PERMUKIMAN TRADISIONAL SUKU SASAK DI DUSUN SENARU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERMUKIMAN TRADISIONAL SUKU SASAK DI DUSUN SENARU"

Transkripsi

1 PERMUKIMN TRDISIONL SUKU SSK DI DUSUN SENRU Tody uliya, Surjono, ntariksa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. Mayjen Haryono 167 Malang Telp. (0341) BSTRK Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik kawasan Dusun Senaru sebagai kawasan permukiman tradisinal Suku Sasak dengan menggunakan metode deskriptif-eksploratif. Hasil yang diperoleh dari studi ini adalah karakteristik Dusun Senaru dalam hal kebijakan merupakan zona kultural, merupakan kawasan pertanian, memiliki citra kawasan yang jelas. Masyarakat berprofesi sebagai petani (90%), zona aktivitas bekerja km (94%), pendapatan tidak tetap (100%), aksesibilitas yang baik, terdapat hubungan keluarga anak-ayah dalam pola hunian (53%). danya konsep senioritas dalam pola permukiman, dan pembentukan struktur ruang permukiman berdasarkan ritual budaya masih mengakar, masih ada pembagian orientasi ruang, dan persepsi wisatawan menyatakan perlu pelestarian (93%). Kata kunci: sosial-budaya, konsep filosofis, kearifan lokal BSTRCT The aims of this study is to identify characteristic of Senaru village area as Sasaknese traditionalsettlement used descriptive-explorative methods. The results obtain from the study are characterized Senaru village in the policy of a cultural zone, the area is agriculture, have an obvious image of the area. People work as farmers (90%), zone activity work km (94%), and fee not fixed (100%), accessibility is good, there are link father-child families in the residential patterns (53%). The concept seniorities in settlement patterns, and the establishment of settlements based on structure of space ritual culture still strong, still have the division of space orientation, and perceptions of tourist s states need to be conserving (93%). Keywords: social-culture, philosophic concept, local wisdom Pendahuluan Pembentukan tata ruang permukiman sangat dipengaruhi oleh budaya masyarakatnya. Hubungan tersebut membentuk garis korelasional yang sangat kuat. Selain mengkaji tentang aspek budayanya, faktor perkembangan masyarakat juga sangat menentukan elemen permukimannya. Perkembangan masyarakat, akan diiringi dengan perubahan kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat. Menurut Hirsan (2005:34), perubahan kebudayaan pada suatu kelompok masyarakat akan mempengaruhi perubahan struktur sosial masyarakatnya. Perubahan sosial budaya ini akan mempengaruhi tatanan ruang permukiman, sehingga mempengaruhi pula konsep perubahan struktur tata ruangnya. Salah satu desa/dusun yang masih memegang teguh kepercayaan terhadap konsep-konsep filosofis dan kekuatan-kekuatan supranatural ini termasuk dalam tatanan ruang permukimannya adalah Dusun Senaru, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Barat. Konsep kosmis yang mempengaruhi kehidupan masyarakat Sasak pada umumnya termasuk di Dusun Senaru adalah penghormatan para penduduk terhadap Gunung Rinjani. Dari berbagai narasumber dan referensi mengenai sejarah kebudayaan Propinsi NTB, diperoleh informasi bahwa Gunung Rinjani sebagai gunung tertinggi di Pulau Lombok dianggap memberikan kekuatan gaib dan berkah bagi masyarakat Sasak (donis 1989). Konsep ini berlanjut pada sistem kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Dusun 120 arsitektur e-journal, Volume 2 Nomor 2, Juli 2009

2 Senaru adalah kepercayaan serba roh (Wacana et. al, 1985:13). Dalam konsep bermukim, pemilihan lokasi permukiman pun masih mengandalkan faktor kepercayaan kosmos (Mahayani 1995). Tidak hanya disitu, tradisi budaya mereka yang menjadikan senior dalam keluarga memegang peranan penting, menuntut untuk mewujudkan hal itu dalam tatanan ruang mereka (Sasongko 2005:35). Namun faktanya, di Dusun Senaru telah diidentifikasi letak bangunan-bangunan yang tidak berdasarkan tatanan aturan permukiman tradisional Suku Sasak secara turun temurun, perubahan selera pada beberapa bangunan di Dusun Senaru, dan terjadi penurunan tingkat kesadaran masyarakat Dusun Senaru terhadap pentingnya upacara tradisional secara prinsip. Maka, dari itu, melihat karakteristik Dusun Senaru sebagai permukiman Suku Sasak tradisional yang sangat unik dalam hal aspek sosial budayanya terutama pada keruangannya, maka hal tersebut melatarbelakangi adanya studi pada Dusun Senaru untuk mengidentifkasi kembali karakteristik dari Dusun Senaru. Metodologi Penelitian 1. Kriteria penentuan sampel a Sampel bangunan Dasar pengambilan sampel dengan menggunakan seluruh populasi bangunan dalam tiga dasan di Dusun Senaru adalah diutamakan untuk melihat pola permukimannya secara menyeluruh b Sampel masyarakat Dasar pengambilan sampel masyarakat adalah mengikuti jumlah bangunan bale di Dusun Senaru yang berfungsi sebagai tempat tinggal dengan pemilik/kk sebagai unit sampel. c Sampel wisatawan Menggunakan teknik random sampling dalam pengambilan sampel wisatawan. 2. Jenis sampel a Sampel bangunan untuk studi ini adalah menggunakan seluruh bangunan dalam populasi sebanyak 117 bangunan. Dasar pengambilan sampel dengan menggunakan seluruh populasi bangunan dalam tiga dasan adalah diutamakan untuk melihat pola permukimannya secara menyeluruh. b Jumlah sampel masyarakat yang diambil mengikuti sampel bangunan bale, yaitu sebanyak minimal 108 KK sebagai pemilik/penghuni bale. c Jumlah sampel wisatawan adalah sejumlah 60 orang wisatawan. 3. Metode pengumpulan data Secara keseluruhan studi dilakukan dengan mengadakan pengamatan lapangan, wawancara mendalam disertai kuisioner, dan penggambaran tatanan perumahan serta dilengkap data-data sekunder yang didapatkan dari instansi terkait. 4. Metode analisis Menggunakan metode deskriptif untuk meninjau karakeristik kawasan Dusun Senaru dan mengeksplorasi sosial budayanya. Hasil dan Pembahasan 1. Kebijakan Kebijakan kawasan pada Dusun Senaru yang tertuang dalam SK 99/IV/Set-3/2005 tanggal 26 September 2005 tentang penataan Zona pada Taman Nasional Gunung Rinjani, Dusun Senaru termasuk dalam zona pemanfaatan khusus kultural. Untuk kebijakan dengan arahan pelestarian permukiman suku Sasak tradisonal yang ada di Dusun Senaru, secara langsung belum ada kebijakan yang mengarah pada arahan tersebut. Kebijakan-kebijakan yang ada masih bersifat makro seperti yang tertuang pada arsitektur e-journal, Volume 2 Nomor 2, Juli

3 RTRW Propinsi NTB Tahun , RIPPD Propinsi NTB dan RTRW Kabupaten Lombok Barat. 2. Karakteristik kawasan a Lingkungan Ditinjau dari kondisi iklim, kondisi hidrologi dan kondisi komoditi menunjukkan bahwa kondisi variabel lingkungan mendukung upaya pelestarian Dusun Senaru yang berbasis pertanian. b Perubahan penggunaan lahan Tren perubahan penggunaan lahan dari penggunaan lahan pertanian menjadi penggunaan lahan non pertanian sejak tahun adalah tidak ada perubahan. Tren perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan non pertanian dapat dijadikan sebagai salah satu faktor pendukung terhadap keberadaan Dusun Senaru sebagai zona pemanfaatan kultural. c Citra kawasan Kecamatan Bayan Kawasan (district) Desa Bayan juga berfungsi sebagai kawasan karena memiliki batasan yang jelas dalam hal kesamaan karakteristik fisik permukiman tradisional suku Sasak. Tengeran (landmark) Gunung Rinjani sebagai latar belakang permukiman tradisional suku Sasak di Lombok Utara yang memiliki konsep kosmos vertikal yang kuat terhadap Gunung Rinjani sebagai gunung tertinggi di Pulau Lombok. Dusun Senaru Jalur (path) Jalur yang terbentuk pada jalan-jalan di Dusun Senaru yang cenderung berbentuk gang-gang antar bale dan elemen bangunan lainnya seperti Beruga, sambi/geleng dan kandang kerbau adalah berbentuk linear. Tepian (edge) Pada Dusun Senaru dengan kelompok perumahan Dasan Senaru, Dasan Gubug Montong Leneng dan Dasan Pal dapat dikenali dengan dikelilingi oleh pagar kayu maupun pagar hidup. Kawasan (district) Sebagai sebuah wilayah administratif, Dusun Senaru memiliki batas-batas yang jelas dengan wilayah lain di sekitarnya. Simbol (node) Simbol pada Dusun Senaru tidak dapat ditemui. Tengeran (landmark) Sama halnya dengan identifikasi kriteria tengeran (landmark) pada Desa Bayan, Gunung Rinjani merupakan fungsi tengeran pada Dusun Senaru. Jika suatu kawasan semakin menunjukkan citranya sebagai suatu kawasan yang memiliki karakteristik dan keunikan tersendiri terhadap kawasan di sekitarnya, maka semakin mudah dalam mengidentifikasi dan mengenali kawasan tersebut. Citra kawasan yang terdapat pada kawasan Dusun Senaru (Gambar 1 dan Gambar 2). 3. Kondisi sosial ekonomi a Mata pencaharian penduduk Mata pencaharian penduduk didominasi mata pencaharian dalam bidang pertanian/petani sebesar > 90 % (93.52 %). Semakin besar penduduk Dusun Senaru yang bermata pencaharian petani, maka faktor kekuatan dalam upaya pelestarian Dusun Senaru sebagai permukiman tradisonal suku Sasak yang pada awalnya memang 122 arsitektur e-journal, Volume 2 Nomor 2, Juli 2009

4 bermata pencaharian sebagai petani dan berpengaruh positif terhadap upaya pelestarian di sekitar kawasan yang merupakan zona Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR). b Zona aktivitas Radius bekerja para penduduk Dusun Senaru adalah 500 m-1 km sebesar %. Jangkauan radius dari zona aktivitas penduduk Dusun Senaru dalam bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka berkaitan dengan teknik peningkatan hasil produksi pertanian masih memegang konsep-konsep budaya yang arif terhadap lingkungan. c Tingkat pendapatan 100 % responden menyatakan bahwa pendapatan mereka adalah tidak tetap. Gambar 1. Citra kawasan pada Kecamatan Bayan yang berlatar belakang Gunung Rinjani. Gambar 2. Citra kawasan pada Dusun Senaru, (a) bagian path berupa suteran (kiri); (b) bagian edge berupa pagar (tengah); dan (c) bagian district (kanan). 4. Kondisi sosial budaya a Penduduk asli Dusun Senaru 100 % responden penduduk adalah penduduk asli Dusun Senaru (lahir dan besar di Dusun Senaru. Semakin tinggi persentase penduduk asli yang berasal dari Dusun Senaru maka akan mempengaruhi tingkat pemahaman mereka tentang aspek sosial budaya yang mereka pegang teguh di Dusun Senaru. b Bentuk penerapan senioritas terhadap ruang permukiman danya penempatan bale bagi melokaq yang terletak di bagian depan permukiman untuk orientasi terhadap Gunung Rinjani atau bagian selatan dari mata angin dan tetap terjaganya posisi bale milik keturunan pendiri Dusun Senaru yang terletak di samping tanah bale milik melokaq sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa di Dusun Senaru sudah terdapat penghormatan terhadap orang yang lebih tua dan strata sosial yang masih terjaga. Bentuk penerapan senioritas terhadap ruang permukiman (Gambar 3). arsitektur e-journal, Volume 2 Nomor 2, Juli

5 Gambar 3. Bentuk penerapan senioritas terhadap ruang permukiman (a) bale para pendiri Dusun Senaru terletak di bagian depan dusun yang berorietasi pada Gunung Rinjani (kiri); (b) bale melokaq sebagai pemimpin adat Dusun Senaru terleak di bagian depan dusun, terlihat pada gambar bale tersebut masih kosong karena saat dalam studi masih dalam pergantian melokaq (kanan) c Sistem kekerabatan Dusun Senaru terhadap pola hunian/bermukim pada bale Sistem pewarisan Secara sistem, pewarisan bale di Dusun Senaru bersifat patrilokal, yaitu berdasarkan garis keturunan laki-laki. Sistem pewarisan tersebut memelihara dan mendukung konsep kekerabatan yang dimiliki oleh masyarakat Dusun Senaru sekaligus menjaga kepemilikan dan penghuni yang tinggal di Dusun Senaru adalah masyarakat asli Dusun Senaru. Pola permukiman Dusun Senaru Dusun ini berada dalam satu kompleks yang tertutup dan secara eksternal dihubungkan oleh jalan menuju jalan utama ke Desa Bayan. Bale-bale di Dusun Senaru didirikan di atas tanah datar yang berada di daerah lereng. Di kelilingi oleh pagar dan berfungsi sebagai pembatas, pertahanan dan sebagai penyedia kelengkapan untuk upacara tertentu. Pembangunan bale dilakukan dengan konsep cermin atau berhadapan, dan diantara dua bale didirikan bangunan yang bernama beruga. Di luar bangunan rumah dekat pagar berdiri kandang ternak. Konsep pemujaan pada sepengkula juga diwujudkan pada sepengkula dalam perumahan, yakni pembangunan bale dibuat berdasarkan senioritas dalam sistem kekerabatan. Kriteria pembangunan adalah: tinggi rendah dan orientasi matahari. Pemilihan bale dan bahan sangat tergantung pada status sosial yang dimiliki. Tatanan ruang perumahan ditata menurut hirarki sesuai dengan kepercayaan mereka. Elemen bangunan yang dianggap memiliki nilai tinggi ditempatkan pada bagian depan, dan secara berurutan yang bernilai sakral lebih rendah diletakkan di bagian belakang. Peletakan bangunan seperti ini membentuk pola permukiman berhirarki (Gambar 4). Semakin tinggi tingkat senioritas seseorang maka semakin tinggi pula lokasi atau tempat yang digunakan untuk membangun bale. Dan sebaliknya bila seseorang memiliki tingkat senioritasnya lebih rendah harus menerima lokasi atau tempat yang lebih rendah pula. Hal ini diterapkan dengan bangunan yang dianggap kedudukannya lebih tinggi dari pada bangunan yang lain maka dibangun pada tanah yang lebih ditinggikan. Indikator yang digunakan oleh masyarakat suku Sasak di Dusun Senaru adalah indikator Gunung Rinjani. Semakin dekat sebuah tempat/lokasi/elemen bangunan maka semakin tinggi pula kedudukan tempat/lokasi/elemen bangunan tersebut. Hubungan senioritas ini berlaku terhadap dua kategori penggolongan senioritas, yaitu sebagai berikut: Hubungan antara keluarga; dan Hubungan antar masyarakat dalam sistem kemasyarakatan. 124 arsitektur e-journal, Volume 2 Nomor 2, Juli 2009

6 Berdasarkan konsep tersebut, maka penempatan bagi penghuni bale adalah berdasarkan topografi terhadap Gunung Rinjani. Semakin dekat sebuah tempat/lokasi dengan Gunung Rinjani, maka semakin tinggi kedudukan tempat/lokasi tersebut. dapun gambar yang menunjukkan ilustrasi kedudukan elemen bangunan secara verikal ditunjukkan pada Gambar 5, kemudian dilanjutkan dengan Gambar 6 yang menjelaskan kedudukan elemen bangunan secara horizontal sesuai dengan polanya. Kandang Bale/Junior (tengah) Bale/Senior (utara/depan) Beruga (tengah) Beruga (utara/tengah) Sambi/geleng Bale/Junior (tengah) Bale/Senior (utara/depan) Gambar 4. Kedudukan antar elemen bangunan suku sasak di Dusun Senaru. GUNUNG RINJNI Semakin ke utara (mendekati Gunung Rinjani) semakin tinggi terhadap bangunan di sebelah selatannya Ilustrasi Konsep Kosmos Vertikal Orientasi Bangunan Permukiman Kampung Senaru terhadap Gunung Rinjani Sumber : Hasil Survey Primer, 2006 Gambar 5. Ilustrasi kedudukan elemen bangunan secara vertikal. arsitektur e-journal, Volume 2 Nomor 2, Juli

7 Gambar 6. Pola permukiman Dasan Senaru secara horizontal. 126 arsitektur e-journal, Volume 2 Nomor 2, Juli 2009

8 d pembentukan struktur ruang permukiman Tingkatan kampung/desa berupa struktur ruang permukiman berdasarkan ritual Maulid Nabi Muhammad Upacara Maulid Nabi di Dusun Senaru dikenal dengan nama Maulud/Mulud nabi yang dapat diartikan sebagai upacara perayaan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SW yang diadakan pada bulan Rabiulawal atau bulan Mulud. dapun alur ruang yang dilalui dalam perayaan Mulud Nabi Muhammad SW ditunjukkan pada Gambar 7 dan Gambar Keterangan: 1. Masyarakat 2. Kepala Dusun/Pemuka dat/melokaq 3. Masjid Bayan Beleq rah orientasi Gambar 7. lur ruang yang dilalui dalam perayaan Mulud Nabi Muhammad SW (Rasulullah) di Dusun Senaru Keterangan: 1. Masyarakat 2. Kepala Dusun 3. Pemuka dat 4. Tokoh gama 5. Masjid Bayan Beleq rah orientasi Gambar 8. Diagram pembentukan struktur ruang permukiman berdasarkan upacara perayaan Maulud Nabi Muhammad SW. Tingkatan antar desa berdasarkan struktur ruang permukiman berdasarkan perayaan Tahun lip Perayaan Tahun lip merupakan perayaan terbesar, selain dilaksanakan 8 (delapan) tahun sekali, perayaan ini juga melibatkan seluruh potensi sosial-ekonomi, sosialarsitektur e-journal, Volume 2 Nomor 2, Juli

9 budaya dan segenap lapisan masyarakat. dapun alur ruang yang dilalui dalam perayaan Tahun lip ditunjukkan pada Gambar Keterangan: 1. Desa nya Masjid Bayan Beleq 2. Desa Sukadana 3. Desa Loloan rah Orientasi 4. Desa Bayan dan Desa Senaru Gambar 9. Diagram pembentukan struktur ruang permukiman berdasarkan upacara perayaan Tahun lip. Keterkaitan antar ruang yang terbentuk akibat adanya ritual budaya yang dilaksanakan oleh masyarakat Dusun Senaru menunjukkan bahwa kebutuhan akan ruang dari suatu ritual budaya tertentu menyebabkan pentingnya suatu ruang-ruang dalam tingkatan makro, baik antar dusun maupun antar desa. e Orientasi karakter ruang Orientasi karakter ruang adalah orientasi pemanfaatan ruang-ruang yang ada di Dusun Senaru. Gambar orientasi karakter ruang Dusun Senaru ditunjukkan pada Gambar 10. D B B C D B C C Keterangan: : Bale B : Berugaq C : kandang kerbau/sambi/geleng D : Suteran : orientasi karakter ruang private : orientasi karakter ruang semi public : orientasi karakter ruang public Gambar 10. Orientasi karakter ruang Dusun Senaru di dalam satu dasan. 128 arsitektur e-journal, Volume 2 Nomor 2, Juli 2009

10 5. spek wisata Persepsi wisatawan Sebanyak 56 (93 %) responden wisatawan menyatakan bahwa perlu adanya pelestarian terhadap Dusun Senaru. Dukungan wisatawan terhadap pelestarian Dusun Senaru adalah bentuk kepedulian responden wisatawan terhadap adanya pelestarian di Dusun Senaru. Kesimpulan Karakteristik dalam kebijakan merupakan zona kultural, merupakan kawasan pertanian, memiliki citra kawasan yang jelas, masyarakat berprofesi sebagai petani (90%), zona aktivitas bekerja km (94%), pedapatan tidak tetap (100%), aksesibilitas yang baik, terdapat hubungan keluarga anak-ayah dalam pola hunian (53%), adanya konsep senioritas dalam pola permukiman, pembentukan struktur ruang permukiman berdasarkan ritual budaya masih mengakar, masih ada pembagian orientasi ruang, dan persepsi wisatawan menyatakan perlu pelestarian (93%). Saran Hasil studi lebih dititikberatkan pada Dusun Senaru secara kawasan yang bercirikan sebagai permukiman tradisional Suku Sasak. Perlu digaris bawahi bahwa studi ini belum sepenuhnya membahas pelestarian secara fisik lebih mendalam pada bangunan terutama gaya arsitekturnya. Disadari pula, bahwa di berbagai variabel yang telah diuraikan sebelumnya masih memiliki kekurangan dalam hal kombinasi variabel penentu pelestarian yang mengacu langsung variabel permukiman tradisional Suku Sasak. Diharapkan hasil ini dapat dijadikan perimbangan dalam perencanaan kawasan permukiman tradisional Suku Sasak. Daftar Pustaka donis Suku Terasing Sasak Di Bayan Daerah Propinsi Nusa Tenggara Barat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai-Nilai Tradisional Proyek Inventasrisasi dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya nonim Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Propinsi Nusa Tenggara Barat. Pemerintah Propinsi Nusa Tenggara Barat. Hirsan Pola Bermukim Masyarakat Suku Sasak Yang Dipengaruhi Oleh Sistem kekerabatan. Jurnal Plannit. 3 (1): Krisna. R Studi Pelestarian Kawasan Wisata Budaya Dusun Sade Kabupaten Lombok Tengah. Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang: Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya. Mahayani Bentuk-bentuk rsitektur dan Konsep Religi Pendukungnya di Permukiman Suku Sasak Dusun Sade Lombok NTB. Skripsi Tidak Diterbitkan. Yogyakarta: Jurusan Ilmu Budaya Fakultas Sastra UGM. Sasongko, I Transformasi Struktur Ruang Pada Permukiman Sasak, Kasus: Permukiman Tradisional Desa Puyung, Jurnal SPI. 2, (1): Sasongko, I Pembentukan Struktur Ruang Permukiman Berbasis Budaya, Studi Kasus: Desa Puyung-Lombok Tengah. Dimensi Teknik rsitektur. 33 (1):1-8. Copyright 2009 by ntariksa arsitektur e-journal, Volume 2 Nomor 2, Juli

GENIUS LOCI PADA PERKAMPUNGAN TRADISIONAL SENARU SUKU SASAK KABUPATEN LOMBOK BARAT

GENIUS LOCI PADA PERKAMPUNGAN TRADISIONAL SENARU SUKU SASAK KABUPATEN LOMBOK BARAT GENIUS LOCI PADA PERKAMPUNGAN TRADISIONAL SENARU SUKU SASAK KABUPATEN LOMBOK BARAT Sriany Ersina, ST., MT 1, Annisa Amalia, ST., M.Si 2, Sutriani, ST., M.T 3 Jurusan Arsitektur Fakultas Sains & Teknologi

Lebih terperinci

PERAN KOSMOLOGI TERHADAP PEMBENTUKAN POLA RUANG PERMUKIMAN DUSUN SEGENTER

PERAN KOSMOLOGI TERHADAP PEMBENTUKAN POLA RUANG PERMUKIMAN DUSUN SEGENTER PERAN KOSMOLOGI TERHADAP PEMBENTUKAN POLA RUANG PERMUKIMAN DUSUN SEGENTER Yofangga Rayson, A.M. Ridjal, Noviani Suryasari Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Alamat Email penulis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 I d e n t i f i k a s i P e r u b a h a n R u m a h T r a d i s i o n a l D e s a K u r a u, K e c. K o b a

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 I d e n t i f i k a s i P e r u b a h a n R u m a h T r a d i s i o n a l D e s a K u r a u, K e c. K o b a BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman budaya baik berupa fisik maupun non fisik. Budaya yang berupa fisik Salah satunya adalah arsitektur tradisional. Rumah tradisional

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR v DAFTAR TABEL vii ABSTRAK viii ABSTRACT. ix

SURAT PERNYATAAN KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR v DAFTAR TABEL vii ABSTRAK viii ABSTRACT. ix DAFTAR ISI halaman SURAT PERNYATAAN KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI i DAFTAR GAMBAR v DAFTAR TABEL vii ABSTRAK viii ABSTRACT. ix BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Permasalahan.. 5 1.3 Keaslian

Lebih terperinci

POLA PERKEMBANGAN PERMUKIMAN KAMPUNG ASSEGAF PALEMBANG

POLA PERKEMBANGAN PERMUKIMAN KAMPUNG ASSEGAF PALEMBANG POLA PERKEMBANGAN PERMUKIMAN KAMPUNG ASSEGAF PALEMBANG Wienty Triyuly Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jl. Raya Palembang-Prabumulih km 32 Indralaya OI 30662 Email

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi kepentingan politis pihak yang berkuasa sari negara yang di

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi kepentingan politis pihak yang berkuasa sari negara yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan oleh beberapa negara di seluruh dunia. Negara menggunakan pariwisata sebagai penyokong ekonomi dan juga devisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang. merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara

BAB I PENDAHULUAN. Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang. merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara berfikir, lingkungan, kebiasaan, cara

Lebih terperinci

SISTEM KEKERABATAN PEMBENTUK POLA PERMUKIMAN DUSUN KRAJAN KABUPATEN LUMAJANG

SISTEM KEKERABATAN PEMBENTUK POLA PERMUKIMAN DUSUN KRAJAN KABUPATEN LUMAJANG SISTEM KEKERABATAN PEMBENTUK POLA PERMUKIMAN DUSUN KRAJAN KABUPATEN LUMAJANG Arnes Ayunurafidha 1, Lisa Dwi W 2, Abraham M Ridjal 2 1 Mahasiswa, Jurusan arsitektur/ Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 63 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi dalam penelitian ini mengacu pada tujuan yang telah ditentukan yaitu untuk mengetahui konsep, makna atau nilai dan pengaruh dari perilaku dan tradisi budaya

Lebih terperinci

ANALISIS ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN KE NON PERTANIAN DI DESA AJIBARANG WETAN, KECAMATAN AJIBARANG, KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI

ANALISIS ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN KE NON PERTANIAN DI DESA AJIBARANG WETAN, KECAMATAN AJIBARANG, KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI ANALISIS ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN KE NON PERTANIAN DI DESA AJIBARANG WETAN, KECAMATAN AJIBARANG, KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana S1 Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, terdiri dari berbagai sarana dan prasarana yang tersedia, kota mewadahi berbagai macam aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi yang penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi yang penting dalam mendongkrak pendapatan di sektor usaha atau pendapatan daerah. Dunia pariwisata saat ini sudah mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang akan mampu menilai banyak hal mengenai budaya seperti gaya hidup,

BAB I PENDAHULUAN. seseorang akan mampu menilai banyak hal mengenai budaya seperti gaya hidup, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arsitektur merupakan produk budaya yang tidak lepas dari kehidupan manusia. Permukiman, perkotaan dan lansekap suatu daerah terbentuk sebagai hasil dari sistem kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia, hal ini disebabkakan oleh kehidupan dan kebudayaan masyarakat Bali yang

BAB I PENDAHULUAN. dunia, hal ini disebabkakan oleh kehidupan dan kebudayaan masyarakat Bali yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pulau Bali merupakan salah satu dari kepulauan Indonesia yang terkenal di dunia, hal ini disebabkakan oleh kehidupan dan kebudayaan masyarakat Bali yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan dibagi menjadi empat sub-bab yang berisi mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan metode perancangan dari seminar tugas akhir. Pembahasan latar belakang menguraikan

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH 41 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH Kerangka Berpikir Kebudayaan adalah sebuah pola dari makna-makna yang tertuang dalam simbol-simbol yang diwariskan melalui sejarah. Kebudayaan adalah sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki banyak kekayaan dan keindahan, letak geografis yang strategis dan membentang hijau digaris

Lebih terperinci

PELESTARIAN POLA PERMUKIMAN TRADISIONAL SUKU SASAK DUSUN LIMBUNGAN KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PELESTARIAN POLA PERMUKIMAN TRADISIONAL SUKU SASAK DUSUN LIMBUNGAN KABUPATEN LOMBOK TIMUR PELESTARIAN POLA PERMUKIMAN TRADISIONAL SUKU SASAK DUSUN LIMBUNGAN KABUPATEN LOMBOK TIMUR Rina Sabrina, Antariksa, Gunawan Prayitno Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI VII. 1. Kesimpulan Penelitian proses terjadinya transformasi arsitektural dari kampung kota menjadi kampung wisata ini bertujuan untuk membangun teori atau

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) SEMESTER: GANJIL GENAP TAHUN AKADEMIK:

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) SEMESTER: GANJIL GENAP TAHUN AKADEMIK: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK PROGRAM MAGISTER DAN DOKTOR PROGRAM MAGISTER ARSITEKTUR LINGKUNGAN BINAAN Jl. MT. Haryono No. 167 Malang 65145 Telp. (0341) 587710,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada abad ini gerak perubahan zaman terasa semakin cepat sekaligus semakin padat. Perubahan demi perubahan terus-menerus terjadi seiring gejolak globalisasi yang kian

Lebih terperinci

Identitas, suatu objek harus dapat dibedakan dengan objek-objek lain sehingga dikenal sebagai sesuatu yang berbeda atau mandiri.

Identitas, suatu objek harus dapat dibedakan dengan objek-objek lain sehingga dikenal sebagai sesuatu yang berbeda atau mandiri. PENDAHULUAN.1 Latar Belakang Dalam memahami citra kota perlu diketahui mengenai pengertian citra kota, elemenelemen pembentuk citra kota, faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan citra kota dan metode

Lebih terperinci

KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Situs Candi Muara Takus

KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Situs Candi Muara Takus 30 KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Wilayah perencanaan situs Candi Muara Takus terletak di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Jarak kompleks candi

Lebih terperinci

PELESTARIAN POLA PERMUKIMAN DI DESA ADAT BAYAN, KABUPATEN LOMBOK UTARA

PELESTARIAN POLA PERMUKIMAN DI DESA ADAT BAYAN, KABUPATEN LOMBOK UTARA PELESTARIAN POLA PERMUKIMAN DI DESA ADAT BAYAN, KABUPATEN LOMBOK UTARA Adhiya Harisanti Fitriya, Antariksa, Nindya Sari Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. Mayjen

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR TABEL... xvi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar

Lebih terperinci

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian 33 METODOLOGI Lokasi Penelitian Penelitian mengenai Rencana Penataan Lanskap Kompleks Candi Muara Takus sebagai Kawasan Wisata Sejarah dilakukan di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu penelitian yang dilakukan pada bulan Juli September Berikut tabel rincian waktu penelitian yang dilakukan :

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu penelitian yang dilakukan pada bulan Juli September Berikut tabel rincian waktu penelitian yang dilakukan : BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi yang menjadi fokus penelitian adalah Kampung Adat Pulo, DTW Candi Cangkuang, Desa Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Propinsi Jawa

Lebih terperinci

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN MENARA KUDUS SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN MENARA KUDUS SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN MENARA KUDUS SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini terdapat empat komponen yaitu latar belakang yang berisi halhal

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini terdapat empat komponen yaitu latar belakang yang berisi halhal BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini terdapat empat komponen yaitu latar belakang yang berisi halhal yang melatarbelakangi pengambilan judul penelitian, rumusan masalah, yang membahas permasalahan yang muncul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan suku Sasak yang beragam dan menjadi ciri khas tersendiri bagi suku Sasak tersebut. Suku Sasak yang memiliki kebudayaan, adat isitiadat bahkan struktur ruang,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha melaksanakan program pemerintah tentang peraturan pelaksanaan undang-undang otonomi daerah (Undang-Undang No. 22 & 32 Tahun 1999), setiap pemerintah daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan 1.1 Latar Belakang Perencanaan BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, hal ini dilihat dari banyaknya pulau yang tersebar di seluruh wilayahnya yaitu 17.504

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara

1 BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara memiliki berbagai keistimewaan masing-masing. Proses pembuatan atau pembangunan rumah tersebut,

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch. Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch. Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang dilakukan di kawasan Petak Sembilan, masih banyak yang perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Kasus Proyek Perkembangan globalisasi telah memberikan dampak kesegala bidang, tidak terkecuali pengembangan potensi pariwisata suatu kawasan maupun kota. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Budaya Lanskap adalah suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, dimana karakter tersebut menyatu secara harmoni

Lebih terperinci

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Sumber : BAPEDDA Surakarta

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Sumber : BAPEDDA Surakarta 11 BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian mengenai pengaruh konsep lanskap Keraton terhadap lanskap Kota ini dilakukan pada kawasan Keraton Kesunanan dan kawasan Kota. Peta lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan. Penelitian tentang upaya Perancangan Kembali Pasar Karangploso

BAB III METODE PERANCANGAN Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan. Penelitian tentang upaya Perancangan Kembali Pasar Karangploso BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Proses Perancangan 3.1.1 Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan Penelitian tentang upaya Perancangan Kembali Pasar Karangploso Kabupaten Malang ini mempunyai ruang lingkup

Lebih terperinci

III METODOLOGI PENELITIAN

III METODOLOGI PENELITIAN 22 III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Lenteng Timur Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep (Gambar 13). Pemilihan lokasi penelitian ini dipilih berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG I.1.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Pemukiman dan perumahan adalah merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh manusia. Perumahan dan pemukiman tidak hanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pandangan dari masyarakat, wisatawan, dan pemirintah tentang persepsi

BAB III METODE PENELITIAN. pandangan dari masyarakat, wisatawan, dan pemirintah tentang persepsi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini dibuat berdasarkan permasalahan penelitian yaitu untuk mengidentifikasi potensi ekowisata yang ada di Desa Aik Berik yang meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu elemen paling penting dalam kemajuan suatu daerah pada umumnya di Indonesia. Di Indonesia sektor pariwisata merupakan penunjang ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. judul penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

BAB I PENDAHULUAN. judul penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan mengemukakan hal yang melatar belakangi pengambilan judul penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup yang menjadi batasan

Lebih terperinci

FAKTOR PENENTU ORIENTASI RUMAH DI PERMUKIMAN NELAYAN DUSUN SALARANG KABUPATEN MAROS

FAKTOR PENENTU ORIENTASI RUMAH DI PERMUKIMAN NELAYAN DUSUN SALARANG KABUPATEN MAROS PROS ID I NG 2 0 1 1 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK FAKTOR PENENTU ORIENTASI RUMAH DI PERMUKIMAN NELAYAN DUSUN SALARANG KABUPATEN MAROS Ria Wikantiri, Venni Veronica & Marwah M. Jurusan Teknik Arsitektur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Nggela. Bentuk permukiman adat di Desa Nggela yang berbentuk linear namun,

BAB III METODE PENELITIAN. Nggela. Bentuk permukiman adat di Desa Nggela yang berbentuk linear namun, 38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini, sebagai awalnya dilihat fenomena yang terjadi di Desa Nggela. Bentuk permukiman adat di Desa Nggela yang berbentuk linear namun,

Lebih terperinci

POLA RUANG DALAM RUMAH PANGGONG DI KAMPUNG BONTANG KUALA

POLA RUANG DALAM RUMAH PANGGONG DI KAMPUNG BONTANG KUALA POLA RUANG DALAM RUMAH PANGGONG DI KAMPUNG BONTANG KUALA Yazid Dwi Putra Noerhadi 1, Antariksa 2, dan Abraham Mohammad Ridjal 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya 2

Lebih terperinci

Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang

Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang Rosawati Saputri 1, Antariksa 2, Lisa Dwi Wulandari 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, 2 Dosen Jurusan

Lebih terperinci

1BAB I PENDAHULUAN. KotaPontianak.Jurnal Lanskap Indonesia Vol 2 No

1BAB I PENDAHULUAN. KotaPontianak.Jurnal Lanskap Indonesia Vol 2 No 1BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Pontianak sebagai ibukota Provinsi Kalimantan Barat memiliki karakter kota yang sangat unik dan jarang sekali dijumpai pada kota-kota lain. Kota yang mendapat

Lebih terperinci

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi PLPBK DI KAWASAN HERITAGE MENTIROTIKU Kabupaten Toraja Utara memiliki budaya yang menarik bagi wisatawan dan memilki banyak obyek

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN PELESTARIAN PERMUKIMAN TRADISIONAL BALI AGA DAN REKOMENDASI

BAB V ARAHAN PELESTARIAN PERMUKIMAN TRADISIONAL BALI AGA DAN REKOMENDASI BAB V ARAHAN PELESTARIAN PERMUKIMAN TRADISIONAL BALI AGA DAN REKOMENDASI Bab ini akan menjelaskan mengenai Dasar Pertimbangan, Konsep Pelestarian, Arahan pelestarian permukiman tradisional di Desa Adat

Lebih terperinci

Gambar 3.1 : Peta Pulau Nusa Penida Sumber :

Gambar 3.1 : Peta Pulau Nusa Penida Sumber : BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penulis mengambil lokasi penelitian di Desa Sakti Pulau Nusa Penida Provinsi Bali. Untuk lebih jelas peneliti mencantumkan denah yang bisa peneliti dapatkan

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN 3.1 Data Lokasi Gambar 30 Peta Lokasi Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 62 1) Lokasi tapak berada di Kawasan Candi Prambanan tepatnya di Jalan Taman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sumber buku karangan Nirwabda Wow Building, 2014 : 88 2 Ibid : 88

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sumber buku karangan Nirwabda Wow Building, 2014 : 88 2 Ibid : 88 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang teletak di bagian Asia tenggara yang dilalui garis khatulistiwa. Indonesia berada diantara benua Asia dan Australia serta diantara

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. kepada manusia lainnya. Karena itu, manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia

BAB 1. Pendahuluan. kepada manusia lainnya. Karena itu, manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya membutuhkan seorang partner untuk bekerja sama sehingga suatu pekerjaan yang berat menjadi ringan. Hal ini berarti bahwa untuk menempuh pergaulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk yang. terdiri dari ribuan pulau-pulau dimana masing-masing penduduk dan suku

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk yang. terdiri dari ribuan pulau-pulau dimana masing-masing penduduk dan suku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk yang terdiri dari ribuan pulau-pulau dimana masing-masing penduduk dan suku bangsa yang mendiaminya dan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas masyarakat dan dapat menambah rasa cinta tanah air

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas masyarakat dan dapat menambah rasa cinta tanah air 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang sangat berperan dalam struktur ekonomi dan proses pembangunan negara. Hal ini disebabkan karena pariwisata dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Perawang Barat maju pesat dalam pembangunan maupun perekonomian, hal ini didukung

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Perawang Barat maju pesat dalam pembangunan maupun perekonomian, hal ini didukung BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Demografis Sejarah Desa Perawang Barat adalah salah satu Desa hasil dari pemekaran dari Desa Induk yaitu Desa Tualang berdasarkan peraturan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. masjid yang didirikan di Indonesia. Masjid telah menjadi salah satu bangunan. atau RW, instansi pendidikan, dan instansi pemerintahan.

BAB V PENUTUP. masjid yang didirikan di Indonesia. Masjid telah menjadi salah satu bangunan. atau RW, instansi pendidikan, dan instansi pemerintahan. 53 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Masjid merupakan salah satu bangunan yang penting dalam agama Islam. Selain fungsi utamanya sebagai tempat ibadah, masjid juga digunakan sebagai tempat kegiatan umat Islam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 14 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI Kegiatan penelitian ini dilakukan di Pusat Kota Banda Aceh yang berada di Kecamatan Baiturrahman, tepatnya mencakup tiga kampung, yaitu Kampung Baru,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN 5.1. Karakteristik Fisik Lingkungan Perumahan Pahandut Seberang

BAB V KESIMPULAN 5.1. Karakteristik Fisik Lingkungan Perumahan Pahandut Seberang BAB V KESIMPULAN Berdasarkan sejarah awal keberadaannya, Perumahan Pahandut Seberang merupakan perpaduan dari dua tipe kronologis. Tipe kronologis pertama dengan kedatangan kelompok etnis Dayak sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jakarta Timur, disebut Jatinegara Kaum karena di sana terdapat kaum, dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. Jakarta Timur, disebut Jatinegara Kaum karena di sana terdapat kaum, dimana BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lokasi penelitian ini terletak di Klender, kelurahan Jatinegara Kaum, Jakarta Timur, disebut Jatinegara Kaum karena di sana terdapat kaum, dimana kata kaum diambil

Lebih terperinci

Kampung Wisata -> Kampung Wisata -> Konsep utama -> akomodasi + atraksi Jenis Wisatawan ---> Domestik + Mancanegara

Kampung Wisata -> Kampung Wisata -> Konsep utama -> akomodasi + atraksi Jenis Wisatawan ---> Domestik + Mancanegara Kampung Wisata -> suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur

BAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur Propinsi Sumatera Utara, yang membentang mulai dari Kabupaten Langkat di sebelah Utara, membujur

Lebih terperinci

1 A p a r t e m e n S i s i n g a m a n g a r a j a S e m a r a n g

1 A p a r t e m e n S i s i n g a m a n g a r a j a S e m a r a n g BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan primer manusia. Berbagai upaya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal ini, salah satu caranya adalah

Lebih terperinci

Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk

Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk Pola Pemukiman Terpusat Pola Pemukiman Linier Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk Adanya pemukiman penduduk di dataran rendah dan dataran tinggi sangat berkaitan dengan perbedaan potensi fisik dan

Lebih terperinci

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi tabut di Bengkulu semula merupakan ritual yang sakral penuh dengan religius-magis yaitu merupakan suatu perayaan tradisional yang diperingati pada tanggal 1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN ASET WISATA DAN PEMUKIMAN TRADISIONAL MANTUIL 2.1. TINJAUAN KONDISI DAN POTENSI WISATA KALIMANTAN

BAB II TINJAUAN ASET WISATA DAN PEMUKIMAN TRADISIONAL MANTUIL 2.1. TINJAUAN KONDISI DAN POTENSI WISATA KALIMANTAN BAB II TINJAUAN ASET WISATA DAN PEMUKIMAN TRADISIONAL MANTUIL 2.1. TINJAUAN KONDISI DAN POTENSI WISATA KALIMANTAN SELATAN 2.1.1. Kondisi Wisata di Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Y, Wartaya Winangun, Tanah Sumber Nilai Hidup, Yogyakarta: Kanisius, 2004, hal

BAB I PENDAHULUAN. 1 Y, Wartaya Winangun, Tanah Sumber Nilai Hidup, Yogyakarta: Kanisius, 2004, hal BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Permasalahan Dalam kehidupan di dunia, setiap makhluk hidup pasti tergantung pada 3 unsur pokok, yaitu: tanah, air, dan udara. Ketiga unsur tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan kebutuhan dasar masyarakat seperti pangan, obat-obatan, dan

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan kebutuhan dasar masyarakat seperti pangan, obat-obatan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang mampu menyediakan kebutuhan dasar masyarakat seperti pangan, obat-obatan, dan pendapatan bagi keluarga, sehingga hutan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN DESA WISATA Oleh : Dr. Ir. Sriyadi., MP (8 Januari 2016)

PENGEMBANGAN KAWASAN DESA WISATA Oleh : Dr. Ir. Sriyadi., MP (8 Januari 2016) PENGEMBANGAN KAWASAN DESA WISATA Oleh : Dr. Ir. Sriyadi., MP (8 Januari 2016) A. Latar Belakang Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat sehingga membawa

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah sebuah daerah otonomi setingkat propinsi di Indonesia dengan ibukota propinsinya adalah Yogyakarta, sebuah kota dengan berbagai

Lebih terperinci

2. Kesimpulan Khusus Adapun kesimpulan secara khusus akan dijabarkan sebagai berikut:

2. Kesimpulan Khusus Adapun kesimpulan secara khusus akan dijabarkan sebagai berikut: BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN 1. Kesimpulan Umum Upacara adat nyangku merupakan upacara adat warisan dari raja-raja Panjalu yang masih menjadi tradisi turun temurun masyarakat desa Panjalu. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ragam budaya yang berbeda satu sama lain. Keragaman budaya ini

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ragam budaya yang berbeda satu sama lain. Keragaman budaya ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari beragam suku memiliki ragam budaya yang berbeda satu sama lain. Keragaman budaya ini diyakini tidak hanya mampu

Lebih terperinci

TESIS. Sampul Depan PROGRAM

TESIS. Sampul Depan PROGRAM TESIS STUDI MORFOLOGIDESA BAYUNG GEDE Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Feliksdinata Pangasih No.Mhs.: 15.54.024.50/PS/MTA Sampul Depan PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK ARSITEKTURR PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Barat, Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Lombok

BAB I PENDAHULUAN. Barat, Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Lombok 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah propinsi yang terdiri dari 2 (dua) pulau utama yaitu Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini fokusnya adalah unsur arsitektur yang dipertahankan pada

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini fokusnya adalah unsur arsitektur yang dipertahankan pada BAB I PENDAHULUAN Penelitian ini fokusnya adalah unsur arsitektur yang dipertahankan pada rumah di kawasan permukiman tepi laut akibat reklamasi pantai. Kawasan permukiman ini dihuni oleh masyarakat pesisir

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 16 III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan Empang yang secara administratif masuk dalam wilayah Kelurahan Empang, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan Rumah Susun pekerja ini menggunakan metode secara kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks permasalahan yang ada secara

Lebih terperinci

BAB V PENERAPAN KONSEP MAGERSARI DI KAWASAN PERMUKIMAN

BAB V PENERAPAN KONSEP MAGERSARI DI KAWASAN PERMUKIMAN BAB V PENERAPAN KONSEP MAGERSARI DI KAWASAN PERMUKIMAN Penerapan konsep magersari pada kawasan permukiman magersari adalah berupa usulan perbaikan terhadap kawasan permukiman magersari, yang menghasilkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan

I. PENDAHULUAN. Permukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan melakukan kegiatan/aktivitas sehari-harinya. Permukiman dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

Lebih terperinci

12 Tempat Wisata di Pulau Lombok yang Indah

12 Tempat Wisata di Pulau Lombok yang Indah 12 Tempat Wisata di Pulau Lombok yang Indah http://tempatwisatadaerah.blogspot.com/2015/01/12-tempat-wisata-terindah-di-lombok.html 12 Tempat Wisata Terindah di Lombok Nusa Tenggara Barat - Lombok merupakan

Lebih terperinci

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI 3.1 Deskripsi Umum Lokasi Lokasi perancangan mengacu pada PP.26 Tahun 2008, berada di kawasan strategis nasional. Berda satu kawsan dengan kawasan wisata candi. Tepatnya

Lebih terperinci

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN STASIUN KERETA API SOLO JEBRES

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN STASIUN KERETA API SOLO JEBRES KARAKTER SPASIAL BANGUNAN STASIUN KERETA API SOLO JEBRES Agustina Putri Ceria, Antariksa, Noviani Suryasari Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan Mayjen Haryono 167, Malang 65145

Lebih terperinci

JOKO PRAYITNO. Kementerian Pariwisata

JOKO PRAYITNO. Kementerian Pariwisata JOKO PRAYITNO Kementerian Pariwisata " Tren Internasional menunjukkan bahwa desa wisata menjadi konsep yang semakin luas dan bahwa kebutuhan dan harapan dari permintaan domestik dan internasional menjadi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN 3.1. Tinjauan Umum Kota Yogyakarta Sleman Provinsi Derah Istimewa Yogyakarta berada di tengah pulau Jawa bagian selatan dengan jumlah penduduk 3.264.942 jiwa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat unik dengan berbagai keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun memiliki

Lebih terperinci

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi BAB III METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Kegiatan studi dilakukan di Dukuh Karangkulon yang terletak di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kotagede adalah sebuah kota lama yang terletak di Yogyakarta bagian selatan yang secara administratif terletak di kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Sebagai kota

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. I.I. Latar Belakang Masalah. secara kolektif dalam suatu masyarakat ( Mardimin, 1994: 55 ). Berdasarkan

BAB I PENGANTAR. I.I. Latar Belakang Masalah. secara kolektif dalam suatu masyarakat ( Mardimin, 1994: 55 ). Berdasarkan 1 BAB I PENGANTAR I.I. Latar Belakang Masalah Kebudayaan menurut Sukarni Sumarto adalah cara hidup yang dianut secara kolektif dalam suatu masyarakat ( Mardimin, 1994: 55 ). Berdasarkan pemahaman tersebut

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN WISATA GOA GONG Di PACITAN

PENGEMBANGAN WISATA GOA GONG Di PACITAN LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN WISATA GOA GONG Di PACITAN Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh : LILIK BAYU

Lebih terperinci

SUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU

SUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU SUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU Maharani Puspitasari 1, Antariksa 2, Wulan Astrini 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 2 Dosen Jurusan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA

IDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA IDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA Vippy Dharmawan 1, Zuraida 2 1+2 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surabaya Jl. Sutorejo Nomor 59 Surabaya

Lebih terperinci

Pusat Kawasan Wisata Candi Gedongsongo BAB I PENDAHULUAN

Pusat Kawasan Wisata Candi Gedongsongo BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Menurut Salah Wahab PhD (ahli pariwisata dari Mesir), kegiatan pariwisata hendaknya sebagai suatu kegiatan dengan orientasi ekonomi. Pandangan inilah yang saat ini

Lebih terperinci

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian.

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian. III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea Bogor, Propinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian terlihat pada Gambar 2. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN WISATA CANDI PENATARAN DI BLITAR JAWA TIMUR

PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN WISATA CANDI PENATARAN DI BLITAR JAWA TIMUR LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN WISATA CANDI PENATARAN DI BLITAR JAWA TIMUR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT Oleh : RINRIN KODARIYAH A 34201017 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan 29 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Desa Teluk Mesjid Desa Teluk Mesjid adalah suatu wilayah di kecamatan Sungai Apit kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

Lebih terperinci