PENGARUH KADAR AIR AWAL BENIH DAN SUHU RUANG SIMPAN TERHADAP VIABILITAS, VIGOR, DAN PERTUMBUHAN BENIH SIRSAK (ANNONA MURICATA)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH KADAR AIR AWAL BENIH DAN SUHU RUANG SIMPAN TERHADAP VIABILITAS, VIGOR, DAN PERTUMBUHAN BENIH SIRSAK (ANNONA MURICATA)"

Transkripsi

1 Agric. Sci. J. Vol. I (4) : (2014) PENGARUH KADAR AIR AWAL BENIH DAN SUHU RUANG SIMPAN TERHADAP VIABILITAS, VIGOR, DAN PERTUMBUHAN BENIH SIRSAK (ANNONA MURICATA) The Effect Initial Seed Moisture Content and Temperature of Storage Room on The Viability, Vigor, and Growth of Soursop Seed (Annona muricata) Annisa Rahman 1, Anne Nuraini 2, dan Nursuhud 2 1 Mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran 2 Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran ABSTRACT The category of soursop seed was recalcitrant seed which has a high initial seed moisture so that shelf life of soursop seed was low and could not storage in the low temperature. The objective of this experiment was to find out the effect of initial seed moisture content and temperatur of storage room on the viability, vigor, and growth of soursop seed. The experiment was conducted at the Seed Technology Laboratory, Tissue Culture Laboratory, and Aclimatization Room, Agriculture Faculty, Universitas Padjadjaran from April 2014 to July The method of experiment was Complete Randomized Design that consist of 9 treament combination with 3 replications for two months. Initial seed moisture content that used for this experiment were 37%, 32%, and 27%, and the temperature of storage room were a room storage temperature (T C; RH ±70%), air conditioner room temperature (T C; RH ±60% ), and refrigerator temperature (T 11 0 C; RH ±50%). Parameter that measured were seed moisture content, germination capacity, seed vigor index, high of shoot, root length, number of leaf, root dry weight, and shoot dry weight,. The result of this experiment showed that seed with initial seed moisture content 37% which stored in room storage (T C; RH ±70%) and seed with initial seed moisture content 27% which stored in refrigerator (T C; RH ±70%) gave the best result on viability, vigor, and growth of soursop seed. Keywords : Moisture Content, Recalcitrant Seed, Seed Storage, Soursop Seed Temperature, Viabilitas, Vigor ABSTRAK Benih sirsak termasuk ke dalam kategori benih rekalsitran yang memiliki kadar air relatif tinggi sehingga memiliki daya simpan yang rendah dan tidak dapat disimpan pada suhu rendah. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kadar air awal benih dan suhu ruang simpan terhadap viabilitas, vigor, dan pertumbuhan benih sirsak. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih, Laboratorium Kultur Jaringan, dan Ruang Aklimatisasi Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran pada bulan April sampai Juli Metode percobaan yang digunakan adalah metode eksperimen Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari 9 kombinasi perlakuan kadar air awal dan suhu ruang simpan dengan 3 kali ulangan selama dua bulan penyimpanan. Kadar air awal benih terdiri dari 37 %, 32%, dan 27%, sedangkan suhu ruang simpan terdiri dari suhu ruang kamar (T C; RH ±70%), suhu ruang AC (T C; RH ±60%), dan suhu kulkas (T 11 0 C; RH ±50%). Parameter yang diukur adalah kadar air, daya berkecambah, indeks vigor, tinggi kecambah, panjang akar, jumlah daun berat kering akar, dan berat kering kecambah. Hasil percobaan Diterima 11 Agustus Disetujui 16 Oktober Alamat Korespondensi : annisaarahman.18@gmail.com

2 menunjukkan bahwa benih dengan kadar air awal 37% pada suhu ruang kamar (T C; RH ±70%) dan benih dengan kadar air awal 27% pada suhu ruang simpan kulkas (T 11 0 C; RH ±50%) menghasilkan viabilitas, vigor, dan pertumbuhan benih sirsak terbaik Kata Kunci : Benih Rekalsitran, Benih Sirsak, Kadar Air, Suhu, Penyimpanan Benih, Viabilitas, Vigor PENDAHULUAN Sirsak merupakan salah satu buah dengan khasiat bervariasi, mulai dari sumber pemenuhan vitamin dan mineral sampai berperan dalam bidang kesehatan. Menurut Muktiani (2011) hampir semua bagian dari pohon sirsak, mulai dari kulit batang, akar, daun, daging buah, hingga bijinya telah dijadikan obat secara turun temurun oleh manusia. Pemanfaatan bagian dari tanaman sirsak ini tidak hanya terjadi di Indonesia, bahkan di seluruh belahan dunia. Banyaknya kandungan khasiat sirsak tersebut juga harus didukung dengan ketersediaan tanaman sirsak yang baik dalam kuantitas maupun kualitas. Namun, produksi sirsak di Indonesia tahun 2012 termasuk komoditas dengan tingkat produksi terendah yaitu 68,903 ton jika dibandingkan dengan komoditas buah lainnya seperti markisa, sukun, sawo, dll yang hasil produksinya diatas 100 ton (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2013). Berdasarkan Badan Litbang Pertanian (2011) salah satu kendala utama yang dihadapi dalam pengembangan sirsak secara komersil adalah tidak tersedianya benih bermutu dalam jumlah banyak dan harga murah. Benih bermutu merupakan salah satu komponen produksi paling utama dalam dunia pertanian. Benih sirsak termasuk jenis rekalsitran. Benih rekalsitran adalah kelompok benih yang tidak tahan (cepat rusak) apabila disimpan dalam waktu lama, tidak dapat diturunkan kadar airnya serta tidak dapat disimpan dalam suhu rendah (Roberts, 1973). Usaha penyimpanan benih yang bersifat rekalsitran sudah banyak dilakukan namun yang diperoleh masih merupakan penyimpanan jangka pendek (Tompset, 1987). Faktor-faktor dalam penyimpanan benih antara lain bergantung pada sifat genetis benih, kondisi sebelum panen, struktur dan komposisi benih, kondisi kulit benih, daya simpan dan tingkat kemasakan benih, kerusakan mekanis, kevigoran benih, bahan pengemasan, kadar air benih, dan kondisi ruang simpan benih (Kuswanto, 2003). Salah satu faktor penentu viabilitas benih yaitu suhu ruang simpan yang dipengaruhi juga oleh kelembaban. Tingginya suhu pada masa penyimpanan akan membahayakan dan mengakibatkan kerusakan pada benih. Suhu rendah dalam penyimpanan dapat menekan laju berkurangnya viabilitas benih (Sutopo, 2002). Benih bersifat higroskopis (mudah menyerap air) dan selalu berusaha mencapai kondisi equilibrium dengan lingkungannya sehingga apabila ruang simpan benih mempunyai kelembaban yang lebih tinggi daripada kadar air benih, maka benih akan menyerap air dari udara dan kadar air benih menjadi meningkat (Kuswanto, 2003) Pada saat panen diusahakan benih yang dipanen dalam keadaan masak dengan kondisi kadar air rendah, namun jika sewaktu dipanen kadar air benih masih tinggi, maka benih tersebut harus dilakukan pengeringan terlebih dahulu sebelum disimpan. Kadar air yang tinggi pada waktu panen dapat mempengaruhi daya simpan benih dikarenakan benih mudah mengalami kerusakan pada waktu panen, perontokan, prosesing, dan penanganan lebih lanjut (Kuswanto, 2003). Penyimpanan benih di Indonesia umumnya bergantung pada iklim Indonesia yang tropis sehingga adanya perubahan suhu dan kelembaban. Sifat benih yaitu higrokopis yang berarti bahwa benih selalu 144

3 melakukan keseimbangan kadar air dengan kelembaban di sekitarnya. Penelitian mengenai pengaruh perlakuaan kadar air awal benih dan suhu ruang simpan terhadap viabilitas, vigor, dan pertumbuhan benih sirsak diperlukan sebagai solusi dalam permasalahan penyimpanan pada benih sehingga dapat menghasilkan benih dengan kualitas yang baik dan kuantitas yang dapat mencukupi bagi produksi sirsak di Indonesia. BAHAN DAN METODE Percobaan dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih, Laboratorium Kultur Jaringan, dan Ruang Aklimatisasi Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Percobaan ini akan dilaksanakan dari bulan April 2014 sampai dengan bulan Juli Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan adalah benih sirsak varietas lokal yang diperoleh Desa Pakidulan, Cianjur, Jawa Barat dan fungisida Dithane. Bahan untuk perkecambahan adalah air dan media perkecambahan benih berupa campuran tanah, pasir, dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1 berdasarkan bobot. Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah metode eksperimen yang dirancang menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 9 perlakuan yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 27 unit percobaan. Pengujian dilakukan pada penyimpanan satu bulan dan dua bulan. Total keseluruhan unit percobaan menjadi 54 unit. Setiap unit terdiri dari 30 benih sirsak. Perlakuan terdiri dari : A = Kadar air awal 37% pada suhu kamar (T C; RH ±70%) B = Kadar air awal 32% pada suhu kamar (T C; RH ±70%) C = Kadar air awal 27% pada suhu kamar (T C; RH ±70%) D = Kadar air awal 37% pada suhu AC (T C; RH ±60%) E = Kadar air awal 32% pada suhu AC (T C; RH ±60%) F = Kadar air awal 27% pada suhu AC (T C; RH ±60%) G = Kadar air awal 37% pada suhu kulkas (T 11 0 C; RH ±50%) H = Kadar air awal 32% pada suhu kulkas (T 11 0 C; RH ±50%) I = Kadar air awal 27% pada suhu kulkas (T 11 0 C; RH ±50%) Benih sirsak diambil dari buah sirsak secara manual menggunakan tangan dan dibilas dengan air sebanyak tiga kali kemudian benih difermentasi dengan merendam benih menggunakan aquades pada wadah tertutup selama 24 jam. Benih yang telah difermentasi kemudian dibilas kembali dan dikeringanginkan selama 15 menit. Selanjutnya benih direndam menggunakan larutan fungsida Dithane dengan dosis 2 g/l selama lima menit, lalu benih dikeringanginkan selama 24 jam. Pelakuan kadar air didapat dengan menurunkan kadar air benih dengan oven suhu 31 0 C selama 2 jam sehingga kadar air menjadi 32%, sedangkan dalam waktu 4 jam kadar air menjadi 27%. Selanjutnya benih disimpan dalam kemasan (masingmasing kemasan berisikan 40 benih dan terdiri dari tiga kali ulangan per bulan) yang terdiri dari 18 kemasan disimpan di dalam ruang kamar (Laboratorium Teknologi Benih), 18 kemasan benih disimpan di dalam ruang AC (Laboratorium Kultur Jaringan), dan 18 kemasan disimpan di dalam kulkas. Parameter pengamatan terdiri dari kadar air setelah penyimpanan, daya berkecambah benih, indeks vigor benih, tinggi kecambah, panjang akar, jumlah daun, berat kering akar, dan berat kering kecambah. Pengamatan dilakukan pada 1 dan 2 BSP (Bulan Setelah Penyimpanan). Pengamatan daya berkecambah dan indeks vigor benih dilakukan pada 26 HST (First Day Count) sampai dengan 46 HST (Last Day Count). HASIL DAN PEMBAHASAN Pada Tabel 1 dapat dilihat suhu dan kelembaban masing-masing ruang simpan berbeda. Suhu dan kelembaban pada ruang 145

4 penyimpanan kamar dan AC cenderung kelembaban ruang penyimpanan kamar dan memiliki suhu dan kelembaban yang AC berubah-ubah, namun tidak terlalu berbeda pada dua bulan penyimpanan, hal signifikan. tersebut menunjukkan bahwa suhu dan Tabel 1. Data Suhu dan Kelembaban Ruang Simpan selama periode 2 Bulan Ruang Penyimpanan Bulan Suhu ( 0 C) Pengamatan Kelembaban (%) Kamar April - Mei 25,75 72,83 Mei - Juni AC April - Mei Mei - Juni Kulkas April - Juni ±11 ±50,00 Kondisi awal benih sebelum peyimpananan pada Tabel 3 menunjukkan hasil dari pengukuran kadar air awal benih sebesar 37 %. Benih sirsak tergolong dalam benih rekalsitran. Tabel 2. Kondisi Awal Benih Sebelum Penyimpanan Parameter Nilai Kadar Air (%) 37 Daya Berkecambah (%) 85 Indeks Vigor 0,69 Daya kecambah benih awal yaitu 85 % seperti terlihat pada tabel 3. Daya kecambah benih memberikan informasi mengenai kemampuan benih dapat tumbuh normal menjadi tanaman dalam keadaan lingkungann optimum Indeks vigor benih ditentukan dari kecambah normal yang tumbuh per satuan waktu, semakin banyak kecambah normal yang tumbuh maka semakin tinggi pula indeks vigornya. Indeks vigor maksimum dihitung dari semua total benih (30 benih) yang tumbuh pada 26 HST (First Day Count) yaitu sebesar 1,15. Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa indeks vigor awal benih benih sirsak pada percobaan adalah 0,69 sehingga persentase vigor benih adalah 60% dari indeks vigor maksimum. Hama yang menyerang benih sirsak selama penyimpanan adalah larva dari hama penggerek buah sirsak (Annonaepestis bengalella). Larva penggerek buah muncul pada satu bulan setelah penyimpanan benih. Larva penggerek buah menyerang benih pada penyimpanan suhu ruang kamar, hal tersebut dikarenakan kelembaban pada suang simpan kamar yang lebih tinggi daripada kelembaban ruang simpan lainnya sehingga dapat memicu berkembangnya biaknya telur-telur penggerek buah yang menempel pada permukaan benih saat proses pemisahan buah dan benih sirsak (ekstrasi benih). Persentase serangan hama dihitung dari tiap kemasan yang terserang hama dibagi dengan banyaknya total kemasan perlakuan. Persentase serangan hama pada 1 BSP sebesar 18,5% dan pada 2 BSP sebesar 25,9%. Penyakit yang menyerang tanaman sirsak adalah penyakit busuk coklat batang (Corticium sp). Penyakit ini menyerang batang dan dahan pada suhu yang terlalu dingin dan lembab (Zuhud, 2011). Gejala dari penyakit busuk pangkal batang yaitu pembusukan terjadi pada pangkal batang yang terbatas 5 cm dari permukaan tanah. Bagian pangkal yang terinfeksi akan berwarna cokelat dan tampak basah. Tanah yang ada disekitar bagian pangkal biasanya ditemui miselium berwarna putih (Basisdata Hama dan Penyakit Tanaman, 2010). Kadar Air Akhir Setelah Penyimpanan Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat benih dan suhu ruang simpan terhadap kadar air akhir setelah penyimpanan pada 1 BSP dan 2 BSP. Kadar air akhir benih setelah penyimpanan benih pada 1 BSP dan 2 BSP mengalami penurunan yang cukup signifikan. Borner (1996) mengemukakan 146

5 bahwa benih rekalsitran selain tidak toleran terhadap suhu dan kelembaban yang rendah, juga peka terhadap penurunan kadar air. Hal ini menunjukkan bahwa kadar air benih rekalsitran sirsak umumnya menurun setelah disimpan pada kemasan yang tidak kedap udara. Penururan kadar air ini bervariasi berdasarkan kadar air awal benih dan suhu ruang simpan. Terjadinya penurunan kadar air benih sirsak disebabkan oleh sifat benih yang higroskopis yaitu pada setiap keadaan kadar air benih akan selalu mengadakan kesetimbangan dengan udara di sekitarnya. Tabel 3. Pengaruh Kadar Air Awal Benih dan Suhu Ruang Simpan terhadap Kadar Air Akhir Benih (%) 1 BSP dan 2 BSP Pada Tabel 3 dapat dilihat pengaruh berbagai perlakuan kadar air awal benih dan suhu ruang simpan terhadap kadar air akhir benih setelah penyimpanan pada 1 BSP. Kadar air benih pada benih dengan kadar air awal 37% (A), 32% (B), dan 27% (C) pada suhu kamar (T C; RH ±70%) tidak berbeda nyata, namun berbeda nyata dan lebih tinggi kadar airnya dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa ruang simpan dengan suhu C dengan kelembaban 70% dapat menghasilkan kadar air akhir setelah penyimpanan yang lebih tinggi karena tidak terjadi penguapan kadar air dari dalam benih ke lingkungan secara signifikan dibandingkan perlakuan lainnya. Pengaruh kadar air awal benih dan suhu ruang simpan terhadap kadar air akhir benih pada 2 BSP sama halnya pada penyimpanan 1 BSP. Kadar air akhir benih pada benih dengan kadar air awal 37% (A), 32% (B), dan 27% (C) pada suhu kamar (T C; RH ±70%) tidak berbeda nyata, namun berbeda nyata dan memiliki kadar air akhir yang lebih tinggi dibanding perlakuan lainnya. Benih sirsak yang disimpan pada suhu kamar menunjukkan kadar air yang lebih tinggi dibandingkan suhu simpan AC dan kulkas. Hal tersebut diduga karena kondisi kelembaban udara pada suhu kamar yang tinggi yang menyebabkan kadar air yang menguap dari benih ke lingkungan lebih kecil sehingga benih dapat mempertahankan kadar airnya tetap tinggi daripada perlakukan lainnya. Daya Berkecambah Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat benih dan suhu ruang simpan terhadap daya berkecambah setelah penyimpanan pada 1 BSP dan 2 BSP. 147

6 Tabel 4. Pengaruh Kadar Air Awal Benih dan Suhu Ruang Simpan terhadap Daya Berkecambah (%) 1 BSP dan 2 BSP Pada Tabel 5 dapat dilihat pengaruh berbagai perlakuan kadar air awal benih dan suhu ruang simpan terhadap daya berkecambah benih setelah penyimpanan pada 1 BSP. Daya berkecambah benih dengan kadar air awal 37% (G) dan 32% (H) pada suhu kulkas tidak berbeda nyata, namun berbeda nyata dan memiliki daya berkecambah yang lebih rendah dibandingkan perlakuan lainnya. Persentase daya berkecambah benih yang disimpan pada suhu kulkas menghasilkan perbedaan yang cukup signifikan antara kadar air 37% (G), 32%, (H) dan 32% (I). Daya berkecambah benih dengan kadar air awal 37% (G) dan 32% (H) pada suhu kulkas menghasilkan persentase yang lebih rendah dibandingkan daya berkecambah pada kadar air awal 27% (I) pada suhu kulkas. Hal tersebut disebabkan benih dengan kadar air awal 37% (G) dan 32% (H) memiliki kadar air yang lebih tinggi dibandingkan benih dengan kadar air 27% (I). Menurut Chin dkk. (1989) kandungan air yang terlalu tinggi dapat menimbulkan kerusakan apabila disimpan pada suhu rendah. Kerusakan yang terjadi dinamakan chilling injury yang mengakibatkan kerusakan dalam membran sel, chilling injury umumnya terjadi pada produk yang disimpan di atas titik beku dan di antara suhu C tergantung dari sensitivitas komoditi. Menurut Harrington dikutip Wirawan (1986) penyebab utama yang menurunkan daya berkecambah benih di dalam penyimpanan adalah faktor kadar air. Kadar air yang tinggi lebih cepat mengalami kemunduran dan lebih peka terhadap suhu ekstrim, fumigasi, perlakuan benih, cendawan, hama, pemanasan, dan kerusakan mekanik. Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan kadar air awal benih dan suhu ruang simpan memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap daya berkecambah pada 2 BSP. Sama halnya pada 1 BSP, daya berkecambah benih dengan kadar air awal 37% (G) dan 32% (H) pada ruang simpan kulkas (T 11 0 C; RH ±50%) berbeda nyata dan memiliki daya berkecambah lebih rendah dibandingkan perlakuan lainnya. Persentase daya berkecambah pada benih dengan kadar air awal 27% (I) pada ruang simpan kulkas menunjukkan hasil yang baik pada 1 BSP maupun 2 BSP. Hal tersebut menunjukkan bahwa benih dengan kadar air awal 27% pada ruang simpan kulkas dapat mempertahankan daya berkecambah. Pada suhu rendah, respirasi berjalan lambat dibanding suhu tinggi. Dalam kondisi tersebut, viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama Hal ini sesuai dengan pernyataan Chin dkk. (1989) yang menyatakan umumnya benih rekalsitran memerlukan kadar air di atas 20 % dengan suhu simpan C selama penyimpanan. Benih yang disimpan selama dua bulan mengalami penurunan persentase daya berkecambah atau kemunduran benih (deteriorasi). Kemunduran benih selama penyimpanan diduga disebabkan dari sifat 148

7 genetis benih. Menurut Mugnisyah (1991) kemunduran benih karena sifat genetis biasa disebut proses deteriorasi yang kronologis. Artinya, meskipun benih ditangani dengan baik dan faktor lingkungannya pun mendukung namun proses ini akan tetap berlangsung. Indeks Vigor Benih Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat benih dan suhu ruang simpan terhadap daya berkecambah setelah penyimpanan pada 1 BSP dan 2 BSP. Tabel 5. Pengaruh Kadar Air Awal Benih dan Suhu Ruang Simpan terhadap Indeks Vigor Benih 1 BSP dan 2 BSP Sejalan dengan daya berkecambah pada Tabel 4, indeks vigor benih pada 1 BSP (Tabel 6) menunjukkan bahwa benih dengan kadar air 37% (G) dan 32% (H) pada suhu kulkas (T 11 0 C; RH ±50%) berbeda nyata dari perlakuan lainnya dan memiliki indeks vigor lebih rendah dibandingkan perlakuan lainnya. Benih dengan kadar air 37% (G) dan 32% (H) diduga mengalami chilling injury yang menyebabkan benih kehilangan daya tumbuhnya akibat kerusakan membran sel yang terjadi di dalam benih. Pada penyimpanan 1 BSP, benih dengan kadar air awal 32% (B) pada suhu kamar (T C; RH ±70%) menghasilkan indeks vigor yang lebih tinggi dibandingkan dengan benih dengan kadar air awal 37% (A) pada suhu kamar. Hal tersebut menunjukkan bahwa penurunan kadar air awal benih sirsak sampai kadar air benih 32% memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap indeks vigor benih pada suhu kamar. Perlakuan kadar air awal benih dan suhu ruang simpan memberikan pengaruh berbeda nyata antar perlakuan terhadap indeks vigor benih pada 2 BSP. Indeks vigor pada benih dengan kadar air awal 32% (B) pada suhu kamar (T C; RH ±70%) berbeda nyata dengan benih berkadar air awal 32% (E) pada ruang suhu AC (T C; RH ±60%). Hal tersebut menunjukkan bahwa penyimpanan benih dengan kadar air yang sama namun suhu ruang simpan yang berbeda menghasilkan pengaruh yang berbeda pula. Benih pada suhu simpan AC menghasilkan indeks vigor lebih besar daripada benih pada suhu kamar. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan suhu penyimpanan benih dapat berpengaruh terhadap meningkatnya indeks vigor benih. Menurut hasil penelitian Samira (1999) pada benih jeruk besar (Citrus maxima Meer) melaporkan bahwa daya berkecambah dan kecepatan tumbuh benih yang disimpan dua minggu berbeda nyata antara suhu kamar dengan ruang ber- AC. Daya berkecambah dan kecepatan tumbuh benih yang disimpan pada ruang ber-ac lebih tinggi dibandingkan dengan daya berkecambah dan kecepatan tumbuh benih yang disimpan pada suhu kamar. Indeks vigor pada seluruh perlakuan percobaan mengalami penurunan pada dua bulan penyimpanan. Pada umumnya vigor benih mengalami penurunan setelah melewati masa penyimpanan, karena setiap organisme hidup selalu mengalami penuaan. Sadjad (1993) menyatakan bahwa periode simpan akan berpengaruh terhadap vigor benih, dimana penurunannya seiring 149

8 dengan pertambahan waktu. Selain itu, dalam proses penyimpanan benih faktor kadar air juga sangat mempengaruhi, kadar air benih yang tinggi dapat meningkatkan laju kemunduran benih dalam tempat penyimpanan. Pertumbuhan Kecambah Sirsak Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat benih dan suhu ruang simpan terhadap tinggi kecambah, panjang akar, dan jumlah daun setelah penyimpanan pada 1 BSP dan 2 BSP. Tabel 6. Pengaruh Kadar Air Awal dan Suhu Ruang Simpan terhadap Tinggi Kecambah (cm), Panjang Akar (cm), dan Jumlah Daun 1 BSP dan 2 BSP Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa pengaruh perlakuan kadar air awal dan suhu ruang simpan terhadap tinggi kecambah tidak berbeda nyata pada 1 BSP, tetapi pada penyimpanan 2 BSP terdapat pengaruh yang berbeda nyata pada beberapa perlakuan. Tinggi kecambah pada benih dengan kadar air awal 37% (G) dan 32% (I) pada suhu kulkas berbeda nyata dan lebih rendah dari perlakuan lainnya. Hal tersebut diduga karena tinggi tanaman pada benih dengan kadar air awal 37% (G) dan 32% (I) pada penyimpanan kulkas tidak maksimal. Tinggi kecambah menurun pada penyimpanan 2 BSP, hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan pertumbuhan benih akan berkurang seiring dengan lama nya masa simpan benih. Pertumbuhan kecambah yang rendah diduga karena daya berkecambah dan indeks vigor benih yang rendah pula. Menurut Ardian (2008) lama perkecambahan dapat menjadi petunjuk perbedaan kekuatan tumbuh, semakin cepat pertumbuhan kecambah maka semakin tinggi vigor kecambah. Tinggi rendahnya vigor benih akan menggambarkan kekuatan tumbuh dan pertumbuhan kecambah. Semakin tinggi vigor maka kekuatan perkecambahan menjadi lebih baik, begitu pula pertumbuhan tanaman. Pengaruh kadar air awal benih dan suhu ruang simpan terhadap panjang akar pada 1 BSP terdapat pengaruh yang berbeda nyata. Benih dengan kadar air 37% pada suhu kulkas berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Perlakuan kadar air awal benih dan suhu ruang simpan terhadap panjang akar pada 2 BSP terdapat pengaruh yang berbeda nyata pula. Panjang akar pada benih dengan kadar air 37% (A) pada suhu kamar berbeda nyata dan menghasilkan panjang akar yang lebih tinggi daripada perlakuan lainnya. Panjang akar pada perlakuan kadar air awal dan suhu ruang simpan mengalami penurunan pada 2 BSP. Hal tersebut dikarenakan pertumbuhan tanaman yang semakin menurun seiring dengan menurunnya indeks vigor benih pada waktu simpan benih yang semakin lama. Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa terdapat pengaruh yang berbeda nyata dari perlakuan kadar air awal benih dan suhu 150

9 ruang simpan terhadap jumlah daun pada 1 BSP. Benih dengan kadar air awal 37% (G) dan 32% (H) pada suhu kulkas (T 11 0 C; RH ±50%) berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Pada perlakuan tersebut jumlah daun yang tumbuh lebih sedikit dibandingkan perlakuan lainnya, hal ini dikarenakan pertumbuhan kecambah lebih lambat atau memiliki indeks vigor yang lebih rendah dibandingkan oleh seluruh perlakuan lainnya. Pada 2 BSP, benih dengan kadar air awal 37% (A) pada ruang simpan kamar (T C; RH ±70%) berbeda nyata dengan benih kadar air awal 32% (B) dan 27% (C) pada ruang simpan yang sama. Hal tersebut menunjukkan bahwa benih dengan kadar air 37% (A) pada suhu simpan kamar memiliki pertumbuhan daun yang lebih baik dibandingkan dengan benih kadar air awal 32% (B) dan 27% (C). Bobot Kering Akar Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat benih dan suhu ruang simpan terhadap bobot kering akar setelah penyimpanan pada 1 BSP dan 2 BSP. Tabel 7. Pengaruh Kadar Air Awal dan Suhu Ruang Simpan terhadap Berat Kering Akar 1 BSP dan 2 BSP Perlakuan kadar air awal benih dan suhu ruang simpan tidak terdapat pengaruh yang berbeda nyata terhadap bobot kering akar pada 1 BSP, sedangkan perlakuan kadar air awal benih dan suhu ruang simpan memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap bobot kering akar pada 2 BSP. Bobot kering akar benih pada 2 BSP dengan kadar air awal 37% (G) dan 32% (H) pada suhu kulkas (T 11 0 C; RH ±50%) menghasilkan pengaruh yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Bobot Kering Kecambah Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat benih dan suhu ruang simpan terhadap bobot kering kecambah setelah penyimpanan pada 1 BSP dan 2 BSP. Tabel 8. Pengaruh Kadar Air Awal dan Suhu Ruang Simpan terhadap Berat Kering Kecambah 1 BSP dan 2 BSP 151

10 Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa pengaruh kadar air awal benih dan suhu ruang simpan berbeda nyata antar perlakuan pada 1 BSP. Bobot kering kecambah pada benih dengan kadar air 37% (G) pada suhu kulkas berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, kecuali dengan perlakuan 32% (H) pada suhu ruang simpan kulkas. Pengaruh perlakuan kadar air awal dan suhu ruang simpan pada 2 BSP terhadap bobot kering kecambah menunjukkan bahwa benih dengan kadar air 37% (G) dan 32% (H) berbeda nyata pula dengan perlakuan lainnya. Rata-rata perlakuan mengalami penurunan berat kering kecambah pada 2 BSP. Penurunan berat kering kecambah seiring dengan penurunan pertumbuhan pada kecambah sirsak. Menurut Ardian (2008) berat kecambah dipengaruhi oleh lamanya pertumbuhan sejak permulaan sampai berjalannya proses perkecambahan, karena bila kecambah butuh waktu yang lama untuk tumbuh maka hasil kecambah yang diperoleh adalah kecambah pendek, ukuran daun kecambah kecil, hipokotilnya pendek dan volume akar kecil. Bobot kering kecambah merupakan salah satu indikator vigor benih, tingginya nilai berat kering kecambah menunjukkan tingginya vigor benih (Justice dan Bass, 2002). Sadjad dkk., (1999) mengemukakan bahwa kemampuan berkecambah suatu benih berhubungan dengan banyaknya cadangan makanan yang dikandungnya. Prawiranata dkk., (1992) menjelaskan benih yang memiliki vigor tinggi mampu menghasilkan berat kering kecambah yang tinggi pada kondisi optimum dan suboptimum. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Terdapat pengaruh kombinasi perlakuan kadar air awal benih dan suhu ruang simpan terhadap viabilitas, vigor, dan pertumbuhan benih sirsak. 2. Benih dengan kadar air awal benih 37% pada ruang simpan kamar (T C; RH ±70%) dan benih dengan kadar air awal 27% pada ruang simpan kulkas (T 11 0 C; RH ±50%) menghasilkan viabilitas, vigor, dan pertumbuhan terbaik selama dua bulan penyimpanan. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian mengenai kemasan benih yang sesuai untuk penyimpanan benih sirsak agar dapat mencegah serangan hama pada saat penyimpanan. 2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui kadar air kritis dari benih sirsak. DAFTAR PUSTAKA Ardian Pengaruh Perlakuan Suhu dan Waktu Pemanasan Benih terhadap Perkecambahan Kopi Arabika. Jurnal Akta Agrosia. Vol. 11 (1): 1-9. Badan Litbang Pertanian Perbaikan Mutu Sirsak Melalui Polinasi. Sinar Tani Basisdata Hama dan Penyakit Tanaman Busuk Pangkal Batang. Departemen Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor. Bonner, F.T Response to drying of recalcitrant seed of Quercus nigra L. Ann. Bot. 78: Chin, H.F., B. Chrisnapillay and P.C. Stanwood Recalcitrant Vs Orthodox Seeds. P In Seed Moisture. CSSA Special Publication Number 14. Crop Science Society of America. Madison, Wisconsin, USA. Direktorat Jenderal Hortikultura Produksi Buah-Buahan di Indonesia. Diakses pada tanggal 8 Februari 2013 Kuswanto, H Teknologi Pemrosesan, Pengemasan, dan Penyimpanan Benih. Kanisius: Yogyakarta. Mugnisyah Pengantar Produksi Benih. Jakarta: Rajawali press. Muktiani Khasiat dan Cara Olah Sirsak untuk Kesehatan dan Bisnis 152

11 Makanan. Pustaka Baru Press: Yogyakarta. Prawiranata, W., S. Harran dan P. Tjndronegoro Dasar-dasar fisiologi tumbuhan. Fakultas Matemetika dan Ilmu Alam. IPB Bogor. 247 hal. Roberts, H.F Pedicting the viability of seeds. Seed Science and Technology 1: Sadjad, S Dari Benih Kepada Benih. Gramedia, Jakarta. Samira, Diana Pengaruh Cara Ekstraksi, Suhu Penyimpanan dan Periode Simpan Terhadap Viabilitas Benih Jeruk Besar (Citrus Maxima Meer). Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Sutopo, Lita Teknologi Benih. Rajawali Pers: Jakarta. Wirawan, Baran Pengaruh Derajat Pengeringan Terhadap Kemunduran Benih Jeruk Siam (Citrus reliculata Blanco). Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Zuhud, Ervizal Bukti Kedahsyatan Sirsak Menumpas Kanker. PT Agro Media Pustaka: Jakarta. 153

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu faktor pembatas produksi benih adalah tejadinya kemunduran benih selama penyimpanan. Kemunduran benih ini dapat menyebabkan berkurangnya benih berkualitas

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS JAGUNG KUNING DAN JAGUNG PUTIH

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS JAGUNG KUNING DAN JAGUNG PUTIH Fauziah Koes dan Ramlah Arief: Pengaruh Lama Penyimpanan PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS JAGUNG KUNING DAN JAGUNG PUTIH Fauziah Koes dan Ramlah Arief Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAN INVIGORASI TERHADAP VIABILITAS BENIH KAKAO (Theobromacacao L.)

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAN INVIGORASI TERHADAP VIABILITAS BENIH KAKAO (Theobromacacao L.) SKRIPSI PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAN INVIGORASI TERHADAP VIABILITAS BENIH KAKAO (Theobromacacao L.) Oleh : IrvanSwandi 10882003293 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Tomat Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae, genus Lycopersicon, spesies Lycopersicon esculentum Mill. Tomat sangat bermanfaat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran,

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran, buah tomat sering digunakan sebagai bahan pangan dan industri, sehingga nilai ekonomi

Lebih terperinci

PENGARUH BERBAGAI MEDIA SIMPAN ALAMI TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH KAKAO (Theobroma cacao L.) SELAMA PERIODE SIMPAN ARTIKEL ILMIAH IRMAWATI

PENGARUH BERBAGAI MEDIA SIMPAN ALAMI TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH KAKAO (Theobroma cacao L.) SELAMA PERIODE SIMPAN ARTIKEL ILMIAH IRMAWATI PENGARUH BERBAGAI MEDIA SIMPAN ALAMI TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH KAKAO (Theobroma cacao L.) SELAMA PERIODE SIMPAN ARTIKEL ILMIAH IRMAWATI D1A013058 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim 15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Buncis Buncis berasal dari Amerika Tengah, kemudian dibudidayakan di seluruh dunia di wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

VIABILITAS DAN VIGORITAS BENIH Stylosanthes guianensis (cv. Cook) YANG DISIMPAN PADA SUHU BERBEDA DAN DIRENDAM DALAM LARUTAN GIBERELIN SKRIPSI OLEH

VIABILITAS DAN VIGORITAS BENIH Stylosanthes guianensis (cv. Cook) YANG DISIMPAN PADA SUHU BERBEDA DAN DIRENDAM DALAM LARUTAN GIBERELIN SKRIPSI OLEH VIABILITAS DAN VIGORITAS BENIH Stylosanthes guianensis (cv. Cook) YANG DISIMPAN PADA SUHU BERBEDA DAN DIRENDAM DALAM LARUTAN GIBERELIN SKRIPSI OLEH IKKE YULIARTI E10012026 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Benih Indigofera yang digunakan dalam penelitian ini cenderung berjamur ketika dikecambahkan. Hal ini disebabkan karena tanaman indukan sudah diserang cendawan sehingga

Lebih terperinci

PENGARUH KEMATANGAN BENIH TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max (L).Merrill)

PENGARUH KEMATANGAN BENIH TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max (L).Merrill) SKRIPSI PENGARUH KEMATANGAN BENIH TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max (L).Merrill) Oleh: Siti Rosmiati 10982008360 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN

Lebih terperinci

PERKECAMBAHAN BENIH TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg) YANG DISIMPAN PADA SUHU DAN PERIODE YANG BERBEDA

PERKECAMBAHAN BENIH TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg) YANG DISIMPAN PADA SUHU DAN PERIODE YANG BERBEDA PERKECAMBAHAN BENIH TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg) YANG DISIMPAN PADA SUHU DAN PERIODE YANG BERBEDA Firdaus Sulaiman, M. Umar Harun, dan Agus Kurniawan Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan kebutuhan konsumsi pangan berupa beras juga ikut meningkat. Oleh karena itu, perlu dilakukan

Lebih terperinci

Efektifitas Kemasan dan Suhu Ruang Simpan terhadap Daya Simpan Benih Kedelai (Glycine max (L.) Meirril)

Efektifitas Kemasan dan Suhu Ruang Simpan terhadap Daya Simpan Benih Kedelai (Glycine max (L.) Meirril) Planta Tropika Journal of Agro Science Vol 3 No 1 / Februari 2015 Efektifitas dan Suhu Ruang Simpan terhadap Daya Simpan Benih Kedelai (Glycine max (L.) Meirril) DOI 10.18196/pt.2015.033.1-7 Marlinda Dwi

Lebih terperinci

PERBEDAAN LAMA PENYIMPANAN DAN MEDIA SIMPAN TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

PERBEDAAN LAMA PENYIMPANAN DAN MEDIA SIMPAN TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) SKRIPSI PERBEDAAN LAMA PENYIMPANAN DAN MEDIA SIMPAN TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) UIN SUSKA RIAU Oleh: Cici Sriwahyuni 11082202882 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

Lebih terperinci

PROSESSING BENIH. Bagian dari keseluruhan rangkaian teknologi benih dalam usaha memproduksi benih bermutu tinggi

PROSESSING BENIH. Bagian dari keseluruhan rangkaian teknologi benih dalam usaha memproduksi benih bermutu tinggi PROSESSING BENIH Bagian dari keseluruhan rangkaian teknologi benih dalam usaha memproduksi benih bermutu tinggi PENGUMPULAN PRA PEMBERSIHAN PEMBERSIHAN PEMILAHAN PENYIMPANAN PERLAKUAN PENGEMASAN PENYIMPANAN

Lebih terperinci

PENGARUH PENGERINGAN TERHADAP KUALITAS BENIH KEDELAI (Glycine max (L.) Merr)

PENGARUH PENGERINGAN TERHADAP KUALITAS BENIH KEDELAI (Glycine max (L.) Merr) PENGARUH PENGERINGAN TERHADAP KUALITAS BENIH KEDELAI (Glycine max (L.) Merr) THE EFFECT OF DRYING TOWARD QUALITY OF SOYBEAN SEEDS ( Glycine max ( L. ) Merr ) Fauzah Shaumiyah *), Damanhuri dan Nur Basuki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan kebutuhan akan

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan kebutuhan akan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan kebutuhan akan konsumsi pangan juga ikut meningkat. Namun pada kenyataannya, produksi pangan yang dihasilkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Viabilitas benih Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi kecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya kecambah benih, persentase kecambah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari bulan Oktober 2013 sampai bulan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tanaman kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu tanaman

I PENDAHULUAN. Tanaman kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu tanaman 2 I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Tanaman kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang penting karena memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi. Setiap 100 gram kacang

Lebih terperinci

PENGARUH KOMBINASI KADAR AIR BENIH DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP VIABILITAS DAN SIFAT FISIK BENIH PADI SAWAH KULTIVAR CIHERANG

PENGARUH KOMBINASI KADAR AIR BENIH DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP VIABILITAS DAN SIFAT FISIK BENIH PADI SAWAH KULTIVAR CIHERANG Jurnal Agrorektan: Vol. 2 No. 1 Juni 2015 53 PENGARUH KOMBINASI KADAR AIR BENIH DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP VIABILITAS DAN SIFAT FISIK BENIH PADI SAWAH KULTIVAR CIHERANG Tita Kartika Dewi 1 1) Fakultas

Lebih terperinci

METODE PENYIMPANAN BENIH MERBAU (Intsia bijuga O. Ktze) Method of Seeds Storage of Merbau (Intsia bijuga O. Ktze) ABSTRACT PENDAHULUAN

METODE PENYIMPANAN BENIH MERBAU (Intsia bijuga O. Ktze) Method of Seeds Storage of Merbau (Intsia bijuga O. Ktze) ABSTRACT PENDAHULUAN Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. VIII No. 2 : 89-95 (2002) Komunikasi (Communication) METODE PENYIMPANAN BENIH MERBAU (Intsia bijuga O. Ktze) Method of Seeds Storage of Merbau (Intsia bijuga O. Ktze)

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan dilaksanakan pada bulan Juli

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS DAN KADAR AIR MEDIA SIMPAN TERHADAP VIABILITAS BENIH LENGKENG (Dimocarpus longan Lour.)

PENGARUH JENIS DAN KADAR AIR MEDIA SIMPAN TERHADAP VIABILITAS BENIH LENGKENG (Dimocarpus longan Lour.) PENGARUH JENIS DAN KADAR AIR MEDIA SIMPAN TERHADAP VIABILITAS BENIH LENGKENG (Dimocarpus longan Lour.) EFFECT OF TYPE AND MOISTURE OF STORAGE MEDIA TOWARD LONGAN SEEDS VIABILITY (Dimocarpus longan Lour.)

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di dua tempat yaitu, di Laboratorium PKHT IPB, Baranangsiang untuk pengujian kadar air dan penyimpanan dengan perlakuan suhu kamar dan suhu rendah.

Lebih terperinci

318. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No

318. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No 318. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No. 2337-6597 VIABILITAS BENIH ROSELA (Hibiscus sabdariffa L.) PADA BERBAGAI KADAR AIR AWAL DAN KEMASAN BENIH Herri Wiliam Suhendra Purba

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya yang tinggi. Untuk memenuhi konsumsi dalam negeri,

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya yang tinggi. Untuk memenuhi konsumsi dalam negeri, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kedelai merupakan salah satu palawija yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena nilai gizinya yang tinggi. Untuk memenuhi konsumsi dalam negeri, produksi perlu ditingkatkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Propagul Rhizophora mucronata dikecambahkan selama 90 hari (3 bulan) dan diamati setiap 3 hari sekali. Hasil pengamatan setiap variabel pertumbuhan dari setiap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian tanaman pangan merupakan sektor pertanian yang memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan sektor pertanian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Justice dan Bass (2002), penyimpanan benih adalah. agar bisa mempertahankan mutunya. Tujuan dari penyimpanan benih

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Justice dan Bass (2002), penyimpanan benih adalah. agar bisa mempertahankan mutunya. Tujuan dari penyimpanan benih II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyimpanan Benih Menurut Justice dan Bass (2002), penyimpanan benih adalah mengkondisikan benih pada suhu dan kelembaban optimum untuk benih agar bisa mempertahankan mutunya.

Lebih terperinci

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) EFFECT OF DENSITY AND PLANTING DEPTH ON THE GROWTH AND RESULTS GREEN BEAN (Vigna radiata L.) Arif Sutono

Lebih terperinci

Nanda Fadila et al. (2016) J. Floratek 11 (1): 59-65

Nanda Fadila et al. (2016) J. Floratek 11 (1): 59-65 PENGARUH TINGKAT KEKERASAN BUAH DAN LETAK BENIH DALAM BUAH TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH KAKAO (Theobroma cacao L.) Effect of the Pod Hardness Level and Seed Position in Pod on Cocoa Seed (Theobroma

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KERTAS MERANG DAN KERTAS CD SEBAGAI ALTERNATIF MEDIA PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH BENIH WIJEN (SesamumIndicum L)

PENGGUNAAN KERTAS MERANG DAN KERTAS CD SEBAGAI ALTERNATIF MEDIA PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH BENIH WIJEN (SesamumIndicum L) PENGGUNAAN KERTAS MERANG DAN KERTAS CD SEBAGAI ALTERNATIF MEDIA PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH BENIH WIJEN (SesamumIndicum L) A. PENDAHULUAN Oleh : EKO PURDYANINGSIH(PBT Ahli Madya) Balai Besar Perbenihan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Tanaman Jengkol Klasifikasi tanaman jengkol dalam ilmu tumbuh-tumbuhan dimasukkan dalam klasifikasi sebagai berikut (Pitojo,1992). Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledonae

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 13 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB, Dramaga, Bogor untuk pengujian

Lebih terperinci

Halimursyadah et al. (2013) J. Floratek 8: 73-79

Halimursyadah et al. (2013) J. Floratek 8: 73-79 Halimursyadah et al. (213) J. Floratek 8: 73-79 PENGGUNAAN POLYETHYLENE GLYCOLE SEBAGAI MEDIA SIMULASI CEKAMAN KEKERINGAN TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BEBERAPA VARIETAS BENIH KACANG TANAH (Arachis hypogaea

Lebih terperinci

VIABILITAS DAN VIGOR BENIH BAWANG MERAH PADA BEBERAPA VARIETAS SETELAH PENYIMPANAN. Viability and Vigor of Red Onion Varieties After Storage

VIABILITAS DAN VIGOR BENIH BAWANG MERAH PADA BEBERAPA VARIETAS SETELAH PENYIMPANAN. Viability and Vigor of Red Onion Varieties After Storage J. Agroland 17 (1) : 18-22, Maret 2010 ISSN : 0854 641X VIABILITAS DAN VIGOR BENIH BAWANG MERAH PADA BEBERAPA VARIETAS SETELAH PENYIMPANAN Viability and Vigor of Red Onion Varieties After Storage Maemunah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Negeri Maulana Malik Ibrahim malang. Pada bulan Desember 2011 sampai

BAB III METODE PENELITIAN. Negeri Maulana Malik Ibrahim malang. Pada bulan Desember 2011 sampai BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim malang. Pada bulan Desember 2011 sampai dengan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Percobaan akan dilaksanakan di Laboratorium Nematologi dan Rumah Kaca Jurusan Hama

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Percobaan akan dilaksanakan di Laboratorium Nematologi dan Rumah Kaca Jurusan Hama BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan akan dilaksanakan di Laboratorium Nematologi dan Rumah Kaca Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian,, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai dari bulan April 2016 hingga Mei

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro pada tanggal 27 Maret 2017-23 Mei

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI ETANOL DAN LAMA PENDERAAN PADA VIABILITAS BENIH TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) VARIETAS OVAL

PENGARUH KONSENTRASI ETANOL DAN LAMA PENDERAAN PADA VIABILITAS BENIH TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) VARIETAS OVAL J. Agrotek Tropika. ISSN 27-4 24 Jurnal Agrotek Tropika 1():24-251, 21 Vol. 1, No. : 24 251, September 21 PENGARUH KONSENTRASI ETANOL DAN LAMA PENDERAAN PADA VIABILITAS BENIH TOMAT (Lycopersicon esculentum

Lebih terperinci

Cut Nur Ichsan (2006) J. Floratek 2 : 37 42

Cut Nur Ichsan (2006) J. Floratek 2 : 37 42 UJI VIABILITAS DAN VIGOR BENIH BEBERAPA VARIETAS PADI (Oryza sativa L.) YANG DIPRODUKSI PADA TEMPERATUR YANG BERBEDA SELAMA KEMASAKAN Test of Viability and Seed Vigor of Several Rice Varieties Produced

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN BAB VII PENGOLAHAN DAN PENYIMANPANAN BENIH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

MUTU BENIH JAGUNG HASIL TANGKARAN DI KABUPATEN BULUKUMBA DAN WAJO, SULAWESI SELATAN. Rahmawati dan I.U. Firmansyah Balai Penelitian Tanaman Serealia

MUTU BENIH JAGUNG HASIL TANGKARAN DI KABUPATEN BULUKUMBA DAN WAJO, SULAWESI SELATAN. Rahmawati dan I.U. Firmansyah Balai Penelitian Tanaman Serealia MUTU BENIH JAGUNG HASIL TANGKARAN DI KABUPATEN BULUKUMBA DAN WAJO, SULAWESI SELATAN Rahmawati dan I.U. Firmansyah Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Pengujian mutu benih hasil tangkaran dilakukan

Lebih terperinci

VIABILITAS DAN VIGOR BENIH PADI (Oryza sativa, L) VARIETAS IR 64 BERDASARKAN VARIASI TEMPAT DAN LAMA PENYIMPANAN

VIABILITAS DAN VIGOR BENIH PADI (Oryza sativa, L) VARIETAS IR 64 BERDASARKAN VARIASI TEMPAT DAN LAMA PENYIMPANAN VIABILITAS DAN VIGOR BENIH PADI (Oryza sativa, L) VARIETAS IR 64 BERDASARKAN VARIASI TEMPAT DAN LAMA PENYIMPANAN Ika Nurani Dewi 1*, Drs. Sumarjan M.Si 2 Prodi Pendidikan Biologi IKIP Mataram 1* Dosen

Lebih terperinci

PENGARUH KONDISI PENYIMPANAN DAN BERBAGAI VARIETAS BAWANG MERAH LOKAL SULAWESI TENGAH TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH IF ALL 1 DAN IDRIS 2

PENGARUH KONDISI PENYIMPANAN DAN BERBAGAI VARIETAS BAWANG MERAH LOKAL SULAWESI TENGAH TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH IF ALL 1 DAN IDRIS 2 PENGARUH KONDISI PENYIMPANAN DAN BERBAGAI VARIETAS BAWANG MERAH LOKAL SULAWESI TENGAH TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH IF ALL 1 DAN IDRIS 2 1 Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari Oktober 2013 sampai dengan Januari

Lebih terperinci

PANEN DAN PENANGANAN BENIH CENGKEH DALAM PRODUKSI BENIH BERMUTU

PANEN DAN PENANGANAN BENIH CENGKEH DALAM PRODUKSI BENIH BERMUTU PANEN DAN PENANGANAN BENIH CENGKEH DALAM PRODUKSI BENIH BERMUTU Diah Pratiwi, S.P., M.P PBT Pertama BBPPTP Surabaya PENDAHULUAN Tanaman cengkeh (Syzigium aromaticum) merupakan salah satu tanaman rempah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengembangan Metode Pengusangan APC IPB 77-1 MM Alat Pengusangan Cepat (APC) IPB 77-1 MM ini dirancang untuk dapat melakukan pengusangan cepat secara fisik maupun kimia. Prosedur

Lebih terperinci

yang khas, ukuran buah seragam, dan kandungan gizi sama dengan tomat buah. Kecenderungan permintaan tomat rampai yang semakin meningkat dipasaran akan

yang khas, ukuran buah seragam, dan kandungan gizi sama dengan tomat buah. Kecenderungan permintaan tomat rampai yang semakin meningkat dipasaran akan 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tomat rampai atau tomat ranti banyak disukai oleh konsumen karena tomat mempunyai rasa yang khas, ukuran buah seragam, dan kandungan gizi sama dengan tomat buah. Kecenderungan

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. HASIL DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id 21 I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perkecambahan Biji 1. Kecepatan Kecambah Viabilitas atau daya hidup biji biasanya dicerminkan oleh dua faktor yaitu daya kecambah dan kekuatan tumbuh. Hal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman semusim, termasuk golongan rumputrumputan. Berasal dari genus Oryza, famili Graminae (Poaceae) dan salah satu spesiesnya adalah Oryza

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAK A. 2.1 Karakteristik dan Komposisi Kimia Benih Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAK A. 2.1 Karakteristik dan Komposisi Kimia Benih Kedelai II. TINJAUAN PUSTAK A 2.1 Karakteristik dan Komposisi Kimia Benih Kedelai Ukuran benih kacang kedelai berbeda-beda antarvarietas, ada yang kecil, sedang, dan besar. Warna bijinya kebanyakan kuning kecoklatan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Rancangan Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Rancangan Percobaan 14 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Leuwikopo dan Laboratorium Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea. sistimatika tanaman jagung yaitu sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea. sistimatika tanaman jagung yaitu sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jagung Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, menurut Purwono dan Hartanto (2007), klasifikasi dan sistimatika tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pokok bagi sebagian besar rakyat di Indonesia. Keberadaan padi sulit untuk

I. PENDAHULUAN. pokok bagi sebagian besar rakyat di Indonesia. Keberadaan padi sulit untuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman terpenting di Indonesia. Hal ini karena padi merupakan tanaman penghasil beras. Beras adalah makanan pokok bagi sebagian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merill) merupakan salah satu komoditas pangan utama

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merill) merupakan salah satu komoditas pangan utama 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merill) merupakan salah satu komoditas pangan utama setelah padi yang dikenal sebagai sumber utama protein nabati yang dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setelah beras. Selain itu juga digunakan sebagai pakan ternak dan bahan baku

I. PENDAHULUAN. setelah beras. Selain itu juga digunakan sebagai pakan ternak dan bahan baku I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung di Indonesia merupakan bahan pangan penting sumber karbohidrat kedua setelah beras. Selain itu juga digunakan sebagai pakan ternak dan bahan baku industri.

Lebih terperinci

PEMBERIAN KNO 3 DAN AIR KELAPA PADA UJI VIABILITAS BENIH PEPAYA (Carica papaya L.) SKRIPSI OLEH :

PEMBERIAN KNO 3 DAN AIR KELAPA PADA UJI VIABILITAS BENIH PEPAYA (Carica papaya L.) SKRIPSI OLEH : PEMBERIAN KNO 3 DAN AIR KELAPA PADA UJI VIABILITAS BENIH PEPAYA (Carica papaya L.) SKRIPSI OLEH : DIO TIRTA ARDI 110301215 BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar penduduk Indonesia mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok. Tidak hanya di Indonesia,

Lebih terperinci

Daya Simpan Benih Tomat (Lycopersicum esculentum mill.) Hasil Beberapa Teknik Ekstraksi

Daya Simpan Benih Tomat (Lycopersicum esculentum mill.) Hasil Beberapa Teknik Ekstraksi Daya Simpan Benih Tomat (Lycopersicum esculentum mill.) Hasil Beberapa Teknik Ekstraksi I NYOMAN RAGANATHA I GUSTI NGURAH RAKA *) I KETUT SIADI Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di 14 BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih, Fakultas Pertanian,, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di atas permukaan laut, pada

Lebih terperinci

PENGUJIAN KADAR AIR BENIH

PENGUJIAN KADAR AIR BENIH PENGUJIAN KADAR AIR BENIH A. Pendahuluan. 1. Latar Belakang. Benih merupakan material yang bersifat higroskopis, memiliki susunan yang kompleks dan heterogen. Air merupakan bagian yang fundamental terdapat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih serta Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Penelitian dilaksanakan di rumah kaca C Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini dilakukan selama kurun waktu 4 bulan

Lebih terperinci

PENENTUAN STADIA KEMASAKAN BUAH NANGKA TOAYA MELALUI KAJIAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI BENIH ABSTRAK

PENENTUAN STADIA KEMASAKAN BUAH NANGKA TOAYA MELALUI KAJIAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI BENIH ABSTRAK Media Litbang Sulteng 2 (1) : 56 61, Oktober 2009 ISSN : 1979-5971 PENENTUAN STADIA KEMASAKAN BUAH NANGKA TOAYA MELALUI KAJIAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI BENIH Oleh : Enny Adelina 1) ABSTRAK Dalam penyediaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial yang terdiri atas 2 faktor dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah suhu penyimpanan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Viabilitas Benih 2.1.1 Viabilitas benih Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi kecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya kecambah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman kakao (Theobroma cacao L) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang sampai sekarang ini semakin meningkat, baik dari segi pengembangan maupun permintaan pasar.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN HASIL BERBAGAI VARIETAS KACANG HIJAU (Vigna radiata (L.) Wilczek) PADA KADAR AIR YANG BERBEDA

PERTUMBUHAN DAN HASIL BERBAGAI VARIETAS KACANG HIJAU (Vigna radiata (L.) Wilczek) PADA KADAR AIR YANG BERBEDA DAFTAR ISI Halaman HALAMAN DEPAN... i HALAMAN JUDUL... ii LEMBAR PERSETUJUAN. iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI iv SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT v UCAPAN TERIMA KASIH vi ABSTRAK viii ABSTRACT. ix RINGKASAN..

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2. Kondisi Pols (8 cm) setelah Penyimpanan pada Suhu Ruang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2. Kondisi Pols (8 cm) setelah Penyimpanan pada Suhu Ruang HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Bahan Tanam Setelah Penyimpanan Penyimpanan bahan tanam dilakukan pada kondisi suhu yang berbeda dengan lama simpan yang sama. Kondisi yang pertama ialah suhu ruang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pangan yang berasal dari biji, contohnya yaitu padi. Dalam Al-Qur'an telah

BAB I PENDAHULUAN. pangan yang berasal dari biji, contohnya yaitu padi. Dalam Al-Qur'an telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Biji merupakan sumber makanan yang penting bagi hewan dan manusia. Diantara divisi Angiospermae, family Poaceae paling banyak menghasilkan pangan yang berasal dari

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Februari 2012 sampai Mei 2012. Penderaan fisik benih, penyimpanan benih, dan pengujian mutu benih dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI DOSIS UREA PADA BEBERAPA VARIETAS SORGUM ( Sorghum bicolor L.) TERHADAP HASIL DAN MUTU BENIH

PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI DOSIS UREA PADA BEBERAPA VARIETAS SORGUM ( Sorghum bicolor L.) TERHADAP HASIL DAN MUTU BENIH PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI DOSIS UREA PADA BEBERAPA VARIETAS SORGUM ( Sorghum bicolor L.) TERHADAP HASIL DAN MUTU BENIH THE EFFECT OF VARIOUS DOSES OF UREA TO YIELD AND SEED QUALITY ON SOME SORGHUM (Sorghum

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kopi merupakan produk tanaman perkebunan yang dibutuhkan oleh

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kopi merupakan produk tanaman perkebunan yang dibutuhkan oleh 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kopi merupakan produk tanaman perkebunan yang dibutuhkan oleh masyarakat seluruh dunia, komoditas ini merupakan komoditas yang tetap bertahan di pasaran global dikarenakan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Agronomi dan lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim

Lebih terperinci

PENGARUH TAKARAN KOMPOS BLOTONG DAN UMUR SIMPAN MATA TUNAS TUNGGAL TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TEBU (Saccharum officinarum L.)

PENGARUH TAKARAN KOMPOS BLOTONG DAN UMUR SIMPAN MATA TUNAS TUNGGAL TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TEBU (Saccharum officinarum L.) Vegetalika Vol. 4 No. 2, 2015: 100-111 100 PENGARUH TAKARAN KOMPOS BLOTONG DAN UMUR SIMPAN MATA TUNAS TUNGGAL TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TEBU (Saccharum officinarum L.) THE EFFECTS OF BLOTONG DOSAGES AND

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. = nilai peubah yang diamati µ = nilai rataan umum

BAHAN DAN METODE. = nilai peubah yang diamati µ = nilai rataan umum 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih Leuwikopo, Institut Pertanian Bogor, Dramaga-Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-Oktober

Lebih terperinci

PENGARUH BEBERAPA KONSENTRASI KALIUM NITRAT TERHADAP VIABILITAS BENIH KOPI ARABIKA (Coffea arabica L) DAN ROBUSTA (Coffea robusta L) SKRIPSI OLEH :

PENGARUH BEBERAPA KONSENTRASI KALIUM NITRAT TERHADAP VIABILITAS BENIH KOPI ARABIKA (Coffea arabica L) DAN ROBUSTA (Coffea robusta L) SKRIPSI OLEH : PENGARUH BEBERAPA KONSENTRASI KALIUM NITRAT TERHADAP VIABILITAS BENIH KOPI ARABIKA (Coffea arabica L) DAN ROBUSTA (Coffea robusta L) SKRIPSI OLEH : MUHAMMAD ADLAN ARISYI 130301278 BUDIDAYA PERTANIAN DAN

Lebih terperinci

INTERAKSI TAKARAN PUPUK NITROGEN DAN PERIODE SIMPAN TERHADAP MUTU BENIH JAGUNG. Oom Komalasari dan Fauziah Koes Balai Penelitian Tanaman Serealia

INTERAKSI TAKARAN PUPUK NITROGEN DAN PERIODE SIMPAN TERHADAP MUTU BENIH JAGUNG. Oom Komalasari dan Fauziah Koes Balai Penelitian Tanaman Serealia INTERAKSI TAKARAN PUPUK NITROGEN DAN PERIODE SIMPAN TERHADAP MUTU BENIH JAGUNG Oom Komalasari dan Fauziah Koes Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Percobaan bertujuan untuk melihat pengaruh takaran

Lebih terperinci

PENGARUH PERLAKUAN PEMATAHAN DORMANSI SECARA KIMIA TERHADAP VIABILITAS BENIH DELIMA (Punica granatum L.) SKRIPSI. Oleh :

PENGARUH PERLAKUAN PEMATAHAN DORMANSI SECARA KIMIA TERHADAP VIABILITAS BENIH DELIMA (Punica granatum L.) SKRIPSI. Oleh : PENGARUH PERLAKUAN PEMATAHAN DORMANSI SECARA KIMIA TERHADAP VIABILITAS BENIH DELIMA (Punica granatum L.) SKRIPSI Oleh : SYAHRI RAMADHANI 100301210/AGROEKOTEKNOLOGI PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Benih Bermutu Viabilitas dan Vigor benih

TINJAUAN PUSTAKA Benih Bermutu Viabilitas dan Vigor benih 4 TINJAUAN PUSTAKA Benih Bermutu Mutu benih merupakan sebuah konsep yang kompleks yang mencakup sejumlah faktor yang masing-masing mewakili prinsip-prinsip fisiologi, misalnya daya berkecambah, viabilitas,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Plasma nutfah dapat diartikan sebagai sumber genetik dalam satu spesies

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Plasma nutfah dapat diartikan sebagai sumber genetik dalam satu spesies BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konservasi Plasma Nutfah Plasma nutfah dapat diartikan sebagai sumber genetik dalam satu spesies tanaman yang memiliki keragaman genetis yang luas. Koleksi plasma nutfah adalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA Analisis Keragaan Pengaruh Tingkat Kemasakan Terhadap Daya Berkecambah Benih Jarak Pagar (Jatropha curcas L) Oleh : Badrul Munir, S.TP, MP (PBT Ahli Pertama BBPPTP Surabaya) I. PENDAHULUAN Jarak pagar

Lebih terperinci

INVIGORASI UNTUK MENINGKATKAN VIABILITAS, VIGOR, PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr. ) SKRIPSI

INVIGORASI UNTUK MENINGKATKAN VIABILITAS, VIGOR, PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr. ) SKRIPSI INVIGORASI UNTUK MENINGKATKAN VIABILITAS, VIGOR, PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr. ) SKRIPSI Oleh : Zakila Nur ainun 20100210008 Program Studi Agroteknologi FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGKAJIAN SUHU RUANG PENYIMPANAN DAN TEKNIK PENGEMASAN TERHADAP KUALITAS BENIH KEDELAI

PENGKAJIAN SUHU RUANG PENYIMPANAN DAN TEKNIK PENGEMASAN TERHADAP KUALITAS BENIH KEDELAI PENGKAJIAN SUHU RUANG PENYIMPANAN DAN TEKNIK PENGEMASAN TERHADAP KUALITAS BENIH KEDELAI Indartono Program Diploma III Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Diponegoro ABSTRACT Indartono, in this paper

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Benih merupakan salah satu masukan usaha tani yang mempengaruhi tingkat

I. PENDAHULUAN. Benih merupakan salah satu masukan usaha tani yang mempengaruhi tingkat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benih merupakan salah satu masukan usaha tani yang mempengaruhi tingkat hasil. Penggunaan benih bermutu tinggi dalam budidaya akan menghasilkan panen tanaman yang tinggi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri atas 2 faktor dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah suhu penyimpanan

Lebih terperinci

INFLUENCE OF NITROGEN GAS CONSENTRATION AND INITIAL SEED MOISTURE CONTENT ON SOYBEAN SEED STORABILITY

INFLUENCE OF NITROGEN GAS CONSENTRATION AND INITIAL SEED MOISTURE CONTENT ON SOYBEAN SEED STORABILITY Buletin Pertanian 1994 Volume 13 Nomor 3 PENGARUH KONSENTRASI GAS,NITROGEN DAN KADAR AIR AWAL TERH~DAP DAYA SIMPAN BENIH KEDELAI 1) INFLUENCE OF NITROGEN GAS CONSENTRATION AND INITIAL SEED MOISTURE CONTENT

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hermawan (2013), klasifikasi botani tanaman sorgum (Sorghum bicolor

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hermawan (2013), klasifikasi botani tanaman sorgum (Sorghum bicolor II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Sorgum Menurut Hermawan (2013), klasifikasi botani tanaman sorgum (Sorghum bicolor [L]. Moench) adalah : Kerajaan Subkerajaan Superdevisi Devisi Kelas Subkelas Ordo Famili

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu dari enam komoditas

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu dari enam komoditas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu dari enam komoditas terpenting di dunia. Sebagai tanaman kacang-kacangan sumber protein dan lemak nabati,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Vigor Benih

TINJAUAN PUSTAKA. Vigor Benih TINJAUAN PUSTAKA Vigor Benih Vigor adalah sekumpulan sifat yang dimiliki benih yang menentukan tingkat potensi aktivitas dan kinerja benih atau lot benih selama perkecambahan dan munculnya kecambah (ISTA,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya sangat tinggi. Kedelai mempunyai kandungan protein yang

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya sangat tinggi. Kedelai mempunyai kandungan protein yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai merupakan salah satu palawija yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena nilai gizinya sangat tinggi. Kedelai mempunyai kandungan protein yang relatif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kedelai merupakan salah satu palawija yang banyak dikonsumsi oleh

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kedelai merupakan salah satu palawija yang banyak dikonsumsi oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu palawija yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena memiliki kadar protein yang tinggi, yaitu sebesar 37% dan kandungan lemak sebesar 16%

Lebih terperinci

PENGARUN KQNDISI RUANG SIMPAN, KADAR AIR AWAL BENIH DAN PERIODE SIMPAN TERHADAP VIABILITAS BENIH SIRSAK (Annona muricata L.) Oleh.

PENGARUN KQNDISI RUANG SIMPAN, KADAR AIR AWAL BENIH DAN PERIODE SIMPAN TERHADAP VIABILITAS BENIH SIRSAK (Annona muricata L.) Oleh. PENGARUN KQNDISI RUANG SIMPAN, KADAR AIR AWAL BENIH DAN PERIODE SIMPAN TERHADAP VIABILITAS BENIH SIRSAK (Annona muricata L.) Oleh Nur Chikmah A 30.1592 JURTJSAN BUD1 DAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK BENIH BELIMBING

STUDI KARAKTERISTIK BENIH BELIMBING Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura STUDI KARAKTERISTIK BENIH BELIMBING (Averrhoa carambola L.) dan DAYA SIMPANNYA Study of Star Fruit Seed (Averhoa carambola L.) Seed Characteristic and

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni sampai dengan Oktober 2011 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Bogor dan di Balai

Lebih terperinci

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Pengamatan Pengamatan dilakukan dengan mengamati kecambah benih merbau yang hidup yaitu dengan cara memperhatikan kotiledon yang muncul ke permukaan tanah. Pada tiap perlakuan

Lebih terperinci