HASIL OBSERVASI. 1 Lokasi Sawah tempat panen padi dan rumah tempat bawon berada di 2 lingkungan yaitu : 2 Waktu 06, 20, 27 Januari 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL OBSERVASI. 1 Lokasi Sawah tempat panen padi dan rumah tempat bawon berada di 2 lingkungan yaitu : 2 Waktu 06, 20, 27 Januari 2013"

Transkripsi

1

2 HASIL OBSERVASI No Aspek yang Diamati Keterangan 1 Lokasi Sawah tempat panen padi dan rumah tempat bawon berada di 2 lingkungan yaitu : 1. Lingkungan Kemantenan Sari 2. Lingkungan Daleman Asri. 2 Waktu 06, 20, 27 Januari Profil Lokasi Penelitian Desa Mungseng merupakan sebuah Desa yang sebagian besar luas wilayahnya tanah persawahan dan tanah perkebunan. Mayoritas penduduknya bermatapencaharian petani dan tanaman padi menjadi komoditas utama para petani selain tanaman tembakau. Di Desa tersebut terdapat 2 lingkungan yang mayoritas warganya menjadi petani dan buruh tani. 4 Panen (derep) Sebelum panen dilaksanakan, petani pemilik atau penggarap sawah memberitahukan kepada para tetangga yang dulunya disuruh menanam padi untuk kembali memanen padi yang telah mereka tanam sesuai dengan bek an atau bagian. Para penderep biasanya mengajak anggota keluarganya agar pekerjaan cepat selasai. Pelaksanaan panen padi diawali dengan pemotongan batang padi menggunakan sabit. Setelah semua batang selesai dipotong, batang padi dirontokkan menggunakan batu besar atau balok kayu. Untuk selanjutnya bila padi selesai digebuk atau dirontokkan dimasukkan ke dalam bagor atau karung beras. Apabila semua padi sudah dimasukkan maka para buruh tani akan mengangkut ke rumah pemilik sawah untuk dikumpulkan dan di bawonkan. 5 Bawon Proses bawon dilakukan setelah penderep selesai memanen padi dan mengumpulkan hasil derepnya kedalam karung atau bagor. Dengan cara diangkut ke rumah pemilik sawah maka

3 pemilik akan langsung bawoni dengan cara membagi padi dengan perbandingan 5:1 artinya apabila buruh tani mendapat derep 60 kg maka yang 50 kg akan diperoleh petani dan 10 kg untuk buruh tani.

4 HASIL OBSERVASI Waktu : 06 Januari 2013/pukul WIB Tempat Penelitian : sawah Bapak Nuryani Lingkungan Daleman Asri Mungseng Temanggung No Aspek yang diamati Keterangan 1 Tempat penelitian sawah Bapak Nuryani, Lingkungan Daleman Asri Mungseng Temanggung memiliki luas 600 m3 2 Status kepemilikan Petani penggarap 3 Penderep Berjumlah 15 orang, yang merupakan tetangga terdekat. 4 Proses panen/derep Sebelum panen dilaksanakan, penggarap sawah memberitahukan kepada para tetangga yang dulunya disuruh menanam padi untuk kembali memanen padi yang telah mereka tanam sesuai dengan bek an atau bagian. Para penderep biasanya mengajak anggota keluarganya agar pekerjaan cepat selasai. Pelaksanaan panen padi diawali dengan pemotongan batang padi menggunakan sabit. Setelah semua batang selesai dipotong, batang padi dirontokkan menggunakan batu besar atau balok kayu. Untuk selanjutnya bila padi selesai digebuk atau dirontokkan dimasukkan ke dalam bagor atau karung beras. Apabila semua padi sudah dimasukkan maka para buruh tani akan mengangkut ke rumah pemilik sawah untuk dikumpulkan dan di bawonkan. 5 Proses bawon Proses bawon dilakukan setelah penderep selesai memanen padi dan mengumpulkan hasil derepnya kedalam karung atau bagor. Dengan cara diangkut ke rumah pemilik sawah maka pemilik akan langsung bawoni

5 dengan cara membagi padi dengan perbandingan 5:1 artinya apabila buruh tani mendapat derep 60 kg maka yang 50 kg akan diperoleh petani dan 10 kg untuk buruh tani. Hanya saja untuk pelaksanaan bawon di rumah pemilik ini cara bawonnya menggunakan timbangan, artinya pemilik sawah langsung menimbang hasil derep tiap penderep dengan perbandingan 5 : 1. 6 Hasil panen Menurut pemilik sawah untuk sawah yang luasnya 600 m3 dengan benih padi jenis mentik wangi setiap periode panennya memperoleh hasil bersih 2 ton padi. Bila dijual sesuai harga pasaran gabah saat ini yaitu Rp.1300 per kg, maka total pendapatannya Rp Dengan catatan itu belum dibagi 2 dengan penggarap sawah.

6 HASIL OBSERVASI Waktu : 20 Januari 2013/pukul WIB Tempat Penelitian : sawah Bapak Sutaryono Lingkungan Kemantenan Sari Mungseng Temanggung No Aspek yang diamati Keterangan 1 Tempat penelitian sawah Bapak Sutaryono, Lingkungan Kemantenan Sari Mungseng Temanggung memiliki luas 1000 m3 2 Status kepemilikan Petani pemilik 3 Penderep Berjumlah 15 orang, yang merupakan tetangga terdekat. 4 Proses panen/derep Sebelum panen dilaksanakan, pemilik sawah memberitahukan kepada para tetangga yang dulunya disuruh menanam padi untuk kembali memanen padi yang telah mereka tanam sesuai dengan bek an atau bagian. Para penderep biasanya mengajak anggota keluarganya agar pekerjaan cepat selasai. Pelaksanaan panen padi diawali dengan pemotongan batang padi menggunakan sabit. Setelah semua batang selesai dipotong, batang padi dirontokkan menggunakan batu besar atau balok kayu. Untuk selanjutnya bila padi selesai digebuk atau dirontokkan dimasukkan ke dalam bagor atau karung beras. Apabila semua padi sudah dimasukkan maka para buruh tani akan mengangkut ke rumah pemilik sawah untuk dikumpulkan dan di bawonkan. 5 Proses bawon Proses bawon dilakukan setelah penderep selesai memanen padi dan mengumpulkan hasil derepnya kedalam karung atau bagor. Dengan cara diangkut ke rumah pemilik

7 sawah maka pemilik akan langsung bawoni dengan cara membagi padi dengan perbandingan 5:1 artinya apabila buruh tani mendapat derep 60 kg maka yang 50 kg akan diperoleh petani dan 10 kg untuk buruh tani. Untuk pelaksanaan bawon di rumah pemilik ini cara bawonnya menggunakan takaran, artinya pemilik sawah membagi hasil derep tiap penderep dengan ditakar menggunakan wadah atau baskom kecil dengan perbandingan 5 : 1. 6 Hasil panen Menurut pemilik sawah untuk sawah yang luasnya 1000 m3 dengan benih padi jenis 64 setiap periode panennya memperoleh hasil bersih 2,8 ton padi. Bila dijual sesuai harga dipasaran gabah saat ini yaitu Rp.1400 per kg, maka total pendapatannya Rp

8 HASIL OBSERVASI Waktu : 27 Januari 2013/pukul WIB Tempat Penelitian : sawah Bapak Suharno Lingkungan Kemantenan Sari Mungseng Temanggung No Aspek yang diamati Keterangan 1 Tempat penelitian sawah Bapak Suharno, Lingkungan Kemantenan Sari Mungseng Temanggung memiliki luas 1200 m3 2 Status kepemilikan Petani pemilik 3 Penderep Berjumlah 10 orang, yang merupakan buruh panen. 4 Proses panen/derep Sebelum panen dilaksanakan, pemilik sawah mencari tenaga/buruh panen. Biasanya buruh panen padi berasal dari luar desa pemilik sawah. Untuk sistem panen ini biasanya dinamakan kroyokan. Dimana penderep yang notabene sebagai buruh panen hanya dibatasi 10 orang saja. Pelaksanaan panen padi diawali dengan pemotongan batang padi menggunakan sabit. Setelah semua batang selesai dipotong, batang padi dirontokkan menggunakan batu besar atau balok kayu. Untuk selanjutnya bila padi selesai digebuk atau dirontokkan dimasukkan ke dalam bagor atau karung beras. Apabila semua padi sudah dimasukkan maka para buruh tani akan mengangkut ke rumah pemilik sawah untuk dikumpulkan dan di bawonkan. 5 Proses bawon Proses bawon dilakukan setelah para penderep selesai memanen padi dan mengumpulkan hasil derepnya kedalam karung atau bagor. Dengan cara diangkut ke rumah pemilik sawah maka pemilik akan

9 langsung bawoni dengan cara membagi padi dengan perbandingan 5:1 artinya apabila buruh tani mendapat derep 60 kg maka yang 50 kg akan diperoleh petani dan 10 kg untuk buruh tani. Untuk pelaksanaan bawon di rumah pemilik ini cara bawonnya menggunakan takaran, artinya pemilik sawah membagi hasil derep tiap penderep dengan ditakar menggunakan wadah atau baskom kecil dengan perbandingan 5 : 1. 6 Hasil panen Menurut pemilik sawah untuk sawah yang luasnya 1200 m3 dengan benih padi jenis 64 setiap periode panennya memperoleh hasil 3,2 ton padi. Bila dijual sesuai harga dipasaran gabah saat ini yaitu Rp.1400 per kg, maka total pendapatannya Rp

10 PEDOMAN WAWANCARA A. Kepala Desa Mungseng Kecamatan Temanggung 1. Tradisi apa saja yang masih bertahan di desa Mungseng? 2. Terkait dengan tradisi bawon apakah ada acara slametan atau ritual sebelum panen atau tandur? 3. Tananam apa saja yang ditanam petani desa Mungseng pada musim penghujan? 4. Bagaimanakah sistem pertanian pada tanaman padi yang ada di desa Mungseng? 5. Bagaimana sistem pengupahan pertanian yang ada di desa Mungseng? 6. Bagaimana hubungan antara petani dengan penggarap/buruh tani di desa Mungseng? 7. Apakah yang anda ketahui tentang sistem bawon di desa Mungseng? 8. Bagaimana pelaksanaan kegiatan sistem bawon di desa Mungseng? 9. Apakah terdapat dokumen atau catatan resmi tentang sistem bawon di desa Mungseng? 10. Apakah ada sistem pengupahan lain disamping sistem bawon? 11. Apakah sistem bawon sesuai dengan kondisi dan kultur/corak masyarakat desa Mungseng? 12. Bagaimana peran pemerintah desa terhadap pelaksanaan sistem bawon? 13. Bagaimana upaya pemerintah desa dalam melestarikan tradisi bawon di desa Mungseng?

11 14. Bagaimana upaya pemerintah desa apabila terjadi perselisihan antara petani dengan buruh tani? B. Ketua Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) Desa Mungseng 1. Apakah petani di desa Mungseng masih menggunakan pranatamangsa dalam menentukan hari tanam padi? 2. Bagaimana awal mula (sejarah) tentang tradisi bawon di desa Mungseng? 3. Terkait dengan tradisi bawon apakah ada acara slametan atau ritual sebelum panen atau tandur? 4. Bagaimana tahap-tahap dalam menanam padi? 5. Pada tahap pembajakan tanah apa masih menggunakan sapi atau sudah menggunakan mesin traktor? 6. Bagaimana cara memupuk tanaman padi yang baik? 7. Setelah pemupukan bagaimana proses membersihkan gulma di desa Mungseng? 8. Bagaimana pelaksanaan sistem bawon yang ada di desa Mungseng? 9. Bagaimana hubungan antara petani dengan penggarap/buruh tani di desa Mungseng? 10. Bagaimana keterlibatan Gapoktan dalam pelaksanaan sistem bawon? 11. Apakah ada sistem pengupahan lain disamping sistem bawon? 12. Apakah ada standarisasi pengupahan pada sistem bawon? 13. Apakah kelebihan sistem bawon dibanding dengan sistem pengupahan yang lain?

12 14. Apakah pernah terjadi perselisihan antar petani/buruh tani dalam sistem bawon? 15. Bagaimana upaya penyelesaian perselisihan tersebut? C. Petani Pemilik Sawah/Penggarap 1. Apabila musim kemarau tiba, tanaman apa yang bapak tanam? 2. Apakah petani mungseng masih menggunakan pranata mangsa dalam menentukan hari tanam padi? 3. Apa saja tahap-tahap dalam menanam padi? 4. Pada tahap pembajakan sawah, apakah masih menggunakan sapi atau kerbau atau sudah menggunakan mesin traktor? 5. Bagaimana cara menanam bibit padi? 6. Apakah masih menggunakan sistem bawon saat panen padi? 7. Sejak kapan menggunakan sistem bawon? 8. Apakah manfaat menggunakan sistem bawon? 9. Apa saja sistem pengupahan yang digunakan selain sistem bawon? 10. Bagaimana sistem bawon yang anda terapkan? 11. Apa kelebihan dan kekurangan menggunakan sistem bawon saat panen padi? 12. Hambatan-hambatan apa saja dalam pelaksanaan sistem bawon? 13. Berapa hasil pendapatan apabila menggunakan sistem bawon dibanding dengan sistem pengupahan yang lain? 14. Manakah yang lebih menguntungkan antara sistem bawon dengan sistem pengupahan yang lain?

13 15. Bagaimana upaya melestarikan tradisi bawon di desa Mungseng? D. Buruh Tani 1. Apakah anak-anak bapak atau ibu juga mengikuti ibu atau bapak menjadi seorang buruh tani atau petani yang bekerja disawah atau masih melanjutkan sekolah dan bekerja yang lainnya? 2. Bagaimana cara menanam bibit padi? 3. Bagaimana pelaksanaan sistem bawon di desa Mungseng? 4. Sejak kapan terdapat sistem bawon di desa Mungseng? 5. Bagaimana tata cara sistem bawon yang pernah anda kerjakan? 6. Apakah sering mendapatkan order menanam padi? 7. Bagaimana sistem penghitungan upah dalam sistem bawon? 8. Berapa hasil pendapatan dari upah sistem bawon? 9. Kendala-kendala apa saja saat bekerja pada sistem bawon? 10. Apakah kelebihan dan kekurangan dari sistem bawon? 11. Apakah ada sistem pengupahan yang lain, selain sistem bawon? 12. Bagaimana pendapat anda terkait sistem selain bawon tersebut? 13. Bagaimana upaya melestarikan tradisi bawon di desa Mungseng? 14. Apakah anda ingin bertahan dengan sistem bawon atau berganti ke sistem yang lain?alasannya?

14 TRANSKRIP WAWANCARA A. Kepala Desa Mungseng Kecamatan Temanggung 1. Identitas Diri a. Nama : Susilo b. Usia : 48 tahun c. Jenis Kelamin : Laki-laki d. Waktu : WIB/28 Januari Daftar Pertanyaan dan Jawaban a. Tradisi apa saja yang masih bertahan di desa Mungseng? Jawab : tradisi yang masih bertahan di desa Mungseng adalah tradisi bawon, wiwit, sadranan, bersih desa, dll. b. Terkait dengan tradisi bawon apakah ada acara slametan atau ritual sebelum panen atau tandur? Jawab: kalau slametan masih ada, selametan berasal dari kata slamet yang artinya selamat dan terhindar dari aral rintangan. Bentuk slametan berupa genduren atau bancakan. Semua tradisi yang masih ada selalu diikuti dengan bancakan contohnya sadranan, muludan, selikuran, ariyoyo. Kalua ritual sebelum panen biasanya disebut dengan wiwit yaitu membuat sajen seperti megono dan ingkung, buahbuahan dan jajanan pasar, setelah itu sajen dibawa ke sawah saat malam sebelum panen ditengah sawah petani membakar menyan dan berdoa kepada Gusti Allah dan Dewi Sri agar padinya aman dan memperoleh panen yang banyak. c. Tananam apa saja yang ditanam petani desa Mungseng pada musim penghujan? Jawab: rata-rata pada musim penghujan para petani di desa Mungseng menanam padi, karena selain air yang melimpah bila hujan tiba, menanam padi adalah tanaman yang wajib ditanam bagi petani desa Mungseng. Sekitar 80% petani desa Mungseng akan menanam padi, 20% sisanya biasanya akan menanam sayur-sayuran. d. Bagaimanakah sistem pertanian pada tanaman padi yang ada di desa Mungseng? Jawab: sistem pertanian di desa Mungseng sudah mengalami perubahan, terkait dengan sistem pertanian pada penanaman padi hingga panen padi, contohnya bila dahulu pada saat derep para petani menggunakan ani-ani tetapi sekarang sudah menggunakan sabit untuk memotong padi. Dahulu juga semua menggunakan sistem bawon, sekarang sudah ada yang beralih ke sistem tebasan.

15 e. Bagaimana sistem pengupahan pertanian yang ada di desa Mungseng? Jawab: ya itu ada yang menggunakan sistem bawon, ada juga yang menggunakan sistem tebasan. Tetapi rata-rata masih menggunakan sistem bawon, walaupun beda-beda dalam pemberian takaran. f. Bagaimana hubungan antara petani dengan penggarap/buruh tani di desa Mungseng? Jawab: hubungan mereka relatif sama, artinya sama atau sejajar hampir tidak seperti bos dengan anak buahnya. Hal itu mungkin karena adanya hubungan kedekatan antara petani dengan buruh tani. Biasanya mereka hanya bertetangga dekat atau bahkan masih kerabatnya. g. Apakah yang anda ketahui tentang sistem bawon di desa Mungseng? Jawab: menurut saya sistem bawon adalah pemberian upah dengan hasil padi yang diperoleh para penderep sesuai dengan pembagian dengan cara perbandingan 5:1. h. Bagaimana pelaksanaan kegiatan sistem bawon di desa Mungseng? Jawab: pelaksanaannya dimulai dari para buruh tani disuruh menanam padi dulu, menjelang masa panen buruh tani yang dulunya disuruh menanam padi disuruh kembali untuk ikut derep, setelah itu hasil panen dari tiap penderep dibawa ke rumah pemilik sawah untuk di bawonkan. i. Apakah terdapat dokumen atau catatan resmi tentang sistem bawon di desa Mungseng? Jawab: untuk sistem bawon tidak ada dokumen atau catatan resmi, karena sistem bawon merupakan tradisi petani Mungseng secara turun-temurun. j. Apakah ada sistem pengupahan lain disamping sistem bawon? Jawab: selain bawon ada cara lain yaitu dengan sistem tebasan, tetapi setahu saya hanya ada beberapa petani tertentu yang sudah menggunakan sistem tersebut. k. Apakah sistem bawon sesuai dengan kondisi dan kultur/corak masyarakat desa Mungseng? Jawab: sistem bawon sangat sesuai dengan kultur masyarakat mungseng, karena sistem ini masih sangat kental dengan nuansa kebersamaan ddan kekeluargaan. l. Bagaimana peran pemerintah desa terhadap pelaksanaan sistem bawon? Jawab: peran pemerintah desa selalu mendukung dan ikut menjaga kelestarian tradisi tersebut.

16 m. Bagaimana upaya pemerintah desa dalam melestarikan tradisi bawon di desa Mungseng? Jawab: upaya pemerintah desa dalam melestarikanya yaitu dengan cara menjadi fasilitator apabila ada kegiatan penyuluhan pertanian. n. Bagaimana upaya pemerintah desa apabila terjadi perselisihan antara petani dengan buruh tani? Jawab: selama ini belum pernah ada atau terjadi perselisihan antara petani dengan buruh tani terkait dengan sistem bawon, kalau toh ada perselisihan mereka pasti langsung menyelesaikan secara kekeluargaan. Artinya tidak pernah dibawa sampai ke kantor Kepala desa.

17 B. Ketua Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) Desa Mungseng Kecamatan Temanggung 1. Identitas Diri a. Nama : Jahroni b. Usia : 55 tahun c. Jenis Kelamin : Laki-laki d. Waktu : 13.00/28 Januari Daftar Pertanyaan dan Jawaban a. Apakah petani di desa Mungseng masih menggunakan pranatamangsa dalam menentukan hari tanam padi? Jawab: rata-rata petani disini masih memakai pranatamangsa, karena masih percaya dengan perhitungan Jawa. Perhitungan ini juga biasanya tepat sesuai dengan kebiasaan yang ditinggalkan oleh nenek moyang kami. Seperti pada tahun ini menurut saya waktu tanam padi yang paling baik sekitar tanggal Desember kalau ingin menanam padi yang berumur pendek antara hari. a. Bagaimana awal mula (sejarah) tentang tradisi bawon di desa Mungseng? Jawab: kalau setahu saya sistem bawon ini sudah ada sejak nenek saya, jadi menurut saya walaupun tidak ada catatan sejarahnya, sistem ini sudah ada sejak nenek moyang di desa Mungseng ini. b. Terkait dengan tradisi bawon apakah ada acara slametan atau ritual sebelum panen atau tandur? Jawab: ada yaitu ritual wiwit yaitu membawa sesaji ke sawah dan memohon doa ke Gusti Allah agar padinya aman dari hama dan laku dijual. Selain itu wiwit juga merupakan bentuk sikap gotong-royong pada lingkungan sekitar, karena paginya para buruh tani/penderep saling bekerjasama dan bahu-membahu panen padi di sawah pemilik sawah atau yang punya hajat wiwit. c. Bagaimana tahap-tahap dalam menanam padi? Jawab: pertama kali petani harus menyiapkan benih padi dan tempat persemaian bibit, kemudian mengolah lahan untuk menanam padi dengan cara dicangkul dan dibajak menggunakan hewan atau traktor. Apabila sudah berumur 7-10 hari dilakukan pemupukan dan pembersihan gulma (matun). d. Pada tahap pembajakan tanah apa masih menggunakan sapi atau sudah menggunakan mesin traktor? Jawab: kalau di desa Mungseng saat ini rata-rata sudah menggunakan traktor. Akantetapi saya sendiri masih menggunakan tenaga sapi karena petani bisa berinteraksi dengan hewan peliharaannya, hewan

18 tersebut bisa mengeluarkan kotoran dan air kencingnya. Kotoran tersebut bisa menjadi pupuk organik bagi sawah. Hewan ternak tersebut sebenarnya merupakan tabungan bagi petani pemiliknya. Setiap waktu ternak tersebut akan bertambah besar dan jika petani tersebut pandai, ternak akan berkembang biak dan sewaktu-waktu petani membutuhkan uang dia bisa saja menjual ternaknya. e. Bagaimana cara memupuk tanaman padi yang baik? Jawab: pemupukan pertama pada umur 7 hari setelah tanam menggunakan pupuk NPK sebanyak 150 kg/ha dan urea sebanyak 50 kg/ha. Pemupukan kedua dilakukan pada umur 20 hari menggunakan pupuk NPK sebanyak 150 kg/ha dan urea sebanyak 50 kg/ha. Pemupukan ketiga dilakukan pada umur 35 hari dengan menggunakan pupuk NPK sebanyak 250 kg/ha. Pupuk untuk daun dengan kandungan nitrogen tinggi diberikan pada umur 14 hari dengan konsentrasi 2 gr/liter, sedangkan pupuk daun kandungan phospat dan kalium tinggi diberikan pada umur hari setelah tanam. f. Setelah pemupukan bagaimana proses membersihkan gulma di desa Mungseng? Jawab: gulma tanaman padi biasanya tumbuh bersama dan berdampingan dengan tanaman padi, untuk membersihkan gulma ini para petani desa Mungseng biasanya menyebutnya dengan matun. Matun adalah proses menyiangi atau cara membersihkan gulma atau tanaman pengganggu pada tanaman padi. Gulma-gulma dan hamahama perlu diberantas dan dibuang agar tidak mengurangi sari makanan yang mendukung pertumbuhan tanaman padi. g. Bagaimana pelaksanaan sistem bawon yang ada di desa Mungseng? Jawab: pelaksanaanya didahului dengan proses penanaman padi oleh beberapa orang biasanya tetangga-tetangga dekat pemilik sawah yang diberi bek an atau bagian petak sawah, kemudian kalau sudah waktunya panen mereka disuruh derep dan hasilnya derepnya dibawonkan ke pemilik sawah dengan perbandingan takaran. Biasanya perbandingannya 5:1 atau 4:1. h. Bagaimana hubungan antara petani dengan penggarap/buruh tani di desa Mungseng? Jawab: dalam pekerjaan hubungan petani dengan buruh tani tidak kelihatan seperti majikan dengan buruhnya, karena biasanya mereka juga saling bertetangga dekat. i. Bagaimana keterlibatan Gapoktan dalam pelaksanaan sistem bawon?

19 Jawab: keterlibatanya hanya sebatas memberikan pengarahan dan penyuluhan terhadap para petani, kalau terlibat langsung dalam pelaksanaannya tidak. j. Apakah ada sistem pengupahan lain disamping sistem bawon? Jawab: ada, yaitu sistem tebasan. Sistem ini sudah mulai berlaku di desa Mungseng, terutama oleh petani yang mempunyai lahan banyak dan bukan penduduk asli Mungseng karena mereka cenderung ingin mendapatkan hasil yang banyak secara efisien. k. Apakah ada standarisasi pengupahan pada sistem bawon? Jawab: tidak ada, pengupahan secara bawon hanya didasarkan pada kebiasaan lama dan yang berlaku umum di masyarakat desa. l. Apakah kelebihan sistem bawon dibanding dengan sistem pengupahan yang lain? Jawab: kelebihannya sistem bawon bisa berbagi rezeki dengan orang lain, terutama tetangga dekat. Karena bagi masyarakat desa tetangga menjadi sangat penting setelah keluarga, disaat senang maupun susah tetanggalah yang paling dahulu terlibat dengan kita. m. Apakah pernah terjadi perselisihan antar petani/buruh tani dalam sistem bawon? Jawab: alhamdulillah tidak pernah terjadi perselisihan, karena kebiasaan masyarakat desa yang mempunyai rasa kekeluargaan dan kerukunan yang tinggi. n. Bagaimana upaya penyelesaian perselisihan tersebut? Jawab: apabila ada perselisihan pasti mereka akan menyelesaikan dengan cara kekeluargaan tanpa ada rasa dendam.

20 C. Petani Pemilik Sawah 1. Identitas Diri a. Nama : Yoso Dimedjo b. Usia : 65 tahun c. Jenis Kelamin : Laki-laki d. Waktu : WIB/29 Januari Daftar Pertanyaan dan Jawaban a. Apabila musim kemarau tiba, tanaman apa yang bapak tanam? Jawab: biasanya saya menanam tembakau, karena tembakau menjadi tanaman yang utama di Temanggung. b. Apakah petani Mungseng masih menggunakan pranatamangsa dalam menentukan hari tanam padi? Jawab: masih, menurut saya waktu tanam yang baik pada tahun ini sekitar Februari, saat angin bertiup kencang dan hujan turun deras, tanaman padi mereka tetap tumbuh kokoh. Pengalaman selama ini, jika padi terlambat ditanam, padi akan roboh. Usia padi yang muda membuat akar tanaman belum mampu menopang daun dan batang di atasnya. Sebaliknya jika terlalu dini ditanam, padi akan roboh karena padi mulai menua dan berbunga sehingga membuat bagian atas tanaman lebih berat. c. Apa saja tahap-tahap dalam menanam padi? Jawab: secara ringkas pertama kali harus membuat benih padi, mengolah lahan, memupuk, matun, dan panen. d. Pada tahap pembajakan sawah, apakah masih menggunakan sapi atau kerbau atau sudah menggunakan mesin traktor? Jawab: saya sudah menggunakan mesin traktor, karena pekerjaan membajak jadi cepat selesai dan biayanya pun lebih irit dibanding dengan tenaga hewan. e. Apakah anda masih menggunakan sistem bawon saat panen padi? Jawab: tidak, saya memakai tebasan, karena saya sudah tua, jadi langsung saya tebaskan. f. Sejak kapan menggunakan sistem bawon? Jawab: kalau dulu bawon itu sudah sejak nenek moyang saya. g. Apakah manfaat menggunakan sistem bawon? Jawab: menurut saya bisa menolong tetangga, memberi rizki untuk tetangga dan bisa saling menjaga kerukunan. Tetapi bukan berarti saya tidak mau membantu sesama, tetapi lebih karena pribadi saya yang sudah tidak kuat mengurus sawah.

21 h. Apa saja sistem pengupahan yang digunakan selain sistem bawon? Jawab: biasanya ada sistem kroyokan dan tebasan, tapi kalau saya memakai tebasan. i. Bagaimana sistem tebasan yang anda terapkan? Jawab: ketika padi menjelang panen, saya mencari penebas padi, selanjutnya penebas menghitung luas padi dan melihat tanaman padi dan tawar-menawar dengan saya. j. Apa kelebihan dan kekurangan menggunakan sistem bawon saat panen padi? Jawab: kelebihannya bisa menolong para tetangga, kekurangannya kadang sering tidak bersih gabahnya karena mereka sering tergesagesa saat derep. Kadang juga bisa basah kena air hujan kalau ketika derep ada yang berangkat sore hari. k. Hambatan-hambatan apa saja dalam pelaksanaan sistem bawon? Jawab: kadang cuaca yang tidak menentu, kadang hasil panen yang tidak bersih, gabah tidak bisa langsung dijual karena masih harus menunggu terkumpul dari para penderep. l. Berapa hasil pendapatan apabila menggunakan sistem tebasan dibanding dengan sistem bawon? Jawab: kalau dengan bawon sawah saya yang kurang lebih 900 m3 mendapat hasil bersih 2,5 ton kadang hanya 2 ton. Kalau pakai sistem tebasan rata-rata 2 ton lebih dan langsung tunai dibayar oleh penebas. m. Manakah yang lebih menguntungkan antara sistem bawon dengan sistem tebasan? Jawab: kalau saya lebih untung memakai tebasan, karena saya tidak repot-repot harus menunggu derep dan bawoni. Yang ada begitu ada pembeli langsung dibayar kontan. 1. Identitas Diri a. Nama : Sutaryono b. Usia : 45 tahun c. Jenis Kelamin : Laki-laki d. Waktu : WIB/29 Januari Daftar Pertanyaan dan Jawaban a. Apabila musim kemarau tiba, tanaman apa yang bapak tanam? Jawab: tidak mesti mas, kadang cabai, tomat, jagung, tergantung pasaran apa yang sekarang sedang laku. Tetapi yang paling utama pasti saya menanam tembakau.

22 b. Apakah petani Mungseng masih menggunakan pranatamangsa dalam menentukan hari tanam padi? Jawab: rata-rata masih menggunakan, karena itu adalah peninggalan nenek moyang kami. Dengan pranatamangsa hasil perkiraan cuaca dan musim tanam tidak kalah tepat dibanding dengan cara modern sekarang. c. Apa saja tahap-tahap dalam menanam padi? Jawab: pertama saya menyiapkan lahan sembari membuat bibit, kemudian proses penanaman saya menyuruh tetangga untuk tandur, setelah berumur langsung saya kasih pupk NPK, bila ada rumput liar saya menyuruh buruh tani untuk matun membersihkan rumput liar. Setelah waktu panen tiba saya suruh kembali tetangga yang ikut tandur untuk derep dan bawon. d. Pada tahap pembajakan sawah, apakah masih menggunakan sapi atau kerbau atau sudah menggunakan mesin traktor? Jawab: saya sudah memakai jasa mesin traktor, karena pengerjaannya cepat selesai, tidak sampai dua hari untuk lahan sekitar 300 m3 selesai dibajak. Kalau menggunakan tenaga sapi bisa sampai dua hari. e. Apakah anda masih menggunakan sistem bawon saat panen padi? Jawab: mulai tahun ini sudah tidak saya bawonkan karena saya sudah memakai tebasan. f. Sejak kapan menggunakan sistem tebasan? Jawab: kira-kira sejak dua tahun yang lalu saya berganti ke sistem tebasan. g. Apakah manfaat menggunakan sistem bawon? Jawab: manfaatnya bisa saling memberi, saling tolong-menolong, gotong-royong. h. Apa saja sistem pengupahan yang digunakan selain sistem bawon? Jawab: selain sistem bawon ada sistem tebasan, makanya say lebih memilih tebasan. i. Bagaimana sistem tebasan yang anda terapkan? Jawab: biasanya semua pekerjaan dari mulai tanam sampai menjelang panen saya buruhkan ke buruh tani, saya hanya merawat dan mengawasi saja. Bila panen tiba saya menhubungi penebas untuk menebas padi saya. Jika kesepakatan harga sudah tercapai, ya saya langsung lepas ke penebas. j. Apa kelebihan dan kekurangan menggunakan sistem bawon saat panen padi?

23 Jawab: kelebihannya kita bisa menolong para tetangga dengan cara memberi upah dengan hasil panen berupa gabah. Kekurangannya kadang hasilnya tidak terlalu banyak karena sudah kepotong bawon. k. Berapa hasil pendapatan apabila menggunakan sistem bawon dibanding dengan sistem tebasan? Jawab: kalau dulu bawon saya mendapatkan hasil bersih 2,8 ton. Malah pernah hanya mendapat 2 ton untuk sawah seluas 1000 m3. Tapi kalau dengan tebasan rata-rata saya mendapatkan hasil 3 ton dikali dengan harga gabah saat ini. l. Manakah yang lebih menguntungkan antara sistem bawon dengan sistem tebasan? Jawab: jelas lebih untung tebasan, karena saya tidak ribet dalam proses mulai tanam sampai derep. m. Bagaimana upaya melestarikan tradisi bawon di desa Mungseng? Jawab: sebenarnya kalau untuk kepentingan bersama memang bawon cocok dan perlu sekali dilestarikan, hanya saja faktor-faktor yang lain seperti berkurangnya tenaga yang mau disuruh bawon dan terkesan seenaknya dalam pekerjaan derep maka saya hanya memakai tebasan saja. 1. Identitas Diri a. Nama : Nuryani b. Usia : 60 tahun c. Jenis Kelamin : Laki-laki d. Waktu : WIB/30 Januari Daftar Pertanyaan dan Jawaban a. Apabila musim kemarau tiba, tanaman apa yang bapak tanam? Jawab: tidak menentu, kadang tanaman biji-bijan seperti jagung atau kacang, tetapi seringnya saya menanam tembakau bila musim kemarau. b. Apakah petani Mungseng masih menggunakan pranatamangsa dalam menentukan hari tanam padi? Jawab: saya masih menggunakannya, karena sudah menjadi kebiasaan petani disini memakai perhitungan pranatamangsa dalam menentukan waktu tanam. c. Apa saja tahap-tahap dalam menanam padi? Jawab: pertama-pertama saya merendam benih padi dan disebar di lahan pembenihan, sambil menunggu benih padi tumbuh saya membuat lahan untuk tanam padi dengan cara dicangkul dan di bajak,

24 bila bibit padi sudah siap langsung ditanam oleh tetangga-tetangga dekat. d. Pada tahap pembajakan sawah, apakah masih menggunakan sapi atau kerbau atau sudah menggunakan mesin traktor? Jawab: sudah memakai mesin traktor, agar lebih cepat prosesnya dan tidak makan biaya banyak. e. Apakah anda masih menggunakan sistem bawon saat panen padi? Jawab: iya saya masih pakai bawon mas, karena sudah kebiasaan disini. f. Sejak kapan menggunakan sistem bawon? Jawab: sudah sejak dulu bapak saya dan kakek saya selalu pakai bawon. g. Apakah manfaat menggunakan sistem bawon? Jawab: manfaatnya bisa membantu sesama, terutama tetangga dekat, dengan cara memberikan pekerjaan dan hasil panen padi. h. Apa saja sistem pengupahan yang digunakan selain sistem bawon? Jawab: kalau tidak salah ada tebasan, tetapi sedikit yang memakai sistem itu. i. Bagaimana sistem bawon yang anda terapkan? Jawab: ya seperti biasa, tetangga saya suruh tandur kemudian waktu panen mereka saya suruh derep dan bawon dengan perbandingan 5:1 dengan takaran mangkuk atau baskom kecil. j. Apa kelebihan dan kekurangan menggunakan sistem bawon saat panen padi? Jawab: kelebihannya bisa menolong para tetangga, kekurangannya kadang sering tidak bersih gabahnya karena mereka sering tergesagesa saat derep. k. Hambatan-hambatan apa saja dalam pelaksanaan sistem bawon? Jawab: kadang cuaca yang tidak menentu, kadang hasil panen yang tidak bersih. l. Berapa hasil pendapatan apabila menggunakan sistem bawon dibanding dengan sistem pengupahan yang lain? Jawab: kalau dengan bawon sawah saya yang sekitar 600 m3 mendapat hasil bersih 2 ton kadang cm 1,8 ton. Kalau pakai sistem yang lain saya belum pernah. m. Manakah yang lebih menguntungkan antara sistem bawon dengan sistem pengupahan yang lain? Jawab: tidak mesti, tergantung harga gabah dipasaran.

25 n. Bagaimana upaya melestarikan tradisi bawon di desa Mungseng? Jawab: ya sebagai petani saya harus selalu menggunakan sistem bawon, agar tradisi ini selalu terjaga samapi anak cucu. 1. Identitas Diri a. Nama : Suharno b. Usia : 58 tahun c. Jenis Kelamin : Laki-laki d. Waktu : WIB/30 Januari Daftar Pertanyaan dan Jawaban a. Apabila musim kemarau tiba, tanaman apa yang bapak tanam? Jawab: saya tetap menanam padi dan diselingi sayur-sayuran, karena selain sawah saya dekat dengan aliran sungai, tanaman padi itu juga mudah cara merawatnya. b. Apakah petani Mungseng masih menggunakan pranatamangsa dalam menentukan hari tanam padi? Jawab: masih, karena pranatamangsa adalah pedoman perhitungan hari tanam berdasarkan penanggalan Jawa. Pranatamangsa juga tidak kalah akurat dengan BMKG. c. Apa saja tahap-tahap dalam menanam padi? Jawab: pertama-pertama saya merendam benih padi dan disebar di lahan pembenihan, sambil menunggu benih padi tumbuh saya membuat lahan untuk tanam padi dengan cara dicangkul dan di bajak, bila bibit padi sudah siap langsung ditanam oleh buruh tanam yang saya kasih upah harian. d. Pada tahap pembajakan sawah, apakah masih menggunakan sapi atau kerbau atau sudah menggunakan mesin traktor? Jawab: memakai traktor, selain cepat pengerjaannya, biayanya kalau dihitung-hitung menjadi lebih sedikit dibanding dengan hewan. e. Apakah anda masih menggunakan sistem bawon saat panen padi? Jawab: masih, tetapi berbeda dengan bawon yang lain yang tenaga tandur dan derepnya oleh tetangga-tetangga dekat. Kalau ditempat saya menggunakan sistem kroyokan yang hanya dikerjakan oleh satu kelompok berisi 5-10 orang saja saat tandur dan derep, saat pembagian upahnya tetap memakai bawon tapi perbandingan pembagian hasilnya yang berbeda. f. Sejak kapan menggunakan sistem bawon? Jawab: sudah sejak dulu jaman bapak saya menggunakan bawon.

26 g. Apakah manfaat menggunakan sistem bawon? Jawab: secara sosial manfaatnya bisa membantu tetangga dekat. Bisa menolong sesama yang masih kekurangan. h. Apa saja sistem pengupahan yang digunakan selain sistem bawon? Jawab: ada tebasan dan kroyokan. i. Bagaimana sistem bawon yang anda terapkan? Jawab: pada awal proses menanam padi dan saat derep saya menyuruh 5-10 orang buruh tani untuk mengerjakannya dengan diberi upah harian. Jika derep sudah selesai dan padi terkumpul di rumah saya maka istri saya akan membagi hasilnya dengan bawon, tetapi perbandingannya 9:1 untuk buruh tadi. j. Apa kelebihan dan kekurangan menggunakan sistem bawon saat panen padi? Jawab: kelebihannya bisa menolong para tetangga, kekurangannya kalau tetangga-tetangga yang disuruh derep maka hasilnya kadang kurang bersih dan tidak tepat waktu. Yang membuat kualitas gabahnya kurang bagus. k. Hambatan-hambatan apa saja dalam pelaksanaan sistem bawon? Jawab: faktor cuaca yang tidak menentu, dan tidak ketepatan waktu saat derep. l. Berapa hasil pendapatan apabila menggunakan sistem bawon dibanding dengan sistem pengupahan yang lain? Jawab: kalau dengan bawon biasa sawah saya yang sekitar 1200 m3 mendapat hasil bersih 3 ton. Tetapi kalau pakai pakai bawon yang kroyokan kurang lebih saya mendapatkan 3-3,5 ton. m. Manakah yang lebih menguntungkan antara sistem bawon dengan sistem pengupahan yang lain? Jawab: lebih menguntungkan dengan sistem kroyokan. n. Bagaimana upaya melestarikan tradisi bawon di desa Mungseng? Jawab: sebagai petani di desa Mungseng saya harus ikut menjaga tradisi bawon, agar tradisi ini tidak dimakan jaman.

27 D. Buruh Tani 1. Identitas Diri a. Nama : Hadi Prayitno b. Usia : 68 tahun c. Jenis Kelamin : Laki-laki d. Waktu : WIB/29 Januari Daftar Pertanyaan dan Jawaban a. Apakah anak-anak bapak atau ibu juga mengikuti ibu atau bapak menjadi seorang buruh tani atau petani yang bekerja disawah atau masih melanjutkan sekolah dan bekerja yang lainnya? Jawab: tidak, anak-anak saya tidak mau bekerja disawah, tetapi sekolah juga hanya sampai bangku SMP karena saya tidak mempunyai biaya untuk melanjutkan ke bangku SMA. Anak saya juga tidak mau melanjutkan sekolah, karena merasa kasian kepada orang tua dan sekarang dia bekerja di meubel di luar kota. b. Bagaimana cara menanam bibit padi di sawah? Jawab: cara menanamnya yaitu dengan berjalan mundur sesuai garis dan jarak antar tanaman yang sama. c. Bagaimana pelaksanaan sistem bawon di desa Mungseng? Jawab: setelah selesai derep, padi dimasukkan kedalam bagor dan dibawa ke rumah yang punya sawah, biasanya yang bawoni adalah istri pemilik sawah dengan cara dibagi dengan rantang dengan perbandingan 5:1 atau 6:1. d. Sejak kapan terdapat sistem bawon di desa Mungseng? Jawab: sudah ada sejak simbah-simbah saya. e. Apakah sering mendapatkan order menanam padi? Jawab: sering, karena saya yang sering disuruh warah-warah ke tetangga oleh pemilih sawah. f. Bagaimana sistem penghitungan upah dalam sistem bawon? Jawab: ya itu dengan perbandingan 5:1 atau 6:1. g. Berapa hasil pendapatan dari upah sistem bawon? Jawab: biasanya tiap bek an mendapatkan hasil bersih 5 sampai 6 kg. h. Kendala-kendala apa saja saat bekerja pada sistem bawon? Jawab: kadang hari panen yang tidak sesuai dengan waktu luang saya. i. Apakah kelebihan dan kekurangan dari sistem bawon? Jawab: kelebihannya dapat mendapat gabah tanpa punya sawah sendiri, kekurangannya kadang saya tidak sempat untuk ikut derep. j. Apakah anda ingin bertahan dengan sistem bawon atau berganti ke sistem yang lain?alasannya?

28 Jawab: kalau saya ingin pakai bawon terus, karena agar saya bisa mendapat gabah atau beras tanpa membeli. k. Kalau ingin bertahan, bagaimana upaya untuk melestarikan sistem bawon? Jawab: ya kalau disuruh ikut tandur dan derep harus langsung mau, karena ada yang sering tidak mau. 1. Identitas Diri a. Nama : Suyamah b. Usia : 48 tahun c. Jenis Kelamin : Perempuan d. Waktu : WIB/29 Januari Daftar Pertanyaan dan Jawaban a. Apakah anak-anak bapak atau ibu juga mengikuti ibu atau bapak menjadi seorang buruh tani atau petani yang bekerja disawah atau masih melanjutkan sekolah dan bekerja yang lainnya? Jawab: anak-anak saya sudah tidak mau bekerja disawah, sekolahnya juga hanya sampai SD karena tidak mampu membiayai untuk melanjutkan sekolah. Sekarang bekerja sebagai tukang batu. b. Bagaimana cara menanam bibit padi di sawah? Jawab: dengan berjalan mundur secara pelan-pelan sesuai dengan urutannya. c. Bagaimana pelaksanaan sistem bawon di desa Mungseng? Jawab: bila hasil derepan sudah terkumpul di bagor, selanjutnya dibawa ke rumah pemilik sawah, kemudian tiap orang minta bawon dengan cara dibagi menggunakan perbandingan 5:1 atau 6:1. d. Sejak kapan terdapat sistem bawon di desa Mungseng? Jawab: sudah lama sekali, setahu saya orang tua saya dulu sudah ikut bawon. e. Apakah sering mendapatkan order menanam padi? Jawab: dahulu sering, tapi akhir-akhir ini sudah jarang karena sudah banyak yang ditebaskan. f. Bagaimana sistem penghitungan upah dalam sistem bawon? Jawab: dengan ditakar atau langsung ditimbang menggunakan baskom kecil. g. Berapa hasil pendapatan dari upah sistem bawon? Jawab: rata-rata tiap bek an mendapatkan hasil bersih 6 sampai 7 kg.

29 h. Kendala-kendala apa saja saat bekerja pada sistem bawon? Jawab: cuaca yang kurang mendukung, mengakibatkan hari panen jadi bertambah. i. Apakah kelebihan dan kekurangan dari sistem bawon? Jawab: kelebihannya dapat mendapat gabah tanpa punya sawah sendiri, kekurangannya kadang saya tidak sempat untuk ikut derep. j. Apakah anda ingin bertahan dengan sistem bawon atau berganti ke sistem yang lain?alasannya? Jawab: kalau saya masih ingin mendapatkan bawon terus, karena agar saya bisa mendapat gabah atau beras tanpa membeli. k. Kalau ingin bertahan, bagaimana upaya untuk melestarikan sistem bawon? Jawab: kalau disuruh ikut tandur dan derep pasti berangkat dan bekerja dengan baik sesuai dengan hasilnya yang akan didapat. l. Identitas Diri a. Nama : Surami b. Usia : 45 tahun c. Jenis Kelamin : Perempuan d. Waktu : WIB/ 30 Januari Daftar Pertanyaan dan Jawaban a. Apakah anak-anak bapak atau ibu juga mengikuti ibu atau bapak menjadi seorang buruh tani atau petani yang bekerja disawah atau masih melanjutkan sekolah dan bekerja yang lainnya? Jawab: anak saya tidak mau bekerja di sawah, dia saya larang menjadi seperti saya, kalau bisa menjadi lebih dari saya. b. Bagaimana cara menanam bibit padi di sawah? Jawab: tandur itu nata mundur, artinya menata atau menanam padi dengan mundur kebelakang agar tidak terinjak-injak. c. Bagaimana pelaksanaan sistem bawon di desa Mungseng? Jawab: padi hasil derep dikumpulkan ke rumah pemilik sawah dan dibagi dengan perbandingan 9:1. d. Sejak kapan terdapat sistem bawon di desa Mungseng? Jawab: sudah sejak nenek saya ikut bawon. e. Apakah sering mendapatkan order menanam padi? Jawab: lumayan sering, apalagi saya sudah bekerja lama di tempat salah satu petani, jadi saya yang sering mencari orang untuk buruh tandur dan derep.

30 f. Bagaimana sistem penghitungan upah dalam sistem bawon? Jawab: perhitungannya yaitu dengan cara dibagi antara pemilik sawah dan buruh derep dengan perbandingan 9:1. g. Berapa hasil pendapatan dari upah sistem bawon? Jawab: kadang kalau padinya aman dari hama rata-rata tiap orang dalam satu kelompok mendapat 10 sampai 15 kg. h. Kendala-kendala apa saja saat bekerja pada sistem bawon? Jawab: terkait cuaca yang tidak tentu yang mengakibatkan waktu panen menjadi lama. Harusnya satu hari saja selesai derep, jika hujan akan mendai dua hari lamanya. i. Apakah kelebihan dan kekurangan dari sistem bawon? Jawab: kelebihannya yan terasa terbantu karena dapat gabah tanpa harus membeli. j. Apakah anda ingin bertahan dengan sistem bawon atau berganti ke sistem yang lain?alasannya? Jawab: kalau saya masih ingin mendapatkan bawon. Karena dengan bawon kebutuhan ekonomi saya bisa terbantu. 1. Identitas Diri a. Nama : Muharyono b. Usia : 55 tahun c. Jenis Kelamin : Laki-laki d. Waktu : WIB/31 Januari Daftar Pertanyaan dan Jawaban a. Bagaimana cara menanam bibit padi di sawah? Jawab: biasannya yang menanam padi adalah istri saya dengan cara berjalan mundur dan usahakan rapi berjajar sama jaraknya. b. Bagaimana pelaksanaan sistem bawon di desa Mungseng? Jawab: setelah selesai derep, padi dimasukkan kedalam bagor dan saya angkut ke rumah pemilik sawah menggunakan mobil sewaan dengan iuran bersama-sama dengan penderep lain. Sampai dirumah pemilik sawah bago-bagor yang terisi hasil panen penderep di pemilik sawah dibagi dengan cara dibagi dengan rantang dengan perbandingan 5:1 atau 6:1. c. Sejak kapan terdapat sistem bawon di desa Mungseng? Jawab: sudah dahulu orang tua saya sudah ikut bawon.

31 d. Apakah sering mendapatkan order menanam padi? Jawab: kalau saya jarang, karena saya hanya samben saja bekerja sebagai buruh tani. Jadi kalau ada yang mengajak derep saya baru berangkat. e. Bagaimana sistem penghitungan upah dalam sistem bawon? Jawab: setahu saya perhitungannya dengan perbandingan timbangan tiap 1 kg penderep 5 kg untuk pemilik sawah. f. Berapa hasil pendapatan dari upah sistem bawon? Jawab: sekitar hasil kotornya tiap bek an. g. Kendala-kendala apa saja saat bekerja pada sistem bawon? Jawab: kendalanya saya yang jarang pernah punya waktu luang buat derep, karena pekerjaan utama saya adalah sebagai pedagang. h. Apakah kelebihan dan kekurangan dari sistem bawon? Jawab: dengan ikut bawon saya bisa mengurangi pengeluaran kebutuhan sehari karena berasnya tidak beli. i. Apakah anda ingin bertahan dengan sistem bawon atau berganti ke sistem yang lain?alasannya? Jawab: saya harap saya masih diajak tandur dan derep karena lumayan untuk tambahan pendapatan. j. Kalau ingin bertahan, bagaimana upaya untuk melestarikan sistem bawon? Jawab: dengan cara ikut mendukung petani untuk selalu menjaga tradisi bawon.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak dan Luas Wilayah Desa Mungseng. geografis desa Mungseng berada di sebelah selatan Kecamatan dan kota

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak dan Luas Wilayah Desa Mungseng. geografis desa Mungseng berada di sebelah selatan Kecamatan dan kota BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Umum Desa Mungseng 1. Letak dan Luas Wilayah Desa Mungseng a. Letak Desa Mungseng Desa Mungseng merupakan salah satu dari 25 Desa/Kelurahan yang ada

Lebih terperinci

Bahwa tiada yang orang dapatkan, kecuali yang ia usahakan, Dan bahwa usahanya akan kelihatan nantinya. (Q.S. An Najm ayat 39-40)

Bahwa tiada yang orang dapatkan, kecuali yang ia usahakan, Dan bahwa usahanya akan kelihatan nantinya. (Q.S. An Najm ayat 39-40) MOTTO Bahwa tiada yang orang dapatkan, kecuali yang ia usahakan, Dan bahwa usahanya akan kelihatan nantinya (Q.S. An Najm ayat 39-40) Jangan terlalu memikirkan masa lalu karena telah pergi dan jangan terlalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, berinteraksi, bermasyarakat dan menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

SISTEM BAWON DI DESA MUNGSENG KECAMATAN TEMANGGUNG KABUPATEN TEMANGGUNG SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Yogyakarta

SISTEM BAWON DI DESA MUNGSENG KECAMATAN TEMANGGUNG KABUPATEN TEMANGGUNG SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Yogyakarta SISTEM BAWON DI DESA MUNGSENG KECAMATAN TEMANGGUNG KABUPATEN TEMANGGUNG SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Sebelum proses pelaksanaan bawon diawali dengan beberapa tahap terkait

BAB V PENUTUP. 1. Sebelum proses pelaksanaan bawon diawali dengan beberapa tahap terkait BAB V PENUTUP A. Kesimpulan bahwa: Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan 1. Sebelum proses pelaksanaan bawon diawali dengan beberapa tahap terkait dengan kegiatan penanaman

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PANEN KELOMPOK PETANI JAGUNG DI KABUPATEN ACEH TENGGARA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PANEN KELOMPOK PETANI JAGUNG DI KABUPATEN ACEH TENGGARA Lampiran 1 Questioner ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PANEN KELOMPOK PETANI JAGUNG DI KABUPATEN ACEH TENGGARA 1. Pertanyaan dalam Kuisioner ini tujuannya hanya semata-mata untuk penelitian

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani responden pada penelitian ini adalah petani yang berjumlah 71 orang yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang petani

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK AKAD MUKHA>BARAH DI DESA BOLO KECAMATAN UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK. sebagaimana tertera dalam Tabel Desa Bolo.

BAB III PRAKTIK AKAD MUKHA>BARAH DI DESA BOLO KECAMATAN UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK. sebagaimana tertera dalam Tabel Desa Bolo. BAB III PRAKTIK AKAD MUKHA>BARAH DI DESA BOLO KECAMATAN UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK A. Gambaran Umum Desa Bolo Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik 1. Demografi Berdasarkan data Administrasi Pemerintahan

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - TADAH HUJAN Individu petani

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - TADAH HUJAN Individu petani 1 LAYANAN KONSULTASI PADI - TADAH HUJAN Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - RAWA PASANG SURUT Individu petani

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - RAWA PASANG SURUT Individu petani 1 LAYANAN KONSULTASI PADI - RAWA PASANG SURUT Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida 5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida Berdasarkan hasil perhitungan terhadap rata-rata penerimaan kotor antar varietas padi terdapat perbedaan, kecuali antara

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara 30 sampai lebih dari 60 tahun. Umur petani berpengaruh langsung terhadap

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan 1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu petani

Lebih terperinci

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi)

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Pengolahan Tanah Sebagai persiapan, lahan diolah seperti kebiasaan kita dalam mengolah tanah sebelum tanam, dengan urutan sebagai berikut.

Lebih terperinci

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang PRODUKSI BENIH PADI Persyaratan Lahan Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang ditanam sama, jika lahan bekas varietas

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Kelompok tani sehamparan

1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Kelompok tani sehamparan 1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Individu petani

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Individu petani 1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK

BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK A. Profil Desa Lundo 1. Letak geografis Desa Lundo merupakan salah satu desa yang terletak

Lebih terperinci

ASPEK SOSIOLOGIS DALAM USAHA PERTANIAN RAKYAT DI DUSUN KREWE DESA GUNUNGREJO. Kelompok 5

ASPEK SOSIOLOGIS DALAM USAHA PERTANIAN RAKYAT DI DUSUN KREWE DESA GUNUNGREJO. Kelompok 5 ASPEK SOSIOLOGIS DALAM USAHA PERTANIAN RAKYAT DI DUSUN KREWE DESA GUNUNGREJO Kelompok 5 1. AMUL HEKSA BAJAFITRI 125040201111131 2. ANISA SILVIA 125020201111152 3. AMANU BUDI SETYO U 125040201111208 4.

Lebih terperinci

1 SET A. INDIVIDU PETANI

1 SET A. INDIVIDU PETANI 1 SET A. INDIVIDU PETANI Pengelolaan Tanaman Padi Versi beta Indonesia Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu petani O lahan sawah kelompok tani sehamparan

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. pertanian yang dimaksud adalah pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.

I PENDAHULUAN. pertanian yang dimaksud adalah pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penduduk Indonesia yang tinggal di pedesaan, dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya sebagian besar bergantung pada sektor pertanian. Sektor pertanian yang

Lebih terperinci

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Desa Penelitian Letak Geografis dan Topografis Desa

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Desa Penelitian Letak Geografis dan Topografis Desa 4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Desa Penelitian Gambaran umum desa penelitian diperoleh dari monografi desa, meliputi letak geografis dan topografis desa, luas lahan dan tata guna tanah, keadaan

Lebih terperinci

V. HASIL DANPEMBAHASAN. A. Karakteristik Petani Penangkar Benih Padi. benih padi. Karakteristik petani penangkar benih padi untuk melihat sejauh mana

V. HASIL DANPEMBAHASAN. A. Karakteristik Petani Penangkar Benih Padi. benih padi. Karakteristik petani penangkar benih padi untuk melihat sejauh mana V. HASIL DANPEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Penangkar Benih Padi Petani yang dijadikan responden dalam penelitian ini yaitu petani penangkar benih padi yang bermitra dengan UPT Balai Benih Pertanian

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

SISTEM BAWON DI DESA MUNGSENG KECAMATAN TEMANGGUNG KABUPATEN TEMANGGUNG RINGKASAN SKRIPSI

SISTEM BAWON DI DESA MUNGSENG KECAMATAN TEMANGGUNG KABUPATEN TEMANGGUNG RINGKASAN SKRIPSI SISTEM BAWON DI DESA MUNGSENG KECAMATAN TEMANGGUNG KABUPATEN TEMANGGUNG RINGKASAN SKRIPSI Disusun Handi Tris Tanto 08401244007 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN HUKUM FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era teknologi tinggi, penggunaan alat-alat pertanian dengan mesin-mesin

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era teknologi tinggi, penggunaan alat-alat pertanian dengan mesin-mesin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Memasuki era teknologi tinggi, penggunaan alat-alat pertanian dengan mesin-mesin modern membantu percepatan proses pengolahan produksi pertanian. Modernisasi

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Responden 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil komposisi umur kepala keluarga

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN 23 Gambaran penelitian yang dimuat dalam bab ini merupakan karakteristik dari sistem pertanian yang ada di Desa Cipeuteuy. Informasi mengenai pemerintahan

Lebih terperinci

1 SET B. KELOMPOK TANI SEHAMPARAN

1 SET B. KELOMPOK TANI SEHAMPARAN 1 SET B. KELOMPOK TANI SEHAMPARAN Pengelolaan Tanaman Padi Versi beta Indonesia Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu petani O lahan sawah kelompok tani

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA Penelitian ini menganalisis perbandingan usahatani penangkaran benih padi pada petani yang melakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi 45 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Berdasarkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, secara operasional dapat diuraikan tentang definisi operasional,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam penyediaan pangan, pangsa pasar, dan hasil produksi.

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam penyediaan pangan, pangsa pasar, dan hasil produksi. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sektor pertanian berpengaruh bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia, terutama pada wilayah-wilayah di pedesaan. Sektor pertanian juga memegang peranan penting

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Dari segi model bagi hasil pada petani bawang merah di dusun

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Dari segi model bagi hasil pada petani bawang merah di dusun BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Dari segi model bagi hasil pada petani bawang merah di dusun Temukerep yaitu pelaksanaan bagi hasil pertanian di dusun Temukerep desa Larangan kecamatan Larangan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh dari wawancara yang dilakukan kepada 64 petani maka dapat diketahui

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh dari wawancara yang dilakukan kepada 64 petani maka dapat diketahui 5 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Identitas Petani Dalam penelitian ini yang menjadi petani diambil sebanyak 6 KK yang mengusahakan padi sawah sebagai sumber mata pencaharian

Lebih terperinci

BAB III LAPORAN PENELITIAN

BAB III LAPORAN PENELITIAN BAB III LAPORAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya Gapoktan Kelompok Tani Bangkit Jaya adalah kelompok tani yang berada di Desa Subik Kecamatan Abung Tengah Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Petani Hutan Rakyat 5.1.1. Karakteristik Petani Hutan Rakyat Karakteristik petani hutan rakyat merupakan suatu karakter atau ciri-ciri yang terdapat pada responden.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup penting keberadaannya di Indonesia. Sektor inilah yang mampu menyediakan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia, sehingga

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN

ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN 45 ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN Karakteristik Petani Miskin Ditinjau dari kepemilikan lahan dan usaha taninya, petani yang ada di RT 24 Kelurahan Nunukan Timur dapat dikategorikan sebagai

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGGARAPAN SAWAH (MUZARA AH) DI DESA PONDOWAN KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGGARAPAN SAWAH (MUZARA AH) DI DESA PONDOWAN KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGGARAPAN SAWAH (MUZARA AH) DI DESA PONDOWAN KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI A. Gambaran umum Desa Pondowan Kecamatan Tayu Kabupaten Pati 1. Letak geografis Desa Pondowan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. sifat-sifat bumi, menganalisa gejala-gejala alam dan penduduk, serta mempelajari corak khas

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. sifat-sifat bumi, menganalisa gejala-gejala alam dan penduduk, serta mempelajari corak khas II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi adalah merupakan ilmu pengetahuan yang mencitrakan (to describe), menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisa gejala-gejala

Lebih terperinci

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. HASIL DAN PEMBAHASAN II. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Faktor umur adalah salah satu hal yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Semakin produktif umur seseorang maka curahan tenaga yang dikeluarkan

Lebih terperinci

Budi Daya Padi di Sumatera Barat Masalah dan Penanggulangannya. ~Ringkasan Proyek Peningkatan Teknologi Budi Daya Padi di Sumatera Barat 1~

Budi Daya Padi di Sumatera Barat Masalah dan Penanggulangannya. ~Ringkasan Proyek Peningkatan Teknologi Budi Daya Padi di Sumatera Barat 1~ Budi Daya Padi di Sumatera Barat Masalah dan Penanggulangannya ~Ringkasan Proyek Peningkatan Teknologi Budi Daya Padi di Sumatera Barat 1~ Keinginan, permasalahan, dan penanggulangannya terkait budi daya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah respon petani terhadap kegiatan penyuluhan PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II,

Lebih terperinci

BAB III KERJASAMA PERTANIAN DI DESA PADEMONEGORO

BAB III KERJASAMA PERTANIAN DI DESA PADEMONEGORO BAB III KERJASAMA PERTANIAN DI DESA PADEMONEGORO A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Letak Daerah Situasi dan kondisi suatu daerah akan sangat mempengaruhi segala aktifitas yang ada di daerah tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendukung statusnya sebagai negara agraris, dengan sebagian besar masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. mendukung statusnya sebagai negara agraris, dengan sebagian besar masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki potensi alam melimpah ruah yang mendukung statusnya sebagai negara agraris, dengan sebagian besar masyarakat bermukim di pedesaan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, 20 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, Desa Rejomulyo Kecamatan Metro Selatan Kota Metro dengan ketinggian

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135 TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135 PUPUK ORGANIK POWDER 135 adalah Pupuk untuk segala jenis tanaman yang dibuat dari bahan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. mempengaruhi kehidupan petani karet, karena pada musim hujan petani karet

BAB IV KESIMPULAN. mempengaruhi kehidupan petani karet, karena pada musim hujan petani karet BAB IV KESIMPULAN 4.1 Kesimpulan Mayoritas masyarakat Nagari Lubuk Tarok bermata pencaharian sebagai petani karet. Pada pertanian karet itulah mereka menggantungkan kehidupannya. Pertanian karet bukanlah

Lebih terperinci

Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA)

Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA) Penggunaan pupuk kimia atau bahan kimia pada tanaman, tanpa kita sadari dapat menimbulkan berbagai macam penyakit seperti terlihat pada gambar di atas. Oleh karena itu beralihlah ke penggunaan pupuk organik

Lebih terperinci

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Penyusun I Wayan Suastika

Lebih terperinci

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani. 85 VI. KERAGAAN USAHATANI PETANI PADI DI DAERAH PENELITIAN 6.. Karakteristik Petani Contoh Petani respoden di desa Sui Itik yang adalah peserta program Prima Tani umumnya adalah petani yang mengikuti transmigrasi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis hasil penelitian mengenai Analisis Kelayakan Usahatani Kedelai Menggunakan Inokulan di Desa Gedangan, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah meliputi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH. mempunyai luas wilayah sebesar Ha. Secara administratif Kecamatan

GAMBARAN UMUM DAERAH. mempunyai luas wilayah sebesar Ha. Secara administratif Kecamatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH A. Keadaan Alam Kecamatan Pandak merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kecamatan Pandak mempunyai luas wilayah

Lebih terperinci

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT Penerapan Padi Hibrida Pada Pelaksanaan SL - PTT Tahun 2009 Di Kecamatan Cijati Kabupaten Cianjur Jawa Barat Sekolah Lapang (SL) merupakan salah satu metode

Lebih terperinci

BAB V DAMPAK REVOLUSI HIJAU TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL, BUDAYA DAN EKONOMI MASYARAKAT SUKAWENING-GARUT

BAB V DAMPAK REVOLUSI HIJAU TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL, BUDAYA DAN EKONOMI MASYARAKAT SUKAWENING-GARUT BAB V DAMPAK REVOLUSI HIJAU TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL, BUDAYA DAN EKONOMI MASYARAKAT SUKAWENING-GARUT 1970-1990 Pada bab lima ini, penulis menganalisis bagaimana dampak dari program Revolusi Hijau terhadap

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Petani 1) Umur Umur petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

BAB III MAJALENGKA. terdapat beberapa bukit, parit dan sungai. Desa Cieurih ini. berbatasan dengan desa-desa sebagai berikut:

BAB III MAJALENGKA. terdapat beberapa bukit, parit dan sungai. Desa Cieurih ini. berbatasan dengan desa-desa sebagai berikut: 45 BAB III PRAKTEK UPAH CATONAN DI DESA CIEURIH KEC. MAJA KAB. MAJALENGKA A. GAMBARAN UMUM DESA CIEURIH 1. Keadaan Geografis 63 a. Letak Daerah Desa Cieurih terletak sekitar +15 km di sebelah Timur kota

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.. Wilayah dan Topografi Secara geografis Kota Pagar Alam berada pada 4 0 Lintang Selatan (LS) dan 03.5 0 Bujur Timur (BT). Kota Pagar Alam terletak di Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK POLA KERJA NGEDOK BIDANG PERTANIAN DI DESA BRANGKAL KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO

BAB III PRAKTIK POLA KERJA NGEDOK BIDANG PERTANIAN DI DESA BRANGKAL KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO BAB III PRAKTIK POLA KERJA NGEDOK BIDANG PERTANIAN DI DESA BRANGKAL KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO A. Keadaan Demografis Obyek Penelitian 1. Letak Daerah Desa Brangkal merupakan salah satu dari lima

Lebih terperinci

BUDI DAYA PADI SRI - ORGANIK

BUDI DAYA PADI SRI - ORGANIK BUDI DAYA PADI SRI - ORGANIK System of Rice Intensification Prepared by : Utju Suiatna Beberapa Contoh Pesawahan SRI Pembibitan Penyiapan Tegalan Penyemaian Untuk bibit 1 ha diperlukan sekitar 5 kg benih

Lebih terperinci

KWINTALAN DI DESA TANJUNG KECAMATAN KEDAMEAN

KWINTALAN DI DESA TANJUNG KECAMATAN KEDAMEAN BAB III PELAKSANAAN AKAD UTANG PIUTANG DENGAN SISTEM KWINTALAN DI DESA TANJUNG KECAMATAN KEDAMEAN KABUPATEN GRESIK A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Desa Tanjung merupakan salah satu

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identitas Petani Petani Padi Organik Mitra Usaha Tani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identitas Petani Petani Padi Organik Mitra Usaha Tani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani Petani Padi Organik Mitra Usaha Tani Identitas petani merupakan suatu tanda pengenal yang dimiliki petani untuk dapat diketahui latar belakangnya. Identitas

Lebih terperinci

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo Di bawah ini penulis akan sampaikan gambaran umum tentang keadaan Desa Bendoharjo Kecamatan Gabus Kabupaten

Lebih terperinci

POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI

POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI 1 POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI (Studi Kasus H. Adul Desa Situ Daun, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Ach. Firman

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PEMBAYARAN ZAKAT PERTANIAN MENUNGGU HASIL PANEN KEDUA DI DESA TANGGUNGHARJO KECAMATAN GROBOGAN KABUPATEN GROBOGAN

BAB III DESKRIPSI PEMBAYARAN ZAKAT PERTANIAN MENUNGGU HASIL PANEN KEDUA DI DESA TANGGUNGHARJO KECAMATAN GROBOGAN KABUPATEN GROBOGAN BAB III DESKRIPSI PEMBAYARAN ZAKAT PERTANIAN MENUNGGU HASIL PANEN KEDUA DI DESA TANGGUNGHARJO KECAMATAN GROBOGAN KABUPATEN GROBOGAN A. Profil Desa Tanggungharjo Kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan Desa

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK DARI HUTANG PIUTANG KE JUAL BELI DI DESA KARANGMALANG WETAN KECAMATAN KANGKUNG KABUPATEN KENDAL

BAB III PRAKTEK DARI HUTANG PIUTANG KE JUAL BELI DI DESA KARANGMALANG WETAN KECAMATAN KANGKUNG KABUPATEN KENDAL BAB III PRAKTEK DARI HUTANG PIUTANG KE JUAL BELI DI DESA KARANGMALANG WETAN KECAMATAN KANGKUNG KABUPATEN KENDAL A. Profil Wilayah Desa Karangmalang Wetan Kecamatan Kangkung Kabupaten Kendal Sebagai gambaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memenuhi

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN A. Deskripsi Umum tentang Desa Kepudibener 1. Letak Geografis Desa Kepudibener merupakan satu desa yang

Lebih terperinci

V HASIL DAN PEMBAHASAN

V HASIL DAN PEMBAHASAN V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Responden Tingkat pendidikan di Desa Babakanreuma masih tergolong rendah karena dari 36 responden sebagian besar hanya menyelesaikan pendidikan sampai tingkat SD,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. tanggungan keluarga, luas lahan, status kepemilikan lahan, pengalaman bertani,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. tanggungan keluarga, luas lahan, status kepemilikan lahan, pengalaman bertani, V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani Padi Kegiatan usahatani padi dipengaruhi oleh latar belakang petani dengan beberapa karakteristik yang meliputi umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian 60 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak di Desa Fajar Asri Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah. Desa Fajar Asri

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di lahan sawah Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor dan di Laboratorium Ekofisiologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK AgroinovasI PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK Lahan rawa lebak merupakan salahsatu sumberdaya yang potensial untuk dikembangkan menjadi kawasan pertanian tanaman pangan di Provinsi

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM KELURAHAN LOMANIS. kelurahan di wilayah Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.Lokasinya

BAB II KONDISI UMUM KELURAHAN LOMANIS. kelurahan di wilayah Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.Lokasinya BAB II KONDISI UMUM KELURAHAN LOMANIS A. Kondisi Geografis Kelurahan Lomanis merupakan salah satu kelurahan dari 4 wilayah kelurahan di wilayah Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.Lokasinya disebelah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Delanggu Dukuh Sribit Lor merupakan salah satu dukuh di Desa Sribit Kecamatan Delanggu yang usahataninya cukup luas. Pola tanam yang

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Gambaran umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi dalam penelitian ini dihat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan Agronomis Bawang prei termasuk tanaman setahun atau semusim yang berbentuk rumput. Sistem perakarannya

Lebih terperinci

VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA

VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA 6.1 Motif Dasar Kemitraan dan Peran Pelaku Kemitraan Lembaga Petanian Sehat Dompet Dhuafa Replubika

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran

BAB V. Kesimpulan dan Saran BAB V Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan 5.1.1. Sistem Pertanian padi menurut tradisi masyarakat Karo Sistem pertanian padi menurut tradisi masyarakat Karo yang berada di Negeri Gugung meliputi proses

Lebih terperinci

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso BUDIDAYA PADI RATUN Marhaenis Budi Santoso Peningkatan produksi padi dapat dicapai melalui peningkatan indeks panen dan peningkatan produksi tanaman setiap musim tanam. Padi Ratun merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Kondisi Desa Setempat 1. Aspek Geografis Penelitian ini dilakukan di Dusun Grajegan, yang merupakan salah satu dusun yang ada di desa Tampingan. Desa tampingan

Lebih terperinci

NORHADIE KARBEN, GIGIH UPAYAKAN PERTANIAN TANPA BAKAR DI LAHAN GAMBUT

NORHADIE KARBEN, GIGIH UPAYAKAN PERTANIAN TANPA BAKAR DI LAHAN GAMBUT USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN NORHADIE KARBEN, GIGIH UPAYAKAN PERTANIAN TANPA BAKAR DI LAHAN GAMBUT Oleh: Indra Nugraha Ketika pemerintah melarang membakar seharusnya pemerintah juga memberikan solusi

Lebih terperinci

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row PENDAHULUAN Ubi kayu dapat ditanam sebagai tanaman tunggal (monokultur), sebagai tanaman pagar, maupun bersama tanaman lain

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Keadaan Geografis Kelompok Tani Pondok Menteng merupakan salah satu dari tujuh anggota Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Rukun Tani yang sebagian besar

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Kartini,

Lebih terperinci

ALAT DAN MESIN PANEN PADI

ALAT DAN MESIN PANEN PADI ALAT DAN MESIN PANEN PADI Sejalan dengan perkembangan teknologi dan pemikiran-pemikiran manusia dari jaman ke jaman, cara pemungutan hasil (panen) pertanian pun tahap demi tahap berkembang sesuai dengan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, Kasihan, Bantul dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL 6.1 Sarana Usahatani Kembang Kol Sarana produksi merupakan faktor pengantar produksi usahatani. Saran produksi pada usahatani kembang kol terdiri dari bibit,

Lebih terperinci