaran. Hasil penelitian Nurina, dkk Universitas Negeri Malang menunjukkan bahwa LKS yang biasa digunakan hanya berisi tentang uraian materi dan soal-soal sehingga siswa belum bisa menghubungkan materi dengan kehidupan sehari-hari. Maka dari itu peneliti perlu mengembangkan LKS yang sudah ada dengan inovasi baru yang melihat dari kebutuhan dilapangan. Hasil penelitian th 2012 Universitas Negeri Surabaya oleh Wahyu Prasetyo menunjukkan bahwa kebanyakan siswa merasa kesulitan untuk mempelajari dan mengerjakan soal yang ada di Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan menyusun LKS yang mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari. Hasil penelitian th 2012 yang dilakukan oleh Eren Fahrucah R dan Bambang Sugiarto Universitas Negeri Surabaya menunjukkan bahwa pada penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan LKS pada pokok bahasan factor-faktor yang mempengaruhi laju reksi melalui pendekatan scaffolding kelas XI. Harapannya LKS yang dikembangkan dapat digunakan sebagai sumber pembelajaran siswa. Diharapkan dengan pengembangan ini siswa dapat belajar lebih baik dengan melakukan percobaan langsung tanpa tergantung dari materi yang ada pada LKS tersebut. Karena dengan pembelajaran langsung akan menjadikan pemahaman siswa lebih konkrit dan bermakna, dengan begitu akan ada kesinambungan antara bahan ajar yang digunakan dengan proses belajar mengajar serta dengan prestasi belajar siswa. Oleh karena itu peneliti mengangkat judul Pengembangan Bahan Ajar LKS Terintegrasi Tema Sehat Itu Penting Untuk Kelas V SD/MI

5 5 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana langkah-langkah pengembangan LKS terintegrasi materi pencernaan makanan pada manusia untuk kelas V SD/MI? 1.3 Tujuan Penelitian Secara umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui langkah-langkah pengembangan LKS terintegrasi materi pencernaan makanan pada manusia untuk kelas V SD/MI. dan secara khusus tujuan yang ingin dicapai adalah meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa setelah menggunakan pengembangan LKS terintegrasi materi pencernaan makanan pada manusia untuk kelas V SD/MI. 1.4 Spesifikasi Produk yang diharapkan Penelitian ini menghasilkan produk LKS (lembar kerja siswa) yang dikembangkan dengan menggunakan pendekatan Inquiry melalui model Cooperatif Learning. Pada LKS ini terdapat materi untuk mengantarkan siswa masuk pada pembelajaran, kemudian siswa diharapkan untuk menemukan masalah dan menyelesaikannya sendiri dengan pantauan guru. Di dalam LKS ini juga disediakan permasalahan-permasalahan yang akan di selesaikan oleh siswa dengan menggunakan eksperimen, serta banyak soal-soal yang terdapat di dalamnya untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi.

6 6 Pendekatan Inquiry merupakan pendekatan mengajar yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara berfikir ilmiah. Pendekatan ini menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kekreatifan dalam pemecahan masalah. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun maksud dari penelitian ini, diharapkan dapat berguna baik secara teoritis maupun secra praktis, seperti berikut: Manfaat Teoritis Hasil dari penelian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan bagi guru dan siswa terutama pada materi pencernaan makanan pada manusia, agar menjadikan proses belajar mengajar lebih aktif dan menjadikan pembelajaran lebih bermakna bagi siswa Manfaat Praktis Ditujukan untuk peneliti: Penelitian ini diharapkan dapat memperdalam wawasan dan pengalaman peneliti dalam mengembangkan bahan ajar LKS, serta dapat mendukung profesi peneliti sebagai guru nantinya Ditujukan untuk guru Sekolah Dasar: Penelitian ini diharapkan dapat memudahkan guru maupun siswa dalam memperbanyak atau memperluas pengetahuan siswa khususnya tentang

7 7 variasi soal latihan. Dengan LKS yang cenderung simple (sedikit materi), jika diterapkan dengan baik, dapat membantu mengkonstruk atau membangun pengetahuan siswa, selain itu siswa terlatih belajar menemukan sendiri Ditujukan untuk siswa Sekolah Dasar: Penelitian ini diharapkan dapat memperbaiki kualitas pembelajaran yang lebih baik dan dapat dijadikan bahan ajar siswa pada mata pelajaran IPA 1.6 Asumsi dan Keterbatasan Penelitian dan pengembangan Penelitian ini berada pada ruang lingkup pengembangan LKS SD. Pengembangan LKS ini di batasi dalam beberapa ruang lingkup seperti: 1. Sasaran penelitian terbatas pada siswa SD/MI kelas V SDN KAUMAN 2 Kota Malang. 2. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada LKS ini mencakup Standar Kompetensi mengidentifikasi fungsi organ tubuh manusia, dan Kompetensi Dasarnya mengidentifikasi fungsi organ pencernaan manusia dan hubungannya dengan makanan dan kesehatan. 3. Subjek validasi dari penelitian pengembangan ini adalah satu dosen ahli bahan ajar, satu dosen ahli materi, dan siswa kelas V SDN KAUMAN 2 Kota Malang.

8 8 4. Penelitian ini dilakukan sampai tahap uji coba produk kepada siswa dan perbaikan produk setelah uji coba. Agar tidak terjadi perluasan dan kesimpang siuran masalah serta agar lebih mengarah pada pembahasan, peneliti membatasi masalah pengembangan LKS materi pencernaan makanan pada manusia di kelas V SD/MI. 1.7 Definisi Istilah 1. Pengembangan merupakan suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada dan dapat dipertanggung jawabkan, (Sukmadinata, 2007:164). LKS (Lembar Kerja Siswa) terintegrasi adalah LKS yang menggabungkan antara LKS itu sendiri dengan pendekatan Inquiry serta menggunakan metode Cooperatif Learning untuk menghasilkan LKS dengan model baru yang lebih menarik dan membuat siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar. a. Pendekatan Inquiry berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan (Trianto, 2007:135). Menurut gulo strategi inquiry berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Sasaran utama kegiatan pembelajaran inquiry adalah keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran, dan mengembangkan sikap percaya pada

9 9 diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inquiry (Trianto, 2007:135). Pendekatan ini sangat cocok untuk diterapkan pada pembelajaran IPA yang menekankan pada eksperimen dan observasi yang terkontrol. b. Model pembelajaran Cooperatif Learning yaitu model pembelajaran yang dimana siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil, diharapkan pada kelompok tersebut siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat social dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran Cooperatif. Model pembelajaran Cooperatif pada LKS ini berperan sebagai pendukung dari pendekatan Inquiry.